pemurnian garam.doc

28
PERCOBAAN IV PEMURNIAN GARAM NATRIUM KLORIDA (NaCl) I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mengetahui metode kristalisasi dan penerapannya 2. Mengetahui cara pembuatan larutan garam dari garam kasar 3. Mengetahui cara kristalisasi melalui penguapan dan pengendapan 4. Mengatahui kelebihan dan kelemahan kristalisasi penguapan dan pengendapan 5. Mengetahui fungsi penambahan serbuk kapur, Ba(OH) 2 , (NH 4 ) 2 CO 3 pada kristalisasi penguapan II. DASAR TEORI Kristalisasi Merupakan suatu metode untuk pemurnian zat dengan pelarut dan dilanjutkan dengan pengendapan. Dalam kristalisasi senyawa organik dipengaruhi oleh pelarut. Pelarut kristalisasi merupakan pelarut dibawa oleh zat terlarut yang membentuk padatan dan tergantung dalam struktur kristal – kristal zat terlarut tersebut. (Oxtoby, 2001)

Upload: faisal-iskandar

Post on 18-Nov-2015

154 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

kimia

TRANSCRIPT

PERCOBAAN IVPEMURNIAN GARAM NATRIUM KLORIDA (NaCl)I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mengetahui metode kristalisasi dan penerapannya2. Mengetahui cara pembuatan larutan garam dari garam kasar

3. Mengetahui cara kristalisasi melalui penguapan dan pengendapan

4. Mengatahui kelebihan dan kelemahan kristalisasi penguapan dan pengendapan

5. Mengetahui fungsi penambahan serbuk kapur, Ba(OH)2, (NH4)2CO3 pada kristalisasi penguapan

II. DASAR TEORI

Kristalisasi

Merupakan suatu metode untuk pemurnian zat dengan pelarut dan dilanjutkan dengan pengendapan. Dalam kristalisasi senyawa organik dipengaruhi oleh pelarut. Pelarut kristalisasi merupakan pelarut dibawa oleh zat terlarut yang membentuk padatan dan tergantung dalam struktur kristal kristal zat terlarut tersebut.

(Oxtoby, 2001)

Rekristalisasi

Merupakan suatu pembentukan kristal kembali dari larutan atau leburan dari material yang ada. Sebenarnya rekristalisasi hanyalah sebuah proses lanjut dari kristalisasi. Apabila kristalisasi (dalam hal ini hasil kristalisasi) memuaskan rekristalisasi hanya bekerja apabila digunakan pada pelarut pada suhu kamar, namun dapat lebih larut pada suhu yang lebih tinggi. Hal ini bertujuan supaya zat tidak murni dapat menerobos kertas saring dan yang tertinggal hanyalah kristal murni.

(Fessenden, 1983) Langkah langkah Rekristalisasi1. Melarutkan zat pada pelarut

2. Melakukan filtrasi gravity

3. Mengambil kristal zat terlarut

4. Mengumpulkan kristal dengan filtrasi vacum

5. Mengeringkan kristal

(Fessenden, 1983) Cara Memilih Pelarut yang Cocok untuk Proses Rekristalisasi adalah :

a. Pelarut yang dipilih sebaiknya hanya melarutkan zat zat yang akan dimurnikan dalam keadaan panas, sedangkan pengotornya tidak larut dalam pelarut tersebut.

b. Pelarut yang digunakan sebaiknya memiliki titik didih rendah agar dapat mempermudah pengeringan kristal.

c. Pelarut yang digunakan harus inert, tidak bereaksi dengan zat yang akan dimurnikan.

(Cahyono, 1998)

Proses Kristalisasi

a. Pendinginan

Larutan yang akan dikristalkan didinginkan sampai terbentuk kristal pada larutan tersebut. Metode ini digunakan untuk zat yang kelarutan mengecil bila suhu diturunkan. Pendinginan dilakukan 2x yaitu pendinginan larutan panas sebelum penyaringan dan pendinginan sesudah penguapan. b. Penguapan Solvent

Larutan yang dikristalkan merupakan senyawa campuran antara solven dan solut. Setelah dipanaskan maka solven menguap dan yang tertinggal hanya kristal. Metode ini digunakan bila penurunan suhu tidak begitu mempengaruhi kelarutan zat pada pelarutnya. Penguapan bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalizir solvent atau zat pelarut sisa yang terdapat pada filtrat. c. Evaporasi AdiabatisMetode ini digunakan dalam ruang vakum, larutan dipanaskan, dimasukkan dalam tempat vakumyang mana tekanan total lebih rendah dari tekanan uap solvennya. Pada suhu saat larutan dimasukkan ke ruang vakum solven akan menguap dengan cepat dan penguaapan itu akan menyebabkan pendinginan secara adiabatis.

d. Salting Out

Prinsipnya adalah menambah suatu zat untuk mengurangi zat yang akan dikristalkan. Pengeluaran garam dari larutan dengan zat baru ke dalam larutan bertujuan menurunkan daya larut solven terhadap suhu pada pengatur tersebut. Peningkatan harga k, jika kedalam suatu larutan ditambah dengan zat elektrolit. (Cahyono, 1998) Faktor-faktor yang mempengaruhi kristal

a. Laju pembentukan inti (nukleous)

Laju pembentukan inti dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalamsatuan waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi, maka banyak sekali kristal yang terbentuk, tetapi tak satupun akan tumbuh menjadi besar, jadi yang terbentuk berupa partikel-partikel koloid. b. Laju pertumbuhan kristal

Merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju tinggi kristal yang besar akan terbentuk, laju pertumbuhan kristal juga dipengaruhi derajat lewat jenuh.

(Donald, 1980) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Pembentukan Kristal1. Derajat lewat jenuh.

2. Jumlah inti yang ada, atau luas permukaan total dari kristal yang ada.

3. Pergerakan antara larutan dan kristal.

4. Viskositas larutan.

5. Jenis serta banyaknya pengotor.

(Handojo, 1995) Struktur Morfologi dan Kemurnian Endapan

Pengendapan bisa dilakukan untuk pemisahan , untuk melakukan pemisahan ini suatu reagansia yang sesuai ditambahkan, yang membentuk endapan dengan hanya satu atau beerapa ion yang ada dalam larutan, kemudian endapan dapat disaring dan dicuci, tergantung sebagian besar pada struktur morfologi endapan yaitu bentuk dan ukuran kristal. Bentuk kristal struktur yang sederhana seperti kubus, oktahedron, atau jarum-jarum. Sangat menguntungkan karena mudah dicuci setelah disaring.(Vogel, 1985) Kelarutan Endapan

Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan endapan berupa kristal atau koloid dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaring atau sentrifug. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan komposisi pelarutnya.(Vogel, 1985) Larutan Jenuh

Spesifikasi larutan jenuh adalah larutan yang titik bekunya tidak mengganggu. Kejenuhan membuat kristalisasi sangat efektif dengan penyaringan dan pemisahan.

(Fischer, 1957) Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang sudah ditentukan untuk adanya kesetimbangan antara zat terlarut dan zat-zat yang tidak terlarut.

(Keenan, 1990) Sifat Kristal Ion NaCl

Kristal garam dapur terbentuk kubus, karena NaCl mengkristal dengan kisi kubus. Ionnya terletak pada tapak kisi yang ada diantara sesama terutama bersifat elektrostatik, karena gaya elektrostatiknya kuat maka kristal NaCl memiliki energi yang besar. Kristal NaCl relatif keras, bila terkena pukulan cenderung berantakan, sebab bidang-bidang ion selalu bergeser, bergerak dari keadaan tarik-menarik menjadi tolak-menolak.

(Brady, 1994) Pengaruh Penurunan Suhu pada Proses Terjadinya Kristal

a. Bila penurunan suhu berjalan dengan cepat maka kecepatan tumbuh inti kristal lebih cepat daripada kecepatan pertumbuhan kristal sehingga kristal yang diperoleh kecil, rapuh, dan banyak.

b. Bila penurunan suhu dilakukan secara perlahan, maka kecepatan pertumbuhan kristal lebih cepat daripada kecepatan pertumbuhan inti kristal sehingga kristal yang dibebaskan besar-besar, liat, dan elastis(Austin,1986) Ko Presipitasi

Bila suatu endapan memisah dari lariutan, keadaanya tidak selalu sempurna murni, dapat mengandung bermacam-macam zat pencemar, tergantung dari sifat-sifat endapan dan kondisi pengendapan. Pencemaran endapan oleh zat-zat yang secara normal larut dalam larutan induk,dinamakan pengendapan ikut (Ko-Presipitasi). Ada dua yang penting yang menyebabkan terjadinya ko-presipitasi yaitu adsorbsi partikel-partikel asing pada permukaan kristal yang sedang tumbuh dan okulasi partikel-partikel asing sewaktu proses pertumbuhan kristal.(Vogel,1990) Post Presipitasi

Beberapa endapan diendapkan dengan perlahan-lahan dan larutan berada dalam keadaaan lewat jenuh untuk waktu yang sangat lama. Ketika kalsium oksalat diendapkan ditengah-tengah ion magnesium dalam jumlah yang lebih banyak, endpan pada mulanya praktis murni, tetapi jika dibiarkan tetap bersentuhan dengan larutan, magnesium oksalat pelan-pelan terbentuk (dan adanya endapan kalsium oksalat cenderung mempercepat proses ini). Jadi, endapan kalsium oksalat menjadi tercemar karena post-presipitasi magnesium oksalat.

(Vogel,1990) Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Larutan jenuh suatu garam yang juga memgandung garam tersebut yang tak larut dengan berlebihan merupakan suatu sistem kesetimbangan terhadap hukum kegiatan massa dapat diberlakukan. Misalnya, jika endapan perak klorida ada dalam kesetimbangan dengan larutan jenuh, maka:

AgClAg+ + Cl-Ini merupakan kesetimbangan heterogen karena AgCl ada dalam fase padat, sedangkan ion Ag+ dan Cl- ada dalam fase terlarut. Tetapan kesetimbangannya,

Konsentrasi perak klorida dalam fase padat tak berubah dan dimasukkan dalam tetapan baru, Ks yang dinamakan hasil kali kelarutan:

Ks = [Ag+][Cl-]

Jadi, hasil kali kelarutan ion perak dan klorida adalah konstan.

(Vogel,1990) Pemurnian dengan RekristalisasiRekristalisasi merupakan metode pemurnian suatu kristal dari pengotor-pengotornya. Campuran senyawa yang akan dimurnikan dilarutkan dalam pelarut tang bersesuaian dalam temperatur yang dekat dengan titik didihnya. Selanjutnya untuk memishkan pengotor atau zat lain dari zat yang diinginkan dilakukan penyaringan sampai terbentuk kristal. (Cahyono,1991)III. Analisa Bahan a. NaCl

Berat Molekul : 518,45 g/mol

Densitas : 2,17 g/cm3 Titik lebur : 804 0C Larut dalam air, kristal putih, berbentuk kubus.(Basri, 2003)

b. CaO

Berat molekul : 56,08 g/mol

Titik didih : 2850 0C

Densitas : 3,37 g/cm3

Titik leleh : 2572 0C

Bentuk kristal putih, dapat menyerap CO2 dan H2O, dapat bereaksi dengan CO2 membentuk CaCO3 .(Pudjaatmaka, 2002) c. HCl

Berat molekul : 36,47 g/mol

Densitas : 1,268 g/cm3 Titik leleh : -119,29 0C

Titik didih : 114,61 0C

Berbau khas, tidak berwarna, korosif, asam kuat.

(Basri, 2003)

d. H2SO4

Berat molekul : 98,08 g/mol

Titik didih : 190 0C

Tidak berbau, higroskopis, korosif, asam kuat, tidak berwarna.

(Daintith, 1990)

e. H2O

Berat molekul : 18 g/mol Densitas : 1,08 g/cm3 Titik beku : 0 0C

Titik didih : 100 0C

Polar, sebagai pelarut universal.

(Basri, 2003)

f. Ba(OH)2 encer

Berat molekul : 171,28 g/mol

Densitas : 3,743 g/cm3 Titik leleh : 78 0C

Korosif, basa kuat, dalam padatan berupa kristal putih dan transparan.

(Basri, 2003)

g. (NH4)2CO3

Padatan kristal dan berwarna putih, Monohidrat Larut dalam air dingin Digunakan sebagai pewarna dalam pembuatan wol serta dalam soda kue.(Arsyad, 2001)IV. FLOWCHART Perlakuan Awal

H2O

Gelas Beker

Pemanasan sampai mendidihPenambahan 20 g NaCl pasaran

Pengadukan

Pemanasan sampai mendidih

Penyaringan

Endapan

Larutan

Pembagian menjadi 2 bagian

Kristalisasi melalui PenguapanLarutan 1

Gelas Beker

Penambahan 0,5 g CaO Penambahan Ba(OH)2Penambahan 30g/L (NH4)2 CO3Pengadukan

Penyaringan

Residu

Kertas Saring

Filtrat

Gelas Beker

Penetralan dengan HCl

Pengukuran dengan pH meter

Penguapan sampai keringKristal NaCl

Pengamatan

Pembandingan dengan pengendapanHasil

Rekristalisasi melalui PengendapanLarutan 2

Tabung Reaksi

NaCl + H2SO4 pekat

Tabung Reaksi

Kristal

Penjenuhan dengan gas HClPenimbangan

PerhitunganHasil

V. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Percobaan pemurnian bahan melalui kristalisasi bertujuan untuk mempelajari salah satu metode pemurnian yaitu rekristalisasi dan penerapannya pada pemurnian garam dapur kasar. Pada garam dapur kasar masih terdapat pengotor pengotor, sehingga perlu dilakukan suatu pemurnian dengan cara memisahkan garam murni dari pengotor pengotornya dengan cara rekristalasisasi, pada umumnya pengotor yang terkandung dalam garam NaCl adalah Ca2+, Mg2+,Al3+, SO42-, I2, dan Br2. Metode pada percobaan ini adalah pengendapan dan penguapan. Prinsip dari percobaan ini adalah perbedaan daya larut antara zat yang akan dimurnikan (NaCl kasar) dengan zat-zat pengotor yang terkandung dalam garam NaCl kasar agar didapatkan NaCl murni.1. Perlakuan Awal

Tujuan dari perlakuan awal adalah untuk melarutkan Kristal garam NaCl kasar yang ada. Langkah pertama adalah memanaskan aquades hingga mendidih untuk mempermudah melarutkan NaCl kasar. NaCl dapat larut dalam air karena NaCl bersifat polar dan merupakan senyawa ionik, dimana senyawa ionik akan berbentuk ion ionnya di dalam larutanya, dan harga Ksp dari senyawa NaCl lebih besar dibandingkan dengan hasil kali ion ionnya. Kemudian pada aquades ditambahkan gram garam dapur kasar dan diaduk agar garam dapur bisa larut sempurna dalam air. Larutan ini kemudian dipanaskan lagi sampai mendidih untuk mempercepat proses pelarutan, karena pada pemanasan dapat meningkatkan gerakan partikel partikel didalam larutan sehingga tumbukan antar partikel semakin cepat dan kelarutan semakin cepat. Setelah mendidih, larutan garam dapur disaring dan diambil filtratnya. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan filtrat dengan residu. Filtrat yang diperoleh dibagi menjadi dua untuk proses kristalisasi melalui penguapan dan rekristalisasi melalui pengendapan.

2. Kristalisasi melalui Penguapan

Pada metode kristalisasi melaui penguapan berprinsip pada perbedaan titik didih antara pelarut dan titik leleh zat terlarut, dimana titik didih pelarut harus lebih kecil dari titik. Pada metode ini, langkah pertama yang dilakukan adalah penambahan CaO ke dalam larutan 1 yang berisi filtrat hasil perlakuan awal. Penambahan CaO berfungsi untuk memperbesar perbedaan daya larut antara NaCl dan pengotornya, dimana CaO akan menarik ion Cl, sehingga timbul endapan CaCl2 berwarna putih. Reaksinya: 2 NaCl(aq) + CaO(s) + H2O ( CaCl2( + 2 Na+ + 2 OH-(Vogel,1990)

Ion Ca2+ bereaksi dengan zat-zat pengotornya karena ion Ca2+ mampu mengikat karbonat atau sulfat. Kalsium Karbonat dapat mengendap karena Kspnya lebih kecil daripada hasil kali konsentrasi [Ca2+][SO42-]. CaSO4 juga dapat mengendap karena Kspnya lebih kecil daripada hasil kali konsentrasi [Ca2+][SO42-]. Ksp dari CaCO3 adalah 4,8 x 10 -9 dan Ksp dari CaSO4 adalah 2,3 x 10 -4. Reaksinya:

CaO ( Ca2+ + O2-Ca2+ + CO32- ( CaCO3( Ca2+ + SO42- ( CaSO4((Vogel,1990)

Setelah penambahan CaO, selanjutnya ditambahkan Ba(OH)2 sampai tak terbentuk endapan lagi. Penambahan ini bertujuan untuk memisahkan ion Cl- dari CaCl2. Ba(OH)2 juga akan terurai menjadi Ba2+ dan OH- , OH- ini berfungsi mengikat pengotor Fe2+ dan Mg2+ yang masih tersisa. Penambahan Ba(OH)2 tetes per tetes hingga tak ada endapan lagi bertujuan untuk membuktikan bahwa ion Cl- yang terdapat dalam larutan telah berikatan semua dengan Ba2+ sehingga menghasilkan endapan BaCl2. Reaksinya:

Ba(OH)2 ( Ba2+ + 2 OH-

(Vogel,1990)

Reaksi antara OH- dengan Fe2+ dan Mg2+ :

Fe2+ + 2 OH- ( Fe(OH)2(

Ksp = 4,8 x 10 -16Mg2+ + 2 OH- ( Mg(OH)2( Ksp = 3,4 x 10 -11(Vogel,1990)Reaksi keseluruhannya :

2NaCl (aq) + CaO (s) + Ba(OH)2 (aq) + H2O ( BaCl2( + Na+ + 4OH- + Ca2+

(Vogel,1990)

Setelah penambahan Ba(OH)2 dilanjutkan dengan penambahan (NH4)2CO3 yang berfungsi untuk mengikat ion Ba2+ dan Ca2+ yang terdapat dalam larutan secara berlebih sehingga diperoleh endapn putih kembali. Reaksinya:

Ba2+ + CO32- ( BaCO3(

Ksp = 8,1 x 10 -9Ca2+ + CO32- ( CaCO3(

Ksp = 4,8 x 10 -9Reaksi secara keseluruhannya :

BaCl2( + Na+ + 4OH- + Ca2+ + (NH4)2CO3 ( BaCO3( + NH3( + Na2CO3 + CaCl2( (Vogel,1990)

Laruatan ini kemudian disaring dan diambil filtratnya. Penyaringan berfungsi untuk memisahkan filtrat dengan residunya. Pada percobaan ini filtrat yang dihasilkan berwarna putih keruh dan residunya berwarna coklat. Filtrat ini dinetralkan dengan HCl karena pada penambahan reagen-reagen sebelumnya, filtrat menjadi bersifat basa sehingga perlu dinetralkan dengan HCl agar pH larutan garam kembali netral (pH = 7). Sifat basa pada filtrat karena adanya ion NH4+ yang berasal dari (NH4)2CO3, penetralan berfungsi agar garam dapat terbentuk, karena pada dasarnya garam bersifat netral. Setelah netral, filtrat diuapkan sampai kering untuk menghilangkan ionNH4 + dan H2O, sehingga terbentuk kristal NaCl yang berwarna putih dengan berat 10,6 gram dan rendemen produknya 53%. Fungsi penguapan adalah untuk menghilangkan zat pelarut dan ion ion lain yang mudah menguap.3. Rekristalisasi melalui Pengendapan

Metode pengendapan rekristalisasi ini berprinsip pada penambahan ion-ion sejenis akan memperkecil kelarutan suatu larutan

(Vogel, 1985)

Pertama-tama filtrat garam dari perlakuan awal dijenuhkan dengan gas HCl sampai sebagian terbentuk endapan. Gas HCl dibuat dengan mereaksikan NaCl dengan asam sulfat pekat.

Reaksi yang terjadi :

2 NaCl(s) + H2SO4(aq) 2 HCl(g) + Na2SO4(aq)(Vogel,1985)

Reaksi ini merupakan reaksi eksoterm yang ditandai dengan timbulnya panas pada tabung reaksi. Gas HCl disalurkan ke dalam larutan II dengan pipa bengkok sehingga gas HCl masuk ke dalam larutan untuk mengkondisikan larutan garam NaCl menjadi lewat jenuh sehingga terbentuk endapan NaCl yang lebih murni.

Reaksinya :

NaCl(s) Na+ + Cl-(Vogel,1985)

Penambahan ion Cl- akan mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke kiri atau kearah NaCl hingga terbentuk endapan. Gas HCl dapat mengendapkan kristal NaCl karena pengaruh ion sejenis Cl-. Adanya ion sejenis yaitu Cl- akan menambah konsentrasi ion Cl- dalam larutan NaCl hingga Ksp terlampaui dan NaCl akan mengendap, akan tetapi pengotor pengotor lain tidak terendapkan karena nilai Ksp dari pengotor pengotor lain lebih besar dibanding dengan hasil kali ion - ionnya. Penambahan gelembung gas akan dihentikan apabila kristal sudah tidak terbentuk lagi.hasil dari percobaan ini terbentuk 0.1 gram kristal NaCl yang sangat bening.3.1 Kelebihan dari metode pengendapan Kristal yang terbentuk lebih cepat dan lebih murni dari pada menggunakan metode penguapan karena pada metode pengendapan dihasilkan kristal NaCl tanpa zat pengotor. 3.2 Kelemahan dari metode Pengendapan

Rendemen yang dihasilkan lebih kecil daripada rendemen metode penguapan, karena pada metode pengendapan NaCl yang terbentuk tidak mengandung pengotor - pengotornya, sedangkan pada metode penguapan NaCl yang terbentuk masih terdapat pengotor - pengotornya Sedangkan faktor yang mempengaruhi pembentukan kristal yaitu :

1. Laju Pembentukan Inti

Dapat dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi ,maka kristal yang terbentuk dalam jumlah yang besar tetapi tidak satupun dari ini akan tumbuh menjadi kristal yang bentuknya besar. Jadi, endapan yang terbentuk terdiri dari partikel-partikel yang lebih kecil.

2. Laju pertumbuhan Kristal

Jika laju pertumbuhan kristal tinggi, maka akan terbentuk kristal yang lebih tinggi.

(Vogel,1985)

Dari kedu faktor tersebut, dapat diketahui bahwa kristal yang terbentuk hasil dari percobaan berukuran kecil, dan hasil yang didapatkan sedikit karena laju pertumbuhan kristal kecil. Melalui metode pengendapan, kristal yang dihasilkan akan lebih murni dibandingkan dengan kristal yang dihasilkan melalui penguapan. Hal ini disebabkan karena kristal melalui pengendapan tidak terkontaminasi oleh zat-zat pengotor (seperti Ba2+,Ca2+, Mg2+) pada endapan tersebut, karena pengotor pengotor tersebut tidak terendapkan atau masih dalam bentuk ion ionnya. Sehingga kristal yang dihasilkan berwarna lebih putih dan kristalnya mengkilap.

(Khopkar,1990)

Kecepatan terbentuknya kristal melalui pengendapan lebih cepat dibandingkan melalui penguapan. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan kristal, antara lain:

a. Derajat Lewat Jenuh

Makin tinggi derajat lewat jenuh, maka makin besar kemungkinan untuk membentuk inti baru. Sehingga makin cepat untuk membentuk kristal.b. Jumlah Inti yang Ada atau Luas Permukaan Total

Jika kecepatan pembentukan kristal tinggi, maka jumlah inti yang dihasilkan ke dalam bentuk kristal akan semakin banyak. Semakin luas permukaan total kristal, maka semakin banyak larutan yang ditempatkan pada kisi kristal.

c. Pergerakan antara Larutan dan Kristal

Transportasi molekul atau ion dalam larutan (bahan yang akan dikristalisasi) dalam larutan ke permukaan kristal dengan cara difusi dapat berlangsung semakin cepat jika derajat lewat jenuh dalam larutan akan semakin besar.

d. Banyaknya Pengotor

Adanya pengotor akan memperlambat kecepatan untuk membentuk kristal. Pada metode penguapan, pembentukan kristal lebih lama dibanding dengan metode pegendapan.

(Handojo,1995)DAFTAR PUSTAKAArsyad, M. Natsir, 2001, Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah, Gramedia, Jakarta.

Austin, GT. 1986. Schrwevs Chemical Proses Industries. N.J. : McGraw Hill.Basri, S. 2003. Kamus Kimia. Jakarta : Rineka CiptaBrady, James. 1994. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid I, edisi ke-lima. Jakarta: Erlangga.

Cahyono, Bambang. 1991. Segi Praktis dan Metode Pemisahan Senyawa Organik. Semarang: UNDIP Press.

Fessenden,R.,J dan Fessenden, J.,S. 1983. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.

Fischer, Louis. F. 1957. Experiment in Organic Chemistry, 3nd edition, Revised, D. C. Heath and Company : Boston.Gerlach, Vernon. S. Ely, Donald. P. 1980. Teaching and Media. A Systematic Approach. New Jersey : Prentice Hall Inc.Handojo, Lienda, Dr. Ir, 1995. Teknologi Kimia. Jakarta: PT Pradya Paramita.Keenan, Charles W. dkk. 1990. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Erlangga. Jakarta.Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.Oxtoby. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern jilid 1. Erlangga. Jakarta.Svehla, 1985, Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro, PT Kalman Media Pusaka, Jakarta.

Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka.Gelas Beker

Larutan 2

Larutan 1

_1328552473.cdx

_1328552474.cdx