pemikiran pendidikan islam menurut k.h. ahmad …

99
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD DAHLAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Dwi Puspa Khairunnisa NIM: 1111033100023 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H./2017M.

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

K.H. AHMAD DAHLAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Dwi Puspa Khairunnisa

NIM: 1111033100023

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H./2017M.

Page 2: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …
Page 3: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …
Page 4: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …
Page 5: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

iv

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Indonesia Arab Indonesia

ا

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

ض

a

b

t

ts

j

kh

d

dz

r

z

s

sy

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

ه

ء

ي

ة

'

hg

f

q

k

l

m

n

w

g

'

y

h

Vokal Panjang

Arab Indonesia

ā آ

Ī ٳى

ū أو

Page 6: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

v

ABSTRAK

Nama: Dwi Puspa Khairunnisa

NIM : 1111033100023

Judul : Pemikiran Pendidikan Islam Menurut K.H Ahmad Dahlan

Pada awal abad 20, lembaga pendidikan di Indonesia mempunyai dua

pendidikan yang berbeda yaitu pendidikan tradisional dan pendidikan sekuler.

Pendidikan tradisional adalah lembaga pendidikan pesantren yang dikelola oleh

umat Islam atau ulama-ulama Muslim dan hanya diajarkan ilmu agama saja.

Sedangkan, pendidikan sekuler adalah pendidikan sekolah umum yang dikelola

oleh pemerintah Hindia Belanda dan hanya diajarkan ilmu pengetahuan umum

saja. Pada awal abad 20 masyarakat Muslim beranggapan bahwa akan dianggap

kafir apabila anak-anaknya dimasukkan ke sekolah pemerintah Hindia Belanda

yang memakai sistem Barat yaitu bercelana panjang, berjas, berdasi dan lain

sebagainya. Anggapan ini membawa pengaruh besar terhadap ekonomi Muslim

yang mengakibatkan masyarakat Muslim tidak memiliki akses ke sektor-sektor

pemerintahan dan perusahaan-perusahaan swasta.

Untuk memperbaiki kondisi pendidikan umat Islam di Indonesia

khususnya umat Muslim, maka salah satu tokoh pembaharuan yaitu K.H Ahmad

Dahlan pendiri organisasi Muhammadiyah 1912 yang berasal dari Kauman

Yogyakarta, juga terkenal sebagai seorang aktivis sosial keagamaan menawarkan

sistem pendidikan baru dengan mengkolaborasikan ilmu agama dan ilmu umum.

Menurutnya hanya melalui pendidikan seperti ini, kondisi umat Islam di Indonesia

dapat berkembang lebih baik secara ekonomi-pendidikan dan pendidikan-

ekonomi.

Melalui Muhammadiyah, K.H Ahmad Dahlan mendirikan sekolah-sekolah

model Belanda yang mengkolaborasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan

umum. Adapun kurikulum yang diterapkan K.H Ahmad Dahlan pada sekolah

Muhammadiyah meliputi integrasi ilmu dan amal, integrasi ilmu agama dan ilmu

umum, kebebasan berfikir dan pembentukan karakter dengan tujuan peserta didik

mempunyai wawasan yang luas dan ahli dalam segala bidang ilmu pengetahuan,

baik umum maupun agama, sehingga peserta didik dapat mengembangkan atau

mengamalkan ajaran-ajaran/teori-teori yang diajarkan pendidik, serta tidak

mengikuti pendangan orang lain tanpa tahu alasannya (taqlid) dan peserta didik

harus menanamkan jiwa sosial, moral dan beragama pada kehidupan sehari-hari.

Page 7: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Syukur kata nikmat Allah SWT yang terus mengiringi setiap langkah para hamba-

Nya dalam segala proses kehidupan. Karena-Nya penulis diberi kemudahan

selama penyusun skripsi ini, sehingga dapat menyelesaikannya dengan baik.

Salawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada insan pilihan, Nabi

Muhammad Saw. Atas selesainya karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan materil

maupun moril dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan terimakasih kepada.

1. Ayahanda Heri Iskandar dan Ibunda Masliyah, kedua orang tua yang

selalu memberikan motivasi, serta doa selama perjalanan penulis dalam

menuntut ilmu di manapun penulis berada, serta kakak dan adik-adik

tercinta, Abraham Pisca, Salsabila, Alarsy dan Fatimah Azzahra yang

selalu memberikan semangat dan doa. Rasanya tidak pernah cukup untuk

berterima kasih, semoga Allah selalu mencurahkan rahmat dan kasih

sayang kepada mereka.

2. Din Wahid, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan

waktu, memberikan arahan, motivasi, dan membimbing penulis dengan

baik, sehingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Dra. Tien Rohmatin, MA., selaku Ketua Program Studi Aqidah Filsafat

dan Abdul Hakim Wahid., SHI., MA., selaku Selaku Sekretaris Program

Studi Aqidah dan Filsafat Islam.

4. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin.

5. Drs. Nanang Tahqiq, MA., selaku dosen mata kuliah metode penelitian

filsafat yang telah mengajarkan pada penulis tentang ketelitian dan

ketekunan.

6. Prof. Dr. Abdul Azis Dahlan, MA., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

7. Kepada Ibu Fitroh selaku dosen Fakultas Sainstek yang selalu memberikan

motivasi, doa serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

vii

8. Sahabat perjuangan, yang menemani suka duka dan selalu mendengar

keluh kesah penulis selama enam tahun ini, Husni Mubarok, Mila Astuti,

Annisa Shabrina dan Rilla Selastia.

9. Sahabat-sahabat Aqidah Filsafat 2011 tanpa terkecuali, yang sudah

banyak membantu dan selalu memberikan semangat lewat canda dan tawa.

10. Sahabat-Sahabat Basketball UIN Jakarta, IKANZ Basketball Alumni Al-

Zaytun, serta keluarga KKN Garmandes 2014.

11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang turut membantu

dalam perjuangan penulis dengan sengaja maupun kebetulan, terimakasih

tak terhingga penulis sampaikan. Semoga kita dirahmati Allah Swt. Amin.

Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memberikan wawasan

pengetahuan bagi siapa pun yang berkesempatan membacanya.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Jakarta, 13 Juli 2017

Penulis

Page 9: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PESETUJUAN ....................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI .................................. iii

PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. iv

ABSTRAK ................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................. 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 8

E. Tinjauan Pustaka .................................................................... 8

F. Metodologi Penelitian ............................................................ 10

G. Sistematika Penulisan ............................................................ 11

BAB IIBIOGRAFI K.H. AHMAD DAHLAN

A. Latar Belakang Kehidupan dan Pendidikan ........................... 13

B. Aktivitas Sosial dan Keagamaan ........................................... 23

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PENDIDIKAN ISLAM

A. Definisi Pendidikan Islam ...................................................... 34

B. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam ..................................... 39

C. Metode Dalam Pendidikan Islam ........................................... 43

D. Masalah Modernisasi Pendidikan Islam ................................ 48

Page 10: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

viii

BAB IV PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM KIAI AHMADDAHLAN

A. Integrasi Ilmu dan Amal ........................................................ 60

B. Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum ................................. 65

C. Kebebasan Berpikir ................................................................ 69

D. Pembentukan Karakter ........................................................... 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 82

B. Saran-Saran ............................................................................ 85

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 86

Page 11: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal abad 20, Indonesia mempunyai dua sistem pendidikan

yaitu sekuler dan tradisional. Pendidikan sekuler merupakan sistem

pendidikan yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Dalam

sistem pendidikan tersebut di ajarkan ilmu pengetahuan umum saja.

Sedangkan, Pendidikan tradisional merupakan sistem pendidikan yang

didirikan oleh ulama-ulama Muslim, yang dalam sistem pendidikan

tersebut hanya diajarkan ilmu agama. Menurut Raden Sasrosugondo1

menceritakan tentang kondisi pendidikan pada awal abad 20 melalui

majalah Adil No. 51 tahun 1936, sebagai berikut:

Sepanjang penganggapannya para santri di Kauman, dan di pondok

lainnya, pada ketika itu, bahwa anak atau orang yang pernah

bersekolah di sekolah pemerintah Hindia Belanda itu sudah tidak

Islam lagi, bahkan di anggap sudah memasuki agama Nasrani. Oleh

karena itu para santri atau pun haji tidak bisa leluasa

perhubungannya dengan priyai-priyai Gubernemen tersebut. Para

santri sama merendahkan priyayi-priyayi di dalam hati. Sebaiknya

para priyayi-priyayi berganti sama merendahkan pada dirinya

santri-santri, sebabnya mereka itu dianggap rendah pengetahuannya

tentang pelajaran di bangku sekolah. Misalnya soal berhitung, ilmu

bumi, sejarah, ilmu alam, ilmu ukur dan lain sebagainya. Mereka

mengira bahwa santri itu terutama hanya pandai soal agama belaka.

Lebih-lebih priyayi-priyayi itu perasaanya sudah memegang ilmu

sesungguhnya.2

1 Raden Sasrosugondo merupakan aktifis Muhammadiyah yang hidup pada abad 20. Ia

juga aktif sebagai penerjemah bahasa Belanda. 2 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam: Pandangan K.H Ahmad Dahlan dan Beberapa

Tokoh Lainnya, Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa (Jakarta Selatan: Pustaka Kajian Islam

FAI UHAMKA, 2009), h. 361-362.

Page 12: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

2

Peristiwa tersebut menunjukan bahwa pendidikan di Indonesia

belum mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya. Tujuan

pendidikan di antaranya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang berbudi

luhur, berakhlak baik, serta memiliki pengetahuan, keterampilan,

kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri

serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.3 Tujuan

pendidikan di Indonesia adalah membentuk karakter seseorang yang

beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

K.H Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, hadir dengan ke-

tidak sepakatannya dengan sistem pendidikan yang didirikan oleh

Hindia belanda. Ia menganggap timpang sistem pendidikan tersebut.

Maka dari itu ia menawarkan sistem pendidikan yang

mengkolaborasikan antara sistem pendidikan sekular dengan

tradisional.4

Sayyid Ahmad Khan, seorang tokoh pembaharu di India, ia

mengakui bahwa pendidikan yang mementingkan ilmu agamanya saja

akan menghasilkan orang-orang ahli pada bidang agamanya saja.

Akan tetapi Ahmad Khan juga mengakui bahwa meniru metode

pendidikan para pendahulunya tidak akan membuahkan hasil yang

diinginkan. Metode-metode baru yang sesuai dengan zaman harus

3 Tohirin, “Tujuan Pendidikan,” artikel diakses pada tanggal 8 April 2016 dari

http://sholihfikr.blogspot.co.id. 4 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam: Pandangan K.H Ahmad Dahlan dan Beberapa

Tokoh Lainnya, Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa, h. 352-353.

Page 13: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

3

diubah karena dengan pendidikan yang sesuai dengan tuntunan zaman

akan membentuk kepribadian yang budi luhur. Seperti contoh, Ahmad

Khan mencoba mendorong masyarakat Muslim untuk berhubungan

dengan orang-orang Barat seperti, makan bersama mereka,

menghormati agama mereka, mempelajari ilmu-ilmu mereka dan lain

sebagainya. Tindakan ini membuat masyarakat Muslim membentuk

kepribadian yang budi pekerti. Menurut Ahmad Khan, berbudi luhur

adalah hakikat dari pengajaran, yang bukan bersifat teoritis seperti

kebanyakan orang pahami. Maksud pengajaran dari budi luhur bukan

berarti mengajarkan teori-teori tentang baik dan buruk, benar dan

salah, namun sikap keseharian dan kepribadian yang dipraktikan

dalam kehidupan sehari-hari.5

Berbicara tentang budi luhur, menurut Ahmad Dahlan, berakhlak

luhur tidak hanya terbatas memiliki sifat-sifat kepribadian, tetapi

harus dinamis, aktif mencari pengetahuan, bersikap dan bertindak

dengan baik terhadap kehidupan.6 Berakhlak luhur merupakan sikap

yang selalu mengamalkan kebaikan-kebaikan di dalam diri serta

senantiasa saling tolong menolong sesama manusia. Dalam

menciptakan akhlak luhur di kalangan siswa, Ahmad Dahlan berusaha

untuk mendekati remaja di lingkungannya. Ia mempunyai cara khusus

5 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam: Pandangan K.H Ahmad Dahlan dan Beberapa

Tokoh Lainnya, Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa, h. 268-269. 6 Syuja, Islam Berkemajuan, Kisah Perjuangan K.H Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah

Masa Awal (Tangerang: al-Wasath, 2010), h. 163-164.

Page 14: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

4

dalam mendidik dan mendekati murid-murid remajanya yang berusia

25 tahun untuk berakhlak luhur.

Beberapa penulis menyatakan bahwa Dahlan kerap mengajarkan

serta mendorong para muridnya agar gemar beramal, melakukan

kebaikan, dan menghindarkan diri dari kebiasaan berfoya-foya dan

kenakalan. Hal tersebut akan membentuk kepribadian siswa berakhlak

luhur. Ada strategi tersendiri yang digunakan oleh Dahlan untuk

mendidik mereka. Ia berawal mengikuti segala keinginan dan

kemauan mereka, seperti berpiknik, bermusik, dan sebagainya.

Kemudian sedikit demi sedikit mereka dididik hingga kemudian dapat

menjadi pribadi yang berbudi luhur dan saleh.7 Dalam hal ini Dahlan

berkata:

Berakhlak luhur dan berbuat kebajikan merupakan kelanjutan dari

sikap iman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab dan para nabi.

Berbudi luhur, juga berarti memberikan harta yang dicintai,

mengasihi anak-anak yatim, fakir miskin dan budak. Juga

mendirikan salat, zakat, tepat janji, sabar, dan lapang dada dari

segala kesulitan serta senantiasa rela berkorban untuk sesama.Serta

saling menghormati dalam kebenaran dengan sesamanya, dan ini

diartikan sebagai upaya perbaikan pribadi umat dan bukan untuk

mencari kesalahan orang lain. Dan hal ini akan membawa mereka

senantiasa dekat dengan Allah dan terpelihara dari segala

kesalahan.8

Dari kutipan di atas, menurut Ahmad Dahlan, akhlak setiap orang

tidak cukup hanya mengetahui kebaikan pada tataran teori belaka,

7 Junus Salam, K.H.A. Dahlan, Amal dan Perdjoeangannja (Jakarta: Depot Pengadjajaran

Muhammadiyah, 1968), h. 17.

8 Ridjaluddin F.N,Filsafat Pendidikan Islam: Pandangan K.H Ahmad Dahlan dan

Beberapa Tokoh Lainnya, Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa, h. 458.

Page 15: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

5

akan tetapi harus senang mempraktikkan dan senang berbuat baik.9 Di

samping itu, selain berakhlak luhur Ahmad Dahlan dalam sistem

pendidikannya mempunyai metode tersendiri. Ia mengkolaborasikan

sistem pendidikan umum dan agama. Ahmad Dahlan berpendapat

bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu

yang utuh yang mempunyai pengetahuan umum dan moral (agama).

Bagi Ahmad Dahlan, kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan satu

sama lain. Inilah yang menjadi alasan Dahlan mengapa agama

dianggap penting dalam pendidikan. Oleh sebab itulah, Ahmad

Dahlan menyisipkan nilai-nilai keagamaan di sekolah-sekolah sekuler.

Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak hanya mampu menguasai

pendidikan keduniawian tetapi juga memahami agama sebagai

pedoman hidup, yang pada akhirnya menghasilkan manusia yang

berbudi luhur (etika).10

Ahmad Dahlan melihat pendidikan di Indonesia terbagi menjadi

dua kutub intelektual, yaitu pendidikan pesantren yang dianggap

hanya menciptakan individu yang saleh dan hanya menguasai ilmu

agama saja. Sebaliknya, di sisi lain pendidikan Belanda yang

merupakan pendidikan sekular di dalamnya hanya mengedepankan

pendidikan umum.11

Dari peristiwa ini, Ahmad Dahlan berpendapat

9 Syuja, Islam Berkemajuan, Kisah Perjuangan K.H Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah

Masa Awal, h. 163-164.

10

Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan Sang Pencerah Pendidik dan Pendiri

Muhammadiyah (Jakarta: Media Utama, 2010), h. 119-123.

11

Syuja, Islam Berkemajuan, Kisah Perjuangan K.H Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah

Masa Awal, h. 34

Page 16: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

6

bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu

yang utuh menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan

spritual serta dunia dan akhirat.12

Untuk mencapai kehidupan material dan spiritual Ahmad Dahlan

berpendapat bahwa, dengan ilmu yang dimiliki oleh pendidik mampu

mengamalkan ilmunya kepada peserta didik. Ahmad Dahlan

beranggapan bahwa mengamalkan ilmunya adalah berkarya. Artinya,

dengan berkarya merupakan suatu ilmu yang dapat diamalkan secara

terus menerus. Selain itu, dengan mengamalkan ilmu-ilmu yang kita

miliki dapat menanamkan karakter yang baik terhadap peserta didik

dan tindakan ini dapat diajarkan dalam perbuatan sehari-hari. Selain

itu, pendidik mampu menjabarkan ajaran-ajaran\teori-teori dengan

kebebasan berfikir. artinya, dengan kebebasan berfikir, pendidik

dapat menjelaskan kepada peserta didik dengan mudah untuk

mencapai pengetahuan. Dengan pengetahuan peserta didik mampu

melanjutkan tugasnya sebagai pelajar dan kebebasan berfikir tetap

berdasarkan dengan kaidah-kaidah Islam. Oleh karena itu, umat

Muslim harus berpendidikan agar mempunyai bekal ilmu baik di

duniawi maupun di akhirat, serta tidak mengikuti pandangan orang

lain tanpa tahu alasannya (taqlid).

Keinginan Ahmad Dahlan dalam menciptakan pembaruan di atas,

diharapkan dapat membentuk masyarakat Indonesia yang mempunyai

12 Ridjaluddin F.N, Filsafat Pendidikan Islam: Pandangan K.H Ahmad Dahlan dan

Beberapa Tokoh Lainnya, Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa, h. 505.

Page 17: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

7

peradaban yang lebih maju, karena apabila masyarakat mempunyai

peradaban yang lebih maju maka akan menjadikan negara dan bangsa

ini menuju peradaban masyarakat yang lebih baik.

Merujuk pada penjelasan di atas maka penulis ingin menelusuri

lebih jauh tentang “PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM K.H

AHMAD DAHLAN” dan membahasnya dalam bentuk skripsi.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, pembatasan akan

dilakukan pada pembahasa pemikiran pendidikan Islam menurut K.H

Ahmad Dahlan pada awal abad 20 dengan mengajukan pertanyaan,

yakni bagaimana konsep pendidikan Islam dalam pandangan K.H

Ahmad Dahlan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan pemikiran pendidikan Islam menurut K. H.

Ahmad Dahlan.

2. Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata

Satu (S1).

Page 18: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

8

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah bahwa karya ilmiah ini,

dapat memberikan gambaran dan informasi tentang pendidikan Islam

yang digagas oleh K.H Ahmad Dahlan. Selain itu juga, karya ilmiah

ini diharapkan dapat menjadi suatu sumbangan akademik yang

bermanfaat di masyarakat dan dapat menambah khazanah

perpustakaan di Indonesia.

E. Tinjauan Pustaka

Sebagai seorang pemikir dan pembaharu di Indonesia, K.H Ahmad

Dahlan telah menarik perhatian para sarjana di dalam dan di luar

negeri. Di UIN Jakarta, beberapa mahasiswa telah menulis

tentangnya. Salah satunya adalah Anastasia Dansy Novitasari dalam

skripsinya “Metode Pembelajaran Akhlak Menurut K.H Ahmad

Dahlan dan Relevansinya dengan Pembelajaran Akhlak dalam Islam”

(skripsi, Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2013). Dalam skripsinya tersebut Anastasia menjelaskan bahwa

metode pembelajaran akhlak harus berpedoman pada al-Qur‟an dan

Hadis, serta harus menggunakan akal pikiran sesuai jiwa ajaran Islam.

Hal ini dapat dilihat dari murid-murid K.H Ahmad Dahlan

menggunakan metode pembiasaan.

Selanjutnya, karya dari Lutfhi Hariyanto“Gagasan dan Upaya

Pembaharuan K.H Ahmad Dahlan dalam Muhammadiyah” (Skripsi,

Page 19: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

9

Aqidah Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah, 2003). Pada skripsi tersebut

penulis menyinggung pemikiran-pemikiran K.H Ahmad Dahlan

sebagai pembaruan Islam, karena K.H Ahmad Dahlan bercita-cita

untuk meluruskan pemahaman ajaran Islam yang sesuai ajaran Allah

dan Rasulnyadan amal usaha K.H Ahmad Dahlan yang

diimplementasikan dalam organisasi Muhammadiyah yang

didirikannya.

Selanjutnya, karya dari Ibnu Tsani“Islam dan Sosialisme Telaah

Atas Pemikiran dan Aksi K.H Ahmad Dahlan” (Akidah Filsafat, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009). Skripsi ini menjelaskan bahwa,

sosialisme yang dipraktikkan oleh K.H Ahmad Dahlan lebih

menitikberatkan sebagai etika sosial dan sosialisme Ahmad Dahlan

bersumber dari kitab suci al-Qur‟an. Aksi-aksi sosialisme Ahmad

Dahlan merupakan aksi perjuangan yang menegakkan hak-hak dasar

manusia seperti hakatas pendidikan, hak atas kesehatan, dan hak atas

penghidupan yang layak.

Di samping skripsi yang telah dicantumkan di atas, ada beberapa

buku yang sudah ditulis oleh sarjana. Di antaranya adalah: K.H

Dahlan Amal dan Perjuangannya, karangan Junus Salam yang

diterbitkan oleh Alwasath Publishing House, 2009. Buku ini

menjelaskan bahwa gagasan-gagasan cemerlang K.H Ahmad Dahlan

dapat terealisir melalui organisasi Muhammadiyah yang didirikannya

tahun 1912 M. K.H Ahmad Dahlan berusaha membebaskan

Page 20: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

10

masyarakat Indonesia dari kebodohan, kesengsaraan, dan kemiskinan,

melalui gerakan dakwah amar ma‟ruf nahi munkar yang di antaranya

diwujudkan melalui jalur pendidikan.

Selain buku tersebut ada juga buku Jejak Pembaharuan Sosial dan

Kemanusiaan Kiai Ahmad Dahlan karangan Abdul Munir Mulkan

yang diterbitkan oleh Kompas, Jakarta, 2010. Buku ini menjelaskan

gerakan reformasi kemanusiaan K.H Ahmad Dahlan yang bersikap

terbuka pada modernitas dan kemanusiaan. Gerakan reformasi

kemanusiaan K.H Ahmad Dahlan bersumber dari ayat-ayat kitab suci

dan sunah rasul.

Lalu karangan Abdul Munir Mulkhan, buku yang berjudul Islam

Kultural Kiai Dahlanyang diterbitkan oleh Grafindo, Jakarta, 2012.

Buku ini menjelaskan, bagaimana K.H Ahmad Dahlan mewariskan

kepada generasi pelanjut dakwah Islam dengan mendirikan organisasi

yang kini berkembang pesat yaitu Muhammadiyah. Selain itu, K.H

Ahmad Dahlan juga mengembangkan dakwah kultural dan

muhammadiyah secara modern, terukur, dan maju.

F. Metode penelitian

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode library research

(studi kepustakaan). Dengan teknik ini, penulis berupaya

mengumpulkan data-data yang terkait permasalahan yang akan

dibahas pada skripsi ini seperti buku-buku atau artikel.

Page 21: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

11

Metode analisa yang digunakan adalah metode deskriptif dan

analitis. Deskriptif digunakan agar mampu memahami dan

memberikan dan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang

terkait dengan skripsi ini. Sementara analitis dipakai agar penulis

dapat menyusun skripsi ini dalam bentuk yang sistematis sehingga

mengena pada inti permasalahan.

Adapun teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada Pedoman

Akademik Tahun 2011/ 2012 Program Strata 1 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang disusun oleh Tim Penyusun Universitas

Islam Negeri Syarif Hudayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh

CeQDA tahun 2011. Sedangkan mengenai transliterasi penulisan

skripsi ini mengacu pada sistem transliterasi Jurnal Ilmu Ushuluddin

yang diterbitkan oleh HIPIUS (Himpunan Peminat Ilmu-ilmu

Ushuluddin).

G. Sistematika Penulisan

Untuk keserasian pembahasan dan mempermudah analisa materi

dalam penulisan skripsi ini, maka penulis menggambarkannya dalam

sistematika penulisan di bawah ini:

BAB I merupakan pendahuluan yang berisi tentang uraian

permasalahan secara global dan menyeluruh mengenai materi, konteks,

arah dan ruang lingkup pembahasan yang terdiri dari: latar belakang

Page 22: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

12

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II berisi tentang riwayat hidup K.H Ahmad Dahlan yang

mencakup latar belakang kehidupan dan pendidikan, aktivitas sosial

dan keagamaan.

BAB III berisi tentang tinjauan umum tentang pendidikan Islam

yang mengenai definisi pendidikan Islam, tujuan dan fungsi

pendidikan Islam, metode dalam pendidikan Islam, masalah

modernisasi pendidikan Islam.

BAB IV merupakan kajian inti persoalan yang dikaji oleh penulis,

berisi tentang pemikiran pendidikan Islam menurut K.H Ahmad yang

meluputi integrasi ilmu dan amal, integrasi ilmu umum dan ilmu

agama, kebebasan berfikir dan pembentukan karakter.

BAB V berisi tentang penutup dari skripsi yang berisi kesimpulan

dari pembahasan dengan memberikan jawaban atas rumusan dan

batasan masalah yang telah dicantumkan pada bab pendahuluan.

Page 23: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

13

BAB II

BIOGRAFI K.H AHMAD DAHLAN

A. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan

K.H Ahmad Dahlan lahir pada tanggal 1 Agustus 1868 di desa

Kauman, kota Yogyakarta dan meninggal 23 Februari tahun 1923.

1Kauman ―tempat kelahiran dan tempat Ahmad Dahlan

dibesarkan― adalah sebuah kampung yang terkenal di Yogyakarta,

karena letaknya yang berdekatan dengan Masjid Agung Kesultanan

Keraton. Selain letaknya yang strategis dekat dengan masjid, kampung

ini juga terkenal dengan nuansa keagamaan yang konservatif.

Kampung ini sangat berpengaruh besar dalam perjalanan hidup

Ahmad Dahlan dikemudian hari. Sebagian besar penduduk Kauman

dipenuhi oleh orang-orang Islam dengan mata pencaharian sebagai

pedagang. Disini juga tempat tinggal guru-guru agama seperti imam,

khatib, muazin, dan pegawai masjid.2 Kata “Kauman” berasal dari

bahasa Arab yaitu “qaum” yang maknanya “pejabat keagamaan”.

Daerah ini merupakan tempat tinggal para qaum, santri, serta ulama-

ulama Islam yang berkewajiban memelihara kemakmuran masjid.3

Kampung Kauman cukup makmur dari segi materi, karena

mayoritas dari penduduknya adalah saudagar. Selain itu juga, warga

1 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam (Yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2011), h. 293.

2 Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah (Jakarta: Sinar Harapan, 1995), h.

40.

3 Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah (Jakarta:

Depdikbud, 1985), h. 36.

Page 24: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

14

Kauman mempunyai sikap yang fanatik dalam memahami agama

Islam serta mereka anti terhadap penjajah.4 Ahmad Dahlan juga

berasal dari Kauman namun ia mempunyai sikap yang lebih fleksibel.

Dimasa kecil nama Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia

merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara, yakni adalah Nyai

Khatib Arum, Nyai Muhsinah, Nyai Haji Soleh, Muhammad Darwis,

Nyai Abdurrahman, Nyai Haji Muhammad Faqih dan Muhammd

Basir.5 Darwis dilahirkan dari keluarga yang terpandang dan taat

beragama dan terkenal di lingkungan kesultanan Yogyakarta.

Ayahnya bernama K.H Abu Bakar bin Sulaiman dan ibunya adalah

putri Haji Ismail. Ayahnya adalah seorang ulama dan khatib terkenal

di masjid besar kesultanan di Yogyakarta, sedangkan ibunya adalah

anak dari seorang penghulu besar kesultanan di Yogyakarta.6

Dari garis keturunan ibunya, Muhammad Darwis merupakan cucu

dari penghulu keraton Yogyakarta yaitu K.H Ibrahim. Sedangkan dari

garis keturunan ayahnya, Muhammad Darwis termasuk keturunan

kedua belas dari seorang wali besar dan seorang yang terkemuka di

antara wali songo, yaitu Maulana Malik Ibrahim. Silsilah dari ayahnya

ialah: Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana „Ainul Yaqin,

Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman,

Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurug Djuru Sapisan, Demang

4 Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, h. 41.

5 Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah, h. 42.

6 Ridjaluddin F.N, Filsafat Pendidikan Islam: Pandangan K.H Ahmad Dahlan dan

Beberapa Tokoh LainnyaPemecahan Problema Pendidikan Bangsa(Jakarta Selatan: Pustaka

Kajian Islam, 2009),h. 402.

Page 25: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

15

Djurug Djuru Kapindo, Kiayi Ilyas, Kiayi Murtadla, KH. Muhammad

Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan).7

Dari silsilah tersebut menjadi jelas bahwa Muhammad Darwis

memang memunyai darah ulama yang kuat yang mengalir dalam

tubuhnya.8

Muhammad Darwis pada masa kecilnya terkenal sebagai seorang

anak yang pintar, rajin, jujur dan suka menolong. Ia sangat kreatif

dalam membuat barang-barang kerajinan tangan dan permainan,

sehingga masyarakat Kauman menamakan dirinya seorang anak yang

ulet, pandai dengan kelebihannya yang bisa memanfaatkan sesuatu.

Muhammad Darwis berkarya bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi

kesenangannya dibagi-bagikan kepada teman-temannya dan saudara-

saudaranya. Sejak masa kanak-kanak, jiwa sosial telah bersemi pada

diri Muhammad Darwis. Kelebihan dan jiwa sosial itulah yang

menjadikan Muhammad Darwis sering tampil sebagai pemimpin bagi

teman-temannya.9Djarnawi Hadi Kusumo menggambarkan sosok K.H

Ahmad Dahlan sebagai berikut:

Orangnya agak kurus tinggi, raut mukanya bulat telur, dan

kulitnya hitam manis, hidungnya mancung dengan bibir elok

bentuknya. Kumis dan jenggotnya rapih, kacamata putih selalu

melekat di depan matanya yang tenang, tetapi menembus hati

siapa saja yang memandangnya. Cahaya matanya memancarkan

kasih sayang dan keikhlasan yang tiada taranya. Sinar yang terang

menandakan kedalaman ilmunya terutama dalam bidang tasawuf,

7Junus Salam, K.H Ahmad Dahlan Amal dan Perdjoeangannja (Jakarta: Depot

Pengadjajaran Muhammadiyah, 1968), h.56.

8Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, h. 39.

9Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan Sang Pencerah Pendidik dan Pendiri

Muhammadiyah(Jakarta: Media Utama, 2010), h. 51.

Page 26: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

16

seolah-olah setiap gerakannya dapat ditandai bahwa dia kurang

tidur asyik membaca atau berdzikir kepada Allah, serba teliti dan

hati-hati dalam setiap perbuatan dan langkahnya.10

Ketika berumur tujuh tahun, Darwis belajar menulis, membaca

kitab, mengaji al-Qur‟an dan memperoleh pendidikan keagamaan dari

ayahnya sendiri dan guru-guru yang lain. Muhammad Darwis berhasil

menyelesaikan bacaan al-Qur‟an dan mengahafal 20 sifat-sifat Allah

ketika ia berumur delapan tahun.11

Selain belajar pesantren yang dipimpin oleh ayahnya di kampung

Kauman, Muhammad Darwis juga dikirim oleh ayahnya untuk belajar

di luar Yogyakarta. Karena itu, Muhammad Darwis belajar ilmu fiqih

(hukum Islam) dari Kiai Haji Muhammad Shaleh, ilmu nahwu

(sintaksis bahasa Arab) dari Kiai Haji Muksin, ilmu falak (astronomi)

dan geografi dari Kiai Raden Haji Dahlan, qira‟ah (seni membaca al-

Qur‟an) dari syaikh Amin dan Syaid Bakri dan ilmu hadis (nilai-nilai

dari ketradisian Nabi Muhammad) dari Kiai Mahfudh dan syaikh

Khayyat. Walaupun Muhammad Darwis mempelajari berbagai bidang

ilmu, akan tetapi ia sangat tertarik sekali pada ilmu falaq dan

mendalami ilmu itu.12

Pada abad ke-19, tradisi masyarakat Kauman mengirimkan anak-

anaknya kepada guru atau para ulama untuk menuntut ilmu. Pada

masa itu ada berbagai guru: guru mengaji al-Qur‟an, guru kitab dan

10Djarnawi Hadi Kusumo, Matahari-matahari Muhammadiyah (Yogyakarta: Persatuan,

t.t), h. 3.

11

Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah, h. 43.

12

Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, h. 43-44.

Page 27: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

17

guru tarekat.13

Sebelum mengirim putra-putrinya ke sekolah

pendidikan formal dasar, pendidikan dasar agama Islam diajarkan

dilingkungan keluarga. Misalnya, ketika anak-anak berumur empat

atau lima tahun, anak-anak diajak cara membaca al-Qur‟an, dengan

memanfaatkan rumahnya sendiri sebagai tempat mengaji dan belajar

agama.14

Anak-anak Kauman termasuk Muhammad Darwis, tidak pernah

dimasukkan ke sekolah formal, meskipun banyak sekolah-sekolah

yang diselenggarakan oleh pemerintah Hindia Belanda yang dikenal

sebagai sekolah Gubernemen. Hal ini disebabkankarena masyarakat

Kauman menganggap sekolah-sekolah tersebut sebagai sekolah orang-

orang kafir dan mengirimkan anak ke sekolah Belanda, dianggap

sebuah penyimpangan. Pada masa itu, ada pendapat yang mengatakan

bahwa umat Islam tidak diperbolehkan mengikuti pendidikan,

pergaulan serta meniru gaya berpakaian Barat (misalnya bercelana

panjang, berjas, berdasi, bertopi, dan sebagainya).15

Inilah yang

menjadi alasan ayah Darwis tidak memasukkan putra-putrinya ke

sekolahBelanda.Pendapat di atas didasarkan atas hadits Nabi Saw,

yakni:

.و بقىم فهى هنهن تشب هن

13 Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, h. 42.

14

Deliar Noor, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: LP3ES, 1980),

h. 14.

15

Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah, h. 43.

Page 28: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

18

Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk

mereka.16

[HR. Abu Dawud].

Tasyabbuh di dalam hadits di atas artinya menyerupai atau meniru

orang kafir dalam masalah keyakinan, ibadah, kebiasaan, atau model-

model perilaku yang merupakan ciri khas mereka.

Ketika berumur 15 tahun, Darwis memutuskan untuk menunaikan

ibadah haji dan belajar ilmu-ilmu agama.Biaya perjalanan dan

keperluan Muhammad Darwis ke tanah suci ditanggung oleh kakak

iparnya yaitu kiai Haji Soleh. Darwis bermukim di Mekkah selama

lima tahun.17

Pada tahun 1888, Darwis memutuskan untuk kembali ke Kauman

dan bertemu dengan gurunya, Sayyid Bakri Syatha.18

Pada saat itu

sang guru memberikan nama baru untuk Muhammad Darwis yakni

Ahmad Dahlan, yang diambil dari nama seorang ulama yang terkenal

Mazhab Syafi‟i di Mekkah, yaitu Ahmad binZaini Dahlan.19

Sepulang dari Mekkah, Ahmad Dahlansibuk dengan kegiatan

pendidikan agama. Pada siang hari setelah Zhuhur dan malam hari

setelah Maghrib sampai Isya, Ahmad Dahlan membantu ayahnya

memberi pelajaran mengaji kepada anak-anak dan remaja. Sementara

itu, pada sore hari sesudah Ashar, Ahmad Dahlan mengikuti pelajaran

16As-shona‟anii, Subulus Salam (Bairut: Darul Kutub Alamiyah, 1971), h. 267/4.

17

Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan Sang Pencerah Pendidik dan Pendiri

Muhammadiyah, h. 51.

18

Abdul Munir Mulkan dan Ahmad Syafi‟i Ma‟arif, 1 Abad Muhammadiyah Gagasan

Pembaruan Sosial Keagamaan (Jakarta: Kompas, 2010), h.17. Sayyid Bakri Syatha adalah salah

satu ulama yang ahli dalam bidang ilmu qira‟ah.

19

Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan Sang Pencerah Pendidik dan Pendiri

Muhammadiyah, h. 51.

Page 29: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

19

ayahnya yang diperuntukkan bagi orang-orang tua. Tetapi, jika

ayahnya berhalangan tidak bisa mengajar, Dahlan yang menggantikan

untuk mengajar. Lama-kelamaan Ahmad Dahlan dipanggil kiai oleh

anak-anak, remaja maupun orang tua. Alasan mereka memanggil

dengan sebutan nama kiai, karena Ahmad Dahlan memilki keahlian

pada bidang agama Islam dan memberikan keahliannya kepada para

santri.20

Selain itu, Kegiatan Ahmad Dahlan tidak hanya mengajar saja

melainkan juga berdagang. Ia pernah berdagang batik ke kota-kota di

Jawa pada tahun 1892. Usaha perdagangan batik ini dimodali oleh

ayahnya. Usaha yang dilakoninya berkembang dengan baik, yang

awalnya hanya berdagang di kota-kota Jawa akhirnya semakin maju

sampai ke daerah Sumatra bagian Utara. Sambil berdagang Ahmad

Dahlan melakukan syiar agama. Di setiap kota yang dikunjunginya, ia

selalu menyempatkan diri untuk bersilatuhrahmi kepada para ulama

setempat dan berdisukusi tentang ajaran Islam.21

Pada tahun 1896, ayah Ahmad Dahlan meninggal dunia. Semasa

hidup sang ayah menjabat sebagai khatib di masjid kesultanan

Yogyakarta. Sepeninggalnya, posisi khatib dilanjutkan oleh Ahmad

Dahlan. Hal itu karena Ahmad Dahlan pernah mendalami ilmu agama

dan meneruskan pelajarannya di Mekkah, maka Ahmad Dahlan

20 Abdul Munir Mulkan dan Ahmad Syafi‟I Ma‟arif, 1 Abad Muhammadiyah Gagasan

Pembaruan Sosial Keagamaan, h.18.

21

Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan Sang Pencerah Pendidik dan Pendiri

Muhammadiyah, h. 54-55.

Page 30: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

20

diangkat untuk menggantikan kedudukan ayahnya sebagai khatib di

masjid kesultanan Yogyakarta oleh Sultan Hamengkubuwono VII. Di

antara tugasnya adalah melaksanakan khutbah Jum‟at secara

bergantian dengan delapan orang teman khatib lainnya, piket di

serambi masjid dengan enam orang temannya dalam waktu seminggu

sekali, dan menjadi anggota dewan agama Islam hukum keraton.22

Jabatan sebagai khatib hanya merupakan penghormatan karena

khatib tidak bergaji. Ia hanya diberi uang penghormatan atau

honorarium yang jumlahnya tidak banyak, yaitu tujuh gulden.23

Ahmad Dahlan memanfaatkan jabatan sebagai seorang khatib untuk

menyebarluaskan pemikirannya tentang Islam kepada masyarakat.

Keteladanan, kejujuran, serta perhatiannya kepada masalah-masalah

sosial pada waktu itu, menjadikan Ahmad Dahlan semakin disukai

banyak orang sehingga ia dijuluki “khatib amin” yang artinya “khatib

yang dapat di percaya”.24

Sebagai seorang khatib, K.H Ahmad Dahlan meluangkan waktu

untuk terus mendalami ilmu agama, khususnya ilmu falaq dan ilmu

hisab dari Kiai Haji Saleh Darat yang berasal dari Semarang. K.H

Ahmad Dahlan berkata:

Bahwa ilmu itu tidak pernah kering-keringnya untuk dipelajari,

semakin dipelajari suatu ilmu itu semakin dirasakan

kekurangannya. Manusia itu harus selalu menuntut ilmu, ibarat

22 Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, h. 44.

23

Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah, h. 49.

24

Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, h. 44.

Page 31: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

21

mulai dari dilahirkan sampai masuk liang kubur. Orang tidak

pernah tua dalam menuntut ilmu.25

Keinginan untuk terus memperdalam ilmu agama sangat besar

dalam diri K.H Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, Ahmad Dahlan

kembali berangkat ke Mekkah untuk menunaikan Ibadah Haji yang

kedua kalinya dan memperdalam ilmu agama di Mekkah.26

Di sana,

Ahmad Dahlan bertemu dengan beberapa ulama Indonesia dan

membicarakan berbagai masalah sosial keagamaan, termasuk masalah

yang terjadi di Indonesia. Di antara ulama tersebut adalah Syekh

Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kiai Nawawi dari Banten, Kiai

Mas Abdulah dari Surabaya dan Kiai Faqih Kumambang Gresik.27

Ahmad Khatib selalu mendorongnya untuk memperbaiki sistem

pengajaran agama Islam di Indonesia dan mengubahnya dari cara

tradisional yang dianggap sudah ketinggalan zaman dengan cara

modern. Menurut Ahmad Khatib, agama Islam itu sebenarnya agama

kemajuan dan dapat disesuikan dengan zaman baru.28

Selain itu, Ahmad Dahlan juga sempat bertemu dengan Rasyid

Rida, seorang tokoh dan pemikir pembaharuan Islam di Mesir.

Dengan Rasyid Rida, Dahlan sempat berputar pikiran mengenai

pembaharuan Islam di dunia. Menurut Rasyid Rida, pembaharuan

Islam harus menitikberatkan kepada pemurnian tauhid (keesaan Allah)

25 Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah, h. 49

26

Abdul Munir Mulkan dan Ahmad Syafi‟i Ma‟arif, 1 Abad Muhammadiyah Gagasan

Pembaruan Sosial Keagamaan, h.17.

27

Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, h. 46.

28

Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah, h. 48.

Page 32: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

22

tidak beriman secara taqlid (secara membabi buta percaya kepada

keterangan seseorang tanpa mengetahui landasan yang primer). Hal-

hal ini juga dipikirkan oleh Ahmad Dahlan. Dari kunjungan yang

kedua inilah, Dahlan membawa semangat pembaharuan dan

diterapkan di tanah air, serta memberikan jawaban terhadap problema-

problema sosial keagamaan yang dihadapi. Setelah pertemuan dengan

Rasyid Rida, Ahmad Dahlan juga memperdalam pemikiran

Muhammad Abduh dan Ibnu Taimiah yang dipublikasikan di majalah

al-„Urwatul Wutsqa (tali yang kuat) dan al-Manar (mercu suar).29

Pada tahun 1905, Ahmad Dahlan balik ke kampung Kauman, dan

kembali melaksanakan fungsinya, baik sebagai khatib amin, maupun

sebagai dai. Aktivitasnya antara lain membangun pondok untuk anak-

anak yang ingin belajar agama Islam secara umum maupun ilmu lain,

seperti ilmu falaq, tauhid, dan tafsir.30

Di samping itu, selain melakukan aktivitas sosial keagamaan, K.H

Ahmad Dahlan terus belajar untuk memperluas wawasannya dengan

membaca buku atau kitab dan mengkaji buku-buku. Diantaranya:

Kitab Tauhid, Tafsir al-Manar, Tafsir Juz Amma, al-Islam Wal-

Nasharaniyahkarya Syeikh Muhammad Abduh, Kanzul al-Ulum,

Dairah al-Ma‟arifkarya Farid Wajdi, Kitab fi al-Bid‟ah, al-Tawaasul

Wal-Wasilah karya-karya Ibnu Taimiyah, Izhar al-Haq karya Rahma

al-Hindi, Tafshil al-Nasyatin Tashil al-sa‟adatain, Matan Al-Hikmah

karya Atha Allah, dan al-Qashaid al- Aththaisyyah karya Abdul al-

29 Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, h. 44.45.

30

Abdul Munir Mulkan dan Ahmad Syafi‟I Ma‟arif, 1 Abad Muhammadiyah Gagasan

Pembaruan Sosial Keagamaan, h.20.

Page 33: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

23

Athas.31

Dari kitab-kitab tersebut,kitab yang paling K.H Ahmad

Dahlan sukai adalah Tafsir al-Manar karangan Muhammad Abduh

dan Rasyid Rido. Tafsir al-Manar menjelaskan ide-ide pembaruan

Islam pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20.32

B. Aktivitas Sosial Keagamaan

K.H Ahmad Dahlan tidak mengenal lelah dalam mencari ilmu dan

mengamalkannya pada masyarakat. Ahmad Dahlan dikenal sebagai

seorang ulama dan seorang pedagang yang tidak lepas dari aktivitas

sosial keagamaan.33

Menurut Ahmad Dahlan, sebagai seorang

pedagang ia mempunyai kesempatan besar untuk melakukan aktivitas

sosial keagamaan. Ahmad Dahlan sering melakukan perjalanan ke

luar Kauman untuk berdagang dan perjalanan tersebut, ia bertemu

dengan ulama, kyai dan tokoh-tokoh umat Islam. Mereka saling

bertukar pikir tentang berbagai disiplin ilmu, antara lain ilmu agama,

sosial maupun permasalahan yang ada di sekitar masyarakat setempat.

Karena kegemarannya menjalin silatuhrami di luar orang-orang

kampung Kauman, Ahmad Dahlan semakin popular di luar

masyarakat Kauman.

31 Abdul Munir Mulkhan dan Ahmad Syafi‟i Ma‟arif, 1 Abad Muhammadiyah Gagasan

Pembaruan Sosial Keagamaan,h.18.

32

Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah, h. 45.

33

Abdul Munir Mulkhan dan Ahmad Syafi‟i Ma‟arif, 1 Abad Muhammadiyah Gagasan

Pembaruan Sosial Keagamaan, h. 20.

Page 34: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

24

Aktivitas sosial keagamaan, dilakukan setelah kedatangan Ahmad

Dahlan dari Mekkah yang pertama.34

Sebagai seorang khatib, Ahmad

Dahlan menyampaikan ide pembaharuan tentang kekeliruan arah

kiblat salat yang sebenarnya. Banyak masjid di Jawa yang arah

kiblatnya selama ini menghadap kearah Barat, padahal seharusnya

menghadap ke arah Barat Laut. Hal ini sesuai dengan perhitungan

ilmu falaq. Untuk mewujudkan gagasan ini, Ahmad Dahlan

mendiskusikan pandangannya tentang arah kiblat dalam forum

pengajian orangtua yang dipimpin oleh kyai Lurah H. M. Nur, seorang

ulama yang terkenal di Yogyakarta.35

Forum tersebut dilaksanakan pada tahun 1898. Ahmad Dahlan

mengundang 17 ulama yang ada di sekitar kota Yogyakarta untuk

membicarakan arah kiblat di surau milik keluarganya di Kauman.

Untuk diskusi ini para ulama mempersiapkan kitab-kitab agama.

Forum ini disepakati hanya menjadi ajang tukar pikir dan tidak untuk

mengambil keputusan apapun. Tetapi beberapa hari setelah

musyawarah, lantai Masjid Agung di Kauman telah digaris dengan

kapur putih setebal 5 cm yang menunjuk kearah Barat Laut. Kejadian

ini membuat kyai penghulu H. M. Khalil Kamuludiningrat meminta

garis ini dihapus.36

Setelah itu, Ahmad Dahlan dipanggil oleh kyai

Khalil dan ditanya tentang masalah pembuatan garis di lantai Masjid

34 Sudarno Shobron, Studi Kemuhammadiyahan, Kajian Historis, Ideologis dan

Organisasi(Surakarta: LPID, 2008), h. 31.

35

Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, h. 49.

36

Abdul Munir Mulkhan dan Ahmad Syafi‟I Ma‟arif, 1 Abad Muhammadiyah Gagasan

Pembaruan Sosial Keagamaan, h. 19.

Page 35: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

25

Agung. Ahmad Dahlan menjelaskan bahwa dirinya tidak mengetahui

sama sekali tentang peristiwa ini. Di kemudian hari diketahui bahwa

ada beberapa pemuda yang memang membuat garis dilantai Masjid

Agung tersebut. Menghadapi peristiwa ini, Ahmad Dahlan berdiskusi

dengan Sayyid Utsman al-Habsyi, seorang ahli geografi di Batavia.

Ahmad Dahlan juga pergi ke kantor Observatorium di Lembang

Bandung dalam rangka memerkuat pemikirannya tentang arah kiblat

yang salah itu.37

Untuk merealisasikan ide pembaharuanya, pada tahun 1899 Ahmad

Dahlan merenovasi arah kiblat milik keluarganya di Kauman ke arah

Barat Laut. Beberapa bulan setelah pembangunan selesai, datanglah

kyai penghulu H.M. Khalil ke surau untuk menemui Ahmad Dahlan

dan meminta agar surau itu dibongkar karena arah kiblatnya tidak

sama dengan Masjid Agung Yogyakarta, tetapi Ahmad Dahlan

menolak perintah kyai H. M Khalil. Pada akhirnya surau itu dibongkar

secara paksa pada malam hari itu juga.38

Walaupun diliputi perasaan kecewa, Ahmad Dahlan mendapat

banyak hiburan dari keluarga agar cita-citanya tidak padam. Akhirnya

Ahmad Dahlan membangun kembali surau tersebut sesuai dengan

arah kiblat Masjid Agung Yogyakarta, sementara arah kiblat yang

sebenarnya ditandai dengan membuat garis petunjuk di bagian dalam

masjid. K.H Ahmad Dahlan berkata: “Kalau mereka belum suka

37 Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, h. 50.

38

Abdul Munir Mulkhan dan Ahmad Syafi‟I Ma‟arif, 1 Abad Muhammadiyah Gagasan

Pembaruan Sosial Keagamaan, h. 20.

Page 36: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

26

menerima ilmuku yang benar, di belakang hari mereka akan insaf dan

menuruti pendapatku yang menurut ilmu itu”.39

Walaupun idenya ditolak oleh masyarakat Kauman, perjuangan

Ahmad Dahlan tidak berhenti sampai di sini. Ia berusaha memperbaiki

sikap hidup masyarakat dengan mengajarkan ajaran-ajaran sosial dan

agama, seperti: gotong royong, menyantuni fakir miskin dan anak

yatim piatu, tolong menolong, dan sebagainya. Untuk menanamkan

sifat-sifat itu, Ahmad Dahlan juga mempratikkan hal ini secara

langsung, agar masyarakat mempunyai nilai-nilai positif yang

terkandung dalam Islam.40

Menurut Ahmad Dahlan, agama Islam tidak akan bisa tegak tanpa

diperjuangkan melalui sebuah wadah (organisasi). Demikian pula

perjuangan membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda,

harus disertai meningkatkan ilmu pengetahuan dan kecerdasan melalui

lembaga pendidikan. Akhirnya, Ahmad Dahlan memberi nasihat

kepada masyarakat untuk beramal, berorganisasi, dan berpegang pada

prinsip “senantiasa mempertanggungjawabkan tindakan kepada

Allah”.41

Hal ini berarti tindakan manusia hendaknya senantiasa

merujuk pada ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah

Swt. dalam bentuk syariah.

39 Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, h. 50-51.

40

Farid Ma‟ruf, Analisa Akhlak dalam Perkembangan Muhammdiyah(Jakarta: Majlis

Taman Pustaka, 1962), h. 10.

41

Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan Sang Pencerah Pendidik dan Pendiri

Muhammadiyah, h. 62.

Page 37: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

27

Pada tanggal 20 Mei 1908, lahir sebuah organisasi yang bernama

Budi Utomo yang didirikan oleh Dr.Wahidin Sudirohusodo.42

Budi

Utomo diawali kata “budi” yang berarti “perangai” atau “tabiat”

dan “utomo” yang berarti “baik” atau“luhur”. Jadi Budi Utomo

adalah perkumpulan yang akan mencapai sesuatu berdasarkan

keluhuran budi, kebaikan perangai atau tabiat. Organisasi ini bergerak

dalam bidang pendidikan, sosial budaya, dan ekonomi. Tujuan awal

organisasi ini adalah untuk mencapai kemerdekaan Indonesia

khusunya di Jawa. Karena ketika itu, ide persatuan seluruh Indonesia

masih belum dikenal.

Dr. Wahidin Sudirohusodo, lahir pada tanggal 7 Januari 1852 di

desa Mlati Sleman, kota Yogyakarta dan wafat pada tangga 26 Mei

1917. Ia menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di Yogyakarta

dan melanjutkan belajarnya di Europeesche Lagere School di

Yogyakarta. Karena hasrat belajarnya yang besar dan kecintaannya

pada dunia medis dan keinginan untuk menolong sesama, Dr. Wahidin

lalu memutuskan untuk melanjutkan studinya ke sekolah dokter ke

Jawa atau yang dikenal juga dengan sebutan STOVIA di Jakarta.43

Ahmad Dahlan mengenal Budi Utomo melalui Joyosumarto.44

Joyosumarto adalah salah satu anggota Budi Utomo dan pembantu Dr.

Wahidin Sudirohusodo di bidang kedokteran. Ketika itu, Joyosumarto

42Prodjokusumo, Pemesyarakatan Tradisi, Budaya dan Politik Muhammadiyah (Jakarta,

Perkasa, 1995), h. 77.

43

Ahmad Fauzi Ramdani, “Gerakan Budi Utomo 1908,” http://mahasiswamuslim-

garut.blogspot.co.id, Artikel Diakses Pada Tanggal 18 Maret 2016

44

Sudarno Shobron, Studi Kemuhammadiyahan(Surakarta: LPID, 2008), h. 58.

Page 38: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

28

sedang berkunjung ke Kauman untuk bersilatuhrami kepada

keluarganya, lalu Ahmad Dahlan melihat Joyosumarto dan mengajak

untuk singgah di rumahnya. Dalam pertemuan tersebut, Joyosumarto

menceritakan organisasi Budi Utomo yang memunyai tujuan untuk

membenahi sistem pendidikan, sosial budaya dan ekonomi.

Cerita tersebut mendorong Ahmad Dahlan bertemu dengan

pemimpin Budi Utomo. Berkat Joyosumarto, Ahmad Dahlan bertemu

Dr. Wahidin Sudirohusodo. Walaupun belum menjadi anggota

organisasi ini, Ahmad Dahlan sering menghadiri rapat anggota

maupun pengurus yang diselenggarakan oleh Budi Utomo di

Yogyakarta.45

Dari pertemuan-pertemuan ini, Ahmad Dahlan sedikit

demi sedikit mengenal aktivitas organisasi Budi Utomo. Dari

pertemuan ini, ia membahas pelajaran di sekolah yang harus

diperbaiki dan badan wakaf untuk mengumpulkan uang guna

membantu anak-anak yang terlantar pendidikannya dan mendirikan

sekolah.46

Ahmad Dahlan resmi menjadi anggota Budi Utomo pada tahun

1909. Ahmad Dahlan tidak hanya sebagai anggota Budi Utomo, tetapi

ia juga menjadi anggota komisaris dalam kepengurusan Budi Utomo

cabang Yogyakarta.47

Menurut Ahmad Dahlan, selama ia mengikuti

45 Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan Sang Pencerah Pendidik dan Pendiri

Muhammadiyah, h. 72.

46

Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah, h. 59.

47

Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan Sang Pencerah Pendidik dan Pendiri

Muhammadiyah, h. 72.

Page 39: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

29

pertemuan resmi Budi Utomo, ia mendapatkan ilmu pengetahuan dan

pengalaman bagaimana memimpin organisasi.48

Walaupun sebagai seorang khatib dan anggota Budi Utomo Ahmad

Dahlan tetap aktif dalam kegiatan sosial keagamaan. Ahmad Dahlan

sering memanfaatkan forum pertemuan pengurus Budi Utomo sebagai

tempat untuk menyampaikan informasi tentang agama Islam. Hal ini

menarik perhatian para pengurus maupun anggota Budi Utomo.

Kegiatan ini biasanya dilakukan setelah acara resmi selesai.

Upaya Ahmad Dahlan tidak sia-sia. Salah satu pengurus Budi

Utomo R. Sosrosogondo, yang sedang menjabat sebagai guru di salah

satu sekolah negeri yaitu Kweekschool Jetis Yogyakarta, tertarik pada

agama Islam.49

Dengan hadirnya R. Sosrosogondo, Ahmad Dahlan

juga menyampaikan pelajaran agama Islam, khususnya kepada para

pemuda yang akan menjadi penerus sebagai pemimpin bangsa. Karena

pemuda-pemuda Indonesia di masa depan akan menduduki jabatan

penting dalam konstelasi negara dan masyarakat.50

Berkat bantuan R. Sosrosugondo, pada tahun 1910, Ahmad Dahlan

mengajar agama Islam di Kweekschool. Pelajaran agama Islam di

Kweekschool dikategorikan sebagai pelajaran ekstra kurikuler dan

dilaksanakan pada Sabtu sore dan Minggu pagi.51

Peristiwa ini

48Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah, h. 59.

49

Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan Sang Pencerah Pendidik dan Pendiri

Muhammadiyah, h. 76.

50

Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah, h. 66.

51

Sudarno Shobron, Studi Kemuhammadiyahan, Kajian Historis, Ideologis dan

Organisasi, h. 59.

Page 40: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

30

merupakan pertama kali diajarkan agama Islam di sekolah negeri.

Melalui cara ini, Ahmad Dahlan berharap agar ia mengajar agama

Islam disekolah-sekolah pemerintah, karena anggota-anggota Budi

Utomo pada umumnya bekerja di sekolah-sekolah yang didirikan oleh

pemerintah dan di kantor-kantor pemerintah. Selain itu, Ahmad

Dahlan juga mengaharapkan kepada anggota Budi Utomo yang pernah

diajarnya menyampaikan pelajaran kepada murid-murid mereka.

Pada tahun 1910, selain Budi Utomo, Ahmad Dahlan juga pernah

mengikuti organisasi yaitu Jami‟at Khair (organisasi masyarakat Arab

di Indonesia) yang didirikan pada tahun 1905 di Jakarta, dipimpin

oleh Abu Bakar bin Ali Syahab. Meskipun organisasi ini mayoritas

anggotanya orang-orang Arab, namun organisasi ini terbuka untuk

umat Muslim dari mana saja. Selain belajar berorganisasi secara

modern di kalangan orang-orang Islam, namun ia juga mendapatkan

pengetahuan tentang kegiatan sosial, terutama yang berhubungan

dengan pendirian dan pengolalaan lembaga pendidikan modern. Di

samping itu, Jami‟at Khair juga membangun hubungan silatuhrami

untuk bertukar pikir kepada pemimpin di negara-negara Islam yang

sudah maju seperti Turki, Mesir dan lainya.52

Pengalaman berorganisasi di Budi Utomo dan Jami‟at Khair,

memberikan pelajaran kepada siswa di Kweekschool dan didukung

oleh perkembangan pendapat masyarakat umumpada waktu itu yang

52Sudarno Shobron, Studi Kemuhammadiyahan, Kajian Historis, Ideologis dan

Organisasi, h. 24.

Page 41: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

31

mulai menyadari bahwa pendidikan sangat penting. Oleh karena itu,

Ahmad Dahlan memunculkan ide pembentukan sebuah sekolah yang

memadukan pelajaran ilmu agama Islam dan ilmu umum.53

Akhirnya pada tanggal 1 Desember tahun 1911 Ahmad Dahlan

mendirikan sebuah sekolah yang bernama “Madrasah Ibtidayah

Diniyah Islamiyah” di Yogyakarta.54

Sekolah ini mendapatkan

dukungan dari pengurus dan anggota Budi Utomo. Di samping itu,

para pengurus dan anggota Budi Utomo juga menyarankan kepada

Ahmad Dahlan untuk meminta subsidi kepada pemerintah jika sekolah

yang didirikan itu sudah teratur.55

Sekolah tidak hanya mengajarkan

pengetahuan Agama saja tetapi juga mengajarkan ilmu pengetahuan

umum, seperti berhitung, ilmu bumi dan sebagainya.56

Lembaga pendidikan yang baru saja didirikan oleh Ahmad Dahlan

memerlukan perhatian yang lebih lanjut agar dapat terus berkembang.

Dalam kondisi seperti ini, Ahmad Dahlan mempunyai suatu ide

pembentukan organisasi untuk mengelola sekolah tersebut. Ide

pembentukan suatu organisasi ini didiskusikan dengan Budi Utomo,

guru Kweekschool dan murid Kweekschool Jetis. Diskusi ini

memfokuskan upaya mencari dukungan, persoalan nama organisasi,

tujuan, tempat kedudukan dan pengurus organisasi yang akan

53 Abdul Munir Mulkhan dan Ahmad Syafi‟I Ma‟arif, 1 Abad Muhammadiyah Gagasan

Pembaruan Sosial Keagamaan, h. 22.

54

Abdul Munir Mulkhan, Islam Kultural Kiai Dahlan, h. 38.

55

Abdul Munir Mulkhan dan Ahmad Syafi‟I Ma‟arif, 1 Abad Muhammadiyah Gagasan

Pembaruan Sosial Keagamaan, h. 24.

56

Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah, h. 70.

Page 42: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

32

dibentuk.57

Dari pembicaraan ini disepakati beberapa hal yang

berhubungan dengan rencana pembentukan suatu organisasi tersebut,

yaitu perlu didirikan sebuah organisasi baru di Yogyakarta. Para siswa

Kweekschool tetap mendukung Ahmad Dahlan, tetapi mereka tidak

akan menjadi pengurus organisasi yang akan didirikan karena adanya

larangan dari inspektur kepala dan adanya anjuran supaya diambil dari

orang-orang yang sudah dewasa. Budi Utomo akan membantu

pendirian perkumpulan baru tersebut.58

Pada bulan-bulan akhir tahun 1912, persiapan pebentukan sebuah

perkumpulan dilakukan dengan lebih intensif, melalui pertemuan-

pertemuan yang secara eksplisit membicarakan dan merumuskan

masalah seperti nama dan tujuan perkumpulan, serta peran Budi

Utomo dalam proses formalitas yang berhubungan dengan pemerintah

Hindia Belanda. Melihat luhurnya cita-cita Ahmad Dahlan, organisasi

yang ingin dibentuk tidak hanya bertujuan untuk mengelola sekolah

yang sudah dibentuk terlebih dahulu tetapi pembentukan organisasi ini

harus berkembang lebih luas, penyebaran dan pengajaran agama Islam

secara umum serta aktivitas sosial lainnya.59

Akhirnya Ahmad Dahlan mendirikan organisasi

“Muhammadiyah”. Organisasi ini didirikan pada tanggal 18

57 Abdul Munir Mulkhan dan Ahmad Syafi‟I Ma‟arif, 1 Abad Muhammadiyah Gagasan

Pembaruan Sosial Keagamaan, h. 24-25.

58

Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan Sang Pencerah Pendidik dan Pendiri

Muhammadiyah, h. 28.

59

Abdul Munir Mulkhan dan Ahmad Syafi‟I Ma‟arif, 1 Abad Muhammadiyah Gagasan

Pembaruan Sosial Keagamaan, h. 25.

Page 43: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

33

November 1912 di Yogyakarta, diumumkan secara resmi kepada

masyarakat dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh tokoh

masyarakat seperti, pejabat pemerintah kolonialis, maupun para

pejabat dan kerabat keraton Kesultanan Yogyakarta maupun

Kadipaten Pakualaman. Setelah itu, ada sembilan pengurus inti di

Muhammadiyah yaitu, Ahmad Dahlan, Abdullah Sirat, Ahmad, Abdul

Rahman, Sarkawi, Muhammad, Jaelani, Akis, dan Muhammad Fakih.

Ahmad Dahlan menyebarluaskan Muhammadiyah melalui tabligh

dan relasi-relasi dagang yang dimilikinya ke berbagai kota.

Muhammdiyah mendapatkan sambutan besar di berbagai kota di

Indonesia, sehingga ulama-ulama berbagai daerah berdatangan

kepadanya untuk memberi dukungan kepada Muhammadiyah. Atas

dukungan tersebut, pada tangga 7 Mei 1921 Ahmad dahlan

mengajukan permohonan ke pemerintah Hindia Belanda untuk

mendirikan cabang Muhammdiyah di seluruh Indonesia. Permohonan

ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda tanggal 2 September

1921.60

60 Abdul Munir Mulkhan dan Ahmad Syafi‟I Ma‟arif, 1 Abad Muhammadiyah Gagasan

Pembaruan Sosial Keagamaan, h. 26 dan 54.

Page 44: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

34

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Islam

Islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia

mengenai berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun akhirat.1

Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan umatnya untuk menuntut

ilmu. Karena menurut ajaran Islam, pendidikan adalah bekal hidup

manusia yang harus dipenuhi, demi mencapai kesejahteraan dan

kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Selain itu, Allah juga

menyarankan kepada umat Islam untuk belajar baca tulis dan ilmu

pengetahuan, seperti ayat al-Qur‟an yang pertama kali diturunkan oleh

Allah kepada Nabi Muhammad yaitu surat Al-Alaq 1-5, yang artinya:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan

Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia

dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada (manusia)apa

yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq 1-5).

Maksud dari ayat di atas yaitu Allah menginginkan umat

Islammenjadi umat yang pandai yang berawal belajar dari baca tulis dan

diteruskan belajar berbagai ilmu pengetahuan. Selain belajar, Allah juga

menyarankan kepada umat Islam untuk mengajarkan ilmunya kepada

orang lain. Seperti hadis di bawah ini:

1 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 98.

Page 45: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

35

تعل وىا وعلوىا وتىاضعىا لوعلويكن ولينىا لوتعلويكن )رواه الطبرانى(

Artinya: “Belajarlah dan kemudian ajarkanlah kepada orang-orang

lain, serta rendahkanlah dirimu kepada guru-gurumu, serta berlaku

lemah lembutlah kepada murid-muridmu”2

Beberapa tokoh Muslim memberikan pendapat tentang pendidikan

Islam. H.M Arifin berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah “proses

mengarahkan dan membimbing anak didik ke arah pendewasaan

pribadi yang beriman, berilmu pengetahuan dan saling mempengaruhi

perkembangan kehidupannya untuk mencapai cita-cita sampai titik

optimal kemampuannya”.3

Selanjutnya, Dr. Muhammad Isa Ibrahim menyatakan pendidikan

Islam adalah “sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang yang

dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam,

sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan

ajaran Islam”.4 Dr. Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa pendidikan Islam

adalah “bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain

agar ia berkembang maksimal sesuai dengan ajaran Islam”.5

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

Islam merupakan proses bimbingan jasmani dan rohani kepada peserta

didik untuk membentuk kepribadian yang berakhlak mulia dan

2 Urip Santoso, “Kumpulan Hadist Tentang Ilmu,” Artikel diakes pada tanggal 14

Agustus 2016 dari http://darussalambengkulu.wordpress.com

3 H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teortis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Akasara, 1991), h. 10.

4 H.M Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum (Jakarta: Bumi Aksara, 1993),

h. 3.

5 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1994), h. 3.

Page 46: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

36

pengembangan potensi sesuai ajaran Islam. Proses pendidikan dalam

Islam merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi

kemampuan-kemampuan yang mendasar, serta kemampuan belajar,

sehingga terjadilah di dalam kehidupannya sebagai makhluk individu

dan sosial sampai ketitik optimal. Proses tersebut senantiasa berada di

dalam nilai-nilai Islami, yang menuju peningkatan harkat dan martabat

manusia sesuai dengan fitrah kejadiannya serta berakhlakul karimah.6

Pendidikan Islam sering dihubungkan dengan tiga konsep, yaitu

“al-tarbiyah”, “al-ta‟lim” dan “al-ta‟dib”. Kata “al-tarbiyah” berasal

dari “Rabba”, “yurabbi”, “tarbiyyatan” yang artinya pendidikan.

Menurut istilah al-tarbiyah adalah mengasuh, mendidik, memelihara,

membesarkan dan memimpin.7 Sedangkan, menurut Abuddin Nata al-

tarbiyah adalah “proses bimbingan terhadap potensi manusia baik

berupa fisik, intelektual, sosial, estetika, dan spiritual yang terdapat

pada peserta didik, sehingga dapat tumbuh dan terbina secara maksimal,

melalui cara memimpin, mendidik dan mengasuh agar dapat menjadi

bekal dalam menghadapi kehidupan di masa depan”.8 Pemahaman

tersebut diambil dari ayat al-Qur‟an surat Al-Isra ayat 24 yang artinya:

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka

keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu

kecil.(Q.S. Al-Isra 24).

6 Aminudin Rasyad, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Depag RI, 1986), h.

3.

7Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam(Jakarta: Kencana, 2006), h. 10-11.

8 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),

h. 8.

Page 47: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

37

Maksud ayat di atas menjelaskan bahwa seorang anak sudah

seharusnya berperilaku sopan dan santun kepada orang tua tanpa

terkecuali, karena merekalah yang sudah merawat kita di waktu kecil.

Selain itu, orang tua juga harus memberikan didikan yang baik sesuai

dengan nilai-nilai agama, karena semua itu demi kebaikan orang tua

serta anak.

Kemudian al-ta‟lim yang berasal dari kata “„allama, yu‟allimu,

ta‟liman” yang artinya pengajaran.9 Sedangkan menurut istilah “al-

ta‟lim” adalah pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian

pengertian, pengetahuan dan keterampilan. Sementara itu, Muhammad

Rasyid Rida mengartikan “al-ta‟lim” adalah “proses transmisi berbagai

ilmu pengetahuan dan keterampilan pada jiwa individu tanpa adanya

batasan dan ketentuan tertentu”.10

Pengertian ini diambil dari ayat al-

Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 31 yang artinya:

Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)

seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat

lalu berfirman: "Sebutkanlah kepadaku nama benda-benda itu jika

kamu mamang benar orang-orang yang benar. (Q.S Al-Baqarah

31).

Ayat di atas menjelaskan, bahwa Allah telah mengajarkan ilmu

pengetahuan serta benda-benda yang ada di sekitarnya kepada manusia.

Setelah itu, manusia mengembangkannya lewat pengalaman dan

pelajaran yang tidak lepas dari bimbingan Allah Swt.

9Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, h. 18.

10

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, h. 11.

Page 48: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

38

Selanjutnya, “al-ta‟dib”berasal darikata “addaba, yu‟addibu,

ta‟diban”yang berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut

istilah al-ta‟dib adalah proses mendidik yang memfokuskan kepada

pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti.11

Menurut Al-

Attas, al-ta‟dib adalah “pendidikan sebagai sarana transformasi nilai-

nilai akhlak mulia yang bersumber pada ajaran agama ke dalam diri

manusia, setelah menjadi dasar bagi terjadinya proses Islamisasi

ilmupengetahuan”.12

Pengertian ini didasarkan oleh hadis Nabi Saw:

بني ربي فأحسن تأدبي اد

Artinya: “Tuhanku telah mendidikku, sehingga menjadikan baik

pendidikanku.”

Hadis ini memberikan pandangan bahwa kompetensi Muhammad

seorang rasul dan misi utamanya adalah pembinaan akhlak. Sehingga,

implikasinya terhadap seluruh aktifitas pendidikan Islam seharusnya

memiliki relevensi dengan peningkatan kualitas budi pekerti

sebagaimana yang diajarkan Rasulullah.

Dari ketiga kata tersebut “al-tarbiyah”, “al-ta‟lim” dan“al-ta‟dib”

mempunyai pengertian yang berbeda. Pengertian “al-tarbiyah”

memfokuskan pada bimbingan anak, penyampaian ilmu yang

menggunakan metode mudah diterima sehingga dapat mengamalkannya

dalam kehidupan sehari-hari dan mengembangkan potensinya sejak

dini. Selanjutnya, “al-ta‟lim” memfokuskan kepada penyampaian ilmu

11Munardji, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004,) h. 4-5.

12

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, h. 14

Page 49: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

39

pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian dan belajar

bertanggungjawab kepada anak serta keterampilan dalam hidupnya

sangat dibutuhkan. Kemudian, “al-ta‟dib” adalah penguasaan ilmu yang

benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan

tingkah laku yang baik. Kesimpulan di atas bahwa “al-tarbiyah”, “al-

ta‟lim” dan “al-ta‟dib” mempunyai satu tujuan dalam dunia pendidikan

yaitu menghantarkan anak didik menjadi yang seutuhnya, sehingga

mampu mengarungi kehidupan dengan baik.

B. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam

Berbicara mengenai tujuan terkait dengan sesuatu cita-cita atau

maksud yang ingin dicapainya. Sebelum melakuan kegiatan, tujuan

tersebut harus direncanakan agar setiap kegiatan dapat berjalan secara

terarah dan menghasilkan sesuatu yang baik. Tujuan pendidikan Islam

adalah membangun peradaban manusia. Artinya, peradaban dan

kebudayan manusia tumbuh dan berkembang melalui pendidikan. Maka

dari itu, agar peradaban manusia tumbuh dan berkembang sesuai yang

diinginkan, maka tujuan pendidikan Islam harus didasari atas nilai-nilai

dan cita-cita yang berlaku pada suatu masyarakat dan bangsa.13

Ada beberapa tokoh Muslim memberikan pendapat tentang tujuan

pendidikanIslam. Omar Al-Toumy al-Syaibany berpendapat bahwa

tujuan pendidikan Islam adalah “mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga

13 Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2012), h. 81.

Page 50: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

40

mencapai tingkat akhlak al-karimah”.14

Berarti tujuan pendidikan

mempunyai kesamaan dengan tujuan yang akan dicapai oleh misi

kerasulan yaitu membina manusia agar mempunyai akhlak yang mulia.

Menurut Al-Attas tujuan pendidikan Islam adalah “menolong pelajar

untuk menjadi manusia yang utuh”.15

Pengertian ini menjelaskan

bahwa, manusia harus mempunyai prinsip, memiliki ilmu pengetahuan

agama maupun pengetahuan umum dan tingkah laku yang baik. Karena,

dengan memiliki keilmuan dan pendidikan yang baik seseorang akan

terbebas dari kebodohan dan dengan terbebasnya dari kebodohan akan

mengurangi perbuatan yang jelek. Kemudian, menurut Muhammad

Athiyah Al-Abrasyi, tujuan dari pendidikan Islam adalah “membentuk

akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang

bermoral, berjiwa bersih, pantang menyerah, bercita-cita tinggi dan

berakhlak mulia, baik laki-laki maupun perempuan”.16

Maksud dari

tujuan ini, setiap manusia Muslim harus mengerti kewajiban masing-

masing, dapat membedakan perbuatan baik dan buruk, mengetahui

dalam setiap pekerjaan apa yang dilakukan dan selalu mengingat Allah.

Berdasarkan dari penjelasan terbentuknya dapat disimpulkan

bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya Insan Kamil

(manusia sempurna), yaitu manusia yang utuh, sehat jasmani dan

rohani, berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi baik masyarakat

14 Jalaludin, Teologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h.92.

15

Toto Suharto, Filsafat pendidikan Islam (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 108.

16

Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta, Teoritis Filosofis dan Aplikatif Normatif

(Jakarta: Bumi Askara, 2013), h. 103.

Page 51: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

41

maupun bernegara, memperhatikan keseimbangan segala aspek

kepentingan dunia maupun akhirat dan menuju kesempurnaan hidup

sebagai realisasi dari sikap penghambaan diri kepada Allah Swt.

Di samping itu, tujuan pendidikan Islam mempunyai fungsi

pembinaan dan penyempurnaan kepribadian dan mental anak. Secara

umum fungsi pendidikan Islam adalah membimbing, mengarahkan

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap

kehidupannya sampai mencari kemampuan yang optimal. Sementara

fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan

tugas pendidikan berjalan dengan lancar.17

Fungsi pendidikan Islam secara mikro adalah proses penanaman

nilai-nilai Ilahiah pada diri anak didik, sehingga mereka mampu

mengaktualisasikan dirinya semaksimal mungkin sesuai dengan

prinsip-prinsip religius. Sedangkan secara makro pendidikan Islam

berfungsi sebagai sarana pewarisan budaya dan identitas suatu

komunitas yang di dalamnya manusia melakukan interaksi dan saling

mempengaruhi antar satu dengan yang lain.18

Menurut Muslim Abdul Halim, fungsi pendidikan agama Islam

adalah alat untuk memelihara, memperluas, menghubungkan tingkat-

tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide

17 Prof. H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Asakara,

2010), h. 34.

18

Anas, “Fungsi Pendidikan Islam,” Artikel diakes pada tanggal 11 Oktober 2016 dari

http://scribd.com.co.

Page 52: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

42

masyarakat nasional untuk mengadakan perubahan, inovasi dan

perkembangan. Maksud dari pengertian tersebut bahwa upaya ini

dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skillyang dimiliki,

serta melatih peserta didik yang produktif dalam menemukan

perimbangan perubahan sosial dan ekonomi yang demikian dinamis.

Sedangkan, menurut Abdul Rahman Shaleh fungsi pendidikan agama

Islam adalah mengembangkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah

swt serta akhlak mulia, kegiatan pendidikan dan pengajaran,

mencerdaskan kehidupan bangsa, fungsi semangat studi keilmuan dan

iptek.19

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan

Islam adalah mewujudkan semua tugas-tugas dari pendidikan Islam itu

sendiri, agar dalam proses pendidikan Islam dapat berjalan dengan

lancar. Bila fungsi pendidikan ini dapat berjalan sesuai dengan apa yang

ditugaskan maka dengan otomatis tujuan dari pendidikan Islam itu

sendiri dapat terwujud yaitu dengan menjadikan manusia Insan Kamil

(manusia sempurna). Fungsi pendidikan agama Islam ini dapat menjadi

insipirasi dan memberi kekuatan mental yang akan menjadi moral yang

mengawasi segala tingkah laku dan petunjuk jalan hidupnya.

19

Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta:

Rajawali Press, 2005), h. 44.

Page 53: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

43

C. Metode Dalam Pendidikan Islam

Pendidikan Islam dalam pelaksanaanya membutuhkan metode

yang tepat untuk mengantarkan proses pendidikannya ke arah tujuan

yang dicita-citakan.20

Metode pendidikan Islam memiliki fungsi dan

tugas untuk memberikan jalan pelaksanaan operasional dari ilmu

pendidikan Islam. Metode digunakan sebagai alat dalam suatu proses

untuk pencapaian tujuan. Karena, tanpa metode materi pelajaran tidak

akan berproses secara efesien dan efektif dalam kegiatan belajar

mengajar menuju tujuan pendidikan.

Dalam pengertian umum, metode diartikan sebagai suatu jalan

yang dilalui untuk mencapai tujuan.21

Menurut etimologi metode dalam

bahasa Arab dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-

langkah strategi yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.22

Bila dihubungkan dengan pekerjaan atau pendidikan, maka metode itu

harus diwujudkkan dalam proses pendidikan, dalam rangka

mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik

menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan

baik.23

Selain itu, secara etimologi menurut Athiyah Al-Abrasyi

mendefiniskan metode sebagai “jalan yang kita ikuti untuk memberi

pemahaman kepada murid-murid dalam segala macam pelajaran dan

20 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, h. 103.

21

Prof. H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, h. 89.

22

Dr. Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers,

2002), h.40.

23

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), h. 184.

Page 54: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

44

dalam segala mata pelajaran”.24

Sedangkan, menurut Abdurrahim

Ghunaimah metode adalah “cara-cara yang diikuti oleh guru-guru untuk

menyampaikan sesuatu kepada anak didik”.25

Selanjutnya, menurut

Hasan Langgulung bahwa metode adalah “cara atau jalan yang harus di

lalui untuk mencapai tujuan pendidikan”.26

Dari definisi-definisi di atas menjelaskan bahwa metode

mempunyai berbagai macam cara tehnik untuk mencapai tujuan

pembelajaran atau menguasi kompetensi tertentu yang dirumuskan

dalam silabi mata pelajaran. Di samping itu, ada beberapa metode

pendidikan Islam yang dikemukakan oleh para ahli, di antaranya ialah:

1. Metode Keteladanan, yaitu memberikan teladan atau contoh yang

baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.27

Metode

ini menegaskan pentingnya keteladanan guru (pendidik) agar

mempunyai sifat-sifat terpuji dan keutamaan-keutamaan suatu ilmu

yang dapat tertanam dengan kuat pada jiwa anak didik. Karena,

seorang pendidik harus menjadi teladan bagi murid-muridnya.28

Penjelasan di atas merupakan kesempurnaan pendidikan yang

diperoleh dengan menuntut ilmu dan menemukan guru-guru paling

berpengaruh agar dapat diteladani baik ilmu maupun akhlaknya.

24 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta, Teoritis Filosofis dan Aplikatif Normatif, h.

139.

25

Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta, Teoritis Filosofis dan Aplikatif Normatif, h.

139.

26

Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta, Teoritis Filosofis dan Aplikatif Normatif, h.

139.

27

Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta, Teoritis Filosofis dan Aplikatif Normatif, h.

142.

28

Muhammad Kosim, Pemikiran Pendidikan Ibnu Khaldun Kritis, Humanis dan Religius

(Jakarta: Pt Asdi Mahasatya, 2012), h. 88.

Page 55: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

45

2. Metode Motivasi, yaitu suatu metode pendidikan dan pengajaran

dengan cara pendidik memberikan motivasi. Jadi seorang pendidik

harus memberikan dorongan motivasi untuk mendapatkan

kesuksesan dalam pendidikan disertai harus bersikap luhur,

berakhlak mulia dan membekalinya dengan prisnip-prnsip Islam.

Metode ini sama dengan targhib dan tarhib (anjuran dan ancaman).

Jadi Allah mengajarkan kepada umat Muslim utuk mengajarkan

hal-hal yang positif. Penjelasan di atas sudah dijelaskan dalam Al-

Qur‟an Surat Al-Zalzalah ayat 7-8 yang artinya:

Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat

dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan

barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar

dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula”.

(Q.S Al-Zalzalah: 7-8).

3. Metode Kisah-Kisah, yaitu penyajian bahan pembelajaran yang

menampilkan cerita-cerita yang terdapat dalam kitab-kitab (buku),

Al-Qur‟an dan hadis Nabi.29

Menurut Ibnu Khaldun metode kisah

ini mempunyai dua cara yaitu, belajar kitab-kitab (buku) yang

dibacakan oleh pendidik, lalu mereka menyimpulkan permasalahan

ilmu pegetahuan tersebut kepada muridnya dan mengikuti para

ulama terkenal yang mengarang kitab-kitab tersebut serta

mendengarkan secara langsung pelajaran yang mereka berikan.30

Dari penjelasan di atas, metode ini berpengaruh besar dalam

29 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta, Teoritis Filosofis dan Aplikatif Normatif, h.

142-143.

30

Muhammad Kosim, Pemikiran Pendidikan Ibnu Khaldun Kritis, Humanis dan

Religius,h. 86.

Page 56: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

46

memperjelas pemahamannya terhadap pengetahuan lewat

pengetahuan indrawinya. Melalui metode ini adalah salah satu

teknik pendidikan.

4. Metode Hafalan, yaitu suatu cara yang digunakan oleh seorang

pendidik dengan menyerukan peserta didiknya untuk mengahfalkan

sejumlah kata-kata (mufradat) atau kalimat-kalimat maupun

kaidah-kaidah.31

Di samping itu, metode hafalan ini hanya

digunakan pada bidang-bidang tertentu, seperti belajar bahasa

(Arab) metode hafalan sangat dibutuhkan. Seorang yang sering

menghafal dengan cara di ulang-ulang akan memberikan kepada

mereka suatu keahlian yang akan terus berkembang.

5. Metode Dialog, yaitu cara menghubungkan pemikiran seseorang

dengan orang lain, karena dialog diartikan sebagai pembicaraan

antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melalui tanya jawab dan

di dalamnya terdapat kesatuan topik atau tujuan pembicaraan.32

Dengan adanya metode dialog, pengertian dan pemahaman

seseorang akan dapat lebih dimengerti, sehingga segala bentuk

kesalah pahaman, kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran

dapat dihindari.33

Seperti Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 43 yang

artinya:

31 Abdul Mujib, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006),

h. 209.

32

Muhammad Kosim, Pemikiran Pendidikan Ibnu Khaldun Kritis, Humanis dan Religius,

h. 86.

33

Prof. H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, h. 70

Page 57: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

47

Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-

orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka

bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan”.

(Q.S An-Nahl: 43).

6. Metode Pembiasaan, yaitu membiasakan peserta didik untuk

melakukan sesuatu sejak lahir. Pembiasaan dapat diartikan

pengulangan, jadi sesuatu yang dilakukan peserta didik hari ini

akan diulang keesokan harinya dan begitu seterusnya. Misalnya,

peserta didik dibiasakan untuk mengucapkan salam ketika masuk

kelas. Maksudnya, peserta didik dibiasakan untuk melakukan hal-

hal yang bersifat terpuji.

7. Metode Amtsal (Perumpamaan), yaitu metode pendidikan yang

digunakan seorang pendidik kepada peserta didik dengan cara

memajukan perumpamaan agar materinya mudah dipahami. Jadi

seorang pendidik harus rajin membaca, berfikir, dan kreatif agar

bisa menemukan perumpamaan saat mengajar. Metode ini dapat

memberikan kemudahan dalam memahami suatu konsep yang

abstrak, serta dapat membina akal agar terbiasa berfikir secara valid

dan analogis melalui penyebutan premis-premis, sekaligus

menumbuhkan motivasi untuk meningkatkan imajinasi yang baik.34

Dari beberapa metode pendidikan Islam di atas, bahwa

pendidikan Islam diarahkan kepada pembentukan akhlak

muliayang menekankan bahwa seorang pendidik harus memiliki

34Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta, Teoritis Filosofis dan Aplikatif Normatif, h.

142-143.

Page 58: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

48

norma-norma yang baik, khususnya norma akhlak. Karena,

pendidik merupakan contoh bagi anak didiknya. Selain itu, metode

pendidikan merupakan salah satu aspek dari pembelajaran, maka

dalam menentukan metode apa yang akan digunakan harus selalu

mempertimbangkan aspek-aspek lain dari pembelajaran, seperti

karakter peserta didik, tempat, suasana dan waktu.

D. Masalah Modernisasi Pendidikan Islam

Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang mengarahkan

kehidupan manusia menjadilebih baikdan menuju cita-cita sesuai ajaran

Islam. Modernisasi dalam bahasa Arab adalah tajdid, yang berarti

pembaruan. Modernisasi atau pembaruan biasanya digunakan sebagai

proses perubahan untuk memperbaiki keadaan atau situasi kepada

kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.35

Nurcholis Madjid berpendapat bahwa modernisasi adalah “proses

perombakan pola pikir dan tata kerja lama yang tidak rasional dan

menggantikannya dengan pola pikir dan tata kerja baru yang

rasional”.36

Pengertian ini menjelaskan bahwa proses untuk

membebaskan diri dari pola pikir tradisionalisme dan mengubah tata

kerja yang lama menjadi tata kerja yang baru. Sedangkan, menurut

Azyumardi Azra modernisasi adalah “upaya untuk mengaktualisasikan

ajaran Islam agar sesuai dengan perkembangan sosial yang terjadi”.37

35 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, h. 124.

36

Nurcholis Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan, 1993), h.

172.

37

Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, h. 124

Page 59: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

49

Ini berarti pembaruan dalam Islam muncul sejak zaman Rasulullah dan

pembaruan tersebut harus diubah dengan ajaran Islam yang

berkembang pada zaman sekarang.Definisi-definisi di atas menjelaskan

bahwa modernisasi adalah usaha manusia untuk hidup sesuai dengan

zamannya atau harapan hidup manusia untuk mencapai masyarakat

yang lebih maju, berkembang, dan sejahtera.

Pada awal abad 20, lembaga Islam di Indonesia mempunyai tiga

jenis lembaga pendidikan yaitu pesantren, sekolah dan madrasah.38

Lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia adalah pesantren.

Menurut Mastuhu, pesantren merupakan “lembaga pendidikan

tradisional Islam yang bertujuan untuk memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral

agama sebagai pedoman hidup masyarakat”.39

Salah satu pesantren yang berdiri pada tahun 1899 yaitu pesantren

Tebuireng yang tergolong pesantren salafiyah dan didirikan oleh K.H

Hasyim Asy‟ari di Jawa Timur. Ketika itu, metode pengajaran di

pesantren masih menggunakan non klasikal. Karena metode

pengajarannya masih didominasi oleh sistem sorogan, di mana

pendidik membaca buku yang berbahasa Arab dan menerangkan

dengan bahasa daerah dan murid-murid mendengarkan.40

Karena,

38 Sutrisno, Fazlur Rahman Kajian Terhadap Metode, Epistemologi dan Sistem

Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006) h.202-203. 39

Azyumardi Azra, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di

Nusantara (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) h. 85

40

Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada periode klasik dan

Pertengahan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 194-195.

Page 60: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

50

pesantren tidak memakai sistem kelas, kemampuan santri tidak dilihat

dari kelas berapa, tetapi dilihat dari kitab apa yang telah dibacanya.41

Selain pesantren, pendidikan Islam juga diberikan dirumah-rumah,

surau, langgar dan masjid. Di tempat-tempat inilah anak-anak, remaja

dan orang tua belajar agama seperti rukun iman, rukun Islam, pengajian

al-Qur‟an dan pengajian kitab.42

Pesantren berbeda dengan sistem

sekolah Belanda yang memakai sistem klasikal dan tidak diajarkan

pelajaran agama sama sekali. Pada tahun 1819, Jendral Van Der

Cappelen, Gubernur Hindia Belanda 1816-1826, menginstruksikan

kepada para Residen “agar menyelediki pendidikan Indonesia untuk

memperbaiki pendidikan pribumi”.43

Dari usulan di atas, pada tahun 1907, Jendral Van Heutz, Gubernur

Hindia Belanda 1904-1909,mendirikan sekolah-sekolah diantaranya:

sekolah kelas satu, sekolah kelas dua, sekolah Desa (Volksschool),

sekolah ELS (Europeesce Lager School) sekolah untuk anak-anak

Eropa di Indonesia, sekolah HCS (Hollandsch Chinese School) sekolah

untuk anak-anak etnis China dan sekolah HIS (Hollands Inlands

School) sekolah untuk orang-orang bumiputera dari kalangan

ningrat.Sedangkanuntuk pendidikan lanjutan, Belanda mendirikan

sekolah MULO (Meer Uit Gebreid Lager School) untuk setingkat SMP

41Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan dan Pendidikan Islam di

Indonesia (Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2007), h. 69.

42

Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara

(Jakarta: kencana Prenada Media Group), h. 93.

43

Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan dan Pendidikan Islam di

Indonesia, h. 31.

Page 61: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

51

dan sekolah AMS (Algemene Middlebare School) untuk setingkat

SMA.44

Kurikulum sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah

Belanda memberikan pengajaran umum dengan menghormati

keyakinan agama masing-masing dan pengajaran agama hanya boleh

berlaku di luar jam sekolah.

Sekolah-sekolah yang dibangun oleh pemerintah Belanda ini

sangat terbatas, karena penghasilan ekonomi masyarakat Indonesia

yang rendah sehingga amat sedikit kalangan bumiputera yang

melanjutkan ke sekolah-sekolah Belanda. Maka dari itu, agar

masyarakat Muslim di Indonesia tetap berpendidikan, mereka lebih

memilih lembaga pendidikan pesantren karena masyarakat Muslim

ketika itu banyak memasukkan anak-anak mereka ke lembaga

pendidikan pesantren dan lebih merakyat secara ekonomi.

Dengan keadaan tersebut, maka pendidikan yang berkembang di

Indonesia pada saat itu adalah pendidikan yang diselengarakan oleh

pemerintah Belanda. Sejak Belanda menguasai Indonesia, bangsa

Belanda berkuasa mengatur pendidikan dan kehidupan pribumi.

Perbedaan pendidikan yang diberikan kepada orang pribumi dan

bangsawan telah memberlakukan sistem diskriminasi dalam pendidikan

untuk keuntungan kalangan Belanda sendiri. K.H. Dewantara

mengatakan:

44Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan dan Pendidikan Islam di

Indonesia, h. 29.

Page 62: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

52

Pengajaran pada zaman itu tidak dapat memberikan kepuasan

pada rakyat kita. Kebijakan pemerintah Belanda dalam bidang

pendidikan selain diskriminatif juga terlihat pada sikapnya

yang membiarkan atau tidak peduli sama sekali, bahkan

memusuhi terhadap pendidikan yang dilaksanakan oleh umat

Islam melalui lembaga pendidikan seperti pesantren.45

Hal ini juga dinyatakan Hanun Asrohah sebagai berikut:

Sejakawal perkembangan Islam, pendidikan mendapat prioritas

utama masyarakat Muslim di Indonesia. Di samping karena

besarnya arti pendidikan, kepentingan Islamisasi mendorong

umat Islam melaksanakan pengajaran agama Islam kendati

dalam sistem yang sederhana, di mana pengajaran diberikan

dengan sistem halaqoh yang dilakukan di tempat-tempat

ibadah semacam masjid, mushola, bahkan juga dirumah-rumah

ulama. Kebutuhan terhadap pendidikan mendorong masyarakat

Islam di Indonesia mengadopsi dan mentransfer lembaga

keagamaan dan sosial yang ada ke dalam lembaga pendidikan

Islam yang ada.46

Dari kutipan di atas jelas bahwa masyarakat Muslim mempunyai

motivasi yang besar terhadap pendidikan Islam di Indonesia. Maka dari

itu, pendidikan Islam tidak bersifat statis dan monolitik, tetapi dinamis

dan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi serta motivasi-

motivasi tertentu yang digerakkan oleh perseorangan dari kalangan

tokoh-tokoh agama dan organisasi sosial keagamaan. Artinya, selalu

ada upaya pembaruan dalam memperbaiki pendidikan Islam.

Menurut Karel A. Steenbrink, gerakan pembaruan Islam pada awal

abad 20 dilatarbelakangi oleh faktor keinginan kembali kepada al-

Qur‟an dan sunnah, faktor semangat nasionalisme melawan kolonia

45Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2004), h.

46

Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di

Nusantara, h. 256-257.

Page 63: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

53

Belanda, faktor memperkuat basis gerakan sosial, ekonomi, budaya,

politik dan faktor untuk melakukan pembaruanpendidikan Islam di

Indonesia.47 Maka dari itu, pendidikan dianggap sebagai aspek strategis

untuk membentuk sikap dan pandangan keislaman masyarakat.

Pendidikan di Indonesia mulai tumbuh dan berkembang dalam

menggunakan sistem kelas dan mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan dan

non keagamaan. Pembaruan ini diterapkan pada madrasah sebagai

lembaga pendidikan Islam yang berfungsi menghubungkan sistem lama

dengan sistem baru sekaligus menambahkan beberapa materi pelajaran

dengan ilmu-ilmu umum.48

Madrasah pada masa itu merupakan

lembaga pendidikan Islam alternatif bagi orang tua sebagai wadah

pendidikan bagi putra-putri mereka agar lebih terarah. Di samping itu,

para siswa madrasah tidak mesti tinggal atau mondokseperti di

pesantren, tetapi hanya cukup datang ke madrasah pada jam-jam

berlangsung pelajaran di pagi atau sore hari.49

Pertama kali gerakan pembaruan pendidikan Islam di Indonesia

terjadi di Minangkabau (Sumatra Barat). Pada tahun 1909, didirikan

Madrasah Adabiyah di Minangkabau oleh Syekh Abdullah Ahmad.

Madrasah Adabiyah memakai sistem klasikal yang berbeda dengan

pesantren, surau dan lainnya yang tidak berkelas, tidak memakai

47

Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun

Modern (Jakarta: LP3ES, 1996), h. 26-28. 48

Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di

Nusantara, h. 261.

49

Abdur Rahman Assegaf, Pendidikan Islam di Indonesia (Yogyakarta: Suka Press,

2007), h. 92.

Page 64: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

54

bangku, meja, papan tulis dan hanya duduk bersila saja. Selain

memberikan pelajaran agama, Madrasah Adabiyah juga memberikan

pelajaran membaca, menulis huruf latin dan ilmu hitung.50

Kemudian,

pada tahun 1915, Zainuddin Labay El Yunus mendirikan Madrasah

Diniyah di Padang Panjang. Madrasah ini juga memakai sistem klasikal

yaitu tidak mengikuti sistem pengajian tradisional yang bersifat

individual.

Selain itu, madrasah ini telah memberikan pendidikan umum

seperti sejarah dan ilmu bumi di samping mata pelajaran agama.51

Selain di Minangkabau, gerakan pembaruan pendidikan Islam terjadi di

Pulau Jawa oleh organisasi-organisasi Islam keagamaan seperti, Jami‟at

Khair yang berdiri pada tahun 1905 oleh Muhammad Al-Fachri di

Jakarta. Sebagai organisasi Islam, Jami‟at Khair tergolong modern

karena mempunyai AD/ART, daftar anggota yang tercatat, rapat-rapat

secara berkala, kurikulum, buku-buku pelajaran yang bergambar, kelas-

kelas, pemakaian bangku, papan tulis dan lain sebagainya.52

Selanjutnya, Al-Irsyad yang berdiri pada tahun 1913 oleh Syekh

Ahmad Sukarti di Jakarta. Tujuan berdirinya madrasah ini untuk

memajukan pelajaran agama Islam yang murni di Indonesia, mengenali

pelajaran umum dan membangun serta memelihara gedung-gedung

50Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: PT Pustaka

LP3ES, 1982), h. 46. 51

Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, h. 49. 52

Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, h. 69.

Page 65: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

55

pertemuan, sekolah dan unit percetakan.53

Pada tahun 1912,

Muhammadiyah juga didirikan di Yogyakarta oleh K.H. Ahmad

Dahlan. Awalnya organisasi ini bergerak dibidang tabligh, lalu

memperluas gerakkannya dalam bidang pendidikan, bidang sosial dan

organisasi.54

Pada tahun 1926, Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah

yang mengambil nama yang sama dengan pemerintah Belanda yaitu,

HIS met de Qur‟an (Hollands Inlandse School), MULO met de Qur‟an

(Meer Uitgebried Lager Onderwijs), HIK Muhammadiyah (Hollands

Inlandse Kweekschool) dan Schakel School Muhammadiyah.55

Sekolah-sekolah tersebut, memadukan sekolah umum model Belanda

dan sekolah Islam model pesantren. Karena Muhammadiyah terkenal

sebagai gerakan sosial keagamaan, setiap jenjang pendidikan yang

Muhammadiyah dirikan tidak pernah lupa menyisipkan nilai-nilai

Islam.

Selain madrasah, pesantren juga mengalami pembaruan. Salah

satunya adalah pesantren Tebuireng. Pada tahun 1926, pimpinan

pesantren Tebuireng K.H Hasyim Asy‟ari menunjuk Abdul Wahid

Hasyim dan Moh. Ilyas untuk mengubah kurikulum dan metode

pengajarannya menjadi modern. Setelah itu, Abdul Wahid Hasyim dan

Moh. Ilyas mengadakan pembaruan, yakni memperluas pengetahuan

53

Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, h. 74-75.

54

Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, h. 90. 55

Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2004), h. 68.

Page 66: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

56

para santri dengan cara memasukkan pengetahuan umum dan

meningkatkan sistem pengajaran bahasa Arab. Atas persetujuan K.H

Hayim Asy‟ari, pesantren Tebuireng memasukkan mata pelajaran

umum seperti ilmu bumi dan berhitung, membaca dan menulis, sejarah

dan bahasa melayu, Arab dan Inggris. Selain itu juga, metode

pengajarannya menjadi klasikal.56

Di samping itu, pada tahun 1930, pesantren masih bersifat

konservatif dan timbul polemik pro dan kontra terhadap orang

Indonesia yang berpendidikan Barat. Dalam hal ini Sutan Takdir Ali

Syahbana mengatakan “Tersebarnya ilmu pengetahuan modern sampai

ke desa-desa dan itu akan berarti robohnya tradisi lama, terpecahnya

persatuan yang statis dan pasif, lenyapnya konservatifme”.57

Nurcholis Madjid mempunyai pendapat yang berbeda. Ia

mengatakan bahwa ide-ide pembaruan terhadap pesantren membuat

para santri mempunyai cita-cita yang tinggi. Nurcholis Madjid berkata:

Pesantren diwajibkan oleh tuntutan-tuntutan hidup anak didiknya

kelak dalam kaitannya dengan perkembangan zaman untuk

membekali mereka dengan kemampuan-kemampuan nyata yang

dapat melalui pendidikan atau pengajaran pengetahuan umum

secara memadai. Sebagaimana layaknya yang terjadi sekarang

harus tersedia kemungkinan mengadakan pilihan-pilihan jurusan

bagi anak didik sesuai dengan potensi buat mereka. Jadi tujuan

pendidian pesantren kiranya berada di sekitar terbentuknya

manusia yang memiliki kesadaran setinggi-tinggnya akan

bimbingan agama Islam. Weltanschaung yang bersifat menyeluruh

dan diperlengakapi dengan kemampuan stinggi-tingginya untuk

mengadakan responsi terhadap tantangan-tantangan dan tuntutan-

56Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun

Modern (Jakarta: LP3ES, 1996), h. 60-70.

57

Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan dan Pendidikan Islam di

Indonesia, h. 74.

Page 67: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

57

tuntutan hidup dalam konteks ruang dan waktu yang ada Indonesia

dan dunia abad sekarang.58

Dengan demikian, awal abad 20 merupakan masa pertumbuhan

dan perkembangan pendidikan Islamyang hampir terjadi diseluruh

Indonesia. Namun, pendidikan Islam di Indonesia masih bersifat

diniyah. Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajarannya masih

belum seragam antara satu daerah dengan daerah lainnya. Pembaruan

yang dilakukan sebelum kemerdekaan belum mengarah kepada

penyeragaman bentuk seperti, lamanya belajar, jenjang pelajaran dan

kurikulum.

Setelah Indonesia merdeka, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

yaitu Ki Hajar Dewantara membentuk jenjang pendidikan di Indonesia

yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah

Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi seperti Universitas,

Institut, Sekolah Tinggi dan Akademi.59

Selain itu, menurut peraturan

Menteri Agama Nomor 7 tahun 1950, madrasah mengandung makna:

1. Tempat pendidikan yang diatur sebagai sekolah dan membuat

pendidikan dan ilmu pengetahuan agama Islam menjadi pokok

pengajaran.

2. Pondok pesantren memberikan pendidikan setempat dengan

madrasah.

58Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan dan Pendidikan Islam di

Indonesia, h. 74.

59

Fajri Maulana, “Sejarah Singkat Pendidikan di Indonesia”, http//www.blogspot.co.id,

Artikel Diakses Pada Tanggal 19 November 2016

Page 68: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

58

Hal ini terbukti bahwa Kementrian Agama telah memberikan

bantuan kepada madrasah dalam bentuk material dan bimbingan.

Dalam bentuk material dan bimbingan, pendidikan pada madrasah

terdiri dari:

1. Madrasah Ibtidaiyah (MI), setingkat SD.

2. Madrasah Tsanawiyah (MTS), setingkat SMP.

3. Madrasah Aliyah (MA), setingkat SMA.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, madrasah berhasil

mendapatkan statusnya. Perjuangan ini diawali oleh terbitnya surat

keputusan bersama (SKB) tiga Menteri yakni Kementerian Agama,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Dalam

Negeri pada tanggal 24 Maret 1975 yang menegaskan bahwa

kedudukan madrasah adalah sama dan sejajar dengan sekolah formal

lain.60

Dengan demikian, siswa lulusan madrasah dapat memasuki

jenjang sekolah umum yang lebih tinggi, mempunyai ijazah sebagai

pengakuan bahwa siswa telah menyelesaikan pendidikannya dan

siswa madrasah dapat pindah ke sekolah umum yang setingkat.

Setelah keluarnya SKB, kurikulum madrasah diubah menjadi 70%

pelajaran pengetahuan umum dan 30% pengetahuan agama.61

60 Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas (Bandung: Mizan, 1998), h. viii.

61

Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan

(Jakarta: Raja Grafindo, 2009), h. 195.

Page 69: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

59

BAB IV

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM K.H AHMAD DAHLAN

K.H Ahmad Dahlan merupakan tokoh nasional yang memiliki tipe man

of action yang artinya orang yang lebih mengutamakan praktek ketimbang

teori. Ia lebih banyak mewariskan kegiatan-kegiatan yang cukup banyak

berupa amal usaha, pendidikan dan sosial, namun ia kurang menyukai bentuk

teori, sehingga ia tidak banyak memiliki karya ilmiah seperti tulisan-tulisan

maupun buku. Cita-cita pendidikan yang digagas Ahmad Dahlan adalah

lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai “ulama-intelek”

atau “intelektual-ulama”, yaitu seorang Muslim yang memiliki keteguhan iman

dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani. 134

Maka dari itu, ide pendidikan

yang digagas Ahmad Dahlan adalah menyelamatkan umat Islam dari cara

berfikir yang bersifat statis menuju pemikiran yang bersifat dinamis, kreatif

dan inovatif. Satu-satunya jalan mencapai tujuan tersebut adalah melalui

pendidikan dan pengelolaan pendidikan Islam secara modern dan profesional,

sehingga pendidikan yang dilaksanakan mampu memenuhi peserta didik untuk

menghadapi dinamika pada zamannya.135

Menurut Ahmad Dahlan, tujuan pendidikan Islamdiarahkan pada usaha

untuk membentuk manusia yang beriman, berakhlak, memahami ajaran agama

Islam, memiliki pengetahuan yang luas dan kapasitas intelektual yang dapat

134

Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammdiyah (Jakarta:

Depdikbud, 1985), h. 24. 135

Al-Rasyid, Samsul Nizar, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis Filsafat Pendidikan

Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 108.

Page 70: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

60

diperlukan di dalam kehidupan sehari-hari.136

Untuk mencapai tujuan tersebut,

Ahmad Dahlan berpendapat bahwa pendidikan Islam harus dibarengi dengan

integrasi ilmu dan amal, integrasi ilmu pengetahuan umum maupun agama,

kebabasan berpikir dan pembentukan karakter, agar peserta didik dapat

berkembang secara intelektualitas dan spritualitas.137

Adapun pemikiran dari Ahmad Dahlan tentang pendidikan dapat dilihat

sebagai berikut:

A. Integrasi Ilmu dan Amal

Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan mendirikan organisasi

Muhammadiyah. Tujuan mendirikan Muhammadiyah adalah

“menyebarkan pengajaran Rasulullah kepada penduduk bumiputera dan

memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya”.138

Ia

menekankan bahwa beragama adalah beramal, artinya berkarya dan

berbuat sesuatu melakukan tindakan sesuai dengan al-Qur‟an dan Hadis,

agar peserta didik mencapai kemajuan secara materil. Orang yang

beragama adalah orang yang menghadapkan jiwa dan hidupnya kepada

Allah, yang dibuktikan dengan tindakan dan perbuatan seperti rela

berkorban baik dengan harta benda dan diri, serta bekerja dalam kehidupan

mereka untuk Allah. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa:

136

Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan di Indonesia Pascakemerdekaan (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2009), h. 94. 137

Al-Rasyid dan Samsul Nizar, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis Filsafat

Pendidikan Islam, h. 107. 138

Al-Rasyid dan Samsul Nizar, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis Filsafat

Pendidikan Islam, h. 102.

Page 71: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

61

Sikap beragama yang lurus kepada Allah itu adalah kecenderungan

rohani untuk berpaling meninggalkan nafsu, menjadi suci, tidak

oleh dengan bendawi, dan selalu berusaha menaikkan derajat

rohani. Jiwanya akan selalu menghadap Allah dan berpaling dari

hal selain-Nya, bersih tanpa terpengaruh oleh apapun dan

senantiasa menyerahkan harta benda dan dirinya di jalan Allah.139

Kutipan di atas menjelaskan bahwa pendidikan sepatutnya

mengajarkan peserta didik untuk selalu beragama, mendekatkan diri

kepada Allah dan melakukan tindakan yang sesuai dengan yang dianjurkan

agama. Serta senantiasa berani mengorbankan hartanya untuk Allah dan

tidak sekedar pada tataran pengetahuan saja, tetapi dibarengi dengan

praktik keagamaan, yakni beramal. Selain itu, Ahmad Dahlan juga

menasehati peserta didik-peserta didiknya:

Janganlah kamu berteriak-teriak sanggup membela agama

meskipun harus menyumbangkan jiwamu sekalipun. Jiwamu

takusah kamu tawarkan, kalau Allah menghendaki Nya, entah

dengan jalan sakit atau tidak, tentu akan mati sendiri. Tapi

beranikah kamu menawarkan harta bendamu untuk kepentingan

agama? Itulah yang lebih diperlukan pada waktu sekarang ini.140

Sejauh ini pendidikan agama hanya dianggap relevan untuk

menanamkan karakter yang baik terhadap peserta didik, karena pada

hakikatnya karakter terbentuk dari tindakan yang dilakukan secara rutin

dan terus menerus.141

Di samping itu, Ahmad Dahlan sering menasihati

peserta didik-peserta didiknya sebagai berikut:

139

Hadjid, Ajaran K.H.A Dahlan dengan 17 Kelompok Ayat-Ayat al-Qur‟ān (Semarang:

PWM Jawa Tengah, 2004), h. 20-21. 140

M. Yusron Asrofie, Kyai Haji Ahmad Dahlan Pemikiran & Kepemimpinannya

(Yogyakarta: MPKSDI-PPM, 2005), h. 69. 141

Syuja, Islam Berkemajuan, Kisah Perjuangan K.H Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah

Masa Awal(Tangerang: Al-Wasath, 2010), h. 34.

Page 72: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

62

Kamu tidak mau menjalankan tugas amal itu karena kamu tidak

biasa, bukan? Beruntunglah! Marilah saya ajarkan soalnya itu. Jadi

kalau sudah dapat dan mengerti kamu harus menjalankan. Dan

soalnya kalau kamu tidak mau, asal tidak mau saja. Siapakah yang

dapat mengatasi orang yang sengaja sudah tidak mau.142

Kutipan di atas menjelaskan ilmu dan beramal merupakan suatu

kesatuan. Artinya, peserta didik tidak hanya duduk di kelas dan diam

memperhatikan gurunya, tetapi dengan ilmu yang dimilikinya harus

dipraktikkan di dalam kehidupan sehari-hari. Praktik merupakan aplikasi

ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan menghasilkan karya (berkarya). Di

dalam ajaran Islam, pemeluknya wajib mencari ilmu setinggi mungkin dan

dengan ilmu yang dicapainya agar diamalkan dalam bentuk karya nyata.

Konsep inilah yang diberikan oleh Ahmad Dahlan di dalam pendidikan

Muhammadiyah. Contoh ketika Ahmad Dahlan mengajarkan al-Qur‟an

surat al-Ma‟un ayat 1-7, yang artinya:

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama. Itulah orang

yang menghardik anak yatim. Dan tidak mengajukan memberi

makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang

shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang

yang berbuat riya. Dan enggan (menolong dengan) barang

berguna.143

Berdasarkan ayat di atas, Ahmad Dahlan menekankan kepada

peserta didiknya “barang siapa yang tidak memperdulikan anak yatim dan

orang miskin adalah termasuk orang-orang yang mendustakan agama”.144

Ahmad Dahlan terus berulang-ulang mengajarkan surat al-Mau‟n kepada

peserta didiknya, agar mereka hafal dan memahami artinya. Tidak hanya

142

Ridjaluddin F.N, Filsafat Pendidikan Islam: Pandangan KH. Ahmad Dahlan dan

Beberapa Tokoh Lainnya, Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa (Jakarta: Pusat Kajian Islam

FAH UHAMKA, 2009), h. 389. 143

Q.S Al-Maun (107): 1-7. 144

Abdul Munir Mulkhan, Islam Kultural Kiai Ahmad Dahlan (Jakarta: Grafindo Khazanah

Ilmu, 2012), h. 74.

Page 73: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

63

hafal dan memahami makna yang terkandung, tetapi Ahmad Dahlan

menanamkan bahwa apa yang telah dipelajari harus dipraktikkan dalam

kehidupan sehari-hari.145

Contoh yang berdasarkan surat al-Mau‟n yang dipratikkan oleh

Ahmad Dahlan kepad peserta didik yaitu, Ahmad dahlan mengajak murid-

muridnya ke pasar untuk mencari anak yatim dan pengemis, kemudia

mereka diajak ke masjid untuk dimadikan dengan sabun dan diganti

pakainnya dengan pakaian bekas yang bersih, masih baik dan utuh.

Pekerjaan ini dilakukan beberapa hari berturut-turut dan para murid

disibukkan untuk mengumpulkan pakaian, sabun dan uang. Sifat

dermawan yang peduli pada kehidupan sosial di pendidikan

Muhammadiyah sudah ditanamkan di masa-masa awal tersebut.146

Selanjutnya, pada tahun 1921, melalui Muhammadiyah Ahmad

Dahlan mendirikan panti asuhan yang bernama Hoofbestuur di

Yogyakarta. Setiap anggota Muhammadiyah diwajibkan mengasuh dan

mendidik kepada anak-anak tersebut. Berdirinya panti asuhan

Hoofbestuur, telah menyelamatkan anak yatim/piatu dan yatim piatu

terhindar dari kebodohan di masa penjajahan kolonial Belanda. Alasan

Ahmad Dahlan mendirikan panti asuhan karena, ia melihat disekelilingnya

bahwa anak-anak yatim/piatu dan yatim piatu banyak menghabiskan

waktunya dengan bermain-main, anak-anak tersebut sangat memerlukan

145

Abdul Munir Mulkhan, Jejak Pembaruan dan Kemanusiaan Kiai Ahmad Dahlan, h.

110. 146

Ridjalaluddin, F.N, Filsafat Pendidikan Islam: Pandangan KH. Ahmad Dahlan dan

Beberapa Tokoh Lainnya, Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa, h. 415.

Page 74: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

64

dana dan uluran tangan untuk diayomi serta diberi pendidikan dan

pelajaran ilmu agama dan ilmu umum harus diajarkan.147

Selain itu, integrasi ilmu dan amal yang Ahmad Dahlan tanamkan

ke peserta didik, ia mencontohkan dengan mendirikan oraginisasi khusus

wanita yang bernama Aisyiyah di Kauman pada tahun 1917. Organisasi

Aisyiyah adalah salah satu organisasi bagian dari Muhammadiyah. Tujuan

berdirinya organisasi Aisyiyah yaitu pembinaan keluarga sakinah,

gerakkan sosial dan pendidikan. Kemudian, kegiatan-kegiatan organisasi

Aisyiyah bertambah luas yakni mengadakan tabligh-tabligh untuk para

anggotanya dan menyediakan kursus batik untuk para wanita. Alasan

Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Aisyiyah karena ia melihat

pendidikan pertama yang diterima oleh seorang anak adalah di rumah,

maka seorang ibu mempunyai tanggung jawab yang besar untuk kemajuan

masyarakat melalui asuhan dan didikan anak-anaknya sendiri. Seiring

berjalannya waktu, tahun 1928 organisasi Aisyiyah mendirikan panti

asuhan yatim/piatu maupun yatim piatu khusus putri. Di dalam panti

asuhan tersebut juga diajarkan pendidikan ilmu agama dan ilmu umum.

Maka dari itu, melalui organisasi Aisyiyah melatih seorang wanita untuk

mempunyai rasa kepedulian terhadap sesama Muslim.148

Contoh di atas merupakan salah satu amal usaha Ahmad Dahlan.

Kemudian, Ahmad Dahlan berharap peserta didik terinspirasi dari tindakan

tersebut, agar terbiasa menjalani amalnya sejak dini. Selain itu, Ahmad

147

Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammdiyah, h. 215-

216. 148

Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia (Jakarta: LP3ES, 1980), h. 90-91.

Page 75: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

65

Dahlan beranggapan pembentukan kepribadian sangat penting bagi peserta

didik dalam rangka pencapaian keselamatan hidup di dunia maupun di

akhirat.149

Seperti Nabi bersabda “Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah

engkau akan hidup selamanya dan beramalah untuk akhiratmu seakan-

akan engkau akan mati besok”.

Uraian di atas Ahmad Dahlan menekankan bahwa keikhlasan

dalam beramal dapat membentuk kepribadian yang baik, agar tercapainya

dari tujuan pendidikan. Ahmad Dahlan berkata “tak seorang pun dapat

mencapai kebesaran di dunia ini dan akhirat kecuali mereka yang memiliki

kepribadian yang baik”.150

Seorang yang kepribadian yang baik adalah orang yang

mengamalkan ajaran-ajaran al-Qur‟an dan Hadis. Karena, Rasulullah

merupakan contoh pengalaman al-Qur‟an dan Hadis, maka proses

pembentukan kepribadian peserta didik harus diperkenalkan pada

kehidupan dan ajaran-ajaran Rasulullah.

B. Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum

Menurut Ahmad Dahlan, upaya untuk mencapai tujuan ini

terealisasi manakala proses pendidikan bersifat integral. Artinya, peserta

didik harus mempunyai empat kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual,

spritual, emosional dan sosial. Dengan demikian, proses pendidikan akan

mampu menghasilkan ”intelektual-ulama” yang berkualitas. Untuk

menciptakan peserta didik yang demikian, pendidikan harus diimbangi

149

Rijaluddin F.N, Filsafat Pendidikan Islam: Pandangan KH. Ahmad Dahlan dan

Beberapa Tokoh Lainnya, Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa h. 432. 150

Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2005), h. 102.

Page 76: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

66

dengan ilmu agama dan umum. Melalui ilmu umum adalah salah satu

sarana peserta didik mengenal kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik

serta mencapai kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat,

karena al-Qur‟an dan Hadis tidak membeda-bedakan antara ilmu agama

dan ilmu umum.

Menurut Ahmad Dahlan, pendidikan yang baik adalah pendidikan

yang sesuai dengan tuntunan zaman. Seperti contoh, pada awal abad 20,

Ahmad Dahlan melihat umat Muslim di Indonesia tertinggal secara

ekonomi oleh kolonialisme Belanda. Ketika itu ekonomi Muslim tidak

memiliki akses ke sektor-sektor pemerintahan atau perusahaan-perusahaan

swasta. Karena partisipasi Muslim yang rendah terhadap sektor-sektor

pemerintahan itu membuat kebijakan pemerintahan kolonial Belanda yang

menutup peluang bagi Muslim untuk masuk. Peristiwa ini mendorong

Ahmad Dahlan untuk memperbaiki dengan memberikan pencerahan

tentang pentingnya pendidikan yang sesuai dengan perkembangan

zaman.151

Berkaitan dengan masalah ini, Ahmad Dahlan mengutip surat al-

Ra‟d ayat 11, yang artinya:

sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum,

sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.152

Pemikiran Ahmad Dahlan menggunakan pendekatan self corrective

terhadap umat Islam. Ahmad Dahlan melihat bahwa, pendidikan Islam

tradisional terlalu menitikberatkan pada aspek spiritual dalam kehidupan

151

Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 102-103. 152

Q.S al-Ra‟d (13): 13.

Page 77: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

67

sehari-sehari. Ini mengakibatkan kemunduran Islam, sementara kelompok

yang lain telah mengalami kemajuan dalam bidang ekonomi..153

Melihat ketimpangan tersebut, Ahmad Dahlan berpendapat bahwa

tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh,

menguasai ilmu agama dan ilmu umum, intelektual dan spritual. Bagi

Ahmad Dahlan, kedua hal tersebut merupakan hal yang integral, tidak

dapat dipisahkan satu sama lain.154

Oleh karena itu, sekolah pertama yang didirikan oleh

Muhammadiyah ala Belanda adalah HIS met de Qur‟an di Yogyakarta

pada tahun 1926. Sekolah ini merupakan sekolah Agama dengan

mengkolaborasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Adapun

kurikulum pada sekolah ini seperti bahasa Arab, tasawuf, fiqih, tajwid,

bahasa Inggris, membaca, menulis dan lain sebagainya.155

Melalui konsep

ini Ahmad Dahlan dan para orang tua berharap peserta didik berwawasan

luas sesuai perkembangan zaman dan dapat mengintegrasikan ilmu agama

ke dalam ilmu pengetahuan umum.156

Berkat pendidikan Muhammadiyah yang mengkolaborasikan ilmu

agama dan umum, peserta didik mempunyai kelebihan pada bidang

kesehatan. Awalnya, salah satu peserta didik Ahmad Dahlan yaitu H.M

Sudjak berinisiatif menyediakan kesehatan untuk kaum dhuafa, berupa

klinik dan poliklinik yang bernama PKU (Penolong Kesengsaraan Umum)

153

Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indones, h. 102-103. 154

Sudarno Shobron, Studi Kemuhammadiyahan Kajian Historis, Ideologis dan Organisasi

(Surakarta: LPID, 2008), h. 44. 155

Hery Sucipto, K.H Ahmad Dahlan Sang Pencerah, Pendidikan dan Pendiri

Muhammadiyah (Jakarta: Best Media Utama, 2010), h. 118. 156

Ridjaluddin F.N, Muhammadiyah Dalam Tinjauan Filsafat Islam, h. 176.

Page 78: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

68

di Yogyakarta pada tahun 1923. Kegiatan ini didukung sepenuhnya oleh

Ahmad Dahlan. Kemudian, pada tahun 1936 PKU diresmikan oleh

pemerintah Belanda menjadi rumah sakit PKU Muhammadiyah. Dengan

demikian, berdirinya rumah sakit PKU Muhammadiyah bertujuan agar

kehidupan masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang lebih baik,

serta menuju kehidupan yang sejahtera dan sakinah, sebagaimana yang

dicita-citakan organisasi Muhammadiyah.157

Maka dari itu, Ahmad Dahlan berharap pendidikan Islam yang

berdasarkan al-Qur‟an dan Hadis akan melahirkan peserta didik yang

mempunyai ilmu yang luas, jasmani yang kuat dan hati yang bersih.

Maksud hati yang bersih yaitu pendekatan keagamaan pada peserta didik

merupakan proses pendidikan di mana keberadaanya sesuai kodrat sebagai

manusia sejati. Sebab tujuan pendidikan yang ingin dicapai sebagaimana

yang tersirat dalam al-Qur‟an adalah membina manusia guna mampu

menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifahnya. Manusia

yang dibina adalah makhluk yang memiliki unsur-unsur material (jasmani)

dan immaterial (akal dan jiwa), dengan penggabungan dua unsur tersebut

terciptalah manusia yang memiliki dua dimensi dalam satu keseimbangan

dunia dan akhirat serta ilmu dan iman. Artinya, setiap manusia pada

dasarnya mempunyai akal secara kontinuitas yang perlu dipelihara serta

dikembangkan guna untuk menyeimbangkan kemampuan lahiriah dan

batiniah, duniawi dan ukhrawi. Oleh karena itu, sistem yang

157

RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta, “Sejarah RS PKU Muhammadiyah,”

http://rspkujogja.com, Artikel Diaskes Pada Tanggal 24 Maret 2017.

Page 79: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

69

dipergunakannya harus membantu secara optimal dan membebaskan serta

mengembangkan akal tersebut. Ahmad Dahlan berpendapat:

Pengajaran yang berguna dalam mengisi akal itu lebih dibutuhkan

oleh manusia dari pada makanan yang mengisi perutnya, dan

mencari harta benda dunia itu tidak lebih payah dari mencari

pengetahuan yang berguna dalam memperbaiki perbuatan dan

kelakuan.158

Kutipan di atas menjelaskan pendidikan akal merupakan prioritas

dari pendidikan Islam. Sebab dengan kemampuan penalaran akal akan

memberi peluang peningkatan dan pengembangan dalam memahami dan

mengenal makna petunjuk al-Qur‟an. Pandangan ini sangat relevan dengan

konsep pendidikan Islam yang mana peserta didik mempunyai kemampuan

atau potensi dasar yang sangat perlu untuk ditumbuh kembangkan.

Di samping itu, Ahmad Dahlan mengelola pendidikan Islam secara

profesional, modern dengan menggunakan sistem klasikal, sehingga

pendidikan yang dilaksanakan mampu memenuhi pengetahuan peserta

didik sesuai dengan zaman.

C. Kebebasan Berpikir

Ahmad Dahlan menegaskan bahwa penyebab utama kemunduran

umat Islam adalah disebabkan kejumudan pemikiran yang dimiliki dan

cara pandang terhadap masa yang akan datang, sehingga umat Islam

tertinggal dengan umat yang lain. Oleh karena itu, kebebasan berpikir

merupakan atribut penting yang menjadikan manusia sebagai pedoman

dalam perbuatannya, sedangkan kemauanlah yang menjadi pendorong

158

Ridjaluddin F.N, Filsafat Pendidikan Islam: Pandangan KH. Ahmad Dahlan dan

Beberapa Tokoh Lainnya, Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa , h. 368.

Page 80: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

70

perbuatan manusia.159

Artinya, kebebasan berfikir merupakan upaya untuk

mencapai pengetahuan. Dengan pengetahuan itu manusia menjadi lebih

mampu untuk melanjutkan tugas kekhalifahannya di muka bumi serta

mampu memposisikan diri lebih tinggi dibanding makhluk lainnya. Oleh

karena itu, carilah ilmu dan berfikir untuk mengenal segala yang

menguntungkan dan merugikan bagi dirinya.

Menurut Ahmad Dahlan, menjadi manusia menuju kepada

kebebasan berfikir memang berarti progresif dan dinamis, akan tetapi

kebebasan itu seharusnya bersifat relatif, terikat oleh ruang dan waktu,

karena yang modern secara mutlak hanyalah Allah dan tetap berdasarkan

dengan kaidah-kaidah ajaran Islam.160

Dengan kesadaran kerelatifan

kemanusiaan, maka seorang akan bersedia dengan lapang dada menerima

dan mendengarkan suatu kebenaran dari orang lain.161 Kebebasan berfikir

berarti mengembangkan rasio atau penalaran yang dimilikinya sehingga

mampu mengembangkan, menjelaskan dan menjabarkan sendiri ajaran dan

teori-teori serta mampu terhindar dari mengikuti pandangan orang lain

tanpa tahu alasannya (taqlid). Dalam hal ini, Malik Fajar menjelaskan

tentang cara berfikir dari seorang Ahmad Dahlan dalam hal kebebasan

berfikir, yakni:

Pendidikan Muhammadiyah yang didirikan oleh Dahlan sejak awal

menekankan dan mendorong kreatifitas. Hal ini sejalan dengan

jiwa pembaharuan yang dicita-citakan olehnya yaitu

mengembangkan nalar, menolak bid„ah, khurafat dan taqlid.

159

Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammdiyah, h. 77. 160

Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam(Yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2011), h. 307. 161

Syuja, Islam Berkemajuan, Kisah Perjuangan K.H Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah

Masa Awal, h. 164.

Page 81: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

71

Pendidikan kemuhammadiyahan menanamkan keutamaan dalam

berijtihad. Hal ini akan menjadikan produk didikan yang

menampilkan wawasan yang luas, tidak picik, tidak tradisional,

toleransi tetapi tidak sinkretis lebih jauh lagi umumnya menjadi

manusia yang berpikiran bebas dan tidak bersedia untuk didikte.162

Kutipan di atas menjelaskan, pendidikan yang dianut Ahmad

Dahlan adalah upaya untuk pengembangan akal melalui proses pendidikan

yang kreatifitas dan memberikan implikasi bagi warga Muhammadiyah

untuk memiliki semangat pembaruan pendidikan Islam. Oleh karena itu,

Ahmad Dahlan berupaya untuk memerdekakan kembali akal pada

fungsinya yang semula, yaitu apa yang lazim disebut dengan kebebasan

berfikir. Upaya Ahmad Dahlan untuk melakukan persiapan ke arah

transmisi itu misalnya adalah dengan melepaskan beban-beban kultural

yang sampai sejauh itu dianggap dapat menghambat kemajuan.163

Pada tahun 1918, di sekolah Muhammadiyah ala Belanda yaitu

Mulo met de Qur‟an, Ahmad Dahlan memasukkan pelajaran bahasa Arab

sebagai mata pelajaran wajib, yang bertujuan agar peserta didik mampu

memahami arti dan makna al-Qur‟an dan Ḥadis secara bebas sesuai

dengan konteks dan pola pikir peserta didik itu sendiri dan tidak hanya

sekedar ikut dan terhanyut pada pendapat dan tafsir orang lain. Dengan

demikian, para peserta didik diharapkan mampu memperoleh kemampuan

untuk memahami ajaran-ajaran agama secara bebas serta mampu

162

Ridjaluddin F.N, Filsafat Pendidikan Islam: Pandangan KH. Ahmad Dahlan dan

Beberapa Tokoh Lainnya, Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa, h. 369-370. 163

Ridjaluddin F.N, Filsafat Islam Pandangan KH. Filsafat Pendidikan Islam: Pandangan

KH. Ahmad Dahlan dan Beberapa Tokoh Lainnya, Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa, h.

369-370.

Page 82: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

72

menginterpretasikan sendiri maksud dari ajaran agama sesuai dengan

konteks kekinian.Tetapi, apa yang mereka pikirkan tidak menyimpang dari

ajaran dan nilai keagamaan. Ahmad Dahlan selalu memberikan nasihat

kepada para peserta didiknya “sabarlah dan berhati-hati, tetapi ulet dan

tidak kenal putus asa. Apa yang hari ini belum berhasil, lanjutkanlah lagi

hari esok dengan gembira”. 164

Kutipan ini menjelaskan, Ahmad Dahlan

mengajarkan kesabaran, kejujuran, kebaikan serta tidak mengenal putus

asa. Oleh karena itu, peserta didik dapat bersikap ramah, optimis dalam

bekerja dan berjuang untuk mencapai cita-citanya.

Contoh lain dalam kebebasan berpikir, Ahmad Dahlan berusaha

meluruskan dan memperbaharui penafsiran al-Qur‟an dan Hadis yang

selama ini telah menjadi keyakinan masyarakat pada umumnya yakni

“siapa yang menyerupai suatu kaum, ia termasuk kaum itu”. Masyarakat

Muslim menafsirkan bahwa segala bentuk yang menyerupai identitas

Belanda dianggap kafir seperti, berdasi, bertopi, celana serta sekolah yang

memakai bangku dan lainnya. Penafsiran ini berbeda dengan Ahmad

Dahlan bahwa sistem sekolah lebih efesien dan efektif bila pendidikan

agama meniru sistem sekolah Barat. Selain itu, Ahmad Dahlan lebih

banyak menggunakan pendekatan-pendekatan intelektual/rasional dalam

menjelaskan dan pengejaran agama pada peserta didik.165

Melalui Muhammadiyah, Ahmad Dahlan mengajak peserta

didiknya berfikir maju agar mempunyai pandangan yang luas. Ahmad

164

Sutrisno Kurtoyo, Kiai Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah, h. 198. 165

Hery Sucipto,K.H Ahmad Dahlan Sang Pencerah, Pendidikan dan Pendiri

Muhammadiyahh. 184-185.

Page 83: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

73

Dahlan berkata “kalau menjadi Kiai harus menjadi Kiai yang maju dan

selalu ada ide-ide yang baru, sehingga melahirkan amal pembaharuan yang

berkemajuan”.166

Kebebasan berpikir ini diharapkan mampu membebaskan pola

berpikir anak, sehingga tidak merasa terkekang dan merasa senang belajar

agama, serta diharapkan terhindar dari sikap fanatik terhadap agama dan

juga tidak begitu saja menyalahkan pendapat orang lain tanpa mengetahui

dasarnya, seperti yang terjadi pada para ulama tradisional yang gemar

mengafirkan pandangan orang lain yang tidak setuju dengan mereka.

Ahmad Dahlan menekankan bahwa agama bukan sekedar pengetahuan,

tetapi sebuah kesadaran, dan amal perbuatan. Ahmad Dahlan berkata

“jadilah ulama yang berfikir maju, dan jangan berhenti untuk kepentingan

pengabdian kepada organisasi Muhammadiyah”.167

Gerakan pembaharuan Ahmad Dahlan dapat diartikan sebagai

proses aktualisasi pemahaman dan pemikiran umat Islam terhadap ajaran

Islam itu sendiri, agar meningkat kualitas pengamalan dan pemahaman

umat terhadap ajarannya. Tujuannya adalah membangkitkan semangat dan

keIslaman dalam diri umat Islam dan merubah cara pandang/aktualisasi

umat dalam memahami ajaran agamanya.

Oleh karena itu, perjuangan Ahmad Dahlan adalah perjuangan

mengadakan suatu revolusi dalam cara berfikir, yang bebas dari ikatan

166

HerySucipto, K.H Ahmad DahlanSang Pencerah, Pendidikan dan Pendiri

Muhammadiyahh. 117. 167

Ridjaluddin F.N, Filsafat Pendidikan Islam: Pandangan KH. Ahmad Dahlan dan

Beberapa Tokoh Lainnya, Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa, h. 358.

Page 84: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

74

taqlid konservatif dan tradisional agar dengan demikian kemurnian tegak

kembali.168

Setiap ide Ahmad Dahlan berusaha merombak cara lama dan

kemudian di atas aturan Allah yang lama itu dibangunlah yang baru.

Dengan kata lain, Ahmad Dahlan mengembangkan sistem berfikir yang

progresif dan revolusioner.

Akan tetapi harus diperhatikan bahwa memiliki kebebasan berfikir

tidak boleh keluar dari kaidah-kaidah Islam. Karena, berfikir sucilah yang

memainkan peran penting dan memiliki pengaruh praktis dalam

pembinaan dan perjalanan manusia menuju kesempurnaan. Kemudian,

Islam melarang orang untuk berfikir pada sebagian hal tertentu dan

memandangnya sebagai jeratan setan untuk meyesatkan manusia. Islam

melarang umatnya untuk tidak berfikir tentang sesuatu yang tidak lazim

atau berfikir yang negatif.

D. Pembentukan Karakter

Pendidikan Muhammadiyah juga menanamkan pada pembentukan

karakter. Karena menurut Ahmad Dahlan pendidikan tidak hanya

mencerdaskan intelektualitas, tetapi pembentukan karakter sangat penting

pada perilaku peserta didik di kehidupan sehari-harinya. Maka dari itu,

melalui pendidikan para peserta didik dapat memenuhi kepribadian yang

utuh baik jasmani maupun rohani dan memiliki jiwa sosial yang penuh

dedikasi serta bermoral yang bersumber dari al-Qur‟an dan Sunnah, agar

selamat di dunia maupun di akhirat.

168

Ridjaluddin F,N, Filsafat Pendidikan Islam: Pandangan KH. Ahmad Dahlan dan

Beberapa Tokoh Lainnya, Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa, h. 357-358.

Page 85: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

75

Ahmad Dahlan menekankan pembentukan karakter harus diawali

dengan iman, ilmu dan amal. Karena dengan iman perbuatan yang kita

lakukan dengan tujuan yang baik, percaya diri, ikhlas, maka Allah akan

memberikan kemudahan pada perbuatannya.169

Kemudian, di dalam ajaran

Islam setiap manusia harus menuntut ilmu setinggi-tingginya, agar

mempunyai keahlian dalam berbagai bidang ilmu. Dengan adanya ilmu

yang kita miliki, setiap manusia wajib mengamalkan ilmunya, agar dapat

direalisir oleh masyarakat. Oleh karena itu, iman, ilmu dan amal adalah

dasar dari pendidikan pembentukan karakter yang diterapkan oleh Ahmad

Dahlan.

Sebagai contoh, pada tahun 1910 Ahmad Dahlan pernah

mengajarkan pendidikan agama Islam kepada para calon guru di

Kweekschool Yogyakarta. Ia berharap bahwa pendidikan para calon guru

dengan materi-materi keagamaan dapat memperluas wawasan keIslaman.

Kemudian, pendidikan para calon guru diharapkan dapat memercepat

proses transmisi ide-ide Ahmad Dahlan, karena mereka setelah menjadi

guru akan memupunyai peserta didik yang banyak dan mengajarkannya

kepada peserta didik. Selain itu, para guru kelak akan menjadi orang yang

mempunyai pengaruh luas dan besar kepada peserta didik.170

Maksudnya,

peserta didik akan mempunyai akhlak yang baik tergantung pada pendidik

yang memimbingnya.

169

Abdul Munir Mulkhan, Jejak Pembaruan dan Kemanusiaan Kiai Ahmad Dahlan, h. 84-

85. 170

Ridjaluddin F.N, Filsafat Pendidikan Islam: Pandangan KH. Ahmad Dahlan dan

Beberapa Tokoh Lainnya, Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa , h. 505.

Page 86: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

76

Contoh lain, pada tahun 1922 Muhammadiyah berkembang pada

bidang pendidikan, serta bertambahnya jumlah sekolah dan bertambahnya

guru. Dengan adanya bertambahnya sekolah dan guru, hal ini

menimbulkan pembiayaan semakin besar yang membuat Muhammadiyah

kesulitan untuk masalah pembayaran kepada guru-guru. Ahmad Dahlan

sebagai pemimpin Muhammadiyah, ia berinisiaif untuk melelang barang-

barang yang ia punya seperti meja, kursi, pakaian, surban dan lain

sebagainya, agar dapat menutup kekurangan gaji guru-guru di

Muhammadiyah.171

Peristiwa ini adalah salah satu contoh kongkrit pada

bentuk kepedulian Ahmad Dahlan terhadap pendidikan dan pembentukan

kakakter pada kepentingan sosial. Ahmad Dahlan berharap agar

masyarakat dapat mengambil pelajaran dari perilaku Ahmad Dahlan.

Di samping itu, Ahmad Dahlan mengajarkan kepada peserta

didiknya di luar Muhammadiyah untuk memperbaiki sikap hidup

masyarakat dengan mengajarkan ajaran-ajaran sosial dalam agama, seperti

gotong royong, menyantuni fakir miskin, anak yatim, tolong-menolong

dan lain sebagainya.172

Kepada peserta didiknya beliau menanamkan sifat

tersebut dengan mempraktekannya secara langsung, sehingga peserta didik

dapat melihat dan menghayati nilai-nilai positif yang terkandung dalam

agama yang sesuai dengan anjuran Rasulullah. Karena menurut Ahmad

Dahlan bahwa tujuan pendidikan dapat membuat pembentukan karakter

kepada peserta didik. Ia juga berpendapat bahwa tak seorang pun dapat

171

Kurtoyo, Kiai Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah, h. 201. 172

Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah (Jakarta: LP3ES, 1986), h. 155.

Page 87: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

77

mencapai kebesaran di dunia dan di akhirat kecuali orang yang memiliki

kepribadian yang baik.173

Seorang yang berkepribadian baik adalah orang

yang mengamalkan ajaran-ajaran Al-Qur`an dan Hadis. Maka proses

pembentukan kepribadian peserta didik harus diperkenalkan pada

kehidupan dan ajaran-ajaran Rasulullah. Dari uraian tersebut, tujuan

pendidikan dalam Islam pada dasarnya mengubah sikap mental dan moral

serta perilaku manusia menuju ke arah perbaikan, yang dapat

menghasilkan kebahagiaan baik bagi dirinya maupun lingkungan di

sekitarnya.

Oleh karena itu, pembentukan karakter menurut Ahmad

Dahlanmeliputi moral/akhlak serta berbudi pekerti yang terkait pada diri

sendiri. Akhlak mengarahkan pada perilaku, artinya perilaku manusia

mengikuti aturan Islam dalam setiap aspek kehidupan. Sebagaimana surat

al-Israa ayat 9, yang artinya “al-Quran ini memberi petunjuk ke (jalan)

yang paling lurus”174

. Ayat ini menjelaskan bahwa setiap perilaku manusia

seharusnya berpedoman pada al-Qur‟an.

Proses pendidikan karakter yang diajarkan Ahmad Dahlan kepada

peserta didiknya dengan bertindak atau melakukan amal kebaikan adalah

suatu tindakan yang penting dari pada sekedar membaca atau menghafal.

Menurut Ahmad Dahlan dengan membaca atau menghafal sebanyak-

banyak tanpa melakukan tindakan adalah perbuatan yang sia-sia. Maka

dari itu, Ahmad Dahlan mengajarkan kepada peserta didiknya dengan

173

Kurtoyo, Kiai Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah, h. 199. 174

Q.S al-Isra (17): 9.

Page 88: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

78

membaca, menghafal serta memahami maknanya dan melaksanakan atau

mengamalkan kebaikan dalam hidup sehari-hari. Dengan tindakan

tersebut, Ahmad Dahlan berharap pada peserta didiknya agar berakhlakul

karimah.

Kesempurnaan akhlak sebagai suatu keseluruhan tidak hanya

bergantung kepada suatu aspek pribadi, akan tetapi terdapat empat

kecerdasan didalam diri manusia yang menjadi unsur bagi terbentuknya

akhlak baik dan buruk. Di antaranya yaitu kecerdasan intelektual, spiritual,

emosional dan sosial. Maka dari itu, setiap manusia harus menyeimbangi

kecerdasan tersebut, agar terbentuknya karakter yang budi pekerti.

Dengan demikian, proses pembaharuan Islam hanya menyangkut

prilaku umat Islam dalam pengamalan dan pemahamannya terhadap ajaran

agamanya, tidak menyangkut subtansi dan juga tidak termasuk mensiasati

ajaran Islam agar dapat mengikuti perkembangan zaman, sebab Islam

sendiri sangat prospektif dan sesuai dengan perkembangan zaman. Seperti

orang-orang harus belajar melalui pendidikan formal yang mengajarkan

keterampilan-keterampilan tertentu, sehingga muncul golongan Muslim

terpelajar yang siap mengahadapi kehidupan modern. Seperti tokoh

Muslim Mohammad Djaman berkata:

Apa yang dilakukan Ahmad Dahlan yang dilakukannya dan

kemudian menjadi dasar amal usaha Muhammadiyah meliputi

seluruh lapangan kehidupan manusia dan masyarakat. Yang

dikembangkan Ahmad Dahlan bukanlah sistem, tapi etos kerja

Page 89: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

79

berdasarkan prinsip-prisnip ajaran Islam sebagaimana di firmankan

Allah dalam al-Qur‟an.175

Kutipan di atas menjelaskan bahwa amal usaha yang dilakukan

Ahmad Dahlan dengan tulus ikhlas tanpa pamrih. Kini peninggalan

Ahmad Dahlan dalam bentuk amal usaha diberbagai aspek kehidupan itu

masih dapat dirasakan manfaatnya oleh banyak orang hingga saat ini.

Pendidikan Islam Ahmad Dahlan berpegang pada al-Qur‟an surat Luqman

ayat 14-20.176

Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia(berbuat baik)

kepada kedua orang tua ibu-bapanya, ibunya telah mengandungnya

dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya

dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang tua

ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya

memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang

175

Mohamad Ali, Reinvensi Pendidikan Muhammadiyah (Jakarta: Al-Wasat Publishing

House, 2010), h. 10. 176

Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammdiyah, h. 204.

Page 90: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

80

tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu

mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan

baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian

hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa

yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Hai anakku,

Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan

berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah

akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah

Maha Haluslagi Maha mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat

dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah

(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap

apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu

Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah

kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan

janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong

lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam

berjalandan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk

suara ialah suara keledai.Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya

Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di

langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu

nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang

membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau

petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.177

Surat ini menjelaskan bahwa “seorang Muslim harus berpendidikan

setinggi mungkin, karena dengan pendidikan kita mempunyai pemikiran

atau ide-ide yang dikembangkan. Tidak hanya itu, melalui pendidikan

peserta didik mengenal keesaan Allah, berakhlakul karimah baik dengan

orang tua kita maupun dengan sesama. Memiliki ilmu pengetahuan yang

diimbangi dengan ilmu umum dan ilmu agama akan mempunyai kelebihan

dalam segala bidang. Sebagai manusia kita harus mensyukuri ilmu yang

kita miliki dengan mengamalkan ilmunya kepada orang lain atau peserta

didik”.

177

Lihat Q.S Luqman (31): 14-20.

Page 91: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

81

Pemikiran Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan Islam

tujuannya adalah menanamkan semangat Islam dalam nuansa wawasan

keilmuan. Sehingga hasil dari pendidikan Muhammadiyah adalah

melahirkan manusia-manusia yang berhati penuh dengan iman, dan taqwa

agar dapat membentuk manusia Muslim yang bersumber pada al-Qur‟an

dan Hadis serta berfikir bebas tetapi terikat nilai-nilai kebenaran universal

(Allah), progresif dan dinamis dalam mengahadapi dan merespon pada

tuntutan zaman serta wawasan kepada kependidikan Islam. Dari pemikiran

Ahmad Dahlan melimpah berbagai pengetahuan dan keterampilan.

Page 92: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada awal abad 20 konsep pemikiran K.H Ahmad Dahlan dalam

bidang pendidikan sangat bertolak belakang dengan konsep pendidikan

pemerintah Hindia Belanda dan lembaga pesantren. Ketika itu, sekolah

pemerintah Hindia Belanda lebih mementingkan ilmu pengetahuan

sementara lembaga pesantren lebih mementingkan ilmu keagamaan. Hal

tersebut berdampak pada pemikiran para orang tua yang beranggapan,

bahwa jika anaknya sekolah di pemerintah Hindia Belanda akan dianggap

kafir. Karena sekolah pemerintah Hindia Belanda memakai celana

panjang, berjas, berdasi, bertopi dan lain sebagainya khususnya di daerah

Jawa. Sementara jika anaknya di masukkan ke sebuah pesantren, anak

tersebut akan kurang mendapatkan ilmu pengetahuan umum.

Keadaan tersebut ditanggapi oleh K.H. Ahmad Dahlan bahwa umat

Muslim tidak dapat berfikir secara monoton atau memisahkan diri dari

mempelajari pengetahuan umum dan agama. Oleh karena itu K.H. Ahmad

Dahlan berupaya mencari solusi dengan mendirikan sekolah melalui

organisasi Muhammadiyah yang mengkolaborasikan antara pendidikan

agama dan pengetahuan umum. Melalui pendidikan Muhammadiyah K.H

Ahmad Dahlan berharap peserta didiknya mempunyai kelebihan dalam

segala bidang ilmu pengetahuan.

Page 93: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

83

Adapun kurikulum yang diterapkan pada sekolah Muhammadiyah

meliputi integrasi ilmu dan amal. Artinya peserta didik harus menuntut

ilmu setinggi-tingginya agar dapat mengamalkan ilmunya kepada

masyarakat,karena di dalam ajaran Islam diajarkan seorang Muslim harus

mempraktikkan ilmunya kepada masyarakat, yang berarti berkarya.

Sebagai contoh, K.H Ahmad Dahlan membuat panti asuhan Hoofbestur

1921, agar anak yatim/piatu dan yatim piatu dapat terhindar dari

kebodohan dimasa penjajahan Belanda dan membuat organisasi Aisyiyah

(khusus wanita) 1917, agar seorang wanita juga harus bependidikan tinggi

dikarenakan pendidikan seorang anak dimulai dari pendidikan rumah

dengan seorang ibu.

Selanjutnya, integrasi ilmu agama dan ilmu umum. Artinya, ilmu

harus diimbangi dengan ilmu agama dan ilmu umum, agar peserta didik

menjadi ulama-intelek atau intelektual-ulama. Maka dari itu, melalui

Muhammadiyah K.H Ahmad Dahlan mendirikan sekolah-sekolah model

Belanda yang mengkolaborasikan ilmu agama dengan ilmu umum.

Dengan demikian, ia berharap peserta didik mempunyai kelebihan dalam

segala hal bidang ilmu pengetahuan. Contoh, berkat mempelajari ilmu

agama dan ilmu umum, salah satu murid K.H Ahmad Dahlan yaitu H.M

Sudjak mempunyai kelebihan dalam bidang kesehatan, yang akhirnya

mendirikan rumah sakit Muhammadiyah di Yogyakarta 1936. Tujuan K.H

Ahmad Dahlan menggabungkan kedua ilmu tersebut, agar peserta didik

mampu memenuhi kebutuhannya sesuai dengan tuntutan zaman.

Page 94: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

84

Kemudian, kebebasan berfikir. Menurut K.H Ahmad Dahlan

dengan adanya kebebasan berfikir terhadap peserta didik, agar mampu

mempunyai pendapat atau nilai-nilai tersendiri. Artinya, peserta didik

mampu mengembangkan, menjelaskan atau menjabarakan ajaran-

ajaran/teori-teori yang diajarkan oleh pendidik, serta tidak mengikuti

pandangan orang lain tanpa tahu alasannya (taqlid). Cara K.H Ahmad

Dahlan mengajar selalu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk

berfikir secara modern atau dengan konteks kekinian, tetapi tidak

menyimpang dari ajaran-ajaran Islam. Memberikan kebebasan berfikir

terhadap peserta didik, agar peserta didik memilki pandangan yang luas

dan tidak berfikir monoton. Maka dari itu, K.H Ahmad Dahlan menasihati

kepada peserta didik “kalau menjadi Kiai harus menjadi Kiai yang maju

dan selalu ada ide-ide yang baru, sehingga melahirkan amal pembaharuan

yang berkemajuan”

Selain kebebasan berfikir, K.H Ahmad Dahlan juga mengajarkan

pada pembentukan karakter. Menurut K.H Ahmad Dahlan pembentukan

karakter sangat penting pada peserta didik, agar berakhlakul karimah.

Artinya, peserta didik harus menanamkan jiwa sosial, moral dan beragama

pada kehidupan sehari-seharinya, agar terbentuknya karakter. Sebagai

contoh, di luar Muhammadiyah K.H Ahmad Dahlan mengajarkan peserta

didik untuk mempunyai jiwa sosial dalam beragama seperti, bergotong

royong, menyantuni fakir miskin, tolong menolong dan lain sebagainya.

Page 95: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

85

Karena, manusia yang berkepribadian baik adalah orang-orang yang

mengamalkan ajaran-ajaran al-Qur‟an dan Hadis.

Oleh karena itu, pemikiran pendidikan Islam menurut K.H Ahmad

Dahlan mengarahkan peserta didik untuk menjadi seorang Muslim yang

ulama-intelek atau intelektual-ulama, berwawasan luas, mengamalkan

ilmu-ilmunya serta mempunyai karya. Dengan pemikiran tersebut, peserta

didik akan terbentuknya karakter pada kehidupan sehari-hari dan

berakhlakul karimah sesuai anjuran al-Qur‟an dan Hadis yang menuju

pada kecerdasan intelektual, spiritual, emosional dan sosial, agar pserta

didik selamat baik di dunia maupun di akhirat.

B. Saran-saran

1. Kepada pendidik harus mempunyai visi ke depan pada bentuk

keterampilan atau kreatif dalam mengajar pada peserta didik yang

tidak hanya bertujuan dalam mencerdaskan intelektual, tetapi harus

membentuk watak yang berakhalakul karimah.

2. Untuk para penerus Muhammadiyah agar terus melanjutkan jasa-jasa

K.H Ahmad Dahlan atas keikhlasannya dalam memperbaiki agama

dan umatnya. Selain itu, organisasi Muhammadiyah perlu

memperbanyak media tulis, cetak dan elektronika yang sekiranya

dapat menunjang Informasi untuk mendapatkan data yang akurat, agar

sosok Muhammadiyah lebih dikenal oleh masyarakat.

3. Kepada pemerintah, diharapkan untuk memfasilitasi dan melakukan

pembinaan secara intensif dan berkesinambungan dalam rangka

Page 96: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

86

pengembangan sistem dan peningkatan pendidikan umum, karena kian

hari pendidikan Islam yang semakin dinamis menyesuaikan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Page 97: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

86

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohamad, Reivensi Pendidikan Muhammadiyah. Jakarta: Al-Wasat

Publishing House, 2010.

Arief, Dr. Armai. Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat

Press, 2002.

Arifin, H.M. Ilmu pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis

Berdsarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Askara, 1991.

______, Kapita Selekta Pendidiktan Islam dan Umum. Jakarta: Bumi Askara,

1993.

Arifin, Prof. H. Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Askara,

2010.

Assegaf, Abdur Rahman, Pendidikan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Suka Press,

2007).

As-shona’aini, Sabulus Salam, Bairut: Darul Kutub Alamiyah, 1971.

Azra, Azyumardi, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di

Nusantara. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2013.

Basri, Hasan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Daulay, Haidir Putra, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan dan Pendidikan

Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2007.

Djamas, Nurhayati, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Grafindo,

2009.

Fadjar, Malik, Madrasah dan Tantangan Modernitas. Bandung: Mizan, 1998.

Hadjid, Ajaran K.H.A Dahlan dengan 17 Kelompok Ayat-Ayat al-Qur’an.

Semarang: PMW Jawa Tengah, 2004.

Jalaludin, Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Kadir, Abdul, Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Karisma Putra Utama, 2012.

Kosim, Muhammad, Pemikiran Pendidikan Ibnu Khaldun Kritis, Humanis dan

Religius. Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2012.

Kusumo, Djarwi Hadi, Matahari-Matahari Muhammdiyah. Yogyakarta:

Persatuan, t,t.

Kutoyo, Sutrisno, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah.

Jakarta: Depdikbud, 1985.

Ma’arif, Ahmad Syafi’I dan Abdul Munir Mulkan, I Abad Muhammadiyah

Gagasan Pembaruan Sosial Keagamaan. Jakarta: Kompas, 2010.

Page 98: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

87

Ma’ruf, Farid, Analisis Aklhak dalam Perkembangan Muhammadiyah. Jakarta:

Majlis Taman Pustaka, 1962.

Madjid, Nurcholis, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan,

1993.

Minarti, Sri, Ilmu Pendidikan Islam Fakta, Teoritis Filosofis dan Aplikatif

Normatif. Jakarta: Bumi Askara, 2013.

Mujib, Abdul, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2006.

Mulkan, Abdul Munir, Islam Kultural Kiai Ahmad Dahlan. Jakarta: Grafindo

Khazanah Ilmu, 2012.

Munardji, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004.

Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

____, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan. Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2004.

Nizar, Samsul, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di

Nusantara. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, t,t.

Nizar, Samsul dan Al-Rasyid, Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis Filsafat

Pendidikan. Jakarta: Ciputat Press, 2005.

Noor, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia. Jakarta: LP3ES, 1980.

Prodjokusumo, Pemesyarakatan Tradisi, Budaya, dan Politik Muhammadiyah.

Jakarta: Perkasa, 1995.

Rahman, Fajrul dan Sutrisno, Kajian Terhadap Metode, Epistemologi dan Sistem

Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2011.

Rasyad, Aminudin, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Depag RI,

1986.

Ridjaluddin, F.N, Falsafat Islam Pandangan KH. Ahmad Dahlan dan Beberapa

Tokoh Lainnya, Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa. Jakarta: Pustaka

Kajian Islam FAI UHAMKA, 2009.

Sairin. Weinata, Gerakan Pembaharuan Muhammdiyah., Jakarta: Sinar Harapan,

1995.

Salam, Junus, K.H.A. Dahlan, Amal dan Perdjoeangannja. Jakarta: Depot

Peangadjajaran, 1968.

Shaleh, Abdul Rahman, Pendidikan Agama dan Pengembangan Watak Bangsa.

Jakarta: Rajawali Press, 2005.

Page 99: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD …

88

Shobron. Sudarno, Studi Kemuhammadiyahan, Kajian Historis, Ideologis dan

Organisasi. Surakarta: LPID, 2008.

Steenbink, Karel A, Pesantren Madrsah Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun

Modern. Jakarta: LP3ES, 1996.

Sucipto, Hery, K.H Ahmad Dahlan Sang Pencerah Pendidik dan Pendiri

Muhammdiyah. Jakarta: Media Utama, 2010.

Suharto, Toto, Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2011.

Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Jakarta Raja

Grafindo, 2004.

Syuja, Islam Berkemajuan, Kisah Perjuangan K.H Ahmad Dahlan dan

Muhammadiyah Masa Awal. Tangerang: Al-Wasath, 2010.

Zuharini, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Askara, 2009.

Referensi Internet:

Belarminus, Robertus. “Anies Baswedan Sebut Pendidikan Indonesia Gawat

Darurat”. 10 Novmber 2015. http://www.edukasi.com.

Ramdani, Ahmad Fauzi. “Gerakan Budi Utomo 1908”. 18 Maret 2016.

http://mahasiswamuslimgarut.blogspot.co.id.

Santoso, Urip. “Kumpulan Hadist Tentang Ilmu”. 14 Agustus 2016.

http://darussalambengkulu.wordpress.com.

Suryanis, Afrilia. “Begini Kronologi Bullying di SMA Don Bosco”. 2 Oktober

2015. http://www.tempo.co.

Tohirin. “Tujuan Pendidikan”. 8 April 2016. http://sholohfikr.blogspot.co.id.

Yogyakarta, RS. PKU Muhammadiyah. “Sejarah RS PKU Muhammadiyah”. 24

Maret 2017. http://rspkujogja.com.