penambahan serbuk kayu jati
DESCRIPTION
save planetTRANSCRIPT
i
PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI
KAYU JATI (Tectona grandis L.f) PADA MORTAR SEMEN
DITINJAU DARI KUAT TEKAN, KUAT TARIK
DAN DAYA SERAP AIR
SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Muh Ibnu Budi Setyawan
NIM 5101401001
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
2006
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Panitia Ujian
Skripsi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 2 Februari 2006
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Drs. Heri Suroso, ST, MT Drs. Harjadi Gunawan BW, M.Pd NIP : 132068385 NIP : 131404318
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Drs. Lashari, M.T. NIP : 131471402
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 10 Februari 2006
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Drs. Lashari, MT. Drs. Supriyono NIP : 131471402 NIP : 131571560
Dosen Pembimbing I Anggota Penguji Drs. Heri Suroso, ST, MT 1. Drs. Heri Suroso, ST, MT NIP : 132068385 NIP : 132068385 Dosen Pembimbing II
Drs. Harjadi Gunawan BW, M.Pd 2. Drs. Harjadi Gunawan BW, M.Pd NIP : 131404318 NIP : 131404318
3. Drs. Gunadi MT NIP : 130870430
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Belajarlah karena manusia tidak dilahirkan pandai, dan orang berilmu
tidaklah sama dengan orang bodoh (Imam Safi’i).
Carilah ilmu dari mulai buaian sampai keliang lahat, (sabda Nabi)
“ berdoalah dan berusahalah semaksimal mungkin dalam menghadapi
sesuatu “.
Sesungguhnya disamping kesukaran ada kemudahan (Qs. Al-Insyirah :5)
Kupersembahkan untuk :
Bapak dan Ibu yang saya hormati dan
saya cintai.
Spesial untuk (dik Ema, dik Erna,
mas Taufiq dan mas Iput) yang selalu
menyemangatiku.
Sahabat-sahabat yang selalu
membantuku.
Rekan-rekan sepejuangan angkata ’01
Pendidikan Teknik Bangunan.
v
SARI
Muh Ibnu Budi Setyawan. 2006. Pengaruh Penambahan Serbuk Gergaji Kayu Jati (Tectona Grandis L.F) pada Mortar Semen Ditinjau dari Kuat Tekan, Kuat Tarik dan Daya Serap Air. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Heri Suroso, ST, MT, Pembimbing II Drs. Harjadi Gunawan BW, M.Pd.
Kata Kunci : Serbuk Gergaji, Kuat Tekan, Kuat Tarik, Daya Serap Air
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh penambahan serbuk gergaji kayu jati (Tectona Grandis L.f) terhadap subsitusi berat pasir dan subsitusi berat semen pada mortar semen ditinjau dari kuat tekan, kuat tarik dan daya serap air? Penelitian ini bertujuan: (1) Meningkatkan nilai tambah dan nilai guna bahan sehingga meningkatkan nilai ekonominya, diversifikasi jenis bahan konstruksi, menunjang pengadaan bahan dan sedikit banyak dapat mengatasi dampak negatif limbah industri kayu terhadap lingkungan, (2) Untuk memperoleh mortar yang dapat memberikan nilai tambah bagi limbah sehingga menjadi barang berguna dan bernilai secara ekonomis dan (3) Secara ekonomis dapat diperoleh mortar yang lebih murah dan praktis serta memiliki berat yang relatif ringan.
Pada penelitian ini mortar dibuat dari pasir muntilan, Semen Nusantara type 1 dan serbuk gergaji kayu jati (Tectona grandis L.f) yang didatangkan dari pabrik penggergajian kayu di Desa Sarip Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan, Purwodadi. Benda uji yang dibuat dalam penelitian ini terdiri dari 2 macam bentuk yaitu bentuk kubus dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm digunakan untuk pengujian kuat tekan dan daya serap air sedangkan bentuk seperti angka delapan dengan ukuran 75 mm x 50 mm x 25 mm dengan panjang sisi tengah 25 mm digunakan untuk kuat tarik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sebar dilapangan sebesar 95% - 103,5% dengan nilai fas yang dihasilkan (dari 0% hingga 20% serbuk gergaji terhadap berat pasir dan berat semen) berturut-turut bernilai antara 1,05 – 1,10, sedangkan pengujian kuat tekan dan kuat tarik dari mortar semen dengan bahan tambah serbuk gergaji kayu jati (Tectona grandis L.f) subsitusi pasir dan subsitusi semen hasilnya menurun (dibandingkan dengan mortar kontrol yaitu tanpa persentase serbuk gergaji). Penurunan nilai kuat tekan mortar semen subsitusi berat pasir dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari 128,740 kg/cm2 menjadi 15,279 kg/cm2 sedangkan nilai kuat tekan mortar semen subsitusi berat semen dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari 113,84 kg/cm2 menjadi 45,070 kg/cm2, untuk nilai kuat tarik mortar semen subsitusi berat pasir dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari 71,86 kg/cm2 menjadi 5,937 kg/cm2 sedangakan nilai kuat tarik mortar semen subsitusi berat semen dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari 78.42 kg/cm2 menjadi 24,56 kg/cm2. Berbeda dari nilai daya serap airnya yang memiliki nilai meningkat (dibandingkan dengan mortar kontrol yaitu tanpa persentase serbuk gergaji). Peningkatan daya serap air mortar semen subsitusi berat pasir dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari 9,569 % menjadi 46,481 % sedangakan
vi
nilai daya serap air mortar semen subsitusi berat semen dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari 11,013 % menjadi 16,015 %.
Dari hasil pengujian nilai kuat tekan dan kuat tarik mortar semen dapat diketahui seberapa besar pengaruh penurunan kuat tekan dan kuat tarik dengan penambahan serbuk gergaji kayu jati. Ada pengaruh terhadap kuat tekan, kuat tarik dan daya serap air dan ada perbedaan kuat tekan, kuat tarik maupun daya serap air karena adanya penambahan serbuk gergaji kayu jati.
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang
telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan gelar
sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Teknik Bangunan di Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan dukungan moril
maupun materiil sehingga dapat memudahkan dalam penyelesaiannya. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Soesanto, M.Pd, Dekan FT UNNES.
2. Drs. Lashari, M.T, Ketua Jurusan Teknik Sipil FT UNNES.
3. Drs. Heri Suroso, ST, MT, Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan evaluasi dalam Penyusunan
Skipsi.
4. Drs. Harjadi Gunawan BW, M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan evaluasi dalam
Penyusunan Skipsi.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
kelancaran penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
viii
Semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan kepada mereka semua
sesuai amalnya. Akhirnya penulis berharap semoga dengan adanya skripsi ini
dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
Semarang, Maret 2006 Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................. i
Persetujuan Pembimbing ................................................................................. ii
Pengesahan Kelulusan...................................................................................... iii
Motto dan Persembahan .................................................................................. iv
Sari .................................................................................................................. v
Kata Pengantar ................................................................................................. vii
Daftar Isi ......................................................................................................... ix
Daftar Tabel .................................................................................................... xi
Daftar Gambar ................................................................................................. xii
Daftar Lampiran .............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Alasan Pemilihan Judul ............................................................. 1
1.2 Permasalahan ............................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
1.4 Manfaat ..................................................................................... 5
1.5 Sistematika Skripsi .................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ................... 7
2.1 Mortar ......................................................................................... 7
2.2 Agregat Halus (Pasir) ................................................................ 15
2.3 Semen Portland ......................................................................... 20
x
2.4 Air ............................................................................................. 23
2.5 Serbuk Kayu Jati ....................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 30
3.1 Bahan Penelitian ....................................................................... 30
3.2 Alat Penelitian ........................................................................... 31
3.3 Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 34
3.4 Variabel Penelitian .................................................................... 44
3.5 Cara Menganalisis Data ............................................................ 44
BAB IV PENGOLAHAN DATA, HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN ............................................................................. 47
4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan .......................................................... 47
4.2 Perhitungan Kebutuhan Bahan Tiap Adukan Benda uji ........... 49
4.3 Nilai Sebar dan Faktor Air Semen (Fas) ................................... 50
4.4 Kebutuhan Bahan Tiap 1 M3 Mortar Setiap Adukan Mortar
Berdasarkan faktor Air Semen Yang Digunakan ....................... 53
4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Semen ............................ 60
4.6 Hasil Pengujian Daya Serap Air Mortar Semen ...................... 65
4.7 Hasil Pengujian Kuat Tarik Mortar Semen ............................... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 70
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 70
5.2 Saran ......................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Susunan Unsur Semen Biasa ........................................................ 21
Tabel 2.2 : Sifat-sifat Kayu Jati ...................................................................... 25
Tabel 2.3 : Komponen-komponen Kayu ......................................................... 27
Tabel 2.4 : Kembang Susut Kayu pada Berbagai Arah .................................. 29
Tabel 3.1 : Valiabel Penelitian ........................................................................ 44
Tabel 4.1 : Rencana Adukan dan Perhitungan Kebutuhan Bahan Tiap Adukan (Mix Design) Benda Uji terhadap Perbandingan Berat Pasir ........ 50 Tabel 4.2 : Rencana Adukan dan Perhitungan Kebutuhan Bahan Tiap Adukan (Mix Design) Benda Uji terhadap Perbandingan Berat Semen ..... 50 Tabel 4.3 : Hasil Pemeriksaan Nilai Sebar dan Faktor Air Semen (fas) untuk Setiap Adukan Mortar Semen ....................................................... 41 Tabel 4.4 : Kebutuhan Bahan Tiap 1 M3 Mortar Semen terhadap Perbandingan Berat Pasir ..................................................................................... 54 Tabel 4.5 : Kebutuhan Bahan Tiap 1 M3 Mortar Semen terhadap Perbandingan Berat Semen .................................................................................. 54 Tabel 4.6 : Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Semen Pada Umur 28 Hari . 55
Tabel 4.7 : Hasil Pengujian Daya Serap Air Mortar Semen Pada Umur 28 Hari ................................................................................ 60 Tabel 4.8 : Hasil Pengujian Kuat Tarik Mortar Semen Pada Umur 28 Hari . 65
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Hubungan Konsentrasi Serbuk Gergaji dengan Kuat Tekan Bata Beton 1 : 6 ..................................................................... 11 Gambar 2.2 : Hubungan antara Kuat Tekan dan Porositas ......................... 14
Gambar 2.3 : Hubungan Konsentrasi Serbuk Gergaji dengan Daya Serap Air Bata Beton 1 : 6 ..................................................................... 14 Gambar 2.4 : Pengembangan Volume Pasir akibat Kandungan Air ........... 19
Gambar 2.5 : Hubungan Kadar Air dengan Volume Pasir .......................... 19
Gambar 2.6 : Struktur Selulosa ................................................................... 27
Gamabr 3.1 : Benda Uji Tarik Mortar dan Alat Uji Tarik Mortar .............. 33
Gambar 3.2 : Pemeriksaan Kelecekan Adonan Mortar ............................... 40
Gambar 3.3 : Skema Penekanan Benda Uji ................................................ 42
Gambar 4.1 : Hubungan antara Konsentrasi Serbuk Gergaji dengan Nilai Sebar ............................................................................. 51 Gambar 4.2 : Hubungan antara Berat Serbuk Gergaji dengan Nilai Sebar . 52 Gambar 4.3 : Hubungan Konsentrasi Serbuk Gergaji dengan Kuat Tekan Mortar Subsitusi Berat Pasir dan Subsitusi Berat Semen....... 55 Gambar 4.4 : Hubungan Berat Serbuk Gergaji dengan Kuat Tekan Mortar Semen ........................................................................ 57 Gambar 4.5 : Hubungan Berat Semen dengan Kuat Tekan Mortar Semen 59
Gambar 4.6 : Hubungan Konsentrasi Serbuk Gergaji dengan Daya Serap Air Mortar Subsitusi Berat Pasir dan Subsitusi Berat Semen....... 61 Gambar 4.7 : Hubungan Berat Serbuk Gergaji dengan Daya Serap Air Mortar Semen ........................................................................ 62
xiii
Gambar 4.8 : Hubungan Pasta Semen dengan Daya Serap Air Mortar Semen .................................................................................... 63 Gambar 4.9 : Hubungan Konsentrasi Serbuk Gergaji dengan Kuat Tarik Mortar Subsitusi Berat Pasir dan Subsitusi Berat Semen....... 66 Gambar 4.10 : Hubungan Berat Serbuk Gergaji dengan Kuat Tarik Mortar Semen ........................................................................ 67
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Pasir ..................................... 75
Lampiran 2 : Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir dan Berat Satuan Pasir ..... 76
Lampiran 3 : Hasil Pemeriksaan Butir yang Lewat Ayakan No. 200 dan Kandungan Zat Organis ......................................................... 77 Lampiran 4 : HasilPemeriksaan Berat Jenis, Bobot Isi dan Kadar Air Kayu Jati................................................................................. 78 Lampiran 5 : Hasil Pemeriksaan Kadar Air Serbuk Gergaji Kayu Jati Sebelum Direndam dan Setelah Direndam ............................ 79 Lampiran 6 : Hasil Pemeriksaan Gradasi Serbuk Gergaji Kayu Jati dan Berat Satuian Serbuk Gergaji Kayu Jati ................................ 80 Lampiran 7 : Diagram Gradasi .................................................................... 81
Lampiran 8 : Rencana Adukan dan Perhitungan Kebutuhan Bahan Tiap Adukan (Mix Design) Benda Uji ........................................... 83 Lampiran 9 : Pengujian Nilai Sebar dan F.A.S ........................................... 86
Lampiran 10 : Kebutuhan Bahan Tiap 1 M3 Mortar untuk Setiap Adukan Mortar berdasarkan Faktor Air Semen yang Digunakan........ 90 Lampiran 11 : Hub. antara Berat Serbuk Gergaji, Berat Semen dgn Kuat Tekan dan Hub. antara Berat Serbuk Gergaji, pasta Semen dgn Daya Serap Air serta hub. Antara Berat Serbuk Gergaji dgn Kuat Tarik ....................................................................... 93 Lampiran 12 : Pengujian Kuat Tekan Mortar Semen ................................... 107
Lampiran 13 : Pengujian Daya Serap Air ..................................................... 108
Lampiran 14 : Pengujian Kuat Tarik Mortar Semen ..................................... 109
Lampiran 15 : Surat Penetapan Pembimbing Skripasi Mahasiswa ............... 110
Lampiran 16 : Ijin Penggunaan Laboratorium jurusan Teknik Sipil FT UNNES ............................................................................ 111 Lampiran 17 : Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian .................................... 112
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diakhir abad lalu demikian
pesat, bahkan diabad 21 IPTEK akan menjadi ciri utama dalam hidup manusia.
Hanya manusia yang berkualitas, yang mampu mengembangkan, menyerap dan
mengolah iptek secara benar, akan berhasil menjawab tantangan jaman.
Peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) secara terus
menerus dan benar akan mampu menghantarkan manusia untuk mengolah dan
memanfaatkan sumber daya alam yang ada, guna mencapai peningkatan dan
pemerataan kesejahteraan serta kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara.
Sumber daya alam di negara kita tersedia cukup melimpah, namun tidak bisa
dikatakan tak terbatas, bahkan kadang-kadang cukup menggelisahkan.
Pemanfaatan sumber daya alam haruslah diusahakan sehingga mencapai daya
guna dan tepat guna yang sebesar-besarnya, dengan demikian optimasi dapat
dicapai.
Dalam sejarah selalu menuntut untuk meningkakan pembangunan sarana
dan prasarana yang dianggap vital oleh suatu negara, misalnya pembangunan
perumahan, perkantoran ataupun untuk pendidikan. Oleh karena itu diperlukan
suatu kreatifitas dalam menciptakan kreasi kontruksi dengan melakukan rekayasa-
rekayasa konstruksi yang bersifat sederhana maupun yang fundamental. Namun
dalam rekayasa kontruksi ini harus diperhatikan juga bagaimana tingkat keamanan
2
dan kelayakan dari rekayasa tersebut di dalam perekayasaan kontruksi bangunan
suatu gedung, misalnya mortar yang digunakan sebagai plesteran dinding bata
perlu dilakukan perekayasaan tanpa meninggalkan faktor keamanan.
Mortar (sering disebut juga mortel atau spesi) adalah campuran yang terdiri
dari pasir, bahan perekat serta air, dan diaduk sampai homogen. Mortar
mempunyai fungsi yang penting dalam suatu bangunan seperti pada pekerjaan
pasangan pondasi, pasangan batu bata ataupun pada pekerjaan dinding. Khusus
untuk pekerjaan dinding, sekarang banyak dijumpai pekerjaan dinding yang retak
pada plesterannya dan tidak kedap air, akibat dari retaknya plesteran yang ada
pada pasangan diding akan mengakibatkan pada pasangan dinding ini selalu
terlihat basah akibatnya rembesan air dari bagian luar dinding yang dapat
menyebabkan rusaknya cat dan timbulnya jamur pada dinding tersebut. Untuk saat
ini campuran mortar yang banyak dipakai untuk plesteran dinding menggunakan
perbandingan semen dan pasir adalah 1 : 2, hingga 1 : 6, tetapi dengan campuran
yang ada ini masih terdapat banyak kelemahannya.
Melihat kenyataan tersebut diatas, disuatu sisi kebutuhan manusia akan
perumahan semakin meningkat dan di sisi lain semakin mahalnya harga
bangunan, sementara limbah industri kehutanan yang begitu besar belum
sepenuhnya dapat dimanfaatkan, maka penulis terdorong untuk meneliti masalah
pemanfaatan limbah industri kehutanan tersebut, khususnya serbuk gergaji
sebagai bahan isian pada mortar semen.
3
Pada saat ini serbuk gergaji merupakan permasalahan aktual yang sering kali
menjadi beban bagi industri perkayuan karena selain makan tempat juga kurang
sedap dipandang dan hanya sebagaian kecil yang dimanfaatkan yaitu sebagai
bahan bakar di pedesaan. Upaya yang telah dilakukan dalam memanfaatkan
serbuk gergaji pada industri bahan bangunan antara lain untuk pembuatan papan
semen (cementboard), papan partikel (partikcleboard), dan mortar ringan.
Menurut Kurdi (1987, dalam Ismeddiyanto (1998)) keuntungan yang diperoleh
dengan memanfaatkan bahan tersebut adalah
a. Memiliki berat yang relatif ringan sehingga sangat cocok digunakan untuk
bangunan bertingkat tinggi.
b. Memiliki daya hantar panas dan listrik yang relatif rendah.
c. Mempunyai sifat isolasi dan akustik yang baik sehingga bahan ini cocok untuk
ruang kedap suara.
d. Relatif lebih tahan terhadap serangan rayap dan jamur dibandingkan dengan
papan kayu, karena selain berfungsi sebagai perekat pasta semen juga
berfungsi sebagai pelindung (isolator) dan pengawat serbuk gergaji dari
pengaruh lingkungan yang merusak.
Dengan memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan isian pada mortar
semen diharapkan diperoleh keuntungan dari bahan dan dapat meningkatkan nilai
tambah dan nilai guna bahan sehingga dapat meningkatkan nilai ekonominya,
diversifikasi jenis bahan konstruksi, menunjang pengadaan bahan dan sedikit
banyak dapat mengatasi dampak negatif limbah industri kayu terhadap
lingkungan.
4
Tidak ada bahan (material) yang ada di dunia ini yang tidak dapat
dimanfaatkan. Setiap bahan pasti dapat dimanfaatkan asalkan sesuai dengan
bidangnya (Gurcharan Singh 1979, dalam Tjokrodimuljo 2004). Berdasarkan
uraian tersebut diatas maka mendorong peneliti untuk mengangkat dalam bentuk
skripsi dengan judul : “Pengaruh Penambahan Serbuk Gergaji Kayu Jati (Tectona
Grandis L.F) pada Mortar Semen Ditinjau dari Kuat Tekan, Kuat Tarik dan Daya
Serap Air”.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang diajukan dalam penelitian
adalah seberapa besar pengaruh penambahan serbuk gergaji kayu jati (Tectona
Grandis L.f) terhadap subsitusi berat pasir dan subsitusi berat semen pada mortar
semen ditinjau dari kuat tekan, kuat tarik dan daya serap air.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan nilai tambah dan nilai guna bahan sehingga meningkatkan nilai
ekonominya, diversifikasi jenis bahan konstruksi, menunjang pengadaan
bahan dan sedikit banyak dapat mengatasi dampak negatif limbah industri
kayu terhadap lingkungan.
2. Untuk memperoleh mortar yang dapat memberikan nilai tambah bagi limbah
sehingga menjadi barang berguna dan bernilai secara ekonomis.
3. Secara ekonomis dapat diperoleh mortar yang lebih murah dan praktis serta
memiliki berat yang relatif ringan.
5
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan limbah serbuk gergaji
Kayu Jati (Tectona grandis L.f) dari pabrik penggergajian kayu di desa Sarip
Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan, Purwodadi dapat dimanfaatkan
sebagai bahan agregat pengganti sebagian pasir dan semen pada adukan mortar
semen, sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan mortar yang sesuai dengan
kebutuhan.
1.5 Sistematika Skripsi
Secara garis besar skripsi dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal,
bagian inti dan bagian akhir skripsi.
1. Bagian awal terdiri atas halaman judul, halaman pengesahan, halaman motto
dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar
lampiran dan sari.
2. Bagian inti skripsi terdiri dari lima bab yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi alasan pemilihan judul, permasalahan, tujuan
penelitian, manfaat penelitian skripsi dan sistematika skripsi.
BAB II : LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Teori-teori tentang landasan berpikir secara ilmiah. Hubungan bahan
penelitian yang dijadikan landasan teori dalam penelitian ini adalah
mortar, agregat halus, semen Portland, air dan serbuk gergaji kayu
jati (Tectona grandis L.f).
6
BAB III : METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara atau strategi yang ditentukan untuk
melaksanakan penelitian dan hasil penelitian dapat dipertanggung
jawabkan. Hal-hal yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
bahan penelitian, alat penelitian, pelaksanaan penelitian dan cara
analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasannya.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan berisi rangkuman hasil penelitian yang ditarik dari
analisis data dan pembahasan. Saran berisi masukan yang berkaitan
dengan penelitian.
3. Bagian akhir skripsi yang terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran
.
7
BAB II
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mortar
Mortar (sering disebut juga mortel atau spesi) adalah campuran yang terdiri
dari pasir, bahan perekat serta air, dan diaduk sampai homogen. Pasir sebagai
bahan bangunan dasar harus direkatkan dengan bahan perekat. Bahan perekat
yang digunakan dapat bermacam-macam, yaitu dapat berupa tanah liat, kapur,
semen merah (bata merah yang dihaluskan), maupun semen potland.
(Tjokrodimuljo 1996:125).
2.1.1 Jenis mortar
Tjokrodimuljo (1996:125) membagi mortar berdasarkan jenis bahan ikatnya
menjadi empat jenis, yaitu mortar lempung/lumpur, mortar kapur, mortar semen
dan mortar khusus.
2.1.1.1 Mortar lumpur
Mortar lumpur diperoleh dari campuran pasir, lumpur/tanah liat dengan air.
Pasir, tanah liat dan air tersebut dicampur sampai rata dan mempunyai kelecakan
yang cukup baik. Jumlah pasir harus diberikan secara tepat untuk memperoleh
adukan yang baik. Terlalu sedikit pasir menghasilkan mortar yang retak-retak
setelah mengeras sebagai akibat besarnya susutan pengeringan. Terlalu banyak
pasir menyebabkan adukan kurang dapat melekat dengan baik. Mortar jenis ini
digunakan sebagai bahan tembok atau tungku api di pedesaan.
8
2.1.1.2 Mortar kapur
Mortar kapur dibuat dari campuran pasir, kapur, semen merah dan air. Kapur
dan pasir mula-mula dicampur dalam keadaan kering kemudian ditambahkan air.
Air diberikan secukupnya untuk memperoleh adukan dengan kelecakan yang baik.
Selama proses pelekatan kapur mengalami susutan sehingga jumlah pasir yang
umum digunakan adalah tiga kali volume kapur. Kapur yang dapat digunakan
adalah fat lime dan hydraulic lime.
2.1.1.3 Mortar semen
Mortar semen merupakan campuran semen, pasir dan air pada proporsi yang
sesuai. Perbandingan volume semen dan pasir bekisar pada 1 : 2 sampai dengan
1 : 6 atau lebih tergantung penggunaannya. Mortar semen lebih kuat dari jenis
mortar lain, sehingga mortar semen sering digunakan untuk tembok, pilar, kolom
atau bagian-bagian lain yang menahan beban. Karena mortar ini rapat air, maka
juga sering digunakan untuk bagian luar dan yang berada di bawah tanah.
Dalam adukan beton atau mortar, air dan semen membentuk pasta yang
disebut pasta semen. Pasta semen ini selain mengisi pori-pori diantara butir-butir
agregat halus, juga bersifat sebagai perekat atau pengikat dalam proses
pengerasan, sehingga butiran-butiran agregat saling terikat dengan kuat dan
terbentuklah suatu massa yang kompak atau padat (Tjokrodimuljo 1996:5).
2.1.1.4 Mortar khusus
Mortar khusus dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar
kapur dan mortar semen dengan tujuan tertentu. Mortar ringan diperoleh dengan
menambahkan asbestos fibres, jutes fibres (serat alami), butir – butir kayu, serbuk
9
gergaji kayu, serbuk kaca dan lain sebagainya. Mortar khusus digunakan dengan
tujuan dan maksud tertentu, contohnya mortar tahan api diperoleh dengan
penambahan serbuk bata merah dengan aluminous cement, dengan perbandingan
satu aluminous cement dan dua serbuk batu api. Mortar ini biasanya di pakai
untuk tungku api dan sebagainya.
2.1.2 Sifat-sifat mortar
Menurut Tjokrodimuljo (1996:126) mortar yang baik harus mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
a. Murah.
b. Tahan lama.
c. Mudah dikerjakan (diaduk, diangkat, dipasang dan diratakan).
d. Melekat dengan baik dengan bata, batu dan sebagainya.
e. Cepat kering dan mengeras.
f. Tahan terhadap rembesan air.
g. Tidak timbul retak-retak setelah dipasang.
Pemakaian mortar pada kondisi bangunan tertentu disyaratkan untuk
memenuhi mutu adukan yang tertentu pula. Sebagai contoh untuk bangunan
gedung bertingkat banyak diisyaratkan menggunakan mortar yang kuat tekan
minimumnya 3,0 Mpa.
2.1.3 Kuat tekan mortar
Kuat tekan adalah kemampuan mortar untuk menahan gaya luar yang datang
pada arah sejajar serat yang menekan mortar. Mortar yang digunakan untuk bahan
10
bangunan harus mempunyai kekuatan terutama untuk pasangan dinding batu bata,
pasangan dinding batako atau pasangan dinding yang lainnya (Anni Susilowati
dkk 1996, dalam Taufiq Bintang (2005:10)). Pasangan dinding menerima beban
tekan yang diakibatkan oleh pengaruh dari atas, angin, atau gaya samping lainnya.
Di Indonesia sampai sekarang belum ada persyaratan yang mengisyaratkan
kekuatan adukan mortar, hanya untuk kondisi tertentu dianjurkan menggunakan
jenis campuran tertentu pula. Beberapa negara sudah memiliki standar yang
mencantumkan kekuatan adukan mortar. ASTM C 270 mencantumkan
persyaratan mortar sebagai berikut :
2.1.3.1 Adukan tipe M
Adukan tipe M adalah adukan dengan kuat tekan yang tinggi, dipakai untuk
dinding bata bertulang, dinding dekat tanah, pasangan pondasi, adukan pasangan
pipa air kotor, adukan dinding penahan dan adukan untuk jalan. Kuat tekan
minimumnya adalah 175 kg/cm2.
2.1.3.2 Adukan tipe N
Adukan tipe N adalah adukan dengan kuat tekan sedang, dipakai bila tidak
disyaratkan menggunakan tipe M, tetapi diperlukan daya rekat tinggi serta adanya
gaya samping. Kuat tekan minimum 124 kg/cm2.
2.1.3.3 Adukan tipe S
Adukan tipe S adalah adukan dengan kuat tekan sedang, dipakai untuk
pasangan terbuka diatas tanah. Kuat tekan minimum 52,5 kg/cm2.
11
2.1.3.4 Adukan tipe O
Adukan tipe O adalah jenis adukan dengan kuat tekan rendah, dipakai untuk
konstruksi dinding yang tidak menahan beban yang tidak lebih dari 7 kg/cm2 dan
gangguan cuaca tidak berat. Kuat tekan minimumnya adalah 24,5 kg/cm2.
2.1.3.5 Adukan tipe K
Adukan tipe K adalah adukan dengan kuat tekan rendah, dipakai untuk
pasangan dinding terlindung dan tidak menahan beban, serta tidak ada persyaratan
mengenai kekuatan. Kekuatan minimum 5,25 kg/cm2.
Hubungan antara konsentrasi serbuk gergaji dan kuat tekan bata beton yang
terdapat pada gambar 2.1 oleh Ismeddiyanto (1998:50) dinyatakan bahwa, kuat
tekan bata beton akan semakin menurun dengan bertambahnya kandungan serbuk
gergaji dalam campuran.
Gambar 2.1. Hubungan Konsentrasi Serbuk Gergaji dengan Kuat Tekan Bata beton 1 : 6 (Ismeddiyanto 1998:50).
12
2.1.4 Kuat Tarik Mortar
Kuat tarik adalah ukuran kuat mortar yang diakibatkan oleh suatu gaya yang
cenderung untuk memisahkan sebagian mortar akibat tarikan. Untuk mengetahui
mutu mortar biasanya dilakukan pengujian. Uji kuat tarik dilakukan dengan
membuat mortar dalam bentuk seperti angka delapan. Benda uji ini setelah keras
kemudian ditarik dengan uji cemen briquettes. Nilai kuat tarik yang diperoleh
dihitung dari besar beban tarik maksimum (N) dibagi dengan luas penampang
yang terkecil (mm2) Tjokrodimuljo (1996:126).
Menurut Soroushian dan Bayashi, (1987 dalam Sudarmoko (2000:4))
kelemahan struktur berbahan dasar beton/mortar adalah kuat tarik yang rendah
sehingga akan segera retak jika mendapat tegangan tarik. Beberapa peneliti
terdahulu telah mengadakan percobaan-percobaan untuk memperbaiki sifat
kurang baik, yaitu kuat tarik dan lentur yang rendah dengan cara penambahan
bahan tambah, baik yang bersifat kimiawi maupun fisikal pada adukan.
Penambahan bahan kimiawi pada umumnya bersifat menambah
kemampatan dengan cara mempertinggi workabilitas sehingga rongga-rongga
yang berisi udara dapat dieliminir sekecil mungkin. Kecuali penambahan bahan
kimiawi, peningkatan kualitas dapat dilakukan secara fisikal, yaitu dengan
penambahan serat yang diharapkan dapat menambah kekuatan dalam segala arah
sehingga dapat meningkatkan kuat lentur. Ide dasar penambahan serat ini adalah
memberi tulangan pada adukan beton/mortar dengan serat yang disebarkan secara
merata dengan orientasi random, sehingga dapat mencegah retakan-retakan yang
terlalu dini akibat pembebanan.
13
2.1.5 Daya Serap Air Mortar
Daya serap air adalah Persentase berat air yang mampu diserap oleh suatu
agregat jika direndam dalam air. Pori dalam butir agregat mempunyai ukuran
dengan variasi cukup besar. Pori-pori tersebar di seluluh butiran, beberapa
merupakan pori-pori yang tertutup dalam materi, beberapa yang lain terbuka
terhadap permukaan butiran. Beberapa jenis agregat yang sering dipakai
mempunyai volume pori tertutup sekitar 0% sampai 20% dari volume butirnya.
(Tjokrodimuljo, 1996:28).
Menurut Tjokrodimuljo (1996:1) menyatakan bahwa dalam adukan beton
atau mortar, air dan semen membentuk pasta yang disebut pasta semen. Pasta
semen ini selain mengisi pori-pori diantara butir-butir agregat halus, juga bersifat
sebagai perekat atau pengikat dalam proses pengerasan, sehingga butir-butiran
agregat saling terikat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa yang kompak atau
padat.
Penyebab semakin meningkatnya daya serap air adalah semakin
meningkatnya porositas mortar semen akibat kelebihan air yang tidak bereaksi
dengan semen. Air ini akan menguap atau tinggal dalam mortar semen yang akan
menyebabkan terjadinya pori-pori (capillary pores) pada pasta semen sehingga
akan menghasilkan pasta yang porous, hal ini akan menyebabkan semakin
berkurangnya kekedapan air mortar semen.
Hubungan antara kuat tekan dan porositas diperlihatkan pada gambar pada
Gambar 2.2.
14
Gambar 2.2. Hubungan antara Kuat Tekan dan Porositas (Kusuma 1991, dalam Ismeddiyanto (1998:21)).
Hubungan antara konsentrasi serbuk gergaji dan daya serap air bata beton
(pada gambar 2.3) oleh Ismeddiyanto (1998) dinyatakan bahwa, daya serap air
bata beton akan semakin meningkat dengan bertambahnya kandungan serbuk
gergaji dalam campuran.
Gambar 2.3. Hubungan Konsentrasi Serbuk Gergaji dengan Daya Serap Air Bata Beton 1 : 6 (Ismeddiyanto 1998:57)
15
2.2 Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus (pasir) adalah bahan batuan halus yang terdiri dari butiran
sebesar 0,14 mm sampai 5 mm didapat dari hasil diintegrasi batu alam (natural
sand) atau dapat juga pemecahanya (artifical sand), dari kondisi pembentukan
tempat terjadinya pasir alam dapat dibedakan atas : pasir galian, pasir sungai,
pasir laut yaitu bukit-bukit pasir yang dibawa ke pantai (Soetjipto 1978, dalam
Setyono (2003)).
Agregat adalah butir mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini menempati kurang lebih 70% dari
volume mortar atau beton, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap
kekuatannya.
Persyaratan pasir menurut PUBI 1982 agar dapat digunakan sebagai bahan
bangunan adalah sebagai berikut :
a. Pasir beton harus bersih. Bila diuji dengan memakai larutan pencuci khusus,
tinggi endapan pasir yang kelihatan dibandingakan tinggi seluruhnya endapan
tidak kurang dari 70%.
b. Kandungan bagian yang lewat ayakan 0,063 mm (Lumpur) tidak lebih besar
dari 5% berat.
c. Angka modulus halus butir terletak antara 2,2 sampai 3,2 bila diuji memakai
rangkaian ayakan dengan mata ayakan berukuran berturut-turut 0,16 mm,
0,315 mm, 0,63 mm, 1,25 mm, 2,5 mm, dan 10 mm dengan fraksi yang lewat
ayakan 0,3 mm minimal 15% berat.
16
d. Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi mutu
beton. Untuk itu bila direndam dalam larutan 3% NaOH, cairan di atas
endapan tidak boleh lebih gelap dari warna larutan pembanding.
e. Kekekalan terhadap larutan MgSO4, fraksi yang hancur tidak lebih dari 10%
berat.
f. Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi, reaksi pasir terhadap alkali
harus negatif.
2.2.1 Berat Jenis Agregat Halus (Pasir)
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air
dengan volume sama pada suhu yang sama. Berdasarkan hal ini maka agregat
dibedakan menjadi (Tjokrodimuljo 1996:16) :
a. Agregat normal, dengan berat jenisnya antara 2,5 sampai 2,7.
b. Agregat berat dengan berat jenis lebih dari 2,8.
c. Agregat ringan dengan berat jenis kurang dari 2,0.
Karena butiran agregat umumnya mengandung pori-pori yang ada dalam
butiran / tidak saling berhubungan, maka berat jenis agregat dibedakan menjadi
dua istilah, yaitu (Tjokrodimuljo 1996) :
a. Berat jenis mutlak, jika volume benda padatnya tanpa pori.
b. Berat jenis semu, jika volume benda padatnya termasuk pori-pori tertutupnya.
2.2.2 Gradasi Agregat Halus (Pasir)
Gradasi agregat didefinisikan sebagai distribusi ukuran butiran agregat yang
biasanya dianalisa dengan suatu susunan ayakan. Selain ditentukan oleh bahan
17
penyusunnya kekuatan mortar atau beton juga ditentukan oleh gradasi agregat.
Besar persentase suatu fraksi agregat tertentu menyatakan besar volume butir
fraksi tersebut. Oleh karena itu nilai persentase sebaiknya dalam volume padat,
terutama jika berat jenis butir-butir agregat tidak sama.
Agregat mempunyai gradasi yang baik jika distribusi butirnya beragam,
sehingga memiliki volume pori yang kecil. Hal ini terjadi karena pori-pori
diantara butiran yang sama besar diisi oleh butiran yang lebih kecil. Sebaliknya
apabila butir agregat memiliki ukuran yang seragam maka volume porinya besar,
sehingga kepadatannya menjadi lebih rendah dan mortar ataupun beton yang
terbentuk akan memiliki kekuatan yang rendah.
Menurut peraturan di Inggris (British Standard) yang juga di pakai di
Indonesia saat ini (dalam SK SNI T-15-1990-03) kekasaran pasir dapat dibagi
menjadi empat kelompok menurut gradasinya yaitu pasir kasar (daerah I), pasir
agak kasar (daerah II), pasir agak halus (daerah III) dan pasir halus (daerah IV).
2.2.3 Berat Satuan Agregat Halus (Pasir)
Berat satuan agregat adalah berat agregat dalam satu satuan volume yang
dinyatakan dalam kg/liter atau ton/m3. Berat satuan dihitung berdasarkan berat
agregat dalam suatu tempat tertentu, volume yang dihitung adalah volume padat
(meliputi pori tertutup) dan volume pori terbuka. Berat satuan pasir digolongkan
dalam agregat normal, dengan berat satuan agregat normal berkisar antara 1,2 –
1,6. (Tjokrodimuljo 1996:16).
18
2.2.4 Kadar Air Agregat Halus (Pasir)
Keadaan air dalam agregat dibedakan menjadi beberapa tingkat yaitu
(Tjokrokrodimuljo 1996:29):
a. Kering tungku ; benar-benar tidak berair sehingga dapat secara penuh
menyerap air.
b. Kering udara ; butir-butir agregat kering permukaannya tetapi mengandung
sedikit air dalam porinya sehingga pasir dalam tingkat ini masih dapat sedikit
mengisap air.
c. Jenuh kering muka ; tidak ada air dipermukaan tetapi butir-butirnya berisi
sejumlah yang dapat diserap sehingga butiran-butiran agregat pada tahap ini
tidak menyerap dan juga tidak menambah jumlah air bila dipakai dalam
campuran adukan beton.
d. Basah ; butir mengandung banyak air, tetapi dipermukaan maupun didalam
butiran, sehingga bila dipakai dalam campuran akan memberi air.
Keadaan jenuh kering-muka (saturated surface-dry, SSD) lebih disuka
sebagai standar. Dalam perhitungan air pada adukan beton, biasanya agregat
dianggap dalam keadaan jenuh kering muka, sehingga jika keadaan agregat
dilapangan kering udara maka dalam adukan beton akan menyerap air, namun jika
keadaan dilapangan dalam keadaan basah maka akan menambah air.
Volume pasir biasanya mengembang bila sedikit mengandung air. Tetapi
pada titik tertentu, volume pasir ini mulai berkurang bila kandungan air terus
bertambah. Pada saat penambahan volume pasir sama dengan nol maka volume
19
pasir menjadi sama dengan volume pasir kering. Hubungan pengembangan
volume pasir dengan kadar air diperlihatkan pada gambar 2.4 dan gambar 2.5.
Gambar 2.4. Pengembangan Volume Pasir Akibat Kandungan Air (Tjokrodimuljo 1996:44)
Gambar 2.5. Hubungan Kadar Air dengan Volume Pasir (Aji 1996, dalam Suroso (2001:12))
2.2.5 Modulus Halus Butir
Selain gradasi, pada agregat juga dikenal suatu indeks yang dipakai untuk
menggambarkan ukuran kehalusan atau kekasaran butiran agregat. Indeks tersebut
dikenal sebagai modulus halus butir (mhb). Modulus halus butir didefinisikan
20
sebagai jumlah persentasi kumulatif dari butir-butir agregat yang tertinggal di atas
suatu set ayakan dan kemudian dibagi seratus. Makin besar nilai modulus halus
butir suatu agregat, menunjukkan semakin besar atau kasar ukuran butir-butir
agregatnya. Sebalikknya jika modulus halus butirnya kecil, menunjukkan semakin
kecil atau halus butir agregatnya. Pada umumnya pasir memiliki modulus halus
butir antara 1,5 sampai 3,8 kerikil biasanya antara 5 sampai 8 dan modulus halus
butiran untuk campuran antara kerikil dan pasir berkisar antara 5,0 sampai 6,5.
2.3 Semen Portland
Semen portland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai
dalam pembangunan fisik, karena semen berfungsi sebagai bahan perekat dan
mengikat butir-butir agregat menjadi suatu massa yang kompak. Menurut PUBI
1982 pengertian semen portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dari
proses penghalusan klinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidraulis, dengan gips sebagai bahan tambah.
Semen Portland diperoleh dengan membakar suatu campuran dari
calcareous (yang mengandung kalsium karbonat) dan algillaceaus (yang
mengandung alumina) dengan suatu perbandingan tertentu serta silikat-silikat
kalsium. Bahan-bahan tersebut dibakar dengan suhu 1550°C dan menjadi klinker.
Kemudian didinginkan dan dihaluskan menjadi bubuk. Pada campuran ini
umumnya ditambahkan lagi gips atau kalsium sulfat (CaSO4) kira-kira 2-4%
sebagai bahan pengontrol waktu ikat. Bahan-bahan lain juga ditambahkan untuk
membuat semen dengan sifat-sifat khusus.
21
Sifat-sifat semen tergantung dari bahan kimia penyusunnya. Bila ditinjau
dari susunan oksida semen portland, maka bahan dasar semen terdiri dari kapur
(CaO), silica (SiO2), alumina (Al2O3), dan oksida besi (Fe2O3). Karena umumnya
bahan dasar semen diambil dari alam (batu kapur dan tanah liat), maka oksida lain
yang tidak penting harus dibatasi, sehingga susunan unsur semen yang dihasilkan
seperti pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Susunan Unsur Semen Biasa
Nama Unsur Oksida
Rumus Kimia Jumlah (0%)
Kapur CaO 60 – 65 Silikat SiO2 17 – 25 Alumina Al2O3 3 – 8 Besi Fe2O3 0,5 – 6 Magnesia MgO 0,5 – 4 Sulfur SO3 1 – 2 Soda/Potash Na2O+K2O 0,5 – 1
Sumber : Tjokrodimuljo 1996:6
Oksida-oksida yang tercampur pada tabel 2.2. tersebut akan berinteraksi satu
sama lain untuk membentuk serangkaian produk yang lebih komplek selama
proses peleburan.
Perbedaan sifat-sifat berbagai semen portland ditentukan oleh proporsi
relatif keempat senyawa utama (C3S, C2S, C3A dan C4AF) yang dikandungnya
dan juga oleh kehalusan butirnya. Bila semen portland dicampur dengan air, C3S
segera berhidrasi secara lebih cepat dari pada C2S dan karena itu memberi
sumbangan yang lebih besar pada umur dini (sebelum mencapai umur 14 hari),
panas hidrasi dan kenaikan temperatur yang ditimbulkan juga lebih besar. C2S
bereaksi dengan air lebih lambat, sehingga sumbangan C2S terhadap kekuatan
22
terjadi setelah berumur 7 hari, dan dapat terus berlanjut sampai 1 tahun. C2S
berhidrasi dengan cepat dan menimbulkan banyak panas dan sumbangannya
terhadap kekuatan kecil. C4AF bersifat tidak aktif dan hanya memberi sumbangan
kecil terhadap kekuatan.
Proses hidrasi pada semen portland sangat kompleks, tidak semua reaksi
dapat diketahui secara rinci. Reaksi hidrasi dari unsur C3S dan C2S adalah :
2(3CaO.SiO2) + 6H2O 3CaO.SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2
2(2CaO.SiO2) + 4H2O 3CaO.SiO2.3H2O + Ca(OH)2
Hasil utama dari agregat ini adalah 3CaO.SiO2.3H2O yang bisa disebut
tobermorite yang berbentuk gel, yang sifatnya seperti bahan pelekat.
Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara mengubah
persentase empat komponen utama semen itu, dapat menghasilkan beberapa jenis
semen sesuai dengan tujuan pemakaian. Berdasarkan PUBI 1982 sesuai dengan
tujuan pemakaiannya semen Portland dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
1. Jenis I, semen portland untuk penggunaan umum tanpa persyaratan khusus.
2. Jenis II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
3. Jenis II, semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan
kekuatan awal yang tinggi.
4. Jenis IV, semen portland yang dalam penggunaannya menuntut panas hidrasi
rendah.
5. Jenis V, semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan
sangat tahan terhadap sulfat.
23
Selain yang disebutkan diatas, masih banyak lagi jenis-jenis semen yang
digunakan, antara lain semen putih, semen warna, semen pozolan, dan Oil Well
Cement. Semen-semen yang dijual di pasaran umumnya telah mencantumkan
hasil pemeriksaan fisika dan kimia agar sesuai dengan persyaratan.
2.4 Air
Air merupakan bahan penyusun beton yang diperlukan untuk bereaksi
dengan semen pada proses hidrasi semen, dan juga berfungsi sebagai pelumas
agar adukan dapat dikerjakan dan dipadatkan dengan baik. Dalam pemakaian air
untuk beton atau mortar, air harus memenuhi syarat sebagai berikut (PUBI 1982) :
a. Tidak mengandung Lumpur atau benda terapung lainnya lebih dari 2 gram/
liter.
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak (asam, zat organic, dan
sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
c. Tidak mengandung krorida (Cl)lebih dari 0,5 gram/liter.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
Menurut Tjokrodimuljo (1996 : 45) menyatakan bahwa Air yang digunakan
harus memenuhi persyaratan untuk bahan campuran beton seperti air minum
(tetapi tidak berarti air pencampura beton harus memenuhi standar persyaratan air
minum).Secara umum, air yang dapat dipakai untuk bahan pencampur
beton/mortar ialah air yang bila dipakai akan dapat menghasilkan beton/mortar
dengan kekuatan lebih dari 90% kekuatan beton/mortar yang memakai air suling.
24
2.5 Serbuk Gergaji Kayu Jati
Serbuk gergaji adalah serbuk kayu berasal dari kayu yang dipotong dengan
gergaji. Kayu jati memiliki nama botani Tectona grandits L.f. Di Indonesia kayu
jati memiliki berbagai jenis nama daerah yaitu delek, dodolan, jate, jatih, jatos,
kiati, kulidawa, dan lain-lain. Kayu ini merupakan salah satu kayu terbaik di
dunia. Berdasarkan PPKI 1961 termasuk kayu dengan tingkat pemakaian I,
tingkat kekuatan II dan tingkat keawetan I. Pohon jati tumbuh baik pada tanah
sarang terutama tanah yang mengandung kapur pada ketinggian 0-700 m di atas
permukaan laut, di daerah dengan musim kering yang nyata dan jumlah curah
hujan rata-rata 1200-2000 mm per-tahun. Banyak terdapat di seluruh Jawa,
Sumatra, Nusa Tenggara Barat, Maluku dan Lampung. Pohon jati dapat tumbuh
mencapai tinggi 45 m dengan panjang batang bebas cabang 15-20 m dan diameter
batang 50-220 mm dengan bentuk batang beralur dan tidak teratur.
Kayu jati memiliki serat yang halus dengan warna kayu mula-mula sawo
kelabu, kemudian berwarna sawo matang apabila lama terkena cahaya matahari
dan udara. Serat kayu memiliki arah yang lurus dan kadang-kadang terpadu,
memiliki panjang serat rata-rata 1316μ dengan diameter 24,8μ dan tebal dinding
3,3μ. Struktur pori sebagian besar soliter dalam susunan tata lingkaran, memiliki
diameter 20-40μ dengan frekuensi 3-7 per-mm².
Karena sifat-sifatnya yang baik, kayu jati merupakan jenis kayu yang paling
banyak dipakai untuk berbagai keperluan. Sifat-sifat kayu jati secara lengkap
dapat dilihat pada tabel 2.2. Pada industri pengolahan kayu, jati diolah menjadi
kayu gergajian, plywood, blackbord, particleboard, mebel air dan sebagainya.
25
Tabel 2.2. Sifat-sifat Kayu Jati
No. Sifat Satuan Nilai 1 Berat jenis Kg/cm3 0,62-0,75 (rata-rata 0,67) 2 Tegangan pada batas proporsi Kg/cm3 718 3 Tegangan pada batas patah Kg/cm3 1031 4 Modulus elastisitas Kg/cm3 127700 5 Tegangan tekan sejajar serat Kg/cm3 550 6 Tegangan geser arah radial Kg/cm3 80 7 Tegangan geser arah tangensial Kg/cm3 89 8 Kadar selulosa % 47,5 9 Kadar lignin % 29,9 10 Kadar pentosa % 14,4 11 Kadar abu % 1,4 12 Kadar silica % 0,4 13 Serabut % 66,3 14 Kelarutan dalam alkohol
bensena % 4,6
15 Kelarutan dalam air dingin % 1,2 16 Kelarutan dalam air panas % 11,1 17 Kelarutan dalam NaOH 1 % % 19,8 18 Kadar air saat titik jenuh serat % 28 19 Nilai kalor Cal/gram 5081 20 Kerapatan Cal/gram 0,44
Sumber : Anonim 1991
Kayu jati merupakan kayu serba guna, umumnya digunakan untuk berbagai
keperluan seperti furniture dan perkakas, selain itu serbuk gergajinya dapat pula
digunakan sebagai bahan pembuat briket dan juga sebagai zat penyerap. Serbuk
gergaji kayu merupakan limbah industri kayu ternyata dapat digunakan sebagai
zat penyerap logam berat (Freedman dan Waias, 1972, Randall, 1974 dan
Henderson 1977, dalam Amalia (2001)).
Ada beberapa sifat kayu yang perlu dipahami untuk pertimbangan dalam
penentuan jenis kayu yang akan digunakan sebagai bahan bangunan. Sifat-sifat
kayu tersebut adalah sifat kimia, sifat fisik, sifat higroskopik dan sifat mekanik
kayu (Wirjomartono 1991).
26
2.5.1 Sifat kimia
Kandungan kimia kayu adalah selulosa ± 60%, lignin ± 28% dan zat lain
(termasuk zat gula) ± 12%. Dinding sel tersusun sebagaian besar oleh selulosa
(C6H10o5). Lignin adalah suatu campuran zat-zat organik yang terdiri dari zat
karbon (C), zat air (H2) dan oksigen (O2).
Serbuk gergaji kayu mengandung komponen utama selulosa, hemiselulosa,
lignin dan zat ekstraktif kayu. Lignin mempunyai ikatan kimia dengan
hemiselulosa bahkan ada indikasi mengenal adanya ikatan-ikatan antara lignin dan
selulosa. Ikatan-ikatan tersebut dapat berupa tipe ester atau eter diusulkan bahwa
ikatan-ikatan glikosida merupakan penyatu lignin dan polisakarida. Treatment
yang pada dasarnya bisa menghilangkan semua lignin adalah dengan
menggunakan zat penyoksil, dimana zat tersebut akan mengakibatkan lignin
meninggalkan komponen karbohidra yang tidak terpecahkan atau terlalut menjadi
preparat yang disebut holoselulosa. Treatment deligrifakasi ini bisa menggunakan
agregat penghilang lain yang kurang lebih efektif untuk menghilangkan lignin
adalah asam nitrat, asam parasetic, neroxides dan larutan alkali panas (Fengel, D
dan Wegenwr, G 1989, dalam Diella (2001)).
Selulosa merupakan homopolisakarida yang tersusun atas unit-unit β-D-
glukopiranosa yang terikat satu sama lain dengan ikatan-ikatan glikosida (gambar
2.6). Molekul-molekul selulosa seluluhnya berbentuk linier dan mempunyai
kecenderungan kuat membentuk ikatan-ikatan hidrogen intra dan intermolekul.
Hemiselulosa merupakan heteropolisakarida yang dibentuk melalui jalan
biosintesis yang berbeda dari selulosa. Lignin merupakan polimer dari unit-unit
27
fenilpropana. Banyak aspek dalam kimia lignin yang masih belum jelas, misalnya
ciri-ciri struktur spesifik lignin yang terdapat dalam berbagai daerah marfologi
dari xylem kayu.
Gambar 2.6 Struktur Selulosa (Sjostrom 1995)
Komponen kimia di dalam kayu mempunyai arti yang penting, karena
menentukan kegunaan sesuatu jenis kayu juga dengan mengetahuinya kita dapat
membedakan jenis kayu. Komponen kayu dapat dilihat pada tabel 2.3.
Komponen kimia kayu.
1. Karbon terdiri dari selulosa dan hemiselulosa
2. Ion karbonhidrat terdiri dari lignin kayu
3. Unsur yang diendapkan
a. Carbon : 50%
b. Hydrogen : 6%
c. Nitrogen : 0,04 - 0,10%
d. Abu : 0,20 – 0,50%
Tabel 2.3. Komponen-komponen Kayu
Komponen Kayu keras Kayu lunak Sellulosa Pentosan Lignin Resin, gum, minyak Abu
15 18 23 2 1
58 7 26 8 1
28
Sifat kimia kayu yang harus diperhatikan ialah kandungan elektraktifnya.
Pengerasan semen akan terlambat apabila bahan baku kayu yang berupa serbuk
gergaji mempunyai kandungan ektraktif yang tinggi. Agar proses pengerasan
tidak terlambat maksimum kandungan ektraktif pada kayu adalah 1% gula, 2%
tannin, atau 3% minyak (Kamil 1970, dalam Ismeddiyanto (1998:27)). Usaha
untuk mengurangi kadar ekstraktif adalah dengan merendam serbuk gergaji ke
dalam air panas ataupun dingin.
2.5.2 Sifat fisik
Sifat-sifat ini antara lain daya hantar panas, daya hantar lisrik, angka muai
dan berat jenis. Perambatan panas pada kayu akan tertahan oleh pori-pori dan
rongga-rongga pada sel kayu. Karena itu kayu bersifat sebagai penyekat panas.
Semakin banyak rongga-rongga pada sel kayu. Karena itu bersifat sebagai
penyekat panas. Semakin banyak pori dan rongga udaranya kayu semakin kurang
penghantar panasnya. Selain itu daya hantar panas juga dipengaruhi oleh kadar air
kayu, pada kadar air yang tinggi daya hantar panasnya juga semakin besar. Daya
hantar panas kayu sejajar serat adalah 0,10 kg-kal/m j°C, sedangkan daya hantar
panas tegak lurus serat adalah 0,03 kg-kal/m j°C.
2.5.3 Sifat higroskopik
Akibat air yang keluar dari rongga sel dan dinding sel, kayu akan menyusut
dan sebaliknya kayu akan mengembang apabila kadar airnya bertambah. Sifat
kembang susut kayu dipengaruhi oleh kadar air, angka rapat kayu dan kelembaban
udara. Akan kembang susut pada berbagai arah disajikan pada tabel 2.4.
29
Table 2.4. Kembang Susut Kayu pada Berbagai Arah
Arah Prosentase susut Tangensial (searah garis singgung) 4 – 14 Radial (menuju ke pusat) 2 – 10 Aksial (sejajar serat) 0,1 – 0,2 Volumetric 7 – 21
Sumber : Wirjomartono 1991
2.5.4 Sifat mekanik
Kayu bersifat anisotrop (non isotropic material), dengan kekuatan yang
berbeda-beda pada berbagai arah. Sel kayu jika mendapat gaya tarik sejajar serat
akan mengalami patah tarik sehingga kulit sel hancur dan patah. Jika gaya tarik
terjadi pada arah tegak lulus serat, maka gaya tarik menyebabkan zat lekat lignin
akan rusak. Dukungan gaya tarik pada arah tegak lurus serat jauh lebih kecil
dibandingkan dengan pada arah sejajar serat. Sel kayu yang mengalami gaya
desak dengan arah sejajar serat, menyebabkan sel kayu tertekuk. Sel-sel kayu
disampingnya akan menghalangi tekuk ke arah luar, sehingga sel kayu patah
karena tekuk ke dalam.
Jika daya desak terjadi pada arah tegak lurus serat, sel kayu akan tertekan
atau seolah-olah sel kayu dipejet saja. Jadi dukungan gaya desak pada arah tegak
lurus serat akan lebih besar dibandingkan dengan pada arah serat sejajar. Gaya
geser sejajar serat pada sel kayu akan menyebabkan rusaknya zat lekat lignin. Jika
gaya geser terjadi pada arah tegak lurus serat, maka gaya seolah-olah memotong
dinding-dinding sel. Gaya untuk memotong dinding sel lebih besar daripada gaya
untuk mematahkan zat lekat lignin. Jadi dukungan gaya geser pada arah tegak
lurus serat akan lebih besar dibandingkan dengan pada arah sejajar serat.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian beserta penjelasan singkatnya akan
diuraikan di bawah ini.
3.1.1 Semen portland
Semen sebagai bahan pengikat adukan mortar semen digunakan semen
portland tipe I (normal) merk Nusantara dalam kemasan 40 kg produksi PT.
Semen Nusantara, Cilacap, Jawa Tengah. Menurut Tjokrodimuljo (1996:10) berat
jenis semen adalah 3,15 gram/cm3 dan berat satuannya adalah 1,25 gram/cm3.
3.1.2 Agregat halus (pasir)
Pasir yang digunakan adalah pasir muntilan, yang terdapat di Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Pengambilan cukup di toko material PT. Combo yang
ada di Jl. Cemara Raya, Banyumanik Semarang.
3.1.3 Air
Air yang digunakan berasal dari jaringan air bersih UNNES. Secara visual
air tersebut berwarna jernih, tidak berasa, tidak berbau dan dapat diminum,
sehingga air ini dapat digunakan sebagai bahan penyusun mortar.
3.1.4 Serbuk gergaji
Serbuk gergaji Kayu Jati (Tectona grandis L.f) yang digunakan didatangkan
dari pabrik penggergajian kayu di desa Sarip Kecamatan Wirosari Kabupaten
Grobogan, Purwodadi.
31
3.2 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian beserta penjelasan singkat tentang
kegunaan akan diuraikan di bawah ini.
3.2.1 Baskom dan cawan
Baskom digunakan sebagai tempat untuk penyimpanan bahan penyususn
adukan mortar (pasir, semen, air dan serbuk gergaji).
3.2.2 Ayakan
a. Ayakan No. 200 digunakan untuk pemeriksaan kandungan lumpur dalam
pasir.
b. Ayakan dengan lubang berturut-turut 4,80 mm , 2,4 mm , 1,2 mm , 0,6
mm , 0,3 mm , 0,15 mm yang dilengkapi dengan tutup, pan dan juga alat
penggetar, digunakan untuk mengetahui gradasi pasir dan serbuk gergaji.
3.2.3 Timbangan (Mechanical Balances)
Timbangan merk Ohaus, kapasitas 4 kg, ketelitian 0,1 gram, digunakan
untuk mengukur berat contoh yang kurang dari 4 kg.
3.2.4 Piknometer
Piknometer dengan kapasitas 500 gram digunakan untuk mencari berat jenis
pasir.
3.2.5 Mangkuk dan kaca
Mangkuk dan kaca digunakan dalam pemeriksaan berat jenis kayu
3.2.6 Oven
Oven merek Gallen Kamp Size Two Oven BS untuk mengeringkan pecahan
benda uji pada pengujian daya serap air dan pemeriksaan bahan.
32
3.2.7 Desikator
Desikator digunakan untuk mendinginkan sampel setelah mengalami proses
pengeringan dalam oven.
3.2.8 Bejana baja
Bejana baja dengan diameter 225 mm, tinggi 244 mm, digunakan untuk
mengetahui berat satuan pasir dalam kondisi dipadatkan maupun tidak dipadatkan
dilengkapi dengan tongkat penumbuk panjang 60 cm, diameter 15 mm.
3.2.9 Meja sebar (Flow Table)
Meja sebar atau “Flow Table” berfungsi untuk mengetahui konsistensi
(kelecakan) adukan mortar sebelum di cetak. Meja sebar yang digunakan adalah
Compressive Strength Of Hydraulic Cement Mortar buatan Tatonas. Meja sebar
terdiri atas :
3.2.9.1 Alas meja yang berbentuk lingkaran dan terbuat dari kuningan dengan
diameter 300 mm dan ketebalan 20 mm. pada permukaan alas terdapat
empat garis yang masing-masing membentuk sudut 45° yang digunakan
untuk pembacaan nilai sebar mortar semen yang diuji.
3.2.9.2 Kerucut kuningan yang mempunyai diameter atas 69,8 mm dan diameter
bawah 102 mm dengan ketinggian 50,8 mm.
3.2.9.3 Jangka sorong khusus yang terbuat dari kuningan dengan skala yang
menunjukkan prosentase penyebaran adukan mortar.
3.2.9.4 Penumbuk yang terbuat dari kuningan, yang digunakan untuk pemadatan
mortar yang akan diuji didalam kerucut kuningan yang diletakkan diatas
alas meja sebar.
33
3.2.10 Cetok dan talam baja
Cetok digunakan untuk memindahkan adukan ke dalam cetakan dan juga
untuk meratakan permukaan benda uji yang baru dicetak. Talam baja digunakan
untuk tempat pasir dan adukan mortar semen.
3.2.11 Gelas ukur
Gelas ukur volume 250 ml digunakan pada pemeriksaan kandungan zat
organis dalam pasir. Gelas ukur volume 50 ml, 100 ml, 250 ml, 1000 ml
digunakan untuk mengukur volume air yang dibutuhkan untuk adukan mortar
semen dan juga untuk memeriksa karekteristik pasir.
3.2.12 Ember tempat air
Ember digunakan untuk menampung air yang dibutuhkan dan juga untuk
merendam serbuk gergaji.
3.2.13 Cetakan mortar
Cetakan kubus mortar dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm yang
digunakan untuk pengujian kuat tekan pada benda uji kubus dan cetakan seperti
angka delapan pada gambar 3.1 dengan ukuran 75 mm x 50 mm x 25 mm yang
digunakan untuk pengujian tarik.
Gambar 3.1. Benda Uji Tarik Mortar dan Alat Uji Tarik Mortar.
34
3.2.14 Stop watch
Stop watch digunakan untuk megukur waktu yang diperlukan dalam
pengadukan.
3.2.15 Mesin pengaduk beton atau mortar
Mesin merk The Creteangle Multi Flow dengan motor listrik, berkapasitas
60 liter, digunakan untuk mengaduk mortar segar.
3.2.16 Kerucut kronik
Kerucut kronik digunakan untuk menentukan kondisi jenuh kering muka
(Saturated Surface Dry) pasir. Kerucut kronik terbuat dari kuningan dengan
diameter bawah 890 mm, diameter atas 380 mm, tinggi 760 mm dilengkapi
dengan penumbuk berupa tongkat baja diameter 25 mm berat 336 gram.
3.2.17 Kaliper
Kaliper digunakan untuk mengukur semua benda uji.
3.2.18 Alat uji tekan dan uji tarik
Alat uji tekan dan tarik yang digunakan adalah mesin uji desak
(Compression Tension Machine ) merk indotest dengan kapasitas kuat tekan 150
ton dengan kecepatan pembebanan 100 KN/menit dan mesin dengan kapasitas
6.000 ml. digunakan untuk mengujian kuat tekan dan kuat tarik mortar semen
pada umur 28 hari. Pengujian dilakukan di Lab. Struktur Teknik Sipil UNNES.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Adapun tahap-tahap
35
pelaksanaan penelitian meliputi tahap persiapan, tahap perhitungan kebutuhan
bahan susun adukan mortar semen, tahap pembuatan benda uji, perawatan dan
pelaksanaan pengujian.
3.3.1 Tahap pengujian bahan mortar
3.3.1.1 Pemeriksaan berat jenis pasir.
Contoh pasir uji (SSD) di keringkan dalam oven dengan suhu 105° C sampai
beratnya tetap kemudian pasir direndam di dalam air selama 24 jam. Air bekas
rendaman dibuang dengan hati-hati sehingga butiran pasir tidak terbuang. Pasir
dibiarkan di atas nampan dan dikeringkan sampai tercapai keadaan jenuh kering
muka. Untuk pemeriksaan kondisi jenuh kering muka dilakukan dengan
memasukkan pasir pada kerucut terpancung dan dipadatkan dengan penumbukan
sebanyak 25 kali. Pada saat kerucut diangkat pasir akan runtuh tetapi masih
berbentuk kerucut. Pasir dalam keadaan kering muka ditimbang sebanyak 500
gram (w1) dimasukkan ke dalam piknometer dan kemudian diisikan air hingga
penuh. Gelembung udara yang tertinggal dihilangkan dengan cara menggulingkan
piknometer secara berulang-ulang. Piknometer berisi air dan pasir ditimbang dan
dicatat beratnya (w2). Piknometer kosong dan berisi air ditimbang dan dicatat
beratnya berturut-turut (w3) dan (w4). Setelah mengendap pasir dikeluarkan dari
piknometer tanpa ada yang tercecer, kemudian dikeringkan dalam oven selama 24
jam. Pasir yang sudah kering didinginkan, ditimbang dan dicatat beratnya (w5).
Berat jenis pasir (γpsr) dihitung dengan rumus :
( )[ ]124
5
wwww
psr −−=γ ….…………………….………………..(3.1)
36
3.3.1.2 Pemeriksaan berat jenis kayu
Contoh diambil dari potongan kayu gergajian yang berukuran 50 x 50 x 20
mm dan ditimbang beratnya (wk). Air raksa yang memiliki berat jenis (γr) sebesar
13,6 gram/cm3 dimaksukkan kedalam mangkok dan diratakan dengan cara
menekan permukaannya dengan kaca. Selanjutnya potongan kayu ditekan masuk
ke dalam air raksa dengan meggunakan kaca sampai seluruh potongan kayu
terendam. Air raksa yang tumpah ditimbang beratnya (wr). berat jenis kayu atau
serbuk gergaji (γsbk) dihitung dengan rumus :
r
rksbk w
w γγ
.= ………………………………………………..(3.2)
3.3.1.3 Pemeriksaan gradasi
Pemeriksaan gradasi serbuk gergaji dan pasir langkah pengujiannya sama.
Pasir dan serbuk gergaji yang akan diperiksa dikeringkan dalam oven dengan suhu
105° sampai beratnya tetap dan ditimbang beratnya. Ayakan di susun sesuai
dengan urutannya, ukuran terbesar diletakkan pada bagian paling atas, yaitu : 4,8
mm, diikuti dengan ukuran ayakan yang lebih kecil yaitu berturut-turut 2,4 mm ,
1,2 mm , 0,6 mm , 0,3 mm , 0,15 mm , 0 mm (sisa), kemudian di getarkan selam
kurang lebih 10 menit. Pasir atau serbuk gergaji yang tertinggal pada masing-
masing saringan ditimbang dan dicatat beratnya. Dari hasil ini dapat dihitung
jumlah komulatif persentase butir-butir yang lolos pada masing-masing ayakan.
Nilai modulus halus butir dihitung dengan menjumlahkan persentase komulatif
butir tertinggal, kemudian dibagi seratus sehingga dapat digambar grafik distribusi
ukuran butir agregat.
37
3.3.1.4 Pemeriksaan berat satuan
Pemeriksaan berat satuan serbuk gergaji dan pasir langkah pengujiannya
sama. Contoh pasir dalam keadaan SSD atau serbuk gergaji pada kadar air
16,85% dimasukkan ke dalam silinder baja yang diketahui berat dan volumenya.
Pemeriksaan berat satuan pasir atau serbuk gergaji dalam keadaan tanpa
pemadatan (Shoveled). Silinder baja berisi pasir atau serbuk gergaji ditimbang dan
dicatat beratnya. Berat satuan dihitung dengan rumus :
bejanavolumeagregatberatsatuanberat = ………....……………….………(3.3)
3.3.1.5 Pemeriksaan kadar air
Pemeriksaan kadar air serbuk gergaji dan pasir langkah pengujiannya sama.
Pasir (SSD) atau serbuk gergaji ditimbang dan dicatat beratnya (w1), kemudian
dimasukkan ke dalam oven. Pasir atau serbuk gergaji yang sudah kering
didinginkan, ditimbang dan dicatat beratnya (w2). kadar air pasir atau serbuk
gergaji dihitung dengan rumus :
%1002
21 xw
wwairkadar −= …..………………………………..(3.4)
3.3.1.6 Pemeriksaan kadar lumpur pasir
Penentuan kadar lumpur pasir dilakukan dengan cara membandingkan berat
(dalam kondisi kering mutlak) sebelum dan sesudah dicuci. Selisih berat antara
pasir sesudah dicuci dan sebelumnya dibagi berat semula adalah merupakan
kandungan lumpur pasir. Pasir yang kering oven ditimbang beratnya (w1),
kemudian dicuci di atas ayakan No. 200. Pasir yang tertinggal di atas ayakan
dipindahkan pada piring dan dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam, pasir
38
dikeluarkan dari oven dan ditimbang (w2). Kadar lumpur pasir dapat dihitung
dengan rumus :
%1001
21 xw
wwlumpurkandungan −= …... …...…………………(3.5)
3.3.2 Tahap rencana perhitungan kebutuhan susun adukan mortar semen
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan isian serbuk gergaji pada
kuat tekan, kuat tarik dan daya serap air mortar dilakukan dengan cara membuat
kandungan serbuk gergaji di dalam campuran bervariasi. Perhitungan kebutuhan
bahan susun mortar semen dihitung berdasarkan perbandingan berat yang
diperoleh dari konversi kebutuhan bahan dalam volume. Dalam penelitian ini
dipilih campuran semen : agregat halus berdasarkan perbandingan berat 1: 5.
Dalam rencana variasi adukan diatas, faktor air semen (f.a.s) awal
direncanakan 0,5 dan pada akhirnya nanti faktor air semen akan menyesuaikan
(berubah) untuk mendapatkan nilai sebar yang ditetapkan berdasarkan ASTM
yaitu 70% - 115%.
3.3.3 Tahap pengadukan campuran mortar semen dan pengujian meja sebar
3.3.3.1 Pengadukan mortar
Memasukkan air sekitar 80% dari hasil yang dibutuhkan, ke dalam mesin
pengaduk kemudian baru dimasukkan agregat campuran dan semen. Sambil mesin
pengaduk diputar sisa air dimasukkan sedikit demi sedikit sampai airnya habis
dalam waktu tidak kurang dari tiga menit. Pengadukan dilakukan sampai
diperkirakan homogen.
39
3.3.3.2 Pengujian meja sebar
Adukan yang rata selanjutnya diuji konsistensinya dengan meja sebar.
Pengujian ini dilakukan dengan cara memasukkan campuran dalam kerucut yang
berada di atas meja sebar, selanjutnya dipadatkan dengan penumbuk dan
kemudian di atasnya diratakan hingga sama dengan permukaan kerucut kuningan.
Setelah 1 menit, kerucut kuningan diangkat dan meja sebar dijatuhkan sebanyak
25 kali (25 ketukan) selama 15 detik. Diantara sebaran mortar diukur dalam 4
arah/garis yang terdapat pada meja sebar. Nilai sebaran adalah penjumlahan 4
nilai tersebut dalam satuan persen. Berdasarkan (ASTM Disignation : C270-57T,
dalam Taufiq bintang, 2005), nilai konstensi mortar yang disyaratkan adalah 70%
- 115%. Maka untuk memperoleh konsistensi yang disyaratkan maka penambahan
air dilakukan bila pengujian meja sebar sebelum mencapai konsistensi yang
disyaratkan.
3.3.4 Tahap pembuatan benda uji
Bila tahap persiapan bahan dan rencana kebutuhan bahan tiap adukan telah
dibuat, tahap berikutnya dilakukan penimbangan bahan susun mortar semen yaitu
semen, pasir dan serbuk gergaji sesuai dengan kebutuhan bahan tiap adukan.
Semua bahan susun adukan mortar semen diletakkan dalam tempat yang terpisah
agar tidak tercampur satu sama lain. Selanjutnya secara berturut-turut dimasukkan
pasir, serbuk gergaji dan semen. Kemudian mesin pengaduk dihidupkan. Air
dimasukkan secara bertahap untuk menjaga agar adukan tidak tumpah akibat
putaran mesin pengaduk. Jumlah keseluruhan air dicatat. Sementara pengadukan
berlangsung cetakan mortar disiapkan. Bagian yang perlu diberi pelumas diolesi
40
oli secukupnya. Apabila adukan diyakini sudah cukup homogen (kurang lebih 4
menit), mesin pengaduk dimatikan, adukan siap untuk dicetak.
Pada langkah ini juga dilakukan pemeriksaan kelecakan adukan dengan cara
meremas adukan dengan tangan menjadi bentuk seperti bola. Kelecakan yang baik
adalah apabila bola adukan tidak pecah ketika dilepas dari kepalan tangan dan
tidak meninggalkan bekas pada tangan, hal ini dimaksudkan agar adukan dapat
dicetak dengan baik tanpa menempel pada dinding cetakan apabila terlalu encer
atau mortar semen pecah pada saat dikeluarkan dari cetakan apabila adukan terlalu
kental. Cara pemeriksaannya dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2. Pemeriksaan kelecekan adonan mortar (Aksa, tanpa tahun, dalam Sudarmoko 2000:11)
Adukan dimaksukkan ke dalam cetatan dengan menggunakan cetok. Adukan
ditusuk-tusuk dengan tongkat pemadat untuk setiap lapis adukan mortar semen
dilakukan sebanyak 25 kali tusukan secara merata sampai cetakan penuh, agar
mortar semen yang dihasilkan tidak keropos. Setelah dianggap cukup, adukan
diratakan dengan tongkat perata sehingga permukaan atas adukan mortar beton
rata dengan bagian atas cetakan serta dilakukan penekanan. Mortar semen dengan
41
bahan isian serbuk gergaji segar diambil dari cetakannya dan diletakkan diatas
meja yang rata setelah 24 jam.
3.3.5 Tahap perawatan benda uji
Benda uji mortar semen yang telah berumur 24 jam, cetakan mortar dilepas
dan benda uji diberi tanda, kemudian benda uji direndam dalam kolam
perendaman selama 14 hari. Setelah proses tersebut benda uji dikeluarkan dari
dalam air dan diletakkan pada tempat yang lembab sampai berumur 28 hari.
3.3.6 Tahap pelaksanaan pengujian
3.3.6.1 Uji kuat tekan
Pengujian kuat tekan mortar semen dilakukan pada saat mortar semen telah
berumur 28 hari. Sebelum diuji, dilakukan penimbunan berat dan pengukuran
dimensi benda uji. Semua data yang menyangkut benda uji dicatat dalam formulir
yang telah disediakan. Pengujian kuat tekan dilakukan pada 3 buah benda uji
untuk masing-masing variasi. Secara garis besar urutan pengujian kuat tekan
adalah sebabai berikut:
1. Pada saatnya untuk pengujian, bersihkan permukaan benda uji dengan lap
sampai bersih dari butiran-butiran pasir yang menempel pada permukaannya.
2. Ukur rusuk-rusuk kubus dengan teliti dan hitung luas bidang tekannya.
3. Letakkan kubus uji pada tengah-tengah bidang landasan (pelat) baja penekan
dalam mesin tekan, lalu atur agar permukaan bidang tekan kubus terjepit
antara dudukan dan landasan penekanan dari mesin tekan. Skema penekanan
benda uji dapat dilihat pada gambar 3.3.
42
Gambar 3.3. Skema penekanan benda uji.
Pengujian dihentikan setelah benda uji tidak mampu lagi menahan beban
tekan yang ditujukan dengan turunnya jarum petunjuk beban.
4. Hidupkan mesin tekan dan beban tekan diberikan secara merata dan terus-
menerus dengan kecepatan 1,4 kg/cm2 sampai dengan 2,5 kg/cm/detik, atau
beban maksimal tercapai dalam waktu kurang dari 20 detik, besarnya beban
maksimal tercapai dalam satuan Newton atau kg
5. Hitunglah kuat tekan :
Beban tekan maksimum dicatat. Kuat tekan didapat dengan membagi beban
maksimum (F) dengan luas bidang tekan benda uji (A). Besarnya kuat tekan
mortar semen dihitung dengan rumus :
AFfb = …………………………………………………………(3.7)
dengan : fb = kuat tekan mortar semen (kg/cm2 atau kg/mm2)
F = beban tekan (kg)
A = luas bidang tekan (cm2 atau mm2)
3.3.6.2 Pengujian kuat tarik
Pengujian kuat tarik mortar semen dilakukan pada saat mortar semen telah
berumur 28 hari. Pengujian kuat tarik dilakukan pada 5 buah benda uji untuk
masing-masing variasi. Uji kuat tarik mortar semen dilakukan dengan membuat
Pelat baja
Benda uji
Pelat baja
43
mortar dalam bentuk seperti angka delapan. Benda uji setelah keras kemudian
ditarik dengan alat uji Cement Briquettes. Nilai kuat tarik yang diperoleh dihitung
dari besar beban tarik maksimum (F) dibagi dengan luas penampang yang terkecil
(mm2). Besarnya kuat tarik mortar semen dihitung dengan rumus :
AFfb = ……………………………………………………………(3.8)
dengan : fb = kuat tarik mortar semen (kg/cm2 atau kg/mm2)
F = beban tarik (kg)
A = luas penampang yang tertarikl (cm2 atau mm2)
3.3.6.3 Pengujian daya serap air
Pengujian daya serap air dilakukan pada pembuatan benda uji yang berbentuk
kubus dengan ukuran 5 x 5 x 5. Benda uji tersebut kemudian direndam dalam air
selama 24 jam. Setelah 24 jam benda uji di angkat kemudian benda uji tersebut
dilap dan kemudian ditimbang (A). selanjutnya benda uji tersebut dimasukkan ke
dalam oven yang bersuhu konstan 100-110°C selama 24 jam. Selanjutnya benda
uji dikeluarkan dari oven dan didinginkan selama beberapa menit. Setelah cukup
dingin, benda uji yang sudah kering tersebut ditimbang (B). daya serap air
dihitung dengan rumus :
%100xB
BADse−
= …...…………………………………...…...(3.9)
dengan :
Dse = daya serap air (%)
A = berat sample setelah direndam (gram)
B = berat sample setelah dikeringkan (gram)
44
3.4 Variabel Penelitian
Tabel 3.1. Variabel Penelitian
Macam pengujian dari jumlah benda uji Kode Fas (Rencana) Kuat tekan
Kubus Kuat tarik
Seperti angka delapan
Daya resap air
kubus A. Penambahan serbuk gergaji 0 % dari berat pasir
I 0,5 5 5 5 B. Penambahan serbuk gergaji 5 % dari berat pasir
II 0,5 5 5 5 C. Penambahan serbuk gergaji 10 % dari berat pasir
III 0,5 5 5 5 D. Penambahan serbuk gergaji 15 % dari berat pasir
IV 0,5 5 5 5 E. Penambahan serbuk gergaji 20 % dari berat pasir
V 0,5 5 5 5 Jumlah 25 25 25
G. Penambahan serbuk gergaji 5 % dari berat semen VII 0,5 5 5 5
H. Penambahan serbuk gergaji 10 % dari berat semen VIII 0,5 5 5 5
I. Penambahan Serbuk Gergaji 15 % dari berat semen IX 0,5 5 5 5
J. Penambahan Serbuk Gergaji 20 % dari berat semen 5 5 5
Jumlah 20 20 20 Sub total 45 45 45
Total 135 Benda Uji
3.5 Cara Menganalisis Data
Data yang dihasilkan pada penelitian ini adalah nilai Kuat tekan, kuat tarik
dan daya serap air. Dalam menganalisis data hasil penelitian dilakukan dengan
cara curve fitting yaitu dengan jalan ditentukan terlebih dahulu bentuk kurva yang
paling tepat dan sesuai untuk memiliki data yang dihadapi. Untuk itu dibuat
diagram pencar (scatter diagram) dari data yang ada. Titik-titik data percobaan
diplotkan dalam suatu system koordinat. Variabel bebas fungsi tersebut adalah x
45
yang merupakan persentase serbuk gergaji dan variable bergantung adalah y yang
merupakan data hasil penelitian.
Metode pendekatan yang digunakan didalam kurve fitting adalah regresi
kuadrat terkecil. Regresi kuadrat terkecil merupakan teknik untuk mendapatkan
kurva tunggal yang mempresentasikan tred atau kecenderungan secara umum dari
data. Kurva yang dibuat adalah kurva yang meminimumkan perbedaan (selisih)
antara titik-titik data dan kurva.
Bentuk umum suatu fungsi (y) yang menyatakan hubungan matematis dari
data hasil penelitian memiliki persamaan sebagai berikut :
1. Persamaan Linier
Y = a + bX …………………………………....………………………… (3.10)
Koefisien-koefisien regresi a dan b untuk regresi linier, dihitung dengan rumus
21
21
1112
11
)())(())((
XXnYXXXYa
Σ−ΣΣΣ−ΣΣ
=
21
21
1111
)())((
XXnYXYXn
bΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
2. Persamaan Nonlinier (Parabola Kuadratik)
Y = a + bX + cX2 ……………………………………………………..… (3.11)
Dengan menggunakan kuadran terkecil, maka a, b dan c dapat dihitung dari
system persamaan :
Σ Y1 = na + bΣX1 + cΣX12
Σ X1 Y1 = aΣY1 + bΣX12 + cΣX1
3
Σ X12 Y1 = aΣX1
2 + bΣX13 + cΣX1
4
3. Persamaan Nonlinier (Eksponen)
Y = aebx)
Ln Y = ln a + b X ….…………………..……………………………..... (3.12)
46
Koefisien-koefisien regresi a dan b dapat dihitung dengan rumus :
nX
bn
Ya 11ln
ln∑
−∑
=
211
21111
)()()ln)(()ln(
XXnYXYXn
b∑−∑
∑∑−∑=
dengan :
y = hasil penelitian (kuat tekan, kuat tekan dan daya serap air)
x = persentase serbuk gergaji (%)
Untuk mengetahui derajat kesesuaian dari persamaan yang didapat dihitung
nilai koofisien korelasi (r) yang berbentuk :
( )( )( ){ }( )22
2
YYnYXXYnbr
∑−∑∑∑−∑
= …………………………………..……….(3.13)
Untuk pikiran yang sempurna nilai r = 1, dan apabila r = 0 berarti perkiraan
suatu fungsi dari kurva adalah sangat jelek. Dari beberapa alternatif dipilih
persamaan yang mempunyai nilai koefisien korelasi yang pailing besar (paling
mendekati 1)
Data hasil pengujian pada penelitian ini dihitung dan diolah dengan
menggunakan alat Bantu computer dengan perangkat lunak program aplikasi
Microsoft Office Excel 2003 for Windows.
47
BAB IV
PENGOLAHAN DATA, HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan
Bahan-bahan yang dimaksud adalah pasir dan serbuk gergaji kayu jati. Hasil
pemeriksaan bahan tersebut akan diuraikan dibawah ini.
4.1.1 Pasir (agregat halus)
Pemeriksaan sifat pasir ini meliputi pemeriksaan berat jenis, berat satuan,
gradasi, kadar air pasir dan pemeriksaan kadar lumpur pasir.
4.1.1.1 Berat jenis pasir dan penyerapan air
Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air dilakukan dua kali yaitu
terhadap sample I dan sample II. Dari hasil pemeriksaan diperoleh berat jenis rata-
rata pasir dari kedua sample adalah 2,682 gram/cm3 dan penyerapan air rata-
ratanya sebesar 2,04 %. Hasil pemeriksaan berat jenis pasir dan peneyerapan air
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 1.
4.1.1.2 Berat satuan pasir
Pemeriksaan berat satuan pasir dilakukan pada pasir dalam keadaan SSD.
Pada penelitian ini digunakan piknometer yang berbentuk silinder dengan volume
1000 cm3 dan berat piknometer 250,70 gr. Dari hasil pemeriksaan diperoleh berat
satuan pasir 1,563 gram/cm3. Hasil pemeriksaan berat satuan dapat dilihat pada
lampiran 2.
48
4.1.1.3 Gradasi pasir.
Pemeriksaan gradasi dilakukan pada pasir dalam keadaan kering tungku.
Dari hasil pemeriksaan gradasi menunjukkan bahwa pasir masuk daerah II atau
termasuk pasir agak kasar dengan modulus halus butir 2,704. Hasil pemeriksaan
dan pengujian gradasi pasir selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2 dan
lampiran 7.
4.1.1.4 Kadar lumpur dan kandungan zat organis.
Dari hasil pemeriksaan kadar lumpur diperoleh kandungan lumpur 3,98 %,
sedangkan kandungan zat organis pasir lebih dari jumlah maksimum yang
disyaratkan, dimana warna cairan dalam larutan NaOH lebih muda dari warna
standar. Hasil pemeriksaan dan pengujian kadar lumpur dan zat organis pasir
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
4.1.2 Serbuk gergaji kayu jati (Tectona grandis L.f).
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan sifat fisik dari bahan
serbuk gergaji yang digunakan dalam penelitian yaitu serbuk gergaji kayu jati
(Tectona grandis L.f). Pemeriksaan sifat serbuk gergaji ini meliputi pemeriksaan
berat jenis, berat satuan, gradasi atau distribusi ukuran butiran, dan kadar air.
4.1.2.1 Berat jenis, berat isi, dan kadar air.
Pemeriksaan berat jenis, berat isi dan kadar air kayu jati dan serbuk gergaji
kayu jati dilakukan dua kali yaitu terhadap sample I dan sample II. Dari hasil
pemeriksaan diperoleh berat jenis rata-rata sebesar 0,688 gram/cm3, berat isi rata-
rata sebesar 0,669 gram/cm3 dan kadar air rata-rata kayu jati sebesar 14,16%,
sedangkan hasil pemeriksaan kadar air rata-rata serbuk gergaji yang belum
49
direndam sebesar 12,85%, yang sudah direndam dan dikeringkan kembali sebesar
16,85%. Dari hasil penelitian ini serbuk gergaji kayu jati dapat digolongkan
sebagai agregat ringan. Hasil pemeriksaan berat jenis kayu jati dan serbuk gergaji
kayu jati dapat dilihat pada lampiran 4 dan lampiran 5.
4.1.2.2 Berat satuan.
Pada penelitian ini digunakan piknometer yang berbentuk silinder dengan
volume 1000 cm3 dan berat piknometer 250,70 gram. Dari hasil pemeriksaan
diperoleh berat satuan serbuk gergaji 0,21 gram/cm3. Hasil pemeriksaan berat
jenis serbuk gergaji dapat dilihat pada lampiran 6.
4.1.2.3 Gradasi serbuk gergaji.
Dari hasil pemeriksaan gradasi menunjukkan bahwa serbuk gergaji kayu
jati bisa dikatagorikan sebagai agregat halus dengan modulus halus butir 2,165.
Hasil pemeriksaan dan pengujian gradasi serbuk gergaji selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 7.
4.2 Perhitungan Kebutuhan Bahan Tiap Adukan (Mix Design) Benda Uji
Untuk mendapatkan perbandingan bahan susunan mortar semen yang tepat,
kebutuhan bahan susunan mortar semen dihitung berdasarkan perbandingan berat
yang diperoleh dari konversi kebutuhan bahan dalam volume. Dalam perhitungan
rencana kebutuhan bahan ini faktor air semen awal diambil 0,5 dan pada akhirnya
nanti nilai sebar air semen akan menyesuaikan (berubah) untuk mendapat nilai
sebar yang ditetapkan berdasarkan ASTM yaitu 70% - 115%. Hasil nilai sebar
berdasarkan pengujian di Laboratorium yaitu bekisar antara 95% - 103,5 %.
50
Kebutuhan bahan untuk tiap adukan benda uji dan perhitungan rencana adukan
(mix design) dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 dan perhitungan
selengkapnya pada lampiran 8
Tabel 4.1. Rencana Adukan dan Perhitungan Kebutuhan Bahan Tiap Adukan
(Mix Design) Benda Uji terhadap Perbandingan Berat Pasir
Berat (Kg) No Adukan
Perbandingan Berat
Kadar Serbuk
Gergaji (%) Semen Pasir Air Serbuk
Gergaji I 1 : 5 0 0.2308 1,1538 0.1154 0 II 1 : 5 5 0.2308 1,0961 0.1154 0,0577 III 1 : 5 10 0.2308 1,0384 0.1154 0,1154 IV 1 : 5 15 0.2308 0,9807 0.1154 0,1731 V 1 : 5 20 0.2308 0,9230 0.1154 0,2308
Jumlah 1.1538 5.1919 0.5769 0.5769
Tabel 4.2. Rencana Adukan dan Perhitungan Kebutuhan Bahan Tiap Adukan (Mix Design) Benda Uji terhadap Perbandingan Berat Semen
Berat (Kg) No
Adukan Perbandingan
Berat Kadar Serbuk
Gergaji (%) Semen Pasir Air Serbuk
Gergaji I 1 : 5 0 0,2308 1,1538 0.1154 0,0000 II 1 : 5 5 0,2192 1,1538 0.1154 0,0115 III 1 : 5 10 0,2077 1,1538 0.1154 0,0231 IV 1 : 5 15 0,1961 1,1538 0.1154 0,0346 V 1 : 5 20 0,1846 1,1538 0.1154 0,0462
Jumlah 1,0384 5,7688 0,5769 0,1154
4.3 Nilai Sebar dan Faktor Air Semen (Fas)
Sebelum adukan mortar dicetak, terlebih dahulu adukan mortar semen
diperiksa nilai sebarnya. Nilai sebar yang disyaratkan pada penelitian ini
berdasarkan ASTM D : C 270 – 575 yaitu 70% - 115% dan berdasarkan
pengujian di lapangan 95% - 103,5%. Pemeriksaan nilai sebar yang disyaratkan
51
akan diperoleh nilai faktor air semen (fas) yang sesuai. Nilai sebar dan perubahan
fas yang diperoleh pada setiap adukan mortar diperlihatkan pada tabel 4.3 dan
gambar 4.1 serta perhitungan nilai sebar dan fas selengkapnya pada lampiran 9.
Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Nilai Sebar dan Faktor Air Semen (fas) untuk
Setiap Adukan Mortar
No adukan
Perb. Berat Serbuk Gergaji
terhadap
Kadar Serbuk Gergaji
Nilai Sebar (%)
Total Penggunaan Air
Nilai fas
I 0 103,5 0,2011 1,05 II 5 101,5 0,2011 1,05 III 10 97,25 0,2011 1,05 IV 15 96,75 0,2074 1,10 V
Pasir
20 95 0,2074 1,10 I 0 103,5 0,2011 1,05 II 5 102,75 0,2011 1,05 III 10 101,75 0,2011 1,05 IV 15 99 0,2011 1,05 V
Semen
20 96 0,2011 1,05
9092
949698
100102
104106
0 5 10 15 20Konsentrasi Serbuk Gergaji (%)
Nila
i Seb
ar (%
)
Subsitusi berat pasirSubsitusi berat semen
Gambar 4.1. Hubungan antara Konsentrasi Serbuk Gergaji dengan Nilai Sebar
Dari tabel 4.3 dan gambar 4.1 untuk variasi kadar serbuk gergaji 0%, 5%,
10%, 15%, 20%, secara umum bahwa semakin besar konsentrasi serbuk gergaji
dalam adukan akan meningkatkan fas yang dibutuhkan untuk memenuhi nilai
52
sebar yang disyaratkan. Nilai sebar yang dihasilkan mortar semen tanpa
penambahan serbuk gergaji yaitu 103,5% dan terus menurun pada mortar semen
dengan menggunakan kadar serbuk gergaji hingga 20% terhadap berat pasir dan
berat semen, dengan nilai sebar yang dihasilkan secara berturut-turut sebesar 95%
dan 96%. Hal ini disebabkan oleh tertahannya kelongsoran mortar semen oleh
serbuk gergaji sehingga diperlukan air yang lebih banyak untuk mendapatkan nilai
sebar yang disyaratkan.
Hubungan antara berat serbuk gergaji dalam suatu mortar dengan nilai sebar
seperti terilihat pada lampiran 9 dan gambar 4.2.
y = -0,0259x + 102,06R2 = 0,6618
92
94
96
98
100
102
104
0 50 100 150 200 250 300 350
Berat Serbuk Gergaj i (kg/m3)
Nila
i Seb
ar (%
)
Gambar 4.2. Hubungan antara Berat Serbuk Gergaji dengan Nilai Sebar
Pada gambar 4.2 terlihat bahwa terjadi penurunan nilai sebar seiring
dengan bertambahnya berat serbuk gergaji di dalam adukan. Penurunan nilai sebar
mortar dengan penambahan berat serbuk gergaji disebabkan adanya subsitusi
volume pasir dan subsitusi semen yang digantikan dengan volume serbuk gergaji
yang memiliki sifat higroskopis atau menyerap air sehingga untuk mendapatkan
nilai sebar yang disyaratkan perlu melakukan peningkatan nilai fas.
53
4.4 Kebutuhan Bahan Tiap 1 M3 Mortar Setiap Adukan Mortar
Berdasarkan Faktor Air Semen Yang Digunakan
Dalam penelitian ini faktor air semen tidak dibuat tetap atau konstan kerena
adanya persyaratan nilai sebar pada mortar yang berhubungan dengan kemudahan
pengerjaan dilapangan. Besarnya nilai sebar berhubungan erat dengan jumlah air
yang diberikan dalam adukan mortar. Serbuk gergaji sebagai bahan pengisi dalam
adukan mortar semen, akan memberikan pengaruh terhadap kebutuhan air
didalam adukan untuk mendapatkan nilai sebar yang disyaratkan. Untuk melihat
sejauh mana pengaruh penambahan serbuk gergaji ini terhadap kebutuhan air
didalam adukan mortar semen, maka faktor air semen didalam adukan tidak
dibuat konstan melainkan disesuaikan dengan kebutuhan tiap adukan untuk
mendapatkan nilai sebar yang ditetapkan.
Percobaan dimulai dengan fas 0.5, kemudian kekentalan adukan diperiksa
dengan meja sebar. Bila nilai sebar kurang dari yang disyaratkan maka adukan
ditambah air dengan berat tertentu hingga mememenuhi syarat nilai sebar. Dengan
adanya perubahan fas tersebut maka perlu dihitung kembali kebutuhan bahan
susun yang sebenarnya dalam 1 m3 adukan mortar. Perhitungan didasarkan atas
berat jenis dan kebutuhan air yang sebenarnya pada tiap adukan untuk memenuhi
nilai sebar yang disyaratkan.
Kebutuhan bahan susun dalam m3 adukan mortar dapat dilihat pada tabel 4.4
dan tabel 4.5 serta hasil hitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10.
54
Tabel 4.4. Kebutuhan bahan tiap 1 m3 mortar semen terhadap perbandingan berat pasir
Berat (Kg) Semen Fas Perbandingan
Berat Serbuk Gergaji
(%) Semen Pasir Air Serbuk
GergajiI 1,05 1 : 5 0 0,1915 0,9574 0,2011 0 II 1,05 1 : 5 5 0,1915 0,9095 0,2011 0,0479 III 1,05 1 : 5 10 0,1915 0,8617 0,2011 0,0957 IV 1,10 1 : 5 15 0,1886 0,8014 0,2074 0,1414 V 1,10 1 : 5 20 0,1886 0,7542 0,2074 0,1886
Jumlah 0,9517 4,2842 1,0181 0,4736
Tabel 4.5. Kebutuhan bahan tiap 1 m3 mortar semen terhadap perbandingan berat
semen
Berat (Kg) Semen Fas Perbandingan Berat
Serbuk Gergaji
(%) Semen Pasir Air Serbuk
GergajiI 1,05 1 : 5 0 0,1915 0,9574 0,2011 0 II 1,05 1 : 5 5 0,1819 0,9574 0,2011 0,0096 III 1,05 1 : 5 10 0,1723 0,9574 0,2011 0,0191 IV 1,05 1 : 5 15 0,1628 0,9574 0,2011 0,0287 V 1,05 1 : 5 20 0,1532 0,9574 0,2011 0,0383
Jumlah 0,8617 4,7870 1,0053 0,0957
4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Semen
Pengujian kuat tekan dilakukan pada saat mortar telah berumur 28 hari,
dengan 5 buah benda uji untuk setiap kadar serbuk gergaji dan menggunakan
mesin uji desak (Compression Tension Machine ) merk Indotest. Hasil pengujian
kuat tekan mortar semen dengan bahan tambah serbuk gergaji dan jenis-jenis type
adukan mortar dilihat pada tabel 4.6 dan hasil selengkapnya pada lampiran 12.
55
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Semen pada Umur 28 Hari
No. Adukan
Faktor Air
Semen
Perbandingan berat
Serbuk Gergaji
(%)
Kuat Tekan Rata-rata (kg/cm2)
Mortar Type Adukan
I 1.05 0 108,8 S II 1.05 5 88,8 S III 1.05 10 46,4 O IV 1.10 15 30,4 O V 1.10
Pasir
20 19,2 K I 1.05 0 108,8 S II 1.05 5 88,0 S III 1.05 10 84,0 S IV 1.05 15 56,8 S V 1.05
Semen
20 43,2 O
Data yang diperoleh dari penelitian kuat tekan mortar diplotkan dalam
bentuk grafik. Kemudian ditentukan jenis kurva yang sesuai. Untuk menyatakan
hubungan antara konsentrasi serbuk gergaji dengan kuat tekan mortar semen
dipilih jenis kurva non linier. Hubungan konsentrasi serbuk gergaji dengan kuat
tekan mortar subsitusi berat pasir dan subsitusi semen dapat dilihat pada lampiran
12 dan gambar 4.3.
R2 = 0,9184
R2 = 0,8219
y = 128,74e-0,1065x
y = 113,84e-0,0463x
y = 151,07e-0,0165x
R2 = 0,5517
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0 5 10 15 20
Konsentrasi serbuk gergaji Subsitusi pasir dan subsitusi semen (%)
Kua
t tek
an (k
g/cm
2)
A =Subsitusi pasirB= Subsitusi semenC = Ismeddiyanto (1998)
A
B
C
Gambar 4.3. Hubungan Konsentrasi Serbuk Gergaji dengan Kuat Tekan Mortar Subsitusi Berat Pasir dan Subsitusi berat Semen
56
Dari gambar 4.3, dapat dilihat bahwa kuat tekan mortar semen akan semakin
menurun dengan bertambahnya kandungan serbuk gergaji dalam campuran. Kuat
tekan tertinggi terjadi pada konsentrasi serbuk gergaji 0%, kemudian kuat tekan
akan semakin menurun sampai pada konsentrasi serbuk gergaji 20%. Untuk
mortar semen dengan subsitusi berat pasir kuat tekan tertinggi sebesar 128,740
kg/cm2 kuat tekan terendah sebesar 15,279 kg/cm2, kemudian untuk mortar semen
dengan subsitusi berat semen kuat tekan tertinggi sebesar 113,84 kg/cm2 dan kuat
tekan terendah sebesar 45,070 kg/cm2.
Secara umum bentuk grafik kuat tekan mortar dari hasil penelitian memiliki
kecenderungan yang berbeda bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan
Ismeddiyanto (1998). Pada hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
penambahan konsentrasi serbuk gergaji yang sama, kedua subsitusi tersebut sama-
sama mengalami penurunan kuat tekan tetapi penurunan yang tajam hanya
terterjadi pada subsitusi berat pasir. Penurunan tajam tersebut terjadi karena berat
serbuk gergaji sebagai subsitusi berat pasir lebih besar beratnya sehingga semakin
berat serbuk gergaji yang digunakan maka akan mengurangi ikatan pada butiran-
butiran agregat.
Apabila kedua komponen subsitusi (berat serbuk gergaji subsitusi berat pasir
dan subsitusi berat semen) digabungkan atau disatukan secara menyeluruh maka
akan didapat hubungan berat serbuk gergaji dengan kuat tekan mortar semen
seperti yang terlihat pada lampiran 11 dan gambar 4.4.
57
y = 98,095e-0,0061x
R2 = 0,8186
0
20
40
60
80
100
120
140
0 50 100 150 200 250 300 350
Berat Serbuk Gergaj i (kg/m3)
Kua
t Tek
an (k
g/cm
2)
Gambar 4.4. Hubungan Berat Serbuk Gergaji dengan Kuat Tekan Mortar
Pada gambar 4.4 terlihat bahwa semakin banyak berat serbuk gergaji yang
digunakan dalam setiap campuran mortar semen akan terjadi penurunan kuat
tekan. Penyebab penurunan tersebut karena kadar zat ekstraktif dalam serbuk
gergaji mempengaruhi terjadinya penurunan kekuatan pasta semen. Disamping itu
serbuk gergaji merupakan butiran-butiran kayu yang memiliki sifat-sifat kimia
(selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif kayu) sehingga satu butir serbuk
gergaji merupakan kumpulan sel-sel kayu dinding sel dibentuk oleh selulosa yang
disatukan oleh zat perekat lignin yang memiliki kekuatan yang relatif lemah jika
dibandingakan dengan selulosa, sehingga serbuk gergaji merupakan bahan yang
terdiri dari partikel-partikel yang kuat tetapi tidak terikat dengan kuat.
Selain itu serbuk gergaji memiliki bentuk dan testur permukaan butir-butir
agregat yang belum terdefinisikan dengan jelas. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa serbuk gergaji merupakan bahan dari alam yang memiliki
kekuatan yang berbeda-beda meskipun berasal dari batang pohon yang sama dan
kekuatannya itu sangat bervariasi dalam batas-batas yang besar, sehingga sifat-
58
sifat tersebut sulit diukur dengan baik dan pengaruhnya terhadap kekuatan mortar
semen sulit diperiksa dengan teliti.
Faktor yang sangat besar memberikan konstribusi terhadap penurunan
kekuatan mortar semen adalah sifat kimia kayu yaitu kandungan ektraktif pada
serbuk gergaji kayu jati. Pengerasan semen akan terhambat apabila bahan baku
kayu yang berupa serbuk gergaji mempunyai kandungan ekstraktif yang tinggi.
Agar proses pengerasan semen tidak terhambat menurut Kamil, (1970 dalam
Ismeddiyanto (1998:27)) maksimum kandungan ekstraktif pada kayu adalah 1%
gula, 2% tannin atau 3% minyak.
Untuk mengurangi zat ekstraktif adalah dengan cara merendam serbuk
gergaji dalam air panas atau dingin. Pada penelitian ini serbuk gergaji direndam
dalam air dingin selam 48 jam. Karena proses perendaman yang tidak sempurna
dan juga sifat kayu jati yang mempunyai kelarutan zat ekstraktif dalam air dingin
sebesar 1,2% maka masih terdapat zat ekstraktif yang belum larut (Anonim 1991).
Hal ini akan menghambat proses hidrasi semen yang mengakibatkan penurunan
kekuatan pasta semen setelah pasta semen mengeras.
Jadi karena adanya zat ekstraktif dalam serbuk gergaji akan menyebabkan
penurunan kekuatan pasta semen dan memperlemah lekatan antara butir agregat
halus dan pasta semen, sehingga dengan semakin tingginya kandungan serbuk
gergaji, maka semakin tinggi pula kandungan zat ekstraktif dalam campuran yang
akan menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan mortar semen.
59
Penurunan kekuatan mortar bisa juga dipengaruhi oleh banyaknya berat
semen yang digunakan pada setiap adukan. Hubungan berat semen dengan kuat
tekan mortar semen dapat dilihat pada lampiran 11 dan gambar 4.5.
y = -0,0064x2 + 4,536x - 682,42R2 = 0,7986
0
25
50
75
100
125
150
245,0937 265,0937 285,0937 305,0937 325,0937 345,0937 365,0937 385,0937
Berat Semen (kg/m3)
Kua
t Tek
an (k
g/cm
2)
Gambar 4.5 Hubungan Berat Semen dengan Kuat Tekan Mortar Semen
Dari gambar 4.5 terlihat bahwa semakin besarnya berat semen yang
digunakan pada batas tertentu maka jumlah air yang digunakan hampir sama,
sehingga kuat tekan mortar akan mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut
disebabkan karena dengan bertambahnya berat semen (pada fas tetap) maka
semakin meningkat pasta semen yang digunakan untuk mengikat agregat,
melapisi permukaan butiran agregat halus (pasir dan serbuk gergaji) dan juga
mengisi butir-butir antara agregat yang akan menimbulkan lebih banyak pori
karena rongga-rongga antara agregat yang tidak terisi oleh pasta. Tetapi bila
terlalu banyak berat semen yang digunakan melampaui batas tertentu maka akan
60
mengalami penurunan kuat tekan, hanya saja pada penelitian ini belum meneliti
sampai sejauh batas kuat tekan maksimum dan penurunan kuat tekannya.
Hasil ini sesuai dengan Tjokrodimuljo (1996:61) pada tingkat kemudahan
pengerjaan (workabilitas) yang sama atau nilai faktor air semen yang berubah,
beton dengan kandungan semen lebih banyak akan mempunyai nilai kuat tekan
yang lebih tinggi. Hal ini karena pada tingkat pengerjaan yang sama jumlah air
yang digunakan hampir sama, sehingga penambahan semen berarti mengurangi
nilai faktor air semen yang mengakibatkan nilai kuat tekannya semakin tinggi.
4.6 Hasil Pengujian Daya Serap Air Mortar Semen
Pengujian daya serap air mortar semen dilakukan terhadap 5 benda uji yang
berbentuk kubus dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm pada setiap variasi campuran. Hasil
pengujian daya serap air mortar dengan bahan tambah serbuk gergaji dilihat pada
tabel 4.7 dan hasil selengkapnya pada lampiran 13.
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Daya Serap Air Mortar Semen pada Umur 28 Hari
No.
Adukan Faktor
Air Semen Perbandingan
berat Serbuk Gergaji
(%) Daya serap air Rata-rata (%)
I 1,05 0 11,043 II 1,05 5 16,020 III 1,05 10 29,199 IV 1,10 15 37,340 V 1,10
Pasir
20 46,520 I 1,05 0 11,043 II 1,05 5 12,702 III 1,05 10 13,020 IV 1,05 15 14,317 V 1,05
Semen
20 16,487
61
Data yang diperoleh dari penelitian daya serap air mortar semen diplotkan
dalam bentuk grafik. Kemudian ditentukan jenis kurva yang sesuai. Untuk
menyatakan hubungan antara konsentrasi serbuk gergaji dengan daya serap air
mortar semen dipilih jenis kurva linier. Hubungan antara konsentrasi serbuk
gergaji dengan daya serap air dapat dilihat pada lampiran 13 dan gambar 4.6.
R2 = 0,9542
R2 = 0,6902
y = 1,7687x + 9,8128
y = 0,2501x + 11,013
y = 0,0586x + 7,219R2 = 0,2475
0,000
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
0 5 10 15 20
Konsentrasi Serbuk Gergaji sebagai subsitusi pasir dan subsitusi semen (%)
Day
a se
rap
air
(%)
A =Subsitusi PasirB= Subsitusi SemenC = Ismeddiyanto (1998)
Gambar 4.6. Hubungan antara Konsentrasi Serbuk Gergaji dengan Daya
Serap Air Mortar Semen Subsitusi Pasir dan Subsitusi Semen
Dari grafik hubungan antara konsentrasi serbuk gergaji dan daya serap air
mortar semen yang terdapat pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa daya serap air
mortar semen akan semakin meningkat dengan bertambahnya kandungan serbuk
gergaji dalam campuran. Daya serap air terendah terjadi pada konsentrasi serbuk
gergaji 0 %, kemudian daya serap air akan meningkat sampai pada konsentrasi
serbuk gergaji 20 %. Untuk subsitusi pasir daya serap air terendah sebesar
9,569 % dan daya serap air tertinggi sebesar 46,481 %, kemudian untuk subsitusi
A
B
C
62
semen daya serap air terendah sebesar 11,013 % dan daya serap air tertinggi
sebesar 16,015 %.
Dari hasil pengujian daya serap air terlihat bahwa pada hasil penelitian daya
serap airnya mengalami peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan
penelitian Ismeddiyanto (1998). Mortar semen dengan subsitusi berat pasir
menunjukkan kenaikan yang tajam jika dibandingkan dengan daya serap air
mortar semen dengan subsitusi berat semen seperti terlihat pada gambar 4.6. Hal
tersebut disebabkan karena berat serbuk gergaji didalam campuran lebih kecil bila
menggunakan subsitusi semen.
Karena sifat serbuk gergaji yang sangat higroskopis maka semakin besar
pula nilai daya serap airnya. Secara umum hubungan antara berat serbuk gergaji
dengan daya serap air mortar semen subsitusi pasir dan subsitusi semen terlihat
pada lampiran 11 dan gambar 4.7.
y = 0,1205x + 9,7887R2 = 0,9754
0
10
20
30
40
50
60
0 50 100 150 200 250 300 350Berat Serbuk Gergaji (kg/m3)
Day
a Se
rap
Air
(%)
Gambar 4.7. Hubungan antara Berat Serbuk Gergaji dengan Daya Serap Air
Mortar Semen
63
Pada gambar 4.7 terlihat bahwa dengan bertambahnya berat serbuk gergaji
dalam adukan mortar semen maka akan meningkatkan daya serap air. Peningkatan
ini disebabkan karena sifat dari serbuk gergaji yang sangat higroskopis. Selain itu
dengan semakin besarnya perbandingan persentase serbuk gergaji, maka akan
berkurang pula pasta semen yang berfungsi sebagai bahan pengikat yang melapisi
permukaan butiran agregat halus (pasir dan serbuk gergaji) dan juga mengisi
butir-butir antara agregat.
Hubungan antara pasta semen dengan daya serap air mortar semen dapat
dilihat pada lampiran 11 dan gambar 4.8 yang menyatakan bahwa semakin
banyaknya pasta maka daya serap air akan meningkat.
y = 0,409x - 222,07R2 = 0,7206
0
10
20
30
40
50
60
566,779 576,779 586,779 596,779 606,779 616,779 626,779 636,779Pasta Semen (kg/m3)
Day
a Se
rap
Air
(%)
Gambar 4.8. Hubungan Pasta Semen dengan Daya Serap Air mortar semen
Pada gambar 4.8. terlihat bahwa terjadi peningkatan daya serap air dengan
bertambahnya pasta semen di dalam adukan. Peningkatan nilai daya serap air
disebabkan karena adanya peningkatan penggunaan air dan semen. Dengan
semakin banyak air dan semen yang digunakan mengakibatkan berkurangnya
64
kepadatan mortar semen dan terbentuknya rongga-rongga udara sehingga daya
serap air akan semakin meningkat. Tjokrodimuljo (1996) berpendapat bahwa pada
kondisi fas yang sama dengan jumlah semen terlalu banyak berarti jumlah air juga
berlebih sehingga beton mengandung banyak pori.
Kecenderungan daya serap air mortar semen yang semakin meningkat
sejalan dengan bertambahnya konsentrasi serbuk gergaji tersebut disebabkan
karena serbuk gergaji bersifat higroskopis atau menyerap air. Sifat higroskopis
serbuk gergaji akan memberikan kontribusi yang besar terhadap kenaikan daya
serap air mortar semen. Serbuk gergaji dapat dikatakan sebagai bahan yang
berpori, sehingga air dapat dengan mudah terserap dan mengisi pori-pori tersebut.
Faktor lain yang menyebabkan semakin meningkatnya daya serap air adalah
semakin meningkatnya porositas mortar semen akibat kelebihan air yang tidak
bereaksi dengan semen. Air ini akan menguap atau tinggal dalam mortar semen
yang akan menyebabkan terjadinya pori-pori (capillary pores) pada pasta semen
sehingga akan menghasilkan pasta yang porous, hal ini akan menyebabkan
semakin berkurangnya kekedapan air mortar semen.
Setelah mortar semen mengering air yang terdapat dalam serbuk gergaji
akan menguap. Air yang keluar dari rongga sel dan dinding sel mengakibatkan
serbuk gergaji menyusut volumenya. Akibatnya penyusutan tersebut akan terjadi
rongga-rongga udara pada permukaan serbuk gergaji dan akan menyebabkan
mortar semen berpori. Mortar semen yang berpori akan memiliki daya serap air
yang tinggi.
65
4.7 Hasil Pengujian Kuat Tarik Mortar Semen
Pengujian kuat tarik dilakukan pada saat mortar telah berumur 28 hari,
dengan 5 buah benda uji untuk setiap kadar serbuk gergaji dan menggunakan
mesin uji desak (Compression Tension Machine ) merk Idotest. Hasil pengujian
kuat tarik mortar dengan bahan tambah serbuk gergaji dilihat pada tabel 4.8 dan
hasil selengkapnya pada lampiran 14.
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Kuat Tarik Mortar Semen pada Umur 28 Hari
No.
Adukan Faktor
Air Semen Perbandingan
berat Serbuk Gergaji
(%) Kuat Tarik Rata-rata (kg/cm2)
I 1,05 0 70,979 II 1,05 5 33,994 III 1,05 10 23,402 IV 1,10 15 14,781 V 1,10
Pasir
20 4,933 I 1,05 0 70,979 II 1,05 5 62,867 III 1,05 10 48,622 IV 1,05 15 35,411 V 1,05
Semen
20 21,970
Data yang diperoleh dari penelitian kuat tarik mortar semen diplotkan
dalam bentuk grafik. Kemudian ditentukan jenis kurva yang sesuai. Untuk
menyatakan hubungan antara konsentrasi serbuk gergaji dengan kuat tarik mortar
semen dipilih jenis kurva non linier. Hubungan antara konsentrasi serbuk gergaji
dengan kuat tarik dapat dilihat pada lampiran 14 dan gambar 4.9.
66
R2 = 0,9229
R2 = 0,87y = 71,859e-0,1246x
y = 78,416e-0,0584x
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 5 10 15 20Serbuk Gergaji Sebagai Subsitusi Pasir dan Subsitusi Semen (%)
Kua
t Tar
ik (k
g/cm
2) A = Subsitusi Pasir
B = Subsitusi Semen
Gambar 4.9. Hubungan antara Konsentrasi Serbuk Gergaji dengan
Kuat Tarik Subsitusi Pasir dan Subsitusi Semen
Dari grafik hubungan antara konsentrasi serbuk gergaji dan kuat tarik
mortar semen yang terdapat pada gambar 4.9, dapat dilihat bahwa kuat tarik
mortar semen akan semakin menurun dengan bertambahnya kandungan serbuk
gergaji dalam campuran. Kuat tarik tertinggi terjadi pada konsentrasi serbuk
gergaji 0%, kemudian kuat tarik akan semakin menurun sampai pada konsentrasi
serbuk gergaji 20 %. Untuk subsitusi berat pasir kuat tarik tertinggi sebesar 71,86
kg/cm2 dan kuat tarik terendah sebesar 5,937 kg/cm2, kemudian untuk subsitusi
berat semen kuat tarik tertinggi sebesar 78.42 kg/cm2 dan kuat tarik terendah
sebesar 24,56 kg/cm2.
Berdasarkan gambar 4.9 terlihat bahwa pada campuran mortar 0 % atau
adukan mortar tanpa serbuk gergaji (adukan I) relatif lebih kuat dibanding dengan
adukan mortar dengan penambahan serbuk gergaji. Penurunan kuat tarik ini
disebabkan adanya subtitusi antara berat pasir dan berat semen yang diganti oleh
B
A
67
berat serbuk gergaji dan air, yang mengakibatkan berkurangnya kepadatan mortar
sehingga mortar semen tidak kuat terhadap gaya tarik. Kelemahan mortar semen
terletak pada kuat tarik sehingga akan segera retak jika mendapat tegangan tarik.
Kelemahan kuat tarik mortar semen juga bisa diketahui dari penambahan
berat serbuk gergaji secara berlebihan. Dengan digabungkannya berat serbuk
gergaji dari hasil perhitungan subsitusi berat pasir dan berat semen maka didapat
hubungan berat serbuk gergaji dengan kuat tarik mortar semen seperti yang
terlihat pada lampiran 11 dan gambar 4.10.
y = 61,043e-0,0078x
R2 = 0,869
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 50 100 150 200 250 300 350Berat Serbuk Gergaji (kg/m3)
Kua
t Tar
ik (k
g/cm
2)
Gambar 4.10. Hubungan antara Berat Serbuk Gergaji dengan Kuat Tarik
Mortar Semen
Penurunan kuat tarik mortar semen terjadi pada saat penambahan berat
serbuk gergaji yang relatif lebih besar. Penurunan kuat tarik mortar terjadi karena
adanya perubahan faktor air semen yang terlalu besar sehingga semakin banyak
berat serbuk gergaji maka air yang digunakan semakin besar pula terbukti dari
hasil perhitungan antara subsitusi pasir dan subsitusi semen. Dengan nilai fas
melebihi angka 1 berarti serbuk gergaji yang digunakan akan semakin bertambah
68
sejalan dengan bertambahnya air sehingga adukan mortar semen menjadi lebih
berpori. Mortar yang berpori berarti kuat tariknya rendah.
Pemakian serbuk gergaji sebagai bahan isian pada mortar semen, akan
sangat mempengaruhi terhadap penurunan kuat tarik mortar semen yang
dihasilkan. Seperti yang telah disebutkan di muka untuk mendapatkan tingkat
pengerjaan yang sama untuk setiap adukan yang berbeda proporsi bahannya
diperlukan penambahan fas sejalan dengan semakin besarnya kandungan serbuk
gergaji dalam campuran. Hal ini disebabkan karena serbuk gergaji yang
digunakan dalam adukan dengan kadar air 16,85 % masih akan menyerap air dari
campuran karena sifatnya yang sangat higroskopis.
Selain sifat tersebut karena serbuk gergaji memiliki ukuran butiran yang
lebih halus jika dibandingkan dengan pasir maka penambahan kandungan serbuk
gergaji dalam campuran akan menyebabkan ukuran butir agregat campuran
menjadi lebih halus sehingga dibutuhkan air yang lebih banyak untuk melumasi
campuran agregat yang memiliki permukaan yang lebih luas. Perubahan fas
tersebut akan menjadikan adukan memilki workabilitas yang sama dan memiliki
nilai sebar yang berdasarkan ASTM D : C270 – 575 yaitu 70 % - 115%, akan
tetapi apabila perubahan fas tersebut berlebihan akan menyebabkan penurunan
kuat tarik mortar semen. Kelebihan air yang tidak bereaksi dengan semen akan
menguap atau tetap tinggal dalam mortar semen yang akan menyebabkan pasta
semen memiliki pori-pori (capillary pores) lebih banyak sehingga akan
menghasilkan bahan yang porous.
69
Pada saat pencampuran bahan, air akan diserap oleh serbuk gergaji sampai
dalam keadaan jenuh. Air yang diserap oleh serbuk gergaji tersebut akan mengisi
ruang antar sel (disebut air bebas atau free water), dinding sel (disebut air ikat atau
imbitet water) dan permukaan butir serbuk gergaji yang berpori. Setelah mortar
semen mengeras dan mengering air bebas dan air ikat akan keruar dari ruang sel
dan dinding sel yang akan menguap. Serbuk gergaji yang mengering
menyebabkan dinding sel semakin padat, sehingga serat-seratnya menjadi lebih
kuat. Air yang keluar dari rongga sel dan dinding dinding sel akan
mengakibatkan serbuk gergaji menyusut volumenya, sehingga akan mengurangi
lekatan yang baik antara serbuk gergaji dengan pasta semen yang akan
menurunkan kekuatan mortar semen. Akibat penyusutan tersebut juga akan
menimbulkan terjadinya rongga-rongga udara pada permukaan butiran serbuk
gergaji dan menyebabkan mortar semen menjadi porous. Mortar semen yang
porous ini akan memiliki kekuatan tarik yang lebih rendah.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian nilai sebar dilapangan sebesar 95% - 103,5% memenuhi
syarat ASTM D : C 270 – 575 yaitu 70 % - 115%.
2. Nilai fas yang dihasilkan dari 0% serbuk gergaji hingga 50% serbuk gergaji
dari berat pasir yang dipergunakan bernilai antara 1.05 – 1.10 sedangkan fas
dengan persentase serbuk gergaji dari berat semen sebesar 1.05.
3. Penambahan serbuk gergaji kayu jati sebagai subsitusi pasir dan subsitusi
semen pada mortar semen akan menyebabkan terjadinya pengaruh penurunan
nilai kuat tekan dan kuat tarik, akan tetapi pengaruh kenaikan terjadi pada nilai
daya serap airnya.
4. Mortar semen yang menggunakan serbuk gergaji sebagai subsitusi pasir dan
subsitusi semen mengalami penurunan kuat tekan sejalan dengan
bertambahnya persentase serbuk gergaji kayu jati. Kuat tekan rata-rata
tertinggi untuk kedua subsitusi berturut-turut adalah 128,740 kg/cm2 dan
113,84 kg/cm2 yang dicapai pada konsentrasi serbuk gergaji 0%, sedangkan
kuat tekan rata–rata terendah untuk kedua subsitusi berturut-turut adalah
15,279 kg/cm2 dan 45,070 kg/cm2 yang dicapai pada konsentrasi serbuk
gergaji 20%.
71
5. Berdasarkan kuat tekan rata-rata benda uji, mortar yang termasuk kedalam
mortar type adukan S yaitu adukan yang menggunakan serbuk gergaji sebagai
subsitusi berat pasir 0% hingga 5% dan subsitusi berat semen 0% hingga 15%
sedangkan mortar yang menggunakan serbuk gergaji sebagai subsitusi berat
pasir 10% hingga 15% dan subsitusi berat semen 20% termasuk dalam mortar
type adukan O. Untuk mortar type adukan K hanya dialami pada adukan yang
menggunakan serbuk gergaji sebagai subsitusi berat pasir 20%.
6. Mortar semen yang menggunakan serbuk gergaji sebagai subsitusi pasir dan
subsitusi semen mengalami kenaikan daya serap sejalan dengan bertambahnya
persentase serbuk gergaji kayu jati. Daya serap air rata-rata terrendah untuk
kedua subsitusi berturut-turut adalah 9,569% dan 11,013% yang dicapai pada
konsentrasi serbuk gergaji 0%, sedangkan daya serap air rata–rata tertinggi
untuk kedua subsitusi berturut-turut adalah 46,481% dan 16,015% yang
dicapai pada konsentrasi serbuk gergaji 20%.
7. Mortar semen yang menggunakan serbuk gergaji sebagai subsitusi pasir dan
subsitusi semen mengalami penurunan kuat tarik sejalan dengan
bertambahnya persentase serbuk gergaji kayu jati. Kuat tarik rata-rata tertinggi
untuk kedua subsitusi berturut-turut adalah 71,86 kg/cm2 dan 78.42 kg/cm2
yang dicapai pada konsentrasi serbuk gergaji 0%, sedangkan kuat tarik rata–
rata terendah untuk kedua subsitusi berturut-turut adalah 5,937 kg/cm2 dan
24,56 kg/cm2 yang dicapai pada konsentrasi serbuk gergaji 20%.
72
8. Jadi ada pengaruh terhadap kuat tekan , kuat tarik dan daya serap air dan ada
perbedaan kuat tekan, kuat tarik dan daya serap air karena adanya
penambahan serbuk gergaji kayu jati.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan pada penelitian ini baik
pada pelaksanaan penelitian maupun pada hasil yang diperoleh, maka diberikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang keretakan dari mortar dengan
bahan tambah serbuk gergaji.
2. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui sifat-sifat mortar semen
dengan bahan isian pasir dan serbuk gergaji kayu jati khususnya terhadap
pereabilitas udara yang lebih baik dengan berat jenis yang lebih rendah.
3. Penelitian lebih lanjut diperlukan pada pembuatan mortar semen dengan bahan
isian serbuk gergaji dengan perbandingan campuran, persentase serbuk gergaji
dan berat jenis bahan/kayu yang berbeda.
4. Diperlukan ditemukannya suatu cara atau metode yang khusus untuk
mengolah serbuk gergaji sehingga kandungan zat ekstraktif dan zat-zat lain
yang berpengaruh buruk pada pengerasan semen dapat dieliminer sekecil
mungkin.
73
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1985. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 (PUBI-1982). Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman. Balitbang Dep. PU.
Anonim, 1961. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia. Bandung : Direktorat
Jenderal Ciptakarya DPU. Anonim, 1991. Industri Kehutanan di Indonesia. Jakarta : Departeman Kehutanan
dan PT. Herzal Agrakarya Pratama. Anonim, 2003. Pedoman Penulisan Skripsi. FIS. Semarang : UNNES Press. Amalia D., 2001. Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji Kayu Jati menjadi Karbon
Aktif dengan Aktifator Kaporit. Laporan Penelitian. Semarang : Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNDIP.
Ayudhya Diella S., 2001. Pengolahan Limbah Cd2+ Terlarut Secara Absorpsi
Menggunakan Delignifikasi Serbuk Gergaji Kayu Jati . Laporan Penelitian. Semarang : Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNDIP.
Bintang T., 2005. Karekteristik Mekanik Mortar dengan Bahan Tambah Serbuk
Kaca. Tugas Akhir. Yogyakarta : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM.
Ismeddiyanto, 1998. Penelitian Pemanfaatan Serbuk Gergaji Kayu Jati (Tectona
Grandis L-F) untuk Bata Beton. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM. Yogyakarta.
Malawi R., 1996. Potensi Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengganti Semen :
Tinjauan pada Mortar Seman dengan Bahan Tambah Abu Sekam Padi. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM. Jogjakarta.
Munir S., 1996. Pengaruh penambahan serat Sabut Kelapa (Coconut Fibres)
terhadap Kuat Tekan dan Daya Serap Air Batu Cetak Beton (Bataton). Tugas Akhir. Jogjakarta : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM.
Penguin, 1999. Kamus Lengkap Teknik Sipil. Jakarta : Erlangga. Setyono E., 2003. Karakteristik Beton Dengan Agregat Halus Formulasi Pasir
Pantai Mangkang-Pasir Muntilan Dengan Variasi Jumlah Semen. Tugas Akhir. Semarang : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sipil UNNES.
74
Sjostrom, 1995. Kimia Kayu. Yogyakarta : UGM Press. Sudarmoko, 2000. Beton Fiber Lokal untuk Non-Struktural. Kursus Singkat
Teknologi Bahan Lokal dan Aplikasinya di Bidang Teknik Sipil. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik Universitas Gadjah Mada.
Sudjana, Prof. 1992. Metode Statistik. Bandung : Tarsito. Supada Albert, dkk, 2004. Alternatif Pemanfaatan Serbuk Gergaji. Surakarta :
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Pertanian UNS. Suroso H., 2001. Pemanfaatan Pasir Pantai sebagai Bahan Agregat Halus pada
Beton. Tesis S-2. Yogyakarta : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM. Sutrisno H., Prof. 2000. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi. Sutrisno H., Prof. 2000. Metodologi Research Jilid 4. Yogyakarta : Andi. Sutrisno H., Prof. 2000. Analisis Regresi Cetakan III. Yogyakarta : Andi. Tjokrodimuljo K., 2004. Beton-Non-Pasir untuk Pembuatan Elemen Non-Struktur
dan Elemen Struktur Ringan. Seminar Nasional. Yogyakarta : Program S-1 Ekstensi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM.
Tjokrodimuljo K., 1996. Teknologi Beton. Yogyakarta : Nafiri. Warsito, 1987. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta. Wirjomartono S., 1991. Kayu untuk Struktur. Jogjakarta : Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik UGM.
Lampiran 11 (lanjutan) 75
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
HASIL PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR
Peneliti : MUH IBNU BUDI SETYAWAN, Mahasiswa S1
Pasir asal : Muntilan, Daerah Istimewa Jogjakarta
Keperluan : Penelitian
No URAIAN Sampel I Sampel II Rata-rata 1 Berat pasir kering mutlak (gram) 48 9.70 490.30 489.85 2 Berat pasir keadaan jenuh kering muka
(gram) 500 500.00 500.0
3 Berat piknometer berisi pasir dan air (gram) 1002.20 1009.50 1005.85 4 Berat pinometer berisi air (gram) 689.10 695.00 692.3 5 Berat jenis (gram/cm3) 2.616 2.643 2.630 6 Berat jenis jenuh kering muka (gr/cm3) 2.669 2.695 2.682 7 Penyerapan air (pasir jenuh kering muka) % 2.103 1.978 2.040 Kesimpulan : Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh berat jenis pasir kering muka
(SSD) adalah 2.682
Semarang, September 2005
Dikerjakan oleh : Kepala Laboratorium Teknik Sipil
Muh Ibnu Budi Setyawan Untoro Nugroho, ST, MT. NIM : 5101401001 NIP : 132 158 473
Lampiran 11 (lanjutan) 76
HASIL PEMERIKSAAN BUTIRAN YANG LEWAT AYAKAN No. 200
DAN KANDUNGAN ZAT ORGANIS
Peneliti : MUH IBNU BUDI SETYAWAN, Mahasiswa S1
Pasir asal : Muntilan, Daerah Istimewa Jogjakarta
Keperluan : Penelitian
1. Pemeriksaan butiran yang lewat lobang ayakan No. 200
No URAIAN Sampel I Sampel II Rata-rata 1 Berat pasir kering tungku mula-mula (gram) 500.00 500.00 500.00 2 Berat pasir kering tungku setelah dicuci
(gram) 480.90 479.30 480.10
3 Butiran yang lewat ayakan no. 200 (gram) 19.10 20.70 19.90 4 Kadar Lumpur % 3.82 4.14 3.98 Kesimpulan : Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh kadar Lumpur pasir adalah 3.98 2. Pemeriksaan kandungan zat organis (khusus pasir)
Hasil pemeriksaan setelah didiamkan selama 24 jam, larutan NaOH 3 % dan pasir di dalam gelas ukur secara visual menunjukkan warna larutan di atas pasir lebih muda dari warna standar..Menurut SII. 0052-80 hasil pemeriksaan warna tidak boleh lebih tua daripada warna standar. Kesimpulan : agregat memenuhi syarat untuk bahan adukan mortar .
Semarang, September 2005
Dikerjakan oleh : Kepala Laboratorium Teknik Sipil
Muh Ibnu Budi Setyawan Untoro Nugroho, ST, MT. NIM : 5101401001 NIP : 132 158 473
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
Lampiran 11 (lanjutan) 77
HASIL PEMERIKSAAN GRADASI PASIR DAN BERAT SATUAN PASIR
Peneliti : MUH IBNU BUDI SETYAWAN, Mahasiswa S1
Pasir asal : Muntilan, Daerah Istimewa Jogjakarta
Keperluan : Penelitian
1. Pemeriksaan gradasi pasir
Lobang ayakan Berat Tertinggal Berat Komulatif
Berat Komulatif
Lewat Ayakan (mm) (gram) (%) (%) (%) 4,80 102.30 5.12 5.12 94.88 2.40 134.90 6.74 11.86 88.14 1.20 268.80 13.44 25.30 74.70 0.60 603.70 30.19 55.49 44.51 0.30 439.90 21.99 77.48 22.52 0.15 35.20 17.71 95.19 4.81 Sisa 96.20 4.81 - -
Jumlah 2000.00 100.00 270.44 - Kesimpulan : Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh modulus kehalusan adalah
2.704 Gradasi pasir masuk daerah II (pasir agak kasar), diagram gradasi terlampir. 2. Pemeriksaan berat satuan pasir
No URAIAN Sampel Berat bejana (w1), gram 250.70 Berat pasir + bejana (w2), gram 1813.30 Berat Pasir (w3), gram 1562.60 Volume bejana (w4), cm3 1000 Berat satuan (w3 / w4) 1.563
Kesimpulan : Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh berat satuan (shoveled) adalah 1.563
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
Semarang, September 2005
Dikerjakan oleh : Kepala Laboratorium Teknik Sipil
Muh Ibnu Budi Setyawan Untoro Nugroho, ST, MT. NIM : 5101401001 NIP : 132 158 473
Lampiran 11 (lanjutan) 78
HASIL PEMERIKSAAN BERAT JENIS, BOBOT ISI
DAN KADAR AIR KAYU JATI
Peneliti : MUH IBNU BUDI SETYAWAN, Mahasiswa S1
kayu jati asal : Desa Sarip Kec. Wirosari Kab. Grobogan, Purwodadi
Keperluan : Penelitian
No URAIAN Sampel I Sampel II Rata-rata 1 Tebal kayu (mm) 17.00 17.00 - 2 Panjang kayu (mm) 47.00 50.00 - 3 Lebar kayu (mm) 45.00 45.00 - 4 Berat kayu mula-mula (gram) 28.30 33.10 - 5 Berat air raksa yang disisihkan (kayu mula-
mula), gram 556.20 659.50 -
6 Berat kayu kering tungku (gram) 24.70 29.10 - 7 Berat air raksa yang disisihkan kayu kering
tungku), gram 511.7 581.5 -
8 Berat isi (gr/cm3) 0.656 0.681 0.669 9 Berat jenis (gr/cm3) 0.692 0.683 0.688 10 Kadar air % 14.57 13.74 14.16 Kesimpulan : Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh berat jenis kayu jati sebesar
0.688, bobot isi sebesar 0.669 dan kadar air kayu jati sebesar 14.16
Semarang, September 2005
Dikerjakan oleh : Kepala Laboratorium Teknik Sipil
Muh Ibnu Budi Setyawan Untoro Nugroho, ST, MT. NIM : 5101401001 NIP : 132 158 473
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
Lampiran 11 (lanjutan) 79
HASIL PEMERIKSAAN KADAR AIR SERBUK GERGAJI KAYU JATI
SEBELUM DIRENDAM DAN SETELAH DIRENDAM
Peneliti : MUH IBNU BUDI SETYAWAN, Mahasiswa S1
Serbuk gergaji kayu jati asal : Desa Sarip Kec. Wirosari Kab. Grobogan, Purwodadi
Keperluan : Penelitian
1. Serbuk gergaji kayu jati sebelum direndam No. URAIAN Sampel I Sampel II Rata-rata 1 Berat serbuk mula-mula (gram) 40.61 43.84 - 2 Berat serbuk setelah kering tungku
(gram) 36.09 38.73 -
3 Kadar air % 12.52 13.19 12.85 Kesimpulan : Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh kadar air serbuk gergaji kayu jati
sebelum direndam adalah 12.85 2. Serbuk gergaji kayu jati setelah direndam dan dikeringkan kembali No. URAIAN Sampel I Sampel II Rata-rata 1 Berat serbuk mula-mula (gram) 58.96 60.64 - 2 Berat serbuk setelah kering tungku
(gram) 50.39 51.96 -
3 Kadar air % 17.00 16.71 16.85 Kesimpulan : Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh kadar air serbuk gergaji kayu jati
setelah direndam dan dikeringkan kembali adalah 16.85 Semarang, September 2005
Dikerjakan oleh : Kepala Laboratorium Teknik Sipil
Muh Ibnu Budi Setyawan Untoro Nugroho, ST, MT. NIM : 5101401001 NIP : 132 158 473
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
Lampiran 11 (lanjutan) 80
HASIL PEMERIKSAAN GRADASI SERBUK GERGAJI KAYU JATI
DAN BERAT SATUAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI
Peneliti : MUH IBNU BUDI SETYAWAN, Mahasiswa S1
Serbuk gergaji Kayu Jati asal : Desa Sarip Kec. Wirosari Kab. Grobogan, Purwodadi
Keperluan : Penelitian
3. Pemeriksaan gradasi serbuk gergaji Kayu Jati
Lobang ayakan Berat Tertinggal Berat Komulatif Berat Komulatif Lewat Ayakan
(mm) (gram) (%) (%) (%) 4,80 0.00 0.00 0.00 100.00 2.40 0.00 0.00 0.00 100.00 1.20 2.80 1.65 1.65 98.35 0.60 63.60 37.41 39.06 60.94 0.30 68.40 40.23 79.29 20.71 0.15 29.20 17.18 96.47 3.53 Sisa 6.00 3.53 - -
Jumlah 170 100 216.47 - Kesimpulan : Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh modulus kehalusan adalah
2.165 4. Pemeriksaan berat satuan serbuk gergaji Kayu Jati
No URAIAN Sampel 1 Berat bejana (w1), gram 250.70 2 Berat serbuk gergaji + bejana (w2), gram 456.20 3 Berat serbuk gergaji (w3), gram 205.50 4 Volume bejana (w4), cm3 1000 5 Berat satuan (w3 / w4) 0.21
Kesimpulan : Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh berat satuan (shoveled) adalah 0.21
Jenis Analisa : Diagram Gradasi
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
Semarang, September 2005
Dikerjakan oleh : Kepala Laboratorium Teknik Sipil
Muh Ibnu Budi Setyawan Untoro Nugroho, ST, MT. NIM : 5101401001 NIP : 132 158 473
Lampiran 11 (lanjutan) 81
A. Analisa diagram gradasi pasir
Lubang Ayakan
Batas Bawah
Batas Atas
Hasil Pemeriksaan
4,8 90 100 94,88 2,4 75 100 88,14 1,2 55 90 74,7 0,6 35 59 46 0,3 8 30 22,52 0,15 0 10 4,81
Gradasi Pasir Muntilan Daerah II
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
4,82,41,20,60,30,15
Lubang ayakan
bera
t but
iran
yang
lew
at a
yaka
n
Batas Atas Daerah II
Batas Atas Daerah II
Hasil Pemeriksaan
Batas Atas Daerah I
Batas Baw ah daerah I
Batas Atas daerah IV
Batas Baw ah Daerah IV
Batas Atas Daerah III
Batas Baw ah Daerah III
Lampiran 11 (lanjutan) 82
B. Analisa diagram gradasi serbuk gergaji
Lubang Ayakan Batas Bawah
Batas Atas
Hasil Pemeriksaan
4,8 90 100 100 2,4 85 100 100 1,2 75 100 98,35 0,6 60 79 60,94 0,3 12 40 20,71 0,15 0 10 3,53
Gradasi Serbuk Gergaji Kayu Jati Daerah III
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
4,82,41,20,60,30,15Lubang ayakan
Ber
at b
utir
yang
lew
at a
yaka
n Batas Baw ah Daerah III
Batas Atas Daerah III
Hasil Pemeriksaan
Batas Atas Daearah I
Batas Baw ah Daerah I
Batas Atas Daerah II
Batas Baw ah Daearah II
Batas Atas Daeah IV
Batas Baw ah Daearah IV
Lampiran 11 (lanjutan) 83
Jenis Perencanaan : Rencana Adukan dan Perhitungan
Kebutuhan Bahan Tiap Adukan (Mix Design)
Benda Uji
A. Kebutuhan untuk 1m3 adukan mortar dengan perbandingan berat pasir
Perbandingan Berat yang digunakan (semen : pasir) = 1 : 5
Faktor air semen (f.a.s) awal = 0,5
Kebutuhan untuk 1m3 adukan
Bahan Berat (W) Volume (W / BJ) (liter) Kebutuhan 1 m (Kg)* Semen 1 0,3175 369,2001 Pasir 5 1,8643 1846,001 Air 0,50 0,5000 184,6001
Sub total 6,50 2,6817 2399,801 Udara 0,0268 Total 2,7086
Faktor Konversi (K) 369,2001 * Berat bahan dikalikan dengan faktor konversi volume ( K )
a. Kebutuhan bahan untuk benda uji kubus 50 x 50 x 50 mm
Serbuk Gergaji Sebagai Subtitusi Pasir FAS
Persentase Serbuk Gergaji
(%)
Berat Pasir Total ( Kg )
Berat Serbuk Gergaji
Total ( Kg )
Berat Semen Total ( kg )
Berat Air Total ( Kg )
0 1,1538 0 0,2308 0,1154 5 1,0961 0,0577 0,2308 0,1154
0,5 10 1,0384 0,1154 0,2308 0,1154
15 0,9807 0,1731 0,2308 0,1154
20 0,9230 0,2308 0,2308 0,1154
Total 5,1919 0,5769 1,1538 0,5769
Volume kubus 50 mm x 50 mm x 50 mm = 0.000125 m3 x 5 buah = 0,000625 m3
b. Kebutuhan bahan untuk benda uji seperti angka delapan 75 x 50 x 25 mm
Lampiran 11 (lanjutan) 84
Serbuk Gergaji Sebagai Subtitusi Pasir FAS
Persentase
Serbuk Gergaji (%)
Berat Pasir Total ( Kg )
Berat Serbuk Gergaji
Total ( Kg )
Berat Semen Total ( kg )
Berat Air Total ( Kg )
0 0,8653 0 0,1731 0,0865 5 0,8220 0,0433 0,1731 0,0865
0,5 10 0,7788 0,0865 0,1731 0,0865
15 0,7355 0,1298 0,1731 0,0865
20 0,6923 0,1731 0,1731 0,0865
Total 3,8939 0,4327 0,8653 0,4327
Volume seperti angka delapan 75 mm x 50 mm x 25 mm
V = 0.075 x 0.05 mm x 0.025 mm = 0.00009375 m3 x 5 buah = 0,00046875 m3
B. Kebutuhan untuk 1m3 adukan mortar dengan perbandingan berat semen
a. Kebutuhan bahan untuk benda uji kubus 50 x 50 x 50 mm
Serbuk Gergaji Sebagai Subtitusi Semen FAS
Persentase
Serbuk Gergaji (%)
Berat Pasir Total ( Kg )
Berat Serbuk Gergaji
Total ( Kg )
Berat Semen Total ( kg )
Berat Air Total ( Kg )
0 1,1538 0 0,2308 0,1154 5 1,1538 0,0115 0,2192 0,1154
0,5 10 1,1538 0,0231 0,2077 0,1154
15 1,1538 0,0346 0,1961 0,1154
20 1,1538 0,0462 0,1846 0,1154
Total 5,7688 0,1154 1,0384 0,5769
Volume kubus 50 mm x 50 mm x 50 mm = 0.000125 m3 x 5 buah = 0,000625 m3
Lampiran 11 (lanjutan) 85
b. Kebutuhan bahan untuk benda uji seperti angka delapan 75 x 50 x 25 mm
Serbuk Gergaji Sebagai Subtitusi Semen FAS
Persentase
Serbuk Gergaji (%)
Berat Pasir Total ( Kg )
Berat Serbuk Gergaji
Total ( Kg )
Berat Semen Total ( kg )
Berat Air Total ( Kg )
0 0,8653 0 0,1731 0,0865 5 0,8653 0,0087 0,1644 0,0865
0,5 10 0,8653 0,0173 0,1558 0,0865
15 0,8653 0,0260 0,1471 0,0865
20 0,8653 0,0346 0,1385 0,0865
Total 4,3266 0,0865 0,7788 0,4327
Volume seperti angka delapan 75 mm x 50 mm x 25 mm
V = 0.075 x 0.05 mm x 0.025 mm = 0.00009375 m3 x 5 buah = 0,00046875 m3
Lampiran 11 (lanjutan) 86
Jenis Pengujian / Pemeriksaan : Pengujian Nilai Sebar dan F.a.s
Perhitungan Analog Faktor air semen (f.a.s) awal = 1.05
Bahan Berat (W) Volume (W / BJ) (liter) Kebutuhan 1 m (Kg)* Semen 1 0,3175 306,3671 Pasir 5 1,8643 1531,835 Air 1,05 1,0500 321,6854
Sub total 7,05 3,2317 2159,888 Udara 0,0323 Total 3,2641
Faktor Konversi (K) 306,3671
Faktor air semen (f.a.s) awal = 1.10
Bahan Berat (W) Volume (W / BJ) (liter) Kebutuhan 1 m (Kg)* Semen 1 0,3175 301,6993 Pasir 5 1,8643 1508,497 Air 1,10 1,1000 331,8693
Sub total 7,10 3,2817 2142,065 Udara 0,0328 Total 3,3146
Faktor Konversi (K) 301,6993 * Berat bahan dikalikan dengan faktor konversi volume ( K ) Volume kubus 50 mm x 50 mm x 50 mm = 0,000125 m3 x 5 buah = 0,000625 m3 Kebutuhan bahan : Volume benda uji x kebutuhan 1 m3
A. Perbandingan Terhadap Berat Pasir
Nilai sebar (%) Persentase Serbuk Gergaji (%) Sebar 1 Sebar 2 Sebar 3 Sebar 4
Total (%)
Rata-rata (%)
0 26,5 25,5 26,5 25 103,5 25,875 5 26 25,5 25,5 24,5 101,5 25,375 10 24,25 24,5 24 24,5 97,25 24,312515 24,25 25 23,5 24 96,75 24,187520 23 24,5 24,5 23 95 23,75
Persentase Keb. Pasir Keb. Serbuk Gergaji Fas Serbuk Gergaji (%) (Kg) (Kg)
0 0,9574 0 1,05 5 0,9095 0,0479 1,05 10 0,8617 0,0957 1,05 15 0,8014 0,1414 1,10 20 0,7542 0,1886 1,10
Lampiran 11 (lanjutan) 87
B. Perbandingan Terhadap Berat Semen
Persentase Nilai sebar (%) Total Serbuk Gergaji (%) Sebar 1 Sebar 2 Sebar 3 Sebar 4 (%)
Rata-rata (%)
0 26,5 25,5 26,5 25 103,5 25,875 5 25,5 26,25 25,5 25,5 102,75 25,687510 25,25 26 25,25 25,25 101,75 25,437515 24,5 25,5 24,5 24,5 99 24,75 20 22 24,5 25,25 24,25 96 24
Persentase Keb. Semen Keb. Serbuk Gergaji Fas
Serbuk Gergaji (%) (Kg) (Kg) 0 0,1915 0 1,05 5 0,1819 0,0096 1,05 10 0,1723 0,0191 1,05 15 0,1628 0,0287 1,05 20 0,1532 0,0383 1,05
C. Hubungan Antara Berat Serbuk Gergaji Dengan Nilai Sebar
Hub. Berat Serbuk Gergaji dgn Nilai Sebar Berat Serbuk Gergaji (kg/m3) Nilai Sebar (%)
0 103,5 0 103,5
76,5918 101,5 153,184 97,25 226,275 96,75 301,699 95 15,3184 102,75 30,6367 101,75 45,9551 99 61,2734 96
D. Langkah-langkah Perhitungan
1. Suatu meter kubik mortar dengan perbandingan berat 1 Pc : 5 Ps akan
dibutuhkan
Fas = 1,05 bj semen = 3, 15 gr/cm2 bj pasir 2,682 gr/cm2 bj air = 1
gr/cm2
1 m3 Pc akan didapat litersemenbjwV 3175,0
15,31
===
Lampiran 11 (lanjutan) 88
5 m3 Ps akan didapat literpasirbjwV 8643,1
682,25
===
1,05 m3 air akan didapat literairbjwV 05,1
105,1
===
2. Dihitung kebutuhan bahan buat 1 m3 mortar sebagai berikut
Volume sub total = V semen + V pasir + V air
= 0,3175 + 1,8643 + 1,05 = 3,2317 liter
Udara 1 % = 1 % x V sub total = 1% x 3,2317 = 0,0323 liter
3. Jadi untuk 1 m3 mortar dalam volume memerlukan bahan
Volume total = V sub total + udara 1 %
= 3,2317 + 0,0323 = 3,2641 liter
4. Perbandingan volume tersebut dikonversikan menjadi perbandingan berat
Faktor Konversi (K) 3671,3062641,3
10001000===
totalV
5. Jadi untuk 1 m3 adukan mortar dibutuhkan bahan
Berat semen = K x berat semen = 306,3671x 1 = 306,3671 kg
Berat pasir = K x berat pasir = 306,3671x 5 = 1531,835 kg
Berat air = K x berat air = 306,3671x 1,05 = 321,6854 kg
6. Dalam penelitian ini digunakan benda uji dengan ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm
masing-masing variasi campuran dibuat 5 buah benda uji
Volume benda uji = 0,05 x 0,05 x 0,05 = 0,000625 m3
7. Untuk variasi subsitusi serbuk gergaji 0% terhadap berat pasir dan berat semen
kebutuhan bahannya adalah :
Semen : 0,000625 x 306,3671 = 0,1915 kg
Lampiran 11 (lanjutan) 89
Pasir : 0,000625 x 1531,835 = 0,9574 kg
Air : 0,000645 x 321,6854 = 0,2011 kg
Serbuk gergaji : 0% x 0,1915 = 0 kg
8. Untuk variasi subsitusi serbuk gergaji 5% terhadap berat pasir kebutuhan
bahannya adalah :
Semen : 0,000625 x 306,3671 = 0,1915 kg
Pasir : 0,9574 – 0,0479 = 0,9574 kg
Air : 0,000645 x 321,6854 = 0,2011 kg
Serbuk gergaji : 5% x 0,9574 = 0,0479 kg
9. Untuk variasi subsitusi serbuk gergaji 5% terhadap berat semen kebutuhan
bahannya adalah :
Semen : 0,1915 – 0,0096 = 0,1819 kg
Pasir : 0,000625 x 1531,835 = 0,9574 kg
Air : 0,000645 x 321,6854 = 0,2011 kg
Serbuk gergaji : 5% x 0,1915 = 0,0096 kg
Lampiran 11 (lanjutan) 90
Jenis perencanaan : Kebutuhan Bahan Tiap 1 M3 Mortar Untuk Setiap
Adukan Mortar Berdasarkan Faktor Air Semen Yang
Digunakan
A. Kebutuhan untuk 1m3 adukan mortar dengan perbandingan berat pasir
Perbandingan Berat yang digunakan (semen : pasir) = 1 : 5
1. Faktor air semen (f.a.s) awal = 1.05
Kebutuhan untuk 1m3 adukan mortar
Bahan Berat (W) Volume (W / BJ) (liter) Kebutuhan 1 m (Kg)* Semen 1 0,3175 306,3671 Pasir 5 1,8643 1531,835 Air 1,05 1,0500 321,6854
Sub total 7,05 3,2317 2159,888 Udara 0,0323 Total 3,2641
Faktor Konversi (K) 306,3671 Berat bahan dikalikan dengan faktor konversi volume ( K )
2. Faktor air semen (f.a.s) awal = 1.10
Kebutuhan untuk 1m3 adukan mortar
Bahan Berat (W) Volume (W / BJ) (liter) Kebutuhan 1 m (Kg)* Semen 1 0,3175 301,6993 Pasir 5 1,8643 1508,497 Air 1,10 1,1000 331,8693
Sub total 7,10 3,2817 2142,065 Udara 0,0328 Total 3,3146
Faktor Konversi (K) 301,6993 * Berat bahan dikalikan dengan faktor konversi volume ( K )
Lampiran 11 (lanjutan) 91
a. Kebutuhan bahan untuk benda uji kubus 50 x 50 x 50 mm
Serbuk Gergaji Sebagai Subtitusi Pasir FAS Persentase Berat Pasir Berat Serbuk Gergaji Berat Semen Berat Air
Serbuk Gergaji (%) Total ( Kg ) Total ( Kg ) Total ( kg ) Total ( Kg )
0 0,9574 0 0,1915 0,2011 1,05 5 0,9095 0,0479 0,1915 0,2011
10 0,8617 0,0957 0,1915 0,2011
1,10 15 0,8014 0,1414 0,1886 0,2074
20 0,7542 0,1886 0,1886 0,2074
Total 4,2842 0,4736 0,9517 1,0181
Volume kubus 50 mm x 50 mm x 50 mm = 0.000125 m3 x 5 buah = 0.000625 m3
b. Kebutuhan bahan untuk benda uji seperti angka delapan 75 x 50 x 25 mm
Serbuk Gergaji Sebagai Subtitusi Pasir FAS Persentase Berat Pasir Berat Serbuk Gergaji Berat Semen Berat Air
Serbuk Gergaji (%) Total ( Kg ) Total ( Kg ) Total ( kg ) Total ( Kg )
0 0,7180 0 0,1436 0,1508 1,05 5 0,6821 0,0359 0,1436 0,1508
10 0,6462 0,0718 0,1436 0,1508
1,10 15 0,6010 0,1061 0,1414 0,1556
20 0,5657 0,1414 0,1414 0,1556
Total 3,213 0,3552 0,7136 0,7636
Volume seperti angka delapan 75 mm x 50 mm x 25 mm
V = 0.075 x 0.05 mm x 0.025 mm = 0.00009375 m3 x 5 buah = 0.00046875 m3
Lampiran 11 (lanjutan) 92
B. Kebutuhan untuk 1m3 adukan mortar dengan perbandingan berat semen
a. Kebutuhan bahan untuk benda uji kubus 50 x 50 x 50 mm
Serbuk Gergaji Sebagai Subtitusi Semen FAS Persentase Berat Pasir Berat Serbuk Gergaji Berat Semen Berat Air
Serbuk Gergaji (%) Total ( Kg ) Total ( Kg ) Total ( kg ) Total ( Kg )
0 0,9574 0 0,1915 0,2011 5 0,9574 0,0096 0,1819 0,2011
1,05 10 0,9574 0,0191 0,1723 0,2011
15 0,9574 0,0287 0,1628 0,2011
20 0,9574 0,0383 0,1532 0,2011
Total 4,7870 0,0957 0,8617 1,0053
Volume kubus 50 mm x 50 mm x 50 mm = 0.000125 m3 x 5 buah = 0.000625 m3
b. Kebutuhan bahan untuk benda uji seperti angka delapan 75 x 50 x 25
mm
Serbuk Gergaji Sebagai Subtitusi Semen FAS Persentase Berat Pasir Berat Serbuk Gergaji Berat Semen Berat Air
Serbuk Gergaji (%) Total ( Kg ) Total ( Kg ) Total ( kg ) Total ( Kg )
0 0,7180 0 0,1436 0,1508 5 0,7180 0,0072 0,1364 0,1508
1,05 10 0,7180 0,0144 0,1292 0,1508
15 0,7180 0,0215 0,1221 0,1508
20 0,7180 0,0287 0,1149 0,1508
Total 3,5902 0,0718 0,6462 0,7540
Volume seperti angka delapan 75 mm x 50 mm x 25 mm
V = 0.075 x 0.05 mm x 0.025 mm = 0.00009375 m3 x 5 buah = 0.00046875 m3
Lampiran 11 (lanjutan) 93
A. Hubungan Antara Berat Serbuk Gergaji, Berat Semen dengan Kuat Tekan Mortar Semen Hub. Berat Serbuk Gergaji dgn Kuat Tekan Hub. Berat Semen dgn Kuat Tekan
Berat Serbuk Gergaji (kg/m3) Kuat Tekan (kg/cm2) Berat Semen (kg/m3) Kuat Tekan (kg/cm2)
0 120 245,0937 40 0 116 245,0937 40 0 100 245,0937 52 0 108 245,0937 44 0 100 245,0937 40 0 120 260,412 76 0 116 260,412 52 0 100 260,412 68 0 108 260,412 40 0 100 260,412 48
15,318 80 275,7304 100 15,318 84 275,7304 80 15,318 100 275,7304 84 15,318 84 275,7304 80 15,318 92 275,7304 76 30,637 100 291,0487 80 30,637 80 291,0487 84 30,637 84 291,0487 100 30,637 80 291,0487 84 30,637 76 291,0487 92 45,955 76 301,6993 32* 45,955 52 301,6993 32* 45,955 68 301,6993 36* 45,955 40 301,6993 28* 45,955 48 301,6993 24* 61,273 40 301,6993 12* 61,273 40 301,6993 8* 61,273 52 301,6993 20* 61,273 44 301,6993 12* 61,273 40 301,6993 16* 76,592 100 306,3671 120 76,592 88 306,3671 116 76,592 80 306,3671 100 76,592 84 306,3671 108 76,592 92 306,3671 100 153,18 44 306,3671 120 153,18 40 306,3671 116 153,18 40 306,3671 100 153,18 60 306,3671 108 153,18 48 306,3671 100 226,27 32 306,3671 100 226,27 32 306,3671 88 226,27 36 306,3671 80 226,27 28 306,3671 84 226,27 24 306,3671 92 301,7 12 306,3671 44* 301,7 8 306,3671 40* 301,7 20 306,3671 40* 301,7 12 306,3671 60* 301,7 16 306,3671 48*
B. Hubungan Antara Berat Serbuk Gergaji, Pasta Semen dengan Daya Serap Air Mortar Semen Hub. Berat Serbuk Gergaji dgn Daya Serap Air Hub. Pasta Semen dgn Daya Serap Air
Berat Serbuk Gergaji (kg/m3) Daya Serap Air (%) Pasta Semen (kg/m3) Daya Serap Air (%))
Keterangan : * : Data tidak dianalisis
Lampiran 11 (lanjutan) 94
0 10,5 566,7791 16,2 0 13 566,7791 15,4 0 10,6 566,7791 15,3 0 11,2 566,7791 16,1 0 9,9 566,7791 19,5 0 10,5 582,0974 14,8 0 13 582,0974 15,6 0 10,6 582,0974 11,5 0 11,2 582,0974 14,4 0 9,9 582,0974 15,3
15,318 13,3 597,4158 13,6 15,318 12,8 597,4158 13,6 15,318 12 597,4158 12,4 15,318 12,7 597,4158 13,1 15,318 12,8 597,4158 12,3 30,637 13,6 612,7341 13,3* 30,637 13,6 612,7341 12,8* 30,637 12,4 612,7341 12* 30,637 13,1 612,7341 12,7* 30,637 12,3 612,7341 12,8* 45,955 14,8 628,0525 10,5* 45,955 15,6 628,0525 13* 45,955 11,5 628,0525 10,6* 45,955 14,4 628,0525 11,2* 45,955 15,3 628,0525 9,9* 61,273 16,2 628,0525 10,5* 61,273 15,4 628,0525 13* 61,273 15,3 628,0525 10,6* 61,273 16,1 628,0525 11,2* 61,273 19,5 628,0525 9,9* 76,592 17,5 628,0525 17,5* 76,592 16,2 628,0525 16,2* 76,592 15,2 628,0525 15,2* 76,592 15,3 628,0525 15,3* 76,592 15,9 628,0525 15,9* 153,18 26,8 628,0525 26,8 153,18 29,7 628,0525 29,7 153,18 30 628,0525 30 153,18 29,6 628,0525 29,6 153,18 29,9 628,0525 29,9 226,27 34,3 633,5686 34,3 226,27 41,3 633,5686 41,3 226,27 39,2 633,5686 39,2 226,27 38 633,5686 38 226,27 33,9 633,5686 33,9 301,7 46 633,5686 46 301,7 46,3 633,5686 46,3 301,7 46,5 633,5686 46,5 301,7 48,7 633,5686 48,7 301,7 45,1 633,5686 45,1
C. Hubungan Antara Berat Serbuk Gergaji, dengan Kuat Tarik Mortar Semen Hub. Berat Serbuk Gergaji dgn Kuat Tarik
Berat Serbuk Gergaji (kg/m3) Kuat Tarik (kg/cm2) 0 72,5 0 73,1 0 56,8 0 73,9
Keterangan : * : Data tidak dianalisis
Lampiran 11 (lanjutan) 95
0 78,7 0 72,5 0 73,1 0 56,8 0 73,9 0 78,7
15,318 68,2 15,318 64,9 15,318 54,3 15,318 65,7 15,318 61,2 30,637 48,5 30,637 48,7 30,637 47,6 30,637 47 30,637 51,3 45,955 36,2 45,955 39,1 45,955 33,7 45,955 31,3 45,955 36,6 61,273 27,3 61,273 28,9 61,273 18,9 61,273 17,2 61,273 17,5 76,592 45,5 76,592 31,1 76,592 27,2 76,592 32,8 76,592 33,4 153,18 30,3 153,18 24,8 153,18 18,9 153,18 21,9 153,18 21 226,27 15,9 226,27 17,9 226,27 15,9 226,27 12 226,27 12,2 301,7 7,58 301,7 5,1 301,7 3,62 301,7 4,7 301,7 3,66
Lampiran 11 (lanjutan) 96
Perhitungan Regresi Nonlinier (Parabola Kuadratik) Hubungan Antara Berat Semen dengan Kuat Tekan
No X1 Y1 X1
2 X13 X1
4 X1 Y1 X12 Y1 Y1
1 245,0937 40 60070,92178 14723004,48 3608515643 9803,748 2402836,871 1600 2 245,0937 40 60070,92178 14723004,48 3608515643 9803,748 2402836,871 1600 3 245,0937 52 60070,92178 14723004,48 3608515643 12744,872 3123687,933 2704 4 245,0937 44 60070,92178 14723004,48 3608515643 10784,123 2643120,558 1936 5 245,0937 40 60070,92178 14723004,48 3608515643 9803,748 2402836,871 1600 6 260,412 76 67814,40974 17659686,07 4598794169 19791,312 5153895,141 5776 7 260,412 52 67814,40974 17659686,07 4598794169 13541,424 3526349,307 2704 8 260,412 68 67814,40974 17659686,07 4598794169 17708,016 4611379,863 4624 9 260,412 40 67814,40974 17659686,07 4598794169 10416,48 2712576,39 1600
10 260,412 48 67814,40974 17659686,07 4598794169 12499,776 3255091,668 2304 11 275,7304 100 76027,25348 20963025,01 5780143272 27573,04 7602725,348 10000 12 275,7304 80 76027,25348 20963025,01 5780143272 22058,432 6082180,279 6400 13 275,7304 84 76027,25348 20963025,01 5780143272 23161,354 6386289,293 7056 14 275,7304 80 76027,25348 20963025,01 5780143272 22058,432 6082180,279 6400 15 275,7304 76 76027,25348 20963025,01 5780143272 20955,51 5778071,265 5776 16 291,0487 80 84709,34577 24654544,96 7175673261 23283,896 6776747,662 6400 17 291,0487 84 84709,34577 24654544,96 7175673261 24448,091 7115585,045 7056 18 291,0487 100 84709,34577 24654544,96 7175673261 29104,87 8470934,577 10000 19 291,0487 84 84709,34577 24654544,96 7175673261 24448,091 7115585,045 7056 20 291,0487 92 84709,34577 24654544,96 7175673261 26776,48 7793259,811 8464 21 306,3671 120 93860,79996 28755861,09 8809849770 36764,052 11263296 14400 22 306,3671 116 93860,79996 28755861,09 8809849770 35538,584 10887852,8 13456 23 306,3671 100 93860,79996 28755861,09 8809849770 30636,71 9386079,996 10000 24 306,3671 108 93860,79996 28755861,09 8809849770 33087,647 10136966,4 11664 25 306,3671 100 93860,79996 28755861,09 8809849770 30636,71 9386079,996 10000 26 306,3671 120 93860,79996 28755861,09 8809849770 36764,052 11263296 14400 27 306,3671 116 93860,79996 28755861,09 8809849770 35538,584 10887852,8 13456 28 306,3671 100 93860,79996 28755861,09 8809849770 30636,71 9386079,996 10000 29 306,3671 108 93860,79996 28755861,09 8809849770 33087,647 10136966,4 11664 30 306,3671 100 93860,79996 28755861,09 8809849770 30636,71 9386079,996 10000 31 306,3671 100 93860,79996 28755861,09 8809849770 30636,71 9386079,996 10000 32 306,3671 88 93860,79996 28755861,09 8809849770 26960,305 8259750,397 7744 33 306,3671 80 93860,79996 28755861,09 8809849770 24509,368 7508863,997 6400 34 306,3671 84 93860,79996 28755861,09 8809849770 25734,836 7884307,197 7056 35 306,3671 92 93860,79996 28755861,09 8809849770 28185,773 8635193,597 8464
Σ 9956,9305 2892 2851021,653 821339219,0 2,3796337827E+11 840119,84 245232915,6 259760 Keterangan : Y1 : Kuat Tekan X1 : Berat Semen
Lampiran 11 (lanjutan) 97
Perhitungan Analisis Regresi Nonlinier (Parabola Kuadratik) Persamaan umum untuk perkiraan model ini adalah
Y = a + bX + cX2
Dengan menggunakan kuadran terkecil, maka a, b dan c dapat dihitung dari system
persamaan :
Σ Y1 = na + bΣX1 + cΣX1
2
Σ X1 Y1 = aΣY1 + bΣX12 + cΣX1
3
Σ X12 Y1 = aΣX1
2 + bΣX13 + cΣX1
4
2892 = 35 a + 9956,9305 b + 2851021,653 c
840119,84 = 9956,9305 a + 2851021,653 b + 821339219 c
245232916 = 2851021,653 a + 82133921915,6 b + 237963378272,75 c
(1A) 82,629 = a + 284,484 b + 81457,761 c
(2A) 84,375 = a + 286,335 b + 82489,199 c
(3A) 86,016 = a + 288,086 b + 83466,002 c
1A – 2A = (4) -1,747 = -1,857 b -1031,437 c
2A – 3A = (5) -1,640 = -1,751 b - 976,803 c
(4A) 0,943 = b + 557,031 c
(5A) 0,937 = b + 558,004 c
4A – 5A = (6) 0,006 = -0,973 c c = -0,006449 (5A) 0,937 = b + 558,004 (-0,0064)
b = 4,535999 (3A) 86,016 = a + 288,086 (4,536 ) + 83466,002 (-0,0064)
a = 682,41955
Lampiran 11 (lanjutan) 98
Chek Perhitungan : 245232916 = 2851021,653 a + 82133921915,6 b + 237963378272,75 c
245232916 = 2851021,653 (-0,0064) + 82133921915,6 (4,536) + 237963378272,75
(682,42)
245232916 = 245232916 Oke
Regresi parabola kuadratik Y atas X mempunyai persamaan :
Y = -0,0064X2 + 4,536X – 682,42
Menghitung Koefisien Korelasi
2222 )()( YYnXXn
YXXYnrΣ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
22 )2892(259760.35)9305,9956(653,2851021.35
2892.9305,995684,840119.35
−−
−=r
r = 0,893644 r2 = 0,7986
Lampiran 11 (lanjutan) 99
Perhitungan Regresi Linier Hubungan Antara konsentrasi Serbuk Gergaji Dengan Daya Serap Air
No X1 X2 Y1 Y2 X1 Y1 X2 Y2 X12 X2
2 Y12 Y2
2
1 0 0 10,504 10,504 0 0 0 0 110,334 110,334 2 0 0 12,961 12,961 0 0 0 0 167,988 167,9875 3 0 0 10,603 10,603 0 0 0 0 112,424 112,4236 4 0 0 11,229 11,229 0 0 0 0 126,09 126,0904 5 0 0 9,9156 9,9156 0 0 0 0 98,3191 98,31912 6 5 5 17,45 13,261 87,25 66,305 25 25 304,503 175,8541 7 5 5 16,197 12,775 80,99 63,875 25 25 262,343 163,2006 8 5 5 15,239 12,009 76,2 60,045 25 25 232,227 144,2161 9 5 5 15,278 12,691 76,39 63,455 25 25 233,417 161,0615
10 5 5 15,935 12,775 79,68 63,875 25 25 253,924 163,2006 11 10 10 26,761 13,626 267,6 136,26 100 100 716,151 185,6679 12 10 10 29,697 13,647 297 136,47 100 100 881,912 186,2406 13 10 10 30 12,445 300 124,45 100 100 900 154,878 14 10 10 29,598 13,072 296 130,72 100 100 876,042 170,8772 15 10 10 29,942 12,311 299,4 123,11 100 100 896,523 151,5607 16 15 15 34,343 14,806 515,1 222,09 225 225 1179,44 219,2176 17 15 15 41,281 15,603 619,2 234,05 225 225 1704,12 243,4536 18 15 15 39,223 11,512 588,3 172,68 225 225 1538,44 132,5261 19 15 15 30,979 14,385 464,7 215,78 225 225 959,698 206,9282 20 15 15 33,882 15,278 508,2 229,17 225 225 1147,99 233,4173 21 20 20 39,924 16,159 798,5 323,18 400 400 1593,93 261,1133 22 20 20 46,304 15,385 926,1 307,7 400 400 2144,06 236,6982 23 20 20 46,457 15,258 929,1 305,16 400 400 2158,25 232,8066 24 20 20 48,735 16,106 974,7 322,12 400 400 2375,1 259,4032 25 20 20 45,076 19,529 901,5 390,58 400 400 2031,85 381,3818
Σ 250 250 687,51 337,85 9086 3691,1 3750 3750 23005,1 4678,858
Keterangan : Y1 & Y2 = Daya Serap Air X1 = Berat Serbuk Gergaji X2 = Pasta Semen
Lampiran 11 (lanjutan) 100
1. Konsentrasi Serbuk Gergaji sebagai Subsitusi Semen Persamaan umum untuk perkiraan model ini adalah
Y = a + bX
Koefisien-koefisien regresi a dan b untuk regresi linier, dihitung dengan rumus :
22
22
222222
)())(())((
XXnYXXXYa
Σ−ΣΣΣ−ΣΣ
=
2)250(3750.25)1,3691)(250()3750)(85,337(
−−
=a a = 11,013
22
22
2222
)())((
XXnYXYXn
bΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
2)250(3750.25)85,337)(250(1,3691.25
−−
=b b = 0,2501
Regresi linier mempunyai persamaan :
Y = 11,013+ 0,2501X
Uji keberartian regresi
Jk (T) = ΣY2 = 4678,858
JK (a) = 4565,58625
4678,858)( 2
==∑
nY
JK (bIa) = ( )( ) ( )( )
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧ −=
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧ ∑∑
−∑25
85,3772501,36912501,0n
YXXYb
= 78,179
JKres = JK (T) – JK(a) – JK(bIa)
= 4678,858 – 4565,586 – 78,179 = 35,093
S2reg = JK (bIa) = 78,179
S2res = 526,1
225093,35
2)(
=−
=−nresJK
F = 239,51526,1179,78
2
2
==res
reg
SS
Lampiran 11 (lanjutan) 101
Tabel ringkasan ANAVA untuk uji keberartian
Sumber Variasi Dk JK KT F
Regresi (a)
Regresi (bIa)
Residu
1
1
23
4565,586
78,179
35,093
4565,586
78,179
1,526
51,239
Tuna cocok
Kekeliruan
3
20
4,304
30,7888
1,4346
1,539
0,932
Karena Fhitung<Ft.s5% = 3,10 jadi hipotesis model regresi linier diterima dan signifikan
Menghitung Koefisien Korelasi
2222 )()( YYnXXn
YXXYnrΣ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
22 )85,337(858,4678.25)250(3750.25
85,337.2501,3691.25
−−
−=r = 0,831
Uji Keberartian koefisien korelasi
Ho : ρ = 0
Ha : ρ ≠ 0
046,8)831,01(
)225(831,0
)1(
)2(22
=−
−=
−
−=
xy
xy
r
nrt
Pada taraf kesalahan 5%, dengan dk = 23 diketahui t.s 5% = 2,069. karena t > t.s 5%,
maka Ho ditolak yang berarti koefisien korelasi tersebut signifikan.
Koefisien determinasi
( )( )( ){ }( )
( ) ( ){ }( )222
2
85,337)858,467825(85,3372501,3691252501,0
−−
=∑−∑
∑∑−∑=
xxx
YYnYXXYnbr
= 0,6902
Besarnya koefisien determinasi = r2 x 100%
= 0,6902 x 100%
= 69,02 %
Lampiran 11 (lanjutan) 102
2. Konsentrasi Serbuk Gergaji sebagai Subsitusi Pasir Persamaan umum untuk perkiraan model ini adalah
Y = a + bX
Koefisien-koefisien regresi a dan b untuk regresi linier, dihitung dengan rumus :
21
21
1112
11
)())(())((
XXnYXXXYa
Σ−ΣΣΣ−ΣΣ
=
2)250(3750.25)9086)(250()3750)(51,687(
−−
=a a = 9,8128
21
21
1111
)())((
XXnYXYXn
bΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
2)250(3750.25)51,687)(250(9086.25
−−
=b b = 1,7687
Regresi linier mempunyai persamaan :
Y = 9,8128+ 1,7687X
Uji keberartian regresi
Tabel ringkasan ANAVA untuk uji keberartian
Sumber Variasi Dk JK KT F
Regresi (a)
Regresi (bIa)
Residu
1
1
23
18907
3910,4
187,69
18907
3910,4
8,1604
479,19
Tuna cocok
Kekeliruan
3
20
57,633
130,06
19,211
6,50281
2,9542
Karena Fhitung<Ft.s5% = 3,10 jadi hipotesis model regresi linier diterima dan signifikan
Menghitung Koefisien Korelasi
2222 )()( YYnXXn
YXXYnrΣ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
22 )51,687(1,23005.25)250(3750.25
51,687.2509086.25
−−
−=r = 0,977
Uji Keberartian koefisien korelasi
Ho : ρ = 0
Ha : ρ ≠ 0
Lampiran 11 (lanjutan) 103
064,30)977,01(
)225(977,0
)1(
)2(22
=−
−=
−
−=
xy
xy
r
nrt
Pada taraf kesalahan 5%, dengan dk = 23 diketahui t.s 5% = 2,069. karena t > t.s 5%,
maka Hoditolak yang berarti koefisien korelasi tersebut signifikan.
Koefisien determinasi
( )( )( ){ }( )
( ) ( ){ }( )222
2
51,687)1,2300525(51,6872509086257687,1
−−
=∑−∑
∑∑−∑=
xxx
YYnYXXYnbr
= 0,9542
Besarnya koefisien determinasi = r2 x 100%
= 0,9542 x 100%
= 95,42 %
Garis regresi digambarkan pada diagram pencar
R2 = 0,9542
R2 = 0,6902
y = 1,7687x + 9,8128
y = 0,2501x + 11,013
0,000
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
0 5 10 15 20
Konsentrasi Serbuk Gergaji sebagai subsitusi pasir dan subsitusi semen (%)
Day
a se
rap
air
(%)
A =Subsitusi PasirB= Subsitusi SemenC = Ismeddiyanto (1998)
A
B
Lampiran 11 (lanjutan) 104
Tabulasi Data Perhitungan Analisis Regresi Linier No X1 X2 Y1 Y2 X1 Y1 X2 Y2 X1
2 X22 Y1
2 Y22
1 0 566,7791 10,5 16,2 0 9181,821 0 321238,548 110,25 262,44 2 0 566,7791 13 15,4 0 8728,398 0 321238,548 169 237,16 3 0 566,7791 10,6 15,3 0 8671,72 0 321238,548 112,36 234,09 4 0 566,7791 11,2 16,1 0 9125,144 0 321238,548 125,44 259,21 5 0 566,7791 9,9 19,5 0 11052,19 0 321238,548 98,01 380,25 6 0 582,0974 10,5 14,8 0 8615,042 0 338837,383 110,25 219,04 7 0 582,0974 13 15,6 0 9080,719 0 338837,383 169 243,36 8 0 582,0974 10,6 11,5 0 6694,12 0 338837,383 112,36 132,25 9 0 582,0974 11,2 14,4 0 8382,203 0 338837,383 125,44 207,36
10 0 582,0974 9,9 15,3 0 8906,09 0 338837,383 98,01 234,09 11 15,318 597,4158 13,3 13,6 203,7294 8124,855 234,641124 356905,638 176,89 184,96 12 15,318 597,4158 12,8 13,6 196,0704 8124,855 234,641124 356905,638 163,84 184,96 13 15,318 597,4158 12 12,4 183,816 7407,956 234,641124 356905,638 144 153,76 14 15,318 597,4158 12,7 13,1 194,5386 7826,147 234,641124 356905,638 161,29 171,61 15 15,318 597,4158 12,8 12,3 196,0704 7348,214 234,641124 356905,638 163,84 151,29 16 30,637 628,0525 13,6 26,8 416,6632 16831,81 938,625769 394449,943 184,96 718,24 17 30,637 628,0525 13,6 29,7 416,6632 18653,16 938,625769 394449,943 184,96 882,09 18 30,637 628,0525 12,4 30 379,8988 18841,58 938,625769 394449,943 153,76 900 19 30,637 628,0525 13,1 29,6 401,3447 18590,35 938,625769 394449,943 171,61 876,16 20 30,637 628,0525 12,3 29,9 376,8351 18778,77 938,625769 394449,943 151,29 894,01 21 45,955 633,5686 14,8 34,3 680,134 21731,4 2111,86203 401409,171 219,04 1176,4922 45,955 633,5686 15,6 41,3 716,898 26166,38 2111,86203 401409,171 243,36 1705,6923 45,955 633,5686 11,5 39,2 528,4825 24835,89 2111,86203 401409,171 132,25 1536,6424 45,955 633,5686 14,4 38 661,752 24075,61 2111,86203 401409,171 207,36 1444 25 45,955 633,5686 15,3 33,9 703,1115 21477,98 2111,86203 401409,171 234,09 1149,2126 61,273 633,5686 16,2 46 992,6226 29144,16 3754,38053 401409,171 262,44 2116 27 61,273 633,5686 15,4 46,3 943,6042 29334,23 3754,38053 401409,171 237,16 2143,6928 61,273 633,5686 15,3 46,5 937,4769 29460,94 3754,38053 401409,171 234,09 2162,2529 61,273 633,5686 16,1 48,7 986,4953 30854,79 3754,38053 401409,171 259,21 2371,6930 61,273 633,5686 19,5 45,1 1194,8235 28573,94 3754,38053 401409,171 380,25 2034,0131 76,592 17,5 1340,36 5866,33446 306,25 32 76,592 16,2 1240,7904 5866,33446 262,44 33 76,592 15,2 1164,1984 5866,33446 231,04 34 76,592 15,3 1171,8576 5866,33446 234,09 35 76,592 15,9 1217,8128 5866,33446 252,81 36 153,18 26,8 4105,224 23464,1124 718,24 37 153,18 29,7 4549,446 23464,1124 882,09 38 153,18 30 4595,4 23464,1124 900 39 153,18 29,6 4534,128 23464,1124 876,16 40 153,18 29,9 4580,082 23464,1124 894,01 41 226,27 34,3 7761,061 51198,1129 1176,49 42 226,27 41,3 9344,951 51198,1129 1705,69 43 226,27 39,2 8869,784 51198,1129 1536,64 44 226,27 38 8598,26 51198,1129 1444 45 226,27 33,9 7670,553 51198,1129 1149,21 46 301,7 46 13878,2 91022,89 2116 47 301,7 46,3 13968,71 91022,89 2143,69 48 301,7 46,5 14029,05 91022,89 2162,25 49 301,7 48,7 14692,79 91022,89 2371,69 50 301,7 45,1 13606,67 91022,89 2034,01
Σ 4554,63 18207,41 1038,5 784,4 152230,36 484620,5 892954,796 11071249,3 28692,61 25366
Perhitungan Regresi Linier Hubungan Antara Berat Serbuk Gergaji Dengan Daya Serap Air
Keterangan : Y1 & Y2 = Daya Serap Air X1 = Berat Serbuk Gergaji X2 = Pasta Semen
Lampiran 11 (lanjutan) 105
Persamaan umum untuk perkiraan model ini adalah
Y = a + bX
Koefisien-koefisien regresi a dan b untuk regresi linier, dihitung dengan rumus :
21
21
1112
11
)())(())((
XXnYXXXYa
Σ−ΣΣΣ−ΣΣ
=
2)63,4554(796,892954.50)36,152230)(63,4554()796,892954)(5,1038(
−−
=a
a = 9,78873
21
21
1111
)())((
XXnYXYXn
bΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
2)63,4554(796,892954.50)5,1038)(63,4554(36,152230.50
−−
=b
b = 0,12055
Regresi linier mempunyai persamaan :
Y = 9,78873 + 0,12055X
Menghitung Koefisien Korelasi
2222 )()( YYnXXn
YXXYnrΣ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
22 )5,1038(61,28692.50)63,4554(796,892954.50
5,1038.63,455436,152230.50
−−
−=r
r = 0,9876 r2 = 0,97536
Lampiran 11 (lanjutan) 106
Perhitungan Regresi Linier Hubungan Antar Pasta Semen Dengan Daya Serap Air
Persamaan umum untuk perkiraan model ini adalah
Y = a + bX
Koefisien-koefisien regresi a dan b untuk regresi linier, dihitung dengan rumus :
22
22
222222
)())(())((
XXnYXXXYa
Σ−ΣΣΣ−ΣΣ
=
2)41,18207(3,11071249.50)5,484620)(41,18207()3,11071249)(4,784(
−−
=a
a = 222,0736
22
22
2222
)())((
XXnYXYXn
bΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
2)41,18207(3,11071249.30)4,784)(41,18207(5,484620.30
−−
=b
b = 0,4089877
Regresi linier mempunyai persamaan :
Y = 222,0736 + 0,4089877X
Menghitung Koefisien Korelasi
2222 )()( YYnXXn
YXXYnrΣ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
22 )4,784(25366.30)41,18207(3,1101249.30
4,784.41,182075,484620.30
−−
−=r
r = 0,84891 r2 = 0,72065
Lampiran 11 (lanjutan) 107
Kepala Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNNES mengijinkan
: NAMA : MUH IBNU BUDI SETYAWAN
NIM : 5101401001
Jurusan / Fak. : Teknik Sipil
Instansi : UNNES Untuk menggunakan Laboratorium / Work Shop / Studio Jurusan Teknik Sipil FT
UNNES dengan perincian sebagai berikut : Laboratorium / Work Shop / Studio yang dibutuhkan :
Lab. Mekanika Tanah / Lab. Bahan / Lab. Struktur / Lab. Hidro / Lab. Ukur
Tanah / Wark Shop Kayu / Wark Shop Batu / Studio Gambar (*)
Dipergunakan untuk : Penelitian
Mata Kuliah : Skripsi
Judul Penelitian :
Proyek : -
Lama waktu : 1 Semester
Terhitung dari tanggal : 22 September 2005 s/d 22 Maret 2006
Dengan ketentuan bersedia mentaati aturan dan semua prosedur teknis dan
Administrasi Laboratorium Jurusan Teknik Sipil FT UNNES.
Demikian surat ijin ini untuk dipakai sebagaimana mestinya.
IJIN PENGGUNAAN
LABORATORIUM/WORK SHOP/STUDIO
JURUSAN TEKNIK SIPIL FT UNNES
Studi Pemanfaatan Serbuk Gergaji Kayu Jati (Tectona
grandis L.f) sebagai Bahan Campuran Mortar Semen
:
Kepala Laboratorium Teknik Sipil
Untoro Nugroho, ST, MT. NIP : 132 158 473
Lampiran 11 (lanjutan) 108
NAMA : MUH IBNU BUDI SETYAWAN
NIM : 5101401001
Jurusan / Fak. : Teknik Sipil
Instansi : UNNES Mohon ijin penggunaan Laboratorium / Work Shop / Studio Jurusan Teknik Sipil
FT UNNES dengan perincian sebagai berikut : Laboratorium / Work Shop / Studio yang dibutuhkan :
Lab. Mekanika Tanah / Lab. Bahan / Lab. Struktur / Lab. Hidro / Lab. Ukur
Tanah / Wark Shop Kayu / Wark Shop Batu / Studio Gambar (*)
Dipergunakan untuk : Penelitian / Pratikum / Lain-lain (*)
Mata Kuliah : Skripsi
Judul Penelitian :
Proyek : -
Lama waktu : 1 Hari / Bulan / Semester
Terhitung dari tanggal : 22 September 2005 s/d 22 Maret 2006
Bersama ini dilampirkan juga foto copy proposal penelitian / Kartu Rencana Studi
(*) dan kesedian mentaati aturan dan semua prosedur Administrasi Laboratorium
Jurusan Teknik Sipil FT UNNES.
PERMOHONAN PENGGUNAAN
LABORATORIUM/WORK SHOP/STUDIO
JURUSAN TEKNIK SIPIL FT UNNES
Studi Pemanfaatan Serbuk Gergaji Kayu Jati (Tectona
grandis L.f) sebagai Bahan Campuran Mortar Semen
:
Muh. Ibnu Budi Setyawan NIM : 5101401001
Keterangan : (*) : coret yang tidak perlu
107
Lampiran 12 Jenis Pengujian / Pemeriksaan : Pengujian Kuat Tekan Mortar A. Perbandingan Terhadap Berat Pasir
Persen Umur Panjang (cm) Lebar (cm) Beban Maksimal (kg) Kuat Tekan (kg/cm2) Serbuk Gergaji (hari) 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
0 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3000 2900 2500 2700 2500 120 116 100 108 1005 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2500 2200 2000 2100 2300 100 88 80 84 92
10 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1100 1000 1000 1500 1200 44 40 40 60 48 15 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 800 800 900 700 600 32 32 36 28 24 20 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 300 200 500 300 400 12 8 20 12 16
B. Perbandingan Terhadap Berat Semen
Persen Umur Panjang (cm) Lebar (cm) Beban Maksimal (kg) Kuat Tekan (kg/cm2) Serbuk Gergaji (hari) 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
0 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3000 2900 2500 2700 2500 120 116 100 108 1005 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2000 2100 2500 2100 2300 80 84 100 84 92
10 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2500 2000 2100 2000 1900 100 80 84 80 76 15 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1900 1300 1700 1000 1200 76 52 68 40 48 20 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1000 1000 1300 1100 1000 40 40 52 44 40
Keterangan : 1,2,3,4,5 = no benda uji mortar
108
Lampiran 13 Jenis Pengujian / Pemeriksaan : Pengujian Daya Serap Air A. Perbandingan Terhadap Berat Pasir
Persen Berat Kering Oven (gram) Berat Terendam Air (gram) Daya Serap Air (%) Daya Serap Air Serbuk Gergaji 1 2 3 4 5 1 2 3,0 4 5 1 2 3 4 5 Rata-rata (%)
0 238 233 240,5 236 237 263 263,2 266 262,5 260,5 10,5 13,0 10,6 11,2 9,9 11,043 5 212 213 211,3 216 216,5 249 247,5 243,5 249 251 17,5 16,2 15,2 15,3 15,9 16,020
10 177,5 165 170 174 172 225 214 221 225,5 223,5 26,8 29,7 30 29,6 29,9 29,199 15 148,5 140,5 141,5 143 152 199,5 198,5 197 197,3 203,5 34,3 41,3 39,2 31,0 33,9 35,942 20 131 128,5 127 122,5 132 191,3 188 186 182,2 191,5 40,0 46,3 46,5 48,7 45,1 45,299
B. Perbandingan Terhadap Berat Semen
Persen Berat Kering Oven (gram) Berat Terendam Air (gram) Daya Serap Air (%) Daya Serap Air Serbuk Gergaji 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Rata-rata (%)
0 238 233 240,5 236 237 263 263,2 266 263 260,5 10,5 13 10,6 11,2 9,92 11,043 5 230 227 229 228,5 227 260,5 256 256,5 258 256 13,3 12,8 12 12,7 12,8 12,702
10 227,5 223,5 229 229,5 231,5 258,5 254 257,5 260 260 13,6 13,6 12,4 13,1 12,3 13,020 15 219,5 211,5 221,5 215,5 216 252 244,5 247 247 249 14,8 15,6 11,5 14,4 15,3 14,317 20 213,5 214,5 213 208 212,5 248 247,5 245,5 242 254 16,2 15,4 15,3 16,1 19,5 16,487
Keterangan : 1,2,3,4,5 = no benda uji mortar
109
Lampiran 14 Jenis Pengujian / Pemeriksaan : Pengujian Kuat Tarik Mortar A. Perbandingan Terhadap Berat Pasir
Persen Umur Panjang (cm) Tinggi (cm) Beban Maksimal (kg) Kuat Tarik (kg/cm2) Serbuk Gergaji (hari) 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
0 28 3 2,8 2,4 2,9 2,6 2,3 2,2 2,2 2,1 2,2 500 450 300 450 450 72,5 73,1 56,8 73,9 78,7 5 28 3 2,8 2,4 2,9 2,6 2,2 2,3 2,3 2,1 2,3 300 200 150 200 200 45,5 31,1 27,2 32,8 33,4 10 28 3 2,8 2,4 2,9 2,6 2,2 2,3 2,2 2,2 2,2 200 160 100 140 120 30,3 24,8 18,9 21,9 21 15 28 3 2,8 2,4 2,9 2,6 2,3 2,2 2,1 2,3 2,2 110 110 80 80 70 15,9 17,9 15,9 12 12,2 20 28 3 2,8 2,4 2,9 2,6 2,2 2,1 2,3 2,2 2,1 50 30 20 30 20 7,58 5,1 3,62 4,7 3,66
B. Perbandingan Terhadap Berat Semen
Persen Umur Panjang (cm) Tinggi (cm) Beban Maksimal (kg) Kuat Tarik (kg/cm2) Serbuk Gergaji (hari) 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
0 28 3 2,8 2,4 2,9 2,6 2,3 2,2 2,2 2,1 2,2 500 450 300 450 450 72,5 73,1 56,8 73,9 78,7 5 28 3 2,8 2,4 2,9 2,6 2,2 2,2 2,3 2,1 2,2 450 400 300 400 350 68,2 64,9 54,3 65,7 61,2 10 28 3 2,8 2,4 2,9 2,6 2,2 2,2 2,1 2,2 2,1 320 300 240 300 280 48,5 48,7 47,6 47 51,3 15 28 3 2,8 2,4 2,9 2,6 2,3 2,1 2,1 2,2 2,1 250 230 170 200 200 36,2 39,1 33,7 31,3 36,6 20 28 3 2,8 2,4 2,9 2,6 2,2 2,1 2,2 2,2 2,2 180 170 100 110 100 27,3 28,9 18,9 17,2 17,5
Keterangan : 1,2,3,4,5 = no benda uji mortar
Persen Umur Panjang (cm) Lebar (cm) Beban Maksimal (kg) Kuat Tekan (kg/cm2) Serbuk Gergaji (hari) 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
0 28 3 2,8 2,4 2,9 2,6 2,3 2,2 2,2 2,1 2,2 500 450 300 450 450 72,5 73,1 56,8 73,9 78,7 5 28 3 2,8 2,4 2,9 2,6 2,2 2,3 2,3 2,1 2,3 300 200 150 200 200 45,5 31,1 27,2 32,8 33,4 10 28 3 2,8 2,4 2,9 2,6 2,2 2,3 2,2 2,2 2,2 200 160 100 140 120 30,3 24,8 18,9 21,9 21 15 28 3 2,8 2,4 2,9 2,6 2,3 2,2 2,1 2,3 2,2 110 110 80 80 70 15,9 17,9 15,9 12 12,2
110
20 28 3 2,8 2,4 2,9 2,6 2,2 2,1 2,3 2,2 2,1 50 30 20 30 20 7,58 5,1 3,62 4,7 3,66