pemberdayaan masyarakat melalui program keluarga harapan...
TRANSCRIPT
-
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM
KELUARGA HARAPAN DI KECAMATAN BOJONGSARI DEPOK
JAWA BARAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh
Mety Andriyani
11150540000007
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
-
i
ABSTRAK
Mety Andriyani
Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Keluarga Harapan di
Kecamatan Bojongsari Depok Jawa Barat
Program Keluarga Harapan merupakan sebuah langkah dalam upaya
memberdayakan masyarakat yang kurang mampu dalam segi pendidikan,
kesehatan dan kesejahteraan sosial. Tujuan dari program keluarga harapan
ini yaitu memberikan bantuan dan harapan bagi setiap keluarga yang
membutuhkan agar bisa memenuhi kebutuhan yang sangat fundamental
seperti pendidikan untuk anak sekolah, kesehatan bagi ibu hamil, menyusui
dan balita serta untuk lansia dan disabilitas berat agar terciptanya anak-anak
yang cerdas dan pintar serta masyarakat yang sehat dan sejahtera.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bojongsari Depok Jawa Barat.
Jenis penelitian ini menggunkan Grounded theory dengan pendekatan
kualitatif. Hadirnya Program Keluarga Harapan di kecamatan Bojongsari
Depok ini memberikan sebuah harapan bagi setiap keluarga yang
membutuhkan. Program ini memberikan bantuan tunai dan nontunai serta
pendampingan selama masa menjadi keluarga penerima manfaa. Perumusan
penelitian ini yaitu meliputi (1) Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat
melalui program keluarga harapan di Kecamatan Bojongsari Depok dan (2)
Bagaimana hasil pemberdayaan masyarakat melalui program keluarga
harapan di Kecamatan Bojongsari Depok.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat merasa
terbantu dan terpenuhi kebutuhannya dalam segi pendidikan, kesehatan dan
kesejahteraan sosialnya. Program Keluarga Harapan dengan bantuan
pendamping telah menciptakan lapangan pekerjaan bagi keluarga penerima
manfaat yaitu sebuah usaha bersama menuju masyarakat yang mandiri.
Program Keluarga Harapan ini juga memberikan sebuah pelatihan rutin
bulanan dengan tujuan mengubah pola perilaku masyarakat ke arah yang
lebih baik dalam kehidupan bersosial.
Kata Kunci : Pemberdayaan Masyarakat, Program Keluarga Harapan
-
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala yag telah memberikan segala kenikmatan yang telah di anugerahkan
dan tak terhitung banyaknya. Berkat kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat serta Salam senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad Shallahu ’Alaihi wa Sallam serta kepada para keluarganya
dan sahabat-sahabatnya atas teladan yang baik, sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan benar.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna mendapatkan
gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,, baik secara moril
maupun materil. Maka penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada:
1. Prof Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc MA. Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D. sebagai Dekan, Dr. Siti Napsiyah,
S.Ag., BSW, MSW., Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr.
Sihabuddin N, M.Ag., Wakil Dekan II Bidang Administrasi,
Cecep Sastra Wijaya MA., Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Muhtadi M.Si. sebagai Ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam UIN Jakarta dan WG. Pramita Ratnasari,
-
iii
S.Ant., M.Si. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Dr. Tantan Hermansah, M.Si. sebagai dosen pembimbing yag
telah meluangkan waktu dan memberikan arahan dengan sangat
baik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Khususnya
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi
penulis.
6. Bagian Tata Usaha (TU) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membuatkan surat-surat pengantar untuk penelitian di lapangan.
7. Kedua Orangtua, Bapak Dikman dan Mamah Marsiti beserta
keluarga atas segala Do’a, perhatian, kasih sayang, dan segala
bentuk dukungan moril dan materil lainnya kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Kasi Kemas Kecamatan Bojongsari Depok yang telah
meluangkan waktu, memberikan banyak informasi untuk dan
mengizinkan peneliti untuk wawancara dengan masyarakat.
9. Pendamping Program Keluarga Harapan di Kecamatan
Bojongsari, Pak Fikri, Ka Dimas, Ka Meaygie dan Ka Munarti
yang telah memperkenankan dan memberikan banyak informasi
kepada penulis selama melakukan penelitian ini.
10. Teman-teman PMI 2015, penulis banyak ucapkan terimkasih
kepada mereka yang telah memberikan Do’a, motivasi dan
dukungannya.
-
iv
11. Teman-teman Primordial Cianjur dalam Patwa suci, Ridwan
nawawi, Sahrul latif dan lainnya yang telah banyak memberikan
dukungan.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
peneliti mengucapkan terimakasih banyak dan mendalam atas
bantuan dan dukungan terkait penelitian skripsi.
Semoga semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi
ini mendapatkan balasan kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis,
Dinas Sosial, Seluruh aktor-aktor yang terlibat dalam pemberdayaan
Program Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari, dan juga sebagai
acuan bagi peneliti yang hendak menulis skripsi.
Ciputat, 08 Januari 2020
Penulis
Mety Andriyani
11150540000007
-
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................
ABSTRAK .............................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................... 8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................ 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 9
E. Metodologi Penelitian ................................................... 10
F. Tinjauan Pustaka ........................................................... 22
G. Sistematika Penulisan ................................................... 25
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Sosiologi Keluarga ........................................................ 27
B. Paradigma Keluarga ...................................................... 27
C. Pemberdayaan Masyarakat ........................................... 28
D. Pemberdayaan Keluarga ............................................... 31
E. Teori Keluarga .............................................................. 33
F. Ketahanan Keluarga ...................................................... 33
G. Kebijakan-kebijakan dan Program Keluarga ................ 34
H. Lembaga-lembaga Negara Terkait Negara ................... 38
I. Program Keluarga Harapan (PKH) ............................... 40
-
vi
J. Model-model Pemberdayaan Keluarga ......................... 41
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Kondisi Kecamatan Bojongsari .................................... 53
B. Sejarah Program Keluarga Harapan di Kota Depok .... 57
C. Sejarah Program Keluarga Harapan di Bojongsari ....... 59
D. Profil Program Keluarga Harapan di Bojongsari .......... 61
E. Profil Pendamping Program Keluarga Harapan
di Bojongsari ................................................................. 63
F. Tugas dan Tanggungjawan Pendamping Program
Keluarga Harapan ......................................................... 66
G. Peta Penerimaan Program Keluarga Harapan
di Bojongsari ................................................................ 68
BAB IV TEMUAN PENELITIAN
A. Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program
Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok .... 72
B. Hasil Pemberdayaan Masyarakat melalui Program
Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok .... 90
BAB V PEMBAHASAN
A. Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program
Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok .... 92
B. Hasil Pemberdayaan Masyarakat melalui Program
Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok .... 100
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 112
B. Saran-Saran ................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 115
LAMPIRAN
-
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Observasi .................................................................. 13
Tabel 2.1 Model-Model Pemberdayaan Keluarga .................... 46
Tabel 2.2 Pendukung dalam Pemberdayaan Masyarakat
di Indonesia ............................................................... 50
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk ...................................................... 53
Tabel 3.2 Kesejahteraan Keluarga ............................................ 54
Tabel 3.3 Prasarana dan Sarana Pendidikan ............................. 55
Tabel 3.4 Kualitas Ibu Hamil .................................................... 56
Tabel 3.5 Jumlah Penerima Perkelurahan ................................. 68
Tabel 3.6 Komponen Program Keluarga Harapan 2014 ........... 68
Tabel 3.7 Komponen Program Keluarga Harapan 2015 ........... 69
Tabel 3.8 Komponen Program Keluarga Harapan 2016 ........... 70
Tabel 3.9 Komponen Program Keluarga Harapan 2019 ........... 71
Tabel 4.1 Hasil Pemberdayaan Usaha Keluarga Penerima
Manfaat Program Keluarga Harapan ....................... 91
-
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat-surat Penelitian
Lampiran 2 Catatan Observasi
Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 4 Pedoman Wawancara
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penelitian
Menurut (Seotomo, 2006: 315) indonesia merupakan negara yang
mempunyai penduduk yang sangat padat terutama di kota-kota besar,
dengan jumlah penduduk yang sangat pada penduduk tersebut, membuat
Indonesia banyak mengalami masalah-masalah sosial. Masalah sosial
muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada, yang dapat menjadi sumber
masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya
masalah sosial dalam masyarakat di tetapkan oleh lembaga yang
memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah,
organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain-lain.
Menurut (Seokanto, 2000: 406) Kemiskinan dan pengangguran
merupakan penyebab masalah sosial yang menyebabkan kesenjangan di
masyarakat sehingga dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan di
indonesia. Indikator dari kemiskinan adalah dimana seseorang tidak
sanggup mengandalkan dirinya sendiri dalam segi tenaga dan mental
dalam suatu kelompoknya.
Kemiskinan juga dapat diartikan dimana terjadi ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan juga merupakan
masalah global, sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif
dan komparatif, sementara yang lainnya melihat dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahami dari sudut ilmiah yang telah
mapan.
-
2
Pada tahun 2008-2015 menurut (Seokanto, 2000 : 407) indonesia
mengalami penurunan angka kemiskinan. Hal tersebut merupakan
bentuk komitmen dari pemerintah dengan serius menekan angka
kemiskinan dengan meluncurkan program-program pro rakyat.
Kenaikan harga pokok yang semakin melonjak naik sehingga
membebani masyarakat menengah keatas. Maka dari itu tugas
pemerintah dari kondisi tersebut adalah menstabilkan harga agar dapat
dijangkau seluruh golongan masyarakat
Sedangkan menurut Sharp dalam (Kuncoro, 2006) terdapat
beberapa gejala kemiskinan yaitu rendahnya sumber daya manusia yang
disebabkan karena rendahnya pendidikan. Pendidikan merupakan
kebutuhan paling asasi bagi semua orang karena masyarakat yang
berpendidikan setidaknya dapat memiliki kemampuan untuk
membebaskan diri dari kemiskinan. Tingkat pendidikan dapat digunakan
sebagai salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan penduduk.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin baik pula kualitas
sumber daya mansianya.
Pendidikan sebagai faktor terpenting yang membuat seseorang
keluar dari kemiskinan dan pendidikan sangat besar karena pendidikan
memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan
keterampilan. Faktor lain dari kemiskinan adalah kesehatan yang rendah.
Masalah kesehatan merupakan hal yang rentan dihadapi oleh masyarakat
miskin. Hal ini di akibatkan karena keterbatasan ekonomi mereka dalam
upaya mempersehat diri dan memenuhi kebutuhan masing-masing.
Tingkat kesehatan sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat dan memiliki keterkaitan yang erat denga kemiskinan.
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam
menyukseskan pembangunan terutama untuk meningkatkan
-
3
kesejahteraan sosial. Masyarakat memiliki tingkat kesehatan yang baik
akan memiliki tingkat produktivitas kerja yang tinggi, tingkat
pendapatan tinggi, tingkat pendidikan tinggi dan sejumlah hal positif
lainnya (Suryawati, 2005) Pemecahan kemiskinan adalah sebagai bentuk
nyata dari saling tolong karena sebagai sesama muslim adalah saudara,
maka jika ada saudara yang sedang mengalami kesulitan tugas sesama
manusia adalah menolongnya dan membimbing agar bisa mandiri dalam
ekonomi dan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini telah di
serukan dalam Al-Quran dalam ayat dibawah, firman Allah swt Q.S Al-
Hujurat: 10-11
َ َواتَّقُوا أََخَوْيُكمْ بَْينَ ُحوافَأَْصلِ إِْخَوة اْلُمْؤِمنُونَ إِنََّما يَا -٠١- تُْرَحُمونَ لََعلَُّكمْ ّللاَّ
ن قَوم يَْسَخرْ َل آَمنُوا الَِّذينَ أَيُّهَا ْنهُمْ َخْيرا يَُكونُوا أَن َعَسى قَْوم مِّ ن نَِساء َوَل مِّ مِّ
ْنهُنَّ َخْيرا يَُكنَّ أَن َعَسى نَِّساء ََ بِ بِاْْلَْلقَابِ تَنَابَُزوا َوَل أَنفَُسُكمْ تَْلِمُزوا َوَل مِّ اِلْسمُ ْْئ
يَمانِ بَْعدَ اْلفُُسوقُ ٠٠- الظَّالُِمونَ هُمُ فَأُْولَْئِكَ يَتُبْ لَّمْ َوَمن اْْلِ -
Artinya: “10. orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. 11. Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu
lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih
baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan
memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang
yang zalim”.
-
4
Dalam upaya serius pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di indonesia adalah dengan
meluncurkan Program Keluarga Harapan. Program ini diharapkan
mampu mengurangi pengeluaran kebutuhan keluarga.
Menurut Kementrian sosial (2016), Program Keluarga Harapan
(PKH) merupakan program perlindungan sosial yang memberikan
bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dengan
persyaratan tertentu. Tujuan dari program ini adalah mengurangi angka
dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, serta merubah perilaku yang kurang mendukung peningkatan
kesejahteraan dari kelompok paling miskin. Peserta Program Keluarga
Harapan diwajibkan memenuhi persyaratan dan komitmen yang terkait
dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia yaitu
pendidikan dan kesehatan. Sasaran peserta Program Keluarga Harapan
adalah keluarga miskin dan yang memiliki komponen kesehatan (ibu
hami, nifas, balita, anak prasekolah) dan komponen pendidikan (SD,
sederajat, SMP sederajat, SMA sederajat) atau anak 7-21 Tahun yang
belum menyelesaikan pendidikan wajib 12 tahun, penyandang disabilitas
berat, dan lanjut usia di atas 70 tahun.
Sedangkan menurut Rahayu (2012) dalam jangka pendek maupun
jangka panjang, manfaat Program Keluarga Harapan adalah pertama,
dalam jangka pendek yaitu memberikan income effect melalui
pengurangan beban pengeluaran keluarga kedua, dalam jangka panjang
dapat memutus rantai kemiskinan, melalui peningkatan kualitas
kesehatan/nutrisi, pendidikan dan kapasitas pendapatan anak (price
effect) dan memberikan kepastian akan masa depannya (insurance
effect); ketiga, mengubah perilaku keluarga miskin yang relative kurang
-
5
mendukung peningkatan kesejahteraan antara lain disebabkan oleh
kurangnya informasi mengenai hak, manfaat, keuntungan, dan
kesempatan, serta, tingginya biaya tidak langsung (transfort, seragam,
dan lain-lain) dan opportunity cost (anak bekerja lebih
“menguntungkan” dari anak sekolah); keempat, mengurangi pekerja
anak, yaitu turunnya anak-anak bekerja di jalanan, serta mencegah
keluarga menjadi tuna sosial dan penyandang masalah kesejahteraan
sosial; kelima, peningkatan kualitas pelayanan publik memalui
complementary perbaikan layanan pendidikan dan kesehatan (supply
side), pengembangan sistem perlindungan sosial masyarakat miskin,
sekaligus penguatan destralisasi.
Sejak tahun 2007 Program Keluarga Harapan telah direalisasikan
oleh pemerintah dan cukup berhasil mengurangi angka kemiskinan di
masyarakat. Keumudian Program Keluarga Harapan mulai berlangsung
dibeberapa Kecamatan-Kecamatan di Indonesia. Berdasarkan
pengalaman-pengalaman di negara lain, Program Keluarga Harapan
sangat bermanfaat terutaman bagi keluarga miskin yang sudah kronis.
Menurut Rahmawati dalam (Jurnal NFECE No. 2, 2017 : 162-165)
pelaksanaan Program Keluarga Harapan terdapat pendamping yang
merupakan aktor penting dalam mensukseskan Program Keluarga
Harapan. Pendamping Program Keluarga Harapan adalah sumberdaya
manusia yang di rekrut dan dikontrakkerjakan yang ditetapkan oleh
Kementrian Sosial sebagai pelaksana pendamping di tingkat kecamatan.
Keberhasilan Program Keluarga Harapan dipengaruhi oleh implementasi
pemberdayaan masyarakat miskin dan peran pendamping. Pendamping
berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang
-
6
didampinginya. Membangkitkan kesadaran masyarakat, menyampaikan
informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi
masyarakat adalah tugas yang berkaitan dengan peran pendidik. Peran
lain yaitu dalam keterampilan representasi/perwakilan masyarakat.
Peran ini dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi antara
pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi
nama kepentingan masyarakat dampingannya.
Pemerintah Kota Depok yang di bawah naungan Kementrian Sosial
sangat serius dalam pemecahan kemiskinan dengan meluncurkan
beberapa program yang berupaya mengurangi kesenjangan sosial.
Setelah lepas dari Dinas Tenaga Kerja, Dinas Sosial (Dinsos) kini lebih
fokus dalam merumuskan program sosial di kota Depok. Kepala Dinas
sosial menjelaskan dibentuknya dinas sosial merupakan amanah undang-
undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah. Dalam
undang-undang tersebut dijelaskan, bahwa urusan pemerintahan wajib
yang berkaitan dengan pelayanan dasar yang dalam hal ini urusan sosial
wajib menjadi kewenangan pemerintah. (http://www.depok.go.id : portal
resmi pemerintah depok)
Kebijakan pemerintah ini selaras dengan hadits Rasulullah SAW
yang diriwayatkan oleh Muslim hadits no 2699
ُ َعلَْيِه َوَسلهَم َقاَل َمْن َنـفه ِبيِّ َصلهى َّللاه ُ َعْنُه َعِن النه ََس َعْن َعْن أَبِْي ُهَرْيَرَة َرِضَي َّللاه
ْنَيا ، َنـفه ََس َّللاُ َعْنُه ُكـْرَبًة ِمْن ُكـَرِب َيْوِم اْلقَِياَمِة، وَ َمْن ُمْؤِمٍن ُكـْرَبًة ِمْن ُكَرِب الدُّ
َر َعلَـى ُمـعْ ْنَيا َواْْلِخَرِة ، َوَمْن َسَتـَر ُمْسلِمً َيسه ـَر َّللاُ َعلَْيِه ِفـي الدُّ ـا ، ِسٍر ، َيسه
ْنَيا َواْْلِخَرِة ، َوَّللاُ ِفـي َعْوِن اْلَعْبِد َما َكاَن اْلَعْبُد ِفي عَ ْوِن أَِخيِه ، َسَتـَرهُ َّللاُ ِفـي الدُّ
ِة ، وَ َوَمْن َسلََك َطِريًقا َيْلَتِم َُس ِفيِه ِعْلًمـ َما ا ، َسههـَل َّللاُ لَُه ِبِه َطِريًقا إِلَـى اْلـَجنه
ْيَنُهْم ، إَِّه اْجَتَمَع َقـْوٌم ِفـي َبـْيٍت ِمْن ُبـُيوِت َّللاِ َيْتلُوَن ِكَتاَب َّللاِ ، َوَيَتَداَرُسوَنـُه بَ
http://www.depok.go.id/
-
7
ْحـَمُة ، َوَحفه ِكيَنُة ، َوَغِشـَيـْتـُهُم الره ُم َّللاُ ـْتـُهُم اْلـَمالَِئَكُة ، َوَذَكـَرهُ َنـَزلَْت َعلَْيِهُم السه
ـأَ ِبـِه َعَملُـُه ، لَـْم ُيْسِرْع ِبـِه َنـَسُبـهُ ِفيَمْن ِعْنَدهُ ، َوَمْن َبطه
Artinya: “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu
kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan
darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa
memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah
hutang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari
kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib)
seorang Muslim, maka Allâh akan menutup (aib)nya di dunia dan
akhirat. Allâh senantiasa menolong seorang hamba selama hamba
tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan
untuk menuntut ilmu, maka Allâh akan mudahkan baginya jalan
menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu
rumah Allâh (masjid) untuk membaca Kitabullah dan
mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman akan
turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi
mereka, dan Allâh menyanjung mereka di tengah para Malaikat
yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa ya diperlambat oleh
amalnya maka gais keturunannya tidak mempercepatnya.
Salah satu yang menjadi program Kementerian Sosial sebagai upaya
dalam pengentasan kemiskinan yang dijalankan oleh Dinas Sosial Kota
Depok adalah Program Keluarga Harapan. Program Keluarga Harapan
sebagai program dari Bidang Perlindungan Dan Jaminan Sosial dari
Dinas Sosial Kota Depok yang memberikan bantuan tunai bersyarat
untuk meringankan beban keluarga sangat miskin (KSM). Pemerintah
menyiapkan anggaran Rp34 triliun untuk bantuan sosial Program
Keluarga Harapan atau meningkat hampir 2 kali lipat dibandingkan
-
8
dengan Rp19 triliun pada 2018. Jumlah penerima bantuan Program
Keluarga Harapan ini sebanyak 10 juta keluarga pada 2018 dan 2019.
(http://www.depok.go.id)
Kemudian peneliti tertarik untuk meneliti proses dalam Program
Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok dengan
pertimbangan memperhatikan situasi sosial masyarakat yang dari segi
kuantitas sangat banyak jumlah penduduknya namun dilihat dari kualitas
belum memenuhi kriteria masyarakat mandiri dan sejahtera yang masih
memerlukan bantuan dari pemerintah.
Maka dari itu berdasarkan uraian masalah diatas Peneliti
mengangkat sebuah judul penelitian ini “Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Program Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari
Depok Jawa Barat”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
1. Kebutuhan penddikan untuk anak-anak dari keluarga kurang
mampu yang seringkali tersendat akibat terbatasanya biaya
pendidikan.
2. Kesehatan keluarga yang tidak stabil dikarenakan biaya kesehatan
yang mahal.
3. Keluarga kurang sadar dalam pengembangan keterampilan usaha
sehingga mereka menjadi pasif dan banyak pengangguran.
4. Minimnya pengetahuan keterampilan orangtua dalam mendidik
anak untuk menciptakan keharmonisan keluarga.
http://www.depok.go.id/
-
9
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian
Untuk lebih memfokuskan masalah dalam penelitian skripsi ini,
maka penulis membatasi permasalahan ini pada “Pemberdayaan
Masyarakat melalui Program Keluarga Harapan di Kecematan
Bojongsari Depok Jawa Barat”.
Dari pembatasan permasalahan yang telah dikemukakan di atas,
maka perlu adanya penyususnan perumusan masalah dalam penelitian
ini, rumusan masalah itu adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui Program
Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Bojongsari Depok?
2. Bagaimana hasil pemberdayaan masyarakat melalui Program
Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Bojongsari Depok?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari dilakukannya kegiatan ini, antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses pemberdayaan masyarakat
melalui Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan
Bojongsari Depok.
2. Menganalisis hasil dari pemberdayaan masyarakat melalui
Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Bojongsari
Depok.
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat akademik
Dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu
dan pengetahuan baru yang berkaitan dengan bidang sosial yang
khususnya dalam bidang pemberdayaan masyarakat.
-
10
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat sebagai informasi untuk penelitian
lebih lanjut dan memberikan pengetahuan kepada mahasiswa atau
masyarakat umum bagaimana Proses pemberdayaan masyarakat
melalui program keluarga harapan di Kecamatan Bojongsari
Depok.
E. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian Program Keluarga Harapan di Bojongsari Depok
Jawa Barat, Peneliti menggunakan pendekatan Kualitatif. Penelitian
dengan pendekatan Kualitatif sangat membantu Peneliti dalam
pengumpulan data lapangan.
1. Pendekatan Penelitian
Menurut Kirk dan Miller dalam (Zuriah, 2007: 91) penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia
dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasannya dan peristiwanya
Penelitian kualitatif berfokus pada analisis proses dari suatu
proses berpikir yang berkaitan dengan fenomena yang terjadi dan
data yang didapatkan dilapangan. Penelitian kualitatif bertujuan
juga untuk mengungkapkan suatu masalah dalam kehidupan
bermasyarakat seperti dalam organisasi pemerintahan, swasta dan
lainnya.
Menurut Sygiyono dalam (Gunawan, 2013: 81) penelitian
kualitatif bersifat tidak tetap dan dinamis karena ketika terjun ke
lapangan teori akan berkembang berdasarkan fenomena yang
didapatkan peneliti. Ketika dalam melakukan penelitian Kualitatif
-
11
tiga kemungkinan masalah yang akan dibawa oleh peneliti, yaitu (1)
masalah yang telah dipersiapkan oleh peneliti ketika terjun ke
lapangan semasa penelitian berlangsung; (2) masalah yang ketika
penelitian mulai berkembang, diperluas/diperdalam akan tetapi
tidak memerlukan perubahan yang terlalu banyak hanya
disempurnakan, dan (3) mengganti masalah penelitian dikarenakan
judul proposal dan judul penelitian tidak sama sehingga harus
disesuaikan keduanya.
Menurut Gunawan (2013: 83) Saat meneliti lapangan,
penelitian kualitatif mengkaji partisipan atau narasumber dengan
interaktif. Penelitian ini ditujukan untuk meneliti fenomena-
fenomena dari sudut pandang narasumber yang dibutuhkan oleh
peneliti. Dalam pelaksanaannya peneliti merupakan instrumen kunci
untuk menggali suatu objek alamiah dilapangan
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian pemberdayaan masyarakat melalui Program
Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok peneliti
menggunakan jenis penelitian Grounded theory.
Menurut Burhan Bungiin (2016: 72) jenis penelitian yang
bernama grounded theory, merupakan suatu cara analisis dalam
penelitian yang dilakukan dengan tajam dan dapat memberikan jalan
keluar agar tidak stagnan atas teori yang telah diperoleh dalam ilmu-
ilmu sosial dengan menitikberatkan sosiologi. Adapun langkah dari
jenis penelitian tersebut yaitu peneliti langsung terjun ke lapangan
dan menyusun data melewati susunan induktif serta peneliti tidak
pernah puas dengan informasi yang didapatkannya.
Disebut dengan grounded theory karena data tersebut akan
menjadi dasar pembentukan suatu teori dan teori tersebut berasal dari
-
12
data di lapangan sehingga penelitian membuka potensi lahirnya teori
yang baru sebab data lapangan selalu bergerak dinamis dan terus
berkembang, sedangkan teori yang sudah mapan akan cenderung
tetap.
Sedangkan menurut Gunawan (2013: 204) Sebagaimana
penelitian kualitatif pada umumnya, pendekatan grounded theory
sama sekali tidak bermaksud untuk menguji suatu teori yang sudah
ada, dan tidak bertentangan dengan variabel-variabel dalam suatu
teori. Penelitiannya tidak terpengaruh oleh literatur karena peneliti
akan kesulitan dalam berkreativitas dalam menggali data lapangan,
memahami dan menganalisis data karena sesungguhnya dalam
penelitian grounded theory ketika peneliti terjun lapangan tidak ada
pengetahuan mengenai objek yang akan diteliti termasuk jenis data
dan fenomena-fenomena yang akan ditemui.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk tempat penelitian lapangan dalam Program Keluarga
Harapan yang bertempat di Kecamatan Bojongsari Depok Jawa
Barat. Waktu penelitian dimulai dari 29 Mei sampai 30 November
2019.
4. Subyek Penelitian dan Obyek Penelitian
Adapun subyek penelitian ini adalah pendamping Program
Keluarga Harapan dan Keluarga Penerima Manfaat di Kecamatan
Bojongsari Depok yang menjadi sasaran pengembangan masyarakat
dari Program Keluarga Harapan. Sedangkan obyek penelitian ini
adalah Program Keluarga Harapan di Kecamatan Boongsari Kota
Depok Jawa Barat.
-
13
Tabel 1.1 Kerangka Informan Penelitian Program Keluarga Harapan
(PKH) di Kecamatan Bojongsari
No Informan/
Narasumber
Nama Informasi
yang dicari
Teknik
pengumpulan
data
1 Kasi Kemas Kecamatan
Bojongsari
Yaya Peta Umum
keadaan
Masyarakat di
Kecamatan
Bojongsari
Data sekunder
Berupa
dokumen
profile
lengkap
2 Koordinator Program
Keluarga Harapan
Kecamatan Bojongsari
sekaligus pendamping
Fikri A
Solehudin
S.pd
Sejarah, profil,
dan kegiatan
dalam Program
Keluarga
Harapan
Wawancara
dan
dokumentasi
3 Pendamping Program
Keluarga Harapan
Meaygie
Priayudana
S.sos
Profil
pendamping,
kegiatan
pemberdayaan
Wawancara
dan
Dokumentasi
4 Pendamping PKH Dimas
Adrianto
Hermawan
M.A
Profil
pendamping,
kegiatan
pemberdayaan
Wawancara
dan
Dokumentasi
5 Pendamping PKH Munarti Kegiatan-
kegiatan
pemberdayaan
Wawancara
dan
Dokumentasi
6 Keluarga penerima
manfaat (KPM)
Cici Pemberdayaan
KUBE-jasa E-
warong
Wawancara
dan
Dokumentasi
7 Keluarga penerima
manfaat (KPM)
Asmi Pemberdayaan
KUBE-jasa E-
warong
Wawancara
dan
Dokumentasi
8 Keluarga penerima
manfaat (KPM)
Kartinah Pemberdayaan
KUBE-jasa E-
warong
Wawancara
dan
Dokumentasi
9 Keluarga penerima
manfaat (KPM)
Ipah Kegiatan
Family
Deevelopment
session
Wawancara
dan
Dokumentasi
10 Keluarga penerima
manfaat (KPM)
Ana Kegiatan
Family
Deevelopment
session
Wawancara
dan
Dokumentasi
-
14
No Informan/
Narasumber
Nama Informasi
yang dicari
Teknik
pengumpulan
data
11 Keluarga penerima
manfaat (KPM)
Susi Usaha rumah
produksi olahan
keripik Kube-
jasa Program
Keluarga
Harapan
Wawancara
dan
Dokumentasi
Sumber: Data Wawancara Peneliti
5. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data
sebagai berikut :
a. Data primer, data yang diperoleh langsung dari informan atau
narasumber. Data yang dierpoleh berupa hasil dari observasi,
baik itu dari apa yang dilihat dan didengar, serta hasil
wawancara mendalam dengan narasumber yang berkaitan
dengan penelitian ini seperti pihak pemerintah Kecamatan
Bojongsari, Pendamping Program Keluarga Harapan, dan
Keluarga Penerima Manfaat dari Program Keluarga Harapan
di Kecamatan Bojongsari Depok.
b. Data sekunder, data yang diperoleh peneliti yang berasal dari
buku-buku, dokumen dan data pemerintahan Kecamatan yang
dipublikasikan melalui internet, jurnal, artikel dan internet
yang dianggap valid dan relavan dengan penelitian ini.
-
15
6. Teknik Pengumpulan Data
Untuk teknik pengumpulan data Penelitian Kualitatif dalam
Program Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari, peneliti
melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut,
Penelitian kualitatif berupaya mengungkapkan kondisi perilaku
dan situasi masyarakat yang sedang diteliti disekitarnya. Berdasarkan
tersebut maka teknik pengumpulan datanya bervasiasi dan
disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dalam mempermudah
megumpulkan data penelitian seperti introspeksi, sejarah kehidupan,
hasil wawancara, observasi lapangan, perjalanan sejarah dan hasil
pengamatan visual. Menurut Mantja dalam (Gunawan, 2013 : 142)
dalam teknik pengumpulan data kualitatif menggunakan teknik
interaktif yang terdiri dari wawancara dan pengamatan berperan, dan
noninteraktif berupa pengamatan tak berperan, analisis dokumen dan
arsip. Narasumber dalam pengambilan data penelitian kualitatif
adalah perilaku manusia.
Menurut Gunawan (2013: 206) Pengumpulan data dalam
grounded theory ialah dengan peneliti itu sendiri. Proses
pengumpulannya terdapat dua metode utama yang dapat digunakan
yaitu obervasi dan wawancara secara mendalam dengan narasumber.
Hal spesifiik yang membedakan yang membedakan pengumpulan
data grounded theory dengan pengumpulan data lainnya adalah
penelitian grounded theory ialah menekankan pada pemilihan
fenomena yang dikumpulkan dan meneliti suatu proses yang sedang
berlangsung, untuk melihat proses berjalannya serta memperoleh
hasilnya.
Berikut teknik pengumpulan data penelitian kualitatif dengan
metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
-
16
a) Observasi
Menurut Arikunto (2012) observasi merupakan suatu
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara
sistematis. Sedangkan menurut Kartono dalam (Gunawan,
2013: 143) pengertian observasi ialah sebuah studi penelitian
yang disengaja dan sistematis meneliti tentang fenomena sosial
dan suatu gejala-gejala yang sedang terjadi selama masa
pengumpulan dan pencatatan data penelitian. Kemudian tujuan
dari observasi yaitu mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikasi
dari interelasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada
fenomena sosial.
Sedangkan Ruslan (2003: 54) menurutnya observasi
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan
melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan
pancaindra lainnya, peneliti secara langsung melihat atau
mengamati apa yang terjadi pada objek penelitian. Selama di
lapangan peneliti meakukan observasi untuk menggambarkan
secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi. Kemudian
melakukan catatan tertulis, merekam, dan menganalisis data
pertama, penelitian memfokuskan penelitian data.
Peneliti melakukan observasi lapangan sebanyak 11 kali
terhitung dengan izin penelitian ke lembaga-lembaga terkait
dan sekaligus mendapatkan informasi untuk memperkaya data
peneliti mengenai Program Keluarga Harapan. Kemudian
peneliti beberapa kali mengunjungi tempat-tempat keluarga
penerima manfaat dan usaha yang sedang dijalankannya untuk
menkonfirmasi sebuah data wawancara dan data tertulis yang
-
17
didapatkan dari pendamping apakah sesuai dengan yang
dirasakan oleh para keluarga penerima manfaat.
b) Wawancara
Menurut Ardianto (2010: 163-164) wawancara adalah
sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dan responden atau orang yang di wawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Inti dari
teknik pengumpulan data dengan wawancara ini bahwa setiap
penggunaan teknik ini selalu ada beberapa wawancara,
responden, materi wawancara, dan pedoman wawancara.
Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode
wawancara sekaligus bertindak sebagai pemimpin dalam proses
wawancara tersebut.
Pada prinsipnya teknik wawancara ini adalah dimana
peneliti bertatap muka dengan informan secara langsung dalam
suatu proses wawancara. Menurut Patton dalam (Imam, 2013:
165) menegaskan bahwasanya tujuan dari wawancara ini ialah
untuk mendapatkan dan menemukan apa yang terdapat dalam
pikiran orang lain berpedoman pada apa yang ingin peneliti
dapatkan. Bahwa peneliti ingin memperoleh data dari informan
mengenai suatu masalah atau fenomena yang sedang terjadi
yang tidak tertuang dalam pertanyaan kuesioner. Pertanyaan-
pertanyaan yang dilontarkan oleh peneliti kepada informan
tergantung dari kemampuan dan pengalaman peneliti dalam
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang
didapatkan dari jawaban informan.
-
18
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara
dengan berbagai pihak. Agar mendapatkan data yang akurat
dan valid maka peneliti melakukan wawancara dengan :
1) Pemerintah Kecamatan Bojongsari
Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu pihak
Kecamatan Bojongsari yaitu dengan Pak Yaya sebagai Ketua
seksi Kemas, hal ini dilakukan agar peneliti mendapatkan
informasi yang valid dan akurat seputar Program Keluarga
Harapan dan pendampingnya, dan agar peneliti mendapatkan
informasi lengkap mengenai kehidupan sosial masyarakat
khususnya seputar pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan
sosial di Kecamatan Bojongsari.
2) Pendamping Program Keluarga Harapan Kecamatan
Bojongsari
Wawancara dilakukan dengan Semua pendamping
Program Keluarga Harapan Kecamatan Bojongsari. Terutama
Koordinator Program Keluarga Harapan yang merupakan
pendamping pertama sejak Program Keluarga Harapan di
Bojongsari mulai dilaksanakan. Wawancara ini dilakukan
secara intensif dan mendalam karena penelitian ini berfokus
kepada orang-orang sebagai pemberdaya Program Keluarga
Harapan yaitu pendampingnya. Dimulai dari sejarah awal
Program, profil program dan seluruh proses kegiatan yang
dilakukan dalam Program Keluarga Harapan.
3) Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga
Harapan
Wawancara dilakukan dengan Keluarga Penerima
Manfaat sebagai upaya konfirmasi dari seluruh informasi yang
-
19
peneliti dapatkan dari semua pendamping. Peneliti melakukan
studi lapangan dengan mengunjungi rumah-rumah keluarga
penerima manfaat sekaligus mewawancarai mereka. Hal ini
dilakukan untuk memperkuat dan memperkaya data
penelitian.
Peneliti hanya memfokuskan wawancara kepada beberapa
keluarga dengan kriteria ketua kelompok, sekretaris atau
bendahara kegiatan dan keluarga yang memiliki usaha sendiri.
c) Dokumentasi
Menurut Ardianto (2010: 167) metode dokumentasi
adalah salah satu kegiatan dalam teknik pegumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menelusuri
data historis. Sebagian besar data yang tersedia berbentuk surat,
catatan harian, kenang-kenangan, dan laporan. Sifat utama dari
bentuk data-data tersebut tidak terbatas pada ruang dan waktu
sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui
hal-hal yang lalu. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut
dokumen, dalam arti luas termasuk monument, artefak, foto
tape, mikrofon, CD dan hardisk.
Sedangkan menurut Sugiyono dalam (Gunawan, 2013:
176) Dokumentasi merupakan suatu catatan tentang kejadian
atau fenomena yang sudah berlalu yang tertuang kedalam
tulisan, gambar atau karya monumental dari seseorang. Studi
dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara karena hasil penelitiannya akan dapat
dipercaya jika disertai dengan bukti berupa dokumen.
-
20
Dalam proses penelitian dilapangan peneliti mendapatkan
beberapa temuan dokumen yang berguna untuk menunjang
kelengkapan hasil temuan lapangan. Diantaranya peneliti
medapatkan dokumen berupa buku profile lengkap kodisi sosial
kemasyarakatan dari Ketua seksi kemasyarakatan Kecamatan
Bojongsari untuk melengkapi data peneliti mengenai kondisi
sosialnya masyarakat di Bojongsari. Kemudian peneliti
mendapatkan softfile data Keluarga Penerima Manfaat Program
Keluarga Harapan beserta komponennya mulai dari tahun
2014-2019 dari Fikri sebagai Koordinator Program Keluarga
Harapan di Bojongsari. Kemudian setiap sedang wawancara
maupun sedang mengikuti kegiatan dalam program peneliti
melakukan dokumentasi kegiatan berupa poto sebanyak 45 file.
7. Teknik Analisis Data
Untuk teknik analisis data dalam penelitian kualitatif Program
Keluarga Harapan Peneliti menggunakan analisis data kualitatif,
dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan
berlangsung, yang artinya kegiatan tersebut dilakukan juga selama
dan sesudah pengumpulan data.
Prastowo ( 2016: 45-46) analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan secara terus menerus dari awal hingga akhir penelitian,
dengan induktif dan mencari pola, model, tema serta teori. Kegiatan
pengumpulan dan analisis data berlangsung secara simultan atau
berlangsung serempak. Prosesnya berbentuk siklus, yang di dalamnya
terlihat sifat interaktif pengumpulan (koleksi) data dengan analisis
Analisis data kualitatif akan mencakup penelusuran data, melalui
catatan-catatan (pengamatan lapangan) untuk menemukan pola-pola
-
21
budaya yang dikaji oleh peneliti. Sementara itu Bogdan & Biklen
dalam (Gunawan, 2013: 210) bahwa analisis data adalah proses
pencarian dan pengaturan secara sistematik dari data yang didapatkan
oleh peneliti melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dan
bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pengetahuan
terhadap semua hal yang telah dikumpulkan. Sedangkan menurut
Miles & Huberman (1992) mengemukakan tiga tahapan yang harus
dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu (1)
reduksi data; (2) paparan data; (3) penarikan kesimpulan dan
verifikasi.
8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam menguji keabsahan data penelitian kualitatif Program
Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok, Peneliti
menggunakan menggunakan teknik triangulasi.
Menurut (Nasution, 2003: 115) Keabsahan data merupakan
merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan
data (validitas) dan keandalan (reabilitas). Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. teknik triangulasi yang paling banyak digunakan
ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda yaitu
wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan
untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya
data.
Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan
kepercayaan dan konsistensi data serta bermanfaat sebagai alat bantu
-
22
analisis data dilapangan. Triangulasi menurut Mantja (2007: 84 )
daapat digunakan untuk konsistensi dari data hasil pengamatan,
wawancara dengan beberapa narasumber penelitian. Triangulasi
bukan bertujuan mencari kebenaran, tetapi meningkatkan pemahaman
peneliti terhadap data dan fakta yang dimilikinya. Ini ditegaskan oleh
Wiersma yang mengemukakan triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data yang didapatkan
dari berbagai sumber.
Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa triangulasi
merupakan cara mendapatkan data yang benar-benar valid yang
didapatkan peneliti dari hasil pengamatan lapangannya.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pencarian tinjauan pustaka
seta penepatan konteks sebagai langkah untuk proses penyusunan
skripsi, hal ini bertujuan untuk memperkuat konten hasil penelitian dan
temuan peneliti di lapangan serta menghindari kesamaan karya milik
orang lain. Berikut adalah bahan referensi yang berkaitan dengan
permasalahan yang peneliti angkat :
1. Rizka Arfenia, NIM 111054000002 Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, Fakultas dakwah dan komunikasi 2016 M.
dengan judul “Proses Pemberdayaan Yatim Dhu’afa Di Pondok
Pesantren Al-Amanatul Huda, Kelurahan Tajur Kecamatan
Ciledug, Kota Tangerang Selatan”
Dalam skripsi ini membahas tentang pemberdayaan anak yatim
yang dhuafa dengan memeberikan pendidikan secara gratis dengan
pendidikan formal dari pendidkan madrasah tsanawiyah (MTS)
-
23
sampai Madrasah Aliyah (MA) anak yatim dhuafa ini diberikan
pendidikan secara gratis.
Persamaan dengan skripsi ini adalah sama-sama membahas proses
pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga yang bergerak di
bidang pemberdayaan masyarakat, sama juga kaitan dengan teori
pemberdayaan masyarakat. Berbeda dengan penulis yang
penelitiannya di lembaga lain dengan program yang berbeda.
2. Jamilah, NIM 1113054000040 Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, Fakultas Dakah Dan Ilmu Komunikasi 2017 M.
dengan judul “Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha
Pembuatan Tempe D Rt 04 Rw 20 Keluarahan Kedaung
Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan”
Skripsi ini membahas tentang keberadaan usaha tempe di
kampung tempe kelurahan kedaung kecamatan pamulang yang
keberadaannya menjadi pemberdaya masyarakat warga sekitar.
Selain pembuatan tempa Pemberdayaan ini juga menyadarkan
akan potensi para pekerja bahwa mereka mampu untuk
menjalankan usahanya sendiri yang selanjutnya para pengusaha
tempe ini mengajarkan pembuatan tempe ini kepada para pekerja.
Dalam skripsi ini sama-sama membahas tentang proses
pemberdayaan agar masyarakat mampu berdaya dalam bidang
ekonomi dan bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhannya.
Berbeda dengan penelitian penulis yang proses pemberdayaannya
melalui program keluarga harapan dengan jaminan kesehatan,
pendidikan dan pendampingan dalam usaha kecil menengah.
3. Ade Fauzan, NIM 111 3054000036 Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komuikasi 2018
-
24
Dengan Judul “Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Melalui Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) Eka Cipta Mandiri”
Dalam skripsi ini membahas pemberdayaan ekomoni yang
dilakukan oleh UMKM Eka Cipta Mandiri dengan peningkatan
ekonomi masyarakat kecil menengah melalui pembatan tas dan
UMKM tersebut merekrut karyawannya dari arga sekitar serta dari
beberapa kampung yang masih berada di wilayah desa kadu genap
untuk dilatih menjadi pengrajin tas. UMKM ini juga bergerak di
bidang industri dan dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pemberdayaan yang dilakukan UMKM tersebut memiliki tujuan
meningkatkan warga sekitar yang dikhususkan dikampung itu
sendiri.
Persamaan dalam skripsi ini adalah sama dengan melakukan
pemberdayaan ekonomi, memberdayakan masyarakat sekitar agar
mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup. Berbeda
dengan penelitian penulis yaitu pemberdayaan melalui program
keluarga harapan selain memberdayakan dalam bidang ekonomi
juga memberdayakan dalam bidang pendidikan dan kesehatan.
-
25
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas Latar Belakang, Identifikasi Masalah,
Rumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan
Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini mengenai teori-teori yang terkait dengan penelitian ini
yang terdiri dari teori mengenai, Sosiologi Keluarga,
Paradigma Keluarga, Pemberdayaan Masyarakat,
Pemberdayaan Keluarga, Teori Keluarga, Fungsi-fungsi
Keluarga, Ketahanan Keluarga, Kebijakan-kebijakan dan
program keluarga di indonesia, Lembaga-lembaga Negara
Terkait Keluarga, Program Keluarga Harapan, Model-Model
Pemberdayaan Keluarga, Tabel Model-model Pemberdayaan
Keluarga.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini membahas mengenai gambaran umum penelitian
dimulai dari, Kondisi Kecamatan Bojongsari, Sejarah
Program Keluarga Harapan Kota Depok, Sejarah Program
Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari, Profil Program
Keluarga Harapan di Bojongsari, Profil Pendamping Keluarga
Harapan Bojongsari, Tugas dan Tanggungjawab Pendamping
Program Keluarga Harapan, dan Peta Penerima Program
Keluarga Harapan di Bojongsari.
-
26
BAB IV TEMUAN LAPANGAN
Bab ini membahas mengenai temuan lapangan yang meliputi,
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keluarga
Harapan dan Hasil dari Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Program Keluarga Harapan.
BAB V ANALISIS DATA
Bab ini membahas analisis dari temuan lapangan di bab IV
yang dikaitkan dengan teori pemberdayaan masyarakat.
BAB IV PENUTUP
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari seluruh bab
penelitian dan saran dari hasil penelitian dan temuan
lapangan.
-
27
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sosiologi Keluarga
Menurut Goode (1983: 3-4) Kedudukan utama setiap keluarga ialah
fungsi pengantar pada masyarakat besar. Sebagai penghubung pribadi
dengan struktur sosial yang lebih besar. Suatu masyarakat tidak akan
bertahan jika kebeutuhannya yang bermacam-macam tidak dipenuhi,
seperti umpamanya produksi dan pembagian makanan, perlindungan
terhadap yang muda dan tua, yang sakit dan yang mengandung,
persamaan hukum, pengembangan generasi muda dalam kehidupan
sosial, dan lain sebagainya.
Keluarga itu terdiri dari pribadi-pribadi, tetapi merupakan bagian
dari jaringan sosial yang lebih besar. Sebab itu kita selalu berada di
bawah pengawasan saudara-saudara kita yang merasakan bebas untuk
mengkritik, menyarankan, memerintah, membujuk, memuji, atau
mengancam, agar kita melakukan kewajiban yang telah dibebankan
kepada kita.
Hanya melalui keluargalah masyarakat itu dapat memperoleh
dukungan yang diperlukan dari pribadi-pribadi. Sebaliknya keluarga
hanya dapat terus bertahan jika didukung oleh masyarakat yang lebih
luas. Masyarakat sebagai suatu sistem kelompok sosial yang lebih besar
dalam mendukung keluarga, sebagai sub sistem sosial yang lebih kecil,
atau sebagai syarat agar keluarga itu dapat bertahan maka kedua macam
sistem ini saling berhubungan dalam banyak hal.
B. Paradigma Keluarga
Dalam paradigma keluarga menurut Goode (1983: 2). Para ahli
filsafat dan analisis sosial telah melihat bahwa masyarakat adalah
-
28
struktur yang terdiri dari keluarga dan bahwa keanehan-keanehan suatu
masyarakat tertentu dapat digambarkan dengan menjelaskan hubungan
kekeluargaan yang berlangsung di dalamnya. Karya etika dan moral
yang tertua menerangkan bahwa masyarkat kehilangan kekuatannya jika
anggotanya gagal dalam melaksanakan tanggungjawab keluarganya.
Confusius, umpamanya, berpendapat bahwa kebahagiaan dan
kemakmuran akan tetap ada dalam masyarakat jika saja semua orang
bertindak ‘benar’ sebagai anggota keluarga dan menyadari bahwa orang
harus mentaati kewajibannya sebagai anggota masyarakat.
Dari masa-masa, banyak perencanaan sosial atau ahli filsafat yang
berkhayal membangun masyarakat baru – utopia – dimana definisi
mengenai peran keluarga diharap mampu berfungsi sebagai sarana
pemecahan masalah sosial yang sudah kronis.
C. Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Suharto (2005 : 57), Secara konseptual pemberdayaan atau
pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan
atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan
dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan
dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang
kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat kita. Ilmu sosial
tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh
dan kontrol. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai
sesuatu yang tidak berubah atau tidak dapat dirubah.
Menurut Suharto (2005: 58) Pemberdayaan menunjuk pada
kemampuan orang, khususnya kelopok rentan dan lemah sehingga
mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi
kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),
-
29
dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas
dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b)
menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka
dapat meningkatkan pedapatannya dan memperoleh barang-barang dan
jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam
memperoleh pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka .
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) merupakan
upaya membantu masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya
sendiri sehingga bebas dan mampu untuk mengatasi masalah dan
megambil keputusan secara mandiri. Proses pemberdayaan dilakukan
degan memberikan kewenangan (power), aksebilitas terhadap
sumberdaya dan lingkungan yang akomodatif.
Menurut Sumaryo dan Kordiyana (2015: 28-29) mengatakan bahwa
dalam pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam
pembangunan secara partisipatif kiranya sangat sesuai dan dapat dipakai
untuk mengantisipasi timbulnya perubahan-perubahan dalam
masyarakat beserta lingkungannya strategisnya. Sebagai konsep dasar
pembangunan partisipatif adalah melakukan upaya pembangunan atas
dasar pemenuhan kebutuhan masyarakat itu sendiri sehingga masyarkat
mampu untuk berkembang dan mengatasi permasalahannya sendiri
secara mandiri, berkesinambungan dan berkelanjutan.
Dalam tahapan-tahapan pemberdayaan Isbandi Rukminto Adi (2013: 58-
60) mengemukakkan dengan rumusan strateginya yang menjadikan
beberapa tahap dalam melakukan pemberdayaan yaitu :
-
30
a. Tahapan Persiapan (engagement), tahap persiapan ini
memiliki substansi penekanan pada dua hal elemen penting
yakni penyiapan petugas dan penyiapan lapangan
b. Tahap Pengkajian (assessment), sebuah tahapan yang telah
terlibat aktif dalam pelaksanaan program pemberdayaan
karena masyarakat setempat yang sangat mengetahui keadaan
dan masalah ditempat mereka berada.
c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
(Designing). Dalam tahapan ini program perencanaan di bahas
secara maksimal dengan melibatkan peserta aktif dari pihak
masyarakat guna memikirkan solusi atau pemecahan atas
masalah yang mereka hadapi di wilayahnya.
d. Tahap Perfomulasian Rencana Aksi (designing), pada tahap
masyarakat dan fasilitator menjadi bagian penting dalam
bekerjasama secara optimal
e. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan Implementasi,
tahap ini merupakan bentuk pelaksanaan serta penerapan
program yang telah dirumuskan sebelumnya bersama para
masyarakat. Tahapan ini berisi tindakan aktualisasi bersinergi
antara masyarakat dengan petugas pemberdayaan.
f. Tahap Evaluasi, tahapan yang memiliki substansi sebagai
proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program
pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan dengan
melibatkan warga. Tahapan ini juga akan merumuskan
berbagai indikator keberhasilan suatu program yang telah di
implemntasikan serta dilakukan pula bentuk-bentuk stabilisasi
terhadap perubahan atau kebiasaan baru yang diharapkan
terjadi.
-
31
g. Tahap Terminasi (disengagement).sebuah tahapan dimana
seluruh program telah berjalan secara optimal dan petugas
fasilitator pemberdayaan masyarakat sudah mengakhiri
kerjanya.
Dengan demikian menurut Suharto (2005: 59-60) bahwasanya
pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,
pemberdayan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan
atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan,
maka pmeberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin
dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi,
maupun sosial seperti kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian
pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator
keberhasilan pemberdayaan sebagai suatu proses.
Dengan kata lain, pemberdayaan menurut (Owin, 2005: 108) adalah
untuk mencapai tujuan akhir yang disebut dengan masyarakat sejahtera
dan mandiri yang mempunyai kekuatan hidup di atas potensinya sendiri.
D. Pemberdayaan Keluarga
Menurut Suharto (2005: 169) Keluarga memiliki sentral dalam
sebuah realitas sosial. Hampir sama disiplin ilmu memandang keluarga
sebagai entitas terkecil yang sangat fokal. Dalam ilmu ekonomi terkenal
domestic economy dan subsistence economy yang kajiannya terpusat
pada keluarga. Antropologi telah lama mencermati livelihood strategies
-
32
dan household mechanisms sebagai sistem penanganan masalah yang
berbasis keluarga. Pekerjaan sosial juga telah banyak berjasa dalam
mengembangkan berbagai pelayanan sosial untuk keluarga.
Banyaknya pihak yang memperhatikan keluarga sebagai tema
pemberdayaan, sebenarnya merupakan hal positif jika dibarengi dengan
adanya koordinasi lintas professional dan sektoral. Sebaliknya, tanpa
sinegritas dan kerjasama antar lintas kalangan, situasi ini dapat
mengarah pada pemborosan sumberdaya, keberhasilan dan tumpang-
tindih program (redundancy dan overlapping), kejenuhan sasaran, dan
bahkan ‘sistem abuse’ yang pada gilirannya dapat menjauhkan
pencapain tujuan pemberdayaan. Dalam konteks ini, aliansi antar lintas
kalangan merupakan sebuah keniscayaan. Aliansi dikedepankan sebagai
isu strategis pemberdayaan.
1. Aliansi stragtegis
Aliansi (alliance) atau persekutuan dapat diartikan sebagai
kumpulan perseorangan, kelompok atau organisasi yang memiliki
sumberdaya (sarana, prasarana,dana, keahlian, akses, pengaruh,
informasi) yang bersedia dan kemudian terlibat aktif mengambil
peran atau menjalankan fungsi dan tugas tertentu dalam suatu
rangkaian kegiatan yang terpadu.
Dengan kata lain, aliansi adalah sebuah jaringan kerja (networking)
antar lintas yang memiliki keahlian dan sumberdaya berbeda namun
memiliki komitmen dan agenda yang sejalan.
Sebuah aliansi dalam suatu gerakan pemberdayaan keluarga bisa saja
merupakan suatu pelangi warna-warni dari berbagai pihak. Aliansi
dapat terdiri dari lembaga pemerintah, non-pemerintah, partai politik,
anggota profesi, dan para pakar akademisi. Bahkan asosiasi
mahasiswa, media massa dan perusahaan swasta dapat pula menjadi
-
33
anggota aliansi. Bentuk dan sifat hubungan antar anggota sekutu
semacam ini sangat beragam dan tentunya memerlukan manajemen
dan koordinasi yang tidak sederhana.
E. Teori Keluarga
Keluarga batih terdiri dari suami/ayah, istri/ibu dan anak-anak yang
belum menikah. Lazimnya dikatakan, bahwa keluarga batih merupakan
unit pergaulan hidup yang terkecil dalam masyarakat. Sebab, di samping
keluarga batih terdapat pula unit-unit pergaulan lainnya, misalnya,
keluarga luas (“extended family”), komunitas (“community”) dan lain
sebagainya (Seokanto, 2009: 22).
1. Fungsi-fungsi keluarga
Dengan demikian, maka suatu keluarga pada dasarnya
mempunyai fungsi-fungsi, sebagai berikut:
a) Unit terkecil dalam masyarakat yang mengatur hubungan
seksual yang sayogya.
b) Wadah tempat berlangsungnya sosialisasi, yakni proses di
mana anggota-anggota masyarakat yang baru mendapatkan
pendidikan untuk mengenal, memahami, mentaati dan
menghargai kaidah-kaidah serta nilai-nilai yang berlaku.
c) Unit terkecil dalam masyarakat yang memenuhi kebutuhan-
kebutuhan ekonomis.
d) Unit terkecil dalam masyarakat tempat anggota-anggotanya
mendapatkan perlindungan bagi ketentraman dan
perkembangan jiwanya.
F. Ketahanan Keluarga
Menurut Walsh dalam (Saefullah, dkk, Jurnal SPH,2, 2018: 120)
Ketahanan keluarga atau resiliensi keluarga merupakan kemampuan
-
34
setiap keluarga dalam bertahan menghadapi kesulitan kemudian
beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi dan mampu
bangkit kembali. Bahkan menjadi kuat setelah mengalami krisis. Ada
tiga proses kunci dalam resiliensi keluarga yaitu; Pertama, sistem
keyakinan keluarga (family belief system) yaitu kemampuan keluarga
memaknai suatu kesulitan, dan memandang positif kesulitan tersebut
sebagai suatu peluang, serta optimis terhadap masa depan dengan
bersandar terhadap keyakinan kepada Tuhan (transenden &
spiritualitas).
Kedua, pola organisasi (organization pattern) yaitu kemampuan
keluarga dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi dalam
keluarganya (fleksibel) dan adanya keterhubungan yang baik dalam
keluarga, serta mampu mengolah sumberdaya sosial ekonomi yang
dimiliki keluarga untuk menjadi lebih resilien.
Ketiga , proses komunikasi (communication processes) yaitu adanya
kemampuan keluarga memberikan kejelasan terhadap permasalahan
yang dihadapi dan keluarga mampu berbagai perasaan, emosi yang
positif dan berempati terhadap satu sama lain, serta mampu
memecahkan masalah tersebut secara kolaboratif.
G. Kebijakan-kebijakan dan Program Keluarga di Indonesia
a) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
Selama lebih dari dua dasa warsa, pemerintah telah
melaksanakan pemberdayaan perempuan yang hasilnya terlihat dari
adanya peningkatan peran dan kedudukan perempuan di berbagai
bidang kehidupan. Guna meningkatkan kualitas SDM perempuan
Indonesia dan mewujudkan kemitrasejajaran antara laki-laki dan
perempuan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa
-
35
dan bernegara, pemerintah telah membentuk program dan sarana
yang membantu; salah satunya adalah organisasi pemberdayaan dan
kesejahteraan keluarga (PKK) di seluruh wilayah indonesia.
Organisasi ini telah diakui oleh masyarakat, bahkan pada tahun
2007 mendapat penghargaan dari beberapa lembaga internasional
(WHO, Unicef, Unesco, dan sebagainya) karena melalui 10
program pokok PKK telah melibatkan perempuan (dan laki-laki)
dalam upaya mewujudkan keluarga yang sejahtera, maju dan
mandiri.
Berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah Nomor 53 tahun 2000 tentang Gerakan Pemberdayaan Dan
Kesejahteraan Keluarga. PKK mempunyai 10 program kerja yang
merefleksikan kebutuhan dasar manusia Indonesia, yaitu: 1)
penghayatan dan pengamalan pancasila, 2) gotong royong, 3)
pangan, 4) sandang, 5) perumahan dan tatalaksana rumahtangga, 6)
pendidikan dan keterampilan, 7) kesehatan, 8) pengembangan
kehidupan berkoperasi, 9) kelestarian lingkungan hidup, 10)
perencanaan sehat (Aslichati, Jurnal Organisasi dan Manajemen, 1,
2011: 1-2).
b) Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Menurut Kemenkes (2017), Program Indonesia Sehat
merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 nawacita, yaitu
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sasaran ini sesuai
dengan sasaran pokok RP JMN 2015-2019, yaitu (1) meningkatkan
status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatkan
pengendalian penyakit, (3) meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan terutama daerah terpencil tertinggal
dan perbatasan, (4) meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan
-
36
universal melalui kartu Indonesia sehat dan kualitas pengelolaan
SJSN kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat
dan vaksin, serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan
Konsep pendekatan keluarga adalah salah satu cara puskesmas
untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya
melenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainka
juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah
kerjanya. Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaa
program Indonesia sehat. Pendekatan keluarga yang di maksud
dalam pedoman umum ini merupakan pengembangan dari
kunjungan rumah oleh puskesmas dan perluasan dari upaya
perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas). (Kemenkes RI,
www.depkes.go.id, akses 15 juli 2019)
c) Program Keluarga Berencana (KB)
Keluarga berencana dalam pengertian sederhana adalah
merujuk kepada penggunaan kontrasepsi oleh suami atas
persetujuan bersama, untuk mengatur kesuburan dengan tujuan
untuk menghindari kesulitan kesehatan, kemasyarakatan, dan
ekonomi, dan untuk memungkinkan mereka memikul
tanggungjawab terhadap anak-anaknya dan masyarakat. Ini meliputi
hal-hal sebagai berikut (1) menjarangkan anak untuk
memungkinkan penyusuan dan penjagaan kesehatan ibu dan anak;
(2) pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yang aman; (3)
mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga,
melainkan juga untuk kemampuan fisik, finansial, pendidikan, dan
pemeliharaan anak.
http://www.depkes.go.id/
-
37
Di masa orde baru, yakni era 1970-an hingga dekade 1990-an,
program keluarga berencana menjadi program pokok pemerintah,
bahkan mutlak. Pada waktu itu, megara tampak begitu gencar
menekan laju pertumbuhan penduduk. Dalihhnya adalah
pembangunan (developmentalisme). Atas nama pembangunan,
negara berkepentingan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah sukses menjalankan program yang dimulai sejak
1970-an itu. Kesuksesan indonesia dalam melaksanakan program
KB menjadi isu internasional, sehingga banyak negara lain yang
berguru tentang bagaimana penanganan program ini secara baik.
Tidak sampai di situ, bahkan indonesia mendapat kehormatan
sebagai tuan rumah Konferensi Nasional Keluarga Berencana
(International Conference of Family Planning) di jakarta pada
Tahun 1981. Dalam even tersebut PBB memberikan penghargaan
kepada indonesia sebagai negara yang paling sukses dalam program
KB selama bertahun-tahun (Rohim, Jurnal Ilmu syariah dan
hukum, 2, 2016: 49-50).
d) Hari Keluarga Nasional XXV Tahun 2018 : Cinta Keluarga, Cinta
Terencana
Kemenkes (2018) melalui keputusan Presiden RI Nomor 39
tahun 2014 tanggal 29 Juni ditetapkan sebagai hari Keluarga
Nasional (Harganas). Harganas dimaksudkan untuk mengingatkan
pada seluruh masyarakat indonesia akan pentingnya keluarga
sebagai sumber kekuatan untuk membangun bangsa dan negara.
Keluarga akan selalu menghidupkan, memelihara dan memantapkan
serta mengarahkan kekuatan tersebut sebagai perisai dalam
menghadapi persoalan yang terjadi. Keluarga sebagai soko guru
-
38
bangsa, keluarga sebagai wadah utama dan pertama membina anak-
anak.
Konsep pendekatan keluarga yang digunakan yakni : Keluarga
Berkumpul (meluangkan waktu tanpa disibukkan dengan gawai
(gadget), televisi, atau alat elektronik lainnya), keluarga berinteraksi
(meluangkan waktu berkumpul dan saling bercengkrama, serta
saling bertukar pengalaman dengan komunikasi yang lebih
berkualitas), keluarga berdaya (keluarga mampu memanfaatkan
potensi yang dimilikinya untuk membuat diri dan keluarganya tidak
bergantung pada pihak lain) serta, keluarga peduli dan berbagi
(keluarga yang mampu dan lebih beruntung mempunyai kepedulian
dan keinginan untuk berbagi dan menolong orang lain). (Kemenkes
RI, www.depkes.go.id, akses 26 juli 2019)
H. Lembaga-lembaga Negara Terkait Keluarga
a) Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
BKKBN telah dikenal secara internasional akan kapasitas dan
kemampuannya untuk melaksanakan mobilisasi masyarakat dan
kegiatan penyebaran informasi melalui penyuluhan dan konseling.
BKKN bertanggungjawab melakukan koordinasi semua aktifitas
yang berhubungan dengan KB, baik yang dilakukan oleh lembaga
pemerintah maupun yang non pemerintah. Namun dalam
perjalanannya, tugas coordinator berkembang mejadi pelaksana.
Selain itu pada tahun 1990-an, BKKBN melebarkan programnya
dengan memasukkan kegiatan peningkatan kesejahteraan keluarga
ke dalam programnya. Perluasan wewenang ini menimbulkan
ketegangan dengan instansi lain, khususnya dengan kementrian
kesehatan yang dalam pelaksanaannya memberikan pelayanan alat
kontrasepsi kepada masyarakat bersikap apatis karena
http://www.depkes.go.id/
-
39
tanggungjawab dan dana yang masuk untuk KB di monopoli
BKKBN. Sebagai akibatnya usaha untuk meningkatkan kualitas
pelayanan KB kurang mendapat perhatian.
Sementara itu BKKBN mengalami perubahan dari instansi
vertical menjadi otonomi berdasarkan Keppres Nomor 30 Tahun
2003. Menunjukkan kondisi pada aal desentralisasi program KB
sebagian besar (70,7 persen) BKKBN yang ada di kabupatenkota
tersebut digabungkan dengan dinas/badan dari berbagai sektor yang
ada di dareah (Fatoni, Astuti, dkk, jurnal Kependudukan Indonesia,
1, 2015: 71).
b) Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Kemensos (2010) Lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga
yang selanjutnya disebut LK3 adalah suatu lembaga atau organisasi
yang memberikan pelayanan konseling, konsultasi,
pemberian/penyebarluasan informasi, penjangkauan, advokasi, dan
pemberdayaan bagi keluarga secara profesional, termasuk merujuk
sasaran ke lembaga pelayanan lain yang benar-benar mampu
memecahkan masalahnya secara intensif. Tujuan dibentuknya LK3
adalah memelihara dan memperkuat kehidupan keluarga yang
harmonis agar dapat melaksanakan fungsi sosial secara optimal.
Sasaran LK3 meliputi individu, keluarga, kelompok, organisasi, dan
masyarakat yang membutuhkan informasi dan konsultasi untuk
mengatasi masalah sosial psikologis keluarga dan meningkatkan
kesejahteraan sosial keluarga (Kemensos, Nomor 84/HUK/2010.
Bphn.go.id)
-
40
I. Program Keluarga Harapan (PKH)
Sejak tahun 2007 pemerintah Indonesia telah melaksanakan
Program Keluarga Harapan. Program serupa telah dilaksanakan dan
cukup berhasil di beberapa negara yang dikenal dengan Conditional
Cash Transfers (CCT) atau bantuan tunai bersyarat. Program Keluarga
Harapan lebih dimaksudkan sebagai upaya membangun sistem
perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Berdasarkan
pengalaman negara-negara lain, program serupa sangat bermanfaat
terutama bagi keluarga dengan kemiskinan kronis. Namun tujuan dari
PKH untuk mengentaskan kemiskinan itu sendiri merupakan harapan
jangka panjang yang ingin dicapai.
Program keluarga harapan adalah program yang memberikan
bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Sebagai
imbalannya. RTSM diwajibkan memenuhi persyaratan yang terkait
dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), yaitu
pendiidkan dan kesehatan. sebenarnya Program Keluarga Harapan
sendiri memiliki tujuan umum untuk meningkatkan aksebilitas terhadap
pelayanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial dalam
mendukung tercapainya kualitas hidup keluarga miskin. Program
Keluarga Harapan diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran
keluarga miskin dalam jangka pendek serta memutus rantai kemiskinan
dalam jangka panjang. Sebab peningkatan kualitas kesehatan,
pendidikan dan terpeliharanya tarap penghidupan masyarakat akan
memberikan kesempatan pada masyarakat untuk mampu meningkatkan
kualitas dirinya.
Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Mulai tahun 2012 basis
bantuan PKH diarahkan pada Keluarga Sangat Miskin (KSM) yaitu
ayah, ibu dan anak. Perubahan ini untuk mengakomodasikan prinsip
-
41
bahwa keluarga adalah satu unit yang sangat relavan dengan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
Proses dari program keluarga harapan tidak mempertimbangkan
permasalahan yang dialami oleh setiap individu. Analisis masalah yang
dilakukan tidak mengerucut pada kebutuhan sebenarnya, hal ini terlihat
pada program keluarga harapan, di mana program ini berlangsung
bergerak pada bidang pendidikan dan kesehatan tanpa mengetahui
permasalahan yang dialami individu (Suleman, Resnawaty, Jurnal Riset
&PKM, 1, 2017: 90-91).
J. Model-Model Pemberdayaan Keluarga
1. Model Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Nelayan Miskin Melalui
Penerapan Teknologi Tepat Guna Terpadu
Perempuan nelayan sebagai asset pembangunan yang sangat
potensial mengalami beberapa kendala dalam pembangunannya,
antara rendahnyatingkat pendidikan keterampilan. Gambaran umum
kemiskinan nelayan telah ditunjukkan dari hasil penelitian Mubyarto
et. Al dalam seongkono (2002) yang menyiratkan, bahwa kemiskinan
nelayanan memang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kompleks.
Dengan ribuan pulau dan bentangan laut yang luas, fenomena
kemiskinan nelayan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari kebijakan
pembangunan pedesaan, tetapi perlu dipikirkan adalah bagaimana
kebijakan yang harus ditempuh untuk memberdayakan perekonomian
komunitas nelayan.
Perumusan model pemberdayaan masyarakat dimulai dengan
mengidentifikasi potensi dan pengembangan usaha ekonomi
masyarakat nelayan, sosialisasi program, pembentukan kelompok
-
42
sasaran, menyusun modul usaha pengelolaan ikan, uji coba modul,
sampai dengan implementasi modul buku teknologi tepat guna
terpadu pengelolaan ikan pasca tangkap. Model pemberdayaan
perempuan nelayan miskin dikembangkan melalui tiga konsep dasar
pengembangan, yakni : Community Development, Pre-Business
Development, Dan Business Development.
Program pemberdayaan masyarakat yang efektif dan efesien
harus dilakukan dengan merubah konsep pemberdayaan dari Top-
Down menjadi Bottom-Up. Hal ini disebabkan karena konsep
Buttom-Up, cenderung mensamaratakan masing-masing wilayah
sasaran kegiatan, tanpa melakukan identifikasi potensi yang ada di
wilayah sasaran. Selanjutnya, untuk memudahkan dalam
pemberdayaan dan pembangunan, para nelayan ini harus diakomodir
dalam satu wadah yang disebut kelompok perempuan sasaran
program. Kelompok perempuan nelayan ini dibentuk pada sosialisasi
kegiatan FGD (Focus Group Discussion). (Widodo, dkk. Jurnal
ekonomi, 1, 2011: 15)
2. Model Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin Terintegrasi
Dengan Wirausaha Produk Ikan
Masalah kemiskinan merupakan masalah sosial laten yang
memerlukan penanganan yang berkelanjutan. Hal ini terkait dengan
upaya pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan selama ini
belum mampu mengurai secara tuntas bahkan gejalanya semakin
meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih
dihadapi bangsa Indonesia. Mengatasi masalah kemiskinan tidak
hanyan memberdayakan ekonomi keluarga, namun tetap
memperhatikan dimensi lain yang bersifat nonekonomi. Seperti aspek
-
43
soft skill antara lain menghilangkan rasa apatis dan rasa tak berdaya,
menumbuhkan semangat kewirausahaan, komitmen, dan membangun
tim kerja sebagai net working.
Keadaan tersebut perlu penanganan yang holistic melalui
pendidikan nonformal untuk menjadikan sumber daya manusia
sebagai asset atau modal bagi modal bagi keluarga dan masyarakat.
SDM adalah aset yang tidak bernilai, dapat dilipatgandakan, dan
dikembangkan, bukan sebagai beban atau biaya.
Karenanya, kleuarga nelayan secara ekonomi dikembangkan
potensinya agar pendapatannya meningkat dan secara mental harus
dikuatkan soft skill-nya agar muncul jiwa wirausaha yang tangguh.
Langkah-langkah tersebut meliputi pengembangan kemampuan
ataupun mendorong produktivitas melalui peningkatan keterampilan
usaha yang secara terintegrasi dikembangkan soft skill agar menjadi
pendorong atau kekuatan diri meraih kemajuan yang berkelanjutan.
Mereka harus dilibatkan dalam keseluruhan proses penanggulangan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, hingga
pengambilan keputusan. Dengan ini partisipasi aktif secara self
direction akan sangat menentukankeberhasilan pemberdayaan
ekonomi keluarga miskin. Secara aktif mereka berusaha menolong
diri mereka sendiri dan secara lebih baik (empowering), dan berubah
sebagai agen pembaruan komunitas mereka.
Program dalam memberdayakan masyarakat miskin melalui
pendidikan kewirausahaan produk ikan. Kepada para peserta
pelatihan diajarkan teori kewirausahaan yang mencakup : sikap
personal dan sosial wirausaha, manajerial usaha kecil, kemampuan
berpikir logis, keterampilan berwirausaha, dan keterampilan produksi
olahan makanan berbasis ikan selanjutnya berdampak pada
-
44
peningkatan penghasilan warga. Setelah pelatihan, peserta dibimbing
untuk menjalankan usaha produktif yang dikehendakinya serta
dilakukan pendampingan sosial yang mencakup : (1) Stimulasi
permodalan ; (2) Pembentukan kelompok sebagai mekanisme
kelembagaan untuk mengorganisasi dan melaksanakan kegiatan
pengembangan masyarakat di desa atau kelurahan mereka; (3)
Memotivasi kelompok untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan
pendapatan; dan (4) Pengembangan jaringan kerjasama.
Pengembangan model pemberdayaan keluarga miskin dimulai
dengan tahapan perencanaan (design), yaitu merencanakan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai yang selanjutnya menjadi dasar
dalam pengembangan instruksional. Tahap selanjutnya adalah
menyusun rancangan model serta instrument penelitian. Model
diwujudkan dalam bentuk buku panduan yang dilengkapi dengan
perangkat, yakni kurikulum, job sheet, dan hand out.
Buku panduan model pemberdayaan keluarga miskin berisikan
komponen sebagai berikut (1) Teori pendukung yang mendasari
pengembangan model pemberdayaan keluarga miskin. Pada bagian
ini dikembangkan teori pemberdayaan yang berkaitan dengan
pendidikan untuk orang dewasa atau andragogi. Konsep lain adalah
konsep pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan; (2) Gambaran
aktivitas pemberdayaan melalui pembelajaran kewirausahaan untuk
keluarga miskin dengan pendekatan andragogi; dan (3) Tahapan
pemberdayaan keluarga miskin yang berupa pendidikan dan pelatihan
yang mencakup rencana pelatihan, persiapan pelatihan, pelaksanaan
pelatihan, penutupan pelatihan, pemantauan, dan evaluasi pelatihan.
(Marwanti, dkk. Jurnal penelitian. 2, 2014: 169)
-
45
3. Model Pemberdayaan Keluarga Dengan Pendekatan Improvement
Dan Berbasis Masalah Psikososial Anak dari Keluarga Miskin
Upaya mengatasi masalah psikososial anak miskin menjadi
sangat miskin penting. Upaya ini dapat dilakukan dengan berbasis
keluarga, atau disebut juga dengan model pendekatan family based.
Melalui model ini penanganan masalah kemiskinan dilakukan dengan
pemberdayaan keluarga melalui berbagai metode, antara lain
pemberian modal usaha, memberikan pendidikan berupa pengetahuan
tentang keberfungsian keluarga, sehingga keluargalah yang baktif
membina anak dalam menghadapi masalahnya.
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dan utama bagi
tumbuh kembangnya anak. Anak akan berkembang optimal apabila
mereka mendapatkan stimulasi yang baik dari keluarga. Keluarga
memiliki fungsi sosial yaitu : mencari nafkah, memberi pendidikan,
memberi perlindungan dan bermasyarakat.
Pelaksanaan pemberdayaan keluarga dirancang dengan
pendekatan improvement, yaitu pemberdayaan yang
mengintegrasikan aktifitasnya dalam aktivitas sosial yang sudah ada.
Dalam rancangan terseb