pendidikan akhlak social dalam al-qur’an surat...
TRANSCRIPT
PENDIDIKAN AKHLAK SOCIAL DALAM AL-QUR’AN SURAT
AL-HUJURAT AYAT 9-13 Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk
Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Naila Syamila
11150110000029
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .................................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan .................................................................................................. 9
B. Akhlak
1. PengertianAkhlak .................................................................................................. 11
2. Macam-Macam Akhlak ........................................................................................ 14
3. Faktor yang Mempengaruhi akhlak ...................................................................... 15
C. Pengertian Pendidikan Akhlak Sosial ......................................................................... 16
D. Ruang Lingkup Akhlak
1. Akhlak Terhadap Orang Tua ................................................................................ 18
2. Akhlak Terhadap Keluarga ................................................................................... 22
3. Akhlak Terhadap Guru ......................................................................................... 23
4. Akhlak Terhadap Tetangga ................................................................................... 24
5. Akhlak Terhadap Teman....................................................................................... 26
E. Hasil Penelitian Relevan .............................................................................................. 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat danWaktu Penelitian ....................................................................................... 29
B. Metode Penelitian ........................................................................................................ 29
C. Fokus Penelitian ........................................................................................................... 30
D. Teknik PengumpulanData ............................................................................................ 30
ii
E. Teknik Analisis Data .................................................................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 9-13
1. Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 9-13 ....................................................................... 33
2. Teks Ayat dan Terjemahan Surat Al-Hujurat Ayat 9-13 ...................................... 33
3. Tafsir Mufradat ..................................................................................................... 35
4. Asbabunnuzul Ayat ............................................................................................... 36
5. Tafsir Surat Al-Hujurat menurut Para Ahli Tafsir
a. Penafsiran ayat ke 9 .......................................................................................... 39
b. Penafsiran ayat ke 10 ........................................................................................ 41
c. Penafsiran ayat ke 11. ...................................................................................... 43
d. Penafsiran ayat ke 12 ........................................................................................ 45
e. Penafsiran ayat ke 13 ........................................................................................ 48
6. Analisis Temuan Pendidikan Akhlak Sosial dalam Surat Al-Hujurat ayat 9-13
a. Adil …………………………………………………………………….……..50
b. Damai…………………………………………………………………………53
c. Persaudaraan………………………………………………………………….53
d. Saling Menghargai……………………………………………………………54
e. Larangan Suudzon……………………………………………………………55
f. Larangan Ghibah……………………………………………………………..56
g. Taaruf…………………………………………………………………...……5
BAB V
A. Kesimpulan……………………………..…………………………………………....60
B. Saran…………………………………….…………………………………..……….61
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 62
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril As yang tertulis didalam
mushaf dan diturunkan secara mutawatir diawali dengan surat al fatihah dan
diakhiri dengan surat an-Nas.1Al-Qur'anmerupakan penutup wahyu yang
diperuntukkan bagi seluruh umat manusia. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang
terakhir diturunkan dan menyempurnakan kitab-kitab yang sebelumnya
diturunkan. Al-qur’an merupakan pedoman atau petunjuk bagi seluruh umat
manusia (islam) dalam menjalankan hidup untuk mendapatkan kesejahteraan di
dunia dan kebahagiaan di akhirat.2Al-Qur’an merupakan sumber ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dapat memberikan pelajaran dan petunjuk agar
umat islam dapat memanfaatkan kekayaan alam yang ada di bumi ini dengan
sebaik-baiknya demi kesejahteraan umat itu sendiri.
Al-qur’an merupakan pedoman bagi umat manusia untuk mengontrol apa
yang mereka lakukan di muka bumi ini dengan tujuan agar manusia dapat menjadi
khalifah yang baik dimuka bumi.3 Untuk menjadi khalifah yang baik, manusia
harus menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Tugas kekhalifaan yang dimiliki
manusia sangatlah banyak yang dapat disimpulkan menjadi tiga bagian, pertama
tugas kekhalifaan manusia terhadap dirinya sendiri yaitu dengan menuntut ilmu
dan menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia, kedua tugas kekhalifaan dalam
keluarga dengan membentukrumah tangga yang bahagia, dan melaksanakan tugas
dan kewajiban dalam berumah tangga, ketiga tugas kekhalifaan dalam masyarakat
1 Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2006, hlm 3 2Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Grafindo Persada, 2008, hlm
93 3Drs Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1982, hlm 22-
23
2
dengan menegakan kebenaran dan keadilan, mewujudkan persatuan dan kesatuan
serta mebela kaum yang lemah.4
Seseorang dapat dikatakan menjadi manusia bila ia telah memiliki sifat
kemanusiaan, hal ini menunjukan bahwa tidak mudah menjadi manusia.5Manusia
merupakan makhluk yang paling sempurna yang Allah ciptakan dibanding
makhluk-makhluk lainnya karena manusia diberi kelebihan akal dan perasaan, hal
ini terdapat dalam al-Qur’an surat at-Tin ayat 4:
لقد خلقنا الاءنسان في أ حسان ت قوي
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya” (Attin : 4)
Nabi Muhamad merupakan seorang Nabi serta Rasul yang memiliki
akhlakul karimah, sikap dan perilaku Beliau menjadi suri tauladan bagi seluruh
umatnya.Allah SWT sendiri memuji nabi Muhammad SAW lantaran kebaikan
akhlak yang dimiliki beliau. Seperi yang tertera dalam Al-Qur’an surat Al-Qalam
ayat 4 yang berbunyi :
م ي ظ ع ق ل خ ى ل ع ل ك ن إ و
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S
al-Qalam 5)6
Nabi Muhammad diutus kepada seluruh umat manusia dengan tujuan untuk
menyempurnakan akhlak manusia, seperti yang terdapat dalam al-Qur’an surat al-
Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
أسوة حسنة لمن كان ي رجوا الله والي وم الخر وذكر الله كثيا )الحزاب لقد كان لكم في رسول الله
:21)
4 Abd. Azizz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm 60-62 5 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandng: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 33
6Departemen Agma RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 11 (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009),
cet. 3, h. 230
3
“ Sungguh telah ada suri tauladan yang baik pada (diri) Rasulullah
bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
Hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah (Q.S. Al-Ahzab: 21).7 Dengan kata lain, manusia dituntut untuk memiliki akhlak yang baik. Agar
mendapat kebahagiaan di dunia dan akhiratserta tercapainya tujuan dari
penciptaan manusia yaitu menjadi khalifah yang baik di muka bumi.
Kita dituntut untuk memiliki akhlak yang baik serta dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari agar teriptanya kehidupan yang tentram dan aman di
dunia. Dengan demikian, maka diperlukanlah pendidikan agar dapat
menyempurnakan akhlak yang dimiliki.
Namun dengan berkembangnya zaman dan arus globalisasi yang
menyebabkan terjadinya perkembangan dan perubahan dalam semua aspek.
Semua perubahan yang terjadi, tidak hanya memberikan dampak yangpositive
melainkan juga dampak yang negative, salah satunya menyebabkan kemerosotan
akhlak pemuda bangsa. Kemerosotan akhlak tidak hanya terjadi pada anak muda
saja melainkan juga pada orang dewasa dan orang tua. Kemerosotan akhlak yang
terjadi terhadap anak-anak dapat kita lihat dengan maraknya tawuran yang terjadi
antar pelajar, mabuk, judi, serta melawan pada orang tua, kemerosatan akhlak
yang terjadi kita perhatikan dengan seksama karna anak-anak muda ini merupakan
penerus bangsa dimasa yang akan datang. Sebagaimana yang telah kita ketahui,
akhlak merupakan penentu keberhasilan suatu bangsa, karna bangsa yang maju
dan berkembang dapat dipastikan memiliki warga negara yang berakhlak baik
begitu sebaliknya. Ada sebuah syair yang menjelaskan akan hal itu :
ا ال فإن هم ذهبت أخلق هم ذهب وا بقيت مم الخلق ما إن
Suatu bangsa akan abadi dan jaya bila budi akhlak masih ada padanya,
bangsa itu akan hancur dan binasa bila akhlak dan budi telah tiada.8
7 Departemen Agama RI, Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Jakarta: Maghfiroh Pustaka) h.
420.
8 Nasrul HS, “Akhlak Tasawuf”, ( Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2015) h. iii
4
Syair diatas menjelaskan bahwa sesungguhnya akhlak dapat dijadikan
sebagai alat tolak ukur suatu bangsa, untuk mengetahui tinggi dan rendahnya
bangsa tersebut. Islam mengukur keislaman seorang hamba berdasarkan kebaikan
akhlaknya. Sesorang tidak akan dinilai hanya karna banyaknya harta yang ia
miliki, wajah yang ruapawan dan bukan juga atas gelar serta jabatannya
melainkan atas ketakwaan dan akhlak yang ia miliki.
Oleh karena itu, Islam menekankan kepada seluruh manusia untuk memiliki
akhlak yang baik, apabila kita tidak memiliki akhlak yang baik maka hidup kita
akan berantakan termasuk dalam berhubungan social dengan orang lain. akhlak
dalam islam sangatlah penting.
Dalam kehidupan bermasyarakat manusia merupakan makhluk sosial yang
tidak dapat hidup sendiri serta membutuhkan orang lain dalam keberlangsungan
hidupnya.9Akhlak mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menjalanikehidupan. Seperti yang tertulis dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 90
yang berbunyi :
هى عن حسان وإي تائ ذي القرب وي ن نكر والب غي يعظكم لعلكم إن الله يمر بلعدل وال
الفحشاء والم
رون )النحل : (90تذك
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji,
kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran (QS. AN-Nahl: 90)10
Dalam kehidupan tatanan sosial bermasyarakat yang baik dan benar maka
manusia memerlukan Al-Qur’an sebagai pedoman tingkah laku bermasyarakat
yang sesuai dengan perintah dan larangan agama. Al-qur’an tidak hanya
menjelskan tentang larangan agama saja meinkan juga menjelaskan tentang tata
sopan santun, saling menghormati sesama manusia, tidak boleh mnghina satu
sama lain, saling mencurigai,
9 Rusmin Tumanggor, “Ilmu Sosial dan Budaya Dasra”, ( Jakarta, Prenadamedia Grup,
2014), h.58 10 Departemen Agma RI, Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Jakarta: Maghfiroh Pustaka)
5
Fenomena yang tejadi pada kehidupan manusia saat ini menjadi bukti bahwa
tingkah laku manusia sudah jauh dari nilai-nilai yang diajarkan dalam al-Qur’an,
segala bentuk penyimpangan yang dilakukan manusia dapat kita lihat dalam
kehidupan di masyarakat. Segala penyimpangan yang terjadi menjadi bukti
tentang minimnya pengetahuan manusia dalam memahami al-Qur’an. Dengan
demikian untuk mengembalikan kembali kondisi keadaan manusia yang sesuai
dengan ajaran Islam maka upaya yang dapat dilakukan adalah kembali kedalam
ajarannya termasuk kembali kedalam ajaran al-Qur’an.
Belum lama ini, warga Indonesia dihebohkan dengan kasus pembunuhan
keji yang dialkukan oleh seorang suami terhadap istrinya yang terjadi di Bekasi,
polisi menetapkan Chandra sebagai pelaku utama atas terbunuhnya sang istri.
Adapun motif pembunuhan yang dilakuakan oleh pelaku lantaran pelakuChandra
kesal dan sakit hati karna sering dihina oleh sang istri lantaran pelaku hanya
bekerja serabutan, korban ditemukan sudah membusuk didalam rumah setelah
ebberapa hari dibunuh dengan cara di jerat lehernya dengat tari tambang oleh
pelaku.11Selain kasus diatas, jagat maya sempat dihebohkan dengan beredarnya
video seorang guru SMP yaitu pak Nur Halim yang dihina oleh siswanya didalam
kelas, didalam video tersebut terlihat pak Nur Khalim Nampak sabar menerima
penghinaan yang dilakukan oleh sang murid. Kejadian ini berawal saat sang murid
merasa tersinggu saat ditegur oleh pak Nur Khalim karna kedapatan merokok di
dalam kelas sang anak kemudian memegang kepala dan kerah baju sang guru
serta mengeluarkan kata-kata kasar yang tidak sepatutnya seorang murid katakana
terhadap gurunya.12
Beberapa kasus diatas menjadi bukti bahwa buruknya hubungan social
antar individu yang diakibatkan karena kurangnya akhlak yang terdapat pada
11Tribunnews.com, Fakta-Fakta Suami Bunuh Istri di Bekasi, Sakit Hati Kerap Dihina
Hingga Tega Jerat Korban Pakai Tali, 2019, (http://m.tribunnews.com), Diakses diakses pada
tanggal 4 April jam 09.56.
12Tribunnews.com, Murid Hina Guru, Mau Jadi Apa kau? , 2019,
(http://m.tribunnews.com), Diakses diakses pada tanggal 10 Oktober jam 12.35.
6
dirimanusia sehingga mereka dengan mudahnya menghina orang lain sehingga
dapat memicu terjadinya kejahatan.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi didalam kehidupan bermasyarakat
pasti akan selalu terjadi selama manusia itu hidup di dunia. Dalam hal ini, kita
harus mengetahui bagaimana akhlak yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam kehidupan bermasyakat diperlukannya sikap persaudaraan, saling
menghormati antar sesama, tidak memandang perbedaan dan kekurangan, saling
menghargai baik sesama muslim maupun non muslim. Beberapa sikap diatas
merupakan landasan untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat yang ideal,
hidup dengan rukun damai dan penuh rasa nyaman serta meminimalisir kejahatan.
Untuk menghindari terjadinya kejadian diatas harus mengetahui serta
menerapkan bagaimana berhubungan social dengan akhlak yang baik yang telah
ditetapakan oleh ajaran agama islam yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dengan
demikian, kita harus memahami dan mengamalkan seluruh perintah yang ada di
dalam al-Qur’an, termasuk dalam tata cara berhubungan social. Dalam al-Qur’an
surat al-Hujurat ayat 9-13 terdapat pendidikan akhlak sosial yang banyak terjadi
dalam kehidupan bermasyarakat. Al-Hujuarat ayat 9-13 menjelaskan bagaimana
seharusnya bersikap dengan akhlak yang baik dalam lingkungan social
(masyarakat) yang akan dijadikan bahan penulisan skripsi oleh penulis.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian karya ilmiah dengan judul
“Pendidikan Akhlak Sosial dalam Al-Qur’an Surat Al-HujuratAyat 9-
13”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas , maka penulis
mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan judul yang akan dibahas dalam
tulisan ini, berkaitan dengan ;
1. Kemerosotan akhlak dan sikap anak bangsa akibat arus globalisasi
2. Kurangnya perhatian dalam memberikan pendidikan akhlakterhadap anak.
7
3. Kurangnya perhatian dalam menerapakan ajaran yang ada dalam Al-qur’an
dalam hubungan bermasyarakat.
4. Banyaknya tingkat kejahatan antar sesama.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah tersebut, maka untuk lebih
memperjelas dan terarah maka diberikannya batasan masalah yang sesuai dengan
judul yang ada. Penulis membahas focus masalah yang diteliti adalah “Pendidikan
akhlak social yang terkandung dalam surat Al-Hujurat ayat 9-13”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana pendidikan akhlak sosial
yang terkandung dalam al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 9-13 dan
implementasinya dalam kehidupan sehari-hari”.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini disesuaikan dengan rumusan masalah diatas, bertujuan
antara lain untukUntuk mengetahui pendidikan akhlak social yang terkandung
dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 9-13 dan implementasinya dalam
kehidupan sehari-hari.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diantaranya, sebagai berikut:
1. Secara Umum :
a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap khazanah keilmuan
serta dapa mengembangkan ilmu pengetahun intelektual dalam ilmu
8
pendidikan agama islam, mengenai pendidikan akhlak sosial dalam
berhubungan dengan masyarakat
b. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan
dalam mengembangkan pendidikan akhlak social dalam berhubungan
bermasyarakat. Selain itu diharapakn penilitian ini dapat memicu peneliti
lainnya dapat melakukan penelitian yang lebih baik lagi.
2. Secara Khusus :
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan dan dapat
memberikan informasi bagi Jurusan Pendidikan Agama Islam untuk
mengetahui pendidikan akhlak social dalam bermasyarakat yang terdapat
didalam Al-Qur’an.
b. Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam
menerapakan pendidikan akhlak yalam interksi dengan masyarakat.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan
Sebelum mendefinisikan tentang pendidikan akhlak sosial,terlebih dahulu
kita harus mengetahui definisi tentang pendidikan dan akhlak. Pendidikan berasal
dari bahasa latin yaitu “pedagogi” yang artinya pendidikan dan dari bahasa
Yunani “pedagogia” yang berarti ilmu pendidikan. Pedagogia terdiri dari dua kata
yaitu “paedos” yang berarti anak dan “ agoge” yang berarti membimbing,
memimpin anak.1
Dari segi bahasa, pendidikan berasal dari kata education yang dapat
dikatakan upbringing (pengembangan), teaching(pengajaran), instruction
(perintah), pedagosy (pembinaan kepribadia), breeding (memberi makan), raising
of animal (menumbuhkan).2
Istilah Pendidikan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu
pendidikan berasal dari kata “didik” dan mendapatkan imbuhan pe dan an.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan.3 Bila dilihat dari pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia
pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang atau
kelompok dari yang buruk menjadi baik, dari yang tidak tahu menjadi tahu semua
itu dilakukan melalui upaya pengajaran dan pelatihan baik secara individu
maupun bersama. Selain itu, pengertian pendidikan menurut UU Nomor 20 tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
1Amin Kuneifi Elfachmi, “Pengantar Pendidikan”, (Jakarta: Aerlangga, 2015), h. 13. 2Abudin Nata, “Sejaran Pendidikan Islam”, (Jakarta: Kencana, 2011), h.14 3Amin Kuneifi Elfachmi, op.cit., h.16.
10
keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
dimilikinya, masyarakat, bangsa, dan negara.4
Selanjutnya, Bapak Pendidikian Nasional, Ki Hajar Dewantara, mengatakan
bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti
(kekuatan batin, karakter) pikiran (intellect) dan tubuh anak antar yang satu dan
lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni
kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.5
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan ilmu
pengetahuan, pendidikan telah ada seiring dengan lahirnya peradaban
manusia.Nurani Soyomukti mengatakan dalam buku yang ditulis Peters dengan
judul The Philosophy of Education menegaskan bahwa hakikatnya pendidikan
tidak mengenal akhir karena kualitas manusia terus berkembang6. Dengan
demikian pendidikan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dan
ditinggalakan dalam kehidupan manusia.Pendidikan merupakan suatu proses
yang dimana pengertian dari proses ini menimbulkan dua asumsi yang berbeda
mengenai pendidikan itu sendiri bila dilihat dari sudut pandang dalam kehidupan
manusia.7
Selain itu, para ahli pendidikan mendifinisikan pendidikan sebagai berikut:
1. W.J.S. Poerwadarminta menjelaskan secara linguistik, sebagai kata benda,
pendidikan berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan.
2. Rechey dalam bukunya, Planning for Teaching, an Intraoduction, menjelaskan
bahwa pendidikan adalah suatu aktifitas social penting yang berfungsi untuk
mentransformasikan keadaan suatu masyarakat menuju suatu keadaan yang
lebih baik. Keterkaitan pendidikan dengan keadaan sosial sangatlah erat
sehingga pendidikan mungkin mengalamin proses spesialisasi
4Undang-undang Dasar no 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional.
5 Abudin Nata, “Metodologi Studi Islam”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014) h.338 6 Nurani Soyomukti, “ Teori-Teeori Pendidikan Dari Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis-
Sosialis, Hingga Post Modern”, (Jakarta: Arrus Media, 2015) h.27 7 Fathul Muin, “Pendidikan Krakter Konstruksi Teoritik Dan Praktik”, (Yogyakarta,:
Arruz Media,20120 h. 287.
11
dninstitusionalisasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang komplek dan
modern. Meskipun demikian, proses pendidikan secara menyeluruh tidak bisa
dilepaskan dari proses pendidikan informal yang berlangsung diluar sekolah.
3. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk
memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk
mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang
lebih baik. Inti pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir
dan batin), baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain, dalam arti tuntutan
agar anak didik memiliki kemerdekaan berfikir, merasa, berbicara, dan
bertindak serta percaya diri dengan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap
tindakan dan perilaku sehari-hari.
4. Ahmad D. Marimba mengartikan bahwa pendidikan adalah bimbingan jasmani
dan rohani untuk membentuk kepribadian utama, membimbing ketrampilan
jasmaniah dan rohaniah sebagai prilaku konkret yang member manfaat pada
kehidupan siswa dimasyarakat.8
Pendidikan juga dapat dimaknai sebagai usaha untuk membantu siswa
mengembangkan seluruh potensinya (hati, pikir, rasa dan karsa, serta raga) untuk
menghadapi masa depan.9
Dari beberapa pendapat diatas dapat diartikan pendidikan adalah proses
perubahan tingkah laku seseorang atau masyarakat yang dilakukan secara sengaja
dan sistematis guna mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal
dan tidak bisa dilepaskan dari proses pendidikan informal di luar sekolah agar
dapat menjadi manusia atau pribadi yang bermanfaat dimasyakat.
B. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab merupakan bentuk jamak dari kata
khuluk berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.10
8 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012),h. 13-14.
9 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011) Cet. I, h. 37
12
Secara terminologis terdapat beberapa pengertian akhlak yang
dikemukakan para ahli Ahmad Amin mendefinissikan akhlak sebagai kehendak
yang dibiasakan. Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddinmengatakan
bahwa akhlak adalah:
عبارةعنهيئةفيالنفسراسخةعنهاتصدرالآفعالبسهولةويسرمنغيرحاجةالىق ل الخ فكرورية
“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan
pemikiran”.
Sedangkan Abdul Darraz mengemukakan bahwa akhlak adalah “ suatu
kekuatan dalam kehendak yang mantap yang membawa kecendrungan pada
pemilihan pada pihak yang benar (akhlak yang baik) dan pihak yang jahat( akhlak
yang buruk).”11
Kata akhlak tidak pernah digunakan dalam Al-Qur’an kecuali untuk
menunjukkan pengertian “Budi pekerti”. Dalam memberikan makna atau arti
akhlak Rosihin Anwar mengutip perkataan Fauruzzabadi yaitu “Ketahuilah,
agama pada dasarnya adalah akhlak. Barang siapa memiliki akhlak mulia, kualitas
agamanyapun mulia.Agama diletakkan di atas empat landasan akhlak utama, yaitu
kesabaran, memelihara diri, keberanian dan keadilan.”12
Abdullah Darraz mengatakan bahwa perbuatan-perbuatan manusia dapat
dianggap sebagai manifestasi dari akhlaknya abila memenuhi dua syarat, yaitu:
1. Perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang
sama, sehingga menjadi suatu kebiasaan bagi pelakunya.
2. Perbuatan-perbuatan itu dilakukan karna dorongan jiwanya, bukan
karena adanya tekanan dari luar, seperti adanya paksaan yang
menimbulkan ketakutan atau bujukan.13
10Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011), h.9 11 Didiek Ahmad Supadie dkk, “Pengantar Studi Islam”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),
h. 216 12 Reksiana, Kerancuan Istilah Karakter, AhlaK, Moraldan Etika, THAQÃFIYYÃT, Vol.
19, No.1, Juni 2018, hlm 9 di akses tanggal 23 April 2019 ز 13 Ibid 217
13
Akhlak juga dikatakan sebagai sekumpulam nilai-nilai dan sifat yang
menetap di dalam jiwa, yang dengan petunjuk dan standarnya sebuah
perbuatandinilai baik atau buruk oleh seseorang, yang untuk kemudian dia
melakukan perbuatan tersebut atau mengungkannya.14
Abdul Majid menjelaskan bahwa akhlak mengandung beberapa arti
diantaranya:
1. Tabiat, yaitu sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia tanpa
dikehendaki dan tanpa diupayakan
2. Adat yaitu sifat dalam diri yang diupayakan manusia melalui latihan
yakni berdasarkan keinginan
3. Watak, cakupannya meliputi hal-hal yang menjadi tabiat dan hal-hal
yang diupayakan hingga menjadi watak.15
Pengertian lain dari akhlak menurut para tokoh adalah sebagai berikut:
1. Ahmad Amin mengatakan akhlak sebagai suatu ilmu yang menjelaskan arti
baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian
manusia kepada yang lainnya.
2. Ibrahim Anis menyatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
dengan lahirnya macam-macam perbuatan baik atau buruk, tanpa
membutuhkan pemikiran atau pertimbangan.
3. Hamzah Yakub, mengartikan akhlak: pertama ilmu yang menentukan batas
baik dan buru, antara yang terpuji dan yang tercela, tentang perkataan atau
perbuatan manusia lahir dan batin. Kedua, ilmu pengetahuan yang memberikan
tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan mausia dan
menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan
mereka.16
14 Ibrahim Bafadhol, “Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam”, Jurnal Edukasi Jurnal
Pendidikan Islam vol 06 no 12, hlm 46 ز 15Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), h 16Kasmuri Slamet dan Ihsan Sanusi, “Akhlak Tasawuf”, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), h.1
14
Heny Narendrany mengutip bahwa al-Ghazali berpendapat akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan
dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.17
Dari beberapa definisi akhlak diatas maka dapat dikatakan akhlak adalah
sifat, tabiaat atau perbuatan yang tertanam dalam jiwa tanpa berfikir panjang
sehingga mengahasilkan sebuah prilaku baik ataupun buruk yang dilakukan secara
berulang sehingga menjadi suatu kebiasaan.
Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan
perilaku atau perbuatan.Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak
yang buruk atau akhlak mazmumah.Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik
disebut akhlak mahmudah.18
2. Macam-Macam Akhlak
a. Akhlak Terpuji (Akhlak Mahmudah)
Akhlak terpuji merupakan salah satu tanda kesempurnaan iman. Tanda
tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk perbuatan yang
sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan Hadits.
Nasrul mengutip pendapat Hamka bahwa ada beberapa hal yang
mendorong seseorang untuk berbuat baik, diantaranya :
1) Karena bujukan atau ancaman darimanusialain
2) Mengharapkan pujian atau takut mendapatkan cela
3) Karena kebaikan dirinya (dorongan hati nurani)
4) Mengharap pahala dan surge
5) Mengharap pujian dan takut azab Tuhan
6) Mengharap keridhoan Allah semata19
Contoh dari akhlak terpuji diantaranya, rasa belas kasihan dan lemah
lembut, pemaaf dan bermusyawarah, dapat dipercaya dan menepati janji, manis
muka dan tidak sombong, sabar, saling tolong menolong dan lain sebagainya.
17Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2009) Cet. I h. 7 18 Syarifah Habibah,Akhlak dan Etika Dalam Islam, Vol.1 No. 4, ISSN: 2337-9227, Oktober
2015, Jurnal Pesona Dasar, hal 73
19 Nasrul HS, Akhlak Tasawuf, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015) Cet.I, h. 38
15
b. Akhlak Tercela (Akhlak Madzmumah)
Akhlak tercela merupakan akhlak yang harus ditinggalkan. Menurut Al-
Ghazali, akhlak yang tercela ini dikenal dengan sifat-sifat muhlikat, yakni segala
tingkah laku manusia yang dapat membawa kepada kebinasaan dan kehancuran
diri yang bertentangan dari fitrah manusia yaitu mengarah kepada kebaikan.
Nasrul mengutip pendapat al-Ghazali tentang empat hal yang mendorong
manusia melakukkan perbuatan tercela adalah dunia dan isinya, manusia, setan/
iblis dan nafsu.20Contoh dari perbuatan tercela diantaranya egois, iri, berdusta,
tidak menepati janji, pengecut, menggunjing, dengki zalim, berlebih-lebihan dan
lain sebagainya.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak
Menurut Hasyim Syamhudi ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pembentukan akhlak. Yaitu insting, pembiasaan, tradisi atau adat istiadat, suara
hati atau conscience, kehendak dan pendidikan.
a. Insting
Insting sering diartikan sebagai bawaan sejak lahir. Ia merupakan
salah satu faktor lahirnya sebuah aktifitas horizontal dalam kehidupan.
Insting cenderung lebih merupakan tuntutan untuk beraktivitas, namun
insting sangat memerlukan sebuah arahan yang berupa pendidikan, latihan-
latihan serta pembiasaan.
b. Pembiasaan
Pembiasaan dalam istilah agama biasa disebut dengan kata
istiqomah. Istiqomah ini dijamin oleh Allah dengan jaminan surga. Maksud
dari istiqomah disini adalah membiasakan diri melakukan perbuatan baik.
Dengan demikian kebiasaan atau istiqomah tidak saja melahirkan sebuah
aktivitas horizontal yang bernilai akhlaki, tetapi dalam setiap aktivitas yang
dilakukan akan melahirkan sebuah kegembiraan dan kebahagiaan yang tak
terhingga bagi pelakunya.
20Ibid, h. 42
16
c. Tradisi atau adat istiadat
Tradisi yang terbentuk dari sebuah hasil dialog antara individu
dengan lingkungan menjadikan individu terikat oleh tradisi atau adat
istiadat yang melingkarinya. Dengan arti lain, mau tidak mau individu
tersebut harus melakukan tradisi yang berada di daerah yang ia tempati.
Selama tradisi tersebut tidak melanggar perintahnya Allah dan tidak
melanggar syariat agama Islam.
d. Suara hati atau conscience
Suara hati yang tersinari disebut hati nurani dalam bahasa al-
Qur’an disebut dengan fuadah, sedangkan suara hati yang tidak disinari
disebut dengan waswis.
e. Kehendak
Hasyim Syamhudi mengutip pendapat Sidi Ghazalba yang
berpendapat bahwa kehendak bersinonim dengan kemauan, sedang
keinginan bersinonim dengan hasrat. Artinya ketika keinginan atau hasrat
diberi penekanan, naiklah keinginan tersebut menjadi kemauan atau
kehendak.
f. Pendidikan
Aktifitas akhlak akan terwujud apabila lahir dari hasil kerja pikir
dan dzikir secara seimbang. Atau dengan kata lain setelah ia mendapatkan
pendidikan baik dari penglihatan maupun pendengaran. Kerja pikir dan
dzikir haruslah seimbang disini, karena tanpa dzikir pola pikir yang
dilakukan seseorang memungkinkan dia menghasilkan perbuatan yang jauh
dari perintah Allah.21
c. Pendidikan Akhlak Sosial
1. Pengertian Pendidikan Akhlak Sosial
Pada penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan
suatu proses perubahan tingkah laku seseorang atau masyarakat yang dilakukan
secara sengaja dan sistematis agar dapat mengembangkan potensi yang
21M. Hasyim Syamhudi, Akhlak Tasawuf, (Malang: Madani Media, 2015) h. 133-143
17
dimilikinya secara maksimal dan tidak bisa dilepaskan dari proses pendidikan
informal.
Sedangkan akhlak, adalah sifat, tabiaat atau perbuatan yang tertanam
dalam jiwa tanpa berfikir panjang sehingga mengahasilkan sebuah prilaku baik
ataupun buruk yang dilakukan secara berulang sehingga menjadi suatu
kebiasaan.
Sosial berasal dari bahasa latin yang berarti Societas yang berarti
masyarakat. Sosial merupakan hubungan antar manusia satu dengan lainnya
yang tidak dapat dipisahkan. Manusia membutuhkan satu sama lain agar dapat
bertahan hidup, ketergantungan ini menghasilkan bentuk kerjasama tertentu
yang bersifat ajeg serta menghasilakan suatu bentuk masyatakat tertentu.22
Selain itu, Soekanto mengemukakan bahwa istilah sosial berkenaan
dengan prilaku interpersonal atau yang berkaitan dengan proses-proses
sosial.23Masyarakat merupakan satu kesatuan kelompok yang hidup bersama-
sama.Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia pasti melakukan interaksi
sosial baik secara individu maupun kelompok agar dapat melaksanakan tugas
dan kewajibannya sebagai manusia.
Interaksi sosial antar manusia sebenarnya didorong oleh kebutuhan
manusia dalam hidupnya. Interaksi sosial yang terjadi didalam kehidupan
terdapat beberapa bentuk diantaranya:
a. Asosiatif
Interaksi sosial bersifat asosiatif akan mengarah pada bentuk
penyatuan interaksi social ini terdiri atas beberapa hal berikut:
1) Kerjasama
2) Akomodasi
3) Asimilasi
4) Akulturasi
22 Rusmin Tumanggor, Ilmu Sosial dan budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2014). Cet 3,
h.25 23 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, (
Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.27
18
b. Disosiatif
Interaksi sosial ini mengarah pada bentuk pemisahan dan terbagi
dalam tiga bentu sebagai berikut:
1) Persaingan
2) Kontroversi
3) Konflik.24
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan akhlak sosial
merupakan sebuah proses yang berupa bimbingan atau pengajaran tentang
bagaimana berinteraksi antar sesama manusia dalam kehidupan bermasyarakat
baik hubungan antara individu, antara perseorangan dengan kelompok, maupun
antara kelompok dengan kelompok dengan perilaku dan tingkah laku yang baik
secara terusmenerus agar memiliki kebiasaan dan prilaku yang baik. Karena pada
hakikatnya manusia selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial
yang tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan bantuan orang lain.
d. Ruang Lingkup Akhlak Sosial
Ruang lingkup akhlak sosial mencangkup berbagai aspek dimulai dari
akhlak terhadap orang tua, akhlak terhadap saudara dan akhlak terhadap tetangga
dan akhlak terhadap teman yang diuraikan sebagai berikut:
1. Akhlak terhadap Orang Tua
Orang tua merupakan manusia yang wajib dihormati dan diperlakukan
sebaik mungkin setelah Rasullullah SAW. Segala bentuk pengorbanan dan
pengabdian yang diberikan orang tua kepada anaknya tidak akan pernah
dapat membalas segala pengerbonan dan kasih sayang yang telah mereka
berikan. Seorang anak dituntut untuk selalu berbakti terhadap orang tua
apapun yang terjadi.
24 Asrul Muslim, Interaksi Sosial Dalam Masyarakat Multietnis, Jurnal Dirkurs Islam
Volume 1 Nomer 3, Desember 2013, diakses pada tanggal 27 April 2019 pukul 13.25.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/diskursus_islam/article/download/6642/5402
19
Allah memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua dan tidak
mengehndaki adanya jarak antara keduanya walaupun sedikitpun. Anak
harus selalu mendekat dan merasa dekat kepada ibu bapaknya.25
Bila ibu atau bapak memerintahkan anak-anaknya melakukan sesuatu
yang keliru atau bukan pada tempatnya, maka sikap anak harus menolak
dengan penolakan yang baik. Jangan menaaatinya dalam hal-hal yang
bertentangan dengan perintah Allah, hati anak tidak boleh merestui dan
tidak boleh senang dengan sikap orang tua, tetapi ketidak senangan hati itu
tidak boleh membuatnya mengabaikan kemaslahatan mereka menyangkut
kehidupan didunia.26
Sedangkan menurut M Fauzi akhlak seorang anak terhadap orang tua
antar lain :
a. Berbicara dengan kata-kata yang baik
Setiap anak harus berkata yang baik kepada orang tuanya, baik
dalam penggunaan istilah maupun dalam makna pembicaraaan. Begitu
penting perintah ini untuk diperhatikan oleh setiap anak sehingga
perintah ini untuk diperhatikan oleh setiap anak sehingga perintah ini
dirangkai penyebutannya setelah menyembah Allah, sebagaimana
firman-Nya :
إمااي هخوبلوالدينإحسانا إيا ت عبخدخواإلا اأووقضىربكألا عندكالكبأحدخهخ ب لخغناكريماا) اوقخللخماق ولا ولت ن هرهخ افلت قخللخماأخف (23الءسراءكلهخ
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu
bapakmu dengan sebaik -baiknya. Jika salah seorang diantara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS
Al-Isra:23)
25 Quraish Shihab, Yang Hilang dari Kita Akhlak, (Jakarta: Lentera Hati, 2016) hlm 235 26 Ibid; 236
20
b. Merendahkan diri kepadanya dan mendoakannya
seorang anak hendaklah merendahkan dirinya dihadapan orang
tuanya meskipun sang anak lebih pintar, lebih kaya dan
berpengalaman dengan kedudukan yang tinggi dimasyarakat dan
seorang anak juga amat ditekankan untuk selalu mendoakan orang
tuanya agar selalu mendapat kasih saying dari Allah
c. Berlaku baik sebagai tanda terimakasih.
Setiap anak wajib wajib berlaku sebaik mungkin terhadap orang
tuanya dan tahu berterimah kasih kepada mereka, terutama ibu yang
telah berjasa begitu besar terhadap anak mulai dari mengandung dan
melahirkan hingga mendidik dan membesarkannya dengan susah
payah.
d. Tidak memanggil dengan nama terangnya
Sebagai bentuk bagian dari penghormatan anak terhadap orang
tuanya, sang anak tidak tidak dibenarkan memanggil orang tuanya
dengan nama terangnya, karena hal ini menunjukan kesejajaran,
padahal anak lebih rendah dari orang tuanya.
e. Membantu orang tua
Sebagai anak, kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk
bisa membantu orang tua bila berada dalam kesulitan, bahkan orang
tua adalah yang paling berhak untuk mendapatkan bantuan dari anak-
anaknya. Rasullullah SAW bersabda “ Tidak dapat seorang anak
membalas budi baik ayahnya , kecuali jika mendapatkan ayahnya
tertawan menjadi hamba sahaya, kemudian ditebus dan
dimerdekakan.” (HR Muslim)
f. Merelakan harta yang diambil
Bila orang tua mengambil harta anak, maka sang anak harus
merelakan harta yang diambilnya itu bila jumlahnya memang wajar,
hal ini karena orang tua sudah begitu banyak berkorban dengan
hartanya untuk mendidik dan membesarkan sang anak, Rasullullah
SAW bersabda, “Ibu bapak berhak memakan harta anaknya dengan
21
cara wajar, tetapi anak tidak boleh memakan harta orangtua tanpa
persetujuannya.” (HR Dailami).
g. Tidak mentaati dalam hal yang salah, meski demikian anak tetap harus
berlaku baik.
Sebagai seorang manusia biasa, orang tua mungkin saja didominasi
oleh hawa nafsunya untuk memerintahkan sesuatu yang tidak benar
kepada anak-anaknya, dalam hal ini Allah SWT telah menegaskan
lerangan kepada anak untuk melaksanakan perintah orang tuanya yang
salah, namun anak harus tetap harus berlaku baik kepada orang tuanya
itu.
h. Masuk kekamar orang tua dengan izin
Seorang anak bila hendak masuk kekamar orang tua, khususnya
saat kedua orang tuanya sedang berada di dalam kamar, baik untuk
istirahat atau berganti pakaian, maka ia harus meminta izin terlebih
dahulu.
i. Tidak mencela orang tua lain
Seorang anak sangat dituntut untuk menjaga citra aau nama baik
orang tuanya, karena itu Rasulluah SAW melarang seorang anak
mencela orang tua lain karena penghinaan itu akan berakibat pada
dihinanya orang tua kita oleh orang tersebut. Rasulullah SAW
bersabda, “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang
tuanya.” Para sahabat bertanya, “Adakah orang yang mencela orang
tuanya sendiri?” Beliau menjawab, “Ya, apabila seseorang mencela
ayah seseorang, kemudian orang itu mencela ayahnya, dan seseorang
mencela ibu seseorang, kemudian orang itu mencela ibunya.” (HR
Bukhari dan Muslim)
j. Hubungan sesudah orang tua meninggal
Seorang anak harus berbuat baik kepada orang tuanya,
meskipuntelah meninggal dengan melakukan hal-hal di berikut :
menshalatkan jenazah orang tua, meminta ampun baginya,
menunaikan janjinya, meneruskan silaturrahminya, dan memulaikan
22
sahabtnya. Selain itu, seorang anak harus menunaikan nazar yang
belum dilaksanakan oleh orang tuanya seperti menunaikan ibadah haji
dan membayar utang yang belum dilunasi. 27
Selain itu, menurut syarifah habibah Akhlak terhadap orang tua antara
lain :
a. Mencintai mereka melebihi rasa cinta kita terhadpa kerabat yang
lain.
b. Lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan.
c. Merendahkan diri di hadapannya.
d. Berdoa kepada mereka dan meminta doa kepada mereka.
e. Berbuat baik kepada mereka sepanjang hidupnya.
f. Berterimakasih kepada mereka.28
2. Akhlak Terhadap Keluarga
Islam memerintahkan kita untuk berbuat baik terhadap sanak
saudara, setelah menunaikan kewajiban berbuat baik terhadap allah dan
kepada kedua orang tua. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu
Negara, hubungan kepada keluarga harus kita jaga dengan sebaik-baiknya.
Sikap dan prilaku kita terhadap keluarga harus kita perhatikan agar tidak
terjadi perpecahan antar anggota keluarga. ada beberapa hal yang dapat
kita lakukan untuk menjaga hubungan dengan keluarga salah satunya
adalah dengan menjaga tali silaturrahim agar tetap terjalin. Jika kita tidak
dapat memeperkokoh tali silaturrahim maka dipastikan akan terdapat celah
perpecahan yang bisa terjadi antar anggota keluarga. Selain menjaga tali
silaturrahim kita juga harus member nasihat terhadap anggota kelurga bila
melakukan kesalahan. Member nasihat merupakan faktor yang harus
dipenuhi agar tercapainya hubungan yang baik sesame saudara.29
27 M Fauzi Rahman, “Islamic Relationship”, (Jakarta: Erlangga :2012) hlm 7 -92 28Syarifah habibah, Akhlak Dan Etika Dalam Islam, Jurnal Pesona dasar VOL 1 no 4,
Oktober 2015, diakses pada tanggal 16 September 2019, hal 85-86 29 M Fauzi Rahman, “Islamic Relationship”, (Jakarta: Erlangga :2012) hlm 160-162
23
Hubungan persaudaraan lebih berkesan dan lebih dekat apabila
masing-masing pihak saling menghargai. Apabila kita memiliki kelebihan
dalam hal reseki, maka sedekahkanlah sebagian terhadap sanak saudara.
Selain itu berbuat baik terhadap sanak saudara sangatlah
dianjurkan dalam Islam. Hasan Al-Bashri, seorang sufi kenamaan berkata :
ورعلهخلزخلفي دينلهخومنل صبلهخل علملهخومنل لهخمنلأدبلهخل
Barangsiapa yang tidakmemiliki kesopanan, pertanda ia tidak berilmu,
barang siapa yang tidak memiliki kesabaran, pertanda ia tidak beragama dan
barang siapa yang tidak memiliki kewaspadaan, pertanfa ia tidak memiliki
keutamaan.30
Berbuat baik terhadap keluarga sangatlah dianjurkan dalam Islam.
Rasullullah SAW bersabda
أدنكفأدنك ختكوأكث ا وابكوأ ماك أخ بر
Berbuat baiklah kepada ibumu, ayahmu, saudara peremupuanmu, dan
saudara laki-lakimu, setelah itu (kerabat) yang lebih dekat ( HR. An-Nasai).
3. Akhlak Terhadap Guru
Akhlak yang harus dimiliki dan dilakukan oleh seorang murid terhadap
gurunya antara lain :
a. Akhlak sebelum melangkah. Sebelum melangkah menuntut ilmu
hendaknya kita selalu berusaha mengikhlaskan niat. Sebagaimana telah
dijelaskan bahwa niat merupakan penentu diterimanya suatu amalan.
b. Mengagungkan guru. Mengagungkan orang yang berilmu termasuk
perkara yang dianjurkan. Rasullullah SAW bersabda: “Bukanlah
termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orang yang
tua, tidak menyayangi yang muda, dan tidak menghormati hak ulama
kami” (HR. Ahmad)
c. Mengakui keutamaan guru. Khatib al –Baghdadi berkata : “ Wajib bagi
seorang murid untuk mengakui keutamaan gurunya yang faqih dan
30 Samsul Munir Amin, “Ilmu Akhlak”, ( Jakarta : Bumi Aksara : 2016), hlm 217
24
hendaklah menyadari dirinya banyak mengambil ilmu dari gurunya”
(Al-Faqih wal mutafaqqih)
d. Doakan kebaikan untuknya.
e. Rendah diri kepada guru. Ibnu Jamaah berkata: “ Hendaklah seorang
murid mengetahui bahwa rendah dirinya kepada seorang guru adalah
kemuliaan, dan tunduknya adalah kebanggan”
f. Menontoh akhlaknya
g. Apabila pelajaran telah dimulai hendaklah seorang murid
memperhatikan hal-hal berikut
1) Menghadirknan hati dan perhatian yang seksama
2) Mengenakan pakaian yang bersih
3) Duduk dengan tenang
4) Bertanya kepada guru
5) Perhatikan keadaan gurumu
h. Membela kehormatan guru
i. Jangan berlebihan kepda guru31
4. Akhlak Terhadap Tetangga
Setiap individu membutuhkan bantuan dari orang lain, salah satu
orang yang paling dekat dengan kita adalah tetangga. Tetangga merupakan
salah satu orang yang akan membantu kita ketika mendapat masalah.
Tetangga adalah penghuni rumah yang berlokasi di samping rumah dalam
batas empat puluh rumah di setiap arah rumah, timur, barat, utara dan
selatan.
Para ulama membagi tetangga menjadi tiga macam. Pertama,
tetangga muslim yang masih mempunyai hubungan kekeluaragaan,.
Tetangga semacam ini mempunyai tiga hak, yaitu hak sebagai tetangga,
hak islam, dan hak kekerabatan. Kedua, tetangga muslim tetapi bukan
kerabat. Tetangga semacam ini mempunyai dua hak, yaitu hak sebagai
31 Veithzal Rivai Zainal dkk, Manajemen Akhlak menuju Akhlak Qur;an, (Jakarta:
Salemba Diniyah: 2008) hlm. 347-352.
25
tetangga dan hak islam. Ketiga, tetangga kafir walaupun kerabat. Tetangga
semaam ini hanya mempunyai satu hak yaitu sebagai tetangga.
Diantara akhlak yang harus kita lakukan terhadap tetangga antara
lain : memuliakan , mengucapkan salam ketika bertemu, menengoknya
ketika sakit, mengunungi dan membantu mereka.32
Dalam Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi saw
menperingatkan tentang pentingnya memberi perhatian kepada tetangga
dengan sabda beliau: “ Malaikat jibril berulang memperingatkan saya agar
berbuat baik kepada tetangga sampai-sampai saya menduga bahwa
tetangga pun akan mempunyai hak memperoleh warisan” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Dasar-dasar berbuat baik terhadap tetangga, antara lain Firman Allah taala
SWT berikut ini :
وبذيالقخربوالي تامى ئااوبلوالدينإحسانا ولتخشركخوابهشي والمساكينوالارذيواعبخدخوااللاليخ كانالقخربوالارالخنخبوالصااحببلنبوابنالسابيلوماملكتأيمانخكخمإنااللا من ب
فخخوراا) (36مختالا “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetanga jauh, teman
sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh Allah tidak
menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri. (Q.S an-Nisa ayat 36)
Seorang muslim bukan hanya dituntut tidak menggangu tetangga
justru berbuat baik. Seorang muslim dituntut untuk berbuat baik terhadap
tetangga dan menahan diri dari gangguan tetangga tau sekedar berbasa basi
dalam ucapan atau sikap, atau menutupi aibnya, dan menjaga privasinya,
tetapi juga menziarahi dan memberinya hadiah, ikut bergembira dengan
kegembiraannya, menyampaikan bela sungkawa atas kesedihannya.33
32 Veithzal Rivai Zainal dkk, “ Manajemen Akhlak Menuju Akhlak Al-qur’an”, (Jakarta:
Salemba Diniyah: 2018), hlm 272 33 Quraish Shihab, Yang Hilang dari Kita Akhlak, (Jakarta: Lentera Hati, 2016) hlm 260-
261
26
5. Akhlak Terhadap Teman
Pertemanan adalah hubungan social antara dua orang atau lebih.
Pertemanan akan terjalin lama apabila mereka sering bertemu dan emiliki
kesamaan dalam berbagai hal, dari pertemanan ini biasanya meninggkat
menjadi hubungan persahabatan. Persahabatan yang sesungguhnya dan
langgeng adalah persahabatn antar –orang baik yang memiliki pandangan
atau kegiatan yang baik. Persahabatan semaam ini biasanya akan terjalin
lama karena kebajiakn tidak berakhir berbeda dengan manfaat sejenak.
Pertemanan dapat merubah keendrungan seseorang. Dari sini maka
lahir tuntutan moral tentang perlunya memilih teman sepergaulan. Jangan
sampai keendrungan buruk pergaulan mempengaruhi.
Manusia memerlukan sahabat hakiki, baik saat senang maupun
dalam keadaan susah. Kegembiraan akan terasa hambar apabila hanya
seorang diri yang merasakannya. Itu sebabnya semakin banyak yang
bergembira, semakin besar kegembiraannya. Disaat sedih kita juga
memerlukan sahabat yang mendampingi guna memperkuat hati kita.
Bagi yang memiliki sahabat, berkewajiban memelihara akhlak
persahabatan, antara lain member perhatian kepadanya, menanyakan
beritanya jika ia tidak bertemu, tidak masa bodoh atau menganggap enteng
apa yang terjadi padanya. Bila bertemu dengannya, pertemuan hendaknya
disertai dengan wajah yang eria dan dengan wajah yang simpul.34
Akhlak terhadap teman hendaknya mengedepankan nilai-nilai budi
pekerti yang mulia, disamping bersumber pada al-qur;an dan sunnah
Rasullulah. Hubungan kasih saying harus dibina dengan sebaik-baiknya
dengan seluruh teman dan sahabat, hal ini bukan hanya dapat meniptakan
suasana persaudaraan, tetapi juga dapat meminimal terjadinya perselisihan
dan permusuhan.35
34Ibid, Quraish Shihab. hlm 258. 35 Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016) hlm. 223
27
6. Hasil Penelitian Yang Relefan
1. Berdasarkan skripsi yang dilakukan oleh Bukhari Wahyudengan judul Nilai-
“Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung Dalam Surat Al-Hujurat Ayat 11-
13”. Penelitianini bersifat kualitatif deskripstif yang bersifat kepustakaan dengan
menggunakan metode panfsiran Tahlili , hasil dari penelitian skripsi diatas bahwa
nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapatdalam surat al-Hujurat ayat 11-13
adalah: pada ayat 11 bahwa kita dilarang untuk mengolok-olok mukmin laiinya,
sedangkan pada ayat 12 menjelskan bahwa kita dilarang untuk memperbanyak
prasangka dan melakukan tuduhan serta penghianatan terhadap kerabat serta
keluarga. pada ayat 13 menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusi bersuku-
suku dan berkabilah-kabilah supaya saling mengenal dan kita perintahkan untuk
menjauhi dari mengolok-olok serta mengejek dan menggunjing.36
2. Berdasarkan skripsi yang dilakukan oleh Imam Aziz seorang mahasiswa
jurusan Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an (kajian tafsir surat
al-hujurat ayat 9-13)” penelitian ini menggunakan metode kualitiatatif yang
bersifat kepustakaan. Hail dari Penelitian ini menjelaskan bahwa nilai-nilai
akhlak yang terkandung alam surat al-Hujurat ayat 9-13 meliputi : sikap adil,
sikap persaudaraan, sikap menghargai orang lain, sikap humanis dan sikap
larangan menggunjing/ ghibab dan yang terkahir sikap taqwa .37
3. Berdasarkan skripsi yang dilakukan oleh Iffah Elviani seorang mahasiswa
jurusan Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Walisong dengan judul
“Nilai-Nilai Akhlak Social Dalam Al-Qur’an ( sebuah kajian tafsir Tahlili surat al-
hujurat ayat 11-13)” penelitian ini menggunakan metode kualitiatatif yang bersifat
Library Research. Hasil dari Penelitian ini menjelaskan bahwa nilai-nilai akhlak
socialyang terkandung alam surat al-Hujurat ayat 11-13 meliputi : Kita harus
36M.Bukhari Wahyu, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak yang Terkandung Dalam Surat Al-
Hujurat ayat 11-13”http://eprints.ums.ac.id/38224/diakses pada tanggal 19 Maret 2109 pada pukul
11.12 AM.
37Imam Aziz Firdaus, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir
Surat al-Hujurat ayat 9-13)”, Skripsi pada Program sarjana UIN Syarif Hidayatullah,
https://repository.uinjkt.ac,id>IMAM-FITK, diakses pada tanggal 31 Januari 2019 pukul 12.44 A
28
menjunjung tinggi kehormatan kaum Muslimin, larangan su’uẓan, mendidik
manusia untuk selalu berfikir positif agar hidup menjadi lebih produktif, sehingga
energi tidak terkuras hanya untuk memikirkan hal-hal yang belum pasti
kebenarannya, larangan ghibah, ta’aruf (saling mengenal) mendidik manusia
untuk selalu menjalin komunikasi dengan sesama, dan nilai persamaan derajat
mendidik manusia untuk saling mengenal dan menegakkan prinsip persatuan,
persaudaraan, dan persamaan. Karena sejatinya semua manusia sama dalam
pandangan Allah Subhanahu Wata’ala, yang membedakan hanyalah takwa.38
4. Berdasarkan skripsi yang dilakukan oleh Wafa Maulida Zahroseorang
mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Universits IAIN Surakarta dengan
judul Sikap sosial dalam surat Al-Hujurat ayat 11-13 Dan Implikasinya pada
Pendidikan Akhlak penelitian ini menggunakan metode kualitiatatif yang bersifat
Library Research. Hasil dari Penelitian ini menjelaskan bahwa sikap-sikap social
yang terdapat dalam surat al-Hujrat ayat 11-13 antara lain: sikap kemulian, sikap
memaafkan, sikap mendoakan orang lain, sikap Husnu dzon, sikap merahasiakan
aib orang lain, sikap menjunjung tinggi hidup dalam perbedaan dengan orang lain,
dan sikap mengalang persatuan dan kesatuan.39
38Iffah Elviani, Nilai-Nilai Akhlak Social Dalam Al-Qur’an ( sebuah kajian tafsir Tahlili
surat al-hujurat ayat 11-13, Skripsi pada Program sarjana UIN Walisongo,
http://eprints.walisongo.ac.id/7604/1/133111089.pdf diakses pada tanggal 19 April 2019 pada
pukul 09.25
39 Wafa Maulida Zahro, Sikap sosial dalam surat Al-Hujurat ayat 11-13 Dan
Implikasinya pada pendidikan Akhlak, skripsi pada program sarjana IAIN Surakarta, diakses pada
tanggal 30 Agustus 2019 pukul 20.22, http://eprints.iain-surakarta.ac.id/1164/1/SKRIPSI%20UTUH%20WAFA%27%20MAULIDA%20ZAHRO%27%20133111245.pdf
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian
Objek yang dibahas dalam penelitian ini adalah pendidikan akhlak sosial
yang terkandung dalam Al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 9-13. Adapun waktu yang
dilaksanakan dalam penelitian ini penelitian ini dimulai dari bulan Mei 2019.
Dengan perkiraan waktu penelitian sebagai berikut : bulan Mei sampai juni
menari seta mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penelitian, kemudian
dari bulan Juli hingga Oktober peneliti menganalilis data yang telah dikumpulkan.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, tujuan dari dilakukannya penelitian ada
tiga macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Data
yang diperoleh dari hasil penelitian dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan serta mengantisipasi masalah.1
Menurut Hilway dalam bukunya Introduction to Research mengemukakan
bahwa penelitian adalah sutu metode studi yang dilakukan seseorang melalui
penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga
diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.2
Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian kualitatif yang
bersifat kepustakaan (Library Research). Penelitian ini merupakan kajian literatul
dengan riset kepustakaan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis metode tafsir tahlili
atau yang dinamai oleh Baqir al-Shadr sebagai metode Tajzii.3Metode ini
berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai seginya,
1Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta : 2015 hlm 1-5 2 Khatibah, “ Penelitian Kepustakaan”, jurnal iqra volume 05 no 01, diakses pada tanggal
2 Aparil pukul 10.25, h.37,http://repository.uinsu.ac.id/640/1/%285%29PENELITIAN%20KEPUSTAKAAN.pdf
3 Dede Ahmad Ghazali dan Heri Gunawan, Studi Islam Suatu PengantaR Dengan Pendekatan Interdisipliner, (Bandung : Remaja Rosdakarya :2015) hlm 112
30
sesuai dengan kecendrungan, dan pandangan mufasirnya sertadihidangkan secara
runtut sesuai dengan penurutan ayat-ayat dlam Mushaf.4
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode tahlili yaitu dengan cara
menyebutkan surat al-Hujurat ayat 9-13 yang ditafsirkan kemudian menjelaskan
makna lafadz serta asbabunnuzul dari ayat tersebut.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan judul penelitian maka penulis memfokuskan penelitian pada
pendidikan akhlak socialyang terdapat dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 9-13.
Pada penelitian ini penulis ingin berniat mengungkapkan pendidikan akhlak
socialyang terdapat dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 9-13 berdasarkan data
dan sumber yang sesuai dengan fokus penelitian.
D. Sumber Penelitian
Sumber data yang didapat dalam penelitian ini berasal dari literatur-litertur
yang sesuai dengan tema dalam penelitian ini., yaitu dengan mengambil sumber-
sumber yang bersifat primer yaitu yang berasal dari al-Qur’an dan beberapa kitab
tafsir, seperti Al-Maraghi karya Ahmad Mustafa al-Maraghi, Al-Misbah karya
Quraish Shihab, dan Tafsir Ibnu Katsir karya Ibnu Katsir. Sedangkan data yang
bersifat sekunder merupakan buku-buku yang berkatan dengan akhlak social.
E. Teknin Pengumpulan Data
Data merupakan fakta atau informasi atau keterangan yang dijadikan
sebagai sumber atau bahan menemukan kesimpulan atau membuat keputusan.5
Dalam mendapatkan data-data yang diperlukan untuk penelitian ini,
penulis menggunakan metode library research (study pusataka), yaitu mengkaji
dokumen yang terkait dengan fokus masalah yang diteliti. Studi Pustaka
merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku seperti
surat kabar, catatan, transkip jurnal, majalan, dan lainya.Kegiatan ini dilakukan
dengan menghimpun data dari berbagai literature.6Adapun sumber datanya adalah
sebagai berikut:
4 Qurais Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang : Lentera Hati : 2013) hlm 378 5 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung, Pustaka Setia, 20110), hlm.146 6Ibid, Mahmud, hlm. 31
31
1. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan
dari sumber asli oleh orang yang berada dilapangan.Sedangkan data sekunder
adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sember-sumber yang telah ada,
data ini bisa diperoleh dari perpustakaan atau diri laporan-laporan penelitian
terdahulu.7Dalam penelitian ini yang termasuk dalam data primer adalah Al-
qur’an beserta terjemahannya dan Tafsir para Ulama termasuk tafsir al-Maraghi,
Ibnu Katsir, Tafsir al-Misbah.
2. Data Sekunder, yaitu data yang tidak langsung dari sumbernya. Untuk sumber
sekunder yang digunakan penulis adalah buku-buku yang sesuai dengan
pembahasan serta focus penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh melalui data yang bersifat primer serta sekunder kemudian
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini dianalisis dengan meggunakan
metode deskriptif analisis yang bertujuan untuk mempelajari dan menelaah isi
dokumen dan literature secara objektif.. Dalam menganalisis data dalam penelitian
ini, penulis mengguanakn metode tahlili. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
sebagai berikut;
1. Penulis memulai dengan menguraikan surat al-Hujura ayat 9-13 dan
terjemahannya .
2. Setelah menguraikan surat al-Hujurat, kemudian penulis menjelskan kosa
kata yang terdapat dalam surat al-Hujurat ayat 9-13 dalam masing-masing
ayat dirujuk pada kitab-kitab tafsir yang digunakan.
3. Menjelaskan tentang asbabunnuzul surat al-Hujurat ayat 9-13.
4. Menjelaskan makna yang terkandung dalam surat al-Hujurat ayat 9-13
dengan dibantu dari penjelasan ayat ayat, hadis atau ilmu yang berkaitan
dengan ayat tersebut. Pada tahap ini, penulis menjelaskan makna yang
terkandung dalam surat al-Hujurat ayat 9-13 menggunakan literature dari
berbagai kitab tafsir, kemudian hadist-hadist Rasullullah yang berkaitan
7 Ibid, Mahmud, hlm.46
32
dengan makna tersebut, serta buku-buku penunjang. Selain itu, pada tahap
ini penulis juga melakukan penelitian dan analisis terhadap pendidikan
akhlak social yang terkandung dalam surat al-Hujurat ayat 9-13 sesuai
bdengan runtutan ayat.
5. Setelah menjelaskan tentang makna surat al-Hujurat dan menganalisisnya,
selanjutnya penulis menarki kesimpulan tentang pendidikan akhlak social
yang terkandung dalam surat al-Hujurat ayat 9-13.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 9-13
1. Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 9-13
Surat al-Hujurat adalah surat yang terdiri dari 18 ayat. Para ulama menyatakan
bahwa surat ini diturunkan setelah Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah. Maka surat
ini digolongkan kedalam surat madaniyah. Surat ini diturunkan setelah surat Al-Fath dan
sebelum surat Qaf. Surat Al-hujurat memiliki arti kamar-kamar.1
Surat ini bertujuan untuk mendidik umat islam bagaimana seharusnya berperilaku
sehingga tercipta lingkungan yang bersih dan sejahtera yang dihiasi dengan sopan santun
terhadap Allah, Rasul, diri sendiri, dan orang lain. Sopan santun bukan saja berkaitan
dengan sikap lahiriah, tetapi berkaitan juga dengan bisikan hati dan gejolak-gejolaknya.2
2. Teks Ayat dan Terjemahan Surat Al-Hujurat Ayat 9-13
ن هما فإن ب غت إحداها على ال خرى ف قاتلوا الت ت بغي وإن طائفتان من المؤمنين اق ت ت لوا فأصلحوا ب ي
ن هما بلعدل وأقسطوا إن الل يب ال ا 9مقسطين )حت تفيء إل أمر الل فإن فاءت فأصلحوا ب ي ( إن
( ي أي ها الذين آمنوا ل يسخر ق وم 10 لعلكم ت رحون )المؤمنون إخوة فأصلحوا بين أخويكم وات قوا الل
هم ول نساء من نساء عسى أن يكن خيا من هن ول ت لم زوا أن فسكم من ق وم عسى أن يكونوا خيا من
يمان ومن ل ي تب فأولئك هم الظالمون )ول ت ناب زوا بلل ( ي أي ها 11قاب بئس السم الفسوق ب عد ال
يب ب عضا أ الذين آمنوا اجتنبوا كثيا من الظن إن ب عض الظن إث ول تسسوا ول ي غتب ب عضكم
تا فكرهتموه وات قوا الل إن الل ت واب رحيم ) ( ي أي ها الناس إن 12أحدكم أن يكل لم أخيه مي
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 11 (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), cet. 3,
h. 235 2 M. Quraish Shihab, al-Quran dan Maknanya, (Tangerang: Lentera Hati, 2010), Cet. I, h. 35.
34
عليم خبي مكم عند الل أت قاكم إن الل خلقناكم من ذكر وأن ثى وجعلناكم شعوب وق بائل لت عارفوا إن أكر
(13)
9. Dan apabila ada dua golongan mu’min berperang, maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap golongan yang lain
maka perangilah golongan yang berbuat zalim itu sehingga golongan itu kembali
kepada perintah Allah, jika ia telah kembali kapada perintah Allah maka
damaikanlah antaar keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesuangguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
10. Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu
mendapat rahmat.
11. Wahai orang-orang yang beriman janganlah mengolok-olok suatu kaum yang
lain, karena boleh jadi mereka yang diperolok-olok lebih baik dari mereka yang
mengolok-olok, dan jangan pula perempuan-perempuan memperolok-olok
perempuan yang lain karna boleh jadi perempuan yang diperolok-olok lebih baik
dari perempuan yang mengolok-olok. Janganlah kamu saling mencela satu sama
lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan adalah panggilan yang buruk setelah beriman dan barang siapa tidak
bertaubat maka mereka itulah orang-orang zalim.
12. Wahai orang-orang yang beriman! jauhilah kebanyakan berburuk sangka
(kecurigaan), sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, dan janganlah
kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dang janganlah ada diantara kamu yang
menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati?, tentu kamu merasa Jijik, dan bertaqwalah
kepadaAllah, sesungguhnya Allah maha penerima tobat dan maha penyayang.
13. Wahai manusia! sengguh kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah yang paling bertaqwa. Sungguh Allah maha mengetahui, dan maha
teliti.
35
3. Tafsir Mufradat
Kata (الطائفة) At-Taifah memiliki arti kelompok yang berjumlah kurang dari
jumlah firqah.3
Kata ( ن هم Aslihu Baynahuma memiliki arti cegahlah keduanya dari (أصلحوا ب ي
pertempuran dengan diberi nasihat atau ancaman atau hukuman.4
Kata )إقتتلو( iqtatalu diambil dari kata (قتل) qatala yang berarti membunuh, atau
berkelahi, atau mengutuk.5
Kata (بغت( baghat dismbil dari kata (بغي) bagha pada mulanya berarti
berkehandak. Tetapi kata ini berkembang maknanya sehingga bisa digunakan untuk
kehendak yang bukan pada tempatnya, dan dari sini ia dipaham dengan arti
melampaui batas.6
Kata ( المقسطين) al-muqhsitin diambil dari kata )قسط ( qisth berarti adil.7
Kata (الءخوة) al-ikhwah yang berarti saudara-saudara yang memilik nasab8
Kata (يسخر) Yaskhar memiliki arti memperolok-olokan yaitu menyebutkan
kekurangan pihak lain dengan tujuan menertawakan yang bersangkutan, baik dengan
ucapan perbuatan maupun tingkah laku.9
Kata ( تلمزو) Talmizu diambil dari kata (اللمز) al-lamz memiliki arti menegjek baik
dengan isyarat, bibir atau tangan yang dapat dipahami sebagai ejekan.10
3 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj Bahrun Abu Bakar, Lc., jilid . 27 (Semarang: CV.
Toha Putra , 1993), cet 2. H.215.
4Ibid.
5 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid 13, (Jakarta:Lentera
Hati, 2002), h. 244
6 Ibid, h.245
7 Ibid.
8 Ahmad Musthafa al-Maraghi, op.cit, h. 216
9 M. Quraish Shihab, op.cit, h. 251
10 Ibid, h. 251
36
Kata ) تنا بزوا ) tanabazu terambil dari kata النبذ an-Nabz yang berarti member
gelar buruk. At-Tanabuz yang berarti saling member gelar buruk.11
Kata ( اجتنبو ) ijtanibu diambil dari kata جنب yang berarti samping. Penambahan
huruf ت pada kata tersebut berfungsi sebagai penekanan yang berarti upaya
sungguh-sungguh untuk menghindari prasangka buruk. 12
Kata ) الءث ) memiliki arti dosa.13
Kata ( تسوا ) tajassasu diambil dari kata جس jasaa yakni upaya mencari tahu
dengan cara tersembunyi .14
Kata ( يغتب ) yaghtab diambil dari kata ( غيبة ) ghibah yang berasal dari kata غيب
ghaib yakni tidak hadir.15
Kata ( شعوب ) syu’ub adaklah bentuk jamak dari kata شعب syaab kata ini
digunakan untuk menunjukan kumpulan dari sekian qabilah yang bisa diterjemahkan
suku yang merujuk pada satu kakek.16
Kata ( تعا رفو ) taarofu berasal dari kata ) عرف ) yangberarti mengenal. Patron
kata yang digunakan dalam ayat ini mengandung makna tibal balik yang berarti saling
mengenal.17
4. Asbabunnuzul Ayat
Asbabunnuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya
ayat al-qur’an, dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-
masalah yang timbul dari kejadian tersebut. Bentuk-bentuk peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya al-qur’an sangat beragam, diantaranya berupa konflik
11 Ibid, h.252
12 Ibid.
13 Ahmad Musthafa al-Maraghi, op.cit, h. 226
14 M. Quraish Shihab, op.cit, h 255
15 Ibid, h. 256
16 Ibid, h. 260.
17 Ibid, h. 262
37
sosial seperti ketegangan yang terjadi anatara suku aus dan suku khazraj, kesalaahan
besar, seperti kasus seorang sahabat yang mengimani shalat dalam keadaaan mabuk,
dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada nabi,
baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang dan yang akan terjadi.18
Al-Qur’an diturunkan melalui sebab musabab (Asbabun nuzul), tetapi tidak
semua ayat yang terdapat di Al-Qur’an memiliki asbabun nuzul. Demikian juga
dengan Surat Al-hujurat. Berdasarkan penjelasan di atas mengenai Asbaun nuzul
ayat, berikut ini akan dipaparkan mengenai sebab turun dari surat Al-Hujurat ayat 9-
13:
Dalam tafsir al-Misbah menjelaskan pada ayat 9-10 ada riwayat yang menyatakan
bahwa ayat ini turun berkaitan dengan pertengkaran yang mengakibatkan perkelahian
dengan menggunakan alas kaki, antara kelompok auz dan khazraj. Kejadian ini
dimulai ketika Rasullullah saw yang mnegendarai keledai melalui jalan dimana
‘Abdullah bin Ubay Ibnu Salul’ sedang duduk dan berkumpul dengan rekan-
rekannya. Saat itu keledai Rasullullah buang air, lalu ‘Abdullah yang merupakan
tokoh kaum munafikin berkata “lepaskan keledaimu karna baunya sangat
mengganggu kami”. Sahabat nabi Abdullah Ibn Rawahaah ra menegur Abdullah
sambil berkata “ Demi Allah, bau air seni keledai lebih wangi dari minyak wangimu”
dan terjadilah pertengkaran yang mengundang kehadiran kaum masing masing 9 (HR.
Bukhari dan Muslim melalui Anas Ibnu Malik). Berkenaan dengan kejadian tersebut,
maka turunlah ayat: Jika dua golongan antara orang-orang Mukmin berkelahi, maka
damaikanlah mereka… (Qs. Al Hujurat: 9). Saat kedua kelompok saling memukul
dengan pelepah kurma, sandal dan tangan, kemudian turunlah ayat QS al-Hujurat 10.
Ayat tersebut menjelaskan mengapa perdamaian perlu dilakukan dan sihlah perlu
ditegakan. 19
Qurais Shihab berpendapat bahwa riwayat diatas tidak berarti bahwa peristiwa
itulah yang mengakibatkan turunnya ayat diatas. Ini disebutkan dalam riwayat lain
yang juga disebut dalam Shahih Bukhari. Kasus diatas disebut sebahai sebab nuzul ,
18 Pan Suadi, Asbabun Nuzul : Pengertian, Macam-Macam, Redaksi dan Urgensi, Issn 25491954, Vol. 1
No. 1 Juli – Desember 2016, diakses pada tanggal 20 oktober 2019,
http://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/almufida/article/download/107/102
19 M. Quraish Shihab, op.cit, h. 246.
38
dalam arti kejadian diatas termasuk salah satu contoh yang dicakup pengertiannya
oleh ayat di atas.20
Selanjutnya, pada ayat 11 Muchlis M hanafi menjelaskan salah satu sebab
turunnya ayat ini yaitu berkenaan dengan Bani Salimah yang dimana salah satu
kebiasaan penduduk Madinah ketika Nabi saw, tiba di Kota Madinah memanggil
kawan dengan berbagai julukan. Tidak jarang julukan yang diberikan itu bersifat
mengejek dan menghina, maka turunlah ayat tersebut. Hal ini dijelaskan dalam hadist
yang diriwayatkan oleh imam al- Bukhari :
م رسو ل الله عن أبي جبية بن الض حاك قال فينا ن زلت في بني سلمة )ولتناب زوا بللقاب( قال : قد
ولاسان أو ثلاثة فكان إ هم بسم من صلي الله عليه وسل م المدي نة,و ليس من ا رجل إل ذا دعا أحدا من
قاب تلك الساء , قا لو ي رسو ل الله . إنه ي غضب من هذا قا ل : ف ن زلت : ول تنا بزو ب لل
Abu Jabirah bin Dhak berkata, ‘Firman Allah walatana badzu bil alqob turun
berkaitan dengan kami, Bani Salimah. Saat Rasullullah sampai diMadinah, semua
orang disana punya dua bahkan tiga julukan, mereka biasa memanggil satu sama lain
dnegan julukan itu. Karena kebiasaan itu pula terkadang Rasullulah memanggil
seseoramg dari mereka dengan salah satu julukan tersebut. Kawan-kawan pria itu allu
melapor kepada Nabi, “Wahai Rasulllullah, ia tidak suka dipanggil dengan julukan
itu, tidak lama kemudian turunlah ayat “walatanabadzu bil alqob”.21
Selain riwayat diatas ada pendapat lain yang menyatakan ayat ini turun berkenaan
dengan ejekan yang dilontarkan oleh Tsabit Ibn Qais, seorang sahabat Nabi saw yang
tuli. Tsabit melangkahi sekian orang untuk dapat duduk didekat Rasul agar dapat
mendengar wejangan beliau. Salah seorang menegurnya, tetapi Tasbit marah sambil
memakinya dengan menyatakan bahwa dia yakni si penegur adalah anak si Anu (
seorang wanita yang pada masa Jahiliyah dikenal memiliki aib) orangyang diejek
merasa dipermalukan, maka turunlah ayat ini.22
20 Ibid.
21 Muchlis M Hanafi, Asbabunnuzul Kronologi dan Sebab Turun Ayat, (Jakarta : Lajnah Penasihat Mushaf
al-Qur’an : 2015), h. 409
22 M. Quraish Shihab, op.cit, h. 253
39
Pada ayat 12, diriwayatkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Salman al-
Farisi yang apabila selesai makan ia terus tidur dan mendengkur. Pada waktu itu ada
orang yang mempergunjingkan perbuatannya itu. Maka turunlah ayat ini yang
melarang sesseorang menceritakan aib orang lain.23
Pada ayat 13, diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa ayat ini turun berkenaan
dengan Abu Hind yang pekerjaan sehari-harinya adalah pembekam. Nabi meminta
kepada Bani Bayadhah agar menikahkan salah seorang putrid mereka dengan Abu
Hind, tetapi mereka enggan dengan alasan tidak wajar mereka menikahkan putri
mereka dengannya yang merupakan salah seorang dengan budak mereka. Sikap keliru
ini di kecap oleh al-Qur’an maka turunlah ayat ini.24
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika fathu Makkah Bilal naik ke atas
Ka’bah untuk adzan. Berkatalah beberapa orang: “apakah pantas budak hitam adzan
di atas Ka’bah?”. Maka berkatalah yang lainnya : “Sekiranya Allah membenci orang
lain pasti Allah akan menggantinya”. Maka turunlah ayat ini sebagai penegasan
bahwa dalam islam tidak ada diskriminasi.25
5. Tafsir Surat Al-Hujurat menurut Para Ahli Tafsir
a. Penafsiran ayat ke 9
ن هما فإن ب غت إحداها على الخرى ف ق اتلوا الت وإن طائفتان من المؤمنين اق ت ت لوا فأصلحوا ب ي
ن هما بلعدل وأقسطوا إن الل ي ب المقسطين ت بغي حت تفيء إل أمر الل فإن فاءت فأصلحوا ب ي
)9(
Dan apabila ada dua golongan mu’min berperang, maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap golongan yang
lain maka perangilah golongan yang berbuat zalim itu sehingga golongan itu
kembali kepada perintah Allah, jika ia telah kembali kapada perintah Allah maka
damaikanlah antaar keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
23 Qomaruddin Shaleh dkk, Asbabun Nuzul, (Bandung: CV Diponegoro, 1995) , h.474
24 M. Quraish Shihab, op.cit, h 261
25 Qomaruddin Shaleh dkk. Op.cit. h.475
40
Dalam tafsir Al-misbah ayat ini berbicara tentang perselisihan antara kaum
mukminin yang antara lain disebabkann oleh adanya isu yang tidak jelas
kebenaranya. Dan jika ada dua kelompok yang telah menyatu secara factual atau
berpotensi untuk menyatu dari yakni sedang mereka adalah orang-orang mukmin
dalam bentuk sekecil apapun maka damaikanlah antara keduanya. Jika slaah satu
keduanya yakni kedua kelompok itu, sedang atau maish terus menerus berbuat
aniaya terhadap kelompok yang lain sehingga enggan menerima kebenaran dan
atau perdamian maka tindaklah kelompok yang berbuat aniaya itu sehingga ia
yakni kelompok itu kembali kepada perintah Allah itu maka damaikanlah antara
keduanya dengan adil dan berlaku adillah dalam segala hal agar putusan kamu
dapat ditrima dengan baik oleh semua kelompok. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang ang berlaku adil.26
Quraish shihab menjelaskan dalam tafsirnya ayat ini memerintahkan untuk
melakukan ishlah sebanyak dua kali. Yang pertama pada kata ن هما فأصلحوا ب ي
tanpa diaiikuti dengan kata العدل Tetapi yang kedua dikaitkan dengan kata العدل
ن هما بلعدل ) Ini bukan berarti bahwa perintah ishlah yang pertama .(فأصلحوا ب ي
tidak harus dilakukan denga adil, hanya saja pada yang kedua itu ditekankan lebih
keras lagi karena yang kedua telah didahului oleh tindakan terhadap kelompok
yang menerima ishlah yang pertama. Dari sini ayat diatas menyebut secara tegas
perintah berlaku adil.27 Allah SWT berfirman kepada kaum mukminin untuk mendamaikan orang-
orang (kubu-kubu) yang sedang bertikai seperti didalam ayat وإن طائفتان من المؤمنين
ن هما Dan apabila ada dua golongan mu’min berperang, maka“ اق ت ت لوا فأصلحوا ب ي
damaikanlah antara keduanya”. Mereka tetap disebut orang-orang yang beriman
meski saling menyerang satu sama lain. Atas dasar ini Imam Bukhori dan yang
26 M. Quraish Shihab, op.cit h.243
27Ibid, h.245
41
lainnya mengatakan bahwa perbuatan maksiat meski besar tidak mengeluarkan
seseorang dari keimanannya.28
Dalam hadist Sahih dari Anas Ra. Nabi saw bersabda :
نأب ث ناهشيم،أخبنعب يداللهب ث ناسعيدب نسليمان،حد دب ن عبدالرحيم،حد ث نامم يبكربنأنس، حد
: ومظلوما«ف قالرجل »انصرأخاكظالماأ : قالرسولللهصلىاللهعليهوسلم : عنأنسرضياللهعنه،قال فأنصره؟قال ،أنصرهإذاكانظلوما،أف رأي تإذاكانظالماكي »تجزه،أوتن عه،منالظلمفإنذلكنصره«: يرسوللل
“Tolonglah saudaramu ketika berbuat aniaya atau dianiaya. “Saya berkata,
“Ya Rasullullah orang itu saya tolong ketika teraniaya. Maka bagaimanakah aku
harus menolong dia ketika berbuat aniaya?” Rasul berabda. “Kamu mencegah dia
dari berbuat aniaya, itulah cara mu menolong dia”.29
Dari beberapa penjelasan para ahli tafsir diatas dapat dipahami ayat ini
memerintahkan kita untuk selalu berdamai satu samaa lain dan melakukan ishlah
dengan menggnakan keadilan dalam setiap kondisi apapun.
b. Penafisiran Ayat ke 10
ا المؤمنون إخوة (10فأصلحوا بين أخويكم وات قوا الل لعلكم ت رحون )إن
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kepada Allah agar
kamu mendapat rahmat. Setelah ayat sebelumnya memerintahkan untuk melakukan perdamaian
antara dua kelompok orang beriman, ayat diatas menjelaskan perlunya
perdamaian dilakukan. perdamaian perlu dilakukan dan Ishlah perlu ditegakkan
karena sesungguhnya orang-orang mukmin yang mantap imannya serta dihimpun
oleh keimana, kendati tidak seketurtunan adalah bagaikan bersaudara seketurunan,
dengan demikian mereka memiliki keterkaitan bersama dalam iman dan juga
keterkaitan bagaikan seketurunan. Karena itu wahai orang-orang yang beriman
28 Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir. Terj dari al-Misbahul Munir Fii
Tahdzibi Tafsiri Ibnu Katsir oleh tim pustaka ibnu Katsir jilid 8, ( Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2016), h. 470
29 Ahmad Musthafa al-Maraghi, op.cit h.218
42
yang tidak terlibat langsung dalam pertikaian antar kelompok-kelompok
damaikanlah walau pertikian itu hanya terjadi antara kedua saudara kamu apalagi
jika jumlah yang bertikai lebih dari dua orang dan bertaqwalah kepada Allah
yakni jaga;lah diri kamu agar tidak ditimpa bencana, baik akibat pertikaian itu
maupun selainnya supaya kamu mendapat rahmat anatara lain rahmat persatuan
dan kesatuan.30
Dalam kitab al-maraghi menjelaskan bahwa orang islam yang satu dengan
yang lainnya adalah saudara. Dia tidak boleh menganiaya atau menghina atau
merendahkannya atau saling mengungguli dengannya dengan membuat gedung-
gedung, sehingga ia menutupi angin terhadapnya kecuali dengan izinnya, atau
menyakiti hatinya dengan tak sudi memberikan isi pancinya kecuali menciduk
untuknya satu cidukan, dan jangan membeli buah-buahan untuk anakn-anaknya
lalu mereka keluar membawa buah-buahan tersebut menuju anak-anak
tetangganya sedang anak-anak itu tidak berbagi memakan buah-buahan tersebut
dengan kawan-kawannya. Kemudian sabdanya pula “Perihalah oleh kalian,
namun hanya sedikit saja diantara kalian yang mau memelihara.31 Semua orang yang beriman merupakan bersaudara dalam agama
sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah : سلم أخو المسلم ل يظلمه ول يسلمه
الم
Orang muslim adalah saudara orang muslim lain, tidak mendzaliminya dan
tidak pula membiarkannya dizhalimi.32 Menurut Quraish Shihab penggunaan kata ا dalam konteks penjelasan إن
tentang persaudaraan antar sesama mukmin ini, mengisayaratkan bahwa semua
pihak telah mengetahui secara pasti bahwa kaum beriman bersaudara.33
30 M. Quraish Shihab, op.cit h 247
31 Ahmad Musthafa al-Maraghi, op.cit h.218
32 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, op.cit h.472-473
33 M. Quraish Shihab, loc.cit.
43
Dala pemaparan penafsiran diatas dapat disimpulan bahwa ayat diatas
menjelaskan setiap mukmin itu bersaudara dan perlunya menjaga persatuan serta
kesatuan antar hubungan anggota masyarakat agar medapatkan limpahan rahmat.
c. Tafsir ayat ke 11 هم ول نساء من نسا ء عسى أن ي أي ها الذين آمنوا ل يسخر ق وم من ق وم عسى أن يكونوا خيا من
يمان ومن ل ن ول ت لمزوا أن فسكم ول ت ناب زوا بللقاب بئس يكن خيا من ه السم الفسوق ب عد ال
(11ي تب فأولئك هم الظالمون )
Wahai orang-orang yang beriman janganlah mengolok-olok suatu kaum
yang lain, karena boleh jadi mereka yang diperolok-olok lebih baik dari mereka
yang mengolok-olok, dan jangan pula perempuan-perempuan memperolok-olok
perempuan yang lain karna boleh jadi perempuan yang diperolok-olok lebih baik
dari perempuan yang mengolok-olok. Janganlah kamu saling mencela satu sama
lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-
buruk panggilan adalah panggilan yang buruk setelah beriman dan barang siapa
tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang zalim. Setelah ayat sebelumnya memerintahkan untuk melakukan Ishlah akibat
pertikaian yang muncul, maka ayat diatas membri petunjuk tentang beberapa hal
yang harus dihindari untuk mencegah timbulnya pertikaian. Allah berfirman
memanggil kaum beriman dengan panggilan mesra : Hai orang-orang yang
beriman janganlah suatu kaum yakni kelompok pria mengolok-ngolok kaum
kelompok pria yang lain, karena hal tersebut dapat menimbulkan pertikaian
walau yang diolok-olok kaum yang lemah apalagi boleh jadi mereka yang diolok-
olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok sehingga dengan demikian yang
berolok-olok melakukan kesalahan berganda. Pertama mengolok-olok dan yang
kedua diolok-olokan kebih baik dari mereka, dan jangan pula wanita-wanita yakni
mengolok-olok terhadap wanita-wanita lain karena ini menimbulkan keretakan
hubungan anatar mereka, apalagi boleh jadi mereka yakni wanita yang diperolok-
olokan lebih baik dari mereka yakni wanita yang mengolok-olok itu dan janganlah
44
kamu mengejek siapapun secara sembunyi-sembunyi dengan ucapan, perbuatan
atau isyarat karena ejekan itu akan menimpa diri kamu sendiri dan janganlah
kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang dinilai buruk oleh yang kamu
panggil alau kamu menilainya benar dan indah baik kamu yang menciptakan
gelarnya maupun orang lain. Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan kefasikan
yakni panggilan buruk sesudah iman. Siapa yang bertaubat sesudah melakukan
hal-hal buruk itu, maka mereka adalah orang-orang yang menelusuri jalan lurus
dan barang siapa yang tidak bertaubat maka merekalah orang-orang yang dzalim
dan mantao kedzlimannya dengan mendzlimi orang lain dan dirinya sendiri.34 Allah Swt melarang kita untuk menghina orang lain yakni dengan
meremehkan dan mengolok olok. Sebagaimana yang disebutkan dalam Hadsit
Shahih dari Rasullullah saw, beliau bersabda :
الكب بطر الق وغمط الناس Di dalam ibnu katsir menjelaskan bahwa takabbur adalah menentang
kebenaran dan meremehkan (merendahakan) manusia. Makna yang dimaksud
adalah menghina dan meremehkan orang lain. Perbuatan tersebut diharamkan,
sebab barangkali orang yang dihina tersebut memiliki keduudkan yang lebih
tinggi dihadapan Allah SWT dan lebih dicintai Allah SWT.35 Ibnu Abbas ra Mujahid, Said bin Jubair, Qatadah dan Muqatil bin Hayyan
berkata, “ Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri’, artinya adalah janganlah
kalian saling memfitnah satu sama lain.36 Allah Swt melarang kita mengejek dan menghina orang lain, sebagaimana
yang telah ditetapkan dengan dalam hadist sahaih bahwa Rasullullah Saw
bersabda , “Kesombongan itu adalah mencampakan kebenaran dan menghinakan
manusia.” Kesombongan itu hukumnya haram. Boleh jadi, oerang dihina itu
kedudukannya lebih mulia dari sisi Allah. Itulah sebabnya Allah Swt berfirman, “
Hai orang-orang yang beriman, Janganlah kamu mengolok-olok kaum yang lain,
34 Ibid, H. 250-251
35 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, op.cit h. 475
36 Ibid.
45
karena boleh jadi mereka yang diolok-olokan itu lebih baik dari mereka yang
mengolok-olok itu. Dan jangan pula wanita mengolok-olok wanita-wanita lain
karena boleh jadi wanita yang diperolok-olokan itu lebih baik dari wanita yang
memperolok-olokan,’ secara nash larangan tersebut ditunjukan kepada kaum laki-
laki dan dilanjutkan untuk kaum wanita, dengan demikian ayat ini merupakan
larangan bagi laki-lai dan wanita.37 Dari penafsiran ayat diatas, dapat dipahami bahwa kita dilarang untuk
mengolok-olok satu sama lain karna belum tentu orang yang diolok-olok lebih
rendah dari orang yang mengolok-olok karna belum tentu apa yang dinilai
manusia sama dnegan penilain Alllah. Setiap mukmin juga dilarang untuk
memanggil saudarang dengan panggilan buruk / fasik yaitu panggilan yang tidak
ia sukai karna. d. Tafsir Ayat 12
عضكم ب عضا أي ها الذين آمنوا اجتنبوا كثيا من الظن إن ب عض الظن إث ول تسسوا ول ي غتب ب ي
تا فكرهتموه وات قوا الل إن الل ت وا (12ب رحيم )أيب أحدكم أن يكل لم أخيه مي
Wahai orang-orang yang beriman! jauhilah kebanyakan berburuk sangka
(kecurigaan), sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dang janganlah ada diantara
kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?, tentu kamu merasa Jijik,
dan bertaqwalah kepadaAllah, sesungguhnya Allah maha penerima tobat dan
maha penyayang. Ayat diatas masih merupakan lanjutan tuntunan ayat yang lalu. Hanya pada
ayat ini adalah hal-hal buruk yang sifatnya tersembunyi, karena itu panggilan
mesra kepada orang0orang beriman diulangi untuk kelima kalinya. Disisi lain
memanggil dengan panggilan buruk yang telah dilarang oleh ayat yang lalu boleh
jadi panggilan atau gelar itu dilakukan atas dasar dugaan yang tidak berdasar,
karena itu ayat diatas menyatakan : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
37 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, loc.cit h.475.
46
dengan upaya sungguh-sungguh banyak dari dugaan, yakni prasangka buruk
terhadap manusia yang tidak memiliki indicator memadai, sesungguhnya sebagian
dugaan yakni yang tidak emmiliki indicator itu adalah dosa. Selanjutnya karena tidak jarang prasangka buruk mengundang upaya mencari
tahu, maka ayat diatas melanjutkan bahwa: Dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain yang justru ditutupi oleh pelakunya serta jangan juga
melangkah lebih luas yaknisebagian kamu menggunjing yakni membicarakan aib
yang lain, karena itulah hindarilah pergunjingan karena itu sama saja memakan
daging saudaranya yang telah meninggal dunia maka hindarilah siksa-Nya di
dunia dan dikahirat dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya serta bertaubatlah atas aneka kesalahan.38 Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Malik dari Abu Huraira, Rasullulloh
saw bersabda:
ن يوسف،أخبنمالك،عنأبيالز ند،عنالعرج،عنأبيهري رةرضياللهعن ث ناعبداللهب ه،أن رسولللهصلىاللهعليه حد: وسلمقال
لظنأكذبلديث،ولتسسوا،ولتسسوا،ولت ناجشوا،ولتاسدوا،و كموالظن،فإن لت باغضوا،ولتدا»إي 39ب روا،وكونواعباداللهإخوان«
“Jauhilah prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah perkataan yang
paling dusta. Janganlah kalian saling semata-matai, janganlah kalian saling
mencari informasi. Janganlah saling bersaing. Janganlah saling mendeki. Jangan
saling mendeki, jangan saling memebenci, dan jangan slaing membelakangi.
Tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.40 Allah Swt mendidik hamba-hamba-Nya yang mukmin dengan kesopanan-
kesopanan. Dalam ayat ini kesopanan-kesopanan yang diperintahkan agar dapat
menambah kuatnya hubungan dengan masyarakat antara lain:
38 M. Quraish Shihab, op.cit h. 254
39Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari Jilid VIII, Kitab Al-Adab,bab Ya Ayyuhalladzinaamanu Ijtanibuu katsiran
minaz zhanni inna ba’dha zhanni ismun walaa tajassasu,(Beirut : Daru Thauq An-Najah, 2001), h.19
40 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, op.cit h 478
47
1) Menghindari purbrasangka yang buruk terhadap sesame manusia dan
menuduh mereka berhinat pada apapun yang mereka ucapkan dan yang
mereka lakukan. Karena sebagian dari purbrasangka dan tuduhan tersebut
kadang-kadang merupakan dosa semata-mata. Maka hendaklah
menghindari kebanyakan darihal tersebut. Ada sebuah riwayat yang diriwayatkan orang dari Umar ra, bahwa dia
berkata , “ Janganlah sekali-kali kamu menyangka sesuatu perkataan yang
keluar dari saudara mu yang mukmin kecuali sebagai sesuatu yang baik.
Karena kamu masih mendapatkan tempat yang baik untuk kata-kata itu. 2) Jangan mencari keburukan dan aib orang lain. 3) Jangan sebagian mereka menyebut sebagian yang lain dengan hal-hal
yang tidak mereka sukai tanpa sepengetahuan mereka. Syari telah
mengumpamakan orang yang melakukan ghibah (penggunjingan) sebagai
orang yang memakan daging bangkai saudaranya.41 Ghibah sendiri menyebut orang lain yang tidak hadir dihadapan penyebutnya
dengan sesuatu yang tidak disenangi oleh yang bersangkutan. Sedang, jika
keburukan yang disebut itu tidak disandang oleh yang bersangkutan, maka ia
dinamai buhtan ( kebohongan besar). Menurut pakar-pakar hukum ghibah
dibenarkan dengan beberapa alasan antara lain: 1) Meminta fatwa, yakni seseorang yang bertanya tentang hukum dengan
menyebut kasus tertentu dengan memberi contoh. Ini seperti halnya
seorang wanita yang bernama Hind meminta fatwa nabi menyangkut
suaminya yakni Abu Sufyan dengan menyebut kekikirannya. Yakni
apakah sang istri boleh mengambil uang tanpa sepengetahuannya. 2) Menyebut keburukan seseorang yang memang tidak segan menampakkan
keburukannya dihadapan umum. Seperti menyebut si A adalah pemabuk,
karena ia sering minum dihadapan umum dan mabuk. 3) Menyampaikan keburukan seseorang kepada yang berwenang dengan
tujuan mencegah terjadinya kemunkaran.
41 Ahmad Musthafa al-Maraghi, op.cit h. 227
48
4) Menyampaikan keburukan seseorang kepada siapa yang sangat
membutuhkan infirmasinya kepada yang bersangkutan, misalnya dalam
konteks menerima lamarannya. Memperkenalkan seseorang yang tidak
dapat dikenal kecuali dengan menyebut aib/ kekurangannya.42 Para ulama sepakat bahwa ghibah merupakan dosa besar. Dan bagi orang-
orang yang menggunjing seseorang maka ia wajib bertaubat kepada Allah dan
memohon ampunan kepada orang ia gunjing dan meminta maaf terhadap orang
yang ia gunjing43 Dari penafsiran diatas ayat ini menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kita
untuk menjauhkan diri dari berburuk sangka terhadap sesuatu yang tidak ada
dasarnya, mencari-cari kesalahan yang terdapat dalam diri orang lain karna ini
semua hal itu merupakan dosa. Allah juga mengecam umatnya untuk menghindari
ghibah,Allah memberi perumpamaan kepada orang yang melakukan ghibah yaitu
seperti memakan daging saudanya sendiri. Salah satu penyebab dilarangnya
ghibah karna ghibah dapat merusak tatanan kehidupan bermasyarakat.
e. Tafsir Ayat 13
رمكم عند الل ي أي ها الناس إن خلقناكم من ذكر وأن ثى وجعلناكم شعوب وق بائل لت عارفوا إن أك
(13)أت قاكم إن الل عليم خبي
Wahai manusia! sengguh kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah yang paling bertaqwa. Sungguh Allah maha
mengetahui, dan maha teliti.
Dalam tafsir al-misbah menjelaskan bahwa ayat diatas menguraikan tentang
prinsip dasar hubungan manusia. karna itu ayat diatas tidak lagi menggunakan
panggilan yang ditunjukkan kepada orang-orang beriman, tetapi kepada jenis
manusia. Allah berfirman :Hai manusia seseungguhnya kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan perempuan yakni Adam dan Hawa atau dari sprema
42 M. Quraish Shihab, op.cit h 256-257
43 Ibid, h. 231
49
laki-laki dan ovum perempuan, serta menjadiakn kamu berbangsa-bangsa juga
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal yang mengantar kamu untuk saling
membantu dan saling melengkapi, sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal sehingga tidak ada sesuatu pun yang
tersembunyi bagi-Nya walau detak detik jantung dan niat seseorang.44
Allah swt berfirman seraya memberitahukan kepada manusia bahwa mereka
diciptakan dari satu jiwa dan dari satu jiwa tersebut diciptakan jodohnya.
Keduanya adalah Adam dan Hawwa, kemudian mereka dijadikan berbangsa-
bangsa yang lebih besar dari pada kabilah agar mereka saling mengenal.45
Dalam tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa bahwa manusia seluruhnya
berasal dari seorang ayah dan ibu. Maka kenapakah saling mengolok-olok sesame
saudara, hanya saja Allah Swt menjadikan mereka bersuku-suku dan berkabilah-
kabilah yang berbeda-beda agar diantara mereka terjadi saling mengenal dan
tolong menolong dalam kemaslahatan mereka yang bermacam-macam. Namun
tetap tidak ada kelebihan bagi seseorang pun atas yang lain, kecuali dengan taqwa
dan kesalehan, di samping kesempurnaan jiwa bukan dengan hal-hal yang bersifat
keduniaan yang abadi46
Dalam menafsirkan kalimat وجعلناكم شعوب وق بائل لت عارفوا Ahmad Mustafa al-
Maraghi menjelaskan bahwa Allah menjadikan manusia bersuku-suku dan
berkabilah-kabilah supaya kamu kenal-mengenal, yakni slaing mengenal bukan
saling mengingkari sedangkan mengejek, mengolok-olok dan menggunjing
menyebabkan terjadinya saling mengingkari itu.47
Dari beberapa penafsiran diatas, dapat dipahami bahwa Allah menciptakan
manusia dari laki-laki dan perempuan (Adam dan Hawa), kemudian Dia
menjadikan manusia menjadi bersuku-suku dan kabilah-kabilah dengan tujuan
agar mereka saling mengenal dan tidak ada perbedaan sedikitpun dantara mereka
melainkan dari segi ketaqwaan disisi-Nya.
44 M. Quraish Shihab, op.cit h. 260
45 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, op.cit. h. 484
46 Ahmad Musthafa al-Maraghi, op.cit h. 235-236
47 Ibid, h.237
50
6. Analisis Temuan Pendidikan Akhlak Sosial dalam Surat Al-Hujurat ayat 9-13
Pendidikan Islam merupakan bagian yang amat penting dalam dunia pendidikan,
pendidikan Islam biasanya berkenaan dengan aspek sikap dan nilai antara lain
pendidikan akhlak dan keagamaan. Pendidikan akhlak biasanya dilakukan dengan
membiasakan anak untuk melakukan kebiasaan-kebiasan yang baik dalam kehidupan
sehari-hari seperti, menghormati orang tua, menghormati guru, berkata dengan
perkataan yang baik, tidak mencela dan sebagainya.
Pendidikan Islam bersumber pada al-Qur’an, al-Qur’an merupakan kitab yang
paling sempurna dari semua kitab-kitab yang terdahulu dan menjadi pedoman hidup
bagi umat islam. Dalam al-Qur’an mengandung berbagai macam kandungan seperti
ilmu pengetahuan, kisah-kisah, janji dan ancaman. Al-Qur’an juga mengandung
perundang-undangan yang mengatur kehidupan manusia baik hubungan manusia
dengan Tuhannya (Allah) , hubungan manusia dengan manusia lain, hubungan
manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan dirinya.
Dari pemaparan tafsir surat al-Hujurat ayat 9-13 penulis menganalisis adanya
nilai-nilai pendidikan yang terkandung didalamnya yaitu pendidikan akhlak social
yang akan penulis paparkan sebagai berikut :
a. Adil
Manusia bukan hanya makhluk individual melainkan juga makhluk sosial .
Sebagai makhluk individual manusia membutuhkan makan, minum, tempat
tinggal, pakaian dan kebutuhan lainnya. Sedangkan sebagai makhluk sosial
manusia membutuhkan teman untuk bergaul, untuk menyatakan suka dan duka
dan untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
Sebagai makhluk sosial manusia mau tidak mau harus berinteraksi dengan
manusia lainnya, dan membutuhkan lingkungan dimana ia berada. Ia
menginginkan lingkungan sosial yang ramah, peduli, santun, saling menjaga serta
saling menyayangi, bantu membantu, taat pada aturan, tertib, disiplin, menghargai
hak-hak asasi manusia dan sebagainya. Lingkungan itulah yang memungkinkan ia
dapat melakukan aktifitas dengan tenang tanpa terganggu oleh berbagai hal yang
dapat merugikan dirinya.48
48 M.Qurais Shihab, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, ( Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2010), h. 231
51
Untuk mencapai satu kesatuan agar terciptanya lingkungan masyarakat yang
sejahtera dan baik maka dibutuhkan kerjasama dari semua makhluk. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang baik
yaitu dengan menerapkan keadilan dalam setiap perbuatan. Keadilan merupakan
salah satu ajaran yang penting di dalam Agama Islam, melalui al-Qur’an dan
hadis, Allah dan rasulNya selalu menjelaskan tentang pentingnya arti sebuah
keadilan. Keadilan merupakan sebuah pilar agar terciptanya masyarakat yang
makmur dan sejahtera.
Mengutip pendapat imam Ali sekaligus sebagai pemimpin umat Islam pada
zamannya, beliau mengatakan prinsip keadilan merupakan prinsip yang signifikan
dalam memelihara keseimbangan masyarakat. Penerapannya dapat menjamin
kesejahteraan masyarakat dan membawa kedamaian. Sebaliknya jika keadilan
tidak diterapkan makatidak akan dapat membawa kedamaian dan kebahagiaan.49
Islam memerintakan kepada setiap manusia untuk berbuat adil dan
menegakkan keadilan pada setiap perbuatan yang dilakukan, Tegaknya keadilan
akan menciptakan sebuah tatanan masyarakat yang harmonis.
Adil sendiri memiliki beberapa makna antara lain :
1) Adil berarti sam. Sama berarti tidak membedakan seseorang dengan
yang lain. Persamaan yang dimakdud dalamkonteks ini adalah
persamaan hak.
2) Adil berarti seimbang.
3) Adil berarti perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-
hak itu pada setiap pemiliknya. Adil dalam hal ini bisa didefinisikan
sebagai wadh al-sya’I fi mahalihi yaitu menempatkan sesuatu pada
tempatnya.
4) Adil yang dinisbatkan pada Illahi. Semua wujud tidakmemiliki hak atas
Allah Swt. Keadilan Illahi merupakan rahmat dan kebaikan-Nya.
Kewajiban melakukan keadilan agar terciptanya keharmonisan dalam
bermasyarakat tercermin dalam penjelasan Ahmad Mustafa al-Maraghi maka
49 Afifah Rangkuti, Konsep Keadilan Dalam Perspektif Islam, Jurnal pendidikan Islam, vol.VI, No.1,
Januari-Juni 2017, ISSSN 2086-4191, diakses pada tanggal 28 November 2019 pukul 15.20,
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tazkiya/article/download/141/121
52
Allah memerintahkan untuk melakukan perdamain dan berlaku adil dengan cara
dengan cara menegakan hukum Allah dengan tidak memihak sebelah serta tidak
memihak pada satu golongan.
b. Damai
Damai dimaknai sebagai tidak adanya perang atau konflik dan kekerasan.
Faktor penyebab terjadinya suasana damai adalah ketika individu memiliki rasa
kedamaian dalam diri sendiri, memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi dan
pikirannya agar tidak melakukan tindakan yang merugikan orang lain serta bisa
memicu terjadinya konflik dan kekerasan.50
Perdamaian adalah suatu bentuk pemberdayaan manusia dengan ketrampilan,
tingkah laku dan pengetahuan yang meliputi hal-hal berikut :
1) Membangung, menegakkan dan memperbaiki hubungan disemua level
interaksi manusia.
2) Mengembangkan pendekatan-pendekatan yang bersifat positif untuk
menyelesaikan konflik, dimulai dari personal hingga internasional
3) Menciptakan lingkungan yang aman, baik secara fisik maupun emosional
yang dibutuhkan semua individu
4) Membangun lingkungan yang aman secara berkelanjutan dan melindungi
dari adanya eksploitasi dan perang.51
Kata فأصلحوا dalam ayat 9 surat al-Hujurat memerintahkan setiap
manusia untuk melakukan ishlah (damai) yang disebabkan adanya pertikaian.
Dalam ayat ini memerintahkan kita untuk mencegah terjadinya pertikaian dengan
melakukan segala cara guna mewujudkan terjadinya perdamaian.
c. Persaudaraan
Ada beberapa beberapa ciri pokok masyarakat Islam yang disebut dalam
al-Qur’an. Ciri pokok pertama adalah persaudaraan. Ciri ini disebutkan dalam al-
50 Moh Thoriqul Chaer, Islam Pendidikan Cinta Damai, Jurnal Pendidikan Islam Volume 2 nomer 1,
JuliDesember 2016, h 80, diakses pada tanggal 20 November 2019,
http://journal.umpo.ac.id/index.php/istawa/article/download/363/370
51 Feriyanto, Nilai-Nilai Perdamaian Pada Masyarakat Multikultural, Jurnal studi Agam-agama Vplume 1
nomer 1 tahun 20018 ISSN 20898835, h. 22 diakses pada tanggal 5 Desember 2019 pukul 8.00
https://www.journal.uinsgd.ac.id/index.php/hanifiya/article/download/425
53
Qur’an surat al-Hujurat ayat 10 yang menyatakan bahwa orang mukmin adalah
saudara.
Suatu masyarakat tidak akan dapat berdiri tegak apabila anggota warganya
tidak menjalin persaudaraan. Persaudaraan tidak akan terwujud apabila tidak ada
rasa saling mencintai dan bekerja sama. Setiap anggota masyarakat yang tidak
diikat oleh ikatan kerjasama dan kasih sayang serta persatuan tidak mungkin
dapat bersatu untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, Nabi Muhammad
mengatakan bahwa seorang mukmin terhadap mukmin yang lain laksana bagian
satu bangunan yang saling mengokohkan. Ini berarti bahwa dalam masyarakat
Islam yang bersendikan persaudaraan itu, para anggotanya harus hidup sokong
menyokong, tolong menolong dan bantu membantu.52
Dalam surat al-Hujurat tidak hanaya menjelaskan bahwa orang mukmin
adalah saudara tetapi juga menjelaskan bahwa kita harus melakukan upaya
perbaiakn dan perdamain jika terjadi perselisihan antar saudara.
Dalam tafsir al-Maraghi menjelaskan bahwa persaudaraan sendiri
bernasab pada iman yang menyebabkan diperolehnya kebahagiaan yang abadi.53
Quraish shihab menjelaskan bahwa dalam al-Qur’an empat macam
persaudaraan antara lain:
a) Ukhwah Ubudiyah atau saudara kesemakhlukan atau kesetundukan keoada
Allah. Al-Qur’an secara tegas menjelaskan bahwa :
ب من شيء ث إل وما من دابة في الرض ول طائر يطي بناحيه إل أمم أمثالكم ما ف رطنا في الكتا
( 38رب م يشرون )
“ Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan barang-barang
yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti
kamu”.
b) Ukhwah Insaniyah (Basyariyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah
bersaudara , karena mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu.
52 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008, h.184
53 Ahmad Musthafa al-Maraghi, op.cit h. 218
54
c) Ukhwah Wataniyah waa an-nasab yaitu ukhwah dalam keturunan dan
kebangsaan
d) Ukhwah fi dinal-Islam, persaudaraan antar sesame muslim.54
Thabathabai menulis bahwa hendaknya kita menyadari bahwa firman-Nya “
Sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara” merupakan ketetapan syariat
berkaitan dengan persaudaraan antara orang-orang mukmin dan mengakibatkan
dampak keagamaan serta hak-hak yang ditetapkan oleh agama. Persaudaraan
beraneka ragam dan memiliki dampak yang bermacam-macam. Ada persaudaraan
umum (natural) yang tidak memiliki dampak dalam ajaran agama seperti lahirnya
seseorang dari ayah dan ibu yang sama. Ada juga persaudaraan yang memiliki
dampak tertentu yang ditetapkan agama, misalnya dampak dalam pernikahan dan
kewarisan. Atau persaudaraan berdasarkan persusuan, yang juga meemiliki
dampaknya pada pernikahan, walau tidak dalamkewarisan. Dengan demikian
persaudaraan antar manusia pun berbeda-beda.55
Dengan demikian persaudaraan yang dimaksud dalam ayat ini bukan hanya
dijalin (terbentuk) oleh keimanan, melainkan juga persaudaraan yang dijalin oleh
persaudaraan sesama makhluk Allah, sesame manusia seketurunan dan sebangsa.
d. Saling Menghargai
Satu perilaku yang dibutuhkan dalam interaksi interpersonal adalah perilaku
memberikan penghargaan. Perilaku ini sangat penting karna melalui perilaku ini
banyak kebutuhan dapat dipenuhi baik pada pihak orang lain, maupunj pihak diri
sendiri meski secara tidak langsung.56
Dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 11 telah dijelaskangan bagaimana
sikap untuk saling menghargai salah satunya dengan larangan mengolok-olok
,merendahkan orang lain dan tidak memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Mengolok-olok, merendahkan orang lain, dan tidak memanggil dengan gelar-
gelar yang buruk merupakan perbuatan yang dilarang dan diharamkan. Sebagia
54 M. Quraish shihab, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhui atas berbagai persaudaraan Umat, (Bandung:
Mizan, 1999), h. 489
55 M. Quraish Shihab, op.cit h. 248
56 Budi Andayani, Pentinganya Budaya Menghargai Dalam Keluarga, Jurnal Buletin Psiko, Tanun X no.1
Juni 2002, ISSN 08547108, Diakses pada tanggal 20 Nvember 2019
https://journal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/download/7447/5788
55
seorang mukmin tidak sepatutnya mengolok-olok orang lain baik dihadapannya
maupun dibelakangnya.
Dapat dilihat perintah tentang larangan mengolok-olok dalam kata ليسخر
yaitu menyebut kekurangan pihak lain dengan tujuan menertawakan orang lain
baik dengan ucapan, perbuatan dan tingkah laku. Larangan agar tidak menghina
dan merendahkan orang lain dikarenakan karena setiap orang pasti memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Sedangkan, larangan untuk tidak memanggil dengan gelar-gelar yang buruk
dapat kita lihat pada kata ت ناب زوا ( saling memberi gelar buruk) dalam ayat ini
memiliki arti larangan yang mengandung makna timbal balik.57
e. Larangan Suudzon
Berburuk sangka atau suudzon merupakan salah satu sifat dan kebiasaan
buruk yang ada dalam hubungan bermasyarakat. Suudzon adalah menyangka
seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek seseorang tanpa adanya
sebab-sebab yang jelas yang memperkuat sangkaannya.58
Sikap berburuk sangka merupakan prilaku yang dapat menimbulkan dosa.
Suudzon daoat menimbulkan keretakan dan permusuhan persaudaraan.59 Dalam
al-Qur’an Allah swt berfirman “Wahai orang-orang yang beriman! jauhilah
kebanyakan berburuk sangka (kecurigaan), sesungguhnya sebagian dari prasangka
itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dang
janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?, tentu
kamu merasa Jijik, dan bertaqwalah kepadaAllah, sesungguhnya Allah maha
penerima tobat dan maha penyayang”
Ayat diatas menjelaskan tentang larangan berprasangka karna sebagain
prasangka merupakan dosa dapat dapat menjerumuskan seseorang kedalam dosa.
Setiap Mukmin diharuskan selalu memiliki sikap berbaik sangka dan menjauhi
buruk sangka terhadap orang lain, dengan demikian masyarakat akan dapat hidup
57M. Quraish Shihab, op.cit h. 252
58 Shofwan anwar, Tafsir Tarbawi, (Surakarta: Fataba Pres: 2014), h.110
59 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007, h.219-220.
56
tenang, tentram serta produktif, karena mereka tidak akan ragu terhadap pihak
lain dan energy yang dimiliki tidak akan terbuang sia-sia.60
Dalam hadist riwayat ath-Tahabari dijelaskan tentang larangan bersabra
Rasulllullah saw bersabda “Jika kamu menduga (yakni terlintas dalam benak
kamu sesuatu yang buruk terhadap orang lain) maka jangan lanjutkan dugaaanmu
dengan melangkah lebih jauh lagi”61
Saiid Muhammad bin Hawwa mengatakan bahwa kita wajib untuk
menghindari prasangka buruk dan menuduh orang-orang jahat, karena orang yang
jahat tidak berprasangka kepada semua orang kecuali dengan prasangka buruk.
Apabila kamu melihat seesorang berprasangka buruk kepada orang lain karena
mencari-cari kekurangan maka ketahuilah ia adalah orang yang buruk batinnya.
Hal ini sesuai dengan syair dibawah ini :
لة ولكن عين السخط ت بدي الم ساي و عين الر ضا عن كل عيب كلي
“ Mata keridhaan buta terhadap setiap aib. Tetapi mata kebencian menampakkan
segala keburukan” 62
Menciptakan hubungan yang baik antar seseorang dengan lainnya terkhusus
antar muslim merupakan sesuatu yang harus dipayakan dan dijaga. Oleh karena
itu kita harus menghindari prilaku suudzon, jika seseorang sudah terbiasa untuk
menjauhi sifat suudzon maka ia akan selalu berfikir dan segala yang dikerjakan
akan menghasilkan prilaku yang positif.
f. Larangan Menggunjing ( Ghibah)
Dalam berhubungan dengan masyarakat diharapkan terciptanya hubungan
harmonis antar angota-anggotanya dimana diharapkan setiap orang dapat bergaul
dengan penuh rasa aman dan damai. Apabila dilingkungan masyarakat muncul
kebiasaan melakukan ghibah maka hal ini dapat merusak tujuan dari hubungan
masyarakat serta melemahkan hubungan masyarakat itu sendiri..
60 M. Quraish Shihab, op.cit h. 255
61Ibid.
62 Saiidbin Muhammad Daib Hawwa, Mensucikan Jiwa Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu, (Jakarta:
Robbani Press, 20013), h. 160
57
Ghibah yaitu menceritakan tentang seseorang yang tidak berada ditempat
dengan seseatu yang tidak disukainya. Baik menyebutkan aib badanya,
keturunanya, akhlaknya, perbuatannya, urusan agamanya dan urusan dunianya.63
Qurais Shihab mengutip pendapat Thabathaba’I bahwa tujuan manusia dalam
usahanya membentuk masyarakat adalah agar masing-masing dapat hidup
didalamnya dengan satu idenditas yang baik. Melakukan ghibah dapat merusak
idenditas seseorang yang menjadikan segala kebaikan menjadi keburukan.64
Ghibah merupakan sesuatu yang dilarang oleh Allah, melakukan ghibah
dapat merusak ketenangan serta keharmonisan dalam hubungan di masyarakat.
Dampak lain dari ghibah adalah dapat melukai hati seseorang sehinga dapat
menimbulkan permusuhan baik dalam hubungan pertemanan, kekeluargaan, serta
hubungan dalam bermasyarkat. Orang yang melakukan ghibah juga diibaratkan
seperti memakan daging saudarnya sendiri yang telah mati.
Sayyid qutub berkata janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang
lain. Lalu tergelaklah pemandangan yang mengusik diri yang paling tebal
sekalipun dan mengusik perasaan yang paling kuat sekalipun. Yaitu
pemandangan di mana seseorang memakan daging saudaranya yang sudah mati.65
Dalam buku Tanbihul Ghafilin Abu Lais mengatakan bahwa ada beberapa
dampak melakukan ghibah anatar lain : menyababkan kufur, munafik, dosa, dan
berpahala.
Adapun ghibah yang menyebabkan kekufuran yaitu ghibah terhadap seorang
muslim, dan ketika diperingatkan ia berkata : ini bukan ghibah, sebab saya
berkata sebenarnya, maka ini telah menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah
dan siapa yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah maka hukumnya kafir.
Adapun yang menyebakan munafik yaitu jika ghibah orang, tetapi tidak
disebut namanya di depan orang yang mengetahui bahwa ia menuju nama fulan
63 Nelly Azizah, Kajian Buruk Sangka dan Ghibah Bagi Kesehatan Tubuh Manusia (Tealaah Konsep
Getaran dan Gelombang), Vol 1 no 1 Februari 2018, ISSN 2615-2789,
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/semnaspf/article/download/136/53/
64 M. Quraish Shihab, op.cit h.257
65 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur;an dibawah naungan Al-Qur’an jilid 10, (Jakarta: Gema Insani Pres,
2004), h. 421
58
dan ia merasa bahwa ia berlagak wara (menjauhi yang hara) maka ini
menyebabkan munafik.
Adapun yang menyebakan ma’shiyat (dosa) ialah ghibah pada orang dan
merasa bahwa itu memang haram dan ma’shiyat. Adapun yang mubah, jika ia
ghibah pada seseorang yang fasik yang terang-terangan fisiknya atau orang orang
ahli bid’ah, maka ini akan mendapat pahala sebab orang-orang lalu
menghindarinya dan menyelamatkan dari padanya. Sebagaimana sabda Nabi saw,
sebutkan kjahatan orang yang lacur supaya orang-orang berhati-hati padanya.66
g. Taaruf ( Saling Mengenal)
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan
membutuhkan orang lain. Dengan Taaruf keakraban dan keharmonisan dan
kehidupan akan terjalin di antara sesama. Kebiasaan ini harus kita dalam
kehidupan sehari-hari sehingga kita akan menjadi manusia yang akan lebih peduli
kepada sesama melalui upaya taaruf.
Allah Swt berfirman : Wahai manusia! sengguh kami telah menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah yang paling bertaqwa. Sungguh
Allah maha mengetahui, dan maha teliti.
Firman diatas menekankan perlunya saling mengenal karna semakin kuat
pengenalan antara satu dengan lainnya maka akan semakin banyak peluang untuk
saling memebri manfaat. Perkenalan sangat diperlukan untuk saling meberi
pelajaran dan pengalaman terhadap orang lain yang bertujuan untuk meningkatkan
ketaqwaan kepada Allah Swt.
Dalam tafsir al-Misbah M. qurais Shihab mengatakan Anda tidak dapat
menarik pelajaran, tidak dapat saling melengkapi dan menarik manfaat bahkan
tidak dapat bekerja sama tanpa saling mengenal. Demikian pula dengan dengan
pengenalan terhadap alam raya. Semakin banyak pengenalan terhadap alam raya,
66 Abu Lais as-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin : Peringatan bagi yang lupa, ter. Dari Tanbihul Ghafilin,
oleh H. salim Bahreisy, ( Surabaya: PT Bina Ilmu,1982) h. 216
59
semakin banyak pula rahasia-rahasianya terungkap, dan ini dapat melahirkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.67
Sebagai manusia sosial yang hidup dengan orang lain kita dituntut untuk
menerapkan kebiasaan taaruf apabila kita enggan melakukan taaruf terhadap
orang lain maka akan dapat menimbulkan bencana dan keruskaan didunia.
67 M. Quraish Shihab, op.cit, h. 262
60
BAB V
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparakan penulis tentang pendidikan akhlak sosial
yang terkandung dalam surat al-hujurat ayat 9-13 pada bab-bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan mengenai pendidikan akhlak sosial yang terkandung dalam surat al-
Hujurat ayat 9-13 diantaranya :
1. Pada ayat 9 terdapat pendidikan akhlak social berupa menegakan keadilandalam
kehidupan bermasyarakat. Adil disini bisa diartikan dengan memberikan persamaan
hak terhadap setiap individu, memberikan sesuatu dengan smaa rata, tidak memihak
pada satu golongan atau individu.
Selain adil pendidikan akhlak sosial lainnya pada ayat ini yaitu perdamaian salah satu
cara untuk menciptakan lingkungan yang damai yaitu dengan cara mengontrol emosi.
2. Pendidikan akhlak sosial yang terdapat pada ayat 10 yaitu tentang persaudaraan
menjalin sikap persaudaraan bukan hanya (terbentuk) oleh keimanan, melainkan juga
persaudaraan yang dijalin oleh persaudaraan sesama makhluk Allah, sesama manusia
seketurunan dan sebangsa. Pendidikan akhlak sosial lainnya yaitu tentang sikap saling
menghargai salah satu bentuk dari sikap saling menghargai yaitu dengan menjauhi
prilaku mngolok-olok dan merendahkan orang lain.
3. Pendidikan akhlak sosial yang terdapat pada ayat 11 yaitu tentang larangan berburuk
sangka dan selalu berfikir positif yaitu dengan selalu berfikir positif terhadap orang
lain serta menghilangkan fikiran-fikiran negative terhadap orang lain.
4. Pendidikan akhlak sosial yang terdapat pada ayat 12 yaitu tentang larangan ghibah
yaitu dengan menjauhi sifat mengungkit dan menceritakan kekurangan serta
kesalahan orang lain
5. Pendidikan akhlak sosial yang terdapat pada ayat 13 yaitu tentang sikap saling
mengenal yaitu dengan membuka diri terhadap orang-orang baru maupun lama dan
jangan membedakan tiap-tiap individu.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas penulis memberikan beberapa saran antara lain :
61
1. Al-Qur’an merupakan pedoman bagi seluruh umat muslim. al-Qur’an merupakan
penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya. Seluruh umat muslim diwajibkan untuk
menjadikan al-Qur’an sebagai rujukan dalam menjalankan kehidupan, maka dari itu
dalam kehidupan sehari-hari kita tidak boleh terlepas dari ajraan al-Qur’an termasuk
dalam pelaksanaan pendikan.
2. Agar terciptanya kehidupan bersosial antar masyarakat yang harmonis, aman dan
tentram kita harus menerapkan menerapkan akhlak sosial yang terdapat dalam al-
qur’an khusunya dalam surat al-Hujurat ayat 9-13.
62
DAFTAR PUSTAKA
Afifah Rangkuti, Konsep Keadilan Dalam Perspektif Islam, Jurnal pendidikan
Islam, vol.VI, No.1, Januari-Juni 2017, ISSSN 2086-4191, diakses pada
tanggal 28 November 2019 pukul 15.20,
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tazkiya/article/download/141/121
Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari Jilid VIII, Kitab Al-Adab,bab Ya
Ayyuhalladzinaamanu Ijtanibuu katsiran minaz zhanni inna ba’dha zhanni
ismun walaa tajassasu,(Beirut : Daru Thauq An-Najah, 2001), h.19
Ali, Mohammad Daud,, Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2008.
al-Maraghi , Ahmad Musthafa, Tafsir al-Maraghi, terj Bahrun Abu Bakar, Lc.,
jilid . 27 Semarang: CV. Toha Putra , 1993, cet 2.
Amin,Samsul Munir, Ilmu Akhlak, Jakarta : Bumi Aksara : 2016.
Asrul Muslim, Interaksi Sosial Dalam Masyarakat Multietnis, Jurnal Dirkurs
Islam Volume 1 Nomer 3, Desember 2013, diakses pada tanggal 27 April
2019 pukul 13.25. http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/diskursus_islam/article/download/6642/5402
As-Samarqandi , Abu Lais, Tanbihul Ghafilin : Peringatan bagi yang lupa, ter.
Dari Tanbihul Ghafilin, oleh H. salim Bahreisy, Surabaya: PT Bina
Ilmu,1982.
Azizz Abd., Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras, 2009.
Budi Andayani, Pentinganya Budaya Menghargai Dalam Keluarga, Jurnal
Buletin Psiko, Tanun X no.1 Juni 2002, ISSN 08547108, Diakses pada
tanggal 20 Nvember 2019
https://journal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/download/7447/5788
Daud , Mohammad Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Grafindo Persada,
2008.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 11 Jakarta:
Departemen Agama RI, 2009, cet. 3.
63
Departemen Agama RI, Qur’an Tajwid dan Terjemah, Jakarta: Maghfiroh
Pustaka.
Departemen Agma RI, Qur’an Tajwid dan Terjemah, Jakarta: Maghfiroh
Pustaka.
Departemen Agma RI, Qur’an Tajwid dan Terjemah, Jakarta: Maghfiroh
Pustaka.
Elfachmi , Amin Kuneifi, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Aerlangga, 2015.
Feriyanto, Nilai-Nilai Perdamaian Pada Masyarakat Multikultural, Jurnal studi
Agam-agama Vplume 1 nomer 1 tahun 20018 ISSN 20898835, h. 22 diakses
pada tanggal 5 Desember 2019 pukul 8.00
https://www.journal.uinsgd.ac.id/index.php/hanifiya/article/download/425
Ghazali, Dede Ahmad, Heri Gunawan, Studi Islam Suatu PengantaR Dengan
Pendekatan Interdisipliner, Bandung : Remaja Rosdakarya :2015.
Hanafi, Muchlis M, Asbabunnuzul Kronologi dan Sebab Turun Ayat, Jakarta :
Lajnah Penasihat Mushaf al-Qur’an : 2015.
Hawwa, Saiid bin Muhamma Daib, Mensucikan Jiwa Konsep Tazkiyatun Nafs
Terpadu, Jakarta: Robbani Press, 20013
Hidayati, Heny Narendrany, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa,
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2009) Cet. I.
HS, Nasrul, Akhlak Tasawuf, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015, Cet.I.
Huda, Muhammad Nur, tribunnews.com, Murid Hina Guru, Mau Jadi Apa kau? ,
2019, (http://m.tribunnews.com), Diakses diakses pada tanggal 10 Oktober
jam 12.35.
Ibrahim Bafadhol, Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam, Jurnal Edukasi
Jurnal Pendidikan Islam vol 06 no 12,
Iffah Elviani, Nilai-Nilai Akhlak Social Dalam Al-Qur’an ( sebuah kajian tafsir
Tahlili surat al-hujurat ayat 11-13, Skripsi pada Program sarjana UIN
Walisongo, http://eprints.walisongo.ac.id/7604/1/133111089.pdf diakses
pada tanggal 19 April 2019 pada pukul 09.25
Imam Aziz Firdaus, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an (Kajian
Tafsir Surat al-Hujurat ayat 9-13)”, Skripsi pada Program sarjana UIN Syarif
Hidayatullah, https://repository.uinjkt.ac,id>IMAM-FITK, diakses pada
tanggal 31 Januari 2019 pukul 12.44 A
64
Khatibah, “ Penelitian Kepustakaan”, jurnal iqra volume 05 no 01, diakses pada
tanggal 2 April pukul 10.25, h.37,
http://repository.uinsu.ac.id/640/1/%285%29PENELITIAN%20KEPUSTAK
AAN.pdf
M.Bukhari Wahyu, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak yang Terkandung Dalam
Surat Al-Hujurat ayat 11-13”http://eprints.ums.ac.id/38224/diakses pada
tanggal 19 Maret 2109 pada pukul 11.12 AM.
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Pustaka Setia, 20110.
Majid, Abdul , Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011.
Manna, Syaikh Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2006.
Moh Thoriqul Chaer, Islam Pendidikan Cinta Damai, Jurnal Pendidikan Islam
Volume 2 nomer 1, JuliDesember 2016, h 80, diakses pada tanggal 20
November 2019,
http://journal.umpo.ac.id/index.php/istawa/article/download/363/370
Muin, Fathul, Pendidikan Krakter Konstruksi Teoritik Dan Praktik, Yogyakarta,:
Arruz Media,2012.
Nata , Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Nata, Abudin, Sejaran Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2011.
Nelly Azizah, Kajian Buruk Sangka dan Ghibah Bagi Kesehatan Tubuh Manusia
(Tealaah Konsep Getaran dan Gelombang), Vol 1 no 1 Februari 2018, ISSN
2615-2789,
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/semnaspf/article/download/136/53/
Nurani, Soyomukti, Teori-Teeori Pendidikan Dari Tradisional, (Neo) Liberal,
Marxis-Sosialis, Hingga Post Modern”, Jakarta: Arrus Media, 2015.
Pan Suadi, Asbabun Nuzul : Pengertian, Macam-Macam, Redaksi dan Urgensi,
Issn 25491954, Vol. 1 No. 1 Juli – Desember 2016, diakses pada tanggal 20
oktober 2019,
http://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/almufida/article/download/107/1
02
Qomaruddin Shaleh dkk, Asbabun Nuzul, Bandung: CV Diponegoro, 1995
Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur;an dibawah naungan Al-Qur’an jilid 10,
Jakarta: Gema Insani Pres, 2004.
65
Rahman M Fauzi, Islamic Relationship, Jakarta: Erlangga :2012.
Reksiana, Kerancuan Istilah Karakter, AhlaK, Moraldan Etika,
THAQÃFIYYÃT, Vol. 19, No.1, Juni 2018, hlm 9 di akses tanggal 23 April
2019
Samani, Muchlas, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011) Cet. I.
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016) hlm. 223
Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhui atas berbagai
persaudaraan Umat, Bandung: Mizan, 1999.
Shihab, M Qurais, Kaidah Tafsir, Tangerang : Lentera Hati : 2013.
Shihab, M. Quraish, al-Quran dan Maknanya, Tangerang: Lentera Hati, 2010,
Cet. I.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan, dan Keserasian Al-
Qur’an, Jilid 13, Jakarta:Lentera Hati, 2002.
Shihab, M. Quraish, Yang Hilang dari Kita Akhlak, Jakarta: Lentera Hati, 2016.
Shihab, M.Qurais, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta: Pt Raja Grafindo
Persada, 2010.
Shofwan anwar, Tafsir Tarbawi, Surakarta: Fataba Pres: 2014
Slamet, Kasmuri, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, 2011.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta : 2015.
Supadie, Didiek Ahmad, Pengantar Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Supardan, Dadang, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural,
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir. Terj dari al-
Misbahul Munir Fii Tahdzibi Tafsiri Ibnu Katsir oleh tim pustaka ibnu Katsir
jilid 8, Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2016.
Syamhudi, M. Hasyim, Akhlak Tasawuf, Malang: Madani Media, 2015.
Syarifah Habibah,Akhlak dan Etika Dalam Islam, Vol.1 No. 4, ISSN: 2337-9227,
Oktober 2015, Jurnal Pesona Dasar, diakses pada tanggal 16 September
2019.
Tafsir Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Bandng: Remaja Rosdakarya, 2008.
Tatang, Ilmu Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.
66
Tumanggor, Rusmin, Ilmu Sosial dan budaya Dasar, Jakarta: Kencana, 2014. Cet
3.
Undang-undang Dasar no 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional.
Wafa Maulida Zahro, Sikap sosial dalam surat Al-Hujurat ayat 11-13 Dan
Implikasinya pada pendidikan Akhlak, skripsi pada program sarjana IAIN
Surakarta, diakses pada tanggal 30 Agustus 2019 pukul 20.22,
http://eprints.iain-
surakarta.ac.id/1164/1/SKRIPSI%20UTUH%20WAFA%27%20MAULIDA
%20ZAHRO%27%20133111245.pdf
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an, Jakarta: Amzah,
2007.
Yona, Siti Hukmana, tribunnews.com, Fakta-Fakta Suami Bunuh Istri di Bekasi,
Sakit Hati Kerap Dihina Hingga Tega Jerat Korban Pakai Tali, 2019,
(http://m.tribunnews.com), Diakses diakses pada tanggal 4 April jam 09.56.
Zainal, Veithzal Rivai dkk, Manajemen Akhlak menuju Akhlak Qur;an, Jakarta:
Salemba Diniyah: 2008.
Zuhdi Masjfuk, Pengantar Ulumul Qur’an, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1982.