pencapan rintang dengan zat warna reaktif pada kain kapas dengan zat perintang resin
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tekstil laporan pencapan rintang dengan zat warna reaktif, resep pencapanTRANSCRIPT

I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1 Maksud
Maksud dari dilakukannya percobaan
ini adalah untuk mengetahui hasil pencapan
rintang yang dilakukan dengan
menggunakan zat warna reaktif pada kain
kapas dengan zat perintang resin.
1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk mendapatkan hasil pencapan kapas
menggunakan zat warna reaktif yang merata dan permanen dengan perintang resin.
II. TEORI DASAR
2.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan serat alam yang
berasal dari serat tumbuh-tumbuhan yang
tergolong kedalam serat selulosa alam yang
diambil dari buahnya. Serat kapas dihasilkan dari
rambut biji tanaman yang termasuk dalam jenis
Gossypium. Species yang berkembang menjadi
tanaman industri kapas ialah Gossypium hirstum,
yang kemudian dikenal sebagai kapas Upland atau kapas Amerika. Serat kapas
merupakan sumber bahan baku utama pembuat kain katun termasuk kain rajut bahan
pembuat kaos murah.
2.1.1 Struktur Fisik Serat Kapas
Bentuk dan ukuran penampang melintang serat kapas dipengaruhi oleh tingkat
kedewasaan serat yang dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding sel. Serat makin dewasa

dinding selnya makin tebal.Untuk menyatakan
kedewasaan serat dapat dipergunakan
perbandingan antara tebal dinding dengan
diameter serat.Serat dianggap dewasa apabila
tebal dinding lebih dari lumennya.
Pada satu biji kapas banyak sekali serat,
yang saat tumbuhnya tidak bersamaan sehingga
menghasilkan tebal dinding yang tidak sama. Seperlima dari jumlah serat kapas normal
adalah serat yang belum dewasa. Serat yang belum dewasa adalah serat yang
pertumbuhannya terhenti karena suatu sebab,misalnya kondisi pertumbuhan yang jelek,
letak buah pada tanaman kapas dimana bnuah yang paling atas tumbuh paling akhir,
kerusakan karena serangga dan udara dingin, buah yang tidak dapat membuka dan lain-
lain. Serat yang belum dewasa kekuatannya rendah dan apabila jumlahnya terlalu
banyak, dalam pengolahan akan menimbulkan limbah yang besar.
2.1.2 Struktur Kimia Serat Kapas
Apapun sumbernya derivat selulosa secara prinsif memiliki struktur kimia yang
sama. Hal ini bisa terlihat pada analisa hidrolisis, asetolisis dan metilasi yang
menunjukan bahwa selulosa pada dasarnya mengandung residu
anhidroglukosa. Subsequent tersebut menyesun molekul glukosa(monosakarida) dalam
bentuk β-glukopironase dan berikatan bersama-sama yang dihubungkan pada posisi 1
dan 4 atom karbon molekulnya. Formula unit pengulanganya menyerupai selobiosa
(disakarida) yang kemudian membentuk selulosa (polisakarida).
2.1.3 Sifat Fisika Serat Kapas
Warna
Warna serat kapas secara umum adalah putih cream, tetapi sesungguhnya
terdapat bermacam-macam warna putih.Pengaruh mikroorganisme menyebabkan
warna kapas menjadi suram. Dalam kondisi cuaca yang jelek , warna kap[as
menjadi sangat gelap abu-abu kebiruan. Kapas yang pertumbuhannya terhenti

akan berwarna kekuningan. Warna
kapas merupakan salah satu factor
penentu grade.
Kekuatan
Kekuatan serat kapas terutama
dipengaruh oleh kadar selulosa dalam
serat, panjang rantai dan orientasinya.
Kekutan serat kapas perbundel rata-
rata adalah 96.700 pound per inci2 dengan minimum 70.000 dan maksimum
116.000 pound per inci2. Kekuatan serat bukan kapas pada umumnya
menurundalam keadaan basah, tetapi sebaliknya kekuatan serat kapas dalam
keadaan basah makin tinggi.
Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa
alam, kira-kira dua kali mulur rami. Diantara serat alam hanya sutera dan wol
yang mempunyai mulur lebih tinggi dari kapas. Mulur serat kapas berkisar 4 –
13 % bergantung pada jenisnya dengan mulur rata-rata 7 %.
Moisture Regain
Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan air mempunyai
pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat.Serat kapas yang sangat kering bersifat
kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat kapas bervariasi
dengan perubahan kelembaban relatif atmosfir sekelilingnya. Moiture regain
serat kapas pada kondisi standar berkisar antara 7 - 8,5 %
2.1.4 Sifat Kimia Serat Kapas
Serat kapas sebagian besar tersusun atas selulosa maka sifat-sifat kimia kapas
sama dengan sifat kimia selulosa. Serat kapas umumnya tahan terhadap kondisi
penyimpanan, pengolahan dan pemakaian yang normal, tetapi beberapa zat
pengoksidasi dan penghidrolisa menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan
kekuatan.
Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksiselulosa biasanya terjadi
dalam proses pemutihan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau
pemanasan yang lama suhu diatas 140oC.
Pencampuran antara dua serat yang berbeda jenisnya baik untuk benang maupun
untuk kain yang sering dilakukan .Tujuan dari pencampuran adalah untuk

meningkatkan kenampakan dan
kemampuan kain yang dibentuk .Kelebihan
dan kekurangan dari sifat-sifat serat yang
membentuk akan saling mempengaruhi dan
saling memperbaiki .Oleh karena itu serat
campuran biasanya dari serat sintetik kain
yang dibentuk lebih ringan,dan kain dari
serat-serat alam.
2.2 Zat Warna Reaktif
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi
dengan serat, sehingga zat warna tersebut merupakan bagian daripada serat.Oleh
karena itu hasil pencelupan dengan menggunakan zat warna reaktif mempunyai
ketahanan cuci yang sangat baik. Demikian pula karena berat molekul zat warna
reaktif kecil maka kilapnya akan lebih baik daripada zat warna direk.
Stuktur zat warna reaktif yang larut dalam air mempunyai bagian-bagian dengan
fungsi tertentu. Kromofor zat warna reaktif biasanya system azoAkinon. Dengan berat
molekul yang kecil menyebabkan daya serap zat warnanya kecil dan menimbulkan
warna –warna yang muda. Adanya gugus penghubung dapat mempengaruhi daya serap
dan ketahanan zat warna terhadap asam dan basa. Gugusan –gugusan reaktif
merupakan bagian zat warna yang mudah bereaksi dengan serat.
Disamping terjadi reaksi antar zat warna dan serat dengan membentuk ikatan
primer kovalen yang merupakan ikatan pseudoester atau eter, molekul airpun dapat
juga mengadakan reaksi hidrolisa dengan molekul zat warna, dengan memberikan
komponen zat warna yang tidak reaktif lagi.
2.3 Pencapan
Pencapan adalah suatu proses pelekatan zat warna secara setempat pada kain,
sehingga menimbulkan corak-corak tertentu. Pelekatan zat warna ini lebih banyak
bersifat fisika-kimia.
Golongan zat warna yang digunakan untuk pencapan sama seperti golongan zat
warna untuk pencelupan kain. Selain itu pada pencapan, bermacam-macam golongan
zat warna dapat dipakai bersama-sama dalam pencapan satu kain, tanpa saling
mempengaruhi warna aslinya.

Kain sebelum dicap perlu
mendapatkan pengerjaan
pendahuluan, misalnya pembakaran
bulu, pemasakan, pengelantangan
atau lainnya.Pengerjaan
pendahuluan yang kurang sempurna
akan menghasilkan pencapan yang kurang sempurna juga.
Sesuai dengan alat/ mesin yang digunakan dalam pencapan, maka dikenal :
Pencapan semprot ( spray – printing )
Pencapan blok ( Block – printing )
Pencapan perrotine ( Perrotine – printing )
Pencapan rambut serat ( Flock – printing )
Pencapan kasa/sablon ( Screen – printing )
Pencapan rol ( Roller – printing )
Pencapan transfer ( Transfer – printing )
2.3.1 Prosedur pencapan
Prosedur atau urutan pada pencapan meliputi pengerjaan-pengerjaan :
Pembuatan pasta cap
Pada pencapan, zat warna yng dilekatkan pada bahan/ kain berbentuk pasta cap.
Pasta cap biasanya terdiri dari zat warna, zat pengental, zat-zat pembantu dan air.
Pencapan pada bahan atau kain
Pelekatan pasta cap pad bahan/kain dapt dilakukan dengan alat semprot, alat blok,
alat perrotine, alat flock, screen/sablon roll atau alat transfer. Macam alat yang
digunakan akan mempengaruhi ketentuan vicositas pasta cap, macam pengental dan
macam gambar/motif yang dapat dicap. Selain itu alat cap yang akan digunakan juga
mempengaruhi macam zat warna yang dapat digunakan dan kapasitas produksi.
Pengeringan
Pengeringan pada kain yang telah dicap
merupakan suatu keharusan. Pengeringan
berfungsi untuk mencegah zat warna
keluar dari corak-corak yang telah
ditentukan pada pencapan.
Ada beberapa cara untuk mengeringkan
kain yang telah dicap, yaitu :

1. Digantungkan pada ruangan yang teduh
2. Digantungkan diruangan yang dialiri udara
panas
3. Dikeringkan dengan mesin pengering
Pengeringan kain tidak boleh terlalu
kering dan harus dijaga agar zat warna yang
telah dilekatkan pada kain tidak akan terpengaruhi/ berubah.
Pemberian uap/ fiksasi
Pemberian uap (steaming) pada kain cap yang telah dikeringkan bertujuan untuk
memperbesar penetrasi zat warna kedalam serat. Pemberian uap dilakukan pada
mesin steaming yang suhunya diatas 1000C. Pada pemberian uap, zat warna yang
telah dilekatkan pada permukaan kain akan menyerap uap air dan membentuk
larutan yang pekat, sehingga mengakibatkan terjadinya proses pencelupan setempat.
Penggunaan air yang terlalu jenuh atau pasta cap terlalu banyak mengandung zat
higroskopis misalnya gliserin atau urea, akan menyebabkan pasta cap menjadi
terlalu encer, sehingga zat warna akan melebar keluar dari corak cap.
Waktu dan suhu pengerjaan pemberian uap akan sangat bergantung dari macam
zat warna yang digunakan dan kwalitas/macam kain yang dicap. Pembangkitan atau
fiksasi dilakukan setelah proses pemberian uap. Proses ini perlu dikerjakan pada
pencapan dengan zat warna yang perlu dibangkitkan/ difiksasi seperti zat warna
bejana, zat warna reaktif, dan zat warna rapid. Untuk zat warna tertentu, proses
pembangkitan/fiksasi juga dapat dikerjakan/terjadi bersama-sama pada waktu proses
pemberian uap.
Penyabunan
Proses pencucian berfungsi untuk menghilangkan pengental, zat warna yang
berlebihan atau tidak terbangkitkan/terfiksasi, dan zat-zat lainnya. Proses pencucian
dilakukan setelah proses pemberian uap, atau proses pembangkitan/fiksasi. Proses
pencucian dapat berupa pengerjaan dengan air panas atau pengerjaan denagn air
panas yang mengandung sabun/ detergen dengan alkali (natrium karbonat).
Pencucian sedapat mungkin dilakukan dalam keadaan terbuka lebar, yaitu untuk
mencegah terjadinya penodaan.

2.3.2 PengentalUntuk mencegah tejadinya
pelebaran motif pada proses pencapan,
diperlukan suatu zat yang dapat
memberikan kekentalan tertentu pada
pasta zat warna, yaitu dengan jalan
menambahkan pasta pengental.
Syarat – syarat penting yang harus dimiliki oleh suatu pengental adalah sbb :
1. Mempunyai daya lekat yang baik.
2. Dapat memindah kan zat warna sebanyak mungkin dan rata pada permukaan bahan.
3. Tidak pecah/ rusak selama proses pencapan berlangsung.
4. Dapat menahan pencapan larutan zat warna sedemikian rupa diperoleh batas – batas
motif yang tajam.
5. Dapat bercampur baik dengan zat warna dan zat – zat pembantu tetapi tidak
mengadakan reaksi dan interaksi.
6. Mudah dihilangkan pada waktu pencucian.
7. Tidak berwarna.
2.4 Pencapan Rintang
Pencapan rintang adalah proses pencapan dengan menggunakan suatu zat
perintang, baik yang bersifat rintang mekanik maupun rintang kimia, sehingga apabila
kemudian dicelup atau dicap tumpang maka bagian yang dicap rintang tidak akan
memberikan warna tumpang.
Pencapan rintang ( resist/reserve printing ) analog dengan pencapan etsa, yaitu
meniadakan zat warna tertentu. Dalam pencapan rintang zat warna yang akan masuk
dihalangi oleh zat perintang sehingga tidak terjadi fiksasi zat warna. Jadi dalam
pencapan rintang kain dicap dulu dengan pasta yang mengandung zat perintang,
kemudian dicelup dengan zat warna yang tidak tahan zat perintang. Apabila kedalam
pasta cap ditambahkan zat warna disebut rintang warna, apabila tidak ditambahkan zat
warna disebut rintang putih.
Setelah dicap dengan pasta yang diberi zat perintang, kain keseluruhan kemudian
diwarnai ( dicelup pad atau dicap blok ), menggunakan zat warana yang tidak tahan
terhadap zat perintang tadi, sehingga tidak terjadi fiksasi.
Jenis zat perintang dapat bekerja secara kimia dan fisika :

1.mZat perintang yang ditambahkan dapat
bekerja secara fisika, secara kimia atau
keduanya. Zat perintang yang bekerja
secara fisika misalnya lilin ( wax ),
lemak, resin, pengental dan pigmen
seperti kaolin, ZnO, TiO2, atau BaSO4.
2. Zat perintang yang bekerja secara kimia
termasuk bermacam – macam zat kimia seperti asam, alkali, garam, zat
pengoksidasi, dan zat pereduksi.
Pemberian warna dasar pada kain yang sudah dicap dengan pasta rintang harus
secepat mungkin, supaya zat perintang tidak larut. Untuk pencelupan dipergunakan
padder ( nip padding ) yang dapat mengurangi waktu kontak dan menghindarkan
bleeding dari zat perintang.
Pencapan rintang secara kimia ialah menggunakan suatu zat kimia yang
dicampurkan kedalam pasta cap, berfungsi untuk merusak zat warna yang dicelup atau
dicap kemudian. Sehingga zat warna tersebut tidak mempunyai afinitas lagi atau tidak
bereaksi dengan serat, menghasilkan efek rintang putih yang diinginkan.
2.5 Mekanisme pencapan
Secara garis besar pencapan rintang kimia dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kain dicap menggunakan pasta cap yang mengandung zat perintang dan zat
warna yang tahan zat perintang. Pembangkitan untuk warna dasar dan warna motif
dapat dilakukan dengan pengukusan atau udara panas. Pada pembangkitan ini warna
dasar akan terjad fiksasi, pada motif warna dasar ini akan terhalangi fiksasinya oleh zat
perintang, sehingga pada motif hanya terjadi fiksasi yang dicapkan semula. Proses ini
terjadi pada pencapan rintang kimia.
Ada dua jenis pencapan rintang secara kimia :
1. Pencapan rintang putih
Maksud pencapan rintang putih adalah menghalangi terjadinya warna pada
bagian motif dengan jalan mecap bahan putih dengan pasta perintang. Setelah
pencelupan atau pencapan tumpang maka bagian yang dicap rintang akan tetap
berwarna putih.

2. Pencapan rintang berwarnaMaksud pencapan rintang berwarna
adalah menghalangi terjadinya warna
dasar pada bagian motif dengan jalan
mencap dengan pasta cap yang
mengandung zat warna dan zat
perintang, sehingga warna tidak dapat
timbul pada bagian motif.
Pencapan rintang secara mekanik telah lama dikenal di Indonesia, yang dikenal
sebagai proses pembatikan yang menggunakan perintang lilin atau malam.
Pencapan motif menggunakan pasta yang terdiri dari zat warna dan zat perintang
fisika seperti resin, kemudian difiksasi. Pada proses fiksasi ini juga akan terjadi
polimerisasi dari resin. Kemudian kain selulosa dilakukan pencapan atau cap blok
untuk warna dasar dengan zat warna lainnya atau sejenis dengan zat warna.

III. PERCOBAAN3.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan
Kasa screen
Meja print
Mixer
Cangkir
Pengaduk
Rakel
ZW Reaktif
Gliserin
Zat Anti Reduksi
Kanji
Stoko Rez (anti kusut)
Pengental
NaHCO3
Audigol Anti Reduksi
Air
Kain Kapas

3.2 Diagram Alir
Tokoh pahlawan pendidikan:Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie, Ki Hadjar Dewantara, Kyai Haji Ahmad Dahlan, Raden Adjeng Kartini, Dewi Sartika.
Pencapan motif (resin)Drying 100 0C 2 menit
Curing, pemanas awetan
resin 170 0C-1800C
Pencapan blok warna
dasarDryingFiksasi
steamingWash off

3.3 Resep
Pembuatan Pasta Cap Rintang Warna
Zat warna reaktif (procion T/lerafix) : 40 g
Urea/Gliserin : 20 g
Zat anti reduksi : 10 g
Kanji : 700 g
Air (Balance) : x g
1000 g
Pembuatan Pasta Rintang Putih
Stoko Rez (anti kusut) : 50 g
Kanji : 700 g
Air (Balance) : x g
1000 g
Pembuatan Pasta Cap Warna Dasar (Block)
Zat warna reaktif procion/remazol : 50 g
Urea/Gliserin : 20 g
Audigol anti reduksi : 10 g
Kanji : 700 g
NaHCO3 :20
Balance : x g
1000g
Resep pencucian :
Teepol : 2 ml/L
Na2CO3 : 2 ml/L
Temperatur : 90 ˚C selama 15 menit

Perhitungan Resep
Pembuatan pasta cap rintang warna
Zat warna reaktif (procion T/lerafix) = 40
1000x 75 = 3 g
Urea/Gliserin = 20
1000x 75 = 1,5 g
Anti reduksi = 10
1000x 75 = 0,75 g
Kanji = 7001000x 75 = 52,5 g
Pembuatan pasta rintang putih
Stoko Rez = 50
1000x 75 = 3,75 g
Kanji = 7001000x 75 = 52,5 g
Pembuatan pasta cap warna dasar (block)
Zat warna reaktif (procion T/ remazol)= 50
1000x 75 = 3,75 g
Urea/Gliserin = 20
1000x 75 = 1,5 g
Audigol nti reduksi = 10
1000x 75 = 0,75 g
Kanji = 7001000x 75 = 52,5 g
NaHCO3 = 20
1000x 75 = 1,5 g
3.4 Variasi Resep
Resep 1 2 3 4

Warna Rintang putih Rintang putih Rintang warna Rintang warna
Fiksasi Curing 1700C
2 menit,
Steaming
10 menit
Curing 1800C
2 menit,
Steaming
10 menit
Curing 1700C
2 menit,
Steaming
10 menit
Curing 1800C
2 menit,
Steaming
10 menit
3.5 Fungsi Zat
Zat warna reaktif : Memberi warna pada kain secara merata dan permanen
Urea/ gliserin : Zat higroskopis untuk menjaga kelembaban kain pada waktu proses drying dan steaming
Kanji : sebagai pengental untuk zat warna
Zat anti reduksi : Zat pencegah reduksi zat warna akibat adanya
aldehid dari pengental yang rusak.
Stoko Rez : Untuk anti kusut
NaHCO3 : Memberi suasana alkali pada pH 9-11pada pasta
cap, menetralisir asam hasil reaksi dan
membentuk ion selulosa.
Sabun : Untuk menghilangkan pengental.
Teefol : Untuk menghilangkan pengental, zat warna yang
tidak terfiksasi dan zat lain pada proses
pencucian sabun.
3.6 Cara Kerja
Pembuatan pasta cap:
Pengental dibuat dengan
dimasukkan sedikit demi sedikit
dalam air sambil diaduk dengan
mixer agar pengental tercampur
dengan homogen.

Zat warna reaktif dilarutkan dengan
air dan tambahkan zat pembantu
kedalamnya.
Pasta cap dibuat dengan
menambahkan zat warna dan zat
pembantu kedalam pengental yang
telah ditimbang sesuai kebutuhan.
Proses Pencapan:
Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka sempurna
dan konstan pada meja cap.
Screen diletakkan tepat berada pada bahan yang akan dicap.
Dengan bantuan rakel, pasta cap dituangkan pada screen pada bagian pinggir
kasa (tidak mengenai motif) secara merata pada seluruh permukaan.
Frame ditahan agar mengepres pada bahan, kemudian dilakukan proses
pencapan dengan cara memoles screen dengan pasta cap menggunakan rakel.
Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke bawah agar
dapat mendorong zat warna masuk ke motif, kemudian screen dilepaskan ke
atas.
Bahan dikeringkan pada suhu 100oC selama 2 menit.
Bahan di curing dengan suhu 170 oC dan 180 oC.
Bahan difiksasi dengan cara steaming pada suhu 105oC selama 10 menit.
Proses pencucian
Kain sampel yang untuk dicuci, dicuci dengan sabun, teefol dan air panas
dengan suhu 900C selama 15 menit.
Angkat kain dan cuci kembali dengan air dingin.
Evaluasi
1. Ketuaan warna
Kain sample atau contoh uji yang sudah dilakukan pencapan masing-
masing kain dibandingkan satu sama warnanya, sehingga akan didapat hasil nilai
evaluasi ketuaan warna.
2. Kerataan
Kain sample atau contoh uji yang sudah dilakukan pencapan masing-
masing kain dibandingkan satu sama untuk melihat kerataan, sehingga akan
didapat hasil nilai evaluasi kerataan.

3. Ketajaman motif
Kain sample atau contoh uji
yang sudah dilakukan pencapan
masing-masing kain dibandingkan satu
sama untuk melihat keluberan setiap
motif, sehingga akan didapat hasil nilai
evaluasi ketajaman motif.
4. Tahan luntur terhadap pencucian
- Kain yang sudah mengalami pencapan dipotong menjadi 2 bagian.
- Satu bagian diuji tahan luntur pencucian dengan cara dilakukan pencucian.
- Satu bagian lagi dipotong kembali menjadi 2 bagian
- Satu bagian tidak dilakukan uji apapun (sebagai contoh uji asli)
- Satu bagiannya lagi dilakukan uji tahan sinar dengan cara dijemur dibawah sinar
matahari.
5. Tahan sinar
- Kain yang sudah mengalami pencapan dipotong menjadi 2 bagian.
- Satu bagian diuji tahan luntur pencucian dengan cara dilakukan pencucian.
- Satu bagian lagi dipotong kembali menjadi 2 bagian
- Satu bagian tidak dilakukan uji apapun (sebagai contoh uji asli)
- Satu bagiannya lagi dilakukan uji tahan sinar dengan cara dijemur dibawah
sinar matahari.
Contoh :
3.7 Sample Hasil Percobaan
Sample hasil percobaan terlampir
Uji tahan cuci
Contih uji asli
Uji tahan sinar

IV. HASIL PERCOBAAN4.1 Data percobaan
Resep 1 2 3 4
Warna Rintang
putih
Rintang
putih
Rintang
warna
Rintang
warna
Fiksasi Curing
1700C
2 menit,
Steaming
10 menit
Curing
1800C
2 menit,
Steaming
10 menit
Curing
1700C
2 menit,
Steaming
10 menit
Curing
1800C
2 menit,
Steaming
10 menit
Nilai ketuaan warna 7 8 9 10
Nilai kerataan 10 9 8 7
Nilai ketajaman motif 7 8 9 10
Nilai tahan luntur cuci 7 8 9 10
Nilai tahan sinar 10 10 10 10
Nilai berdasarkan Gray scale
2 Jelek sekali
3 Jelek
4 Kurang sekali
5 Kurang
6 Cukup
7 Culup baik
8 Baik
9 Baik sekali
10 Paling baik

V. DISKUSI
Resep 1 2 3 4
Warna Rintang
putih
Rintang
putih
Rintang
warna
Rintang
warna
Fiksasi Curing
1700C
2 menit,
Steaming
10 menit
Curing
1800C
2 menit,
Steamin
g
10 menit
Curing
1700C
2 menit,
Steaming
10 menit
Curing
1800C
2 menit,
Steaming
10 menit
Nilai ketuaan warna 7 8 9 10
Nilai kerataan 10 9 8 7
Nilai ketajaman motif 7 8 9 10
Nilai tahan luntur cuci 7 8 9 10
Nilai tahan sinar 10 10 10 10
Nilai berdasarkan Gray scale
2 Jelek sekali
3 Jelek
4 Kurang sekali
5 Kurang
6 Cukup
7 Culup baik
8 Baik
9 Baik sekali
10 Paling baik

Ketuaan warna
Pada praktikum ini untuk resep 3 dan 4 menggunakan pasta cap berwarna
sedangkan untuk resep 1 dan 2 menggunakan pasta rintang putih dan untuk warna
dasar sama sama menggunakan pasta cap berwarna. Untuk ketuaan warna nilai yang
paling besar didapat pada resep 4 yaitu dengan curing dengan suhu 1800C selama 2
menit juga dilakukan proses steaming selama 10 menit. Sehingga menyebabkan
ketuaan warnya bagus karena setelah dilakukan curing dengan suhu 1800C selama 2
menit juga dilakukan proses steaming selama 10 menit. Sehingga pada resep 4
dilakukan 2x proses yang menyebabkan fiksasi zat warna ke dalam serat semakin
bagus. Yang menyebabkan proses fiksasi yang dilakukan semakin bagus adalah
kesempatan zat warna untuk berdifusi dan berikatan ke dalam serat lebih besar.
Dibandingkan dengan resep 3 yaitu dengan curing suhu 1700C selama 2 menit dan
juga dilakukan proses steaming selama 10 menit, yang membedakannya disini adalah
suhunya, dimana untuk ketuaan warna pada proses pencapan inni yang cocok adalah
dengan suhu 1800C. Semakin suhu yang digunakan lebih tinggi menyebabkan fiksasi
zat warna dengan kain bagus. Dibandingkan dengan resep 2 yaitu dengan pasta
rintang putih dengan curing suhu 1800C selama 2 menit, ketuaan warna kurang bisa
diukur hal ini dikarenakan warna pada kain berwarna putih. Begitu pula untuk resep 1
yaitu curing dengan suhu 1700C selama 2 menit ketuaan warna kurang bisa dilihat
dengan jelas.
Kerataan warna
Untuk kerataan warna nilai yang paling besar didapat pada resep 1 yaitu
dengan curing suhu 1700C dengan waktu selama 2 menit, karena pada proses curing
yang suhunya rendah maka fiksasi semakin sebentar sehingga resiko belang semakin
berkurang kesempatan zat warna untuk berdifusi dan berikatan ke dalam serat
menurun. Begitu pula dengan kebalikannya pada resep 2 proses curing dengan
suhu1800C waktu selama 2 menit yang semakin tinggi suhu maka fiksasi semakin
lama dan fiksasi semakin banyak sehingga resiko belang semakin tinggi. Hal itu
disebabkan suhu yang tinggi maka proses fiksasi yang dilakukan maka semakin besar
kesempatan zat warna untuk berdifusi dan berikatan ke dalam serat. Untuk resep 3
yaitu dengan pasta cap rintang warna dengan suhu 1700C selama 2 menit juga
dilakukan proses steaming selama 10 menit, kerataannya kurang bagus dan begitupula

untuk resep 4 yaitu dengan curing dengan suhu 1800C selama 2 menit dilakukan
proses steaming selama 10 menit, kerataanya juga kurang bagus.
Ketajaman motif
Untuk Ketajaman motif nilai yang paling besar didapat pada resep 4 proses
curing dengan suhu1800C waktu selama 2 menit yang semakin tinggi suhu maka
fiksasi semakin lama dan fiksasi semakin banyak sehingga ketajaman motif tinggi.
Hal itu disebabkan suhu yang tinggi maka proses fiksasi yang dilakukan maka
semakin besar kesempatan zat warna untuk berdifusi dan berikatan ke dalam serat.
Dan pada proses curing suhu 1700C dengan waktu selama 2 menit, dengan suhu
rendah maka fiksasi semakin sebentar sehingga resiko zat warna keluar dari motif
semakin besar sehingga kesempatan zat warna untuk berdifusi dan berikatan ke dalam
serat menurun. Untuk resep 2 yaitu dengan curing dengan suhu 1700C selama 2 menit
juga dilakukan proses steaming selama 10 menit, ketajaman motif kurang bagus
karena proses ini digunakan perintang putih sehingga untuk ketajaman motif kurang
terlihat jelas begitu juga untuk resep 1 yaitu dengan curing dengan suhu 1700C selama
2 menit juga dilakukan proses steaming selama 10 menit kurang terlihat jelas
ketajaman motifnya.
Tahan luntur cuci
Untuk tahan luntur cuci nilai yang paling besar didapat pada resep 4 yaitu
dengan curing dengan suhu 1800C selama 2 menit juga dilakukan proses steaming
selama 10 menit. Sehingga menyebabkan tahan luntur cucinya bagus karena setelah
dilakukan curing dengan suhu 1800C selama 2 menit juga dilakukan proses steaming
selama 10 menit. Sehingga karena pada resep 4 dilakukan 2x proses yang
menyebabkan fiksasi zat warna ke dalam serat semakin bagus. Yang menyebabkan
proses fiksasi yang dilakukan maka semakin besar kesempatan zat warna untuk
berdifusi dan berikatan ke dalam serat. Dibandingkan dengan resep 3 yaitu dengan
curing dengan suhu 1700C selama 2 menit juga dilakukan proses steaming selama 10
menit, yang membedakannya disini adalah suhunya, dimana untuk ketuaan warna
pada proses pencapan ini yang cocok adalah dnegan suhu 1800C karena suhu yang
lebih tinggi menyebabkan fiksasi zat warna dengan kain bagus. Dibandingkan dengan
resep 2 yaitu pencapan rintang warna putih 1800C selama 2 menit, tahan lunturnya
kurang bagus karena warna putih pada motif akan mudah stanning dari warna dasar
(block) yang berwarna biru. Begitu pula untuk resep 1 yaitu dengan pencapan rintang

motif warna putih dengan curing suhu 1700C selama 2 menit tahan luntur cuci kurang
bagus.
Tahan sinar
Untuk tahan sinar semua resep mendapat nilai yang sama karena pada
praktikum pencapan rintang dengan zat warna reaktif pada kain kapas dengan zat
perintang resin ini merupakan zat warna yang tahan sinar sehingga untuk semua
resep uji tahan sinarnya baik.

VI. SAMPLEResep 1 pencapan rintang putih dengan curing 1700C, 2 menit dan steaming,10 menit

Resep 2 pencapan rintang putih dengan curing 1800C, 2 menit dan steaming,10 menit

Resep 3 pencapan rintang warna dengan curing 1700C, 2 menit dan steaming,10 menit

Resep 4 pencapan rintang warna dengan curing 1800C, 2 menit dan steaming,10 menit

VII.KESIMPULAN
Ketuaan warna
Resep 4: pencapan rintang warna dengan curing 1800C, 2 menit dan steaming 10
menit lebih baik dari Resep 3 pencapan rintang warna dengan curing 1700C, 2 menit
dan steaming 10 menit.
Resep 3: pencapan rintang warna dengan curing 1700C, 2 menit dan steaming 10
menit lebih baik dari Resep 2 : pencapan rintang putih dengan curing 1800C, 2
menit dan steaming 10 menit.
Resep 2 : pencapan rintang putih dengan curing 1800C, 2 menit dan steaming 10
menit lebih baik dari Resep 1 : pencapan rintang putih dengan curing 1700C, 2
menit dan steaming 10 menit.
Kerataan warna
Resep 1: pencapan rintang putih dengan curing 1700C, 2 menit dan steaming 10
menit lebih baik dari Resep 2 pencapan rintang putih dengan curing 1700C, 2 menit
dan steaming 10 menit.
Resep 2 : pencapan rintang putih dengan curing 1700C, 2 menit dan steaming 10
menit lebih baik dari Resep 3 : pencapan rintang warna dengan curing 1800C, 2
menit dan steaming 10 menit.
Resep 3 : pencapan rintang warna dengan curing 1700C, 2 menit dan steaming 10
menit lebih baik dari Resep 4 : pencapan rintang putih dengan curing 1800C, 2 menit
dan steaming 10 menit.
Ketajaman motif
Resep 4: pencapan rintang warna dengan curing 1800C, 2 menit dan steaming 10
menit lebih baik dari Resep 3 pencapan rintang warna dengan curing 1700C, 2 menit
dan steaming 10 menit.
Resep 3 : pencapan rintang warna dengan curing 1700C, 2 menit dan steaming 10
menit lebih baik dari Resep 2 : pencapan rintang putih dengan curing 1800C, 2 menit
dan steaming 10 menit.
Resep 2 : pencapan rintang putih dengan curing 1800C, 2 menit dan steaming 10
menit lebih baik dari Resep 1 : pencapan rintang putih dengan curing 1700C, 2 menit
dan steaming 10 menit.

Tahan luntur cuci
Resep 4: pencapan rintang warna dengan curing 1800C, 2 menit dan steaming 10
menit lebih baik dari Resep 3 pencapan rintang warna dengan curing 1700C, 2 menit
dan steaming 10 menit.
Resep 3 pencapan rintang warna dengan curing 1700C, 2 menit dan steaming 10
menit lebih baik dari Resep 2 : pencapan rintang putih dengan curing 1800C, 2
menit dan steaming 10 menit.
Resep 2 : pencapan rintang putih dengan curing 1800C, 2 menit dan steaming 10
menit lebih baik dari Resep 1 : pencapan rintang putih dengan curing 1700C, 2
menit dan steaming 10 menit.
Tahan sinar
Semua resep hasilnya baik.

VII. DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Arifin ,dkk., “Teknologi Pencapan Tekstil”. Bandung : Institut Teknologi
Tekstil, 1998
Djufri, Rashid, Ir., dkk, “Teknologi Pengelantangan, Pencelupan,
danPencapan”.Bandung : Institut Teknologi Tekstil, 1976
Purwanti, dkk, “Pedoman Praktikum Pencapan dan
Penyempurnaan”.Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, 1978
www.google.com