pembelajaran tematik-integratif untuk membentuk …
TRANSCRIPT
1
PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF UNTUK MEMBENTUK
GENERASI PENERUS BANGSA YANG BERKARAKTER DAN
BERAKHLAK MULIA *)
Oleh
Abd. Rahman A.Ghani & Agustina Tri Wijayanti
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
(UKD HEPI JABODETABEK)
Abstrak
Perbaikan dan penyempurnaan pembelajaran di sekolah dilakukan melalui perubahan
kurikulum sekolah oleh pemerintah. Kurikulum tersebut bersifat dinamis dan harus
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Pendekatan kurikulum yang
dilakukan untuk pendidikan dasar ini juga membutuhkan guru yang kompeten dan kreatif.
Dalam proses mengembangkan tema-tema pelajaran sesuai dengan standar kompetensi,
dibutuhkan suatu bentuk model pembelajaran yang berbasis tematik-integratif. Model
pembelajaran tematik-integratif dirancang dalam rangka membantu guru sekolah dasar untuk
mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih bermakna, sehingga peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara, sesuai Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam
UU No 20 tahun 2003.
Tujuan dari penelitian tahun pertama ini adalah mengevaluasi implementasi
pembelajaran tematik integratif sebagai langkah pelaksanan kurikulum 2013 untuk
membentuk generasi muda yang berakhlak mulia. Desain penelitian dirancang
menggunakan Research & Development (R&D). Metode pengembangan menggunakan
pendekatan pengembangan model 4D (four-D model). Model 4D mempunyai tahapan, yang
meliputi pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop)
dan tahap penyebaran (disseminate). Pada penelitian tahun pertama dilakukan tahap
pendefinisian (define) dan perancangan (design). Penelitian tahun kedua pada tahap
pengembangan dan penyebaran. Validitas dan keefektifan ditentukan dengan teknik expert
judgement, focus group discussion.
Hasil penelitian tahun pertama menyimpulkan bahwa hasil evaluasi melalui tahap define
melalui observasi dan wawancara, proses pembelajaran tematik integratif dalam pelaksanaan
kurikulum 2013 baik guru dan kepala sekolah mempunyai tanggapan yang positif. Dalam
implementasi pembelajarannya perlu kesiapan dalam merancang perencanaan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan saintific, dan melakukan penilaian
yang autentik. Tiga langkah tersebut yang masih perlu penjelasan agar proses pembelajaran
sesuai dengan sasaran.
Kata Kunci : pembelajaran tematik-integratif, berkarakter, berakhlak mulia
*) Disampaikan pada Kongres dan Konferensi Ilmiah HEPI di Bali, 18-20 September 2014.
2
I. PENDAHULUAN
Perwujudan pendidikan yang berkualitas menjadi tanggung jawab semua
pihak terutama menjadi tanggung jawab pelaksana pembelajaran di sekolah.
Pendidikan sebagai usaha yang dilakukan secara sadar dan sistematis oleh
pemerintah haruslah berbasis pada kenyataan masyarakat Indonesia dan
berorientasi pada upaya untuk mempersiapkan generasi muda yang berkarakter
dan berakhlak mulia sebagai penerus demi keberlangsungan bangsa.
Pembentukan bangsa seperti halnya Indonesia merupakan sebuah komunitas
yang terbentuk secara sosial dan diciptakan dalam persepsi mereka yang berada
di dalamnya.
Secara bersama pula telah muncul sebuah karakter bangsa, yaitu
kepribadian yang merupakan bentukan dari sebuah proses panjang internalisasi
berbagai kebijakan yang bersumber pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat
di tengah kemajemukannya, munculnya perasaan egalitarian atas kemandekan
budaya akibat tekanan kaum penjajah yang menyebabkan kemerosotan di
berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, salah satu kemajuan suatu negara
dapat dilihat dari seberapa banyak warganya memperoleh pendidikan karena
pendidikan dapat mengangkat harkat dan martabat sebuah bangsa.
Merosotnya karakter bangsa berdampak pada menipisnya semangat
kebersamaan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang multikultural. Terkikisnya
semangat saling menghargai antar-suku bangsa, etnis, ras, dan antar pemeluk
agama saat ini adalah salah satu indikator bahwa pembentukan manusia
Indonesia yang multikultur berkarakter belum berhasil. Oleh karena itu, perlu
adanya penanaman kembali nilai-nilai budaya lokal dan multikultural sebagai
pembentukan kultur sekolah yang kondusif bagi perkembangan karakter peserta
didik yang sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional.
3
Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional dengan “berbagai cara” sudah
dilakukan termasuk penyempurnaan kurikulum dari kurikulum 2006 menjadi
kurikulum 2013. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan
Musliar Kasim mengatakan bahwa di SD, semua mata pelajaran dilaksanakan
dengan tematik integratif berdasarkan tema-tema yang sudah disusun. Konsep
pembelajaran integratif merupakan konsep pembelajaran dengan memadukan
materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan ketrampilan tertentu. Dalam
pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam
satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan
membuat pembelajaran lebih bermakna. Jadi, yang akan dikembangkan
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada
siswa. Keterpaduan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu,
aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Penerapan pembelajaran tematik integratif dalam kurikulum 2013
membutuhkan kesiapan pelaksana pembelajaran, disini yang berperan adalah
guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Hambatan dalam
penerapan kurikulum tematik integratif yaitu: faktor guru yaitu pengetahuan dan
kualifikasi materi pelajaran/subject matter, pengetahuan isi pedagogi,
kepercayaan tentang dan pengalaman sekolah, sebagaimana praktik pembelajaran
selama ini; dan faktor kontekstual yaitu kebijakan administratif, panduan
kurikulum, proses penilaian dan pelaporan, dan tradisi sekolah. Kesuksesan
penerapan kurikulum tematik integratif ditentukan oleh kesiapan dalam
mengeliminir hambatan tersebut.
Berdasarkan kondisi tersebut, setidaknya dengan dikembangkannya model
pembelajaran tematik-integratif dapat membantu guru-guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013. Selain itu, guru juga mudah
dalam mengambangkan tema-tema menggunakan model dan metode
pembelajaran yang berbasis saintific.
4
Melihat kondisi di sekolah, guru masih kesulitan dalam menentukan model
dan strategi pembelajaran yang tematik dan integratif, selain itu guru kesulitan
dalam mengembangkan tema-tema yang ada menjadi sajian pembelajaran yang
terpadu dan terintegrasi dengan mata pelajaran yang lain. Dalam mencapai hal
tersebut dipengaruhi variable intenal maupun eksternal. Untuk menghindari
kesalahan penafsiran dan memfokuskan kajian, maka penelitian ini dibatasi
hanya pada Model Pembelajaran Tematik-Integratif untuk Membentuk Generasi
Penerus Bangsa Yang Berkarakter dan Berakhlak Mulia di Sekolah Dasar.
II. KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Tematik-Integratif
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa. Keterpaduan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek
proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.
Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi
kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk
memunculkan dinamika dalam pendidikan. Konsep pembelajaran integratif
merupakan konsep pembelajaran dengan memadukan materi pelajaran dengan
kehidupan nyata dan/atau ketrampilan tertentu. Beberapa konsep dikemukan oleh
para ahli antara lain Fogarty (1991), Drake & Burns (2004).
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa
akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
5
Menurut Fogarty (1991) terdapat sepuluh model kurikulum terpadu
(integrated curriculum) dimulai dari eksplorasi dengan mata pelajaran tunggal
(within single disciplines) yaitu model fragmented, connected, dan nested;
terpadu beberapa mata pelajaran (across several disciplines) yaitu model
sequenced, shared, webbed, threated, dan integrated); dioperasikan diantara
pebelajar sendiri yaitu model immersed; dan jejaring diantara pebelajar yaitu
model networked.
Menurut Atan (2009) pembelajaran tematik integratif dapat
diimplementasikan melalui: (1) Integrasi keterampilan dalam subjek; (2)
Integrasi keterampilan di sejumlah mata pelajaran; (3) Asimilasi berbagai konten
dalam mata pelajaran; (4) Integrasi nilai dalam mata pelajaran; (5) Elemen
diajarkan di kurikulum; (6) Integrasi kurikulum dan co-kurikuler; (7) Integrasi
pengetahuan dan praktik; (8) Integrasi pengalaman masa lalu dan pengalaman
baru yang diperoleh siswa.
a. Ciri-ciri pembelajaran Tematik sebagai berikut :
1. Berpusat pada anak didik;
2. Memberikan pengalaman langsung kepada anak didik;
3. Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu nyata dan jelas;
4. Menyajikan suatu konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran
5. Bersifat fleksibel;
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan peserta didik.
b. Kelebihan Pembelajaran Tematik
1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik;
2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik;
3. Hasil belajar dapat bertahan lama, karena lebih berkesan dan bermakna;
6
4. Mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai dengan
persoalan yang dihadapi;
5. Menumbuhkan keterampilan social melalui kerja sama;
6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan
orang lain;
7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang
dihadapi dalam lingkungan anak didik.
Jadi, arti penting pembelajaran tematik-integratif lebih menekankan
keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif sehingga siswa
memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan
sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya, selain itu lebih menekankan
penerapan konsep belajar sambil melakukan (learning by doing).
B. Hakikat Karakter dan Berakhlak Mulia
Ryan (1999: 5) berpendapat bahwa “good character is about knowing the
good, loving the good and doing the good”. Artinya bahwa karakter yang baik
adalah tentang suatu pengetahuan yang baik, kasih sayang, cinta kasih yang baik
dan melakukan atau bertindak yang baik. Pendapat tersebut diperkuat oleh
Lickona (1992: 51) yang menjalaskan tentang pengertian dan menawarkan satu
cara memaknai karakter dalam pembelajaran, sebagai berikut:
Character consist of operative values, values in action. Character conceived
has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling and moral
behavior. Good character consists of knowing the good, desiring the good
and doing the good-habits of the mind, habits of the heart and habits of
action.
Pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa karakter terdiri dari nilai-nilai
tindakan. Karakter yang dipahami mempunyai tiga komponen saling
berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral dan perilaku moral.
Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan yang baik, menginginkan yang baik
dan melakukan kebiasaan yang baik pula dari pikiran, kebiasaan dan tindakan.
7
Lickona (1992: 53) mendefinisikan tiga komponen dalam membentuk
karakter yang baik, yaitu:
Gambar 1. Components of good character (Lickona, 1992: 53)
Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa masing-masing komponen mempunyai
aspek yang saling berhubungan satu sama lain. Aspek dari tiga komponen
karakter adalah: Moral knowing yaitu 1) kesadaran moral (moral awarenees), 2)
mengetahui nilai moral (knowing moral values), 3) perspective taking, 4)
penalaran moral (moral reasoning) 5) membuat keputusan (decision making) 6)
pengetahuan diri (self-knowledge). Unsur moral knowing mengisi ranah kognitif
siswa. Sedangkan moral feeling, enam hal yang merupakan aspek dari emosi
yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter
yaitu: 1) nurani (conscience), 2) penghargaan diri (self-esteem), 3) empati
(empathy), 4) cinta kebaikan, kasih sayang (loving the good), 5) kontrol diri (self-
control) dan 6) kerendahan hati (humility). Moral actions merupakan perbuatan
atau tindakan moral dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa
yang mendorong seseorang untuk berbuat (act morally) maka harus dilihat tiga
aspek lain dari karakter yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan
kebiasaan (habit).
Dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan karakter melalui tahap
pengetahuan (knowing), kemudian berbuat (acting), menuju kebiasaan (habit)
MORAL KNOWING 1. Moral awareness
2. Knowing moral values
3. Perspective-taking 4. Moral reasoning
5. Decision-making
6. Self-knowledge
MORAL ACTION 1. Competence
2. Will
3. Habit
MORAL FEELING
1. Conscience 2. Self-esteem
3. Empathy
4. Loving the good 5. Self-control
6. Humility
8
dimaksudkan bahwa karakter tidak sebatas pada pengetahuan saja, akan tetapi
perlu ada perlakuan dan kebiasaan untuk berbuat sehingga membentuk karakter
yang baik. Karena pendidikan karakter merupakan proses untuk membentuk,
menumbuhkan dan mengembangkan kepribadian anak menjadi pribadi yang
bijaksana dan bertanggung jawab melalui pembiasaan-pembiasaan pikiran, hati
dan tindakan secara berkesinambungan yang hasilnya dapat terlihat dalam
tindakan nyata sehari-hari baik di sekolah maupun di masyarakat. Pendidikan
karakter yang terintegrasi meliputi dimensi penting yang dapat digambarkan
dalam beberapa tindakan, maksudnya pendekatan pendidikan karakter yang
terintegrasi dalam pembelajaran bahwa guru dan siswa bekerja sama dalam
proses pembelajaran yang berorintasi pada tindakan yang lebih bermakna.
Melalui pendekatan itu diharapkan peserta didik memiliki kompetensi
sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif,
inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam
menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zaman, memasuki masa depan
yang lebih baik. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan pembelajaran antara
lain project based learning, problem based learning dan discovery learning,
sehingga guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi kepada
peserta didik. Pembelajaran harus mengarah pada 3 aspek, sebagai berikut :
Gambar 2. Piramida 3 ranah dalam pembelajaran tematik integrative
Sikap
(Tahu Mengapa)
Keterampilan (Tahu Bagaimana)
Pengetahuan (Tahu Apa)
Produktif Inovatif Kreatif Afektif
9
Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif dan
afektif melalui penguatan 3 ranah yaitu sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang
terintegrasi.
III. METODE PENELITIAN
Tahap penelitian tahun I meliputi tahap pendefinisian (define) dan
perancangan (design). Dipilihnya SD PB Soedirman sebagai tempat penelitian
karena peneliti ingin memfokuskan pada kasus atau permasalahan pada satu
sekolah dalam proses implementasi pembelajaran tematik integrative, sehingga
dengan dipilihnya lokasi penelitian tersebut akan lebih optimal dalam
pengembangan produk model pembelajaran tematik integrative. Pada tahun II
kami lanjutkan ke tahap pengembangan (develop) dan tahap penyebaran
(disseminate). Pada tahun I data yang diambil meliputi data observasi
implementasi pembelajaran tematik integrative serta wawancara terkait dengan
pemahaman guru tentang penerapan pembelajaran tematik integrative.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
pengembangan (development research) evaluatif, dengan menggunakan
pendekatan pengembangan model 4D (four-D model). Model 4D mempunyai
beberapa tahapan, tahapan model pengembangan meliputi tahap pendefinisian
(define), tahap perancangan (design) pada tahun I, dan tahap pengembangan
(develop) dan tahap penyebaran (disseminate) pada tahun II.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian menggunakan metode
deskriptif dan evaluatif. Metode penelitian deskriptif, digunakan dalam penelitian
awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada berdasarkan hasil
observasi dan wawancara. Metode evaluatif, digunakan untuk mengevaluasi
proses pembelajaran tematik integratif yang sudah diterapkan dan dilakukan
dalam rangka pengembangan produk baik evaluasi hasil maupun evaluasi proses.
IV. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil survey awal, maka terdapat beberapa hal yang menjadi
kebutuhan guru agar mampu melaksanakan pembelajaran tematik integrative
10
dengan baik dan lebih bermakna. 1) guru perlu memahami dan menguasai isi
dokumen kurikulum 2013, 2) penguasaan terhadap rincian perubahan dalam
Kurikulum 2013 yang mencakup pembelajaran tematik, pendekatan scientific,
dan keterampilan proses, 3) penguasaan terhadap evaluasi dan penilaian
yang akan dipergunakan untuk melihat keterpaduan standar isi dan
keterampilan proses dengan isi pelajaran, 4) penguasaan terhadap unsur-unsur
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, 5) perancangan proses pembelajaran
menggunakan pendekatan problem based learning, project based learning dan
discovery learning.
Pelaksanaan pembelajaran tematik integratif yang baru diterapkan
mempunyai dampak terhadap guru, ketidaksiapan guru menjadi hal penting
dalam implementasinya. Beberapa kendala di lapangan menjadi sebabnya,
misalnya perangkat pembelajaran seperti perencanaan pembelajaran, bahan ajar
dan penilaian yang masih belum final sehingga membingungkan guru. Metode
pembelajaran juga menjadi sebuah kendala yang harus diatasi, karena metode
yang diterapkan guru belum variatif. Selain itu, media pembelajaran juga masih
sangat minim untuk bisa dimanfaatkan.
Penerapan pembelajaran tematik integrative dimulai dari kegiatan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian
pembelajaran.
1) Kegiatan perencanaan pembelajaran terdiri dari: perumusan indikator,
perumusan tujuan pembelajaran, pengembangan materi pelajaran,
pemanfaatan media belajar, penerapan metode belajar, menyusun rencana
kegiatan pembelajaran dan rencana penilaian.
2) Kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari: kegiatan awal yaitu
pemberian apersepsi dan motivasi, penyampaian kompetensi dan rencana
kegiatan. Kegiatan inti yang terdiri dari penguasaan materi, penerapan strategi
pembelajaran, penerapan pendekatan scientific, pemanfaatan media belajar,
pelibatan peserta didik dalam pembelajaran dan melaksanakan penilaian
11
autentik, serta penggunaan bahasa yang baik dan tepat dalam pembelajaran
dan kegiatan terakhir adalah kegiatan penutup pembelajaran.
3) Kegiatan penilaian terdiri dari: a) penilaian proses sikap sosial, di mana
dalam proses ini yang dinilai adalah sikap peserta didik seperti disiplin,
tanggung jawab, jujur, percaya diri dan sikap sosial yang lain, penilaian
sikap sosial bisa melalui rubrik pengamatan yang sudah ada dalam perangkat
pembelajaran. b) penilaian proses pengetahuan, dalam penilaian ini yang
dilihat adalah kemampuan kognitif peserta didik memahami materi pelajaran.
c) penilaian proses ketrampilan, melihat kemampuan ketrampilan peserta
didik dalam pembelajaran misalnya dalam menyelesaikan tugas/proyek,
unjuk kerja, performance, membuat kartu nama, kipas, dll.
Berikut hasil pelaksanaan pembelajaran tematik integrative di sekolah dasar:
Tahap Perencanaan Deskripsi
a. Perumusan indikator dan
perumusan tujuan
pembelajaran
Guru dalam menyusun tujuan
pembelajaran sudah sesuai dengan standar
perencanaan dalam kurikulum 2013.
Indikator pembelajaran sudah sesuai
dengan SKL-KI dan KD. Dalam
pengembangannya juga sudah
mempertimbangkan tingkat berpikir
kognitif yang mencakup level berpikir
tinggi (analisis, evaluasi, mengkreasi dan
mencipta. Sehingga pembelajaran yang
dilaksanakan adalah learning how to learn.
Dalam tujuan pembelajaran sudah
mencakup pengembangan sikap,
ketrampilan dan pengetahuan serta memuat
unsur kreasi, menciptakan karya.
b. Materi Pelajaran Materi pelajaran, yang disampaikan sudah
relevan dengan tujuan pembelajaran dan
potensi peserta didik. Materi pelajaran juga
dirancang lebih kontekstual dan bermakna.
Penyajian materi tematik juga sudah
disesuaikan dengan perkembangan fisik,
intelektual, emosional, sosial serta spiritual
peserta didik. Tetapi guru belum mampu
12
memberikan contoh secara konkrit karena
tema yang disampaikan sangat luas.
c. Media Belajar dan metode
pembelajaran
Media dan metode pembelajaran,
dirancang guru dalam rangka memudahkan
peserta didik memahami materi, guru
mampu memanfaatkan TIK dalam
pembelajaran, selain itu guru
memanfaatkan media gambar sebagai
media belajar.
Berbeda dengan pemilihan media belajar,
dalam memilih metode pembelajaran guru
masih kesulitan, misalnya pendekatan
problem based learning untuk siswa kelas
1 belum bisa diterapkan.
d. Rencana Kegiatan
Pembelajaran
Guru dalam menyiapkan rencana
pembelajaran berusaha menampilkan
secara runtut mulai dari kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup dengan
menerapkan konsep 5 M yaitu mengamati,
menanya, mencoba, menalar, dan
mengkomunikasikan. Peserta didik diajak
untuk mengamati dan menanya, untuk
menalar mereka masih sangat sederhana.
Guru juga merancang kegiatan peserta
didik untuk membentuk jaringan/kelompok
agar mereka mampu mengkomunikasikan
dengan teman lainnya.
Tahap Pelaksanaan Deskripsi
a. Apersepsi dan Motivasi Sudah terlaksana dengan baik, guru
mengajak peserta didik untuk
membangkitkan semangat belajarnya
melalui lagu/nyanyian sesuai dengan tema
dan juga cerita-cerita. Sehingga secara
tidak langsung guru sudah mengaitkan
materi pembelajaran dengan pengalaman
peserta didik. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran sebelum menyampaikan
materi.
Tetapi guru masih kurang memberikan
beberapa pertanyaan yang menantang bagi
peserta didik sehingga mereka tidak bisa
mengeksplore potensi yang ada dalam
13
dirinya.
b. Penyampaian Kompetensi
dan Rencana Kegiatan
Sebagian guru belum menyampaikan
kemampuan/kompetensi yang harus
dicapai oleh peserta didik. Tetapi dalam
menyampaikan rencana kegiatan
pembelajaran seperti individual, kerja
kelompok dan melakukan observasi sudah
dilakukan guru.
c. Kegiatan Inti
1) Penguasaan materi
Pelajaran
Dalam menyajikan pembahasan materi
pelajaran, guru sudah menyampikan
dengan konsep yang tepat. Tetapi,
sebagian guru sudah bisa untuk
menyesuaikan materi dengan tujuan
pembelajaran. Kemampuan mengaitkan
materi pelajaran dengan pengetahuan lain
yang relevan belum terlaksana. Selain itu,
guru belum mampu memberikan contoh
konkret kepada peserta didik yang terkait
dengan materi pelajaran.
2) Penerapan Strategi
Pembelajaran
Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran,
guru dapat menguasai kelas, memfasilitasi
kegiatan yang memuat 5 M (mengamati,
menanya, mencoba, menalar,
mengkomunikasikan). Tetapi sebagian
guru masih belum melaksanakan
pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif dalam diri
peserta didik. Selain itu sebagian guru
belum mampu melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan alokasi waktu yang
direncanakan, hal ini disebabkan tema
yang secara umum sehingga perlu
pembahasan secara luas.
3) Penerapan Pendekatan
Scientific
Dalam penerapan pendekatan scientific
guru berhasil memberikan pertanyaan
“mengapa dan bagaimana” kepada peserta
didik. Guru memfasilitasi peserta didik
untuk mengamati, bertanya dan
berkomunikasi. Sebagian guru masih
belum bisa memfasilitasi peserta didik
untuk menganalisis dan memberikan
pertanyaan peserta didik untuk menalar.
14
4) Pemanfaatan Sumber
Belajar / Media
Pembelajaran
Dalam memanfaatkan sumber belajar yang
ada, guru sudah menunjukkan ketrampilan
dalam penggunaan sumber belajar tersebut,
misalnya dengan media powerpoint, guru
mampu mengoperasikan sendiri. Selain itu,
media gambar yang guru rancang dan
persiapkan sendiri untuk mengajar. Guru
dalam menyampaikan materi
menggunakan media dapat menghasilkan
pesan yang menarik. Tetapi yang kurang
terlaksana dalam proses ini adalah
melibatkan peserta didik untuk
memanfaatkan media belajar yang ada.
d. Pelibatan peserta didik dalam
Pembelajaran
Guru mampu menunjukkan hubungan
antar pribadi yang kondusif, guru juga
bersikap terbuka terhadap respons dari
peserta didik. Selama proses pembelajaran,
guru mampu menumbuhkan keceriaan atau
partisipasi aktif peserta didik dalam
belajar.
e. Penggunaan Bahasa yang
baik dan tepat dalam
Pembelajaran
Dalam proses ini, guru melaksanakan
proses pembelajaran dengan menggunakan
bahasa lisan secara jelas dan lancar, selain
itu juga guru memberikan contoh dalam
penggunaan bahasa tulis yang baik dan
benar sehingga peserta didik mampu untuk
belajar menulis dengan baik.
f. Penutup pembelajaran Di bagian penutup pembelajaran guru
sudah melaksanakan refleksi dan membuat
rangkuman tetapi belum melibatkan
peserta didik seluruhnya. Selain itu, guru
juga mengumpulkan tugas / hasil kerja
peserta didik. Sebagian guru melaksanakan
tindak lanjut dengan memberikan arahan
kegiatan berikutnya, materi lanjutan dan
tugas-tugas (PR dll).
Tahap Penilaian Deskripsi
a. Menilai ketercapaian indikator
hasil belajar
Guru masih belum mampu merancang
pedoman penskoran yang meliputi
rancangan instrument tes baik tes tulis, tes
sikap maupun tes dari tugas-tugas.
b. Melaksanakan penilaian Dalam pelaksanaannya guru kurang
15
Autentik mampu untuk menilai sikap, pengetahuan
dan ketrampilan peserta didik. Hal ini
disebabkan karena instrument penilaian
terlalu banyak dan rumit. Sehingga guru
belum mampu sepenuhnya melaksanakan
penilaian autentik. Sumber : data primer hasil observasi
Deskripsi di atas hasil dari hasil pengamatan selama proses
pembelajaran tematik di sekolah dasar. Dimulai dari tahapan perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian proses pembelajaran yang belum optimal
pelaksanaannya pada tahap pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Tahap
pelaksanaan, guru belum optimal dalam menentukan metode pembelajaran
melalui pendekatan saintifik integrative. Selain tahap pelaksanaan, tahap
penilaian juga masih belum optimal dalam pembelajaran tematik karena
terkesan rumit dan kurang efisien. Penilaian yang mengarah pada 3 asepk
yaitu penilaian proses sikap, proses pengetahuan dan proses ketrampilan
membutuhkan waktu yang tidak relative sedikit untuk melakukan penilaian
seperti yang diinginkan. Selain waktu menjadi kendala, penyusunan
instrument penilaian juga dianggap rumit dan banyak indikator yang harus
dinilai oleh guru sehingga guru kurang maksimal dalam proses menilai. Maka
dari itu perlu disusun kembali instrument penilaian yang memudahkan guru
dan tetap menilai ketiga aspek pembelajaran tersebut.
Desain Perangkat Pembelajaran Tematik Integratif di Sekolah Dasar
Pengembangan desain produk pembelajaran tematik integrative terdiri dari
sub bagian yang sama dengan proses pelaksanaan pembelajaran tematik
integrative yang telah dilaksanakan dalam penelitian. Sub bagian yang akan
dikembangkan terdiri dari :
Perencanaan Pelaksanaan Penilaian
1. Perumusan Indikator
2. Perumusan tujuan
pembelajaran
3. Pengembangan
1. Apersepsi dan
motivasi
2. Penyampaian
Kompetensi dan
1. Menilai ketercapaian
indikator hasil
belajar
2. Mengukur sikap,
16
Materi pelajaran
4. PemilihanMedia
Belajar
5. Pemilihan Metode
Pembelajaran
6. Rencana Kegiatan
Pembelajaran
rencana kegiatan
pembelajaran
3. Kegiatan inti
a) Penguasaan Materi
pelajaran
b) Penerapan strategi
pembelajaran
c) Penerapan
pendekatan saintifik
(5 M )
d) Pemanfaatan
sumber/media
belajar
4. Pelibatan peserta
didik
5. Penutup
pembelajaran
pengetahuan,
ketrampilan
3. Merancang penilaian
autentik :
a) Menilai sikap peserta
didik dalam
pembelajaran
b) Menilai pengetahuan
peserta didik dalam
proses pembelajaran
c) Menilai ketrampilan
peserta didik dalam
proses pembelajaran.
4. Merancang
rancangan
instrument tes dan
penilaian tugas
5. Menatapkan
pedoman penskoran
Desain rancangan pengembangan model pembelajaran tematik integrative
mengacu pada tema-tema yang sudah ditentukan. Rancangan akan kembangkan
lebih detail di tahap pelaksanaan dan penilaian pembelajaran, karena 2 tahap
tersebut yang perlu untuk dikuasai oleh guru dalam mengajarkan tematik
integrative sehingga generasi bangsa yang berkarakter dan berakhlak mulia dapat
terwujud melalui guru-guru yang kreatif dalam mengajarkan tematik integrative.
Hasil modifikasi pembelajaran tematik dari Kemendikbud Dijen Dikdas) sebagai
berikut:
TEMA 1
Perencanaan:
Menentukan tema-Sub tema-
SKL-KI-KD,
Perumusan indikator, tujuan
pembelajaran, pemilihan materi,
penentuan media dan metode,
pengembangan RPP
Pelaksanaan :
Kegiatan Awal (apersepsi
dan motivasi), kegiatan Inti
(5 M), Kegiatan Penutup.
Penilaian :
Menilai ketercapaian
indikator hasil belajar,
mengukur (sikap,
pengetahuan,
ketrampilan), Merancang
penilaian autentik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for learning, teaching, and
assesing. a revision of Bloom's taxonomy of education objectives. New York:
Addison Wesley Longman.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rieneka
Cipta.
Atan, H. 2009. Teo-Education.com. Retrieved January 22, 2013, from Teo-
Education.com: http://www.teo-education.com/teo/
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Borg, W.R. & Gall, M.D. Gall. 1989. Educational Research: An Introduction, Fifth
Edition. New York: Longman.
Clark, E. 2005. Designing and implementing an integrated curriculum. Retrieved
Januari 23, 2013, from Great Ideas: http://great-ideas.org
Drake, S. M., & Burns, R. C. 2004. Meeting standards through integrated curriculum.
Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD).
Fogarty, R. 1991. Ten ways to integrated curriculum. Educational Leadership,
Oktober 1991, 61-65.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta. PT
Rajagrafindo
Lickona, T. 1992. Educating for character, how our schools can teach respect.
respect and responsibility. New York: Bantam Books.
Ryan, K., & Bohlin, K. E. (1999). Building character in schools: Practical ways to
bring moral instruction to life. San Fransisco, CA: Jossey-Bass.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta.
Sujadi, 2002. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya:
Prestasi Pustaka.