pembuatan tepung ubi jalar ungu - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka...

83
PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas varietas Ayamurasaki) DAN APLIKASINYA DALAM PEMBUATAN ROTI TAWAR SKRIPSI SAIDATUL HUSNAH F24062670 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Upload: lythuan

Post on 03-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU

(Ipomoea batatas varietas Ayamurasaki) DAN APLIKASINYA

DALAM PEMBUATAN ROTI TAWAR

SKRIPSI

SAIDATUL HUSNAH

F24062670

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 2: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

PURPLE SWEET POTATO (Ipomoea batatas cultivar Ayamurasaki) FLOUR

PRODUCTION AND ITS APPLICATION IN BREAD MAKING

Saidatul Husnah and Sutrisno Koswara

Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology,

Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO. Box 220, Bogor, West Java, Indonesia

ABSTRACT

Purple sweet potato (Ipomoea batatas cultivar Ayamurasaki) contains high amount of

anthocyanin. Purple sweet potato flour will be more available to be used in bakery products and more

effective in storage condition. This study was designed to produce purple sweet potato flour that has

good appearance characteristic and high anthocyanin, then its application in bread making. The

result showed that flour steamed 7 minutes of fleshed (1 cm) purple sweet potato and dried with tray

drying has the highest total anthocyanin (188,11 mg Cy-3-glucoside/100 g flour) and the best colour

appearance (L 42.08, a 13.04, b -2.88, and hue 347.7). Substituted bread by 40% purple sweet potato

flour has the highest acceptability by 70 untrained panellists. This bread has L 38.11-39.41, a 21.22-

21.84, b -0.37- -0.33, hue 358.3-359.1, and contains 96.41 mg Cy-3-glucoside/100 g bread. Physical

analysis showed that loaf bread technique has specific volume 2.44 cm3/g and 0.13 kgF firmness.

Based on the data, loaf bread technique is more suitable method in bread making that is substituted

with purple sweet potato flour.

Keywords: purple sweet potato, flour, anthocyanin, bread

Page 3: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

SAIDATUL HUSNAH. F24062670. Pembuatan Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas

varietas Ayamurasaki.) dan Aplikasinya dalam Pembuatan Roti Tawar. Di bawah bimbingan

Sutrisno Koswara. 2010.

RINGKASAN

Ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki merupakan bahan pangan yang mengandung antosianin

tinggi dengan efek radical scavenging tinggi. Pembuatan tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki

yang telah dilakukan di lapang menunjukkan warna yang kurang optimal. Selain itu, pemanfaatannya

dalam pengolahan pangan masih terbatas. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah mempelajari

teknik pembuatan tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki, mengaplikasikannya ke dalam

formulasi roti tawar, mengetahui tingkat substitusi tepung ubi jalar ungu ke dalam formulasi roti tawar

yang dapat diterima panelis, dan mengetahui karakteristik fisikokimia roti tawar ubi jalar ungu.

Tepung ubi jalar ungu dibuat dengan mengukus potongan ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki

setebal 0.5; 1; dan 1.5 cm pada suhu 100 oC. Pengukusan dilakukan selama 5, 7, 10, 15, dan 20 menit.

Pengeringan yang digunakan adalah oven dan matahari. Tepung ubi jalar ungu yang memiliki warna

terbaik dan antosianin tinggi disubstitusikan ke dalam pembuatan roti tawar sebesar 20%, 30%, dan

40%. Roti tawar yang paling disukai panelis, diamati karaktestik fisikokimia.

Tepung ubi jalar ungu yang dihasilkan dari potongan ubi jalar 1 cm yang dikukus selama 10

menit dan dikeringkan dengan oven pengering memiliki karakteristik terbaik. Kandungan

antosianinnya adalah 188.11 mg Cy-3-glikosida/100 g tepung dengan karakter warna merah (a)

sebesar 13.04, warna biru (b) -2.88, hue 347.7 dan tingkat kecerahan (L) 42.08. Rendemen tepung ubi

jalar ungu (ukuran 100 mesh) yaitu 11.25%-14.79%. Analisis proksimat tepung ubi jalar ungu

menunjukkan kadar air 7.17% (bk), abu 1.72% (bk), protein 3.27% (bk), lemak 0.89% (bk), serat

kasar 3.60% (bk), dan karbohidrat 86.66% (bk).

Berdasarkan uji rating hedonik, tingkat substitusi 40% tepung ubi jalar ungu dalam formula roti

tawar memiliki nilai tertinggi (agak disukai hingga disukai). Roti tawar dengan substitusi 40% tepung

ubi jalar ungu dalam bentuk loaf memiliki volume spesifik sebesar 2.44 cm3/g dan nilai firmness 0.13

kgF, sedangkan bentuk roti sobek memiliki volume spesifik 2.08 cm3/g dan nilai firmness 0.15 kgF.

Berdasarkan data tersebut, bentuk yang sesuai untuk diterapkan dalam pembuatan roti tawar ubi jalar

ungu adalah bentuk loaf utuh. Hasil analisis warna menunjukkan bahwa roti ini berwarna ungu,

dengan nilai L 38.11-39.41, a 21.22-21.84, b -0.37- -0.33, dan hue 358.3-359.1. Hasil analisis kimia

roti dengan tingkat substitusi 40% tepung ubi jalar ungu berturut-turut dari kadar air, abu, protein,

lemak, serat kasar, aw, dan antosianin adalah 28.57% (bk), 2.59% (bk), 9.61% (bk), 7.46% (bk),

3.25% (bk), 0.8668, dan 96.41 mg Cy-3-glikosida/100 g roti.

Page 4: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU

(Ipomoea batatas varietas Ayamurasaki) DAN APLIKASINYA

DALAM PEMBUATAN ROTI TAWAR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

SAIDATUL HUSNAH

F24062670

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 5: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

Judul Skripsi : Pembuatan Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas varietas

Ayamurasaki) dan Aplikasinya dalam Pembuatan Roti Tawar

Nama : Saidatul Husnah

NRP : F24062670

Menyetujui,

Pembimbing Akademik,

(Ir.Sutrisno Koswara, M.Si.)

NIP 19640505.199103.1.003

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

(Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.)

NIP 19650814.199002.1.001

Tanggal Ujian Akhir Sarjana : 28 Oktober 2010

Page 6: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Pembuatan Tepung

Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas varietas Ayamurasaki) dan Aplikasinya dalam Pembuatan

Roti Tawar adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik. Skripsi ini

belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2010

Yang membuat pernyataan

Saidatul Husnah

F24062670

Page 7: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

BIODATA PENULIS

Saidatul Husnah. Lahir di Pasuruan, 10 Juni 1988 dari pasangan Moh. Hasyim

dan Lilik Muassomah, sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Penulis

menamatkan pendidikan dasar di SDI KHA. Wahid Hasyim Bangil tahun

2000, sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 1 Bangil tahun 2003,

dan SMA Darul Ulum 2 Jombang pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis

diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Program Beasiswa

Santri Berprestasi (PBSB) Departemen Agama RI.

Penulis aktif di berbagai kegiatan dan organisasi kemahasiswaan selama

menjalani studi di Institut Pertanian Bogor, diantaranya menjadi Staf HRD

UKM FORCES (Forum For Scientific Studies) pada tahun 2007, pimpinan redaksi majalah peduli

pangan dan gizi “EMULSI” pada tahun 2009, anggota IKALUM (Ikatan Alumni Mahasiswa Darul

Ulum), ketua divisi Informasi dan Komunikasi CSS MoRA (Community of Santri Scholar Ministry of

Religious Affair) pada tahun 2009. Selain aktif di organisasi, penulis juga pernah menjadi asisten

praktikum mata kuliah Kimia Dasar (2007-2008), Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam IPB. Penulis pernah menerima penghargaan sebagai juara III Lomba Penelitian

Teknik Kimia di Universitas Diponegoro tahun 2009. Sebagai tugas akhir, penulis melakukan

penelitian dengan judul “Pembuatan Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas varietas

Ayamurasaki) dan Aplikasinya dalam Pembuatan Roti Tawar” di bawah bimbingan Ir. Sutrisno

Koswara, M.Si.

Page 8: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dari penelitian yang dilakukan di

Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan SEAFAST CENTER dengan judul

“Pembuatan Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas varietas Ayamurasaki) dan

Aplikasinya dalam Pembuatan Roti Tawar”. Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Fakultas Teknologi

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan baik moril, materil, maupun

spirituil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak, Ibu, Ning Sun, Mas Anam, dan Azza atas segala doa, kasih sayang, dukungan, dan kerja

kerasnya selama ini.

2. Direktorat Jenderal Departemen Agama RI yang telah membiayai masa studi dan penelitian

penulis selama di IPB.

3. Direktorat Kerja Sama IPB yang telah membimbing dan mengawasi penulis selama masa studi di

IPB.

4. Bapak Ir. Sutrisno Koswara, MSi. selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing

penulis dalam menyelesaikan studinya selama di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB.

5. Bapak Ir. Subarna, M.Si. dan Ibu Elvira Syamsir, S.TP., M.Si. atas kesediaannya menjadi dosen

penguji pada ujian akhir dan atas masukan yang diberikan.

6. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB atas ilmu yang telah diberikan

kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat.

7. Saffiera Karleen sebagai teman satu bimbingan yang telah banyak membantu dari awal hingga

akhir penelitian.

8. Teman, kakak, dan adikku di IKALUM (Ikatan Alumni Mahasiswa Darul Ulum) IPB, Lingga,

Dina, Ratih, Akmal, Koko, Mas Beni, Mas Asif, Mas Syaiful, Sukma, Tika, Indri, Ufa, Galuh,

dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

9. Teman-teman terbaikku di ITP Zatil, Arini, Neng, Wina, Ovi, serta teman-teman ITP 43 yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

10. Teman-teman satu laboratorium Dewi, Desi, Kak Tuti, Husna, Widi, Zaki, Nadia, Dessy, Tsani,

Yogi, Victor, Mbak Alin, dan Mas Nono atas bantuan dan semangatnya.

11. Laboran yang sudah sangat membantu selama penelitian, Pak Sobirin, Pak Sidik, Pak Rojak, Mas

Edi, Pak Wahid, Pak Gatot, Pak Adi, Bu Rubiyah, Bu Antin, Mba Darsih, Pak Jun, Pak Deni, Pak

Hendi, Pak Iyas, dan Pak Nurwanto.

12. Keluarga besar TPG/ ITP angkatan 41, 42, 43, 44, 45 atas kebersamaannya selama ini.

13. Keluarga besar CSS MoRA IPB yang telah memberi inspirasi, semangat, bantuan, dan

dukungannya yang telah diberikan kepada penulis. Semoga rasa kekeluargaan kita makin erat.

14. Seluruh keluarga besar Forum for Scientific Studies (FORCES)

15. Seluruh keluarga besar Majalah EMULSI

16. Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama masa studi di Institut Pertanian Bogor

yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Bogor, Oktober 2010

Penulis

Page 9: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................... ................................ iii

DAFTAR ISI................................................................................................... ............................... iv

DAFTAR TABEL........................................................................................... ............................... vi

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ................................ viii

I. PENDAHULUAN...................................................................................... ............................... 1

A. LATAR BELAKANG........................................................................... .............................. 1

B. TUJUAN PENELITIAN....................................................................... ............................... 1

C. MANFAAT PENELITIAN…….......................................................................................... 2

II.TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. ............................... 3

A. UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas var. Ayamurasaki)................................................. 3

1. Botani Ubi Jalar Ungu….............................................................................................. 3

2. Anatomi dan Morfologi Ubi Jalar Ungu....................................................................... 4

3. Komposisi Kimia Ubi Jalar Ungu………………………………................................. 5

4. Tepung Ubi Jalar Ungu….…………………………………………………………… 6

B. ANTOSIANIN.....................................................................................................................

1. Antosianin secara Umum……………………………………………………………..

2. Antosianin pada Ubi Jalar Ungu……………………………………………………...

3. Stabiltas Antosianin…………………………………………………………………..

8

8

9

10

C. TEKNOLOGI PEMBUATAN ROTI.................................................................................. 11

1. Bahan……………………………...…………………………………………………. 11

2. Proses Pembuatan……………………………………………………………………. 12

3. SSL (Sodium Stearoyl Lactylate)……………………………………………………. 12

D. ROTI SUBSTITUSI BAHAN LOKAL............................................................................... 12

III.METODOLOGIPENELITIAN................................................................................................ 14

A. BAHAN DAN ALAT.......................................................................................................... 14

1. Bahan……………………………………………………………................................ 14

2. Alat…………………………………………………………………………………… 14

B. METODE PENELITIAN ….……………………………………………………………... 14

1. Penelitian Tahap I : Pembuatan Tepung Ubi Jalar Ungu……………………………. 15

2. Penelitian Tahap II : Pembuatan Roti Tawar Substitusi Tepung Ubi Jalar

Ungu…………………………………………………………………………………..

16

C. ANALISIS……………....................................................................................................... 19

1. Uji Organoleptik…………........................................................................................... 19

2. Analisis Fisik…............................................................................................................ 19

a. Volume Spesifik Adonan………….………….…………………………………. 19

b. Potensi Pengembangan Adonan……….………………………............................. 19

c. Volume Spesifik Roti…….…………..………………………............................... 20

d. Analisis Tekstur…………………………………………………………………... 20

e. Analisis Warna…...……………………..……………………............................... 21

3. Analisis Kimia……………………………………………………………………….. 21

a. Kadar Air Metode Oven………………………………………………………… 21

b. Kadar Abu……………………………………………………………………….. 21

c. Kadar Lemak Metode Soxhlet………………………………............................... 22

d. Kadar Protein Metode Kjeldahl………………………………………………… 22

e. Kadar Karbohidrat (by difference)……………………………………………… 23

Page 10: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

v

f. Kadar Serat Kasar……………………………………………………………….. 23

g. Total Antosianin………………………………………………………………… 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................ 26

A. PENELITIAN TAHAP I : PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU……………... 26

1. Kondisi Proses………….............................................................................................. 26

2. Analisis Antosianin Tepung Ubi Jalar Ungu................................................................ 29

3. Analisis Warna Tepung Ubi Jalar Ungu……………………………………………... 30

4. Rendemen Tepung Ubi Jalar Ungu……………………………………………........... 31

5. Analisis Proksimat Tepung Ubi Jalar Ungu Terpilih………………………………… 33

B. PENELITIAN TAHAP II……............................................................................................ 34

1. Formulasi Roti Tawar................................................................................................... 34

2. Pembuatan Roti Tawar Ubi Jalar Ungu.......………………………………………… 35

3. Roti Tawar Ubi Jalar Ungu........................................................................................... 37

4. Uji Organoleptik........................................................................................................... 40

5. Analisis Fisik Roti Substitusi Terpilih……………………………………………….. 41

6. Analisis Kimia Roti Substitusi Terpilih…………………………................................ 44

7. Produk Olahan Ubi Jalar Ungu varietas Ayamurasaki………………………………. 46

V. SIMPULAN DAN SARAN……............................................................................................... 47

A. SIMPULAN......................................................................................................................... 47

B. SARAN.................................................................................................. .............................. 47

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... .............................. 49

LAMPIRAN.................................................................................................... .............................. 53

Page 11: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Deskripsi ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki .......................................................... 5

Tabel 2. Kandungan kimia dan karakter fisik ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki ................ 6

Tabel 3. Komposisi kimia tepung ubi jalar............................................................................... 7

Tabel 4. Gugus pengganti pada struktur kation flavium antosianin utama ............................... 9

Tabel 5. Formulasi dasar roti tawar .......................................................................................... 17

Tabel 6. Formulasi roti tawar ubi jalar ungu ............................................................................ 17

Tabel 7. Pengaturan TAXT-2 untuk mengukur crumb firmness .............................................. 20

Tabel 8. Karakteristik warna tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki .............................. 30

Tabel 9. Kesetimbangan massa tiap proses dan rendemen pembuatan tepung ubi jalar ungu

varietas Ayamurasaki ................................................................................................. 32

Tabel 10. Hasil analisis proksimat tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki ....................... 33

Tabel 11. Hasil uji rating hedonik roti tawar dengan substitusi tepung ubi jalar ungu .............. 40

Tabel 12. Hasil analisis fisik adonan dan roti tawar ubi jalar ungu bentuk loaf utuh dan sobek 41

Tabel 13. Hasil analisis proksimat roti ubi jalar ungu 40% ........................................................ 44

Page 12: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bentuk daun pada tanaman ubi jalar ....................................................................... 3

Gambar 2. Tanaman ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki dan bunganya ................................ 4

Gambar 3. Ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki ...................................................................... 4

Gambar 4. Inti kation flavium .................................................................................................. 8

Gambar 5. Diagram alir penelitian ........................................................................................... 15

Gambar 6. Diagram alir pembuatan tepung ubi jalar ungu di dalam penelitian ....................... 16

Gambar 7. Diagram alir pembuatan roti tawar metode straight dough yang dimodifikasi ...... 18

Gambar 8. Tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki yang dibuat dari penjemuran

ampas dan pati secara terpisah ................................................................................ 26

Gambar 9. Potongan ubi jalar ungu dengan ketebalan 1 cm ..................................................... 28

Gambar 10. Hasil pengukuran kadar antosianin tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki

(mg Cy-3-glikosida/100 g tepung) .......................................................................... 29

Gambar 11. Tepung ubi jalar ungu var. Ayamurasaki berbagai perlakuan ................................ 31

Gambar 12. Pengupasan kulit ubi jalar ungu dengan hand-held peeler ..................................... 32

Gambar 13. Roti tawar dari 100% tepung terigu ........................................................................ 34

Gambar 14. Crumb roti tawar dari 100% tepung terigu ............................................................. 35

Gambar 15. Roti tawar 100% tepung terigu dan roti ubi jalar ungu dengan penampakan

crumb dan crust ...................................................................................................... 39

Gambar 16. Roti tawar ungu dalam bentuk sobek ...................................................................... 39

Gambar 17. Grafik potensi pengembangan adonan roti ubi jalar ungu ...................................... 42

Page 13: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pengukuran antosianin tepung ubi jalar ungu ..................................................... 54

Lampiran 2. Pengukuran warna tepung ubi jalar ungu ............................................................ 55

Lampiran 3. Kesetimbangan massa tiap proses dan rendemen pembuatan tepung ubi jalar

ungu var. Ayamurasaki batch I ........................................................................... 56

Lampiran 4. Kesetimbangan massa tiap proses dan rendemen pembuatan tepung ubi jalar

ungu var. Ayamurasaki batch II .......................................................................... 56

Lampiran 5. Analisis proksimat dan nilai kalori tepung ubi jalar 7 menit steam oven ........... 57

Lampiran 6. Kuesioner uji organoleptik .................................................................................. 58

Lampiran 7. Data uji organoleptik atribut pada roti tawar ubi jalar ungu ................................ 59

Lampiran 8. Hasil analisis sidik ragam sensori parameter warna pada roti ubi jalar ............... 61

Lampiran 9. Uji Duncan parameter warna pada roti ubi jalar ungu......................................... 61

Lampiran 10. Hasil analisis sidik ragam sensori parameter aroma pada roti ubi jalar ungu ...... 62

Lampiran 11. Uji Duncan parameter aroma pada roti ubi jalar ungu ........................................ 62

Lampiran 12. Hasil analisis sidik ragam sensori parameter tekstur pada roti ubi jalar ungu .... 63

Lampiran 13. Uji Duncan parameter tekstur pada roti ubi jalar ungu ..................................... 63

Lampiran 14. Hasil analisis sidik ragam sensori parameter rasa pada roti ubi jalar ungu ......... 64

Lampiran 15. Uji Duncan parameter rasa pada roti ubi jalar ungu ........................................... 64

Lampiran 16. Hasil pengukuran volume spesifik roti tawar dengan substitusi tepung ubi

jalar ungu............................................................................................................. 65

Lampiran 17. Potensi pengembangan adonan roti ubi jalar ungu .............................................. 66

Lampiran 18. Hasil pengukuran warna roti ubi jalar ungu ........................................................ 67

Lampiran 19. Kadar air roti ubi jalar ungu 40% bentuk loaf ..................................................... 67

Lampiran 20. Kadar air roti ubi jalar ungu 40% bentuk sobek .................................................. 67

Lampiran 21. Kadar abu roti ubi jalar ungu 40% bentuk loaf ................................................... 68

Lampiran 22. Kadar abu roti ubi jalar ungu 40% bentuk sobek ................................................ 68

Lampiran 23. Kadar lemak roti ubi jalar ungu 40% .................................................................. 68

Lampiran 24. Kadar protein roti ubi jalar ungu 40% bentuk loaf .............................................. 69

Lampiran 25. Kadar protein roti ubi jalar ungu 40% bentuk sobek ........................................... 69

Lampiran 26. Kadar serat roti ubi jalar ungu 40%..................................................................... 69

Lampiran 27. Hasil analisis Aw roti ubi jalar ungu 40% ........................................................... 70

Lampiran 28. Hasil analisis kadar antosianin roti ubi jalar ungu ............................................... 70

Page 14: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

1

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Produksi ubi jalar ungu di Indonesia masih sedikit karena permintaannya belum banyak

seperti ubi jalar jenis lain. Ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki merupakan varietas yang berasal

dari Jepang. Produksi ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki di Indonesia sebesar 1.5-5 ton/ha,

sedangkan ubi jalar secara umum produksinya lebih dari 12 ton/ha (Sulistyowati, 2010).

Kandungan air ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki sekitar 67.77% (Widjanarko 2008).

Hal ini mempersulit proses penyimpanannya. Menurut Setiawati et al. (1994), penyimpanan ubi

jalar pada suhu kamar selama satu bulan dapat menyebabkan kerusakan sebesar 15%. Untuk

mengatasinya, ubi jalar dapat diolah menjadi tepung. Proses pembuatan tepung ubi jalar ungu

varietas Ayamurasaki yang telah dilakukan di lapang menghasilkan kualitas tepung dengan warna

ungu pucat. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan optimasi pembuatan tepung ubi jalar

ungu varietas Ayamurasaki.

Modifikasi yang dilakukan dalam pembuatan tepung ubi jalar ungu pada penelitian ini

adalah metode pengukusan. Metode ini dipilih berdasarkan hasil penelitian Northern Philippines

Root Crop Research and Training Center (Benguet, Filipina). Kualitas tepung yang bagus akan

dihasilkan dengan memotong ubi jalar yang telah dicuci setebal 2 cm kemudian mengukusnya

selama 15 menit pada suhu 100 oC (Rumbaoa et al. 2009). Metode pengeringan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pengeringan dengan oven dan pengeringan matahari (penjemuran).

Produk akhir berupa tepung ubi jalar dapat dimanfaatkan dalam pembuatan produk pangan.

Roti tawar dan produk bakery lain di Indonesia umumnya dibuat dari tepung terigu yang

diimpor. Meningkatnya kebutuhan tepung terigu berbanding lurus dengan meningkatnya

pemanfaatan tepung terigu dalam produk pangan. Pada Januari 2010 terjadi kenaikan impor terigu

sebesar 275.9%, yaitu dari 15,968 ton menjadi 60,029 ton (BPS 2010).

Beberapa penelitian serupa di Indonesia telah menggunakan bahan lokal, seperti singkong,

kacang tunggak, kacang gude, kacang kedelai, jagung, sorgum, ubi jalar, sukun, pisang, dan beras

dalam substitusi pembuatan bakery. Hathorn et al. (2008) di Amerika Serikat membuat roti

dengan suplementasi 65% tepung ubi jalar merah (oranye). Oleh karena itu, pada penelitian ini

dilakukan pembuatan tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki dan aplikasinya dalam

pembuatan roti tawar. Roti tawar merupakan pilihan pengembangan produk dengan substitusi

tepung ubi jalar ungu karena roti tawar disukai berbagai kalangan dan tingkatan umur.

Ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki merupakan jenis ubi jalar yang mulai ditanam oleh

petani di Bogor akhir-akhir ini. Usaha ini seharusnya didorong oleh berkembangnya model

pengolahan ubi jalar ungu yang dapat diterapkan di skala industri rumah tangga. Dengan

dilakukan penelitian ini, diharapkan masyarakat lebih tertarik untuk meningkatkan produksinya

dan melakukan pengolahan pasca panen.

B. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan:

1. Mempelajari teknik pembuatan tepung ubi jalar ungu (Ipomoea batatas varietas

Ayamurasaki) yang mempunyai warna ungu dengan kadar antosianin tinggi

2. Mengaplikasikan tepung ubi jalar ungu hasil optimasi ke dalam formulasi pembuatan roti

tawar

Page 15: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

2

3. Mengetahui tingkat substitusi tepung ubi jalar ungu ke dalam formulasi pembuatan roti tawar

yang dapat diterima panelis

4. Mengetahui karakteristik fisik dan kimia roti tawar dengan tingkat substitusi tepung ubi jalar

ungu yang terpilih

C. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini memberikan informasi tentang pengolahan ubi jalar ungu menjadi tepung ubi

jalar ungu yang mempunyai warna ungu dengan kadar antosianin tinggi. Aplikasinya dalam

pembuatan roti tawar dapat dijadikan salah satu model dalam pemanfaatan potensi ubi jalar ungu

(Ipomoea batatas varietas Ayamurasaki) bagi masyarakat.

Page 16: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas varietas Ayamurasaki)

1. Botani Ubi Jalar Ungu

Secara umum, ubi jalar digolongkan oleh ahli taksonomi ke dalam famili

Convolvulaceae, genus Ipomoea, dan spesies Ipomoea batatas. Ubi jalar termasuk tanaman

palawija (Sarwono 2005) yang memiliki biji berkeping dua (dikotiledon). Tanaman ubi jalar

berbentuk herbaceous, yaitu tidak berkayu, berwarna hijau atau ungu. Batangnya kadang

tumbuh menjalar, merambat atau setengah tegak dengan panjang 1-5 meter dengan diameter

3-10 mm. Bentuk daunnya bermacam-macam, yaitu berbentuk bulat, menyerupai jantung, dan

menjari (Gambar 1). Warnanya ada yang hijau atau ungu (Gambar 1), demikian pula

batangnya (Suismono, 1995). Ukuran bunganya sedang, berwarna putih atau putih keunguan

pucat dan warna ungu di bagian tengahnya (Prana dan Danimiharja 1981).

(a) (b) (c)

Gambar 1. Bentuk daun pada tanaman ubi jalar :(a) bulat, (b) meyerupai jantung, dan

(c) menjari

Ubi jalar secara umum berasal dari Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika Tengah. Ubi

jalar termasuk tanaman tropis-subtropis dengan daerah persebaran 30 oLU sampai 30

oLS.

Daerah ini meliputi lingkup Indonesia yang terletak pada 6 oLU sampai 11

oLS, sehingga ubi

jalar cocok tumbuh di Indonesia. Selain itu, kondisi iklim di Indonesia sesuai untuk

pertumbuhan ubi jalar, yaitu curah hujan tinggi (750-1,500 mm/tahun), sinar matahari 11-12

jam/hari, dan kelembaban udara (RH) 50-60% (Rukmana 1997).

Ubi jalar secara umum memiliki banyak keunggulan antara lain umur relatif pendek,

daya penyesuaian tertinggi terhadap kondisi lingkungan yang buruk, dan terbukti perannya

dalam musim paceklik atau bencana alam sebagai alternatif makanan. Dengan daya adaptasi

yang luas, tanaman ini dapat ditanam sepanjang waktu, asalkan kebutuhan air pada awal

pertumbuhannya cukup (Widodo 1989). Kebanyakan ubi jalar ditanam di sawah dan tegalan

sebagai palawija. Penanaman di sawah dilakukan di musim kering setelah panen padi dan di

tegalan pada penghabisan musim hujan (Suismono 1995).

Tanaman ubi jalar varietas Ayamurasaki memiliki daun menyerupai jantung dengan

bagian tunasnya hampir terlihat ungu. Bagian batang dan tulang daunnya pun hampir terlihat

ungu. Bunganya berwarna putih keunguan dan warna ungu di bagian tengahnya (Gambar 2).

Page 17: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

4

(a) (b) (c)

Gambar 2. Tanaman ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki dan bunganya : (a) tanaman ubi

jalar ungu yang sedang bertunas, (b) tanaman ubi jalar ungu yang sedang

berbunga, dan (c) bunga ubi jalar ungu.

2. Anatomi dan Morfologi Ubi Jalar Ungu

Susunan anatomi dan morfologi ubi jalar berbeda tiap varietas. Suismono (1995)

menjelaskan bahwa ubi jalar memiliki sembilan macam bentuk yaitu bulat, bulat elips, elips,

bulat di bawah, bulat di atas, bulat panjang ukuran kecil, bulat panjang ukuran besar, elips

ukuran besar panjang, dan panjang kecil tak beraturan. Ubi jalar dapat dibagi menjadi empat

kategori berdasarkan bentuk permukaan umbi yaitu ubi jalar dengan permukaan berkerut

seperti kulit, urat darah, panjang tengah menyempit dan berlekuk atau membujur.

Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas varietas Ayamurasaki) biasa disebut Ipomoea batatas

blackie karena memiliki kulit dan daging umbi yang berwarna ungu kehitaman (ungu pekat).

Ipomoea batatas varietas Ayamurasaki adalah jenis ubi jalar ungu yang ditanam di Jepang dan

memiliki kandungan antosianin tinggi (Yamakawa et al. 1998). Kata Ayamurasaki dalam

bahasa Jepang artinya adalah ungu.

Berdasarkan warna kulit dan daging umbinya, ubi jalar dapat dibedakan menjadi

sembilan jenis, yaitu : putih, krem, kuning, oranye, coklat, jingga, merah, merah muda, merah

gelap, dan ungu. Warna daging sering digunakan sebagai tanda membedakan jenis ubi jalar

karena mewakili sifat fisikokimia sebagai bahan olahan. Perbedaan warna ubi jalar disebabkan

oleh perbedaan pigmen yang terkandung (Suismono 1995). Pigmen yang menyusun warna ubi

jalar ungu varietas Ayamurasaki termasuk dalam jenis antosianin yang didominasi oleh

sianidin dan peonidin dalam bentuk mono- atau diasilasinya (Kano et al. 2005). Ubi jalar ungu

varietas Ayamurasaki dapat dilihat pada Gambar 3, dan deskripsi lengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 1.

Gambar 3. Ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki

Page 18: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

5

Tabel 1. Deskripsi ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki

Asal : Persilangan „Kyushu-109‟ dan „Satsumahikari‟

Tipe tanaman : Semi kompak

Diameter buku ruas : Sedang

Panjang buku ruas : Pendek

Warna dominan sulur : Hijau muda sampai hijau

Bentuk kerangka daun : Berbentuk hati sampai cuping

Kedalaman cuping daun : Tepi daun berlekuk sedang

Jumlah cuping daun : Bercuping satu sampai tiga

Bentuk cuping pusat : Elips

Ukuran daun dewasa : Sedang

Warna daun dewasa : Hijau

Warna daun muda : Hijau

Panjang tangkai daun : Pendek

Bentuk umbi : Elips membulat

Warna kulit umbi : Ungu

Warna daging umbi : Ungu

Rasa umbi : Enak

Sumber : Sulistyowati 2010

3. Komposisi Kimia Ubi Jalar Ungu

Ubi jalar ungu mengandung vitamin (A, B1, B2, C, dan E), mineral (kalsium, kalium,

magnesium, tembaga, dan seng), serat pangan, serta karbohidrat bukan serat (Suda et al.

2003). Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi. Total

kandungan antosianin ubi jalar varietas Ayamurasaki bervariasi pada setiap tanaman, yaitu

berkisar antara 20 mg/100 g sampai 924 mg/100 g berat basah (Widjanarko 2008). Pigmennya

lebih stabil bila dibandingkan antosianin dari sumber lain, seperti kubis merah, elderberi,

bluberi, dan jagung merah (Kano et al. 2005). Kandungan nutrisi ubi jalar ungu juga lebih

tinggi bila dibandingkan ubi jalar varietas lain, terutama kandungan lisin, Cu, Mg, K, Zn yang

berjumlah rata-rata 20% (Widjanarko 2008). Tabel 2 menunjukkan kandungan kimia dan

karakter fisik ubi jalar ungu.

Page 19: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

6

Tabel 2. Kandungan kimia dan karakter fisik ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki

Sifat Kimia dan Fisik Jumlah

Kadar air (%bb) 67.77

Kadar abu (%bk) 3.28

Kadar pati (%bk) 55.27

Gula reduksi (%bk) 1.79

Kadar lemak (%bk) 0.43

Kadar antosianin (mg/100g) 923.65

Aktivitas antioksidan (%) 61.24

Warna (L) 37.50

Warna (a) 14.20

Warna (b) 11.50

Sumber : Widjanarko 2008

Kestabilan dan kandungan antosianin yang lebih tinggi pada ubi jalar ungu daripada

sumber lain, menjadikannya sebagai pilihan alternatif pewarna alami (Kano et al. 2005).

Beberapa industri pewarna dan minuman beralkohol di Jepang menggunakan ubi jalar ungu

varietas Ayamurasaki sebagai bahan baku penghasil antosianin. Ubi jalar ungu juga telah

dikembangkan dalam bentuk produk es krim, sirup, mi, pia, dan yogurt.

Antosianin yang terkandung dalam ubi jalar ungu juga memiliki fungsi fisiologis,

seperti antioksidan, antikanker, antibakteri, perlindungan terhadap kerusakan hati, pencegah

penyakit jantung dan stroke. Ubi jalar ungu bisa menjadi antikanker karena mengandung zat

aktif berupa selenium dan iodin, serta jumlahnya dua puluh kali lebih tinggi dari jenis ubi jalar

lainnya. Ubi jalar ungu memiliki aktivitas antioksidan 2.5 kali dan antibakteri 3.2 kali lebih

tinggi daripada beberapa varietas bluberi. Ubi jalar ungu juga berperan dalam membantu

kelancaran peredaran darah (Kano et al. 2005).

4. Tepung Ubi Jalar Ungu

Kandungan air yang tinggi pada ubi jalar dapat dikurangi dengan mengubahnya

menjadi bentuk tepung. Selain mudah dalam proses penyimpanan, bentuk tepung mempunyai

umur simpan yang panjang. Tepung ubi jalar diperoleh dengan melakukan pembersihan,

pengecilan ukuran, pengeringan, penggilingan, dan pengayakan. Hal (2000) menerangkan

berbagai perlakuan tambahan yang dapat diterapkan dalam pembuatan tepung ubi jalar. Ubi

jalar ditimbang, disortir, dicuci, dan dibersihkan kulitnya. Umbi yang telah dikupas tersebut

diiris dengan ketebalan tertentu atau disawut, lalu direndam dalam larutan pemutih

(bleaching), dan dipres untuk menghilangkan kelebihan air. Perlakuan selanjutnya adalah

penataan umbi pada baki dan selanjutnya dikeringkan. Umbi yang telah kering digiling dan

diayak. Kandungan air ubi jalar yang tinggi menghasilkan rendemen penepungan yang kecil.

Woolfe (1992) yang diacu dalam Hal (2000) menyebutkan rendemen penepungan ubi jalar di

Filipina yaitu 12%-37%.

Tepung ubi jalar memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pati ubi jalar,

antara lain : a) dapat disimpan dalam waktu lama sehingga dapat memenuhi kebutuhan

pengguna ubi jalar sepanjang tahun, b) dapat digunakan sebagai bahan baku industri secara

langsung, c) tepung ubi memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi berbagai macam

Page 20: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

7

produk olahan (Jiang 2001). Di banyak negara, tepung ubi jalar digunakan sebagai

suplementasi tepung terigu dalam pembuatan produk bakery, pancake, puding, dan lainnya.

Manfaat yang terkandung dalam tepung ubi jalar bergantung pada komposisi kimia

umbi, terutama berhubungan dengan waktu panen. Hal (2000) menyatakan kandungan protein

dan serat tertinggi terdapat pada ubi jalar yang dipanen pada bulan keempat dan akan menurun

pada bulan kelima, sedangkan kandungan gula akan meningkat pada bulan kelima. Secara

keseluruhan, waktu pemanenan yang optimum adalah bulan keempat karena tepung yang akan

dihasilkan memiliki kandungan nutrisi lebih baik dibandingkan dengan tepung singkong. Pada

Tabel 3 dapat dilihat komposisi kimia tepung berbagai jenis ubi jalar.

Tabel 3. Komposisi kimia tepung ubi jalar

Komponen Kimia Tepung Ubi Jalar

Putiha Kuning

b Ungu

b

Air (%bb) 6.87-7.70 6.77 7.00

Abu (% bk) 2.79-2.94 4.71 5.31

Lemak (%bk) 0.71-0.81 0.91 0.81

Protein (%bk) 2.3-3.0 4.42 2.79

Serat Pangan (%bk) 2.83-3.90 5.54 4.72

Karbohidrat (%bk) 86.1-94.1 83.19 83.81

Pati (%bk) 66.7-70.7 - -

Total Gula (%bk) 10.3-15.2 - -

Gula pereduksi (%bk) 3.80-10.35 - -

Sumber : (a) Hamed et al. (1973)

(b) Susilawati dan Medikasari (2008)

Pengeringan merupakan faktor yang penting dan paling menentukan dalam pembuatan

tepung. Pengeringan adalah proses termudah dan termurah untuk mengurangi kapasitas

penyimpanan ubi jalar. Martin (1984) melaporkan bahwa ubi jalar dalam bentuk sawut akan

lebih mudah untuk dikeringkan dan digiling, walaupun proses pengerjaannya lebih sulit,

berbeda dengan ubi jalar yang digiling dalam bentuk potongan yang dikeringkan. Pengeringan

yang dapat dilakukan untuk membuat tepung ubi jalar adalah pengeringan matahari dan

pengering buatan.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melakukan optimasi pembuatan tepung ubi

jalar. Salah satunya, Northern Philippines Root Crop Research and Training Center (Benguet,

Filipina) menyatakan bahwa cara untuk membuat tepung ubi jalar yang berkualitas adalah

dengan memotong ubi jalar yang telah dicuci setebal 2 cm dan mengukusnya selama 15 menit

pada suhu 100 oC. Perlakuan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pencoklatan akibat

pemotongan. Proses selanjutnya adalah pendinginan, pengupasan (peeling), dan pemotongan

menjadi bentuk kubus dengan ukuran 2 cm3. Pengeringan ubi jalar tersebut dilakukan

menggunakan metode freeze drying. Untuk menjaga kualitas, tepung disimpan pada suhu 4 oC

dalam wadah yang dapat dengan mudah dikemas kembali hingga akan digunakan (Rumbaoa

et al. 2009).

Proses pemanasan awal (pre-heating) akan mengurangi tingkat kecerahan warna ungu

dan meningkatkan kekuatan gel dari ubi jalar (Steed et al. 2008). Karakteristik bahan yang

memiliki kekuatan gel tinggi akan menghasilkan produk dengan tekstur yang diinginkan.

Page 21: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

8

Beberapa produk yang membutuhkan karakater kekuatan gel tinggi adalah pia, kue, dan

mashed sweetpotato.

B. ANTOSIANIN

1. Antosianin secara Umum

Kata antosianin berasal dari bahasa Yunani (anthos yang berarti bunga dan kyanos yang

berarti biru). Pigmen ini umumnya terkandung dalam tanaman dan dideteksi oleh penglihatan

manusia sebagai warna merah hingga biru keunguan. Senyawa ini mengandung komponen

fenolik dan termasuk kelompok flavonoid (Kong et al. 2003). Warnanya begitu menarik

sehingga dapat dimanfaatkan untuk pewarna alami makanan.

Antosianin dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan besar, yaitu antosianidin,

aglikon, dan glukosida. Glukosida merupakan bentuk antosianin yang paling sering dijumpai.

Telah ditemukan dua puluh jenis glukosida, namun hanya enam yang memegang peranan

penting dalam bahan pangan, yaitu pelargonidin, sianidin, delfinidin, peonidin, petunidin, dan

malvidin (Astawan dan Kasih 2008). Seluruh senyawa antosianin merupakan senyawa turunan

dari kation flavium (Francis 1985). Gambar 4 menunjukkan inti kation flavium.

Gambar 4. Inti kation flavium.

Inti kation flavium memiliki tujuh cabang yang akan diisi oleh gugus pengganti. Jenis

gugus yang mengganti akan menentukan jenis antosianidin. Pada setiap inti kation flavium

terdapat sejumlah molekul yang berperan sebagai gugus pengganti. Pada Tabel 4 dapat dilihat

sejumlah gugus pengganti yang paling umum ditemui pada antosianin.

Page 22: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

9

Tabel 4. Gugus pengganti pada struktur kation flavium antosianin utama

Antosianidin R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

Aurantinidin -H -OH -H -OH -OH -OH -OH

Sianidin -OH -OH -H -OH -OH -H -OH

Definidin -OH -OH -OH -OH -OH -H -OH

Europinidin -OCH3 -OH -OH -OH -OCH3 -H -OH

Luteolinidin -OH -OH -H -H -OH -H -OH

Pelargonidin -H -OH -H -OH -OH -H -OH

Malvidin -OCH3 -OH -OCH3 -OH -OH -H -OH

Peonidin -OCH3 -OH -H -OH -OH -H -OH

Petunidin -OH -OH -OCH3 -OH -OH -H -OH

Rosinidin -OCH3 -OH -H -OH -OH -H -OCH3

Sumber : Martin et al. (2009)

Sejak lama manusia mengonsumsi antosianin yang terkandung dalam buah atau

sayuran yang dimakan. Selama ini tidak pernah terjadi suatu penyakit atau keracunan yang

disebabkan pengonsumsian pigmen ini. Oleh karena itu, antosianin merupakan salah satu

sumber pewarna untuk makanan yang dapat menggantikan bahan pewarna sintetik (Brouillard

1982). Bahkan pada abad ke-12, senyawa ini telah dipercaya memiliki khasiat seperti obat

(Astawan dan Kasih 2008). Antosianin memiliki potensi biologis dan fungsi farmakologis,

seperti antioksidatif (Shih et al. 2007), antiinflamatori (Karlsen et al. 2007), antitumor (Shih et

al. 2005), dan kemampuan menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler (Prior dan Wu 2006).

4. Antosianin pada Ubi Jalar Ungu

Keberadaan antosianin pada suatau tanaman tidak selalu sama jenis dan komposisinya

(Philpott et al. 2004). Namun, pigmen ini umumnya terdapat pada bagian epidermis dan sel

mesofil periferal suatu bahan pangan (Astawan dan Kasih 2008). Jenis antosianin pada ubi

jalar ungu adalah bentuk mono- atau diasilasi dari jenis peonidin dan sianidin (Terahara et al.

2000; 2004).

Antosianin dari ubi jalar ungu lebih stabil daripada pigmen yang terkandung di dalam

strawberi, kubis merah, dan perilla (Zhang et al. 2009). Bahkan efek free radical scavenging-

nya lebih tinggi daripada pigmen yang terkandung dalam kubis merah, kulit anggur, elderberi,

dan jagung ungu, serta asam askorbat (Kano et al. 2005; Philpott et al. 2004). Oleh karena itu,

ubi jalar ungu merupakan sumber antosianian yang baik untuk diaplikasikan dan diolah lebih

lanjut.

Steed dan Truong (2008) mengatakan bahwa total antosianin yang terdapat pada ubi

jalar ungu yang ditanam di Carolina, Amerika Serikat mengandung 107.8 mg antosianin/100 g

umbi basah. Berbeda halnya dengan kadar antosianin ubi jalar varietas Ayamurasaki yang

diteliti oleh Widjanarko (2008) yang menunjukkan hingga 923.65 mg antosianin/100 g umbi

basah.

Page 23: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

10

5. Stabilitas Antosianin

Antosianin merupakan senyawa yang reaktif. Sifat reaktif ini disebabkan oleh inti

kation flavium pada pigmen antosianin yang kekurangan elektron. Pigmen ini ternyata

memiliki kestabilan yang rendah, baik ketika berada dalam jaringan bahan pangan ataupun di

dalam produk pangan. Reaksi yang terjadi umumnya menyebabkan terjadinya kehilangan

warna. Beberapa faktor kimia dan fisik yang dapat mempengaruhi kestabilan antosianin

adalah enzim, oksigen, asam askorbat, gula dan senyawa turunannya, pH, logam, suhu,

cahaya, kondensasi, serta sulfur dioksida (Markakis 1982). Setiap faktor memberikan

kontribusi terhadap diskolorisasi antosianin. Selain itu jenis antosianin juga berpengaruh

terhadap kestabilannya. Namun yang paling mempengaruhi dalam proses diskolorisasi

antosianin adalah suhu, cahaya, oksigen, dan pH.

Laju kehilangan warna antosianin secara enzimatik lebih tepatnya disebabkan oleh

glukosidase yang menghidrolisis grup 3-glikosidik menjadi glikon yang tidak stabil.

Kerusakan antosianin juga dapat disebabkan oleh fenolase yang membutuhkan katekol atau

o-dihidroksifenol lainnya untuk aktivasi (Jurd 1992). Peng dan Markakis (1963)

menyimpulkan bahwa perubahan warna fenolase-katekol-antosianin juga melibatkan enzim

untuk oksidasi. Peroksidase dapat mengkatalisis terjadinya diskolorisasi antosianin. Begitu

juga dengan kehadiran fenolase (fenoloksidase dan polifenoloksidase). Fenolase akan bereaksi

dengan antosianin. Reaksinya akan terjadi sangat kuat ketika ada senyawa fenolik untuk

menjadi substrat daripada antosianin sebagai substratnya. Pirokatekol dalam bahan pangan

akan dioksidasi oleh fenolase menjadi o-benzokuinon. Sistem enzimatik yang dapat

menyebabkan diskolorisasi antosianin dapat ditemukan pada kapang, akar, daun, dan buah

(Markakis 1982).

Antosianin yang terkandung dalam bahan pangan akan teroksidasi oleh o-benzokuinon

tersebut menjadi senyawa yang tidak berwarna. Hal inilah yang menyebabkan hilanganya

warna merah keunguan yang ditampakkan oleh antosianin. Enzim yang dapat merusak

antosianin dapat diinaktivasi dengan pemanasan. Siegel et al. (1971) melaporkan bahwa buah

ceri yang diberi perlakuan dikukus selama 45-60 detik sebelum dibekukan akan

meminimalisasi terjadinya kerusakan antosianin pada proses pengolahan selanjutnya.

Panas yang terdapat dalam proses pengolahan dan penyimpanan bahan pangan, akan

merusak keberadaan antosianin. Terdapat hubungan logaritmik antara kerusakan antosianin

dengan temperatur, begitu pula dengan hubugan yang terjadi antara kerusakan antosianin

dengan waktu pemanasan pada suhu konstan. Markakis (1982) menjelaskan bahwa terjadinya

pembukaan heterosiklik dan susunan kalkon merupakan tahap pertama yang terjadi dalam

proses degradasi antosianin.

Cahaya memegang peranan penting dalam pembentukan pigmen antosianin, yaitu

berkaitan dengan proses fotosintesis. Hal ini terjadi dalam proses pematangan dan perubahan

warna merah pada buah stroberi. Begitu pula sebaliknya, cahaya mempercepat degradasi

antosianin. Jenis antosianin yang paling stabil terhadap keberadaan cahaya adalah diglikosida

yang termetilasi atau terasilasi. Non-asilasi diglikosida merupakan jenis antosianin yang

kurang stabil, bahkan monoglikosida paling tidak stabil (Markakis 1982).

Derajat keasaman (pH) akan mempengaruhi warna dan penampakan dari pigmen

antosianin. pH juga mempengaruhi stabilitas antosianin. Antosianin akan lebih stabil pada

kondisi asam (pH 2-4.5) daripada kondisi netral atau basa. Kestabilan antosianin pada pH

rendah akan menurun secara perlahan dengan kehadiran oksigen dalam sistem pangan. Pada

Page 24: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

11

kisaran pH yang sama, kehadiran oksigen dapat mempercepat terjadinya kerusakan antosianin

(Markakis 1982). Nebesky et al. (1949) yang diacu dalam Markakis (1982) mengatakan

bahwa oksigen dan suhu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kerusakan

antosianin.

Asam askorbat diduga menginduksi kerusakan antosianin yang dijembatani oleh

kehadiran H2O2. Asam askorbat yang teroksidasi oleh oksigen dan ion tembaga akan

membentuk H2O2. Peroksida ini akan mengubah antosianin menjadi senyawa yang tidak

berwarna. Meschter (1953) yang diacu dalam Markakis (1982) melaporkan bahwa asam

dehidroaskorbat juga dapat membuat antosianin menjadi tidak berwarna dengan laju reaksi

yang lebih rendah daripada asam askorbat.

Gula dan senyawa turunannya juga dapat menyebabkan degradasi antosianin. Gula

jenis fruktosa, arabinosa, laktosa, dan sorbosa paling berpengaruh dalam kerusakan antosianin

daripada sukrosa, glukosa, dan maltosa.

Antosianin dapat mengalami kondensasi dengan sendirinya dan dengan senyawa

organik lainnya. Kondensasi antosianin dengan senyawa lainnya akan menghasilkan

pergeseran batokromik dan kenaikan absorptivitas. Kondisi ini dinamakan dengan

kopigmentasi.

Pengolahan terhadap ubi jalar ungu menyebabkan penurunan antosianin. Kerusakan

antosianin sekitar 10%-30% terjadi pada ubi ungu varietas Ayamurasaki akibat penggorengan

dan pengukusan, hampir 70% warna ubi jalar ungu rusak akibat proses pembuatan selai

(Widjanarko 2008).

C. TEKNOLOGI PEMBUATAN ROTI

1. Bahan

Bahan baku standar pembuatan roti tawar adalah tepung terigu, air, yeast (khamir),

gula, dan garam. Hasil roti tawar sering disebut dengan lean bread. Tepung yang sering

digunakan dalam pembuatan roti tawar adalah tepung terigu yang terbuat dari gandum

(Triticum vulgare) yang digiling. Kandungan protein dari tepung yang baik untuk pembuatan

roti tawar adalah antara 12%-13%, misalnya tepung terigu dengan merk Cakra yang terdapat

di pasaran (Bogasari). Tepung terigu dapat membentuk adonan dan dapat menahan gas selama

fermentasi dan pemanggangan sehingga menghasilkan roti yang mengembang, ringan, dan

beraerasi baik (Pyler 1973). Sifat ini dimungkinkan karena kandungan gluten dalam terigu.

Gluten sebagian terdiri dari protein (75%-80%), pati yang tidak tercuci (5%-15%), lemak

(5%-10%), dan sejumlah kecil mineral.

Menurut Fance (1976), paling tidak terdapat lima jenis protein gandum yaitu albumin

yang larut dalam air, globulin dan prolamin yang larut dalam garam, gliadin yang larut dalam

alkohol 70%, dan glutenin yang larut dalam alkali encer. Glutenin dan gliadin bersama-sama

membentuk gluten. Pada bentuk ini, glutenin berperan sebagai perekat elastis dan gliadin

berperan dalam kestabilan dan keteguhan adonan (Shewry 2003).

Air berfungsi sebagai medium pencampuran bahan-bahan dan berperan terhadap

terjadinya reaksi-reaksi kimia, enzimatis, dan reaksi fisika selama proses pembuatan roti

tawar. Dengan adanya air, bahan-bahan seperti tepung terigu, garam, gula, dan yeast serta

bahan tambahan lainnya dapat tercampur merata selama proses pengadonan (Pyler 1973).

Pada proses pengadonan terjadi reaksi-reaksi kimia dengan adanya interaksi pati-sukrosa-air

Page 25: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

12

dan juga reaksi enzimatis yang terjadi pada pati oleh yeast karena penambahan air terutama

pada tahap fermentasi (Pyler 1973). Reaksi fisik terjadi pada saat pemanggangan dengan

adanya proses gelatinisasi pati (Dreese et al. 1988).

Yeast adalah penghasil gas CO2 yang berperan dalam pengembangan adonan dan

penghasil aroma pada saat proses fermentasi (Pyler 1973). Menurut Matz (1972), yeast yang

biasa digunakan dalam pembuatan roti adalah Saccharomyces cerevisiae sehingga disebut ragi

roti. Pyler (1973) mengatakan bahwa proses fermentasi yeast di dalam adonan mengakibatkan

perubahan-perubahan di dalam adonan yaitu penguraian senyawa-senyawa yang dapat

difermentasi, akumulasi gas CO2, alkohol, asam, dan ester, perubahan kemasan adonan, dan

pelunakan struktur gluten menjadi elastis. Menurut Pyler (1973), yeast dapat ditambahkan

atau dicampur langsung dengan tepung atau bahan kering lainnya ataupun dicairkan terlebih

dahulu dengan air pada suhu 40-45 oC sebelum digunakan pada saat pengadonan. Yeast yang

ditambahkan ke dalam adonan memerlukan waktu adaptasi selama ± 45 menit sebelum

memperbanyak diri dan memecah karbohidrat (Pyler 1973).

Menurut Pyler (1973), aktivitas yeast dapat ditingkatkan dengan penambahan gula.

Gula merupakan sumber makanan yang dapat dipakai secara langsung oleh yeast. Jika adonan

dibuat tanpa menggunakan gula, yeast akan menggunakan gula dari tepung yang hanya ada

dalam jumlah sedikit, kemudian enzim diastase atau amilase dari tepung akan memecah pati

menjadi gula sederhana. Proses enzimatik ini memerlukan waktu lebih lama sehingga dapat

menghambat pengembangan adonan. Berbeda dengan kasus ketika gula yang ditambahkan

dalam jumlah terlalu banyak. Hal ini dapat meningkatkan efek pengawetan dari gula karena

air dalam matriks adonan akan terikat dengannya. Selain itu, gula yang terlalu banyak akan

menurunkan efektivitas yeast. Selain sebagai sumber makanan bagi yeast, gula

menyumbangkan rasa manis pada roti, memperbaiki aroma, dan mempunyai peran dalam

pembentukan warna crust saat pemanggangan (Kotschevar 1975).

Garam adalah bahan yang penting untuk mendapatkan aroma standar roti tawar, tetapi

terkadang garam tidak digunakan dalam pembuatan roti. Garam berfungsi sebagai pengontrol

aktivitas yeast dan berperan terhadap kekuatan gluten, terutama wild yeast (Kotschevar 1975).

2. Proses Pembuatan

Proses pembuatan roti tawar secara garis besar meliputi proses pencampuran (mixing),

pengadonan (kneading), fermentasi (fermentation), pencetakan (rounding), dan

pemanggangan (roasting) (Ahza 1980). Menurut Matz (1972), roti tawar merupakan produk

makanan yang dihasilkan dari proses pengadonan fermentasi dan pemanggangan dari tepung

terigu yang dicampur dengan air, yeast, gula, garam, dan shortening. Pengembangan volume

roti tawar merupakan parameter yang penting dalam menentukan kualitas roti tawar. Oleh

karena itu, proses pengadonan, fermentasi, dan pemanggangan merupakan proses penting

yang menentukan pengembangan roti tawar.

3. SSL (Sodium Stearoyl Lactylate)

SSL termasuk golongan anion surfaktan dan diketahui sebagai agen penguat adonan.

Surfaktan ini bersifat larut air dan tidak larut dalam larutan garam kalsium (Stauffer 1990).

Emulsifier jenis ini sangat cocok ditambahkan dalam formulasi roti dengan metode straight

dough karena penambahannya akan mengecilkan ukuran gas yang terperangkap ketika mixing

Page 26: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

13

dan yang terbentuk ketika fermentasi (Stauffer 1990). Pada suhu 80 oC ke atas, keberadaan

0.5% SSL akan membantu proses pengembangan adonan, sama halnya dengan keberadaan 3%

shortening dalam adonan (Moore dan Hoseney 1986). Eliasson (1983) melaporkan bahwa

SSL mampu menurunkan laju rekristalisasi pati.

D. ROTI SUBSTITUSI BAHAN LOKAL

Tepung terigu merupakan pemegang peran penting dalam teknologi pembuatan roti tawar,

terutama tepung terigu yang mengandung protein tinggi. Kandungan glutenin dan gliadin yang

hampir sama komposisinya menyebabkan tekstur adonan roti yang dibentuk pun menjadi

sempurna. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi tepung dari bahan lain untuk diolah menjadi

produk bakery, walaupun hasilnya tidak semaksimal ketika menggunakan 100% tepung terigu.

Subarna (1992) mengatakan bahwa tingkat substitusi bahan selain tepung terigu pada pembuatan

roti hanya mampu mencapai angka 30%. Akan terjadi penurunan mutu yang sangat terlihat nyata

ketika ditambahkan tepung lain lebih dari 30%.

Beberapa bahan lokal yang pernah diteliti dan diolah menjadi produk bakery adalah

singkong, kacang tunggak, kacang gude, kacang kedelai, jagung, sorgum, ubi jalar, sukun, pisang,

dan beras. Bahan lokal tersebut digunakan secara parsial menggantikan tepung terigu baik

digunakan sendiri atau dicampur antara beberapa bahan lokal membentuk tepung komposit.

Secara nyata akan terjadi penurunan kualitas mutu roti yang dihasilkan oleh bahan selain tepung

terigu, berbanding terbalik dengan jumlah bahan lokal yang disubstitusi (Hathorn et al. 2008).

Pemakaian tepung selain terigu, misalnya tepung dari kacang-kacangan, tepung dari serealia

selain gandum (Rohadi 1982), dan tepung umbi-umbian (Muharam 1992) dapat dilakukan dalam

pembuatan roti tawar. Penggantian sebagian tepung terigu dapat menyebabkan kualitas crumb

turun, volume roti rendah, dan timbul aroma menyimpang (Rohadi 1982).

Penggunaan bahan baku selain tepung terigu dimaksudkan untuk berbagai tujuan. Tujuan

tersebut adalah adanya keinginan untuk mengurangi ketergantungan akan kebutuhan gandum

yang hanya diproduksi di negara tertentu dan adanya isu akan penyakit yang berhubungan

dengan saluran pencernaan karena alergi terhadap gluten (Mezaize et al. 2009).

Penambahan sejumlah bahan pembantu tertentu dilakukan agar dihasilkan produk bakery

yang masih memenuhi mutu roti tawar pada umumnya. Beberapa bahan lainnya yang

ditambahkan adalah (1) hidrokoloid (carboxymethylcellulose [CMC], guar gum,

hydroxypropylmethylcellulose [HPMC], dan xanthan gum) (2) dough improver (Potassium

bromate [KBrO3]) (3) emulsifier (sodium stearoyl lactylate [SSL] dan gliseril monostearat

[GMS]) (4) enzim (malt dan α-amilase dari mikroba) (Nakai dan Wing 2000).

Page 27: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

14

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bahan untuk

membuat tepung ubi jalar ungu, bahan untuk roti tawar ubi jalar ungu, dan bahan analisis.

Bahan yang digunakan untuk membuat tepung ubi jalar ungu adalah ubi jalar ungu varietas

Ayamurasaki yang didapat dari lahan pertanian di Cibungbulang, Bogor. Bahan yang

digunakan untuk membuat roti tawar ubi jalar ungu adalah tepung ubi jalar ungu hasil

optimasi, tepung terigu (protein tinggi), air es, shortening, gula pasir, susu skim, garam, ragi

roti, emulsifier (Sodium Stearoyl Lactylate), dan bread improver. Bahan-bahan kimia yang

diperlukan untuk analisis adalah aquades, K2SO4, HgO, H2SO4, NaOH-Na2S2O3, HBO3, HCl,

NaOH, heksana, larutan etanol 95%, methilene blue, metanol pro analis, dan buffer Na-fosfat.

2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu

1. Alat untuk membuat tepung, yaitu : pengukus, pisau, disc mill, ayakan, tray pengering,

baskom, penyawut (schredder), dan oven pengering.

2. Alat untuk membuat roti, yaitu : varymixer, loyang roti tawar berukuran 22, oven,

proofer, bread slicer, pisau roti, timbangan, gelas ukur, baskom, dan termometer.

3. Alat untuk analisa kimia, yaitu Erlenmeyer, cawan aluminium, timbangan analitik, labu

Kjeldahl, destilator, buret, corong, dan peralatan gelas.

4. Alat untuk analisa fisik, yaitu gelas ukur, gelas piala, dan loyang.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pembuatan tepung ubi jalar

ungu dan tahap pembuatan roti tawar dengan substitusi tepung ubi jalar ungu. Gambar 5

menunjukkan tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian.

Page 28: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

15

Pemotongan (0.5; 1; 1.5 cm) Pengukusan (5, 7, 10, 15, dan 20 menit)

Penjemuran 9-12 jam Oven pengering 55-60 oC, 5-6 jam

Keterangan :

Penelitian tahap I

Penelitian tahap II

Gambar 5. Diagram alir penelitian

1. Penelitian Tahap I : Pembuatan Tepung Ubi Jalar Ungu

Penelitian tahap I dilakukan untuk menentukan proses pembuatan tepung ubi jalar ungu

sehingga dihasilkan warna ungu yang terbaik. Perlakuan yang digunakan adalah tebal

potongan ubi jalar (0.5; 1; 1.5 cm), waktu pengukusan (steaming) selama 5, 7, 10, 15, dan 20

menit serta metode pengeringan dengan oven pengering pada suhu 55-60 oC selama 5-6 jam

dan matahari (dijemur 9-12 jam). Pembuatan tepung ubi jalar ungu yang dilakukan dalam

Ubi Jalar ungu

Perlakuan

Pengeringan

Tepung ubi Jalar ungu

Pengamatan secara visual

Pemilihan tepung ubi jalar ungu

Pengukuran antosianin dan warna

Analisis Proksimat Substitusi dalam

adonan roti tawar :

20%, 30%, dan

40%

Pemilihan formula roti

Formula I

dan II

Formula

terpilih

Uji organoleptik

(hedonik)

Roti tawar ungu

terpilih

Analisis kimia

dan fisik

Page 29: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

16

penelitian ini disajikan dalam Gambar 6. Tepung ubi jalar ungu yang dibuat kemudian diukur

intensitas warnanya menggunakan Chromameter Minolta dan kadar antosianinnya.

Gambar 6. Diagram alir pembuatan tepung ubi jalar ungu di dalam penelitian

2. Penelitian Tahap II : Pembuatan Roti Tawar Substitusi Tepung Ubi Jalar

Ungu

Pada penelitian ini dilakukan pembuatan roti tawar dengan substitusi tepung ubi jalar

ungu hasil penelitian tahap I. Variabel yang digunakan adalah tepung ubi jalar ungu yang

ditambahkan ke dalam formulasi roti tawar. Dalam tahap penentuan formulasi dilakukan uji

coba formula roti tawar untuk dilakukan substitusi selanjutnya. Formula roti tawar yang

digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5. Penggunaan bahan lain dalam

formulasi ini dihitung berdasarkan basis tepung yang digunakan (100%). Dari kedua formula

dasar roti, dipilih formula yang menghasilkan roti tawar dengan ciri-ciri yaitu mempunyai

warna kulit (crust) berwarna kuning kecoklatan, warna remah (crumb) putih krem, tekstur

remah yang lembut, aroma harum (khas roti), dan mempunyai pengembangan paling bagus.

Pengupasan

Ubi Jalar ungu

Pemotongan (0.5; 1; 1.5 cm)

Pengukusan 100 oC (5, 7, 10, 15, dan 20 menit)

Pengecilan ukuran (penyawutan)

Pengeringan (oven pengering dan matahari)

Penggilingan

Pengayakan

Tepung ubi jalar ungu

Page 30: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

17

Tabel 5. Formulasi dasar roti tawar

Bahan Formula I (%) Formula II (%)

Tepung terigu protein tinggi 100 100

Shortening 5 8

Gula pasir 6 7.5

Garam 2 2

Susu skim 2 2

Ragi instan 1 1

Bread improver 0.5 0.7

Air es 60 60

Formula roti tawar terbaik dari hasil pengamatan, bagian tepung terigu (100%) diganti

beberapa bagian dengan tepung ubi jalar ungu hasil penelitian tahap I. Tepung ubi jalar ungu

yang digunakan adalah 20%, 30%, dan 40%. Persentase tersebut dihitung dari 100% tepung

terigu yang digunakan dalam formula dasar roti tawar. Tabel 6 menunjukkan formulasi roti

tawar ubi jalar ungu.

Tabel 6. Formulasi roti tawar ubi jalar ungu

Bahan Substitusi 20% Substitusi 30% Substitusi 40%

Tepung terigu protein tinggi 80 70 60

Tepung ubi jalar ungu 20 30 40

Shortening 8 8 8

Gula pasir 7.5 7.5 7.5

Garam 2 2 2

Susu skim 2 2 2

Ragi instan 1 1 1

Bread improver 0.7 0.7 0.7

Air es 60 60 60

Emulsifier (SSL) 0.4 0.4 0.4

Roti tawar dalam penelitian ini dibuat dengan metode straight dough. Jumlah air yang

digunakan dalam formulasi roti tawar ubi jalar ungu, sama dengan jumlah air yang digunakan

dalam formulasi roti tawar 100% tepung terigu. Roti tawar yang disubstitusi dengan tepung

ubi jalar ungu tersebut diuji secara organoleptik berdasarkan uji rating hedonik oleh 70 panelis

tidak terlatih menurut ASTM (American Standard Testing Material). Penilaian terhadap

produk akan lebih difokuskan pada warna, aroma, tekstur, dan rasa. Pemberian skor pada uji

rating hedonik menggunakan sistem skala kategori yaitu sangat suka (1), suka (2), agak suka

(3), netral (4), agak tidak suka (5), tidak suka (6), dan sangat tidak suka (7). Hasil uji

organoleptik tersebut dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dilanjutkan dengan

metode Duncan apabila hasil yang diperoleh berbeda nyata antar sampel. Produk terpilih akan

dianalisis secara kimia dan fisik.

Roti tawar dibuat dengan mencampur bahan dengan menggunakan varimikser (untuk

basis tepung minimal 500 g). Semua bahan (kecuali shortening) dicampur dan diaduk pada

Page 31: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

18

kecepatan sedang selama 6 menit hingga terbentuk bulatan adonan utuh. Shortening disisipkan

di bagian tengah bulatan adonan tersebut dan diaduk kembali pada kecepatan sedang hingga

semua bahan kalis (9-14 menit). Adonan yang telah kalis berarti semua bahan telah tercampur

rata, tidak menempel pada wadah, dan kering pada bagian luar. Adonan yang telah kalis

dibulatkan (punch) lalu difermentasi pada suhu ruang selama 60 menit. Setelah tahap

fermentasi selesai, adonan tersebut dibagi (dividing) menjadi ukuran 350 g (sesuai volume

loyang yang digunakan) kemudian dibulatkan (rounding) seperti bola dan diistirahatkan

selama 20 menit. Adonan yang telah mengembang, ditekan dan di-roll hingga gasnya hilang

(moulding). Tahap selanjutnya adalah pembentukan loaf roti tawar. Loaf tersebut dimasukkan

ke dalam loyang yang telah dioles dengan shortening untuk dilakukan proofing selama 60

menit pada suhu 38 oC dan RH 75%-85%. Tahap terakhir adalah pemanggangan pada suhu

190 oC selama ± 30 menit. Gambar 7 menunjukkan tahap pembuatan roti tawar metode

straight dough.

Gambar 7. Diagram alir pembuatan roti tawar metode straight dough (Subarna, 1992) yang

dimodifikasi

Pencampuran dan pengadukan (6 menit)

Fermentasi awal (27-30 oC, 80-85% RH, selama 60 menit)

Pembentukan (dividing, rounding, intermediate proofing, moulding)

Pemanggangan (190 oC selama 30 menit)

Roti tawar ungu

Proofing (38 oC, 75-85% RH, selama 60 menit)

Tepung terigu, tepung ubi jalar ungu, air, gula, susu skim, garam,

ragi roti, bread improver

Depanning dan Pendinginan

Shortening

Pencampuran dan pengadukan hingga kalis (9-14 menit)

Bulatan adonan

Page 32: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

19

C. ANALISIS

1. Uji Organoleptik

Uji organoleptik yang dilakukan pada roti tawar ubi jalar ungu adalah uji rating

hedonik. Panelis diminta untuk menilai produk pada 7 skala hedonik, sangat suka (1), suka

(2), agak suka (3), netral (4), agak tidak suka (5), tidak suka (6), dan sangat tidak suka (7).

Panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih yang berjumlah 70 orang. Jumlah ini

merupakan batas minimal panelis yang digunakan dalam uji rating hedonik menurut ASTM

(American Standard Testing Material). Parameter yang digunakan dalam uji rating hedonik

terhadap roti tawar ubi jalar adalah warna, aroma, tekstur, dan rasa. Data yang diperoleh

kemudian dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (Analysis of Variance / ANOVA)

untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara ketiga tingkat substitusi yang diberikan pada

taraf (α) 0.5%. Jika terdapat perbedaan, analisis dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple

Test.

2. Analisis Fisik

a. Volume Spesifik Adonan

Pengukuran volume adonan dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

1. Gelas piala yang akan digunakan dalam pengukuran volume adonan diisi dengan

jewawut hingga batas skala. Biji jewawut ini lalu disisihkan.

2. Adonan sejumlah 30 g yang telah kalis dimasukkan ke dalam gelas piala yang telah

diketahui volumenya lalu ditambahkan biji jewawut yang digunakan pada prosedur

nomor 1 hingga batas skala.

3. Sisa biji jewawut yang tidak digunakan pada prosedur nomor 2 diukur volumenya

dengan gelas ukur dan dicatat sebagai volume adonan (V)

4. Volume spesifik adonan ini dinyatakan dalam satuan cm3/g

Volume spesifik adonan = V

30 g

keterangan :

V = Volume roti yang diukur

b. Potensi Pengembangan Adonan

Pengukuran potensi pengembangan adonan dilakukan dengan prosedur sebagai

berikut :

1. Adonan sejumlah 30 g yang telah kalis dimasukkan ke dalam gelas piala dan diukur

volumenya.

2. Volume adonan roti tersebut dicatat tiap 5 menit hingga volumenya menurun kembali.

3. Dibuat grafik hubungan volume adonan dengan waktu.

Page 33: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

20

c. Volume Spesifik Roti

Pengukuran volume roti dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

1. Wadah yang akan digunakan dalam pengukuran volume roti diisi dengan jewawut

hingga batas atas. Biji jewawut ini lalu disisihkan.

2. Potongan roti yang telah ditimbang (M) dimasukkan ke dalam wadah yang digunakan

pada prosedur nomor 1 lalu diisi dengan biji jewawut pada prosedur nomor 1.

3. Sisa biji jewawut pada prosedur nomor 2 diukur volumenya dengan gelas ukur dan

dicatat sebagai volume roti (V).

4. Volume spesifik roti dinyatakan dalam satuan cm3/g.

Volume spesifik roti = V

M

keterangan :

V = Volume roti yang diukur

M = Massa roti yang diukur

d. Analisis Tekstur

Probe yang digunakan berbentuk silinder dengan diameter 36 mm dengan radius*

(P/36R) menggunakan 5 kg load cell. Pengaturan TAXT–2 yang digunakan adalah untuk

sampel roti. Tujuan tes ini adalah untuk menentukan ketegaran (firmness) roti

menggunakan metode Standar AACC (74-09). Pengaturan TAXT-2 untuk mengukur

crumb firmness dalam Tabel 7.

Tabel 7. Pengaturan TAXT-2 untuk mengukur crumb firmness

Mode : Measure Force in Compression

Option : Return to start

Pre-test speed : 1.0 mm/s

Test speed : 1.7 mm/s

Post-test speed : 10.0 mm/s

Strain : 40%

Trigger type : Auto – 5 g

Tare mode : Auto

Data acquisition rate : 250 pps

Sampel roti dipotong dengan ketebalan 25 mm atau 12.5 mm. Jika sampel roti diiris

dengan ketebalan 12.5 mm harus diukur menggunakan 2 potong secara bersamaan. Sampel

diletakkan di atas landasan lalu ditekan oleh probe. Hasilnya berupa kurva yang

menunjukkan hubungan antara gaya untuk mendeformasi dan waktu. Kurva tersebut

menunjukkan karakteristik bread firmness. Kurva tersebut mempunyai puncak (+) yang

diakibatkan oleh 40% kompresi. Nilai distance pada puncak (+) dicatat dan dikonversikan

menjadi 25% kompresi dan dicatat force-nya. Nilai ini merupakan nilai bread firmness.

Page 34: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

21

Sebelum dilakukan tes, „%strain‟ pengukuran harus dikalibrasi terlebih dahulu. Jarak

antara ujung probe dengan landasan yang ideal adalah sekitar 30 mm.

e. Analisis Warna (Metode Hunter)

Pengukuran warna dilakukan menggunakan Chromameter CR 310 Minolta. Sampel

roti ditempatkan pada alas putih. Untuk sampel tepung ditempatkan pada wadah sampel

tepung. Pengukuran menghasilkan nilai L, a, b, dan derajat Hue. L menyatakan parameter

kecerahan (warna kromatis, 0: hitam sampai 100: putih). Derajat Hue menunjukkan warna

yang terlihat. Nilai hue dikelompokkan sebagai berikut : oHue 342-318 : Red purple;

oHue

162-198 : Green; o

Hue 18-54 : Red; oHue 306-342 : Purple;

oHue 54-90 : Yellow red;

oHue 270-306: Blue purple;

oHue 90-126 : Yellow;

oHue 198-234 : Blue green;

oHue 234-

270 : Blue; dan oHue 126-162 : Yellow green.

3. Analisis Kimia

a. Kadar Air Metode Oven (Apriyantono et al. 1989)

Cawan aluminium dikeringkan dalam oven selama 15 menit, didinginkan dalam

desikator selama 15 menit kemudian ditimbang. Sejumlah sampel (sekitar lima gram)

dimasukkan ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya. Cawan beserta isinya

dimasukkan ke dalam oven bersuhu 100 oC selama kurang lebih enam jam atau sampai

beratnya konstan. Selanjutnya cawan beserta isinya didinginkan dalam desikator selama 15

menit dan ditimbang. Perhitungan kadar air dilakukan dengan rumus :

Keterangan : % bb = kadar air per bahan basah (%)

% bk = kadar air per bahan kering (%)

W = bobot bahan awal sebelum dikeringkan (g)

W1 = bobot contoh + cawan kosong kering (g)

W2 = bobot cawan kosong (g)

b. Kadar Abu (AOAC 1995)

Cawan porselen dikeringkan dalam tanur bersuhu 400–600 oC, kemudian

didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 3–5 g sampel ditimbang dan

dimasukkan dalam cawan porselen. Selanjutnya sampel dipijarkan di atas bunsen sampai

tidak berasap lagi, kemudian dilakukan pengabuan di dalam tanur listrik pada suhu 400–

600 oC selama 4–6 jam atau sampai terbentuk abu berwarna putih. Sampel kemudian

didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

Page 35: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

22

Keterangan : % bb = kadar abu per bahan basah (%)

% bk = kadar abu per bahan kering (%)

W = bobot bahan awal sebelum diabukan (g)

W1 = bobot contoh + cawan kosong setelah diabukan (g)

W2 = bobot cawan kosong (g)

c. Kadar Lemak Metode Soxhlet (AOAC 1995)

Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven bersuhu 100–110 oC,

didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sampel tepung ditimbang sebanyak lima

gram, dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi (soxhlet)

yang telah berisi pelarut (heksana atau dietil eter).

Refluks dilakukan selama lima jam (minimum) dan pelarut yang ada di dalam labu

lemak didistilasi. Selanjutnya, labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan

dalam oven yang bersuhu 100 oC sampai beratnya konstan, didinginkan dalam desikator,

dan ditimbang. Kadar lemak dihitung dengan rumus :

Keterangan : % bb = kadar lemak per bahan basah (%)

% bk = kadar lemak per bahan kering (%)

W = bobot contoh (g)

W1 = bobot labu lemak + lemak hasil ekstraksi (g)

W2 = bobot labu lemak kosong (g)

d. Kadar Protein Metode Kjeldahl (AOAC 1995)

Sejumlah kecil sampel (kira–kira membutuhkan 3–10 ml HCL 0.01N atau 0.02 N)

yaitu sekitar 0.1 gram ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 30 ml. Kemudian

ditambahkan 0.9 g K2SO4, 40 mg HgO, dan 2 ml H2SO4. Jika bobot sampel lebih dari 15

mg, ditambahkan 0.1 ml H2SO4 untuk setiap 10 mg bahan organik di atas 15 mg. Sampel

dididihkan selama 1–1.5 jam sampai cairan menjadi jernih.

Larutan kemudian dimasukkan ke dalam alat destilasi, dibilas dengan akuades, dan

ditambahkan 10 ml larutan NaOH–Na2S2O3. Gas NH3 yang dihasilkan dari reaksi dalam

alat destilasi ditangkap oleh H3BO3 dalam erlenmeyer yang telah ditambahkan 3 tetes

Page 36: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

23

indikator (campuran 2 bagian merah metil 0.2% dalam alkohol dan 1 bagian methylene

blue 0.2% dalam alkohol). Kondensat tersebut kemudian dititrasi dengan HCl 0.02 N yang

sudah distandardisasi hingga terjadi perubahan warna kondensat menjadi abu–abu.

Penetapan blanko dilakukan dengan metode yang sama seperti penetapan sampel. Kadar

protein dihitung dengan rumus :

% N = -

kadar protein (%bb) = % N x faktor konversi

Keterangan : % bb = kadar protein per bahan basah (%)

% bk = kadar protein per bahan kering (%)

%N = kandungan nitrogen pada contoh (%)

e. Kadar Karbohidrat (by difference)

Kadar karbohidrat basis basah dan basis kering dihitung dengan menggunakan

persamaan (8.1) dan (8.2).

Kadar karbohidrat (% bb) = 100% - (P + A+ KA + L)

Kadar karbohidrat (% bk) = 100% - (P + A + L)

Keterangan : % bb = kadar karbohidrat per bahan basah (%)

% bk = kadar karbohidrat per bahan kering (%)

P = kadar protein (%)

A = kadar abu (%)

KA = kadar air (%)

L = kadar lemak (%)

f. Kadar Serat Kasar (AOAC 1995)

Prinsip dari analisis serat kasar adalah menimbang residu setelah contoh

diperlakukan dengan asam dan basa kuat. Contoh digiling sampai dapat melewati saringan

berdiameter 1 mm. Sebanyak 2 gram contoh ditimbang, diekstrak lemaknya dengan

soxhlet dan pelarut petroleum eter atau heksana. Contoh bebas lemak dipindahkan secara

kuantitatif ke dalam erlenmeyer 600 ml lalu ditambahkan 200 ml larutan H2SO4 0.255 N.

Erlenmeyer tersebut diletakkan di pendingin balik (wadah harus dalam keadaan tertutup)

dan dididihkan selama 30 menit dengan sesekali digoyangkan. Larutan NaOH 0.625 N

sebanyak 200 ml ditambahkan kemudian contoh dididihkan kembali selama 30 menit

dengan pendingin balik sambil sesekali digoyangkan. Kertas saring dikeringkan di dalam

oven, didinginkan di dalam desikator dan ditimbang. Contoh yang telah selesai

Page 37: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

24

dididihkan, didinginkan dan disaring melalui kertas yang telah diketahui beratnya sambil

dicuci dengan K2SO4 10%. Residu di kertas saring dicuci dengan air mendidih dilanjutkan

dengan alkohol 95%. Kertas saring dikeringkan di dalam oven 100-105 oC sampai berat

konstan (1-2 jam), didinginkan di dalam desikator dan ditimbang. Perhitungan kadar serat

kasar basis basah dan basis kering didasarkan pada persamaan :

Keterangan : % bb = kadar serat kasar per bahan basah (%)

% bk = kadar serat kasar per bahan kering (%)

W = bobot contoh (g)

W1 = bobot residu + kertas saring kering (g)

W2 = bobot kertas saring kering (g)

g. Total Antosianin (Giusti dan Worlstad 2001)

Sebanyak 1 g sampel diekstrak menggunakan metanol (85%) dan HCl (15%) dan

didiamkan selama 2 jam pada ruang gelap. Sejumlah 1 ml sampel hasil ekstraksi

dimasukkan ke dalam 2 buah tabung reaksi. Tabung reaksi pertama ditambah larutan

potasium klorida (0.025 M) pH 1 sebanyak 9 ml dan tabung reaksi kedua ditambahkan

larutan sodium asetat (0.4 M) pH 4.5 sebanyak 9 ml. Pengaturan pH dalam pembuatan

potasium klorida dan sodium asetat menggunakan HCl pekat. Absorbansi dari kedua

perlakuan pH diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm dan 700

nm setelah didiamkan selama 15 menit.

Nilai absorbansi sampel ekstrak dihitung dengan menggunakan persamaan: A =

[(A530-A700)pH1 – (A530 – A700)pH4.5]. Total antosianin dihitung sebagai sianidin-3-glikosida

menggunakan koefisien ekstingsi molar sebesar 26,900 L cm-1

dan berat molekul sebesar

449.2 g/mol. Total antosianin dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

A x BM x FP x 1000

Total Antosianin =

ε530 nm x b

Keterangan :

A = Absobansi

ε = Koefisien absortivitas (26,900)

b = Diameter kuvet (1 cm)

BM = Berat molekul Sianidin-3-Gikosida (449.2 g/mol)

FP = Faktor pengenceran

Page 38: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

25

Konsentrasi antosianin selanjutnya dinyatakan dalam mg Cy-3-glikosida/100 g sampel.

Pada penelitian ini, kadar antosianin diukur pada roti tawar ubi jalar ungu yang merupakan

produk akhir.

Page 39: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENELITIAN TAHAP I : PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU

1. Kondisi Proses

Desain proses pembuatan tepung ubi jalar ungu ditujukan agar dapat diterapkan di

industri rumah tangga dan industri kecil, khususnya koperasi Harum Jaya, Cibungbulang,

Bogor. Tepung ubi jalar ungu yang dibuat di koperasi Harum Jaya memiliki warna ungu pudar

dan agak berwarna coklat. Tepung ubi jalar ungu tersebut dibuat seperti pembuatan tepung ubi

jalar putih. Tepung ubi jalar ungu diperoleh dari pengeringan secara terpisah antara pati dan

padatan (ampas) ubi jalar ungu. Ubi jalar ungu yang telah dibersihkan, diparut lalu diperas

untuk memisahkan ampas dan larutan pati. Larutan pati diendapkan untuk diambil patinya,

dan dibuang airnya. Pati dan ampas ubi jalar ungu dijemur hingga kering. Ampas dan pati

yang dijemur secara terpisah akan lebih cepat kering daripada parutan ubi jalar karena jumlah

air yang harus diuapkan lebih sedikit. Umumnya penjemuran parutan ubi jalar membutuhkan

waktu 2-3 hari, sedangkan penjemuran pati dan ampas ubi jalar secara terpisah hanya

membutuhkan waktu 1 hari. Meskipun lebih efisien, cara ini kurang sesuai untuk diterapkan

dalam pembuatan tepung ubi jalar ungu karena akan menghasilkan tepung dengan

penampakan warna ungu yang tidak cerah dan menarik seperti pada umbi basahnya. Gambar

8 menunjukkan tepung ubi jalar ungu yang dibuat dengan cara penjemuran ampas dan pati

secara terpisah.

Gambar 8. Tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki yang dibuat dari penjemuran ampas

dan pati secara terpisah

Warna tepung ubi jalar ungu pada Gambar 8 menunjukkan warna ungu pucat dan

sedikit kecoklatan. Hal ini disebabkan oleh terlarutnya antosianin ketika parutan ubi jalar ungu

diperas. Antosianin merupakan pigmen yang larut dalam air (Markakis 1982). Air perasan

tersebut hanya diambil patinya saja, sehingga antosianin yang terkandung di dalamnya

terbuang. Selain itu, pencampuran pati dan ampas yang telah kering pada proses penggilingan

menyebabkan warnanya agak sedikit pucat karena warna putih pati ubi jalar ungu yang

bercampur dengan ampas. Warna sedikit kecoklatan pada tepung ubi jalar disebabkan adanya

pencoklatan enzimatis ketika dilakukan pemarutan. Pencoklatan ini terjadi karena enzim yang

aktif dari ubi jalar belum sempat dinon-aktifkan sesaat setelah dikupas dan bereaksi dengan

udara yang mengandung oksigen sehingga menghasilkan senyawa polifenol peroksidase.

Dalam tahap pertama penelitian dilakukan optimasi proses pembuatan tepung ubi jalar

dengan modifikasi pengukusan pada potongan ubi jalar sehingga dihasilkan tepung dengan

warna yang stabil, seragam, dan diharapkan memiliki kandungan antosianin yang optimal.

Page 40: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

27

Pengukusan yang dilakukan dapat menginaktivasi senyawa tripsin inhibitor dan

menginaktivasi polifenol peroksidase yang terbentuk setelah pengupasan. Pengukusan

merupakan cara paling mudah yang dapat diterapkan dalam industri rumah tangga untuk

menginaktivasi enzim penyebab pencoklatan. Selain itu, panas yang diberikan selama proses

pengukusan akan merata ke seluruh jaringan potongan ubi jalar ungu daripada pencelupan

pada air panas.

Ketika proses pengeringan terjadi degradasi warna ungu yang dicirikan oleh lepasnya

cincin antosianin. Jurd (1992) menyatakan bahwa pemanasan pada basa anhidrat dari

malvidin, sianidin, dan peonidin 3,5-diglukosidase pada pH 7 akan mengubah sebagian

strukturnya menjadi bentuk kalkon dan sebagian lagi terdekomposisi dengan kehilangan

cincin B sehingga menghasilkan senyawa yang tidak berwarna. Senyawa ini didefinisikan

sebagai kumarin glukosida (XXVIII). Antosianin yang larut air akan terbawa oleh uap air

yang menghilang sehingga warnanya pudar.

Pembuatan tepung ubi jalar ungu dilakukan dengan mengupas kulit ubi jalar ungu dan

segera merendamnya dalam air hingga proses selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah

terjadinya pencoklatan enzimatis. Ubi yang telah bersih tersebut dipotong dan dikukus. Tebal

potongan yang dicoba adalah setelah 0.5, 1, dan 1.5 cm. Waktu pengukusan yang telah

dilakukan adalah 5, 7, 10, 15, dan 20 menit. Cara pengeringan yang dilakukan, yaitu

menggunakan oven pengering pada suhu 55-60 oC dan pengeringan matahari (penjemuran).

Berdasarkan hasil trial dan error yang telah dilakukan, ketebalan potongan ubi jalar

sebesar 0.5 cm akan mempercepat terjadinya pelunakan jaringan akibat pengukusan.

Pengukusan potongan ubi jalar setebal 0.5 cm selama 7 menit sudah mampu membuat seluruh

bagian ubi menjadi lunak. Kondisi ini tidak memungkinkan untuk dilakukan penyawutan

sebelum dikeringkan karena bagian ubi sangat lunak dan mengandung air sekitar 70%.

Bahkan, ubi kukus tersebut dapat menyatu jika dilumatkan. Dengan alasan ini, selanjutnya

perlakuan kombinasi antara ketebalan 0.5 cm dengan waktu pengukusan lainnya tidak

dilakukan.

Ketebalan potongan ubi jalar ungu sebesar 1 cm menghasilkan karakteristik ubi yang

baik ketika diberi pemanasan. Waktu pengukusan selama 5 menit masih belum mampu

membuat stabil warna ubi yang dihasilkan. Setelah didinginkan, ubi masih berubah menjadi

sedikit kecoklatan. Pemberian panas selama 7 dan 10 menit dianggap cukup untuk membuat

perubahan warna yang menarik, tetapi tidak terlalu mengubah tekstur ubi menjadi terlalu

lunak sehingga masih memungkinkan untuk dilakukan penyawutan pada proses selanjutnya.

Pengukusan potongan ubi jalar selama 15 menit telah membuat ubi jalar ungu menjadi matang

dan lunak. Begitu juga dengan lama pengukusan selama 20 menit yang menyebabkan ubi jalar

ungu menjadi sangat lunak dan kurang memungkinkan untuk dilakukan penyawutan. Gambar

9 menunjukkan potongan ubi jalar ungu setebal 1 cm sebelum dan sesudah pengukusan 7

menit.

Page 41: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

28

(a) (b)

Gambar 9. Potongan ubi jalar ungu dengan ketebalan 1 cm : (a) sebelum pengukusan dan (b)

sesudah pengukusan selama 7 menit

Pengukusan potongan ubi setebal 1.5 cm selama 5 menit tidak terlalu mengubah tekstur

ubi menjadi lunak, bahkan masih dapat dikatakan seperti ubi mentah. Lama pengukusan 7 dan

10 menit menghasilkan ubi jalar ungu yang agak lunak di bagian luarnya, sedangkan bagian

dalam masih keras. Warna yang dihasilkan pada bagian potongan tersebut pun berbeda.

Bagian luar potongan ubi sudah berwarna cerah, sedangkan bagian dalamnya masih pucat dan

tekstur masih keras. Pengukusan selama 15 menit menghasilkan potongan ubi jalar cukup

matang, tetapi masih ada bagian di dalam potongan yang masih keras. Pengukusan selama 20

menit mampu membuat potongan ubi jalar setebal 1.5 cm menjadi sangat lunak dan lembek di

bagian luarnya, sedangkan bagian dalam cukup lunak. Hal ini terjadi karena penetrasi panas

yang kurang merata akibat terlalu tebalnya jaringan ubi jalar yang harus terpapar panas.

Bagian luar potongan ubi jalar yang terpapar panas secara langsung akan menjadi lebih cepat

lunak daripada bagian dalamnya.

Perlakuan tebal potongan menunjukkan korelasi positif dengan lamanya waktu

pengukusan yang diperlukan untuk mencapai hasil optimal. Semakin tebal potongan, makin

lama waktu pengukusan. Selain itu, ketebalan yang berlebihan (di atas 1 cm) menyebabkan

penetrasi panas yang kurang merata pada potongan ubi jalar. Hal ini tentunya menyebabkan

perbedaan warna jaringan ubi jalar pada ketebalan yang berbeda. Ketebalan potongan ubi jalar

ungu yang kurang dari 1 cm menyebabkan kemudahan terdegradasinya antosianin karena

panas. Berdasarkan pertimbangan kemudahan persiapan, kemudahan proses, efektivitas

waktu, dan lama pengukusan yang berhubungan dengan biaya produksi, dipilih ketebalan

potongan ubi jalar setebal 1 cm.

Tahap yang dilakukan setelah pengukusan adalah penyawutan. Tujuan penyawutan

adalah memperkecil ukuran ubi jalar ungu sekaligus memperluas permukaannya sehingga

mempercepat proses pengeringan. Kontak udara panas yang kering dengan permukaan sawut

ubi jalar akan membawa air bebas yang berada dalam jaringan. Bentuk ubi jalar yang disawut

akan lebih mudah digiling daripada bentuk potongan (Hal 2000).

Waktu pengukusan yang dipilih untuk diteliti pada tahap selanjutnya adalah 7 dan 10

menit. Penampakan warna yang paling cerah dan menarik diamati berdasarkan visualisasi

mata normal dari kombinasi antara tebal potongan dan waktu pengukusan ubi jalar ungu

tersebut. Dari kombinasi tersebut dipilih 4 perlakuan optimal dalam pembuatan tepung ubi

jalar ungu, yaitu perlakuan pengukusan 7 menit dengan pengeringan oven (7 menit steam

oven), pengukusan 10 menit dengan pengeringan oven (10 menit steam oven), pengukusan 7

menit dengan pengeringan matahari (7 menit steam matahari), dan pengukusan 10 menit

dengan pengeringan matahari (10 menit steam matahari).

Page 42: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

29

Pemilihan waktu optimasi ini juga dilihat berdasarkan suhu gelatinisasi pati ubi jalar.

Dhania (2006) melaporkan bahwa tepung ubi jalar ungu mengalami awal gelatinisasi pada

suhu 77.25 oC dan puncaknya pada suhu 81

oC. Pengukusan pada suhu lebih tinggi dari suhu

gelatinisasi (100 oC) dianggap mampu menggelatinisasi sebagian pati yang terdapat pada

potongan ubi jalar tersebut.

2. Analisis Antosianin Tepung Ubi Jalar Ungu

Tepung ubi jalar ungu yang dibuat berdasarkan perlakuan lama pengukusan dan metode

pengeringan diukur kandungan antosianinnya. Dapat dilihat pada Gambar 10 bahwa tepung

ubi jalar ungu yang dihasilkan dari perlakuan 7 menit steam dengan pengeringan oven

memiliki nilai antosianin tertinggi, yaitu 188.11 mg Cy-3-glikosida/100 g tepung. Perlakuan

pengukusan yang sama dengan pengeringan matahari menghasilkan tepung dengan kandungan

antosianin yang tidak jauh berbeda dengan pengeringan menggunakan oven, sedangkan

perlakuan pengukusan 10 menit menunjukkan jumlah antosianin yang lebih rendah, yaitu

167.26 mg Cy-3-glikosida/100 g untuk tepung dengan pengeringan matahari dan 169.39 mg

Cy-3-glikosida/100 g untuk tepung dengan pengeringan oven. Hal ini menunjukkan bahwa

lamanya waktu pengukusan memberi pengaruh terhadap penurunan jumlah antosianin pada

pembuatan tepung ubi jalar.

Metode pengeringan sedikit berpengaruh terhadap nilai antosianin. Pengeringan

menggunakan oven menghasilkan tepung ubi jalar ungu dengan kandungan antosianin yang

lebih tinggi daripada metode penjemuran (Gambar 10). Proses pengeringan dengan oven

berlangsung secara konstan dengan suhu yang lebih tinggi (55–60 oC) daripada penjemuran

(30-40 oC). Hal ini menyebabkan keluarnya air pada pengeringan dengan oven lebih singkat

sehingga kontak antosianin dengan udara panas lebih singkat. Penjemuran membutuhkan

waktu lebih lama untuk mengeringkan tepung ubi jalar ungu, sehingga memungkinkan

terjadinya kontak antosianin dengan oksigen lebih lama, walaupun dengan suhu lebih rendah.

Gambar 10. Hasil pengukuran kadar antosianin tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki

(mg Cy-3-glikosida/100 g tepung).

1550

1600

1650

1700

1750

1800

1850

1900

7 menit steam matahari

10 menit steam matahari

7 menit steam oven

10 menit steam oven

186,23

167,26

188,11

169,39

To

tal

anto

sian

in (

mg

Cy

-3-g

lik

osi

da/

10

0g

tep

un

g)

Page 43: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

30

Truong dan Steed (2008) melaporkan bahwa total antosianin yang terdapat pada bagian

kulit ubi jalar ungu (varietas lokal Carolina Utara, Amerika Serikat) lebih tinggi daripada

bagian umbinya. Kulit ubi jalar ungu yang tidak dikukus mempunyai 174.7 mg Cy-3-

glikosida/100 g kulit, sedangkan umbinya mengandung 101.5 mg Cy-3-glikosida/100 g umbi.

Pada penelitian ini tidak diukur total antosianin yang terdapat pada umbi mentah, tetapi

langsung pada tepung yang telah mengalami modifikasi proses. Melihat total antosianin yang

terdapat pada tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki sejumlah 188.11 mg Cy-3-

glikosida/100 g tepung (pada perlakuan pengukusan 7 menit dan pengeringan oven), dapat

diasumsikan bahwa total antosianin pada ubi jalar mentah lebih tinggi.

3. Analisis Warna Tepung Ubi Jalar Ungu

Kandungan antosianin dalam bahan pangan menunjukkan warna merah keunguan yang

beragam. Hal ini disebabkan perbedaan jenis, komposisi, dan jumlah antosianin yang terdapat

dalam suatu bahan pangan Antosianin yang terkandung dalam ubi jalar ungu adalah jenis

sianidin dan peonidin (Terrahara et al. 2004). Kombinasi kedua jenis antosianin tersebut

menghasilkan warna ungu pekat pada ubi jalar yang juga mengandung pati.

Intensitas warna tepung ubi jalar ungu diukur menggunakan Chromameter Minolta CR-

310. Alat ini menggunakan sistem CIE L, a, dan b. Nilai L, a, b, diubah dari sistem koordinat

persegi menjadi sistem koordinat silinder. Nilai L menunjukkan kecerahan, a menunjukkan

warna kemerahan hingga kehijauan, dan b menunjukkan warna kekuningan hingga kebiruan.

Tingkat kecerahan warna tepung ubi jalar ungu paling tinggi terdapat pada perlakuan 7

menit steam oven, yang menujukkan angka 42.08. Nilai a yang bernilai positif pada tepung

ubi jalar ungu tersebut menunjukkan warna merah, semakin tinggi nilainya, makin berwarna

merah senyawa tersebut. Perlakuan 7 menit steam oven mempunyai nilai a urutan ketiga

terbesar karena warna yang ditimbulkan tidak terlalu merah, yaitu 13.04. Perlakuan ini juga

memiliki nilai b yang bernilai negatif yang berarti warna ini mendekati warna biru. Namun,

nilai yang ditunjukkan perlakuan ini bernilai paling besar (mendekati 0) karena intensitas

warna biru yang kecil. Nilai hue yang ditunjukkan perlakuan 7 menit steam oven ini

menunjukkan angka terbesar yaitu 347.7. Karakter ini menunjukkan bahwa perlakuan

pengukusan selama 7 menit dan pengeringan menggunakan oven mempunyai warna paling

menarik daripada perlakuan lainnya. Tabel 8 menunjukkan karakteristik warna tepung ubi

jalar ungu varietas Ayamurasaki.

Tabel 8. Karakteristik warna tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki

Perlakuan (tebal potongan ± 1 cm) L a b Hue

7 menit steam matahari 41.31 12.90 -3.39 345.4

10 menit steam matahari 40.53 13.20 -3.73 344.3

7 menit steam oven 42.08 13.04 -2.88 347.7

10 menit steam oven 41.86 13.23 -3.34 345.9

Melihat penampakan yang menarik dari tepung ubi jalar ungu dengan perlakuan 7

menit steam oven (Gambar 11), maka perlakuan ini yang dianggap paling optimal dalam

pembuatan tepung ubi jalar ungu. Selain itu, pertimbangan mudahnya produksi dan

pengontrolan proses pengeringan, menjadi dasar lain pengambilan keputusan. Oleh karena itu,

Page 44: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

31

tepung ubi jalar ungu dengan pengukusan 7 menit dan pengeringan oven yang dipilih untuk

ditambahkan dalam formulasi roti tawar adalah tepung

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 11. Tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki berbagai perlakuan : (a) 7 steam

oven, (b) 10 steam oven, (c) 7 steam matahari, dan (d) 10 steam matahari

4. Rendemen Tepung Ubi Jalar Ungu

Pembuatan tepung ubi jalar ungu berarti membuang sejumlah air yang terkandung di

dalam umbinya. Dalam prosesnya kemungkinan terdapat kehilangan bahan karena menempel

pada alat, sortir, atau tercecer. Hal ini mempengaruhi persentase rendemen yang dihasilkan

dari proses penepungan. Rendemen yang didapatkan dari hasil pembuatan tepung ubi jalar

ungu berukuran 100 mesh adalah 14.79% untuk produksi pertama dan 11.25% untuk produksi

kedua. Pada Tabel 9 dapat dilihat rendemen tiap tahap dan rendemen proses berdasarkan basis

ubi mentah pada pembuatan tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki. Rendemen tiap tahap

merupakan rendemen yang dihitung berdasarkan basis bentuk ubi jalar pada proses

sebelumnya, sedangkan rendemen proses dihitung dari basis ubi mentah hingga proses

tersebut.

Dhania (2006) mengatakan bahwa rendemen tepung ubi jalar ungu ukuran 60 mesh

yang diproduksi di daerah Cibungbulang, Bogor adalah 23.95%. Rendahnya rendemen yang

dihasilkan pada penelitian ini disebabkan ukuran mesh yang terlalu kecil sehingga padatan

yang lolos ayakan lebih sedikit. Efektivitas penggilingan untuk menghasilkan ukuran tepung

ubi jalar ungu 100 mesh lebih rendah. Sawut ubi jalar ungu yang telah kering bersifat sedikit

liat, sehingga sulit dipecah menjadi bentuk tepung. Ubi giling yang tidak lolos ayakan

memiliki warna yang lebih gelap dengan bagian tepinya agak mengkilat daripada tepung yang

lolos ayakan 100 mesh. Pengukusan yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya,

meningkatkan kandungan gula dalam sawut ubi jalar yang telah kering. Woolfe (1992)

mengatakan bahwa terjadi peningkatan kandungan gula ketika ubi jalar dimasak. Kandungan

gula pada ubi jalar ungu mentah sekitar 15.26%.

Page 45: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

32

Tabel 9. Kesetimbangan massa tiap proses dan rendemen pembuatan tepung ubi jalar ungu

varietas Ayamurasaki

Bentuk bahan

Produksi

batch I

(kg)

Rendemen

tiap tahap

(%)

Rendemen

proses * (%)

Produksi

batch II

(kg)

Rendemen

tiap tahap

(%)

Rendemen

proses *

(%)

Ubi mentah 33.2700 - - 20.3680 - -

Ubi kupas 28.9600 87.05 87.05 17.2460 84.67 84.67

Ubi kukus 28.9100 99.83 86.90 17.2250 99.88 84.57

Ubi sawut 28.6350 99.05 86.07 17.0360 98.90 83.64

Ubi oven 10.9250 38.15 32.84 5.7365 33.67 28.16

Ubi giling 10.1700 93.09 30.57 5.5832 97.33 27.41

Ubi ayakan

(100 mesh) 4.9200 48.38 14.79 2.2920 41.05 11.25

*(basis ubi mentah)

Rendemen penepungan yang dihasilkan dari kedua batch produksi cukup berbeda.

Proses pengupasan akan mengurangi rendemen ubi sekitar 12.95%-15.33%. Pengupasan akan

menghilangkan kulit umbi. Proses ini dilakukan secara manual menggunakan hand-held

peeler (Gambar 12). Alat ini dipilih karena lebih mudah dan cepat digunakan daripada

menggunakan pisau biasa. Mesin abrasive peeler tidak digunakan karena akan dihasilkan

rendemen yang sangat kecil. Penggunaan abrasive peeler kurang efektif jika diterapkan pada

ubi jalar yang ukurannya tidak sama besar dan tidak rata permukaannya.

Gambar 12. Pengupasan kulit ubi jalar ungu dengan hand-held peeler.

Pengurangan bobot ubi jalar ungu paling besar selama proses pembuatan tepung adalah

proses pengeringan. Ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki mengandung 67.77% air

(Widjanarko 2008). Proses pengeringan berarti menghilangkan sejumlah air yang terkandung

dalam bahan pangan atau untuk mencapai target tertentu dalam bahan pangan. Pada produksi

tepung ubi jalar ungu I, kehilangan air sebesar 61.85%, sedangkan pada II air yang dibuang

sebesar 66.33%. Perbedaan angka ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan kadar air ubi

jalar mentah yang diolah. Faktor yang mempengaruhinya antara lain, perbedaan umur panen,

musim penanaman, dan tempat tanam dari ubi jalar.

Ukuran ubi jalar yang digunakan dalam proses penepungan juga berpengaruh terhadap

persentase rendemen yang dihasilkan. Ukuran umbi yang terlalu kecil mempunyai bobot

kehilangan lebih besar daripada yang berukuran besar. Umbi yang berukuran kecil jika

dibandingkan dengan umbi berukuran besar dalam bobot yang sama, memiliki luas permukaan

yang lebih besar. Luas permukaan kulit yang besar berarti kehilangan kulit umbi lebih banyak

Page 46: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

33

dan akan berpengaruh terhadap bobot hasil. Umbi yang ukurannya kecil memiliki kandungan

bahan kering dan pati lebih sedikit daripada umbi yang berukuran besar, sedangkan massa

sisanya adalah air.

5. Analisis Proksimat Tepung Ubi Jalar Ungu Terpilih

Tepung ubi jalar ungu yang mendapatkan perlakuan 7 menit steam oven dipilih sebagai

tepung terbaik karena mengandung antosianin tinggi dan penampakan warna yang menarik.

Tepung ubi jalar ungu yang dihasilkan dari optimasi proses pembuatannya dianalisis

kandungannya. Tabel 10 menunjukkan hasil analisis proksimat tepung ubi jalar ungu varietas

Ayamurasaki yang terpilih.

Tabel 10. Hasil analisis proksimat tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki

Komposisi Jumlah

Kadar air (%bb) 7.17

Kadar abu (%bk) 1.72

Kadar lemak (%bk) 0.89

Kadar protein (%bk) 3.27

Kadar karbohidrat (%bk) 86.66

Serat kasar (%bk) 3.60

Kadar air tepung ubi jalar berkisar antara 4.4%-13.2%. Beragamnya kadar air tepung

ubi jalar bergantung pada metode pengeringan, waktu pengeringan, waktu dan kondisi

penyimpanan (Hal 2000). Pengeringan sawut ubi jalar ungu pada penelitian ini menghasilkan

tepung ubi jalar ungu dengan kadar air 7.17%.

Kadar abu yang terkandung dalam bahan pangan dipengaruhi oleh jumlah mineral yang

berada di dalam tanah. Tepung ubi jalar ungu yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki

kadar abu sebesar 1.72% (bk). Jumlah ini lebih rendah dari kadar abu tepung ubi jalar ungu

yang diteliti oleh Susilawati dan Medikasari (2008), yaitu 5.31% (bk). Hal (2000) juga

melaporkan bahwa proses pengupasan dapat mengurangi kandungan abu dalam tepung ubi

jalar.

Ubi jalar ungu memiliki kandungan protein yang tidak terlalu besar. Berdasarkan hasil

analisis proksimat yang dilakukan, tepung ubi jalar ungu ini memiliki kadar protein sebesar

3.27% (bk). Kandungan protein ini lebih tinggi dari jenis ubi jalar putih, yang hanya sekitar

2.3%-3.0% (Hamed et al. 1973).

Ubi jalar ungu juga mengandung lemak walaupun kadarnya sangat kecil. Berdasarkan

hasil analisis, kadar lemak ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki ini adalah 0.89% (bk). Angka

ini lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh Widjanarko (2008) bahwa kandungan lemak ubi

jalar ungu varietas Ayamurasaki adalah 0.43% (bk).

Bahan kering lainnya yang terkandung dalam ubi jalar ungu adalah serat. Serat kasar

merupakan bagian pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang

digunakan untuk menentukan kadar serat kasar seperti asam sulfat (H2SO4 1.25%) dan natrium

hidroksida (NaOH 1.25%) (Muchtadi 2001). Nilai kadar serat kasar lebih kecil daripada serat

pangan karena asam sulfat dan natrium hidroksida mempunyai kekuatan lebih besar untuk

menghidrolisis pangan daripada enzim pencernaan yang akan menghidrolisis pangan menjadi

Page 47: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

34

bentuk serat pangan. Berdasarkan hasil penghitungan, tepung ubi jalar ungu memiliki kadar

serat kasar sebesar 3.60% (bk). Produk dengan kandungan serat kasar yang rendah memiliki

mutu yang baik karena akan membuat tekstur menjadi halus. Kadar serat kasar umbi

dipegaruhi oleh varietas, umur panen, dan cara pemupukan (Sosrosoedirdjo 1972). Shreve et

al. (1977) melaporkan bahwa serat kasar pada umbi umumnya mengandung komponen

selulosa dan lignin.

Berdasarkan optimasi pembuatan tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki yang

telah dilakukan, modifikasi metode pengukusan 7 menit pada potongan ubi jalar ungu setebal

1 cm dengan pengeringan oven merupakan cara yang direkomendasikan untuk menghasilkan

tepung ubi jalar ungu dengan kandungan antosianin sebesar 188.11 mg Cy-3-glikosida/100 g

tepung dan karakteristik warna L 42.08, a 13.04, b -2.88, dan hue 347.7. Tepung ubi jalar

varietas Ayamurasaki memiliki kadar air 7.17%, kadar abu 1.72% (bk), lemak 0.89% (bk),

protein 3.27% (bk), serat kasar 3.60% (bk), dan karbohidrat 86.66% (bk).

B. PENELITIAN TAHAP II

1. Formulasi Roti Tawar

Penentuan persentase bahan adonan roti tawar selain tepung terigu protein tinggi dan

tepung ubi jalar ungu dihitung dari berat total tepung yang digunakan. Tahap pertama yang

dilakukan dalam formulasi roti tawar adalah pemilihan formula yang menghasilkan roti tawar

terbaik. Formula roti tawar yang digunakan selanjutnya adalah formula II. Hal ini dilihat dari

pengembangan dan tekstur roti tawar yang lebih baik. Pada massa adonan yang sama, volume

roti tawar yang dihasilkan oleh formula II lebih besar daripada formula I. Hal ini dapat dilihat

dari tinggi roti tawar formula II 9.5 cm, sedangkan formula I hanya mempunyai tinggi 9.1 cm.

Gambar 13 menunjukkan roti tawar 100% tepung terigu pada formula I dan II dengan dengan

berat adonan yang sama tiap loaf -nya.

(a) (b)

Gambar 13. Roti tawar dari 100% tepung terigu : (a) formula I dan (b) formula II

Hasil yang diperlihatkan dari kedua formula roti tawar ini mempresentasikan jumlah

dan jenis bahan penyusun yang digunakan. Pada formula I digunakan jumlah shortening dan

gula pasir lebih sedikit daripada formula II, yaitu 5%. Shortening berperan dalam mengikat

jaringan gluten dan protein lainnya sehingga lebih menyatu dan tidak mudah untuk kehilangan

air (Stauffer 1990). Semakin banyak jumlah shortening yang digunakan, air yang terikat

Page 48: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

35

dalam adonan lebih mampu bertahan dan tekstur dari roti tawar menjadi lebih baik. Gula

dalam adonan roti berfungsi sebagai pemberi cita rasa manis dan sebagai sumber makanan

bagi khamir untuk hidup dan menghasilkan gas CO2 (Stauffer 1990). Semakin banyak gula

pasir yang digunakan, khamir akan tumbuh lebih cepat sehingga gas CO2 yang dihasilkan juga

banyak. Tekstur crumb roti yang dihasilkan pada formula II lebih baik dan lebih lembut

daripada formula I. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 14.

(a) (b)

Gambar 14. Crumb roti tawar dari 100% tepung terigu : (a) formula I dan (b) formula II

2. Pembuatan Roti Tawar Ubi Jalar Ungu

Pembuatan roti tawar dari bahan baku selain tepung terigu belum bisa menghasilkan

kualitas roti seperti roti yang dibuat dari 100% tepung terigu. Dalam pembuatan roti perlu

ditambahkan emulsifier yang mampu membantu pengembangan adonan dan memerangkap

gas yang dihasilkan oleh khamir. Emulsifier yang dapat ditambahkan adalah SSL (Sodium

Stearoyl Lactylate). Bahan ini cocok ditambahkan dalam formulasi roti dengan metode

straight dough. Penambahan SSL akan mengecilkan ukuran gas yang terperangkap ketika

pengadukan dan yang terbentuk ketika fermentasi (Stauffer 1990). Pada suhu 80 oC ke atas,

penggunaan 0.5% SSL akan membantu proses pengembangan adonan, sama seperti dengan

penggunaan 3% shortening (Moore dan Hoseney 1986). Eliasson (1983) mengatakan bahwa

SSL mampu menurunkan laju rekristalisasi pati. Untuk mengantisipasi terjadinya penurunan

mutu roti yang disubstitusi dengan tepung ubi jalar ungu, dilakukan uji coba penambahan SSL

sebesar 0.4% pada formula roti tawar dari 100% tepung terigu. Hasil pengamatan

menunjukkan adanya perbedaan tekstur dan tinggi roti antara adonan yang menggunakan SSL

dan tidak. Oleh karena itu, formula roti tawar ubi jalar ungu menggunakan SSL.

Penggantian bagian tepung terigu secara parsial oleh tepung ubi jalar ungu

menyebabkan terjadinya perbedaan proses dalam pembuatan roti tawar. Berdasarkan

pengamatan yang dilakukan, penggunaan tepung ubi jalar ungu dalam formula roti tawar

memberikan karakteristik proses dan produk yang berbeda tiap tingkat substitusi.

Pencampuran dan Pengadukan. Pencampuran dilakukan untuk mencampur bahan

menjadi satu dan membentuk adonan yang kalis dengan ciri-ciri lembut, elastis, ekstensibel,

tidak lengket, dan kering. Pada tahap pencampuran, adonan juga mengalami proses

pengadukan. Bahan yang telah tercampur mengalami proses peregangan, pelipatan, dan

penekanan sehingga terbentuk lapisan gluten yang elastis dan tipis. Pada tahap ini, gas dari

udara sekitar juga diperangkap dalam lapisan gluten tersebut, sehingga adonan yang

dihasilkan mempunyai tekstur agak berongga.

Adonan roti tawar yang disubstitusi dengan 20% tepung ubi jalar ungu menunjukkan

karakteristik pengadukan yang masih normal seperti pada pembuatan roti tawar 100% tepung

terigu. Dua menit pertama, semua bahan kecuali shortening, diaduk dalam kecepatan rendah

Page 49: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

36

lalu ditingkatkan menjadi kecepatan sedang hingga adonan tercampur semua. Setelah 6 menit

pengadukan, shortening diisi ke dalam bulatan adonan. Waktu yang dibutuhkan oleh adonan

dengan substitusi 20% tepung ubi jalar ungu hingga kalis adalah 17 menit. Adonan dengan

substitusi 30% tepung ubi jalar ungu mencapai kondisi kalis pada menit 16 menit pengadukan,

sedangkan tingkat substitusi 40% membutuhkan waktu hingga 19 menit. Keadaan ini

menunjukkan bahwa pati yag terdapat pada tepung ubi jalar ungu lebih bersifat mudah dan

cepat menyerap semua air pada menit pertama, sehingga waktu pengadukan menjadi lebih

pendek.

Penambahan air pada semua tingkat substitusi tidak dibedakan dengan formula roti

tawar dari 100% tepung terigu. Hal ini menyebabkan perubahan karakteristik pengadukan

yang berbeda untuk masing-masing tingkat substitusi. Adonan akan menjadi lengket ketika

pengadukan dilakukan melebihi waktu proses.

Fermentasi. Fermentasi bertujuan mematangkan adonan sehingga adonan mudah

ditangani dan bermutu baik serta membentuk cita rasa roti. Selama proses fermentasi akan

terbentuk gas CO2 dan alkohol. Gula-gula sederhana seperti glukosa dan fruktosa digunakan

sebagai substrat penghasil CO2. Gas CO2 yang terbentuk menyebabkan adonan roti

mengembang, sedangkan alkohol berkontribusi memberikan aroma roti.

Adonan roti tawar dengan substitusi 20% mempunyai rasio pengembangan paling besar

daripada substitusi 30% dan 40%. Setelah fermentasi, warna adonan menjadi sedikit pucat,

lebih elastis, dan mudah ditangani dibandingkan dengan adonan sebelum fermentasi. Rasio

pengembangan adonan menurun dengan bertambahnya tingkat substitusi. Adonan dengan

tingkat substitusi 40% memiliki rasio pengembangan paling rendah, gas yang dibentuk dari

proses fermentasi paling sedikit, sehingga adonan lebih liat dan agak sulit ditangani.

Pembentukan (dividing, rounding, intermediate proofing, sheeting, dan moulding).

Adonan yang sudah mengembang lalu dibagi (dividing) agar menghasilkan ukuran roti yang

seragam. Pembulatan adonan (rounding) bertujuan menahan gas CO2 yang terbentuk selama

fermentasi, mengurangi kelengketan, dan memudahkan adonan menyerap udara luar sehingga

mencapai volume optimum. Intermediate proofing berupa pengistirahatan adonan agar

fermentasi dapat dilanjutkan dan adonan menjadi elastis kembali setelah kehilangan gas,

teregang, dan terkoyak selama penimbangan. Pemipihan adonan (sheeting) dilakukan untuk

menghilangkan gas CO2 agar rongga-rongga dalam adonan yang terbentuk selama fermentasi

seragam dan merata. Proses pemipihan memberikan kontribusi dalam pembentukan remah

(crumb) yang seragam. Pembentukan (moulding) bertujuan memperoleh bentuk adonan yang

sesuai. Moulding dilakukan dengan menggulung dan merekatkan sisi adonan menjadi bentuk

gulungan (loaf) roti. Adonan diletakkan di loyang dengan sambungan pada bagian bawah.

Setelah mengalami fermentasi, adonan roti ditimbang dan dibagi menjadi beberapa

bagian dengan berat 350 g. Berat ini didapatkan dari hasil pengamatan yang dilakukan

terhadap roti tawar dari 100% tepung terigu untuk mencapai bentuk optimumnya setelah

mengalami proofing dan pemanggangan. Pada berat adonan yang sama, akan dilihat

kemampuan dan karakteristik roti yang dihasilkan dengan tingkat substitusi tepung ubi jalar

ungu yang berbeda.

Pada tahap sheeting, gas yang terperangkap dalam adonan harus dikeluarkan dengan

cara menekan lembaran adonan yang telah dibentuk. Perlakuan ini bertujuan menghasilkan

roti dengan pori crumb yang berukuran sama. Adonan roti tawar dengan tingkat substitusi

tepung ubi jalar sebesar 20% dan 30% masih mudah untuk dibentuk menjadi loaf roti. Lapisan

Page 50: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

37

gluten yang terbentuk dapat dikelim. Adonan dengan tingkat substitusi 40% bersifat lebih

lengket daripada tingkat substitusi lainnya.

Proofing. Fermentasi akhir (proofing) akan menghasilkan adonan yang mengembang,

remah roti yang berpori, dan volume optimum. Tahap ini dilakukan dalam ruangan atau alat

yang diatur pada suhu 38 oC dan RH 75% selama 60 menit. Tinggi adonan roti tawar yang

dibuat dari 100% tepung terigu setelah proses proofing mampu mencapai 9.0 cm, adonan roti

dengan substitusi 20% setinggi 8.6 cm, adonan roti dengan substitusi 30% setinggi 5.2 cm,

dan substitusi 40% hanya mampu mempunyai tinggi 3.5 cm.

Waktu yang dilakukan untuk proofing harus tepat. Ketika waktu proofing lebih pendek,

adonan roti tidak akan mengembang dengan optimal sehingga volume roti tidak optimal.

Ketika waktu proofing terlalu lama (overproofing), adonan roti akan mengalami penurunan

volume ketika proses pemanggangan.

Pemanggangan. Pemanggangan merupakan tahap pematangan adonan dan

pembentukan aroma khas roti. Pada proses ini terjadi peningkatan volume adonan. Pada suhu

65 oC aktivitas ragi terhenti. Karamelisasi gula, pembentukan kulit, denaturasi protein,

gelatinisasi pati, dan pembentukan remah yang kokoh terjadi ketika suhu adonan mencapai

60-82 oC. Pemanggangan dilakukan pada suhu 190

oC-200

oC selama ±30 menit.

Adonan roti tawar yang dibuat dari 100% tepung terigu membutuhkan waktu 28 menit

untuk menghasilkan roti yang matang. Adonan roti tawar dengan substitusi 20%, 30%, dan

40% membutuhkan waktu pemanggangan berturut-turut 30, 33, dan 35 menit. Peningkatan

waktu pemanggangan berbanding lurus dengan peningkatan tingkat substitusi tepung ubi jalar

ungu pada adonan roti tawar. Adonan roti dengan tingkat substitusi 40% bersifat lebih basah

bagian crumb-nya sehingga membutuhkan waku pemanggangan lebih lama.

Depanning dan Pendinginan. Pelepasan roti dari loyang setelah pemanggangan

dinamakan depanning. Tujuannya untuk memudahkan aliran udara panas yang masih

mengandung air dari dalam roti sehingga roti cepat dingin. Jika depanning tidak segera

dilakukan, bagian tepi roti akan menjadi basah karena uap air dari dalam roti terhambat

alirannya. Proses pendinginan dilakukan pada suhu ruang agar roti tidak mengalami kerusakan

saat dipotong.

3. Roti Tawar Ubi Jalar Ungu

Pencoklatan crust terjadi pada suhu lebih dari 110 oC. Pembentukan crust dan warna

coklat yang terbentuk ketika pemanggangan merupakan kontributor utama penghasil aroma

khas roti. Warna coklat pada crust dihasilkan dari reaksi Maillard yang terjadi ketika terdapat

asam amino bebas dan gugus karbonil. Selain itu, lapisan gluten yang elastis dan kokoh

mampu menahan gas yang terbentuk ketika proses pemanggangan. Keberadaan tepung ubi

jalar ungu yang mengganti sebagian tepung terigu protein tinggi memiliki korelasi linear

dengan penurunan kualitas mutu roti tawar seperti pada umumnya. Pada penelitian ini dibuat

roti tawar dengan bobot adonan 350 g untuk tiap loyang yang digunakan.

Roti Tawar 100% Tepung Terigu. Roti tawar yang dibuat dari 100% tepung terigu

memiliki crust yang kering, kokoh, dan berwarna coklat keemasan. Roti tawar ini mempunyai

tinggi ± 9.5 cm untuk massa adonan 350 g, dengan karakter crumb yang lembut dan berwarna

putih cenderung krem. Aromanya khas roti tawar dan sedikit tercium aroma susu. Rasanya

tawar, sedikit gurih, dan sedikit asin.

Page 51: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

38

Roti Tawar dengan Substitusi 20% Tepung Ubi Jalar Ungu. Roti tawar yang

disubstitusi 20% tepung ubi jalar ungu menunjukkan karakter roti yang tidak jauh berbeda

dengan roti tawar 100% terigu. Hal ini ditunjukkan dari tinggi roti (mewakili volume) hanya

terpaut kurang dari 0.4 cm dari roti tawar 100% tepung terigu. Roti tawar dengan substitusi

20% tepung ubi jalar ungu mempunyai tinggi ± 9.1 cm. Roti ini bagian crumb-nya berwarna

ungu yang cenderung pucat. Crust yang terbentuk berwarna coklat, namun teksturnya tidak

kaku seperti roti tawar 100% terigu. Aroma ubi jalar belum tercium dengan jelas pada roti ini.

Rasanya pun tidak begitu jelas, antara roti tawar biasa atau roti tawar yang mendapat

substitusi tepung ubi jalar.

Roti Tawar dengan Substitusi 30% Tepung Ubi Jalar Ungu. Substitusi tepung ubi

jalar ungu sebanyak 30% menghasilkan roti tawar dengan tinggi sekitar 6.5 cm dengan

penampakan warna ungu sedang. Crumb yang dihasilkan sudah mulai kasar dan beremah,

bagian bawahnya agak sedikit bantat dan basah. Namun, roti ini masih cukup lembut hingga 3

hari. Bagian crust-nya berwarna coklat, teksturnya cenderung lebih lembut dan agak sedikit

keriput, tidak keras seperti crust roti tawar dari 100% tepung terigu. Rasa yang dihasilkan dari

roti tawar subtitusi 30% ini sudah berasa ubi, sedikit gurih, dan lebih manis dari roti tawar.

Roti Tawar dengan Substitusi 40% Tepung Ubi Jalar Ungu. Penggantian terigu

protein tinggi sebanyak 40% dengan tepung ubi jalar ungu mengakibatkan penurunan pada

volume roti. Tinggi roti tawar yang dihasilkan sekitar 4.5 cm, yaitu hanya mengalami

pengembangan setinggi 2 cm dari tinggi loaf roti sebelum di-proofing. Roti ini memiliki

tekstur crumb yang lebih lembut, lebih basah (dapat dikatakan bantat), dan berwarna ungu

sedikit gelap. Bagian crust-nya tidak terlalu berwarna coklat, yaitu berwarna ungu cenderung

gelap dengan tekstur keras. Rasa yang dihasilkan dari roti tawar subtitusi 40% ini sangat

berasa ubi, gurih, dan lebih manis dari roti tawar dengan substitusi lainnya. Aromanya sangat

harum dan khas ubi jalar yang dipanggang.

Penggantian beberapa bagian tepung terigu dengan tepung ubi jalar ungu memberikan

efek yang cukup nyata. Hal ini dapat terlihat pada crust dan tinggi roti (jumlah bobot adonan

sama) yang dihasilkan. Semakin tinggi tingkat substitusi tepung ubi jalar, crust yang

terbentuk semakin tidak tegar seperti crust roti tawar dari 100% tepung terigu. Hal ini

berhubungan dengan jumlah gluten yang terkandung dalam adonan. Jumlah gluten dalam

adonan roti mempengaruhi lapisan atau film yang dibentuk dan mempengaruhi retensinya

terhadap kemampuan untuk menahan gas. Jumlah gula yang terkandung dalam ubi jalar juga

meningkatkan kelengketan roti, sehingga volume roti menurun. Gambar 15 menunjukkan

bagian crumb dan crust roti tawar 100% tepung terigu dan roti tawar dengan substitusi tepung

ubi jalar ungu.

Page 52: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

39

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 15. Roti tawar 100% tepung terigu dan roti ubi jalar ungu dengan penampakan

crumb dan crust : (a) roti tawar 100% tepung terigu, (b) substitusi 20%, (c)

substitusi 30%, dan (d) substitusi 40%

Proses setelah pemanggangan merupakan proses yang cukup penting dalam pembuatan

roti tawar substitusi ini. Ditemukan fakta bahwa terjadi penurunan volume roti. Hal ini dilihat

dari terjadinya penurunan tinggi roti setelah pemanggangan yang ditandai dengan

mengerutnya permukaan bagian atas dan samping (crust). Lapisan gluten yang terbentuk tidak

dapat menahan gas yang terbentuk ketika proses fermentasi dan pemanggangan. Oleh karena

itu, dilakukan modifikasi dalam teknik pembuatan roti tawar substitusi ubi jalar. Modifikasi

teknik pembuatan yang dilakukan adalah dengan membentuk loaf roti dalam porsi kecil.

Teknik ini membentuk jenis roti mirip dengan roti sobek. Diasumsikan bahwa tidak terjadi

penurunan volume roti yang signifikan ketika tidak terdapat panas lagi yang mengenai roti.

Hal ini disebabkan berat roti yang ditanggung dalam 1 loaf tidak berlebihan, sehingga

mengurangi efek bantat akibat proses depanning. Gambar 16 menunjukkan adonan dan roti

tawar ungu dalam bentuk roti sobek.

(a) (b)

Gambar 16. Roti tawar ungu dalam bentuk sobek : (a) sebelum proofing dan (b) setelah

baking

Pembentukan roti tawar yang menyerupai teknik pembuatan roti manis pada umumnya

dan didukung oleh warna ungu menciptakan persepsi bahwa roti yang disubstitusi ubi jalar

ungu ini merupakan roti manis. Penggunaan gula pasir sebanyak 7.5% yang ditambah dengan

rasa manis dari tepung ubi jalar ungu menghasilkan roti dengan tingkat kemanisan yang

Page 53: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

40

kurang jelas spesifikasinya. Dari segi tingkat kemanisan roti ini tidak dapat dikatakan sebagai

roti tawar atau bahkan dikatakan sebagai roti manis. Oleh karena itu jumlah gula yang

ditambahkan dalam formulasi roti ditingkatkan menjadi 10% sehingga diharapkan tingkat

kemanisannya menyerupai roti manis. Pemilihan angka ini dilakukan berdasarkan trial dan

error. Penambahan gula juga mempengaruhi derajat pengembangan adonan dan volume roti.

Gula digunakan sebagai nutrisi oleh khamir untuk melakukan proses fermentasi. Semakin

banyak nutrisi, makin banyak gas CO2 yang dihasilkan dari hasil fermentasi.

4. Uji Organoleptik

Substitusi tepung ubi jalar ungu dalam formulasi roti tawar yang telah dilakukan,

diujikan daya terimanya terhadap 70 panelis tidak terlatih. Menurut Chambers dan Wolf

(1996) uji afektif minimal menggunakan 30 panelis pada skala laboratorium, tetapi menurut

ASTM (American Standard Testing Material) jumlah panelis minimal untuk uji rating

hedonik adalah 70 orang panelis tidak terlatih. Tabel 9 menunjukkan hasil uji rating hedonik

terhadap 3 sampel, yaitu roti ubi jalar ungu dengan tingkat substitusi 20%, 30%, 40%. Hasil

uji rating hedonik tersebut menunjukkan adanya tingkat kesukaan yang cukup tinggi (di atas

skala netral). Secara keseluruhan, substitusi tepung ubi jalar ungu dalam formula roti tawar

dapat diterima oleh panelis sampai 40% substitusi. Tabel 11 menunjukkan bahwa tidak

terdapat nilai hasil uji yang menunjukkan angka 4 (netral) untuk semua atribut yang diujikan

(warna, aroma, tekstur, dan rasa) pada tiap-tiap formula.

Tabel 11. Hasil uji rating hedonik roti tawar dengan substitusi tepung ubi jalar ungu

Tingkat substitusi tepung ubi

jalar ungu

Nilai1

Warna Aroma Tekstur Rasa

Signifikansi 0.000 0.000 0.036 0.001

20% 3.9c

3.9b

3.5b

3.3b

30% 2.6b

3.9b

3.3a, b

3.4b

40% 2.2a

3.1a

3.0a

2.7a

Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak

ada perbedaan nyata pada uji beda Duncan (p>0.05). 1Nilai: 1= sangat disukai, 2= disukai, 3= agak disukai, 4= netral, 5= agak tidak disukai,

6= tidak disukai, 7= sangat tidak disukai

Melihat skor hasil uji organoleptik untuk semua atribut, formula dengan tingkat

substitusi tepung ubi jalar ungu 40% mendapat skor tertinggi dan berbeda nyata (p>0.05)

dengan tingkat subtitusi lainnya kecuali untuk atribut tekstur. Atribut yang memiliki nilai

kesukaan paling kecil adalah aroma. Aroma ubi jalar sangat khas pada roti tawar ini walaupun

tingkat substitusinya di bawah 50%.

Panelis lebih menyukai roti tawar dengan 40% substitusi tepung ubi jalar ungu karena

karakteristik roti ini paling menonjol dan tegas daripada tingkat substitusi lainnya.

Karakteristik yang menonjol dari roti dengan substitusi 40% adalah warna terlihat paling

ungu, aromanya khas ubi panggang, tekstur yang lembut, dan rasa yang paling enak.

Page 54: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

41

5. Analisis Fisik Roti Substitusi Terpilih

Penentuan karakteristik fisik pada formula terpilih adalah volume adonan, rasio

pengembangan adonan, volume spesifik roti, tekstur roti, dan warna roti. Analisis ini

dilakukan untuk roti tawar dalam bentuk loaf utuh dan bentuk sobek. Hal ini dilakukan untuk

melihat perbedaan karakteristik fisik akibat teknik pembuatan roti substitusi tepung ubi jalar

ungu ini, sehingga dapat ditentukan teknik terbaik untuk pembuatan selanjutnya. Berdasarkan

hasil uji organoleptik yang dilakukan, roti tawar yang dipilih untuk dilakukan analisis

selanjutnya adalah roti tawar dengan substitusi tepung ubi jalar ungu sebesar 40%. Tabel 12

menunjukkan hasil analisis fisik adonan dan roti tawar ubi jalar ungu bentuk loaf utuh dan

sobek.

Tabel 12. Hasil analisis fisik adonan dan roti tawar ubi jalar ungu bentuk loaf utuh dan sobek

Karakter fisik adonan dan roti Bentuk

Loaf utuh Sobek

Volume spesifik adonan (cm3/g) 0.83±0.00 0.83±0.00

Crumb firmness (kgF) 0.13±0.01 0.15±0.01

Volume spesifik roti (cm3/g) 2.44 ±0.06 2.08 ±0.06

Warna roti L : 38.11-39.41

a : 21.22-21.84

b : -0.37- -0.33

hue : 358.3 – 359.1

Volume Spesifik Adonan. Adonan roti tawar yang disubstitusi tepung ubi jalar ungu

berwarna ungu secara merata dengan intensitas warna ungu tergantung jumlah yang

disubstitusikan. Sejumlah 30 g adonan roti tawar yang disubstitusi tepung ubi jalar ungu

sebanyak 40% memiliki volume sebesar 25 cm3. Hal ini menunjukkan bahwa volume spesifik

adonan adalah 0.83 cm3/g. Volume adonan roti tawar yang berbentuk loaf utuh ataupun bentuk

sobek tidak berbeda karena yang diukur adalah adonannya, bukan produk yang sudah jadi

(roti).

Dicatat pula volume adonan roti tawar dengan jumlah substitusi tepung ubi jalar ungu

sebanyak 30% dan 20%. Dalam berat yang sama, penambahan 30% menunujukkan volume 25

cm3, sedangkan penambahan 20% tepung ubi jalar ungu dalam formulasi roti tawar

menunjukkan volume sebesar 26 cm3. Dengan kata lain, volume spesifik adonan dengan

substitusi 20% dan 30% secara berturut-turut 0.87 cm3/g dan 0.83 cm

3/g. Perbedaan ini

disebabkan oleh menurunnya kemampuan adonan roti untuk memerangkap gas ketika

dilakukan mixing dalam struktur lapisan gluten yang terbentuk. Semakin banyak jumlah

tepung ubi jalar ungu yang ditambahkan ke dalam formulasi roti tawar, makin rendah

volumenya dalam jumlah bobot yang sama.

Potensi Pengembangan Adonan. Adonan roti perlu mengalami tahap yang cukup

panjang untuk dapat menjadi roti. Adonan roti tawar memerlukan waktu fermentasi lebih

panjang daripada adonan roti manis ataupun jenis roti lainnya. Adanya khamir dalam adonan

roti tawar dapat menghasilkan gas CO2 yang akan menghasilkan tekstur berongga dan

menjadikan roti lebih mengembang. Gas yang dihasilkan ini akan mencapai angka tertentu

Page 55: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

42

dan berbeda tiap formulasi. Hal yang mempengaruhi jumlah gas yang dihasilkan adalah

jumlah substrat dan aktivitas yeast. Dalam waktu tertentu, adonan roti tawar akan mengalami

pengembangan karena volumenya diisi dengan gas CO2. Hingga waktu tertentu, akan

diproduksi gas CO2 dalam jumlah tertentu dan akan mengalami tahap optimal (tidak terjadi

kenaikan volume adonan).

Adonan roti tawar yang disubstitusi tepung ubi jalar ungu sebanyak 20% mampu

meningkatkan volume adonannya hingga 130 cm3

dari 26 cm

3 selama 150 menit. Adonan roti

tawar yang disubstitusi tepung ubi jalar ungu sebanyak 30% mampu meningkatkan volume

adonannya hingga 120 cm3

dari 25 cm

3 selama 155 menit. Adonan roti tawar yang disubstitusi

tepung ubi jalar ungu sebanyak 40% hanya mampu meningkatkan volume adonannya hingga

79 cm3

dari 25 cm

3 selama 130 menit. Melihat karakter pengembangan adonan yang berbeda

antara ketiga tingkat substitusi, perlu diperhatikan lamanya waktu fermentasi. Gambar 17

menunjukkan potensi pengembangan adonan roti tawar dengan substitusi tepung ubi jalar

ungu.

Gambar 17. Grafik potensi pengembangan adonan roti tawar ubi jalar ungu

Proses fermentasi yang terus dilanjutkan pada adonan yang sudah mencapai volume

maksimum, akan menyebabkan penurunan volume. Hal ini disebabkan kemampuan lapisan

gluten yang dibentuk adonan ini mulai berkurang sehingga gas CO2 yang dihasilkan keluar

dari adonan dan berakibat pada penurunan volume. Volume maksimum dan waktu optimal

yang telah diteliti tersebut merupakan batas waktu adonan mulai dari proses setelah

pengadukan hingga baking untuk menghasilkan roti dengan volume optimal. Waktu ini dapat

dibagi menjadi waktu fermentasi, dividing, fermentasi intermediet, dan proofing.

Volume Spesifik Roti. Volume spesifik roti dihitung dari rasio volume roti dengan

beratnya. Penghitungan volume spesifik dihitung dari potongan roti yang telah ditimbang

terlebih dahulu. Sistem pengukuran volume potongan roti dilakukan dengan sedikit

modifikasi. Greene dan Bovell-Benjamin (2004) mendefinisikan pengukuran volume roti

menggunakan metode penggantian. Hathorn et al. (2008) menggunakan kacang sebagai bahan

pengganti tepung terigu dalam metode penggantian ini. Dalam penelitian ini digunakan biji

0

20

40

60

80

100

120

140

0 50 100 150 200

Vo

lum

e P

en

gem

ban

gan

(cm

3)

Waktu Pengembangan (menit)

Substitusi 40%

substitusi 30%

Substitusi 20%

Page 56: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

43

jewawut untuk membantu pengukuran volume spesifik. Jewawut memiliki butiran yang lebih

kecil sehingga pendekatan volumenya lebih teliti.

Pengukuran volume roti hanya diambil dalam bentuk potongan karena lebih mudah

untuk diukur daripada mengukur 1 loaf roti. Volume spesifik roti ubi jalar ungu yang dibuat

dalam bentuk loaf utuh adalah 2.44 ± 0.06 cm3/g, sedangkan roti bentuk sobek memiliki

volume spesifik 2.08 ± 0.06 cm3/g (Tabel 11). Makin tinggi volume spesifik berarti makin

besar volume roti yang diukur. Bentuk loaf memiliki volume spesifik lebih besar daripada

bentuk sobek karena bentuk ini mampu menahan gas yang dihasilkan selama proses

fermentasi dan pemanggangan dalam strukturnya yang kompak. Bentuk roti sobek yang tidak

saling rekat satu loaf dengan loaf lainnya dapat menyebabkan gas yang dihasilkan saat proses

proofing dan pemanggangan keluar dari bentuk kompak roti.

Analisis Tekstur. Roti tawar ubi ungu yang merupakan formula terpilih oleh 70 panelis

berdasarkan uji rating hedonik dianalisis kualitas teksturnya menggunakan Texture Analyzer

TA-XT 2. Tabel 11 menunjukkan bahwa bentuk loaf utuh pada roti tawar dengan substitusi

40% memiliki nilai firmness sebesar 0.13 kgF, sedangkan bentuk sobek bernilai 0.15 kgF. Hal

ini menunjukkan bahwa roti tawar yang dibuat menggunakan metode roti sobek lebih bersifat

firm daripada bentuk loaf. Namun, nilai force tersebut tidak berbeda secara nyata. Tingginya

nilai firmness roti ubi jalar ungu dalam bentuk sobek ini karena teknik pembuatannya yang

lebih kompleks dan letak loaf kecilnya berarah mendatar, sedangkan bentuk loaf utuh lebih

sederhana dalam teknik pembuatannya.

Analisis Warna. Warna memegang peran penting dalam penentuan karakteristik roti,

terutama dalam segi penampakan. Pada umumnya roti memiliki penampakan yang terang

bagian crumbnya dan sedikit kecoklatan pada bagian crust. Roti yang mempunyai

penampakan terang umumnya terbuat dari tepung terigu. Saat ini berkembang roti dengan

penampakan warna yang tidak putih, seperti Rye bread dan roti gandum utuh yang berwarna

lebih gelap. Akan tampak tidak wajar, jika Rye bread memiliki warna yang terang karena akan

menimbulkan kecurigaan konsumen dengan penambahan bahan yang bermcam-macam untuk

memutihkan warna roti yang semula gelap.

Roti tawar dengan substitusi tepung ubi jalar ungu ini akan menunjukkan penampakan

yang berwarna ungu. Semakin banyak jumlah tepung ubi ungu yang dicampur di dalam

adonan, makin pekat warna ungu yang ditampakkan. Warna ungu ini akan menjadi sedikit

kemerahan setelah roti mengalami proses pemanggangan. Hal ini terjadi karena antosianin

akan terdegradasi dalam suhu tinggi menjadi berwarna merah. Antosianin sebenarnya sangat

labil terhadap perubahan suhu, namun ketika senyawa ini terikat dalam adonan, kondisinya

untuk terdegradasi menjadi lebih kecil. Berdasarkan hasil pengukuran intensitas warna roti ubi

jalar ungu menghasilkan nilai L yang berkisar antara 38.11 hingga 39.41. Angka ini tidak

terlalu berbeda jauh dengan intensitas warna yang dimiliki oleh tepung ubi ungu (L 42.08)

yang ditambahkan dalam formulasi roti tawar ini. Nilai a yang berhasil dideteksi dari roti ubi

jalar ungu ini adalah 21.22 hingga 21.84. Intensitas ini menunjukkan bahwa roti ini hampir

gelap. Nilai b dari roti ubi jalar ungu ini adalah -0.37 hingga -0.33 menunjukkan bahwa roti

ini mengandung unsur warna kekuningan walau agak gelap. Hal ini disebabkan karena lebih

dari 60% dari berat total roti tawar ungu ini berwarna putih kekuningan. Nilai hue 358.3

sampai 359.1 menunjukkan bahwa roti ini berada dalam kisaran warna ungu.

Page 57: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

44

6. Analisis Kimia Roti Substitusi Terpilih

Proksimat. Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui kadar komponen tertentu

dalam bahan pangan secara estimasi. Analisis proksimat merupakan analisis dasar dari suatu

bahan pangan yang terdiri dari kadar air, abu protein, lemak, karbohidrat. Hasil analisis

proksimat roti ubi jalar ungu dengan substitusi 40% disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil analisis proksimat roti ubi jalar ungu 40%

K

a

Kadar air suatu bahan pangan umumnya digunakan sebagai indikator penentuan mutu

bahan pangan. Air yang terkandung dalam roti perlu diketahui karena air merupakan

komponen pangan yang memberikan pengaruh terhadap sensori, fisik, dan mikrobiologi roti.

Gallagher (2003) melaporkan bahwa kadar air yang tinggi dapat meningkatkan volume loaf

roti.

Dapat dilihat pada Tabel 13 bahwa kadar air roti ubi jalar ungu bentuk loaf lebih besar

daripada bentuk sobek. Kadar air roti ubi jalar ungu bentuk loaf sekitar 28.57 ± 0.30% (bb),

sedangkan roti ubi jalar ungu yang berbentuk sobek mempunyai kadar air sebesar 27.13 ±

0.16% (bb). Hal ini sesuai dengan volume spesifik roti dalam bentuk loaf utuh lebih besar

daripada bentuk sobek. Kondisi kadar air yang berbeda antara kedua bentuk ini disebabkan

karena bentuk sobek lebih memungkinkan keluarnya air dari sela-sela roti, sedangkan bentuk

loaf utuh memiliki kemampuan memerangkap air lebih besar.

Sebenarnya, kadar air roti ubi jalar ungu ini dianggap rendah karena pada umumnya

roti tawar memiliki kandungan air sebesar 36.60 ± 2.0 hingga 41.56 ± 0.2 g/100g (Hathorn et

al. 2008). Sidhu et al. (1997) melaporkan bahwa roti Arab memiliki kandungan air yang

rendah, yaitu sebesar 28.3 hingga 29.3 g/100g. Kandungan air yang dianggap rendah ini

disebabkan oleh bentuk roti Arab yang lebih tipis dan memiliki permukaan yang lebar

daripada roti tawar pada umumnya, sehingga memungkinkan untuk terjadinya kehilangan air

ketika proses baking dan pendinginan.

Rendahnya kadar air pada roti substitusi tepung ubi jalar ungu ini disebabkan

kemampuan adonan untuk mengikat air rendah. Penambahan tepung ubi jalar ungu akan

menurunkan kemampuan adonan untuk mengikat air. Tepung ubi jalar ungu tidak memiliki

protein gliadin dan glutelin yang dapat digunakan untuk mengikat air, berbeda dengan tepung

terigu yang berasal dari gandum yang dapat memerangkap air dalam bentuk kompleks protein

gluten. Kandungan air dan kompleks protein gluten ini juga akan mempengaruhi tekstur roti

Analisis proksimat dan aw Rata-rata ± sd

Bentuk loaf Bentuk sobek

Kadar air (%bb) 28.57± 0.30 27.13 ± 0.16

Kadar abu (%bk) 2.59 ± 0.03 2.53 ± 0.03

Kadar lemak (%bk) 7.46 ± 0.07 7.46 ± 0.07

Kadar protein (%bk) 9.61 ± 0.15 9.42 ± 0.15

Kadar serat (%bk) 3.25 ± 0.05 3.25 ±0.05

Kadar karbohidrat (by difference) (%bk) 48.51± 0.27 50.20±0.18

aw 0.867 ± 0.024 0.872 ± 0.012

Antosianin (mg Cy-3-glikosida/100 g roti) 96.41±1.43

Page 58: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

45

yang tidak dapat menahan gas yang dihasilkan ketika proses fermentasi atau pemanggangan.

Oleh karena itu kejadian robeknya lapisan film roti sering terjadi. Hal ini pula yang akan

mempengaruhi bentuk fisik roti tawar ubi jalar ungu ini.

Kadar abu roti ubi jalar ungu dapat dilihat di Tabel 12. Kandungan abu roti tersebut

berkisar antara 2.53 ± 0.03 hingga 2.59 ± 0.03% (bk). Kandungan abu roti ini hampir mirip

dengan roti tawar dengan substitusi tepung kacang kedelai dan tepung barley, yaitu sekitar

2.1-2.4 g/100g. Kandungan abu yang cukup tinggi ini disumbang oleh kehadiran tepung ubi

jalar ungu dalam adonan roti. Hathorn (2008) melaporkan bahwa terjadi peningkatan kadar

abu pada roti yang disubstitusi tepung ubi jalar. Kadar abu dari tepung gandum hard red

spring dilaporkan oleh Dansby dan Bovell-Benjamin (2003) berkisar 1.6 g/100 g, sedangkan

Anderson, Westerlund, Tilly, dan Aman (1993) melaporkan kandungan abu yang lebih rendah

pada tepung gandum musim semi dan musim gugur, yaitu sebesar 0.5-0.7 g/100g.

Kadar lemak roti ubi jalar ungu ini adalah 7.46 ± 0.07% (bk) (Tabel 12). Kadar ini

lebih tinggi daripada kadar lemak roti gandum dengan substitusi tepung ubi jalar hidroponik

yang berkisar antara 3.0-6.0 g/100g. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah shortening

yang digunakan dalam formula adonan roti tawar. Shortening merupakan penyumbang

terbesar komponen lemak yang terkandung dalam roti tawar ubi jalar. Penambahan emulsifier

dalam formulasi juga akan meningkatkan kadungan lemak dalam roti. Emulsifier yang berupa

Sodium Stearoyl Lactylate mengandung gugus fungsi yang bisa dideteksi sebagai lemak.

Kadar protein roti ubi jalar ini berkisar 9.41-9.61% (bk) (Tabel 12). Angka ini lebih

rendah daripada kadar protein yang terdapat pada roti umumnya yang berkisar 11% hingga

12.6% (Švec dan Hrušková 2009). Hal ini terjadi karena substitusi tepung ubi jalar ungu yang

hanya mempunyai protein sekitar sepertiga dari tepung terigu protein tinggi.

Kadar serat roti ubi jalar ini cukup tinggi yaitu 3.25±0.05% (bk) (Tabel 12). Kadar serat

yang dihitung dalam analisis adalah serat kasar. Penambahan tepung ubi jalar ungu akan

meningkatkan kandungan serat dari roti ini. Ubi jalar secara umum terkenal dengan

kandungan seratnya yang bermanfaat sebagai prebiotik.

Water activity (aw) merupakan rasio dari tekanan uap air dengan air di dalam produk

pada kondisi suhu tertentu (Penfield dan Campbell 1990). Nilai aw mempengaruhi

pertumbuhan mikroba dalam suatu produk. Semakin tinggi nilai aw, makin tinggi kemungkinan

suatu pangan untuk ditumbuhi mikroba. Kondisi aw yang rendah dapat menghambat

pertumbuhan mikroba. Dari hasil perhitungan menggunakan aw-meter, nilai aw roti ubi jalar

ungu diketahui berkisar antara 0.867 ± 0.024 hingga 0.872 ± 0.012 (Tabel 12). Angka ini lebih

rendah dari yang dilaporkan oleh Lazaridou et al. (2007) tentang roti bebas gluten (0.974-

0.986). Markova dan Wadso (1998) menemukan bahwa nilai aw sebesar 0.850 dapat memicu

tumbuhnya kapang hingga konsentrasi oksigen berada di bawah ambang batas. Nilai aw dan

cara mempertahankan crumb firmness berhubungan erat dengan teknik penyimpanan roti.

Peningkatan crumb firmness berbanding terbalik dengan nilai aw. Konsumen lebih menyukai

roti yang mempunyai crumb firmness yang optimum (Primo-Martin et al. 2006).

Kadar antosianin. Tepung ubi jalar ungu mengandung pigmen antosianin yang tidak

dapat ditemukan di dalam tepung terigu dan roti tawar pada umumnya. Pigmen antosianin

akan memberikan penampakan warna ungu terhadap roti ubi jalar ini. Warna ungu pada roti

ubi jalar ini akan menjadi ciri khas dan menunjukkan adanya substitusi tepung ubi jalar ungu

di dalamnya. Semakin tinggi tingkat substitusi tepung ubi jalar di dalam adonan roti, semakin

tinggi intensitas warna ungu dan semakin tinggi pula kandungan antosianinnya. Kandungan

antosianin dari roti ubi jalar ungu diukur menggunakan teknik spektrofotometri.

Page 59: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

46

Jumlah antosianin yang masih tersisa dari proses pembuatan roti tawar dengan

substitusi 40% tepung ubi jalar ungu berkisar antara 96.41±1.43 mg Cy-3-glikosida/100 g roti

(Tabel 12). Hal ini menujukkan bahwa terjadi penurunan kandungan antosianin yang cukup

besar jika dibandingkan dengan tepung ubi jalar ungu. Total antosianin pada tepung ubi jalar

ungu adalah 188.11 mg Cy-3-glikosida/100 g tepung. Penurunan kandungan antosianin pada

pembuatan roti ini sebesar 48.75%. Hal ini terjadi karena dalam pembuatan roti dibutuhkan

proses pemanggangan dengan suhu tinggi mencapai 190 oC - 200

oC. Antosianin yang sangat

tidak stabil terhadap suhu tinggi, akan terdegradasi pada kondisi seperti ini.

Melihat proses pembuatan dan produk akhir, roti tawar dengan substitusi tepung ubi

jalar ungu lebih sesuai dibuat seperti teknik pembuatan roti tawar (bentuk loaf). Hal ini

ditunjukkan oleh karakteristik fisikokimia roti. Teknik pembuatan roti tawar memiliki volume

spesifik, tekstur crumb, dan nilai aw lebih baik.

7. Produk Olahan Ubi Jalar Ungu varietas Ayamurasaki

Potensi pigmen antosianin tinggi yang terkandung dalam ubi jalar ungu varietas

Ayamurasaki, juga diteliti penggunaannya dalam pembuatan produk keripik simulasi (chips)

dan spreads. Keripik simulasi yang dibuat dari tepung ubi jalar ungu ini mengalami penurunan

antosianin yang cukup kecil, yaitu sekitar 12.94%. Dalam pembuatan chips ubi jalar ungu,

tepung ubi jalar ungu yang digunakan sebesar 90%. Dalam pembuatan spreads ubi jalar ungu

mengalami penurunan cukup besar, walaupun panas yang digunakan tidak terlalu banyak,

yaitu sebesar 90.43%. Penggunaan tepung ubi jalar ungu dalam formula spreads hanya 9%,

sehingga antosianin yang terkandung dalam produk pun menjadi lebih kecil, yaitu sebesar

17.55 mg Cy-3-glikosida/100 g spreads.

Page 60: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

47

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Pembuatan tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki dapat dilakukan dengan

memodifikasi proses agar diperoleh penampakan warna ungu yang optimal. Proses pengukusan

potongan ubi jalar ungu setebal 1 cm selama 7 menit sebelum proses penyawutan merupakan

salah satu alternatif untuk memperbaiki penampakan warna ungu yang memudar pada tepung ubi

jalar ungu di pasaran. Teknologi ini lebih tepat jika diterapkan pada industri rumah tangga atau

kecil yang banyak melibatkan tenaga kerja. Warna tepung ubi jalar ungu ini ditampilkan oleh

nilai L 42.08, a 13.04, b -2.88, dan hue 347.7 dengan kadar antosianin sebesar 188.11 mg Cy-3-

glikosida/100 g tepung. Kadar air, abu, protein, lemak, serat kasar, dan karbohidrat tepung ubi

jalar ungu berturut-turut adalah 7.17% (bb), 1.72 % (bk), 3.27% (bk), 0.89% (bk), 3.60% (bk),

dan 86.66% (bk). Rendemen penepungan yang dihasilkan adalah 11.25% hingga 14.79%.

Tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki dapat diaplikasikan dalam pembuatan roti

tawar. Penggunaannya dalam formulasi roti tawar mampu diterima oleh panelis hingga substitusi

40% dengan nilai tingkat kesukaan agak disukai hingga disukai secara keseluruhan. Roti tawar

dengan substitusi 40% tepung ubi jalar ungu dalam bentuk loaf memiliki volume spesifik sebesar

2.44 cm3/g dan nilai firmness 0.13 kgF, sedangkan bentuk roti sobek memiliki volume spesifik

2.08 cm3/g dan nilai firmness 0.15 kgF. Berdasarkan data tersebut, bentuk yang sesuai untuk

diterapkan dalam pembuatan roti tawar ubi jalar ungu adalah bentuk loaf utuh. Hasil analisis

warna menunjukkan bahwa roti ini masih berwarna ungu, dengan nilai L 38.11-39.41, a 21.22-

21.84, b -0.37- -0.33, dan hue 358.3-359.1. Hasil analisis kimia roti dengan tingkat substitusi 40%

tepung ubi jalar ungu ini berturut-turut dari kadar air, abu, protein, lemak, serat kasar, aw, dan

antosianin adalah 28.57% (bb), 2.59% (bk), 9.61% (bk), 7.46% (bk), 3.25% (bk), 0.8668, dan

96.41 mg Cy-3-glikosida/100 g roti.

B. SARAN

Pembuatan tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki untuk menghasilkan tepung

berwarna ungu yang menarik dan kandungan antosianin tinggi sudah dilakukan. Rendemen

tepung yang dihasilkan tergolong rendah. Oleh karena itu, perlu diteliti efisiensi pembuatan

tepung ubi jalar ungu. Selain itu, metode pembuatan tepung yang dilakukan dalam penelitian ini

lebih sesuai jika diterapkan dalam industri rumah tangga atau industri yang melibatkan banyak

tenaga kerja. Perlu dilakukan modifikasi urutan proses pembuatan tepung ubi jalar ungu, yaitu

melakukan pengukusan ubi jalar yang telah disawut, jika metode ini akan diterapkan dalam

industri besar. Namun, perlu diteliti waktu pengukusan atau blansir yang tepat, untuk

menghasilkan tepung ubi jalar ungu dengan karakteristik baik.

Modifikasi berupa pengukusan pada potongan ubi jalar ungu yang telah dilakukan pada

pembuatan tepung ubi jalar ungu, secara tidak langsung akan mengubah karakteristik tepung.

Oleh karena itu, perlu diteliti karakteristik fisikokimia tepung ubi jalar ungu. Hasilnya dapat

digunakan sebagai pedoman untuk pengolahan dan aplikasi tepung ubi jalar ungu sehingga

dihasilkan produk pangan dengan karakteristik optimal.

Page 61: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

48

Pembuatan roti tawar ungu dalam penelitian ini menggunakan jumlah air yang sama untuk

semua tingkat substitusi tepung ubi jalar ungu, sehingga perlu dilakukan modifikasi proses

(terutama lama pengadukan) untuk setiap tingkat substitusi. Namun, roti yang dihasilkan belum

optimal karakteristiknya. Oleh karena itu, dapat diteliti jumlah air yang harus ditambahkan dalam

formula roti tawar dengan tingkat substitusi tepung ubi jalar ungu yang paling disukai oleh

panelis, yaitu 40%.

Page 62: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

49

DAFTAR PUSTAKA

Ahza, A. B. 1980. Substitusi parsial tepung gandum (Triticum aestivum Linn) dengan tepung sorgum

(Shorgum bicolor (Linn.) Moench) dan tepung kacang tunggak (Vigna unguilata (Linn.) Walp.)

pada pembuatan roti. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Jurusan Ilmu Pangan, Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Anderson, R., Westerlund, E., Tilly, A.-C., dan A ˚ man, P. 1993. Natural variations in the chemical

composition of white flour. Journal of Cereal Science. 17: 183–189.

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis, 16th

ed. AOAC International, Gaithersbug, Maryland.

Apriyantono, A. Fardiaz, D., Puspitasari, N. L. Sedarnawati, dan Budiaynto, S. 1989. Petunjuk

Laboratorium Analisis Pangan. IPB Press, Bogor.

Astawan, M. dan Kasih, A.L. 2008. Khasiat Warna-warni Makanan. PT. Gramedia, Jakarta.

Badan Pusat Statistika. 2010. Tingkat Impor Tepung Terigu. BPS, Jakarta.

Brouillard, R. 1982. Chemical structure of anthocyanins. Di dalam : Markakis, P. (ed). Anthocyanin

as Food Colors. Academic Press, New York.

Chambers, E. and M. B. Wolf. 1996. Sensory Testing Methods. American Society For Testing and

Materials, West Conshohocken, PA.

Dansby, M. Y., dan Bovell-Benjamin, A. C. 2003. Production and proximate composition of a

hydroponic sweetpotato flour during extended storage. Journal of Food Processing and

Preservation. 27: 153–164.

Dhania, S. 2006. Langkah awal penggandaan skala tepung ubi jalar dan beberapa karakteristiknya.

Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Dreese, P. C., Faubion, J. M., dan Hoseney, R. C. 1988. Dynamic rheological properties of flour,

gluten, and gluten-starch dough. I. Temperature-dependent changes during heating. Cereal

Chemistry. 85 (4): 398-353.

Edmond, J. B. dan Ammerman, G. R. 1971. Sweet Potatoes Production, Processing, Marketing. AVI

Publishings Co. Inc., Westport, Connecticut.

Eliasson, A. C. 1983. Differential scanning calorimetry studies on wheat starch-gluten mixtures. II.

Effect of gluten and sodium stearoyl lactylate on starch crystallization during ageing of wheat

starch gels. J. Cereal Sci.1:207-213.

Fance, W. J. 1976. The Student‟s Technology of Bread Making and Confectionary. Rotlage and

Keegan Paul, London.

Francis, F. J. 1985. Pigments and other colorants. Di dalam: Fennema, O. R. , editor. Food Chemistry.

Marcel Dekker, Inc., New York dan Basel.

Gallagher, E., Gormley, T. R., dan Arendt, E. K. 2003. Crust and crumb characteristics of gluten free

breads. Journal Food Engineering. 56: 156–161.

Giusti, M. dan Wrolstad, R. 2001. Characterization and measurement of anthocyanins by UV-visible

spectroscopy. Di dalam: Wrolstad, R., dan Schwartz, S., editors. Current Protocols in Food

Analytical Chemistry. JohnWiley & Sons Inc., New York. p F1.2.1–13.

Greene, J. L., dan Bovell-Benjamin, A. C. 2004. Macroscopic and sensory evaluation of bread

supplemented with sweetpotato flour. J. Food Sci. 69 : 167–173.

Hal, M. van. 2000. Quality of sweetpotato flour during processing and storage. Food Rev. Int. 16 (1):

1-37.

Hamed, M. G. E., Hussein, M. F., Refain, F. Y., dan El-Samahy, S. K. 1973. Cereal Chem. 50 (2): 133

Page 63: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

50

Hathorn, C. S., Biswas, M. A., Gichuhia, P. N., dan Bovell-Benjamin, A. C. 2008. Comparison of

chemical, physical, micro-structural, and microbial properties of breads supplemented with

sweetpotato flour and high-gluten dough enhancers. LWT. 41: 803-815.

Jiang, X. 2001. Sweet potato processing and product research and development at the Sichuan

Academy of Agricultural Sciences. Di dalam: Sweet Potato Post Harvest Research and

Development in China. Proc. of an Int. Workshop at International Potato Center, pp 114-126.

Jurd, L. 1992. Some advances in the chemistry of anthocyanin-type plant pigments. Di dalam:

Chichester, C. O., editor. The Chemistry of Plant Pigments. Academic Press, New York. pp

123-142.

Kano, M., Takayanagi, T., Harada, K., Makino, K., dan Ishikawa, F. 2005. Antioxidative activity of

anthocyanins from purple sweet potato Ipomoea batatas cultivar Ayamurasaki. J. Biosci,

Biotecnol, Biochem. 69(5) : 979-988.

Karlsen, A., Retterstøl, L., Laake, P., Paur, I., Kjølsrud-Bøhn, S., Sandvik, L., Blomhoff, R., 2007.

Anthocyanins inhibit nuclear factor-B activation in monocytes and reduce plasma

concentrations of pro-inflammatory mediators in healthy adults. J. Nutr. 137, 1951–1954.

Kong , J. M., Chia, L. S., Goh, N. K., Chia, T. F., dan Brouillard, R. 2003. Analysis and biological

activities of anthocyanins. Phytochemistry. 64 : 923-933.

Kotschevar, L. H. 1975. Standards, principles, and techniques in “Quantity Food Production”. A

Division of Cahner Publishing Co., Inc., Boston, Massachussets.

Lazaridou, A., Duta, D., Papageorgiou, M., Belc, N., dan Biliaderis, C. G. 2007. Effects of

hydrocolloids on dough rheology and bread quality parameters in gluten-free formulations.

Journal of Food Engineering. 79: 1033–1047.

Markakis, P. 1982. Stability of anthocyanins in foods. Di dalam: Markakis, P, editor. Anthocyanins as

Food Colors. Academic Press, New York, pp 163-178.

Markova, N., dan Wadso¨ , L. 1998. A microcalorimetric method of studying mouldactivity.

International Biodeterioration Biodegradation. 42: 25–28.

Martin, W. 1984. Journal Agriculture. Univ. Puerto Rico. 68 (4): 423.

Matz, S. A. 1972. Bakery Technology and Engineering. The AVI Publishing Company. Inc. Westport,

Connecticut.

Meilgard, M., G.V. Civille dan B.T. Carr, 1999. Sensory Evaluation Techniques (3rd

Ed). CRC Press,

New York.

Meschter, E. E. 1953. Fruit color loss. Effects of carbohydrate and other factors on strawberry

products. J. Agr. Food Chem. 1: 574.

Mezaize, S. Chevallier, S., Bail, A Le , Lamballerie, M de. 2009. Optimization of gluten-free

formulations for french-style breads. J. Food Sci. Vol. 74, Iss. 3 : pg. E140.

Moore, W. R. dan Hoseney, R. C. 1986. The effects of flour lipids on the expansion rate and volume

of bread baked in a resistance oven. Cereal Chem. 63 : 172-174.

Muchtadi, D. 2001. Kajian terhadap serat makanan dan antioksidan dalam berbegai jenis sayuran

untuk pencegahan penyakit degenerative. Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Bogor.

Muharam, S. 1992. Studi karakteristik fisiko-kimia dan fungsional tepung singkong (Manihot

esculenta Cranta) dengan modifikasi pengukusan, penyangraian, dan penambahan GMS serta

aplikasinya dalam pembuatan roti tawar. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Nakai, S. dan Wing, P. L. 2000. Breadmaking. Di dalam: Food Proteins Processing Applications.

Nakai, S. dan Modler, H. W, editors. Wiley-VCH, New York.

Nebesky, E. A., Esselen, W. B., Mc Connell, J. E. W., dan Fellers. 1949. Food Res. 14: 261-274.

Page 64: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

51

Penfield, M. P. dan Campbell, A. M. 1990. Experimental food science (3rd

ed). San Diego, CA:

Academic Press pp. 362–421.

Peng, C. Y. dan Markakis, P. 1963. Effects of phenolase on anthocyanins. Nature (London). 199: 597.

Philpott, M., Gould, K.S., Lim, C., Ferguson, L.R., 2004. In situ and in vitro antioxidant activity of

sweet potato anthocyanins. J. Agric. Food Chem. 52, 1511–1513.

Prana, M. S. dan Danimiharja, S. 1981. Root and Tuber Crops. IBPGR Secretariat, Roma.

Primo-Martı´n, C., van de Pijpekamp, A., van Vliet, T., de Jongh, H. H. J., Plijter, J. J., dan Hamer, R.

J. 2006. The role of gluten network in the crispness of bread crust. Journal of Cereal Science.

43: 342–352.

Prior, R.L., Wu, X.L., 2006. Anthocyanins: structural characteristics that result in unique metabolic

patterns and biological activities. Free Radic. Res. 40, 1014–1028.

Pyler, E. Y. 1973. Baking Science and Technology, vol. I. Siebel Publishing Co., Chicago

Rohadi, D. 1982. Pengaruh pencampuran tepung jagung terhadap sifat-sifat fisik dan organoleptik roti

tawar. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.

Rumbaoa, R. G. O., Cornago, D. F., dan Geronimo, I. M. 2009. Phenolic content and antioxidant

capacity of Philippine sweet potato (Ipomoea batatas) varieties. Food Chemistry. 113: 1133-

1138.

Sarwono, B. 2005. Ubi jalar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawati, Y., Sudaryono, dan Setyono, A. 1994. Studi Penyimpanan Ubi Jalar Segar. Dalam:

Seminar Penerapan Teknologi Produksi dan Pascapanen Ubi Jalar untuk Mendukung

Agroindustri Ubi Jalar.

Sidhu, J. S., Al-Saqer, J., dan Al-Zenki, S. 1997. Comparison of methods for the assessment of the

extent of staling in bread. Food Chemistry. 58:161–167.

Siegel, A. Markakis, P. dan Bredford, C. L. 1971. J. Food Sci. 36: 962-963.

Shewry, P. R. 2003. Wheat gluten proteins. Di dalam : Shewry, R. P. dan Lookhart, G. L. (eds).

AACC International, Inc. Minnesota.

Shih, P.H., Yeh, C.T., dan Yen, G.C., 2005. Effects of anthocyanidin on the inhibition of proliferation

and induction of apoptosis in human gastric adenocarcinoma cells. Food Chem. Toxicol. 43,

1557–1566.

Shih, P.H., Yeh, C.T., dan Yen, G.C., 2007. Anthocyanins induce the activation of phase II enzymes

through the antioxidant response element pathway against oxidative stress-induced apoptosis. J.

Agric. Food. Chem. 55, 9427–9435.

Shreve, R. N. dan Brink, J. K. 1977. Chemical Process Industries. Mc Graw Hill Book Co. Auckland.

Sosrosoedirdjo. 1972. Bercocok Tanam Ketela Pohon. Yasa Guna. Jakarta.

Stauffer, C. E. 1990. Functional Additives for Bakery Foods. Van Nostrand Reinhold, New York.

Steed, L. E. dan Truong, V. D. 2008. Anthocyanin content, antioxidant activity, and selected physical

properties of flowable purple-fleshed sweetpotato purees. J. Food Sci. 73 (5) :15-221.

Steed, L. E., Truong, V. D., Simunovic, J. Sandeep., K. P., Kumar, P., Cartwright, G. D., dan

Swartzel, K. R. 2008. Continous flow microwave-assisted processing and aseptic packaging of

purple-fleshed sweetpotato purees. J. Food Sci. 73 (9) : E455-E462.

Subarna. 1992. Baking Technology, Pelatihan Singkat Prinsip-prinsip Teknologi bagi Food Inspector.

Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Suda, I., Oki, T., Masuda, M., Kobayashi, M., Nishiba, Y., dan Furuta, S. 2003. Review: physiological

functionality of purple-fleshed sweet potatoes containing anthocyanins and their utilization in

foods. J. Agricultural RQ. 37(3) : 167–73.

Page 65: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

52

Suismono. 1995. Kajian teknologi pembuatan tepung ubi jalar (Ipomoea batatas L.) dan manfaatnya

untuk produk ekstrusi mi basah. Tesis. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Sulistyowati, D. D. 2010. Pengaruh Klon dan Generasi Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi

Jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam). Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Susilawati dan Medikasari. 2008. Kajian Formulasi Tepung Terigu dan Tepung dari Berbagai Jenis

Ubi Jalar Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Biskuit Non-Flaky Crackers. Prosiding Seminar

Nasional Sains dan Teknologi II 2008. Universitas Lampung, 17-18 November 2008.

Švec, I. dan Hrušková, M. 2009. Evaluation of wheat bread features. J. Food Engineering. Article in

press.

Tanudjaja, J. K. 1990. Substitusi parsial tepung gandum (triticum vulgare) dengan tepung singkong

(Manihot esculenta Crantz) pada pembuatan roti manis. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Terahara, N., Konczak-Islam, I., Nakatani, M., Yamakwa, O., Goda, Y., dan Honda, T. 2000.

Antocyanins in callus induced from purple storage root of Ipomoea batatas L. Phytochemistry

54: 919–22.

Terahara, N., Konczak, I., Ono, H., Yoshimoto, M., dan Yamakawa, O. 2004. Characterization of

acylated anthocyanins in callus induced from storage root of purple-fleshed sweet potato,

Ipomoea batatas L. J Biomed Biotechnol 5:279–86.

Widjanarko, S. 2008. Efek pengolahan terhadap komposisi kimia dan fisik ubi jalar ungu dan kuning.

http://simonbwidjanarko.wordpress.com/2008/06/19/efek-pengolahan-terhadap-komposisi-

kimia-fisik-ubi-jalar-ungu-dan-kuning/ [10 Januari 2010]

Widodo, Y. 1989. Prospek dan strategi pengembangan ubi jalar sebagai sumber devisa. J. Penelitian

dan Pengembangan Pertanian. 8 (4) : 83-88.

Woolfe, J. A. 1992. Sweetpotato an untapped food resource. Cambridge University Press, New York,

p. 15.

Yamakawa, O., Suda, I., dan Yoshimoto, M. 1998. Development and utilization of sweet potato

cultivars with high anthocyanin content. J. Foods Food Ingredients. 178: 69-78.

Zhang, Z. F., Fan, S. H., Zheng, Y. L., Wua, D. M., Shan, Q., dan Hu, B. 2009. Purple sweet potato

color attenuates oxidative stress and inflammatory response induced by D-galactose in mouse

liver. Food and Chemical Toxicology. 47: 496–501.

Page 66: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

53

LAMPIRAN

Page 67: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

54

Lampiran 1 Pengukuran antosianin tepung ubi jalar ungu

Teknik Ulangan Total antosianin (mg

Cy-3-glukosida /100 g)

Rerata Total antosianin (mg

Cy-3-glukosida /100 g)

10 menit steam oven

1 169.83

169.39± 0.38

169.57

2 169.08

169.08

7 menit steam oven

1 188.11

188.11±0.61

188.11

2 188.86

187.36

10 menit steam

matahari

1 166.32

167.26±0.71

167.82

2 167.82

167.07

7 menit steam

matahari

1 185.85

186.23±0.32

186.61

2 186.10

186.36

Page 68: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

55

Lampiran 2 Pengukuran warna tepung ubi jalar ungu

Perlakuan Ulangan L a B Hue

10 matahari I 40.81 13.13 -3.73 344.2

40.82 13.13 -3.73 344.2

40.82 13.08 -3.72 344.2

II 40.24 13.30 -3.75 344.3

40.25 13.29 -3.74 344.4

40.25 13.29 -3.73 344.4

Rata-rata 40.53 13.20 -3.73 344.3

10 oven I 40.87 13.49 -3.99 343.6

40.88 13.49 -4.00 343.5

40.88 13.51 -4.00 343.6

II 42.84 12.98 -2.70 348.3

42.84 12.96 -2.68 348.4

42.84 12.96 -2.69 348.3

Rata-rata 41.86 13.23 -3.34 345.9

7 matahari I 40.46 13.27 -3.79 344.1

40.46 13.29 -3.80 344.1

40.46 13.27 -3.79 344.1

II 42.16 12.52 -2.98 346.7

42.17 12.54 -2.98 346.7

42.17 12.52 -2.97 346.8

Rata-rata 41.31 12.90 -3.39 345.4

7 oven I 41.96 13.45 -3.33 346.2

41.96 13.46 -3.34 346.2

41.96 13.46 -3.34 346.2

II 42.19 12.63 -2.42 349.2

42.21 12.62 -2.43 349.1

42.22 12.60 -2.42 349.2

Rata-rata 42.08 13.04 -2.88 347.7

Page 69: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

56

Lampiran 3Kesetimbangan massa tiap proses dan rendemen pembuatan tepung ubi jalar ungu varietas

Ayamurasaki batch I

Bentuk ubi jalar ungu

Jumlah

(kg)

%

Penyusutan

Rendemen

tiap proses

Penyusutan

proses

dihitung dari

ubi mentah

Rendeme

n proses

dihitung

dari ubi

mentah

Ubi mentah 33.2700 12.95 87.05 12.95 87.05

Ubi yang telah dikupas 28.9600 0.17 99.83 13.10 86.90

Ubi yang telah dikukus 28.9100 0.95 99.05 13.93 86.07

Ubi yang telah disawut 28.6350 61.85 38.15 67.16 32.84

Ubi yang telah dioven 10.9250 6.91 93.09 69.43 30.57

Ubi giling 10.1700 51.62 48.38 85.21 14.79

Ubi ayakan 100 mesh 4.9200

Lampiran 4Kesetimbangan massa tiap proses dan rendemen pembuatan tepung ubi jalar ungu varietas

Ayamurasaki batch II

Bentuk ubi jalar ungu

Jumlah

(kg)

%

Penyusutan

Rendemen

tiap proses

Penyusutan

proses

dihitung dari

ubi mentah

Rendemen

proses

dihitung

dari ubi

mentah

Ubi mentah 20.3680 15.33 84.67 15.33 84.67

Ubi yang telah dikupas 17.2460 0.12 99.88 15.43 84.57

Ubi yang telah dikukus 17.2250 1.10 98.90 16.36 83.64

Ubi yang telah disawut 17.0360 66.33 33.67 71.84 28.16

Ubi yang telah dioven 5.7365 2.67 97.33 72.59 27.41

Ubi giling 5.5832 58.95 41.05 88.75 11.25

Ubi ayakan 100 mesh 2.2920

Page 70: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

57

Lampiran 5 Analisis proksimat dan nilai kalori tepung ubi jalar 7 menit steam oven

Keterangan Ulangan Nilai (%) Rerata SD RSD

analisis

RSD

hitung

Kadar air (bb) 1 6.98

7.17 0.27 3.8378 2.9736 2 7.36

Kadar abu (bk) 1 1.86

1.72 0.14 8.0589 3.6721 2 1.66

Kadar lemak (bk) 1 0.87

0.89 0.03 2.9140 4.0729 2 0.91

Kadar protein (bk) 1 3.53

3.27 0.05 1.51902 3.3461 2 3.49

Kadar karbohidrat (bk) 1 86.76

86.66 0.13 0.1511 2.0436 2 86.57

Serat Kasar (bk) 1 3.55

3.60 0.07 1.9643 3.2981 2 3.65

Nilai Kalori (kkal/100g) = (4 kkal/g x kadar karbohidrat) + (4 kkal/g x kadar protein) + (9 kkal/g x

kadar lemak)

= (4 kkal/g x 86.66 g) + (4 kkal/g x 3.27 g) + (9 kkal/g x 0.89 g)

= 346.64 kkal + 13.08 kkal + 8.01 kkal

= 367.73 kkal/100 g tepung ubi jalar ungu

Page 71: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

58

Lampiran 6 Kuisioner uji organoleptik

Nama : Tanggal :

No. Hp :

Instruksi :

1. Dihadapan Anda terdapat sampel roti. Anda diminta untuk menilai tingkat kesukaan terhadap

warna, aroma, tekstur, dan rasa dengan memberi tanda √ pada tingkat kesukaan yang

menurut anda sesuai.

2. Cicipi sampel dari kiri ke kanan dan netralkan indera pencicip anda dengan air sebelum

menguji sampel selanjutnya.

3. Jangan membandingkan antar sampel.

Tingkat

kesukaan nilai

Warna Aroma Tekstur Rasa

kode sampel kode sampel kode sampel kode sampel

sangat suka 1

Suka 2

agak suka 3

Netral 4

Agak tidak suka 5

tidak suka 6

sangat tidak suka 7

Page 72: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

59

Lampiran 7 Data uji organoleptik atribut pada roti tawar ubi jalar ungu

Panelis

Warna Aroma Tekstur Rasa

20% 30% 40% 20% 30% 40% 20% 30% 40% 20% 30% 40%

1 6 2 2 2 2 5 2 6 5 2 5 2

2 1 2 2 3 3 2 2 1 1 3 1 1

3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 1

4 3 2 1 4 2 2 3 2 1 3 2 2

5 4 3 5 4 4 4 5 5 6 5 3 4

6 3 3 5 4 4 4 3 4 5 4 3 4

7 4 3 2 2 2 1 2 4 2 3 2 3

8 2 1 2 4 3 4 3 3 1 4 4 2

9 5 4 3 4 5 5 3 3 5 3 4 3

10 3 4 3 3 5 3 3 3 2 3 3 2

11 3 2 2 3 3 3 5 4 3 5 2 3

12 1 6 1 1 4 2 2 2 1 2 6 5

13 6 3 2 5 3 4 6 5 3 5 5 3

14 5 3 2 5 6 3 3 3 5 3 3 5

15 5 3 2 4 3 2 4 4 3 4 3 3

16 2 3 2 2 5 2 3 3 2 2 5 3

17 6 5 2 3 5 2 6 5 5 3 2 1

18 2 1 1 3 1 2 2 4 2 3 4 1

19 5 2 2 3 2 3 2 5 4 3 3 5

20 5 2 2 3 3 4 4 5 3 4 6 3

21 4 3 2 5 5 4 6 2 3 2 2 4

22 6 6 6 6 3 6 2 3 3 6 6 3

23 4 4 2 6 6 3 4 5 4 4 6 2

24 6 4 1 6 5 4 3 3 2 1 2 1

25 2 2 3 2 3 4 4 3 2 4 5 3

26 5 3 1 4 5 4 5 2 3 5 3 3

27 6 4 3 6 5 4 4 4 4 5 5 4

28 6 2 1 1 4 3 5 2 2 4 3 2

29 5 2 2 4 5 2 5 2 2 4 5 4

30 3 5 5 6 5 6 5 5 5 4 6 6

31 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2

32 4 3 2 3 5 2 5 2 2 5 3 2

33 3 2 2 4 5 2 3 2 2 4 5 2

34 2 2 2 5 3 2 3 2 2 3 3 2

35 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

36 6 3 2 6 5 5 3 2 4 6 4 2

37 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3

38 1 1 1 1 2 2 2 2 5 4 2 3

39 5 2 2 4 4 2 4 3 3 2 2 2

40 5 4 3 4 5 4 5 4 3 5 5 2

41 3 2 1 4 4 3 2 2 2 4 3 3

42 2 2 2 5 5 2 7 6 2 3 5 2

43 4 2 4 6 5 3 4 4 4 5 6 4

44 7 3 2 4 2 3 6 6 3 2 2 1

45 5 2 2 4 3 4 3 5 3 3 2 2

46 5 2 3 3 5 2 2 3 2 2 3 2

47 3 4 4 5 3 4 2 2 3 2 3 5

Page 73: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

60

48 3 2 1 4 6 4 2 4 2 1 2 1

49 3 1 1 3 2 2 2 2 3 4 2 2

50 5 3 2 5 5 4 5 3 2 5 5 3

51 4 3 2 6 2 4 6 5 3 3 2 2

52 6 2 2 5 5 3 2 2 2 4 3 4

53 5 2 1 3 3 2 2 1 1 3 1 1

54 5 2 2 2 2 5 2 2 2 2 2 2

55 5 2 1 5 3 3 3 2 2 3 3 2

56 4 3 2 3 3 3 2 5 2 2 3 1

57 2 2 2 3 6 3 3 6 3 2 3 3

58 6 2 2 5 5 2 3 2 2 2 2 2

59 3 1 2 4 2 3 3 2 5 3 3 5

60 2 2 2 2 5 2 2 2 3 2 5 2

61 6 3 2 6 5 2 3 2 5 4 3 2

62 3 2 2 4 4 4 5 3 4 3 5 2

63 3 2 4 5 6 4 5 6 4 3 4 2

64 2 3 4 3 5 2 6 6 3 5 4 2

65 3 3 4 6 3 5 2 4 5 3 3 4

66 3 2 1 3 5 2 2 3 3 2 3 1

67 3 2 1 2 2 3 2 2 5 2 2 5

68 3 1 1 3 5 2 3 3 2 3 3 2

69 6 2 1 6 3 2 6 5 6 3 2 7

70 3 1 1 2 2 1 2 3 2 2 3 1

Rerata 3.93 2.60 2.20 3.83 3.84 3.07 3.47 3.34 3.00 3.30 3.40 2.71

Page 74: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

61

Lampiran 8 Hasil analisis sidik ragam sensori parameter warna pada roti ubi jalar

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: NILAI

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 272.586(a) 71 3.839 3.141 .000

Intercept 1777.719 1 1777.719 1454.251 .000

PANELIS 157.948 69 2.289 1.873 .001

SAMPEL 114.638 2 57.319 46.889 .000

Error 168.695 138 1.222

Total 2219.000 210

Corrected Total 441.281 209

a R Squared = .618 (Adjusted R Squared = .421)

Lampiran 9 Uji Duncan parameter warna pada roti ubi jalar ungu

NILAI

Duncan

SAMPEL N Subset

1 2 3

3 70 2.20

2 70 2.60

1 70 3.93

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error

term is Mean Square(Error) = 1.222.

a Uses Harmonic Mean Sample Size = 70.000.

b Alpha = .05.

Page 75: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

62

Lampiran 10 Hasil analisis sidik ragam sensori parameter aroma pada roti ubi jalar ungu

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: NILAI

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 207.557(a) 71 2.923 2.398 .000

Intercept 2743.243 1 2743.243 2250.699 .000

SAMPEL 27.800 2 13.900 11.404 .000

PANELIS 179.757 69 2.605 2.137 .000

Error 168.200 138 1.219

Total 3119.000 210

Corrected Total 375.757 209

a R Squared = .552 (Adjusted R Squared = .322)

Lampiran 11 Uji Duncan parameter aroma pada roti ubi jalar ungu

NILAI

Duncan

SAMPEL N Subset

1 2

3 70 3.10

2 70 3.86

1 70 3.89

Sig. 1.000 .879

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error

term is Mean Square(Error) = 1.219.

a Uses Harmonic Mean Sample Size = 70.000.

b Alpha = .05.

Page 76: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

63

Lampiran 12 Hasil analisis sidik ragam sensori parameter tekstur pada roti ubi jalar ungu

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: NILAI

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 224.510(a) 71 3.162 2.582 .000

Intercept 2247.471 1 2247.471 1835.007 .000

PANELIS 216.195 69 3.133 2.558 .000

SAMPEL 8.314 2 4.157 3.394 .036

Error 169.019 138 1.225

Total 2641.000 210

Corrected Total 393.529 209

a R Squared = .571 (Adjusted R Squared = .350)

Lampiran 13 Uji Duncan parameter tekstur pada roti ubi jalar ungu

NILAI

Duncan

SAMPEL N Subset

1 2

3 70 3.00

2 70 3.34 3.34

1 70 3.47

Sig. .069 .493

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error

term is Mean Square(Error) = 1.225.

a Uses Harmonic Mean Sample Size = 70.000.

b Alpha = .05.

Page 77: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

64

Lampiran 14 Hasil analisis sidik ragam sensori parameter rasa pada roti ubi jalar ungu

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: NILAI

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 202.871(a) 71 2.857 2.374 .000

Intercept 2068.005 1 2068.005 1717.903 .000

PANELIS 183.662 69 2.662 2.211 .000

SAMPEL 19.210 2 9.605 7.979 .001

Error 166.124 138 1.204

Total 2437.000 210

Corrected Total 368.995 209

a R Squared = .550 (Adjusted R Squared = .318)

Lampiran 15 Uji Duncan parameter rasa pada roti ubi jalar ungu

NILAI

Duncan

SAMPEL N Subset

1 2

3 70 2.71

1 70 3.30

2 70 3.40

Sig. 1.000 .591

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error

term is Mean Square(Error) = 1.204.

a Uses Harmonic Mean Sample Size = 70.000.

b Alpha = .05.

Page 78: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

65

Lampiran 16 Hasil pengukuran volume spesifik roti tawar dengan 40% substitusi tepung ubi jalar

ungu

Sampel

Massa potongan roti

(g)

Volume potongan roti

(cm3)

volume spesifik

roti (cm3/g)

Loaf I 20.64 49.5 2.3983

13.73 33 2.4035

Loaf II 18.97 48 2.5303

10.34 25 2.4178

rata-rata 2.4375

Sd 0.0624

log C -1.6131

RSD analisis 2.5619

RSD hitung 3.4980

Sobek I 19.97 40.5 2.0280

18.2 37 2.0330

Sobek II 17.28 37 2.1412

15.22 32 2.1025

rata-rata 2.0762

Sd 0.0551

log C -1.6827

RSD analisis 2.6535

RSD hitung 3.5835

Page 79: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

66

Lampiran 17 Potensi pengembangan adonan roti ubi jalar ungu substitusi 40%

Waktu

(menit)

Volume (cm3)

U1 U2 Rata-rata

0 25 25 25

5 25 25 25

10 25 25 25

15 25 25 25

20 25 25 25

25 26 26 26

30 26 26 26

35 30 30 30

40 35 35 35

45 35 35 35

50 38 40 39

55 39 42 40.5

60 42 42 42

65 44 43 43.5

70 44 48 46

75 48 50 49

80 50 52 51

85 54 52 53

90 58 59 58.5

95 59 60 59.5

100 60 60 60

105 64 64 64

110 65 67 66

115 68 70 69

120 68 71 69.5

125 70 71 70.5

130 78 80 79

135 78 80 79

140 78 80 79

145 77 80 78.5

150 77 80 78.5

155 77 80 78.5

160 77 80 78.5

165 77 80 78.5

Keterangan : massa adonan yang diukur adalah 30 g.

Page 80: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

67

Lampiran 18 Hasil pengukuran warna roti ubi jalar ungu

L A b Hue

Sampel 1 1a 39.56 21.39 -0.32 358.2

39.57 21.38 -0.30 358.2

39.56 21.37 -0.30 358.3

2a 39.13 21.28 -0.32 358.4

39.58 21.52 -0.35 359.2

39.59 21.54 -0.35 358.3

3a 39.12 20.58 -0.33 357.8

39.25 20.80 -0.34 358.0

39.37 21.14 -0.36 358.0

Rata-rata 39.41 21.22 -0.33 358.3

Sampel 2 1b 39.22 21.61 -0.35 359.3

39.23 21.61 -0.38 359.2

39.25 21.66 -0.36 359.2

2b 36.71 21.34 -0.29 359.3

36.64 21.34 -0.28 359.5

36.87 21.34 -0.28 358.7

3b 38.27 22.42 -0.46 358.9

38.42 22.65 -0.45 358.9

38.38 22.57 -0.45 358.9

Rata-rata 38.11 21.84 -0.37 359.1

Lampiran 19 Kadar air roti ubi jalar ungu 40% bentuk loaf

Sampel Ulangan

Bobot sampel

(g)

Bobot cawan

kosong (g)

Bobot cawan

dan sampel

akhir (g)

Kadar air

(%bb)

Kadar air

(%bk)

1 1 5.0197 3.1286 6.7242 28.3702 39.6067

2 5.0624 3.0775 6.7076 28.2929 39.4562

2 1 5.0350 3.1363 6.7147 28.9295 40.7053

2 5.0125 3.1470 6.7206 28.7062 40.2647

rata-rata 28.5747 40.0083

Sd 0.2969 0.5824

log C -0.5440 -0.3979

RSD analisis 1.0389 1.4558

RSD hitung 2.4150 2.2957

Lampiran 20 Kadar air roti ubi jalar ungu 40% bentuk sobek

Sampel Ulangan

Bobot sampel

(g)

Bobot cawan

kosong (g)

Bobot cawan

dan sampel

akhir (g)

Kadar air

(%bb)

Kadar air

(%bk)

1 1 5.0144 3.1288 6.7754 27.2774 37.5089

2 5.0195 3.1609 6.8237 27.0286 37.0400

2 1 5.0175 3.1371 6.7865 27.2666 37.4884

2 5.0124 3.1913 6.8527 26.9532 36.8985

rata-rata 27.1314 37.2339

Sd 0.1653 0.3112

log C -0.5665 -0.4291

RSD analisis 0.6091 0.8358

RSD hitung 2.4339 2.3207

Page 81: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

68

Lampiran 21 Kadar abu roti ubi jalar ungu 40% bentuk loaf

Sampel Ulangan

Bobot sampel

(g)

Bobot cawan

kosong (g)

Bobot cawan

dan sampel akhir

(g)

kadar abu

(%bb)

Kadar abu

(%bk)

1 1 3.0094 25.5039 25.5593 1.8409 2.5774

2 3.0290 22.0517 22.1079 1.8554 2.5977

2 1 3.0444 35.0154 35.0708 1.8197 2.5477

2 3.0924 18.1487 18.2066 1.8723 2.6214

rata-rata 1.8471 2.5860

Sd 0.0223 0.0312

log rata-rata -1.7335 -1.5874

RSD analisis 1.2077 1.2077

RSD hitung 3.6471 3.4670

Lampiran 22 Kadar abu roti ubi jalar ungu 40% bentuk sobek

Sampel Ulangan

Bobot sampel

(g)

Bobot cawan

kosong (g)

Bobot cawan

dan sampel akhir

(g)

kadar abu

(%bb)

Kadar abu

(%bk)

1 1 3.0094 25.5039 25.5593 1.8409 2.5263

2 3.0290 22.0517 22.1079 1.8554 2.5462

2 1 3.0444 35.0154 35.0708 1.8197 2.4973

2 3.0924 18.1487 18.2066 1.8723 2.5695

rata-rata 1.8471 2.5348

Sd 0.0223 0.0306

log rata-rata -1.7335 -1.5961

RSD analisis 1.2077 1.2077

RSD hitung 3.6471 3.4774

Lampiran 23 Kadar lemak roti ubi jalar ungu 40%

Sampel Ulangan

Bobot sampel

kering (g)

Bobot labu

kosong (g)

Bobot labu

setelah disoxlet

(g)

Kadar

lemak

(%bk)

1 1 3.0272 56.5431 56.769 7.4623

2 3.0240 60.8768 61.101 7.4140

2 1 3.0220 57.0979 57.322 7.4156

2 3.0208 60.8769 61.1055 7.5675

rata-rata 7.4649

Sd 0.0720

log rata-rata -1.1270

RSD analisis 0.9647

RSD hitung 2.9557

Page 82: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

69

Lampiran 24 Kadar protein roti ubi jalar ungu 40% bentuk loaf

Sampel Ulangan

Bobot

sampel

(g) ml HCl N HCl % N

Kadar

protein

(%bb)

Kadar

protein

(%bk)

1 1 0.1504 5.40 0.0217 1.0911 6.8191 9.5472

2 0.1505 5.50 0.0217 1.1105 6.9408 9.7176

2 1 0.1570 5.75 0.0217 1.1129 6.9559 9.7387

2 0.1524 5.40 0.0217 1.0767 6.7297 9.4220

Kadar air 28.5747 %

rata-rata 6.8614 9.6064

Sd 0.1070 0.1499

log C -1.1636 -1.0174

RSD analisis 1.5601 1.5601

RSD hitung 2.9934 2.8456

Lampiran 25 Kadar protein roti ubi jalar ungu 40% bentuk sobek

Sampel Ulangan

Bobot

sampel

(g) ml HCl N HCl % N

Kadar

protein

(%bb)

Kadar

protein

(%bk)

1 1 0.1504 5.40 0.0217 1.0911 6.8191 9.3581

2 0.1505 5.50 0.0217 1.1105 6.9408 9.5251

2 1 0.1570 5.75 0.0217 1.1129 6.9559 9.5458

2 0.1524 5.40 0.0217 1.0767 6.7297 9.2353

Kadar air 27.1314%

rata-rata 6.8614 9.4161

Sd 0.1070 0.1469

log C -1.1636 -1.0261

RSD analisis 1.5601 1.5601

RSD hitung 2.9934 2.8542

Lampiran 26 Kadar serat roti ubi jalar ungu 40%

Sampel Ulangan

Bobot

sampel (g)

Bobot kertas

(g)

Bobot kertas

dan sampel (g) Kadar serat (%bk)

1 1 1.0088 0.5470 0.5800 3.2712

2 1.0040 0.5408 0.5741 3.3167

2 1 1.0026 0.5693 0.6016 3.2216

2 1.0040 0.5723 0.6045 3.2072

rata-rata 3.2542

Sd 0.0499

log C -1.4876

RSD analisis 1.5337

RSD hitung 3.3491

Page 83: PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR UNGU - repository.ipb.ac.id · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2010 . ... sekolah lanjutan tingkat

70

Lampiran 27 Hasil analisis Aw roti ubi jalar ungu 40%

Bentuk

roti

Ulangan Rata-

rata Sd

RSD

analisis log C

RSD

hitung 1 2 3

Loaf I 0.8370 0.8760 0.8920 0.8683 0.0283 3.2580 -2.0613 4.0859

Loaf II 0.8360 0.8760 0.8840 0.8653 0.0257 2.9718 -2.0628 4.0880

0.8668 0.0242 2.7959 -2.0621 4.0870

Sobek I 0.8630 0.8780 0.8840 0.8750 0.0108 1.2362 -2.0580 4.0812

Sobek II 0.8610 0.8630 0.8860 0.8700 0.0139 1.5968 -2.0605 4.0847

0.8725 0.0115 1.3143 -2.0592 4.0830

Lampiran 28 Hasil analisis kadar antosianin roti ubi jalar ungu

Sampel Ulangan

Total antosianin

(mg Cy-3-glukosida /100g)

Rerata Total antosianin

(mg Cy-3-glukosida /100g)

1 1 94.93

96.41±1.43

96.60

94.93

Rata-rata 95.52

2 96.02

94.68

95.60

Rata-rata 95.35

2 1 97.52

96.44

97.52

Rata-rata 97.19

2 95.43

100.28

96.94

Rata-rata 97.60