penegakan hukum terhadap kasus penggelapan premi asuransi …

23
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI (Analisis Putusan No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn) J U R N A L Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Oleh CHRISMANTO H.S 080200388 DEPARTEMEN HUKUM PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN

PREMI ASURANSI (Analisis Putusan No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn)

J U R N A L

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

CHRISMANTO H.S

080200388

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

Page 2: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS

PENGGELAPAN PREMI ASURANSI (Analisis Putusan No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

CHRISMANTO H.S

080200388

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

Disetujui Oleh:

Penanggungjawab

Dr. M. Hamdan, S.H,, M.H

NIP. 195703261986011001

Editor

Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH., MS

NIP. 196303311987031001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

Page 3: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

ABSTRAK

Chrismanto H.S*

Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH., M.S**

Nurmalawaty, SH., M.Hum***

Kebutuhan terhadap asuransi yang sangat tinggi dalam masyarakat banyak

dijumpai perbuatan curang (melawan hukum) dalam perjanjian asuransi.

Perbuatan-perbuatan tersebut telah memenuhi delik perbuatan pidana.

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan

penyidikan asuransi. Penegakan hukum terhadap tindak pidana penggelapan

premi asuransi dan Analisis kasus putusan No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu

pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan penyidikan terhadap pengajuan klaim asuransi terkait dengan

tindak pidana penggelapan asuransi klaim asuransi terkait tindak pidana

penggelapan di bidang asuransi pada Pasal 372 KUHP yang dinyatakan Barang

siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang

seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada adalah

kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan,dengan

pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak

sembilan ratus rupiah. Dan Pasal 374 KUHP Penggelapan yang dilakukan oleh

orang yang penguasaannya terhadap barang disebabkan karena ada hubungan

hubungan kerja atau karena pencarian atau karena mendapat upah untuk

itu,diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. Penegakan hukum

terhadap tindak pidana penggelapan premi asuransi dan Analisis kasus putusan

No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn. Tindak pidana premi asuransi sebagaiman

dirumuskan dalam Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Asuransi tidak dapat

dilepaskan dari rumusan tindak pidana penggelapan yang secara umum diatur

dalam Pasal 372 KUHP atau dalam beberapa kasus dapat juga diatur dalam Pasal

378 KUHP. Hal ini dikarenakan dalam Undang-Undang Asuransi tidak

menentukan lebih jauh apa yang dimaksud dengan bagian inti “menggelapkan”

tersebut. Dengan demikian, makna bagian inti atau unsur “menggelapkan” dalam

Undang-Undang Asuransi, harus ditafsirkan sebagai “penggelapan” dalam KUHP.

Kata Kunci: Penggelapan Premi Asuransi, Penegakan Hukum

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I

*** Dosen Pembimbing II

Page 4: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

ABSTRACT

Chrismanto H.S*

Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH., M.S**

Nurmalawaty, SH., M.Hum***

Need towards insurence very tall in society many met skulduggery

(opposes law) in insurence agreement. Deeds fulfil to glare at crime. As to that be

troubleshoot in this watchfulness insurence investigation execution. Law enforcement

towards insurance premium fraud doing an injustice and decision case analysis

No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn.

The kind of research that used in this watchfulness juridical normatif.

Juridical watchfulness normatif watchfulness method that threatens in law norms

found in law and regulation.

Investigation execution towards insurence claim submission related to

related insurence claim insurence fraud doing an injustice fraud doing an

injustice at insurence area in paragraph 372 KUHP that is declared whoever

designedly and oppose has something that goods entire or a part belong to another

person, but existing the power bot because of crime is threatened because fraud,

with prison criminal at longest four year or fine criminal at most nine hundred

rupiah. And paragraph 374 KUHP fraud that done by one who the mastery

towards goods is caused caused by work connection connection or because

livelihood or because get wage for that, threatened with prison criminal at longest

five year. Law enforcement towards insurance premium fraud doing an injustice

and decision case analysis No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn. Insurance premium

doing an injustice in the same manner as be formulated in section 21 verse (2)

insurence law can not be released from fraud doing an injustice formulation in

general be regulated in paragraph 372 KUHP or in a few case can also be

regulated in paragraph 378 KUHP. This matter is caused by in insurence law

doesn't determine farther what meant with kernel part “obscure”. Thereby, kernel

part meaning or element “obscure” in insurence law, must be interpretted as

“obscure” in KUHP.

Keyword: Insurance Premium Fraud, Law enforcement

* The Student

** Advisor I

*** Advisor II

Page 5: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin meningkat dan diikuti oleh

majunya pemikiran masyarakat dalam usaha perniagaan membuat banyaknya

usaha asuransi akhir-akhir semakin berkembang. Hal ini dapat dipahami mengingat

meningkatnya laju pembangunan di Indonesia pada berbagai sektor kehidupan dan

dapat mengakibatkan peningkatan risiko yang dihadapi. Lembaga asuransi atau

pertanggungan dalam kondisi tersebut mempunyai fungsi sebagai lembaga yang

akan mengalihkan risiko yang mungkin timbul atau dihadapi dari satu pihak

(tertanggung) kepada pihak lain (penanggung).1

Perspektif hukum Indonesia, asuransi atau pertanggungan adalah suatu

perjanjian yang dibuat oleh seorang penanggung yang mengikatkan diri pada

tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian

kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang

diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak

tentu.2 Hubungan antara risiko dan asuransi merupakan hubungan yang erat antara

satu dengan yang lain.

Dalam hal ini juga dapat diatasi melalui lembaga asuransi, sehingga orang

atau keluarga tersebut dapat memenuhi kebutuhannya seperti sedia kala. Dalam

asuransi jiwa selain bersifat pengalihan risiko juga bersifat menabung. Tingkat

kebutuhan masyarakat terhadap asuransi pada saat ini sangat tinggi. Pada era

globalisasi seperti sekarang ini banyak terjadi perkembangan di berbagai aspek

kehidupan, yaitu dari segala segi; ekonomi, teknologi, komunikasi, pendidikan,

politik, sosial dan budaya.

Peristiwa hukum yang dimaksud dapat diartikan sebagai suatu perjanjian.

Setiap perjanjian harus mempunyai jaminan dalam perwujudan hak dan kewajiban

para pihaknya. Oleh karena itu asuransi berperan sebagai bentuk penjaminan atau

pertanggungan terhadap ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian.

1Rizqia Gita Astiriani, Pelaksanaan Penyidikan Terhadap Pengajuan Klaim Suransi

Terkait Dengan Tindak Pidana Penipuan Di Bidang Asuransi (Studi di Polrestabes Surabaya),

Jurnal Ilmiah Subyek Hukum Ekonomi , 2013.hal 1 2Khotibul Umam, Memahami & Memilih Produk Asuransi, Yogyakarta: Pustaka Yustisia,

2011, hal 5.

Page 6: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

Kebutuhan terhadap asuransi yang sangat tinggi dalam masyarakat

banyak dijumpai perbuatan curang (melawan hukum) dalam perjanjian asuransi.

Perbuatan-perbuatan tersebut telah memenuhi delik perbuatan pidana. Adapun

yang menjadi cakupan tindak pidana di bidang asuransi yaitu meliputi tindak

pidana asuransi gelap, tindak pidana penggelapan kekayaan perusahaan asuransi,

tindak pidana pemalsuan dokumen asuransi, tindak pidana penggelapan premi

asuransi dan tindak pidana penipuan asuransi. Tindak-tindak pidana tersebut

merupakan beberapa tindak tertentu yang terdapat dalam KUHP (Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana), hanya saja objeknyabersifat khusus, yaitu hal-hal yang

berhubungan dengan usaha perasuransian, karena itu lahirlah suatu Undang-

undang No. 40 Tahun 2014 tentang usaha perasuransian. Hal-hal terkait dengan

usaha perasuransian seperti premi asuransi, kekayaan perusahaan asuransi dan

dokumen perusahaan asuransi merupakan hal-hal khusus yang ditambahkan pada

tindak pidana umum seperti penggelapan, penipuan, ataupun pemalsuan yang

terdapat dalam KUHP. Hal ini berarti undang-undang asuransi selain memuat

Hukum Pidana Administratif juga merupakan sebagai Hukum Pidana Khusus.

Alasan memilih judul tersebut dikarenakan kurangnya peraturan perundang-

undangan yang menyangkut penegakan hukum terkait tindak pidana penggelapan

asuransi yang dilakukan. Seperti pada Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa

dan mengadili perkara-perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara

pemeriksaan biasa telah menjatuhkan putusan sebagai berikut, dalam perkara

Terdakwa, Maria Rina Chrissanty Sinaga, Tempat Lahir, Medan Umur/Tgl. Lahir

29 Tahun/15 Desember 1983, Jenis Kelamin Perempuan, Kebangsaan Indonesia,

Tempat tinggal Jl. Kiwi XVI No. 410 Perumnas Mandala Kecamatan Percut

Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang/Jl. Kiwi Raya No. 183 Perumnas Mandala

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, Agama Kristen Katholik,

Pekerjaan, Eks Pegawai BAS BNI Life Medan, Pendidikan SMU.

Berdasarkan latar belakang di atas maka, tertarik memilih judul

Penegakan Hukum Terhadap Kasus Penggelapan Premi Asuransi (Analisis

Putusan No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn).

Page 7: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah dalam penulisan

skripsi ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan penyidikan terhadap pengajuan klaim asuransi

terkait dengan tindak pidana penggelapan asuransi

2. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap tindak pidana penggelapan

premi asuransi dan Analisis kasus putusan No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan penyidikan terhadap pengajuan klaim

asuransi terkait dengan tindak pidana pengelapan asuransi

b. Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap tindak pidana penggelapan

premi asuransi dan Analisis kasus putusan No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn

2. Manfaat Penulisan

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian tersebut diharapkan mampu memberikan manfaat-manfaat

sebagai berikut :

1) Memberikan sumbangsih terhadap perkembangan hukum di Indonesia,

khususnya mengenaipenerapan hukum materiil dalam tindak pidana

penggelapan uang khususnya pada nasabah bank.

2) Menambah bahan referensi bagi penulis dan mahasiswa fakultas

hukum dalam menambah pengetahuan tentang ilmu hukum.

b. Manfaat praktis

1) Menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi pemerintah agar lebih

memperhatikan penegakan hukum di Indonesia, khususnya dalam

penegakan hukum terhadap kejahatan penggelapan uang di Indonesia

khususnya di Medan.

2) Menjadi salah satu bahan informasi atau masukan bagi proses

pembinaan kesadaran hukum bagi masyarakat untuk mencegah

terulangnya peristiwa yang serupa.

Page 8: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penelitian tentang

penegakan hukum terhadap kasus penggelapan premi asuransi.

Skripsi ini asli ditulis dan diproses melalui pemikiran, referensi dari

peraturan-peraturan, buku-buku, kamus hukum, internet, bantuan dari pihak-pihak

yang berkompeten dalam bidangnya yang berkaitan dengan skripsi ini. Dengan

demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Tindak Pidana

Pembentukan undang-undang Indonesia telah menggunakan perkataan

“strafbaar feit” untuk menyebutkan apa yang dikenal sebagai "tindak pidana" di

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (selanjutnya disebut KUHPidana)

tanpa memberikan suatu penjelasan mengenai apa yang Sebenarnya dimaksud

dengan perkataan “straafbaar feit” tersebut. Perkataan “feit” itu sendiri dalam

bahasa Belanda berarti “perbuatan” sedangkan “strafbaar” berarti "dapat

dihukum”, sehingga secara harfiah perkataan “strafbaar feit” dapat diterjemahkan

sebagai “sebagian dari suatu perbuatan yang dapat dihukum”.3

Tindak pidana yang dalam Bahasa Belanda disebut Strafbaarfeit,

terdiri atas tiga suku kata, yaitu straf yang diartikan sebagai pidana dan hukum,

baar diartikan sebagai dapat dan boleh, dan feit yang diartikan sebagai tindak,

peristiwa, pelanggaran dan perbuatan.

Pengertian tindak pidana dalam KUHP dikenal dengan istilah strafbaar

feit dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana sering mempergunakan delik,

sedangkan pembuat undang-undang merumuskan suatu undang-undang

mempergunakan istilah peristiwa pidana atau pebuatan pidana atau tindakan

pidana.4

3Lamintang P.A.F, Dasar –Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: CitraAditya, 1997,

hal 181 4Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta, Rengkang Education Yogyakarta

dan Pukap Indonesia, 2012, hal 20

Page 9: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

Moeljatno merumuskan istilah strafbaar feit menjadi istilah perbuatan

pidana. Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum

larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang

siapa yang melanggar larangan tersebut.5

2. Tindak Pidana Penggelapan

Pengertian yuridis mengenai penggelapan diatur pada Bab XXIV (buku II)

KUHP, terdiri dari 5 Pasal (372 s/d 376). Salah satunya yakni Pasal 372 KUHP,

merupakan tindak pidana penggelapan dalam bentuk pokok yang rumusannya

berbunyi: "Barang siapa dengan sengaja menguasai secara melawan hukum

sesuatu benda yang seharusnya atau sebagian merupakan kepunyaan orang lain

yang berada padanya bukan karena kejahatan, karena bersalah melakukan

penggelapan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun

atau dengan pidana denda setinggi-tingginya 900 (sembilan ratus) rupiah."6

Jenis tindak pidana penggelapan berdasarkan Pasal 372 dan Pasal 374

KUHPidana, antara lain:

a. Tindak pidana verduistering yang diatur dalam Pasal 321 Wetboek van

Strafrecht yang rumusannya ternyata sama dengan rumusan tindak

pidana penggelapan yang diatur dalam Pasal 372 KUHPidana merupakan

tindak pidana penggelapan dalam bentuk pokok yang rumusan aslinya

dalam bahasa Belanda yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia

berbunyi sebagai berikut:

“Barangsiapa dengan sengaja menguasai secara melawan hukum suatu

benda yang seluruhnya atau sebagian merupakan kepunyaan orang lain

yang berada padanya bukan karena kejahatan, karena bersalah melakukan

penggelapan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya empat

tahun atau dengan pidana denda setinggi-tingginya sembilan ratus

rupiah”.

5Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Cetakan Kedelapan, Rineka Cipta, Jakarta, 2008,

hal. 59. 6Aprian,Dony.2013.(http://news.okezone.com/read/2013/08/28/339/857185/redirect).

(diakses tanggal 21 April 2015).

Page 10: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

Kejahatan ini dinamakan “penggelapan biasa”. Tindak pidana penggelapan

(verduistering) dalam bentuk pokok diatur dalam Pasal 372 KUHPidana mempunyai

unsur-unsur sebagai berikut:

a. Unsur subjektif : dengan sengaja

b. Unsur objektif :

1) Barangsiapa

2) Menguasai secara melawan hukum

3) Suatu benda

4) Sebagian atau seluruh

5) Berada padanya bukan karena kejahatan.

Unsur opzettelijke atau dengan sengaja merupakan satu-satunya unsur

subjektif dalam tindak pidana penggelapan yakni unsur yang melekat pada subjek

tindak pidana ataupun yang melekat pada diri pelakunya oleh sebab itu unsur

opzettelijke atau dengan sengaja merupakan unsur dari tindak pidana penggelapan

yang dengan sendirinya.

b. Tindak Pidana “Penggelapan Berat”

Tindak pidana penggelapan yang diatur dalam Pasal 374 KUHPidana,

yang rumusan aslinya dalam bahasa Belanda jika diterjemahkan dalam bahasa

Indonesia yakni:

“Penggelapan yang dilakukan oleh orang atas benda yang berada padanya

karena hubungan kerja pribadinya atau karena pekerjaannya atau karena

mendapat imbalan uang, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya

lima tahun”.

Tindak pidana penggelapan yang diatur dalam Pasal 374 KUHPidana di

dalam doktrin juga disebut sebagai suatu gequlificeerde verduistering atau sebagai

suatu penggelapan dengan kualifikasi tindak pidana dengan unsur-unsur yang

memberatkan.

3. Unsur-unsur Tindak Pidana Penggelapan

Dari rumusan penggelapan tesebut di atas, jika dirinci terdiri dari unsur-unsur

objektif meliputi perbuatan memiliki, sesuatu benda (eenig goed), yang sebagian

atau seluruhnya milik orang lain, yang berada dalam kekuasaannya bukan

karena kejahatan, dan unsur-unsur subjektif meliputi penggelapan dengan sengaja

(opzettelijk), dan penggelapan melawan hukum (wederechtelijk).7

7Dadangsumarnash.blogspot.com/2011/01/tidak-pidana-penggelapan-372.html

(diakses tanggal 1 Juli 2015)

Page 11: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

a. Unsur Objektif

1. Perbuatan memiliki

(Zicht toe igenen) diterjemahkan dengan perkataan memiliki, menganggap

sebagai milik, atau ada kalanya menguasai secara melawan hak, atau

mengaku sebagai milik.

2. Sebagian atau seluruhnya milik orang lain

Benda yang tidak ada pemiliknya, baik sejak semula maupun telah

dilepaskan hak miliknya tidak dapat menjadi objek penggelapan.

Benda milik suatu badan hukum seperti milik negara adalah berupa benda

yang tidak/bukan milik petindak dan oleh karena itu dapat menjadi objek

penggelapan maupun pencurian.

3. Benda berada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan

Ada dua unsur yakni berada dalam kekuasaannya dan bukan karena

kejahatan. Perihal unsur berada dalam kekuasaaanya seperti yang telah

disinggung diatas, suatu benda berada dalam kekuasaan seseorang apabila

antara orang itu dengan benda terdapat hubungan sedemikian eratnya

sehingga apabila ia akan melakukan segala macam perbuatan terhadap

benda itu ia dapat segera melakukannya secara langsung tanpa terlebih

dahulu harus melakukan perbuatan yang lain.

b. Unsur Subjektif

1) Unsur kesengajaan

Dalam Crimineel Wetboek (KUHPidana) dicantumkan: “Kesengajaan

adalah kemauan untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan-

perbuatan yang dilarang atau diperintahkan oleh undang-undang”.8

Rumusan “sengaja” pada umumnya dicantumkan dalam suatu norma pidana.

2) Unsur Kealpaan, sebagaimana yang disebut dalam Pasal 359 KUHP

Simons menerangkan “kealpaan” bahwa pada umumnya kealpaan itu

terdiri atas dua bagian, yaitu tidak berhati-hati melakukan suatu perbuatan,

disamping dapat menduga akibat perbuatan itu.

8Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Yogyakarta: Ghalia Indonesia, 1994,

hal.156

Page 12: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

3) Unsur Melawan Hukum

Dalam bahasa Belanda, melawan hukum adalah wederrechtelijk berasal

dari kata weder = bertentangan dengan atau melawan; recht = hukum jadi

wederrechtelijk adalah bertentangan dengan hukum atau melawan

hukum.9

4. Pengertian Asuransi

Asuransi dalam Bahasa Belanda disebut ”Verzekering” atau juga berarti

pertanggungan. Secara yuridis, pengertian asuransi atau pertanggungan menurut

Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya disebut

KUHDagang) adalah: ”Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian

dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,

dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya

karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,

yang mungkin akan diderita karena suatu peristiwa yang tak tertentu”.

F. Metode Penelitian

Untuk memperoleh, mengumpulkan serta menganalisa setiap data maupun

informasi yang sifatnya ilmiah, adapun metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu

pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.10

2. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah bersifat kualitatif,

dengan cara menganalisis bahan hukum secara komprehensif baik bahan hukum

primer maupun bahan hukum sekunder yang diperoleh selama melakukan

penelitian.

9Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hal.65

10Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009, hal. 1.

Page 13: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

3. Sifat penelitian

Sifat penelitian dari skripsi ini lebih mengarah kepada sifat penelitian

deskriptif, penelitian deskriptif bertujuan untuk menentukan ada tidaknya

hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.

Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan gambaran secara tepat mengenai

penegakan hukum terhadap kasus pengelapan premi asuransi (Analisis Putusan

No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn).

4. Data dan sumber data

Data maupun sumber data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini

terdiri dari data primer dan data sekunder, antara lain sebagai berikut:

a. Data Primer adalah data yang bersumber dari penelitian lapangan yaitu suatu

data yang diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan yaitu baik dari

responden maupun informan.

b. Data sekunder adalah data yang bersumber dari penelitian kepustakaan yaitu

data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber pertamanya, melainkan

bersumber dari data-data yang sudah terdokumenkan dalam bentuk bahan-bahan

hukum.

5. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan studi kepustakaan . Studi Dokumen merupakan teknik awal

yang digunakan dalam setiap penelitian ilmu hukum.

6. Analisis data

Dalam penelitian ilmu hukum aspek empiris dikenal dua model analisis

yakni, analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis, agar memberikan

kemudahan bagi pembacanya dalam memahami makna dan memperoleh

manfaatnya.

Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah

sebagai berikut:

Page 14: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat mengenai

gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari latar

belakang penulisan skripsi, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II PENYIDIKAN TERHADAP PENGAJUAN KLAIM ASURANSI

TERKAIT DENGAN TINDAK PIDANA PENGELAPAN ASURANSI

Bab ini berisikan tentang Syarat-syarat Pengajuan Klaim Asuransi,

Proses Penyidikan Tindak Pidana Pengelapan Asuransi dan Tindak

Pidana Penggelapan Asuransi

BAB III PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA

PENGGELAPAN PREMI ASURANSI

Bab ini berisikan Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Asuransi,

Penegakan Hukum terhadap Kasus Penggelapan Premi Asuransi yang

terdiri dari Kasus Posisi, Fakta, Dakwaan, Tuntuntan, Putusan Hakim

dan Analisis Putusan No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab ini

berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi.

Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar. Saran

merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang dikemukakan dalam

pembahasan permasalahan dapat lebih berhasil guna berdaya guna.

Page 15: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

PENYIDIKAN TERHADAP PENGAJUAN KLAIM ASURANSI TERKAIT

DENGAN TINDAK PIDANA PENGGELAPAN ASURANSI

A. Syarat-syarat Pengajuan Klaim Asuransi

Dalam dunia perasuransian, penyebutan kata „klaim‟ menjadi sesuatu yang

sensitif. Sering didengar istilah „klaim‟ yang dapat berarti „pergantian risiko‟.

Dalam asuransi jiwa, klaim mencakup beberapa hal. Dapat mengajukan klaim

ketika Anda rawat inap di Rumah Sakit, mengalami cacat tetap total (yang

disebabkan oleh sakit kritis terlebih dahulu, kecelakaan, maupun tidak), penyakit

kritis, kecelakaan yang disertai meninggal, dan meninggal dunia.11

B. Proses Penyidikan Tindak Pidana Penggelapan Asuransi

Langkah-langkah yang diambil Penyidik dalam mengungkap tindak pidana

penggelapan di bidang asuransi yang terjadi, adalah sebagai berikut:

1. Adanya laporan dari masyarakat

2. Identifikasi perkara dari penyidik

3. Menindaklanjuti laporan, apabila:

a. Kasus Pidana

b. Adanya alat bukti yang cukup

4. Membuat pemberkasan tahap penyidikan

Apabila kelengkapan administrasi sudah dipenuhi, maka penyidik dapat

langsung melakukan proses penyidikan.

Setelah dilakukan pemeriksaan dan diketahui telah terjadi tindak pidana

penipuan di bidang asuransi, maka penyidik segera melakukan proses penyidikan

selanjutnya, yaitu penangkapan dan penahanan terhadap pelaku, penggeledahan,

serta penyitaan barang bukti.

C. Tindak Pidana Penggelapan Asuransi

Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilakukan dalam dan situasi

yang tertentu oleh undang undang dinyatakan terlarang, yang karenanya telah

terjadi dapat mengakibatkan penghukuman badan dan atau moral bahkan

perampasan sebagian kekayaan bagi pelakunya.12

11

https://kenapaasuransi.wordpress.com/prosedur-pengajuan-klaim/ (diakses tanggal 11 April 2015) 12

Asas-Keadilan.Blogspot.Com/2014/12/Tindak-Pidana-Bidang-Perasuransian_29.Html (diakses tanggal 1 Mei 2015)

Page 16: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

Pengertian yuridis mengenai penggelapan diatur pada Bab XXIV (buku II)

KUHP, terdiri dari 5 Pasal (372 s/d 376). Salah satunya yakni Pasal 372 KUHP,

merupakan tindak pidana penggelapan dalam bentuk pokok yang rumusannya

berbunyi: “Barang siapa dengan sengaja menguasai secara melawan hukum

sesuatu benda yang seharusnya atau sebagian merupakan kepunyaan orang lain

yang berada padanya bukan karena kejahatan, karena bersalah melakukan

penggelapan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun

atau dengan pidana denda setinggi-tingginya 900 (sembilan ratus) rupiah.”13

Tindak pidana bidang perasuransian, adalah serangkaian perbuatan terlarang

oleh undang undang, dalam kaitan dengan kegiatan perasuransian, yang karenanya

pelaku dapat dijatuhi hukuman berupa penjara maupun denda bahkan perampasan

kekayaan, Sedangkan Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak (perusahaan

asuransi dan pemegang polis).

Ketentuan tentang tindak pidana di bidang Asuransi terdapat dalam Pasal 73

sampai dengan Pasal 82, Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang

Perasuransian.

Rumusan kejahatan tersebut terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:

a. perbuatan menyesatkan, adalah perbuatan yang ditujukan pada orang, dalam

hal ini penanggung dari perbuatan mana menimbulkan pesan atau gambaran

yang lain dari keadaan yang sebenaranya.

b. caranya dengan tipu muslihat,

c. pada penanggung asuransi,

d. mengenai keadaan yang berhubungan dengan pertanggungan itu,

e. sehingga menyetujui perjanjian,

f. perjanjian mana: (a) tidak akan dibuat, dan atau (b) setidak-tidaknya tidak

dengan syarat yang demikian, apabila keadaan yang sebenarnya diketahui.

Pasal 382 KUHP, yang menyatakan: Barang siapa dengan maksud untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atas kerugian

menanggung asuransi atau pemegang surat bodemerij yang sah, menimbulkan

13

Aprian,Dony.2013.(http://news.okezone.com/read/2013/08/28/339/857185/redirect).

(28 Juni 2015)

Page 17: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

kebakaran atau ledakan pada suatu benda yang dipertanggungkan terhadap bahaya

kebakaran; atau mengaramkan, mendamparkan, menghancurkan, merusakkan,

atau membikin tidak dapat dipakai, kapal yang dipertanggungkan, atau yang

muatannya, maupun upah yang diterima unsur pengangkutan muatannya yang

dipertanggungkan, atau yang atasnya telah diterima uang bodemerij diancam

dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

Unsur-unsur dari Pasal 382 adalah sebagai berikut:

a. Unsur obyektif:

1. Perbuatan: (a) menimbulkan kebakaran, (b) ledakan, (c) mengaramkan,

(d) mendamparkan, (e) menghancurkan, (f) merusakkan (membikin tidak

dapat dipakai)

2. Menimbulkan kerugian pagi penanggung atau pemegang surat bodemerij

3. Obyeknya: (a) benda yang dipertanggungkan terhadap bahaya kebakaran,

(b) kapal yang dipertanggungkan, kapal yang muatannya

dipertanggungkan, kapal yang upah untuk pengangkutan muatannya yang

dipertanggungkan

4. Kapal-kapal tersebut yang atasnya telah diterima uang bodemerij

b. Unsur subyektif:

1. maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain

2. dengan melawan hukum

Page 18: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA

PENGGELAPAN PREMI ASURANSI

A. Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Asuransi

Tindak pidana penggelapan premi asuransi sebagaimana dirumuskan

dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang

Perasuransian14

tidak dapat dilepaskan dari rumusan tindak pidana penggelapan

yang secara umum di atur dalam Pasal 372 KUHP atau dalam beberapa kasus

dapat juga diatur dalam Pasal 378 KUHP Hal ini dikarenakan dalam Undang-

Undang Asuransi tidak menentukan lebih jauh apa yang dimaksud dengan bagian

inti (bestanddeel) “menggelapkan” tersebut. Dengan demikian, makna bagian inti

atau unsur “menggelapkan” dalam Undang-Undang Asuransi, harus ditafsirkan

sebagai “penggelapan” dalam KUHP. Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Asuransi

menentukan: “Barang siapa menggelapkan premi asuransi diancam dengan

pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak

Rp. 2.500.000.000,-(dua milyar lima ratus juta rupiah)”.

Address at tindak pidana penggelapan premi asuransi sementara itu

mengenai idiom “barang siapa” bukanlah bagian inti atau unsur suatu tindak

pidana, sekalipun praktek hukum kerap kali memasukkannya sebagai unsur suatu

tindak pidana.

Undang-Undang Asuransi adalah Undang-Undang Administratif, yang

didalamnya memuat norma-norma yang sifatnya “mengatur” usaha perasuransian.

B. Penegakan Hukum terhadap Kasus Penggelapan Premi Asuransi yang

terdiri dari Kasus Posisi, Fakta, Dakwaan, Tuntuntan, Putusan Hakim

dan Analisis Putusan No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn

Undang-Undang asuransi adalah undang-undang administratif, yang

didalamnya memuat norma-norma yang sifatnya “mengatur” usaha perasuransian.

Undang-Undang Asuransi mengatur para pelaku usaha yang bergerak di bidang

perasuransian untuk menaati berbagai ketentuan perundang-undangan yang telah

ditetapkan.

14

Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian

Page 19: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

C. Kasus Posisi

Terdakwa Maria Rina Chirssanty Sinaga, pada suatu hari dan waktu

diantara bulan sejak 27 November 2008 sampai dengan 19 Juli 2010 atau

setidak-tidaknya antara tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, bertempat di

PT. Bank BNI KLN Sisingamangaraja Medan atau setidak-tidaknya pada

tempat lain yang masih termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri Medan,

telah menggelapkan premi asuransi PT. BNI Life Insurance.

Terdakwa bekerja sebagai tenaga pemasar (Bancasurance Specialist/BAS)

asuransi PT. BNI Life Insurance yang ditempatkan di KLN SM Raja Medan

dalam kurun waktu sejak November 2007 sampai dengan bulan Desember 2010

berdasarkan kontrak kerja keagenan Bancassurance Speclialist Nomor 241

KT.BAS.1107.

D. Dakwaan

- Pertama

Primair : Melanggar Pasal 21 angka 2 Undang-undang No. 2 Tahun

1992 tentang Usaha Perasuransian.

Subsidair : Melanggar Pasal 21 angka 5 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1992 tentang Usaha Perasuransian.

- Kedua

Melanggar Pasal 3 jo ayat (1) huruf i Undang-Undang No. 8 Tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana dalam Pasal 21 angka 5

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Perasuransian

E. Tuntutan

Menyatakan terdakwa MARIA RINA CHRIYSSANTY SINAGA terbukti

bersalah melakukan Tindak Pidana “Menggelapkan Premi Asuransi dan Tindak

Pidana Pencucian Uang” melanggar Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2

Tahun 1992.

Page 20: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

F. Putusan Hakim

Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama 1 (satu) tahun dan denda sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta

rupiah) dengan ketentuan jika denda tidak dibayar harus diganti dengan pidana

kurungan selama 2 (dua) bulan.

Page 21: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tindak pidana penggelapan asuransi klaim asuransi terkait tindak pidana

penggelapan di bidang asuransi pada Pasal 372 KUHP dan Pasal 374

KUHP.

2. Penegakan hukum terhadap tindak pidana penggelapan premi asuransi dan

Analisis kasus putusan No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn. Tindak pidana

penggelapan premi asuransi sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 21 ayat

(2) Undang-Undang Asuransi tidak dapat dilepaskan dari rumusan tindak

pidana penggelapan yang secara umum di atur dalam Pasal 372 KUHP

atau dalam beberapa kasus dapat juga diatur dalam Pasal 378 KUHP Hal

ini dikarenakan dalam Undang-Undang Asuransi tidak menentukan lebih

jauh apa yang dimaksud dengan bagian inti “menggelapkan” tersebut.

Dengan demikian, makna bagian inti atau unsur “menggelapkan” dalam

Undang-Undang Asuransi, harus ditafsirkan sebagai “penggelapan” dalam

KUHP.

B. Saran

1. Bagi pemerintah, diharapkan dapat melakukan penyempurnaan Pasal-Pasal

yang berkaitan dengan pelaksanaan penyidikan terkait tindak pidana

pengelapan di bidang asuransi, khususnya tindak pidana penipuan di

bidang asuransi yang dilakukan oleh pihak tertanggung terhadap pihak

perusahaan asuransi sebagai penanggung risiko.

2. Bagi masyarakat, dapat secara cermat mengetahui sanksi yang akan

diterima apabila terbukti melakukan kejahatan pengajuan klaim asuransi

dengan cara tipu muslihat, agar tidak terjadi pelanggaran atas aturan

hukum yang berlaku.

Page 22: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Fletcher, George P., Rethinking Criminal Law Oxford: Oxford University Press,

2000.

H. van Barneveld, Pengetahuan Umum Asuransi, terjemahan Noehar Moerasad,

Jakarta: Bharata, 1980

H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 1:

Pengetahuan Dasar Hukum Dagang, Jakarta: Penerbit Djambatan, 1995

Ilyas, Amir Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta, Rengkang Education

Yogyakarta dan Pukap Indonesia, 2012.

Lamintang P.A.F, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Citra Aditya,

1997

Komariah E. Sapardjaja Komariah E. Sapardjaja, Ajaran Melawan Hukum

Materiel Dalam Hukum Pidana Indonesia; Studi Tentang Penerapan dan

Perkembangannya dalam Yurisprudensi, Bandung: Alumni, 2002.

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Cetakan Kedelapan, Rineka Cipta, Jakarta,

2008

Poernomo, Bambang, Asas-asas Hukum Pidana, Yogyakarta: Ghalia Indonesia,

1994.

Runtukahu, Ernest, Tindak pidana penggelapan premi Asuransi serta penegakan

hukumnya, Dosen Fakultas Hukum Universitas Samratulangi, 2013,

Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012.

Suharto, Hukum Pidana Materiil, Jakarta:Sinar Grafika, 1991

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu

Tinjauan Singkat Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009, hal. 1.

Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta:

Ghalia Indonesia, 1999.

Umam, Khotibul, Memahami & Memilih Produk Asuransi, Yogyakarta: Pustaka

Yustisia, 2011.

Page 23: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENGGELAPAN PREMI ASURANSI …

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

C. Jurnal

Rizqia Gita Astiriani, Pelaksanaan Penyidikan Terhadap Pengajuan Klaim

Asuransi Terkait dengan Tindak Pidana Penipuan di Bidang Asuransi

(Studi di Polrestabes Surabaya), Jurnal Ilmiah Subyek Hukum Ekonomi,

2013

D. Website

Saleh, Roeslan Masih Saja Tentang Kesalahan Jakarta: Karya Dunia Fikir, 1994

Dadangsumarnash.blogspot.com/2011/01/tidak-pidana-penggelapan-

372.html (diakses tanggal 1 Juli 2015)

https://kenapaasuransi.wordpress.com/prosedur-pengajuan-klaim/ (diakses tanggal

11 April 2015)

Auliaarahmi.Blogspot.Com/2014_05_01_Archive.Html (diakses tanggal 21 April 2015)

Asa-Keadilan.Blogspot.Com/2014/12/Tindak-Pidana-Bidang-

Perasuransian_29.Html (diakses tanggal 1 Mei 2015)

Aprian, Dony.2013.(http://news.okezone.com/read/2013/08/28/339/857185/redirect).

(28 Juni 2015)