pendapatan dan ketahanan pangan rumah ...digilib.unila.ac.id/55430/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENDAPATAN DAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
PETANI JAGUNG DI KECAMATAN BANDAR SRIBHAWONO
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
(Skripsi)
Oleh
LUTFIA KHOIRUNNISA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
INCOME AND FOOD SECURITY OF CORN FARMERS HOUSEHOLD
IN BANDAR SRIBHAWONO SUB-DISTRICT
EAST LAMPUNG REGENCY
By
Lutfia Khoirunnisa
This study aimed to analyze income and the level of food security as well as the factors
that influence the food security of household corn farmers. This research was conducted
by a survey method in Bandar Agung Village and Sri Pendowo Village, Sub-district of
Bandar Sribhawono, East Lampung Regency. Data collection was carried out in
February to March 2018 which was analyzed by quantitative descriptive analysis and
logistik ordinal statistical analysis. Samples of 69 households corn farmers were
randomly selected by simple random sampling. The results of the study showed that cash
income for corn farming per hectare in the first planting season amounted to
Rp12,872,858.32, in the second planting the cash income was Rp10,201,805.09 and in
the third planting season the cash income was Rp5,440,975.65 and average household
income of corn farmers in Sub-district of Bandar Sribhawono has Rp Rp4,370,336.33.
The results of cross classification between energy suffeficiency and share of food
expenditure were obtained by four categories of corn farmer’s household food security in
Sub-district of Bandar Sribhawono which is 7 households (10.14%) food resistant, 44
households (63.77%) less food, 5 households (7.25%) vulnerable to food and 13
households (18.84%) food insecure. The factors that influence the level of food security
of corn farmers in Bandar Sribhawono Sub-district are influenced by the education of the
head of the household, food expenditure and household expenditure.
Key words: corn farmers, food expenditure, food security, income
ABSTRAK
PENDAPATAN DAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
PETANI JAGUNG DI KECAMATAN BANDAR SRIBHAWONO
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
Lutfia Khoirunnisa
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan dan tingkat ketahanan
pangan serta faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga
petani jagung. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei di Desa
Bandar Agung dan Desa Sri Pendowo, Kecamatan Bandar Sribhawono,
Kabupaten Lampung Timur. Pengambilan data dilakukan pada Bulan Februari
sampai Maret 2018 yang dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
kuantitatif dan analisis statistik logistik ordinal. Sampel petani jagung dipilih
secara acak (Simple Random Sampling) berjumlah 69 rumah tangga. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pendapatan tunai usahatani jagung per hektar pada
musim tanam satu sebesar Rp12.872.858,32, pada musim tanam kedua
memperoleh pendapatan sebesar Rp10.201.805,09, pada musim tanam tiga
memperoleh pendapatan sebesar Rp5.440.975,65 dengan rata-rata pendapatan
rumah tangga petani jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono sebesar
Rp4.370.336,33. Hasil dari klasifikasi silang antara kecukupan energi dengan
pangsa pengeluaran pangan diperoleh empat kategori ketahanan pangan RT petani
jagung Kecamatan Bandar Sribhawono yaitu 7 RT (10,14%) tahan pangan, 44 RT
(63,77%) kurang pangan, 5 RT (7,25%) rentan pangan dan 13 RT (18,84%) rawan
pangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah
tangga petani jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono dipengaruhi oleh variabel
pendidikan kepala rumah tangga, pengeluaran pangan dan pengeluaran rumah
tangga.
Kata kunci : ketahanan pangan, pendapatan, pengeluaran pangan, petani jagung
PENDAPATAN DAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
PETANI JAGUNG DI KECAMATAN BANDAR SRIBHAWONO
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
LUTFIA KHOIRUNNISA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung Timur pada tanggal 11
Maret 1997 sebagai anak pertama dari dua bersaudara
pasangan Bapak M. Soni Hadi Suwarno dan Ibu Siti
Rokayah. Penulis menyelesaikan pendidikannya di
Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Bustanul Athfal
Srimenanti Lampung Timur pada tahun 2002, tingkat
Sekolah Dasar di SD Muhammadiyah Sribhawono tahun 2008 dan tingkat
Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono pada tahun
2011. Kemudian penulis menamatkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri
1 Bandar Sribhawono pada tahun 2014. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di
Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis pada tahun 2014
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan
memperoleh Beasiswa Bidikmisi.
Penulis melaksanakan kegiatan homestay (Praktik Pengenalan Pertanian) selama 7
hari di Dusun 2 Pekon Wonoharjo, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten
Tanggamus pada tahun 2015. Penulis juga melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Binjai Ngagung, Kecamatan Bekri, Kabupaten Lampung Tengah
selama 40 hari pada bulan Januari hingga Februari 2017. Selanjutnya, pada bulan
Juli 2017 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT Huma Indah Mekar,
Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Provinsi
Lampung.
Semasa kuliah di Universitas Lampung, penulis pernah aktif sebagai anggota
bidang 1 (Pengembangan Akademik dan Profesi) pada organisasi
HIMASEPERTA periode 2015/2016. Selama masa perkuliahan penulis pernah
menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi tahun ajaran
2017/2018 dan Ekonomi Produksi Pertanian tahun ajaran 2017/2018.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya,
sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pendapatan dan
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Jagung di Kecamatan Bandar
Sribhawono Kabupaten Lampung Timur” dengan baik. Penulis menyadari
skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya dukungan,
bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., sebagai Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung atas dukungan dan bantuan yang diberikan.
2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., sebagai Ketua Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas saran, nasihat dan dukungan
selama ini.
3. Dr. Ir. Yaktiworo Indriani, M.Sc., sebagai pembimbing pertama, yang
memberikan bimbingan, saran, pengarahan, motivasi, dan semangat hingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Ir. Adia Nugraha, M.S., sebagai pembimbing kedua sekaligus pembimbing
akademik, yang telah memberikan bimbingan, saran, pengarahan, motivasi,
dan semangat selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.
5. Dr. Ir. Raden Hanung Ismono, M.P., selaku dosen pembahas atas ilmu yang
bermanfaat, arahan, bantuan, saran dan masukan yang telah diberikan untuk
penyempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan
dan pengalaman kepada penulis dan staf/karyawan yang telah memberikan
bantuan dan kerjasamanya selama ini.
7. Keluargaku tercinta Ibu Siti Rokayah, Bapak M. Soni Hadi Suwarno dan
Adik Sania Nur Farida serta keluarga besar penulis yang telah yang selalu
memberikan restu, kasih sayang, kebahagiaan, perhatian, semangat, motivasi,
nasihat, saran, bantuan moril dan materil serta do’a yang tidak pernah habis
kepada penulis selama ini.
8. Bapak Sutris Kepala Badan Penyuluhan Pertanian Bandar Sribhawono,
Bapak Sumadi Ketua Gapoktan Desa Bandar Agung dan Bapak Amir Ketua
Gapoktan Desa Sri Pendowo yang telah memberikan izin melakukan
penelitian serta seluruh responden yang telah memberikan informasi terkait
penelitian penulis.
9. Sahabat-sahabat terbaik selama perkuliahan Geasti, Indah, Intan, Jesang, Ivo,
Kiki, Laras, Hafia, Lussy, Fenti dan Luvita atas saran, nasihat, bantuan,
dukungan, semangat berjuang, dan kebersamaannya selama ini.
10. Teman satu bimbingan skripsi Elisa, Inggit, Ica, Karin, teman sekamarku
Izza, teman kost mbak ani, mbak rika, mbak dwi gesti, mbak alip dan mbak
een terimakasih atas motivasi selama mengerjakan skripsi
11. Sahabat penulis di Cilegon Widiya Ary Shandy, S.T., terima kasih atas
dukungan dan motivasinya selama ini.
12. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014 terimakasih atas pengalaman dan
kebersamaannya selama ini.
13. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan
segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi yang membutuhkan. Semoga ALLAH SWT memberikan balasan terbaik
atas segala bantuan yang telah diberikan. Aamiin ya Rabbal’alaamiin.
Bandar Lampung, Desember 2018
Penulis,
Lutfia Khoirunnisa
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 14
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ........................ 15
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 15
1. Usahatani Jagung .................................................................................. 15
2. Konsep Pendapatan Usahatani.............................................................. 20
3. Konsep Ketahanan Pangan ................................................................... 22
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan ....................... 24
5. Analisis Regresi Logistik Ordinal ........................................................ 28
B. Kajian Penelitian Terdahulu ...................................................................... 30
C. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 37
D. Hipotesis .................................................................................................... 40
III. METODE PENELITIAN ............................................................................... 41
A. Metode, Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 41
B. Konsep Dasar dan Batasan Operasional .................................................... 42
C. Sampel Penelitian ...................................................................................... 46
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ............................................... 49
E. Metode Analisis Data ................................................................................ 49
1. Perhitungan pendapatan ........................................................................ 50
2. Perhitungan Ketahanan Pangan ............................................................ 50
3. Regresi Logistik Ordinal ...................................................................... 53
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 60
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 60
1. Keadaan Geografis, Topografi dan Sistem Administrasi
Kabupaten Lampung Timur.................................................................. 60
2. Keadaan Demografi Kabupaten Lampung Timur ................................ 62
ii
ii
3. Gambaran Umum Kecamatan Bandar Sribhawono.............................. 63
4. Gambaran Umum Desa Bandar Agung dan Sri Pendowo .................... 64
B. Keadaan Umum Rumah Tangga Responden............................................. 65
1. Identitas Rumah Tangga Responden .................................................... 65
2. Kepemilikan lahan, Pengalaman Usahatani dan Pekerjaan
Sampingan ............................................................................................ 68
C. Keragaan Usahatani ................................................................................... 70
1. Penggunaan Sarana Produksi ............................................................... 72
2. Produksi ................................................................................................ 77
D. Analisis Deskriptif Kuantitatif dan Statistik ............................................. 78
1. Analisis Pendapatan Usahatani Jagung ................................................ 78
2. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga ....................................... 85
3. Kecukupan Energi dan Protein Rumah Tangga Petani Jagung ............ 95
4. Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga ......................................... 97
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah
Tangga ................................................................................................ 104
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 111
A. Kesimpulan .............................................................................................. 111
B. Saran ........................................................................................................ 112
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 113
LAMPIRAN .......................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Produksi jagung pada beberapa sentra produksi jagung di
Indonesia tahun 2013-2016 (ton) .............................................................. 3
Tabel 2. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung menurut
Kabupaten/ Kota di Provinsi Lampung, 2016 .......................................... 4
Tabel 3. Data FSVA per desa di Kecamatan Bandar Sribhawono .......................... 7
Tabel 4. Penelitian terdahulu................................................................................. 32
Tabel 5. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga ............................................ 53
Tabel 6. Sebaran usia dan pendidikan petani jagung per kelompok usia di
Kecamatan Bandar Sribhawono .............................................................. 66
Tabel 7. Sebaran lama usahatani jagung dan pekerjaan sampingan di
Kecamatan Bandar Sribhawono .............................................................. 69
Tabel 8. Rata-rata penggunaan pupuk dalam usahatani jagung pada rata-rata
luas lahan 0,76 ha per musim .................................................................. 73
Tabel 9. Rata-rata penggunaan pestisida dalam usahatani jagung pada
lahan 0,76 ha per musim ......................................................................... 74
Tabel 10. Sebaran penggunaan tenaga kerja usahatani jagung pada 0,76 ha
per musim (dalam HOK) ...................................................................... 75
Tabel 11. Rata-rata produksi, harga dan penerimaan usahatani jagung per
luas lahan 0,76 ha per musim tanam .................................................... 77
Tabel 12. Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani jagung per
0,76 hektar di Kecamatan Bandar Sribhawono .................................... 80
Tabel 13. Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani jagung per
hektar di Kecamatan Bandar Sribhawono ............................................ 81
Tabel 14. Rata-rata pendapatan petani di luar usahatani jagung di
Kecamatan Bandar Sribhawono ........................................................... 86
Tabel 15. Rata-rata pendapatan off farm dan nonfarm petani jagung di
Kecamatan Bandar Sribhawono ........................................................... 87
Tabel 16. Rata-rata pendapatan rumah tangga petani jagung di Kecamatan
Bandar Sribhawono .............................................................................. 88
iv
iv
Tabel 17. Rata-rata pengeluaran total rumah tangga petani jagung per
bulan ..................................................................................................... 89
Tabel 18. Sebaran kecukupan energi rumah tangga petani jagung di
Kecamatan Bandar Sribhawono ........................................................... 96
Tabel 19. Distribusi rumah tangga berdasarkan akses pangan ............................. 98
Tabel 20. Klasifikasi silang antara tingkat kecukupan energi dan pangsa
pengeluaran pangan ............................................................................ 100
Tabel 21. Distribusi ketahanan pangan rumah tangga petani jagung di
Kecamatan Bandar Sribhawono ......................................................... 101
Tabel 22. Hasil Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan ................................................................................................. 108
Tabel 23. Identitas responden petani jagung ....................................................... 118
Tabel 24. Penguasaan lahan usahatani jagung di Kecamatan Bandar
Sribhawono ......................................................................................... 120
Tabel 25. Rekapitulasi penyusutan peralatan di Kecamatan Bandar
Sribhawono ......................................................................................... 122
Tabel 26. Biaya sarana produksi musim tanam 1 di Kecamatan Bandar
Sribhawono ......................................................................................... 126
Tabel 27. Biaya sarana produksi musim tanam 2 di Kecamatan Bandar
Sribhawono ......................................................................................... 132
Tabel 28. Biaya sarana produksi musim tanam 3 di Kecamatan Bandar
Sribhawono ......................................................................................... 138
Tabel 29. Tenaga kerja usahatani jagung musim tanam 1 di Kecamatan
Bandar Sribhawono ............................................................................ 144
Tabel 30. Tenaga kerja usahatani jagung musim tanam 2 di Kecamatan
Bandar Sribhawono ............................................................................ 156
Tabel 31. Tenaga kerja usahatani jagung musim tanam 3 di Kecamatan
Bandar Sribhawono ............................................................................ 168
Tabel 32. Biaya lain-lain ..................................................................................... 180
Tabel 33. Biaya usahatani jagung pada MT 1 di Kecamatan Bandar
Sribhawono ......................................................................................... 181
Tabel 34. Biaya usahatani jagung pada MT 2 di Kecamatan Bandar
Sribhawono ......................................................................................... 183
Tabel 35. Biaya usahatani jagung pada MT 3 di Kecamatan Bandar
Sribhawono ......................................................................................... 185
Tabel 36. Penerimaan usahatani jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono ..... 187
Tabel 37. R/C rasio usahatani jagung pada MT 1 di Kecamatan Bandar
Sribhawono ......................................................................................... 188
v
v
Tabel 38. R/C rasio usahatani jagung pada MT 2 di Kecamatan Bandar
Sribhawono ......................................................................................... 189
Tabel 39. R/C rasio usahatani jagung pada MT 3 di Kecamatan Bandar
Sribhawono ......................................................................................... 190
Tabel 40. Pendapatan usahatani jagung pada MT 1 di Kecamatan Bandar
Sribhawono ......................................................................................... 191
Tabel 41. Pendapatan usahatani jagung pada MT 2 di Kecamatan Bandar
Sribhawono ......................................................................................... 192
Tabel 42. Pendapatan usahatani jagung pada MT 3 di Kecamatan Bandar
Sribhawono ......................................................................................... 193
Tabel 43. Pendapatan usahatani nonjagung di Kecamatan Bandar Sribhawono 194
Tabel 44. Pendapatan nonusahatani di Kecamatan Bandar Sribhawono
per bulan ............................................................................................. 196
Tabel 45. Pendapatan rumah tangga petani jagung di Kecamatan Bandar
Sribhawono ......................................................................................... 198
Tabel 46. Rekap standar kandungan gizi makanan rumah tangga petani
jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono ......................................... 199
Tabel 47. Rekap kandungan gizi makanan yang dikonsumsi rumah tangga
petani jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono............................... 200
Tabel 48. Tingkat kecukupan energi dan protein rumah tangga petani
jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono ......................................... 201
Tabel 49. Pengeluaran pangan rumah tangga petani jagung per bulan di
Kecamatan Bandar Sribhawono (dengan rokok) ................................ 203
Tabel 50. Pengeluaran pangan rumah tangga petani jagung per bulan di
Kecamatan Bandar Sribhawono (tanpa rokok) ................................... 205
Tabel 51. Pengeluaran nonpangan rumah tangga petani jagung di
Kecamatan Bandar Sribhawono (rokok masuk pengeluaran pangan) 207
Tabel 52. Pengeluaran nonpangan rumah tangga petani jagung di
Kecamatan Bandar Sribhawono (rokok masuk non pangan) ............. 209
Tabel 53. Pengeluaran rumah tangga dan status ketahanan pangan rumah
tangga (rokok masuk pengeluaran pangan) ........................................ 211
Tabel 54. Pengeluaran rumah tangga dan status ketahanan pangan rumah
tangga (pengeluaran pangan tidak dengan rokok) .............................. 213
Tabel 55. Hasil uji goodness of fit ....................................................................... 215
Tabel 56. Hasil uji Pseudo R-square .................................................................. 215
Tabel 57. Hasil uji G statistik .............................................................................. 215
Tabel 58. Hasil uji wald ...................................................................................... 215
Tabel 59. Hasil uji rank spearman ...................................................................... 216
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Luas panen jagung tertinggi menurut kecamatan di Kabupaten
Lampung Timur (ha) ............................................................................ 5
Gambar 2. Peta Komposit Ketahanan dan Kerentanan Pangan ............................. 7
Gambar 3. Bagan alir pendapatan usahatani jagung dan ketahanan pangan
rumah tangga petani jagung ............................................................... 39
Gambar 4. Peta Kabupaten Lampung Timur ....................................................... 62
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan istilah yang sangat penting bagi pertanian karena secara hakiki
pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling dasar dan harus
dipenuhi guna melangsungkan kehidupan. Selain itu pangan merupakan
kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan
bagian dari hak azasi manusia yang dijamin oleh negara sebagai komponen dasar
untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Ciri sumber daya
manusia baik individu atau masyarakat yang berkualitas adalah sehat, aktif,
produktif dan berkelanjutan (Indriani, 2015).
Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2012 tentang pangan
menyebutkan bahwa pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber
hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan,
dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan
pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
2
Subsektor tanaman pangan merupakan salah satu subsektor yang memiliki
peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan
pangan, pembangunan wilayah, dan penyediaan bahan baku industri nasional.
Untuk dapat memperkuat ketahanan pangan dan penyediaan bahan baku industri,
perlu adanya pengembangan di sektor pertanian, terutama subsektor tanaman
pangan melalui peningkatan produktivitas komoditas subsektor tanaman pangan.
Padi-padian seperti beras, jagung atau gandum merupakan bagian terbesar
(60-80%) dari susunan pangan penduduk yang tinggal di negara-negara Asia
Tenggara. Bahan makanan ini selain sumber karbohidrat yang baik juga
merupakan sumber protein. Selama ini komoditas pangan yang sering diusahakan
petani adalah padi dan jagung. Pada umumnya petani jagung menjual hasil
produksi jagung untuk digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri.
Komoditas jagung ini tidak digunakan sebagai bahan konsumsi masyarakat karena
masyarakat masih bergantung pada beras sebagai makanan pokoknya, namun
pendapatan yang diperoleh sebagian dialokasikan untuk pangan. Berdasarkan
data Kementrian Pertanian RI (2017), konsumsi beras masyarakat Indonesia pada
tahun 2017 mencapai 114,6 kilogram per kapita per tahun. Seharusnya
masyarakat menyadari bahwa tingkat konsumsi beras yang tinggi akan
mengakibatkan lemahnya ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu untuk
memperkokoh ketahanan pangan, komoditas jagung yang merupakan bahan baku
industri untuk diolah menjadi makanan serta pakan perlu dipertahankan. Untuk
mencukupi kebutuhan pangan dan pembuatan pakan ternak tersebut, maka
kontinuitas ketersedian jagung harus dapat dipertahankan, karena jagung
3
merupakan salah satu bahan baku indutri dan komponen bahan pakan yang
harganya relatif murah.
Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah penghasil jagung ke empat di
Indonesia dan terbesar di Pulau Sumatera pada tahun 2016. Produksi tanaman
jagung tertinggi menurut provinsi di Indonesia selama empat tahun terakhir yang
tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi jagung pada beberapa sentra produksi jagung di Indonesia tahun
2013-2016 (ton)
No Provinsi Tahun
2013 2014 2015 2016
1. Jawa Timur 5.760.959 5.737.382 6.131.163 6.278.264
2. Jawa Tengah 2.930.911 3.051.516 3.212.391 3.574.331
3. Sulawesi Selatan 1.250.202 1.490.991 1.528.414 2.065.125
4. Lampung 1.760.278 1.719.386 1.502.800 1.720.196
5. Sumatera Utara 1.183.011 1.159.795 1.519.407 1.557.463
6. Jawa Barat 1.101.998 1.047.077 959.933 1.630.238
Sumber: Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2017.
Berdasarkan Tabel 1, Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi
jagung nasional karena pada tahun 2013 dan 2014 merupakan daerah penghasil
jagung ke tiga di Indonesia, sehingga Provinsi Lampung memiliki potensi dan
kontribusi terhadap produksi jagung nasional. Pada kurun waktu dua tahun
terakhir produksi jagung mengalami penurunan produksi, sehingga pada tahun
2015 dan 2016 produksi jagung di Provinsi Lampung menurun dan menjadi
daerah penghasil jagung ke tiga di Indonesia. Apabila penurunan produksi ini
terus terjadi pada komoditas jagung, maka akan mengganggu kebutuhan akan
jagung, baik sebagai bahan pangan, bahan pakan, dan bahan baku industri.
4
Sentra produksi jagung di Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Selatan,
Kabupaten Lampung Timur, dan Kabupaten Lampung Tengah. Data luas panen,
produksi, dan produktivitas jagung menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung menurut Kabupaten/
Kota di Provinsi Lampung, 2016
Kabupaten/ Luas Panen Produksi Produktivitas
Kota (ha) (ton) (ku/ha)
Lampung Barat 177 746 42,17
Tanggamus 2.714 13.595 50,09
Lampung Selatan 115.388 598.032 51,83
Lampung Timur 97.455 473.617 48,60
Lampug Tengah 46.060 241.512 52,43
Lampung Utara 21.283 111.347 52,32
Way kanan 19.888 96.685 48,61
Tulang Bawang 6.322 29.778 47,03
Pesawaran 16.812 82.386 49,01
Pringsewu 5.798 30.353 52,35
Mesuji 697 3.263 46,81
Tulang Bawang Barat 1.298 6.052 46,64
Pesisir Barat 6.146 32.005 52,07
Metro 111 613 55,23
Bandar Lampung 42 212 50,96
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2017
Produksi jagung di Kabupaten Lampung Timur diperoleh dari sumbangan 24
Kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Timur. Kabupaten Lampung Timur
merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang memiliki potensi
besar dalam pengembangan tanaman pangan khususnya tanaman jagung.
5
Berikut empat kecamatan dengan luas panen jagung tertinggi di Kabupaten
Lampung Timur tersaji pada Gambar 1.
Gambar 1. Luas panen jagung tertinggi menurut kecamatan di Kabupaten
Lampung Timur (ha)
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur (2017), data diolah
Berdasarkan Gambar 1, dapat dijelaskan bahwa luas panen jagung terbesar di
Kabupaten Lampung Timur adalah Kecamatan Bandar Sribhawono, diikuti oleh
Sekampung Udik, Marga Sekampung dan Jabung. Kecamatan Bandar
Sribhawono merupakan kecamatan dengan luas panen jagung yang terbesar di
antara kecamatan yang lain dengan luas panen yaitu 19.640 ha, sehingga
mendukung Kecamatan Bandar Sribhawono untuk menjadi wilayah yang
memiliki produksi jagung terbesar di Kabupaten Lampung Timur. Berdasarkan
data tersebut, Kecamatan Bandar Sribhawono merupakan sentra penghasil jagung
di Kabupaten Lampung Timur. Potensi lahan yang sesuai untuk usahatani jagung
6
menyebabkan usahatani jagung mudah untuk dilaksanakan, sehingga diharapkan
akan berdampak pada pendapatan petani jagung. Tidak dapat dipungkiri bahwa
pendapatan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan
rumah tangga, baik pada rumah tangga petani maupun nonpetani (Indriani, 2015).
Menurut Hukum Bennet, dengan meningkatnya pendapatan rumah tangga maka
kualitas bahan pangan yang dikonsumsi rumah tangga akan semakin baik. Rumah
tangga yang pendapatannya tinggi akan lebih mementingkan kualitas pangannya
dibandingkan dengan rumah tangga yang pendapatannya rendah. Rumah tangga
yang pendapatannya rendah hanya didominasi untuk memperoleh pangan yang
cukup secara kuantitas saja dan tidak mementingkan gizi yang terkandung di
dalamnya (Amaliyah dan Handayani, 2011).
Pemerintah Provinsi Lampung melalui Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung telah menyusun FSVA (Food Security and Vurnerability Atlas) pada
tahun 2013. Peta komposit menjelaskan kondisi kerentanan terhadap kerawanan
pangan suatu wilayah (kecamatan) yang disebabkan oleh kombinasi dari berbagai
dimensi kerawanan pangan. Berdasarkan hasil Principal Component Abalysisi
(PCA) dan Cluster Analysis, kecamatan-kecamatan dikelompokkan ke dalam 6
prioritas: Prioritas 1 ( ), Prioritas 2 ( ), Prioritas 3 ( ), Prioritas 4 ( ), Prioritas
5( ), dan Prioritas 6 ( ). Prioritas 1 merupakan prioritas utama yang
menggambarkan tingkat kerentanan yang paling tinggi, sedangkan prioritas 6
merupakan prioritas yang relatif lebih tahan pangan. FSVA (Food Security and
Vurnerability Atlas) dapat dilihat pada Gambar 2.
7
Gambar 2. Peta Komposit Ketahanan dan Kerentanan Pangan
Sumber: Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, 2013.
Pada Gambar 2, dapat dilihat bahwa Kabupaten Lampung Timur memiliki
prioritas ketahanan pangan yang berbeda-beda, mulai dari prioritas 1 hingga
prioritas 6. Meskipun demikian, wilayah Kabupaten yang berada pada prioritas 1
tidak berarti semua penduduknya berada dalam kondisi rawan pangan, juga
sebaliknya wilayah Kabupaten pada prioritas 6 tidak berarti semua penduduknya
tahan pangan.
Tabel 3. Data FSVA per desa di Kecamatan Bandar Sribhawono
NO Nama Desa Penduduk Miskin (%) Prioritas Komposit
1 Sri Bawono 3,52 5
2 Sri Menanti 9,11 5
3 Sri Pendowo 7,48 5
4 Bandar Agung 9,65 5
5 Waringin Jaya 10,54 2
6 Sadar Sriwijaya 22,09 2
7 Mekar Jaya 27,49 3
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, 2013.
8
Berdasarkan data FSVA (2013), diketahui bahwa dari 7 desa di Kecamatan
Bandar Sribhawono, empat desa berada pada prioritas komposit 5 yang artinya
memiliki peluang lebih mudah menuju daerah tahan pangan, dan terdapat dua
desa yang memiliki tingkat resiko kerawanan pangan yang lebih besar. Dalam hal
ini, daerah penelitian yaitu Desa Bandar Agung dan Sri Pendowo berada pada
prioritas komposit 5, namun tidak berarti semua penduduknya hampir tahan
pangan. Tingkat ketahanan pangan yang lebih tinggi merupakan syarat yang
diperlukan (necessary condition) bagi tingkat ketahanan pangan yang lebih
rendah, tetapi bukan syarat yang mencukupi (sufficient condition), karena
tercapainya ketahanan pangan di tingkat wilayah tidak menjamin tercapainya
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga (Ilham dan Sinaga, 2007).
Ketahanan pangan bagi suatu negara merupakan hal yang sangat penting, terutama
bagi negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar seperti Indonesia.
Menurut Undang–undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang
pangan, dijelaskan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan
bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya
masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.
Ketahanan pangan yang baik secara nasional menjadi jaminan bagi seluruh
penduduk untuk memperoleh pangan dan gizi yang cukup untuk menghasilkan
generasi yang sehat dan cerdas. Negara atau wilayah yang mempunyai ketahanan
pangan yang baik apabila mampu menyelenggarakan pasokan pangan yang stabil
dan berkelanjutan bagi seluruh penduduknya (Indriani, 2015).
9
Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang
cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengakses (termasuk membeli) pangan dan
tidak terjadinya ketergantungan pangan pada pihak manapun. Dalam hal ini,
petani memiliki kedudukan strategis dalam ketahanan pangan, dimana petani
adalah produsen pangan sekaligus kelompok konsumen terbesar.
Persediaan pangan yang cukup secara nasional ternyata tidak menjamin adanya
ketahanan pangan tingkat regional maupun rumah tangga/individu. Program
peningkatan produksi pangan menunjukkan keberhasilan, namun masih sering
dijumpai isu ketidaktahanan pangan. Hal ini berarti peningkatan produksi pangan
belum cukup dijadikan indikator ketahanan pangan (Ilham dan Sinaga, 2007).
Oleh karena itu, pembangunan pangan merupakan salah satu bagian penting dari
pembangunan nasional (Hanafie, 2010).
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu adanya kajian mengenai “Pendapatan dan
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Jagung di Kecamatan Bandar
Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur”.
B. Rumusan Masalah
Selama ini komoditas pangan yang sering diusahakan petani adalah padi dan
jagung. Bahan makanan ini selain sumber karbohidrat yang baik juga merupakan
sumber protein. Pada umumnya petani jagung menjual hasil produksi jagung
untuk digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri. Komoditas
jagung ini tidak digunakan sebagai bahan konsumsi masyarakat karena
10
masyarakat masih bergantung pada beras sebagai makanan pokoknya, namun
sebagian pendapatan yang diperoleh dialokasikan untuk pangan.
Saat ini pemenuhan kebutuhan makanan pokok diberbagai daerah di Indonesia
bertumpu pada beras. Berdasarkan data Kementerian Pertanian Republik
Indonesia(2017), konsumsi beras masyarakat Indonesia mencapai 114,6 kilogram
per kapita per tahun. Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa jagung bisa menjadi
alternatif dan juga merupakan bagian dari makanan pokok yang memiliki
karbohidrat yang cukup potensial untuk dikonsumsi guna mengurangi
ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras. Untuk mengurangi
ketergantungan itu, perlu ada perubahan konsep dan kebiasaan makan masyarakat
untuk membuat variasi makanan jenis lain agar unsur gizi yang lain dapat
terpenuhi. Keanekaragaman konsumsi pangan ini berhubungan erat dengan
ketahanan pangan yang merupakan salah satu arah kebijakan pembangunan
pangan (Hanafie, 2010).
Berdasarkan PP 68/2002 tentang ketahanan pangan pasal 9 yang menyatakan
tentang penganekaragaman pangan dilakukan antara lain dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi aneka ragam pangan dengan prinsip
gizi seimbang. Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa jagung bisa menjadi
alternatif dan juga merupakan bagian dari panganan pokok yang memiliki
karbohidrat yang cukup potensial untuk dikonsumsi guna mengurangi
ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras. Hal ini akan memajukan
ketahanan pangan nasional, namun antara petani jagung dan pemerintah harus
menggalakkan kinerja maupun promosi kepada masyarakat untuk mengkonsumsi
11
jagung dan olahannya. Seharusnya masyarakat menyadari bahwa tingkat
konsumsi beras yang tinggi akan mengakibatkan lemahnya ketahanan pangan
nasional.
Malthus berpendapat bahwa manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan,
sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat dibandingkan laju
pertumbuhan penduduk. Hal inilah sumber dari kemelaratan dan kemiskinan
manusia (Mantra, 2004). Permasalahan tersebut yang biasanya muncul dalam
perwujudan ketahanan pangan di suatu daerah dan harus ditangani dengan tepat.
Oleh karena itu untuk memperkokoh ketahanan pangan, jagung yang merupakan
salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat dan protein yang tinggi perlu
dipertahankan.
Provinsi Lampung merupakan salah satu produsen penghasil jagung di Indonesia.
Salah satu produsen jagung di Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung
Timur, hal ini disebabkan karena Kabupaten Lampung Timur memiliki potensi
lahan yang sesuai untuk kegiatan usahatani jagung. Kecamatan Bandar
Sribhawono merupakan produsen tanaman jagung terbesar di Kabupaten
Lampung Timur dengan luas panen 19.640 ha. Sebagai salah satu sentra
penghasil jagung tidak menjamin bahwa Kecamatan Bandar Sribhawono termasuk
kecamatan yang tahan pangan.
Rumah tangga dapat dikatakan tahan pangan apabila tercukupinya permintaan
akan pangan. Namun dalam kenyataannya, tidak semua rumah tangga dapat
memenuhi semua kebutuhan pangannya karena beberapa alasan sehingga
mengakibatkan rumah tangganya mengalami kelaparan dan kondisi rawan
12
pangan, tetapi juga terdapat beberapa rumah tangga yang mengalami kelebihan
dalam konsumsi pangannya. Pola konsumsi dan ragam jenis pangan yang
dikonsumsi suatu rumah tangga ditentukan oleh beberapa faktor. Pendapatan
merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pola konsumsi dan
ragam jenis pangan yang dikonsumsi suatu rumah tangga. Pendapatan yang
semakin tinggi menunjukkan daya beli yang semakin meningkat, dan meningkat
pula aksesibilitas terhadap pangan yang berkualitas baik, sedangkan pendapatan
yang rendah mengakibatkan buruknya kondisi pangan rumah tangga (Amaliyah
dan Handayani, 2011).
Tanaman jagung merupakan tanaman pangan yang potensial untuk
dikembangkan, sehingga dapat memberikan kontribusi dalam upaya pemulihan
ekonomi daerah. Pendapatan petani jagung diperoleh sesuai dengan tinggi
rendahnya hasil produksi jagung itu sendiri. Produksi jagung yang baik akan
berpengaruh terhadap pendapatan petani yang akan digunakan dalam memenuhi
konsumsi makanannya setiap hari.
Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan permasalahan yang akan terus dihadapi
oleh bangsa Indonesia, karena pertambahan jumlah penduduk terus meningkat
seperti deret ukur dan kapasitas penyediaan pangan berkembang seperti deret
hitung. Selain itu, pola konsumsi masyarakat di Kecamatan Bandar Sribhawono
masih memiliki ketergantungan yang tinggi pada beras.
Peningkatan konsumsi bahan pangan yang lebih baik dapat disebabkan oleh
pendapatan yang meningkat. Rumah tangga petani yang memperoleh pendapatan
lebih besar akan berusaha memenuhi kebutuhan pangannya agar tercapai
13
ketahanan pangan. Beberapa faktor terkadang mempengaruhi ketahanan pangan
rumah tangga petani, sehingga akan mempengaruhi pola konsumsinya. Apabila
rumah tangga petani dapat mengalokasikannya pendapatannya secara efisien,
kebutuhan pangan akan konsumsinya selalu dapat terpenuhi.
Berdasarkan uraian tersebut, perumusan masalah penelitian ini antara lain.
1. Berapa pendapatan usahatani jagung dan pendapatan rumah tangga petani
jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur?
2. Bagaimana tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani jagung di
Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga
petani jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk.
1. Menganalisis besarnya pendapatan usahatani jagung dan pendapatan rumah
tangga petani jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung
Timur.
2. Menganalisis tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani jagung di
Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur .
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah
tangga petani jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung
Timur.
14
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Petani, sebagai bahan masukan dalam membantu meningkatkan pendapatan
usahatani jagung dan ketahanan pangan rumah tangga petani.
2. Pemerintah dan instansi terkait, sebagai bahan informasi dalam merumuskan
kebijakan mengenai masalah peningkatan produksi usahatani jagung dan
peningkatan ketahanan pangan penduduk.
3. Peneliti lainnya, sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi penelitian
sejenis.
15
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Usahatani Jagung
Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Usahatani efektif bila
petani mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan
dikatakan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan
keluaran yang melebihi masukan (Soekartawi, 2002).
Usahatani adalah bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-
faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga
memberi manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu
usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan,
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi
seefektif dan seefesien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan
semaksimal mungkin (Suratiyah, 2015).
Jagung merupakan tanaman semusim yang sesuai untuk daerah iklim musim
panas dan daerah iklim subtropika serta tropik, dimana sinar matahari dan air
16
tersedia secara optimum untuk pertumbuhannya. Tempat tumbuh tanaman jagung
harus mendapat sinar matahari yang cukup. Tanaman jagung tidak membutuhkan
persyaratan tumbuh yang istimewa karena dapat ditanam pada semua jenis tanah.
Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 0-1300 m di atas permukaan laut.
Suhu yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jagung pada temperatur 23ºC-27ºC,
suhu minimum yang mungkin untuk pertumbuhanannya adalah 3ºC dan suhu
maksimum 45 ºC (Suprapto dan Marzuki, 2002).
Menurut Danarti dan Najiyati (2000), jagung mempunyai perakaran serabut yang
terdiri dari akar seminal, akar koronal dan akar nafas. Akar seminal adalah akar
yang tumbuh ke bawah, akar koronal adalah akar yang tumbuh ke arah atas dan
akar nafas adalah akar yang tumbuh dari buku-buku di permukaan tanah. Berikut
sistematika tanaman jagung adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
17
Menurut Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (2008)
berikut teknik budidaya tanaman jagung sebagai berikut:
1) Penyiapan Lahan
Pengolahan tanah untuk penanaman jagung dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu olah tanah sempurna (OTS) dan tanpa olah tanah (TOT) bila lahan
gembur. Namun bila tanah berkadar liat tinggi sebaiknya dilakukan
pengolahan tanah sempurna (intensif). Pada lahan yang ditanami jagung dua
kali setahun, penanaman pada musim penghujan (rendeng) tanah diolah
sempurna dan pada musim tanam berikutnya (musim gadu) penanaman dapat
dilakukan dengan tanpa olah tanah untuk mempercepat waktu tanam.
2) Penanaman
Cangkul/koak tempat menugal benih sesuai dengan jarak tanam lalu beri pupuk
kandang atau kompos 1-2 genggam (50-75 gr) tiap cangkulan/koakan, sehingga
takaran pupuk kandang yang diperlukan adalah 3,5-5 ton/ha. Pemberian pupuk
kandang ini dilakukan 3-7 hari sebelum tanam. Bisa juga pupuk kandang itu
diberikan pada saat tanam sebagai penutup benih yang baru ditanam/ditugal.
Jarak tanam yang dianjurkan ada 2 cara adalah: (a) 70 cm x 20 cm dengan 1
benih per lubang tanam, atau (b) 75 cm x 40 cm dengan 2 benih per lubang
tanam). Jarak tanam seperti ini populasi mencapai 66.000–71.000 tanaman/ha.
3) Pemupukan
Berdasarkan hasil penelitian, takaran pupuk untuk tanaman jagung di Lampung
berdasarkan target hasil adalah 350-400 kg urea/ha, 100-150 kg SP-36/ha, dan
100-150 kg KCl/ha. Cara pemberian pupuk dengan cara ditugal sedalam kira-
kira 5 cm sekitar 10 cm di samping pangkal tanaman dan ditutup dengan tanah.
18
4) Penyiangan
Penyiangan dilakukan dua kali selama masa pertumbuhan tanaman jagung.
Penyiangan pertama pada usia 14-20 hari sesudah tanam dengan cangkul atau
bajak sekaligus bersamaan dengan pembumbunan. Penyiangan kedua
dilakukan tergantung pada perkembangan gulma (rumput). Penyiangan kedua
dapat dilakukan dengan cara manual seperti pada penyiangan pertama atau
menggunakan herbisida kontak seperti Gramoxone atau Bravoxone 276 SL
atau Noxone 297 AAS. Pada saat menyemprot, nozzle diberi pelindung agar
tidak mengenai daun jagung.
5) Pengendalian Hama dan Penyakit
Penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman jagung adalah penyakit bulai dan
jamur (Fusarium sp). Pengendalian penyakit bulai dengan perlakuan benih, 1
kg benih dicampur dengan metalaksis (Ridhomil atau Saromil) 2 gr yang
dilarutkan dalam 7,5-10 ml air. Sementara itu untuk jamur (Fusarium sp) dapat
disemprot dengan fungisida (Dithane M-45) dengan dosis 45 gr/ tank isi 15
liter. Penyemprotan dilakukan pada bagian tanaman di bawah tongkol. Hal ini
dilakukan sesaat setelah ada gejala infeksi jamur dapat juga dilakukan dengan
cara membuang daun bagian bawah tongkol dengan ketentuan biji tongkol
sudah terisi sempurna dan biji sudah keras. Hama yang umum mengganggu
pertanaman jagung adalah lalat bibit, penggerek batang dan tongkol. Lalat
bibit umumnya mengganggu pada saat awal pertumbuhan tanaman, oleh karena
itu pengendaliannya dilakukan mulai saat tanam menggunakan insektisida
carbofuran utamanya pada daerah-daerah endemik serangan lalat bibit. Untuk
hama penggerek batang, jika mulai nampak ada gejala serangan dapat
19
dilakukan dengan pemberian carbofuran (3-4 butir carbofuran/tanaman)
melalui pucuk tanaman pada tanaman yang mulai terserang. Hama penggerek
batang dikendalikan dengan memberikan insektisida carbofuran sebanyak 3-4
butir dengan ditugal bersamaan pemupukan atau disemprot dengan insektisida
cair fastac atau regent dengan dosis sesuai yang tertera pada kemasan.
6) Pengairan
Pengairan diperlukan bila musim kemarau pada fase-fase (usia) pertumbuhan,
15 hst, 30 hst, 45 hst, 60 hst, dan 75 hst. Pada fase atau usia tersebut, tanaman
jagung sangat riskan dengan kekurangan air. Pengairan dengan pompanisasi
pada wilayah atau daerah yang terdapat air tanah dangkal sangat efektif untuk
dikembangkan pada budidaya jagung. Dengan sistem pengairan pompanisasi
(susia dangkal) seperti ini menciptakan sistem sirkulasi air pada lokasi
budidaya.
7) Pemanenan
Pemanenan jagung dilakukan pada saat jagung telah berusia sekitar 100 hst
tergantung dari jenis varietas yang digunakan. Jagung yang telah siap panen
atau sering disebut masak fisiologis ditandai dengan daun jagung/klobot telah
kering, berwarna kekuning-kuningan, dan ada tanda hitam dibagian pangkal
tempat melekatnya biji pada tongkol. Panen yang dilakukan sebelum atau
setelah lewat masak fisiologis akan berpengaruh terhadap kualitas kimia biji
jagung karena dapat menyebabkan kadar protein menurun, namun kadar
karbohidratnya cenderung meningkat.
20
8) Pasca Panen
Setelah panen, dipisahkan antara jagung yang layak jual dengan jagung yang
busuk, muda dan berjamur selanjutnya dilakukan proses pengeringan. Setelah
dilakukan pengeringan dilanjutkan dengan proses pemipilan dan dikeringkan
lagi, kemudian jagung pipilan dapat disimpan untuk beberapa waktu.
2. Konsep Pendapatan Usahatani
Menurut Soekartawi (1995) penerimaan usahatani adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh dengan harga jual. Secara matematis dirumuskan
sebagai berikut :
TR = Y x Py....................................................(2.1)
Keterangan :
TR = Total Penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh dari suatu usahatani
Py = Harga produksi
Pendapatan usahatani adalah selisih penerimaan usahatani dengan semua biaya
produksi. Pendapatan dapat dihitung menggunakan rumus (Soekartawi, 1995) :
= TR – TC = (Y.Py) – (∑Xi.Pxi + BTT)........................(2.2)
Keterangan :
Π = Keuntungan/pendapatan
TR = Total revenue (total penerimaan)
TC = Total cost (total biaya)
Xi = Faktor produksi variabel ke-i
Pxi = Harga faktor produksi variabel ke-i
Y = Produksi
Py = Harga produksi
BTT = Biaya tetap total
21
Untuk mengetahui apakah usahatani menguntungkan atau tidak secara ekonomi,
dapat dianalisis dengan menggunakan perhitungan antara penerimaan total dan
biaya total yang disebut dengan Revenue Cost Ratio (R/C Rasio).
R/C Rasio = TR/TC.........................................(2.3)
Keterangan :
R/C = Nisbah penerimaan dan biaya
TR = total revenue (total penerimaan)
TC = total cost (total biaya)
Ada tiga kriteria dalam perhitungan ini, yaitu :
a. Jika R/C >1, maka usahatani yang dilakukan layak atau menguntungkan.
b. Jika R/C = 1, maka usahatani yang dilakukan berada pada titik impas (Break
Even Point).
c. Jika R/C <1, maka usahatani yang dilakukan tidak layak atau tidak
menguntungkan petani.
Pendapatan rumah tangga petani yaitu pendapatan yang diperoleh dari
penjumlahan pendapatan usahatani utama dengan pendapatan yang berasal dari
usahatani lain (on farm), pendapatan di luar usahatani yang masih berkaitan
dengan produk pertanian (off farm), dan pendapatan nonusahatani (nonfarm).
Pendapatan yang besar mencerminkan tersedianya dana yang cukup untuk
berusahatani selanjutnya, namun apabila pendapatannya rendah dapat
menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal, sehingga
mengharuskan anggota rumah tangga untuk bekerja atau berusaha lebih giat agar
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
22
Secara matematis perhitungan pendapatan rumah tangga menurut Soekartawi
(1995) yaitu:
Prt = P1 + P2 + P3…………………...................(2.4)
Keterangan:
Prt = Pendapatan rumah tangga (Rp)
P1 = Pendapatan dari usahatani utama (Rp)
P2 = Pendapatan dari usahatani lain (Rp)
P3 = Pendapatan dari luar usahatani (Rp)
3. Konsep Ketahanan Pangan
Pangan adalah bahan-bahan yang dapat dimakan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, terdapat dalam bentuk padat maupun cair (Indriani, 2015).
Definisi pangan menurut undang-undang No 18 Tahun 2012 adalah segala sesuatu
yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan, peternakan, perairan dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah
yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lainnya yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan
atau minuman.
Definisi ketahanan pangan menurut undang-undang No 18 Tahun 2012 adalah
kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan
produkti secara berkelanjutan.
23
Ketahanan pangan menurut Dewan Ketahanan Pangan (2006) terdiri dari tiga
subsistem, yaitu:
a) Ketersediaan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh
penduduk baik jumlah maupun mutunya dan aman.
b) Distribusi pangan, dimana pasokan pangan dapat menjangkau ke seluruh
wilayah, sehingga harga stabil dan terjangkau oleh rumah tangga/individu.
c) Konsumsi pangan, yaitu setiap rumah tangga dapat mengakses pangan yang
cukup dan mampu mengelola konsumsi sesuai dengan kaidah gizi dan
kesehatan, serta preferensinya.
Menurut PPK LIPI (2004) dalam Indriani (2015) terdapat empat komponen yang
harus dipenuhi untuk mencapai kondisi ketahanan pangan rumah tangga yaitu:
a. Kecukupan ketersediaan pangan
Ketersediaan pangan rumah tangga dapat diketahui dengan mengukur
kecukupan dan ketersediaan jumlah pangan pokok yang dimiliki rumah tangga
dan yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi pangan rumah tangga.
b. Stabilitas ketersediaan pangan
Pengukuran ini berdasarkan kecukupan ketersediaan pangan dan frekuensi
makan anggota rumah tangga dalam sehari.
c. Aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan
Indikator ini dalam pengukuran ketahanan pangan rumah tangga dapat dilihat
dari kemudahan rumah tangga memperoleh pangan, yang diukur dari
kepemilikan lahan dan cara rumah tangga memperoleh pangan yang
dikelompokkan dalam dua kategori yaitu: produksi sendiri dan membeli.
24
d. Kualitas dan keamanan pangan
Ukuran kualitas pangan dilihat dari pengeluaran konsumsi makanan berupa
lauk pauk sehari-hari yang mengandung protein hewani dan/atau nabati,
sedangkan ukuran keamanan pangan dilihat dari ada atau tidaknya bahan
makanan yang mengandung protein hewani dan/atau nabati yang di konsumsi
oleh rumah tangga.
Menurut Hanafie (2010), tujuan pembangunan ketahanan pangan bagi Indonesia
akan lebih mudah dicapai jika didasarkan pada beberapa hal, antara lain:
1) penyediaan pangan berbasis pemanfaatan ketersediaan sumberdaya lokal, baik
sumber daya alam, manusia, teknologi dan sosial, 2) efesiensi ekonomi dengan
tetap memperhatikan keunggulan kompetitif wilayah, 3) distribusi yang mengacu
pada mekanisme pasar yang kompetitif, serta 4) perbaikan mutu dan konsumsi
aneka ragam pangan. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa pembangunan
ketahanan pangan bersifat lintas sektoral.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan
1) Pendidikan Kepala Rumah Tangga
Soekartawi (2003) mengemukakan bahwa banyaknya atau lamanya
pendidikan yang diterima seseorang akan berpengaruh terhadap
kecakapannya dalam pekerjaan tertentu. Menurut Hasyim (2003), tingkat
pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat
pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang
diperolehnya untuk peningkatan usahataninya. Mengenai tingkat pendidikan
25
petani, dimana mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam
melaksanakan adopsi inovasi.
2) Pendidikan Ibu Rumah Tangga
Pendidikan ibu disamping merupakan modal utama dalam menunjang
perekonomian rumah tangga juga berperan dalam pola penyusunan makanan
untuk rumah tangga. Rendahnya tingkat pengetahuan, keterampilan, dan
pendidikan ibu rumah tangga berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi
oleh anggota rumah tangganya. Seorang ibu yang memiliki pendidikan
rendah akan kurang mampu memilih makanan yang bernilai gizi tinggi, atau
kurang bisa memberikan prioritas terhadap jenis makanan yang diperlukan
oleh anggota rumah tangga
3) Usia Kepala Rumah Tangga
Menurut Soekartawi (2003), rata-rata petani Indonesia cenderung tua dan
sangat berpengaruh pada produktivitas sektor pertanian Indonesia. Petani
berusia tua biasanya cenderung sangat konservatif (memelihara) menyikapi
perubahan terhadap inovasi teknologi berbeda halnya dengan petani yang
berusia muda. Usia petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat
dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, usia dapat
dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja
bilamana dengan kondisi usia yang masih produktif maka kemungkinan besar
seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2003).
26
4) Usia Ibu Rumah Tangga
Usia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang
dalam bekerja bilamana dengan kondisi usia yang masih produktif maka
kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal
(Hasyim, 2003). Ibu rumah tangga berperan membantu kepala rumah tangga,
sehingga usia produktif ibu rumah tangga akan menghasilkan pekerjaan yang
baik.
5) Jumlah Anggota Rumah Tangga
Menurut Soekartawi (2003), banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan
mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari
dan menambah pendapatan keluarganya. Semakin banyak anggota keluarga
akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus
dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani
dalam berusahatani. Menurut Hernanda, Indriani, Listiana (2013), semakin
besar jumlah anggota rumah tangga maka akan semakin rendah tingkat
kecukupan energi dan protein rumah tangga. Akan tetapi, tingkat kecukupan
energi dan protein menurun seiring bertambahnya jumlah anggota keluarga.
6) Pendapatan Rumah Tangga
Menurut Soetrisno (1995), ketahanan pangan rumah tangga dapat dicapai
dengan pendapatan (daya beli) dan produksi pangan yang cukup. Komponen
penting dalam ketahanan pangan adalah ketersediaan dan akses terhadap
pangan. Oleh sebab itu, tingkat ketahanan pangan suatu negara atau wilayah
dapat bersumber dari kemampuan produksi, kemampuan ekonomi untuk
27
menyediakan pangan dan kondisi yang membedakan tingkat kesulitan dan
hambatan untuk akses pangan. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan
yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang
berasal dari kegiatan diluar usahatani. Menurut Anggraini, Zakaria dan
Prasmatiwi (2014), peningkatan pendapatan rumah tangga menunjukkan
bahwa penggunaan pendapatan tidak keseluruhan untuk pengeluaran pangan,
namun pengeluarannya dialokasi untuk memenuhi kebutuhan nonpangan.
Akibatnya dapat menyebabkan pangsa pengeluaran menurun sehingga derajat
tahan pangan akan tercapai.
7) Pengeluaran Pangan
Badan pusat Statistik (BPS, 2007) mendefinisikan pola konsumsi rumah
tangga sebagai proporsi pengeluaran rumah tangga yang dialokasikan untuk
kebutuhan pangan dan nonpangan. Pola konsumsi rumah tangga merupakan
salah satu indikator kesejahteraan rumah tangga. Besar kecilnya proporsi
pengeluaran untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga
dapat memberikan gambaran kesejahteraan rumah tangga tersebut.
Pengeluaran pangan memiliki pengaruh nyata terhadap kecukupan energi dan
protein dan memiliki pengaruh bagi kecukupan pangan rumah tangga petani
(Hernanda, 2013).
8. Pengeluaran Rumah Tangga
Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk konsumsi
makanan mengindikasikan rumah tangga yang berpenghasilan rendah. Makin
tinggi tingkat penghasilan rumah tangga, makin kecil proporsi pengeluaran
28
untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga. Dengan kata
lain, dapat dikatakan bahwa rumah tangga akan semakin sejahtera bila
persentase pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dibandingkan
persentase pengeluaran untuk nonmakanan (BPS, 2011).
9. Luas Lahan
Luas lahan adalah jumlah seluruh lahan garapan yang diusahakan petani.
Luas lahan berpengaruh terhadap produksi jagung dan pendapatan petani.
Sesuai dengan pendapat Soekartawi (1990) bahwa semakin luas lahan
garapan yang diusahakan petani, maka akan semakin besar produksi yang
dihasilkan dan pendapatan yang akan diperoleh bila disertai dengan
pengolahan lahan yang baik.
5. Analisis Regresi Logistik Ordinal
Regresi logistik merupakan bagian dari model-model stastistika yang disebut
model linear yang digeneralisasi. Regresi logistik merupakan salah satu metode
yang dapat digunakan untuk mencari hubungan variabel respon yang bersifat
dichotomous (berskala nominal atau ordinal dengan dua kategori) atau
polychotomous (mempunyai skala nominal atau ordinal dengan lebih dari dua
kategori) dengan satu atau lebih variabel prediktor dan variabel respon bersifat
kontinyu atau kategorik (Field dalam Masykur, 2011). Dilihat dari variabel
bebasnya regresi logistik terbagi menjadi dua yaitu regresi logistik sederhana
(hanya memiliki satu variabel bebas) dan regresi logistik berganda (memiliki lebih
dari satu variabel bebas) sedangkan jika dilihat dari variabel responnya, regresi
29
logistik dibedakan menjadi dua yaitu regresi logistik biner (variabel responnya
dichotomous atau hanya memiliki dua kategori) dan regresi logistik multinomial
(variabel responnya memiliki lebih dari dua kategori atau polytomous). Regresi
logistik hanya memiliki satu variabel respon yaitu variabel respon kategori
sedangkan variabel kontinu tidak digunakan sebagai variabel respon. Regresi
logistik sebenarnya sama dengan analisis regresi berganda, hanya saja variabel-
variabel terikatnya merupakan variabel dummy (0 dan 1). Contohnya pengaruh
beberapa rasio perjalanan kereta terhadap keterlambatan perjalanan kereta api.
Maka variabel terikatnya adalah 0 jika terlambat dan 1 jika tidak terlambat (tepat).
Pada regresi logistik tidak diperlukan asumsi normalitas meskipun screening dan
outlier dapat dilakukan.
Regresi logistik ordinal adalah perluasan dari regresi logistik biner dimana
regresi logistik ordinal merupakan salah satu metode statistika untuk
menganalisis data dengan variabel respon merupakan skala ordinal yang terdiri
dari tiga kategori atau lebih dan variabel prediktor merupakan covariate (jika
menggunakan skala interval atau rasio) atau bisa merupakan faktor (jika
menggunakan skala nominal atau ordinal).
Model yang dapat dipakai untuk regresi logistik ordinal adalah model logit.
Model logit tersebut adalah model logit kumulatif, pada model ini terdapat sifat
ordinal dari respon Y yang dituangkan dalam peluang kumulatif sehingga model
logit kumulatif merupakan model yang didapatkan dengan cara membandingkan
peluang kumulatif yaitu peluang kurang dari atau sama dengan ketegori respon
ke-j pada p variabel prediktor yang dinyatakan dalam vektor X, P(Y=j|X) dengan
30
peluang lebih besar daripada kategori respon ke-j, P(Y>j|X) (Hosmer dan
Lemeshow, 2004).
Model logit merupakan model regresi nonlinear yang menghasilkan persamaan
dimana variabel dependen bersifat kategorikal. Penggunaan model logit sering
kali digunakan dalam klasifikasi (Gujarati,2003). Regresi logit merupakan salah
satu metode regresi yang digunakan untuk mencari hubungan antara peubah
respon bersifat kategorik berskala nominal atau ordinal dengan satu atau lebih
peubah penjelas kontinyu maupun kategorik. Jika peubah respon berskala
nominal digunakan regresi logistik multinomial, sedangkan pada peubah respon
berskala ordinal digunakan regresi logistik ordinal. Pendugaan parameter model
regresi logistik multinomial dan ordinal dilakukan dengan metode Maximum
Likelihood Estimation. Model logit untuk data respon ordinal ini sering disebut
sebagai model logit kumulatif. Respon dalam model logit kumulatif berupa data
bertingkat yang diwakili dengan angka 1, 2, 3,…, k, dengan k adalah banyaknya
kategori respon (Widarjono, 2010). Bentuk umum persamaan logit adalah:
Zi = ln (Pi/1-Pi) = β0 + β1Xi……………………………………………………………………...……….(2.5)
Logit (pi) = β0 + β1X1 + β2X2 + … + βkXk……………………………………………...……..….(2.6)
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Peneliti telah mempelajari penelitian sejenis untuk mendukung penelitian yang
dilakukan. Penelitian tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada
penulis tentang penelitian sejenis yang akan dilakukan, sehingga dapat dijadikan
referensi bagi penulis. Penelitian ini mengkaji mengenai tingkat pendapatan,
31
ketahanan pangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan.
Beberapa penelitian terdahulu tentang gizi dan pangan serta kaitannya dengan
aspek pendapatan dan ketahanan pangan memperlihatkan persamaan dan
perbedaaan dalam hal metode, waktu, dan tempat penelitian. Perbedaan penelitian
yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu yaitu perbedaan daerah
penelitian, dimana pada Kecamatan Bandar Sribhawono masih jarang dilakukan
penelitian. Selain itu yang membedakan dengan penelitian terdahulu adalah
biasanya penelitian yang dilakukan yaitu mengetahui besarnya pendapatan rumah
tangga dan hubungannya dengan kesejahteraan, namun penelitian ini untuk
menganalisis besarnya pendapatan rumah tangga dan hubungannya dengan
ketahanan pangan. Kajian penelitian terdahulu diperlukan sebagai bahan referensi
bagi peneliti untuk menjadi pembanding antara penelitian yang dilakukan dengan
penelitian sebelumnya, serta untuk mempermudah dalam pengumpulan data dan
metode analisis data yang digunakan dalam pengolahan data. Kajian penelitian-
penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 4.
32
Tabel 4. Penelitian terdahulu
No Judul/Peneliti/Tahun Tujuan Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
1. Pendapatan dan
Ketahanan Pangan
Rumah Tangga Petani
Padi di Desa Rawan
Pangan (Hernanda,
Indriani dan Kalsum,
2017)
1. Menganalisis besarnya
pendapatan usahatani padi
dan pendapatan total rumah
tangga.
2. Mengetahui kondisi
ketahanan pangan rumah
tangga petani.
3. Mengetahui faktor-faktor
yangberhubungan dengan
ketahanan pangan rumah
tangga petani padi.
1. Analisis Pendapatan dan R/C
2. Pangsa pengeluaran pangan
dengan cutting point dan
konsumsi rumah tangga
berdasarkan AKG
3. Analisis statistik uji korelasi
pearson product moment
1. Pendapatan usahatani padi per ha pada musim tanam
pertama adalah sebesar Rp6.936.134,19 dan musim
tanam ke dua sebesar Rp6.716.552,06 dengan rata-
rata pendapatan total rumah tangga RT petani per
bulan adalah sebesar Rp2.427.513,67.
2. Diperoleh empat kategori ketahanan pangan RT
petani padi Desa Sukamarga yaitu, 20 RT (30,30%)
tahan pangan, 25 RT (37,87%) kurang pangan, 11
RT (16,67%) rentan pangan dan 10 RT (15,15%)
rawan pangan.
3. Faktor-faktoryang berhubungan dengan ketahanan
pangan rumah tangga petani padi sawah di Desa
Sukamarga yaitu pendapatan padi, luas lahan padi,
produksi padi, jumlah anggota keluarga, lama
pendidikan suami dan pengeluaran pangan.
2. Ketahanan Pangan
Rumah Tangga Petani
Jagung di Kecamatan
Simpang
Kabupaten Ogan
Komering Ulu (Oku)
Selatan (Hernanda,
Indriani dan Listiana,
2013)
1. Menganalisis pendapatan
usahatanijagung
2. Menganalisis tingkat
ketahanan pangan rumah
tangga petani jagung.
3. Menganalisis faktor-faktor
yangmempengaruhi
ketahanan pangan rumah
tanggapetani jagung.
1. Pendekatan pendapatan dan R/C
2. Pangsa pengeluaran dan
ketersediaan pangan rumah
tangga digunakan ukuran waktu
bulanan, kecukupan pangan
menggunakan indikator
kecukupan energi dan protein
yang diukur secara harian
berdasarkan AKG
3. Analisis statistik regresi linier
berganda dengan menggunakan
uji F
1. Pendapatanrumah tangga sebesar Rp5.085.500,24
per bulandengan pengeluaran pangan rata–
rataRp1.002.278,26.
2. Hasil dari klasifikasi silang antara jumlah kecukupan
energi dan pangsa pengeluaran makanan diperoleh
11 RT tahan pangan, 39 RT kurang pangan, 3 RT
rentan pangan dan 7 RT rawan pangan.
3. Variabel jumlah anggota keluarga dan pengeluaran
pangan yang memiliki pengaruh nyata pada tingkat
ketahanan pangan RT petani.
33
Tabel 4. (lanjutan)
No Judul/Peneliti/Tahun Tujuan Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
3. Ketahanan Pangan
Rumah Tangga Petani
Kopi di Kabupaten
Lampung Barat
(Anggraini, Zakaria
dan Prasmatiwi, 2014)
1. Menganalisis tingkat
ketahanan pangan rumah
tangga petani kopi di
Kabupaten Lampung Barat
2. Menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat
ketahanan pangan rumah
tangga petani kopi di
Kabupaten Lampung Barat
1. Klasifikasi silang antara
pangsa pengeluaran dan
tingkat kecukupan
energi.
2. Model logistik ordinal.
1. Rumah tangga petani kopi di Kabupaten Lampung
Barat mencapai derajat tahan pangan sebesar 15,09
persen, sedangkan kurang pangan, rentan pangan,
dan rawan pangan adalah sebesar 11,32 persen,
62,26 persen, dan 11,32 persen.
2. Faktor–faktor yang berpengaruhterhadap tingkat
ketahanan pangan rumah petani kopi yaitu
pendapatan rumah tangga dan hargaberas.
4. Pendapatan dan
Tingkat Kesejahteraan
Rumah Tangga Petani
Padi
(Oryza Sativa) di
Kecamatan Gadingrejo
Kabupaten Pringsewu
(Murdani, Widjaya,
Rosanti, 2015)
1. Menganalisis tingkat
pendapatan rumah tangga
petani padi di Kecamatan
Gadingrejo Kabupaten
Pringsewu
2. Mmenganalisis tingkat
pengeluaran rumah tangga
petani padi di Kecamatan
Gadingrejo Kabupaten
Pringsewu, dan
3. Menganilisis tingkat
kesejahteraan rumah tangga
petani padi di Kecamatan
Gadingrejo Kabupaten
Pringsewu.
1. Analisis pendapatan dan
R/C rasio
2. Pengeluaran bulanan
3. Kriteria Sayogyo
1. Usahatani padi memberikan kontribusi terbesar
bagi pendapatan rumah tangga petani padi di
Kecamatan Gadingrejo, selanjutnya diikuti oleh
pendapatan dari usahatani non-padi, dan
pendapatan dari luar usahatani.
2. Proporsi pengeluaran rumah tangga petani padi
masih didominasi oleh pengeluaran makanan, oleh
karena itu kondisi kesejahteraan rumah tangga
petani masih relatif rendah.
3. Menggunakan kriteria kesejahteraan berdasarkan
pengeluaran setara beras, maka tingkat
kesejahteraan rumah tangga petani padi sudah
masuk ke dalam kriteria hidup layak.
34
Tabel 4. (lanjutan)
No Judul/Peneliti/Tahun Tujuan Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
5. Analisis Pendapatan
dan Pengeluaran
Rumah Tangga
Petani Padi Desa
Sukajawa,
Kecamatan
Bumiratu Nuban,
Kabupaten
Lampung Tengah
(Sugesti, Abidin,
Kalsum, 2015)
1. Mengetahui pendapatan total
rumah tangga petani,
2. Mengetahui pengeluaran
rumah
tangga petani
3. Mengetahui faktor-faktor
yang
mempengaruhi pengeluaran
rumah tangga petani padi
Desa Sukajawa.
1. Analisis laba rugi
2. Model pengeluaran
BPS
3. Regresi linier
berganda
1. Total pendapatan rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa
adalah sebesar Rp29.243.662,00, Rumah tangga petani padi
yang mengusahakan pekarangan, peternakan dan perikanan
memperoleh pendapatan sebesar Rp32.189.671,00 sedangkan
rumah tanggayang tidak mengusahakan usaha tersebut
memperoleh total pendapatan sebesar Rp26.297.653,00.
2. Total pengeluaran rumah tangga petani padi Desa Sukajawa
per tahunnya adalah Rp20.545.157,00 dan dari pengeluaran
tersebut sebesar 80,94 persen dialokasikan untuk pengeluaran
pangan dan 19,06 persen dialokasikan untuk kebutuhan
nonpangan.
3. Faktorfaktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga
petani Padi Desa Sukajawa adalah tingkat pendapatan rumah
tangga (X1) jumlah tanggungan keluarga (X2), dan luas lahan
sawah (X5).
6. Analisis Usahatani
Jagung Pada Lahan
Kering di
Kecamatan Limboto
Kabupaten
Gorontalo (Bahua,
2008)
1. Mendeskripsikan struktur
biaya usahatani jagung pada
lahan kering di kelompok
tani,
2. Mendeskripsikan produksi
dan pendapatan petani pada
usahatani jagung lahan
kering di kelompok tani
Ilomata.
1. Analisis biaya
usahatani
2. B/C rasio
1. Struktur biaya usahatani jagung di lahan kering terdiri dari
nilai produksi, biaya produksi, pendapatan, pemakaian tenaga
kerja, produktivitas lahan, dan produktivitas tenaga kerja.
2. Produksi jagung hibrida di lahan kering 5,4 ton/ha dan jagung
komposit 3,4 ton/ha. Pendapatan petani dari usahatani jagung
hibrida lebih besar, dibandingkan dengan pendapatan petani
dari usahatani jagung komposit yaitu sebesar
Rp.1.420.284,91/ hektar dengan rasio perbandingannyaadalah
2,60:1.
35
Tabel 4. (lanjutan)
No Judul/Peneliti/Tahun Tujuan Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
7. Ketahanan Pangan
Rumah Tangga Nelayan
di Kecamatan Teluk
Betung Selatan
Kota Bandar Lampung
(Yuliana, Zakaria dan
Adawiyah, 2013)
1. Mengkaji ketahanan pangan
rumah tangga nelayan di
Kecamatan Teluk Betung
Selatan, Kota Bandar
Lampung.
2. Mengkaji faktor-faktor yang
Mempengaruhi ketahanan
pangan rumah tangga
nelayan di Kecamatan Teluk
Betung Selatan, Kota
BandarLampung.
1. Pangsa
pengeluaran
pangan dan
konsumsi energi.
2. Model logit
1. Ketahanan pangan rumah tangga nelayan di
Kelurahan Kangkung, Kecamatan Teluk Betung
Selatan, Kota Bandar Lampung berada dalam kriteria
tahan pangan sebesar 56,86% dan rawan pangan sebesar
43,14%.
2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan
pangan rumah tangga nelayan di Kelurahan Kangkung,
Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kota Bandar
Lampung adalah besar anggota rumah tangga,
pengeluaran rumah tangga, dan pengetahuan gizi ibu
rumah tangga.
8. Pendapatan Petani
Jagung Anggota dan
Nonanggota Koperasi
Tani Makmur Desa
Natar Kabupaten
Lampung Selatan
(Dinata, Lestari,
Yanfika, 2014)
1. Menganalisa perbandingan
pendapatan usahatani jagung
anggota dan nonanggota
Koperasi Tani Makmur.
2. Menganalisa besarnya
manfaat ekonomi koperasi
yang diterima petani
jagung anggota Koperasi
Tani Makmur.
3. Menganalisis kontribusi
manfaat ekonomi koperasi
terhadap pendapatan rumah
tangga anggota Koperasi
Tani Makmur.
1. Analisis pendapatan
rumah tangga petani
dan R/C.
2. Analisis harga
pelayanan dan SHU
3. Persentase manfaat
ekonomi koperasi
terhadap pendapatan
rumah tangga.
1. Rata-rata pendapatan petani jagung anggota koperasi
lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pendapatan
petani jagung non anggota koperasi pada musimtanam
pertama dan musim tanam kedua
2. Manfaat ekonomi koperasi yang diterima petani anggota
koperasi sebesar Rp440.000,00
3. Rata-rata kontribusi manfaat ekonomi koperasi tunai
terhadap jumlah pendapatan rumah tangga petani
anggota Koperasi Tani Makmur di Desa Natar
Kabupaten Lampung Selatan sebesar 0,003% dari total
pendapatan rumah tangga petani anggota koperasi per
tahun.
36
Tabel 4. (lanjutan)
No Judul/Peneliti/Tahun Tujuan Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
9. Analisis Pendapatan
dan Tingkat
Kesejahteraan
Rumah Tangga
Petani Jagung di
Kecamatan Natar
Kabupaten
Lampung Selatan
(Sari, Haryono dan
Rosanti, 2014)
1. Menganalisis tingkat pendapatan
usahatani jagung di Kecamatan
Natar Kabupaten Lampung Selatan
2. Menganalisis tingkat kesejahteraan
rumah tangga petani jagung di
Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan
1. Analisis
Pendapatan
dan R/C
2. Indikator
kesejahteraan
menurut BPS
1. Pendapatan petani yang berasal dari kegiatan on farm
memberikan kontribusi lebih besar (86,85 persen)
dibandingkan dengan pendapatan yang berasal dari
kegiatan lainnya (off farm dan non farm).
2. Berdasarkan kriteria Sajogyo (1997), petani jagung di
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan sebagian
besar berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 60,78
persen, sedangkan berdasarkan kriteria BPS (2007) rumah
tangga petani jagung diKecamatan Natar masuk dalam
kategori sejahtera yaitu sebesar 70,59 persen.
10. Pola Pengeluaran
Pangan Rumah
Tangga Menurut
Tingkat Ketahanan
Pangan di Provinsi
Jawa Tengah (Purwaningsih,Y.
dkk. 2010)
1. Mengetahui proporsi pengeluaran
rumah tangga pada tiap tingkat
ketahanan pangan rumah tangga
1. Analisis
perbandingan
pengeluaran
1. Perbedaan proporsi pengeluaran, baik pangan maupun
nonpangan, antara rumah tangga tahan dan kurang pangan
dengan rumah tangga rentan dan rawan pangan, cukup
besar. Pengeluaran rumah tangga untuk makanan dan
minuman jadi menunjukkan proporsi tertinggi dibanding
dengan kelompok pangan lain. Rumah tangga rawan
pangan mempunyai alokasi pengeluaran tembakau yang
paling banyak dibanding dengan kelompok rumah tangga
lainnya.
37
C. Kerangka Pemikiran
Usahatani adalah bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-
faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga
memberi manfaat yang sebaik-baiknya. Usahatani terdiri dari kegiatan on farm
(usahatani jagung, usahatani nonjagung) dan off farm (kegiatan pertanian diluar
usahatani). Dalam usahatani dipengaruhi oleh faktor produksi seperti luas lahan,
bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Penggunaan faktor produksi akan
mempengaruhi besarnya pendapatan yang diterima petani.
Jagung merupakan tanaman pangan yang diusahakan oleh sebagian masyarakat
Indonesia, termasuk petani di Kecamatan Bandar Sribhawono, Kabupaten
Lampung Timur. Selain berusahatani jagung, petani juga mengusahakan
usahatani nontanaman jagung seperti singkong, kelapa, padi, dan lain-lain. Selain
itu, petani juga memperoleh pendapatan dari luar sektor pertanian seperti buruh,
kuli bangunan dan lain-lain. Usahatani jagung merupakan kegiatan dimana petani
jagung melakukan alokasi sumberdaya pada lahan budidayanya secara efektif dan
efisien untuk mendapatkan hasil yang maksimal sehingga menghasilkan output
yang melebihi input.
Petani jagung merupakan bagian terpenting dalam proses usahatani jagung karena
dalam kegiatan usahatani, petani tidak hanya menggunakan tenaga saja, tetapi
menggunakan hal-hal lain agar kegiatan usahatani dapat berjalan dengan baik.
Selain itu, petani bertindak sebagai manajer yang berwewenang mengambil
keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil yang
memberikan pendapatan yang maksimal.
38
Pendapatan rumah tangga petani jagung merupakan salah satu faktor penting yang
berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani jagung, karena
pendapatan mempengaruhi pola konsumsi pangan rumah tangga yaitu sebagai
penentu daya beli terhadap bahan pangan rumah tangga dan sebagai faktor
penentu kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi. Menurut Hukum Bennet
dengan meningkatnya pendapatan maka kualitas bahan pangan yang dikonsumsi
rumah tangga akan semakin baik.
Pendapatan terbagi menjadi dua yaitu pendapatan sebagai petani dan pendapatan
rumah tangga. Pendapatan yang diterima sebagai petani dan pendapatan rumah
tangga digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup termasuk kebutuhan pangan
dan nonpangan. Besar pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan berpengaruh
terhadap ketersediaan pangan dalam rumah tangga dan selanjutnya menentukan
jumlah pangan yang akan diterima oleh setiap anggota rumah tangga melalui
konsumsi pangan sehingga akan diketahui ketahanan pangan rumah tangga.
Pengukuran ketahanan pangan rumah tangga dapat dilakukan dengan berbagai
indikator, salah satunya adalah dilihat dari pangsa pengeluaran pangan dan tingkat
kecukupan energi. Penelitian Anggraini (2014) menyatakan bahwa besarnya
pangsa pengeluaran mencerminkan persediaan pangan yang kurang mencukupi
dikarenakan terbatasnya pendapatan sehingga mempengaruhi daya beli pangan.
Begitu juga dengan rumah tangga yang memiliki pangsa pengeluaran rendah yaitu
mencerminkan adanya persediaan pangan yang mencukupi. Bagan alir
pendapatan dan ketahanan pangan rumah tangga petani jagung dapat dilihat pada
Gambar 3.
39
Gambar 3. Bagan alir pendapatan usahatani jagung dan ketahanan pangan rumah tangga petani jagung
Keterangan:
= Berkaitan dengan penelitian
= Berkaitan dengan penelitian namun tidak dibahas
Nonusahatani
Pendapatan rumah
tangga petani
Pendapatan
Nonusahatani
Pengeluaran pangan
Ketersediaan pangan
Konsumsi
USAHATANI
Jagung Nonjagung
Pendapatan
Jagung Pendapatan
Nonjagung
Pendapatan Usahatani
Biaya:
1. Luas lahan
2. Bibit
3. Tenaga Kerja
4. Pupuk
5. Pestisida
6. Biaya sewa
7. Penyusutan
Harga Harga
Penerimaan Penerimaan
Produksi Produksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
ketahanan pangan RT:
1. Pendidikan kepala RT (X1)
2. Pendidikan ibu RT (X2)
3. Usia kepala RT (X3)
4. Usia ibu RT (X4)
5. Jumlah anggota RT (X5)
6. Pendapatan rumah tangga (X6)
7. Pengeluaran pangan (X7)
8. Pengeluaran RT (X8)
9. Luas lahan (X9)
10. Akses pangan (D)
Ketahanan pangan
40
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis yang
dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu diduga tingkat ketahanan pangan rumah
tangga petani jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung
Timur (Y) dipengaruhi oleh pendidikan kepala rumah tangga (X1), pendidikan ibu
rumah tangga (X2), usia kepala rumah tangga (X3), usia ibu rumah tangga (X4),
jumlah anggota rumah tangga (X5), pendapatan rumah tangga (X6), pengeluaran
pangan (X7), pengeluaran rumah tangga (X8), luas lahan (X9) dan akses terhadap
pangan (D).
41
III. METODE PENELITIAN
A. Metode, Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei.
Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan untuk meneliti
gejala suatu kelompok atau perilaku individu. Pada umumnya survei
menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data (Sarwono, 2006).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2011)
mendefinisikan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang data penelitiannya
berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistika.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung
Timur. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa
kabupaten ini merupakan kabupaten dengan produksi jagung tertinggi kedua
setelah Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Bandar Sribhawono dipilih
sebagai daerah penelitian karena merupakan sentra penghasil jagung dengan luas
lahan terbesar di Kabupaten Lampung Timur. Pengambilan data dilakukan pada
Bulan Februari sampai Bulan Maret 2018.
42
B. Konsep Dasar dan Batasan Operasional
Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk
mengenai variabel yang akan diteliti untuk mendapatkan dan menganalisis data
sesuai dengan tujuan penelitian.
Petani jagung adalah sebutan bagi petani yang melakukan usahatani utama jagung
di lahan yang dikelolanya.
Usahatani jagung merupakan kegiatan menanam dan mengelola tanaman jagung
di suatu lahan untuk menghasilkan produksi (jagung) sebagai sumber penerimaan
petani.
Usahatani nonjagung adalah usaha yang masih berkaitan dengan bidang pertanian
tetapi di luar dari budidaya jagung, misalnya melakukan budidaya selain jagung
seperti cabai, tomat, dan lain-lain.
Usaha nonpertanian adalah usaha yang dilakukan di luar bidang pertanian yang
dilakukan untuk menambah pendapatan dan mencukupi kebutuhan keluarga,
misalnya berdagang, ojek, karyawan dan lain-lain.
Lahan adalah areal atau tempat yang digunakan untuk melakukan usahatani
yang diukur dalam satuan hektar (ha).
Benih adalah bahan tanam yang digunakan untuk mengembangbiakkan tanaman
yang berupa biji tanaman jagung yang diukur dalam satuan kilogram per luasan
usahatani jagung.
43
Pupuk yaitu suatu bahan yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
jagung untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman yang digunakan oleh petani
pada proses produksi jagung. Diukur dalam satuan liter per luasan usahatani
jagung bila berbentuk cair dan kilogram per luasan usahatani jagung bila
berbentuk padat/butiran.
Pestisida yaitu bahan organik atau kimia yang digunakan untuk memberantas
hama dan penyakit dalam proses produksi jagung per musim. Diukur dalam
satuan liter per luasan usahatani jagung bila berbentuk cair dan kilogram per
luasan usahatani jagung bila berbentuk padat/butiran.
Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja dalam dan luar keluarga baik pria
maupun wanita yang digunakan dalam usahatani jagung yang diukur dengan
satuan Hari Orang Kerja (HOK) setara pria yaitu 8 jam/hari. Untuk tenaga kerja
wanita dikonversi ke dalam satuan HOK berdasarkan upah yang berlaku di lokasi
penelitian.
Produksi jagung adalah jumlah dari hasil tanaman jagung yang dihasilkan dalam
satu kali proses produksi yang diukur dalam satuan kilogram (Kg).
Harga jagung adalah harga jual jagung yang berlaku pada saat transaksi dan
diterima petani yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).
Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada volume
produksi jagung dan relatif tetap jumlahnya serta bersifat jangka pendek. Petani
jagung harus tetap membayar berapapun jumlah produksi yang dihasilkan,
meliputi nilai sewa lahan, pajak lahan usaha, penyusutan alat, dan iuran kelompok
44
tani dalam satu kali musim tanam berapapun hasil produksi jagung yang
diperoleh. Biaya tetap diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya tidak tetap (variabel cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi
oleh hasil produksi jagung untuk satu kali musim tanam, sehingga biaya ini dapat
diartikan pula sebagai biaya yang sifatnya berubah-ubah sesuai dengan besarnya
produksi jagung yang diperoleh selama satu kali musim tanam dan diukur dalam
satuan rupiah (Rp) serta bersifat jangka pendek.
Total biaya produksi jagung adalah penjumlahan dari biaya tetap (fixed cost)
dan biaya tidak tetap (variabel cost) yang dikeluarkan pada saat produksi jagung
untuk satu kali musim tanam. Total biaya jagung diukur dalam satuan rupiah
(Rp/musim tanam).
Penerimaan adalah nilai hasil yang diterima petani yang dihitung dengan
mengalikan jumlah produksi jagung dengan harga produksi di tingkat petani
produsen yang diukur dalam satuan rupiah (Rp/musim tanam).
Pendapatan usahatani jagung adalah nilai penerimaan usahatani jagung yang telah
dikurangi dengan total biaya produksi jagung dalam satu kali musim tanam, yang
diukur dalam satuan rupiah per musim tanam (Rp/musim tanam).
Pendapatan usaha pertanian adalah seluruh penerimaan rumah tangga petani yang
berasal dari usahatani jagung maupun usahatani nonjagung yang dikurangi dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, yang diukur dalam satuan
rupiah per tahun (Rp/th).
45
Pendapatan usaha nonpertanian adalah seluruh pendapatan rumah tangga petani
yang berasal dari usaha nonpertanian yang dikurangi dengan biaya yang
dikeluarkan selama proses usaha nonpertanian berlangsung, yang diukur dalam
satuan rupiah per tahun (Rp/th).
Total pendapatan adalah keseluruhan biaya yang didapat dari pendapatan usaha
pertanian dan usaha nonpertanian yang diukur dalam satuan rupiah per tahun
(Rp/th).
Pendapatan rumah tangga petani jagung adalah seluruh pendapatan rumah tangga
yang diperoleh dari penjumlahan pendapatan usahatani jagung dengan pendapatan
selain usahatani jagung dan pendapatan nonusahatani yang diukur dalam satuan
rupiah per bulan (Rp).
Ketersediaan pangan rumah tangga petani jagung adalah pandangan atau pendapat
rumah tangga petani jagung terhadap kondisi ketersediaan pangan rumah
tangganya yang dilihat dari kecukupan ketersediaan pangan rumah tangga dan
stabilitas ketersediaan pangan rumah tangga tanpa fluktuasi dari musim ke musim
atau dari tahun ke tahun.
Pengeluaran pangan rumah tangga adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
mengkonsumsi makanan untuk anggota keluarga, yang diukur dalam satuan
rupiah per tahun (Rp/th).
Pengeluaran nonpangan rumah tangga adalah besarnya biaya yang dikeluarkan
untuk mengkonsumsi bukan makanan untuk anggota keluarga seperti bahan bakar,
listrik, dan lain-lain, yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).
46
Pengeluaran rumah tangga adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh seluruh
anggota rumah tangga dalam memenuhi kebutuhannya yang diukur dalam satuan
rupiah per tahun (Rp/th).
Pangsa pengeluaran pangan rumah tangga petani jagung adalah proporsi
pengeluaran pangan rumah tangga petani jagung terhadap total pengeluaran rumah
tangga petani jagung. Pangsa pengeluaran pangan rumah tangga petani jagung
dinyatakan dalam persen (%).
Rumah tangga adalah suatu kumpulan orang mendiami seluruh atau sebagian
bangunan fisik dan umumnya tinggal bersama-sama.
Ketahanan pangan rumah tangga petani jagung adalah suatu kondisi terjaminnya
ketersediaan pangan dan akses untuk mendapatkan pangan bagi rumah tangga
petani jagung, baik secara fisik maupun ekonomi.
Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri
dari istri, anak, serta orang lain yang turut serta berada dalam satu rumah dan
menjadi tanggungan kepala keluarga yang diukur dalam satuan jiwa
C. Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang digunakan merupakan petani jagung yang berada di Desa
Bandar Agung dan Sri Pendowo, sedangkan responden penelitian adalah kepala
rumah tangga dan ibu rumah tangga petani jagung di Desa Bandar Agung dan Sri
Pendowo. Sampel petani jagung dipilih secara acak (Simple Random Sampling).
Simple Random Sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi yang
47
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu
(Sugiyono, 2010).
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pra survey untuk
mengetahui keadaan umum daerah penelitian dan populasi petani jagung untuk
membuat kerangka sampling. Desa Bandar Agung dan Sri Pendowo dipilih
secara purposive karena kedua desa tersebut merupakan desa dengan produktivitas
dan produksi jagung yang tinggi di Kecamatan Bandar Sribhawono.
Penelitian dilakukan pada 9 dusun di Desa Bandar Agung yaitu di dusun 1, 2, 6, 9,
10, 12, 14, 16 dan 17, serta di Desa Sripendowo yaitu pada dusun 2, 3 dan 4
dengan kriteria petani jagung yang memiliki luas lahan 0,5 hingga 1 ha. Dengan
demikian populasi petani jagung tersebut adalah 669 orang dengan rincian di 9
dusun Desa Bandar Agung yaitu sebanyak 470 orang dan 3 dusun di Desa
Sripendowo yaitu sebanyak 199 orang. Penentuan ukuran sampel dilakukan
dengan menggunakan rumus perhitungan sampel yang mengacu pada Issac dan
Michael dalam Sugiarto (2003) :
..............................................(3.1)
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = Jumlah populasi
S2= Variasi sampel (5% = 0,05)
Z = Distribusi Z (95% = 1,96)
d = simpangan baku (5% = 0,05)
48
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut maka jumlah
sampel adalah:
= 68,90
= 69 rumah tangga
Kemudian dari jumlah sampel tersebut dapat ditentukan alokasi proporsi
sampel tiap desa dengan rumus :
na = Na x nab.................................................................(3.2)
Nab
Keterangan:
na = Jumlah sampel desa A
nab= Jumlah sampel keseluruhan
Na = Jumlah populasi desa A
Nab= Jumlah populasi keseluruhan
Dalam penetuan proporsi sampel Desa Bandar Agung, perhitungan jumlah sampel
sebagai berikut:
na = 470 x 69
669
= 48,57 = 48 rumah tangga
Dalam penetuan proporsi sampel Desa Sri Pendowo, perhitungan jumlah sampel
sebagai berikut:
nb = 199 x 69
669
= 20,52 = 21 rumah tangga
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh sampel di daerah penelitian,
yaitu sebanyak 48 sampel di Desa Bandar Agung dan sebanyak 21 sampel di Desa
Sri Pendowo. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
49
simple random sampling (sampel acak sederhana) dengan menggunakan tabel
random atau tabel acak.
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung
di lapang. Teknik pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara
langsung dengan petani menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) yang telah
disiapkan meliputi biaya usahatani, pendapatan usahatani jagung, nonjagung dan
nonusahatani, pengeluaran pangan dan nonpangan serta ketersediaan pangan.
Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti Badan Pusat
Statistik, Kementrian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, jurnal, skripsi,
publikasi dan pustaka lainnya yang terkait dan relevan dengan penelitian.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kuantitatif
dan analisis statistik. Tujuan pertama yaitu mengetahui besarnya pendapatan
usahatani jagung dan pendapatan total rumah tangga petani jagung di Kecamatan
Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur dijawab dengan menggunakan
alat analisis deskriptif kuantitatif dengan menghitung melalui pendekatan
keuntungan, yang merupakan selisih antara penerimaan atau revenue dengan total
biaya atau total cost.
50
Tujuan kedua yaitu menganalisis tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani
jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur yang
dianalisis berdasarkan klasifikasi silang antara pangsa pengeluaran pangan dengan
konsumsi rumah tangga dan melakukan recall (mengingat kembali) makanan
yang dikonsumsi selama 24 jam. Tujuan ketiga yaitu menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani jagung di
Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur dengan
menggunakan metode regresi logistik ordinal.
1. Perhitungan pendapatan
Metode analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan pertama
yaitu menganalisis pendapatan rumah tangga petani jagung di Kecamatan Bandar
Sribhawono Kabupaten Lampung Timur dengan cara menghitung melalui
pendekatan keuntungan. Menurut Soekartawi (1995), pendapatan usahatani
adalah selisih penerimaan dengan semua biaya produksi atau total biaya yang
dirumuskan sebagaimana tercantum pada bab dua. Kemudian dilakukan
perhitungan pendapatan rumah tangga petani yang merupakan penjumlahan dari
pendapatan yang berasal dari usahatani jagung, usahatani lain dan juga
pendapatan nonusahatani.
2. Perhitungan Ketahanan Pangan
Tujuan ke dua dijawab dengan melakukan perhitungan ketahanan pangan
berdasarkan klasifikasi silang antara pangsa pengeluaran pangan dengan konsumsi
51
energi rumah tangga. Apabila pangsa pengeluaran pangan RT<60% pengeluaran
total rumah tangga maka rumah tangga memiliki kategori pangsa pengeluaran
pangan rendah dan apabila pangsa pengeluaran pangan RT≥60% pengeluaran total
rumah tangga maka rumah tangga tersebut memiliki kategori pangsa pengeluaran
pangan tinggi (Indriani, 2015). Adapun rumus untuk mengitung pangsa
pengeluaran pangan sebagai berikut:
PPP = FE x 100%...........................................(3.3)
TE
Keterangan:
PPP = Pangsa pengeluaran pangan (%)
FE = Pengeluaran untuk belanja pangan (Rp/bulan)
TE = Total Pengeluaran (Rp/bulan)
Berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2012), perhitungan
ketahanan pangan berdasarkan pada dasar jumlah kecukupan energi dan protein
RT diperoleh dengan cara menghitung kandungan gizi bahan pangan yang
dikonsumsi selama 24 jam dengan menggunakan daftar komposisi bahan
makanan serta dengan cara membandingkan konsumsi aktual dan kecukupan yang
dianjurkan per kapita perhari menurut kelompok usia dan jenis kelamin. Standar
angka kecukupan rata-rata energi dan protein adalah sebesar 2.150 kkal dan 57
gram.
Data ketersediaan bahan makanan dikumpulkan melalui recall (mengingat
kembali) makanan yang dikonsumsi selama 24 jam. Recall dapat dilakukan
beberapa kali pada hari yang tidak berurutan. Bahan tersebut dihitung kandungan
energi dan proteinnya, sehingga menghasilkan data ketersediaan energi dan
protein rumah tangga petani dua hari, kemudian dirata-ratakan menjadi per hari.
52
Selanjutnya dilakukan perhitungan tingkat kecukupan energi dan protein. Untuk
menghitung tingkat kecukupan energi dan protein, perlu diketahui konsumsi
energi dan protein serta angka kecukupan energi dan protein. Kadar konsumsi
energi (Q) dalam suatu bahan makanan dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut:
Bdd (%) merupakan singkatan dari bagian yang dapat dimakan dalam persen berat
bahan yang bersangkutan.
Perhitungan Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan didasarkan pada
berat badan standar untuk setiap kelompok usia dan jenis kelamin. Berikut adalah
perhitungannya:
Setelah Konsumsi Energi dan Angka Kecukupan Energi diketahui, Tingkat
Kecukupan Energi (TKE) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Setelah diperoleh nilai pangsa pengeluaran pangan dan kecukupan energi maka
dilakukan klasifikasi silang antara kedua nilai tersebut. Berdasarkan klasifikasi
silang antara pangsa pengeluaran pangan dengan jumlah kecukupan energi maka
akan diperoleh empat kategori RT yaitu RT tahan pangan, kurang pangan, rentan
pangan dan rawan pangan seperti yang tersaji dalam Tabel 5.
53
Tabel 5. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Tingkat
Kecukupan Energi
Pangsa pengeluaran pangan
Rendah (<60%) Tinggi (≥60%)
Cukup (>80% kecukupan energi) Tahan pangan Rentan pangan
Kurang (≤80% kecukupan energi) Kurang Pangan Rawan Pangan
(Jonsson dan Toole dalam Maxwell et al. 2000).
3. Regresi Logistik Ordinal
Regresi logistik ordinal digunakan untuk menjawab tujuan ketiga yaitu faktor-
faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga petani jagung di
Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur. Analisis yang
digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan
yaitu regresi logistik ordinal menggunakan model logit kumulatif yang merupakan
regresi logistik dimana variabel dependennya berupa variabel kategorik yang
terdiri lebih dari dua nilai dan digunakan untuk memodelkan tingkat ketahanan
pangan. Model logit merupakan fungsi logistik probabilitas kumulatif. Model
logit merupakan model regresi nonlinear yang menghasilkan persamaan dimana
variabel dependen bersifat kategorikal. Penggunaan model logit sering kali
digunakan dalam klasifikasi (Gujarati,2003).
Model logit dinyatakan sebagai berikut :
Pi = F (Zi) = F (α + βXi)
= F (α + βX1 + βX2 + βX3 + βX4 + βX5 + βX6 + βX7 + βX8 + βX9)
Pi =
Pi=
54
Pi adalah probabilitas di mana individu akan memilih suatu pilihan pada Xi
tertentu, terletak antara 0 dan 1 dan P adalah nonlinier terhadap Z. Dalam
analisis, variabel terikat Y yang memiliki 4 jenjang. Model ini mengasumsikan
adanya hubungan linier untuk setiap logit dan garis regresi yang sejajar, sehingga
model regresi untuk setiap logit memiliki konstanta berbeda tetapi parameter
regresinya sama. Y mempunyai 4 level sehingga didapatkan 3 model regresi:
Regresi 1 = ln = α + βXi
Regresi 2 = ln = α + βXi
Regresi 3 = ln = α + βXi
Persamaan regresi ordinal logit sebagai berikut:
Di (tan i) = d0 + d1 ln X1 + d2 ln X2 + d3 ln X3 + d4 ln X4 + d5 ln X5 + d6 ln X6 + d7 ln
X7 + d8 ln X8 + d9 ln X9 + D1 + μ
Keterangan:
Di = P1 = P(Y=4) rumah tangga tahan pangan,
P2 = P(Y=3) rumah tangga kurang pangan
P3 = P(Y=2) rumah tangga rentan pangan
P4 = P(Y=1) rumah tangga rawan pangan
d0 =intersep
di =Koefisien regresi parameter yang ditaksir (i= 1 s/d 9)
X1 = Pendidikan kepala rumah tangga (tahun)
X2 = Pendidikan ibu rumah tangga (tahun)
X3 = Usia kepala rumah tangga (tahun)
X4 = Usia ibu rumah tangga (tahun)
X5 = Jumlah anggota rumah tangga (orang)
X6 = Pendapatan rumah tangga (Rp/Tahun)
X7 = Pengeluaran Pangan (Rp/Tahun)
X8 = Pengeluaran rumah tangga (Rp/Tahun)
X9 = Luas lahan
D = Akses pangan
D0 = Akses pangan tidak langsung (tidak memiliki sawah)
D1 = Akses pangan langsung (memiliki sawah)
μ = error term
55
Model yang dapat dipakai untuk regresi logistik ordinal adalah model logit.
Model logit tersebut adalah model cumulative logit models. Pada model logit ini,
sifat ordinal dari respon Y dituangkan dalam peluang kumulatif, sehingga
cumulative logit models merupakan model yang didapatkan dengan
membandingkan peluang kumulatif yaitu peluang kurang dari atau sama dengan
kategori respon ke-j pada p variabel prediktor yang dinyatakan dalam vektor X,
P(Y ≤ j│X), dengan peluang lebih besar dari kategori respon ke-j, P(Y ˃ j│X).
Peluang kumulatif P(Y ≤ j│X) didefinisikan sebagai berikut.
P(Y ≤ j│X) = log[ ] ……………………………………………………(1)
P(Y ≤ j│X) = π(x) = ………………………………..(2)
Pendugaan parameter regresi dilakukan dengan cara menguraikannya
menggunakan transformasi logit dari:
P(Y ≤ j│X) Logit P(Y ≤ j│X) = ln[ ] ………………………………(3)
Subtitusikan persamaan 2 dan 3.
Logit P(Y ≤ j│X) =
Logit P(Y ≤ j│X) = β0j + …………………………………………..(4)
Dengan nilai βk untuk setiap k = 1,2, …,p pada setiap model regresi logistik
ordinal adalah sama. Dalam hal klasifikasi Cumulative Logit Model merupakan
fungsi pembeda atau fungsi klasifikasi. Fungsi klasifikasi yang terbentuk bila
terdapat J kategori respon adalah sejumlah J-1. Jika πj (x) = P(Y = j│X)
56
menyatakan peluang kategori respon ke-j pada p variabel prediktor yang
dinyatakan dalam vektor x dan P(Y ≤ j│X) menyatakan peluang kumulatif pada p
variabel prediktor yang dinyatakan dalam vektor x maka nilai πj (x) didapatkan
dengan persamaan berikut:
P(Y ≤ j│X) = π1 (x) + π2 (x) + … + πj (x)
Dimana j = 1,2,…, J
Jika terdapat empat kategori respon di mana j = 0, 1, 2, 3, maka peluang kumulatif
dari respon ke-j:
P(Y ≤ 1│X) = ……………………………...……...(5)
P(Y ≤ 2│X) = ………………………………...…...(6)
P(Y ≤ 3│X) = …………………………………......(7)
Berdasarkan ketiga peluang kumulatif pada persamaan 5, 6, 7 didapatkan peluang
untuk masing-masing kategori respon sebagai berikut.
P(Y ≤ 1│X) = π1 (x) = ……………………………(8)
P(Y ≤ 2│X) = π2 (x) = ……………………………(9)
P(Y ≤ 3│X) = π3 (x) = ……………..……………(10)
57
a) Uji Kesesuaian model
Uji kesesuaian model dapat menggunakan uji goodness of fit. Uji goodness of fit
merupakan uji kesesuaian model secara keseluruhan yang dihitung dari residual
kuadrat model variabel yang diprediksi dibandingkan dengan variabel yang
sebenarnya. Nilai goodness of fit berada dari 0 sampai 1. Semakin besar jumlah
sampel penelitian maka nilai goodness of fit akan semakin besar. Nilai yang lebih
baik mendekati 1 mengindikasikan model yang diuji memiliki kesesuaian yang
baik. Uji kesesuaian model dengan menggunakan chi square pada goodness of fit
dengan statistik uji yang digunakan yaitu deviance.
D = -2 Σ [yij ln + (1- yij) ln ( )]
Dengan πij =
H0 diterima: model sesuai (tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi
dengan kemungkinan hasil prediksi model)
H1 ditolak : model tidak sesuai (ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi
dengan kemungkinan hasil prediksi model)
Pengambilan keputusan didasarkan pada H0 tolak jika nilai p value atau sig
kurang dari nilai alpha (α) D ≥ X(db,α) dengan db=g-2.
b) Uji Keberartian Parameter secara serentak
Prosedur uji perbandingan kemungkinan (rasio likelihood test) digunakan untuk
menguji keberartian model regresi logistik. Statistik uji G dapat digunakan untuk
58
menguji peranan variabel penjelas di dalam model secara bersama-sama (Hosmer
dan Lemeshow, 2004). Uji ini membandingkan model lengkap (model dengan
variabel bebas) terhadap model yang hanya dengan konstanta (model tanpa
variabel bebas)
Keterangan model B = model yang terdiri dari konstanta saja, model A = model
lengkap. Hipotesis dari persamaan diatas adalah H0: 1= 2= ⋯ = = 0 dan H1:
minimal terdapat ≠ 0. H0 ditolak jika p-value ≤ α (0,10) yang berarti ada salah
satu atau lebih β yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat atau H0
ditolak jika > 2(α,v) dimana v adalah banyaknya variabel bebas.
c) Uji Keberartian Parameter secara Parsial
Uji parsial digunakan untuk pengujian individu yang menunjukkan apakah
suatu variabel bebas signifikan atau layak untuk masuk model atau tidak. Untuk
mengujinya digunakan Wald test.
Hipotesis yang digunakan adalah seperti di bawah ini.
H0 : βj = 0 (koefisien βj tidak signifikan secara statistik)
H1 : βj ≠ 0 (koefisien βj signifikan secara statistik), j= 1, 2, 3, . . . p
Perhitungan statistik uji Wald adalah sebagai berikut:
Dimana βki adalah penaksir parameter βki dan SE (βki ) adalah penduga standart
error dari βki. Statistik uji w mengikuti distribusi normal standar, maka pengujian
59
dilakukan dengan membandingkan antara statistik uji Wald dengan distribusi
normal standar pada taraf signifikan α. H0 ditolak jika nilai statistik uji W ≥ Zα/2
dan jika p-value ≤ α (0.10) yang berarti βj berpengaruh signifikan terhadap
variabel respon.
111
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pendapatan usahtani jagung atas biaya tunai per hektar pada MT 1 sebesar
Rp12.872.858,32 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp10.669.084,05.
Pada MT 2 memperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar
Rp10.201.805,09 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp8.044.083,97.
Pada MT 3 memperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp5.440.975,65
dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp3.400.731,69. Pendapatan total RT
petani jagung rata-rata di Kecamatan Bandar Sribhawono sebesar
Rp4.370.336,33.
2. Hasil dari klasifikasi silang antara kecukupan energi dengan pangsa
pengeluaran pangan diperoleh empat kategori ketahanan pangan RT petani
padi Kecamatan Bandar Sribhawono yaitu, 7 RT (10,14%) tahan pangan, 44
RT (63,77%) kurang pangan, 5 RT (7,25%) rentan pangan dan 13 RT
(18,84%) rawan pangan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga
petani jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono adalah variabel pendidikan
kepala rumah tangga, pengeluaran pangan dan pengeluaran rumah tangga.
112
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan adalah :
1. Rumah tangga yang memiliki tingkat ketahanan pangan rendah sebaiknya
melakukan usahatani yang efektif dan efisien agar pendapatan rumah tangga
dapat bertambah dengan mempraktekkan hasil penyuluhan pertanian yang
telah diikuti sehingga usahatani yang dijalankan menjadi lebih efektif dan
efisien, selain itu konsumsi pangan rumah tangga harus ditingkatkan
kualitasnya dengan makanan yang beragam dan bergizi.
2. Bagi PPL hendaknya dapat meningkatkan perannya dalam melakukan
penyuluhan dan pelatihan kepada petani agar dapat meningkatkan pendapatan
rumah tangga petani jagung. Bagi Dinas Ketahanan Pangan hendaknya dapat
melakukan penyuluhan-penyuluhan terkait upaya peningkatan gizi bagi
rumah tangga petani dan upaya pemantapan ketahanan pangan agar status
ketahanan pangan rumah tangga petani dapat meningkat.
3. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis dapat mengambil
lokasi yang memiliki tingkat ketahanan pangan yang tinggi di tingkat daerah,
karena ketahanan pangan di tingkat daerah belum tentu mencerminkan
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, selain itu peneliti dapat
melakukan penelitian mengenai analisis lain seperti analisis nilai tambah
jagung.
113
DAFTAR PUSTAKA
Amaliyah, H. dan S.M. Handayani. 2011. Analisis hubungan proporsi
Pengeluaran dan konsumsi pangan dengan ketahanan pangan rumah tangga
petani padi di kabupaten klaten. Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis,
7 (2) : 110-118. http://agribisnis.fp.uns.ac.id/analisis-hubungan-proporsi-
pengeluaran-dan-konsumsi-pangan-dengan-ketahanan-pangan-rumah-
tangga-petani-padi-di-kabupaten-klaten-2. Diakses pada tanggal 20
Desember 2018
Anggraini,M., W.A.Zakaria dan F.E.Prasmatiwi. 2014. Ketahanan pangan rumah
tangga petani kopi di Lampung Barat. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. 2 (2) :
124-132. http://jurnal.fp. unila.ac.id/ index.php/JIA/ article/view/737/678.
Diakses pada tanggal 2 Desember 2017.
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung. 2013. Peta Ketahanan dan
Kerentanan Pangan (FSVA) Tingkat Desa Provinsi Lampung. Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung. Lampung. http://bkpd.
lampungprov.go.id/index.php/87-berita-ketersediaan-dan-kerawanan-
pangan/164-peta-fsva-lampung-2013. Diakses pada tanggal 11 Juni 2018.
Badan Pusat Statistik. 2007. Indikator Kesejahteraan Rakyat di Indonesia. BPS.
Jakarta. http://www.bps.go.id/publication/2008/08/15/c67d51b04595a78f9
767040f/indikator-kesejahteraan-rakyat-2007.html
. 2011. Pedoman Pendataan Survei Sosial Ekonomi
Nasional Tahun 2011. BPS. Jakarta. https://sirusa.bps.go.id/webadmin/
pedoman/2017_3252_ped_konsep%20dan%20Definisi%20Susenas%20Sosi
al%20%20Ekonomi%20Nasional%202017%20Modul%20Ketahanan
Sosial.pdf
. 2014. Bandar Sribhawono dalam Angka. 2014.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur. Lampung Timur.
http://kab.bps.go.id/publication/2015/05/07/78b02de07d6d6698d92013a2/
kecamatan-bandar-sribhawono-dalam-angka-2014.html. Diakses pada
tanggal 13 November 2017.
114
. 2017. Provinsi Lampung dalam Angka 2017. Badan Pusat
Statistik Provinsi Lampung. Lampung. http://lampung.bps.go.id/publication/
2017/08/11/9f3e06a09ebc3306f2f013c0/provinsi-lampung-dalam-angka-
2017.html. Diakses pada tanggal 13 November 2017.
. 2017. Kabupaten Lampung Timur dalam Angka 2017.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur. Lampung Timur.
http://lampungtimurkab.bps.go.id/publication/2017/08/12/a4ef7281820f3a5
5d7b21083/kabupaten-lampung-timur-dalam-angka-2017.html. Diakses
pada tanggal 13 November 2017.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2008.Teknologi
Budidaya Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Danarti dan S. Najiyati. 2000. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Dewan Ketahanan Pangan. 2006. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2005-
2009. Dewan Ketahanan Pangan. Jakarta.
Dinata,A.S., Lestari,A.H., Yanfika.H. 2014. Pendapatan petani jagung anggota
dan nonanggota Koperasi Tani Makmur Desa Natar Kabupaten Lampung
Selatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, 2 (3) : 206-213.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/ index.php/JIA/ issue/view/802/732. Diakses pada
tanggal 21 November 2017.
Gujarati, D. 2003. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta.
Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Andi Offset. Yogyakarta.
Hasyim, H. 2003. Analisis Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Terhadap
Program Penyuluhan Pertanian. Laporan Hasil Penelitian. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Hernanda, E.N.P., Y.Indriani dan U.Kulsum. 2017. Ketahanan pangan rumah
tangga petani jagung di Kecamatan Simpang Kabupaten Ogan Komering
Ulu (Oku) Selatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, 5 (3) : 283-291.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/ index.php/JIA/ issue/view/153. Diakses pada
tanggal 20 November 2017.
Hernanda, T., Y.Indriani dan I.Listiana. 2013. Ketahanan pangan rumah tangga
petani jagung di Kecamatan Simpang Kabupaten Ogan Komering Ulu (Oku)
Selatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, 1 (4) : 311-318.
http://jurnal.fp.unila.ac. id/ index.php/JIA/ issue/view/85. Diakses pada
tanggal 20 November 2017.
Hosmer, D. W, & Lemeshow, S. 2004. Applied Logistic Regression Second
Edition . New York: John Wiley and Sons. http://books.google.co.id./books
115
?id=Po0RLQ7USIMC&pg=PA31&hl=id&source=gbs_toc_r&cad=4#v=one
page&q&f=false. Diakses pada tanggal 27 Mei 2018.
Ilham, N. dan B.M. Sinaga. 2007. Penggunaan pangsa pengeluaran pangan
sebagai indikator komposit ketahanan pangan. Student Oral Case Analysis,
7 (3): 213-328. http://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/4217.
Diakses pada tanggal 3 November 2018
Indriani, Y. 2015. Gizi dan Pangan. CV. Anugrah Utama Raharja (AURA).
Bandar Lampung.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2017. Subsektor Tanaman Pangan.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. http://www.Pertanian.
go.id./Data5tahun/TP-ARAM%20II%202017(pdf)/ 23-ProdJagung.pdf.
Diakses pada tanggal 30 November 2017.
. 2017. Data Kementan Selaras dengan
BPS. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. http://www.
Pertanian.go.id./ap_posts/detil/1181/2017/09/28/09/30/05/Data%20Kementa
n%20Selaras%20Dengan%20Data%20BPS. Diakses pada tanggal 30
November 2017.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2004; 2008; 2012. Prosiding Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi VII; VIII; IX. LIPI. Jakarta.
Mantra, I.B. 2004. Demografi Umum Edisi Kedua. 2003. Pustaka Pelajar.
Masykur, M.K. 2011. Aplikasi Multinomial Logistic Regression dalam Analisis
Pengaruh Keputusan Pemilihan Provider Seluler Gsm di Kota Jember.
Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Jember.
Maxwell, D., C. Levin, M.A. Klemesu, M. Ruel, S. Mouris and C. Ahiadeke.
2000. Urban Livelihoods and Food Nutrition Security In Greater Accra,
Ghana. International Food Policy Research Institute in Collaboration With
The Noguchi Memorial Institute for Medical Research And The World
Health Organization. Research Report 112.
Murdani, M.I., S.Widjaya. N. Rosanti. 2015. Pendapatan dan tingkat
kesejahteraan rumah tangga petani padi (Oryza Sativa) di Kecamatan
Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, 3 (2) :
1645-171. http://jurnal.fp.unila.ac.id/ index.php/JIA/ article/view/1035/940.
Diakses pada tanggal 22 November 2017.
Purwaningsih, Y. 2010. Pola pengeluaran pangan rumah tangga menurut
ketahanan pangan di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Pembangunan,
11 (2) : 236-253. http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article/view/327.
Diakses pada tanggal 25 November 2017.
116
Sari, D.K., D.Haryono., N.Rosanti. 2014. Analisis Pendapatan dan Tingkat
Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Jagung di Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, 2 (1) : 64-70
http://jurnal.fp. unila. ac.id/index.php/JIA/ article/view/562/524. Diakses
pada tanggal 22 November 2017.
Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Soekartawi. 1990. Ilmu Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
. 1995.Analisis Usahatani. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
. 2003.Prinsip Ekonomi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Soetrisno, N. 1995. Ketahanan Pangan Dunia, Konsep, Pengukuran, dan Faktor,
Dominan. Prisma IV (2). Jakarta.
Sugesti, M.T., Z.Abidin. U.Kalsum. 2015. Analisis pendapatan dan pengeluaran
rumah tangga petani padi Desa Sukajawa, Kecamatan Bumiratu Nuban,
Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, 3 (3) : 251-259.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/ index.php/JIA/ article/view/1049/954. Diakses
pada tanggal 22 November 2017.
Sugiarto, D., S,Sunaryanto., dan D.S. Oetomo. 2003. Teknik Sampling. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Suprapto dan H. A. R. Marzuki. 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Yogyakarta.
Widarjono,A. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan Edisi pertama. UPP
STIM YKPN. Yogyakarta
Yuliana, P., W.A, Zakariya., R. Adawiyah. 2013. Ketahanan pangan rumah
tangga nelayan di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung. Jurnal
Ilmu-Ilmu Agribisnis, 1 (2) : 181-186. http://jurnal.fp.unila.ac.id/
index.php/JIA/ issue/view/31. Diakses pada tanggal 22 November 2017].