pendugaan parameter genetik dan respon seleksi … · genetik dan respon seleksi genotipe jagung...

43
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI GENOTIPE JAGUNG (Zea mays L.) DI LINGKUNGAN LAHAN MASAM RIZKI AMALIA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Upload: lyphuc

Post on 24-Mar-2019

259 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI GENOTIPE JAGUNG (Zea mays L.) DI

LINGKUNGAN LAHAN MASAM

RIZKI AMALIA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

Page 2: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,
Page 3: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Parameter

Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan Masam adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

Rizki Amalia NIM A24110013

Page 4: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

ABSTRAK

RIZKI AMALIA. Pendugaan Parameter Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan Masam. Dibimbing oleh WILLY BAYUARDI SUWARNO.

Lahan masam merupakan lahan marginal yang menjadi salah satu faktor pembatas dalam budidaya dan produksi tanaman jagung di dunia. Perakitan varietas yang adaptif pada lahan masam perlu dikembangkan untuk menjaga keberlanjutan produksi pangan. Percobaan ini bertujuan menduga nilai heritabilitas arti luas dan kemajuan seleksi, serta mengidentifikasi galur-galur potensial untuk dikembangkan menjadi tetua jagung yang adaptif pada lahan masam. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikarawang, Universiy Farm IPB pada November 2014 hingga Maret 2015. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan augmented dengan 265 genotipe uji koleksi Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros Sulawesi Selatan dan tujuh genotipe pembanding. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh genotipe uji terdapat pada sebagian besar peubah yang diamati kecuali tinggi tongkol, diameter batang dan bobot 100 biji. Karakter daya tumbuh, umur anthesis, tinggi tanaman, dan karakter komponen hasil memiliki nilai heritabilitas arti luas yang tinggi. Karakter jumlah tongkol tanaman-1 memiliki nilai heritabilitas arti luas yang rendah. Seleksi berdasarkan kriteria seleksi dengan seleksi simultan menggunakan indeks dan intensitas 5% menghasilkan 12 genotipe terpilih yaitu genotipe 195, 252, 298, 166, 112, 256, 249, 369, 32, 231, 247, dan 326. Seleksi berdasarkan karakter kriteria seleksi mengakibatkan peningkatan nilai kemajuan seleksi pada semua karakter kecuali umur anthesis dan umur silking, seperti yang diharapkan. Hasil analisis gerombol menunjukkan bahwa semua genotipe terseleksi berada pada gerombol yang sama kecuali genotipe 369. Genotipe-genotipe terpilih tersebut dinilai potensial sebagai materi genetik untuk perakitan varietas jagung toleran lahan masam.

. Kata kunci: heritabilitas arti luas, jagung, kemajuan seleksi, lahan masam, seleksi

indeks

ABSTRACT

RIZKI AMALIA. Estimations of Genetic Parameters and Selection Response of Maize Lines (Zea Mays L.) in an Acid Soil Environment. Supervised by WILLY BAYUARDI SUWARNO.

Acid soil is a limiting factor for maize production in the world. Development of maize varieties tolerant to acid soil is needed in order to maintain sustainability of food production. The objectives of this research are to estimate the broad sense heritability and response to selection, and to identify potential genotypes for further utilization in a maize breeding program. This research was conducted at the Cikarawang experimental station, University Farm IPB, from November 2014 to March 2015. The experiment was arranged in an augmented

Page 5: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

design with 265 candidate genotypes from The Indonesian Cereals Research Institute (ICERI) Maros, South Sulawesi, along with seven check genotypes. The analysis of variance results showed that the effects of candidate genotypes are significant for all observed traits, except for ear height, stem diameter, and 100 seeds weight. Growth ability, days to anthesis, plant height, and yield components have high broad sense heritability, whereas number of ears per plant has low heritability. An index-based simultaneous selection exercise with 5% intensity resulted in 12 genotypes selected, namely 195, 252, 298, 166, 112, 256, 249, 369, 32, 231, 247, and 326. The estimated responses to selection are positive for all characters, except for days to anthesis and days to silking, as expected. The clustering result showed that all selected genotypes are grouped in the same cluster except genotype 369. These selected genotypes are considered potential as genetic sources for breeding acid soil tolerant maize varieties.

Keywords: acid soil, broad sense heritabiliy, maize, selection index, selection

response

Page 6: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,
Page 7: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI GENOTIPE JAGUNG (Zea mays L.) DI

LINGKUNGAN LAHAN MASAM

RIZKI AMALIA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

Page 8: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,
Page 9: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,
Page 10: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul Pendugaan Parameter Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan Masam dapat diselesaikan dengan baik.

Terima kasih penulis ucapkan kepada : 1. Dr Willy Bayuardi Suwarno, SP MSi selaku pembimbing skripsi yang

senantiasa memberikan bimbingan, arahan, nasihat, dan dorongan selama penyelesaian tugas akhir.

2. Dr Ir Agus Purwito, MscAgr selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan dan nasihat selama penulis menempuh pendidikan di Departemen Agronomi dan Hortikultura.

3. Prof Dr Ir Surjono Hadi Sutjahjo, MS dan Dr Ir Heni Purnamawati, MScAgr selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan arahan dalam penyempurnaan skripsi.

4. Seluruh staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah banyak memberikan ilmunya.

5. Bapak, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa, dukungan, dan kasih sayangnya. 6. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) atas beasiswa Bidikmisi yang

telahdiberikan selama penulis menempuh pendidikan di IPB. 7. Bapak Argani dan teknisi Kebun Percobaan Cikarawang yang telah membantu

penulis dalam melaksanakan kegiatan penelitian. 8. Lisa, Uus, Siti Rohmah, Nawang, Amel, Iqbal, Widya, Yogi, Kiki, Miftachur,

Uli, Laras, Zafi, Arif, Fittia, Kak Rony, Kak Dita, Kak Radhiya, Kak Yogo, Kak Tustiah atas bantuan dan dukungannya selama kegiatan penelitian.

9. Teman-teman Dandelion AGH 48 yang telah memberikan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan pertanian

Indonesia di masa depan.

Bogor, Juli 2015

Rizki Amalia

Page 11: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODE PENELITIAN 5

Tempat dan Waktu Penelitian 5

Bahan dan Alat 5

Rancangan Percobaan 5

Pelaksanaan Penelitian 6

Pengamatan 6

Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Kondisi Umum Percobaan 10

Keragaan Karakter Kuantitatif Genotipe Jagung 11

Pendugaan Komponen Ragam dan Nilai Heritabilitas Arti Luas 13

Analisis Koefisien Korelasi Linier Antarkarakter 14

Seleksi Indeks pada Genotipe Jagung 17

Karakter Genotipe Uji Hasil Seleksi 18

Kemajuan Seleksi 19

Keragaan Karakter Kualitatif Genotipe Uji Hasil Seleksi 20

Analisis Gerombol 20

KESIMPULAN DAN SARAN 22

Kesimpulan 22

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 26

RIWAYAT HIDUP 31

Page 12: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

DAFTAR TABEL

1 Kategori dan skor ketahanan genotipe jagung terhadap penyakit bulai berdasarkan persentase serangan 8

2 Rekapitulasi sidik ragam keragaan agronomi genotipe jagung 12

3 Nilai duga komponen ragam dan heritabilitas arti luas karakter agronomi pada genotipe uji 14

4 Koefisien korelasi linier antarkarakter pada genotipe jagung 16

5 Nilai tengah tiap karakter dan seleksi indeks pada genotipe uji 17

6 Nilai tengah untuk karakter umur anthesis, umur silking, diameter batang, tinggi tongkol, rendemen hasil, dan hasil pipilan plot-1 18

7 Nilai diferensial seleksi dan kemajuan seleksi berdasarkan karakter kriteria seleksi 19

8 Rekapitulasi hasil pengamatan kualitatif genotipe jagung hasil seleksi 20

DAFTAR GAMBAR

1 Skor warna biji pada genotipe jagung 8

2 Fase pertumbuhan jagung (A) fase pertumbuhan awal, saat tanaman berumur 1 MST (B) fase vegetatif (C) fase berbunga (D) fase masak fisiologis 11

3 Dendogram 236 genotipe uji dan 7 genotipe pembanding hasil analisis gerombol berdasarkan karakter kuantitatif dan kualitatif 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data iklim bulan November 2014 hingga Februari 2015 26

2 Hasil analisis kimia dan tekstur tanah 26

3 Genotipe jagung yang digunakan dalam penelitian 27

4 Keragaan tongkol genotipe pembanding 30

Page 13: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu serealia yang memiliki nilai ekonomis dan peranan yang stategis. Jagung mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai tanaman karbohidrat dan protein setelah beras. Hampir semua bagian tanaman jagung seperti batang, daun, biji, dan tongkol dapat dimanfaatkan untuk pangan dan pakan (Purwanto 2007).

Menurut data Badan Pusat Statistik (2013) produksi jagung nasional tahun 2013 diperkirakan sebesar 18.84 juta ton pipilan kering atau mengalami penurunan sebanyak 548.49 ribu ton dibandingkan tahun 2012. Data BPS (2013) juga menyebutkan bahwa penurunan produksi ini terjadi di Jawa sebesar 534.05 ribu ton dan di luar Jawa sebesar 14.45 ribu ton. Penurunan produksi jagung diperkirakan terjadi karena adanya penurunan luas panen seluas 66.62 ribu ha dan produktivitas sebesar 0.57 kuintal ha-1. Penurunan luas panen ini terjadi karena besarnya alih fungsi lahan ke penggunaan selain sektor pertanian. Alih fungsi lahan banyak terjadi di Pulau Jawa dengan pertumbuhan penduduk yang besar. Peningkatan produksi jagung dapat dilakukan dengan perluasan wilayah tanam di luar Pulau Jawa sedangkan wilayah tersebut sebagian besar merupakan lahan marginal yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman.

Lahan marginal dapat diartikan sebagai lahan yang memiliki mutu rendah karena memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan untuk keperluan tertentu (Yuwono 2009). Salah satu jenis lahan marginal yang terdapat di Indonesia adalah lahan masam. Sekitar 30% dari total luas lahan di dunia terdiri dari tanah masam dan sebanyak 50% dari luas tanah masam tersebut berpotensi sebagai lahan garapan untuk produksi pertanian. Budidaya tanaman pokok dan tanaman biji-bijian yang diusahakan di tanah masam dapat menurunkan produktivitasnya. Selain itu, 60% dari wilayah subtropik dan tropik di dunia merupakan tanah masam sehingga membatasi hasil panen dan produksi pertanian di banyak negara (Kochian et al. 2004). Sebagian besar lahan daratan di Indonesia termasuk lahan masam. Luas total lahan kering masam di Indonesia sebesar 102.8 juta ha. Ciri utama lahan masam adalah tingkat produktivitas lahannya rendah untuk jenis tanaman pangan seperti jagung (Mulyani et al. 2004). Usaha untuk mengatasi kondisi tanah masam adalah dengan pengapuran dan aplikasi pupuk P. Namun usaha ini memerlukan biaya yang tinggi, hanya untuk waktu yang singkat, dan tidak berkelanjutan (Sitanggang 2013).

Menurut Acquaah (2007) produktivitas tanaman dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu merubah lingkungan untuk mengeliminasi atau meminimalkan cekaman yang mengganggu produktivitas tanaman, atau memperbaiki genotipe tanaman agar tahan terhadap lingkungan tumbuh yang ada. Pemulia mulai mengembangkan varietas yang dapat beradaptasi pada kondisi cekaman lingkungan. Menurut Sungkono et al. (2009) pengembangan varietas toleran tanah masam adalah salah satu alternatif untuk meningkatkan efisiensi budidaya di tanah masam.

Seleksi merupakan salah satu tahap dalam kegiatan perakitan varietas. Seleksi pada suatu populasi tanaman diharapkan akan memberikan hasil lebih

Page 14: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

2

baik dari tanaman terpilih dan terlihat adanya kemajuan seleksi (Syukur et al. 2012). Kriteria seleksi didasarkan pada keadaan genotipe yang memiliki nilai heritabilitas tinggi pada beberapa karakter di dalam kondisi cekaman abiotik lahan masam. Seleksi pada jagung yang dilakukan pada lahan masam dimaksudkan untuk mengidentifikasi genotipe jagung yang potensial untuk dikembangkan menjadi salah satu tetua dalam pengembangan varietas jagung toleran lahan masam.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keragaan agronomi dan daya hasil dari sejumlah genotipe jagung generasi S3; menduga parameter genetik, nilai heritabilitas arti luas, dan kemajuan seleksi; serta mengidentifikasi genotipe-genotipe potensial untuk dikembangkan menjadi calon tetua dalam rangka perakitan varietas jagung toleran lahan masam.

Hipotesis

1. Terdapat keragaman keragaan agronomi dan daya hasil jagung pada tanah masam.

2. Terdapat karakter yang memiliki nilai duga heritabilitas arti luas yang tinggi. 3. Terdapat karakter yang memiliki nilai duga kemajuan seleksi yang tinggi. 4. Terdapat genotipe yang cukup adaptif pada kondisi lahan masam.

.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani, Syarat Tumbuh, dan Manfaat

Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko dan

Amerika Tengah. Sejak 7000 tahun yang lalu, jagung mulai dibudidayakan oleh bangsa India. Jagung mulai berkembang di Asia Tenggara pada pertengahan tahun 1500an dan pada awal tahun 1600an. Sejak saat itu, jagung mulai berkembang menjadi tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia, Filipina, dan Thailand (Iriany et al. 2007).

Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman diploid (2n=20) dan tanaman monokotil dari famili Poaceae atau Gramineae (Acquaah 2005). Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0o-50o LU hingga 0o-40o LS dan dapat tumbuh pada daerah beriklim subtropis atau tropis basah. Saat fase pembungaan dan pengisian biji, tanaman jagung memerlukan air yang cukup. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34o C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-37o C. Proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30o C (Kemenristek 2010). Jenis tanah yang dapat ditanami jagung, antara lain andosol, latosol, grumosol, dan tanah berpasir dengan pH optimum antara 5.5 hingga 8.0 (Purwono dan Purnamawati 2007; Martin et al. 1976).

Page 15: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

3

Jagung merupakan tanaman semusim yang memiliki batang yang kuat. Bunga jantan dan bunga betina berada dalam satu tanaman sehingga disebut tanaman berumah satu (monoecious). Tinggi batang tanaman jagung dapat mencapai 1.7-3 m dengan node dan ruas batang yang jelas. Daun nomor 8- 21 berada pada kedua sisi batang di node secara bergantian. Jagung dapat dimanfaatkan sebagai pangan maupun pakan. Umumnya di negara tropis, jagung dijadikan sebagai makanan pokok. Seluruh bagian tanaman ini banyak dimanfaatkan untuk industri pakan (Prosea 1999).

Tanah Masam

Menurut Notohadiprawiro (2006) tanah-tanah masam di Indonesia terdiri atas podsolik, latosol, podsol, organosol dan aluvial hidromorf. Tanah podsolik dan podsol bersifat masam karena berasal dari bahan induk masam dan telah mengalami pelapukan intensif dan pelindian kuat. Tanah latosol bersifat masam karena mengalami pelapukan yang intensif dan pelindian kuat. Kemasaman tanah organosol ditimbulkan oleh perombakan bahan organik. Tanah aluvial hidromorf menjadi sangat masam (pH <3.5) karena senyawa pirit yang dikandungnya teroksidasi menjadi asam sulfat.

Tanah masam umumnya dicirikan oleh sifat reaksi tanah masam (pH rendah) yang berkaitan dengan kadar Al tinggi, fiksasi P tinggi, kapasitas tukar kation (KTK) yang rendah serta kandungan basa-basa dapat ditukar rendah. Selain itu, reaksi tanah masam juga dapat menyebabkan kandungan Fe dan Mn yang mendekati batas meracuni, peka erosi, dan miskin elemen biotik. Kendala tersebut memang relatif lebih mudah diatasi dengan teknologi pemupukan, pengapuran, serta pengelolaan bahan organik (Balitan 2006; Mulyani et al. 2004).

Tanah masam merupakan salah satu faktor pembatas dalam produksi pertanian di dunia. Kendala utama budidaya di tanah masam adalah defisiensi asam fosfor (P) dan toksisitas alumunium (Al) yang dapat menurunkan produktivitas tanaman. Pengembangan varietas toleran terhadap kondisi tanah masam penting untuk dikembangkan agar dapat mengatasi permasalahan tersebut (Puspitasari et al. 2012).

Pemuliaan Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (monoceous) dan tergolong ke dalam tanaman menyerbuk silang. Penyerbukannya terjadi secara acak terutama dikarenakan perbedaan letak bunga jantan dan bunga betina serta perbedaan waktu masak kedua bunga tersebut. Jagung termasuk dalam tanaman protandri. Persentase penyerbukan silang pada jagung mencapai 95% (Acquaah 2007).

Menurut Syukur et al. (2012) prosedur pemuliaan tanaman menyerbuk silang berbeda dengan tanaman menyerbuk sendiri. Tanaman menyerbuk sendiri umumnya bertujuan untuk memperoleh individu tanaman homozigot sedangkan tanaman menyerbuk sendiri bertujuan untuk memperoleh populasi yang terdiri dari tanaman heterozigot. Mejaya et al. (2007) menyatakan bahwa kegiatan

Page 16: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

4

pemuliaan tanaman jagung antara lain bertujuan untuk memperoleh varietas unggul berumur genjah (90 hari), tahan terhadap cekaman biotik (hama dan penyakit), tahan terhadap cekaman abiotik (kekeringan, lahan masam, N rendah), dan hasil stabil. Strategi pemuliaan tanaman jagung untuk mendapatkan varietas unggul baru adalah dengan persilangan dan seleksi berulang, introduksi dari luar negeri dan perbaikan populasi, serta seleksi untuk stabilitas hasil di sejumlah sentra produksi jagung (Syukur et al. 2012).

Nilai Heritabilitas dan Kemajuan Seleksi

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh potensi genetik dan lingkungan tempat tumbuh tanaman. Cekaman lingkungan akan berdampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Acquaah 2007). Heritabilitas adalah perbandingan antara besaran ragam genotipe dengan besaran total ragam fenotipe dari suatu karakter. Heritabilitas dibedakan menjadi dua yaitu heritabilitas dalam arti luas (broad sense heritability) dan heritabilitas dalam arti sempit (narrow sense heritability). Heritabilitas dalam arti luas merupakan perbandingan antara ragam genetik total dan ragam fenotipik, sedangkan heritabilitas arti sempit merupakan perbandingan antara ragam aditif dan ragam fenotipik (Syukur et al. 2012). Heritabilitas merupakan gambaran besarnya kontribusi genetik pada suatu karakter. Nilai duga heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dibandingkan faktor lingkungan, sedangkan nilai duga heritabilitas yang rendah menunjukkan faktor lingkungan berpengaruh lebih besar dibandingkan faktor genetik (Saleh 2011). Seleksi lebih efektif dilakukan ketika variasi genetik lebih besar daripada variasi lingkungan (Poehlman 1983). Kriteria nilai heritabilitas menurut Stansfield (1969) yaitu tinggi jika h2> 0.5, sedang jika 0.2 ≤ h2

≤ 0.5, dan rendah jika h2< 0.2. Menurut Syukur et al. (2012) seleksi merupakan proses individu atau

kelompok tanaman dipisahkan dari populasi campuran. Seleksi mensyaratkan adanya keragaman genetik antar individu dalam populasi. Keragaman genetik dapat dibentuk melalui rekombinasi sejumlah genotipe sehingga menghasilkan suatu populasi dasar. Perbaikan karakter dapat dilakukan melalui seleksi berulang dari populasi dasar tersebut. Kemajuan seleksi adalah selisih antara nilai tengah turunan hasil seleksi dengan nilai tengah populasi yang diseleksi. Perkiraan kemajuan seleksi tergantung dari nilai heritabilitas dan diferensial seleksi. Jika suatu karakter memiliki nilai heritabilitas yang tinggi maka kemajuan seleksi yang diperoleh cenderung akan semakin baik. Peningkatan intensitas seleksi berpeluang untuk meningkatkan kemajuan seleksi jika nilai heritabilitasnya tinggi, namun sebaliknya, dapat mengakibatkan individu potensial tereliminasi jika nilai heritabilitasnya rendah.

Page 17: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

5

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikarawang, University Farm IPB Darmaga, Bogor. Proses pascapanen dilaksanakan di greenhouse Kebun Percobaan Cikabayan dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan November 2014 hingga Maret 2015.

Bahan dan Alat

Materi genetik yang digunakan dalam penelitian ini adalah 265 nomor galur jagung generasi S3 (selfing generasi ke-3) koleksi Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal), Maros, Sulawesi Selatan dan tujuh genotipe pembanding yaitu Sukmaraga, Lamuru, Bima-19, Bima-20, Nei-9008, MR-4, dan MR-14. Genotipe pembanding Sukmaraga dan Lamuru adalah varietas bersari bebas; Bima-19 dan Bima-20 adalah varietas hibrida silang tiga jalur (three-way cross hybrids); sedangkan Nei-9008, MR-4, dan MR-14 adalah galur murni koleksi Balitsereal. Varietas Sukmaraga merupakan varietas toleran lahan masam. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk NPK 15-15-15 dosis 250 kg ha-1, Urea dosis 150 kg ha-1. Pestisida yang digunakan berbahan aktif karbofuran dosis 17 kg ha-1.

Alat yang digunakan adalah alat-alat pertanian konvensional, ajir, label, timbangan digital, jangka sorong, meteran, penggaris, grain moisture tester, kamera digital, dan alat tulis.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan rancangan augmented yang disusun dalam rancangan kelompok teracak dengan 265 genotipe uji yang tidak diulang, dan tujuh genotipe pembanding yang diulang lima kali, sehingga terdapat 300 satuan percobaan (plot). Setiap satuan percobaan terdiri dari satu baris dengan panjang baris 3.8 m. Areal percobaan dibuat dalam lima blok, di dalam blok dibuat plot-plot. Seluruh genotipe pembanding ditempatkan secara acak di setiap blok, sehingga setiap blok memiliki jumlah genotipe pembanding yang sama. Model linear aditif rancangan ini adalah:

Y ij = (µ + ρi +τj+εij)nij

Y ij,µ, ρi, τj, εij dan nij berturut-turut adalah nilai pengamatan pada perlakuan kelompok ke-i dan genotipe ke-j, nilai rata-rata umum, pengaruh utama perlakuan kelompok ke-i, pengaruh genotipe ke-j, pengaruh galat percobaan yang menyebar normal, nilai satu bila perlakuan ke-j terletak pada kelompok ke-i dan nol bila perlakuan ke-j tidak terletak pada kelompok ke-i (Federer 1994).

Page 18: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

6

Pelaksanaaan Penelitian Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan dengan pengolahan tanah satu minggu sebelum tanam. Tanah dibersihkan dari gulma dan digemburkan dengan menggunakan traktor. Tanah tidak diberi kapur dan bahan organik dengan tujuan mempertahankan pH tanah tetap masam. Sebelum penanaman, terlebih dahulu diambil contoh tanah untuk dilakukan analisis tanah. Penanaman

Penanaman dilakukan satu minggu setelah pengolahan lahan. Setiap genotipe ditanam dalam satu plot baris dengan panjang baris 3.8 meter. Tiap genotipe jagung ditanam satu benih setiap lubang. Penanaman jagung dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm. Saat penanaman ditambahkan insektisida granul berbahan aktif karbofuran dosis 17 kg ha-1 pada lubang tanam.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi kegiatan penyulaman, pemupukan, pembumbunan, pengendalian gulma, hama, dan penyakit tanaman. Penyulaman dilakukan pada benih dari tiap genotipe jagung yang tidak tumbuh saat tanaman di lapang berumur 1 MST. Pemupukan dilakukan saat tanaman berumur 1 MST dan 3 MST masing-masing setengah dosis. Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK 15-15-15 dosis 250 kg ha-1, pupuk Urea dosis 150 kg ha-1. Pemupukan dilakukan dengan cara ditabur pada alur yang berjarak 7-8 cm dari lubang tanam dengan kedalaman 8-10 cm. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 3 MST- 4 MST. Pembumbunan dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat batang sehingga tanaman tidak mudah rebah. Pengendalian gulma juga dilaksanakan bersamaan dengan pembumbunan. Pengendalian hama dilakukan dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran saat tanam. Pengendalian penyakit dilakukan saat tanaman berumur 5 MST dengan mencabut tanaman (eradikasi) yang terserang penyakit bulai. Pemanenan dan Pascapanen

Pemanenan dilakukan saat tongkol atau kelobot mulai mengering dan biji sudah mencapai masak fisiologis sekitar umur 110 HST. Pascapanen dilakukan dengan menjemur tongkol jagung di dalam greenhouse selama satu minggu.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap peubah kauntitatif dan kualitatif. Pengamatan peubah kuantitatif dilakukan terhadap lima tanaman contoh tiap genotipe yang ditetapkan secara acak kecuali pada pengamatan peubah daya tumbuh, umur anthesis, umur silking, bobot tongkol plot-1 dan hasil pipilan plot-1. Peubah kuantitatif yang diamati meliputi: 1. Daya tumbuh (%), dihitung saat tanaman berumur 1 MST dengan cara

menghitung benih yang tumbuh setiap plot genotipe.

Page 19: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

7

2. Umur anthesis (hari), dicatat saat 50% populasi dalam plot sudah mengalami anthesis (keluarnya serbuk sari).

3. Umur silking (hari), dicatat saat 50% populasi dalam plot sudah muncul rambut tongkol.

4. Tinggi tanaman (cm), diukur dari atas permukaan tanah sampai dasar malai saat menjelang panen.

5. Tinggi tongkol (cm), diukur dari atas permukaan tanah sampai pangkal tongkol utama (tongkol yang paling atas).

6. Diameter batang (cm), diukur pada batang dengan jarak sekitar 10 cm di atas permukaan tanah. Pengukuran dilakukan saat menjelang panen.

7. Panjang tongkol (cm), diukur dari pangkal tongkol sampai dengan ujung tongkol pada tongkol utama dari tanaman contoh.

8. Diameter tongkol (cm), diukur pada bagian tengah tongkol pada tongkol utama dari tanaman contoh dengan menggunakan jangka sorong.

9. Jumlah baris biji, dihitung jumlah baris biji jagung secara melingkar pada tongkol utama dari tanaman contoh.

10. Jumlah tongkol tanaman-1, dihitung jumlah tongkol dalam satu plot yang memiliki biji minimal satu kemudian dibagi dengan jumlah tanaman dalam satu plot.

11. Bobot tongkol (g), diukur dengan menimbang bobot kering tongkol utama dari tanaman contoh.

12. Bobot biji tongkol-1 (g), diukur dengan menimbang biji kering yang telah dipipil pada tongkol utama dari tanaman contoh.

13. Bobot 100 biji (g), diukur dengan menghitung 100 biji kemudian ditimbang. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.

14. Bobot tongkol plot-1 (g), diukur dengan menimbang seluruh tongkol tiap plot. 15. Rendemen hasil (%), dihitung dengan membandingkan bobot biji tongkol-1

terhadap bobot tongkol. 16. Hasil pipilan plot-1 (g), dihitung dengan mengalikan bobot tongkol plot-1 dan

rendemen hasil. 17. Kadar air (%), diukur dengan menggunakan grain moisture tester pada

jagung genotipe pembanding yang telah dipipil. Adapun peubah kualitatif yang diamati meliputi:

1. Skor ketahanan terhadap serangan bulai (%), dilakukan pengamatan saat tanaman berumur 5 MST dengan melihat gejala penyakit bulai yang menyerang tanaman. Perhitungan persentase serangan bulai dan kategori skor ketahanan menurut Muis et al. (2013):

I = (A : B) x 100% Keterangan: I = Persentase serangan penyakit bulai A= Jumlah tanaman terserang penyakit bulai B= Populasi tanaman tumbuh setiap baris Kategori dan skor ketahanan genotipe jagung terhadap penyakit bulai berdasarkan Tabel 1 berikut.

Page 20: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

8

Tabel 1 Kategori dan skor ketahanan genotipe jagung terhadap penyakit bulai berdasarkan persentase serangan

Persentase serangan(%) Kategori ketahanan Skor

0.0 – 10 Sangat tahan 1 >10 – 20 Tahan 2 >20 – 40 Agak tahan 3 >40 – 60 Peka 4 >60 – 100 Sangat peka 5

2. Skoring keragaan agronomi, diamati dengan memberikan skor 1 (sangat baik)

hingga skor 5 (sangat buruk) berdasarkan CIMMYT (1994). 3. Skoring warna biji, diamati berdasarkan kriteria: 1) putih, 2) kuning, 3)

kuning tua, 4) oranye 5) oranye tua.

Gambar 1 Skor warna biji pada genotipe jagung

Analisis Data

Data yang telah didapatkan, terlebih dahulu diuji asumsi galatnya sebelum dianalisis. Adapun analisis data meliputi:

Analisis Ragam

Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara genotipe yang diuji, menggunakan metode REML (Restricted Maximum Likelihood) (Wolfinger et al. 1997) dengan genotipe sebagai faktor tetap. Tahap berikutnya adalah perhitungan nilai rata-rata tersesuaikan (adjusted means) untuk tiap genotipe. Analisis data dilakukan menggunakan perangkat lunak SAS 9.1 dan Microsoft Excel 2007. Pendugaan Komponen Ragam dan Nilai Heritabilitas Arti Luas

Nilai heritabilitas tanaman yang dihitung merupakan heritabilitas dalam arti luas yaitu perbandingan antara ragam genotipe dan fenotipe (Syukur et al. 2012)

h2 = �

��

���

1 2 5 4 3

Page 21: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

9

Keterangan: h2 = heritabilitas arti luas σ

2G = ragam genotipe

σ2P = ragam fenotipik

Nilai duga ragam genotipe, ragam fenotipik, dan ragam lingkungan diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan metode REML (Restricted Maximum Likelihood) dengan semua faktor dianggap faktor acak, menggunakan perangkat lunak SAS. 9.1

Seleksi Indeks

Seleksi indeks dilakukan pada beberapa karakter. Indeks seleksi ditentukan berdasarkan rumus (Singh dan Chaudry 1976):

Z= b1x1 + b2x2+.....+bnxn

Z adalah nilai indeks seleksi; bn adalah bobot dari peubah ke-n; xn adalah nilai tengah dari tiap genotipe yang telah distandarisasi untuk peubah ke-n.

Kemajuan Seleksi

Kemajuan seleksi dapat dirumuskan secara kuantitatif berdasarkan persamaan (Falconer 1983) sebagai berikut:

KS = S. h2

Keterangan: KS = Kemajuan seleksi S = Diferensial seleksi h2 = Nilai heritabilitas arti luas. Diferensial seleksi merupakan selisih nilai tengah populasi terseleksi dengan nilai tengah populasi awal. Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk melihat hubungan antarkarakter yang diamati dalam percobaan. Analisis korelasi Pearson berdasarkan rumus sebagai berikut (Walpole 1982):

Keterangan: n : banyaknya data xi : nilai tengah peubah 1 yi : nilai tengah peubah 2 Analisis Gerombol

Analisis gerombol dilakukan dengan perhitungan koefisien ketidakmiripan menggunakan metode Gower dan pengelompokkan (clustering) dengan metode Ward menggunakan perangkat lunak R i386 2.15.2.

Page 22: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Percobaan

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikarawang, University Farm IPB pada luasan 1 056 m2 yang berada pada ketinggian ± 201 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan hasil analisis, tanah di lahan percobaan memiliki tekstur lempung berdebu dengan pH 5.2 yang tergolong masam (Balitan 2015). Saat awal pelaksanaan percobaan, dilakukan penanaman 265 genotipe uji dan 7 genotipe pembanding pada 300 plot. Hingga saat panen, genotipe yang memiliki jumlah tanaman dan jumlah tongkol dalam plot minimal lima adalah sebanyak 236 genotipe uji dan tujuh genotipe pembanding. Analisis statistik dilakukan menggunakan data dari 236 genotipe uji dan tujuh genotipe pembanding tersebut.

Menurut data (BMKG 2015) curah hujan selama periode percobaan (November 2014 hingga Februari 2015) adalah 371.2 mm. Suhu rata-rata bulan-1 adalah 25.7 oC dengan kelembaban rata-rata bulan-1 sebesar 71%. Menurut Koswara (1986) curah hujan rata-rata yang dibutuhkan oleh pertanaman jagung sebesar 100-125 mm bulan-1. Curah hujan yang cukup tinggi dapat menyebabkan munculnya serangan penyakit yang disebabkan oleh cendawan dan terjadinya kerebahan pada tanaman jagung. Suhu optimal yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman jagung antara 21-34oC (Purwono dan Purnamawati 2007). Menurut Martin et al. (1976) jagung dapat tumbuh dengan optimal pada tanah dengan pH antara 5.5 hingga 8.0. Berdasarkan hasil analisis tanah (Balitan 2015), kandungan karbon dan nitrogen dalam tanah tergolong rendah dengan nilai C/N sebesar 8 dan nilai kapasitas tukar kation juga rendah sebesar 8.07 cmolc kg-1.

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dimulai dari fase pertumbuhan awal, fase vegetatif, fase berbunga, dan fase masak fisiologis yang ditunjukkan oleh Gambar 1. Fase pertumbuhan awal ditandai dengan benih yang telah ditanam mulai tumbuh. Fase vegetatif ditandai dengan munculnya daun yang telah membuka sempurna sampai sebelum keluarnya bunga jantan dan bunga betina. Fase berbunga ditandai oleh munculnya bunga jantan (tassel) dan bunga betina (rambut tongkol). Fase masak fisiologis ditandai dengan daun dan kelobot mulai mengering serta munculnya blacklayer pada biji jagung.

A B

Page 23: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

11

Gambar 2 Fase pertumbuhan tanaman jagung (A) fase pertumbuhan awal, saat

tanaman berumur 1 MST (B) fase vegetatif (C) fase berbunga (D) fase masak fisiologis

Saat tanaman berumur 5 MST, terjadi serangan penyakit bulai pada

beberapa tanaman jagung. Penyakit bulai disebabkan oleh cendawan Peronoscleospora maydis. Pengendalian penyakit bulai dilakukan dengan mencabut (eradikasi) tanaman yang terserang penyakit tersebut. Beberapa hama yang ditemukan selama penelitian adalah belalang (Valanga nigriconis), kutu daun (Rophalosiphum maydis), dan rayap (Coptotermes curvignathus). Gulma yang ditemukan di lokasi penelitian adalah Mimosa pudica, Boreria allata, Phyllantus niruri, dan Euphorbia hirta.

Keragaan Karakter Kuantitatif Genotipe Jagung

Karakter kuantitatif yang diamati terdiri dari karakter vegetatif dan karakter generatif. Karakter generatif yang diamati meliputi peubah daya tumbuh,tinggi tanaman, dan diameter batang. Karakter generatif yang diamati meliputi umur anthesis, umur silking, tinggi tongkol, diameter tongkol, panjang tongkol, bobot tongkol, bobot biji tongkol-1, bobot tongkol plot-1, rendemen hasil, jumlah tongkol tanaman-1, dan hasil pipilan plot-1. Rekapitulasi sidik ragam keragaan agronomi pada peubah genotipe jagung dapat dilihat pada Tabel 2.

C D

Page 24: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

12

Tabel 2 Rekapitulasi sidik ragam keragaan agronomi genotipe jagung

Keterangan: KT: Kuadrat tengah; KK: Koefisien keragaman; * berpengaruh nyata pada taraf 5%;** berpengaruh nyata pada taraf 1%; tn tidak berpengaruh nyata;++ data ditransformasi ke (x+0.5)1/2; ++data ditransformasi ke log (x+1)

Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh kelompok tidak nyata pada

semua peubah pengamatan (Tabel 2). Adanya respon yang sama pada kelompok yangberbeda menunjukkan bahwa lingkungan pada lokasi penelitian bersifat homogen. Berdasarkan faktor genotipe, dapat dilihat bahwa genotipe memberikan pengaruh yang nyata pada hampir semua peubah karakter vegetatif dan generatif kecuali pada peubah bobot 100 biji (Tabel 2). Pengaruh yang nyata pada genotipe

Peubah KT

Kelompok KT

Genotipe KT

C vs L

KT Genotipe

pembanding (C)

KT Genotipe uji (L)

KK (%)

Daya tumbuh (%)

93.92 tn 349.88 ** 55.72 tn 3045.26 tn 282.31 * 22.11

Umur silking (hari)

4.21 tn 12.53 ** 1054.76 ** 43.71 ** 7.30 * 4.36

Umur anthesis (hari)

2.10 tn 11.40 ** 1078.65 ** 48.91 ** 5.90 * 3.87

Tinggi tanaman (cm)

191.70 tn 679.65** 59 278.96 ** 5103.98 ** 317.33 ** 17.11

Tinggi tongkol (cm)

123.76 tn 205.27 ** 11 882.19 ** 1341.38 ** 126.58 tn 23.92

Diameter batang (cm)

0.02 tn 0.05 * 0.39 ** 0.23 ** 0.43 tn 14.25

Panjang tongkol (cm)

0.95 tn 5.40 ** 303.95 ** 38.32 ** 3.28 ** 13.38

Diameter tongkol (cm)

0.03 tn 0.29 ** 23.79 ** 2.92 ** 0.13 ** 10.44

Jumlah baris biji

0.19 tn 1.33 ** 26.94 ** 9.83 ** 1.01 ** 7.69

Bobot tongkol (g)++

0.002 tn 0.05** 2.79 ** 0.30 ** 0.03** 7.45

Bobot 100 biji (g)

0.92 tn 17.89 tn 520.77 ** 16.30 tn 15.79 tn 22.72

Bobot biji tongkol-1 (g)++

0.01 tn 0.08 ** 4.22 ** 0.35 ** 0.05 ** 10.57

Bobot tongkol plot-1 (g)+

1.83 tn 69.24 ** 7390.25 ** 773.71 ** 20.10 ** 15.40

Rendemen hasil(%)

97.23 tn 174.06 ** 3704.24 ** 176.94 * 158.97 ** 17.57

Hasil pipilan plot-1 (g)+

2.22 tn 64.06 ** 6847.94 ** 656.71** 20.06 ** 20.81

Jumlah tongkol tanaman-1

0.04 tn 0.12 ** 0.14 tn 0.01 tn 0.13 ** 29.71

Page 25: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

13

uji terdapat pada peubah daya tumbuh, umur anthesis, umur silking, tinggi tanaman, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris biji, bobot tongkol, bobot biji tongkol-1, bobot tongkol plot-1, rendemen hasil, hasil pipilan plot-1, dan jumlah tongkol tanaman-1. Apabila dilakukan perbandingan antara genotipe pembanding dengan genotipe uji, terdapat pengaruh nyata pada sebagian besar peubah yang diamati kecuali pada pada peubah daya tumbuh dan jumlah tongkol tanaman-1. Kadar air genotipe pembanding tidak berbeda nyata antar blok (data tidak ditampilkan), sehingga tidak dilakukan penyesuaian nilai bobot biji plot-1 untuk tiap genotipe uji. Menurut Gomez dan Gomez (1995), nilai koefisien keragaman (KK) menunjukkan besarnya pengaruh lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan dalam percobaan, yang berimplikasi pada tingkat keterandalan percobaan. Nilai koefisien keragaman dari peubah yang diamati berkisar antara 3.87% - 29.71%. Nilai koefisien keragaman (KK) tertinggi terdapat pada peubah jumlah tongkol tanaman-1 (29.71%). Nilai koefisien keragaman (KK) terendah terdapat pada peubah umur anthesis (3.87%).

Pendugaan Komponen Ragam dan Nilai Heritabilitas Arti Luas

Heritabilitas arti luas (h2bs) merupakan rasio antara ragam genetik total dengan ragam fenotipik (Allard 1960). Heritabilitas merupakan bagian pengaruh genetik dari keragaan fenotipe yang dapat diwariskan dari tetua kepada turunannya (Kusdiarti 1986). Kriteria nilai heritabilitas menurut Stansfield (1969) yaitu tinggi jika h2> 0.5, sedang jika 0.2 ≤ h2

≤ 0.5, dan rendah jika h2< 0.2. Hasil analisis komponen ragam dan nilai heritabilitas arti luas dapat dilihat pada Tabel 3. Karakter yang memiliki nilai heritabilitas arti luas yang tinggi adalah daya tumbuh, umur anthesis, tinggi tanaman, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris biji, bobot tongkol, bobot biji tongkol-1, bobot tongkol plot-1, rendemen hasil, dan hasil pipilan plot-1. Karakter yang memiliki nilai heritabilitas arti luas yang sedang adalah umur silking, tinggi tongkol, diameter batang, dan bobot 100 biji. Karakter yang memiliki nilai heritabilitas arti luas yang rendah adalah jumlah tongkol tanaman-1. Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik lebih dominan mengendalikan karakter tersebut dibandingkan dengan faktor lingkungan.

Menurut Syukur et al. (2011) heritabilitas merupakan parameter genetik untuk memilih sistem seleksi yang efektif. Seleksi berdasarkan karakter yang memiliki nilai heritabilitas arti luas yang tinggi akan lebih efektif. Karakter daya tumbuh, umur anthesis, tinggi tanaman, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris biji, bobot tongkol, bobot biji tongkol-1, bobot tongkol plot-1, rendemen hasil, dan hasil pipilan plot-1 dapat dijadikan sebagai karakter kriteria seleksi.

Page 26: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

14

Tabel 3 Nilai duga komponen ragam dan nilai heritabilitas arti luas karakter agronomi pada genotipe uji

Keterangan: σ2p: ragam fenotipik; σ2e: ragam lingkungan; σ2g: ragam genetik; h2

bs: nilai heritabilitas arti luas

Analisis Koefisien Korelasi Linier Antarkarakter

Analisis korelasi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua

peubah melalui koefisien korelasi (Walpole 1982). Koefisien korelasi mempunyai arti penting dalam kegiatan seleksi. Koefisien korelasi antarkarakter dapat digunakan untuk mengestimasi arah respon dari karakter pasangannya, ketika arah respon dari suatu karakter diketahui. Nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 hingga 1. Semakin besar nilai koefisien korelasi antarkarakter, maka hubungan antarkarakter tersebut semakin erat. Seleksi genotipe jagung pada kondisi lahan masam ditujukan untuk pembentukan varietas jagung dengan daya hasil yang tinggi. Bobot biji tongkol-1 merupakan karakter komponen hasil yang turut menyusun daya hasil jagung. Karakter bobot biji tongkol-1 berkorelasi nyata dan positif terhadap karakter tinggi tanaman, panjang tongkol, jumlah baris biji, diameter tongkol, tinggi tongkol, bobot 100 biji, rendemen hasil, dan hasil pipilan plot-1. Nilai koefisien korelasi yang nyata dan positif mengindikasikan bahwa seleksi berdasarkan karakter bobot biji tongkol-1 dapat meningkatkan karakter-karakter yang berkorelasi tersebut.

Hasil analisis korelasi dapat dilihat pada Tabel 4. Komponen hasil merupakan karakter penting dalam pemuliaan jagung. Komponen hasil yang turut menyusun hasil panen adalah diameter tongkol, panjang tongkol, jumlah baris biji, dan jumlah tongkol tanaman-1. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hasil korelasi positif yang sangat nyata antara panjang tongkol, jumlah baris biji dan

Karakter σ2p σ

2e σ2g h2

bs Kriteria Daya tumbuh 287.16 115.73 171.43 0.59 Tinggi Umur anthesis 5.90 2.78 3.12 0.53 Tinggi Umur silking 7.26 3.92 3.34 0.46 Sedang Tinggi tanaman 556.16 224.40 311.76 0.56 Tinggi Tinggi tongkol 126.32 92.46 33.86 0.27 Sedang Diameter batang 0.04 0.02 0.02 0.50 Sedang Panjang tongkol 3.29 1.24 2.05 0.62 Tinggi Diameter tongkol 0.13 0.05 0.08 0.61 Tinggi Jumlah baris biji 1.02 0.35 0.67 0.65 Tinggi Bobot tongkol 0.03 0.01 0.02 0.78 Tinggi Bobot 100 biji 15.47 10.23 5.24 0.21 Sedang Bobot biji tongkol-1 0.05 0.01 0.04 0.81 Tinggi Bobot tongkol plot-1 20.29 3.96 16.33 0.80 Tinggi Rendemen hasil 157.49 66.15 91.35 0.58 Tinggi Hasil pipilan plot-1 20.33 4.77 15.56 0.77 Tinggi Jumlah tongkol tanaman-1 0.12 0.12 0.00 0.00 Rendah

Page 27: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

15

diameter tongkol terhadap bobot biji tongkol-1 yang berturut-turut nilai koefisien korelasinya adalah 0.41, 0.41, dan 0.77. Karakter jumlah tongkol tanaman-1

memiliki korelasi yang tidak nyata terhadap bobot biji tongkol-1, namun memiliki korelasi yang positif dan sangat nyata terhadap hasil pipilan plot-1. Korelasi positif sangat nyata juga terdapat antara karakter tinggi tanaman dan tinggi tongkol dengan bobot biji tongkol-1 (r=0.31** dan 0.34**). Hal ini menunjukkan bahwa besarnya tinggi tanaman dan tinggi tongkol akan diikuti oleh respon bertambahnya bobot biji tongkol-1. Hasil penelitian Bara (2009) menunjukkan bahwa semakin tinggi tanaman, jumlah daun semakin banyak. Polnaya dan Patty (2012) menyebutkan jumlah daun semakin banyak menunjukkan semakin bertambahnya umur tanaman. Menurut Gardner et al. (2008), tanaman yang memiliki jumlah daun lebih banyak memiliki peluang untuk menangkap dan memanfaatkan energi matahari yang lebih dalam proses fotosintesis untuk memproduksi fotosintat.

Page 28: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

16

Tabel 4 Koefisien korelasi linier antarkarakter pada genotipe jagung

Keterangan: UA: umur anthesis; US: umur silking; TT: tinggi tanaman;PT: panjang tongkol; JB: jumlah baris biji; DT: diameter tongkol; JTT: jumlah tongkol tanaman-1; DTT: daya tumbuh; TTO: tinggi tongkol; BB: bobot biji tongkol-1; BSB : bobot 100 biji; RH: rendemen hasil; HPP: hasil pipilan plot-1; *: berkorelasi nyata pada taraf 5%; ** berkorelasi nyata pada taraf 1%; tn: tidak berkorelasi nyata

UA US TT PT JB DT JTT DTT TTO BB BSB RH

US 0.87 ** TT -0.24 ** -0.22 ** PT -0.32 ** -0.34 ** 0.31 ** JB -0.20 ** -0.20 ** 0.29 ** 0.28 ** DT -0.47 ** -0.48 ** 0.36 ** 0.37 ** 0.49 ** JTT 0.05 tn -0.05 tn 0.08 tn -0.03 tn -0.05 tn -0.00 tn DTT -0.08 tn -0.03 tn 0.19 tn -0.08 tn 0.13 * 0.10 tn 0.11 tn TTO -0.16 * -0.16 * 0.77 ** 0.31 ** 0.24 ** 0.34 ** 0.10 tn 0.10 tn BB -0.54 ** -0.55 ** 0.31 ** 0.41 ** 0.41 ** 0.77 ** -0.07 tn -0.03 tn 0.34 ** BSB -0.30 ** -0.31 ** 0.30 ** 0.37 ** -0.02 tn 0.46 ** 0.06 tn -0.02 tn 0.32 ** 0.45 ** RH -0.30 ** -0.45 ** 0.06 tn 0.06 tn 0.18 ** 0.48 ** -0.13 * -0.06 tn 0.12 tn 0.83 ** 0.23 ** HPP -0.59 ** -0.63 ** 0.42 ** 0.47 ** 0.35 ** 0.73 ** 0.21** 0.16 * 0.41 ** 0.81 ** 0.44 ** 0.60 **

Page 29: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

17

Seleksi Indeks pada Genotipe Jagung

Menurut penelitian Lubis et al. (2014) pada seleksi genotipe jagung di lingkungan tanah masam, karakter yang dapat digunakan sebagai kriteria seleksi selain berkorelasi positif dengan hasil juga harus memiliki nilai heritabilitas tinggi, agar dapat diwariskan ke generasi berikutnya. Menurut Wang et al. (2006) seleksi untuk toleransi terhadap tanah masam dapat dilakukan pada karakter daya hasil dan biomassa. Tinggi tanaman dapat mewakili akumulasi pertumbuhan vegetatif tanaman dan bobot biji tongkol-1 dapat mewakili perkembangan pada fase generatif. Seleksi akan efektif bila dilakukan pada karakter yang memiliki korelasi positif dan nyata terhadap karakter yang ingin dituju.

Penelitian ini menunjukkan karakter panjang tongkol dan diameter tongkol memiliki nilai heritabilitas arti luas yang tinggi serta berkorelasi positif dan nyata terhadap tinggi tanaman dan karakter komponen hasil yaitu bobot biji tongkol-1. Karakter tersebut kemudian disusun dalam indeks seleksi untuk memilih genotipe yang diduga toleran pada lingkungan tanah masam. Hal ini sejalan dengan Wirnas et al. (2006) bahwa nilai koefisien korelasi dan nilai heritabilitas arti luas dapat digunakan untuk memilih karakter yang akan digunakan untuk menyusun indeks seleksi. Seleksi secara simultan menggunakan indeks dilakukan terhadap 236 genotipe uji dan kemudian dilakukan intensitas seleksi sebesar 5%. Hasil seleksi terhadap genotipe uji dengan skor indeks tertinggi sebanyak 12 genotipe terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai tengah tiap karakter dan indeks seleksi pada genotipe uji

Genotipe Tinggi

tanaman (cm)

Panjang tongkol

(cm)

Diameter tongkol

(cm)

Jumlah baris biji

Bobot biji

tongkol-1 (g)

Indeks

195 166.8 18.5* 4.1* 14* 56.5* 20.7 252 149.7 14.4 4.5* 13 99.8* 17.6 298 171.8 16.3* 3.6 13 71.2* 16.8 166 167.9 13.8 3.8 14* 57.6* 14.6 112 145.7 13.9 3.8 13 66.6* 13.9 256 109.4 17.9* 3.9 12 67.9* 13.4 249 131.1 15.6 4.0* 12 82.8* 13.3 369 148.6 14.2 4.1* 12 55.9* 12.4 32 162.1 15.2 3.8 12 56.5* 11.7 231 136.8 15.1 3.6 13 61.5* 11.5 247 119.6 15.0 3.8 13 61.6* 11.4 326 136.3 15.1 3.9 12 53.8* 11.2 Rataan umum 129.9 12.5 3.3 11.8 25.5 RGU 128.8 12.4 3.2 11.7 25.1 RPG 141.5 12.8 3.4 11.3 32.7 RPV 196.5 17.6 4.7 13.7 94.1 BNT 0.05 46.2 3.4 0.7 2.1 1.0

Keterangan : * nyata lebih tinggi dibandingkan rataan umum berdasarkan uji lanjut BNT pada taraf 0.05; RGU: rataan genotipe uji; RPG: rataan pembanding galur murni; RPV: rataan pembanding varietas unggul

Page 30: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

18

Secara umum, keduabelas genotipe yang terseleksi memiliki nilai tengah bobot biji tongkol-1 yang berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan rataan umum pada uji BNT 0.05. Nilai tengah tinggi tanaman pada keduabelas genotipe tidak ada yang berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan rataan umum pada uji BNT 0.05. Genotipe 195 memiliki nilai tengah panjang tongkol dan diameter tongkol yang lebih tinggi dibandingkan rataan umum. Genotipe 298 dan 256 memiliki nilai tengah panjang tongkol yang nyata lebih tinggi dibandingkan rataan umum. Genotipe 252, 249, dan 369 memiliki nilai tengah diameter tongkol lebih tinggi dibandingkan rataan umum. Genotipe 166 memiliki memiliki nilai tengah jumlah baris biji lebih tinggi dibandingkan rataan umum.

Karakter Genotipe Uji Hasil Seleksi Tabel 6 menunjukkan nilai tengah pengamatan pada genotipe terseleksi

untuk karakter umur anthesis, umur silking, diameter batang, tinggi tongkol, rendemen hasil, dan hasil pipilan plot-1 Tabel 6 Nilai tengah untuk karakter umur anthesis, umur silking, diameter batang,

tinggi tongkol, rendemen hasil, dan hasil pipilan plot-1

Keterangan : * nyata lebih tinggi dibandingkan rataan umum berdasarkan uji lanjut BNT pada taraf 0.05; RGU: rataan genotipe uji; RPG: rataan pembanding galur murni; RPV: rataan pembanding varietas unggul

Genotipe uji hasil seleksi memiliki nilai tengah yang tidak berbeda nyata dengan rataan umum pada semua karakter kecuali hasil pipilan plot-1 dan

Genotipe Umur

anthesis (hari)

Umur silking (hari)

Diameter batang (cm)

Tinggi tongkol

(cm)

Rendemen hasil (%)

Hasil pipilan

plot-1 (g) 195 63 63 2.0 71.9 72.5 490.3* 252 60 61 1.9 73.0 73.5 844.4* 298 64 67 1.9 72.8 93.4* 296.9* 166 66 67 1.8 65.5 71.7 522.0* 112 63 66 1.9 66.7 83.5 387.4* 256 62 62 1.9 46.2 74.3 556.8* 249 59 62 1.9 65.5 82.0 941.9* 369 64 64 1.8 68.7 76.9 321.9* 32 60 61 2.0 78.6 71.8 927.7* 231 65 62 1.9 74.5 82.0 449.9* 247 65 66 1.6 57.5 83.3 462.4* 326 61 62 1.9 60.3 65.6 556.1* Rataan umum 64 66 1.7 56.0 65.6 261.1 RGU 64 66 1.7 55.9 66.8 251.7 RPG 62 63 1.6 58.7 73.2 357.5 RPV 56 58 1.9 88.3 78.6 1 567.9 BNT 0.05 5.1 5.9 0.5 27.9 23.8 47.8

Page 31: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

19

rendemen hasil. Keduabelas genotipe uji tersebut memiliki nilai tengah hasil pipilan plot-1 yang nyata lebih tinggi dibandingkan rataan umum pada uji BNT 0.05. Hal ini sesuai dengan nilai tengah bobot biji tongkol-1. Genotipe 298 menunjukkan nilai tengah karakter rendemen hasil yang nyata lebih tinggi dibandingkan rataan umum pada uji BNT 0.05.

Kemajuan Seleksi

Diferensial seleksi merupakan selisih nilai tengah populasi terseleksi dengan nilai tengah populasi awal. Apabila seleksi dilakukan terhadap suatu populasi tanaman, diharapkan turunan dari tanaman terpillih akan memberikan hasil yang lebih baik atau adanya kemajuan seleksi (Syukur et al. 2012).

Tabel 7 Nilai diferensial seleksi dan kemajuan seleksi berdasarkan karakter

kriteria seleksi

Peubah

Nilai tengah

populasi awal

Nilai tengah

populasi terseleksi

Diferensial seleksi

Kemajuan seleksi

Umur anthesis (hari) 64.49 62.15 -2.34 -1.24 Umur silking (hari) 66.03 63.62 -2.41 -1.11 Tinggi tanaman (cm) 128.67 145.51 16.84 9.43 Panjang tongkol (cm) 12.41 15.41 3.00 1.86 Jumlah baris biji (cm) 11.75 12.92 1.16 0.76 Diameter tongkol (cm) 3.24 3.92 0.68 0.41 Tinggi tongkol (cm) 55.89 66.78 10.90 2.94 Bobot biji tongkol-1 (g) 24.84 65.92 41.08 33.27 Bobot 100 biji (g) 21.02 26.63 5.61 1.18 Rendemen hasil (%) 65.26 77.58 12.32 7.14

Hasil pipilan plot-1 (g) 247.26 563.12 315.87 243.22

Percobaan ini dilakukan intensitas seleksi sebesar 5% berdasarkan indeks tertinggi dalam seleksi indeks sehingga diperoleh dua belas genotipe terseleksi dari 236 genotipe uji yang diseleksi. Genotipe tersebut adalah 195, 252, 298, 166, 112, 256, 249, 369, 32, 231, 247, dan 326. Kedua belas genotipe tersebut dijadikan sebagai populasi terseleksi untuk kemudian dievaluasi diferensial seleksi dan kemajuan seleksi pada beberapa karakter (Tabel 7).

Secara umum, nilai tengah populasi terseleksi pada sebagian besar karakter lebih tinggi dibandingkan nilai tengah populasi awal kecuali karakter umur anthesis dan umur silking. Nilai tengah populasi terseleksi yang lebih rendah pada karakter umur anthesis dan umur silking mengindikasikan bahwa genotipe tersebut lebih cepat mengalami anthesis dan silking sehingga dapat berumur lebih genjah. Nilai tengah populasi terseleksi yang lebih tinggi daripada populasi awal akan memberikan nilai diferensial seleksi yang lebih tinggi. Nilai diferensial

Page 32: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

20

seleksi yang positif akan menghasilkan nilai duga kemajuan seleksi yang positif jika nilai heritabilitas karakternya lebih dari nol. Nilai diferensial seleksi tertinggi pada karakter hasil pipilan plot-1 sebesar 315.87 g. Nilai diferensial seleksi terkecil pada karakter diameter tongkol sebesar 0.68 cm. Nilai duga kemajuan seleksi terbesar pada karakter hasil pipilan plot-1 sebesar 243.22 g. Kemajuan seleksi terkecil pada karakter diameter tongkol sebesar 0.41cm.

Keragaan Karakter Kualitatif Genotipe Uji Hasil Seleksi

Keragaan karakter kualitatif yang diamati meliputi keragaan agronomi, ketahanan terhadap bulai, dan warna biji. Keragaan karakter kualitatif genotipe uji yang terseleksi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Rekapitulasi hasil pengamatan kualitatif genotipe jagung hasil seleksi

Genotipe Keragaan agronomi Ketahanan terhadap bulai

Warna biji

195 Cukup baik Tahan Oranye 252 Baik Sangat tahan Oranye 298 Baik Sangat tahan Kuning tua 166 Baik Sangat tahan Oranye 112 Baik Sangat tahan Oranye tua 256 Cukup baik Sangat tahan Oranye 249 Baik Sangat tahan Oranye 369 Cukup baik Agak tahan Kuning tua 32 Baik Agak tahan Kuning 231 Baik Sangat tahan Oranye 247 Baik Sangat tahan Kuning 326 Baik Sangat tahan Oranye

Secara umum, keragaan agronomi genotipe-genotipe tersebut dinilai antara

cukup baik hingga baik. Berdasarkan skor ketahanan terhadap penyakit bulai, keduabelas genotipe tersebut memiliki tingkat ketahanan bulai antara agak tahan hingga sangat tahan. Menurut Hoerussalam et al. (2013) ketahanan terhadap penyakit merupakan salah satu sifat yang sangat penting dalam pemuliaan tanaman karena mempengaruhi kualitas dan tingkat produksi tanaman. Intensitas warna kuning hingga oranye pada biji jagung mengindikasikan adanya kandungan karotenoid pada biji jagung, sedangkan biji jagung berwarna putih tidak mengandung karotenoid (Suarni dan Widowati 2007).

Analisis Gerombol

Analisis gerombol bertujuan mengelompokkan data pengamatan di dalam beberapa kelas sehingga anggota di dalam satu kelas lebih homogen atau serupa dibandingkan dengan anggota di dalam kelas lain (Wahyuni 2014). Analisis

Page 33: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

21

gerombol dilakukan pada 236 genotipe uji dan 7 genotipe pembanding dengan 16 peubah kuantitatif dan 3 peubah kualitatif menghasilkan dendogram seperti pada Gambar 3.

Perhitungan koefisien ketidakmiripan menggunakan metode Gower dan pengelompokkan (clustering) menggunakan metode Ward dengan pembagian menjadi dua gerombol. Secara umum, genotipe terseleksi berada pada satu kelompok dengan genotipe pembanding yaitu Sukmaraga, Lamuru, Bima-19, Bima-20, MR-14, dan Nei-9008. Sukmaraga merupakan varietas jagung yang adaptif terhadap tanah masam. Genotipe 369 tidak berada pada satu kelompok dengan genotipe terseleksi yang lain. Genotipe 369 berada pada gerombol 2a, sementara itu genotipe pembanding MR-4 tergabung pada gerombol 2b. Pengelompokkan genotipe dengan menggunakan analisis gerombol diharapkan dapat membantu pemilihan tetua untuk kegiatan pemuliaan selanjutnya. Phoelman dan Sleeper (1995) menerangkan bahwa persilangan antartetua yang memiliki latar belakang genetik yang jauh diharapkan dapat menghasilkan keturunan silang tunggal yang mempunyai nilai heterosis yang lebih tinggi dibanding tetua dengan latar belakang genetik dekat.

Gambar 3 Dendogram 236 genotipe uji dan 7 genotipe pembanding hasil analisis

gerombol berdasarkan karakter kuantitatif dan kualitatif

1

2b

2a

Page 34: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

22

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Genotipe jagung yang diuji pada lingkungan tanah masam menunjukkan keragaman karakter–karakter agronomi pada sebagian besar karakter yang diamati kecuali karakter bobot 100 biji. Karakter yang memiliki nilai heritabilitas arti luas yang tinggi adalah karakter daya tumbuh, umur anthesis, tinggi tanaman, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris biji, bobot tongkol, bobot biji tongkol-1, bobot tongkol plot-1, rendemen hasil, dan hasil pipilan plot-1. Analisis korelasi menunjukkan bahwa bobot biji tongkol-1 cenderung meningkat apabila diameter tongkol, jumlah baris biji, panjang tongkol, dan tinggi tanaman meningkat. Hasil perhitungan seleksi indeks dan intensitas seleksi 5% terpilih 12 genotipe. Keduabelas genotipe terpilih yaitu 195, 252, 298, 166, 112, 256, 249, 369, 32, 231, 247, dan 326. Keduabelas genotipe tersebut menunjukkan keragaan yang baik dan relatif tahan terhadap serangan bulai. Evaluasi perkiraan kemajuan seleksi menunjukkan adanya peluang peningkatan nilai tengah pada beberapa karakter penting yang dievaluasi, termasuk peningkatan nilai tengah bobot biji tongkol-1 sebesar 33.27 g. Analisis gerombol dengan metode Ward menunjukkan bahwa sebagian besar genotipe terpilih berada pada satu gerombol dengan varietas pembanding yang toleran lahan masam Sukmaraga, mengindikasikan bahwa genotipe-genotipe terpilih tersebut berpotensi untuk dijadikan tetua dalam pengembangan varietas jagung toleran lahan masam.

Saran

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membentuk persilangan antara turunan genotipe terpilih sebagai salah satu tetuanya dalam pengembangan varietas jagung toleran lahan masam. Evaluasi hasil persilangan sebaiknya dilakukan di dua lokasi percobaan, yaitu lingkungan dengan tingkat cekaman tanah masam yang tinggi dan di lingkungan optimum, agar dapat dipelajari tingkat toleransi dari setiap genotipe.

DAFTAR PUSTAKA

Acquaah G. 2005. Principles of Crop Production. New Jersey (US): Pearson Education Inc.

Acquaah G. 2007. Principles of Plant Genetics and Breeding. United Kingdom (GB): Blacwell Publising Ltd.

Allard RW.1960. Principles of Plant Breeding. New York (US): J Wiley. [BALITAN] Balai Penelitian Tanah. 2006. Potensi lahan kering masam untuk

pengembangan pertanian. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 28(2):16-17.

[BALITAN] Balai Penelitian Tanah. 2015. Laporan Hasil Pengujian Tanah. Bogor (ID): BALITAN.

Page 35: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

23

Bara A. 2009. Pengaruh dosis pupuk kandang dan frekuensi pemberian pupuk urea terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) di lahan kering. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Data Iklim Stasiun Darmaga. Bogor (ID): BMKG.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Data Strategis BPS. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.

[CIMMYT] International Maize and Wheat Improvement Center. 1994. Managing Trials and Reporting Data for CIMMYT’s International Maize Testing Program. Mexico (MX): International Maize and Wheat Improvement Center.

Falconer DS. 1983. Problems On Quantitative Genetics. New York (US): Longman Inc.

Federer WT. 1994. Augmented Experiment Designs With Recovery of Interblock and Intervariety Information. Ithaca (US): Biometrics Unit Cornell University.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Herawati S, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Physiologi of Crop Plants.

Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistika untuk Percobaan Pertanian. Sjamsudin E dan Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Statistical Prosedures for Agricultural Research.

Hoerussalam, Purwantoro A, Khaeruni A. 2013. Induksi ketahanan tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap penyakit bulai melalui seed treatment serta pewarisannya pada generasi S1. Jurnal Ilmu Pertanian. 16(2):42-59.

Iriany RN, Yasin M, Takdir A. 2007. Asal, Sejarah, dan Taksonomi Tanaman Jagung. Jakarta (ID): Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

[Kemenristek] Kementerian Riset dan Teknologi. 2010. Jagung. Jakarta (ID): Kementerian Riset dan Teknologi.

Kochian LV, Hoekenga OA, Pineros MA. 2004. How do crop plants tolerate acid soil?mechanisms of alumunium tolerance and phosphorous efficiency. Annu.Rev. Plant Biol. 55:459-493.doi:10.1146/annurev.arplant.55.031903. 141655.

Koswara J. 1986. Jagung. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Kusdiarti L. 1986. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University

Pr. Lubis K, Sutjahjo SH, Syukur M. Trikoesoemaningtyas. 2014. Pendugaan

parameter genetik dan seleksi karakter morfofisiologi galur jagung introduksi di lingkungan tanah masam. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan. 33(2): 122-128.

Muis A, Nonci N, Pabendon MB. 2013. Skrining galur/varietas lokal jagung terhadap penyakit bulai. Seminar Nasional Serealia. 2013 Jul 27-28: Maros, Indonesia. Maros (ID): Balai Penelitian Tanaman Serealia. Hlm 380-386.

Mulyani A, Rachman A, Dairah A. 2004. Penyebaran lahan masam, potensi dan ketersediaannya untuk pengembangan pertanian. Seminar Nasional Multifungsi Pertanian dan Ketahanan Pangan. 2004 Jun: Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah dan Agroklimat. hlm 23- 45.

Page 36: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

24

Notohadiprawiro T. 2006. Persoalan tanah masam dalam pembangunan pertanian di Indonesia.[Internet].[Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Yogyakarta (ID): UGM. Hlm 1-3: [diunduh 2014 Mar 15]. Tersedia pada:http://soil.blog.ugm.ac.id/files/2006/11/1980-Persoalan-tanah.pdf.

Phoelman JM.1983. Breeding Field Crops Second Edition. Wesport (US): The Avi Publishing Company Inc.

Phoelman JM, Slepper DA. 1995.Breeding Field Crops. New Delhi (IN): The Avi Publishing Company Inc.

Polnaya F, Patty JE. 2012. Kajian pertumbuhan dan produksi varietas jagung lokal dan kacang hijau dalam sistem tumpangsari. Jurnal Agrologia. 1(1): 42-50.

[Prosea] Plant Resources of South East Asia. 1999. Cereals. Bogor (ID): Plant Resources of South East Asia.

Purwanto S. 2007. Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung. Jakarta (ID): Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Purwono, Purnamawati H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Depok (ID): Penebar Swadaya.

Puspitasari W, Human S, Wirnas D, Trikoesoemaningtyas. 2012. Evaluating genetic variability of sorghum mutant lines tolerant to acid soil. Atom Indonesia. 38(2):83-88.

Saleh M. 2011. Nilai duga heritabilitas dan variabilitas pengujian padi pada musim hujan di lahan rawa lebak tengahan. Seminar Nasional Serealia. 2010 Jul 27-28: Maros, Indonesia. Maros (ID): Balai Penelitian Tanaman Serealia. hlm 162-165.

Singh RK, Chaudhary. 1976. Biometrical Techniques in Genetics and Breeding. Hissar (IN): International Bioscience Publisher.

Sitanggang PA. 2013. Keragaan galur sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) di tanah masam Lampung Selatan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Stansfield WD. 1969. Theory and Problems of Genetics. New York (US): McGraw-Hill.

Suarni, Widowati S. 2007. Struktur, Komposisi, dan Nutrisi Jagung. Jakarta (ID): Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sungkono, Trikoesoemaningtyas, Wirnas D, Sopandie D, Human S, Yudiarto MA. 2009. Pendugaan parameter genetik dan seleksi galur mutan sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) di tanah masam. J.Agron. Indonesia. 37(3):220-225.

Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R, Kusumah DA. 2011. Pendugaan ragam genetik dan heritabilitas karakter komponen hasil pada beberapa genotipe cabai. J. Agrivigor. 10(2):148-156.

Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Depok (ID): Penebar Swadaya.

Wahyuni S. 2014. Analisis genetik karakter kuantitatif dan pecah buah pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill). [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Walpole RE. 1982. Pengantar Statistika. Bambang S, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Introduction to Statistics 3rd Edition.

Page 37: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

25

Wang JP, Raman H, Zhang GP, Mendham N, Zhou MX. 2006. Alumunium tolerance in barley (Hordeumvulgare): physiological mechanisms, genetics and screening methods. Journal of Zhejiang University SCIENCE B.7(10):769-787.

Wirnas D, Widodo I, Sobir, Trikoesoemaningtyas, Sopandie D. 2006. Pemilihan karakter agronomi untuk menyusun indeks seleksi pada 11 populasi kedelai generasi F6. Bul. Agron. 34(1):19-24.

Wolfinger RD, Federer WT, Cordero-Brana O. 1997. Recovering information in augmented design, using SAS PROC GLM and PROC MIXED. Agronomy Journal. 89:856-859.

Yuwono NA. 2009. Membangun kesuburan tanah di lahan marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 9(2):137-141.

Page 38: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

26

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data iklim bulan November 2014 hingga Februari 2015

Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor

Lampiran 2 Hasil analisis kimia dan tekstur tanah Sifat tanah Hasil Penilaian Tekstur tanah Lempung berdebu pH-H2O 5.2 Masam C-organik (%) 1.07 Rendah N-kjeldahl (%) 0.14 Rendah C/N 8 Rendah P2O5 bray 1 (ppm) 28.6 Sangat tinggi K2O morgan (ppm) 178 Sangat tinggi Kapasitas tukar kation (cmolckg-1) 8.07 Rendah Susunan kation K-dd (cmolc kg-1) 0.35 Rendah Na-dd (cmolc kg-1) 0 Sangat rendah Mg-dd (cmolc kg-1) 1.16 Sedang Ca-dd (cmolc kg-1) 4.66 Rendah Kejenuhan basa (%) 76 Tinggi Kemasaman dapat ditukar: Al-dd (cmolckg-1) 0.57 Rendah

Sumber : Balai Penelitian Tanah Bogor 2015

Temperatur (oC) Kelembaban udara (%) Curah hujan

(mm) November 2014 26.3 64 673.2 Desember 2014 26.3 45 209.5 Januari 2015 25.2 87 251.0 Februari 2015 25.0 88 351.0 Rata-rata 25.7 71 371.2

Page 39: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

27

Lampiran 3 Genotipe jagung yang digunakan dalam penelitian

Genotipe Silsilah Genotipe Silsilah 2 CML 440 X MR-4-9-3-2 56 CML 440 X MR-4-9-49-4 3 CML 440 X MR-4-9-4-1 57 CML 440 X MR-4-9-50-1 4 CML 440 X MR-4-9-4-2 58 CML 440 X MR-4-9-50-2 5 CML 440 X MR-4-9-5-1 59 CML 440 X MR-4-9-50-3 6 CML 440 X MR-4-9-6-1 60 CML 440 X MR-4-9-50-4 7 CML 440 X MR-4-9-6-2 61 CML 440 X MR-4-9-51-1 8 CML 440 X MR-4-9-7-1 62 CML 440 X MR-4-9-53-1 9 CML 440 X MR-4-9-9-1 63 CML 440 X MR-4-9-53-2 10 CML 440 X MR-4-9-9-2 64 CML 440 X MR-4-9-53-3 11 CML 440 X MR-4-9-11-1 65 CML 440 X MR-4-9-53-4 12 CML 440 X MR-4-9-11-2 66 CML 440 X MR-4-9-54-1 13 CML 440 X MR-4-9-12-1 67 CML 440 X MR-4-9-54-3 15 CML 440 X MR-4-9-13-1 70 CML 440 X MR-4-9-55-2 16 CML 440 X MR-4-9-19-1 71 CML 440 X MR-4-9-55-3 17 CML 440 X MR-4-9-19-2 75 CML 440 X MR-4-9-56-3 18 CML 440 X MR-4-9-19-3 77 CML 440 X MR-4-9-58-1 19 CML 440 X MR-4-9-20-1 78 CML 440 X MR-4-9-58-2 20 CML 440 X MR-4-9-23-1 79 CML 440 X MR-4-9-58-3 21 CML 440 X MR-4-9-23-2 80 CML 440 X MR-4-9-59-2 22 CML 440 X MR-4-9-23-3 81 CML 440 X MR-4-9-61-2 23 CML 440 X MR-4-9-23-4 82 CML 440 X MR-4-9-63-1 24 CML 440 X MR-4-9-25-1 83 CML 440 X MR-4-9-63-2 25 CML 440 X MR-4-9-25-2 84 CML 440 X MR-4-9-64-1 26 CML 440 X MR-4-9-25-3 85 CML 440 X MR-4-9-64-2 27 CML 440 X MR-4-9-27-1 86 CML 440 X MR-4-9-64-3 28 CML 440 X MR-4-9-27-2 88 CML 440 X MR-4-9-66-1 29 CML 440 X MR-4-9-28-1 89 CML 440 X MR-4-9-66-2 30 CML 440 X MR-4-9-29-1 90 CML 440 X MR-4-9-67-1 31 CML 440 X MR-4-9-29-2 92 CML 440 X MR-4-9-68-1 32 CML 440 X MR-4-9-30-1 93 CML 440 X MR-4-9-68-2 33 CML 440 X MR-4-9-30-2 94 CML 440 X MR-4-9-69-1 34 CML 440 X MR-4-9-30-3 95 CML 440 X MR-4-9-69-2 35 CML 440 X MR-4-9-34-1 96 CML 440 X MR-4-9-69-3 36 CML 440 X MR-4-9-34-2 97 CML 440 X MR-4-9-69-5 37 CML 440 X MR-4-9-35-1 98 CML 440 X MR-4-9-71-1 38 CML 440 X MR-4-9-36-1 99 CML 440 X MR-4-9-71-2 39 CML 440 X MR-4-9-36-2 100 CML 440 X MR-4-9-71-3 40 CML 440 X MR-4-9-36-3 101 CML 440 X MR-4-9-71-4 42 CML 440 X MR-4-9-37-1 102 CML 440 X MR-4-9-72-1 44 CML 440 X MR-4-9-37-3 103 CML 440 X MR-4-9-73-1 46 CML 440 X MR-4-9-39-1 104 CML 440 X MR-4-9-73-2 47 CML 440 X MR-4-9-40-1 105 CML 440 X MR-4-9-73-3 48 CML 440 X MR-4-9-40-2 108 CML 440 X MR-4-9-74-2 50 CML 440 X MR-4-9-42-1 109 CML 440 X MR-4-9-76-1 52 CML 440 X MR-4-9-43-1 110 CML 440 X MR-4-9-77-1 53 CML 440 X MR-4-9-49-1 111 CML 440 X MR-4-9-77-2 54 CML 440 X MR-4-9-49-2 112 CML 440 X MR-4-9-78-2

Page 40: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

28

113 CML 440 X MR-4-9-79-1 173 CML 440 X MR-4-9-126-4 114 CML 440 X MR-4-9-80-1 174 CML 440 X MR-4-9-127-1 115 CML 440 X MR-4-9-81-1 175 CML 440 X MR-4-9-127-2 116 CML 440 X MR-4-9-84-1 176 CML 440 X MR-4-9-127-3 117 CML 440 X MR-4-9-88-1 177 CML 440 X MR-4-9-127-4 118 CML 440 X MR-4-9-89-1 178 CML 440 X MR-4-9-128-1 119 CML 440 X MR-4-9-90-1 179 CML 440 X MR-4-9-128-2 120 CML 440 X MR-4-9-91-1 181 CML 440 X MR-4-9-128-4 121 CML 440 X MR-4-9-91-3 182 CML 440 X MR-4-9-128-5 123 CML 440 X MR-4-9-94-1 190 CML 440 X MR-4-11-5-1 125 CML 440 X MR-4-9-96-1 195 CML 440 X MR-4-11-15-1 126 CML 440 X MR-4-9-97-1 198 CML 440 X MR-4-11-16-1 127 CML 440 X MR-4-9-97-2 200 CML 440 X MR-4-11-17-1 128 CML 440 X MR-4-9-97-3 201 CML 440 X MR-4-11-17-2 129 CML 440 X MR-4-9-98-2 206 CML 440 X MR-4-11-23-2 130 CML 440 X MR-4-9-98-4 209 CML 440 X MR-4-11-26-1 131 CML 440 X MR-4-9-99-1 212 CML 440 X MR-4-11-28-1 132 CML 440 X MR-4-9-100-1 215 CML 440 X MR-4-11-33-2 133 CML 440 X MR-4-9-100-2 219 CML 440 X MR-4-11-42-1 136 CML 440 X MR-4-9-103-1 221 CML 440 X MR-4-11-46-1 138 CML 440 X MR-4-9-104-1 230 CML 440 X MR-4-11-58-1 139 CML 440 X MR-4-9-104-2 231 CML 440 X MR-4-25-1-1 140 CML 440 X MR-4-9-104-3 232 CML 440 X MR-4-25-4-1 141 CML 440 X MR-4-9-105-1 233 CML 440 X MR-4-25-4-2 142 CML 440 X MR-4-9-105-2 235 CML 440 X MR-4-25-5-1 143 CML 440 X MR-4-9-105-3 237 CML 440 X MR-4-25-5-3 144 CML 440 X MR-4-9-105-4 238 CML 440 X MR-4-25-5-4 145 CML 440 X MR-4-9-106-1 240 CML 440 X MR-4-25-7-1 146 CML 440 X MR-4-9-106-2 241 CML 440 X MR-4-25-7-2 147 CML 440 X MR-4-9-106-3 242 CML 440 X MR-4-25-8-1 148 CML 440 X MR-4-9-107-1 244 CML 440 X MR-4-25-10-1 149 CML 440 X MR-4-9-108-1 246 CML 440 X MR-4-25-11-2 150 CML 440 X MR-4-9-110-1 247 CML 440 X MR-4-25-12-1 151 CML 440 X MR-4-9-112-1 248 CML 440 X MR-4-25-12-2 152 CML 440 X MR-4-9-112-2 249 CML 440 X MR-4-25-14-1 154 CML 440 X MR-4-9-114-1 250 CML 440 X MR-4-25-14-2 155 CML 440 X MR-4-9-114-2 252 CML 440 X MR-4-25-15-1 157 CML 440 X MR-4-9-117-2 253 CML 440 X MR-4-25-15-2 158 CML 440 X MR-4-9-118-1 254 CML 440 X MR-4-25-16-1 159 CML 440 X MR-4-9-120-1 255 CML 440 X MR-4-25-16-2 160 CML 440 X MR-4-9-120-2 256 CML 440 X MR-4-25-16-3 161 CML 440 X MR-4-9-120-3 257 CML 440 X MR-4-25-16-4 162 CML 440 X MR-4-9-121-1 260 CML 440 X MR-4-25-24-2 163 CML 440 X MR-4-9-121-2 261 CML 440 X MR-4-25-25-1 165 CML 440 X MR-4-9-123-1 262 CML 440 X MR-4-25-25-2 166 CML 440 X MR-4-9-124-1 263 CML 440 X MR-4-25-25-3 167 CML 440 X MR-4-9-124-2 264 CML 440 X MR-4-25-25-4 168 CML 440 X MR-4-9-124-3 265 CML 440 X MR-4-25-26-1 169 CML 440 X MR-4-9-125-1 266 CML 440 X MR-4-25-26-2 171 CML 440X MR-4-9-126-1 269 CML 440X MR-4-25-27-2

Page 41: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

29

270 CML 440 X MR-4-25-27-3 321 CML 440 X MR-4-25-78-2 273 CML 440 X MR-4-25-30-1 323 CML 440 X MR-4-25-79-2 274 CML 440 X MR-4-25-30-2 324 CML 440 X MR-4-25-80-1 276 CML 440 X MR-4-25-30-4 325 CML 440 X MR-4-25-80-2 277 CML 440 X MR-4-25-30-5 326 CML 440 X MR-4-25-80-3 278 CML 440 X MR-4-25-33-1 327 CML 440 X MR-4-25-80-4 279 CML 440 X MR-4-25-34-1 328 CML 440 X MR-4-25-81-1 280 CML 440 X MR-4-25-35-1 329 CML 440 X MR-4-25-81-2 281 CML 440 X MR-4-25-36-1 330 CML 440 X MR-4-25-81-3 283 CML 440 X MR-4-25-40-1 332 CML 440 X MR-4-25-83-1 284 CML 440 X MR-4-25-41-1 335 CML 440 X MR-4-25-85-3 286 CML 440 X MR-4-25-44-1 336 CML 440 X MR-4-25-85-4 288 CML 440 X MR-4-25-44-4 337 CML 440 X MR-4-25-87-1 290 CML 440 X MR-4-25-45-2 338 CML 440 X MR-4-25-87-2 291 CML 440 X MR-4-25-46-1 339 CML 440 X MR-4-25-87-3 292 CML 440 X MR-4-25-46-2 341 CML 440 X MR-4-25-89-1 295 CML 440 X MR-4-25-49-1 342 CML 440 X MR-4-25-89-2 296 CML 440 X MR-4-25-49-2 344 CML 440 X MR-4-25-90-2 297 CML 440 X MR-4-25-49-3 347 CML 440 X MR-4-25-92-1 298 CML 440 X MR-4-25-53-1 348 CML 440 X MR-4-25-92-2 299 CML 440 X MR-4-25-54-1 350 CML 440 X MR-4-25-93-1 300 CML 440 X MR-4-25-59-1 351 CML 440 X MR-4-25-93-2 301 CML 440 X MR-4-25-59-2 353 CML 440 X MR-4-25-94-2 302 CML 440 X MR-4-25-61-1 355 CML 440 X MR-4-25-95-1 305 CML 440 X MR-4-25-67-1 357 CML 440 X MR-4-25-96-1 306 CML 440 X MR-4-25-68-1 358 CML 440 X MR-4-25-97-1 307 CML 440 X MR-4-25-68-2 359 CML 440 X MR-4-25-97-2 309 CML 440 X MR-4-25-69-1 360 CML 440 X MR-4-25-97-3 311 CML 440 X MR-4-25-70-1 361 CML 440 X MR-4-25-99-1 314 CML 440 X MR-4-25-73-1 363 CML 440 X MR-4-25-100-2 315 CML 440 X MR-4-25-73-2 365 CML 440 X MR-4-25-106-2 316 CML 440 X MR-4-25-73-4 366 CML 440 X MR-4-25-107-1 317 CML 440 X MR-4-25-76-1 367 CML 440 X MR-4-25-107-2 318 CML 440 X MR-4-25-76-2 369 CML 440 X MR-4-25-109-1 319 CML 440 X MR-4-25-76-3 370 CML 440 X MR-4-25-109-2 320 CML 440 X MR-4-25-78-1

Page 42: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

30

Lampiran 4 Keragaan tongkol genotipe pembanding

Page 43: PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN RESPON SELEKSI … · Genetik dan Respon Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays L.) di Lingkungan Lahan ... penyelesaian tugas akhir. 2. Dr Ir Agus Purwito,

31

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 8 Agustus 1993 dari

pasangan Ahmad Fadhlun dan Umi Maghfiroh. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan di TK Aisiyah Bustanul Athfal Setono pada tahun 1998 hingga 1999, kemudian melanjutkan sekolah di SD Islam Setono 01 Kota Pekalongan pada tahun 1999 hingga 2005. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 6 Kota Pekalongan pada tahun 2005 hingga 2008. Tahun 2011, penulis lulus dari SMAN 3 Pekalongan dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri Jalur Undangan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian sebagai staf Departemen Kajian dan Strategi pada tahun 2013, sekretaris umum Ikatan Mahasiswa Pekalongan –Batang (IMAPEKA) tahun 2012/2013, dan pada tahun 2014 sebagai staf Departemen Penelitian dan Pengembangan Pertanian Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON). Penulis pernah melakukan kegiatan IPB Goes to Field di Klaten, Jawa Tengah dengan program “Indikasi Geografis Padi Rojolele di Kabupaten Klaten” pada tahun 2013 dan Kuliah Kerja Profesi di Desa Asmorobangun Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri, Jawa Timur pada tahun 2014. Penulis pernah melaksanakan kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M) didanai DIKTI pada tahun 2013 dengan judul “Gerai Colenta (Colocasia esculenta) sebagai Media Edukasi dan Upaya Pemberdayaan Pedagang Talas Melalui Warung Modern Percotohan” dan Program Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian (PKMP) didanai DIKTI pada tahun 2014 dengan judul “Evaluasi Karakteristik dan Korelasi Agronomi Varietas Unggul Baru Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) dengan Kandungan Betakaroten Tinggi”. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten Biologi Dasar Tingkat Persiapan Bersama tahun 2013/2014 dan tahun 2014/2015, asisten Mata Kuliah Dasar-Dasar Agronomi tahun 2014/2015, asisten Mata Kuliah Dasar Pemuliaan Tanaman tahun 2014/2015, asisten Mata Kuliah Teknik Budidaya Tanaman tahun 2014/2015, asisten Mata Kuliah Ilmu Tanaman Perkebunan tahun 2014/2015. Selain itu, penulis juga aktif di beberapa kepanitiaan di kampus.