peneltitan hubunagn sikap dan pnegtahuan tb paru
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
1/128
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP
MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN
PENYAKIT TUBERKULOSIS DI RW 04 KELURAHAN
LAGOA JAKARTA UTARA TAHUN 2013
Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
SUMIYATI ASTUTI
109104000039
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
2/128
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
3/128
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
4/128
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
5/128
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
6/128
V
RIWAYAT HIDUP
Nama : Sumiyati Astuti
Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 5 Juli 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jln. Tipar cakung No. 69 RT 001 RW 01
Kel. Sukapura, Kec. Cilincing
Jakarta Utara
Telepon/Hp : 087876771564
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan:
1. SDN Sukapura 02 Pagi Jakarta (1997-2003)
2. SMP Negeri 30 Jakarta (2003-2006)
3. SMAN 75 Jakarta (2006-2009)
4. S1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2013)
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
7/128
vi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, September 2013
Sumiyati Astuti, NIM: 109104000039
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Upaya
Pencegahan Penyakit Tuberkulosis di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta
Utara tahun 2013
xx + 89 halaman + 10 tabel + 3 bagan + 5 lampiran
ABSTRAK
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang paling umum mempengaruhi paru-paru.
Prevalensi penyakit TBC semakin meningkat, total kasus penyakit TBC di
Kelurahan Lagoa yang tercatat di Puskesmas Kecamatan Koja pada tahun 2012
mencapai 67 kasus. Hal ini terjadi karena upaya pencegahan penyakit tuberkulosis
belum dilakukan secara maksimal oleh warga Kelurahan Lagoa.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakittuberkulosis. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross
sectional , sampel dalam penelitian ini adalah warga RW 04 Kelurahan Lagoa
yang didapat dengan teknik Cluster Sampling. Analisis data yang digunakan
adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji
Correlation Spearman.
Hasil analisis univariat menunjukkan 71,7% mayoritas responden
memiliki pengetahuan yang baik terhadap upaya pencegahan penyakit TBC, 55%
responden memiliki sikap positif terhadap upaya pencegahan penyakit TBC dan
66,7% responden memiliki upaya pencegahan penyakit TBC yang baik. Analisis
bivariat dengan uji Correlation Spearman dengan α=0.05, hasil analisis
didapatkan ada hubungan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan penyakitTBC (p value=0.000), dan ada hubungan antara sikap masyarakat dengan upaya
pencegahan penyakit TBC (p value=0.003). Diharapkan tenaga kesehatan dapat
lebih meningkatkan promosi kesehatan yang lebih baik lagi mengenai pentingnya
melakukan upaya pencegahan penyakit TBC yang dapat dilakukan oleh
masyarakat sebagai pencegahan terhadap penyakit TBC yang dapat menyebabkan
kematian.
Kata Kunci: Tuberkulosis, Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis,
Pengetahuan, Sikap
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
8/128
vii
THE STUDY PROGRAM OF NURSING SCIENCES
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH OF JAKARTA
Undergraduated thesis, September 2013
Sumiyati Astuti, NIM: 109104000039
Relationship of Knowledge Level and Society Attitude Against Tuberculosis
Disease Prevention in RW 04 Lagoa, North Jakarta Year 2013
xx + 89 pages + 10 tables + 3 sketch + 5 appendixes
ABSTRACT
Tuberculosis (TBC) is an infection disease which it caused by
Mycobacterium tuberculosis. Prevalence increase in 2012 total cases of TBC
disease in Lagoa, Koja district health centre reported there up to 67 cases. This
happen due to the prevention has not done optimaly by citizen from Lagoa
district.
The purpose of this study was determine the relationship of the level of
knowledge and society attitude due the effort from preventing tuberculosis
disease. This study is quantitative cross sectional design, the sample in this study
were citizen from RW 04 subdistrict of Lagoa with Cluster Sampling. Analysis ofthe data used is the univariate and bivariate analysis. Bivariate analysis used is
Correlation Spearman’s test.
The result of univariate analysis showed 71,7% majority of respondent
have good knowledge about the prevention of tuberculosis, 55% of respondent
have positive attitude about tuberculosis prevention and 66,7% of respondent have
good effort of preventing the TBC disease. Bivariate analysis with Correlation
Spearman’s test with α=0.05 level, the result found there were a relationshi p
between knowledge and the prevention of tuberculosis (p value=0.000). And a
relationship between society attitude and the prevention of tuberculosis (p
value=0.003). therefore health workers are expected to further enhance the
promotion of better health and more about the importance of prevention of TBCdisease that can be done by the community as the prevention of tuberculosis
disease that can cause death.
Keyword : Tuberculosis, Preventing TBC disease, Knowledge, Attitude
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
9/128
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan tingkat
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit
tuberkulosis di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara”.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapat
bantuan berupa bimbingan dan dukungan dari semua pihak. Untuk itu penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1.
Prof. Dr. (hc). dr. M. K Tadjudin, Sp. And sebagai Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM dan Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.
Kep, M. Sc, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan
(PSIK) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM, selaku pembimbing pertama yang
telah membimbing dengan sabar dan memberikan motivasi kepada
penulis.
4.
Ns. Puspita Palupi, S. Kep, M. Kep, Sp. Kep. Mat, selaku pembimbing
kedua yang telah membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.
5.
Bapak/Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, yang telah
memberikan doa dan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti
perkuliahan.
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
10/128
ix
6. Segenap staf bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu
Keperawatan.
7.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Jakarta beserta seluruh stafnya karena telah
membantu dalam perizinan penelitian.
8. Kepala Puskesmas Kecamatan Koja Jakarta Utara beserta seluruh stafnya
karena telah membantu dalam pemberian data untuk penelitian.
9.
Kepala Kelurahan Lagoa Kecamatan Koja Jakarta Utara beserta seluruh
stafnya karena telah membantu dalam perizinan dan pengambilan data
penelitian.
10. Ketua RT 002, RT 004, RT 006, RT 008, RT 010 dan RT 012 karena telah
membantu dalam perizinan dan pengambilan data.
11. Teristimewa ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga tercinta, orang
tua yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan pengorbanan baik moril
maupun materil demi kelancaran kehidupan dan masa depan penulis, serta
untuk kakak-kakakku yang selalu memberikan doa dan semangat.
12. Karang Taruna 03, Wati, Yessi, dan Winda yang telah banyak membantu
dalam mengumpulkan data penelitian.
13. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan doa dan semangat dalam
menyelesaikan penelitian ini.
14. Teman-teman PSIK 2009 yang telah berjuang bersama-sama dalam
mengikuti perkuliahan di Keperawatan.
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
11/128
x
Demikian penyusunan skripsi ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca sekalian. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kesalahan. Oleh sebab itu kritik
dan saran untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Terima kasih untuk
semua bimbingan, arahan, kritikan dan saran yang telah diberikan oleh semua
pihak. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kemudahan kepada kita semua.
Jakarta, Oktober 2013
Sumiyati Astuti
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
12/128
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
13/128
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan ................................................................................... 12
1.
Pengertian ................................................................................ 12
2. Klasifikasi ................................................................................ 13
3. Proses Adopsi Perilaku ............................................................ 14
4.
Tingkat Pengetahuan dari Domain Kognitif ........................... 15
5.
Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................... 16
B. Sikap ............................................................................................... 18
1. Pengertian ................................................................................ 18
2. Komponen Pokok Sikap .......................................................... 19
3. Tingkatan Sikap ....................................................................... 20
4. Faktor yang Mempengaruhi Sikap .......................................... 21
C. Tuberkulosis ................................................................................... 23
1.
Pengertian Tuberkulosis .......................................................... 23
2. Etiologi .................................................................................... 24
3. Penularan ................................................................................. 25
4. Manifestasi Klinis ................................................................... 25
5. Komplikasi .............................................................................. 27
6.
Faktor Risiko TBC .................................................................. 28
7. Pencegahan .............................................................................. 34
8. Kebijakan Program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis
di Indonesia .................................................................................. 37
D. Penelitian Terkait ........................................................................... 39
E. Kerangka Teori ............................................................................... 42
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
14/128
xiii
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A.
Kerangka Konsep ........................................................................... 43
B. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 44
C. Definisi Operasional ....................................................................... 44
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................ 48
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 48
C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 49
1. Populasi Penelitian .................................................................. 49
2. Sampel Penelitian .................................................................... 49
D. Teknik Pengambilan Sampling ...................................................... 52
E.
Alat Pengumpul Data dan Prosedur Penelitian .............................. 52
1. Instrumen Penelitian ................................................................ 52
2. Uji Validitas dan Reabilitas ..................................................... 56
3. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 58
F. Pengolahan Data ............................................................................. 59
G.
Teknik Analisa Data ....................................................................... 60
H. Etika Penelitian .............................................................................. 61
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Kelurahan Lagoa Jakarta Utara ..................................... 64
B. Gambaran Karakteristik Responedn .............................................. 65
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
15/128
xiv
1. Karakteristik Usia .................................................................... 65
2. Karakteristik Jenis Kelamin .................................................... 66
3.
Karakteristik Pendidikan ......................................................... 66
4. Karakteristik Pekerjaan ........................................................... 67
C. Analisa Univariat ........................................................................... 67
1.
Gambaran Pengetahuan Masyarakat Terhadap Upaya
Pencegahan Penyakit Tuberkulosis ......................................... 68
2. Gambaran Sikap Masyarakat Terhadap Upaya Pencegahan
Penyakit Tuberkulosis ............................................................. 69
3. Gambaran Upaya Pencegahan Penyakit TBC ......................... 69
D. Analisa Bivariat .............................................................................. 70
1. Hubungan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Upaya
Pencegahan Penyakit Tuberkulosis ......................................... 70
2.
Hubungan Sikap Masyarakat Terhadap Upaya Pencegahan
Penyakit Tuberkulosis ............................................................. 71
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat ........................................................................... 73
1.
Gambaran Pengetahuan Tentang Penyakit Tuberkulosis
Dan Upaya Pencegahan Penyakit TBC ........................................ 73
2. Gambaran Sikap Masyarakat Tentang Upaya Pencegahan
Penyakit Tuberkulosis .................................................................. 77
3. Gambaran Upaya Pencegahan Penyakit TBC ......................... 80
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
16/128
xv
B. Analisis Bivariat ............................................................................. 81
1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap
Upaya Pencegahan Penyakit TBC ........................................... 81
2. Hubungan Sikap Masyarakat Terhadap Upaya Pencegahan
Penyakit Tuberkulosis ............................................................. 83
C.
Keterbatasan Penelitian .................................................................. 85
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 87
B. Saran ............................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
17/128
xvi
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................. 45
Tabel 5.1 Distribusi Statistik Deskriptif Umur Responden.................... 65
Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ....................... 66
Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan .............. 66
Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan ..................... 67
Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Terhadap Upaya
Pencegahan Penyakit Tuberkulosis ........................................ 68
Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Sikap Masyarakat Terhadap
Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis ............................ 69
Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Upaya Pencegahan Penyakit
Tuberkulosis ........................................................................... 69
Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Proporsi Pengetahuan Terhadap
Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis ............................ 70
Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Sikap Masyarakat Terhadap
Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis ............................ 71
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
18/128
xvii
DAFTAR BAGAN
No. Bagan Halaman
Bagan 2.1 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi .................. 19
Bagan 2.2 Kerangka Teori ....................................................... 42
Bagan 3.1 Kerangka Konsep .................................................... 43
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
19/128
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Informed Concent
Lampiran 2 Kuesioner
Lampiran 3 Output Analisis Univariat dan Bivariat
Lampiran 4 Surat Izin Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
20/128
xix
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
Amiloidosis : Kelainan metabolisme protein
Apeks paru-paru : Bagian puncak paru-paru
BCG : Bacillus Calmette et Guerin
Bronkitis kronis : Gangguan paru obstruktif yang ditandai produksi
mukus berlebihan di saluran napas bawah dan
menyebabkan batuk kronis
Depkes : Departemen Kesehatan
DOTS : Directly Observed Treatment, Shorcourse
chemotherapy
Efusi pleura : suatu keadaan dimana terdapat penumpukan
cairan dalam pleura
Empiema : Terkumpulnya cairan purulen (pus) di dalam
rongga pleura
Hemoptisis : Darah yang keluar dari mulut saat batuk
Karsinoma paru : Neoplasma ganas yang muncul dari epitel
bronkus
Kor pulmonale : Gagal jantung kanan akibat penyakit paru kronis
Laringitis : Infeksi pada daerah laring
MDGs : Millenium Development Goals
Meninges : Membran tipis yang membungkus otak dan
medula spinalis.
Morbiditas : Kesakitan
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
21/128
xx
Parenkim paru : Organ berupa kumpulan kelompok alveoli yang
mengelilingi cabang-cabang bronkus.
Penyakit jantung koroner : Penyakit jantung yang disebabkan penyempitan
arteri koroner
Pleuritis : Peradangan pada pleura
Sindrom gagal napas : Suatu kondisi yang ditandai dengan hipoksemia
berat, dispnea dan infiltrasi pulmonari bilateral
Tuberkulosis ekstrapulmonar : Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput
jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing,
alat kelamin, dan lain-lain.
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
22/128
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan global. Sepertiga
dari populasi dunia sudah tertular dengan TBC dimana sebagian besar
penderita TBC adalah usia produktif (15-55 tahun). Hal ini menyebabkan
kesehatan yang buruk di antara jutaan orang setiap tahun dan menjadi
penyebab utama kedua kematian dari penyakit menular diseluruh dunia,
setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV)/AIDS ( Acquired Immune
Deficiency Syndrome). Pada tahun 2011 terdapat 9 juta kasus baru dan 1,4
juta kematian akibat penyakit TBC dan HIV. World Health Organization
(WHO) menyatakan TBC sebagai global darurat kesehatan masyarakat pada
tahun 1993 (WHO, 2012).
Di Indonesia, TBC merupakan masalah kesehatan yang harus
ditanggulangi oleh pemerintah. Data WHO (2008) mencatat bahwa Indonesia
berada pada peringkat 5 dunia penderita TBC terbanyak setelah India, China,
Afrika Selatan dan Nigeria. Peringkat ini mengalami penurunan dibandingkan
tahun 2007 yang menempatkan Indonesia pada posisi ke-3 kasus TBC
terbanyak setelah India dan China (Depkes, 2012).
Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium
tuberculosis di Indonesia sangatlah tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang
meninggal karena TBC yang diantaranya 600.000 perempuan dan 1,1 juta
laki-laki, sementara ada 9,4 juta kasus baru TBC yang diantaranya 3,3 juta
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
23/128
2
perempuan dan 6,1 juta laki-laki. Kasus TBC lebih banyak diderita oleh laki-
laki dibandingkan perempuan. Tahun 2010 Indonesia telah berhasil
menurunkan insidens, prevalensi, dan angka kematian. Insidens berhasil
diturunkan sebesar 45% yaitu 343 menjadi 189 per 100.000 penduduk,
prevalensi dapat diturunkan sebesar 35% yaitu 443 menjadi 289 per 100.000
penduduk dan angka kematian diturunkan sebesar 71% yaitu 92 menjadi 27
per 100.000 penduduk. TBC masih merupakan masalah kesehatan penting di
dunia dan di Indonesia. TBC juga merupakan salah satu indikator
keberhasilan MDGs yang harus dicapai oleh Indonesia, yaitu menurunkan
angka kesakitan dan angka kematian menjadi setengahnya di tahun 2015
(Depkes, 2011).
Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional pada tahun 2007 menunjukkan
prevalensi TBC paru cenderung meningkat sesuai bertambahnya umur dan
prevalensi tertinggi pada usia lebih dari 65 tahun. Prevalensi TBC paru 20%
lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan, tiga kali lebih tinggi di
pedesaan dibandingkan perkotaan dan empat kali lebih tinggi pada
pendidikan rendah dibandingkan pendidikan tinggi. Sebanyak 17 provinsi
mempunyai prevalensi Tuberkulosis Paru diatas prevalensi nasional, yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, DKI Jakarta, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat, dan Papua (Depkes,
2008).
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
24/128
3
Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2007 menunjukkan
total presentase angka kejadian TBC paru secara klinis sebesar 37,026%
dimana presentase wilayah Jakarta Pusat sebesar 2,269%, Jakarta Utara
sebesar 16,274%, Jakarta Barat sebesar 2,274%, Jakarta Selatan sebesar
4,615% dan Jakarta Timur sebesar 11,594%. Presentase tertinggi terdapat
pada wilayah Jakarta Utara yaitu sebesar 16,274% (Dinkes, 2007).
Hasil survei prevalensi TBC tahun 2004 mengenai pengetahuan, sikap
dan perilaku menunjukkan bahwa 96% keluarga merawat anggota keluarga
yang menderita TBC dan hanya 13% yang menyembunyikan keberadaan
mereka. Meskipun 76% keluarga pernah mendengar tentang TBC dan 85%
mengetahui bahwa TBC dapat disembuhkan, akan tetapi hanya 26% yang
dapat menyebutkan dua tanda dan gejala utama TBC. Cara penularan TBC
dipahami oleh 51% keluarga dan hanya 19% yang mengetahui bahwa tersedia
obat TBC gratis (Depkes, 2011). Dari hasil survei tersebut menunjukkan
bahwa masih ada keluarga yang belum memiliki pengetahuan yang cukup
tentang penyakit tuberkulosis.
Survei pada tahun 2004 tersebut juga mengungkapkan pola pencarian
pelayanan kesehatan. Apabila terdapat anggota keluarga yang mempunyai
gejala TBC, 66% akan memilih berkunjung ke Puskesmas, 49% ke dokter
praktik swasta, 42% ke rumah sakit pemerintah, 14% ke rumah sakit swasta
dan sebesar 11% ke bidan atau perawat praktik swasta. Namun pada
responden yang pernah menjalani pengobatan TBC, tiga Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (FPK) utama yang digunakan adalah rumah sakit, puskesmas dan
praktik dokter swasta. Keterlambatan dalam mengakses fasilitas DOTS
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
25/128
4
( Directly Observed Treatment, Shorcourse chemotherapy) untuk diagnosis
dan pengobatan TBC merupakan tantangan utama di Indonesia dengan
wilayah geografis yang sangat luas (Depkes, 2011).
Media (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pengetahuan, Sikap
dan Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan
Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatra Barat”. Hasil
penelitian ini menunjukkan pengetahuan sebagian masyarakat mengenai
tanda-tanda penyakit TBC relatif cukup baik, sikap masyarakat masih kurang
peduli terhadap akibat yang dapat ditimbulkan oleh penyakit TBC, perilaku
dan kesadaran sebagian masyarakat untuk memeriksakan dahak dan
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan masih kurang, karena mereka
malu dan takut divonis menderita TBC.
Penelitian yang dilakukan oleh Handoko (2010) tentang “Hubungan
Tingkat Penghasilan, Pendidikan, Pengetahuan, Sikap Pencegahan dan
Pencarian Pengobatan, Praktek Pencegahan dan Pencarian Pengobatan
Dengan Penyakit TBC di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)
Surakarta” mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
sikap pencegahan dan pencarian pengobatan serta tingkat pendidikan
masyarakat terhadap penyakit TBC di kota Surakarta. Dan tidak ada
hubungan yang bermakna antara tingkat penghasilan, pengetahuan dan
praktek pencarian pengobatan terhadap penyakit TBC di kota Surakarta.
Wahyuni (2008) melakukan penelitian tentang “Determinan Perilaku
Masyarakat Dalam Pencegahan, Penularan Penyakit TBC Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bendosari” mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
26/128
5
bermakna antara pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, kepadatan hunian
rumah dan luas ventilasi rumah dengan pencegahan penularan penyakit
tuberkulosis. Serta determinan yang paling besar pengaruhnya adalah tingkat
pendidikan, kepadatan hunian dan pengetahuan.
Pencegahan penyakit merupakan komponen penting dalam pelayanan
kesehatan. Perawatan pencegahan melibatkan aktivitas peningkatan kesehatan
termasuk program pendidikan kesehatan khusus, yang dibuat untuk
membantu klien menurunkan risiko sakit, mempertahankan fungsi yang
maksimal, dan meningkatkan kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan
yang baik (Perry & Potter, 2005). Upaya pencegahan penyakit tuberkulosis
dilakukan untuk menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit
tuberkulosis. Upaya pencegahan tersebut terdiri dari menyediakan nutrisi
yang baik, sanitasi yang adekuat, perumahan yang tidak terlalu padat dan
udara yang segar merupakan tindakan yang efektif dalam pencegahan TBC
(Francis, 2011).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior ). Pengetahuan yang
baik apabila tidak ditunjang dengan sikap yang positif yang diperlihatkan
akan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku, seperti yang diungkapkan
oleh Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) yang menyatakan
bahwa domain dari perilaku adalah pengetahuan, sikap dan tindakan. Menurut
Roger (1974) dalam Notoadmodjo (2007) sikap dan praktek yang tidak
didasari oleh pengetahuan yang adekuat tidak akan bertahan lama pada
kehidupan seseorang, sedangkan pengetahuan yang adekuat jika tidak
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
27/128
6
diimbangi oleh sikap dan praktek yang berkesinambungan tidak akan
mempunyai makna yang berarti bagi kehidupan. Maka dari itu pengetahuan
dan sikap merupakan penunjang dalam melakukan perilaku sehat salah
satunya upaya pencegahan penyakit tuberkulosis.
Kasus penyakit tuberkulosis di wilayah kecamatan Koja cukup tinggi.
Data kasus penyakit tuberkulosis yang tercatat di Puskesmas Kecamatan Koja
menunjukkan tahun 2010 sebanyak 147 kasus, tahun 2011 sebanyak 142
kasus dan tahun 2012 sebanyak 129 kasus. Dari hasil data yang tercatat
selama tiga tahun terakhir menunjukkan kasus penyakit tuberkulosis yang
terjadi di wilayah Kecamatan Koja cukup tinggi. Puskesmas Kecamatan Koja
memiliki wilayah cakupan kerja sebanyak enam kelurahan, yaitu kelurahan
Tugu Utara, kelurahan Tugu Selatan, kelurahan Koja, kelurahan Lagoa,
kelurahan Rawa Badak Utara dan kelurahan Rawa Badak selatan.
Penanggung jawab poli TB mengatakan bahwa dari semua kelurahan yang
ada di kecamatan koja, yang memiliki kasus tuberkulosis terbanyak yaitu
kelurahan Lagoa sebanyak 52 kasus tahun 2010, 58 kasus tahun 2011, dan 67
kasus tahun 2012.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan di wilayah RW 04 Kelurahan
lagoa melalui wawancara. Hasil wawancara dari 5 pertanyaan didapatkan
delapan warga mengatakan tidak tahu mengenai penyakit tuberkulosis, cara
penularan, dan tindakan pencegahan. Dua warga kelurahan Lagoa lainnya
mengatakan tahu tentang penyakit tuberkulosis, penularan dan tindakan
pencegahannya.
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
28/128
7
Wawancara lebih lanjut mengenai sikap masyarakat kelurahan Lagoa
mengenai penyakit tuberkulosis didapatkan hasil dari 3 pertanyaan yaitu
delapan warga mengatakan bahwa tidak terlalu mempedulikan tentang
tindakan pencegahan penyakit TBC karena mereka beranggapan selama
mereka tidak berinteraksi dengan penderita TBC, mereka tidak akan tertular
penyakit TBC. Responden juga mengatakan bahwa saat bersin dan batuk
tidak menutup mulutnya, dan masih ada masyarakat yang membuang ludah
atau dahak disembarang tempat.
Penelitian-penelitian terkait tentang tuberkulosis sudah banyak
dilakukan di Indonesia namun kebanyakan hanya terbatas pada keberhasilan
pengobatan penyakit tuberkulosis saja. Penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti yaitu mengenai upaya pencegahan penyakit tuberkulosis secara
keseluruhan. Pengetahuan mengenai upaya pencegahan penyakit tuberkulosis
bagi masyarakat merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui dan
dipahami sehingga masyarakat dapat terhindar dari penyakit tuberkulosis.
Berdasarkan latar belakang ini peneliti ingin mengetahui adakah
hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap upaya
pencegahan penyakit tuberkulosis di RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara.
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
29/128
8
B. Perumusan Masalah
TBC masih menjadi masalah kesehatan global. Pada tahun 2011
terdapat 9 juta kasus baru dan 1,4 juta kematian akibat penyakit TBC dan
HIV (WHO, 2012). Angka kematian dan kesakitan akibat kuman
Mycobacterium tuberculosis di Indonesia sangat tinggi sebesar 1,7 juta orang
meninggal karena TBC (Depkes, 2011).
Kasus penyakit tuberkulosis di wilayah kecamatan Koja cukup tinggi.
Data kasus penyakit tuberkulosis yang tercatat di Puskesmas Kecamatan Koja
menunjukkan tahun 2010 sebanyak 147 kasus, tahun 2011 sebanyak 142
kasus dan tahun 2012 sebanyak 129 kasus. Dari semua kelurahan yang ada di
kecamatan koja, yang memiliki kasus tuberkulosis terbanyak yaitu kelurahan
Lagoa sebanyak 52 kasus tahun 2010, 58 kasus tahun 2011, dan 67 kasus
tahun 2012.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan di wilayah RW 04 Kelurahan
lagoa didapatkan masih banyaknya warga yang tidak mengetahui tentang
penyakit TBC dan pencegahannya, serta sikap warga Kelurahan Lagoa tidak
terlalu memperhatikan tentang tindakan pencegahan penyakit TBC.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan Hubungan
Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Upaya Pencegahan
Penyakit TBC pada Masyarakat di RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara.
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
30/128
9
C. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana tingkat pengetahuan tentang upaya pencegahan penyakit TBC
pada masyarakat di RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara?
2. Bagaimana sikap tentang upaya pencegahan penyakit TBC pada
masyarakat di RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara?
3.
Bagaimana upaya pencegahan penyakit TBC pada masyarakat di RW 04
kelurahan Lagoa Jakarta Utara?
4. Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan terhadap upaya pencegahan
penyakit TBC pada masyarakat di RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara?
5. Bagaimana hubungan sikap terhadap upaya pencegahan penyakit TBC
pada masyarakat di RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara?
D. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum :
Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap upaya
pencegahan penyakit TBC pada masyarakat RW 04 kelurahan Lagoa
Jakarta Utara.
2. Tujuan khusus :
a.
Diketahuinya tingkat pengetahuan tentang upaya pencegahan
penyakit TBC pada masyarakat RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta
Utara.
b. Diketahuinya sikap tentang upaya pencegahan penyakit TBC pada
masyarakat RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara.
c. Diketahuinya upaya pencegahan penyakit TBC pada masyarakat
RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara.
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
31/128
10
d. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan terhadap upaya
pencegahan penyakit TBC pada masyarakat RW 04 kelurahan
Lagoa Jakarta Utara.
e. Diketahuinya hubungan sikap terhadap upaya pencegahan penyakit
TBC pada masyarakat RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara.
E. Manfaat penelitian
1. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya PSIK
Secara akademik penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan
mahasiswa keperawatan mengenai pengaruh tingkat pengetahuan dan
sikap terhadap upaya pencegahan penyakit TBC
2. Bagi profesi keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi perawat khususnya
mengenai penyakit TBC tentang pentingnya pengetahuan dan sikap
terhadap upaya pencegahan penyakit TBC
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk penelitian
yang akan datang mengenai aspek lain tentang pencegahan penyakit TBC
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
32/128
11
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan
design penelitian analitik dengan pendekatan secara cross sectional . Alat
pengumpul data yang digunakan berupa kuesioner. Penelitian ini dilakukan
pada masyarakat RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara, dengan membatasi
masalah pada penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit TBC. Pemilihan sampel
dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik cluster sampling .
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
33/128
12
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Pengetahuan
1. Pengertian
Martin dan Oxman (1988) dalam Kusrini (2009) mengungkapkan
bahwa pengetahuan merupakan kemampuan untuk membentuk model
mental yang menggambarkan obyek dengan tepat dan
merepresentasikannya dalam aksi yang dilakukan terhadap suatu obyek.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan suatu kejadian tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
terbentuknya suatu tindakan. Dengan demikian terbentuknya perilaku
terhadap seseorang karena adanya pengetahuan yang ada pada dirinya
terbentuknya suatu perilaku baru, terutama yang ada pada orang dewasa
dimulai pada domain kognitif. Dalam arti seseorang terlebih dahulu diberi
stimulus yang berupa informasi tentang upaya pencegahan penyakit TBC
sehingga menimbulkan pengetahuan yang baru dan selanjutnya
menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap pada orang tersebut
terhadap informasi upaya pencegahan penyakit TBC yang diketahuinya.
Akhirnya rangsangan yakni informasi upaya pencegahan penyakit TBC
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
34/128
13
yang telah diketahuinya dan disadari sepenuhnya tersebut akan
menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan atau
sehubungan dengan stimulus atau informasi upaya pencegahan penyakit
TBC (Notoatmodjo, 2007).
Djannah (2009) dalam penelitiannya di Yogyakarta mengungkapkan
bahwa semakin tinggi pengetahuan terhadap suatu objek maka akan
semakin baik pula sikap seseorang terhadap objek tersebut. Pengetahuan
dan pemahaman seseorang tentang penyakit tuberkulosis dan pencegahan
penularannya memegang peranan penting dalam keberhasilan upaya
pencegahan penularan penyakit tuberkulosis. Dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2007).
2. Klasifikasi
Budiman (2013) menjelaskan bahwa jenis pengetahuan di antaranya
sebagai berikut:
a.
Pengetahuan Implisit
Merupakan pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk
pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat
nyata, seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip.
b. Pengetahuan Eksplisit
Merupakan pengetahuan yang telah disimpan dalam wujud nyata,
bisa dalam wujud perilaku kesehatan.
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
35/128
14
3. Proses Adopsi Perilaku
Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni:
a.
Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting ).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
36/128
15
4. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall ) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
e.
Sintesis ( synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
37/128
16
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
5. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Budiman (2013) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya pengetahuan adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah
menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang
dimiliki.
b. Informasi/media massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga
menghasikan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif
baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
c. Sosial, budaya, dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui
penalaran sehingga akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
38/128
17
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu
sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan
seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke
dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masa lalu.
f. Usia
Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik.
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
39/128
18
B. Sikap (attitude )
1. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb menyatakan
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan
suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Maka dari itu,
sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).
Sikap dalam hal ini merupakan sikap seseorang dalam menghadapi
penyakit tuberkulosis dan upaya pencegahannya. Sikap merupakan
kecenderungan seseorang untuk menginterpretasikan sesuatu dan bertindak
atas dasar hasil interpretasi yang diciptakannya. Sikap seseorang terhadap
sesuatu dibentuk oleh pengetahuan, antara lain nilai-nilai yang diyakini
dan norma-norma yang dianut. Untuk dapat mempengaruhi seseorang,
informasi perlu disampaikan secara perlahan-lahan dan berulang-ulang
dengan memperlihatkan keuntungan dan kerugiannya bila mengadopsi
informasi tersebut (Kurniasari,2008).
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
40/128
19
Diagram di bawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tersebut.
Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi
Bagan 2.1 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi, Skiner (1938)
Proses pembentukan sikap dapat terjadi karena adanya rangsangan,
seperti pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit TBC.
Rangsangan tersebut menstimulus diri masyarakat untuk memberi respon,
dapat berupa sikap positif atau negatif, akhirnya akan diwujudkan dalam
perilaku atau tidak.
Menurut Berkowitz (1972) dalam Azwar (2013), setiap orang yang
mempunyai perasaan positif terhadap suatu objek psikologis dikatakan
menyukai objek tersebut atau mempunyai sikap favorable terhadap objek
itu, sedangkan individu yang mempunyai perasaan negatif terhadap suatu
objek psikologis dikatakan mempunyai sikap yang unfavorable terhadap
objek sikap tersebut.
2. Komponen Pokok Sikap
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa sikap
itu mempunyai 3 komponen pokok:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
Stimulus
Rangsangan
Sikap
(tertutup)
Reaksi
Tingkah laku
(terbuka)
Proses
Stimulus
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
41/128
20
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh
misalnya, seorang ibu telah mendengar penyakit TB paru (penyebabnya,
akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan
membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena
penyakit TB paru. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut
bekerja sehingga ibu tersebut berniat untuk melakukan pencegahan agar
anaknya tidak terkena penyakit TB paru. Ibu ini mempunyai sikap tertentu
terhadap objek yang berupa penyakit TB paru.
Breckler (1984) dalam Budiman (2013) menjelaskan bahwa
komponen utama sikap adalah sebagai berikut:
a.
Kesadaran
b. Perasaan
c. Perilaku
3. Tingkatan Sikap
Notoatmodjo (2007) membagi sikap dalam berbagai tingkatan:
a.
Menerima (receiving )
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding )
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
42/128
21
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang di berikan, terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing )
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.
d.
Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran
sikap dapat dilakukan secara langsung. Secara langsung dapat
ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap
suatu objek.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Azwar (2013) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
adalah:
a. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk
dapat mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek
psikologis.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen
sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
43/128
22
anggap penting, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita
terhadap sesuatu.
c.
Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari,
kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap
berbagai masalah.
d. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup
kuat, akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga
terbentuklah arah sikap tertentu.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu, pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara
sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari
pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
f.
Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap yang ditentukan oleh situasi lingkungan
dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
44/128
23
sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego.
C. Tuberkulosis Paru
1. Pengertian
TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang paling umum mempengaruhi paru-paru.
Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui cairan dari
tenggorokan dan paru-paru seseorang dengan penyakit pernapasan aktif
(WHO, 2012).
Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena
infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru mencakup
80% dari keseluruhan kejadian penyakit tuberkulosis, sedangkan 20%
selebihnya merupakan tuberkulosis ekstrapulmonar (Djojodibroto, 2009).
TBC adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Agens infeksius
utama, Mycobacterium tuberculosis, adalah batang aerobik tahan asam
yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar
ultraviolet (Smeltzer, 2002).
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa TBC
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang biasanya menyerang organ paru-paru, akan tetapi dapat
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
45/128
24
juga menyerang organ lain, seperti tulang, meninges, ginjal, dan nodus
limfe.
2. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk
batang berukuran panjang 1 sampai 4 mm dengan tebal 0,3 sampai 0,6
mm. Sebagian besar komponen Mycobacterium tuberculosis adalah berupa
lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat
tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah
bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena
itu, Mycobacterium tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru
yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang
kondusif untuk penyakit tuberkulosis (Somantri, 2007).
Mycobacterium tuberculosis mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat
bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga
sering disebut Basil Tahan Asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia
dan fisik. Bakteri ini juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat
dorman dan aerob (Widoyono, 2008).
Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100oC selama 5-10
menit atau pada pemanasan 60oC selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-
95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara
terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun
tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun 1993
melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi
bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per jam (Widoyono, 2008).
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
46/128
25
3. Penularan
Penyakit tuberkulosis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuklei) saat seorang pasien
TBC batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup
oleh orang lain saat bernapas. Bila penderita batuk, bersin, atau berbicara
saat berhadapan dengan orang lain, basil tuberkulosis tersembur dan
terhisap ke dalam paru orang yang sehat. Masa inkubasinya selama 3-6
bulan.
Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang
lainnya, sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah
17%. Hasil studi lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya
keluarga serumah) akan dua kali lebih berisiko dibandingkan kontak biasa
(tidak serumah) (Widoyono, 2008).
4. Manifestasi klinis
Tuberkulosis paru memiliki gejala seperti demam tingkat rendah,
keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam, nyeri
dada, dan batuk menetap. Batuk pada awalnya mungkin nonproduktif,
tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen
dengan hemoptisis (Smeltzer, 2002).
Gejala utama pasien TBC adalah batuk berdahak selama 2 sampai 3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu
makan menurun (anoreksia), berat badan menurun, malaise, berkeringat
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
47/128
26
malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan
(Depkes, 2009).
Menurut Werdhani (2007), gejala penyakit TBC dapat dibagi
menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ
yang terlibat:
Gejala sistemik/umum:
a.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah)
b. Demam yang tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
c. Penurunan nafsu makan dan berat badan
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah
Gejala khusus:
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
c.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
48/128
27
bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
d.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)
dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya
adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-
kejang.
5. Komplikasi
Ardiansyah (2012) membagi komplikasi penyakit TBC itu dalam 2
kategori yaitu:
a.
Komplikasi Dini
1) Pleuritis
2) Efusi Pleura
3) Empiema
4) Laringitis
5) TB usus
b. Komplikasi Lanjut
1)
Obstruksi Jalan Napas
2)
Kor Pulmonale
3)
Amiloidosis
4) Karsinoma Paru
5) Sindrom Gagal Napas
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
49/128
28
6. Faktor Risiko
Suryo (2010) menjelaskan bahwa faktor risiko yang menyebabkan
penyakit TBC adalah sebagai berikut:
a. Faktor umur
Beberapa faktor risiko penularan penyakit tuberkulosis di
Amerika yaitu umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta
infeksi AIDS. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York
pada panti penampungan orang-orang gelandangan, menunjukkan
bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat
secara bermakna sesuai dengan umur.
Insiden tertinggi tuberkulosis paru-paru biasanya mengenai
usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TBC
adalah kelompok usia produktif, yaitu 15-50 tahun.
b.
Faktor Jenis Kelamin
Di benua Afrika banyak tuberkulosis, terutama menyerang
laki-laki. Pada tahun 1996 jumlah penderita TBC pada laki-laki
hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita TBC pada
wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9% pada wanita. Antara
tahun 1985-1987 penderita TBC pada laki-laki cenderung meningkat
sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TBC pada wanita menurun
0,7%.
TBC lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan
wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan
merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TBC.
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
50/128
29
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap
pengetahuan seseorang, di antaranya mengenai rumah yang
memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TBC sehingga
dengan pengetahuan yang cukup, maka seseorang akan mencoba
untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, tingkat
pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap jenis pekerjaannya.
d. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus
dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang
berdebu, paparan partikel debu di daerah terpapar akan memengaruhi
terjadinya gangguan pada saluran pernapasan. Paparan kronis udara
yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya
gejala penyakit saluran pernapasan dan umumnya TBC.
Jenis pekerjaan seseorang juga memengaruhi pendapatan
keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-
hari di antara konsumsi makanan, pemeliharaan kesehatan. Selain
itu, akan memengaruhi kepemilikan rumah (konstruksi rumah).
Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan di bawah UMR
akan mengonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai
status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk terkena
penyakit infeksi, di antaranya penyakit TBC. Dalam hal jenis
konstruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang,
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
51/128
30
maka konstruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi syarat
kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan
penyakit TBC.
e. Kebiasaan Merokok
Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan
meningkatkan risiko untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit
jantung koroner, bronkitis kronis, dan kanker kandung kemih.
Kebiasaan rokok meningkatkan risiko untuk terkena TBC sebanyak
2,2 kali.
Pada tahun 1973 konsumsi rokok di Indonesia per orang per
tahun adalah 230 batang, relatif lebih rendah dengan 430
batang/orang/tahun di Sierra Leon, 480 batang/orang/tahun di Ghana
dan 760 batang/orang/tahun di Pakistan. Prevalensi merokok pada
hampir semua negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-
laki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan
adanya kebiasaan merokok sehingga mempermudah untuk terjadinya
infeksi penyakit TBC.
f. Kepadatan Hunian Kamar Tidur
Luas lantai bangunan rumah harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus
disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan
overload. Hal ini tidak sehat karena di samping menyebabkan
kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
52/128
31
terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota
keluarga yang lain.
Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya
dinyatakan dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif
bergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk
rumah sederhana luasnya minimum 10 m2/orang. Untuk kamar tidur
diperlukan luas lantai minimum 3 m2/orang. Untuk mencegah
penularan penyakit pernapasan, jarak antara tepi tempat tidur yang
satu dengan yang lainnya minimum 90 cm. Kamar tidur sebaiknya
tidak dihuni lebih dari dua orang, kecuali untuk suami-istri dan anak
di bawah 2 tahun. Untuk menjamin volume udara yang cukup,
disyaratkan juga langit-langit minimum tingginya 2,75 m.
g. Pencahayaan
Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan
luas jendela kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakkan jendela
kurang baik atau kurang leluasa, dapat dipasang genting kaca.
Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri
patogen di dalam rumah, misalnya basil TBC. Oleh karena itu,
rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup.
Intensitas pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau
kurang lebih 60 lux, kecuali untuk kamar tidur diperlukan cahaya
yang lebih redup.
Semua jenis cahaya dapat mematikan kuman hanya berbeda
dari segi lamanya proses mematikan kuman untuk setiap jenisnya.
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
53/128
32
Cahaya yang sama apabila dipancarkan melalui kaca tidak berwarna
dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih cepat daripada
yang melalui kaca berwarna. Penularan kuman TBC relatif tidak
tahan pada sinar matahari. Bila sinar matahari dapat masuk dalam
rumah serta sirkulasi udara diatur, risiko penularan antarpenghuni
akan sangat berkurang.
h.
Ventilasi
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar.
Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni
rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan
kurangnya oksigen di dalam rumah. Di samping itu, kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kelembapan udara di dalam ruangan
naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan
penyerapan. Kelembapan ini akan menjadi media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/bakteri penyebab penyakit,
misalnya kuman TBC.
Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan
udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena
di situ selalu terjadi aliran udara terus-menerus. Bakteri yang
terbawa oleh udara akan selalu tetap di dalam kelembapan
(humiditas) yang optimum.
Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang
ventilasi sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanen
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
54/128
33
minimal 5% dari luas lantai dan luas ventilasi insidentil (dapat
dibuka tutup) 5% dari luas lantai. Untuk udara segar juga diperlukan
untuk menjaga temperatur dan kelembapan udara dalam ruangan.
Umumnya temperatur kamar 22o-30oC, dari kelembapan udara
optimum kurang lebih 60%.
i.
Kondisi Rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor risiko penularan
penyakit TBC. Atap, dinding, dan lantai dapat menjadi tempat
perkembangbiakan kuman. Lantai dan dinding yang sulit dibersihkan
akan menyebabkan penumpukan debu sehingga akan dijadikan
sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman
Mycobacterium tuberculosis.
j. Kelembapan Udara
Kelembapan udara dalam ruangan untuk memperoleh
kenyamanan, di mana kelembapan yang optimum berkisar 60%
dengan temperatur kamar 22o-30oC. Kuman TBC akan cepat mati
bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembap.
k.
Status Gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi
kurang mempunyai risiko 3,7 kali untuk menderita penyakit TBC
berat dibandingkan dengan orang yang status gizinya cukup atau
lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
55/128
34
kekuatan daya tahan tubuh dan respon imunologik terhadap
penyakit.
l.
Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan,
keadaan sanitasi lingkungan, gizi, dan akses terhadap pelayanan
kesehatan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya
kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga
akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk,
akan menyebabkan kekebalan tubuh menurun sehingga
memudahkan terkena infeksi TBC.
m. Perilaku
Perilaku dapat terdiri atas pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Pengetahuan penderita TBC yang kurang tentang cara penularan,
bahaya, dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku sebagai orang sakit dan akhirnya berakibat menjadi sumber
penular bagi orang di sekelilingnya.
7. Pencegahan
Naga (2012) berpendapat bahwa tindakan yang dapat dilakukan
untuk mencegah timbulnya penyakit TBC, yaitu:
a. Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan
menutup mulut saat batuk, dan membuang dahak tidak di
sembarangan tempat.
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
56/128
35
b. Bagi masyarakat, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan
meningkatkan ketahanan terhadap bayi, yaitu dengan memberikan
vaksinasi BCG.
c. Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan dengan
memberikan penyuluhan tentang penyakit TBC, yang meliputi
gejala, bahaya, dan akibat yang ditimbulkannya terhadap kehidupan
masyarakat pada umumnya.
d. Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pengisolasian dan
pemeriksaan terhadap orang-orang yang terinfeksi, atau dengan
memberikan pengobatan khusus kepada penderita TBC. Pengobatan
dengan cara dirawat di rumah sakit hanya dilakukan bagi penderita
dengan kategori berat dan memerlukan pengembangan program
pengobatannya, sehingga tidak dikehendaki pengobatan jalan.
e.
Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melaksanakan
desinfeksi, seperti cuci tangan, kebersihan rumah yang ketat,
perhatian khusus terhadap muntahan atau ludah anggota keluarga
yang terjangkit penyakit TBC (piring, tempat tidur, pakaian), dan
menyediakan ventilasi dan sinar matahari yang cukup.
f.
Melakukan imunisasi bagi orang-orang yang melakukan kontak
langsung dengan penderita, seperti keluarga, perawat, dokter,
petugas kesehatan, dan orang lain yang terindikasi, dengan vaksin
BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.
g. Melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang kontak dengan
penderita TBC. Perlu dilakukan Tes Tuberkulin bagi seluruh anggota
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
57/128
36
keluarga. Apabila cara ini menunjukan hasil negatif, perlu diulang
pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, dan perlu pemeriksaan
intensif.
h. Dilakukan pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu
pengobatan yang tepat, yaitu obat-obat kombinasi yang telah
ditetapkan oleh dokter untuk diminum dengan tekun dan teratur,
selama 6 sampai 12 bulan. Perlu diwaspadai adanya kebal terhadap
obat-obat, dengan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter.
Francis (2011) menyatakan pencegahan penyakit tuberkulosis dapat
dilakukan dengan cara penyediaan nutrisi yang baik, sanitasi yang adekuat,
perumahan yang tidak terlalu padat dan udara yang segar merupakan
tindakan yang efektif dalam pencegahan TBC.
Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), 2010
menjelaskan tentang pencegahan penularan penyakit TBC, yaitu:
a. Bagi masyarakat
1) Makan makanan yang bergizi seimbang sehingga daya tahan
tubuh meningkat untuk membunuh kuman TBC
2) Tidur dan istirahat yang cukup
3)
Tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkoba
4) Lingkungan yang bersih baik tempat tinggal dan disekitarnya
5) Membuka jendela agar masuk sinar matahari di semua ruangan
rumah karena kuma TBC akan mati bila terkena sinar matahari
6) Imunisasi BCG bagi balita, yang tujuannya untuk mencegah
agar kondisi balita tidak lebih parah bila terinfeksi TBC
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
58/128
37
7) Menyarankan apabila ada yang dicurigai sakit TBC agar segera
memeriksakan diri dan berobat sesuai aturan sampai sembuh
b.
Bagi penderita
1) Tidak meludah di sembarang tempat
2) Menutup mulut saat batuk atau bersin
3)
Berperilaku hidup bersih dan sehat
4)
Berobat sesuai aturan sampai sembuh
5) Memeriksakan balita yang tinggal serumah agar segera
diberikan pengobatan pencegahan
8. Kebijakan Program Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia
(Depkes, 2009)
a. Penanggulangan TBC dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi
yaitu kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program yang
meliputi : perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta
menjamin ketersediaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana.
b. Penanggulangan TBC dilaksanakan dengan menggunakan strategi
DOTS.
c.
Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadap
program penanggulangan TBC.
d. Pengembangan strategi DOTS untuk peningkatan mutu pelayanan,
kemudahan akses, penemuan dan pengobatan sehingga mampu
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadi TB-MDR.
e. Penanggulangan TBC dilaksanakan oleh seluruh sarana pelayanan
kesehatan, meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Umum Pemerintah dan
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
59/128
38
Swasta, Rumah Sakit Paru (RSP), Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat (BBKPM), Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM),
Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4), dan Klinik Pengobatan
lain serta Dokter Praktek Swasta (DPS).
f. Pengembangan pelaksanaan program penanggulangan TBC di
tempat kerja (TB in workplaces), Lembaga Pemasyarakatan dan
Rumah Tahanan (TB in prison), TNI dan POLRI.
g. Program penanggulangan TBC dengan pendekatan program DOTS
Plus (MDR), Kolaborasi TB-HIV, PAL ( Practical Approach to Lung
Health), dan HDL ( Hospital DOTS Linkages).
h. Penanggulangan TBC dilaksanakan melalui promosi, penggalangan
kerja sama/kemitraan dengan lintas program dan sektor terkait,
pemerintah dan swasta dalam wadah Gerakan Terpadu Nasional
Penanggulangan TB (Gerdunas TB).
i. Peningkatan kemampuan laboratorium TBC di berbagai tingkat
pelayanan ditujukan untuk peningkatan mutu pelayanan dan jejaring.
j. Menjamin ketersediaan Obat Anti TB (OAT) untuk penanggulangan
TBC dan diberikan kepada pasien secara cuma-cuma.
k.
Menjamin ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten dalam
jumlah yang memadai untuk meningkatkan dan mempertahankan
kinerja program.
l.
Penanggulangan TBC lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin
dan kelompok rentan terhadap TBC.
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
60/128
39
m. Menghilangkan stigma masyarakat terhadap pasien TB agar tidak
dikucilkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.
n.
Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam MDGs.
D. Penelitian Terkait
1. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Nanin Kurniasari dengan judul
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita TBC Dengan Keteraturan
Dalam Pengobatan TBC Di UPTD Puskesmas Cibogo Kabupaten
Subang Tahun 2007. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah
kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional . Teknik analisa
dalam penelitian adalah korelasi pearson moment (produk). Sampel
dalam penelitian sebesar 25 orang dari populasi penderita TBC yang
diterapi di Puskesmas Cibogo (Sampling Jenuh). Hasil dari uji
pengetahuan penderita TBC dengan keteraturan dalam pengobatan TBC
di peroleh nilai P = 0, 590 tidak ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan penderita TBC dengan keteraturan dalam pengobatan TBC,
sikap penderita TBC dengan keteraturan dalam pengobatan TBC di
dapatkan nilai P = 0,180 tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap
penderita TBC dengan keteraturan dalam pengobatan TBC.
2.
Penelitian terkait yang dilakukan oleh Bagas Wirasti Tahun 2010 dengan
judul Hubungan Antara Karakteristik dan Pengetahuan Tentang
Tuberkulosis Paru Dengan Perilaku Penularan Tuberkulosis Paru Di
Puskesmas Sawangan Kota Depok Tahun 2010. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional . Sampel
adalah penderita TBC yang tercatat di Puskesmas Sawangan Depok yang
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
61/128
40
berjumlah 33 orang, di ambil menggunakan metode sampling jenuh.
Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut menunjukkan variabel
yang mempunyai hubungan signifikan terhadap perilaku pencegahan
penularan TB adalah pendidikan (p = 0,001), pekerjaan (p = 0,046) dan
pengetahuan (p = 0,031). Variabel yang tidak berhubungan dengan
perilaku pencegahan penularan TBC adalah usia dan jenis kelamin (p >
0,05).
3. Penelitian yang dilakukan oleh Arimas Bramantyo dengan judul
Hubungan Status Gizi Anak, Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu
Terhadap Gizi dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Pada Anak
di Puskesmas Pisangan Tahun 2009-2010. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah cross sectional . Sampel pada penelitian ini adalah anak
penderita TBC yang berumur ≤ 15 tahun dan ibu penderita. Cara
pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data
ini dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov, Chi-Square dan Fisher-
Exact sebagai alternatifnya (p
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
62/128
41
4. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Rizki Ramdan Sudarso dengan
judul Hubungan Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Tuberkulosis dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Paru Anak
Di Puskesmas Kelurahan Lagoa Jakarta Utara Periode Januari 2009-Juni
2010. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional . Sampel dalam penelitian adalah ibu yang
menderita tuberkulosis paru dan berobat di Puskesmas Kelurahan Lagoa
Jakarta Utara dengan jumlah sampel 58 orang dengan pendekatan
sampling jenuh. Hasil analisis uji chi-square variabel yang memiliki
hubungan yang bermakna dengan keberhasilan pengobatan TB Paru anak
di Puskesmas Kelurahan Lagoa Jakarta Utara periode Januari 2009 – Juni
2010 adalah usia ibu (p = 0,001), pekerjaan ibu (p = 0,013), dan tingkat
pengetahuan ibu tentang tuberkulosis (p = 0,027).
5.
Penelitian terkait yang dilakukan oleh Niko Rianda Putra dengan judul
Hubungan Perilaku dan Kondisi Sanitasi Rumah Dengan Kejadian TB
Paru Di Wilayah Kota Solok Tahun 2011. Penelitian ini menggunakan
desain case control . Sampel dalam penelitian ini adalah orang yang
pernah menderita TB paru yang termasuk dalam kasus Dinkes Kota
Solok dan seluruh Puskesmas di Kota Solok pada tahun 2011 yaitu 22
kasus atau orang yang Tb paru dibandingkan dengan yang belum pernah
menderita TB paru atau kontrol. Data variabel independen diperoleh
dengan mewawancarai, observasi dan mengukur. Dari hasil uji statistik
menunjukkan tingkat pengetahuan nilai (p = 0,034), sikap tentang
pencegahan (p = 0, 028), tindakan pencegahan (p = 0,028), kondisi
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
63/128
42
kepadatan hunian (p = 0,015), kondisi ventilasi (p = 0,016), dan kondisi
pencahayaan (p = 0,015), memiliki hubungan dengan kejadian TB Paru
di Kota Solok. Sedangkan untuk kondisi jenis lantai dengan hasil uji
statistik kondisi jenis lantai (p = 1,000) tidak memiliki hubungan dengan
kejadian TB Paru di Kota Solok.
E. Kerangka Teori
Bagan 2.2 Kerangka TeoriBerdasarkan Teori Stimulus Organisme Respon(SOR), Skiner (1938) dalam
Notoatmodjo (2010), Budiman (2013), Azwar (2013), PPTI (2010)
Stimulus
(Informasi)
Respon Terbuka:
Upaya pencegahan
penyakit TBC
Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan dengan sikap:
- Pendidikan
- Usia
- Pengalaman
- Sumber informasi
- Penghasilan
Respon Tertutup:
- Pengetahuan
-
Sikap
Organisme
- Perhatian
- Perasaan
- Penerimaan
Penyakit TBC dapat
dicegah/tidak terjadi
Faktor yang mempengaruhi
sikap dengan perilaku:
- Pengalaman pribadi
- Pengaruh orang lain yang
dianggap penting
- Pengaruh kebudayaan
- Media massa
- Pengaruh faktor
emosional
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
64/128
43
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan antara konsep-
konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui
penelitian yang dimaksud (Notoatmodjo, 2010). Sesuai dengan tujuan
penelitian yang bersifat kuantitatif yaitu untuk mengidentifikasi adanya
hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap upaya pencegahan
penyakit tuberkulosis. Dimana upaya pencegahan penyakit tuberkulosis
sebagai variabel dependen sedangkan tingkat pengetahuan dan sikap
sebagai variabel independen.
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Pengetahuan
Sikap
Upaya
Pencegahan
Penyakit TBC
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
65/128
44
B. Hipotesis Penelitian
Nursalam (2008) menjelaskan bahwa hipotesis adalah jawaban
sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap upaya
pencegahan penyakit tuberkulosis pada masyarakat RW 04
kelurahan Lagoa Jakarta Utara.
2. Ada hubungan antara sikap terhadap upaya pencegahan penyakit
tuberkulosis pada masyarakat RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta
Utara.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga peneliti
dapat melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek (Hidayat,
2007).
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
66/128
45
No. Variabel
Penelitian
Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Pengetahuan. Adalah segala sesuatuyang diketahui
responden mengenai
penyakit tuberkulosis
paru meliputi
pengertian, gejala,
penyebab, cara penularan, komplikasi,
faktor risiko dan
tindakan pencegahan.
Kuesioner Meminta respondenuntuk mengisi
pernyataan pada
kuesioner B, yang
berisi tentang
pengetahuan terhadap
upaya pencegahan penyakit tuberkulosis
menggunakan skala
Guttman dan skoring.
Pertanyaan terdiri dari
pernyataan positif dan
negatif.
- Pernyataan positif,
pada responden
menjawab benar
diberi nilai 1, dan
jika salah diberinilai 0
-
Pernyataan negatif,
pada responden
menjawab benar
diberi nilai 0, dan
jika salah diberi
nilai 1
Dinyatakan dalam tingkatan:
1.
Pengetahuan kurang
Apabila skor tingkat
pengetahuan responden < 55%
atau < 10 pernyataan yang
benar.2.
Pengetahuan cukup
Apabila skor tingkat
pengetahuan responden antara
56-74% atau 11-14 pernyataan
yang benar.
3. Pengetahuan baik
Apabila skor tingkat
pengetahuan responden ≥ 75%
atau ≥ 15 pernyataan yang
benar.
(Arikunto, 2010)
Ordinal
2. Sikap Adalah penilaian,
persepsi respondenterhadap upaya
Kuesioner Meminta responden
untuk mengisi pernyataan pada
1. Positif (mendukung upaya
pencegahan penyakit TBC) jika nilai ≥ nilai mean (77,8)
Ordinal
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
67/128
46
pencegahan penyakit
TBC yang dilakukan
pada kehidupan sehari-
hari.
kuesioner C, yang
berisi tentang sikap
terhadap upaya
pencegahan penyakit
tuberkulosis
menggunakan skala
Likert dan skoring.
Pertanyaan terdiri dari
pernyataan positif dan
negatif dengan pilihan
jawaban; sangat setuju(SS), setuju (S), tidak
setuju (TS), sangat
tidak setuju (STS).
-
Pernyataan positif di
beri nilai SS: 4, S: 3,
TS: 2, STS: 1
- Pernyataan negatif
di beri nilai STS: 4,
TS: 3, S: 2, SS: 1.
2.
Negatif (menolak upaya
pencegahan penyakit TBC)
jika nilai < nilai mean (77,8)
(Azwar, 2013)
3. Upaya
Pencegahan
penyakit
TBC
Merupakan tindakan
yang pernah dilakukan
responden dalam
mencegah penyakit
tuberkulosis paru.
Kuesioner Meminta responden
untuk mengisi
pernyataan pada
kuesioner D, yang
berisi tentang
pelaksanaan upaya
pencegahan penyakit
tuberkulosis
menggunakan skala
Dinyatakan dalam tingkatan:
1.
Kurang
Apabila skor responden < 55%
2. Cukup
Apabila skor responden antara
56-74%
3. Baik
Apabila skor responden ≥ 75%
Ordinal
-
8/19/2019 Peneltitan Hubunagn Sikap Dan Pnegtahuan Tb Paru
68/128
47
Likert dan skoring.
Pertanyaan terdiri dari
pernyataan positif dan
negatif dengan pilihan
jawaban; selalu,
sering, kadang-
kadang, jarang, tidak
pernah.
- Pernyataan positif di
beri nilai selalu: 5,
ser