penelitian dahulu
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 penelitian dahulu
1/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
Pengaruh Skeptisme Profesional, Keahlian, Independensi dan Reduksi Kualitas Audit
terhadap Kualitas Audit (Studi pada BPK RI Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan)
Mutia Effendi
Syaiful Hifni
Lili Safrida
Universitas Lambung Mangkurat
Abstract
This study aimed to analyze the effect of professional scepticism, expertise, independence, and
audit quality reduction for quality audit on BPK RI Representative Government Auditor in South
Kalimantan Province. Type of research is quantitative research with survey explanationmethod. The research was obtained from questionnaires which were distributed to all auditors
that work at BPK RI Representative Government Auditors in South Kalimantan Province. The
sample of this research are 40 respondens. The method of determining the sample was using
purposive sampling method and multiple liniear used as data analysis technique.The result ofthis research show that professional scepticism, expertise, independence, and audit quality
reduction have an effect on the audit quality simultaneously and partially. Professional
skepticism is the most dominant influence on the audit quality.
Keywords: professional scepticism, experti se, independence, audit quali ty reduction, audi t
quality
A. PENDAHULUAN
Audit dalam laporan keuangan sangat perlu dilakukan, apalagi dalam berkembangnya
bisnis di Indonesia yang menyebabkan banyak pihak membutuhkan laporan keuangan yang
relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Laporan keuangan menyajikan informasi
keuangan yang dapat digunakan dalam mengambil keputusan oleh berbagai pihak. Laporan
keuangan, disamping sebagai alat pertanggungjawaban keuangan juga merupakan alat
komunikasi antara perusahaan atau pemerintah dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Peran
-
8/16/2019 penelitian dahulu
2/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
auditor sebagai pihak yang netral dan independen sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan dan
meningkatkan kepercayaan para pemakai informasi laporan keuangan.
Keberadaan dan peran profesi auditor mengalami peningkatan yang sesuai dengan
perkembangan bisnis dan perubahan global. Meningkatnya perkembangan bisnis dan perubahan
global tersebut membuat para auditor menjadi lebih sulit berperilaku secara profesional.
Kurangnya independensi auditor dan maraknya rekayasa laporan keuangan, telah menurunkan
kepercayaan para pengguna laporan keuangan atau masyarakat mempertanyakan keberadaan
auditor sebagai pihak yang independen.
Kewajaran penyajian laporan ke Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SKPN)
merupakan standar yang ditetapkan dengan peraturan BPK Nomor 01 tahun 2007 yang menjadi
pedoman oleh BPK dalam memeriksa laporan Keuangan Negara sehingga hasil pemeriksaan
(laporan hasil audit) BPK dapat lebih tepat dan berkualitas yaitu memberikan nilai tambah yang
positif bagi pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang selanjutnya akan
berdampak pada peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia seluruhnya.
Tahun 2009 terdapat kasus di Jakarta yaitu auditor BPK Bagindo Quirinno ditetapkan
sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena menerima sejumlah uang
dari kliennya untuk mengubah hasil auditnya yang ternyata berindikasi penyalahgunaan
anggaran. Ini menyebabkan laporan audit dan opini yang dihasilkan tidak akurat dan objektif
karena informasi dalam laporan audit tidak sesuai dengan fakta dan bukti-bukti yang terjadi.
Ayu (2013) menyatakan bahwa kualitas audit merupakan suatu issue yang kompleks,
karena begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit, yang tergantung dari
sudut pandang masing-masing pihak. Hal tersebut menjadikan kualitas audit sulit
-
8/16/2019 penelitian dahulu
3/26
-
8/16/2019 penelitian dahulu
4/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
dalam melakukan audit. Pengurangan kualitas audit diartikan sebagai “pengurangan mutu dalam
pelaksanaan audit yang dilakukan secara sengaja oleh auditor” Suryanita (2006). Peristiwa
pengurangan kualitas audit yang banyak terjadi dimasa ini salah satunya adalah tidak
dilakukannya semua prosedur audit yang disyaratkan, tindakan ini dapat berpengaruh terhadap
pendapat yang dikeluarkan auditor. Auditor pemerintah merupakan auditor yang juga
menghadapi time pressure dalam melaksanakan prosedur audit, mengingat institusi tempat
mereka bekerja juga memperoleh anggaran waktu untuk menunjang kegiatannya.
Kecenderungan anggaran waktu ini disinyalir akan berdampak pula terhadap prosedur audit
yang akan dilaksanakan oleh auditor (Erika, dkk 2008).
Berdasarkan dasar latar belakang di atas, maka peneliti mengangkat tema “Pengaruh
Skeptisme Profesional, Keahlian, Independensi dan Reduksi Kualitas Audit terhadap Kualitas
Audit.”
B. KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
1. Kualitas Audit
DeAngelo (1981) dalam Bawono dan Elisha (2010) mendefinisikan “kualitas audit
sebagai probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam
sistem akuntansi klien”. Menurut Ida Rosnidah (2010) kompetensi auditor berpengaruh terhadap
kualitas audit. Christiawan (2002) mengungkapkan kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu
independensi dan kompetensi.
Auditor dengan kemampuan profesionalisme tinggi akan lebih melaksanakan audit secara
benar dan cenderung menyelesaikan setiap tahapan-tahapan proses audit secara lengkap dan
-
8/16/2019 penelitian dahulu
5/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
mempertahankan sikap skeptisme profesionalnya dalam mempertimbangkan bukti-bukti audit
yang kurang memadai yang ditemukan selama proses audit untuk memastikan agar
menghasilkan kualitas audit yang baik (Bawono dan Elisha, 2010).
2. Skeptisme Profesional dan Kualitas Audit
Auditor yang disiplin menerapkan skeptisme profesional, tidak akan terpaku pada
prosedur audit yang tertera dalam program audit. Skeptisme profesional akan membantu auditor
dalam menilai dengan kritis risiko yang dihadapi dan memperhitungkan risiko tersebut dalam
bermacam-macam keputusan (seperti menerima atau menolak klien; memilih metode dan teknik
audit yang tepat; menilai bukti-bukti audit yang dikumpulkan dan seterusnya) (Theodorus,
2011:77).
Pernyataan Standar Umum ketiga tentang Standar Pemeriksaan 01 dalam SPKN
menetapkan “Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan,
pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama.”
Kemahiran profesional menuntut pemeriksa untuk melaksanakan skeptisme profesional yaitu
sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis
terhadap bukti pemeriksaan (Wandanarum, 2013:88).
Menurut Sabrina dan Januarti (2012) skeptisme profesional adalah sikap yang harus
dimiliki oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya sebagai akuntan publik yang dipercaya oleh
masyarakat dengan selalu mempertanyakan dan tidak mudah percaya atas bukti-bukti audit agar
-
8/16/2019 penelitian dahulu
6/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
pemberian opini auditor tepat sehingga menghasilkan kualitas audit yang baik. Menurut Tania
(2013) skeptisme profesional dapat dilatih oleh auditor dalam melaksanakan tugas audit,
pemberian opini harus didukung oleh bukti audit yang kompeten, dimana dalam mengumpulkan
bukti tersebut auditor harus menggunakan sikap profesionalnya agar diperoleh bukti yang
meyakinkan sebagai dasar pengambilan keputusan berbagai pihak. Keyakinan yang memadai
atas bukti-bukti yang ditemukan akan sangat membantu auditor dalam melaksanakan proses
audit agar kualitas audit dapat tercapai.
Auditor harus tetap menjaga sikap skeptis profesionalnya selama proses pemeriksaan,
karena auditor sudah tidak mampu lagi mempertahankan sikap skeptisme profesionalnya, maka
laporan keuangan yang diaudit tidak dapat dipercaya lagi (Bawono dan Elisha, 2010).
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:
H1 : Skeptisme Profesional berpengaruh terhadap kualitas audit.
3. Keahlian dan Kualitas Audit
Standar Umum pertama dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
menyebutkan bahwa mewajibkan semua organisasi pemeriksa bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan oleh para pemeriksa yang memiliki
pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut
(Wandanarum, 2013:81).
Dunia usaha selalu mengalami perubahan dan perkembangan, akuntan publik juga perlu
selalu mengikuti perkembangan bidang akuntansi agar tetap dapat menyediakan jasa yang
bermanfaat bagi lingkungan masyarakatnya. Profesi akuntan publik Indonesia mengharuskan
-
8/16/2019 penelitian dahulu
7/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
para anggotanya untuk secara periodik mengikuti pendidikan berkelanjutan, agar mereka tetap
memperoleh izin praktik sebagai akuntan publik (Mulyadi, 2002:26).
Keahlian yang ditunjang dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki auditor
merupakan dasar yang dibutuhkan seorang auditor dalam proses audit, sehingga mampu
memberikan kontribusi yang baik pada kualitas audit (Ayu, 2013). Alim, dkk (2007) juga
membuktikan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki keahlian yang baik.
Keahlian tersebut terdiri dari pengelaman dan pengetahuan. Auditor harus senantiasa
meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan sejalan dengan bertambahnya
pengalaman yang dimiliki auditor. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan
adalah:
H2 : Keahlian berpengaruh terhadap kualitas audit.
4. Independensi dan Kualitas Audit
Independensi berarti sikap mental independen auditor yang bebas pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya
kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang
objektif tidak memihak dalam diri audior dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya
(Mulyadi, 2002:27).
Pernyataan Standar Umum kedua tentang Standar Pemeriksaan 01 dalam SPKN
menetapkan “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi
pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan
probadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.” Independensi
-
8/16/2019 penelitian dahulu
8/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
adalah sikap tidak memihak dan salah satu faktor yang menentukan kredibilitas pendapat
auditor. Kebutuhan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor yang independen menjadi
hal yang penting, sehingga sebagai seorang auditor ia diharuskan tetap mengaja kualitas
auditnya dengan menjaga sikap independensinya. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis
yang diajukan adalah:
H3 : Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit.
5.
Reduksi Kualitas Audit dan Kualitas Audit
Reduksi kualitas audit / perilaku pengurangan kualitas audit yang dideskripsikan oleh
Suryanita dkk (2006) sebagai tindakan yang dilakukan oleh auditor selama melakukan pekerjaan
dimana tindakan ini dapat mengurangi ketepatan dan keefektifan pengumpulan bukti audit.
Menurut Suryanita dkk (2006) perilaku tersebut muncul karena adanya dilema antara inherent
cost (biaya yang melekat pada proses audit) dan kualitas, yang dihadapi oleh auditor dalam
lingkungan auditnya. Disatu sisi, auditor harus memenuhi standar profesionalnya yang
mendorong mereka untuk mencapai kualitas audit pada level tinggi, namun disisi lain, auditor
menghadapi hambatan cost /biaya yang membuat mereka memiliki kecenderungan untuk
menurunkan kualitas audit.
Herningsih (2001) menemukan bahwa akhir-akhir ini tuntutan melakukan efisiensi biaya
dan waktu menimbulkan time pressure dalam pelaksanaan audit. Time pressure memiliki dua
dimensi yaitu time budget pressure (keadaan dimana auditor dituntut melakukan efisiensi
terhadap anggaran waktu yang telah disusun, atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran
-
8/16/2019 penelitian dahulu
9/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
yang sangat ketat) dan time deadline pressure (kondisi dimana auditor dituntut untuk
menyelesaikan tugas audit tepat pada waktunya).
Penelitian yang dilakukan Suryanita, dkk (2006) memberikan kesimpulan bahwa time
pressure berpengaruh terhadap penghentian premature atas prosedur audit. Prosedur audit yang
sering ditinggalkan saat time pressure adalah pemahaman terhadap bisnis klien. Penelitian yang
dilakukan Ni Made dan Mertha (2014) membuktikan bahwa faktor situasional auditor yakni
time pressure mempunyai pengaruh positif signifikan pada Penghentian Prematur Prosedur
Audit di Kantor BPK-RI Perwakilan Provinsi Bali merupakan perilaku pengurangan kualitas
audit (reduksi kualitas audit) yang dilakukan oleh auditor yang dapat menurunkan kualitas audit.
Auditor pemerintah merupakan auditor yang juga menghadapi time pressure dalam
melaksanakan prosedur audit, mengingat institusi tempat mereka bekerja juga memperoleh
anggaran untuk menunjang kegiatannya yang bersumber dari APBD (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah) dari pemerintah masing-masing daerah. Anggaran waktu/ time pressure
pemeriksaan sangat dipengaruhi oleh jumlah anggaran pemeriksaan yang ada. Jika anggaran
yang diperoleh sedikit, maka anggaran waktu pemeriksaan juga akan sedikit. Kecenderungan
anggaran waktu ini disinyalir akan berdampak pula terhadap prosedur audit yang akan
dilaksanakan dan mengurangi kualitas audit. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang
diajukan adalah:
H4 : Reduksi Kualitas Audit berpengaruh terhadap kualitas audit.
6. Skeptisme Profesional, Keahlian, Independensi dan Reduksi Kualitas Audit
terhadap Kualitas Audit
-
8/16/2019 penelitian dahulu
10/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
Skeptisme Profesional merupakan keharusan dalam setiap penugasan auditor. Audit harus
memberikan keyakinan yang memadai bahwa bukti audit telah mencukupi dan sesuai untuk
mendukung temuan dan kesimpulan auditor. Keyakinan yang memadai atas bukti-bukti yang
ditemukan akan sangat membantu auditor dalam melaksanakan proses audit agar kualitas audit
dapat tercapai. Auditor yang memiliki keahlian teknis melalui pelatihan praktik dan ahli dalam
bidang audit akan memberikan kontribusi yang baik untuk kualitas audit yang baik. Sikap
mental auditor yang bebas pengaruh, tidak berpihak pada siapapun dan jujur sangat diperlukan
untuk mempertahankan kebebasannya memberikan pendapat yang mana kualitas audit yang
dihasilkannya semakin baik.
Perilaku pengurangan kualitas audit (reduksi kualitas audit) merupakan keadaan dimana
auditor menghadapi time pressure dalam melaksanakan prosedur audit, mengingat institusi
tempat mereka bekerja juga memperoleh anggaran untuk menunjang kegiatannya. Anggaran
waktu/ time pressure pemeriksaan sangat dipengaruhi oleh jumlah anggaran pemeriksaan yang
ada. Jika anggaran yang diperoleh sedikit, maka anggaran waktu pemeriksaan juga akan sedikit.
Kecenderungan anggaran waktu ini disinyalir akan berdampak pula terhadap prosedur audit
yang akan dilaksanakan dan mengurangi kualitas audit. Berdasarkan uraian di atas maka
hipotesis yang diajukan adalah:
H5: Skeptisme Profesional, Keahlian, Independensi dan Reduksi Kualitas Audit secara bersama-
sama berpengaruh terhadap Kualitas Audit.
C. METODE PENELITIAN
1. Pengumpulan Data, Populasi dan Sampel Penelitian
-
8/16/2019 penelitian dahulu
11/26
-
8/16/2019 penelitian dahulu
12/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Variabel skeptisme profesional, keahlian,
independensi, reduksi kualitas audit, dan kualitas audit memiliki nilai cronbach’s alpha >0,70.
Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur memenuhi syarat reliabilitas.Hasil pengujian reliabilitas
dapat dilihat pada tabel berikut:
3. Pengukuran Variabel
a) Skeptisme Profesional
Kemahiran profesional akan sangat mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh
auditor. Semakin tinggi tingkat skeptisme seorang auditor dalam mengaudit, akan berpengaruh
pada ketepatan pemberian opini dan berdampak pada kualitas audit. Untuk mengukur variabel
ini, peneliti menggunakan instrumen yang telah dikembangkan oleh Noviyanti dan Bandi (2008)
yang kemudian digunakan Tania (2013). Setiap responden diminta untuk menjawab pertanyaan
untuk mengukur skeptisme profesional, dan diminta memilih dengan menggunakan skala likert
poin 1 sampai 5.
b) Keahlian
Auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang
diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya Ayu (2013). Variabel keahlian dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen digunakan Ayu (2013). Setiap responden
diminta untuk menjawab pertanyaan untuk mengukur keahlian, dan diminta memilih dengan
menggunakan skala likert poin 1 sampai 5.
c) Independensi
Independensi berarti sikap mental independen auditor yang bebas pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi, 2002:27). Variabel
-
8/16/2019 penelitian dahulu
13/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
Independensi auditor dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Mautz dan Sharaf (1980) yang kemudian digunakan Ayu (2013). Setiap
responden diminta untuk menjawab pertanyaan untuk mengukur independensi, dan diminta
memilih dengan menggunakan skala likert poin 1 sampai 5.
d) Reduksi Kualitas Audit
Perilaku reduksi kualitas audit muncul karena adanya dilema antara inherent cost (biaya
yang melekat pada proses audit) dan kualitas, yang dihadapi oleh auditor dalam lingkungan
auditnya. Disatu sisi, auditor harus memenuhi standar profesionalnya yang mendorong mereka
untuk mencapai kualitas audit pada level tinggi, namun disisi lain, auditor menghadapi
hambatan cost/ biaya yang membuat mereka memiliki kecenderungan untuk menurunkan
kualitas audit. Variabel reduksi kualitas audit dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
instrumen yang dikembangkan oleh Herningsih (2001) yang kemudian digunakan oleh
Suryanita (2006). Setiap responden diminta untuk menjawab pertanyaan untuk mengukur
reduksi kualitas audit, dan diminta memilih dengan menggunakan skala likert poin 1 sampai 5.
e) Kualitas Audit
Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi (Christiawan,
2002). Kualitas audit adalah sikap auditor dalam melaksanakan tugasnya yang tercermin dalam
hasil pemeriksaannya yang dapat diandalkan sesuai dengan standar yang berlaku (Bawono dan
Elisha, 2010). Untuk mengukur variabel ini, peneliti menggunakan instrumen yang telah
dikembangkan oleh Christiawan (2002) yang kemudian digunakan Ayu (2013). Setiap
responden diminta untuk menjawab pertanyaan untuk mengukur kualitas audit, dan diminta
memilih dengan menggunakan skala likert poin 1 sampai 5.
-
8/16/2019 penelitian dahulu
14/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
4. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan dengan bantuan Statistical
Product and Service Solution (SPSS) versi 22. Untuk menguji hipotesis 1, 2 dan 3 dilakukan
dengan analisis regresi berganda (multiple regression analysis).
Untuk menguji hipotesis 1, 2, 3, dan 4 persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Y = a + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 - β4 X4 + e
Keterangan:
Y : Kualitas Audita : Konstanta
β1,,4 : Koefisien Regresi
X1 : Skeptisme ProfesionalX2 : Keahlian
X3 : Independensi
X4 : Reduksi Kualitas Audite : error terms
D. HASIL DAN ANALISIS
1. Distribusi Jawaban Responden dan Analisis Statistik Deskriptif Variabel
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penyebaran kuesioner sebanyak 56, jumlah
kuesioner yang kembali dan dapat diolah sebanyak 40 atau 71,5% dan jumlah kuesioner yang
tidak kembali sebanyak 16 atau 28,5%. menunjukkan responden laki-laki menjadi terbanyak
dalam penelitian ini yaitu sebesar 26 orang atau 65% dan 14 orang atau 36% berjenis kelamin
perempuan. Jawaban responden menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan umur
diantara 30-39 tahun yaitu sebesar 20 orang atau 50%. Mayoritas responden dengan pendidikan
terakhir S1 berjumlah 25 orang atau 62,5. Mayoritas responden yang memiliki masa kerja 5-10
tahun sebanyak 26 orang atau 65%. Dan mayoritas responden dengan jabatan sebagai
-
8/16/2019 penelitian dahulu
15/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
pemeriksa muda menjadi yaitu sebanyak 19 orang atau sebesar 61,3%. Tabel dibawah ini
menunjukkan deskriptif variabel dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:
Tabel E.1
Deskriptif Variabel
Variabel N Min Max Mean St. Deviasi
Skeptisme Profesional
(X1)
40 19 30 20,00 2,591
Keahlian (X2) 40 22 30 25,67 2,585
Independensi (X3) 40 19 30 25,20 2,420
Reduksi Kualitas Audit
(X4)
40 12 30 20,50 3,616
Kualitas Audit (Y) 40 39 30 55,00 4,162
Sumber: Data yang diolah kembali (2015)
2. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Untuk menguji kelayakan suatu model regresi yang digunakan dalam menguji hipotesis,
dilakukan uji asumsi klasik (uji multikolinieritas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan
normalitas data). Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan klasik tidak ditemukan masalah
pada pengujian tersebut.
Berdasarkan hasil korelasi antar variabel dapat dijelaskan bahwa korelasi antara skeptisme
profesional (X1) dengan kualitas audit (Y) ditunjukkan sebesar 37,6%, keahlian (X2) dengan
kualitas audit (Y) sebesar 51,4%, independensi (X3) dengan kualitas audit (Y) sebesar 65,2%
dan reduksi kualitas audit (X4) dengan kualitas auditor (Y) sebesar 20,7%. Nilai R pada
koefisien determinasi sebesar 0,888 atau 88,8% adalah koefisien korelasi yang menunjukkan
tingkat hubungan antara variabel yaitu skeptisme profesional, keahlian, independensi dan
reduksi kualitas audit, dengan variabel kualitas audit. Nilai korelasi menunjukkan tingkat
hubungan yang sangat kuat karena berada diantara 0,800-1,000.
-
8/16/2019 penelitian dahulu
16/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
Penelitian ini menggunakan tingkat keyakinan 95%, yang berarti menggunakan α sebesar
0,05. Hal ini berarti jika nilai p value < 0,05 maka variabel independen memiliki besaran
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis regresi
berganda diperoleh nilai adjusted r-square sebesar 0,764. Hasil ini menindikasikan bahwa
pengaruh skeptisme profesional, keahlian, independensi dan reduksi kualitas audit secara
bersama-sama terhadap kualitas audit adalah sebesar 76,4%. Nilai F sebesar 32,543 dengan
tingkat signifikasi p=0,000 (p1,684) sehingga dapat dikatakan H1 diterima dan
dapat disimpulkan bahwa skeptisme profesional berpenngaruh terhadap kualitas audit.
Hasil penelitian ini mendukung teori-teori yang dikemukakan sebelumnya yang
menyatakan bahwa skeptisme profesional akan membantu auditor dalam menilai dengan kritis
risiko yang dihadapi dan memperhitungkan risiko tersebut dalam bermacam-macam keputusan
(seperti menerima atau menolak klien; memilih metode dan teknik audit yang tepat; menilai
bukti-bukti audit yang dikumpulkan dan seterusnya) (Theodorus, 2011:77).
Standar Umum Ketiga dalam SPKN (Standar Pemeriksaan Keuangan Negara) yang
menetapkan bahwa dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil
pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan
-
8/16/2019 penelitian dahulu
17/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
seksama.” Kemahiran profesional menuntut pemeriksa untuk melaksanakan skeptisme
profesional yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan
evaluasi secara kritis terhadap bukti pemeriksaan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Bawono dan
Elisha (2010) yang menyatakan bahwa due professional care yang didalamnya termasuk
skeptisme profesional dan memberikan keyakinan yang memadai berpengaruh positif terhadap
kualitas audit. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tania (2013) bahwa
skeptisme profesional dapat dilatih oleh auditor dalam melaksanakan tugas audit, pemberian
opini harus didukung oleh bukti audit yang kompeten, dimana dalam mengumpulkan bukti
tersebut auditor harus menggunakan sikap profesionalnya agar diperoleh bukti yang
meyakinkan sebagai dasar pengambilan keputusan berbagai pihak. Keyakinan yang memadai
atas bukti-bukti yang ditemukan akan sangat membantu auditor dalam melaksanakan proses
audit agar kualitas audit dapat tercapai.
Penelitian ini juga sesuai dengan Sabrina dan Januarti (2012) yang mengungkapkan
bahwa skeptisme profesional adalah sikap yang harus dimiliki oleh auditor dalam melaksanakan
tugasnya sebagai akuntan publik yang dipercaya oleh masyarakat dengan selalu
mempertanyakan dan tidak mudah percaya atas bukti-bukti audit agar pemberian opini auditor
tepat sehingga menghasilkan kualitas audit yang baik.
Besarnya pengaruh skeptisme profesional terhadap kualitas audit adalah sebesar 37,6%.
Bila dilihat dari pengaruh yang sebesar 37,6%, dengan angka signifikasi 0,000, maka diduga
masih ada faktor-faktor lain diluar variabel skeptisme profesional yang mempengaruhi kualitas
audit.
-
8/16/2019 penelitian dahulu
18/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
Pengujian Hipotesis 2
Hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,03 dengan tingkat
signifikansinya (p) sebesar 0,03 (p ttabel (3,215>1,684) sehingga dapat dikatakan H2 diterima dan
dapat disimpulkan bahwa keahlian berpenngaruh terhadap kualitas audit.
Hasil penelitian ini mendukung teori-teori yang dikemukakan sebelumnya dan pernyataan
Pernyataan Standar Umum pertama tentang Standar Pemeriksaan 01 dalam SPKN menetapkan
“pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk
melaksanakan tugas pemeriksaan.” Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan secara k olektif
harus memiliki keahlian yang dibutuhkan serta memiliki sertifikasi keahlian yang berterima
umum. yang menyatakan bahwa auditor harus telah menjalani pendidikan dan pelatihan teknis
yang cukup dalam praktik akuntansi dan teknik auditing. Auditor yang melaksanakan
pemeriksaan keuangan harus memiliki keahlian dibidang akuntansi dan auditing, serta
memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum berkaitan entitas yang diperiksa (Mulyadi,
2002:26).
Hasil penelitian juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan Ayu (2013) yang
mengyatakan bahwa keahlian berpengaruh terhadap kualitas audit. Keahlian yang ditunjang
dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki auditor merupakan dasar yang dibutuhkan
seorang auditor dalam proses audit, sehingga mampu memberikan kontribusi yang baik pada
kualitas audit. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alim, dkk (2007)
yang menyatakan bahwa keahlian berpengaruh terhadap kualitas audit. membuktikan bahwa
kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki keahlian yang baik. Keahlian tersebut terdiri
-
8/16/2019 penelitian dahulu
19/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
dari pengelaman dan pengetahuan. Auditor harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang
telah dimiliki agar penerapan sejalan dengan bertambahnya pengalaman yang dimiliki auditor.
Definisi keahlian dalam bidang auditing sering diukur dengan pengalaman (Mayangsari,
2003). Penelitian yang dilakukan Mayangsari (2003) menjelaskan bahwa pengalaman dan
pengetahuan merupakan faktor penting yang berkaitan dengan pemberian opini, dimana dalam
penelitiannya hal tersebut termasuk sebagai indikator pada kualitas audit. Penelitian juga sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Bonner (1990) yang menunjukkan bahwa pengetahuan
mengenai spesifik tugas dapat meningkatkan kinerja auditor sehingga memberikan kualitas
audit yang baik.
Pengujian Hipotesis 3
Hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,002 dengan tingkat
signifikansinya (p) sebesar 0,002 (p ttabel (3,373>1,684) sehingga dapat dikatakan H3 diterima dan
dapat disimpulkan bahwa independensi berpenngaruh terhadap kualitas audit.
Pernyataan Standar Umum kedua tentang Standar Pemeriksaan 01 dalam SPKN
menetapkan “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi
pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan
probadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.” Proses
pemeriksaan yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan berdasarkan sikap yang jujur dan
tidak memihak pada siapapun akan memberikan kualitas audit yang baik bila dibandingkan
dengan auditor yang tidak memiliki sikap independensi pada saat melakukan proses audit.
-
8/16/2019 penelitian dahulu
20/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Alim (2007) yang menyatakan bahwa bahwa
independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor harus memiliki sikap independen
agar pengumpulan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan didasarkan
pada sikapnya yang jujur dan tidak memihak pada siapapun akan memberikan kualitas audit
yang baik bila dibandingkan dengan auditor yang tidak memiliki sikap independensi pada saat
melakukan proses audit.
Hasil penelitian juga konsisten dengan penelitian Bawono dan Elisha (2010) yang
membuktikan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor yang baik tidak
dibenarkan memihak kepada siapapun, sikap independensi yang dimilikinya sangat diperlukan
untuk mempertahankan kebebasannya memberikan pendapat yang mana kualitas audit yang
dihasilkannya semakin baik. Dan penelitian juga sesuai dengan penelitian Ayu (2013) yang
menyatakan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. membuktikan bahwa
independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor yang menjaga independensinya
dalam menjalankan penugasan profesionalnya maka kualitas audit yang dihasilkan akan
semakin baik.
Pengujian Hipotesis 4
Hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,027 dengan tingkat
signifikansinya (p) sebesar 0,027 (p ttabel (2,303>1,684) sehingga dapat dikatakan H4 diterima dan
dapat disimpulkan bahwa reduksi kualitas audit berpenngaruh terhadap kualitas audit. Penelitian
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi auditor melakukan perilaku pengurangan kualitas audit
-
8/16/2019 penelitian dahulu
21/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
yang didalamnya terdapat adanya tekanan waktu/ time pressure dan tekanan anggaran/budget
pressure maka memungkinkan auditor menurunkan kualitas auditnya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Suryanita, dkk
(2006) yang menyatakan bahwa time pressure berpengaruh terhadap penghentian premature atas
prosedur audit. Berpengaruh dalam hasil penelitiannya yang berarti bahwa semakin tinggi
tekanan waktu yang diberikan semakin tinggi kemungkinan auditor melakukan penghentian
premature atas prosedur audit yang menimbulkan perilaku reduksi kualitas audit dan
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas audit.
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Qurrahman, 2012) bahwa
time pressure berpengaruh terhadap penghentian premature atas prosedur audit yang
menimbulkan adanya perilaku reduksi kualitas audit. Tindakan tersebut dapat berpengaruh
langsung terhadap kualitas laporan audit yang dihasilkan auditor, apabila salah satu langkah
dalam prosedur audit dihilangkan, maka kemungkinan auditor membuat judgment yang salah
akan semakin tinggi yang menimbulkan kualitas audit menurun.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ni Made dan I Made (2014) yang
membuktikan bahwa faktor situasional auditor yakni time pressure mempunyai pengaruh positif
pada Penghentian Prematur Prosedur Audit di Kantor BPK-RI Perwakilan Provinsi Bali
merupakan perilaku pengurangan kualitas audit (reduksi kualitas audit) yang dilakukan oleh
auditor.
Auditor pemerintah terutama Badan Pemeriksa Keuangan RI merupakan auditor
menghadapi time pressure dalam melaksanakan prosedur audit, mengingat institusi tempat
mereka bekerja memperoleh anggaran untuk menunjang kegiatannya yang bersumber dari
-
8/16/2019 penelitian dahulu
22/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) dari pemerintah masing-masing daerah.
Anggaran waktu/ time pressure pemeriksaan sangat dipengaruhi oleh jumlah anggaran
pemeriksaan yang ada sehingga auditor cenderung mampu menjaga kualitas auditnya. Anggaran
yang diperoleh sedikit, maka anggaran waktu pemeriksaan juga akan sedikit.
Pengujian Hipotesis 5
Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa variabel skeptisme profesional, keahlian,
independensi, dan reduksi kualitas audit berpengaruh terhadap kualitas audit. Dilihat dari nilai
signifikansinya (p) sebesar 0,000 (p F tabel (32,543 > 2,64) sehingga dapat dikatakan H5 diterima.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Theodorus, (2011) bahwa
skeptisme profesional membantu auditor dalam menilai dengan kritis risiko yang dihadapi dan
memperhitungkan risiko tersebut dalam bermacam-macam keputusan (seperti menerima atau
menolak klien; memilih metode dan teknik audit yang tepat; menilai bukti-bukti audit yang
dikumpulkan dan seterusnya). Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Elisha dan Bawono (2010) yang mengemukakan bahwa skeptisme profesional merupakan
keharusan dalam setiap penugasan auditor agar memberikan keyakinan yang memadai bahwa
bukti audit telah mencukupi dan sesuai untuk mendukung temuan dan kesimpulan auditor.
Keyakinan yang memadai atas bukti-bukti yang ditemukan akan sangat membantu auditor
dalam melaksanakan proses audit sehingga kualitas audit dapat tercapai. Auditor yang memiliki
skeptisme profesional disertai dengan memiliki keahlian teknis melalui pelatihan praktik
auditing akan memberikan kualitas audit yang baik untuk pihak-pihak yang berkepentingan.
-
8/16/2019 penelitian dahulu
23/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
Penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Ayu (2013) membuktikan bahwa
independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor yang menjaga independensinya
dalam menjalankan penugasan profesionalnya maka kualitas audit yang dihasilkan akan
semakin baik. Penelitian yang dilakukan Bawono dan Elisha (2010) juga membuktikan bahwa
independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor yang baik tidak dibenarkan memihak
kepada siapapun, sikap independensi yang dimilikinya sangat diperlukan untuk
mempertahankan kebebasannya memberikan pendapat yang mana kualitas audit yang
dihasilkannya semakin baik.
Pendapat De Angelo (1981) yang menyatakan bahwa independensi merupakan hal yang
penting selain kemampuan auditor sejalan dengan penelitian yang dilakukan Alim, dkk (2007)
bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor harus memiliki sikap
independensi disetiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Keputusan
yang didasarkan pada sikapnya yang jujur dan tidak memihak pada siapapun akan memberikan
kualitas audit yang baik dan lebih cermat dalam perencanaan anggaran waktu agar kualitas audit
tetap terjaga dengan tidak melakukan perilaku reduksi kualitas audit.
E. Simpulan, Keterbatasan dan Implikasi Penelitian
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan pada
penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel skeptisme profesional berpengaruh
terhadap kualitas audit, keahlian berpengaruh terhadap kualitas audit, independensi berpengaruh
terhadap kualitas audit dan reduksi kualitas audit berpengaruh terhadap kualitas audit. Dan uji
signifikansi simultan (uji F) menunjukkan bahwa variabel skeptisme profesional, keahlian,
-
8/16/2019 penelitian dahulu
24/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
independensi, dan reduksi kualitas audit berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit
pada Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini
tidak terlepas dari keterbatasan, keterbatasan diantaranya penelitian ini hanya dilakukan di
Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan saja sehingga tidak
dimaksudkan untuk menggeneralisasi hasil penelitian.
Hasil penelitian ini memberikan masukan bagi auditor di Badan Pemeriksa Keuangan RI
Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan bahwa untuk meningkatkan kualitas audit diperlukan
adanya sikap skeptisme profesional, keahlian yang memadai sesuai dengan Standar Umum
yang ditetapkan SPKN, Independensi dan tidak melakukan pengurangan kualitas audit (reduksi
kualitas audit) dengan tetap lebih cermat dalam perencanaan anggaran waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, et. al. 2008. Auditing and Assurance Service An Integrated Approach An Indonesia
Adaptation. Buku Satu. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Ayu Dewi Riharna Najib. 2013. Pengaruh keahlian, Independensi, dan Etika terhadap Kualitas
Audit (Studi Pada Auditor Pemerintah di BPKP Perwakilan Provinsi Sul-Sel). Skripsi.
Bawono, Rangga Icuk dan Elisha Muliani Singgih. 2010. Pengaruh independensi, pengalaman,due profesional care dan akuntabilitas terhadap kualitas audit (studi pada Auditor di KAP
“Big Four” di Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Bonner, S.E. dan B.L. Lewis. 1990. Determinants of Auditor Expertise. Journal Accounting
Research (Supplement). p 1-28.
Christiawan, Yulius Yogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 4 No.2 Hal 79-92.
De Angelo, LE.1981. Auditor Independent, “Low Balling”, and Disclosure Regulation. Journal
of Accounting and Economics 3 August.113-127.
-
8/16/2019 penelitian dahulu
25/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
Erika, Nita Ariani dan Maya Febrianty Lautania. 2008. Persepsi Auditor terhadap Penghentian
Prematur atas Prosedur Audit yang dikaitkan dengan Time Budgen Pressure (studi pada
Auditor Pemerintah di Kota Banda Aceh). Jurnal Telaah &Riset Akuntansi Vol. 1 No. 2Juli 2008 hal 163-170.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS . Universitas
Diponegoro, Semarang.
Herningsih, Sucahyo. 2001. Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit : Studi Empiris pada
Kantor Akuntan Publik. Tesis, Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Ida Rosnidah, Rawi, Kamarudin. 2011. Analisis Dampak Motivasi dan Profesionalismeterhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat DalamPengawasan Keuangan Daerah (Studi
Empiris pada Pemerintah Kabupaten Cirebon). Pekbis Jurnal, Vol.3, No.2, Juli 2011:
456-466 456.
I Gusti Agung Rai. 2010. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2012. Metodologi Peneli tian Bisnis untuk Akuntansi
dan Manajemen. Yogyakarta.
Mayangsari, S. 2003. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit;
Sebuah Kuasieksperiman. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 6 No. 1. Januari. p.
1255-1269.
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Buku Satu. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Ni Made Surya Andani dan I Made Mertha. 2014. Pengaruh Time Pressure, Audit Risk, Professional Commitment dan Locus Of Control pada Penghentian Prematur Prosedur
Audit. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.2 (2014):185:196.
Noviyanti, Putri dan Bandi. 2002. Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan terhadap Struktur
Pengetahuan Auditor tentang Kekeliruan. Simposium Nasional Akuntansi V, Semarang.
Qurrahman Taufik, Susfayetti, & Andi Mirdah. 2012. Pengaruh Time Presure, Audit risk, Materialitas, Prosedur Review Dan Kontrol Kualitas, Locus Of Control Serta
Professional commitment Terhadap Penghentian Prematur Prosedur Audit. E-Jurnal
Binar Akuntansi, 1 (1).
Sabrina dan Indira Januarti. 2012. Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika, danGender terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit melalui Skeptisme Profesional
Auditor (Studi Kasus Pada KAP Big Four di Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi
XV, Banjarmasin.
Suryanita, Weningtyas, Doddy Setiawan, dan Hanung Triatmoko. 2006. Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.
Tania. 2013. Pengaruh Independensi, Keahlian, Pengetahuan Akuntansi dan Auditing serta
Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit oleh Akuntan
Publik. Skripsi. Jakarta.
-
8/16/2019 penelitian dahulu
26/26
Member of
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang
Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur
Tuanakotta, Theodorus M. 2011. Berpikir kritis dalam Auditing. Penerbit Salemba Empat.
Jakarta
Wandanarum. Puspa Mayangsari, 2013. Auditing Pendekatan Sektor Publik dan Privat. Penerbit Media Bangsa. Jakarta.