pembuatan tablet salut film sambung silang...
TRANSCRIPT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PEMBUATAN TABLET SALUT FILM SAMBUNG SILANG
KITOSAN – TRIPOLIFOSFAT DENGAN METODE SEMPROT
SKRIPSI
DWIKKY SUNU PRAYOGO
NIM: 1110102000030
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
NOVEMBER 2014
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PEMBUATAN TABLET SALUT FILM SAMBUNG SILANG
KITOSAN – TRIPOLIFOSFAT DENGAN METODE SEMPROT
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
DWIKKY SUNU PRAYOGO
1110102000030
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
NOVEMBER 2014
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Dwikky Sunu Prayogo
NIM : 1110102000030
Tanda Tangan :
Tanggal : 3 November 2014
iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Dwikky Sunu Prayogo
NIM : 1110102000030
Program Studi : Farmasi
Judul : Pembuatan Tablet Salut Film Sambung Silang Kitosan
– Tripolifosfat dengan Metode Semprot
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt Sabrina M.Farm., Apt
NIP: 198310282009012008 NIP: 197902222007102001
Mengetahui
Ketua Program Studi Farmasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt
v
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh
Nama : Dwikky Sunu Prayogo
NIM : 1110102000030
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Pembuatan Tablet Salut Film Sambung Silang Kitosan
– Tripolifosfat dengan Metode Semprot
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing 1 : Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt ( )
Pembimbing 2 : Sabrina, M.Farm., Apt ( )
Penguji 1 : Ofa Suzanti Betha, M.Si, Apt ( )
Penguji 2 : Nelly Suryani, Ph.D, Apt ( )
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 30 Oktober 2014
vi
ABSTRAK
Nama : Dwikky Sunu Prayogo
Program Studi : Farmasi
Judul : Pembuatan Tablet Salut Film Sambung Silang Kitosan –
Natrium Tripolifosfat dengan Metode Semprot
Kitosan merupakan salah satu polimer alami yang mempunyai potensi dalam sediaan
farmasi sebagai bagian dari sistem penghantaran obat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek sambung silang kitosan – natrium tripolifosfat dalam bentuk salut
film terhadap pelepasan obat. Tablet salut dibuat dengan menggunakan panci
penyalutan dan proses sambung silang antara kitosan dengan natrium tripolifosfat
dilakukan dengan cara penyemprotan. Tablet yang dihasilkan dievaluasi penampilan
fisik tablet yang telah disalut, penambahan bobot, tebal dan diameter tablet salut,
waktu hancur tablet serta uji disolusi tablet salut. Tablet salut film kitosan – natrium
tripolifosfat yang dihasilkan memiliki waktu hancur 21,83 ± 2,63 menit dibandingkan
dengan tablet inti dan tablet salut kitosan yang waktu hancur nya masing-masing 6 ±1
dan 5,66 ± 0,51 menit. Profil pelepasan propranolol pada tablet salut film dalam
media asam dan dapar fosfat dalam waktu 30 menit masing-masing 34,976 ± 1,132%
dan 15,442 ± 0,360%. Pelepasan propranolol pada tablet inti dalam asam dan dapar
fosfat pada menit 30 masing-masing adalah 85,81 ± 0,3602% dan 96,444 ± 2,542%.
Hal ini menunjukkan bahwa salut film kitosan – NaTPP mempunyai potensi untuk
menahan pelepasan obat.
Kata kunci : kitosan, natrium tripolifosfat, salut film, sambung silang
vii
ABSTRACT
Name : Dwikky Sunu Prayogo
Major : Pharmacy
Title : Preparation of Film-coated Tablet of Crosslinked Chitosan –
Sodium tripoliphospate with Spray Method
Chitosan is a natural polymer that has a potency in pharmaceutical preparations as a
part of a drug delivery system. The objective of this study was to determine the effect
of crosslinked chitosan - sodium tripolyphosphate as a film coated tablets on drug
release. Film coated tablets were prepared by using a coating pan and crosslinking
between chitosan with sodium tripolyphosphate was done by spraying. The tablets
was evaluated with a few parameters such as physical appearance, weight gain,
tablet’s width and diameter, disintegration test and dissolution test. Film coated
chitosan-sodium tripolyphospate tablets has disintegrated in 21.83 ± 2.63 minutes
compared to standard tablet’s 6 ± 1 minutes and film coated chitosan tablet’s 5,66 ±
0,51 minutes. The dissolution rate of propranolol on film-coated tablets in acidic
medium and phosphate buffer within 30 minutes were 34,97 ± 1,13% and 15,44 ±
0,360% respectively. The dissolution rate of propranolol on standard tablet in acidic
medium and phosphate buffer within 30 minutes were 85,81 ± 0,36% and 96,44 ±
2.54% respectively. The results showed that the film-coated tablet of chitosan –
sodium tripolyphospate has the potency to sustain the drug release from tablet.
Keywords : chitosan, cross link, film-coated, sodium tripolyphospate,
tablet
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil`alamiin, segala puji dan syukur penulis ucapkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini hingga selesai. Penulisan skripsi
yang berjudul “Pembuatan Tablet Salut Film Kitosan – Natrium Tripolifosfat
dengan Metode Semprot” bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt dan Sabrina, M.Farm., Apt., selaku dosen
pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam
proses pengerjaan skripsi.
2. Kedua orangtuaku tercinta, Yusneliati dan Marwoto, terima kasih telah
memberikan kasih sayang dan perhatian kepadaku. Terima kasih telah selalu
mendoakanku tanpa putus disetiap malammu. Terima kasih atas segala
dukungan energi dan moril yang selalu kalian berikan. Kalianlah salah satu
motivasiku untuk menyelesaikan sekolahku di farmasi. Semoga Allah akan
selalu memberi keselamatan, cinta, kasih sayang serta keberkahan dunia dan
akhirat.
3. Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
4. Seluruh dosen di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberi ilmu pengetahuannya selama empat tahun penulis belajar di farmasi.
ix
5. Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp. And., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Adik dan kakakku, Naurah Nabilah Sunu, Arisyi Sunu Pradono, Satryo Sunu
Prabowo yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan sehingga
penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
7. Kakak-kakak laboran FKIK, ka Rachmadi, ka Eris, ka liken, ka Lisna, ka
Tiwi, ka Eris, Mba Rani, serta kakak laboran laboratorium sediaan solid pak
Soleh atas bantuan dan kerjasamanya selama kegiatan penelitian.
8. Delvina Ginting dan Nirmala Kasih, teman dan partner dengan pembimbing
yang sama, yang sudah sangat banyak membantu dan memberi saran dalam
proses pengerjaan penelitian dari awal sampai akhir yang tanpa mereka
penelitian ini akan sangat sulit untuk diselesaikan.
9. Teman – teman seperjuangan, Hadi, Mirza, Afifah, Liana, Deisy, Hanny,
Diah, Denny, Myra, Salsa, teman teman seperjuangan farmasi angkatan 2010
dan teman – teman “pavilioons", Arum, Danie, Rendi, Fikri dan lainnya dan
juga pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dan dukungan hingga terwujudnya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun penulis
berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya. Akhir kata, penulis
berharap Allah SWT akan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu saya dalam penelitian ini.
Ciputat, 6 Oktober 2014
Penulis
x
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dwikky Sunu Prayogo
NIM : 1110102000030
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah
saya, dengan judul
PEMBUATAN TABLET SALUT FILM SAMBUNG SILANG KITOSAN –
NATRIUM TRIPOLIFOSFAT DENGAN METODE SEMPROT
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Ciputat
Pada tanggal 6 Oktober 2014
Yang menyatakan,
Dwikky Sunu Prayogo
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................................. vi
ABSTRACT ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xv
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Hipotesis ................................................................................................................ 2
1.4 Tujuan .................................................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4
2.1 Kitosan .................................................................................................................. 4
2.2 Natrium Tripolifosfat ............................................................................................ 5
2.3 Crosslink Kitosan – Natrium Tripolifosfat ............................................................ 5
2.4 Tablet ..................................................................................................................... 7
2.5 Tablet Salut Film ................................................................................................... 8
2.6 Proses Penyalutan Tablet ...................................................................................... 8
2.6.1Komponen Formulasi Salut Film .................................................................. 9
2.7 Sistem Pelepasan Terkendali ............................................................................... 11
2.8 Zat Tambahan dalam Formulasi Film ................................................................. 11
xii
2.8.1 Gliserin ....................................................................................................... 11
2.8.2 Sorbitol ....................................................................................................... 12
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 13
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 13
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................................... 13
3.2.1 Alat ............................................................................................................. 13
3.2.2 Bahan .......................................................................................................... 13
3.3 Metode Penelitian ................................................................................................ 14
3.3.1 Penelitian Pendahuluan .............................................................................. 14
3.3.2 Pemilihan Tablet sebagai Substrat .............................................................. 16
3.3.3 Evaluasi Tablet Inti .................................................................................... 17
3.3.4 Penyalutan Tablet ....................................................................................... 18
3.3.5 Evaluasi Tablet Salut Film ......................................................................... 19
3.3.6 Pembuatan Kurva Kalibrasi dalam Asam dan Dapar Fosfat ...................... 20
3.3.7 Uji Disolusi................................................................................................. 20
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 21
4.1. Uji Pendahuluan .................................................................................................. 21
4.2. Pemilihan Tablet sebagai Substrat ...................................................................... 23
4.3 Keseragaman Kandungan .................................................................................... 24
4.4 Evaluasi Tablet Salut ........................................................................................... 24
4.5 Waktu Hancur Tablet .......................................................................................... 26
4.6 Uji Disolusi ......................................................................................................... 26
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 30
5.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 30
5.2. Saran ................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 31
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………. 36
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.Komposisi larutan film …………………………………….. 15
Tabel 3.2.Formula penyalut tablet …………………………………….. 19
Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Film …..……………………………………. 21
Tabel 4.2 Data Evaluasi Tablet OD dan KF …………….……………. 23
Tabel 4.3 Evaluasi Tablet Salut Kitosan – Natrium Tripolifosfat…….. 25
Tabel 4.4 Data Waktu Hancur Tablet dalam Asam dan Aquadest.…… 26
Tabel 4.5 Data Hasil Uji Disolusi Tablet dalam Asam …………….… 27
Tabel 4.6 Hasil Data Uji Disolusi dalam Dapar Fosfat ………………. 28
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur Kitosan ………………………………………… 4
Gambar 2.2. Struktur natrium tripolifosfat …………………………… 5
Gambar 2.3. Interaksi kitosan dengan tripolifosfat…………………… 7
Gambar 2.4. Struktur Kimia Gliserin ………………………………… 11
Gambar 2.5. Struktur Kimia Sorbitol ………………………………… 12
Gambar 3.1. Contoh Potongan Film untuk Uji Mekanik ……………. 16
Gambar 4.1. Tablet Salut Kitosan – Natrium Tripolifosfat …………. 24
Gambar 4.2 Jumlah Kumulatif Obat yang Terdisolusi dari Tablet Inti
dan Tablet Salut dalam Asam …………………………....... 27
Gambar 4.3. Jumlah Kumulatif Obat yang Terdisolusi dari Tablet Inti
dan Tablet Salut dalam Dapar……………………………... 28
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Alur Penelitian …………………………………………. 35
Lampiran 2 Alat – alat yang digunakan …………………………….. 36
Lampiran 3. Ketebalan ukuran film ………………………………… 38
Lampiran 4. Data Uji Mekanik Film-1………………………………. 39
Lampiran 5. Data Uji Mekanik Film-2……………………………….. 40
Lampiran 6. Hasil normalitas dan homogenitas data SPSS perubahan
metode dan konsentrasi terhadap EB dan TS ………….. 41
Lampiran 7. Hasil Kruskal Wallis tentang perbedaan metode terhadap
EB …………………………………......................... 43
Lampiran 8. Hasil Uji Anova tentang perbedaan metode terhadap TS 44
Lampiran 9. Hasil Uji Kruskal Wallis tentang Perbedaan Konsentrasi
terhadap EB …………………………………................ 44
Lampiran 10. Hasil Uji Anova tentang Perbedaan Konsentrasi terhadap
TS ……………………………………………………… 45
Lampiran 11. Hasil Post Hoc Test ……………………………………. 45
Lampiran 12. Data Kehilangan Bobot ……………………………..….. 46
Lampiran 13 Data Kekerasan Tablet …………………………...…….. 46
Lampiran 14. Data Friabilitas Tablet ………………………..…….….. 46
Lampiran 15. Data Absorbansi Uji Keseragaman Kandungan ……… 47
Lampiran 16. Data Waktu Hancur Tablet dalam Media Asam ……… 48
Lampiran 17 Data Waktu Hancur Tablet dalam Media Aquadest …… 48 Lampiran 18. Tabel dan Kurva Kalibrasi Propranolol dalam Asam.…. 49
Lampiran 19. Tabel dan Kurva Kalibrasi Propranolol dalam Dapar…. 50
Lampiran 20. Data Uji Disolusi Tablet Inti dalam Asam ………….. 51
Lampiran 21. Data Uji Disolusi Tablet Inti dalam Dapar Fosfat ……. 52
Lampiran 22. Data Uji Disolusi Tablet Salut dalam Asam ………….. 53
Lampiran 23. Data Uji Disolusi Tablet Salut dalam Dapar Fosfat ……. 54
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kitosan adalah polisakarida alami yang telah banyak digunakan dalam
sediaan farmasi. Kitosan diperoleh dari proses deasetilasi kitin yang merupakan
polimer alami dengan keberadaan yang melimpah karena berasal dari limbah
produk laut seperti udang, cumi-cumi, dan kepiting. Potensi kitosan dalam sediaan
farmasi mulai dilirik karena selain ketersediaannya yang melimpah dan bersifat
alami juga memiliki banyak manfaat dan efek samping yang minim (Singla dan
Chawla, 2001).
Kitosan telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai macam sediaan di
antaranya pada aplikasi sediaan okuler topikal, implantasi, injeksi, peningkat
penetrasi, meningkatkan penyembuhan luka serta bahan penyalut (Berger et al,
2003). Sebagai bahan penyalut tablet, kitosan diharapkan dapat melindungi zat
aktif serta memodifikasi penampilan dan pelepasan obat sebagaimana fungsi
polimer penyalut tablet yang lain. Penelitian yang telah dilakukan oleh Hilmi
(2011) memanfaatkan kitosan sebagai polimer film penyalut tablet untuk
melindungi zat aktif dalam substrat. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pelepasan zat aktif pada uji disolusi dengan media asam cukup besar sehingga
salut film tersebut tidak dapat digunakan dalam memperlambat pelepasan. Oleh
karena itu harus ada modifikasi pada kitosan agar dapat dimanfaatkan sebagai
polimer pada tablet salut film lepas lambat.
Pada aplikasi kitosan dalam sediaan lepas lambat, modifikasi yang
dilakukan untuk memperbaiki sifat kitosan salah satunya adalah dengan
melakukan ikatan silang yang dapat mempengaruhi daya mengembang dan laju
pelepasan obat. Kitosan memiliki beberapa gugus amino sehingga dapat bereaksi
dengan senyawa anionik dan dapat menyebabkan perubahan sifat fisikokimia
(Singla dan Chawla, 2001). Kitosan mengalami protonasi dalam suasana asam
sehingga membentuk polikation yang dapat membentuk ikatan silang dengan
senyawa anionik seperti tripolifosfat. Peningkatan kepadatan ikatan silang pada
2
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
kitosan menyebabkan pengurangan daya pengembangan dan sensitivitas pH
khususnya pada pH rendah sehingga menurunkan laju pelepasan obat (Berger et
al, 2003).
Ada beberapa penelitian yang telah memanfaatkan kitosan dengan ikatan
silang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Penelitian oleh Ko et al., (2002)
dalam jurnal Agnihotri, Mallikarjuna dan Aminabhavi (2004) menyatakan bahwa
dengan membuat mikropartikel kitosan yang disambung silang secara ionik
dengan tripolifosfat menyebabkan laju pelepasan felodipin yang lebih lambat.
Pada penelitian oleh Anggraeni (2012) telah dilakukan pembuatan film dengan
bahan kitosan yang disambung silang dengan tripolifosfat yang mengandung
asiatikosida. Pada penelitian tersebut, pencampuran tripolifosfat dilakukan dalam
bentuk larutan dengan pengadukan secara teratur. Walaupun film yang didapatkan
belum maksimal tetapi film yang dihasilkan mampu menahan pelepasan obat.
Melihat potensi ikatan silang kitosan dengan tripolifosfat yang mampu
menahan pelepasan obat, peneliti akan mencoba memanfaatkan kemampuan
menahan pelepasan obat tersebut dalam bentuk tablet salut film. Ikatan silang
antara kitosan dengan tripolifosfat dilakukan pada saat penyemprotan. Diharapkan
dari modifikasi metode ini diperoleh hasil film dan tablet salut film yang baik dan
memiliki sifat untuk mengatur laju pelepasan obat sesuai yang diharapkan.
Propranolol digunakan sebagai model obat untuk mengetahui profil pelepasan
film yang dihasilkan. Adapun ruang lingkup penelitian ini meliputi penelitian
pendahuluan metode pembentukan ikatan silang, evaluasi tablet inti, penyalutan
tablet inti dan evaluasi tablet salut film.
1.2 Perumusan Masalah
a. Bagaimanakah karakteristik film dan tablet salut film yang dihasilkan dari
sambung silang antara kitosan – tripolifosfat menggunakan metode
semprot?
1.3 Hipotesis
Hasil sambung silang kitosan – tripolifosfat dengan metode semprot dapat
membentuk film serta dapat digunakan sebagai penyalut tablet lepas terkendali.
3
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1.4 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sambung silang kitosan-
natrium tripolifosfat dalam bentuk salut film dan efeknya terhadap pelepasan obat.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh
sambung silang kitosan – tripolifosfat dengan metode semprot sebagai film pada
tablet salut film sehingga menjadi dasar untuk pemanfaatannya lebih lanjut dalam
sistem penghantaran obat.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kitosan
Gambar 2.1. Struktur Kitosan (Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009).
Kitosan merupakan polimer alami yang memiliki struktur yang mirip
dengan selulosa dan bersifat biodegradable, biokompatibel, dan bioadhesif dan
mulai banyak digunakan untuk sediaan farmasi sebagai bagian dari sistem
penghantaran obat. Kitosan merupakan kopolimer dari glukosamina dan N-asetil
glukosamina terhubung oleh ikatan β 1–4 glukosidik dan diperoleh dengan
deasetilasi kitin. Berat molekul dan derajat deasetilasinya dapat dimodifikasi saat
persiapannya untuk merubah sifatnya. Kitosan memiliki gugus amina bebas serta
gugus hidroksil yang dapat dimodifikasi untuk memperoleh turunan kitosan.
Kitosan larut dalam beberapa larutan asam misalnya asam asetat, asam laktat,
serta beberapa senyawa N-alkylidinasi dan N-asilasi (Bhumkar dan Pokharkhar,
2006).
Kitosan diperoleh dari limbah produk laut yang telah diproses. Secara
umum, proses yang harus dilakukan untuk memperoleh kitosan ada 4 tahap, yaitu:
i. Deproteinization; ii. Demineralization; iii. Decolourization; iv. Deacetylation
(Dutta, Dutta & Tripathi, 2004).
5
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Keunggulan kitosan sebagai polimer adalah karena kitosan memiliki
banyak manfaat. Berdasarkan sifat kimianya antara lain bersifat polymin linear,
memiliki gugus amino reaktif dan gugus hidroksil reaktif, serta merupakan agen
pengkelat bagi banyak ion logam transisi. Sedangkan sifat biologi kitosan antara
lain adalah biokompatibel karena merupakan polimer alami dan bersifat aman dan
tidak toksik. Kitosan juga bersifat biodegradable karena dapat terdekomposisi
dalam tubuh. Kitosan dapat terikat pada sel mikroba dan mammalia, memiliki
efek regeneratif pada jaringan penghubung. Kitosan juga memiliki sifat
hemostatik dan fungistatik serta anti tumor dan anticholesteremic (Dutta, Dutta &
Tripathi, 2004). Karena memiliki banyak manfaat, penelitian mengenai
pemanfaatan kitosan dalam dunia farmasi sangat diperlukan.
2.2 Natrium Tripolifosfat
Gambar 2.2. Struktur natrium tripolifosfat (Chemical Book, 2014)
Natrium tripolifosfat yang juga mempunyai nama kimia pentasodium
trifosfat merupakan senyawa yang mempunyai muatan negatif yang banyak.
Natrium tripolifosfat yang merupakan multivalent fosfat adalah anion dengan
berat molekul rendah. Melalui pendekatan gelasi ionik, kitosan yang memiliki
polikation atau muatan positif hasil protonasi dalam suasana asam, dapat
berinteraksi secara elektrostatis dengan polianion sebagai zat peng-crosslink yaitu
tripolifosfat. Tripolifosfat sering digunakan karena bersifat nontoksik, mempunyai
kemampuan untuk membentuk gel secara cepat dan kemampuannya untuk
berinteraksi secara elektrostatis dengan kitosan (Aydin dan Pulat, 2012).
2.3 Crosslink Kitosan – Natrium Tripolifosfat
Kitosan merupakan polikationik dalam media asam (pKa 6,5) dan dapat
berinteraksi dengan senyawa bermuatan negatif seperti natrium tripolifosfat dan
6
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
sodium sulfat. Interaksi kitosan dengan natrium tripolifosfat dapat membentuk
nanopartikel kitosan yang terikat silang dan bersifat biokompatibel. Ikatan silang
ionik pada kitosan dengan natrium tripolifosfat menghasilkan ikatan yang bersifat
reversible sehingga penerapannnya pada sediaan lebih fleksibel dengan pH yang
lebih bervariasi. Peningkatan pada kepadatan ikatan silang menyebabkan
pengurangan pada daya pengembangan dan sensitivitas pH sehingga menurunkan
laju pelepasan obat (Berger et al, 2003). Mekanisme cross link kitosan dengan
tripolifosfat dapat berupa deprotonasi atau interaksi ionik. Deprotonasi terjadi
apabila crosslink terjadi saat pH TPP 9. Hal ini dikarenakan pada pH tersebut,
terdapat ion OH- dan ion fosforik yang terdapat dalam TPP berkompetisi satu
sama lain untuk berikatan dengan –NH+
3 pada kitosan sehingga ion OH berikatan
dengan NH melalui deprotonasi. Sedangkan apabila crosslink kitosan dengan TPP
terjadi pada saat pH TPP 3, mengandung P3O5-
10 yang berinteraksi dengan –NH+
3
kelompok amino yang menurunkan konduktivitas. Penambahan lebih lanjut
menyebabkan gugus amino jenuh dengan ion P3O5-
10. Secara keseluruhan proses
yang terjadi adalah interaksi ionik. Kekuatan ikatan silang, hidrofilisitas, pH, serta
derajat deasetilasi kitosan dapat mempengaruhi pengaturan pelepasan obat dan
memperluas potensi penerapannya pada sistem penghantaran obat. (Bhumkar dan
Pokharkhar, 2006).
7
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Gambar 2.3. Interaksi kitosan dengan tripolifosfat (a) deprotonasi, (b) cross-
linking ion (Bhumkar dan Pokharkhar, 2006)
2.4 Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, yang dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan
(Farmakope Indonesia III, 1979). Tablet terdapat dalam berbagai ragam bentuk,
ukuran, bobot, kekerasan,, ketebalan, sifat disolusi dan disintegrasi dan aspek lain,
tergantung pada penggunaan yang dimaksudkan dan metode pembuatannya
(Siregar, 2008).
Beberapa keuntungan sediaan tablet antara lain:
1. Kemudahan pemberian dosis obat yang tepat dan akurat
2. Sifat tablet yang mudah dibawa, bentuk kompak, stabilitas yang memadai,
mudah diberikan.
3. Harga pada umumnya relatif lebih murah dibandingkan dengan semua
bentuk sediaan oral lainnya.
4. Pendistribusiannya paling mudah dan murah.
8
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
5. Dapat diformulasikan sedemikian rupa sehingga laju pelepasan obatnya
bisa dikondisikan sesuai kebutuhan.
6. Cocok untuk produksi skala besar.
2.5 Tablet Salut Film
Tablet salut selaput merupakan bagian terpadu dari proses pengembangan
bentuk sediaan. Proses salut selaput meliputi penyalutan salut polimer tipis yang
seragam pada permukaan substrat solid. Substrat dapat berupa tablet, kaplet, pelet,
granul atau partikel-partikel. Secara khas, salut itu kira-kira setebal 25 sampai 100
µm dan disalutkan untuk menyempurnakan sifat-sifat fisik dan kimia substrat
(Siregar, 2008). Penyalutan adalah proses dimana lapisan luar yang kering dari
bahan penyalut melapisi permukaan dari bentuk sediaan untuk mencapai tujuan
tertentu. Tablet salut dapat menutupi rasa, bau maupun warna obat. Tablet salut
dapat mengatur laju pelepasan obat dari tablet. Selain itu, penyalutan tablet juga
dapat memberikan perlindungan fisik dan kimia, serta dapat melindungi obat dari
suasana asam di gastrointestinal (dengan pembuatan tablet salut enterik).
Penyalutan juga dapat menghindari inkompabilitas dalam formulasi sediaan
(Ankit et al, 2012). Kelebihan dari penyalut dengan gula ialah lebih tahan lama,
lebih sedikit bahan, waktu yang lebih sedikit untuk penggunaannya. Selaput ini
pecah dalam saluran lambung – usus (Ansel, 2005).
Beberapa tujuan penggunaan salut selaput dibandingkan tablet standard
antara lain:
1. Melindungi zat aktif dalam substrat dari faktor lingkungan seperti cahaya,
kelembaban, dan udara serta memperbaiki stabilitas kimia dan fisika.
2. Memodifikasi penampilan produk.
3. Menutupi cita rasa, tekstur, dan aroma yang tidak menyenangkan.
4. Mengendalikan atau memodifikasi pelepasan zat aktif
2.6 Proses Penyalutan Tablet
Secara umum terdapat 2 jenis proses penyalutan tablet, yaitu penyalutan
tablet salut gula dan tablet salut film. Belakangan ini, salut gula mulai
ditinggalkan karena prosesnya yang rumit dan memakan waktu yang cukup lama.
Penyalutan film adalah salut berbasis polimer tipis yang diaplikasikan pada
9
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
bentuk sediaan padat seperti tablet, granul atau partikel lain. Ketebalan penyalutan
tersebut berkisar antara 20 sampai 100 µm. Proses penyalutan pada umumnya
adalah tablet atau granul yang melewati zona penyemprotan dimana setelahnya
zat yang telah disemprotkan dikeringkan sebelum bagian zat penyalut selanjutnya
disemprotkan. Aktivitas ini dilakukan berulang – ulang sampai proses penyalutan
selesai. Formulasi penyalutan film intinya terdiri atas polimer dengan beberapa
komponen tambahan diantaranya, plasticizer, pigment, opacifier, surfactant,
waxes. Dari komponen-komponen tersebut, ditambahkan sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan yang ingin dicapai sehingga standardnya tidak semua komponen
tambahan tersebut ditambahkan ke dalam formulasi. Dalam keadaan tertentu,
lapisan film dari polimer bahkan dapat mengandung zat aktif (Hogan, 2002). Alat
yang digunakan dalam proses penyalutan adalah sebuah pan berputar yang dialiri
oleh aliran udara panas. Alat ini termasuk alat yang sederhana, karena seiring
dengan perkembangan zaman, terdapat inovasi dan modifikasi pada alat penyalut
seperti Pellegrini coating pans, driam, the butterfly coating pans, yang untuk
memperoleh hasil yang maksimal dan sesuai kebutuhan (Cole, 2012).
2.6.1 Komponen Formulasi Salut Film
2.6.1.1 Polimer
Polimer adalah zat yang membentuk lapisan film pada penyalutan film.
Polimer yang banyak digunakan pada salut film ada berbagai macam diantaranya
turunan selulosa atau polimer akrilik atau kopolimer yang banyak ditemui seperti
polietilen glikol dengan berat molekul besar, polivinil pirolidon, polivinil alcohol
dan lain-lain. Polimer standardnya dilarutkan dalam pelarut yang sesuai pada
aplikasinya pada saat penyalutan sediaan padat. Untuk polimer yang tidak larut
dalam air sehingga penerapannya tidak dapat dengan pelarut bentuk cair, sehingga
standardnya digunakan metode preparasi khusus yaitu untuk latex asli dan
pseudolatex (Hogan, 2002). Polimer alami seperti kitosan mulai dilirik
penggunaannya karena ketersediaannya yang banyak di alam dan memiliki
berbagai macam manfaat (Singla dan Chawla, 2001).
10
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2.6.1.2 Plasticizer
Plasticizer pada umumnya adalah zat dengan berat molekul rendah yang
punya kapasitas merubah sifat fisik polimer sehingga dapat berfungsi lebih baik
sebagai bahan dalam proses salut film. Mekanisme kerja plasticizer pada
umumnya dengan menginterpose molekul plasticizer pada helaian polimer
sehingga memecah interaksi polimer-polimer. Hal ini dilakukan karena interaksi
plasticizer dengan polimer dianggap lebih kuat dibandingkan dengan interaksi
polimer-polimer (Hogan, 2002). Contoh plasticizer yang standard digunakan
adalah polyol seperti gliserol (gliserin), propilen glikol, polietilen glikol; ester
organic seperti ester phthalate, ester sitrat; gliserida seperti minyak jarak,
monogliserida terasetilasi, dan minyak kelapa terfraksionasi (Hogan, 2002).
Pada salut film, plasticizer memiliki kemampuan untuk stress internal
pada salut film. Selain itu, pada salut film yang bertujuan memiliki efek
modifikasi pelepasan pada sediaan, harus kuat secara mekanik supaya lapisan film
tidak rusak pada saat proses penyalutan (Hogan, 2002).
2.6.1.3 Pewarna / Opacifier
Kelompok bahan ini digunakan untuk meningkatkan penampilan produk
yang dihasilkan namun juga bermanfaat dalam beberapa hal lain diantaranya:
1. Identifikasi produk oleh produsen yang standard digunakan pada GMP
(Good Manufacturing Practice) serta membantu mengidentifikasi obat
pada pasien dengan pengobatan lebih dari 1 obat.
2. Meningkatkan kesan merek suatu produk sehingga mengurangi
kesempatan untuk produsen lain meniru produknya.
3. Pewarna pada batasan tertentu memiliki efek opacifying yang dapat
menentukan hasil optimal yang dapat melindungi bahan obat dari
cahaya pada saat penyalutan.
Pada umumnya, kelompok bahan ini mengurangi kekuatan tensile serta
ekstensi film pada saat beban tensile, sehingga secara keseluruhan bersifat
negative sehingga pemakaiannnya hanya untuk formulasi-formulasi tertentu
(Hogan, 2002).
11
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2.7 Sistem Pelepasan Terkendali
Sistem penghantaran obat dengan laju pelepasan obat terkendali ditujukan
untuk memaksimalkan efek terapi obat. Salah satu cara untuk memodifikasi
pelepasan zat aktif dalam sediaan khususnya dalam tablet adalah dengan
penyalutan. Penyalutan tablet dilakukan dengan menggunakan polimer sebagai
film yang akan menyeliputi tablet. Pelepasan obat bergantung pada ketebalan dan
laju disolusi membran polimer yang menyeliputi inti. Dengan menyalut inti obat
dengan membran polimer dengan ketebalan tertentu, pelepasan obat dapat ditunda
sampai waktu tertentu, misal 1, 3, 6, atau 12 jam setelah pemberian obat (Hillery,
Lloyd dan Swarbrick, 2005).
2.8 Zat Tambahan dalam Formulasi Film
2.8.1 Gliserin
Gambar 2.4. Struktur Kimia Gliserin (Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009).
Gliserin yang mempunyai berat molekul 92,09 ini adalah eksipien yang
sangat sering digunakan dalam sediaan farmasi. Gliserin memiliki organoleptis
yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, bersifat kental, dan rasa manis 0,6 kali
manis sukrosa. Cairan yang bersifat higroskopis ini memiliki banyak kegunaan
diantaranya pengawet antimikroba, pelarut campur, emollient, humektan, pelarut,
pemanis. Kegunaan lain gliserin adalah sebagai plasticizer yang digunakan pada
formulasi film pada tablet salut film (Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009).
Penambahan plasticizer pada formulasi film adalah untuk menjaga kestabilan film
yang dibentuk oleh polimer agar lebih stabil terhadap temperature kaca (Siregar,
2008).
12
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2.8.2 Sorbitol
Gambar 2.5. Struktur Kimia Sorbitol (Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009).
Sorbitol adalah hexahidrat alkohol yang berhubungan dengan mannosa
dan merupakan isomer dari mannitol. Organoleptis sorbitol antara lain tidak
berbau, putih atau hampir tidak berwarna, berbentuk kristal atau serbuk
higroskopik. Sorbitol tersedia dalam berbagai macam tingkatan maupun bentuk.
Sorbitol mempunyai rasa manis yang menyejukkan dan kira-kira memiliki
kemanisan sekitar 50 – 60% kemanisan sukrosa. Kegunaan dari sorbitol antara
lain sebagai humektan, penstabil, zat pemanis, zat pengisi tablet dan kapsul serta
plasticizer pada kapsul maupun film. Penambahan plasticizer pada formulasi film
adalah untuk menjaga kestabilan film yang dibentuk oleh polimer agar lebih stabil
terhadap temperature kaca (Siregar, 2008).
13
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Obat Farmasi FKIK
UIN Jakarta, Laboratorium Sediaan Padat Farmasi FKIK UIN Jakarta,
Laboratorium Penelitian I Farmasi FKIK UIN Jakarta, Laboratorium Penelitian II
Farmasi FKIK UIN Jakarta, Laboratorium Farmakologi FKIK UIN Jakarta,
Bagian PAIR BATAN, Laboratorium Sediaan Solid Universitas Pancasila.
Penelitian berlangsung dari bulan Februari sampai bulan oktober 2014.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: timbangan analitik
(AND GH-120), pH meter (horiba F-52), magnetic stirrer (advantec
SRS710HA), hair dryer, viskometer Haake 6R, moisture analyzer, dissolution
tester (erweka DT626HH), friabilator EF – 2, disintegration tester (electrolab
ED-2L), hardness tester TBH 225, desikator, kompressor, spray gun, spatula,
oven (eyela NDO- 400, Jepang), pan coating, spektrofotometer UV visible hitachi
U-2910, mikroskop optik olympus IX 71, Jepang, mikrometer digital (mitutoyo,
Jepang), tensile tester Strograph-R1 (Toyoseiki, Jepang), alat potong dumb bell
(Saitama dengan standar ASTM-D 1822-1, Jepang), corong buchner dan alat-alat
gelas standar laboratorium lainnya.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kitosan (PT.
Biotech Surindo, Indonesia; berat molekul sedang, derajat deasetilasi 92,2%),
natrium tripolifosfat (Wako, Jepang), Propranolol (Banca Carige, Italia), gliserin
(Brataco), sorbitol (Brataco), silica blue (PT. Brataco), asam asetat 2% (Merck),
air suling, HCl 0,1N (Merck), dapar fosfat, kertas saring, tissue, aluminium foil.
14
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Penelitian Pendahuluan
3.3.1.1 Pembuatan Film
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi natrium
tripolifosfat (NaTPP) dan metode optimum yang menghasilkan film dengan
tekstur dan homogenitas yang baik. Optimasi ini dilakukan dengan menggunakan
pistol semprot dan kompressor untuk menghasilkan film kitosan di substrat kaca
yang dikeringkan dengan aliran udara panas. Variasi yang dilakukan adalah pada
konsentrasi natrium tripolifosfat dan urutan penyemprotan larutan pembentuk
film.
Dibuat larutan kitosan 1% b/v dalam asam asetat 2% v/v. Larutan
disimpan sampai gelembung hilang. Lalu dibuat campuran plasticizer gliserin
dengan sorbitol 70% 1:1. Larutan plasticizer lalu ditambahkan dengan konsentrasi
75% b/b kitosan ke larutan kitosan sampai homogen. Lalu dibuat larutan natrium
tripolifosfat pada konsentrasi 0,05%, 0,1%, 0,5%, 1% b/v. Metode pembentukan
film divariasikan dengan merubah perlakuan yang dilakukan setelah
penyemprotan awal larutan kitosan. Film lalu dibuat di plat kaca dengan ukuran
9x9 menggunakan pistol semprot dengan berbagai macam metode:
a. Metode 1 : larutan kitosan disemprot dan dipanaskan sampai terbentuk
film lalu disemprot natrium tripolifosfat
b. Metode 2: Larutan Kitosan disemprot dan dipanaskan sampai kira-kira
setengahnya lalu disemprotkan larutan natrium tripolifosfat dan
dipanaskan. Setelahnya larutan kitosan yang tersisa disemprotkan dan
dipanaskan.
15
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Tabel 3.1. Komposisi larutan film
Formula Film Larutan
Kitosan 1%
(ml)
Larutan
Plasticizer (gr)
Larutan NaTPP
Konsentrasi
(%)
Volume (ml)
A1 dan A2 60 0,45 0,05 46,8
B1 dan B2 60 0,45 0,1 23,4
C1 dan C2 60 0,45 0,5 4,68
D1 dan D2 60 0,45 1 2,34
Keterangan: Formula A1, B1, C1, D1 menggunakan metode 1 sedangkan formula A2, B2, C2, D2
menggunakan metode 2
Hasil yang diperoleh dievaluasi antara lain viskositas larutan pembentuk
film, ketebalan film dan sifat mekanik film.
3.3.1.2 Viskositas Larutan Pembentuk Film
Cairan pembentuk larutan film diukur viskositasnya dengan menggunakan
viskotester Haake dengan No. Spindel R2 pada kecepatan 100 rpm. Nilai masing-
masing viskositas dicatat dan dibandingkan antara masing-masing fomula (Rane
dan Kale, 2009, dengan modifikasi).
3.3.1.3 Ketebalan Film
Ketebalan film diukur dengan menggunakan mikrometer digital. Setiap
film yang telah diukur dicatat ketebalan filmnya (Rane dan Kale, 2009, dengan
modifikasi).
3.3.1.4 Sifat Mekanik Film
Sifat mekanik film diuji berdasarkan kekuatan tarik dan perpanjangan
putus. Kekuatan tarik diuji Menggunakan tensil tester strograph – R1 dengan gaya
100 kg, dibaca dengan kertas grafik dengan skala terkecil 0,01 kg, dipotong
bentuk halter dengan Dumbbell Astm–D-1822-L Crosshead dengan kecepatan 25
mm/min seperti berikut:
16
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Gambar 3.1. Contoh Potongan Film untuk Uji Mekanik
Kekuatan tarik dan perpanjangan pada saat putus dihitung dengan
menggunakan rumus
Kekuatan tarik (N/cm2) = gaya pemutusan (N)/ Luas Area penampang melintang
sampel (cm2)
Perpanjangan putus (%) = (Penambahan panjang pada saat putus (cm)/ panjang
mula-mula (cm)) x 100
Hasil yang diperoleh diinput ke dalam software SPSS untuk dianalisa
secara statistik (Abbaspour, M.R., Makhmalzadeh, S. dan Jalali, S, 2010, dengan
modifikasi).
3.3.2 Pemilihan Tablet sebagai Substrat
Pada penelitian ini, digunakan tablet propranolol yang digunakan sebagai
substrat pada proses penyemprotan film. Tablet yang tersedia adalah tablet
propranolol KF dan OD. Tablet-tablet tersebut akan diuji sebelum digunakan
sebagai substrat pada penelitian ini untuk memastikan kestabilan fisik tablet
dalam proses penyalutan.
3.3.2.1 Kehilangan Bobot
Tablet propranolol KF dan OD sebanyak total 50 tablet dihitung
kehilangan bobotnya setelah diuji dengan cara dimasukkan ke dalam panci
penyalut dengan kecepatan sebesar 75 rpm selama 2 jam. Uji ini dilakukan
sebagai simulasi pada keadaan penyalutan yang sebenarnya. Hasil dinyatakan
dengan selisih jumlah bobot pada awal dan akhir pengujian dibagi dengan bobot
awal dan dinyatakan dalam persen.
17
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Keterangan:
Wloss = kehilangan bobot (%)
A0 = jumlah bobot awal (gram)
A1 = jumlah bobot akhir (gram)
3.3.2.2 Kekerasan Tablet
Sebanyak 20 tablet, masing-masing diuji kekerasan dengan alat hardness
tester. Kekerasan tablet diukur terhadap luas permukaan tablet dengan
menggunakan beban yang dinyatakan dalam kilopound (kp) (Lachman,
Lieberman & Kanig, 1986).
3.3.2.3 Friabilitas / Keregasan
Menurut USP, uji friabilitas dilakukan dengan alat friability tester
menggunakan tablet dengan bobot ±200 mg dengan jumlah total berat mendekati
6,5 gram untuk tablet dengan berat satuan di bawah 650 mg. Jumlah tablet yang
digunakan pada uji ini sebanyak 33 tablet. Parameter yang diuji adalah kerapuhan
tablet terhadap gesekan atau bantingan selama waktu tertentu menggunakan alat
friability tester. Uji friabilitas dilakukan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm.
Tablet yang baik mempunyai friabilitas kurang dari 1% (US Pharmacopeia 30,
2007)
𝐹 =𝑎 − 𝑏
𝑎 x 100%
Keterangan :
F = friabilitas (%)
a = bobot tablet sebelum diuji (g)
b = bobot tablet setelah diuji (g)
3.3.3 Evaluasi Tablet Inti
3.3.3.1 Keseragaman Kandungan
Uji keseragaman kandungan dilakukan dengan 10 tablet, tiap tablet
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan 5 ml HCl 1% sambil
digoyang sampai hancur. Sebanyak 70 ml metanol ditambahkan, lalu disonikasi
selama 1 menit. Metanol diencerkan sampai tanda. Larutan tersebut kemudian
𝑊𝑙𝑜𝑠𝑠 =𝐴0 − 𝐴1
𝐴0𝑥100%
18
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
disentrifus sebanyak 3 ml dan diambil supernatannya. Hasil sentrifus kemudian
diencerkan dengan metanol secara kuantitatif hingga kadar lebih kurang 40 µg per
ml. Sebagai larutan baku, ditimbang dengan seksama sebanyak 40 mg propranolol
lalu dilarutkan dan diencerkan dengan metanol hingga kadarnya lebih kurang 40
µg per ml. Ukur serapan larutan uji dan larutan baku pada panjang gelombang 290
nm (Farmakope Indonesia edisi 4, 1995). Hitung jumlah dalam mg propranolol
dalam tablet dengan rumus
(𝑇
𝐷) = (
𝐴𝑠
𝐴𝑢)
Keterangan:
T = jumlah mg propranolol HCl dalam tablet yang tertera etiket
D = kadar larutan uji dalam µg per ml, berdasarkan kadar tiap tablet yang tertera pada etiket
dan pengenceran yang dilakukan.
Au = serapan larutan uji
As = serapan larutan baku
3.3.3.2 Waktu hancur
Dilakukan dengan alat disintegrator tester menggunakan 6 tablet KF
menggunakan medium aquadest dan asam HCl 0,1 N pada suhu 37±2ºC.
3.3.4 Penyalutan Tablet
Sejumlah tablet yang telah dipilih, dimasukkan ke dalam panci penyalut,
kemudian mesin pemutar panci dijalankan dengan kecepatan 75 rpm.
Disemprotkan udara dengan pistol semprot untuk membersihkan debu dari tablet
inti. Aliran udara panas dengan suhu 105ºC dialirkan untuk menciptakan suhu
yang panas pada tablet dan panci. Pistol semprot diisi dengan larutan penyalut,
kemudian dilakukan orientasi penyemprotan terlebih dahulu diluar panci sampai
didapat pola semprotan yang halus dengan cara mengatur katup tempat angin
masuk pada pistol semprot dan katup tempat angin keluar dari kompressor.
Penyalutan dilakukan di dalam panci penyalutan dengan kecepatan putar kurang
lebih 75 rpm. Penyalutan yang dilakukan dengan larutan penyalut sambung silang
kitosan-natrium tripolifosfat dan penyalut kitosan saja sebagai pembanding.
Setelah proses penyemprotan, tablet dibiarkan dalam panci yang berputar tanpa
udara panas sampai pada suhu lingkungan. Pada saat penyalutan dilakukan in
process control pada tablet yang telah disalut dengan menggunakan media asam
19
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
untuk mengetahui apakah tablet yang telah disalut sudah membentuk film yang
tahan asam. Tablet yang sudah tersalut ditimbang dan disimpan dalam wadah
tertutup berisi silica gel (Hilmi, 2011, dengan modifikasi).
Tabel 3.2. Formula Penyalut Tablet yang Digunakan
Bahan Jumlah
Larutan Kitosan 1% (ml) 200
Plasticizer Gliserin :
Sorbitol 75% 1:1 (75% b/b
kitosan) (gram)
1,5
Larutan NaTPP 0,1% (ml) 200
3.3.5 Evaluasi Tablet Salut Film
3.3.5.1 Penampilan fisik
Tablet yang sudah disalut diamati secara visual meliputi warna dan
homogenitas.
3.3.5.2 Penambahan Bobot
Penambahan bobot dihitung setelah proses penyalutan tablet. Tablet yang
telah disalut ditimbang seluruhnya dan diukur bobot rata-ratanya dan
dibandingkan dengan bobot rata- rata tablet inti sebelum proses penyalutan
(Abbaspour, M.R., Makhmalzadeh, S. dan Jalali, S, 2010, dengan modifikasi).
Keterangan:
Wgain = Penambahan bobot (%)
W0 = jumlah bobot awal (gram)
W1 = jumlah bobot akhir (gram)
3.3.5.3 Tebal dan Diameter Tablet Salut
Tebal dan diameter tablet yang telah disalut diukur menggunakan jangka
sorong (Rane dan Kale, 2009).
𝑊𝑙𝑜𝑠𝑠 =𝐴0 − 𝐴1
𝐴0𝑥100%
𝑊𝑔𝑎𝑖𝑛 =𝑊1 − 𝑊0
𝑊0𝑥100%
20
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
3.3.5.4 Uji Waktu Hancur Tablet Salut
Uji hancur yang dilakukan untuk tablet salut kitosan dan salut sambung
silang kitosan-natrium tripolifosfat, dilakukan dengan alat disintegrator tester
menggunakan 6 tablet yang berisi media asam dan aquadest pada suhu 37±2ºC.
Tablet diharapkan tidak hancur selama kurang lebih 2 jam (WHO, 2011)
3.3.6 Pembuatan Kurva Kalibrasi dalam Asam dan Dapar Fosfat
Ditimbang secara akurat 50 mg propranolol kemudian dilarutkan dalam
masing-masing 100 ml HCl 0,1 N dan dapar fosfat pH 6,8 sehingga diperoleh
larutan induk standar asam dan dapar fosfat sebesar 500 μg/mL. Dari larutan
induk tersebut diambil sebanyak sebanyak 500, 1000, 1500, 2000, 2500 dan 3000
μL kemudian ditambahkan sampai 50 ml sehingga dihasilkan larutan dengan
konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25, 30 ppm.
3.3.7 Uji Disolusi
Uji disolusi secara in vitro dilakukan untuk mengetahui pelepasan
propranolol dari tablet. Uji dilakukan menggunakan alat uji disolusi tablet. Satu
buah tablet dimasukkan ke dalam alat uji tablet dengan menggunakan dayung
berisi medium 900 ml. Pengujian dilakukan dalam asam klorida 0,1 N selama 2
jam dan larutan dapar fosfat pH 6,8 selama 2 jam pada suhu 37 ± 0,5ºC.
Pengambilan sampel dilakukan pada waktu 5, 15, 30, 45, 60, 120 menit dengan
volume 5 ml setiap kali pengambilan sampel. Volume medium diganti dengan
larutan medium baru dengan volume dan suhu yang sama. Masing-masing sampel
yang diambil dianalisa menggunakan spektrofotometer UV-vis pada panjang
gelombang maksimum 290 nm untuk propranolol (Salger, S.V., Danki, L.S.,
Hiremath, S., dan Sayeed A, 2010, dengan modifikasi).
21
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Uji Pendahuluan
Pada awal penelitian, dilakukan uji pendahuluan dengan variasi berbagai
konsentrasi NaTPP dengan menyemprotkan larutan penyalut pada substrat kaca
untuk membuat simulasi penyalutan film pada tablet dan kemudian dievaluasi
film yang terbentuk serta viskositas larutan pembentuk film.
Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Film
Kode
Formula
Ketebalan Film
(mm)
Elongation at
Break (%)
Tensile Strength
(N/cm2)
A1 0,046 ± 0,003 23,33 ± 5,77 1929,98 ± 529,94
B1 0,06 ± 0,002 20 ± 0 2387,35 ± 109,81
C1 0,057 ± 0,002 56,66 ± 5,77 1231,82 ± 182,01
D1 0,074 ± 0,005 30 ± 0 893,43 ± 177,45
A2 0,062 ± 0,014 16,66 ± 5,77 2280,45 ± 304,36
B2 0,056 ± 0,002 30 ± 0 1944,92 ± 310,34
C2 0,066 ± 0,004 50 ± 0 1876,61 ± 457,87
D2 0,039 ± 0,009 23,33 ± 5,77 845,92 ± 274,51
Ketebalan ukuran film yang diperoleh adalah sekitar 0,057 mm. Film
dengan metode 2 konsentrasi NaTPP 1% (D1 dan D2) memiliki ketebalan yang
berbeda dibandingkan film yang lain. Hal ini dikarenakan pada saat pengerjaan,
ketebalan film sangat dipengaruhi oleh aliran udara panas yang dihasilkan oleh
alat pengering sebagai pengganti alat pemberi udara panas yang terdapat pada alat
22
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
salut tablet yang sebenarnya. Aliran udara panas yang dihasilkan tidak dapat
memberi aliran udara panas yang sama di seluruh permukaan film sehingga
menghasilkan ketebalan film yang tidak konsisten.
Dari hasil uji mekanik diperoleh data persentase elongation at break (EB)
dan tensile strength (TS). Elongation at break merupakan data yang menunjukkan
perubahan panjang yang terjadi dari panjang semula sampai film putus saat
diberikan gaya penarikan. Sedangkan tensile strength merupakan gaya rentang
yang diperlukan agar film yang diuji terputus saat diberikan gaya penarikan.
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai EB terbaik yaitu 60% pada konsentrasi
NaTPP 0,5% sedangkan nilai TS terbaik yaitu 2387,35 N/cm2
pada konsentrasi
0,1%. Nilai EB pada konsentrasi NaTPP 0,5% merupakan yang terbaik, namun
perbedaan metode dan konsentrasi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
terhadap nilai EB. Nilai TS yang terbaik yang didapat pada konsentrasi 0,1% dan
perbedaan metode tidak memberikan perbedaan yang signifikan sedangkan
perbedaan konsentrasi pada 0,1% terhadap 0,05% dan 0,5% tidak signifikan dan
signifikan terhadap konsentrasi 1%. Karena nilai TS pada konsentrasi 1% sangat
rendah, sehingga konsentrasi yang digunakan pada penelitian kali ini adalah 0,1%.
Nilai EB dan TS sangat penting karena menunjukkan kekuatan film yang akan
terbentuk pada tablet pada saat penyalutan. Film dengan nilai EB dan TS tinggi
akan menghasilkan film yang lebih tahan, khususnya pada proses penyalutan di
mana film yang terbentuk pada tablet akan mengalami kontak fisik secara terus
menerus dengan panci penyalutan dalam waktu yang cukup lama.
Viskositas larutan kitosan sebagai larutan pembentuk film didapat sebesar
98 cPs dengan menggunakan spindle R2 dan 200 rpm. Viskositas yang diperoleh
tidak tinggi. Viskositas larutan penyalut tidak boleh terlalu tinggi, karena dapat
mengakibatkan sulitnya penyemprotan larutan penyalut dari pistol semprot pada
saat proses penyalutan.
Dengan menggunakan analisa statistik menggunakan perangkat lunak
SPSS, perbedaan metode 1 dan metode 2 tidak memberikan perbedaan yang
signifikan, sedangkan perbedaan konsentrasi dari konsentrasi 0,1% ke 0,5% dan
1% memberikan hasil yang signifikan dan perbedaan konsentrasi antara 0,05% ke
0,1% memberikan hasil yang tidak signifikan. Berdasarkan analisa di atas,
23
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
konsentrasi 0,1% dengan nilai EB dan TS yang lebih tinggi secara konsisten
dipilih untuk digunakan dalam proses penyalutan selanjutnya.
4.2. Pemilihan Tablet sebagai Substrat
Tablet yang digunakan dalam proses penyalutan adalah tablet yang
tersedia di pasaran. Oleh karena itu, tablet yang akan digunakan akan diuji
terlebih dahulu daya tahannya dalam proses penyalutan melalui beberapa uji yaitu
kehilangan bobot, kekerasan tablet dan friabilitas tablet.
Tabel 4.2. Data Evaluasi Tablet OD dan KF
Merk Tablet Kehilangan Bobot
Tablet (%)
Rata-rata nilai
kekerasan tablet
(kP)
Weight loss
friabilitas tablet
(%)
Tablet OD 2,01 3,26 ± 0,21 0,01%
Tablet KF 1,27 6,6 ± 2,02 0,07%
Uji kehilangan bobot yang dilakukan sebagai simulasi pada keadaan
penyalutan yang sebenarnya. Tablet dengan persentase kehilangan bobot yang
lebih besar menunjukkan bahwa tabletnya rapuh saat mengalami proses
penyalutan dan dapat berdampak pada permukaan film yang akan terbentuk pada
tablet tidak sempurna. Berdasarkan hasil data uji kehilangan bobot tablet didapat
data bahwa tablet KF memiliki persen kehilangan bobot yang lebih kecil
dibandingkan persen kehilangan bobot tablet OD.
Berdasarkan hasil data kekerasan tablet, tablet KF memiliki kekerasan
yang lebih besar dibandingkan kekerasan tablet OD. Sedangkan untuk friabilitas
tablet, kedua jenis tablet masih dalam standar friabilitas tablet, yaitu kehilangan
bobot yang tidak lebih dari 1%. Berdasarkan data-data di atas, tablet KF memiliki
data yang lebih baik, dari kekerasan maupun saat uji kehilangan bobot. Hal ini
sangat penting mengingat dalam proses penyalutan terdapat banyak kontak fisik
tablet dengan panci penyalut sehingga semakin baik parameter tablet yang ada
akan menghasilkan tablet salut yang lebih baik.
24
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
4.3 Keseragaman Kandungan
Tablet KF yang akan digunakan untuk proses selanjutnya, diuji
keseragaman kandungannya dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh
Farmakope Indonesia edisi 4. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan kandungan
propranolol dalam tablet seragam.
Data keseragaman kandungan yang diperoleh cukup seragam, walaupun
dari 10 kali pengulangan pengujian keseragaman kandungan, semuanya tidak
mencapai kandungan yang tertera dalam etiket yaitu 40 mg. Rata-rata kandungan
propranolol pada tablet yaitu 36,12 ± 1,01 mg atau sekitar 90,31%. Hal yang dapat
mempengaruhi yaitu kandungan propranolol sebenarnya yang terkandung dalam
tablet tidak mencapai 40 mg sehingga saat diuji menunjukkan hasil di bawah 40
mg. Hal ini dikarenakan adanya rentang berat tablet yang diperbolehkan pada saat
produksi sehingga dapat memengaruhi kandungan propranolol yang ada pada
tablet. Hal lain yang dapat memengaruhi hasil keseragaman kandungan adalah
asal produsen pada saat pembelian propranolol yang digunakan sebagai standar
dengan asal produsen yang digunakan sebagai tablet inti berbeda sehingga
kemurnian propranolol antara standar dan tablet inti dapat berbeda.
4.4 Evaluasi Tablet Salut
Tablet yang telah disalut dievaluasi dari berbagai macam parameter.
Gambar 4.1. Tablet Salut Kitosan – Natrium Tripolifosfat
25
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Tabel 4.3. Hasil Evaluasi Tablet Salut Kitosan – Natrium Tripolifosfat
Parameter Hasil
Permukaan Halus, rata
Warna Kuning muda
Bau Tidak berbau
Bobot rata-rata 206,58 mg
% Penambahan bobot 1,443%
Tebal 3,85 mm
Diameter 8,7 mm
Tablet salut yang dibuat menggunakan larutan penyalut dengan komposisi
200 ml larutan kitosan 1% dalam asam asetat 2% yang ditambah dengan
plasticizer 75% b/b kitosan dengan komposisi gliserin : sorbitol 70%, 1:1 dan
larutan Natrium tripolifosfat 0,1%. Plasticizer yang ditambahkan ke larutan film
bertujuan untuk meningkatkan kekuatan mekanik film sehingga film yang
dihasilkan dapat lebih tahan pada proses penyalutan (Siregar, 2008). Proses
penyalutan berlangsung selama kurang lebih 4 jam dengan larutan kitosan
disemprot terlebih dahulu dan selanjutnya dilanjutkan dengan larutan natrium
tripolifosfat. Hasil akhir tablet salut berwarna kuning muda, yang berasal dari
warna larutan kitosan yang terpapar suhu tinggi pada proses penyalutan. Diameter
tablet inti awal sebesar 8,6 mm mengalami penambahan sebesar 0,1 mm
sementara tebal tablet inti awal sebesar 3,8 mm mengalami penambahan bobot
sebesar 0,05 mm. Secara keseluruhan salut yang terbentuk rata di seluruh tablet.
Tablet yang permukaan salutnya tidak merata dipisahkan dan tidak akan
digunakan untuk proses selanjutnya.
26
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
4.5 Waktu Hancur Tablet
Tablet yang sudah melewati proses penyalutan kemudian diuji waktu
hancurnya dengan menggunakan disintegration tester menggunakan media asam
dan aquadest. Tablet yang diuji sebanyak 6 tablet sesuai ketentuan farmakope.
Tabel 4.4 Data Waktu Hancur Tablet dalam Asam dan Aquadest
Medium Tablet Inti
(menit)
Tablet Salut
Kitosan (menit)
Tablet Salut
Kitosan-NaTPP
(menit)
Asam 6 ± 1 5,66 ± 0,51 21,83 ± 2,63
Aquadest 5 ± 0 10 ± 0 82,33 ± 12,9
Berdasarkan uji waktu hancur tablet yang telah dilakukan, lapisan salut
film yang ada pada tablet dapat memperlambat waktu hancur tablet. Hal ini
menunjukkan bahwa film hasil sambung silang kitosan-natrium tripolifosfat
mempunyai potensi untuk menahan pelepasan obat dalam tablet. Potensi
penahanan pelepasan obat dapat diketahui lebih lanjut dengan uji disolusi.
4.6 Uji Disolusi
Uji disolusi dilakukan untuk mengetahui profil pelepasan obat pada tablet
yang telah melalui proses penyalutan. Uji disolusi dilakukan dengan
menggunakan dua media, yaitu media asam HCl 0,1 N dan media dapar fosfat pH
6,8.
27
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Tabel 4.5 Data Hasil Uji Disolusi Tablet dalam Asam
Waktu
(menit)
Persen terdisolusi
Tablet Inti
Persen terdisolusi
Tablet Salut
5 48,55 ± 8,77 5,31 ± 0,77
15 78,45 ± 10,51 15,37 ± 0,79
30 85,81 ± 0,36 34,97 ± 1,13
45 87,18 ± 0,57 53,26 ± 0,76
60 86,71 ± 0,95 75,28 ± 1,26
120 87,16 ± 0,33 86,75 ± 1,36
Gambar 4.2. Grafik Jumlah Kumulatif Obat yang Terdisolusi dari Tablet Inti dan
Tablet Salut dalam Asam
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 5 15 30 45 60 120
Jum
lah
Ku
mu
lati
f ya
ng
terd
iso
lusi
(%
)
Waktu (Menit)
tablet salut
tablet inti
28
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Tabel 4.6 Hasil Data Uji Disolusi dalam Dapar Fosfat
Waktu
(menit)
Persen terdisolusi
Tablet Inti
Persen terdisolusi
Tablet Salut
5 49,09 ± 6,12 1,71 ± 0,07
15 94,34 ± 1,62 6,30 ± 0,47
30 96,44 ± 2,54 15,44 ± 0,36
45 96,11 ± 1,68 32,37 ± 7,54
60 96,81 ± 1,9 70,01 ± 7,92
120 96,83 ± 2,16 91,18 ± 5,92
Gambar 4.3. Grafik Jumlah Kumulatif Obat yang Terdisolusi dari Tablet Inti dan
Tablet Salut dalam Dapar
Dari data disolusi di atas, dapat terlihat bahwa pelepasan obat pada tablet
salut film kitosan-natrium tripolifosfat lebih lambat dibandingkan tablet inti.
Menurut farmakope Indonesia 4, tablet propranolol dalam waktu 30 menit sudah
harus terlepas setidaknya 75% kandungannya. Hal ini berbeda jauh dibandingkan
dengan pelepasan obat pada tablet salut film di mana kandungan obat yang
terdisolusi dalam waktu 30 menit sebesar 34,976%. Persen terdisolusi obat pada
0
20
40
60
80
100
120
0 5 15 30 45 60 120
Jum
lah
Ku
mu
lati
f ya
ng
Terd
iso
lusi
(%
)
Waktu (Menit)
tablet salut
tablet inti
29
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
tablet salut film mencapai lebih dari 75% pada waktu 120 menit. Film kitosan
dalam medium asam akan terlarut sehingga memicu pelepasan obat. Hal ini dapat
dikurangi dengan melakukan sambung silang dengan natrium tripolifosfat
sehingga dapat mengurangi pelepasan obat pada tablet (Berger et al, 2003). Pada
disolusi tablet inti pada medium dapar, kandungan obat hampir terdisolusi
seluruhnya pada menit ke 15, yaitu sekitar 94,34%. Tablet salut film dalam
medium dapar fosfat menunjukkan pelepasan obat yang lebih lambat dalam waktu
15 menit, yaitu 6,3%. Hal ini disebabkan lapisan film menghambat masuknya
medium dapar masuk ke dalam tablet sehingga pelepasan obat yang terjadi jauh
lebih lambat. Pelepasan obat pada tablet salut film dalam media asam dalam
waktu 60 menit adalah 75,28% dan pada media dapar adalah 70,01%. Walaupun
begitu, pelepasan obat propranolol dengan sistem penghantaran obat sustained
release diharapkan tidak lebih dari 30% dalam waktu satu jam. Hal ini
dikarenakan apabila pelepasan lebih dari 30% akan menyebabkan dose dumping
(Khandai, et al, 2010). Oleh karena itu, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
tablet salut kitosan-natrium tripolifosfat yang dibuat dalam penelitian ini tidak
bisa dikategorikan ke dalam bentuk sediaan sustained release.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini di mana tablet terdisolusi dalam
waktu kurang lebih 2 jam juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain di antaranya
adalah tablet yang digunakan untuk penyalutan yang seharusnya adalah tablet
dengan bentuk yang dikhususkan sebagai tablet inti pada penyalutan yaitu bentuk
bulat atau oval. Tablet inti yang digunakan untuk penyalutan pada penelitian ini
merupakan tablet biasa yang beredar di pasaran yang memiliki bentuk silinder
sehingga mempengaruhi kesempurnaan film yang terbentuk. Selain itu, formulasi
pada tablet biasa pada umumnya mengandung disintegran sehingga
mempengaruhi laju pelepasan obat pada tablet. Kondisi penyalutan yang tidak
optimal karena masalah teknis juga sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh
pada penelitian ini karena masih ada beberapa tablet dengan lapisan salut film
yang kurang sempurna sehingga terjadi kebocoran dan menyebabkan film
terpecah dan tablet langsung terdisolusi.
30
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Tablet salut film kitosan – NaTPP yang dihasilkan memiliki waktu hancur
21,83 ± 2,63 menit dibandingkan dengan tablet inti yang waktu hancur nya 6
±1 menit. Hal ini menunjukkan bahwa salut film kitosan – NaTPP dapat
memperlambat waktu hancur tablet.
2. Profil pelepasan propranolol pada tablet salut film dalam media asam dan
dapar fosfat dalam waktu 30 menit masing-masing 34,976 ± 1,132% dan
15,442 ± 0,360%. Pelepasan propranolol pada tablet inti dalam asam dan
dapar fosfat pada menit 30 masing-masing adalah 85,81 ± 0,3602% dan
96,444 ± 2,542%. Hal ini menunjukkan bahwa salut film kitosan – NaTPP
mempunyai potensi untuk memperlambat pelepasan obat, walaupun belum
maksimal.
5.2. Saran
1. Perlu penelitian lanjutan tentang metode penyalutan yang optimal dan lebih
stabil untuk menggunakan kombinasi sambung silang kitosan – natrium
tripolifosfat sebagai larutan penyalut serta menggunakan tablet yang khusus
digunakan pada proses penyalutan.
2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan kombinasi sambung silang
kitosan dengan natrium tripolifosfat sebagai sistem penghantaran obat.
31
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR PUSTAKA
Abbaspour, M.R., Makhmalzadeh. S. & Jalali. S. (2010). Study of free-films and
coated tablets based on HPMC and Microcrystalline Cellulose, aimed for
improved stability of moisture-sensitive drugs. Jundishapur Journal of
Natural Pharmaceutical Products, 2010; 5 (1): 6-17
Agnihotri, S.A., Mallikarjuna, N.N., & Aminabhavi, T.M. (2004). Recent
advances on chitosan-based micro- and nanoparticles in drug delivery.
Journal of Controlled Release 100: 5 –28
Anggraeni, Y. (2012). Tesis Preparasi dan Karakterisasi Film Sambung Silang
Kitosan – Tripolifosfat yang Mengandung Asiatikosida sebagai Pembalut
Bioaktif untuk Luka. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Magister Ilmu Kefarmasian. Universitas Indonesia. Depok
Ankit, G., Ajay, B., Kumar, K.M., Neetu, K., Seth, G.L., Bihani, S.D. (2012).
Tablet Coating Techniques: Concepts and Recent Trends. International
Research Journal of Pharmacy, ISSN 2230-8407.
Anonim. (2006). The Japanese Pharmcopeia (ed 15). Evaluation and Licensing
Division, Pharmaceutical and Food Safety Bureau, Ministry of Health,
Labour, and Welfare. Japan
Anonim. (1995). Farmakope Indonesia (ed 4). Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Anonim. (1985). Farmakope Indonesia (ed 3). Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Anonim. (2007). United State Pharmacopeia 30 (ed 25). United States
Pharmacopeial Convention. United States of America
Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (ed. 4). Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.
Aydin, R.S.T. & Pulat, M. (2012). 5-Fluorouracil Encapsulated Chitosan
Nanoparticles for pH-Stimulated Drug Delivery: Evaluation of Controlled
Release Kinetics. Journal of Nanomaterials Volume 2012, Article ID
313961, 10 pages. Hindawi Publishing Corporation.
32
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Berger, J., Reist, M., Mayera, J.M., Felt, O., Peppas, N.A., Gurny, R. (2004).
Structure and interactions in covalently and ionically crosslinked chitosan
hydrogels for biomedical applications. European Journal of Pharmaceutics
and Biopharmaceutics, 57 19–34.
Bhumkar, D.R. & Pokharkhar, V.B., (2006). Studies on Effect of pH on Cross-
linking of Chitosan With Sodium Tripolyphosphate: A Technical Note.
AAPS PharmSciTech 2006; 7 (2) Article 50
Chemical Book. (2010). Februari 11, 2014.
http://www.chemicalbook.com/chemicalproductproperty_en_CB6270667.h
tm
Dutta, P.K., Dutta, J. & Tripathi, V.S. (2004). Chitin and Chitosan: Chemistry,
properties and applications. Journal of Scientific and Industrial Research,
Vol. 63 pp 20 – 31.
Flynn, G.L. (1982). Considerations in controlled release drug delivery system.
Pharm. Tech 6, 33–39,
Hillery, A.M., Lloyd, A.W., Swarbrick, J. (2005) Drug Delivery and Targeting
for Pharmacists and Pharmaceutical Scientists. Taylor & Francis Inc. New
York
Hilmi, A.P. (2011). Skripsi Formulasi Tablet Salt Film Ekstrak Etanol Daun
Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Menggunakan Polimer Kitosan.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat.
Hoffman, B.B. (2006). Therapy of Hipertension dalam Goodman & Gilman’s The
Pharmacological Basis of Therapeutics.(ed 11). Editor. L.L. Brunton. Mc
Graw-Hill. New York
Hogan, J.E., Cole, G., Aulton, M.E. (2002). Pharmaceutical Coating Technology.
Taylor & Francis e-library. 1900 Frost Road Suite 101, Bristol, United
Kingdom.
Katzung, B.G., Masters S.B., Trevor A.J. (2009). Basic and Clinical
Pharmacology (ed 11). Mc Graw-Hill. New York
33
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Khandai, M., Chakraborty, S., Sharma, A., Panda, D., Khanam, N. dan Panda,
S.K. (2010). Development of propranolol hydrochloride matrix tablets: an
investigation on effects of combination of hydrophilic and hydrophobic
matrix formers using multiple comparison analysis. International Journal
of Pharmaceutical Sciences Review and Research. Volume 1 Issue 2
Article 1
Ko, J.A., Park, H.J., Hwang, S.J., Park, J.B. dan Lee, J.S (2002). Preparation and
characterization of chitosan microparticles intended for controlled drug
delivery. Int. J. Pharm 249. 165 -174
Lachman,L., Lieberman, H.A. dan Kanig, J. L. (1986). The theory and practice of
Industrial Pharmacy (3rd
ed). Philadelphia: Lea & Febriger.
Ranade, V.V., Hollinger, M.A. (2004) Drug Delivery System (2nd
ed). CRC Press.
New York
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., & Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipient (ed.6). London: Pharmaceutical Press.
Rane, S. dan Kale, V. (2009). Evaluation of modified Guar Gum as film coating
material. International Journal of ChemTech Research. Vol.1, No.2, pp
180-182
Salger, S.V., Danki, L.S., Hiremath, S., Sayeed, A. (2010). Preparation and
Evaluation of Sustained Release Matrix Tablets of Propranolol
Hydrochloride. International Journal of Pharma and Bio Sciences Vol.1,
Issue-4
Shu, X.Z. & Zhu, K.J. (2002). The influence of multivalent phosphate structure on
the properties of ionically cross-linked chitosan films for controlled drug
release. European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics 54
(2002) 235–243
Singla, A.K. & Chawla, M. (2001). Chitosan: some pharmaceutical and biological
aspects – an update. Journal of Pharmacy and Pharmacology 53: 1047–
1067
34
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Siregar, C.J.P. & Wikarsa, S. (2008). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar –
dasar praktis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
35
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Alur Penelitian
Uji Pendahuluan
Evaluasi Film pada
Substrat
Pemilihan Tablet
sebagai Substrat
Evaluasi Tablet Inti
Penyalutan Tablet
Evaluasi Tablet Salut
Film
Uji Disintegrasi
Tablet Uji Disolusi Tablet Penampilan
Fisik
36
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 2 Alat – alat yang digunakan
Kompressor
Kompressor Hardness Tester
Friabilator Coating Pan
Dumbbell Astm-D-1822-L
Tensile Tester Strograph-R1
37
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Hairdryer Disintegration Tester
Dissolution Tester Spectrofotometer UV-VIS
Viskometer Haake
38
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 3. Ketebalan ukuran film
Formula
Film
Ketebalan film
Tengah
(mm)
Pinggir
#1(mm)
Pinggir
#2 (mm)
Rata-rata
(mm)
Simpangan
Baku
A1 0,043 0,048 0,049 0,046 0,003
B1 0,058 0,063 0,059 0,06 0,002
C1 0,055 0,058 0,059 0,057 0,002
D1 0,077 0,077 0,068 0,074 0,005
A2 0,056 0,052 0,079 0,062 0,014
B2 0,057 0,054 0,058 0,056 0,002
C2 0,072 0,065 0,063 0,066 0,004
D2 0,03 0,038 0,049 0,039 0,009
39
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 4. Data Uji Mekanik Film-1
Metode Konsentrasi Perpanjangan saat
putus (cm)
Gaya yang diberikan saat
putus (kg)
Ketebalan
(cm)
1 0,05% 0,2 0,24 0,0059
0,2 0,385 0,0059
0,3 0,435 0,0061
1 0,1% 0,2 0,35 0,005
0,2 0,45 0,0062
0,2 0,46 0,006
1 0,5% 0.5 0,19 0,0045
0,6 0,205 0,0052
0,6 0,17 0,0054
1 1% 0,3 0,15 0,0066
0,3 0,24 0,0072
0,3 0,17 0,0071
2 0,05% 0,1 0,31 0,0052
0,2 0,405 0,0052
0,2 0,41 0,0057
2 0,1% 0,3 0,285 0,0057
0,3 0,31 0,0052
0,3 0,345 0,005
2 0,5% 0,5 0,42 0,0064
0,5 0,392 0,0095
0,5 0,36 0,0055
2 1% 0,3 0,17 0,0048
0,2 0,08 0,0041
0,2 0,09 0,0045
40
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 5. Data Uji Mekanik Film-2
Metode Konsentrasi Elongation at
break (%)
Tensile Strength
(N/cm2)
Rata-rata Simpangan
Baku
1 0,05% 20 1328,81 1929,98 529,94
20 2131,63
30 2329,5
1 0,1% 20 2286,66 2387,35 109,81
20 2370,96
20 2504,44
1 0,5% 50 1379,25 1231,82 182,01
60 1287,82
60 1028,39
1 1% 30 742,42 893,43 177,45
30 1088,88
30 849
2 0,05% 10 1947,43 2280,45 304,36
20 2544,23
20 2349,7
2 0,1% 30 1633,33 1944,92 310,34
30 1947,43
30 2254
2 0,5% 50 2143,75 1876,61 457,87
50 1347,92
50 2138,18
2 1% 30 1156,94 845,92 274,51
20 637,39
20 743,45
Untuk menghitung % Elongation at Break (EB) adalah
%𝐸𝐵 =𝐿𝑎 − 𝐿𝑜
𝐿𝑜𝑋100%
Keterangan: La = Perpanjangan saat putus (cm)
Lo = Panjang awal (1 cm)
41
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
%𝐸𝐵 =1,2 − 1
1𝑥100%
= 20%
Untuk menghitung Tensile Strength (TS) adalah
𝑇𝑆 =𝐹
(𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑓𝑖𝑙𝑚 𝑥 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑓𝑖𝑙𝑚)
Keterangan:
F = gaya pada saat film putus (kg x9,8 ms-2
/ N)
Lebar Film = 0,3 cm
𝑇𝑆 =0,24𝑥9,8
0,3𝑥0,0059
= 1328 kg/cm2
Lampiran 6. Hasil normalitas dan homogenitas data SPSS perubahan metode dan
konsentrasi terhadap EB dan TS
Tests of Normality
Metode Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
EB metode A .314 12 .002 .763 12 .004
metode B .250 12 .037 .858 12 .046
TS
metode A .220 12 .112 .871 12 .067
metode B .214 12 .137 .916 12 .254
a. Lilliefors Significance Correction
42
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
EB
Based on Mean .342 1 22 .564
Based on Median .044 1 22 .836
Based on Median and with
adjusted df .044 1 20.848 .836
Based on trimmed mean .204 1 22 .656
TS
Based on Mean .370 1 22 .549
Based on Median .138 1 22 .714
Based on Median and with
adjusted df .138 1 21.970 .714
Based on trimmed mean .388 1 22 .540
Tests of Normality
konsentrasi Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
EB
0,05% .333 6 .036 .827 6 .101
0,1% .319 6 .056 .683 6 .004
0,5% .407 6 .002 .640 6 .001
1% .407 6 .002 .640 6 .001
TS
0,05% .198 6 .200* .893 6 .334
0,1% .275 6 .175 .911 6 .443
0,5% .312 6 .070 .828 6 .104
1% .228 6 .200* .894 6 .342
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
43
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
EB
Based on Mean .360 3 20 .783
Based on Median .208 3 20 .889
Based on Median and with
adjusted df .208 3 15.000 .889
Based on trimmed mean .338 3 20 .798
TS
Based on Mean 1.475 3 20 .251
Based on Median .479 3 20 .700
Based on Median and with
adjusted df .479 3 15.182 .701
Based on trimmed mean 1.380 3 20 .278
Keterangan: Nilai normalitas <0,05 menunjukkan bahwa penyebaran data yang
ada tidak normal sehingga digunakan Uji Kruskal Wallis.
Lampiran 7. Hasil Kruskal Wallis tentang perbedaan metode terhadap EB
Ranks
Metode N Mean Rank
EB
metode A 12 12.96
metode B 12 12.04
Total 24
Test Statisticsa,b
EB
Chi-Square .111
Df 1
Asymp. Sig. .739
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Metode
Keterangan : Untuk uji Kruskal Wallis, p < 0.001menunjukkan hasil yang
signifikan.
44
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 8. Hasil Uji Anova tentang perbedaan metode terhadap TS
ANOVA
TS
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 95759.403 1 95759.403 .229 .637
Within Groups 9208637.669 22 418574.440
Total 9304397.073 23
Keterangan: untuk uji Anova, p > 0,05 menunjukkan bahwa hasil yang tidak
signifikan.
Lampiran 9. Hasil Uji Kruskal Wallis tentang Perbedaan Konsentrasi terhadap
EB
Ranks
konsentrasi N Mean Rank
EB
0,05% 6 6.58
0,1% 6 10.25
0,5% 6 21.50
1% 6 11.67
Total 24
Test Statisticsa,b
EB
Chi-Square 16.118
Df 3
Asymp. Sig. .001
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
konsentrasi
Keterangan: Untuk uji Kruskal Wallis, p < 0.001menunjukkan hasil yang
signifikan.
45
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 10. Hasil Uji Anova tentang Perbedaan Konsentrasi terhadap TS
ANOVA
TS
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 6536546.894 3 2178848.965 15.744 .000
Within Groups 2767850.179 20 138392.509
Total 9304397.073 23
Keterangan: untuk uji Anova, p > 0,05 menunjukkan bahwa hasil yang tidak
signifikan.
Lampiran 11. Hasil Post Hoc Test
Multiple Comparisons
Dependent Variable: TS
LSD
(I) konsentrasi (J)
konsentras
i
Mean Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
0,05%
0,1% -60.92000 214.78090 .780 -508.9451 387.1051
0,5% 550.99833* 214.78090 .018 102.9732 999.0234
1% 1235.53667* 214.78090 .000 787.5116 1683.5618
0,1%
0,05% 60.92000 214.78090 .780 -387.1051 508.9451
0,5% 611.91833* 214.78090 .010 163.8932 1059.9434
1% 1296.45667* 214.78090 .000 848.4316 1744.4818
0,5%
0,05% -550.99833* 214.78090 .018 -999.0234 -102.9732
0,1% -611.91833* 214.78090 .010 -1059.9434 -163.8932
1% 684.53833* 214.78090 .005 236.5132 1132.5634
1%
0,05% -1235.53667* 214.78090 .000 -1683.5618 -787.5116
0,1% -1296.45667* 214.78090 .000 -1744.4818 -848.4316
0,5% -684.53833* 214.78090 .005 -1132.5634 -236.5132
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
46
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 12. Data Kehilangan Bobot
Merk Tablet Bobot total sebelum
pengujian (gram)
Bobot total setelah
2 jam (gram)
Persentase
Kehilangan Bobot
Tablet OD 9,9374 9,7373 2,01%
Tablet KF 10,0567 9,9284 1,27%
Lampiran 13. Data Kekerasan Tablet
Merk Tablet Rata – rata nilai
Kekerasan Tablet (kP)
Tablet OD 3,262 ± 0,214
Tablet KF 9,506 ± 2,026
Lampiran 14. Data Friabilitas Tablet
Merk Tablet Bobot sebelum Uji
Friabilitas (gram)
Bobot setelah Uji
Friabilitas (gram)
Friabilitas (%)
Tablet OD 6,627 6,6263 0,01
Tablet KF 6,6082 6,603 0,07
Untuk menghitung persen friabilitas tablet menggunakan rumus
𝐹 =𝑎 − 𝑏
𝑎 x 100%
Keterangan:
F = friabilitas (%)
a = bobot tablet sebelum diuji (g)
b = bobot tablet setelah diuji (g)
47
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
𝐹 =6,6270 − 6,6263
6,6270 x 100%
= 0,01%
Lampiran 15. Data Absorbansi Uji Keseragaman Kandungan
Tablet
ke
Absorbansi Kandungan
Standar 0,837 40 mg
1 0,775 37,03 mg
2 0,723 34,55 mg
3 0,774 36,98 mg
4 0,736 35,17 mg
5 0,781 37,32 mg
6 0,767 36,65 mg
7 0,730 34,884 mg
8 0,744 35,552 mg
9 0,774 36,988 mg
10 0,756 36,128 mg
(𝑇
𝐷) = (
𝐴𝑠
𝐴𝑢)
Keterangan
T = jumlah mg propranolol HCl dalam tablet yang tertera etiket
D = kadar larutan uji dalam µg per ml, berdasarkan kadar tiap tablet yang tertera pada
etiket dan pengenceran yang dilakukan.
Au = serapan larutan uji
As = serapan larutan baku
Sehingga untuk menghitung kandungan obat pada tablet
(40
𝐷) = (
0,837
0,775)
D =37,03 mg
48
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 16. Data Waktu Hancur Tablet dalam Media Asam
Waktu Hancur (menit)
Tablet 1 Tablet 2 Tablet 3 Tablet 4 Tablet 5 Tablet 6
Tablet Inti 5 7 6 6 5 7
Tablet Salut
Kitosan-
NaTPP
20 20 25 25 19 22
Tablet Salut
Kitosan
6 6 6 5 5 6
`
Lampiran 17 Data Waktu Hancur Tablet dalam Media Aquadest
Waktu Hancur (menit)
Tablet 1 Tablet 2 Tablet 3 Tablet 4 Tablet 5 Tablet 6
Tablet Inti 5 5 5 5 5 5
Tablet Salut
Kitosan-
NaTPP
90 90 90 90 59 75
Tablet Salut
Kitosan
10 10 10 10 10 10
49
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 18. Tabel dan Kurva Kalibrasi Propranolol dalam Asam
R² = 0,998
y = 0,021x - 0,0031
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0 5 10 15 20 25 30 35
Ab
sorb
an
si
Konsentrasi (ppm)
konsentrasi absorbansi
0 0
5 0,112
10 0,188
15 0,317
20 0,418
25 0,515
30 0,636
50
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 19. Tabel dan Kurva Kalibrasi Propranolol dalam Dapar Fosfat
Konsentrasi Absorbansi
0 0
5 0,095
10 0,183
15 0,276
20 0,382
25 0,445
30 0,556
R² = 0,9981
y = 0,0183x + 0,0017
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0 5 10 15 20 25 30 35
Ab
sorb
ansi
Konsentrasi (ppm)
51
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 20. Data Uji Disolusi Tablet inti dalam Asam
I II III I II III I II III I II III I II III
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0,32 0,456 0,44 15,44 21,89 21,13 0,08 0,12 0,12 13,90 19,70 19,02 38,48 54,53 52,64
15 0,554 0,705 0,71 26,53 33,69 33,93 0,15 0,19 0,19 23,96 30,43 30,64 66,32 84,23 84,81
30 0,718 0,716 0,711 34,31 34,21 33,97 0,19 0,19 0,19 31,08 31,07 30,85 86,04 85,99 85,40
45 0,729 0,721 0,718 34,83 34,45 34,31 0,19 0,19 0,19 31,72 31,45 31,32 87,81 87,05 86,69
60 0,725 0,71 0,709 34,64 33,93 33,88 0,19 0,19 0,19 31,72 31,15 31,10 87,82 86,23 86,10
1200,722 0,718 0,715 34,50 34,31 34,16 0,19 0,19 0,19
31,77 31,66 31,53 87,94 87,64 87,27
% terdisolusimenit ke-
Abs. Propanolol C (ppm) Faktor Koreksi (FK)Jumlah Obat yang Terdisolusi
(mg)
52
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 21. Data Uji Disolusi Tablet inti dalam Dapar Fosfat
I II III I II III I II III I II III I II III
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0,387 0,311 0,391 21,02 16,87 21,23 0,12 0,09 0,12 18,91 15,18 19,11 52,36 42,03 52,90
15 0,691 0,684 0,707 37,60 37,21 38,47 0,21 0,20 0,21 33,94 33,58 34,73 93,95 92,94 96,13
30 0,696 0,694 0,727 37,87 37,76 39,56 0,21 0,21 0,22 34,37 34,25 35,90 95,15 94,81 99,37
45 0,698 0,688 0,712 37,98 37,43 38,74 0,21 0,21 0,21 34,66 34,14 35,36 95,94 94,51 97,88
60 0,71 0,685 0,707 38,63 37,27 38,47 0,21 0,20 0,21 35,43 34,18 35,30 98,09 94,62 97,73
120 0,701 0,68 0,71 38,14 37,00 38,630,21 0,20 0,21
35,18 34,12 35,64 97,39 94,45 98,66
% terdisolusimenit ke-
Abs. Propanolol C (ppm) Faktor Koreksi (FK) Jumlah Obat yang Terdisolusi
53
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 22. Data Uji Disolusi Tablet Salut dalam Asam
I II III I II III I II III I II III I II III
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0,048 0,042 0,035 2,43 2,15 1,81 0,01 0,01 0,01 2,19 1,93 1,63 6,06 5,35 4,52
15 0,128 0,132 0,119 6,24 6,43 5,81 0,03 0,04 0,03 5,63 5,80 5,24 15,58 16,05 14,50
30 0,301 0,282 0,29 14,47 13,57 13,95 0,08 0,07 0,08 13,07 12,25 12,59 36,17 33,91 34,85
45 0,451 0,44 0,44 21,61 21,08 21,08 0,12 0,12 0,12 19,56 19,08 19,08 54,14 52,83 52,82
60 0,638 0,617 0,626 30,50 29,50 29,93 0,17 0,16 0,16 27,67 26,77 27,15 76,60 74,09 75,15
1200,71 0,718 0,733
33,93 34,31 35,020,19 0,19 0,19
30,91 31,24 31,88 85,55 86,47 88,24
Jumlah Obat yang Terdisolusi
(mg)% terdisolusi
menit ke-Abs. Propanolol C (ppm) Faktor Koreksi (FK)
54
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 23. Data Uji Disolusi Tablet Salut dalam Dapar Fosfat
I II III I II III I II III I II III I II III
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0,014 0,014 0,015 0,67 0,67 0,73 0,00 0,00 0,00 0,60 0,60 0,65 1,67 1,67 1,81
15 0,046 0,046 0,052 2,42 2,42 2,74 0,01 0,01 0,02 2,18 2,18 2,47 6,03 6,03 6,85
30 0,112 0,117 0,116 6,02 6,29 6,24 0,03 0,03 0,03 5,43 5,68 5,63 15,03 15,71 15,58
45 0,302 0,218 0,197 16,38 11,80 10,65 0,09 0,06 0,06 14,79 10,66 9,64 40,93 29,52 26,67
60 0,452 0,524 0,568 24,56 28,49 30,89 0,14 0,16 0,17 22,23 25,74 27,90 61,54 71,26 77,23
1200,619 0,681 0,703
33,67 37,05 38,250,19 0,20 0,21
30,55 33,59 34,68 84,57 92,99 96,00
% terdisolusimenit ke-
Abs. Propanolol C (ppm) Faktor Koreksi (FK) Jumlah Obat yang Terdisolusi
55
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Untuk mengetahui persen terdisolusi obat dalam tablet dalam media asam maka,
Diketahui : y = 0,021x - 0,0031
y0 = 0
y5 = 0,32
y15 = 0,554
kadar zat aktif dalam sediaan = 36,12 mg
Ditanya : C0 =? % terdisolusi zat aktif pada t0 = ?
C5 =? % terdisolusi zat aktif pada t5 = ?
C15 =? % terdisolusi zat aktif pada t15 = ?
a. Mencari nilai x pada menit ke 0
y = 0,021x - 0,0031
0 = 0,021x - 0,0031
C0 = 0 ppm
b. Mencari nilai x pada menit ke 5
y = 0,021x - 0,0031
0,32 = 0,021x - 0,0031
C5 = 15,44 ppm
c. Mencari nilai x pada menit ke 15
y = 0,021x - 0,0031
0,55 = 0,021x - 0,0031
C15 = 26,53 ppm
d. Jumlah zat aktif yang terdisolusi pada menit ke 0
Disolusi = C0 x Volume (L) x Faktor Pengenceran (FP)
Disolusi = 0 x 0,9 x 1 = 0 mg
% terdisolusi = 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑖𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑥 100%
56
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
% terdisolusi = 0 𝑚𝑔
36,12 𝑚𝑔𝑥100% = 0%
e. Jumlah zat aktif yang terdisolusi pada menit ke 5
Faktor koreksi t0 = C0 x 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙 (𝑚𝐿)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 (𝑚𝐿)
Faktor koreksi = 0 x 5 𝑚𝑙
900 𝑚𝑙 = 0
Disolusi = (C5 + FK0) x Volume (L) x FP
Disolusi = (15,44 + 0) x 0,9 x 1 = 13,9 mg
% terdisolusi = 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑖𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑥 100%
% terdisolusi = 13,9 𝑚𝑔
36,12 𝑚𝑔𝑥100% = 38,48%
f. Jumlah zat aktif yang terdisolusi pada menit ke 15
Faktor koreksi t5 = C5 x 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙 (𝑚𝐿)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 (𝑚𝐿)
Faktor koreksi = 15,44 x 5 𝑚𝑙
900 𝑚𝑙 = 0,08
Disolusi = (C15+FK0+FK15) x Volume (L) x FP
Disolusi = (26,53 + 0+0,08) x 0,9 x 1 = 23,96 mg
% terdisolusi = 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑖𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑥 100%
% terdisolusi = 23,96 𝑚𝑔
36,12 𝑚𝑔𝑥100% = 66,32%