pencapan rintang dengan zat warna reaktif pada kain kapas dengan zat perintang resin

40
I. MAKSUD DAN TUJUAN 1.1 Maksud Maksud dari dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui hasil pencapan rintang yang dilakukan dengan menggunakan zat warna reaktif pada kain kapas dengan zat perintang resin. 1.2 Tujuan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendapatkan hasil pencapan kapas menggunakan zat warna reaktif yang merata dan permanen dengan perintang resin. II. TEORI DASAR 2.1 Serat Kapas Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat tumbuh-tumbuhan yang tergolong kedalam serat selulosa alam yang diambil dari buahnya. Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk dalam jenis Gossypium. Species yang berkembang menjadi tanaman industri kapas ialah Gossypium hirstum, yang kemudian dikenal sebagai kapas Upland atau kapas Amerika. Serat kapas merupakan sumber bahan baku utama pembuat kain katun termasuk kain rajut bahan pembuat kaos murah.

Upload: muhamad-luthfi

Post on 18-Jul-2016

839 views

Category:

Documents


163 download

DESCRIPTION

tekstil laporan pencapan rintang dengan zat warna reaktif, resep pencapan

TRANSCRIPT

I. MAKSUD DAN TUJUAN

1.1 Maksud

Maksud dari dilakukannya percobaan

ini adalah untuk mengetahui hasil pencapan

rintang yang dilakukan dengan

menggunakan zat warna reaktif pada kain

kapas dengan zat perintang resin.

1.2 Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah

untuk mendapatkan hasil pencapan kapas

menggunakan zat warna reaktif yang merata dan permanen dengan perintang resin.

II. TEORI DASAR

2.1 Serat Kapas

Serat kapas merupakan serat alam yang

berasal dari serat tumbuh-tumbuhan yang

tergolong kedalam serat selulosa alam yang

diambil dari buahnya. Serat kapas dihasilkan dari

rambut biji tanaman yang termasuk dalam jenis

Gossypium. Species yang berkembang menjadi

tanaman industri kapas ialah Gossypium hirstum,

yang kemudian dikenal sebagai kapas Upland atau kapas Amerika. Serat kapas

merupakan sumber bahan baku utama pembuat kain katun termasuk kain rajut bahan

pembuat kaos murah.

2.1.1 Struktur Fisik Serat Kapas

Bentuk dan ukuran penampang melintang serat kapas dipengaruhi oleh tingkat

kedewasaan serat yang dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding sel. Serat makin dewasa

dinding selnya makin tebal.Untuk menyatakan

kedewasaan serat dapat dipergunakan

perbandingan antara tebal dinding dengan

diameter serat.Serat dianggap dewasa apabila

tebal dinding lebih dari lumennya.

Pada satu biji kapas banyak sekali serat,

yang saat tumbuhnya tidak bersamaan sehingga

menghasilkan tebal dinding yang tidak sama. Seperlima dari jumlah serat kapas normal

adalah serat yang belum dewasa. Serat yang belum dewasa adalah serat yang

pertumbuhannya terhenti karena suatu sebab,misalnya kondisi pertumbuhan yang jelek,

letak buah pada tanaman kapas dimana bnuah yang paling atas tumbuh paling akhir,

kerusakan karena serangga dan udara dingin, buah yang tidak dapat membuka dan lain-

lain. Serat yang belum dewasa kekuatannya rendah dan apabila jumlahnya terlalu

banyak, dalam pengolahan akan menimbulkan limbah yang besar.

2.1.2 Struktur Kimia Serat Kapas

Apapun sumbernya derivat selulosa secara prinsif memiliki struktur kimia yang

sama. Hal ini bisa terlihat pada analisa hidrolisis, asetolisis dan metilasi yang

menunjukan bahwa selulosa pada dasarnya mengandung residu

anhidroglukosa. Subsequent tersebut menyesun molekul glukosa(monosakarida) dalam

bentuk  β-glukopironase dan berikatan bersama-sama yang dihubungkan pada posisi 1

dan 4 atom karbon molekulnya. Formula unit pengulanganya menyerupai selobiosa

(disakarida) yang kemudian membentuk selulosa (polisakarida).

2.1.3 Sifat Fisika Serat Kapas

Warna

Warna serat kapas secara umum adalah putih cream, tetapi sesungguhnya

terdapat bermacam-macam warna putih.Pengaruh mikroorganisme menyebabkan

warna kapas menjadi suram. Dalam kondisi  cuaca yang jelek , warna kap[as

menjadi sangat gelap abu-abu kebiruan. Kapas yang pertumbuhannya terhenti

akan berwarna kekuningan. Warna

kapas merupakan salah satu factor

penentu grade.

Kekuatan

Kekuatan serat kapas terutama

dipengaruh oleh kadar selulosa dalam

serat, panjang rantai dan orientasinya.

Kekutan serat kapas perbundel rata-

rata adalah 96.700 pound per inci2 dengan minimum  70.000 dan maksimum

116.000 pound per inci2. Kekuatan serat bukan kapas pada umumnya

menurundalam keadaan basah, tetapi sebaliknya kekuatan serat kapas dalam

keadaan basah makin tinggi.

Mulur

Mulur saat putus  serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa

alam, kira-kira dua kali mulur rami. Diantara serat alam hanya sutera dan wol

yang mempunyai mulur lebih tinggi dari kapas. Mulur serat kapas berkisar  4 –

13 % bergantung pada jenisnya dengan mulur rata-rata 7 %.

Moisture Regain

Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan air mempunyai

pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat.Serat kapas yang sangat kering bersifat

kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat kapas bervariasi

dengan perubahan kelembaban relatif atmosfir sekelilingnya. Moiture regain

serat kapas pada kondisi standar berkisar antara 7 - 8,5 %

2.1.4 Sifat Kimia Serat Kapas

Serat kapas sebagian besar tersusun atas selulosa maka sifat-sifat kimia kapas

sama dengan sifat kimia selulosa. Serat kapas umumnya tahan terhadap kondisi

penyimpanan, pengolahan dan pemakaian yang normal, tetapi beberapa zat

pengoksidasi dan penghidrolisa menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan

kekuatan.

Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksiselulosa biasanya terjadi

dalam proses pemutihan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau

pemanasan yang lama suhu diatas 140oC.

Pencampuran antara dua serat yang berbeda jenisnya baik untuk benang maupun

untuk kain yang sering dilakukan .Tujuan dari pencampuran adalah untuk

meningkatkan kenampakan dan

kemampuan kain yang dibentuk .Kelebihan

dan kekurangan dari sifat-sifat serat yang

membentuk akan saling mempengaruhi dan

saling memperbaiki .Oleh karena itu serat

campuran biasanya dari serat sintetik kain

yang dibentuk lebih ringan,dan kain dari

serat-serat alam.

2.2 Zat Warna Reaktif

Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi

dengan serat, sehingga zat warna tersebut merupakan bagian daripada serat.Oleh

karena itu hasil pencelupan dengan menggunakan zat warna reaktif mempunyai

ketahanan cuci yang sangat baik. Demikian pula karena berat molekul zat warna

reaktif kecil maka kilapnya akan lebih baik daripada zat warna direk.

Stuktur zat warna reaktif yang larut dalam air mempunyai bagian-bagian dengan

fungsi tertentu. Kromofor zat warna reaktif biasanya system azoAkinon. Dengan berat

molekul yang kecil menyebabkan daya serap zat warnanya kecil dan menimbulkan

warna –warna yang muda. Adanya gugus penghubung dapat mempengaruhi daya serap

dan ketahanan zat warna terhadap asam dan basa. Gugusan –gugusan reaktif

merupakan bagian zat warna yang mudah bereaksi dengan serat.

Disamping terjadi reaksi antar zat warna dan serat dengan membentuk ikatan

primer kovalen yang merupakan ikatan pseudoester atau eter, molekul airpun dapat

juga mengadakan reaksi hidrolisa dengan molekul zat warna, dengan memberikan

komponen zat warna yang tidak reaktif lagi.

2.3 Pencapan

Pencapan adalah suatu proses pelekatan zat warna secara setempat pada kain,

sehingga menimbulkan corak-corak tertentu. Pelekatan zat warna ini lebih banyak

bersifat fisika-kimia.

Golongan zat warna yang digunakan untuk pencapan sama seperti golongan zat

warna untuk pencelupan kain. Selain itu pada pencapan, bermacam-macam golongan

zat warna dapat dipakai bersama-sama dalam pencapan satu kain, tanpa saling

mempengaruhi warna aslinya.

Kain sebelum dicap perlu

mendapatkan pengerjaan

pendahuluan, misalnya pembakaran

bulu, pemasakan, pengelantangan

atau lainnya.Pengerjaan

pendahuluan yang kurang sempurna

akan menghasilkan pencapan yang kurang sempurna juga.

Sesuai dengan alat/ mesin yang digunakan dalam pencapan, maka dikenal :

Pencapan semprot ( spray – printing )

Pencapan blok ( Block – printing )

Pencapan perrotine ( Perrotine – printing )

Pencapan rambut serat ( Flock – printing )

Pencapan kasa/sablon ( Screen – printing )

Pencapan rol ( Roller – printing )

Pencapan transfer ( Transfer – printing )

2.3.1 Prosedur pencapan

Prosedur atau urutan pada pencapan meliputi pengerjaan-pengerjaan :

Pembuatan pasta cap

Pada pencapan, zat warna yng dilekatkan pada bahan/ kain berbentuk pasta cap.

Pasta cap biasanya terdiri dari zat warna, zat pengental, zat-zat pembantu dan air.

Pencapan pada bahan atau kain

Pelekatan pasta cap pad bahan/kain dapt dilakukan dengan alat semprot, alat blok,

alat perrotine, alat flock, screen/sablon roll atau alat transfer. Macam alat yang

digunakan akan mempengaruhi ketentuan vicositas pasta cap, macam pengental dan

macam gambar/motif yang dapat dicap. Selain itu alat cap yang akan digunakan juga

mempengaruhi macam zat warna yang dapat digunakan dan kapasitas produksi.

Pengeringan

Pengeringan pada kain yang telah dicap

merupakan suatu keharusan. Pengeringan

berfungsi untuk mencegah zat warna

keluar dari corak-corak yang telah

ditentukan pada pencapan.

Ada beberapa cara untuk mengeringkan

kain yang telah dicap, yaitu :

1. Digantungkan pada ruangan yang teduh

2. Digantungkan diruangan yang dialiri udara

panas

3. Dikeringkan dengan mesin pengering

Pengeringan kain tidak boleh terlalu

kering dan harus dijaga agar zat warna yang

telah dilekatkan pada kain tidak akan terpengaruhi/ berubah.

Pemberian uap/ fiksasi

Pemberian uap (steaming) pada kain cap yang telah dikeringkan bertujuan untuk

memperbesar penetrasi zat warna kedalam serat. Pemberian uap dilakukan pada

mesin steaming yang suhunya diatas 1000C. Pada pemberian uap, zat warna yang

telah dilekatkan pada permukaan kain akan menyerap uap air dan membentuk

larutan yang pekat, sehingga mengakibatkan terjadinya proses pencelupan setempat.

Penggunaan air yang terlalu jenuh atau pasta cap terlalu banyak mengandung zat

higroskopis misalnya gliserin atau urea, akan menyebabkan pasta cap menjadi

terlalu encer, sehingga zat warna akan melebar keluar dari corak cap.

Waktu dan suhu pengerjaan pemberian uap akan sangat bergantung dari macam

zat warna yang digunakan dan kwalitas/macam kain yang dicap. Pembangkitan atau

fiksasi dilakukan setelah proses pemberian uap. Proses ini perlu dikerjakan pada

pencapan dengan zat warna yang perlu dibangkitkan/ difiksasi seperti zat warna

bejana, zat warna reaktif, dan zat warna rapid. Untuk zat warna tertentu, proses

pembangkitan/fiksasi juga dapat dikerjakan/terjadi bersama-sama pada waktu proses

pemberian uap.

Penyabunan

Proses pencucian berfungsi untuk menghilangkan pengental, zat warna yang

berlebihan atau tidak terbangkitkan/terfiksasi, dan zat-zat lainnya. Proses pencucian

dilakukan setelah proses pemberian uap, atau proses pembangkitan/fiksasi. Proses

pencucian dapat berupa pengerjaan dengan air panas atau pengerjaan denagn air

panas yang mengandung sabun/ detergen dengan alkali (natrium karbonat).

Pencucian sedapat mungkin dilakukan dalam keadaan terbuka lebar, yaitu untuk

mencegah terjadinya penodaan.

2.3.2 PengentalUntuk mencegah tejadinya

pelebaran motif pada proses pencapan,

diperlukan suatu zat yang dapat

memberikan kekentalan tertentu pada

pasta zat warna, yaitu dengan jalan

menambahkan pasta pengental.

Syarat – syarat penting yang harus dimiliki oleh suatu pengental adalah sbb :

1. Mempunyai daya lekat yang baik.

2. Dapat memindah kan zat warna sebanyak mungkin dan rata pada permukaan bahan.

3. Tidak pecah/ rusak selama proses pencapan berlangsung.

4. Dapat menahan pencapan larutan zat warna sedemikian rupa diperoleh batas – batas

motif yang tajam.

5. Dapat bercampur baik dengan zat warna dan zat – zat pembantu tetapi tidak

mengadakan reaksi dan interaksi.

6. Mudah dihilangkan pada waktu pencucian.

7. Tidak berwarna.

2.4 Pencapan Rintang

Pencapan rintang adalah proses pencapan dengan menggunakan suatu zat

perintang, baik yang bersifat rintang mekanik maupun rintang kimia, sehingga apabila

kemudian dicelup atau dicap tumpang maka bagian yang dicap rintang tidak akan

memberikan warna tumpang.

Pencapan rintang ( resist/reserve printing ) analog dengan pencapan etsa, yaitu

meniadakan zat warna tertentu. Dalam pencapan rintang zat warna yang akan masuk

dihalangi oleh zat perintang sehingga tidak terjadi fiksasi zat warna. Jadi dalam

pencapan rintang kain dicap dulu dengan pasta yang mengandung zat perintang,

kemudian dicelup dengan zat warna yang tidak tahan zat perintang. Apabila kedalam

pasta cap ditambahkan zat warna disebut rintang warna, apabila tidak ditambahkan zat

warna disebut rintang putih.

Setelah dicap dengan pasta yang diberi zat perintang, kain keseluruhan kemudian

diwarnai ( dicelup pad atau dicap blok ), menggunakan zat warana yang tidak tahan

terhadap zat perintang tadi, sehingga tidak terjadi fiksasi.

Jenis zat perintang dapat bekerja secara kimia dan fisika :

1.mZat perintang yang ditambahkan dapat

bekerja secara fisika, secara kimia atau

keduanya. Zat perintang yang bekerja

secara fisika misalnya lilin ( wax ),

lemak, resin, pengental dan pigmen

seperti kaolin, ZnO, TiO2, atau BaSO4.

2. Zat perintang yang bekerja secara kimia

termasuk bermacam – macam zat kimia seperti asam, alkali, garam, zat

pengoksidasi, dan zat pereduksi.

Pemberian warna dasar pada kain yang sudah dicap dengan pasta rintang harus

secepat mungkin, supaya zat perintang tidak larut. Untuk pencelupan dipergunakan

padder ( nip padding ) yang dapat mengurangi waktu kontak dan menghindarkan

bleeding dari zat perintang.

Pencapan rintang secara kimia ialah menggunakan suatu zat kimia yang

dicampurkan kedalam pasta cap, berfungsi untuk merusak zat warna yang dicelup atau

dicap kemudian. Sehingga zat warna tersebut tidak mempunyai afinitas lagi atau tidak

bereaksi dengan serat, menghasilkan efek rintang putih yang diinginkan.

2.5 Mekanisme pencapan

Secara garis besar pencapan rintang kimia dapat dijelaskan sebagai berikut :

Kain dicap menggunakan pasta cap yang mengandung zat perintang dan zat

warna yang tahan zat perintang. Pembangkitan untuk warna dasar dan warna motif

dapat dilakukan dengan pengukusan atau udara panas. Pada pembangkitan ini warna

dasar akan terjad fiksasi, pada motif warna dasar ini akan terhalangi fiksasinya oleh zat

perintang, sehingga pada motif hanya terjadi fiksasi yang dicapkan semula. Proses ini

terjadi pada pencapan rintang kimia.

Ada dua jenis pencapan rintang secara kimia :

1. Pencapan rintang putih

Maksud pencapan rintang putih adalah menghalangi terjadinya warna pada

bagian motif dengan jalan mecap bahan putih dengan pasta perintang. Setelah

pencelupan atau pencapan tumpang maka bagian yang dicap rintang akan tetap

berwarna putih.

2. Pencapan rintang berwarnaMaksud pencapan rintang berwarna

adalah menghalangi terjadinya warna

dasar pada bagian motif dengan jalan

mencap dengan pasta cap yang

mengandung zat warna dan zat

perintang, sehingga warna tidak dapat

timbul pada bagian motif.

Pencapan rintang secara mekanik telah lama dikenal di Indonesia, yang dikenal

sebagai proses pembatikan yang menggunakan perintang lilin atau malam.

Pencapan motif menggunakan pasta yang terdiri dari zat warna dan zat perintang

fisika seperti resin, kemudian difiksasi. Pada proses fiksasi ini juga akan terjadi

polimerisasi dari resin. Kemudian kain selulosa dilakukan pencapan atau cap blok

untuk warna dasar dengan zat warna lainnya atau sejenis dengan zat warna.

III. PERCOBAAN3.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan

Kasa screen

Meja print

Mixer

Cangkir

Pengaduk

Rakel

ZW Reaktif

Gliserin

Zat Anti Reduksi

Kanji

Stoko Rez (anti kusut)

Pengental

NaHCO3

Audigol Anti Reduksi

Air

Kain Kapas

3.2 Diagram Alir

Tokoh pahlawan pendidikan:Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie, Ki Hadjar Dewantara, Kyai Haji Ahmad Dahlan, Raden Adjeng Kartini, Dewi Sartika.

Pencapan motif (resin)Drying 100 0C 2 menit

Curing, pemanas awetan

resin 170 0C-1800C

Pencapan blok warna

dasarDryingFiksasi

steamingWash off

3.3 Resep

Pembuatan Pasta Cap Rintang Warna

Zat warna reaktif (procion T/lerafix) : 40 g

Urea/Gliserin : 20 g

Zat anti reduksi : 10 g

Kanji : 700 g

Air (Balance) : x g

1000 g

Pembuatan Pasta Rintang Putih

Stoko Rez (anti kusut) : 50 g

Kanji : 700 g

Air (Balance) : x g

1000 g

Pembuatan Pasta Cap Warna Dasar (Block)

Zat warna reaktif procion/remazol : 50 g

Urea/Gliserin : 20 g

Audigol anti reduksi : 10 g

Kanji : 700 g

NaHCO3 :20

Balance : x g

1000g

Resep pencucian :

Teepol : 2 ml/L

Na2CO3 : 2 ml/L

Temperatur : 90 ˚C selama 15 menit

Perhitungan Resep

Pembuatan pasta cap rintang warna

Zat warna reaktif (procion T/lerafix) = 40

1000x 75 = 3 g

Urea/Gliserin = 20

1000x 75 = 1,5 g

Anti reduksi = 10

1000x 75 = 0,75 g

Kanji = 7001000x 75 = 52,5 g

Pembuatan pasta rintang putih

Stoko Rez = 50

1000x 75 = 3,75 g

Kanji = 7001000x 75 = 52,5 g

Pembuatan pasta cap warna dasar (block)

Zat warna reaktif (procion T/ remazol)= 50

1000x 75 = 3,75 g

Urea/Gliserin = 20

1000x 75 = 1,5 g

Audigol nti reduksi = 10

1000x 75 = 0,75 g

Kanji = 7001000x 75 = 52,5 g

NaHCO3 = 20

1000x 75 = 1,5 g

3.4 Variasi Resep

Resep 1 2 3 4

Warna Rintang putih Rintang putih Rintang warna Rintang warna

Fiksasi Curing 1700C

2 menit,

Steaming

10 menit

Curing 1800C

2 menit,

Steaming

10 menit

Curing 1700C

2 menit,

Steaming

10 menit

Curing 1800C

2 menit,

Steaming

10 menit

3.5 Fungsi Zat

Zat warna reaktif : Memberi warna pada kain secara merata dan permanen

Urea/ gliserin : Zat higroskopis untuk menjaga kelembaban kain pada waktu proses drying dan steaming

Kanji : sebagai pengental untuk zat warna

Zat anti reduksi : Zat pencegah reduksi zat warna akibat adanya

aldehid dari pengental yang rusak.

Stoko Rez : Untuk anti kusut

NaHCO3 : Memberi suasana alkali pada pH 9-11pada pasta

cap, menetralisir asam hasil reaksi dan

membentuk ion selulosa.

Sabun : Untuk menghilangkan pengental.

Teefol : Untuk menghilangkan pengental, zat warna yang

tidak terfiksasi dan zat lain pada proses

pencucian sabun.

3.6 Cara Kerja

Pembuatan pasta cap:

Pengental dibuat dengan

dimasukkan sedikit demi sedikit

dalam air sambil diaduk dengan

mixer agar pengental tercampur

dengan homogen.

Zat warna reaktif dilarutkan dengan

air dan tambahkan zat pembantu

kedalamnya.

Pasta cap dibuat dengan

menambahkan zat warna dan zat

pembantu kedalam pengental yang

telah ditimbang sesuai kebutuhan.

Proses Pencapan:

Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka sempurna

dan konstan pada meja cap.

Screen diletakkan tepat berada pada bahan yang akan dicap.

Dengan bantuan rakel, pasta cap dituangkan pada screen pada bagian pinggir

kasa (tidak mengenai motif) secara merata pada seluruh permukaan.

Frame ditahan agar mengepres pada bahan, kemudian dilakukan proses

pencapan dengan cara memoles screen dengan pasta cap menggunakan rakel.

Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke bawah agar

dapat mendorong zat warna masuk ke motif, kemudian screen dilepaskan ke

atas.

Bahan dikeringkan pada suhu 100oC selama 2 menit.

Bahan di curing dengan suhu 170 oC dan 180 oC.

Bahan difiksasi dengan cara steaming pada suhu 105oC selama 10 menit.

Proses pencucian

Kain sampel yang untuk dicuci, dicuci dengan sabun, teefol dan air panas

dengan suhu 900C selama 15 menit.

Angkat kain dan cuci kembali dengan air dingin.

Evaluasi

1. Ketuaan warna

Kain sample atau contoh uji yang sudah dilakukan pencapan masing-

masing kain dibandingkan satu sama warnanya, sehingga akan didapat hasil nilai

evaluasi ketuaan warna.

2. Kerataan

Kain sample atau contoh uji yang sudah dilakukan pencapan masing-

masing kain dibandingkan satu sama untuk melihat kerataan, sehingga akan

didapat hasil nilai evaluasi kerataan.

3. Ketajaman motif

Kain sample atau contoh uji

yang sudah dilakukan pencapan

masing-masing kain dibandingkan satu

sama untuk melihat keluberan setiap

motif, sehingga akan didapat hasil nilai

evaluasi ketajaman motif.

4. Tahan luntur terhadap pencucian

- Kain yang sudah mengalami pencapan dipotong menjadi 2 bagian.

- Satu bagian diuji tahan luntur pencucian dengan cara dilakukan pencucian.

- Satu bagian lagi dipotong kembali menjadi 2 bagian

- Satu bagian tidak dilakukan uji apapun (sebagai contoh uji asli)

- Satu bagiannya lagi dilakukan uji tahan sinar dengan cara dijemur dibawah sinar

matahari.

5. Tahan sinar

- Kain yang sudah mengalami pencapan dipotong menjadi 2 bagian.

- Satu bagian diuji tahan luntur pencucian dengan cara dilakukan pencucian.

- Satu bagian lagi dipotong kembali menjadi 2 bagian

- Satu bagian tidak dilakukan uji apapun (sebagai contoh uji asli)

- Satu bagiannya lagi dilakukan uji tahan sinar dengan cara dijemur dibawah

sinar matahari.

Contoh :

3.7 Sample Hasil Percobaan

Sample hasil percobaan terlampir

Uji tahan cuci

Contih uji asli

Uji tahan sinar

IV. HASIL PERCOBAAN4.1 Data percobaan

Resep 1 2 3 4

Warna Rintang

putih

Rintang

putih

Rintang

warna

Rintang

warna

Fiksasi Curing

1700C

2 menit,

Steaming

10 menit

Curing

1800C

2 menit,

Steaming

10 menit

Curing

1700C

2 menit,

Steaming

10 menit

Curing

1800C

2 menit,

Steaming

10 menit

Nilai ketuaan warna 7 8 9 10

Nilai kerataan 10 9 8 7

Nilai ketajaman motif 7 8 9 10

Nilai tahan luntur cuci 7 8 9 10

Nilai tahan sinar 10 10 10 10

Nilai berdasarkan Gray scale

2 Jelek sekali

3 Jelek

4 Kurang sekali

5 Kurang

6 Cukup

7 Culup baik

8 Baik

9 Baik sekali

10 Paling baik

V. DISKUSI

Resep 1 2 3 4

Warna Rintang

putih

Rintang

putih

Rintang

warna

Rintang

warna

Fiksasi Curing

1700C

2 menit,

Steaming

10 menit

Curing

1800C

2 menit,

Steamin

g

10 menit

Curing

1700C

2 menit,

Steaming

10 menit

Curing

1800C

2 menit,

Steaming

10 menit

Nilai ketuaan warna 7 8 9 10

Nilai kerataan 10 9 8 7

Nilai ketajaman motif 7 8 9 10

Nilai tahan luntur cuci 7 8 9 10

Nilai tahan sinar 10 10 10 10

Nilai berdasarkan Gray scale

2 Jelek sekali

3 Jelek

4 Kurang sekali

5 Kurang

6 Cukup

7 Culup baik

8 Baik

9 Baik sekali

10 Paling baik

Ketuaan warna

Pada praktikum ini untuk resep 3 dan 4 menggunakan pasta cap berwarna

sedangkan untuk resep 1 dan 2 menggunakan pasta rintang putih dan untuk warna

dasar sama sama menggunakan pasta cap berwarna. Untuk ketuaan warna nilai yang

paling besar didapat pada resep 4 yaitu dengan curing dengan suhu 1800C selama 2

menit juga dilakukan proses steaming selama 10 menit. Sehingga menyebabkan

ketuaan warnya bagus karena setelah dilakukan curing dengan suhu 1800C selama 2

menit juga dilakukan proses steaming selama 10 menit. Sehingga pada resep 4

dilakukan 2x proses yang menyebabkan fiksasi zat warna ke dalam serat semakin

bagus. Yang menyebabkan proses fiksasi yang dilakukan semakin bagus adalah

kesempatan zat warna untuk berdifusi dan berikatan ke dalam serat lebih besar.

Dibandingkan dengan resep 3 yaitu dengan curing suhu 1700C selama 2 menit dan

juga dilakukan proses steaming selama 10 menit, yang membedakannya disini adalah

suhunya, dimana untuk ketuaan warna pada proses pencapan inni yang cocok adalah

dengan suhu 1800C. Semakin suhu yang digunakan lebih tinggi menyebabkan fiksasi

zat warna dengan kain bagus. Dibandingkan dengan resep 2 yaitu dengan pasta

rintang putih dengan curing suhu 1800C selama 2 menit, ketuaan warna kurang bisa

diukur hal ini dikarenakan warna pada kain berwarna putih. Begitu pula untuk resep 1

yaitu curing dengan suhu 1700C selama 2 menit ketuaan warna kurang bisa dilihat

dengan jelas.

Kerataan warna

Untuk kerataan warna nilai yang paling besar didapat pada resep 1 yaitu

dengan curing suhu 1700C dengan waktu selama 2 menit, karena pada proses curing

yang suhunya rendah maka fiksasi semakin sebentar sehingga resiko belang semakin

berkurang kesempatan zat warna untuk berdifusi dan berikatan ke dalam serat

menurun. Begitu pula dengan kebalikannya pada resep 2 proses curing dengan

suhu1800C waktu selama 2 menit yang semakin tinggi suhu maka fiksasi semakin

lama dan fiksasi semakin banyak sehingga resiko belang semakin tinggi. Hal itu

disebabkan suhu yang tinggi maka proses fiksasi yang dilakukan maka semakin besar

kesempatan zat warna untuk berdifusi dan berikatan ke dalam serat. Untuk resep 3

yaitu dengan pasta cap rintang warna dengan suhu 1700C selama 2 menit juga

dilakukan proses steaming selama 10 menit, kerataannya kurang bagus dan begitupula

untuk resep 4 yaitu dengan curing dengan suhu 1800C selama 2 menit dilakukan

proses steaming selama 10 menit, kerataanya juga kurang bagus.

Ketajaman motif

Untuk Ketajaman motif nilai yang paling besar didapat pada resep 4 proses

curing dengan suhu1800C waktu selama 2 menit yang semakin tinggi suhu maka

fiksasi semakin lama dan fiksasi semakin banyak sehingga ketajaman motif tinggi.

Hal itu disebabkan suhu yang tinggi maka proses fiksasi yang dilakukan maka

semakin besar kesempatan zat warna untuk berdifusi dan berikatan ke dalam serat.

Dan pada proses curing suhu 1700C dengan waktu selama 2 menit, dengan suhu

rendah maka fiksasi semakin sebentar sehingga resiko zat warna keluar dari motif

semakin besar sehingga kesempatan zat warna untuk berdifusi dan berikatan ke dalam

serat menurun. Untuk resep 2 yaitu dengan curing dengan suhu 1700C selama 2 menit

juga dilakukan proses steaming selama 10 menit, ketajaman motif kurang bagus

karena proses ini digunakan perintang putih sehingga untuk ketajaman motif kurang

terlihat jelas begitu juga untuk resep 1 yaitu dengan curing dengan suhu 1700C selama

2 menit juga dilakukan proses steaming selama 10 menit kurang terlihat jelas

ketajaman motifnya.

Tahan luntur cuci

Untuk tahan luntur cuci nilai yang paling besar didapat pada resep 4 yaitu

dengan curing dengan suhu 1800C selama 2 menit juga dilakukan proses steaming

selama 10 menit. Sehingga menyebabkan tahan luntur cucinya bagus karena setelah

dilakukan curing dengan suhu 1800C selama 2 menit juga dilakukan proses steaming

selama 10 menit. Sehingga karena pada resep 4 dilakukan 2x proses yang

menyebabkan fiksasi zat warna ke dalam serat semakin bagus. Yang menyebabkan

proses fiksasi yang dilakukan maka semakin besar kesempatan zat warna untuk

berdifusi dan berikatan ke dalam serat. Dibandingkan dengan resep 3 yaitu dengan

curing dengan suhu 1700C selama 2 menit juga dilakukan proses steaming selama 10

menit, yang membedakannya disini adalah suhunya, dimana untuk ketuaan warna

pada proses pencapan ini yang cocok adalah dnegan suhu 1800C karena suhu yang

lebih tinggi menyebabkan fiksasi zat warna dengan kain bagus. Dibandingkan dengan

resep 2 yaitu pencapan rintang warna putih 1800C selama 2 menit, tahan lunturnya

kurang bagus karena warna putih pada motif akan mudah stanning dari warna dasar

(block) yang berwarna biru. Begitu pula untuk resep 1 yaitu dengan pencapan rintang

motif warna putih dengan curing suhu 1700C selama 2 menit tahan luntur cuci kurang

bagus.

Tahan sinar

Untuk tahan sinar semua resep mendapat nilai yang sama karena pada

praktikum pencapan rintang dengan zat warna reaktif pada kain kapas dengan zat

perintang resin ini merupakan zat warna yang tahan sinar sehingga untuk semua

resep uji tahan sinarnya baik.

VI. SAMPLEResep 1 pencapan rintang putih dengan curing 1700C, 2 menit dan steaming,10 menit

Resep 2 pencapan rintang putih dengan curing 1800C, 2 menit dan steaming,10 menit

Resep 3 pencapan rintang warna dengan curing 1700C, 2 menit dan steaming,10 menit

Resep 4 pencapan rintang warna dengan curing 1800C, 2 menit dan steaming,10 menit

VII.KESIMPULAN

Ketuaan warna

Resep 4: pencapan rintang warna dengan curing 1800C, 2 menit dan steaming 10

menit lebih baik dari Resep 3 pencapan rintang warna dengan curing 1700C, 2 menit

dan steaming 10 menit.

Resep 3: pencapan rintang warna dengan curing 1700C, 2 menit dan steaming 10

menit lebih baik dari Resep 2 : pencapan rintang putih dengan curing 1800C, 2

menit dan steaming 10 menit.

Resep 2 : pencapan rintang putih dengan curing 1800C, 2 menit dan steaming 10

menit lebih baik dari Resep 1 : pencapan rintang putih dengan curing 1700C, 2

menit dan steaming 10 menit.

Kerataan warna

Resep 1: pencapan rintang putih dengan curing 1700C, 2 menit dan steaming 10

menit lebih baik dari Resep 2 pencapan rintang putih dengan curing 1700C, 2 menit

dan steaming 10 menit.

Resep 2 : pencapan rintang putih dengan curing 1700C, 2 menit dan steaming 10

menit lebih baik dari Resep 3 : pencapan rintang warna dengan curing 1800C, 2

menit dan steaming 10 menit.

Resep 3 : pencapan rintang warna dengan curing 1700C, 2 menit dan steaming 10

menit lebih baik dari Resep 4 : pencapan rintang putih dengan curing 1800C, 2 menit

dan steaming 10 menit.

Ketajaman motif

Resep 4: pencapan rintang warna dengan curing 1800C, 2 menit dan steaming 10

menit lebih baik dari Resep 3 pencapan rintang warna dengan curing 1700C, 2 menit

dan steaming 10 menit.

Resep 3 : pencapan rintang warna dengan curing 1700C, 2 menit dan steaming 10

menit lebih baik dari Resep 2 : pencapan rintang putih dengan curing 1800C, 2 menit

dan steaming 10 menit.

Resep 2 : pencapan rintang putih dengan curing 1800C, 2 menit dan steaming 10

menit lebih baik dari Resep 1 : pencapan rintang putih dengan curing 1700C, 2 menit

dan steaming 10 menit.

Tahan luntur cuci

Resep 4: pencapan rintang warna dengan curing 1800C, 2 menit dan steaming 10

menit lebih baik dari Resep 3 pencapan rintang warna dengan curing 1700C, 2 menit

dan steaming 10 menit.

Resep 3 pencapan rintang warna dengan curing 1700C, 2 menit dan steaming 10

menit lebih baik dari Resep 2 : pencapan rintang putih dengan curing 1800C, 2

menit dan steaming 10 menit.

Resep 2 : pencapan rintang putih dengan curing 1800C, 2 menit dan steaming 10

menit lebih baik dari Resep 1 : pencapan rintang putih dengan curing 1700C, 2

menit dan steaming 10 menit.

Tahan sinar

Semua resep hasilnya baik.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arifin ,dkk., “Teknologi Pencapan Tekstil”. Bandung : Institut Teknologi

Tekstil, 1998

Djufri, Rashid, Ir., dkk, “Teknologi Pengelantangan, Pencelupan,

danPencapan”.Bandung : Institut Teknologi Tekstil, 1976

Purwanti, dkk, “Pedoman Praktikum Pencapan dan

Penyempurnaan”.Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, 1978

www.google.com