pendidikan keluarga dalam perspektif hadits …

114
PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS (KAJIAN HADITS SHAHIH BUKHARI) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Ridha Rofidah (11160110000074) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021

Upload: others

Post on 29-Nov-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS

(KAJIAN HADITS SHAHIH BUKHARI)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Ridha Rofidah

(11160110000074)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021

Page 2: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …
Page 3: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS

(KAJIAN HADITS SHAHIH BUKHARI)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Ridha Rofidah

(11160110000074)

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Abdul Ghofur MA.

NIP. 19681208 199703 1 00 3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021

Page 4: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul “Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Hadits (Kajian

Hadits Shahih Bukhari)” disusun oleh Ridha Rofidah NIM.

11160110000074, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang

berhak untuk diujikan pada siding munaqasah sesuai ketentuan yang

ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 11 Desember 2020

Yang Mengesahkan,

Pembimbing

Dr. Abdul Ghofur MA.

NIP. 19681208 199703 1 00 3

Page 5: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …
Page 6: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

ABSTRAK

Ridha Rofidah (11160110000074), “Pendidikan Keluarga Dalam

Perspektif Hadits (Kajian Hadits Shahih Bukhari)”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendidikan di dalam

keluarga terhadap anak dan pendidikan tentang berkeluarga dalam

menjalankan kehidupan keluarga. Adapun metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif dengan jenis penelitian studi kepustakaan (Library Research).

Penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif analisis yang bertujuan

memberikan gambaran dan keterangan secara jelas, objektif, sistematis, dan

analitis mengenai pendidikan keluarga dalam perspektif hadits yang terdapat

dalam hadits shahih bukhari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan keluarga terhadap

anak dan pendidikan tentang berkeluarga dapat tercapai dengan baik apabila

orang tua dan juga bertambah peran sebagai suami dan isteri beserta anak

keturunannya mampu memahami, melaksanakan, dan memberikan ajakan

positif dari segala kewajiban dan tanggung jawab terhadap anak maupun

terhadap masing-masing perannya di dalam keluarga. Karena, peran orang

tua sebagai pendidik pertama dan utama yang sangat berpengaruh untuk

anaknya dalam menjalankan kehidupan selanjutnya dan disertai dengan

kerja sama antar semua anggota di dalam keluarga. Dengan demikian,

secara umum tujuan dari pendidikan keluarga itu sendiri untuk menjalankan

kehidupan menjadi keluarga harmonis berlandaskan unsur sakinah,

mawaddah, dan rahmah serta mencetak anak generasi keturunannya menjadi

anak yang sholeh sholehah, bertaqwa, berakhlak karimah, serta sehat

jasmani dan sehat rohani.

Kata Kunci : Pendidikan Terhadap Anak, Pendidikan Berkeluarga

Page 7: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

v

ABSTRACT

Ridha Rofidah (11160110000074), “Pendidikan Keluarga Dalam

Perspektif Hadits (Kajian Hadits Shahih Bukhari)”

This aims of this research is to determine education in the family for

children and education about family life in running family. The research

method used in this research is to use a qualitative research approach with

the type of library research research (Library Research). This study also

uses a descriptive analysis method that aims to provide a clear, objective,

systematic, and analytical description and explanation of family education

in the perspective of the hadith contained in the hadith sahih bukhari.

The results showed that family education for children and education

about family can be achieved well if the parents and also the increased roles

as husband and wife and their offspring are able to understand, implement,

and provide positive invitations of all obligations and responsibilities to the

child and to each other. -Each role in the family. Because, the role of

parents as first and foremost educators is very influential for their children

in carrying out their next life and is accompanied by cooperation between

all members in the family. Thus, in general the purpose of family education

itself is to live a life into a harmonious family based on the elements of

sakinah, mawaddah, and rahmah and to produce children from generations

of descendants who are pious, pious, have good character, and are

physically healthy and spiritually healthy.

Key words: Education for Children, Family Education

Page 8: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah rabbil ‘alamin segala puji kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan nikmat iman, islam, dan ikhsan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya dan semoga dapat

memberi manfaat bagi yang membacanya. Tak lupa shalawat serta salam

selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita, Nabi Muhammad Saw,

beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa

tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat do’a,

motivasi, perjuangan, kesungguhan hati, dan masukan-masukan positif dari

berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini dapat teratasi. Oleh karena

itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT, yang selalu memberikan kesehatan, kemudahan, serta

nikmat nan karunia yang luar biasa kepada penulis.

2. Orang tua penulis, Ayahanda H. Ahmad Sutisna, S.Pd.I, dan

Ibunda Nurani Mardani tercinta, yang telah mendidik dan

membimbing anak-anaknya termasuk penulis dengan selalu

memberikan dukungan, arahan, wejangan, motivasi baik secara

moril maupun materil, dan tak luput jua yang paling utama selalu

menghantarkan doa-doa terbaik nan tulus untuk penulis mengejar

impian dan cita-cita.

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., selaku

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Jajaran Wakil

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Bapak Prof. Dr.

Zulkifli, M.A., selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik, Bapak

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, M.M., selaku Wakil Rektor II Bidang

Administrasi Umum, Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.Ag,

selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, dan Bapak Prof.

Page 9: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

vii

Dr. Andi. M. Faisal Bakti, M.A, selaku Wakil Rektor IV Bidang

Kerjasama.

4. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbyah dan

Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag dan Bapak Drs. Rusdi Jamil,

M.Ag., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam.

6. Bapak Dr. Abdul Ghofur, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang telah meluangkan waktunya, memberikan ilmunya, banyak

memberikan bantuan, arahan, dan saran-saran kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Prof. Dr. Ahmad Syafi’I Noor, selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah banyak membantu dan selalu memberikan

arahan, masukan, nasiha-nasihat selama studi.

8. Kakak Kandung beserta Kakak Ipar tercinta Ahmad Hidayat,

Muhammad Fikri Syahruddin, Laila Novia Fakhriyati, Suci

Nanda, Farabi Febriansyah, dan Rina Triana yang tidak pernah

bosan untuk menyemangati dan memberikan bantuan serta doa

selama masa studi dan pengerjaan skripsi sampai selesai.

9. Keponakan tercinta Shabira Afizah Rumaisha, Muhammad

Ziandru AlFarizi dan Muhammad Fatih AlFarabi, yang selalu

memberikan hiburan, canda tawa kepada penulis selama masa

studi dan pengerjaan skripsi, serta mengasah ilmu pengtehauan

penulis dalam memberikan suri tauladan.

10. Ibu Hj. Dra. Juhda, yang telah meminjamkan referensi buku yakni

buku Shahih Bukhari Terjemah kepada penulis sehingga penulis

dapat menggunakannya sebagai referensi dalam penelitian ini.

11. Sahabat fillah Halimaturrahmi, Sofiah, Qoshirotun Thorfi, dan

Fairuz Nadia, yang selalu menemani penulis dari awal studi

dengan terus menciptakan tawa dan kebahagian dalam kehidupan

dan banyak selalu ada ketika penulis dalam situasi dan kondisi

Page 10: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

viii

apapun serta tempat penulis untuk bertukar pikiran selama masa

studi dan pengerjaan skripsi sampai selesai.

12. Sahabat dan Kakak Tingkat terbaik, Shofi Sa’diah, Novia Syifa,

Kak Nur Indah, Kak Elmiani, Kak Tunjung, Kak Husnul, Kak

Yaza, yang selalu berkenan untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan, menciptakan canda tawa dan selalu memberikan

motivasi semangat dan bantuan kepada penulis.

13. Teman-teman PAI angkatan 2016 dan Kakak Kelas PAI yang

tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terimakasih telah

memberikan bantuan, pembelajaran, tempat untuk bertukar

pikiran, dan doa selama masa studi dan pengerjaan skripsi.

14. Teman-teman beserta Kakak-kakak dalam Organisasi semua yang

pernah penulis ikuti sehingga memberikan penulis wadah untuk

belajar berorganisasi dan menambah jaringan pertemanan.

Tanpa mengurangi rasa hormat, ucapan terimakasih juga haturkan

kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah membantu penulis dalam skripsi ini, semoga semua pihak-pihak yang

telah membantu penulis dalam skripsi ini dihitung sebagai amal jariyah,

aamiin ya robbal allamin.

Demikianlah skripsi ini dibuat, walaupun penulis sudah berusaha

dengan sebaik mungkin untuk meminimalisir kekurangan, akan tetapi pasti

ditemukan kekurangan dan kelemahan. Harapan besar semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi siapa saja yang

membaca, serta penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun

dari semua pihak sehingga terjadi satu sinergi yang pada akhirnya akan

dapat lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Jakarta, 16 November 2020

Peneliti

Page 11: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi merupakan aspek berbahasa yang penting dalam penulisan

skripsi mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, karena banyak istilah Arab, nama orang, nama tempat,

judul buku, nama lembaga dan lain sebagainya, yang aslinya ditulis dengan

huruf Arab dan harus disalin ke dalam huruf latin. Pedoman Transliterasi

yang digunakan untuk huruf-huruf yang tidak ada padanannya dalam bahasa

Indonesia adalah:

1. Konsonan

2. Vokal Tunggal

Vokal Tunggal Vokal Rangkap

Contoh : (tempat di bawa tabel vocal lengkap)

kaifa = كيف kataba = كتب

Page 12: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

x

haula = حول urifa‘ = عرف

3. Madd (Panjang)

Contoh :

انك = kâna qîla = قيل

yaqûlu = يقول da’a = دعا

4. Tâ’ Marbûţah

Tâ’ Marbûţah hidup transliterasinya adalah /t/.

Tâ` Marbûţah mati transliterasinya adalah /h/.

Kalau pada suatu kata yang akhir katanya adalah Tâ` Marbûţah diikuti

oleh kata yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu

terpisah maka Tâ` Marbûţah itu ditransliterasikan dengan /h/. Contoh:

= hadîqat al-hayawânât atau hadîqatul hayawânât

= al-madrasat al-ibtidâ`iyyah, atau al-madrasatul

ibtidâ`iyyah.

Hamzah = حمزة

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah/tasydîd ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf

yang diberi tanda syaddah (digandakan).

Contoh:

Page 13: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

xi

= ‘allama = yukarriru

= kurrima = al-maddu

6. Kata Sandang

a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan

huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda

sambung/hubung.

Contoh:

= aş - şalâtu

b. Kata sandang diikuti oleh huruf Qamariyah ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya.

Contoh:

الباحث al-falaqu = الفلق = al-bâhiśu

7. Penulisan Hamzah

a. Kata hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan dan ia

seperti alif,

Contoh:

ûtiya = أوتي akaltu = أكلت

b. Kata sandang diikuti oleh huruf Qamariyah ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya.

Contoh:

syai’un = شيء ta’kulûna = تأكلون

8. Huruf Kapital

Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata

sandangnya.

Contoh:

al-Mas’ûdî = المسعودي al-Qur’ân = القرآن

= al-Madînatul Munawwarah

Page 14: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

xii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

ABSTRACT ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ..................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ......................................................................................... 19

C. Pembatasan Masalah ........................................................................................ 19

D. Rumusan Masalah ............................................................................................ 20

E. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 20

F. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 21

BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................................... 22

A. Kajian Teori ................................................................................................... 22

1. Konsep Keluarga Harmonis .......................................................................... 22

2. Konsep Pendidikan Anak Dalam Keluarga ..................................................... 26

3. Tujuan Pendidikan Keluarga .......................................................................... 29

4. Proses Dalam Lingkungan Pendidikan Keluarga ............................................. 31

5. Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga ............................................................. 33

B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................................ 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 38

A. Objek dan Waktu Penelitian.............................................................................. 38

B. Metode Penelitian ............................................................................................ 38

Page 15: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

xiii

C. Fokus Penelitian ............................................................................................... 39

D. Sumber Data .................................................................................................... 40

E. Prosedur Penelitian ........................................................................................... 40

BAB IV PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS .............. 42

A. Pendidikan Keluarga Terhadap Anak................................................................. 42

1. Hadits Tentang Anak Terlahir Dalam Keadaan Fitrah ......................................... 42

a. Teks Dan Terjemah........................................................................................... 42

b. Syarah Hadits ................................................................................................... 42

2. Hadits Tentang Santun ...................................................................................... 55

a. Teks Dan Terjemah........................................................................................... 55

b. Syarah Hadits ................................................................................................... 56

B. Pendidikan Tentang Berkeluarga ....................................................................... 66

3. Hadits Tentang Kriteria Memilih Pasangan untuk Berkeluarga ............................ 66

a. Teks Dan Terjemah........................................................................................... 66

b. Syarah Hadits ................................................................................................... 66

4. Hadits Tentang Tanggung Jawab dan Kewajiban Setiap Anggota Keluarga. ......... 74

a. Teks Dan Terjemah........................................................................................... 74

b. Syarah Hadits ................................................................................................... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 84

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 84

B. Saran ............................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 88

LEMBAR UJI REFERENSI .................................................................................. 93

Page 16: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya, pendidikan keluarga mengandung dua makna yang

saling berkaitan. Pertama, pendidikan di dalam keluarga terhadap anak,

Kedua, pendidikan tentang berkeluarga.1 Maksud dari makna Pertama;

pendidikan di dalam keluarga terhadap anak; yaitu pendidikan terhadap

anak-anak yang lahir di dalam keluarga atau anak-anak yang menjadi

tanggungan keluarga tersebut.2 Maksud dari makna Kedua; pendidikan

tentang berkeluarga; yaitu pendidikan tentang cara menyelenggarakan

kehidupan keluarga untuk membangun keluarga harmonis yang

berlandaskan unsur sakinah, mawaddah, dan rahmah.3 Akan tetapi, pada

kenyataannya di masyarakat dalam memaknai pendidikan keluarga itu

sendiri cenderung lebih kepada salah satu dari dua makna tersebut.

Maksudnya, apabila membahas mengenai pendidikan keluarga, hasilnya

sebagian besar lebih cenderung hanya kepada pembahasan terkait

pendidikan terhadap anak ataupun sebaliknya, yakni pendidikan tentang

berkeluarga saja. Jarang ditemukan pembahasan mengenai pendidikan

keluarga yang mencakup dari dua makna sekaligus.

Secara umum, dapat diketahui bahwasanya antara pendidikan

keluarga terhadap anak dan pendidikan tentang berkeluarga merupakan

satu-kesatuan yang tidak bisa terpisahkan. Karena, antara satu dari dua

makna tersebut merupakan satu-kesatuan yang penting dan selalu

berjalan berdampingan. Maka dari itu, pada hakikatnya apabila

membahas terkait makna dari pendidikan keluarga haruslah sekaligus

1Muhammad Ali, dkk., Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan; Bagian IV

Pendidikan Lintas Bidang, (Bandung: Sandiarta Sukses, 2016), h. 80.

2Ibid.,

3Ibid.,

Page 17: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

2

mencakup dua makna tersebut. Karena, jikalau dalam memaknai hal

tersebut lebih cenderung hanya kepada salah satu makna saja, akan

mempersempit pemahaman terkait pendidikan keluarga itu sendiri.

Sebagai contoh, apabila hanya mengetahui lebih dominan kepada salah

satu maknanya, seperti pendidikan terhadap anak saja. Alhasil, antara

pasangan suami dan isteri tersebut tidak maksimalnya dalam

menjalankan kehidupan berkeluarga. Dengan demikian, cenderung lebih

banyak membuka kesalahpahaman yang berujung banyaknya

permasalahan yang terjadi dalam menjalankan kehidupan berkeluarga.

Padahal, perihal peran suami dan isteri di dalam kehidupan

berkeluarga tidak hanya berperan sebagai orang tua ataupun dapat

dikatakan sebagai ayah dan ibu saja, melainkan juga memiliki peran lain

yang terpisah dari masing-masing peran di dalam keluarga yang mana

pada hakikatnya seperti peran suami dan isteri itu sendiri. Idealnya,

dalam memaknai pendidikan keluarga haruslah didalamnya mencakup

dua makna sekaligus. Sehingga, hakikat tujuan dari makna pendidikan

keluarga dapat tercapai dan meminimalisirkan kesalahpahaman dari

berbagai permasalahan yang terjadi. Dengan demikian, antara suami

isteri yang berperan sebagai orang tua dan juga berperan sebagai suami

dan isteri beserta anak keturunannya mampu bekerja sama dalam

menjalankan kehidupan untuk membentuk keluarga harmonis yang

berlandaskan unsur sakinah, mawaddah, dan rahmah serta mencetak

generasi selanjutnya menjadi anak yang sholeh-sholehah, berakhlakul

karimah, bertaqwa dan sehat jasmani serta rohani.

Pada makna pertama, pentingnya proses pendidikan yang

berlangsung didalam keluarga terhadap anak-anak yang lahir didalam

keluarga tersebut dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan

pertama yang dikenali oleh seorang anak. Dalam lingkungan keluarga,

anak akan belajar mengenali kararakter dari anggota keluarganya

sehingga membentuk pola perilaku yang kemudian akan menjadi

Page 18: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

3

kebiasaan dalam hidupnya. Sehingga nantinya akan menjadi karakter

yang melekat pada anak tersebut sebagai bagian dari ciri khas

kepribadiannya. Model inilah yang sesungguhnya menjadi esensi utama

dalam pendidikan yang sebagian besar proses pembentukannya terjadi

dalam keluarga. Oleh karena itu, di dalam keluarga peran orang tua lah

yang paling penting sebagai lingkungan sosial pertama bagi anak

keturunannya yang ditemui dalam dunia nyata.

Para orang tua berserta anak-anak keturunannya mengalami segala

kejadian yang dilakukan bersama-sama dan terus berulang-ulang di

dalam keluarga dengan tempat naungan yang disebut rumah, sehingga

akan menyerap dan menjadi suatu kebiasaan dalam menjalani kehidupan

sehari-hari. Dikarenakan bahwa pada hakikatnya, anak di dalam keluarga

memiliki sifat meniru, mencontoh, mengikuti bahkan sampai percis

bagaimana yang dilakukan dan dikatakan oleh kedua orang tuanya. Maka

dari itu, peran orang tua haruslah masuk sebagai suri tauladan yang

terbaik untuk anak-anak keturunannya. Bagi setiap orang tua, dalam

segala perbuatan dan perkataan saat berkomunikasi antar sesama anggota

di dalam keluarga haruslah menggunakan dan sesuai dengan syariat islam

agar apabila anak meniru, mengikuti tidak akan keluar dari koridor

syariat islam. Selain itu, dikarenakan peran orang tua berfungsi sebagai

media transformasi nilai-nilai yang sangat berpengaruh dalam

pertumbuhan dan perkembangan anak. Transformasi itulah yang pada

umumnya bersifat informal guna menjadi ajang pembentukan sikap dan

kepribadian dikemudian hari. Sebab itulah sangat pentingnya peran orang

tua dalam menentukan pembentukan pada diri seorang anak dari segala

aspek diawal kehidupannya.

Selain itu, dapat dikatakan jua bahwa anak merupakan cikal bakal

suatu generasi baru dalam keluarga sebagai aset bangsa, negara, dan

agama dimasa yang akan datang guna meneruskan cita-cita perjuangan

dan perkembangan. Oleh karena itu, anak haruslah tumbuh dan

Page 19: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

4

berkembang menjadi sosok yang sehat, kuat, dan beriman lagi bertaqwa.

Maka, peran orang tua lah yang harus masuk kedalam dunia anak

tersebut. Semua itu merupakan kewajiban orang tua untuk anak-anaknya

yang berada di dalam keluarga tersebut guna anak-anak keturunannya

mampu tumbuh dan berkembang secara sempurna meliputi seluruh aspek

baik jasmani, akal, dan rohani. Termasuk juga dalam perihal

pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anaknya untuk

ketercapainya tujuan yang telah ditetapkan.4

Kemudian, dikatakan juga bahwa anak adalah anugerah terindah dan

termahal bagi setiap orang tua. Sulit ketika diminta, dan tidak bisa ditolak

ketika Allah swt sudah menghendaki kelahirannya, karena kehadirannya

merupakan sebuah rahasia sang pencipta. Ada yang diberikan

kepercayaan untuk terlahirnya anak keturunannya oleh Allah swt begitu

cepat, akan tetapi ada juga yang diberikan kepercayaan untuk terlahirnya

anak keturunannya dalam waktu menurut manusia dikatakan lama, akan

tetapi menurut Allah swt adalah waktu yang tepat. Dengan demikian,

karena Allah swt mengetahui segala sesuatu yang terbaik untuk setiap

umatNya. Maka, mengapa dapat dikatakan bahwa kepercayaan diberikan

anak keturunan dalam keluarga oleh Allah swt sebagai amanah dan

anugerah yang terindah bagi orang tua. Oleh karena itu, sudah sepatutnya

anak dalam naungan keluarga tersebut harus dijaga, dididik, dan dibina

dengan baik oleh orang tua sehingga menjadi anak-anak yang berkualitas

serta memiliki kekuatan dan ketahanan sebagai bekal mengarungi hidup

di masa dewasanya.5

Sedangkan pada makna yang kedua, pentingnya proses pendidikan

yang berlangsung tentang berkeluarga, dapat dikatakan bahwa peran

4Devi Vionita Wibowo, “Konsep Pendidikan Islam Pada Anak Usia Dini Dalam Kitab

Tarbiyatul Aulad Fil Islam Karangan Abdullah Nashih Ulwan”, Skripsi UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang, 2018, tidak dipublikasikan. 5Abdullah Nashih Ulwan, Lihat dalam Harpansyah, ”Pendidikan Anak Dalam Perspektif

Abdullah Nashih Ulwan (Telaah Atas Kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam)”, Skripsi UIN Raden

Fatah Palembang, 2017, tidak dipublikasikan.

Page 20: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

5

yang masuk adalah seluruh anggota di dalam keluarga. Setiap anggota di

dalam keluarga memiliki kewajiban dan tanggung jawabnya dalam

kehidupan berkeluarga. Oleh karena itu, lingkup keluarga adalah lingkup

pendidikan yang pertama dan utama untuk setiap anggota di dalamnya.

Dengan demikian, landasan tauhid keluarga harmonis diterapkan pada

proses pemilihan pasangan, dalam proses pencapaian kesejahteraan dan

kebahagiaan, serta dalam proses pemecah masalah yang dihadapi oleh

suatu keluarga. Maka, landasan tauhid dalam kehidupan keluarga

menumbuhkan perasaan tenteram, mendorong motivasi keberhasilan,

meluruskan arah dalam kebingungan, serta meredam frustasi dalam

kehidupan sehingga menghindarkan kesalahpahaman yang terjadi dan

meminimalisirkan faktor-faktor permasalahan yang terjadi dalam

kehidupan berkeluarga.6

Selain itu, untuk setiap anggota di dalam keluarga tumbuh dan

berkembang sesuai dengan potensinya yang mana menghadirkan kasih

sayang dan menghindari segala bentuk kekerasan.7 Kemudian, karena

keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, keluarga harus dapat

mencerminkan masyarakat yang ideal yaitu masyarakat yang

berkemajuan, berdaya dan bahagia lahir-batin. Sehingga dalam

kehidupan berkeluarga akan terwujud masyarakat yang berkemajuan,

berdaya dan bahagia lahir-batin.8 Terealisasi untuk setiap anggota di

dalam keluarga sehingga merasa aman dan tentram pada suasana

kehidupannya baik secara perorangan maupun kelompok yang mana rasa

aman dan tenteram menyangkut hidup jasmani dan rohani. Sehingga

harus saling memiliki dan tumbuh dorongan untuk memperhatikan

kebahagian dan kemajuan untuk setiap anggota di dalam keluarga.

Dengan demikian, akan terciptanya selalu keluarga harmonis yang

mengandung didalamnya unsur sakinah, mawaddah, dan rahmah.

6Majelis Tarjih dan Tardid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih

Muhammadiyah 3, (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah, 2018), h. 360-361. 7Ibid., h. 361.

8Ibid., h. 369.

Page 21: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

6

Komponen itulah yang jua menjadi esensi sangat penting dalam

pembangunan pendidikan terkhususnya pada pendidikan tentang

berkeluarga.

Dari penjabaran dua makna perihal pendidikan keluarga terhadap

anak dan pendidikan tentang berkeluarga, maka dapat peneliti simpulkan

bahwasanya setiap anggota di dalam keluarga baik suami yang

bertambah peran menjadi sosok ayah, kemudian isteri yang menambah

peran jua menjadi seorang ibu serta anak yakni memiliki peran penting

masing-masing dan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Terjadinya keterkaitan tersebut, guna melahirkan dan melaksanakan

makna pendidikan keluarga itu sendiri untuk ketercapainya tujuan dalam

kehidupan berkeluarga sesuai syariat Islam. Selain itu, dapat juga

meminimalisirkan kesalahpahaman dari dua makna tersebut yakni

pendidikan terhadap anak dan pendidikan tentang berkeluarga. Dengan

demikian, jarang terjadinya permasalahan yang muncul saat menjalankan

kehidupan keluarga. Karena, setiap anggota di dalam keluarga tersebut

mampu bekerjasama antara satu dengan lainnya guna memahami,

melaksanakan serta memberi ajakan positif dalam memaknai hakikat dua

makna dari pendidikan keluarga itu sendiri.

Hadirnya keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama

yang tentunya diharapkan mampu menjadi motor penggerak dalam

proses pendidikan. Hal ini berarti, orientasi utama dalam kehidupan

keluarga seyogyanya mencerminkan nilai-nilai pendidikan, sehingga

seluruh rutinitas dalam setiap anggota di dalam keluarga termasuk ketika

berada didalam rutinitas masyarakat, akan berdampak pada proses

pemanusian manusia (Humanisasi) yang baik sebagai tujuan utama

dalam proses pendidikan.9 Oleh karena itu, keluarga berperan sebagai

sektor paling utama dan peletak dasar pendidikan untuk setiap anggota di

dalam keluarga guna mendapatkan pendidikan dan bimbingan sejak awal

9Syahrial Labaso, “Konsep Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis”,

Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2015, h. 53.

Page 22: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

7

untuk membentuk paradigma kehidupannya. Maka, bentuk aktivitas

pendidikan dalam keluarga mendukung segala proses perkembangan bagi

setiap anggotanya baik dalam hal berkomunikasi dan berinteraksi dengan

manusia lainnya, jua berupaya mengenal dirinya, dan berusaha

mengkonstruksi kehidupannya. Hal ini merupakan proses yang secara

alamiah lahir sebagai suatu kesatuan utuh dalam dimensi kehidupan

manusia.

Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa proses pendidikan dalam segi

sosial sedemikian penting tercipta untuk pertama kalinya sebagai dasar

proses pembentukan kepribadian manusia adalah berawal dari pendidikan

keluarga. Istilah keluarga itu sendiri menurut struktural, didefinisikan

berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran anggota keluarga, seperti

orang tua, anak, dan kerabat lainnya. Definisi ini memfokuskan pada

siapa yang menjadi bagian dari keluarga.10

Kemudian secara fungsional,

keluarga didefinisikan dengan penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas

dan fungsi-fungsi psikososial.11

Fungsi-fungsi tersebut mencakup

perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi, dan

pemenuhan peran-peran tertentu. Defenisi ini memfokuskan pada tugas-

tugas yang dilakukan oleh keluarga.12

Sedangkan pengertian keluarga secara transaksional, yaitu keluarga

didefinisikan sebagai kelompok yang mengembangkan keintiman melalui

perilaku-perilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai keluarga

(family identity), berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-

cita masa depan. Definisi ini memfokuskan pada bagaimana keluarga

melaksanakan fungsinya.13

Dari beberapa pengertian diatas, dapat

disimpulkan bahwasanya keluarga adalah sekelompok oang yang terdiri

10Budi Lazarusli, dkk., “Penguatan Peran Keluarga Dalam Pembentukan Kepribadian

Anak Melalui Seminar Dan Pendamping Masalah Keluarga”, Jurnal Pengabdian Kepada

Masyarakat, Vol. 5, No. 1, 2014, h. 3 11

Ibid., 12

Ibid., 13

Ibid., h. 4.

Page 23: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

8

atas kepala keluarga serta anggotanya yang di dasari pada sebuah ikatan

pernikahan antara bapak dan ibu sehingga terciptanya generasi

selanjutnya yang hidup dalam satu tempat tinggal dengan aturan yang

harus ditaati bersama-sama dan sangat mampu mempengaruhi antar

anggotanya guna terwujudnya tujuan yang sudah di tetapkan. Tujuan

tersebut pastinya akan mengandung unsur sakinah, mawaddah, dan

rahmah sesuai syariat Islam yang mana pastinya selalu berpedoman

kepada al-Qur’an dan hadits. Dalam proses pemberian pendidikan itu

sendiri, pada hakikatnya lingkup keluarga masuk kedalam kategori

pendidikan informal. Karena secara teoritis, proses penyelenggaraan

pendidikan dibangun diatas tiga pilar utama yakni keluarga, masyarakat,

dan sekolah/pemerintah.

Sedangkan dalam perspektif Islam, pemberian bekal pendidikan bagi

setiap manusia menjadi sebuah keniscayaan.14

Sebab, proses pendidikan

pada hakikatnya berfungsi mengelola dimensi potensi jasmani dan ruhani

yang terdapat pada diri setiap manusia.15

Pengelolaan dimensi potensi

jasmani, membawa dampak bahwa kepekaan panca indera, ketelitian,

kejelian, dan sebagainya turut mempengaruhi proses belajar dan

mengajar serta aktivitas mencari pengetahuan lainnya.16

Sedangkan,

pengelolaan dimensi potensi ruhani, lebih bersifat spiritual

transcendental.17

Sehingga, proses pendidikan diharapkan mampu

melestarikan dan menyempurnakan kecenderungan-kecenderungan yang

baik dan menggantikan atau mengendalikan kecenderungan-

kecenderungan jahat menuju kecenderungan-kecenderungan positif.18

Secara teoritis, dari ketiga proses penyelenggaran pendidikan yang

telah dibahas sebelumnya, dapat dikatakan bahwa keluarga dipandang

14Abdul Khobir, Hakikat Manusia dan Implikasinya Dalam Proses Pendidikan, Forum

Tarbiyah, Vol. 8, No. 1, 2010, h. 8. 15

Ibid., 16

Ibid., 17

Ibid., 18

Ibid.,

Page 24: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

9

sebagai pendidikan yang sangat berpengaruh dalam proses pembentukan

anggotanya termasuk perihal proses pembentukan anak.19

Keberadaan

keluarga sebagai lembaga sosial pertama yang terbentuk dalam pranata

kehidupan manusia dipandang sangat memberikan pengaruh dalam

mendesain kepribadian manusia sebagai individu dan sekaligus makhluk

sosial yang baik dilingkungannya. Maka dari itu, pemberian pendidikan

untuk keluarga tidak hanya sangat berpengaruh kepada anak-anak yang

menjadi tanggungan keluarga tersebut, melainkan jua sangat berpengaruh

kepada pasangan suami dan isteri serta anak keturunannya dalam

membina keluarga agar menjadi keluarga yang harmonis, Sebagaimana

contoh kehidupan keluarga Rasulullah beserta para isterinya.

Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa pada kenyataannya di

lingkungan masyarakat hakikat dari makna pendidikan keluarga baik

pendidikan di dalam keluarga terhadap anak, maupun pendidikan tentang

berkeluarga, ditemukan banyaknya kesalahpahaman hakikat dari makna

pendidikan keluarga itu sendiri. Sebab, secara umum tidak maksimalnya

dalam memahami dan melaksanakan serta memberikan ajakan positif

secara mendalam hakikat dari makna pendidikan keluarga tersebut.

Dengan bahasa lain, dapat dikatakan bahwa kurangnya pengetahuan dan

pemahaman mengenai islam yang sesuai syariat, baik dari segi al-qur’an

dan hadits terkait segala hal tentang keluarga maupun pemberian

pendidikan kepada keluarga. Sehingga, kurang mampu melaksanakan

dan memberikan contoh serta masukan-masukan positif secara langsung

terkait hal tersebut. Dengan demikian, dalam menjalani kehidupan akan

sering terjadinya permasalahan-permasalahan yang bermunculan dalam

menjalan kehidupan keluarga.

Apalagi di zaman sekarang ini, terdapat adanya virus yang terkenal

dengan sebutan ”covid 19” yang bukan hanya melanda negara Indonesia

saja, melainkan seluruh dunia. Terjadinya “covid 19” ini, pastinya

19Syahrial Labaso, “Konsep Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Al-Qur’an dan

Hadis”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2015, h. 53.

Page 25: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

10

banyak memberikan dampak ataupun pemerosotan dalam segala sektor,

termasuk dalam sektor pendidikan. Setiap lembaga pendidikan dalam

segala tingkat baik dari tingkat kanak-kanak sampai perguruan tinggi dan

setingkatnya ditiadakannya pembelajaran di lembaga pendidikan.

Melainkan, semua terpusat pada pembelajaran yang dilakukan secara

daring/online (pembelajaran jarak jauh). Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa semua pembelajaran anak-anak yang biasanya di

sekolah melainkan akan dikembalikan di rumah. Oleh karena itu, peran

orang tua menjadi kunci utama dalam pembelajaran anak sehingga minat

belajar anak tidak menurun meskipun proses pembelajaran tidak

dilangsungkan dengan tatap muka di sekolah. Keterlibatan peran orang

tua menjadi hal yang sangat penting dalam membantu anak dari

keterbatasan belajar, meningkatkan hubungan sosial anak dan

mengajarkan anak mengenai kesadaran akan minat belajar walaupun

keberlangsungan sekolah tidak di lembaga pendidikan melainkan hanya

di rumah maisng-masing saja.

Idealnya, peran orang tua merupakan contoh terbaik dalam

mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada anak saat pandemi “covid 19”

ini berlangsung. Karena, anak memiliki kebiasaan yang dicontohkan dari

kebiasaan kedua orang tuanya. Sehingga, fungsi edukatif orang tua

sangat penting dalam proses pemberian pendidikan dengan selalu

membimbing dan mendidik anak-anak keturunannya. Dengan demikian,

walapun pembelajaran yang biasanya anak-anak selalu mendapatkan di

sekolah, dikarenakan pandemi “covid 19” ini, maka pada masa sekarang

tempat pembelajarannya lah yang berbeda dimana dipindahkan di rumah

masing-masing. Oleh karena itu, disinilah peran orang tua yang harus

masuk dalam pendidikan anaknya di dalam keluarga. Sehingga, tujuan

dari sekolah akan tetap dapat tercapai walapun hanya di rumah saja.

Sayangnya, telah menjadi mainstream yang kuat dalam masyarakat

ketika adanya pandemi ”covid 19” ini terlihat betapa peran orang tua

Page 26: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

11

merasa kewalahan dikarenakan kurang bahkan tidak pahamnya tentang

hakikat dari kewajiban dan tanggung jawab sebagai peran orang tua yang

pada sebenarnya merupakan pendidik untuk anak-anak keturunannya di

dalam keluarga. Hal itu terjadi dikarenkan banyaknya faktor-faktor yang

mendukung terjadinya hal tersebut, mulai dari kurangnya perhatian orang

tua terhadap pendidikan anaknya dikarenakan para orang tua yang sibuk

dengan pekerjaannya masing-masing. Maka, pada awalnya akan

membuat para orang tua lebih menaruh kepercayaan untuk memberikan

anak-anak yang menjadi naungan di dalam keluarga tersebut dengan

sepenuhnya kepada pihak sekolah. Selian itu, karena kurangnya

pengetahuan dan pemahan orang tua sehingga kurang maksimal dalam

mendampingi anak-anaknya untuk proses pembelajaran jarak jauh yang

berlangsung di rumah. Kemudian dikarenakan faktor ekonomi yang mana

tidak adanya dana orang tua untuk membeli buku bahkan untuk dapat

membeli paket data untuk anak-anaknya dalam proses pembelajaran yang

berlangsung di rumah. Dapat juga dikarenakan banyaknya pekerjaan

rumah yang harus dilakukan para orang tua sehingga tidak maksimalnya

dalam membantu serta mendampingi anak-anak keturunannya dalam

proses pembelajaran jarak jauh yang berlangsung di rumah dan masih

banyak faktor-fator lainnya yang biasanya akan terjadi saat proses

pembelajaran anak-anak masih tetap berlangsung jarak jauh di rumah

masing-masing. Dengan demikian, akan berpengaruh terhadap

pemerosotan dalam keberhasilan pendidikan anak di dalam keluarga.

Sehingga tujuan pembelajaran untuk anak-anak keturunannya akan sulit

tercapai oleh setiap masing-masing individu anak.

Hakikatnya, jauh sebelum virus covid 19 ini muncul dan menjadi

wabah di Indonesia bahkan seluruh dunia, telah banyak juga ditemukan

dalam masyarakat kesalahpahaman memahami makna dari pendidikan

keluarga itu sendiri, baik makna pendidikan keluarga terhadap anak

maupun makna pendidikan tentang berkeluarga. Hal itu terjadi karena

banyaknya faktor-faktor pendukung terjadinya hal tersebut yang

Page 27: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

12

menyebabkan berbagai permasalahan yang terjadi. Diantara faktor-faktor

terjadinya kesalahpamaham dalam memaknai pendidikan keluarga

terhadap anak yakni pertama Faktor penyalahgunaan fisik anak.

Faktor penyalahgunaan fisik anak akan menyebabkan seringnya

orang tua berperilaku membentak tidak baik bahkan sampai memukul

anak-anaknya diluar batas wajar. Dengan demikian, akan berdampak

kepada anak yang tidak menuruti maupun berbakti kepada kedua orang

tua nya sendiri. Maksudnya, semua yang berasal dari kedua orang tua

baik perihal nasihat berupa perbuatan maupun perkataan tidak akan

didengar serta dilaksanakan. Bahkan lebih parahnya akan berdampak di

luar lingkup keluarga, dimana anak akan melakukan tindakan yang tidak

sesuai dengan syariat islam seperti kekerasan, penyiksaan dan

penyalahgunaan narkoba yang terjadi di kalangan pelajar yang mana

akan kembali berperan sebagai anak ketika di dalam lingkup keluarga.20

Terjadinya dampak-dampak permasalahan anak dalam naungan

keluarga tersebut dikarenakan anak yang menjadi naungan dalam

keluarga kurang bahkan tidak mendapatkan kasih sayang yang tulus dan

lebih dalam segala bentuk dari kedua orang tuanya sendiri, melainkan

seringnya mendapatkan hal-hal yang tidak baik bahkan sampai kepada

kekerasan seperti selalu dimarahi, selalu mendapatkan pukulan dari orang

tuanya sampai kepada diluar batas wajar. Dengan demikian, pastinya

akan berdampak kepada anak yang menjadi naungan dalam keluarga

tersebut untuk meniru apa yang selalu dilakukan dan yang menjadi

kebiasaan dari kedua orang tuanya.

Selanjutnya faktor kurangnya pengetahuan dan pemahaman dari

kedua orang tua yang menyebabkan banyaknya anak-anak yang putus

sekolah, meningkatnya angka pengangguran yang tidak terdidik,

lemahnya persaingan dalam ranah tenaga kerja, dan secara umum akan

20Endang Purwaningsih, “Keluarga Dalam Mewujudkan Pendidikan Nilai Berbagai

Upaya mengatasi Degradasi Nilai Moral”, Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora, Vol. 1,

No. 1,, 2010, h. 43.

Page 28: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

13

berdampak tidak baik dalam proses pembelajaran anak-anak di lingkup

kehidupan keluarga maupun secara khusus dalam proses pembelajaran

anak-anaknya untuk mendukung lembaga pendidikan pemerintah.

Sehingga, anak tersebut merasa kurang bahkan tidak mendapatkan

pertolongan serta arahan yang baik dari kedua orang tuanya sendiri.

Seperti contoh yakni dengan kurangnya pengetahuan dan pemahaman

dari orang tua, ketika anak bertanya perihal tugas sekolah akan tetapi

kedua orang tua tidak mampu membantu anaknya dikarenakan kurang

mengetahui secara mendalam dan tidak mengerti pertanyaan yang

menjadi tugas dari anaknya serta contoh-contoh lainnya yang sangat

banyak ditemukan dalam lingkup kehidupan keluarga.

Kemudian, dari faktor lemahnya peran sosial budaya masyarakat

dan kesibukan orang tua yang menyebabkan membiarkan anak bermain

serta bergaul tanpa kontrol yang baik dari kedua orang tuanya. Dengan

demikian, menjadikan komunikasi antar orang tua dan anak menjadi

tidak baik, bahkan sering terjadinya hubungan yang tidak harmonis

antara kedua orang tua dan anak-anaknya sampai berakhir kepada

pertengkaran antar sesama. Selanjutnya, dari faktor desakan dan tarikan

ekonomi orang tua dalam memenuhi kebutuhan yang menyebabkan anak

sebagai alat/objek komersialisasi orang tua untuk mendapatkan

penghasilan dengan jalan-jalan yang tidak sesuai dengan syariat islam.

Seperti mencuri, berbohong, meminta-minta, bertindak kasar dalam

segala hal, dan lainnya.

Terakhir, faktor jauh dari agama, inilah yang menyebabkan

terpusatnya dari segala faktor. Karena, pada hakikatnya apabila iman dan

islam tidak tertanam dalam diri, maka menjadikan manusia adalah orang-

orang yang merugi. Sehingga dalam makna pendidikan keluarga terhadap

anak, maka peran kedua orang tua amat sangat penting sebagai peran

yang pertama dan utama dalam mendidik dan membimbing anak-

anaknya sesuai syariat islam, baik dalam perkataan maupun perbuatan.

Page 29: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

14

Dengan kurangnya keyakinan agama yang tertanam dalam diri, akan

menyebabkan para anak-anak kurang bahkan tidak ingin melaksanakan

segala aktivitas baik perkataan maupun perbuatan sesuai syariat islam.

Seperti contoh, malas untuk melaksanakan ibadah shalat fardhu sesuai

tuntunan syariat islam maupun ibadah serta aktivitas sunnah lainnya yang

termuat dalam syariat Islam. Dengan demikian, akan terjadinya

ketidakmaksimalan dalam ketercapaian tujuan dari makna pendidikan di

dalam keluarga terhadap anak yang lahir di dalam keluarga atau anak-

anak yang menjadi tanggungan keluarga itu sendiri.

Sedangkan yang kedua, perihal makna dari pendidikan tentang

berkeluarga banyak jua ditemui dalam masyarakat kesalahpahaman yang

menyebabkan berbagai faktor-fakor tidak sesuainya dengan makna pada

hakikatnya. Diantara faktor-faktor tersebut yakni dari segi perekonomian

yang belum mapan, menyebabkan kerja yang belum menetap sehingga

sosok Bapak kurang maksimal dalam menafkahi keluarganya dengan

tidak mampu untuk membelikan kebutuhan sandang, pangan, papan

secara maksimal. Selain itu, mampu merenggangkan komunikasi antar

pasanagan suami dan isteri sehingga muncul saling bertengkar antar

keduanya. Kemudian akan lebih parahnya, apabila sosok isteri yang lebih

unggul dari pada sosok suami khususnya dalam perihal perekonomian

keluarga. Dengan demikian, akan menyebabkan rasa angkuh dan rasa

meninggi seorang isteri tersebut, sehingga peran isteri lebih merasa

berkuasa dalam lingkup keluarga dan menyebabkan rasa kepemimpinan

dalam keluarga adalah hak milik seorang isteri. Karena ia mempunyai

dan menghasilkan banyak uang dalam perekonomian keluarga. Padahal

sudah diketahui bersama, menurut syariat di dalam Islam bahwa sosok

peran pemimpin dalam keluarga yang sebenarnya adalah sosok peran

seorang suami.

Selanjutnya, dari segi perbedaan watak/kepribadian yang terlalu

tajam, mampu menyebabkan seringnya terjadi pertengkaran antara suami

Page 30: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

15

dan isteri. Dengan demikian, akan menyebabkan komunikasi antar

keduanya renggang sehingga kurang mampu untuk menyelesaikan

berbagai permasalahan didalam kehidupan keluarga melalui jalan yang

baik serta bermusyawarah, sebagaimana sesuai syariat islam bahwa

setiap permasalahan harus diselesaikan dengan bertabayyun terlebih

dahulu. Terakhir adalah Faktor jauh dari agama. Sekian banyaknya

faktor-faktor yang terjadi, bahwa faktor yang sangat berpengaruh dalam

kesalahpahaman memaknai pendidikan tentang berkeluarga adalah faktor

jauh dari agama. Karena, pada hakikatnya segala bentuk perbuatan dan

aktivitas yang dilakukan harus berdasarkan pengetahuan dan pelaksanaan

sesuai syariat islam.

Maka dari itu salah satu perbuatan yang sangat penting dilakukan

sebelum memutuskan untuk menikah membanguan keluarga harmonis

yakni haruslah memilih calon suami maupun calon isteri yang paling

utama dari segi agama. Dikarenakan bersama agama yang selalu melekat

dalam hati, diri, dan perbuatan niscaya segala bentuk perbuatan maupun

aktvitas serta permasalahan dapat terselesaikan dan berjalan dengan baik.

Selain itu, niscaya akan memahami betul serta melaksanakan bagaimana

seharusnya peran dari bapak, ibu, maupun anak yang berada di dalam

keluarga tersebut sesuai tuntunan di dalam syariat islam. Selanjutnya,

apabila faktor jauh dari agama itu terjadi, juga akan mampu

menyebabkan sampai kepada tindakan perceraian. Dikarenakan, setiap

faktor-faktor terjadinya kesalahpahaman dari makna pendidikan tentang

berkeluarga, faktor inilah yang dapat mengcover sebagai perwakilan dari

seluruh faktor yang terjadi. Dengan demikian, banyak bermunculan

permasalahan-permasalahan didalamnya. Diantaranya adalah

permasalahan tentang ekonomi, anak, tindakan perselingkuhan

(ketidaksetiaan) atas dasar hawa nafsu saja, problem kesehatan,

perbedaan prinsip dalam pengelolaan keluarga, kesenjangan sosial,

perbedaan dalam pilihan politik, bahkan perceraian tersebut juga

Page 31: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

16

disebabkan oleh faktor kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).21

Sehingga dapat dikatakan bahwa sampai terjadinya tindakan perceraian

tersebut, mewakilkan semua faktor-faktor terjadinya perihal

kesalahpahaman dalam memaknai makna dari pendidikan keluarga baik

pendidikan terhadap anak maupun pendidikan tentang berkeluarga yang

sudah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya.

Sebuah contoh lain dari segi agama, apabila dalam diri setiap calon

pasangan suami maupun isteri tidak berselimuti akan agama, maka

kurang mampu memaham, melaksanakan serta memberikan ajakan

positif nan baik untuk hakikat dari makna pendidikan tentang berkeluarga

itu sendiri. Satu dari banyaknya contoh bahwasanya ketika pasangan

suami isteri telah memutuskan untuk menikah guna membangun

keluarga, akan tetapi tidak adanya unsur agama yang melekat dalam diri

masing-masing individu, maka hakikat untuk mencapai tujuan keluarga

harmonis akan sulit tercapai. Demikian juga apabila suami dan isteri

telah menikah dan memiliki anak yang menjadi naungan di dalam

keluarga, maka status suami bertambah menjadi seorang bapak. Apabila

bapak tersebut tidak terikatnya agama di dalam diri, maka seorang bapak

akan sulit untuk mendidik anaknya, termasuk dalam perihal beribadah.

Salah satu contoh yakni seorang bapak jarang bahkan ada pula yang tidak

pernah mengajak anaknya pergi bersama-sama untuk melaksanakan

shalat di masjid serta perbuatan atau aktivitas maupun ibadah fardhu a’in

dan sunnah lainnya.

Padahal sudah diketahui bersama bahwasanya didalam Islam pada

hakikatnya kewajiban seorang laki-laki untuk melaksanakan shalat

adalah di masjid. Selain itu masih banyak lagi contoh-contoh lainnya

yang dapat ditemukan terkait hal dalam kehidupan berkeluarga. Tidak

hanya peran bapak, akan tetapi perang ibu di dalam keluarga. Apabila

seorang ibu tiada terekatnya agama di dalam diri, maka sulit untuk

21

Kemenag, Mencegah Badai Keluarga Indonesia, 2018, (https://kemenag.go.id).

Page 32: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

17

mendidik anaknya sesuai syariat islam. Sebuah contoh, seorang ibu yang

jarang bahkan tidak pernah mengajarkan anaknya terkhusus anak

perempuannya untuk belajar memasak. Padahal, dapat diketahui secara

umum bahwasanya memasak bagi perempuan merupakan suatu hal yang

wajib. Karena, ketika ia menikah dengan sosok laki-laki yang menjadi

suaminya, pastilah isteri akan memasak untuk suaminya sendiri.

Walaupun banyak jua laki-laki yang berstatus suami tidak memberatkan

perihal tersebut bahkan mau untuk membantu isterinya termasuk untuk

perihal memasak.

Akan tetapi pada sewaktu-waktu dalam kondisi dan keadaan tertentu,

seorang isteri akan dituntut untuk mampu memasak. Oleh karena itu,

tugas seorang ibu ketika sudah memiliki anak tak lepas harus selalu

mendidik, membimbing, dan mengajarkan anaknya yang sholeh-sholehah

berakhlakul karimah taat dan taqwa kepada Allah dalam melaksanakan

perintahNya dan semangat dalam menjauhi segala laranganNya. Dengan

demikian, pada hakikatnya apabila peran suami dan isteri telah Allah

karuniakan anak generasi keturunannya sudah sepatutnya harus saling

bekerja sama untuk mendidik, membimbing, dan mengajarkan anak

keturunannya dalam segala hal sesuai syariat islam. Sehingga mampu

mencetak anak generasi keturunannya menjadi anak yang sholeh-

sholehah berakhlakul karimah, taat dan bertaqwa kepada Allah dalam

melaksanakan segala perintahNya dan semangat dalam menjauhi semua

laranganNya serta mampu menghadapi masa depan yang akan datang

dengan selalu berlandaskan agama didalam diri dan sehat jasmani dan

rohaninya.

Selain itu, setiap anggota di dalam keluarga termasuk bapak, ibu dan

bahkan anak yang menjadi naungan keluarga tersebut yakni ketika

menjalankan kehidupan berkeluarga jua sepatutnya harus saling bekerja

sama. Karena, peran masing-masing yang dimiliki oleh setiap anggota di

dalam keluarga mempunyai keterkaitan antar sesama. Bekerja sama yang

Page 33: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

18

dimaksud adalah bekerja sama dalam segala hal termasuk perihal saling

menyayangi, saling mengasihi, saling menjaga, saling menolong, saling

memberikan arahan, saling memberikan contoh maupun pembiasan yang

baik, saling memberikan bimbingan, dan saling memberikan didikan

yang selalu berpedoman kepada syariat islam. Dengan demikian, akan

meminimalisirkan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

kesalahpahaman memaknai pendidikan tentang berkeluarga secara

khusus dan pendidikan keluarga secara umum.

Sudah menjadi pengetahuan umum di dalam Islam yakni bagi setiap

anggota di dalam keluarga harus selalu menjaga keharmonisan dan

kerukunan di rumah tempat tinggal bersama. Dengan demikian, sudah

sepatutnya rumah tempat naungan bersama untuk menjalankan

kehidupan keluarga tersebut haruslah mampu layaknya seperti surga bagi

setiap anggota keluarga didalamnya. Oleh karena itu, sangat pentingnya

pemberian pendidikan yang pertama dan utama adalah dimulai dari

lingkup keluarga. Pemberian pendidikan yang disertai dengan

pemahaman serta pelaksanan dan ajakan postif nan baik yang saling

bekerjasama antara anggota satu dengan lainnya di dalam keluarga, akan

menjadikan setiap anggota didalamnya menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa sehingga membentuk pribadi yang insan kamil dan

berakhlakul karimah sebagaimana sesuai syariat islam.

Dengan demikian, dalam menjalankan kehidupan berkeluarga dan

berinteraksi dengan masyarakat akan jarang ditemukan kesalahpahaman

dalam memaknai pendidikan keluarga itu sendiri, sehingga jarang

terjadinya permasalahan-permasalahan yang bermunculan. Dikarenakan

setiap anggota di dalam keluarga mempertahankan keharmonisan dan

kerukunan dengan cara saling bekerja sama untuk selalu mengedepankan

landasan agama sehingga terciptanya unsur saling menyayangi, saling

mengerti, saling tolong-menolong, saling memberikan motivasi dan

ajakan postif dalam menjalani kehidupan bersama-sama maupun

Page 34: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

19

menjalani kehidupan sesuai perannya masing-masing di dalam

keluarga.Apabila suasana tersebut telah tertanam dan terlaksana dengan

baik oleh setiap masing-masing anggota di dalam keluarga, maka rumah

yang menjadi naungan tempat tinggal bersama layaknya surga niscaya

akan tercapai. Karena makna luas dari surga bahwa apabila setiap

anggota di dalam keluarga akan merasa nyaman, tentram, dan bahagia

apabila lama berada di dalam rumah dan jarang terjadinya

kesalahpahaman dengan bermunculnya berbagai macam permasalahan-

permasalahan di dalamnya. Tidak hanya itu, yang paling utama adalah

mampu bekerja sama sesuai syariat islam sehingga cita-cita untuk kekal

hadir membersamai kembali tidak hanya di dunia melainkan kelak di

kehidupan yang kekal abadi yakni akhirat dalam satu tempat yang sangat

ummat muslim cita-citakan adalah surga. Berdasarkan latar belakang

inilah, menggugah penulis untuk meneliti hal tersebut yang ingin

diangkat menjadi sebuah penelitian skripsi dengan judul : “Pendidikan

Keluarga Dalam Perspektif Hadits (Kajian Hadits Shahih

Bukhari)”.

B. Identifikasi Masalah

1. Kurangnya pemahaman dari orang tua tentang pengetahuan dan

pemaknaan hakikat dasar dari pendidikan terhadap anak.

2. Kurangnya pemahaman akan kewajiban dan tanggung jawab peran

orang tua dalam pendidikan terhadap anaknya.

3. Kurangnya contoh-contoh perilaku dan perbuatan yang baik dari

orang tua dalam pendidikan terhadap anaknya.

4. Kurangnya ajakan positif dan baik dari orang tua dalam pendidikan

terhadap anaknya.

5. Kurangnya pemahaman akan kewajiban dan tanggung jawab peran

suami, isteri maupun anak dalam pendidikan tentang berkeluarga.

Page 35: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

20

6. Kurangnya contoh-contoh perilaku yang baik dari masing-masing

peran suami, isteri maupun anak dalam pendidikan tentang

berkeluarga.

7. Kurangnya pemahaman tentang hadits-hadits yang berisi pendidikan

terhadap anak maupun pendidikan tentang berkeluarga.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan diatas

dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah yakni berupa

Pendidikan keluarga dalam perspektif hadits (Kajian hadits shahih

bukhari) terkait kewajiban dan tanggung jawab orang tua dan seluruh

anggota di dalam keluarga dalam ranah membangun keluarga harmonis

berdasarkan unsur sakinah,mawaddah dan rahmah serta mencetak anak

generasi keturunannya menjadi anak yang sholeh sholehah taqwa

berakhlakul karimah lagi sehat jasmani dan rohani. Dengan fokus

penelitian yakni adapun yang di maksud dengan pendidikan keluarga

dalam perspektif hadits adalah hadits-hadits pendidikan keluarga yang

ada di dalam hadits shahih bukhari.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah

disebutkan di aats, maka adapun rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pendidikan di dalam keluarga terhadap anak ?

2. Bagaimana pendidikan tentang berkeluarga dalam menjalankan

kehidupan sehingga terciptanya keluarga harmonis yang

berlandaskan unsur sakinah, mawaddah, dan rahmah ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 36: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

21

1. Untuk mengetahui pendidikan di dalam keluarga terhadap anak

2. Untuk mengetahui dan melaksanakan pendidikan tentang

berkeluarga dalam menjalankan kehidupan sehingga

terciptanya keluarga harmonis yang berlandaskan unsur

sakinah, mawaddah, dan rahmah

F. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat.

Adapun manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Bagi penulis sebagai salah satu acuan dan wawasan kelak

dalam menerapkan metode penggalian hadits beserta syarahnya

saat telah berkeluarga maupun sebelum berkeluarga guna

menghidupkan dan meluruskan makna yang benar dalam

pendidikan keluarga sesuai syariat islam berdasarkan Al-Qur’an

dan Hadits.

2. Bagi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat

memperkaya khazanah pengetahuan khususnya dalam hadits

tarbawi mengenai pendidikan keluarga.

3. Bagi setiap keluarga sebagai salah satu acuan untuk mengetahui

makna pendidikan keluarga baik terhadap anak maupun

pendidikan keluarga untuk menjalankan kehidupan sehingga

terciptanya keluarga harmonis yang berlandaskan unsur

sakinah, mawaddah serta mencetak anak yang sholeh-sholehah,

taqwa, berakhlakul karimah, lagi sehat jasmani rohani

4. Bagi pembaca dapat menjadi salah satu rujukan dalam

menerapkan pendidikan keluarga yang berperan sebagai anak

maupun berperan sebagai calon dan sudah berperan sebagai

setiap anggota dalam keluarga. Serta, memperkaya khazanah

pengetahuan tentang hakikat dari pendidikan keluarga.

Page 37: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

22

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Konsep Keluarga Harmonis

Keluarga harmonis adalah dambaan setiap insan dalam

memasuki kehidupan berkeluarga. Bagi masyarakat muslim di

Indonesia, istilah keluarga harmonis cukup populer. Karena tujuan

dari berkeluarga adalah untuk mewujudkan ketenteraman atau

ketenangan dengan berlandaskan unsur sakinah, mawaddah, dan

rahmah. Sebagaimana dalam salam satu firman Allah Swt Q.S Ar-

Rum: 21 yang berbunyi:

نكم مودة ورح لك ومن آيته أن خلق لكم من أن فسكم أزواجا لتسكنوا إلي ها وجعل ب ي ة إن ف ذ

ليت لقوم ي ت فكرون

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya

diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang

berfikir.

Dari ayat tersebut, bahwa kata sakinah memiliki arti tenang dan

tenteram. Selanjutnya sakinah dimaknai sebagai kedamaian,

ketenteraman, kekompakan, dan kehangatan. Terwujudnya

kesakinahan merupakan hasil dari berkembangnya mawaddah dan

rahmah dalam keluarga. Mawaddah dimaknai sebagai rasa saling

mencintai dan menyayangi dengan penuh rasa tanggung jawab

Page 38: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

23

anatara suami-isteri. Rahmah bermakna rasa saling simpati yaitu

adanya saling pengertian, penghormatan dan tanggung jawab antar

satu dengan yang lainnya.22

Pendapat M. Quraish Shihab di atas,

menunjukkan bahwa keluarga harmonis memiliki indikator untuk

setia dengan pasangan hidup, menepati janji, dapat memelihara nama

baik; saling pengertian, dan berpegang teguh pada agama.23

Dalam ketercapainya keluarga harmonis tidak serta merta datang

begitu saja melainkan harus ada usaha dan syarat untuk

mencapainya. Kalbu harus disipakan dengan kesabaran dan

ketaqwaan, karena landasan unsur sakinah, mawaddah, dan rahmah

diturunkan Allah ke dalam Kalbu. Unsur sakinah mawaddah dan

rahmah dapat diperoleh setelah melalui beberapa Fase, bermula dari

mengosongkan kalbu dari segala sifat tercela dengan cara menyadari

dosa yang telah diperbuat dan memutuskan hubungan yang kelam

dengan masa lalu, disusul dengan mujahadah atau perjuangan

melwan sifat-sifat yang tercela dan mengedapankan sifat terpuji,

mengedpanan yang baik dengan yang buruk, sambil memohon

pertolongan pada Allah dengan berdzikir mengingat-Nya. Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwasanya sebagai upaya untuk

menghiasi diri dengan ketabahan dan taqwa.24

Setiap manusia Allah berikan hakikat saling berpasangan antara

laki-laki dan perempuan, maka dari itu jalan untuk bersatu adalah

dengan cara menikah untuk membangun keluarga harmonis

berlandaskan unsur sakinah, mawaddah, dan rahmah. Menurut M.

Quraish Shihab, membangun keluarga bukan hanya didorong oleh

desakan naluri seksual, tetapi jauh lebih dari semua itu yang mana

22

Majelis Tarjih dan Tardid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih

Muhammadiyah 3, (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah, 2018), h. 359. 23

Amanah Badriatin, “Konsep Keluarga Harmonis Menurut M. Quraish Shihab”, Skripsi

IAIN Ponorogo, 2019, tidak dipublikasikan. 24

M.Quraish Shihab, Pengantin al-Qur’an: Kalung Permata Buat Anak-Anakku, (J

akarta: Lentera Hati, 2010), h. 81.

Page 39: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

24

dorongan untuk meraih ketenangan. Ketenangan itu didambakan

oleh suami setiap saat, termasuk saat ia meninggalkan rumah dan

anak istrinya, dan dibutuhkan oleh isteri pula, lebih ketika suami

meninggalkannya keluar rumah. Ketenangan serupa dibutuhkan juga

oleh anak-anak, bukan saja saat mereka berada ditengah keluarga,

melainkan sepanjang masa. Inilah hakikat yang menjadi dasar

keluarga harmonis.25

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ciri utama didalam

keluarga harmonis adalah adanya cinta kasih yang selamanya antara

suami dan istri, memperhatikan prinsip terutama saling membantu

dan melengkapi dalam pembagian tugas antara suami dan istri dalam

urusan keluarga maupun urusan publik sesuai kesepakatan bersama.

Demikian pula di dalam keluarga terdapat peraturan-peraturan baik

yang rinci maupun global yang mengatur individu-individu maupun

keseluruhannya sebagai satu kesatuan. Islam memberikan ajaran

agar rumah menjadi tempat naungan dalam setiap anggota keluarga

menjadi surga yang dapat menciptakan kententraman, ketenangan,

dan kebahagiaan. Sehingga akan mengantisipasi pengaruh budaya

luar yang tidak baik. Inilah ciri khas keluarga harmonis dimana

suami dan istri berserikat dalam naungan keluarga untuk berkhidmat

kepada aturan dan beribadah kepada Allah SWT.

Menurut M. Quraish Shihab, suatu keluarga yang berlandaskan

unsur mawaddah adalah suatu keluarga yang memiliki kelapangan

jiwa, dan kekosongan hati untuk melakukan hal-hal yang tidak

disyariatkan oleh agama. Hal ini memperjelas bahwa dalam suatu

keluarga dibutuhkan adanya kelapangan jiwa seperti dapat menerima

segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada pasangan masing-

masing. Kriteria lain yang mempunyai mawaddah adalah bahwa

25

M.Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an; Tafsir Tematik Atas Berbagai Persoalan

Umat, (Jakarta: Mizan 1996), h. 254.

Page 40: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

25

didalam keluarga tersebut terdapat kekosongan untuk melakukan

hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama, dalam artian bahwa

didalam keluarga tersebut selalu mengedepankan nilai-nilai agama

sebagai pedoman dan arahan dalam membina keluarga. Agama

dijadikan sebagi kiblat dalam menyelesaikan masalah yang

muncul.26

Sedangkan, untuk unsur rahmah adalah kondisi psikologis yang

muncul di dalam hati akibat menyaksikan ketidakberdayaan

sehingga mendorong yang bersangkutan untuk memberdayaknnya.

Karena itu dalam kehidupan keluarga, masing-masing suami dan istri

akan bersungguh-sungguh bahkan bersusah payah demi

mendatangkan kebaikan bagi pasangannya serta menolak segala hal

yang mengganggu dan mengeruhkannya.27

Menurut shihab adanya

rahmat atau kasih sayang merupakan salah satu kriteria yang mesti

dipenuhi dalam suatu keluarga. Kasih sayang merupakan salah satu

kriteria yang mesti dipenuhi dalam suatu keluarga. Kasih sayang

yang dimaksud adalah perasaan saling mengasihi, menyayangi,

menghormati, menghargai, saling memaafkan kesalahan, saling

membantu, tidak mendzalimi, tidak berbuat kasar, tidak menyakiti

perasaan antara anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya.28

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulakan

bahwasanya kriteria keluarga harmonis menurut Muhammad

Quraish Shihab adalah keluarga yang tenang, terdapat kekosongan

untuk melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama. Dalam

artian bahwa di dalam keluarga selalu mengedepankan nilai-nilai

agama sebagai pedoman dan arahan dalam membina keluarga.

Agama dijadikan sebagai acuan dalam menyelesaikan masalah yang

26

Ibid., h. 276. 27

Abdul Kholik, Konsep Keluarga Sakinah Perspektif M. Quraish Shihab, Vol. 2, No. 2,

2017 28

Ibid.,

Page 41: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

26

muncul, perasaan saling mengasihi, menyayangi, menghormati,

menghargai, saling memaafkan kesalahan, saling membantu, tidak

mendzalimi, tidak berbuat kasar, tidak menyakiti perasaan antara

anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya.

2. Konsep Pendidikan Anak Dalam Keluarga

Anak adalah amanah dan anugerah yang Allah berikan dalam

hidup untuk setiap masing-masing keluarga. Kehadiran anak didalam

kehidupan keluarga bertujuan untuk diasuh, di besarkan, dididik agar

anak mampu mengabdi kepada sang pencipta, sehingga mampu

menjadi anak-anak yang sholeh sholehah bertaqwa berakhlakul

karimah serta sehat jasmani dan rohani. Selain itu, anak juga

merupakan bagian terpenting dari seluruh proses pertumbuhan

manusia, karena pada masa anak-anak sesungguhnya karakter dasar

seseorang dibentuk. Dengan demikian masih harus diberikan taraf

perkembangan dan diberikan bimbingan serta pembinaan dari kedua

orang tuanya.

Menurut Abdullah Nashih Ulwan, bahwa anak adalah sebagai

makhluk yang pada prinsipnya memiliki akal yang sehat yang harus

dimanfaatkan untuk mencari ilmu. Sedangkan dalam konsep

psikologi, anak yaitu mereka yang sedang berada dalam

perkembangan masa prenatal.29

Dalam Al-Qur’an disebutkan salah

satunya bahwa anak adalah buah hati keluarga dengan iringan doa

dan harapan akan menjadi pemimpin atau imam bagi oang-orang

yang bertaqwa. Sebagaimana sesuai dengan salah satu firman Allah

Q.S Al-Furqan: 74 yang berbunyi:

تنا ق رة أعي واجعلنا للمتقي إ ماماوالذين ي قولون رب نا هب لنا من أزواجنا وذر ي

29Siti Khotimah, “Konsep Pendidikan Anak Menurut Abdullah Nashih Ulwan”, Skripsi

UIN Raden Intan Lampung, 2020, tidak dipublikasikan.

Page 42: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

27

Artinya: Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami,

anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami

sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi

orang-orang yang bertakwa.

Pendidikan anak adalah salah satu cara untuk memberikan

pondasi bagi anak-anak atau mencegah dampak negatif yang tidak

diharapkan, apabila pondasi yang diberikan oleh orang tua kepada

anak-anak mereka sudah kuat maka pada masa remaja anak sudah

mempunyai bekal ilmu di dalam jiwa mereka untuk menghadapi

berbagai tantangan. Ibnu Sina mengatakan suatu kewajiban pertama

ialah mendidik anak denga sopan santun dan membiasakan dengan

perbuatan terpuji sejak mulai di sapih, sebelum kebiasaan jelek

mepengaruhinya. Jika terpaksa harus mendidik dengan hukuman

sebaiknya peringatan dan ancaman lebih dulu. Jangan menindak

anak denga kekerasan tetapi dengan kehalusan , lalu diberi motivasi

dan persuasi dan kadang-kadang dengan muka masam atau dengan

cara agar ia kembali pebuatan baik, atau kadang-kadang dipuji

didorong keberaniannya untuk berbuat baik.30

Sedangkan, Pendapat Al-Ghazali tentang mendidik anak

bahwasanya pendidikan anak dimulai sejak lahir. Disiplin pribadi

merupakan asas dari pendidikan akhlak. Hendaknya para orang tua

yang berperan sebagai pendidik untuk mengikuti kaidah

membiasakan anak dengan disiplin pada waktu makan, berpakaian

dan tidurnya. Tujuannya ialah untuk menumbuhkan jasmaniah anak

agar kuat dan mampu mananggung kesulitan hidupnya. Selain itu,

Ibnu Khaldun juga berpendapat bahwa tidak cukup para orang tua

hanya membekali anak dengan pemahaman tentang ilmu

pengetahuan saja, akan tetapi agar mereka menjadi orang yang

30

Mohammad A. Khalfan, Anakku Bahagia Anakku Sukses, (Jakarta: Pustaka Setia,

2014), h. 4.

Page 43: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

28

berimu pengetahuan lagi menambah kemapuannya dalam belajar,

wajib memberikan metode dalam penyajian ilmu yang diberikan

kepada anak keturunannya.31

Jadi dapat disimpulkan bahwasanya perintah memelihara anak

dan setiap anggota di dalam keluarga adalah satu bentuk usaha dari

pendidikan itu sendiri. Pendidikan harus bermula dari rumah, dalam

hal ini ayah dan ibu kepada anak-anaknya. Kemudian, kedua orang

tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan

masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas

kelakuannya. Ayah dan ibu itu sendiri tidak lah cukup untuk

menciptakan satu keluarga yang diliputi oleh nilai-nilai agama, akan

tetapi juga disertai dengan menciptakan hubungan keluarga yang

harmonis. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai agama merupakan

bagian yang tak terpisahkan juga dari pendidikan anak yang

dibarengi oleh keteladanan orangtua. Dengan demikian, menurut

quraish shihab bahwa pemberian pendidikan untuk anak-anak

keturunannya meliputi pemberian pendidikan akidah, ibadah, akhlak,

al-qur’an, puasa dan haji, dan fiqih.

Menurut Ahmad Tafsir ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam pendidikan anak di dalam keluarga dimana

kondisikan kehidupan di dalam keluarga menjadi kehidupan Muslim

dalam segala hal. Contohnya ialah kehidupan yang sederhana, tidak

iri kepada orang lain, dan jujur. Lakukan seluruh perintah Allah yang

wajib dan yang sunah, yakni shalat, zikir, do’a-do’a akan makan,

sesudah makan, sesudah makan, akan tidur, berpakaian, akan pergi,

masuk rumah, dan sebagainya. Usahakan agar anak mengetahui hal

tersebut dan usahakan agar juga mau untuk melakukannya, dan

menjadi suatu kebiasaan baik yang selalu dilaksanakan. Selanjutnya,

sejak kecil anak-anak sering dibawa ke masjid untuk mengikuti

31

Arifin, Perbandingan pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 233.

Page 44: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

29

shalat, mengaji. Dengan demikian, akan mempengaruhi jiwa anak

dan kelak ketika ia tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, ia akan

rajin untuk pergi ke masjid melaksanakan ibadah fardhu maupun

sunnah lainnya. Kemudian, adakan pepujian di rumah atau di masjid

berupa banyaknya ucapan seperti salawat, do’a-do’a, dan ayat-ayat

Al-Qur’an. Selain itu, saat liburan sekolah tiba maka masukkan anak

ke pesantren kilat. Lalu, sedini mungkin sampai terus tumbuh

berkembang semakin dewasa para anak-anak di dalam keluarga

untuk mampu terlibat pada setiap kegiatan keagamaan di kampung

halamannya masing-masing, seperti panitia Ramadhan, panitia zakat

fitrah, panitia idul fitri, panitia qurban, panitia pengajian anak-anak,

mengurus khatib, atau mengurus majelis ta’lim dan lain sebagainya.

3. Tujuan Pendidikan Keluarga

Tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Selain itu,

tujuan juga dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang memiliki

maksud untuk mengarahkan ketercapainya tujuan yang diciptakan.32

Dengan demikian, tujuan pendidikan dalam keluarga ialah dimana

anak dan anggota keluarga dapat tumbuh dan berkembang

semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya untuk menjadi

mandiri dalam masyarakat dan dapat menjadi insan produktif bagi

dirinya sendiri dan lingkungannya.33

Selain itu, tujuan pendidikan

keluarga adalah terbentuknya manusia yang beriman, bertakwa, dan

berilmu pengetahuan sehingga menjadi insan kamil.34

32

Kemdikbud, KBBI Daring, 2016, (https://kbbi.kemdikbud.go.id/) 33

Prof. Dr. Supriyono, M.Pd., dkk., Op. Cit., h. 90-91. 34

Syaiful Bahri Djamarah, Pola asuh orang tua dan komunikasi dalam keluarga: upaya

membangun citra membentuk pribadi anak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 25. Lihat juga dalam

Muhammad Ubaidillah, “Konsep Fitrah Menurut Hadits Fitrah Dan Implikasinya Dalam

Pendidikan Keluarga Pada Akidah Anak”, Skripsi pada UIN Wali Songo Semarang, 2018, tidak

dipublikasikan.

Page 45: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

30

Selain itu, tujuan pendidikan dalam keluarga jua termasuk salah

satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui

pengalaman seumur hidup. Karena, pendidikan dalam keluarga

memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai,

moral, dan aturan pergaulan serta pandangan, ketrampilan dan sikap

hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan.35

Sedangkan, secara naluriah dan instinktif, pendidikan keluarga

akan memberikan tujuan tentang keyakinan agama, nilai budaya,

nilai moral, dan ketrampilan. Keyakinan agama adalah pendidikan

tentang internalisasi nilai-nilai agama, keyakinan agama, tata cara

beribadah dan perilaku sebagai umat beragama baik secara

transenden maupun secara horizontal.36

Setiap keluarga atau orang

tua pasti menginginkan anak keturunannya memiliki keyakinan

agama yang sama dengan dirinya, bahkan kalalu bisa mampu

melebihi dalam hak iman dan ketaqwaaanya.37

Kemudian,

pendidikan keluarga jua bertujuan untuk membekali setiap anggota

keluarganya agar dapat hidup sesuai dengan tuntutan nilai-nilai

agama, pribadi dan lingkungan sehingga mampu melaksanakan

kewajiban dan tanggung jawab dengan baik dan seimbang.38

Nilai budaya berkaitan dengan nilai-nilai dan perilaku

berbudaya sesuai dengan konteks sosial budaya dimana yang

bersangkutan hidup, disertai dengan proyeksi seperti apa situasi

zaman ketika anak-anaknya dewasa kelak. Demikian juga nilai moral

adalah nilai-nilai yang bisa menjadikan seseorang berperilaku etis

dan estetik, sesuai dengan konteks lingkungan fisik dan sosial di

35Siti Rahmah, “Peran Keluarga Dalam Pendidikan Akhlak”, Jurnal Ilmu dan Teknik

Dakwah, Vol. 4, No. 7, 2016, h. 14. 36

Prof. Dr. Supriyono, M.Pd., dkk., Op. Cit., h. 57-58. 37

Ibid., 38Delia Delitri, “Konsep Pendidikan Islam Dalam Keluarga Menurut Prof. Dr. Zakiah

Daradjat”, Skripsi UIN Raden Intan Lampung, 2018, tidak dipublikasikan.

Page 46: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

31

mana yang bersangkutan hidup. Sedangkan pelajaran keterampilan

adalah yang terkait dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan

hidup untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikis, dan sosial.39

Jadi, dari beberapa tujuan pendidikan dalam keluarga yang telah

dipaparkan sebelumnya, dapat peneliti simpulkan bahwasanya

pendidikan dalam keluarga pada hakikatnya bertujuan menanamkan

dasar-dasar pengetahuan secara lahiriah maupun batiniah melalui

berbagai upaya agar terlahir manusia yang beriman dan bertaqwa

sehingga menghasilkan suatu kepribadian yang berakhlak karimah

dan unggul dalam berbagai bidang dengan termuatnya unsur-unsur

sakinah mawaddah dan rahmah dalam menjalankan kehidupan

keluarga. Dengan demikian pastinya semua harus sesuai dengan

ajaran syariat islam.

4. Proses Dalam Lingkungan Pendidikan Keluarga

Secara imperatif, proses pendidkan di dalam keluarga harus bisa

berjalan dengan sendirinya dalam pergaulan antar anggota keluarga

termasuk pergaulan antara orang tua dan anak yang diwarnai oleh

adanya kewibawaan orang tua dan rasa persahabatan antara orang

tua yang diwarnai dengan rasa tanggung jawab dan kasih sayang.40

Dengan demikian, dalam keadaan tersebut di kehidupan berkeluarga

sudah sepatutnya orang tua dalam keluarga sudah benar-benar

memahami arti pernikahan untuk menjalankan kehidupan

berkeluarga secara mendalam, sehingga setiap anggota di dalam

keluarga dapat membentuk keluarganya guna mampu memahami

segala tugas, peranan, tanggung jawab dan kewajiban dalam setiap

masing-masing perannya maupun dalam setiap kerjasama antar

peran guna ketercapainya tujuan yang sudah ditetapkan.

39

Ibid., h. 56-57. 40

Muhammad Ali, dkk., Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan; Bagian IV Pendidikan Lintas

Bidang, (Bandung: Sandiarta Sukses, 2016), h. 90-91.

Page 47: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

32

Maka, dalam konteks pendidikan dalam keluarga bahwa orang

tua adalah pendidik utama terhadap anak-anaknya, khususnya segala

pengetahuan tentang kehidupan. Dengan kata lain, pendidikan dalam

keluarga merupakan segala usaha yang dilakukan oleh orang tua

secara naluriah melalui proses informal yang melebur dengan

kehidupan. Setiap keluarga akan memiliki ciri khasnya masing-

masing, karena input (masukan) juga berbeda-beda sehingga akan

berproses secara khusus, dan akan menghasilkan output (keluaran)

yang spesifik juga.41

Selain itu, pendidikan keluarga termasuk kedalam kategori

pendidikan informal. Pendidikan informal adalah proses pendidikan

yang cakupannya sangat luas, penting dan dominan, yang

berlangsung sepanjang hayat, di mana saja dan kapan saja, melalui

segala bentuk interaksi sehari-hari yang terjadi antara individu

dengan lingkungannya; proses tersebut bisa berlangsung tanpa

disadari oleh yang bersangkutan bahwa ia telah belajar atau telah

membelajarkan.42

Artinya, dapat disimpulkan bahwasanya melalui interaksi antara

anggota di dalam keluarga terjadi penanaman dan perubahan yang

melekat didalam diri setiap anggota keluarga menyangkut segala

perihal wawasan, pemahaman, sikap, nilai-nilai, dan/atau perilaku.

Sehubungan dengan semua itu, dalam penanaman dan perubahan

yang melekat dalam diri setiap anggota di dalam keluarga untuk

menjalankan kehidupan haruslah disadari dengan nyata maupun

tidak, bahkan disengaja ataupun kebetulan. Dengan demikian,

konsep pendidikan informal itulah yang dijadikan sebagai proses

dalam lingkungan kehidupan keluarga.

41

Prof. Dr. Supriyono, M.Pd., dkk., Op. Cit., h. 62-63. 42

Ibid., h. 100.

Page 48: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

33

5. Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga

Dalam ranah ruang lingkup pendidikan keluarga banyak sekali

aneka ragamnya. Namun secara umum, bahwa ruang lingkup

pendidikan keluarga biasanya harus sesuai dengan landasan dan

makna kehidupan yang sesungguhnya beserta fungsi dan tugas yang

berperan sebagai lingkungan pendidikan yang pertama.

Secara sederhana ruang lingkup dari pendidikan keluarga adalah

sebagai berikut ini:

1) Unsur dan nilai yang terliput dalam kebudayaan dimana

keluarga itu hidup.

2) Nilai dan perilaku pergaulan sosial psikologis antar insani di

dalam lingkungan keluarga dan masyarakat; di dalamnya terliput

pendidikan sopan santun, bahasa dan perangkat komunikasi

lainnya.

3) Kehidupan yang bermoral dalam tuntutan norma susila yang

berlaku dalam kehidupan kehidupan keluarga dan

masyarakatnya sehingga terbebas dari pelanggaran moral.

4) Kehidupan beragama dalam mempersiapkan diri menjadi

seorang umat yang beriman dan bertaqwa untuk berkembang

menjadi insan husnul khotimah.

5) Pembinaan kehidupan psikologis yang berkaitan dengan

perkembangan kepribadian individu yang utuh terpadu dengan

ciri adanya watak yang kuat, jujur, dan adil.

6) Pengembangan kemampuan kecakapan hidup atau life skils,

khususnya kecakapan hidup sehari-hari untuk orang yang sehat,

bersih dan disiplin secara fisik, sosial, mental, dan moral.43

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam suatu penelitian diperlukan hasil-hasil penelitian yang relevan

untuk mendukung serta memperkuat penelitian yang sedang dilakukan

43Muhammad Ali, dkk., Op. Cit., h. 91-92.

Page 49: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

34

ini. Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan adalah sebagai

berikut :

1. Skripsi Delia Delitri (1411010276), mahasiswi Universitas

Islam Negeri Raden Intan Lampung Fakultas Taribyah dan

Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam dengan judul:

“Konsep Pendidikan Islam Dalam Keluarga Menurut Prof. Dr.

Zakiah Darajat”. Skripsi ini membahas tentang pemikiran

konsep pendidikan keluarga menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat

yang mengatakan bahwa pembentukan identitas anak menurut

Islam, dimulai jauh sebelum anak diciptakan. Islam memberikan

berbagai syarat dan ketentuan pembentukan keluarga, sebagai

wadah yang akan mendidik anak sampai umur tertentu yang

disebut sebagai baligh berakal. Dengan demikian dapat

dipahami bahwa pembinaan kepribadian anak telah mulai dalam

keluarga sejak ia lahir, bahkan sejak dalam kandungan.

Kepribadian yang masih dalam permulaan pertumbuhan sangat

peka dan mendapatkan unsur pembinanya melalui pengalaman

yang dirasakan, baik melalui pendengaran, penglihatan,

perasaan, dan perlakuan yang diterimanya.44

Persamaan

penelitian Delia Delitri dengan skripsi ini yaitu sama-sama

membahas tentang pendidikan keluarga. Perbedaannya terletak

pada analisis Delia yakni mengenai konsep pemikiran Prof. Dr.

Zakiah Darajat terhadap pendidikan keluarga, sedangkan

peneliti menganalisis pendidikan keluarga dari sudut pandangan

hadits dalam shahih bukhari pada beberapa riwayat perawi.

Selain itu, pada penelitian Delia cangkupan kajian teori berpusat

pada pendidikan terhadap anak, sedangkan pada skripsi ini

cangkupan kajian teori ialah berpusat secara menyeluruh sesuai

dengan makna pendidikan keluarga itu sendiri yakni mengenai

44

Delia Delitri, “Konsep Pendidikan Islam Dalam Keluarga Menurut Prof. Dr. Zakiah

Darajat”, Skripsi pada UIN Raden Intan Lampung, 2018, tidak dipublikasikan.

Page 50: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

35

pendidikan di dalam keluarga terhadap anak dan pendidikan

tentang berkeluarga untuk menjalani kehidupan menjadi

keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah.

2. Skripsi Durrotun Nasihah (103111110), mahasiswi UIN Wali

Songo Semarang Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan

Pendidikan Agama Islam dengan judul: “Makna Pendidikan

Keluarga Dalam Al-Qur’an Surah Al-Saffat ayat 100 sampai

102”. Skripsi ini menarik kesimpulan bahwa, makna pendidikan

keluarga yang terdapat pada Al-Qur’an surah al-Sāffāt ayat 100

sampai 102, berupa materi pendidikan keluarga yaitu pendidikan

aqidah dan akhlak, pola asuh orang tua yang bersifat demokratis,

interaksi pendidikan dengan metode dialogis. Rangkaian

pendidikan berupa interaksi pendidikan dengan metode dialogis,

maksudnya bahwa orang tua yang baik adalah ayah-ibu yang

pandai menjadi sahabat sekaligus teladan bagi anaknya sendiri.

Karena sikap bersahabat dengan anak mempunyai peranan besar

dalam mempengaruhi jiwa sang anak. Selanjutnya berupa

pemahaman terhadap kondisi anak sesuai dengan usianya, patuh

dan pasrah terhadap perintah Allah SWT, ikhlas menerima

cobaan dan kekuatan do’a yang dipanjatkannya.45

Persamaan

penelitian Durrotun Nasihah dengan skripsi ini sama-sama

membahas tentang pendidikan keluarga. Perbedaannya pada

skripsi Durrotun Nasihah ini terletak pada pengidentifikasian

dan penjelasan pembahasan yang dikaji yakni membahas hanya

kepada makna dari pendidikan keluarga terhadap anak,

sedangkan pembahasan pada skripsi ini kajian teori berpusat

secara menyeluruh sesuai dengan makna pendidikan keluarga itu

sendiri yakni mengenai pendidikan di dalam keluarga terhadap

45

Durrotun Nasihah, “Makna Pendidikan Keluarga Dalam Al- Qur’an Surah Al-Saffat

ayat 100 sampai 102”, Skripsi pada UIN Wali Songo Semarang, 2015, tidak dipublikasikan.

Page 51: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

36

anak dan pendidikan tentang berkeluarga untuk menjalani

kehidupan menjadi keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Selain itu, perbedaannya juga kepada perspektif dalam sajian

objek yang terkandung. Dalam penelitian Durrotun Nasihah,

sajian objek yang termuat dalam perspektif ayat-ayat yang ada

di dalam al-Qur’an, sedangkan penelitian ini kepada sajian objek

yang termuat dalam perspektif hadits-hadits shahih bukhari.

3. Skripsi Afwan Sahab (1511010206), mahasiswa UIN Raden

Intan Lampung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan

Pendidikan Agama Islam dengan judul: “Pendidikan

Berkeluarga Dalam Islam Studi Pemikiran Syeikh Muhammad

Nawawi Al-Bantani Dalam Kitab Uqdullujain Fii Bayani

Huqquizzaujain”. Skripsi ini menarik kesimpulan bahwa, cara

berkeluarga sesuai tuntunan Islam dan banyak sekali pasangan

suami istri belum mengetahui tugas dan tanggung jawab

berkeluarga. Pendidikan dalam berkeluarga sangatlah penting

untuk menjawab problematika yang terjadi saat ini. Kitab

Uq dullujain f bay ni Huq qizzaujain Karya yang buat oleh

Syeikh Muhammad Nawawi al-Bantani merupakan salah satu

kitab yang bisa menuntun suami-istri dalam berkeluarga. Kitab

tersebut menerangkan secara gamblang mengenai pendidikan

berkeluarga, dan menjelaskan hak serta kewajiban suami

terhadap istri maupun hak serta kewajiban istri terhadap suami.46

Persamaan penelitian Afwan Sahab dengan skripsi ini terletak

pada kajian teori tentang pendidikan keluarga secara umum.

Perbedaannya terletak pada analisis Afwan terhadap makna

pendidikan keluarga hanya dari pendidikan tentang berkeluarga,

sedangkan peneliti menganalisis makna pendidikan keluarga

46

Afwan Sahab, “Pendidikan Berkeluarga Dalam Islam Studi Pemikiran Syeikh

Muhammad Nawawi Al-Bantani Dalam Kitab Uqdullujain Fii Bayani Huqquizzaujain”, Skripsi

pada UIN Raden Intan Lampung, 2019, tidak dipublikasikan.

Page 52: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

37

dari makna pendidikan keluarga itu sendiri yakni mengenai

pendidikan di dalam keluarga terhadap anak dan pendidikan

tentang berkeluarga untuk menjalani kehidupan menjadi

keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah. Selain itu, perbedaan

penelitian terletak pada objek yang diteliti. Afwan meneliti

pendidikan keluarga menurut Muhammad Nawawi al-Bantani,

sedangkan peneliti objek kajiannya yang di teliti tentang

pendidikan keluarga dalam perspektif hadits yang termuat dalam

hadit-hadits shahih bukhari.

Page 53: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah kajian hadits dalam hadits shahih

bukhari tentang pendidikan keluarga. Waktu penelitian yang dilakukan

peneliti terhitung sejak 6 April 2020 – 16 November 2020.

B. Metode Penelitian

Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara

atau jalan yang ditempuh. Metode dalam upaya ilmiah menyangkut cara

kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

bersangkutan.47

Sedangkan metode penelitian adalah cara mengetahui

sesuatu untuk menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran

secara sistematik, logis dan empiris menggunakan metode ilmiah. Secara

singkat dikatakan metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari

metode (cara) penelitian.48

Hasil suatu penelitian berupa karya tulis

ilmiah.49

Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif dengan jenis penelitian studi kepustakaan (Library Research).

Studi/riset pustaka yaitu lebih dari pada sekedar melayani fungsi-fungsi

dari memperoleh informasi penelitian, memperdalam kajian atau

mempertajam metodologi, sekaligus riset pustaka memanfaatkan sumber

perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya.50

Tak hanya itu,

akhirnya riset pustaka tentu saja tidak hanya sekedar urusan membaca

47

Surahman, dkk., Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2018), h.

2. 48Ibid., 49Ibid., 50

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta, Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2014), h. 1-2.

Page 54: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

39

dan mencatat literatur atau buku-buku sebagaimana yang sering dipahami

banyak orang selama ini, melainkan serangkaian kegiatan yang

berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan

mencatat serta mengolah bahan penelitian.51

Penelitian ini juga

menggunakan metode deskriptif analisis yang bertujuan memberikan

gambaran dan keterangan yang secara jelas, objektif, sistematis, analitis

dan kritis mengenai pendidikan keluarga dalam perspektif hadits yang

terdapat dalam hadits shahih bukhari.52

Dengan demikian, peneliti melakukan penelitian tentang

bagaimana pendidikan di dalam keluarga terhadap anak dan bagaimana

pendidikan tentang berkeluarga dalam menjalankan kehidupan sehingga

terciptanya keluarga harmonis yang berlandaskan unsur sakinah,

mawaddah, dan rahmah serta mencetak generasi anak keturunannya

menjadi anak-anak yang sholeh-sholehah, bertaqwa, berakhlakul

karimah, lagi sehat jasmani dan rohani.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah mempersempit masalah, sehingga peneliti

mampu mengetahui secara mendalam apa yang menjadi fokusnya dalam

penelitian di lapangan. Penelitian tersebut diselidiki secara menyeluruh

dan secara khusus serta dalam bagian yang mendukung atau menambah

kejelasan makna dalam situasi di lapangan. Setelah mengetahui dan

memahami secara mendalam dan menyeluruh dari apa yang terjadi

dilapangan kemudian menghasilkan hipotesis atau teori baru dari yang

terjadi di lapangan.53

51

Ibid., h. 3. 52

Ahmad Zakaria, “Nilai-Nilai Pendidikan Taharah (Telaah Kitab Ihya Ulumu ad-Din

Karya al-Ghazali)”, Skripsi pada Univrsitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2017, tidak

dipublikasikan. 53

Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,

(Jakarta: Prenada Media Group, 2014), h. 367.

Page 55: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

40

Berdasarkan penjelasan mengenai fokus penelitian di atas, maka

penulis memfokuskan penelitian ini adalah adapun yang di maksud

dengan pendidikan keluarga dalam perspektif hadits adalah hadits-hadits

pendidikan keluarga yang ada di dalam hadits-hadits shahih bukhari.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif terdiri atas sumber primer

dan sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder adalah

sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,

misalnya lewat orang lain dan dokumen.54

Penelitian ini merupakan

penelitian studi pustaka, maka sumber data dalam penelitian ini adalah

literatur-literatur yang terkait. Sumber data primer didapatkan dari Buku

Hadits Shahih Bukhari Terjemah, Buku Ringkasan Hadits Shahih

Bukhari, Buku Tarbiyatul Aulad, Buku Hadits Tarbawi, Buku Tafsir Al-

Qur’an Tematik, dan Buku Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Tematik Atas

Berbagai Persolan Umat.

Buku data sekunder di dapatkan dari berbagai buku bertema

pendidikan dan pendidikan keluarga seperti buku Tarbiyatul Aulad:

Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam karya Dr. Abdullah Nashih

Ulwan, buku Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis; VI karya Ngalimin

Purwanto, buku Ilmu dan Aplikasi Pendidikan karya Muhammad Ali,

buku Pendidikan Keluarga; Konsep dan Strategis karya Safrudin Aziz,

buku Pendidikan Keluarga Perspektif Masa Kini karya Prof. Dr.

Supriyono, dkk., buku dan sumber-sumber lain yang relevan.

E. Prosedur Penelitian

Dalam metode ini, terdapat prosedur yang harus ditempuh untuk

mencapai hasil yakni sebagai berikut:

54

Sugiyono, Metode Penelitia: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Jakarta, Alfabeta,

2016), h. 225.

Page 56: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

41

1. Menerjemahkan hadits-hadits ke dalam Bahasa Indonesia

dengan tetap mencantumkan haditsnya.

2. Mengulas isi hadits menggunakan buku-buku yang berikaitan

dengan syarh hadits shahih Bukhari.

3. Menelaah hadits dengan cara mengaitkannya dengan al-qu’an

maupun hadits lainnya yang memuat kandungan dari syarh

hadits yang menjadi pembahasan pada penelitian ini, serta

buku-buku pendidikan secara umum dan buku-buku pendidikan

keluarga secara khusus. Seluruh data yang terkumpul dianalisis

dengan tetap mempertahankan keaslian teks yang

memaknainya. Yang menjadi fokus utama dalam penelitian

skripsi ini adalah pembentukan teori dalam kajian ini, sedapat

mungkin oleh penulis akan didasarkan kepada data yang

ditemukan dari hadits-hadits tersebut.

4. Penarikan kesimpulan. Setelah data yang terkumpul di reduksi

dan selanjutnya disajikan, maka langkah yang terakhir dalam

menganalisis data penelitian ini adalah penarikan kesimpulan

atau verifikasi. Dari data yang diperoleh penulis mencoba untuk

mengambil kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah.

Page 57: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

42

BAB IV

PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS

A. Pendidikan Keluarga Terhadap Anak

1. Hadits Tentang Anak Terlahir Dalam Keadaan Fitrah

a. Hadits dan Terjemah

عنه، قال أب ن ع ما من مولود إل يولد على الفطرة، فأب واه : " قال رسول الل : هري رة رضي الل

تج البهيمة بيمة جعاء، هل تس ي هو دانه أو ي نص رانه، ون فيها من جدعاء، ث أو يج سانه كما ت ن

ين القي م : ي قول فطرة الل الت فطر الناس علي هاف ل ت بديل للق اللهق ذلك الد

Artinya : Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah SAW

bersabda: “setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Ayah dan

ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi

sebagaimana binatang ternak memperanakkan seekor binatang yang

sempurna anggota tubuhnya. Apakah anda melihat anak binatang itu

ada yang cacat (putus telinganya atau anggota tubuhnya yang lain)”

(HR. Bukhari).

b. Syarah Hadits

Hadits di atas menjelaskan bahwa pada hakikatnya setiap

manusia terlahir dalam keadaan fitrah. Maksudnya adalah ketika

setiap anak yang terlahir di dunia, maka semua itu merupakan atas

izin dari Allah Swt. Anak yang telah Allah takdirkan untuk terlahir

di dunia, sedari awal tidaklah mengetahui segala hal apapun. Akan

tetapi, semenjak awal anak yang berada didalam kandungan telah

ditiupkan ruh kedalam setiap janin masing-masing, disitulah Allah

Swt telah memberikan jiwa kefitrahan pada diri masing-masing anak

Page 58: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

43

tersebut. Sifat asal yang telah Allah berikan adalah kebaikan dan

keburukan, sebagaimana salah satu dalam firman Allah yakni Q.S

AS-Syams : 8 yang berbunyi sebagai berikut:

فألمها فجورها وت قواها

Artinya: Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)

kefasikan dan ketakwaannya.

Maksud dari ayat tersebut bahwasanya dapat disimpulkan

apabila sifat kebaikan yang telah Allah ilhamkan di dalam diri terus

dijaga dengan sebaik-baiknya, maka akan beruntung sehingga

terbentuklah kepribadian yang sholeh sholehah lagi baik

sebagaimana dapat memahami dan melaksanakan sesuai dengan

syariat ajaran agama islam. Dengan demikian, apabila Allah telah

anugerahkan anak di dalam keluarga, maka haruslah dijaga,

dibimbing dan dididik dengan sebaik-baiknya agar anak tersebut

mampu menjaga kefitrahan yang baik dalam dirinya. Sehingga

mampu menjadi anak yang sholeh-sholehah, berakhlakul karimah,

bertaqwa lagi sehat jasmani dan rohani. Oleh karena itu ketika anak

terus tumbuh dan berkembang, maka mampu membentuk

kepribadian yang baik dalam menghadapi kehidupannya

sebagaimana sesuai dengan syariat ajaran agama islam.

Kata fitrah itu sendiri memiliki makna secara etimologis berarti

sifat asal, kesucian, bakat, dan pembawaan.55

Sedangkan secara

terminologi fitrah adalah tabiat yang siap menerima agama Islam.56

Selanjutnya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pada

umumnya di artikan sebagai sifat asal, bakat, pembawaan, perasaan

55

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam , (Jakarta: Ciputat

Pres, 2002), h. 7-8 56

Ibid.,

Page 59: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

44

agama.57

Kemudian, Fitrah menurut bahasa berarti ciptaan, sifat

pembawaan manusia (yang ada sejak lahir).58

Sedangkan fitrah

secara istilah berati suatu kekuatan atau kemampuan (potensi yang

terpendam) yang menetap dalam diri manusia sejak awal

kejadiannya, untuk komitmen terhadap nilai-nilai keimanan

kepadaNya, cenderung kepada kebenaran, dan potensi itu merupakan

ciptaan Allah Swt.59

Dari beberapa pengertian fitrah tersebut, dapat disimpulkan

bahwasanya fitrah adalah sesuatu hal yang dibawa oleh manusia

sejak lahir ke alam dunia yang dapat dikatakan sebagai sifat dasar

yang melekat di dalam diri setiap manusia. Oleh karena itu, fitrah

dalam diri seorang bayi yang baru lahir adalah sifat dasar atau dapat

dikatakan sifat yang melekat dalam diri masing-masing anak

tersebut. Akan tetapi, fitrah yang melekat dalam diri bayi tersebut

bukan berarti akan tetap suci dan bersih, melainkan dalam

berjalannya waktu akan mengalami perubahan sesuai dengan

keadaan dan situasi yang dihadapi dalam kehidupannya. Dengan

demikian, peran kedua orang tualah yang harus masuk ke dalam

kehidupan anak tersebut baik semenjak anak tersebut didalam

kandungan lalu lahir ke dunia sampai terus tumbuh dan berkembang

menjadi remaja, dewasa dan sampai kepada pernikahannya.

Orang tua adalah sosok pertama dan utama bagi anak bayi yang

baru lahir di kehidupan keluarga. Sosok orang tua lah sebagai dasar

dan acuan untuk anak-anak keturunannya yang berada di dalam

keluarga. Sehingga, peran orang tua haruslah memahami dengan

betul dan baik untuk setiap kewajiban dan tanggung jawabnya serta

57

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2003), dalam Abdul Majid Khon, Hadits Tarbawi: Hadits-Hadits Pendidikan, (Jakarta, Prenada

Media Group, 2012), h. 238. 58Abdul Khobir, ”Hakikat Manusia dan Impilkasi dalam Proses Pendidikan Jurnal Forum

Tarbiyah, Vol. 8, No. 1, h. 12. 59

Ibid.,

Page 60: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

45

mampu melaksanakan segala kewajiban dan tanggung jawabnya

sebagai orang tua untuk anak-anak keturunannya. Selain itu, karena

orang tua adalah suri tauladan untuk setiap anak-anak keturunanya.

Oleh karena itu, pembentukan dan pembiasaan setiap masing-masing

anak mengikuti sebagaimana kedua orang tuanya. Apabila kedua

orang tuanya mampu mendidik, menjaga, membimbing sesuai

syariat islam dengan selalu mampu menjadi contoh teladan yang

baik untuk anak-anak keturunannya, maka anak-anak yang ada di

dalam keluarga tersebut mampu menjaga kefitrahan baik yang ada di

dalam dirinya. Sehingga sifat asal kefitrahan baik yang ada dalam

dirinya mampu selalu terjaga dengan baik untuk setiap perjalanan

kehidupannya dimasa mendatang.

Akan tetapi, kefitrahan dalam diri anak akan dapat mengalami

perubahan sesuai dengan keadaan dan situasi yang dihadapi.

Sehingga apabila anak bayi yang baru lahir tersebut berada pada

lingkungan keluarga yang berada ditengah masyarakat yang kurang

baik dan mendukung, maka dengan sejalannya waktu ketika anak

terus tumbuh dan berkembang menjadikan kefitrahan baik dalam diri

anak dapat berubah dan tujuan dari pendidikan terhadap anak dengan

mencetak anak generasi menjadi anak yang sholeh-sholehah

bertaqwa, berakhlakul karimah lagi sehat jasmani dan rohani akan

sulit tercapai dengan baik. Oleh karena itu dapat dikatakan

bahwasanya apabila anak yang menjadi naungan keluarga tersebut

berada pada lingkungan yang baik, maka anak akan tumbuh dalam

kebaikan iman yang tulus, budi pekerti yang utama, mencintai

keutamaan dan kebaikan. Sedangkan, apabila anak tersebut berada

pada lingkungan yang tidak baik, sehingga menyebabkan kesesatan

dan kerusakan untuk diri anak itu sendiri.60

60

Dr. Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad: Pedoman Pendidikan Anak dalam

Islam, (Semarang, CV Asy-Syifa’, 1993), h. 49.

Page 61: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

46

Dengan demikian, pada masa anak yang baru lahir ke dunia

maka peran orang tua yang harus masuk dalam pemberian

pendidikan terbaik untuk anak-anak tersebut. Anak bayi yang lahir di

dunia dalam kehidupan keluarga merupakan manusia sempurna yang

telah Allah ciptakan sehingga orang tuanya harus mampu

memberikan kewajiban dan tanggung jawabnya yang baik lagi benar

untuk setiap perkembangan anaknya. Setiap perkembangan yang

dilalui anak-anak yang berada dalam keluarga tersebut, maka perang

orang tua untuk memberikan kewajiban dan tanggung jawabnya

dengan baik dan sesuai syariat islam dalam memberikan pendidikan

untuk segala aspek yang berada pada anak-anak tersebut baik dari

segi aspek jasmani, keimanan, ibadah dan intelektualnya.

Dari segi aspek jasmani, peran kedua orag tua terhadap anak-

anak yang berada dalam keluarga bahwa pada sebenarnya

pendidikan jasmani sudah dilaksanakan sebelum anak-anak keturuan

tersebut lahir ke dunia, yakni melalui kesehatan yang

berkesinambungan dengan ibu dan janin yang ada di dalam

kandungan. Selain itu, para ibu dengan bantuan para bapak yang

mencari nafkah mampu memberikan makanan yang baik lagi halal

dan asupan bergizi yang sempurna selama masa ibu dalam masa

mengandung. Semua akan berpengaruh terhadap kesehatan janin

yang berada dalam kandungan. Sehingga, ketika anak tersebut lahir

ke dunia, tanggung jawab dan kewajiban orang tua terhadap

kesehatan jasmani anak-anak yang ada di dalam keluarga tersebut

akan tetap terjaga dan terus menjadi perhatian yang serius untuk para

orang tuanya.

Cara yang harus diperhatikan oleh para ibu dalam menjaga

kesehatan jasmani pada anak bayi yang baru lahir di keluarganya

adalah dengan memberikan peluang yang cukup untuk memberikan

air susu ibu (ASI). Karena dengan asi akan memberikan dampak

Page 62: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

47

positif terhadap terpenuhinya kebutuhan jiwa akan kasih sayang dan

rasa aman. Anak bayi yang baru lahir belum memiliki kesadaran dan

daya intelektual, ia hanya mampu menerima rangsangan yang

bersifat biologis dan psikologis melalui air susu ibunya. Dengan

demikian, seorang bayi harus menyusu dari seorang ibu yang baik

dan memberikannya makanan yang halal, karena anggota badan bayi

akan terbentuk dari air susu ibunya. Jika makanan itu dihasilkan dari

barang yang halal, maka akan terbentuklah akhlak yang baik pada

diri sang bayi, begitupun sebaliknya. Dengan demikian, para bapak

untuk selalu semangat dan terus berupaya untuk mencari nafkah

dengan cara yang baik lagi halal guna keberkahan akan terlimpah

untuk orang-orang terkasihnya di dalam keluarga.

Selain pemberian asi yang baik, juga dalam menjaga kebersihan

pakaian, tubuh dan tempat tinggal. Dengan demikian akan

melindungi sang bayi yang berada dalam keluarga dari serangan

dingin, panas, terjatuh, kebakaran, tenggelam, serta bahan-bahan

lainnya yang membahayakan sang bayi tersebut. Kemudian, dalam

memberikan pendidikan jasmani juga terealisasikan dalam peluang

untuk istirahat yang diperlukan untuk kesehatan dan tidur yang

cukup bagi sang bayi. . Pada siang hari bayi ditidurkan di luar kamar

dengan udara yang lebih segar, kecuali bila hujan, banyak angin atau

hawa terlalu dingin. Sinar matahari pagi sangat baik untuk bayi,

dengan demikian para orang tua jangan lupa untuk selalu menjemur

sang bayi dibawah sinar matahari yang diselimuti dengan bahan

pelindung seperti kain, jangan langsung terkena sinar matahari.

Lakukan semua kebiasaan menjemur dengan baik akan tetapi jangan

lupa biasakanlah dengan perlahan-lahan.

Kemudian, ketika sang bayi tersebut terus tumbuh dan

berkembang, maka jangan lupa untuk selalu sediakan makanan yang

cukup lagi sehat serta mengandung unsur-unsur makanan pokok dan

Page 63: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

48

kalori yang sesuai dengan tingkat umur anak-anak yang berada

dalam naungan di dalam keluarga tersebut. Memberikan suntikan

untuk melawan penyakit-penyakit menular seperti polio, difteria,

campak, lumpuh, batuk dan sebagainya. Mengadakan pemeriksaan

dokter terhadap berbagai alat-alat tubuh. Memberikan peluang untuk

pergerakan badan dan mengajarkan serta mendidik akan dengan

berbagai kegiatan serta permainan yang berfaedah guna dapat

menolong pertumbuhan dan penguatan otot-otot, dan berbagai

anggota tubuhnya. Memberikan pengetahuan tentang konsep-konsep

kesehatan dan tidak boleh lupa, untuk para orang tua dalam

memberikan contoh yang baik dalam kebersihan. Dengan semua

usaha kewajiban dan tanggung jawab yang diberikan oleh kedua

orang tua, niscaya anak-anak yang menjadi naungan di dalam

keluarga tersebut mampu menjadi anak-anak yang sehat wal’afiat

dalam jasmani dan kekuatan fisiknya.

Selanjutnya dalam segi keimanan, yang dimulai sejak anak lahir

bahkan sejak anak tersebut belum lahir masih berada dalam

kandungan. Dikarenkan, apabila terabaikan maka akan sulitlah bagi

anak menghadapi perubahan cepat yang ada dalam dirinya, yang

tidak jarang membawa kegoncangan emosi. Dari luar si anak akan

menghadapi pengaruh yang dibawa oleh alat-alat komunikasi, baik

media elektronik maupun media cetak dan hubungan langsung yang

dibawa oleh tamu-tamu diluar dirinya yang mempunyai kebudayaan

dan cara hidup yang tidak sejalan dengan budaya dalam keluarga

bahkan mungkin bertentangan dengan ajaran agama islam. Dengan

demikian peran orang tua harus mampu mengetahui lagi

melaksanakan segala kewajiban dan tanggung jawabnya kepada

anak-anak yang menjadi naungan di dalam keluarga tersebut

termasuk dalam pemberian keimanan untuk anak-anak

keturunannya.

Page 64: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

49

Dalam pemberian pendidikan keimanan, para orang tua harus

memperkenalkan kepada anak-anaknya terhadap nilai-nilai yang

terkandung di dalam rukun iman (baik iman kepada Allah swr,

kepada malaikat, kitab Allah, rasul, hari akhir, dan takdir Allah).

Pengenalan tersebut dapat diungkapkan pada waktu dan situasi yang

sesuai, sebagaimana sesuai dengan perkembangan anak-anak

keturunannya. Pada sang bayi baru lahir, pemberian pendidikan

keimanan dapat terealisasikan identik dengan suara dari kedua orang

tuanya yang mana para bapak mengadzani anak bayi yang baru lahir

di telingan sang bayi tersebut. Dengan pemberian adzan tersebut

guna pengenalam keimanan pertama sang bayi kepada illahi rabb

yakni Allah Swt. Dengan pemberian adzan kepada sang bayi,

disitulah pemberian pengenalan dalam kalimat keimanan kepada

Allah Swt. Selain itu, dengan dikumandangkannya adzan di telingan

sang bayi, akan memberikan pendidikan keimanan berupa

pengenalan kalimat-kalimat tauhid lagi kalimat khair (baik).

Sehingga kalimat-kalimat adzan tersebut dapat terserap dengan baik

ke dalam diri serta sanubari sang bayi, sehingga ketika sang bayi

terus tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu sehingga

dapat dikatakan menjadi anak dalam balutan perkembangan menuju

remaja, dewasa sampai kepada pernikahan, maka akan terealisasikan

menjadi anak yang kepribadian sholeh-sholehah lagi bertaqwa dan

berakhalakul karimah dalam menghadapi kehidupannya dimasa yang

akan mendatang.

Selain itu, juga dimulai terealisasi dengan pengenalan

bagaimana tata cara beroda yang baik nan khusyuk kepada Allah

Swt, kemudian terealisas dengan pemberian tata cara membaca Al-

Qur’an yang baik lagi tartil. Selanjunya, dengan pemberian bacaan

tentang cerita-cerita atau kisah sejarah orang-orang penting pada

waktu mereka kecil dulu, misalnya sejarah Nabi dan sahabat Rasul

Page 65: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

50

yang mendorong anak-anak untuk menirunya. Cara tersebut dapat

diberikan sesuai dengan perkembangan umur setiap anak-anak

keturunannya. Dapat disayangkan banyaknya para orang tua dalam

mendidik anak-anaknya mengikuti sebagaimana orang tua dulu

mendidik dirinya. Padahal, suasana, lingkungan hidup, dan kemajuan

ilmu pengetahuan terus berkembang dan berubah demikian, sehingga

media massa, baik yang bersifat elektronik maupun media cetak, dan

pengaruh hubungan langsung dengan budaya asing tidak dapat

dielakkan dan ikut mencampuri pendidikan anak-anak. Dengan

demikian, penggalaan pendidikan keimanan untuk anak-anak yang

menjadi naungan di dalam keluarga tersebut harus selalu disenga dan

dipersipakan dengan sebaik mungkin dan tak luput harus selalu

sesuai dengan ajaran agama islam.61

Dalam pemberian pendidikan keimanan, bahwa para orang tua

tidak boleh berhenti hanya sampai kepada pemberian informasi saja,

melainkan harus juga diupayakan sampai anak-anak tersebut mampu

melaksanakan apa yang diketahuinya sebagaimana sesuai dengan segala

perintah Allah swt. Hal ini sesuai dengan tiga tujuan pembelajaran yakni

mengetahui (knowing), mampu melaksanakan atau mengerjakan yang ia

ketahui itu (doing), yang akhirnya menjad satu dengan kepribadiannya

(being). Dalam pemberian pendidikan keimanan harus selalu

membutuhkan evaluasi secara terus-menerus agar anak-anak yang menajdi

naungan di dalam keluarga tersebut tidak lupa ataupun lalai dalam

menjalankan berbagai ibadah yang merupakan konsekuensi keimanannya

kepada Allah Swt. Evaluasi yang tepat untuk anak-anak dapat berupa

menguji hapalan, menguji pemahaman dan melakukan praktek ibadah.

Karena pada hakikatnya, keimanan merupakan pondasi utama dalam

tertanam dalam jiwa guna membentuk perilaku mulia di kemudian

hari. Sehingga, Pondasi keimanan anak pada fase perkembangan

dapat dibentuk melalui interaksi orang tua dengan sang bayi yang

61

Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008), cet.

ke-3, hlm. 229.

Page 66: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

51

tersu tumbuh dan berkembng menjadi anak remaja, dewasa sampai

kepada pernikahan.

Dengan demikian, dapat terealisasikan melalui penanaman nilai-

nilai mulia (akhlakul karimah) secara berkesinambungan. anak yang

dibina dengan nilai-nilai agama jiwanya akan tenteram. Mereka

cenderung mengalami kondisi mental yang stabil ketika menghadapi

persoalan kehidupan yang berat. Generasi yang kuat dan tangguh

akan dapat mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya karena

kepribadian dalam dirinya telah terbentuk oleh norma yang dibangun

dari pondasi keimanan. Namun sebaliknya, apabila anak

keturunannya berada pada kondisi keluarga yang tidak harmonis,

secara bertahap kepribadian yang suci yang telah diletakkan Allah

SWT pada jiwa remaja dan fitrahnya akan hilang. Akhirnya perasaan

kasih sayang tidak dapat berkembang dan bahkan akan hilang sama

sekali. Jika kasih sayang telah hilang dalam jiwa, maka anak –anak

keturunnanya akan tumbuh menjadi generasi yang tidak baik suatu

hari nanti. Sehingga sangat pentingnya pembinaan jiwa agama pada

anak yang harus disadari oleh para orang tua sebagai bagian dari

perwujudan kewajiban dan tanggung jawab dalam memberikan

pendidikan bagi anak-anaknya.

Dalam konteks ini pembentukan kepribadian anak

membutuhkan adanya kerjasama antara kedua orang tua baik bapak

maupun ibu terhadap anak-anak keturnannya. Pendidikan keimanan

yang diberikan dalam keluarga dapat menjadi perisai bagi anak

dalam melanjutkan pendidikan berikutnya di lingkungan yang

berbeda. Pembentukan keluarga yang berimanan merupakan tujuan

utama dalam membentuk keluarga yang memiliki cinta kasih sayang

dan ketentraman untuk setiap anggota di dalam keluarga. Dengan

demikian akan membentuk kepribadian yang lemah lembut,

kesopanan akhlak dan kehormatan perilaku. Berangkat dari konsep

Page 67: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

52

dasar pendidikan dalam keluarga, para orang tua pada dasarnya

harus mampu bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan

kepada anggota keluarganya guna mencapai tujuan keluarga islami

lagi harmonis berlandasrkan unsur sakinah, mawaddah dan rahmah.

Sehubungan dengan hal itu, untuk mampu mencapai peran maksimal

kepada aturan-aturan yang mengikat antara orang tua dengan

anggota keluarganya termasuk yang utama adalah terhadap anak-

anak keturunannnya yang ada di dalam keluarga tersebut.

Kemudian dari segi pendidikan ibadah, bahwasanya pendidikan

ibadah mencakup selaga tindakan dalam kehidupan sehari-hari, baik

yang berhubungan dengan Allah swt (habl min Allah), maupun yang

berhubungan dengan sesama manusia (habl min al-Nas). Hubungan

dengan Allah swt yang paling besar sesudah tauhid keimanan kepada

ilahi rabb yang mana adalah mendirikan shalat. Pelaksanaan ibadah

harus dibiasakan semenjak anak dalam naungan keluarga tersebut

masih kecil. Setiap anak dalam keluarga harus memiliki sikap

disiplin guna sebagai apek yang penting untuk kekuatan serta

kepatuhan dalam aturan-aturan syariat islam termasuk didalamnya

dalam hal ibadah. Karena, Islam mengajarkan kepada setiap umatnya

agar hidup harus disiplin dengan bekerja keras, bersungguh-sungguh,

jujur, hidup teratur, dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya agar

memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dengan sisiplin

juga merupakan pangkal dari keberhasilan.

Oleh karena itu, kewajiban dan tanggung jawab orang tua dalam

memberikan pendidikan tentang shalat harus sesuai dengan

bimbingan, arahan serta ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan

pelaksanaan shalat. Selain ibadah shalat yang dilakukan masinh-

maisng di rumah, cara pembinaan yang baik lain terkhususnya bagi

anak laki-laki dalam keluarga adalah dengan mengajak anaknya

untuk melaksanakan shalat berjamaah. Tidak lupa jua, para orang tua

Page 68: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

53

harus mampu mengajarkan pertama kali yaitu tata cara ibadah shalat.

Setelah anak mulai dikenalkan adanya kewajiban dalam

melaksanakan salat, maka para orang tua selaku pendidik di dalam

keluarga mulai mengajarkan praktik dari shalat itu sendiri. Anak

mulai dikenalkan syarat sahnya shalat, rukunnya dan larangan-

larangannya termasuk bagaimana didalamnya perihal shalat

berjamaah yang dilaksanakan pada umumnya di masjid. Karena

dengan ibdaha shalat adalah sarana untuk mengikat hubungan batin

antara seorang hamba dengan Sang Pencipta yakni Allah Swt, dan

juga sebagai penguat benteng pertahanan dari godaan setan yang

tengah berupaya menanamkan sifat-sifat pembakangannya terhadap

perintah Allah. Serta, shalat juga merupakan bentuk syiar Islam yang

diajarkan Rasulullah Saw kepada setiap umatNya. Dengan demikian,

apabila anak yang baru lahir terus tumbuh dan berkembang

bertambah usia, maka haruslah ditanamkan pengenalan dan

pelaksanaan ibadah shalat baik shalat fardhu maupun shalat-shalat

sunnah lainnya.

Selain melaksanakan ibadah shalat, pemberian pendidikan

ibadah oleh para orang tua kepada anak-anak keturunannya adalah

dengan membimbing, memberitahukan, mendidik anak-anak

keturunannya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik

(amar ma’ruf) dan menjauhi segala perbuatan-perbuatan yang buruk

(nahi munkar) serta harus mampu berlaku sabar saat menghadapi

segala ujian, cobaan dan musibah yang menimpa diri setiap anak

terutama bersabar dari perbuatan-perbuatan orang lain yang tidak

merasa senang dengan ajakan kebaikan. Semua terealisasi tidak

hanya dengan berbagai pengetahuan saja, akan tetapi juga kepada

hal-hal yang mampu bersifat membangkitkan. Dengan demikian,

mampu teralisasi dalam pelaksanaan bagi setiap masing-masing anak

yang ada di dalam keluarga dengan baik sesuai dengan ajaran syariat

Page 69: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

54

agama islam. Membangkitkan tekad untuk menegakkan hal-hal yang

ma’ruf serta mencegah segala hal-hal yang munkar terhadap seluruh

anak-anaknya agar mampu dipahami, dihayati, dan dikerjakan

dengan baik oleh para anak keturunannya dalam kehidupan sehari-

hari.

Terakhir dari segi intelektual, bahwasanya intelegensi bukanlah

variasi yang berdiri sendiri dalam diri masing-masing individu. Akan

tetapi, mengalami pertumbuhan dan perkembangannya dari berbagai

faktor. Faktor pertama dan utama adalah dari faktor keluarga yakni

kedua orang tuanya. Pemberian pendidikan intelektual untuk anak-

anak yang menjadi naungan di dalam keluarga terbagi sesuai

perkembangan anak-anak keturunannya. Pada masa prenatal, adalah

masa dimana anak tersebut masih dalam kandungan. Pada masa

tersebut, peran orang tua terutama ibu sangatlah penting dalam

memperhatikan pengaturan makanan, menjaga kesehatan dan

ketenangan batin. Sehingga bayi yang ada didalam kadungan

bersama dengan ibunya akan mengalami kolerasi hubungan antar

sesama. Dengan demikian, pengaruh pendidikan berkolerasi positif

terhadap tingkat intelegensi remaja pasca kelahiran

Cara-cara yang dilakukan para orang tua terutama ibu terhadap

penanaman serta peningkatan intelegensi anak-anak keturunannya

yang masih dalam kandungan adalah dengan memperdengarkan

disekitar perut ibunya dengan lantunan ayat-ayat al-Qur’an dari

surah permulaan hingga surah akhir dalam interval waktu tertentu.

Maka, setelah bayi itu dilahirkan ia memiliki kapasitas intelegensi

yang baik. Daya tangkapnya terhadap al-Qur’an sangat mudah dan

cepat dikarenakan telah memiliki pemetaan dalam memory semacan

kognitif terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang telah di perdengarkannya

saat masih dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada masa post-

natal, masa dimana setelah dilahirkan dalam kandungan maka sangat

Page 70: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

55

pentingnya peran orang tua dalam membantu perkembangan taraf

intelegensinya dengan menanamkan jiwa kasih sayang, menjaga

kesehatan remaja, dan membina kreativitas remaja baiknkreativitas

bermain, berbicara, dan kreativitas berpikir. Perkembangan

intelegensi yang cepat akan berlangsung pada anak yang berusia dua

tahun pertama dan kedua. Oleh karena itu, untuk membina

intelegensi anak-anak keturunan tersebut, para orang tua harus

mampu menyediakan lingkungan yang kreatif dengan memperkecil

adanya peluang negative dikarenakan pengaruh lingkungan pada

masa ini adalah sangat dominan untuk diri anak-anak tersebut.

Selanjutnya pada masa pasca post-natal, dimana anak-anak terus

tumbuh dan berkembang dalam usia lima tahun keatas. Pada masa

ini, pengaruh lingkungan keluarga cukup besar. Oleh karen itu, jika

semakin tinggi kualitas yang dimiliki para orang tua, maka

cenderung semakin tinggi juga IQ anak-anak tersebut. Apabila di

dalam rumah memiliki jumlah buku, majalah, dan materi belajar

tercukupi bahkan melebihi batasan yang baik, lalu jumlah pengakuan

yang diterima anak keturunannya dari kedua orang tua atas prestasi

akademiknya, maka semua akan membantu menjaga dan

mengembangan kecerdasan intelektual yang dimiiki oleh masing-

masing individu pada anak-anak keturunannya yang menjadi

tanggungan di dalam keluarga tersebut.

2. Hadits Tentang Santun

a. Hadits dan Terjemah

عليه وسلم عنه الل عن أبي هري رة رضي , رددها مرار ف : أوصن قال : أن رجلا قال للنب صلىى اللل ت غضب : قال

Page 71: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

56

Artinya :Abu Hurairah meriwayatkan bahwa seseorang berkata

kepada Rasulullah saw., “Berilah aku wasiat”. Rasulullah saw

bersabda, “Janganlah kamu marah”. Dan orang itu mengulangi

permintaannya beberapa kali, dan Rasulullah saw senantiasa bersabda,

“Janganlah kamu marah”. (H.R Al-Bukhari).

b. Syarah Hadits

Dari hadits tersebut, dapat disimpukan bahwasanya Islam

dengan kaidah-kaidah yang yuriprudental universal dengan prinsip-

prinsip edukatif yang kekal, telah meletakkan pokok dan metode

dalam mengembangkan personalitas anak. Perkembangan ini

meliputi akidah, moral, fisikal, mental, spiritual, dan sosial.62

Oleh

karena itu, jika para orang tua yang berperan jua sebagai pendidik

didalam lingkup keluarga menggunakan prinsip-prinsip yang jelas

sesuai syariat islam dalam membentuk generasi anak selanjutnya,

maka anak generasi dalam tanggungan keluarga tersebut menjadi

anak yang tidak seperti sebelumnya, melainkan akan mencapai

kekuatan akidah, keluhuran akhlak, kekuatan jasmani dan

kematangan akal.63

Dengan demikian, hakikat tujuan dari pendidikan

keluarga terhadap anak untuk mencetak generasi selanjutnya menjadi

anak-anak yang sholeh sholehah, bertaqwa lagi berakhlakul karimah

serta sehat jasmani dan rohani akan dapat tercapai.

Sifat-sifat asasi yang harus dimiliki oleh orang tua yang

berperan jua sebagai pendidik diantaranya adalah sifat ikhlas, sifat

takwa, sifat berberilmu, sifat santun, dan sifat memiliki rasa

tanggung jawab.64

Maka, para orang tua yang ikut serta berperan

sebagai pendidik didalam lingkup keluarga harus memiliki sifat-sifat

asasi tersebut guna membantu untuk meninggalkan segala

62

Dr. Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad: Pedoman Pendidikan Anak dalam

Islam, (Semarang, CV Asy-Syifa’, 1993), h. 176. 63

Ibid., 64

Ibid., h. 159-163.

Page 72: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

57

kecenderungan yang negatif dan akan berganti serta menanggapi

dengan segala kecenderungan-kecenderungan yang postif. Karena

dari sifat-sifat pokok tersebut dapat menolong para orang tua yang

ikut serta berperan sebagai pendidik untuk keberhasilan dalam

menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya kepada setiap anak,

serta membantu untuk membentuk dan memperbaikinya. Salah satu

sifat asasi yang sangat penting dimiliki oleh orang tua adalah santun.

Para orang tua yang memiliki sifat santun, akan berdampak baik

kepada anaknya dengan selalu memberikan setiap tanggapan melalui

perbuatan dan perkataan yang baik lagi indah. Seperti contoh, jika

anak melakukan kesalahan janganlah langsung diberi hukuman,

melainkan coba realisasikan sikap santun. Dalam artian, santun

dalam mengambil keputusan terhadap permasalahan tersebut seperti

memberikan tanggapan dan arahan yang baik dan sesuai dalam

bentuk perkataan maupun perbuatan bahwa hal yang dilakukan salah

dan jangan dilakukan kembali. Oleh karena itu, santun merupakan

salah satu kaidah yang harus dimiliki oleh setiap manusia terkhusus

bagi yang mengemban amanah sebagai orang tua dengan secara

otomatis ikut serta berperan sebagai pendidik untuk anak-anaknya.

Dengan demikian, apabila sifat santun telah tertanam dalam diri,

maka akan mampu dilaksanakan dan mampu memberikan ajakan

positif guna menghasilkan contoh dan kebiasaan dalam bentuk sikap

yang baik disegala aktivitas kepada anak yang menjadi tanggungan

keluarga, sehingga anak tersebut secara otomatis akan selalu terhiasi

dengan akhlak-akhlak terpuji dalam setiap aktvitas yang

dilakukannya. Tak hanya itu, anak juga mampu menjauhi segala

perangai-perangai tercela yang tidak sesuai dengan syariat Islam.

Dengan begitu, hakikat tujuan dari makna pendidikan keluarga

terhadap anak akan mudah terlaksana dengan baik.

Page 73: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

58

Pada hakikatnya, santun memiliki makna yang berarti halus dan

baik (budi bahasanya, tingkah lakunya); sabar dan tenang; sopan;

penuh rasa belas kasihan; suka menolong.65

Kemudian, kesantunan

(politeness), kesopansantunan atau etiket dapat disebut sebagai

tatacara, adat, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.66

Dengan demikian santun merupakan aturan perilaku yang ditetapkan

dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga

sikap santun sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh

perilaku sosial.67

Dalam ajaran agama islam, memberikan perhatian

yang besar kepada sifat santun ini dikarenakan kesantunan

merupakan keutamaan spiritual dan moral yang paling besar dengan

mengakibatkan manusia dalam puncak keluhuran akhlak.68

Sebagaimana sesuai dalam salah satu firman Allah yakni al-Qur’an

Surah Asy-Syura: 43, yang berbunyi sebagai berikut :

لك لمن عزم ٱلمور ولمن صب ر وغفر إن ذ

Artinya : Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan,

sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang

diutamakan.(Q.S Asy-Syura: 43).69

Dari ayat tersebut dapat disimpukan bahwasanya setiap manusia

yang membuat keburukan untuk diri orang lain, maka orang yang

mendapatkan efek tidak baik tersebut janganlah membalas kembali

dengan keburukan. Akan tetapi, dengan sungguh-sungguh selalu

tertancam dalam diri sifat santun baik santun dalam perilaku maupun

santun dalam perkataan/berbicara untuk menyelesaikan setiap

65Kamus Besar Bahasa Indonesia, dalam Elvita Yeni, dkk., “Pola Pengajaran Kesantunan

Berbahasa Anak Di Lingkungan Keluarga”, Jurnal Tarbiyah, Vol. 25, No. 1, 2018, h. 44. 66Siti Mislikhah, “Kesantunan Bahasa”, Jurnal Ar-Rani Ar-Raniry: International Journal

of Islamic Studies, Vol. 1, No.2, 2014, h. 287. 67

Ibid., 68

Abdullah Nashih Ulwan, Op., Cit, h. 184. 69

Kemenag, Al-Qur’an Kemenag RI, 2020, (https://quran.kemenag.go.id/).

Page 74: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

59

permasalahan. Apabila hal tersebut berhasil terlaksana dengan baik,

maka akan dengan sendirinya muncul sikap sabar dan memaafkan.

Oleh karena itu, dengan sabar dan memaafkan justru membuat

hati menjadi lebih tenang dan ikhlas. Dengan sabar dan memaafkan

juga akan melatih diri setiap manusia untuk mendapatkan ridho dan

keberkahan dari Allah swt. Dengan demikian, niscaya allah akan

mencurahkan rahmat kepada setiap hambanya dengan terealisasi

melalui meningkatnya keimanan dalam diri setiap manusia menurut

pandangan dan disisi Allah swt. Karena pada sesungguhnya bahwa

penilaian yang indah lagi benar dan haqiqi adalah penilaian menurut

Allah swt.

Dengan penilain menurut Allah yang terealisasi untuk selalu

berusaha meningkatkan iman, islam dan ikhsan, maka Allah akan

memudahkan jalan untuk segala sesuatu yang akan dilaksanakan.

Tidak hanya itu, bahwa Allah juga berjanji kepada kita semua yakni

umat islam bahwasanya apabila kita benar-benar melaksanakan

semua perintahnya dan menjauhi larangannya dengan cara terus

berusaha dan beristiqomah untuk meningkatkan iman, islam dan

ikhsan dalam diri, apabila berhasil maka niscaya akan mendapatkan

keindahan hidup untuk kekal abadi dan sangat diimpikan untuk

setiap manusia yakni surga baginya. Dengan demikian, diakhir hidup

kelak pastinya akan mendapatkan keadaan meninggal dengan

keadaan yang sangat baik, indah dan selalu diimpikan bagi setiap

muslim yakni dengan jalan husnul khotimah.

Selain itu, apabila setiap manusia yang membuat keburukan untuk

diri orang lain, haruslah tertanam sifat santun baik santun dalam

perilaku maupun santun dalam perkataan/berbicara untuk

menyelesaikan setiap permasalahan. Dengan begitu memunculkan

bersikap sabar dan memaafkan bahkan kepada bersikap untuk tidak

Page 75: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

60

membalas keburukan yang dilakukan orang lain tersebut dengan

keburukan kembali, melainkan membalasnya dengan segala

keindahan dan kebaikan. Walaupun demikian secara nyatanya akan

sulit terlaksana, akan tetapi apabila terus berusaha dengan selalu

tertanam dalam diri sikap sabar serta tak luput selalu berdoa, maka

Allah akan mempermudah dan membantu untuk selalu istiqomah

dalam menyikapi dan menghadapi berbagai jalan serta permasalahan

dalam menjalani kehidupan.

Santun secara umum dapat dibagi tiga, yaitu santun berpakaian,

santun berbuat, dan santun berbahasa.70

Santun berpakaian

(berbusana, berdandan) adalah kemampuan seseorang untuk

berpakaian sesuai tempat dan cara dimana dia berada. Ada dua hal

yang perlu diperhatikan.71

Pertama, berpakaianlah yang sopan

ditempat umum dan kedua, berpakaianlah yang rapi dan sesuai

dengan keadaan. Selanjutnya, santun perbuatan adalah tata cara

bertindak atau gerak-gerik ketika menghadapi sesuatu atau dalam

situasi tertentu, misalnya ketika menerima tamu, bertamu ke rumah

orang, duduk di ruang kelas, menghadapi orang yang kita hormati,

berjalan di tempat umum, menunggu giliran (antre), makan bersama

di tempat umum, dan sebagainya.72

Terakhir santun berbahasa, santun berbahasa/berbicara akan

tercermin dalam tatacara berkomunikasi lewat tanda verbal atau tata

cara berbahasa.73

Ketika berkomunikasi, kita tunduk pada norma-

norma budaya, tidak hanya sekedar menyampaikan ide yang kita

pikirkan. Tata cara berbahasa harus sesuai dengan unsur-unsur

budaya yang ada dalam masyarakat tempat hidup dan dipergunannya

suatu bahasa dalam berkomunikasi. Apabila tata cara berbahasa

70Elvita Yeni, dkk., “Pola Pengajaran Kesantunan Berbahasa Anak Di Lingkungan

Keluarga”, Jurnal Tarbiyah, Vol. 25, No. 1, 2018, h. 44. 71

Ibid., 72

Ibid., 73

Ibid.,

Page 76: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

61

seseorang tidak sesuai dengan norma-norma budaya, maka ia akan

mendapatkan nilai negatif, misalnya dituduh sebagai orang yang

sombong, angkuh, tak acuh, egois, tidak beradat, bahkan tidak

berbudaya.74

Itulah mengapa pentingnya, peran orang tua harus harus

berperan aktif dalam membimbing, mendidik, membina,

mengajarkan, dan membantu anak keturunannya untuk selalu

berpakaian, berbuat, dan berbicara/berkata sesuai dengan syariat

islam. Pada masa anak tersebut masih dalam kandungan ibunya, sifat

santun dalam bahasa ini harus selalu dilaksanakan dengan baik oleh

orang tuanya khususnya kepada ibu yang mengandung anaknya di

dalam perut. Dari bahasa-bahasa dengan kalimat-kalimat khair lagi

indah yang dilontarkan dan dibicarakan ibunya dengan selalu diusap

perutnya dengan penuh kelembutan dan ketenangan, maka anak yang

ada didalam kandungan tersebut akan merasakan keindahan tersebut.

Sehingga ketika anak bayi tersebut lahir ke dunia sampai dalam

perkembangan menuju remaja, dewasan sampai kepada pernikahan,

ia berusaha belajar dan merekam segala aktivitas berbicara dari

lingkungan tempat ia tinggal termasuk yang bersumber dari kedua

orang tuanya. Oleh karena itu, apabila ingin membentuk anak-anak

keturunannya menjadi anak yang berkalam baik lagi bertutut kata

yang baik dan indah, maka perlunya peran orang tua untuk

membimbing, mengajarkan, mendidiknya agar kelak apabila anak

tersebut berada dalam lingkungan luar kelyarga, mampu tetap

menjaga kalam berbicaranya dengan baik, sopan lagi sesuai dengan

syariat ajaran agama islam.

Selain sifat santun dalam bahasa, diperlukan jua sifat santun

dalam berbuat. Pada sifat santun dalam berbuat ini, apabila anak

tersebut semakin hari terus tumbuh dan berkembang, sehingga

74

Ibid.,

Page 77: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

62

semakin hari segala panca indera yang dimilikinya akan berfungsi

dengan baik sebagaimana fungsinya masing-masing. Dengan

demikian, peran orang tua harus mampu memberikan contoh yang

sangat baik dalam segala aktivitas dan perbuatan yang dilakukan

terhadap anak-anak keturnannya, baik di depan anak-anaknya

maupun diluar hadapan anak-anaknya. Ketika anak tersu tumbuh dan

berkembang maka semakin waktu panca indera akan berfungsi,

dengan itulah anak pastinya akan melihat, mencontohkan, menirukan

bagaimana perbuatan dan aktivitas yang dilakukan oleh kedua orang

tuanya. Dengan demikian, sudah menjadi kewajiban dan tanggung

jawab kedua orang tua dalam segala aktivitas dan perbuatan harus

dilakukan dengan baik dan sesuai dengan syariat ajaran agama islam.

Sehinga mampu mencetak anak keturunannya menjadi anak yang

sholeh-sholehah berakhlakul karimah lagi bertaqwa dengan mampu

melaksanakan segala perintah Allah Swt dan menjauhi segala

laranganNya.

Selanjutnya, ketika anak yang berada dalam kandungan tersebut

semakin hari terus tumhuh dan berkembang sehingga menjadikan

anak tersebut dalam perkembangan remaja, dewasa sampai pada

taraf menuju pernikahan. Dari perkembangan itulah, peran orang tua

juga harus serius dalam pemberian pendidikan santun dalam

berpakaian untuk anak keturunannya. Penggunaan pakaian serta

busana yang digunakan oleh setiap kedua orang tua di dalam

keluarga, hauslah berpacu kepada pedoman syariat ajaran agama

islam. Penggunaan pakaian maupun busana menurut syariat ajaran

agama islam bahwasanya apabila menggunakan pakaian maupun

busana haruslah dalam keadaan layak pakai lagi bersih dan pastinya

harus menutup aurat baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.

Dengan demikian, orang tua harus mengajarkan tentang pemahaman

menggunakan pakaian dan busana yang sesuai dengan syariat islam

Page 78: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

63

kepada para anak keturunanya. Tidak hanya memberikan

pemahaman tentang hal tersebut saja, melainkan juga kepada

pelaksanaannya.

Dengan maksud, agar para orang tua menjadi sosok contoh

pertama yang baik dalam perihal berbusana. Sehingga anak-anak

mereka dapat melihat, merekam, melaksanakan, dan mengikuti

berbusana yang baik lagi bersih dan pastinya sesuai dengan syariat

agama islam. Apabila anak-anak keturunannya mampu menjaga dan

menutup auranya secara baik dengan balutan pakaian dan busana

yang baik, maka semua akan menjadi dampak yang baik jua untuk

kedua orang tuanya dimana anak tersebut mampu menjaga kedua

orang tuanya tidak hanya di dunia, melainkan saat berada di akhirat.

Semua itu merupakan penggalan dan pembiasaan yang harus

dilakukan oleh setiap orang tua kepada anak-anak keturunannya

karena tugas orang tua selain sebagai pendidik, pemberi bimbingan,

pemberi pendidikan, juga sebagai suri tauladan yang mana contoh

terbaik untuk anak-anak keturnannya agar tujuan dari pendidikan

terhadap anak dapat mudah tecapai dengan baik dan sesuai harapan

masing-masing orang tua yang berpacu sesuai syariat islam.

Selanjutnya, dalam ranah pemberian penegasan sampai kepada

penghukuman untuk anak-anak yang menjadi naungan dalam

keluarga, harus digaris bawahi dan diambil benang merahnya

bahwasanya pemberian pendidikan berupa penegasan dan bahkan

kepada pemberian hukuman yakni pada hakikatnya dilarang untuk

menggunakan metode tersebut. Dengan catatan, dikecualikan dalam

keadaan yang sangat darurat. Akan tetapi, sebaiknya tidak segera

menggunakan bentuk pukulan dikarenakan masih banyak cara dan

metode pemberian pendidikan untuk anak seperti mengeluarkan

ancaman untuk penegasan, berupa peringatan, dan meminta tolong

kepada orang-orang yang disegani untuk mendekat. Dengan jalan

Page 79: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

64

seperti itu, niscaya akan memudahkan para anak keturunan dalam

naungan keluarga untuk merubah dirinya.

Jadi dapat disimpulkan bahwasanya terkait pemberian

pendidikan berupa hukuman oleh orang tua yang berperan sebagai

pendidik hendaknya bijaksana dalam menggunakan cara hukuman

yang sesuai, tidak bertentangan dengan tingkat kecerdasan anak,

pendidikan dan pembawaannya. Maka, pemberian pendidikan

berupa hukuman adalah cara yang paling terakhir. Dengan maksud

bahwa dalam pemberian pendidikan kepada anak terdapat berbagai

cara untuk memperbaiki dan mendidik anak-anak yang berada dalam

naungan keluarga. Dengan demikian, kewajiban para orang tua harus

menggunakan semua cara terlebih dahulu sehingga tiada

menghasilkan hal yang tidak baik, melainkan mampu menciptakan

kelurusan dalam kebengkokan anak, meningkatkan derajat moral dan

sosialnya serta membentuk manusia secara utuh. Sebagaimana sesuai

yang diajarkan oleh Rasulullah saw.

Oleh karena itu, para orang tua dapat membawa anak dalam

naungan tersebut sampai tujuan yang diharapkan untuk menjadi

manusia Mu’min dan bertaqwa. Oleh karena itu diantara cara atau

metode pemberian pendidikan yakni dengan menunjukkan kesalahan

melalui pengarahan, menunjukkan kesalahan melalui

keramahtamahan, menunjukkan kesalahan dengan memberikan

isyarat, menunjukkan kesalahan dengan kecaman, menunjukkan

kesalahan dengan memukul, dan menunjukkan kesalahan dengan

memberikan hukuman yang menjerakan.75

Cara atau metode pemberian pendidikan diatas yakni diurutkan

dari tingkatan yang kecil sampai kepada yang besar. Kemudian,

perihal pemberian pendidikan melalui metode menunjukkan

75

Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam: Pedoman Pendidikan Anak dalam

Islam, (Semarang: CV Asy-Syifa, 1993), h. 159-163.

Page 80: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

65

kesalahan dengan memukul dapat di garis bawahi bahwasanya

memiliki persayaratan untuk sampai melakukan kepada tahap

tersebut. Diantara persyaratan memberikan hukuman pukulan adalah

sebagai berikut ini:

a) Tidak terburu-buru untuk menggunakan metode pukulan,

kecuali setelah memberikan dan menggunakan semua metode

lembut dan mendidik lainnya dalam tingkatan yang wajar.

b) Tidak memukul, ketika dalam keadaan sangat marah,

dkarenakan menimbulkan bahaya terhadap anak.

sebagaimana sesuai dengan wasiat rasulullah melalui hadits

kedua ini.

c) Ketiak semua usaha dengan pemberian metode atau cara

yang lembut dan baik tidak berpengaruh, maka hendaknya

jiaklau ingin menggunakan cara atau metode memukul

harusah menghindari anggota badan yan peka, seperti kepala,

muka, dada, dan perut.

d) Pukulan pertama untuk hukuman, hendaknya tidak terlalu

keras dan tidak menyakitkan, pada kedua tangan atau kaki.

e) Tidak memukul anak sebelum ia berusia sepuluh tahun.

f) Jika kesalahan anak adalah untuk pertama kalinya,

hendaknya dibei kesempatan terlebib dahulu untuk bertobat

dari perbuatan yang telah dilakukan, dan memberi

kesempatan untuk meminta maaf terlebih dahulu serta diberi

kelapangan untuk didekati dengan penengah tanpa diberikan

hukuman dengan mengambil janji untuk tidak mengulangi

kesalahannya.

Page 81: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

66

g) Hendaknya memukul anak dengan tangannya sendiri, tidak

menyarankan kepada pihak manapun maupun benda

apapun.76

B. Pendidikan Tentang Berkeluarga

3. Hadits Tentang Memilih Calon Pasangan Untuk Berkeluarga

a. Hadits dan Terjemah

صلى الل عن أبيه عن أبي هري رة رضي ا ربع لمال عليه وسلم قال ت نكح المرأة ل الل عنه عن النب ين تربت يداك ين ولد لا وجا سبهاول ها فاظفر بذات الد

Artinya : Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw bersabda:

"Wanita dinikahi karena empat hal: karena harta-bendanya, karena

status sosialnya, karena keindahan wajahnya, dank arena ketaatannya

kepada agama. Pilihlah wanita yang taat kepada agama, maka kamu

akan berbahagia.(H.R Bukhari).

b. Syarah Hadits

Pada hakikatnya, setiap manusia Allah ciptakan di muka bumi

ini dengan berpasang-pasangan agar merasa tentram. Sebagaimana

salah satu ayat didalam Al-Qur’an yakni Q.S Ar-Rum ayat 21 yang

berbunyi :

نكم مودة ورح لك ومن آيته أن خلق لكم من أن فسكم أزواجا لتسكنوا إلي ها وجعل ب ي ة إن ف ذ ليت لقوم ي ت فكرون

Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya

diantaramu rasa kasih(mawadah) dan sayang(rahmah).

76

Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam: Pedoman Pendidikan Anak dalam

Islam, (Semarang: CV Asy-Syifa, 1993), h. 166-168.

Page 82: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

67

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-

tanda bagi kaum yang berfikir.77

Dapat disimpulkan dari ayat tersebut bahwasanya manusia

diciptakan Allah berpasang-pasangan agar dapat saling menyayangi,

saling menerima dan memberi antara satu dengan yang lainnya untuk

memperoleh ketentraman jiwa dalam rangka menunjang

penghambaan kepada Allah SWT.78

Pernikahan adalah suatu ikatan

lahir dan batin antara laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama

dalam suatu bahtera rumah tangga yang mana akan mendapatkan

keturunan menurut syariat islam.79

Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa ketika dua insan telah

memutuskan menikah untuk membangun keluarga, sudah pastilah

berlandaskan unsur kasih (mawadah), rasa sayang (rahmah) baik

suami terhadap isteri, ataupun isteri terhadap suami dan bahkan

ketika telah mendapatkan keturunan menurut syariat islam maka

para anak-anak kepada orang tuanya dalam satuan rumah tangga

tersebut. Sebelum terlaksananya ikatan sebuah pernikahan tersebut,

didalam islam memberikan pendidikan dengan gambaran untuk

memilih calon pasangan yang tepat sesuai syariat islam. Pendidikan

untuk memilih pasangan sebelum akad pernikahan didalam islam

tidak hanya saat ingin memilih calon suami, akan tetapi jua saat

ingin memilih calon isteri sebagaimana pada hadits diatas yang telah

diterangkan sebelumnya.

77

Kementerian Agama Republik Indonesia, al-Qur’an Kemenag, 2019,

(https://quran.kemenag.go.id/).

78A.M Ismatullah, “Konsep Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah Dalam Al-Qur’an:

Prespektif Penafsiran Kitab Al-Qur’an Dan Tafsirnya”, Jurnal Pemikiran Hiukum Islam, Vol.

XIV, No. 1, 2015, h. 2. 79Siti Salmi, “Nilai Edukasi Kasih sayang Dalam Kehidupan Rumah Tangga Rasulullah

Saw”, Skripsi pada UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, 2016, h. 1, tidak dipublikasikan.

Page 83: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

68

Pada hadits tersebut dapat disimpulkan bahwasanya ketika

seorang laki-laki ingin menikahi seorang perempuan, maka tugas

laki-laki adalah mencari kriteria perempuan sesuai syariat islam yang

sebagaimana termuat dalam hadits diatas. Kriteria perempuan yang

ingin dinikahkan harus memenuhi 4 kriteria yakni dari segi hartanya,

keturunannya, kecantikannya, dan segi agamanya. Akan tetapi, dari

4 kriteria tersebut yang paling utama adalah dari segi agamanya agar

merasa beruntung. Dikatakan beruntung, apabila seseorang memilih

wanita karena agamanya, maka hidup berkeluarga akan tentram.

Dengan maksud, ketika memang seorang wanita dapat memahami

ajaran agama islam beserta aturan yang ada didalamnya, maka tujuan

untuk kehidupan berkeluarga akan mudah tercapai. Dengan

demikian, apabila terjadi sebuah permasalahan didalam keluarga

akan mampu diselesaikan secara lembut, baik dan kekeluargaan

sesuai dengan syariat islam. Maka dari itu pentingnya wanita harus

memperdalam ilmu agama dan tak luput juga bahwa agama menjadi

landasan berkehidupan untuk dirinya agar kelak ketika sudah

menikah tujuan untuk menjalankan kehidupan berkeluarga menjadi

keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah atas berpedoman

kepada al-Qur’an dan hadits terlaksana dengan akan baik dan tetap

terjaga.

Menurut sosiologis sendiri, terdapat banyak kesatuan sosiologis

yang dibuat dan dijalani oleh manusia dalam kelompok-kelompok

keterikatan sosial seperti kesatuan atas unsur-unsur kesamaan darah,

daerah, bahasa, bangsa, hobi, ideologi, agama, dan lainnya. Dari

kesatuan-kesatuan yang ada itu yang paling tinggi adalah kesatuan

yang terbentuk atas unsur kesamaan keyakinan agama.80

Setiap

individu secara bersama-sama meyakini satu keyakinan pada yang

absolut, yaitu Allah yang Maha Agung. Dengan kesadaran terhadap

80

Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik, (Jakarta, Kamil

Pustaka, 2014), Jilid. 2, h. 8.

Page 84: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

69

yang absolut itulah menjadi perekat yang kuat terhadap persatuan

dan keterikatan bersama atas dasar keimanan antara laki-laki dan

perempuan untuk membina keluarga baru.81

Oleh karena itu, dalam landasan keimanan dan ketaqwaan

kepada Allah Swt yang terbentuk gambaran didalam diri masing-

masing agar ketika memulai untuk membangun kehidupan

berkeluarga menjadi keluarga harmonis yang berlandaskan sakinah,

mawaddah, dah rahmah sehingga memudahkan untuk berkomunikasi

dan mereduksi berbagai potensi konflik keluarga, maka betapa

pentingnya sebelum memutuskan untuk menikah, terlebih dahulu

memilih kriteria pasangan yang utama adalah dari segi agama.

Sehingga wanita yang telah dipilih dan dinikahkan dapat

menjalankan segala kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai

seorang isteri terhadap suami maupun berperan sebagai orang tua

untuk anak-anaknya yang mana berperan sebagai ibu untuk anak-

anaknya.

Dengan memilih dan mendapatkan isteri sholehah merupakan

sesuatu yang sangat didambakan oleh laki-laki, bahkan terkadang

bisa mengalahkan hal-hal lain yang jua menjadi cita-citanya. Sebab,

kehadiran isteri sholehah dapat bekerjasama membangun keluarga

sakinah, mawaddah, dan rahma. Tidak hanya itu, kehadirannya akan

menjadi faktor utama dalam merealisasikan cita-citanya yang lain

termasuk perihal anak. Apabila anak tersebut lahir dari seorang ibu

yang sholehah, maka anak tersebut akan ada sifat pembawaan yang

sama jua seperti kedua orang tuanya. Sehingga kemungkinan besar,

anak keturunannya tersebut mampu membentuk menjadi anak-anak

yang sholeh-sholehah.

81

Ibid.,

Page 85: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

70

Oleh karena itu, pentingnya memilih wanita sholehah untuk

dinikahkan agar kelak menjadi isteri sholehah yang dapat menjaga,

mendidik, merawat setiap keturuanan yang telah Allah hadirkan

dikehidupan berkeluarga. Sehingga apabila anak tersebut lahir dalam

keluarga yang berkehidupan sesuai syariat, maka anak tersebut

mampu menjadi anak yang sholeh-sholehah beriman dan bertaqwaan

kepada Allah Swt dengan selalu menjalankan segala perintahNya

dan menjauhi laranganNya. Kemudian, seorang isteri sholehah

mampu mengarahkan, memotivasi, mendidik anak-anak

keturunannya untuk selalu mengarah kepada illahi rabb (Allah Swt),

baik anak tersebut semenjak dalam kandungan sampai terus tumbuh

dan berkembang menjadi dewasa yang kemudian sampai kepada

sebuah pernikahan yang secara dasar peran dan tanggung jawab ibu

dan bapak telah usai. Walaupun pada kenyataannya, ketika anak

tersebut sudah menikah akan tetapi peran orang tua untuk selalu

memotivasi, mengarahkan, dan mendidik selalu dilaksanakan guna

menjadikan disetiap kehidupan berkeluarga anak-anaknya menjadi

keluarga yang teguh akan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah

swt sehingga menjadi keluarga harmonis yang berlandaskan unsur

sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Selain itu, memilih wanita sholehah untuk dinikahkan agar kelak

menjadi isteri sholehah yang mana tidak hanya untuk berfokus

kepada keturunan yang telah Allah hadirkan dalam kehidupan

berkeluarga, melainkan agar tujuan dari keluarga harmonis dengan

berlandaskan unsur sakinah, mawaddah, dan rahmah dapat tercapai.

Dengan demikian, mampu melaksanakan segala kewajiban dan

tanggung jawabnya secara baik dan benar dalam peran baik sebagai

ibu maupun sebagai isteri dari suami yang telah menikahkannya.

Sehingga, wanita sholehah yang sudah menikah dan memiliki

keluarga, mampu mengatur waktu dengan sebaik-baiknya untuk

Page 86: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

71

berbagai peran yang dimiliki dalam keluarganya, yakni peran

sebagai isteri dan peran sebagai ibu. Karena, pada haikatnya seorang

wanita yang apabila telah menikah, maka harus mampu multitalent.

Maksudnya adalah ia harus mampu dan bisa dalam segala hal dan

berbagai kondisi untuk menjalani kehidupan berkeluarga yang telah

dibangunnya, baik kepada sang suami maupun kepada anak-anak

yang menjadi naungan di dalam keluarga.

Disamping itu, kehadiran isteri solehah jua menjadikan laki-laki

senantiasa merasakan tentram hatinya dan terhormat. Oleh karena itu

pentingnya memilih wanita sholehah agar kelak mampu ikut

berusaha dan berkerjasama dalam peran multitalent (peran isteri &

peran ibu), guna ketercapainya kewajiban dan tanggung jawab

menurut syariat islam. Dengan demikian, makna dari pendidikan

keluarga secara umum dan pendidikan tentang berkeluarga harmonis

dapat tercapai dengan baik dan sesuai syariat islam. Dalam

membangun kehidupan keluarga yang harmonis atas dasar sakinah,

mawaddah, dan rahmah dengan berpedoman kepada al-Qur’an dan

hadits, tidak hanya peran isteri sholehah yang penting tetapi jua

peran suami sholeh sangat dibutuhkan dan didambakan. Oleh karena

itu, betapa penting jua memilih kriteria suami yang sholeh sebelum

menikah membangun keluarga. Sebagaimana dalam salah satu hadits

yang berbunyi :

نة فىالرض وفساد إذا اتكم من ت رضون خلقه ودي نه ف زو جوه إن ل ت فعلوا تكن فت

(رواه ابن ماجه والاكم عن أبي هريرة. )عريض

Artinya : Jika datang kepada kalian seseorang yang kalian

senang dengan akhlak dan agamanya, maka nikahkan anakmu

dengan orang itu, jika tidak (dengan pertimbangan demikian), maka

Page 87: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

72

akan terjadi fitnah dimuka bumi dan kerusakan-kerusakan baru. (H.R

Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abu Hurairah).

Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwasanya untuk

mengingatkan agar tidak terpedaya oleh penampilan fisik-material,

maka perempuan harus menjatuhkan pilihannya kepada lelaki yang

baik agamanya. Jika tidak, akan mempercepatnya timbulnya

berbagai konflik. Oleh karena itu mengapa pentingnya memilih

calon suami yang sholeh berakhlak mulia, karena senantiasa

menunjukkan ketulusan cintanya yang diwujudkan dengan

memenuhi kewajiban lahir dan batin dengan sebaik-baiknya. Sebab,

hakikatnya seorang perempuan yang telah dinikahkan olehnya

adalah sebuah amanah Allah yang harus dijaga dan dibimbing

dengan penuh kelembutan, cinta dan kasing sayang.

Dapat dikatakan jikalau cinta didasarkan pada hal-hal yang

bersifat lahiriyah, cinta itu pun dapat hilang pada saat sifat-sifat

tersebut hilang. Karena itu, Islam menunjukkan bahwa memilih

calon suami harus didasarkan pada budi pekerti atau akhlak sang

calon. Dengan akhlak yang mulia, dapat tumbuh saling mengerti

secara sehat, melaksanakan kewajiban dan haknya masing-masing,

mengerti kewajiban terhadap masyarakat, terhadap Allah, dan

sebagainya. Suami yang terpuji dalam pandangan Islam ialah yang

memiliki sifat kemanusiaan yang utama, sifat kejantanan yang

sempurna, ia memandang kehidupan dengan benar, melangkah pada

jalan lurus sesuai syariat Islam. Itulah sebabnya, Bagi para pemudi

hendaknya memperhatikan yang utama karena di sisi suaminyalah

kebahagiaan istri dan keamanannya. Dengan ini, Islam juga

memberikan barometer yang lurus untuk membenarkan kehidupan

dan menyelamatkan kehidupan dari keterlebihan ukuran nafsu,

kekayaan, kekuasaan, dan mementingkan kecantikan/ketampanan.

Page 88: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

73

Maka, Islam sangat menganjurkan agar seorang wanita memilih

suami yang berakhlak baik, sholeh, serta taat dalam menjalankan

agama. Itulah yang menjadikan seorang laki-laki terlihat istimewa.

Karena laki-laki yang bertakwa dan sholeh mampu mengetahui

hukum-hukum Allah.82

Dengan demikian pada akhirnya ia akan

dapat menjalankan segala kewajibannya dengan sempurna dalam

membangun kehidupan berkeluarga baik kehidupan keluarga

terhadap anaknya maupun kehidupan berkeluarga untuk

ketercapainya tujuan sakinah mawaddah, dan rahmah bersama

dengan isterinya. Dalam hal ini, dapat ditemukan bahwa pemberian

pendidikan keimanan untuk setiap anggota di dalam keluarga,

pemberian pendidikan ibadah untuk anak dan jua untuk suami isteri

tersebut. Selain itu pemberian pendidikan fisik, dan dilanjuti dengan

pemberian pendidikan intelektual untuk pasangan suami dan isteri

dalam keluarga disertai juga untuk anak keturunanya.

Selain itu, yang terpenting dari calon suami dan calon isteri

memiliki peran penting untuk memberikan pendidikan keluarga

kelak apabila telah melangsungkan pernikahan dan membangun

keluarga. Dengan cara, memberikan pendidikan pembiasaan agar

suami isteri tersebut selalu saling istiqomah untuk menjalankan

segala perintanya dan menjauhi larangannya dalam lingkup

kehidupan berkeluarga. Dilanjuti dengan pemberian keteladanan,

pemberian motivasi, pemberian tanggung jawab dalam pendidikan

iman, tanggung jawab dalam pendidikan ibadah, tanggung jawab

dalam pendidikan ibadah dan akhlak serta sosail untuk masing-

masing anggota di dalam keluarga. Dengan begitu, unsur sakinah,

mawaddah, dan rahmah sesuai pedoman al-qur’an dan hadits tetap

terlandaskan dan tercapai dengan baik dalam kehidupan berkeluarga.

82

Muhammad Utsman al-Khasyat , Muslimah Ideal Dimata Pria, (Jakarta : Pustaka

Hidayah , 2010) , h. 35.

Page 89: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

74

4. Hadits Tentang Kewajiban dan Tanggung Jawab Setiap Anggota

Keluarga

a. Hadits dan Terjemah

عليه وسلم أنه قال أل كل كم راع وكل كم مسئول عن رعيته » عن ابن عمر عن النب صلى اللاس راع وهو مسئول عن رعيته والرجل راع على أهل ب يته وهو مسئول عن هم فالمير الذى على الن

ه وهو مسئول عن والمرأة راعية على ب يت ب علها وولده وهى مسئولة عن هم والعبد راع على مال سي ده أل فكل كم راع وكل كم مسئول عن رعيته

Artinya: "Abdullah bin Umar RA berkata bahwa Rasulullah

SAW telah bersabda, “Ketahuilah: kalian semua adalah pemimpin

(pemelihara) dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Pemimpin

akan dimintai pertanggung jawabannya tentang rakyat yang

dipimpinnya. Suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan

dimintai pertanggung jawabannya tentang keluarga yang

dipimpinnya. Isteri adalah pemelihara rumah suami dan anak-

anaknya. Budak adalah pemelihara harta tuannya dan ia bertanggung

jawab mengenai hal itu. Maka camkanlah bahwa kalian semua

adalah pemimpin dan akan dituntut (diminta pertanggung jawaban)

tentang hal yang dipimpinnya.(H.R Bukhari).

b. Syarah Hadits

Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya

setiap manusia memiliki pertanggung jawaban kelak dihadapan

Allah swt. Dibalik pertanggung jawaban tersebut, terdapat peran

sebagai pemimpin, baik kepala pemerintah pemimpin terhadap

rakyatnya, suami pemimpin bagi keluarganya, isteri pemelihara

rumah untuk suami dan anak-anaknya, serta budak pemelihara harta

tuannya. Oleh karena itu, setiap pemimpin dituntut untuk senantiasa

bertanggung jawab atas segala hal yang dipimpinnya.

Page 90: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

75

Dalam konteks pembahasan perihal kehidupan tentang

berkeluarga, dimana suami pemimpin untuk keluarganya dan isteri

pemelihara rumah untuk suami dan anak-anaknya guna

ketercapainya tujuan kehidupan berkeluarga yang harmonis atas

dasar sakinah, mawaddah, dan rahmah. Oleh karena itu, salah satu

cara agar keharmonisan tetap terbangun dan terjaga selalu dengan

adanya kewajiban dan tanggung jawab diantara masing-masing

anggota keluarga. Adanya kewajiban dan tanggung jawab ini, guna

masing-masing anggota didalam keluarga sadar akan perihal tersebut

kepada satu sama lain, sehingga dengan pelaksanaannya setiap

anggota keluarga akan terpenuhi. Kewajiban dan tanggung jawab

yang selalu diterapkan dengan baik dan sesuai kebutuhan setiap

masing-masing keluarga, maka sebagai salah satu sarana untuk

mewujudkan tujun kehidupan berkeluarga. Selain itu, kewajiban dan

tanggung jawab dapat terlaksana dengan baik, juga sebagai sarana

interaksi dan relasi antar anggota keluarga agar terciptanya

komunikasi dan pergaulan yang baik sehingga tertanam rasa kasih

sayang dalam keluarga.

Dalam perihal pendidikan didalam keluarga guna pendidikan

terhadap anak yakni apabila kewajiban dan tanggung jawab peran

kedua orang tua telah tertanam dan terlaksana dengan baik sesuai

syariat islam, maka kedua orang tua mampu memberikan

pemahaman ilmu sesuai syariat islam terhadap anak-anaknya yang

didukung dengan melaksanakan kewajiban dan tangguang jawab

untuk anak-anaknya yang dibarengi dengan contoh-contoh perilaku

yang baik guna ketercapainya tujuan pendidikan keluarga itu sendiri.

Selain itu, perihal pendidikan berkeluarga guna menjalankan

kehidupan keluarga yang harmonis, maka peran suami isteri mampu

melaksanakan semua kewajiban dan tanggung jawab disetiap

masing-masing individu maupun bekerjasama untuk melaksanakan

Page 91: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

76

kewajiban dan tanggung jawab sebagai sepasang suami isteri yang

didukung dengan contoh-contoh perilaku yang baik antar suami dan

isteri dalam menjalankan kehidupan berkeluarga.

Sebagaimana dalam firman Allah surah al-Baqarah/2: 187 yang

berbunyi sebagai berikut ini :

لة ٱلص يام ٱلرفث إل نسائكم هن لباس لكم وأنتم لباس لن علم أحل لكم لي

أنكم كنتم تتانون أنفسكم ف تاب عليكم وعفا عنكم فٱل ن بشروهن وٱب ت غوا ما ٱلل

لكم ٱليط ٱلب يض من ٱليط ٱلسود م حت ي ت ب ي لكم وكلوا وٱشربوا ن كتب ٱلل

جد تلك كفون ف ٱلمس ٱلفجر ث أت وا ٱلص يام إل ٱليل ول ت بشروهن وأنتم ع

ءايتهۦ للناس لعلهم ي ت قون ح ٱلل لك ي ب ي دود ٱلل فلا ت قربوها كذ

Artinya : Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa

bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu,

dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui

bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah

mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang

campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah

untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih

dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu

sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu,

sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka

janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan

ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.83

Dari ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasangan suami

dan isteri adalah seperti pakaian yang sangat penting dalam

83

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik, (Jakarta:

Kamil Pusataka, 2014), Jilid. 3, h. 36.

Page 92: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

77

kehidupan manusia yang tidak bisa lepas dengannya, termasuk

dalam lingkup kehidupan keluarga. Pasangan suami dan isteri

merupakan sebuah pakaian yang berupa saling berkebutuhan anatar

satu dengan lainnya. Dengan itu, setiap pasangan suami dan isteri

haruslah melaksanakan kewajibannya dan bukan menuntut haknya.

Maka, laki-laki yang berperan suami itu sebagai pelindung bagi

perempuan yang berperan sebagai isteri. Begitupun, perempuan yang

berperan sebagai isteri, dimana menjaga diri ketika suaminya tidak

ada, karena Allah telah menjaganya. Oleh karena itu, melalui

kepemimpinan suami-isteri yang saling menjaga dan memelihara

disertai pembagian tugas yang komprehensif dan saling melengkapi,

atas dasar cinta dan kasih sayang, di harapkan akan terbangun

keluarga yang kokoh dan kuat, serta melahirkan keluarga harmonis

yang sejahtera serta selamat di dunia maupun di akhirat.84

Peran suami dalam kehidupan berkeluarga yakni sebagai kepala

keluarga. Kewajiban suami menjadi pelindung bagi perempuan

memiliki dua hal, pertama, hal yang bersifat natural karena

pemberian dari Allah. Ini berupa bentuk fisik dan tenaga laki-laki

pada umumnya. Kedua, hal yang bersifat sosial, karena merupakan

sesuatu yang diusahakan yang mana berupa harta benda yang

dinafkahkan bagi anggota keluarga yang lain yaitu isteri dan anak.85

Nafkah suami terhadap isteri meliputi segala keperluan hidup, baik

makanan, tempat tinggal, dan segala pelayanannya yang mana

disesuaikan dengan kemampuan suami dan adat kebiasaan

masyarakat setempat. Sebagaimana termuat salah satu surah didalam

Al-Qur’an yakni surah at-Talaq/65:7 yang berbunyi sebagai berikut

ini yakni:86

84

Ibid., h. 37. 85

Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik, (Jakarta, Kamil

Pustaka, 2014), Jilid. 2, h. 63. 86

Ibid., h. 65.

Page 93: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

78

تا سيجعل لي نفق ذوسعة ومن قدرعليه رزقه ف لي نفق ما اته الل ليكل ف الل ن فسا ال ما ا

الل ب عد عسر ي سرا

Artinya: “Hendaklah suami yang mampu memberikan nafkah

menurut kemampuannya, dan suami yang disempitkan rezekinya

hendaklah memberi nafkah dari ahrta yang diberikan Allah

kepadanya. Allah tidak memberikan beban kepada seseorang

melainkan sesuai dengan apa yang Allah berikan kepadanya. Allah

kelas akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (at-

Talaq/65:7).

Dapat disimpulkan bahwa nafkah itu merupakan kewajiban

suami terhadap anak isterinya yang mana juga menunjukkan bahwa

nafkah bukan sekedar untuk makan, dan minum, tetapi untuk

kebutuhan hidup lainnya yang bersifat sekunder maupun primer

disesuaikan dengan kemampuan ekonomi suami. Oleh karena itu,

suami memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap

keluarganya, begitupula dengan isteri yang memiliki kewajiban dan

tanggung jawabnya. Suami dan isteri dalam kehidupan berkeluarga

tidak hanya berjalan masing-masing, akan tetapi suami dan isteri jua

memiliki peran kewajiban dan tanggng jawab untuk sama-sama

mencapai tujuan mencetak generasi keturunannya yang sholeh

sholehah.

Dari semua kewajiban dan tanggung jawab suami, suami

tersebut lebih idealnya mencontohkan bagaimana kehidupan

Rasulullah yang berperan sebagai suami untuk isteri bahkan

keluarganya. Karena, pada hakikatnya Rasulullah di muka bumi ini

adalah sebagai uswatun hasanah (suri tauladan), dan rahmatan lil-

‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Artinya, sosok kesempurnaan

kemanusiaan yang perlu dicontoh dan teladan bagi seluruh dimensi

kehidupan terutama dalam bidang pendidikan secara umum dan

Page 94: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

79

pendidikan kehidupan keluarga secara khusus.87

Diantaranya adalah

sosok suami idaman yang mana bersikap adil, romantis, hangat dan

akrab, pengertian, senang membantu isteri, sabar dan pemaaf, bersih,

rapi, wangi, dan hidup sederhana.88

Peran isteri dalam kehidupan berkeluarga yakni sebagai sosok

yang mengandung, melahirkan, dan menyusui, yang merupakan

fungsi seimbang dari mencari nafkah pada suami.89

Maka, dapat

disimpulkan bahwasanya peran isteri dalam kepemimpinannya di

dalam keluarga mengarah kepada penguatan keluarga itu sebagai

institusi pendidikan pertama yang melahirkan generasi yang kuat,

shaleh dan shalehah, yang termasuk pada zurriyyah tayyibah

(keturunan yang baik). Tidak hanya itu, peran isteri dalam kehidupan

berkeluarga secara meyeluruh adalah meliputi pasangan bagi

suaminya secara biologis, menjadi pasangan untuk suaminya secara

psikologis, menjadi manajer dalam mengatur rumah tangga,

mengandung anak, melahirkan dan menyusui anak, merawat dan

membesarkan anak yang tidk hanya sebatas untuk kebutuhan fisik

saja, melainkan meliputi semua aspek pertumbuhan dan

perkembangan anak sehingga mampu hidup mandiri, cerdas, dan

memiliki keterampilan hidup yang memadai untuk menjalani

kehidupannya.90

Antara suami dan isteri harus diiringi dengan kewajiban dan

tanggung jawab bersama-sama untuk ketercapainya tujuan dari

kehidupan tentang berkeluarga. Dalam kewajiban dan tanggung

jawab bersama dari suami dam isteri perlu niat dan usaha dari kedua

belah pihak, sehingga tercapainya segala hal yang mengarah pada

pembentukan keharmonisan keluarga seperti saling setia, menjaga

87

Muslim Life Style Community, Ensiklopedia Nabi Muhammad Saw Sebagai Pendidik,

(Jakarta: Lentera Abadi, 2011), h. 3, 6. 88

Muhammad Syafii Antonio, dkk., Ensiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad

Saw: Menata Keluarga Harmonis. (Jakarta: Tazkia Publishing, 2010), h. 130. 89

Ibid., h. 66. 90

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Op. Cit., Jilid. 3, h. 90-97.

Page 95: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

80

rahasia keluarga, saling membantu, saling menyayangi, dan

lainnya.91

Salah satu tujuan untuk kehidupan berkeluarga dengan

meneruskan keturuan yang sholeh-sholehah. Oleh karena itu,

kewajiban dan tanggung jawab dalam keluarga bertambah yang

mana tidak hanya suami dan isteri, melainkan jua antara orang tua

kepada anak begitupun anak-anak yang berada di dalam keluarga

kepada kedua orang tuanya.

Dalam Islam, memandang anak sebagai manusia yang memiliki

potensi yang harus dikembangkan. Oleh karena itu, anak sebagai

amanah harus dibimbing dan diarahkan agar terbentuk pribadi yang

diinginkan, sehingga tercapai tujuan pendidikan yang selaras dengan

tujuan hidup manusia.92

Anak adalah amanah dari Allah yang

dititipkan kepada orang tuanya. Istilah amanah ini mengimplikasikan

keharusan menghadapi dan memperlakukannya dengan sungguh

hati-hati, teliti, dan cermat.93

Apabila kedua orang tua berhasil

merealisasikan tanggung jawabnya sebagai orang tua, sebagai

pendidik pertama dan utama, maka anak akan tampil dalam

wajahnya yang ketiga, yaitu sebagai hiasan kehidupan di dunia dan

sampai di akhirat.94

Dengan demikian, tugas utama orang tua adalah mendidik

keturunanya, juga memperhatikan aspek fisik dan psikis anak

sehingga anak tumbuh dengan normal dalam menjalani

kehidupannya. Jika anak di dalam naungan keluarga tersebut dapat

tumbuh dan berkembang dengan normal dan sehat menjadi anak

yang sholeh-sholehah dan berakhlakul karimah serta sehat jasmani

maupun rohani, maka tandanya kedua orang tua melaksanakan

tanggung jawab yang diberikan oleh Allah dengan baik. Karena,

91

Ibid., 92

Andi Safar Danial, “Peran Dan Tanggung Jawab Orang Tua Tentang Pendidikan Anak

Dalam Perspektif Hadits”, Skripsi pada UIN Alauddin Makasar, 2018, h. 24, tidak dipublikasikan. 93

Ibid., 94

Ibid.,

Page 96: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

81

mampu dan terus berusaha serta beristiqomah untuk mendidik,

membimbing, mengajarkan anak keturunannya sesuai syariat islam.

Selain itu, kedua orang tua juga bertanggung jawab atas

pendidikan dan pengasuhan anak-anaknya secara fisik, orang tua

juga bertanggung jawab atas pendidikan dan pembinaan ruhani dan

mental anak. Orang tua harus bekerja keras untuk membersihkan

jiwa anak-anaknya, mendidik akhlak, membina ibadah anak kepada

Allah swt. dan menambah iman dalam hati anak sejak dini.

Sehingga, akan mencetak anak keturunannya menjadi anak yang

sholeh sholehah berakhlakul karimah dan beriman serta bertaqwa

untuk dirinya sendiri maupun untuk kedua orang tuanya dan untuk

umat secara luas. Karena, segala sesuatu yang dihasilkan dari anak

sholeh sholehah merupakan satu hal yang sangat luar biasa indah.

Dengan menjadi anak yang sholeh sholehah mampu menjaga dirinya

serta menjaga dan menolong keluarga dan orang tuanya secara

khusus di akhirat kelak dengan selalu melangitkan doa-doa indah

kepada Allah swt. Baik untuk orang tua yang masih hidup di dunia

bersama anak keturunannya yang sholeh sholehah, maupun untuk

orang tua dari anak keturunan sholeh sholehah yang telah tiada

dipanggil oleh Allah Swt.

Dalam kehidupan berkeluarga, relasi antara kedua orang tua

dengan anak harus adanya kasih sayang antar sesama sebagai dasar

fitrah manusia. Kasih sayang orang tua bahkan diberikan kepada

anaknya sejak anak masih dalam kandungan. Sebab, kewajiban dan

tanggung jawab orang tua terhadap anaknya berkewajiban untuk

merawat, memelihara, dan mendidik anak dari mulai persiapan

kehamilan, pemeriksaan kesehatan janin, melahirkan secara aman,

merawat, memelihara, dan mengawasi perkembangannya serta

mendidiknya agar menjadikan anak yang sholeh, sholehah,

berpengetahuan luas yang tertanam rasa keimanan dan ketaqwaan

didalam diri. Maka, peran kedua orang tua secara umum untuk

Page 97: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

82

melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab terhadap anaknya

merupakan hal yang wajib dilakukan guna mencetak anak keturunan

dan generasi penerus yang taat dan beriman.

Selanjutnya, peran anak didalam kehidupan berkeluarga jua

memiliki kewajiban dan tanggung jawab kepada kedua orang tuanya.

Sudah sepatutnya bahwa setiap anak harus berbakti dan berbuat baik

kepada kedua orang tuanya. Berbuat baik kepada kedua orang tua

dalam segala hal, baik dalam perkataan tutur kata dan bahasa

maupun dalam perbuatan. Seperti contoh setiap anak dalam

berkomunikasi dengan kedua orang tuanya harus menggunakan

suara yang lembut dan sopan, tidak berakata ah kepada kedua orang

tua, tidak membentak kedua orang tua, memberikan penghormatan

dan kasih sayang dalam suasana kerendahan hati, dan senantiasa

selalu berdoa untuk kedua oang tua agar memperoleh rahmat,

karunia, berkah, dan ridho dari Allah Swt atas jerih payahnya dalam

merawat, mendidik, membesarkan, membimbing para anak

keturunan yang menjadi naungan di dalam keluarga.

Tak kalah penting, anak juga harus mampu mewarisi nilai-nilai

islam dari kedua orang tuanya dan mampu mengembangkan segala

sisi islami dari kedua orang tuanya. Dengan demikian mampu

meneruskan perjuangan dari kedua orang tuanya untuk selalu

mensyiarkan ajaran islam di jalan kebenaran sesuai syariat islam.

Selain itu juga, harus mampu menjadi anak yang menjaga diri dari

pergaulan. Dengan maksud, mampu membatasi pandangan terhadap

lawan jenis yang bukan mahram, karena islam bertujuan membangun

masyarakat yang sehat dan bersih. Sehingga perilaku menjaga diri

dan kehormatan ini harus ditanamkan sejak kecil agar mengkristal

sebagai sikap hidup dalam diri untuk kehidupan setiap masing-

masing individu. Selanjutnya, Pewarisan yang paling dasar dari

kedua orang tua untuk anaknya adalah akidah yang benar dan kokoh.

Karena, akidah yang benar dan kokoh harus menjadi landasan dari

Page 98: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

83

semua aktivitas manusia.95

Dengan akidah yang benar dan kokoh,

mampu menjadi penegak dalam menjalankan kehidupan sesuai

syariat islam.

Sehubungan hal tersebut dapat diketahui bahwa pemberian

pendidikan tentang berkeluarga adalah dengan pemberian

pendidikan keimanan untuk setiap anggota keluarga. Apabila iman

dalam diri sudah tertanam, maka tujuan dari kehidupan berkeluarga

akan tercapai. Sehingga menghasilkan keberkahan dan ridho dari

Allah swt dalam menjalankan kehidupan berkeluarga yang

terebentuk menjadi keluarga yang hamonis. Dilanjuti dengan

pemberian pendidikan fisik agar setiap anggota di dalam keluarga

tetap sehat jasmani dan rohani sehingga dalam melaksanakan setiap

kewajiban dan tanggung jawab akan berjalan dengan lancar dan

ikhlas atas ridha Allah swt, sehingga segala apapun yang dilakukan

untuk kehidupan berkeluarga akan terasa indah tanpa adanya

keterpaksaan dan beban. Kemudian, dengan pemberian pendidikan

intelektual, guna terciptanya setiap anggota di dalam keluarga selalu

dekat kepada Allah swt sehingga selalu menjalankan perintahNya

dengan rasa haru bahagia tanpa beban dan menjauhi laranganNya

dengan penuh semangat dan ikhlas.

Selanjutnya, dengan pemberian pendidikan pembiasaan/contoh.

Antara masing-masing individu dalam keluarga harus bekerja sama

untuk memahami, memberikan pembiasaan ataupun contoh yang

baik serta melaksanakan langsung setiap kewajiban dan tanggung

jawabnya, sehingga hakikat tujuan dari makna pendidikan tentang

berkeluarga untuk menjalankan kehidupan membentuk keluarga

harmonis yang berlandasrkan unsur sakinah, mawaddah, dan rahmah

serta mencetak generasi keturunannya menjadi anak yang sholeh-

sholehah, berakhlakul karimah, taqwa lagi sehat jasmani dan rohani.

95

Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik, (Jakarta, Kamil

Pustaka, 2014), Jilid. 3, h. 99-102.

Page 99: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

84

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pendidikan di dalam keluarga terhadap anak mencakup kewajiban

dan tanggung jawab peran kedua orang tua terhadap anak keturunan di

dalam keluarga tersebut. Dari penelitian ini termuat dua hadits yang

mencakup perihal hal tersebut. Dengan itu, dapat di simpulkan bahwa

pendidikan keluarga terhadap anak bahkan dimulai saat anak tersebut

masih dalam kandungan sampai kepada saat di lahirkan dan terus tumbuh

serta berkembang menjadi dewasa dengan berakhirnya anak-anak

keturunan di dalam keluarga akan melaksanakan pernikahan. Walaupun

demikian, hakikat pada orang tua akan tetap memberikan pendidikan

terbaik dengan tetap mendidik, membimbing, mengarahkan, dan

menyayangi sepenuh hati kepada anak-anak keturunannya.

Selanjutnya, dalam pelaksanaan pendidikan keluarga terhadap anak,

peran orang tua jua harus mampu memberikan pendidikan terbaik dalam

segala aspek kepada anaknya. Guna, terciptanya anak yang sholeh-

sholehah berakhlakul karimah yang selalu taat dan taqwa kepada Allah

sehingga dengan haru gembira melaksanakan perintahNya serta dengan

semangat dan ikhlas menjauhi segala laranganNya. Karena, pada

dasarnya peran orang tua lah sebagai pendidik pertama dan utama yang

sangat berpengaruh untuk anak keturunannya menjalankan kehidupan

selanjutnya.

Dengan demikian, apabila para orang tua mampu memahami,

melaksnakan, dan memberikan ajakan positif kepada anak sehingga

ketercapainya tujuan dari makna pendidikan keluarga terhadap anak,

maka secara otomatis akan meminimalisirkan kesalah pahaman yang

banyak trejadi di lingkungan masyarakat. Sehingga terus berkurangnya

Page 100: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

85

permasalahan-permasalahan yang sering terjadi dalam menjalankan

kehidupan bersama-sama. Guna memperkuat hal tersebut, sangat

dibutuhkan juga pemberian pendidikan untuk anak keturunannya.

Pemberian pendidikan dari para peran orang tua terhadap anak

keturunannya adalah mengandung beberap aspek. Dianataranya adalah

aspek pemberian pendidikan jasmani, aspek pemberian pendidikan

keimanan, aspek pemberian pendidikan ibadah, dan aspek pemberian

pendidikan intelektual.

Selanjutnya, makna dari pendidikan tentang berkeluarga bahwa

peran setiap anggota di dalam keluarga saling berhubungan antar satu

dengan lainnya. Maksudnya, bahwa pendidikan tentang berkeluarga

dapat terlaksanakan dengan baik dan sesuai apabila peran bapak, ibu, dan

anak ikut serta didalamnya. Karena keluarga berperan sebagai sektor

paling utama dan peletak dasar pendidikan untuk setiap anggota di dalam

keluarga guna mendapatkan pendidikan dan bimbingan sejak awal untuk

membentuk paradigma kehidupannya. Sehingga, bentuk aktivitas

pendidikan dalam keluarga mendukung segala proses perkembangan bagi

setiap anggotanya baik dalam hal berkomunikasi dan berinteraksi dengan

manusia lainnya, jua berupaya mengenal dirinya, dan berusaha

mengkonstruksi kehidupannya. Hal ini merupakan proses yang secara

alamiah lahir sebagai suatu kesatuan utuh dalam dimensi kehidupan

manusia.

Dengan demikian tujuan dari pendidikan tentang berkeluarga yakni

mampu menjalankan kehidupan untuk membentuk keluarga yang

harmonis dengan berlandaskan unsur sakinah, mawaddah, dan rahmah

sesuai pedoman syariat islam yang termuat dalam al-qur’an dan hadits

tercapai. Dengan peran masing-masing anggota dalam keluarga mampu

bekerja sama untuk memahami, melaksanakan, dan memberikan ajakan

positif dalam setiap kewajiban dan tanggung jawab, sehingga dalam

pandangan dan lingkungan masyarakat mampu meminimalisirkan

kesalah pamahan untuk memaknai pendidikan tentang berkeluarga. Oleh

Page 101: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

86

karena itu, mengurangi berbagai macam permasalahan-permasalahan

jarang terjadi saat menjalankan kehidupan berkeluarga.

Sehubungan dengan hal itu, untuk memperkuat hal tersebut, sangat

dibutuhkan juga pemberian pendidikan antar sesama anggota di dalam

keluarga yakni dalam aspek pemberian pendidikan keimanan, aspek

pemberian pendidikan ibadah, akhlak dan sosial, pendidikan pembiasaan,

pendidikan keteladanan, contoh, dan pembiasaan, pemberian pendidikan

motivasi, pemberian pendidikan intelektual, dan pemberian pendidikan

fisik.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, terdapat

beberapa saran dari penulis sebagai berikut :

1. Bagi Orang Tua

Menyadari bahwa pentingnya peran orang tua sebagai salah satu

pendidik untuk keluarganya. Peran orang tua di dalam keluarga

mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang tidak boleh

dilupakan dan bahkan harus dijalankan dengan baik sebagaimana

hakikatnya peran sebagai orang tua guna pendidikan untuk anak

keturunannya. Karena, pada dasarnya peran orang tua lah sebagai

pendidik pertama dan utama yang sangat berpengaruh untuk anak

keturunannya. Maka, sebagai orang tua harus mampu menjalankan

dan merealisasikan kewajiban dan tanggung jawab sesuai syariat dan

hadit-hadits dengan baik.

Sehubungan dengan itu, contoh suri tauladan yang harus dilihat

oleh setiap orang tua adalah baginda kita, Nabi Muhammad SAW.

Sudah sepatutnya setiap orang tua mampu mengetahui dan

melaksanakan perannya sebagai orang tua sesuai cerminan

Rasulullah dalam kehidupan berkeluarga, baik kepada para isterinya,

anak-anaknya bahkan kepada para sahabat dan ummatnya.

Page 102: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

87

2. Bagi Suami dan Isteri

Harus menyadari bahwa pentingnya juga peran suami maupun

isteri dalam kehidpan berkeluarga. Pada setiap peran dalam keluarga

memiliki kewajiban dan tanggung jawab masing-masing. Walaupun

demikian, dalam segi lain setiap anggota di dalam keluarga harus

bekerja sama untuk membangun dan menjalankan kehidupan agar

tujuan dari pendidikan tentang berkelurga itu sendiri dapat tercapai

yakni dengan mampu menjalankan kehidupan menjadi keluarga yang

harmonis dengan berlansakan unsur sakinah, mawaddah, dan rahmah

serta mencetak genarasi anak keturunannya menjadi anak-anak yang

sholeh-sholehah, berakhlakul karimah, taat, dan taqwa kepada Allah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Mengingat masih banyaknya pembahasan tentang kehidupan

keluarga ini yang masih condong kepada pendidikan untuk anak saja

ataupun sebaliknya. Padahal sesuai teori dan kenyataannya bahwa

pendidikan keluarga tak hanya pendidikan untuk anak jua, akan

tetapi pendidikan untuk berkeluarga dalam setiap anggota di

dalamnya agar mampu menjalankan kehidupan menjadi keluarga

harmonis. Sehingga hakikat tujuan dari pendidikan keluarga secara

dua makna tersebut dapat tercapai dan agar mampu memberi

tambahan pemahaman dan pengetahuan. Maka dari itu, perlu

dilakukan penelitian yang intensif oleh para peneliti selanjutnya.

Selain itu, para peneliti juga mampu mengumpulkan sebanyak-

banyaknya bacaan terkait judul penelitian ini guna menambah

wawasan dan memperbanyak sudut pandang.

Akhirnya, dengan mengucapkan Al-hamdu lillahi rabbil’alamin,

penelitian ini dapat terselesaikan. Semoga skripsi ini mampu membawa

manfaat sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan

perkembangan pendidikan dalam segala bidang mata kuliah terkhususnya

dalam bidang hadits tarbawi.

Page 103: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

88

DAFTAR PUSTAKA

Agama RI, Litbang dan Diklat Kementerian. Tafsir Al-Qur’an

Tematik II. Jakarta, Kamil Pustaka. 2014.

. Tafsir Al-Qur’an Tematik III. Jakarta, Kamil

Pustaka. 2014.

Al-Bukhari, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail. Shahih Bukhari.

Beirut Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah. 1992.

Ali, Muhammad, dkk. Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan; Bagian IV

Pendidikan Lintas Bidang. Bandung: Sandiarta Sukses. 2016.

Al-Khasyat, Muhammad Utsman. Muslimah Ideal Dimata Pria.

Jakarta : Pustaka Hidayah. 2010.

Amanah, Badriatin. “Konsep Keluarga Harmonis Menurut M.

Quraish Shihab”, Skripsi IAIN Ponorogo. 2019. tidak

dipublikasikan.

Arifin. Perbandingan pendidikan Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

2002.

Antonio, Muhammad Syafii., dkk. Ensiklopedia Leadership &

Manajemen Muhammad Saw: Menata Keluarga Harmonis.

Jakarta: Tazkia Publishing. 2010.

Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam.

Jakarta: Ciputat Pres. 2002.

Community, Muslim Life Style. Ensiklopedia Nabi Muhammad Saw

Sebagai Pendidik. Jakarta: Lentera Abadi. 2011.

Page 104: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

89

Danial, Andi Safar. “Peran Dan Tanggung Jawab Orang Tua Tentang

Pendidikan Anak Dalam Perspektif Hadits”, Skripsi pada UIN

Alauddin Makasar, 2018, h. 24, tidak dipublikasikan.

Delitri, Delia. “Konsep Pendidikan Islam Dalam Keluarga Menurut

Prof. Dr. Zakiah Darajat”, Skripsi pada UIN Raden Intan

Lampung, 2018, tidak dipublikasikan.

Djamarah, Syaiful Bahri. Pola asuh orang tua dan komunikasi dalam

keluarga: upaya membangun citra membentuk pribadi anak.

Jakarta: Rineka Cipta. 2014.

Hamidy, Zainuddin, dkk. Terjemahan Hadits: Shahih Al-Bukhori

Jilid I, II, III & IV. Kuala Lumpur: Klang Book Centre, 2005.

Harpansyah. ”Pendidikan Anak Dalam Perspektif Abdullah Nashih

Ulwan (Telaah Atas Kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam)”, Skripsi

UIN Raden Fatah Palembang, 2017, tidak dipublikasikan.

Ismatullah, A.M. “Konsep Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah Dalam

Al- Qur’a: Prespektif Penafsiran Kitab Al-Qur’an Dan

Tafsirnya”, Jurnal Pemikiran Hiukum Islam, Vol. XIV, No. 1,

2015.

Kalimayatullah, Rifansyah, dkk. “Pendidikan Kesantunan di

Lingkungan Keluarga”, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol.

8, No. 2, 2017.

Kemdikbud. KBBI Daring. 2016. (https://kbbi.kemdikbud.go.id/)

Kemenag. Al-Qur’an Kemenag RI,. 2020.

(https://quran.kemenag.go.id/).

Kemenag. Mencegah Badai Keluarga Indonesia. 2018.

(https://kemenag.go.id).

Page 105: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

90

Khalfan, Mohammad A. Anakku Bahagia Anakku Sukses. Jakarta:

Pustaka Setia. 2014.

Kholik, Abdul. Konsep Keluarga Sakinah Perspektif M. Quraish

Shihab, Vol. 2. No. 2. 2017.

Khobir, Abdul. ”Hakikat Manusia dan Impilkasi dalam Proses

Pendidikan Jurnal Forum Tarbiyah, Vol. 8, No. 1.

Khon, Abdul Majid. Hadits Tarbawi: Hadits-Hadits Pendidikan.

Jakarta, Prenada Media Group. 2012.

Khotimah, Siti. “Konsep Pendidikan Anak Menurut Abdullah Nashih

Ulwan”, Skripsi UIN Raden Intan Lampung, 2020. tidak

dipublikasikan.

Labaso, Syahrial. “Konsep Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif

Al- Qur’an dan Hadis”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.

XV, No. 1, Juni 2018.

Lazuardi, Budi, dkk. “Penguatan Peran Keluarga Dalam

Pembentukan Kepribadian Anak Melalui Seminar Dan

Pendamping Masalah Keluarga”, Jurnal Pengabdian Kepada

Masyarakat, Vol. 5, No. 1, 2014.

Mislikhah, Siti. “Kesantunan Bahasa”, Jurnal Ar-Rani Ar-Raniry:

International Journal of Islamic Studies, Vol. 1, No.2, 2014.

Muhammadiyah, Majelis Tarjih dan Tardid Pimpinan Pusat.

Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah 3. Yogyakarta, Suara

Muhammadiyah. 2018.

Nasihah, Durrotun. “Makna Pendidikan Keluarga Dalam Al- Qur’an

Surah Al-Saffat ayat 100 sampai 102”, Skripsi pada UIN Wali

Songo Semarang, 2015, tidak dipublikasikan.

Page 106: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

91

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka. 2003.

Prof. Dr. Supriyono, M.Pd., dkk. Pendidikan Keluarga Dalam

Perspektif Masa Kini. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan RI. 2015.

Purwaningsih, Endang. “Keluarga Dalam Mewujudkan Pendidikan

Nilai Berbagai Upaya mengatasi Degradasi Nilai Moral”, Jurnal

Pendidikan Sosiologi dan Humaniora, Vol. 1. No. 01, 2010.

Rahmah, Siti. “Peran Keluarga Dalam Pendidikan Akhlak”, Jurnal

Ilmu dan Teknik Dakwah, Vol. 4, No. 7, 2016.

Rasyid, Khorul. “Kepemimpinan Menurut hadits Nabi SAW”,

Skripsi pada IAIN Raden Intan Lampung, 2016.

Sahab, Afwan. “Pendidikan Berkeluarga Dalam Islam Studi

Pemikiran Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Dalam Kitab

Uqdullujain Fii Bayani Huqquizzaujain”, Skripsi pada UIN

Raden Intan Lampung, 2019, tidak dipublikasikan.

Salmi, Siti. “Nilai Edukasi Kasih sayang Dalam Kehidupan Rumah

Tangga Rasulullah Saw”, Skripsi pada UIN Ar-Raniry

Darussalam Banda Aceh. 2016.

Shihab, M. Quraish. Pengantin al-Qur’an: Kalung Permata Buat

Anak-Anakku.

. Wawasan al-Qur’an; Tafsir Tematik Atas Berbagai

Persoalan Umat. Jakarta: Mizan. 1996.

Sugiyono. Metode Penelitia: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Jakarta, Alfabeta, 2016.

Page 107: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

92

Surahman, dkk. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI. 2018.

Tafsir, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islami. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2008.

Ubaidillah, Muhammad. “Konsep Fitrah Menurut Hadits Fitrah Dan

Implikasinya Dalam Pendidikan Keluarga Pada Akidah Anak”,

Skripsi pada UIN Wali Songo Semarang, 2018, tidak

dipublikasikan.

Ulwan, Abdullah Nashih. Tarbiyatul Aulad Fil Islam: Pedoman

Pendidikan Anak dalam Islam. Semarang: CV Asy-Syifa. 1993.

Wibowo, Devi Vionita. “Konsep Pendidikan Islam Pada Anak Usia

Dini Dalam Kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam Karangan

Abdullah Nashih Ulwan”, Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang, 2018, tidak dipublikasikan.

Yeni, Elvita, dkk. “Pola Pengajaran Kesantunan Berbahasa Anak Di

Lingkungan Keluarga”, Jurnal Tarbiyah, Vol. 25, No. 1, 2018.

Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenada Media Group. 2014.

Zakaria, Ahmad. “Nilai-Nilai Pendidikan Taharah (Telaah Kitab Ihya

Ulumu ad-Din Karya al-Ghazali)”, Skripsi pada Univrsitas

Muhammadiyah Yogyakarta, 2017, tidak dipublikasikan.

Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonsia. 2014.

Page 108: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

93

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Ridha Rofidah

NIM 11160110000074

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : Pendidikan Keluarga Dalam

Perspketif Hadits (Kajian Hadits

Shahih Bukhari).

Dosen Pembimbing : Dr. Abdul Ghofur, MA.

No. Judul Buku No.

Kutipan Halaman Skripsi

Paraf Pembimbing

BAB I

1. Muhammad Ali, dkk., Ilmu

dan Aplikasi Pendidikan,

Bagian IV Pendidikan Lintas

Bidang, Sandiarta Sukses, 2016, h. 80.

1,2 dan 3 1

2. Devi Vionita Wibowo, “Konsep

Pendidikan Islam Pada Anak

Usia Dini Dalam Kitab

Tarbiyatul Aulad Fil Islam

Karangan Abdullah Nashih

Ulwan”, Skripsi UIN Maulana

Malik Ibrahim Malang, 2018, tidak dipublikasikan.

4 4

3. Harpansyah, ”Pendidikan Anak

Dalam Perspektif Abdullah

Nashih Ulwan (Telaah Atas

Kitab Tarbiyatul Aulad Fil

Islam)”, Skripsi UIN Raden

Fatah Palembang, 2017, tidak

dipublikasikan.

5 4

Page 109: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

94

4. Syahrial Labaso, “Konsep

Pendidikan Keluarga Dalam

Perspektif Al-Qur’an dan

Hadis”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1,

Juni 2015, h. 53.

6 dan 16 5 dan 8

5. Budi Lazarusli, dkk., “Penguatan

Peran Keluarga Dalam

Pembentukan Kepribadian Anak

Melalui Seminar Dan

Pendamping Masalah Keluarga”,

Jurnal Pengabdian Kepada

Masyarakat, Vol. 5, No. 1, 2014, h. 3, 4.

7, 8, 9 dan 10

6 dan 7

6. Majelis Tarjih dan Tardid

Pimpinan Pusat

Muhammadiyah, Himpunan

Putusan Tarjih Muhammadiyah

3, (Yogyakarta, Suara

Muhammadiyah, 2018), h. 360-

361.

7. Abdul Khobir, Hakikat Manusia

dan Implikasinya Dalam Proses

Pendidikan, Forum Tarbiyah, Vol. 8, No. 1, (2010), h. 81.

11, 12,

13, 14 dan 15

7 dan 8

8. Endang Purwaningsih, “Keluarga

Dalam Mewujudkan Pendidikan

Nilai Berbagai Upaya mengatasi

Degradasi Nilai Moral”, Jurnal

Pendidikan Sosiologi dan

Humaniora, Vol. 1, No. 1,, 2010, h. 43.

17 10

9. Kemenag, Mencegah Badai

Keluarga Indonesia, 2018,

(https://kemenag.go.id).

18 14

BAB II

1. Muhammad Ali, dkk., Ilmu Dan

Aplikasi Pendidikan; Bagian IV

Pendidikan Lintas Bidang,

(Bandung: Sandiarta Sukses, 2016), h. 80, 90, 91.

19, 20, 21, 24, 38, 39,

40 dan 41

21, 22, 28, 29 dan 30

2. Prof. Dr. Supriyono, M.Pd., dkk.,

Pendidikan Keluarga Dalam

Perspektif Masa Kini, (Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan RI, 2015), h. 57, 58, 62, 63, 91, 92, 100.

22, 23, 28, 29, 31, 34, dan 35

22, 23, 26 dan 27

Page 110: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

95

3. Syahrial Labaso, “Konsep

Pendidikan Keluarga Dalam

Perspektif Al-Qur’an dan

Hadis”, Jurnal Pendidikan

Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2015, h. 53.

25, 26

dan 27 23

4. Amanah, Badriatin, “Konsep

Keluarga Harmonis Menurut M.

Quraish Shihab”, Skripsi IAIN

Ponorogo, 2019, tidak

dipublikasikan.

23 23

5. M. Quraish Shihab, Pengantin

al-Qur’an: Kalung Permata Buat

Anak-Anakku.

23 24

6. M.Quraish Shihab, Wawasan al-

Qur’an; Tafsir Tematik Atas

Berbagai Persoalan Umat,

Jakarta: Mizan, 1996.

24 25

7. Abdul Kholik, Konsep Keluarga

Sakinah Perspektif M. Quraish

Shihab, Vol. 2, No. 2, 2017

25 27

8. Siti Khotimah, “Konsep

Pendidikan Anak Menurut

Abdullah Nashih Ulwan”,

Skripsi UIN Raden Intan

Lampung, 2020, tidak

dipublikasikan.

26 29

9. Mohammad A. Khalfan, Anakku

Bahagia Anakku Sukses,

(Jakarta: Pustaka Setia, 2014), h.

4.

27 30

10. Arifin, Perbandingan

pendidikan Islam, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2002), h. 233.

29 31

11. Kemdikbud, KBBI Daring, 2016, (https://kbbi.kemdikbud.go.id/)

30 26

Page 111: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

96

12. Muhammad Ubaidillah,

“Konsep Fitrah Menurut Hadits

Fitrah dan Implikasinya Dalam

Pendidikan Keluarga Pada

Akidah Anak”,

Skripsi pada UIN Wali Songo

Semarang, 2018, tidak

dipublikasikan.

32 26

13. Siti Rahmah, “Peran Keluarga

Dalam Pendidikan Akhlak”,

Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah,

Vol. 4, No. 7, 2016, h. 14.

33 26

14. Delia Delitri, “Konsep

Pendidikan Islam Dalam

Keluarga Menurut Prof. Dr.

Zakiah Darajat”, Skripsi pada UIN Raden Intan Lampung, 2018, tidak dipublikasikan.

36, 37 dan 42

27 dan 31

15. Durrotun Nasihah, “Makna

Pendidikan Keluarga Dalam Al-

Qur’an Surah Al-Saffat

ayat 100 sampai 102”, Skripsi pada UIN Wali Songo Semarang,

2015, tidak dipublikasikan.

43 32

16. Afwan Sahab, “Pendidikan

Berkeluarga Dalam Islam Studi

Pemikiran Syeikh Muhammad

Nawawi Al-Bantani Dalam Kitab

Uqdullujain Fii Bayani

Huqquizzaujain”, Skripsi pada

UIN Raden Intan Lampung, 2019, tidak dipublikasikan.

44 33

BAB III

1. Surahman, dkk., Metodologi

Penelitian, (Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,

2018), h. 2.

45, 46 dan 47

34

2. Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan,

(Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), h. 1-2.

48 dan 49 34, dan 35

3. Ahmad Zakaria, “Nilai-Nilai

Pendidikan Taharah (Telaah

Kitab Ihya Ulumu ad-Din Karya al-Ghazali)”, Skripsi

pada Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta,

2017, tidak dipublikasikan.

50 35

Page 112: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

97

1. Khorul Rasyid, “Kepemimpinan

Menurut hadits Nabi SAW”,

Skripsi

pada IAIN Raden Intan

Lampung, 2016, tidak

dipublikasikan

54 38

2. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan

Metodologi Pendidikan Islam ,

(Jakarta: Ciputat Pres, 2002), h. 3-

8 dalam Muhlisin, “Konsep Fitrah

Manusia Menurut Manusia Prof.

Dr. Achmadi Dan Implementasinya

Dalam Pendidikan Akhlak Anak

(Analisis Filosofis)”, Skripsi pada

Institut Agama Islam Negeri

Walisongo Semarang, 2008, tidak

dipublikasikan.

55 dan 56 39

3. Majid Khon, Hadits Tarbawi:

Hadits-Hadits Pendidikan,

(Jakarta, Prenada Media

Group, 2012), h. 238.

57 39

4. Abdul Khobir, ”Hakikat

Manusia dan Impilkasi dalam

Proses Pendidikan Jurnal

Forum Tarbiyah, Vol. 8, No. 1, h. 12.

58 dan 59 39

5. Dr. Abdullah Nashih Ulwan,

Tarbiyatul Aulad: Pedoman

Pendidikan Anak dalam Islam,

(Semarang, CV Asy-Syifa’,

1993), h. 49, 159, 163, 166, 168, 176, dan 184.

60, 64, 65, 66,

67, 71, 78 dan 79

41, 45, 46, 48, 53, dan

70

4. Muri Yusuf, Metode

Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, dan Penelitian

Gabungan, (Jakarta:Prenada

Media Group, 2014), h. 555, 367.

51 35

5. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2018), h. 9, 42, 225.

52 36

BAB IV

Page 113: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

98

6. Kementerian Agama Republik

Indonesia, al-Qur’an

Kemenag, 2019, (https://quran.kemenag.go.id/).

61, 72

dan 86

42, 48, dan

58

10. Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,

Tafsir Al-Qur’an Tematik III, (Jakarta, Kamil Pustaka,

2014), Jilid. 3, h. 36, 87, dan

88.

62, 63, 93, 94,

100, 101 dan 105

43, 44, 68, 69, 71, 72

dan 75

11. Elvita Yeni, dkk., “Pola

Pengajaran Kesantunan

Berbahasa Anak Di

Lingkungan Keluarga”, Jurnal

Tarbiyah, Vol. 25, No. 1, 2018, h. 44, 50.

68, 73, 74, 75, 76, 77, 83, dan 84.

44, 50, 56, dan 57.

12. Siti Mislikhah, “Kesantunan

Bahasa”, Jurnal Ar-Rani Ar-

Raniry: International Journal of Islamic Studies, Vol. 1, No.2,

2014, h. 287.

69 dan 70

47 dan 48

13. Rifansyah Kalimayatullah,

dkk., “Pendidikan Kesantunan

di Lingkungan Keluarga”,

Jurnal Pendidikan Anak Usia

Dini, Vol. 8, No. 2, 2017, h. 2, 7, 51.

80, 81, dan 82

55 dan 56

7. Surahman, dkk., Metodologi

Penelitian, (Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,

2018), h. 2.

45, 46 dan 47

34

8. Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan,

(Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), h. 1-2.

48 dan 49 34, dan 35

9. Ahmad Zakaria, “Nilai-Nilai

Pendidikan Taharah (Telaah

Kitab Ihya Ulumu ad-Din

Karya al-Ghazali)”, Skripsi

pada Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta,

2017, tidak dipublikasikan.

50 35

Page 114: PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HADITS …

99

14. Ahmad Tafsir, Filsafat

Pendidikan Islami (Bandung:

Remaja Rosdakarya. 2008), cet.

ke-3, hlm. 229.

50 61

15. Zainuddin Hamidy, dkk.,

Terjemahan Hadits: Shahih

Al-Bukhori Jilid I, II, III & IV,

(Kuala Lumpur: Klang Book

Centre, 2005), No. 1588, Jilid

IV, h. 10.

85 57

16. A.M Ismatullah, “Konsep

Sakinah, Mawaddah, dan

Rahmah Dalam Al-Qur’an:

Prespektif Penafsiran Kitab

Al-Qur’an Dan Tafsirnya”,

Jurnal Pemikiran Hiukum

Islam, Vol. XIV, No. 1, 2015, h. 2.

87 58

17. Siti Salmi, “Nilai Edukasi

Kasih sayang Dalam

Kehidupan Rumah Tangga

Rasulullah Saw”, Skripsi pada

UIN Ar-Raniry Darussalam

Banda Aceh, 2016, h. 1, tidak dipublikasikan.

88 58

18. Litbang dan Diklat

Kementerian Agama RI,

Tafsir Al-Qur’an Tematik

II, (Jakarta, Kamil

Pustaka, 2014), Jilid. 2, h.

36, 87, dan

89, 90, 92, 95, dan 96.

60, 66, 69, dan 70.