pembelajaran dan penilaian pendidikan … dan penilai… · ... apa bila guru kurang mampu ......

29
1 PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI PADA KURIKULUM 2013 Daniel Boli Kotan, S.Pd.,MM ([email protected]) “Tidak ada anak yang bodoh, yang ada adalah mereka yang belum dapat kesempatan belajar dari guru yang baik dan metode yang benar “ (Prof. DR. Yohanes Surya) ABSTRAK Kegiatan pembelajaran dan penilaian merupakan bagian tugas guru yang sangat penting dalam dunia pendidikan di sekolah. Dikatakan sangat penting, karena melalui kegiatan atau proses pembelajaran dan penilaian yang dirancang dengan baik oleh guru maka kompetensi (pengetahuan, sikap dan keterampilan) yang diharapkan untuk dimiliki oleh para peserta didik akan tercapai. Sebaliknya, apa bila guru kurang mampu mengelolah pembelajaran dan penilaian dengan baik maka output (keluaran/lulusan) pendidikan seperti yang diharapkan dalam rancangan kurikulum tidak akan tercapai. Karena itu seorang guru harus mutlak memiliki kompetensi/kemampuan dalam mengelolah pembelajaran dan penilaian. Maka para guru hendaknya terus mengasah kemampuannya itu melalui berbagai cara yaitu studi mandiri, studi lanjut (on going formation), pendidikan dan pelatihan, demi menghasilkan sumber daya manusia yang sungguh berkualitas dan bersaing di masyarakat, baik di dalam negeri maupun di tingkat global (internasional). Kata kunci; belajar, pembelajaran, penilaian, kompetensi, pendidikan, pelatihan ABSTRACT Learning and assessment activities are part of a very important task of teacher at the school. Said to be very important, because through the activities or learning and assessment process designed by the teacher competencies (knowledge, attitudes and skills ) are expected to be owned by the learner will be achieved. Conversely, what if the teacher is less able to manage learning and assessment with both the output (graduate) education as expected in the design of the curriculum will not be achieved.Therefore, a teacher must have absolute competence/ability to manage learning and assessment. Then the teachers should continue to hone her skills through a variety of ways that independent studies, further study (on-going formation), education and training , in order to produce a truly human resources and qualified to compete in the community, both domestically and on a global level (international) Keywords; learning, teaching, assessment, competence, education, training I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Setelah diberlakukan kurikulum 2013 (secara terbatas dan bertahap) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia, penulis mendapat kesempatan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan serta sosialisasi kurikulum 2013 bagi guru-guru Pendidikan Agama Katolik di beberapa propinsi dan kabupaten di Indonesia. Pada pertemuan dengan para guru-guru tersebut, nampak bahwa guru-guru mengalami banyak kesulitan

Upload: dothuy

Post on 06-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

1

PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN AGAMA

KATOLIK DAN BUDI PEKERTI PADA KURIKULUM 2013

Daniel Boli Kotan, S.Pd.,MM ([email protected])

“Tidak ada anak yang bodoh, yang ada adalah mereka yang belum dapat kesempatan belajar dari guru yang baik dan metode yang benar

“ (Prof. DR. Yohanes Surya)

ABSTRAK Kegiatan pembelajaran dan penilaian merupakan bagian tugas guru yang sangat penting dalam dunia

pendidikan di sekolah. Dikatakan sangat penting, karena melalui kegiatan atau proses pembelajaran

dan penilaian yang dirancang dengan baik oleh guru maka kompetensi (pengetahuan, sikap dan

keterampilan) yang diharapkan untuk dimiliki oleh para peserta didik akan tercapai. Sebaliknya, apa

bila guru kurang mampu mengelolah pembelajaran dan penilaian dengan baik maka output

(keluaran/lulusan) pendidikan seperti yang diharapkan dalam rancangan kurikulum tidak akan

tercapai. Karena itu seorang guru harus mutlak memiliki kompetensi/kemampuan dalam mengelolah

pembelajaran dan penilaian. Maka para guru hendaknya terus mengasah kemampuannya itu melalui

berbagai cara yaitu studi mandiri, studi lanjut (on going formation), pendidikan dan pelatihan, demi

menghasilkan sumber daya manusia yang sungguh berkualitas dan bersaing di masyarakat, baik di

dalam negeri maupun di tingkat global (internasional).

Kata kunci; belajar, pembelajaran, penilaian, kompetensi, pendidikan, pelatihan

ABSTRACT

Learning and assessment activities are part of a very important task of teacher at the school. Said to

be very important, because through the activities or learning and assessment process designed by the

teacher competencies (knowledge, attitudes and skills ) are expected to be owned by the learner will

be achieved. Conversely, what if the teacher is less able to manage learning and assessment with both

the output (graduate) education as expected in the design of the curriculum will not be

achieved.Therefore, a teacher must have absolute competence/ability to manage learning and

assessment. Then the teachers should continue to hone her skills through a variety of ways that

independent studies, further study (on-going formation), education and training , in order to produce a

truly human resources and qualified to compete in the community, both domestically and on a global

level (international)

Keywords; learning, teaching, assessment, competence, education, training

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Setelah diberlakukan kurikulum 2013 (secara terbatas dan bertahap) oleh Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia, penulis mendapat kesempatan untuk

memberikan pendidikan dan pelatihan serta sosialisasi kurikulum 2013 bagi guru-guru

Pendidikan Agama Katolik di beberapa propinsi dan kabupaten di Indonesia. Pada pertemuan

dengan para guru-guru tersebut, nampak bahwa guru-guru mengalami banyak kesulitan

Page 2: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

2

dalam hal pengelolaan pembelajaran dan penilaian, selain sarana pembelajaran yang

dirasakan sangat minim sehingga menghambat kegiatan pembelajaran di kelas.

Berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran, guru-guru masih cenderung menjadi pusat

pembelajaran, atau sumber belajar sementara para peserta didik menjadi objek pembelajaran.

Dengan perkataan lain, selama kegiatan pembelajaran, guru aktif melakukan indoktrinasi

dengan metode ceramah, dan para peserta didik duduk manis sebagai pendengar. Dengan

demikian yang terjadi di kelas-kelas adalah kegiatan belajar guru aktif dan bukan kegiatan

belajar peserta didik aktif. Belajar aktif (active learning) yang konsepnya adalah aktivitas

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mengalami kendala karena banyak guru

kurang menguasai metodelogi dan media pembelajaran. Faktor lain yang turut menghambat

kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran adalah kurang maksimalnya fungsi pengawas

sebagai supervisor yang bertugas mensupervisi kinerja guru, mengevaluasi kemudian

memperbaikinya sehingga guru semakin berkompeten.

Berkaitan dengan desain penilaian pembelajaran, guru-guru pendidikan agama katolik

mengakui bahwa selama ini titik berat penilaian mereka pada ranah kognitif (pengetahuan),

sementara ranah sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) kurang diperhatikan.

Menurut sharing para guru, sejatinya mereka berkeinginan untuk membuat penilaian sikap

dan keterampilan namun mereka belum memiliki instrumen penilaian pada kedua ranah

tersebut. Kelemahan para guru-guru di lapangan bukan semata karena mereka tidak mau

belajar, tetapi karena mereka sangat jarang, bahkan ada yang mengakui belum pernah

mendapat kesempatan mengikuti pendidikan dan pelatihan guna meningkatkan

profesionalitas mereka sebagai guru yang profesional.

B. Permasalahan

1. Guru-guru Pendidikan Agama Katolik masih kurang menguasai metode-metode

pembelajaran yang mendorong terciptanya aktivitas belajar aktif para peserta didik.

Page 3: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

3

2. Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang menguasai sistem penilaian

pembelajaran, khususnya pada penilaian sikap dan keterampilan.

3. Guru-guru Pendidikan Agama Katolik masih kurang mendapat pendidikan dan

pelatihan untuk meningkatkan profesionalitas sebagai guru yang profesional.

C. Tujuan Pengembangan

1. Guru-guru Pendidikan Agama Katolik memiliki kemampuan profesonal dalam

mengelolah pembelajaran dengan berbagai metode yang dapat mendorong

terciptanya aktivitas belajar aktif para peserta didik.

2. Guru-guru pendidikan Agama Katolik memahami sistem penilaian pembelajaran,

khususnya pada penilaian sikap dan keterampilan para peserta didik.

3. Guru-guru Pendidikan Agama Katolik meningkatkan profesionalitasnya dengan

belajar mandiri, belajar lanjut (on going formation), serta mendapat kesempatan atau

peluang untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan, sebagaimana yang dialami oleh

banyak guru matapelajaran lainnya.

II. KAJIAN LITERATUR

A. Belajar dan Pembelajaran, apakah itu?

1. Pengertian Belajar

Menurut Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung

dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengelolaan pemahaman. Menurut Ernest R.Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata,

1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang

kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang

ditimbulkan oleh lainnya.

Pengertian Belajar menurut Robert M. Gagne dalam bukunya The Conditions of

Learning(1977), belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam

Page 4: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

4

perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam

situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat

adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta

akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Belajar juga diartikan sebagai “A

natural process that leads to changes in what we know, what we can do, and how we

bahave” (p.1). Belajar juga dipandang sebagai proses alami yang dapat membawa

perubahan pada pengetahuan, tindakan dan perilaku seseorang. Sedangkan menurut Robert

Heinich dalam Beny A. Pribadi (2009), belajar diartikan sebagai “...development of new

knowledge, skills or attitudes as individual interact with learning resources” (p.6). Belajar

merupakan sebuah proses pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

terjadi manakala seseorang melakukan interaksi secara intensif dengan sumber-sumber

belajar. Meyer (1882) dalam Smith dan Ragan (1993, p.2) mengemukakan pengertian

belajar sebagai “....perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan dan perilaku

seseorang yang diakibakan oleh pengalaman.”. Pengalaman yang sengaja didesain untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang akan menyebabkan

berlangsungnya proses belajar. Crow & crow dalam buku Educational Psycology (1958)

menyatakan "Learnig is acquisition of habits, knowledge, and attitude", belajar adalah

memeproleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Belajar dalam pandangan

mereka menunjuk adanya perubahan yang progresif dari tingkah laku. Pengertian ini

menyangkut pada proses yang mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang

mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Any change in any object or organism,

particularly a behavioral or psychological change. (proses adalah suatu perubahan yang

progresif menyangkut tingkah laku atau kejiwaan).

Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga

Page 5: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

5

menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum

belajar. Dengan perkataan lain belajar merupakan sebuah proses perubahan didalam

kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan

kualitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan pengetahuan, sikap, kebiasaan,

pemahaman keterampilan, daya pikir dan kemampuan-kemampuan yang lain.

2. Pengertian Pembelajaran

Gagne (1985) mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai “a set of events embedded

in purposeful activities that facilitate learning” (p.1). Pembelajaran merupakan

serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan

terjadinya proses belajar. Definisi lain tentang pembelajaran dikemukakan oleh Patricia L.

Smith dan Tilman J. Ragan (1993) yang mengemukakan bahwa pembelajaran adalah

pengembangan dan penyampaian informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk

memfasilitasi pencapaian tujuan yang spesifik (p.12). Walter Dick dan Lou Carey (2005,

p.205) mendefinisikan pembelajaran sebagai rangkaian peristiwa atau kegiatan yang

disampai secara terstruktur dan terencana dengan menggunakan sebuah atau beberapa

media. Proses pembelajaran mempunyai tujuan agar Peserta didik dapat mencapai

kompetensi seperti yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, proses pembelajaran

perlu dirancang secara sistematik dan sistemik. Proses merancang aktivita pembelajaran

disebut dengan istilah desain sistem pembelajaran.

Dalam mempelajari desain sistem pembelajaran, konsep-konsep tentang pembelajaran

sangat penting untuk diketahui. Pembelajaran seperti yang dikemukakan sebelumnya

adalah sebuah proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas

belajar dalam diri individu. Aktivitas pembelajaran akan memudahkan terjadinya proses

belajar apabila mampu mendukung peristiwa internal yang terkait dengan pemrosesan

informasi. Gagne (1985) mengemukakan konsep events of instruction yang terkait dengan

Page 6: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

6

pemrosesan informasi yang dapat mengarahkan kepada terjadinya proses belajar yang

efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka para guru perlu

memahami dan secara kreatif menggunakan berbagai bentuk ragam model, metode,

keterampilan, serta strategi pembelajaran.

B. Penilaian

Daryanto dalam bukunya tentang Evaluasi Pendidikan (2010), dan Ngalim Purwanto

dalam bukunya tentang Evaluasi Pengajaran (2002) menjelaskan hal-hal yang berkaitan

dengan pengertian penilaian, prinsip-prinsip penilaian, acuan penilaian, ranah, bentuk serta

alat penilaian sebagai berikut.

1. Pengertian

Penilaian adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk

pemberian nilai terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya

sehingga guru memperoleh gambaran/profil kemampuan peserta didik sesuai dengan

kompetensi yang harus dicapai peserta didik sebagaimana telah ditetapkan dalam Kurikulum.

Tujuan penilaian adalah memberikan gambaran tentang posisi peserta didik dalam alur

proses pembelajaran, menyangkut: apa yang telah dikuasainya dan apa yang masih harus

diupayakan untuk dikuasainya. Pegangan penilaian adalah indikator dan hasil penilaian

(kekuatan dan kelemahan peserta didik) digunakan guru untuk melakukan perbaikan terhadap

proses belajar mengajar secara keseluruhan.

2. Prinsip Umum Penilaian

a. Keabsyahan: relevan terhadap kompetensi yang diukurnya.

b. Handal: jumlah bukti penilaian perlu memadai.

c. Obyektif: penilaian dipengaruhi oleh pilihan tugas atau oleh penilai.

Page 7: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

7

d. Terintegrasi ke dalam proses belajar mengajar: penilaian tidak hanya dilakukan pada

akhir proses belajar mengajar, tetapi sepanjang proses belajar mengajar.

e. Bervariasi dalam gaya dan metodenya: penilaian akan menarik dan menumbuhkan

motivasi bila memakai metode yang bervariasi.

f. Adil bagi semua peserta didik: peserta didik harus diberitahu tentang kriterium

penilaian.

g. Penilaian dipergunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar: Peserta didik

harus mengetahui hasil penilaian, agar bisa memperbaiki proses belajar mengajarnya.

h. Peserta didik menilai diri dan teman: peserta didik diberi kesempatan untuk menilai

teman-temannya dan diri sendiri.

i. Cocok bagi apa yang dinilainya: kriteria dan alat penilaian harus cocok dengan yang

dinilai.

3. Acuan Penilaian

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar, yaitu

penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian Acuan Norma atau norm-referenced

assessment) dan penilaian yang mengacu kepada kriteria (Penilaian Acuan Kriteria atau

criterion referenced assessment).

Perbedaan kedua pendekatan tersebut terletak pada acuan yang dipakai. Pada

penilaian yang mengacu kepada norma, interpretasi hasil penilaian peserta didik dikaitkan

dengan hasil penilaian seluruh peserta didik yang dinilai dengan alat penilaian yang sama.

Jadi hasil seluruh peserta didik digunakan sebagai acuan. Sedangkan, penilaian yang

mengacu kepada kriteria atau patokan, interpretasi hasil penilaian bergantung pada apakah

atau sejauh mana seorang peserta didik mencapai atau menguasai kriteria atau patokan

yang telah ditentukan. Kriteria atau patokan itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil

belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi.

Page 8: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

8

Dalam Pendidikan Agama Katolik, pendekatan penilaian yang digunakan adalah

Penilaian Acuan Kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi

yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria

ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan

mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung,

dan karakteristik peserta didik

4. Ranah Yang Dinilai

Penilaian yang digunakan meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

a. Ranah Afektif/Sikap

Kompetensi afektif: kemampuan memberi respon, apresiasi, penilaian, dan

internalisasi. Sikap/minat peserta didik terhadap mata pelajaran: kemampuan memiliki

minat, motivasi, ketekunan belajar, dan sikap positif terhadap mata pelajaran.

b. Ranah Kognitif/Pengetahuan

Kompetensi dalam ranah kognitif meliputi kemampuan menghafal, memahami,

menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.

c. Ranah Psikomotorik/Keterampilan

Ranah ini meliputi tingkatan gerakan awal (kemampuan menggerakkan sebagian

anggota badan, e.g. tangan), semi rutin (kemampuan menggerakkan seluruh anggota

badan), gerakan rutin (kemampuan menggerakkan seluruh anggota badan secara

sempurna, bahkan sampai taraf otomatis).

5. Bentuk dan Alat Penilaian

a. Bentuk Penilaian

1) Kuis: Digunakan untuk menanyakan hal-hal yang prinsip dari pelajaran yang lalu

secara singkat, dan dilaksanakan sebelum pelajaran.

Page 9: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

9

2) Pertanyaan lisan: Digunakan untuk mengetahui penguasaan peserta didik tentang

konsep, prinsip dan teori.

3) Ulangan harian; Digunakan untuk mengetahui penguasaan pemahaman, sampai

evaluasi, atau untuk mengetahui penguasaan pemakaian alat atau proaedur

tertentu.

4) Tugas individu: Digunakan untuk mengetahui kemampuan aplikasi sampai

evaluasi, atau untuk mengetahui penguasaan hasil latihan dalam menggunakan

alat atau prosedur tertentu.

5) Tugas kelompok: Digunakan untuk mengetahui kemampuan kerja kelompok

dalam memecahkan suatu masalah.

6) Ulangan semesteran: Digunakan untuk menilai ketuntasan penguasaan komptensi

pada akhir program semester.

7) Ulangan kenaikan: Digunakan untuk menilai ketuntasan penguasan kompetensi

dalam satu tahun ajaran..

8) Laporan kerja praktek/praktikum: Digunakan untuk pelajaran yang

mengharuskan praktek, seperti kimia, biologi, bahasa.

9) Responsi atau ujian praktek: Digunakan untuk mengetahui penguasaan aspek

kognitif maupun psikomotorik untuk mata pelajaran yang memiliki praktikum.

b. Alat Penilaian

1) Penilaian Tertulis

Diadakan pada kurun waktu tertentu dan kondisi yang terbatas.

- Test Obyektif (contoh; pilihan benar/salah, pilihan ganda, isian singkat) dsb.

Alat penilaian yang menilai kemampuan berpikir rendah: sebatas mengingat.

- Test Subyektif (contoh, pengerjaan soal, latihan, esai, dsb).Alat penilaian yang

menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorgani-sasikan

Page 10: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

10

gagasan atau hal-hal yang sudah dipelajari dengan cara mengemukakan dan

mengekspresikan gagasan tersebut dengan kata-kata sendiri.

2) Penilaian lisan

Dilaksanakan secara lisan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan

kepada peserta didik.

3) Penilaian unjuk kerja (performance).

Penilaian yang dilaksanakan pada waktu peserta didik melakukan kegiatan, baik

secara informal

4) Penilaian produk.

Penilaian terhadap hasil kerja. Biasanya dilakukan terhadap mata pelajaran

kesenian dan kerajinan.

5) Penilaian Portofolio

Portofolio adalah kumpulan hasil kerja atau karya seorang peserta didik dalam

kurun waktu tertentu yang telah dipilih dan disusun secara sistematis untuk

mengetahui perkembangan kemajuan belajar peserta didik dalam mencapai

kompetensi yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian tentang penilaian di atas maka diasumsikan bahwa semua guru

sebagai tenaga pendidikan profesional memiliki kompetensi dalam mengelola penilaian

dalam rangka menguji kompetensi peserta didik setelah melalui proses pembelajaran. Karena

itu guru harus sungguh memahami bahwa kurikulum memerlukan pola penilaian pendidikan

yang variatif, sehingga peserta didik mendapat kesempatan untuk mengungkapkan

pemahamannya dengan bahasa sendiri, menyatakan gagasan dalam berbagai macam bentuk

(gambar, grafik, diagram. dsb.), mengembangkan keterampilan fungsional (sosial, proses,

praktis, dsb.), menggunakan lingkungan (alam, sosial, budaya) sebagai sumber dan media

belajar.

Page 11: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

11

III. KAJIAN TEMUAN

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik

Berdasarkan evaluasi Kurikulum Pendidikan Agama Katolik (KBK 2004/ KTSP 2006)

yang telah dilaksanakan bersama wakil-wakil Guru Agama Katolik seluruh Indonesia, yang

diselenggarakan oleh Komisi Kateketik KWI bekerjasama dengan Bimas Katolik Kemenag

RI, pada tahun 2010 dan 2011, di beberapa tempat secara regional (Indonesia Barat – Tengah

– Timur) diperoleh beberapa temuan sebagai bahan kajian, selain temuan yang diperoleh

penulis selama mensosialiskan Kurikulum 2013 di beberapa propinsi. Adapun temuan

lapangan tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Ada materi pembelajaran yang dirasakan tidak sesuai dengan tingkat/ kelas peserta

didik sehingga peserta didik sulit untuk memahami materi tersebut. Dalam kondisi

seperti ini, guru kurang mampu mengolah kembali materi tersebut sesuai kondisi

peserta didiknya. Guru terkesan hanya membacakan isi buku pelajaran dan bukan

mengajar dengan bahasanya sendiri.

b. Metode pembelajaran yang dipergunakan oleh guru, masih banyak yang monoton

(cenderung menggunakan metode ceramah), sehingga tidak tercapai tujuan dari

pembelajaran itu sendiri.

c. Sarana pembelajaran kurang mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran

Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Dalam kondisi seperti itu, guru kurang kreatif

untuk mencari solusinya, dan hanya bersikap pasrah, minimalis.

d. Masih banyaknya guru yang tidak kompeten dalam bidang Pendidikan Agama Katolik

(pedagogik) sehingga proses pembelajaran tidak dapat terlaksana seperti apa yang

diamanatkan oleh kurikulum.

e. Dibeberapa wilayah Indonesia, guru-guru masih mempergunakan kurikulum lama

(kurikulum 1994) karena keterbatasan informasi yang membuat mereka tidak dapat

mengakses perubahan dengan cepat.

1. Penilaian Pendidikan Agama Katolik

Sebagaimana temuan lapangan tentang kegiatan pembelajaran dalam kegiatan evaluasi

tersebut di atas, demikian pula dengan kegiatan penilaian Pendidikan Agama katolik.

Adapun temuan lapangan menyangkut desain penilaian Pendidikan Agama katolik oleh guru

pendidikan agama Katolik, antara lain sebagai berikut:

Page 12: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

12

a. Penilaian lebih bersifat kognitif. Artinya bahwa dalam penilaian, atau uji kompetensi

peserta didik, guru lebih banyak memberikan penilaian pada ranah pengetahuan, dan

kurang memperhatikan penilaian pada ranah sikap dan keterampilan.

b. Penggunaan bentuk dan lebih-lebih pada alat-alat penilaian berkisar pada tes tertulis

dan tes lisan. Sementara alat-alat penilain yang lain seperti; penilaian unjuk kerja

(performance), penilaian produk (unjuk karya) dan penilaian Portofolio, kurang

diperhatikan.

IV. PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

Setelah memahami makna belajar dan pembelajaran yang dikemukakan oleh para pakar

pendidikan, serta temuan atas fakta di lapangan menyangkut praktik belajar dan pembelajaran

pendidikan agama Katolik, maka di sini akan dkemukakan gagasan tentang pengembangan

pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, khususnya dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ini.

Ada beberapa aspek pokok pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

yang perlu dipahami para guru, Kepala Sekolah, dan para pengawas pendidikan agama

Katolik yaitu; prinsip pembelajaran, pola pembelajaran, metode pembelajaran, strategi

pembelajaran dan model pembelajaran.

1. Prinsip Pembelajaran

Ada beberapa prinsip pembelajaran yang yang dikembangkan dalam pendidikan

agama Katolik dan budi pekerti, antara lain: penguasaan pengetahuan yang

dikembangkan dengan menggunakan berbagai sumber belajar melalui prinsip pendekatan

ilmiah, terpadu serta berbasis kompetensi. Prinsip yang dikembangkan dalam

pembelajaran sikap dicapai melalui keteladanan guru dan pengembangan kultur sekolah,

sehingga pembelajaran sikap tidak bersifat verbalis. Sedangkan pengembangan

keterampilan, prinsip yang dikembangkan berorientasi pada kemampuan mencipta.

Page 13: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

13

Kerangka pembelajaran yang dikembangkan berpijak pada tiga unsur, pengalaman,

Kitab Suci / Tradisi serta refleksi pengalaman iman.

2. Pola Pembelajaran

Pada kurikukulum sebelumnya (KBK-2004) pola pembelajaran pendidikan agama

Katolik telah dirancang dalam pola belajar-aktiv. Pola ini memungkinkan peserta

didik untuk aktif. Kalau peserta didik menjadi partisipan, maka diandaikan dalam

proses pembelajaran ada interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan

guru. Interaksi yang terjadi adalah interaksi terarah, sehingga diandaikan ada suatu

proses yang berkesinambungan. Interaksi yang berkesinambungan bertujuan untuk

menginterpretasikan dan mengaplikasikan ajaran iman dalam hidup nyata, sehingga ia

menjadi semakin beriman. Pola yang dipakai pada Kurikulum Pendidikan Agama

Katolik 2004 disebut juga pola interaksi (komunikasi) aktif. Dengan pola ini para

peserta didik dibimbing untuk menginterpretasikan dan mengaplikasikan ajaran

imannya dalam hidup nyata. Dapat pula disebut pola eksploratif atau

inquiry/discovery method. Pola ini kemudian dijabarkan dalam berbagai metode yang

memungkinkan para peserta didik sungguh-sungguh berpartisipasi aktif dalam proses

pembelajaran (Komisi Kateketik KWI, 2006)

3. Metode Pembelajaran

Kurikulum 2013 menekankan metode saintifik guna mengembangkan kompetensi

yang diharapkan. Dalam konteks Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti penemuan

pengetahuan, pengembangan sikap iman dan pengayaan penghayatan iman diproses

melalui tindakan merefleksikan pengalaman hidup dalam terang Kitab Suci dan Tradisi.

Walaupun demikian guru tetap dapat memanfaatkan berbagai macam pendekatan yang

selama ini dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, yakni

Page 14: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

14

pendekatan berbasis pengalaman (pergumulan), pendekatan naratif-eksperiensial, dan

pendekatan pedagogi reflektif.

a. Metode Pergumulan

Komisi Kateketik KWI pada lokakarya di Malino tahun 1981 mengusulkan

metode pergumulan sebagai pola pembelajaran pendidikan Agama Katolik di sekolah.

Pendekatan ini berorientasi pada pengetahuan yang tidak lepas dari pengalaman,

yakni pengetahuan yang menyentuh pengalaman hidup peserta didik. Pengetahuan

diproses melalui refleksi pengalaman hidup, selanjutnya diinternalisasikan dalam diri

peserta didik sehingga menjadi karakter. Pengetahuan iman tidak akan

mengembangkan diri seseorang kalau ia tidak mengambil keputusan terhadap

pengetahuan tersebut. Proses pengambilan keputusan itulah yang menjadi tahapan

kritis sekaligus sentral dalam pembelajaran agama.

Tahapan proses metode pergumulan adalah sebagai berikut:

1) Menampilkan fakta dan pengalaman manusiawi yang membuka pemikiran atau

yang dapat menjadi umpan

2) Menggumuli fakta dan pengalaman manusiawi secara mendalam dan meluas

dalam terang Kitab Suci

3) Merumuskan nilai-nilai baru yang ditemukan dalam proses refleksi sehingga

terdorong untuk menerapkan dan mengintegrasikan dalam hidup

b. Metode Naratif-Eksperiensial

Tuhan Yesus dalam pengajaran-Nya seringkali menggunakan cerita. Cerita-cerita

itu menyentuh dan mengubah hidup banyak orang secara bebas. Metode bercerita

yang digunakan Yesus dalam pengajaranNya dikembangkan sebagai salah satu

pendekatan dalam Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang dikenal dengan

pendekatan naratif-eksperiensial.

Page 15: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

15

Dalam metode Naratif-eksperiensial biasanya dimulai dengan menampilkan cerita

(cerita-cerita yang mengandung nilai-nilai kehidupan dan kesaksian) yang dapat

menggugah sekaligus menilai pengalaman hidup peserta didik

Tahapan dalam proses pendekatan naratif eksperiensial adalah sebagai berikut:

1) Menampilkan cerita pengalaman/ cerita kehidupan/cerita rakyat

2) Mendalami cerita pengalaman/cerita kehidupan/cerita rakyat

3) Membaca Kitab Suci/Tradisi

4) Menggali dan merefleksikan pesan Kitab Suci / Tradisi

5) Menghubungkan cerita pengalaman/cerita /kehidupan/cerita rakyat dengan cerita

Kitab Suci/Tradisi sehingga bisa menemukan kehendak Allah yang perlu

diwujudkan

c. Metode Dialog – Partisipatif

Metode ini mendorong siswa-siswi untuk kreatif, kritis, mandiri, dan terampil

berkomunikasi. Metode dialog partisipatif dapat dijabarkan/dikonkretkan dalam

kegiatan-kegiatan seperti: diskusi kelompok dan pleno; sharing pengalaman dan

sharing pengalaman iman; wawancara; dramatisasi dan dinamika kelompok.

d. Metode Reflektif

Pendekatan reflektif ialah suatu pembelajaran yang mengutamakan aktivitas siswa

untuk menemukan dan memaknai pengalamannya sendiri. Pendekatan ini meliputi

tiga unsur utama, sebagai satu kesatuan dalam proses pembelajaran, yaitu:

pengalaman, refleksi dan aksi.

Pengalaman: Pengalaman yang melatarbelakangi baik secara faktual maupun

aktual dari peserta didik. Pengalaman yang akan direfleksi ini digali dari peserta didik

dengan menampilkan kisah kepada mereka yang bisa diambil dari koran, majalah atau

berita media massa, kisah nyata, pengalaman peserta didik dan guru atau dari cerita

Page 16: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

16

rakyat. Refleksi: Kegiatan untuk menemukan makna lebih, nilai, kesadaran, semangat

serta sikap baru. Aksi: Perwujudan atas gerakan/dorongan batin yang tumbuh sebagai

buah dari proses refleksi, tindak lanjut dari proses pembelajaran yang perlu diarahkan

dan dipantau, baik berupa aksi batiniah maupun lahiriah.

4. Strategi Pembelajaran

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti tidak lain ialah pembelajaran mengenai

hidup. Pengalaman hidup peserta didik menjadi sentral dalam proses pembelajaran. Oleh

karena itu strategi pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti perlu

dirancang sehingga memungkinkan optimalisasi potensi-potensi yang dimiliki peserta

didik yang meliputi perkembangan, minat dan harapan serta kebudayaan yang

melingkupi kehidupan peserta didik.

Metode yang relevan untuk mengoptimalisasikan potensi peserta didik dan

pendekatan saintifik sesuai dengan kurikulum 2013 antara lain: observasi, bertanya,

refleksi, diskusi, presentasi, dan unjuk kerja.

Rencana pembelajaran meliputi analisis kompetensi, analisis konteks, identifikasi

permasalahan (kesenjangan antara harapan dan kenyataan), penentuan strategi yang

meliputi pemilihan model, materi, metode, dan media pembelajaran untuk mencapai

kompetensi bertolak dari konteks. Berdasarkan keseluruhan gagasan tersebut disusunlah

proses pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan

penutup.

5. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 65 Tahun 2013 tentang Standar

Proses Pendidikan Dasar dan Menengah mengisyaratkan tentang perlunya proses

pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik/ ilmiah. Penerapan Pendekatan

Page 17: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

17

saintifik/ilmiah dalam proses pembelajaran ini disebut-sebut sebagai ciri khas dan

kekuatan dari Kurikulum 2013.

Banyak ahli meyakini bahwa melalui metode saintifik/ilmiah, selain dapat menjadikan

peserta didik lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga

dapat mendorong peserta didik untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-

fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, peserta

didik dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, dalam melihat

suatu fenomena. Mereka dilatih untuk mampu berpikir logis, runtut dan sistematis,

dengan menggunakan kapasistas berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking/HOT).

Combie White (1997) dalam bukunya yang berjudul “Curriculum Innovation; A

Celebration of Classroom Practice” telah mengingatkan kita tentang pentingnya

membelajarkan peserta didik tentang fakta-fakta. “Tidak ada yang lebih penting, selain

fakta“, demikian ungkapnya.

Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam model pembelajaran menuntut adanya

pembaharuan dalam penataan dan bentuk pembelajaran itu sendiri yang seharusnya

berbeda dengan pembelajaran konvensional. Beberapa model pembelajaran yang

dipandang sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan saintifik/ ilmiah, antara lain:

Contextual Teaching and Learning, Cooperative Learning, Communicative Approach,

Project-Based Learning, Problem-Based Learning, Direct Instruction

Model-model tersebut berusaha membelajarkan peserta didik untuk mengenal

masalah, merumuskan masalah, mencari solusi atau menguji jawaban sementara atas

suatu masalah/pertanyaan dengan melakukan penyelidikan (menemukan fakta-fakta

melalui penginderaan), pada akhirnya dapat menarik kesimpulan dan menyajikannya

secara lisan maupun tulisan.

Page 18: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

18

Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup

komponen: mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, mengomunikasikan

dan mencipta.

Penerapan metode saintifik dalam model pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Katolik dan Budi Pekerti perlu dipahami secara tepat. Sebab pendekatan

pemahaman bidang agama sangat berbeda dengan pendekatan saintifik pada bidang ilmu

lain. Tidak semua isi agama dapat diuraikan dan dipahami secara ilmiah, sehingga

seolah-olah agama itu menjadi serba logis dan riil. Bidang agama mempunyai dimensi

ilahi dan misteri yang tidak bisa dijelaskan dan didekati secara saintifik.

Selama ini kita mengenal beberapa pola model pembelajaran Pendidikan Agama

Katolik dan Budi Pekerti. Model pembelajaran yang umumnya digunakan adalah model

komunikasi iman dan internalisasi iman, analisa sosial, reflektif, dan lainnya. Bila

melihat unsur dan langkah-langkah yang ditampilkan dalam pendekatan saintifik

(mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, mengomunikasikan dan

mencipta), dan membandingkannya dengan model yang selama ini digunakan dalam

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, maka kita menemukan beberapa unsur

yang sejalan, walaupun tidak persis sama.

Proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, diawali dengan mengungkapkan

pengalaman riil yang dialami diri sendiri atau orang lain, baik yang didengar, dirasakan,

maupun dilihat (bdk. mengamati). Pengalaman yang diungkapkan itu kemudian

dipertanyakan sehingga dapat dilihat secara kritis keprihatinan utama yang terdapat

dalam pengalaman yang terjadi, serta kehendak Allah dibalik pengalaman tersebut (bdk.

menanya). Upaya mencari jawaban atas kehendak Allah di balik pengalaman keseharian

kita, dilakukan dengan mencari jawabannya dari berbagai sumber, terutama melalui

Kitab Suci dan Tradisi (bdk. mengeksplorasi). Pengetahuan dan Pemahaman dari Kitab

Page 19: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

19

Suci dan Tradisi menjadi bahan refleksi untuk menilai sejauhmana pengalaman

keseharian kita sudah sejalan dengan kehendak Allah yang diwartakan dalam Kitab Suci

dan Tradisi itu. Konfrontasi antara pengalaman dan pesan dari sumber seharusnya

memunculkan pemahaman dan kesadaran baru/ metanoia (bdk. mengasosiasi), yang akan

sangat baik bila dibagikan kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan (bdk.

mengomunikasikan). Pertobatan yang dihasilkan dalam proses pembelajaran, hendaknya

diwujud-nyatakan dalam karya dan tindakan yang mengungkapkan nilai-nilai pertobatan

tersebut (bdk. mencipta)

Berkaitan dengan keenam langkah pembelajaran seperti diuraikan di atas bisa jadi

tidak semuanya sampai pada langkah mencipta, karena sangat tergantung dari materi

pembelajarannya. Materi-materi tertentu proses pembelajarannya bisa dipadukan dengan

model problem-based learning, atau direct – learning atau model lainnya.

B. Penilaian dalam Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

Dalam berbagai pertemuan dengan para guru utuk sosialisasi Kurikulum 2013,

banyak muncul pertanyaan tentang apa dan bagaimana membuat penilaian pembelajaran

yang benar. Sebagaimana telah dijelaskan pada latarbelakang tulisan ini bahwa penilaian

pada ranah kognitif (pengetahuan) sudah merupakan hal yang biasa yang dilakukan oleh

guru selama ini. Namun bagaimana merancang penilaian pendidikan agama Katolik

pada ranah sikap (afektif) dan pada ranah psikomotorik (keterampilan).

Penilaian dalam pendidikan Agama Katolik yang diuraikan di sini mengacu pada

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, RI No. 66 tahun 2013 tentang Standar

Penilaian. Untuk mengaplikasikan bentuk penilaian sesuai tuntutan dan semangat

kurikulum 2013, akan disertakan contoh rancangan penilaian pada ranah pengetahuan,

ranah sikap dan keterampilan.

Page 20: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

20

Penilaian pembelajaran Pendidikan Agama Katolik adalah suatu proses pengumpulan

dan pengolahan informasi untuk mengukur dan menilai tentang masukan, proses, dan

pencapaian hasil belajar peserta didik dalam matapelajaran Pendidikan Agama Katolik.

Strategi Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah berdasarkan pada prinsip-prinsip penilaian pada umumnya yaitu; keabsyahan,

handal, obyektif, terintegrasi, bervariasi, adil/ tranparan/akuntabel, edukatif/

memperbaiki proses belajar, menilai diri dan teman, cocok bagi apa yang dinilai,

ekonomis (lihat penjelasan sebelumnya tentang kajian teoritis penilaian).

Penilaian proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik pada Kurikulum 2013 ini

diharapkan menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang

menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan

penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan

belajar peserta didik atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional

(instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.

Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program

perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu,

hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses

pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran

dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan alat: angket, observasi, catatan

anekdot, dan refleksi.

1. Bentuk Penilaian

a. Penilaian Kompetensi Sikap

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri,

penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen

yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik

Page 21: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

21

adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan

pada jurnal berupa catatan pendidik.

1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara

berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun

tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah

indikator perilaku yang diamati.

2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik

untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks

pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian

diri.

3) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta

peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi.

Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.

4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi

informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik

yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

Contoh format penilaian sikap:

Sikap Spiritual

a. Tehnik : Penilaian Diri

b. Bentuk Instrumen : lembar Penilaian Diri

c. Kisi-kisi :

No Sikap/ nilai Butir instrumen

1. Kagum akan Tuhan 1

2. Merasa dicintai Tuhan secara

istimewa

2

3. Bangga terhadap keadaan diri 3

4. Mensyukuri karunia Tuhan 4

5. Merawat tubuh sebagai karunia

Tuhan

5

6. Ikut serta memelihara ciptaan 6

Page 22: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

22

Tuhan

7. Membuang sampah pada

tempatnya

7

Instrumen

Petunjuk : Nilailah dirimu sendiri: seberapa sering dirimu menyadari hal-hal berikut dalam

kehidupanmu sehari-hari

4= selalu

3= sering (dalam 1 tahun minimal 12 kali)

2= kadang-kadang (dalam 1 tahun kurang dari 4 kali)

1=tidak pernah

Nomor Pernyataan Nilai

1 2 3 4

1. Saya kagum terhadap Allah yang telah menciptakan setiap orang secara

unik

2. Saya menyadari bahwa apapun yang melekat pada diri saya merupakan

bukti bahwa Tuhan mencintai diri saya secara istimewa

3. Saya merasa bangga terhadap keadaan diri saya seperti yang nampak saat

sekarang ini

4. Saya mensyukuri apapun yang ada / melekat pada diri saya

5. Saya merawat tubuh sebaik mungkin sebagai ungkapan syukur saya atas

kebaikan Tuhan terhadap diri saya

6. Sebagai Citra Allah, Saya dipanggil Tuhan untuk ikut serta memelihara

ciptaanNya

7. Saya membuang sampah pada tempatnya sebagai wujud tanggung jawab

saya memelihara ciptaan Allah

Nilai:

7-12 = Kurang

13-18 = Cukup

19-24 = Baik

24-28 = Sangat Baik

Sikap Sosial

a. Tehnik : Observasi

b. Bentuk Instrumen : lembar Observasi

c. Kisi-kisi :

No Sikap/ nilai Butir instrumen

1. Tidak bersikap diskriminatif 1

2. Hormat terhadap sesama 2 – 4

3. Bertanggung jawab terhadap

lingkungan hidup di sekitarnya

5 – 7

Instrumen :

4= selalu

3= sering (dalam 1 tahun minimal 12 kali)

2= kadang-kadang (dalam 1 tahun kurang dari 4 kali)

1=tidak pernah

Page 23: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

23

No. Sikap/nilai Butir Instrumen 1 2 3 4

Menghormati sesama

sebagai citra Allah yang

baik adanya

1. Bergaul dengan semua teman tanpa bertindak

diskriminatif

2. Bersikap hormat terhadap yang tua dan santun

kepada yang lebih muda

3. Saya menghormati setiap teman, karena pada

dasarnya mereka ciptaan Allah yang unik,

termasuk mereka yang memiliki kekurangan

Terlibat aktif dalam

memelihara ciptaan

sebagai perwujudan

pelaksanaan tugas

manusia citra Allah

4. Menegur secara sopan terhadap teman yang

membuang sampah sembarangan

5. Memelihara kebersihan kelas sekalipun tidak

ditugaskan dalam piket

6. Berinisiatif mengajak sesama untuk

memelihara lingkungan agar menjadi tempat

yang nyaman untuh hidup dan bertumbuh

7. Menawarkan gagasan untuk memelihara

lingkungan hidup

Nilai:

7-12 = Kurang

13-18 = Cukup

19-24 = Baik

24-28 = Sangat Baik

b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah,

menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.

2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.

3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan

secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

Contoh format penilaian Pengetahuan

a. Tehnik : Tertulis

b. Bentuk Instrumen : Uraian

c. Kisi-kisi :

No. Indikator Butir Instrumen

1. 3.1.1Menginventarisasi ciri-ciri yang

menjadikan seseorang disebut unik.

1

2. 2 3.1.2.Menjelaskan sikap-sikap yang

muncul dalam menghadapi keunikan

beserta dampaknya pada tindakan.

2

3. 3.1.3 Menjelaskan makna manusia

sebagai citra Allah berdasarkan Kej. 1: 26-

28.

3

4. 3.1.4 Menganalisa beberapa contoh kasus

atau peristiwa yang menggambarkan

kondisi memperihatinkan dari ciptaan

Tuhan saat ini.

4

Page 24: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

24

Instrumen :

No. Butir Instrumen Score

1 Sebutkan unsur-unsur apa saja yang menjadikan manusia itu unik ! 10

2 Seorang remaja berkata: “Tuhan itu tidak adil, mengapa Ia tidak menciptakan saya

seperti A yang sekarang jadi bintang sinetron dan bintang iklan itu. Nyatanya

wajah saya jelek dan kurang menarik”. Bagaimana pendapatmu tentang sikap

temanmu itu bila dikaitkan dengan pemahamanmu tentang keunikan manusia ?

25

3. Jelaskan makna manusia sebagai Citra Allah serta tugas yang diberkan Allah

kepadanya ! 15

4. Disajikan kasus pembalakan liar

Uraikanlah tanggapanmu atas kasus tersebut dengan mengungkapkan:

- Apa dampak peristiwa tersebut bagi kehidupan umat manusia ?

- Sejauhmana perilaku tersebut jika dikaitkan dengan pemahamanmu tentang

Tugas Manusia sebagai Citra Allah menurut Kej 1:26-28

30

5. Rumuskan dengan kata-katamu sendiri pesan yang disampaikan dalam kitab Kej

1:26-30 10

6. Sebutkan ciri-ciri tindakan manusia yang tidak sesuai dan yang sesuai dengan

kedudukan manusia sebagai citra Allah dalam kolom berikut

Tindakan yang tidak sesuai Tindakan yang sesuai kehendak Allah

………….. …………..

………….. …………..

………….. …………..

10

Nilai = Score yang diperoleh x 100 %

Score total

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian

yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan

menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan

berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan

melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.

2) Proyek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan

perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam

waktu tertentu.

5. 3.1.5 Merumuskan dengan kata-kata

sendiri ajaran Kitab Suci Kej. 1:26-30

tentang tugas manusia sebagai citra Allah

5

6. 3.1.6 Membuat perbandingan tentang ciri-

ciri tindakan manusia yang sesuai dengan

kehendak Allah dengan yang bertentangan

dengan kehendak Allah

6

Page 25: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

25

3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai

kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat

reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau

kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat

berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap

lingkungannya.

Contoh format Penilaian Ketrampilan:

a. Tehnik : Membuat Karya Tertulis

b. Bentuk Instrumen` : Menyusun Doa Tertulis

c. Kisi-kisi :

No Sikap/ nilai Butir instrumen

1. Doa tertulis yang mengungkapkan rasa syukur sebagai

Citra Allah yang unik

1 – 4

Instrumen Penilaian:

No. Indicator penilaian Score Total

1. Struktur doa memuat: pujian, syukur dan permohonan 20

2. Doa sesuai dengan tema 10

3. Isi mengungkapkan rasa syukur atas dirinya yang unik 50

4. Bahasa, kata tepat, jelas dan bisa difahami 20

Score total 100

Nilai:

21-40 : Kurang

41-60 : Cukup

61-80 : Baik

81-100 : Sangat Baik

Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:

1) Substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;

2) Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen

yang digunakan;

3) Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan

tingkat perkembangan peserta didik.

Pendekatan penilaian yang digunakan adalah Penilaian Acuan Kriteria (PAK).

PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria

Page 26: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

26

ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal

yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik

Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik

4. Pelaporan hasil Penilaian

a. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Guru

Penilaian hasil belajar oleh pendidik yang dilakukan secara berkesinambungan

bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk

meningkatkan efektivitas pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh pendidik

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai acuan dalam membuat

rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. Setelah menetapkan kriteria

penilaian, pendidik memilih teknik penilaian sesuai dengan indikator dan

mengembangkan instrumen serta pedoman pen-skor-an sesuai dengan teknik

penilaian yang dipilih.

2) Pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran diawali dengan penelusuran

dan diakhiri dengan tes dan/atau nontes. Penelusuran dilakukan dengan

menggunakan teknik bertanya untuk mengeksplorasi pengalaman belajar sesuai

dengan kondisi dan tingkat kemampuan peserta didik.

3) Penilaian pada pembelajaran tematik-terpadu dilakukan dengan mengacu pada

indikator dari Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran yang diintegrasikan dalam

tema tersebut.

4) Hasil penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui kemajuan

dan kesulitan belajar, dikembalikan kepada peserta didik disertai umpan balik

(feedback) berupa komentar yang mendidik (penguatan) yang dilaporkan kepada

pihak terkait dan dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran.

Page 27: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

27

b. Laporan hasil penilaian oleh pendidik berbentuk

1) nilai dan/atau deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil penilaian kompetensi

pengetahuan dan keterampilan termasuk penilaian hasil pembelajaran tematik-

terpadu.

2) deskripsi sikap, untuk hasil penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial.

c. Laporan hasil penilaian oleh pendidik disampaikan kepada Kepala Sekolah /Wali

Kelas dan Orangtua pada periode yang ditentukan

d. Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dilakukan oleh semua pendidik selama

satu semester, hasilnya diakumulasi dan dinyatakan dalam bentuk deskripsi

kompetensi oleh wali kelas/guru

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Akar pemasalahan dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini adalah kurang

berkualitasnya guru-guru, sebagai eksekutor atau ujung tombak pengembangan

kurikulum di lapangan. Maka sejak saat ini, guru-guru, termasuk guru pendidikan

Agama Katolik harus berusaha menjadi guru yang profesional. Dalam kaitan dengan

tema penulisan ini, guru harus benar-benar memahami filosofi pembelajaran dan

penilaian agar kedepan menghasilkan SDM Indonesia yang handal, terampil dan

berkharakter.

B. Saran

1. Guru-guru Pendidikan Agama Katolik hendaknya meningkatkan

profesionalitasnya dengan belajar mandiri, belajar lanjut (on going formation),

tentang teori-teori dan praktik, serta metodelogi pembelajaran dan penilaian yang

Page 28: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

28

terus berkembang sesuai perubahan zaman, (tempora mutantur, et mutamur in ilis

= zaman berubah dan kitapun berubah didalamnya).

2) Guru-guru Pendidikan Agama Katolik perlu diberi kesempatan atau peluang oleh

pemerintah (Kemenag dan Kemendikbud) untuk mengikuti pendidikan dan

pelatihan, sebagaimana yang dialami oleh banyak guru matapelajaran lainnya.

3) Guru-guru Pendidikan Agama Katolik perlu berani mengubah paradigmanya,

yaitu dari guru yang tukang mengajar dan menilai menjadi guru yang arsitek

pembelajaran dan penilaian. Karena seorang tukang itu bekerja atau membangun

hanya berdasarkan petunjuk (gambar) dari seorang arsitek.

********

Daftar Pustaka

Dahlan (penyunting). 1990. Model-model Mengajar. Bandung: C.V. Diponegoro.

Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Adi Mahastya

Drost, J.I.G.M.,S.J. 1998. Sekolah: Mengajar atau Mendidik? Yogyakarta: Kanisius.

Dick, W. Carey, L. & Carey, J.O. 2006. The Systematic Design of Instruction. New York:

Pearson

Gagne, R.M, dkk.2005. Priciples of Instructional Design. New York: Wadsworth

Publisihing Co

Komisi Kateketik KWI . 2004. Modul Pelatihan Kurikulum Pendidikan Agama Katolik

Berbasis Kompetensi. Jakarta: Komkat KWI

Komisi Kateketik KWI (tim). 2010. Naskah Akademik Penguatan Kurikulum Pendididikan

Agama Katolik (tidak dipublikasikan). Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan

Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudyaan, Republik

Indonesia.

Ngalim Purwanto.2002. Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Oemar Hamalik. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Mandar Maju

Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses

Page 29: PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN … DAN PENILAI… · ... apa bila guru kurang mampu ... demikian yang terjadi di kelas-kelas ... Guru-guru pendidikan Agama Katolik masih kurang

29

Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian

Pribdi, Beny A. 2009. Model desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat

Puslitbang-Puskurbuk-Kemendikbud, Naskah Akademik Kurikulum 2013 (paper).

Richey.R.C. (ed). 2000. The Legacy of Robert M. Gagne. New York: Syracuse University.

Seaman Don & Fellenz Robert. 1989. Effective Strategies for Teaching Adults Columbus,

Ohio: Merrill

Smith.P.L. & Ragan. T.L. 2003. Instructional Design. Upper Saddle River, NJ. Merril

Prentice Hall, Inc

Suryabrata, S. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Winkel, W. S. 2004. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia

.........................................................................................

..................................................................

................................................