penatalaksanaan fisioterapi pada kasus …eprints.ums.ac.id/54036/11/naskah publikasi r.pdfadapun...
TRANSCRIPT
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF (OPEN
REDUCTION INTERNAL FIXATION) FRACTURE SUPRAKONDILER
HUMERI SINISTRA DI RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO
Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagaian Persyaratan
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
Oleh :
Nila Astriput Fauzi
J100140022
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF (OPEN
REDUCTION INTERNAL FIXATION) FRACTURE SUPRAKONDILER
HUMERI SINISTRA DI RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
Nila Astriput Fauzi
J100140022
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
Maskun Pudjianto, SMPH, M.Kes
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF (OPEN
REDUCTION INTERNAL FIXATION) FRACTURE SUPRAKONDILER
HUMERI SINISTRA DI RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO
Yang telah dipersiapkan dan disusun oleh
Nila Astriput Fauzi
J100140022
Telah dipertahankan di depan Dewan penguji
Pada hari Selasa, 04 Juli 2017
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
1. Maskun Pudjianto, SMPH., M Kes ( )
2. Wahyuni, S.Fis, M.Kes ( )
3. Agus Widodo, S.Fis, M.Fis ( )
Surakarta, 04 Juli 2017
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dekan
(Dr. Mutalazimah, S.KM.,M.Kes)
NIK. 786/ NIDN. 0617117301
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam artikel publikasi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar ahli madya di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelakterbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka
akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 04 Juli 2017
Penulis
Nila Astriput Fauzi
J100140022
1
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF (OPEN
REDUCTION INTERNAL FIXATION) FRACTURE SUPRAKONDILER
HUMERI DI RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO
ABSTRAK
Latar belakang : Fraktur suprakondiler humeri adalah fraktur yang terletak
tepat di proksimal troklea dan capitulum humeri. Merupakan Fraktur yang sering
ditemukan pada siku . Pada kasus ini dilakukan metode pemasangan internal
fiksasi berupa K-Wire dan hal tersebut mengakibatkan adanya problematikan
fisioterapi yaitu nyeri tekan, nyeri gerak, penurunan kekuatan otot, keterbatasan
lingkup gerak sendi dan penurunan aktivitas fungsional. Fisioterapi dapat
menggunakan modalitas Infra red, latihan gerak aktif, latihan gerak pasif,
kontraksi isometrik dan hold relax.
Tujuan : Metodologi yang dipakai pada penulisan ini mengacu pada status klinis
antara lain pemeriksaan nyeri dengan VAS, keterbatasan lingkup gerak sendi
dengan goneometri, penurunan kekuatan otot dengan MMT, kemampuan aktivitas
fungsional dengan index barthel. Untuk megetahui manfaat penatalaksanaan
fisioterapi pada dengan modalitas Infra red, latihan gerak aktif, latihan gerak
pasif, kontraksi isometrik dan hold relax pada kondisi post ORIF fraktur
suprakondiler humeri terhadap : Penurunan nyeri, peningkatan kekuatan otot,
peningkatan lingkup gerak sendi, peningkatan aktivitas fungsional.
Hasil : Dari tindakan fisioterapi yang telah dilakukan dengan modalitas Infra red,
latihan gerak aktif, latihan gerak pasif, kontraksi isometrik dan hold relax terbukti
mampu menurunkan nyeri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup
gerak sendi, belum mampu meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional.
Kata kunci : fraktur suprakondiler humeri, infra red, latihan gerak aktif, latihan
gerak pasif, kontraksi isometrik, hold relax.
ABSTRACT
Background : The supracondylar humerus fracture is a fracture exactly located in
proximal trochlea and capitulum humeri. It is a fracture that is often found on the
elbow. In this case, it is done installation method of internal fixation that is K-
Wire and it is resulted existences of the problematic of physiotherapy i.e.
tenderness, motion pain, decreased muscle strength, limited scope of motion of
the joints and decreased functional activity. Physiotherapy can use infra red
modalities, active motion exercises, passive motion exercises, isometric
contractions and hold relax.
Purposes : The methodology which is used in this writing refers to clinical status,
such as examination of pain with vas, limited range of motion of joints with
goniometer, decreased muscle strength with mmt, functional activity ability with
Barthel index. To know the benefits of physiotherapy management with infra red
2
modalities, active motion exercises, passive motion exercises, isometric
contractions and hold relax on post-ORIF conditions supracondylar humerus
fractures against: pain reduction, increased muscle strength, increased scope of
joint motion, increased functional activity.
Results: From the physiotherapy action that have been done with infra red
modality, active motion exercises, passive motion exercises, isometric contraction
and hold relax proved to reduce pain, increase muscle strength, increase the scope
of joint motion, have not been able to increase the ability of functional activity.
Keywords: Supracondylar humerus fracture, infrared, active motion exercises,
passive motion exercises, isometric contraction, hold relax
1. PENDAHULUAN
Anak-anak selain sebagai korban kecelakaan lalu lintas juga sebagai
penyebab kecelakaan lalu lintas. Angka kejadia fraktur yang paling. Angka
kejadia fraktur dikarenakan kecelakaan lalu lintas cukup tinggi di Indonesia.
Fraktur atau yang biasa disebut dengan patah tulang menjadi sesuatu masalah
yang paling sering ditemukan pada kasus kecelakaan lalu lintas. Salah satu
jenis fraktur yang sering terjadi adalah fraktur pada tulang humerus. Fraktur
humerus distal meliputi daerah metafisis tulang humerus (Hoppenfield, 2011).
Pada kasus ini dilakukan tindakan operasi berupa pemasangan internal fiksasi
atau ORIF (Open Rreduktion Internal Fixation). Selain pemasangan gips,
internal fiksasi menjadi pilihan ketika daerah fraktur yang terjadi cukup
kompleks dan pemasangan gips dianggap kurang efektif.
Adapun rumusan masalah yang muncul pada kasus Post ORIF fraktur
Suprakondiler Humeri Sinistra ditinjau dari segi fisioterapi yang berhubungan
dengan impairment, functional limitation dan disability yang akan
dikemukakan oleh penulis adalah:
Apakah Infra red, latihan gerak aktif, latihan gerak pasif, kontraksi
isometrik dan hold relax mampu mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup
gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan kemampuan
fungsional pasien?
3
Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah (1) mengetahui manfaat
Infra Red dalam mengurangi nyeri, (2) mengetahui manfaat latihan gerak pasif
untuk meningkatkan lingkup gerak sendi, (3) mengetahui manfaat latihan
gerak aktif untuk meningkatkan lingkup gerak sendi, (4) mengetahui manfaat
konraksi isometrik untuk meningkatkan lingkup gerak sendi dan kekuatan
otot, (5) mengetahi manfaat hold relax dalam meningkatkan lingkup gerak
sendi dan kekuatan otot, (6) mengetahui manfaat Infra Red, latihan gerak
aktif, latihan gerak pasif, kontraksi isometrik dan hold relax dalam
meningkatkan kemampuan fungsional pasien.
2. METODE
Nama : Sdr DK, Umur 15 tahun, Jenis Kelamin Laki-laki, Agama Islam,
Pekerjaan Siswa , Alamat Kweni Rt 14 Sragen. Pasien mengeluhk nyeri pada
siku kiri dan menekuk dan meluruskan sikunya. Pasien tidak mampu menekuk
sikunya secara penuh. Dari pemeriksaan yang dilakukan terdapat nyeri gerak
dan tekan, keterbatasan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot dan
keterbatsan aktivitas fungsional. Sesuai dengan permasalahan yang muncul,
maka dilakukan intervensi fisioterapi dengan modalitas infra red, latihan gerak
aktif, latihan gerak pasif, kontraksi isometrik, hold relax. Parameter yang
digunakan antara lain : evaluasi nyeri dengan vas, evaluasi kekuatan otot
dengan MMT, evaluasi lingkup gerak sendi dengan goneometri, evaluasi
kemampuan fungsional dengan index barthel.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Diagram 1 : Hasil evaluasi nyeri menggunakan VAS
0 0 0 0 0 0
3,5 3,5 3,5 3,1 3,1 3
4,9 4,7 4,6 4,6 4,6 4,3
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Evaluasi nyeri dengan VAS
Nyeri diam Nyeri tekan Nyeri gerak
4
Nyeri tekan pada T1 adalah 3,5 ( nyeri tidak begitu berat) nyeri menurun
pada T6 dengan nilai 3 (nyeri ringan), kemudian nyeri gerak T1 adalah 4,9
(nyeri sedang) nyeri menurun pada T6 dengan nilai 4,3 (nyeri sedikit sedang)
Tabel 1 : Hasil evaluasi kekuatan otot dengan MMT
Grup otot T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Fleksor 3- 3- 3- 3- 3- 4- 4-
Ekstensor 4- 4- 4- 4- 4 4 4
Supinator 4 4 4 4 4 4 5
Pronator 4 4 4 4 4 4 5
Grup otot Flekor, Ekstensor, Supinator dan Pronator mengalami
peningkatan setelah dilakukan 6 kali terapi. Pada grup otot flexor T0 : 3-
menjadi T6: 4-, Extensor T0: 4- menjadi T6:4, Supinator dan Pronator T0 : 4
menjadi T6 : 5.
Tabel 2 : Hasil evaluasi lingkup gerak sendi dengan Goneometri
Terapi ke Ekstensi-fleksi (aktif) Ekstensi-fleksi (pasif)
T0 S=00-0-85
o S=0
0-0-87
o
T1 S=00-0-85
o S=0
0-0-87
o
T2 S=00-0-85
o S=0
0-0-87
o
T3 S=00-0-85
o S=0
0-0-87
o
T4 S=00-0-85
o S=0
0-0-87
o
T5 S=00-0-85
o S=0
0-0-90
o
T6 S=00-0-87
o S=0
0-0-93
o
Adanya peningkatan lingkup gerak sendi aktif selama 6 kali tera[i
sebanyak 20
dan lingkup gerak sendi pasif sebanyak 60.
5
Diagram 2 : Hasil evaluasi kemampuan fungsional dengan Index
Barthel
Belum ada peningkatan pada kemampuan aktivitas fungsional.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Infra Red dapat mengurangi nyeri
Pemberian infra merah dengan jarak 35 cm dan 45 cm berpengaruh
terhadap peningkatan nilai ambang nyeri. Adapun peningkatan ambang nyeri
dikarenakan adanya efek sedatif dari infra merah, dimana stimulasi panas
sampai pada jaringan sub cutan yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh
darah sehingga aliran pembuluh darah meningkat dan subtansi P ikut dalam
aliran pembuluh darah tersebut, serta meningkatnya metabolisme
mengakibatkan peningkatan suplay nutrisi, O2 ke jaringan sehingga nyeri
berkurang (Purbo, 2010).
3.2.2 Latihan gerak aktif dan pasif dapat meningkatkan LGS
Adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan terjadinya
peningkatan aliran darah ke dalam kapsul sendi dan memberikan nutrisi yang
memungkinkan tulang untuk bergerak dengan lancar dan tanpa rasa sakit atau
ketidaknyamanan. Sehingga lingkup gerak sendi dapat meningkat (Jenkins,
2005).
3.2.3 Kontraksi Isometrik dan Hold Relax dapat meningkatkan kekuatan
otot
0
5
10
15
20
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Evaluasi kemampuan fungsional dengan Index Barthel
Skor Index Barthel
6
Didalam prosedur pelaksanaan hold relax awalnya ada gerakan kontraksi
isometrik melawan tahanan lalu diikuti dengan relaksasi sebagai hasil dari
autogenic inhibition dimana golgi tendo organs akan menghibisi ketegangan
otot. (Adler,et al.,2014)
3.2.4 Kontraksi Isometrik dan Hold Relax dapat meningkatkan lingkup
gerak sendi
Mekanisme kontraksi isometrik dan pada penguluran otot ini karena
sarcomer otot yang semula memendek akan dapat memanjang kembali dan
berakibat pada kembalinya fungsi otot secara normal kemudian diikuti dengan
relaksasi grup otot antagonis, mobilitas menjadi baik, nyeri berkurang. Maka
pasien akan mudah untuk menggerakkan sendi yang semula terbatas (Kisner,
2007). Dengan adanya kontraksi otot antagonis akan berdampak
terstimulusnya golgi tendo organs sehingga membangkitkan mekanisme
inhibitory, akibatnya menghambat kekuatan impuls motorik yang menuju otot
antagonis sehingga hambatan kinerja otot agonis menjadi turun, gerakan ke
agonis menjadi lebih mudah dan lebih luas (Wahyno dan Budi, 2016).
3.2.5 Infra Red, latihan gerak aktif, latihan gerak pasif, Kontraksi Isometrik
dan Hold Relax belum mampu meningkatkan kemampuaan
fungsional.
Kemampuan fungsional akan meningkat seiring berkuragnya nyeri,
meningkatnya kekuatan otot dan meningkatnya lingkup gerak sendi. Pada
kasus Post ORIF Fraktur Suprakondiler Humeri belum didapatkan adanya
peningkatan aktivitas fungsional setelah melakukan enam kali terapi
dikarenakan masih adanya nyeri, peningkatan kekuatan otot yang belum
maksimal dan masih adanya keterbatasan lingkup gerak sendi.
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari permasalahan yang muncul, modalitas fisioterapi yang digunakan
adala infra red, latihan gerak aktif, latihan gerak pasif, kontraksi isomerik dan
7
hold relax. Infra red dapat mengurangi nyeri pada elbow akibat operasi
pemasangan internal fiksasi fraktur suprakondiler humeri, latihan gerak aktif
dan pasif mampu mampu meningkatkan lingkup gerak sendi elbow joint,
kontraksi isometrik dan hold relax mampu meningkatkan kekuatan otot akibat
operasi pemasangan internal fiksasi fraktur suprakondiler humeri, Kontraksi
isometrik dan hold relax mampu meningkatkan lingkup gerak sendi elbow
joint akibat operasi pemasangan internal fiksasi fraktur suprakondiler humeri,
infra red, latihan gerak aktif dan pasif, kontraksi isometrik dan hold relax
belum dapat meningkatkan kemampuan fungsional pasien setelah melakukan
enam kali terapi.
4.2 Saran
Pada kasus Post ORIF Fraktur Suprakondiler Humeri dalam
pelaksanaannya dibutuhkan kerja sama antara fisioterapis, pasien dan tim
medis lainnya agar tercapai hasil pengobatan yang maksimal. Selain itu hal-
hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Bagi penderita disarankan untuk melakukan terapi secara rutin, serta
melakukan latihan-latihan berupa gerakan aktif saat dirumah.
2. Bagi fisioterapis dalam memberikan suatu pelayanan hendaknya sesuai
dengan prosedur. Melakukan pemeriksaan secara teliti sehingga dapat
menegakkan diagnose, menentukan problematika, menentukan tujuan
terapi dan modalitas yang tepat dan efektif untuk pasien.
3. Kepada keluarga pasien disarankan agar terus memberikan dukungan dan
motivasi agar pasien mau melakukan latihan dirumah dan ikut mengawasi
pasien saat berlatih.
4. Kepada Masyarakat disarankan jika mengalami patah tulang hendaknya
segera memeriksakan diri ke dokter karena ditakutkan timbul masalah baru
dan memperlama proses penembuhan itu sendiri,
8
DAFTAR PUSTAKA
Adler, Susan and Dominick. 2014. PNF in Practice. 4th
Ed. Berlin : Springers
Beaty, JH dan Kasser, JR. 2007. Supracondylar Fracture of the Distal Humerus.
11th
Ed. In : Campbell
Hoppenfield, Stanley. 2011. Treatment and Rehabilitation of Fractures.
Dialihbahasakan oleh Mahode AA. Jakarta : EGC
Jenkis, L. 2005. Maximizing Range Of Motion In Older Adults. The Journal On
Active Aging. 50-55.
Kisner,C dan Colby. 2007. Therapeutic Exercise: Foundations and Techniques. 5th
Ed. Philadelphia : F.A. Davis Company
Kneale, D, Julia. 2011. Keperawatan Ortopedik dan Trauma. 2th
Ed.
Dialihbahasakan oleh Yudha SS. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aplikasi Pada
Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Purbo, K.H. 2010. Workshop Fisioterapi Komprehensif Pada Nyeri Bahu.
Makalah. Surakarta: PFMI (Perhimpunan Fisioterpi Muskuluskeletal
Indonesia) dan Mahasiswa Prodi DIV Fisioterapi UMS.)
Wahyono, Y dan Budi, U. 2016. Efek Pemberian Latihan Hold Relax dan
Penguluran Pasif Otot Quadriceps terhadap Peningkatan Lingkup Gerak
Fleksi Sendi Lutut dan Penurunan Nyeri pada Pasien Pasca ORIF Karena
Fraktur Femur 1/3 Bawah Dan Tibia 1/3 Atas. Diakses: 08 Juni 2017.
http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id.