peneltitan hubunagn sikap dan pnegtahuan tb paru

Upload: imran-taufik

Post on 08-Jul-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    1/128

    HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

    MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN

    PENYAKIT TUBERKULOSIS DI RW 04 KELURAHAN

    LAGOA JAKARTA UTARA TAHUN 2013

    Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) 

    Oleh:

    SUMIYATI ASTUTI

    109104000039 

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1434 H/2013 M

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    2/128

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    3/128

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    4/128

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    5/128

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    6/128

    V

    RIWAYAT HIDUP

     Nama : Sumiyati Astuti

    Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 5 Juli 1991

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Status : Belum Menikah

    Alamat : Jln. Tipar cakung No. 69 RT 001 RW 01

    Kel. Sukapura, Kec. Cilincing

    Jakarta Utara

    Telepon/Hp : 087876771564

    Email : [email protected] 

    Riwayat Pendidikan:

    1.  SDN Sukapura 02 Pagi Jakarta (1997-2003)

    2.  SMP Negeri 30 Jakarta (2003-2006)

    3.  SMAN 75 Jakarta (2006-2009)

    4.  S1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2013)

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    7/128

    vi

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Skripsi, September 2013

    Sumiyati Astuti, NIM: 109104000039

    Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Upaya

    Pencegahan Penyakit Tuberkulosis di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta

    Utara tahun 2013

    xx + 89 halaman + 10 tabel + 3 bagan + 5 lampiran

    ABSTRAK

    Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

     bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang paling umum mempengaruhi paru-paru.

    Prevalensi penyakit TBC semakin meningkat, total kasus penyakit TBC di

    Kelurahan Lagoa yang tercatat di Puskesmas Kecamatan Koja pada tahun 2012

    mencapai 67 kasus. Hal ini terjadi karena upaya pencegahan penyakit tuberkulosis

     belum dilakukan secara maksimal oleh warga Kelurahan Lagoa.

    Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat

     pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakittuberkulosis. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross

     sectional , sampel dalam penelitian ini adalah warga RW 04 Kelurahan Lagoa

    yang didapat dengan teknik Cluster Sampling.  Analisis data yang digunakan

    adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji 

    Correlation Spearman.

    Hasil analisis univariat menunjukkan 71,7% mayoritas responden

    memiliki pengetahuan yang baik terhadap upaya pencegahan penyakit TBC, 55%

    responden memiliki sikap positif terhadap upaya pencegahan penyakit TBC dan

    66,7% responden memiliki upaya pencegahan penyakit TBC yang baik. Analisis

     bivariat dengan uji Correlation Spearman  dengan α=0.05, hasil analisis

    didapatkan ada hubungan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan penyakitTBC (p value=0.000), dan ada hubungan antara sikap masyarakat dengan upaya

     pencegahan penyakit TBC (p value=0.003). Diharapkan tenaga kesehatan dapat

    lebih meningkatkan promosi kesehatan yang lebih baik lagi mengenai pentingnya

    melakukan upaya pencegahan penyakit TBC yang dapat dilakukan oleh

    masyarakat sebagai pencegahan terhadap penyakit TBC yang dapat menyebabkan

    kematian.

    Kata Kunci: Tuberkulosis, Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis,

    Pengetahuan, Sikap

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    8/128

    vii

    THE STUDY PROGRAM OF NURSING SCIENCES

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

    STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH OF JAKARTA

    Undergraduated thesis, September 2013

    Sumiyati Astuti, NIM: 109104000039

    Relationship of Knowledge Level and Society Attitude Against Tuberculosis

    Disease Prevention in RW 04 Lagoa, North Jakarta Year 2013

    xx + 89 pages + 10 tables + 3 sketch + 5 appendixes

    ABSTRACT

    Tuberculosis (TBC) is an infection disease which it caused by

     Mycobacterium tuberculosis. Prevalence increase in 2012 total cases of TBC

    disease in Lagoa, Koja district health centre reported there up to 67 cases. This

    happen due to the prevention has not done optimaly by citizen from Lagoa

    district.

    The purpose of this study was determine the relationship of the level of

    knowledge and society attitude due the effort from preventing tuberculosis

    disease. This study is quantitative cross sectional design, the sample in this study

    were citizen from RW 04 subdistrict of Lagoa with Cluster Sampling. Analysis ofthe data used is the univariate and bivariate analysis. Bivariate analysis used is

    Correlation Spearman’s test.

    The result of univariate analysis showed 71,7% majority of respondent

    have good knowledge about the prevention of tuberculosis, 55% of respondent

    have positive attitude about tuberculosis prevention and 66,7% of respondent have

    good effort of preventing the TBC disease. Bivariate analysis with Correlation

    Spearman’s test with α=0.05 level, the result found there were a relationshi p

     between knowledge and the prevention of tuberculosis (p value=0.000). And a

    relationship between society attitude and the prevention of tuberculosis (p

    value=0.003). therefore health workers are expected to further enhance the

     promotion of better health and more about the importance of prevention of TBCdisease that can be done by the community as the prevention of tuberculosis

    disease that can cause death.

    Keyword : Tuberculosis, Preventing TBC disease, Knowledge, Attitude

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    9/128

    viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

    karunia-Nya. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga

     penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan tingkat

     pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit

    tuberkulosis di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara”. 

    Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapat

     bantuan berupa bimbingan dan dukungan dari semua pihak. Untuk itu penulis

    ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

    1. 

    Prof. Dr. (hc). dr. M. K Tadjudin, Sp. And sebagai Dekan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. 

     Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM dan Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.

    Kep, M. Sc, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan

    (PSIK) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3.   Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM, selaku pembimbing pertama yang

    telah membimbing dengan sabar dan memberikan motivasi kepada

     penulis.

    4. 

     Ns. Puspita Palupi, S. Kep, M. Kep, Sp. Kep. Mat, selaku pembimbing

    kedua yang telah membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.

    5. 

    Bapak/Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, yang telah

    memberikan doa dan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti

     perkuliahan.

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    10/128

    ix

    6.  Segenap staf bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu

    Keperawatan.

    7. 

    Kepala Dinas Kesehatan Kota Jakarta beserta seluruh stafnya karena telah

    membantu dalam perizinan penelitian.

    8.  Kepala Puskesmas Kecamatan Koja Jakarta Utara beserta seluruh stafnya

    karena telah membantu dalam pemberian data untuk penelitian.

    9. 

    Kepala Kelurahan Lagoa Kecamatan Koja Jakarta Utara beserta seluruh

    stafnya karena telah membantu dalam perizinan dan pengambilan data

     penelitian.

    10. Ketua RT 002, RT 004, RT 006, RT 008, RT 010 dan RT 012 karena telah

    membantu dalam perizinan dan pengambilan data.

    11. Teristimewa ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga tercinta, orang

    tua yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan pengorbanan baik moril

    maupun materil demi kelancaran kehidupan dan masa depan penulis, serta

    untuk kakak-kakakku yang selalu memberikan doa dan semangat.

    12. Karang Taruna 03, Wati, Yessi, dan Winda yang telah banyak membantu

    dalam mengumpulkan data penelitian.

    13. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan doa dan semangat dalam

    menyelesaikan penelitian ini.

    14. Teman-teman PSIK 2009 yang telah berjuang bersama-sama dalam

    mengikuti perkuliahan di Keperawatan.

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    11/128

    x

    Demikian penyusunan skripsi ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat

     bagi pembaca sekalian. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh

    dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kesalahan. Oleh sebab itu kritik

    dan saran untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Terima kasih untuk

    semua bimbingan, arahan, kritikan dan saran yang telah diberikan oleh semua

     pihak. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kemudahan kepada kita semua.

    Jakarta, Oktober 2013

    Sumiyati Astuti

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    12/128

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    13/128

    xii

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A.  Pengetahuan ................................................................................... 12

    1. 

    Pengertian ................................................................................ 12

    2.  Klasifikasi ................................................................................ 13

    3.  Proses Adopsi Perilaku ............................................................ 14

    4. 

    Tingkat Pengetahuan dari Domain Kognitif ........................... 15

    5. 

    Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................... 16

    B.  Sikap ............................................................................................... 18

    1.  Pengertian ................................................................................ 18

    2.  Komponen Pokok Sikap .......................................................... 19

    3.  Tingkatan Sikap ....................................................................... 20

    4.  Faktor yang Mempengaruhi Sikap .......................................... 21

    C.  Tuberkulosis ................................................................................... 23

    1. 

    Pengertian Tuberkulosis .......................................................... 23

    2.  Etiologi .................................................................................... 24

    3.  Penularan ................................................................................. 25

    4.  Manifestasi Klinis ................................................................... 25

    5.  Komplikasi .............................................................................. 27

    6. 

    Faktor Risiko TBC .................................................................. 28

    7.  Pencegahan .............................................................................. 34

    8.  Kebijakan Program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis

    di Indonesia .................................................................................. 37

    D.  Penelitian Terkait ........................................................................... 39

    E.  Kerangka Teori ............................................................................... 42

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    14/128

    xiii

    BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI

    OPERASIONAL

    A. 

    Kerangka Konsep ........................................................................... 43

    B.  Hipotesis Penelitian ........................................................................ 44

    C.  Definisi Operasional ....................................................................... 44

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A.  Desain Penelitian ............................................................................ 48

    B.  Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 48

    C.  Populasi dan Sampel ...................................................................... 49

    1.  Populasi Penelitian .................................................................. 49

    2.  Sampel Penelitian .................................................................... 49

    D.  Teknik Pengambilan Sampling ...................................................... 52

    E. 

    Alat Pengumpul Data dan Prosedur Penelitian .............................. 52

    1.  Instrumen Penelitian ................................................................ 52

    2.  Uji Validitas dan Reabilitas ..................................................... 56

    3.  Metode Pengumpulan Data ..................................................... 58

    F.  Pengolahan Data ............................................................................. 59

    G. 

    Teknik Analisa Data ....................................................................... 60

    H.  Etika Penelitian .............................................................................. 61

    BAB V HASIL PENELITIAN

    A.  Gambaran Kelurahan Lagoa Jakarta Utara ..................................... 64

    B.  Gambaran Karakteristik Responedn .............................................. 65

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    15/128

    xiv

    1.  Karakteristik Usia .................................................................... 65

    2.  Karakteristik Jenis Kelamin .................................................... 66

    3. 

    Karakteristik Pendidikan ......................................................... 66

    4.  Karakteristik Pekerjaan ........................................................... 67

    C.  Analisa Univariat ........................................................................... 67

    1. 

    Gambaran Pengetahuan Masyarakat Terhadap Upaya

    Pencegahan Penyakit Tuberkulosis ......................................... 68

    2.  Gambaran Sikap Masyarakat Terhadap Upaya Pencegahan

    Penyakit Tuberkulosis ............................................................. 69

    3.  Gambaran Upaya Pencegahan Penyakit TBC ......................... 69

    D.  Analisa Bivariat .............................................................................. 70

    1.  Hubungan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Upaya

    Pencegahan Penyakit Tuberkulosis ......................................... 70

    2. 

    Hubungan Sikap Masyarakat Terhadap Upaya Pencegahan

    Penyakit Tuberkulosis ............................................................. 71

    BAB VI PEMBAHASAN

    A.  Analisis Univariat ........................................................................... 73

    1. 

    Gambaran Pengetahuan Tentang Penyakit Tuberkulosis

    Dan Upaya Pencegahan Penyakit TBC ........................................ 73

    2.  Gambaran Sikap Masyarakat Tentang Upaya Pencegahan

    Penyakit Tuberkulosis .................................................................. 77

    3.  Gambaran Upaya Pencegahan Penyakit TBC ......................... 80

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    16/128

    xv

    B.  Analisis Bivariat ............................................................................. 81

    1.  Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap

    Upaya Pencegahan Penyakit TBC ........................................... 81

    2.  Hubungan Sikap Masyarakat Terhadap Upaya Pencegahan

    Penyakit Tuberkulosis ............................................................. 83

    C. 

    Keterbatasan Penelitian .................................................................. 85

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

    A.  Kesimpulan .................................................................................... 87

    B.  Saran ............................................................................................... 88

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    17/128

    xvi

    DAFTAR TABEL

     No. Tabel Halaman

    Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................. 45

    Tabel 5.1 Distribusi Statistik Deskriptif Umur Responden.................... 65

    Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ....................... 66

    Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan .............. 66

    Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan ..................... 67

    Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Terhadap Upaya

    Pencegahan Penyakit Tuberkulosis ........................................ 68

    Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Sikap Masyarakat Terhadap

    Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis ............................ 69

    Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Upaya Pencegahan Penyakit

    Tuberkulosis ........................................................................... 69

    Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Proporsi Pengetahuan Terhadap

    Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis ............................ 70

    Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Sikap Masyarakat Terhadap

    Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis ............................ 71

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    18/128

    xvii

    DAFTAR BAGAN

     No. Bagan Halaman

    Bagan 2.1 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi .................. 19

    Bagan 2.2 Kerangka Teori ....................................................... 42

    Bagan 3.1 Kerangka Konsep .................................................... 43

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    19/128

    xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembar Informed Concent  

    Lampiran 2 Kuesioner

    Lampiran 3 Output Analisis Univariat dan Bivariat

    Lampiran 4 Surat Izin Uji Validitas dan Reabilitas

    Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    20/128

    xix

    DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN

    Amiloidosis : Kelainan metabolisme protein

    Apeks paru-paru : Bagian puncak paru-paru

    BCG : Bacillus Calmette et Guerin 

    Bronkitis kronis : Gangguan paru obstruktif yang ditandai produksi

    mukus berlebihan di saluran napas bawah dan

    menyebabkan batuk kronis

    Depkes : Departemen Kesehatan

    DOTS :  Directly Observed Treatment, Shorcourse

    chemotherapy 

    Efusi pleura : suatu keadaan dimana terdapat penumpukan

    cairan dalam pleura

    Empiema : Terkumpulnya cairan purulen (pus) di dalam

    rongga pleura

    Hemoptisis : Darah yang keluar dari mulut saat batuk

    Karsinoma paru : Neoplasma ganas yang muncul dari epitel

     bronkus

    Kor pulmonale : Gagal jantung kanan akibat penyakit paru kronis

    Laringitis : Infeksi pada daerah laring

    MDGs : Millenium Development Goals 

    Meninges : Membran tipis yang membungkus otak dan

    medula spinalis.

    Morbiditas : Kesakitan

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    21/128

    xx

    Parenkim paru : Organ berupa kumpulan kelompok alveoli yang

    mengelilingi cabang-cabang bronkus.

    Penyakit jantung koroner : Penyakit jantung yang disebabkan penyempitan

    arteri koroner

    Pleuritis : Peradangan pada pleura

    Sindrom gagal napas : Suatu kondisi yang ditandai dengan hipoksemia

     berat, dispnea dan infiltrasi pulmonari bilateral

    Tuberkulosis ekstrapulmonar : Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain

    selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput

     jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,

     persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing,

    alat kelamin, dan lain-lain.

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    22/128

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan global. Sepertiga

    dari populasi dunia sudah tertular dengan TBC dimana sebagian besar

     penderita TBC adalah usia produktif (15-55 tahun). Hal ini menyebabkan

    kesehatan yang buruk di antara jutaan orang setiap tahun dan menjadi

     penyebab utama kedua kematian dari penyakit menular diseluruh dunia,

    setelah  Human Immunodeficiency Virus  (HIV)/AIDS ( Acquired Immune

     Deficiency Syndrome). Pada tahun 2011 terdapat 9 juta kasus baru dan 1,4

     juta kematian akibat penyakit TBC dan HIV. World Health Organization 

    (WHO) menyatakan TBC sebagai global darurat kesehatan masyarakat pada

    tahun 1993 (WHO, 2012).

    Di Indonesia, TBC merupakan masalah kesehatan yang harus

    ditanggulangi oleh pemerintah. Data WHO (2008) mencatat bahwa Indonesia

     berada pada peringkat 5 dunia penderita TBC terbanyak setelah India, China,

    Afrika Selatan dan Nigeria. Peringkat ini mengalami penurunan dibandingkan

    tahun 2007 yang menempatkan Indonesia pada posisi ke-3 kasus TBC

    terbanyak setelah India dan China (Depkes, 2012).

    Angka kematian dan kesakitan akibat kuman  Mycobacterium

    tuberculosis  di Indonesia sangatlah tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang

    meninggal karena TBC yang diantaranya 600.000 perempuan dan 1,1 juta

    laki-laki, sementara ada 9,4 juta kasus baru TBC yang diantaranya 3,3 juta

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    23/128

    2

     perempuan dan 6,1 juta laki-laki. Kasus TBC lebih banyak diderita oleh laki-

    laki dibandingkan perempuan. Tahun 2010 Indonesia telah berhasil

    menurunkan insidens, prevalensi, dan angka kematian. Insidens berhasil

    diturunkan sebesar 45% yaitu 343 menjadi 189 per 100.000 penduduk,

     prevalensi dapat diturunkan sebesar 35% yaitu 443 menjadi 289 per 100.000

     penduduk dan angka kematian diturunkan sebesar 71% yaitu 92 menjadi 27

     per 100.000 penduduk. TBC masih merupakan masalah kesehatan penting di

    dunia dan di Indonesia. TBC juga merupakan salah satu indikator

    keberhasilan MDGs yang harus dicapai oleh Indonesia, yaitu menurunkan

    angka kesakitan dan angka kematian menjadi setengahnya di tahun 2015

    (Depkes, 2011).

    Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional pada tahun 2007 menunjukkan

     prevalensi TBC paru cenderung meningkat sesuai bertambahnya umur dan

     prevalensi tertinggi pada usia lebih dari 65 tahun. Prevalensi TBC paru 20%

    lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan, tiga kali lebih tinggi di

     pedesaan dibandingkan perkotaan dan empat kali lebih tinggi pada

     pendidikan rendah dibandingkan pendidikan tinggi. Sebanyak 17 provinsi

    mempunyai prevalensi Tuberkulosis Paru diatas prevalensi nasional, yaitu

     Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, DKI Jakarta, Jawa

    Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara

    Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi

    Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat, dan Papua (Depkes,

    2008).

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    24/128

    3

    Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2007 menunjukkan

    total presentase angka kejadian TBC paru secara klinis sebesar 37,026%

    dimana presentase wilayah Jakarta Pusat sebesar 2,269%, Jakarta Utara

    sebesar 16,274%, Jakarta Barat sebesar 2,274%, Jakarta Selatan sebesar

    4,615% dan Jakarta Timur sebesar 11,594%. Presentase tertinggi terdapat

     pada wilayah Jakarta Utara yaitu sebesar 16,274% (Dinkes, 2007).

    Hasil survei prevalensi TBC tahun 2004 mengenai pengetahuan, sikap

    dan perilaku menunjukkan bahwa 96% keluarga merawat anggota keluarga

    yang menderita TBC dan hanya 13% yang menyembunyikan keberadaan

    mereka. Meskipun 76% keluarga pernah mendengar tentang TBC dan 85%

    mengetahui bahwa TBC dapat disembuhkan, akan tetapi hanya 26% yang

    dapat menyebutkan dua tanda dan gejala utama TBC. Cara penularan TBC

    dipahami oleh 51% keluarga dan hanya 19% yang mengetahui bahwa tersedia

    obat TBC gratis (Depkes, 2011). Dari hasil survei tersebut menunjukkan

     bahwa masih ada keluarga yang belum memiliki pengetahuan yang cukup

    tentang penyakit tuberkulosis.

    Survei pada tahun 2004 tersebut juga mengungkapkan pola pencarian

     pelayanan kesehatan. Apabila terdapat anggota keluarga yang mempunyai

    gejala TBC, 66% akan memilih berkunjung ke Puskesmas, 49% ke dokter

     praktik swasta, 42% ke rumah sakit pemerintah, 14% ke rumah sakit swasta

    dan sebesar 11% ke bidan atau perawat praktik swasta. Namun pada

    responden yang pernah menjalani pengobatan TBC, tiga Fasilitas Pelayanan

    Kesehatan (FPK) utama yang digunakan adalah rumah sakit, puskesmas dan

     praktik dokter swasta. Keterlambatan dalam mengakses fasilitas DOTS

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    25/128

    4

    ( Directly Observed Treatment, Shorcourse chemotherapy) untuk diagnosis

    dan pengobatan TBC merupakan tantangan utama di Indonesia dengan

    wilayah geografis yang sangat luas (Depkes, 2011).

    Media (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pengetahuan, Sikap

    dan Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

    Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatra Barat”. Hasil

     penelitian ini menunjukkan pengetahuan sebagian masyarakat mengenai

    tanda-tanda penyakit TBC relatif cukup baik, sikap masyarakat masih kurang

     peduli terhadap akibat yang dapat ditimbulkan oleh penyakit TBC, perilaku

    dan kesadaran sebagian masyarakat untuk memeriksakan dahak dan

    menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan masih kurang, karena mereka

    malu dan takut divonis menderita TBC.

    Penelitian yang dilakukan oleh Handoko (2010) tentang “Hubungan

    Tingkat Penghasilan, Pendidikan, Pengetahuan, Sikap Pencegahan dan

    Pencarian Pengobatan, Praktek Pencegahan dan Pencarian Pengobatan

    Dengan Penyakit TBC di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)

    Surakarta” mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

    sikap pencegahan dan pencarian pengobatan serta tingkat pendidikan

    masyarakat terhadap penyakit TBC di kota Surakarta. Dan tidak ada

    hubungan yang bermakna antara tingkat penghasilan, pengetahuan dan

     praktek pencarian pengobatan terhadap penyakit TBC di kota Surakarta.

    Wahyuni (2008) melakukan penelitian tentang “Determinan Perilaku

    Masyarakat Dalam Pencegahan, Penularan Penyakit TBC Di Wilayah Kerja

    Puskesmas Bendosari” mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    26/128

    5

     bermakna antara pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, kepadatan hunian

    rumah dan luas ventilasi rumah dengan pencegahan penularan penyakit

    tuberkulosis. Serta determinan yang paling besar pengaruhnya adalah tingkat

     pendidikan, kepadatan hunian dan pengetahuan.

    Pencegahan penyakit merupakan komponen penting dalam pelayanan

    kesehatan. Perawatan pencegahan melibatkan aktivitas peningkatan kesehatan

    termasuk program pendidikan kesehatan khusus, yang dibuat untuk

    membantu klien menurunkan risiko sakit, mempertahankan fungsi yang

    maksimal, dan meningkatkan kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan

    yang baik (Perry & Potter, 2005). Upaya pencegahan penyakit tuberkulosis

    dilakukan untuk menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit

    tuberkulosis. Upaya pencegahan tersebut terdiri dari menyediakan nutrisi

    yang baik, sanitasi yang adekuat, perumahan yang tidak terlalu padat dan

    udara yang segar merupakan tindakan yang efektif dalam pencegahan TBC

    (Francis, 2011).

    Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

    dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior ). Pengetahuan yang

     baik apabila tidak ditunjang dengan sikap yang positif yang diperlihatkan

    akan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku, seperti yang diungkapkan

    oleh Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) yang menyatakan

     bahwa domain dari perilaku adalah pengetahuan, sikap dan tindakan. Menurut

    Roger (1974) dalam Notoadmodjo (2007) sikap dan praktek yang tidak

    didasari oleh pengetahuan yang adekuat tidak akan bertahan lama pada

    kehidupan seseorang, sedangkan pengetahuan yang adekuat jika tidak

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    27/128

    6

    diimbangi oleh sikap dan praktek yang berkesinambungan tidak akan

    mempunyai makna yang berarti bagi kehidupan. Maka dari itu pengetahuan

    dan sikap merupakan penunjang dalam melakukan perilaku sehat salah

    satunya upaya pencegahan penyakit tuberkulosis.

    Kasus penyakit tuberkulosis di wilayah kecamatan Koja cukup tinggi.

    Data kasus penyakit tuberkulosis yang tercatat di Puskesmas Kecamatan Koja

    menunjukkan tahun 2010 sebanyak 147 kasus, tahun 2011 sebanyak 142

    kasus dan tahun 2012 sebanyak 129 kasus. Dari hasil data yang tercatat

    selama tiga tahun terakhir menunjukkan kasus penyakit tuberkulosis yang

    terjadi di wilayah Kecamatan Koja cukup tinggi. Puskesmas Kecamatan Koja

    memiliki wilayah cakupan kerja sebanyak enam kelurahan, yaitu kelurahan

    Tugu Utara, kelurahan Tugu Selatan, kelurahan Koja, kelurahan Lagoa,

    kelurahan Rawa Badak Utara dan kelurahan Rawa Badak selatan.

    Penanggung jawab poli TB mengatakan bahwa dari semua kelurahan yang

    ada di kecamatan koja, yang memiliki kasus tuberkulosis terbanyak yaitu

    kelurahan Lagoa sebanyak 52 kasus tahun 2010, 58 kasus tahun 2011, dan 67

    kasus tahun 2012.

    Studi pendahuluan yang telah dilakukan di wilayah RW 04 Kelurahan

    lagoa melalui wawancara. Hasil wawancara dari 5 pertanyaan didapatkan

    delapan warga mengatakan tidak tahu mengenai penyakit tuberkulosis, cara

     penularan, dan tindakan pencegahan. Dua warga kelurahan Lagoa lainnya

    mengatakan tahu tentang penyakit tuberkulosis, penularan dan tindakan

     pencegahannya.

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    28/128

    7

    Wawancara lebih lanjut mengenai sikap masyarakat kelurahan Lagoa

    mengenai penyakit tuberkulosis didapatkan hasil dari 3 pertanyaan yaitu

    delapan warga mengatakan bahwa tidak terlalu mempedulikan tentang

    tindakan pencegahan penyakit TBC karena mereka beranggapan selama

    mereka tidak berinteraksi dengan penderita TBC, mereka tidak akan tertular

     penyakit TBC. Responden juga mengatakan bahwa saat bersin dan batuk

    tidak menutup mulutnya, dan masih ada masyarakat yang membuang ludah

    atau dahak disembarang tempat.

    Penelitian-penelitian terkait tentang tuberkulosis sudah banyak

    dilakukan di Indonesia namun kebanyakan hanya terbatas pada keberhasilan

     pengobatan penyakit tuberkulosis saja. Penelitian yang akan dilakukan oleh

     peneliti yaitu mengenai upaya pencegahan penyakit tuberkulosis secara

    keseluruhan. Pengetahuan mengenai upaya pencegahan penyakit tuberkulosis

     bagi masyarakat merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui dan

    dipahami sehingga masyarakat dapat terhindar dari penyakit tuberkulosis.

    Berdasarkan latar belakang ini peneliti ingin mengetahui adakah

    hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap upaya

     pencegahan penyakit tuberkulosis di RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara.

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    29/128

    8

    B.  Perumusan Masalah

    TBC masih menjadi masalah kesehatan global. Pada tahun 2011

    terdapat 9 juta kasus baru dan 1,4 juta kematian akibat penyakit TBC dan

    HIV (WHO, 2012). Angka kematian dan kesakitan akibat kuman

     Mycobacterium tuberculosis di Indonesia sangat tinggi sebesar 1,7 juta orang

    meninggal karena TBC (Depkes, 2011).

    Kasus penyakit tuberkulosis di wilayah kecamatan Koja cukup tinggi.

    Data kasus penyakit tuberkulosis yang tercatat di Puskesmas Kecamatan Koja

    menunjukkan tahun 2010 sebanyak 147 kasus, tahun 2011 sebanyak 142

    kasus dan tahun 2012 sebanyak 129 kasus. Dari semua kelurahan yang ada di

    kecamatan koja, yang memiliki kasus tuberkulosis terbanyak yaitu kelurahan

    Lagoa sebanyak 52 kasus tahun 2010, 58 kasus tahun 2011, dan 67 kasus

    tahun 2012.

    Studi pendahuluan yang telah dilakukan di wilayah RW 04 Kelurahan

    lagoa didapatkan masih banyaknya warga yang tidak mengetahui tentang

     penyakit TBC dan pencegahannya, serta sikap warga Kelurahan Lagoa tidak

    terlalu memperhatikan tentang tindakan pencegahan penyakit TBC.

    Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan Hubungan

    Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Upaya Pencegahan

    Penyakit TBC pada Masyarakat di RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara.

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    30/128

    9

    C.  Pertanyaan penelitian

    1.  Bagaimana tingkat pengetahuan tentang upaya pencegahan penyakit TBC

     pada masyarakat di RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara?

    2.  Bagaimana sikap tentang upaya pencegahan penyakit TBC pada

    masyarakat di RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara?

    3. 

    Bagaimana upaya pencegahan penyakit TBC pada masyarakat di RW 04

    kelurahan Lagoa Jakarta Utara?

    4.  Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan terhadap upaya pencegahan

     penyakit TBC pada masyarakat di RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara?

    5.  Bagaimana hubungan sikap terhadap upaya pencegahan penyakit TBC

     pada masyarakat di RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara?

    D.  Tujuan penelitian

    1.  Tujuan umum :

    Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap upaya

     pencegahan penyakit TBC pada masyarakat RW 04 kelurahan Lagoa

    Jakarta Utara.

    2.  Tujuan khusus :

    a. 

    Diketahuinya tingkat pengetahuan tentang upaya pencegahan

     penyakit TBC pada masyarakat RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta

    Utara.

     b.  Diketahuinya sikap tentang upaya pencegahan penyakit TBC pada

    masyarakat RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara.

    c.  Diketahuinya upaya pencegahan penyakit TBC pada masyarakat

    RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara.

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    31/128

    10

    d.  Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan terhadap upaya

     pencegahan penyakit TBC pada masyarakat RW 04 kelurahan

    Lagoa Jakarta Utara.

    e.  Diketahuinya hubungan sikap terhadap upaya pencegahan penyakit

    TBC pada masyarakat RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara.

    E.  Manfaat penelitian

    1.  Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya PSIK

    Secara akademik penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan

    mahasiswa keperawatan mengenai pengaruh tingkat pengetahuan dan

    sikap terhadap upaya pencegahan penyakit TBC

    2.  Bagi profesi keperawatan

    Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi perawat khususnya

    mengenai penyakit TBC tentang pentingnya pengetahuan dan sikap

    terhadap upaya pencegahan penyakit TBC

    3.  Bagi peneliti selanjutnya

    Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk penelitian

    yang akan datang mengenai aspek lain tentang pencegahan penyakit TBC

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    32/128

    11

    F.  Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan

    design penelitian analitik dengan pendekatan secara cross sectional . Alat

     pengumpul data yang digunakan berupa kuesioner. Penelitian ini dilakukan

     pada masyarakat RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara, dengan membatasi

    masalah pada penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap

    masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit TBC. Pemilihan sampel

    dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik cluster sampling .

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    33/128

    12

    BAB II

    Tinjauan Pustaka

    A.  Pengetahuan

    1.  Pengertian

    Martin dan Oxman (1988) dalam Kusrini (2009) mengungkapkan

     bahwa pengetahuan merupakan kemampuan untuk membentuk model

    mental yang menggambarkan obyek dengan tepat dan

    merepresentasikannya dalam aksi yang dilakukan terhadap suatu obyek.

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

    melakukan pengindraan suatu kejadian tertentu. Pengindraan terjadi

    melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

     penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

    melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

    Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

    terbentuknya suatu tindakan. Dengan demikian terbentuknya perilaku

    terhadap seseorang karena adanya pengetahuan yang ada pada dirinya

    terbentuknya suatu perilaku baru, terutama yang ada pada orang dewasa

    dimulai pada domain kognitif. Dalam arti seseorang terlebih dahulu diberi

    stimulus yang berupa informasi tentang upaya pencegahan penyakit TBC

    sehingga menimbulkan pengetahuan yang baru dan selanjutnya

    menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap pada orang tersebut

    terhadap informasi upaya pencegahan penyakit TBC yang diketahuinya.

    Akhirnya rangsangan yakni informasi upaya pencegahan penyakit TBC

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    34/128

    13

    yang telah diketahuinya dan disadari sepenuhnya tersebut akan

    menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan atau

    sehubungan dengan stimulus atau informasi upaya pencegahan penyakit

    TBC (Notoatmodjo, 2007).

    Djannah (2009) dalam penelitiannya di Yogyakarta mengungkapkan

     bahwa semakin tinggi pengetahuan terhadap suatu objek maka akan

    semakin baik pula sikap seseorang terhadap objek tersebut. Pengetahuan

    dan pemahaman seseorang tentang penyakit tuberkulosis dan pencegahan

     penularannya memegang peranan penting dalam keberhasilan upaya

     pencegahan penularan penyakit tuberkulosis. Dari pengalaman dan

     penelitian terbukti bahwa perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan

    lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

    (Notoatmodjo, 2007).

    2.  Klasifikasi

    Budiman (2013) menjelaskan bahwa jenis pengetahuan di antaranya

    sebagai berikut:

    a. 

    Pengetahuan Implisit

    Merupakan pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk

     pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat

    nyata, seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip.

     b.  Pengetahuan Eksplisit

    Merupakan pengetahuan yang telah disimpan dalam wujud nyata,

     bisa dalam wujud perilaku kesehatan.

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    35/128

    14

    3.  Proses Adopsi Perilaku

    Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007)

    mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

    (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

     berurutan, yakni:

    a. 

     Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

    mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu

     b.   Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

    c.   Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

    tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

     baik lagi

    d.  Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

    e.   Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

    kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

    Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

     proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

     positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting ).

    Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

    kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    36/128

    15

    4.  Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

     Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa pengetahuan yang tercakup

    dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

    a.  Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

    adalah mengingat kembali (recall ) sesuatu yang spesifik dari seluruh

     bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

     b.  Memahami (comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

    menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

    menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

    c.  Aplikasi (aplication)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

    materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

    (sebenarnya).

    d.  Analisis (analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

    atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

    dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

    lain.

    e. 

    Sintesis ( synthesis)

    Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

    atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    37/128

    16

    keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

    kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

    yang ada.

    f.  Evaluasi (evaluation) 

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

     justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

     penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

    atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

    5.  Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

    Budiman (2013) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang

    mempengaruhi terbentuknya pengetahuan adalah sebagai berikut:

    a.  Pendidikan

    Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah

    menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang

    dimiliki.

     b.  Informasi/media massa

    Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

    nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga

    menghasikan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya

    informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif

     baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

    c.  Sosial, budaya, dan ekonomi

    Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui

     penalaran sehingga akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    38/128

    17

    melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

    tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu

    sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan

    seseorang.

    d.  Lingkungan

    Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke

    dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini

    terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan

    direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

    e.  Pengalaman

    Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

    memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

    kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

    yang dihadapi masa lalu.

    f.  Usia

    Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

     bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan

     pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

    membaik.

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    39/128

    18

    B.  Sikap (attitude )

    1.  Pengertian

    Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

    seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb menyatakan

     bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan

     bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan

    suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan

    suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan

    merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Maka dari itu,

    sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan

    tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

    Sikap dalam hal ini merupakan sikap seseorang dalam menghadapi

     penyakit tuberkulosis dan upaya pencegahannya. Sikap merupakan

    kecenderungan seseorang untuk menginterpretasikan sesuatu dan bertindak

    atas dasar hasil interpretasi yang diciptakannya. Sikap seseorang terhadap

    sesuatu dibentuk oleh pengetahuan, antara lain nilai-nilai yang diyakini

    dan norma-norma yang dianut. Untuk dapat mempengaruhi seseorang,

    informasi perlu disampaikan secara perlahan-lahan dan berulang-ulang

    dengan memperlihatkan keuntungan dan kerugiannya bila mengadopsi

    informasi tersebut (Kurniasari,2008).

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    40/128

    19

    Diagram di bawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tersebut.

    Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi

    Bagan 2.1 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi, Skiner (1938)

    Proses pembentukan sikap dapat terjadi karena adanya rangsangan,

    seperti pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit TBC.

    Rangsangan tersebut menstimulus diri masyarakat untuk memberi respon,

    dapat berupa sikap positif atau negatif, akhirnya akan diwujudkan dalam

     perilaku atau tidak.

    Menurut Berkowitz (1972) dalam Azwar (2013), setiap orang yang

    mempunyai perasaan positif terhadap suatu objek psikologis dikatakan

    menyukai objek tersebut atau mempunyai sikap  favorable  terhadap objek

    itu, sedangkan individu yang mempunyai perasaan negatif terhadap suatu

    objek psikologis dikatakan mempunyai sikap yang unfavorable  terhadap

    objek sikap tersebut.

    2.  Komponen Pokok Sikap

    Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa sikap

    itu mempunyai 3 komponen pokok:

    a.  Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

     b. 

    Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

    Stimulus

    Rangsangan

    Sikap

    (tertutup)

    Reaksi

    Tingkah laku

    (terbuka)

    Proses

    Stimulus

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    41/128

    20

    c.  Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). 

    Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

    utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

     pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh

    misalnya, seorang ibu telah mendengar penyakit TB paru (penyebabnya,

    akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan

    membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena

     penyakit TB paru. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut

     bekerja sehingga ibu tersebut berniat untuk melakukan pencegahan agar

    anaknya tidak terkena penyakit TB paru. Ibu ini mempunyai sikap tertentu

    terhadap objek yang berupa penyakit TB paru.

    Breckler (1984) dalam Budiman (2013) menjelaskan bahwa

    komponen utama sikap adalah sebagai berikut:

    a. 

    Kesadaran

     b.  Perasaan

    c.  Perilaku

    3.  Tingkatan Sikap

     Notoatmodjo (2007) membagi sikap dalam berbagai tingkatan:

    a. 

    Menerima (receiving )

    Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

    memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

     b.  Merespon (responding )

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

    menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    42/128

    21

    Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

    mengerjakan tugas yang di berikan, terlepas dari pekerjaan itu benar

    atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

    c.  Menghargai (valuing )

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

    suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.

    d. 

    Bertanggung jawab (responsible)

    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

    dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran

    sikap dapat dilakukan secara langsung. Secara langsung dapat

    ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap

    suatu objek.

    4.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

    Azwar (2013) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

    adalah:

    a.  Pengalaman pribadi

    Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

    mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

    Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk

    dapat mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek

     psikologis.

     b.  Pengaruh orang lain yang dianggap penting

    Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen

    sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    43/128

    22

    anggap penting, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita

    terhadap sesuatu.

    c. 

    Pengaruh kebudayaan

    Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh

     besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari,

    kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap

     berbagai masalah.

    d.  Media massa

    Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

    televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai

     pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.

    Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup

    kuat, akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga

    terbentuklah arah sikap tertentu.

    e.  Lembaga pendidikan dan lembaga agama

    Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem

    mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

    keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri

    individu, pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara

    sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari

     pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

    f. 

    Pengaruh faktor emosional

    Tidak semua bentuk sikap yang ditentukan oleh situasi lingkungan

    dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    44/128

    23

    sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang

     berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan

     bentuk mekanisme pertahanan ego.

    C.  Tuberkulosis Paru

    1.  Pengertian

    TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri

     Mycobacterium tuberculosis, yang paling umum mempengaruhi paru-paru.

    Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui cairan dari

    tenggorokan dan paru-paru seseorang dengan penyakit pernapasan aktif

    (WHO, 2012).

    Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena

    infeksi kuman  Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru mencakup

    80% dari keseluruhan kejadian penyakit tuberkulosis, sedangkan 20%

    selebihnya merupakan tuberkulosis ekstrapulmonar (Djojodibroto, 2009).

    TBC adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim

     paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,

    termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Agens infeksius

    utama,  Mycobacterium tuberculosis, adalah batang aerobik tahan asam

    yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar

    ultraviolet (Smeltzer, 2002).

    Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa TBC

    merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh  Mycobacterium

    tuberculosis yang biasanya menyerang organ paru-paru, akan tetapi dapat

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    45/128

    24

     juga menyerang organ lain, seperti tulang, meninges, ginjal, dan nodus

    limfe.

    2.  Etiologi

     Mycobacterium tuberculosis  merupakan jenis kuman berbentuk

     batang berukuran panjang 1 sampai 4 mm dengan tebal 0,3 sampai 0,6

    mm. Sebagian besar komponen Mycobacterium tuberculosis adalah berupa

    lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat

    tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah

     bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena

    itu, Mycobacterium tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru

    yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang

    kondusif untuk penyakit tuberkulosis (Somantri, 2007).

     Mycobacterium tuberculosis mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat

     bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga

    sering disebut Basil Tahan Asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia

    dan fisik. Bakteri ini juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat

    dorman dan aerob (Widoyono, 2008).

    Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100oC selama 5-10

    menit atau pada pemanasan 60oC selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-

    95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara

    terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun

    tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun 1993

    melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi

     bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per jam (Widoyono, 2008).

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    46/128

    25

    3.  Penularan

    Penyakit tuberkulosis yang disebabkan oleh bakteri  Mycobacterium

    tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuklei) saat seorang pasien

    TBC batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup

    oleh orang lain saat bernapas. Bila penderita batuk, bersin, atau berbicara

    saat berhadapan dengan orang lain, basil tuberkulosis tersembur dan

    terhisap ke dalam paru orang yang sehat. Masa inkubasinya selama 3-6

     bulan.

    Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang

    lainnya, sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah

    17%. Hasil studi lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya

    keluarga serumah) akan dua kali lebih berisiko dibandingkan kontak biasa

    (tidak serumah) (Widoyono, 2008).

    4.  Manifestasi klinis

    Tuberkulosis paru memiliki gejala seperti demam tingkat rendah,

    keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam, nyeri

    dada, dan batuk menetap. Batuk pada awalnya mungkin nonproduktif,

    tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen

    dengan hemoptisis (Smeltzer, 2002).

    Gejala utama pasien TBC adalah batuk berdahak selama 2 sampai 3

    minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu

    dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu

    makan menurun (anoreksia), berat badan menurun, malaise, berkeringat

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    47/128

    26

    malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan

    (Depkes, 2009).

    Menurut Werdhani (2007), gejala penyakit TBC dapat dibagi

    menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ

    yang terlibat:

    Gejala sistemik/umum:

    a. 

    Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan

    darah)

     b.  Demam yang tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya

    dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang

    serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

    c.  Penurunan nafsu makan dan berat badan

    d.  Perasaan tidak enak (malaise), lemah

    Gejala khusus:

    a.  Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi

    sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)

    akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan

    menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai

    sesak.

     b.  Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat

    disertai dengan keluhan sakit dada.

    c. 

    Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi

    tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    48/128

    27

     bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan

    nanah.

    d. 

    Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)

    dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya

    adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-

    kejang.

    5.  Komplikasi

    Ardiansyah (2012) membagi komplikasi penyakit TBC itu dalam 2

    kategori yaitu:

    a. 

    Komplikasi Dini

    1)  Pleuritis

    2)  Efusi Pleura

    3)  Empiema

    4)  Laringitis

    5)  TB usus

     b.  Komplikasi Lanjut

    1) 

    Obstruksi Jalan Napas

    2) 

    Kor Pulmonale

    3) 

    Amiloidosis

    4)  Karsinoma Paru

    5)  Sindrom Gagal Napas

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    49/128

    28

    6.  Faktor Risiko

    Suryo (2010) menjelaskan bahwa faktor risiko yang menyebabkan

     penyakit TBC adalah sebagai berikut:

    a.  Faktor umur

    Beberapa faktor risiko penularan penyakit tuberkulosis di

    Amerika yaitu umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta

    infeksi AIDS. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York

     pada panti penampungan orang-orang gelandangan, menunjukkan

     bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat

    secara bermakna sesuai dengan umur.

    Insiden tertinggi tuberkulosis paru-paru biasanya mengenai

    usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TBC

    adalah kelompok usia produktif, yaitu 15-50 tahun.

     b. 

    Faktor Jenis Kelamin

    Di benua Afrika banyak tuberkulosis, terutama menyerang

    laki-laki. Pada tahun 1996 jumlah penderita TBC pada laki-laki

    hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita TBC pada

    wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9% pada wanita. Antara

    tahun 1985-1987 penderita TBC pada laki-laki cenderung meningkat

    sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TBC pada wanita menurun

    0,7%.

    TBC lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan

    wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan

    merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TBC.

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    50/128

    29

    c.  Tingkat Pendidikan

    Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap

     pengetahuan seseorang, di antaranya mengenai rumah yang

    memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TBC sehingga

    dengan pengetahuan yang cukup, maka seseorang akan mencoba

    untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, tingkat

     pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap jenis pekerjaannya.

    d.  Pekerjaan

    Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus

    dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang

     berdebu, paparan partikel debu di daerah terpapar akan memengaruhi

    terjadinya gangguan pada saluran pernapasan. Paparan kronis udara

    yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya

    gejala penyakit saluran pernapasan dan umumnya TBC.

    Jenis pekerjaan seseorang juga memengaruhi pendapatan

    keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-

    hari di antara konsumsi makanan, pemeliharaan kesehatan. Selain

    itu, akan memengaruhi kepemilikan rumah (konstruksi rumah).

    Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan di bawah UMR

    akan mengonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai

    dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai

    status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk terkena

     penyakit infeksi, di antaranya penyakit TBC. Dalam hal jenis

    konstruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang,

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    51/128

    30

    maka konstruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi syarat

    kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan

     penyakit TBC.

    e.  Kebiasaan Merokok

    Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan

    meningkatkan risiko untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit

     jantung koroner, bronkitis kronis, dan kanker kandung kemih.

    Kebiasaan rokok meningkatkan risiko untuk terkena TBC sebanyak

    2,2 kali.

    Pada tahun 1973 konsumsi rokok di Indonesia per orang per

    tahun adalah 230 batang, relatif lebih rendah dengan 430

     batang/orang/tahun di Sierra Leon, 480 batang/orang/tahun di Ghana

    dan 760 batang/orang/tahun di Pakistan. Prevalensi merokok pada

    hampir semua negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-

    laki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan

    adanya kebiasaan merokok sehingga mempermudah untuk terjadinya

    infeksi penyakit TBC.

    f.  Kepadatan Hunian Kamar Tidur

    Luas lantai bangunan rumah harus cukup untuk penghuni di

    dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus

    disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan

    overload.  Hal ini tidak sehat karena di samping menyebabkan

    kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    52/128

    31

    terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota

    keluarga yang lain.

    Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya

    dinyatakan dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif

     bergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk

    rumah sederhana luasnya minimum 10 m2/orang. Untuk kamar tidur

    diperlukan luas lantai minimum 3 m2/orang. Untuk mencegah

     penularan penyakit pernapasan, jarak antara tepi tempat tidur yang

    satu dengan yang lainnya minimum 90 cm. Kamar tidur sebaiknya

    tidak dihuni lebih dari dua orang, kecuali untuk suami-istri dan anak

    di bawah 2 tahun. Untuk menjamin volume udara yang cukup,

    disyaratkan juga langit-langit minimum tingginya 2,75 m.

    g.  Pencahayaan

    Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan

    luas jendela kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakkan jendela

    kurang baik atau kurang leluasa, dapat dipasang genting kaca.

    Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri

     patogen di dalam rumah, misalnya basil TBC. Oleh karena itu,

    rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup.

    Intensitas pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau

    kurang lebih 60 lux, kecuali untuk kamar tidur diperlukan cahaya

    yang lebih redup.

    Semua jenis cahaya dapat mematikan kuman hanya berbeda

    dari segi lamanya proses mematikan kuman untuk setiap jenisnya.

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    53/128

    32

    Cahaya yang sama apabila dipancarkan melalui kaca tidak berwarna

    dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih cepat daripada

    yang melalui kaca berwarna. Penularan kuman TBC relatif tidak

    tahan pada sinar matahari. Bila sinar matahari dapat masuk dalam

    rumah serta sirkulasi udara diatur, risiko penularan antarpenghuni

    akan sangat berkurang.

    h. 

    Ventilasi

    Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah

    untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar.

    Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni

    rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan

    kurangnya oksigen di dalam rumah. Di samping itu, kurangnya

    ventilasi akan menyebabkan kelembapan udara di dalam ruangan

    naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan

     penyerapan. Kelembapan ini akan menjadi media yang baik untuk

     pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/bakteri penyebab penyakit,

    misalnya kuman TBC.

    Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan

    udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena

    di situ selalu terjadi aliran udara terus-menerus. Bakteri yang

    terbawa oleh udara akan selalu tetap di dalam kelembapan

    (humiditas) yang optimum.

    Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang

    ventilasi sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanen

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    54/128

    33

    minimal 5% dari luas lantai dan luas ventilasi insidentil (dapat

    dibuka tutup) 5% dari luas lantai. Untuk udara segar juga diperlukan

    untuk menjaga temperatur dan kelembapan udara dalam ruangan.

    Umumnya temperatur kamar 22o-30oC, dari kelembapan udara

    optimum kurang lebih 60%.

    i. 

    Kondisi Rumah

    Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor risiko penularan

     penyakit TBC. Atap, dinding, dan lantai dapat menjadi tempat

     perkembangbiakan kuman. Lantai dan dinding yang sulit dibersihkan

    akan menyebabkan penumpukan debu sehingga akan dijadikan

    sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman

     Mycobacterium tuberculosis.

     j.  Kelembapan Udara

    Kelembapan udara dalam ruangan untuk memperoleh

    kenyamanan, di mana kelembapan yang optimum berkisar 60%

    dengan temperatur kamar 22o-30oC. Kuman TBC akan cepat mati

     bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup

    selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembap.

    k. 

    Status Gizi

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi

    kurang mempunyai risiko 3,7 kali untuk menderita penyakit TBC

     berat dibandingkan dengan orang yang status gizinya cukup atau

    lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    55/128

    34

    kekuatan daya tahan tubuh dan respon imunologik terhadap

     penyakit.

    l. 

    Keadaan Sosial Ekonomi

    Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan,

    keadaan sanitasi lingkungan, gizi, dan akses terhadap pelayanan

    kesehatan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya

    kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga

    akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk,

    akan menyebabkan kekebalan tubuh menurun sehingga

    memudahkan terkena infeksi TBC.

    m.  Perilaku

    Perilaku dapat terdiri atas pengetahuan, sikap, dan tindakan.

    Pengetahuan penderita TBC yang kurang tentang cara penularan,

     bahaya, dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan

     perilaku sebagai orang sakit dan akhirnya berakibat menjadi sumber

     penular bagi orang di sekelilingnya.

    7.  Pencegahan

     Naga (2012) berpendapat bahwa tindakan yang dapat dilakukan

    untuk mencegah timbulnya penyakit TBC, yaitu:

    a.  Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan

    menutup mulut saat batuk, dan membuang dahak tidak di

    sembarangan tempat.

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    56/128

    35

     b.  Bagi masyarakat, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan

    meningkatkan ketahanan terhadap bayi, yaitu dengan memberikan

    vaksinasi BCG.

    c.  Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan dengan

    memberikan penyuluhan tentang penyakit TBC, yang meliputi

    gejala, bahaya, dan akibat yang ditimbulkannya terhadap kehidupan

    masyarakat pada umumnya.

    d.  Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pengisolasian dan

     pemeriksaan terhadap orang-orang yang terinfeksi, atau dengan

    memberikan pengobatan khusus kepada penderita TBC. Pengobatan

    dengan cara dirawat di rumah sakit hanya dilakukan bagi penderita

    dengan kategori berat dan memerlukan pengembangan program

     pengobatannya, sehingga tidak dikehendaki pengobatan jalan.

    e. 

    Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melaksanakan

    desinfeksi, seperti cuci tangan, kebersihan rumah yang ketat,

     perhatian khusus terhadap muntahan atau ludah anggota keluarga

    yang terjangkit penyakit TBC (piring, tempat tidur, pakaian), dan

    menyediakan ventilasi dan sinar matahari yang cukup.

    f. 

    Melakukan imunisasi bagi orang-orang yang melakukan kontak

    langsung dengan penderita, seperti keluarga, perawat, dokter,

     petugas kesehatan, dan orang lain yang terindikasi, dengan vaksin

    BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.

    g.  Melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang kontak dengan

     penderita TBC. Perlu dilakukan Tes Tuberkulin bagi seluruh anggota

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    57/128

    36

    keluarga. Apabila cara ini menunjukan hasil negatif, perlu diulang

     pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, dan perlu pemeriksaan

    intensif.

    h.  Dilakukan pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu

     pengobatan yang tepat, yaitu obat-obat kombinasi yang telah

    ditetapkan oleh dokter untuk diminum dengan tekun dan teratur,

    selama 6 sampai 12 bulan. Perlu diwaspadai adanya kebal terhadap

    obat-obat, dengan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter.

    Francis (2011) menyatakan pencegahan penyakit tuberkulosis dapat

    dilakukan dengan cara penyediaan nutrisi yang baik, sanitasi yang adekuat,

     perumahan yang tidak terlalu padat dan udara yang segar merupakan

    tindakan yang efektif dalam pencegahan TBC.

    Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), 2010

    menjelaskan tentang pencegahan penularan penyakit TBC, yaitu:

    a.  Bagi masyarakat

    1)  Makan makanan yang bergizi seimbang sehingga daya tahan

    tubuh meningkat untuk membunuh kuman TBC

    2)  Tidur dan istirahat yang cukup

    3) 

    Tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkoba

    4)  Lingkungan yang bersih baik tempat tinggal dan disekitarnya

    5)  Membuka jendela agar masuk sinar matahari di semua ruangan

    rumah karena kuma TBC akan mati bila terkena sinar matahari

    6)  Imunisasi BCG bagi balita, yang tujuannya untuk mencegah

    agar kondisi balita tidak lebih parah bila terinfeksi TBC

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    58/128

    37

    7)  Menyarankan apabila ada yang dicurigai sakit TBC agar segera

    memeriksakan diri dan berobat sesuai aturan sampai sembuh

     b. 

    Bagi penderita

    1)  Tidak meludah di sembarang tempat

    2)  Menutup mulut saat batuk atau bersin

    3) 

    Berperilaku hidup bersih dan sehat

    4) 

    Berobat sesuai aturan sampai sembuh

    5)  Memeriksakan balita yang tinggal serumah agar segera

    diberikan pengobatan pencegahan

    8.  Kebijakan Program Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia

    (Depkes, 2009)

    a.  Penanggulangan TBC dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi

    yaitu kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program yang

    meliputi : perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta

    menjamin ketersediaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana.

     b.  Penanggulangan TBC dilaksanakan dengan menggunakan strategi

    DOTS.

    c. 

    Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadap

     program penanggulangan TBC.

    d.  Pengembangan strategi DOTS untuk peningkatan mutu pelayanan,

    kemudahan akses, penemuan dan pengobatan sehingga mampu

    memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadi TB-MDR.

    e.  Penanggulangan TBC dilaksanakan oleh seluruh sarana pelayanan

    kesehatan, meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Umum Pemerintah dan

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    59/128

    38

    Swasta, Rumah Sakit Paru (RSP), Balai Besar Kesehatan Paru

    Masyarakat (BBKPM), Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM),

    Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4), dan Klinik Pengobatan

    lain serta Dokter Praktek Swasta (DPS).

    f.  Pengembangan pelaksanaan program penanggulangan TBC di

    tempat kerja (TB in workplaces), Lembaga Pemasyarakatan dan

    Rumah Tahanan (TB in prison), TNI dan POLRI.

    g.  Program penanggulangan TBC dengan pendekatan program DOTS

    Plus (MDR), Kolaborasi TB-HIV, PAL ( Practical Approach to Lung

     Health), dan HDL ( Hospital DOTS Linkages).

    h.  Penanggulangan TBC dilaksanakan melalui promosi, penggalangan

    kerja sama/kemitraan dengan lintas program dan sektor terkait,

     pemerintah dan swasta dalam wadah Gerakan Terpadu Nasional

    Penanggulangan TB (Gerdunas TB).

    i.  Peningkatan kemampuan laboratorium TBC di berbagai tingkat

     pelayanan ditujukan untuk peningkatan mutu pelayanan dan jejaring.

     j.  Menjamin ketersediaan Obat Anti TB (OAT) untuk penanggulangan

    TBC dan diberikan kepada pasien secara cuma-cuma.

    k. 

    Menjamin ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten dalam

     jumlah yang memadai untuk meningkatkan dan mempertahankan

    kinerja program.

    l. 

    Penanggulangan TBC lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin

    dan kelompok rentan terhadap TBC.

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    60/128

    39

    m.  Menghilangkan stigma masyarakat terhadap pasien TB agar tidak

    dikucilkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.

    n. 

    Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam MDGs.

    D.  Penelitian Terkait

    1.  Penelitian terkait yang dilakukan oleh Nanin Kurniasari dengan judul

    Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita TBC Dengan Keteraturan

    Dalam Pengobatan TBC Di UPTD Puskesmas Cibogo Kabupaten

    Subang Tahun 2007. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah

    kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional . Teknik analisa

    dalam penelitian adalah korelasi pearson moment   (produk). Sampel

    dalam penelitian sebesar 25 orang dari populasi penderita TBC yang

    diterapi di Puskesmas Cibogo (Sampling Jenuh). Hasil dari uji

     pengetahuan penderita TBC dengan keteraturan dalam pengobatan TBC

    di peroleh nilai P = 0, 590 tidak ada hubungan yang signifikan antara

     pengetahuan penderita TBC dengan keteraturan dalam pengobatan TBC,

    sikap penderita TBC dengan keteraturan dalam pengobatan TBC di

    dapatkan nilai P = 0,180 tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap

     penderita TBC dengan keteraturan dalam pengobatan TBC.

    2. 

    Penelitian terkait yang dilakukan oleh Bagas Wirasti Tahun 2010 dengan

     judul Hubungan Antara Karakteristik dan Pengetahuan Tentang

    Tuberkulosis Paru Dengan Perilaku Penularan Tuberkulosis Paru Di

    Puskesmas Sawangan Kota Depok Tahun 2010. Jenis penelitian ini

    adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional . Sampel

    adalah penderita TBC yang tercatat di Puskesmas Sawangan Depok yang

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    61/128

    40

     berjumlah 33 orang, di ambil menggunakan metode sampling jenuh.

    Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut menunjukkan variabel

    yang mempunyai hubungan signifikan terhadap perilaku pencegahan

     penularan TB adalah pendidikan (p = 0,001), pekerjaan (p = 0,046) dan

     pengetahuan (p = 0,031). Variabel yang tidak berhubungan dengan

     perilaku pencegahan penularan TBC adalah usia dan jenis kelamin (p >

    0,05).

    3.  Penelitian yang dilakukan oleh Arimas Bramantyo dengan judul

    Hubungan Status Gizi Anak, Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu

    Terhadap Gizi dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Pada Anak

    di Puskesmas Pisangan Tahun 2009-2010. Rancangan penelitian yang

    digunakan adalah cross sectional . Sampel pada penelitian ini adalah anak

     penderita TBC yang berumur ≤ 15 tahun dan ibu penderita. Cara

     pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data

    ini dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov, Chi-Square dan Fisher-

     Exact   sebagai alternatifnya (p

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    62/128

    41

    4.  Penelitian terkait yang dilakukan oleh Rizki Ramdan Sudarso dengan

     judul Hubungan Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang

    Tuberkulosis dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Paru Anak

    Di Puskesmas Kelurahan Lagoa Jakarta Utara Periode Januari 2009-Juni

    2010. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan

     pendekatan cross sectional . Sampel dalam penelitian adalah ibu yang

    menderita tuberkulosis paru dan berobat di Puskesmas Kelurahan Lagoa

    Jakarta Utara dengan jumlah sampel 58 orang dengan pendekatan

    sampling jenuh. Hasil analisis uji chi-square  variabel yang memiliki

    hubungan yang bermakna dengan keberhasilan pengobatan TB Paru anak

    di Puskesmas Kelurahan Lagoa Jakarta Utara periode Januari 2009 –  Juni

    2010 adalah usia ibu (p = 0,001), pekerjaan ibu (p = 0,013), dan tingkat

     pengetahuan ibu tentang tuberkulosis (p = 0,027).

    5. 

    Penelitian terkait yang dilakukan oleh Niko Rianda Putra dengan judul

    Hubungan Perilaku dan Kondisi Sanitasi Rumah Dengan Kejadian TB

    Paru Di Wilayah Kota Solok Tahun 2011. Penelitian ini menggunakan

    desain case control . Sampel dalam penelitian ini adalah orang yang

     pernah menderita TB paru yang termasuk dalam kasus Dinkes Kota

    Solok dan seluruh Puskesmas di Kota Solok pada tahun 2011 yaitu 22

    kasus atau orang yang Tb paru dibandingkan dengan yang belum pernah

    menderita TB paru atau kontrol. Data variabel independen diperoleh

    dengan mewawancarai, observasi dan mengukur. Dari hasil uji statistik

    menunjukkan tingkat pengetahuan nilai (p = 0,034), sikap tentang

     pencegahan (p = 0, 028), tindakan pencegahan (p = 0,028), kondisi

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    63/128

    42

    kepadatan hunian (p = 0,015), kondisi ventilasi (p = 0,016), dan kondisi

     pencahayaan (p = 0,015), memiliki hubungan dengan kejadian TB Paru

    di Kota Solok. Sedangkan untuk kondisi jenis lantai dengan hasil uji

    statistik kondisi jenis lantai (p = 1,000) tidak memiliki hubungan dengan

    kejadian TB Paru di Kota Solok.

    E.  Kerangka Teori

    Bagan 2.2 Kerangka TeoriBerdasarkan Teori Stimulus Organisme Respon(SOR), Skiner (1938) dalam

    Notoatmodjo (2010), Budiman (2013), Azwar (2013), PPTI (2010)

    Stimulus

    (Informasi)

    Respon Terbuka:

    Upaya pencegahan

     penyakit TBC

    Faktor yang mempengaruhi

     pengetahuan dengan sikap:

    - Pendidikan

    - Usia

    - Pengalaman

    - Sumber informasi

    - Penghasilan

    Respon Tertutup:

    - Pengetahuan

    Sikap

    Organisme

    - Perhatian

    - Perasaan

    - Penerimaan

    Penyakit TBC dapat

    dicegah/tidak terjadi

    Faktor yang mempengaruhi

    sikap dengan perilaku:

    - Pengalaman pribadi

    - Pengaruh orang lain yang

    dianggap penting

    - Pengaruh kebudayaan

    - Media massa

    - Pengaruh faktor

    emosional

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    64/128

    43

    BAB III

    KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

    A.  Kerangka Konsep

    Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan antara konsep-

    konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui

     penelitian yang dimaksud (Notoatmodjo, 2010). Sesuai dengan tujuan

     penelitian yang bersifat kuantitatif yaitu untuk mengidentifikasi adanya

    hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap upaya pencegahan

     penyakit tuberkulosis. Dimana upaya pencegahan penyakit tuberkulosis

    sebagai variabel dependen sedangkan tingkat pengetahuan dan sikap

    sebagai variabel independen.

    VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

    Bagan 3.1 Kerangka Konsep

    Pengetahuan

    Sikap

    Upaya

    Pencegahan

    Penyakit TBC

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    65/128

    44

    B.  Hipotesis Penelitian

     Nursalam (2008) menjelaskan bahwa hipotesis adalah jawaban

    sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Maka

    hipotesis dalam penelitian ini adalah:

    1.  Ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap upaya

     pencegahan penyakit tuberkulosis pada masyarakat RW 04

    kelurahan Lagoa Jakarta Utara.

    2.  Ada hubungan antara sikap terhadap upaya pencegahan penyakit

    tuberkulosis pada masyarakat RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta

    Utara.

    C.  Definisi Operasional

    Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

    operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga peneliti

    dapat melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek (Hidayat,

    2007).

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    66/128

    45

     No. Variabel

    Penelitian

    Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

    1. Pengetahuan. Adalah segala sesuatuyang diketahui

    responden mengenai

     penyakit tuberkulosis

     paru meliputi

     pengertian, gejala,

     penyebab, cara penularan, komplikasi,

    faktor risiko dan

    tindakan pencegahan.

    Kuesioner Meminta respondenuntuk mengisi

     pernyataan pada

    kuesioner B, yang

     berisi tentang

     pengetahuan terhadap

    upaya pencegahan penyakit tuberkulosis

    menggunakan skala

    Guttman dan skoring.

    Pertanyaan terdiri dari

     pernyataan positif dan

    negatif.

    - Pernyataan positif,

     pada responden

    menjawab benar

    diberi nilai 1, dan

     jika salah diberinilai 0

    Pernyataan negatif,

     pada responden

    menjawab benar

    diberi nilai 0, dan

     jika salah diberi

    nilai 1

    Dinyatakan dalam tingkatan:

    1. 

    Pengetahuan kurang

    Apabila skor tingkat

     pengetahuan responden < 55%

    atau < 10 pernyataan yang

     benar.2. 

    Pengetahuan cukup

    Apabila skor tingkat

     pengetahuan responden antara

    56-74% atau 11-14 pernyataan

    yang benar.

    3.  Pengetahuan baik

    Apabila skor tingkat

     pengetahuan responden ≥ 75%

    atau ≥ 15 pernyataan yang

     benar.

    (Arikunto, 2010)

    Ordinal

    2. Sikap Adalah penilaian,

     persepsi respondenterhadap upaya

    Kuesioner Meminta responden

    untuk mengisi pernyataan pada

    1.  Positif (mendukung upaya

     pencegahan penyakit TBC) jika nilai ≥ nilai mean (77,8)

    Ordinal

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    67/128

    46

     pencegahan penyakit

    TBC yang dilakukan

     pada kehidupan sehari-

    hari.

    kuesioner C, yang

     berisi tentang sikap

    terhadap upaya

     pencegahan penyakit

    tuberkulosis

    menggunakan skala

     Likert  dan skoring.

    Pertanyaan terdiri dari

     pernyataan positif dan

    negatif dengan pilihan

     jawaban; sangat setuju(SS), setuju (S), tidak

    setuju (TS), sangat

    tidak setuju (STS).

    Pernyataan positif di

     beri nilai SS: 4, S: 3,

    TS: 2, STS: 1

    - Pernyataan negatif

    di beri nilai STS: 4,

    TS: 3, S: 2, SS: 1.

    2. 

     Negatif (menolak upaya

     pencegahan penyakit TBC)

     jika nilai < nilai mean (77,8)

    (Azwar, 2013)

    3. Upaya

    Pencegahan

     penyakit

    TBC

    Merupakan tindakan

    yang pernah dilakukan

    responden dalam

    mencegah penyakit

    tuberkulosis paru.

    Kuesioner Meminta responden

    untuk mengisi

     pernyataan pada

    kuesioner D, yang

     berisi tentang

     pelaksanaan upaya

     pencegahan penyakit

    tuberkulosis

    menggunakan skala

    Dinyatakan dalam tingkatan:

    1. 

    Kurang

    Apabila skor responden < 55%

    2.  Cukup

    Apabila skor responden antara

    56-74%

    3.  Baik

    Apabila skor responden ≥ 75%

    Ordinal

  • 8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru

    68/128

    47

     Likert  dan skoring.

    Pertanyaan terdiri dari

     pernyataan positif dan

    negatif dengan pilihan

     jawaban; selalu,

    sering, kadang-

    kadang, jarang, tidak

     pernah.

    - Pernyataan positif di

     beri nilai selalu: 5,

    ser