penerapan metode quantumaky di rumah...
TRANSCRIPT
PENERAPAN METODE QUANTUMAKY DI RUMAH TAḤFĪẒ
MAFAZA TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S. Ag)
Oleh:
Andri Liana
11140340000237
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1440 H
i
ABSTRAK
Andri Liana
PENERAPAN METODE QUANTUMAKY DI RUMAH TAḤĪẒ
MAFAZA TANGERANG
Pada proses menghafal al-Qur„ān, para penghafal akan banyak
menghadapi masalah-masalah dan hambatan-hambatan. Karena menghafal
al-Qur„ān merupakan pekerjaan yang penuh tantangan, yang mana
menghafal al-Qur„ān perlu perhatian penuh dan konsentrasi, karna
problem yang dihadapi penghafal sangat banyak dan bervariasi. Mulai dari
membangun minat, penciptaan lingkungan, waktu yang padat, sampai
dengan pesatnya perubahan yang terjadi yakni perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi pola pikir dan tindakan
menghafal.
Metode QUANTUMAKY adalah sebuah metode menghafal al-
Qur„ān yang fun, menghafal dengan menggunakan empat komponen
sekaligus menawarkan kemudahan dalam menghafalkan al-Qur„ān.
Metode ini dicetuskan dan dikembangkan oleh Ustadz Farid Wajdi Nakib
sejak tahun 2017. Melalui Rumah Taḥfīẓ Mafaza yang didirikannya. Ia
berusaha untuk memperkenalkan dan memasyarakatkan metode ini untuk
semua kalangan. Melalui rumah Taḥfīẓ ini pula, ia mendirikan beberapa
cabang rumah Taḥfīẓ mafaza yang tersebar di beberapa daerah, Larangan,
Cipondoh, Serang, salah satu diantaranya ada di Hongkong.
Adapun Penelitian ini mengambil 2 lokasi yaitu di Rumah Taḥfīẓ Mafaza1
dan 4 berlokasi di, Larangan Ciledug dan Ketapang Cipondoh Tangerang.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, melalui proses
observasi lapangan, wawancara kepada beberapa narasumber, ditemukan
beberapa fakta menarik, Hal yang membuat metode QUANTUMAKY ini
berbeda dari metode yang lain adalah penggunaan empat komponen yang
melibatkan 3 kecerdasan sekaligus, meliputi visual, auditori, kinestetik,
melalui M (Murotal), A (arti), K (kitabah), Y (isyarat). Adapun beberapa
hambatan santri dalam menghafal, tercatat faktor utamanya dimulai dari
rasa malas, ada kesibukan sekolah, godaan penggunaan gadget, kosakata
yang sulit dihafal, dan banyak bermain.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah ‘azza wa jalla, Rabb semesta alam,
Dzat yang telah menjadikan al-Qur„ān yang mulia sebagai petunjuk dan
pedoman hidup manusia, agar selamat dalam menjalani kehidupan di
dunia dan di akhirat. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, manusia paling
mulia yang menjadi utusan-Nya, dan yang paling patut untuk diteladani
segala perilaku kehidupannya.
Alhamdulillah, atas izin dan rahmat dari Allah ‘azza wa jalla
penulis bisa menyelesaikan skripsi S1 ini pada program studi Ilmu Al-
Qur„ān dan Tafsir, dengan judul “Penerapan metode KuantuMaky di
Rumah Taḥfīẓ Mafaza Tangerang”. Skripsi ini diajukan dalam rangka
memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar akademik
Sarjana Agama (S. Ag.).
Melalui kata pengantar ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya, sekaligus penghargaan dan
penghormatan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Amani
Lubis selaku rektor UIN Jakarta.
2. Dr. Yusuf Rahman, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin.
3. Dr. Eva Nugraha, MA. selaku ketua program studi Ilmu Al-Qur„ān dan
Tafsir dan juga selaku dosen penguji Proposal skripsi penulis. Beliau
jugalah yang telah mengantarkan penulis melanjutkan penelitian di
rumah Taḥfīẓ Mafaza hingga ke tahap seterusnya. Banyak hal yang
penulis dapatkan dari beliau, mulai dari cara penulisan yang baik dan
benar, kritis terhadap sesuatu terutama melirik masalah terkait
penelitian yang penulis lakukan.
iii
4. Fahrizal Mahdi, MIRKH. Selaku seketatis Jurusan Ilmu al-Qur„ān dan
Tafsir. Beliaulah yang mengurus pemberkasan penulis sampai
mengantarkan ke tahap sejauh ini hingga penulis mendaftar sidang.
5. Bapak Moh. Anwar Syarifuddin MA. Selaku dosen pembimbing skripsi
penulis. Yang terus memberikan bimbingan serta pengarahan kepada
penulis. Telah banyak hal yang belaiu luangkan untuk penulis, dan
penulis banyak mengambil pelajaran dari beliau. Beliau merupakan
dosen idola penulis dalam bersikap, care terhadap mahasiswa,
terkhusus mahasiswa bimbingannya.
6. Seluruh dosen pada program studi Ilmu Al-Qur„ān dan Tafsir yang
telah memberikan banyak ilmu dan pelajaran kepada penulis selama
masa studi. Tak lupa juga kepada para staf di lingkungan program studi
Ilmu Al-Qur„ān dan Tafsir yang telah memudahkan dan membantu
penulis dalam mengurus keperluan administrasi.
7. Seluruh Jajaran Rumah Taḥfīẓ Mafaza, khususnya kepada ustadz Farid
Wajdi Nakib, MA. beserta keluarga, selaku pendiri Rumah Taḥfīẓ
Mafaza, yang telah mengizinkan, membantu penulis untuk melakukan
penelitian mengenai metode QUANTUMAKY, Tak lupa juga kepada
para pengajar Rumah Taḥfīẓ Mafaza yang ada di Ketapang, Cipondoh,
Tangerang, yaitu Ustadzah Kafi, Ustadzah Uul dan Ustadzah Herfida,
yang telah meluangkan waktunya dalam membantu penulis dalam
proses pengumpulan data di sana.
8. Kedua Orang Tua, yang tiada henti mendo‟akan, mendukung penulis
agar segera menyelesaikan skripsi ini. Harapan meraka adalah
semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh keluarga kakak Martha Lina, Ria Juwita, abang, Sepriyadi,
adek Nova Sapitri yang terus mensupport, membantu baik tenaga
iv
maupun materi. Tanpa support mereka penulis tidak akan bisa
mencapai sejauh ini.
10. Seluruh rekan penulis di program studi Ilmu al-Qur„ān dan Tafsir
angkatan 2014, rekan-rekan Kosan, Indah, Mala, Firoh, Mulqi, yang
membantu penulis seketika penulis memerlukan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi dan yang lainnya yang tak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
Akhirul kalam, penulis memohon kepada Allah ‘azza wa jalla agar
menetapkan kita semua di atas keimanan dan ketakwaan. Semoga, tulisan
ini bermanfaat, baik bagi diri penulis sendiri maupun bagi para pembaca.
Ciputat, 27 Desember 2019
Penulis
v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nomor: 507 Tahun 2017.
Huruf
Arab
Huruf
Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ت
Ts Te dan es ث
J Je ج
h dengan garis bawah ح
Kh ka dan ha خ
D De د
Dz de dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
Sy es dan ye ش
S es dengan garis di bawah ص
ḏ de dengan garis di bawah ض
ṯ te dengan garis di bawah ط
ẕ zet dengan garis di bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan ع
Gh ge dan ha غ
vi
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ن
W We و
Ha ه
Apostrof ˋ ء
Y Ye ي
2. Vokal
Vokal adalah bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri
dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk
vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fathah
I Kasrah
Ū Ḏammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya ada sebagai
berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal Latin Keterangan
vii
Ai a dan i ا ي
Au a dan ū ا و
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ا Â a dengan topi
di atas
Î i dengan topi ا ي
di atas
Û u dengan topi ا و
di atas
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf
syamsiah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-
dîwân bukan ad- dâwân.
5. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda tasydîd ) ) dalam alih aksara ini dilambangkan
dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda
syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima
tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-
viii
huruf syamsiyah. Misalnya, kata (الضرورة) tidak ditulis ad-ḏarûrah
melainkan al-ḏarûrah, demikian seterusnya.
6. Ta Marbûṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada
kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta
marbûṯah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun,
jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
Ṯarîqah طريقة 1
al-Jâmi„ah al-Islâmiyyah اجلامعة اإلسالمية 2
Wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam system tulisan Arab huruf tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti
ketentuan yang berlaku dalam Ejan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain
untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama
bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: AbûHâmid al-
Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring
(italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis
ix
dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya,
demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialih aksarakan
meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Mislanya ditulis
Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimbani: Nuruddin
al-Raniri, tidakNûr al-Dîn al-Rânîrî.
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................ v
DAFTAR ISI ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Pembatasan Masalah .......................................................... 5
C. Perumusan Masalah ........................................................... 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 5
E. Tinjauan Pustaka .............................................................. 6
F. Metodologi Penelitian ....................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ........................................................ 16
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG METODE MENGHAFAL
AL-QUR‘ĀN
A. Definisi Metode dan Menghafal al-Qur„ān ........................ 19
B. Ragam Metode Menghafal al-Qur„ān ................................. 23
C. Kiat-kiat Menjaga Hafalan al-Qur„ān ................................ 30
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH TAḤĪẒ MAFAZA
A. Rumah Taḥfīẓ Mafaza .......................................................... 33
1. Profil .................................................................................. 33
2. Sejarah ................................................................................ 33
3. Struktur Organisasi ............................................................ 37
4. Visi Misi ............................................................................ 38
5. Program Kerja ................................................................... 39
xi
B. Biografi Pendiri Rumah Taḥfīẓ Mafaza ................................ 40
C. Prosedur Penerimaan Santri ................................................... 42
D. Jadwal Kegiatan di Rumah Taḥfīẓ Mafaza ............................ 42
E. Data Santri ............................................................................. 44
F. Data Pengajar ........................................................................ 44
BAB IV IMPLEMENTASI MOTODE MENGHAFAL AL-QUR‘ĀN
DI RUMAH TAḤĪẒ MAFAZA
A. Konsep Dasar Metode QuantuMaky ...................................... 49
B. Persiapan Sebelum Menghafal .............................................. 56
C. Proses Kegiatan Menghafal ................................................... 59
D. Kiat Menjaga Hafalan ........................................................... 70
E. Hambatan dalam Menghafal ................................................. 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 79
B. Saran ...................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 81
LAMPIRAN –LAMPIRAN ............................................................... 85
xii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1: Data Santri Baru pada setiap Tahunnya ........................ 44
2. Tabel 4.1: Potongan ayat dan contoh gerakan surat al-Ma„un ....... 63
3. Tabel 4.2: Potongan ayat dan contoh gerakan surat al-„Asr ........... 65
4. Tabel 4.3: Potongan ayat dan contoh gerakan surat al-Fīl ............. 66
5. Tabel 4.4: Potongan ayat dan contoh gerakan surat al-Humazah ... 68
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1: Rumah Taḥfīẓ Mafaza Cabang 4 .................................... 33
Gambar 4.1: Pengkondisian Santri sebelum kegiatan dimulai ............ 58
Gambar 4.2: Moment Ustadzah Mengenalkan Surah dan Ayat .......... 62
Gambar 4.3: Moment beberapa santri Putra Maju kedepan ............... 64
Gambar 4.4: Moment beberapa santri Putri Maju kedepan ................. 64
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menghafal al-Qur„ān merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji
dan mulia.1 Kegiatan ini dilakukan baik di pedesaan ataupun di perkotaan,
baik secara individu ataupun berkelompok, dan diikuti dari berbagai
lapisan usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, sampai orang tua.2
Pada proses menghafal al-Qur„ān, para penghafal akan banyak
menghadapi masalah-masalah dan hambatan-hambatan. Karena menghafal
al-Qur„ān merupakan pekerjaan yang penuh tantangan, yang mana
menghafal al-Qur„ān perlu perhatian penuh dan konsentrasi, karena
problem yang dihadapi penghafal sangat banyak dan bervariasi. Mulai dari
membangun minat, penciptaan lingkungan, waktu yang padat, sampai
dengan pesatnya perubahan yang terjadi yakni perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi pola pikir dan tindakan
menghafal.3
Sudah banyak orang yang melakukan penelitian atas metode
menghafal. Metode menghafal dapat dibagi dari cara proses
penghafalannya, yang pertama, ada yang menggunakan Simai‟, yang ke
dua, menggunakan kitabah, yang ketiga, menggunakan metode wahdah.
1 Al-Hafidz Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur„ān (Jakarta: Bumi
Aksara, 1994), 26. 2 Ahmad Atabik, “The Living Qur„ān: Potret Budaya Taḥfīẓān Al-Qur„ān di
Nusantara,” ( Februari, 2014), 163. 3 Hajarman, “Implementasi Metode Sima‟I dan Takrir dalam meningkatkan
hafalan al-Qur„ān di Sekolah Dasar Muhammadiah 1 Bandar lampung,” (Tesis S2
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri Bandar Lampung,
2017), 8.
2
ke empat, metode gabungan, kelima, metode jama‟,4 ke enam, ada yang
dibantu dengan menggunakan isyarat.5
Setiap metode mempunyai keunikan masing-masing. Pertama metode
Simai‟ artinya mendengar. Mendengarkan suatu bacaan untuk
dihafalkannya. Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang
mempunyai daya ingat yang kuat, terutama bagi penghafal tunanetra, atau
anak-anak yang masih di bawah umur yang belum mengenal tulis baca al-
Qur„ān. Metode ini dapat dilakukan dengan dua alternatif, a). mendengar
dari guru yang membimbingnya, terutama bagi penghafal tunanetra, atau
anak-anak. b). merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya
kemudian didengarkan secara perlahan-lahan, diulang ulang sampai hafal
di luar kepala.6
Metode yang ke dua, Metode Kitabah. Kitabah artinya menulis.
Metode ini memberikan alternatif lain dari pada metode yang pertama.
Pada metode ini penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan
dihafalnya. Kemudian ayat tersebut dibacanya hingga lancar dan benar
bacaannya, lalu dihafalkannya. Menghafalnya bisa dengan metode
wahdah, atau dengan berkali-kali menuliskannya sehingga dengan
demikian ia dapat sambil meperhatikan dan sambil menghafalnya dalam
hati. Berapa banyak ayat tersebut ditulis tergantung kemampuan
penghafal. Mungkin cukup sekali, dua kali, atau ,mungkin cukup sepuluh
kali atau lebih sehingga ia benar-benar hafal terhadap ayat yang
dihafalkannya.7
ke tiga Metode Wahdah, Metode ini menghafal satu persatu ayat yang
akan dihafalkan. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca
4 Al-Hafidz Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur„ān, 63-66.
5 Farid Wajdi Nakib, metode Isyarat (Tangerang: Rumah Taḥfīẓ Mafaza, 2016),
7-29. 6 Al-Hafidz Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur„ān, 63-64.
7 Al-Hafidz Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur„ān, 64-65.
3
sepuluh kali, atau dua puluh kali, atau lebih sehingga proses ini mampu
membentuk pola dalam bayangan. Dengan demikian penghafal akan
mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalnya bukan saja dalam
bayangannya, akan tetapi hingga benar-benar membentuk gerak reflek
pada lisannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-
ayat berikunya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga
mencapai satu muka. Setelah ayat-ayat satu muka dapat dihafal, maka
gilirannya menghafal urutan-urutan ayat dalam satu muka. Untuk
menghafal yang demikian maka langkah selanjutnya ialah membaca dan
mengulang-ulang lembar tersebut hingga benar-benar lisan mampu
memproduksi ayat-ayat dalam satu muka tersebut secara alami, atau
reflek. Demikian selanjutnya, sehingga semakin banyak diulang maka
kualitas hafalan akan semakin representatif.8
Metode yang keempat, Metode Gabungan. Metode ini merupakan
gabungan antara metode kedua dan ketiga, yakni metode kitabah dan
wahdah. Hanya saja kitabah di sini lebih memiliki fungsional sebagai uji
coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Maka dalam hal ini setiap
penghafal selesai mengahafal ayat yang dihafalnya, kemudian ia
menuliskannya di atas kertas.
Metode yang kelima, Metode Jama‟. Cara menghafalnya secara
kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau
bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur, dan siswa
menirukannya.9
Dari sekian banyak tulisan orang terkait dengan metode menghafal al-
Qur„ān, yang paling sedikit adalah pembahasan mengenai metode
menghafal dibantu dengan isyarat.
8 Al-Hafidz Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur„ān, 63-64.
9 Al-Hafidz Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur„ān, 65-66.
4
Skripsi Iqbal10
menyebutkan bahwa metode isyarat adalah,
penggunaan gerakan beberapa anggota badan ketika menghafal. melalui
metode isyarat tersebut, seseorang tidak hanya hafal Arabnya saja, tetapi
juga hafal arti atau makna dari ayat yang dihafalkannya.
Ternyata dari hasil bacaan dan informasi yang penulis dapatkan ada
metode isyarat yang lain, yaitu metode Mafaza. Metode ini memiliki
keunikannya penghafal tidak hanya hafal bunyi Arab, terjemah, dan
gerakan saja, akan tetapi para penghafal, mengetahui berapa jumlah ayat
dalam satu surah yang sedang dihafal, juga mengetahui surah tersebut ada
di urutan ke berapa, dan juga mengetahui surah yang sedang dihafal
termasuk surah Makkiyah atau Madaniah.
Selama ini penjelasan metode isyarat baru sampai pada penjelasan
Ustadz Bobby11
, kajian untuk melanjutkan tentang metode isyarat yang
lain sepertinya menjadi penting untuk dikaji, karena hal itu akan
memperluas cakrawala orang terkait metode-metode menghafal yang ada.
Oleh karena itulah, penulis anggap bahwa penelitian atas bagaimana cara
proses dan sejarah dari metode Mafaza ini menjadi penting untuk
dilakukan.
Di Indonesia sendiri bukan hanya Ustadz Farid Wajdi saja yang
mencetuskan metode menghafal al-Qur„ān menggunakan metode isyarat,
dan yang menyelenggarakan bukan hanya di Rumah taḥfīẓ Mafaza, akan
tetapi sudah ada beberapa orang dan beberapa lembaga yang menerapkan,
10
Ahmad Iqbal, “Penggunaan metode Master dalam Menghafal Al-Qur„ān di
Yayasan Askar Kauny,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2018), v. 11
Bernama lengkap Bobby Herwibowo sangat terkait dengan bahasan seputar Askar
Kauny dan metode MASTER. Bobby Herwibowo lahir di Jakarta. Ia merupakan pendiri
Yayasan Askar Kauni, yang mana yayasan tersebut merupakan Program menghafal al-
Qur„ān, ia juga sebagai pencipta Metode Mater (Menghafal al-Qur„ān Semudah
Tersenyum).
5
seperti Ustadz Boby nama metodenya adalah metode Master12
(Menghafal
al-Qur‟an Semudah Tersenyum), yang sudah penulis singgung di atas, ada
juga metode Hanifida juga menggunakan metode isyarat namun hanya
sebagai cantolan saja. Dari beberapa pencetus dan lembaga yang
menggunakan metode isyarat, yang jadi perbedaan satu dengan yang lain
adalah semuanya mempunyai ciri khas tersendiri dalam menyimbolkan
terjemah-terjemah ayat, berdasarkan inisiatif sang pencetus metode.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk
mengkaji Skripsi dengan judul, PENERAPAN METODE
QUANTUMAKY DI RUMAH TAHFĪẔ MAFAZA TANGERANG.
B. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan tidak terarah,
maka penulis membatasi masalah yang ada, yakni pada aspek teoritis dan
implementasinya di Rumah Taḥfīẓān Mafaza Tangerang-Banten.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan
masalah yang ada yaitu, bagaimana penerapan metode QuantuMaky dalam
aktifitas menghafal al-Qur‟an di Rumah Taḥfīẓ Mafaza Tangerang?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, ada beberapa tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini, yakni:
1. Menjelaskan tentang metode QuantuMaky, baik dari segi teori maupun
aplikasi.
2. Memperkenalkan tentang Rumah Taḥfīẓ Mafaza.
12
Metode Master merupakan kepanjangan dari Menghafal al-Qur‟an Semudah
Tersenyum, salah satu program Yayasan Askar Kauni yang berkantor pusat di Jakarta
dan memiliki beberapa Cabang di Bogor di dirikan oleh Bobby Herwibowo.
6
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Memperkenalkan tentang Rumah Taḥfīẓ Mafaza.
2. Untuk menambah tulisan-tulisan yang ada mengenai metode
menghafal al-Qur„ān.
3. untuk memberikan informasi baru terhadap masyarakat luas pada
umumnya dan santri atau siswa yang menggeluti di bidang taḥfīẓ al-
Qur„ān pada khususnya, agar bisa diterapkan sebagai upaya
mempermudah menghafal al-Qur„ān dengan metode yang akan penulis
teliti.
4. Untuk memperkenalkan terkait metode QuantuMaky yang digunakan
dalam menghafal al-Qur„ān Rumah Taḥfīẓān Mafaza kepada publik
secara ilmiah.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini merupakan telaah dari karya-
karya tulis baik berupa Tesis, Buku, Skripsi ataupun Desertasi, penulis
mencari perbedaan-perbedaan dari karya tulis tersebut. Berdasarkan
pencarian yang penulis lakukan ada beberapa karya tulis yang berkaitan
dengan tema yang penulis teliti. Di antara karya-karya tersebut adalah:
Pada tahun 2004, Ahmad Atabik menulis sebuah artikel berisi tentang
fenomena menghafal al-Qur„ān di Nusantara yang ia sebut sebagai bagian
dari living Qur„ān . Living Qur„ān merupakan kajian atau penelitian
ilmiah tentang berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran atau
keberadaan al-Qur„ān pada sebuah komunitas muslim tertentu yang ada di
Nusantara.13
Pada tahun 2007, Setyo Purwanto menulis sebuah skripsi dengan judul
Hubungan daya ingat jangka pendek dan kecerdasan dengan kecepatan
13
Ahmad Atabik, “The Living Qur„ān: Potret Budaya Taḥfīẓān Al-Qur„ān di
Nusantara”. (Jurnal Penelitian, Februari, 2014).
7
kecepatan menghafal al-Qur„ān di Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta. penelitian ini membahas keterkaitan antara daya ingat jangka
pendek dan kecerdasan terhadap kecepatan menghafal al-Qur„ān. dalam
penelitian ini menceritakan tentang kecepatan menghafal al-Qur„ān
ditinjau dari daya ingat jangka pendek bisa dinilai dari alat Peterson (alat
ukur daya ingat seseorang). Modifikasi yang dilakukan oleh penulis
terletak pada cara penyampayan soal, cara menjawab, dan jumlah materi
soal yang diberikan.14
.
Pada tahun 2010, Ummi Kaltsum menulis Artikel Jurnal berjudul
Menghafal al-Qur„ān dalam pendidikan formal. Tiga sebab yang menjadi
kegagalan penerapan taḥfīẓ di sekolah-sekolah formal. (1) manageman
taḥfīẓ yang diterapkan oleh pembina hafalan. Yang hanya menekankan
menambah hafalan, tanpa ada penekanan untuk mengulang-ulang hafalan
yang sudah dihafalkan. (2) orang tua. Rasa kasihan orang tua yang melihat
anaknya terbebani banyaknya kegiatan anak, sehingga tidak ada upaya
membimbing anak untuk mengulang-ulang hafalannya. (3) pihak kepala
sekolah. Umumnya, pimpinan sekolah atau yayasan hanya menyerahkan
atau mempercayakan 99% kepada instruktur taḥfīẓnya pola atau metode
yang akan diterapkan. 15
Pada tahun 2012, Andy Wiyanto menulis sebuah skripsi yang berjudul
motivasi menghafal al-Qur„ān pada mahasantri pondok pesantren
taḥfīẓul Qur„ān di Surakarta. Penelitian ini membahas tentang motivasi
14
Setiyo Purwanto,” Hubungan Daya Ingat Jangka Pendek dan Kecerdasan
dengan Kecepatan Menghafal Al-Qur„ān di Pondok Pesantren Krapya Yogyakarta,”
(Skipsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2007). 15
Lilik Ummi Kultsum, “Menghafal Al-Qur„ān dalam Pendidikan Formal”,
Jurnal Ilmiah: 12 Juli 2010.
8
apa, mahasantri pondok pesantren Taḥfīẓul Qur„ān Surakarta, yang rentan
usia 16-22 tahun.16
Pada tahun 2013, M. Yanyang Herdiansyah dan Irawan Afriant
menulis sebuah jurnal ilmiah dengan judul menghafal al-Qur„ān melalui
alat bantu mobile android. Penelitian ini membahas tentang metode
menghafal al-Qur„ān dengan memanfaatkan teknologi yang sedang
berkembang berbasis mobile sehingga bisa diakses di mana saja.
Menyediakan fitur-fitur yang diperlukan sesuai dengan metode yang
sudah ada, yaitu bisa membaca dan mendengarkan secara berulang-
ulang.17
Pada tahun 2014, Ali Mustofa Yaqub menulis sebuah buku membahas
tentang berita tentang keadaan muslim di Amerika Serikat, terkait
perkembangan dan pemahamannya, dan bagaimana menghafal al-Qur„ān
di negara tersebut. dengan judul Menghafal al-Qur„ān di Amirika Serikat.
Adapun cara yang dilakukan ada tiga, pertama: murid tinggal di pesantren
selama 24 jam dengan bimbingan guru taḥfīẓ. Yang kedua: murid datang
ke Madrasah seperti murid yang lain di bawah bimbingan guru taḥfīẓ.
Yang ke tiga: murid datang ke Rumah guru taḥfīẓ atau guru taḥfīẓ datang
ke Rumah murid.18
Pada tahun 2014, Abul „Ala al Maududi dkk menulis sebuah jurnal
dengan judul Metode Menghafal al-Qur„ān bagi Pelajar dan Mahasiswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis metode
menghafal Al-Qur„ān bagi siswa sekolah menengah dan Universitas,
16
Andy Wiyanto, “motivasi menghafal al-Qur„ān pada mahasantri pondok
pesantren taḥfīẓul Qur„ān di Surakarta,” (Skripsi S1 Fakultas Psikologi dan Agama
Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012). 17
M. Yanyang Herdiansyah dan Irawan Afrianto, “Pembangunan aplikasi bantu
dalam menghafal Al-Qur„ān berbasis mobile”. (Bandung : Jurnal Ilmiah, 2 Oktober
2013), 1-2. 18
Ali Mustofa Yaqub, Menghafal Al-Qur„ān di Amerika Serikat (Ciputat :
Maktabah Darussunnah, 2014).
9
Faktor apa saja yang mempermudah dan penghambat menghafal Al-
Qur„ān bagi siswa sekolah menengah dan Universitas, meode evektif
menghafal Al-Qur„ān untuk siswa sekolah menengah dan Universitas.19
Pada tahun 2015, Saadah Nur Laili menulis thesis dengan judul
Perbandingan Penggunaan Metode Wahdah dengan Metode Hanifida
terhadap Kecepatan Menghafal al-Qur„ān, Studi Kasus di Pondok
Pesantren Halamatul Qur„ān Sumberbendo Jogoroto dan Pondok
Pesantren La Raiba Bandung Diwek Jombang. Cara menghafal dengan
metode Wahdah adalah dengan menghafal satu persatu ayat yang hendak
dihafalnya, sedangkan cara menghafal dengan metode Hanifida adalah
dengan cara menghafal rumus angka primer dan sekunder terlebih dahulu.
Dengan metode Wahdah santri membutuhkan waktu kurang dari satu
tahun dalam menghafal al-Qur„ān. sedangkan dengan metoide Hanifida
santri membutuhkan lebih dari satu tahun untuk menghafal al-Qur„ān.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan antara metode Wahdah
dan metode Hanifida dalam memperoleh hafalan al-Qur„ān yakni lebih
cepat dengan metode Wahdah.20
Pada tahun 2018, Nurrahma Qurrota A'yun menulis sebuah thesis yang
berjudul Penerapan Metode Wafa dalam Meningkatkan Keberhasilan
pada Program Taḥfīẓul Qur„ān Siswa Kelas 6 Di SDIT Nurul Fikri
Sidoarjo. Metode Wafa merupakan metode pembelajaran al-Qur„ān
dengan memaksimalkan fungsi otak kanan, Ciri khas metode ini adalah
19
Abul A„la al Maududi, dkk., “Metode Taḥfīẓ al-Qur„ān bagi Pelajar dan
Mahasiswa,” (Bogor: Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun, 2014). 20
Saadah, Nur Laili, “Perbandingan penggunaan Metode Wahdah dengan
Metode Hanifida terhadap kecepatan Menghafal Al-Qur„ān: Studi kasus di Pondok
Pesantren Halamatul Qur„ān Sumberbendo jogoroto dan Pondok Pesantren La Raiba
Bandung Diwek Jombang,” (Tesis, S2, Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum, 2015).
10
membaca al-Qur„ān dengan alunan nada hijaz, pembelajaran dengan
persamaan bunyi dan pengelompokan suku kata.21
.
Pada tahun 2018, Kusuma Wati menulis sebuah thesis dengan judul
Implementasi model Turki Utsmani dalam Menghafal Qur„ān di Yayasan
Taḥfīẓ Qur„ān Sulaimaniyah Jatim. Ciri dari metode ini adalah (1) Model
urut mundur, yang memulai menghafal al-Qur„ān dari halaman terakhir
tiap juz. (2) Berjalan sesuai prosedur yang telah ditetapkan yaitu
menempuh dua tahapan. Tahap pertama. Persiapan menghafal al-Qur„ān.
Tahap kedua, mulai menghafal al-Qur„ān.22
Pada tahun 2018, M. Iqbal menulis sebuah skripsi dengan judul
Penggunaan Metode MASTER dalam menghafal al-Qur„ān di Yayasan
Askar Kauny. Arti dari Master adalah kepanjangan dari Menghafal al-
Qur„ān semudah tersenyum. Ciri dari metode ini menghafal al-Qur„ān
dibantu dengan gerakan beberapa anggota badan ketika menghafal.
Melalui metode tersebut, seseorang tidak hanya hafal Arabnya saja, tetapi
juga hafal arti atau makna dari ayat yang dihafalkannya.23
Demikianlah sejumlah tulisan yang ada, dan masih banyak lagi karya-
karya tulis yang bertemakan taḥfīẓān al-Qur„ān, dan tidak bisa semuanya
penulis cantumkan di tinjauan pustaka penulis. Selain sebagai pembeda
terhadap penelitian yang akan penulis lakukan, beberapa penelitian
tersebut juga penulis jadikan sebagai referensi.
21
Nurrahma dan Qurrota A'yun Via, “Penerapan metode Wafa dalam
meningkatkan keberhasilan pada Program Taḥfīẓul Qur„ān siswa kelas 6 Di SDIT Nurul
Fikri Sidoarjo,” (Thesis ,UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018). 22
Kusumawati, Hervina , “Implementasi model Turki Utsmani dalam menghafal
Al-Qur„ān di Yayasan Taḥfīẓ Qur„ān Sulaimaniyah Jatim,” (Tesis, UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2018). 23
Ahmad Iqbal, “Penggunaan metode Master dalam Menghafal Al-Qur„ān di
Yayasan Askar Kauny,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2018).
11
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis kaji jika dilihat dari sumber datanya
termasuk katagori penelitian lapangan. Yang mana penelitian lapangan
adalah untuk mencari peristiwa-peristiwa yang menjadi obyek kalian
berlangsung, sehingga mendapatkan informasi langsung dan terbaru
tentang masalah yang berkaitan.24
Dilihat dari data maka termasuk
dalam penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif,
penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan yang meliputi individu, kelompok, lembaga dan
masyarakat.25
Dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana
implementasi menghafal al-Qur„ān yang diterapkan di Rumah Taḥfīẓ
Mafaza Tangerang – Banten, serta menganalisa keberhasilan model
menghafal tersebut.
2. Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian sangatlah diperlukan, sebagai
pertimbangan lebih dalam sebuah penelitian lapangan, dalam
penelitian ini penulis memilih Rumah Taḥfīẓ Mafaza, yang berlokasi
di Jl. Prof. Dr. Hamka, rt 01/011, Kamp. Gaga, Gang Pean 1, Kec.
Larangan, Kota Tangerang 15154, no.73. Nomer telpn 082112725946.
Tangerang–Banten. Alasan penulis memilih lokasi tersebut
dikarenakan tempat tersebut menyelenggarakan program taḥfīẓ al-
Qur„ān.
24
Suratno Arsyad Lincoln, “Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis”,
Yogyakarta: APP AMPYKPN, 1995) , 55. 25
Lexy J Moleong, metodologi penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya 2006), 64.
12
3. Sumber Data
Data ialah semua keterangan sesorang yang dijadikan responden
maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik yang berbentuk
statistik atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian yang
akan diteliti. Untuk memperoleh pemecahan permasalahan, perolehan
data dapat bersumber dari: 1) masyarakat secara langsung. 2) bahan-
bahan kepustakaan. Data yang didapat secara langsung dari
masyarakat baik melalui wawancara, observasi, dan alat lainnya
merupakan data primer. Yang dimaksud data primer ialah data yang
diperolehnya sendiri secara mentah-mentah dari masyarakat dan masih
memerlukan analisa lebih lanjut. Sedangkan data yang diperoleh dari
atau berasal dari bahan kepustakaan disebut sebagai data sekunder.
Data ini biasanya digunakan untuk melengkapi data primer, seperti
dokumen-dokumen, dan file-file lainnya.26
Pada penelitian ini penulis menggunakan kedua data di atas primer
dan sekunder, karna data yang akan diperoleh melalui wawancara
pendiri dari Rumah Taḥfīẓ Mafaza, dan santri-santrinya. Didukung
dengan data sekunder, baik dukumen-dokumen, foto-foto, dan benda-
benda yang dapat digunakan sebagai pelengkap dari primer yaitu
dokumentasi kegiatan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan
data yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitan. Adapun
teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
a) Wawancara
26
P Joko Subagyo, Metodologi Penelitian dalam Teori dan Prakti (Renika
Cipta), 87-88.
13
Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang
diwawancarai.27
Dalam penelitian ini teknis wawancara yang
penulis gunakan adalah wawancara bebas terpimpin. Yaitu
wawancara yang hanya membuat pokok-pokok masalah yang
diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung
mengikuti situasi.28
Artinya penulis tidak terfokus pada daftar
pertanyaan saja melainkan fokus terhadap subjek dan objek
penelitian dari para responden yaitu pengasuh Rumah Taḥfīẓ
Mafaza dan santri pondok pesantren tersebut.
Adapun data yang ingin didapat dari teknis wawancara ini
adalah: sejarah Rumah Taḥfīẓ Mafaza, Latar belakang pendirian
Rumah Taḥfīẓ Mafaza, persiapan pelaksaan sebelum menghafal al-
Qur„ān, metode yang digunakan dalam proses menghafal, sejauh
mana tingkat keberhasilah menghafal al-Qur„ān dengan
menggunakan metode di Rumah Taḥfīẓ, Mafaza tersebut.
b) Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan
menggunakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung.29
Penelitian ini menggunakan jenis observasi
partisipatif pasif, yaitu dengan cara peneliti datang ke lokasi
27
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Prenada Media
Grup, 2011), 133-136. 28
Kholid Nurbuko, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara 2009), 85. 29
Nana Saodih, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2007) , 220.
14
kegiatan yang akan diamati, namun tidak ikut serta dalam kegiatan
tersebut.30
Adapun data yang ingin diperoleh dengan menggunakan teknik
observasi ialah: proses penyetoran hafalan hafalan al-Qur„ān santri
kepada pengasuh atau pembimbing kegitan menghafal al-Qur„ān.
c) Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan pada subjek penelitian.31
Yang meliputi foto-
foto, dokumen Rumah Taḥfīẓ, transkip wawancara, dan dokumen
tentang Rumah Taḥfīẓ Mafaza. Semua dokumen ini dikumpulkan
untuk dianalisis demi kelengkapan data penelitian.
d) Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan akan dipalajari, dan membuat kesimpulan
hingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Adapun aktifitas menganalisis data meliputi:
e) Data Reduction (reduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Di cari pola dan
temanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas.
f) Conclusion Drawing
30
Sugiono, Metodologi penelitan Kualitatif Kuantitatif (Bandung: Alfabeta
2010), 227. 31
Sedarmayanti, Metodologi Penelitian (Bandung: Mandar Maju, 2002), 86.
15
Miles and Huberrman menyatakan langkah selanjutnya adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemuan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti –bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredsibel (berkualitas).32
g) Teknik Pengecekan dan Pemeriksaan Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji
credibility (validitas internal). Transferability (validitas eksternal),
dependability (reabilitas) dan confirmability (obyektifitas). Berikut
yang dapat dilakukan dalam uji kredibilitas data (kepercayaan
terhadap data, antara lain
1) Memperpanjang masa pengamatan.
Hal ini memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan
data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan
dapat menguji informasi dari responden, dan untuk
membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan
juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
2) Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan. dengan cara
tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat
direkam secara pasti dan sistematis.
32
Sugiono, Metodologi penelitian Kuantitatif: Kualitatif dan R&D” (Bandung:
Alfabeta,2014), 245-255.
16
3) Triangulasi.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda yaitu partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk mendapatkan
data dari sumber data yang sama secara serempak. Dengan
demikian berarti penulis menggunakan teknik triangulasi.33
Triangulasi ini dilakukan dengan cara :
Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang saling berkaitan.
Mengadakan perbincangan dengan banyak pihak untuk
mencapai pemahaman tentang suatu atau berbagai hal.34
G. Sistimatika Penulisan
Guna memberikan gambaran yang jelas terkait isi penelitian ini,
pembahasan dibagi menjadi lima bab. Uraian masing-masing bab disusun
sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan, memuat: latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, kajian
pustaka, metode penelitian, sistimatika penulisan.
Bab II Landasan Teori memuat: Penjelasan tentang beberapa teori
yang behubungan dengan menghafal al-Qur„ān, metode-metode menghaf
al-Qur„ān, dan implementasi metode Isyarat dalam menghafal al-Qur„ān.
33
Pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. 34
Sugiono, Metodologi penelitian Kuantitatif: Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta,2014), 241.
17
Bab III Metode Penelitian, memuat: Profil Rumah Taḥfīẓ Mafaza,
sebagai lembaga yang menerapkan metode QuantuMaky dalam menghafal
al-Qur„ān, di Rumah Taḥfīẓ Mafaza, Tangerang-Banten.
Bab IV Analisis Hasil Penelitian yang didalam nya membahas tentang
implementasi metode QuantuMaky dalam menghafal al-Qur„ān, di Rumah
Taḥfīẓ Mafaza Tangerang-Banten.
Bab V Penutup, memuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan dari bab
ini merupakan intisari dari hasil analisis atau rumusan masalah, adapun
saran dalam bab ini merupakan masukan yang dianggap penulis paling
baik guna dijadikan pertimbangan bagi bebrapa pihak yang memiliki
kepentingan pada tema ini.
Adapun bagian terahir dari skripsi ini terdiri atas daftar pustaka dan
lampiran.
19
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG
METODE MENGHAFAL AL-QUR‘ĀN
A. Definisi Metode dan Menghafal al-Qur‘ān
1. Definisi metode
Kata “metode" berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang
berarti cara atau jalan yang ditempuh. McLoed dan Schell mengatakan
dalam bukunya bahwa metode adalah cara untuk melakukan sesuatu.1
Djalaludin dan Abdullah Ali mengatakan dalam bukunya bahwa kata
metode berasal dari kata meta dan hodos. Meta berarti melalui dan
hodos berarti jalan atau cara.2 Sedangkan metode dalam bahasa Ingris
method yang berarti cara, cara yang tepat dan cepat dalam melakukan
sesuatu.3 Dalam bahasa Arab, kata metode dikenal dengan istilah
thariqah yang berarti langkah-langkah yang diambil seseorang untuk
merealisasikan tujuan tertentu. 4
Dengan demikian, bisa dipahami
bahwa metode berarti cara yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
2. Definisi Menghafal (Taḥfīẓ) al-Qur„ān
Fenomena menghafal kitab suci al-Qur„ān telah menjadi ciri khas
umat Islam dan tidak dimiliki oleh umat lain. Ini menunjukan
keistimewaan bahwa al-Qur„ān mudah dihafal, baik oleh orang Arab
sendiri maupun orang non Arab yang pada hakikatnya tidak mengerti
1 Sri Mulyani, Metode Analisis dan Perancangan Sistem (Bandung: Abdi
Sistematika, 2006), 24. 2H. Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa (Yogyakarta: Deepublish Press, 2012), 175. 3 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1995), 9. 4Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam: Rancangan Bangun
Konsep Pendidikan Monokotomik-Holistik (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 185.
20
kata perkata dalam al-Qur„ān. Bahkan lebih menakjubkan kitab suci ini
mampu dihafalkan oleh anak yang umurnya kurang dari 10 tahun.5
Kata “menghafal” merupakan bentuk kata kerja, yang berakar pada
kata kerja “hafal”, dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI),
menghafal didefinisikan sebagai usaha untuk meresapkan ke dalam
fikiran agar selalu ingat.6 Sementara menghafal atau akar kata dari
bahasa Arab Taẖfīẕ ialah hifzh, sebuah kata yang telah diserap ke dalam
bahasa Indonesia menjadi “hafal”. Hifzh itu sendiri berpangkal pada
suatu formula tiga huruf “ha‟-fa‟-zha” yang artinya berkisar pada
memperhatikan, dan menjaga sesuatu sehingga sesuatu itu tidak hilang
dan lepas (alias terlupakan). Seperti dijelaskan Ibn Faris dalam kitab
“Mu‟jam Maqayis al-Lughab”, dari formula tiga huruf itulah, yang
punya makna memperhatikan dan menjaga, lahir sederet kata Hafizh
satu akar kata yang punya makna dasar “menjaga sesuatu”. Adapun al-
Hafizh berarti menekuni (dalam arti menjaga sesuatu secara terus
menerus).7
Dapat disimpulkan menghafal al-Qur„ān merupakan aktifitas
merekam apa yang seseorang baca dan apa yang dipahami. Output dari
hafalan itu baru bisa dibuktikan dengan cara didemontrasikan tanpa
melihat mushaf al-Qur„ān.8
3. Keutamaan Menghafal al-Qur„ān
Orang mu‟min meyakini bahwa membaca al-Qur„ān saja sudah
termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapatkan amal yang
5 Muhaimin Zen, Taẖfīẕh Al-Qur„ānMetode Lauhun (Jakarta: Tranpustaka,
2013), 1. 6 Tim Pustaka Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gita Media Press,
1995), 307. 7 Muhaimin Zen, Taẖfīẕh Al-Qur„ānMetode Lauhun (Jakarta: Tranpustaka,
2013), 13. 8 Hidayatullah, Jalan panjang menghafal al-Qur„ān 30 Juz : Napak Tilas dan
Kesuksesan menghafal al-Qur„ān sejak usia Baligh (Jakarta: Pustaka Ikadi Pustaka,
2016) 65.
21
berlipat ganda baik dunia maupun akhirat.9 Sebagaimna Allah
berfirman dalam surat Fātir ayat 29:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami
anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”.10
Dalam hadis Rosulallah juga menjelaskan tentang keutamaan
membaca al-Qur„ān yaitu: Para penghafal al-Qur„ān adalah “keluarga”
Allah dan orang-orang kepercaanNya. Seperti dalam hadis dari Anas
bin Malik.
، من هم ؟ قال: هم أهل إن لل أهلني من الناس قالوا : ي رسول للا
وخاصته القرآن ، أهل للا
“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga diantara manusia, para
sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasulullah
menjawab, “para ahli al-Qur‟an, (penghafal al-Qur‟an). Merekalah
keluarga Allah dan hamba pilihanNya.”.11
9 M. Syafiuddin Shobirin, “Menghafal al-Qur„ān dengan Metode Hanifida,”
(Tesis S2 Fakultas Tarbiyah dan ilmu keguruan, UIN Sunan Ampel Surabaya,2015), 30. 10
Departemen Agama RI, al-Qur„ān dan terjemahnya (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2000), 349. 11
Abu Ammar, Abu Fatiah Al-Adnani, Negeri-Negeri Penghafal al-Qur‟an
(Solo: Al-Wafi 2015), 104-105.
22
Dengan demikian jelaslah bahwa begitu besarnya keutamaan
membaca al-Qur„ān, sebab yang dibacanya adalah kitab suci Allah dan
sebaik-baik bacaan bagi orang mu‟min, baik dibaca di kala senang
maupun di kala susah, apalagi yang mampu menghafalkannya maka
akan mendapat suatu keutamaan yang besar dan posisi itu selalu
didambakan oleh semua orang yang benar, dan seorang yang bercita-
cita tulus, serta berharap pada duniawi dan ukhrawi. Menghafal al-
Qur„ān merupakan tujuan tingkatan yang tertinggi dalam proses
belajar al-Qur„ān, sedang mengajarkannya adalah tugas yang sangat
mulia di sisi Allah SWT. Para penghafal al-Qur„ān adalah sebagai
penjaga keaslian dan kemurnian al-Qur„ān. Peran mereka sangat besar
di kalangan umat Islam dalam rangka memelihara keaslian al-Qur„ān
sebagai sumber hukum dan pedoman umat Islam. Sehingga tidak
diragukan lagi bahwa para penghafal al-Qur„ān menduduki posisi yang
terhormat di hadapan Allah. Akan selalu mendapatkan kemenangan di
dunia dan akhirat jika disertai dengan amal shaleh dalam
menghafalkannya.12
Selain itu menghafal al-Qur„ān juga mempunyai faidah ilmiah,
pertama, al-Qur„ān memuat puluhan ribu kalimat. Jika penghafal al-
Qur„ān bisa menguasai arti kalimat-kalimat tersebut, berarti ia telah
banyak menguasai arti kosa kata bahasa Arab seakan-akan ia telah
menghafal sebuah kamus bahasa Arab. Kedua, dalam al-Qur„ān
banyak sekali kata-kata bijak, maka jika seseorang mampu menghafal
al-Qur„ān berarti ia banyak mengetahui kata-kata bijak (hikmah)
tersebut. Ketiga, bahasa dan uslub (susunan kalimat) al-Qur„ān sangat
12
M. Syafiuddin Shobirin, “Menghafal al-Qur„ān dengan Metode Hanifida,”
(Tesis S2 Fakultas Tarbiyah dan ilmu keguruan, UIN Sunan Ampel Surabaya,2015) , 32.
23
memikat dan mengandung sastra Arab yang tinggi. Seorang penghafal
al-Qur„ān akan mampu menyerap wahana sasrta yang ada di dalam al-
Qur„ān. Ke-empat, dalam al-Qur„ān banyak sekali contoh-contoh yang
berkenaan dengan ilmu nahwu sharaf. Sudah dipastikan seorang
penghafal al-Qur„ān akan dengan cepat menghadirkan dalil-dalil dari
ayat al-Qur„ān untuk suatu kaidah dalam ilmu nahwu dan sharaf.
Kelima, dalam al-Qur„ān banyak sekali ayat-ayat hukum. Seorang
penghafal al-Qur„ān akan dengan cepat pula menghadirkan ayat-ayat
hukum yang ia perlukan dalam menjawab satu persoalan hukum. Hal
ini sangat berguna bagi mereka yang ingin memperdalami hukum
Islam. Ke-enam, seorang penghafal al-Qur„ān akan cepat pula
menghadirkan ayat-ayat yang mempunyai tema yang sama, hal ini
sangat berguna untuk mentafsirkan al- Qur„ān dengan al-Qur„ān atau
menulis tafsir maudhu‟i (tematik), juga sebagai bahan yang sangat
baik untuk ceramah khutbah dan lain sebagainya..13
dan masih banyak
lagi faedah yang akan didapat oleh penghafal al-Qur„ān.
B. Ragam Metode Menghafal al-Qur‘ān
Dalam bukunya H. Sa‟dullah mengemukakan metode yang sering
digunakan dalam pembelajaran Taẖfīẕ al-Qur„ān terdiri dari14
:
1. Metode Bin-Nazhar
Yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat al-Qur„ān yang akan
dihafal dengan melihat mushaf al-Qur„ān secara berulang-ulang.
Proses bin nazhar ini hendaknya dilakukan sebanyak tiga puluh kali
atau empat puluh satu kali, seperti yang biasa dilakukan oleh para
ulama terdahulu. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
menyeluruh tentang lafadz maupun urutan ayat-ayatnya. Supaya lebih
13
Muhaimin Zen, Taẖfīẕh Al-Qur„ān Metode Lauhun, 16-17. 14
Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur„ān, 52-54.
24
mudah menghafalnya, agar lebih mudah menghafalnya, maka selama
proses binnazhar ini diharapkan colon hafiz juga mempelajari makna
dari ayat-ayat tersebut.
2. Metode Tafizi
Yaitu menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat al-Qur„ān yang
telah dibaca secara berulang-ulang secara bin Nazhar tersebut.
Misalnya mengahafal satu baris, berapa kalimat, atau sepotong ayat
pendek sampai tidak ada kesalahan. Setelah beberapa baris atau
beberapa kalimat tersebut sudah dihafal dengan baik, lalu ditambah
dengan merangkaikan baris atau kalimat berikutnya hingga sempurna.
3. Metode Takrir
Yaitu mengulang hafalan atau mensima‟kan hafalan yang pernah
atau sudah disima‟kan kepada guru Taẖfīẕ. Takrir dimaksudkan agar
hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan baik.
4. Metode Talaqi
Yaitu menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru
dihafal kepada seorang guru atau seorang instruktur. Proses ini
dilakukan untuk mengetahui hasil hafalan seorang guru Taẖfīẕ dan
mendapatkan bimbingan sepenuhnya.
5. Metode Tasmi‟
Yaitu memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada
seseorang maupun kepada jama‟ah. Dengan Tasmi‟ ini seorang
penghafal al-Qur„ān akan diketahui kekurangan pada dirinya. Dengan
Tasmi‟ seseorang akan lebih berkonsetrasi dalam menghafal.
6. Metode seluruhnya
Yaitu mermbaca satu halaman dari baris pertama sampai baris
terahir secara berurut.
25
Sedang menurut Ahsin, metode yang sering digunakan dalam
pembelajaran Hifzhul Qur„ān terdiri dari 29 :
1. Metode Wahdah
Yang dimaksud dengan metode ini, yaitu menghafal satu persatu
terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalkannya. Sebagai awal, setiap
ayat dibaca sepuluh kali atau lebih, sehingga proses ini mampu
membentuk pola dalam bayangannya. Setelah benar-benar hafal
barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama,
demikian seterusnya hingga mencapai satu muka dengan gerak reflek
pada lisannya. Setelah itu dilanjutkan membaca dan mengulang-ulang
lembar tersebut hingga benar-benar lisan mampu memproduksi ayat-
ayat dalam satu muka tersebut secara alami, atau reflek dan akhirnya
akan membentuk hafalan yang representatif.
2. Metode Kitabah
Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain
daripada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih
dahulu menulis ayat ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas
yang telah disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut
dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.
Menghafalnya bisa juga dengan metode wahdah atau dengan berkali-
kali menuliskannya sehingga dengan berkali-kali menuliskannya ia
dapat sambil memperhatikan dan sambil menghafalnya dalam hati.
3. Metode Sima‟i
Sima‟i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini ialah
mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan
sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat yang ekstra,
terutama bagi penghafal tunanetra atau anak-anak yang masih di
bawah umur yang belum mengenal tulis baca Al-Qur„ān .
26
4. Metode Gabungan
Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dan
kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja kitabah
(menulis) di sini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap
ayat-ayat yang telah dihafalnya. Maka dalam hal ini, setelah
penghafal selesai menghafal ayat yang dihafalnya, kemudian ia
mencoba menulisnya di atas kertas yang telah disediakan untuknya
dengan hafalan pula. Setelah ia telah mampu mereproduksi kembali
ayat-ayat yang dihafalnya dalam bentuk tulisan, maka ia melanjutkan
kembali untuk menghafal ayat-ayat berikutnya, tetapi jika penghafal
belum mampu, mereproduksi hafalannya ke dalam tulisan secara baik,
maka ia kembali menghafalkannya sehingga ia benar-benar mencapai
nilai hafalan yang valid.
5. Metode Jama‟
Yang dimaksud dengan metode ini, ialah cara menghafal yang
dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara
kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur/ guru.
6. Metode Jibril
Pada dasarnya, istilah metode Jibril adalah dilatarbelakang perintah
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan
Al-Qur„ān yang telah dibacakan oleh malaikat Jibril, sebagai
penyampai wahyu. Allah Swt berfirman : Apabila Kami telah selesai
membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. (Qs. al-Qiyamah,
75:18). Berdasarkan ayat di atas, maka intisari teknik dari Metode
Jibril adalah taqlid-taqlid (menirukan), yaitu santri menirukan bacaan
gurunya. Dengan demikian metode Jibril bersifat teacher-centris,
Posisi guru sebagai sumber belajar atau pusat informasi dalam proses
pembelajaran. Selain itu praktek Malaikat Jibril dalam membacakan
27
ayat kepada Nabi Muhammad SAW adalah dengan tartil (berdasarkan
tajwid yang baik dan benar). Karena itu, metode Jibril juga diilhami
oleh kewajiban membaca Al-Qur„ān secara tartil, Allah SWT
berfirman: dan bacalah Al-Qur„ān itu dengan perlahan-lahan.(QS. Al
Qiyamah 75:16). Metode Jibril juga diilhami oleh peristiwa turunnya
wahyu secara bertahap yang memberikan kemudahan kepada para
sahabat untuk menghafalnya dan memaknai makna-makna yang
terkandung di dalamnya. Karena Intisari teknik dari metode Jibril
adalah taqlid-taqlid (menirukan), yaitu murid menirukan bacaan
gurunya. Dengan demikian metode Jibril bersifat teacher-centris,
Posisi guru sebagai sumber belajar atau pusat informasi dalam proses
pembelajaran Metode ini sudah dipakai pada zaman Rasulullah dan
para sahabat. Setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu yang
berupa ayat-ayat Al-Qur„ān, beliau membacanya di depan para
sahabat, kemudian para sahabat menghafalkan ayat-ayat tersebut
sampai hafal di luar kepala. metode yang digunakan Nabi mengajar
para sahabat tersebut, dikenal dengan metode belajar kuttab. Di
samping menyuruh menghafalkan, Nabi menyuruh kuttab (penulis
wahyu) untuk menuliskan ayat-ayat yan baru diterimanya itu.15
Dikatakan juga dalam bukunya A. Muhaimin Zen,16
menghafal al-
Qur„ān dengan alat bantu, artinya selain metode-metode di atas adalagi
metode yang lain, seiring perkembangan zaman, menghafalpun menjadi
semakin mudah, dengan cara Menghafal al-Qur„ān dengan alat bantu,
diantaranya adalah:
15
Qurrota a‟yun Via Nurrahma, “ Penerapan Metode Wafa dalam
Meningkatkan Keberhasilan taẖfīẕul Qur„ān ,” (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018), 27-30. 16
Muhaimin Zen, Taẖfīẕh Al-Qur„ān Metode Lauhun (Jakarta: Tranpustaka,
2013), 59-60.
28
1. Menggunakan alat rekam (audio) bisa berupa CD, DVD, MP3,
Handphone dan lain-lain.
Menggunakan alat ini bisa dengan mendengarkan suara orang lain
yang telah tersedia di CD, DVD, MP3, dan Handphone tersebut,
ataupun biasanya sudah tersedia di alat-alat tersebut surat demi surat,
bahkan ada yang memuat 30 juz sekaligus, dengan berbagai pilihan
dari rekaman qori-qori nasional maupun internasional. Bisa juga
mendengarkan hasil dari rekaman sendiri.
2. Menggunakan alat bantu Video
menggunakan cara ini sangat bagus bagi penghafal yang sifatnya
visual yaitu lebih condong memasukkan data ke dalam otak berupa
penglihatan atau berdasarkan apa yang dilihatnya. Dalam kontek
menghafal al-Qur„ān, seorang penghafal akan lebih medah menghafal
dengan cara ini, ia akan memperhatikan mimik wajah, gerak, cara
pelafalan sang guru atau qori yang sedang ia lihat.
3. Melibatkan anggota tubuh berupa Isyarat.
Dalam bukunya Farid Wajdi N. Dengan judul Yuk Menghafal al-
Qur„ān dengan Mudah dan Menyenangkan.17
Menggunakan metode
ini dengan cara mengisyaratkan terjemah ayat bisa berupa dengan
tangan, kepala, mulut, mata, kaki, bahkan gerakan tubuh.
Adapun nama-nama yang pernah membahas kajian ilmiah terkait
metode menghafal al-Qur„ān dibantu dengan isyarat atau gerak tubuh
baik hanya sekedar cantolan ataupun keseluruhan: pertama ada
Qurrota „ayun menulis skripsi terkait metode Wafa. Metode Wafa
merupakan metode pembelajaran Al-Qur„ān dengan memaksimalkan
fungsi otak kanan, ciri khas metode ini adalah membaca Al-Qur„ān
17
Farid Wajdi Nakib, Yuk menghafal al-Qur„ān dengan Mudah dan
Menyenangkan, 25.
29
dengan alunan nada hijaz, pembelajaran dengan persamaan bunyi (al-
Aswat) dan pengelompokan suku kata (glendomen), dan program
Taẖfīẕul Qur„ān dengan gerakan sesuai dengan terjemah ayat.18
Yang kedua ada Muhammad Iqbal,19
membahas tentang menghafal
al-Qur„ān dengan metode MASTER.20
Metode ini menggabungkan
antara fungsi otak kiri yakni kegiatan menghafal dengan fungsi otak
kanan yakni gerakan badan.21
Metode master ini cukup banyak
melibatkan gerak tubuh atau isyarat dari terjemah ayat.
Selain itu masih banyak lagi yang mebahas tentang metode isyarat
yang tidak bisa penulis paparkan satu persatu. Pada penelitian ini
penulis membahas terkait menghafal al-Qur„ān dengan metode
QuantuMaky, metode ini ada kesamaanya dengan penelitian Qurrota
A‟yun22
dan Ahmad Iqbal, yaitu ada cantolan Isyarat pada metode
menghafal al-Qur„ān. adapun Maky sendiri berupa singkatan,
penjabarannya akan penulis uraikan pada bab selanjutnya.
18
Qurrota a‟yun Via Nurrahma, “ penerapan Metode Wafa dalam Meningkatkan
Keberhasilan taẖfīẕul Qur„ān ,” (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018). 19
Nama Lengkap Ahmad Iqbal merupakan alumni UIN Jakarta, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Ilmu al Quran dan Tafsir angkatan 2013. Ia menulis skripsi dengan judul “Penggunaan metode Master dalam Menghafal Al-Qur„ān di Yayasan Askar
Kauny,”. 20
Metode MASTER merupakan kepanjangan dari Menghafal al-Quran Semudah Tersenyum. Sebuah metode yang diperkenalkan oleh ustadz Bobby Herwibowo pada
tahun 2011. Metode ini memadukan antara gerakan badan –yang merupakan visualisasi
dari arti ayat yang dihafal– yang dimotori oleh otak kanan, dengan kegiatan menghafal
yang dimotori oleh otak kiri. (Skripsi S1, Ahmad Iqbal Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2018), 4. 21
Ahmad Iqbal, “Penggunaan metode Master dalam Menghafal Al-Qur„ān di
Yayasan Askar Kauny,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2018). 22
Nama lengkap Qurrota a‟yun Via Nurrahma merupakan alumni UIN Sunan
Ampel Surabaya 2018, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Ia menulis skripsi dengan judul
“ penerapan Metode Wafa dalam Meningkatkan Keberhasilan taẖfīẕul Qur„ān ”.
30
C. Kiat-kiat menjaga hafalan al-Qur‘ān
Dikatakan dalam bukunya Sa‟dullah,23
dengan dihafalnya tiap-tiap
ayat al-Qur„ān, bukan berarti hafalan itu dijamin melekat selamanya di
dalam ingatan seseorang. Selain menghafal seperti yang telah diuraikan di
atas, yang perlu diperhatikan oleh seorang penghafal al-Qur„ān adalah
mengulang-ulang dan memelihara hafalan yang telah dihafal.
Nabi Muhammad Saw mengisyaratkan bahwa menghafal al-Qur„ān
itu ibarat berburu di Hutan. Apabila si pemburu perhatiannya terpusat
pada binatang yang ada di depannya, tidak mempedulikan hasil
buruannya, maka hasil buruan itu akan lepas. Begitu pula orang yang
menghafalkan al-Qur„ān. Jika pusat perhatian tertuju hanya pada materi
baru yang akan dihafal, sedangkan materi yang sudah dihafal ditinggalkan,
maka itu akan sia-sia, karena hafalan bisa hilang.24
Pada prinsipnya orang menghafal al-Qur„ān itu tidak boleh lupa
dan melupakan. Jika itu terjadi, sia-sialah pekerjaan yang telah dilakukan.
Banyak orang yang dulunya hafal al-Qur„ān dengan lancar, tapi seiring
berjalannya waktu hafalannya hilang, karena ia tidak rajin bahkan tidak
pernah melakukan takrir (mengulang-ulang hafalan). Itu artinya takrir
menjadi bagian yang paling penting dalam menjaga hafalan. Adapun
takrir yang bisa dilakukan si penghafal adalah25
:
1. Takrir sendiri
Seorang penghafal harus bisa memanfaatkan waktu untuk takrir
dan untuk menambah hafalan. Hafalan yang baru harus selalu ditakrir,
minimal dua kali sehari dalam jangka waktu satu minggu. Sedangkan
hafalan yang lama harus di takrir setiap hari atau dua hari sekali.
23
Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur„ān, 55-56. 24
Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur„ān, 55-56. 25
Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur„ān, 55-56.
31
Artinya semakin banyak hafalan harus semakin banyak pula waktu
yang dipergunakan untuk takrir.
2. Takrir dalam Sholat
Takrir juga bisa dilakukan pada saat sholat baik diraka‟at pertama
ataupun diraka‟at kedua. Baik sebagai imam maupun dalam sholat
sendiri. Selain menambah keutamaan (pahala), cara demikian juga akan
menambah kemantaban hafalan.
3. Takrir bersama
Seorang penghafal al-Qur„ān perlu melakukan takrir bersama
dengan dua teman atau lebih. Dalam takrir ini setiap orang membaca
materi takrir yang ditetapkan secara bergantian. Ketika seorang
membaca, maka yang lain mendengarkan dan membetulkan jika ada
yang salah atau keliru.
4. Takrir kepada instruktur atau Guru
Takrir ini dilakukan dengan cara memperdengarkan bacaan ayat
atau surah yang telah dihafal kepada instruktur atau guru.
33
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH TAḤFĪẒ MAFAZA
A. Rumah Taḥfīẓ Mafaza
1. Profil
Rumah Taḥfīẓ Mafaza adalah sebuah Lembaga yang bergerak di
bidang pendidikan, serta memfokuskan pada pembinaan dan
pengembangan ilmu al-Qur„ān, khususnya dalam menghafal al-
Qur„ān. Sebagai sebuah lembaga yang berkonsentrasi pada dunia al-
Qur„ān. Lembaga Rumah Taḥfīẓ Mafaza memiliki Visi Misi, yakni
Menciptakan generasi penghafal-penghafal al-Qur„ān yang bermula
dari keluarga. Saat ini lembaga Rumah Taḥfīẓ Mafaza memiliki
beberapa cabang, diantaranya berlokasi 5 unit di Ketapang, 1 unit di
Serang Banten, 1 unit di Larangan Tangerang. Adapun pusat
Lembaga Rumah Taḥfīẓ Mafaza beralamat di Jl. Prof. Dr. Hamka,
Rt/Rw 01/011, Kamp. Gaga, Gang Pean 1, Kec. Larangan, Kota
Tangerang, kode pos 15154, no.73. Nomer telepon 082112725946.1
Gambar 3. 1 Rumah Taḥfīẓ Mafaza cabang 4
2. Sejarah
Rumah Taḥfīẓ Mafaza berdiri sekitar tahun 2012, awalnya Ustadz
Farid mendirikan di KP. Ketapang Cipondoh Tangerang. Saat itu Ia
1 Profile Rumah Tahfiz Mafaza Tangerang, Banten.
34
bersama Istri sedikit ada persoalan dengan menejemen2 Pondok
Pesantren Taḥfīẓ Darul Qur‟an,3 akhirnya mereka memutuskan untuk
tidak aktif di dalam internal Pesantren Taḥfīẓ Darul Qur„ān dan
banyak berperan di Luar atau di eksternal. Saat itulah kemudian
sambil aktif di eksternal sebagai Ustadz dan juga mengisi beberapa
kajian-kajian sambil juga membina beberapa Rumah-Rumah Taḥfīẓ
binaan yang masih Ia bimbing. Karena di Darul Qur„ān banyak unit-
unitnya, ada unit pendidikan, ada unit yang dikelola oleh PPPA
(Program Pembibitan Penghafal al-Qur„ān). Nah ahirnya saat itu
mengelola Rumah Taḥfīẓ yang di PPPA. Sambil mengelola itulah
ahirnya Ia mendirikaan sendiri Rumah Taḥfīẓ yaitu Rumah Taḥfīẓ
Mafaza. Mulai tahun 2012 sebetulnya, untuk bulannya lupa, mungkin
sekitar pertengahan antara Mei, Juni, setelah kepulangannya dari
Hongkong. awalnya anak-anak yang mendaftar sedikit, ada 3, 4 , 5,
itu dibantu juga istrinya yang bernama Nur Makkiya, santri yang
mendaftar dimulai dari anak-anak tetangga yang ada di sekitar
Rumah, kemudian lama kelamaan kok menjadi banyak-banyak dan
banyak sampai 2013, 2014,2015, Namun pada saat itu pembelajaran
belum memakai metode Isyarat maupun QuantuMaky, atau bisa
dikatakan masih monoton, sehingga anak-anakpun masih pasang surut
atau keluar masuk, dan puncaknya 2016 Itu mulai banyak para Guru
mempercayakan anaknya belajar di Rumah Taḥfīẓ .
Nama mafaza sendiri diambil dari nama anak Ustadz Farid yang
nomor 2, nama kepanjangannya Zahira Quini Mafaza, kemudian
2 Farid Wajdi Nakib (Pendiri Rumah Tahfiz Mafaza Tangerang), diwawancarai
oleh Andri Liana, Larangan, 14 mei 2019, Banten. 3 Pesantren Darul Qur„ān didirikan oleh Ust. Yusuf Mansur, berlokasi di
Kamp. Qur„ān , Cipondoh, Tangerang. Sebuah kawasan yang dibangun PPPA (Program
Pembibitan Pembelajaran al-Qur„ān ) Darul Qur„ān . https://daqu.sch/semua-tentang-
darul-Qur„ān /
35
dalam prosesnya alhamdulillah Rumah Taḥfīẓ Mafaza ada 7,
termasuk yang di Larangan ini. Rumah Taḥfīẓ Mafaza pertama atau
pusat, cabang keempat, cabang kelima dan cabang ketujuh ada di
Ketapang, cabang kedua ada di Kota Serang Banten, yang di Serang
ini dulu yang membuka Rumah Taḥfīẓ tersebut wali santri Mafaza
yang di Ketapang dan dia dipindah tugaskan oleh perusahaan tempat
ayahnya bekerja di Serang, dan dua tahun ini dia pindah lagi ke
Tangerang. Rumah Taḥfīẓ yang di Serang saat ini keberadaanya
sudah tidak eksis lagi atau sudah tidak memakai nama Rumah Taḥfīẓ
Mafaza lagi, akan tetapi memakai nama yang berbeda, hanya saja
kurikulumnya masih memakai kurikulum Rumah Taḥfīẓ Mafaza.
Kemudian Rumah Taḥfīẓ Mafaza cabang ketiga dan cabang keenam
itu ada di komplek Poris, Ketapang, kec. Cipondoh, Tangerang.4
Dulu awalnya dari tetangga-tetangga, kemudian mereka banyak
yang tertarik dari mulut ke mulut kemudian banyaklah yang ikut
bergabung. Awalnya yang ngaji di Rumah Taḥfīẓ bukan hanya
anaknya akan tetapi orang tuanya juga kami libatkan, jadi orang
tuanya ketika mengantar anaknya, Ia libatkan juga untuk belajar
menghafal, dengan duduk di belakang anak-anak, jadi bukan hanya
mengantar kemudian ditinggal, tapi juga ikut menghafal kemudian
ikut mengontrol anak-anaknya. Dari situ para wali santri banyak yang
tertarik, karena mereka ikut juga menghafal, dalam prosesnya Ustadz
Farid melihat mereka banyak yang pada bisa, selanjutnya dipilihlah,
misalnya ini bacaannya bagus, isyaratnya bisa, selain itu juga karena
setiap kamis siang ada jadwal pengajian ibu-ibu menghafal al-Qur„ān
juga yang dibimbing oleh Istri Ustadz Farid, dari situ kelihatan
4 Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
36
kemampuan bacaan Qur„ānnya, hafalannya. Awalnya Ustadz Farid
dan Istri sendiri yang mengajar akhirnya seiring berjalannya waktu
banyak anak-anak yang tertarik daftar dan istri butuh asisten, dari situ
mulai difikirkan ingin membuka lowonganpun pasti harus
mengajarkannya juga, karna metode tersebut tidak bisa instan untuk
belajarnya, setelah difikirkan oleh Ustadz farid, dari pada mengambil
dari orang lain dan harus mentreningnya lagi, akhirnya Ia dan Istrinya
mulai berinisiatif bagaimana jika mengambil dari wali santri, karena
mereka ikut belajar setiap hari dan setiap hari kamis Istri ngechek
bacaan-bacaan mereka. Saat itulah Istri Ustadz Farid mencoba
menawarkan mau atau tidak ikut membantu mengajar di Rumah
Taḥfīẓ Mafaza, minimal mendengarkan murojaah anak-anak aja dulu,
untuk menambah ayat masih Istri Ustadz Farid terus, karena basic
mereka bukan penghafal al-Qur„ān, hanya sebatas ikut belajar, besic
mereka ibu-ibu Rumah tangga yang semangat ketika Istri Ustadz
Farid mengajak untuk sama-sama mensyiarkan al-Qur„ān, jadi bisa
dikatakan memberdayakan yang ada.5
Adapun Motivasi Ustadz Faridz mendirikan Rumah Taḥfīẓ ,
pertama jika diliat data statistik anak-anak dan orang tua yang bisa
dan lancar membaca al-Qur„ān di Indonesia saat ini sangat sedikit
sekali, bahkan 75% nya belum bisa membaca al-Qur„ān dengan baik
dan benar, belum berbicara menghafalnya, yang menghafalnya
mungkin lebih dari 80 %. Motivasi yang kedua adalah ingin
menghadirkan keluarga-keluarga yang hafal al-Qur„ān, dimulai dari
anak-anak mereka, dan juga dari orang-orang terdekat, dalam hal ini
ibunya, bapaknya, suaminya, istinya dan seterusnya. Yang ketiganya
5 Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
37
tentunya menciptakan lingkungan yang kondusif menghafal al-
Qur„ān, dimulai dari anak-anaknya, lingkungannya, teman-temannya,
dan juga kawan-kawannya di dalam belajar. Karena Ustadz Farid
mempunyai pengalaman ada satu anak bisa mengikuti metodenya
dengan baik dan benar, nadanya bisa, iramanya bisa, isyaratnya juga
bisa kemuadian ada kesempatan satu anak ini tampil di acara
sekolahnya, anak tersebut menjadi primadona di sekolahnya, dan
akhirnya hampir seluruh sekolah itu ikut semuanya di Rumah Taḥfīẓ
Mafaza, sampai kepala sekolah guru-guru di sekolah SD tersebut
merekomendasikan murid-murid untuk belajar di Rumah Taḥfīẓ
Mafaza, bahkan anak kepala sekolahnya sendiri didaftarkan.6
Selain itu motivasi Ustadz Farid selanjutnya adalah melihat
keadaan bangsa Indonesia saat ini. Sudah begitu banyak dekadensi
moral, dekadensi akhlak,7 Ia ingin menghadirkan al-Qur„ān sebagai
solusi dekadensi akhlak moral anak-anak bangsa agar tidak jatuh ke
dalam lubang yang parah dan solusinya ada di dalam al-Qur„ān
semakin mereka dekat dengan al-Qur„ān insyaAllah mereka akan
semakin tercerahkan, semakin bisa merubah hati pikiran dan juga
keadaan mereka menjadi lebih baik dan itu sudah banyak dibuktikan
oleh anak-anaknya yang tadinya bandel, nakal, susah diatur, dan
sekarang alhamdulilah sedikit-demi sedikit bisa berubah lebih baik.8
3. Struktur Organisasi
Di bawah ini adalah struktur organisasi kepengurusan Rumah
Taḥfīẓ Mafaza:
6 Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
7 Dekadensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kemunduran
atau Kemerosotan akhlak. 8 Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
38
Pendiri : Ust. Farid Wajdi Nakib
Ketua : Ibu Nur Makkiyah, S.S
Sekretaris : Ummi Kaafi
Bendahara : Ibu Muntaha
Bidang jaringan dan Organisasi : Bpk. Ahmad Taufiqillah
Bidang Pengembangan Metode : Bpk. Undang
Bidang Teknologi Informasi : Bpk. Yanuar Trisulio
Bidang Bisnis dan Usaha : Bpk. Rahmat Efendi9
4. Visi Misi
Menciptakan Basis Rumah-Rumah Taḥfīẓ yang berasal dari
kelurga. Mengapa? Karena basic keluarga itu sangat penting untuk
menghadirkan pembelajaran al-Qur„ān. Setelah itu Ustadz Farid
berupaya untuk menghadirkan para pengajar-pengajar dari wali santri-
wali santri yang aktif di Rumah Taḥfīẓ Mafaza.
Dari awal Ia gencar di dalam pengajaran Rumah Taḥfīẓ selalu
melibatkan orang tua, para wali santri semua diharapkan ikut
perpartisipasi saat mengantarkan anaknya, jadi mereka bukan hanya
mengantarkan tetapi juga belajar, mendampingi kemudian berada di
sampingnya anak-anak dan juga ikut mengontrol anak-anak.
Kemudian mulai 2015, 2016 dan seterusnya mereka mulai kami
libatkan di dalam proses mengajarkan. Alhamdulillah bisa, sampai
sekarangpun Rumah Taḥfīẓ Mafaza tidak kehabisan stok para
pengajar, yaitu dari para wali santri yang kami libatkan. Mengajarkan
mereka dan juga menjadikan mereka (wali santri) bagian dari
keluarga Rumah Taḥfīẓ Mafaza, sampai sekarang mereka percaya diri
dan juga bisa mengajarkan, dari yang awalnya mereka tidak bisa,
tidak mengerti, ahirnya menjadi bisa, mulai dari nadanya, lagunya,
iramanya sampai dengan gerakan demi gerakannya, ayat demi
ayatnya, dan juga sampai yang terbaru adalah game-nya kemudian
9 Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
39
irama-iramanya kemudian bagaimana mengkondidikan anak-anak
saat di dalam kelas, karena itu sangat penting, pengkondisian anak
sangat penting di dalam pengajaran menghafal al-Qur„ān demi
terciptanya suasana yang kondusif saat proses belajar dimulai. Misi
yang juga penting bagi kami adalah menciptakan generasi penghafal
al-Qur„ān yang masif, yang banyak, yang bertebaran, dimulai dari
anak-anak usia dini, dan itupun Ustadz Farid jadikan slogan. Mengapa
hal itu jadikan slogan? Karena usia kecil atau usia dini itu usia yang
sangat potensial, usia yang sangat baik.10
5. Program Kerja
Rumah Taḥfīẓ Mafaza Selain kegiatan rutin TPQ sore yang
diadakan setiap hari senin sampai jum‟at, ada juga kegiatan-kegiatan
lain, Pertama ada pesantren mingguan, yang mana kegiatan ini
diadakan setiap satu minggu sekali yaitu hari minggu atau libur
sekolah. Kedua, pesantren Romadhon, diadakan setahun sekali, yaitu
paada bulan Romadhon, kegiatan ini diisi dengan pawai keliling
kampung. Ketiga wisuda al-Qur„ān , persetengah juz, diadakan
setahun sekali, yang bisa mengikuti kegiatan ini santri-santri yang
sudah hafal setengah juz dalam setiap tahunnya. Keempat ada mafaza
award penghargaan kepada santri terbaik dalam bidang hafalannya.
Kelima ada kegiatan perayaan hari-hari besar seperti maulid Nabi
Muhammad SAW, Muharrom, tahun baru, diadakan dengan cara
pawai keliling kampung, kemudian membagikan sedekah kepada
warga-warga, adapun perayaan maulid kami mengundang
pendongeng, menuturkan atau menyampaikan kisah-kisah Nabi.
Keenam ada Wisata al-Qur„ān , mengunjungi beberapa wisata-wisata,
10
Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
40
harapan Ustadz Farid sendiri anak-anak bisa senang, dicarikannya
tempat-tempat edukasi.
Ke depan Ia akan mengadakan parenting untuk para orang tua,
bagaimana mendidik anak dengan baik dan benar, seperti yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, dan orang-orang yang telah
sukses mendidik anak. Rencana ke depannya juga kami akan
mengadakan mobil Qur„ān, kami beri nama kampung dongeng, akan
diagendakan setahun sekali, yang menyediakan mobil tersebut atau
fasilitas mobil dari yayasan Kampung dongeng, adapun rincian
kegiatan diagenda ini ada pendongengnya, ada perpustakaannya, ada
digital al-Qur„ān nya, dll. Itulah kegiatan kegiatan atau program kerja
yang ada di Rumah Taḥfīẓ Mafaza berupa kegiatan tahunan.
Adapun kegiatan rutin TPQ setiap senin sampai jum‟at pada sore
hari, ada tasmi‟ul quran yang diadakan satu minggu sekali yaitu pada
hari minggu, untuk bapak-bapak kami mengadakan majelis ikhwan
diadakan seminggu sekali yaitu pada malam ahad setalah Isya, dan
untuk kegiatan ibu-ibu diadakan satu minggu sekali yaitu pada hari
kamis jam 11:00 wib.11
B. Biografi Pendiri Rumah Taḥfīẓ Mafaza Farid Wajdi Nakib12
Berbicara mengenai sosok Farid Wajdi Nakib, tentunya akan
mengingatkan seseorang dengan Rumah Taḥfīẓ Mafaza. Farid Wajdi
Nakib lahir di Tangerang 27 Maret 1983. Ia menamatkan S1 Tafsir Hadis
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2004. Melanjutkan jenjang pendidkan
S2 Konsentrasi Tafsir Hadis, di Pasca Sarjana, Campus 2, UIN Syarif
11
Farid Wajdi Nakib (Pendiri Rumah Tahfiz Mafaza Tangerang), diwawancarai
oleh Andri Liana, Larangan, 26 November 2019, Banten. 12
Nama lengkap Farid Wajdi Nakib, ia merupakan pendiri Rumah Tahfiz Mafaza, yang akan menjadi penelitian penulis.
41
Hidayatullah Jakarta 2008. Ia juga merupakan alumni di Pesantren Luhur
Ilmu Hadis Darus Sunnah lulus 200513
dengan predikat Jayyid Jiddan.14
Adapun nama Istrinya, Nur Makiyah, S.S. pasangan ini mempunyai 4
anak, yang pertama bernama Ziyan Muhammad Ahnaf (Hafiz Indonesia
RCTI 2015, hafal 10 juz), ke dua bernama Zahira Quiny Mafaza
(Keluarga Hafiz MNC TV 2016, hafal 4 juz), ke tiga M. Maunan
Haramain, dan yang keempat bernama Hafiz Muhammad Ayyub. 15
Ayah dari 4 anak ini selain aktif sebagai pengelola Rumah Taḥfīẓ
Mafaza, ia juga aktif sebagai trainer metode menghafal al-Qur„ān yang di
undang di berbagai acara seminar al-Qur„ān di berbagai tempat. Selain itu
juga, ia merupakan seorang hafiz, menyetorkan hafalannya 30 juz di
bawah bimbingan alm. K. H. Ali Mustofa Ya‟kub pada tahun 2004.
Wisuda Taḥfīẓ al-Qur„ān 30 juz dan mendapatkan gelar al-Hafiz dengan
predikat nilai Jayyid Jiddan.
Ia menulis beberapa judul buku, beberapa di antaranya sudah bisa
ditemui di beberapa Gramedia. Pertama berjudul Menghafal al-Qur‘ān
dengan Metode Isyarat Surah Annaba tahun 2016, kedua Menghafal al-
Qur‘ān dengan Metode Isyarat Surah Arrahman tahun 2016, ketiga
dengan judul 2017. Keempat dengan judul Yuk Menghafal Al-Qur‘ān
dengan Mudah dan Menyenangkan 2018, kelima Dzikir Syifa dan Ayat
Syifa (dzikrul hakim) 2018.16
13
Pesantren Darussannah merupakan pesantren yang di peruntukkan untuk
Mahasiswa, bidang pendidikan konsentrasi ilmu Hadis, berlokasi di jl. SD Inpres, No 11,
Pisangan Barat, kec. Ciputat Timur, Tangerang Selatan. 14
Jayyid Jiddan dalam bahasa Indonesia artinya baik sekali, istilah ini sering
dipakai salah satu predikat atau prestasi yang didapat oleh seorang pelajar yaitu kisaran
besaran nilai antara 90-99 (baik sekali namun belum sempurna). 15
Farid Wajdi Nakib, Wawancara. 16
Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
42
C. Prosedur Penerimaan Santri
Untuk bisa menjadi bagian dari santri Rumah Taḥfīẓ Mafaza cukup
datang ke Rumah Taḥfīẓ Mafaza pusat ataupun cabang, Mengisi formulir
tanpa ada pengetesan, sampai sekarang tanpa ada pengetesan jadi mereka
yang ada niat menghafal al-Qur„ān boleh mendaftar, sekalipun buta huruf
sama sekali, justru dengan metode ini karena model menghafal metode
QuantuMaky dengan talaqi, guru yang membacakan kemudian murid
mengikuti jadi tanpa melihat al-Qur„ān pun mereka bisa, tanpa baca, tanpa
melihat, karena mereka mengikuti gurunya. Jadi anak-anak yang belum
bisa membaca pun kami terima, apalagi yang sudah bisa baca, dan usipun
tidak kami batasi, mau usia berapapun kami terima, mau bayi sekalipun
kami terima asal ibunya yang sabar, karena usia-usia balita memang
bukan usia-usia yang fokus, mungkin mereka datang hanya untuk lari-lari,
tetapi kemampuan audio mereka tetap merekam, Bunda (istri Ustadz
Faridz) selalu bilang kepada orang tua yang memiliki anak balita di
Rumah Taḥfīẓ Mafaza, ketika orangtunya bertanya, “Bun memangnya bisa
anak saya usianya baru usia tiga tahun? Bunda jawab” insya Allah bisa,
yang penting ibu sabar nganter dan sabar jagain, karena, anak-anak fungsi
indra yang pertama adalah pendengaran, yang paling dominan
pendengaran, meskipun anak-anak lari sana lari sini sebenernya telinga
mereka tetep mendengarkan, dan itu terbukti dengan anak-anak di Mafaza,
ada wali santri yang bilang wah ternyata anak saya bisa juga ya menghafal
surah annaba.
D. Jadwal Kegiatan di Rumah Taḥfīẓ Mafaza
Di Rumah Taḥfīẓ Mafaza selain menghafal ada juga kegiatan lain
seperti iqro‟, muroja‟ah, dan fikih (bacaan dan tatacara sholat, bacaan
bacaan wudhu) serta do‟a sehari-hari. Kegiatan menghafal diadakan satu
minggu 2 kali, yaitu pada hari senin dan rabu, jadwal iqro‟ setiap selasa
43
dan kamis, adapun jum‟at adalah jum‟at ceria, ini bisa diisi bermacam-
macam kegiatan, terkadang diisi dengan kegiatan fiqih, game, dan
bernyanyi. jadi kegian di Rumah Taḥfīẓ Mafaza ini tidak hanya terfokus
dengan hafalan saja, melainkan memperhatikan juga kualitas bacaan yaitu
dengan program iqro‟ yang dijadwalkan 2 kali dalam satu minggu, juga
ada kegiatan fiqih, bacaan dan praktek sholat serta bacaan wudhu, dan
juga do‟a-do‟a harian.17
Jadi kalau dilihat secara kuantitas hafalan santri
sedikit atau kurang memadai untuk target hafal 30 juz, itu wajar, karena
alasan pertama waktu yang terlalu singkat, yaitu penambahan ayat satu
minggu hanya 2 kali, dan dalam satu kali pembahan hanya 3 ayat, itupun
jika ayatnya pendek, akan tetapi jika ayatnya panjang hanya bisa
menambah satu sampai dua ayat. Selain itu juga alasan selanjutnya yaitu
waktu terlalu sebentar, karena target santri-santri mafaza anak-anak yang
masih duduk di bangku sekolah Menengah, TK Pra TK dan Paud, yang
mana anak-anak tersebut masih aktif sekolah pagi sampai dengan siang
hari.18
Ada beberapa wali santri yang membuka cabang Rumah Taḥfīẓ Mafaza
di Rumahnya, kemudian Ustadz Farid loncingkan. Adapun jadwal
kegiatannya berda-beda, ada yang pagi, ada yang siang, tergantung jadwal
sekolah anak-anak yang mendaftar selesai di jam berapa. Ada juga yang
basiclynya mereka memiliki tempat, yang di sekitarnya belum tertarik
untuk menghafal al-Qur„ān, ahirnya mereka memakai metode
QuantuMaky.19
17
Farid Wajdi Nakib, Wawancara. 18
Catatan observasi lapangan tanggal 15 Agustus 2019. 19
Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
44
E. Data Santri
Mayoritas santri berasal dari Tangerang, yang jarak Rumahnya tidak
jauh dari Rumah Taḥfīẓ Mafaza. Santri terdiri dari berbagai usia, muali
dari 4 tahun sampai 13 tahun, atau jenjang sekolah mulai dari TK sampai
SMP, bahkan di salah satu cabang Rumah Taḥfīẓ Mafaza ada dari
kalangan ibu-ibu Rumah tangga. Namun pada tabel di bawah ini penulis
hanya mencamtumkan data santri di salah satu Rumah Taḥfīẓ Mafaza saja,
yaitu Rumah Taḥfīẓ Mafaza 1, adapun tahun masuk, nama kelompok,
jumlah santri, dan hafalan surahnya sebagai berikut:20
Tabel 3. 1 Data santri baru Rumah Taḥfīẓ Mafaza pada setiap
tahunnya.
Tahun
Masuk
Nama
Kelompok
Jml Hafalan
2016 Ar-Rahman 20 Arrahman, an-Naba – al-Annas (khatam juz
30)
2017 Ar-Rahim 27 An-Naba – al-ma‟un
2018 Al-Malik 86 An-Naba - al-Mutofifin
2019 Al-Qudus 60 An-Naba – „Abasa
Data di atas menunjukkan berbagai perbedaan surah yang dihafal
santri, perbedaan ini disebabkan lama atau barunya santri mendaftar,
semakin lama santri mendaftar maka akan semakin banyak jumlah hafalan
surah yang didapat. Tabel di atas terdata sejak tahun 2016 hingga 2019.
F. Data Pengajar
Pengajar Rumah Taḥfīẓ Mafaza mayoritas dari ibu-ibu Rumah tangga
yang awalnya adalah wali santri, berawal dari semanagat, dan keingin
yang kuat untuk belajar, hingga direkrutlah mereka. Memang niat dari
Ustadz Farid dan istri memberdayakan tenaga pengajar dari ibu-ibu
Rumah tangga yang ingin berkembang dan mensyiarkan menghafal al-
20
Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
45
Qur„ān , orang-orang mau belajar, siap dibimbing dan di Training. Adapun
sejarah dan data-data pengajar sebagai berikut:
1. Siti Masitoh, lahir di Jakarta , 14 Juli 1982. Tempat tinggal sekarang
di Kampung Dongkal, Cipondoh Tangerang. Hafal 2 juz, akan terus
menambah hafalan.
Ustazah Siti Masitoh mulai bergabung di Rumah Taḥfīẓ Mafaza
pada tahun 2016, awalnya beliau adalah wali santri, bermula dari
mengantar jemput anaknya yang bernama Bintang dan Marsya, ketika
santri sudah mualai banyak, ahirny Ustadz Farid dan istri mengadakan
pemilihan pengajar untuk membantu mengajar di Rumah Taḥfīẓ
Mafaza, dan salah satu yang terpilih adalah ustazah Siti Masitoh.
Beliau terpilih berdasarkan kriteria bacaan atau mengajinya tergolong
bagus, selain itu juga termasuk wali santri yang rajin datang
mengantar anak, tidak hanya itu saja ustazah Siti termasuk orang yang
keinginan belajarnya kuat, ketika mengantar anak, beliau tidak
langsung pulang, melaikan ikut belajar di belakang santri-santri.
Beliau menguasai apa yang diajarkan Ustadz Farid dan istri, mulai
dari pengkondisian santri sampai kepulangan, begitu juga metode
yang dipakai di Rumah Taḥfīẓ Mafaza, mualai dari bacaan yang
bernada, arti, samapai gerakan dengan isyarat atau gerakan dari
terjemah ayat. Sekarang beliau ditempatkan mengajar di dua tempat,
Mafaza satu dan Mafaza 5, dan masih bergabung sampai sekarang.21
2. Wasiah, lahir di Jakarta, 15 Maret 1979, Tempat tinggal
sekarang,Ketapang, Cipondoh Tangerang. Hafal 5 juz, akan akan
terus menambah hafalan.
Ustazah Warsiah sama dengan dengan ustazah Siti, mulai
bergabung pada tahun 2016, awalnya wali santri dari Kafi dan Rafik.
21
Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
46
Beliau juga salah satu yang sesuai kriteria bacan bagus dan rajin
datang, gigih dan semangat belajar. saat ini beliau ditempat di Mafaza
1, dan mendirikan Rumah Taḥfīẓ sendiri di Rumahnya yaitu Mafaza
4, yang menjadi salah satu cabang dari Rumah Taḥfīẓ Mafaza. Di
Mafaza 4 ini tergolong pesat perkembangannya, hingga sekarang
santri yang mendaftar lebih dari 100 anak, santri-santri yang tidak
tertampung di Mafaza 1 dialihkan di Mafaza 4 ini.
3. Rahma Wati, lahir di Metro Lampung Tengah, 15 Juni 1976. Tempat
tinggal sekarang, Ketapang, Cipondoh Tangerang, saat ini hafal 2 juz,
akan akan terus menambah hafalan.
Ustazah Rahma Wati merupakan pengajar yang pertama kali
merintis bersama dengan Ustadz Farid dan istri. Dari beliau inilah
cikal bakal mendirikan PAUD dan Rumah taḥfīẓ , beliau merupakan
tetangga dekat Ustadz Farid, anak-anak beliaulah yang pertama kali
diajarkan oleh Ustadz Farid dan istri, dari 4 anak beliau, mengajak
anak-anak yang lain sampai berkembang sejauh ini. Beliau termasuk
yang berjasa mendirikan Rumah Taḥfīẓ Mafaza dalam segi materi
hingga jasa, beliau rela menjadikan Rumahnya sebagai penampung
kegiatan menghafal santri, dan sekarang juga beliau mendirikan
sendiri Rumah Taḥfīẓ untuk santri-santri Mafaza.22
4. Khuzaemah, lahir di Pemalang, 24 Desember 1984. Tempat tinggal
sekarang Cipondoh, Tangerang. Hafal 2 juz, akan terus menambah
hafalan.
Ustazah Khuzaemah awal bergabung pada tahun 2017, beliau juga
wali santri yang masuk kriteria bacaan bagus, dan rajin,23
bahkan
22 Farid Wajdi Nakib (Pendiri Rumah Tahfiz Mafaza Tangerang), diwawancarai
oleh Andri Liana, Larangan, 15 Agustus 2019, Banten. 23
Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
47
beliau mempunyai bekal metode qiroati24
dari segi tajwid dan yang
lainnya beliau tergolong bagus, hingga direkrutlah beliau menjadi
salah satu pengajar di Rumah Taḥfīẓ Mafaza.25
5. Ida Farida, lahir di jakarta, 24 Desember 1982. Tempat tinggal
sekarang Cipondoh, Tangerang. Hafal 2 juz, akan terus menambah
hafalan.
Ustazah Ida Farida mulai bergabung pada tahun 2016, bermula dari
wali santri yang direkrut, sesuai dengan kriteria bacaan al-Qur„ān
bagus juga rajin. Saat ini beliau selain mengajar di Mafaza juga
mengajar di SD IT, mengajar taḥfīẓ dengan menggunakan metode
yang dipelajari di Rumah Taḥfīẓ Mafaza.26
24
Metode qiro‟ati merupakan salah satu metode membaca al-Qur„ān. 25
Farid Wajdi Nakib, Wawancara. 26
Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
49
BAB IV
IMPLEMENTASI MOTODE MENGHAFAL AL-QUR‘ĀN DI
RUMAH TAḤFĪẒ MAFAZA
A. Konsep Dasar Metode QuantuMaky
Berikut dari pengolahan data yang berupa wawancara dan penjelasan
langsung dari pendiri Rumah Taḥfīẓ Mafaza, Ustadz Farid Wajdi Nakib
dan Istri.1
Awalnya konsep metode kami2 bermula dari metode isyarat,
kemudian jalan dua tahun ini Ustadz temukan sebuah padanan-padanan
konsep metode Ustadz, namanya QuantuMaky,3 Pengertian Quantum
dalam KBBI adalah banyaknya jumlah sesuatu, bagian dari energi yang
tidak dapat dibagai lagi.4 Quantum adalah interaksi yang mengubah energi
menjadi cahaya.5
Pengertian Quantum jika dikaitkan dengan menghafal lebih
menunjukkan pada sesuatu yang abstak, cepat, dan bagaikan cahaya.
Lebih sederhananya menghafal al-Qur„ān dengan cepat bagai cahaya dan
energi. Itu didapat karena Quantum mensinergikan cahaya, gerak, ilustrasi.
Jika dikaitkan dengan manusia dengan anggota tubuh anggota badan, mata
tangan, hati, pendengaran yang digunakan secara optimal.6
Maky itu nama dari istri Ustadz Farid, Nur Makiya, biasa dipanggil
Maky oleh keluarganya. Bisa dikatakan nama metode yang ada di Rumah
taḥfīẓ Mafaza terinspirasinya. Pada Metode tersebut, Maky itu sebetulnya
1 Farid Wajdi Nakib (Pendiri Rumah Taḥfīẓ Mafaza Tangerang), diwawancarai
oleh Andri Liana, Larangan, 15 Agustus 2019, Banten. 2 Ustadz Farid menyebut dirinya dan Istrinya dengan bahasa “kami”.
3 Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
4 Kamus Besar Bahsa Indonesia (KBBI).
5 Agusnanto, “Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning dan Model
Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Mata Diklat Programmable Logic Controller di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta,”
(Skripsi: S1 Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta, 2013), 15. 6 Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
50
singkatan, adapun Kepanjangan Maky adalah M (Murotal), A (arti), K
(kitabah), Y (isyarat). Konsep pengajaran metode Taḥfīẓ di Rumah Taḥfīẓ
Mafaza baik pusat ataupun cabang menggunakan QuantuMaky.7 Adapun
penjabaran Maky sebagai berikut:
M (Murotal), pelantunan nada memakai Muhammad Taha al-Junayd8
tetapi kami modif-modif sedikit, tidak terlalu mirip banget atau lebih
disederhanakan yang lebih simpel, misalnya pada ta„awudz, a‟udzu
billahi minasy syaitonir rojīm, cara pengajarannya dengan di-potong-
potong pada tiap perkata, kata yang pertama dari ta „awudz, a‟udzu billahi,
pengajarannya begitu dulu di-potong-potong agar dapat putusannya di
mana, atau cangkoknya di mana, kata selanjutnya dari ta‟awudz, minasy
syaitonir rojīm, bagian rojim agak lebih dinaikkan suaranya. Setelah itu
baru digabungkan dari awal sampai akhir ta‟awudz. Kemudian kami buat
tangga nadanya atau ada not-notnya, biasanya dalam trening dan
pengajaran di Rumah Taḥfīẓ Mafaza memakai nada yang pertama naik,
nada yang kedua turun, itu yang kami jadikan patokan nada, misalkan
dikaitkan pada ta„awudz, nada yang pertama naik dan nada yang kedua
turun. Jadi begitu terus nadanya naik turun naik turun. Simpel dan
gampang juga bagi anak-anak untuk mengikuti nadanya. Jadi tidak mirip
mirip banget dengan Muhammad Taha. Misalnya lagi pada surah ar-
Rahman, ayat pertama, “arrahman, nadanya naik”, ayat kedua “„allamal-
Qur„ān, nadanya turun”, ayat ketiga “kholakol insan, nada naik”, ayat
keempat “„allamahul bayan, nada turun lagi”, bagitu seterusnya.9
7 Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
8 Muhammad Taha al-Junayd adalah seorang Qori al-Qur„ān yang berasal dari
Bahrain. 9 Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
51
Untuk yang Arti menggunakan al-Qur„ān terjemah Depag atau yang
sampingnya ada terjemah, dan al-Qur„ān Depag yang ada terjemah
perkata. Dengan catatan dipotong-potong. Secara tidak langsung anak-
anak mengetahui bahasa Arab sedikit demi sedikit. Terkadang juga untuk
terjemah patokannya al-Qur„ān depag, namun ketika mengajar Ustadz
Farid kreasikan sendiri ada beberapa terjemah-terjemah yang memang
kaliamatnya berbeda namun yang Ia jadikan patokan adalah gerakannya.
Misalnya kata Robb dan kata Allah, kedua arti tersebut sama-sama Tuhan,
nah untuk dua kalimat tersebut disamakan gerakannya, yang berhubungan
dengan nama Tuhan disamakan gerakannya. Ada juga kaliamat yang
mudof dan mudof ileh, yang dua kalimat dijadikan satu gerakan.
Umumnya metode ini perkata, dalam penerjemahan biasanya subyek dan
predikat terstruktur, subyek diawal predikat di akhir. Karena kami
mengajarkan memakai gerakan isyarat kadang yang kami jadikan patokan
adalah kalimatnya. Saat penyampaian kami sesuaikan dengan kalimat,
distruktur al-Qur„ān terjemah Depag subyek diawal, predikat diahir,
obyek diahir, terstruktur dan membacaanya enak didengar. Akan tetapi
dalam pengajaran kami sesuaikan dengan kalimat perkalimatnya. Dalam
tata bahasa Arab terkadang subyeknya diahirkan, contohnya, “fabiayayyi
ala irabbikuma tukadziban, maka nikmat-nikmat manakah yang kamu
dustakan”, sebetulnya arti dari ayat tersebut “maka manakah nikmat-
nikmat tuhanmu yang kamu dustakan”. terkadang juga pada bahasa Arab,
jika diartikan dalam Bahasa Indonesia menjadi di balik subyek dan
predikatnya, tetapi di dalam pengajaran kami tetep mengikuti yang
Arabnya, misal fabiayyi tetep fabiayyi gerakannya. Tetapi ketika kami
terjemahkan disesuaikan dengan bahasa indonesia.
Kitabah, dengan cara ditulis, mengikuti atau menebalkan follow line
titik-titik yang ada dibuku QuantuMaky.
52
Adapun isyarat, sebetulnya sangat mudah hanya mengandalkan
visualitas atau penglihatan, khususnya bagi mereka yang sehat matanya.
Untuk metode isyarat sendiri bisa untuk yang tunanetra maupun yang
sehat atau yang tidak cacat matanya. Penerapannya tinggal memberikan
gerakan dari terjemah atau arti ayat yang sedang dihafalkan. Pertama
dibacakan terlebih dahulu ayatnya sambil gerakan atau isyaratnya
diperagakan, contohnya pada surah “ar-Rahman”, ayat pertama “ar-
Rahman, kedua tangan menjulur ke depan, sebagai simbol pengasih atau
pemberi,” biasanya dalam pengajaran dibaca sebanyak 3 kali sambil
kemudian ketika guru sudah membacakan barulah waktunya untuk
mengulangi lagi bisa dua kali atau tiga kali dan seterusnya. Pengulangan
ini penting karena bisa memperkuat bacaan atau hafalan santri, setelah itu
baru melanjutkan ayat berikutnya yaitu “„allamal-Qur„ān ayat kedua ini
ada dua kata („alama isyaratnya telunjuk kanan dikedepankan sambil di
ayunkan, kemudian Qur„ān isyaratnya kedua tangan seperti sedang
berdo‟a) kemudian disambung ayatnya dibacakan sambil isyaratnya
mengikuti)”. Setelah guru membacakan dan meperagakan gerakan atau
mengisyaratkan arti bacaan, selanjutnya santria mengikuti. Setelah 5 ayat
selesai dibacakan dan mengisyaratkan artinya, diulangi lagi dari ayat
pertama sampai ayat terahir dari target harian. Ayat selanjutnya
“kholako”, (isyaratnya, membuat simbol manusia, tangan kanan
dikepalkan sambil memukul ke bawah, kemudian lanjutan potongan ayat
berikutnya “ingsan”, kedua tangan seperti membentuk manusia,
membentuk kepalanya dengan bulatan, membentuk tangan sampai pada
kakinya, tangan kanan dan kiri membuat lingkaran lalu diayunkan ke
bawah).
Adapun sejarah menghafal al-Qur„ān dengan menggunakan
isyarat, Pertama kita lihat apa itu isyarat, isyarat ialah gerakan yang
53
diungkapkan oleh seseorang untuk menunjukkan sesuatu baik itu benda,
kata, kalimat dan seterusnya. Penggunaan isyarat sebetulnya sudah ada di
dalam al-Qur„ān , secara bahasa pada surah maryam ayat 29
“Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. mereka berkata:
Bagaimana Kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam
ayunan?”
Bunda Maryam memberikan isyarat kepada anak yang baru lahir
itu, yaitu Isa A.s, kemudian masyarakat yang kala itu hadir di hadapannya
mereka berkata bagaimana mungkin kami dapat berkomunikasi dengan
orang yang masih di dalam ayunan, kemudian saat itulah Isa dapat berkata
sebagai mu‟jizat dari Allah qola ibni abdulloh, sesungguhnya aku ini
adalah hamba Allah, ataniyal kitaba, dia telah memberikan aku kitab,
yaitu Injil, Waja„alani Nabiya, dan telah menjadikan aku seorang Nabi.
Nah ini penggunaan kata isyarat didalam al-Qur„ān. Ayat inilah yang
Ustadz gunakan sebagai cikal bakal metode isyarat, selain itu ada isyarat-
isyarat lain yang juga menginspirasi Ustadz Farid di dalam membuat
metode isyarat, seperti misalkan Allah sebutkan di dalam surah Yāsīn,
ayat ke 65
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada
Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa
yang dahulu mereka usahakan”
54
Pada hari itu, yaitu hari kiamat nanti Kami akan tutup, atas mulut-
mulut mereka, dan akan berbicara tangan-tangan mereka, dan akan
menyaksikan kaki merak atas perbuatan yang mereka kerjakan. Ini
memberi sebuah petunjuk bahwa Allah akan meberikan persaksian
terhadap anggota tubuh kita, dan persaksian yang paling penting itu adalah
persaksian yang langsung dilakukan oleh manusia itu sendiri yaitu lewat
anggota tubuh meraka, bukan lewat mulut, karena mulut bisa berbohong
dan berdusta. Adapun anggota tubuh yang lain seperti misalnya Tangan,
kaki, diharapkan agar bisa menjadi saksi. Oleh sebab itu, Ustadz
mengharapkan dari metode isyarat ini sebagai sebuah persaksian kita nanti
dihapan Allah, agar tangan, kaki dan anggota tubuh, kita jadikan sebagai
modalitas untuk menghafal al-Qur„ān . Mudah-mudahan nanti menjadikan
saksi kita dihadapan Allah atas perbuatan-perbuatan baik yang kita
lakukan.
Menghafalkan al-Qur„ān yang Ustadz Farid ketahui di dalam
makhfufin, makhfufin ini kata orang-orang yang memiliki kecacatan buta,
atau tunanetra, memang mereka punya teknik-teknik tertentu di dalam
menghafal al-Qur„ān, antara lain mereka mempunyai mushaf sendiri yaitu
mushaf braile, sangat umum sekali dipakai didalam menghafalkan al-
Qur„ān bagi para orang-orang tunanetra. Namun demikian mereka juga
mempunyai isyarat-isyarat yang lain, selain Qur„ānnya juga mereka
mempunyai isyarat-isyaratnya. Sebagai modalitas mereka didalam
menghafalkan al-Qur„ān. Namun ketika Ustadz Farid menciptakan metode
isyarat ini sebetulnya tidak terinspirasi dari hal itu, katakanlah tidak
mencontek dari isyarat-isyarat yang dibuat untuk tunanetra. Karena
isyaratnya ada yang sama ada juga yang berbeda, dan memang
sebelumnya belum mengetahui itu, ketika pertengahan saat Ustadz Farid
menciptakan metode tersebut Ia diberi tahu dari santri-santrinya, dari
55
situlah Ia baru mengetahui jika metode yang diciptakan sebagian ada
kesamaannya dengan motode pengajaran bagi orang-orang tunanetra. Jika
di Arab Saudi atau di Timur Tengah, isyarat tersebut sepertinya sudah
sangat banyak yang menggunakan, ada video-videonya di yautube bisa
dilihat, isyarat-isyarat yang digunakan oleh ashabulloh (ashabullah adalah
penyebutan bagi orang tunanetra) kata orang-orang tunanetra. Adapun di
Indonesia yang Ustadz Farid ketahui ada beberapa ulama-ulama yang
masih muda, yang pertama yang Ia ketahui adalah metode Hanifida,
metode Hanifida ini sebetulnya tidak secara langsung menggunakan
metode isyarat tetapi hanya menggunakan cantolan-cantolan atau
isyaratnya lebih sedikit. Penciptanya adalah Bapak Hanif dan Ibu Ida.
Menjadi Hanifida. Yang kedua adalah Ustadz Bobby dengan slogannya
Quantum Kauni, nama metodenya adalah metode MASTER Yaitu
kepanjangannya Menghafal al-Qur„ān semudah tersenyum.10
Metode
beliaulah sebagian besarnya menjadikan acuan Ustadz Farid di dalam
membuat metode isyarat ini. Kalau Ia awalny isyarat yaitu sekitar tahun
2014, ketika saat itu Ia diutus Ustadz Yusuf Mansur ke Pekan Baru
kemudian lanjut ke Tumbilahan, dan juga Riau, untuk berdakwah di sana
mengembangkan pesantren Darul Qur„ān, kemudian saat itu orang tua
Ustadz Farid meninggal dunianamun Ia tidak bisa bertemu karena sudah
dikebumikan. Dari situ Ustadz Farid ingin sekali memberikan sesuatu
yang bisa dikenang terus, terutama untuk Ibunya agar bisa menjadi pahala
yang terus mengalir untuk beliau, saat itulah Ia menciptakan metode
isyarat. Intensitasnya lebih banyak digunakan di daerah Tumbilahan Riau.
Di sana mulai membuat metode isyarat dimulai dari surah ar-Rahman
yang jumlah 78 ayat, diajarkan kepada santri-santri, sampai saat inipun
masih digunakan. Sejak itulah mulai intens, mulai mengajarkan juga
10
Adapun penjelasan metode master lihat dihalaman 4.
56
dengan istrinya, dan juga anak-anak santri yang saat ini ada di Tangerang
maupun yang ada di Rumah Taḥfīẓ – Rumah Taḥfīẓ binaan. Kemudian
setahun yang lalu Ustadz Farid menemukan padanan nama metode yang
diberi nama QuantuMaky, adapun Maky ini berupa singkatan, M adalah
Murotal, A adalah Arti, K adalah Kitabah, Y adalah isyarat.11
Jadi pengertian QuantuMaky jika digabungkan menjadi Menghafal al-
Qur„ān dengan cepat bagai cahaya melalui empat komponen metode
menghafal al-Qur„ān dari kata MAKY (Murotal, Arti, Kitabah, Isyarat).12
B. Persiapan Sebelum Menghafal
Kegiatan menghafal di Rumah Taḥfīẓ Mafaza dimulai pada pukul
16:00 sampai pukul 17:00 atau berlangsung sekitar 1,5 jam pada jadwal
harian, adapun sasaran observasi penulis adalah Rumah Taḥfīẓ Mafaza 1
dan 4. Itu artinya santri diharapkan datang sebelum pukul 16:00. Semua
santri diantar oleh keluarganya, karena usia mereka relatif terbilang masih
anak-anak, usia mulai dari 4 tahun atau pra TK, ada tingkat SD usia 7
sampai 13 tahun, ada SMP, usia 13 sampai 16 tahun. Sepengamatan
penulis dari beberapa kali observasi di Mafaza 1 dan 4 pada jadwal jam
16:00 penulis tidak melihat usia SMA sampai seterusnya. Santri-santri ada
yang diantarkan oleh ayahnya, ibunya, kakaknya, dan lain sebagainya.
Uniknya di Rumah Taḥfīẓ Mafaza ini yang diperkenankan mengikuti
kegiatan tidak hanya anaknya saja, akan tetapi pendiri dari Rumah Taḥfīẓ
yaitu Ustadz Farid dan istri memperkenankan para wali santri mengikuti
kegiatan menghafal dan duduk di belakang santri sambil mengikuti proses
menghafal. Sehingga tidak heran jika pengajar-pengajar Rumah Taḥfīẓ
11
Farid Wajdi Nakib, Wawancara. 12
Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
57
Mafaza semuanya dari wali santri yang dipilih dan rajin mengikuti trening
yang diadakan oleh Ustadz Farid dan Istri.13
Untuk pengkondisian santri-santri agar kondusif sebelum kegiatan
dimulai Hal pertama yang dilakukan adalah mengkondisikan santri-santri
atau mentertibkan, adapun pengkondisian dengan cara mengarahkan
santri-santri yang masih di luar untuk masuk ke ruangan, yang kedua
merapikan barisan duduk, yang ketiga memberikan semangat yaitu berupa
tepuk-tepuk, yel-yel agar membangkitkan semanagat belajar para santri.
Ketika semuanya sudah siap, barulah pengelompokan sesuai dengan
kelompok masing-masing berdasarkan surah terahir yang mereka hafal.
Kelompok terbagi menjadi dua, satu kelompok ar-Rahman, kelompok
Arrahman ini ialah kelompok yang awal masuk atau yang pertama masuk
ketika Rumah Taḥfīẓ Mafaza dibuka, kelompok yang kedua kelompok ar-
Rahim yaitu kelompok yang masuk belakangan atau masuk pada
penerimaan tahun berikutnya. Kelompok ar-Rahman sudah selesai di juz
30, jika santri ingin kuantitas hafalannya lebih banyak Ustadz Farid dan
istri membuka juga program hafalan takhassus atau khusus, yang bisa
mengikuti santri-santri yang sebelumnya sudah mempunyai bekal mampu
membaca al-Qur„ān, karena sistem menghafalnya mandiri. Jadwal
program takhosus ini biasanya diadakan pada weekend karena mayoritas
santri-santri mafaza berstatus pelajar tingkat menengah, sengaja kegiatan
takhossus ini dijadwalkan pada weekend agar tidak mengganggu waktu
sekolah. Program takhassus ini diadakan di Mafaza pusat, dan santri-santri
yang mengikuti diwajibkan menginap. Program takhossus ini tidak
menggunakan metode QuantuMaqy akan tetapi menggunakan metode
talaqy atau sistem setor, setelah hafal barulah disetorkan ke guru atau
13
Catatan observasi lapangan tanggal 14 Mei 2019.
58
Ustadzah. Program takhossus ini baru berjalan sekitar 3 bulan, adapun
target kecepatan atau kuantitas tergantung dari kesanggupan santri
masing-masing, selama jalan 3 bulan ini ada yang sudah hafal 2, samapi
2,5 juz. Menghafal al-Qur„ān dengan menggunakan QuantMaqy memang
terbilang cukup lama, untuk mencapai target hafalan secara kuantitas
penulis tidak merecomendasikan menggunakan metode tersebut, namun
secara kualitas melekat terus di ingatan sipenghafal atau susah hilangnya,
karena menggunakan 4 komponen sekaligus Murotal, Arti, Kitabah, dan
Isyarat.
Gambar 4. 1 Pengkondisian santri sebelum kegitan menghafal di
mulai.
Gambar di atas nampak para Ustadzah sedang mengkondisikan
santri baik yang baru datang atau yang sudah lama. Dalam menerima
pelajaran sangatlah dibutuhkan suasana yang nyaman dan kondusif, agar
tercipta suasana yang kondusif maka santri diarahkan merapikan tempat
duduk dan barisan.
Langkah selanjutnya sebelum menghafal dimulai membaca do‟a
sebelum belajar yaitu “Allah humma zidna „ilman warzukna fahman
birahmatika ya arha marrohimīn”, kemudian dilanjutkan dengan
membaca surah al fatihah sebagai pembukaan.
59
Sebelum kegiatan menghafal berlangsung, para Ustadzah
membimbing santri untuk membaca do‟a dan membaca surah al-Fatihah.
Bermohon dengan niat yang ikhlas agar dimudahkan dalam belajar, serta
mendapat barokah atas apa yang mereka kerjakan (menghafal).
C. Proses Kegiatan Menghafal
Jadwal Kegiatan menghafal al-Qur„ān di Rumah taḥfīẓ Mafaza 1 dan
4 setiap hari senin sampai hari jum‟at, yaitu pada pukul 16:00 sampai
dengan 17:30, atau setelah sholat asar. Secara keseluruhan penulis telah
melakukan pengamatan dalam proses menghafal sebanyak dua kali, yakni
pada tanggal 14 Mei 2019 dan 15 Agustus 2019, selebihnya penulis
menggali data dari Ustadz Farid Wajdi melalui tatap muka di Masjid
Fathullah Ciputat sebanyak satu kali, dan wawancara melalui via online.
Selasa 14 Mei 2019, adalah hari pertama kunjungan penulis ke Rumah
Taḥfīẓ Mafaza. Setiba di sana penulispun melakukan wawancara dengan
Ustadz Farid Wajdi, kemudian setelah wawancara selesai, penulis pun
diajak oleh istri Ustadz Farid berkunjung langsung ke cabang Rumah
taḥfīẓ Mafaza 2 dan Mafaza 4. Kunjungan ke dua cabang yang berbeda
dan di jam yang berbeda, yang pertama kunjungan ke Mafaza 4, yaitu
pada pukul 11:00 kegiatan menghafal diisi oleh ibu-ibu Rumah tangga dan
sebagaian adalah wali santri, pengajian ini dibimbing langsung oleh Istri
Ustadz Farid, pada kegiatan pengajian inilah Istri Ustadz Farid dapat
menilai mana bacaan ibu-ibu atau wali santri yang memadai atau bagus
untuk dijadikan pengajar di Rumah Taḥfīẓ Mafaza, tentunya wali santri
yang rajin mengantarkan anaknya mengaji, dan duduk di belakang sambil
mengikuti kegiatan Rumah Taḥfīẓ Mafaza, pada kegiatan pengajian ibu-
ibu inilah Istri Ustadz Farid dapat menilai langsung dengan meninjau
60
bacaan face to face.14
Saat itu penulis menyaksikan langsung kegiatan
menghafal yaitu menggunakan metode QuantuMaky15
dibimbing oleh istri
Ustadz Farid, membaca dengan nada, memahami arti dan mengisyaratkan
arti dengan gerakan. Selanjutnya kunjungan ke Rumah Mafaza 2, kegiatan
mengahafal diisi oleh anak-anak dari jenjang TK sampai SMP, di Mafaza
2 pun penulis menyaksikan langsung kegiatan menghafal menggunkan
metode Quantum Maky, yaitu membaca dengan irama, memahami arti dan
memperagakan arti dengan isyarat gerakan. kegiatan berlangsung dari
pukul 16:00-17:30, adapun pengajar di Mafaza 2 diisi oleh beberapa
Ustadzah yang Rumahnya tidak jauh dari lokasi, santri terbilang cukup
banyak sekitar sekitar 80 santri.
Kamis 15 Agustus 2019, adalah hari kedua penulis berkunjung ke
Rumah taḥfīẓ Mafaza. Setiba di sana penulis melakukan wawancara
kembali dengan Ustadz Farid, dilanjutkan dengan kunjungan ke Mafaza 4,
yaitu pada pukul 11:00. Dan sore harinya berkunjung ke Mafaza 1, di sana
juga penulis melakukan dokumentasi.
Sebelum kegiatan dimulai terlebih dahulu para peserta atau para santri
merapikan barisan duduk, kemudian para pengajar atau Ustadzah maju ke
depan mengahadap ke arah peserta, setelah barisan duduk dirasa sudah
kondusif barulah dimulai kegiatan menghafal, yaitu membaca ta„awus,
a‟udzubillahi minassyaitonirrojim, dilanjut dengan membaca alfatihah
secara bersama-sama. Adapun untuk mengantisipasi kejenuhan dan
mencegah datangnya kantuk diselingi dengan game dan yel-yel. Setelah
dirasa santri atau peserta telah siap menerima transferan hafalan baru,
barulah kegiatan menghafal dimulai.
14
Catatan observasi lapangan tanggal 14 Mei 2019. 15
Pengertian Quantum Maky lihat dihalaman 55.
61
Yang pertama Guru mengenalkan surah dan mengenalkan surah
tersebut termasuk Makkiyah atau Madaniah, selanjutnya Guru
membacakan ayat yang akan dihafal, dengan cara dipotong atau dipenggal
perkata, kemudian disatukan, barulah setelah itu santri mengikuti,
sekaligus isyarat dan artinya. Agar santri tidak bosan, diselingi dengan
tepuk-tepuk, yel-yel dan nyanyi-nyanyi. Di dalam prosesnya ada momen
di mana santri dipersilahkan maju kedepan baik secara individu atau
berkelompok, membacakan, menerjemahkan atau mengartikan, serta
mengisyaratkan ayat yang sedang dihafal. Tentu saja hal tersebut sangat
menyenangkan selain melatih keberanian santri, juga sebagai perangsang
santri-santri yang lain untuk brani maju ke depan, dan juga hal positifnya
semakin sering santri maju ke depan, itu artinya semakin memperkuat
daya penggunaan auditori seseorang, sehingga hafalanpun semakin
melekat.16
Kunjungan penulis pada tanggal 15 Agustus 2019 kegiatan yang
sedang berlangsung di Rumah Taḥfīẓ Mafaza 4 adalah penambahan ayat
yaitu surah al-Ma‟un, jumlah ayat pada surah al-Ma‟un sebanyak 7 ayat,
dan pada hari tersebut penambahan ayat hanya 3 ayat, sesuai dengan target
harian, karena potongan ayat yang tidak terlalu panjang santripun bisa
menambah hafalan 3 ayat pada surah al-Ma‟un, dan ayat berikutnya akan
dilanjutkan pada pertemuan jadwal menambah hafalan ayat pada jadwal
berikutnya, kemudian kegiatan selanjutnya dilanjutkan dengan muroja‟ah
surah yang lainnya yang sudah pernah dihafal sebelumnya.
16
Hasil observasi lapangan tanggal 15 Agustus 2019.
62
Gambar 4. 2 moment Ustadzah Kafi mulai mengenalkan surah
dan ayat.
Untuk lebih jelasnya, penulis akan uraikan secara rinci bagaimana
gambaran metode QuantuMaky visualisasi makna yang diaplikasikan
dalam surat Al-Ma‟un dan dilanjut dengan muroja‟ah surah-surah yang
lain, dan yang menjadi sasaran penelitian kali ini adalah kelompok ar-
Rahim, yaitu kelompok yang mendaftar pada tahun 2017, adapun
kelompok kelompok yang lain tidak penulis cantumkan di tabel
dikarenakan pada saat penelitian penulis memfokuskan pada satu
kelompok yaitu kelompok ar-Rahim, karena kegiatan menghafal secara
bersamaan dan sulit bagi penulis meninjau semua kelompok karena
terpisah ruangannya masing-masing. 17
Surah al-Ma‘un
17
Hasil observasi lapangan tanggal 15 Agustus 2019.
63
“1. tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? 2. Itulah
orang yang menghardik anak yatim, 3. dan tidak menganjurkan memberi
Makan orang miskin.
Tabel 4. 1 Potongan Ayat dan Contoh Gerakan Surat al-Ma‘un
Potongan Ayat Potongan Arti Gerakan
tahukah kamu telunjuk ditempelkan
ke mata sambil ditarik
ke depan
(orang) yang
mendustakan agama
kedua telunjuk
menyilang
ditempelkan di mulut
sambil dihadapkan ke
dalam
Itulah orang yang telunjuk kanan
dikedepankan
menghardik anak
yatim
tangan kanan
mengepal sambil
memukul orang
dan tidak tangan kanan melabai
tanda tidak
menganjurkan kedua tangan
melambai ke dalam
tanda mengajak
memberi Makan orang
miskin
tangan kanan
memberikan isyarat
makan
Dilanjutkan dengan muroja„ah surah al-„Asr, al-Fīl dan al-
Humazah.
64
Gambar 4. 3 beberapa santri putra maju ke depan.
Beberapa santri putra maju ke depan muroja‟ah surah yang sudah dihafal
sebelumnya yaitu surah al-„Asr, surah al-Fīl dan surah al-Humazah.
Santri-santri putra ini mengartikan sekaligus memperagakan gerakan arti
dari ayat dari tiga surah tersebut.
Gambar 4. 4 Moment beberapa santri putri maju ke depan.
Beberapa santri putri maju ke depan membacakan, mengartikan
sekaligus memperagakan gerakan arti dari ayat yang dihafal.
Selain santri putra, santri putripun tidak ketinggalan tampil ke depan
secara berkelompok sebanyak 3 orang muroja‟ah surah yang sudah dihafal
sebelumnya yaitu surah al-„Asr, surah al-Fīl dan surah al-Humazah.
65
Surah Al-‘Asr
“1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Tabel 4. 2 Potongan ayat dan contoh gerakan surat Surah al-‘Asr
Potongan Ayat Potongan Arti Gerakan
demi masa telunjuk kanan ke depan
Sesungguhnya telunjuk tangan kanan di
kedepankan
manusia itu symbol manusia
benar-benar dalam kerugian tangan kanan
ditempelkan ke leher dan
digerakkan seperti
memotong leher
kecuali orang-orang yang
beriman
tangan kanan dan kiri
takbir seperti sholat
dan mengerjakan amal saleh tangan kanan
mengeluarkan uang dari
kantong tanda
mengerjakan kebaikan
dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran
jari-jari tangan kanan di
tempelkan di mulut
sambil menoleh ke kiri
dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran
jari-jari tangan kiri di
tempelkan di mulut
sambil menoleh ke ke
66
kanan
SURAT AL-FĪL
“1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah
bertindak terhadap tentara bergajah? 2. Bukankah Dia telah menjadikan
tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia? 3. dan Dia
mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, 4. yang
melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, 5. lalu
Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”
Tabel 4. 3 Potongan ayat dan contoh gerakan surat Surah al-Fīl
Potongan Ayat Potongan Arti Gerakan
Apakah kamu tidak
memperhatikan bagaimana,
telah bertindak
telunjuk kanan ditempelkan
di mata
Tuhanmu telunjuk kanan di naikan ke
atas 30 derajat
terhadap tentara bergajah kaki kana dan kiri dihentak
hentakkan seperti jalannya
gajah
Bukankah Dia telunjuk kanan ke depan
67
telah menjadikan tipu daya
mereka
tangan kanan dan kiri
membuat kotak ka‟bah
itu sia-sia tangan kanan digerakkan ke
bawah, posisi tangan
terbuka ke dalam
dan Dia mengirimkan tangan kanan seperti
memegang sesuatu di
gerakkan cepat ke depan
kapada mereka burung yang
berbondong-bondong
tangan kanan dan kiri
digoyangkan seperti burung
yg mengepakkan sayapnya
yang melempari mereka tangan kanan seperti
memegang sesuatu kemudian melemparkannya
dengan batu jari telunjuk membentuk
lingkaran seperti batu-batu kecil
dari tanah yang terbakar telunjuk kanan dan kiri
menunjuk ke tanah
lalu Dia menjadikan mereka telunjuk kanan di depan
lalu telapak tangan kanan
digerakkan sedikit ke
samping kanan
seperti daun-daun yang
dimakan (ulat)
jari-jari tangan kiri
dirapatkan symbol daun dan
diletakkan di depan dada
lalu tangan kanan
digerakkan sepertti ulat yg
meliuk liuk dan akhirnya
memakan daun itu
68
Surah al-Humazah
آلله
“1. kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela, 2. yang
mengumpulkan harta dan menghitung-hitung. 3. Dia mengira bahwa
hartanya itu dapat mengkekalkannya, 4. sekali-kali tidak! Sesungguhnya
Dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. 5. dan tahukah
kamu apa Huthamah itu? 6. (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang
dinyalakan, 7. yang (membakar) sampai ke hati. 8. Sesungguhnya api itu
ditutup rapat atas mereka, 9. (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang
yang panjang.”
Tabel 4. 4 Potongan ayat dan contoh gerakan surat Surah Al-
Humazah.
Potongan Ayat Potongan Arti Gerakan
kecelakaanlah bagi Setiap
tangan kanan ditempelkan
ke leher dan digerakkan
seperti memotong leher
pengumpat lagi pencela telapak kanan dan kiri
menempel di mulut sambil
bergerak ke kiri dan kanan
Yang telunjuk kanan di gerakkan
ke depan
mengumpulkan harta tangan kanan dan kiri
direntangkan lalu
digerakkan kedepan hingga
bertemu ujung ujung jari
69
dan menghitung-hitung telapak kiri dibuka lalu
telunjuk kanan digerakkan
ke atas kebawah di atas
telapak kanan
Dia mengira telunjuk kanan diletakkan
di pelipis kanan lalu
digerakkan ke samping
kanan
bahwa hartanya itu jempol dan telunjuk kanan
digesek gesek seperti
symbol uang
dapat mengkekalkannya kedua telapak tangan
dikepalkan lalu digerakkan
ke depan dada
sekali-kali tidak telunjuk kanan digoyang-
goyangkan tanda tidak
Sesungguhnya Dia benar-benar
akan dilemparkan
tangan kann mengepal lalu
diayunkan ke depan seperti
melempar sesuatu
ke dalam Huthamah tangan kanan dikepal lalu
digerakkan menyilang dari
atas ke bawah
dan tahukah kamu apa telunjuk kanan diletakkan
didepan mata dan
digerakkan ke depan
Huthamah itu tangan kanan dikepal lalu
digerakkan menyilang dari
atas ke bawah
70
آلله
(yaitu) api (yang disediakan)
Allah yang dinyalakan
tangan kanan dan kiri di
gerakkan ke atas dan
kebawah buat api
Yang telunjuk tangan kanan
dikedepankan
(membakar) tangan kanan dan kiri di
gerakkan ke atas dan
kebawah buat api
sampai ke hati tangan kanan memegang
dada / hati
Sesungguhnya api itu telunjuk tangan kanan
dikedepankan
ditutup rapat atas mereka tangan kanan dan kiri di
gerakkan ke atas dan
kebawah buat api
dilanjutkan dengan jari-jari
tangan saling bertemu dan
terikat tanda tertutup rapat
(sedang mereka itu) diikat pada
tiang-tiang yang panjang
tangan kanan dan kiri
membuat tiang tiang
panjang tangan kanan dan
kiri mebuat gerakan
mengikat
D. Kiat Menjaga Hafalan
Menjaga hafalan adalah bagian yang sangat penting, jika hal ini
diabaikan maka perjuangan susah payah selama menghafal akan sia-sia.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam menjaga hafalan. Adapun
target yang penulis wawancarai adalah pengajar dan beberapa wali santri
Rumah Taḥfīẓ Mafaza. Berikut jawaban dari wawancara penulis dengan
71
beberapa pengajar dan wali santri Rumah Taḥfīẓ Mafaza terkait dengan
hal-hal yang perlu dilakukan dalam menjaga hafalan:
1. Niat karena Allah
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 15
Agutus kepada Ustadz Farid hal pertama yang perlu ditanamkan pada
hati dalam menjaga hafalan ialah niat karena Allah. Adapun di slogan
Ustadz Niat adalah nomor satu. Yang kedua proses atau cara
menghafalnya. Oleh karna itu ketika menghafal jangan cepat-cepat
atau buru-buru, karena ketika hafalan buru-buru atau cepat-cepat akan
menjadikan hafalan cepat lupa dan akan berpengaruh juga pada
kualitas hafalan, akan sulit dipakai di dalam sholat. Standar hafalan
dikatakan tartil minimal bisa mengamalkan 6 rukun tajwid, yaitu: Ikha,
Iqlab, idzhar, Ikhfa syafawi, Idghom Mimi, Ghunnah. Diharapkan
keenam hal tersebut bisa dijaga dalam menghafal agar bisa
menghasilkan hafalan yang berkualitas, tidak terburu-buru dalam
proses menghafal.
2. Muroja„ah18
Semua pengajar dan wali santri yang penulis wawancarai
menjawab, Muroja„ah adalah hal yang perlu dilakukan dalam menjaga
hafalan, Jawaban dari Muroja‟ah adalah mengulang-ngulang ayat yang
telah dihafalkan baik hafalan baru ataupun hafalan lama merupakan
hal terpenting dalam menjaga hafalan. Tidak mungkin bisa menghafal
al-Qur„ān tanpa continiu atau terus menerus melakukan muroja‟ah.
Jika seseorang tidak rajin muroja‟ah maka seiring berjalannya waktu
hafalan itu akan hilang. Apalah artinya seseorang hafal beberapa juz
18 Umi Kafi, umi Anggit, Uul, Umi Herfida, Umi Aisyah, bapak Jaka (Wali
Santri Rumah Tahfiz Mafaza) , diwawancarai oleh Andri Liana, Larangan, 24 November
2019, Banten.
72
namun tidak mampu menghadirkannya dalam setiap kesempatan atau
lupa. Wali santri “Bunda Uul, bunda Aisah, pak Jaka memberi
keterangan murojaah yang dilakukan oleh anaknya dengan cara
membaca kembali ayat-ayat yang telah dihafal setelah selesai sholat
magrib, sementara Bunda Herfida memberi jawaban murojaah yang
dilakukan oleh anaknya selain mengulang di waktu setelah selesai
shalat Magrib, ketika sedang dalam perjalanan, di mobil ia
memutarkan audio al-Qur„ān surah yang sedang atau yang sudah
dihafal, adapun jawaban dari Bunda Kafi muroja„ah yang dilakukan di
Rumah berupa dibuatkan jadwal mengaji bersama ayah dan bunda
setelah sholat magrib, diwaktu itulah Muhammad Kafi (anaknya)
diminta untuk mengulang bacaan yang telah dihafal, apabila ada
bacaan yang salah atau keliru bunda Kafi dan suaminya akan
membetulkan bacaan yang salah tersebut sampai benar semua sesuai
dengan koidah tajwid.
3. Membaca dalam shalat19
Dari 4 pengajar sekaligus wali santri dan 2 wali santri yang
penulis wawancarai pada tanggal 24 November 2019, mengulang hafalan
di waktu sholat sangatlah efektif menjaga hafalan.20
Ustadz Farid
sedikit lebih menguraikan salah satu cara menjaga hafalan dibaca
dalam sholat, baik sholat sendiri ataupun berjamaah ketika menjadi
imam. Hal itu akan menjadikan hafalan lebih terjaga dan terawat.
Sepengalam Ustadz Farid dulu pernah menjadi Imam sholat di Masjid
19
Umi Kafi, umi Anggit, Uul, Umi Herfida, Umi Aisyah, bapak Jaka,
Wawancara. 20
Umi Kafi, umi Anggit, Uul, Umi Herfida, Umi Aisyah, bapak Jaka,
Wawancara.
73
Fathullah, Imam Tarawih dan sebagainya, hal tersebut pengaruhnya
besar dalam menjaga hafalan.21
Namun ada beberapa wali santri yang menjawab menjaga hafalan
dengan cara membacanya dalam sholat kurang efektif, karena anak-
anak cenderung kurang fokus, dan membaca ayat perayat dengan
terburu-buru. Jadi jika menjaga hafalan dalam sholat untuk usia anak-
anak kurang efektif, berbeda dengan orang dewasa yang cenderung
fokus.22
Menurut hemat penulis dari observasi yang dilakukan pada tanggal
15 Agustus 2019 menjaga hafalan dalam sholat sangatlah baik
terkhusus bagi seseorang yang fokusnya bagus, sholat sendiri terdiri
dari sholat wajib dan sholat sunnah, sholat wajib terbagi 5 waktu:
magrib, isya, subuh, dzuhur, ashar. Jika dalam 1 waktu sholat
seseorang mampu mengulang hafalan sebanyak 1 lembar hafalan
misalnya, maka dikali 5 waktu menjadi 5 lembar perharinya. Ditambah
lagi sholat sunnah, jika seseorang mendirikan sholat sunnah dhuha dan
tahajjud dalam tiap harinya, dan dalam tiap waktu sholat sunnah
mampu mengulang 1 lembar hafalan, maka dijumlahkan dari sholat
wajib sampai sholat sunnah sebanyak 7 lembar perharinya.23
4. mengikuti Musabaqotil Qur„ān.24
Yang keempat, dari hasil wawancara penulis dengan Ustadz Farid
Wajdi pada tanggal 15 Agustus, salah satu menjaga hafalan ialah
dengan cara mengikuti Musabaqotil Qur„ān. Sepengalaman Ustadz
sesekali walaupun tidak sering. Hal tersebut akan menjadikan diri kita
21
Farid Wajdi Nakib, Wawancara. 22
Umi Kafi, umi Anggit, Uul, Umi Herfida, Umi Aisyah, bapak Jaka,
Wawancara. 23
Catatan observasi lapangan 24 November 2019. 24
Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
74
termotivasi, karena di situ berkumpul peserta-peserta yang terbaik.
Jadi akan menjadikan diri kita termotivasi menambah hafalan dengan
berbagai peserta terbaik. Waktu Ustadz Farid dulu misalnya tahun ini
ikut 10 juz, di tahun berikutnya bisa ikut 20 juz bahkan tahun
berikutnya bisa ikut 30 juz. Demikian pengaruh musabaqotil qur‟an
baginya.
5. Tasmi‟
Yang kelima dari hasil wawancara penulis dengan Ustadz Farid
Wajdi pada tanggal 15 Agustus, salah satu menjaga hafalan ialah
dengan cara Tasmi‟ dulu Ustadz sering mengikuti tasmi‟, hal ini juga
mempunyai pengaruh. Mengikuti Tasmi‟ sekali duduk bisa 5 juz,
tasmi‟ bersama teman-teman, tanpa melihat mushaf, bergantian ada
yang bertindak sebagai penyimak hafalan. Di situ berkumpul sekaligus
ngeriung bersama, hafalan disimak sudah sejauh mana.
6. Menjadikan al-Qur„ān sebagai dzikir25
Yang kelima dari hasil wawancara penulis dengan Ustadz Farid
Wajdi pada tanggal 15 Agustus, salah satu menjaga hafalan ialah
dengan cara menjadikan al-Qur„ān sebagai dzikir yang selalu diulang-
ulang. Caranya dulu ketika di kelas saat dosen berhalangan hadir Ia
ulang-ulangi terus hafalan, dan juga ketika perjalanan dari pondok
Darussunnah ke UIN diulang-ulangi terus hafalan.
Selanjutnya ada juga makanan-makanan yang bisa meningkatkan
hafalan, yaitu madu, susu. Ada juga waktu-waktu menghafal terbaik,
umumnya semua waktu menghafal itu baik, namun ada waktu
menghafal yang paling baik yaitu waktu saat bangun tidur, saat selesai
sholat, dari kelima waktu sholat yang 5 waktu yaitu Dzuhur, Ashar,
Magrib, Isya, Subuh, dulu Ustadz Farid sering menerapkan itu selesai
25
Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
75
sholat menyisihkan waktu sekitar 10 menit untuk menghafal, itu tadi
semua waktu-waktu bagus kondisi otak sedang aktif aktifnya.26
E. Hambatan dalam Menghafal
1. Malas27
Salah satu faktor penghambat dalam menghafal adalah malas.
Menurut hasil wawancara dengan beberapa pengajar dan wali santri,
pada tanggal 24 November 2019, ada beberapa indikasi yang memadai
gelaja malas dalam menghafal. Alasan malas bisa disebabkan oleh
jenuh ketika menghafal sudah terlalu lama, bisa juga disebabkan oleh
ayat yang terlalu susah untuk dihafal atau kosakata ayat sulit dipahami,
juga bisa disebabkan cape dengan kesibukan sekolah.28
2. Gadget (smartphone)29
Gadget (smartphone) adalah salah satu hambatan terbesar kedua
setelah malas, dalam menghafal al-Qur„ān. Dari 4 pengajar sekaligus
wali santri dan 2 wali santri yang penulis wawancarai, 4 di antaranya
menjawab handphone sebagai faktor penghambat dalam menghafal al-
Qur„ān. Fitur-fitur yang ditawarkan smartphone sangatlah
menggiurkan dan membuat anak akan semakin ketagihan, terutama di
game online yang ditawarkan handphone yang akan memalingkan
anak dari hafalannya. Adapun sebagai orangtua perlu memperhatikan
dan membatasi penggunaan handphone terhadap anak.
Selain itu juga smartphone secara umum dapat menimbulkan
Radiasi yang dampaknya berakibat negatif bagi kesehatan.30
Hal ini
26
Farid Wajdi Nakib, Wawancara. 27
Umi Kafi, umi Anggit, Uul, Umi Herfida, Umi Aisyah, bapak Jaka,
Wawancara. 28
Umi Kafi, umi Anggit, Uul, Umi Herfida, Umi Aisyah, bapak Jaka,
Wawancara. 29
Umi Kafi, umi Anggit, Uul, Umi Herfida, Umi Aisyah, bapak Jaka,
Wawancara.
76
menjadi ancaman besar bagi santri dalam menghafal al-Qur„ān,
dengan adanya handphone dapat mengalihkan perhatian, baik
kalangan anak-anak, remaja, sampai orang tua dengan fitur- fitur yang
ditawarkan, selain itu juga efek radiasi dari handphone tersebut dapat
mengganggu kesehatan santri. 31
3. Sibuk dengan urusan yang lain32
Pada umumnya setiap orang mempunyai kesibukan masing-
masing. Dari wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa
pengajar dan wali santri mengeluhkan atau kasihan dengan padatnya
kegiatan anak-anak di sekolah sehingga konsentrasi menghafal al-
Qur„ān pun menurun.33
Penulis mengamati santri-santri Rumah Taḥfīẓ Mafaza memang
hampir semuanya masih duduk di bangku menengah, yang mana
kegiatan pagi sampai siang hari adalah sekolah, yang biasanya di
sekolah menengah ini guru di sekolah memberikan tugas tambahan
yaitu berupa PR (pekerjaan Rumah).34
4. Banyak bermain35
Dari wawancara yang penulis lakukan terhadap pengajar dan wali
santri, ada beberapa wali santri yang menjawab bermain adalah faktor
penghambat menghafal al-Qur„ān. Bermain bisa dilakukan dalam
Rumah ataupun di luar Rumah, apalagi ketika si anak sudah berjumpa
30
https://dampakpositifnegatif.blogspot.com/2011/09/dampak-positif-negatif-
handphone-bagi.html. 31
Catatan observasi lapangan 24 November 2019. 32
Umi Kafi, umi Anggit, Uul, Umi Herfida, Umi Aisyah, bapak Jaka,
Wawancara. 33
Umi Kafi, umi Anggit, Uul, Umi Herfida, Umi Aisyah, bapak Jaka,
Wawancara. 34
Catatan observasi lapangan tanggal 14 Mei 2019. 35
Umi Kafi, umi Anggit, Uul, Umi Herfida, Umi Aisyah, bapak Jaka,
Wawancara.
77
dengan teman-temannya, ia akan lupa jadwal menghafal jika selaku
orang tua tidak mengingatkan, ketika sudah pulang dari bermain pun
terkadang si anak kurang minat menghafalnya dengan beralasan cape
dari bermain.36
Bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permaianan.
Melalui kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang diri
mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan
bermain, anak bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan mencipta
sesuatu.37
5. Ketika makan terlalu banyak38
Dari hasil wawancara penulis dengan Ustadz Farid Wajdi pada
tanggal 15 Agustus, salah satu hal yang bisa menghambat hafalan ialah
Ketika makan terlalu banyak. Hal ini akan menyebabkan ngantuk dan
sebagainya.
6. Hubungan kedekatan dengan lawan jenis39
Dari hasil wawancara penulis dengan Ustadz Farid Wajdi pada
tanggal 15 Agustus, salah satu hal yang bisa menghambat hafalan ialah
hubungan kedekatan dengan lawan jenis, hal ini akan mengalihkan
fokus hafalan.
Itulah jawaban dari wawancara penulis dengan pengajar dan wali
santri yang penulis rangkum.
36
Umi Kafi, umi Anggit, Uul, Umi Herfida, Umi Aisyah, bapak Jaka,
Wawancara. 37
Waroka Widya, Bermain dan Permainan
http://widyawarokaa.blogspot.com/2012/12/bermain-dan-permainan.html (Akses: 29
Agustus 2013). 38
Farid Wajdi Nakib, Wawancara. 39
Farid Wajdi Nakib, Wawancara.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan ini pada intinya adalah jawaban atas rumusan masalah
yang ada, yakni bagaimana penerapan metode QuantuMaky di Rumah
Taḥfīẓ Mafaza Tangerang dalam menghafal al-Qur„ān.
Adapun penerapan metode yang ada di Rumah Taḥfīẓ Mafaza yaitu
memakai metode QuantuMaky, yang mana kepanjangan dari Maky sendiri
yaitu, M (Murotal), A (arti), K (kitabah), Y (isyarat).
Metode QuantuMaky terbilang cukup menarik perhatian dalam
menghafal al-Qur„ān yang fun dengan tambahan isyarat yang ditawarkan
dari metode ini, sehingga anak-anak akan aktif bergerak atau tidak
monoton, karena diusia ini anak-anak aktif mencari sesuatu yang menarik,
terutama dalam belajar. Dalam segi kualitas penulis menganjurkan untuk
menggunakan metode ini, karena metode ini menggunakan tiga
kecerdasan sekaligus yaitu Visual (penglihatan) dengan cara melihat
gurunya menyampaikan, Auditori (pendengaran) mendengarkan gurunya
membacakan ayat yang sedang dihafal, Kinestetik (gerak) dari isyarat
yang diterapkan pada metode ini.
Adapun kekurangan dari metode ini, untuk mengejar hafalan 30
juz dalam waktu singkat jauh dari harapan, karena ada beberapa persoalan
yang pertma, metode ini terbilang masih baru kemuculannya, yaitu baru
berjalan sekitar 2 tahun lebih kurangnya, selain itu juga metode ini
diperuntukkan untuk anak-anak, yang mempunyai kesibukan sekolah,
bukan fokus terhadap hafalan semata.
80
B. Saran
Bagi pihak lembaga
1. Metode QuantuMaky sebaiknya segera dibukukan baik penjelasan
teoritis ataupun penjelasan prakteknya, agar masyarakat luas
mengetahui metode ini dan dapat menerapkannya dalam proses
menghafal al-Qur„ān .
2. Rumah Taḥfīẓ Mafaza akan lebih baik jika dikenalkan tidak hanya
di Tangerang dan Serang saja, di kota lainpun perlu dibuka, karena
minat penghafal al-Qur„ān itu sangat banyak, khususnya di
Indonesia.
3. Akan lebih baik lembaga mebuka santri bermukim atau menginap,
karena dari wawancara penulis terhadap wali santri hampir semua
menjawab bahwa pengaruh smartphone merupakan hambatan
menghafal al-Qur„ān , dengan santri bermukim akan terkontrol dari
gadjet atau smartphone.
81
DAFTAR PUSTAKA
Ardy, Novan, Wiyani dan Barnawi. Ilmu Pendidikan Islam: Rancangan
Bangun Konsep Pendidikan Monokotomik-Holistik . Jogyakarta: Ar-
Ruzz Media 2012.
Arsyad, Lincoln Suratno. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan
Bisnis. Yogyakarta: APP AMPYKPN, 1995.
Atabik, Ahmad, “The Living Qur‘ān : Potret Budaya Taḥfīẓh Al-Qur‘ān di
Nusantara,” Jurnal Penelitian, Februari, 2014.
bapak Jaka, Umi Kafi, umi Anggit, Uul, Umi Herfida, Umi Aisyah, (Wali
Santri Rumah Tahfiz Mafaza) , diwawancarai oleh Andri Liana,
Larangan, 24 November 2019, Banten.
Bella, Mei Mita dan Widya Ratna, Luluk. Perilaku Malas Belajar
Mahasiswa di lingkungan Kampus Universitas Stunujoyo Madura.
Jurnal Ilmiah: 2018.
Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada
Media Grup, 2011.
Darmadi, H. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa Yogyakarta: Deepublish Press, 2012.
Departemen Agama (RI). al-Qur‘ān dan terjemahnya. Bandung: CV
Penerbit Diponegoro, 2000.
al-Hafidz, W Ahsin. Bimbingan Praktik Menghafal Al-Qur‘ān. Jakarta:
Bumi Aksara, 1994.
Hajarman. “Implementasi Metode Sima‟I dan Takrir dalam meningkatkan
hafalan al-Qur„ān di Sekolah Dasar Muhammadiah 1 Bandar
lampung,” Tesis S2 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan,
Universitas Islam Negeri Bandar Lampung, 2017.
Hervina, Kusumawati. Implementasi model Turki Utsmani dalam
menghafal Al-Qur‘ān di Yayasan Taḥfīẓ Qur‘ān Sulaimaniyah
Jatim,” Tesis S2,UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018.
82
Hidayatullah. Jalan panjang menghafal al-Qur‘ān 30 Juz : Napak Tilas
dan Kesuksesan menghafal al-Qur‘ān sejak usia Baligh. Jakarta:
Pustaka Ikadi Pustaka 2016.
https://dampakpositifnegatif.blogspot.com/2011/09/dampak-positif-
negatif-handphone-bagi.html.
Iqbal Ahmad. “Penggunaan metode Master dalam Menghafal Al-Qur„ān
di Yayasan Askar Kauny,” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2018.
Irawan Afrianto dan Herdiansyah M Yanyang. “Pembangunan aplikasi
bantu dalam menghafal Al-Qur„ān berbasis mobile,” Bandung: Jurnal
Ilmiah, 2013.
Kultsum, Lilik Ummi. “Menghafal Al-Qur‘ān dalam Pendidikan Formal,”
Jurnal: 12 Juli 2010.
al-Maududi, Abul A„la, dkk. “Metode Taḥfīẓ al-Qur„ān bagi Pelajar dan
Mahasiswa,” Bogor: Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun, 2014.
Moleong. Lexy J, metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya 2006.
Mulyani, Sri, Metode Analisis dan Perancangan Sistem. Bandung: Abdi
Sistematika, 2006.
Nakib Farid Wajdi. metode Isyarat, Tangerang: Rumah Taḥfīẓ Mafaza
2016.
Nur Laili Saadah. “Perbandingan penggunaan Metode Wahdah dengan
Metode Hanifida terhadap kecepatan menghafal Al-Qur„ān,” Tesis S2
Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum, 2015.
Nurbuko, Kholid. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara 2009.
Pena, Tim Pustaka , Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gita Media
Press 1995.
Purwanto, Setiyo. “Hubungan daya ingat jangka pendek dan kecerdasan
dengan kecepatan kecepatan menghafal Al-Qur„ān di Pondok
Pesantren Krapya Yogyakarta,” Skipsi S1 Fakultas Psikologi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2007.
83
Qurrota A'yun, Via Nurrahma. “Penerapan metode Wafa dalam
meningkatkan keberhasilan pada Program Taḥfīẓul Qur„ān,” Tesis
S2, UIN Sunan Ampel Surabaya 2018.
Saodih, Nana. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2007.
Sedarmayanti. Metodologi Penelitia. Bandung: Mandar Maju, 2002.
Shobirin, M. Syafiuddin. “Menghafal al-Qur„ān dengan Metode
Hanifida,” Tesis S2 Fakultas Tarbiyah dan ilmu keguruan, UIN
Sunan Ampel Surabaya 2015.
Subagyo Joko P. Metodologi Penelitian dalam Teori dan Prakti. Renika
Cipta: 2015.
Sugiono, Metodologi penelitan Kualitatif Kuantitatif. Bandung: Alfabeta
2010.
Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja
Rosda Karya 1995.
Via Nurrahma, Qurrota a‟yun. “ penerapan Metode Wafa dalam
Meningkatkan Keberhasilan Taḥfīẓul Qur‘ān ,” Skripsi S1 Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya, 2018.
Wajdi Nakib, Farid. Yuk menghafal al-Qur‘ān dengan Mudah dan
Menyenangkan. Jakarta: Erlangga 2017.
Wajdi Nakib Farid (Pendiri Rumah Tahfiz Mafaza Tangerang),
diwawancarai oleh Andri Liana, Larangan, 14 mei 2019, Banten.
Waroka Widya. Bermain dan Permainan.
http://widyawarokaa.blogspot.com/2012/12/bermain-dan-
permainan.html. Akses: 29 Agustus 2013.
Wiyanto, Andy. “motivasi menghafal al-Qur„ān pada mahasantri pondok
pesantren Taḥfīẓul Qur„ān di Surakarta,” Skripsi S1 Fakultas
Psikologi dan Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2012.
Yaqub, Ali Mustofa. Menghafal Al-Qur‘ān di Amerika Serikat, Ciputat:
Maktabah Darussunnah, 2014.
84
Zen, Muhaimin. Taḥfīẓh Al-Qur‘ān Metode Lauhun. Jakarta: Tranpustaka
2013.
85
Lampiran 1 Transkrip Hasil Wawancara
Nama : Ustdz Farid Wajdi Nakib
Jenis kelamain : Laki-laki
Jabatan : Pendiri Rumah Taḥfīẓ Mafaza
Penulis: Sejarah berdirinya Rumah Taḥfīẓ mafaza, meliputi tahun berdirinya serta Visi
Misi?
Informan: Bismillahi hirrahmannirrahim. Petama tentang berdirnya rumah Taḥfīẓ
Mafaza, Rumah Taḥfīẓ Mafaza ini berdiri sekitar tahun 2012, awal Ustadzmendirikan di
KP. Ketapang Cipondoh Tangerang. Saat itu Ustadzbersama Istri lagi mulai sedikit ada
persoalan dengan menejemen Pondok Pesantren Taḥfīẓ Darul Qur‟an, ahirnya
Ustadzmemutuskan untuk tidak aktif didalam internal pesantren Taḥfīẓ darul quran.
Ahirnya Ustadzbanyak berperan di Luar atau di eksternal. Nah saat itulah kemudian
sambil aktif di eksternal sebagai Ustadz danjuga mengisi beberapa kajian-kajian sambil
juga membina beberapa Rumah-rumah Taḥfīẓ binaan yang masih Ustadz bimbing
dirumah Taḥfīẓ. Karna di darul quran kan banyak yunit-yunitnya, ada yunit pendidikan,
ada yunit yang dikelola oleh PPPA Program Pembibitan Penghafal al-Qur„ān. Nah
ahirnya Ustadzsaat itu mengelola rumah Taḥfīẓ yang di PPPA. Nah sambil mengelola
itulah ahirnya Ustadz mendirikaan sendiri rumah Taḥfīẓ yaitu Rumah Taḥfīẓ Mafaza.
Mulai tahun 2012 sebetulnya itu, Cuma bulannya Ustadz lupa itu, mungkin sekitar
pertengahan-pertengahanlah antara mei juni itu. setelah kepulangan Ustadzdari
Hongkong itu. awalnya sedikit ada 3 ada 4 ada 5, itu dibantu juga istri Ustadz yanng
bernama Nur Makkiya, awalnya kita memulai dari anak-anak tentangga yang ada di
sekitar rumah kita, kemudian lama kelamaan kok menjadi banyak-banyak dan banyak
sampai 2013 2014 dan puncaknya 2015 2016. Itu mulai banyak paara bu guru
mempercayakan Ustadz dan Istri Untuk menitipkan anaknya belajar di rumah Taḥfīẓ.
Penulis: Kenapa Rumah Taḥfīẓ tersebut dinamakan Mafaza?
Informan: Nama mafaza sendiri diambil dari anak Ustadzyang nomor 2 namanya Mafaza,
nama kepanjangannya Zahira Quini Mafaza, kemudian dalam prosesnya alhamdulillah
Rumah Taḥfīẓ Mafaza ada 7 sama yang di Larangan ini. Nomor satu di ketapang, nomor
dua ada di Serang, hanya saja dulu yang membuka rumah Taḥfīẓ tersebut wali santri
Ustadz yang di Ketapang, hanya saja dia dipindah tugaskan sama perusahaan tempat
ayahnya bekerja di Serang, Cuma dua tahun ini dia pindah lagi ke Tangerang. Selama
diserang saat ini keberadaanya sudah tidak eksis lagi atau sudah tidak pakek nama rumah
Taḥfīẓ Mafaza lagi, memakai nama yang berbeda, hanya saja kurikumnya masih
memakai kurikulum rumah Taḥfīẓ Mafaza. Kemudian rumah Taḥfīẓ mafaza yang ke tiga
itu ada di Ketapang di komplek Poris, kemudian rumah Taḥfīẓ Mafaza yang ke empat
ada di ketapang, yang ke lima ada di Poris, yang ke enam ada di komplek-komplek
perumahan Poris, dan yang ke tujuh ada disini Larangan.
Penulis: bagaimana Visi Misi Rumah Taḥfīẓ Mafaza?
Informan: Sebetulnya Visi Misi Ustadz pengen untuk menciptakan Basis Rumah-Rumah
Taḥfīẓ yang berasal dari kelurga. Mengapa? Kartena besik keluarga itu sangat penting
untuk menghadirkan pembelajaran al-Qur„ān. Setelah itu Ustadzberupaya untuk
86
menghadirkan para pengajar-pengajar yaitu sebetulnya dulunya walisantri-walisantri
yang aktif rumah Taḥfīẓ Mafaza.
Visi Misi
Menciptakan generasi penghafal al-Qur„ān yang bermuara atau bermula dari keluarga.
setelah itu Ustadzdari awal gencar untuk didalam pengajaran rumah Taḥfīẓ selalu
melibatkan orang tua, para wali santri semua diharapka ikut perpartisipasi saat
mengantarkan anak, jadi mereka bukan hanya mengantarkan tetapi juga belajar,
mendampingi kemudian berada disampingnya anak-anak, dan juga ikut mengontrol anak-
anak. Kemudian mulai 2015 2016 dan seterusnya mereka kita libatkan didalam proses
mengajarkan. Dan alhamdulillah bisa, sampai sekarangpun kita tidak kehabisan stok para
pengajar, karna kita melibatkan para wali santri, mengajarkan mereka dan juga
menjadikan mereka bagian dari keluarga kita, dan alhamdulillah sampai sekarang mereka
percaya dan juga bisa mengajarkan. Dari yang awalnya mereka tidak bisa mereka tidak
mengerti ahirnya menjadi bisa, mulai dari nadanya, lagunya, iramanya sampai dengan
gerakan demi gerakannya, ayat demi ayatnya, dan juga sampai yang terbaru adalah game-
gamenya kemudian irama-iramanya kemudian bagaimana mengkondidikan anak-anak
saat didalam kelas, karena itu sangat penting. Pengkondisian anak sangat penting didalam
pengajaran menghafal al quraan. Itu visi misinya. Dan misi yang juga penting bagi kita
adalah menciptakan generasi penghafal al-Qur„ān yang masif, yang banyak, yang
bertebaran, dimulai dari anak-anak usia dini, mengapa hal itu Ustadz jadikan slogan?
Karena usia kecil atau usia dini itu usia yang sangat potensial, usia yang sangat baik.
Penulis: Apa saja alasan dan motivasi UstadzFarid mendirikan Rumah Taḥfīẓ Mafaza?
Informan: Motivasi mendirikan rumah Taḥfīẓ, pertama kalau diliat data statistik anak-
anak dan orangtua yang bisa yang lancar membaca al-Qur„ān di Indonesia saat ini sangat
sedikit sekali, bahkan 75% nya belum bisa membaca al-Qur„ān dengan baik dan benar,
belum berbicara menghafalnya, yang menghafalnya mungkin lebih dari 80 %. Motivasi
yang kedua adalah ingin menghadirkan keluarga-kelurga yang hafal al-Qur„ān, yang
dimulai dari anak-anak mereka, dan juga dari orang-orang terdekat, dalam hal ini ibunya,
bapaknya, suaminya, istinya dan seterusnya. Yang ketiganya tentunya menciptakan
lingkungan yang kondusif menghafal al-Qur„ān, dimulai dari anak-anaknya,
lingkungannya, teman-temannya, dan juga kawan-kawannya di dalam belajar. Karna
Ustadzpunya pengalaman ada satu sekolah anaknya satu anak bisa mengikuti metode
Ustadzdengan baik dan benar, nadanya bisa, iramanya bisa, isyaratnyajuga bisa
kemuadian ada kesempatan satu anak ini tampil, masyaallah dia menjadi primadona di
sekolanya. Dan ahirnya hampir seluruh sekolah itu ikut semuanya di rumah Taḥfīẓ
Ustadzz, sampai kepala sekolah guru-guru di sekolah SD tersebut merekomendasikan
murid-murid untuk belajar di rumah Taḥfīẓ Ustadz. Suatu hal yang luar biasa. Bahkan
anak kepala sekolahnya sendiri diajarkan oleh Ustadz. Masyaallah ini luar biasa.
Selai itu motivasinya adalah inikan bangsa Indonesia sudah begitu banyak dekadensi
moral, dekadensi akhlak, Ustadzpengen menghadirkan al-Qur„ān sebagai solusi dekadesi
akhlak moral anak-anak bangsaagar tidak jatuh kedalam lobang yang parah dan solusinya
ada didalam al-Qur„ān semakin mereka dekat dengan al-Qur„ān insyaallah mereka akan
semakin tercerahkan, semakin bisa merubah hati pikiran dan juga keadaan mereka. Dan
itu sudah banyak dibuktikan oleh anak-anak Ustadz yang tadinya bandel, nakal, susah
diatur, dan sekarang alhamdulilah sedikit-demi sedikit mereka bisa berubah, dan
orangnyapun salut perubahan demi perubahan. Karna kita melibatkan semuanya anak-
anak ini.
87
Penulis: bagaimana prosedur penerimaan santri di Rumah Taḥfīẓ Mafaza?
Informan: Hanya Mengisi formulir tanpa ada pengetesan, sampai sekarang tanpa ada
pengetesan jadi mereka yang ada niat menghafal al-Qur„ān boleh mendaftar, sekalipun
buta huruf sama sekali, justru dengan metode ini karena model menghafal metode
quantumaky dengan talaqi, guru yang membacakan kemudian murid mengikuti jadi tanpa
melihat al-Qur„ānpun mereka bisa, tanpa baca, tanpa melihat, karena mereka mengikuti
gurunya. Jadi anak-anak yang belum bis bacapun kami terima, apalagi yang sudah bisa
baca, dan usipun tidak kami batasi, mau usia berapapun kami terima, mau bayipun kami
terima asal ibunya yang sabar, karena usia-usia balita memang bukan usia-usia yang
fokus, mungkin mereka datang hanya untuk lari-lari, tetapi audio mereka tetap merekam,
istri selalu bilang kepada orang tua yang memiliki anak balita di rumah Taḥfīẓ mafza,
ketika orangtunya bertanya, “bun memangnyta bisa anak saya usianya baru usia tiga
tahun? Istri menjawab insya Allah bisa, yang penting ibu sabar ngater dan sabar jagain,
karena, anak-anak fungsi indra yang pertama adalah pendengaran, yang paling dominan
pendengaran, meskipun anak-anak lari sana lari sini sebenernya telinga mereka tetep
mendengarkan. Dan itu terbukti dengan anak-anak di mafaza, ada wali santri yang bilang
wah ternyata anak saya bisa juga ya menghafal surah annaba.
Penulis: apa saja Kegiatan di Rumah Taḥfīẓ Mafaza?
Informan: Selain menghafal ada juga kegiatan iqro‟ jadi di jadwal ada tambah ayat, dan
jadwal membaca dan murojaah. Jadwal iqro‟ ada seminggu dua kali. Selebihnya
menghafal dan murojaah, sebenernya mereka buat sendiri di rumahnya, cabang-cabang
awalnya dari guru-guru dari kami mereka bikin di rumah kemudian kami loncing,
jadwalnya ada yang pagi ada yang siang tergantung jadwal sekolah mereka selsai jam
brapa.
Ada juga yang besiklinya mereka punya tempat, yang disekitarnya belum tertarik untuk
menghafal al-Qur„ān, ahirnya mereka memakai metode kami, ahirnya kami bantu untuk
buka dan loncingnya.
Penulis: bagaimana Konsep metode menghafal di Rumah Taḥfīẓ Mafaza?
Informan: Awalnya konsep metode kami berawal dari metode isyarat, kemudian jalan
dua tahun ini Ustadztemukan sebuah padanan padanan konsep metode Ustadz, namanya
Kuantumaky, Maky itu nama dari istri Ustdz, Nur Makiya, biasa dipanggil Maky dengan
keluarganya. Bisa dikatakan nama metode ini terinspirasi dari nama istri Ustadz. Pada
Metode Ustadz Maky itu sebetulnya singkatan, adapun Kepanjangannya, MAKY
M adalah Murotal, A adalah Arti, K adalah Kitabah, dan Y adalah Isyarat, Isyarat diambil
dari huruf Y. Kemudian Murotal memakai Muhammad Toha tapi kami modif-modif
sedikit, tidak terlalu mirip banget atau lebih disederhanakan yang lebih simpel, misalnya
pada ta „awuz a‟udzubillahi minassaytonirrojim, motode mengajarnya dipotong-potong
dari a‟udzubillahi, misalnya kami ngajarnya begitu dulu dipotong-potong agar dapet
putusannya dimana, atau cangkoknya dimana, selanjutnya minassaytonirrajim, bagian
rojim agak lebih di naikkan suaranya. Setelah itu baru digabungkan dari awal sampai ahir
ta‟awudz. Kemudian kami buat tangga nadanya atau ada not-notnya, biasanya kami
memamakai jika dalam trening memakai nada yang pertama naik, nada yang kedua turun,
itu biasanya yang kami jadikan patokan nada, nada yang yang pertama naik, disitu Ustadz
tarik ke ta‟awudz misalkan nada yang pertama naik dan nada yang kedua turun. Jadi
88
begitu terus nadanya naik turun naik turun. Simpel dan gampang juga bagi anak-anak
mengikuti nadanya. Jadi tidak mirip mirip banget dengan mahmud tohah. Misal pada
surah arrahman, ayat pertama “arrahman, itu nadanya naik, ayat kedua „al;laml qur‟an,
nadanya turun, ayat ketiga kholakol insan, nada naik, „alamahul bayan, nada turun lagi,
bagitu seterusnya. kami harapkan nada ini disetiap surah mereka baca mereka hafal itu
metode Ustadz. Itu baru murotal saja.
Untuk yang arti memakain langsung dari terjemah al-Qur„ān depag, al-Qur„ān
depag yang ada terjemah perkata, atau yang sampingnya ada terjemah, quran terjemah,
nah Ustadz memaki itu . dengan catatan dipotong-potong. Secara tidak langsung anak-
anak mengetahui bahasa arab sedikit-sedikit. Kadang juga untuk terjemah patokannya al-
Qur„ān depag, namun ketika mengajar ustdz kreasiin sendiri ada beberapa terjemah-
terjemah yang memang kaliamatnya berbeda yang ustdz jadikan patokan adalah
gerakannya. Misalnya Robb tuhan Allah juga tuhan, nah untuk dua kalimat tersebut ustdz
samakan gerakannya, yang berhubungan dengan nama tuhan Ustadz samakan
gerakannya. Ada juga kaliamat yang mudof dan mudaof ileh, dua kalimat yang dua
kalimat ustdz jadikan satu gerakan. Umumnya metode ini perkata, dalam penerjemhan
biasanya subyek dan predikat terstruktur, subyek diawal predikat di ahir. Karena kami
mengajarkan memakai gerakan isyarat kadang yang kami jadikan patokan adalah
kalimatnya. Saat penyampaiyan kadang mungkin kami sesuaikan dengan kalimat, kalau
distrutur depag dia pasti subyek diawal, predikat diahir, obyek diahir, biar terstruktur dan
bacaanya enak didengar. Kalau kami sesuai dengan kalimat perkalimatnya. Kalau
dibahasa arab itukan dibalik subyeknya kadang diahirkan, contohnya, fabiayayyi ala
irabbikuma tukadziban, maka nikmat-nikmat manakah yang kamu dustakan. Sebenernya
artinya maka manakah nikmat-nikmat tuhanmu yang kamu dustakan . terkadang juga
pada bagasa arab, jika diartikan dalam Bahasa Indonesia menjadi dibalik, subyek dan
predikatnya. Tapi tetep kami mengikuti yang arabnya, misal fabiayyi tetep fabiayyi
gerakannya. Tetapi ketika kami terjemahkan disesuaikan dengan bahasa indonesia.
Selanjutnya kitabah mengikuti follow lline yang sudah disediakan. Ikuti titik titik yang
ada dibuku, siswa tinggal mengikuti atau menebalkan.
Untuk isyaratnya inspirasinya darui terjemahan, ini yang pertama, dari setiap
terjemahan kami buatkan isyaratnya satu persatu, bagaimana dengan yang suli? Misal
sesuai dengan rotasinya, assyamsu yang berarti matahari, gerakannya besar, kemudian
wal qomaru artinya bulan gerakannya lebih kecil, wal husban sesuai dengan rotasinya,
nah ini kita meng ilustrasikannya kami buat simpel aja, rotasi kan sebernya berputar,
beredar kami baut saja berjalan. Jadi isyaratnya kami buat sesimpel mungkin agar mudh
dicerna didalam otak anak-anak. Misal lagi kholako gambaran menciptakan, bagi tuhan
meciptakan sesuatu mudah mudah saja. Jadi kami mebuat gerakan dengan cara tangan
dikepal kemudian dipukulkan ke bawah sekali pulan jadi. Untuk arti kami sesuaikan
dengan arti terjemahnya, juga kami sesuaikan dengan isyaratnya. Agar mudah dicerna
oleh santri santri mafaza.
Adapun sejarah penggunaan isyarat di dalam menghafal al-Qur„ān Pertama kila
liat apa itu isyarat, isyarat ialah gerakan yang diungkapkan oleh seseorang untuk
menunjukkan sesuatu baik itu benda, kata, kalimat dan seterusnya. Penggunaan isyarat
sebetulnya sudah ada di dalam al-Qur„ān, secara bahasa pada surah maryam ayat 29
89
Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. mereka berkata: Bagaimana Kami
akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?
Kemudian bunda maryam memberikan isyarat kepada anak yang baru lahir itu,
yaitu Isa A.s. kemudian masyarakat yang kala itu hadir dihadapannya mereka berkata
bagaimana mungkin kami dapat berkomunikasi dengan orang yang masih di dalam
ayunan, kemudia saat itulah Isa dapat berkata sebagai mu‟jizat dari Allah qola ibni
abdulloh, sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah, ataniyal kitaba, dia telah meberikan
aku kitab, yaitu injil. Waja‟alani nabiya, dan telah menjadikan aku seorang nabi. Nah ini
penggunaan kata isyarat didalam al-Qur„ān. Ayat inilah yang Ustadz gunakan sebagai
cikal bakal metode isyarat, selain itu ada isyarat-isyarat lain yang juga menginspirasi
Ustadz didalam mebuat metode isyarat, seperti misalkan Allah sebutkan di dalam surah
yaasin, ayat ke 65:
pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan
mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka
usahakan.
Pada hari itu, yaitu hari kiamat nanti kami akan duduk, atas mulut-mulut
mereka, dan akan berbicara tangan-tangan mereka, dan akan menyaksikan kaki merak
atas perbuatan yang mereka kerjakan. ini memberi sebuah petunjuk bahwa Allah akan
meberikan persaksian terhadap anggota tubuh kita, dan persaksian yang paling penting itu
adalah persaksian yang langsung dilakukan oleh manusia itu sendiri yaitu lewat anggota
tubuh meraka, bukan lewat mulut, karena mulut bisa berbohong, berdusta, tangan, kaki.
Agar tangan ini bisa menjadisaksi, oleh sebab itu, Ustadz menjadikan isyarat ini sebagai
sebuah persaksian kita nanti dihapan Allah, agar tangan, kaki dan anggota tubuh kita
jadikan sebagai modalitas untuk menghafal al-Qur„ān. Mudah-mudahan nanti menjadikan
saksi kita dihadapan Allah.
Sekarang kita lihat metode isyarat ini pengguanaan sejarahnya, didalam menghafalkan al-
Qur„ān yang Ustadz tau memang di dalam makhfufin, makhfufin ini kata orang-orang
yang memiliki kecacatan buta, atau tunanetra ini memang mereka punya teknik-teknik
tertentu didalam menghafal al-Qur„ān, antara lain mereka mempunyai mushaf sendiri
yaitu mushaf braile, sangat umum sekali dipakai didalam menghafalkan al-Qur„ān bagi
para orang-orang tunanetra. Namun demikian mereka juga mempunyai isyarat-isyarat
yang lain, selain qurannya juga mereka mempunyai isyarat-isyaratnya. sebagai modalitas
mereka didalam menghafalkan al-Qur„ān. Namun ketika ustdz menciptakan metode
isyarat ini sebetulnya Ustadztidak terinspirasi dari hal itu, katakanlah tidak mencontek
dari isyarat-isyarat yang dibuat untuk tunanetra. Karena isyaratnya ada yang sama ada
juga yang berbeda, dan Ustadz memang sebelumnya belum mengetahui itu, ketika
pertengahan saat Ustadzmenciptakan metode ini Ustadzdiberi tahu dari santri-santri
Ustadz, dari situlah Ustadz baru mengetahui. Kalau di Arab Saudi atau di Timur Tengah,
isyarat tersebut sepertinya sudah sangat banyak yang menggunakan. Ada vidio-vidionya
di yautube bisa dilihat, isyarat-isyarat yang digunakan oleh ashabulloh kata orang-orang
tunanetra. Adapun di Indonesia yang Ustadz ketahui ada beberapa ulama-ulama yang
masih muda, yang pertama yang Ustadz ketahui adalah metode Hanifida, metode
Hanifida ini sebetulnya dia tidak secara langsung menggunakan metode isyarat tetapi
hanya menggunakan cantolan-cantolan atau isyaratnya lebih sedikit. Penciptanya adalah
90
pak Hanif dan ibu Ida. Menjadi Hanifida. Yang kedua adalah Ustadz Bobby dengan
slogannya Quantum Kauni, Yaitu kepanjangannya Menghafal al-Qur„ān semudah
tersenyum. Metode beliaulah sebagian besarnya menjadikan acuan Ustadz didalam
membuat metode isyarat ini, karena metode Ustadzini menggunakan metode isyarat.
Kalau Ustadz awalny isyarat yaitu sekitar tahun 2014, ketika saat itu Ustadzdi utus
UstadzYusuf Mansur ke Pekan Baru kemudian lanjut ke Tumbilahan, dan juga Riau,
untuk berdakwah disana mengembangkan pesantren Darul Quran, kemudian saat itu
orang tua Ustadz meninggal dunia kemudia Ustadz tidak bisa bertemu karena sudah
dikebumikan. Darisitu Ustadz ingin sekali memberikan sesuatu yang bisa dikenang terus,
terutama untu Ibu Ustadz agar supaya bisa menjadi pahala yang terus mengalir untu
beliau, saat itulah Ustadz menciptakan metode isyarat. Intensitasnya lebih banyak
digunakan di daerah Tumbilahan Riau. Disana Ustadz mulai mebuat metode isyarat
dimulai dari surah ar-Rahman yang jumlah 78 ayat, Ustadz ajarkan kepada santri-santri,
sampai saat inipun masih di pake, alhamdulillah. Sejak itulah ustdz mulai intens, ustdz
ajarkan juga dengan istri Ustadz, dan juga anak-anak santri yang saat ini ada di
Tangerang maupun yang ada di Rumah Taḥfīẓ – Rumah Taḥfīẓ binaan. Kemudian
setahun yang lalu Ustadzmenemukan padanan nama metode Ustadzyang Ustadzberi
nama QuantuMaky, adapun maky ini berupa singkatan, M adalah Murotal, A adalah Arti,
K adalah Kitabah, Y adalah isyarat.
Adapun Kekurangan dan kelebihan penggunaan isyarat dalam menghafal al-
Qur„ān, sejauh yang saat ini Ustadz alami bukan dari metodenya, tetapi kita mencari
padanan-padanannya, atau isyarat-isyarat yang sulit umtuk digambarkan, misalnya
Syaitan, dalam bacaan ta‟awuz, a‟udzubillahi minassaytonirrojim, memberikan isyarat
syaiton merefleksikan satu bentuknya saja, kedua jari telunjuk ditempelkan dijidad,
seperti bentuk tanduk, karna Syaiton salah satu bentuknya adalah bertanduk. Kemudian
lagi isyarat-isyarat tentang alam, Ustadz kesulitan, misalkan bagaimana menggambarkan
malaikat, ahirnya Ustadz buat isyarat malaikat sama dengan manusia isyaratnya, dan ini
belum ketemu, menjadi PR bagi Ustadz. Kemudian kekurangan lainnya adalah gambaran
tetang utuk ayat-ayat tertentu yang memang bentuknya panjang, Ustadz gabungkan
misalkan pada ayat surah arrahman fabiayyi ala irabbikuma tukadzziban, fabi ayyi ala i,
itu gerakannya satu, yaitu kedua tangan diangkat ke atas seperti orang yang sedang
berdo‟a. walaupun pada dasarnya ada dua kalimat di ayat tersebut. Ini salah satu
kekurangannya.ada beberapa lagi yang ustdz gabungkan misalnya lagi ketika
menggambarkan mutiara dan marjan, luk luuwal marjan, dalam potongan ayat yakhruju
minhuma luklu uwal marjan. Yakhruju telapak tangan dikepal kedepan lalu di buk,
minhuma, gerakannya sama seperti yakhruju, luklu uwal marjan, penggambaran mutiara
dan marjan, Telunjuk dan jempol kanan mebentuk lingkaran, ini juga dua kalimat dalam
satu gerakan. Untuk menggambar sesuatu kadang kita perlu untuk disamakan saja,
walaupun substansinya berbeda tetapi, karna kaliamatnya ini berdekatan dan bersamaan,
jadi untuk sekedar menggambarkan saja untuk ini adalah sesuatu yang indah dan menarik
di dalam al-Qur„ān. Sekali lagi ini tidak sepenuhnya sama isyarat-isyarat ini. Artinya
secara substansinya berbeda. Ini semua adalah salah satu kekurangan dari metode isyarat.
Untuk kekurangan yang lainnya memang untuk siswa yang daya penangkapannya sulit,
biasanya atau motifasi siswa yang minat belajarnya kurang, atau dia tidak senag dengtan
metode ini di awal biasanya dia akan sulit menerima metode ini, mungkin kalau sudah
ada yang hafal al-Qur„ān terlebih dahulu atau dia sudah mahir membaca dan menghafal
al qur‟an, katakanlah dia sudah hafal ayat yang akan di ajarkan dengan metode isyarat,
biasanya dia akan kurang siap untuk menerima metode isyarat ini, mungkin ada mental
blok disana, diblok oleh pengetahuan alam bawah sadarnya, ini kayanya gak cocok untuk
mereka. Pada kasus-kasus tertentu bagi senior atau pengajar, dia tidak menerima metode
91
Ustadz ini, apalagi ayatnya sudah dihafal itu biasanya dia tidak menerima atau tidak
berkenan, ahirnya, sulit untuk menerima, kamanya salah satu faktor yang Ustadz
sampaikan terhadap metode isyarat ini adalah dia harus mebuka dulu sekat-sekat tersebut,
atau mental bloknya di open, open mind, fikirannya di buka, dan siap untuk menerima
metode ini, karena metode ini sesungguhnya keuntungannya dan keberhasilannya untuk
mereka-mereka juga.
Penulis: apa saja kelebihan dan kekurang metode (QuantuMaky) yang digunakan di
Rumah Taḥfīẓ Mafaza?
Informan: Kelebihnnya ٱkarena besiknya di 4 ini, dari mulai Murotal, arti, kitabah, dan
isyarat yang sudah di alami langsung oleh santri santri kami. Pertama mereka lebih
menikmati dengan hafalan yang mereka dapatkan, yaitu menghafal sekaligus
mendapatkan nada atau irama, karena nada irama salah satu hal yang penting bagi kita,
karena di dalam penampilan2 mereka sering di apresiasi dengan nada atau irama ini. Ada
beberapa santri, mereka sudah tampil di beberapaiven2 di sekolah seperti: acara
maulid,Nuzulul Qur‟an atau yang lainnya.bahkan ketika ada iven iven tersebut mereka di
suruh tampil dengan menggunakan metode kuantum maki, artinya mereka ada kelebihan
sendiri, karena iramanya sangat khas, kemudian isyaratnyanya. Karena isyarat adalah
sesuatu yang secara visual oleh kasat mata dilihat secara langsung dan orang kalu melihat
isyarat itu, dia itu dalam benaknya akan mengatakan “wah seperti itu yah” artinya ada
sesuatu yang baru yang mereka tangkap di dalam pencernaan otak mereka terutama
adalah wali santi mereka (orang tua) mereka yang menyaksikan penampilan mereka.
Artinya mereka menangkap oh ada sesuatu yangbaru, nah sesuatu yang baru inilah yang
di tangkap oleh para wali santri, dan ahirnya mereka berpikiran oh ternyata menghafal
Qur‟an mudah yah. Jadi ini mengedukasi untuk masyarakat bahwa sesungguhnya
menghafal Qur‟an itu mudah, gampang, dan yang paling penting itu menyenangkan,
mengapa di katakan menyenangkan? Karena melibatkan unsur-unsur penting dalam
pendidikan yaitu unsur pentingnya auditorial, visual, kinestetik (gerak). Itu yang nanti di
gabungin dalam kajian-kajian psikologi, otak psikomotoriknya semakin berkembang.
Otak psikomotorik ini otak yang menyambungkan semua unsur-unsur pembelajaran
mulai dari jiwanya, matanya, kakinya, hatinya, pokonya semuanya. Ibaratnya kita
memancing. Nah kelebihan yang lainnya kalau hafalan bedanya sama baca, kalau bacaan
itu mungkin saat itu aja bisa, tapi kalau haalan dia itu bisa di pake untuk aktivitas dan
rutinitas misalnya ketika shalat bisa jadi imam, kemudian dia nantinya kalau ada
kegiatan-kegiatan atau iven-iven di bisa di pake sama sekolahnya untuk menampilkan.
bahkan ada siswa yang sudah bisa mengajarkan pada teman-temannya yang tertarik pada
metode ini kemudian dia di suruh untuk memberikan penampilan kepada yang lain, dari
situ anak2 jadi bisa. Yang paling penting anak-anak merasa enjoy dan menikmati merasa
bahwa menghafal al-Qur„ān itu mudah.
Bandingan Ustadzz, Ustadzmenggunakan gerakan yang 4 tadi sama yang enggak itu
gimana?. Kalau yang Ustadzbandingkan, memang kita biasanya kekuarangannya itu di
kuantitasnya. Kalau kita lebih di kualitasnya, kalau yang tidak menggunakan metode ini
atau metode besikal (yang hanya meilhat Al-Qur„ān saja). kemudian mengulang-
ngulang, mungkin sekali duduk mereka bisa dapet setangah atau 1 halaman, tergantung
orangnya.kalau di kita sekali belajar itu paling banyak 5 sampai 10 ayat tapi kita long
time arinya sekali duduk itu dapet 5 ayat di tambah dengan murotalnya di tambah juga
artinya, dan juga isyaratnya dan itu terekam terus dalam benaknya karena kita melibatkan
unsur-unsur pembelajaran yang aktiv, terekam terus lama. Sampai sekarang masih kuat
hafalannya yang kita ajarkan dari juz 30, surat surat pilihan yaitu : QS Ar-Rahman, An-
92
Naba, Abasa, An-Naziat, mereka kalau ditanya itu pasti mereka pada bisa, bahkan sama
nadanya, irama dan itu long time. Itu yang Ustadz bandingkan dari sisi kelebihan.
Kekurangannya:
1. dari aspek murotal yang menggunakan metode Ustadz tentunya dia punya
kelebihan nadanya atau irama. Kalau yang tidak menggunakan metode Ustadz
relatif datar.
2. Dilihat dariaspek arti: mengapa kita mennggunakan arti? Karena kita ingin
mengedukasi kepada masyarakat bahwa hafal al-Qur„ān itu bukan sekedar hafal
di dalam otak tetapi juga harus paham artinya ngerti sehingga dia tau ayat2 yang
sudah hafal itu manfaat dan kegunaannya ketika mereka besar. Ini sepertinya
tingkat edukasinya lebih tinggi tinggi di banding sekedar hafalan.
3. Isyarat ini sangat penting karena dengan isyarat ini anak-anak mampu untuk
membantu pembelajaran. Untuk secara umumnya Ustadzini kekurangannya
yaitu di materihafalan sedikit, yang kedua terkadang kalau sudah kelamaan
boring, makannya di siasatin dengan game-game yang membuat mereka lebih
nyaman, semangat, aktiv lagi menghafalnya. Lebih kearah. Kalau dari
kontennya mereka tidak ada masalah. Kalau untuk dewasa usia 20 keatas, untuk
metoide isyarat ini, sebenarnya untuk semua lapisan itu bisa. Cuman kadng kita
melihat kemampuan, jadi kita ngaih materinya enggak terlalu banyak paling
tiga aya atau 5 ayat sehari, tergantung kecenderungan dia juga, kalau memang
dia suka yah kita lanjut hafalannya lebih banyak. Untuk kekeurangannya
biasanya Ustadzitu mengajar lebih ke kontek eksternalnya kalau dari konten
metodenya biasanya enggak ada masalah.
Penulis: adakah selain Ustadzyang menggunakan metode ini?
Informan: Sebenarnya banyak ada UstadzBobby yang lebih senior dari Ustadz kemudian
juga yang di Hafidz Indonesia ada kawan Ustadz namanya Habiburrahman beliau di
Ciputat, juga menggunakan metode Isyarat, dulu juga ia pernah mengisi di LTTQ di
generasi generasi awal setelah Ustadz dan sebelum Ustadz juga pernah, kemudian ada
yang dari Cirebon juga menggunakan metode ya dain yang artinya kedua tangan, beda
istilah saja tetapi sesungguhnya sama, menggunakan metode isyarat juga, hanya saja
mereka ini belum ter ekspos secara masif apakah itu bukunya, atau metodenya, karena
kita terkendala dengan beberapa aktivitas kegiatan, kalau Ustadz sendiri ini masih dalam
proses rencana memang akan dibuatkan legalitas atau hak Cipta, undang-undang metode
Ustadz, umumnya kawan-kawan yang menggunakan sendiri metode Isyarat ini, termasuk
UstadzBobby sendiri belum membuat legalitas juga, belum mebuat undang-undang
terkait metode tersebut. Sehingga kita masih bebas saja untuk menggunakan mettode ini.
Dan yang lain-lainnya umumnya masih sendiri-sendiri, pribadi pribadi, ada juga yang
rumah-rumah Taḥfīẓ setelah Ustadz ajarkan mereka menggunakan sendiri,
mengembangkan sendiri, ada juga yang mengguakan metode Ustadz sendiri-sendiri.
Kalau yang binaan Ustadzalhamdulillah ada dibeberapa daearah di Palembang ada yang
Ustadzkembangin sendiri ada juga di hongkong, kalau mau interview melihat tingkat
keberhasilannya juga boleh disana Ustadzngembangin online nya juga ada.
Penulis: adakah rumah Taḥfīẓ yang menggunakan metode Ustadz?
93
Informan: ada sebetulnya khususnya yang dibawah binaan Ustadz langsung, cabangnya
sendiripun ada sekitar 6 dari mulai rumah Taḥfīẓ mafaza 1 sampai 6 itu semua
menggunakan metode isyarat. Kemudian juga binaaan Ustadzterafiliasi atau yang
Ustadzsebagai pembinanya, ada dibeberapa tempat, seperti di pandeglang, di Labuan, di
PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Ustadz mentrening gurunya kemudian
mengarahkan siswa-siswanya untuk menggunakan metode isyarat, ada juga di PLTU
lontar itu juga sama, walaupun sekarang sekarang ini sudah kembali ke asalnya-asalnya
atau keawalnya lagi. Kemudian ada beberapa lagi rumah-rumah Taḥfīẓ yang dulu
Ustadzmasih aktif di darul quran yang sekarang juga masih menggunakan metode isyarat,
termasuk juga Ustadz dulu pernah cerita di Tumbilahn di Masjid Agung al Huda di riua
itu juga menggukan metode isyarat, kemudian ada juga di hongkong ini juga banyak
binaan Ustadzsampai saat ini ada lembaganya namanya QLC (Qura‟an Learning Center)
Hongkong. Alhamdulillah juga menggukan metode Ustadz, ada lebih dari 50 orang aktif
didalamnya, setiap minggu sekali Ustadz syer vidio penambahan ayat , surah dan
seterusnya. Kemudian mereka setiap seminggu sekali mereka menyetorkan hafalannya di
grup kemudian Ustadz mengoreksi hafalan mereka masing-masing, disitu juga ada sekitar
5 lebih foluntir atau pembimbing yang menggait mereka dalam menerima setoran
hafalan metode issyarat, setiap minggu sekali. Jadi sebelum ke Ustadz mereka setoran ke
foluntir atau ke pembimbing dulu setelah itu baru mereka ke Ustadz.
Penulis: Usia yang paling efektif menggunakan metode QuantumMaky?
Informan: Sejauh pengalam Ustadz memang usia yang paling efektif adalah usia-usia SD,
sekitar usia 7, 8, 9, 10. Usia SMP juga bagus, kalau dirumah Taḥfīẓ Ustadztingkat
keberhasilanya pada anak-anak usia SD. Tingkat keberhasilannya di atas 50% untuk juz
amma. Walaupun saat ini sudah jalan 2 tahun. Kalau SMP ini sangat efektif, khususnya
untuk anak-anak yang memiliki cinta dan perhatian terhadap al-Qur„ān. Jadi usia-usia
emas SD dan SMP walaupun usia-usia dewasa sebetulnya bisa. Seringnya Ustadzmengisi
dibeberapa tempat baik itu di Perusahaan-perusahaan maupun di Jama‟ah-Jama‟ah binaan
itu banyak pesertanya adalah orang-orang dewasa, mahasiwa juga ada, semuanya punya
kecenderungan masing-masing, mempunyai tingkat keberhasilan masing-masing.
Umumnya untuk usia-usia dewasa mereka sangat menyukai metode ini selain bisa
menghafal juga bisa sambil mengetahui arti, makna dan seterusnya. Tapi memang untuk
kuantitas banyaknya hafalan untuk tingkat dewasa sedikit, akan tetapi untuk usia-usia
remaja tingkat kuantitas halannya banyak, sehari bisa 20 sampai 30 ayat bisa. Ini semua
tergantung kepadatingkat kecenderungan otak anak-anak juga, dan juga fase-fase
pembelajaran yang dialami oleh manusia. Umumnya usia-usia emas dalam belajar itu 7
tahun, 8 tahun, sampai dengan SMA. Usia yang paling efektif dalam tingkat
keberhasilnnya dalah SMP, kalau untuk SD agak kurang, karna merka lebih banyak
bermain, akan tetapi utuk anak SD yang memasuki kelas 4-6 juga bagus hampir sama
dengan SMP kalau kecenderungan mereka terhadap al-Qur„ān bagus.
Penulis: Bagaimana Tingkat keberhasilan anak di Rumah Taḥfīẓ Mafaza?
Informan:Untuk tingkat keberhasilan sebenernya banyak, alhamdulillah dari 100% santri
yang ikut di Rumah Taḥfīẓ binaan Ustadz, hampir diatas 75% nya berhasil, itu ditandai
dengan keaktivan mereka dan juga keseriusan mereka dalam menghafal, ada bahkan satu
siswa sudah bisa mengajarkan ke satu sekolahnya, jadi satu siswa dia sudah hafal satu
surah an-Naba, kemudian dia disuruh nampil atau performen saat ada eafen-eafen
tertentu, misalnya agustusan, maulid dan lain sebagainya. Kemudia dia setelah
penampilan itu ada beberapa guru yang melihat dan menyaksikan dan setelah itu dia
94
disuruh mengajarkan kepada teman-temannya di sekolah tersebut. Disitu juga kemudian
banyak siswa-siswa bergabung di Taḥfīẓ binaan Ustadz. Jadi tingkat keberhasilannya
didalam satu kelas itu lebih banyak dan maksimal, karena kita melibatkan tiga unsur
kecerdasan, auditorial, visual dan kinestetik. Selain itu disetiap-setiap pembelajaran kita
juga ada game-game dan juga ada yel-yel yang bisa menjadikan anak-anak lebih fun atau
lebih senang disaat menghafal dan menjadikan mereka lebih semangat lagi dalam
menghafal, tingkat keberhasilannya alhamdulillah sejauh ini cukup berhasil, Cuma
memang persoalannya bukan kepada metode isyaratnya, tetapi what next after
hafalannya ini sedang Ustadz fikirkan juga, kalau mereka sudah tidak lagi ikut dirumah
Taḥfīẓ atau katakanlah kalau yang di SMP-SMP, kalau SMP mereka selesai mereka ganti
metode lagi belajarnya itu mereka akan kehapus atau tidak terpakai lagi metode tersebut,
ini jadi PR Ustadz juga kedepannya. Untuk penggunaan metode isyarat sendiri selain
dikelas saat belajar, Ustadzjuga menyarankan disaat ada eafen-eafen ada kegiatan-
kegiatan yang banyak melibatkan orang, agar sering ditampilkan agar bisa membumi
memasyarakatkan kepada orang lain.
Penulis: Hal apa saja yang perlu diperhatiakan saat menghafal?
Informan: Yang pertama niat karena Allah. Adapun dislogan Ustadz Niat adalah nomor
satu. Yang kedua proses atau cara menghafalnya. Oleh karna itu ketika mengfhafal
jangan cepat-cepat atau buru-buru, karena ketika hafalan buru-buru atau cepat-cepat akan
menjadikan hafalan cepat lupa dan akan berpengaruh juga dikualitas hafalan, akan sulit
dipakai didalam sholat. Standar hafalan dikatakan tartil minimal bisa mengamalkan 6
rukun tajwid, yaitu: Ikha, Iqlab, Ikhfa syafawi, Idghom Mimi, Ghunnah. Diharapkan
keenam hal tersebut bisa dijaga dalam menghafal agar bisa menghasilkan hafalan yang
berkualitas, tidak terburu-buru dalam proses menghafal.
Yang ketiga hafalan dibaca dalam sholat, baik sholat sendiri ataupun berjamaah ketika
menjadi imam. Hal itu akan menjadikan hafalan lebih terjaga dan terawat. Sepengalam
Ustadzdulu pernah menjadi Imam sholat di Masjid Fatullah, Imam Tarawih dan
sebagainya, hal tersebut pengaruhnya besar dalam menjaga hafalan.
Keempat, sepengalaman Ustadz sesekali walaupun tidak sering mengikuti Musabaqotil
Quran. Hal tersebut akan menjadikan diri kita termotivasi, karena disitu kumpul peserta-
peserta yang terbaik. Jadi akan menjadikan diri kita termotivasi menambah hafalan
dengan berbagai peserta terbaik. Waktu Ustadz dulu misalnya tahun ini ikut 10 juz, di
tahun berikutnya bisa ikut 20 juz bahkan tahun berikutnya bisa ikut 30 juz. Demikian
pengaruh musabaqotil qur‟an bagi Ustadz sendir.
Kelima, Tasmi‟
Dulu Ustadz sering mengikuti tasmi‟, hal ini juga mempunyai pengaruh. Mengikuti
Tasmi‟ sekali duduk bisa 5 juz, tasmi‟ bersama teman-teman, tanpa melihat mushaf,
bergantian ada yang bertindak sebagai penyimak hafalan. Disitu berkumpul sekaligus
ngeriung bersama, hafalan disimak sudah sejauh mana.
Keenam, hafalan al qur‟an Ustadz jadikan sebagai dzikir yang selalu diulang-ulang.
Caranya dulu ketika dikelas Ustadz dosen berhalangan hadir Ustadz ulang-ulangi terus
hafalan, dan juga ketika perjalanan dari pondok Darussunnah ke UIN Ustadzulang-ulangi
hafalan.
95
Penulis: Faktor apasajakah yang menghambat hafalan santri? Dan faktor pendukung apa
saja yang mempercepat hafalan santri?
Informan: Yang pertama dari makanan, ketika makan terlalu banyak, akan menyebabkan
ngantu dan sebagainya. Yang kedua hubungan kedekatan dengan lawan jenis, ini akan
mengalihkan fokus hafalan. Ketiga pengaruh Handphone, Handphone ini begitu mengikat
dengan sesorang dengan fitur fitur yang ditawarkan, usahakan ketika menghafal jauhkan
dari Handphone dan alat komunikasi lainnya yang bisa mengganggu saat menghafal.
Selanjutnya ada juga makanan-makanan yang bisa meningkatkan hafalan, yaitu madu,
susu. Ada juga waktu-waktu menghafal terbaik, umumnya semua waktu menghafal itu
baik, namun ada waktu menghafal yang paling baik yaitu waktu saat bangun tidur, saat
selesai sholat, dari kelima waktu sholat yang 5 waktu yaitu dzuhur, ashar, magrib, isya,
subuh, dulu Ustadz sering menerapkan itu selesai sholat menyisihkan waktu sekitar 10
menit untuk menghafal, itu tadi semua waktu-waktu bagus kondisi otak sedang aktif
aktifnya.
Penulis: bagaimana persiapan sebelum menghafal di Rumah Taḥfīẓ Mafaza?
Informan: yang harus guru-guru lakukan adalah pengkondisian anak-anak agar fokus
tertib kemudian sudah siap untuk menghafal baru dimulai. Pengkondisian yang dimaksud
adalah cara yang pertama dengan memberikan semangat, tepuk-tepuk, yel-yel, ketika
semua sudah siap barulah kegitan menghafal dimulai.
Penulis: bagaimana prosesnya menghafal di Rumah Taḥfīẓ Mafaza?
Informan: Guru mengenalkan surah, kemudian membacakan ayat yang akan dihafal
dengan cara dipotong-potong kata perkata-nya, selanjutnya santri mengikuti, setelah itu
disatukan, satu ayat utuh dengan menggunakan empat komponen QuantumMaky, yaitu
murotal, Arti, Kitabah, Isyarat. Dalam setiap jadwal hafalan perharinya hanya bisa
menambah 2 sampai tiga ayat pendek, ketika menemukan ayat yang panjang, mungkin
hanya bisa menambah satu ayat dalam kesempatan menghafal. untuk menghindari jenuh
atau bosan ketika menghafal biasanya diselingi dengan yel-yel, tepuk-tepuk, nyanyi-
nyanyi. Didalam proses menghafal biasa guru mencoba anak satu demi satu untuk
membaca yang sudah dihafalkan hari itu, kalau memang anaknya banyak guru tidak
mengetes satu-satu, tapi bisa sekaligus lima sampai enam anak maju kedepan, akan tetapi
idealnya memang satu persatu agar guru bisa tahu dimana letak kesalahan santri
menghafal ayat tersebut, misalnya makhrojnya, kemudian tajwidnya atau gerakannya,
ketika satu persatu kan lebih fokus, tapi ketika banyak santrinya ya mau tidak mau guru
ngetes lima sampai enam anak maju kedepan, sengaja guru menyuruh membacakan di
depan untuk melatih keberanian melatih mental anak tersebut. Intinya proses
menghafalnya adalah guru membacakan ayat dengan cara dipotong-potong kata perkata
dalam ayat, kemudian santri mengikuti.
Adapun kelas atau pembagian kelompok berdasarkan masuknya santri, ada santri yang
pertama masuk namanya santri Arrahman, santri yang daftar belakangan masuk
dikelompok Arrahim, ketika ditengah-tengah ada penambahan santri lagi tetap masuk
dikelompok Arrahim. Kemudian tahun berikutnya ada santri baru lagi dibuatkan
kelompok baru lagi, jadi kesimpulannya setiap ada penerimaan santri baru dibuatkan
kelompok baru. Adapun plening kedepannya para guru mafaza merencanakan
pengelompokan anak sesuai usia dan kemampuan anak, plening ini terkendala pada lokal
96
yang belum ada, sekarang ini terbatas dengan tempat, untuk sementara ini santri
dikelompokkan berdasarkan angkatan, sekarang sudah ada empat kelompok. Selain
empat kelompok tersebut bunda (Istri Ustadz Farid) bikin kelompok baru lagi namanya
takhossus, selain mereka belajar memakai metode QuantuMaky, karna memang bunda
tahu memakai metode QuantuMaky ini agak lama pencapayan targetnya maka di tahun
ini kami adakan program takhossus, program takhossus ini tidak menggunakan metode
Isyarat, jadi mengguanakn sistem setor aja, ketika mereka sudah mampu menghafal,
merka tinggal menyetorkan, sebelum menyetorkan biasanya guru mengechek terlebih
dahulu hafalan anak-anak sudah bener atau belum hafalannya, jika sudah benar bisa
langsung mengahafal sendiri-sendiri, ketika mereka sudah hafal mereka langsung bisa
setor ke Gurunya, dengan adanya program takhosus ini mudah-mudahan bisa
mempercepat hafalan anak-anak buakan hanya juz 30, minimal bisa 3 sampai 4 juz
tambahannya, karna memang lama banget metode isyarat ini jika dalam perharinya hanya
nambah 1 sampai 3 ayat, ditambah lagi penambahan ayat dalam seminggu hanya 3 hari,
seminggu 3 kali itu termasuk waktu yang lama, seharusnya tiap harinya nambah ayat jika
ingin meningkatkan kuantitas hafalan. Berhubung ada jadwal materi yang lain, ada
jadwal Iqro, Muroja‟ah, do‟a-do‟a dan sebagainya, jadi untuk menambah hafalan tidak
bisa setiap hari, seminggu hanya 3 kali, itu yang membaut lama. Itulah tujuan diadakan
program takhossus.
Adapun untuk pengechekan hafalan pada saat jadwal Iqro‟ santri-santri yang belum
kebagian giliran ketika mereka mengantri untuk Iqro‟, itu ada face to face setoran hafalan
yang sudah dihafalkan, ada bukunya tersendiri, buku setoran untuk catatan hafalan santri.
Jadi santri-santri setoran langsung ke gurunya. Dengan buku itu santri bisa setor misal 10
ayat, sampai hafalan yang ia hafalkan sekarang, misalkan dia sudah sampai al insiqoq
berarti dia terusin sampai surah yang dihafal saat itu. jadi ada sistem buku setoran hafalan
guru dan orang tua bisa tau sejauh mana perkembangan hafalan anak tersebut.
Nama : Ustdzah Kafi
Jenis kelamain : Perempuan
Jabatan : pengajar Rumah Taḥfīẓ Mafaza 4
Penulis: bagaimmana cara menjaga hafalan (anak)?
Informan: yang pertama muroja‟ah atau mengulang-ulang hafalan bersama teman-teman
di Rumah Taḥfīẓ Mafaza dan juga di rumah setelah selesai sholat Magrib bersama Abi
dan Uminya
Penulis: hambatan-hambatan si dedek menghafal apa saja?
Informan: adapun hambatannya bisa karena malas dan ngantuk.
Nama : Ustdzah Uul
Jenis kelamain : Perempuan
Jabatan : pengajar Rumah Taḥfīẓ Mafaza 4
Penulis: bagaimmana cara menjaga hafalan (anak)?
Informan: yang pertama kita sebagai orang tua selalu minta kepada Allah supaya anak
kita dimudahkan dalam memahami ilmu agama dan dimudahkan dalam menghafal al-
Qur„ān, yang kedua kita sebagai orang tua memberi dukungan kepada anak suapaya dia
tetap semangat dalam menghafal, ketiga sering-sering dimuroja‟ah, surah-surah yang
sudah dihafal.
97
Penulis: hambatan-hambatan si dedek menghafal apa saja?
Informan: yang pertama ketika ayat-ayat yang dihafal panjang-panjang jadi anak susah
mengahafalnya, yang kedua ketika anak kurang semangat menghafal, jadi kita sebagai
orang tua harus membujuknya dulu.
Nama : Ustdzah Harfida
Jenis kelamain : Perempuan
Jabatan : pengajar Rumah Taḥfīẓ Mafaza 4
Penulis: bagaimmana cara menjaga hafalan (anak)?
Informan: yang pertama dengan cara muroja‟ah, kebetulan di rumah juga dibuka rumah
Taḥfīẓ Mafaza 3 jadi sekalian, setelah magrib di muroja‟ah lagi. yang kedua kita sebagai
orang tua memberi dukungan kepada anak suapaya dia tetap semangat dalam menghafal,
ketiga sering-sering dimuroja‟ah, surah-surah yang sudah dihafal.
Penulis: hambatan-hambatan si dedek menghafal apa saja?
Informan: agak malas ketika akan memulai, karena mungkin lingkungan sekolahnya
bukan sekolah SD IT melaikan sekolah umum negeri, tapi Insyaallah dengan dikasi
motivasi jadi anak mau muroja‟ah walaupun bilang capek.
Nama : Umi Aisah
Jenis kelamain : Perempuan
Jabatan : Wali Santri Rumah Taḥfīẓ Mafaza 4
Penulis: bagaimmana cara menjaga hafalan (anak)?
Informan: yang pertama dengan cara muroja‟ah kedua dibaca setelah sholat.
Penulis: hambatan-hambatan si dedek menghafal apa saja?
Informan: malas.
Nama : Pak Jaka
Jenis kelamain :Laki-laki
Jabatan : Wali Santri Rumah Taḥfīẓ Mafaza 4
Penulis: bagaimmana cara menjaga hafalan (anak)?
Informan: yang pertama dengan cara muroja‟ah kedua dibaca setelah sholat.
Penulis: hambatan-hambatan si dedek menghafal apa saja?
Informan: malas.