pencadangan - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/206/03c1c9f4_barito_pacific_tbk.pdf ·...

1

Upload: dangkhuong

Post on 14-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pencadangan - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/206/03c1c9f4_Barito_Pacific_tbk.pdf · Direktur Keuangan PT Bank Rak- ... rokok regional dan cukai rokok tidak akan membuat

F I N A N S I A L Sabtu, 26 Juli 20144

Galih [email protected]

Menurut data Otoritas Jasa Ke -uangan (OJK), CKPN untuk kredit pada Mei 2014 tercatat Rp79,1 trili-un, lebih kecil ketimbang April yang mencapai Rp87 triliun.

Namun, dibandingkan periode yang sama 2013, jumlahnya masih le bih besar. Pada Mei 2013 CKPN untuk kredit hanya mencapai Rp65 triliun.

Meskipun begitu, total CKPN yang disediakan bank umum pada Mei 2014 masih lebih besar diban-dingkan dengan posisi pada April.

Pada Mei, total CKPN Rp85,9 triliun, sedangkan pada April hanya Rp83,2 triliun. Pada Mei 2013 pos ini hanya terisi Rp71,2 triliun.

Direktur Keuangan PT Bank Rak-yat Indonesia Tbk Achmad Baiquni mengatakan jumlah pencadangan akan bertambah seiring ekspansi yang dilakukan khususnya kredit. “Pencadangan BRI kurang lebih 1,2% dari total kredit, sekarang ang-kanya sekitar Rp3 triliun,” ujarnya baru-baru ini.

Dia menambahkan akumulasi pen cadangan yang disiapkan BRI hing ga semester I/2014 telah men-capai Rp16 triliun.

Hingga semester I/2014 kinerja BRI tergolong masih mengilap. Per-se roan membukukan laba bersih hingga Rp11,7 triliun yang disokong oleh lancarnya aliran kredit.

Pertumbuhan kredit yang disalur-kan BRI mencapai Rp459,13 triliun pada kuartal II/2014, naik 17,19% dari posisi Rp391,77 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Rasio kredit bermasalah (non performing loan) pada periode yang sama pun hanya 0,57%.

Kredit mikro BRI tercatat tum-

buh 18,1% (year-on-year) menjadi Rp144,2 triliun dari posisi Rp122,1 triliun pada kuartal II/2013. Hingga akhir triwulan II/2014, jumlah debitur mikro BRI mencapai 6,9 juta nasabah.

Mengacu pada data OJK, hingga Mei 2014, total kredit yang disalur-kan bank umum mencapai Rp3.403 triliun dengan NPL Rp74 triliun.

Penyaluran kredit itu terdiri dari Rp1.609 triliun kredit modal kerja, Rp846 triliun kredit investasi, dan Rp947 triliun kredit konsumsi.

Pada periode yang sama 2013, penyaluran kredit hanya mencapai Rp2.887 triliun dengan NPL Rp55 triliun.

Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga atau loan to deposit ratio (LDR) bank umum memang cende-rung menurun pada kuartal II/2014.

Kondisi itu mencerminkan penya-luran kredit yang lebih lambat ke-timbang pengumpulan dana.

Pada Mei 2014, LDR tercatat 90,3%, lebih sedikit dibandingkan April yang mencapai 90,79%. Na mun, pada Mei 2013, LDR bank umum hanya berada di level 85,84%.

Sejumlah bank mencatatkan penurunan LDR, seperti PT Bank OCBC NISP Tbk. yang mencatat per-tumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 23% menjadi Rp71,4 triliun pada akhir Juni 2014 dari Rp57,9 triliun pada akhir Juni 2013.

Padahal pertumbuhan kredit pada periode tersebut hanya 15%. LDR OCBC NISP pada akhir semester I/2014 tercatat 91,5% dari sebelum-nya 98,0% pada periode yang sama 2013.

JAKARTA—Kinerja emiten rokok sepanjang semester II/2014 dipre-diksi tetap pada jalur positif, ter-utama untuk pemain besar seperti PT Gudang Garam Tbk. dan PT HM Sampoerna Tbk.

Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities, mengatakan berba-gai aturan pemerintah seperti pajak rokok regional dan cukai rokok tidak akan membuat kinerja emiten rokok negatif. Alasannya, emiten rokok itu akan menyesuaikannya harga produk dan margin dari pro-duk rokok ini memang besar.

“Rokok kan adiktif, jadi ketika harga naik dan ada gambar yang menakutkan sekalipun tidak akan membuat perokok berhenti tiba-tiba, kecuali bila kenaikan harga-nya memang besar sekali,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis, beberapa

waktu lalu.Sementara itu, Surjanto Yasapu-

tera, Sekretaris Perusahaan PT Wis-milak Inti Makmur Tbk., mengata-kan perusahaannya belum beren-cana menaikkan harga produk dan memilih melakukan efisirnsi walau-pun ada tambahan pajak regional untuk industri rokok.

Hasil yang tidak terlalu menge-cewakan dicatatkan beberapa emi-ten rokok seperti Gudang Garam (GGRM), HM Sampoerna (HMSP), Wismilak (WIIM), dan PT Bentoel Internasional Investama Tbk. (RMBA) pada kuartal I/2014.

Pada kuartal I/2014, hanya WIIM yang gagal meningkatkan penjual-an dibandingkan dengan perolehan pada kuartal I/2013.

Penjualan WIIM turun 28,55% menjadi Rp354,58 miliar dibanding-

kan dengan Rp417,05 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Untuk meningkatkan penjualan, WIIM meluncurkan produk barunya pada awal kuartal II yaitu Diplomat Mild Menthol dan Fun Mild. Pada kuartal III atau IV, WIIM berencana kembali meluncurkan produk baru.

Sementara, RMBA yang terus mencatatkan rugi sejak 2012 tetap berhasil meningkatkan penjual-an. Pada kuartal I/2014, penjualan RMBA naik 21,38% menjadi Rp3,26 triliun dibandingkan dengan Rp2,56 triliun pada kuartal I/2013.

Prijuatmoko, Direktur Bentoel Internasional Investama, mengata-kan kerugian perseroan akibat harga bahan baku yang tinggi dan pertum-buhan ekonomi Indonesia melambat, sehingga beban pokok penjualan per-seroan meningkat. (Surya Rianto)

JAKARTA—PT Fajar Surya Wisesa Tbk. akhirnya membatalkan rencana penerbitan saham baru atau rights issue pada tahun ini, karena pasar saham yang fluktuatif dan ke-butuhan pendanaan yang dinilai tidak terlalu mendesak.

Jika nantinya persero-an membutuhkan pen-danaan, emiten dengan kode saham FASW itu akan lebih mengandal-kan fasilitas pinjaman sindikasi.

Marco Hardy, Manajer Keuangan FASW, me-ngatakan pada awal-nya rencana penerbitan saham baru yang akan di lakukan persero-an ditujukan untuk eks pansi pengembang-an pembangunan pab-rik.

Namun, hingga kini, perseroan belum bisa memastikan kapan ren-cana pengembangan itu dapat direalisasikan. “Dari pada rights issue, tetapi rencana ekspansi-nya molor [lebih baik ditunda],” ujar Marco kepada Bisnis, belum lama ini.

Menurut Marco, rea-lisasi rencana ekspansi itu sangat terkait de-ngan hasil Pemilihan Pre siden 2014.

Produsen kertas ke-masan (packaging) itu akan menunggu kebi-jakan yang akan dite-rapkan oleh pemerin-tahan baru.

“Kami akan melihat kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pre siden terpilih,” kata-nya. (Lukmanul H. Daulay)

�KREDIT MELAMBAT

Bank Mulai Kurangi Pencadangan

�Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), CKPN untuk kredit pada Mei 2014 tercatat Rp79,1 triliun, lebih kecil ketim-bang April yang mencapai Rp87 triliun.

�Sejumlah bank juga mengalami penurunan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga.

JAKARTA—Perlambatan penyaluran kredit yang masih terjadi hingga kuartal II/2014 membuat

cadangan kerugian penurunan nilai aset keuang-an (CKPN) bank umum atas kredit yang diberikan

cenderung turun.

�EMITEN ROKOK

Kinerja Diprediksi Tetap Positif

FASWAndalkanSindikasi

pusdok
Typewritten Text
Bisnis, 26 Juli 2014