pendahuluan 1.1 latar belakang -...
TRANSCRIPT
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan ditandai dengan adanya nyeri akibat kontraksi uterus yang menyebabkan
dilatasi dan pendataran serviks. Adanya nyeri persalinan ternyata dapat
menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan seperti
katekolamin dan steroid.1-8 Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya ketegangan
otot polos dan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga terjadi penurunan kontraksi
uterus, penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke
uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah
banyak.1-8 Keadaan demikian disebut sebagai sindrom takut-tegang nyeri (fear-
tension pain syndrome) 1,6,8,9
Bonica dalam penelitiannya terhadap 2.700 parturien di 121 pusat obstetri
dari 36 negara menemukan bahwa hanya 15% persalinan yang berlangsung tanpa
nyeri atau nyeri ringan, 35% persalinan disertai nyeri sedang, 30% persalinan
disertai nyeri hebat dan 20% persalinan disertai nyeri yang sangat hebat.7
Nyeri persalinan merupakan respons stimulasi persarafan yang disebabkan
oleh adanya kontraksi uterus dan kerusakan jaringan selama persalinan serta
kelahiran melalui vagina. Persepsi tentang nyeri atau toleransi nyeri bervariasi
tergantung individu masing-masing, dan intensitas nyeri selama persalinan
mempengaruhi kondisi psikologis ibu, proses persalinan, dan kesejahteraan janin. 8,9
Menurut Reeder kira-kira 25% ibu bersalin memiliki daya tahan tinggi, mampu
mengatasi nyeri persalinan, sehingga proses persalinannya berjalan normal. Nyeri
persalinan dapat menimbulkan kecemasan pada pasien, menyebabkan timbulnya
hiperventilasi sehingga kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan darah, dan
berkurangnya motilitas usus serta vesika urinaria.10 Keadaan ini akan merangsang
peningkatan katekolamin yang dapat menyebabkan gangguan pada kekuatan
kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri apabila tidak dikoreksi , yang akan
menyebabkan terjadinya partus lama. Untuk alasan ini maka salah satu prinsip
dasar obstetri modern adalah mengurangi nyeri selama persalinan, dengan
menggunakan analgesia yang adekuat.9,11,12
Metode yang digunakan untuk mengukur nyeri saat ini adalah unidimensi
yang mempunyai satu variabel pengukur intensitas nyeri dan multidimensi. Metode
unidimensi diantaranya verbal rating scale (VRS), numerical rating scale (NRS)
dan visual analogue scale (VAS).1,10,13
Ada dua cara penanggulangan nyeri persalinan, yaitu noninvasif dengan
hydrotherapy, massage therapy, aromatherapy, herbal therapy, bioelectromagnetics
(transcutaneous electrical nerve stimulation) dan patient controlled analgesia
(intravenous, intramuscular opioid) dan metode invasif berupa analgesia epidural,
analgesia spinal, dan intrathecal labour analgesia.14-6
Analgesik yang digunakan sebaiknya mempunyai efektivitas yang kuat serta
efek samping yang minimal, agar aman digunakan untuk mengurangi nyeri
persalinan namun tidak mempengaruhi his atau kemajuan persalinan. Ada dua jenis
analgesik yaitu analgesik nonopioid seperti golongan salisilat, parasetamol, dan
analgesik antiinflamasi nonsteroid dan analgesik opioid seperti tramadol, petidin,
meperidin, dan lain-lain. Golongan salisilat, parasetamol, dan analgesik
antiinflamasi nonsteroid bekerja menghambat biosisntesis prostaglandin, sedangkan
analgesik opioid bekerja sebagai analgesik murni untuk nyeri sedang sampai berat,
misalnya tramadol, termasuk opioid lemah, bersifat nonnarkotik dengan mekanisme
kerjanya tidak menghambat prostaglandin melainkan menghambat pelepasan
serotonin yang dihasilkan oleh nyeri persalinan.17-9
Ada beberapa teknik pemberian analgesia persalinan invasif, seperti
intrathecal labor analgesia, dan continuous epidural analgesia.20-1 Teknik
pemberian analgesia ini juga memiliki keuntungan dan kerugian, seperti pada
continuous epidural analgesia, dapat terjadi partus lama, menurunkan partisipasi
ibu pada persalinan dengan menurunkan daya ekspulsi pada kala II, mempunyai
risiko untuk timbulnya hipotensi, dan membutuhkan ketrampilan khusus dalam
memberikan anestesia ini. Pada intrathecal labour analgesia (ILA), sering timbul
risiko pasca tindakan seperti postdural puncture headache, mual, muntah, pruritus
dan hipotensi, serta kemungkinan terjadinya depresi pernapasan akibat pemberian
yang terlalu tinggi.17-8,20-2
Pemberian analgesia parenteral pada persalinan memiliki beberapa
keuntungan seperti pemberiannya sederhana dan tidak membutuhkan tenaga
anestesi, memerlukan monitoring yang minimal, memberikan komplikasi yang
rendah insidensnya, dan dapat diberikan pada wanita yang takut akan anestesi
regional.
Mengingat di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung belum dilakukan
penelitian ini, maka peneliti berminat untuk melakukan penelitian ini.
Adapun tema sentral permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Persalinan umumnya disertai dengan adanya nyeri akibat kontraksi uterus.
Intensitas nyeri selama persalinan dapat mempengaruhi proses persalinan, dan
kesejahteraan janin. Nyeri persalinan dapat merangsang pelepasan mediator
kimiawi seperti prostaglandin, leukotrien, tromboksan, histamin, bradikinin,
substansi P, dan serotonin, akan membangkitkan stres yang menimbulkan sekresi
hormon seperti katekolamin dan steroid dengan akibat vasokonstriksi pembuluh
darah sehingga kontraksi uterus melemah. Sekresi hormon tersebut yang berlebihan
akan menimbulkan gangguan sirkulasi uteroplasenta sehingga terjadi hipoksia
janin. Pemberian analgetik diperlukan dalam mengurangi nyeri persalinan sehingga
dapat mengurangi hipoksia janin.
Berdasarkan hal tersebut diatas dan mengingat penelitian ini belum pernah
dilakukan di RS dr. Hasan Sadikin, maka penulis berkeinginan melakukan
penelitian mengenai pengaruh tramadol sebagai analgesia dalam upaya
mengurangi nyeri persalinan .
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pemberian tramadol intramuskular pada persalinan dapat
mengurangi nyeri persalinan ?
1.2.2 Apakah pemberian tramadol intramuskular pada persalinan akan
mempengaruhi tekanan darah, nadi, dan respirasi ibu ?
1.2.3 Apakah pemberian tramadol intramuskular pada persalinan akan
mempengaruhi bunyi jantung janin ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui pengaruh tramadol intramuskular sebagai analgesia dalam
mengatasi nyeri pada persalinan pervaginam.
1.3.2 Menilai pengaruh tramadol intramuskular terhadap tekanan darah, nadi, dan
respirasi ibu.
1.3.3 Menilai pengaruh tramadol intramuskular terhadap bunyi jantung janin.
1.4 Kegunaan Penelitian
Diharapkan dengan analgesia proses persalinan berlangsung tanpa nyeri,
tenang, aman, dan terkendali sebagai jawaban tuntutan obstetri modern.
SUBJEK DAN METODE PENELITIAN
2.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah primigravida parturien di ruang bersalin Rumah Sakit
jejaring: Rumah Sakit Umum dr. Syamsuddin Sukabumi, Rumah Sakit Umum
Cibabat, Rumah Sakit Umum Majalaya, dan Rumah Sakit Umum Ujung Berung
serta bersedia mengikuti penelitian. Subjek harus memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut:
2.1.1 Kriteria Inklusi
1. Primigravida berusia 20–35 tahun
1. Kehamilan aterm
2. Janin tunggal, hidup, presentasi belakang kepala
3. Persalinan kala I fase aktif dengan pembukaan serviks antara 3-5 cm
4. Kehamilan dan persalinan tanpa penyulit
5. Persalinan secara pervaginam
2.1.2 Kriteria Eksklusi
1. Pasien yang mendapat akselerasi persalinan.
2. Gangguan pernapasan
3. Riwayat alergi obat-obatan
6
2.2 Metode Penelitian
2.2.1 Bentuk dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan uji klinik
secara acak dan pengamatan tersamar tunggal. Penelitian dilakukan terhadap
parturien primigravida yang dikelompokkan pada dua kelompok, yaitu perlakuan
dan tanpa perlakuan. Kelompok perlakuan diberikan tramadol dan kelompok tanpa
perlakuan tidak diberikan tramadol kemudian dinilai nyeri persalinan dengan
menggunakan visual analogue scale, tekanan darah, nadi dan frekuensi pernapasan
ibu serta bunyi jantung janin .
Rancangan penelitian adalah sebagai berikut :
Tanpa Perlakuan Injeksi tramadol 100 mg I.M
Kriteria Inklusi
Randomisasi
1. Nyeri Persalinan 2. Tekanan darah , Nadi, dan Respirasi
ibu 3. Bunyi Jantung Janin
2.2.2 Cara Pemilihan dan Ukuran Sampel
Subjek penelitian adalah primigravida parturien di ruang bersalin rumah sakit
jejaring: Rumah Sakit Umum dr. Syamsuddin Sukabumi, Rumah Sakit Umum
Cibabat, Rumah Sakit Umum Majalaya, dan Rumah Sakit Umum Ujung Berung
serta bersedia mengikuti penelitian. Pemilihan subjek penelitian ke dalam kelompok
perlakuan dilakukan secara acak.
Jumlah sampel ditentukan berdasarkan taraf kepercayaan (confidence interval) 95%
dan kekuatan uji (power test) 80% dengan menetapkan persentase nyeri pada
kelompok normal tanpa perlakuan sebesar 80% dan kelompok yang mendapatkan
perlakuan diharapkan nyeri dapat diturunkan sampai sekitar 40%.21
Besar sampel ditentukan untuk menguji perbedaan dua proporsi, pada
penelitian ini dengan menggunakan rumus :
N = [ Zά √ 2 p (1-p) + Zβ √ p1 (1-p1) + p2 (1-p2)]²
(p1 – p2)²
dengan Zά dan Zβ diperoleh dari tabel distribusi normal standar, untuk taraf
kepercayaan 95% , Zά = 1,96 dan untuk power test 80% Zβ = 0,84.
Jadi:
N = [ 1,96 √ 2 (0,6) (0,4) + 0,84 √ 0,8 (0,2) + ),4 (0,6)] ²
(0,8-0,4)²
= [ 1,358 + 0,531] ² = 22 orang
(0,4)²
Jadi besar sampel adalah 22 orang perkelompok dengan kemungkinan
dikeluarkan sekitar 10%, maka diperlukan sampel sebesar:
N’ = 1 x 22 = 24 orang perkelompok
1-0,1
2.2.3 Batasan Operasional
Batasan dan penilaian kriteria di atas adalah:
1. Primigravida adalah seorang pasien yang baru pertama kali hamil
2. Persalinan aterm adalah jika pasien bersalin pada usia kehamilan antara 37
sampai 42 minggu dengan berat badan lahir lebih dari 2.500 gram.
3. Persalinan kala I, yaitu mulai awal persalinan sampai dengan pembukaan
serviks lengkap, dibagi dua yaitu kala I fase laten dan kala I fase aktif
4. Persalinan kala II, yaitu mulai pembukaan serviks lengkap sampai dengan lahir
bayi.
5. Persalinan kala III, yaitu periode setelah lahirnya bayi sampai lahir plasenta.
6. Nyeri persalinan adalah rasa sakit yang dirasakan oleh ibu saat bersalin
dinyatakan dengan nilai visual analogue scale 1 sampai 10.
7. Gawat janin adalah keadaan dimana janin mengalami penurunan kadar oksigen
dalam darah, yang dinyatakan dengan bunyi jantung anak > 160x/menit dan
kemudian menurun < 120x/menit serta tidak teratur.
8. Tekanan darah adalah penilaian keadaan ibu selama persalinan dilakukan tujuh
kali pada menit ke-0, 30, 60, 120, 240, kala II dan kala III dengan menggunakan
sfigmomanometer, dinyatakan dengan mmHg.
9. Nadi adalah penilaian keadaan ibu dengan memeriksa denyut nadi selama satu
menit, dilakukan tujuh kali pada menit ke-0, 30, 60, 120, 240, kala II dan kala
III.
10. Respirasi adalah penilaian frekuensi pernapasan selama satu menit, yang
dilakukan tujuh kali pada menit ke-0, 30, 60, 120, 240, kala II, dan kala III.
2.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus–Desember 2006 di ruang bersalin rumah
sakit jejaring: Rumah Sakit Umum dr. Syamsuddin Sukabumi, Rumah Sakit Umum
Majalaya, Rumah Sakit Umum Cibabat, dan Rumah Sakit Umum Ujung Berung.
2.4 Variabel Penelitian
2.4.1Variabel Independen
Pemberian tramadol
2.4.2 Variabel Dependen
Nyeri persalinan
Tekanan darah, nadi, dan respirasi ibu
Bunyi jantung janin
2.5 Tata Kerja Penelitian
Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis,
dilakukan pengukuran tekanan darah, nadi, dan respirasi kemudian secara acak
dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok tanpa
perlakuan.
Prosedur Randomisasi:
Buat persetujuan terlebih dahulu dengan pasien sebelum melakukan
penelitian.
Jika terpilih bilangan random (baca 1 digit) genap maka perlakuan adalah AB.
Jika terpilih bilangan random (baca 1 digit) ganjil maka perlakuan adalah BA.
Satu bilangan random untuk dua pasien ( A = perlakuan, B = tanpa perlakuan).
Selanjutnya pada kelompok perlakuan diberikan tramadol 100 mg intramuskular
pada saat kala I fase aktif (pembukaan 3-5 cm dan pendataran 70–90 %).
Pada kelompok perlakuan diberikan tramadol 100 mg intramuskular bila persalinan
telah mencapai kala I fase aktif (pembukaan 3-5 cm , pendataran 70–90 %)
sedangkan kelompok tanpa perlakuan tidak diberikan obat apapun. Dilakukan
penilaian rasa nyeri dengan menggunakan metode VAS (visual analog scale) yaitu
derajat nyeri diberi angka 0–10 , angka 0 menyatakan tidak nyeri, dan angka 10
menyatakan nyeri hebat.
Dilakukan penilaian nyeri persalinan dua kali, pertama oleh pasien dengan meminta
melingkari salah satu angka sesuai dengan derajat nyeri yang dirasakan pada
waktu-waktu yang telah ditentukan, kedua oleh pengamat dengan menilai mimik
penderita.
Penilaian nyeri dikelompokkan menjadi:
nyeri derajat 1 (nyeri ringan bila nilai VAS 0-3)
nyeri derajat 2 (nyeri sedang bila nilai VAS 4-6)
nyeri derajat 3 (nyeri berat bila nilai VAS 7-10)
Nyeri dinilai sebelum obat diberikan (0 menit) dan setelah 30 menit, 60 menit, 120
menit, 240 menit, dan pada saat pembukaan lengkap sampai kala III berakhir,
demikian juga tekanan darah, nadi, respirasi ibu dan bunyi jantung janin.
2.6 Pengolahan Data/Analisis Statistik
Data penelitian yang terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis dengan
menggunakan program statistik SPSS versi 10 , yaitu proporsi nyeri diuji secara uji
chi kuadrat dan Eksak Fisher, tekanan darah dan nadi diuji secara uji t, frekuensi
respirasi diuji secara chi kuadrat dan bunyi jantung janin diuji secara uji t , dan
kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0,05.
2.7 Implikasi Etik pada Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada subjek penelitian dengan memberikan tramadol 100
mg secara intramuskular , dengan gangguan kenyamanan berupa rasa sakit akibat
injeksi intramuscular. Efek samping yang dapat timbul akibat pemberian tramadol
seperti sakit kepala, mulut kering, perpirasi, dyspepsia, dan lain-lain.
Kerugian yang dirasakan subjek penelitian yang berpartisipasi pada penelitian ini
adalah:
1. Risiko dampak samping yang mungkin timbul
2. Menyangkut data/rahasia pribadi subjek
Sehubungan hal diatas, kepada subjek penelitian diminta persetujuan tanpa paksa
dalam bentuk informed consent, yang sebelumnya kepada yang bersangkutan telah
diberikan penerangan mengenai maksud, tujuan penelitian, dan keuntungan serta
kerugian apabila turut serta dalam penelitian. Subjek penelitian diberi kebebasan
untuk menolak turut serta dalam penelitian. Nama subjek akan dirahasiakan,
komposisi obat yang diberikan, cara pemberian, dan khasiat obat akan dijelaskan.
Bila terjadi efek samping terhadap subjek penelitian, segera dilakukan terapi
dengan biaya dari peneliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
Dari periode penelitian bulan Agustus 2006 sampai Desember 2006, didapatkan 48
primigravida parturien yang memenuhi kriteria inklusi, sebanyak 24 orang setelah
dilakukan random termasuk dalam kelompok perlakuan, dan 24 orang lagi termasuk
dalam kelompok tanpa perlakuan. Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut:
14
Tabel 3.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Kelompok Karakteristik
Perlakuan (n = 24)
Tanpa Perlakuan (n = 24)
Kemaknaan
Usia (tahun)
x (SB) 24,4 (4,1) 23,3 (3,4) t = 1,0 Rentang 20 - 35 20 - 31 p = 0,322
Pendidikan
SD 6 4 x 2 = 4,316 SMP 9 8 p = 0,229 SMU 4 10 PT 5 2
PNC (kali)
2 1 0 x 2 = 0,0 3 - 6 4 5 p = 1,0 > 7 19 19
Berat badan bayi (gram)
x (SB) 3.100 (287) 3.187,5 (382.8) t = 0,9 Rentang 2.500 – 3.700 2.500 – 3.800 p = 0,375
Keterangan: t = uji t; x 2 = uji chi kuadrat
Tabel 3. 1 menyajikan data dasar dari kedua kelompok penelitian, tampak dari segi
usia, pendidikan, PNC, dan berat badan lahir antara kedua kelompok tidak berbeda
bermakna (p >0,05). Dari homogenitas subjek penelitian, maka kedua kelompok
layak diperbandingkan.
Tabel 3.2 Perbandingan Rerata Sistole pada Kedua Kelompok Penelitian
Kelompok
Sistole Perlakuan
(n = 24)
Tanpa Perlakuan
(n = 24)
t Nilai p
Menit ke-0
X (SD) 122 (7,2) 120 (8,1) 1,13 0,263 Rentang 110 - 130 110 - 130 Menit ke-30
X (SD) 108 (9,9) 106 (6,4) 1,03 0,306 Rentang 100 - 130 100 - 120 Menit ke-60
X (SD) 105 (8,3) 103 (4,9) 1,06 0,296 Rentang 100 - 120 100 - 110 Menit ke-120
X (SD) 108 (9,9) 106 (6,4) 1,03 0,306 Rentang 100 - 130 100 - 120 Menit ke-240
X (SD) 122 (7,2) 120 (8,1) 1,13 0,263 Rentang 110 - 130 110 - 130 Kala II
X (SD) 122 (4,1) 123 (4,8) 0,96 0,340 Rentang 120 - 130 120 - 130 Kala III
X (SD) 101 (3,8) 103 (4,9) 1,64 0,109 Rentang 100 - 110 100 - 110
Keterangan: t = uji t
Dari tabel 3.2 tampak gambaran rerata sistole pada menit ke-0 , 30, 60, 120, 240,
kala II dan kala III pada kedua kelompok penelitian tidak menunjukkan perbedaan
yang bermakna (p > 0,05).
Tabel 3.3 Perbandingan Rerata Diastole pada Kedua Kelompok Penelitian
Kelompok
Diastole Perlakuan
(n = 24)
Tanpa Perlakuan
(n = 24)
t Nilai p
Menit ke-0
X (SD) 80 (7,5) 78 (6,4) 1,04 0,305 Rentang 70 - 90 70 - 90 Menit ke-30
X (SD) 75 (5,1) 75 (5,9) 0,00 1 Rentang 70 - 80 60 - 80 Menit ke-60
X (SD) 80 (7,5) 78 (6,4) 1,04 0,305 Rentang 70 - 90 70 - 90 Menit ke-120
X (SD) 80 80 0,00 1 Rentang 80 80 Menit ke-240
X (SD) 80 80 0,00 1 Rentang 80 80 Kala II
X (SD) 81 (3,3) 80 (6,5) 0,83 0,4 Rentang 80 - 90 70 - 90 Kala III
X (SD) 76 (4,9) 73 (4,9) 1,75 0,08 Rentang 70 - 80 70 - 90
Keterangan: t = uji t
Rerata diastole pada kedua kelompok penelitian tampak pada tabel 3.3, tidak
menunjukkan perbedaan yang bermakna (p > 0,05).
Tabel 3.4 Perbandingan Rerata Nadi pada Kedua Kelompok Penelitian
Kelompok
Nadi Perlakuan
(n = 24)
Tanpa Perlakuan
(n = 24)
t Nilai p
Menit ke-0
X (SD) 86 (5,8) 85 (4,6) 0,75 0,457 Rentang 80 - 100 80 - 96 Menit ke-30
X (SD) 82 (3,8) 82 (3,7) 0,08 0,939 Rentang 74 - 88 74 - 90 Menit ke-60
X (SD) 82 (3,8) 82 (3,7) 0,08 0,939 Rentang 74 - 88 74 - 90 Menit ke-120
X (SD) 81 (1,7) 82 (2,0) 1,22 0,229 Rentang 80 - 84 80 - 84 Menit ke-240
X (SD) 81 (1,7) 82 (2,0) 1,22 0,229 Rentang 80 - 84 80 - 84 Kala II
X (SD) 88 (1,3) 88 (1,3) 0,00 1 Rentang 88 - 92 88 - 92 Kala III
X (SD) 80 (1,3) 80 (1,3) 0,00 1 Rentang 80 - 84 80 - 84
Keterangan: t = uji t
Rerata nadi pada tabel 3.4 tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada
kedua kelompok penelitian (p > 0,05).
Tabel 3.5 Perbandingan Respirasi pada Kedua Kelompok Penelitian.
Kelompok
Respirasi Perlakuan
(n = 24)
Tanpa Perlakuan
(n = 24)
X2 Nilai p
Menit ke-0
20 20 16 1,778 0,182 24 4 8 28 0 0 Menit ke-30
20 21 13 6,882 0,03 24 0 2 28 3 9 Menit ke-60
20 21 13 6,882 0,03 24 3 2 28 0 9 Menit ke-120
20 21 13 6,882 0,03 24 3 2 28 0 9 Menit ke-240
20 21 13 6,882 0,03 24 3 2 28 0 9 Kala II
20 0 0 7,377 0,066 24 13 4 28 11 20 Kala III
20 21 20 0,167 0,682 24 3 4 28 0 0
Keterangan X2 = uji chi kuadrat
Gambaran frekuensi respirasi pada Tabel 3.5 sedikit meningkat pada kelompok
tanpa perlakuan yang diobservasi pada menit ke-30 , 60, 120, 240 dan kala II tetapi
secara klinis tetap dalam batas normal, karena frekuensi pernapasan normal adalah
16–28 kali/menit.
Tabel 3.6 Perbandingan Derajat Nyeri Berdasarkan Persepsi Pasien.
Kelompok
Derajat Nyeri Perlakuan
(n = 24)
Tanpa Perlakuan
(n = 24)
X 2 Nilai p
Menit 0 4,15 0,042
ringan - - sedang 6 14 berat 18 10 Menit 30 - 0,004 *)
ringan - - sedang 24 15
berat - 9 Menit 60 9,38 0,002
ringan - - sedang 21 11
berat 3 13 Menit 120 14,72 < 0,001
ringan - - sedang 21 7 berat 3 17
Menit 240 33,57 < 0,001
ringan - - sedang 21 1 berat 3 23
Kala II - 1,0 *)
ringan - - sedang 1 - berat 23 24
Kala III - 0,701 *)
ringan - - sedang 21 19 berat 3 5
Keterangan: *) berdasarkan uji Eksak Fisher
Penilaian derajat nyeri oleh pasien terlihat pada Tabel 3.6 yang dilakukan dengan
cara wawancara terhadap pasien dan memperlihatkan gambar skala nyeri yang
berisi skala 1–10. Hasilnya adalah pada menit ke–0 kedua kelompok menunjukkan
derajat nyeri skala berat, menit ke-30 sampai menit ke-240 kelompok perlakuan
menunjukkan derajat nyeri yang lebih ringan dalam arti berkurang, kecuali pada
kala II dan kala III kedua kelompok menunjukkan gambaran yang sama.
Tabel 3.7 Perbandingan Derajat Nyeri Berdasarkan Data Pengamat
Kelompok
Derajat Nyeri Perlakuan
(n = 24)
Tanpa Perlakuan
(n = 24)
X 2 Nilai p
Menit 0 4,15 0,042
ringan - - sedang 10 17 berat 14 7 Menit 30 - 0,004 *)
ringan - - sedang 24 16
berat - 8 Menit 60 9,38 0,002
ringan - - sedang 21 11
berat 3 13 Menit 120 14,72 < 0,001
ringan - - sedang 21 8 berat 3 16
Menit 240 - < 0,001*)
ringan - - sedang 21 1 berat 3 23
Kala II - 1,0 *)
ringan - - sedang 1 - berat 23 24
Kala III - 0,701 *)
ringan - - sedang 21 19 berat 3 5
Keterangan: *) berdasarkan uji Eksak Fisher
Tabel 3.7 memperlihatkan penilaian derajat nyeri oleh pengamat yang dilakukan
dengan cara melihat mimik wajah pasien dan mempergunakan gambar skala nyeri
yang berisi skala 1–10. Hasilnya adalah pada menit ke–0 kedua kelompok
menunjukkan derajat nyeri skala berat, menit ke-30 sampai menit ke-240
kelompok perlakuan menunjukkan derajat nyeri yang lebih ringan dalam arti
berkurang, kecuali pada kala II dan kala III kedua kelompok menunjukkan
gambaran yang sama.
Tabel 3.8. Perbandingan Bunyi Jantung Janin pada Kedua Kelompok
Perlakuan
Kelompok
Bunyi Jantung Janin Perlakuan
(n = 24)
Tanpa Perlakuan
(n = 24)
t Nilai p
Menit ke-0
X (SD) 140,7(6,1) 143,5(6,1) 1,60 0,116 Rentang 130 - 152 136 - 154 Menit ke-30
X (SD) 142,2(5,7) 142,6(4,6) 0,06 0,956 Rentang 134 - 154 134 - 154 Menit ke-60
X (SD) 142,0(5,2) 144,2(5,7) 1,44 0,158 Rentang 136 - 152 136 - 148 Menit ke-120
X (SD) 142,0(5,1) 143,4(6,0) 0,86 0,396 Rentang 136 - 148 140 - 152 Menit ke-240
X (SD) 142,8(5,1) 142,7(5,5) 0,11 0,914 Rentang 134 - 154 134 - 156 Kala II
X (SD) 137,8(12,0) 137,8(9,6) 0,03 0,979 Rentang 120 - 156 120 - 156
Keterangan: t = uji t
Rerata bunyi jantung janin pada Tabel 3.8 pada menit ke-0 sampai kala II tidak
menunjukkan perbedaan yang bermakna (p> 0,05) pada kedua kelompok penelitian.
Tabel 3.9 Perbandingan APGAR pada Kedua Kelompok Perlakuan
Kelompok
APGAR Perlakuan
(n = 24)
Tanpa Perlakuan
(n = 24)
Kemaknaan
APGAR 1 menit
0 - 3 0 0 X 2 = 1,778 4 - 6 8 5 P = 0,182 > 7 16 19
APGAR 5 menit
0 - 3 0 0 P ef = 1,0 4 - 6 0 0 > 7 24 24
Keterangan: Pef = nilai p berdasarkan uji Eksak Fisher.
Rerata APGAR 1 menit dan 5 menit tampak pada Tabel 3.9 pada kedua kelompok
tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p > 0,05).
4.1 Pembahasan
4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian .
Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia, pendidikan, prenatal care, dan
berat badan lahir merupakan faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi
intensitas nyeri yang timbul . Pada penelitian ini dapat kita lihat bahwa subjek
penelitian adalah usia reproduksi dengan pendidikan SMP–SMU. Umumnya subjek
mempunyai kesadaran yang cukup tinggi memeriksakan kehamilannya secara
teratur yaitu > 7 kali, mayoritas di bidan.
Berdasarkan kelompok usia subjek penelitian, tidak didapatkan perbedaan
yang bermakna antara kedua kelompok, baik dengan perlakuan maupun tanpa
perlakuan. Rerata kelompok usia subjek penelitian adalah 24,4 tahun pada
kelompok perlakuan dan 23,3 tahun pada kelompok tanpa perlakuan. Jadi kedua
kelompok dalam kurun reproduksi yang sehat.
Dari sebaran kelompok pendidikan , tidak menunjukkan perbedaan yang
bermakna antara kedua kelompok. Pada kelompok perlakuan terbanyak adalah SMP
sembilan orang dan pada kelompok tanpa perlakuan terbanyak adalah SMU
sepuluh orang.
Dari sebaran jumlah prenatal care, baik kelompok perlakuan maupun tanpa
perlakuan umumnya lebih dari tujuh kali. Secara statistik tidak ditemukan
perbedaan bermakna antara kedua kelompok.
Rerata berat badan lahir pada sampel penelitian ini 2.500 – 3.800 gram dan
rerata berat badan lahir bayi pada kelompok perlakuan adalah 3.100 gram serta
rerata berat badan lahir pada kelompok tanpa perlakuan adalah 3.187,5 gram.
Pada penelitian ini tampak bahwa subjek penelitian merupakan suatu
populasi yang homogen dan layak untuk diperbandingkan.
4.1.2 Perbandingan Rerata Tekanan Darah
Rerata tekanan darah yang diobservasi dari menit ke-0 sampai kala III dalam batas
normal dan secara statistik dinyatakan tidak berbeda bermakna. Sistole menit ke-0
pada kedua kelompok dalam batas normal antara 110-130 mmHg. Diastole kedua
kelompok dalam batas normal antara 70–90 mmHg. Observasi dilakukan dari
menit ke-0 sampai kala III menunjukkan rerata sistole pada kelompok perlakuan
adalah antara 101–122 mmHg dengan rentang 100–130 mmHg, dan diastole 75–81
mmHg dengan rentang 70–90 mmHg. Pada kelompok tanpa perlakuan didapatkan
rerata sistole 103–123 mmHg dengan rentang 110-130 mmHg serta diastole 73–80
mmHg dengan rentang 70–90 mmHg. Long dan Yue menemukan tidak adanya
perbedaan bermakna tekanan darah sistolik dan diastolik, serta heart rate pada
pasien yang diberikan tramadol intravenus.23 Rerungan juga tidak menemukan
adanya perbedaan yang bermakna pada tekanan darah sistolik, diastolik dan nadi.24
Hal ini disebabkan tramadol bekerja sentral pada neurotransmitter noradrenergik
dan serotonergik dengan meningkatkan aktivitas saraf penghambat monoaminergik.
Peningkatan aktivitas tersebut menyebabkan transmisi nyeri dihambat, tekanan
darah dan nadi tidak akan meningkat. Pemberian secara intramuskular
menyebabkan absorbsi terjadi lebih lambat, sehingga efek sampingnya lebih kecil.
4.2.3 Perbandingan Rerata Nadi
Rerata nadi yang diobservasi dari menit ke-0 sampai kala III dalam batas normal
dan secara statistik dinyatakan tidak berbeda bermakna. Observasi dilakukan dari
menit ke-0 sampai kala III menunjukkan rerata nadi adalah antara 80–88 kali/menit
dengan rentang 74–100 kali/menit pada kelompok perlakuan dan pada kelompok
tanpa perlakuan 81–88 kali/menit dengan rentang 74–96 kali/menit. Long dan Yue
menemukan tidak adanya perbedaan bermakna tekanan darah sistolik dan diastolik,
serta heart rate pada pasien yang diberikan tramadol intravenus.23 Rerungan juga
tidak menemukan adanya perbedaan yang bermakna pada tekanan darah sistolik,
diastolik dan nadi.24 Hal ini disebabkan karena tramadol bekerja sentral pada
neurotransmitter noradrenergik dan serotonergik dengan meningkatkan aktivitas
saraf penghambat monoaminergik. Peningkatan aktivitas tersebut menyebabkan
transmisi nyeri dihambat, tekanan darah dan nadi tidak akan meningkat. Pemberian
secara intramuskular menyebabkan absorbsi terjadi lebih lambat , sehingga efek
sampingnya lebih kecil.
4.2.4 Perbandingan Respirasi
Respirasi pada kedua kelompok pada menit ke-0 dalam batas normal dan secara
statistik dinyatakan tidak bermakna. (p > 0,05). Pada menit ke-30 sampai kala II,
didapatkan respirasi sedikit meningkat walaupun tetap dalam batas normal (16–28
kali/menit) yaitu respirasi 28 kali per menit ditemukan sebanyak sembilan orang
pada kelompok tanpa perlakuan. Hal ini berarti bahwa sembilan orang tetap
merasakan nyeri persalinan yang tinggi yang dapat meningkatkan ventilasi. Pada
kelompok perlakuan, hanya tiga orang yang tetap merasakan derajat nyeri yang
tinggi sehingga mengakibatkan peningkatan ventilasi. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan pemberian tramadol nyeri persalinan dapat berkurang sehingga respirasi
tidak meningkat, secara statistik dinyatakan bermakna (p< 0,05). Pada kala III
respirasi kembali menurun oleh karena nyeri sudah berkurang pada kedua kelompok
penelitian dan dinyatakan tidak bermakna secara statistik (p>0,05). Jain dkk yang
membandingkan pemberian tramadol secara intramuskular dengan epidural juga
tidak menemukan adanya depresi pernapasan.21 Rerungan tidak menemukan
adanya depresi pernapasan pada pemberian tramadol dalam mengatasi nyeri
persalinan.24
4.2.5 Perbandingan Derajat Nyeri
Rerata derajat nyeri pada persalinan kala I fase aktif dengan metode visual
analogue scale adalah derajat sedang–berat , skor 4-6 sampai 7–10. Beberapa
penelitian menemukan bahwa nilai VAS pada pembukaan 3– 5 cm adalah antara 6,9
sampai 8,3 dengan demikian derajat nyerinya kurang lebih sama .1 Pada persepsi
pasien dan pengamatan , didapatkan perubahan derajat nyeri mulai menit ke-30
sampai menit ke-240 dari derajat berat menjadi sedang , secara statistik dinyatakan
bermakna. Kala II dan III tidak ditemukan perbedaan yang bermakna, terutama pada
kala II baik pada kelompok perlakuan maupun tanpa perlakuan keduanya
menunjukkan nyeri yang berat. Tiga kasus pada kelompok perlakuan tidak
menunjukkan adanya perubahan derajat nyeri. Jain menemukan dua pertiga
kelompok yang mendapatkan tramadol intramuskular mengalami penurunan nyeri
menjadi derajat sedang, dan pada kala II 87,5% mengalami nyeri berat.21 Bricker
dan Lavender mendapatkan 77% sampel mengalami penurunan nyeri dari derajat
berat menjadi sedang dan ringan.18
4.2.6 Perbandingan Bunyi Jantung Janin
Penilaian bunyi jantung janin pada menit ke-0 sampai kala II pada kedua kelompok
penelitian dinyatakan tidak bermakna secara statistik ( p>0,05). Pada observasi
yang dimulai dari menit ke-0 sampai kala II didapatkan rerata bunyi jantung janin
bervariasi antara 137,8 (12,0) – 142,8 (5,1) kali/menit dengan rentang 120–156
kali/menit pada kelompok perlakuan dan 137,8 (9,6)–143,5 (6,2) kali/menit dengan
rentang 120–156 kali/menit pada kelompok tanpa perlakuan. Sardesai tidak
menemukan adanya komplikasi pada neonatus setelah pemberian tramadol 50 mg
intramuskular.25
4.2.7 Perbandingan APGAR
Penilaian APGAR 1 menit dan 5 menit pada kelompok perlakuan dan tanpa
perlakuan tidak bermakna secara statistik (p>0,05). Pada kelompok perlakuan
didapatkan delapan kasus dengan asfiksia ringan –sedang pada APGAR 1 menit dan
16 kasus tidak asfiksia, hal ini menunjukkan pemberian tramadol tidak
mempengaruhi APGAR. Sardesai dkk, tidak menemukan adanya komplikasi pada
neonatus setelah pemberian tramadol 50 mg intramuskuler.25
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pemberian tramadol intramuskular dapat mengurangi nyeri persalinan
pada kala I, tetapi tidak mampu mengurangi nyeri persalinan pada kala II
dan kala III.
2. Pemberian tramadol intramuskular tidak mempengaruhi tekanan darah,
nadi dan respirasi ibu.
3. Pemberian tramadol intramuskular tidak mempengaruhi bunyi jantung
janin dan APGAR bayi.
5.2 Saran
Injeksi tramadol intramuskular dapat digunakan untuk mengurangi nyeri
persalinan kala I.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Anita A, Ocviyanti D, Wishnuwardhani SD, Handaya. Gambaran intensitas
nyeri pada persalinan menggunakan metode VAS dan VRS. MOGI. 2002;
26(4):hal 189–250.
2. Read DG. Childbirth without Fear. Edisi ke-5. New York: Harper and
Row;1984:hal. 26–35.
3. Bonica JJ. The nature of the pain of parturition. Dalam : Bonica JJ.
McDonald JS. Principles and practice of obstetric analgesia and anesthesia.
Philadelphia: Williams and Wilkins;1995:hal. 243–73.
4. Schats R. Deleterious effect of parturition pain. Dalam: Muhimin M,
Sembalangi H, Iskandar S, Wulung RL. Penanggulangan nyeri pada
persalinan. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;1986:hal.3–6
5. Kliot DA. Kliot H. Emotional components of labor and delivery. Dalam :
Zatuhni GI. Laferla JJ, Gynecology and obstetrics. Connecticut : Lippincott
Co;1989:hal.1–13.
6. Josoprawiro MJ. Pengaruh analgesia epidural terhadap persalinan dan
keadaan janin. Dalam : Muhimin M, Sembalangi H, Iskandar S, Wulung RL.
Penanggulangan nyeri pada persalinan. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;1986:hal.107-16
7. Bonica JJ, McDonald JS. The pain of childbirth. Dalam: Bonica JJ. The
management of pain. Edisi ke-2. Philadelphia: Lea & Febiger;1995:hal.
243–73.
8. Jatmika W. Hubungan skor kecemasan dengan lama persalinan kala I. Tesis.
Semarang: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro;1999.
9. Mulyata St. Pendekatan psikologis dapat berperan sebagai analgesi nyeri
persalinan. Surakarta. Bagian Anestesi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran
Universitas Negeri Surakarta/RSUD Dr. Moewardi;2004:hal.251–60.
10. Reeder SJ. Maternity nursing, family, new born, and women’s health care.
Edisi 18. Lippincott,Philadelphia;1997:hal.573-616.
11. Sirait RH. Pengaruh penambahan epinefrin pada kombinasi morfin dan
bupivakain intratekal dalam mengatasi nyeri persalinan ditinjau dari lama
analgesia, lama persalinan dan efek samping. Tesis. Bandung. Bagian
Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran;
2002.
12. Lauretti GR. Mechanisms of labor pain. Dalam: Norris MC. Obstetric
anesthesia. Edisi ke-2. Philadelphia.Lippincott Williams &Wilkins;1999:hal.
235–47.
13. Katz J. Melzack R. Pain measurement in persons in pain. Dalam : Wall PD.
Melzacks R . Textbook of Pain. Edinburg : Churchill Livingstone;1994:hal.
337–51.
14. Gentz B. Alternative therapies for the management of pain in labor and
delivery. Clin.Ob Gynecol.2001;44:hal. 704–32
15. Shepherd D. Pain relief in labour (serial online) (diakses 15 Januari 2006).
Tersedia dari : http // www. Womens health. Co.uk.
16. Rudra A. Pain relief in labour – review article (serial online) (diakses 15
Januari 2006) Tersedia dari : http // www nda.ox.ac.uk. html.
17. Birnbach DJ. Analgesia for labor. NEJM. 1997;337:hal.1764–6.
18. Bricker L, Lavender T. Parenteral opioids for labor pain relief : a systematic
review. AJOG.2002:186(5):1-30 .
19. Wilmana PF. Analgesik antipiretik, analgesik anti-inflamasi non steroid dan
obat pirai. Dalam : Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD,
Purwantyastuti, Nafrialdi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4 . Jakarta. Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;1995: hal.207-22.
20. Camann W. Pain relief during labor. NEJM.2005;352:hal. 718 – 20.
21. Jain S, Arya VK, Gopalan S, Jain V. Analgesic efficacy of intramuscular
opioids versus epidural analgesia in labor. Int J Gynecol Obstet 2003; 83 :
19–27.
22. Biswass MK, Craigo SB. The course and conduct of normal labor &
delivery. Dalam : DeCherney AH. Pernoll ML . Current Obstetric and
Gynecologic Diagnosis & Treatment, Edisi ke-8. Connecticut : Appleton &
Lange;1994:hal. 202–26.
23. Long J, Yue Y. Patient controlled intravenous analgesia with tramadol for
labor pain relief. Chin Med J. 2003;116(11):hal.1752–5
24. Rerungan E. Penggunaan modifikasi analgesia balans sebagai metode
pengelolaan nyeri persalinan normal. Tesis. Makassar. Bagian Obstetri dan
Ginekologi Universitas Hasanuddin;2002.
25. Sardesai SP, Jain U, Baxi G. Programmed labour: modern management of
labour. (serial online) (diakses 12 Desember 2005). Tersedia dari :
http://www.geocities.com solapurmedicojurnal htm.
PERBEDAAN LAMANYA NYERI PASCA SALIN PADA LUKA
EPISIOTOMI DIBANDINGKAN DENGAN RUPTUR PERINEUM
SPONTAN
Tita Husnitawati Madjid
BAGIAN UPF. BSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT DR HASAN SADIKIN
BANDUNG
Dipresentasikan pada PIT POGI