pendidikan dgn gizi

Upload: rakhmad-harissono

Post on 29-Feb-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

refereat biasa

TRANSCRIPT

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN AYAH DAN IBU DAN TERJADINYA MALNUTRISI PADA BALITA DI DAERAH KASIHAN 1 KABUPATEN BANTUL PERIODE 2011

Karya Tulis IlmiahUntuk Memenuhi Sebagian SyaratMemperoleh Derajat Sarjana Kedokteran

Oleh :

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA2012

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKelaparan dan gizi buruk (malnutrisi) adalah masalah yang paling sering kita jumpai. Masalah ini tidak hanya kita jumpai di Indonesia tetapi juga di dunia.Masalah ini biasanya sering mengenai negara-negara tertinggal (seperti afrika), negara-negara berkembang (Indonesia, daerah-daerah Asia) ataupun walau dalam prevalensi kecil negara-negara maju. Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan.Penyebab malnutrisi menurut kerangka konseptual UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab langsung (immediate cause), penyebab tidak langsung (underlying cause) dan penyebab dasar (basic cause) (Rahajeng, 2009).Menurut BBC news dalam artikelnya 13 Oktober 2010 Kelaparan dan gizi buruk masih menjadi ancaman buat 1 miliar penduduk dunia.Indonesia oleh Global Hunger Index (GHI) masuk dalam kategori 'serius' yang berada di bawah level 'mengkhawatirkan' dan 'sangat mengkhawatirkan'. GHi membuat lima kategori untuk negara yang masih mengalami kelaparan dan gizi buruk. Mulai dari yang terjelek yakni sangat mengkhawatirkan, mengkhawatirkan, serius, moderat, dan rendah. negara-negara di Sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan tercatat memiliki tingkat kelaparan tertinggi, namun Asia Selatan telah membuat banyak kemajuan lebih sejak tahun 1990.Di Asia Selatan, status gizi rendah, pendidikan dan sosial perempuan adalah salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kejadian tingginya gizi buruk pada anak dan balita. Sebaliknya di Sub-Sahara Afrika, efektivitas pemerintah yang rendah, konflik, ketidakstabilan politik dan tingginya tingkat HIV dan AIDS merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan tingginya angka kematian anak dan proporsi dari gizi buruk. Dari data GHI 2010, diketahui bahwa 122 negara masih dalam tahap berkembang dan transisi, serta terdapat 29 negara masih memiliki tingkat kelaparan yang 'sangat mengkhawatirkan' dan 'mengkhawatirkan', antara lain Burundi, Chad, Republik Demokratik Kongo dan Eritrea (di Sub-Sahara Afrika).Sebagian besar negara-negara dengan skor GHI 'mengkhawatirkan' berada di Sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan. Skor GHI terparah terlihat di Republik Demokratik Kongo, terutama karena konflik dan ketidakstabilan politik. Dari data GHI tahun 2010 tersebut, Indonesia sendiri berada pada level 'serius', yaitu satu tingkat di bawah level 'mengkhawatirkan'. GHI tahun 2010 menunjukkan bahwa gizi buruk anak adalah penyebab terbesar kelaparan di seluruh dunia, yaitu menyumbang hampir setengah dari semua kasus kelaparan yang ada.Ketika berbicara mengenai gizi kurang (undernutrition), perhatian terbesar akan ditujukan pada anak, terutama balita. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut, asupan kurang yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, akan memberikan dampak terhadap proses tumbuh kembang anak dengan segala akibatnya di kemudian hari. Tidak hanya pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga perkembangan mentalnya. Satu hal yang akan berdampak pada produktivitas suatu bangsa. Masalah malnutrisi masih ditemukan pada banyak tempat di Indonesia, dan ironisnya Indonesia mengalami kedua ekstrim permasalahan malnutrisi. Di satu sisi, daerah yang mengalami rawan pangan dan kelompok dengan kemampuan ekonomi yang kurang memadai amat rentan terhadap terjadinya malnutrisi dalam bentuk gizi kurang. Organisasi pangan dunia (FAO) mencatat pada kurun waktu 2001-2003 di Indonesia terdapat sekitar 13,8 juta penduduk yang kekurangan gizi. Sementara berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2005, angka gizi buruk dan gizi kurang adalah 28 % dari jumlah anak Indonesia (Kelana, 2009).Pendidikan adalah sesuatu hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap orang. Pendidikan adalah sebuah gerbang awal untuk menapaki kehidupan yang lebih baik.Para orang tua setidaknya harus memiliki pendidikan yang cukup tidak hanya buat dirinya tetapi juga buat kehidupannya (keluarga, anak-anaknya, lingkungan).Menurut Inpres Nomor 1 Tahun 1994 dikatakan bahwa Pendidikan Dasar adalah 9 tahun namun seperti yang kita lihat belakangan-belakangan ini banyak anak yang putus sekolah di tengah jalan sebelum mencapai pendidikan dasarnya 9 tahun. Mereka ikut dari kerja orang tuanya yang rata-rata adalah golongan ekonomi kebawah.Hingga akhirnya mereka dewasa dan berkeluarga memiliki anak dan tidak ada perubahan dari kemiskinan yang mereka jalani. Hal ini akan mempengaruhi tumbuh kembang anak mereka karena salah satu jenis malnutrisi primer disebabkan kurangnya asupan nutrisi makanan yang dibutuhkan oleh tubuh karena kemiskinan.Hal ini sering kali ditemukan di daerah-daerah pinggir dimana orang masih menganggap pendidikan itu nomor dua.Pendidikan juga memiliki fungsi yaitu para orang tua dapat mengetahui nutrisi-nutrisi apa yang baik saat kehamilan, ketika anak masih bayi, ataupun ketika sudah balita. Saat kehamilan orang-orang yang memiliki pendidikan yang baik akan mengetahui nutrisi-nutrisi apa saja yang dibutuhkan oleh bayinya, makanan-makanan apa saja yang baik dan tidak baik untuk dikonsumsi. Ketika anak bayi jika para orang tua memiliki pendidikan yang cukup maka akan mengetahui fungsi dari ASI eksklusif, saat bulan berapa mulai diberi makanan bukan ASI. Dari semua itu maka anak akan tumbuh kembang dengan baik dan berkurangnya kemungkinan terjadinya malnutrisi. Tapi di daerah-daerah pinggir masih banyak para orang tua yang tidak mengindahkan hal itu.Mereka memberi makanan saat kehamilan seperti biasanya, memberi ASI eksklusif tidak selama waktunya sehingga banyak anak-anak yang terkena kelainan tumbuh kembang. Menurut Syah (2010) Pendidikan wanita berkontribusi sebanyak 43 persen dalam mengurangi anak malnutrisi.Kontribusi tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan faktor ketersediaan makanan yang menempati posisi kedua yaitu 26 persen.Meskipun angka gizi buruk DIY telah jauh melampaui target nasional (15% di tahun 2015) namun penderita gizi buruk masih sering ditemukan di wilayah DIY. Tahun 2004 kemaren prosentase balita gizi buruk mencapai 1.14%. Kira-kira 238 balita di Bantul menderita gizi buruk tahun 2010, dan satu meninggal. Data resmi yang ada cenderung under reported. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan rendahnya tingkat pendidikan orang tua dengan kejadian malnutrisi di wilayah Kasihan 11.2 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :Bagaimanakah hubungan rendahnya tingkat pendidikan ayah dan ibu terhadap kejadian malnutrisi di wilayah Kasihan 1 Bantul?

1.3 Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat1. Memberikan informasi ilmiah tentang data-data kejadian malnutrisi di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul2. Memberikan informasi tentang banyaknya orang-orang yang pendidikan rendah sehingga bisa lebih digalakkan lagi program wajib belajar dasar 9 tahun di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul3. Membantu Dinas Kesehatan dan pemerintah daerah kabupaten Bantul dalam membuat kebijakan untuk menurunkan prevalensi malnutrisi

1.4 Tujuan Penelitian1. Mengetahui informasi tentang jumlah kasus malnutrisi di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul2. Mengetahui rendahnya tingkat pendidikan orang tua sebagai faktor resiko terjadinya kasus malnutrisi di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul

1.5 Keaslian PenelitianNoPenelitiJudul PenelitianHasil PenelitianPerbedaan dengan Penelitian Sekarang

1Nuraini, 2001Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dan Jenis Pekerjaan Ibu dengan Status gizi Balita di Desa Kutoarjo, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten PurworejoTingkat pendidikan ibu (SLTA) dan jenis pekerjaan ibu (tidak bekerja) tidak memiliki hubungan bermakan dengan status gizi anak balita Perbedaan faktor resiko (jenis pekerjaan ibu) dan lokasi yang diteliti

2Dentisia, 2005Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Balita Gizi Buruk di Kabupaten Gunung Kidul Ibu yang mempunyai pendidikan rendah memiliki resiko 4 kali lebih besar balitanya mengalami gizi burukPerbedaan lokasi yang diteliti

3Hafijah, 2006Profil Gizi buruk pada Balita di Kabupaten Lombok Utara, NTBBanyaknya balita usia 18-24 bulan menderita gizi buruk disebabkan karena sosial ekonomi rendah, kurangnya pendidikan, dan pengetahuan orang tua tentang giziPerbedaan lokasi yang diteliti, dan faktor risiko (sosial ekonomi rendah, kurangnya pendidikan, dan pengetahuan orang tua tentang gizi)

4Ihsan, 2006Faktor Resiko Gizi Buruk di Desa Jaden Margonulyo, Klaten, Provinsi Jawa TengahDari analisis regresi logistik diperoleh bahwa faktor resiko dari kejadian gizi kurang-buruk adalah umur dan imunisasi campakPerbedaan faktor resiko (umur dan imunisasi campak) dan lokasi yang diteliti

5Permatasari, 2006Faktor Resiko Gizi Buruk pada Balita di Kabupaten Pati, Jawa TengahKebiasaan jajan dan umur ibu merupakan faktor resiko yang paling berhubungan dengan kejadian gizi buruk di kabupaten PatiPerbedaan faktor resiko (kebiasaan jajan dan umur ibu) dan perbedaan lokasi yang diteliti

6Kharisma, 2006Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Status Gizi Balita di Kabupaten SlemanTidak ada hubungan bermakna antara status sosial ekonomi orang tua, baik dilihat dari segi tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan dan jumlah anggota keluarga, dengan status gizi balita di Kabupaten SlemanPerbedaan faktor resiko (status sosial ekonomi orang tua) dan lokasi yang diteliti

7Fajar, 2002Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dengan Status Gizi Anak Balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas NgemplakTerdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak balitaPerbedaan faktor resiko (pengetahuan ibu tentang gizi) dan lokasi yang diteliti

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKAI. MALNUTRISIMalnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan dalam penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas.Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan maupun adanya gangguan terhadap absorbsi, pencernaan dan penggunaan zat gizi dalam tubuh (Rahajeng, 2009). Malnutrisi adalah istilah umum untuk suatu kondisi medis yang disebabkan oleh pemberian atau cara makan yang tidak tepat atau tidak mencukupi. Istilah ini seringkali lebih dikaitkan dengan keadaan undernutrition (gizi kurang) yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang, penyerapan yang buruk, atau kehilangan zat gizi secara berlebihan.Namun demikian, sebenarnya istilah tersebut juga dapat mencakup keadaan overnutrition (gizi berlebih). Seseorang akan mengalami malnutrisi bila jumlah, jenis, atau kualitas yang memadai dari zat gizi yang mencakup diet yang sehat tidak dikonsumsi untuk jangka waktu tertentu yang cukup lama. Keadaan yang berlangsung lebih lama lagi dapat menyebabkan terjadinya kelaparan (Satrigo, 2009).Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan.Penyebab malnutrisi menurut kerangka konseptual UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab langsung (immediate cause), penyebab tidak langsung (underlying cause) dan penyebab dasar (basic cause) (Rahajeng, 2009).Manutrisi akibat asupan zat gizi yang kurang untuk menjaga fungsi tubuh yang sehat seringkali dikaitkan dengan kemiskinan, terutama pada negara-negara berkembang. Sebaliknya, malnutrisi akibat pola makan yang berlebih atau asupan gizi yang tidak seimbang lebih sering diamati pada negara-negara maju, misalnya dikaitkan dengan angka obesitas yang meningkat (Satrigo,2009). Obesitas adalah suatu keadaan di mana cadangan energi yang disimpan pada jaringan lemak sangat meningkat hingga ke mencapai tingkatan tertentu, yang terkait erat dengan gangguan kondisi kesehatan tertentu atau meningkatnya angka kematian.Ketika berbicara mengenai gizi kurang (undernutrition), perhatian terbesar akan ditujukan pada anak, terutama balita. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut, asupan kurang yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, akan memberikan dampak terhadap proses tumbuh kembang anak dengan segala akibatnya di kemudian hari. Tidak hanya pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga perkembangan mentalnya (Satrigo, 2009). Perkembangan malnutrisi melalui 4 tahapan : (1) Perubahan kadar zat gizi dalam darah dan jaringan; (2) Perubahan kadar enzim; (3) Kelainan fungsi pada organ dan jaringan tubuh; (4) Timbulnya gejala-gejala penyakit dan kematian (Nurcahyo, 2011).Untuk menentukan satus gizi anak digunakan Z-score. Rumus Z-Score adalahNilai Real - Nilai Median

SD-Upp

Nilai Real - Nilai Median

SD-Low

Kategori status gizi berdasarkan Z-score dapat dilihat pada table 1 berikut iniTabel 1. Kategori Status gizi berdasarkan Z-score

IndeksStatus GiziZ-score

Berat badan menurut umurBerat badan lebih>+2 SD

Berat badan normal-2 SD s.d. +2 SD

Berat badan rendah-3 SD s.d. -2 SD

Berat badan sangat rendah< -3 SD

Panjang badan menurut umurJangkung>+2 SD

Normal-2 SD s.d. +2 SD

Pendek-3 SD s.d. -2 SD

Sangat Pendek< -3 SD

Beat badan menurut panjang badanGemuk>+2 SD

Normal-2 SD s.d. +2 SD

Kurus-3 SD s.d. -2 SD

Sangat kurus SMP)

3Tingkat pendidikan ayahTingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh ayahKatagorikal0 = rendah ( < SMP )1 = tinggi ( > SMP)

4Usia ibuUsia ibu diukur dari saat lahir sampai saat pengambilan data, dinyatakan dalam tahunKatagorikal1= 20-24 tahun2= 25-29 tahun3= 30-34 tahun4= > 35 tahun

5Umur anakUsia anak diukur dari saat lahir sampai saat pengambilan data, dinyatakan dengan bulannumerik

6Pengeluaran perbulanJumlah uang yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan perbulanKatagorikal0 = < Rp. 500.000,-1 = Rp. 500.000 -999.000,-2= Rp. 1.000.000,- s.d 1.999.0003= > Rp. 2.000.000

7ParitasJumlah kelahiran yang dialami ibuKatagorikal0= 1-2 anak1= 3-4 anak2= > 5 anak

8Jarak anakSelisih umur anak dengan umur saudara terdekat, dinyatakan dalam bulan

9ASI eksklusifRiwayat pemberian ASI saja pada anakKatagorikal0=tidak ASI eksklusif1= ASI eksklusif kurang dari 4 bulan2= ASI eksklusif 4-6 bulan

10Berat badan lahirBerat badan anak saat lahirKatagorikal0= 2500gram

11Imunisasi campakRiwayat pemberian imunisasi campakKatagorikal0= tidak imunisasi campak1= diberi imunisasi campak

12Infeksi/ penyakit kronisRiwayat infeksi/penyakit kronis, seperti TB paru, batuk kronisKatagorikal0= ya1= tidak

3.6 Instrumen PenelitianInstrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder didapatkan dari kuisioner. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner yang telah dijui validitas dan reliabilitasnya.

3.7 Metode Pengumpulan DataMenggunakan data sekunder yang didapatkan dari hasil penelitian dosen dimana peneliti ikut meneliti. Data diambil meliputi umur responden status gizi (berat badan dan tinggi badan), umur dan pendidikan orang tua

3.8 Langkah PenelitianPenelitian ini akan dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu :1. Tahap awalTahap awal meliputi beberapa tahapan yaitu studi kepustakaan, konsultasi judul, pengajuan judul, pembuatan proposal, dan seminar proposal2. Tahap pelaksanaanTahap ini meliputi persiapan atau pengurusan perizinan penelitian dan tahap pelaksanaan penelitian3. Tahap akhirTahap ini meliputi dilakukan pemeriksaan data, pengolahan hasil data, pembuatan laporan akhir, dan pelaksanaan seminar hasil

3.9 Rencana Analisis DataAnalisis data dilakukan secara bertahap yaitu :1. Analisis UnivariabelAnalisis univariabel untuk melihat distribusi frekuensi pada variable bebas, variable terikat.Hasil disajikan dalam bentuk table dan narasi.2. Analisis BivariabelAnalisis bivariabel dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna antara dua variable dengan melihat proporsi dua kelompok tidak berpasangan dilakukan uji chi square dengan tingkat kemaknaan 5 persen. Besar kekuatan hubungan dapat diketahui dari nilai Odds Ratio (OR) pada interval kepercayaan 95 persen. Analisis menggunakan program stata 9

3.10 Etika PenelitianDalam melakukan penelitian ini, peneliti berusaha sebaik mungkin mentaati etika penelitian. Etika penelitian tersebut diantaranya adalah :1. Sebelum melakukan penelitian peneliti harus memenuhi syarat yang harus dipenuhi untuk bisa mendapat izin untuk melakukan penelitian seperti surat izin penelitian dan proposal penelitian2. Peneliti tidak melakukan plagiasi, tidak memanipulasi data, dan selalu berlaku jujur3. Menjaga kerahasiaan identitas dan informasi pasien

3.11 Jadwal penelitianKegiatanBulan

April 12Mei 12Juni 12Juli 12Agus 12Sept 12Okt 12

1. Penyusunan proposalXX

2. Seminar proposalX

3. Pengumpulan dataX

4. Pengolahan dataX

5. Analisis dataXX

6. Pembuatan laporanXX

7. Seminar hasilX

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, A., Holding, P., Mwangome, M., Maitland, K.,2011. Maternal perceptions of factors contributing to severe under-nutrition among children in a rural African setting.Rural and Remote Health11: 1423.Anneahira, 2011. Karya Tulis Ilmiah Gizi : Masalah Gizi Buruk. http://www.anneahira.com/karya-tulis-ilmiah-gizi.htm. (diunduh 9 Februari 2012)Anonim, 2011. Makalah Tingkat Pendidikan di Indonesia.http://www.masbied.com/2011/04/02/makalah-tingkat-pendidikan-di-indonesia/. (diunduh 9 Februari 2012)Anonim, 2011.Malnutrisi.http://medicastore.com/penyakit/628/Malnutrisi. html. (diunduh 9 Februari 2012)Goon, D., Toriola, A., Shaw, A., Amusa, L., Monyeki, M., Akinyemi, O., Alabi, O., 2011.Anthropometrically Determined Nutritional Status of Urban Primary Schoolchildren in Makurdi, Nigeria.BMC Public Health 11:769.Janevic, T., Petrovic, O., Bjelic, I., Kubera, A., 2010.Risk Factors for Childhood Malnutrition in Roma Settlements in Serbia.BMC Public Health 10:509.Jesmin, A., Yamamoto, S.S., Malik, A.A., Haque, A., 2011. Prevalence and Determinants of Chronic Malnutrition among Preschool Children: A Cross-sectional Study in Dhaka City, Bangladesh. Journal Health Population and Nutritional (5):494-499Nahar, B., Ahmed, T., Brown, K. H., Hossain, M.I., 2010. Risk Factor Associated with Severe Underweight among Young Children Reporting to a DiarrheaTreatment Facility in Bangladesh. J-Health Popul Nutr 28(5): 476-483Nurcahyo, 2011.Malnutrisi.http://indonesiaindonesia.com/f/11160-malnutrisi/.(diunduh 9 Februari 2010)Prayoga, B dan Adil, R, 2011.Rancang Bangun Sistem Deteksi Gizi Buruk pada Balita Usia Dini di Posyandu berdasar Berat badan dan Tinggi Badan yang Terhubung dengan PC Berbasis Internet Gateway.Thesis.Istitut Teknologi Surabaya.www.repo.eepis-its.edu/527 /1/1267.pdf. (diunduh 11 Mei 2011)Rahajeng, 2009.Malnutrisi.http://dokterblog.wordpress.com/2009/05/19 /malnutrisi/.(diiunduh 9 Februari 2012)Ridwan, A., 2009. Keterkaitan Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Masyarakat.http://ridwan-belitung.blogspot.com/2009/10/keterkait an-tingkat-pendidikan-dan.html. (diunduh 9 Februari 2012)Satrio, 2009. Malnutrisi di Indonesia. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1954908-malnutrisi-di-indonesia/. (diunduh 9 Februari 2011)Shoeps, D.O., Abreu, L.C., Valenti, V.E., Nascimento, V., Oliveira, A.G., Gallo, P.R., Wajnsztejn, R., Leone, C., 2011. Nutritional Status of Pre-School Childrren from Low Income Families.Nutritional Journal 10:43Subramanyam, M., Kawachi, I., Berkman, L.F., Subramanian, S.V., 2010.Socioeconomic Inequalities in Childhood Undernutrition in India: Analyzing Trend between 1992 and 2005. Journal.pone 5(6):e11392.WHO. 2009. WHO Child Growth Standards and The Identification of Severe Acute Malnutrition in Infants and Children. A Join Statement by the World Health Organization and the United Nations Childrens Fund. Geneva.1