penanaman nilai-nilai spiritualitas st ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya...

178
PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST. MAGDALENA SEBAGAI SALAH SATU PROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PANGGILAN PARA NOVIS KONGREGASI SUSTER FDCC SKRIPSI Diajukan Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh Yohana Yonesta Letek Tokan NIM: 041124003 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

Upload: others

Post on 15-Nov-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS

ST. MAGDALENA SEBAGAI SALAH SATU PROSES

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PANGGILAN

PARA NOVIS KONGREGASI SUSTER FDCC

SKRIPSI

Diajukan Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan

Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh

Yohana Yonesta Letek Tokan

NIM: 041124003

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

Page 2: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

ii

Page 3: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

iii

Page 4: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada

Kongregasi Putri-Putri Cinta Kasih Canossian

Khususnya bagi Provinsi Divine Mercy Indonesia

Dan juga bagi Para Suster dan Adik-adik Postulan

Komunitas Yogyakarta, yang telah mendukungku

melalui Doa dan Cinta mereka yang Tulus.

Page 5: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

v

MOTTO

“Serahkanlah Segala Kekuatiranmu Kepada-Nya,

Sebab Ia Yang Memelihara Kamu”

(1 Petrus 5:7)

”Allah Menuntun Hati Manusia Sesuai Dengan Kebijaksanaan-Nya,

Supaya Apa Yang Dikehendaki-Nya Biar Terjadi”

(St. Magdalena dari Canossa)

Page 6: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Maret 2009

Penulis

Yohana Yonesta Letek Tokan

Page 7: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta:

Nama : Yohana Yonesta Letek Tokan

NIM : 041124003

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST. MAGDALENA SEBAGAI SALAH SATU PROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PANGGILAN PARA NOVIS KONGREGASI SUSTER FDCC.

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya

memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengelihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 19 Maret 2009

Yang menyatakan

Yohana Yonesta Letek Tokan

Page 8: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUAL ST.

MAGDALENA SEBAGAI SALAH SATU PROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PANGGILAN PARA NOVIS KONGREGASI SUSTER FDCC”. Judul skripsi ini dipilih berdasarkan pada fakta akan pentingnya penanaman nilai-nilai spiritualitas di dalam diri dan hidup para anggota Kongregasi FdCC, yang mulai ditanamkan sejak masa pembinaan pada Tahap Novisiat. Spiritualitas merupakan hal yang paling mendasar di dalam hidup suatu Kongregasi. Berkembang dan hidupnya nilai-nilai spiritualitas ini amatlah tergantung pada bagaimana setiap anggota kongregasi menghayatinya di dalam hidup mereka. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan zaman dengan segala macam tantangannya terkadang dapat mengaburkan penghayatan nilai-nilai spiritualitas ini di dalam kehidupan para anggota. Oleh karenanya berbagai cara dan jalan diusahakan untuk mempertahankan dan menjaga agar nilai-nilai spiritualitas yang masih sangat relevan ini tetap hidup dan berkembang. Salah satu diantaranya adalah dengan proses penanaman nilai-nilai spiritualitas ini di dalam hidup para novis. Proses ini pada intinya merupakan suatu proses perkembangan dan pertumbuhan hidup dan panggilan para novis sendiri. Metode ataupun cara yang digunakan di dalam proses ini tentunya amat menentukan proses penghayatannya lebih lanjut. Penanaman nilai dengan bantuan pengolahan katekese model SCP dinilai sangat membantu proses ini, lantaran di dalamnya para novis diajak untuk berefleksi, berdialog, saling mendengarkan, membaca serta memperdalam sumber hidup rohani. Dengan kata lain, dengan motode ini para novis amat dibantu untuk semakin bertumbuh dan berkembang sebagai manusia yang utuh di dalam kehidupannya sebagai anggota Kongregasi Suster-suster FdCC.

Page 9: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

ix

ABSTRACT

Title of this minithesis is “THE NURTURING OF SAINT

MAGDALENA’S SPIRITUAL VALUES AS ONE OF THE FLOURISHING AND DEVELOPMENT PROCESSES IN THE VOCATION OF THE NOVICES OF CANOSSIAN SISTERS (FDCC)”. This title has been chosen because of the reality and urgency to integrate this spirituality in the life of members of the Congregation, which starts in the Novitiate.

Spirituality is a basic element and ground in the life of the Congregation. How this is growing up in time depends on how every person is trying and struggling to live it out or makes it as their spirit in day to day life. We can not deny that this new age offers us many challenges. These challenges can influence the members of a Congregation in the process of internalization of these spiritual values, which is a tradition within the Congregation. Because of this, many ways and methods are tried to apply to take care and maintain it in the growing of time. One of this is the nurturance of these spiritual values in the life of novices In fact, this is a process of allowing growth and development in the life and vocation of novices. The method or way which is used or applied in this process is very crucial in the beginning of internalization process and its ongoing formation. The nurture process which is applied by method of SCP is very helpful. With this method, the novices are invited to reflect, to communicate, to listen, to read and to study more and deepen the references of this spirituality.With this SCP method the novices are helped to grow and flourish as truly human in their life and vocation as members of the Congregation of Canossian Sisters (FdCC).

Page 10: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa karena Rahmat kasih-Nya yang besar

yang setia menemani penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST.

MAGDALENA SEBAGAI SALAH SATU PROSES PERTUMBUHAN

DAN PERKEMBANGAN PANGGILAN PARA NOVIS KONGREGASI

SUSTER FDCC.

Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangan bagi

pembinaan dalam Kongregasi Suster FdCC, khususnya dalam tahap pembinaan

bagi para calon sebagai penerus Kongregasi Suster FdCC. Penulis berharap

agar sumbangan pemikiran akan pentingnya penanaman nilai-nilai Spiritualitas

dalam tahap pembinaan ini, dapat membantu para calon khususnya dalam tahap

novisiat, untuk semakin mengerti, memahami, mendalami, menghayati dan

melaksanakan nilai-nilai spiritualitas tersebut dengan baik sesuai dengan tujuan

Kongregasi Suster FdCC, demi proses pertumbuhan dan perkembangan hidup

panggilan para novis. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik

secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan

setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada:

Page 11: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

xi

1. P. Dr. J. Darminta, SJ., selaku dosen pembimbing utama yang telah

memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan

penuh kesabaran, memberi masukan-masukan dan kritikan-kritikan sehingga

penulis dapat lebih termotifasi dalam menuangkan gagasan-gagasan dari

awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dra. J. Sri Murtini, M.Si., selaku dosen penguji yang selalu

mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y, M. Hum., selaku dosen wali yang terus

menerus mendampingi penulis sampai selesainya penulisan skripsi ini.

4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan

membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

5. Segenap Staf Sekretariat dan perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh

karyawan bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

6. Pimpinan Provinsial beserta Dewan Kongregasi Suster FdCC, yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk studi di IPPAK, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta, dan juga atas doa dan cintanya yang tulus.

7. Pimpinan Komunitas beserta para teman-teman Suster dan adik-adik

Postulan komunitas Yogyakarta, yang telah mendukung penulis melalui

doa, cinta dan perhatian mereka semua sehingga penulisan skripsi ini dapat

berjalan dengan lancar.

Page 12: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

xii

8. Sahabat-sahabat Mahasiswa khususnya angkatan 2004 yang turut berperan

dalam membantu dan memberikan semangat, dukungan, doa dan cinta,

sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

9. Segenap anggota keluargaku atas dukungan, doa dan cinta, sehingga

penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

10. Saudaraku para Frater Kongregasi SS.CC yang telah mendukung dan

membantuku dengan setulus hati, sehingga penulisan skripsi ini dapat

berjalan dengan lancar.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini

dengan tulus telah memberikan bantuan, dukungan, doa dan cinta, sehingga

penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga

penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 6 April 2009

Penulis

Yohana Yonesta Letek Tokan

Page 13: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………..…. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………...…. iv

MOTTO ………………………………………………...……………...... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………….... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………...… vii

ABSTRAK ………………………………………………………………. viii

ABSTRACT …………………………………………………………...... ix

KATA PENGANTAR …………………………………………………... x

DAFTAR ISI …………………………………………………..……....... xiii

DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………...… xviii

BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………… 1

A. Latar Belakang Penulisan Skripsi…………………………..... 1

B. Rumusan Permasalahan ……………………………………… 7

C. Tujuan Penulisan .…………………………………………… 7

D. Manfaat Penulisan ....……………………………………....... 8

E. Metode Penulisan …………………………...…………......... 9

F. Sistematika Penulisan ……………………………………...... 9

BAB II. GAMBARAN FORMASI PEMBINAAN KONGREGASI

PUTRI-PUTRI CINTA KASIH CANOSSIAN (FdCC)

DALAM MENGHADAPI TANTANGAN DI ZAMAN

SEKARANG .......................................................................... 11

A. Pembinaan Menuju Suatu Hidup Cinta Kasih ........................ 11 1. Cara Hidup pembinaan bagi kongregasi Suster FdCC 12

a. Hidup rohani …………………………….……………... 12

b. Hidup berkaul ....………………………………….......... 17

c. Hidup berkomunitas ………………………………......... 24

d. Hidup karya ..................................................................... 26

Page 14: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

xiv

2. Memperdalam Nilai-nilai Spiritualitas dan Karisma

Kongregasi Suster FdCC ......................…………...………..

30

3. Visi dan Misi Formasi Kongregasi Suster FdCC .................. 37

4. Mentalitas Perubahan Secara Terus-menerus ........................ 38

B. Membangun Dimensi Manusiawi dan Kristiani ......................... 39

1. Membangun Hidup Doa Kontemplasi ................................... 40

2. Menghayati Hidup Secara Bebas dan Merdeka .................... 43

3. Internalisasi dan Inkorporasi Terus-menerus ........................ 44

4. Askese ................................................................................... 45

C. Dinamika Pembinaan Pertumbuhan Panggilan ........................... 46

1. Proses Indentifikasi ............................................................... 47

2. Pengolahan Hidup ................................................................. 47

3. Penerimaan Diri ..................................................................... 48

4. Perubahan Diri ....................................................................... 49

5. Transformasi Diri .................................................................. 49

D. Pembinaan dan Pendampingan Secara Terus-menerus bagi Para

Team Formator ............................................................................

50

1. Secara Personal ...................................................................... 51

2. Secara Bersama ..................................................................... 52

3. Secara Apostolis .................................................................... 53

E. Pembinaan Diri Terus-menerus (on-going formation) ................ 55

1. Jawaban Personal .................................................................. 55

2. Internalisasi Nilai Hidup Religius ......................................... 56

3. Keseimbangan ....................................................................... 57

BAB III TAHAP-TAHAP DALAM MASA PEMBINAAN HIDUP

RELIGIUS ................................................................................ 59

A. Pengertian dan Tujuan Masa Pembinaan Secara Umum ............ 59

1. Pengertian dan Tujuan Pembinaan Secara Umum ................ 59

2. Pengertian dan Tujuan Pembinaan Menurut Kongregasi

Suster FdCC .......................................................................... 60

B. Tahap-tahap Pembinaan Kongregasi Suster FdCC...................... 62

Page 15: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

xv

1. Tahap Formasi Awal ............................................................. 62 2. Pra-Novisiat ........................................................................... 64 3. Novisiat ................................................................................. 65 4. Akhir Pembinaan di Tahap Novisiat ..................................... 70 5. Juniorat .................................................................................. 71 6. Profesi Kekal ......................................................................... 73 7. Pembinaan Lanjutan .............................................................. 74 C. Bidang-bidang Formatif di Novisiat ........................................... 76

1. Hidup Doa ............................................................................. 76 a. Doa Bersama .................................................................... 77 b. Doa Pribadi ...................................................................... 78 2. Hidup Bersama Dalam Komunitas ........................................ 79 3. Penghayatan Nilai Injil .......................................................... 80 4. Pengolahan Diri ..................................................................... 81 5. Hidup Kerasulan .................................................................... 82BAB IV PENANAMAN NILAI-NILAI SELAMA MASA

PEMBINAAN DI NOVISIAT ................................................. 84

A. Pengertian Nilai ........................................................................... 84

B. Gambaran Nilai ........................................................................... 86

1. Menghayati Nilai ……………............................................... 86

2. Melaksanakan Nilai ……………………………................... 88

3. Menjadi Inspirator ................................................................. 90

C. Penanaman Nilai Spiritualitas Kongregasi Suster FdCC ............ 92

1. Nilai Hidup Doa …………………………………................ 92

2. Nilai Hidup Komunitas …………………............................. 96

3. Nilai Hidup Karya Kerasulan ................................................ 99

4. Nilai Hidup Pembinaan ......................................................... 101

5. Nilai Hidup Berkaul .............................................................. 103

6. Nilai Hidup Kepemimpinan .................................................. 110

7. Nilai Hidup Harta Benda ....................................................... 111

D. Usaha Penanaman Nilai-nilai Spiritualitas Kongregasi Suster

FdCC Dalam Masa Pembinaan di Novisiat ……………............

113

1. Pedagogi Penanaman Nilai-nilai Dalam Masa Pembinaan di

Page 16: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

xvi

Novisiat ……………………................................................. 113

a. Berpusat pada pribadi ………………….......................... 115

b. Menumbuhkan, mengembangkan, dan mengubah pola

pikir ……………............................................................. 117

c. Kemerdekaan dan Tanggungjawab …………................. 119

d. Dimensi kebersamaan ...................................................... 120

e. Mendidik lewat hidupnya ................................................ 121

f. Pembentukan terus-menerus ............................................ 123

2. Kegiatan-kegiatan untuk Menanamkan Nilai Dalam Masa

Pembinaan di Novisiat ………………….............................. 125

a. Latihan Doa dan Meditasi …………................................ 126

b. Refleksi ............................................................................ 126

c. Sharing ............................................................................. 128

d. Pendalaman bersama ....................................................... 129

e. Pendampingan pribadi ..................................................... 129

f. Studi ................................................................................. 131

g. Tugas-tugas di Novisiat ................................................... 132

h. nPengalaman Apostolik .………………………................ 133

i. Program Bersama ....……..………………....................... 133

J. Program Pribadi …...…….………................................... 134

E. Bantuan Pengolahan Melalui Katekese Model SCP untuk

Pengolahan Nilai ……………................................................... 135

1. Pemikiran Untuk Pengolahan …………………………........ 135

2. Tujuan Pengolahan ……………………................................ 138

3. Pola Ketekese …………………………………………….... 140

4. Contoh Pola Ketekese Model SCP ……………………….. 142

BAB V. PENUTUP ……………………………………………………... 154

A. Kesimpulan .………………………………………………….... 154

B. Saran ............................................................................................ 156

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 158

Page 17: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Daftar Singkatan Kitab Suci

Seluruh Singkatan Kitab Suci dalam Skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru Lembaga Alkitab Indonesia (1997).

B. Daftar Singkatan Dokumen Gereja

KHK : Kitab Hukum Kanonik

KV : Konsili Vatikan

KAN : Kanon

LG : Lumen Gentium

PC : Perfectae Caritatis

PPPLLR : Pedoman-Pedoman Pembinaan Dalam Lembaga-Lembaga

Religius

VC : Vita Consecrata

C. Daftar Singkatan Lain

Art : Artikel

FDCC : Figlia Della Carita Canossiana

GC : General Curia

Kons : Konstitusi (Peraturan Hidup)

KRKU : Keputusan Resmi Kapitel Umum

Page 18: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

xviii

KOPTARI : Konferensi Pemimpin Tarekat Religius Indonesia

No : Nomor

PUSKAT : Pusat Kateketik

RF : Rencana Formasi

St : Santa

SCP : Shared Christian Praxis

Page 19: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan Skripsi

Cahaya hidup dari sebuah kongregasi adalah spiritualitas. Spiritualitas

menjadi dasar yang sangat penting dalam hidup suatu kongregasi, untuk membina

kepribadian setiap anggota kongregasi. Spiritualitas tersebut menjadi tanda yang

khas dan tampak dalam kepribadian seseorang yang menghayatinya baik di dalam

tingkah laku maupun tutur kata. Melalui spiritualitas, nilai-nilai dan karisma yang

dihidupi oleh seseorang bisa dikenal identitas kongregasinya. Oleh karena itu

spiritualitas sungguh merupakan pegangan yang kuat bagi zaman sekarang dalam

melaksanakan misi pengutusan dan kesaksian hidup baik di dalam komunitas

maupun di tengah umat.

Gereja melalui Konsili Vatikan II mengajak setiap kongregasi religius untuk

kembali kepada spiritualitas pendiri. Melalui ajakan tersebut kongregasi

diingatkan kembali kepada semangat dasar dan tujuan semula berdirinya

kongregasi serta pada zamannya. Oleh kerena itu dalam Perfectae Caritatis

menguraikan bahwa “Akan bermanfaat bagi Gereja, bila tarekat-tarekat

mempunyai corak serta perannya yang khas. Maka hendaknya diakui dan

dipelihara dengan setia semangat para pendiri serta maksud-maksud mereka yang

khas, begitu pula tradisi-tradisi yang sehat, yang semuanya merupakan pusaka

warisan setiap tarekat” (PC, art. 2).

Page 20: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

2

Menanggapi ajakan Gereja dan perkembangan zaman yang semakin pesat,

hal ini sangat mempengaruhi perkembangan anak zaman sekarang, sehingga

mengakibatkan perubahan formasi dalam cara pembinaan di setiap kongregasi.

Setiap kongregasi mempunyai caranya masing-masing dalam menangani para

calonnya yang bergabung bersama kongregasi tersebut. Dengan melihat

perkembangan zaman yang terus berubah, maka para team formator Kongregasi

Suster FdCC berusaha dengan berbagai cara dalam membantu perkembangan para

calon khususnya para novis dalam menggali nilai-nilai kedewasaan rohani dan

manusiawi yang sedang tumbuh dan berkembang dalam diri para novis secara

benar dan mendalam selama masa pembinaan mereka di novisiat yang

berlangsung kurang lebih dua tahun, sehingga apa yang mereka dapatkan ini

sebagai proses dalam pertumbuhan dan perkembangan bagi hidup panggilan yang

mereka jalani, khususnya dalam menghadapi tawaran-tawaran zaman yang

menggiurkan, dan berbagai tantangan dalam hidup berkomunitas maupun dalam

karya pelayanan yang mereka lakukan, mereka dapat menjalaninya dalam

semangat cinta kasih dan kerendahan hati yang sesuai dengan penghayatan nilai-

nilai spiritualitas St. Magdalena dari Canossa.

Memang tidaklah mudah bagi para calon khususnya bagi para novis, dalam

menghayati dan melaksanakan nilai kerendahan hati dan cinta kasih dalam hidup

berkomunitas maupun dalam karya pelayanan yang mereka jalani. Sehinggga

penanaman nilai dalam tahap pembinaan di novisiat ini merupakan suatu proses

yang dapat membantu mereka untuk terus bertumbuh dan berkembang dalam

hidup panggilan yang mereka jalani. Dengan demikian nilai-nilai yang sudah

Page 21: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

3

menjadi tradisi dalam Kongregasi Suster FdCC, menjadi salah satu proses

penanaman nilai-nilai bagi pertumbuhan dan perkembangan hidup panggilan bagi

para novis. Sehingga apa yang mereka hayati dan lakukan dengan sepenuh hati

dan tidak sebatas hanya tugas atau rutinitas belaka, kepura-puraan, takut berbuat

salah, takut dimarahi, dan mau dinilai baik oleh para pendamping. Oleh karena itu

penanaman nilai sejak dalam tahap pembinaan, merupakan proses yang sangat

penting khususnya bagi para novis, untuk lebih mendalami nilai-nilai tersebut

agar menjadi dasar bagi hidup panggilan mereka. Karena yang menjadi pokok

permasalahan disini adalah terkadang menjadi pertanyaan bagi para pendamping

maupun pimpinan yang terlibat langsung dalam mengikuti perkembangan para

calon suster, khususnya bagi para novis tersebut, dimana sikap penghayatan akan

nilai-nilai spiritualitas dari para novis tersebut dalam masa pembinaan di novisiat

berbeda setelah kaul pertama atau pun sesudah kaul kekal. Kurangnya

penghayatan nilai-nilai spiritualitas inilah, bisa mengakibatkan bagi para novis

akan perkembangan hidup panggilan yang mereka jalani tidak sesuai dengan

spiritualitas dan karisma Kongregasi FdCC.

Oleh karena itu selama masa pembinaan inilah para suster yang bertanggung

jawab di novisiat berusaha menanamkan nilai-nilai keutamaan dari karisma dan

spiritualitas Yesus Tersalib secara benar dan mendalam, kepada para novis

sebagai penerus karisma dan spiritualitas Kongregasi Suster FdCC. Maka dengan

usaha penanaman nilai-nilai inilah sebagai dasar pegangan bagi mereka dan

menghantar mereka untuk semakin mengerti, memahami dan mampu

mempraktekan nilai-nilai keutamaan karisma dan spiritualitas Yesus Tersalib

Page 22: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

4

tersebut dalam penghayatan hidup mereka setiap hari melalui pemberian dirinya

dengan penuh gembira, dan kesiap-sediannya dalam tugas pelayanan dengan

semangat cinta kasih dan kerendahan hati, di dalam melayani sesama temannya,

para suster, dan sesama yang dijumpai dalam karya kerasulannya, dalam semangat

dan tujuan Kongregasi Suster FdCC yang benar.

Nilai-nilai spiritualitas inilah yang terkadang dalam kehidupan kurang

dimengerti, dipahami dan dihayati dengan baik dan benar, sehingga terkadang ada

yang bisa melenceng ke hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai karisma dan

spiritualitas kongregasi. Untuk itu perlu ditanamkan sungguh-sungguh dan lebih

mendalam, dalam masa pembinaan ini agar para calon khususnya bagi para novis,

dapat mengerti dan memahami nilai-nilai tersebut dan menjadikan nilai-nilai

tersebut sebagai dasar pegangan dalam hidup panggilan yang mereka jalani dan

sebagai proses pertumbuhan dan perkembangan hidup panggilan mereka sebagai

penerus Kongregasi Suster FdCC.

Proses pembinaan yang jelas dan intensif akan mempermudah para novis

untuk terus-menerus memurnikan motivasi panggilannya yang sesuai dengan

karisma dan spiritualitas Kongregasi Suster FdCC. Pemurnian motivasi panggilan

hidup religius merupakan persoalan yang sangat penting dalam masa pembinaan

di novisiat. Hal ini sangat penting mengingat para novis yang ingin

menggabungkan diri dengan suatu tarekat religius.

Masa pembinaan novisiat merupakan permulaan hidup bagi seseorang

dalam suatu tarekat religius. Dalam hal ini KHK mengatakan “Masa ini para calon

dibimbing dan dibina untuk memahami panggilan ilahi, khususnya yang khas dari

Page 23: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

5

tarekat yang bersangkutan, mengalami cara hidup tarekat serta membentuk budi

dan hati dengan semangatnya, agar terbukti niat serta kecakapan mereka” (KHK,

Kan. 646). Paus Yohanes Paulus II dalam Vita Consecrata seruan apostolik

tentang pembaharuan hidup bagi para religius menghimbau agar dalam

“Pembinaan awal hendaknya menyiapkan orang untuk membaktikan diri

seutuhnya kepada Allah dengan mengikuti Yesus Kristus dalam pengabdian

kepada misi Gereja” (VC, art. 65). Pembinaan awal merupakan tuntutan yang

sangat penting di mana para calon khususnya bagi para novis, mereka diarahkan

dan dilatih untuk memulai hidup yang baru, menyatukan visi dan misi mereka

dengan visi dan misi Gereja yang dihidupi tiap kongregasi sesuai dengan karisma

dan spiritualitas pendiri.

Sebagai suatu lembaga religius Kongregasi Suster FdCC, menaruh perhatian

besar akan proses pembinaan awal bagi para calonnya, khususnya bagi para novis.

Dalam Vita Consecrata mengatakan “Program pembinaan yang dibuat secara jelas

dengan memperhatikan semangat tarekat yang dihayati akan mempermudah dan

membantu para calon untuk mengetahui, mengenal, memahami dan mencintai

semangat hidup kongregasi, sehingga dapat membantu mereka dalam perjalanan

menuju kematangan iman yang sepenuhnya akan Yesus Karistus” (VC, art. 68).

Proses pembinaan bagi para novis mengenai karisma dan spiritualitas yang jelas

dan intensif akan membantu dan membimbing para novis dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan bagi hidup panggilan mereka, agar mengajak

mereka terus belajar dan berlatih menjadi seorang pribadi yang berani

memberikan dirinya dalam melayani teman-temannya, para suster, dan sesama

Page 24: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

6

dalam karya pelayanan yang mereka jalani, dengan semangat cinta kasih dan

kerendahan hati, dengan hati yang gembira dan bertanggung jawab yang sesuai

dengan spiritualitas Kongregasi Suster FdCC.

Dalam usaha pembinaan di novisiat para novis dibimbing untuk

memperkembangkan dan mematangkan kepribadian melalui berbagai bentuk

kegiatan. Kegiatan yang diberikan di novisitat dapat mendukung berkembangnya

motivasi para novis dalam menjawab panggilan Tuhan. Aktifitas yang diadakan di

novisiat ditempuh dalam kegiatan hidup bersama, hidup doa pribadi dan doa

bersama, pelajaran dan keterampilan yang diberikan. Melalui proses penanaman

nilai-nilai spiritualitas dalam tahap pembinaan yang diterima di novisiat,

diharapkan para novis calon Suster FdCC mampu mencapai perkembangan dan

pertumbuhan hidup rohani dan kepribadian yang mantap, serta penghayatan hidup

panggilan mereka yang semakin mendalam dan dewasa. Dengan demikian

semuanya ini dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik jika para novis

berani terbuka pada gerakan dan bimbingan Roh Kudus yang dapat menghantar

mereka untuk terus-menerus bekerja sama dengan rahmat Allah, sehingga mereka

semakin lebih mantap dan dewasa dalam menjawab panggilan Allah. Bimbingan

dari para pendamping beserta semua Suster FdCC untuk terus menerus

memperkenalkan dan mempraktekan nilai-nilai spiritualitas melalui kesaksian

hidup dan teladan mereka bagi para novis, dapat menghantar mereka untuk

semakin bertumbuh dan berkembang dalam kebenaran dari nilai-nilai karisma dan

spiritualitas dari Kongregasi Suster FdCC, yang terpancar dari Yesus Tersalib

sebagai mutiara yang paling berharga yang diwariskan oleh St. Magdalena dari

Page 25: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

7

Canossa bagi Putri-Putri Cinta Kasih (FdCC). Dengan demikian dalam penulisan

skripsi ini penulis mengambil judul: “PENANAMAN NILAI-NILAI

SPIRITUALITAS ST. MAGDALENA SEBAGAI SALAH SATU PROSES

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PANGGILAN PARA NOVIS

KONGREGASI SUSTER FDCC”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat

didefenisikan beberapa pokok permasalahan dalam penulisan ini, adalah:

1. Apakah gambaran umum formasi Kongregasi FdCC mengisaratkan

penanaman nilai-nilai?

2. Apakah tahap-tahap formasi Kongregasi FdCC menunjukan proses

pembatinan nilai-nilai?

3. Usaha apa saja yang membantu para novis FdCC untuk membatinkan dan

menghayati nilai-nilai spiritualitas Kongregasi FdCC?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Menyadarkan para novis akan pentingnya penanaman nilai spiritualitas St.

Magdalena dalam tahap pembinaan novisiat, sebagai salah satu proses

dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan panggilan para novis

sebagai calon Suster FdCC.

Page 26: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

8

2. Menghantar para novis melalui tahap pembinaan di novisiat merupakan

salah satu proses pembatinan nilai-nilai spiritualitas bagi pertumbuhan

dan perkembangan hidup panggilan sebagai calon Suster Kongregasi

FdCC.

3. Membimbing para novis untuk dapat membatinkan nilai-nilai spiritualitas

St. Magdalena melalui penanaman nilai-nilai selama tahap pembinaan di

novisiat sebagai salah satu proses pertumbuhan dan perkembangan

panggilan mereka.

4. Memenuhi persyaratan ujian kelulusan sarjana S1 Program Studi Ilmu

Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu

Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Melalui penanaman nilai-nilai spiritualitas St. Magdalena Bagi para novis,

dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan bagi hidup

panggilan mereka sebagai calon Suster FdCC.

2. Melalui proses penanaman nilai spiritualitas dalam tahap pembinaan di

novisiat menunjukan suatu proses pembatinan akan nilai-nilai

spiritualitas St. Magdalena dalam memurnikan motivasi panggilan

mereka sebagai calon suster FdCC.

Page 27: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

9

3. Semakin menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca, untuk

mengenal pembinaan dalam Kongregasi Suster FdCC, dan nilai-nilai

spiritualitas St Magdalena dari Canossa.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yang

memanfaatkan studi pustaka. Studi pustaka peting, karena melalui metode ini,

penulis berusaha menggambarkan secara faktual keadaan pembinaan di novisiat,

melalui spritualitas St. Magdalena dari Canossa sebagai penanaman nilai sebagai

salah satu proses pertumbuhan dan perkembangan panggilan hidup para novis

sebagai calon Suster FdCC.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan Skripsi ini secara keseluruhan akan diuraikan ke dalam lima bab.

Dengan dipaparkan secara jelas setiap babnya sebagai berikut.

Bab I penulis menguraikan Pendahuluan, yang memberikan gambaran

umum penulis yang terdiri dari; latar belakang, rumusan permasalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II membahas tentang gambaran formasi pembinaan Kongregasi Putri-

putri Cinta Kasih Canossian (FdCC), dalam menghadapi tantangan di zaman

sekarang, yang akan dibagi dalam lima bagin di antaranya; pembinaan menuju

hidup cinta kasih, membangun dimensi manusiawi dan kristiani, langkah-langkah

pembinaan pertumbuhan panggilan, pembinaan dan pendampingan secara terus-

Page 28: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

10

menerus bagi team formator, dan pembinaan diri terus-menerus (on going

formation).

Bab III berbicara mengenai tahap-tahap dalam masa pembinaan hidup

religius, yang akan dibagi dalam tiga bagian di antaranya; pengertian dan tujuan

masa pembinaan, dilanjutkan dengan tahap-tahap pembinaan menurut Kongregasi

Suster FdCC, bidang-bidang formatif di novisiat.

Bab IV penulis menguraikan mengenai penanaman nilai selama masa

pembinaan di novisiat, yang akan dibagi dalam lima bagian di antaranya;

pengertian nilai, gambaran nilai, penanaman nilai spiritualitas Kongregasi Suster

FdCC, usaha penanaman nilai-nilai spiritualitas Kongregasi Suster FdCC dalam

masa pembinaan di novisiat dan bantuan pengolahan melalui katekese model SCP

untuk pengolahan nilai. Di mana semuanya ini sebagai salah satu usaha

penanaman nilai spiritualitas Kongregasi Suster FdCC dalam membantu para

novis untuk semakin bertumbuh dalam spiritualitas Yesus Tersalib sesuai

semangat Kongregasi Suster FdCC, sehingga apa yang diperoleh sebagai dasar

pegangan hidup panggilan para novis untuk menjadi seorang Suster FdCC.

Bab V menguraikan berupa penutup yang berisikan kesimpulan dan saran,

yang dapat berguna untuk membantu membentuk dan menanamkan nilai

spiritualitas yang sebagai pegangan dasar bagi hidup mereka, sehingga para novis

semakin menghayati dan menginternalisasikan nilai-nilai spiritualitas tersebut

dalam hidup panggilannya sehari-hari dan memiliki kualitas hidup yang baik

sebagai penerus semangat Kongregasi Suster FdCC.

Page 29: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

11

BAB II

GAMBARAN FORMASI PEMBINAAN KONGREGASI

PUTRI-PUTRI CINTA KASIH CANOSSIAN (FDCC) DALAM

MENGHADAPI TANTANGAN DI ZAMAN SEKARANG

A. Pembinaan Menuju Suatu Hidup Cinta Kasih

Sejak awal berdirinya Kongregasi ini, lahir dengan nama Putri-Putri Cinta

Kasih (FdCC), oleh kerena itu cinta kasih merupakan identitas utama Kongregasi

Putri-Putri Cinta Kasih Pelayan Kaum Miskin atau Kongregasi Suster FdCC.

Dalam hal ini terjemahan The Rules Of The Congregation FdCC (1981:17)

mengatakan:

Tujuan pokok Kongregasi Suster FdCC adalah pemenuhan dua ajaran besar cinta kasih, yaitu mencintai Tuhan dengan segenap hati dan mencintai sesama seperti diri sendiri demi cinta kita kepada Allah. Oleh karena Allah sendiri adalah cinta kasih, maka kita pun sebagai puteri-puteri-Nya, mampu mencintai Allah dengan cinta yang penuh hormat, lemah-lembut, sebagai anak Allah. Dan sebagai pelayan kaum miskin memberikan segala perhatian, pengorbanan, kemurahan hati, dan segala sumbangan pemikiran serta bakat-bakat yang dimiliki.

Pemenuhan akan kedua ajaran cinta kasih, terpenuhi secara sempurna

dengan mengikuti sedapat mungkin dalam diri kita akan kekudusan Tuhan kita

Yesus Kristus, dengan mengarahkan suatu hidup yang patuh, rendah hati, dan

tersembunyi, ini semua dimaksudkan untuk mencari kemulian Allah dan

keselamatan jiwa-jiwa. Segala karya dan tingkah laku cinta kasih disemangati

oleh Roh Yesus Kristus sendiri, yakni: Roh cinta kasih, hati yang manis, kelemah-

Page 30: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

12

lembutan, kerendahan hati, penuh semangat, kekuatan, kemurahan hati, dan

kesabaran.

Dalam terjemahan The Canossian Charism Kongregasi FdCC (2002: 23)

dikatakan bahwa “Praktek kedua perintah cinta kasih menuntut para Putri-Putri

Cinta Kasih (FdCC), untuk mampu menjalankan hidupnya dan melaksanakan

karya-karya dalam semangat cinta kasih yang terpancar dari keutamaan-

keutamaan Yesus Tersalib demi pengudusan pribadi setiap suster dan

menghasilkan buah-buah cinta kasih bagi kemulian Allah yang lebih besar dan

bagi kebaikan sesama.”

Dengan demikian cara hidup pembinaan bagi Kongregasi Suster FdCC,

menuju pada suatu kepenuhan hidup dalam cinta kasih ditanamkan sejak dari

masa pembinaan khususnya dalam masa novisiat sebagai dasar pengolahan, dan

pembentukan diri yang akan bersatu dengan spiritualitas kongregasi sehingga

dibutuhkan keseriusan dari para pembina atau pendamping dalam mendampingi

dan membina para calon menuju suatu arah pembinaan yang jelas agar mereka

sungguh-sungguh mengenal dan mengerti arah spiritualitas yang benar sesuai

dengan cara hidup Kongregasi Suster FdCC.

1. Cara Hidup Pembinaan Bagi Kongregasi Suster FdCC

a. Hidup Rohani

Hidup rohani merupakan dasar bagi hidup panggilan, kerena melalui hidup

rohanilah para calon semakin bersatu dengan-Nya dan iman semakin dimurnikan

dalam hadirat-Nya. Dalam hal ini Darminta (1993: 7) mengatakan:

Page 31: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

13

Hidup rohani adalah suatu perjalanan. Berjalan mengandaikan orang bangun, bangkit dan melangkah. Perjalanan berarti masuk ke dalam ketidakpastian. Satu-satunya kepastian yang dapat kita pegang ialah iman. Iman artinya percaya dan menyerahkan diri kepada Dia, yang kita yakini tetap setia menyertai kita. Kepada kita ditawarkan undangan untuk percaya dan mengikuti Yesus Kristus. Kita membangun hidup rohani di dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus tinggal dengan Roh-Nya di dalam diri kita. Itulah yang memberi makna dan daya penggerak hidup kita, bahkan Roh Kudus memberi daya dan kekuatan untuk mengatasi segala rintangan dan cobaan untuk menuju ke tujuan, yaitu memuliakan Allah dengan melakukan kehendak-Nya.

Melalui hidup rohani inilah, para suster dan calon suster FdCC dilatih dan

dibimbing untuk terus menerus membangun hidup rohaninya agar bersama Roh

Kudus yang berkarya dalam diri mereka mampu membimbing dan membawa

mereka dalam perjalanan hidup rohani yang semakin terbuka dalam menjawab

panggilan mereka yang dibangun setiap hari. Dalam hal ini Kons. Kongregasi

FdCC (1828: no. 11) mengatakan:

Hidup doa menghantar dan mendorong kita untuk semakin mengenal dan mengasihi-Nya, sehingga memampukan kita untuk dapat mempersembahkan diri serta hidup panggilan kita secara total ke dalam tangan kasih-Nya yang Kudus. Hidup doa merupakan dasar dan penopang dalam perjalanan hidup panggilan kita. Doa adalah suatu anugerah dari Allah, suatu pengalaman hadirat-Nya dalam Kristus Yesus yang melalui kuasa Roh-Nya, mewahyukan kepada kita misteri Allah sebagai kasih dan menjadikan kita penyembah-penyembah Bapa yang sejati. Kesetian kepada doa menumbuhkan dalam diri kita suatu rasa rindu akan kemulian Allah, suatu usaha untuk mencari kehendak-Nya, suatu semangat apostolik, dalam hubungan yang senantiasa semakin dalam dengan Yesus Putra-Nya.

Dengan hidup doa yang dibangun baik secara pribadi maupun bersama-

sama secara terus-menerus dapat meneguhkan para novis Suster FdCC dalam

Page 32: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

14

setiap pergulatan dan perjuangan hidup yang dialaminya. Ekaristi yang dijalankan

setiap hari dapat memberi mereka kekuatan dan semangat baru, serta melalui

renungan-renungan yang direfleksikan mengenai Sabda Tuhan dan juga nilai-nilai

spiritualitas Kongregasi Suster FdCC secara sederhana, mampu menghantar para

novis untuk terus-menerus bertumbuh bersama Yesus dalam iman, harapan dan

kasih, serta semakin mengenal, menghayati, memperdalam, nilai-nilai spiritualitas

sehingga mampu menyerahkan dan menjalani seluruh proses perjuangan hidup

panggilan mereka dalam tahap pembinaan. Dengan demikian mereka semakin

dimurnikan dan mantap dalam menjawab panggilan, serta dapat melaksanakan

perbuatan-perbuatan kasih yang terpancar dari kedalaman hidup rohani yang

mereka hayati, yang sesuai dengan nilai-nilai spiritualitas yang dihayati oleh

Kongregasi Suster FdCC. Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no.13)

mengatakan:

Doa menjadi tempat yang penting dalam hidup kita sebagai Putri-Putri Cinta Kasih Canossian. Doa kita sebagai Putri-Putri Cinta Kasih Canossian menemukan makanan dan kesempurnaan-Nya di dalam hidup liturgis. Sumber dan puncaknya ditemukan di dalam misteri kematian dan kebangkitan Yesus yang dikurbankan kembali dalam Ekaristi. Kita merayakan peringatan kematian dan kebangkitan Kristus setiap hari, dan memberi makan diri kita sendiri dengan tubuh-Nya yang amat suci. Di dalam Dia, bersama dengan hidup kita, kita mempersembahkan kepada Bapa kegembiraan dan harapan, kesedihan dan kekhawatiran dunia dalam ziarahnya menuju kerajaan Allah.

Kedalaman dan perkembangan hidup rohani seseorang akan terpancar dari

dalam dirinya sendiri, jika hidup rohaninya terus-menerus dibangun bersama

Yesus, sehingga dengan sendirinya hidupnya semakin terarah dan bersatu dalam

Page 33: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

15

Yesus. Maka hasil dari kesatuan inilah dapat menghantar dan menggerakan hati

para calon untuk melaksanakan perbuatan kasih dengan gembira dalam semangat

kasih Kristus sendiri, yang menjadi teladan kasih sejati dalam hidup panggilan

yang dijalani. Dalam hal ini Darminta (1993: 11) mengatakan:

Kita diberi kesempatan untuk mengembangkan dan menumbuhkan benih hidup ilahi yang tertanam di dalam hati kita agar menjadi pohon, yang menghasilkan buah kasih dalam tindakan dan perbuatan. Sebagai rasa syukur atas kenyataan rohani, kita akan terus-menerus mengembangkan hidup rohani, yang akan kita dayagunakan di dalam hidup sehari-hari.

Melalui hidup doa inilah pembinaan para calon Suster FdCC dipertemukan

dengan dasar dan sumber utama dalam hidup rohani, bagi proses perkembangan

dan pemurnian panggilan. Oleh karena itu dalam buku Katekese Pembimbingan

Novisiat mengatakan “Hidup doa merupakan ungkapan iman, dan iman itu adalah

iman kepada Kristus yang bangkit dan yang telah menyelamatkan manusia” (Seri

PUSKAT 222, 1975: 12). Di dalam doa inilah para calon Suster FdCC dapat

mengungkapkan inti pribadi serta hormat yang dalam kepada Kristus, karena

Kristuslah yang menjadi dasar dan pusat hidup mereka dalam tahap pembinaan.

Iman dan penghayatan akan Kristus inilah sering diungkapkan dalam bentuk doa,

sehingga mampu mengalami persatuan yang mesra dengan Dia sendiri. Doa

merupakan unsur mutlak yang perlu menjiwai seluruh hidup dan karya yang

mereka laksanakan dalam tahap pembinaan ini, karena kerasulan sendiri

merupakan pelaksanaan kehendak Kristus yang dihayati melalui doa itu sendiri.

Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no.11) mengatakan:

Page 34: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

16

Hidup doa menghantar dan mendorong kita untuk semakin mengenal dan mengasihi-Nya, sehingga memampukan kita untuk dapat mempersembahkan diri serta hidup panggilan kita secara total ke dalam tangan kasih-Nya yang Kudus. Hidup doa merupakan dasar dan penopang dalam perjalanan hidup panggilan kita. Doa adalah suatu anugerah dari Allah, suatu pengalaman hadirat-Nya dalam Kristus Yesus yang melalui kuasa Roh-Nya, mewahyukan kepada kita misteri Allah sebagai kasih dan menjadikan kita penyembah-penyembah Bapa yang sejati. Kesetian kepada doa menumbuhkan dalam diri kita suatu rasa rindu akan kemulian Allah, suatu usaha untuk mencari kehendak-Nya, suatu semangat apostolik, dalam hubungan yang senantiasa semakin dalam dengan Yesus Putra-Nya.

Semangat doa adalah suatu karunia yang lebih besar dari doa itu sendiri. Hal

ini merupakan suatu mentalitas iman yang membimbing kita untuk merenungkan

kehadiran Tuhan melalui alam ciptaan, sesama saudara/saudari yang dijumpai,

dan juga melalui peristiwa-peristiwa hidup yang dialami setiap hari baik dalam

suka maupun dalam duka. Melalui semangat doa inilah hidup para suster sebagai

orang kontemplatif dalam aksi menemukan kesatuan dengan-Nya. Dalam hal ini

Kons. Kongregasi FdCC (1828: no.13) mengatakan:

Doa menjadi tempat yang penting dalam hidup kita sebagai Putri-Putri Cinta Kasih Canossian. Doa kita sebagai Putri-Putri Cinta Kasih Canossian menemukan makanan dan kesempurnaan-Nya di dalam hidup liturgis. Sumber dan puncaknya ditemukan di dalam misteri kematian dan kebangkitan Yesus yang dikurbankan kembali dalam Ekaristi. Kita merayakan peringatan kematian dan kebangkitan Kristus setiap hari, dan memberi makan diri kita sendiri dengan tubuh-Nya yang amat suci. Di dalam Dia, bersama dengan hidup kita, kita mempersembahkan kepada Bapa kegembiraan dan harapan, kesedihan dan kekhawatiran dunia dalam ziarahnya menuju Kerajaan Allah.

Panggilan untuk kekudusan hanya diterima dan dapat dikembangkan dalam

keheningan sembah sujud di hadirat Allah. Melalui semangat hidup doa inilah

Page 35: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

17

para novis dilatih untuk lebih mengakarkan diri mereka pada Tuhan yang

diimaninya, dengan demikian mereka semakin diajak untuk lebih mengenal dan

merasakan kesatuan hati yang semakin mendalam dengan Dia yang menjadi dasar

dan pusat dalam hidup panggilan mereka. Melalui semangat doa yang

ditingkatkan secara terus-menerus inilah mereka semakin terbuka kepada Roh

Kudus dan semakin memurnikan hidup panggilan mereka sendiri. Maka hidup

doa lebih diutamakan dalam tahap pembinaan, agar dengan pengolahan yang

mendalam para novis semakin lebih mengenal dan dimurnikan dalam motivasi

hidup panggilan mereka.

b. Hidup Berkaul

Hidup kaul merupakan persembahan diri secara total kepada Allah yang

telah memanggil. Dalam buku Saat Jubah Bikin Gerah I mengatakan “Inti hidup

berkaul adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan sehingga dapat

digunakan oleh Tuhan ke mana pun dan untuk apa pun Dia menginginkan”

(Suparno, 2007: 104). Hidup kaul yang telah diterima dari Allah merupakan suatu

perjanjian kasih yang memampukan para suster untuk dapat menerimanya dengan

bebas dan dijalankan dengan gembira. Dalam KRKU XV Kongregasi FdCC

(2008: 10) dikatakan:

Hidup kaul memelihara jawaban kita atas panggilan Kristus, mengekspresikan keberadaan hidup bakti kita dari Allah. Dari segi pandangan kharismatik, kaul-kaul menuntut perjalanan kita dipimpin oleh Roh, untuk menjadi sama seperti Kristus, (taat, miskin, murni). Semuanya merupakan bentuk kehidupan yang kita akui dalam Gereja. Hidup menurut kaul menuntut kepada kita suatu cara alternatif

Page 36: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

18

keberadaan kita dalam berelasi dan dalam hubungannya dengan dunia, membuat kita memiliki suatu posisi “marginalita” yang signifikan dalam sejarah, yang membuat kita asing tetapi bukan musuh seperti cara hidup para nabi. “Marginalita” kita semata-mata demi Kristus untuk menandai bahwa sejarah tidak selalu mengungkapkan kepenuhan kerajaan, ada juga “kekosongan kehadiran Allah” dalam sejarah, oleh karena itu janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini (Rom 12:1-3).

Menanggapi Keputusan Resmi Kapitel Umum (KRKU) XV, pembaharuan

nilai hidup kaul dalam masa pembinaan lebih diperjelas dan diperdalam, agar

melalui tahap pembinaan ini mereka lebih mengolah motivasi hidup panggilan

mereka sendiri. Dengan demikian panggilan yang mereka pilih dan hayati, dapat

dipersembahkan secara total kepada Kristus dan demi Kristus sendiri yang telah

memanggil mereka. Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 23 – 24)

mengatakan:

Hidup kaul adalah suatu hadiah dari Allah yang diberikan kepada kita demi kemulian-Nya dan demi kebaikan saudara-saudari kita. Ia mengadakan suatu perjanjian kasih dengan kita dan dengan sebuah ikatan baru dan khusus yaitu pembaktian religius, Ia membuat kita mampu untuk menghayati janji baptis kita secara radikal. Jawaban kita adalah suatu jawaban kasih. Dengan itu kita mewajibkan diri kita secara sukarela untuk mengikuti dengan lebih dekat Tuhan Yesus yang murni, miskin, dan yang taat, dalam penyerahan diri sepenuhnya kepada perutusan Gereja yang menyelamatkan. Kesetian kepada panggilan kita, menyesuaikan kita dengan lebih akrab kepada Kristus yang tersalib, karena karisma kita yang khusus, dan membuat kita ikut ambil bagian dalam misteri Paskah-Nya. Dan Maria Bunda Perawan, hamba Tuhan yang taat, bahkan sampai di kaki salib, kita mempelajari kasih yang memberi dirinya dengan rela dan gembira.

Dalam buku I Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti mengatakan

bahwa “Hidup menurut nasehat Injil berarti hidup yang diisi oleh cinta Kristus,

nasihat Injil untuk mengubah dunia, dan ini merupakan dukungan utama hidup

Page 37: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

19

religius. Dengan mengikrarkan ketiga kaul, setiap religius dijadikan bebas untuk

Allah dari ikatan afeksi, milik, dan kekuasaan. Maka kaul perlu disetiai agar tidak

mudah terjebak dalam godaan zaman” (Mardi Prasetyo 2001: 92). Dalam hal ini

Dokumen Gereja: Pedoman-Pedoman Pembinaan dalam Lembaga-Lembaga

Religius (PPPDLLR) (1992: no.11- 12) mengatakan:

Iman, harapan, dan cintakasih memungkinkan para religius, berkat kaul-kaul mereka, untuk mengamalkan dan memprofesikan ketiga nasehat Injil, dan dengan demikian memberikan “kesaksian yang cemerlang dan luhur bahwa dunia tidak dapat diubah dan dipersembahkan kepada Allah, tanpa semangat Sabda Bahagia”. Nasihat-nasihat itu sesungguhnya, merupakan dukungan yang utama hidup religius, oleh kerena nasihat-nasihat itu mengungkapkan dengan cara yang penting dan lengkap radikalisme injili yang menjadi ciri khasnya. Sesungguhnya melalui profesi nasihat-nasihat Injil yang dibuat dalam Gereja, para religius menginginkan “supaya dibebaskan dari rintangan-rintangan, yang manjauhkannya dari cinta kasih yang berkobar dan dari kebaktian yang sempurna kepada Allah, supaya membaktikan dirinya secara lebih sempurna kepada pengabdian pada Allah.

Nasihat-nasihat Injil yang dihayati oleh para religus merupakan kebaktian

yang sempurna kepada Allah, sehingga dengan demikian membaktikan dirinya

secara lebih sempurna kepada pengabdian pada Allah. Maka dalam Kongregasi

FdCC, nilai dari ketiga kaul perlu ditanamkan dalam diri para novis sejak dari

masa novisiat, karena dalam masa inilah merupakan dasar pembentukan bagi

hidup panggilan seseorang. Dalam hal ini sangat diharapkan bagi para team

formator benar-benar mengarahkan nilai-nilai dari ketiga hidup kaul ini bagi para

calon Suster FdCC secara jelas dan mendalam, sehingga apa yang dipahami dan

dihayati secara benar dapat menghantar mereka menjadi seorang suster yang

Page 38: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

20

sungguh-sungguh mencintai anugerah hidup panggilan yang mereka terima.

Nasihat Injil tersebut antara lain:

1). Kaul Kemurnian

Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 28) mengatakan:

Dengan kuasa Roh Kudus, kemurnian yang dibaktikan dalam diri kita mengarahkan kita pada misteri persatuan mempelai dengan Yesus, dan membuat kita mengambil di dalam kasih yang subur, yang mempersatukan Kristus dengan mempelainya, yaitu Gereja. Kemurnian yang dibaktikan menguatkan dan memeriahkan nilai-nilai Injili dari persaudaraan, persahabatan, keibuan rohani dan membawa kita untuk mengintegrasikan setiap afeksi ke dalam kasih Tuhan yang Maha Besar.

Kaul kemurnian merupakan lambang persatuan kasih dengan Kristus sendiri, di

mana melalui persatuan inilah menjadi tanda kenabian dan eskatologis bagi

dunia. Dengan demikian kaul kemurnian yang dihayati, menghantar para suster

sekaliaan dapat mengintegrasikan setiap afeksi ke dalam kasih Tuhan, agar

secara bebas dan gembira dalam mencintai Tuhan dan sesama yang dijumpai.

Kaul kemurnian merupakan persatuan yang mesra dengan Sang Mempelai,

yaitu Kristus sendiri yang telah memanggil untuk mengikuti dan melayani

bersama Dia, sehingga dengan rahmat-Nya dapat memampukan para suster,

untuk dapat menjalankan segala pergulatan dalam menghayati kaul kemurnian.

Dalam hal ini Dokumen KRKU XV Kongregasi FdCC (2008: 11)

mengatakan:

Page 39: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

21

Kaul-kaul yang dihayati demi Kristus akan menjadi sebuah proses transformasi paskah (dari Kematian ke kehidupan), kesempatan khusus untuk bertumbuh dalam kebebasan dan dalam kegembiraan melalui pertobatan (transformasi diri) dalam ketiga kebutuhan orang (hasrat untuk berkuasa, kebutuhan untuk memiliki, efektifitas). Hal ini merupakan sebuah cara untuk menjadi manusiawi seperti Yesus Putra hamba, untuk menjadi siap sedia dalam Gereja dan dunia demi mengembangkan nilai-nilai kerajaan, untuk memberi kesempatan bagi mereka yang terpinggirkan, supaya menjadi tanda kenabian dan radikal. Pengertian dan penghayatan kaul berbeda dalam tahap-tahap kehidupan. Kehidupan memunculkan pertanyaan baru, kondisi sejarah, dan keberadaan menimbulkan tantangan-tantangan baru. Cara yang dimaksud untuk dapat menghidupi hidup bakti yang dapat diintegrasikan dengan tantangan-tantangan dan jawaban-jawaban atas pertanyaan, dalam suatu perspektif yang utuh untuk menumbuh kembangkan sejarah baru, mencegah kebekuan kaul-kaul ke dalam formalitas dan menghidupi pemuridan yang dibaharui terus menerus.

Dalam pembinaan bagi para calon Suster FdCC, hidup kaul kemurnian

sangat diutamakan, karena hal ini merupakan dasar bagi mereka untuk mampu

mengerti dan menghayati akan hidup yang sudah mereka pilih dan mereka

jalani sebagai suatu persembahan hidup secara total dalam kekudusan dan

kemulian di hadirat kasih Allah. Hidup kaul kemurnian diberi pengertian yang

jelas dan arahan yang baik, agar mereka dapat mengucapkan dan menghayati

kaul kemurnian ini menjadi pilihan yang bebas dan dijalani dengan penuh

kegembiraan, sebagai tujuan utama dalam hidup panggilan mereka.

2). Kaul Kemiskinan

Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 32) mengatakan:

Teladan Yesus yang tersalib, yang ditanggalkan dari segala-galanya kecuali kasih-Nya, mendorong kita kepada penghayatan kemiskinan “yang paling sempurna”. Bersatu dengan Allah, kita mengasihi dan mencari hanya Dia sendiri di dalam setiap pekerjaan dan pelayanan cinta kasih, dan tidak menginginkan apapun kecuali kemulian-Nya.

Page 40: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

22

Dibaktikan kepada pelayanan orang miskin kita menganggap perlu sekali bahwa segala perhatian, karya, keprihatinan dan pikiran-pikiran kita, adalah untuk mereka.

Dengan semangat Yesus yang tersalib, penghayatan hidup kaul

kemiskinan yang dihayati oleh Suster FdCC, merupakan kemiskinan yang

paling sempurna. Maksudnya adalah kemiskinan yang terbakti, yang dipilih

secara bebas, dan menyesuaikan diri para Suster FdCC secara lebih sempurna

kepada Yesus Kristus yang tersalib, yang telah menjadi miskin karena kasih-

Nya kepada semua orang. Maka menghantar para Suster FdCC mampu

memberi kesaksian tentang keunggulan hal-hal dari nilai hidup kaul

kemiskinan, sambil mewartakan kepada orang-orang miskin sabda bahagia.

Dalam hal ini buku I Mardi Prasetyo (2001: 94) mengatakan:

Kriteria penghayatan kemiskinan kita adalah sebagaimana Kristus miskin: dalam kenyataan dan semangat, hidup kerja keras sebagaimana orang kecil, tergantung dan terbatas dalam penggunaan barang-barang. Kepekaan terhadap suasana kemiskinan di sekitar, entah dialami perorangan maupun kelompok, mestinya menumbuhkan keprihatinan dan pemilihan gaya hidup orang sederhana dengan sikap lepas bebas dari dalam batinnya, tidak mau terikat pada aliran atau golongan tertentu, terlebih kelas sosial tersebut.

Dalam hal penghayatan kaul kemiskinan Kristuslah yang menjadi

model dan teladan dalam Kongregasi Suster FdCC, di mana dengan meneladan

semangat Yesus yang miskin yang mau solider dengan semua yang ada di

sekitar-Nya, khususnya kaum miskin, baik yang miskin secara jasmani maupun

miskin secara rohani. Dengan semangat inilah pendiri kami St. Magdalena dari

Canossa pada waktu itu terinspirasi untuk mendirikan Kongregasi Suster

Page 41: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

23

FdCC. Dalam hal ini dalam buku Memoir St. Magdalena Dari Canossa,

Pollonara (1988: 426) mengatakan:

Dalam tahun 1808, setelah mengatasi kesulitan-kesulitan terakhir keluarganya, Magdalena meninggalkan istana kediamannya. Dia pergi hidup dilingkungan kota Verona yang paling miskin dan paling terkenal nama buruknya supaya mengikuti panggilan yang dirasakannya di dalam lubuk hatinya, menjadi apa yang dikehendaki Allah atas dirinya: “Melayani Kristus dalam diri kaum miskin”.

3). Kaul Ketaatan

Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 38) mengatakan:

Ketaatan Yesus yang karena kasih telah memenuhi kehendak Bapa-Nya sampai menjadi kurban di salib. Mengilhami dan memotivasi kita untuk mempersembahkan secara bebas dan menyeluruh kehendak kita sendiri kepada Allah bagi suatu pengabdian yang tak bersyarat kepada rencana penyelamatan-Nya yang universal. Dari kontemplasi Yesus yang Tersalib, kita menarik semangat Paskah ketaatan kita sendiri, siap untuk menerima tanggung jawab yang dibawanya, sambil menyadari bahwa seluruh hidup kita di dalam diri-Nya sendiri adalah “Suatu pengorbanan yang sempurna”.

Dalam penghayatan kaul ketaatan, menuntut para Suster FdCC suatu

mentalitas iman yang kokoh, yang dapat menghantar para Suster FdCC melihat

kehendak Allah, tidak hanya melalui firman-Nya, melainkan juga dalam

berbagai mediasi seperti: Ajaran Gereja, peraturan hidup, para pimpinan, setiap

pribadi para Suster FdCC sendiri, dan melalui peristiwa-peristiwa hidup

mereka setiap hari. Para Suster FdCC menyadari bahwa dalam menghayati

kaul ketaatan tidak mengurangi derajat mereka sebagai pribadi, melainkan

memberikan kebebasan sejati anak-anak Allah. Oleh karena itu dalam

Page 42: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

24

menghayati kaul ketaatan Suster FdCC mempercayakan diri mereka kepada

bimbingan Roh Kudus, sambil memilih secara bebas untuk menyerahkan

kehendak mereka kepada pimpinan yang sah, sebagai wakil Allah dalam

segala yang dituntut oleh peraturan hidup. Dalam hal ini buku I Mardi

Prasetyo (2001: 96) mengatakan:

Ketaatan sebagaimana Kristus dituntut dari pihak kita adalah suatu penyerahan kehendak pada pembesar yang syah sebagai wakil Allah, taat pada Gereja dan taat pada Paus karena kaul ketaatan. Ini tidak merendahkan martabat manusia, tetapi kematangan pribadi yang mampu menggunakan martabat dan kebebasannya sebagai anak-anak Allah. Ketaatan kemudian menjadi sarana mengikuti jejak Kristus dan ambil bagian dalam tugas perutusan-Nya.

c. Hidup Komunitas

Tuhan telah memanggil kita untuk tinggal dan hidup dalam suatu

komunitas, karena bukan kita yang memilih komunitas tetapi kita dipilih untuk

masuk ke dalam komunitas. Semua yang dipanggil untuk hidup dalam suatu

komunitas akan semakin menjadi milik Kristus, seperti yang dikatakan dalam

Dokumen KV II Lumen Gentium mengatakan “Semua yang telah menjadi milik

Kristus, memiliki Roh-Nya dan dipersatukan satu sama lain dalam Dia” (LG, art.

49). Jadi yang mengikat para anggota komunitas adalah Kristus, yang dihayati

melalui hidup karya dan doanya, baik secara pribadi maupun secara bersama.

Dalam hal ini Kons. Kongregasi. FdCC (1828: no. 44) mengatakan:

Tuhan Yesus adalah sumber vital kebersamaan persaudaraan kita. Dialah orang yang membangunnya dan terus-menerus menyusunnya kembali melalui aksi Roh-Nya. Dari Dia yang Tersalib dan bangkit kembali, kita

Page 43: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

25

belajar bahwa kasih timbal-balik terjadi melalui salib. Dari partisipasi kita dalam Ekaristi setiap hari, kita menerima rahmat untuk menghayati suatu persatuan hati yang nyata dan suatu dorongan yang selalu diperbaharui di dalam pelayanan cinta kasih kita.

Pusat hidup kebersamaan adalah Yesus sendiri, di mana Dialah

yangmemampukan kita untuk belajar kasih timbal-balik. Dengan demikian kita

mampu berkembang dalam kasih yang selalu siap memberi dan menerima

pengampunan secara tulus, saling menghormati dan menghargai setiap pribadi,

saling belajar mencintai perbedaan dan memandangnya sebagai suatu kekayaan

bukan sebuah ancaman yang menghambat kita dalam hidup bersama. Dalam buku

Komunitas Alternatif dikatakan “Hidup berkomunitas berarti mampu

menghormati, menerima, dan mencintai perbedaan” (Henri Nouwen dan Jean

Vanier, 1998: 35). Dalam masa pembinaan para calon dilatih bagaimana dapat

hidup bersama, agar mereka mampu menerima setiap perbedaan yang ada menjadi

suatu kekayaan dalam sebuah komunitas atau hidup bersama. Hidup komunitas

sangat ditekankan karena bagi Kongregasi Suster FdCC, hidup berkomunitas

sangat diutamakan, karena melalui hidup bersama setiap pribadi merasa disapa,

diterima, didukung, dihargai dan dipercaya.

Melalui hidup berkomunitas mampu menghantar setiap pribadi untuk

semakin bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang matang dan dewasa

dalam hidup panggilannya, sehingga semakin dikuatkan dan diteguhkan melalui

hidup berkomunitas. Dalam hal ini buku Mencitrakan Hidup Religius Darminta

(2003: 25) mengatakan:

Page 44: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

26

Komunitas religius berdasarkan Sabda Allah, yang memanggil anggota-anggotanya untuk mengikuti Yesus dengan meninggalkan gaya hidupnya dan dengan mengenakan gaya hidup religius yang dimasuki: “hidup dalam kebersamaan”. Sabda Allah mempersatukan anggota-anggota. Sabda Allah memberikan terang, kebenaran, hidup dan jalan bagi keberadaan suatu komunitas. Sabda Allah merupakan titik acuan hidup terus-menerus. Dengan demikian, komunitas merupakan komunitas manusiawi yang dipanggil untuk hidup demi Kerejaan Allah.

Hidup komunitas adalah tempat pemurnian, tempat mengalami peneguhan

yang diberikan kepada para Suster FdCC oleh Yesus, di mana dengan kasih Dia

menuntun mereka untuk semakin mendalam dan membebaskan diri dari

keegoismean, sehingga mampu memberi kehidupan baru kepada orang lain.

Membangun hidup komunitas atau hidup bersama berarti berjalan bersama dalam

satu tujuan menuju pada jalan kekudusan. Dengan demikian membangun hidup

komunitas berdasarkan Sabda Allah, memberikan terang, kebenaran, hidup dan

jalan bagi keberadaan suatu komunitas karena Sabda Allah merupakan titik acuan

hidup secara terus-menerus dalam proses pembinaan demi membangun komunitas

manusiawi yang dipanggil untuk hidup demi Kerajaan Allah.

d. Hidup Karya

Hidup panggilan yang kita terima pada dasarnya adalah panggilan untuk

kerasulan, yaitu meneruskan karya keselamatan yang telah dirintis oleh Kristus

sendiri. Oleh kerena itu semangat hidup seorang yang dipanggil bersifat

“apostolis”, artinya setiap orang yang diberi rahmat panggilan wajib ikut serta

dalam mewartakan dan melaksanakan atau mewujudkan semangat Kristus sendiri,

Page 45: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

27

yang hidup di dunia demi keselamatan bagi sesama. Dalam hal ini Kons.

Kongregasi FdCC (1828: no. 51) mengatakan:

Pusat dan paduan misi apostolik kita adalah Yesus Kristus, wahyu Bapa dan Penebus umat manusia. Dan mengutus Gereja, mempelai-Nya, untuk melanjutkan karya-Nya pada waktunya, sehingga rencana Bapa bagi penyelamatan segala orang diselesaikan. Oleh keutamaan pembaptisan dan pembaktian religius, kita mengambil bagian di dalam misi gerejawi melalui karisma khusus kita “Putri-Putri Cinta Kasih Pelayan Kaum Miskin”.

Pusat misi apostolik Kongregasi Suster FdCC adalah Yesus Kristus yang

tersalib, yang menjadi teladan dan semangat utama dalam segala pewartaan karya

keselamatan dan cinta kasih. Melalui kasih yang terpancar dari Yesus Tersalib

memampukan kami para Suster FdCC memperkenalkan kasih Kristus kepada

semua orang di seluruh dunia, melalui karya-karya cinta kasih kami. Semangat

memperkenalkan kasih Kristus ini menjadi misi utama dari Kongregasi Suster

FdCC. Bagaimanapun juga karisma St. Magdalena, meyumbangkan nilai-nilai

terhadap keseluruhan setiap pribadi, dalam kesatuan totalnya sebagai anak Allah

dan dalam kebersamaan dengan orang lain. Hal ini mengandung suatu pesan

khusus bagi Gereja dan masyarakat. St. Magdalena dari Canossa telah mampu

memegang dan mengkontemplasikan kesatuan yang akrab dan mendalam antara

Salib dan kasih akan Kristus sendiri. Ia tidak menunjuk kepada inter-ministri,

tetapi kepada semangat interior, kasih akan kehidupan yang merangkul dan

menghargai segala sesuatu serta menyentuh setiap orang selama hidupnya. Dalam

hal ini Kons. Kongregasi Suster FdCC (1828: no. 52) mengatakan:

Page 46: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

28

Yang mengidentifikasikan kita di dalam Gereja adalah panggilan untuk merealisasikan, dalam kebersamaan iman dan hidup, kerinduan besar pendiri kita ”Di atas segala-galanya, membuat Yesus dikenal dan dikasihi”. Misi kita sebagai pendidik iman menarik inspirasi dari kasih yang membara, yaitu kasih Yesus yang Tersalib terhadap Bapa dan umat manusia. Kerendahan hati-Nya, semangat-Nya yang menyala-nyala, yang dengan-Nya Dia menghasilkan keselamatan kita dan kelemah-lembutannya yang penyabar menjiwai kegiatan-kegiatan apostolik kita. Bersatu dengan teladan Agung, Yesus yang Tersalib dan menimba inspirasi dari Maria, penebus bersama umat manusia, kita menjadi penginjil-penginjil yang berdaya guna dan dapat dipercaya. Kita adalah rasul-rasul setiap saat. Hidup kita melalui kesaksian dan pewartaan kita dalam pelayanan cinta kasih Injil yang sederhana. Secara khusus kita adalah rasul apabila Tuhan menghubungkan kita dengan sengsara-Nya yang menebus melalui pencobaan-pencobaan dan penyakit.

Seruan St. Magdalena untuk ”Membuat Yesus dikenal dan dicintai”

merupakan misi utama dalam seluruh karya-karya cinta kasih yang para Suster

FdCC jalankan. Semangat dalam memperkenalkan kasih Yesus Tersalib inilah,

ditanamkan sejak dalam masa pembinaan, agar para calon Suster FdCC mampu

memahami misi kongregasi dengan jelas dan mampu membawa misi tersebut

dalam seluruh hidupnya dan seluruh karya pewartaannya. Semangat misi inilah

masih merupakan nilai yang tepat bagi para Suster FdCC di zaman sekarang

sebagai petunjuk yang membimbing mereka kepada tujuan bersama. Hal ini

menghantar para Suster FdCC untuk mencapai kepenuhan akan identitas

manusiawinya dan identitas kristianinya.

Maka dalam hal ini setiap Suster FdCC diharapkan untuk berkembang

sepenuhnya sebagai seorang wanita yang kudus dan sebagai seorang murid, yang

siap menanggapi tuntutan-tuntutan perbuatan kasih setiap hari dengan

memberikan dirinya secara total dan gembira. Setiap suster siap menjadi seorang

pelayan Kerajaan Allah dengan suatu tujuan bersama, yaitu membawa misi

Page 47: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

29

kongregasi dan mempromosikan nilai-nilai kemanusian menurut Injil dan misi

Kongregasi Suster FdCC sendiri sehingga semua orang mengenal dan mencintai

Yesus Kristus.

Karya-karya cinta kasih Kongregasi Suster FdCC, ditanamkan dan

dipraktekan kepada generasi penerus atau kepada para calon Suster FdCC dalam

masa pembinaan. Sehingga apa yang mereka dapat sejak dalam masa pembinaan

sebagai dasar bagi mereka, untuk menjadi penerus pewarta Kerajaan kasih Allah

dalam memenuhi kebutuhan umat di zaman ini, karena setiap orang dengan

seluruh kebutuhannya yang muncul dalam masa hidup menuntut perhatian dan

kasih yang tak terbatas. Dalam buku Magadalena Di Kanossa mengatakan ”

Magdalena dari Canossa memahami bahwa setiap orang butuh untuk tumbuh

dalam keharmonisan dengan dirinya, sesama dan dengan Allah sendiri. Mereka

butuh untuk bertemu dengan Kristus yang memegang arti hidup terdalam bagi

mereka dan untuk mengintegrasikan dalam terang iman, melalui peristiwa hidup

yang mereka alami baik dalam suka maupun dalam duka” (Modesto Giacon,

1974: 103). Oleh karena itu melaui karya-karya cinta kasih yang St. Magdalena

anjurkan bagi Suster FdCC, untuk memenuhi kebutuhan umat agar mereka

semakin mengenal dan mencintai Allah dan mampu melaksanakan perbuatan-

perbuatan kasih terhadap sesama.

Karya-karya cinta kasih, menuntut dari setiap Suster FdCC sebuah

persatuan dan berjalan dalam tujuan yang sama. Ini menegaskan suatu kekuatan

dalam semangat kasih demi kebaikan bersama yaitu mengantar orang untuk

semakin mengenal dan mencintai Kristus. Upaya yang terus-menerus dari setiap

Page 48: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

30

suster dalam memperkenalkan Yesus Kristus, sebagai tugas misi yang terutama

bagi seorang Suster FdCC. Setiap karya cinta kasih mempunyai suatu tujuan yang

sama yaitu ”Mencegah dosa”, dalam arti bahwa setiap suster diharapkan untuk

mampu menghantar setiap orang dalam karya cinta kasihnya untuk berjumpa

dengan Yesus dan semakin merasakan kasih-Nya sehingga dia semakin mencintai

Yesus Kristus.

2. Memperdalam Nilai-Nilai Spiritualitas dan Karisma Kongregasi Suster

FdCC

a. Pengertian Spiritualitas secara Umum

Dalam Kamus Filsafat mengatakan pengertian secara umum kata

“Spiritualitas” berasal dari bahasa latin. Dalam bahasa Indonesia kata spiritualitas

mengandung unsur “Spirit” berarti semangat, jiwa atau roh. Maka kata “Spiritual”

berarti mengutamalkan kejiwaan, batin atau roh” (Lorens Bagus, 1996: 1034).

Dalam peper retret tahunan para Suster FdCC di Gedono-Salatiga mengatakan

“Dalam sejarah Gereja istilah Spiritualitas lebih menunjuk pada semangat

kerohanian dalam hidup keagamaan” (Sebastianus, 1998:4). Istilah itu sendiri

mengalami perkembangan arti dengan muncul sekelompok orang yang

mempunyai ciri khas hidup kerohaniannya dalam menghayati iman kristen

sehingga membedakan mereka dengan kelompok lain. Maka Sebastianus (1998:

4) mengatakan bahwa “Spiritualitas dapat diartikan sebagai cara orang menyadari,

memikirkan, dan menghayati hidup rohani yang berpusat pada pribadi Yesus

Kristus. Spiritualitas hidup bakti merupakan cara seorang religius menyadari,

Page 49: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

31

memikirkan, dan menghayati hidup rohani sebagai yang dibaktikan secara utuh

tak terbagi kepada Kristus.”

b. Nilai-Nilai Spiritualitas dan Karisma Kongregasi Suster FdCC

1). Nilai Spiritualitas Kongregasi Suster FdCC

Dalam mengkontemplasikan Yesus Tersalib para Suster FdCC,

mampu memiliki dasar yang kuat dalam menumbuhkan iman kristiani, dengan

menggarisbawahi segala tuntutan cinta yang tak bersyarat, dan semangat cinta

yang universal. Hal ini ditekankan melalui meditasi Sabda Allah yang dapat

terserap ke dalam seluruh pengalaman hidup sakramental, dan ekaristi sebagai

pusatnya. Karena ekaristi sering menjadi titik pertemuan antara kasih Allah

yang berlimpah, sehingga ekaristi menjadi pusat komunitas dan pelayanan

apostolik. Ekaristi menjadi tempat kita menerima perintah untuk mengasihi

sebagai sebuah rahmat yang mengajarkan kita bagaimana untuk menghidupkan

pelayanan hidup persaudaraan. Nilai-nilai Yesus yang Tersalib memberi para

Suster FdCC suatu refleksi yang mendalam tentang kepenuhan hidup-Nya

melalui salib.

Dalam buku wejangan Santa Magdalena dikatakan “Biara yang

sebenarnya Putri-Putri Cinta Kasih adalah Lambung Kristus yang Tersalib”

(Wejangan St. Magdalena, 2001: 16). Spiritualitas kongregasi inilah yang

menjadi daya gerak pendiri selama hidupnya dan menjadi spritualitas turun-

temurun sesuai dengan perkembangan zaman. Sebagai pengikut St. Magdalena,

para Suster Kongregasi FdCC menghayati dan mengkontemplasikan

spiritualitas Yesus Tersalib bukan sebagai penderitaan tetapi karena cinta-Nya

Page 50: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

32

yang besar yang Dia buktikan kepada Bapa-Nya dan kepada kita dengan

menerima kematian-Nya di salib. Dalam hal ini St. Magdalena mengatakan:

“Di Salib Yesus telah ditanggalkan segala-galanya kecuali cinta kasih-Nya”

(Wejangan St. Magdalena, 2001: 15).

Spiritualitas Kongregasi FdCC adalah Sang Teladan Kristus Tersalib.

Dari Dialah kita belajar cara mengasihi Tuhan dan sesama, dengan cara Yesus

sendiri yang telah mengasihi kita yaitu: dalam kerendahan hati, kelembutan,

cinta kasih, dan penuh kesabaran. Semangat kerendahan hati inilah yang sangat

dianjurkan oleh pendiri kami St. Magdalena kepada para Suster FdCC sebagai

dasar keutamaan dalam hidup bersama maupun karya. St. Magdalena

mengatakan “Kerendahan hati dalam cinta kasih dan Cinta kasih dalam

kerendahan hati”. Dari sinilah para Suster FdCC ditanamkan semangat

kerendahan hati dalam cinta kasih di dalam setiap pribadi, dalam hidup

bersama dan juga dalam karya-karya cinta kasih. Dalam hal ini Kons.

Kongregasi FdCC (1828: no. 8) mengatakan:

Inspice et Fac Secundum Exemplar, yang artinya; pandanglah dan turutilah teladan-Nya, adalah norma hidup yang tak boleh diubah bagi kita dalam pelaksanaan cintakasih kita. Penuh perhatian terhadap kasih yang memancar dari salib. Kita belajar mengasihi dalam cara Tuhan Yesus yang mengasihi, yaitu dalam kerendahan hati yang radikal. Kita berusaha bersatu dengan Dia dan membiarkan setiap kegiatan kita dijiwai oleh Roh-Nya, Roh cinta kasih, kelemah-lembutan dan kerendahan hati.

Dengan mengikuti teladan Yesus Tersalib, para Suster FdCC berusaha

untuk mengambil nilai-nilai keutamaan dari Yesus Tersalib, manjadi dasar dan

Page 51: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

33

semangat penggerak dalam perkembangan hidup panggilannya, sehingga

dengan demikian semakin mencintai dan mempersembahkan hidup

panggilannya sebagai seorang Suster dalam Kongregasi FdCC, melalui: hidup

doa, hidup kaul, hidup berkomunitas dan hidup karya, dengan semangat cinta

kasih, pengorbanan, kesederhanaan dan kesiap-sedian yang terpancar dari Dia

yang Tersalib. Semangat Yesus Tersalib inilah yang menjadi penopang dan

memberikan kekuatan bagi setiap Suster FdCC dalam menjalankan segala

karya pelayanannya bahkan mampu menerima segala penolakan-penolakan,

segala kegagalan-kegagalan yang terjadi, dan mampu menghadapi segala

tantangan serta kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam hidup berkomunitas

maupun dalam hidup berkarya, dengan hati yang penuh cinta.

2). Nilai Karisma Kongregasi Suster FdCC

Dalam hal ini terjemahan ”The Canossian Charism” mengatakan

”Cinta kasih merupakan dasar dan pusat hidup dari karisma Kongregasi Suster

FdCC, yang dikontemplasi dari cinta kasih Yesus Tersalib” (GC, 2002: 22).

Semangat cinta kasih inilah menghantar dan mempersatukan setiap Suster

FdCC dalam menjawab hidup panggilan ilahi, untuk mampu hidup

berkomunitas dan mampu melaksanakan segala karya-karya dengan semangat

cinta kasih yang telah diwariskan oleh pendiri kami St. Magdalena. Dalam hal

ini terjemahan dari ”The Canossian Charism” (2002: 33) mengatakan bahwa:

”Karisma Kongregasi Suster FdCC yang diwariskan oleh pendiri kami St.

Magdalena, merupakan gambaran cinta Tuhan kepada umat manusia, yang

dinyatakan melalui sengsara, wafat dan kebangkitan Putra-Nya. Dari cinta

Page 52: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

34

Yesus Tersalib yang bernafaskan hanyalah cinta inilah, menghantar para Suster

FdCC dalam mewartakan dan memperkenalkan cinta kasih dari Yesus Tersalib

ke seluruh dunia.

Hal ini merupakan sumber dan semangat kesatuan yang hidup dari

karisma Kongregasi FdCC, dalam semangat cinta kasih dalam kerendahan hati,

dan kerendahan hati dalam cinta kasih. Dengan demikian semangat inilah yang

kami para Suster FdCC teladani dari cinta Yesus Tersalib sendiri dalam

menjalankan segala tugas dan dalam kehidupan bersama-sama. Keutamaan ini

juga ada pada Bunda Maria yang menjadi Bunda cinta kasih dan teladan bagi

para Suster FdCC, di mana Bunda Maria telah menunjukan kesetiannya dalam

menemani Yesus dalam perjalanan salib-Nya hingga sampai di bawah kaki

salib. Dalam hal ini Kons. Kongregasi Suster FdCC (1828: no. 21)

mengatakan:

Belajar dari Maria, Bunda Cinta Kasih kita mengakui Maria sebagai Bunda Institut yang satu-satunya. Kita menghormatinya dengan hati seorang anak, menghiburnya dengan kesucian hidup kita dan mewajibkan diri kita untuk mencegah dosa. Sebagai Putri-Putri Cinta Kasih, kita menyerahkan diri kita dan segala yang kita lakukan kepadanya yang menjadi Bunda Cinta Kasih di kaki Salib. Dari Maria kita belajar melaksanakan kehendak Allah dengan kasih yang menyala-nyala dan iman yang tak tergoyahkan.

Dalam Kongregasi Suster FdCC sangat diharapkan dari setiap suster

untuk dapat meneladani Bunda Cinta Kasih kita dengan memiliki hati seorang

ibu seperti Bunda Maria. Dalam hal ini terjemahan The Canossian Charism

mengatakan: ”St. Magdalena menempatkan Bunda Maria dalam Kongregasi

Page 53: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

35

FdCC sebagai seorang Ibu, yang selalu membimbing dan mengarahkan

Kongregasi ini, sehingga menaruh suatu devosi yang kuat kepada Bunda

Maria” (GC, 2002: 39). Tidak ada yang lain kecuali cinta kasih yang

dikontemplasikan, dibagikan dan diberikan kepada sesama. Dalam hal ini

Konstitusi mengatakan: ”St. Magdalena merangkum semuanya ini ketika ia

menyatakan: “Buatlah Yesus Kristus dikenal dan dicintai, ketika Ia tidak

dicintai karena Ia tidak dikenal” (Kons. Kongregasi FdCC 1828: no. 5).

Melalui karisma inilah mempersatukan kami para Suster FdCC dalam hidup

bersama dalam persaudaraan cinta kasih timbal-balik dengan saling menerima

satu sama lain sebagai saudara/saudari dalam Kristus. Dan juga karisma dapat

memberikan kekuatan kepada seseorang untuk melayani dalam karya

kerasulannya sesuai kehendak Yesus, tanpa adanya pernyataan dihargai

melainkan demi perbuatan baik kepada sesama yang kita layani.

Karisma Kongregasi Suster FdCC juga terbuka terhadap partisipasi

kaum awam, menurut kamampuan yang mereka miliki, sehingga mereka ini

bergabung dengan para Suster FdCC, agar dapat membagikan semangat karya-

karya cinta kasih yang dihayati sesuai dengan karisma Kongregasi FdCC

kepada sesamanya. Bagaimanapun juga para suster untuk dapat memberikan

perhatian yang tepat kepada mereka yang mengidentifikasikan dirinya dengan

karisma, sebab mereka beranggapan bahwa berdasarkan keadaan hidupnya,

gaya hidup harian, mereka dapat membantu mengembangkan dan menjaga

karisma agar tetap hidup.

Page 54: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

36

Untuk menjaga agar karisma kongregasi tetap hidup dan terus

berkembang maka dibutuhkan sikap, semangat, dan kerja sama dari setiap

suster dalam menjaga dan meneruskan karisma kepada satu generasi ke

generasi yang lain melalui semangat hidupnya sendiri, yaitu mampu

merefleksikan Roh Tuhan yang diungkapkan secara konkrit melalui sikap, gaya

hidup dan pelayanan yang membawa pengaruh terhadap pembinaan formasi.

Dalam hal ini terjemahan “The Canossian Charism” mengatakan: ”St.

Magdalena berbicara berulang kali tentang semangat karisma Kongregasi

FdCC, yang harus diteruskan dalam keseluruhan dan kesempurnaannya kepada

mereka yang menyusul sesudah kamu” (GC, 2002: 36).

Ada dua tempat di mana karisma dilindungi dan pelihara, yaitu

Komunitas kristiani dan komunitas karismatik persaudaraan. Kedua subjek ini,

tidak bisa dipisahkan secara eksternal satu dari yang lain. Komunitas

persaudaraan Kongregasi Suster FdCC berada dalam komunitas kristiani dan

menghidupi iman yang sama, namun komunitas Suster FdCC, adalah subjek

yang berbeda dan merupakan pembawa karisma bagi perkembangan hidup

Gereja. Melalui nilai karisma dapat menyumbangkan bagi perjalanan Gereja

dan daya hidupnya. Karisma dikembangkan sebagai pemberian akan Roh bagi

kekudusan Gereja sehingga Gereja bisa hadir bagi orang-orang yang menjadi

sasaran misinya. Untuk mengembangkan karisma kita mesti peduli akan

kondisi dan situasi hidup orang lain.

Page 55: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

37

3. Visi dan Misi Formasi Kongregasi Suster FdCC

Pembinaan dewasa ini senantiasa terus berkembang, maka visi dan misi

formasi bagi Kongregasi Suster FdCC juga mengalami suatu pembaharuan.

Dalam hal ini KRKU XV mengatakan “Dunia sangat membutuhkan kabar

gembira, maka kita harus memiliki kembali visi yang mampu menceritakan cerita

yang baik, meskipun melawan arus, kita harus berani mewartakan Allah kepada

laki-laki dan perempuan di zaman ini” (GC, 2008: 19). Visi dan Misi kongregasi

ini merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan, keduanya saling berkaitan dan

keduanya mempunyai tujuan dalam memperkembangkan seseorang dalam proses

pembinaan untuk semakin bertumbuh dalam hidup rohani, mampu mengatasi

segala permasalahan dan pergumulan yang terjadi sehingga panggilan hidupnya

terus dimurnikan dan dia semakin mencintai Yesus serta mampu mewartakan

kasih-Nya kepada sesama. Visi dari kongregasi dalam hal ini peraturan hidup

mengatakan “Membuat Yesus semakin dikenal dan dikasihi di atas segala-

galanya” (Kons. Kongregasi FdCC, 1828: no. 5). Berangkat dari visi inilah, para

Suster FdCC dipanggil untuk melaksanakan misi dalam mengkontemplasikan,

mengalami, dan membagikan cinta Tuhan kepada setiap orang dengan semangat

Yesus Tersalib, agar Dia semakin dikenal dan dicintai.

Dalam mendidik dan membina para calon dapat membantu mereka untuk

memperoleh dasar dalam hidupnya yang baru, menyadari akan tujuan arah

hidupnya dan mampu berbalik arah dari kehidupan yang selama ini kurang baik

menjadi baik, merupakan suatu proses yang membutuhkan waktu yang cukup

lama, karena proses ini tidak langsung jadi melainkan membutuhkan suatu

Page 56: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

38

pembinaan yang terus menerus dalam perjalanan hidup panggilan. Dalam proses

pembinaan secara terus menerus ini, sangat diharapkan baik dari dalam diri para

calon, maupun dari pendamping, mengalami suatu perubahan yang semakin

mengenal diri sendiri yaitu dengan menyadari kekurangan dan kelemahan

pribadinya dan mau berkeinginan untuk selalu menyandarkan diri kepada Tuhan.

Dalam hal ini Darminta (2005: 114) mengatakan:

Untuk menghayati panggilan, sebagai kenyataan hidup dalam peziarahan, melalui proses pilihan-pilihan, penegasan-penegasan serta keputusan-keputusan baik pribadi, bersama maupun antara anggota dan pimpinan, diperlukan titik berangkat yang sama. Titik berangkat itu sendiri sudah terdapat di dalam panggilan. Panggilan Allah di samping menawarkan kualitas hidup dan juga menawarkan cara untuk menawarkan cara untuk meraihnya kualitas hidup. Tawaran tersebut merupakan buah dari visi Allah. Oleh karena itu panggilan juga merupakan berbagi visi dari pihak Allah kepada manusia dimiliki olah manusia sebagai modal untuk mengadakan perjalanan serta perziarahan hidup di dalam panggilan.

4. Mentalitas Perubahan Secara Terus-menerus

Mengingat perkembangan zaman yang terus maju, maka pembinaan dalam

Kongregasi Suster FdCC pun mengalami suatu perubahan, di mana dalam hal ini

Keputusan Resmi Kapitel Umum XV (2008: III), membahas mengenai suatu

perubahan yang mengatakan:

Kongregasi kita menanti dan membuka diri untuk siap menerima terang baru dalam memperbaharui perjalanan pembinaan kita, yaitu transformasi diri dengan antusias dan tanggungjawab. Dalam hal ini mengundang dan mengarahkan seluruh energi kita kita semua untuk memiliki pandangan baru dalam konteks zaman ini untuk meneliti dengan pandangan kritis realitas zaman ini, sehingga kita terbuka terhadap masa depan dengan harapan besar, supaya sungguh-sungguh berubah menjadi lebih baik.

Page 57: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

39

Perubahan ini mengundang para Suster FdCC, untuk semakin meningkatkan

kualitas hidup dan karya pelayanan sebagai wanita terbakti dalam menghadapi

tantangan ini. Dengan pertobatan terus-menerus terhadap panggilan mengikuti

Kristus, menuntut kita akan kesetian dari kesiap–sediaan kita untuk terus-menerus

berubah tanpa menghilangkan makna atau nilai dari warisan karisma kongregasi

sendiri, demi menuju sebuah mentalitas perubahan yang mengembangkan suatu

transformasi yang autentik keberadaan diri kita dengan Yesus, Putra Allah dan

Putra Maria, dalam menghargai keanekaragaman budaya dimana kita hidup dan

menumbuhkembangkan misi kita.

B. Membangun Dimensi Manusiawi Dan Kristiani

Dimensi manusawi dan kristiani merupakan salah satu bentuk pembinaan

yang utama, karena kedua dimensi ini merupakan bagian yang terpenting dan tak

bisa dipisahkan dalam proses penerimaan dan pembinaan bagi para calon. Dalam

hal ini buku I Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Mardi Prasetyo (2001:

106) mengatakan:

Tuntutan utama pembinaan adalah kemampuan untuk mengidentifikasikan dasar manusiawi dan kristiani di dalam diri setiap calon. Banyak kegagalan dalam hidup religius sebenarnya disebabkan oleh kelemahan yang tidak dilihat atau teratasi dibidang ini. Adanya dasar manusiawi dan kristiani ini tidak hanya harus dibuktikan di dalam diri setiap calon yang mau memasuki hidup religius, tetapi bahkan perlu meyakinkan bahwa memang terjadi penyesuaian diri yang efektif selama masa pembinaan, sesuai dengan pertumbuhan dan kejadian setiap pribadi. Jadi, kriteria objektif tentang dasar-dasar manusiawi dan kristiani perlu ditegaskan agar dengan jelas masing-masing menyesuaikan diri dan mengidentifikasikan diri dengannya.

Page 58: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

40

Dalam hal ini buku I Mardi Prasetyo (2001: 106) mengatakan bahwa

”Pembinaan integral seorang pribadi mempunyai dimensi fisik, moral, intelektual,

dan rohani, dan setiap dimensi punya finalitas dan tuntutannya.” Demi

memperdalam kedewasaan dimensi manusiawi dan dimensi kristiani yang

integral dalam diri calon sebagai dasar untuk memperoleh kematangan dalam

menjawab dan menghayati hidup panggilan bagi mereka, maka gambaran formasi

pembinaan Kongregasi Suster FdCC dalam menghadapi tantangan di zaman

sekarang lebih menekankan dimensi manusiawi dan kristiani yang menjadi utama,

karena kedua dimensi ini dengan sendirinya membentuk setiap pribadi yang mau

menjawab panggilan Allah secara bebas dan bergabung bersama kongregasi yang

menjadi pilihannya.

1. Membangun Hidup Doa dan Kontemplasi

Dalam hal ini buku Bimbingan Doa mengatakan ”Membangun semangat

hidup doa merupakan suatu perjalanan iman yang terus disiram, dibangun dengan

setia” (Thomas Green, 1998: 31). Semangat doa adalah suatu karunia yang lebih

besar dari doa itu sendiri. Hal ini merupakan suatu mentalitas iman yang

membimbing kami para Suster FdCC untuk mampu merenungkan kehadiran

Tuhan melalui alam ciptaan, sesama saudara/saudari yang dijumpai, dan juga

melalui peristiwa-peristiwa hidup yang kami alami setiap hari baik dalam suka

maupun dalam duka. Melalui semangat doa inilah hidup para Suster FdCC

sebagai orang kontemplatif dalam aksi menemukan kesatuan dengan-Nya.

Page 59: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

41

Doa batin dari hati mempunyai tempat yang sangat penting dalam hidup

para Suster FdCC, karena dengan doa batin dari hati menghantar kami untuk

mampu mengkontemplasikan Yesus Tersalib. Melalui doa batin ini para Suster

FdCC menerima dari Roh Kudus, karunia untuk terbuka bagi firman Allah,

sehingga dalam terang Roh kami semakin dimurnikan dalam hidup panggilan.

Dengan merenungkan suatu cara khusus misteri Kristus Tersalib, dapat menembus

ke dalam kekayaan-Nya yang tak dapat diduga, untuk dikobarkan guna semakin

mengasihi-Nya dan membuat-Nya dikenal dan dikasihi oleh semua orang.

Panggilan untuk kekudusan hanya diterima dan dapat dikembangkan dalam

keheningan sembah sujud di hadirat Allah. Melalui semangat hidup doa inilah

para calon Suster FdCC, dilatih untuk lebih mengakarkan diri mereka pada Tuhan

yang diimaninya agar mereka semakin diajak untuk lebih mengenal dan

merasakan kesatuan hati yang semakin mendalam dengan Dia yang menjadi dasar

dan sumber dalam hidup panggilan mereka, sehingga melalui semangat doa yang

ditingkatkan secara terus-menerus inilah mereka semakin terbuka kepada Roh

kudus dan semakin memurnikan hidup panggilan mereka sendiri. Maka hidup doa

lebih diutamakan dalam tahap pembinaan, agar dengan pengolahan yang

mendalam para calon Suster FdCC semakin lebih mengenal dan memurnikan

motivasi panggilan mereka.

Membangun hidup doa dan suatu sikap kontemplasi merupakan suatu hal

yang tidak mudah, karena dalam membangun hidup doa dan kontemplasi

membutuhkan suatu relasi yang akrab dengan Tuhan serta suasana hati dan batin

Page 60: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

42

yang hening. Dalam hal ini Paus Yohanes Paulus II (Vita Consecrata 1996:

art.38) mengatakan:

Panggilan untuk kekudusan hanya diterima dan dapat dikembangkan dalam keheningan sembah sujud di hadirat Allah yang adisemesta dan tiada taranya: “Hendaklah kita akui, bahwa kita semua memerlukan keheningan itu, penuh dengan kehadiran Dia yang kita sujud: dalam teologi, untuk sepenuhnya memanfaatkan jiwanya yang sarat kebijakan dan bersifat rohani: dalam doa, supaya kita jangan pernah lupa, bahwa memandang Allah berarti turun dari gunung dengan wajah yang begitu bercahaya, sehingga kita wajib menyelubunginya.

Panggilan merupakan anugerah dari Allah, di mana melalui keheningan dan

sembah sujud di hadirat Allah yang kudus, hidup panggilan yang dihayati semakin

dimurnikan dan dikuduskan dalam Dia sendiri. Dalam masa pembinaan para calon

Suster FdCC, perlu ditanamkan semangat keheningan dan sembah sujud yang

dalam agar mereka semakin dimurnikan dalam hidup panggilan mereka sendiri.

Sebagai manusia rohani para Suster FdCC, menghayati hidup panggilan

mereka dalam kekuatan iman. Beriman kepada Allah, sebagaimana dialami dan

dihayati oleh Abraham, berarti percaya kepada masa depan yang datang dari

Allah. Hidup beriman berarti berwawasan ke masa depan yang jauh (Kej, 12:1-9).

Hidup memang mengandung janji masa depan, di mana manusia akan mengalami

kepenuhan janji Allah, dan manusia secara penuh berserah diri kepada Allah.

Hidup yang memuliakan Allah dalam kepenuhan merupakan kenyataan kualitas

hidup pada masa mendatang. Memuliakan Allah dalam kepenuhan itulah yang

disebut kekudusan. Maka orang yang menuju ke masa depan harus mengalami

proses pengudusan. Dalam hal ini Darminta (2005: 15-17) mengatakan bahwa

Page 61: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

43

“Mereka ini adalah orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka

telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.

Kerena itu, mereka berdiri dihadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam

di bait suci-Nya”.

Perjalanan sampai kepada kepenuhan dan kekudusan itu merupakan

perjalanan rohani. Dalam hal ini Darminta (2005: 17-18) mengatakan:

Karena memang dibimbing oleh Roh Kudus, sebagaimana yang dijanjikan oleh Yesus, “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu, yaitu Roh kebenaran. Ia akan menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu” (Yoh 14:16-17). Oleh karena itu, Paulus berdoa, “Aku berdoa supaya Ia (Allah Bapa), menurut kekayaan kemulian-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berekar serta berdasar di dalam kasih” (Ef 3:16-17).

2. Menghayati Hidup Secara Bebas Dan Merdeka

Membangun dan membina hidup secara bebas dan merdeka, membutuhkan

suatu sikap tanggung jawab yang besar dari setiap pribadi. Karena setiap pribadi

berhak menentukan proses perkembangannya sendiri, yang tidak terikat dan

menghantar orang untuk menemukan suatu kebebasan yang memerdekakan.

Merdeka berarti bebas dari segala beban dan permasalahan-permasalahan yang

ada. Bebas dari keterikatan yang membelenggu perkembangan pribadi. Bebas

berarti melakukan segala sesuatu tidak dengan sesuka hati, tetapi melalukan

segala sesuatu dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Dalam pembentukan formasi pembinaan bagi setiap calon sangat diharapkan

untuk berproses secara bebas yang bertanggung jawab tanpa ada keterikatan-

Page 62: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

44

katerikatan tertentu dalam menentukan dan memurnikan motivasi panggilannya

sehingga tanpa ada unsur paksaan dari dalam maupun dari luar dalam menjawab

panggilan mereka. Dalam hal ini Darminta (1997: 36-37) mengatakan:

Para murid diajak oleh Yesus agar tetap kritis terhadap diri sendiri, menjadi orang yang tak mudah menghakimi orang lain (Mat 7: 5). Mereka dididik untuk menjadi orang yang merdeka dari kecemasan tentang diri sendiri, pakaian, kemarahan, balas dendam, kebencian terhadap musuh. Dia mengajari para muird menjadi merdeka dengan mengalami alam sekitar sebagai tanda pemeliharaan Allah, memperhatikan tingkah laku manusia yang berbeda, untuk memahami bagaimana bertindak dalam kemerdekaan dan penuh tanggung jawab.

Kebebasan merupakan kemampuan untuk siap berubah, kemampuaun

diubah oleh Sabda Tuhan sehingga semakin bertumbuh dalam buah-buah dari

Sabda Tuhan tersebut dan semakin mampu untuk menghayati dan mencintai hidup

panggilannya. Darminta (2006 c: 20) mengatakan “Panggilan berada dalam

suasana kemerdekaan roh, yang tak ternoda oleh kesalahan, kelemahan,

kekurangan, bahkan penolakan. Panggilan kekudusan tetap merupakan tindakan

Allah.”

3. Internalisasi Dan Inkorporasi Terus-menerus

Proses perkembangan panggilan seseorang membutuhkan waktu yang

panjang untuk mencapai suatu kedewasaan dalam menjawab panggilannya dalam

suatu kongregasi. Untuk itu sangat diharapkan pembentukan dan pendidikan

dilakukan secara terus-menerus dan keduanya dapat berjalan bersama demi

Page 63: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

45

kematangan pribadi dan kematangan rohani setiap calon. Dalam hal ini Darminta

(2006 a: 45) mengatakan:

Secara psikologi dan rohani manusia membentuk dirinya dengan jalan pembatinan (internalisasi) dan inkorporasi, dan pada waktu itu juga dia dibentuk oleh lingkungan, di mana dia berada dan oleh orang-orang yang diserahi tugas untuk membentuk dan mendidik. Pembentukan dan pendidikan mencakup dua dinamika pertumbuhan dan perkembangan, yaitu: pertama tumbuh dan berkembang dalam sistem nilai, dan kedua tumbuh dalam mutu kemerdekaan.

Dalam proses pembinaan sangat diharapkan pada setiap calon untuk dapat

mengalami suatu proses pembatinan yang mendalam, sehingga mereka

memperoleh suatu kedalaman hidup rohani dan penegasan dalam hidup panggilam

mereka. Dengan bertumbuh dan berkembang dalam sistem nilai dan tumbuh

dalam mutu kemerdekaan, sehingga seseorang semakin bertumbuh dalam kualitas

hidup panggilan yang berkualitas.

4. Askese

Askese merupakan suatu perjuangan rohani yang sangat besar dan selalu

diusahakan dari setiap pribadi dalam hidup panggilannya demi mendidik,

mendalami, dan menghayati hidup panggilannya yang diperjuangkan dalam

proses pemurnian menuju kekudusan. Dalam hal ini buku seri Gedono no. 11

Apakah Kekudusan Itu? Mengatakan ”Panggilan kekudusan dapat diterima dan

dikembangkan dalam keheningan dan sembah sujud” (Suster-suster Gedono, seri

no. 11: 41). Dalam proses untuk melewati segala godaan-godaan yang terbelenggu

dalam diri seseorang inilah dia diuji untuk semakin setia dan semakin mencintai

hidup panggilan yang terus dia perjuangkan demi kemulian nama Tuhan, melalui

Page 64: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

46

kekudusan hidup yang dijalaninya, karena kita dipanggil untuk menjadi kudus.

Dalam hal ini Paus Yohanes Paulus II ( VC 1996: art. 38) mengatakan:

Praktek-praktek askese itu telah dan tetap masih merupakan dukungan yang kuat bagi kemajuan otentik dalam kekudusan. Dengan membantu menguasai dan mengoreksi kecenderungan-kecenderungan kodrat manusiawi yang dilukai akibat dosa, asketisme sungguh perlu sekali, bila para anggota hidup bakti ingin tetap setia terhadap panggilan mereka sendiri dan mengikuti Yesus pada jalan Salib.

Dengan melihat perkembangan zaman sekarang yang serba instan, semua

yang dilakukan serba cepat dan segala kebutuhan pun dibutuhkan secara cepat,

mudah, praktis, dan tanpa suatu proses yang lama atau panjang. Hal ini sangat

mempengaruhi kehidupan dalam biara, di mana semuanya serba instan dan orang

tidak mau berlama-lama untuk membuang waktu dalam melaksanakan sesuatu

sehingga nilai dari pekerjaan yang dilakukan pun semakin tak berarti apa-apa,

hanya sebatas rutinitas belaka. Nilai dari pengorbanan semakin tidak berarti.

Untuk itu dalam tahap pembinaan bagi para calon Suster FdCC di zaman sekarang

sangat ditanamkan hal-hal yang sederhana, melalui hidup rohaninya, hidup

bersama, pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari.

Dengan demikian apa yang mereka lakukan dapat mereka hayati dan refleksikan

demi perkembangan hidup panggilan mereka dan membina kehidupan rohani

mereka yang semakin mendalam, agar dapat mengatasi segala godaan dan

tantangan-tantangan yang dialami menuju kekudusan mereka.

Page 65: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

47

C. Dinamika Pembinaan Pertumbuhan Panggilan

Hidup panggilan membutuhkan suatu proses yang panjang demi

meningkatkan kualitas dalam membina hidup panggilannya, dalam mencapai

suatu kematangan pribadi dan kematangan rohani. Untuk itu dalam formasi

pembinaan Kongregasi Suster FdCC dalam mendampingi para calon, melalui

langka-langkah pembinaan pertumbuhan panggilan sebagai berikut:

1. Proses Identifikasi

Proses pengenalan diri seseorang merupakan proses yang sangat dasar dan

utama, sehingga orang semakin mampu mengenal dirinya, menerima dirinya apa

adanya dengan segala keterbatasan yang dia miliki, dan mampu mengolah segala

latar belakang hidupnya di masa lampau, untuk terus berproses dalam

menemukan pemurniaan identitas hidup panggilannya yang jelas dan semakin

bertumbuh dalam kematangan pribadinya. Dalam hal ini buku I Tugas Pembinaan

Demi Mutu Hidup Bakti Mardi Prasetyo (2001: 65) mengatakan:

Pengenalan diri adalah mengenali (kalau perlu bahkan mengolah dan menata) bagaimana seluruh kedewasaan pribadi kita bertumbuh secara utuh, khususnya dalam aspek fisik, rohani, kognitif, afektif, sosial, apostolik, dan volutif. Kematangan aspek-aspek tersebut dapat menjadi petunjuk dasar akan adanya kedewasaan rohani sebagai disposisi untuk senantiasa menjawab Tuhan.

2. Pengolahan Hidup

Dalam hal ini Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakt Buku II

mengatakan: ”Pengolahan hidup adalah untuk mencari titik berangkat pembinaan

Page 66: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

48

karena lewat itu diperoleh pengenalan diri yang mendalam termasuk segi-segi

rapuh dan subur untuk panggilan” (Mardi Prasetyo, 2001: 83). Proses pengolahan

hidup panggilan merupakan proses yang terus-menerus dibangun dan dibina

dalam mencapai kematangan pribadi dan rohani. Dengan pengolahan hidup yang

terus-menerus dibangun dalam diri setiap calon yang dibina, menghantar mereka

untuk semakin mengenal, mengerti dan menghayati nilai-nilai dari hidup

panggilan yang dia reflesikan menjadi dasar untuk menghantarnya dalam proses

pertumbuhan dalam membina kualitas hidup panggilannya.

3. Penerimaan Diri

Dalam pembinaan setiap calon diajak untuk mampu mengolah perjalan

hidupnya di masa lampau yang menjadi bagian dari hidupnya. Dalam proses

penerimaan diri seseorang ini membutuhkan waktu yang lama, dengan

pengolahan dirinya yang matang untuk dapat menerima latar belakang dirinya

dengan apa adanya, tanpa ada unsur kemarahan, benci, atau dendam. Karena

setiap calon memiliki latar belakang yang berbada dan cara untuk mengolah

sampai pada saat untuk menemukan dan menerima dirinya apa adanya, semua

punya cara masing-masing dan semuanya penuh pergulatan dan proses tersendiri.

Sehingga dalam proses ini dibutuhkan sikap kerendahan hati dan kerelaan hatinya

untuk siap terbuka pada bimbingan kasih Allah sendiri, agar dapat menerima

dirinya secara dewasa dan mempersembahkan semuanya kepada Allah sendiri.

Dalam hal ini buku II Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Mardi Prasetyo

(2001: 83) mengatakan:

Page 67: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

49

Penerimaan diri adalah sebagai langkah rekonsiliasi dengan masa lalu agar dapat melihat peziarahan hidup panggilan betul-betul sebagai berkat dan bukan kutukan, karena campur tangan Allah di sepanjang perjalanan, termasuk di sini tugas menyembuhkan luka-luka atau malah gangguan kepribadian yang masih ada.

4. Perubahan Diri

Dalam hal ini Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Buku II

mengatakan ”Mengubah diri yang menyeretkan kegiatan formatif, yaitu

pematangan disposisi dan kegiatan askesis, yaitu membangun kerelaan untuk

tidak mengambil hal-hal yang tidak termasuk dalam pilihan panggilan, sehingga

dengan rela menanggung resiko dan konsekuensi dari pilihan panggilan tersebut”

(Mardi Prasetyo, 2001: 83). Dalam proses pembinaan membutuhkan waktu yang

lama dalam menghantar setiap calon untuk mengalami suatu perubahan baik dari

pribadinya sendiri maupun dalam hidup rohaninya.

Untuk mengalami suatu perubahan yang terjadi di setiap calon dibutuhkan

kerja sama, baik dari pihak Allah sendiri, pembimbing maupun calon. Dengan

segala pembinaan yang mereka terima mampu menghantar setiap calon untuk

merefleksikan semuanya, demi menuju suatu perubahan diri maupun rohaninya

yang dibentuk secara kristiani dan semakin bertumbuh dalam kualitas panggilan

yang semakin bermakna.

5. Transformasi Diri

Dalam hal ini Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Buku II

mengatakan ”Tranformasi diri ke dalam hidup Kristus yang bagi religius berarti

Page 68: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

50

semakin memeluk identitas tarekat dalam arti membangun satu budi, satu hati,

satu cita rasa, satu kehendak dan satu keprihatinan dengan tarekat yang mau ikut

ambil bagian dalam gerak keprihatinan Kristus terhadap dunia ini” (Mardi

Prasetyo, 2001: 83). Penyatuan diri dengan Kristus dalam proses pembinaan bagi

setiap calon memang sangat diharapkan untuk menjalin suatu relasi yang akrab

dengan Kristus dan bersatu dengan Kristus sendiri, agar dalam pertumbuhan

panggilannya semakin terbuka pada bimbingan dan tuntunan kasih Kristus yang

membentuk dirinya dalam menghayati nilai panggilannya demi menjawab

panggilan untuk mau bergabung dalam kongregasi.

Dengan mengabungkan diri dalam suatu kongregasi berarti bersedia untuk

siap mengambil bagian dalam satu keprihatinan dan tanggung jawab bersama

dalam menghidupi karisma dan spiritualitas kongregasi serta membawa visi dan

misi kongregasi, demi membatinkan nilai-nilai panggilannya dan mewujudkan

dalam kesaksian hidupnya.

D. Pembinaan Dan Pendampingan Secara Terus-Menerus Bagi Para Team

Formator

Pembinaan dan pendampingan bagi para team formator merupakan suatu

pendampingan yang khusus yang perlu diperhatikan dalam setiap kongregasi.

Bagi para suster yang menjadi team formator mampu terlebih dahulu untuk siap

membentuk dirinya dan terus-menerus berproses dalam mengolah hidupnya agar

semakin matang dalam seluruh pribadinya dan hidup rohaninya, demi

perkembangan bagi para calon yang didampinginya atau dibina. Untuk itu dalam

Page 69: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

51

Kongregasi FdCC sangat diharapkan pembinaan dan pendampingan para formator

dibagi dalam tiga tahap antara lain:

1. Secara Personal

Dalam hal ini buku Yesus Mendidik Para Murid Darminta (1997: 22)

mengatakan:

Pembentukan Yesus bagi para murid adalah dalam jalur kebijaksanaan. Pendidikan pada jalur kebijaksanaan berarti pembentukan manusia menjadi mampu mengambil keputusan yang tepat, dalam perjalanan menuju tujuan hidup. Dengan kata lain proses jalur kebijaksanaan merupakan proses pendewasaan orang yang utuh, baik rohani, cara berpikir merasa dan cara menghendaki serta dalam pengambilan keputusan-keputusan, dalam perspektif tujuan hidup yang ditawarkan dan digariskan. Dari segi karakter, tujuan pendidikan kebijaksanaan ialah memampukan orang untuk membentuk diri terus-menerus dan mampu meningkatkan daya hidup untuk menuju kepada tujuan hidup.

Pembinaan secara personal merupakan dasar dalam proses pembinaan

seseorang. Karena sebelum seseorang membina orang lain terlebih dahulu dia

mampu membina dirinya, agar lewat pengalamannya mampu membawa orang-

orang yang dibimbingnnya menuju kepada tujuan hidup yang jelas. Dalam hal ini

RF Kongregasi Suster FdCC (1996: art. 7) mengatakan:

Seorang formator dalam Kongregasi Suster FdCC, sangat diharapkan seorang formator yang bijaksana, ramah, mampu menghargai setiap calon yang didampinginya, mempunyai jiwa pendoa, agar lewat doa dan kontemplasinya, seorang formator mampu mendampingi para calon susternya untuk berusaha mengenal dan mencintai Yesus secara lebih mendalam lewat proses hidupnya.

Page 70: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

52

Dalam pendampingan yang berhubungan dengan panggilan, formator

mampu mengarahkan dan memudahkan penglihatan nyata calon atas

panggilannya dan apresiasi yang efektif atas kehendak Allah. Dengan demikian

dia boleh memberikan prioritas-prioritas utama terhadap nilai-nilai panggilan bagi

para calonnya. Lewat doa, refleksi dan pengalaman, dan yang terpenting, lewat

hubungan interpersonal, otentik bagi orang muda yang didampingi dengan cinta,

kebijaksanaan dan tahap demi tahap menuju:

a. Penerimaan atas kehidupannya dan kehidupan orang lain sebagai

anugerah

b. Pengenalan diri dan penemuan atas karunia-karunianya, keterbatasan-

keterbatasan dan aspirasi-aspirasi.

c. Suatu pemahaman yang lebih mendalam atas signifikansi imannya.

d. Keakraban yang lebih besar dalam kogregasi.

2. Secara Bersama

Cara yang penting dan utama bagi setiap orang untuk terlibat dalam

tanggung jawab bersama adalah menggunakan dialog. Dalam hal ini RF

Kongregasi Suster FdCC (1996: art. 7) mengatakan bahwa: ”Dalam dialog ini ada

aspek saling mendengarkan, menghargai dan bersaksi dalam semangat yang sama

untuk memperkenalkan Yesus kepada para calon yang didampingi, dengan cara

inilah sehingga semua calon semakin mengenal dan merasakan cinta kasih Yesus

sendiri melalui para pendampingnya”. Dengan menciptakan dialog cinta kasih

maka seseorang dengan terbuka membagikan segala yang dia miliki, dengan

Page 71: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

53

kelembutan dan ketulusan dalam kebersamaan, agar kebaikan bersama boleh

dicapai demi perkembangan para calon.

Dialog membantu orang untuk dapat bekerja sama, partisipasi, tanggung

jawab yang dipikul secara penuh dan kesiap–sediaan. Semua itu terdapat dalam

suatu sikap yang penuh kebebasan, kemiskinan dan dalam suatu atmosfir akan

penerimaan persaudaraan dan keterbukaan yang di dalamnya setiap orang merasa

nyaman dan diterima dengan cinta. Dalam hal ini RF Kongregasi FdCC (1996:

art. 9) mengatakan bahwa: ”Dengan demikain para team formator dapat membina

diri mereka dalam dialog bersama dengan penuh cinta, agar segala program yang

mereka laksanakan dapat membantu para calon yang didampinginya demi menuju

suatu kematangan pribadi dan rohaninya, dalam menghayati nilai-nilai hidup

panggilannya”.

3. Secara Apostolis

Hidup kita dituntun dan diberi ciri khas oleh suatu spiritualitas apostolik

Canosian, mengenai suatu realitas yang mengalir dari nama yang

memperkenalkan kita kepada Gereja dan dunia adalah: ”Putri-Putri Cinta Kasih

Pelayan Kaum Miskin”. Dalam hal ini terjemahan ”The Canossian Charism”

(GC, 2002: 34) mengatakan bahwa: ”Cinta yang terpancar dari Kritus yang

Tersalib, cinta kita yang terbesar yang ada pada kayu salib tidak menghirup apa-

apa kecuali cinta kasih semata, di mana ini merupakan alasan utama dan dasar

bagi misi bersama dalam Kongregasi FdCC”. Melalui kasih yang nyata inilah

yang membimbing kita untuk mampu mencintai setiap orang yang kita dampingi

Page 72: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

54

sebagaimana Kristus sediri mencintai kita. Di bawah kaki salib, kita

mengkontemplasikan Sang teladan Agung yaitu Dia yang Tersalib setiap hari,

bersama dengan Maria, Bunda-Nya cinta kasih.

Dengan demikian bagi para suster yang bergabung dalam team formator

mampu mendalami spiritualitas apostolik kongregasi, agar mampu

memperkenalkan Yesus kepada para calon yang didampingi sehingga dia semakin

mencintai Yesus melalui penghayatan nilai hidup panggilannya, dalam karya

kerasulan dan dalam hidup bersama. Dalam hal ini RF Kongregasi Suster FdCC

(1996: art. 9) mengatakan bahwa ”Seorang team formator berusaha mendalami

dan menghayati nilai spiritualitas apostolik sehingga dia mampu:

a. Mengambil semangat dari Yesus Tersalib semangat untuk berbuat

kasih dan merangkul serta menerima setiap calon dengan penuh kasih

dan pemberian dirinya yang tulus, khususnya bagi para calon yang dia

dampingi.

b. Mengolah dirinya dengan Sabda dan Roti hidup sehingga menambah

kekuatan dalam mewartakan kasih Kristus kepada para calon demi

kebaikan mereka.

c. Menghadapkan dirinya dengan semangat apostolik St. Magdalena dan

mempersembahkan dirinya, kepada misi melalui praktek berbuat kasih

sehingga para calon yang didampinginya menemukan wajah Allah

yang adalah cinta dapat dilihat dalam dirinya.

Page 73: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

55

d. Mencari Allah dalam setiap keputusan, perbuatan dan relasinya

dengan para calon, sehingga dalam dirinya sebagai pemberian Allah

dan dalam penerimaan rencana kasih-Nya bagi para calon.

e. Menerima dan membantu mereka untuk menikmati kasih Allah.

f. Saling mendukung satu dengan yang lain, saling membantu dalam

misi bersama dan membawa beban satu sama lain

E. Pembinaan Diri Terus-Menerus (On-going Formation)

Dalam perjalanan proses pembinaan berlangsung seumur hidup, dan melalui

proses tersebut dibutuhkan waktu yang lama dari tahap demi tahap menuju

kesempurnaan dan kematanga pribadi seseorang, bukan langsung sekali jadi. Oleh

karena itu pembinaan terus-menerus ini dibagi dalam tiga tahap, antara lain:

1. Jawaban Personal

Proses pembinaan yang terjadi dalam diri seseorang diarahkan kepada

jawaban akan hidup panggilannya secara pribadi kepada Allah yang telah

memanggilnya dan mengikutsertakan mereka dalam karya keselamatan. Proses ini

selalu dibangun dan diolah secara terus-menerus, demi mencapai kematangan

pribadi maupun rohani. Dalam hal ini Darminta (1997: 40) mengatakan:

Untuk memiliki kemampuan membangun diri terus-menerus, Yesus mengajarkan ketujuh kemampuan sebagai pilar bangunan hidup (Mat 7:1-24), melatih menjalankan tugas (Mat 10) dalam ketengan tanpa banyak kekhawatiran karena percaya bahwa Firman Allah memiliki kekuatan untuk tumbuh dari dirinya sendiri (Mat 13:31-32), dengan tetap berfokus pada mereka yang paling hina (Mat 25:40). Lewat itu pula

Page 74: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

56

kesatuan dan persekutuan hidup para murid dan kita sekarang harus dibangun terus menerus agar menjadi kekuatan efektif bagi pelaksanaan misi, tanpa terperangkap struktur kebersamaan (Mat 23:1-12), tanpa terperangkap legalisme keagamaan (Mat 23:13-14), tanpa terperangkap sistem keagamaannya sendiri (Mat 23:15), tanpa terperangkap pembenaran diri untuk menutupi dusta (Mat 23:16-22), tanpa terperangkap kekacauan hierarki nilai (Mat 23:23-25), dan akhirnya tanpa terperangkap moralitas ganda (Mat 23:27-33), serta penumpahan darah (Mat 23:34-36).

Dalam hal ini buku I Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Mardi

Prasetyo (2001: 103) mengatakan ”Jawaban terhadap panggilan mestinya betul-

betul menjadi jawaban personal sampai menyentuh motivasi terdalam, hati nurani,

dan tanggung jawab pribadi.” Maka dalam proses pembinaan, perubahan yang

terjadi dalam diri seseorang, harus berawal dari kemauan dalam diri pribadinya

sendiri, dalam menjawab panggilan Allah.

2. Internalisasi Nilai Hidup Religius

Dalam hal ini Darminta (2003: 18) mengatakan Panggilan pembaktian

merupakan panggilan pribadi seseorang pada tingkat kesadarannya yang terdalam.

Panggilan pembaktian mengubah hidup kita secara radikal dan tidak hanya

keadaan lahiriah, tetapi lubuk hati kita yang terdalam dan mengubah kita menjadi

pribadi yang lain , yaitu pribadi demi ”Kerajaan Allah”. Dengan membangun

suatu proses pembinaan diri secara terus-menerus, dapat membantu setiap pribadi

atau calon untuk menemukan nilai dari penghayatannya akan hidup panggilan

yang dia jalani. Penghayatan nilai-nilai tersebut mampu mengantar dia pada

pelaksanaan nilai-nilai kristiani dalam mewartakan kasih Allah melalui hidupnya

sehari-hari.

Page 75: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

57

Nilai hidup religius yang dihayati dalam kehidupan para Suster FdCC setiap

hari mampu menghantar kami untuk semakin bersatu dan turut merasakan

keprihatinan bersama Kristus dalam karya keselamatan Dia sendiri. Dengan

membawa misi Kristus para Suster FdCC semakin berani memberitakan kasih-

Nya dan menjadi saksi-Nya melalui kesaksian kasih yang kami jalankan dalam

hidup setiap hari. Dalam hal ini buku I Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti

Mardi Prasetyo (2001: 103) mengatakan bahwa ”Internalisasi nilai-nilai hidup

religius dan peranannya sejauh dijelaskan oleh para pembina sehingga masing-

masing menemukan di dalam dirinya sendiri dasar-dasar pembenaran pilihan

hidup konkret dan menemukan dalam roh dinamika fundamental dari hidupnya.”

3. Keseimbangan

Proses untuk mencapai keseimbangan dalam hidup panggilan membutuhkan

suatu proses yang panjang. Dalam proses ini orang benar-benar terbuka dengan

kasih Allah dan dibimbing dalam terang Roh-Nya agar orang benar-benar

mengalami suatu kedalaman rohani yang mampu membuat dia untuk bertumbuh

dalam hidup rohani maupun kedewasaan dia dalam mengolah pribadinya. Dalam

hal ini Darminta (2006 c: 62) mengatakan bahwa ” Menurut Kitab Suci, jiwa

berarti kesadaran diri yang dinamis, yang akan mengangkat menjadi kesadaran

spiritual apa yang ada sebagai kemampuan jiwa, seperti intelektual, rasa atau

emosi serta sosial.”

Dalam membina hidup panggilan, menuju suatu perkembangan rohani yang

mendalam dan manusiawi yang matang, mampu menghantar seseorang untuk

Page 76: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

58

menjadi seimbang dalam mengenal dirinya, sehingga dengan kesadaran penuh dia

dapat melaksanakan perbuatan-perbuatan kasih dan mempersembahkan diri secara

total kepada Allah. Keseimbangan rohani ini terus-menerus diolah agar proses

pembinaan yang terjadi pada diri seseorang benar-benar dimaknai, melalui segala

pergulatan dalam hidup panggilannya sehingga dia mampu menerima segala

peristiwa hidup baik dalam suka maupun duka, ke dalam penyerahan penuh

kepada kasih Allah yang menghantar mereka pada kematangan rohani dan

kematangan pribadinya sendiri.

Page 77: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

59

BAB III

TAHAP-TAHAP DALAM MASA PEMBINAAN HIDUP RELIGIUS

A. Pengertian Dan Tujuan Masa Pembinaan

Pembinaan merupakan suatu proses yang terus-menerus dibangun dan

diolah, dari setiap pribadi demi menuju suatu perkembangan pribadi yang matang,

baik secara pribadinya sendiri maupun secara rohaninya. Dalam hal ini

Mangunharjana (1986: 12) mengatakan bahwa “Pembinaan sebagai suatu proses

belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal

yang baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang

menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan

kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang sedang dijalani,

secara lebih efektif.”

1. Pengertian Dan Tujuan Masa Pembinaan Secara Umum

a. Pengertian Masa Pembinaan Secara Umum

Masa pembinaan merupakan masa yang khusus dalam tahap pembinaan

bagi seseorang yang mau bergabung bersama dalam suatu kongregasi. Dalam

masa pembinaan ini para calon tersebut dibimbing, didampingi, dibina, diarahkan

dan dibentuk sehingga mereka mampu berproses menuju ke suatu perkembangan

pribadi yang matang dan utuh, baik dari segi manusiawinya maupun rohaninya.

Dari kedua segi inilah mereka diarahkan dan dibentuk sesuai dengan semangat

dari kongregasi yang mereka pilih.

Page 78: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

60

Selain itu pembinaan yang dijalankan dalam terekat religius harus

berorentasi pada perubahan perilaku hidup seturut sikap Kristus dan dilaksanakan

secara terus menerus. Dalam hal ini Mardi Prasetyo mengatakan bahwa ”Hal ini

penting agar hari demi hari manusia semakin bertumbuh menjadi pribadi yang

utuh, dan dalam keutuhan itu, ia semakin memiliki kemampuan untuk menjawab

tawaran Allah yang memanggil” (Mardi Prasetyo, 2001: 16). Singkatnya

pembinaan merupakan suatu proses atau usaha untuk mencapai pembaharuan atau

hasil yang lebih baik dan lebih berdaya guna dalam pengembangan potensi-

potensi yang ada dalam diri seseorang.

b. Tujuan Masa Pembinaan Secara Umum

Tujuan dari masa pembinaan mengantar seseorang untuk mengenal

pribadinya secara utuh. Dalam hal ini Mangunharjana (1986: 12) mengatakan

bahwa tujuan Pembinaan adalah:

Seseorang atau individu dibantu untuk mengenal berbagai potensi yang ada dalam dirinya. Dan melalui pembinaan individu tidak hanya sekedar memilik sejumlah pengetahuan, namun apa yang diketahui dalam proses pembinaan itu dapat direalisasikan dalam tindakan-tidakan konkret demi perkembangan dirinya.

2. Pengertian Dan Tujuan Pembinaan Menurut Kongregasi Suster FdCC

a. Pengertian Pembinaan Menurut Kongregasi Suster FdCC

Pembinaan merupakan proses seumur hidup yang mencakup seluruh

perkembangan hidup seseorang. Dalam hal ini The Rules Of The Congregation Of

The Daughters Of Charity (1981: 17–22) mengatakan: "Pembinaan Kongregasi

Suster FdCC mengikuti dua perintah cinta kasih Allah sebagai tujuan utama yaitu

Page 79: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

61

mencintai Allah dengan segenap hati dan mencintai sesama seperti diri sendiri

demi cinta kepada Allah". Pembinaan ini berguna untuk membantu perkembangan

setiap pribadi para calon secara integral, yang mengarahkan pada kesempurnaan

cinta kasih yang paling sempurna dari Yesus Tersalib, demi pembentukan hati,

pikiran, kehendak, ingatan-ingatan lewat seluruh kehidupan, perasaan, keinganan,

dan dalam relasi kita sesuai dengan ajaran injil. Dalam hal ini pengertian

pembinaan bagi Kongregasi FdCC diuraikan oleh Keputusan Resmi Kapitel

Umum (2008: 17) mengatakan:

Pembinaan adalah sebuah proses utama untuk menopang dan mengembangkan identitas kita sebagai Canossian dan menuntun kita dalam pencarian demi kesetian terhadap karunia dan mendukung proses yang berkelanjutan menuju kematangan transformasi kita yang tak henti-hentinya dalam keserupaan dengan Tuhan Yesus, sehingga dengan demikian banyak orang dapat melihat Dia, mengenal Dia, mencintai Dia, dan menjadi sama seperti Dia, untuk mewartakan Dia kepada orang lain.

Dalam anjuran apostolik tentang Hidup Bakti, Paus Yohanes Paulus II

mengatakan bahwa “Pembinaan sebagai jalan identifikasi dengan sikap Kristus

menuju Bapa-Nya, dan menyesuaikan diri dengan Tuhan Yesus dalam

persembahan diri-Nya secara utuh” (VC, art. 65). Itu berarti setiap orang yang

ingin mengikuti Yesus secara khusus benar-benar menyerahkan dirinya secara

total dalam tugas dan pelayanan kepada sesama sesuai dengan semangat atau

spiritualitas yang dihayati oleh tarekatnya masing-masing.

Page 80: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

62

b. Tujuan Pembinaan Menurut Kongregasi Suster FdCC

Dalam hal ini dokumen Kongregasi FdCC mengenai Rencana Formasi

(2006: 13) mengatakan: tujuan pembinaan dalam Kongregasi Suster FdCC, adalah

sebagai berikut:

Menghantar dan mengarahkan para calon yang datang dan mau bergabung dalam kongregasi, menuju kepada suatu perkembangan pribadi secara integral melalui hidup bersama dan karya-karya dalam kongregasi serta berusaha untuk mengarahkan dan memurnikan motivasi panggilannya dan memperdalam Spiritualitas dan Karisma Kongregasi Suster FdCC, agar mereka dapat mengalami dan merasakan kehidupan bersama dalam persaudaraan cinta kasih.

Dalam Keputusan Resmi Kapitel Umum XV (2008: 17) dikatakan: “Tujuan

pembinaan adalah kemampuan belajar mengakui kebenaran mengenai diri sendiri,

kebebasan interior, kemampuan dialog, kepekaan pada perbedaan-perbedaan,

semangat untuk dunia, kebijaksanaan, kerendahan hati, kelemah lembutan, tanpa

pamrih, dan keramahan.” Dalam keseluruhan pembinaan Kongregasi Suster

FdCC, meliputi beberapa dimensi antara lain:

B. Tahap-Tahap Pembinaan Dalam Kongregasi FdCC

1. Tahap Formasi Awal

Dalam Kongregasi FdCC, formasi awal mulai dengan pra-novisiat (pre-

novisiate) dan berakhir dengan pernyataan final (final profession). Dalam hal ini

RF Kongregasi FdCC mengatakan “Tujuan dari formasi awal adalah

mendampingi kaum muda yang berkehendak mengikuti Kristus, sepanjang jalan

kecil yang ditemukan St Magdalena dari Canossa” (RF, 206: art. 5). Hal itu

Page 81: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

63

menuntun suatu proses pemahaman yang mendalam atas karunia yang telah dia

terima dari Roh, dan juga dapat membantu para calon untuk mampu melihat

bagaimana memelihara dan menumbuhkan panggilannya sehingga mereka dapat

dihantar untuk mengerti dan memilih kehidupan dan misi FdCC sebagai tempat

yang istimewa bagi penyerahan dirinya sendiri dan segala karunia-karunia yang

dia miliki.

Dalam hal ini Rencana Formasi Kongregasi FdCC (2006: art. 5)

mengatakan:

Dalam formasi awal, para team formator diharapkan mampu menumbuhkan suatu dialog yang akrab dan terbuka antara pribadi-pribadi para calon, dalam membangun suatu persatuan dan kesetiaan terhadap keseluruhan proses dari tahap demi tahap, sehingga para calon semakin mengerti dan mengambil suatu keputusan untuk bergabung bersama kongregasi. Formasi awal, didahului oleh suatu proses perkembangan yang sama-sama penting dan biasa dinamakan ”orientasi panggilan” (vocation orientation), yang mana merupakan suatu bagian integral dari “animasi panggilan” (vocation animation).

Orientasi panggilan bermaksud menjangkau kaum remaja atau orang-orang

muda yang merasa terpanggil, sehingga mereka boleh menemukan cinta Allah

untuk mereka dan mulai menjawab panggilan Tuhan secara personal pada Dia

dalam suatu cara yang personal. Dengan proses ini mampu membantu dan

memajukan pertumbuhan pribadi mereka yang total, dan membantu

perkembangan kehidupan imannya, sehingga menolong dia untuk sadar dan

membuat keputusan-keputusan secara bebas akan hidup panggilannya dengan

segenap hati.

Page 82: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

64

2. Tahap Pra-Novisiat

Dalam hal ini Rencana Formasi Kongregasi FdCC mengatakan ”Tahap Pra-

novisiat adalah suatu masa peralihan antara hidup biasa menuju hidup membiara”

(RF, 2006: art. 6). Dalam tahap ini kongregasi mempunyai perhatian khusus

kepada para calon, guna membantu mereka agar dapat mengenal dasar-dasar

kehidupan membiara, membentuk hidup rohani dan manusiawi serta membantu

mereka untuk hidup sesuai dengan kharisma dan spiritualitas kongregasi yang

telah mereka pilih.

Dalam RF Kongregasi FdCC dikatakan bahwa: ”Tahap ini pula seorang

suster yang bertanggung jawab sebagai pendamping, berusaha mengetahui,

mengenal, dan memahami latar belakang kehidupan para calon, bakat-bakatnya,

keluarga, pendidikan, motivasi serta harapan-harapannya” (RF, 2006: art.6).

Dengan demikian mereka dihantar untuk belajar melihat arti hidup panggilan yang

mereka pilih dan apakah mereka merasa cocok dengan kongregasi yang mereka

pilih. Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 64) mengatakan:

Pra-novisiat adalah masa persiapan untuk masuk novisiat. Selama pra-novisiat para calon dibantu untuk memperdalam pengenalan diri dan panggilan, dan untuk bertumbuh dalam kematangan sebagai manusia dan dalam iman sedemikian rupa sehingga dia mampu membuat pilihan dengan bebas dan sadar.

Masa pra-novisiat merupakan masa discernment bagi para calon yang benar-

benar mau menanggapi dan menyerahkan dirinya kepada Allah. Dalam tahap ini

para calon diajak untuk mengolah diri secara matang dan dewasa baik dari segi

rohani maupun manusiawinya, dan dibantu secara terus-menerus untuk terus

Page 83: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

65

berkembang dalam keyakinan pada diri sendiri sehingga mampu mengatasi

hambatan-hambatan yang ada dalam dirinya dan mampu membangun relasi yang

otentik dan penuh arti dengan Tuhan, diri sendiri dan sesamanya serta mampu

membuat pilihan secara bebas dan sadar bagi hidup panggilannya. Dalam hal ini

RF, FdCC (2006: art. 8) mengatakan:

Tujuan pembinaan dalam tahap Pra-Novisiat dalam Kongregasi Suster FdCC adalah; membantu para calon untuk semakin bertumbuh dalam kesadaran diri, atas karunia panggilan yang telah dia terima merupakan suatu anugerarah yang paling mulia dari Allah sendiri, dan juga dapat menghantar para calon untuk memurnikan motivasi mereka dalam terang iman, sehingga mereka dapat menyerahkan diri dengan gembira ke dalam kongregasi dengan suatu pilihan yang bebas dan bertanggung jawab atas panggilan mereka dalam mengikuti Kristus.

Dalam Kongregasi Suster FdCC, pada masa pra-novisiat ini sudah mulai

memperkenalkan spiritualitas Yesus Tersalib, di mana lewat keutamaan-

keutamaan cinta kasih yang terpancar dari Yesus Tersalib, misalnya: kerendahan

hati dan cinta kasih, inilah yang merupakan semangat hidup keseharian mereka,

yang sesuai dengan karisma dari Kongregasi Suster FdCC.

3. Tahap Novisiat

Tahap Novisiat adalah masa percobaan dan inisiasi menyeluruh ke dalam

hidup religius FdCC. Para Novis dipanggil guna membuktikan keputusannya

untuk hidup demi Allah sendiri dan untuk keselamatan dunia dalam kehidupan

religius berdasarkan karisma dan spiritualitas kongregasi. Dalam hal ini Pedoman-

Page 84: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

66

Pedoman Pembinaan Dalam Lembaga-Lembaga Religius (1992: no. 46)

mengatakan:

Para novis hendaknya dibimbing untuk mengembangkan keutamaan-keutamaan manusiawi dan kristiani, dengan doa dan ingkar diri diajak masuk dalam jalan kesempurnaan lebih penuh; diajar juga memandang misteri keselamatan serta membaca dan merenungkan Kitab Suci; dipersiapkan untuk merayakan ibadat kepada Allah dalam liturgi suci; mempelajari cara menghayati hidup yang dibaktikan kepada Allah dan manusia dalam Kristus dengan nasehat-nasehat Injil, diberi uraian tentang sifat, dan semangat, tujuan, dan tata tertib, sejarah dalam kehidupan lembaga, serta dipupuk cinta mereka terhadap Gereja dan gembala rohaninya.

Dengan demikian dalam RF Kongregasi FdCC (1996: art. 9) dikatakan

bahwa: “Melalui pendampingan pribadi inilah, pembinaan dalam tahap novisiat

bagi Kongregasi Suster FdCC bertujuan untuk membantu para calon agar:

a. Mampu memaknai arti hidup panggilan yang telah mereka pilih

sehingga mereka dapat mengambil suatu keputusan secara bebas dan

penuh tanggung jawab, untuk bergabung bersama kongregasi yang telah

mereka pilih.

b. Mampu memaknai hidup konsekrasi dalam Allah, sehingga mereka

dapat menyerahkan diri secara total kepada Allah sendiri melalui hidup

doa, hidup berkomunitas, hidup Kaul, dan hidup karya.

c. Semakin memperdalam keakrabannya dengan Allah setiap hari,

melalui; Sabda-Nya, hidup doa baik secara pribadi maupun secara

bersama-sama, hidup berkomunitas dengan penuh cinta kasih dan hati

Page 85: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

67

yang terbuka untuk menerima siapa saja, dan melalui pelayana-

pelayanan cinta kasih bagi semua orang.

d. Semakin memperdalam nilai-nilai karisma dan spiritualitas kongregasi

Suster FdCC, sehingga mampu menghayati dan melaksanakannya dalam

kehidupan sehari-hari dalam hidup bersama.

e. Mampu melibatkan diri dalam misi Gereja melalui: hidup doa,

persembahan diri, serta memiliki semangat pelayanan bagi sesama.

Dalam hal ini Kons. Kongregasi Suster FdCC (1828: no. 65) mengatakan:

Novisiat adalah masa percobaan dan inisiasi menyeluruh ke dalam hidup religius canossian. Selama masa khusus ini novis diperkenalkan dengan pengetahuan yang dalam dan vital tentang Kristus dan tentang Bapa melalui bacaan dan meditasi, tentang Firman Allah, doa, kehidupan sakramental, dan liturgi. Melalui meditasi tentang rahasia Yesus Tersalib, para novis secara bertahap belajar untuk menyesuaikan diri kepada sikap-sikap-Nya, khususnya cinta kasih dan kerendahan hati-Nya melalui suatu kehidupan yang asketis yang dihayati dengan tulus hati. Para novis dibina secara bertahap ke dalam tuntutan spiritualitas, melalui suatu penghayatan dan pengalaman nasehat-nasehat Injil dalam mengikuti Kristus yang murni, miskin dan taat sampai mati. Dalam kerja sama yang aktif dan bertanggung jawab dengan pendamping, para novis belajar mengenai peraturan hidup kongregasi dengan demikian mereka dapat memberikan dirinya dengan penuh gembira dalam hidup berkomunitas. Hal ini membantu pertumbuhan mereka sebagai pribadi yang mampu hidup bersama-sama dalam suatu komunitas dan juga mereka dihantar untuk mengenal dan belajar mempraktekkan karya-karya cinta kasih dalam kongregasi suster FdCC.

Dengan demikian masa novisiat yang berlangsung selama dua tahun ini, mampu

menghantar mereka untuk menjadi seorang pribadi yang memiliki kematangan

Page 86: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

68

manusiawi dan kristiani serta mampu bertanggung jawab dalam menanggapi

panggilannya secara bebas dan gembira.

Dalam tahap pembinaan di tahun pertama novisiat, yang disebut sebagai

tahun Kanonik artinya tahun pembinaan yang diabsahkan oleh hukum kanon dan

berlaku bagi semua tarekat hidup religius, sebagaimana ditegaskan dalam KHK,

kan. 648 paragraf 1. menurut kanon tersebut, pelaksanaan masa novisiat dianggap

sah haruslah meliputi dua belas bulan yang diselenggarakan dalam komunitas

novisiat sendiri. Dalam hal ini RF Kongregasi FdCC (1996: art. 9) mengatakan

bahwa: “Para novis dihantar untuk mengalami suatu pengalaman doa yang

bersemangat, belajar mengenal, mendalami dan menghayati dalam kehidupan

sehari-hari mengenai Peraturan Hidup, Spiritualitas, Kharisma, dan Visi – Misi

Kongregasi Suster FdCC. Bersama dengan pendamping mereka mengevaluasi

perjalanan yang telah mereka jalani, dalam rangka memurnikan dan memotivasi

proses perkembangan hidup mereka, dalam hal:

a. Integrasi iman dan kehidupan.

b. Penghayatan nilai-nilai spiritualitas dan karisma, sehingga dapat

mempraktekannya dengan baik melalui hidup bersama-sama dan hidup

karya pelayanan kongregasi.

c. Komitmen mereka dalam mengikuti Yesus Kristus yang murni, miskin,

dan taat.

d. Pertumbuhannya dalam semangat doa.

e. Makna dari kehidupan sakramental dan kehidupan liturgis

Page 87: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

69

f. Kualitas relasi dalam hidup bersama dan kesanggupan mereka dalam

mencintai, suatu relasi cinta yang rendah hati, universal dan terbuka

pada semua di dalam komunitas, mampu untuk hal pengampunan dan

pelayanan.

g. Kerelaannya untuk membuat Yesus dikenal dan dicintai kepada semua

orang di seluruh dunia.

h. Perhatiannya untuk orang-orang yang amat membutuhkan.

Dalam tahap pembinaan tahun kedua di novisiat, mereka diajak untuk

mempraktekkan mengenai apa yang telah mereka pelajari selama di tahun

pertama. Para novis dikirim ke setiap komunitas, kecuali komunitas studi. Di

sinilah mereka dilatih untuk menyatu dan berani mempraktekkan nilai-nilai

karisma dan spiritualitas melalui hidup doa, kaul, komunitas dan karya pelayanan,

yang telah mereka pelajari dan dalami selama tahun pertama. Semuanya ini

bertujuan untuk semakin menemukan identitas dirinya dan merasa cocok untuk

bergabung menjadi anggota dan penerus Kongregasi Suster FdCC. Mereka diajak

untuk mampu memberikan kesaksian terhadap cinta Allah yang telah mereka

alami, kepada sasama yang mereka jumpai dalam karya dan melalui hidup

bersama, agar semangat misi dalam memperkenalkan cinta Tuhan kepada sesama

dapat tercapai.

Page 88: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

70

4. Akhir Pembinaan Di Tahap Novisiat

Masa novisiat ditutup dengan karya apostolik yang dijalankan selama 6

bulan di setiap komunitas karya, dimana masing-masing formandi di kirim ke

setiap komunitas untuk mengalami dan mempraktekan nilai-nilai spiritualitas dan

karisma Kongregasi FdCC melalui hidup doa, kaul, berkomunitas dan karya, yang

telah mereka pelajari dan dalami, sehingga mampu menghantar mereka untuk

dapat menghayati nilai tersebut dan sebagai dasar pegangan dalam pembinaan

selanjutnya, dan menjadi penerus kongregasi.

Setelah melewati karya apostoliknya, mereka dipersiapkan untuk

mengucapkan kaul sementara, dengan evaluasi akhir bersama dengan pimpinan,

dan pendamping mereka untuk melihat apakah sudah siap mejadi anggota

kongregasi. Dalam ketentuan evaluasinya menurut RF Kongregasi Suster FdCC

(1996: art. 41) dikatakan seseorang pantas menerima kaul pertama adalah:

a. Integrasi iman dan kehidupan

b. Komitmennya untuk mengikuti Yesus yang suci, miskin dan taat

c. Pertumbuhannya dalam semangat doa

d. Makna dari kehidupan sakramental dan kehidupan liturgis

e. Kualitas hubungan-hubungannya dan kesanggupan untuk mencintai,

suatu cinta yang rendah hati, universal dan terbuka pada semua di dalam

komunitas, mampu untuk hal pengampunan dan pelayanan

f. Kerelaannya untuk membuat Yesus semakin dikenal dan dicintai oleh

semua orang di seluruh dunia

g. Perhatiannya untuk orang-orang yang amat membutuhkan.

Page 89: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

71

h. Diterima atau menemukan panggilan lain.

i. Ditandai oleh keputusan kedua belah pihak, maksudnya adalah ada ya

dari kedua belah pihak.

5. Tahap Juniorat

Tahap Juniorat adalah tahap di mana suster yang telah mengadakan

pernyataan sementara mereka dan berkeinginan untuk memberikan diri kepada

Allah melalui Kongregasi FdCC, sebagai pelayan Tuhan melalui sesama yang

membutuhkan. Tahap juniorat juga merupakan suatu periode pernyataaan

sementara (temporary profession), untuk para suster yang dipanggil guna

memperdalam dan mengintegrasikan nilai-nilai karisma dan spiritualitas yang

sudah dia pelajari, dalam kehidupan sehari-hari melalui hidup doa, kaul-kaul,

komunitas, dan karya pelayanan Kongregasi Suster FdCC, sambil menyiapkan

diri mereka untuk pernyataan finalnya (final profession). Dalam hal ini Kons.

Kongregasi Suster FdCC (1828: no. 68) mengatakan:

Profesi religius adalah suatu pilihan kehidupan untuk Allah dan umat manusia. Melalui profesi religius, para suster membaktikan dirinya kepada Allah, dan merangkul dengan kaul-kaul publik nasehat-nasehat Injil kemurnian, kemiskinan, dan ketaatan menurut peraturan hidup Kongregasi Suster FdCC.

Dalam hal ini RF Kongregasi Suster FdCC (1996: art. 10) mengatakan

bahwa: “Tahap pembinaan yang dijalankan kurang lebih 5 – 9 tahun yang

dihitung mulai dari kaul pertama bagi para junior ini, mereka dibimbing oleh

pendamping melalui animasi dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dilakukan

Page 90: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

72

setahun dua kali guna mengevaluasi dan memberi masukan bagi para junior dalam

mempraktekkan nilai-nilai karisma dan spiritualitas melalui hidup bersama dan

dalam karya pelayanan cinta kasih. Dalam hal ini RF Kongregasi Suster FdCC

(1996: art. 10) mengatakan bahwa: “Pembinaan ini pula bertujuan untuk:

a. Mengintegrasikan nilai-nilai spiritualitas dan karisma dalam hidup

sehari-hari, baik dalam hidup bersama maupun dalam hidup karya.

b. Persatuan hidup, yang sedang dijalani untuk menyatukan apa yang sudah

mereka pelajari dalam novisiat, dapat dipraktekan dalam kehidupan

hariannya.

c. Meningkatkan penghayatan dan mampu mengintegrasikan nilai-nilai

spiritualitas dan karisma tersebut melalui hidup doa, kerasulan, hidup

bersama dan kebutuhan-kebutuhan personal, melalui suatu pencarian

yang tulus hati demi menemukan suatu identitas yang jelas dan lebih

mendalam.

d. Memperdalam rasa memiliki terhadap kongregasi, khususnya terhadap

komunitasnya.

e. Memperoleh suatu pemahaman spiritualitas yang lebih mendalam dari

cinta teragung, yang dikontemplasikan pada salib, dengan demikian hal

itu bisa menjadi suatu titik referensi demi pilihan-pilihan yang bebas dan

bertanggung jawab.

f. Menyelesaikan pendidikan teologis-biblis-pastoral dan pendidikan

profesional lainnya, berdasarkan kebutuhan-kebutuhan misi kongregasi.

Page 91: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

73

g. Memperdalam pengetahuannya tentang bahasa asing yang diawali di

novisiat, hingga memberikan dia kesempatan untuk pertukaran-

pertukaran yang lebih inter-kultural dan oleh karena itu, membuat dia

lebih terbuka kepada misi keseluruh dunia.

h. Bertumbuh dalam kesadaran bahwa mereka adalah milik Allah secara

total dan telah memilih suatu kehidupan demi pelayanan untuk umat

manusia.

6. Tahap Profesi Kekal

Dengan demikian tujuan dari pembinaan selama di tahap Juniorat, guna

mengantar para suster yang berprofesi sementara menuju kepernyataan finalnya

atau profesi kekal. Dengan pernyataan kekal inilah para suster membaktikan dan

menyerahkan diri seutuhnya untuk menjadi milik Allah selama-lamanya dalam

keluarga religius yang telah dia pilih dan disahkan secara publik oleh Gereja.

Dalam hal ini RF Kongregasi Suster FdCC (1996: art. 10) mengatakan bahwa:

“Sebelum menyatakan kesungguhanya untuk pernyataan finalnya, para suster

sekalian diberi waktu untuk sungguh-sungguh merefleksikan dan mengevaluasi

dalam mengambil sebuah keputusan, melalui:

a. Mentalitas imannya.

b. Keteguhannya akan mengikuti Tuhan Yesus dalam kaul kemiskinan,

kemurnian dan ketaatan, agar menjadi suatu tanda kehadiran-Nya di

dunia.

Page 92: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

74

c. Tanggung jawabnya dalam menghayati nilai-nilai karisma dan

spiritualitas, melalui hidup bersama dan karya pelayanannya.

d. Penghayatannya dalam menjalankan dan menghidupi nilai-nilai hidup

kaul kemiskinan, kemurnian, dan ketaatan.

e. Keterbukaannya terhadap perubahan supaya menjadi suatu instrumen

atas keselamatan-Nya

f. Kegembiraannya untuk memiliki keluarga Putri-Putri Cinta Kasih

pelayan kaum miskin, pada pelayanan Gereja dan misi Kongregasi

FdCC.

Dalam hal ini Kons. Kongregasi Suster FdCC (1828: no. 71) mengatakan:

Pada akhir masa kaul sementara, suster yang telah dengan sungguh-sungguh melakukan discerment dengan kehendaknya sendiri mengajukan permohonan kepada pimpinan tingginya untuk membaktikan diri secara total kepada Tuhan. Melalui profesi kekal, suster menempatkan hidupnya secara tetap dalam pelayanan terhadap Allah dan Gereja dalam Kongregasi FdCC.

7. Tahap Pembinaan Lanjutan

Dalam hal ini tahap pembinaan Lanjutan menurut Rencana Formasi FdCC

mengatakan “Sungguh suatu proses formasi diri melalui salib, menuju

kekepenuhan diri yang total dalam cinta kasih Kristus” (RF FdCC, 1996: art. 11).

Pembinaan lanjutan merupakan suatu proses pembinaan menuju kesatuan hidup

dengan Kristus melalui penyerahan dirinya secara total kepada Tuhan dan

kesetiannya dalam menjalani hidup panggilannya demi perkembangan pribadinya,

Page 93: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

75

komunitas dan misi kongregasi sendiri. Dalam hal ini RF FdCC (1996: art. 11)

mengatakan: tujuan pembinaan formasi lanjutan membantu para suster untuk:

a. Mendidik dirinya dalam bimbingan Roh sehingga bersama Kristus dia

mampu menemukan arti konsekrasinya demi Kerajaan Allah.

b. Semakin bersatu dengan Kristus dan menyatukan segala peristiwa

hidupnya dalam kasih dan bimbingan tangan Tuhan sendiri

c. Meningkatkan kesetianya pada spiritualitas dan karisma Kongregasi

FdCC.

d. Meningkatkan semangat pelayanan dalam kegembiraan, dalam

mempekenalkan Yesus.

e. Selalu berserah dalam hati Tuhan, agar hidup panggilannya tetap setia

dan selalu diberkati Tuhan dalam menghadapi tantangan-tantangan

dalam hidup panggilanya.

Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 72) mengatakan:

“Kesetian yang dinamis kepada panggilan apostolik yang khas memerlukan suatu

pembinaan yang berlanjut, sehingga lebih sadar dan setia akan identitas kita

sebagai Putri-Putri Cinta Kasih Pelayan Kaum Miskin (FdCC).” Kesetian

terhadap proses pembinan membantu kita untuk memandang kehidupan dengan

harapan kristiani, sebagai partisipasi penuh dalam misteri Paskah Tuhan. Segala

kesulitan, tantangan dan permasalahan yang terjadi dapat menghantar mereka

untuk tetap setia dan menggantungkan diri sepenuhnya dalam tangan Tuhan.

Mardi Prasetyo (2001: 25, buku I Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti )

Page 94: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

76

mengatakan bahwa “Tujuan khusus bina lanjut adalah Senantiasa memiliki relasi

yang penuh cinta bakti pada Allah dan sesama yang disemangati dan disegarkan

oleh kekuatan Allah dalam hidupnya sebagai religius yang bertanggung jawab

atas arus keselamatan yang dipercayakan Allah pada kongregasi.”

C. Bidang-Bidang Formatif Di Novisiat

1. Hidup Doa

Hidup doa merupakan dasar dalam tahap pembinaan. Karena melalui hidup

doa inilah para calon semakin menjalin relasi yang akrab dengan Tuhan, sehingga

dapat menghantar mereka untuk semakin bertumbuh dalam kedewasaan pribadi

dan kedalaman iman mereka. Dalam buku Psikologi Hudup Rohani edisi II, Mardi

Prasetyo (1992: 334) mengatakan “Doa dapat bermakna bagi pertumbuhan

kedewasaan tiap pribadi dalam arti:

a. Mendorong orang untuk benar-benar mencari kehendak Allah yaitu apa

yang penting untuk Kerajaan Allah dan bukan orientasi pada nilai-nilai

kodrati atau kebutuhan psikologis sesaat.

b. Doa dimotivasi oleh iman, harapan, dan cinta kasih yang secara konkret

berupa usaha hidup bersatu dengan Tuhan dan merasa dekat dengan

Tuhan dalam tiap perilaku dan tindakan hidup. Ini berarti transendensi

diri dan transformasi diri dan bukannya realisasi diri dan sekedar

pemenuhan kebutuhan.

c. Membuat pertumbuhan tidak mandeg dan terus-menerus tertuju pada

Allah dan membuat diri semakin sempurna.

Page 95: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

77

d. Mendatangkan kedamaian sejati, dukungan dan bantuan beserta

kekuatan untuk kesaksian hidup.

e. Mengubah pribadi yang berdoa dan menyiapkannya untuk menerima

kenyataan dalam hidup.

Dengan demikian dalam Kongregasi FdCC, khususnya dalam tahap

pembinaan hidup doa dibagi dalam dua bagian yaitu:

a. Hidup Doa Bersama

Sumber kasih persaudaraan adalah Roh Kristus sendiri yang tinggal di

tengah komunitas, dimana Roh ini merupakan buah dari doa hidup bersama.

Semangat Roh Kristus inilah yang menghantar para novis untuk semakin

bertumbuh dalam Roh Kristus sendiri dalam hidup bersama, sehingga dapat

menghantar mereka untuk mampu menerima segala kekurangan, kelemahan,

watak, budaya, dan segala latar belakang yang berbeda diantara teman-teman

mereka sebagai kekayaan yang unik dalam hidup bersama. Dalam hal ini

Darminta (2005: 32-33) mengatakan bahwa “Manusia melalui rohnya

dimampukan melihat dan bersentuhan dengan hidup yang abadi dan kudus,

yang sedang berproses di dalam jiwa manusia, maka jiwa yang melalui rohnya

melalui hidup abadi sebagai masa depan akan membentuk diri menjadi penuh

kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetian,

kelemah-lembutan dan penguasaan diri (Gal 5:22-23).”

Page 96: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

78

Doa bersama yang dilaksanakan di novisiat FdCC yaitu doa ofisi,

kunjungan Sakramen Maha Kudus, Ibadat rekonsiliasi, dan doa Rosario. Doa

ofisi dilaksanakan empat kali dalam sehari oleh para novis I dan II yaitu: Ibadat

Pagi, Ibadat Siang, Ibadat Sore, Ibadat Penutup. Untuk Kunjungan Sakramen

Maha Kudus dilaksanakan setiap hari pada pukul 15.00. Untuk Ibadat

Rekonsiliasi dilaksanakan setiap sekali seminggu. Sedangkan doa Rosario

dilaksanakan setiap hari sebelum Ibadat Sore.

b. Hidup Doa Pribadi

Doa merupakan dasar dalam membina hidup rohani seseorang.

Melalui doa seseorang menjalin suatu relasi yang semakin akrab dan satu

dengan Tuhan sendiri. Dalam doa pribadi inilah para novis dilatih untuk

menjalin suatu relasi yang semakin mendalam dan semakin berserah dalam

tangan Tuhan, sehingga membantu dia sendiri semakin berkembang dalam

kedewasaan pribadi dan kedalaman iman. Melalui doa pribadi para novis

semakin menghayati nilai-nilai dari doa itu sendiri sehingga mereka dibantu

untuk semakin menghayati nilai-nilai dari doa itu sendiri dalam kehidupan

mereka sehari-hari. Dalam doa mereka diajar untuk selalu terbuka kepada cinta

Allah yang selalu memberi semangat dan kekuatan untuk terus berjuang dalam

perjalanan hidup panggilan mereka. Dalam Kons. Kongregasi FdCC (1828: no.

20) dikatakan bahwa “Dalam menjalin suatu hubungan yang erat dengan Dia

dan dalam persatuan dengan umat manusia yang menderita, kita terima dengan

hati yang teguh dan tenang, kesempatan-kesempatan setiap peristiwa yang

Page 97: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

79

tidak mengenakan dalam hidup kita, tanggung jawab pembaktian kita, cobaan

dan tantangan yang hadir dalam perjalanan kita.” Semuanya itu kita persatukan

bersama Tuhan agar Dia senantiasa setia mendampingi perjalanan hidup

panggilan kita.

Dalam tahap ini para novis diwajibkan untuk mencari waktu sendiri,

untuk doa pribadinya. Karena melalui waktu khusus inilah dia semakin

mencari, menyerahkan, dan mengandalkan Tuhan sendiri dalam perjalanan

hidup panggilan yang sedang dia jalani. Melalui doa pribadi ini juga

menghantar dia semakin dewasa dalam menerima dan menjalani seluruh

peistiwa hidupnya baik dalam suka maupun dalam duka.

2. Hidup Bersama Dalam Komunitas

Komunitas dibangun berdasarkan iman dan cinta kasih, sehingga mampu

mengantar setiap anggotanya untuk saling menghormati dan mencintai setiap

perbedaan yang ada. Dalam hal ini Panitia Spiritualitas KOPTARI volume 5

(2008: 14) mengatakan bahwa:

Komunitas yang formatif adalah komunitas yang saling mengembangkan, baik antaranggota maupun pimpinan komunitas dengan anggota, dan sebaliknya. Dengan demikian komunitas akan menjadi tanda kehadiran Tuhan, melalui hidup yang dipancarkan sebagai buah penghayatan nilai-nilai hidup religius yang dihayati dalam hidup persaudaraan.”

Persatuan yang mendalam diantara para anggota komunitas menyebabkan mereka

merasa “at home” sehingga dalam semangat inilah dapat menghantar para anggota

Page 98: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

80

komunitas untuk bersatu baik dalam doa maupun karya yang mereka laksanakan

dalam hidup sehari-hari.

Dalam tahap novisiat, para novis dibimbing dan diarahkan untuk mulai

mengenal, mengerti dan mengalami makna nilai hidup berkomunitas. Mereka

diajak untuk bagaimana menerima satu sama lain dengan penuh cinta, saling

menghargai, saling terbuka menerima perbedaan, budaya, suku dan segala latar

belakang teman-teman mereka, sehingga mereka semakin kuat dan semakin

menghayati panggilan yang telah mereka pilih dan mereka jalani. Dari komunitas

kecil inilah mereka dilatih dan dipersiapkan untuk masuk bergabung bersama-

sama para suster dalam komunitas Kongregasi FdCC. Dengan demikian nilai-nilai

hidup berkomunitas inilah dapat membantu mereka, untuk menjadi kekuatan

dalam hidup berkomunitas.

3. Penghayatan Nilai Injil

Berkat bimbingan Roh Kudus dapat menghantar kita untuk semakin

menghayati nilai-nilai Injil dalam hidup bakti, yang merupakan tanda kesatuan

kita dengan Allah Tritunggal Maha Kudus sendiri dalam tugas perutusan dan

pewartaan cinta kasih Tuhan kepada sesama demi membangun Kerajaan Allah.

Semangat cinta Tuhan inilah yang menjadi tanda kehadiran Tuhan sendiri yang

ikut ambil bagian dalam proses perjalanan hidup bakti kita. Teladan Cinta Tuhan

inilah yang menjadi penggerak bagi para hidup bakti melalui penghayatan ketiga

kaulnya. Dengan demikian melalui ketiga kaul inilah bukti cinta yang terbesar

Page 99: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

81

yang dipersembahkan untuk Kristus oleh para pengikut-pengikutnya. Dalam hal

ini VC (1996: no. 20) mengatakan bahwa:

Demikianlah nesehat-nasehat Injili itu pertama-tama karunia Tritunggal Maha Kudus. Hidup bakti mewartakan apa yang oleh Bapa, dengan perantaraan Putera dan dalam Roh, dilaksanakan dalam cinta kasih-Nya, kebaikan-Nya, dan keindahan-Nya. Kenyataannya “status religius juga secara istimewa menampilkan keunggulan Kerajaan Allah melampaui segalanya yang serba duniawi, dan menampakan betapa pentingnya kerajaan itu. Selain itu juga memperlihatkan kepada semua orang keagungan maha besar kekuatan Kristus yang meraja dan daya Roh Kudus yang tak terbatas”.

Dengan demikian para novis diajak untuk mengambil semangat Injil

menjadi semangat perutusan dan pewartaan cinta Tuhan sendiri dalam hidup yang

mereka jalani sehari-hari. Dengan semangat Injil mereka berani untuk menjadi

saksi Tuhan yang penuh gembira dalam menjalani segala tugas dan karya mereka.

Mereka diajak pula untuk menjadi tanda kehadiran cinta Tuhan diantara sesama,

sehingga mengajak banyak orang semakin mengenal dan mencintai Tuhan.

4. Pengolahan Diri

Pengolahan diri seseorang merupakan suatu proses perkembangan dalam

pribadi seseorang, menuju pengenalan dan penerimaan diri yang baik sehingga

adanya integralitas antara psikis dan rohaninya dan mampu melihat dan menerima

segala kebaikan dan kekurangan dalam dirinya. Dengan adanya pengolahan diri

yang baik dapat membantu para formandi untuk bertumbuh secara sehat dalam

perkembangan pembinaannya baik dari segi psikis maupun rohaninya.Dalam hal

ini buku I Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Mardi Prasetyo (2001: 146)

Page 100: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

82

mengatakan bahwa “Tujuan dari pengolahan hidup adalah untuk mengenal

diposisi real dari diri anak bina sampai dapat membuat peta perjalanan batin dan

disposisi dinamis pembatinan nilai-nilai panggilan.”

Pengolahan diri selama masa pembinaan membantu para formandi mencapai

kedewasaan pribadi maupun dalam iman, yang tidak hanya setia kepada Allah

tetapi juga setia kepada manusia. Demi perkembangan yang utuh perlu adanya

kesadaran dalam diri setiap formandi untuk mampu mengenal, menyadari, dan

mengatur diri demi perkembangan yang lebih baik. Kemampuan ini perlu dibina

secara terus-menerus, sehingga mereka mampu menjawab tawaran Allah. Melalui

pengolahan hidup ini, dapat diketahui taraf kedewasaan setiap pribadi formandi,

sehingga para pendamping dapat mengarahkan para formandi ke arah yang lebih

jelas dan mendalam yang dapat membantu mereka untuk lebih berkembang secara

pribadi yang dewasa dan iman yang mendalam sehingga semakin dewasa dan

bertanggung jawab dalam menanggapi panggilannya untuk bergabung bersama

Kongregasi FdCC.

5. Hidup Kerasulan

Melalui karya kerasulan para biarawan/biarawati akan semakin mampu

menjadi saksi Kristus di tengah masyarakat, yang menjadi pusat dan tujuan segala

cinta dan pengabdiannya. Dalam Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 52)

dikatakan bahwa “ Kita adalah rasul-rasul setiap saat hidup kita melalui kesaksian

dan pewartaan kita melalui pelayanan cinta kasih Injil yang sederhana. Secara

khusus kita adalah sebagai rasul.”

Page 101: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

83

Dasar hidup kerasulan adalah semangat doa dan cinta kasih terhadap Tuhan

dan sesama, yang dinyatakan melalui praktek hidup setiap hari kepada sesama.

Jika para biarawan/biarawati tidak menjalin kesatuan yang akrab dengan Kristus

sendiri, maka akan sia-sialah segala karya yang dijalani. Tetapi jika berusaha

secara terus-menerus untuk semakin bersatu dengan Kristus, maka pelayanan

yang dijalankan sungguh menjadi bermakna karena dijiwai oleh Kristus sendiri.

Seperti yang dikatakan dalam Injil Yoh 15:5 bahwa “ Barang siapa tinggal dalam

Daku, dan Aku dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku, kamu tidak dapat

berbuat apa-apa.

Maka dengan demikian dalam tahap novisiat ini, para formandi diajak untuk

lebih menjalin relasi yang akrab dengan Tuhan terlebih dahulu, sehingga dari

semangat kesatuan inilah mereka semakin didorong oleh semangat Roh Tuhan

sendiri, untuk berani menjadi saksi dan pewarta kasih Tuahn bagi sesama,

sehingga kasih Tuhan semakin dikenal dan dicintai oleh banyak orang. Mereka

diajak untuk mengambil semangat pelayanan dalam misi FdCC sendiri, sehingga

mereka semakin mengenal, memahami dan menghayatinya dalam karya

pelayanan yang mereka jalani, sabagai bagian dari persembahan hidup panggilan

mereka kepada Tuhan, sesama dan Kongregasi FdCC.

Page 102: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

84

BAB IV

PENANAMAN NILAI-NILAI

SELAMA MASA PEMBINAAN DI NOVISIAT

A. Pengertian Nilai

Dalam hal ini pengertian nilai menurut Salman Habeahan mengatakan

bahwa “Nilai adalah daya pendorong hidup, yang memberi makna dan legitimasi

tindakan seseorang” (Salman Habeahan, 2007: 40). Dengan kata lain nilai dapat

memotivasi hidup seseorang dan memberi makna akan segala tindakan yang

dijalankan dan dihayatinya dalam hidup bersama maupun demi perkembangan

pribadinya yang lebih mendalam, dewasa dan semakin bertanggung jawab. Dalam

hal ini Darminta (2006: 24) mengatakan:

Nilai berarti sesuatu yang penting dan berharga, dimana orang rela menderita, mengorbankan yang lain, membela, dan bahkan rela mati demi nilai tersebut. Nilai memberi arti atau tujuan dan arah hidup. Nilai menyediakan motivasi-motivasi. Nilai-nilai memberikan arah perjalanan, seperti rel kereta api, agar tidak lepas dari jalur perjalanan.

Memang benar dikatakan nilai adalah sesuatu yang penting dan berharga,

karena nilai memberi arti bagi kehidupan seseorang. Jika seseorang berani

memberi nilai dalam setiap perbuatan dan perkataannya maka dia akan menjadi

pribadi yang matang dan hidupnyapun semakin bermakna. Menanamkan nilai-

nilai dalam kehidupan manusia, berlangsung semenjak manusia secara sadar

menjalankan dan menjalani sebuah proses kehidupan, sehingga mampu

menghantar seseorang untuk dapat merefleksikan hidupnya mengenai

Page 103: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

85

penghayatan akan nilai-nilai yang dihidupi yang dapat menghantar hidupnya dan

menuntun dia untuk mau berbuat apa dan menentukan kemanakah arah hidup

yang akan dia jalani dan dihayatinya. Dalam hal ini pengertian nilai Darminta

(2006: 10-11) mengatakan bahwa:

Memberi akar untuk hidup kepada generasi muda berarti membekali mereka dengan sebuah perangkat tata nilai, agar mereka mampu berdiri tegak dan tak lapuk menghadapi topan kehidupan, dan mampu membedakan realitas dan bayangan, membedakan mana yang tahan lama dan mana yang hanya sekadar “mode” belaka. Dengan demikian mereka dapat hidup bahagia dan berjiwa besar dalam dunia mereka dengan nilai-nilai yang kuat, akar-akar yang kokoh, bagaikan orang yang membangun rumah di atas batu karang seperti yang digambarkan dalam Injil (Mat 7:25; Luk 6:48). Mengembangkan sayap, sebagai dimensi kemerdekaan dalam hidup, adalah sisi lain dalam perkembangan dan pertumbuhan manusia. Kemerdekaan adalah bagaikan pencarian sepanjang hidup, suatu pergulatan dalam diri kita sebagai manusia untuk mengadakan pilihan-pilihan secara bertanggung jawab atas nilai-nilai tersebut. Nilai yang dipegang dan diyakini serta kemerdekaan adalah dua hal yang tak terpisahkan dalam hidup manusia.

Penghayatan nilai menjadi dasar pembentukan ke arah peningkatan hidup

religius yang semakin mendalam dan bertanggung jawab akan segala tidakan dan

perbuatan yang dijalaninya. Maka dengan memiliki akar dan sayap yang kuat dan

dalam, dapat menghantar para calon Suster FdCC khususnya di tahap novisiat

untuk tetap kokoh dan kuat dalam menjalani dan menghayati nilai-nilai

spiritualitas Kongregasi Suster FdCC, di tengah tantangan zaman yang semakin

maju dan berkembang, sehingga tidak mempengaruhi pergeseran atau perubahan

nilai akan penghayatan nilai spiritualitas yang dihayatinya, baik dalam hidup

bersama maupun dalam karya kerasulan mereka, karena melalui cara inilah dapat

membantu mereka untuk semakin menghayati dan memaknai setiap perbuatan

Page 104: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

86

mereka setiap hari dan hidup mereka semakin bermakna. Dasar penghayatan akan

nilai yang dalam sebagai dasar pegangan bagi mereka sebagai generasi penerus

Kongregasi Suster FdCC.

B. Gambaran Nilai

1. Menghayati Nilai

Nilai mempunyai peranan penting dalam proses perkembangan pribadi

seseorang. Dengan menghayati nilai yang baik dapat membantu seseorang untuk

terus-menerus berkembang dan semakin memaknai hidupnya serta kuat dalam

menghadapi segala tantangan dan rintangan yang terjadi di zaman sekarang.

Dalam hal ini demi mendukung proses perkembangan tersebut para calon Suster

FdCC melalui tahap pembinaan di novisiat, mereka dihantar dan diarahkan untuk

mampu menghayati nilai spiritualitas yang lebih mendalam, sehingga nilai ini

menjadi akar dan sayap bagi penghayatan hidup mereka melalui hidup doa, hidup

kaul, hidup bersama dalam komunitas, karya kerasulan, dan melalui perbuatan

serta perkataan setiap hari dengan semangat cinta kasih yang terpancar dari Yesus

Tersalib. Dengan demikian mampu menyadarkan mereka akan pentingnya

menghayati nilai spiritualitas Kongregasi FdCC, sebagai dasar pagangan bagi

mereka dalam menghadapi setiap tantangan yang terjadi dalam proses

perkembangan kepribadian mereka yang semakin mendalam dan dewasa baik dari

segi manusiawi maupun kristiani. Dalam hal ini Salman Habeahan (2007: 39)

mengatakan bahwa:

Page 105: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

87

Nilai merupakan realitas abstrak. Tetapi nilai kita rasakan dalam hidup kita masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Oleh karena itu, nilai mempunyai kedudukan yang penting dalam kehidupan seseorang, sampai pada suatu tingkat, di mana masih ada sementara orang lebih siap untuk mengorbankan hidup mereka dari pada mengorbankan nilai. Nilai itu akan tercermin dalam sikap, pola berpikir, pola tingkah laku seseorang atau suatu kelompok.

Dengan menghayati nilai menjadikan hidup para calon Suster FdCC

khususnya dalam tahap novisiat lebih bermakna dan mendalam, serta

menyadarkan mereka untuk terus memotivasi hidup mereka sehingga hasil dari

penghayatan nilai-nilai spiritualitas ini menjadikan hidup panggilan mereka

semakin bermakna bagi pribadi mereka sendiri maupun bagi kongregasi yang

telah mereka pilih sebagai penyerahan diri kepada Allah, yang telah memanggil

mereka sebagai pewarta dan pelayan kasih-Nya, dalam membangun Kerajaan

Allah di dunia, demi kemulian nama-Nya dan demi kebaikan sesama. Dalam hal

ini Salman Habeahan mengatakan bahwa “Memahami nilai dengan hati bukan

dengan akal budi. Manusia berhubungan dengan dunia nilai dengan keterbukaan

dan kepekaan hatinya. Maka ia tidak memahami suatu nilai dengan berpikir

mengenai nilai itu, melainkan dengan mengalami dan mewujudkan nilai itu”

(Salman Habeahan, 2007: 40). Hal ini sangat penting bagi pembinaan para calon

Suster FdCC khususnya bagi para novis, sehingga mereka mampu memahami,

menghayati dan melaksanakan nilai spiritualitas dengan hati yang penuh cinta,

gembira, dan bertanggung jawab, agar dapat mewujudkan nilai penghayatan

spiirtualitas Kongregasi Suster FdCC melalui pengampunan, dan kerendahan hati,

dalam semangat cinta kasih dan pengorbanan yang tulus.

Page 106: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

88

2. Melaksanakan Nilai

Orang yang mampu melaksanakan nilai dengan sepenuh hati, adalah orang

yang mampu memberi nilai dalam setiap perbuatan dan perkataannya yang

diwujudkan dalam kehidupannya setiap hari. Dengan demikian pelaksanaan dan

penghayatan nilai tersebut menghantar seseorang untuk semakin berkembang dan

memaknai hidupnya. Dalam hal ini Salman Habeahan mengatakan bahwa “Max

Scheler menegaskan manusia memahami suatu nilai ketika ia mulai mewujudkan

nilai itu dalam perbuatannya. Sehingga nilai akan semakin dipahami jika

mengalami dalam praktek hidup sehari-hari” (2007: 41). Maka sangatlah penting

dalam tahap pembinaan para calon Suster FdCC khususnya para novis, diarahkan

untuk mampu berani mengerti akan nilai, sehingga mereka sanggup menghayati

dan melaksanakan nilai dengan sepenuh hati. Dengan pelaksanaan nilai inilah,

para calon Suster FdCC khususnya para novis, semakin mengerti akan pentingnya

dan berharganya nilai dalam menghayati hidup panggilannya untuk lebih berani

mewujudkan nilai-nilai spiritualitas Kongregasi Suster FdCC dalam hidup mereka

sehari-hari, melalui hidup persaudaraan yang penuh cinta kasih, kerendahan hati,

pengampunan dan semangat pengorbanan yang penuh cinta dan siap sedia dalam

melayani Tuhan dan sesama.

Dengan demikain para team formator berusaha agar di tengah tantangan

zaman yang semakin berkembang ini, mampu mengarahkan dan mendampingi

para calon Suster FdCC khususnya tahap novisiat, untuk lebih mengerti,

menghayati dan melaksanakan nilai-nilai spiritualitas Kongregasi FdCC dengan

sepenuh hati, sehingga nilai inilah menjadi akar dan sayap bagi mereka dalam

Page 107: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

89

menghadapi tantangan zaman ini. Dalam hal ini Darminta mengatakan bahwa

“Nilai adalah penggerak utama dalam hidup kita karena nilai memberi kepastian

arah dan impetus untuk bertindak. Singkatnya nilai tidak hanya sesuatu yang kita

percayai, tetapi juga kenyataan yang kita pilih dan kemudian kita laksanakan” (

Darminta, 2006 a: 25). Karena nilai adalah sebuah pilihan, maka pilihan ini

membuat para calon Suster FdCC khususnya bagi para novis untuk lebih berhati-

hati dan bertanggung jawab dalam melaksanakan nilai tersebut agar dapat

menghantar mereka untuk lebih menjadi berarti dan berharga dalam memaknai

hidup panggilan mereka yang kudus.

Dalam melaksanakan nilai, ada tiga tempat pijak yang dikatakan Darminta

(2006: 24-25) adalah:

Pertama, nilai-nilai bergerak di kepala. Di situ orang menangkap bahwa sesuatu layak dan dengan demikian secara intelektual yakin atas layak dan pentingnya sesuatu itu. Kedua, nilai-nilai perlu mendarat di hati. Orang sendiri tidak hanya menangkap bahwa sesuatu layak dan penting untuk dimiliki, tetapi hati perlu juga dikenai dan dipengaruhi oleh nilai-nilai. Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (Luk. 12:34). Ketiga, nilai harus mendarat di tangan. Jika seluruh pribadi terlibat pada nilai yang diyakini, otak dan hati, maka nilai akan mengantar orang pada keputusan dan tindakan.

Dalam tahap pembinaan di novisiat, para calon Suster FdCC diharapkan

agar dapat memperhatikan tiga hal yang sangat penting dalam melaksanakan nilai,

demi pertumbuhan dan perkembangan pribadi mereka yang semakin mendalam

dan dewasa, sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baik, dan berarti bagi

hidup panggilan mereka.

Page 108: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

90

3. Menjadi Inspirator

Menjadi inspirator berarti berani memberi teladan yang baik bagi orang lain

dan menerima pengaruh dari orang lain untuk membantu para suster terus

berkembang ke arah yang lebih baik. Maka dalam hal ini mengajak para Suster

maupun para calon khususnya para novis FdCC untuk dapat memberi teladan

yang baik dengan sesama suster dalam hidup bersama dan juga sesama yang

dijumpai dalam karyanya, sehingga dapat menerima pengaruh yang baik dari

orang lain untuk terus berkembang ke arah yang lebih baik, dalam membantu

Kongregasi Suster FdCC sendiri untuk semakin berkembang dan menemukan hal-

hal baru yang perlu diperbaiki atau diperbaharui mengenai nilai-nilai spiritualitas

yang lebih berkembang sesuai zaman dan berkualitas dalam membantu para novis

untuk semakin berkembang dalam nilai spiritualitas dalam semangat cinta kasih,

kerendahan hati, pengampunan dan pengorbanan yang terus memaknai hidup

panggilan mereka yang sesuai dengan spiritualitas dan karisma Kongregasi Suster

FdCC.

Penanaman nilai selama tahap novisiat merupakan dasar dalam proses

pembentukan pribadi para novis calon Suster FdCC, sehingga apa yang mereka

mengerti, dan hayati ini dapat mereka laksanakan, sehingga menjadi inspirator

bagi generasi selanjutnya. Dalam hal ini Salman Habeahan (2007: 47)

mengatakan:

Melalui keteladanan dalam bersikap dan berprilaku yang berdasarkan pada nilai dan melalui proses pembiasaan yang berlangsung secara spontan dalam kehidupan sehari-hari akan membuat internalisasi nilai berkembang dalam diri anak didik. Secara singkat dapat dikatakan bahwa

Page 109: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

91

nilai-nilai itu diperoleh anak didik melalui pengalaman dan bukan melalui pengajaran. Melalui pengalaman anak didik mampu merefleksikan nilai-nilai dalam kehidupan nyata.

Memang benar dikatakan bahwa nilai diperoleh melalui pengalaman bukan

melalui pengajaran, sehingga melalui pengalaman itu dapat menghantar seseorang

untuk merefleksikan nilai-nilai tersebut dan dapat mewujudnyatakannya dalam

kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini para team formator Kongregasi Suster

FdCC beserta para Suster FdCC, diharapkan untuk mampu menjadi penggerak

menanamkan nilai-nilai spiritualitas kongregasi kepada para calon, sehingga

mereka dibantu untuk semakin dibentuk kepribadian mereka yang semakin dalam

dan mengalami secara langsung nilai-nilai tersebut. Dengan demikian

keteladaanan nilai-nilai spiritualitas khususnya cinta kasih, kerendahan hati,

pengampunan dan pengorbanan dalam hidup bersama sungguh-sungguh mereka

alami dan rasakan secara nyata, sehingga hal ini menjadi pegangan dasar bagi

mereka sebagai penerus Kongregasi Suster FdCC dalam mewarisi nilai

spiritualitas yang sudah menjadi tradisi dalam kongregasi tercinta ini. Dalam hal

ini Salman Habeahan (2007: 45) mengatakan:

Yesus mengajarkan nilai-nilai cinta kasih, Dia mengajak para murid-Nya mengalami langsung pengalaman dicintai sungguh-sungguh dan tanpa syarat. Ketika Dia bertemu langsung dengan orang yang sakit kusta atau lumpuh, dengan penuh cinta kasih, Yesus menatap mereka, menerima mereka apa adanya, dan kemudian menyembuhkan mereka. Yesus menanamkan nilai kasih, damai dan penghargaan terhadap orang lain, dengan sikap dan perilakunya sendiri bagaimana Dia menerima orang lain apa adanya. Dia membuka tangan terhadap siapa saja, entah dia orang yang sudah diberi stigma orang berdosa, orang yang dijauhi oleh masyarakat, Yesus menerima mereka sebagai pribadi unik, yang pantas dihargai sebagai amnusia.

Page 110: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

92

Model penanaman nilai dari cinta kasih Yesus Tersalib inilah yang menjadi

contoh dan teladan bagi para Suster dan para team formator Kongregasi FdCC

dalam membimbing dan membantu para novis untuk menemukan nilai

spiritualitas Kongregasi FdCC, sehingga mereka mampu mengubah arah

hidupnya, menerima dirinya sendiri dan orang lain dengan penuh cinta kasih,

dalam menghargai dan melayani sesama dengan setulus hatinya sesuai dengan

spiritualitas Kongregasi Suster FdCC. Dari pengalaman inilah mampu

menggerakan hati mereka untuk merefleksikan pengalamannya dan mewujudkan

nilai-nilai tersebut dalam hidupnya sehari-hari sebagai generasi penerus

Kongregasi FdCC.

C. Penanaman Nilai Spiritualitas Kongregasi Suster FdCC

1. Nilai Hidup Doa

Doa adalah ungkapan persahabatan dan penyerahan diri secara total kepada

Allah. Nilai penyerahan diri secara total inilah yang merupakan wujud dari

penghayatan dari nilai hidup doa itu sendiri yang memberikan daya kekuatan yang

semakin bermakna bagi perkembangan hidup panggilan seseorang. Dalam hal ini

terjemahan Pensieri St. Magdalena dari Canossa, bagi para Suster FdCC (2001: 4)

mengatakan bahwa “Sikap doa adalah latihan rohani di mana jiwa mendekati dan

belajar mengenal Tuhan, sehingga menjadi semakin rela dan lebih mencinta

Tuhan.” Setiap orang yang menaruh hidupnya dalam doa, menghantar dia untuk

semakin bertumbuh dan berkembang bersama Allah, sehingga mampu

mendengarkan dan melaksanakan kehendak-Nya.

Page 111: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

93

Dalam hal ini Direktorium Kongregasi FdCC mengatakan bahwa “ Para

Suster FdCC, menganggap doa pribadi dan doa komunitas adalah hal yang dasar

dalam kehidupan rohani. Doa memberi tanda yang mendukung hidup para Suster

FdCC sebagai Putri-Putri cinta kasih pelayan kaum miskin” (1835: 13). Dengan

kata lain hidup doa merupakan dasar yang paling utama dalam tahap pembinaan

bagi para calon Suster FdCC khususnya dalam tahap novisiat, karena melalui

dialog yang akrab inilah mereka semakin terbuka dihadapan Tuhan dan dengan

bantuan Roh Kudus yang senantiasa menerangi dan membimbing mereka untuk

terus berproses dalam memurnikan motivasi hidup panggilan yang mereka hayati

dan mampu mengambil keputusan bagi hidup panggilannya. Dengan semangat

doa inilah membantu para novis untuk memperoleh kekuatan dan setia dalam

menapaki hidup panggilan mereka. Seperti yang dikatakan dalam Injil Lukas

21:36 “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa.” Dengan demikian kesetian dan

kesabaran dalam doa adalah nilai dari doa itu sendiri yang dapat menghantar

seseorang untuk mampu mempersembahkan seluruh hidup dan hatinya kepada

Tuhan. Dalamhal ini terjemahan Pensieri St. Magdalena bagi para Suster FdCC

(2001: 5) mengatakan bahwa “Tak henti-hentinya kita perlu berdoa dan mohon,

agar Tuhan menyatakan kepada kita kehendak-Nya dan membantu kita untuk

melakukannya.

Hidup doa adalah suatu anugerah dari Allah. Dengan semangat hidup doa

inilah membantu para calon Suster FdCC dalam tahap novisiat, untuk dapat

bertumbuh dalam Roh-Nya, sehingga mampu menghantar mereka sebagai seorang

kontemplatif dalam aksi untuk menemukan kesatuan dengan Tuhan. Melalui

Page 112: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

94

ekaristi kudus yang menjadi pusat spiritualitas Kongregasi FdCC, di mana dengan

ekaristi kudus ini merupakan sumber dan puncak cinta kasih Yesus Tersalib hadir

secara nyata dalam ekaristi, karena dengan ekaristi kita mengalami dan merasakan

pengorbanan cinta kasih Yesus Tersalib, dari kematian sampai pada kebangkitan-

Nya. Dalam hal ini Kons. Kongregasi Suster FdCC (1828: no. 13) mengatakan:

Ekaristi sumber dan puncaknya ditemukan di dalam misteri kematian dan kebangkitan Tuhan, yang dikurbankan kembali dalam Ekaristi. Sehingga Ekaristi sebagai pusat setiap komunitas Suster FdCC, di mana di dalam Dia, bersama dengan hidup para Suster FdCC mempersembahkan kepada Bapa kegembiraan dan harapan, kesedihan, dan kekhawatiran dunia di dalam ziarahnya menuju kerajaan.

Dengan demikian nilai dari ekaristi inilah yang menghantar para calon

Suster FdCC khususnya dalam tahap novisiat untuk mengkontemplasikan cinta

Yesus Tersalib, sehingga mereka semakin menghayati dan melaksanakan nilai

spiritualitas cinta kasih yang terbesar dari Yesus Tersalib, dalam hidup bersama

khususnya mencintai dan menerima satu sama lain sebagai saudara, dan mampu

mengampuni dengan setulus hati, yang menjadi sumber kekuatan dalam hidup doa

bagi para novis calon Suster FdCC. Dengan demikian buah dari nilai penghayatan

inilah yang dapat membantu para calon dalam mendengarkan dan melaksanakan

kehendak-Nya, khususnya dalam tahap novisiat yang menjadi tahap yang sangat

penting untuk memilih dan memutuskan tujuan hidup panggilan yang mereka

jalani.

Page 113: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

95

Dalam hal ini buku Psikologi Hidup Rohani II, Mardi Prasetyo (1992: 334-

335) mengatakan tahap-tahap doa yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan

nilai hidup doa adalah:

a. Lectio divina: Memusatkan diri pada pemahaman akan Allah,

mendalami unsur-unsur penting dari wahyu sendiri dari sumbernya yaitu

Sabda Tuhan.

b. Meditasi: Merenungkan apa yang diketahui tentang Allah, merenungkan

wahyu sendiri, memperdalam sistem nilai seseorang dan pertimbangan-

pertimbangan hidup baik.

c. Kontemplasi: Pertimbangan nilai menjadi perjumpaan dengan pribadi

ilahi dalam Yesus.

d. Konsolasi: Kebiasaan mengalami kehadiran Tuhan dan kepekaan akan

kehadiran Tuhan dalam segala yang dapat dikembangkan dalam

kontemplasiakan memudahkan orang untuk masuk dalam pengalaman

konsolasi, yaitu kesatuan dengan Tuhan. Rasa tenang dan damai karena

berpusat pada Allah.

e. Pembedaan roh: Kebiasaan mendapat dan mengenal konsolasi membuat

seseorang mampu untuk terus-menerus menemukan kehendak Allah.

f. Deliberatio: Kebiasaan mengadakan pembedaan roh akan memudahkan

seseorang untuk memilih secara radikal dan mewartakannya dalam

hidup bersama.

g. Kontemplasi bahkan dalam aksi/hidup: Kemampuan deliberatio akan

menumbuhkan kepekaan yang mendalam akan karya Allah di dunia ini,

Page 114: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

96

dan ia akan memilihnya dalam hidup. Dengan demikian seluruh

hidupnya bukan hanya berciri “berbuat untuk kerajaan Allah” (semangat

hamba), tetapi ia sendiri akan mampu berusaha untuk mengerjakan

pekerjaan-pekerjaan Allah ssendiri (semangat putra) seperti halnya

Yesus yang seluruh hidupnya adalah mengerjakan pekerjaan Bapa.

2. Nilai Hidup Komunitas

Dasar hidup komunitas dalam Kongregasi Suster FdCC adalah “Mereka

Hidup Sehati dan Sejiwa” (Kis 4:32). Persatuan cinta kasih timbal-balik dalam

hidup berkomunitas merupakan ciri khas hidup bersama, karena dengan semangat

persatuan cinta kaish timbal-balik inilah setiap anggota komunitas merasa diri

dihargai, diterima, didukung dan dicintai. Dalam Pensieri St. Magdalena dari

Canossa mengatakan “ Persatuan hati dan kasih timbal balik antara suster-suster

adalah salah satu tanda khas Kongregasi Suster FdCC.” Untuk itu semangat

persatuan hati dan kasih timbal-balik dalam hidup bersama ditanamkan sejak

dalam tahap pembinaan khususnya di novisiat para calon dilatih untuk hidup

bersama-sama dengan teman mereka, dan juga bersama para suster dalam

komunitas, sehingga dengan demikian membantu mereka untuk saling terbuka

dalam menerima dan mencintai satu sama lain sebagai saudara dalam Kristus

dalam segala perbedaan yang ada menjadi kekayaan bersama. Dalam hal ini,

terjemahan Pensieri St. Magdalena dari Canossa bagi para Suster FdCC (2001:

31) mengatakan bahwa “kita harus memiliki satu hati dan satu kehendak dengan

saling mencintai semuanya setulus hati, tanpa memilih kasih.”

Page 115: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

97

Dalam hal ini Keputusan Resmi Kapitel Umum XV Kongregasi Suster

FdCC dikatakan: “Komunitas adalah sebuah tempat di mana banyak proses

terjadi, sehingga dengan hasrat bersama semuanya diajak untuk merefleksikan dan

memutuskan demi membantu membangun dan memelihara komunitas sebagai

tempat yang sehat” (2008: 14). Dengan demikian hidup berkomunitas sebagai

tempat pemurnian dan pendewasaan bagi para calon khususnya bagi para novis

dalam memaknai dan memurnikan motivasi hidup panggilannya. Dalam hal ini

menurut St. Magdalena makna hidup berkomunitas dalam Keputusan Resmi

Kapitel Umum XV Kongregasi FdCC (2008: 14) mengatakan:

a. Memelihara kesetian pada rahmat panggilan demi misi.

b. Merefleksikan nilai-nilai dan keutamaan-keutamaan yang kita inginkan

untuk memberi hidup dalam misi.

c. Menjadi tempat istimewa untuk mencari dan mengalami Tuhan

bersama-sama.

d. Komunikasi yang saling menghargai.

e. Dialog persaudaraan.

f. Kerjasa sama

g. Saling menghargai, mendukung, menerima dan mencintai satu sama

lain.

h. Saling menyapa dan mendengarkan.

i. Saling mengampuni

j. Saling percaya

Page 116: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

98

Dengan kata lain setiap Suster FdCC mempunyai suatu tanggung jawab

untuk menciptakan suasana persaudaraan yang penuh kasih dan damai serta relasi

yang hidup, ramah, dan terbuka, sehingga setiap orang yang berkunjung atau

datang ke komunitas merasa diterima, dihargai dan kerasan di antara para suster.

Nilai-nilai hidup berkomunitas inilah yang perlu ditanamkan dalam diri para calon

khususnya dalam tahap novisiat agar mereka semakin mengerti dan memaknai

nilai hidup berkomunitas yang harus dilaksanakan dan dibangun secara terus-

menerus, sehingga semuanya itu dapat memperkaya dan mempersiapkan para

novis calon Suster FdCC untuk mampu mengerti, memahami dan melaksanakan

nilai hidup berkomunitas sesuai dengan spiritualitas Kongregasi Suster FdCC.

Dalam hal ini Paus Yohanes Paulus II VC (1996: no. 67) mengatakan: “Kerena

pembinaan harus berdimensi hidup bersama juga, komunitas merupakan tempat

utama bagi pembinaan dalam Tarekat-tarekat Hidup Bakti dan Serikat Hidup

Apostolik.”

Dalam hal ini Keputusan Resmi Kapitel Umum XV Kongregasi FdCC

(2008: 14) mengatakan: “Ada beberapa nilai yang dapat membantu proses

pembinaan dalam hidup berkomunitas, agar tujuan hidup berkomunitas semakin

hidup dan bermakna adalah:

a. Doa komunitas.

b. Pertemuan komunitas (untuk mendengar Sabda, perjalanan pembinaan,

discernment, evaluasi, dan rekreasi).

c. Proyek komunitas (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi).

d. Rekonsiliasi komunitas.

Page 117: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

99

e. Persaudaraan dalam hidup berkomunitas.

Melalui nilai-nilai inilah dapat membantu para suster maupun para calon

khususnya para novis diajak untuk semakin membangun dan menghayati

spiritualitas hidup berkomunitas yang saling mendukung, menerima, menghargai

dan mencintai satu sama lain sebagai saudara dalam kasih Kristus, demi

membantu satu sama lain menuju kesempurnaan dan kekudusan setiap orang.

3. Nilai Hidup Karya Kerasulan

Pusat hidup karya kerasulan Kongregasi FdCC adalah cinta kasih yang

terpancar dariYesus Tersalib, yang memberi semangat kegembiraan dan cinta

kasih bagi para Suster FdCC dalam memperkenalkan Yesus agar Yesus semakin

dikenal dan dicintai. Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 52)

mengatakan:

Yang mengidentifikasikan kita di dalam Gereja adalah panggilan untuk merealisasikan, dalam kebersamaan iman dan hidup, kerinduan besar pendiri kita: “Di atas segala-galanya, membuat Yesus dikenal dan dikasihi.” Misi kita sebagai pendidik iman menarik inspirasi dari kasih yang membara, yaitu kasih Yesus yang Tersalib terhadap Bapa dan umat manusia. Kerendahan hati-Nya, semangat-Nya yang menyala-nyala, yang dengan-Nya Dia menghasilkan keselamatan kita dan kelemah-lembutannya yang penyabar menjiwai kegiatan-kegiatan apostolik kita. Bersatu dengan “Teladan Agung”, Yesus Tersalib, dan menimba inspirasi dari Maria Penebus bersama umat manusia, kita menjadi penginjil-penginjil yang berdaya-guna dan dapat dipercaya.

Semangat memperkenalkan Yesus inilah yang menjadi misi utama dalam

semua karya kerasulan para Suster FdCC, sehingga setiap suster sangat

diharapkan dan bertanggung jawab untuk mengambil bagian atau berpartisipasi

Page 118: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

100

dalam mengembangkan misi besar ini, sehingga misi ini tetap hidup dan

berkembang bagi para calon khususnya dalam tahap novisiat yang mau bergabung

bersama Kongregasi FdCC, agar dari generasi ke generasi berikutnya misi

Kongregasi FdCC semakin berkembang dan tersebar ke seluruh dunia. Dalam hal

ini Keputusan Resmi Kapitel Umum XV Kongregasi FdCC (2008: 3)

mengatakan: “Kita bersedia menjadi debu dan pergi ke setiap belahan dunia

supaya Yesus semakin dikenal dan dicintai.” Melalui karya yang sederhana di

dalam komunitas itulah para calon khususnya para novis dilatih, dibimbing dan

diarahkan untuk menghayati semangat karya kerasulan Kongregasi Suster FdCC

yang menjadi rasul disetiap saat hidup mereka melalui kesaksian, kerja sama,

dialog, saling mendengarkan, menghargai, kerendahan hati, mencintai, tanggung

jawab, disiplin, jujur, kreatifitas, kesederhanaan, terbuka dan sabar dalam

menghadapi dan menerima semuanya dengan penuh iman. Dengan demikian

melalui nilai-nilai inilah para calon khususnya bagi para novis dilatih untuk

menerima dan menjalankan semua karya yang ada dengan gembira dan

bertanggung jawab.

4. Nilai Hidup Pembinaan

Pembinaan merupakan proses seumur hidup yang mencakup seluruh

pertumbuhan dan perkembangan hidup seseorang. Proses pembinaan menjadi

bernilai dan berguna bagi perkembangan setiap pribadi, jika setiap pribadi mau

menyadari akan segala kelemahan dan kekurangannya dan mau terbuka kepada

para pendamping dalam tahap pembinaan untuk siap diolah, dibimbing, diarahkan

Page 119: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

101

dan dibentuk, sehingga proses penanaman nilai bagi para calon dalam tahap

pembinaan di novisiat ini, menghantar mereka untuk dapat mengerti, memahami

dan menghayati nilai karisma dan spiritualitas Kongregasi FdCC, bagi

perkembangan pribadi mereka sendiri maupun kongregasi, dalam menuju

kematangan iman sepenuhnya akan Kristus. Dalam hal ini Keputusan Resmi

Kapitel Umum XV Kongregasi FdCC (2008: 17) mengatakan:

Pembinaan menuntun kita dalam pencarian demi kesetian terhadap karunia dan mendukung proses yang berkelajutan menuju kematangan tranformasi kita yang tak henti-hentinya dalam keserupaan dengan Tuhan Yesus, sehingga dengan demikian banyak orang dapat melihat Dia, mengenal Dia, mencintai Dia, dan menjadi sama seperti Dia, untuk mewartakan Dia kepada orang lain.

Dengan demikian pembinaan adalah sebuah proses utama untuk menopang

dan mengembangkan identitas kita sebagai Suster FdCC dalam mengikuti Dia

yang Tersalib. Dalam hal ini Kons. Kongregasi Suster FdCC (1828: no. 62)

mengatakan: “Tujuan kepenuhan pembinaan kita sebagai kepenuhan cinta kasih

dalam semangat Kristus yang Tersalib, yang membuat kita menjadi tanda cinta

kasih sampai ke ujung bumi melalui kesaksian dan pelayanan cinta kasih para

Suster FdCC. Melalui pembinaan inilah para calon khususnya para novis

dibimbing dari segi kemanusiaan, Spiritual, (pengenalan diri, pemeliharaan,

integritas diri, keterampilan berelasi, kesadaran, dan meditasi), dan mempertajam

pengetahuannya di bidang teologi, karismatik, dan kristianitas, seksualitas, serta

beberapa keterampilan lainnya adalah: menjahit, dan musik.

Page 120: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

102

Dengan proses pembinaan seperti ini para novis diajak untuk lebih

mengenal dan menyadari nilai dari proses yang telah mereka lewati sehingga

semuanya dapat membantu mereka untuk semakin memotivasi diri dan

memurnikan panggilan mereka sehingga mereka secara sadar dan bertanggung

jawab dapat mengambil keputusan bagi perkembangan hidup panggilan mereka

masing-masing sesuai dengan karisma dan spiritualitas Kongregasi FdCC. Dalam

proses pembinaan ini para calon diarahkan untuk mengalami hidup bersama-sama

dengan teman-teman mereka yang lain dalam satu komunitas, guna membatu

mereka untuk saling mengenal satu sama lain dalam proses pembinaan di tahap

novisiat ini, agar dapat menghantar mereka dapat bekerja sama, berdialog, saling

mengerti, saling mendengarkan, menghargai, menerima setiap perbedaan, saling

mengampuni, mendukung, ramah, kerendahan hati, dan saling mencintai satu

sama lain sebagai saudara.

Dengan demikian pembinaan menjadi dasar utama dalam membantu setiap

pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang matang, dewasa dan bertanggung

jawab, baik dari segi kemanusiaan maupun kerohaniannya, dan dalam seluruh

proses hidupnya, sehingga proses pembinaan ini menjadikan para novis kuat

dalam menghadapi setiap tantangan yang terjadi dalam hidup panggilan mereka

dan berani menyerahkan diri sepenunya kedalam tangan Tuhan yang telah

memanggil mereka.

Page 121: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

103

5. Nilai Hidup Berkaul

Hidup kaul merupakan persembahan diri secara total kepada Allah yang

telah menganugerahkan rahmat panggilan bagi para religius untuk mengikuti

Yesus secara lebih dekat lewat ke tiga kaul yang diikrarkannya dalam menghayati

Hidup Bakti. Dengan mengucapkan ketiga kaul ini, mengajak para religius untuk

membaktikan hidupnya hanya kepada Allah dan demi kemulian nama-Nya

melalui kesaksian hidup dan pelayanan cinta kasih. Melalui persembahan diri

inilah sebagai bentuk ungkapan cinta yang mendalam bagi Allah. Dalam hal ini

Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 23) mengatakan: “Hidup Bakti adalah suatu

hadiah dari Allah, yang diberikannya kepada kita demi kemulian-Nya dan demi

kebaikan saudara-saudari kita.”

Dengan demikian penghayatan Hidup Bakti merupakan bukti cinta timbal-

balik para Suster FdCC yang dibaktikan sepenuhnya dalam Gereja yang

menyelamatkan. Hidup kaul yang dihayati oleh para Suster FdCC, sebagai suatu

perjanjian kasih, diterima dalam suatu kebebasan dan dihayatinya dengan

gembira, maka dengan demikian mewajibkan mereka secara sukarela sepenuhnya

dan selamanya menjadi milik Kristus, dengan mengikuti Dia secara lebih dekat

dalam kemurnian, ketaatan dan kemiskinan. Penghayatan mengenai kaul dalam

tahap pembinaan di novisiat, menghantar para novis untuk dapat

mempersembahkan diri secara bebas dan menjadikan Kristus sebagai sumber dan

teladan bagi hidup mereka. Dalam hal ini para novis benar-benar dipersiapkan

dengan baik, agar mereka dapat mengerti, memahami, menghayati dan

Page 122: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

104

melaksanakan nilai dari hidup ke tiga kaul tersebut sesuai dengan penghayatan

spiritualitas Kongregasi Suster FdCC.

Berikut ini akan dibahas ketiga kaul yaitu: kaul kemurnian, kemiskinan dan

ketaatan, yang sesuai dengan penghayatan spiritualitas Kongregasi Suster FdCC,

adalah sebagai berikut:

a. Kaul Kemurnian

Pusat penghayatan kaul kemurnian para Suster Kongregasi FdCC

berpusat pada Cinta Yesus Tersalib yang murni, yang dapat menghantar para

calon khususnya para novis Suster FdCC untuk mempersembahkan diri

seutuhnya kepada Allah dengan hati yang bebas dan dihayati dengan gembira

demi keselamatan umat manusia. (Kons. Kongregasi FdCC 1828: no. 25).

Dengan penghayatan kaul kemurnian mengajak para novis calon Suster FdCC,

menghayatinya sebagai sebuah anugerah dari Allah yang terlebih dahulu

mengasihi, sehingga memampukan para novis calon Suster FdCC untuk

mengasihi sesama di dalam Dia sendiri dengan bebas.

Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 29) mengatakan:

“Kaul kemurnian mewajibkan para Suster FdCC untuk memelihara pantang

sempurna di dalam selibat, demi kemulian Allah. Para Suster FdCC diarahkan

memahami dan menyadari bahwa kaul kemurnian ini mewajibkan mereka

untuk meninggalkan perkawinan dan nilai-nilai hidup berkeluarga, sehingga

hati menjadi bebas dan terbuka untuk suatu kasih yang tak terbatas.” Dengan

demikian para calon khususnya para novis diarahkan untuk dapat menerima

setiap pribadi dengan rasa hormat, penuh kelembutan hati, cinta yang tak

Page 123: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

105

terbatas yang mampu membuatnya bebas tanpa terikat pada suatu apapun yang

bukan Allah, kecuali hanya Allah yang menjadi sumber kekuatan dan menjadi

teladan bagi mereka, sehingga para novis semakin kuat dan setia dalam

mencintai Dia dan sesama.

Dengan demikian dalam tahap pembinaan di novisiat Kongregasi

FdCC berusaha untuk siap membantu dan mengarahkan para novis untuk dapat

mengerti, menghayati dan melaksanakan nilai dari kaul kemurnian ini secara

bebas dan bertanggung jawab, sebagai suatu persembahan diri secara total

dengan hati yang bebas dan tak terbagi kepada Allah, dalam mencintai sesama

mereka dengan hati yang tak terbatas dan tak terbagi. Melalui segala

kelemahan, pikiran, perasaan, waktu, talenta dan tenaga yang mereka miliki,

mampu membuat mereka bebas untuk menyerahkan diri kepada Allah dan

demi kebaikan sesama mereka baik dalam mengembangkan hidup bersama di

komunitas maupun dalam karya pelayanan mereka, agar mampu menyadarkan

mereka akan sebuah nilai dari penghayatan akan kaul kemurnian. Dalam hal ini

buku I Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Mardi Prasetyo ( 2001: 93-

94) mengatakan tujuan hidup kaul kemurnian adalah:

a. Bersyukur dan bergembira karena dipanggil Kristus secara pribadi.

b. Membangun semangat rekonsiliasi, bimbingan rohani rutin, dan

semangat cinta persaudaraan dalam komunitas.

c. Menjelaskan nilai tubuh dan artinya serta membiasakan perawatan

kesehatan jasmani secukupnya (lewat tidur, olah raga, relaksasi,

dan makan).

Page 124: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

106

d. Memberikan pengarahan tentang pokok-pokok hidup seksualitas

dengan segala konotasi, fisik, psikologi, dan rohaninya.

e. Membantu mengendalikan diri dalam bidang seksual dan afeksi

dengan tetap peka pada kecenderungan instinktif dan kebutuhan

psikologisnya.

f. Belajar dari pengalaman dalam bidang ini sampai menemukan

batas kelemahan, agar tetap waspada dan rendah hati.

g. Mewujudkan buah-buah hidup perawan dalam bentuk kesuburan

rohani.

h. Menciptakan suasana hidup penuh kepercayaan antar religius dan

pembina, selalu siap mendengarkan dengan penuh kasih yang

diungkapkan dalam bimbingan, mencoba menerangi dan

menyemangati mereka.

i. Membantu bertindak bijaksana dalam komunikasi dan pergaulan

antar pribadi, agar menghindari bahaya yang menghambat

penghayatan kaul kemurnian.

Dengan demikian nilai dari kaul kemurnian ini menjadi suatu

kekuatan yang menghantar mereka untuk bebas mencintai Tuhan dan sesama

dalam menjalani dan menghayati hidup panggilan mereka dengan gembira dan

tetap setia dalam kasih Yesus Tersalib yang Kudus dan penuh cinta, yang

menjadi sumber dan teladan cinta dalam hidup mereka sehari-hari.

Page 125: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

107

b. Kaul Kemiskinan

Penghayatan kaul kemiskinan dalam Kongregasi Suster FdCC,

terpancar dari kasih Yesus Tersalib. Dalam hal ini terjemahan Pensieri St.

Magdalena dari Canossa (2001: 25) mengatakan bahwa: “Di salib Yesus

ditanggalkan segala-galanya kecuali cinta kasih-Nya. Dengan kata lain bahwa

Yesus menjadi miskin dan meninggalkan segala-galanya karena Dia mengasihi

kita. Dalam Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 31) dikatakan bahwa:

“Kemiskinan yang terbakti, yang dipilih secara bebas, menyesuaikan diri kita

lebih sempurna kepada Yesus Kristus, yang telah menjadi miskin, karena

kasih-Nya kepada kita, dan membuat kita mampu untuk memberi kesaksian

tentang keunggulan hal-hal dari Roh, sambil mewartakan kepada orang-orang

miskin Sabda Bahagia.”

Dengan demikian teladan Yesus yang Tersalib inilah memampukan

para Suster FdCC untuk bersatu dengan Allah, mengasihi Dia dan mencari

hanya Dia saja di dalam setiap pekerjaan dan pelayanan cinta kasih melalui

kesaksian hidup yang miskin dalam kesederhanaan dan dalam solidaritas

dengan orang miskin disekitarnya demi kemulian nama Allah. Dalam hal ini

buku I Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Mardi Prasetyo (2001: 95)

mengatakan pembinaan kaul kemiskinan adalah: “Belajar hidup berpusat pada

Kristus yang miskin, Kristus yang selalu dikontemplasikan, dicintai, dan

diikuti. Maka dengan demikian mereka yang miskin dalam batinnya akan

mempunyai sumber penghayatan kemiskinan yang autentik.”

Page 126: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

108

Penghayatan kaul kemiskinan dalam pembinaan di tahap novisiat,

membantu dan mengarahkan para novis untuk mengerti dan melaksanakan

nilai kaul kemiskinan dengan bebas dan sempurna. Dengan demikian mereka

dihantar untuk mengerti nilai kaul kemiskinan berhubungan dengan Kerajaan

Allah, seperti yang dikatakan dalam Injil (Mat 5: 3) adalah: “Berbahagialah

orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya

Kerajaan Surga.” Maksudnya adalah kaul kemiskinan menghantar mereka

untuk bersikap lepas bebas terhadap milik, demi penyerahan diri seutuhnya

kepada Tuhan. Kaul kemiskinan merupakan kesedian hati untuk mengabdikan

apa saja yang dimilikinya, antara lain: harta, bakat, tenaga, dan waktu, seluruh

hidup kita hendaknya tersedia bagi orang lain demi kemuliaan Allah. Dengan

kata lain yang sangat ditekankan penghayatan para novis akan kaul kemiskinan

adalah sikap kesedian hati untuk mengurbankan seluruh hidup dalam kesaksian

hidup yang nyata dan pelayanan karya cinta kasih yang terpancar dari Yesus

Tersalib dalam hidup bersama.

c. Kaul Ketaatan

Penghayatan kaul kataatan, dalam hal ini Kons. Kongregasi Suster

FdCC (1828: no. 38) mengatakan:

Ketaatan Yesus karena kasih telah memenuhi kehendak bapa-Nya sampai menjadi kurban di Salib, mengilhami dan memotivasi para Suster FdCC untuk mempersembahkan diri secara bebas dan seluruh kehendak kita kepada Allah bagi suatu pengabdian tak bersyarat kepada rencana penyelamatan-Nya yang universal. Dari kontemplasi Yesus Tersalib menarik semangat paskah ketaatan kita sendiri, siap untuk menerima tanggung jawab yang dibawanya, sambil menyadari

Page 127: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

109

bahwa seluruh hidup kita di dalam diri-Nya sendiri adalah suatu pengorbanan yang sempurna.

Penghayatan kaul ketaatan bagi para novis dalam tahap pembinaan ini,

mengahantar mereka untuk rela mengabdikan diri kepada kehendak Tuhan

sepenuhnya, sehingga dibimbing oleh Roh Kudus yang menggerakan hati

mereka untuk selalu siap sedia dengan hati yang sederhana, penuh cinta dan

penuh iman, untuk siap menerima mandat dari atasan sebagai kehendak dari

Tuhan sendiri. Penghayatan kaul ketaatan bagi para novis sungguh diarahkan

secara jelas agar nilai dari kaul ini benar-benar dihayati dan dilaksanakan

dengan hati yang bebas dalam menerima segala tugas yang dipercayakan

padanya. Para novis harus mengerti tujuan dari kaul ketaatan dan

konsekwensinya dengan jelas. Dalam hal ini buku I Tugas Pembinaan Demi

Mutu Hidup Bakti Mardi Prasetyo (2001: 96) mengatakan “Pembinaan kaul

ketaatan mempunyai beberapa unsur antara lain adalah:

a. Agar dapat memberikan diri dalam ketaatan, perlu terlebih dahulu mengenal diri sendiri sebagai pribadi.

b. Perlu diajak mengenal kebebasan sejati agar dapat melewati penghayatan apa yang menyenangkan “diriku” (hukum senang) ke penghayatan yang berkenan kepada Bapa (mencari kehendak Allah). Demi tujuan ini struktur komunitas pembinaan harus memberi ruang untuk mengambil keputusan dan berinisiatif secara bertanggung jawab tanpa jauh ke arah semau gue.

c. Kehendak Allah itu lebig sering dan terutama diungkapkan lewat Gereja dan ajarannya; dan bagi religius tentu saja melalui konstitusi masing-masing.

d. Keteladanan dari yang lebih senior dalam bidang ketaatan adalah kesaksian yang lebih berdaya guna dalam pembinaan daripada penyampaian lewat kata-kata atau secara teoritis.

Page 128: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

110

Penghayatan kaul ketaatan menghantar para novis untuk mampu

melayani satu sama lain dengan sepenuh hati, seperti Kristus yang rela

menghampakan diri-Nya demi ketaatan kepada kehendak Bapa–Nya. Dengan

demikian penghayatan kaul ketaatan bukan soal taat pada pimpinan saja, tetapi

merupakan ketaatan bersama dalam persaudaraan, baik pimpinan maupun

anggota komunitas, kepada panggilan, tugas tarekat, kepada Gereja, dan

kepada Kristus sendiri. Untuk terwujudnya kaul ketaatan dengan baik

dibutuhkan suatu keterbukaan di dalam dialog, komunikasi, informasi dan

konsultasi, agar semuanya ini menjadikan mereka bebas dan gembira dalam

mencintai dan menjalankan tugas dalam melayani Tuhan.

6. Nilai Hidup Kepemimpinan

Menjadi seorang pemimpin berarti menjadi seorang pelayan yang siap

menghayati hati sebagai hamba dalam seluruh tugas dan pelayanan yang

dijalankan dengan senang hati di manapun kita di tugaskan yang bersumber pada

teladan Yesus Tersalib. Seperti yang dikatakan dalam Injil Luk. 22:27 adalah:

“Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.” Nilai seorang pemimpin yang

dihayati oleh para Suster FdCC adalah berada diantar para suster untuk siap

melayani mereka dengan penuh cinta kasih, penuh kebijaksanaan, kerendahan

hati, terbuka, penuh dialog, sabar mendengarkan, dan berani memberi

kepercayaan serta terbuka kepada bimbingan Roh Kudus. Karena Roh Kuduslah

yang membimbing para pemimpin untuk membimbing para anggotanya dalam

menemukan kehendak Allah. Dalam hal ini seperti yang dikatakan dalam

Page 129: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

111

terjemahan Pensieri St. Magdalana dari Canossa (2001: 22) mengatakan:

“Hendaklah kita ingat bahwa sungguh pun Maha Kuasa dan Maha Tinggi, Sang

Penebus kita datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani.” Semangat

kerendahan hati yang terpancar dari Yesus Tersalib inilah yang menjadi semangat

seorang pemimpin Kongregasi Suster FdCC.

Penghayatan nilai kepemimpinan dalam pembinaan di tahap novisiat,

menghantar para novis untuk dapat bertanggung jawab akan tugas harian yang

dipercayakan kepada mereka, berjiwa disiplin, tabah dan kuat dalam menghadapi

segala tantangan dan cobaan dalam hidup panggilan mereka, berani mengeluarkan

pendapat, berani mengambil keputusan dan berserah pada bimbingan Roh Kudus

yang setia menuntun dan membimbing mereka dalam menjalani hidup panggilan

yang mereka jalani melalui tugas dan kesaksian mereka di tengah umat khususnya

dalam hidup bersama di dalam komunitas novisiat maupun bersama para suster

lainnya. Nilai inilah menjadi akar dan sayap bagi mereka dalam menghayati,

melaksanakan dan mengembangkan hidup panggilan mereka sesuai dengan

spiritualitas Kongregasi Suster FdCC.

7. Nilai Hidup Harta Benda

Penghayatan nilai hidup harta benda, berkaitan dengan kaul kemiskinan.

Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 33) mengatakan:

Dengan mengikrarkan kaul kemiskinan kita menolak hak kita untuk mengatur dan memakai barang jasmani apa saja yang bernilai uang, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain, tanpa izin dari atasan kita yang sah.

Page 130: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

112

Dengan kata lain dalam hubungan dengan kemiskinan yang diikrarkan oleh

para Suster FdCC, secara bebas dan dalam solidaritas dengan masyarakat yang

harus bekerja untuk mendapat penghasilan, maka dalam menggunakan waktu, alat

komunikasi, uang, harta benda komunitas, para suster diwajibkan untuk dapat

bertanggung jawab, dan memeliharanya sebagai barang-barang milik bersama dan

milik orang miskin. Dengan demikian dalam hal ini Kos. Kongregasi FdCC

(1828: no. 31) mengatakan: “Para Suster FdCC berusaha untuk menerima semua

pemberian dari komunitas dengan rasa bersyukur dan terima kasih, apa adanya,

tanpa tuntutan yang mewah dan keluhan-keluhan.” Dalam hal ini terjemahan

Pensieri St. Magdalena dari Canossa (2001: 26) mengatakan: “Para Suster FdCC

dipanggil untuk mewujudkan suatu kehidupan bersama yang sempurna, dan

janganlah kita mempergunakan apa-apa sebagai hak milik kita secara pribadi.”

Panghayatan nilai hidup harta benda, menghantar para novis dalam tahap

pembinaan, untuk dapat mengerti, menghayati dan melaksanakan nilai tersebut

dengan mencontohi Sang teladan Agung Yesus Tersalib, Dia adalah Anak Allah

tetapi Dia rela mengorbankan segala-galanya demi keselamatan dunia, sehingga

para novis dibimbing dan diarahkan agar dapat menggunakan harta benda milik

komunitas, secara bertanggung jawab, penuh rasa syukur, terima apa adanya,

tanpa keluhan dan merasa semua yang ada menjadi milik bersama. Degan

demikian para novis diajak untuk memiliki suatu hati yang bebas dan sederhana,

sehingga dengan gembira menjalani hidup ini apa adanya tanpa banyak menuntut

dan mengajak mereka untuk memiliki hati yang peduli dan solider dengan kaum

Page 131: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

113

miskin yang ada disekitar mereka. Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828:

no. 117) mengatakan:

Dalam kesetian kepada karisma dasar, menjaga dan mengelola harta benda, sebagai harta kepunyaan Gereja dan kaum miskin, sambil menjauhi segala penampilan kemewahan, keuntungan yang berlebih-lebihan dan penimbunan harta benda. Kita memberi kesaksian tentang kemiskinan yang menjadi ciri khas kita, dengan menampilkan gaya hidup yang sederhana, memakai harta benda kita bagi pelayanan cinta kasih dan membagi-bagikan kelebihan yang mungkin ada pada akhirnya, menurut norma-norma Direktorium.

D. Usaha Penanaman Nilai-Nilai Spiritualitas Kongregasi Suster FdCC

Dalam Masa Pembinaan Di Novisiat.

Penanaman nilai-nilai spiritualitas selama masa pembinaan merupakan dasar

yang sangat penting demi perkembangan para calon khususnya dalam tahap

novisiat untuk mengerti, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai spiritualitas

Kongregasi FdCC. Demi meningkatkan penghayatan nilai-nilai spiritualitas

Kongregasi Suster FdCC, diuraikan beberapa usaha penanaman nilai-nilai dimasa

pembinaan di tahap novisiat antara lain:

1. Pedagogi Penanaman Nilai-Nilai Dalam Masa Pembinaan

Pedagogi nilai dalam masa pembinaan merupakan dasar pembentukan

pribadi para calon dalam mematangkan panggilan mereka. Dalam hal ini

Darminta (2006: 44) mengatakan Pedagogi menunjukan:

Proses kesinambungan dari pendidikan dan pembentukan dalam panggilan, yang mengikuti hukum pertumbuhan dan perkembangan

Page 132: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

114

dalam diri manusia serta hukum perubahan (transformasi) dengan masuk ke hidup sosial, atau komunal, dalam arti ke kongregasi religius atau ke kesatuan hidup imamat tertentu. Secara psikologis dan rohani manusia membentuk dirinya dengan jalan pembatinan (internalisasi) dan inkorporasi, dan pada waktu itu juga dia dibentuk oleh lingkungan di mana dia berada dan oleh orang-orang yang diserahi tugas untuk membentuk dan mendidik.

Pendidikan nilai dalam masa pembinaan bagi para novis untuk dapat

memproses diri mereka kearah pertumbuhan dan perkembangan menuju

kedewasaan dalam iman. Ini berarti mampu menemukan dan menyatukan nilai

manusiawi dan nilai kristiani yang memberi arah dan tujuan yang jelas sehingga

dapat menghantar pembentukan kualitas hidup panggilan mereka dengan motivasi

yang murni dan mampu mengambil keputusan bagi perkembangan hidup

panggilan yang semakin matang.

Maka yang terjadi dalam pendidikan di sini bukanlah pendidik menciptakan

dan memberikan atau mengajarkan nilai-nilai kepada para novis. Mendidik berarti

membantu seseorang untuk dapat menyadari adanya nilai-nilai itu, memahaminya,

mengakuinya, menghayatinya dan melaksanakannya dalam kehidupannya sehari-

hari, menuju kepada suatu proses pembentukan hati, dimana para novis dapat

menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dengan hati, demi

perkembangan hidup panggilannya. Dalam hal ini Darminta (1997: 22-23)

mengatakan:

Pendidikan sapiensial atau jalur kebijaksanaan merupakan proses pendewasaan orang yang utuh, baik rohani, cara berpikir, merasa dan cara menghendaki serta dalam pengambilan keputusan-keputusan, dalam perspektif tujuan hidup objektif yang ditawarkan dan digariskan. Dari segi karakter, tujuan pendidikan kebijaksanaan ialah memampukan orang

Page 133: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

115

untuk membentuk diri terus-menerus dan mampu meningkatkan daya hidup untuk menuju kepada tujuan hidup.

a. Berpusat Pada Pribadi

Pribadi merupakan pusat dan dasar pembentukan dan perkembangan

nilai. Oleh karena itu setiap pribadi diharapkan agar mampu berusaha untuk

lebih mendalami nilai tersebut demi pembentukan dan perkembangan

pribadinya. Tanpa pemahaman, penghayatan, dan proses pelaksanaan nilai

yang baik dan mendalam, maka pembentukan dan perkembangan yang terjadi

di dalam diri para calon, tidak akan berkembang dengan baik. Maka dalam

tahap pembinaan bagi para novis, sangat ditekankan suatu proses yang lebih

terfokus dan mendalam tertuju kepada pembentukan dan perkembangan setiap

pribadi, melalui seluruh pergulatan, kekawatiran, ketakutan dan kegelisahan

serta seluruh pengalaman hidup yang mereka alami baik dalam suka maupun

dalam duka. Semuanya membantu mereka untuk terus berproses demi

mencapai tujuan hidup mereka. Dalam hal ini Darminta (1997: 26) mengatakan

Yesus menumbuhkan kekuatan hidup yang ada pada manusia, yaitu iman, keyakinan, dan kemerdekaan. Iman, keyakinan, dan kemerdekaan itulah kekkuatan untuk menghayati hidup dengan segala masalah dan tantangan sehari-hari. Betapa pun kecilnya iman, keyakinan, dan kemerdekaan, bagi Yesus itu sudah cukup untuk mendobrak ketakutan, keraguan, dan kecemasan. Itulah sebabnya Yesus berkata kepada para murid, “Sesungguhnya, sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ke sana, maka gunung ini akan pindah dan takan ada yang mustahil bagimu” (Mat 17:20).

Page 134: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

116

Dengan demikian pembentukan dan perkembangan pendidikan akan

berjalan dengan baik. Segala ketakutan, keraguan, dan kecemasan, mengajak

para novis untuk tetap tegar dan kuat dalam menajalani semuanya. Karena

adanya kesadaran dari setiap pribadi itu sendiri yang mau berproses dan

berubah ke arah yang lebih baik demi perkembangan hidup panggilannya, yang

sesuai dengan spiritualitas Kongregasi FdCC, di mana dalam tahap pembinaan

ini segala ketakutan, keraguan, dan kecemasan, mereka tetap kuat dan bersatu

dengan Yesus Tersalib dalam menapaki hidup panggilan mereka. Dalam hal ini

Darminta (1997: 23) mengatakan:

Maka yang menjadi pusat perhatian serta sasaran adalah manusia sebagai pribadi, yang mampu beriman, percaya, dan mempercayakan diri, sebagai kekuatan untuk membangun hidup. Kesederhanaan pendekatan pedagogis Yesus ialah mengembangkan kemampuan menusia untuk membangun relasi yang benar dengan Tuhan dan sesama bahkan alam ciptaan. Nilai-nilai relasional yang benar, sebagai wujud dari kasih, itulah yang dibangkitkan untuk menjadi tatapan dalam membangun hidup “religius” dan iman. Maka yang penting dalam cara Yesus mendidik dan membentuk orang-orang-Nya ialah bukan sejumlah pengetahuan atau ilmu, melainkan terjadi transformasi dalam proses dan cara berpikir dengan hati yang bersikap kritis terhadap kepercayaan-kepercayaan serta ajaran-ajaran yang berlaku.

Dengan demikian iman merupakan dasar pembentukan dan

perkembangan dari setiap pribadi para novis. Jika ada kekuatan iman meskipun

kecil, membantu para novis untuk keluar dari segala yang menjadi penghalang

dalam menjalani hidup panggilan. Seperti yang dikatakan Darminta (1997: 30)

bahwa: “Itulah kepribadian yang merdeka dan dewasa, tetap memiliki kekuatan

iman dari dalam, dalam gelombang kehidupan (Mat 8:26-27).

Page 135: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

117

b. Menumbuhkan, Mengembangkan, dan Mengubah Pola Pikir.

Cara menumbuhkan, mengembangkan dan mengubah pola pikir,

merupakan suatu proses yang perlu dibangun secara terus-menerus dalam tahap

pembinaan bagi setiap pribadi yang mau berkembang, demi membantu proses

pembentukan dan perkembangan yang semakin dewasa dalam berpikir dan

bertindak. Dalam tahap pembinaan bagi para novis, perlu ditanamkan cara

menumbuhkan dan mengembangkan khususnya dalam cara bersikap, berpikir,

bertutur kata, dan bertindak, agar dengan demikian membawa suatu

perkembangan dan perubahan baru dalam diri seseorang kerah yang lebih baik,

dalam arti orang semakin sadar akan segala yang dia lakukan dan semakin

membawa dia pada suatu mentalitas perubahan yang membantu dia untuk terus

berproses ke arah yang baru dan lebih baik, yang sesuai dengan tujuan

spiritualitas Kongregasi FdCC. Dalam hal ini Darminta (1997: 30)

mengatakan:

Yesus percaya kepada kekuatan dan daya jiwa manusia sebagai kekuatan untuk tumbuh, berkembang, dan mengubah diri. Kesadaran adalah ciri khas manusia. Namun dalam kenyataannya kesadaran harus diperjuangkan oleh manusia agar tumbuh dan berkembang, mengingat manusia memiliki ketakutan, keraguan, dan kecemasan, yang bersumber pada bawah sadarnya.

Bagi setiap pribadi yang mau berkembang harus terlebih dahulu

membangun sikap kesadaran dalam dirinya sendiri terlebih dahulu. Hal ini

sangat penting karena dengan kesadaran, dapat menghantar seseorang untuk

menemukan dan menerima segala kelemahan atau kekurangan yang dia miliki

Page 136: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

118

untuk diperbaiki atau diperbaharui, agar orang dapat menerima diri apa adanya

dan terus berkembang ke arah yang lebih baik lagi. Dalam hal ini Darminta

(1997: 30) mengatakan:

Kesadaran dalam pengalaman hidup religius keagamaan berada dalam hati manusia, sebab dalam hati itulah Allah menuliskan hukum hidup. Kesadaran dalam hati merupakan pengenalan akan Allah (Yer 31:33). Dengan menanamkan kesadaran dalam hati itu, Allah menanamkan kehendak-Nya. Hati kita dengan demikian merupakan tempat kita berpikir, yang mampu melahirkan kitamenjadi manusia baru dalam Roh Kudus. Kesadaran dalam hati merupakan kesatuan dengan daya hidup Allah, kerena itu orang dapat mengenal Allah dan kebenaran-Nya secara langsung.

Kesadaran dalam membentuk hati melambangkan kesatuan hati

dengan Allah sendiri. Hal inilah yang menjadi dasar kekuatan bagi para novis

dalam tahap pembinaan agar dapat menemukan suatu proses yang matang bagi

pembentukan dan perkembangan hidup panggilannya yang sesuai dengan

spiritualitas Kongregagasi FdCC. Dengan demikian Darminta (1997: 34)

mengatakan: “Hanya dengan menumbuhkan, mengembangkan, dan mengubah

pola pikir, manusia akan memiliki kesadaran yang memerdekakan dan

membuat mengalami kemerdekaan anak-anak Allah, bukan kesadaran

kekanak-kanakan.”

c. Kemerdekaan dan Tanggung Jawab

Kemerdekaan dan tanggung jawab merupakan sikap yang harus

ditanamkan dan dibangun dalam setiap pribadi para novis, dalam tahap

pembinaan khususnya di tahap novisiat. Nilai kemerdekaan inilah menghantar

Page 137: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

119

mereka untuk menjadi orang yang bebas dan secara sadar serta tanggung jawab

dalam memperjuangkan hidup panggilannya yang sesuai tujuan Kongregasi

FdCC. Kemerdekaan yang terjadi dalam setiap pribadi para novis merupakan

suatu proses yang panjang. Dengan memperoleh kemerdekaan dalam diri para

novis, ini berarti dia telah melewati suatu proses perjuangan yang panjang,

meskipun belum sempurna tetapi dia berani mau terbuka dan menerima semua

yang terjadi dalam proses tersebut demi pembentukan dan perkembangan bagi

hidup panggilan yang menuntut suatu tanggung jawab yang besar bagi diri dan

hidup panggilannya yang telah dia pilih dan dia putuskan secara bebas dan

bertanggung jawab.

Kemerdekaan menuntut suatu sikap tanggung jawab yang besar.

Karena dengan demikian kemerdekaan yang diperoleh sungguh-sungguh

dipergunakan dan dijalankan dengan baik dan penuh tanggung jawab bagi

perkembangan kehidupan para novis selanjutnya. Dalam hal ini kemerdekaan

dan tanggung jawab yang diminta oleh Yesus menurut Darminta (1997: 35)

mengatakan:

Kemerdekaan dan tanggung jawab yang diminta oleh Yesus ialah kemerdekaan dan tanggung jawab seseorang yang mencari pertama-tama Kerajaan Allah beserta nilai-nilainya, yaitu persaudaraan, perdamaian dan keadilan. Kemerdekaan dan tanggung jawab yang muncul karena mau mencari pertama-tama Kerajaan Allah itulah yang memungkinkan orang-orang mampu berbuat kebaikan tanpa batas. Bahkan kemerdekaan yang diharapkan oleh Yesus ialah memiliki keberanian menghadapi risiko dalam mengusahakan perubahan keadaan dan sesama menjadi lebih baik, keberanian untuk mengusahakan hal-hal yang baru, menyampaikan kritik-kritik terhadap keadaan yang tidak benar. Kemerdekan yang menguasai diri dan nasib sedemikian sehingga dangan sadar dan merdeka memilih

Page 138: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

120

untuk menyongsong kematian di Yerusalem demi misi dan pewartaan-Nya, karena yakin bahwa nilai tertinggi hidup yaitu kasih penuh pembelaan, tidak dapat diingkari.

Dengan demikian para novis semakin bersatu dengan Yesus sendiri,

sehingga mereka dapat bertindak dalam kemerdekaan dan penuh tanggung

jawab dalam mewartakan kasih-Nya. Para novis dididik menjadi orang yang

merdeka dalam menerima segala kelemahan-kelemahan pribadi mereka dan

berusaha untuk bangkit dalam semangat baru dalam memperjuangkan

semuanya itu bersama cinta dan semangat Yesus Tersalib, sehingga mereka

mampu menghadapi semua rintangan yang terjadi dengan sabar dan setia, demi

mengikuti, mencintai dan membagikan semangat cinta Yesus Tersalib kepada

sesama. Dalam hal ini Darminta (1997: 38) mengatakan: “Tanggung jawab

yang dikehendaki oleh Yesus ialah tanggung jawab seorang yang dekat dengan

Allah, karena kedekatan dengan Allah itulah yang memberikan kemerdekaan,

keterbukaan, dan kepedulian terhadap sesama.”

d. Dimensi Kebersamaan

Kebersamaan merupakan cara hidup dalam hidup berkomunitas.

Tanpa kebersamaan komunitas tidak akan hidup dalam persatuan dan berjalan

dalam damai dan bahagia. Hidup bahagia dan damai inilah yang merupakan

buah dari satu-kesatuan hati, pikiran dan perasaan dalam setiap anggota

melalui hidup bersama. Dalam hal ini Darminta (1997: 39) mengatakan:

Page 139: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

121

Para murid dididik dan dibentuk untuk menghayati kesatuan dan persekutuan antar mereka, sebagai kekuatan untuk mewartakan dan membangun komunitas Kerejaan Allah sampai pada kepenuhannya pada akhir zaman. Tujuan kesatuan dan persekutuan para murid ialah untuk merasakan kekuatan kesatuan dan persekutuan dalam membangun komunitas umat manusia tanpa membedakan kaya dan miskin (Luk 14: 16-24).

Dengan demikian dalam tahap pembinaan ini para novis dibimbing

untuk menghayati semangat persaudaraan dan persatuan dalam hidup bersama

demi terciptanya dan membangun hidup komunitas yang saling mencintai,

mendukung, menghargai, melayani, menerima keberadaan saudara/saudarinya

dalam hidup bersama sebagai saudara dalam Kristus, sehingga kerukunan dan

kedamaian dalam cinta Tuhan dirasakan dalam hidup bersama. Maka dengan

sendirinya kedamaian dan cinta Tuhan yang mereka rasakan ini dapat mereka

bagikan kepada sesama dalam hidup bersama dan karya kerasulan.

e. Mendidik Lewat Hidupnya

Perkembangan dan pembentukan setiap pribadi seseorang dapat

berjalan dengan baik apabila setiap pribadi mau menyadari dan menghayati

nilai-nilai yang ada dalam dirinya, menuju kepada pembentukan dan

pembaharuan dalam hidup panggilannya. Dalam pembinaan ditahap novisiat

inilah para team formator dapat membimbing dan membentuk para novis untuk

menggali dan memaknai setiap pengalaman hidupnya, agar mereka lebih

mendalami dan memotivasi hidup panggilannya yang lebih merdeka dan

bertanggung jawab.

Page 140: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

122

Melalui nilai spiritualitas yang mereka hayati khususnya, cinta kasih

yang dipraktekkan dalam hidup bersama maupun dalam karya kerasulan,

sehingga dengan hati yang penuh cinta mereka mampu menghayati dan

melaksanakannya serta mampu menghadapi setiap tantangan yang terjadi, yang

semakin mendewasakan hidup panggilan mereka. Dalam hal ini Darminta

(1997: 44) mengatakan:

Pendidikan dan pembentukan manusia beriman haruslah dilakukan dengan kualitas hidup yang dimiliki-Nya. Hidup yang ditandai oleh hati lemah lembut, rendah hati dan tenang itulah kekuatan dinamis Yesus dalam menghadapi kenyataan hidup yang penuh beban yang meletihkan. Kekuatan hati lemah lembut, rendah hati, dan tenang itulah daya hidup yang selalu relevan dan berbicara karena ditandai oleh cinta belas kasih, cinta pembelaan, dan cinta pemberdayaan.

Dalam hal ini proses pembinaan pembentukan pribadi merupakan

dasar yang sangat penting, karena melalui proses inilah para novis dibimbing,

untuk mengolah seluruh perjalanan hidupnya baik dari segi rohani maupun

manusiawi, di mana melalui pengalaman-pengalaman yang mereka alami

inilah dapat membentuk pribadi yang berkualitas, merdeka dan bertanggung

jawab, serta semakin dewasa dalam menanggapi hidup panggilannya. Semakin

banyak mereka mengalami pengalaman-pengalaman hidup mereka baik suka

maupun duka, dapat menghantar mereka untuk terus berefleksi hingga

menemukan makna dan jalan keluarnya. Semakin banyak mereka mengalami

proses itu, semakin membantu mereka untuk mendidik mereka menjadi orang

yang dewasa dan bertanggung jawab, serta sadar akan makna hidupnya.

Pengalaman merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi perkembangan

Page 141: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

123

hidup seseorang. Dari pengalaman orang semakin bertumbuh dan berkembang

menjadi lebih baik. Dalam hal ini Darminta (1997: 44) mengatakan:

Ikutlah Aku (Mat 4:19) dan Marilah dan kamu akan melihatnya (Yoh 1:39) merupakan undangan untuk merelakan dan menyerahkan diri dibentuk dan pengaruhi oleh hidup dan pribadi Yesus. Melalui hidup bersama dan melihat Yesus, kita diajak untuk mengalami hidup Yesus, seperti digambarkan dalam Sabda di Bukti. Dengan hidup bersama dan melihat dari dekat Yesus dalam kegiatan dan hidup-Nya, kita diajak untuk mengenal, menyerap, dan memiliki hidup Sabda di Bukit.

Dengan mencontohi cinta yang terpancar dari Yesus Tersalib sebagai

teladan hidup bagi Kongregasi Suster FdCC, para Suster maupun para calon

diajak untuk selalu menyatukan dan mempersembahkan seluruh hidup dan

karya mereka dalam semangat Yesus Tersalib, yang disalibkan demi cinta-Nya

kepada Bapa dan kepada sesama demi keselamatan dunia.

f. Pembentukan Terus-menerus

Proses pembentukan pribadi para novis tidak berhenti pada satu tahap,

melainkan secara terus-menerus. Dalam proses ini orang membutuhkan waktu

yang lama, dalam membentuk dirinya, demi mencapai tujuan hidup

panggilannya dalam mencintai dan mempersembahkan seluruh hidup dan karya

demi kemuliaan nama-Nya dan kebaikan sesama. Dalam hal ini Darminta

(1997: 41) mengatakan:

Page 142: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

124

Murid harus terus membentuk diri menjadi kekuatan untuk pelayanan Kerajaan Allah yang memiliki komitmen terhadap tugas misi dan kebijaksanaan menghadapi keadaan yang tidak serba jelas dan samar-samar. Yang Yesus inginkan dalam murid dan kelompok adalah para murid yang tidak diperbudak keinginan mencari sukses, tetapi terlebih dan terutama dididik terutama menjadi seperti diri-Nya, pembawa Kabar Baik.

Dalam proses pembinaan para novis, pembentukan secara terus-

menerus perlu ditanamkan dari awal agar pembentukan diri para novis, agar

benar-benar diuji dan dimurnikan menuju kesatuan hidupnya denganYesus

Tersalib sendiri sebagai teladan dalam perjalanan hidup mereka yang semakin

matang, merdeka dan bertanggung jawab. Kesatuan hati mereka dengan Yesus

inilah yang memberi kekuatan dalam mewartakan cinta kasih-Nya kepada

sesama.

Dalam hal ini Darminta (1997: 41) mengatakan untuk memiliki

kemampuan membangun diri terus-menerus, Yesus mengajarkan ketujuh

kemampuan sebagai pilar bangunan hidup, antara lain sebagai berikut:

Melatih menjalankan tugas dalam ketengan tanpa banyak kekhawatiran karena percaya bahwa Firman Allah memiliki kekuatan untuk tumbuh dari dirinya sendiri (Mat 13:31-32), dengan tetap berfokus pada mereka yang paling hina (Mat 25:40). Lewat itu pula kesatuan dan persekutuan hidup para murid dan kita sekarang harus dibangun secara terus-menerus agar menjadi kekuatan efektif bagi pelaksanaan misi, tanpa terperangkap struktur kebersamaan (Mat 23:1-12), tanpa terperangkap legalisme keagamaan (Mat 23:13-14), tanpa terperangkap sistem keagamaan sendiri (Mat 23:15), tanpa terperangkap pembenaran diri untuk menutupi dusta (Mat 23:16-22), tanpa terperangkap kekacauan hierarki nilai (Mat: 23:23-25), dan akhirnya tanpa terperangkap moralitas ganda (Mat 23:27-33), serta penumpahan darah (Mat23:34-36).

Page 143: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

125

Pembentukan terus-menerus dibangun dari diri sendiri. Tanpa adanya

usaha dan kemauan dari diri sendiri, pembentukan dan perkembangan tidak

akan terjadi. Usaha para team formator dalam proses pembinaan di tahap

novisiat ini terus-menerus menanamkan nilai-nilai spiritualitas Kongregasi

FdCC bagi para novis, agar mereka sungguh-sungguh sadar akan nilai yang

mereka pahami untuk dilaksanakan dalam hidup mereka sehari-hari demi

pembentukan dan perkembangan diri mereka sendiri, menjadi semakin

berkualitas dan semakin bersatu dengan semangat cinta Yesus Tersalib yang

menjadi spiritualitas para Suster FdCC dalam hidup bersama maupun dalam

melaksanakan karya-karya cinta kasih.

2. Kegiatan-Kegiatan Untuk Menanamkan Nilai Dalam Masa Pembinaan Di

Novisiat.

Demi mendukung usaha penanaman nilai spiritualitas Kongregasi Suster

FdCC dalam masa pembinaan di tahap novisiat berusaha melalui kegiatan-

kegiatan ini dapat menanamkan suatu nilai bagi para novis demi pembentukan dan

perkembangan mereka. Di bawah ini akan diuraikan kegiatan-kegiatan yang

mendudukung penanaman nilai spiritualitas bagi para novis dalam tahap

pembinaan.

a. Latihan Doa dan Meditasi

Melalui latihan doa dan meditasi para novis dibimbing untuk

menghahayati doa batin dari hati yang mempunyai tempat yang sangat penting

Page 144: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

126

bagi para Suster FdCC dalam hidup panggilan. Melalui latihan doa dan

meditasi ini para novis dihantar untuk mengkontemplasikan Yesus Tersalib.

Dalam hal ini Kons. Konggregasi Suster FdCC (1828: no. 15) mengatakan:

Melalui doa batin kita menerima dari Roh Kudus, karunia untuk terbuka bagi firman Allah, untuk merenungkan melalui suatu cara khusus misteri Kristus yang Tersalib, untuk menebus ke dalam kekayaan-Nya yang tak dapat diduga, untuk dikobarkan guna semakin mengasihi-Nya dan membuat-Nya dikasihi. Firman Allah secara bertahap membuat kita serupa dengan Tuhan Yesus, mendidik kita untuk mengungkapkan dalam hidup ini kasih yang telah Dia berikan kepada kita sebuah teladan yang mengagumkkan di Salib. Dalam meditasi ini para suster diwajibkan satu jam sehari untuk meditasi, setengah jam di pagi hari dan setengah jam di sore hari setelah ibadat harian.

Dengan demikian melalui latihan doa dan meditasi ini dapat

membantu para novis untuk semakin dekat dengan Tuhan, dan semakin terbuka

akan bimbingan Roh Kudus yang selalu menerangi dan membantu mereka

dalam proses hidup panggilan yang mereka jalani, agar mereka berani untuk

menjawab dan menyerahkan diri mereka ke dalam tangan Allah yang selalu

setia menyertai mereka dalam perjuangan mereka masing-masing.

b. Refleksi

Melalui refleksi ini para novis diajak untuk lebih memaknai seluruh

pengalaman atau peristiwa hidup yang mereka alami baik dalam suka maupun

dalam duka, agar dengan refleksi ini dapat menghantar mereka untuk semakin

kuat dalam menghadapi setiap masalah yang terjadi dan juga dan dapat

membantu mereka untuk menerima setiap permasalahan yang terjadi. Melalui

Page 145: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

127

refleksi para novis dibantu untuk mensyukuri setiap pengalaman hidupnya,

sehingga dapat menghantar mereka untuk mengolah pengalaman yang kurang

baik di masa lalu atau pun sekarang yang mereka hadapi, untuk terus-menerus

memperbaharui hidup mereka dan sembuh dari luka-luka batin yang mereka

alami.

Pengalaman refleksi inilah dapat membantu mereka untuk semakin

bertumbuh dalam kedewasaan iman mereka, karena melalui refleksi ini

membuat hidup mereka terus berkembang dan semakin kuat dalam

menghadapi setiap tantangan yang terjadi. Refleksi yang mendalam dapat

menghantar seseorang untuk semakin memaknai hidup yang dia alami. Dalam

hal ini Kons. Kongregasi Suster FdCC (1828: no. 12) mengatakan:

Refleksi membantu para suster untuk semakin bertumbuh dalam Roh dan dalam semangat doa. Hal ini adalah suatu mentalitas iman yang membimbing para suster untuk merenungkan kehadiran Tuhan di alam raya, untuk menemukan citra-Nya di dalam diri saudara-saudari kita dan untuk merasakan manifestasi kasih-Nya dalam peristiwa-peristiwa hidup sehari-hari. Di dalam semangat doa itulah hidup para suster sebagai seorang kontemplatif dalam aksi menemukan kesatuannya.

Dengan demikian pengalaman refleksi ini membantu para novis calon

Suster FdCC, untuk semakin memaknai hidup panggilannya di dalam kasih

Allah yang telah melimpahkan rahmat panggilan bagi mereka, sehingga

mereka semakin bersatu dengan Allah sendiri melalui pengalaman iman yang

terus memaknai hidup panggilan yang mereka jalani setiap hari.

Page 146: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

128

c. Sharing

Sharing merupakan ciri khas dalam hidup bersama. Melalui sharing

inilah para novis saling berbagi pengalaman iman atau pengalaman-

pengalaman konkret yang mereka alami setiap hari diantara mereka satu sama

lain sehingga semakin memperkaya pengalaman iman diantara mereka, demi

perkembangan pribadi mereka yang semakin dewasa iman dan dalam

menerima dan mengatasi setiap permasalahan yang terjadi dalam proses

pembinaan mereka di tahap novisiat.

Dalam tahap inilah para novis dihantar untuk semakin meningkatkan

semangat saling berbagi, menerima, mendengarkan, dialog, mengampuni, dan

mendukung satu sama lain, dalam perjuangan hidup panggilan mereka masing-

masing. Melalui sharing ini membantu mereka juga untuk saling merasa

seperjalanan dan seperjuangan, sehingga mereka mampu saling bertanggung

jawab dalam membantu dan memperhatikan hidup panggilan sesama teman

mereka dan mampu menerima satu sama lain sebagai saudara tanpa memilih

dan saling mendoakan, agar Tuhan selalu memberkati dan menguatkan mereka

dalam perjalanan hidup panggilan yang telah mereka pilih. Dalam hal ini Kons.

Kongregasi Suster FdCC (1828: no. 46) mengatakan;

Perbedaan-perbedaan mentalitas, budaya, bakat, usia, dan perangai adalah kekayaan sejati bagi setiap dan semua orang, apabila mereka hidup rukun dalam cinta kasih, sambil memikul beban satu sama lain kita membagi dengan sepenuh hati kegembiraan dan kecemasan, doa, dan karya dalam penghargaan timbal-balik, sehingga setiap suster boleh merasa selalu dikasihi, dibela dan didukung.

Page 147: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

129

d. Pendalaman Bersama

Melalui pendalaman bersama para novis diajak untuk mampu

memperdalam hidup rohani, hidup bersama, dan hidup karya, dalam membagi,

menyumbangkan saran untuk dapat diperbaiki, mengevaluasi hidup mereka

sehari-hari: misalnnya dalam tugas-tugas harian, dan keheningan. Dalam

kegiatan ini diadakan sekali sebulan pada minggu yang ke II. Kegiatan ini

dalam rupa rekoleksi bulanan untuk para novis, di mana lewat kegiatan ini

mereka bersama-sama pendamping, mereka mendalami bersama-sama nilai-

nilai Spiritualitas, melalui hidup Rohani, kaul, komunitas dan karya kerasulan.

Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 17) mengatakan:

Hari rekoleksi bulanan adalah kesempatan yang berharga untuk menikmati waktu lebih banyak bersama Tuhan. Kesempatan-kesempatan itu adalah saat-saat khusus bagi kita untuk mendengarkan firman-Nya, untuk bersyukur atas rahmat-rahmat kasih-Nya yang telah kita terima, untuk mengevaluasi dan membaharui hidup kita, agar semakin terlibat dalam radikalitas Injil.

Dengan demikian para novis semakin menghayati dan mengalami

nilai-nilai Kasih Kristus yang terpancar dari Salib, yang mampu menghantar

mereka untuk semakin mencintai Dia dan mewartakan Dia kepada sesama,

agar Yesus semakin dikenal dan dicintai.

e. Pendampingan Pribadi

Melalui pendampingan pribadi ini, para novis dihantar oleh

pendamping, untuk lebih memahami apa artinya dan apa gunanya

Page 148: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

130

pendampingan pribadi atau wawancara dengan pendamping dalam hidup

mereka. Maka lewat pendampingan pribadi inilah pendamping dapat mengenal

setiap pribadi para novis secara lebih akrab, dapat menerima keunikan yang

mereka miliki, dan dapat menerima mereka apa adanya, agar dengan demikian

pendamping semakin terbuka dengan para novis dan dapat membantu mereka

untuk semakin dewasa, mengenal dan menerima diri mereka apa adanya dan

juga teman-teman mereka, sehingga melalui proses inilah mereka semakin

dibentuk dan berkembang sesuai dengan Spiritualitas Kongregasi FdCC.

Dalam hal ini RF Kongregasi FdCC (2006: art. 9) mengatakan:

Pendamping dalam hal ini adalah seorang pribadi yang bertanggung jawab untuk formasi novis. Dia mendampingi sepanjang perjalanan para novis demi pertumbuhan nilai-nilai Spiritualitas, Karisma, evaluasi diri, melalui relasi dalam komunitas dan orang-orang yang mereka jumpai dalam karya kerasulan. Dengan hati seorang ibu, dia mendukung para novis dalam kesulita-kesulitan yang mereka hadapi, membesarkan hati mereka, dan senantiasa mendorong para novis untuk menanamkan semangat Yesus Tersalib secara mendalam di dalam hatinya, memahami arti salib dalam hidupnya.

Dengan demikian melalui pendampingan yang baik dan penuh

perhatian dari pendamping, maka para novis akan merasakan sentuhan kasih

dari Tuhan melalui tangan pendamping yang setia membimbing dan membantu

mereka dengan penuh kasih dan perhatian, sehingga mereka semakin terbuka

akan panggilan mereka dan berani mengikuti Yesus Tersalib dalam semangat

Kongregasi Suster FdCC.

Page 149: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

131

f. Studi

Melalui studi para novis dibimbing untuk dapat mengerti, memahami

dan melaksanakan nilai-nilai yang dipelajarinya baik dari segi Biblis, Teologi,

Karisma, Spiritualitas, Konstitusi, serta pengetahuan lainnya yang membantu

para novis memiliki pengetahuan yang luas demi perkemabangan hidup dan

karya yang akan mereka jalankan nanti. Pengetahuan yang mereka terima

selama tahap pembinaan di novisiat ini, membantu dan mempersiapkan mereka

dalam membekali diri mereka agar dengan segala yang mereka miliki ini dapat

mereka bagikan kepada orang-orang yang mereka layani di karya kerasulan

nanti dan juga di demi perkembangan Kongregasi Suster FdCC. Dalam hal ini

RF Kongregasi FdCC (2006: art.10) mengatakan:

Studi penuntun atas pengetahuan Biblis, Teologis, Karismatik, Pedagogis, dan Antropologis, membantu suster muda yang diakui untuk memperoleh suatu pengetahuan yang lebih saksama atas realitas sekarang dan melatih dirinya sendiri untuk menjiwainya bersama karunia persoalannya, dicerahkan, dan dikuasakan oleh kebijaksanaan karisma dan spiritualitas. Maka sebaiknya studi akademik sangat perlu demi pertumbuhan integral dari suster.

Dengan membekali diri yang lebih dalam dapat membantu dan

mempersiapkan calon suster lebih matang lagi dalam menjalani segala tugas

dan karya yang akan mereka jalani demi membangun perkembangan karya-

karya bagi Kongregasi Suster FdCC, dalam memperkenalkan Yesus agar Yesus

semakin dikenal dan dicintai oleh banyak orang. Dalam hal ini Kons.

Kongregasi FdCC (1828: no. 52) mengatakan “Para Suster FdCC dipanggil

Page 150: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

132

untuk menjadi rasul-rasul setiap saat melalui hidup kesaksian dan pewartaan

dalam pelayanan cinta kasih Injil yang sederhana.”

g. Tugas-Tugas Di Novisiat

Dalam hal ini para Suster Kongregasi FdCC menanamkan suatu

semangat kepada para calon khususnya bagi para novis agar mampu

meneladani semangat kerendahan hati yang bernyala-nyala dari Sang Teladan

Agung Yesus Tersalib dalam melaksanakan segala tugas, dimana melalui

tugas-tugas harian yang dilakukan oleh para novis antara lain: pembersihan

umum, masak, mencuci dan menyetrika pakaian, berkebun, latihan musik gitar,

organ dan suling, seni suara, keterampilan lainnya membuat kartu ucapan,

menjahit, dan merajut, merupakan tugas harian yang dilakukan oleh para novis

dalam semangat kerendahan hati dan cinta kasih, di mana melalui tugas-tugas

ini para novis dilatih untuk mengembangkan nilai-nilai spiritualitas sebagai

seorang hamba Tuhan pelayan bagi sesama yang membutuhkan, dalam

semangat cinta yang bernyala-nyala dari Dia yang Tersalib. Dalam hal ini

Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 52) mengatakan “Kerendahan Hati-Nya,

semangat-Nya yang bernyala-nyala yang memberikan keselamatan bagi umat

manusia, maka dengan kelemah-lembutan dan kesabaran-Nya memberikan

teladan dan semangat bagi para Suster FdCC dalam hidup dan karyanya bagi

sesama yang membutuhkan.”

Page 151: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

133

h. Pengalaman Apostolik

Melalui pengalaman apostolik inilah para novis dihantar untuk berani

memperkenalkan dan mewartakan Yesus kepada sesama melalui karya cinta

kasih Kongregasi FdCC, agar Yesus semakin dikenal dan dicintai oleh banyak

orang yang merupakan misi dari Kongergasi Suster FdCC. Dalam hal ini RF

Kongregasi FdCC (2006: art. 9) mengatakan:

Dalam pengalaman apostolik yang diberikan kepada para novis di tahun yang ke II selama kurang lebih 3 bulan ini, membantu dia dalam perkembangan perjalanannya di dalam satu komunitas. Maka dianjurkan bagi para suster agar dapat memberikan teladan dan kesaksian hidup yang baik dan member dukungan bagi para novis baik dalam hidup doa, kaul, karya maupun komunitas, agar mereka dalam pengalaman apostolik ini mereka berusaha untuk hidup dan belajar untuk mencintai Spiritualitas dan Karisma Kongregasi Suster FdCC.

Dengan demikian dalam berbagai pelayanan cinta kasih inilah para

novis menemukan identitas dirinya, belajar bagaimana memberikan kesaksian

hidup terhadap cinta Allah, dimana dia lebih mengalami secara nyata dalam

hidup bersama melalui karya bersama para suster di komunitas.

i. Program Bersama

Melalui program hidup bersama inilah dapat menghantar para novis

dalam satu visi dan misi Kongregasi FdCC dalam menghidupkan dan

mengembangkan spiritualitas dan karisma kongregasi yang semakin

berkualitas dan dapat membantu para novis untuk semakin terbuka dengan

perkembangan yang ada, sehingga mereka dapat terbantu untuk bersemangat

Page 152: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

134

dalam menghayati nilai-nilai spiritualitas tersebut yang menjadi akar dan sayap

bagi perkembangan hidup panggilan mereka yang semakin berkualitas dan

matang serta bertanggung jawab.

Program bersama ini menjadi satu sarana bagi para novis agar dapat

menjalani hidup ini dengan teratur dan disiplin, serta mempunyai arah dan

tujuan yang jelas sesuai dengan tujuan Kongregasi Suster FdCC. Dalam

program ini berusaha memberikan nilai-nilai spiritualitas yang mendalam, di

mana nilai ini dapat membantu mereka untuk mampu menghayati dan

melaksanakan dalam hidup bersama. Dengan demikian kerja sama,

kebersamaan, persaudaraan dan cinta kasih dapat mereka alami dan hidupi.

Dalam hal ini Direkt. Kongregasi FdCC (1835: art. 68) mengatakan: “Para

suster mengungkapkan suatu tanggung jawab bila bekerja sama dengan para

suster yang lain agar secara aktif dapat menyumbangkan kepada kehidupan dan

perutusan komunitas.”

J. Program Pribadi

Program pribadi merupakan suatu pembinaan yang menuntut suatu

tanggung jawab yang besar bagi setiap pribadi dalam menghidupkan

mengembangkan nilai-nilai spiritualitas dan karisma Kongregasi Suster FdCC.

Dengan demikian para novis semakin mengerti, menghayati, dan melaksanakan

nilai-nilai tersebut secara mendalam dan menjadikan nilai ini sebagai akar dan

sayap bagi mereka dalam menghadapi segala tantangan yang terjadi dalam

hidup panggilan mereka. Dalam hal ini Direkt. Kongregasi FdCC (1835: art.

Page 153: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

135

68) mengatakan bahwa” Setiap tingkat pembinaan, setiap orang dari antara kita

mempunyai tanggung jawab utama untuk menjawab panggilan Allah dengan

cara yang selalu baru, penuh perhatian dan pribadi.”

E. Bantuan Pengolahan Melalui Katekese Model SCP Untuk Pengolahan

Penanaman Nilai.

1. Pemikiran Untuk Pengolahan

Dalam pembinaan diperlukan suatu pengolahan nilai yang lebih sesuai

dengan situasi para novis, sehingga dapat membantu pembentukan dan

perkembangan pribadi mereka secara sadar dan bertanggung jawab dalam

menghayati dan melaksanakan nilai. Maka bantuan katekese model SCP ini dapat

membantu proses pembinaan Kongregasi FdCC, dalam proses pengolahan nilai

yang lebih meningkatkan perkembangan pribadi, pengetahuan agama, ketajaman

pemahaman agama, dan komunikasi, kepada para novis agar mereka lebih mantap

dan dewasa dalam menanggapi tantangan zaman ini. Karena dilihat dari tiga

komponen pokok SCP dapat membantu proses pengolahan nilai bagi para novis,

sehingga katekese model SCP ini dapat memberi suatu pembentukan dan

perkembangan yang utuh bagi penghayatan nilai-nilai spiritualitas yang dapat

membantu perkembangan hidup panggilan mereka baik dari segi manusiawi

maupun segi kristiani. Dalam hal ini Thomas Groome (1997: 2) mengatakan

untuk itu pembahasan tiga komponen SCP ini antara lain:

Page 154: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

136

a. Praksis Praksis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk tercapainya suatu transformasi kehidupan yang di dalamnya terkandung proses kesatuan dialektis antara praktek dan teori yaitu kreativitas, antara kesadaran historis dan refleksi kritis yaitu keterlibatan baru. Sejajar dengan itu praksis mempunyai tiga komponen yang saling kait-mengkait: aktivitas, refleksi, dan kreativitas. ketiga komponen ini berfungsi membangkitkan berkembangnya imajinasi, meneguhkan kehendak dan mendorong praksis baru yang secara etis dan moral dapat dipertanggung jawabkan.

b. Kristiani Katekese dengan model SCP, mencoba mengusahakan supaya kekayaan iman kristiani sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau, dekat dan relevan untuk kehidupan peserta pada zaman sekarang. Dengan proses itu diharapkan kekayaan iman Gereja sepanjang sejarah berkembang menjadi pengalaman iman jemaat pada zaman sekarang. Kekayaan iman ditekankan dua model meliputi: dua unsur pokok yaitu pengalaman hidup iman kristiani sepanjang sejarah (tradisi) dan visinya.

c. “Shared” Istilah ini menunjuk pengertian komunikasi timbal balik, sikap partisipasi aktif dan kritis dari semua peserta, sikap egalitarian, terbuka baik untuk kedalaman diri pribadi, kehadiran sesama, maupun untuk rahmat Tuhan. Istilah ini menekankan proses katekese yang menggarisbawahi aspek dialog, kebersamaan, keterlibatan, dan solidaritas. Dalam “Sharing” semua peserta diharapkan terbuka siap mendengarkan dengan hati, dan berkomunikasi dengan kebebasan hati, serta terkandung hubungan dialektis antara pengalaman hidup faktual peserta dengan tradisi dan visi kristiani.

Kemajuan perkembangan teknologi yang semakin pesat yang terjadi

sekarang ini, sangat mempengaruhui proses pembinaan dalam Kongregasi Suster

FdCC. Penghayatan akan nilai spiritualitas dala Kongregasi FdCC semakin

menurun, di mana terkadang nilai-nilai yang sudah menjadi tradisi dari kongregasi

yang sederhana, misalnya minta maaf setelah berbuat kesalahan di komunitas,

sekarang hal ini menjadi sulit bagi setiap suster yang membuat kesalahan tersebut,

bahkan kadang sulit untuk mau meminta maaf karena keduanya merasa diri tidak

Page 155: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

137

bersalah, egois, gengsi dan tak mau mengakui kesalahan mereka, sehingga hal ini

terkadang menjadi hal yang biasa-biasa saja dan tak ada nilainya lagi, bahkan

terkadang nilai cinta kasih pun menjadi menurun dan lemah sebagai dasar dalam

hidup bersama.

Perkembangan anak zaman sekarang yang dihadapi dalam proses

pembinaan sangatlah berbeda dengan sebelumnya. Dalam menanggapi

perkembangan zaman ini, para calon yang masuk pun mengalami perubahan yang

besar, sehingga para team formator Kongregasi FdCC mengambil suatu semangat

mentalitas perubahan dalam pembinaan yang sesuai dengan perkembangan zaman

yang ada. Dengan cara inilah para team formator bisa masuk dan berusaha untuk

membantu para novis dalam memperkenalkan, mendalami dan menghayati serta

melaksanakan nilai-nilai spiritualitas kongregasi, karena dalam tahap inilah

sungguh ditanamkan dan diajarkan, untuk semakin menghayati nilai-nilai

spiritualitas tersebut sehingga menjadi pegangan bagi mereka dalam

mempraktekannya melalui hidup doa, hidup kaul, hidup berkomunitas, maupun

hidup karya yang mereka jalani.

Bantuan pengolahan nilai melalui katekese model SCP ini sebagai suatu

usaha mambantu para novis dalam tahap pembinaan untuk lebih mengerti,

menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam hidupnya sehari-hari,

demi perubahan dan perkembangan hidup panggilan mereka yang semakin

matang baik dari segi manusiawi, maupun kristiani. Pengolahan nilai bagi para

novis dalam proses pembinaan merupakan suatu proses pembentukan menuju

suatu perubahan dan perkembangan menuju kematangan dalam penghayatan nilai

Page 156: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

138

bagi para novis, di mana mereka diajak untuk mampu menjadi pribadi yang

berkualitas dan bertanggung jawab. Dengan demikian pendamping berusaha untuk

membantu para novis dalam menanamkan nilai-nilai spiritualitas Kongregasi

FdCC, agar mereka dapat menghayati nilai ini dengan baik dan menjadi akar dan

sayap bagi mereka dalam menjalani dan menghadapi segala tantangan dalam

hidup panggilan mereka.

2. Tujuan Pengolahan

Dalam pembinaan pengolahan nilai sangat penting bagi perkembangan

hidup para novis. Adanya pengolahan yang baik maka perkembangan pribadi para

novis pun akan bertumbuh dan berkembang dengan baik dalam pembinaan

menuju ke arah dan tujuan yang akan dia capai. Pengolahan nilai ini perlu

dilakukan secara bertahap, agar dapat membantu para novis untuk berproses

secara bertahap dan hasil dari nilai-nilai tersebut dihayati lebih mendalam.

Dengan demikian menghantar mereka pada suatu keputusan yang secara dewasa

dan bertanggung jawab demi tujuan hidup panggilan mereka.

Dalam hal ini Thomas Groome (1997: 5) mengatakan langkah-langkah SCP

adalah:

a. Langkah pertama: Pengungkapan Praksis Faktual Mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalaman hidup dan keterlibatan mereka. Komunikasi pengalaman konkret para peserta diharapkan dapat melahirkan tema-tema dasar yang akan direfleksikan secara kritis pada langkah berikutnya.

b. Langkah kedua: Refleksi Kritis Pengalaman Faktual

Page 157: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

139

Mendorong peserta untuk lebih aktif, kritis, dan kreatif dalam memahami serta mengolah keterlibatan hidup mereka sendiri maupun masyarakat.

c. Langkah katiga: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani. Lebih Terjangkau. Langkah ini mengusahakan supaya tradisi dan visi kristiani menjadi lebih terjangkau, lebih dekat dan relevan bagi peserta pada zaman sekarang. Visi merefleksikan harapan dan janji, mandat, dan tanggung jawab yang muncul dari tradisi suci yang bertujuan untuk mendorong dan meneguhkan iman jemaat dalam keterlibatannya untuk mewujudkan kehadiran nilai-nilai kerajaan Allah.

d. Langkah keempat: Interpretasi Dialektis Antara Praksis dan Visi Peserta. Dengan Tradisi dan Visi Kristiani.Langkah ini mengajak peserta supaya dapat meneguhkan, mempertanyakan, memperkembangkan dan menyempurnakan pokok-pokok penting yang telah ditemukan, dan dikonfrotasikan dengan hasil interpretasi tradisi dan visi kristiani dari langkah ketiga, sehingga peserta menemukan kesadaran baru yang hendak diwujudkan. Perwujudan kesadaran iman yang baru dapat memperkaya dan mendinamisir tradisi dan visi kristiani. Dengan demikian proses ini diharapkan hidup iman peserta menjadi lebih aktif, dewasa dan misioner.

e. Langkah kelima: Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia. Berutuan mendorong peserta supaya sampai pada keputusan konkret bagaimana menghidupi iman kristiani pada konteks hidup yang telah dianalisa dan dipahami, direfleksikan secara kritis, dinilai kreatif dan bertanggung jawab.

Tujuan pengolahan dapat memperjelas arah dan mempermudah proses

pelaksanaan untuk mencari cara yang tepat yang dapat diberikan kepada para

novis dalam menghayati dan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai pembentukan

bagi proses hidup panggilan mereka. Untuk itu tujuan diberikan pengolahan nilai

dengan bantuan katekese model SCP untuk para novis calon Suster FdCC adalah

sebagai berikut:

a. Menanamkan dan meningkatkan kebiasaan dalam berefleksi, dialog,

mendengarkan, menghargai, iman yang semakin dewasa, membaca

sumber hidup rohani, menemukan cara menghadapi tantangan.

Page 158: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

140

b. Agar pembinaan proses pembentukan dan perkembangan ditahap

novis lebih terarah dan jelas.

c. Memberikan alternatif tahap pembinaan lain yang sesuai dengan

perkembangan dan kebutuhan mereka, sehingga pembinaan lebih

hidup, rileks dan lebih menarik, dan sekaligus memberi warna baru

dalam pembinaan ditahap novisiat, dalam menghayati nilai-nilai

Spiirtualitas dan Karisma Kongregasi Suster FdCC.

d. Mempermudah pendamping novis untuk mendampingi dan

membantu mereka dalam tahap pembinaan ini.

3. Pola Katekese

Bantuan pengolahan nilai melalui katekese model SCP, memberikan banyak

masukan dan pengaruh baik serta sangat mendalam dan konkert, bagi pembinaan

para novis Kongregasi Suster FdCC di tahap novisiat ini, dalam rangka

penanaman nilai-nilai spiritualitas Kongregasi FdCC sebagai pengangan dasar

bagi tujuan hidup panggilan mereka. Banyak nilai yang ditemukan dalam katekese

model SCP yang sangat membantu para novis dalam menghidup nilai-nilai

tersebut dalam hidup berkomunitas maupun bermasyarakat, di mana dengan nilai

kristiani yang konkret dia dapat membantu orang-orang yang akan mereka

temukan di dalam karya kerasulan mereka.

Katekese model SCP sangat membantu pengolahan nilai bagi pribadi novis

dalam meningkatkan refleksi akan pengalaman hidup yang mereka alami,

mengembangkan iman yang semakin mendalam, mengembangkan pengetahuan

Page 159: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

141

agama, dan ketajaman pengetahuan agama, saling berbagi pengalaman,

komunikasi, dialog, mampu mendengarkan orang lain. Maka dengan demikian

nilai-niali ini dapat membantu mereka untuk menjadi pribadi yang semakin

berkualitas dan bertanggung jawab secara sadar akan hidup panggilan yang

mereka jalani serta berani mengambil keputusan untuk tujuan hidup yang mau

dicapainya. Dengan pembentukan demikian mereka diajak untuk semakin

menghayati dan melaksanakan nilai itu secara sadar, agar segala yang dilakukan

itu sungguh-sungguh mengarahkan diri mereka pada pada perubahan yang

semakin mendalam dan matang dalam keakraban relasinya dengan Tuhan, dirinya

sendiri maupun sesama, sehingga menghasilkan suatu penghayatan yang

mendalam melalui:

a. Penghayatan nilai-nilai spiritualitas

b. Sikap keutamaan

c. Cara bertindak, melalui:

i. Refleksi pengalaman pribadi dan komunitas

ii. Mengenali konteks kehidupan

iii. Mengadakan pilihan dan bertindak

d. Evaluasi berdasarkan cara hidup kongregasi.

Penghayatan nilai-nilai ini sangat diharapkan agar mereka dapat

menghadapi tantangan zaman ini dengan iman yang kuat agar tidak terpengaruh

dengan apapun yang mereka jalani sehari-hari, sehingga dengan penghayatan nilai

ini menjadi akar dan sayap bagi novis dalam menjalani hidup panggilannya dan

Page 160: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

142

menjadi penerus Kongregasi Suster FdCC yang berkualitas dalam iman, harapan

dan kasih.

4. Contoh Pola Katekese Model SCP

KATEKESE MODEL SCP

A. IDENTITAS

1. Tema : Menghayati Nilai Hidup Doa

2. Tujuan : Bersama pendamping peserta semakin menyadari

betapa pentingnya menghayati nilai hidup doa,

sehingga semakin mampu menghayati nilai doa

dalam hidup membiara.

3. Peserta : Para Novis FdCC

4. Tempat : Novisiat Jakarta Selatan, Bintaro

5. Waktu : 90 Menit

6. Metode : Informasi, Tanya jawab, sharing, refleksi, dan

renungan bersama.

7. Model : Shared Christian Praxis

8. Sarana : Kitab Suci, kaset instrument, Teks bahan, buku

Puji Syukur.

9. Sumber bahan : - Injil Matius 6: 5-15

Page 161: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

143

- Kitab Suci Katolik, Injil Matius percetakan

Arnoldus Ende.

- "Bimbingan Doa" Thomas H. Green, SJ

- Konstitusi no.11

B. PEMIKIRAN DASAR

Hidup doa merupakan dasar dalam hidup setiap orang. Melalui hidup

doa menghantar seseorang untuk dapat berelasi secara dekat dan akrab

dengan Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang membutuhkan

bantuan dari Tuhan, dengan demikian doa menghantar setiap orang untuk

menjalin suatu relasi cinta yang mesra dengan Tuhan. Para novis datang dari

keluarga yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari keluarga yang

menekankan doa, ada juga yang kurang menekankan doa itu sendiri. Dalam

hal inilah khususnya dalam tahap pembinaan ini para team formator berusaha

agar mampu menghantar mereka untuk dapat menanamkan nilai-nilai dari doa

itu sendiri dalam hatinya agar meraka semakin mengerti, memahami dan

menghayati nilai doa itu sendiri dalam hidupnya, sehingga mampu

melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam hidup bersama. Karena dalam

Kongregasi Suster FdCC hidup doa merupakan dasar dari segala-galanya.

Dalam Kongregasi FdCC hidup doa merupakan dasar bagi setiap

suster maupun para calon dalam mengikuti Kristus, agar dengan demikian

persatuaan dengan Yesus semakin membantu kematangan hidup rohani

mereka dan kekuatan bagi mereka dalam menjalani hidup panggilan. Dalam

hal ini Konstitusi FdCC (art. 11) mengatakan: "Doa adalah suatu anugerah,

suatu pengalaman hadirat-Nya dalam Kristus Yesus melalui kuasa Roh-Nya".

Melalui pengalaman doa inilah menghantar seseorang untuk mengerti dan

Page 162: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

144

memahami arti dari nilai doa itu sendiri. Karena melalui doa orang merasakan

arti pertemuan dengan Tuhan sendiri secara lebih akrab dan mesra bersatu

dengan Tuhan dalam kasih-Nya.

Dalam Injil Matius 6: 5-15 menceritakan mengenai bagaimana cara

berdoa yang baik. Dikatakan dalam ayat 5 adalah janganlah berdoa seperti

orang munafik. Dalam hal ini Yesus mengkritik orang-orang yang

menganggap diri saleh yang suka mencari pujian, khususnya bagi orang

Farisi. Tetapi dalam ayat 6-7 dikatakan jika berdoa masuklah ke dalam

kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah Berdoalah kepada Bapa-Mu di tempat

yang tersenbunyi maka Dia akan mengabulkannya dan juga dalam doa jangan

bertele-tele seperti orang yang tak pernah mengenal Allah. Doa yang

diajarkan Yesus dalam Injil Matius 6: 5-15 adalah doa harus dengan rendah

hati di hadapan Allah, dihadapan manusia. Sangatlah penting jika orang

menghayati doa lebih dengan hati dari pada dengan mulut, penuh

kepercayaan kepada kebaikan Bapa. Dan juga doa dikabulkan jika dilakukan

dengan iman dan menyerukan nama Yesus. Dengan demikian doa bukan

merupakan sebuah latihan belaka, tetapi yang terpenting adalah bagaimana

penghayatan dan pelaksanaan buah dari doa itu sendiri, yang terungkap dalam

hidup bersama. Menurut Thomas H. Green (1988: 28) dikatakan bahwa: "Doa

itu melibatkan budi, dan hati, yakni: pengertian, perasaan, dan kemauan

manusia". Maka dengan kesadaran yang penuh ini dapat menghantar

seseorang untuk mampu menghayati nilai-nilai dari doa itu sendiri. Proses

penanaman nilai-nilai dari doa inilah yang terus dibangun agar dari hari ke

hari pemahaman para novis akan doa itu sendiri menjadi semakin bermakna

dalam hidup panggilannya.

Melalui pertemuan ini kita berharap agar para novis mampu untuk

mengerti, memahami dan menghayati nilai doa itu sendiri, sehingga dengan

sendirinya mereka mampu menyadari betapa pentingnya doa itu dalam hidup

membiara, khususnya dalam hidup panggilannya secara pribadi agar tetap

kuat dan setia dalam menjalani hidup panggilannya.

Page 163: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

145

C. PENGEMBANGAN LANGKAH-LANGKAH

1. Pembukaan

a. Pengantar

Para novis yang terkasih dalam Kristus, marilah kita bersyukur dan

berterima kasih kepada Tuhan atas segala rahmat yang boleh kita terima

sepanjang hari ini dalam kesatuan hati dan persaudaraan. Dalam pertemuan

ini para novis diajak untuk mampu menghayati nilai dari doa itu sendiri.

Karena doa merupakan dasar dalam hidup panggilan kita masing-masing, dan

melalui doa inilah kita semakin dimurnikan bersama Allah. Oleh kerena itu

nilai hidup doa terus-menerus memaknai hidup seseorang.

b. Lagu Pembukaan: Puji Syukur no. 335 “Datanglah Ya Tuhan”

c. Doa Pembukaan

Allah yang Maha kasih trima kasih atas cinta-Mu yang begitu besar

yang mengalir dalam hidup kami tanpa batas. Engkau adalah teladan doa

dalam hidup kami. Ajarakanlah kami mengembangkan dan memaknai

hidup doa yang menjadi dasar dalam hidup panggilan kami. Bantulah agar

dalam pertemuan ini menjadi saat yang penting bagi kami untuk mengerti,

menghayati dan melaksanakan buah-buah dari nilai doa itu sendiri dalam

kehidupan kami sehari-hari. Kami mohon hadirlah bersama kami dalam

pertemuan ini agar semuanya dapat berjalan dengan baik. Semuanya kami

mohon dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

2. Langkah I : Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta.

Page 164: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

146

a. Membagikan sebuah teks cerita santo-santa “Keutamaan Pemimpin Bt.

Maria Adeodata Pisani” yang diambil dari majalah hidup 20 Januari 2008

halaman 19. (terlampir)

b. Penceritaan kembali inti cerita: pendamping memberikan kesempatan

kepada salah seorang novis menceritakan kembali mengenai cerita yang

dia pahami, setelah membaca dan merenungkan teks cerrita tersebut.

c. Intisari dari teks cerita santo-santa “Keutamaan Pemimpin Bt. Maria

Adeodata Pisani”

Cerita ini menggambarkan bagaimana seorang beata yang saleh

yang tetap bertahan dalam keteguhannya dalam mencintai Yesus yang

menjadi tujuan hidup yang dia pilih. Banyak tantangan yang dia hadapi

tetapi berkat kekuatan doanya yang saleh dia mampu menghadapi

semuanya dengan setia. Berkat penghayatan akan nilai dari doa inilah

yang memampukan dia kuat dalam menjalankan hidupnya hingga menjadi

orang kudus.

d. Pengungkapan pengalaman: pendamping mengajak peserta untuk

mendalami teks cerita, dengan beberapa pertanyaan di bawah ini:

1) Dari teks tersebut kekuatan apa yang dapat membantu Bt.

Adeodata Pisani, dalam menghadapi segala tantangan yang dia

hadapi.

2) Ceritakan pengalaman anda mengenai makna hidup doa dalam

hidup anda baik dalam suka maupun dalam duka.

e. Rangkuman

Page 165: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

147

Hidup doa membutuhkan latihan dan proses yang panjang bagi

seseorang. Melalui proses yang panjang dalam memaknai hidup doa

inilah orang dapat menemukan nilai dari penghayatan hidup doa tersebut.

Seperti yang kita lihat dalam cerita tadi bagaimana Bt. Adeodata Pisani,

menjalankan hidupnya dengan penuh tantangan tetapi beliau semakin

mencintai Kristus dengan mempersembahkan seluruh hidupnya kepada

Sang mempelai hatinya.

Dengan demikian para novis dalam tahap pembinaan ini mereka

sungguh-sungguh dibimbing untuk dapat memahami dan menghayati

nilai-nilai dari hidup doa tersebut. Melalui pengalaman doa inilah mereka

mampu menyadari bahwa hidup doa menjadi dasar dalam hidup panggilan

mereka, sehingga mereka dapat menyerahkan hidup panggilan mereka ke

dalam tangan Tuhan.

3. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta

a. Pendamping mengajak peserta untuk merefleksikan sharing pengalaman

terhadap teks cerita yang telah dilakukan oleh peserta pada langkah

sebelumnya dengan dibantu pertanyaan berikut.

1) Dengan cara apa saja teman-teman novis memperdalam

pemahaman dan penghayatan nilai hidup doa dalam hidup sehari-

hari.

b. Dari jawaban yang diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan

rangkuman singkat.

c. Rangkuman:

Penghayatan nilai hidup doa merupakan proses setiap orang dalam

mengembangkan hidup doanya. Karena yang menjadi dasar dalam hidup

Page 166: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

148

panggilan adalah penghayatan dan pelaksanaan nilai doa tersebut.

Dengan demikian nilai doa yang dihayati tersebut menjadi persembbahan

hidup seseorang kepada Sang Mempelai yang telah kita pilih menjadi

pusat hidup kita.

Dalam tahap pembinaan para novis sangat diharapkan untuk terus-

menerus membangun hidup doa, agar semua yang menjadi pergulatan

dalam tahap pembinaan merupakan suatu persembahan yang terus

memaknai hidup panggilannya. Nilai dari penghayatan hidup doa inilah

yang mendewasakan mereka dalam hidup panggilan dalam mengikuti

Kristus, sehingga dapat menghantar mereka menemukan bahwa Yesus

sebagai pusat dan tujuan dalam hidup panggilan yang telah mereka pilih.

4. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani.

a. Pendamping meminta bantuan salah seorang dari peserta untuk

membacakan sebuah perikop, langsung dari Kitab Suci, Matius 6: 5-15.

(sebelumnya pendamping membagikan teks Kitab Sucinya kepada

peserta)

b. Pendamping memberikan waktu kepada peserta untuk hening sejenak

sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab

Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan ssebagai berikut:

1) Ayat manakah yang menunjukan bagaimana cara berdoa yang

baik?

2) Ayat-ayat mana yang menunjukan sikap dan ciri khas doa

yang baik?.

Page 167: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

149

3) Dari ayat ini apa yang kita ambil untuk kita terapkan dalam

kehidupan kita sehari-hari mengenai penghayatan nilai doa

yang baik ?

c. Pendamping memberikan kesempatan kepada peserta untuk

merenungkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan

sehingga peserta dapat menemukan pesan itu dari perikop tersebut.

d. Pendamping memberikan tafsir dari perikop, yaitu Injil Matius 6: 5-15,

dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dan dalam

hubungannya dengan tema dan tujuan.

Dalam Injil Matius 6: 5-15 menceritakan mengenai bagaimana cara

berdoa yang baik. Dikatakan dalam ayat 5 adalah janganlah berdoa seperti

orang munafik. Dalam hal ini Yesus mengkritik orang-orang yang

menganggap diri saleh yang suka mencari pujian, khususnya bagi orang

Farisi. Tetapi dalam ayat 6-7 dikatakan jika berdoa masuklah ke dalam

kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah Berdoalah kepada Bapa-Mu di

tempat yang tersenbunyi maka Dia akan mengabulkannya dan juga dalam

doa jangan bertele-tele seperti orang yang tak pernah mengenal Allah.

Doa yang diajarkan Yesus dalam Injil Matius 6: 5-15 adalah doa harus

dengan rendah hati di hadapan Allah, dihadapan manusia. Sangatlah

penting jika orang menghayati doa lebih dengan hati dari pada dengan

mulut, penuh kepercayaan kepada kebaikan Bapa. Dan juga doa

dikabulkan jika dilakukan dengan iman dan menyerukan nama Yesus.

Dengan demikian doa bukan merupakan sebuah latihan belaka, tetapi

yang terpenting adalah bagaimana penghayatan dan pelaksanaan buah

dari doa itu sendiri, yang terungkap dalam hidup bersama. Dalam Injil

Matius ayat 6-7, Yesus menegaskan juga bagaimana cara berdoa dan

sikap serta cirri khas dari doa itu sendiri. Orang berdoa tidak harus dengan

kata-kata yang panjang atau bertele-tele. Tetapi dalam hal ini Yesus

menghendaki keterbukaan hati agar dapat berkomunikasi dengan Dia

Page 168: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

150

secara lebih dekat dan akrab. Karena dalam doa merupakan kesatuan hati

yang penuh cinta dengan Dia sendiri. Dengan demikian nilai doa ini

mampu membantu kita bagaimana cara berdoa dengan baik yang sesuai

dengan ajaran Yesus sendiri.

Melalui kesatuan inilah membawa seseorang menemukan

kematangan dalam hidup rohaninya. Dengan demikian nilai doa ini

mampu membantu bagaimana cara berdoa dengan baik yang sesuai

dengan ajaran Yesus sendiri. Maka dengan kesadaran yang penuh ini

dapat menghantar seseorang untuk mampu menghayati dan melaksanakan

nilai-nilai dari doa itu sendiri.

5. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani Dalam Situasi Peserta

Konkrit

a. Pengantar

Melalui proses yang telah lewat tadi kita sudh mengetahui pesan

pokok teks cerita santo-santa “Keutamaan Pemimpin Bt. Maria Adeodata

Pisani”. Bahwa dia dengan keteguhannya di dalam berdoa mampu

memaknai hidup dan perjuangan hingga dapat menjadi orang kudus.

Penghayatan niali dari hidup doa yang kuat menghantar dia untuk mampu

menghadapi rintangan hidupnya dengan setia. Dengan doa yang

sederhana mampu membawa dia kedalam relasi yang akrab dengan

Tuhan. Kesederhanaan keterbukaan hatinya di dalam hidup doanya

menghantar dia pada penyerahan penuh kepada kehendak Allah yang

menuntun dia untuk sampai kepada Kristus dan berani menyeerahkan

hidupnya secara total kepada Kristus. Dalam perikop Injil Matius 6: 5-15,

juga mengatakan bahwa doa yang sederhana menghantar kita untuk

bertemu dengan Bapa dan Dia akan mengabulkan segala permohonan

kita. Karena dalam kesederhanaan itulah orang mengandalkan Allah satu-

satu-Nya sebagai pelindung dan harapan hidupnya.

Page 169: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

151

b. Untuk menanggapi makna dari nilai doa ini sendiri, kita akan diajak

untuk merefleksikan pertanyaan mengenai nilai dari penghayatan hidup

doa itu sendiri.

1) Sikap mana saja yang dibutuhkan dalam meningkatkan

penghayatan nilai dari hidup doa tersebut?

2) Bagaimana caranya kita menyatukan nilai-nilai hidup doa

tersebut dalam pelaksanaan di dalam hidup kkita sehari-hari.

3) Apakah nilai dari hidup doa tersebut dapat membantu

perkembangan iman dan kematangan hidup rohani dalam hidup

panggilan?

c. Rangkuman

Dalam doa menuntut kita pada suatu sikap hati yang penuh dengan

kesederhanaan dan dalam penyerahan penuh kepada kehendak Bapa

sendiri. Seperti yang Yesus ajarkan kepada kita, bagaimana Diapun

menyapanya dengan sebutan “Bapa di sorga”. Sebutan Bapa inilah

merupakan ungkapan yang penuh kepercayaan seorang anak kepada

bapanya. Bapa kami artinya sikap seorang kristen sejati terungkkap dalam

permohonan yang menuntut suatu penyerahan yang penuh dalam

kehendak-Nya. Dikuduskanlah nama-Mu artinya dalam diri kita mampu

memuliakan nama-Nya, yang selalu menyertai perjalanan hidup ini.

Dalam perjalanan yang penuh rintangan ini membawa kita untuk mampu

mengandalkan Dia dalam hidup ssehari-hari.

Dalam bacaan ini Yesus banyak mengajarkan kepada kita

mengenai cara berdoa dan penghayatan nilai doa itu sendiri. Dalam hal ini

maka perlulah bagi para novis mencontohi teladan dan ajaran Yesus

sendiri dalam hal berdoa. Agar dalam tahap pembinaan ini ditanamkan

suatu cara berdoa yang baik dan penuh penghayatan dan mampu

menghantar mereka untuk dapat berelasi dalam kesatuan hati yang penuh

kepada Bapa yang membantu mereka dalam perjalanan hidup doa mereka

dalam panggilan hidup yang mereka jalani sekarang ini. Kamatangan

Page 170: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

152

hidup doa mereka tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan

dan menghayati nilai doa itu sendiri dan mampu melaksanakan buah dari

nilai hidup doa itu sendiri dalam hidup bersama. Dengan demikian doa

menjadi nyata melalui perkataan dan perbuatan.

Dalam kehidupan kita sehari-hari doa merupakan dasar bagi

perkembangan dan kematangan iman seseorang. Semakin kita

menghayati doa itu sendiri secara benar kita mampu menjadi pribadi

yang hidup dalam penyerahan penuh kepada kehendak Allah dalam

mencontohi teladan agung kita yaitu Kristus sendiri. Kristus yang

menjadi pusat doa kita sehingga dalam Dia dan bersama Dia menuju

kekudusan dalam kemuliaan kasih Allah sendiri yang terus membimbing

dan menjaga kita dengan setia. Dengan kekuatan doa inilah menghantar

para novis untuk semakin memaknai nilai hidup doa itu sendiri dalam

kesatuan hati Allah dala memperjuangkan hidup panggilan yang mereka

jalani. Dengan kekuatan doa ini sendiri mampu memberikan kekuatan

dalam menjalani hidup yang penuh dengan tantangan sekarang ini.

Dengan doa memampukan mereka untuk tetap setia dalam tuntunan kasih

Allah.

6. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit

a. Pengantar

Para novis yang terkasih dalam Kristus, melalui sharing

pengalaman dalam menggali penghayatan doa kita selama ini dengan

bantuan cerita “Keutamaan Pemimpin Bt. Maria Adeodata Pisani”

mengajak kita untuk mencontohi teladan dia bagaimana kekuatan doa

menjadikan dia kuat dalam mengahadapi rintangan dalam hidupnya.

Dengan demikian dalam menghayati hidup kita sebagai seorang religius

pengikut Kristus sendiri, untuk dapat meningkatkan semangat doa dan

melaksanakan nilai dari doa itu sendiri dalam hidup bersama setiap hari.

Dalam hal ini para novis dibimbing untuk mampu menjadikan doa

Page 171: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

153

bagian hidup mereka yang sangat penting dan dasar dalam mengikuti

Kristus, sehingga mampu mempersembahkan hidupnya secara total

dalam kehendak Allah yang kudus.

b. Secara bersama-sama memikirkan niat-niat, sebagai pengikut Kristus

dan memberi teladan yang baik sebagai seorang calon suster dalam

menghayati hidup doa dan melaksanakan buah dari nilai hidup doa

tersebut.

1). Niat apa yang dilakukan dalam meningkatkan penghayatan nilai

hidup doa tersebut?

2). Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan niat-niat

tersebut terutama dalam meningkatkan panghayatan nilai hidup doa?

7. Penutup

a. Setelah selesai mengungkapkan niat-niat, pendamping mengajak

peserta untuk duduk melingkar dan bergandengan tangan untuk saling

mendoakan sebagai teman seperjalanan dalam mengikuti Kristus.

Kristus yang menjadi pusat hidup doa dan panggilan kita. Dialah yang

menjadi teladan hidup doa kita dan setia membimbing kita dalam

menghayati nilai dari hidup doa yang kita jalani selama ini.

b. Pendamping memberikan kesempatan kepada peserta untuk

merenungkan sejenak.

c. Setelah itu pendamping memberikan kesempatan kepada peserta untuk

mengungkapkan doa secara spontan. Setelah itu pendamping menutup

dengan doa penutup.

d. Doa Penutup

Yesus sumber kasih Engkaulah teladan hidup doa kami. Terima

kasih Engkau mengajarkan kami banyak hal mengenai bagaimana

caranya berdoa. Melalui teladan-Mu inilah kami dapat menghayati dan

Page 172: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

154

melaksanakan nilai dari penghayatan hidup doa kami sehari-hari. Kami

mohon berkat-Mu agar Engkau senantiasa setia membimbing kami

dalam menjalankan hidup panggilan kami. Berkatilah hati kami agar

kami terus terbuka dan sederhana dalam menyapa-Mu melalui doa

kami sehari-hari. Bantulah kami agar buah dari hidup doa kami ini

menjadikan kami terus-menerus berkembang dalam kematangan iman

kami kepada-Mu dalam mengikuti panggilan suci ini dengan

menyerahkan seluruh hidp kami dalam kasih-Mu sendiri. Semuanya

ini kami haturkan dalam kemulian nama-Mu kini dan sepanjang masa.

Amin.

e. Setelah doa penutup, pertemuan di tutup dengan lagu dari Puji Syukur

no. 650, “Siapa yang Berpegang”.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 173: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

155

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penanaman nilai merupakan hal yang sangat penting dan dasar dalam

pembinaan hidup panggilan para novis. Karena dengan penanaman nilai yang

baik, dapat menjadi penggerak utama dalam hidup dan memberi kepastian arah

untuk bertindak. Melalui penanaman nilai yang baik inilah mampu menghantar

para novis untuk bertumbuh dan berkembang secara dewasa baik dari segi rohani

maupun manusiawi.

Sehingga dengan memahami nilai yang baik, para novis dapat memaknai

hidup panggilan mereka dan dapat menghantar para novis membatinkan serta

melaksanakan nilai-nilai spiritualitas tersebut secara dewasa. Maka proses inilah

yang menghantar mereka untuk bertumbuh dan berkembang dalam hidup

panggilan yang mereka jalani baik dari segi rohani maupun manusiawi. Dalam hal

penanaman nilai bagi pertumbuhan dan perkembangan panggilan para novis,

sangat diharapkan agar para novis semakin terbuka pada bimbingan Roh Kudus,

agar segala proses ini diserahkan seluruhnya dalam tangan kasih Tuhan yang

selalu mengarahkan dan membimbing hidup panggilan para novis.

Penanaman nilai spiritualitas merupakan hal yang sangat penting dan dasar dalam

setiap kongregasi. Demi pertumbuhan dan perkembangan hidup panggilan setiap

novis calon Suster FdCC, mereka pun sangat diharapkan agar dengan sungguh-

sungguh untuk dapat mengerti, memahami, menghayati/membatinkan

Page 174: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

156

nilai-nilai yang telah mereka pelajari dan refleksikan, agar pertumbuhan dan

perkembangan pribadfi mereka yang semakin dewasa dalam menanggapi rahmat

Allah yang telah mereka terima dengan hati yang bebas dan suka cita. Dengan

semangat kegembiraan inilah membantu mereka untuk secara bebas dalam

mengekspresikan hidup panggilan mereka. Spiritualitas menjadi penggerak dalam

menghidupi dan menyemangati setiap para calon dalam tahap pembinaan

khususnya bagi para novis yang menjadi penerus Kongregasi Suster FdCC, di

mana dalam hidup panggilan yang dia pilih dan dia pelajari serta dihayati melalui

hidup doa, hidup kaul, hidup komunitas dan hidup karya. Semuanya ini manjadi

salah satu penanaman nilai yang merupakan salah satu proses, yang dapat

memaknai hidup panggilan setiap novis. Melalui penanaman nilai spiritualitas ini

juga merupakan proses pembentukan untuk menjadi akar dan sayap dalam

menghadapi perkembangan zaman yang terus maju dan berubah.

Oleh karena itu, pananaman dan penghayatan nilai spiritualitas ini, menjadi

dasar pembinaan bagi Kongregasi Suster FdCC, khususnya dalam tahap

pembinaan novisiat, agar nilai tersebut menjadi salah satu proses bagi para novis

dalam tujuan hidup panggilannya. Dalam tahap ini para novis dihantar oleh

pendamping untuk dapat mengerti, memahami, menghayati dan melaksanakan

nilai-nilai tersebut dengan sepenuh hati, agar dapat membantu proses

pembentukan dan perkembangan nilai tersebut bagi diri mereka, sebagai teladan

dan penerus Kongregasi Suster FdCC.

Dengan bantuan katekase model SCP, dapat membantu pengolahan nilai

bagi para novis, agar mereka dilatih untuk lebih merefleksikan nilai-nilai ini dan

Page 175: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

157

disatukan dengan penghayatan iman mereka sehingga novis dapat bersatu dalam

visi dan tradisi kristiani yang jelas, dan dari kesadaran ini membimbing mereka

pada perubahan yang baru akan nilai-nilai yang dikonfrontasikan dalam nilai

spiritualitas kongregasi yang dijalankan secara konkret melalui pengalaman hidup

yang mereka alami setiap hari menjadi pengalaman iman. Dengan demikian

penanaman nilai-nilai spiritualitas ini menjadi lebih hidup dan relevan di zaman

ini dan sesuai dengan perkembangan zaman yang ada. Dengan demikian

penanaman nilai spiritualitas ini merupakan sebagai salah satu proses yang dapat

membantu pertumbuhan dan perkembangan para novis bagi hidup panggilan yang

semakin dewasa baik dari segi rohani maupun manusiawi. Proses penanaman

inilah para novis dibantu untuk semakin memurnikan motivasi hidup panggilan

mereka yang sesuai dengan semangat Kongregasi Suster FdCC.

B. Saran

Untuk mengakiri skripsi ini, penulis menyampaikan beberapa saran bagi

para Suster FdCC dan para calon Suster FdCC khususnya dalam tahap novisiat,

dalam penanaman nilai-nilai spiritualitas St. Magdalena dalam Kongregasi FdCC,

sebagai proses pertumbuhan dan perkembangan para novis dalam hidup panggilan

yang telah mereka pilih. Apa yang disajikan dalam skripsi ini lebih merupakan

suatu sumbangan pemikiran penulis berdasarkan studi pustaka dan pengalaman

pribadi penulis sendiri sebagai anggota Suster FdCC, di mana akhir-akhir kadang

melihat semakin melemahnya dan kabur panghayatan nilai spiritualitas kongregasi

yang sederhana dan sudah menjadi tradisi. Nilai ini dihayati sebagai formalitas

Page 176: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

158

belaka, sehingga tidak menjadi suatu warisan kekayaan yang harus dijadikan

sebagai proses dalam pertumbuhan dan perkembangan hidup panggilan sebagai

seorang Suster FdCC.

Bertolak dari kenyataan tersebut maka penulis mengajukan beberapa saran

ditujukan kepada para Suster, para Formator dan kepada para calon Suster FdCC:

1. Para Suster sangat diharapkan untuk menjadi panutan dan mampu

memberi kesaksian yang baik bagi para calon khususnya bagi para

novis, dalam menghidupi dan menjalani nilai spiritualitas yang sudah

menjadi tradisi Kongregasi Suster FdCC.

2. Meningkatkan penghayatan nilai spiritualitas dan mampu

mengaktualisasikan nilai tersebut dengan sepenuh hati dalam hidup

bersama.

3. Para team formator Kongregasi Suster FdCC mampu memberi arahan

dan bimbingan yang jelas bagi para novis, agar mereka dapat mengerti,

menghayati dan melaksanakan nilai tersebut dengan sepenuh hati.

4. Membuat program di novisiat demi mendukung usaha penanaman nilai

di tahap pembinaan novisiat.

Page 177: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

159

DAFTAR PUSTAKA

Bagus Lorens. (1996). Kamus Filsafat. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Chapter Resolutions XV General Chapter. (2008). For The Sake of Christ with Magdalene The life of Consecration: The Vows today. Darminta, J. (1993). Tumbuh Dalam Roh. Yogyakarta: Kanisius. _________. (1995). Hidup Religius Hidup Gerekan Roh. Yogyakarta: Kanisius. _________. (1997). Yesus Mendidik Para Murid. Yogyakarta: Kanisius. _________. (2003). Mencitrakan Hidup Religius. Yogyakarta: Kanisius. _________. (2004). Menghayati Kaul Kemurnian Dalam Kemanusiaan.

Yogyakarta: Kanisius. _________. (2005). Manusia Rohani Dalam Yesus. Yogyakarta: Kanisius. _________. (2006, a). Praksis Pendidikan Nilai. Yogyakarta: Kanisius. _________. (2006, b). Pendidikan Iman dan Nilai Bagi Generasi Muda.

Yogyakarta: Kanisius. _________. (2006, c). Penegasan Panggilan. Yogyakarta: Kanisius. Green, Thomas H. (1988). Bimbingan Doa. Yogyakarta: Kanisius Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis : Suatu Model Berkatekese.

(F.X. Heryatno Wono Wulung, penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat (Buku asli diterbitkan 1991).

Habeahan Salman. (2007). Butir–Butir Pendidikan Nilai Memasuki Abad 21. Krista Mitra Pustaka. Bekasi.

Kitab Hukum Kanonik. (1991). Sekretariat KWI & Obor. Konstitusi Canossian beserta Diretorium. (1828). Roma Konsili Vatikan II. (1992). Perfectae Caritatis. Dekrit tentang Pembaharuan dan

penyesuaian Hidup Religius. Dokumen Konsili Vatikan II. R. Hardawiryana, (penerjemah). Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI & Obor.

_______________. (1993). Lumen Gentium. Konstitusi Dogmatis tentang Gereja. Dalam Dokumen Konsili Vatikan II. R. Hardawiryana, (penerjemah). Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI & Obor. Mardi Prasetyo. (1992). Psikologi Hidup Rohani II. Yogyakarta: Kanisius. ____________. (1993). Psikologi Hidup Rohani I. Yogyakarta: Kanisius. ____________.(2001). Tugas Pembinaan demi Mutu Hidup Bakti I. Yogyakarta:

Kanisius. ____________. (2001). Tugas Pembinaan demi Mutu Hidup Bakti II. Yogyakarta:

Kanisius. Mangunhardjana, A. (1986). Pembinaan Arti dan Metodenya. Yogyakarta:

Kanisius. Martini Carlo M.. (1991). Perjalanan Rohani Kedua Belas Murid. Yogyakarta:

Kanisius. Modesto Giacon. (1974). Magdalena Di Kanossa. Marcel Beding (penerjemah).

Jakarta: Bintaro. Nouwen & Jean Vanier. (1998). Komunitas Alternatif : Hidup Bersama

Menebarkan Kasih (Mgr. I. Suharyo, editor). Yogyakarta: Kanisius.

Page 178: PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST ...dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis Yohana Yonesta Letek Tokan vii PERNYATAAN

160

Panitia Spiritualitas KOPTARI. (2008). Membangun Komunitas Formatif. Yogyakarta: Kanisius.

Pedoman-Pedoman Pembinaan dalam Lembaga-Lembaga Religius. (1992). Dokumen untuk lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan. Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI. Pollonara Elda. (1988). Memoir tentang St. Magdalena dari Canossa. Marsel

Beding (penerjemah). Roma. Rencana Formasi Putri-Putri Cinta Kasih Canossa. (2006). (Fabian Thomas,

penerjemah). Jakarta: Bintaro. Sebastianus. (2001). Paper dalam rangka retret tahunan para Suster Canossian.

Yogyakarta. Salatiga: Gedono. Seri PUSKAT 222. (1975). Katekese Pembimbingan Novisiat. Yogyakarta:

Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. Suparno, P. (2007). Saat Jubah Bikin Gerah I. Yogyakarta: Kanisius. Suster-suster Gedono. Apakah Kekudusan Itu?. Pertapaan Bunda Pemersatu

Gedono, Tromolpos Salatiga. The Canossian Charism. (2002). Roma. The Rules Of The Congregation Of The Daughters Of Charity. (1981). Roma. Yohanes Paulus II. (1996). Vita Consecrata (Hidup Bakti). R. Hardawiryana,

(penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1996).