pendidikan kesehatan dalam keperawatan(kel. 7)
TRANSCRIPT
MAKALAH
PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM KEPERAWATAN
Dosen : Yeria Allen. F., S. Kep. Ns.
Oleh :
Kelompok 7
1. Ayu Wahyuni
2. Depri Entoni
3. Didik Yogsano
4. Endang
5. Gressy Gazella
6. Miluwati Maria
7. Naveriana Nitsa
8. Yosia Martinus Kurniadi
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kasih
dan karunianya makalah pendidikan kesehatan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Walaupun ada beberapa halangan yang menggangu proses pembuatan makalah ini, namun
penulis dapat mengatasinya tentu atas campur tangan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Penulis berharap makalah ini akan berguna bagi para mahasiswa terutama yang berada
di STIKES Eka Harap yang masih kurang mengetahui tentang pendidikan kesehatan dengan
memberi materi tentang “Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan”. Sehingga di
harapkan dengan mempelajari makalah ini mahasiswa maupun pembaca lainnya bisa
mendapatkan tambahan pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, penulis berharap
adanya kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini pada masa yang
akan datang. Akhir kata dari penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini sehingga menjadi bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 24 November 2012
(Penulis)
i
DAFTAR ISI
hal
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................... 3
1.5 Metode Penulisan................................................................................................. 3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian Kebutuhan Belajar............................................................................. 4
2.2 Penegakan Diagnosis Keperawatan..................................................................... 9
2.3 Perencanaan Pendidikan Keperawatan ............................................................... 10
2.4 Implementasi Pendidikan Keperawatan .............................................................. 13
2.5 Evaluasi Pendidikan Keperawatan ...................................................................... 15
2.6 Dokumentasi Pendidikan Kesehatan ................................................................... 16
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 17
3.2 Saran .................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Istilah pendidikan kesehatan telah dirumuskan oleh para ahli pendidikan kesehatan
dalam berbagai pengertian, tergantung pada sudut pandang massing-masing. Menurut
Wood (1926), dalam definisi yang dikemukakannya (Hanlon, hlm. 578) yang dikutip
Tafal, (1984) mengemukakan bahwa pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan
pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan
dengan kesehatan individu, masyarakat, dan ras.
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang
dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat. Pendidikan
kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat
prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu prosedur yang harus dicapai, tetapi
sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yag berubah secara dinamis, yang
didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek baru,
yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat.
Pendidikan Kesehatan dalam keperawatan saat ini sangatlah penting untuk
dipelajari bagi setiap perawat, mengingat bahwa saat ini dorongan zaman terus menuntut
agar perawat dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi setiap klien. Banyak
masyarakat yang masih mengharapkan peningkatan pelayanan kesehatan dari cara kerja
perawat dalam melaksanakan pelayanan, dan tidak sedikit pula masyarakat yang masih
mengeluhkan akan kinerja perawat dalam meleksanakan pelayanan keperawatan kepada
klien. Pendidikan kesehatan juga bertujuan agar perawat dapat secara mandiri
melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien tanpa selalu bergantung pada orang lain.
Berdasarkan permasalahan di atas, penting kiranya penulis yang berkutat di dalam
pemberi asuhan keperawatan bagi klien, mengkaji dan mencarikan solusi terbaik untuk
semua pihak. Maka dari itu, penulis mencari informasi dan menyusun makalah
mengenai pendidikan kesehatan dalam keperawatan yang mudah-mudahan bisa menjadi
solusi. Hal ini pun merupakan salah satu upaya pemenuhan tugas mata kuliah “Ilmu
Keperawatan Dasar II “.
1
2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang menjadi pokok bahasan
makalah ini adalah :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Pengkajian Kebutuhan Belajar?
1.2.2 Bagaimana proses dalam pengkajian kebutuhan belajar?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan Penegakan Diagnosis Keperawatan?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan Perencanaan Pendidikan Keperawatan?
1.2.5 Bagaimana cara dalam melakukan perencanaan pendidikan dalam keperawatan?
1.2.6 Apa yang dimaksud dengan Implementasi Keperawatan?
1.2.7 Apa yang dimaksud dengan Evaluasi Pendidikan Keperawatan?
1.2.8 Apa yang dimaksud dengan Dokumentasi Pendidikan Kesehatan?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang pendidikan kesehatan
dalam keperawatan yang akan kami bahas dan uraikan dalam makalah ini.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pengkajian kebutuhan belajar.
1.3.2.2 Untuk dapat mengetahui bagaimana proses dalam pengkajian kebutuhan
belajar pada keperawatan.
1.3.2.3 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan penegakan diagnosis keperawatan.
1.3.2.4 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan perencanaan pendidikan
keperawatan.
1.3.2.5 Untuk dapat mengetahui cara dalam melakukan perencanaan pendidikan
dalam keperawatan.
1.3.2.6 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan implementasi keperawatan.
1.3.2.7 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan keperawatan.
1.3.2.8 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan dokumentasi pendidikan kesehatan.
3
1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mahasiswa, khususnya mahasiswa STIKES EKA HARAP agar dapat mengetahui tentang
Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan dan dapat mengaplikasikannya secara optimal
1.5. Metode Penulisan
Pada penulisan makalah ini kami menggunakan pendekatan pustaka. Pendekatan
yang dilakukan adalah dengan menggunakan studi pustaka yaitu mengumpulkan data
berdasarkan sumber-sumber tertulis tentang Pendidikan kesehatan dalam keperawatan.
Data dikumpulkan dari sumber tertulis yang didapatkan dari buku-buku yang ada
diperpustakaan STIKES Eka Harap dan hasil browsing dari blog-blog yang terpercaya di
Internet.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian Kebutuhan Belajar
Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali dari riwayat
keperawatan dan hasil pengkajian fisik serta melalui informasi dari orang yang dekat
dengan klien. Pengkajian juga mencakup karakterisitik klien yang mungkin akan
mempengaruhi proses belajark, misalnya kesiapan belajar, motivasi untuk belajar, dan
tingkat kemampuan membaca. Selain penggalian data melalui wawaa, perawat juga
harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan kebutuhan-kebutuhan klien.
Kebutuhan belajar dapat juga di identifikasi dari pernyatan klien terhadap perawat
tentang suatu hal yang tidak mereka ketahui atau tidak terampil dalam melakukannya.
2.1.1 Pengkajian Faktor Predisposisi
2.1.1.1 Pengkajian Riwayat Keperawatan
Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai status perkembangan
seseorang, sehingga dapat memberi arah mengenai isi pendidikan kesehatan dan
pendekatan yang harus digunakan. Pernyataan yang di ajukan hendaknya sederhana.
Pada klien lanjut usia(lansia), pernyataan di ajukan dengan perlahan dan diulang.
Status perkembangan, terutama pada klien anak, dapat dikaji melalui observasi
ketika anak melakukan aktivitas atau bermain, sehingga perawat mendapat data
tentang kemampuan motorik dan perkembangan intelektualnya.
Persepsi klien tentang keadaan masalah kesehatannya saat ini dan bagaimana
mereka menaruh perhatian terhadap masalahnya dapat memberikan informasi kepada
perawat tentang seberapa jauh pengetahuan mereka mengenai masalahnya dan
pengaruhnya terhadap kebiasaan aktivitas sehari-hari. Informasi ini dapat memberi
petunjuk kepada perawat untuk memberi arahan yang tepat serta sumber-sumber lain
yang dapat digunakan oleh klien.
Kepercayaan klien tentang kesehatan, kepercayaan tentang agama yang dianut,
dan peran gender merupakan faktor penting dalam mengembangkan rencan
pendidikan kesehatan. Kepercayaan yang penting digali pada klien, contohnya adalah
kepercayaan tidak boleh menerima tranfusi darah, tidak boleh menjadi donor organ
tubuh, tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi.
4
5
Berbagai daerah mempunyai kepercayaan dan praktek-praktek tersendiri.
Kepercayaan dalam budaya tersebut dapat berhubungan dengan kebiasaan makan,
kebiasaan mempertahankan kebiasaan menangani keadaan sakit, serta gaya hidup.
Perawat sangat penting mengetahui hal tersebut, namun demikian tidak boleh
menaruk asumsi bahwa setiap individu dalam suatu etnik dan kultur tertentu
mempunyai kebiasaan yang sama karena hal ini tidak selalu terjadi. Oleh karena itu,
perawat tetap harus mengkaji dan menilai klien secara individual.
Keadaan ekonomi klien dapat berpengaruh terhadap proses belajar klien.
Bagaimana pun perawat harus mengkaji hal ini dengan baik, karena perencaan
pendidikan kesehatan dirancang sesuai dengan sumber-sumber yang ada pada klien
dengan tujuan tercapai. Jika tidak, rancangan tidak akan sesuai dan sulit untuk
dilaksanakan.
Bagaimana cara klien belajar adalah hal yang sangt penting untuk diketahui.
Cara belajar yang terbaik bagi setiap individu bervariasi. Cara terbaik seseorang
dalam belajar mungkin dengan melihat atau menonton untuk memahami sesuatu
dengan baik. Dilain pihak, yang lain mungkin belajar tidak dengan cara melihat, tetapi
dengan cara melakuan secara aktual dan menemukan bagaimana cara-cara
mengerjakan sesuatu hal. Yang lain mungkin dapat belajar dengan baik dengan
membaca sesuatu yang di presentasikan oleh orang lain. Perawat perlu menuangkan
waktu dan memupuk keterampilan untuk mengkaji klien dan mengidentifikasi gaya
belajar, untuk kemudian mengadaptasi pendidikan kesehatan yang sesuai dengan cara-
cara belajar klien. Menggunakan variasi teknik mengajar dan variasi aktivitas selama
mengajar adalah jalan yang baik untuk memenuhi kebutuhan gaya belajar klien.
Sebuah teknik akan masalah efektif untuk beberapa klien, sebaliknya teknik lain akan
cocok untuk kilen dengan gaya belajar yang berbeda.
Perawat perlu mengkaji sistem pendukung klien untuk menentukan siapa saja
sasaran pendidikan kesehatan yang mungkin dapat mempertingi dan mendorong
proses belajar klien. Anggota keluarga atau teman dekat mungkin dapat membantu
klien dalam mengembangkan keterampilan di rumah dan mempertahankan perubahan
gaya hidup yang diperlukan klien.
6
2.1.1.2 Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap untuk belajar
klien. Contohnya : status mental, kekuatan fisik, status nutrisi. Hal lain yang
mencakup pengkajian fisik adalah pernyataan klien terhadap kapasitas fisik untuk
belajar dan aktivitas perawatan diri sendiri. Kemampuan melihat dan mendengar
memberi pengaruh besar terhadap pemilihan subtansi dan pendekatan dalam
mengajar. Fungsi sistem muskuloskelet mempengaruhi kemampuan keterampilan
psikomotor dan perawatan diri. Toleransi aktivitas dapat juga mempengaruhi
kapasitas klien untuk melakukan aktivitas.
2.1.1.3 Pengkajian Kesiapan Klien Untuk Belajar
Klien yang siap untuk belajar sering dapat dibedakan dengan klien yang tidak
siap. Seorang klien yang siap belajar mungkin mencari informasi, misalnya melalui
bertanya, membaca buku atau artikel, tukar pendapat dengan sesama klien yang pada
umumnya menunjukan ketertarikan. Di lain pihak, klien tidak siap belajar biasanya
lebih suka untuk menghindari masalah atau situasi. Kesiapaan fisik penting dikaji
oleh perawat, apakah klien dapat memfokuskan perhatian atau lebih berfokus terhadap
status fisiknya misalnya nyeri, pusing, lelah, mengantuk, atau hal lain. 3 hal yang
perlu dikaji oelh perawat dalam kesiapan klien untuk belajar adalah sebagai berikut :
2.1.1.3.1 Kesiapan emosi. Apakah secara emosi klien siap untuk belajar? Klien
dalam keadaan cemas, defresi, atau dalam keadaan berduka karena keadaan
kesehatannya atau keadaan keluarganya biasanya tidak siap untuk belajar.
Perawat tidak dapat memaksakan, tapi harus menunggu sampai keadaan
klien memungkinkan menerima proses pembelajaran.
2.1.1.3.2 Kesiapan kognitif. Dapatkah kilen berpikir secara jernih? Apakah klien
dalam keadaan sadar penuuh, apakah klien tidak dalam pengaruh zat yang
mengganggu tingkat kesadaran? Pertanyaan itu sangat penting untuk dikaji
2.1.1.3.3 Kesiapan berkomunikasi. Sudahkah klien dapat berhubungan dengan rasa
saling percaya dengan perawat? Atau kah klien belum mau menjalin
komunikasi karena masih belum menaruh rasa percaya. Hubungan saling
percaya antara perawat dengan klien menentukan komunikasi dua arah yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar.
7
2.1.1.4 Pengkajian Motivasi
Secara umum dapat diterima bahwa seseorang harus mempunyai keingina
belajar demi keefektifan pembelajaran. Motivasi dan memberi ransangan atau jalan
untuk belajar merupakan faktor penentu yang sangat kuat untuk kesuksesan dalam
mendidik klien dan berhubungan erat dengan pemenuhan kebutuhan klien. Motivasi
seseorang dapat dipengaruhi masalah keuangan, penolakan terhadap status kesehatan,
kurangnya dorongan dari lingkungan sosial, pengingkaran terhadap penyakit,
kecemasan, ketakutan, rasa malu, atau adanya konsep diri yang negatif. Motivasi juga
dipengaruhi oleh sikap dan kepercayaan. Contohnya motivasi belajar seorang pria
setengah baya dinyatakan hipertensi dan mulai mendapat anti hipertnsi untuk
mengendalikan tekanan darahnya mungkin akan rendah, jika teman dekatnya
menceritakan bahwa ia impoten setelah mendapat pengobatan yang sama.
Pengkajian tentang motivasi belajar sering merupakan bagian dari pengkajian
kesehatan secara umum atau diangkat sebagai masalah yang spesifik. Seorang perawat
ketika mengkaji motivasi dan kemapuan klien harus betul-betul mengerti sepenuhnya
subyek belajar. Motivasi memang sulit untuk dikaji, mungkin dapat ditunjukan secara
verbal atau juga secara non verbal.
2.1.1.5 Pengkajian Kemapuan Membaca
Ketidakmampuan membaca dan menulis dapat ditemukan pada setiap langkah
kehidupan, pada semua suku dan pada setiap tingkat sosial ekonomi. Penampilan
seseorang dan pengguanaan bahasa tidak mengidinkasikan bahwa ia mampu membaca
dan menulis. Banyak orang dengan kemapuan membaca dan menulis rendah memiliki
intelegensi rata-rata dan berbicara dengan baik.
Bagaimana seorang perawat dapat menentukan tingkat kemapuan membaca
klien? Melakukan pengujian secara langsung adalah cara yang terbaik, tetapi sering
sulit dipraktikan. Berikut ini dijelaskan cara mengkaji tingkat kemampuan membaca
klien.
2.1.1.5.1 Mengkaji tingkat kesenangan membaca klien; berikan sesuatu untuk dibaca
dan minta klien menjelakan apa yang dibacanya dengan mengguinakan
bahasanya sendiri. Jika memungkinkan, tawarkan pada klien beberapa
pilihan cara belajar(membaca, menonton/melihat, atau mendengarkan). Jika
8
ragu-ragu, gunakan materi bacaan yang mudah dan jika seseorang dalam
keadaan stres sebaiknya dimulai dengan metri sederhana, baru kemudian
ditambahkan yang lebih kompleks.
2.1.1.5.2 Menggunakan indeks SMOG untuk mengkaji tingkat kemampuan membaca
klien terhadap materi pendidikan kesehatan sehingga kemudian dapat
ditentukan kesesuaian materi untuk populasi yang akan membacanya.
Berikut ini disajikan cara menentukan tingkat kesiapaan daripada materi
tertulis dengan menggunakan indeks SMOG.
“Untuk menentukan tingkatan materi bacaan, untuk belajar klien, pilihlah
30 kalimat dalam bacaan. Ambilah 10 kalimat dari bagian awal, 10 kalimat
dari bagian tengah, dan 10 kalimat dari bagian akhir bacaan. Hitunglah
semua kata yang mengandung 3 atau lebih suku kata(Syllabes), kemudian
jumlahkan. Kemudian temukan jumlah tersebut di dalam daftar di bawah ini
dan baca menyilang untuk menemukan tingkat/grade bacaan/materi
bacaan.”
Untuk menurunkan tingkat bacaan dan menyederhanakan materi pendidikan
kesehatan untuk klien, maka lakukanlah:
2.1.1.5.2.1 Gunakan kata-kata yang lebih pendek
2.1.1.5.2.2 Hindari kata-kata dengan beberapa suku kata
2.1.1.5.2.3 Tulis kalimat-kalimat pendek
2.1.1.5.2.4 Jelaskan peristilahan-peristilahan yang digunakan
2.1.1.5.2.5 Gunakan kata-kata yang mudah dan sering digunakan
2.1.2 Pengkajian Faktor Pemungkin
Faktor pemungkin mencakup keterampilan serta sumber daya yang penting untuk
menampilkan perilaku sehat. Sumber daya dimaksud meliputi fasilitas yang ada,
personalia yang tersedia, ruangan yang ada, atau sumber-sumber lain yang serupa.
Faktor ini juga menyangkut keterjangkauan sumber tersebut oleh klien: apakah biaya,
jarak, waktu dapat dijangkau? Bagaimana keterampilan klien untuk melakukan
perubahan perilaku perlu diketahui, karena dengan mengetahui sejauh mana klien
9
memiliki keterampilan pemungkin, wawasan yang bernilai bagi perencana pendidikan
kesehatan dapat diperoleh.
2.1.3 Pengkajian Faktor Penguat
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tersebut bergantung kepda tujuan
dan jenis program. Di dalam pendidikan kesehatan klien di rumah sakit, misalnya,
penguat diberikan oleh perawat, dokter, ahli gizi, atau klien lain dan keluarga. Di dalam
pendidikan kesehatan di sekolah penguat mungkin berasal dari guru, teman sebaya,
pimpinan sekolah dan keluarga. Apakah faktor penguat itu positif atau negatif
tergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berpengaruh. Pengaruh itu tidak
sama, mungkin sebagian mempunyai pengaruh yang sangat kuat dibandingkan dengan
yang lainnya dalam mempengaruhi perubahan perilaku. Perawat perlu mengkaji secara
cermat faktor penguat ini, untuk menjamin bahwa sasaran pendidikan kesehatan
mempunyai kesempatan yang maksimum untuk mendapatkan umpan balik yang
mendukung selama berlangsungnya proses perubahan perilaku.
2.2 Penegakan Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang berkaitan dengan kebutuhan belajar dikelompokkan
dibawah kategori kurang pengetahuan. Definisi kurang pengetahuan adalah : pernyataan
pada saat individu, keluarga, atau komunitas tidak dapat memahami, tidak dapat belajar,
dan tidak dapat menunjukan pengetahuannya tentang tindakan-tindakan keperawatan
kesehatan yang penting untuk mempertahankan kesehatan (NANDA). Karakteristik
definisi tersebut adalah : adanya pengungkapan secara verbal tentang masalah;
keakuratan penampilan dalam suatu uji; ketidak seseuaian perilaku atau adanya perilaku
berlebihan, misalnya histeria, permusuhan, agitasi, apatis. Faktor-faktor yang
berhubungan atau menjadi penyebab dari kurangnya pengetahuan mencakup kurangnya
keterpaparan informasi; kurang mengulang pelajaran, adanya kesalahpenafsiran;
keterbatasan pengetahuan; kurangnya ketertarikan dalam belajar; tidak familiernya klien
dengan sumber informasi.
Sebagai contoh diagnosis keperawatan yang dikemukakan oleh North Americans
NursingDiagnosis Association adalah sebagai berikut.
10
1. Kurang pengetahuan: diet rendah kalori berhubungan dengan tidak punya
pengalaman.
2. Kurang pengetahuan: diet Diabetes Melitus berhubungan dengan tidak familiernya
diri dengan program yang harus diikuti.
3. Kurang pengetahuan: perawatan pra operasi berhubungan dengan belum adanya
pengalaman menghadapi prosedur pembedahan.
4. Kurang pengetahuan : efek pengobatan berhubungan dengan belum adanya
perbedaan bahasa dan kesalahan penafsiran informasi.
5. Kurang pengetahuan : bahaya keamanan dirumah berhubungan dengan adanya
penolakan terhadap penurunan kesehatan dan kurangnya ketertarikan untuk belajar.
6. Kurang pengetahuan : penyalahgunaan zat berhubungan dengan kurangnya
ketertarikan dalam mempelajari informasi
Cara lain untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar klien adalah menuliskan
kurang pengetahuan sebagai etiologi atau bagian kedua dari pernyataan diagnosis
keperawatan. Sebagai contoh:
2.1.4.1 Resiko tinggi terjadinya gangguan proses menjadi orangtua berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan dalam merawat bayi dan menyusui.
2.1.4.2 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dalam
hal penyakit seksual menular dan pencegahannya.
2.1.4.3 Resiko tinggi terjadinya injuri/rudapaksa berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan dalam teknik pengunaan tongkat untuk berjalan.
2.1.4.4 Resiko tinggi terjadi penularan tuberkulosis paru pada anggota keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dalam hal cara-cara dan
pencegahan penularan.
2.3 Perencanaan Pendidikan Keperawatan
Pengembangkan perencanaan pengajaran adalah menyelesaikan sejumlah langkah.
Melibatkan klien saat perancanaan dapat meningkatkan terciptanya perencanaan yang
berguna dan merangsang motivasi klien. Klien yang membantu merumuskan
perencanaan pengajaran akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
11
2.3.1 Menentukan Prioritas Pengajaran
Kebutuhan belajar klien harus diurutkan berdasarkan prioritas. Perawat dan klien
hendaknya melakukan bersama-sama. Salah satu yang menjadikan kriteria yang
diprioritaskan adalah motivasi klien untuk berkonsentrasi pada kebutuhan belajar yang
telah diidentifikasi. Sebagai contoh seseorang yang ingin mengetahui segala sesuatu
tentang penyakit jantung koroner mungkin tidak siap untuk mempelajari bagaimana
mengubah hidupnya sampai pada saat dia menemukan kebutuhan untuk belajar tentang
penyakit tersebut; atau, contoh lain, seseorang yang baru dinyatakan mengidap penyakit
Diabetes Melitus akan mau mengatur pola diet sesuai dengan yang dianjurkan sebelum
ia tahu bagaimana pengaruh diet tersebut terhadap status gula darah dan kesehatannya.
Perawat juga dapat mengunakan kerangka pikiran lain, seperti hierarki kebutuhan
menurut teori Maslow untuk menetapkan prioritas belajar. Jika klien adalah sebuah
keluarga, kelompok, atau komunitas yang lebih besar, penentuan prioritas belajar
hendaknya secara lebih luas mempertimbangkan faktor lain yang telah dikaji yakni,
faktor predisposisi, pemungkin, dan penguat. Khusus untuk memprioritaskan
pengajaran dikeluarga, skala prioritas yang dikembangkan oleh Bailon dan Maglaya
(1988) dapat dipergunakan. Kriteria untuk memprioritaskan pengajaran didalam
komunitas antara lain adalah: kesadaran komunitas terhadap masalah; motivasi
komunitas untuk memecahkan masalah ; kemampuan perawat untuk mempengaruhi
pemecahan masalah ; berat serta konsekuensi jika masalah tidak terpecahkan
(Goeppinger and Shuster,1988).
2.3.2 Menetapkan Tujuan Belajar
Tujuan belajar yang ditetapkan dapat disamakan dengan tujuan pada proses asuhan
keperawatan. Ketika menetapkan hal ini, baik sekali diingat mengenai tiga ranah belajar
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan belajar yang dirancang dengan baik
akan menuntun perencanaan tentang isi atau substansi, metode,strategi, aktivitas, dan
perencanaan metode evaluasi belajar.
Beberapa ketentuan umum dalam merumuskan tujuan belajar adalah sebagai
berikut:
2.3.2.1 Tujuan belajar dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang dikehendaki,
contohnya : klien dapat menunjukkan atau mendemonstrasikan teknik
12
pemberian ASI dengan benar (psikomotor), klien dapat menjelaskan alasan ia
harus makan dalam porsi sedikit, tetapi frekuensinya lebih sering (kognitif),
klien dapat menguraikan perasaan meningkatnya rasa nyaman setelah pemerian
obat(afektif). Tujuan tidak dinyatakan dalam perilaku perawat, misalnya :
perawat tidak mengajari klien tentang diet.
2.3.2.2 Tujuan belajar dapat diobservasi, sementara aktivitasnya dapat diukur.
Misalnya, hal yang dapat dilihat, klien dapat berjalan disekitar tempat tidur.
2.3.2.3 Dalam tujuan harus terkandung kondisi yang diinginkan untuk mengklarifikasi
dimana, kapan, atau bagaimana perilaku yang ditampilkan. Contohnya klien
dapat berjalan diujung tempat tidur keujung lainnya tanpa menggunakan
tongkat pembantu.
2.3.2.4 Dalam tujuan harus tercakup kriteria waktu yang spesifik. Contohnya: klien
akan menyebutkan tiga hal yang mempengaruhi kadar gula darah. Pada akhir
diskusi kedua, klien dapat mendemonstrasikan injeksi insulin sendiri dalam
dosis dan cara yang benar sebelum pasien dipulangkan.
2.3.3 Memilih Substansi atau isi materi harus dipilih
Isi pembelajaran sangat ditentukan oleh tujuan belajar yang hendak dicapai, atau
dengan kata lain, informasi yang dibutuhkan mencapai tujuan dengan baik harus
diseleksi dari berbagai sumber informasi. Pengetahuan yang dibutuhkan perawat dapat
diperoleh melalui pendidikan, buku, jurnal keperawatan, dan perawat lain atau dokter
atau anggota tim pelayanan kesehatan lainnya. Sumber yang dipilih hendaknya: akurat,
terbaru, didasarkan atas tujuan belajar, disesuaikan dengan usia klien, budaya, dan
kemampuan, konsisten, serta dipilih dengan mempertimbangkan waktu dan sumber
daya yang mungkin untuk mengajar
2.3.4 Memilih Strategi BelajarMemilih metode belajar hendaknya cocok untuk individu, cocok dengan materi
yang dipelajari, dan cocok dengan pengajar dan berbagi faktor lain perlu
diperhitungkan. Beberapa tujuan belajar mungkin dapat dicapai dengan mudah melalui
tahap muka satu persatu antara perawat dengan klien., tetapi yang lain dapat dengan
mudah dicapai dengan dikosi kelompok. Sebagai contok, jika tujuan belajarnya adalah:
“Klien dapat mengganti balutun kakinya dengan teknik steril” , diskusi kelompok tidak
mungkin diadakan. Metode yang cocok untuk itu adalah metode privat yang disarankan
13
oleh perawat. Di lain pihak jika tujuan belajarnya adalah “Klien dapat mendiskusikan
perasaannya tentang bagaimana kembali ke rumah setelah mengalami serangan
jantung” , tujuan akan lebih mudah dicapai dengan diskusi kelompok dengan klien lain
yang mempuyai perasaan yang sama.
2.3.5 Memilih Alat Bantu Mengajar
Alat bantu mengajar telah dibahas pada bab selanjutnya. Alat bantu mengajar
membantu belajar, tetapi bukan suatu pengganti untuk berhubungan dengan manusia.
Alat ini baik sekali digunakan untuk menambah atau menguatkan mengajar dengan
srategi tatap muka. Alat bantu mengajar sanagat ditentukan oleh tujuan belajar yang
hendak dicapai. Oleh karena itu, pilihan alat bantu secara hati-hati, liat kembali
kegunaan dan kecocokan penggunaan alat bantu.
2.3.6 Membuat Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi harus disebutkan dalam perancanaan pelaksanaan kegiatan
pelaksaan kegiatan kesehatan, misalnya waktu dan sasaran yang akan dievaluasi, dan
indikator apa yang akan dicapai dalam evaluasi itu. Evaluasi dapat dibedakan:
2.3.6.1 Evaluasi pendidikan kesehatan, yakni menilai langkah-langkah yang telah
dijadwalkan dalam perancanaan, apakah sesuai atau terjadi perubahan dalam
pelaksaannya. Misalnya tentang jadwal waktu, tempat, dan alat bantu peraga.
2.3.6.2 Evaluasi hasil kegiatan, yakni sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan
pendididkan kesehatan yang dimaksud. Misalnya terjadi perubahaan
pengetahuan, sikap, dan tindakannya.
2.4 Implementasi Pendidikan Keperawatan
Perawat perlu fleksibel dalam mengimplementasikan berbagai rencana pengajaran,
karena perencanaan mungkin membutuhkan perbaikkan. Memplementasi rencana
mengajar memerlukan ketrapilan personal, seperti teknik komunikasi. Perawat dapat
memfasilitsi proses belajar klien melalaui pendekatan yang ramah dan hangat.
Penampilan sikap perawat memiliki efek yang besar dibandingkan dengan faktor-faktor
lain. Dibawah ini adalah petunjuk yang dapat membantu perawat ketika
mengimplementasikan rencana pengajaran.
14
2.4.1 Waktu yang oktimal untuk masing-masing sesi bergantung pada klien yang
belajar. Sebagian klien memilih waktu terbaik untuk belajar pada pagi hari,
sebagian harinya pada sore hari. Jika memungkinkan, tannyakan pada klien untuk
membantu, memilih waktu yang terbaik.
2.4.2 Kecepatan dari setiap sesi juga mempengaruhi belajar. Perawat hendaknya
sensitif terhadap berbagai tanda bahwa langkah-langkah mengajar terlalu lambat
dan cepat. Jika kalian nampak bingung atau tidak memahami materi ketika
ditanya, mengkin hal itu karena perawat mengajar terlalu cepat. Jika kalien
tampak bosan dan kehilangan perhatian, kecepatan atau langkah-langkah
mungkin terlalu lambat, atau periode waktu belajar terlalu lama sehingga klien
merasa lelah.
2.4.3 Keadaan lingkungan dapat menurunkan atau membantu belajar. Lingkungan yang
bising akan mengurangi kosentrasi, sedangkan lingkungan yang yaman dapat
meningkatkan belajar.
2.4.4 Alat bantu mengajar dapat membantu perkembanagan belajar dan mampu
memfokuskan perhatian klien. Untuk membantu klien belajar rawat hendaknya
menggunakan alat bantu yang dapat digunakan klien. Sebelum mengajar, perawat
perlu memasanag semua peralatan dan alat bantu melihat, serta menyakinkan
bahwa semua peralatan berfungsi secara efektif.
2.4.5 Jika menemukan sendiri isi atau substansi, klien akan belajar lebih efektif. Cara
untuk meningkatkan belajar mencakup perangsangan motivasi dan perangsangan
pencarian sendiri, misalnya dengan memberikan tujuan belajar yang hendak
dicapai secara spesifik, realistik, memberi umpan balik, dan membantu klien
mamperoleh kepuasaan dari belajar. Perawat juga harus mendorong belajar
secara independen dengan mendorong klien menggali sumber-sumber informasi
yang dibutuhkan.
2.4.6 Melakukan pengulangan, sebagai contoh, merangkum isi substansi, mengatakan
dengan kata-kata lain, dan mendekatkan materi dari titik-titik lain kedalam satu
pemahaman dapat menguatkan belajar.
2.4.7 Materi dari yang tidak diketahui ke yang diketahui dan hubungan diliat secara
logis.
2.4.8 Menggunakan bahasa orang awam dapat meningkatkan komunikasi. Dengan
demikian batasi kata-kata yang artinya hanya diketahui oleh profesional bidang
kesehatan.
15
2.5 Evaluasi Pendidikan Keperawatan
2.5.1 Evaluasi Belajar Klien
Evaluasi dilakukam selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran.
Klien, perawat dan orang-orang yang mendukung klien menentukan apa yang telah
dipelajari. Proses evaluasi ini sama seperti evaluasi terhadap pencapaian tujuan untuk
diagnosis keperawatan lain.
Metode terbaik untuk evaluasi tergantung pada jenis belajar. Dalam belajar, aspek
kognitif , klien akan menunjukan kemahiran pengetahuan. Beberapa contoh alat
evaluasi untuk kognitif adalah : observasi langsung perilaku, misalnya dengan
mengobservasi klien dengan memilih cara-cara pemecahan yang menggunakan
pengetahuan yang baru, pengukuran dengan cara menulis, misalnya dengan
memberikan tas kepada klien, pernyataan secara oral, misalnya bertanya kepada klien
untuk menyatakan kembali informasi atau memperbaiki respon verbal atas suatu
pelayanan. Pengawasan dan pencatatan sendiri. Alat evaluasi tersebut digunakan
selama program lanjutan melalui telepon dan kunjungan rumah.
Evaluasi kemahiran aspek psikomotor yang terbaik adalahdengan mengobservasi
bagaimana klien melakukan prosedur, seperti mengganti balutan atau memandikan bayi
premature dirumah. Perawat sebaiknya memberikan umpan balik tentang apa yang
dilakukan klien.
Evaluasi sikap lebih sulit dilakukan. Apakah sikap atau nilai telah berubah menjadi
lebih baik mungkin dapat dinilai dengan cara mendengarkan respon klien terhadap
pertanyaan, mencatat bagaimana klien berbicara tentang subjek-subjek yang relevan,
dan dengan mengobservasi perilaku klien yang mengekspresikan perasaan dan nilai-
nilai.
Setelah dilakukan observasi, perawat mungkin menemukan hal-hal penting untuk
memodifikasi atay mengulang perencanaan pembelajaran jika tujuan tidak tercapai
atau hanya sebagian tujuan yang dapat dicapai.
Perubahan perilaku tidak selalu segera terjadi setelah belajar. Seringkali individu
menerima perubahan intelektual terlebih dahulu dan kemudian baru terjadi perubahan
perilaku secara periodik sehingga evaluasi harus dilanjutkan ketika klien sudah berada
dirumah dengan cara melakukan kunjumgan rumah atau melalui telepon.
16
2.5.2 Evaluasi Mengajar
Evalusi mengajar adalah hal penting bagi perawat untuk menilai kemampuannya.
Hal itu sama saja dengan evaluasi keefektifan intervensi keperawatan untuk diagnoga
keperawatan lain. Evaluasi harus mencakup pertimbangan semua factor : waktu, strategi
mengajar, jumlah informasi, dan apakah mengajar cukup berguna. Perawat mungkin
menemukan hal- hal sebagai contoh bahwa klien telah kebanyakan informasi, telah
bosan, atau telah termotivasi untuk belajar lebih banyak. Keduanya, baik klien maupun
perawat, harus mengevaluasi pengalaman belajar. Klien dapat memberikan evaluasi
kepada perawat apa yang telah membantunya, apa yang menarik baginya dan lain-lain.
Perawat hendaknya tidak merasa bahwa pekerjaannya tidak efektif bila klien lupa
sesuatu.
2.6 Dokumentasi Pendidikan Kesehatan
Pendokumentasian proses belajar mengajar adalah hal yang sangat penting sebab
hal ini memberikan suatu legalitas pencatan bahwa mengajar telahdilakukan dan
dokumen ini merupakan alat komunikasi dengan profesi lain dalam pelayanan kesehatan.
Jika mengajar tidak di dokumentasikan, maka tidak ada legalitas. Hal lain yang penting
didokumentasikan adalah respons klien dan orang-orang yang mendukungnya. Apa yang
dilakukan klien atau keluarganya mengindikasikan bahwa proses belajar telah terjadi.
Dokumentasi hendaknya mencakup diagnosis keperawatan, tujuan belajar, topik, hasil
yang dicapai, kebutuhan mengajar tambahan dan sumber-sumber yang diberikan.
Mendokumentasikan rencana pengajaran juga mencakup elemen : informasi aktual dan
keterampilan berpikir, strategi mengajar yang digunakan dan kerangka kerja, waktu, dan
isi/substansi untuk tiap-tiap sesi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan kesehatan di dalam keperawatan merupakan salah satunjenis
intervensi/tindakan yang ditujukan untuk memecahkan diagnosis keperawatan, yaitu
kurangnya pengetahuan klien. Melalui intervensi tersebut di harapkan klien dapat
memperluas pengetahuan, memperbiki sikap, serta mengubah perilaku yang tidak sehat
menjadi sehat. Sebagai intervensi, pendidikan kesehatan dapat dilakukan dalam upaya
keperawatan baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif, dengan
sasaran individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pendidikan kesehatan, sebagai suatu tindakan dalam keperawatan yang
menggunakan pendekatan proses, ditetapkan berdasarkan data-data hasil pengkajian
yang akurat terhadap aspek-aspek perilaku klien yang kemudian mendukung dianogsis
keperawatan. Tindakan tersebut didasarkan atas sebuah perencanaan keperawatan yang
ditetapkan bersama-sama dengan klien untuk memecahkan diagnosis. Namun,
perencanaan tindakan pendidikan kesehatan itu sendiri perlu diperinci secara lebih
lengkap karena prosedur tindakanya menyangkut proses belajar mengajar yang sangat
kompleks.
Seperti halnya intervensi keperawatan yang lain, hasil pendidikan kesehatan perlu
dievaluasi. Evaluasi di arahkan kepada tiga ranah, yaitu kognitif, efektif dan psikomotor
klien. Selain itu, evaluasi perlu dilakukan terhadap proses ajar mengajar agar perawat
senangtiasa terus meningkatakan kualitas layanan keperawatan, khususnya kualitas
tindakan keperawatan pendidikan kesehatan.
3.2 Saran
Setelah membaca dan memahami isi makalah ini, diharapkan perawat,mahasiswa
calon perawat atau para pembaca bisa mempelajari dan mengetahui bagaimana
Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan Sehingga bisa menjadi acuan untuk
pembelajaran selanjutnya dalam keperawatan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Uha suliha dkk.(2001).Pedidikan Kesehatan Dalam Keperwatan.Jakarta: EGC
Notoatmodjo, soekidjo.(1989).Dasar-Dasar Pendidikan dan Latihan.BPKM-FKMUI Jakarta.
Dahlan M.(1984). Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar.cetakan ke dua
diponegoro.Bandung.
Syah M.(1997). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT. Remaja
Rosdakarya.Bandung.