pembentukan keluarga sakinah tni muslim oleh …etheses.uin-malang.ac.id/10429/1/13210177.pdf ·...
TRANSCRIPT
i
PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH TNI MUSLIM OLEH
BINTALDAM V/BRAWIJAYA MELALUI PEMBINAAN MENTAL
ROHANI
(Studi Di Kodim 0833 Kota Malang)
SKRIPSI
Oleh :
MOHAMMAD FATIH SYIROJUL HAQ
NIM 13210177
JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2017
ii
PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH TNI MUSLIM OLEH
BINTALDAM V/BRAWIJAYA MELALUI PEMBINAAN MENTAL
ROHANI
(Studi Di Kodim 0833 Kota Malang)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Hukum (SH)
Oleh:
MOHAMMAD FATIH SYIROJUL HAQ
NIM 13210177
JURUSAN AL-AKHWAL AL-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2017
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan kesadaran dan rasa tanggungjawab terhadap pengembangan keilmuan,
penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH TNI MUSLIM OLEH
BINTALDAM V/BRAWIJAYA MELALUI PEMBINAAN MENTAL
ROHANI
(Studi Di Kodim 0833 Kota Malang)
Benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau
memindah data milik orang lain, kecuali yang disebutkan referensinya secara benar.
Jika dikemudian hari terbukti disusun orang lain, ada penjiplakan, duplikasi atau
memindah data orang lain, baik secara keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan
gelar sarjana yang saya peroleh karenanya, batal demi hukum.
Malang, 22 November 2017
Penulis,
MOHAMMAD FATIH SYIROJUL HAQ
NIM 13210177
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Setelah membaca dan mengoreksi skripsi saudara Mohammad Fatih Syirojul Haq
NIM: 13210177 Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syari’ah Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dengan judul:
PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH TNI MUSLIM OLEH
BINTALDAM V/BRAWIJAYA MELALUI PEMBINAAN MENTAL
ROHANI
(Studi Di Kodim 0833 Kota Malang)
Maka pembimbing menyatakan bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-
syarat ilmiah untuk diajukan dan diuji pada Majelis Dewan Penguji.
Malang, 13 November 2017
Mengetahui, Dosen Pembimbing,
Ketua Jurusan
Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah
Dr. Sudirman, MA. Dr. H. Badruddin, M.HI.
NIP. 1977082220005011003 NIP. 196411272000031001
v
PENGESAHAN SKRIPSI
Dewan penguji Skripsi saudara Mohammad Fatih Syirojul Haq, NIM 13210177,
mahasiswa Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syari’ah Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan judul :
PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH TNI MUSLIM OLEH
BINTALDAM V/BRAWIJAYA MELALUI PEMBINAAN MENTAL
ROHANI
========== (Studi Di Kodim 0833 Kota Malang)
Telah dinyatakan lulus dengan nilai :
Dewan Penguji :
1. Ahmad Wahidi, M.HI (__________________)
NIP. 19770605 200604 1 002 Ketua
2. Dr. H. Badruddin, M.HI (__________________)
NIP. 19641127 200003 1 001 Sekretaris
3. Dr. H. Isroqunnajah, M.Ag (__________________)
19670218 199703 1 001 Penguji Utama
Malang, ......................2017
Dekan,
Dr. Saifullah, S.H, M.Hum
NIP. 19651205 200003 1 001
vi
MOTTO
وجعلۦ ءايتهومن إل ها كنو ا ل تس وجا ز أ نفسكم
أ ن م لكم خلق ن
أ
لكأل فذ إن ة ةورح ود وونبي نكمم ل وو لتتفك ٢١ي ل
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir”.1
(QS. Ar-rum ayat 21)
1Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Depag RI Direktorat Jenderal
BIMAS, 2007),572.
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI2
A. Umum
Transliterasi adalah pemindahan alihan tulisan tulisan arab ke dalam
tulisan Indonesia (Latin), bukan terjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia. Termasuk dalam kategori ini ialah nama Arab dari bangsa
Arab,sedangkan nama Arab dari bangsa selain Arab ditulis sebagaimana ejaan
bahasa nasionalnya, atau sebagaimana yang tertulis dalam buku yang menjadi
rujukan. Penulisan judul buku dalam footnote maupun daftar pustaka, tetap
menggunakan ketentuan transliterasi.
Banyak pilihan dan ketentuan transliterasi yang dapat digunakan
dalam penulisan karya ilmiah, baik yang berstandard internasional, nasional
maupun ketentuan yang khusus digunakan penerbit tertentu. Transliterasi yang
digunakan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim Malang menggunakan EYD plus, yaitu transliterasi yang didasarkan
atas Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia, tanggal 22 Januari 1998, No. 158/1987
dan 0543. b/U/1987, sebagaimana tertera dalam buku Pedoman Transliterasi
Bahasa Arab (A Guide Arabic Transliteration), INIS Fellow 1992.
2Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Fakultas Syariah: Universitas islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang, 2015), 71-75.
viii
B. Konsonan
ا = Tidak
dilambangkan
ض = Dl
ب = B ط = Th
ت = T ظ = Dh
ث = Ts ع = ‘ (Koman menghadap keatas)
ج = J غ = Gh
ح = H ف = F
خ = Kh ق = Q
د = D ك = K
ذ = Dz ل = L
ر = R م = M
ز = Z ن = N
س = S و = W
ش = Sy ه = H
ص = Sh ي = Y
Hamzah ( ء) yang sering dilambangkan dengan alif, apabila terletak
diawal kata maka transliterasinya mengikuti vokalnya, tidak di lambangkan,
namun apabila terletak di tengah atau akhir kata, maka dilambangkan dengan
tanda koma diatas (‘), berbalik dengan koma (‘) untuk pengganti lambang “ع”.
C. Vocal, panjang dan diftong
Setiap penulisan bahasa Arab dalam bentuk tulisan latin vokal fathah
ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dhommah dengan “u”, sedangkan
bacaan masing-masing ditulis dengan cara berikut:
Vokal (a) panjang = Â Misalnya قال menjadi Qâla
Vokal (i) Panjang = Î Misalnya قیل menjadi Qîla
Vokal (u) Panjang = Û Misalnya دون menjadi Dûna
ix
Khusus bacaan ya’ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan “î”,
melainkantetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya’ nisbat
diakhirnya. Begitu juga untuk suara diftong, wawu dan ya’ setelah fathah
ditulis dengan“aw” dan “ay”, seperti halnya contoh dibawah ini:
Diftong (aw) = و Misalnya قول menjadi Qawlun
Diftong (ay) = ي Misalnya خیر menjadi Khayrun
D. Ta’ marbûthah (ة)
Ta’ marbûthah ditransliterasikan dengan “t” jika berada ditengah
kalimat, tetapi apabila Ta’ marbûthah tersebut beradadi akhir kalimat, maka
ditransliterasikan dengan menggunakan “h” misalnya الرسالةللمدرسة maka
menjadi ar-risâlat li al-mudarrisah, atau apabila berada di tengah-tengah
kalimat yang terdiri dari susunan mudlâf dan mudlâf ilayh, maka
ditransliterasikan dengan menggunakan “t” yang disambungkan dengan kalimat
berikutnya,misalnya فىرحمةاهلل menjadi fi rahmatillâh.
E. Kata Sandang dan Lafdh al-jalâlah
Kata sandang berupa “al” ( ال ) ditulis dengan huruf kecil, kecuali
terletak diawal kalimat, sedangkan “al” dalam lafadh jalâlah yang berada
ditengah-tengah kalimat yang disandarkan (idhafah) maka dihilangkan.
F. Nama dan Kata Arab Terindonesiakan
Pada prinsipnya setiap kata yang berasal dari bahasa Arab harus
ditulis dengan menggunakan sistem transliterasi. Apabila nama tersebut
merupakan nama arab dari orang Indonesia atau bahasa arab yang sudah
terindonesiakan, tidak perlu ditulis dengan menggunakan sistem transliterasi.
Perhatikan contoh berikut:
x
“…Abdurrahman Wahid, mantan Presiden RI keempat, dan Amin
Rais, mantan Ketua MPR pada masa yang sama, telah melakukan kesepakatan
untuk menghapuskan nepotisme, kolusi dan korupsi dari muka bumi Indonesia,
dengan salah satu caranya melalui pengintensifan salat di berbagai kantor
pemerintahan, namun …”
Perhatikan penulisan nama “Abdurrahman Wahid,” “Amin Rais” dan
kata “salat” ditulis dengan menggunakan tata cara penulisan bahasa Indonesia
yang disesuaikan dengan penulisan namanya. Kata-kata tersebut sekalipun
berasal dari bahasa Arab, namun ia berupa nama dari orang Indonesia dan
terindonesiakan, untuk itu tidak ditulis dengan cara “‘Abd al-Rahmân Wahîd,”
“Amîn Raîs,” dan bukan ditulis dengan “shalât.”
xi
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحیم
Alhamd li Allâhi Rabb al-’Âlamîn, lâ Hawl walâ Quwwat illâ bi Allâh al-
‘Âliyy al-‘Âdhîm, dengan hanya rahmat-Mu serta hidayah-Nya penulisan skripsi
yang berjudul “Pembentukan Keluarga Sakinah TNI Muslim oleh BINTALDAM
V/BRAWIJAYA melalui Pembinaan Mental Rohani (Studi di Kodim 0833 Kota
Malang)” dapat diselesaikan dengan curahan kasih sayang-Nya, kedamaian dan
ketenangan jiwa. Shalawat dan salam kita haturkan kepada Baginda kita yakni Nabi
Muhammad SAW yang telah mengajarkan kita tentang dari alam kegelapan menuju
alam terang menderang di dalam kehidupan ini. Semoga kita tergolong orang-orang
yang beriman dan mendapatkan syafaat dari beliau di hari akhir kelak. Amien...
Dengan segala daya dan upaya serta bantuan, bimbingan maupun
pengarahan dan hasil diskusi dari pelbagai pihak dalam proses penulisan skripsi ini,
maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tiada batas kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Haris, M.Ag., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.
2. Dr. Saifullah, S.H, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Dr. Sudirman, MA., selaku Ketua Jurusan Al Ahwal Al Syakhshiyyah Fakultas
Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
xii
4. Dr. H. Badruddin, M.HI., selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih
banyak penulis haturkan atas waktu yang telah beliau limpahkan untuk
bimbingan, arahan, serta motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Erik Sabti Rahmawati, MA., selaku dosen wali penulis selama menempuh
kuliah di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. Terima kasih haturkan kepada beliau yang telah memberikan
bimbingan, saran, serta motivasi selama menempuh perkuliahan.
6. Segenap Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang yang telah menyampaikan pengajaran, mendidik,
membimbing, serta mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Semoga Allah swt
memberikan pahala-Nya yang sepadan kepada beliau semua.
7. Staf serta Karyawan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang, penulis ucapkan terimakasih atas partisipasinya dalam
penyelesaian skripsi ini.
8. Mama tersayang, Ayah dan Bapak yang telah banyak memberikan perhatian,
nasihat, doa, dan dukungan baik moril maupun materil, hingga penulis mampu
menyelsesaikan skripsi ini serta Mas Fiki, Mas Fahri, Mbak rara, Fara dan Tria
Fatmatheana dan seluruh keluarga yang selalu memberi semangat dan
motivasi.
9. Keluarga besar Gus Pairi Budiono selaku pengasuh dan takmir musholla
Darussalam yang selalu Penulis harap-harapkan doa dan berkah ilmunya.
10. Segenap keluarga besar “Cangkruk Religi” yang senantiasa menemani dikala
gembira, sedih, kehilangan, dan persahabatan sejak awal perkuliahan.
xiii
Melewati masa demi masa dengan iringan religi serta menunjukkan jati diri
seorang sahabat seperti yang disebut oleh Ali bin Abi Thalib.
11. Keluarga Besar AS angkatan 2013 khususnya teman-teman PKLI Tuban yang
telah memberikan pengalaman dan ilmu baru sehingga penulis terbantu
menyelesaikan skripsi ini.
12. Segenap jajaran BINTALDAM V/Brawijaya dan Kodim 0833 Kota Malang
yang berkenan memberikan informasi untuk penulisan skripsi ini.
13. Teman-temanku, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga apa yang telah saya peroleh selama kuliah di Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ini, bisa bermanfaat bagi
semua pembaca, khususnya bagi saya pribadi. Disini penulis sebagai manusia biasa
yang tak pernah luput dari salah dan dosa, menyadari bahwasannya skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap kritik dan saran
dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Malang, 22 November 2017
Penulis,
MOHAMMAD FATIH SYIROJUL HAQ.
NIM 13210177
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ............................................................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iv
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................... v
MOTTO ................................................................................................................ vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv
ABSTRAK .......................................................................................................... xvi
ABSTRACT ....................................................................................................... xvii
البحث مستخلص ....................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
E. Definisi Operasional..................................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan .................................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 12
B. Kerangka Teori........................................................................................... 17
1. Keluarga Sakinah .................................................................................... 17
2. Pembinaan Mental .................................................................................. 30
3. Peraturran Penglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2014
Tentang Cara Perkawinan, Perceraian dan Rujuk Bagi Prajurit ............. 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 40
B. Pendekatan Penelitian ................................................................................ 41
xv
C. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 41
D. Sumber Data ............................................................................................... 42
E. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 45
F. Metode Pengolahan Data ........................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Latar Belakang Objek Penelitian ............................................................... 49
1. Sejarah Berdirinya BINTALDAM V/Brawijaya .................................... 49
2. Struktur Organisasi Pembinaan Mental Kodam V/Brawijaya ................ 63
3. Rincian Tugas dan Tanggung Jawab Sibinrohis ..................................... 66
4. Kondisi Objek BINTALDAM V/Brawijaya ........................................... 71
B. Makna Keluarga Sakinah Menurut BINTALDAM V/BRAWIJAYA dan
Keluarga TNI Muslim di linkungan KODIM 0833 Kota Malang ............ 73
C. Peran BINTALDAM V/Brawijaya dalam Membentuk Keluarga Sakina
pada TNI Muslim di Lingkungan KODIM 0833 Kota Malang ................ 81
D. Proses Pembinaan Mental Rohani pada Keluarga TNI Muslim dalam
Membentuk Keluarga Sakinah .................................................................. 87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 92
B. Saran ........................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xvi
ABSTRAK
Haq, Mohammad Fatih Syirojul. 2017. Pembentukan Keluarga Sakinah TNI
Muslim Oleh BINTALDAM V/Brawijaya Melalui Pembinaan Mental
Rohani (Studi di Kodim 0833 Kota Malang). Skripsi. Jurusan Al-Ahwal
Al-Syakhshiyyah. Fakultas Syari’ah. Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang. Pembimbing Dr. H. Badruddin, M.HI.
Kata Kunci : Pembentukan keluarga sakinah, Peran, BINTALDAM
Setiap orang mengharapkan keluarganya menjadi keluarga sakinah. Islam
memberikan tuntunan pada umatnya untuk merealisasikan harapannya. Termasuk
komunitas para abdi negara yaitu Korps TNI. Kehidupan anggota TNI bukan hanya
melaksanakan kewajiban sebagai seorang prajurit melainkan juga sebagai kepala
rumah tangga. Guna memaksimalkan tugas pokok tersebut BINTALDAM
V/Brawijaya berupaya menjaga keutuhan rumah tangga prajurit melalui pembinaan
mental rohani.
Bagaimana makna keluarga sakinah menurut BINTALDAM V/Brawijaya
dan keluarga TNI muslim di Kodim 0833 Kota Malang? Bagaimana peran
BINTALDAM V/Brawijaya dalam membentuk keluarga sakinah di Kodim 0833
Kota Malang? Bagaimana proses pembinaan mental rohani keluarga TNI muslim
dalam membentuk keluarga sakinah?
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan dengan pendekatan
kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa data primer melalui wawancara dan data
sekunder yang dilakukan dengan teknik dokumentasi dan data laporan yang
tersedia. Teknik pengumpulan data berupa metode observasi, metode wawancara,
dan dokumentasi. Serta metode pengelolaan data berupa editing, verifikasi,
klasifikasi, analisis, dan kesimpulan.
Hasil penelitian ini adalah pemahaman makna keluarga sakinah yang
dimaksud oleh BINTALDAM V/Brawijaya mampu dipahami oleh anggota
keluarga TNI muslim yang ada di Kodim 0833 Kota Malang. Makna yang
dimaksud adalah saling pengertian, melaksanakan hak dan kewajiban suami isteri
serta mengamalkan ajaran agama. BINTALDAM V/Brawijaya memiliki peran
penting baik peran edukasi maupun mediasi dalam menjaga keharmonisan rumah
tangga serta memaksimalkan tugas pokok TNI dalam menjaga NKRI. Proses
pembinaan mental rohani yang dilakukan BINTALDAM V/Brawijaya dalam
mengawal, membentuk, serta mewujudkan keluarga sakinah diawali dari pra-nikah
dengan tes wawasan keislaman yang mengarah pada terbentuknya keluarga
sakinah. Kedua ketika telah berkeluarga diadakan kegiatan rutin seperti pengajian
dan penyuluhan yang telah terjadwal. Ketiga apabila keluarga menghadapi
problematika, BINTALDAM turut aktif untuk memberikan arahan terstruktur dari
tingkat satuan sampai BINTALDAM.
xvii
ABSTRACT
Haq, Mohammad Fatih Syirojul. 2017. Forming Sakina’s Family of Muslim TNI
by BINTALDAM V/Brawijaya Through Founding Mental Spirituality
(The Study in Kodim 0833 Malang). Thesis. Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah
Department. Faculty Syaria. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang. Lecturer: Dr. H. Badruddin, M.HI.
Key words: Forming sakina’s family, role, BINTALDAM
People hope that their family will be a good relation (sakinah). Islam gives
guidance to the people in realizing what they hoped including the community of the
country as Korps TNI. The real of TNI is not only conducting the obligation as
solder but also the leader in their family. In keeping a good family as sakinah, when
BINTALDAM V/Brawijaya conducting their obligation by guiding on mental
spirituality.
The research problem of the researcher is what is the meaning of good
family (sakinah) according to BINTALDAM V/Brawijaya and Muslim TNI in
Kodim 0833 Malang? How is the role BINTALDAM V/Brawijaya on forming a
good family (sakinah) in Kodim 0833 Malang? How is the process on guiding
mental spirituality and forming a good family (sakinah) of Muslim TNI?
This is a field research by qualitative. The data submitted is a primer data
by interviewing and secondary data conducted by documenting and report data
existed. The technique in submitting the data is observing, interviewing, and
documenting. But, in managing the data, researcher conducts editing, verificating,
classifying, analyzing and concluding the data.
The result shows that, the understanding of good family by BINTALDAM
V/Brawijaya is they are understood by other muslim TNI in Kodim 0833 Malang.
The meaning of sakinah here is understanding and conducting the obligation to the
family by applying religion. BINTALDAM V/Brawijaya have important role in
educating and meditation in keeping a good relation NKRI. The process guiding on
mental spirituality conducted by BINTALDAM V/Brawijaya begun by pre
wedding and Islamic test that support them on forming a good family. Then, after
wedding, they exists activity continually as pengajian and guidance scheduled.
Last, when family has a problem, BINTALDAM should be active giving suggestion
structurally.
xviii
ص البحثلخستم
لحة املسلم لدى . تشكيل أسرة سكينة السلطنة القوات املس2017احلق، حممد فاتح سراج. BINTALDAM براوجيايا من خالل التدريب العقلى والروحي )دراسة يف كودمي /اخلامس
مدينة ماالنج(. البحث اجلامعي. قسم األحوال الشخصية كلية علوم الشريعة جامعة 0833 موالنا مالك إبراهيم اإلسالمية احلكومية ماالنج. املشرف: الدكتور بدر الدين املاجستري.
.BINTALDAMلمات األساسية: تشكيل أسرة سكينة، الدور، الك
ومن املعلوم يرجوكل من أن يريد أسرة سكينة. يعطى اإلسالم األمة اهلدى لتحقيق الرجاء. وكذلك منظومة عبد الوطنية وهي فيلق السلطنة القوات املسلحة. ليست حياة أعضاء السلطنة القوات
فحسب بل كرئيس األسرة. ألقصى الوظيفة األساسية حياول املسلحة أن يقوم بالوظيفة كاجلنود BINTALDAM براوجيايا أن حيفظ متام املنزيل من خالل التدريب العقلى والروحي. /اخلامس
براوجيايا وأسرة السلطنة القوات /اخلامس BINTALDAMكيف معىن األسرة السكينة عند براوجيايا يف /اخلامس BINTALDAMف دور مدينة ماالنج؟ وكي 0833املسلحة املسلم يف كودمي
مدينة ماالنج؟ كيف عملية الدريب العقلى والروحي أسرة 0833تشكيل األسرة السكينة يف كودمي السلطنة القوات املسلحة املسلمفي تشكيل األسرة السكينة.
نيستخدم الباحث املنهج امليداين والكيفي. أن مجع البيانات وهي البيانات األساسية مخالل املقابلة والبيانات الثناوية من خالل الوثائق والتقريري. إضافة ىل ذلك أن مجع البيانات املستخدمة فهي املالحظة واملقابلة والوثائق. أن طريقة إدارة البيانات املستخدمة فهي التحرير والتدقيق
والتصنيف والتحليل والتخليص. /اخلامس BINTALDAMألسرة السكينة وهي أن نتائج الدراسة تدل إىل مفهوم معىن ا
مدينة 0833براوجيايا يستطيع أن يفهم لدى أعضاء السلطنة القوات املسلحة املسلم يف كودمي ماالنج. أن املقصودة وهي التعارف وقيام حقوق واجبات التزوج وتطبيق الدينية. ميلك
BINTALDAM ظيم الوظيفة يف حفظ ألفة املنزيل وتع براوجيايا الدور املهم الرتبوي والوساطة /اخلامس /اخلامس BINTALDAMاألساسية يف حفظ البالد. أن عملية التدريب العقلى والروحى اليت يقومها
براوجيايا يف مرافقة وتشكيل وحتقيق األسرة السكينة مقدم من قبل النكاح باالختبار عن اإلسالم املوجه احه التزوج يقوم التوصية والتوعية املرتب الثالث عند يو إىل تشكيل األسرة السكينة. الثاين عند
xix
براوجيايا العطاء املوجه املرتتب من مستوى الوحدة /اخلامس BINTALDAMاملشكالت فيشرتك .BINTALDAMحىت
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang
lain. Allah SWT menciptakan manusia laki-laki dan perempuan untuk
berpasang-pasangan. Sudah merupakan sifat manusiawi pada diri setiap
manusia untuk memiliki rasa terhadap lawan jenis. Rasa ini kemudian
disalurkan melalui halalnya hubungan dalam menyalurkan hasrat seksualitas,
maka perlu dilaksanakan sebuah ikatan perkawinan yang sah. Perkawinan
yang sah ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami dan isteri dengan tujuan membangun keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa serta sesuai
2
dengan peraturan yang ada.3 Ikatan Perkawinan inilah yang menjadi pondasi
awal terbentuknya sebuah keluarga yang harmonis (sakinah).
Keluarga dalam pengertiannya adalah sebuah unit terkecil dalam
masyarakat yang berfungsi sebagai wadah dalam membentuk rasa aman,
sejahtera, dan bahagia dengan didasari rasa kasih sayang antar sesama
anggota keluarga.4 Sebagai unit terkecil, keluarga perlu adanya manajemen
organisasi tersendiri dan perlu suami sebagai pemimpin guna mengatur
jalannya kehidupan berumah tangga. Peran tersebut akan lebih maksimal bila
anggota keluarga juga memainkan peran sebagaimana fungsinya.
Membangun sebuah bahtera rumah tangga merupakan kegiatan untuk
menggabungkan pola pikir, cara pandang, serta karakter dari masing-masing
pasangan yang kemungkinan tidak sama. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah
penyesuaian atau persiapan agar menjadi pasangan yang ideal. Persiapan
yang dimaksud bukan hanya persiapan bersifat materi, namun juga persiapan
mental guna menghadapi bahtera hidup yang baru.5 Seluruh kegiatan
persiapan inilah yang menjadi modal utama bagi para pasangan dalam
membina keluarga yang sakinah.
Setiap orang mengharapkan keluarganya bisa menjadi keluarga
sakinah. Islam memberikan tuntunan pada umatnya untuk menuju keluarga
sakinah yaitu: dilandasi dengan mawadah dan rahmah, hubungan saling
3Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. 4Mufidah, Ch., Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang: UIN-Maliki Press,
2013), 33. 5Ghufron, Ali, Membahagiakan Suami Sejak Malam Pertama Langkah-langkah Menjadi Istri
Sholehah, (Jakarta:AMZAH, 2011), Viii.
3
membutuhkan, suami isteri dalam bergaul memperhatikan yang secara wajar
dianggap patut (ma’ruf), memiliki kecenderungan pada agama, suami isteri
yang setia, lingkungan sosial yang sehat.6
Hal inilah yang juga dirasakan oleh para Tentara Nasional Indonesia
(TNI) di wilayah Malang. Mereka dipersiapkan menjadi warga negara yang
selalu siap dan dipersenjatai untuk tugas-tugas pertahanan negara guna
menghadapi ancaman militer maupun ancaman bersenjata.7 Setiap anggota
tentara senantiasa dituntut untuk selalu siap mentalnya, karena anggota
tentara merupakan kekuatan inti dalam membela serta mengamankan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan tugas yang
seperti ini mereka juga mendapat tuntutan untuk menjaga serta membina
keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah. Oleh karena itu, anggota
tentara harus senantiasa mempunyai fisik dan mental yang kuat baik mental
ideologi, mental kejuangan, dan mental rohani. Hal ini yang membedakan
antara seorang prajurit dengan masyarakat biasa pada umumnya.
Kehidupan TNI bukan hanya melaksanakan kewajiban sebagai seorang
prajurit saja, tetapi juga memiliki kewajiban sebagai seorang kepala rumah
tangga. Kesibukan tugas negara seperti dinas luar kota dalam kurun waktu
yang cukup lama. Pada Hari raya besar Islam, seorang TNI setelah sholat Ied
tidak bisa berlama-lama menikmati kebersamaan dengan keluarga karena
6Achmad Mubarok, Psikologi Keluarga dari Keluarga Sakinah hingga Keluarga Bangsa, (Jakarta:
Bina reka Pariwara), 149 . 7Undang-undang Republik Indonesia No. 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia
4
harus kembali bertugas. Ketika perayaan hari besar agama lainpun seorang
prajurit harus siap siaga untuk menjaga keamanan dan ketertiban.
Contoh ini hanya sebagian kecil dari gambaran tugas seorang prajurit.
Gerak langkah untuk menikmati rasa nyaman bersama keluarga terbatasi oleh
tugas negara. Karena keluarga harus rela dinomor dua kan. Perasaan cemas,
rasa khawatir, rindu, nafsu dan kasih sayang, pasti ada di dalam hati seorang
suami, isteri dan anak. Kekhawatiran seperti ini kerap menimbulkan berbagai
macam konflik keluarga yang memicu pada tingkat perceraian. Hal ini
dibuktikan dengan berbagai pemberitaan yang menyebutkan tingginya angka
perceraian di Malang. Perceraian dipilih oleh masyarakat Malang sebagai
jalan akhir dari konflik keluarga yang mereka hadapi.
Walaupun dengan kendala yang begitu banyak keluarga tentara masih
mampu membina keluarga hingga kurun waktu yang lama. Keluarga para
tentara yang bila menghadapi kendala serta konflik didalam keluarga, mereka
cenderung lebih hati-hati dan berfikir lebih dewasa dalam menghadapinya.
Sebuah konflik yang dihadapi oleh keluarga tentara sifatnya masih dini maka
hal ini dapat di selesaikan dalam internal keluarga itu sendiri. Namun ketika
masalah mulai memuncak, maka BINTALDAM sebagai divisi pembinaan
mental selalu berperan aktif untuk memberikan upaya mediasi serta win
solution bagi anggota keluarga. BINTALDAM sebagai divisi yang
membidangi tugas khusus pembinaan mental melalui pembinaan rohani,
santiaji santikarma dan pembinaan tradisi kejuangan. Tugas pokok
BINTALDAM V/Brawijaya dalam rangka memelihara mental kejuangan
5
prajurit berdasarkan agama, pancasila, sapta marga dan sumpah prajurit.
Kemudian dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya BINTALDAM
dipimpin oleh KABINTALDAM yang dibantu oleh Kepala Seksi Bina
Rohani Islam (Kasibinrohis). Salah satu tugas Kasibinrohis yakni
memberikan bimbingan pernikahan dan rumah tangga sakinah, penyelesaian
cerai dan rujuk.
Tugas dan tanggung jawab ini diterapkan diseluruh lingkungan satuan
Kodam V/ Brawijaya termasuk KODIM 0833 Kota Malang yang berada
dibawah naungannya. Pembinaan yang dilakukan oleh BINTALDAM di
seluruh lingkungan satuan memiliki tiga macam bentuk yakni, pembinaan
mental rohani, pembinaan mental kejuangan, dan pembinaan mental ideologi.
Pembinaan mental merupakan pondasi utama. Disebutkan dalam buku
petunjuk pelaksanaan pola dasar pembinaan mental ABRI “ Pinaka Baladika”
bahwa;
Mental merupakan pendorong semangat dalam tugas yang paling
berperan dan mental atau kejiwaan adalah merupakan syarat mutlak dalam
pembangunan nasional khususnya perjuangan dalam mencapai cita-cita suatu
bangsa.8
Dalam penerapan semangat juang serta pembinaan mental ini keluarga
para prajurit di lingkungan KODIM 0833 Kota Malang telah membuktikan
keberhasilannya dalam membina keluarga sakinah. Hal ini ditunjukkan
8Departemen Han-kam RI, buku petunjuk pelaksanaan pola dasar pembinaan mental ABRI Pinaka
Baladika, (Jakarta: Pusat Pembinaan Mental ABRI,1981), 9.
6
dengan banyak nya keluarga prajurit yang mampu mempertahankan bahtera
rumah tangga mereka hingga menginjak usia puluhan tahun. Mereka, para
prajurit KODIM 0833 Kota Malang yang senantiasa telah melalui seluruh
kewajiban sebagai prajurit seperti: tugas dinas diperbatasan dengan
meninggalkan isteri yang sedang hamil, tugas luar kota hingga beberapa
bulan meninggalkan isteri serta anak, mengikuti pendidikan kenaikan pangkat
dengan kurun waktu berbulan-bulan. Seluruh kegiatan ini dilalui oleh para
prajurit KODIM 0833 Kota Malang ketika masih dalam masa penugasan.
Walaupun dengan setumpuk tugas dan masalah keluarga, namun para prajurit
ini masih mampu menjaga keharmonisan keluarga. Keharmonisan keluarga
yang tergambar diatas tidak serta merta langsung muncul begitu saja, namun
hal ini berkaitan dengan peran BINTALDAM yang selalu memberikan
bimbingan serta saran kepada seluruh jajaran prajurit di lingkungan TNI.
Berawal dari latar belakang inilah peneliti tertarik untuk meneliti
pembentukan keluarga sakinah melalui pembinaan mental rohani guna
menjaga keharmonisan seluruh anggota keluarga TNI terutama yang
beragama Islam agar meminimalisir konflik keluarga sehingga menekan
angka perceraian di lingkungan keluarga TNI.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang peneliti ajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
7
1. Bagaimana makna keluarga sakinah menurut BINTALDAM
V/BRAWIJAYA dan keluarga TNI muslim di lingkungan KODIM 0833
Kota Malang?
2. Apa peran BINTALDAM V/ BRAWIJAYA dalam membentuk keluarga
sakinah pada TNI muslim di lingkungan KODIM 0833 Kota Malang?
3. Bagaimana proses pembinaan mental rohani pada keluarga TNI muslim
dalam membentuk keluarga sakinah ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah tersebut maka peneliti memiliki tujuan
penulisan sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan makna keluarga sakinah menurut BINTALDAM
V/BRAWIJAYA dan keluarga TNI muslim di lingkungan KODIM 0833
Kota Malang.
2. Untuk mendeskripsikan peran BINTALDAM V/ BRAWIJAYA dalam
membentuk keluarga sakinah pada TNI muslim di lingkungan KODIM
0833 Kota Malang.
3. Untuk mendeskripsikan proses pembinaan mental rohani pada keluarga
TNI muslim dalam membentuk keluarga sakinah.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik
secara teoritis maupun praktis, antara lain :
1. Teoritis
8
a. Untuk memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang keluarga
yang berkaitan dengan pembentukan keluarga sakinah
b. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya, dan tambahan pustaka
bagi yang membutuhkan.
2. Praktis
a. Penelitian ini berguna sebagai tambahan wawasan ilmu pengetahuan
bagi peneliti pada khususnya, serta memberikan informasi kepada
masyarakat bahwa keluarga sakinah dapat terbentuk melalui mental
yang sehat.
b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat guna memperdalam keilmuan
mengenai pembinaan keluarga sakinah sebagai upaya pembentukan
keluarga yang harmonis bagi para tentara yang sudah menikah.
E. Definisi Operasional
1. BINTALDAM V/BRAWIJAYA
Pembinaan Mental Kodam V/Brawijaya yang sering disingkat
BINTALDAM V/Brawijaya adalah merupakan salah satu bagian dari
eselon pelaksaan program kerja Kodam V/Brawijaya yang membidangi
tugas khusus Pembinaan Mental melalui pembinaan rohani, santiaji
santikarma dan pembinaan tradisi kejuangan sesuai dengan pola dasar
pembinaan mental ABRI “Pinaka Baladika”.
2. KODIM
9
Komando Distrik Militer disingkat KODIM adalah komando
pembinaan dan operasional kewilayahan TNI Angkatan Darat di bawah
Korem9.
3. PERAN
Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan atau status. Maka
dalam penelitian ini Peran yang dimaksud adalah peran pembantu, peran
utama, atau peran penentu.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini tersusun dengan beberapa bab sebagai berikut:
Bab I, peneliti memaparkan tentang permasalahan yang melatar
belakangi alasan diambilnya tema penelitian tersebut. Kemudian dalam
penulisan berikutnya peneliti menuliskan beberapa rumusan masalah sebagai
inti pertanyaan dari pembahasan tema yang akan dimuat dalam bab IV
(empat) nantinya. Selanjutnya peneliti merumuskan hasil dari rumusan
masalah pada tujuan dilakukannya penelitian ini. Sub bab berikutnya peneliti
memuat manfaat penelitian lalu dilanjutkan dengan sistematika pembahasan.
Bab II peneliti memuat penelitian terdahulu yang di dalamnya
tercantum beberapa judul penelitian dengan tema yang memiliki kesamaan,
selanjutnya peneliti mencari garis persamaan dari pembahasan yang sedang
dilakukan dan juga perbedaan yang signifikan dari penelitian tersebut (subjek
maupun objek yang dikaji). Hal ini diperlukan guna menghindari plagiasi.
Adapun fokus penelitian ini pada pembentukan keluarga sakinah di
9Korem yang dimaksud adalah Komando Resort Militer
10
lingkungan militer melalui pembinaan mental rohani. Lalu pada tahap
selanjutnya peneliti mencatumkan beberapa kerangka teori sebagai bahan
pendukung nantinya untuk proses analisis.
Bab III, pada bab ini membahas tentang metode penelitian. Suatu
langkah yang harus diperhatikan oleh peneliti. Tujuannya agar dapat
dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian guna menghasilkan data
yang akurat serta pemaparan data yang rinci dan jelas. Peneliti memaparkan
metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, pendekatan penelitian,
lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, metode pengolahan
data, dan teknik analisis data. Metode penelitian ini digunakan untuk
menjelaskan langkah-langkah peneliti dalam mengolah data untuk
memecahkan rumusan masalah.
Bab IV, Hasil penelitian berupa gambaran umum mengenai sejarah
berdirinya BINTALDAM V/BRAWIJAYA yang meliputi, pembinaan
mental rohani maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan lembaga tersebut.
Peneliti membahas tentang paparan dan analisis data yang diperoleh. Analisis
data ini membahas lebih lanjut apa yang telah disampaikan pada BAB I dan
BAB II serta data-data yang diperoleh dilapangan diinterpretasikan sesuai
dengan permasalahan dan hasil kajian teoritis. Analisis tersebut akan
menunjukkan makna, peran, proses pembinaan mental rohani TNI muslim
dalam membentuk keluarga sakinah di lingkungan KODIM 0833 Kota
Malang.
11
Terakhir pada Bab V, berisikan kesimpulan dan saran. peneliti menutup
skripsi dengan menguraikan kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan
yang dikemukakan dalam rumusan masalah dan diakhiri dengan saran yang
diperoleh dari hasil analisis pada tahap sebelumnya. Terdapat tiga kesimpulan
yang menjawab rumusan masalah yakni tentang makna keluarga sakinah,
proses, serta peran BINTALDAM V/BRAWIJAYA.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berisi informasi tentang penelitian yang telah
dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya, baik dalam bentuk buku atau artikel
jurnal yang sudah diterbitkan maupun masih berupa desertasi, tesis, atau
skripsi yang belum diterbitkan; baik secara subtansial maupun metode-
metode. Memiliki keterkaitan dengan permasalahan penelitian guna
menghindari duplikasi dan selanjutnya harus dijelaskan atau ditunjukkan
keorisinilan penelitian ini serta perbedaannya dengan penelitian-penelitian
sebelumnya.10
10Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Malang: Fakultas Syari’ah, 2015), 27.
13
Peneliti mencantumkan tiga skripsi yang sudah ada sebagai penelitian
terdahulu dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan agar terhindar dari
plagiatsm. Selain menjelaskan persamaan dan perbedaan melalui deskripsi
peneliti juga meringkasnya melalui tabel.
Pertama, skripsi dari Afifatur Rohma dengan judul “Penguatan
Keluarga Sakinah pada Franchisor dan Franchise Little Camel, Printingku,
dan Koetoekoe Melalui Bisnis Franchise.”11 Penelitian ini menghasilkan
bisnis franchise baik bagi franchisor maupun franchisee sama – sama
mendapatkan keuntungan. Dan secara tidak langsung dari perkembangan
bisnis franchise baik bagi franchisor maupun franchisee akan mengalami
peningkatan dalam hal ekonomi keluarga. Sehingga dengan adanya
penguatan ekonomi melalui bisnis franchise, ini adalah salah satu faktor yang
bisa membentuk keluarga yang di idam-idamkan yaitu Keluarga yang
Sakinah.
Kedua, penelitian dari Mohammad Hendy Musthofa yang berjudul
“Efektifitas Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (Studi di KUA Kecamatan
Kandat Kabupaten Kediri).”12 Penelitian ini menghasilkan menyimpulkan
bahwa pentingnya diadakannya kursus calon pengantin bagi setiap pasangan
yang akan melaksanakan pernikahan. Tentunya dengan penyelenggaraan
yang efektif melalui komunikasi yang baik dari narasumber dengan peserta.
11Afifatur, Rohmah, 05210004, Penguatan Keluarga Sakinah pada Franchisor dan Franchise
Little Camel, Printingku, dan Koetoekoe Melalui Bisnis Franchise, Jurusan Al-Akhwal As-
Syakhsiyah, Tahun 2011, XV (termuat dalam abstrak). 12Mohammad, Hendy Musthofa, 09210005, Efektifitas Pelaksanaan Kursus Calon
Pengantin (Studi di KUA Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri). Skripsi. Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah. Fakultas Syariah.
14
Ketiga, penelitian dari saudara Ahmad Syihabuddin al-Wahidy dengan
judul skripsi “Pembinaan Kaluarga Sakinah di Kalangan Ikhwan Tarekat
Syadziliyah Desa Bulurejo Kecamatan Diwek kabupaten Jombang.”13 Hasil
dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa melalui upaya-upaya
perencanaan-perencanan sebelum menikah maupun pascah pernikahan dan
melalui dzikir ikhwan tarekat Syadziliyah bisa menjadikan keluarga-keluarga
tersebut lebih baik dari sebelumnya.Pemahaman terhadap pembinaan
keluarga dikalangan ikhwan tarekat Syadziliyah menjadi idaman bagi para
pengikut tarekat sehingga banyak diantara mereka yang masuk ke dalam
tarekat ini dengan tujuan untuk memperbaiki, mempelajari, membentuk serta
membina keluarganya. Mengenai upaya yang dilakukan Ikhwan Tarekat
Syadziliyah Desa Bulurejo kecamatan Diwek dalam membina keluarga
sakinah, terlihat dalam kehidupan mereka bahwa mayoritas ikhwan tarekat
Syadziliyah dalam melakukan pembinaan keluarga dengan cara melalui
pembinaan spiritual keagamaan melalui amalia-amalia dzikir yang diajarkan
dalam ajaran tarekat Syadziliyah serta merencanakan persiapan-persiapan
terlebih dahulu, baik sebelum melakukan pernikahan maupun ketika
berkeluarga misalnya Perencanaan mencari calon pasangan yang ideal,
sekufu, sehat, harta, perencanaan kesiapan mental, serta upaya-upya dalam
mewujudkan keharmonisasi suami-istri.
13Ahmad, Syihabuddin al-Wahidy, 09210039, Pembinaan Kaluarga Sakinah di Kalangan Ikhwan
Tarekat SyadziliyahDesa Bulurejo Kecamatan Diwek kabupaten Jombang, Jurusan Al-Ahwal Al-
Syakhsiyah,Fakultas Syariah.
15
Untuk mempermudah melihat persamaan dan perbedaan antara ketiga
judul diatas dan penelitian penulis maka dapat dilihat pada tabel diatas
sehingga jelas bahwa penelitian yang akan diteliti penulis berbeda.
No. Penelitian Persamaan Pebedaan
1. Afifatur Rohmah,
Penguatan
Keluarga
Sakinah pada
Franchisor dan
Franchise Little
Camel,
Printingku, dan
Koetoekoe
Melalui Bisnis
Franchise.
- Peneliti berfokus
pada pembinaan
keluarga sakinah.
- Sama-sama
menggunakan
metode penelitian
jenis empiris dan
pendekatan yang
dipakai adalah
kulitatif.
- Peneliti berfokus
kepada keluarga
TNI muslim dan
melihat bagaimana
proses pembinaan
mental rohani serta
peran
BINTALDAM
V/Brawijaya
- Berbeda pada
tempat penelitian
2. Mohammad Hendy
Musthofa Efektifitas
Pelaksanaan Kursus
Calon Pengantin
(Studi di KUA
Kecamatan Kandat
Kabupaten Kediri)
- Sama-sama
melihat proses,
dan menilai suatu
lembaga
- Menggunakan
metode penelitian
jenis empiris,
pendekatan yang
- Berbeda Objek
penelitiannya,
antara calon
pengantin dan
keluarga TNI
muslim
- Berbeda tempat
penelitian antara
16
digunakan juga
kualitatif.
KUA Kecamatan
Kandat Kabupaten
Kediri dan
KODIM 0833
Kota Malang
3. Ahmad Syihabuddin
al-Wahidy
Pembinaan
Kaluarga
Sakinah
diKalangan
Ikhwan Tarekat
Syadziliyah Desa
Bulurejo
Kecamatan
Diwek
kabupaten
Jombang
- Sama-sama
membina
keluarga agar
menjadi keluarga
yang sakinah
- Menggunakan
penelitian
kualitatif
- Berbeda Objek dan
tempat penelitian
17
B. Kerangka Teori
1. Keluarga Sakinah
a. Pengertian Keluarga Sakinah
Keluarga sakinah merupakan konsep ideal yang menjadi
idaman setiap keluarga. Istilah ini dibentuk oleh dua suku kata, yakni
kata keluarga dan sakinah. Secara etimologi, keluarga dalam kamus
besar bahasa Indonesia mempunyai arti: bapak, Ibu dengan anak-
anaknya; Orang seisi rumah yang menjadi tanggungan, batin14.
Pengertian lain dari keluarga secara terminologi, seperti
didefinisikan oleh Ismail Widjaja yakni suatu bentuk ikatan yang sah
antara laki-laki dengan perempuan melalui ikatan perkawinan.
Ikatan perkawinan tersebut kemudian melahirkan keturunan yang
secara hukum menjadi tanggung jawab suami dan istri atau ibu dan
bapak dalam membina dan mengembangkan mereka15.
Istilah sakinah secara etimologis disebutkan sebanyak enam
kali dalam Al-quran seperti tertulis pada buku ensiklopedi Islam16.
Pengungkapan Al-Qur’an itu jelas disebutkan bahwa sakinah itu
memiliki arti ketentraman, ketenangan, kedamaian, rahmat, dan
tuma’ninah yang berasal dari Allah SWT.
Secara terminologis (istilah) ungkapan tentang sakinah dalam
Al-Qur’an muncul beberapa pengertian. Ali bin Muhammad al-
14Pusat penyusunan dan pengembangan bahasa, Kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), 667. 15H. Ismail Widjaja, (ed.), Panduan KB. Mandiri, (Jakarta: PT. Falwa Arika, 1987), 125. 16Dewan penyusun ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam,Cet.I, jilid I, 1993, 201.
18
Jurjani (w.816 H /1413 M), ahli pembuat kamus-kamus ilmiah,
menyebutkan bahwa sakinah adalah adanya ketentraman dalam hati
pada saat datangnya sesuatu yang tak diduga, dibarengi satu nur
(cahaya) dalam hati yang memberi ketenangan dan ketentraman
dalam hati pada yang menyaksikannya dan merupakan pokok ‘ain
al-yaqin (keyakinan berdasarkan penglihatan)17. Pasal 3 KHI
(Kompilasi Hukum Islam) disebutkan bahwa: “perkawinan
bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah
(tentram), mawaddah (penuh cinta) dan rohmah (penuh kasih
sayang).18
Allah berfirman dalam surat Ar-rum ayat 21;
ن ۦ تهءايومن ن لكمخلقأ نفسكم م
ز أ
كنو ل تس اجوأ وجعلهاإل ا
ةنكمبي ود م ورح فإنة وون لل وو ليأللكذ ٢١تتفك
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir19
Allah telah menciptakan pasangan untuk manusia dari jenis
manusia agar mendapatkan ketenangan dan ketentraman batin (as-
17Dewan penyusun, Ensiklopedi Islam, 202. 18________, KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA++ Burgerlijk Wetboek,
(RGEDBOOK PUBLISHER, 2008), 506. 19Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya.,572.
19
sukun al-qalbi) dan ketenangan ragawi (as-sukun al-jismani) dari
pasangan tersebut.20 Hal yang perlu digaris bawahi adalah kalimat
“litaskunu ilaiha/supaya kamu cenderung dan tentram kepadanya.
Kalimat inilah yang menjadi alasan (‘illah) Allah menciptakan
pasangan dari jenis manusia. Tujuannya agar terbentuk sakinah.
Kata sakinah berasal dari kata sakana yang berarti diam atau tenang
setelah sebelumnya bergejolak, goncang dan sibuk. Inilah sebab
rumah dinamai sakan, karena merupakan tempat ketenangan setelah
sebelumnya penghuni sibuk di luar rumah.21
Sebuah keluarga dapat dikatakan sebagai keluarga bahagia
sejahtera (sakinah) memiliki beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Keluarga tersebut mempunyai keinginan mengamalkan ilmu-
ilmu agama, setiap anggota keluarga (bapak, ibu, dan anak)
memiliki semangat dan motivasi menerapkan ilmu agama dalam
membina keluarga untuk kehidupan sehari-hari22.
b. Sikap saling menghormati dan menyayangi setiap angggota
keluarga tercermin dalam etika dan pribadi sehari-hari mereka.
c. Berusaha memperoleh rejeki yang halal, kemudian hasil
perolehan tersebut dapat memenuhi kebutuhan para anggota
keluarga yang ada didalamnya.
20Fakhruddin Ar-razi, Tafsir Mafatih al-Ghaib, dalam al-Maktabah asy-Syamilah, vol 12, 225. 21M. Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an: Tafsir Tematik atas Berbagai Persoalan Umat, (Mizan
Pustaka, 1996), 192. 22Tohari Munsnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII
Pres, 1992), 64.
20
d. Membelanjakan harta secara efektif dan efisien, anggota keluarga
mampu mengatur serta menyeimbangkan antara pengeluaran dan
pendapatan.
Melihat konteks diatas keluarga sakinah yang dimaksud adalah
sebuah anggota atau elemen masyarakat terkecil yang terdiri dari
Bapak, Ibu dengan Anak-anaknya. Mereka berupaya untuk
mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga untuk mencapai tujuan
perkawinan atas dasar norma-norma agama dalam setiap
pengambilan keputusan untuk kepentingan rumah tangga. Untuk itu,
disyaratkan masing-masing pihak harus memandang yang lain
sebagai manusia yang memiliki hak-hak dan martabat yang sama
untuk didengarkan pendapatnya, dihargai dan dihormati23.
b. Tujuan dan Prinsip Keluarga Sakinah
Membenuk keluarga sakinah, pada dasarnya adalah kata lain
dari keluarga bahagia. Dengan demikian, keluarga sakinah inilah
yang disebut keluarga bahagia. seseorang berpikir atas dorongan
Islam dalam mewujudkan dan menginginkan berkeluarga, akan
memperhatikan dengan penuh kejelasan dan tanpa letih terhadap
berbagai tugas terpenting dan tujuan keluarga menurut Islam, di
antaranya adalah:24
23Hussein Muhammad Faqihuddin A, dkk, Keluarga Sakinah Kesetaraan Relasi Suami Isteri,
(Jakarta: Rahima, 2008), 8. 24Ali Yusuf As-subki, Fiqh Keluarga Pedoman Berkeluarga Dalam Islam, (Jakarta: AMZAH,
2010), 24.
21
1. Kemuliaan keturunan
2. Menjaga diri dari setan
3. Bekerja sama dalam menghadapi kesulitan hidup
4. Menghibur jiwa dan menenangkannya dengan bersama-sama
5. Melaksanakan hak-hak keluarga
Zakiah Daradjat, salah seorang permikir kontemporer
Indonesia, menulis lima tujuan perkawinan, yaitu:
a. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.
b. Memenuhi hajat manusia, menyalurkan syahwat dan
menumpahkan kasih sayang.
c. Memenuhi panggilan agama.
d. Memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan.
e. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima
hak dan kewajiban, serta bersungguh-sungguh untuk memperoleh
harta kekayaan yang halal.
f. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang
tentram atas dasar cinta dan kasih sayang25.
Ada pula yang menyebutkan bahwa tujuan perkawinan adalah
untuk:
a. Memperoleh ketenangan hidup yang penuh cinta dan kasih
sayang (sakinnah, mawaddah wa rahmah), sebagai tujuan pokok
dan utama.
25Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqh, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), 49.
22
b. Reproduksi (penerus keturunan).
c. Pemenuhan kebutuhan biologis (seks).
d. Menjaga kehormatan dan ibadah.26
Kemudian agar tujuan perkawinan dapat diraih maka terdapat
beberapa prinsip yang perlu dipatuhi dan diamalkan oleh seluruh
anggota keluarga. Prinsip inilah yang menjadi fondasi sekaligus
instrumen dalam membangun keluarga sakinah. Bahkan prinsip-
prinsip ini menjadi indikator tercapai atau tidaknya tujuan
perkawinan. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah:
a. Ada kerelaan dan persetujuan antara suami-isteri.
b. Perkawinan untuk selamanya.
c. Masing-masing suami dan isteri mempunyai tekad hanya
memiliki seorang pasangan dalam berumah tangga (monogami).
d. Anggota keluarga memahami dan memenuhi norma-norma
agama.
e. Kehidupan rumah tangga berjalan secara musyawah dan
demokrasi.
f. Anggota keluarga berusaha menciptakan rasa aman, tentram dan
nyaman dalam kehidupan rumah tangga.
g. Mengindari terjadinya KDRT (Kekerasan Dalam Rumah
Tangga).
26Khoirudin Nasution, Hukum Perkawinan 1, edisi revisi, (Yogyakarta: Tazzafa & AC
ACADEMIA, 2005), 37.
23
h. Bahwa hubungan keluarga bersifat partnership, saling
membutuhkan, saling menolong, saling mendorong, Saling
membantu dalam menyelesaikan semua urusan rumah tangga.
i. Adanya keadilan.
j. Terbangunnya komunikasi antar anggota keluarga.27
Prinsip bahwa suami dan isteri adalah pasangan yang
mempunyai hubungan bermitra, patner dan sejajar (equal) dapat
dirinci lebih jauh demikian. Layaknya suami dan isteri sebagai
pakaian bagi pasangannya dapat ditinjau dari sisi fungsi pakaian;
bahwa pakaian dapat berfungsi dalam segala kondisi dan keadaan.
Dalam keadaan musim dingin misalnya pakaian dapat digunakan
sebagai bahan penghangat bagi pemakainya. Demikian juga pakaian
dapat digunakan sebagai alat penutup dari pandangan orang lain,
karena memang ada bagian tubuh yang harus ditutup agar tidak dapat
dilihat orang lain diluar pasangannya. Lebih dari itu, pakaian dapat
pula berguna sebagai bahan perhiasan yang membuat pasangan
senantiasa merasa bahagia, senang, sejuk dan tenteram hidup di
samping pasangannya28.
27Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam., 160. 28Abu Abdillah, Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Al-Qurthubi Al-Maliki, Tafsir Al-Qurtubi
(Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an) Juz II, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hal. 211
24
c. Fungsi Keluarga
Untuk mencapai sebuah keluarga yang sakinah terdapat
beberapa fungsi keluarga sebagai pilar pondasi dalam berinterkasi
yang harus dipenuhi, yaitu29:
a. Fungsi Biologis, Perkawinan dilakukan antara lain bertujuan agar
memperoleh keturunan, dapat memliihara kehormatan serta
martabat sebagai makhluk yang berakal dan beradab. Fungsi
biologis inilah yang membedakan perkawinan manusia dengan
binatang, sebab fungsi ini diatur dalam suatu norma perkawinan
yang diakui bersama dan oleh negara, yang termuat pada koridor
Islam.
b. Fungsi Edukasi, Keluarga meruapakan tempat pendidikan bagi
semua anggotanya dimana orang tua memiliki peran yang cukup
penting untuk membawa anak kedewasaan jasmani dan rohani
dalam dimensi kognisi, afektif maupun skill, dengan tujuan untuk
mengembangkan aspek mental spiritual, moral, intelektual, dan
profesional.
c. Fungsi Religius, Keluarga merupakan tempat penanaman nilai
moral agama melalui pemahaman, penyadaran dan praktik dalam
kehidupan sehari-hari sehingga tercipta iklim keagamaan
didalamnya. Peran orang tua dalam keluarga yakni menanamkan
29Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam, 42.
25
aqidah kepada anaknya sebagaimana yang dilakukan Luqman al
Hakim terhadap anaknya yang dikisahkan.
d. Fungsi Ekonomi, Keluarga merupakan kesatuan ekonimis dimana
keluarga memiliki aktivitas mencari nafkah, pembinaan usaha,
perencanaan anggaran, pengelolaan dan bagaimana
memanfaatkan sumber-sumber penghasilan dengan bijak,
mendistribusikan secara adil dan proposional, serta dapat
mempertanggung jawabkan kekayaan dan harta bendanya secara
sosial maupun moral30.
d. Indikator Keluarga Sakinah
Agar fungsi-fungsi keluarga tersebut di atas dapat berjalan
dengan baik, maka diperlukan indikator-indikator yang akan
menunjang kelancaran fungsi keluarga, sehingga keluarga sakinah
dapat tercapai. Adapun indikator-indikator yang akan menunjang
terciptanya keluarga sakinah tersebut adalah31:
1. Adanya Keimanan dalam Keluarga
Dalam hal ini seluruh anggota keluarga tidak melakukan
perbuatan syirik, hanya murni beriman kepada Allah SWT., taat
pada ajaran Allah dan Rasul-Nya. Sehingga dengan demikian ia
berupaya untuk mencapai yang terbaik, sabar dan tawakkal
menerima qadar Allah SWT.
30Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam, 45. 31Aziz Musthofa, Untaian Mutiara Buat Keluarga (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), 12-14.
26
2. Adanya Pengetahuan dan Peranan Agama dalam Kehidupan
Keluarga
Kehidupan keluarga ibarat sebagai satu bangunan. Demi
terpeliharanya bangunan itu dari hantaman badai dan goncangan
gempa, maka ia harus didirikan di atas satu pondasi yang kuat
dengan bahan bangunan yang kokoh serta jalinan perekat yang
lengket.32 Adapun pondasi kehidupan keluarga adalah agama,
disertai dengan fisik dan mental calon ayah dan ibu. Ketundukan
mereka pada agama menjadi kata kunci dari cara menumbuhkan
kecintaan dan kebahagiaan dalam keluarga. Pada saat keluarga
menghadapi berbagai macam permasalahan kehidupan misalnya,
ketundukan pada ketentuan Allah merupakan jaminan
terselesaikannya masalah tersebut dengan baik.
3. Ekonomi Keluarga
Suami isteri mempunyai penghasilan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok. Pengeluaran tidak melebihi
pendapatan. Masalah perekonomian keluarga sangat penting
sekali untuk diperhatikan, hal ini karena rumah tangga mampu
berujung pada perceraian dari masalah ekonomi tersebut.
4. Kesehatan Keluarga
Dari segi kesehatan, maka seluruh anggota keluarga harus
menjaga agar semua tetap sehat, sehingga segala aktivitas, baik
32Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2000), 254.
27
yang berkaitan di dalam rumah maupun di luar rumah dapat
terlaksana dengan baik.
5. Hubungan Sosial Keluarga Yang Harmonis
Suami isteri harus menciptakan hubungan yang serasi dan
seimbang dengan saling mencintai, menyayangi, membantu,
menghormati, mempercayai, saling bermusyawarah, dan terbuka
bila mempunyai masalah dan saling memiliki jiwa pemaaf.
Demikian pula hubungan orang tua dengan anak, maupun dengan
antara anggota keluarga suami maupun dengan anggota keluarga
pihak si isteri. Keharmonisan pemikiran dan pendapat dalam
hidup merupkan landasan kuat yang memungkinkan
terbangunnya kehidupan keluarga dalam iklim yang sehat.
Masalah ini tidak tercipta begitu saja, namun terdapat beberapa
langkah yang harus ditempuh untuk mencipakan keharmonisan
diantara pasangan suami isteri. Diantaranya ialah33:
1. Usaha Saling Mengenal
Kehidupan rumah tangga sangat ditentukan oleh
hubungan suami isteri sebagai unsur utama. Adanya
kebahagiaan, kedamaian, dan kerukunan atau yang justru
sebaliknya sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh pola
interaksi keduanya. Oleh karena itu, para suami isteri harus
33Ali Qoimi, Singgasana Para Pengantin, (Bogor: Penerbit Cahaya, 2002), 185-189.
28
saling memahami masalah ini dan berusaha untuk mengenali
pasangan hidupnya.
2. Usaha Saling Menghargai
Kehidupan rumah tangga adalah kehidupan alamiah
yang jauh dari kepalsuan. Kehidupan sejati yang di dalamnya
pihak suami maupun isteri bertindak pasti. Oleh karena itu
kedua belah pihak dituntut untuk saling menghargai. Karena
dengan adanya sikap saling menghargai, dapat memelihara
kemuliaan pasangan suami isteri dan meninggikan martabat
mereka.
3. Usaha Saling Mengasihi dan Menyayangi
Suami isteri adalah pasangan dan teman hidup dalam
perjalanan yang panjang. Tentunya mereka jugalah tempat
berbagi suka dan duka. Melalui kebersamaan inilah akan
terlahir cinta dan kasih sayang.
4. Berusaha Menyelesaikan Masalah Bersama
Pernikahan yang telah dilakukan merupakan sejenis
kerjasama dengan segala hal. Kerjasama yang dilakukan di
atas kebersamaan demi meraih tujuan. Oleh karena itu segala
macam masalah keluarga juga harus diselesaikan bersama-
sama guna menjaga keutuhan rumah tangga.
5. Usaha Saling Menyenangkan Diantara Keduanya
29
Pasangan suami isteri sangat dianjurkan sekali untuk
berusaha menyenangkan pihak lain dengan mendahulukan
dan mengutamakan kepentingan pasangannya di atas
kepentingan dirinya sendiri.
6. Saling memberi Kepuasan
Diantara tanda-tanda kehormatan dan cinta diantara
pasangan suami isteri dan keinginan mereka yang sungguh-
sungguh bagi kelangsungan hidup bersama adalah sikap
saling melayani melalui berbagai cara.
7. Toleransi
Tidaklah masuk akal kalau kita mengharapkan
pasangan kita memliki perilaku yang seluruhnya ideal.
Semua pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Oleh karena itu sikap adanya toleransi diantara
keduanya sangatlah penting guna menghargai dan
menghormati diantara keduanya.
8. Nilai Pekerjaan
Saling mengetahui dan melaksanakan tugas atau
pekerjaan masing-masing merupakan hal yang penting dalam
menyelesaikan tugas keluarga. Sehingga suami isteri harus
saling membantu dalam melaksanakan tugas demi mencapai
keridhoan Allah SWT.
9. Saling Menyembunyikan Aib
30
Pernikahan merupakan penyatuan antara pasangan
suami isteri. Dengan demikian segala sesuatu menjadi milik
bersama. Diataranya, kesedihan, kebahagaiaaan, kebaikan
dan keburukan yang merupakan aib juga menjadi rahasia
bersama.
10. Keadilan
Sikap saling adil dapat membantu meneguhkan
landasan keharmonisan. Karena dengan adanya sikap adil
dapat mencegah perbuatan yang dzalim.
Jadi keluarga sakinah dapat tercipta apabila indikator-
indikator di atas terpenuhi dengan baik, sehingga dapat tercipta
keluarga yang kuat dan mampu menjadi pondasi-pondasi bangsa
yang tangguh.
2. Pembinaan Mental
a. Pembinaan
Pembinaan adalah segala usaha, tindakan dan kegiatan yang
berhubungan dengan perencanaan, penyusunan, pengembangan,
pengarahan, penggunaan serta pengendalian segala sesuatu secara
berdaya guna dan berhasil guna. Pembinaan ini meliputi kegiatan-
kegiatan melaksanakan atau menyelenggarakan pengaturan sesuatu
supaya dapat dan dikerjakan dengan baik, tertib, terartur, rapi, dan
seksama menurut rencana program pelaksanaan (dengan ketentuan,
31
petunjuk, norma, syarat, sistem dan metode) secara efektif dan
efisien dalam mencapai tujuan dan memperoleh hasil yang
diharapkan semaksimal mungkin.34
b. Mental
Mental adalah kondisi jiwa yang terpantul dalam sikap
seseorang terhadap berbagai situasi yang dihadapinya.35
c. Pembinaan Mental
Pembinaan mental adalah segala upaya pelaksanaan kegiatan
untuk membina, memelihara dan meningkatkan serta agama,
pancasila, sapta marga, sumpah prajurit, dan doktrin KEP melalui
pembinaan mental rohani, mental ideologi dan mental kejuangan
sehingga mampu melaksanakan tugas dengan baik dan berhasil.36
d. Rohani
Rohani adalah kondisi kejiwaan seseorang yang terbentuk
dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang
diwujudkan dalam budi pekerti seseorang serta melalui hubungan
manusia dengan sesama manusia sesuai ajaran agama yang
diuanutnya.37
34Dinas Pembinaan Mental TNI Angkatan Darat, Buku II Himpunan Materi Pembinaan Mental
ABRI Bidang Pedoman Pelaksanaan Pembinaan, (Jakarta, 1981), 12. 35Dinas Pembinaan Mental, Buku II Himpunan Materi, 12. 36Kadisbintalad, Himpunan Materi Pembekalan Kader Bintal Terpadu Jajaran Angkatan Darat
TA.2007, (Jakarta: CV. Ami Global Media,2007), 20. 37Dinas Pembinaan Mental, Buku II Himpunan Materi, 12.
32
e. Pengertian Pembinaan Mental Rohani
Pembinaan mental rohani adalah pembinaan mental/kejiwaan
berdasarkan nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran agama untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, mempertinggi moral/akhlak yang luhur baik dalam hubungan
manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesamanya maupun
dengan dirinya sendiri. Apabila nilai-nilai rohani telah tertanam pada
prajurit beserta keluarganya akan dapat meningkatkan motivasi
(karena iman adalah sumber motivasi) dan mengendalikan perilaku
sehingga menjadi manusia bermoral/bermrtabat.38
f. Esensi Pembinaan Mental Rohani
Pembinaan mental rohani mengandung tiga nilai dasar dalam
membangun manusia yang bertakwa, manusia yang memiliki
spiritual dan kesalehan sosial. Ketiga nilai dasar itulah:39
1) Keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai dasar dari
segala dan sumber motivasi.
2) Peribadatan atau pengabdian kepada Tuhan, baik yang bersifat
vertikal maupun horizontal, sebagai pengamalan nyata dari
keimanan.
38Kadisbintalad, Himpunan Materi Pembekalan, 21. 39Kadisbintalad, Himpunan Materi Pembekalan, 22.
33
3) Akhlak moralitas, baik dalam hubungan dengan Tuhan dan
sesama maupun dengan dirinya sendiri serta lingkungan alam
sekitarnya.
g. Sinergi Nilai Komponen Pembinaan Mental
Pembinaan Mental TNI dari komponen pembinaan tidaklah
berdiri sendiri-sendiri, Melainkan saling terkait dengan satu dengan
yang lainnya. Hasil dari satu perpaduan (sinergisme) nilai-nilai
bintal akan memberikan suatu kualitas yang lebih tinggi
dibandingkan sebelum terjadinya sinergisme.
Pembinaan rohani yang bersumber dari ajaran agama dan
diwarnai serta difasilitasi nilai-nilai ideologi dan kejuangan akan
melahirkan kualitas nilai antara lain:40
1) Keimanan akan lebih subur, semakin kuat dan mantap serta tidak
menjadi fanatisme sempit.
2) Ibadah (pengabdian/persembahyangan/kebaktian) akan lebih
teratur, bersemangat dan bermakna luas (spiritual dan sosial).
3) Akhlak moral akan lebih terpacu, luhur, teguh pada komitmen
dan bermakna luas.
h. Parameter Ketahanan Mental
Ketahanan mental dapat dilihat/diamati dari beberapa aspek
yang merupakan parameter adanya ketahanan mental pada diri
40Kadisbintalad, Himpunan Materi Pembekalan, 24.
34
prajurit dan keluarganya, antara lain Ditinjau dari aspek iman dan
takwa:41
1) Memegang teguh norma-norma agama yang diyakininya
2) Bergairah dalam kehidupan beragama
3) Taat dan tekun beribadah
4) Memiliki akhlak terpuji (selalu bersyukur dan tahan uji)
3. Peraturran Penglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun
2014 Tentang Cara Perkawinan, Perceraian dan Rujuk Bagi
Prajurit
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia
(sakinah) berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa . Perlu diketahui
bahwa keharmonisan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting
dalam membentuk setiap kepribadian anggota keluarga. Ketidak
harmonisan terkadang muncul seiring dengan banyaknya masalah sosial.
Oleh karena itu, kehidupan prajurit telah diatur keseluruhan tentang tata
cara perkawinan, perceraian dan rujuk sesuai Perpang TNI Nomor 50
tahun 2014.
KETENTUAN DASAR
Pasal 2
41Kadisbintalad, Himpunan Materi Pembekalan, 25
35
Setiap perkawinan, perceraian dan rujuk dilaksanakan menurut
ketentuan/tuntunan agama yang dianut oleh prajurit yang bersangkutan
dan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pasal 3
Pada asasnya seorang prajurit di lingkungan TNI baik pria/
wanita hanya diizinkan mempunyai seorang istri/ suami.
Pasal 4
Prajurit Siswa dilarang melaksanakan perkawinan selama
mengikuti pendidikan.
Pasal 5
(1) Prajurit dilarang hidup bersama dengan wanita /laki-laki tanpa ikatan
suami istri yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) prajurit wanita dilarang melaksanakan perkawinan dengan prajurit
pria yang lebih rendah golongan pangkatnya.
Pasal 6
(1) Setiap prajurit yang hendak melaksanakan perkawinan wajib terlebih
dahulu mengajukan permohonan izin secara tertulis kepada Komandan
/Atasan yang berwenang disatuan masing-masing.
(2) Calon suami/istri wajib menghadap Komandan/Atasan dan Pejabat
Agama di satuan masing-masing untuk menerima petunjuk/bimbingan
dalam perkawinan yang akan dilakukan.
Pasal 7
36
Pasangan suami/istri yang hendak bercerai wajib mengajukan
permohonan izin cerai kepada Komandan/Atasan di Satuannya dan bagi
yang bersangkutan wajib menerima petunjuk/bimbingan kerukunan
rumah tangga dari Pejabat Agama di satuan tersebut.
TATA CARA PERKAWINAN
Pasal 8
(1) Prajurit yang akan melaksanakan perkawinan harus mendapat izin.
tertulis terlebih dahulu dari Komandan/Atasan yang berwenang.
(2) Izin kawin hanya diberikan apabila perkawinan yang akan dilakukan
itu tidak melanggar
Hukum agama yang dianut setelah ada bukti tertulis berupa Surat
Pendapat Pejabat Agama (SPPA).
(3) Izin kawin pada prinsipnya diberikan kepada prajurit jika perkawinan
itu memperlihatkan prospek kebahagiaan dan kesejahteraan bagi calon
suami/istri yang bersangkutan dan tidak akan membawa pengaruh
negatif yang berakibat dapat merugikan kedinasan.
Pasal 9
Perkawinan harus tercatat secara resmi di Kantor Urusan Agama
(KUA) bagi yang beragama Islam, di Kantor Kependudukan dan Catatan
Sipil bagi yang beragama Protestan. Katolik, Hindu Buddha dan
Konghuchu.
Pasal 10
37
(1) Surat Izin Kawin (SIK) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(1), hanya berlaku selama enam bulan terhitung mulai tanggal
dikeluarkan.
(2) Dalam hal izin kawin telah diberikan, sedangkan perkawinan tidak
jadi dilakukan maka yang bersangkutan harus segera melaporkan
pembatalan itu kepada atasan yang memberikan izin tersebut disertai
dengan alasan secara tertulis.
(3) Apabila surat izin kawin telah diberikan namun dalam enam bulan
perkawinan
tidak jadi jangka waktu dilaksanakan maka prajurit tersebut harus
mengajukan permohonan kembali dari awal.
(4) Setelah perkawinan dilangsungkan maka salinan surat kawin dari
Lembaga yang berwenang, serta salinan surat izin kawin harus
diserahkan oleh yang bersangkutan kepada Pejabat personalia di
kesatuannya, guna menyelesaikan administrasi personel dan keuangan.
Pasal 11
(1) Penolakan pemberian izin atas permohonan kawin dilakukan oleh
pejabat yang berwenang dengan pemberitahuan kepada yang
bersangkutan secara tertulis dengan disertai alasan-alasannya.
(2) Penolakan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan apabila
38
a. tabiat, kelakuan dan reputasi calon suami istri yang bersangkutan
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah (norma) kehidupan bersama yang
berlaku dalam masyarakat.
b. perkawinan itu patut diduga dapat merendahkan martabat TNI atau
mengakibatkan kerugian terhadap nama baik TNI ataupun negara baik
langsung maupun tidak langsung;dan
c. persyaratan kesehatan tidak terpenuhi.
TATA CARA PERCERAIAN
Pasal 13
(1) Prajurit yang akan melaksanakan perceraian harus mendapat izin
tertulis terlebih dahulu dari Komandan/Atasan yang bersangkutan.
(2) Izin cerai hanya diberikan apabila perceraian yang akan dilakukan itu
tidak bertentangan dengan hukum agama dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(3) Izin cerai pada prinsipnya diberikan kepada prajurit apabila
perkawinan yang telah dilakukannya tidak memberikan manfaat
ketenteraman jiwa dan kebahagiaan hidup sebagai suami istri.
(4) Izin cerai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) harus
mendapatkan pernyataan tertulis dari Pejabat Agama.
Pasal 14
(1) Gugatan perceraian terhadap Prajurit oleh suam istri harus terlebih
dahulu mendapat Surat Izin cerai dari Komandan/Atasan yang
bersangkutan.
39
(2) Komandan/Atasan yang bersangkutan setelah menerima laporan
gugatan perceraian segera mengadakan usaha-usaha untuk mendamaikan
kedua pihak.
(3) Perceraian bagi yang beragama Islam di Pengadilan Agama dan bagi
yang beragama lainnya di Pengadilan Negeri.
Pasal 15
(1) Permohonan izin cerai dituangkan dalam bentuk berita acara
pemeriksaan bagi suami dan/atau istri serta dilengkapi dengan surat
pendapat Pejabat Agama
(2) Permohonan izin cerai harus memuat secara jelas alasan-alasan
perceraian dan diajukan kepada Komandan/Atasan yang berwenang
memberikan izin perceraian melalui saluran hierarki dengan
melampirkan berita acara perneriksaan kedua belah pihak dan berita
acara pendapat hasil pemeriksaan dari Pejabat Agama yang
bersangkutan.
Pasal 16
Permohonan izin cerai dapat ditolak apabila:
a. Perceraian yang akan dilakukan itu bertentangan dengan hukum
agama yang dianut oleh yang bersangkutan; dan
b. Alasan-alasan yang dikemukakan oleh prajurit/bukan prajurit yang
bersangkutan untuk melaksanakan perceraian tidak cukup kuat atau
dibuat-buat.
Pasal 17
40
(1) Setelah perceraian dilangsungkan, maka salinan surat cerai dari
lembaga yang berwenang, berikut salinan surat izin cerai harus
diserahkan oleh yang bersangkutan kepada pejabat personalia, dari
kesatuannya guna menyelesaikan administrasi personel dan keuangan
(2) Pemberian nafkah kepada mantan istri yang dicerai dan atau kepada
anak yang diasuhnya serta pembagian harta kekayaan akibat perceraian
harus dilaksanakan berdasarkan putusan pengadilan.42
42Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2014 Tentang Tata Cara
Perkawinan, Perceraian dan Rujuk Bagi Prajurit.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang dipakai untuk mencari, mencatat,
merumuskan, dan menganalisis sampai menyususn suatu laporan guna mencapai
suatu tujuan 43 dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan atau
field research. Penelitian jenis ini bermaksud mempelajari secara intensif
tentang keadaan sekarang, interaksi sosial individu, kelompok, lembaga dan
masyarakat.44 Penelitian ini mempelajari secara intensif pembentukan
keluarga sakinah TNI muslim yang dilakukan oleh BINTALDAM
43Cholid Nurboko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara Pustaka, 1997) , 1. 44Husaini Ustman dan PurnomoSetia Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2004), 5.
41
V/BRAWIJAYA Malang melalui pembinaan mental rohani pada KODIM
0833 Kota Malang.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu memahami
kegiatan pembinaan mental rohani yang dilakukan oleh BINTALDAM V/
BRAWIJAYA untuk menjaga keutuhan keluarga prajurit di KODIM 0833
Kota Malang. Untuk memahami pendekatan ini peneliti menggunakan
metode analisis deskriptif, yaitu pendekatan yang tidak menguji data tetapi
mencoba membuat kesimpulan-kesimpulan dari data yang terkumpul melalui
pendekatan berfikir deduktif atau induktif.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan berfikir deduktif yakni
menjelaskan paparan informasi dari yang umum mengerucut kepada yang
khusus. Pendekatan ini dimaksudkan untuk memahami peran dan proses
divisi pembinaan mental yang dilakukan oleh Rohaniwan Islam guna
membina Keluarga TNI Muslim di KODIM 0833 Kota Malang. Karena peran
diwujudkan dengan adanya proses. Setelah melihat peran BINTALDAM V/
Brawijaya maka dilihatlah proses atau perwujudan dari peran divisi tersebut.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di lingkungan KODIM 0833 Kota Malang
yang berlokasi di jalan Kahuripan no. 06 Kota Malang. Alasan pemilihan
lokasi ini karena dekat dengan BINTALDAM V/BRAWIJAYA Malang,
sehingga ketika terdapat suatu permasalahan yang berkaitan dengan
perkawinan, keluarga serta perceraian yang tidak mampu diselesaikan di
42
KODIM maka bisa langsung menuju BINTALDAM V/BRAWIJAYA.
Alasan yang kedua yakni anggota prajurit yang ada di KODIM 0833 Kota
Malang sudah merasakan pembinaan mental rohani dengan berbagai macam
problematika yang dihadapi seperti pertama kali memasuki kesatuan, dibina
dan dididik, kemudian melalui tahap untuk menikah, serta menghadapi lika-
liku kehidupan berumah tangga. Pengalaman-pengalaman inilah yang dipilih
oleh peneliti untuk menjawab rumusan masalah, sehingga lokasi ini
merupakan pilihan yang tepat.
D. Sumber Data
1. Sumber Data Primer
Merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. 45
Dalam data primer ini diperoleh melalui studi lapangan yaitu dengan
terjun langsung kepada pihak-pihak terkait. Peneliti mengadakan
penelitian di instansi BINTALDAM V/Brawijaya dan keluarga TNI.
Metode yang digunakan adalah sampling dengan mengambil bagian dari
populasi prajurit TNI yang berada di lingkungan dinas Kodam
V/Brawijaya. Sampel tersebut ditentukan berdasarkan pada pangkat dan
golongan yang telah direkomendasi oleh KABINTALDAM V/Brawijaya
dan Komandan Distrik Militer 0833 yaitu:
a. Nama : Drs. H. Muhammad Sudiono Al-ansori
45Amiruddin dan Zainal Asikin (eds), Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada), 25.
43
Jabatan : Staf yang membidangi NTCR (Nikah,
Talak, Cerai, Rujuk)
b. Nama : Sumaryono
Pangkat : Kapten Kav
Usia Perkawinan : 26 Tahun
Anak : 2
Alamat : Perum Griya Permata Alam Ds. Ngijo RT
05 RW 10 Blok FA. 15 Kec. Karangploso
c. Nama : Yahya Abu Hasan
Pangkat : Pelda
Usia Perkawinan : 23 Tahun
Anak : 2
Alamat : Jl. Margo Joyo Gg. 6 No. 2 Jetis Mulyo
Agung
d. Nama : Isnaini
Pangkat : Serka
Usia Perkawinan : 9 Tahun
Anak : 2
Alamat : Jl. Simpang Batu Permata No. 70B
Tlogomas
e. Nama : Sudiman
Pangkat : Sertu
Usia Perkawinan : 27 Tahun
44
Anak : 2
Alamat : Jl. Tlogosuryo 07 RT05/02 Kel. Tlogomas
Kec. Lowokwaru Kota Malang
Informan yang diteliti oleh peneliti merupakan pelaku kegiatan
pembinaan mental rohani. Bapak Sudiono selaku Rohaniawan Islam yang
membidangi NTCR memberikan materi, nasihat, penyuluhan serta
mendamaikan anggota. Bapak Sumaryono, Bapak Yahya, Bapak Isnaini,
Bapak Sudiman merupakan anggota TNI yang mengikuti kegiatan
pembinaan mental rohani.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang
bertujuan memperoleh landasan teori yang bersumber dari buku-buku
yang memiliki relevansi dengan objek penelitian, yakni dokumen resmi
serta literatur-literatur yang berkaitan dengan pembinaan mental.
1. Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun
2014 Tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian dan Rujuk Bagi
Prajurit
2. Buku petunjuk teknis tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian dan
Rujuk Bagi Prajurit TNI AD
3. Buku organisasi dan tugas pembinaan mental komando daerah militer
(orgas BINTALDAM)
4. Himpunan materi pembekalan kader BINTAL terpadu jajaran
angkatan darat
45
5. Buku/arsip lainnya yang menunjang penelitian.
E. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut. :
1. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-
fenomena yang diselidiki,46 yakni dengan mengamati secara langsung
proses pembinaan mental rohani yang dilakukan oleh unit divisi
pembinaan mental rohani, dan rohaniawan Islam sebagai petugas yang
memberikan konseling kepada keluarga TNI di lingkungan KODIM 0833
Kota Malang. Peneliti mengikuti serta mengamati proses pembinaan
mental rohani. Ketika itu ada pasangan anggota TNI yang hendak
menikah dan diberikan penyuluhan oleh Bapak Sudiono dengan beberapa
materi seperti hak dan kewajiban suami isteri, kesiapan mental pasutri dan
lain sebagainya.
2. Wawancara atau interview, yaitu pengambilan data dengan menggunakan
tanya jawab kepada pihak-pihak yang terkait dengan objek penelitian.
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara terhadap Bapak Sudiono
selaku rohaniawan Islam yang membidangi NTCR serta keluarga TNI di
KODIM 0833 Kota Malang yang mengikuti kegiatan pembinaan mental
rohani. Bahan wawancara telah dipersiapkan penulis guna menggali
informasi terkait makna keluarga sakinah, peran serta proses pembinaan
mental rohani.
46Sutrisno hadi, Metodologi Research, Cet. XXIX. (Yogyakarta: Andi Offset, 1997), 156.
46
3. Dokumentasi, yaitu penelusuran dokumen-dokumen tertulis untuk
memperoleh data, seperti surat-surat, arsip, dan lain-lain yang bisa
diperoleh dari divisi pembinaan mental rohani KODAM
V/BRAWIJAYA. Dokumentasi peneliti juga dilengkapi dengan foto
kegiatan ketika melaksanakan penelitian.
F. Metode Pengolahan Data
Setelah seluruh data terkumpul, maka data tersebut diolah guna
menjawab beberapa rumusan masalah didalam latar belakang dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Editing
Meneliti kembali data-data yang telah diperoleh meliputi
kelengkapan dan kejelasan informasi beserta keterkaitan informasi guna
validitas penelitian.47 Mengedit hasil wawancara dan observasi dari
kegiatan yang telah diikuti. Karena tidak semua informasi yang didapat
sesuai dengan kehendak yang dimaksud peneliti. Sehingga perlu diedit
sesuai dengan arah penelitian peneliti.
2. Verifikasi
Memeriksa kembali hasil penelitian di lapangan dengan cara
membandingkan keterkaitan antara informasi-informasi dari berbagai
sumber untuk mendapatkan jawaban yang komperhensif.48 Peneliti
menguji hasil wawancara dengan pengamatan observasi di lapangan, serta
47Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), 153 48Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, 153
47
paparan maupun pemahaman keluarga TNI Islam yang mengikuti program
dari pembinaan mental. Menilik pemahaman materi yang telah diperoleh
dari pembinaan mental rohani serta penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari. Peneliti terjun langsung kepada keluarga yang diteliti.
3. Klasifikasi
Mereduksi data yang telah ada dengan cara menyusun dan
mengkalsifikasi data yang telah diperoleh dalam pola atau permasalahan
tertentu untuk mempermudah pembahasannya.49 Peneliti mengklasifikasi
atau mengelompokkan data beradasarkan rumusan masalah. Data
wawancara maupun observasi di kelompokkan berdasarkan makna
keluarga sakinah, proses dan peran BINTALDAM V/BRAWIJAYA
dalam membentuk keluarga sakinah TNI Islam di lingkungan KODIM
0833 Kota Malang yang tercantum dalam BAB IV.
4. Analisis
Penyederhanaan kata ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami
dengan cara yang sistematis mengacu pada metode pengolahan data
sebagai alat untuk mengolah data-data yang telah diperoleh. Peneliti
memecahkan rumusan masalah yang sudah ditetapkan dengan cara
menghubungkan data-data yang telah diperoleh dari wawancara yang telah
dilakukan kepada Rohaniwan Islam beserta jajaran staff, serta keluarga
TNI Islam di KODIM 0833 Kota Malang yang mengikuti program
49Nana Sudjana dan Awalkusuma, Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi: Panduan Bagi Tenaga
Pengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), 6 -7.
48
pembinaan mental. Dengan begitu dapat dihasilkan akumulasi data yang
valid dan komprehensif yang akan digunakan untuk menjawab rumusan
masalah.50 Peneliti menganalisis dengan menggunakan kajian teoritis
sebagai pisau analisa untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah
dan membuat kesimpulan.
5. Kesimpulan
Seluruh data yang telah melalui tahapan di atas, peneliti menarik
kesimpulan sesuai dengan fakta yang terjadi dilapangan beserta saran yang
di tujukan kepada beberapa pihak terkait.
50Masri Singaribun, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1987), 263
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Latar Belakang Objek Penelitian
Dari hasil dokumentasi, observasi dan wawancara selama proses
penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Sejarah Berdirinya BINTALDAM V/Brawijaya
a. Latar Belakang Berdirinya BINTALDAM V/Brawijaya
Pembinaan Mental Kodam V/Brawijaya yang sering disingkat
BINTALDAM V/Brawijaya adalah merupakan salah satu bagian
dari eselon pelaksaan program kerja Kodam V/Brawijaya yang
membidangi tugas khusus Pembinaan Mental melalui pembinaan
rohani, santiaji santikarma dan pembinaan tradisi kejuangan sesuai
dengan pola dasar pembinaan mental ABRI “Pinaka Baladika”.
50
Sesuai dengan skep Pangdam V/Brawijaya nomor:
Skep/10/1/1986 tanggal 4 Januari 1986 tentang organisasi dan tugas
pembinaan mental Komando Daerah Militer V/Brawijaya bertugas
pokok membantu Pangdam dalam membina penyelenggaraan dan
pelaksanaan fungsi pembinaan mental dan sejarah kejuangan TNI
AD di Kodam dalam rangka memelihara dan mempertinggi jiwa dan
semangat kejuangan Kodam yang meliputi:
1) Pemeliharaan mental kejuangan prajurit berdasarkan agama,
pancasila, sapta marga dan sumpah prajurit.
2) Pengumpulan data dan bahan kesejerahan bagi penyusunan
sejarah Kodam guna meningkatkan makna pengalaman dan
tradisi kejuangan TNI AD dalam rangka melestarikan nilai dan
semangat kejuangan serta pengemabangan TNI AD di tingkat
Kodam.
Guna terlaksanakannya tugas tersebut diatas, BINTALDAM
V/Brawijaya menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi sebagai
berikut:
1) Pemeliharaan dan bimbingan kehidupan kerohanian untun
meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan budi
pekerti / akhlak yang baik sesuai dengan ajaran agama masing-
masing yaitu agama islam, katholik, protestan, hindu, dan budha.
2) Pembinaan dalam rangka penanaman ideologi pancasila dalam
kehidupan prajuruit yang berjiwa sapta marga dan memegang
51
sumpah prajurit dengan berpedoman pada doktrin kejuangan
TNI.
3) Pembentukan dalam rangka pewarisan nilai-nilai TNI AD yang
sudah dijadikan tradisi Kodam untuk memlihara semangat juang
prajurit Kodam V/Brawijaya.
4) Menyelenggarakan penulisan sejaran TNI AD yang mengandung
nilai-nilai kejuangan dalam rangka pembinaan doktrin TNI AD,
pengalam dan pelestarian nilai-nilai “45” serta dalam rangka
mempersiapkan dan melakasanakan kegiatan di bidang fungsi
sejarah guna mendukung pembinaan mental prajurit.
Mengingat peranan BINTALDAM V/Brawijaya yang sangat
penting didalam usaha memelihara dan mempertinggi jiwa
keprajuritan serta semangat kejuangan TNI, maka kondisi
BINTALDAM V/Brawijaya ikut terus berkembang sejalan dengan
perkembangan bentuk organisasi TNI AD khususnya TNI pada
umumnya.
Dalam rangkan pembinaan organisasi ini, BINTALDAM
V/Brawijaya telah mengalami beberapa kali perubahan dan
penyempurnaan baik bentuk maupun organisasinya.
Pada tahun 1976, sesuai dengan keputusan Kasad nomor:
Skep/1246/IX/1976 tanggal 20 September 1976 diadakan
pembentukan Dinas Pembinaan Mental TNI AD. Kemudian pada
tahun 1978, sesuai dengan perintah Kasad nomor: Sprint/23/1/1978
52
tanggal 7 Januari 1978, Dinas Rohani TNI AD di tingkat pusat
dikembangkan organisasinya dan diganti menjadi Dinas Pembinaan
Mental Angkatan Darat.
Dengan adanya perubahan atau perkembangan organisasi itu,
maka ditingkat Kodam VIII/Brawijaya juga mengalami perubahan
dengan digantinya istilah Rohdam VIII/Brawijaya menjadi
BINTALDAM VIII/Brawijaya sesuai dengan surat keputusan
Pangdam VIII/Brawijaya nomor: Skep/226/XIII/1979 tanggal 17
Desember 1979 tentang penetapan organisasi BINTALDAM.
Selanjutnya pada tanggal 19 Maret 1980 dikeluarkan keputusan
Kasad nomor: Kep/6/III/1980 tentang penetapan organisasi dan
tugas BINTALDAM VIII/Brawijaya dan DSSP/DAF
BINTALDAM VIII/Brawijaya. Pada tanggal 8 Januari 1981
dikeluarkan surat perintah Pangdam VIII/Brawijaya nomor:
Sprint/22/1/1981 tentang penetapan organisasi baru BINTALDAM
VIII/Brawijaya yang terdiri dari 4 biro pembinaan rohani (Ro
Binroh) ditambah biro perencanaan (Ro Ren), biro sanriaji,
santikarma dan tradisi (Ro Ajikarmantra) serta tim pelaksanaan
(Timlak).
Berdasarkan keputusan kasad nomor: Kep/15/IV/1985 tanggal
25 April 1985 tentang penetapan organisasi dan tugas Dibintalad
yang baru dengan memasukkan fungsi sejarah dengan fungsi bintal,
maka kembali BINTALDAM VIII/Brawijaya mengalami perubahan
53
baik bentuk maupun struktur organisasinya sehingga sebutannya
berubah menjadi BINTALDAM VIII/Brawijaya sesuai dengan
keputusan kasad nomor: Skep/73/X/1985 tanggal 21 Oktober 1985.
Dalam rangka pelaksanaan reorganisasi BINTALDAM
VIII/Brawijaya dan likwiditas jarahdam VIII/Brawijaya kedalam
fungsi bintal telah diresmikan pada tanggal 4 Januari 1986 sesuai
surat perintah Pangdam V/Brawijaya nomor: Sprint/06/1/1986
tentang penetapan organisasi BINTALDAM V/Brawijaya.
Dengan adanya likwiditas tersebut maka dikeluarkan surat
perintah pangdam V Brawijaya nomor: Sprint/05/1/1986 tanggal 4
Januari 1986 tentang organisasi baru BINTALDAM V/Brawijaya
dengan komponen sebagai berikut:
1) Unsur pimpinan
Kepala pembinaan mental kodam V/Brawijaya disingkat
KABINTALDAM V/Brawijaya.
2) Unsur staf pelayan
Tata usaha dan urusan dalam disingkat TUUD
3) Unsur staf pelaksana
a) Seksi pembinaan rohani islam disingkat Sibinarohis
b) Seksi pembinaan rohani protestan disingkat Sibinarohprot
c) Seksi pembinaan rohani katholik disingkat Sibinarohkath
d) Seksi pembinaan rohani hindu / budha disingkat
Sibinarhhinbud
54
e) Seksi pembinaan mental idiologi sibintalid
f) Seksi pembinaan tradisi kejuangan dan penulisan sejarah
disingkat Sibinatrajuanglisjarah
g) Seksi pembinaan dokumentasi sejarah dan perpustakaan
disingkat sibinadokjarahtaka
h) Seksi pembinaan museum disingkat Sibinamus
4) Unsur pelaksana
a) Badan pelasanaan pembinaan mental disingkat Balak Binatal
b) Museum type “A” disingkat Mus type “A”
Pada tahun 2004 struktur organisasi BINTALDAM
V/Brawijaya mengalamui validasi dengan dikelurkannya surat
keputusan kasad nomor: Skep/71/XII/2004 tanggal 24 Desember
2004 tentang struktur organisasi dan tugas pembinaan mental
kodam, dengan dikelurkannya surat keputusan tersebut struktur
organisasi BINTALDAM ditingkat kodam mengalami perubahan
termasuk didalamnya BINTALDAM V/Brawijaya juga mengalami
perubahan menjadi:
1) Eselon pimpinan
Kepala pembinaan mental kodam disingkat KABINTALDAM
V/Brawijaya
2) Eselon pembantu pimpinan
a) Seksi pembinaan mental rohani disingkan Sibintaroh
(1) Si Rohis
55
(2) Si Rohprot
(3) Si Rohkhat
(4) Si Rohinbud
b) Seksi pembinaan mental ideology dan kejuangan disingkat
Sibintalidjuang
c) Seksi pembinaan dokumen penulisan sejarah dan
perpustakaan disingkat Sibindoklistaka
d) Seksi pembinaan museum, monument, dan tradisi disingkat
Sibinmusmontra.
3) Eselon pelayan
Tata usaha urusan dalam disingkat TUUD
4) Eselon pelaksana
Museum dan monument disingkat Musmon
Kemudian pada tahun 2007 struktur organisasi dan tugas
BINTALDAM V/Brawijaya kembali mengalami perubahan
sehubungan dengan keluarnya peraturan kasad nomor:
Perkasad/266/XII/2007 tanggal 31 Desember 2007 tentang Validasi
Orgas Bintal. Adaoun susunan organisasinya adalah:
1) Eselon pimpinan
Kepala pembinaan mental kodam disingkat KABINTALDAM
V/Brawijaya
2) Eselon pembantu pimpinan
a) Seksi metode dan teknik disingkat Simetik
56
b) Seksi pembinaan rohani islam disingkat Sibinrohis
c) Seksi pembinaan rohani protestan disingkat Sibinrohprot
d) Seksi pembinaan rohani katholik disingkat Sibinarohkath
e) Seksi pembinaan rohani hindu / budha disingkat
Sibinarhhinbud
f) Seksi pembinaan rohani mental ideologi dan kejuangan
disingkat Sibintalidjuang
g) Seksi pembinaan dokumen, penulisan sejarah dan
perpustakaan disingkat Sibindoklistaka
h) Seksi pembinaan museum, monumen, dan tradisi disingkat
Sibinmusmontra
3) Eselon pelaksana
Badan pelaksana pembinaan mental dan sejarah disingkat Balak
Bintaljarah
4) Eselon pelayan
Tata usaha dan urusan dalam disingkat TUUD
Kemudian pada tahun 2011 struktur organisasi dan tugas
BINTALDAM V/Brawijaya kembali mengalami perubahan
sehubungan dengan validasi orgas bintal sesuai dengan renstra
hankam sebagai berikut:
1) Eselon pimpinan
Kepala pembinaan mental kodam disingkat KABINTALDAM
V/Brawijaya
57
2) Eselon pembantu pimpinan
a) Wakil kepala pembinaan mental disingkat wakabintal
b) Seksi metode dan teknik disingkat Simetik
c) Seksi pembinaan rohani islam disingkat Sibinrohis
d) Seksi pembinaan rohani protestan disingkat Sibinrohprot
e) Seksi pembinaan rohani katholik disingkat Sibinarohkath
f) Seksi pembinaan rohani hindu / budha disingkat
Sibinarhhinbud
g) Seksi pembinaan rohani mental ideologi dan kejuangan
disingkat Sibintalidjuang
h) Seksi pembinaan dokumen, penulisan sejarah dan
perpustakaan disingkat Sibindoklistaka
i) Seksi pembinaan museum, monumen, dan tradisi disingkat
Sibinmusmontra
3) Eselon pelaksana
Badan pelaksana pembinaan mental dan sejarah disingkat Balak
Bintaljarah
4) Eselon pelayan
b. Sejarah Berdirinya Pembinaan Rohani (Binroh) BINTALDAM
V/BRAWIJAYA
Pembinaan mental dalam tubuh organisasi angkatan darat
sudah tumbuh sejak perjuangan revolusi fisik, yaitu ketika TNI di
bawah pimpinan jendral Sudirman. Pada saat itu pembinaan mental
58
masih dalam pengertian yang sangat sempit dan disebut sebagai
“Pendidikan Agama”. Namun demikian riwayat rohani Kodam
VIII/Brawijaya didalam pertumbuhannya yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi dari pada perkembangan organisasi angkatan
darat.
Berdasarkan penetapan menteri pertahanan RI nomor:
59/PNTP/49 tanggal 3 September 1949 tentang tugas susunan bagian
urusan agama dari staf “A” kementrian pertahanan RI, maka pada
saat itu berdirilah Dinas Rawatan Rohani Angkatan Perang.
Pada tanggal 23 Pebruari 1950 keluarlah penetapan kepala staf
“A” angkatan darat nomor: 133/PNTP/SA/1950 yang menyatakan
bahwa nama bagian urusan agama diganti dengan sebutan dinas
agama, maka diwilayah T & T VIII/Brawijaya telah dibentuk pula
dinas agama T & T VIII/Brawijaya pada tanggal 6 juni 1950 yang
meliputi sub terotorium Surabaya, Madura, Kediri, Besuki, dan
Malang.
Pada tanggal 23 Juli 1950, KSAD mengeluarkan penetapan
nomor: 670/PNTP/SA/50 tentang perubahan dinas agama menjadi
Djawatan Agama Angkatan Darat (Djadad). Berdasarkan instruksi
KSAD nomor: 37/KSAD/Instr/52 tanggal 30 Marer 1952 sebutan
staf “A” diganti menjadi Ajudan Jendral (Ajen) sehingga status
Djagad adalam BP ajen. Selanjutnya pada tanggal 27 sampai 31
desember 1951, Djagat mengadakan konferensi di Bandung untuk
59
memperjuangkan terbentuknya CPRAD, sehingga dikeluakanlah
penetapan nomor: 305/PNTP.H.Ajen/52 pada tanggal 18 April 1952
tentan penyusunan organisasi CPRAD makan sebutan Djagat
berubah menjadi Corps Perawatan Rohani Angkatan Darat disingkat
CPRAD yang terdiri dari bagian islam, bagian ptotestan, dan bagian
katholik yang masing-masing bagian berdiri sendiri-sendiri dibawah
Ajen.
Pada tahun 1955, dikeluarkan surat keputusan Kasad nomor:
288/KSAD/KPTS/55 tentang penyusunan organisasi PRAD.
Dengan adanya keputusan ini masing-masing bagian bernama
PRIAD, PRKAD, dan PPROTAD.
Berdasarkan penetapan KSAD nomor 10-9 tanggal 15 Oktober
1957, telah dibentuk organisasi beru bernama Inspektorat Rawatan
Rohani ITROH yang merupakan gabungan kantor pusat ketiga
bagian dinas rawatan rohani angkatan darat, selanjutnya pada
tanggal 5 Agustus 1958 dikeluarkan penetapan Kasad nomor:
Pntp.0-5 tentang perubahan organisasi ITROH menjadi PUSROH.
Sejalan dengan itu, penyempurnaan organisasi dan tugas
dalam tubuh angkatan darat berjalan terus sehinggan pada tanggal
13 April 1970 dikeluarkan surat keputusan Menhankam/Pangab
nomor: Kep/A/157/1970 tentang pokok organisasi dan prosedur
angkatan darat. Kemudian pada tanggal 24 Oktober 1970, Kasad
mengelurkan surat keputusan nomor: 600/X/1970 tentang perubahan
60
PUSROH menjadi DISROH. Namun tak lama kemudian DISROH
inipun mengalami perubahan pada tahun 1971 dengan keluarnya
keputusan Menhankam/Pengab nomor: Kep/A/53/X/1971 tanggal
14 Oktober 1971 tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur pusat
pembinaan mental TNI dimana DISROH yang terdiri empat bagian
agama dimasukkan dalam satu wadah pusat pembinaan mental yang
meliputi dinas pembinaan rohani, dinas pembinaan santiaji
santikarma, dan dinas pembinaan tradisi kejuangan.
Berdasarkan surat keputusan Kasad nomor: Skep/1246/IX
tanggal 20 September 1976 dibentuklah dinas pembinaan AD
(DISBNTALAD) sebagai penggabungan dan penyempurnaan dari
dinas rawatan rohani TNI AD pada tanggal 7 January 1978
dilaksanakan peresmian berdirinya dinas pembinaan mengtal TNI
AD yang disingkat DISBINTALAD berdasarkan surat perintah
Kasad nomor: Sprin/23/I/1978.
Berdasarkan keputusan Kasad nomor: Kep/43/VII/1979
tanggal 19 Juli 1979 tentang organisasi dan tugas pembinaan mental
komando daerah militer dan Kep/6/III/1980 tanggal 19 Maret 1980
tentang daftar susunan perorangan dan perlatan (DAF) dinas
pembinaan mental kodam (BINTALDAM) maka organisasi
BINTALDAM telah mengalami perubahan kembali. Selanjutnya
berdasarkan surat perintah Pangdam VIII/Brawijaya nomor:
Sprin/22/I/1981 tanggal 8 January 1981 diadakan penataan
61
organisasi dari BINTALDAM VIII/Brawijaya yang terdiri dari
empat roroh ditambah Ro Ajikarma, dan Timlak.
Berdasarkan surat keputusan kasad nomor: Skep/15/IV/1985
tanggal 25 April 1985 telah ditetapkan organisasi dan tugas
disbintalad yang baru dengan memasukkan fungsi sejarah
(Disjarahad) kedalam fungsi bintal yang telah direalisasikan dengan
surat perintah kasad nomor: Sprin/2038/IX/1985 tanggal 21
September 1985 dengan komponen sebagai berikut: Subdibinarohis,
Subdisbinarohprot, Subdisbinarohkath, Susdisbinarohinbud,
Susdibnatrajuanglisjarah, dan Susdisbinadokjarahmustak.
Berdasarkan peraturan panglima TNI nomor:
Perpang/127/IV/2008 tanggal 7 April 2008 yang kemudian
direalisasikan dengan peraturan kasad nomor: Perkasad/25/V/2008
tanggal 25 Mei 2008 tentang diresmikannya berdirinya kembali
Disjarahad pada tanggal 5 Nopember 2008. Dengan demikian fungsi
sejarah yaitu Doklistaka dan Musmontra tidak lagi didalam fungsi
Bintal Angkatan Darat.
Guna menyempurnakan pokok-pokok organisasi dan tugas
kodam, maka rawatan rohani kodam VIII/Brawijaya disingkat
Rohdam VIII/Brawijaya yang terdiri dari rohani islam, rohani
protestan, rohani khatolik, dan rohani hindu budha yang masing-
masing berdiri sendiri kemudian digabungkan dengan sebutannya
62
berubah menjadi BINTALDAM VIII/Brawijaya dengan tugas
sebagai berikut:
1) Menyusun rencana program serta melaksanakan pengawasan
dan pengendalian mengenai pembinaan mental dan memelihara
rohani kodam VIII/Brawijaya.
2) Menyelenggarakan tuntunan agama melalui pendidikan
pengajaran agama serta penerangan dan tuntutan di bidang tataa
peribadatan maupun pelayanan kebutuhan hidup beragam bagi
anggota kodam VIII/Brawijaya.
3) Menyelenggarakan kegiatan Santiaji, Santi karma dalam rangka
pembinaan mental dan jiwa keprajuritan TNI dilingkungan
kodam.
4) Menyelenggarakan kegiatan pemupukan dan penegakan tradisi
TNI AD.
5) Melakukan usaha tindakan dan langkah guna mencegah
terjadinya kerusakan mental, moril, dan kerohanian prajurit
dilingkungan kodam.
6) Menyediakan keterangan ilmiah dibidang mental spiritual bagi
pangdam.
Penggabungan rohdam-rohdam VIII/Brawijaya menjadi
BINTALDAM VIII/Brawijaya tersebut sesuai dengan skep/sprin
sebagai berikut:
63
1) Surat keputusan kasad nomor: Skep/1246/IX/1976 tanggal 20
September 1976 tentang pembentukan dinas pembinaan mental
TNI AD sebagai penggabungan dan penyempurnaan dinas TNI
AD.
2) Surat peintah kasad nomor: sprin/23/I/1978 tanggal 7 January
1978 tentang peresmian berdirinya disbintalad.
3) Keputusan kasad nomor: skep/45/VII/1979 tanggal 9 Juli 1979
tentang penetapan organisasi dan tugas BINTALDAM.
4) Surat keputusan pangdam VIII/Brawijaya nomor:
skep/26/VII/1981 tanggal 8 January 1981 tentang pembentukan
dan penetapan organisasi baru BINTALDAM yang terdiri dari
empat Robinroh ditambah Roren, Roajikarma, dan Timlak.51
2. Struktur Organisasi Pembinaan Mental Kodam V/Brawijaya
STRUKTUR ORGANISASI BINTALDAM V/BRAWIJAYA
(BERDASARKAN ESELON DAN JABATAN)
51 Sejarah Satuan BINTALDAM V/Brawijaya (Malang: 2011), 17-21
64
Sumber data: Dokumentasi BINTALDAM V/Brawijaya
Gambar 4.1
Dari gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa pimpinan tertinggi di
Bintal adalah Kepala Pembinaan Mental Kodam V/Brawijaya
(KABINTALDAM), sebagai calon pimpinan. Kemudian dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya kabintal dibantu eselon
pembantu pimpinan yang terdiri dari kepala seksi metode dan teknik
(Kasimetnik), Kepala seksi rohani islam (Kasirohis), kepala seksi rohani
protestan (Kasirohprot), kepala seksi rohani katolik (Kasirohkat), kepala
seksi rohani hindu budha (Kasirohhinbudh), kepala seksi mental
ideology kejuangan (Kasitalidjuang), kepala seksi penulisana sejarah dan
perpustakaan (Kasidoklistaka), kepala seksi museum, monument, dan
tradisi (Kasimusmontra), kemudian terdapat unsure pelayanan yaitu
kepala tata usaha urusan dalam (Katuud), dan terakhir adalah unsure
65
pelaksana kepala badan pelaksana pembinaan mental juang (Kabalak
Bintal Juang).52
STRUKTUR ORGANISASI SIBINROHIS BINTALDAM V/BRAWIJAYA
Sumber data: Dokumentasi Sibinrohisdam V/Brawijaya
Gambar 4.2
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa sibinrohis dipimpin
oleh kepala seksi pembinaan rohani islam (Kasibinrohis) yang dijabat
oleh Mayor Inf. M Sholihuddin, S.Ag, dalam kesehariannya kasibinrohis
dibantu oleh empat kaur yang terdiri dari kepala urusan bimbingan
rohani islam (Kaurbimrohis) yang saat ini dijabat oleh Kapten Inf. Acf
Zaidul Fatah, kepala urusan penyuluhan rohani islam (Kaurluhrohis)
yang saat ini dijabat oleh Drs. Abdul Munir, kepala urusan perawatan
52Markas Besar Angkatan Darat, Organisasi dan Tugas Pembinaan MentalLomando Daerah Militer (Orgas BINTALDAM), (Jakarta: Mabes TNI, 2016).
KASIBINROHIS
Mayor Inf. M
Sholihuddin S.Ag
KAURBIMROHIS
Kapten Inf. Ach
Zaidul Fatah
PENATA NTCR
Mochammad Toha
KAURWATROHIS
Drs. H. Laily ND
KAURLUHROHIS
Drs. Abdul Munir
OPR. KOMP
Yulianingsih
BABANROHIS
Kopka Su’eb
66
rohani islam (Kaurwatrohis) saat ini dijabat oleh Dra. Hj. Laily ND,
kepala urusan nikah, talak, cerai, dan rujuk (Kaur NTCR) saat ini dijabat
oleh Mochammad Toha S. Ag, bintara bantuan islam (Babanrohis) yang
dijabat oleh Kopka Su’eb, dan operator komputer yang dijabat oleh
Yulianingsih
3. Rincian Tugas dan Tanggung Jawab Sibinrohis
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai badan pelaksana
pembinaan mental para prajurit khusus dalam hal pembinaan rohani
islam, maka dibutuhkan pembagian tugas dan tanggungjawab, agar
program-program yang telah direncanakan dapat berjalan dengn efektif
dan efisien.
Adapun dalam struktur organisasi di Sibinrohis, jabatan yang
pertama dan teratas sebagai penanggungjawab dari seluruh kegiatan
Sibinrohis adalah kepala seksi pembinaan rohani islam (Kasibinrohis),
kini dijabat oleh seorang perwira menengah berpangkat mayor, dan saat
ini dijabat oleh Mayor Inf. M Sholihuddin, S.Ag.
Kasibinrohis merupakan pembantu KABINTALDAM yang
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan dibidang
pembinaan rohani islam. Dengan tugas kewajiban memimpin,
mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan tugas kewajibn sibinrohis,
menyusun dan membuat program kerja sibinrohis yang meliputi bidang
bimbingan, penyuluhan dan perawatan rohani, membimbing dan
meningkatkan ilmu agama islam, kesadaran beragama, serta kehidupan
67
keagamaan bagi prajurit dan PNS yang beraga islam dilingkungan
BINTALDAM V/Brawijaya, membina , memelihara, dan meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, mempertinggi akhlak/budi
pekerti luhur bagi prajurit dan PNS beserta keluarganya dilingkungan
BINTALDAM V/Brawijaya berdasarkan agama islam; memberikan
bimbingan pernikahan dan rumah tangga sakinah, penyelesaian cerai dan
rujuk, bimbingan haji dan umroh serta zakat, infaq, dan sadaqah maupun
sosial keagamaan serta amal ibadah lainnya bagi prajurit dan PNS
angkatan darat beserta keluarganya dilingkunga BINTALDAM
V/Brawijaya; mengevaluasi kondisi mental spiritual prsjurit dan PNS
yang beragama islam dilingkungan Bintaldan V/Brawijaya,
menyampaikan saran dan pertimbangan kepada KABINTALDAM
V/Brawijaya sesuai bidang tugasnya, mengadakan hubungan dan
koordinasi denga instansi atau lembaga terkait fungsi binrohis diluar
BINTALDAM V/Brawijaya sesuai kebijakan KABINTALDAM
V/Brawijaya.53
Kepala urusan yang pertama adalah kepala urusan bimbingan
rohani islam (Kaurbimrohis), jabatan ini dipegang oelh prajurit
berpangkat Kapten. Saat ini posisi ini dijabat oleh Kapten Inf Ach Zaidul
Fatah. Kurbimrohis membantu kasibinrohis dalam melaksanakan
bimbingan rohani islam, meliputi melaksanakan pembinaan rohani islam
(Binrohis) di satuan, jajaran, dinas BINTALDAM V/Brawijaya sesuai
53Markas Besar Angkatan Darat, Organisasi dan Tugas.,10.
68
dengan jadwal yang ditentukan; merencanakan/melaksanakan peringatan
hari besar islam (PHBI); merencanakan/melaksanakan bimbingan
manasik haji, zakat, infaq, dan sadaqah dilingkungan V/Brawijaya;
meningkatkan kualitas keterampilan kegamaan melalui muhasabah,
mudzakarah, dan pesantren kilat dilingkungan BINTALDAM
V/Brawijaya; megevaluasi kondisi mental spiritual prajurit dan PNS AD
dilingkungan BINTALDAM V/Brawijaya; menyusun program kerja
sesuai bidangnya; membuat arsip rencana dan laporan kegiatan sesuai
bidangnya.
Kepala urusan yang kedua adalah kepala urusan penyuluhan rohani
islam (Kaurluhrohis), jabatan ini dipegang oleh seorang anggota PNS-
AD gol III/c-d, saat ini dijabat oleh Drs. Abdul Munir. Dalam keseharian
Kaurluhrohis membantu kasibinrohis dalam penyuluhan rohani islam.
Meliputi; membimbing dan meningkatkan ilmu agama, kesadaran
beragama, serta kehidupan keagamaan bagi prajurit dan PNS AD serta
keluarganya dilingkungan BINTALDAM V/Brawijaya sesuai ajaran
islam, melaksanakan penyuluhan rohani islam di satuan jajaran
BINTALDAM V/Brawijaya; melaksanakan kegiatan siaran RRI dalam
mimbar agama islam setiap empat bulan sekali; merencanakan dan
melaksanakan kegiatan safari Ramadhan dilingkunga BINTALDAM
V/Brawijaya; menyusun silabus bintalroh yang berhubungan dengan
ajaran agama islam; membuat/merencanakan/melaporkan jadwal khotib
siaran, Binroh satuan, Binroh gabungan, kegiatan ramadhan dan
69
pengajian dilingkungan BINTALDAM V/Brawijaya; mengkoordinir
pembuatan laporan kegiatan, menyusun laporan kerja sesuai bidangya,
membuat arsip rencana dan laporan kegiatan sesuai bidangnya.
Kepala urusan yang ketiga adalah kepala urusan perawatan rohani
islam (Kaurwatrohis), jabatan ini dipegang oleh anggota PNS AD Gol
III/c-d dan saat ini dijabat oleh Dra. Hj. Laily ND. Dalam kesehariannya
kaurwatrohis membantu sibinrohis dalam hal perawatan rohani islma
para prajurit, meliputi membina, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah SWT, mempertinggi budi pekerti akhlak luhur bagi prajurit
dan PNS AD beserta keuarganya dilingkungan BINTALDAM
V/Brawijaya; melaksanakan kegiatan perawatan rohani islam/kifayah
terhadap prajurit dan PNS beserta keluarganya dilingkungan kodam
V/Brawijaya; melaksanakan kegiatan penyumpahan dan doa;
melaksanakan pembinaan terhadap muallaf; melaksanakan latihan atau
praktik penyelenggaraan jenazah; melayani pejabat bila diperlukan;
menyusun program kerja sesuai bidangnya; membuat arsip dan laporan
kegiatan sesuai bidangnya.
Kepala urusan yang keempat adalah kepala urusan nikah, talak,
cerai, dan rujuk (Kaur NTCR) jabatan ini dijabat oleh seorang PNS-AD
Gol III/a-b. Dan saat ini dijabat oleh bapak Mochammad Toha S. Ag.
Dalam keseharian kaur NTCR membantu kasibinrohis dalam hal
pelayanan nikah, talak, cerai, dan rujuk oleh para prajurit dan PNS
dilingkungan kodam V/Brawijaya, meliputi memberikan bimbingan dan
70
nasihat hal-hal yang berhubungan dengan NTCR dan masalah sosial
kegamaan dalam rumah tangga bagi prajurit dan PNS AD beserta
keluarganya dilingkungan Kodam V/Brawijaya; memberikan
bimbingan/pelayanan dalam hal NTCR; menaggani administrasi NTCR;
membuat data pemeluk agama islam satuan jajaran kodam V/Brawijaya;
mengarsipkan surat masuk/keluar sesuai dengan bidangnya.
Selain keempat kepala urusan diatas, dalam struktur sibinrohis
terdapat dua unsur pelayan dalam skala internal yang berfungsi untuk
memperlancar tugas dan tanggung jawa. Adapun kedua unsure tersebut
adalah Bintara bantu rohani islam yang dijabat oelh seorang Serda dan
sekarang dijabat oleh serda Junaedi, serta operator computer yang dijabat
oleh seorang anggota PNS AD dan saat ini dijabat oleh ibu Yulianingsih.
Bintara bantu rohani islam dalam kesehariannya bertugas mengarsipkan
setiap surat keluar/masuk rohis, membantu para kaur dalam melaksankan
tugas, membantu menghimpun laporan Sibinrohis, mengecek kesiapan
petugas bimbingan rohani (Bimroh)/Khotib jum’at, dalam pelaksanaan
tugas dan bertanggunjawab kepada kasibinrohis.
Unsur terakhir yang ada dalam sibinrohis adalah operator
komputer. Dalam kesehariannya operator computer bertugas dalam
membantu kaur dalam bidang operator, bertanggungjawab dalam bidang
pemeliharaan dan perawatan (Harwat) computer, dan dalam pelasanaan
tugas bertanggung jawab kepada kasibinrohis.
Daftar Susunan Personil Kasibinrohis
71
No Uraian Pkt/Gol ID Jumlah
1 Kasibinrohis Mayor M 1
2 Kaurbimrohis Kapten M 1
3 Kaurluhrohis Kapten M 1
4 Kaurwatrohis Kapten M 1
5 Kaur NTCR III/a-b S 1
6 Babanrohis Sersan M 1
7 Opeartor Komputer II/a-b S 1
Sumber: Dokumentasi Sejarah Satuan BINTALDAM V/Brawijaya
Tabel 4.1
Berdasarkan buku sejarah satuan BINTALDAM V/Brawijaya,
bahwa jumlah personil di Sibinrohis idealnya adalah sebagaimana yang
tertera pada tabel diatas. Akan tetapi setelah dilaksanakan observasi
keadaan yang ada sangat berbeda, adala posisi jabatan yang tidak diisi
oleh personil yang sesuai dengan buku petunjuk organisasi dan tugas
BINTALDAM V/Brawijaya yaitu posisi Kaurluhrohis dan Kaurwatrohis
yang seharusnya dijabat oleh seorang prajurit berpangkat kapten namun
saat ini dijabat oleh PNS AD dan jabatan babanrohis ini seharusnya
dijabat oleh prajurit Bintara tetapi disini dijabat oleh prajurit tamtama
berpangkat kopta.
4. Kondisi Objek BINTALDAM V/Brawijaya
Pembinaan mental kodam V/Brawijaya yang disingkat
BINTALDAM V/Brawijaya berdiri sejak tahun 1950, berlokasi di jalan
72
Suropati no. 11 Malang, merupakan lembaga militer yang mempunyai
tugas untuk membina rohani prajurit yang ada di bawah kodam
V/Brawijaya. Terdiri dari 110 anggota baik dari prajurit maupun dari
PNS yang bertugas di BINTALDAM V/Brawijaya dengan kualifikasi:
Letkol 1, Mayor 8, Kapten 14, Letnan 8, Pembantu letnan (plt) 2, Serma
4, Serka 8, Sersan 4, Kopral 3, Praka 1, PNS Gol III 17 dan PNS Gol II
40 orang.
Berdiri diatas tanah dengan luas mencapai 3.640 m2 dan
merupakan penyerahan dari gedung milik belanda. Bitaldam
V/Brawijaya mempunyai sejarah yang sangat panjang sebelum kemudian
menjadi BINTALDAM V/Brawijaya.
Penggabungan rohdam-rohdam VIII/Brawijaya menjadi
BINTALDAM V/Brawijaya tersebut sesuai dengan Skep/sprin sebagai
berikut:
a. Surat keputusan Kasad nomor: Sprin/1264/IX/1976 tanggal 20
september 1976 tentng pembentukan dinas pembinaan mental TNI
AD sebagai penggabungan dan penyempurnaan dinas rohani TNI AD.
b. Surat perintah Kasad nomor: Sprin/23/1/1978 tanggal 7 January 1978
tentang peresmian berdirinya Disbintalad.
c. Keputusan Kasad nomor: Kep/45/VII/1979 tanggal 9 Juli 1979
tentang penetapan organisasi dan tugas BINTALDAM.
73
d. Surat keputusan Pangdam VIII/Brawijaya nomor: Skep/226/XII/1979
tanggal 17 September 1979 tetang penetapan organisasi
BINTALDAM VIII/Brawijaya.
e. Surat perintah pangdam VIII/Brawijaya nomor: Sprin/22/1/1981
tanggal 8 January 1981 tentang pembentukan/penetapan organisasi
baru yang terdiri dari 4 Robinroh ditambah Roren, Rojikarma, dan
Timlak.
B. Makna Keluarga Sakinah Menurut BINTALDAM V/BRAWIJAYA
dan Keluarga TNI Muslim di linkungan KODIM 0833 Kota Malang
Keluarga sakinah merupakan tujuan dari pembinaan mental rohani bagi
keluarga TNI. Tujuan inipun menjadi idaman bagi setiap keluarga TNI.
Makna dari keluarga sakinah menurut Sudiono selaku rohis yang memberikan
pembinaan mental rohani dari BINTALDAM :
“Sebagaimana dalam Al-qur’an menyebutkan keluarga bahagia
(sakinah) itu dengan adanya ketenangan batin, dari ketenangan batin
ini kita terjemahkan melalui pembinaan mental rohani guna
tercapainya tujuan berkeluarga. Ada 4 kriteria bahagia yakni
sholeh/sholeha, anaknya juga sholeh/sholeha, kemudian lingkungan
serta rezeki yang halal. Apabila ini semua terwujud maka allah akan
menjadikan keluarga tersebut keluarga yang sakinah mawaddah wa
rohma.”54
Pokok yang disampaikan oleh Sudiono perwujudan penjabaran dari
makna pembinaan mental rohani yakni pembinaan mental/kejiwaan
berdasarkan nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran agama untuk
54Sudiono, wawancara (BINTALDAM, 24 agustus 2017)
74
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mempertinggi moral/akhlak yang luhur baik dalam hubungan manusia
dengan Tuhannya, manusia dengan sesamanya maupun dengan dirinya
sendiri. Apabila nilai-nilai rohani telah tertanam pada prajurit beserta
keluarganya akan dapat meningkatkan motivasi (karena iman adalah sumber
motivasi) dan mengendalikan perilaku sehingga menjadi manusia
bermoral/bermartabat.55
Selaras dengan yang disampaikan Sudiono 4 kriteria tersebut memiliki
kesamaan dengan kriteria keluarga sakinah sebagai berikut:
a. Keluarga tersebut mempunyai keinginan mengamalkan ilmu-ilmu agama,
setiap anggota keluarga (bapak, ibu, dan anak) memiliki semangat dan
motivasi menerapkan ilmu agama dalam membina keluarga untuk
kehidupan sehari-hari56.
b. Sikap saling menghormati dan menyayangi setiap angggota keluarga
tercermin dalam etika dan pribadi sehari-hari mereka.
c. Berusaha memperoleh rejeki yang halal, kemudian hasil perolehan
tersebut dapat memenuhi kebutuhan para anggota keluarga yang ada
didalamnya.
d. Membelanjakan harta secara efektif dan efisien, anggota keluarga mampu
mengatur serta menyeimbangkan antara pengeluaran dan pendapatan.
55Kadisbintalad, Himpunan Materi Pembekalan, 21. 56Tohari Munsnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII
Pres, 1992), 64.
75
Berdasarkan kesamaan serta penjelasan dari Sudiono, makna keluarga
sakinah adalah terbentuknya karakter individu yang agamis dalam setiap
individu keluarga, memiliki mental yang kuat, dan menjalankan ajaran agama
dalam kehidupannya.
Adapun makna keluarga sakinah menurut keluarga TNI memiliki
banyak kesamaan. Sumaryono menuturkan:
“Keluarga sakinah itu saling pengertian, mengerti hak dan kewajiban
suami isteri, salah satu contoh saya sebutkan kewajiban isteri ketika
ditinggal suami jangan sekali-kali menerima tamu yang bukan
mahrom, tidak boleh terlalu lama bergaul dengan tetangga, terlalu
ngobrol kesana kemari akhirnya timbul fitnah jadi seperlunya
saja,karena hidup bertetangga itu sama manusianya, kalau kita punya
(harta) jadi pembicaraan begitu juga sebaliknya. Saya sampaikan ke
keluarga agama tidak mendidik kita untuk kaya tapi cukup.”57
Pendapat yang disampaikan oleh Sumaryono benar-benar diterapkan
dalam keluarganya. Ketika peneliti hendak melaksanakan wawancara dengan
beliau terjadi miskomunikasi. Peneliti datang ke rumah Sumaryono dan tidak
bertemu dengan beliau, hanya bertemu dengan isteri. peneliti dipersilahkan
masuk tetapi di halaman depan rumah dan tidak diizinkan untuk masuk rumah
dengan alasan di rumah tidak ada orang lain dan tidak ada mahrom yang
menemani. Isteri beliau sedikit menceritakan kehidupan keluarganya dan
nampak kehidupan dengan penerapan nilai-nilai agama. Doa suami dengan
isteri yang mendoakan agar hajat anak- anaknya terwujud menjadi sarjana
dan mendaftar menjadi anggota TNI dikabulkan oleh allah sehingga
menjadikan keluarganya semakin takut kepada allah dan itu pula yang
57Sumaryono, wawancara (koramil lowokwaru, 10 oktober 2017)
76
disampaikan kepada kedua anaknya. Selain mendapatkan pengetahuan agama
dari BINTALDAM dan bintal satuan pasangan ini memang sudah memiliki
dasar agama yang kuat.58
Salah satu tujuan keluarga apabila dilihat dari keluarga pak Sumaryono
telah tercapai yakni melaksanakan hak-hak keluarga serta bekerja sama dalam
menghadapi kesulitan hidup.59 Prinsip yang digunakan adalah anggota
keluarga memahami dan memenuhi norma-norma agama. Apabila setiap
individu keluarga menerapkan norma agama maka fungsi religius keluarga
pak Sumaryono telah tercapai pula, dibuktikan dengan munculnya rasa takut
kepada allah atas bukti dikabulkan hajat yang di doakan. Adapun dalam setiap
tugas yang dilaksanakan dimanapun penempatannya pak Sumaryono
istiqomah mengadakan acara bakti sosial untuk anak yatim. Uang diperoleh
dari setiap kompi, dan disalurkan langsung dengan mengundang anak yatim
piatu. Fungsi ekonomi dan religius mengiringi perjalanan hidup keluarga pak
Sumaryono.60
Fungsi keluarga yang berjalan dengan baik dalam keluarga pak
Sumaryono memunculkan indikator terbentuknya keluarga sakinah. Indikator
yang ada dalam keluarganya adalah adanya keimanan dalam keluarga,
penerapan pengetahuan dan peranan agama dalam kehidupan keluarga, usaha
saling mengenal, saling menghargai, serta berusaha menyelesaikan
58Observasi lapangan pada tanggal 10 oktober 2017 59Hussein Muhammad faqihuddin, A, dkk Keluarga Sakinah.,8 60Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam., 42.
77
bersama.61 Dapat dikatakan bahwa keluarga pak Sumaryono masuk kategori
keluarga sakinah.
Keluarga Yahya memiliki kesamaan arti dengan Sumaryono dalam
memaknai keluarga sakinah. Yahya menyebutkan:
“Keluarga sakinah itu adalah keluarga yang saling mengerti, dalam
hal ini antara kehidupan seorang suami yang notabene tentara dan
saya juga harus mengetahui keinginan dari isteri. Sakinah mawaddah
wa rahmah itu saling mengisi kekurangan seperti mengingatkan sholat
baik saya kepada isteri begitu juga sebaliknya dan kepada anak. Agama
adalah yang paling utama.”62
Yahya menekankan kepada anak serta isterinya bahwa agama yang
paling utama. Sholat dan sholawat merupakan prinsip dasar keluarga Yahya.
Kegiatan anak sehari-hari senantiasa dipantau oleh orang tua, mengingatkan
sholat, mengawasi dari pergaulan yang salah, bahkan sampai merokok pun
dilarang. Yahya menjadi contoh bagi keluarganya. dia harus memberikan
contoh terlebih dahulu sebelum menyampaikan kepada anak-anaknya.63
Tujuan perkawinan yang utama menurut pak Yahya adalah ketenangan
hidup penuh kasih sayang melalui agama. salah satu bukti bentuk kasih
sayang yang diajarkan oleh pak Yahya adalah menjaga kesehatan diri sendiri
dengan menghindari merokok. Prinsip yang digunakan pak Yahya adalah
menikah satu kali dan tidak bermain dengan wanita lain (selingkuh).64 Pak
Yahya menjelaskan:
“Saya tidak berani bermain (selingkuh) dengan wanita lain mas,
alasannya karena saya memiliki anak perempuan bagaimana bila itu
terjadi pada anak saya, kemudian saya juga mempertimbangkan
61Aziz Musthofa, Untaian Keluarga., 12-14. 62Yahya, wawancara (jetis, 11 oktober 2017) 63Observasi lapangan pada tanggal 11 oktober 2017 64Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam., 160
78
perasaan isteri saya jika saya selingkuh dengan wanita lain pasti
hancur. Dua alasan inilah yang menjadi tameng bagi saya untuk
menjaga diri.”65
Tujuan, prinsip serta arti sebuah keluarga menurut pak Yahya mengarah
kepada fungsi edukasi dan fungsi religius.66 Indikator yang ada pada keluarga
pak Yahya yakni adanya keimanan dalam keluarga karena agama yang paling
utama, kesehatan keluarga yang dijaga dengan tidak merokok, usaha saling
mengenal dan menghargai mengindikasikan keluarga pak Yahya adalah
keluarga sakinah.67
Pak Isnaini dalam memaknai keluarga sakinah menyebutkan:
“Kita itu harus saling pengertian kepada isteri, anak, dan keluarga.
Menerima apa adanya, tenang, nyaman, aman.”68
Makna keluarga sakinah yang disebutkan oleh Isnaini sangat terasa
ketika peneliti hendak melaksanakan wawancara di rumah. Peneliti disambut
baik oleh bapak dan ibu mertua yang sedang bermain dengan cucu mereka
sambil menunggu kedatangan ayahnya. Peneliti merasakan sebuah
kehangatan yang luar biasa melihat kebersamaan antara mertua serta keluarga
pak Isnaini yang tinggal serumah. Tutur bahasa yang digunakan oleh keluarga
pak Isnaini relatif halus, penuh dengan sopan santun. Mertua dari pak Isnaini
juga seorang prajurit TNI serta aktif di kampung serta aktif berjamaah di
musholla dekat rumah. Pemandangan ini menampikkan bahwa tidak semua
keluarga yang tinggal serumah dengan mertua selamanya buruk. Keluarga
65Yahya, wawancara (jetis, 11 oktober 2017) 66Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam., 42. 67Aziz Musthofa, Untaian Keluarga., 12-14. 68Isnaini, wawancara (Tlogomas, 22 september 2017)
79
pak Isnaini juga berencana membeli rumah di Joyogrand dengan menabung
penghasilannya.69
Pak Isnaini beserta isteri sepakat untuk tinggal sementara di rumah
mertua dan menabung guna membeli sebuah rumah di Joyogrand. Ini
merupakan sebuah prinsip guna tercapainya sebuah tujuan, adanya
persetujuan antara suami-isteri merupakan jalan musyawarah yang tepat.
Sinkronisasi antara makna keluarga sakinah serta pengamatan peneliti
menunjukkan bahwa pak Isnaini berpegang teguh ingin menciptakan rasa
aman, tentram dan nyaman dalam kehidupan rumah tangganya.70 Fungsi
keluarga yang tercapai pada keluarga pak Isnaini adalah fungsi religius dan
fungsi ekonomi.71
Melihat fungsi keluarga dan ketentraman keluarga pak Isnaini
memunculkan indikator terciptanya keluarga sakinah. Indikator yang ada
pada keluarga pak Isnaini adanya keimanan, pengetahuan, peranan agama
dalam kehidupan berkeluarga, manajemen ekonomi yang baik antara suami
isteri serta hubungan sosial keluarga yang harmonis mengindikasikan bahwa
keluarga pak Isnaini adalah keluarga sakinah.72
Anggota TNI yang terakhir peneliti wawancarai adalah Sudiman.
Sudiman memaknai keluarga sakinah:
“Keluarga sakinah menurut saya itu keluarga yang diridhoi oleh allah,
kita bisa mensyukuri segala sesuatu yang telah diberikan oleh allah
69Observasi lapangan pada tanggal 22 september 2017 70Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam., 160 71Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam., 42 & 45. 72Aziz Musthofa, Untaian Keluarga., 12-14.
80
kepada kita, kalau mengikuti kemauan kita manusia itu selalu merasa
kurang.”73
Segala sesuatu yang diterima oleh keluarga Sudiman dari allah selalu
disyukuri. Pak Sudiman beserta isteri saling melengkapi satu sama lain dan
saling membantu baik dalam pekerjaan rumah tangga maupun tugas.
Manakala isteri belum pulang dari kumpul ibu-ibu persit pak Sudiman yang
membersihkan rumah. Dalam hal apapun pak Sudiman senantiasa
mendiskusikannya bersama isteri. Setiap rumah tangga pasti ada
permasalahan. Isteri pak Sudiman pun memiliki karakter tidak menceritakan
segala permasalahan rumah tangganya kepada siapapun kecuali pada
suaminya. Komitmen yang dipegang oleh kedua pasangan suami isteri ini
adalah segala permasalahan tidak akan dapat diselesaikan apabila di ceritakan
keluar tetapi permasalahan akan dapat diselesaikan dari dalam dengan
musyawarah bersama. Tatkala ada permasalahan antara pak Sudiman dengan
isteri sebisa mungkin anak jangan sampai tahu prinsip inilah yang dipegang
oleh pasangan ini.74
Prinsip serta keteguhan yang dipegang oleh keluarga pak Sudiman
merupakan fondasi kuat untuk membentuk keluarga sakinah. Fungsi yang
diterapkan pada keluarganya adalah fungsi edukasi dan fungsi religius.75
Fungsi edukasi ini nampak dari komitmen yang dipegang oleh pasangan ini.
Menyelesaikan permasalahan suami isteri tanpa sampai harus diketahui oleh
73Sudiman, wawancara (tlogomulyo, 03 oktober 2017) 74Observasi lapangan pada tanggal 03 Oktober 2017 75Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam., 42
81
anak merupakan aspek penting dalam tumbuh kembang anak karena dapat
mempengaruhi mental. Indikator keluarga sakinah yang melekat pada
keluarga pak Sudiman adalah usaha saling mengenal karakter dan
kepribadian suami isteri dan anak, saling menghargai, berusaha
menyelesaikan masalah bersama, kerja sama dalam melaksanakan tugas atau
pekerjaan rumah tangga, menyembunyikan aib keluarga dengan tidak
menceritakannya kepada orang lain menunjukkan nilai-nilai keluarga
sakinah.76
C. Peran BINTALDAM V/Brawijaya dalam Membentuk Keluarga Sakina
pada TNI Muslim di Lingkungan KODIM 0833 Kota Malang
Bintal merupakan sayap dari Pangdam jaya terutama dalam 3 sisi, yakni
pembinaan mental rohani, pembinaan mental ideologi serta pembinaan
mental kejuangan. Secara struktural bintal adalah divisi yang khusus
membidangi pembinaan mental. Pembinaan mental rohani meliputi seluruh
agama, ada Islam, Kristen,Hindu, Budha, Protestan kecuali kong hu chu.
Setiap anggota TNI yang ingin berkeluarga harus mendapatkan pembinaan
mental rohani di Bintal. Sudiono mengungkapkan;
“Mulai dari mencari jodoh ada 4 kriteria yang telah disebutkan oleh
Rosulullah yakni cantiknya, kayanya, nashabnya dan agama. Ternyata
Rosulullah lebih menekankan pada agamanya. Agama ini yang
mengarahkan untuk terbentuknya keluarga sakinah. Dalam Al-qur’an
sendiri disebutkan litaskunu ilaiha (ketenangan batin) ini jelas
membutuhkan pembinaan. pembinaan keluarga ini penting karena
dibutuhkan guna tercapainya tujuan menikah itu sendiri.” 77
76Ali Qoimi, Singgasana Para Pengantin., 185-189. 77Sudiono, wawancara (BINTALDAM, 24 agustus 2017)
82
Dari keterangan diatas bahwa perlunya suatu divisi khusus yang
menangani pembinaan mental terutama dalam membentuk keluarga sakinah.
Divisi Pembinaan Mental atau biasa disebut Bintal inilah yang mengemban
tugas tersebut melalui Rohaniawan Islam. Rohaniawan Islam atau Rohis
memiliki 3 tugas pokok yakni pembinaan, penyuluhan dan perawatan.
Adapun tugas tersebut sesuai dengan Pasal 3 KHI guna tercapainya tujuan
yang sama yakni mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah
(tentram), mawaddah (penuh cinta) dan rohmah (penuh kasih sayang).78
Adapun program yang dilaksanakan bintal dalam membentuk keluarga
sakinah yakni formal dan non-formal. Program formal dilaksanakan dalam
bentuk penyuluhan rutin tiap bulan di setiap satuan. Sedangkan yang non-
formal artinya setiap satuan mengadakan pembinaan di luar jadwal yang telah
ditetapkan bintal, dan bintal pun siap melaksanakan.
Tugas bintal selain menyiapkan jadwal juga menyiapkan materi dan
pemateri yang profesional di bidangnya. Materi yang disampaikan pun
disesuaikan dengan kondisi serta problematika yang sedang dihadapi saat ini.
Sudiono menjelaskan permasalahan yang terjadi saat ini;
“Adanya peningkatan perceraian di jawa timur dan ternyata yang
paling tinggi adalah wilayah malang raya sehingga saat ini kita lebih
banyak fokus untuk pembinaan rumah tangga bahagia.”79
78 ______, KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PEDATA, 506. 79Sudiono, wawancara (BINTALDAM, 24 Agustus 2017)
83
Divisi bintal ini juga mengingatkan kembali pentingnya membentuk
keluarga sakinah baik yang masih muda maupun yang sudah berumah tangga
di setiap satuan guna meminimalisir angka perceraian terutama di lingkungan
TNI AD. Seperti di batalyon banyak yang masih bujangan salah satu materi
yang disampaikan adalah kriteria pencalonan baik suami atau istri. Bagi yang
sudah berumah tangga seperti di KODIM 0833 Malang ini materi yang
disampaikan adalah mengingatkan kembali antara hak dan kewajiban suami
istri.
Adanya penyesuaian materi dengan kondisi yang ada dirasa peneliti
sangat efektif karena problematika itulah yang sedang dihadapi TNI. Dengan
materi yang disampaikan itulah anggota TNI mampu mengambil jalan yang
bijak guna keutuhan rumah tangga dan bahagia.
Metode yang digunakan bintal dalam membentuk keluarga sakinah
melalui rohis ialah ceramah. Ceramah yang dilakukan bukan hanya sekedar
ceramah biasa, akan tetapi ceramah juga ditunjang dengan media berupa slide
sehingga diharapkan tidak terjadi kejenuhan. Selain metode ceramah, ada
metode tanya jawab terhadap masalah yang sedang dihadapi oleh keluarga
TNI tersebut. Hal ini juga penting untuk mengantisipasi peserta pembinaan
mental rohani apabila ada yang belum paham pada materi yang disampaikan
serta mampu menunjukkan jalan keluar atas masalah yang dihadapi.
Setelah mengadakan pembinaan atau penyuluhan Bintal selaku divisi
pembinaan mental melakukan evaluasi. Evaluasi ini penting guna melihat
tingkat keberhasilan materi yang disampaikan. Sudiono menjelaskan:
84
“setelah kegiatan pembinaan atau penyuluhan selesai,kita biasanya
mengadakan evaluasi langsung bertanya serta berdiskusi kepada yang
tertua atau komandan satuan mengenai kegiatan dan masukan guna
kegiatan yang lebih baik untuk kedepannya. Evaluasi juga dapat dilihat
dari laporan serta foto kegiatan, secara umum pendengar dalam
kondisi bercanda, main hp sendiri, atau ngantuk. Ini menunjukkan
kemungkinan ceramah kurang menarik.”80
Kegiatan beserta evaluasi yang dilakukan bintal menunjukkan adanya
kontrol dan pengawasan. Hal ini diperlukan guna membentuk kepribadian
prajurit dan tercapainya visi misi divisi bintal.
Adapun bintal mengadakan kerjasama dengan instansi lain guna
melaksanakan kegiatan yang telah tersusun. Sudiono mengungkapkan:
“Kita biasa mitra dengan yang lain semisal dalam hal khotib kita mitra
dengan Kemenag,UIN, pondok pesantren, dan tokoh masyarakat guna
membantu program kita. Kita pembinaan satuan di 24 masjid sehingga
butuh bekerjasama dengan instansi yang lain.”81
Berbeda dengan pembinaan keluarga, Sudiono menjelaskan:
“ selama ini karena disarasa cukup hanya dari bintal itu sendiri. Tapi
kadang-kadang dari satuan pengguna biasanya juga bekerjasama
dengan yang lain. Setiap satuan punya BFK (Bintal Fungsi Komando)
masing-masing ini lah biasanya bekerjasama dengan instansi terkait.
Biasanya bekerjasama dengan Kemenag, KUA itu diluar program
Bintal.”82
Kerjasama baik dilakukan bintal dan satuan yang bekerjasama dengan
instansi lain memiliki tujuan sama yakni dalam rangka pembinaan satuan dan
personalia.
80Sudiono, wawancara (BINTALDAM, 24 September 2017) 81Sudiono, wawancara (BINTALDAM, 24 September 2017) 82Sudiono, wawancara (BINTALDAM, 24 September 2017)
85
Adapun manfaat yang dirasakan oleh keluarga TNI beragam serta
memiliki kesan yang mampu mengubah suasana kehidupan rumah tangganya.
Sumaryono menjelaskan:
“Pembinaan mental di lingkungan militer itu penting. Ada 3 mental
yakni ideologi, kejuangan serta rohani semuanya ini harus berjalan
dan yang paling besar itu rohani. Tinggal bagaimana kita
menerapkannya. Dalam keluarga saya sholat yang paling utama.
Perjalanan rumah tangga saya, isteri yang paling tahu dan allah
mengabulkan doa saya dan isteri dalam sholat baik itu terkabul cepat
atau lama.83
Keluarga pak Sumaryono telah sering membuktikan bahwa hanya allah
tempat untuk memohon, dan allah mengabulkannya. Hal ini semakin
membuat takut keluarganya kepada allah dan meyakini bahwa allah itu benar-
benar ada dan menjawab setiap doa. Ini pula yang diajarkan kepada anak-
anaknya. Setiap nasihat yang diberikan oleh bintal dijadikan sebagai
pengingat untuk diri sendiri serta keluarganya.
Manfaat yang dirasakan oleh keluarga pak Yahya setelah mengikuti
program bintal yakni sebagai cermin serta kendali diri. Yahya menuturkan:
“Arahan dari BINTALDAM sangat bermanfaat sekali, karena mungkin
saja perbuatan saya yang seolah-olah paling benar ternyata setelah
mendapatkan arahan, langkah kemarin yang saya ambil kurang tepat.
Disinilah manfaat yang saya rasakan untuk rumah tangga.”84
Manfaat ini dirasakan oleh keluarga pak Yahya dalam mengambil
sebuah keputusan senantiasa mempertimbangkan pendapat dari anggota
83Sumaryono, wawancara (Koramil Lowokwaru, 10 Oktober 2017) 84Yahya, wawancara (jetis, 11 oktober 2017)
86
keluarga serta duduk bersama guna menyelesaikan sebuah masalah.
Hendaknya tidak merasa pendapatnya yang paling benar.
Pak Sudiman menceritakan manfaat yang dirasakan adalah mengenai
tugas seorang babinsa. Sudiman menjelaskan:
“manfaat yang saya rasakan banyak mas, karena sang isteri bisa
mengetahui tugas seorang suami itu tentara, bahwa laki-lakinya
kadang-kadang 1x24 jam harus memantau wilayah, kejadian di suatu
wilayah tidak dapat dipastikan waktunya. Mengetahui tugas dan
tanggung jawab seorang babinsa yang menangani kejadian sewaktu-
waktu.”85
Pengetahuan ini penting agar tidak timbul pikiran yang negatif
apabila suami keluar tengah malam. Alasan yang utama yakni suatu peristiwa
tidak dapat diprediksi waktunya dan tugas seorang babinsa harus siap siaga
memantau lokasi yang menjadi wilayahnya. Dikhawatirkan ketika suami
keluar malam untuk memantau suatu kejadian isteri berpikiran negatif, ini
perlu mendapatkan pengertian dan penjelasan dari BINTALDAM serta bintal
satuan agar tidak timbul fitnah dan menimbulkan keretakan dalam rumah
tangga.
Adapun yang terakhir manfaat yang dirasakan oleh keluarga pak Isnaini
yakni perasaan tenang, nyaman dan tentram. Isnaini menjelaskan:
“Apabila kita bisa menerapkan apa yang telah disampaikan oleh rohis
dalam bintal suasana dalam keluarga itu bisa digambarkan senang
mas. Apabila ada problematika dapat diselesaikan dengan duduk
bersama disertai perasaan tenang.”86
85Sudiman, wawancara (tlogomulyo, 03 oktober 2017) 86Isnaini, wawancara (Tlogomas, 22 september 2017)
87
Perubahan situasi dan suasana keluarga benar-benar terasa setelah
mengikuti program dari bintal. Nasihat serta arahan guna menyelesaikan
suatu permasalahan dapat diselesaikan dengan pikiran dingin tanpa
meluapkan emosi.
D. Proses Pembinaan Mental Rohani pada Keluarga TNI Muslim dalam
Membentuk Keluarga Sakinah
Kegiatan bidang bimbingan rohani Islam yang dilaksanakan oleh
BINTALDAM salah satunya ialah pelayanan NTCR atau Nikah, Talak,
Cerai, Rujuk. Setiap kegiatan tersebut pasti melewati proses lewat
BINTALDAM V/Brawijaya. Sudiono mengatakan:
“Seorang prajurit maupun PNS militer yang ingin mengajukan nikah
harus memenuhi persyaratan permohonan izin nikah. Ada satu sampai
dua puluh poin, artinya prosesnya panjang tapi hikmahnya juga luar
biasa.”87
Adapun persyaratan tersebut ialah:
1. Surat permohonan izin dari satuan
2. Surat keterangan personalia
3. Surat pernyataan kesanggupan calon isteri/suami prajurit
4. Surat persetujuan dari bapak/wali calon suami/isteri
5. Surat ijin orang tua/wali apabila isteri umur kurang dari 21 tahun
6. Surat pernyataan kesanggupan merawat anak tiri dari calon suami/isteri
7. Surat kesanggupan anak sanggup menerima bapak/ibu tiri
87Sudiono, wawancara (BINTALDAM, 24 agustus 2017)
88
8. Suratketerangan hasil Litpers (SKHPP) dari Bagpam/Sintel (calon
suami/isteri prajurit)
9. Surat Keterangan Kelakuan Baik (SKCK) dari kepolisian (wali/ibu/ dan
calon suami/isteri)
10. Akta kelahiran/ Surat kenal lahir calon suami/isteri
11. Surat keterangan belum menikah/janda dari pamong praja setempat
12. Surat keterangan pindah agama/alih agama calon suami/isteri
13. Surat keterangan dokter militer bagi calon suami/isteri
14. Surat keterangan kematian yang berstatus janda/duda
15. Surat keterangan cerai/akta cerai yang berstatus janda/duda
16. - Surat N.1 Surat keterangan untuk nikah/menerangkan status
- Surat N.4 Surat keterangan orang tua
17. Pas foto berukuran 9x6 cm posisi berdampingan 11 lembar
18. Surat pernyataan pendapat pejabat agama (SPPA) dari bintal satuan
19. Surat pernyataan pendapat pejabat agama (SPPA) dari disbintalad
20. Surat pernyataan tentang permohonan izin nikah di tanda tangani oleh
calon suami/isteri di hadapan Pabandya-3/bintal & Jaskes Spaban
IV/Binwatpers Spersad.
Setelah persyaratan yang diajukan selesai kedua mempelai akan
menerima kisi-kisi yang harus dijawab guna mengarahkan sejauh mana
pengetahuan tentang agama setelah itu dibina tentang cara membentuk
keluarga sakinah. Sudiono menjelaskan:
“bimbingan yang kita berikan seperti cara membentuk keluarga
bahagia (sakinah), mulai dari nikah sampai berkeluarga, siap dinikahi
89
tentara, siap lahir-batin, siap ditinggal tugas, harus siap susah dan
senang bersama. Dari kisi-kisi tadi bakal ketahuan sedikit banyaknya
pengetahuan agama, terkadang ada pasangan yang tidak tahu doa
berhubungan suami isteri, disitu kita bina dan arahkan.”88
Penjelasan yang disampaikan oleh pak Sudiono sesuai dengan Perpang
TNI no 50 Tahun 2014 tentang tata cara perkawinan, perceraian dan rujuk
bagi prajurit pasal 6 poin 1 dan 2. Bimbingan mental rohani ini perlu guna
membentuk ketahanan mental prajurit. Peneliti sempat melihat ada prajurit
serta calon isterinya sedang menerima pembinaan mental rohani oleh rohis
dengan membawa berkas (persyaratan izin nikah) yang tebal.89 Setelah proses
itu semua dijalani baru kemudian mendaftar di KUA.
Setelah pernikahan selesai bukan berarti BINTALDAM tanpa
pengawasan. BINTALDAM melaksanakan kegiatan pembinaan mental
rohani bagi keluarga TNI guna menjaga keutuhan rumah tangga. Kegiatan
dilaksanakan sesuai jadwal yang telah tersedia. Selain mendapatkan
pembinaan dari BINTALDAM, setiap satuan juga mengadakan pembinaan
mental biasanya satu bulan sekali.
Sebuah keluarga pasti tidak lepas dari sebuah permasalahan. Adapun
ketika anggota TNI mendapatkan masalah dalam keluarganya maka ada
berbagai macam solusi guna menyelesaikan permasalahan tersebut.
Penyelesaian masalah menurut Sudiman:
“permasalahan keluarga dapat di selesaikan dalam internal keluarga
itu sendiri, tak perlu permasalahan itu diceritakan kepada tetangga
bahkan keluarga kita yang lain. Ketika permasalahan tersebut tidak
88Sudiono, wawancara (BINTALDAM, 24 agustus 2017) 89Observasi lapangan pada tanggal 24 Agustus 2017
90
terselesaikan maka akan ada bintal dari komandan satuan, kalau masih
tidak bisa rukun kembali baru naik ke BINTALDAM.”90
Jenjang penyelesaian masalah dalam keluarga TNI muslim seperti
halnya ketika mau menikah. Pertama sebisanya penyelesaian masalah
tersebut diselesaikan dalam lingkungan keluarga itu sendiri. Dinas tidak akan
ikut campur selama permasalahan dapat diselesaikan dilingkungan keluarga.
Namun apabila masih belum dapat menemukan titik temu maka naik ke
komandan satuan guna menerima pembinaan mental. Apabila komandan
satuan sudah berusaha mendamaikan tetapi pasangan tersebut bersikukuh
tetap berseteru maka naik ke tingkat BINTALDAM. BINTALDAM tetap
berusaha mendamaikan keluarga tersebut melalui pembinaan mental rohani.
Pada tahap ini pihak BINTALDAM tidak serta merta mudah mengeluarkan
surat izin cerai tetapi administrasi yang ditempuh lebih susah.
Ada 13 persyaratan permohonan cerai:
1. Surat pengantar dari satuan
2. Surat permohonan izin cerai di TTD oleh yang bersangkutan diketahui
Dansat
3. Surat pernyataan kesepakatan bercerai di TTD oleh suami dan isteri
(bermaterai 6000)
4. Surat pernyataan tentang permohonan izin cerai di TTD oleh kedua belah
pihak dihadapan Pabandya-3/Bintal & Jaskes Spaban IV/Binwatpers
Spersad.
90Sudiman, wawancara (tlogomulyo, 03 oktober 2017)
91
5. Berita acara pemerikasaan (BAP) suami
6. Berita acara pemerikasaan (BAP) isteri
7. Photo copy surat izin nikah
8. Photo copy akta nikah dari KUA
9. Surat pernyataan kesediaan wali/orang tua menerima isteri
10. Surat permohonan gugat cerai dari isteri/suami yang bukan prajurit/PNS
11. Pas foto berwarna ukuran 9x6 cm posisi berdampingan 11 lembar
12. Surat pernyataan pendapat pejabat agama (SPPA) dari bintal satuan
13. Surat pernyataan pendapat pejabat agama (SPPA) dari disbintalad
Tata cara perceraian tertera pada Perpang TNI no 50 Tahun 2014
tentang tata cara perkawinan, perceraian dan rujuk bagi prajurit pasal 13
sampai 17. Berdasarkan pelaksanaannya peneliti sempat berjumpa dengan
pasangan hendak melaksanakan perceraian. Kedua pasangan berpakaian
atribut lengkap serta berusaha di damaikan oleh rohis di ruangan tertentu.
Sayangnya peneliti tidak diizinkan untuk mengikuti proses mediasi tersebut.91
91Observasi lapangan pada tanggal 24 Agustus 2017
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan data yang peneliti temukan di lapangan serta dianalisis
menggunakan kerangka teori makna keluarga sakinah menurut
BINTALDAM V/BRAWIJAYA ialah terbentuknya karakter individu
yang agamis dalam setiap individu keluarga, memiliki mental yang kuat,
dan menjalankan ajaran agama dalam kehidupannya. Sedangkan makna
keluarga sakinah menurut keluarga TNI di lingkungan KODIM 0833
KOTA MALANG ialah saling pengertian dan melaksanakan kewajiban
serta hak suami isteri, mengamalkan ajaran agama serta dapat melihat
situasi dan kondisi. Makna keluarga sakinah yang disampaikan oleh
keduanya tidak memiliki perbedaan signifikan, inti daripada makna
93
tersebut ialah landasan yang digunakan adalah agama, serta mental yang
kuat dalam segala kondisi yang dihadapi.
2. BINTALDAM memiliki peran penting dalam menjaga keharmonisan
rumah tangga anggota prajurit. Upaya yang dilakukan untuk membantu
serta mendukung tugas pokok TNI menjaga keutuhan NKRI. Apabila
didalam rumah tangga prajurit sudah tercipta suasana sakinah mawaddah
wa rahmah maka tidak ada beban berat yang ditanggung ketika
melaksanakan tugas. Melalui peran edukasi anggota TNI beserta
keluarga diarahkan menggapai tujuan berkeluarga. Tatkala melewati fase
konflik BINTALDAM berperan lewat upaya mediasi guna merukunkan
keluarga tersebut.
3. Proses BINTALDAM dalam mengawal, membentuk serta mewujudkan
keluarga sakinah ada 3 fase. Diawali dari pra-nikah dengan tes wawasan
keislaman yang mengarah pada terbentuknya keluarga sakinah. Kedua
ketika telah berkeluarga diadakan kegiatan rutin seperti pengajian dan
penyuluhan yang telah terjadwal guna mewujudkan keluarga sakinah.
Ketiga apabila keluarga menghadapi problematika, BINTALDAM turut
aktif untuk memberikan arahan terstruktur dari tingkat satuan sampai
BINTALDAM untuk memberikan mediasi guna menemukan jalan
keluar. BINTALDAM selalu ada untuk mengiringi langkah keluarga
anggota TNI.
94
B. Saran
1. Meningkatkan skill rohis dalam memberikan materi keluarga sakinah,
pemberian skill mediasi serta mengambil langkah cepat dan tepat
menemukan win solution guna meminimalisir angka perceraian anggota
TNI, terutama pada rohis satuan sebagai palang pintu pertama ketika
keluarga menghadapi problematika.
2. Mengembangkan kegiatan pembinaan mental rohani dengan cara kreatif
dan inovatif seperti menyisipkan question and answer berhadiah,
pelatihan ilmu agama kemasyarakatan seperti memimpin tahlil,
memandikan jenazah, sholawat al-banjari dan MC. Tujuannya untuk
membentuk karakter keluarga yang agamis.
3. Memperhatikan kritik dan saran dari keluarga TNI sebagai evaluasi
untuk meningkatkan kegiatan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
________, KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA++ Burgerlijk
Wetboek, RGEDBOOK PUBLISHER, 2008
________, Sejarah Satuan BINTALDAM V/Brawijaya, Malang: 2011
Abdillah, Abu, Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Al-Qurthubi Al-Maliki,
Tafsir Al-Qurtubi (Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an) Juz II, Jakarta: Pustaka
Azzam, 2008.
Ahmad, Syihabuddin al-Wahidy, 09210039, Pembinaan Kaluarga Sakinah di
Kalangan Ikhwan Tarekat SyadziliyahDesa Bulurejo Kecamatan Diwek
kabupaten Jombang, (Skripsi), Malang: Fakultas Syariah UIN Malang .
Ali, Ghufron, Membahagiakan Suami Sejak Malam Pertama Langkah-langkah
Menjadi Istri Sholehah, Jakarta:AMZAH, 2011.
Ali Qoimi, Singgasana Para Pengantin, Bogor: Penerbit Cahaya, 2002
Amiruddin dan Zainal Asikin(eds), Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
As-subki, Ali Yusuf, Fiqh Keluarga Pedoman Berkeluarga Dalam Islam, Jakarta:
AMZAH, 2010.
Ar-razi, Fakhruddin, Tafsir Mafatih al-Ghaib, dalam al-Maktabah asy-Syamilah,
vol 12.
Aziz Musthofa, Untaian Mutiara Buat Keluarga Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001.
Ch, Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, Malang: UIN-Maliki
Press, 2013.
Daradjat, Zakiah Ilmu Fiqh, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Depag RI
Direktorat Jenderal BIMAS, 2007),572.
Departemen Han-kam RI, buku petunjuk pelaksanaan pola dasar pembinaan
mental ABRI Pinaka Baladika, Jakarta: Pusat Pembinaan Mental
ABRI,1981.
Dewan penyusun ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam,Cet.I, jilid I, 1993.
Dinas Pembinaan Mental TNI Angkatan Darat, Buku II Himpunan Materi
Pembinaan Mental ABRI Bidang Pedoman Pelaksanaan Pembinaan,
Jakarta, 1981.
Faqihuddin A, Hussein Muhammad dkk, Keluarga Sakinah Kesetaraan Relasi
Suami Isteri, Jakarta: Rahima, 2008.
Kadisbintalad, Himpunan Materi Pembekalan Kader Bintal Terpadu Jajaran
Angkatan Darat TA.2007, Jakarta: CV. Ami Global Media,2007.
Markas Besar Angkatan Darat, Organisasi dan Tugas Pembinaan MentalLomando
Daerah Militer (Orgas BINTALDAM), Jakarta: Mabes TNI, 2016
Mohammad, Hendy Musthofa, 09210005, Efektifitas Pelaksanaan Kursus Calon
Pengantin (Studi di KUA Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri), (Skripsi),
Malang: Fakultas Syariah UIN Malang.
Mubarok, Achmad, Psikologi Keluarga dari Keluarga Sakinah hingga Keluarga
Bangsa, Jakarta: Bina reka Pariwara.
Munsnamar, Tohari, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam,
Yogyakarta: UII Pres, 1992.
Nasution, Khoirudin, Hukum Perkawinan 1, edisi revisi, Yogyakarta: Tazzafa &
AC ACADEMIA, 2005.
Nurboko, Cholid dan Abu Achmadi, Metode Penelitian Jakarta: Bumi Aksara
Pustaka, 1997.
Nurbuko, Cholid, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007.
Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2014 Tentang
Tata Cara Perkawinan, Perceraian dan Rujuk Bagi Prajurit.
Pusat penyusunan dan pengembangan bahasa, Kamus besar bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Rohmah, Afifatur, 05210004, Penguatan Keluarga Sakinah pada Franchisor dan
Franchise Little Camel, Printingku, dan Koetoekoe Melalui Bisnis
Franchise, (Skripsi), Malang: Fakultas Syariah UIN Malang:2011.
Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an Bandung: Mizan, 2000.
Shihab, Quraish Wawasan Al-qur’an: Tafsir Tematik atas Berbagai Persoalan
Umat, Mizan Pustaka, 1996
Singaribun, Masri, Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES, 1987.
Sudjana, Nana dan Awalkusuma, Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi:
Panduan Bagi Tenaga Pengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000.
Sutrisno hadi, Metodologi Research, Cet. XXIX. Yogyakarta: Andi Offset, 1997
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Malang: Fakultas Syari’ah,
2015.
Undang-undang Republik Indonesia No. 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional
Indonesia.
Ustman, Husaini dan Purnomo Setia Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2004
Widjaja, H. Ismail (ed.), Panduan KB. Mandiri, Jakarta: PT. Falwa Arika, 1987.
B. Wawancara
Isnaini, wawancara (Tlogomas, 22 september 2017)
Sudiman, wawancara (tlogomulyo, 03 oktober 2017)
Sudiono, wawancara (BINTALDAM, 24 agustus 2017)
Sumaryono, wawancara (koramil lowokwaru, 10 oktober 2017)
Yahya, wawancara (jetis, 11 oktober 2017)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Foto bersama pasca wawancara dengan Ustadz Sudiono (Bintaldam, 24 Agustus
2017)
Foto pembinaan mental rohani disampaikan pada pasangan yang akan menikah
(Bintaldam, 24 Agustus)
Foto bersama bapak Isnaini pasca wawancara bersama mertua dan anak pak
Isnaini (Tlogomas, 22 September 2017)
Kebersamaan Pak Isnaini berserta mertua dan anak-anaknya setelah pulang
bekerja.
Foto bersama pasca wawancara dengan bapak dan ibu Sudiman (Tlogomulyo 03
Oktober 2017)
Foto bersama pasca wawancara dengan bapak Danramil Sumaryono (Koramil
Lowokwaru, 10 Oktober 2017
Foto bersama pasca wawancara dengan bapak Yahya (Jetis, 11 Oktober 2017)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : MOHAMMAD FATIH SYIROJUL HAQ
Tempat Tanggal
Lahir
: PASURUAN, 31 OKTOBER 1994
Alamat : Perum Surodinawan Grand Site A/19 Kota
Mojokerto
No. Telepon : 085648199288
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
Sekolah Tahun Lulus
SDN Prajurit Kulon 1 2007
SMPN 3 Kota Mojokerto 2010
MAN 1 Kota Mojokerto 2013