pendahuluan 1.1 latar belakang sayuran merupakan komoditi
TRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sayuran merupakan komoditi yang berprospek cerah, karena dibutuhkan
sehari hari dan permintaannya cenderung terus meningkat Sebagaimana jenis
tanaman hortikultura lainnya, kebanyakan tanaman sayuran mempunyai nilai
komersial yang cukup tinggi. Kenyataan ini dapat dipahami sebab sayuran
senantiasa dikonsumsi setiap saat.
Sawi (Brassica chinensis L) merupakan salah satu jenis sayur yang
digemari oleh masyarakat Indonesia. Konsumennya mulai dari golongan
masyarakat kelas bawah hingga golongan masyarakat kelas atas. Di Indonesia
sendiri banyak sekali jenis masakan atau penganan yang menggunakan daun sawi,
baik sebagai bahan pokok maupun sebagai bahan pelengkapnya.Hal tersebut
menunjukkan bahwa dari aspek sosial, masyarakat sudah menerima kehadiran
sawi untuk konsumsi sehari-hari.
Potensi hasil sawi dapat mencapai 40 ton ha-1 namun rata-rata hasil sawi
di Indonesia hanya 9 ton ha-1 (Rukmana,1994). Jika bibitnya disemaikan dalam
pot perkecambahan, hasilnya dapat mencapai 89,23 ton ha-1 (Kalisz and Cebula,
2002). Salah satu kendala yang dihadapi adalah faktor tanah. Sawi menghendaki
kondisi tanah yang gembur, banyak mengandung humus dan subur baik secara
fisik kimia maupun biologi. Untuk itu diperlukan pengelolaan tanah yang lebih
intensif yang diikuti dengan usaha perbaikan kesuburan tanah, salah satunya
adalah dengan penambahan bahan organik berupa kompos.
1
2
Pupuk organik dapat bersumber dari kotoran hewan, limbah rumah tangga
serta dari seresah tumbuhan. Namun kotoran hewan maupun limbah rumah tangga
sebagai bahan baku pupuk organik tidak selamanya tersedia. Disisi lain, banyak
jenis gulma (tumbuhan pengganggu) yang berpotensi sebagai sumber pupuk
organik, diantaranya adalah gulma tusuk konde dan kirinyu.
Dengan demikian, gulma memiliki potensi yang besar sebagai sumber
bahan organik yang dapat menggantikan atau mensubstitusi pupuk kimia dalam
budidaya tanaman pertanian.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut :
1. Apakah dengan pemberian pupuk organik tusuk konde dan kirinyu berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi.
2. Pada dosis berapakah pupuk organik tusuk konde dan kirinyu berpengaruh
paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi.
I.1 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh dosis
pupuk organik tusuk konde dan kirinyu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
sawi.
Kegunaan penelitian ini untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh
dosis pupuk organik tusuk konde dan kirinyu terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman sawi.
3
I.2 Kerangka Pemikiran
Dalam teknik budidaya tanaman sayuran, harus diperhatikan faktor-faktor
yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhannya, salah satunya adalah
faktor tanah. Tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman, juga merupakan
suatu bentuk ekosistem dinamis yang tersusun atas berbagai komponen penting
seperti air, unsur mineral, bahan organik, mikroorganisme serta udara.
Upaya yang dapat ditempuh untuk dapat meningkatkan kesuburan tanah
dan hasil tanaman dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik. Pupuk
organik yang biasa digunakan untuk budidaya tanaman sayuran adalah pupuk
kandang, pupuk hijau, kompos, bokashi, dan kascing.
Kompos Salvinia molesta pada dosis 6 ton ha-1 dan Chromolaena dengan
kandungan N= 2,65% dan K = 1,90% terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman (Raju and Gangwar, 2004; Chandrashekar and Gajanana, 2006). Gulma
lain, tusuk konde (Wedelia trilobata), mempunyai potensi sebagai sumber bahan
organik karena mengandung N yang tinggi (Handayani et al., 2002). Di samping
itu tusuk konde juga dapat memperbaiki agregat tanah, porositas tanah serta
kandungan C-organik tanah (Dewi, 2003).
Pemberian pupuk organik tusuk konde dan kirinyu secara bertahap akan
mengembalikan kondisi kesuburan tanah, sehingga pupuk organik bukan saja
sebagai penyubur tanaman tetapi juga sebagai soil condisioner. Penggunaan bahan
organik secara continue akan memperbaiki stuktur dan tekstur tanah , hal ini
karena bahan organik akan diuraikan oleh organisme tanah dan mempunyai sifat
sebagai pengikat butir tanah menjadi butir yang lebih besar. Bakteri decomposer
4
yang terkandung dan diberikan pada bahan organik akan berkembang dan ikut
membantu dalam perbaikan kondisi tanah juga meningkatkan hasil dan
produktivitas tanaman.
I.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Pemberian pupuk organik tusuk konde dan kirinyu berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman sawi.
2. Salah satu dosis pupuk organik tusuk konde dan kirinyu berpengaruh paling
baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tinjauan Umum Tanaman Sawi
Sawi (Brassica chinensis L) adalah sekelompok tumbuhan yang
dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar
maupun diolah. Sawi berasal dari Tiongkok dan Asia Timur, kemudian menyebar
luas ke Taiwan dan Philipina. Masuknya sawi ke wilayah Indonesia diduga pada
abad XIX bersamaan dengan lintas perdagangan jenis sayuran subtropis lainnya
terutama kelompok kubis-kubisan (Cruciferae). Menurut Sumaryono (1995),
klasifikasi tanaman sawi adalah:
Divisio : Spermathophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales (Brassicales).
Familia : Cruciferae (Brassicaceae).
Genus : Brassica.
Spesies : Brassica chinensis L
Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus,
tidak berbulu, dan tidak berkrop. tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna
putih kehijauan. Perkecambahannya epigeal., sewaktu muda tumbuh lemah, tetapi
setelah daun ketiga dan seterusnya akan membentuk setengah roset dengan batang
yang cukup tebal, namun tidak berkayu. Menjelang berbunga sifat rosetnya agak
menghilang, menampakkan batangnya. Bunganya kecil, tersusun majemuk
berkarang. Mahkota bunganya berwarna kuning, berjumlah 4 (khas Brassicaceae).
5
6
Benang sarinya 6, mengelilingi satu putik. Buahnya menyerupai polong tetapi
memiliki dua daun buah dan disebut siliqua. Sawi dipanen paling lama pada umur
70 hari., paling pendek umur 40 hari.
Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun
berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran
tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter
sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya
dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500
meter dpl.
Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam
sepanjang tahun. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan
hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab.
Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan
demikian, tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim penghujan.
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak
mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman
(pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH
7.
II.2 Tusuk Konde dan Kirinyu Sebagai Bahan Dasar Pupuk Organik
Tusuk konde (Wedelia trilobata) dan kirinyu (Chlomolaena odorata)
merupakan salah satu bahan dasar pupuk organik yang diantaranya berperan
dalam meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan karakteristik
7
tanah,meeningkatkan aktivitas mikroba tanah, dan meningkatkan kualitas serta
kuantitas hasil panen. Kandungan asam amino kirinyu yaitu alanine (4,03%),
arginine (4,96%), glysine (4,61%), lysine (2,01%), methionine (1,58%), cystine
(1,30%), leucine (7,01%), valine (6,20), dan asam glutamic (9,38%) (Marthen,
2007). Disamping itu juga tusuk konde dan kirinyu mengandung senyawa fenol,
alkaloid, triterpenoid, tanin,flavonoid (eupatorin) dan limonen. Tusuk konde dan
kirinyu yang digunakan sebagai pupuk organik dikomposkan terlebih dahulu
dengan menambahkan EM-4 dalam. Lamanya pengomposan 14 hari.
8
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di rumah kawat Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu. Waktu percobaan dilaksanakan dari bulan November 2006 sampai
Februari 2007
3.2 Bahan dan Alat Percobaan
Bahan yang digunakan dalam perccoban ini adalah benih sawi, tanah,
pupuk urea, pupuk organik tusuk konde dan kirinyu. Peralatan yang digunakan
adalah polybag, alat ukur (mistar dan timbangan), gelas ukur, oven. embrat, dan
alat-alat tulis.
3.3 Rancangan Percobaan
3.3.1 Rancangan Lingkungan
Rancangan lingkungan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan faktor tunggal yang diulang tiga kali.
III.3.2 Rancangan Perlakuan
Perlakuan berupa dosis pupuk organik tusuk konde dan kirinyu, sebagai
berikut :
A ( pupuk organik tusuk konde = 18 ton ha-1 (45 g tan-1) )
B ( pupuk organik tusuk konde = 23 ton ha-1 (57,5 g tan-1) )
C ( pupuk organik tusuk konde = 28 ton ha-1 (70 g tan-1) )
D ( pupuk organik kirinyu = 15 ton ha-1 (37,5 g tan-1) )
E ( pupuk organik kirinyu = 20,6 ton ha-1 (51,5 g tan-1) )
F ( pupuk organik kirinyu = 25 ton ha-1 (62,5 g tan-1) )
8
9
3.3.3 Rancangan Respon
Pengamatan terdiri dari jumlah daun, panjang tajuk, tingkat kehijauan
daun (Chlorofilmeter SPAD-502 Minolta), bobot segar tajuk dan akar serta bobot
kering tajuk dan akar.
3.3.4 Rancangan Analisis
Model analisis ragam yang digunakan pada percobaan ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Model linier yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Yij = µ + αj+ εij
Dimana :
Yij = Nilai pengamatan pada ulangan ke-i, α paga taraf ke- j
µ = Rata-rata umum
αj = Pengaruh perlakuan α pada taraf ke-j
εij = Pengaruh acak pad aulangan ke-i, dan α pada taraf ke-j
Dari model linier diatas dapat disusun daftar analisis ragam seperti tabel 1 berikut :
Sumber Ragam DB JK KT Fh F.05
Perlakuan 5 (Y12+….Yt
2/r) - Y2/rt JKper/t-1 KT per/ Kt gal 3,11
Galat 12 JK tot – Jk per JK gal/t(r-1)
Total 17 Σ Yij2 - Y2/rt - -
Untuk melihat perbedaan dua rata-rata antara perlakuan, dilakukan dengan
menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5 % dengan rumus
sebagai berikut :
10
LSR ( α, dbG, p ) = SSR ( α, dbG, p ) × Sx
Galat Baku Standar Uji Jarak Berganda Duncan :
Sx = KTG
r
Keterangan :
LSR = Least Significant Ranges
SSR = Studentized Significant Ranges
α = Taraf nyata 5 %
dbG = Derajat Bebas Galat
KTG = Kuadrat Tengah Galat
r = Ulangan
S x = Galat Baku
3.4 Pelaksanaan Percobaa
1. Pengomposan tanaman tusuk konde dan kirinyu
Tusuk konde dan kirinyu yang digunakan sebagai pupuk organik
dikomposkan terlebih dahulu dengan menambahkan EM-4. Lamanya
pengomposan selama 14 hari. Sebagai media tanam digunakan campuran tanah
(top soil) dan pupuk organik.
2. Persiapan Media
Media tanam yang digunakan untuk menyemaikan benih sawi berupa
campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan berat 2:1. Bibit yang
telah berumur 3 minggu selanjutnya dipindahkan ke dalam polibag. Tanah dan
11
pupuk organik dicampur secara merata sesuai dengan perlakuan dan penanaman
dilakukan dalam polibag dengan media tanam sebanyak 5 kg.
3. Penanaman
Masing-masing polibag ditanami satu tanaman. Polibag kemudian disusun
sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditetapkan dengan jarak antar
polibag + 15 cm.
4. Pemeliharaan
Pemeliharan meliputi :
1. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari, pada pagi dan sore hari sejak tanaman di
persemaian hingga panen.
2. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang
tumbuh. Selama penelitian tidak dilakukan pengendalian terhadap hama dan
penyakit.
3. Pemupukan dilakukan dua kali menggunakan pupuk organik tusuk konde dan
kirinyu dengan dosis sesuai perlakuan.
6. Pemanenan
Empat tanaman dari setiap perlakuan dipanen pada waktu yang berbeda-
beda, masingmasing pada umur 1, 2, 3 dan 4 minggu setelah tanam. Untuk
pemanenan keseluruhan tanaman dilakukan pada 4 MST. Panen dilakukan dengan
cara mencabut tanaman.
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Tusuk Konde dan Kirinyu terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Sawi
Jenis tanah yang digunakan yaitu Ultisol dengan kandungan hara N-total =
0,20% (sangat rendah), P = 2,30 ppm (sangat rendah), K= 0,16 me 100-1 g
(rendah), dan C - organik = 0,77 % (sangat rendah). Hasil analisis media tanam
menunjukkan media yang diberi kompos tusuk konde memiliki rasio C/N yang
relatif lebih rendah (16,20) dibandingkan kompos kirinyu (18,77). Fox et al.,
(1990)
Tabel 1. F – hitung dan F-tabel pengaruh pemberian kompos tusuk konde dan kirinyu pada berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan hasil sawi
Variabel F- hitung F-tabel 5% Notasi
Jumlah daun
Panjang tajuk
Bobot segar tajuk
Bobot segar akar
Tingkat kehijauan daun
Bobot kering tajuk
Bobot kering akar
4,00 3,11 *
9,47 3,11 *
5,86 3,11 *
4,27 3,11 *
0,98 3,11 Ns
4,19 3,11 *
2,51 3,11 Ns
Keterangan: * = berbeda nyata, ns = tidak berbeda nyata
Tabel 1 menjelaskan tingkat kehijauan daun yang tidak berbeda antar
perlakuan disebabkan, pada setiap perlakuan mengandung N - total yang relatif
sama yaitu pada kisaran 0,19 – 0,22 %. Tanaman memerlukan unsur N untuk
pertumbuhan tajuk dan zat warna hijau daun (klorofil) (Dwijoseputro, 1984).
Kandungan N dalam tanah dapat mempengaruhi jumlah klorofil yang terdapat
12
13
dalam daun dan kandungan N yang tinggi diikuti dengan banyaknya klorofil yang
terbentuk sehingga daun menjadi hijau.. Keberadaan klorofil pada daun ini sangat
penting untuk proses fotosintesis tanaman dalam penyerapan cahaya matahari
(Sutedjo, 2002). Hasil penelitian ini menunjukkan sawi yang dipupuk dengan
kompos tusuk konde dan kirinyu tingkat kehijauan daunnya relatif sama.
Bobot kering akar mencerminkan pertumbuhan akar selama pertumbuhan
tanaman. Jenis dan dosis kompos yang diberikan tidak berpengaruh terhadap
bobot kering akar sawi. Hal ini diduga, fotosintat yang dihasilkan lebih banyak
ditranslokasikan ke bagian atas tanaman dibandingkan ke akar. Secara umum
biomassa tumbuhan tercurahkan ke tajuk karena penyerapan garam mineral
sebagian dikendalikan oleh aktivitas tajuk. Sebagaimana diketahui terdapat
hubungan yang erat antara laju pertumbuhan tajuk dan laju penyerapan hara.
Tajuk akan meningkatkan penyerapan garam mineral oleh akar dengan cepat dan
menggunakan garam mineral tersebut untuk menghasilkan senyawa-senyawa yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman seperti protein, asam nukleat dan klorofil.
Di samping itu tajuk juga memasok karbohidrat melalui phloem yang digunakan
oleh akar untuk berespirasi menghasilkan ATP dan ATP ini dapat membantu
penyerapan garam mineral (Salisbury and Ross, 1985).
14
Tabel 2. Hasil uji lanjut DMRT (5%) terhadap variabel jumlah daun, panjang tajuk, bobot segar tajuk, bobot kering tajuk dan bobot segar akar
Perlakuan Jd
(helai)
Pt
(cm)
Bst
(g tan-1)
Bkt
(g tan-1)
Bsa
(g tan-1)
A 5,67 ab 21,33 bc 11,27 ab 0,83 abc 0,99 ab
B 6,67 abc 26,00 cd 18,29 c 1,05 c 1,15 ab
C 8,00 c 29,00 d 32,35 d 1,66 d 3,21 c
D 5,00 a 14,66 a 3,91 a 0,53 a 0,21 a
E 6,67 abc 20,33 b 11,20 ab 0,63 ab 0,97 ab
F 7,33 bc 26,17 cd 16,80 bc 1,07 c 1,36 b
Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata A (pupuk organik tusuk konde = 18 ton ha-1 (45 g tan-1)), B (pupuk organik tusuk konde = 23 ton ha-1 (57,5 g tan-1)), C (pupuk organik tusuk konde = 28 ton ha-1 (70 g tan-1), D (pupuk organik kirinyu = 15 ton ha-1 (37,5 g tan-1)), E (pupuk organik kirinyu = 20,6 ton ha-1 (51,5 g tan-1)), F (pupuk organik kirinyu = 25 ton ha-1 (62,5 g tan-1)). jd = jumlah daun, pt = panjang tajuk, bst = bobot segar tajuk, bkt = bobot kering tajuk, bsa = bobot segar akar,.
Tabel 2 menjelaskan, aplikasi kompos tusuk konde pada dosis 70 g tan-1
menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan dengan dosis 45 g
tan-1 dan kompos kirinyu pada dosis 37,5 g tan-1. Hal ini sejalan dengan hasil
analisis media tanam yang menunjukkan, kompos tusuk konde pada dosis 70 dan
57,5 g tan-1 dan kompos kirinyu pada dosis 51,5 dan 62,5 g tan-1 kandungan hara
N-nya relatif lebih tinggi yaitu pada kisaran 21-22% (sedang). Sutedjo (2002)
menyatakan, N merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang
sangat diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif seperti daun, batang dan akar.
Respon perlakuan yang diberikan terhadap variabel panjang daun sejalan
dengan jumlah daun. Sawi yang dipupuk dengan kompos tusuk konde pada dosis
15
70 g tan-1 menghasilkan daun yang lebih panjang namun tidak berbeda dengan
dosis yang lebih rendah yaitu 57,5 g tan-1 dan kompos kirinyu pada dosis 62,5 g
tan-1. Hal ini sejalan dengan hasil analisis media tanam yang menunjukkan
kompos tusuk konde pada dosis 70 g tan-1 dan 57,5 g tan-1 dan kompos kirinyu
pada dosis 62,5 g tan-1 selain memiliki kandungan hara N yang relatif lebih tinggi
juga rasio C/N yang lebih rendah (kurang dari 20).
Rasio C/N merupakan faktor penting dalam menentukan kecepatan
dekomposisi bahan organik. Nilai kritis rasio C/N agar dapat segera terjadi
dekomposisi dan mineralisasi N adalah kurang dari 20 (Murayama dan Zahari,
1991 dalam Raihan, 2005). Media tanam dengan rasio C/N rendah membuktikan
telah terjadi dekomposisi bahan organik yang akan memicu proses pelepasan
unsur hara yang dapat diserap oleh akar tanaman. Marsono dan Sigit (2001)
menyatakan pertumbuhan vegetatif sangat dipengaruhi oleh ketersedian N dalam
tanah. Nitrogen sangat penting bagi pertumbuhan tanaman sebagai penyusun
protoplasma, klorofil, asam nukleat dan asam amino (Subhan dan Nunung, 2002).
Kompos tusuk konde pada dosis 70 g tan-1 menghasilkan bobot segar dan
bobot kering tajuk serta bobot segar akar sawi yang berbeda dan lebih baik
dibandingkan perlakuan yang lain. Hal ini disebabkan, dosis kompos yang
diberikan lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Dosis kompos yang
tinggi dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan media yang
memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi menjadikan aktivitas
mikroorganisme semakin meningkat (Ecochem, 2006). Aktivitas mikroorganisme
salah satunya dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia. Energi yang
16
digunakan oleh mikroorganisme ini dapat berasal dari senyawa karbon yang
terdapat di dalam bahan organik (Suhardi, 1997). Aktivitas biologi tanah akan
membentuk porositas tanah lebih baik,sehingga dapat memperbaiki struktur tanah,
dan hal ini berpengaruh terhadap perkembangan dan aktivitas akar dalam
menyerap unsur hara yang diperlukan pada proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Ecochem, 2006).
17
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Pemberian pupuk organik tusuk konde dan kirinyu berpengaruh terhadap
jumlah daun, panjang tajuk, bobot segar tajuk, bobot kering tajuk, dan bobot
segar akar. Tetapi tidak berpengaruh terhadap tingkat kehijauan daun dan
bobot kering akar.
2. Pupuk organik tusuk konde dengan dosis 28 ton ha-1 (70 g tan-1), berpengaruh
paling baik terhadap pertumbuahan dan hasil tanaman sawi
4.2 Saran
1. Penelitian yang sama perlu dilakukan kembali di lapangan dengan berbagai
macam kondisi tanah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik
tusuk konde dan kirinyu dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
sawi.
2. Sebaiknya penelitan di lapangan menggunakan beberapa jenis tanaman lain
yang memiliki nilai ekonimi yang lebih tinggi
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, E.M., dan M. Najib. 2005. Potensi gulma Cromolaena odorata dan Agerathum conyzoides sebagai sumber pupuk N dan P untuk menuju sistem pertanian organik. Hlm: 47- 50. Prosiding Konferensi Nasional XVII Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HIGI). Yogyakarta, 20 - 21 Jun 2005.
BPS. 2000. Produksi sayur - sayuran dan buah - buahan di Propinsi Bengkulu. BPS Bengkulu.
Marsono dan Sigit. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Cetakan pertama. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Meylani, U. 2005. Komponen C dan ketersedian N- total setelah penanaman vegetasi pioner di lahan marginal. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Bengkulu (tidak dipublikasikan).
Raihan, S. 2005. Kompos gulma di lahan rawa untuk memperbaiki kesuburan tanah. Prosiding Konfensi XVII Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HIGI). Yogyakarta, 20- 21 Juni 2005.
Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius, Yogyakarta.
Sagala, N.S. 2009. Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolena odorata) Terhadap Pertumbuhan Dan IOFC Dalam Ransum Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) Umur 1 Sampai 42 Hari. USU, Medan.
Setyowati, N., B. Hermawan., Yunita. 1999. Kascing hasil dekomposisi sampah organik sebagai pupuk alternatif dalam meningkatkan hasil sawi. J. Akta Agrosia 3(1): 30 – 36. Simatupang. 1992. Pengaruh beberapa bahan organik terhadap pertumbuhan dan produksi wortel. J.Hortikultura 2(1):16- 18.
Subhan dan Nunung. 2002. Aplikasi dan dosis pupuk majemuk NPK terhadap hasil tomat dalam sistem tumpang sari dengan kubis dan petsai. JIPI 9(2): 65 – 73.
Sutejo, M. M., dan Kartasapoetra. 2002. Pupuk dan Cara pemupukan. PT Bina Aksara, Jakarta.
18