pemeriksaan angka kuman

48
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dibawah mikroskop. Di alam terdapat banyak mikroorganisme yang hidup. Mikroorganisme yang terdapat di alam tersebut terdapat dalam bentuk kumpulan massa sel atau koloni. Untuk mempelajari suatu jenis koloni dan sifat mikroorganisme tersebut, diperlukan teknik pembiakan mikroorganisme terlebih dahulu. Setelah di biakan, kita perlu menghitung atau menentukan banyaknya mikroba untuk mengetahui seberapa jauh sampel itu tercemar oleh mikroba. Didalam dunia mikrobiologi, dikenal beberapa istilah seperti inokulasi, kultur dan isolasi. Inokulasi adalah suatu usaha menumbuhkan mikroorganisme dari suatu sumber ke media pertumbuhan steril. Biakan bakteri tersebut disebut dengan kultur. Menghitung atau menentukan banyaknya mikroba dalam suatu bahan (makanan, minuman, dan lain-lain) dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh bahan itu tercemar oleh mikroba. Dengan mengetahui jumlah mikroba, maka dapat diketahui kualitas mikrobiologi 1

Upload: risca-dana-paramitha

Post on 12-Aug-2015

285 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroorganisme adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat

dibawah mikroskop. Di alam terdapat banyak mikroorganisme yang hidup.

Mikroorganisme yang terdapat di alam tersebut terdapat dalam bentuk kumpulan

massa sel atau koloni.

Untuk mempelajari suatu jenis koloni dan sifat mikroorganisme tersebut,

diperlukan teknik pembiakan mikroorganisme terlebih dahulu. Setelah di biakan,

kita perlu menghitung atau menentukan banyaknya mikroba untuk mengetahui

seberapa jauh sampel itu tercemar oleh mikroba.

Didalam dunia mikrobiologi, dikenal beberapa istilah seperti inokulasi, kultur

dan isolasi. Inokulasi adalah suatu usaha menumbuhkan mikroorganisme dari

suatu sumber ke media pertumbuhan steril. Biakan bakteri tersebut disebut

dengan kultur.

Menghitung atau menentukan banyaknya mikroba dalam suatu bahan

(makanan, minuman, dan lain-lain) dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa

jauh bahan itu tercemar oleh mikroba. Dengan mengetahui jumlah mikroba, maka

dapat diketahui kualitas mikrobiologi dari bahan tersebut. Bahan yang dapat

dikatakan baik jika jumlah mikroba yang terkandung dalam bahan tersebut masih

di bawah jumlah standar yang ditentukan oleh suatu lambaga.

Salah satu jenis mikroorganisme adalah bakteri. Bakteri merupakan organisme

uniselular yang tumbuh dengan cara pembelahan biner yaitu satu sel membelah

secara simetris. Bakteri tidak dapat dilihat dengan mudah secara kasat mata.

Namun, pada kenyataannya bakteri bisa berada di manapun termasuk pada

makanan maupun dalam tubuh manusia termasuk pada saluran ekskresi.

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh

ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.

Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah

1

yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin

disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya

dibuang keluar tubuh melalui uretra.

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti

urea), garam terlarut, dan materi organik. Normalnya, air seni (urin) itu steril atau

bebas dari kuman (bakteri), virus, dan jamur, namun mengandung cairan, garam,

dan zat-zat sisa. Infeksi pada saluran kemih terjadi bila organisme mikro,

biasanya bakteri dari saluran cerna, berpindah ke ujung saluran kemih (utetra)

yang terbuka dan mulai berkembangbiak. Uretra adalah saluran yang mengalirkan

urin dari kandung kemih keluar tubuh.

Maka dari itu, percobaan teknik pembiakan mikroorganisme dan penentuan

angka kuman sangat penting dilakukan untuk mengetahui banyaknya jumlah

bakteri atau kuman yang terdapat pada urin sehingga nantinya akan dapat

diketahui kondisi kesehatan seseorang tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah teknik penanaman bakteri (inokulasi) pada sampel urine

dengan metode tuang?

2. Bagaimanakah teknik penghitungan angka kuman pada sampel urine?

3. Bagaimanakah hasil penghitungan angka kuman yang dilakukan pada sampel

urine?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat malakukan penanaman bakteri (inokulasi) pada sampel

urine untuk kemudian melakukan penghitungan angka kuman terhadap sampel

urine tersebut sehingga hasilnya dapat diugunakan sebagai diagnosis terhadap

kondisi kesehatan seseorang.

2

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetaui teknik penanaman (inokulasi) bakteri pada sampel

urine dengan metode tuang.

2. Untuk mengetahui teknik pnghitungan angka kuman pada sampel

urine.

3. Untuk mengetahui hasil penghitungan angka kuman yang dilakukan

pada sampel urine?

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Praktis

Dari praktikum ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi mahasiswa

sehingga dapat menambah keterampilan mahasiswa dalam teknik penanaman

(inokulasi) bakteri dan penghitungan angka kuman pada urine.

1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Memperluas pengetahuan mahasiswa khususnya mengenai teknik

penanaman (inokulasi) bakteri dan teknik penghitungan angka kuman

pada urine.

2. Menjadi referensi di bidang keilmuan khususnya mikrobiologi dalam

hal teknik penanaman (inokulasi) bakteri dan teknik penghitungan

angka kuman.

3

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Urine

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh

ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.

Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang

disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di

dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar

tubuh melalui uretra. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti

racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. (Wikipedia,2012)

2.1.1 Sifat Fisis Urine

Sifat fisis urine terdiri dari:

1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ±1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake)

cairan dan factor lainnya.

2. Warna, bening dan bila dibiarka akan menjadi keruh.

3. Warna, kuning tergantung kepekatan, diet, obat-obatan dan sebagainya.

4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.

5. Berat jenis 1,015-1,020.

6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung pada diet (sayur

menyebabkan reaksi alkalis dan protein menjadi reaksi asam.

(Syaifuddin,1992)

2.1.2 Komposisi Urine

1. Urine terdiri dari kira-kira 95% air.

2. Zat-zat hasil nitrogen dan hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak, dan

kreatinin.

3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat, dan sulfat.

4. Pigmen (bilirubin, urobilin)

5. Toksin.

4

6. Hormon.

(Syaifuddin,1992)

2.1.3 Ciri-Ciri Urine Normal

Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai jumlah cairan

yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya

sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.(Syaifuddin,1992)

Normalnya, air seni (urin) itu steril atau bebas dari kuman (bakteri), virus, dan

jamur, namun mengandung cairan, garam, dan zat-zat sisa. Infeksi pada saluran

kemih terjadi bila organisme mikro, biasanya bakteri dari saluran cerna, berpindah ke

ujung saluran kemih (utetra) yang terbuka dan mulai berkembangbiak. Uretra adalah

saluran yang mengalirkan urin dari kandung kemih keluar tubuh. Sebagian besar

infeksi disebabkan oleh satu tipe bakteri, Escherichia coli (E. coli), yang normalnya

hidup di usus besar. (www.permatacibubur.com/en/see.php?id=Nov02-1f&lang=id)

2.1.4 Pengambilan Sampel Urine

Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari.

Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp),

dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah

diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan

steril.

1. Punksi Suprapubik

Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan

urin langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan

semprit dan jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah

tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal

pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila

keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang

tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.

(http://majalahkesehatan.com/infeksi-saluran-kemih-isk/)

5

2. Kateter

Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang

steril. Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang

akan ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan

kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di

dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari

kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.

(http://majalahkesehatan.com/infeksi-saluran-kemih-isk/)

3. Urine Porsi Tengah

Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan

teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan

ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat

kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik

untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan

menyebabkan kultur false-negative. (http://majalahkesehatan.com/infeksi-

saluran-kemih-isk/)

Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita :

1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina

dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua

potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi

dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk

membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka

tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.

2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan

potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari

depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat

sampah.

3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa

yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap

pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh

6

muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah

tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah

dipakai ke tempat sampah.

4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang

beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran

urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau

setengah wadah terisi.

5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan

dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita

pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.

Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria :

1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis

dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua

potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril

dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam

keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan

daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya

sebelum pembersihan selesai.

2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah

ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah

dipakai ke tempat sampah.

3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi

sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril

yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.

4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang

beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar

berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai

setengahnya.

7

Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan

dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita

pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.

(http://majalahkesehatan.com/infeksi-saluran-kemih-isk/

2.2 Media Pertumbuhan Mikroorganisme

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari

campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk

pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa

molekulmolekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media

pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga

memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. (Anoname,2008)

2.2.1 Bahan-Bahan Media Pertumbuhan

1 Bahan dasar

Air (H2O) sebagai pelarut.

Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit

didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu

450C.Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin

adalah polimer asam amino yang diproduksi dari kolage.

Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis mikroba yang mampu

menguraikannya dibanding agar.

Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya

juga sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk

memadatkan media bagi mikroorganisme autotrof obligat.

2 Nutrisi atau zat makanan

Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk

metabolisme sel yaitu berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur

mikro seperti Fe, Mg dan unsur pelikan/trace element.

Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organic

atau anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof

8

memerlukan sumber karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak,

protein dan asam organik.

Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa

bernitrogen lain. Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N

anorganik seperti urea.

Vitamin-vitamin.

3 Bahan tambahan

Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium

dengan tujuan tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa)

ditambahkan untuk indikator perubahan pH akibat produksi asam organik

hasil metabolisme. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat

pertumbuhan mikroba nontarget/kontaminan.

4 Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan media

Agar, agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk

dan terbuat dari beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai

pemadat (gelling) yang pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther

Hesse untuk membuat media. Jika dicampur dengan air dingin, agar

tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diasuk dan dipanasi,

pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama

dapat menurunkan kekuatan agar, terutama pada pH yang asam.

Peptone, peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati

seperti otot, liver, darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai.

Komposisinya tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana cara

memperolehnya.

Meat extract. Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak,

limpa, plasenta dan daging sapi.

Yeast extract. Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau

pembuat alcohol. Yeast extract mengandung asam amino yang lengkap

dan vitamin (B complex).

9

Karbohidrat. Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan

asam amino dan gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya

digunkan dalam amilum, glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol,

dan lain-lain. Konsentrasi yang ditambahkan untuk analisis fermentasi

adalah 0,5-1%.

(Anoname,2008)

2.2.2 Macam-Macam Media Pertumbuhan

1. Medium berdasarkan sifat fisik

Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga

setelah dingin media menjadi padat.

Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4%

sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media

semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat

menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran

sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh pada media

NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan membentuk cincin

hijau kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini cair maka

cincin ini dapat dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk

mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth,

kondisi anaerob atau sedikit oksigen meningkatkan metabolisme nitrat

tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata diseluruh media.

Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya

adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).

(Anoname,2008)

2. Medium berdasarkan komposisi

Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui

jenis dan takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey

Agar.

Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya

diketahui secara pasti, misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang

10

mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak

kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang komposisi

senyawa penyusunnya.

Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang

tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari

bahan dasarnya, misalnya Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion

Agar, Pancreatic Extract.

(Anoname,2008)

3. Medium berdasarkan tujuan

Media untuk isolasi

Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan

mikroba, misalnya Nutrient Broth, Blood Agar.

Media selektif/penghambat

Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat

tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba

lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan.

Contohnya adalah Luria Bertani medium yang ditambah Amphisilin

untuk merangsang E.coli resisten antibotik dan menghambat

kontaminan yang peka, Ampiciline. Salt broth yang ditambah NaCl 4%

untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran terhadap

garam.

Media diperkaya (enrichment)

Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar

untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti

darah, serum, kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk

mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak

hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi

membutuhkan komponen kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, Bile

Agar, Serum Agar, dan lain-lain.

11

Media untuk peremajaan kultur

Media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur.

Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik.

Media ini digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis

metabolism suatu mikroba. Contohnya adalah Koser’s Citrate medium,

yang digunakan untuk menguji kemampuan menggunakan asam sitrat

sebagai sumber karbon.

Media untuk karakterisasi bakteri

Media yang digunakan untuk mengetahui kemempuan spesifik suatu

mikroba. Kadang-kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan

adanya perubahan kimia. Contohnya adalah Nitrate Broth, Lactose

Broth, Arginine Agar.

Media diferensial

Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari

campurannya berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media

diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu

memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dan

perubahan warna media di sekeliling koloni.

(Anoname,2008)

2.3 Penanaman Bakteri (Inokulasi)

Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan

memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat

ketelitian yang sangat  tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi)

terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan

medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi

(Dwijoseputro, 1998).

Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman

bakteri (inokulasi) yaitu :

12

1. Menyiapkan ruangan

Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar

tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan .dalam labotarium

pembuataan serum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam

sebuah kotak kaca (encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan

saringan melalui suatu jalan agar tekena sinar ultraviolet (Pelezar, 1986).

2. Pemindahan dengan dengan pipet

Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan

untuk diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni

(Pelezar, 1986).

3. Pemindahan dengan kawat inokulasi

Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh lurus

juga boleh berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan

penanaman bakteri kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai

cukup dilewatkan nyala api saja setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi

dalam nyala (Pelezar, 1986).

2.3.1 Teknik Inokulasi

Bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau

meremajakan kultur ke dalam medium baru. (Anoname,2008)

Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murni

mikroorganisme yaitu :

1. Metode gores

Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan

waktu, tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan

latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah

Inokulum digoreskan di permukan media agar nutrien dalam cawaan petridish

dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan

13

terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni

(Winarni, 1997).

Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan

padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik teknik inilah

yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda

pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu

untuk membuat goresan sebanyak mungkin pada lempeng

medium pembiakan (Kus Irianto, 2006)

Ada beberapa teknik dalam metode goresan, yakni :

a. Goresan T   

(Anoname,2008)

b. Goresan Kuadran

Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda

yaitu dibagi empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih

mengandung banyak sel mikroorganisma. Goresan selanjutnya

dipotongkan atau disilangkan dari goresan pertama sehingga jumlah

semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal.

(Anoname,2008)

(Anoname,2008)

14

c. Goresan radian

(Anoname,2008)

d. Goresan Sinambung

Goresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan

koloni tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru.

(Anoname,2008)

(Anoname,2008)

2. Metode Tebar

Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar

nutrien dalam cawan petridish dan dengan menggunakan

batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi itu disebarkan

dalam medium batang yang sama dapat digunakan dapat

menginokulasikan pinggan kedua untuk dapat menjamin

penyebaran bakteri yang merata dengan baik. Pada beberapa

pinggan akan muncul koloni koloni yang terpisah-pisah (Winarni,

1997).

15

.....................……………..………….....

3. Metode Tuang

Isolasi menggunakan media cair dengan cara

pengenceran. Dasar melakukan pengenceran adalah penurunan

jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya

ditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997).

Robert koch ( 1943-905 ) mempunyai metode, yaitu

dengan mengambil sedikit sampel campuran bakteri yang sudah

diencerkan, dan sampel ini kemudian disebarluaskan di dalam

suatu medium dari kaldu dan gelatin encer. Dengan demikian

diperoleh hanyalah suatu piaraan adukan. Setelah medium itu

mengental, maka selang beberapa jam kemudian nampaklah

koloni – koloni yang masing – masing dapat dianggap murni.

Denagn mengulang pekerjaan seperti di atas, maka akhirnya

akan diperoleh piaraan murni yang lebih terjamin (Waluyo,

2005).

Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45oC) untuk dituang

bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian dihomogenkan

dan dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya

pada permukaan agar saja melainkan sel terendam agar (di dalam agar)

sehingga terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada

yang tumbuh di dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung

oksigen. (Anoname,2008)

4. Metode Tusuk

Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau

menusukan ujung jarum ose yang didalamnya terdapat

16

inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam media

(Winarni,1997).

2.4 Perhitungan Angka Kuman

Menghitung atau menentukan banyaknya mikroba dalam suatu bahan

(makanan, minuman, dan lain-lain) dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa

jauh bahan itu tercemar oleh mikroba. Dengan mengetahui jumlah mikroba, maka

dapat diketahui kualitas mikrobiologi dari bahan tersebut. Bahan yang dapat

dikatakan baik jika jumlah mikroba yang terkandung dalam bahan tersebut masih di

bawah jumlah standar yang ditentukan oleh suatu lambaga. Kandungan mikroba pada

suatu bahan juga sangat menentukan tingkat kerusakannya, serta dapat ditentukan

oleh tingkat kelayakan untuk dikonsumsi. (http://asriepdbgt.blogspot.com/2010/11/v-

behaviorurldefaultvmlo.html)

Jumlah mikroba dapat dihitung dengan beberapa cara, namun secara garis

besar dibedakan menjadi:

1. Cara langsung

Hasil perhitungan secara langsung menunjukkan seluruh jumlah mikroba

yang masih hidup maupun yang sudah mati. Caranya:

a.       Pembuatan preparat sederhana yang diwarnai

b.      Menggunakan ruang hitung

(http://asriepdbgt.blogspot.com/2010/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html)

2.   Cara tidak langsung

Cara perhitungan tidak langsung, hasil perhitungan jumlah mikroba

baru dapat diperoleh kemudian setelah dilakukan perlakuan terlebih dahulu.

Hasil perhitungan tidak langsung akan menunjukan jumlah mikroba yang

masih hidup saja. Adapun caranya :

a. Menghitung jumlah total mikroba (Total plate count = angka lempeng total)

b. Cara pengenceran

c. Memperkirakan jumlah terkecil mikroba yang ada (MPN = Most Probable

Number)

17

d. Cara kekeruhan (turbiditas)

(http://asriepdbgt.blogspot.com/2010/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html)

Plate Count (hitungan cawan)

Plate count / viable count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel

mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni

setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai.

Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan

perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut.

Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena

beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau

berantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units

(CFU’s) per ml. koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh

menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah sampel yang ingin

diketahui jumlah bakterinya. Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung

adalah sebagai berikut :

1. Satu koloni dihitung 1 koloni.

2. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.

3. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.

4. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2

koloni.

5. Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidak

dihitung.

6. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1

koloni.

18

(Anoname,2008)

Standar perhitungan

Jumlah koloni = jumlah koloni X 1/faktor pengenceran.

a.     Cawan yang dipilih adalah yang mengandung jumlah koloni 30-300 koloni

b.     Hasil yang dilaporkan terdiri dari 2 angka yaitu angka pertama di depan

koma dan angka kedua di belakang koma. Jika angka ketiga lebih besar

dari 5 maka harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua.

c.     Jika semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni, maka

hanya koloni pada pengenceran terendah yang dihitung. Hasilnya

dilaporkan sebagai kurang dari 30 koloni dikalikan dengan faktor

pengenceran tetapi jumlah sebenarnya harus dicantumkan dengan tanda

kurung.

d.      Jika semua pengenceran menghasilkan angka lebih dari 300 koloni maka

hanya koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung. Hasilnya

dilaporkan sebagai lebih dari 300 koloni dikalikan dengan faktor

pengenceran tetapi jumah sebenarnya harus dicantumkan dengan tanda

kurung.

e.       Jika semua pengenceran menghasilkan angka 30-300 koloni maka harus

dibuat perbandingan. Jika perbandingannya < 2 maka yang dilaporkan

adalah rata-rata pengenceran tetapi jika perbandingannya > 2 maka yang

dilaporkan adalah pengenceran terendah.

19

1 2 3 4 5 6

f.       Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, maka data yang

diambil harus dari kedua cawan tersebut meskipun salah satu dari cawan

duplo tidak memenuhi syarat 30-300 koloni.

(Anoname,2008)

BAB III

METODE

3.1 Waktu dan Tempat

3.1.1 Waktu

Praktikum I

Hari/tanggal : Kamis, 1 Maret 2012

Jam : 08.00 wita-12.00 wita

Kegiatan : Pembuatan media nutrient agar

Praktikum II

Hari/tanggal : Jumat, 9 Maret 2012

Jam : 08.00 wita-12.00 wita

Kegiatan : Penanaman sampel urine

Praktikum III

Hari/tanggal : Senin, 12 Maret 2012

Jam : 08.00 wita-12.00 wita

Kegiatan : Perhitungan angka kuman pada sampel urine

20

3.1.2 Tempat

Praktikum bakteriologi dilaksanankan di laboratorium bakteriologi

Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.

3.1.3 Alat dan Bahan

1. Alat

a. Incubator 370 C

b. Tabung reaksi

c. Rak tabung

d. Petri Dish

e. Pipet ukur

f. Bunsen/lampu spiritus

g. Coloni counter

h. Label

i. Gelas beker

j. Erlenmeyer

k. Kapas lemak

l. Label

m. Bola Hisap

n. Kompor listrik

2. bahan

a. Sampel : Urine

b. Media : Media Nutrient Agar

c. Reagen : Aquadest Steril

3.2 Cara kerja

21

1. Pengenceran

Disiapkan 3 tabung reaksi yang masing-masing diisi 9 ml aquadest.

22

Langkah kerja

Pengambilan SampelPengenceran (10-1,10-2,10-3)

Penanaman →Media NA*Metode Tuang

Inkubasi 370C 2x24 jam

Penghitungan (coloni counter)

Sampel Urine

Diambil 1ml

Dimasukkan ke TR 1

Dihomogenkan

Pengenceran urine 10-1

Diambil 1ml

Dimasukkan ke TR 2

Dihomogenkan

2. Penanaman

Pembuatan Kontrol

23

10-3

Diambil 1 ml

Dituang+media NA

10-3

10-3

Diambil 1 ml

Diambil 1 ml

Dituang+media NA

Dituang+media NA

Aquadest Steril Dituang+media NA

Diambil 1 ml

3. Inkubasi pada suhu 370 C

4. Penghitungan angka kuman dengan coloni counter (jumlah koloni x faktor

pengenceran)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil perhitungan kuman yang dilakukan pada sampel urine pasien

b didapatkan hasil sebagai berikut:

No Plate Pengenceran Jumlah Koloni

1 Kontrol - 42 I 10-1 833 II 10-2 2544 III 10-3 309

Perhitungan yang dapat mewakili jumlah kuman adalah pengenceran yang

mengandung jumlah koloni 30-300 koloni per cawan petri. Jadi, dari hasil

24

pengenceran, hanya plate pada pengenceran 10-1 dan 10-2 yang memenuhi syarat,

sedangka pengenceran 10-3 tidak memenuhi syarat karena mengandung lebih dari 300

koloni. Sehingga, hasil perhitungang Total Plate Count pada sampel urine pasien b

adalah sebagai berikut:

J umlah kuman per 1 mLsampel=(n1−nk ) x 10+(n 2−nk ) x 100

∑n

= (83−4 ) x10+ (254−4 ) x 100

2

= 790+25000

2

= 25790

2

= 12.895 /mL

4.2 Pembahasan

4.2.1 Teknik Penanaman (Inokulasi) Bakteri pada Sampel Urine

sebelum melakukan penanaman, ada beberapa tahapan yang harus

dilakukan antara lain:

1. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel urine pada pasien dilakukan dengan

menggunakan metode pengambilan sampel urine porsi tengah, yaitu dengan

cara membuang beberapa mililiter urin yang pertama keluar, kemudian

tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi

sepertiga sampai setengahnya.

Urine harus ditampung dalam wadah steril yang bertutup rapat dan

tidak mudah pecah.

2. Pengenceran

25

Pada dasarnya pengenceran dilakukan terhadap sampel yang

diperkirakan jumlah kuman banyak, sehingga dapat dihitung jumlah koloni

tiap-tiap platenya. Pengenceran sampel dilakukan sebagai berikut :

1. Disediakan 3 buah tabung reaksi yang masing-masing diisi label I,II,II

2. Masing-masing tabung tersebut kemudian diisi 9 mL aquadest steril.

3. Tabung I ditambahkan 1 ml urine. (1/10)

4. Dari tabung I dipipet 1 mL dan dimasukan ke tabung II (1/100)

5. Dari tabung II dipipet mL dan dimasukan ke tabung III (1/1.000)

Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi

jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Selain itu, pengenceran juga

bertujuan untuk menciptakan kondisi yang nyaman bagi kuman untuk

tumbuh, dan menghilangkan partikel-partikel yang mengganggu pertumbuhan

bakteri sehingga viabilitasnya tinggi. Penentuan besarnya atau banyaknya

tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam

sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran

pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10

sel mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya.

3. Penanaman dengan metode Tuang

Penanaman (inokulasi) bakteri dilakukan pada media nutrient agar.

Berdasarkan tujuannya, nutrient agar termasuk dalam media isolasi yang

bersifat umum. Yaitu, media yang mengandung semua senyawa esensial

untuk pertumbuhan hampir semua jenis mikroba. Sehingga media ini

digunakan dalam teknik penanaman bakteri pada sampel urine yang akan

dihitung total angka kumannya karena semua kuman yang ada dapat tumbuh.

Metode Tuang merupakan salah satu teknik inokulasi. Metode tuang

adalah Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar

melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga

pada suatu saat hanya ditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997).

Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :

26

1. Dari masing-masing pengenceran dipipet 1 mL dan ditanam pada media

NA (Nutrien Agar).

Dari tabung I dipipet 1 mL dan dituang pada cawan petri I kemudian

dilanjutkan dengan penuangan media NA pada cawan petri tersebut.

Dari tabung II dipipet 1 mL dan dituang pada cawan petri II kemudian

dilanjutkan dengan penuangan media NA pada cawan petri tersebut.

Dari tabung III dipipet 1 mL dan dituang pada cawan petri III kemudian

dilanjutkan dengan penuangan media NA pada cawan petri tersebut.

2. Selain penanaman sampel dibuat juga sebuah control yaitu dengan

menggunakan aquadest sebanyak 1 mL yang dituang pada cawan petri dan

ditambahkan media NA. Pembuatan control ini bertujuan sebagai indicator

yang menunjukkan seberapa besar kontaminasi yang terjadi pada media

pembiakan.

Penanaman (inokulasi) ini harus dilakukan secara aseptis yaitu teknik

yang digunakan dalam pencegahan kontaminasi sehingga kultur manipulasi

dan media kultur steril.

4. Inkubasi

Setelah selesai penanaman dengan metode tuang selanjutnya biakan

diinkubasi pada incubator dengan sehu 37 oC selama 2 x 24 jam atau selama

dua hari. Inkubasi dilakukan bertujuan untuk memberikan waktu untuk kuman

agar bisa berkembang biak dan menjadi koloni sehingga dapat dihitung. Suhu

37 oC merupakan suhu yang ideal untuk pertumbuhan bakteri atau kuman.

4.2.2 Teknik Penghitungan Angka Kuman pada Sampel Urine

Penghitungan jumlah koloni pada media pembiakan dilakukan dengan

menggunakan alat coloni counter. Alat ini berguna untuk mempermudah

27

J umlah kuman per 1 mLsampel=(n1−nk ) x 10+(n 2−nk ) x 100+(n3−n k ) x1000

∑ n

Keterangan :

n1 = Jtumlah koloni pada plate I

n2 = Jumlah koloni pada plate II

n3 = Jumlah koloni pada plate III

nk = Jumlah koloni pada control

perhitungan koloni yang tumbuh setelah diinkubasi di dalam cawan karena

adanya kaca pembesar. Selain itu alat tersebut dilengkapi dengan skala/ kuadran

yang sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni sangat banyak.

Jumlah koloni pada cawan Petri dapat ditandai dan dihitung otomatis yang dapat

di-reset.

Untuk mengetahui jumlah kuman yang terdapat dalam 1 mL sampel

dilakukan dengan menghitung jumlah koloni kuman yang tumbuh pada media

pembiakan. Perhitungan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Dihitung jumlah koloni kuman yang tedapat pada control. Syarat jumlah

koloni pada control adalah < 10

2. Dihitung jumlah koloni kuman pada masing-masing plate. Jumlah koloni pada

masing-masing plate memiliki syarat 30 > n > 300. Dengan n sama dengan

jumlah koloni yang terhitung. Jumlah koloni harus lebih besar dari 30 dan

lebih kecil dari 300

3. Untuk mengitung jumlah koloni kuman per 1 mL urine, dihitung dengan

menggunakan rumus

4.2.3 Hasil Penghitungan Angka Kuman pada Sampel Urine

28

Dari perhitungan koloni yang dilakukan pada masing-masing plate pada

alat colony counter diperoleh hasil yaitu pada pengenceran I (10-1) diperoleh

jumlah koloni sebanyak 83 koloni, pada pengenceran II (10-2) diperoleh jumlah

koloni sebanyak 254 koloni, sedangkan pada pengenceran III (10-3) diperoleh

jumlah kolony sebanyak 309 koloni.

Pada penghitungan jumlah koloni pada media pembiakan, terdapat factor

penganggu berupa jamur yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri pada

media pembiakan.

Hasil yang diperoleh ini kemudian dihitung lagi dengan menggunakan

rumus untuk mengetahui jumlah angka kuman pada 1 mL urine. Namun dari data

yang diperoleh tersebut hanya pada pengenceran I dan II yang dapat digunakan

dalam perhutingan. Sedangkan pada pengenceran III tidak dapat digunakan

karena syarat jumlah kuman yang dapat dihitung dan sesuai standar adalah 30-300

koloni per cawan.

Bedasarkan hasil perhitungan terhadap data jumlah kuman yang

ditemukan diperoleh hasil bahwa banyaknya jumlah kuman dalam 1 mL sampel

urine adalah sebanyak 12.895 /mL.

Terdapat tiga kemungkinan yang terjadi dari hasil perhitungan jumlah koloni

kuman yang dilakukan. Jika hasil perhitungan koloni kuman (colony Count) <

10.000 / mL urine menandakan tidak terjadi infeksi. Adanya kuman pada urine

pasien kemungkinan karena infeksi suprapubik atau kateter. Jika hasil perhitungan

koloni (colony count) antara 10.000 mL s/d 100.000/mL urine, menandakan pasien

mengalami infeksi saluran kemih. Dan apabila perhitungan koloni (Coloni Count )>

100.000/mL urine, menunjukan bahwa pasien mengalami infeksi saluran kantung

kemih. Sesuai dengan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa pada pesien diindikasi

mengalami infeksi saluran kemih. Infeksi pada saluran kemih terjadi bila organisme

mikro, biasanya bakteri dari saluran cerna, berpindah ke ujung saluran kemih (utetra)

yang terbuka dan mulai berkembangbiak. Uretra adalah saluran yang mengalirkan

urin dari kandung kemih keluar tubuh.

29

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Teknik penanaman (inokulasi) bakteri dari sampel urine dimulai dengan

pengambilan sampel dengan metode pengambilan sampel urine porsi tengah,

kemudian sampel diencerkan dengan menggunakan metode pengenceran

bertingkat (10-1, 10-2, 10-3). Setelah pengenceran, dilakukan penanaman

sampel dengan metode tuang pada media Nutrient Agar. Setelah mengeras,

biakan diinkubasi pada suhu 370C selama 2x24 jam.

2. Penghitungan jumlah koloni pada media pembiakan dilakukan dengan

menggunakan alat coloni counter. Jumlah koloni pada masing-masing plate

yang memenuhi syarat adalah plate yang memiliki jumlah koloni 30 > n >

30

300. Penghitungan jumlah total kuman yang ada pada cawan menggunakan

rumus :

J umlah kuman per 1 mLsampel=(n1−nk ) x 10+(n 2−nk ) x 100+(n3−nk ) x 1000

∑ n

3. Bedasarkan hasil perhitungan terhadap data jumlah kuman yang ditemukan

diperoleh hasil bahwa banyaknya jumlah kuman dalam 1 mL sampel urine

adalah sebanyak 12.895 /mL. Sesuai dengan hasil tersebut dapat dinyatakan

bahwa pada pesien diindikasi mengalami infeksi saluran kemih.

5.2 Saran

1. Disarankan kepada praktikan agar selalu melakukan teknik kerja aseptic

mulai dari pembuatan media hingga penanaman bakteri agar kontaminasi

dapat ditekan sehingga didapatkan hasil penghitungan yang dapat

dipertanggungjawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Rosyida, Rani Wulandari, dan Shinta Ayu Nurfaradila, 2010, Laporan

Praktikum Mikrobiologi Penentuan Angka Kuman, Departemen Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia

Anoname,Tt, Infeksi Saluran Kemih, diakses di: http://majalahkesehatan.com/infeksi-

saluran-kemih-isk/, diakses tanggal: 1 Maret 2012

Anoname, 2008, Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar, Purwokerto: Laboratorium

Mikrobiologi Universitas Jenderal Soedirman

Anoname, 2009, Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan, diakses di:

http://www.wikipedia.com/anatomi-dan-fisiologi-sisitem-perkemihan,

diakses tanggal: 1 Maret 2012

31

Anoname, 2010, Jenis-jenis Pemindahan Mikroba, diakses di: http://

www.scrib.com./doc/403051141, diakses tanggal: 1 Maret 2012

Anoname, 2010, Perhitungan Angka Kuman, diakses di:

http://asriepdbgt.blogspot.com/2010/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html,

diakses tanggal: 1 Maret 2012

Anoname, 2012, Urine, diakses di: http://www.wikipedia.com/urine, dikses tanggal:

1 Maret 2012

Syaifuddin, 1992, Anatomi dan Fisiologi untuk Siswa Perawat, Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC

32

33