penentuan kriteria dalam pemilihan supplier pada
TRANSCRIPT
PENENTUAN KRITERIA DALAM PEMILIHAN SUPPLIER PADA
KONTRAKTOR MIGAS MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC
HIERARCHY PROCESS
Yadrifil dan Ahmad Tri Sarifudin
Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
Kampus Baru UI Depok, Depok, 16424, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
ABSTRAK Dengan tingginya tingkat persaingan bisnis dalam industri hulu migas, maka para kontraktor migas dituntut untuk meningkatkan kinerja dan mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Namun disamping perbaikan di internal perusahaan dibutuhkan pula perbaikan dari sisi supplier. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk membuat acuan kriteria penilaian dalam proses pemilihan supplier pengadaan. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kriteria dan subkriteria penilaian dalam pemilihan supplier, serta memperoleh kriteria utama dalam pemilihan supplier kontraktor migas. Tiga kriteria terpenting yang didapat adalah K3LL, Kualitas, dan Teknis. Kata Kunci: Analytic Hierarchy Process (AHP), Pemilihan Supplier
ABSTRACT With the high level of business competition in the upstream oil and gas industry, then the oil and gas contractors are required to improve performance and optimize resources. However, in the addition to improve in the company’s internal, it takes also an improvement from the supplier. In connection with this, research was done to make the reference criteria in the process of the supplier selection and procurement. This research aims to map the criteria and sub-criteria to assessment in the supplier selection, as well as acquiring the main criteria in the supplier selection for oil and gas contractors. Three of the most important criteria are HSE, quality and technical. Keywords: Analytic Hierarchy Process (AHP), Supplier Selection 1. Pendahuluan
Tingginya tingkat persaingan bisnis dalam industri migas membuat para kontraktor migas
harus meningkatkan kinerjanya dan mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Hal ini tentunya
harus didukung perbaikan dari sisi para supplier pada rantai suplai kontraktor di bidang migas
tersebut. Untuk menjaga kinerja SCM perusahaan dalam produksi minyak dan gas, kontraktor migas
dituntut untuk memilih supplier yang handal untuk memenuhi kebutuhan pengadaan mereka.
Masalah evaluasi supplier dan seleksi selalu dipandang sebagai tanggung jawab yang paling
penting dari departemen pengadaan/purchasing dan untuk alasan tersebut, mendapatkan banyak
perhatian dari para praktisi dan peneliti. Pemilihan supplier adalah keputusan operasional yang sangat
penting, yang melibatkan pemilihan supplier dalam situasi yang realistis dengan berbagai kendala
yang banyak [1]. Dalam proses pemilihan ini diperlukan suatu metode yang memudahkan penilaian
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
dengan pengambilan keputusannya. Oleh karena itu dalam pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan kriteria-kriteria dan banyaknya alternatif supplier, maka perlu dipakai suatu teknik penilaian
yang efektif dan tidak kompleks, tetapi memberikan hasil yang akurat. Oleh karena itu diperlukan
pemetaan dan penentuan kriteria pemilihan supplier sebagai dasar penilaian untuk mendapatkan
supplier yang handal.
Metode yang berhubungan dengan permasalahan dalam pengambilan keputusan dengan multi-
kriteria sangat banyak. Salah satu metode yang banyak digunakan untuk pengambilan keputusan
multi-kriteria adalah Analytic Hierarchy Process (AHP). AHP merupakan metode yang
memperhatikan faktor-faktor subyektifitas seperti persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP
adalah prosedur yang berbasis matematis untuk mengevaluasi kriteria-kriteria tersebut. AHP juga
memperhitungkan validitas data dengan adanya batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria yang
dipilih [2].
2. Dasar Teori
2.1 Pengadaan Barang
Leenders (1997) mengartikan purchasing sebagai proses pembelian, pencarian kebutuhan,
pemilihan supplier, negosiasi harga, dan controlling untuk kepastian pengantaran [3]. Kegiatan
pembelian bahan baku memiliki potensi untuk memainkan peranan penting dalam mengembangkan
efisiensi pada perusahaan agar perusahaan dapat lebih kompetitif.
Departemen pengadaan/purchasing merupakan bagian yang sangat penting dari perusahaan
yang harus mematuhi kebijakan dasar manajemen. Dalam melaksanakan tugasnya departemen
pengadaan/purchasing harus dapat memberikan kontribusi yang optimum kepada manajemen
perusahaan sebagai bagian penting dalam sebuah organisasi yang memainkan peranan penting dalam
upaya mencapai target profit yang ditetapkan manajemen [4].
Pada dasarnya proses dan pengambilan keputusan pengadaan barang dilakukan oleh
kontraktor migas. Dalam rangka pelaksanaan tugasnya SKK MIGAS melakukan pengendalian dan
pengawasan pelaksanaan pengadaan barang yang dilakukan oleh kontraktor migas. Beberapa tahapan
proses pelaksanaan pengadaan barang harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu oleh SKK
MIGAS, sebelum dapat dilaksanakan. Lingkup kegiatan pengadaan barang meliputi penyusunan
rencana pengadaan, pemilihan supplier, pengadministrasian Kontrak, pembinaan supplier dan
penyelesaian perselisihan. Pengadaan barang meliputi pengadaan barang untuk kepentingan pengisian
persediaan (inventory) di gudang atau untuk dipergunakan secara langsung dalam kegiatan operasional
atau proyek atau membeli peralatan (equipment). Pengadaan barang dapat dilakukan dengan cara[5]:
a. Membeli barang atau peralatan hasil produksi masal (mass product) kepada pabrikan atau kepada
pedagang; atau b. Membeli barang pesanan kepada bengkel (workshop) atau pabrikator barang atau peralatan yang
harus dibuat/ dipabrikasi terlebih dahulu dengan desain tertentu (tailor made).
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
2.2 Pemilihan Supplier
Seleksi supplier merupakan salah satu isu yang paling penting dari perusahaan yang harus
dipertimbangkan secara sistematis dari perspektif para pengambil keputusan [6]. Sebuah perusahaan
yang memutuskan untuk membeli bahan ketimbang membuatnya harus memilih supplier. Dalam
prosesnya, seleksi supplier mempertimbangkan beberapa faktor, seperti biaya persediaan dan
transportasi, ketersediaan pasokan, kinerja pengiriman, dan kualitas pemasok.
Pemilihan supplier didefinisikan sebagai proses untuk menemukan supplier yang mampu
menyediakan pembeli dengan hak kualitas produk atau jasa dengan harga yang tepat, tepat jumlah dan
pada waktu yang tepat [7]. Pemilihan dari supplier untuk kemitraan mungkin adalah langkah yang
paling penting dalam menciptakan aliansi sukses. Pemilihan supplier yang tepat merupakan faktor
penting yang mempengaruhi berakhirnya hubungan pembeli-pemasok. Jika proses ini dilakukan
dengan benar, kualitas yang lebih tinggi, lebih lama hubungan yang abadi lebih dicapai [8].
Keputusan untuk memilih supplier bukanlah hal yang mudah. Pada kenyataannya banyak hal
yang harus harus dipertimbangkan dalam memilih supplier. Hal ini menjadi bahasan utama diberbagai
forum sejak tahun 1960-an. Salah satu hasil penilitian yang dilakukan oleh Dickson yang lebih dikenal
dengan Dickson’s Vendor Seletion Criteria [9], dimana kriteria dalam pemilihan supplier dibagi
menjadi 23 kriteria seperti yang terlihat pada Tabel 2.1 (Weber et al, 1991).
Tabel 1 Kriteria Pemilihan Supplier
No Kriteria Keterangan
1 Quality Kualitas barang
2 Delivery Waktu pengiriman
3 Performance History Histori peforma
4 Warranties & Claim Products Garansi dan layanan pengaduan
5 Production Facilities & Capacities Kapasitas dan fasilitas produksi
6 Price Harga barang
7 Technical Capabilities Kemampuan teknis
8 Financial Position Posisi keuangan perusahaan
9 Procedural Compliance Prosedur pengaduan
10 Communication System Sistem komunikasi
11 Reputation & Position Posisi dan reputasi perusahaan
12 Desire of Business Jiwa bisnis
13 Management & Organization Manajemen dan organisasi h14 Operating Control Control dalam pengoperasian
15 Repair Service Perbaikan pelayanan
16 Attitude Perilaku
17 Impression Kesa
18 Packaging Ability Kemampuan pengemasan
19 Labor Relation Record Hubungan dengan pegawai
20 Geographical Location Lokasi geografis
21 Amount of Past Business Jumlah bisnis sebelumnya
22 Training Aids Bantuan Pelatihan
23 Reciproval Arrangemnets Adanya hubungan timbale balik
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
Thanaraksakul dan Phruksaphanrat (2009) membuat klasifikasi kriteria-kriteria tersebut
berdasarkan 23 kriteria yang ditemukan Dickson dan membandingkan 76 paper berkaitan dengan
kriteria supplier [10]. Kriteria-kriteria yang diklasifikasikan adalah kualitas, pengantaran, biaya,
kapasitas produksi, servis perbaikan, teknologi informasi, kondisi finansial, inovasi, kontrol operasi,
sistem kualitas yang diterapkan, manajemen organisasi, pelatihan personal dan pengembangan,
kehandalan produk, catatan performa supplier, lokasi, reputasi, pengepakan, jumlah hubungan
supplier dengan perusahaan lainnya, kondisi hubungan supplier dengan perusahaan, garansi, prosedur
untuk klaim, kepuasan konsumen, perilaku supplier, catatan pekerja pada supplier, aspek ekonomis,
tujuan bisnis supplier, tanggung jawab sosial dan lingkungan, keselamatan dalam bekerja, stabilitas
domestik, faktor budaya, dan risiko politik.
2.2.1 Metode Pemilihan Supplier
Pada prinsipnya supplier dalam pengadaan barang pada setiap kontraktor migas atau dikenal
sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas dilakukan melalui pelelangan umum. Dalam
keadaan tertentu sesuai ketentuan pedoman ini, pemilihan supplier dapat dilakukan melalui pelelangan
terbatas, pemilihan langsung, penunjukan langsung, kartu pengadaan (procurement card), pengadaan
secara elektronik (e-Procurement) atau melalui swakelola [11].
1. Pelelangan Umum
Pelelangan umum adalah pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara terbuka untuk umum,
mengacu kepada prinsip dasar pengelolaan rantai suplai dengan diumumkan terlebih dahulu
melalui papan pengumuman resmi kontraktor migas, media cetak dan apabila memungkinkan
melalui media elektronik.
2. Pelelangan Terbatas
Pelelangan terbatas dilaksanakan dengan cara mengundang melalui pengumuman minimal 2 (dua)
calon peserta yang memenuhi kriteria tertentu.
3. Pemilihan Langsung
Pemilihan langsung adalah pelaksanaan pengadaan barang dengan mengundang sekurang-
kurangnya 3 (tiga) Penyedia Barang.
4. Penunjukan Langsung
Pengadaan secara penunjukan langsung dilaksanakan dengan cara menunjuk langsung kepada 1
(satu) Penyedia Barang.
5. Procard
Pengadaan dengan procurement card (procard) adalah pengadaan barang/jasa secara penunjukan
langsung dengan menggunakan media procard sebagai sarana pembayaran tanpa harus
menerbitkan surat perjanjian/ Kontrak, surat pesanan, atau purchase order (PO).
6. Pengadaan Secara Elektronik
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
Pengadaan secara elektronik (e-Procurement) merupakan pelaksanaan pengadaan barang/jasa
dengan menggunakan jaringan elektronik (jaringan internet atau intranet) atau electronic data
interchange (EDI).
7. Swakelola
Swakelola merupakan pekerjaan yang pelaksanaannya direncanakan, dikerjakan dengan
menggunakan tenaga dan peralatan sendiri dan diawasi sendiri atau pelaksanaannya dikuasakan
kepada pihak lain. Jenis-jenis pekerjaan yang dapat dilakukan secara swakelola oleh Kontraktor
KKS sendiri, antara lain namun tidak terbatas pada pekerjaan penyelenggaraan pendidikan dan
latihan, kursus, penataran, seminar, lokakarya.
2.3 Analytic Hierarchy Process
AHP merupakan metode yang digunakan untuk meranking alternatif keputusan dan memilih
salah satu alternatif keputusan yang terbaik ketika pembuat keputusan memiliki berbagai kriteria.
Dengan metode AHP pembuat keputusan dapat memilih alternatif yang terbaik yang sesuai dengan
kriteria keputusannya, serta memberikan rangking untuk setiap alternatif kebutuhan berdasarkan
kelayakan setiap alternatif yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan
dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan
persoalan tersebut kedalam bagian – bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan
hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan
mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas
paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Dalam penggunaan AHP untuk suatu permasalahan yang kompleks biasanya terdiri dari empat
tahap [9]. Berikut ini tahapan dalam menggunakan AHP:
Tahap 1: Break down permasalahan yang kompleks ke dalam sebuah elemen pemilihan kecil
dan kemudian menyusun elemen ke dalam bentuuk hirarki.
Tujuan dari keputusan tersebut ditunjukkan pada level teratas dari hirarki.
Kriteria dan subkriteria keputusan ditunjukkan pada level tengah, dan sedangkan
alternatif keputusan ditunjukkan pada level terakhir dari hirarki.
Tahap 2: Membuat serangkaian perbandingan berpasangan antar setiap elemen berdasarkan
skala rasio.
Matriks perbandingan berpasangan dari semua elemen dalam sebuah tingkatan
hirarki dengan mengacu pada sebuah elemen dari tingkatan yang lebih tinggi dibangun
sebagai prioritas dan merubah keputusan perbandingan individu menjadi sebuah rasio
skala pengukuran dengan menggunakan skala 9.
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
Tahap 3: Menggunakan metode eigen value untuk memperkirakan bobot relatif setiap elemen.
Setelah seluruh matriks dibuat dan hasil dari seluruh perbandingan
berpasangan diperoleh, bobot relatif (derajat kepentingan relatif diantara setiap
elemen), bobot keseluruhan, dan eigenvalue maksimum (λmax) untuk setiap matriks
yang kemudian dijumlahkan. Setelah didapat λmax, maka hitung indeks konsistensi
(CI) dengan rumus sebagai berikut:
( )( )1maks n
CIn
λ −=
−
Setelah indeks konsistensi (CI) diperoleh, langkah selanjutnya adalah menghitung rasio
konsistensi. Tingkat inkonsistensi yang dapat diterima adalah tingkat inkonsistensi di bawah
10%. Berikut ini rumus menghitung rasio konsistensi:
CR = RICI
Tahap 4: Menjumlahkan bobot relatif tersebut dan mensisntesis untuk pengukuran akhir dari
alternatif keputusan yang diberikan.
3. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, AHP digunakan untuk mendapatkan bobot kepentingan kriteria dan
subkriteria penilaian dalam pemilihan supplier pada kontraktor migas. Berikut ini langkah-langkah
pembuatan AHP dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Langkah Pembuatan AHP
Langkah pertama yang dikerjakan adalah menentukan kriteria dan subkriteria untuk pemilihan
supplier. Pemilihan didasarkan pada studi literatur, observasi terhadap sistem pengadaan yang saat ini
digunakan oleh kontraktor migas yang berdasarkan pedoman dalam pengadaan barang yang telah
dibuat oleh SKK MIGAS, dan kuesioner disebarkan kepada para ahli yang telah berpengalaman dalam
pengadaan barang pada setiap kontraktor migas.
Menentukan kriteria
dan subkriteria
untuk penilaian
dalam pemilihan
supplier
Membuat
kesimpulan
dan saran
Menghitung bobot
akhir dari kriteria
Melakukan
perbandingan
berpasangan
dan membuat
prioritas
->Kuesioner 1 -> Kuesioner 2 > Dengan software
Expert Choice
Membuat
struktur hirarki
penilaian dalam
pemilihan
supplier
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
Langkah berikutnya adalah menentukan tingkat kepentingan relatif melalui kuesioner
perbandingan berpasangan. Seluruh kriteria dan subkriteria yang telah diperoleh dibandingkan untuk
mengetahui tingkat kepentingannya masing-masing, dengan menggunakan skala pengukuran 9 titik
Saaty.
Hasil dari perbandingan berpasangan ini kemudian akan diolah menggunakan software Expert
Choice. Hasil ini akan menjadi bahan pertimbangan dalam pengajuan usulan dan penarikan
kesimpulan.
4. Analisis Hasil
4.1 Analisis Hasil Pembobotan
Berikut ini Tabel 2 memuat hasil pembobotan tehadap kriteria utama dan subkriteria teknis,
SDM, K3LL, finansial, harga, pengiriman, kualitas, fasilitas & kapasitas produksi, manajemen &
organisasi
Tabel 2. Perbandingan Bobot Kriteria Utama
Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa dalam menilai supplier, kriteria K3LL memiliki bobot
tertinggi yaitu sebesar 0.234. Diikuti dengan kriteria kualitas (0.189), Teknis (0.106), fasilitas dan
kapasitas produksi (0.094), pengiriman (0.091), finansial (0.079), harga (0.073), SDM (0.071),
manajemen dan organisai (0.064). Dengan total bobot 0.529 (lebih dari 0.5), tiga kriteria yaitu K3LL,
kualitas dan teknis menjadi prioritas dalam menilai supplier.
Urutan Kriteria Bobot1 K3LL 0.2342 Kualitas 0.1893 Teknis 0.1064 Fasilitas dan Kapasitas Produksi 0.0945 Pengiriman 0.0916 Finansial 0.0797 Harga 0.0738 SDM 0.0719 Manajemen dan Organisasi 0.064
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
Keterangan:T1 Dukungan operasional dan pemeliharaan P1 Ketepatan kuantitas dan jenis barang yang dikirimT2 Responsiveness P2 Ketepatan waktu pengirimanT3 Teknis pemecahan masalah P3 Barang yang diterima dalam kondisi baikT4 Kandungan TKDN P4 Letak geografis T5 Sesuai Standar Q1 Garansi/jaminanS1 Berpengalaman Q2 Bersertifikasi ISO 9001S2 Bersertifikasi Q3 Persentase barang rejectS3 Training/pelatihan Q4 Durability product (life)S4 Pendidikan Q5 Sesuai spesifikasiK1 Mematuhi Peraturan K3LL yang Berlaku FK1 Kapasitas produksi yang besarK2 Memiliki Sertifikat K3LL FK3 Infrastruktur yang dimilikiK3 Memiliki SOP K3LL M1 Berpengalaman pada sektor tersebutF1 Stabilitas Keuangan M2 Kemudahan KomunikasiF2 Modal dan riwayat perbankan M3 DisiplinF3 Aset dan hutang yang dimiliki M4 ReputasiH1 Konsistensi hargaH2 Perincian hargaH3 Harga yang kompetitif
Goal
Kriteria
Subkriteria
Kriteria Pemilihan Supplier
FinansialK3LL HargaSDM Pengiriman KualitasTeknisFasilitas dan
Kapasitas Produksi
Manajemen dan
Organisasi
T1 S1 K1
T2
T3
T4
T5
S2
S3
S4
K2
K3
F1
F2
F3
H1
H2
H3
P1
P2
P3
P4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
FK1
FK2
FK3
M1
M2
M3
M4
Gambar 2. Struktur Hirarki Penilaian dalam Pemilihan Supplier
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
Tabel 3. Perbandingan Bobot Subkriteria Teknis
Tabel 4. Perbandingan Bobot Subkriteria SDM
Tabel 5. Perbandingan Bobot Subkriteria K3LL
Tabel 6. Perbandingan Bobot Subkriteria Finansial
Tabel 7. Perbandingan Bobot Subkriteria Harga
Tabel 8. Perbandingan Bobot Subkriteria Pengiriman
Urutan Subkriteria Bobot1 Teknis pemecahan masalah 0.2312 Dukungan operasional dan pemeliharaan 0.2143 Sesuai standar 0.2104 Responsiveness 0.1985 Kandungan TKDN 0.147
Urutan Subkriteria Bobot1 Berpengalaman 0.4472 Bersertifikasi 0.2203 Training/pelatihan 0.1744 Pendidikan 0.159
Urutan Subkriteria Bobot1 Mematuhi peraturan K3LL yang berlaku 0.4042 Memiliki sertfikat K3LL 0.3743 Memiliki SOP K3LL 0.222
Urutan Subkriteria Bobot1 Stabilitas keuangan 0.5052 Modal dan riwayat perbankan 0.2883 Aset dan hutang yang dimiliki 0.207
Urutan Subkriteria Bobot1 Harga yang kompetitif 0.4052 Perincian harga 0.3933 Konsistensi harga 0.203
Urutan Subkriteria Bobot1 Barang diterima dalam kondisi baik 0.3432 Ketepatan kuantitas dan jenis barang yang dikirim 0.3273 Ketepatan waktu pengiriman 0.2384 Letak geografis 0.092
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
Urutan Subkriteria Bobot1 Mematuhi Peraturan K3LL yang Berlaku 0.0942 Memiliki Sertifikat K3LL 0.0873 Memiliki Prosedur K3LL 0.0524 Sesuai spesifikasi 0.0475 Garansi/jaminan 0.0456 Kecanggihan peratalan yang dimiliki 0.0417 Stabilitas keuangan 0.0408 Durability product 0.0389 Berpengalaman 0.032
10 Infrastruktur yang dimiiliki 0.03211 Barang diterima dalam kondisi baik 0.03112 Bersertifikasi ISO 9001 0.03113 Harga yang kompetitif 0.03014 Ketepatan kuantitas dan jenis barang yang dikirim 0.03015 Perincian harga 0.02916 Persentasi barang reject 0.02717 Teknis pemecahan masalah 0.02418 Berpengalaman pada sektor tersebut 0.02419 Dukungan operasional dan pemeliharaan 0.02320 Modal dan riwayat perbankan 0.02321 Sesuai standar 0.02222 Ketepatan waktu pengiriman 0.02223 Responsiveness 0.02124 Kapasitas produksi yang besar 0.02125 kandungan TKDN 0.01626 Bersertifikasi 0.01627 Aset dan hutan yan dimiliki 0.01628 Reputasi 0.01629 Konsistensi harga 0.01530 Kemudahan berkomunikasi 0.01331 Training/pelatihan 0.01232 Pendidikan 0.01133 Disiplin 0.01134 Letak geografis 0.008
Tabel 9. Perbandingan Bobot Subkriteri Kualitas
Tabel 10. Perbandingan Bobot Subkriteria Fasilitas dan Kapasitas Produksi
Tabel 11. Perbandingan Bobot Subkriteria Manajemen dan Organisasi
4.2 Analisis Pembobotan Seluruh Subkriteria
Berikut ini hasil pembobotan terhadap seluruh subkriteria penilaian dalam pemilihan supplier
pada kontraktor migas.
Tabel 3 Urutan Bobot Global Seluruh Subkriteria
Urutan Subkriteria Bobot1 Sesuai spesifikasi 0.2492 Garansi/jaminan 0.2403 Durability product 0.2034 Besertifikasi 0.1645 Persentasi barang reject 0.143
Urutan Subkriteria Bobot1 Kecanggihan peralatan yang dimiliki 0.4332 Infrastruktur yang dimiliki 0.3443 Kapasitas produksi yang besar 0.223
Urutan Subkriteria Bobot1 Berpengalaman pada sektor tersebut 0.3742 Reputasi 0.2533 Kemudahan berkomunikasi 0.1984 Disiplin 0.175
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
Perhitungan untuk nilai global untuk setiap subkriteria diperolah dengan cara mengalikan
bobot kriteria dengan bobot lokal subkriteria. Bobot kriteria berfungsi secara lokal dan global karena
merupakan tingkat pairwise comparasion tertinggi dalam hirarki pengambilan keputusan. Lima
subkriteria yang memiliki nilai global tertinggi berturut-turut adalah Mematuhi Peraturan K3LL
(0.94), Memiliki Sertifikat K3LL (0.087), Memiliki SOP K3LL (0.052), Garansi/jaminan (0.047),
Sesuai Spesifikasi (0.045), sedangkan subkriteria pendidikan, disiplin dan letak geografis menjadi tiga
subkriteria yang memiliki bobot terendah.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemetaan penilaian pemilihan supplier pada rantai suplai kontraktor migas
serta tingkat kepentingan relatif dari setiap kriteria diperoleh 9 kriteria dan 34 subkriteria untuk
penilaian dalam pemilihan supplier pada kontraktor migas. Kriteria dengan bobot tertinggi yaitu
K3LL, Kualitas, dan Teknis merupakan tiga kriteria utama yang diprioritaskan dalam penilaian
pemilihan supplier dengan jumlah bobot lebih dari 50% bobot total penilaian, Kriteria K3LL
menempati prioritas pertama dalam penilaian pada pemilihan supplier, di mana indikator yang dinilai
yaitu mematuhi peraturan K3LL yang berlaku, memiliki sertifikat K3LL dan memiliki SOP K3LL.
Kriteria Kualitas yang dicakup meliputi garansi/jaminan, bersertifikasi ISO 9001, persentase barang
reject, durability product dan sesuai spesifikasi. Kriteria Teknis terdiri dari dukungan operasional dan
pemiliharaan, responsiveness, teknis pemecahan masalah, kandungan TKDN dan sesuai standar.
Referensi
[1] J. Kumar. (2010). A Hybrid Method for Vendor Selection using Neural Network. International
Journal of Computer Application. Vol. 11, No.12
[2] Saaty, T. L. (1980). The Analytical Hierarchy Process, Mc Graw Hill, New York.
[3] Leenders, M.R., & Fearon, H.E. (1997). Purchasing and Supply Management. Chicago: Irwin
Professional Publishing
[3] Supriyanto, Agus., & Masruchah, Ida. (2008). Purchasing Guide: Konsep dan Aplikasi
Manajemen Purchasing. Gramedia, hal. 1
[4] PTK 007 Revisi-II/PTK/2011. Buku Kedua Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
[5] Marufuzaman, M., & Ahsan, K.B (2009). Supplier selection and evaluation method using Analytic
Hierarchy Process (AHP): A case study on an apparel manufacturing organisation, Int. J. Value
Chain Management, Vol. 3, No. 2
[6] Özkan, B., Başlıgil, H., & Şahin, N. (2011). Supplier Selection Using Analytic Hierarchy Process:
An Application From Turkey.
[7] Lee, A.H.I. (2009). A Fuzzy Supplier Selection Model with The Consideration of Benefits,
Opportunities, Costs and Risk.
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
[8] Weber, C.A, Current, J.R, & Benton, W.C (1991). Vendor selection criteria and methods,
European Journal of Operational Research, Vol. 50, Hal. 2-18
[9] Thanaraksakul, W., & Phruksaphanrat, B. (2009). Supplier evaluation framework base don
Balance Scorecard with Integrated Corporate Sosial Responsibility Perspective. Proceedings of
the International Multi Confrence of Engineers anf Computer Siencetists, Vol. 2
[10] PTK-007 Revisi –II/PTK/2011. Buku Kedua: Pedoman Pengadaan Barang/Jasa
[11] Marufuzzaman, M., & Ahsan, K.B. (2009). Supplier Selection and Evaluation Method Using
Analytical Hierarchy Process (AHP): A Case Study on an Apparel Manufacturing Organization.
International Journal Value Chain Management, Vol. 3, No. 2.
[13] Saaty, T.L. (1990). How to make decision: The Analytic Hierarchy Process, European Journal of
Operational Research, Vol. 48, Hal 9-26
[14] Saaty, T.L., & Vargas, L.G (2000). Models, methods, concept & applicationof the analytic
hierarchy process. Hal 27
[15] Saaty, T.L. (2008). Decision making with the analytic hierarchy process, Int. J. Services
Sciences, Vol. 1, No. 1
[16] Marimin. (2005). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo, hal.
77
[17] Mulyono, S. (1996). Teori Pengambilan Keputusan, Edisi Revisi, Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013