pencairan hidrotermal biomassa...

94
PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA CANGKANG KELAPA SAWIT MENJADI BIO-CRUDE OIL DALAM KONDISI SUPERKRITIS SKRIPSI RISNA AYU FADILAH PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1439 H

Upload: others

Post on 22-Jan-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA CANGKANG

KELAPA SAWIT MENJADI BIO-CRUDE OIL DALAM

KONDISI SUPERKRITIS

SKRIPSI

RISNA AYU FADILAH

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439 H

Page 2: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA CANGKANG

KELAPA SAWIT MENJADI BIO-CRUDE OIL DALAM

KONDISI SUPERKRITIS

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

RISNA AYU FADILAH

1113096000048

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018 M/ 1439 H

Page 3: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA CANGKANG

KELAPA SAWIT MENJADI BIO-CRUDE OIL DALAM

KONDISI SUPERKRITIS

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

RISNA AYU FADILAH

1113096000048

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Herman Hidayat Nurmaya Arofah, M.Eng

NIP. 19660112 199201 1 001 NIDN. 2010068701

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kimia

Drs. Dede Sukandar, M.Si

NIP. 19650104 199103 1 004

Page 4: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul “Pencairan Hidrotermal Biomassa Cangkang Kelapa

Sawit Menjadi Bio-Crude Oil dalam Kondisi Superkritis” telah diuji dan

dinyatakan LULUS pada Sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa, 2 Januari

2018. Skripsi ini telah diterima untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Kimia.

Page 5: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL

KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI

ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

MANAPUN.

Jakarta, 13 Januari 2018

Risna Ayu Fadilah

1113096000048

Page 6: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

ABSTRAK

RISNA AYU FADILAH. Pencairan Hidrotermal Biomassa Cangkang Kelapa

Sawit Menjadi Bio-crude Oil Pada Kondisi Superkritis. Dibimbing oleh HERMAN

HIDAYAT dan NURMAYA AROFAH.

Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin,

hemiselulosa, dan selulosa yang mempunyai efek tinggi terhadap proses pencairan

hidrotermal. Penelitian ini dilakukan untuk mengurangi limbah kelapa sawit

menjadi bio-crude oil yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Penelitian

pencairan hidrotermal biomassa cangkang kelapa sawit menjadi bio-crude oil telah

dilakukan. Pencairan hidrotermal biomassa cangkang kelapa sawit dilakukan

dengan variasi tekanan awal 1, 2, dan 3 MPa pada saat kondisi operasi, serta

temperatur 370 °C selama 60 menit. Katalis Na2CO3 digunakan sebanyak 5% dari

berat bahan baku cangkang kelapa sawit. Hasil dari pencairan biomassa cangkang

kelapa sawit berupa slurry dan gas. Hasil slurry dipisahkan dengan distilasi vakum

menghasilkan fraksi minyak dan residu. Fraksi minyak yang dihasilkan dianalisis

dengan GC-MS. Hasil gas dianalisis dengan GC-TCD dan GC-FID. Hasil yield bio-

crude oil yang paling banyak dihasilkan yaitu pada kondisi operasi dengan tekanan

awal 3 MPa dan penambahan katalis Na2CO3 yaitu sebesar 71,84%. Golongan

senyawa yang terkandung dalam bio-crude oil yaitu asam karboksilat, alkana,

keton, aldehid, dan aromatik.

Kata kunci: Bio-Crude Oil, Cangkang Kelapa Sawit, Katalis Na2CO3, Pencairan

Hidrotermal, Superkritis.

Page 7: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

ABSTRACT

RISNA AYU FADILAH. Hydrothermal Liquefaction Biomass Palm Oil Shells

Become Bio-Crude Oil On Supercritical Conditions. Guided by HERMAN

HIDAYAT and NURMAYA AROFAH.

Palm oil shell biomass is known to contain lignin, hemicellulose and cellulose

which have a high effect on the hydrothermal liquefaction process. This research

was conducted to reduce the waste of palm oil into bio-crude oil that can be used as

fuel. Research on hydrothermal liquefaction of oil palm biomass shells into bio-

crude oil has been done. The hydrothermal liquefaction of palm kernel biomass was

carried out with variations in initial pressure of 1, 2, and 3 MPa during operating

conditions, and 370 ° C for 60 minutes. Na2CO3 catalyst is used as much as 5% by

weight of raw material of palm shell. The result of melting of oil palm shell biomass

is in the form of slurry and gas. The slurry results are separated by vacuum

distillation resulting in oil fraction and residue. The resulting oil fractions were

analyzed by GC-MS. The gas yield was analyzed by GC-TCD and GC-FID. The

highest yield of bio-crude oil produced is in operating conditions with initial

pressure of 3 MPa and the addition of Na2CO3 catalyst is 71,84%. Group of

compounds contained in bio-crude oil is carboxylic acid, alkane, ketone, aldehyde,

and aromatics.

Keywords: Bio-Crude Oil, Palm Oil Shell, Na2CO3 Catalyst, Hydrothermal

Liquefaction, Supercritis.

Page 8: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

v

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pencairan

Hidrotermal Biomassa Cangkang Kelapa Sawit Menjadi Bio-Crude Oil dalam

Kondisi Superkritis”. Shalawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada

Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya agar dapat selalu

mengerjakan segala ajarannya dan mudah-mudahan penulis dapat diberikan syafaat

oleh beliau hingga akhir zaman nanti. Aamiin.

Skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Herman Hidayat, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.

2. Nurmaya Arofah, M.Eng, selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Siti Nurbayti, M.Si, selaku Penguji I dan Pembimbing Akademik dari

penulis yang telah memberikan saran dan masukan terhadap penulis.

4. Isalmi Aziz, M.T, selaku Penguji II yang telah memberikan saran dan

masukan selama penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Dede Sukandar, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas

Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Para staf Badan Pengkajian dan Penerapan Tenologi Serpong yang telah

membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

Page 9: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

vi

8. Keluarga tercinta, khususnya orang tua penulis bapak Agustian dan ibu

Parinem, dan kakak penulis Nur Juniar Afifi, S.Pd, yang selalu mendo’akan,

melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril serta materil

kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan di tempat penelitian, Devi, Desta dan Taufik,

serta teman-teman kimia UIN Jakarta 2013 yang selalu memberikan

dukungan dan semangat selama kuliah.

10. Teman-teman terbaik Azizatur Rahmah dan Nurriskillah yang selalu

mendoakan penulis agar diberi kemudahan selama penyusunan skripsi ini.

11. Dan semua pihak yang telah membantu dan mendoakan penulis agar diberi

kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala bantuan baik moril maupun materil yang telah diberikan

dapat menjadi amal ibadah bagi keluarga, teman dan bapak/ibu sekalian. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 13 Januari 2018

Penulis

Page 10: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

vii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

a. Latar Belakang ......................................................................... 1

b. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

c. Rumusan Masalah .................................................................... 6

d. Hipotesis ................................................................................... 6

e. Manfaat Penelitian ................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8

2.1 Biomassa ............................................................................................. 8

2.2 Cangkang Kelapa Sawit ...................................................................... 12

2.3 Hydrothermal Liquefaction (HTL) ...................................................... 13

2.4 Hidrogenasi Katalitik .......................................................................... 18

2.5 Destilasi Vakum .................................................................................. 19

2.6 Kromatografi Gas ................................................................................ 21

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 26

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ......................................................... 26

3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 26

3.3 Prosedur Kerja .................................................................................... 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 35

4.1 Analisis Komposisi Kimia Biomassa Cangkang Kelapa Sawit .......... 35

4.2 Pengaruh Tekanan pada Hasil Pencairan Cangkang Kelapa Sawit .... 37

4.3 Pengaruh Katalis pada Hasil Pencairan Cangkang Kelapa Sawit ....... 39

4.4 Analisis Hasil Minyak dengan GCMS ................................................ 42

4.5 Pelarut H2O Sebagai Donor Hidrogen ................................................ 46

BAB V. Penutup ............................................................................................. 50

5.1 Simpulan ............................................................................................. 50

5.2 Saran ................................................................................................... 50

Page 11: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

viii

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51

LAMPIRAN .................................................................................................... 56

Page 12: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur kimia komponen biomassa ............................................. 12

Gambar 2. Cangkang Kelapa Sawit ................................................................ 13

Gambar 3. Diagram fase air ............................................................................ 14

Gambar 4. Reaksi yang terjadi dalam air terkompresi panas ......................... 15

Gambar 5. Skema reaksi pencairan sederhana ............................................... 16

Gambar 6. Reaksi dehidrasi dan dekarboksilasi pada biomassa .................... 18

Gambar 7. Skema Kromatografi Gas ............................................................. 22

Gambar 8. Kontak penghubung detektor dua sel TCD .................................. 23

Gambar 9. Skema Flame Ionization Detector (FID) ...................................... 24

Gambar 10. Skema Gas Chromatography Mass Spectrometry ...................... 25

Gambar 11. Rasio H/C dan O/C beberapa bahan bakar padat ....................... 36

Gambar 12. Pengaruh tekanan pada hasil pencairan CKS tanpa katalis. ....... 38

Gambar 13. Hasil Proses Pencairan CKS ...................................................... 40

Gambar 14. Kromatogram hasil analisa GCMS pada produk minyak ........... 42

Gambar 15. Senyawa hasil analisis GCMS pada hasil minyak ...................... 43

Gambar 16. Senyawa hasil analisis minyak dengan GCMS .......................... 45

Gambar 17. Konsumsi pelarut H2O pada pencairan CKS tanpa katalis ......... 47

Gambar 18. Konsumsi pelarut H2O pencairan CKS dengan katalis............... 48

Gambar 19. Cangkang Kelapa Sawit .............................................................. 74

Gambar 20. Proses Penghancuran .................................................................. 74

Gambar 21. Shieve Shaker .............................................................................. 74

Gambar 22. Cangkang Kelapa Sawit 200 mesh ............................................. 74

Gambar 23. Cangkang Kelapa Sawit 100 mesh ............................................. 74

Gambar 24. Cangkang Kelapa Sawit 60 mesh ............................................... 74

Gambar 25. Neraca Analitik ........................................................................... 75

Gambar 26. Neraca Analitik ........................................................................... 75

Gambar 27. Furnace ....................................................................................... 75

Gambar 28. Oven ............................................................................................ 75

Gambar 29. Cawan Crucible .......................................................................... 75

Gambar 30. Katalis Na2CO3 ........................................................................... 75

Page 13: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

x

Gambar 31. Penimbangan Bahan Baku .......................................................... 75

Gambar 32. Reaktor Autoclave 1L ................................................................. 76

Gambar 33. Reactor Control Panel ................................................................ 76

Gambar 34. Sampling Bag .............................................................................. 76

Gambar 35. GC-TCD ..................................................................................... 76

Gambar 36. Distilasi Vakum .......................................................................... 76

Gambar 37. Hasil Distilasi ............................................................................. 76

Page 14: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi Kimia Cangkang Kelapa Sawit ....................................... 13

Tabel 2. Sifat minyak dari pencairan hidrotermal ........................................... 17

Tabel 3. Analisa Proksimat Biomassa Cangkang Kelapa Sawit ..................... 35

Tabel 4. Analisis Ultimat Biomassa Cangkang Kelapa Sawit ........................ 36

Tabel 5. Hasil analisis produk minyak dengan GCMS ................................... 43

Tabel 6. Komponen senyawa hasil analisis minyak dengan GCMS ............... 44

Page 15: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data dan Perhitungan pada penelitian .................................. 56

Lampiran 2. Alat dan bahan dalam penelitian ........................................... 74

Lampiran 3. Diagram alur penelitian .......................................................... 77

Page 16: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia saat ini belum

dimanfaatkan secara maksimal. Salah satu peraturan yang mengatur pemanfaatan

EBT adalah Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.

Pemetaan potensi EBT yang ada diperlukan untuk mendukung pengembangan EBT

di Indonesia (BPPT, 2016).

Menurut BPPT (2016) Indonesia memiliki sumber daya energi terbarukan

yang cukup besar, diantaranya yaitu biomassa sebesar 32,654 MWe. Potensi

tanaman sebagai energi terbarukan juga dijelaskan di dalam Al-Qur’an surah Yasin

ayat 80,

ا أ نتم منه توقدون ر ن ارا ف إذ ر ال خض ل ل كم من الشج ع الذي ج

Artinya: Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka

tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu".

Ulama-ulama dahulu menterjemahkan api dari kayu yang hijau itu apa

adanya, karena memang ada kayu tertentu yang masih hijau-pun bisa dibakar yaitu

kayu Al-Markh dan Al-‘Afar yang tumbuh di Hijaz. Energi yang paling populer

seabad terakhir adalah berupa hidrokarbon, asalnya juga dari pohon tetapi yang

telah menjadi fosil dalam proses yang berlangsung jutaan tahun. Energi terbarukan

adalah energi biomassa, biodiesel, bioetanol dan sejenisnya. Semuanya juga bisa

dihasilkan oleh pohon kayu yang hijau atau dari buahnya (Energyworld, 2015).

Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan biomasa adalah mendorong

pemanfaatan limbah industri pertanian dan kehutanan sebagai sumber energi secara

Page 17: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

2

terintegrasi dengan industrinya, mengintegrasikan pengembangan biomassa dengan

kegiatan ekonomi masyarakat, mendorong pabrikasi teknologi konversi energi

biomassa dan usaha penunjang, dan meningkatkan penelitian dan pengembangan

pemanfaatan limbah termasuk sampah kota untuk energi (Kementrian Energi dan

Sumber Daya Mineral, 2015).

Salah satu pemanfaatan biomassa menjadi bahan bakar yaitu dengan metode

Liquefaction. Liquefaction (pencairan) merupakan proses perubahan wujud dari gas

ke cairan dengan proses kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau perubahan

dari padat ke cairan dengan peleburan, bisa juga dengan pemanasan atau

penggilingan dan pencampuran dengan cairan lain untuk memutuskan ikatan

(Berglin et al., 2012).

Proses pencairan biomassa ada dua metode, yang pertama yaitu pirolisis.

Pirolisis mengacu pada pemanasan biomassa dalam ketiadaan udara. Secara

tradisional, pirolisis telah digunakan untuk menghasilkan arang. Pirolisis secara

konvensional biasanya menghasilkan sepertiga dari masing-masing gas, minyak,

dan arang. Proses ini tidak efisien karena menghasilkan jumlah cairan yang rendah

dan pembentukan gas selain produk padatan yang diinginkan. Proses pencairan

yang kedua yaitu pencairan katalitik (catalytic liquefaction). Biomassa

dicampurkan dengan katalis dan pelarut kemudian direaksikan pada tekanan tinggi

dan dipanaskan sampai suhu 350 oC. Proses pencairan dengan pirolisis, minyak

yang dihasilkan mengandung lebih banyak oksigen dan viskositas yang rendah

dibandingkan dengan pencairan katalitik. Produk dari pencairan katalitik

mengandung lebih banyak senyawa fenolik, sedangkan produk dari pencairan

secara pirolisis lebih banyak mengandung asam-asam organik. Perbedaan-

Page 18: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

3

perbedaan tersebut yang akan mempengaruhi metode untuk peningkatan produk

yang dihasilkan (Stevens, 1987).

Hydrothermal Liquefaction (HTL) atau pencairan hidrotermal termasuk ke

dalam metode pencairan katalitik yang merupakan teknologi konversi terkenal

untuk pencairan sumber biomassa basah. Proses ini biasanya dilakukan di dalam air

pada suhu antara 280 oC dan 370 oC dan tekanan antara 10 MPa dan 25 MPa. Air

tidak hanya berfungsi sebagai pelarut tetapi juga bertindak sebagai reaktan dan

katalis dalam proses ini. Keuntungan utama dari pencairan hidrotermal yaitu

konsumsi energi dari langkah pengeringan biomassa tidak diperlukan, seperti

halnya pada proses gasifikasi dan pirolisis. Produk utamanya yaitu cairan yang kaya

akan senyawa organik, fase gas, dan arang. Selain studi menggunakan berbagai

sumber biomassa, penelitian ekstensif telah dilakukan dengan berbagai bahan yang

mengandung komponen seperti, karbohidrat (selulosa, hemiselulosa, pati,

karbohidrat dengan berat molekul rendah), lignin dan lipid (Hidayat et al., 2014).

Proses pencairan pada kondisi subkritis dan superkritis telah mendapat

perhatian sebagai salah satu proses konversi termokimia yang menjanjikan untuk

biomassa menjadi bio-crude oil. Secara khusus, proses pencairan subkritis terjadi

pada kisaran titik didih ke titik kritis atau dekat dengan titik kritis pelarut,

sedangkan proses pencairan superkritis terbentuk pada kondisi di atas suhu kritis

dan tekanan kritis dari pelarut tertentu seperti air (Chan et al., 2014).

Air merupakan bahan yang tidak beracun, pelarut yang aman dan murah

untuk berbagai reaksi kimia. Kondisi ruang temperatur dan tekanan, air ada sebagai

fase cair. Peningkatan temperatur atau penurunan tekanan dan melewati garis

tekanan uap air akan berubah menjadi fase gas. Air dan uap tidak dapat dibedakan

Page 19: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

4

di atas titik kritis (Tc = 374 °C, Pc = 22,1 MPa), air akan membentuk satu fase

yang disebut "supercritical fluid". Sifat dari supercritical fluid ini berfluktuasi

antara cair dan gas tergantung pada sifat dan kondisi dari temperatur dan tekanan

(Mobius, 2013).

Air pada kondisi superkritis digunakan karena mempunyai keuntungan pada

sifat fisiknya dan perubahan yang dibuat pada wilayah superkritis dimana air

bertindak sebagai pelarut dan katalis. Selanjutnya dengan reaksi hidrolisis, air juga

bertindak sebagai reaktan (Yakaboylu, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Elliot (2013) pencairan hidrotermal

dari bahan baku biomassa makroalga dihasilkan yield sebesar 27%, nitrogen 3-4 %,

dan oksigen 6-8%. Sedangkan untuk bahan baku mikroalga dihasilkan yield sebesar

38-64 %, nitrogen 4-8 %, dan oksigen 5-18 %. Hidayat et al. (2014) juga telah

melakukan proses pencairan biomassa dari ampas biji jarak pagar dengan

menggunakan pelarut air dan katalis Na2CO3 yang menghasilkan yield sebesar 33%.

Proses pencairan hidrotermal biomassa cangkang kelapa sawit menggunakan

pelarut air pada kondisi superkritis dengan temperatur 330 °C, 360 °C, dan 390 °C

dengan tekanan 25 MPa yang telah dilakukan oleh Chan et al. (2015) dihasilkan

yield masing-masing sebesar 22,83 %, 26,55 %, dan 38,53 %, selain itu tekanan

tinggi meningkatkan kepadatan pelarut dan kelarutan komponen biomassa sasaran,

yang memungkinkan pelarut berdifusi lebih efisien ke dalam struktur molekul

biomassa, sehingga meningkatkan tingkat dekomposisi biomassa dan fragmentasi.

Penggunaan katalis basa dilaporkan oleh Xue et al. (2014) merupakan katalis yang

baik digunakan pada proses pencairan hidrotermal. Penambahan katalis Na2CO3

dapat meningkatkan yield dan menurunkan pembentukan arang. Katalis Na2CO3

Page 20: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

5

mampu menghambat dehidrasi molekul biologis dan mempromosikan pengolahan

dekarboksilasi karena meningkatnya pH dari fase cair. Mereka juga

mempromosikan reaksi pergeseran air-gas dan meningkatkan pembentukan

hidrogen yang dapat meningkatkan nilai panas dan kualitas Bio-crude oil serta

dianggap sebagai agen pereduksi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jindal dan Jha (2016) yang

melakukan pencairan hidrotermal serbuk gergaji dengan tekanan awal proses reaksi

dengan gas N2 dari 0 MPa ke 1 MPa meningkatkan total yield bio-crude oil dari

9,8% menjadi 12,7% dan turun menjadi 11,9% ketika tekanan awal gas N2

dinaikkan menjadi 1,5 MPa. Yield light bio-crude oil dan heavy bio-crude oil juga

memperlihatkan hasil yang sama pada peningkatan tekanan dari 0 MPa menjadi 1,5

MPa. Penurunan hasil bio-crude oil dapat dikaitkan dengan transformasi bio-crude

oil menjadi padatan oleh reaksi kondensasi. Namun, dengan peningkatan tekanan

awal reaksi akan menurunkan hasil gas dari 23,8% menjadi 16,3%. Secara

keseluruhan peningkatan tekanan awal akan menguntungkan bagi yield bio-crude

oil yang dihasilkan dan tekanan memainkan peranan penting dalam konsumsi

energi pada proses pencairan hidrotermal secara keseluruhan.

Penelitian mengenai pencairan hidrotermal biomassa cangkang kelapa sawit

menjadi bio-crude oil perlu dilakukan untuk memanfaatkan limbah cangkang

kelapa sawit sebagai energi terbarukan. Variasi tekanan akan dilakukan untuk

mengetahui berapa yield yang dihasilkan dari setiap tekanan yang berbeda. Selain

itu, untuk mendapatkan yield yang optimum akan digunakan pelarut air dan katalis

Na2CO3. Yield yang dihasilkan akan berbentuk slurry yang terdiri dari cairan dan

padatan serta gas. Slurry yang dihasilkan akan dipisahkan menjadi fraksi minyak,

Page 21: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

6

air dan residu dengan distilasi vakum. Sedangkan gas yang dihasilkan akan

dianalisa dengan menggunakan instrumen Gas Chromatography (GC)-TCD dan

Gas Chromatography (GC)-FID.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah tekanan mempengaruhi hasil dari proses pencairan cangkang

kelapa sawit?

2. Apakah penggunaan katalis Na2CO3 mempengaruhi hasil dari proses

pencairan cangkang kelapa sawit?

3. Golongan senyawa organik apa saja yang dihasilkan dari pencairan

hidrotermal pada hasil minyak dengan analisis GCMS?

1.3 Hipotesis

1. Tekanan mempengaruhi hasil dari proses pencairan cangkang kelapa

sawit menjadi bahan bakar cair.

2. Penggunaan katalis Na2CO3 mempengaruhi hasil dari proses pencairan

cangkang kelapa sawit menjadi bahan bakar cair.

3. Beberapa golongan senyawa organik terbentuk pada fraksi minyak

proses pencairan biomassa cangkang kelapa sawit.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Menentukan pengaruh tekanan pada hasil proses pencairan biomassa

cangkang kelapa sawit.

2. Menentukan pengaruh hasil dari penggunaan katalis Na2CO3 dari proses

pencairan hidrotermal biomassa cangkang kelapa sawit.

3. Menentukan komponen senyawa yang terbentuk dalam fraksi minyak

pada proses pencairan biomassa cangkang kelapa sawit.

Page 22: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

7

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah limbah cangkang

kelapa sawit sebagai alternatif energi terbarukan Selain itu penelitian ini

juga diharapkan dapat mengetahui pengaruh tekanan dan penggunaan

katalis pada proses pencairan biomassa cangkang kelapa sawit dalam

kondisi superkritis.

Page 23: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biomasssa

2.1.1 Definisi Biomassa

Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik,

baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman,

pepohonan, rumput, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak.

Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak, minyak

nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai sumber

energi (bahan bakar). Bahan bakar biomassa yang digunakan mempunyai nilai

ekonomis rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk primernya (Pari

dan Hartoyo, 1983).

Sedangkan menurut Silalahi (2000), biomassa adalah campuran material

organik yang kompleks, biasanya terdiri dari karbohidrat, lemak, protein dan

mineral lain yang jumlahnya sedikit seperti sodium, fosfor, kalsium dan besi.

Komponen utama tanaman biomassa adalah karbohidrat (berat kering ± 75%),

lignin (± 25%) dimana dalam beberapa tanaman komposisinya bisa berbeda-beda.

Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan

bakar fosil (minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu,

dapat diperbaharui (renewable resources), relatif tidak mengandung unsur sulfur

sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan juga dapat meningkatkan efisiensi

pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian (Widarto dan Suryanta, 1995).

Potensi biomassa di Indonesia cukup tinggi dengan hutan tropis Indonesia

yang sangat luas, setiap tahun diperkirakan terdapat limbah kayu sebanyak 25 juta

ton yang terbuang dan belum dimanfaatkan. Jumlah energi yang terkandung dalam

Page 24: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

9

kayu besar, yaitu 100 milyar kkal setahun. Demikian juga sekam padi, tongkol

jagung, dan tempurung kelapa yang merupakan limbah pertanian dan perkebunan,

memiliki potensi yang sangat besar. Jenis energi ini merupakan energi yang

terbarukan, sehingga merupakan suatu produksi yang setiap tahun dapat diperoleh

(Manalu, 2010).

2.1.2 Komponen Biomassa

Ada berbagai jenis biomassa dan komposisinya juga beragam. Beberapa

komponen utama adalah selulosa, hemiselulosa, lignin, kanji, dan protein. Pohon

biasanya mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin seperti tanaman herba

meskipun persen komponennya berbeda satu sama lain. Jenis biomassa yang

berbeda memiliki komponen yang berbeda, misalnya gandum memiliki kadar pati

yang tinggi, sedangkan limbah peternakan memiliki kadar protein yang tinggi.

Komponen ini memiliki struktur kimia yang berbeda, maka reaktivitasnya juga

berbeda. Biomassa berlignoselulosa yang terutama mengandung selulosa dan lignin

seperti pohon berada dalam jumlah yang banyak dan mempunyai potensi yang

tinggi. Menurut Yokoyama (2008) komponen utama biomassa antara lain:

a) Selulosa

Polisakarida yang tersusun dari D-glukosa yang terhubung secara seragam

oleh ikatan ß-glukosida. Rumus molekulnya adalah (C6H12O6)n. Derajat

polimerasinya, ditunjukkan oleh n, dengan nilai kisaran yang lebar mulai

dari beberapa ribu hingga puluhan ribu. Hidrolisis total selulosa

menghasilkan D-glukosa (sebuah monosakarida), akan tetapi hidrolisis

parsial menghasilkan disakarida (selobiosa) dan polisakarida yang memiliki

Page 25: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

10

n berurutan dari 3 ke 10. Selulosa memiliki struktur kristal dan memiliki

resistensi yang tinggi terhadap asam dan basa.

b) Hemiselulosa

Polisakarida dimana unit-unitnya adalah terdiri atas monosakarida dengan

5 karbon seperti D-xilosa, D-arabinosa dan monosakarida karbon-6 seperti

D-manosa, D-galaktosa dan D-glukosa. Jumlah monosakarida karbon-5

lebih banyak dibandingkan monosakarida karbon-6 dan rumus molekul

rata-ratanya adalah (C5H8O4)n. Derajat polimerisasi (n) hemiselulosa adalah

antara 50 sampai 200, yaitu lebih kecil dari selulosa, maka ia lebih mudah

terurai dibandingkan selulosa, dan kebanyakan hemiselulosa dapat larut

dalam larutan alkali. Hemiselulosa yang umum adalah xilan, yang terdiri

atas xilosa dengan ikatan 1, 4. Hemiselulosa yang lain adalah glukomanan,

tetapi semua hemiselulosa beragam jumlahnya bergantung pada jenis pohon

dan juga bagian tumbuhan itu sendiri.

c) Lignin

Merupakan senyawa dimana unit komponennya, fenilpropana dan

turunannya, terikat secara 3 dimensi. Strukturnya kompleks dan sejauh ini

belum sepenuhnya dipahami. Struktur 3 dimensi yang kompleks ini

menyebabkan ia sulit untuk diuraikan oleh mikroorganisme dan bahan-

bahan kimia. Berdasarkan pengamatan ini, maka dapat disimpulkan bahwa

lignin memberikan kekuatan mekanis dan juga perlindungan untuk

tumbuhan itu sendiri. Selulosa, hemiselulosa dan lignin dapat ditemukan

secara universal dalam berbagai jenis biomassa dan merupakan sumber daya

karbon alami yang paling berlimpah di bumi.

Page 26: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

11

d) Pati

Pati merupakan polisakarida dimana unit komponennya adalah D-glukosa

sama seperti selulosa, tetapi dihubungkan oleh ikatan α-glikosida. Selulosa

tidak larut dalam air karena perbedaan dalam struktur ikatan, sedangkan

sebagian pati dapat larut dalam air panas (amilosa, dengan bobot molekul

antara 10.000 sampai 50.000, mencakup hampir 10% -20% dari pati) dan

sebagian lagi tidak dapat larut (amilopektin, dengan bobot molekul antara

50.000 sampai 100.000, mencakup hampir 80% - 90% dari pati). Pati

ditemukan di dalam biji, umbi (akar) dan batang, dan mempunyai nilai yang

tinggi sebagai makanan.

e) Protein

Protein merupakan senyawa makromolekul dimana asam amino

dipolimerisasi dengan derajat yang tinggi. Sifat-sifatnya berbeda

bergantung pada jenis dan rasio komponen asam amino dan derajat

polimerisasi itu sendiri. Protein bukan merupakan komponen utama

biomassa dan hanya meliputi proporsi yang lebih rendah jika dibandingkan

dengan 3 komponen yang sebelumnya.

f) Komponen-komponen lain (organik dan anorganik)

Jumlah komponen organik yang lain berbeda bergantung pada jenis

biomassa, tetapi ada juga komponen organik dengan jumlah yang tinggi

seperti gliserida dan sukrosa di dalam tebu dan gula bit. Contoh yang lain

adalah alkaloid, pigmen, terpena dan bahan berlilin. Meskipun komponen

ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit, namun memiliki nilai tambah

yang tinggi sebagai ramuan obat. Biomassa tidak hanya terdiri atas senyawa

Page 27: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

12

organik makromolekul tetapi juga mengandung bahan anorganik (abu)

dalam jumlah yang sangat kecil. Unsur logam primer termasuk Ca, K, P,

Mg, Si, Al, Fe dan Na. Bahan dan jumlahnya berbeda bergantung pada jenis

bahan baku.

Gambar 1. Struktur kimia komponen biomassa (Yokoyama, 2008)

2.2 Cangkang Kelapa Sawit

Tempurung (cangkang) biji kelapa sawit, selain digunakan sebagai bahan

bakar atau arang juga digunakan sebagai pengeras jalan. Cangkang kelapa sawit

termasuk bahan berlignoselulosa yang berkadar karbon tinggi dan mempunyai

berat jenis yang lebih tinggi dari pada kayu yang mencapai 1,4 g/ml, sehingga

karakteristik ini memungkinkan bahan tersebut baik untuk dijadikan arang. Nilai

energi panas cangkang juga tinggi sebesar 20.093 kJ/kg. Cangkang kelapa sawit

ditunjukkan pada Gambar 2. Cangkang kelapa sawit merupakan salah satu limbah

pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari

produksi minyak (Munthe, 2015).

Page 28: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

13

Gambar 2. Cangkang Kelapa Sawit (Munthe, 2015)

Komponen terbesar dalam limbah padat cangkang kelapa sawit adalah

selulosa, disamping komponen lain yang mungkin kecil seperti abu, hemiselulosa

dan lignin. Tabel 1 menunjukkan komposisi kimia cangkang kelapa sawit.

Tabel 1. Komposisi Kimia Cangkang Kelapa Sawit (Fauzi, 2014)

Komposisi Kadar (%)

Abu 15

Hemiselulosa 24

Selulosa 40

Lignin 21

Industri minyak sawit, setiap harinya dihasilkan limbah berupa tandan

kosong sawit dan cangkang. Cangkang yang dihasilkan sebanyak 7% per ton tandan

buah segar atau sekitar 50,4 ton setiap harinya, dengan asumsi kapasitas produksi

30 ton/jam dengan waktu operasi 24 jam perhari (Santi, 2000).

Proses pencairan hidrotermal cangkang kelapa sawit yang mengandung

lignoselulosa tinggi menghasilkan jumlah gas yang tinggi dan yield yang berupa

cairan tidak lebih tinggi dari 50% berat sampel yang dimasukkan (Demirbas, 1999).

2.3 Hydrothermal Liquefaction (HTL)

Hydrothermal Liquefaction atau pencairan hidrotermal adalah pirolisis

dalam air panas terkompresi sekitar 300 °C dan 10 MPa. Biomassa dikonversi

menjadi gas, cair dan padat, seperti pirolisis secara umum dalam fase gas. Tar fraksi

ringan dapat larut dalam air dan fraksi berat tar dapat diperoleh dalam pencampuran

Page 29: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

14

dengan arang. Produk-produk yang dihasilkan adalah gas, cairan, dan bahan

berminyak (Yokoyama, 2008).

HTL adalah proses termokimia yang memanfaatkan media air baik sebagai

pembawa biomassa dalam aplikasi pengolahan yang berlangsung terus menerus dan

sebagai reaktan terutama untuk disintegrasi kimia dari makrostruktur biomassa.

Disintegrasi kimia dari makrostruktur memerlukan penanggulangan energi aktivasi

dari berbagai ikatan kimia pada biomassa, yang secara praktis melibatkan

pengolahan pada suhu yang tinggi. Dalam rangka untuk mencairkan biomassa

secara substansial menjadi bio-crude yang larut air, kondisi pengolahan harus

mendekati kondisi near-critical water (Pedersen, 2016). Diagram fase air pada

kondisi superkritis digambarkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Fase Air (Toor et al., 2011)

Air yang dikompresi dengan panas memiliki sifat yang menarik sebagai

pelarut dan sebagai reaktan dalam konversi kimia dari biomassa yang teratur oleh

berbagai kondisi proses. Air berada dalam dua fase kesetimbangan uap atau cair di

bawah titik kritis (374 °C, 221 bar). Sedangkan dalam fase homogen kepadatan air

dapat bervariasi dari gas ke cair dan masih tetap dalam fase homogen di atas titik

Page 30: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

15

kritis. Sifat air berubah secara drastis dalam transisi dari sub ke kondisi superkritis

membuka peluang untuk mengetahui sifat-sifat pada reaksi yang diinginkan selama

konversi biomassa (Pedersen, 2016).

2.3.1 Karakteristik pencairan hidrotermal

Pencairan hidrotermal berlangsung di dalam air, maka tidak diperlukan

proses pengeringan bahan baku. Oleh karena itu, sangat cocok untuk biomassa yang

memiliki kelembaban tinggi. Selain itu, berbagai jenis reaksi dapat terjadi pada

suhu reaksi yang berbeda, dan banyak aplikasi lain yang memungkinkan. Gambar

4. menunjukkan reaksi yang terjadi dalam air panas terkompresi. Fraksi larut air

terlarutkan dan ekstraksi berlangsung sekitar temperatur 100 °C. Reaksi hidrolisis,

dan polimer biomassa, seperti selulosa, hemiselulosa, protein, dan sebagainya,

terdegradasi menjadi monomer terjadi di atas 150°C. Bahan padat seperti biomassa

diubah menjadi bubur (liquidisasi) pada sekitar 200°C dan 1 MPa, tetapi tidak

diperoleh produk berminyak. Kondisi sekitar 300 °C dan 10 MPa, pencairan terjadi,

dan produk berminyak diperoleh. Ketika kondisi reaksi berubah seperti waktu

reaksi atau katalis, produk utama dapat diubah menjadi arang (karbonisasi

hidrotermal). Reaksi pada kisaran titik kritis dan dengan katalis, biomassa dapat

digasifikasi (Yokoyama, 2008).

Gambar 4. Reaksi yang terjadi dalam air terkompresi panas (Yokoyama, 2008)

374 °C

Titik Kritis

300 °C

200 °C

100 °C

Titik Didih

Gasifikasi

Pencairan Karbonisasi

Likuidisasi Hidrolisis

Ekstraksi

Page 31: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

16

2.3.3 Skema reaksi pencairan hidrotermal

Menurut Yokoyama (2008) pada dasarnya, pencairan hidrotermal adalah

pirolisis, dan oleh karena itu degradasi dan polimerisasi terjadi. Skema reaksi

sederhana ditunjukkan pada Gambar 5. Tahap pertama, biomassa dapat terdegradasi

menjadi bahan larut air. Kemudian bahan larut air dipolimerisasi untuk membentuk

minyak. Ketika reaksi diperpanjang, minyak yang terbentuk dipolimerisasi menjadi

char (arang).

Gambar 5. Skema reaksi pencairan sederhana (Yokoyama, 2008)

2.3.4 Produk minyak dari pencairan hidrotermal

Reaksi dilakukan tanpa mengurangi gas, seperti hidrogen dan karbon

monoksida, dan dengan katalis alkali untuk kayu dan tanpa katalis untuk endapan

limbah. Minyak yang diperoleh memiliki kandungan oksigen sekitar 20% berat,

oleh karena itu, nilai kalor tertingginya lebih rendah dari (sekitar 42 MJ/kg) minyak

berat dari minyak bumi. Selain itu, viskositasnya sangat tinggi. Sifat minyak dari

pencairan hidrotermal ditunjukkan pada Tabel 2. Minyak yang diperoleh dari kayu

memiliki fraksi asam dalam jumlah banyak, dan dapat menimbulkan korosi dan

polimerisasi selama penyimpanan. Sebagai fraksi kimia, turunan piridin, turunan

pirazin, dan senyawa amida terdeteksi. Jika komponen-komponen tersebut dapat

terpisah, komponen-komponen tersebut dapat digunakan sebagai bahan kimia

(Yokoyama, 2008).

Biomassa Bahan

terlarut air Minyak

Gas

Char

Degradasi

Degradasi Polimerisasi Polimerisasi

Page 32: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

17

Tabel 2. Sifat minyak dari pencairan hidrotermal (Yokoyama,2008)

Biomassa Kayu Endapan Limbah

Komposisi Unsur wt (%) Karbon 72 71

Hidrogen 6 9

Nitrogen 0 6

Oksigen 22 16

H/C 1.00 1.52

HHV (MJ/kg) 29-30 33-34

Viskositas (mPa.s) >10^6 10^3-10^4

2.3.5 Mekanisme Reaksi Pencairan Hidrotermal

Mekanisme reaksi likuifikasi hidrotermal pada biomassa menurut Wang

(2014) yaitu merupakan mekanisme degradasi dalam pencairan hidrotermal

biomassa kayu yang terdiri dari 40% -50% dari kandungan oksigen pada abu yang

bebas. Tujuan dasar pencairan adalah untuk mengurangi kandungan oksigen dan

meningkatkan kandungan karbon dan hidrogen dari fragmen biomassa. Dua reaksi

utama, yaitu, dekarboksilasi dan dehidrasi, mengurangi kandungan oksigen dari

biomassa dengan mengubah heteroatom oksigen menjadi CO2 atau H2O berturut-

turut. Dehidrasi terjadi ketika hidrogen pada temperatur tinggi menyerang

kandungan oksigen dalam biomassa dengan membentuk CO2 melalui thermal

cracking dari gugus asam karboksilat pada biomassa. Oksigen di biomassa

sepenuhnya teroksidasi menjadi H2O dan CO2, reaksi dehidrasi dan dekarboksilasi

merupakan metode yang efektif untuk mengurangi oksigen dalam bio-crude oil.

Biomassa diubah menjadi karbon arang oleh reaksi dehidrasi, sedangkan reaksi

dekarboksilasi meningkatkan rasio H/C reaksi bio-oil. Reaksi dehidrasi dan

dekarboksilasi lebih jelasnya terdapat pada Gambar 6.

Page 33: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

18

Gambar 6. (a) Dehidrasi dari sakarida menjadi 5-hidroksimetilfurfural

(b) Penyederhanaan reaksi dekarboksilasi asam stearat menjadi

produk diesel (Wang, 2014)

2.4 Hidrogenasi Katalitik

Hidrogenasi katalitik sebagai sarana untuk mencapai transformasi dari

senyawa organik yang dikendalikan. Reaksi dilakukan dengan mudah dan memiliki

cakupan yang luas. Hasil (yield) sering sangat tinggi, dan produk yang diperoleh

bebas dari reagen pengotor. Jika tidak optimal, hasil seringkali dapat diperoleh di

bawah berbagai kondisi. Hidrogenasi lain memerlukan kondisi yang lebih

menuntut, tetapi hidrogenasi katalitik sering dapat ditebak atau dikembangkan dari

data literatur, tanpa pekerjaan tambahan (Rylander, 1979).

2.4.1 Pemilihan Katalis

Katalis hidrogenasi banyak dan berbeda dalam aktivitas dan selektifitas.

Karakteristik katalitik ditentukan terutama oleh komponen logam utama. Untuk

hidrogenasi dari masing-masing kelompok fungsional, logam dapat dikelompokkan

berdasarkan dari penurunan aktivitas, atau lebih umum dalam kategori good, fair,

dan poor (Rylander, 1979).

Page 34: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

19

2.4.2 Pelarut

Pelarut sering digunakan dalam hidrogenasi katalitik (Rylander, 1978).

Pelarut digunakan untuk meningkatkan kemudahan pemulihan katalis, untuk

menjaga reaksi eksotermis, untuk meningkatkan nilai dan selektivitas, dan untuk

mengizinkan hidrogenasi bahan padat. Kadang-kadang perubahan sangat ditandai

pada selektivitas yang dapat dipengaruhi oleh pelarut. Kebanyakan bahan cair yang

stabil di bawah kondisi hidrogenasi dan tidak menonaktifkan katalis dapat

digunakan sebagai pelarut (Rylander, 1979).

2.4.3 Kondisi Reaksi dan Variabel Katalis

Temperatur, tekanan, dan agitasi dapat mempengaruhi aktivitas dan

selektifitas pada hidrogenasi katalitik. Umumnya variabel ini meningkatkan lagi

jarak yang biasa digunakan pada kondisi operasi hidrogenasi katalitik sampai

beberapa batas tercapai. Bagaimanapun, kecepatan hidrogenasi mungkin berkurang

dengan meningkatnya temperatur karena daya larut yang lebih rendah dari hidrogen

atau berhenti sepenuhnya pada titik didih pelarut (Cowan dan Eisenbraun, 1976),

dan mungkin kondisi maksimum akan dicapai pada tekanan menengah.Pengaruh

dari variabel reaksi ini pada selektifitas tidak terlalu menonjol, tetapi hal itu sering

berhubungan kepada pengaruh dari variabel lainnya pada ketersediaan hidrogen

yang ada pada permukaan katalis (Rylander, 1979).

2.5 Distilasi Vakum

Distilasi vakum adalah distilasi yang tekanan operasinya 0,4 atm (≤300

mmHg absolut), untuk memisahkan fraksi–fraksi yang tidak dapat dipisahkan

dengan distilasi atmosferik seperti gas oil berat, destilat parafin atau destilat vakum

yang masih terkandung di dalam long residu dari hasil distilasi atmosferik. Residu

Page 35: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

20

yang didapat dari distilasi atmosferik ini tidak dapat dipisahkan dengan distilasi

atmosferik, apabila dipanaskan pada tekanan atmosferik akan terjadi cracking

sehingga akan merusak mutu produk dan menimbulkan tar (coke). Distilasi atau

cara penyulingan di bawah tekanan atmosferik atau tekanan vakum fraksi–fraksi

yang terkandung di dalam long residu dapat diperoleh kembali (Fitri et al., 2013).

Proses distillasi dilakukan dengan tekanan dibawah tekanan atmosfer.

Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak stabil,

dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau

campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode distilasi ini tidak dapat

digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya

menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi

oleh air. Mengurangi tekanan dilakukan dengan menggunakan pompa vakum atau

aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem distilasi ini.

Produk-produk yang dihasilkan pada distilasi vakum antara lain:

1. Produk Hight Vacum Gas Oil ( HVGO ), produk ini digunakan untuk bahan

baku proses cracking (hydro cracking unit atau HCU).

2. Produk Light Vacum Sloop ( LVS ), adalah produk Light Vacum Gas Oil

(LVGO), digunakan untuk komponen blending solar.

3. Produk Light Vacum Gas Oil ( LVGO ),

4. Produk Parafine Oil Distillate ( POD ), produk ini adalah bahan baku bagi

proses pembuatan lilin, di unit proses wax plant. Produk ini merupakan

produk yang khusus, tidak semua distilasi vakum memiliki ini (Gustini dan

Antika, 2013).

Page 36: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

21

Produk pada dasar kolom distilasi vakum berupa short residue. yang

digunakan untuk fuel oil di dapur atau digunakan untuk aspal jalan. Produk-produk

tersebut keluar dari kolom kemudian diambil panasnya dan didinginkan untuk

selanjutnya dikirim ke tangki produksi atau ke proses selanjutnya (Rizkita et al.,

2015).

2.6 Kromatografi Gas

Kromatografi gas atau Gas Chromatography (GC) adalah suatu metode

analisis kimia yang bertujuan untuk memisahkan sample menjadi komponen-

komponennya. Kromatografi terdapat dalam dua fasa yaitu fasa gerak dan fasa

diam. Bila fasa diam yang dipakai tersebut padat (solid) disebut gas solid

chromatograph (GSC), sedangkan bila yang dipakai gas cair (liquid) disebut gas

liquid chromatograph (GLC). Fasa gerak dapat berupa gas atau cairan dan fasa

diam berupa cairan atau padatan. Fasa gerak ini berfungsi membawa sampel,

sedangkan fasa diam berfungsi mengadsorpsi atau partisi komponen. Umumnya

kromatografi gas menggunakan fasa gerak gas dan fasa diam padatan dimana fasa

padatan dilapisi dengan film tipis dari cairan organik yang volatil, yang diisikan

dalam pipa atau tabung kecil dengan diameter dan panjang tertentu yang disebut

kolom (Novriliza, 2008).

2.6.1 Prinsip Kerja Kromatografi Gas

Prinsip kerja kromatografi gas adalah proses pemisahan senyawa-senyawa

kimia secara fisika. Suatu kolom yang di dalamnya menggunakan sistem dua fasa,

dimana salah satu fasa bergerak mengalir melalui fasa yang lain (fasa diam). Skema

kromatografi gas terdapat pada Gambar 7. Fasa yang mengalir berfungsi untuk

mengangkut komponen yang diikutkan, sedangkan fasa diam berfungsi untuk

Page 37: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

22

menghambat gerak laju komponen mengalir dimana besarnya hambatan laju

komponen tergantung pada sifat afinitas komponen yang bersangkutan (Novriliza,

2008).

Gambar 7. Skema Kromatografi Gas (UG Lab, 2006)

Kromatografi gas adalah teknik yang unik dan serbaguna. Tahap awal

perkembangan kromatografi gas diterapkan untuk analisis gas dan uap dari

komponen yang sangat fluktuatif. Sebagai alat analisis, GC dapat digunakan untuk

pemisahan langsung dan analisis sampel gas, larutan, dan padatan volatil. Jika

sampel yang akan dianalisis adalah non-volatil, teknik derivatisasi atau pirolisis GC

dapat dimanfaatkan. Pirolisis yang berlangsung di dalam GC, hasil fragmen

mengalami dekomposisi kimia dengan panas. Jika komponen yang akan dipirolisis

sangat kompleks, identifikasi lengkap dari semua fragmen tidak mungkin.

Kromatogram yang dihasilkan dalam kasus seperti ini dapat digunakan sebagai set

"sidik jari" untuk penelitian selanjutnya (Grob, 2004).

2.6.2 Jenis Detektor

A. Thermal Conductivity Detector (TCD)

Detektor TCD dapat mendeteksi hampir semua komponen, kecuali untuk

analisis gas dimana gas itu digunakan sebagai gas pembawa. Kegunaan detektor ini

digunakan untuk analisis gas-gas anorganik dalam konsentrasi kecil dan

Page 38: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

23

mempunyai sensitivitas yang tinggi bila digunakan suhu operasi tinggi. Desain

detektor TCD ini sangat sederhana cara operasionalnya. Detektor TCD digunakan

gas pembawa Helium dan Argon sebab kedua gas ini mempunyai konduktivitas

termal yang lebih tinggi. Detektor ini merupakan satu-satunya detektor yang dapat

digunakan untuk mendeteksi semua jenis gas (Novriliza, 2008).

Suatu material disampaikan kepada perbedaan suhu ketika konduksi panas

berlangsung dari titik suhu yang lebih tinggi ke titik-titik suhu yang lebih rendah.

Sifat dari seberapa baik material melakukan panas dikenal sebagai konduktivitas

termal (λ). Sensitivitas untuk perubahan konduktivitas termal sebanding dengan

perbedaan suhu di sel. Kawat pijar memiliki batas suhu yang dapat dikirimkan. Bagi

kebanyakan TCD yang tersedia secara komersial menggunakan kawat pijar panas

450 oC adalah batas atas untuk operasi terus-menerus yang dapat meningkat

menjadi sekitar 500 oC untuk periode operasi singkat. Batas suhu atas ditentukan

oleh oksidasi kawat pada suhu tinggi dengan jejak oksigen dalam gas pembawa.

Kontak penghubung detektor dua sel pada TCD ditunjukkan pada Gambar 8. Jika

sampel mengandung komponen pada konsentrasi yang relatif tinggi, reaksi lain

mungkin dapat terjadi (Colon dan Baird, 2004).

Gambar 8. Kontak penghubung detektor dua sel TCD (Colon dan Baird, 2004)

Page 39: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

24

Sel konduktivitas termal sangat sensitif terhadap variasi variabel fisik,

seperti fluktuasi suhu yang akan mempengaruhi kinerja detektor. Beberapa variasi

ini dapat dibatalkan dengan menggunakan dua sel seperti pada gambar 8, satu untuk

mendeteksi sampel dan lainnya digunakan sebagai referensi (Colon dan Baird,

2004).

B. Flame Ionization Detector (FID)

Flame Ionization Detector (FID) terdiri dari difusi kecil hidrogen dan udara

kecil nyala api yang terbakar pada akhir pancaran, dimana komponen dielusi dari

kolom diarahkan dengan aliran gas pembawa. FID secara skematik disajikan pada

Gambar 9. Komponen organik dapat mencapai api, spesies bermuatan listrik akan

terbentuk. Spesies dikumpulkan pada elektroda yang ditetapkan pada beberapa volt

di atas nyala api, menghasilkan peningkatan proporsional jumlah karbon pada nyala

api. Arus yang dihasilkan akan diperjelas dengan elektrometer. Proses yang terlibat

dalam mekanisme ionisasi di FID dimulai di ujung pancaran dan terjadi di daerah

yang berlainan dari nyala api (Colon dan Baird, 2004).

Gambar 9. Skema Flame Ionization Detector (FID) (Colon dan Baird, 2004)

Page 40: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

25

C. Gas Cromatography Mass Spectrometry (GC-MS)

Gas Cromatography Mass Spectrometry (GC-MS) merupakan metode

pemisahan senyawa organik yang menggunakan dua metode analisis senyawa yaitu

kromatografi gas (GC) untuk menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif dan

spektrometri massa (MS) untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit.

Penggunaan kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektroskopi massa. Paduan

keduanya dapat menghasilkan data yang lebih akurat dalam pengidentifikasian

senyawa yang dilengakapi dengan struktur molekulnya (Muntaha, 2013).

Gambar 10. Skema Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS)

(Masucci dan Caldwell, 2004)

Diagram skema dari sistem GCMS disajikan pada gambar 10. Aliran gas

dari kromatografi diarahkan melalui transfer saluran ke sumber ion. Analit yang

menguap kemudian terionisasi, kemudian memproduksi molekul dan fragmen ion

massa analit dengan memanfaatkan filter massa dan terdeteksi. Spektrum massa

yang dihasilkan ditampilkan sebagai plot intensitas relatif ion dibandingkan dengan

rasio massa terhadap muatannya (m/z). Karena sebagian besar ion yang dihasilkan

bermuatan tunggal, nilai-nilai m/z merupakan indikasi dari massanya. Unit massa

atom didefinisikan sebagai dalton (μ) (Masucci dan Caldwell, 2004).

Page 41: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Teknologi Sumber Daya Ebergi dan

Industri Kimia (PTSEIK), Gedung Energi (Pusat Teknologi Konservasi Energi),

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Tangerang Selatan,

Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2017.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah reaktor batch autoklaf 1 liter

merek Kobelco, tanur merek Carbolite, mixer mill merek Yosida, shieve shaker

merek Rotap, CHN Analyzer merek Leco, oven merek Memmert, neraca analitik

merek AND, crucible silika, desikator, GC-FID merek Shimadzu, GC-TCD merek

Shimadzu, GC merek Hewlett Packard yang dihubungkan dengan MS merek

Quadrupole Hewlett Packard, distilasi vakum merek Kobelco, dan alat-alat gelas.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu biomassa cangkang kelapa

sawit yang berasal dari Riau, aquadest, katalis Na2CO3 merek Merck, dan gas

nitrogen.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Preparasi bahan baku biomassa cangkang kelapa sawit

a. Preparasi bahan baku untuk analisa karakteristik biomassa

Sebanyak 1 kg cangkang kelapa sawit digerus menggunakan mixer mill

untuk mereduksi ukuran partikel sampel. Selanjutnya, cangkang kelapa

Page 42: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

27

sawit yang ukuran partikelnya lebih kecil disaring menggunakan shieve

shaker dengan ukuran 60, 100, dan 200 mesh untuk dilakukan analisis

karakteristik cangkang kelapa sawit berupa proksimat dan ultimat.

b. Preparasi bahan baku untuk uji di dalam reaktor autoklaf ukuran 1 liter

Sebanyak 20 kg cangkang kelapa sawit yang di ambil dari tempat

penyimpanan, digerus menggunakan mixer mill untuk mengecilkan ukuran

partikel cangkang kelapa sawit dan Shieve shaker untuk mengayak ukuran

partikel cangkang sawit sehingga dihasilkan ukuran partikel cangkang sawit

lolos ayakan 200 mesh.

3.3.2 Analisis Karakteristik Biomassa Cangkang Kelapa Sawit

a. Analisis Proksimat

1. Penetapan kadar air

Sebanyak 1 gram sampel ditimbang ke dalam crucible yang telah

diketahui massa kosongnya. Sampel dipanaskan ke dalam tanur pada suhu

105 0C selama 1 jam. Selanjutnya, sampel didinginkan di dalam desikator

dan ditimbang massanya. Kadar air dihitung dengan rumus:

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 −𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙× 100%.............................(1)

2. Penetapan kadar abu

Sebanyak 1 gram sampel ditimbang ke dalam crucible yang telah

diketahui massa kosongnya. Sampel kemudian dipanaskan ke dalam

carbolite tanur pada suhu 400 0C kemudian suhu dinaikkan perlahan-lahan

sampai 750 0C. Dilakukan pengabuan selama 3 jam. Selanjutnya sampel

didinginkan didalam desikator kemudian ditimbang bobotnya. Kadar abu

dihitung dengan rumus:

Page 43: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

28

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑏𝑢

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙100%.................................................(2)

3. Penetapan Volatile Matter

Sebanyak 1 gram sampel ditimbang ke dalam crucible yang telah

diketahui massa kosongnya. Selanjutnya sampel dipanaskan ke dalam

carbolite tanur pada suhu 950 0C selama 7 menit. Kemudian sampel

didinginkan ke dalam desikator dan ditimbang hingga massanya konstan.

Kadar zat terbang dihitung dengan rumus:

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑉𝑜𝑙𝑎𝑡𝑖𝑙𝑒 𝑀𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 100%....................(3)

4. Penetapan Kadar Fixed Carbon

Kadar karbon padat dapat dihitung dengan rumus:

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐾𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 𝑃𝑎𝑑𝑎𝑡 = 100% − 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 − 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 − 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑣𝑜𝑙𝑎𝑡𝑖𝑙𝑒 𝑚𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟...(4)

b. Analisis Ultimat

Analisis ultimat dilakukan dengan menggunakan alat CHN Analyzer.

Alat CHN Analyzer dihidupkan, kemudian diset kondisi operasi analisis

dengan waktu tunggu selama 2 jam sampai kondisi stabil, setelah itu

dilakukan analisis blanko dan dilakukan kalibrasi dengan sampel standar.

Kemudian, sebanyak 0,1-0,2 gram sampel biomassa ditimbang dalam

aluminium foil dan berat sampel yang akan dianalisis dicatat dalam alat.

Setelah itu, sampel dimasukkan dalam alat CHN Analyzer untuk dianalisis

dan hasil analisis akan keluar dari print out.

Adapun perhitungan yang didapatkan dari analisis sebagai berikut:

1. %C dan %N yang keluar dari alat langsung dipakai

Page 44: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

29

2. %H yang keluar dari alat perlu dihitung ulang untuk

mengerliminir %H yang keluar dari kandungan H2O dalam

sampel.

%H = %H alat-(0,1119 x %H2O)...........................(5)

3. %H2O dan %abu merujuk hasil analisis proksimat

4. %S merujuk pada analisis sulfur

5. %O dihitung berdasarkan hasil pengurangan 100% dikurangi

persen hasil analisis lainnya.

%O = 100% -%H2O -%Abu -%C-%H-%N-%S.................(6)

3.3.3 Proses Hidrotermal Pencairan Cangkang Sawit

a. Pemasukan umpan (Feed Charging):

Pelarut aquades sebanyak 200 gram dimasukkan terlebih dahulu ke

dalam autoklaf, kemudian dimasukkan biomassa cangkang kelapa sawit 100

gram dan katalis Na2CO3 sebanyak 5 gram. Sekeliling seal baja dan mulut

autoklaf diberi silikon grease, begitu juga dengan bagian tutup yang akan

menempel di mulut autoklaf. Kemudian cover reaktor autoklaf 1 liter

dipasang sesuai dengan posisinya. Mur dipasang dan diputar dengan tangan

terlebih dahulu. Pemasangan mur dilakukan dengan urutan nomor baut,

yaitu 1-5,3-7, 2-6, 4-8. Mur dikencangkan dengan kunci sok, dengan urutan

seperti di atas (zig-zag). Kemudian dikuatkan lagi dengan kunci momen

bertekanan, dengan tekanan mulai dari 6 kg/cm2, 12 kg/cm2, 18 kg/cm2, 24

kg/cm2, secara berurutan. Termokopel dimasukkan ke dalam termowell.

Nozzle dihubungkan untuk umpan gas, gas keluaran, indikator tekanan.

Page 45: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

30

b. Pencampuran dan Pengadukan Umpan

Bahan-bahan umpan diaduk manual sebelum diaduk dengan motor

pengaduk. V-belt agitator autoklaf dipasang. Motor pengaduk dinyalakan

dengan kecepatan 500 rpm selama ±15 menit kemudian dimatikan.

c. Pembilasan dan tes kebocoran

1. Pembilasan dengan Nitrogen

Valve N2 dibuka sampai tekanan 2 Mpa, kemudian ditutup. Valve vent

dibuka sampai tekanan 0 Mpa, kemudian ditutup. Pembilasan ini

dilakukan sebanyak tiga kali, untuk membersihkan udara yang ada

didalam reaktor autoklaf.

2. Tes Kebocoran

Valve N2 dibuka sampai tekanan 10 Mpa, kemudian ditutup. Setelah itu

dibiarkan selama 2-4 jam atau lebih. Jika terjadi kebocoran maka

tekanan akan turun dari 10 Mpa, sehingga prosedur harus diulang dari

awal lagi. Jika tekanan tetap 10 Mpa maka running dapat dimulai.

Toleransi penurunan tekanan 1-2 MPa

3. Start Up

Valve vent dibuka dan tekanan diturunkan sampai tekanan yang

ditentukan (sesuai kondisi operasi), kemudian valve vent ditutup. Buka

valve gas meter sampai tekanan 0 Mpa kemudian temperatur dan laju

alir di gas meter dicatat, valve gas meter ditutup. Valve gas N2 dibuka

sampai tekanan yang ditentukan. Pemeriksaan semua kondisi alat

seperti valve, air pendingin agitator dan lain – lain. Suhu heater diatur

sesuai dengan kondisi operasi. Pemasangan insulasi pada bagian atas

Page 46: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

31

autoklaf dan tutup. Agitator speed dihidupkan dengan kecepatan 500

rpm.

4. Operasi

Tekanan awal operasi ditentukan yaitu 1, 2, dan 3 MPa. Kedua heater

pada control panel dihidupkan. Perubahan tekanan, temperatur liquid,

dan temperatur kedua heater setiap sepuluh menit dicatat. Holding time

dimulai pada temperature mencapai temperatur 370 °C kemudian

tekanan, temperatur liquid dan temperatur heater dicatat setiap sepuluh

menit sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Setelah waktu reaksi

selesai, kedua heater dimatikan, kemudian kedua heater dibuka untuk

pendinginan menggunakan blower dengan keadaan agitator tetap

dinyalakan.

5. Pengambilan Sampel Gas

Pengambilan sampel produk gas diawali dengan pencatatan

tekanan di control panel, temperatur dan laju alir di gas meter.

Pembilasan sampling bag dilakukan dengan selang sampling bag ke

selang vent dihubungkan. Valve sampling bag dan valve pada selang

vent dibuka agar aliran gas dari rektor masuk ke dalam sampling bag.

Valve vent dan valve pada autoklaf dibuka untuk mengeluarkan gas.

Sampling bag diisi namun jangan terlalu penuh. Semua valve ditutup

kembali dan diarahkan valve pada selang vent. Sampling bag ditekan

sampai gasnya keluar semua. Perlakuan ini dilakukan sebanyak tiga kali.

Page 47: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

32

6. Pengambilan Produk Slurry

V-belt agitator, tubing input dan output gas, tubing indicator

tekanan dilepas. Mur pengunci cover reactor dibuka dengan kunci

moment. Angkat cover reactor dengan alat katrol kemudian pindahkan

kepenyangga yang telah disiapkan. Ditimbang separable dan lap untuk

recovery slurry biomassa. Sampel yang masih tertinggal dalam reaktor,

dibersihkan dengan lap yang sudah ditimbang.

3.3.4 Pengujian Distilasi Vakum (ASTM D 1160)

I. Tahap persiapan

Produk slurry yang ada di separable dimasukkan ke dalam pemanas

distilasi. Perangkaian sistem distilasi dengan tidak lupa menimbang

setiap bagian dari peralatan distilasi tersebut sebelumnya (sesuai degan

kode tercantum). Bagian sambungan diolesi dengan silicone grease

serta dijepit agar kokoh.

II. Tahap Proses

Pengaturan temperatur kondensor pendingin (dalam pengujian

digunakan air). Pompa vakum dinyalakan, ditutup leakvalve dan dibuka

pumpvalve secara perlahan sampai indicator vacuum menunjukan

angka 10 mmHg. Pemanas dihidupkan pada tegangan awal 35 volt.

Tegangan dinaikkan dengan 5 volt setiap 15 menit. Saat Temperatur

gas 61 oC (180 oC pada 1 atmosfer) maka aliran cairan (kondensat)

dipindahkan dari receiver 1 ke receiver 2. Proses distilasi dilanjutkan

sampai temperatur gas mencapai 157 0C (300 oC pada 1 atmosfer) maka

aliran cairan (kondensat) dipindahkan dari receiver 2 ke receiver 3.

Page 48: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

33

Proses distilasi dilanjutkan kembali sampai temperatur gas mencapai

261 oC (420 oC pada 1 atmosfir) dan ditahan untuk beberapa menit.

Namun, pada pengujian distilasi biomassa, pada kondisi ini tidak ada

minyak fraksi berat (Heavy oil) yang teruapkan. Pemanas dimatikan

dan suhu dibiarkan turun sampai temperatur pemanas >100 oC. Buka

leakvalve secara perlahan hingga terbuka penuh. Pompa vakum

dimatikan dan power distilasi dimatikan, rangkaian distilasi di biarkan

dingin sampai suhu kamar. Hasil dan bagian–bagian peralatan

ditimbang. Hitung yield dari masing-masing produk distilasi dengan

menggunakan program Microsoft Excel.

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝐴𝑖𝑟 = 𝐴𝑖𝑟 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑑𝑒𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑠𝑖

𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 × 100%............(7)

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑑𝑒𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑠𝑖

𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 × 100%.....(8)

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 = 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑑𝑒𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑠𝑖

𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 × 100%.........(9)

3.3.3 Analisa Produk Hasil Pencairan biomassa

A. Analisis Fase Gas (ASTM D 1945)

Komposisi dari fase gas dianalisa dengan menggunakan GC

Shimadzu dengan detektor Thermal Conductivity Detector (TCD) dan

Flame Ionization Detector (FID). Gas H2, CH4, CO, dan CO2 dianalisa

secara kuantitatif dngan GC-TCD. Sedangkan hidrokarbon rantai C1-C4

dianalisa dengan menggunakan GC-FID. Hasil kromatogram dibandingkan

dengan standar gas yang telah ditetapkan sebelumnya.

Page 49: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

34

B. Analisis Fase Liquid (ASTM D 1945)

Instrumen GC-MS digunakan untuk menganalisa fase liquid dari

bio-crude oil. Tabung gas helium dibuka dan instrumen serta PC

dinyalakan. Pilih GCMS Real Time Analysis pada PC dan diaktifkan

pyrolyzer. Kembali ke menu GCMS klik icon Peak Monitor View, dan

diperiksa kondisi low dan high vacuum. Start Auto Tuning dipilih,

kemudian klik file dan save. Sampel diinjeksi dengan dimasukkan pada

pyrolyzer. Tunggu sampai analisa selesai.Untuk melihat hasil analisis pilih

qualitative table dan peak integration.

Page 50: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Komposisi Kimia Biomassa Cangkang Kelapa Sawit

Sebelum dilakukan proses pencairan biomassa dianalisis kandungan

proksimatnya meliputi kandungan air, abu, material yang mudah menguap, dan

kadar karbon dalam biomassa cangkang kelapa sawit. Hasil analisis proksimat

disebutkan dalam tabel 3.

Tabel 3. Analisis Proksimat Biomassa Cangkang Kelapa Sawit (Ash Determine

Basis)

Analisis Proksimat Kandungan (%wt)

Air 11,14

Abu 1,46

Volatile Matter 82,53

Karbon Tetap 4,87

Total 100

Hasil analisis proksimat digunakan sebagai indikator hasil yang diperoleh

dari biomassa yang dikonversi menjadi energi. Kandungan karbon tetap (fix

carbon) dan zat terbang (volatile matter) merupakan komponen yang menunjukkan

kandungan energi yang terdapat dalam cangkang kelapa sawit. Semakin tinggi rasio

perbandingan antara zat terbang dan karbon tetap maka semakin besar energi

tersedia yang mampu dilepas biomassa.

Kandungan air cangkang kelapa sawit yang dihasilkan yaitu 11,46%.

Kandungan air yang besar akan mempengaruhi proses pencairan hidrotermal

dimana tekanan dalam autoklaf menjadi lebih besar karena adanya uap air dan hasil

konversi pencairan akan mengandung lebih banyak air (Talla et al., 2013).

Biomassa cangkang kelapa sawit memiliki kandungan abu dan karbon tetap

yang relatif rendah. Produksi minyak dengan menggunakan metode pencairan

hidrotermal, kandungan abu yang tinggi cenderung mengurangi jumlah hasil

Page 51: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

36

minyak pada proses ini. Hal ini dikarenakan abu akan memecahkan cairan menjadi

gas yang tidak terkondensasi secara katalitik. Kandungan abu yang tinggi juga

menyebabkan peningkatan residu dan gas hasil pencairan hidrotermal.

Tabel 4. Analisis Ultimat Biomassa Cangkang Kelapa Sawit (Dry Ash Free)

Analisis Ultimat Kadar(%wt)

Karbon (C) 47,94

Hidrogen (H) 5,40

Nitrogen (N) 0,75

Oksigen (O) 33,18

Sulfur (S) 0,13

Total 87,40

Analisis Ultimat dilakukan dengan menghitung komposisi unsur karbon,

hidrogen, nitrogen, oksigen, dan sulfur. Analisis ini dilakukan dengan

menggunakan CHN Analyzer LECO 628. Hasil analisis ultimat biomassa cangkang

kelapa sawit terdapat pada Tabel 4. Komposisi unsur terbesar pada biomassa

cangkang kelapa sawit yaitu karbon dan oksigen yaitu 47,94% dan 33,18%.

Gambar 11. Rasio H/C dan O/C beberapa bahan bakar padat (Diagram Van

Krevelen) (Hustad dan Barrio, 2000)

Biomassa

Page 52: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

37

Bahan bakar biomassa mengandung lebih banyak komponen yang mudah

menguap dan lebih reaktif dibandingkan dengan batubara. Sekitar 85% berat dari

material biomassa berubah menjadi produk gas pada temperatur 500 °C. Perbedaan

tersebut dijelaskan pada rasio perbandingan H/C dan O/C pada beberapa bahan

bakar yang ditunjukkan dalam diagram Van Krevelen pada Gambar 11.

Perbandingan atom H/C yaitu 1,5 dan perbandingan atom O/C yaitu 0,7 yang

menunjukkan bahan bakar biomassa (Hustad dan Barrio, 2000).

4.2 Pengaruh Tekanan pada Hasil Pencairan Cangkang Kelapa Sawit

Pencairan biomassa cangkang kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan

pelarut aquadest yang berperan sebagai donor hidrogen. Gas nitrogen digunakan

pada proses ini. Menurut Jindal dan Jha (2016), secara kimiawi gas nitrogen

merupakan gas yang inert dan tidak aktif dalam proses reaksi. Tekanan awal gas

nitrogen yang digunakan pada proses pencairan ini yaitu 1, 2, dan 3 MPa pada

temperatur 370 °C dengan waktu reaksi 60 menit tidak termasuk pemanasan dan

pendinginan. Setelah reaksi dihasilkan slurry, yang kemudian dilakukan pemisahan

dengan menggunakan distilasi vakum. Secara umum, ada tiga bagian yang

dihasilkan dari proses distilasi vakum yaitu air, minyak, dan residu. Selain itu

dihasilkan juga fase gas seperti CO, CO2, CH4, C2H6, dan C3H8.

Yield yang dihasilkan berdasarkan Gambar 12 dapat terlihat fraksi minyak

yang paling banyak dihasilkan yaitu pada reaksi yang menggunakan tekanan awal

3 MPa yaitu 68,34 %. Hasil minyak meningkat dari 66,05% menjadi 67,27% sesuai

dengan peningkatan tekanan awal dari 1 MPa menjadi 2 MPa. Gas yang dihasilkan

juga meningkat karena adanya kenaikan tekanan awal pada proses reaksi. Proses

reaksi dengan tekanan awal 1 MPa, 2 MPa, dan 3 MPa dihasilkan gas sebanyak

Page 53: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

38

7,76%, 8, 47%, dan 12,88%. Sedangkan untuk hasil residu terdapat penurunan

bertepatan dengan kenaikan tekanan awal. Proses reaksi dengan tekanan awal 1

MPa, 2 MPa, dan 3 MPa dihasilkan residu 26,19%, 24,26%, dan 18,77%. Menaikan

tekanan awal gas nitrogen dengan konsentrasi yang pasti dapat menghasilkan hasil

yang baik bagi hasil minyak. Pengaruh tekanan pada proses pencairan hidrotermal

biomassa cangkang kelapa sawit tanpa menggunakan katalis dapat terlihat pada

Gambar 12.

Gambar 12. Pengaruh tekanan pada hasil pencairan hidrotermal cangkang kelapa

sawit tanpa katalis

Yield minyak yang dihasilkan akan bertambah dengan meningkatnya

temperatur reaksi sampai 300 °C, dan akan berkurang dengan peningkatan

temperatur lebih lanjut. Produk gas meningkat dengan kenaikan temperatur dari 280

°C sampai 360 °C. Ketika biomassa dipanaskan komponen hemiselulosa biasanya

terdekomposisi secara sempurna pada temperatur 180 °C, membentuk senyawa

intermediet dan produk minyak (karbohidrat, aldehid, keton, alkohol, fenol, dan

turunannya) dan sebagian besar lignin akan terlarut di dalam air pada temperatur

26,19 24,26 18,77

66,05 67,27 68,34

7,76 8,47 12,88

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3

Yiel

d (

%d

af)

Tekanan Awal (MPa)

Residu Minyak Gas

Page 54: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

39

230 °C. Hidrolisis dan pirolisis komponen lignoselulosa yang tersisa dilakukan

pada temperatur yang lebih tinggi (Sun et al., 2010).

Tekanan dipertahankan di atas tekanan kritis proses dengan

mempertahankan temperatur pada 370 °C bertujuan untuk memecahkan komponen

biomassa yang dapat meningkatkan jalur reaksi yang baik secara termodinamika

untuk produksi bahan bakar cair atau untuk hasil gas. Tekanan yang lebih tinggi

meningkatkan densitas pelarut dan kelarutan komponen biomassa target, yang

memungkinkan pelarut berdifusi lebih efisien ke dalam struktur molekul biomassa,

sehingga meningkatkan tingkat dekomposisi dan fragmentasi biomassa. Proses

pencairan hidrotermal pada biomassa bergantung pada kerusakan ikatan C-C.

Namun, ketika tekanan meningkat dalam kondisi superkritis menyebabkan

peningkatan densitas pelarut dan menghambat pembelahan dan pemecahan ikatan

C-C (Akhtar dan Amin, 2011).

4.3 Pengaruh Katalis pada Hasil Pencairan Cangkang Kelapa Sawit

Proses pencairan biomassa cangkang kelapa sawit dilakukan pada suhu 370

°C dengan menggunakan Na2CO3 sebagai katalis selama 60 menit waktu reaksi.

Katalis Na2CO3 yang digunakan yaitu sebanyak 5 % dari berat umpan biomassa

cangkang kelapa sawit yang dimasukkan. Tekanan awal yang digunakan sama

seperti percobaan tanpa menggunakan katalis yaitu 1 MPa, 2 MPa, dan 3 MPa. Hasil

minyak pada proses pencairan biomassa cangkang kelapa sawit menunjukkan

bahwa pada tekanan awal 3 MPa tanpa penggunaan katalis lebih kecil dibandingkan

dengan hasil minyak pada tekanan awal 3 MPa dan penambahan katalis yaitu

68,34% dan 71,84%. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada penggunaan tekanan

awal 2 MPa tanpa katalis dan dengan penambahan katalis yaitu 67,27% dan

Page 55: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

40

67,56%. Hasil minyak pada tekanan awal 1 MPa dengan menggunakan tanpa katalis

dan dengan penambahan katalis yaitu 66,05% dan 66,41%.

Gambar 13. Grafik Hasil Proses Pencairan Cangkang Kelapa Sawit dengan

katalis Na2CO3 dan tanpa katalis Na2CO3

Katalis Na2CO3 merupakan katalis alkali yang dapat meningkatkan hasil

minyak. Alkali karbonat lebih efektif karena pembentukan basa dan bikarbonat oleh

garam alkali dengan air. Bikarbonat dapat meningkatkan hasil minyak dan menekan

pembentukan residu. Penggunaan katalis basa meningkatkan sedikit hasil gas.

Penggunaan alkali dalam pencairan biomassa meningkatkan hasil minyak dan

menghambat pembentukan residu (Jindal dan Jha, 2015).

Pencairan hidrotermal komponen selulosa dengan menggunakan katalis

Na2CO3 pada temperatur 350 °C terbentuk bio-crude oil dan gas sebagai produk

utama dan sebagian kecil residu terbentuk. Selain itu pencairan hidrotermal

biomassa kayu pada temperatur 380 °C dengan katalis Na2CO3 menghasilkan yield

minyak sebesar 53,3%. Penambahan katalis Na2CO3 sebesar 1 % dari bahan baku

12,88 13,56 8,47 12,28 7,76 8,74

68,34 71,8467,27

67,5666,05 66,41

18,77 16,1624,26 20,15 26,19 24,86

0

20

40

60

80

100

120

3 MPa 3 MPa (+cat) 2 MPa 2 MPa (+cat) 1 MPa 1 MPa (+cat)

% y

ield

Gas Minyak Residu

Page 56: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

41

batang jagung juga menghasilkan total yield sebesar 95,7% dengan yield produk

cair 88% dan produk gas 6,8%. (Zhou et al., 2011).

Temperatur tinggi atau waktu reaksi yang lebih lama, dapat menyebabkan

terjadinya reaksi sekunder produk minyak meningkat sedemikian rupa sehingga

hasil minyak menurun. Secara khusus, untuk sebagian besar biomassa lignoselulosa

yang diolah pada suhu yang lebih tinggi dari 300 °C, proses karbonisasi cenderung

mudah terjadi. Karbonisasi dapat dihindari pada suhu reaksi yang lebih rendah

dengan adanya katalis yang sesuai. Penggunaan katalis basa meningkatkan

pembentukan senyawa seperti 4-metil-2-metoksi-fenol, 4-etil-2-metoksi-fenol dan

turunan benzenediol dan penurunan residu. (Zhou et al., 2011).

Saat reaksi berlangsung katalis terlarut sempurna di dalam air dan

terionisasi menjadi ion alkali Na+ dan CO32- dimana ion natrium terdispersi di dalam

larutan. Sementara ion karbonat akan bereaksi dengan H+ dari air membentuk ion

hidrogen karbonat seperti yang dapat dilihat pada persamaan reaksi di bawah ini

(Simanungkalit et al., 2016).

𝐻2𝑂 ↔ 𝐻+ + 𝑂𝐻−

𝑁𝑎2𝐶𝑂3 → 2 𝑁𝑎+ + 𝐶𝑂32−

𝐶𝑂32− + 𝐻+ → 𝐻𝐶𝑂3

Ion karbonat akan bereaksi dengan ion apapun. Jika ada banyak ion

hidrogen, ion hidrogen menempel pada ion karbonat dan membentuk ion baru, ion

hidrogen karbonat, atau ion bikarbonat. Jika tidak ada banyak ion hidrogen di

sekitar, karbonat pada dasarnya mencuri ion hidrogen dari air, meninggalkan ion

hidroksida di belakang dan menghasilkan larutan alkali (Caveman, 2016).

Page 57: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

42

Katalis Na2CO3 dapat melemahkan ikatan C-C, sehingga menurunkan

energi aktivasi untuk reaksi yang lebih kompleks. Dapat diasumsikan bahwa katalis

basa menyebabkan pembesaran pada biomassa dan meningkatkan luas permukaan

biomassa dan memisahkan ikatan antara holoselulosa dan lignin. Di sisi lain,

Na2CO3 menyebabkan melemahnya interaksi intermolekular pada rantai polimer

pada saat yang bersamaan, proses katalisis tidak hanya dehidrasi yang saling terkait

tetapi juga mempromosikan proses pembelahan retro-aldol dan kondensasi produk

yang dihasilkan (Demirbas, 2000).

4.4 Analisis Hasil Minyak dengan GCMS

Analisis senyawa hasil minyak proses pencairan biomassa cangkang kelapa

sawit dilakukan dengan instrumen GCMS. Dari hasil analisis GCMS diketahui

bahwa minyak yang dihasilkan terutama terdiri dari senyawa fenolik dan

turunannya, keton, rantai panjang asam karboksilat atau ester dan hidrokarbon,

yang jelas merupakan produk dekomposisi dari lignin dan selulosa. Kandungan

oksigen yang sangat berkurang pada hasil minyak sebagian dapat disebabkan oleh

reaksi pirolisis pembentukan CO dan CO2 dan reaksi dehidrasi pembentukan H2O

pada proses pencairan (Sun et al., 2010).

Gambar 14. Kromatogram hasil analisis GCMS pada produk minyak

Page 58: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

43

Kromatogram hasil analisis GCMS pada produk minyak yang terdapat pada

Gambar 14 menunjukkan peak kromatogram dengan konsentrasi senyawa yang

paling tinggi yaitu phenyl carbamate, 3,7-Benzofurandiol, 2,3-dihydro-2,2-

dimethyl-3-Hydroxycarbofuranphenol, dan 3,5-Dimethyl-4-ethylidene-cyclohex-2-

ene-1-one. Hasil Analisis GCMS golongan senyawa hasil minyak proses pencairan

biomassa cangkang kelapa sawit terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil analisis produk minyak dengan GCMS

Konsentrasi (%) Golongan Senyawa

19,11 Asam Lemak

5,18 Aldehid

13,0 Keton

6,06 Alkana

42,48 Aromatik

Senyawa yang mempunyai konsentrasi tertinggi yaitu fenil karbamat

sebesar 19,11%. Fenil karbamat merupakan senyawa turunan asam lemak dengan

rumus molekul C7H7NO dengan berat molekul 137,138 g/mol. Gambar 15

menunjukkan struktur senyawa hasil analisis minyak pada GCMS.

Gambar 15. Senyawa yang dihasilkan dari analisis GCMS pada hasil minyak

Page 59: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

44

Senyawa golongan aldehid juga dihasilkan pada fraksi minyak yaitu 3-

cyclohex-1-enyl-prop-2-enal dengan konsentrasi 5,18% mempunyai rumus

molekul C9H12O dan berat molekul 136,194 g/mol. Senyawa golongan keton

dihasilkan dengan konsentrasi 10,42% yaitu 3,5-Dimethyl-4-ethylidene-cyclohex-

2-ene-1-one mempunyai rumus molekul C8H12O dengan berat molekul 124,183

g/mol. Selain itu senyawa keton lain dihasilkan sebanyak 2,58%, 4-methoxy-7-

methyl-indan-1-one dengan rumus molekul C10H10O2 dan berat molekul 162,19

g/mol. Golongan senyawa alkana yaitu siklopropana dihasilkan pada minyak yaitu

1-methyl-1-ethenyl-2-(2-furyl) dengan konsentrasi 6,06% dengan rumus molekul

C6H12 dengan berat molekul 84,162 g/mol. Tabel 6 menunjukkan komponen

senyawa hasil analisis GCMS.

Tabel 6. Komponen senyawa hasil analisis minyak dengan GCMS

R.Time Conc.(%) Nama Senyawa

3.920 2,05 (3a.alpha.,4.alpha.,6a.alpha.)-Hexahydro-4-methyl-5-methylene-

1(2H)-pentalenone

12.508 19,11 Carbamic acid, phenyl ester (CAS) Phenyl carbamate

13.858 2,77 Phenol, 2-methyl- (CAS) o-Cresol

14.400 2,35 Phenol, 3,5-dimethyl- (CAS) 3,5-Xylenol

14.508 0,89 Mixture of .delta.(1(11))-Bicyclo[5.4.0]undecenone-10 and

.delta.(1(7))bicyclo

14.750 7,93 Phenol, 3,5-dimethyl- (CAS) 3,5-Xylenol

15.251 1,19 5-ETHYL-2-METHYL-PYRIDIN-4-YLAMINE

15.364 1,25 Phenol, 3-(1-methylethyl)- (CAS) m-Cumenol

15.601 5,18 3-CYCLOHEX-1-ENYL-PROP-2-ENAL

15.986 2,7 3,5-Dimethyl-4-ethylidene-cyclohex-2-ene-1-one

16.484 7,72 3,5-Dimethyl-4-ethylidene-cyclohex-2-ene-1-one

17.117 1,72 CYCLOPROPANE,-1-METHYL-1-ETHENYL-2-(2-FURYL)

17.300 4,34 CYCLOPROPANE,-1-METHYL-1-ETHENYL-2-(2-FURYL)

17.546 16,52 3,7-Benzofurandiol, 2,3-dihydro-2,2-dimethyl- (CAS) 3-

Hydroxycarbofuranphenol

18.191 3,26 Benzene, 1,2,3,5-tetramethyl-4,6-dinitro- (CAS) Dinitroisodurene

18.437 2,58 4-METHOXY-7-METHYL-INDAN-1-ONE

19.154 3,68 1-Methyl-3-phenylpyrazole

19.326 2,3 1-Methyl-3-phenylpyrazole

19.792 1,5 4,6-DIHYDROXY-5-NITRO-2-(3-IODOSTYRYL)PYRIMIDINE

19.985 0,92 2-Cyclohexen-1-one, 4-methyl-4-phenyl- (CAS)

Page 60: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

45

Minyak yang dihasilkan juga banyak mengandung senyawa dari golongan

aromatik dengan jumlah konsentrasi 42,48% diantaranya yaitu 2-methyl-o-Cresol

dengan konsentrasi 2,77% dan rumus molekul CH3C6H4OH dan berat molekul

108,14 g/mol. Kemudian ada senyawa 3,5-dimethyl- 3,5-Xylenol dengan

konsentrasi 10,28% mempunyai rumus molekul C8H10O dan berat molekul 122,167

g/mol. Selain itu ada senyawa 3-(1-methylethyl)- m-Cumenol dengan konsentrasi

1,25% mempunyai rumus molekul C9H12O dan berat molekul 136,19 g/mol.

Senyawa 3,7-Benzofurandiol, 2,3-dihydro-2,2-dimethyl- 3-Hydroxycarbofuran

phenol dengan rumus molekul C10H12O3 dan berat molekul 180,2 g/mol dihasilkan

pada minyak dengan konsentrasi 16,52%. yaitu 1,2,3,5-tetramethyl-4,6-dinitro-

dinitroisodurene dengan rumus molekul C10H12N2O4 yang mempunyai berat

molekul 224,216 g/mol. Senyawa 1-Methyl-3-phenylpyrazole dihasilkan dengan

konsentrasi 5,98% dengan rumus molekul C10H10N2 dan mempunyai berat molekul

158,2 g/mol. Senyawa dengan rumus molekul C4H3N3O4 dan berat molekul 157,08

g/mol yaitu 4,6-dihydroxy-5-nitro-2-(3-iodostyryl) pyrimidine terdapat dalam

minyak dengan konsentrasi 1,5%. Gambar 16 menunjukkan struktur kimia senyawa

hasil analisis GCMS.

Gambar 16. Senyawa hasil analisis minyak dengan GCMS

Page 61: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

46

Lignin mengandung banyak unit fenil propana. Dekomposisi lignin dalam

kondisi superkritis terjadi melalui reaksi hidrolisis dan dealkilasi yang

menghasilkan fragmen dengan berat molekul rendah yang reaktif seperti

formaldehid dan senyawa fenolik. Metoksifenol merupakan salah satu produk

terpenting yang berasal dari proses pencairan hidrotermal berbagai biomassa.

Dekomposisi lebih lanjut dari senyawa ini menghasilkan senyawa benzenadiol.

Konsentrasi relatif benzenadiol akan meningkat di bawah kondisi hidrotermal

dengan menggunakan katalis basa. Senyawa ini juga diamati dari pencairan

hidrotermal selulosa. Senyawa penting lainnya adalah fenol, yang terutama

dihasilkan dari 2-methoxyphenol. Meskipun senyawa fenol berasal dari lignin,

namun senyawa ini juga dapat dihasilkan dari proses pencairan hidrotermal

selulosa. Senyawa seperti 4-metil-2-methoxyphenol (4-methylguaiacol), 4-ethyl-2

methoxyphenol (4-ethylguaiacol), 2,6-dimethoxyphenol (syringol) dan 4-hydroxy-

3-methoxybenzaldehyde (vanillin) diperoleh dari dekomposisi lignin dalam

biomassa di bawah kondisi hidrotermal (Tekin dan Karagoz, 2012).

Kondensasi atau siklisasi karbohidrat yang mengandung selulosa atau

hemiselulosa dengan adanya katalis alkali juga dapat menyebabkan pembentukan

senyawa fenol dan fenolik. Keton dapat terbentuk dari karbohidrat selulosa atau

hemiselulosa dengan reaksi isomerisasi atau retro-aldol. Asam karboksilat terutama

dapat terbentuk dari ekstraksi komponen selulosa dan hemiselulosa dari bahan baku

biomassa dengan reaksi hidrolisis dan hidrasi yang kompleks (Sun et al., 2010).

4.5 Pelarut H2O Sebagai Donor Hidrogen

Peran donor hidrogen adalah untuk menstabilkan produk hasil pencairan

yang terfragmentasi. Mengurangi spesies yang menghambat reaksi kondensasi,

Page 62: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

47

siklisasi, atau re-polimerisasi dari radikal bebas, dan untuk mengurangi

pembentukan residu. Persamaan reaksi (4) dan (5) menunjukkan konsep dari

stabilisasi aromatic radicals (Ar•) atau radikal aromatik dari lignin oleh gas

hidrogen sebagai produk minyak cair (Akhtar dan Amin, 2011).

Ar • +𝐻2 → 𝐴𝑟𝐻 + 𝐻 • (4)

Ar • +𝐻 •→ 𝐴𝑟𝐻(5)

Pelarut donor hidrogen lebih menguntungkan karena pelarut bukan hanya

digunakan untuk mendonorkan hidrogen tetapi juga bertindak sebagai pembawa

hidrogen. Kemampuan pelarut donor hidrogen untuk melepaskan hidrogen

menggambarkan kekuatan hidrogenasi (Akhtar dan Amin, 2011).

Air termasuk ke dalam pelarut polar protik yang merupakan pelarut yang

mempunyai proton (H+) yang mudah lepas, mempunya momen dipol yang besar

dan mempunyai kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen. Pelarut polar

protik banyak digunakan dalam reaksi kimia organik termasuk hidrogenasi (Isaac,

1998).

Gambar 17. Konsumsi H2O pada pencairan hidrotermal bomassa cangkang kelapa

sawit tanpa katalis

13,9711,41

25,48

0

5

10

15

20

25

30

1 MPa 2 MPa 3 MPa

Ko

nsu

msi

H2O

(%

daf

)

Tekanan awal (MPa)

Page 63: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

48

Terlihat pada gambar 17, konsumsi H2O pada reaksi tanpa katalis paling

besar terdapat pada tekanan awal 3 MPa yaitu 25,48%, kemudian pada tekanan awal

2 MPa yaitu 11,41%, dan 1 MPa yaitu 13,79%. Konsumsi H2O pada reaksi dengan

menggunakan katalis cenderung menurun yaitu pada 1 MPa, 2 MPa dan 3 MPa yaiu

9,53%, 5,78% dan -5,38% terdapat pada Gambar 18. Penurunan konsumsi H2O

dapat terjadi karena hidrogen yang berasal dari air tidak digunakan untuk konversi

melainkan menjadi gas hidrogen yang terlihat dari besarnya yield gas yang

dihasilkan (Mas’ud, 2002).

Gambar 18. Konsumsi pelarut H2O pada pencairan hidrotermal biomassa

cangkang kelapa sawit dengan katalis Na2CO3

Peran air pada proses pencairan hidrotermal yaitu sebagai reaktan dan

katalis pada saat bersamaan, dan hal ini yang membuat proses pencairan

hidrotermal secara signifikan berbeda dengan proses pirolisis. Kehadiran air

sebagai reaktan mempengaruhi rekasi hidrolisis dan degradasi struktur polimer

pada biomassa yang terjadi secara cepat. Sifat air pada kondisi mendekati

superkritis yaitu viskositas rendah dengan kelarutan tinggi pada komponen organik,

yang membuat air pada kondisi subkritis merupakan perantara yang baik untuk

reaksi homogen, cepat, dan efisien. Air pada saat temperatur meningkat dari 25 °C

9,53

5,78

-5,38-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

1 MPa+Cat 2 MPa+Cat 3 MPa+CatKo

nsu

msi

H2O

Kondisi Operasi

Page 64: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

49

menjadi 350 °C, molekul air berubah dari polar menjadi nonpolar. Air terionisasi

menjadi H+ dan OH- pada reaksi hidrolisis atau penguraian. Molekul air terurai

konstan pada temperatur 300 °C. Hal ini menunjukkan peningkatan kelarutan dari

komponen organik yang bersifat hidrofobik seperti asam lemak bebas. Air pada

kondisi superkritis menurunkan komponen anorganik, sedangkan komponen

organik telah terlarut oleh air terlebih dahulu pada kondisi subkritis (Isa et al.,

2017).

Page 65: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

50

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah ditentukan, didapatkan beberapa

simpulan diantaranya:

1. Kenaikan tekanan dapat meningkatkan hasil minyak pencairan hidrotermal

biomassa cangkang kelapa sawit. Tekanan awal 1, 2, dan 3 MPa pada proses

pencairan hidrotermal tanpa katalis menghasilkan produk minyak yaitu

66,05%, 67,27%, dan 68,34% dengan tekanan akhir masing-masing yaitu

25,8; 25; dan 26 MPa.

2. Penambahan katalis Na2CO3 dapat meningkatkan hasil minyak pencairan

biomassa cangkang kelapa sawit. Proses reksi dengan tekanan awal 1 MPa

dengan katalis dan tanpa katalis menghasilkan yield minyak yaitu 66,41%

dan 66,05%. Begitu pula dengan tekanan awal 2 MPa dan 3 MPa masing-

masing yaitu 67,56% dan 67,27% serta 71,84% dan 68,34%.

3. Analisis hasil minyak dengan GCMS menunjukkan komponen senyawa

terbesar yaitu berasal dari golongan turunan asam lemak sebesar 19,11%,

aromatik 42,48%, dan senyawa keton 13%.

5.2 Saran

Untuk menghasilkan minyak yang lebih banyak dapat digunakan pelarut

organik dan katalis heterogen untuk menghasilkan produk yang lebih baik lagi.

Page 66: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

51

DAFTAR PUSTAKA

Akhtar, J & Amin, N.A.S. (2011). A review on process conditions for optimum bio-

oil yield in hydrothermal liquefaction of biomass. Renewable and

Sustainable Energy Reviews, Vol 15, 1615-1624.

ASTM D 1160. (2006). Standard Test Method for Distillation of Petroleum

Products at Reduced Pressure.

ASTM D 1945. (1996). Standard Test Method for Analysis of Natural Gas by Gas

Chromatography.

Berglin, E.J; Enderlin, C.W; & Schmidt, AJ . (2012). Review and Assessment of

Commercial Vendors/Options for Feeding and Pumping Biomass Slurries

for Hydrothermal Liquefaction. Pacific Northwest National Laboratory

Richland, Washington 99352.

BPPT. (2016). Outlook Energi Indonesia 2016: Pengembangan Energi untuk

Mendukung Industri Hijau. Pusat Teknologi Sumber Daya Energi dan

Industri Kimia (PTSEIK). Jakarta.

Brubaker, C.H.,Jr. (1977). Catalysis in Organic Syntheses (G.v. Smith, ed.).

Academic Press,Inc. New York.

Caveman. (2016). A Primitive Alkali: Potash.

(http://cavemanchemistry.com/oldcave/projects/potash/). Diakses tanggal 3

November 2017, pukul 10.00 WIB.

Chan, Y.H., Yusup, S., Quitain A.T., Sasaki, M., & Uemura, Y,. (2014). Bio-Oil

Production From Oil Palm Biomass Via Subcritical and Supercritical

Hydrothermal Liquefaction. J. of Supercritical Fluids 95: 407–412.

Chan, Y.H., Yusup, S., Quitain A.T., Tan, R.R., Sasaki, M., Lam, H.L., & Uemura,

Y,. (2015). Effect of Process Parameters On Hydrothermal Liquefaction of

Oil Palm Biomass For Bio-Oil Production and Its Life Cycle Assessment.

J.Energy Conversion and Management.

Colon, L.A & Baird, L.J. (2004). Modern Practice of Gas Chromatography:

Detectors In Modern Gas Chromatography. John Wiley & Sons, Inc. New

Jersey.

Cowan, K.D & Eisenbraun, E.J,. (1976). Chem. Ind. London.

Demirbas, A. (2000). Effect of Lignin Content on Aqueous Liquefaction Products

of Biomass. Energy Conversion & Management 41:1601-1607.

Elliott, D.C., Hart, T.R., Neuenschwander, G.G., Rotness, L.J., Roesijadi, G.,

Zacher, A.H., Magnuson, J.K., (2013). Hydrothermal processing of

macroalgal feedstocks in continuous-flow reactors. ACS Sustain. Chem.

Eng. 2 (2), 207–215.

Page 67: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

52

Elliott, D.C., Hart, T.R., Schmidt, A.J., Neuenschwander, G.G., Rotness, L.J.,

Olarte, M.V., Zacher, A.H., Albrecht, K.O., Hallen, R.T., Holladay, J.E.,

(2013). Process development for hydrothermal liquefaction of algae

feedstocks in a continuousflow reactor. Algal Res. 2 (4), 445–454.

Energyworld. (2015). Energi Terbarukan dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

(http://energyworld.co.id/2015/12/10/energi-terbarukan-dalam-al-quran-

dan-sunnah/). Diakses tanggal 17 Maret 2017, pukul 01:26.

Fauzi Y, (2004). Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Fitri, E., Kartika, E., Amelia, F., Sayekti,K.T., Huda, T.A., & Pratika Y.D,. (2013).

Destilasi Vakum. Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Gritter, R.J., Bobbit, J.M., dan Swharting, A.E. (1991). Pengantar Kromatografi.

Edisi Kedua. Penerbit ITB. Bandung.

Grob, R.L. (2004). Modern Practice of Gas Chromatography: Theory of Gas

Chromatography. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey.

Gustini, D., & Antika, NU,. (2013). Evaluasi Kinerja Ethylene Fractionator Unit

Cold Section di Ethylene Plant PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk.

Politeknik Negeri Bandung.

He, B., Hu, S., and Li Y,. (2009). Introduction to Biomass Direct Liquefaction. Biological and Agricultural Engineering.University of Idaho. USDA Higher

Education Challenger Program.

Hidayat, H., Prijanto, U., Van Dam, J.E.G., & Heeres, H.J,. (2014). Catalytic

Liquefaction of Jatropha curcas L. Seed Cake. Jatropha Seed Cake

Valorization for Non-Food Applications.

Hustad, J dan Barrio, M. (2000). Biomass. IFRF Online Combustion Handbook,

Combustion File No. 23, Version No.2.

http://www.handbook.ifrf.net/handbook/cf.html.

Isa, K.M., Abdullah, T.A.T., Ali, U.F.M,. (2017). Hydrogen Donor Solvents in

Liquefaction of biomass: A Review. Renewable and Sustainable Energy

Reviews.

Isaac, N.S. (1998). Physical Organic Chemistry 2nd Edition. Longman grup.

United Kingdom.

Jindal, M.K. & Jha, M.K. (2015). Catalytic Hydrothermal Liquefaction Of Waste

Furniture Sawdust To Bio-Oil. Indian Chemical Engineer: 1-15.

Page 68: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

53

Jindal, M.K. & Jha, M.K,. (2016). Effect of Process Parameters on Hydrothermal

Liquefaction of Waste Furniture Sawdust For Bio-Oil Production. Royal

Society of Chemistry, Vol 6: 41772–41780.

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2015). Potensi Energi Baru

Terbarukan (EBT) Indonesia. Kementrian Energi dan Sumber Daya

Mineral. (http://esdm.go.id/berita/37-umum/1962-potensi-energi-baru-

terbarukan-ebt-indonesia.html). Diakses tanggal 22 Maret 2017, pukul

17.28 WIB.

Manalu, R. (2010). Pengaruh Jumlah Bahan Perekat terhadap Kualitas Briket

Bioarang dari Tongkol Jagung. Laporan Skripsi Departemen Teknik

Pertanian. USU. Medan.

Masucci, J.A dan Caldwell, G.A. (2004). Modern Practice of Gas

Chromatography: Techniques for Gas Chromatography/Mass

Spectrometry. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey.

Mas’ud, M. (2002). Aktivitas Katalis Redmud Dibandingkan Katalis Dasar Besi

Pada Pencairan Batubara Muda Melalui Proses Hidrogenasi

Katalitik.Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.

Mobius, A., Boukis, N., dan Sauer, J,. (2013). Gasification of biomass in

supercritical water (SCWG). Materials and processes for energy:

communicating current research and technological developments (A.

Méndez-Vilas, Ed): 264-268.

Muntaha, M. (2013). Deteksi Psilocin Urin Pada Mencit Swiss Webster Terhadap

Pemberian Jamur Psilocybe Cubensis Dosis Bertingkat. Karya Ilmiah.

Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas

Diponegoro. Semarang.

Munthe, M.G. (2015). Pemanfaatan Cangkang Kelapa Sawit dan Limbah Kelapa

Sawit (Sludge) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Biobriket Arang. Program

Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara.

Novriliza. (2008). Penentuan Komposisi Hidrokarbon Pada LNG yang Terdapat

Dalam Berth II dan Berth III dengan Menggunakan Kromatografi Gas.

Karya Ilmiah. Departemen Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera

Utara. Medan.

Pandey, A., Bhaskar, T., Stocker, M., & Sukumaran, M.K. (2015). Recent Advances

in Thermochemical Conversion of Biomass, 1st edition. Elsevier.

Pari, G. & Hartoyo,. (1983). Beberapa Sifat Fisis Dan Kimia Briket Arang Dari

Limbah Arang Aktif. Puslitbang Hasil Hutan. Bogor.

Page 69: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

54

Pedersen, T.H. (2016). HydroThermal Liquefaction of Biomass and Model

Compounds. Ph.D. Dissertation. Department of Energy Technology.

Aalborg University. Denmark.

Rizkita, A.D., Dharmadinata, M., Firginia Y., & Mabruroh, E.Q,. (2015). Destilasi

Di Bawah Tekanan (Vakum). Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas

Negeri Semarang. Semarang.

Rylander, P. (1979). Catalytic Hydrogenation in Organic Syntheses. Academic

Press,Inc. California.

Santi, P. (2000). Pemanfaatan Arang Aktif Cangkang Kelapa Sawit sebagai

Adsorben pada Limbah Cair Kayu Lapis. Laporan Penelitian Tahunan

Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda.

Silalahi. (2000). Penelitian Pembuatan Briket Kayu Dari Serbuk Gergajian Kayu.

Hasil Penelitian Industri DEPERINDAG. Bogor.

Simanungkalit, S.P., Mansur, D., & Fitriady, M.A. (2016). Hydrothermal

Liquefaction Limbah Distilasi Bioetanol Generasi-2. Reaktor 16(2): 49-56.

Stevens, D.J. (1987). An Overview of Biomass Thermochemical Liquefaction

Research Sponsored By The U.S. Department Of Energy. Journal Prepr.

Pap., Am. Chem. Soc., Div. Fuel Chem; Volume 32:2; 223-228.

Sun, P., Heng, M., Sun, S., & Chen, J. (2010). Direct liquefaction of paulownia in

hot compressed water: Influence of catalysts. Journal Energy, Vol 35: 5421-

5429.

Talla, H., Amijaya, H., Harijoko, A., & Huda, M,. (2013). Karakteristik Batubara

Dan Pengaruhnya Terhadap Proses Pencairan. Reaktor, Vol. 14 No. 4:

267-271.

Tekin, K & Karagoz, S. (2012). Non-catalytic and catalytic hydrothermal

liquefaction of biomass. Res Chem Intermed, Vol 39: 485-498.

Toor, S.S., Rosendahl, L., & Rudolf, A. (2011). Hydrothermal liquefaction of

biomass: A review of subcritical water technologies. Energy, Vol 36:

2328-2342.

UG Lab. (2006). Gas Chromatography. Chemical Engineering, India Institute of

Technology. Bombay.

Wang, L. (2014). Sustainable Bioenergy Production. CRC Process, Taylor and

Francis Group. Boca Raton.

Widarto & Suryanta. (1995). Membuat Bioarang dari Kotoran Lembu. Kanisius.

Bogor.

Page 70: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

55

Xue, Y., Chen, H., Zao, W., Yang, C., Ma, P., & Han, S,. (2016). A Review on the

Operating Conditions of Producing Bio-Oil from Hydrothermal

Liquefaction of Biomass. Int. J. Energy Res. 40:865–877.

Yakaboylu, O., Harinck, J., Smit, K.G., & Wiebren, D.J,. (2015). Supercritical

Water Gasification of Biomass: A Literature and Technology Overview.

Energies 8, 859-894.

Yokoyama, S. (2008). Asia Biomass Handbook. The Japan Institute of Energy.

Japan.

Zhou, C., Xia, X., Lin, Tong, D., & Beltramini, J. (2011). Catalytic conversion of

lignocellulosic biomass to fine chemicals and fuels. Chem. Soc. Rev, Vol 40,

5588–5617.

Page 71: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

56

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data dan Perhitungan pada penelitian

Run 3 (3 MPa + tanpa katalis)

Tabel 7.1 Bahan yang dimasukkan ke dalam reaktor

Feed Charging Weight (gram)

Cangkang Kelapa Sawit 200 mesh 100,02

Aquadest 200,3

Total 300,32

Tabel 7.2 Kondisi Operasi reaktor

Initial Pressure

(MPa)

Reaction Temp. (°C) Hold Time (min) Agitator Speed

(rpm)

3 370 60 500

Tabel 7.3 Kuantitas Gas

Before Test: 3 Mpa

Gas Meter Condition Initial Final

Temperatur (°C) 26 26

Flow Rate (L) 35994,4 36015,5

After Test: 3,8 Mpa

Temperatur (°C) 28 28

Flow Rate (L) 36015,5 36042,2

Tabel 7.4 Pengambilan Produk

Berat Awal Berat Akhir Total Produk

Wadah 3188,5 3423,5 235

Lap 57,61 88,58 30,97

Tabel 7.5 Hasil Distilasi

Hasil Berat (gram)

Air 151

Middle Oil 0,5

Heavy Oil 4,5

Residu 26,5

Total 182,5

Tabel 7.6 Hasil Gas

Gas Sampel 1 Sampel 2 Rata-rata Revisi

N2 74,8 74,9206 74,860 74,860

H2 5,4986 5,4818 5,490 5,490

CO 0,597 0,5926 0,595 0,595

CO2 15,7455 15,6642 15,705 15,705

CH4 (TCD) 3,3154 3,3408 3,328 3,328

C2H4 n.d. n.d. n.d n.d

C2H6 n.d. n.d. n.d n.d

C3H8 0,636 1 0,818 0,818

CH4 (FID) 1,314 n.d. n.d n.d

Total 101,9065 101 100,796 100,796

Page 72: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

57

Tabel 7.7 Analisa proksimat residu hasil distilasi

Ash Moisture Residu (Org)

Cons (%w) 17,6 2,8 79,6

Weight (gram) 4,66 0,74 21,09

Tabel 7.8 Residu murni yang dihasilkan

Ash Moisture Residu (Org) Total

Weight [g] 17,6 0 21,09 38,69

Cons[%W] 45,49 0,00 54,51 100,00

Mass Balance

• Masuk Biomassa

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 87,10 11,46 1,46 100,02

Solven

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 0 200,3 0 200,3

Katalis Na2CO3

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 0 0 0 0

Nitrogen (gram) 25,40

Total 325,72

• Keluar

Nitrogen 35,409

Gas-gas selain Nitrogen 11,221

Minyak 59,53

Residu (Org) 16,350

Abu 13,642

Sub Total 136,148

Air 189,57

Total 325,72

Yield Hasil Pencairan

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑔𝑎𝑠 =11,221

87,10 × 100 % = 12,88 %

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 =59,53

87,10 × 100 % = 68,34 %

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 =16,35

87,10 × 100 % = 18,77 %

Page 73: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

58

Record Operation Autoclave Run 3

Waktu Temperature Liquid (°C) Pressure (MPa) Keterangan

12.27 26 3 12.37 39 3,2 12.47 76 3,6 12.57 129 4,2 13.07 179 5 13.17 271 7,3 13.27 307 10,9 13.37 319 13,5 13.47 325 15,5 13.57 335 17,2 14.07 341 18,7 14.17 360 21,3 14.22 371 22,7 Hold Time Reaction

14.32 372 22,7 10 Min

14.42 372 24,2 20 Min

14.52 372 24,7 30 Min

15.02 372 25,1 40 Min

15.12 372 25,6 50 Min

15.22 372 26 60 Min

Page 74: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

59

Run 4 (3 MPa + katalis Na2CO3)

Tabel 8.1 Bahan yang dimasukkan ke dalam reaktor

Feed Charging Weight (gram)

Cangkang Kelapa Sawit 200 mesh 100,01

Aquadest

katalis Na2CO3

201,61

5,0

Total 306,44

Tabel 8.2 Kondisi Operasi reaktor

Initial Pressure

(MPa)

Reaction Temp. (°C) Hold Time (min) Agitator Speed

(rpm)

3 370 60 500

Tabel 8.3 Kuantitas Gas

Before Test: 3 Mpa

Gas Meter Condition Initial Final

Temperatur (°C) 26 26

Flow Rate (L) 36032,7 36046,3

After Test: 3,8 Mpa

Temperatur (°C) 28 28

Flow Rate (L) 36046,3 36054,6

Tabel 8.4 Pengambilan Produk

Berat Awal Berat Akhir Total Produk

Wadah 3188 3434 246

Lap 69,50 127,5 58

Tabel 8.5 Hasil Distilasi

Hasil Berat (gram)

Air 170

Middle Oil 0,5

Heavy Oil 4,0

Residu 21,5

Total 196

Tabel 8.6 Hasil Gas

Gas Sampel 1 Sampel 2 Rata-rata Revisi

N2 42,6003 46,5844 44,592 44,592

H2 24,8286 18,6246 21,727 21,727

CO 2,3462 1,4491 1,898 1,898

CO2 20,9108 22,7118 21,811 21,811

CH4 (TCD) 9,2141 10,6302 9,972 9,972

C2H4 n.d. n.d. n.d n.d

C2H6 0,279 n.d. 0.279 0,608

C3H8 0,746 0,658 0,702 1,531

CH4 (FID) 2,346 6,8 4,573 9,972

Total 103,371 107,458 105,554 102,139

Page 75: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

60

Tabel 8.7 Analisa proksimat residu hasil distilasi

Ash Moisture Residu (Org)

Cons (%w) 17,88 2,8 79,32

Weight (gram) 3,84 0,6 17,05

Tabel 8.8 Residu murni yang dihasilkan

Ash Moisture Residu (Org) Total

Weight [g] 17,88 0 17,05 34,93

Cons[%W] 51,18 0,00 48,82 100,00

Mass Balance

• Masuk Biomassa

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 87,09 11,46 1,46 100,01

Solven

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 0 201,61 0 201,61

Katalis Na2CO3

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 4,975 0,025 0 5,0

Nitrogen (gram) 25,36

Total 331,98

• Keluar

Nitrogen 13,780

Gas-gas selain Nitrogen 11,813

Minyak 62,56

Residu (Org) 12,713

Abu 13,329

Sub Total 114,98

Air 217,78

Total 331,98

Yield Hasil Pencairan

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑔𝑎𝑠 =11,813

87,09 × 100 % = 13,56 %

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 =62,56

87,09 × 100 % = 71,84 %

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 =12,713

87,09 × 100 % = 14,60 %

Page 76: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

61

Record Operation Autoclave Run 4

Waktu Temperature Liquid (°C) Pressure (MPa) Keterangan

10.52 26 3

11.42 248 3,8

11.52 270 5,3

12.02 289 6,9

12.12 302 8,3

12.22 313 9,9

12.32 321 11

12.42 327 12,2

12.52 335 13,5

13.02 341 14,7

13.12 350 16,6

13.22 354 17,8

13.32 355 18,9

13.42 358 19,5

13.52 358 19,6

14.02 362 20,2

14.12 369 21,3

14.17 370 21,4 Hold Time Reaction

14.27 371 21,6 10 Min

14.37 369 21,6 20 Min

14.47 369 21,7 30 Min

14.57 369 21,8 40 Min

15.07 370 22 50 Min

15.17 371 22,1 60 Min

Page 77: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

62

Run 5 (2 MPa + tanpa katalis)

Tabel 9.1 Bahan yang dimasukkan ke dalam reaktor

Feed Charging Weight (gram)

Cangkang Kelapa Sawit 200 mesh 100,03

Aquadest 200,07

Total 300,10

Tabel 9.2 Kondisi Operasi reaktor

Initial Pressure

(MPa)

Reaction Temp. (°C) Hold Time (min) Agitator Speed

(rpm)

2 370 60 500

Tabel 9.3 Kuantitas Gas

Before Test: 2 Mpa

Gas Meter Condition Initial Final

Temperatur (°C) 26 26

Flow Rate (L) 36075,78 36091,19

After Test: 2,8 Mpa

Temperatur (°C) 28 28

Flow Rate (L) 36091,19 36115,108

Tabel 9.4 Pengambilan Produk

Berat Awal Berat Akhir Total Produk

Wadah 1892,5 2169,5 277

Lap 56,05 80,42 24,37

Tabel 9.5 Hasil Distilasi

Hasil Berat (gram)

Air 107

Middle Oil 1,5

Heavy Oil 5,0

Residu 28

Total 141,5

Tabel 9.6 Hasil Gas

Gas Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Rata-rata Revisi

N2 69,1629 67,5756 66,262 68,369 68,369

H2 6,5982 7,3781 8,156 7,378 7,378

CO 0,8995 0,9331 0,957 0,930 0,930

CO2 18,1506 18,7683 19,167 18,695 18,695

CH4 (TCD) 5,1888 5,3448 5,458 5,331 5,331

C2H4 n.d. n.d. n.d n.d n.d

C2H6 n.d n.d. n.d n.d n.d

C3H8 1 0,999 0,999 0,999 0,999

CH4 (FID) n.d n.d n.d n.d n.d

Total 101 100,9989 100,999 101,702 101,702

Page 78: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

63

Tabel 9.7 Analisa proksimat residu hasil distilasi

Ash Moisture Residu (Org)

Cons (%w) 17,0 2,8 80,2

Weight (gram) 6,72 1,11 31,68

Tabel 9.8 Residu murni yang dihasilkan

Ash Moisture Residu (Org) Total

Weight [g] 17,0 0 31,68 48,68

Cons[%W] 34,92 0,00 65,08 100,00

Mass Balance

• Masuk Biomassa

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 87,11 11,46 1,46 100,03

Solven

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 0 200,07 0 200,07

Katalis Na2CO3

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 0 0 0 0

Nitrogen (gram) 17,24

Total 317,34

• Keluar

Nitrogen 17,301

Gas-gas selain Nitrogen 7,376

Minyak 58,59

Residu (Org) 21,135

Abu 11,342

Sub Total 115,749

Air 201,60

Total 317,34

Yield Hasil Pencairan

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑔𝑎𝑠 =7,376

87,11 × 100 % = 8,47 %

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 =58,59

87,11 × 100 % = 67,27 %

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 =21,135

87,11 × 100 % = 24,26 %

Page 79: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

64

Record Operation Autoclave Run 5

Waktu Temperature Liquid (°C) Pressure (MPa) Keterangan

10.53 25 2

11.03 31 2,1

11.13 69 2,4

11.23 122 2,9

11.33 167 3,4

11.43 223 4,9

11.53 294 8,1

12.03 315 11

12.13 324 13,4

12.23 335 15,4

12.33 349 18

12.43 370 21,8 Hold Time Reaction

12.53 369 21,9 10 Min

13.03 369 22,7 20 Min

13.13 369 23,4 30 Min

13.23 368 24 40 Min

13.33 368 24,6 50 Min

13.43 367 25 60 Min

Page 80: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

65

Run 6 (2 MPa + katalis Na2CO3)

Tabel 10.1 Bahan yang dimasukkan ke dalam reaktor

Feed Charging Weight (gram)

Cangkang Kelapa Sawit 200 mesh 100,02

Aquadest

katalis Na2CO3

200,02

5,0

Total 305,04

Tabel 10.2 Kondisi Operasi reaktor

Initial Pressure

(MPa)

Reaction Temp. (°C) Hold Time (min) Agitator Speed

(rpm)

2 370 60 500

Tabel 10.3 Kuantitas Gas

Before Test: 2 Mpa

Gas Meter Condition Initial Final

Temperatur (°C) 26 26

Flow Rate (L) 36142,5 36148,3

After Test: 2,8 Mpa

Temperatur (°C) 28 28

Flow Rate (L) 36148,3 36156,7

Tabel 10.4 Pengambilan Produk

Berat Awal Berat Akhir Total Produk

Wadah 1892,5 2142 249,5

Lap 50,52 59,63 9,11

Tabel 10.5 Hasil Distilasi

Hasil Berat (gram)

Air 148,5

Middle Oil 1,0

Heavy Oil 6,5

Residu 28

Total 184

Tabel 10.6 Hasil Gas

Gas Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Rata-rata Revisi

N2 47,019 46,1003 45,925 46,560 46,560

H2 30,3949 30,6444 31,414 30,818 30,818

CO 0,2706 0,2798 0,305 0,285 0,285

CO2 17,3193 17,859 17,351 17,510 17,510

CH4 (TCD) 4,9662 5,1166 4,986 5,023 5,023

C2H4 0,0716 0,073 0,075 0,072 0,135

C2H6 0,4519 0,468 0,474 0,465 869

C3H8 0,727 0,422 0,478 0,542 1,015

CH4 (FID) 2,64 2,685 2,731 2,685 5,023

Total 103,8605 103,6481 103,74 103,96 102,215

Page 81: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

66

Tabel 10.7 Analisa proksimat residu hasil distilasi

Ash Moisture Residu (Org)

Cons (%w) 17,88 2,8 79,32

Weight (gram) 6,17 0,97 27,37

Tabel 10.8 Residu murni yang dihasilkan

Ash Moisture Residu (Org) Total

Weight [g] 17,88 0 27,37 45,25

Cons[%W] 39,52 0,00 60,48 100,00

Mass Balance

• Masuk Biomassa

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 87,10 11,46 1,46 100,01

Solven

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 0 200,02 0 201,61

Katalis Na2CO3

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 4,975 0,025 0 5,0

Nitrogen (gram) 17,11

Total 322,15

• Keluar

Nitrogen 17,109

Gas-gas selain Nitrogen 10,70

Minyak 58,84

Residu (Org) 17,553

Abu 11,469

Sub Total 115,676

Air 206,47

Total 322,15

Yield Hasil Pencairan

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑔𝑎𝑠 =10,70

87,10 × 100 % = 12,28 %

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 =58,84

87,10 × 100 % = 67,56 %

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 =17,553

87,10 × 100 % = 20,15 %

Page 82: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

67

Record Operation Autoclave Run 6

Waktu Temperature Liquid (°C) Pressure (MPa) Keterangan

12.47 26 2

12.57 37 2,1

13.07 77 2,5

13.17 127 3

13.27 180 3,6

13.37 272 6,7

13.47 307 9,9

13.57 326 13,2

14.07 334 15,4

14.17 345 17,4

14.27 362 20,3

14.32 372 22 Hold Time Reaction

14.42 369 23,7 10 Min

14.52 368 25 20 Min

15.02 367 26 30 Min

15.12 364 26,3 40 Min

15.22 365 26,8 50 Min

15.32 368 27,4 60 Min

Page 83: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

68

Run 7 (1 MPa + tanpa katalis)

Tabel 11.1 Bahan yang dimasukkan ke dalam reaktor

Feed Charging Weight (gram)

Cangkang Kelapa Sawit 200 mesh 100,02

Aquadest 200,09

Total 300,11

Tabel 11.2 Kondisi Operasi reaktor

Initial Pressure

(MPa)

Reaction Temp. (°C) Hold Time (min) Agitator Speed

(rpm)

1 370 60 500

Tabel 11.3 Kuantitas Gas

Before Test: 1 Mpa

Gas Meter Condition Initial Final

Temperatur (°C) 26 26

Flow Rate (L) 36219,62 36233,48

After Test: 1 Mpa

Temperatur (°C) 28 28

Flow Rate (L) 36233,48 36235,25

Tabel 11.4 Pengambilan Produk

Berat Awal Berat Akhir Total Produk

Wadah 1892,5 2169,5 277

Lap 56,05 62,99 6,94

Tabel 11.5 Hasil Distilasi

Hasil Berat (gram)

Air 77,5

Middle Oil 0,5

Heavy Oil 6,5

Residu 35,5

Total 120

Tabel 11.6 Hasil Gas

Gas Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Rata-rata Revisi

N2 49,1525 50,7526 49,352 49,953 49,953

H2 11,4271 11,0587 11,248 11,245 11,245

CO 1,2025 1,1681 1,186 1,186 1,186

CO2 25,6271 24,7709 25,746 25,381 25,381

CH4 (TCD) 5,1888 5,3448 5,458 5,331 5,331

C2H4 0,08 0,078 0,08 0,079 0,079

C2H6 0,647 0,63 0,645 0,641 0,641

C3H8 0,34 0,343 0,348 0,344 0,344

CH4 (FID) 5,56 5,491 n.d 5,526 5,526

Total 99,225 99,6371 94,064 99,684 99,684

Page 84: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

69

Tabel 11.7 Analisa proksimat residu hasil distilasi

Ash Moisture Residu (Org)

Cons (%w) 17,0 2,8 80,2

Weight (gram) 6,04 0,99 28,47

Tabel 11.8 Residu murni yang dihasilkan

Ash Moisture Residu (Org) Total

Weight [g] 17,0 0 28,47 45,47

Cons[%W] 37,39 0,00 62,61 100,00

Mass Balance

• Masuk Biomassa

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 87,10 11,46 1,46 100,02

Solven

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 0 200,09 0 200,09

Katalis Na2CO3

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 0 0 0 0

Nitrogen (gram) 9,02

Total 309,13

• Keluar

Nitrogen 9,028

Gas-gas selain Nitrogen 6,755

Minyak 57,53

Residu (Org) 22,813

Abu 13,622

Sub Total 109,748

Air 199,39

Total 309,13

Yield Hasil Pencairan

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑔𝑎𝑠 =6,755

87,10 × 100 % = 7,76 %

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 =57,53

87,10 × 100 % = 66,05 %

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 =22,813

87,10 × 100 % = 26,19 %

Page 85: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

70

Record Operation Autoclave Run 7

Waktu Temperature Liquid (°C) Pressure (MPa) Keterangan

12.21 26 1

12.31 39 1,2

12.41 84 1,4

12.51 131 1,6

13.01 178 2,3

13.11 256 4,4

13.21 291 7,5

13.31 309 10,1

13.41 323 12,1

13.51 334 14,2

14.01 343 16

14.11 360 18,9

14.21 365 20,9 Hold Time Reaction

14.31 365 22 10 Min

14.41 365 22,7 20 Min

14.51 362 23,2 30 Min

15.01 364 23,9 40 Min

15.11 369 24,8 50 Min

15.21 373 25,8 60 Min

Page 86: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

71

Run 8 (1 MPa + katalis Na2CO3)

Tabel 12.1 Bahan yang dimasukkan ke dalam reaktor

Feed Charging Weight (gram)

Cangkang Kelapa Sawit 200 mesh 100,01

Aquadest

katalis Na2CO3

200,09

5,01

Total 305,11

Tabel 12.2 Kondisi Operasi reaktor

Initial Pressure

(MPa)

Reaction Temp. (°C) Hold Time (min) Agitator Speed

(rpm)

1 370 60 500

Tabel 12.3 Kuantitas Gas

Before Test: 1 Mpa

Gas Meter Condition Initial Final

Temperatur (°C) 26 26

Flow Rate (L) 36219,62 36233,48

After Test: 2,17 Mpa

Temperatur (°C) 28 28

Flow Rate (L) 36233,48 36235,25

Tabel 12.4 Pengambilan Produk

Berat Awal Berat Akhir Total Produk

Wadah 1893 2157,5 264,5

Lap 50,06 56,74 6,68

Tabel 12.5 Hasil Distilasi

Hasil Berat (gram)

Air 148,5

Middle Oil 3,0

Heavy Oil 6,0

Residu 35,5

Total 193

Tabel 12.6 Hasil Gas

Gas Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Rata-rata Revisi

N2 40,3359 38,0325 49,352 39,184 39,184

H2 32,0514 33,4002 11,248 32,726 32,726

CO 0,483 0,5061 0,495 0,495 0,495

CO2 19,4523 20,1705 25,746 19,811 19,811

CH4 (TCD) 7,6774 7,8907 7,784 7,784 7,784

C2H4 0,396 0,08 0,08 0,238 0,453

C2H6 0,045 0,473 0,645 0,259 0,492

C3H8 0,554 0,443 0,498 0,498 0,947

CH4 (FID) 3,955 4,233 n.d 4,094 7,784

Total 104,95 105,2285 94,064 105,089 109,976

Page 87: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

72

Tabel 12.7 Analisa proksimat residu hasil distilasi

Ash Moisture Residu (Org)

Cons (%w) 18,93 2,8 78,27

Weight (gram) 6,72 0,99 27,79

Tabel 12.8 Residu murni yang dihasilkan

Ash Moisture Residu (Org) Total

Weight [g] 18,93 0 27,79 46,72

Cons[%W] 40,52 0,00 59,48 100,00

Mass Balance

• Masuk Biomassa

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 87,09 11,46 1,46 100,01

Solven

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 0 200,09 0 200,09

Katalis Na2CO3

daf Moisture Ash Total

Weight (gram) 4,98 0,03 0 5,01

Nitrogen (gram) 8,97

Total 314,08

• Keluar

Nitrogen 8,964

Gas-gas selain Nitrogen 7,608

Minyak 57,83

Residu (Org) 21,648

Abu 14,748

Sub Total 110,801

Air 203,28

Total 314,08

Yield Hasil Pencairan

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑔𝑎𝑠 =7,608

87,09 × 100 % = 8,74 %

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 =57,83

87,09 × 100 % = 66,41 %

𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 =21,648

87,09 × 100 % = 24,86 %

Page 88: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

73

Record Operation Autoclave Run 8

Waktu Temperature Liquid (°C) Pressure (MPa) Keterangan

13.29 26 1

13.39 41 1,2

13.49 78 1,4

13.59 125 1,7

14.09 195 2,6

14.19 265 5,5

14.29 303 8,8

14.39 325 12,4

14.49 344 15,7

14.59 364 19,7

15.03 370 21,4 Hold Time Reaction

15.13 367 23,3 10 Min

15.23 365 23,6 20 Min

15.33 363 23,9 30 Min

15.43 365 24,4 40 Min

15.53 367 24,9 50 Min

16.03 368 25,2 60 Min

Page 89: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

74

Lampiran 2. Alat dan bahan dalam Penelitian

Gambar 19. Cangkang Kelapa Sawit Gambar 20. Proses penghancuran

Gambar 21. Shieve Shaker Gambar 22. Cangkang 200 mesh

Gambar 23. Cangkang 100 mesh Gambar 24. Cangkang 60 mesh

Page 90: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

75

Gambar 25. Neraca Analitik Gambar 26. Neraca Analitik

Gambar 27. Furnace Gambar 28. Oven

Gambar 29. Cawan Crucible Gambar 30. Katalis Na2CO3

Gambar 31. Penimbangan Bahan Baku

Page 91: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

76

Gambar 32. Reaktor Autoclave 1L Gambar 33. Reactor Control Panel

Gambar 34. Gas Sampling Bag Gambar 35. GC-TCD

Gambar 36. Distilasi Vakum Gambar 37. Hasil Distilasi

Page 92: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

77

Lampiran 3. Diagram Alir Penelitian

Analisis Karakteristik Bahan Baku

Biomassa Cangkang Kelapa Sawit

Analisa Proksimat

Kadar Air, Kadar Abu,

Kadar Zat Terbang, Kadar

Karbon Tetap

Analisis Ultimat

Karbon, Hidrogen,

Nitrogen, Oksigen

Persiapan sampel Cangkang Kelapa

Sawit

Cangkang Kelapa Sawit

dihancurkan dengan

mixer mill, kemudian

disaring 60, 100, dan 200

mesh dengan shieve

shaker

Pencairan Cangkang Kelapa Sawit

dengan reaktor autoklaf 1 Liter

Hasil minyak

difraksinasi

menggunakan

distilasi vakum

dan dianalisa

dengan GC-MS

Hasil gas

dianalisa

dengan GC-

FID dan GC-

TCD.

Page 93: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

BIODATA MAHASISWA

IDENTITAS PRIBADI

Nama Lengkap : Risna Ayu Fadilah

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Januari 1994

NIM : 1113096000048

Anak ke : 2 dari 2 bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Haji Ung No. 229 A, RT.008/04

Utan Panjang, Kemayoran, Jakarta Pusat

Telp/HP. : 085810460797

Email : [email protected]

Hobby/ Keahlian (softskill) : Membaca

PENDIDIKAN FORMAL

Sekolah Dasar : SDN Cempaka Baru 02 Lulus tahun 2005

Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 10 Jakarta Lulus tahun 2008

SLTA/SMK : SMA Negeri 5 Jakarta Lulus tahun 2011

PENDIDIKAN NON FORMAL

Kursus/Pelatihan

1. Awareness Training for

Hazard Analysis and Critical

Control Point (HACCP)

: No. Sertifikat AT-HACCP/12.2K16/RPT-

BOG/2926

2. Awareness Training for Food

Safety Management System

Based on ISO 22000:2005

: No. Sertifikat AT-FSMS/12.2K16/RPT-

BOG/2901

3. Awareness Training for Good

Manufacturing Practices

(GMP)

: No. Sertifikat AT-GMP/12.2K16/RPT-

BOG/2951

4. Pelatihan Sistem Manajemen

Mutu Berbasis ISO 9001:2008

: No. Sertifikat 067/ISP-S/V/2017

Page 94: PENCAIRAN HIDROTERMAL BIOMASSA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47788...Biomassa cangkang kelapa sawit diketahui memiliki kandungan lignin, hemiselulosa, dan selulosa

5. Pelatihan Sistem Manajemen

Laboratorium Berbasis ISO

17025:2005

: No. Sertifikat 068/ISP-S/V/2017

PENGALAMAN ORGANISASI :

1. Himpunan Mahasiswa Kimia : Jabatan Anggota Tahun 2013-2014

2. Himpunan Mahasiswa Kimia : Jabatan Anggota Tahun 2014-2015

PENGALAMAN KERJA

1. Praktek Kerja Lapangan (PKL) : Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi

DKI Jakarta

Judul PKL Penentuan Kadar Natrium

Benzoat Dan Natrium Sakarin Dengan

Metode KCKT

SEMINAR/LOKAKARYA

1. Peningkatan Kapasitas

Keilmuan dan Penelitian

Bidang Biokimia dan

Bioteknologi Menuju

Kemandirian Bangsa

Mei/2014 Sertifikat Pemakalah ada

2. Keamanan dan Keselamtan

Kerja di Laboratorium Kimia

dan Pengenalan Android untuk

Pembelajaran Kimia di

Laboratorium

September/2013 Sertifikat Pemakalah ada