penerapan arsitektur biophilic pada bangunan …

13
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020 135 PENERAPAN ARSITEKTUR BIOPHILIC PADA BANGUNAN BOARDING SCHOOL Isra’ Khusnul Khotimah Salahuddin 1* , Niniek Anggriani 2 1 Mahasiswa Program Studi Arsitektur, UPN “Veteran” Jawa Timur E-mail : [email protected] 2 Dosen Program Studi Arsitektur, UPN “Veteran” Jawa Timur ABSTRAK Keteladanan dan kebiasaankebiasaan atau budaya berperilaku baik merupakan cara yang sangat efektif dalam membangun karakter dalam pendidikan,. dalam membangun perilaku tersebut diperlukan sistem pembelajaran berkelajutan. Fasilitas yang memadai dan dengan sistem yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan siswa. Boarding School atau sistim berasrama yang modern merupakan salah satu cara yang efektif untuk melaksanakan pendidikan berkarakter boarding school dengan dilengkapi fasilitas pendidikan yang memadai dapat meningkatkan kinerja dan kenyamanan pengguna. Arsitektur Biophilic adalah pendekatan disain yang diterapkan untuk dapat memenuhi kebutuhan pengguna, sedangkan yang dimaksud dengan biophilic yaitu adanya ikatan antara manusia dengan alam. Dari beberapa hasil penelitian secara kuantitatif yang pernah dilakukan pemanfaatan Arsitektur Biophilic dapat meningkatkan produktivitas dan kreatifitas serta menurunkan tingkat stres. Kata kunci : Boarding school; Biophilic Design; Pola Penerapan APPLICATION OF BIOPHILIC ARCHITECTURE IN BOARDING SCHOOL BUILDING ABSTRACT Character education is very important in developing the abilities and character and civilization of the nation. In addition, it turns out that character education is not only enough to be taught through subjects in the classroom. Character education must be implemented through habituation activities, both spontaneously and by example. One way that can effectively carry out character education is through the boarding system or the more modern Boarding School system. Education in boarding schools requires an educational facility that can improve user performance and comfort. One design approach that can meet these needs is Biophilic Architecture. The meaning of biophilic namely the existence of bonds with nature is a human need, where basically humans always depend directly on nature for their survival. This biophilic architecture can increase productivity and creativity and reduce stress levels. The application of Biphilic Architecture in educational facilities needs to be further investigated because of the lack of information about this. This qualitative research uses a qualitative type method approach where collecting related literature. This research was conducted with the aim to examine the application of biophilic design patterns that can be applied to boarding school buildings. The results of this study reveal that by using the application of biophilic design in educational facilities can be done by applying all biophilic design patterns. Keywords : Boarding School; Biophilic Design; Application Patterns

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

78 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN ARSITEKTUR BIOPHILIC PADA BANGUNAN …

WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020

135

PENERAPAN ARSITEKTUR BIOPHILIC PADA BANGUNAN

BOARDING SCHOOL

Isra’ Khusnul Khotimah Salahuddin1*, Niniek Anggriani2

1Mahasiswa Program Studi Arsitektur, UPN “Veteran” Jawa Timur

E-mail : [email protected] 2Dosen Program Studi Arsitektur, UPN “Veteran” Jawa Timur

ABSTRAK

Keteladanan dan kebiasaan–kebiasaan atau budaya berperilaku baik merupakan

cara yang sangat efektif dalam membangun karakter dalam pendidikan,. dalam

membangun perilaku tersebut diperlukan sistem pembelajaran berkelajutan. Fasilitas

yang memadai dan dengan sistem yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan

diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan siswa. Boarding School atau sistim

berasrama yang modern merupakan salah satu cara yang efektif untuk melaksanakan

pendidikan berkarakter boarding school dengan dilengkapi fasilitas pendidikan yang

memadai dapat meningkatkan kinerja dan kenyamanan pengguna. Arsitektur Biophilic

adalah pendekatan disain yang diterapkan untuk dapat memenuhi kebutuhan pengguna,

sedangkan yang dimaksud dengan biophilic yaitu adanya ikatan antara manusia dengan

alam. Dari beberapa hasil penelitian secara kuantitatif yang pernah dilakukan

pemanfaatan Arsitektur Biophilic dapat meningkatkan produktivitas dan kreatifitas serta

menurunkan tingkat stres.

Kata kunci : Boarding school; Biophilic Design; Pola Penerapan

APPLICATION OF BIOPHILIC ARCHITECTURE IN BOARDING SCHOOL

BUILDING

ABSTRACT

Character education is very important in developing the abilities and character

and civilization of the nation. In addition, it turns out that character education is not only

enough to be taught through subjects in the classroom. Character education must be

implemented through habituation activities, both spontaneously and by example. One way

that can effectively carry out character education is through the boarding system or the

more modern Boarding School system. Education in boarding schools requires an

educational facility that can improve user performance and comfort. One design

approach that can meet these needs is Biophilic Architecture. The meaning of biophilic

namely the existence of bonds with nature is a human need, where basically humans

always depend directly on nature for their survival. This biophilic architecture can

increase productivity and creativity and reduce stress levels. The application of Biphilic

Architecture in educational facilities needs to be further investigated because of the lack

of information about this. This qualitative research uses a qualitative type method

approach where collecting related literature. This research was conducted with the aim

to examine the application of biophilic design patterns that can be applied to boarding

school buildings. The results of this study reveal that by using the application of biophilic

design in educational facilities can be done by applying all biophilic design patterns.

Keywords : Boarding School; Biophilic Design; Application Patterns

Page 2: PENERAPAN ARSITEKTUR BIOPHILIC PADA BANGUNAN …

WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020

136

PENDAHULUAN

Pendidikan karakter merupakan cara yang sangat efektif dalam hal

mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa. Dalam membangun

perilaku tersebut diperlukan sistem pembelajaran berkelajutan. Fasilitas yang memadai

dan dengan sistem yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan diharapkan dapat

meningkatkan kenyamanan siswa. Boarding School atau sistim berasrama yang modern

merupakan salah satu cara yang efektif untuk melaksanakan pendidikan berkarakter Di

Indonesia sendiri, Boarding School biasanya bentuk modernisasi dari pondok pesantren.

Jadi, di zaman yang serba modern ini, Boarding School menjadi alternatif pendidikan

yang menarik, terutama bagi insan-insan muda zaman sekarang (Asriani, Sa and Akbar,

2017).

Sehingga, pendidikan menjadi faktor penting yang menentukan kemajuan suatu

negara di masa kini. Kegiatan belajar dan mengajar ini perlu ditunjang fasilitas

pendidikan yang baik sehingga proses belajar dapat berjalan secara kondusif. Sayangnya

di Indonesia masih banyak perguruan tinggi yang memiliki sarana dan prasarana kurang

memadai.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kenyamanan dan kinerja dalam fasilitas

pendidikan adalah dengan menghadirkan alam ke lingkungan belajar. Alam dapat

mendukung suasana belajar karena manusia cenderung untuk memiliki koneksi dengan

alam baik secara sadar maupun tidak sadar. Penerapan konsep biophilia atau dikenal

dengan istilah biophilic design pada arsitektur yang menunjukkan pentingnya manusia

berhubungan dengan alam untuk bertahan hidup di era modern (Browning, Ryan and

Clancy, 2014). Manfaat dari penerapan biophilic design di sekolah dapat ditunjukkan dari

studi kasus terdahulu antara lain: meningkatkan produktivitas, menurunkan tingkat stres,

hingga meningkatkan tingkat pemulihan tubuh manusia.

Dengan melihat penjelasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut: Apakah

Arsitektur Biophilic dapat diterapkan pada bangunan boarding school? Apakah

pendekatan Arsitektur Biophilic dapat diterapkan pada bangunan boarding school.

Teori Biophilic Design Pada Lingkup Bangunan

Menurut Browning biophilic design adalah desain yang menyediakan kesempatan

bagi manusia untuk hidup dan bekerja pada tempat yang sehat, minim tingkat stress, serta

menyediakan kehidupan yang sejahtera dengan cara mengintegrasikan desain dengan

alam (Hadny, 2017). Penerapan biophilic design pada bangunan dipercaya memiliki

berbagai manfaat diantaranya adalah menstabilkan tekanan darah, meningkatkan

kenyamanan dan kepuasan dalam ruang, dan meningkatkan kebugaran tubuh (Kellert,

2008).

Biophilic design memfasilitasi interaksi timbal balik antara manusia dengan alam

dan sistem kehidupan. Tujuan biophilic design antara lain menciptakan ruang restoratif

dan dapat memulihkan fisik dan psikologis manusia, menyehatkan sistem syaraf dan

menampilkan daya hidup yang estetik (Subroto, Priatman and Rahardjo, 2015). Berikut

ini merupakan penjelasan desain biophilic dalam lingkup interior menurut Browning pada

tahun 2004:

1. Visual connection with nature

Desain biopilik yang diterapkan pada bangunan dengan penekanan elemen alam,

baik secara langsung maupun tidak langsung

2. Non-visual connection with nature

Yaitu konektivitas dengan alam melalui stimulus selain indera penglihatan.

Page 3: PENERAPAN ARSITEKTUR BIOPHILIC PADA BANGUNAN …

WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020

137

3. Non-rhytmic sensory stimuli

Yaitu konektivitas secara acak dengan alam yang berlangsung singkat yang

bahkan kadang tidak disadari oleh individu.

4. Thermal and airflow variability

Perubahan pola yang diterapkan pada interior bangunan yang berkaitan dengan

kelembaban udara dan penghawaan dalam ruang sebagai bentuk keterwakilan

alam.

5. Presence of water

Yaitu kondisi yang menambah pengalaman ruang melalui melihat, mendengar,

maupun berinteraksi dengan hadirnya elemen air dalam ruang.

6. Dynamic and diffuse lighting

Yaitu pemanfaatan intensitas cahaya yang menghadirkan bayangan alami dalam

ruang yang senantiasa berubah untuk menghasilkan kondisi perubahan waktu

sebagaimana yang terjadi di alam.

7. Connection with natural system

Yaitu kesadaran terhadap eksistensi proses alami, yang senantiasa berubah dan

bersifat musiman dengan sifat perubahan temporal dari ekosistem yang sehat.

8. Biomorphic forms and patterns

Yaitu penekanan pada pengambilan bentuk alam atau stilasi dengan model motif

yang berulang-ulang sebagai bagian dari elemen struktural maupun dekoratif

dalam ruang.

9. Material Connection with Nature

Yaitu penekanan pada penggunaan material alami sehingga dapat digunakan

untuk eksplorasi karakteristik material alam yang akan mengalami perubahan

seiring dengan berjalannya waktu.

10. Complexity and order

Yaitu yang berhubungan dengan ruang dan skala serta penerapan bentuk simetri

dan geometris fractal yang berulang.

11. Prospect

Yaitu pola yang disifatkan pada ruang yang memberikan pandangan luas, terbuka

dan lapang.

12. Refuge

Yaitu pola yang ditanamkan sifat pada ruang yang memberikan rasa aman dan

terlindungi.

13. Mystery

Yaitu pola dengan penekanan pada suasana yang membuat individu kagum akan

sensasi yang menakjubkan yang dirasakan oleh panca indera

14. Risk & Peril

Yaitu model yang disifatkan pada ruang (space) yang memberikan rasa bahaya

atau ancaman namun tetap dapat merasakan rasa aman

Persyaratan Perancangan pada Fasilitas Pendidikan

Menurut peraturan menteri pendidikan nasional nomor 24 tahun 2007, untuk

menjamin terwujudnya tujuan pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan nasional

diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Terdapat cara penyusunan

kriteria desain interior fasilitas pendidikan dalam penelitian ini didasarkan pada nine

environment element (Huisman et al., 2012) . Berikut kriteria desain interior fasilitas

pendidikan :

Page 4: PENERAPAN ARSITEKTUR BIOPHILIC PADA BANGUNAN …

WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020

138

1. Lingkungan (Environment)

Lahan perlu terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan

keselamatan jiwa, pencemaran air, udara, dan kebisingan (Kalonica, Kusumarini

and Rakhmawati, 2019).

2. Ruang (Space)

Desain pada fasilitas dapat membuat pengguna ruang memiliki pandangan luas,

rapi dan terang sehingga fungsi ruang mudah diingat. Area baca, ruang kelas,

serta ruang dosen membutuhkan suasana tenang (Kalonica, Kusumarini and

Rakhmawati, 2019).

3. Pencahayaan (Light)

Desain pencahayaan tidak hanya memperhatikan pencahayaan di siang hari,

tetapi juga berorientasi pada malam hari karena sebagian pengguna ruang dalam

melakukan aktivitas hingga malam hari (Standar and Pendidikan, 2011).

4. Bidang Pijakan (Ground Plane)

Pertimbangan penting mengenai bentuk, lokasi dan jumlah tangga adalah

kemudahan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan pengguna (Standar and

Pendidikan, 2011).

5. Pelingkup (Enclosure)

Bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu kegiatan

pembelajaran, setiap ruangan dilengkapi dengan jendela, pengaturan

penghawaan serta tingkat pencahayaan yang memadai.

6. Pendukung (Support)

Beragam perabot dapat mengakomodasi kegiatan pengguna pada setiap ruangnya

sangat penting sebagai pendukung kegiatan pada ruangan tersebut (Standar and

Pendidikan, 2011).

7. Pemajang, Penyimpan, dan Permukaan Kerja (Display, Storage, and

Worksurface)

Pemilihan bentuk dan peletakkan furnitur dapat dilakukan melalui tiga tahap

yaitu: mengukur volume kebutuhan dan ruang yang tersedia, menyesuaikan

sirkulasi dan dinding tempat mebel akan diletakkan, dan mempertimbangkan

fungsi sebagai penyeimbang atau vocal point (Standar and Pendidikan, 2011).

8. Dekorasi (Decoration)

Lukisan dinding atau warna mencolok dapat menunjukan arah atau menandakan

area ruang. Dekorasi juga memberi kesan dinamis dan hangat pada ruang.

9. Informasi (Information)

Informasi dalam gedung biasanya berupa denah nama ruang dalam sebuah

gedung dan hubungannya dengan gedung lain. Bangunan juga dilengkapi

peringatan bahaya dan penunjuk arah yang jelas untuk akses evakuasi termudah

(Standar and Pendidikan, 2011).

METODE

Perancangan dalam hal ini menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan

melakukan pengamatan serta kajian yang mendalam dari objek tersebut yang mengacu

pada buku berjudul 14 pattern of biophilic design untuk mendapatkan hasil terhadap

fenomena yang terjadi. Dari proses tersebut kemudian menghasilkan bahwa pattern

biophilic design yang bisa diterapkan sekolah berasrama atau biasanya disebut boarding

school.

Luaran dari penelitian ini berupa peluang dan contoh terapan desain yang dapat

dimanfaatkan oleh orang lain dalam mendesain. Penelitian ini dilakukan berdasarkan tiga

tahapan yaitu Kompilasi data, analisa data dan hasil.

Page 5: PENERAPAN ARSITEKTUR BIOPHILIC PADA BANGUNAN …

WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020

139

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisa yang dilakukan didapatkan beberapa pattern biophilic yaitu:

1. Visual connection with nature (P1)

Pola ini menekankan pada pemandangan atau view dari dalam ruang fasilitas

pendidikan tinggi baik secara langsung maupun tidak langsung. Kehadiran alam

secara langsung dalam ruang dilakukan misalnya memanfaatkan taman dalam ruang,

green wall, atau fosil hewan pada perabot. Gambar dan lukisan alam serta stilasi

bentuk alam juga dapat dimanfaatkan sebagai penghubung pengguna dengan alam

secara tidak langsung.

2. Non-visual connection with nature (P2)

Pola yang mengandalkan indra yang berhubungan langsung dengan alam.

Material bertekstur kasar, tanaman dan kolam yang dapat diakses secara langsung

oleh pengguna dapat meningkatkan koneksi pengguna dengan alam.

3. Stimulus sistem sensorik (P3)

Pola berkaitan stimulus sistem sensorik yang sifatnya random dan berlangsung

cukup cepat sehingga tidak disadari oleh pengguna ruang tetapi dapat menciptakan

suasana yang segar, menarik, dan semangat.

Gambar 2. Contoh penerapan pattern non visual connection with

nature pada tanaman yang dapat diakses secara langsung

Sumber : pinterest.com

Gambar 1. Contoh penerapan pattern Visual connection

with nature secara langsung

Sumber : pinterest.com

Gambar 3. Contoh penerapan pattern non rhythmic sensory stimuli

pada skylight bangunan dengan pergerakan awan secara langsung

Sumber : pinterest.com

Page 6: PENERAPAN ARSITEKTUR BIOPHILIC PADA BANGUNAN …

WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020

140

4. Thermal and airflow variability (P4)

Pola ini variable panas dan penghawaan. Bukaan jendela dan ventilasi

memungkinkan udara mengalir dengan baik.

5. Presence of water (P5)

Pemanfaatan unsur air dalam ruang bisa menghilangkan stress

6. Dynamic and diffuse lighting (P6)

Bentuk penerapan pola ini misalnya pencahayaan dengan kesan dinamis, skylight

dan jendela sebagai akses cahaya matahari.

Gambar 4. Contoh penerapan pattern Thermal and airflow

variability pada bukaan dengan sunshade.

Sumber : pinterest.com

Gambar 5. Contoh penerapan pattern Presence of water dengan waterfall.

Sumber : pinterest.com

Gambar 6. Contoh penerapan Dynamic and diffuse lighting

dengan skylight.

Sumber : pinterest.com

Page 7: PENERAPAN ARSITEKTUR BIOPHILIC PADA BANGUNAN …

WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020

141

7. Connection with natural system (P7)

Pola ini menghubungkan interior dengan sistem alam yang selalu berubah agar

pengguna ruang dapat berinteraksi dengan alam.

8. Biomorphic forms and patterns (P8)

Penerapan pola ini dapat dilakukan misalnya dengan menerapkan bentuk organis,

hewan, tumbuhan, atau ombak pada elemen pembentuk dan pengisi interior.

9. Material Connection with Nature (P9)

Perwujudan suasana alam dapat dilakukan dengan menambahkan material alam

10. Complexity and order (P10)

Penerapan pola ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan pengulangan

bentukan2 geometris.

11. Prospect (P11)

Pemanfaatan pola ini memberikan kesan luas dan terang dalam interior

12. Refuge (P12)

Pola memberikan rasa kagum dan ingin tahu akan sensasi yang dirasakan dalam

ruang seperti pergerakan dinamis dengan penerapan bidang pijakan berkelok, jendela

terbatas, bentuk ruangan melengkung, serta dekorasi infinity glass.

13. Mystery (P13)

Pola ini Terkesan tertutup.

14. Risk/peril (P14)

Pola memberikan rasa bahaya atau ancaman tetapi tetap merasa terlindungi agar

pengguna ruang dapat meningkatkan keingintahuan, kewaspadaan, dan kekaguman.

Gambar 7. Contoh penerapan Connection with natural system

dengan kolam ikan.

Sumber : pinterest.com

Gambar 8. Contoh penerapan Biomorphic forms and patterns

pada gallery.

Sumber : pinterest.com

Page 8: PENERAPAN ARSITEKTUR BIOPHILIC PADA BANGUNAN …

WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020

142

Bentuk penerapan pola ini antara lain lantai dan dinding kaca, lantai dikelilingi kolam,

akuarium pada plafon, atau pagar rendah di tempat tinggi.

Studi Terapan Identifikasi Pattern Biophilic Design pada Boarding School

1. Pengamatan Objek 1 : Asrama Pesantren Akhwat di Cimanggis

Berdasarkan proses analisa yang dilakukan terhadap dokukmentasi bangunan,

dapat diterapkan 4 pattern. Yaitu:

• P1 – Visual Connection with nature

• P4 – Thermal and airflow variability

• P9 – Material Connection with nature

• P14 – Risk/Peril

Berikut merupakan hasil analisis dari masing-masing pattern yang diterapkan

pada Asrama Pesantren Akhwat di Cimanggis (Asrama Pesantren Tahfizh Akhwat (1

& 2) / Bitte Design Studio | ArchDaily):

1. Identifikasi pattern Visual connection with nature

Penerapan pattern ini menyesuaikan dengan pendekatan arsitektur tropis

dimana bangunan memiliki banyak bukaan yang mengarah ke lansekap alam

buatan yang sengaja diciptakan untuk menciptakan suasana seperti berada di

dalam taman.

Seperti yang telah ditunjukkan pada gambar di atas, bangunan ini

memanfaatkan bukaan secara maksimal dan membuat lansekap alam dengan

hadirnya pepohonan di setiap sudut bangunan. Sehingga pengguna

mendapatkan suasana alam.

2. Identifikasi pattern Thermal and airflow variability

Bangunan Asrama ini memiliki banyak bukaan dan ruang terbuka.

Sehingga aliran angin yang masuk dan sinar matahari dapat maksimal untuk

menyeimbangkan suhu pada ruangan.

Gambar 9. View keatas bangunan menggambarkan suasana alam.

Sumber : archdaily.com

Gambar 10. Bukaan pada area tengah bangunan

memberikan kesan hangat dan dingin.

Sumber : archdaily.com

Page 9: PENERAPAN ARSITEKTUR BIOPHILIC PADA BANGUNAN …

WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020

143

3. Identifikasi pattern Material Connection with nature

Penggunaan material kayu yang dominan mengesankan pada bangunan

agar lebih sejuk dan suistanable. Bangunan ini menggunakan mayoritas

konstruksi kayu karena lebih cepat dan ringan.

4. Identifikasi pattern Rsik/Peril

Penggunaan tangga yang tidak diberi pagar dapat membahayakan

pengguna bangunan. Namun hal tersebut memberikan kesan alami agar

perpindahan angin dapat terjadi secara langsung.

2. Studi Kasus Objek 2 : Student Dormitory of Hangzhou Qianjiang Campus, China

Berdasarkan hasil analisis identifikasi pattern biophilic design yang diterapkan

pada Student Dormitory of Hangzhou Qianjiang Campus menunjukkan bahwa

bangunan ini menerapkan 6 pattern biophilic design pada desain bangunan, yaitu:

• P1 – Visual connection with nature

• P2 – Non visual connection with nature

• P3 – Non rhythmic sensori stimuli

• P7 – Connection with natural system

• P11 – Prospect

• P12 – Refuge

Berikut merupakan hasil analisis dari masing-masing pattern yang diterapkan

pada Student Dormitory of Hangzhou Qianjiang Campus (Student Dormitory of

Hangzhou No.2 High School Qianjiang Campus / UAD | ArchDaily) :

1. Identifikasi pattern Visual connection with nature

Penerapan pattern ini menyesuaikan konsep lingkungan arsitektur hijau

dimana terdapat banyak ruang terbuka hijau dan tumbuhan-tumbuhan yang

ditanam. Sehingga lingkungan sekoitar bangunan terasa alami dan sejuk.

Gambar 11. Penggunaan material kayu pada ruang bersama.

Sumber : archdaily.com

Gambar 12. Konsep tangga tanpa pagar untuk kesan alami.

Sumber : archdaily.com

Page 10: PENERAPAN ARSITEKTUR BIOPHILIC PADA BANGUNAN …

WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020

144

Seperti yang telah ditunjukkan pada gambar di atas, bangunan ini

memanfaatkan bukaan cukup dan membuat lansekap alam dengan hadirnya taman

yang luas di tengah bangunan. Sehingga pengguna mendapatkan view ke alam.

2. Identifikasi Non visual connection with nature

Banyaknya bukaan pada bangunan ini menjadi akses bagi masuknya

udara, aroma serta suara dari luar ke dalam bangunan. Konsep bangunan yang

terbuka dan mendukung kehadiran keanekaragaman hayati membuat banyak

flora fauna yang hinggap di sekitar lingkungan bangunan sehingga

memberikan stimuli melalui hubungan langsung pengguna dengan unsur-

unsur alam tersebut.

3. Identifikasi pattern Non rhythmic sensori stimuli

Terdapat kolam disekitar lingkungan menghasilkan refleksi air dari

lingkungan sekitar. Sehingga kesan alam pun semakin terasa. Dan juga dapat

memberikan stimulasi ingatan dan menstabilkan emosi pengguna bangunan

tersebut.

Gambar 13. Penerapan pattern visual connection with

nature pada Student Dormitory of Hangzhou.

Sumber : archdaily.com

Gambar 14. Penerapan pattern non visual connection with

nature pada Student Dormitory of Hangzhou.

Sumber : archdaily.com

Page 11: PENERAPAN ARSITEKTUR BIOPHILIC PADA BANGUNAN …

WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020

145

4. Identifikasi pattern Connection with natural system

Banyaknya ruang terbuka hijau menjadikan bangunan ini sebagai habitat

bagi berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Hadirnya unsur alam berupa flora

dan fauna ini menimbulkan terjadinya koneksi dengan sistem alam yang terus

bertumbuh dan berkembang. Ditambah lagi melalui hadirnya bukaan

memberikan akses bagi pengguna menjadi peka terhadap situasi cuaca dan

iklim yang terjadi di luar bangunan.

Hadirnya kolam sebuah kolam disekitar bangunan menstimulasi pengguna

lebih peka terhadap makhluk hidup lain, dan juga memberikan kesan sejuk

dan segar pada sekitar bangunan.

5. Identifikasi pattern Prospect

Penerapan pandangan yang luas dan terbuka dapat memberikan efek yang

baik untuk pengguna bangunan. Hal ini dikarenakan dengan view langsung

yang alami dapat memberikan kebebasan gerak pada pengguna.

Gambar 15. Refleksi air dari kolam dapat menstabilkan

emosi.

Sumber : archdaily.com

Gambar 16. Layout bangunan Student Dormitory of Hangzhou.

Sumber : archdaily.com

Gambar 17. Ruang Bersama pada balkon Student

Dormitory of Hangzhou.

Sumber : archdaily.com

Page 12: PENERAPAN ARSITEKTUR BIOPHILIC PADA BANGUNAN …

WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020

146

6. Identifikasi pattern Refuge

Kondisi pengguna pada bangunan seringkali membutuhkan privasi

dimana komunikasi dengan orang lain dapat dikontrol. Sehingga terdapat

sekat-sekat yang dihadirkan dalam interior ruang asrama.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa identifikasi penerapan biophilic

design pada fasilitas pendidikan dapat dilakukan dengan menerapkan semua pola

biophilic design. Dari identifikasi penulis terhadap penerapan pola biophilic design

tersebut terdapat sembilan pola yang masih memungkinkan untuk dapat diaplikasikan

pada bangunan fasilitas Pendidikan, yaitu :

1. Visual Connection with nature

2. Non visual connection with nature

3. Non rhythmic sensori stimuli

4. Thermal and airflow variability

5. Connection with natural system

6. Prospect

7. Refuge

Hasil identifikasi juga menunjukkan semua penerapan biophilic design harus

tetap memperhatikan lokasi peletakkan tanaman atau fitur air yang berisiko merusak

barang yang ada di sekitarnya. Bukaan yang besar dapat menjadi akses pemandangan dan

aliran udara dari dalam ruang. Hasil analisis penerapan biophilic design pada interior

fasilitas pendidikan ini menunjukkan semua pola biophilic design dapat diterapkan pada

bangunan boarding school meskipun tidak semua elemen interior dapat menerapkan

semua pola.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT atas rahmat yang diberikan

serta orang tua dan keluarga yang telah mendukung dalam penulisan jurnal. Kemudian

untuk Ibu Ir. Eva Elviana, MT. dan Ibu Ir. Niniek Anggriani, MT. atas bimbingannya

serta masukan yang bermanfaat. Selain itu penulis juga berterima kasih kepada teman-

teman discord yang selalu setia menemani penulis dalam proses penulisan jurnal.

DAFTAR PUSTAKA

Asrama Pesantren Tahfizh Akhwat (1 & 2) / Bitte Design Studio | ArchDaily (no date).

Available at: https://www.archdaily.com/937647/asrama-pesantren-tahfizh-

akhwat-1-and-2-bitte-design-

studio?ad_source=search&ad_medium=search_result_all (Accessed: 28 May

Gambar 18. Pemberian Batasan atau sekat pada ruang asrama.

Sumber : archdaily.com

Page 13: PENERAPAN ARSITEKTUR BIOPHILIC PADA BANGUNAN …

WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020

147

2020).

Asriani, P., Sa, C. and Akbar, D. (2017) ‘Pendidikan Karakter Dalam Kegiatan

Pembelajaran’, Seminar Nasional : Pengembangan Profesionalisme Pendidik

Untuk Membangun Karakter Anak Bangsa, 2, pp. 1–7. Available at:

http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/gtk/article/viewFile/314/297

(Accessed: 21 May 2020).

Browning, W., Ryan, C. and Clancy, J. (2014) 14 Patterns of Biophilic Design, Terrapin

Bright Green,LLC. New York: Terrapin Bright Green Ilc.

Hadny, A. (2017) ‘Penerapan Teori Biophilic Design Dalam Strategi Perancangan

Sekolah Alam Sebagai Sarana Pendidikan Dasar Di Karanganyar’, Arsitektura.

Universitas Sebelas Maret, 15(2), P. 406. Doi: 10.20961/Arst.V15i2.14912.

Huisman, E. R. C. M. et al. (2012) ‘Healing environment: A review of the impact of

physical environmental factors on users’, Building and Environment. Pergamon,

58, pp. 70–80. doi: 10.1016/j.buildenv.2012.06.016.

Kalonica, K., Kusumarini, Y. and Rakhmawati, A. (2019) ‘Identifikasi Penerapan

Biophilic Design pada Interior Fasilitas Pendidikan Tinggi’, Dimensi Interior,

17(1), pp. 1–9. doi: 10.9744/interior.17.1.1-9.

Kellert, S. R. (2008) ‘Dimensions, Elements, and Attributes of Biophilic Design’, in

Kellert, S. R., Heerwagen, J. H., and Mador, M. L. (eds) Biophilic Design: The

Theory, Science and Practice of Bringing Buildings to Life. Hoboken, NJ: John

Wiley & Sons, Inc., pp. 3–19. Available at:

https://www.researchgate.net/profile/Stephen_Kellert/publication/284608721_D

imensions_elements_and_attributes_of_biophilic_design/links/56619da108ae49

31cd59f2ed.pdf (Accessed: 21 May 2020).

Standar, B. and Pendidikan, N. (2011) ‘Standar Sarana Dan Prasarana Pendidikan

Tinggi’.

Student Dormitory of Hangzhou No.2 High School Qianjiang Campus / UAD |

ArchDaily (no date). Available at: https://www.archdaily.com/931105/student-

dormitory-of-hangzhou-n-high-school-qianjiang-campus-

uad?ad_source=search&ad_medium=search_result_all (Accessed: 29 May

2020).

Subroto, M. A., Priatman, J. and Rahardjo, J. (2015) Analisa Kesadaran Biophilia Pada

Mahasiswa Calon Pengguna Gedung P1 Dan P2 Universitas Kristen Petra

Surabaya, Jurnal Dimensi Utama Teknik Sipil.