pendekatan konseling rebt

29
PENDEKATAN KONSELING REBT BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Konseling Rasional Emotif Behavior merupakan salah satu diantara pendekatan konseling yang dipakai dalam praktik konseling. Konseling Rasional Emotif Behavior dikembangkan oleh Alber Ellis sejak taun 1955. Konseling Rasional Emotif Behavior tergolong pada ancangan konseling yang berorientasi kognitif. Konseling Rasional-Emotif Therapy salah satu bentuk konseling aktif- direktif yang menyerupai proses pendidikan (education) dan pengajaran (teaching) dengan mempertahankan dimensi pikiran daripada perasaan (Corey, 1982). Perkembangan dan modifikasi selalu terjadi, semula ia menekankan unsure Rasional-kognitif, kemudian diperluas dengan memasukkan unsure perilaku. Oleh karena itulah, sebagai konselor atau calon konselor hendaknya menguasai konsep-konsep dasar, perkembangan tingkah laku manusia dan kondisi bagi timbulnya pengubahan serta pengubahan tingkah laku yang dikmbangkan oleh pengembangnya serta mampu menerapkan dalam situasi praktik konseling khususnya konseling dengan pendekatan Rasional Emotif Behavior Teraphy yang akan dibahas dalam makalah ini. 0

Upload: varizalamir

Post on 14-Dec-2014

3.055 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Pendekatan konseling rebt

PENDEKATAN KONSELING REBT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Konseling Rasional Emotif Behavior merupakan salah satu diantara

pendekatan konseling yang dipakai dalam praktik konseling. Konseling Rasional

Emotif Behavior dikembangkan oleh Alber Ellis sejak taun 1955. Konseling

Rasional Emotif Behavior tergolong pada ancangan konseling yang berorientasi

kognitif. Konseling Rasional-Emotif Therapy salah satu bentuk konseling aktif-

direktif yang menyerupai proses pendidikan (education) dan pengajaran

(teaching) dengan mempertahankan dimensi pikiran daripada perasaan (Corey,

1982). Perkembangan dan modifikasi selalu terjadi, semula ia menekankan unsure

Rasional-kognitif, kemudian diperluas dengan memasukkan unsure perilaku.

Oleh karena itulah, sebagai konselor atau calon konselor hendaknya

menguasai konsep-konsep dasar, perkembangan tingkah laku manusia dan kondisi

bagi timbulnya pengubahan serta pengubahan tingkah laku yang dikmbangkan

oleh pengembangnya serta mampu menerapkan dalam situasi praktik konseling

khususnya konseling dengan pendekatan Rasional Emotif Behavior Teraphy yang

akan dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah konsep-konsep menurut pendekatan konseling REBT?

2. Bagaimanakah hakikat manusia menurut pendekatan konseling REBT?

3. Bagaimanakah aplikasi pendekatan REBT dalam konseling?

4. Apa kelemahan dan kelebihan dari pendekatan konseling REBT?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep-konsep menurut pendekatan konseling REBT.

2. Untuk mengetahui hakikat manusia menurut pendekatan REBT.

3. Untuk mengetahui aplikasi pendekatan REBT dalam konseling

0

Page 2: Pendekatan konseling rebt

4. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pendekatan konseling REBT.

BAB II

PEMBAHASAN

Konseling Rasional-Emotif-Behavior sebagai salah satu pendekatan dalam

konseling individu dan kelompok, dikembangkan oleh Alber Ellis sejak taun

1955. Albert Ellis lahir di Pittsburg, Pensylvania tahun 1913.sebagai pakar

psikologis klinis, ia memulai karirnya di bidang konseling perkawinan, keluarga

dan seks. Konseling Rational-Emotif Behavior lahir bermula dari ketidakpuasan

Ellis terhadap praktek konseling tradisional yang dinilai kurang efisien, khusunya

ancangan psikoanalitik klasik yang pernah ditekuni. Berdasar temuan-temuan

eksperimen dan klinisnya, Ellis memperkenalkan pendekatan baru yang lebih

praktis, yaitu konseling Rasional Emotif Behavior. Ancangan ini menjadi popular

berbarengan dengan dipublikasian buku perdanya:”Reason an Emotion in

Psychotherapy” pada tahun 1962.

Konseling Rasional Emotif Behavior tergolong pada ancangan konseling

yang berorientasi kognitif-sejajar dengan konseling realitas yang dikembangkan

oleh Glesser- dengan beberapa cirri menonjol, yaitu: bersifat didaktis, aktif,

direktif, menekankan situasi sekarang dan berfikir yang lebih rasional serta

menekankan pada segi aksi klien. Dari situlah maka konseling Rasional Emotif

Behavior tak ubahnya merupakan proses pemerolehan pemahaman yang sekaligus

tampak pada perbuatan atau perilaku klien.

Konseling Rasional-Emotif Therapy salah satu bentuk konseling aktif-

direktif yang menyerupai proses pendidikan (education) dan pengajaran

(teaching) dengan mempertahankan dimensi pikiran daripada perasaan (Corey,

1982). Perkembangan dan modifikasi selalu terjadi, semula ia menekankan unsure

Rasional-kognitif, kemudian diperluas dengan memasukkan unsure perilaku.

Selanjutnya Ellis tertarik dengan teori belajar (conditioning) dan berupaya

menerapkannya agar klien secara langsung bisa mengubah perilakunya sendiri

(deconditioning), yang akhirnya REBT banyak memakai teknik-teknik konseling

behavioral seperti: relaksasi, didaktik, redukasi, berkhayal, konfrontasi. Ancangan

1

Page 3: Pendekatan konseling rebt

ini telah mengalami evolusi sehingga menjelma menjadi ancangan yang

komprehensif dan eklektif yang menekankan unsure-unsur berfikir, menilai,

menimbang), menganalisis, memutuskan, dan melakukan (Corey, 1982).

TEORI KEPRIBADIAN

Hal penting yang perlu diperhatikan bagi pendekatan ini adalah teori

kepribadian yang dikenal dengan teori A-B-C-D-E yang merupakan suatu

kesatuan proses yang terjadi dalam diri individu dan tidak terpisah-pisah. Tiga

pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief

(B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal

dengan konsep atau teori ABC.

Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau

memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku,

atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi

masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang. Belief

(B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu

peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional

(rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau

iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan

yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi produktif. Keyakinan

yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang

salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif. Emotional

consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi

individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya

dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung

dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan

(B) baik yang rB maupun yang iB. Desputing (D) merupakan penerapan prinsip-

prinsip ilmiah untuk menentang pikiran yang cenderung mengalahkan diri sendiri

dan mengalahkan nilai-nilai irasional yang tidak bisa dibuktikan. Hasil akhir dari

proses A-B-C-D berupa Effect (E) perilaku kognitif dan emotif. Bilamana A-B-

C-D berlangsung dalam proses berpikir yang rasional maka hasil akhirnya berupa

2

Page 4: Pendekatan konseling rebt

perilaku positif, sebaliknya jika proses berpikir yang irasional maka hasil

akhirnya berupa tingkah laku negatif.

HAKIKAT MANUSIA

Albert Ellis merumuskan siapa manusia itu, ada delapan hal pokok, secara

ringkas dikemukakan pada bagian berikut.

1. Manusia adalah makluk yang berpotensi

2. Manusia adalah makluk berfikir, merasa, dan berbuat

3. Manusia adalah makluk mudah kena pengaruh (cultural influencibility)

4. Perilaku verbal dan berfikir manusia

5. Sumber perilaku manusia ditentukan oleh nilai atau ide-ide (pandangan)

6. Manusia memiliki verbalisasi diri dan gangguan

7. Manusia memiliki kemampuan konfrontasi dan indoktrinasi

8. Manusia adalah makhluk yang unik

PERKEMBANGAN TINGKAH LAKU MENYIMPANG

a. Gejala tingkah laku menyimpang

Perkembangan kepribadian yang normal dan pokok-pokok pikiran tentang

hak manusia merupakan titik tolak pengkategorian pribadi menyimpang atau

tingkah laku bermasalah menurut Ellis. Ia memisahkan individu yang bermasalah

yang ditunjukkan adanya gangguan emosional karena keyakinannya terhadap

ide-ide irasional akan pikiran-pikiran logik. Ide-ide tersebut diajarkan oleh

lingkungan (orang tua, orang dewasa, masyarakat, dan kebudayaan) sehingga ide-

ide tersebut diserap dan diindoktrinasi secara terus menerus menjadi

keyakinannya, akhirnya tampak pada perilakunya sekarang. Ellis bersama

penganutnya berpendapat bahwa gejala gangguan kepribadian yang berupa

neurosis atau psychosis adalah bersumber pada sikap dan cara-cara berfikir yang

irasional, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkunagannya sehingga

menimbulkan gangguan emosional yang dinampakkan pada perilaku negatif

berikut: (1) Terlarang (inhibited), (2) Bermusuhan, (3) pertahanan (defensive), (4)

Berdosa, (5) Tidak berguna, (6) Kaku, (7) Cemas, (8) tidak terkontrol, dan (9)

Tidak bahagia. Gejala-gejala tersebut sering kali tampak pada cara individu

berbicara. Hal itu sebagai penampakan tingkah laku individu yang mengalahkan

3

Page 5: Pendekatan konseling rebt

diri (self-defeating), penolakan (avoidance), penundaan (procrastination), sering

membuat kesalahan (endless repetition of mistake), kesedihan dan

ketidaksenangan, takhayul (superstition) tidak toleran (intolerance), ingin selalu

sempurna (perfectionism), mengutuk diri (self blame), dan menghindar dari

potensi actual (avoidance of actualizing growth potensials)

b. Faktor-faktor penyebab

Neurosis diidentifikasi sebagai pikiran dan perilaku yang irasional, dengan

gejala-gejala yang menampak dan dapat timbul karena penyebab pokok berikut

ini:

a. Kecenderungan umum individu berfikir dengan tidak jujur (croodly),

merasa tidak tepat dan bertindak secara tidak fungsional, yang umumnya

merupakan unsure bawaan.

b. Kecenderungan khusus individu yang bertindak merusak diri sendiri.

Kedua penyebab pokok masalah tersebut di atas, tidak lain merupakan ide-

ide irasional. Ellis mengemukakan ada dua belas ide irasional atau ilogik

yang sekaligus merupakan penyebab utama timbulnya masalah (Nelson,

1982) yang rinciannya di sebutkan sebagai berikut:

1. Tuntutan selalu dicintai dan didukung

2. Tuntutan kompetensi secara sempurna

3. Tuntutan menghukum orang lain

4. Ketidaksenangan atas kejadian yang tidak diharapkan

5. Tuntutan penyebab eksternal

6. Perhatian pada hal-hal yang berbahaya

7. Lari dari kesulitan dan tanggung jawab

8. Keharusan bergantung

9. Kebahagiaan bukan didapat dari kemalasan

10. Melebihkan kontrol masa lalu

11. Terlalu peduli atau hanyut ulah orang lain

12. Tuntutan jawaban persis atas suatu masalah

PRIBADI SEHAT

4

Page 6: Pendekatan konseling rebt

Pribadi sehat yaitu bilamana individu mampu menggunakan kemampuan

berfikir rasional untuk memecahkan dan menghadapi masalah-masalah hidupnya

secara bijak. Selain itu individu mampu memanfaatkan segala kelebihan dan

keterbatasan dirinya serta mampu mengaktualisasikan diri, lebih percaya diri, dan

tidak bergantung kepada orang lain serta dapat menyesuaikan diri di tengah-

tengah lingkungannya. Secara “implicit” akan dirinci dalam tujuan konseling,

yaitu adanya minat diri, arah-diri, toleran, penerimaan terhadap ketertekanan,

fleksibilitas, berfikir ilmiah, komitmen, berani mengambil resiko, penerimaan diri.

Rumusan pribadi sehat menurut REBT, secara umum, mempunyai ciri-

ciri:

(1) Kekuatan nalar atas emosi.

(2) Emosi/perasaan yang pantas (appropriate).

(3) Perilaku berencana.

Ellis telah mengembangkan rumusan filsafat hidup pokok-pokok pikiran

tentang hakikat manusia yang rasional berikut ini:

1. Memfokuskan self-respect daripada other-respect.

2. Ketidakbahagiaan individu bukan karena sebab peristiwa atau kejadian,

melainkan pandangan individu terhadap suatu peristiwa.

3. Tindakan yang dilakukan oleh seseorang jangan dipandang buruk, salah,

cela, melainkan pandanglah seseorang itu karena terganggu psikologisnya

atau emosinya.

4. Seharusnya seseorang berusaha mengubah untuk menjadi orang lain dan

lebih baik menelusuri kembali keberadaannya.

5. Lebih terbuka dalam menghadapi sesuatu yang membahayakan atau

mengerikan dengan segera mengalihkan pikiran-pikiran tersebut.

6. Mampu menghadapi masalah hidup dan berusaha mencari jalan keluarnya.

7. Dalam menangani situasi hidup lebih baik berdiri di atas kaki sendiri.

8. Seseorang harus menerima ketidaksempurnaannya dan keterbatasannya,

dengan keterbatasan manusiawi, daripada terus menerus mencari

keempurnaan yang tak pernah dicapainya.

9. Di dalam mencapai kebahagiaan hidup senatiasa melalui usaha keras,

berjuang, dan akhirnya pasrah.

5

Page 7: Pendekatan konseling rebt

10. Seseorang harus belajar dari masa lalunya, tetapi jangan terpaku pada

peristiwa masa lalu.

11. Seseorang memandang kekurangan orang lain sebagai kekurangan mereka

sendiri, dan jangan memandang dirinya sendiri sebagai kekurangan orang

lain.

12. Seseorang hendaknya bisa mengendalikan terhadap emosi.

KONDISI PENGUBAHAN

a) Tujuan Umum

1) Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan,

dan pandangan-pandangan irasional dan ilogis menjadi rasional dan

logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan

aktualisasinya seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif dan afektif

yang positif.

2) Menghilangkan gangguan emosional yang merusak diri sendiri,

seperti: rasa benci, rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas,

was-was, dan marah sebagai konsekuensi keyakinan yang keliru

dengan jalan mengajar dan melatih klien untuk menghadapi kenyataan-

kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan,

serta nilai-nilai kemampuan diri sendiri .

b) Tujuan Khusus

Disamping tujuan di atas, Ellis merinci tujuan khusus dalam rangka

mencapai pribadi sehat sebagai berikut:

1) Self-Interest – Social Interest

yaitu memberikan kemungkinan kepada konseli untuk mereorganisasikan

persepsinya sendiri terhadap dirinya sehingga menumbuhkan diri sekaligus minat

sosial individu.

2) Self-Direction

Yaitu mendorong konseli untuk mengarahkan dirinya sendiri, dalam arti bahwa

klien harus menghadapi kenyataan-kenyataan hidupnya dengan tanggung jawab

sendiri bukan bergantung atau minta bantuan orang lain.

6

Page 8: Pendekatan konseling rebt

3) Tolerance

Yaitu mendorong dan membangkitkan rasa toleransi konseli terhadap orang lain,

meskipun ia bersalah. Menghargai orang lain sangat diperlukan karena tidak ada

orang yang sempurna di dunia ini.

4) Acceptance of uncertainly

Memberikan pemahaman yang rasional kepada konseli untuk menghadapi

kenyataan-kenyataan hidup secara logis dan tidak emosional.

5) Flexible

Yaitu mendorong konseli agar luwes dalam bertindak secara intelektual, terbuka

terhadap suatu masalah sehingga dapat diperoleh cara-caranya pemecahannya

yang mendatangkan kepuasaan kepada diri konseli sendiri.

6) Commitment

Yaitu membangkitkan sikap objektivitas dan komitmen konseli untuk menjaga

keseimbangan dalam lingkungannya.

7) Scientific thinking

Yaitu berpikir rasional dan objektif, bukan hanya terhadap orang lain melainkan

juga terhadap dirinya.

8) Risk thinking

Yaitu mendorong dan membangkitkan sikap keberanian dalam diri sendriri

(konseli untuk mengubah nasibnya melalui kehidupan nyata, meskipun belum

tentu berhasil) keberanian ini sangat penting dalam menanamkan kepercayaan diri

kepada konseli untuk menghadapi masa depan.

9) Self acceptance

Penerimaan diri terhadap kemampuan dan keyakinan diri sendiri dengan rasa

gembira dan senang secara eksistensial adalah sikap positif dan merupakan

sasaran bagi konseling rasional-emotif behavior pula.

Peran Konselor

Seperti kita ketahui, kegiatan utama konseling rasional-emotif behavior

adalah membebeaskan konseli dari ide-ide dan pemikiran-pemikiran yang tidak

7

Page 9: Pendekatan konseling rebt

logis dan belajar mensubtitusikan ide-ide yang logis dalam dirinya. Hal ini berarti

dibantu dengan jalan melatih dan mengajarnya untuk menginternalisasi nilai-nilai

dan pandangan hidup yang rasional. Dalam hal ini konselor berperan sebagai: (1)

Guru, yakni mengajar konseli untuk mengubah pola berpikir yang irasional

kearah pemikiran yang rasional, (2) ahli bahasa, peran ini diperlukan sekali

terutama membantu konseli untuk menggunakan bahasa dengan baik pada saat

diperlukan menyimpulkan pikiran-pikiran yang logik, (3) modeling, konselor

hendaknya menjadi model-contoh, panutan bagi konseli terutama bagaimana

mengoperasionalisasikan pola berfikir yang rasional, (4) penasihat, peran ini

diperlukan bagi konselor berorientasi kognitif, terutama menunjukkan pemikiran-

pemikiran konseli yang ilogik, (5) counter-propagandist, diperlukan untuk

menantang self-defeating konseli (merusak diri). Dalam fungsinya konselor

bertugas mendorong, memberikan persuasi, dan pada saat-saat tertentu

menugaskan konseli untuk ambil alih peran konselor sebagai counter-propagandis

dan konseli sendirilah yang self-defeating dalam dirinya sendiri.

Berikut ini disajikan tugas-tugas spesifik konselor REB, yaitu:

Langkah pertama, konselor perlu memperhatikan dan menunjukkan kepada

konseli bahwa masalah atau kesulitan yang dihadapinya sangat berhubungan

dengan keyakinannya yang irasional dan menunjukkan bagaimana konseli harus

mengembangkan nilai dan sikapnya dengan mencoba memberikan wawasan

dengan menunjukkan berbagai istilah seperti: should, ought, dan must. Dalam hal

ini konseli harus belajar memisahkan keyakinannya yang rasional dengan

keyakinan yang irasional.

Langkah kedua, setelah konseli menyadari keadaan diri yang sebenarnya,bahwa

gangguan emosional dalam dirinya disebabkan oleh sikap, persepsi dan penilaian

terhadap dirinya yang tidak rasional maka konselor menunjukkan kepada konseli

bahwa berpikir yang ilogis sebenarnya adalah sumber dan gangguan terhadap

kepribadiannya, dan hal tersebut dapat diubah dengan membuat dan mengubah

keyakinannya dan pandangan-pandangan baru yang logik dan rasional.

Langkah ketiga, konselor mencoba mengarahkan konseli untuk berfikir dan

membebaskan dari ide-ide yang irasional. Pada langkah ini konselor harus

menolong konseli untuk memahami hubungan antara ide-ide yang merusak

8

Page 10: Pendekatan konseling rebt

dirinya sendiri dan pandangan yang tidak realistik yang membawa ke arah proses

menyalahkan diri sendiri.

Langkah keempat, dalam proses konseling, konselor menantang konseli untuk

mengembangkan filosofi hidupnya yang rasional dan mencoba untuk menolak

keyakinan-keyakinan yang irasional.

Peran Konseli

Peran konseli dalam REB hampir sama dengan seorang ”siswa”. Proses

konseling dapat dipandang sebagai proses ”reedukatif” yang mana klien belajar

cara mengaplikasikan pemikiran logis untuk memecahkan masalahnya.

Pengalaman yang harus dimiliki konseli adalah pengalaman masa kini dan di sini

(here and noe experience) dan kemampuan konseli untuk mengubah pola pikir

dan emosinya yang keliru. Adapun pengalaman yang sentral adalah bagaimana ia

menemukan kesadaran diri dan pemahaman (insight).

Situasi hubungan

Pendekatan konseling apapun isu personal memegang peran penting.

Namun pengertian personal dalam REBT agak berbeda dengan model konseling

lain. Menurut REBT -personal warmth, affection, dan hubungan personal-

antara konselor dan hubungan personal yang bersifat intensif adalah faktor

sekunder. REB mensyaratkan bahwa hubungan konseling perlu menciptakan

hubungan baik antara konseli dan konselor (good rapport). Adapun sifat-sifat

hubungan yang dianggap penting, yaitu:

1. pertautan hubungan yang baik (good rapport)

2. gaya hubungan dalam REB harus aktif, direktif, dan objektif

3. dalam hubungan konseling, REB menekankan pentingnya full tolerance,

dan unconditioning positive regard

4. secara terus menerus konselor perlu menerima diri konseli sebagai seorang

worthwhile human being (manusia hidup berharkat dan bernilai), karena

the client exist dan bukan karena the client accomplishment.

MEKANISME PERUBAHAN

9

Page 11: Pendekatan konseling rebt

Konseling rasional-emotif behavior sebagai suatu proses yang rasional. Di

dalam proses tersebut, konselor harus menciptakan suasana yang hangat dan

penuh pengertian, dan yang paling penting adalah menumbuhkan pengertian

konseli bahwa mereka harus berfikir secara rasional-intelektual menurut dirinya

sendiri.

1. Prosedur atau tahap-tahap Konseling

Ellis mengajukan prosedur umum dalam konseling, individu maupun

kelompok, yang juga bisa disebut tahap-tahap konseling ataupun prnsip-prinsip

konseling. Tahap-tahap konseling terdiri dari empat tahap yang dapat digunakan

secara fleksibel, bergantung pada kebutuhan klien. Keempat tahapan tersebut

merupakan urut-urutan logis yang menggambarkan langkah-langkah yang lazim

dalam dunia psikoterapi dan atau di dunia pengetahuan (Hansen, 1982).

I. Tahap pembinaan hubungan

Hubunngan baik –good rapport- antara konselor dan klien memang merupakan

suatu prasyarat keberhasilan konseling. Untuk dapat menciptakan hubungan baik

konselor perlu:

Menerapkan sikap dasar (penerimaan, suasana hangat, ramah, akrab, dan

penuh toleran)

Menciptakan suasana pendukung (suasana informal objekif, dan suasana

rapport)

Membuka sesi pertama atau perbincangan awal (menanyakan kerisauan,

meminta respon atau keterangan dan menggalinya)

II. Tahap pengelolaan pemikiran dan pandangan

Tahap ini secara konsekuensial peran konselor ialah:

Mengidentifikasi, menerangkan, dan menunjukkan masalah (A-B-C) yang

dihadapi klien dengan keyakinan personalnya

Mengajar dan memberikan informasi (menjelaskan kepada klien seluk

beluk kerisauannya, yaitu menjelaskan B-Bir dan Br-, serta peranan A dan

C di dalamnya).

10

Page 12: Pendekatan konseling rebt

Mendiskusikan masalah (menunjukkan arah perubahan –dari Bir ke Br-

mendiskusikan dan menetapkan tujuan konseling yang bersangkutan yaitu

apa yang akan dicapai dalam konseling).

III.Tahap pengelolaan emotif dan afektif

Sebagai tahap kedua di atas, konselor memusatkan perhatiannya pada ”menggarap

emosi atau afeksi” konseli sebagai kondisi pendukung kemantapan perubahan Bir

ke arah Br. Dalam tahap ini konselor ialah:

Meminta kesepakatan penuh kepada klien atas arah perubahan dan

”perubahan-perubahan kecil” yang telah terjadi pada konseli.

Memelihara suasana konseling, misalnya dengan menerapkan teknik

humor, atau membacakan puisi atau kata-kata mutiara, menunjukkan

karikatur yang cocok, atau bernyanyi bersama konseli

Melaksanakan teknik-teknik relaksasi, seperti pelenturan otot, teriakan

kuat, mengheningkan cipta atau ajojing di tempat.

IV. Tahap pengelolaan tingkah laku

Jikalau sudah ditampakkan oleh konseli isyarat bahwa ia (1) sepakat atas

arah perubahan, (2) ada pernyataan telah terjadi sejumlah perubahan kognitif

maupun afektif sekalipun kecil, dan (3) sikap emosional dihadapkan pada

perubahan perilaku ketika konselor siap masuk pada tahap pengelolaan perilaku

tampak konseli. Pada tahap ini konselor (1) menganjurkan konseli untuk berbuat

dan memberikan nasihat, (2) menunjukkan contoh perilaku cocok, pantas, atau

teknik modeling serta mengajak konseli mengikuti contoh, (3) mengajak konseli

dalam latihan-latihan ke asertifan, dan (4) mengajak dan ”menuntun” konseli

merumuskan kalimat-kalimat rasional untuk ”atribut” dirinya, atau ”berbisik diri”.

Kegiatan-kegiatan dalam tahap keempat ini bukanlah sekuensial

melainkan sejumlah kegiatan aplikasi teknik yang dapat dipilih oleh konselor

bersama konseli menurut kekhasan masalah konseli.

2. Teknik-Teknik Konseling

Berdasar pada hakikat konseling rasional-emotif behavior serta tahap-tahap

yang dilakukan dalam prosesnya, maka REB mengembangkan dan

11

Page 13: Pendekatan konseling rebt

mengaplikasikan teknik-teknik khusus konseling. Menurut pengelompokannya,

teknik-teknik yang digunakan oleh REB terdiri atas:

a. teknik-teknik emotif-eksperiensial/evokatif

Teknik ini dipakai untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan-gangguan

emosional atau perasaan yang merusak diri sendiri (self-defeating), yakni:

1. Teknik assertive training

Yaitu teknik yang dipakai untuk melatih, mendoronng, dan membiasakan

konseli agar secara terus menerus menyesuaikan dirinya dengan pola perilaku

tertentu yang diinginkan. Misalnya, seorang konseli yang pemalu diberikan

latihan berdiri di depan kelas, ditunjuk menjadi ketua kelas, memimpin

kelompok diskusi dan sebagainya. Latihan ini dilakukan secara bertahap,

sehingga secara tidak langsung perasaan malu konseli berkurang pada

gilirannya akan hilang. Bila pada tahap tertentu konselor menilai bahwa

perasaan malu konseli telah berkurang, maka selanjutnya diberikan informasi

penyadaran bahwa sesungguhnya perasaan itu disebabkan oleh penilaian dan

persepsinya terhadap dirinya sendiri yang keliru dan irasional.

2. Teknik sosiodrama

Yaitu teknik yang digunakan untuk mengekpresikan berbagai jenis

perasaan yang menekan konseli (terutama perasaan negatif) melalui suatu

suasana yang didramatisasikan sehingga konseli bebas mengungkapkan

dirinya sendiri secara lisan, tulis maupun melalui gerakan-gerakan dramatis.

Teknik ini dilakukan untuk melatih perilaku verbal dan nonverbal yang

diharapkan dari siswa. Dengan teknik ini diperlukan seorang konselor yang

ahli dibidang bahasa.

3. Teknik self-modeling

Yaitu teknik yang digunakan dengan meminta konseli berjanji atau

mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau

perilaku tertentu. Dalam teknik modeling ini konseli diminta terus-menerus

menghindarkan dirinya dari perilaku negatif.

12

Page 14: Pendekatan konseling rebt

4. Teknik imitasi

Yaitu teknik yang digunakan dimana konseli diminta untuk menirukan

secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud

mengkonter perilakunya sendiri yang negatif.

b. Teknik-teknik kognitif

Taknik-teknik berikut ini memegang peran utama dalam pendekatan

konseling REB. Teknik ini digunakan untuk mengkonter sistem keyakinan

(anggapan) yang irasional konseli serta perilaku-perilakunya yang negatif. Dengan

teknik ini didorong dan dimodifikasi aspek kognitifnya agar dapat berfikir dengan

cara rasional dan logis. Dengan demikian konseli dapat berbuat sesuai dengan

sistem nilai yang diharapkan baik terhadap dirinya sendiri maupun

lingkungannya. Berikut ini merupaka teknik-teknik kognitif yang cukup dikenal,

yaitu:

1) Home work assignments

Teknik ini merupakan prasyarat bagi konseling selanjutnya. Dalam teknik

ini konseli diberi tugas-tugas rumah untuk berlatih membiasakan diri serta

menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menentukan pola perilaku

yang diharapkan. Dengan tugas rumah, konseli diharapkan dapat mengurangi

atau menghilangkan ide-ide atau perasaan-perasaan irasional dalam situasi-

situasi tertentu, mempraktikkan respon-respon tertentu, berkonfrontasi dengan

self-verbalitasnya yang mendahului, mempelajari bahan-bahan tertentu yang

di ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya (pandangannya) yang

keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan.

2) Teknik Bibliotherapy

Teknik ini digunakan untuk membongkar akar-akar keyakinan yang

irasional dan ilogis dalam diri konseli serta melatih konseli berfikir rasional

dan logis dengan mempelajari bahan-bahan yang dipilih dan ditentukan oleh

konselor. Teknik ini dilakukan dengan menugaskan konseli ke perpustakaan

atau mempelajari bahan bacaan yang tersedia dirumah.

13

Page 15: Pendekatan konseling rebt

3) Teknik diskusi

Teknik ini hampir sama dengan teknik di atas, namun dilakukan dalam

satu kelompok diskusi. Melalui teknik ini konseli dapat mempelajari

pengalaman-pengalaman orang lain serta dapat menimba berbagai informasi

yang dapat mempengaruhi dan mengubah keyakinan yang irasional dan tidak

objektif.

4) Teknik simulasi

Teknik ini digunakan untuk memberi kemungkinan kepada konseli

mempraktikkan perilaku-perilaku tertentu melalui suatu kondisi simulatif yang

mendekati kenyataan.

5) Teknik gaming

Teknik ini digunakan untuk melatih konseli menempatkan pada peran

tertentu.

6) Teknik paradoxical intention

Teknik ini mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan teknik

counter conditioning. Teknik ini didasarkan pada asumsi bahwa seseorang

yang memulai memperlihatkan keinginan atau hasrat yang tidak baik dengan

sendirinya akan menjadi ’jera’ dengan jalan menciptakan kondisi yang

hiperitention, yakni mempertinggi hasrat atau keinginan itu sehingga dalam

titik kulminasi tertentu orang tersebut pasti akan bisa menghilangkan

keinginannya sama sekali.

7) Teknik assertive

Teknik ini digunakan untuk melatih keberanian diri konseli dalam

mengekspresikan perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan melalui: role-

playing, rehearsia, dan social-modeling. Sedang maksud utama teknik ini

adalah untuk (a) mendorong kemampuan konseli mengekspresikan seluruh hal

yang berhubungan dengan emosinya, (b) membangkitkan kemampuan konseli

dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi

hak orang lain, (c) mendorong kepercayaan serta kemampuan diri sendiri, (d)

meningkatkan kemampuan untuk memilih perilaku-perilaku asertive yang

cocok untuk dirinya sendiri.

14

Page 16: Pendekatan konseling rebt

c. Teknik-teknik behavioristik

Dalam banyak hal, REBT banyak menggunakan teknik behavioral

terutama dalam memodivikasi perilaku-perilaku yang negativ dan konseli dengan

mengubah akar-akar keyakinannya yang irasional dan ilogis. Teknik-teknik yang

dimaksud adalah:

1) Teknik reinforcement

Yaitu teknik yang digunakan untuk mendorong konseli ke arah perilaku

yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian (reward)

ataupun hukuman (punishment). Bilamana perilaku konseli mengalami

kemajuan dalam arti positif maka dia dipuji ” baik”, sebaliknya bila konseli

mundur perilakunya dalam arti negatif, maka dikatakan ’tidak baik’. Teknik

ini dimaksudkan membongkar sistem keyainan irasional konseli dan

menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.

2) Teknik social-modeling

Yakni teknik yang digunakan untuk membentuk perilaku-perilaku baru

konseli. Teknik ini dilakukan agar konseli dapat hidup dalam suatu model

sosial yang diharapkan dengan cara mengimitasi, mengobservasi,

menyesuaikan diri dengan sosial model yang dibuat itu. Dalam teknik ini

konselor mencoba mengamati bagaimana proses konseli mempersepsi,

menyesuaikan diri, dan menginternalisasi norma-norma dalam model sosial

dengan masalah tertentu yang sudah disiapkan oleh konselor.

d. Teknik-teknik counter-conditioning

Teknik ini digunakan untuk menanggulangi perilaku-perilaku seperti:

anxienty, fear, phobies, defensiveness, dan perilaku malasuai lainnya. Dalam

teknik ini diindoktrinasikan respon-respon yang menghilangkan perilaku yang

bertentangan dengan perasaan yang ingin dihilangkan tadi. Teknik-teknik ini

antara lain:

a) Teknik Systematic desensitization

Dalam teknik ini konselor menciptakan kondisi secara potensial

merupakan penyebab dari munculnya perasaan negatif konseli, namun

kondisi tersebut merupakan keadaan yang rileks dari konseli.

15

Page 17: Pendekatan konseling rebt

b) Teknik relaksasi

Teknik ini relevan dengan yng digunakan oleh REB, bila kondisi

konseli sedang berada pada tahap disputing, yakni dalam diri konseli

terjadi pertentangan antara keyakinan-keyakinan irasional dan rasional dan

menimbulkan ketegangan. Untuk itu diperlukan teknik relaksasi.

c) Teknik self-control

Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi perilaku konseli

dengan cara membangkitkan dan mengembangkan kontrol dirinya. Inti

dari teknik ini adalah bagaimana konseli dapat mengendalikan diri

berdasar peikiran-pemikiran yang rasional untuk menghilangkan

keinginan-keinginan, nafsu-nafsu ataupun dorongan negatif.

Kelebihan dan kelemahan REBT

Kelebihan dari REBT antara lain:

1. Pendekatan ini cepat sampai kepada masalah yang dihadapi oleh konseli

dengan itu penanganan dapat dilakukan dengan cepat.

2. Kaidah pemikiran logis yang diajarkan kepada konselidapat digunakan

dalam menghadapi masalah yang lain.

3. konseli merasakan diri mereka mempunyai keupayaan intelektual dan

kemajuan dari cara berfikir.

Kelemahan:

1. Ada setenga konseli yang begitu terpisah dengan realita (kenyataan),

sehingga usaha untuk membawanya ke alam nyata sukar sekali.

2. Ada juga konseli yang terlalu berprasangka terhadap logis, sehingga sukar

untuk mereka menerima analisa logis.

3. Ada juga sebagian konseli yang memang suka mengalami gangguan

emosi, dan tidak mau membuat perubahan dalam dirinya

16

Page 18: Pendekatan konseling rebt

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Konseling Rasional-Emotif-Behavior sebagai salah satu pendekatan yang

dikembangkan oleh Alber Ellis sejak taun 1955. Konseling Rasional Emotif

Behavior tergolong pada ancangan konseling yang berorientasi kognitif dengan

beberapa ciri menonjol, yaitu: bersifat didaktis, aktif, direktif, menekankan situasi

sekarang dan berfikir yang lebih rasional serta menekankan pada segi aksi klien.

Dari situlah maka konseling Rasional Emotif Behavior tak ubahnya merupakan

proses pemerolehan pemahaman yang sekaligus tampak pada perbuatan atau

perilaku klien. Tujuan konseling REBT secara umum adalah memperbaiki dan

mengubah sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan, dan pandangan-pandangan

irasional dan ilogis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan

diri, meningkatkan aktualisasinya seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif

dan afektif yang positif dan menghilangkan gangguan emosional yang merusak

diri sendiri, seperti: rasa benci, rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas,

was-was, dan marah sebagai konsekuensi keyakinan yang keliru dengan jalan

mengajar dan melatih klien untuk menghadapi kenyataan-kenyataan hidup secara

rasional dan membangkitkan kepercayaan, serta nilai-nilai kemampuan diri

sendiri.

DAFTAR RUJUKAN

Corey, Gerald. 1999. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung:

Rafika Aditama

Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung:

Rafika Aditama

Fauzan, Lutfi. 1994. Pedekatan-Pendekatan Konseling Individual. Malang: Elang

Emas

17

Page 19: Pendekatan konseling rebt

http/KONSELING INDIVIDUAL/REBT/Pendekatan Konseling Rasional

Emotif.htm

18