pendahuluan latar belakang masalah · didik akan memperoleh gambaran yang jelas tentang materi ......
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan pelajaran yang sukar dipahami. Hal ini salah
satunya disebabkan oleh kurangnya peserta didik memahami mata pelajaran
Matematika. Dampaknya memotivasi untuk belajar Matematika menurun
yang berpengaruh juga terhadap prestasi belajar peserta didik. Matematika
berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan dan struktur-struktur) dan
hubungannya diatur dengan logika, sehingga sebagian besar materi
Matematika bersifat abstrak, hal tersebut membuat peserta didik merasa
kesulitan dalam mempelajarinya.
Usaha yang di lakukan guru sebagai upaya untuk meningkatkan minat,
motivasi, serta prestasi belajar peserta didik berkenaan dengan Matematika
yaitu dengan menggunakan media pembelajaran Matematika (alat peraga)
dapat membantu proses transfer ilmu Matematika yang bersifat kongkrit atau
nyata. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah
merupakan media. Secara khusus pengertian media dalam proses
pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronik untuk menangkap, memperoleh, memproses, dan menyusun
kembali informasi visual dan verbal.
Alat peraga Matematika bermacam-macam salah satunya papan
berpaku. Papan berpaku dapat membantu pemahaman konsep pada peserta
didik terutama pada konsep bangun datar. Pada papan ini dibuat
2
bujursangkar-bujursangkar kecil yang pada setiap titik sudutnya ditancapkan
paku setengahnya masuk dan setengah lagi masih tampak/timbul. Papan
berpaku sangat praktis, baik untuk peserta didik dan guru mengajar. Selain
praktis papan berpaku ini dapat dibuat sendiri oleh guru, dan tidak
memerlukan biaya yang terlalu banyak dalam pembuatannya.
Papan berpaku merupakan salah satu media pembelajaran di sekolah
dasar yang digunakan untuk menanamkan konsep/pengertian geometri seperti
pengenalan bentuk-bentuk bangun datar, pengenalan keliling bangun datar,
dan menghitung luas bangun datar.
Salah satu faktor penting yang dapat mendukung pencapaian tujuan
pendidikan dasar adalah dengan pengajaran Matematika di sekolah yang
berfungsi sebagai salah satu masukan internal, sehingga dapat digunakan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam membentuk
pribadinya dengan pola pikir deduktif dan konsisten, sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tujuan pembelajaran Matematika pada jenjang pendidikan dasar adalah
agar peserta didik mampu menghadapi dan menyesuaikan diri dengan
kebutuhan lingkungan disekitarnya melalui latihan bertindak atas dasar
berpikir secara logis, kritis, kreatif, dan konsisten.
Matematika memiliki peranan yang sangat penting, banyak di antara
peserta didik di sekolah terutama SD yang merupakan tingkat dasar dari
seluruh pendidikan yang akan dijalani anak. Mereka menganggap pelajaran
Matematika sebagai pelajaran sulit. Terlebih lagi bila mereka mendapat nilai
3
di bawah rata-rata. Jika keadaan ini terus berlanjut kejenjang pendidikan
berikutnya, maka sepanjang masa pendidikan mereka akan kurang menyukai
mata pelajaran Matematika dan akan menghambat keberhasilan proses
pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Peneliti selama ini di
beberapa sekolah, kebanyakan guru hanya menggunakan metode ceramah
saja tanpa di kombinasikan atau dipadukan dengan metode dan media
penunjang lainnya dalam pembelajaran, karena metode ini dianggap paling
mudah dilaksanakan tanpa memerlukan banyak persiapan, sehingga peserta
didik kurang termotivasi dalam pembelajaran. Guru belum menggunakan
media yang sesuai dengan materi pelajaran secara optimal, sehingga peserta
didik kesulitan dalam menerima materi pelajaran. Seorang guru perlu
menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang
disampaikan untuk membantu kelancaran kegiatan belajar mengajar sehingga
tujuan pembelajaran tercapai. Namun setelah dikaji secara mendalam Peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah SDN-6 Panarung Palangka
Raya, dikarenakan pada sekolah tersebut penggunaan media baik media
konkrit maupun media gambar sangatlah kurang/jarang diterapkan. Dan
media gambar yang digunakan hanya terfokus pada gambar yang ada di buku
paket peserta didik.
Berdasarkan observasi yang dilakukan Peneliti di SDN-6 Panarung
Palangka Raya, banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
mengenali geometri atau bangun datar. Hal ini terlihat dari proses
4
pembelajaran yang cenderung pasif tidak adanya proses tanya jawab antara
guru dengan peserta didik, dikarenakan proses pembelajaran yang kurang
menarik, kurangnya alat peraga yang digunakan, pada saat proses
pembelajaran guru kebanyakan hanya menggunakan metode ceramah saja
tanpa dikombinasikan atau di padukan dengan metode lainnya dan membuat
binggung peserta didik sehingga peserta didik merasa bosan dengan kondisi
dikelas, karena proses pembelajaran yang membosankan akhirnya peserta
didik terlihat lebih asik bermain dengan teman sebangkunya dan dari hasil
evaluasi yang diberikan pun banyak peserta didik yang tidak dapat mencapai
nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan, yaitu nilai
minimal yang ditentukan 60. Dari seluruh peserta didik yang berada di kelas
III yang berjumlah 19 peserta didik, sebanyak 13 peserta didik (68%) yang
belum tuntas dan 6 peserta didik (31%) memperoleh nilai diatas KKM
dinyatakan sudah tuntas. Dari hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa
kualitas pembelajaran masih rendah, maka perlu adanya perbaikan dalam
melaksanakan pembelajaran Matematika di kelas III SDN-6 Panarung
Palangka Raya.
Sesuai dengan fenomena tersebut, maka Peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika dengan Menggunakan Alat Peraga Papan Berpaku pada Kelas III
SDN-6 Panarung Palangka Raya.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalahnya
yaitu:
1. Hasil belajar peserta didik untuk mata pelajaran Matematika masih
rendah.
2. Peserta didik yang menggalami kesulitan dalam mengenali geometri atau
bangun datar pada pelajaran Matematika.
3. Proses pembelajaran yang cenderung pasif.
4. Guru kebanyakan hanya menggunkan metode ceramah saja tanpa
dikombinasikan atau di padukan dengan metode lainnya.
5. Peserta didik terlihat lebih asik bermain dengan teman sebangkunya.
6. Perlunya penggunaan alat peraga papan berpaku dalam pembelajaran
Matematika.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang dan untuk menghindari meluasnya
pembahasan penelitian ini, maka penelitian ini hanya dibatasi pada:
1. Penggunaan alat peraga dalam penelitian ini di batasi pada alat peraga
papan berpaku.
2. Mata pelajaran pada penelitian ini di batasi pada mata pelajaran
Matematika dengan materi sifat-sifat bangun datar khususnya bangun
datar persegi, persegi panjang dan segitiga.
6
3. Hasil belajar yang dibandingkan merupakan hasil belajar peserta didik
yang sebelumnya tidak menggunakan alat peraga saat proses
pembelajaran dan setelah menggunakan alat peraga papan berpaku pada
kelas III SDN-6 Panarung Palangka Raya Tahun Pelajaran 2013/2014.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai
pertanyaan yakni:
1. Bagaimanakah aktivitas peserta didik pada pembelajaran konsep bangun
datar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku ?
2. Apakah ada peningkatan hasil belajar peserta didik pada konsep bangun
datar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku ?
E. Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
alternatif pemecahan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas peserta didik pada pembelajaran konsep bangun datar dengan
menggunakan alat peraga papan berpaku adapun alternatif pemecahan
masalah yaitu dengan cara menerapkan alat peraga papan berpaku dalam
proses pembelajaran Matematika khususnya materi bangun datar.
Diterapkannya alat peraga papan berpaku dalam pembelajaran peserta
didik akan memperoleh gambaran yang jelas tentang materi yang
7
dipelajari karena dengan alat peraga papan berpaku akan dijelaskan atau
dipraktekkan kepada peserta didik tentang bangun datar dan melibatkan
peserta didik. Sehingga kegiatan belajar mengajar yang berlangsung tidak
hanya terjadi satu arah. Artinya tidak hanya guru yang berperan aktif
tetapi peserta didik juga ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran
tersebut.
2. Peningkatan hasil belajar peserta didik pada konsep bangun datar dengan
menggunakan alat peraga papan berpaku adapun alternatif pemecahan
masalah yaitu diterapkannya alat peraga papan berpaku dalam
pembelajaran peserta didik akan memperoleh gambaran yang jelas
tentang materi yang dipelajari karena dengan alat peraga papan berpaku
akan dijelaskan kepada peserta didik tentang bangun datar sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan tujuan masalah di atas, maka tujuan penelitian yakni:
1. Untuk mengetahui aktivitas peserta didik pada pembelajaran konsep
bangun datar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku.
2. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada konsep bangun datar
dengan menggunakan alat peraga papan berpaku.
8
G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti
seperti berikut:
1. Manfaat Teoretis
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi dunia
pendidikan tentang alat peraga yang tepat untuk proses pembelajaran
Matematika yang nantinya berpengaruh terhadap hasil belajar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi
positif pada sekolah dalam rangka perbaikan kualitas proses dan hasil
pembelajaran.
b. Bagi Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan hasil
belajar peserta didik dan perbaikan dalam proses pembelajaran ke
arah yang lebih baik dengan menggunakan alat peraga sebagai alat
bantu mengajar.
c. Bagi Peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai
masukan sehingga dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian
selanjutnya.
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoretis
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Beberapa ahli pendidikan memberikan penafsiran yang berbeda-
beda untuk mendefinisikan pengertian belajar. Namun perbedaan itu
hanya sebatas variasi dalam mengungkapkan gagasan serta hasil dari
pengamatan saja. Oleh sebab itu, akan dikemukakan beberapa
pengertian belajar menurut para ahli pendidikan.
Menurut Slameto (2010:2) “belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sediri dalam interaksi dengan lingkungan”. Sementara itu, menurut
Abdillah (Annurrahman, 2010:35) “Belajar adalah suatu usaha sadar
yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik
melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek
kognitif, efektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan
tertentu”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada
9
10
manusia, yang awalnya belum tahu menjadi tahu dan yang awalnya
tidak bisa menjadi bisa.
b. Pengertian Hasil Belajar
Seorang peserta didik dikatakan telah belajar jika adanya
perubahan tingkah laku peserta didik tersebut, yaitu perubahan-
perubahan tingkah laku yang menetap, dengan demikian dapat
diktakan bahwa perubahan tingkah laku pada peserta didik tersebut
merupakan hasil belajar.
Hasil belajar merupakan sesuatu yang penting karena dengan
melihat hasil belajar yang diperoleh seseorang dapat membantu kita
untuk menentukan langkah selanjutnya yang akan kita ambil. Menurut
Wasliman (Susanto, 2013:12), bahwa “Hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
memengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal”.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah suatu yang diperoleh oleh seseorang yang
mencakup peringkat, tipe prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil
efektif. Menurut Nawawi dan Brahim (Susanto, 2013:5), bahwa
“Hasil Belajar adalah sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari matari pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran
tertentu”. Kemudian menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3-4) hasil
belajar “merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
11
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan
berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar”.
Seorang pendidik mempunyai peranan yang sangat besar karena
pendidik juga dapat menentukan berkualitas atau tidaknya sebuah
proses pembelajaran salah satunya adalah yang berkaitan dengan
media pembelajaran yang digunakan oleh seorang pendidik saat
mengajar.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Muslich (2008:207) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi belajar peserta didik sebagai berikut:
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri peserta didik), yaitu kondisi/keadaan jasmani dan rohani peserta didik.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yaitu kondisi lingkungan di sekitar peserta didik.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Menurut Purwanto (2007:102) bahwa:
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan adalah faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual dan faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor
kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor
pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain: faktor
keluarga keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat
12
yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan
kesematan yang tersedia, dan motivasi sosial.
2. Pengertian Matematika
Matematika berasal dari bahasa Yunani kuno (mathema), yang
berarti pengkajian, pembelajaran ilmu yang ruang lingkupnya menyempit,
dan arti teknisnya menjadi pengkajian Matematika, bahkan demikian juga
pada zaman kuno. Kata sifatnya adalah (mathematikos), berkaitan dengan
pengkajian, atau tekun belajar, yang lebih jauh berarti matematis.
Matematika sebagai alat ilmu yang lain sudah cukup dikenal dan sudah
tidak diragukan lagi. Matematika bukan hanya sekedar alat bagi ilmu,
tetapi lebih dari itu Matematika adalah bahasa.
Menurut Susanto (2013:185) bahwa:
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan konstribusi dalam penyelesaiann masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetehuan dan teknologi
Jadi dapat disimpulkan bahwa Matematika merupakan bahasa yang
menggambarkan istilah dengan cermat, jelas, akurat, dengan simbol
mengenai pola dan hubungan. Sehingga Matematika dapat membantu
manusia dalam memahami dan mengatasi permasalahan sosial, ekonomi
dan alam.
a. Pengertian Belajar Matematika
Belajar Matematika sendiri memiliki keunikan yang membuatnya
berbeda dengan belajar secara umum. Dalam belajar Matematika
13
perlu disesuaikan dengan perkembangan kognitif peserta didik,
dimulai dari hal yang konkrit menuju abstrak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (2009:8) bahwa:
Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstuksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi Matematika. Penguasaan materi pelajaran Matematika pada tingkat kesukaran
yang lebih tinggi diperlukan penguasaan materi tertentu sebagai
pengetahuan prasyarat. Penguasaan yang tinggi akan dapat dimiliki
peserta didik dalam mempelajari Matematika bila guru tidak hanya
menuntut peserta didiknya untuk menghafal rumus saja, tetapi lebih
penting adalah memberikan pemahaman yang penuh terhadap konsep-
konsep yang disampaikan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa belajar
Matematika adalah proses dalam diri peserta didik yang hasilnya
berupa perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan dan untuk
menerapkan konsep-konsep, struktur dan pola dalam Matematika
sehingga menjadikan peserta didik berfikir logis, kreatif, sistematis
dalam kehidupan sehari-hari. Belajar Matematika akan lebih berhasil
bila mengarah pada pengembangan berfikir, pengembangan konsep
atau ide-ide terdahulu yang dipersiapkan untuk mempelajari dan
menguasai konsep baru.
14
b. Tujuan Belajar Matematika
Tujuan belajar Matematika adalah memberikan pemahaman
logika dan kemampuan dasar Matematika dalam rangka penugasan
IPTEK, serta memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam
rangka kehidupan, selain itu belajar Matematika bertujuan memupuk
rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari Matematika
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 (Wijaya, 2013:8)
tujuan belajar Matematika di sekolah dasar sebagai berikut:
1. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, malakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
Berdasarkan penjelasan di atas Peneliti menyimpulkan bahwa
dalam belajar Matematika terjadi proses berpikir, sehingga hubungan
antara informasi yang didapat sebelumnya dapat dijadikan sebagai
suatu pengertian, dan dari pengertian tersebut dapat diambil suatu
kesimpulan.
c. Fungsi Matematika
Menurut Karso (Sari, 2013:16) “fungsi pelajaran Matematika
sebagai: alat, polapikir, dan ilmu atau pengetahuan”. Ketiga fungsi
15
Matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran
Matematika sekolah.
Fungsi pertama, Matematika adalah sebagai alat untuk memahami
atau menyampaikan suatu informasi misalnya melalui persamaan-
persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model Matematika yang
merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian
metematika lainnya. Bila seorang peserta didik dapat melakukan
perhitungan, tetapi tidak dapat menyatakan tepat atau tidaknya operasi
yang digunakan atau tidak tahu alasannya maka tentunya ada yang
salah dalam pengerjaannya atau ada sesuatu yang belum dipahaminya.
Fungsi kedua, Matematika merupakan pembentukan pola pikir
dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran dalam
suatu hubungan di antara pengertian-pengertian itu. Di dalam
penalarannya di kembangkan pola pikir induktif maupun deduktif.
Namun tentu kesemuannya itu harus di sesuaikan dengan
perkembangan kemampuan peserta didik, sehingga pada akhirnya
akan sangat membantu kelancaran proses pembelajaran Matematika di
sekolah.
Fungsi ketiga, Matematika adalah sebagai ilmu atau pengetahuan,
dan tentunya pengejaran Matematika di sekolah harus di warnai oleh
fungsi yang ketiga ini ketika sebagai guru harus mampu menunjukkan
betapa Matematika selalu memberikan kebenaran, dan bersedia
meralat kebenaran yang telah diterima, bila diketemukan kesempatan
16
untuk mencoba mengembangkan penemuan-penemuan sepanjang
mengikuti pola pikir yang aneh.
d. Ciri-ciri Matematika
Penyampaian materi Matematika agar mudah di terima dan
dipahami oleh peserta didik, maka guru harus memahami karakteristik
Matematika.
Menurut Kreyenhbuhl (Sundayana, 2013:29) “dengan
menggunakan media, konsep dan simbol Matematika yang tadinya
bersifat abstrak menjadi konkret”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
Matematika yaitu memiliki objek yang abstrak, memiliki pola pikir
deduktif serta merupakan ilmu pasti karena terikat oleh aturan-aturan
dan konsisten dalam sifatnya.
3. Alat Peraga
a. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga merupakan alat bantu dalam kegiatan pembelajaran
karena membantu memperagakan sesuatu yang sulit untuk dijelaskan.
Pemakaian alat peraga merangsang imajinasi anak dan memberikan
kesan yang mendalam dalam mengajar, panca indra dan seluruh
kesanggupan seorang anak perlu dirangsang, digunakan dan
dilibatkan, sehingga tak hanya mengetahui, melainkan dapat memakai
dan melakukan apa yang dipelajari.
17
Menurut Sudjana (2002:59) bakwa “Alat peraga adalah suatu alat
yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu
guru agar proses belajar mengajar peserta didik lebih efektif dan
efesien”.
Begitu banyak benda-benda di sekitar kita yang dapat kita
pergunakan sebagai alat peraga dalam pembelajaran Matematika. Alat
peraga juga dapat menggunakan benda-benda yang sudah tidak
terpakai lagi, misalnya kardus bekas dapat digunakan untuk
menerangkan bentuk bangun datar.
b. Fungsi Alat Peraga
Menurut pendapat Hamalik (Arsyad, 2013:19) bahwa “Pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi, dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis dalam diri peserta didik”. Sedangkan
menurut Arsyad (2013:25) bahwa “Fungsi media untuk tujuan
instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus
melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk
aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi”.
Dilanjutkan pendapat Menurut Sudjana (Sundayana, 2013:12) bahwa
“Fungsinya, media atau alat peraga dapat : (a) memberikan motivasi
belajar, (b) memberikan variasi dalam pembelajaran, (c)
18
mempengaruhi daya abstraksi, (d) memperkenalkan, memperbaiki,
dan meningkatkan pemahaman konsep dan prinsip”.
Menurut para ahli di atas penggunaan alat peraga pembelajaran
pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan
proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada
saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat belajar alat peraga
juga membantu peserta didik meningkatkan pemahaman, menyajikan
data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data
dan memadatkan informasi.
c. Manfaat Alat Peraga
Manurut Sudjana (Jennah, 2009:25) ada beberapa manfaat dari
alat peraga antara lain:
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahwa pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh pebelajar dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata berkomunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh pembelajar, sehingga pebelajar tidak bosan dan pembelajar tidak menghabiskan tenaga, apalagi kalau pembelajar mengajar pada setiap jam pelajaran.
4. Pebelajar dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengar uraian pembelajar, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Dilanjutkan pendapat Jennah (2009:24) menyatakan bahwa ada
beberapa macam manfaat media/alat peraga antara lain:
1. Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpatik dalam kelas, 2. Membuan perubahan singnifikan tingkah laku pembelajar,
19
3. Menunjukkan kedua hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat pebelajar dengan meningkatkan motivasi belajar pembelajar,
4. Membawa kesegaran dan variasi bagi berbagai kemampuan pebelajar,
5. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan pebelajar,
6. Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar,
7. Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu pebelajar menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari,
8. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan,
9. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencermunkan pembelajaran yang nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat,
10. Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.
Dari uraian dan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
beberapa manfaat dari penggunaan alat peraga didalam proses
pembelajaran yaitu alat peraga dapat memperjelas penyajian pesan
dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses
dan hasil belajar dan dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi
yang lebih langsung antar peserta didik dan guru.
d. Ciri-ciri Alat Peraga
Dalam alat peraga ada beberapa macam ciri-ciri mengenai alat
peraga. Menurut pendapat Ely (Arsyad, 2013:13) ada 3 ciri-ciri alat
peraga antara lain:
1. Ciri Fiksatif Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, vidio tape, audio tape, disket komputer, dan film.
20
2. Ciri Manifulatif Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan pada peserta didik dalam waktu 2 atau 3 menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
3. Ciri Distributif Memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar peserta didik dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadia itu.
Dari pernyataan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-
ciri alat peraga yaitu berupa ciri fiksatif, manifulatif, dan distributif.
Ketiga ciri tersebut menyatakan kemampuan alat peraga, kejadian atau
objek yang ditransformasikan melalui ruangan secara kebersamaan
dan juga dapat digunakan dalam rangka komunikasi antar pengajar
dan peserta didik.
4. Penggunaan Papan Berpaku dalam Pembelajaran
a. Pengertian Papan Berpaku
Banyak cara dalam melaksanakan pembelajaran Matematika di
kelas, bisa dengan ceramah, diskusi kelompok, CTL, maupun dengan
menggunakan bantuan media pembelajaran. Media pembelajaran
banyak macamnya, diantaranya adalah televisi, DVD, komputer,
model, dan alat peraga. Dalam pembelajaran goemetri, pembelajaran
dengan menggunakan alat peraga adalah pemilihan yang menarik.
Salah satunya dengan menggunakan media papan berpaku.
Menurut Ruseffendi (Liberna, 2013:153) bahwa,
Papan berpaku yang merupakan papan yang diberikan paku banyak sekali manfaatnya untuk belajar Matematika di tingkat Sekolah Dasar (SD), murah harganya dan dapat dibuat sendiri
21
oleh guru. Alat peraga ini dibuat dari papan atau teakblok yang berbentuk persegi atau bujur sangkar. Menurut Soemarsono (Antika, 2011:78) bahwa,”Papan berpaku
merupakan bentuk media papan yang diberi/ditancapi paku dalam
susunan menyerupai kertas sentimeter (kotak-kotak) dimana ukuran
jarak tiap persegi empat disesuaikan dengan keperluan”.
Menurut Sundayana (2013:126) bahwa,
Papan berpaku adalah alat bantu pengajaran Matematika di Sekolah Dasar untuk menanamkan konsep/pengertian geometri, seperti pengenalan bangun datar, pengenalan keliling bangun datar, dan menentukan/menghitung luas bangun datar. Menurut Teen Pak Chin (2010:30) bahwa,”Papan berpaku adalah
papan rata dengan paku yang tersusun dalam baris dan kolom, papan
geometri yang digunakan untuk membentuk bangun datar dengan
merenggangkan karet kesekeliling paku”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media papan
berpaku adalah media yang terbuat dari papan yang ditancapi paku
dengan ukuran tertentu dan dilengkapi dengan karet gelang.
b. Kelebihan Papan Berpaku
Menurut Dapi Dwi Winasis (Ratna, 2013:34) Papan berpaku ini
memiliki kelebihan-kelebihan yaitu:
1. Bentuknya sederhana sehingga mudah pembuatannya; 2. Lebih ekonomis karena biayanya murah dan dapat dipakai berkali-
kali; 3. Bahan dan alat produksinya mudah diperoleh; 4. Terdapat unsur bermain dalam penggunaannya karena dapat
digunakan untuk membentuk macam-macam bangun datar dengan permainan karet gelang.
22
c. Kekurangan Papan Berpaku
Papan berpaku memiliki kekurangan antara lain:
1. Mengajar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku
lebih banyak menuntut guru.
2. Papan berpaku sangat berbahaya bagi anak karena terdapat
paku yang tajam jadi perlu hati-hati saat mengajar
3. Banyak waktu yang terbuang untuk membuat alat peraga
papan berpaku
4. Perlu kesediaan berkorban secara materiil
d. Manfaat Papan Berpaku
Menurut Ruseffendi (Liberna, 2013:154) papan berpaku memiliki
beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Guru dapat dengan cepat menunjukkan bermacam-macam bentuk geometri bidang seperti segitiga, trapisium, dan sebagainya,
2. Peserta didik dengan cepat pula mengikuti dalam membuat bangun-bangun geometri tanpa memerlukan banyak waktu untuk menggambar, tanpa memerlukan penghapus, penggaris, pensil dan kertas,
3. Bentuk gometri yang terjadi lebih sesuai dengan sebenarnya dari pada bila geometri itu disajikan dengan bangun geometri karton, tripleks, atau kertas lain sehingga tidak menyesatkan persepsi anak,
4. Dapat dipakai untuk mencari berbagai panjang ruas garis baik yang bulat, pecahan maupun bilanngan rasional,
5. Dengan papan berpaku dapat pula menghitung luas berbagai daerah yang bentuknya tidak beraturan, dan
6. Untuk memperagakan lingkaran diagram lingkaran dapat membuat papan berpaku bentu lingkaran.
Begitu banyak manfaat papan berpaku tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa alat peraga papan berpaku ini bisa untuk
menjelaskan konsep bangun datar pada peserta didik.
23
e. Langkah-langkah Pembuatan Papan Berpaku
Papan paku merupakan alat peraga sederhana yang dapat dibuat
sendiri oleh guru, maka dalam pembuatan pun tidak rumit.
Langkah-langkah pembuatan media papan berpaku menurut
Sundayana (2013:126) antara lain :
1) Kita potong dua belah triplek dengan ukuran yang sama. 2) Tempelkan kedua triplek dengan menggunakan lem kayu. 3) Sesudah kering lalu ampelas pinggiran triplek tersebut supaya
halus. 4) Sesudah diampelas lalu diwarnai dengan menggunakan pilok
supaya kelihatan lebih menarik. 5) Sesudah kering kita buat ukuran persegi yang kecil dengan
ukuran yang sama dengan menggunakan mistar dan spidol. 6) Lalu kita tancapkan paku-paku yang telah disediakan tepat di
setiap pertemuan garis.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cara membuat
papan berpaku sangat mudah. Namun, guru juga harus selalu
memperhatikan peserta didik dalam penggunaannya. Karena
bagaimanapun papan berpaku merupakan benda yang tajam yang
dapat kapan saja melukai peserta didik.
f. Langkah-langkah Menggunakan Papan Berpaku
Menurut Sundayana (2013:127) langkah-langkah menggunakan
papan berpaku antara lain :
1. Letakkan papan berpaku di depan kelas, bisa di gantung atau disandarkan benda lain. Papan berpaku dilengkapi sejumlah karet gelang dengan warna-warna yang berbeda serta dilengkapi pula dengan kertas bertitik atau kertas berpetak.
2. Guru mendemostrasikan secara klasikal cara membentuk bangun datar.
3. Kemudian masing-masing peserta didik membentuk bangun datar sesuai dengan kreativitas masing-masing.
24
4. Peserta didik diminta menggambar hasil yang diperolehnya pada kertas bertitik atau kertas berpetak.
5. Melalui tanya jawab guru mengenalkan arti keliling. 6. Peserta didik menentukan keliling setiap bangun datar yang dia
peroleh sebelumnya. 7. Melalui tanya jawab guru mengenalkan arti luas bangun datar. 8. Peserta didik diminta untuk memperkirakan luas bangun datar
yang telah dibuatnya Baru kemudian guru memperkenalkan nama-nama bangun datar yang telah dibaut oleh peserta didik (segiempat, persegi, persegipanjang, jajargenjang, trapesium, trapesium samasisi, trapesiem samakaki, belah ketupat, layang-layang, segitiga siku-siku, segitiga samakaki, segitiga samasisi, segitiga tumpul, segitiga lancip, segitiga sembarang, segilima, segienam, dsb).
Gambar 1 Gambar contoh papan berpaku
Gambar 2 Contoh penggunaan papan berpaku
25
B. Penelitian Yang Relevan
Adapun hasil-hasil penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini
seperti:
1. Berlian Permata Sari (2013) dalam Penelitian yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan Media
Papan Berpaku pada Kelas V SDN-2 Pahandut Palangka Raya”.
Menyatakan bahwa “Hasil belajar peserta didik yang menggunakan
media papan berpaku dapat meningkatkan hasil belajar Matematika”.
2. Aulia Ade Putri (2013): dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika dengan Menggunakan Alat Peraga Sederhana pada
Kelas IV SDN-14 Palangka Palangka Raya”. Menyatakan bahwa “Hasil
belajar peserta yang menggunakan alat peraga sederhana dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika”.
Sedangkan pada penelitian ini nantinya akan di arahkan pada
peningkatan hasil belajar Matematika dengan menggunakan alat peraga papan
berpaku pada peserta didik kelas III SDN-6 Panarung.
C. Kerangka Berpikir
Pada proses belajar mengajar (PBM) di kelas III SDN-6 Panarung dalam
mengajarkan materi sifat-sifat bangun datar dimana guru hanya menggunakan
metode ceramah tanpa diimbangi dengan menggunakan metode yang lain dan
tanpa menggunakan alat peraga sehingga peserta didik kurang memahami
bangun datar. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi yang diberikan banyak
26
peserta didik yang tidak mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM)
yang telah ditentukan, yaitu nilai minimal yang di tentukan 60. Dari seluruh
peserta didik yang berada di kelas III yang berjumlah 19 peserta didik,
sebanyak 13 peserta didik yang belum tuntas dan 6 peserta didik memperoleh
nilai diatas KKM dinyatakan sudah tuntas.
Tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut
dengan menggunakan media/alat peraga yang sesuai dengan mata pelajaran
Matematika materi sifat-sifat bangun datar. Melalui pemanfaatan alat peraga
papan berpaku diharapkan peserta didik mampu menentukan sifat-sifat
bangun datar, sehingga proses belajar mengajar Matematika berjalan dengan
lancar dan mengarah pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dengan
lancarnya proses belajar mengajar Matematika maka peserta didik akan
mudah menyerap materi pelajaran yang disampaiakan guru, sehingga dapat
miningkatkan hasil belajar peserta didik.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis Penelitian ini Menurut Arikunto (2013:110) “berpendapat
bahwa hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.
Adapun hipotesis atau dugaan sementara penelitian ini adalah sebagai
berikut :
27
1. Peserta didik cukup aktif pada saat proses pembelajaran konsep bangun
datar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku pada peserta didik
kelas III SDN-6 Panarung Palangka Raya.
2. Ada peningkatan hasil belajar peserta didik pada konsep bagun datar
setelah menggunakan alat peraga papan berpaku pada peserta didik kelas
III SDN-6 Panarung Palangka Raya.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2014, yakni dari bulan
februari sampai dengan bulan juni 2014. Adapun jadwal penelitian
sebagaimana terlampir.
2. Tempat Penelitian
Berdasarkan fenomena yang Peneliti temukan di SDN-6 Panarung
khususnya kelas III, maka penelitian ini di laksanakan di kelas III. Alamat
Jln. Letkol Seth Adji No. 03 Palangka Raya.
B. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Kunandar (2011:45) bahwa “PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan
dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas”.
Menurut Kemmis dan Wilf Carr (Mulyasa, 2010:5) bahwa:
Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk Penelitian refleksi diri yang melibatkan sejumlah partisipan (guru, peserta didik, kepala sekolah dan partisipan lain) di dalam suatu situasi social (pembelajaran) yang bertujuan untuk membuktikan kerasionalan dan keadilan terhadap: a) praktik social dan pembelajaran yang mereka lakukan; b) pemahaman mereka terhadap praktek-praktek pembelajaran; serta c) situasi dan instansi yang terlibat di dalamnya.
28
29
Menurut Mulyasa, (2010:10) bahwa “PTK dapat diartikan sebagai
penelitian tindakan (actioan research) yang dilakukan dengan tujuan untuk
memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik”.
Penelitian tindakan kelas mengandung tiga unsur, yaitu penelitian-
penelitian, tindakan dan kelas. Kunandar (2011:45) menyatakan bahwa:
1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui
metodologi ilmiah dengan mengumpilkan data-data dan dianalisi untuk
menyelesaikan suatu masalah.
2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar
mengajar.
3. Kelas adalah sekelompok peserta didik yang berada dalam waktu yang
sama menerima pelajaran yang sama dari guru.
Jadi berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
PTK adalah Penelitian untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara
praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu
pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika yang
disepakati bersama.
Menurut model Kemmis & Mc Taggart (Harawati, 2012:13), pelaksanaan
Penelitian tindakan mencapai empat langkah, yaitu:
1. Perencanaan tindakan (planning)
2. Pemberian tindakan (acting)
30
3. Observasi (observing)
4. Refleksi (reflecting).
C. Kehadiran dan Peran Peneliti
Sesuai dengan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
kehadiran Peneliti di lapangan sangat diperlukan setiap saat karena
kedudukan Peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai perencana, pelaksana,
pengumpul, penganalisa, penafsiran data dan akhirnya sebagai pelaporan
hasil penelitian.
Dalam penelitian ini Peneliti merupakan instrumen kunci dan pemberi
tindakan. Sebagai instrumen kunci, artinya Peneliti sebagai pelaksana yang
memberikan tindakan di kelas, dalam kedudukannya sebagai pemberi
tindakan Peneliti bertindak sebagai mengajaratau guru Matematika kelas III,
yang berperan langsung dalam proses pembelajaran dari perencanaan,
pelaksanaan pengajaran/penyaji selama berlangsungnya kegiatan penelitian,
sempai dengan penelitian. Selain itu Peneliti yang dibantu dua orang observer
juga mengamati aktivitas peserta didik selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran yang kehadirannya mutlak diperlukan.
D. Subjek Penelitian
Menurut Faisal (2007:109) “subjek penelitian menunjukkan pada
orang/individu atau kelompok yang dijadikan unit atau satuan (kasus) yang
diteliti”. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas III
31
SDN-6 Panarung. Subjek penelitian ini digambarkan pada daftar tabel
berikut:
Tabel 1 Subjek Penelitian
Kelas Jenis Kelamin
Jumlah L P
III 8 11 19 Jumlah keseluruhan Subjek 8 11 19 Sumber Data : Tata usaha di SDN – 6 Panarung
E. Rancangan Penelitian
Adapun rancangan dalam penelitian ini terdiri dari empat komponen
yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen
tersebut dipandang sebagai suatu siklus.
Adapun siklus sebagai berikut:
Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Model John Elliot) (Sumber: Yudhistira, 2013:46)
Pelaksanaan
SIKLUS 1 Perencanaan Pengamatan
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan SIKLUS 2 Perencanaan
SIKLUS selanjutnya Refleksi
32
Berdasarkan tahapan-tahapan seperti yang di gambarkan di atas,
selanjutnya dapat di kembangkan lagi menjadi pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini yang secara rinci yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
SIKLUS I:
1. Perencanaan Tindakan
Kegiatan ini meliputi :
a) Mengumpulan data,
b) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
c) Mempersiapkan alat peraga papan berpaku yang akan digunakan
dalam proses belajar mengajar,
d) Membuat/menyusun lembar observasi untuk pengamatan
terhadap berbagai kondisi pembelajaran yang berlangsung
antara pendidik dan peserta didik melalui alat peraga papan
berpaku dalam pembelajaran Matematika.
e) Menyiapkan/membuat lembar kerja peserta didik (LKPD) yang
digunakan dalam mengukur tingkat pemahaman peserta didik,
dalam pembelajaran Matematika pada pokok bahasan sifat-sifat
bangun datar.
2. Pemberian Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a) Merancang teknik yang digunakan dalam pembelajaran,
b) Memaparkan kompetensi dasar pembelajaran,
c) Menunjuk salah satu peserta didik menjawab soal,
33
d) Memberikan kesempatan peserta didik bertanya terhadap materi
pembelajaran,
e) Meminta peserta didik membuat bangun datar pada alat peraga
papan berpaku,
f) Memberi kuis atau pertanyaan,
g) Guru melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran berupa tes
soal.
h) Peserta didik diberikan kesempatan mengisi LKPD,
i) Guru bersama peserta didik bersama-sama menyimpulkan
materi yang dibahas.
3. Observasi
Kegiatan ini meliputi pengamatan terhadap:
a) Keadaan kelas, perhatian dan aktifitas peserta didik,
b) Proses belajar mengajar Matematika kelas III,
c) Pengamatan oleh teman sejawat tentang proses belajar
mengajar.
4. Refleksi
Sumber data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis. Data
yang diperoleh selanjutnya disimpulkan bagaimana hasil belajar
peserta didik. Langkah berikutnya adalah refleksi terhadap hasil
yang telah dikerjakan.
Apabila dari siklus I belum terlihat adanya peningkatan hasil
belajar, maka perlu dilakukan tes pada siklus II.
34
SIKLUS II:
1. Perencanaan Tindakan
Kembali menyusun atau membuat RPP, berdasarkan hasil refleksi
pada siklus pertama dan kelemahan/kekurangan diperbaiki pada siklus
kedua.
2. Pemberian Tindakan
Seperti halnya pemberian tindakan pada siklus I, Peneliti
melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran hasil
refleksi pada siklus I.
3. Observasi
Observasi melakukan pengamatan terhadap kegiatan dalam proses
pembelajaran yang dilakukan Peneliti dan peserta didik.
4. Refleksi
Tim Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan
pembelajaran pada siklus II, menganalisi dan mengevaluasi serta
membuat kesimpulan terhadap pelaksanaan pembelajaran Matematika.
F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik:
a. Observasi
Observasi dilakukan oleh 2 orang observer yaitu 1 orang mahasiswa
dan 1 orang guru dengan mengisi lembar pengamatan yang tersedia.
35
b. Tes hasil belajar
Tes dalam Penelitian ini menggunakan pretest dan postest. Dimana
pretest (kemampuan awal) untuk menilai kemampuan awal peserta
didik mengenai materi pelajaran sebelum pembelajaran diberikan.
Sedangkan postest (tes hasil belajar Matematika) untuk menilai
kemampuan peserta didik mengenai penguasaan materi pelajaran
setelah pembelajaran dilaksanakan. Pretest dan postest dilakukan
siklus I dan siklus II.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Lembar pengamatan
Untuk mengetahui aktivitas guru dan peserta didik dalam
pembelajaran dengan media. Instrumen ini dipergunakan untuk
mengetahui aktivitas peserta didik dalam pembelajaran selama
menggunakan alat peraga papan berpaku.
Tabel 2 Kisi-Kisi Observasi
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru
No. Aktivitas yang diamati Skor
1 2 3 4
I. Guru
1. Menyiapkan materi dan alat yang akan didemonstrasikan
2. Melakukan tanya jawab dengan peserta didik
3. Memberikan informasi tujuan pembelajaran Matematika
tentang “Bangun Datar”
36
No. Aktivitas yang diamati Skor
1 2 3 4
I. Guru
4. Memberikan informasi/menjelaskan tentang materi
dengan memperagakan alat peraga papan berpaku
5. Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
bertanya mengenai materi yang belum dipahami
6. Meminta peserta didik untuk mencoba atau
mempraktekkan dengan menggunakan alat peraga papan
berpaku
7 Memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk
mencoba atau mempraktekkan dengan menggunakan
alat peraga papan berpaku
8. Memberikan soal latihan untuk mengetahui
kemampuan peserta didik dalam pembelajaran
9. Mengamati kegiatan peserta didik saat mengerjakan
tugas
10. Guru dan peserta didik secara bersama-sama
menyimpulkan materi pembelajaran
Jumlah
Rata-rata
Keterangan: 1 = Sangat Tidak Baik, 2 = Tidak Baik, 3 = Baik, dan 4 = Sangat
Baik.
37
Tabel 3 Kisi-Kisi Observasi
Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik dalam KBM
No. Aktivitas yang diamati Skor
1 2 3 4
II. Peserta Didik
1. Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru
2. Mendengarkan informasi yang di sampaikan oleh guru
3. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru tentang materi dengan memperagakan alat peraga papan berpaku
4. Bertanya tentang materi yang sedang dipelajari
5. Mempraktekkan dengan mencoba sendiri apa yang sudah diperagakan oleh guru dengan menggunakan alal peraga papan berpaku
6. Memanfaatkan sumber belajar yang ada
7. Mengerjakan lembar kerja yang diberikan guru
8. Menyimpulkan materi pembelajaran dengan kata-kata sendiri
9. Dapat menjawab pertanyaan peserta didik dengan tepat saat berlangsung PBM
10. Memberikan contoh dengan benar
11. Dapat memecahkan masalah dengan tepat
12. Ada usaha dan motivasi untuk mempelajari bahan pelajaran atau simulasi yang diberikan oleh pendidik
13. Dapat bekerja sama dan berhubungan dengan peserta didik lain
14. Menyenangkan dalam PBM
Jumlah Rata-rata
38
Ket: No. 1 s/d 8 adalah ciri proses No. 9 s/d 14 adalah ciri hasil belajar Keterangan Kriteria : 4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang
b. Tes Hasil Belajar
Instrumen tes hasil belajar yang digunakan untuk menilai kualitas
hasil belajar peserta didik melalui kompetansi dasar sifat-sifat bangun
datar menggunakan pretest dan post test.
Tes dilakukan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar peserta
didik, sehingga diketahui apabila ada peningkatan hasil belajar atau
belum. Adapun instrumen yang digunakan dalam tes adalah
menggunakan LKPD/butir soal untuk mengukur hasil belajar peserta
didik, sebelum atau sesudah pembelajaran pada setiap siklus yang
dilaksanakan serta rata-rata nilai ulangan harian.
Agar instrumen penelitian terarah dan mewakili materi pelajaran
maka dibuatlah kisi-kisi soal tes hasil belajar seperti pada tabel di bawah
ini:
39
Tabel 4 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Matematika Kelas III SDN-6 Panarung
Palangkaraya
No Kompetensi Dasar Indikator Materi No Soal Jumlah
Soal
1 6.1 mengidentifikasikan
berbagai bangun
datar sederhana
menurut sifat atau
unsur.
a. Mengidentifikasikan sifat-
sifat bangun datar persegi
Sifat-
sifat
bangun
datar
1,2,3,4 4
b. Mengidentifikasikan
sifat-sifat bangun datar
persegi panjang
5,6,7,8 4
c. Mengidentifikasikan
sifat-sifat bangun datar
segitiga
9 - 20
12
Jumlah 20 20
Sumber data: Cerdas menghitung Matematika kelas III SD.
3. Uji Instrumen
Untuk memperoleh soal tes dengan hasil yang baik, maka dilakukan
uji coba validitas, adapun pengertian validitas isi menurut Ley (Azwar,
2012:111) adalah: “Validitas isi adalah sejauhmana kelayakan suatu tes
sebagai sampel dari domain aitem yang hendak diukur”. Suatu instrumen
tersebut memiliki validitas isi jika butir-butir pertanyaan dalam instrumen
itu memiliki kesesuaian dengan indikator variabel. Variabel isi merupakan
pengujian item soal yang valid dan tidak valid. Item soal valid dan tidak
valid ditentukan oleh 2 validator ahli. Soal yang valid digunakan sebagai
pengumpulan data penelitian.
40
Tabel 5 Kriteria Pemilihan Validator
Nama Validator Kriteria Denie, S.Pd (Validator I)
Pemilihan guru validator harus sesuai dengan mata pelajaran yang peneliti pilih dalam melakukan sebuah penelitian
Memiliki bidang keahlian Matematika Memiliki pengalaman mengajar minimal 2 tahun Jenjang pendidikan untuk guru minimal S_1
Dian Lufia Rahmaawati, M.Pd (Validator II)
Pemilihan dosen validator yang memiliki di bidang tata bahasa penulisan
Diutamakan dosen Bahasa Indonesia Memiliki pengalaman mengajar minimal 2 tahun Jenjang pendidikan untuk dosen minimal S-2
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan menggunakan analisis
kuantitatif. Dalam analisis penelitian kuantitatif ini semua data yang telah
terkumpul berupa skor hasil tes awal dan akhir dalam menyelasaikan soal
serta digunakan untuk memperjelas keadaan dan keberhasilan peserta didik
dalam menggunakan alat peraga papan berpaku berdasarkan tes yang
dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
Matematika peserta didik dengan menggunakan alat peraga yang diterapkan.
Rumus yang digunakan yaitu:
a. Menghitung persentase ketuntasan belajar peserta didik.
TB = ∑����
��100%
Keterangan :
∑ s= Jumlah peserta didik yang mendapat nilai sama dengan 60 N = Banyak peserta didik 100 % = Bilangan tetap (perentase) TB = Ketuntasan belajar klasikal minimal 85 %
41
Dengan kriteria ketuntasan belajar yaitu sebagai berikut : 80 – 100 : Sangat Baik 60 – 79 : Baik 50 – 59 : Cukup Baik 0 – 49 : Sangat Kurang Baik
Sumber: Suhardi R (Wijaya, 2013:53)
b. Menghitung peningkatan hasil belajar.
N – Gain = Test PreSkor -MaksimalSkor
Test Post Skor -TesPost Skor
Tabel 6 Nilai N-Gain Ternormalisasi dan Klasifikasi
Nilai N-Gain Ternormalisasi Klasifikasi
0,70 < N – Gain Tinggi 0,30 ≤ N – Gain < 0,70 Sedang
N – Gain < 0,30 Rendah Menurut Hake (Setiawan, 2013:55)
H. Indikator Keberhasilan Penelitian
Untuk melihat tingkat keberhasilan dari penelitian ini dengan indikator
keberhasilan penelitian sebagai berikut:
1. Peningkatan aktivitas peserta didik pada Penelitian ini dapat ditentukan
dari hasil observasi selama pembelajaran. Berdasarkan lembar observasi
peserta didik tersebut skor minimal adalah 14 dan skor maksimal adalah
56. Aktivitas peserta didik dikatakan meningkat total skor aktivitas
peserta didik dalam pembelajaran mencapai ≥ 42, dan secara klasikal
jumlah peserta didik yang memiliki jumlah skor ≥ 42 mencapai 85% dari
jumlah peserta didik.
42
2. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila hasil belajar peserta didik
mencapai nilai ketuntasan individual ≥ 60 dan secara klasikal terdapat
85% peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 60.
I. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal penelitian dilaksanakan pada bulan februari-Juni 2014.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel perencanaan waktu penelitian di
bawah ini:
Tabel 7
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Rencana Kegiatan
Bulan Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Menyusun
Proposal X X X X
2 Seminar Proposal
X
3 Revisi Proposal
X X
4 Pembimbingan X X X X X X X X X
5 Penelitian ke Lapangan X X X
6 Menyusun Laporan
X X X X
7 Ujian Skripsi X
8 Revisi Hasil Ujian
X X
9 Penyampaian Laporan
X
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Pra Tindakan
Data pra tindakan terdiri dari data hasil observasi pra tindakan dan
tes pra tindakan. Hasil yang diperoleh dari kedua data ini akan dijadikan
sebagai tolak ukur keberhasilan pembelajaran selanjutnya kedua data
tersebut disajikan sebagai berikut:
a. Deskripsi Data Observasi Pra Tindakan
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer (peneliti) ketika
guru kelas melakukan kegiatan pembelajaran dengan materi sifat-
sifat bangun datar diperoleh data dari identifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Hasil belajar peserta didik untuk mata pelajaran Matematika
masih rendah.
2. Peserta didik yang menggalami kesulitan dalam mengenali
geometri atau bangun datar pada pelajaran Matematika.
3. Proses pembelajaran yang cenderung pasif.
4. Guru kebanyakan hanya menggunkan metode ceramah saja
tanpa dikombinasikan atau di padukan dengan metode lainnya.
5. Peserta didik terlihat lebih asik bermain dengan teman
sebangkunya.
43
44
6. Perlunya penggunaan alat peraga papan berpaku dalam
pembelajaran Matematika.
b. Deskripsi Data Tes Pra Tindakan
Tes pra tindakan bertujuan untuk mengetahui penguasaan
peserta didik dalam materi yang akan dijadikan topik pembelajaran
sebelum penelitian tindakan kelas dilaksanakan. Tes dilakukan
dengan memberikan soal pilihan ganda dengan jumlah 20 soal. Data
hasil tes pra tindakan tersebut disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 8 Data Tes Pra Tindakan Sebelum Penelitian Tindakan Kelas
Dilaksanakan
No Kode Peserta
Didik Nilai Pra Tindakan
Keterangan ≥ 60
T ˂ 60 TT
1 M 30 TT 2 N.R 35 TT 3 A.S 30 TT 4 L.H 80 T 5 J.D 30 TT 6 J.M 30 TT 7 P.M 40 TT 8 R.F 60 T 9 N.I 30 TT
10 M.N 75 T 11 S.A 50 TT 12 A.P 50 TT 13 M.D 60 T 14 A.A 35 TT 15 R.F 55 TT 16 R.M 75 T 17 Y.A 30 TT 18 Y.P 60 T 19 F.K 35 TT
Jumlah 890 6 13 Rata-rata 46,84
Kurang Tercapai Ketuntasan 31,58%
45
M (Rata-rata) = 84,4619
890
TB = %10060
xn
s
= %10019
6x
= 31,58% (Rendah)
Berdasarkan hasil tabel pra tindakan terlihat nilai dasil belajar
peserta didik kelas III SDN 6 Panarung Palangka Raya dengan rata-rata
46,84 dan ketuntasan secara klasikal sebesar 31,58% termasuk dalam
kriteria rendah. Sehingga pada pra tindakan dalam ketetapan tingkat
ketercapaian keberhasilan pembelajaran belum memenuhi syarat
ketuntasan belajar secara klasikal.
2. Deskripsi Data Siklus I
Pada data siklus I yang terdiri dari; (a) data aktivitas guru dan data
aktivitas peserta didik, (b) Data belajar dan (c) Indikator ketuntasan hasil
belajar, (d) Indikator keberhasilan aktivitas belajar, (e) Data refleksi
siklus I. Data tersebut dapat disajikan sebagai berikut:
a. Data Situasi Belajar - Mengajar
Data situasi mengajar (aktivitas guru dan peserta didik)
merupakan data tentang situasi dan aktivitas pembelajaran di kelas
saat penelitian tindakan kelas dilakukan. Data aktivitas guru dan
peserta didik diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh
observer dan terekam pada lembar observasi. Data tersebut disajikan
dalam tabel di bawah ini:
46
Tabel 9 Kisi-Kisi Observasi
Data Pengamatan Aktivitas Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus I
No. Aktivitas yang diamati P-1 P-2 R Ketegori
1. Menyiapkan materi dan alat yang akan didemonstrasikan
Baik Baik 3 Baik
2. Melakukan tanya jawab dengan peserta didik
Baik Cukup 2,5 Cukup
3. Memberikan informasi tujuan pembelajaran Matematika tentang “Bangun Datar”
Baik Cukup 2,5 Cukup
4. Memberikan informasi/menjelaskan tentang materi dengan memperagakan alat peraga papan berpaku
Sangat
Baik
Sangat
Baik 4 Sangat Baik
5. Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami
Baik Sangat
Baik 3,5 Baik
6. Meminta peserta didik untuk mencoba atau mempraktekkan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku
Sangat
Baik
Sangat
Baik 4 Sangat Baik
7 Memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk mencoba atau mempraktekkan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku
Sangat
Baik
Sangat
Baik 4 Sangat Baik
8. Memberikan soal latihan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam pembelajaran
Sangat
Baik Baik 3,5 Baik
9. Mengamati kegiatan peserta didik saat mengerjakan tugas
Sangat
Baik
Sangat
Baik 4 Sangat Baik
10. Guru dan peserta didik secara bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran
Sangat
Baik Baik 3,5 Baik
Jumlah 36 33 34,5 Rata-rata 3,6 3,3 3,45 Baik
47
Keterangan Skor: Keterangan: Kurang Baik : 1,0 – 1,9 P-1 : Pengamat Pertama Cukup Baik : 2,0 – 2,9 P-2 : Pengamat Kedua Baik : 3,0 – 3,9 R : Rata-rata Aspek Sangat Baik : 4,0
Tabel 10
Kisi-Kisi Observasi Data Pengamatan Aktivitas Peserta Didik dalam KBM
Siklus I
No Nama Peserta Didik P1 P2 Nilai Kategori 1. M 30 30 30 TT 2. N.R 30 35 32,5 TT 3. A.S 30 35 32,5 TT 4. L.H 49 44 46,5 T 5. J.D 35 40 37,5 TT 6. J.M 45 40 42,5 T 7. P.M 45 45 45 T 8. R.F 52 50 51 T 9. N.I 40 40 40 TT
10. M.N 45 48 46,5 T 11. S.A 42 45 43,5 T 12. A.P 30 30 30 TT 13. M.D 41 42 41,5 TT 14. A.A 39 40 39,5 TT 15. R.F 45 45 45 T 16. R.M 49 50 49,5 T 17. Y.A 30 30 30 TT 18. Y.P 40 44 42 T 19. F.K 42 42 42 T
Jumlah 767 Persentase 52,63 % Cukup Baik
TB = ∑����
�� x 100%
= ��
�� x 100%
= 52,63 % ( Cukup )
b. Data Hasil Belajar Siklus I
Data hasil belajar diperoleh dari tes yang dilakukan setelah
selesai pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas siklus I. Soal
48
yang diberikan pada post-test ini sama dengan soal yang diberikan
pada kegiatan pra tindakan, yaitu berjumlah 20 butir soal pilihan
ganda. Data tersebut disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 11
Data Hasil Post-Test Siklus I
No Kode
Peserta Didik
Nilai Pra Tindakan
Meningkat Siklus I Keterangan ≥ 60
T ˂ 60 TT
1 M 30 Meningkat 10 45 TT 2 N.R 35 Meningkat 20 55 TT 3 A.S 30 Meningkat 30 60 T 4 L.H 80 Meningkat 20 100 T 5 J.D 30 Tidak Meningkat 30 TT 6 J.M 30 Meningkat 45 75 T 7 P.M 40 Meningkat 30 70 T 8 R.F 60 Meningkat 30 90 T 9 N.I 30 Meningkat 30 60 T 10 M.N 75 Meningkat 20 95 T 11 S.A 50 Meningkat 30 80 T 12 A.P 50 Meningkat 10 60 T 13 M.D 60 Meningkat 30 90 T 14 A.A 35 Tidak Meningkat 35 TT 15 R.F 55 Meningkat 20 75 T 16 R.M 75 Meningkat 5 80 T 17 Y.A 30 Meningkat 10 40 TT 18 Y.P 60 Meningkat 20 80 T 19 F.K 35 Meningkat 35 70 T
Jumlah 890 Kurang Tercapai
1290 14 5 Rata-rata 46,84 67,90
Baik Ketuntasan 31,58% 73,70 %
M (Rata-rata) = 90,6719
1290
TB = %10060
xn
s
= %10019
14x
= 73,70% (Baik)
49
N – Gain Siklus I = Tindakan PraSkor -MaksimumSkor
Tindakan PraSkor -I SiklusSkor
= 84.46100
84,4690,67
= 17,53
21
= 0,39 = 0,40 (Sedang)
c. Indikator keberhasilan aktivitas belajar
Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran secara klasikal
memperoleh skor 52,63% dengan kategori cukup baik. Berdasarkan
dengan indikator ketuntasan aktivitas belajar peserta didik yang
sudah ditentukan yaitu ≥ 42 dan secara klasikal mencapai skor 85%
maka aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan.
d. Indikator ketuntasan hasil belajar
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan oleh peneliti setelah siklus
I ada peningkatan hasil belajar dibandingkan pre test yaitu pada nilai
rata-rata adalah 46,84, persentase peserta didik adalah 31,58%.
Setelah dilaksanakan siklus I diketahui nilai rata-rata adalah 67,90
sedangkan persentase peserta didik yang memperoleh nilai lebih
besar atau sama dengan 60 yaitu sebesar 73,70% dan nilai N-Gain
0,40 kategori sedang, karena belum memenuhi syarat ketuntasan
klasikal yaitu 85% maka perlu ditingkatkan kembali pada siklus
selanjutnya yaitu siklus II.
50
e. Data Refleksi Siklus I
Pada tahap ini Peneliti dan observer penilaian (penilai)
melakukan evaluasi tindakan dan melakukan pertemuan untuk
membahas hasil. Setelah dilakukan evaluasi perlu adanya siklus II
dalam proses pembelajaran untuk melihat peningkatan secara lebih
tinggi dan lebih baik. Berbagai hambatan yang terjadi dalam siklus I
Peneliti evaluasi dan diberikan refleksi. Hambatan dari pelaksanaan
siklus I adalah:
a. Peneliti masih mempunyai banyak kekurangan diantaranya masih
kurangnya dalam memberikan informasi tujuan pembelajaran
Matematika tentang bangun datar, melakukan tanya jawab dengan
peserta didik, memberikan motivasi kepada peserta didik,
sehingga kekurangan tersebut harus diperbaiki pada siklus II.
b. Peserta didik pada saat pembelajaran Matematika masih bingung
membedakan nama-nama bangun datar, tidak mau bertanya
apabila mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran dan tidak
memanfaatkan sumber belajar yang ada.
c. Peningkatan hasil belajar peserta didik mendapat kriteria sedang
sehingga perlu ditingkatkan lagi pada siklus II.
d. Hasil belajar peserta didik masih belum mencapai ketuntasan
klasikal yaitu 85% sedangkan yang dicapai peserta didik 73,70%.
51
Setelah dilakukan refleksi peneliti melakukan persiapan
penerapan siklus II untuk memperbaiki kelemahan, kegagalan, dan
meningkatkan apa yang telah berhasil dicapai pada siklus I.
3. Deskripsi Data Siklus II
Deskripsi data siklus II hampir sama dengan siklus I. Data siklus II
terdiri atas data yang diperoleh dari (a) data aktivitas guru dan data
aktivitas peserta didik, (b) Data belajar dan (c) Indikator ketuntasan hasil
belajar, (d) Indikator keberhasilan aktivitas belajar, (e) Data refleksi
siklus I. Data tersebut dapat disajikan sebagai berikut:
a. Data Situasi Belajar - Mengajar
Data situasi mengajar (aktivitas guru dan peserta didik)
merupakan data tentang situasi dan aktivitas pembelajaran di kelas
saat penelitian tindakan kelas dilakukan. Data aktivitas guru dan
peserta didik diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh
observer dan terekam pada lembar observasi. Data tersebut disajikan
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 12 Kisi-Kisi Observasi
Data Pengamatan Aktivitas Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus II
No. Aktivitas yang diamati P-1 P-2 R Ketegori
1. Menyiapkan materi dan alat yang akan didemonstrasikan
Sangat Baik
Sangat Baik
4 Sangat Baik
2. Melakukan tanya jawab dengan peserta didik
Baik Sangat Baik
3,5 Baik
3. Memberikan informasi tujuan pembelajaran Matematika tentang “Bangun Datar”
Sangat Baik
Baik 3,5 Baik
52
No. Aktivitas yang diamati P-1 P-2 R Ketegori
4. Memberikan informasi/menjelaskan tentang materi dengan memperagakan alat peraga papan berpaku
Sangat
Baik
Sangat
Baik 4 Sangat Baik
5. Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami
Baik Sangat
Baik 3,5 Baik
6. Meminta peserta didik untuk mencoba atau mempraktekkan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku
Sangat
Baik
Sangat
Baik 4 Sangat Baik
7 Memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk mencoba atau mempraktekkan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku
Sangat
Baik
Sangat
Baik 4 Sangat Baik
8. Memberikan soal latihan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam pembelajaran
Sangat
Baik Baik 3,5 Baik
9. Mengamati kegiatan peserta didik saat mengerjakan tugas
Sangat
Baik
Sangat
Baik 4 Sangat Baik
10. Guru dan peserta didik secara bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran
Sangat
Baik
Sangat
Baik 4 Baik
Jumlah 38 38 38 Rata-rata 3,8 3,8 3,8 Baik
Keterangan Skor: Keterangan: Kurang Baik : 1,0 – 1,9 P-1 : Pengamat Pertama Cukup Baik : 2,0 – 2,9 P-2 : Pengamat Kedua Baik : 3,0 – 3,9 R : Rata-rata Aspek Sangat Baik : 4,0
53
Tabel 13 Kisi-Kisi Observasi
Data Pengamatan Aktivitas Peserta Didik dalam KBM Siklus II
No Nama Peserta Didik P1 P2 Nilai Kategori 1. M 30 35 32,5 TT 2. N.R 50 52 51 T 3. A.S 40 45 42,5 T 4. L.H 56 54 55 T 5. J.D 40 40 40 TT 6. J.M 55 50 52,5 T 7. P.M 55 55 55 T 8. R.F 52 53 52,5 T 9. N.I 50 50 50 T
10. M.N 55 50 52,5 T 11. S.A 52 53 52,5 T 12. A.P 50 50 50 T 13. M.D 51 52 51,5 T 14. A.A 49 50 49,5 T 15. R.F 48 48 48 T 16. R.M 55 56 55,5 T 17. Y.A 50 50 50 T 18. Y.P 45 44 44,5 T 19. F.K 52 52 52 T
Jumlah 937 Persentase 52,63 % Cukup Baik
TB = ∑����
�� x 100%
= ��
�� x 100%
= 89,47 % ( Sangat Baik )
b. Data Hasil Belajar Siklus II
Data hasil belajar diperoleh dari tes yang dilakukan setelah
selesai pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas siklus II. Soal
yang diberikan pada tes ini sama dengan soal yang diberikan pada
54
kegiatan siklus I, yaitu berjumlah 20 butir soal pilihan ganda. Data
tersebut disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 14
Data Hasil Post-Test Siklus II
No Kode
Peserta Didik
Nilain Siklus I
Keterangan Nilain
Siklus II
Keterangan ≥ 60
T ˂ 60 TT
1 M 45 Meningkat 15 65 T 2 N.R 55 Meningkat 20 75 T 3 A.S 60 Meningkat 25 85 T 4 L.H 100 Tidak Meningkat 100 T 5 J.D 30 Meningkat 5 35 TT 6 J.M 75 Meningkat 5 80 T 7 P.M 70 Meningkat 20 90 T 8 R.F 90 Meningkat 5 95 T 9 N.I 60 Meningkat 25 85 T
10 M.N 95 Tidak Meningkat 95 T 11 S.A 80 Meningkat 20 100 T 12 A.P 60 Meningkat 20 80 T 13 M.D 90 Meningkat 10 100 T 14 A.A 35 Meningkat 40 75 T 15 R.F 75 Meningkat 20 95 T 16 R.M 80 Meningkat 20 100 T 17 Y.A 40 Meningkat 50 90 T 18 Y.P 80 Meningkat 10 90 T 19 F.K 70 Tidak Meningkat 70 T
Jumlah 1290 Baik
1605 18 1 Rata-rata 67,90 84,47
Sangat Baik Ketuntasan 73,70% 94,73%
M (Rata-rata) = 47,8419
1605
TB = %10060
xn
s
= %10019
18x
= 94,73% (Sangat Baik)
55
N – Gain Siklus II = I SiklusSkor -MaksimumSkor
I SiklusSkor -II SiklusSkor
= 90,67100
90,6747,84
=
1,32
57,16= 0,51 (Sedang)
N – Gain Total = Tindakan PraSkor -MaksimumSkor
Tindakan PraSkor -II SiklusSkor
= 46,84100
46,8447,84
= 16,53
63,37
= 0,70 (Sedang)
c. Indikator keberhasilan aktivitas belajar
Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran secara klasikal
memperoleh skor 89,47% dengan kategori sangat baik. Berdasarkan
dengan indikator ketuntasan aktivitas belajar peserta didik yang
sudah ditentukan yaitu ≥ 42 dan secara klasikal mencapai skor 85%
maka aktivitas peserta didik dikatakan tuntas.
d. Indikator ketuntasan hasil belajar
Berdasarkan tabel hasil tes siklus II terlihat hasil belajar peserta
didik kelas III SDN 6 Panarung hasil tes belajar yang telah
dilakukan oleh peneliti setelah siklus II ternyata ada peningkatan
yang lebih baik dibanding siklus I yaitu dengan rata-rata adalah
67,90 dan persentase jumlah peserta didik secara klasikal yang
memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 60 yaitu sebesar
56
73,70%. Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II diketahui nilai
rata-rata sebesar 84,47 dan persentase jumlah peserta didik secara
klasikal yang memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 60
yaitu sebesar 94,73%, dan N-Gain pada siklus II menunjukan angka
0,70 yang termasuk dalam kategori sedang, artinya terjadi
peningkatan hasil belajar yang tinggi antara siklus I dan siklus II.
Sehingga penelitian ini tidak perlu dilanjutkan ke siklus III.
e. Data Refleksi Siklus II
Data refleksi dilakukan setelah seluruh kegiatan pembelajaran
siklus II selesai. Saat melakukan refleksi ini peneliti beserta dua
orang pengamat (observar) berdiskusi untuk membahas kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan berdasarkan hasil observasi.
Pada siklus II ini peneliti tetap menggunakan alat peraga papan
berpaku dalam pembelajaran Matematika. Hanya saja ada hal-hal
yang ditekankan yakni pada saat penyampaian materi dilakukan
lebih santai dan tidak terbutu-buru. Kemudian saat menerapkan alat
peraga papan berpaku peserta didik lebih difokuskan lagi untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan sesuai dengan materi yang telah
disampaikan.
Diskusi yang dilakukan tersebut menghasilkan saran dari
pengamat bahwa penggunaan alat peraga papan berpaku dapat
mempermudah penyampaian materi dan pemahaman peserta didik
terhadap materi. Melalui penggunaan alat peraga papan berpaku
57
diharapkan dapat membantu guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran serta dapat meningkatkan keaktifan serta hasil belajar
peserta didik. Keberhasilan yang diperoleh dalam siklus II adalah
sebagai berikut:
1) Aktivitas guru dan peserta didik menunjukan adanya perbaikan
dan peningkatan ini terlihat dari persentase aktivitas yang
berlangsung selama pembelajaran yang termasuk dalam kategori
sangat baik.
2) Hasil belajar dari persentese ketuntasan secara klasikal peserta
didik mencapai 94,73% dan N-Gain menunjukan angka 0,70
sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran menggunakan alat peraga papan berpaku pada
pelajaran Matematika materi bangun datar dapat dikatakan
berhasil.
B. Pengujian Hipotesis Tindakan
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diperoleh hasil-hasil
penelitian yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Hasil pengamatan aktivitas peserta didik
Hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus I dengan
persentase 52,63% yang dikategorikan cukup. Pada siklus II pengamatan
aktivitas peserta didik mengalami peningkatan nilai dengan persentase
89,47% yaitu termasuk kategori sangat baik. Sehingga dengan
58
menggunakan alat peraga papan berpaku aktivitas peserta didik
mengalami peningkatan.
2. Nilai hasil belajar peserta didik
Nilai hasil belajar peserta didik yang dimaksud yaitu peningkatan
nilai hasil belajar peserta didik kelas III SDN-6 Panarung Palangka Raya
pada pelajaran Matematika dengan materi bangun datar . berikut semua
nilai hasil belajar peserta didik mulai dari pretest, hasil post-test siklus I
dan hasil post-test siklus II:
a. Pra Tindakan (tes awal)
Berdasarkan hasil penelitian pra Ptindakan (tes awal) dengan
persentase 31,58% (6 orang) peserta didik mendapatkan nilai lebih
besar atau sama dengan 60. Hal ini belum menunjukkan ketuntasan
belajar klasikal yang telah di tentukan yaitu 85%, dari data di atas
tersebut menunjukkan bahwa pra tindakan (tes awal) belum tercapai.
b. Post test siklus I
Berdasarkan hasil penelitian setelah diberi perlakuan atau
setelah dilaksanakannya siklus I ada 14 orang (73,70%) peserta didik
mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan 60. Hasil yang
didapat ini masih belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal
yang ditentukan yakni 85%. Dan setelah dilakukan perhitungan
dengan rumus N-Gain masih dikategorikan sedang yaitu 0,40 dari
data tersebut menunjukkan bahwa siklus I masih belum bisa
dikatakan berhasil.
59
c. Post test siklus II
Berdasarkan hasil penelitian dilaksanakannya siklus II ada 18
orang (94,73%) peserta didik mendapatkan nilai lebih besar atau
sama dengan 60. Hasil ini sudah menunjukkan bahwa ketuntasan
belajar secara klasikal yang ditentukan yakni 85% sudah tercapai.
dan pada kriteria N-Gain diperoleh nilai 0,70 yang termasuk kriteria
sedang, sehingga keberhasilan proses pembelajaran Matematika
dengan menggunakan alat peraga papan berpaku pada siklus II
termasuk kriteria sedang dan berhasil.
Berdasarkan uraian dari pengujian hipotesis di atas dapat
diambil kesimpulan sementara bahwa penggunaan alat peraga papan
berpaku dapat meningkatkan hasil belajar Matematika peserta didik
kelas III SDN-6 Panarung Palangka Raya Tahun Pelajaran
2013/2014.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian pada penelitian tindakan kelas ini meliputi aktivitas
peserta didik, aktivitas guru dan hasil belajar peserta didik selama
pembelajaran Matematika materi bangun datar dengan menggunakan alat
peraga papan berpaku pada peserta didik kelas III SDN-6 Panarung.
Penelitian ini diawali dengan pengambilan data sebelum dilakukan
tindakan (data pra tindakan) kemudian data yang didapat tersebut
60
dijadikan tolak ukur untuk melakukan tindakan perbaikan, dalam
penelitian ini tindakan perbaikan dilakukan dengan dua siklus dan
dihasilkan data-data sebagai berikut:
a) Aktivitas Peserta Didik
Pada siklus I aktivitas peserta didik menunjukan jumlah skor 767
persentase ketercapaian 52,63%. Pada siklus II jumlah skor mencapai
937, persentase ketercapaian 89,47%. Dari data tersebut terlihat
adanya peningkatan aktivitas peserta didik selama pembelajaran
berlangsung. Untuk lebih rinci dapat diperhatikan grafik dibawah ini :
Gambar Grafik 4. Peningkatan Aktivitas Peserta Didik
Keterangan grafik :
1. Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru 2. Mendengarkan informasi yang di sampaikan oleh guru 3. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru tentang materi
dengan memperagakan alat peraga papan berpaku 4. Bertanya tentang materi yang sedang dipelajari 5. Mempraktekkan dengan mencoba sendiri apa yang sudah
diperagakan oleh guru dengan menggunakan alal peraga papan berpaku
6. Memanfaatkan sumber belajar yang ada
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Sokr
Rat
a-R
ata
Aktivitas Peserta Didik
AKTIVITAS PESERTA DIDIK
skor rata-rata siklus I skor rata-rata siklus II
61
7. Mengerjakan lembar kerja yang diberikan guru 8. Menyimpulkan materi pembelajaran dengan kata-kata sendiri 9. Dapat menjawab pertanyaan peserta didik dengan tepat saat
berlangsung PBM 10. Memberikan contoh dengan benar 11. Dapat memecahkan masalah dengan tepat 12. Ada usaha dan motivasi untuk mempelajari bahan pelajaran atau
simulasi yang diberikan oleh pendidik 13. Dapat bekerja sama dan berhubungan dengan peserta didik lain 14. Menyenangkan dalam PBM
b) Aktivitas Guru
Pada siklus I aktivitas guru menunjukan jumlah skor 34,5, rata-
rata skor 3,45. Pada siklus II jumlah skor mencapai 38, rata-rata skor
3,8. Dari data tersebut terlihat adanya peningkatan aktivitas guru dari
siklus I ke siklus II. Untuk lebih rinci dapat diperhatikan diagram
dibawah ini :
Gambar Grafik 5. Peningkatan Aktivitas Guru
Keterangan grafik :
1. Menyiapkan materi dan alat yang akan didemonstrasikan 2. Melakukan tanya jawab dengan peserta didik 3. Memberikan informasi tujuan pembelajaran Matematika tentang
“Bangun Datar” 4. Memberikan informasi/menjelaskan tentang materi dengan
memperagakan alat peraga papan berpaku
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sko
r R
ata-
Rat
a
Aktivitas Guru
Aktivitas Guru
Skor Rata-Rata siklus I Skor Rata-Rata siklus II
62
5. Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami
6. Meminta peserta didik untuk mencoba atau mempraktekkan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku
7. Memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk mencoba atau mempraktekkan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku
8. Memberikan soal latihan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam pembelajaran
9. Mengamati kegiatan peserta didik saat mengerjakan tugas 10. Guru dan peserta didik secara bersama-sama menyimpulkan materi
pembelajaran
c) Hasil Belajar
Dari data yang diperoleh pada penelitian ini diketahui hasil
belajar pada pretest yaitu rata-rata hasil belajar 46,84, ketuntasan
belajar 31,58% yang mempunyai arti bahwa dari 19 orang peserta
didik yang melakukan pretest hanya 6 orang peserta didik yang
tuntas. Pada siklus I diperoleh hasil rata-rata hasil belajar 67,90,
ketuntasan belajar 73,70 % yang mempunyai arti bahwa dari 19
orang peserta didik ada 14 orang peserta didik yang tuntas dan nilai
N-Gain 0,40 ini menunjukan adanya peningkatan tetapi belum
mencapai tingkat keberhasilan yang di inginkan Peneliti. Pada siklus
II diperoleh hasil rata-rata hasil belajar 84,47, ketuntasan belajar
94,73 % artinya bahwa dari 19 orang peserta didik ada 18 orang
peserta didik mencapai nilai ketuntasan dan nilai N-Gain 0,70, ada 1
peserta didik yang tidak mencapai nilai ketuntasan di karenakan
peserta didik tidak bisa membaca dengan baik, tetapi penelitian ini
telah mencapai keberhasilan sesuai dengan yang diharapkan oleh
Peneliti. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada diagram berikut :
63
Gambar Grafik 6. Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Gambar Grafik 7. Peningkatan N-Gain
2. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki aktivitas
dan hasil belajar Matematika materi bangun datar dengan menggunakan
alat peraga papan berpaku pada peserta didik kelas III SDN-6 Panarung.
Hal ini sesuai dengan fenomena yang terjadi di kelas III SDN-6 Panarung
46.84
67.9
84.47
31.58
73.7
94.73
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3
jum
lah
Hasil Belajar
rata-rata
ketuntasan belajar (%)
1 : Pretest2 : Siklus I3 : Siklus II
0
0.4
0.7
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
1 2 3
Nila
i n-gain
Tindakan
Peningkatan N-Gain
N-gain
1 : Pretest2 : Siklus I3 : Siklus II
64
bahwa hasil belajar peserta didik terutama pada materi bangun datar masih
rendah yaitu di bawah nilai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. Oleh
karena itu Peneliti pada penelitian ini menerapkan alat peraga papan
berpaku untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika
peserta didik.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang relevan dari Berlian Permata
Sari (2013) dalam Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika dengan Menggunakan Media Papan Berpaku pada
Kelas V SDN-2 Pahandut Palangka Raya”. Menyatakan bahwa “Hasil
belajar peserta didik yang menggunakan media papan berpaku dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika”.
Aulia Ade Putri (2013): dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika dengan Menggunakan Alat Peraga Sederhana pada
Kelas IV SDN-14 Palangka Palangka Raya”. Menyatakan bahwa “Hasil
belajar peserta yang menggunakan alat peraga sederhana dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika”. Tentang media atau alat peraga
papan berpaku dapat meningkatkan aktivitas, minat dan hasil belajar
peserta didik, maka dalam penelitian ini peneliti ingin menerapkan alat
peraga papan berpaku kepada peserta didik kelas III di SDN-6 Panarung,
dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat peningkatan aktivitas dalam
proses pembelajaran Matematika baik aktivitas guru maupun peserta didik
serta peningkatan hasil belajar Matematika dengan menggunakan alat
peraga papan berpaku. Hal tersebut terjadi karena dengan menggunakan
65
alat peraga papan berpaku dalam menyelesaikan suatu bangun datar
menjadi lebih mudah dan menyenangkan sehingga mempengaruhi proses
dan hasil belajar Matematika kearah yang lebih baik dan meningkat.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan analisis data,
maka dapat disimpulkan menggunakan alat peraga papan berpaku dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika peserta didik pada kelas III SND-6
Panarung Palangka Raya. Maka Peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Peserta didik cukup aktif pada saat proses pembelajaran konsep bangun
datar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku pada peserta didik
kelas III SDN-6 Panarung Palangka Raya. Hal ini dibuktikan dari hasil
persentase peserta didik siklus I yaitu 52,63% dikategorikan sangat baik
dan pada siklus II meningkat menjadi 89,47% dikategorikan sangat baik.
2. Ada peningkatan hasil belajar peserta didik pada konsep bagun datar
setelah menggunakan alat peraga papan berpaku pada peserta didik kelas
III SDN-6 Panarung Palangka Raya. Berdasarkan data dari hasil
penelitian, hasil pembelajaran awal atau sebelum diberikan tindakan,
hasil penelitian siklus I dan siklus II terdapat peningkatan yaitu hasil tes
sebelum diberikan tindakan nilai yang diperoleh peserta didik dengan
rata-rata adalah 46,84 dan persentase peserta didik mencapai 31,58%.
Sedangkan hasil penelitian siklus I nilai yang diperoleh peserta didik
dengan rata-rata adalah 67,90 dan persentase peserta didik mencapai
73,70%. Sedangkan pada siklus II nilai yang diperoleh peserta didik
66
67
dengan rata-rata adalah 84,47 dan persentase peserta didik mencapai
94,73%. Jadi, terdapat peningkatan hasil belajar dari pra tindakan (tes
awal), post test siklus I dan post test siklus II.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat disampaikan beberapa
rekomendasi sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan
wawasan akan pentingnya penggunaan alat peraga dalam pembelajaran
Matematika.
2. Bagi Guru, agar dapat mengupayakan dan memaksimalkan penggunaan
alat peraga, baik pembelajaran Matematika ataupun mata pelajaran
lainnya.
3. Bagi Peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan dasar sebagai
penelitian selanjutnya yang mendalam, agar lebih memahami tentang
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
68
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azwar, 2013. Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Antika, Rindhy, 2011. Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Luas Bangun
Datar melalui Media Papan Berpaku dalam Pembelajaran Matematika Peserta didik Kelas III SD Negeri 1 Tanggulangin Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2009/2010. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Azwar, Saifuddin, 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakaarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekan Praktik. Jakarta:
PT Rineka Cipta. Aunurrahman, 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Chin, Teen P, 2010. Glossary For Mathematics. Malaysia: Selangor Darul Ehsan. Dimyati, & Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta. Faisal, Sanapiah, 2007. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja
Grafindo. Harawati, 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Bayumadia Publishing. Jennah, Rodhatul, 2009. Media Pembelajaran, Banjarmasin: Antasari Press. Kunandar, 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja grafindo Persada. Liberna, Hawa, 2013. Membangun Interaksi Edukatif yang Bernialai Normatif
melalui Pengajaran Berbasis Aktifitas. Universitas Indraprasta PGRI. Mulyasa, 2010, Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
rosdakarya. Muslich, Masnur, 2008. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dann Kontektual.
Jakarta: PT Bumi Aksara. Putri, Aulia A, 2013. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan
Menggunakan Alat Peraga Sederhana Pada Kelas IV SDN 14 Palangka Palangkaraya. Palangka Raya: Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
68
69
Ratna, Aminidya, 2013. Miningkatkan Kemampuan Mengenal Bangun Geometri Menggunakan Geoboard (Papan Berpaku) di Kelompok A1 TK IT Ulul Albab 5 Purworejo. Purworejo.
Susanto, Ahmad, 2013. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jaakarta:
PT Kharisma Putra Utama. Sari, Berlian P, 2013. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan
Menggunakan Media Papan Berpaku pada Kelas V SDN-2 Pahandut Palangkaraya. Palangka Raya: Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengeruhinnya. Jakarta: PT
Rineka Cipta. Sudjana, Nana, 2002. Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sundayana, Rostina, 2013. Media Pembelajaran Matematika. Bandung: PT
Alfabeta. Wijaya, Hadi, 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan
Open-Ended pada Peserta Didik SDN-5 Pahandut Palangkaraya. Palangka Raya: Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Yudhistira, Dadang, 2013. Menulis Penelitian Tindakan Kelas yang APIK, Jakarta:
PT Grasindo.