penerapan jsa
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 penerapan jsa
1/80
LAPORAN KHUSUS
PENERAPANRISK MANAGEMENTDENGAN METODEJOB
SAFETY ANALYSIS (JSA)SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN
KECELAKAAN KERJA DI AREA COAL CRUSHING PLANT
(CCP) PT. MARUNDA GRAHAMINERALLAUNG
TUHUPSITE KALIMANTAN TENGAH
Oleh:
Dzulfiqar Aziz Fauzan
NIM. R0008036
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
-
7/22/2019 penerapan jsa
2/80
ii
-
7/22/2019 penerapan jsa
3/80
iii
-
7/22/2019 penerapan jsa
4/80
iv
ABSTRAK
PENERAPAN RISK MANAGEMENT DENGAN METODE JOB SAFETY
ANALYSIS (JSA) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAANKERJA DI AREA COAL CRUSHING PLANT (CCP) PT. MARUNDA
GRAHAMINERAL LAUNG TUHUP SITE
KALIMANTAN TENGAH
Dzulfiqar Aziz Fauzan1, Sumardiyono
2, dan Live Setyaningsih
3
Tujuan : Area Coal Crushing Plant (CCP)termasuk area yang memiliki potensibahaya yang tinggi sehingga perlu dilakukan pencegahan agar segala potensibahaya dan resiko kecelakaan kerja dapat dikendalikan. Kecelakaan dapat terjadikarena adanya unsafe condition dan unsafe action. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui gambaran penerapan risk management dengan metode Job
Safety Analysis(JSA)sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja.
Metode : Kerangka pemikiran penelitian ini adalah potensi bahaya dari segalaaktivitas di area Coal Crushing Plant (CCP)dimana di dalamnya terdapat resikokecelakaan kerja. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan yakni dengan penerapanrisk managementdengan metode Job Safety Analysis (JSA). Hasil observasi inikemudian akan dievaluasi sehingga dapat ditentukan suatu upaya perbaikansehingga segala aktivitas di area Coal Crushing Plant (CCP) dapat berjalandengan aman.
Hasil : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yangmemberikan gambaran tentang penerapan risk management dengan metode JobSafety Analysis (JSA) di area Coal Crushing Plant (CCP) sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja. Pengambilan data dilakukan melalui observasilangsung ke lapangan, wawancara kepada orang yang berkompeten di bidangnyaserta studi kepustakaan kemudian dibahas dengan membandingkannya denganPermenaker No. PER.05/MEN/1996 tentang Pedoman Penerapan SMK3.Simpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan riskmanagement dengan metode Job Safety Analysis (JSA) belum dilaksanakandengan baik di area Coal Crushing Plant (CCP).Sehingga saran yang diberikanadalah perlu adanya tindak lanjut dari Job Safety Analysis (JSA)yang ada, agardapat diterapakan dengan baik sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja.
Kata kunci: Manajemen Resiko,JSA, Pencegahan Kecelakaan Kerja.Kepustakaan : 15, 1996-2010
1, 2, 3. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, FakultasKedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
-
7/22/2019 penerapan jsa
5/80
v
KATA PENGANTAR
, segala puja dan puji syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayat-
Nya yang tercurah untuk hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporankhusus dengan judul : Penerapan Risk Management dengan Metode Job
Safety Analysis (JSA)sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di Area
Coal Crushing Plant (CCP)PT. Marunda Grahamineral Laung Tuhup Site
Kalimantan Tengah
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusanpendidikan yang penulis tempuh di Program Studi D.III Hiperkes danKeselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan laporan ini tidak
lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengansegala kerendahan hati perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terimakasihkepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., S. PD-KR-FINASIM selaku Dekanpada periode 2011-2016 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas MaretSurakarta.
2. Bapak Prof. Dr. H. AA. Subijanto, dr, MS, selaku Dekan pada periode 2006-2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak dr. Putu Suriyasa, MS, PKK, Sp.Ok, selaku Ketua Program D-IIIHiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas SebelasMaret pada periode 2006-2011.
4. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes., selaku Ketua Program D-III Hiperkes danKeselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret padaperiode 2011-2016, sekaligus sebagai Pembimbing I dalam penyusunanlaporan ini.
5. Ibu Live Setyaningsih, SKM. selaku Pembimbing II dalam penyusunanlaporan ini.
6. Bapak Ir. M. Samanhudi, selaku Mine Operator Manager PT. MarundaGrahamineral terimakasih telah memperkenankan penulis melaksanakanmagang di PT. Marunda Grahamineral.
7. Bapak Meldianto Sandi, selaku HRD & GA Dept Head PT. MarundaGrahamineral yang telah menerima penulis untuk melaksanakan magang diPT. Marunda Grahamineral ini.
8. Bapak Ali Masruri selaku Safety Superintendentsekaligus pembimbing I danBapak Arizal Said Fauzi selaku Safety Officer sekaligus pembimbing II diperusahaan, terimakasih banyak atas bantuan dan bimbingannya.
9. Seluruh keluarga besar PT. Marunda Grahamineral yang tidak bisa penulissebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan, bimbingan dan sambutanhangat yang diberikan selama penulis melaksanakan program magang.
10.Kedua orang tuaku, Anis Sigit Handayani dan Radite Riawanto, yang telahmemberikan banyak motivasi dan doa dalam menjalani hidup ini.
-
7/22/2019 penerapan jsa
6/80
vi
11.Adik-adikku tercinta, Rumaisah, Achmad Habibi dan Dzikrina Syahidah, yangtelah memberi warna dalam hidup ini.
12.Segenap keluarga besar angkatan 2008, bangga menjadi bagian darikalKita adalah Calon Orang-orang Besar Kawan
13.Keluarga besar CMC United, yang senantiasa menemani hari-hariku saat sukamaupun duka.
14.Dan semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan hinggalaporan ini bisa terselesaikan.
Penulis menyadari dalam penulisannya laporan ini masih jauh darikesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
penulis demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaatbagi penulis maupun pembaca.
Surakarta, 1 Juni 2011
Penulis,
Dzulfiqar Aziz Fauzan
-
7/22/2019 penerapan jsa
7/80
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ......................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II. LANDASAN TEORI.................................................................. 6
A. Tinjauan Pustaka ................................................................... 6B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 42
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 43
A. Metode Penelitian .................................................................. 43B. Lokasi Penelitian ................................................................... 43C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ..................................... 43D. Sumber Data .......................................................................... 44
-
7/22/2019 penerapan jsa
8/80
viii
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 44F. Pelaksanaan ........................................................................... 45G. Analisa Data .......................................................................... 47
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 48
A. Hasil Penelitian...................................................................... 48B. Pembahasan ........................................................................... 61
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 67
A. Kesimpulan ........................................................................... 67B. Saran ..................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 70
LAMPIRAN
-
7/22/2019 penerapan jsa
9/80
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Nilai Peluang ................................................................................ 56
Tabel 2 : Nilai Keparahan ........................................................................... 56
Tabel 3 : Matrik Penetapan Risiko .............................................................. 57
Tabel 4 : Kategori Risiko, Nilai Risiko dan Kode Risiko ............................. 58
Tabel 5 : Pengendalian Risiko ..................................................................... 59
-
7/22/2019 penerapan jsa
10/80
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Teori Domino .............................................................................. 9
Gambar 2: Teori Gunung Es ......................................................................... 13
Gambar 3: Bagan Kerangka Pemikiran ......................................................... 42
Gambar 4: Grafik Risiko ............................................................................... 55
-
7/22/2019 penerapan jsa
11/80
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Jadwal Rencana Kegiatan Magang2. Lampiran 2 Surat Keterangan Magang3. Lampiran 3 Kebijakan K3 PT. Marunda Grahamineral4. Lampiran 4 Daftar Presensi Mahasiswa Magang5. Lampiran 5 Standart Operating Procedure Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Risiko
6. Lampiran 6 Bagan alir coal crushing flow sheet PT. MarundaGrahamineral
7. Lampiran 7 Job Safety Analysis (JSA) di Area Coal Crushing Plant(CCP)
-
7/22/2019 penerapan jsa
12/80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar BelakangProgram pembangunan di Indonesia telah membawa kemajuan pesat di
segala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti, pertambangan,
transportasi, dan lainnya. Namun dibalik kemajuan tersebut ada harga yang
harus dibayar masyarakat Indonesia, yaitu dampak negatif yang
ditimbulkannya, salah satu diantaranya adalah bencana seperti kecelakaan,
pencemaran, dan penyakit akibat kerja yang mengakibatkan ribuan orang
cidera setiap tahunnya.
Kondisi ini disebabkan karena kurang adanya manajemen risiko (risk
management) yang memadai, serta masih kurangnya kepedulian mengenai
penerapan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Saat ini proses
pembangunan belum diimbangi dengan peningkatan kesadaran higiene
perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja. Sehingga bahaya dan resikonya
terus meningkat.
Manajemen risiko (risk management) sangatlah penting bagi
kelangsungan suatu usaha atau kegiatan. Karena jika di dalam suatu
perusahaan terjadi suatu bencana, seperti kebakaran atau kerusakan, maka
perusahaan akan mengalami kerugian yang sangat besar, yang dapat
menghambat, mengganggu bahkan menghancurkan kelangsungan usaha atau
kegiatan operasi. Manajemen risiko (risk management) merupakan alat untuk
melindungi perusahaan dari setiap kemungkinan yang merugikan.
-
7/22/2019 penerapan jsa
13/80
2
Dalam aspek K3, kerugian berasal dari kejadian yang tidak diinginkan
yang timbul dari aktivitas organisasi. Dan tanpa menerapkan manajemen risiko
(risk management), maka perusahaan dihadapkan pada ketidakpastian.
Manajemen tidak mengetahui apa saja bahaya yang dapat terjadi dalam
organisasi atau perusahaannya, sehingga tidak mempersiapkan diri untuk
menghadapinya. Padahal pada setiap aktivitas yang dilakukan, tentunya
masing-masing mempunyai risiko.
Menurut Peter Drucker, prinsip bisnis yang baik adalah dengan
membuat perencanaan sebaik mungkin, namun juga bersiap-siap untuk
menghadapi kondisi terburuk.
Upaya untuk pengendalian kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja,
perlu adanya usaha untuk mengidentifikasi faktor-faktor/sumber-sumber
bahaya di tempat kerja dan dievaluasi risiko serta dilakukan upaya
pengendalian yang memadai. Dalam bidang K3 terdapat cara untuk
mengidentifikasi, menganalisa dan mengevaluasi faktor-faktor bahaya di
tempat kerja. Salah satu cara untuk mengidentifikasi bahaya adalah analisa
keselamatan kerja atau lebih dikenal dengan istilahJob Safety Analysis (Ramli,
2008).
PT. Marunda Grahamineral sebagai salah satu perusahaan Pemegang
Kontrak Perjanjian Kerjasama Perusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
yang tidak lepas dari faktor dan potensi bahaya dari proses produksinya,
berusaha menerapkan peraturan-peraturan yang berlaku melalui kebijakan
kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini tercermin dalam kebijakan kesehatan
-
7/22/2019 penerapan jsa
14/80
3
dan keselamatan kerja PT. Marunda Grahamineral Coal Project bahwa
melakukan semua tindakan yang bisa dilakukan untuk memastikan bahwa
standar-standar tertinggi kesehatan dan keselamatan kerja dijaga bagi semua
karyawan dan kontraktor merupakan cita-cita tertingginya, melalui penerapan
program K3 yang diwujudkan dalam berbagai macam program. Salah satunya
upaya penerapan Job Safety Analysis (JSA) sebagai upaya untuk
mengidentifikasi bahaya-bahaya yang terdapat di lingkungan kerja, beserta
cara pengendalian/penanggulangan guna mencegah kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang mungkin timbul dari suatu pekerjaan (Marunda
Grahamineral, 2006).
Pembuatan Job Safety Analysis, selain memberikan tindakan
penanganan potensi bahaya juga dapat memberikan keuntungan lain kepada
manajemen. Dengan adanya penerapanJob Safety Analysis, seorang supervisor
dapat memberikan pelatihan tersendiri secara aman dengan prosedur yang
efisien bagi pekerja, mempermudah dalam memberikan instruksi kepada
pekerja baru yang akan melaksanakan pekerjaan dan risiko bahaya yang ada
dalam pekerjaan, serta dapat digunakan untuk mengkaji atau mempelajari
ulang apabila terjadi kecelakaan. Dengan adanya Job Safety Analysis, pekerja
dapat bekerja secara aman dan efisien, mengetahui bahaya yang ada dalam
pekerjaan dan tindakan pengendalianya, serta dapat meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengambil judul
nerapanRisk Managementdengan MetodeJob Safety Analysissebagai
-
7/22/2019 penerapan jsa
15/80
4
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di Area Coal Crushing Plant PT.
Marunda Grahamineral Laung TuhupSite
B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah yaitu
bagaimana pelaksanaan manajemen risiko (risk management) dengan
menggunakan metodeJob Safety Analysis (JSA)di PT. Marunda Grahamineral,
Kalimantan Tengah.
C. Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui apakah PT. Marunda Grahamineral telah berkomitmen
dalam menerapkan keselamatan kerja, termasuk dalam melaksanakan
manajemen risiko dengan metodeJob Safety Analysis (JSA).
2. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan risk management denganmenggunakan metodeJob Safety Analysis (JSA).
3. Untuk mengetahui apakah penerapan dan pelaksanaan pembuatan JSA diArea Coal Crushing Plant PT. Marunda Grahamineral sudah sesuai
dengan Permenaker No. PER.05/MEN/1996 tentang Pedoman Penerapan
SMK3.
4. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem risk management yangsudah diimplementasikan di PT. Marunda Graha Mineral.
5. Untuk mengetahui apakah sudah ada pengendalian terhadap potensi danfaktor bahaya yang ada di PT. Marunda Grahamineral.
-
7/22/2019 penerapan jsa
16/80
5
D. Manfaat PenelitianDari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara
lain :
1. Bagi PerusahaanDiharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi
perusahaan dan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi, khususnya
mengenai Manajemen Risiko dengan metode Job Safety Analysis di Area
Crusher Coal Plant PT. Marunda Grahamineral.
2. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan KerjaUntuk menambah kepustakaan tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, khususnya mengenai manajemen risiko dengan metode Job Safety
Analysis di Area Crusher Coal Plant PT. Marunda Grahamineral.
3. Bagi PenulisUntuk menambah pengetahuan dan mendalami wawasan tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Marunda Grahamineral
khususnya yang berhubungan tentang manajemen risiko dengan metode
Job Safety Analysis.
4. Bagi PembacaDiharapkan menjadi informasi bagaimana pelaksanaan manajemen
risiko dengan Job Safety Analysis terhadap potensi bahaya dan
mengendalikan risiko di tempat kerja atau perusahaan.
-
7/22/2019 penerapan jsa
17/80
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Tinjauan Pustaka1. Tempat Kerja
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja pasal 1 ayat 1, yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau
lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja
bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat
kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja
tersebut. Oleh karena pada tiap tempat kerja terdapat sumber bahaya maka
pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di darat, di tanah, di
permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada di wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia. Ketentuan tersebut berlaku dalam
tempat kerja, yang merupakan tempat-tempat :
a. Dibuat, dicoba, dipakai, atau dipergunakan mesin, pesawat, alat,perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.
b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut ataudisimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar,
menggigit atau beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.
-
7/22/2019 penerapan jsa
18/80
7
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan ataupembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau
dilakukan pekerjaan persiapan.
d. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaanhutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan,
lapangan kesehatan.
e. Dilakukan usaha pertambangan, dan pengolahan emas, perak, logam ataubijih logam lainnya, batuan-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya
baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan.
f.Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia baik di daratan,melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara.
g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok,stasiun atau gudang.
h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalamair.
i.Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atauperairan.
j.Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atauyang rendah.
k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut
atau terpelanting.
-
7/22/2019 penerapan jsa
19/80
8
l.Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang.m.Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap,
gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.
n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.o. Dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi
atau telepon.
p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset(penelitian) yang menggunakan alat tehnis.
q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan ataudisalurkan listrik, gas, minyak atau air.
r.Diputar filem, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasilainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
(Pungky, 2004)
2. Kecelakaan KerjaSuatu industri sangat tidak menginginkan terjadi kecelakaan kerja
di lingkungan kerjanya, karena dapat menghancurkan reputasi perusahaan-
nya. Definisi dari kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan
1996), definisi lain adalah suatu peristiwa atau
kejadian yang tidak diinginkan, yang mengakibatkan cidera pada manusia
kerusakan pada harta benda atau kerugian pada proses produksi (Frank. E.
Bird, 2007).
Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan
manusia yang tidak aman (unsafe act) dan keadaan lingkungan yang tidak
-
7/22/2019 penerapan jsa
20/80
9
aman (unsafe condition). Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata faktor
manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari
hasil-hasil penelitian, bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian
atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat, bahwa akhirnya
langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor
manusia. Kurang kendali dari sistem manajemen merupakan sebab utama
terjadinya kecelakaan (Frank. E. Bird dan Jr. George L Jerman, 2007).
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyebab terjadinya suatu
kecelakaan, banyak para praktisi yang memperkenalkan teoriloss causation
model (model penyebab kerugian). Salah satu model teori domino yang
diperkenalkan oleh International Loss Control Institut (ILCI). Dalam teori
sederhana ini dinyatakan bahwa kecelakaan tidak datang dengan sendirinya,
ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului adanya suatu
kecelakaan, dalam teori ini rangkaian peristiwa tersebut digambarkan
sebagai rangkaian kartu domino.
Rangkaian kartu domino berikut ini menggambarkan hubungan
manajemen secara langsung dengan sebab dan akibat dari suatu kejadian
yang dapat menurunkan prestasi dari suatu kegiatan produksi.
Gambar. 1 Teori domino
Untuk lebih detailnya, diagram alur tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut ini :
Lack of
Control
Basic
Casual
Immadiate
Causes
inciden Loss
-
7/22/2019 penerapan jsa
21/80
10
a. Kurangnya Sistem Pengendalian (Lack of Control)Kurangnya kontrol merupakan urutan pertama menuju terjadinya
kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerugian. Kontrol merupakan
salah satu fungsi utama dari manajemen yaitu: Planning, Organizing,
Leading, dan Controling.
Tanpa manajemen pengendalian yang kuat, penyebab kecelakaan
dan rangkaian efek akan dimulai dan memicu faktor penyebab kerugian.
Kurangnya pengendalian dapat disebabkan karena faktor :
1)Program yang tidak memadai2)Standar program yang tidak memadai.3)Tidak memenuhi standar.
Domino pertama akan jatuh pada pihak manajemen yang tidak mampu
mengorganisasi, memimpin dan mengontrol pekerja dalam memenuhi
standar yang telah di tentukan (Rudi, 2007).
b. Penyebab Dasar (Basic Cause)Dari adanya kontrol yang tidak memadai akan menyebabkan
timbulnya peluang pada penyebab dasar dari kejadian yang menyebabkan
kerugian.
Penyebab dasar terdiri dari :
1)Faktor manusia
Kurangnya kemampuan fisik atau mental, kurangnya
pengetahuan, keterampilan, stress atau tegang, atau motivasi yang
keliru.
-
7/22/2019 penerapan jsa
22/80
11
2)Faktor pekerjaanAdanya standar kerja tidak cukup, rancang bangun dan pemeliharaan
yang tidak memadai, standar pembelian yang kurang atau lain-lain
(Suardi, 2007).
c. Penyebab Langsung (Immediate Cause)Jika penyebab dasar terjadi, maka terbuka peluang untuk menjadi
tindakan dan kondisi tidak aman. Menurut Heinrich dalam Dasar-Dasar
K3 (2007), menyebutkan bahwa 88% kecelakaan diakibatkan oleh
tindakan yang tidak aman, 10% karena kondisi yang tidak aman dan 2%
disebabkan oleh faktor yang tidak disebutkan.
1)Tindakan tidak aman (Unsafe Act)Tindakan tidak aman adalah pelanggaran terhadap cara kerja
yang aman yang mempunyai resiko terjadinya kecelakaan, antara lain:
a)Menjalankan sesuatu tanpa izin.b)Gagal mengingat atau mengamankan.c)Menjalankan sesuatu peralatan dengan kecepatan yang tidak sesuai.d)Tidak menggunakan alat-alat keselamatan kerja.e)Menggunakan peralatan dangan cara tidak benar.f) Tidak menggunakan alat pelindung diri.g)
Cara memuat dan membongkar tidak benar.
h)Cara mengangkat yang tidak benar.i) Posisi yang tidak betul.
j) Menggunakan peralatan yang rusak.
-
7/22/2019 penerapan jsa
23/80
12
2)Kondisi tidak aman (Unsafe Condition)Adalah kondisi fisik yang berbahaya dan keadaan yang
berbahaya yang langsung membuka peluang terjadinya kecelakaan,
antara lain :
a)Pengaman atau pelindung yang tidak cukup.b)Alat, peralatan atau bahan yang rusak.c)Penyumbatan .d)Sistem peringatan yang tidak memadai.e)Bahaya kebakaran dan peledakan.f) Kurang bersih.g)Kondisi yang berbahaya seperti : debu, gas, uap.h)Kebisingan yang berlebih.i) Kurangnya ventilasi dan penerangan.
(Suardi, 2007)
d. Kejadian (Incident)Bila tindakan atau kondisi tidak aman tersebut tidak dilakukan
kontrol maka akan menyebabkan insiden. Insiden adalah kejadian yang
tidak di inginkan, dalam keadaan yang sedikit berbeda dapat
mengakibatkan bahaya fisik terhadap manusia, kerusakan harta benda
atau terganggunya suatu proses, atau bisa dikatakan bahwa insiden
adalah suatu kondisi yang dapat menyebabkan hampir terjadinya suatu
kerugian meskipun kondisi bahaya belum benar-benar terjadi. Insiden
dapat menyebabkan cidera fisik atau kerusakan benda digolongkan sesuai
dengan tipe-tipe kecelakaan yang terjadi, seperti: terjatuh, terbentur,
-
7/22/2019 penerapan jsa
24/80
13
terpeleset, terperangkap, terkena listrik, panas, dingin, kebisingan dan
bahaya lainya (Suardi, 2007).
e. Kerugian (Loss)Keseluruhan urutan di atas apabila terjadi, maka akan
menyebabkan adanya kerugian terhadap manusia, harta benda dan akan
mempengaruhi produktifitas dan kualitas kerja.
Kecelakaan akan mengakibatkan cidera dan atau mati, kerugian
harta benda bahkan sangat mempengaruhi moral pekerja termasuk
keluarganya.
Biaya yang timbul sebagai akibat kecelakaan dapat digambarkan
seperti Gunung es yang kemudian sering disebut Teori Gunung Es yang
artinya biaya langsung sebagai bongkahan gunung es yang terlihat pada
pemukaan laut, sedang biaya tidak langsung yaitu bongkahan gunung es
yang berada dibawah permukaan laut yang jauh lebih besar.
Gambar 2. Teori Gunung Es
-
7/22/2019 penerapan jsa
25/80
14
Dari kecelakaan yang ditimbulkan dapat diketahui kerugian yang
dicapai baik ekonomi maupun non ekonomi. Kerugian ekonomi dapat
berupa biaya langsung dan biaya tidak langsung.
1)Biaya Langsung meliputi :a)Biaya perawatan dokter
b)Biaya kompensasi2)Biaya tidak langsung meliputi :
a)Kerusakan dan kerugian harta benda, meliputi :(1) Biaya kerusakan bangunan(2) Biaya kerusakan perkakas(3) Biaya kerusakan hasil produksi dan material(4) Gangguan dan keterlambatan produksi(5) Biaya untuk pemenuhan aturan(6) Biaya untuk peralatan gawat darurat.(7) Biaya sewa peralatan(8) Waktu untuk penyelidikan
b)Biaya lain terdiri dari :(1) Gaji selama tidak bekerja(2) Biaya pergantian serta pelatihan.(3)
Lembur.
(4) Ekstra waktu untuk Supervisor.(5) Penurunan hasil kerja bagi yang celaka sewaktu memulai kerja
(Suardi, 2007)
-
7/22/2019 penerapan jsa
26/80
15
3. Keselamatan dan Kesehatan KerjaKeselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-
Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dalam Ilmu
Kesehatan/Kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar para
pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha
preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja,
serta terhadap penyakit- .
Untuk menghindari terjadinya suatu kecelakaan diperlukan suatu
unsur pengaturan terhadap seluruh unsur di perusahaan yang terintregrasi
oleh seluruh pihak perusahaan yang melibatkan keterkaitan unsur tersebut
dalam menimbulkan suatu kondisi dengan potensi yang dapat menimbulkan
kecelakaan. Pengaturan tersebut merupakan wujud dari program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus menjadi komitmen
setiap perusahaan. Untuk mendorong agar perusahaan menerapkan program
K3 tersebut maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja Bab III pasal 3 mengenai syarat-syarat
keselamatan kerja yang menyatakan bahwa dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja, antara lain :
Point A. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
-
7/22/2019 penerapan jsa
27/80
16
Point M. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat, lingkungan,
cara kerja dan prosedur kerja.
Point R. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi.
Bab V Tentang pembinaan, pasal 9 point 1.d bahwa pengurus wajib
menunjukkan dan menjelaskan pada pekerja tentang cara-cara dan sikap
yang aman dalam melaksanakan pekerjaan, serta point 3 mengenai
kewajiban manajemen untuk melakukan Pembinaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang berlaku di tempat kerja.
Undang-undang tersebut ditambah dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja RI, No. PER.05/MEN/1996, point 2 tentang perencanaan yang
menyatakan bahwa identifikasi bahaya, penilaian risiko dari kegiatan
produksi barang dan jasa harus dipertimbangkan saat merumuskan rencana
kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang harus ditetapkan dan
dipelihara prosedurnya (Pungky, 2004).
4. Manajemen RisikoRisiko adalah kemungkinan (probability) terjadinya suatu
kecelakaan (cidera dan atau kerusakan) terhadap manusia, peralatan dan
atau lingkungan yang terpapar didalam suatu bahaya (Marunda
Grahamineral, 2010).
-
7/22/2019 penerapan jsa
28/80
17
Bahaya adalah sumber atau situasi yang berpotensi menyebabkan
kerusakan /cidera (kecelakaan) pada manusia, peralatan dan lingkungan
(Marunda Grahamineral, 2010).
Risiko bisa terjadi dikarenakan adanya peluang sesuatu terjadi yang
akan berpengaruh terhadap tujuan dan Risiko terukur dari kemungkinan
terjadi dan konsekwensi yang ditimbulkan (AS/NZS 4360. 1995).
Manajemen risiko adalah suatu proses atau perencanaan identifikasi,
penilaian, dan prioritas risiko diikuti dengan koordinasi dan aplikasi
ekonomis sumber daya yang ada untuk mengurangi, memonitor, dan
mengendalikan probabilitas dan atau dampak dari severitas atau untuk
memaksimalkan realisasi peluang. (ISO / IEC Guide 73:2009).
Menurut OHSAS 18001:2007, manajemen K3 adalah upaya terpadu
untuk mengelola risiko yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat
mengakibatkan cedera pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap
bisnis perusahaan. Karena itu salah satu klausul dalam siklus manajemen K3
adalah mengenai manajemen risiko. Manajemen resiko terbagi atas 3 bagian
yaitu hazard identification, risk assesment, dan risk control.
Manajemen risiko (Risk Management)adalah suatu upaya mengelola
risiko untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara
komprehensif, terencana, dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik.
Menurut teori domino kecelakaan tidak timbul dengan sendirinya, akan
tetapi ada serangkaian peristiwa yang sebelumnya mendahului atau menjadi
faktor penyebab atau pemicu terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu
-
7/22/2019 penerapan jsa
29/80
18
manajemen risiko sangat diperlukan untuk mencari atau mengidentifikasi
faktor penyebab terjadinya risiko kecelakaan agar faktor penyebab atau
pemicu dapat segera diatasi. Manajemen risiko sangat berkaitan sekali
dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja, dimana bahaya dan
risiko tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Apabila dalam
suatu perusahaan tidak ada manajemen risiko yang baik, kemungkinan besar
perusahaan akan mengalami kesalahan dalam sistem pengendalian risiko,
yang berdampak pada kerugian perusahaan.
Untuk meraih semua itu maka dibutuhkan sistem manajemen risiko
yang sangat baik di dalam perusahaan. Dalam pelaksanaannya untuk
mewujudkan sistem manajemen risiko yang baik, maka harus melalui
beberapa tahapan, yaitu :
a. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)Identifikasi bahaya merupakan upaya sistematis untuk
mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Menurut Stuart
Hawthorn I. Eng., M.I. Plant E. dalam buku Risk Management Process,
cara sederhana melakukan identifikasi bahaya adalah dengan melakukan
pengamatan lapangan secara langsung. Ada 3 pertanyaan yang dapat
dipakai sebagai pendahuluan :
1)Apakah ada sumber untuk menimbulkan cedera/loss?
Sumber potensi bahaya merupakan faktor penyebab kerja yang
dapat ditentukan dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya berasal
dari :
-
7/22/2019 penerapan jsa
30/80
19
a)Bangunan, Peralatan dan InstalasiDi dalam bangunan suatu tempat kerja perlu di perhatikan
masalah kontruksi dan desain. Hal tersebut dimaksudkan agar
tempat kerja yang dibangun dapat menjamin keselamatan dan
kesehatan bagi setiap pekerja dan orang lain yang bekerja di tempat
kerja, baik dari segi penerangan, ventilasi, ergonomi, jalan dan
persimpangan harus beri marka yang jelas. Begitu juga penempatan
rambu-rambu pada bagian yang membutuhkan. Tersedianya jalan
untuk menyelamatkan diri dan dibutuhkan lebih dari satu pada sisi
yang berlawanan. Pintu harus membuka keluar guna memudahkan
dalam melakukan penyelamatan diri.
Suatu proses produksi tidak lepas dari penggunakan
peralatan yang berguna untuk menunjang kegiatan produksi, dan
dalam penggunaanya sudah pasti akan menimbulkan potensi
bahaya yang apabila tidak digunakan secara baik akan
menimbulkan bermacam-macam bahaya.
Untuk memastikan suatu peralatan aman dipakai maka
diperlukan alat pengaman yang diatur oleh peraturan-perturan
dibidang keselamatan kerja. Untuk peralatan yang rumit
pengoperasianya perlu disediakan operation manual dan suatu
petunjuk sebagai daftar periksa (cheklist).
b)BahanKarakteristik bahan yang ditimbulkan dari suatu bahan
tergantung dari sifat bahan, antara lain :
-
7/22/2019 penerapan jsa
31/80
20
(1) Mudah terbakar.(2) Mudah meledak.(3) Menimbulkan energi.(4) Menimbulkan kerusakaan pada kulit dan jaringan tubuh.(5) Menyebabkan kanker.(6) Menyebabkan kelainan pada janin.(7) Bersifat racun.(8) Radioaktif.
Selain resiko yang berbeda-beda, setiap bahan mempunyai
intensitas atau tingkat bahaya yang berbeda, misalnya pengaruh
dari suatu bahan kimia ada yang akut dan ada yang kronis. Untuk
mengetahui setiap karakteristik suatu bahan dan penanganannya
dibuat MSDS (Material Safety Data Sheet) sebagai alat informasi
kepada tenaga kerja agar dapat mengenali karakteristik dan cara
penanganan bahan-bahan kimia tersebut.
c)ProsesBahaya yang timbul dari faktor proses tergantung dari
teknologi yang dipakai. Proses yang dilakukan dengan
menggunakan peralatan sederhana dan peralatan yang komplek/
rumit mempunyai potensi bahaya yang berbeda. Dalam suatau
proses sering digunakan faktor tambahan yang dapat memperbesar
faktor risiko bahaya. Dari proses produksi terkadang timbul debu,
asap, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti tangan terjepit,
-
7/22/2019 penerapan jsa
32/80
21
terpotong, memar, tertimpa bahan. Hal tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
d)Cara kerjaCara kerja mempunyai efek bahaya baik terhadap karyawan
sendiri atau orang yang berada di sekitar. Cara kerja yang
dimaksud antara lain :
(1)Cara mengangkat dan mengangkut, apabila terjadi kesalahanakan mengakibatkan cidera (umumnya cidera tulang belakang).
(2)Cara kerja yang salah dapat menyebabkan hamburan pertikel(debu, serbuk logam), percikan api serta tumpahan bahan
kimia.
(3)Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan carapemakaian yang salah.
e)Lingkungan kerjaTerdiri atas :
(1)Fisik(a)Temperatur
Kondisi tempat kerja yang terlalu panas dapat
menyebabkan tenaga kerja cepat lelah, karena kehilangan
cairan dan garam dalam tubuh. Bila suhu lingkungan/tempat
kerja berlebih maka suhu tubuh akan meningkat yang akan
menyebabkan gangguan kesehatan dan hilangnya
konsentrasi. Sedangkan untuk suhu yang dingin akan
-
7/22/2019 penerapan jsa
33/80
22
menyebabkan tenaga kerja mudah sakit, karena daya tahan
tubuh menurun.
(b)KebisinganKebisingan adalah suara yang tidak diinginkan atau
suara yang intensitasnya melebihi Nilai Ambang Batas
(NAB) yaitu sekitar 85 dB selama 8 jam sehari atau 40 jam
perminggu. Dengan kondisi melebihi NAB secara tidak
langsung akan mempengaruhi alat pendengaran, gangguan
komunikasi, konsentrasi dan ganguan fisik. Pada awalnya
gangguan tersebut bersifat sementara tapi kemudian
berubah menjadi permanen.
(c)PeneranganPenerangan yang intensitasnya kurang memadai atau
menyilaukan akan menyebabkan kelelahan pada mata yang
pada akhirnya akan menyebabkan rasa kantuk dan hal ini
dapat menyebabkan kecelakaan pada operator.
(d)GetaranGetaran yang berlebih akan dapat menyebabkan
kelainan pada sistem peradaran darah, saraf, sendi dan
tulang punggung.
(e)RadiasiRadiasi dapat menyebabkan kelainan pada tubuh dan
dapat menaikan suhu tubuh sehingga akan menimbulkan
hal-hal seperti efek panas.
-
7/22/2019 penerapan jsa
34/80
23
(2)KimiaSumber bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari
bahan-bahan yang di pakai maupun yang digunakan selama
proses produksi yang terhambur, tercecer ke lingkungan kerja
akibat dari instalasi dan penanganan yang kurang memadai.
Sumber bahan kimia dapat mengakibatkan gangguan lokal dan
sistematik. Gejala yang timbul dapat bersifat akut dan kronis.
(3)BiologisSumber bahaya yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan/penyakit akibat kerja atau penyakit umum. Sumber
bahaya biologis dapat berupa jasad renik, gangguan serangga
dan gangguan lain.
(4)PsikologisGanguan psikologis dapat terjadi karena adayapressure
ditempat kerja, hubungan kerja yang tidak harmonis. Gangguan
ini dapat berupa gangguan fisik (tekanan darah, stres, dan
sebagainya).
(5)FisiologisGangguan ini bersifat faal dapat diakibatkan karena
overload dan peralatan yang tidak sesuai atau tidak serasi
dangan tenaga kerja.
2)Target apa saja yang terkena/terpengaruh bahaya?Target yang mungkin terkena/terpengaruh sumber bahaya;
a)Manusiab)Produk
-
7/22/2019 penerapan jsa
35/80
24
c)Peralatan/fasilitasd)Lingkungane)Proses (downtime)f) Reputasi
3)Bagaimana mekanisme cedera/loss dapat timbul?Mekanisme cedera/loss dapat timbul :
a)Jatuh dari (elevansi sama dan berbeda)b)Tertimpa/terkena benda jatuhc)Terbentur/tertabrakd)Terjebak/terjepite)Mengeluarkan tenaga berlebihanf) Terpapar/kontak dengan suhu berlebihang)Terpapar/kontak dengan arus listrikh)Terpapar/kontak dengan bahan berbahaya
(Ramli, 2009)
Identifikasi bahaya adalah suatu tekhnik komprehensif untuk
mengetahui potensi bahaya yang ada dari suatu bahan, alat, atau sistem.
Tekhnik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat di
klasifikasikan atas :
1)Metoda pasif
Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya
sendiri secara langsung. Seseorang akan mengetahui adanya bahaya
lobang dijalan setelah tersandung atau terperosok kedalamnya. Namun
-
7/22/2019 penerapan jsa
36/80
25
metoda ini sangat rawan, karena tidak semua bahaya dapat
menunjukkan eksistensinya sehingga dapat terlihat.
2)Metoda semi proaktifMetoda ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain
karena kita tidak perlu mengalaminya sendiri. Metoda ini lebih baik
karena tidak perlumengalaminya sendiri setelah itu baru mengetahui
adanya bahaya, namun metoda ini juga kurang efektif kareana :
a) Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkandampak kejadian kecelakaan.
b) Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepadapihak laim untuk diambil sebagai pelajaran
c) Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian,walaupun menimpa pihak lain.
3)Metoda ProaktifMetoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara
proaktif atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan
akibat atau dampak yang merugikan. Tindakan proaktif memiliki
kelebihan :
a)Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelummenimbulkan kecelakaan atau cedera.
b)Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) karenadengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan.
-
7/22/2019 penerapan jsa
37/80
26
c)Meningkatkan kepedulian (awareness) semua pekerjaan setelahmengetahui dan mengenal adanya bahaya disekitar tempat
kerjanya.
d)Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanyabahaya dapat menimbulkan kerugian.
Dewasa ini telah berkembang berbagai macam tekhnk
identifikasi bahaya yang bersifat proaktif antara lain :
1)Daftar periksa dan audit atau inspeksi K32)Analisa bahaya awal3)Analisa pohon kegagalan4)Analisa what if5)Analisa Modal Kegagalan dan efek6)Hazops(Hazard and Operability study)7)Analisa Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis)8)Analisa Risiko Pekerjaan (Task Risk Analysis)
(Ramli, 2009)
Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat bagi
perusahaan antara lain :
1)Mengurangi peluang kecelakaanIdentifikasi bahaya dapat mengurangi peluang terjadinya
kecelakaan, karena identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor
penyebab kecelakaan. Dengan identifikasi bahaya maka berbagai
sumber bahaya yang merupakan pemicu kecelakaan dapat diketahui
-
7/22/2019 penerapan jsa
38/80
27
dan kemudian dihilangkan, sehingga kemungkinan kecelakaan dapat
ditekan.
2)Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja,manajemen ataupun semua pihak yang terkait) mengenai potensi
bahaya dari aktivitas perusahaan, sehingga dapat meningkatkan
kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan.
3)Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategipencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan
mengenal bahaya yang ada, manajemen dapat menentukan skala
prioritas penanganannya sesuai dengan tingkat resikonya, sehingga
diharapkan hasilnya akan lebih efektif.
4)Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahayadalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku
kepentingan. Dengan demikian mereka dapat memperoleh gambaran
mengenai resiko suatu usaha yang dilakukan (Ramli, 2009)
b. Penilaian Risiko (Risk Assessment)Penilaian resiko adalah upaya untuk menghitung besarnya suatu
resiko dan menetapkan apakah resiko tersebut dapat diterima atau tidak.
Penilaian risiko (Risk Assessment) mencakup dua tahapan proses yaitu :
1) Analisa Risiko (Risk Analysis)Analisa risiko (Risk Analysis) adalah untuk menentukan
besarnya suatu risiko yang mempunyai kombinasi antara
-
7/22/2019 penerapan jsa
39/80
28
kemungkinan terjadinya (kemungkinan atau likelihood) dan
keparahan bila risiko tersebut terjadi (severity atauconsequences).
2) Evaluasi Risiko (Risk Evaluation)Evaluasi risiko (Risk Evaluation) adalah untuk menilai apakah
resiko tersebut dapat diterima atau tidak dan untuk menentukan
prioritas risiko.
Peringkat risiko sangat penting sebagai alat manajemen untuk
dapat mengambil keputusan. Melalui peringkat resiko manajemen
dapat menentukan skala prioritas dalam penanganan segala risiko
yang ada.
c. Pengendalian Risiko (Risk Control)Menurut ILO dalam Dasar-Dasar K3 (2007), langkah-langkah
penanggulangan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan :
1)Peraturan perundang-undanganKetentuan dan syarat K3 mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, tehnik dan teknologi; penerapan ketentuan dan syarat
K3 sejak tahap rekayasa; penyelenggaraan pengawasan dan
pemantauan pelaksanaan K3.
2)StandarisasiStandar K3 maju akan menentukan tingkat kemajuan
pelaksanaan K3.
3)InspeksiSuatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi tempat kerja
masih memenuhi ketentuan dan persyaratan K3.
-
7/22/2019 penerapan jsa
40/80
29
4)Riset teknis, medis, psikologis dan statistikRiset/ penelitian untuk menunjang tingkat kemajuan bidang K3
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik dan teknologi.
5)Pendidikan dan latihanPeningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan dan ketrampilan
K3 bagi tenaga kerja.
6)PersuasiCara penyuluhan dan pendekatan di bidang K3, bukan melalui
penerapan dan pemaksaan melalui sanksi-sanksi.
7)AsuransiInsentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan
dengan pembayaran premi yang lebih rendah terhadap perusahaan
yang memenuhi syarat K3.
8)Penerapan K3 di tempat kerjaLangkah-langkah pengaplikasikan di tempat kerja dalam upaya
memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja.
Pendekatan yang paling sering dipakai dan yang dianjurkan
dalam perundangan dalam pengendalian kecelakaan adalah dengan
menggunakan hirarki pengendalian, yaitu sebagai berikut :
1)EliminasiEliminasi merupakan langkah memodifikasi atau
menghilangkan metode, bahan ataupun proses untuk menghilangkan
-
7/22/2019 penerapan jsa
41/80
30
bahaya secara keseluruhan (nol). Efektifitas dari eliminasi ini adalah
100%, artinya dapat menghilangkan bahaya sampai pada titik nol.
2)SubstitusiSubtitusi merupakan penggantian material, bahan, proses yang
mempunyai nilai risiko yang tinggi dengan yang mempunyai nilai
risiko lebih kecil.
3)IsolasiIsolasi yaitu memisahkan bahaya dari manusia dengan pagar,
ruang atau pemisah waktu. Perubahan struktural dilakukan terhadap
lingkungan kerja atau proses kerja untuk menghambat atau menutup
jalannya transmisi pekerja dan bahan. Untuk itu dipergunakan room
control, penjaga mesin, penutup bahaya, penggunaan ventilasi
penghisap dan alat untuk penanganan manual.
4)AdministrasiPengendalian administratif dengan mengurangi atau
menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau
instruksi. Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi
pemaparan terhadap kandungan bahaya dengan pergiliran atau
perputaran kerja (job rotation), sistem ijin kerja atau hanya dengan
menggunakan tanda bahaya. Pengendalian administratif tergantung
pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan.
5)Alat Pelindung Diri (APD)Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung
terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaman ini dapat
-
7/22/2019 penerapan jsa
42/80
31
mengurangi keparahan risiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian
ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan itu sendiri,
artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan benar.
Dalam melakukan pengendalian risiko kecelakaan ini, maka dapat
ditentukan jenis pengendalian terhadap bahaya tersebut dengan
mempertimbangkan tingkat paling atas dari hirarki pengendalian, jika
tingkat atas tidak dapat dipenuhi maka melakukan upaya tingkat
pengendalian selanjutnya, demikian seterusnya sehingga pengendalian
risiko kecelakaan dilakukan berdasarkan hirarki pengendalian. Akan
tetapi mungkin juga dapat dilakukan upaya-upaya gabungan dari
pengendalian tersebut untuk mencapai t ingkat pengendalian risiko yang
diinginkan, yaitu dengan :
1) Pemantauan dan Tinjauan UlangSetelah rencana tindakan pengendalian risiko dilakukan maka
selanjutnya perlu dipantau ulang apakah tindakan tersebut sudah
efektif atau belum. Bentuk pemantauan antara lain :
a) Inspeksi K3b)Pemantauan Lingkunganc)Audit
2) Komunikasi dan KonsultasiHasil manajemen risiko harus dikomunikasikan dan diketahui
oleh semua pihak yang berkepentingan sehingga akan memberikan
manfaat dan keuntungan bagi semua. Manajemen harus memperoleh
-
7/22/2019 penerapan jsa
43/80
-
7/22/2019 penerapan jsa
44/80
33
Penerapan manajemen risiko harus dilakukan secara
terencana dan terpadu dengan melibatkan banyak pihak. Karena itu
manajemen perlu membentuk tim implementasi yang diberi tugas
dan tanggung jawab untuk mengembangkan dan menerapkan
manajemen risiko di lingkungan perusahaan atau organisasi. Tim
ini dapat dipilih atau disusun berdasarkan kompetensi atau menurut
disiplin sehingga dapat mewakili semua unsur sehingga tingkat
partisipasi akan lebih tinggi.
b)Tim Identifikasi BahayaPerusahaan juga dapat membentuk tim khusus untuk
menangani aspek tertentu, misalnya tim identifikasi bahaya. Tim
ini dapat dibentuk khusus untuk melakukan identifikasi bahaya
diseluruh area kegiatan, misalnya tim khusus untuk kajian analisa
keselamata kerja (Job Safety Analysis/JSA).
Untuk melakukan risk management, Job Safety Analysis
(JSA)bermanfaat untuk mengidentifikasi dan menganalisa bahaya
dalam suatu pekerjaan (Job). Hal ini sejalan dengan pendekatan
sebab kecelakaan yang bermula dari adanya kondisi atau tindakan
tidak aman saat melakukan aktivitas. Karena itu dengan melakukan
identifikasi bahaya pada setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan
langkah pencegahan yang tepat dan efektif (Ramli, 2009).
5.Job Safety Analysis (JSA)
-
7/22/2019 penerapan jsa
45/80
34
Seperti yang disebutkan diatas, salah satu kegiatan yang dilakukan
untuk melakukan manajemen risiko adalah dengan pembuatan Job Safety
Analysis. Job Safety Analysis atau sering disebut Analisa Keselamatan
Pekerjaan merupakan salah satu sistem identifikasi bahaya dan manajemen
risiko yang dalam pelaksanaan ditekankan pada identifikasi risiko dari
bahaya yang muncul pada t iap-tiap tahapan pekerjaan/tugas yang dilakukan
tenaga kerja atau analisa keselamatan pekerjaan merupakan suatu
cara/metode yang digunakan untuk memeriksa dan menemukan bahaya-
bahaya sebelumnya diabaikan dalam merancang tempat kerja, fasilitas/alat
kerja, mesin yang digunakan dan proses kerja.
Menurut NOSA (1999), JSA merupakan salah satu usaha dalam
menganalisa tugas dan prosedur yang ada di suatu industri. JSA
didefinisikan sebagai metode mempelajari suatu pekerjaan untuk
mengidentifikasi bahaya dan potensi insiden yang berhubungan dengan
setiap langkah, mengembangkan solusi yang dapat menghilangkan dan
mengkontrol bahaya serta insiden.
Job Safety Analysis merupakan salah satu langkah utama dalam
analisa bahaya dan kecelakaan dalam usaha menciptakan keselamatan kerja.
Bila bahaya telah dikenali maka dapat dilakukan tindakan pengendalian
yang berupa perubahan fisik atau perbaikan prosedur kerja yang dapat
mereduksi bahaya kerja. Dalam pelaksanaannya, prosedur analisa
keselamatan kerja memerlukan latihan, pengawasan dan penulisan uraian
-
7/22/2019 penerapan jsa
46/80
-
7/22/2019 penerapan jsa
47/80
-
7/22/2019 penerapan jsa
48/80
-
7/22/2019 penerapan jsa
49/80
-
7/22/2019 penerapan jsa
50/80
39
suatu pekerjaan dilakukan. Dari proses tersebut dapat kita ketahui aspek-
aspek/langkah-langkah kerja apa yang perlu kita cantumkan.
Dalam membuat/menulis langkah-langkah kerja tidak terdapat
standart yang pasti harus sedetail apa suatu langkah kerja harus ditulis.
Proses yang efektif dalam proses penyusunan tahapan pekerjaan ini
adalah memasukkan semua tahapan kerja utama yang kritis. Setelah
melakukan observasi dicek kembali dan diskusikan kepada
foreman/section head yang bersangkutan untuk keperluan evaluasi dan
mendapatkan persetujuan tentang apa yang dilakukan dalam pembuatan
JSA.
c. Mengidentifikasi bahaya pada masing-masing pekerjaanDari proses pembuatan tahapan pekerjaan, secara tidak langsung
akan dapat menganalisa/mengidentifikasi dampak/bahaya apa saja yang
disebabkan atau ada dari setiap langkah kerja tersebut. Dari proses yang
diharapkan kondisi risiko bagaimanapun diharapkan dapat dihilangkan
atau minimalkan sampai batas yang dapat diterima dan ditoleransikan
baik dari kaidah keilmuan maupun tuntutan standart/hukum.
Bahaya disini dapat diartikan sebagai suatu benda, bahan atau
kondisi yang bisa menyebabkan cidera, kerusakan dan atau kerugian
(kecelakaan). Identifikasi potensi bahaya merupakan alat manajemen
untuk mengendalikan kerugian dan bersifat proaktif dalam upaya
pengendalian bahaya di lapangan/ tempat kerja. Dalam hal ini t idak ada
seorang pun yang dapat meramalkan seberapa parah atau seberapa besar
-
7/22/2019 penerapan jsa
51/80
40
akibat/kerugian yang akan terjadi jika suatu insiden terjadi, namun
identifikasi bahaya ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya insiden
dengan melakukan upaya-upaya tertentu.
Untuk melakukan identifikasi yang efektif, diperlukan hal-hal
seperti dibawah ini :
1)Melakukan pengamatan secara dekat.2)Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang
diamati.
3)Pengamatan dilakukan secara berulang-ulang.4)Melakukan dialog dengan operator yang dinilai berpengalaman dalam
pekerjaan yang diamati.
d. Mengendalikan bahayaLangkah terakhir dalam pembuatan JSAadalah mengembangkan
suatu prosedur kerja yang aman yang dapat dianjurkan untuk mencegah
terjadinya suatu kecelakaan.
Pendekatan yang paling sering dipakai dan yang dianjurkan
dalam perundangan dalam pengendalian kecelakaan adalah dengan
menggunakan hirarki pengendalian, yaitu sebagai berikut :
1)EliminasiEliminasi merupakan langkah memodifikasi atau menghilang-
kan metode, bahan ataupun proses untuk menghilangkan bahaya
secara keseluruhan (nol). Efektifitas dari eliminasi ini adalah 100%,
artinya dapat menghilangkan bahaya sampai pada titik nol.
-
7/22/2019 penerapan jsa
52/80
-
7/22/2019 penerapan jsa
53/80
42
B.Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Citra Yang Baik
Keuntungan/Laba
Kepercayaan Investor
Kepercayaan Konsumen
Mudahnya Hubungan Bisnis
Zero AccidentAnd
Optimal Production
Penyakit Akibat KerjaDan
Kecelakaan Akibat Kerja
Pengendalian Resiko(Risk Control)
Penilaian Resiko
(Risk Assessment)
Resiko Tidak Dikendalikan(Risk Uncontrol)
Identifikasi Bahaya(Hazard Identification)
Tempat Kerja
Manusia (Tenaga Kerja)Mesin dan Peralatan
BahanCara Kerja
Proses Produksi
Potensi Bahaya dan Faktor Bahaya
KERUGIAN
(LOSS)
-
7/22/2019 penerapan jsa
54/80
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode PenelitianJenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif yaitu
dimana penelitian tersebut bersifat memberikan gambaran mengenai suatu
fenomena secara jelas dan tepat dari sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau
kelompok tertentu tanpa harus menganalisa bagaimana dan mengapa fenomena
tersebut daoat terjadi (Sumardiyono, 2010).
B.Lokasi PenelitianLokasi penelitian berada di perusahaan pertambangan batubara di PT.
Marunda Grahamineral, Kalimantan Tengah.
C.Objek dan Ruang Lingkup PenelitianObjek penelitian yang diambil adalah pekerjaan di Area Coal Crushing
Plant PT. Marunda Grahamineral Kalimantan Tengah, yang meliputi
penimbangan truk pengangkut batu bara, pengoperasian dump truk saat
dumping, pengoperasian excavator, pengoperasian bulldozer, pengoperasian
wheel loader, pengoperasian mesin crusher, dan pengoperasian mesin barge
loader.
-
7/22/2019 penerapan jsa
55/80
44
D.Sumber DataDalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data
sebagai berikut :
1. Data PrimerData primer diperoleh dari melakukan observasi langsung ke tempat
kerja/ lapangan dan wawancara kepada tenaga kerja atau pihak-pihak terkait
dalam penelitian.
2. Data sekunderData sekunder diperoleh dari data perusahaan serta literatur lain
sebagai sumber data dan Perpustakaan D.III Hiperkes dan Keselamatan
Kerja Universitas Sebelas Maret.
E.Teknik Pengumpulan Data1. Observasi Lapangan
Observasi yang dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan
secara langsung terhadap aktivitas pekerja dan proses produksi di PT.
Marunda Graha Mineral, Kalimantan Tengah.
2. WawancaraWawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab dengan
pekerja, koordinator PKL, maupun dengan orang-orang yang berkompeten
dibidangnya.
3. DokumentasiDilakukan dengan cara mengambil gambar dari aktifitas pekerja atau
proses produksi, dan pengumpulan dokumen-dokumen dan catatan-catatan
-
7/22/2019 penerapan jsa
56/80
-
7/22/2019 penerapan jsa
57/80
-
7/22/2019 penerapan jsa
58/80
47
3. Tahap Pengolahan DataData-data yang penulis peroleh dari perusahaan dikumpulkan
kemudian dibahas dan diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan
sebagai bahan pembuatan laporan sebagai hasil magang.
G.Analisa DataHasil penelitian risk management dengan metode Job Safety Analysis
(JSA) dianalisa dan dievaluasi kembali, kemudian dibandingkan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta memberikan rekomendasi
atau saran kepada perusahaan, yang bertujuan untuk memberikan kontribusi
kepada perusahaan dalam rangka perbaikan/pengembangan sistem manajemen
resiko di perusahaan, agar mutu/kualitas sistem manajemen resiko (risk
management)di perusahaan terus berkembang dan menjadi semakin lebih baik.
-
7/22/2019 penerapan jsa
59/80
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil PenelitianDari hasil penelitian tentang JSA yang dilakukan di PT. Marunda
Grahamineral Kalimantan Tengah didapatkan hasil sebagai berikut :
1. ProgramJob Safety Analysisa. Kebijakan K3 PT. Marunda Grahamineral Kalimantan Tengah
PT. Marunda Grahamineral mendukung sepenuhnya segala
usaha-usaha yang menjadi komitmen manajemen dalam penerapan K3
di lingkungan kerja, hal ini tercemin dari kebijakan manajemen untuk
mengutamakan keselamatan kerja (safety first) dan melakukan semua
tindakan yang bisa dilakukan untuk memastikan bahwa standar-standar
tertinggi kesehatan dan keselamatan kerja dijaga bagi semua karyawan
dan kontraktor merupakan cita-cita tertingginya.
Adapun isi dari kebijakan K3 di PT. Marunda Grahamineral
adalah sebagai berikut :
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) merupakan
salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang
aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta bebas dari pencemaran lingkungan menuju peningkatan
efisiensi dan produktivitas, sudah menjadi komitmen PT. Marunda
Grahamineral untuk :
-
7/22/2019 penerapan jsa
60/80
49
1)Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerjasebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen perusahaan.
2)Membudayakan pemahaman dan penerapan norma keselamatan dankesehatan kerja yang berkelanjutan.
3)Meningkatkan kemampuan, pemahaman, sikap dan perilaku budayakeselamatan dan Kesehatan kerja terhadap sumber daya manusia.
4)Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja melaluimanajemen resiko dan manajemen perilaku yang berisiko
Perlu dilakukan upaya yang nyata untuk mencegah dan
mengurangi risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
secara maksimal, dengan melakukan analisis secara maksimal, dengan
melakukan analisis secara mendalam dan menjalankan syarat-syarat K3
secara baik dan benar.
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini harus dipahami
dan dilaksanakan oleh semua orang yang bekerja untuk dan atas nama
PT. Marunda Grahamineral.
Kebijakan ini didokumentasikan, direviewdan dikomunikasikan
kepada seluruh karyawan dan semua pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan, untuk dimengerti dan dilaksanakan serta dapat ditinjau
kembali sesuai kebutuhan.
Di dalam kebijakan tersebut dinyatakan mengenai komitmen
perusahaan mengenai pelaksanaan K3 melalui manajemen risiko, dan
telah tertulis dengan jelas.
-
7/22/2019 penerapan jsa
61/80
50
Sebagai wujud untuk mengurangi risiko kecelakaan dari setiap
aktivitas maka dilaksanakan manajemen resiko dari aktivitas kerja di
Area Coal Crushing Plant (CCP). Sebagai wujud nyata dari
pelaksanaan manajemen risiko tersebut maka dilaksanakan kegiatan
identifikasi terhadap potensi bahaya dari aktivitas kerja di Area Coal
Crushing Plant (CCP). Salah satu metode yang digunakan adalah Job
Safety Analysis (JSA) yang dianggap bisa mengungkapkan potensi
bahaya dalam setiap langkah pekerjaan. Pembuatan JSA ini
dimaksudkan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya yang mungkin ada
dalam setiap langkah pekerjaan. JSA ini dibuat berdasarkan adanya
pemikiran bahwa :
1)Setiap kecelakaan selalu ada penyebabnya.2)Setiap jenis pekerjaan atau tugas dapat diuraikan kedalam suatu
urutan langkah pekerjaan yang sederhana.
3)Setiap langkah tersebut dapat dikenali bahayanya.4)Setiap bahaya yang terdapat dalam setiap langkah tersebut dapat
diatasi agar tidak menyebabkan kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja.
b.Tim pelaksanaPelaksanaan JSA adalah kerjasama antara berbagai pihak yang
saling berkaitan. Safety Departement hanya sebagai fasilitator dalam
pelaksanaan, sedangkan penanggung jawab pelaksanaan adalah
foremandari tiap-tiap seksi yang bersangkutan dan operatormesin atau
-
7/22/2019 penerapan jsa
62/80
51
alat berat dari pekerjaan yang dianalisa. Hal ini didasarkan pada
pemikiran :
1)Pihak tersebut (foreman dan operator) dianggap sebagai personilyang paling mengerti tentang aktivitas pekerjaan.
2)Berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan yang dianalisa.3)Mempunyai basic yang cukup kuat dibidangnya.
Kedua pihak tersebut harus bertanggung jawab dalam proses
observasi dan diskusi mengenai bahaya, sehingga diharapkan mampu
memberikan rekomendasi untuk perbaikan dan cara penanggulangan
bahaya.
Dari pihak Safetyjuga memberikan pembinaan, penjelasan dan
pelatihan dalam pelaksanaan analisa dari tiap unit kerja. Memberikan
penjelasan kepada supervisor atau operator mengenai langkah
melakukan manajemen risiko dengan job safety analysis. Setelah
melakukan analisa maka hasilnya didokumentasikan dan dilaporkan
kepada Dept Head masing-masing yang diamati sebagai bahan
masukan untuk tindakan perbaikan.
2. Tahapan Pembuatan JSATahapan dalam membuatJSA di PT. Marunda Grahamineral,yaitu :
a.Menentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisa
Pada tahap ini tim mencari dan memilih jenis pekerjaan yang
akan dilakukan untuk JSA. Dan didalam memilih pekerjaan yang akan
-
7/22/2019 penerapan jsa
63/80
52
dilakukan untuk menganalisa keselamatan pekerjaan, maka tim
assesment mengacu pada hal-hal sebagai berikut :
1)Frekuensi kecelakaanSuatu pekerjaan yang mengakibatkan kejadian kecelakaan
yang berulang-ulang merupakan calon pekerjaan yang akan
dilakukan analisa keselamatan pekerjaan. Jumlah kecelakaan yang
tinggi merupakan prioritas yang harus diwaspadai terlebih dahulu.
2)Tingkat kecelakaan yang berakibat kecacatanSetiap kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan
seharusnya dilakukan analisa keselamatan pekerjaan. Karena
kecacatan itu membuktikan bahwa tindakan pencegahan yang
dilakukan sebelumnya belum sepenuhnya berhasil.
3)Potensi keparahanBeberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai laporan
catatan mengenai suatu kejadian kecelakaan tetapi kemungkinan
potensial dapat mengakibatkan cidera serius atau parah.
4)Pekerjaan baruSebuah analisa pekerjaan atau JSA untuk setiap jenis
pekerjaan baru dan perubahan pada peralatan baru sesegera mungkin
analisa sebaiknya tidak ditunda sampai adanya kecelakaan atau near
missdahulu.
5)Kejadian hampir celakaPekerjaan yang sering terjadi near miss seharusnya juga
perlu dilakukanJob Safety Analysis.
-
7/22/2019 penerapan jsa
64/80
53
b. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasarSetelah mendapatkan semua aktivitas pekerjaan, maka
kemudian diadakan observasi ke setiap line tempat pekerjaan tersebut
dilakukan. Dengan observasi tersebut maka dapat dilihat proses
aktivitas pekerjaan secara langsung untuk memudahkan proses
pembuatan JSA, dengan mengadakan observasi diharapkan dapat
mempunyai gambaran mengenai proses aktivitas pekerjaan yang
dilakukan pekerja dalam melaksanakan pekerjaan, kondisi lingkungan,
serta bahaya yang mungkin timbul.
Dalam menjabarkan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar,
tidak ada suatu pedoman atau aturan sampai seberapa detail
penjabarannya, akan tetapi agar tidak terlalu meluas maka dalam
penyusunan langkah-langkah jangan lebih dari 15 langkah. Dalam
membagi pekerjaan jangan sampai terlalu detail dan jangan telalu
umum. Pekerjaan yang dibagi menjadi langkah-langkah utama tidak
boleh dilewatkan, dan tahapan ini dibuat sedemikian rupa agar mudah
diingat dan dipahami oleh tenaga kerja sendiri.
c. Mengidentifikasi potensi bahaya pada masing-masing pekerjaanProses pembuatan JSA selanjutnya adalah proses identifikasi
terhadap potensi-potensi bahaya untuk menentukan keterpaparan dari
kerugian yang ada disetiap aktivitas pekerjaan. Dalam pengisian
identifikasi potensi bahaya ada beberapa faktor yang diperhatikan,
yaitu:
-
7/22/2019 penerapan jsa
65/80
54
1)Faktor ManusiaYang perlu diamati dari segi ini adalah :
a)Apakah pekerjaan dilakukan oleh orang baru atau belumberpengalaman?
b)Apakah tenaga kerjamampu bekerja sama dengan baik?c)Apakah pekerjaaan dilakukan oleh orang yang tidak diserahi
tanggung jawab?
2)Faktor Peralatana)Jenis peralatan apa yang digunakan/dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan?
b)Apakah peralatan tersebut bekerja secara otomatisatau manual?c)Apa saja kondisi tidak aman yang mungkin timbul?d)Alat pengaman apa saja yang sudah ada/belum ada?e)Apakah areakerja sudah cukup aman?
3)Faktor Materiala)Material berbahaya apa saja yang dipakai dalam proses tersebut?
b)Kemungkinan apa saja yang bisa membuat material tersebutmenyebabkan kerugian, gangguan kesehatan, kualitas dan
produktifitas?
c)Bagaimana menangani material tersebut?4)
Faktor Lingkungan
a)Bagaimana kondisi tempat kerja?b)Potensi-potensi apa saja yang mempunyai pengaruh signifikan
terhadap proses?
c)Apakah pekerjaan diruang terbatas/tertutup?
-
7/22/2019 penerapan jsa
66/80
55
Suatu pekerjaan jika dilakukan substandar maka akan
menyebabkan keadaan yang tidak aman, near missatau bahkan terjadi
kerugian. Untuk mencegah cara kerja yangsubstandarmaka diperlukan
tindakan identifikasi terhadap potensi bahaya yang spesifik t iap langkah
kerja, hal ini merupakan kunci utama dalam usaha pengendalian
kerugian yang efektif, karena upaya pengendalian langsung ditujukan
pada faktor penyebabnya.
d. Penilaian RisikoKemungkinan (probabilitas) dan keparahan (severitas).
Keduanya berbanding lurus dengan nilai risiko itu sendiri, artinya
semakin tinggi nilai peluang dan severitasnya, maka nilai risiko pun
semakin tinggi.
Gambar 4. Grafik Risiko
1)Peluang (Probabilitas)
PT. Marunda Grahaminersl menetapkan 5 skala kualitatif
untuk mewakili nilai peluang terjadinya kecelakaan sesuai dengan
tabel di bawah ini:
Resiko Meningkat
Probabilitas
Se
ve
rit
asL M H
VLLMH
VH Resiko Meningkat
Probabilitas
Se
ve
rit
asL M H
VLLMH
VH
-
7/22/2019 penerapan jsa
67/80
56
Tabel 1. Nilai Peluang
Probability(Kemungkinan) Nilai
Critical
Kecelakaan tersebut hampir dapat dipastikan terjadi,kemungkinan 75%, Aspek muncul dalam sehari.
5
LikelySuatu keadaan dimana bahaya kemungkinan besarterjadi atau kemungkinan terjadi diatas rata-rata 51 s/d75 %, Asperk muncul sekali dalam seminggu.
4
Possible
Suatu keadaan dimana bahaya dapat terjadi kadang-kadang, atau kemungkinan terjadi rata-rata 50%,Aspek muncul sekali dalam sebulan.
3
Unlikely
Suatu keadaan dimana bahaya dapat terjadi pada saat-saat tertentu saja, kemungkinan dibawah rata-rata ataukemungkinan terjadi 25% s/d 49 %, Aspek munculsekali dalam setahun.
2
RateSuatu keadaan dimana bahaya terjadi sangat kecilterjadi atau hampir tidak mungkin terjadi atau tingkatkemungkinan dibawah 25%, Aspek muncul sekalidalam lima tahun.
1
Sumber: SOP/01/IBPR/VIII/2010 PT. Marunda Grahamineral
2)Keparahan (Saverity)Severitas menunjukkan tingkat keparahan yang harus
diderita jika kecelakaan benar-benar terjadi, baik terhadap manusia,
property dan lingkungan. Nilai saveritas yang ditetapkan PT.
Marunda Grahamineral Kalimantan Tengah dalam operasi bisnisnya
dalam dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Nilai Keparahan
Severity(Keparahan) Nilai
Fatality
Ada kematian, kerusakan harta benda diatas U$10.000, penutupan usaha, kerusakan lingkungan yangeksternal serius jangka panjang.
5
bersambung ....
-
7/22/2019 penerapan jsa
68/80
57
sambungan....
Major
LTI dengan cacat permanen, kerusakan harta benda U$5000 s/d 10.000, kerusakan lingkungan eksternalserius jangka pendek
4
Moderate
LTI dengan tanpa cacat permanen, kerusakan hartabenda U$ 500 s/d 5000, kerusakan eksternal ringan.
3
MinorMinor injury/sakit tanpa gangguan fungsi, kerusakanharta benda 10 s/d 500, ada dampak lingkunganinyternal serius
2
InsignificantAda cidera ringan/hanya memerlukan P3K, kerugian
harta benda kurang dari U$ 10, dampak lingkunganinternal ringan.
1
Sumber: SOP/01/IBPR/VIII/2010 PT. Marunda Grahamineral
3)Matrik Penetapan ResikoMatrik Risiko di PT. Marunda Grahamineral Kalimantan
Tengah terdiri dari dua dimensi yaitu keparahan dan keseringan,
berikut adalah matrik risiko yang dimiliki oleh PT. Marunda
Grahamineral :
Tabel 3. Matrik Penetapan Resiko
Keparahan
Kemungkinan
InsignificantNilai (1)
MinorNilai
(2)
ModerateNilai
(3)
MajorNilai
(4)
FatalityNilai
(5)
RateNilai (1)
1 2 3 4 5
UnlikelyNilai (2)
2 4 6 8 10
PossibleNilai (3) 3 6 9 12 15
LikelyNilai (4)
4 8 12 16 20
CriticalNilai (5)
5 10 15 20 25
Sumber: SOP/01/IBPR/VIII/2010 PT. Marunda Grahamineral
-
7/22/2019 penerapan jsa
69/80
58
4)Kategori risiko, nilai risiko, kode risiko dan tindakan pengendalianSetelah memperhitungkan nilai probality dan severity maka
akan ditemukan nilai resiko dari suatu bahaya, dan kemudian
dimasukkan dalam kategori risiko agar mudah dalam melakukan
prioritas pengendalian risiko, berikut adalah tabel kategori risiko
yang dimiliki PT. Marunda Grahamineral Kalimantan Tengah :
Tabel 4 Kategori Risiko ,nilai risiko, kode risiko, dan tindakanpengendalian
KATEGORIRISIKO NILAIRISIKO KODERISIKO TINDAKANPENGENDALIAN
ExtremeSangat Tinggi
16-25 E
Hentikan, Isolasi, SegeraLaporkan keatasan,
perbaiki sesegeramungkin dalam waktu 2x 24 jam.
High
Tinggi9-15 H
Segera laporkankeatasan, putuskanlanjutan dengan catatanatau perbaikan segeramaksimum 2 minggu.
Moderate
Sedang5-8 M
Laporkan keatasan,perbaiki dalam waktu,maksimum 1 bulan.
Low
Rendah2-4 L
Harus dilakukanperbaikan dengan skalaprioritas rendah.
NegligibleSangat Rendah
1 N
Dapat diterima, perbaikisesuai dengan kondisidan situasi yang terjadi.
Sumber: SOP/01/IBPR/VIII/2010 PT. Marunda Grahamineral
e. Mengendalikan bahayaLangkah akhir dalam penyusunan JSA adalah upaya untuk
mengembangkan solusi dari potensi bahaya yang telah ditemukan
pengendalian bahaya. Langkah ini disertai dengan pengembangan
-
7/22/2019 penerapan jsa
70/80
59
tindakan perbaikan guna pencegahan sedini mungkin terjadinya suatu
kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan suatu kecelakaan yang
besar. Teknik pengendalian yang dilakukan meliputi tindakan
perbaikan yang ditujukan kepada tenaga kerja, mesin dan peralatan
yang digunakan, material dan lingkungan kerja.
Dalam hirarki pengendalian risiko, tindakan pengendalian yang
pertama kali dilakukan adalah dengan eliminasi atau subtitusi yaitu
dengan mengganti atau menghilangkan sumber bahaya beresiko tinggi
ke bahaya yang beresiko rendah. Jika metode eliminasi atau subtitusi
ini belum berhasil dilakukan dengan pengendalian rekayasa yaitu
dengan melakukan perubahan struktural terhadap lingkungan kerja atau
proses kerja misalnya dengan mengadakan perubahan lay out tempat
kerja ke lay outtempat kerja yang lebih aman. Pengendalian lain yang
dilakukan dengan mengurangi pemaparan bahaya di tempat kerja
dengan sistem perputaran kerja (job rotation).Untuk perekomendasian
alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir sebagai alternatif
perlindungan terhadap sumber bahaya yang ada di dalam upaya
melindungi tenaga kerja dari paparan bahaya
Berikut ini adalah pengendalian risiko yang ada di PT. Marunda
Grahamineral :
Tabel.5 Pengendalian Resiko
Tekhnik Keterangan / Uraian
Eliminasi Hilangkan benda, daerah atau proses yangberbahaya tersebut
bersambung ....
-
7/22/2019 penerapan jsa
71/80
60
sambungan...
Subtitusi Ganti benda, daerah atau proses yangberbahaya tersebut dengan sesuatu yang kurangberbahaya
Reduce Mengurangi pemakaian barang/alat/cara kerjayang dapat menimbulkan bahaya
Enginering Melakukan rekayasa ulang desain peralatan
Prosedure Menanggulang bahaya dengan membuat SOP(Standart Operasional Procedure), IK (InstruksiKerja) , aturan khusus (Special Rule)
Skill training Memberikan pendidikan dan pelatihan kepadapara pekerja
Industry Hygene Menerapkan standar industry yang higienisseperti mengkonsumsi kalori yang cukup,
untuk pekerjaan tertentu serta ketentuan laindari hiperkes
Administratif Melalui kegiatan administrative, denganmeroling waktu kerja, memasang tandalarangan dan himbauan
Regulation Mempertimbangkan persyaratan hukum danpemerintah dan target usaha
Penggunaan APD Harus diingat bahwa cara ini merupakan caraterakhir yang hanya dilakukan bila cara-caradiatas tidak dapat/mungkin dilakukan.
Sumber: SOP/01/IBPR/VIII/2010 PT. Marunda Grahamineral
3. Dokumentasi dan Revisi JSAHasil dari Job Safety Analysis ini didokumentasikan dan
didistribusikan kepada departemen terkait untuk dilakukan perbaikan atau
sebagai masukan pada perancangan pengaman/modifikasi desain mesin
baru. Dalam pendistribusian disesuaikan dengan tingkatan prioritas
pengendalian.
4. Hasil JSADari pelaksanaan pembuatan JSAmaka di peroleh proses tahapan
pekerjaan dan pengendalian-pengendalian yang direkomendasikan sebagai
-
7/22/2019 penerapan jsa
72/80
61
upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat adanya potensi
bahaya tersebut.
Adapun untuk hasil pembuatan JSA pada tahapan pekerjaan
penimbangan truk, pengoperasian truk, pengoperasian excavator,
pengoperasian wheel loader, pengoperasian bulldozer, pengoperasian
mesin crusher dan pengoperasian mesin barge loader yang ada di Area
Crusher Coal Plant PT. Marunda Grahamineral dapat dilihat pada
lampiran 7.
B.Pembahasan1. Program PembuatanJob Safety Analysis
a. Dukungan Pihak ManajemenDari kebijakan K3 PT. Marunda Grahamineral, dapat disimpulkan
bahwa pihak manajemen mempunyai tekad/komitmen untuk
menciptakan kondisi tempat kerja dan lingkungan kerja yang aman dan
sehat bagi setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki areatempat
kerja. Aplikasi di lapangan dari komitmen tersebut adalah dengan
dibuatnya prosedur kerja pada setiap aktivitas pekerjaan untuk
memastikan tenaga kerja dapat melakukan pekerjaan dengan benar,
dimana prosedur tersebut memungkinkan untuk dilakukan revisi apabila
terdapat kondisi yang mengharuskan adanya perubahan prosedur kerja
tersebut. Salah satu yang menjadi pertimbangan adalah adanya aktifitas
-
7/22/2019 penerapan jsa
73/80
62
identifikasi bahaya yang terdapat di tempat kerja yang menghasilkan
masukan-masukan untuk perbaikan/revisi prosedur kerja yang ada.
Untuk itu diperlukan suatu metode yang efisien dan dapat
dianalisa dengan lebih cepat dan analisa tersebut mengacu pada aspek
K3. Dan untuk menganalisa tersebut digunakan metode Job Safety
Analysis. PT. Marunda Grahamineral telah membuat dan menerapkan
Job Safety Analysis, namun masih ada beberapa aktivitas yang memiliki
potensi bahaya dan belum dibuatkanJob Safety Analysis.
Proses pembuatan JSA di Area Coal Crushing PlantPT. Marunda
Grahamineral sesuai dengan peraturan yang berlaku terutama
Permenaker No.PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lampiran 1 point 2.1 yang
menyatakan erlunya identifikasi bahaya, penilaian risiko dan
pengendalian risiko dari kegiatan produksi barang dan jasa dalam
perencanaan kebijakan K3 yang perlu ditetapkan prosedurnya.
b. Pelaksanaan ProgramDidalam pelaksanaan program JSA di Area Coal Crushing Plant
PT. Marunda Grahamineral yang menjadi tim pelaksana adalah Foreman
dan tenaga kerja (operator) disetiap line yang berhubungan dengan
aktivitas pekerjaan yang akan dibuat JSA, Hal ini didasarkan pada
pemikiran bahwa foreman dan operator merupakan adalah pihak yang
dianggap lebih tahu dengan kondisi lapangan/tempat kerja dan
berpengalaman dalam melakukan aktivitas pekerjaan, sehingga mereka
-
7/22/2019 penerapan jsa
74/80
63
dapat berperan aktif dalam kegiatan identifikasi bahaya dan cara
penanggulangan kondisi bahaya untuk memperbaiki prosedur kerja atau
tindakan yang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Frank E. Bird Jr
(1990) dimana program analisa melibatkan pekerja yang merupakan
orang pertama yang terpapar bahaya dan supervisor yang merupakan
manajer linedan pengawas dari pekerja.
Proses analisa akan lebih efektif apabila langsung dilakukan oleh
foreman dan tenaga kerja (operator) yang sehari-hari bekerja di lapangan
dan berpengalaman dalam bidang tersebut.
2. Tahapan PembuatanJob Safety AnalysisBerikut adalah tahapan pembuatanJob Safety Analysis :
a. Menentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisaMenentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisa di Area Coal
Crushing PlantPT. Marunda Grahamineral didasarkan pada identifikasi
bahaya, dimana pelaksanaan JSA dititik-beratkan pada pekerjaan yang
mempunyai historis/catatan kecelakaan, mempunyai kemungkinan
menimbulkan kecacatan, pekerjaan baru yang timbul dari proses
pekerjaan serta penilaian risiko .
b. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasarPekerjaan yang dianalisa diuraikan menjadi langkah-langkah
dasar yang terdiri dari beberapa tahap sesuai dengan aktivitas pekerjaan
tersebut. Dimana di dalam menguraikan tahap-tahap pekerjaan ini
dilakukan dengan ringkas dan jelas. Penguraian tahap-tahap ini tidak
-
7/22/2019 penerapan jsa
75/80
64
terlalu detail, mudah diingat dan mudah dikenali. Yang harus
diperhatikan dalam langkah kerja ini adalah bahwa langkah kerja harus
dievaluasi dengan langkah itu sendiri yang bertujuan untuk mencegah
kerugian dari cidera. Kualitas dan kuantitas produksi merupakan
pertimbangan yang harus dilakukan dalam menyeleksi langkah kerja
yang dianggap kritis untuk mencapai ini. Didalam langkah kerja yang
dikemukakan adalah dengan pedoman yang positif dan benar dengan
memberikan intruksi yang jelas, mencakup langkah atau tahap utama dari
pekerjaan dan juga memperhitungkan aspek keselamatan dan kesehatan
kerja serta menekankan penggunaan teknik pengaman.
c. Mengidentifikasi potensi bahaya pada masing-masing pekerjaanDi dalam melakukan identifikasi bahaya ini telah memperhatikan
aspek yang sangat berhubungan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja
yaitu : tenaga kerja, peralatan, material, cara kerja dan lingkungan.
Dimana masing-masing dari aspek tersebut adalah merupakan sumber
bahaya yang berada di lingkungan pekerjaan yang memungkinkan dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja. Di dalam masing-masing sumber
bahaya tersebut telah dilakukan upaya pengendalian. Didalam
penguraian langkah-langkah kerja suatu pekerjaan selalu diamati apakah
tindakan yang dilakukaan tenaga kerja membahayakan sehingga dapat
mengakibatkan kecelakaan, apakah mesin-mesin yang digunakan
mempunyai potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan atau
kerugian-kerugian yang lain, apakah meterial mengandung bahan-bahan
berbahaya yang dapat menimbulkan suatu kejadian yang tidak
-
7/22/2019 penerapan jsa
76/80
65
diinginkan. Lingkungan juga diperhatikan apakah faktor kimia dan faktor
fisika di lingkungan tersebut menimbulkan potensi bahaya penyebab
kecelakaan kerja yang akan menimbulkan kerugian.
d. Mengendalikan bahayaPengendalian bahaya yang dilakukan dengan cara menyesuaikan
antara kegiatan proses produksi dengan kesesuaian pekerjaan yang
dilakukan sehingga dapat meminimalisasi terjadinya kecelakaan yang
terjadi di lingkungan pekerjaan. Cara yang paling aman untuk
mengendalikan bahaya dilakukan adalah dengan melibatkan tenaga kerja
yang berhubungan dengan kegiatan pekerjaan yang mereka kerjakan.
3. Pendokumentasian dan RevisiJob Safety AnalysisPendokumentasian terhadap JSA di Area Coal Crushing Plant PT.
Marunda Grahamineral dilakukan dengan pengambilan foto pekerjaan yang
berpotensi bahaya dan juga dilakukan pendokumentasian dalam bentuk
softcopy dan hardcopy kumpulan JSA. Revisi JSA juga harus dilakukan
sesuai dengan pendapat Frank E. Bird Jr (dalam Dasar-Dasar K3, 2007)
yang menyatakan bahwaJSAharus diperbarui untuk mengetahui kesesuaian
antar prosedur kerja dan teknologi, dan proses produksi yang dipakai
diperusahaan ini, karena sudah adanya prosedur untuk merevisiJSAjika ada
perubahan proses produksi, lay out, teknologi, atau terjadi suatu kecelakaan
kerja pada mesin atau pekerjaan tertentu.
4. HasilJSADi Area Coal Crushing Plant PT. Marunda Grahamineral proses
penganalisaan dengan menggunakanJSAsudah diterapkan dan diusahakan
-
7/22/2019 penerapan jsa
77/80
66
tetapi belum mencakup semua aktivitas pekerjaan/tugas yang memiliki
risiko kecelakaan, sehingga perlu dilakukan pembuatan JSA di segala
aktivitas pekerjaan/tugas yang memiliki potensi bahaya, agar dapat
mengilangkan atau meminimalisir resiko kecelakaan
Adapun dari hasil pembuatan JSA pada tahapan pekerjaan
Penimbangan Truk, Pengoperasian Truk, Pengoperasian Excavator,
Pengoperasian Wheel Loader, Pengoperasian Bulldozer, Pengoperasian
Mesin Crusher dan Pengoperasian Mesin Barge Loader yang ada di Area
Crusher Coal PlantPT. Marunda Grahamineral telah ditemukan beberapa
risiko kecelakaan, penyakit akibat kerja dan kerugian harta benda, sehingga
perlu dilakukan sosialisasi JSA terhadap semua orang yang terlibat dalam
pekerjaan tersebut.
PT. Marunda Grahamineral telah melakukan berbagai upaya dalam
mengendalikan segala risiko yang ada di Area Coal Crusher Plant, namun
demikian masih ada risiko-risiko yang kurang efektif pengendaliannya dan
juga masih ada risiko yang belum dikendalikan.
PT. Marunda Grahamineral belum pernah melakukan audit SMK3
yang salah satu auditnya adalah audit JSA. Karena dengan dilaksanakan
au