penerapan model kooperatif jigsaw untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa dalam konsep...

48
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR PROPOSAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian dari Ibu Devi Solehat, M.Pd. Oleh: SHINTA FITRIYANI NIM 1111016300027 0

Upload: shinta-fitriyani

Post on 18-Jan-2016

42 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Tugas Metodologi Penelitian

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW

UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA

DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

dari Ibu Devi Solehat, M.Pd.

Oleh:

SHINTA FITRIYANI

NIM 1111016300027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

0

Page 2: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah

perilakunya sebagai akibat pengalaman (Gagne, 1984). Dari pengertian tersebut

dapat kita ketahui bahwa dalam belajar terdapat unsur proses, perubahan perilaku

dan pengalaman.

Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa (Degeng, 1989)

Membelajarkan artinya tidak sekedar hanya mengajar, karena membelajarkan

harus banyak memberikan perlakuan pada siswa. Peran guru dalam pembelajaran

lebih dari sekedar pengajar (informatory) belaka, akan tetapi guru harus memiliki

multi peran dalam pembelajaran (TIM Pengembang MKDP, 2011 : 129).

Paradigma lama dalam pembelajaran adalah guru memberi pengetahuan

pada siswa secara pasif (Made Wena, 2009). Guru mengajar dengan strategi

ceramah dan mengharapkan siswa duduk memperhatikan, diam, mendengar,

mencatat dan menghafal semua materi yang telah disampaikannya.

Pembelajaran pasif tersebut hingga kini masih mendominasi proses

pembelajaran. Kondisi seperti ini tidaklah baik, karena hanya terfokus pada guru

saja, sehingga siswa tidak berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Untuk itu

perlu adanya perubahan model belajar yang membuat siswa tidak hanya belajar,

tetapi juga dapat mengajar pada sesame siswa lainnya.

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi baru yang dapat

dijadikan alternative untuk menggantikan strategi ceramah. Salah satu model

pembelajaran kooperatif adalah Model Kooperatif Jigsaw. Dengan model

pembelajaran ini hasil belajar siswa akan meningkat, karena siswa memiliki dua

sumber belajar langsung, yaitu dari guru dan dari teman belajarnya.

2. Identifikasi Masalah

Berdasakan latar belakang diatas, identifikasi masalah yang kita dapatkan

adalah :

1. Strategi ceramah adalah strategi pengajaran lama yang tidak membuat

siswa berperan aktif dalam proses belajar-mengajar.

1

Page 3: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

2. Pembelajaran pasif (dengan ceramah) masih mendominasi proses

pembelajaran

3. Perlu adanya strategi baru untuk menggantikan strategi ceramah

4. Model Kooperatif Jigsaw dapat dijadikan alternative untuk merubah

kebiasaan (pembelajaran) lama.

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah penelitian akan

dibatasi sebagai berikut:

Mengingat luasnya permasalahan yang telah diungkap maka perlu dibatasi,

diantaranya adalah :

a. Pengukuran hasil belajar dalam penelitian ini hanya berorientasi pada ranah

kognitif yang merujuk pada taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Lorin

W. Anderson, ddk. Ranah kognitif yang akan diukur pada penelitian ini mulai

dari C1 sampai C4.

b. Hasil belajar siswa yang akan diteliti, dibatasi pada konsep Benda Tegar yang

diajarkan pada siswa SMAN 1 Karawang kelas XI.

4. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka perumusan dalam penelitian yang

akan dilaksanakan ini adalah “penerapan model kooperatif Jigsaw untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dalam konsep pembelajaran benda tegar

pada siswa kelas XI SMAN 1 Karawang”

5. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan rencana penelitian

tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswakelas XI SMAN

1 Karawang dalam konsep pembelajaran benda tegar dengan penerapan model

kooeperatif Jigsaw.

6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah :

2

Page 4: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

a. Dengan menggunakan kooperatif tipe Jigsaw, diharapkan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran fisika dapat meningkat.

b. Menjadi bahan rujukan bagi guru-guru mata pelajaran fisika dalam

mengunakan media pembelajaran dan meningkatkan kualitas pendidikan

fisika pada konsep benda tegar.

c. Memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan bagi para guru khususnya

guru fisika dalam menerapkan pendekatan dan metode mengajar yang sesuai

dengan situasi dan kondisi siswa.

B. DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

1. Deskripsi Teoritis

a. Hakikat Pembelajaran Kooperatif

1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-

tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator (Lie

, 2002). Sedangkan menurut Nurhadi dan Senduk (2003), Pembelajaran kooperatif

adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah

sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga

sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang

berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, di

samping guru dan sumber belajar.1

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah suatu pembelajaran di mana siswa berperan aktif dalam proses

belajar juga mengajar, sedangkan guru berperan aktif sebagai fasilitator sekaligus

sumber belajar.

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi dan Senduk

(2003) dan Lie (2002) adalah saling ketergantungan positif (positive

1 Made Wena. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu

Tinjauan Konseptual Opersional. Jakarta : Bumi Aksara, 2009.

3

Page 5: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

independence), interaksi antar muka (face to face interaction), akuntabilitas

individual (individual accountability), dan keterampilan untuk menjalin hubungan

antar pribadi dan keterampilan social yang secara sengaja diajarkan (use of

collarative / social skill).

Model pembelajaran kooperatif diantaranya adalah model STAD (Student

Teams Achievement Division), Model Jigsaw, dan Model GI (Group

Investigation).2

2) Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional

yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan

pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah

menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi

oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-

tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al.

(2000), yaitu:

a) Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga

memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa

ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami

konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa

model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada

belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar,

pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok

bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas

akademik.

b) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas

dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan,

dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa

2 Ibid

4

Page 6: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung

pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan

belajar saling menghargai satu sama lain.

c) Pengembangan keterampilan social

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan

kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-

keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda

masih kurang dalam keterampilan sosial.

3) Pelaksanaan Pembelajaran kooperatif dalam Kelas

Langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif

yang diuraikan oleh Arends (1997) adalah :

a) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran

tersebut dan memotivasi siswa belajar.

b) Menyajikan Informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat

bahan bacaan

c) Mengorganisasi siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok

belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

d) Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka.

e) Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang maeri yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

f) Memberikan Penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar

individu kelompok

4) Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw

5

Page 7: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson

dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan

teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai

metode pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Teknik ini dapat

digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun

berbicara.

Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang

pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan

pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama

siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk

mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang

bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,

1997).

Model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw merupakan model

pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri

dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang

positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus

dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain

(Arends, 1997).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya

mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan

dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan

demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama

secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu

untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic

pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali

6

Page 8: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain

tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw, terdapat kelompok

asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang

beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang

beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli

yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang

ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan

tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan

kepada anggota kelompok asal.

Implementasi model ini adalah3:

a) Kelas dibagi dalam beberapa kelompok.

b) Tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang yang bersifat heterogen, baik dari segi

kemampuan, jenis kelamin, budaya dan sebagainya

c) Setiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus

dikerjakan

d) Masing-masing kelompok diambil satu orang anggota untuk membentuk

kelompok baru (kelompok pakar dengan membahas ugas yang sama. Dalam

kelompok ini diadakan diskusi antara anggota kelompok pakar.

e) Anggota kelompok pakar kemudian kembali lagi ke kelompok semula, untuk

mengajari anggota keompoknya. Dalam kelompok ini diadakan diskusi

kelompok.

f) Selama proses pembelajaran kelompok , guru berperan sebagai fasilitator dan

motivator.

g) Tiap minggu atau dua minggu, guru melaksanakan evaluasi baik secara

individu maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.

h) Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar yang

sempurna maka wajib diberi penghargaan.

Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Jigsaw menurut Priyanto

(2007) adalah4:

a) Pembentukan Kelompok Asal

3 Ibid4 Ibid

7

Page 9: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

Setiap kelompok asal terdiri dari 4-5 orang anggota dengan kemampuan yang

heterogen

b) Pembelajaran pada Kelompok Asal

Setiap anggota dai kelompok asal mempelajari sub materi pelajaran yang akan

menjadi keahliannya, kemudian masing-masing mengerjakan tugas secara

individual.

c) Pembentukan Kelompok Ahli

Ketua kelompok asal membagi tugas kepada masing-masing anggotanya

untuk menjadi ahli dalam submateri pelajaran. Kemudian masing-masing ahli

sub materi yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk

kelompok baru yang disebut kelompok ahli.

d) Diskusi Kelompok Ahli

Anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan saling berdiskusi tentang

masalah-masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota kelompok

ahli belajar materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu

menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut submateri

pelajaran yang menjadi tangung jawabnya.

e) Diskusi Kelompok Asal (Induk)

Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok adal masing-masing. Kemudian

setiap anggota kelompok asal menjelaskan dan menjawab pertnyaan mengenai

submateri pelajaran yang menjadi keahliannya kepada anggota kelompok asal

yang lain. Ini berlangsung secara bergilir sampai ke seluruh anggota kelompok

asal telah mendapatkan giliran.

f) Diskusi Kelas

Dengan dipandu oleh guru diskusi kelas membicarakan konsep-konsep

penting yang menjdi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru

berusaha memperbaiki kesalahan konsep pada siswa

g) Pemberian Kuis

Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing-masing anggota

kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok.

h) Pemberian Penghargaan Kelompok

8

Page 10: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

Kepada kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertinggi diberikan

penghargaan berupa piagam dan bonus nilai.

Gambar Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw

b. Hakikat Hasil Pembelajaran

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional

Nomor 20 tahun 2003 adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus

memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai

model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar

dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.

2) Pengertian Hasil Pembelajaran

“Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai

indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah kondisi

yang berbeda” (Degeng, 1989). Hasil pembelajaran diklasifikasikan ke dalam tiga

variabel, yaitu keefektifan, efisiensi, dan daya tarik. Keefektifan pembelajaran

dapat diketahui dari kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari, kecepatan

kerja, tingkat belajar dan tingkat retensi. Efisiensi belajar diukur dengan

perbandingan keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai siswa atau jumlah biaya

yang digunakan dalam pembelajaran. Sedangkan daya tarik pembelajaran diukur

dengan mengamati kecenderungan siswa untuk terus belajar.

9

Page 11: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Pembelajaran

Secara umum, hasil belajar siswa dari proses pembelajaran dipengaruhi

oleh factor internal, yaitu factor-faktor yang ada dalam diri siswa dan factor

eksternal, yaitu factor-faktor yang berada di luar siswa5.

Faktor-faktor internal diantaranya adalah :

a) Faktor fisiologis atau jasmani

b) Faktor psikologis

c) Faktor Kematangan baik berupa fisik maupun psikis

Faktor-fsktor eksternal adalah :

a) Faktor social

b) Faktor budaya

c) Faktor lingkungan fisik

d) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan

4) Fungsi dan Tujuan Penilaian Hasil Pembelajaran

Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku pada

diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana

perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Dengan

mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil tin-dakan

perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkut-an. Misalnya

dengan melakukan perubahan dalam strategi mengajar, membe-rikan bimbingan

dan bantuan belajar kepada siswa. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak

hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan tingkah laku

siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses

pembelajaran.

Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses pebelajaran

dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilai-an

hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang

dicapai siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang ditem-puhnya

5 Tim Pengembang MKDP. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Raga Grapindo

Persada, 2011.

10

Page 12: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

(pengalaman belajarnya). Sejalan dengan pengertian diatas maka pe-nilaian

berfungsi sebagai berikut:6

a) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan fungsi

ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan

pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran.

b) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin

dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman bela-jar

siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru, media pembelajar-an, dll.

c) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang

tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan

belajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam ben-tuk

nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

Sejalan dengan fungsi penialaian di atas maka tujuan dari penilaian hasil

belajar adalah untuk :7

a) Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui

kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pe-

lajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut da-pat

diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lainnya

b) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran disekolah,

dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan ketrampilan yakni

seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke

arah tujuan pendidikan yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan

pembelajaran penting artinya mengingat peranannya sebagai upaya me-

manusiakan atau membudayakan manusia, dalam hal ini para siswa agar

menjadi manusia yang berkualitas.

c) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan

penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pembelajaran serta strategi

pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapainya

hendakmya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri sis-wa semata-mata,

tetapi juga bisa disebabkan oleh program pembelajaran yang diberikan

6 PMPTK, DEPDIKNAS 2008

7 Ibid

11

Page 13: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

kepadanya atau oleh kesalahan strategi dalam mekalsana-kan program

tersebut. Misalnya kekurangtepatan dalam memilih dan menggunakan metode

mengajar dan alat bantu pembelajaran.

d) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah ke-pada

pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah,

masyarakat, dan para orang tua siswa. Dalam mempertanggungjawabkan

hasil-hasil yang telah dicapainya, sekolah memberikan la-poran berbagai

kekuatan dan kelemahan pelaksanaan sistem pendidikan serta kendala yang

dihadapinya. Laporan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan,

misalnya dinas pendidikan setempat melalui petugas yang menanganinya.

Sedangkan pertanggungjawaban kepada masyarakat dan orang tua

disampaikan melalui laporan kemajuan belajar siswa (raport) pada setiap akhir

program, semester.

5) Prinsip-prisnip Penilaian Hasil Pembelajaran

Prinsip penilaian yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :8

a) Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses pem-

belajaran. Artinya setiap guru melaksanakan proses pembelajaran ia harus

melaksanakan kegiatan penilaian. Penilaian yang dimaksud adalah penila-ian

formatif. Tidak ada proses pembelajaran tanpa penilaian. Dengan de-mikian

maka kemajuan belajar siswa dapat diketahui dan guru dapat sela-lu

memperbaiki kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya.

b) Penilaian hasil belajar hendaknya dirancang dengan jelas kemampuan apa

yang harus dinilai, materi atau isi bahan ajar yang diujikan, alat penilaian yang

akan digunakan, dan interpretasi hasil penilaian. Sebagai patokan atau rambu-

rambu dalam merancang penilaian hasil belajar adalah kuri-kulum yang

berlaku terutama tujuan dan kompetensi mata pelajaran, ru-ang lingkup isi

atau bahan ajar serta pedoman pelaksanaannya.

c) Penilaian harus dilaksanakan secara komprehensif, artinya kemampuan yang

diukurnya meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotiris. Dalam aspek

kognitif mencakup: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi secara proporsional.

8 Ibid

12

Page 14: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

d) Alat penilaian harus valid dan reliabel. Valid artinya mengukur apa yang

seharusnya diukur (ketepatan). Reliabel artinya hasil yang diperoleh dari

penilaian adaalah konsisten atau ajeg (ketetapan).

e) Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tidak lanjutnya. Data ha-sil

penilaian sangat bermanfaat bagi guru sebagai bahan untuk menyem-purnakan

program pembelajaran, memperbaiki kelemahan-kelemahan pembelajaran,

dan kegiatan bimbingan belajar pada siswa yang memerlu-kannya.

f) Penilaian hasil belajar harus obyektif dan adil sehingga bisa mengambar-kan

kemampuan siswa yang sebenarnya.

Prinsip-prinsip penilaian di atas dapat digunakan guru dalam merenca-

nakan dan melaksanakan penilaian hasil belajar.

c. Hakikat Konsep Benda Tegar

Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bidang kajian yang

terdiri dari fisika, biologi dan kimia. Fisika, seperti halnya juga biologi dan kimia

adalah mata pelajaran wajib dalam kurikulum 2006 (KTSP). Karakteristik

pelajaran IPA berbeda dengan pelajaran lainnya. IPA pada hakekatnya dibangun

atas dasar produk, proses dan sikap.

Benda tegar adalah sistem partikel yang mana posisi relatif partikel-

partikelnya,satu dengan yang lainnya di dalam sistem, (dianggap) tetap.Akibatnya

ketika benda ini berotasi terhadap suatu sumbu tetap, maka jarak setiap partikel

dalam sistem terhadap sumbu rotasi akan selalu tetap. Di sini kita hanya akan

meninjau gerak rotasi dengan sumbu putar yang tetap orientasinya.

Konsep-konsep fisika yang dipelajari pada konsep benda tegar adalah :

1) Sudut dan jarak

Jarak yang telah ditempuh dalam selang waktu ∆t adalah s terkait dengan

sudut θ (dalam radian). Hubungan s dan θ diberikan oleh s = r θ. Untuk selang

waktu yang sangat kecil maka besar kecepatan linier dinyatakan dengan :

dsdt

=rdθdt

2) Kecepatan sudut

13

Page 15: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

Besaran ω = dθdt

disebut sebagai kecepatan sudut, yang arahnyadiberikan oleh

arah putar tangan kanan, tegak lurus bidang lingkaran. Jadi hubungan antara

kecepatan linier dengan kecepatan sudut diberikan oleh v = ω ×r.

3) Percepatan sudut

Percepatan sudut a didefinisikan sebagai laju perubahan kecepatan sudut

terhadap waktu, α= a × r.

4) Kinematika rotasi

Karena persamaan-persamaan kinematika yang menghubungkan θ, ω dan a

bentuknya sama dengan persamaan-persamaan kinematika gerak linear, maka

dengan memakai analogi ini akan diperoleh kaitan sebagai berikut untuk

keceptan sudut konstan dinyatakan dengan θ(t) = θ + ωt

5) Momentum sudut

Untuk memudahkan penyelidikan dan analisa terhadap gerak rotasi,

didefinisikan beberapa besaran sebagai analog konsep gaya dan momentum.

Pertama didefinisikan konsep momentum sudut l. Momentum sudut suatu

partikel yang memiliki momentum linear p dan berada pada posisi r dari suatu

titik referensi O adalah l = r × p

6) Kesetimbangan benda tegar dan momen inersia

a) Syarat-syarat Keseimbangan

Agar sebuah benda diam, jumlah gaya yang bekerja padanya harus berjumlah

nol, karena gaya merupakan vektor, komponen-komponen gaya total masing-

masing harus nol. Dengan demikian, syarat keseimbangan adalah:9

Selain gaya total yang harus bernilai nol, benda yang diam juga dipersyaratkan

agar torsi total yang merotasi benda tersebut bernilai nol .

b) Stabilitas Keseimbangan

Keseimbangan sebuah benda dapat diklasifikasikan menurut tiga kategori:

1. Keseimbangan stabil

Keseimbangan stabil terjadi bila torsi atau gaya yang muncul karena

perpindahan kecil dari benda tersebut memaksa benda itu kembali ke arah

posisi keseimbangannya (pusat gravitasinya tetap). Sebagai contoh adalah

bila sebuah kotak diputar sedikit terhadap salah satu ujungnya, maka torsi

9 Douglas C. Giancoli, Fisika, (Jakarta: Erlangga. 2001). hlm. 286.

14

Page 16: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

yang dihasilkan terhadap titik putar berusaha mempertahankan kotak itu

pada posisinya semula.

2. Keseimbangan tak stabil Keseimbangan tak stabil terjadi bila gaya-gaya

atau torsi yang muncul karena perpindahan kecil dari benda memaksa

benda menjauhi posisi keseimbangannya.

3. Keseimbangan netral

Keseimbangan netral terjadi jika gaya yang dikenakan pada sebuah benda

tidak mengubah pusat gravitasi benda tersebut.10

c) Pusat Berat

Biladua atau lebih gaya sejajar bekerja pada sebuah benda, maka gaya-gaya

tersebut dapat diganti oleh sebuah gaya tunggal ekivalen yang sama dengan

jumlah gaya-gaya itu dan dikerjakan pada sebuah titik. Sehingga torsi yang

dihasilkan gaya ekivalen tunggal itu sama dengan torsi total yang dihasilkan

oleh gaya-gaya semula.

d) Kopel

Setelah diketahui bahwa sekumpulan gaya sejajar dapat diganti dengan gaya

tunggal yang sama dengan jumlah gaya-gaya sejajar yang bekerja pada suatu

titik. Maka, pemikiran tersebut digunakan untuk menggantikan gaya-gaya

berat yang bekerja pada berbagai bagian dari benda dengan sebuah gaya

tunggal, yaitu berat benda tersebut, yang bekerja pada pusat berat. Namun, dua

gaya yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan dan mempunyai garis

kerja yang berbeda tidak dapat diganti oleh satu gaya tunggal. Pasangan gaya

semacam itu dinamakan kopel11.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa tenaga pendidik fisika SMA,

materi pelajaran kesetimbangan benda tegar dan momen inersia merupakan

salah satu materi pelajaran fisika yang tergolong sulit bagi kebanyakan siswa,

karena selain membutuhkan operasi matematis vektor, materi ini juga

merupakan gabungan antara gerak translasi dan rotasi. Di samping itu,

pengajaran tentang materi ini pada umunya menggunakan metode ceramah.

Guru hampir tidak pernah mengajar dengan metode eksperimen ataupun

10 David Halliday, Robert Resnick, Fisika, (Jakarta: Erlangga, 1985), hlm. 432.

11 Paul A. Tipler, Fisika Untuk Sains dan Teknik, (Jakarta: Erlangga, 1998). hlm. 327

15

Page 17: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

Kondisi Awal

Tindakan1

Kondisi Akhir

Tindakan 2 (Perbaikan)

Guru belum menerapkan model pembelajaran Jigsaw

Dalam pembelajaran guru menerapkan model pembelajaran Jigsaw

Dalam pembelajaran guru menerapkan model pembelajaran Jigsaw dengan media

Penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar konsep Benda Tegar siswa.

Hasil Belajar rendahKisaran 50%

Siklus 1Hasil belajar me-ningkat menjadi 70 %

Siklus 2Hasil belajar me-ningkat menjadi 90 %

Diagram Kerangka Berpikir

setidaknya metode demonstrasi. Oleh karena itu penulis menerapkan metode

pembelajaran kooperatif jigsaw dalam pembelajaran benda tegar.

2. KERANGKA BERPIKIR

Menurut Nurhadi dan Senduk (2003), Pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga

sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama

siswa.

Pada pembelajaran kooperatif keberhasilan individu ditentukan atau

dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994). Dengan pembelajaran

kooperatif khususnya teknik Jigsaw siswa akan lebih aktif dalam belajar dan

melakukan diskusi dengan teman-temannya, sehingga ilmu yang ia dapatkan akan

lebih banyak.

Agar kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya

penelitian tindakan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka kerangka

pemikiran dapat digambarkan dalam sebuah skema agar peneliti mempunyai

gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian sebagai berikut:

16

Page 18: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

3. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN

a. Perenapan pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan

kualitas belajar siswa kelas X SMAK Immanuel Batu oleh Didik Purwoko.

Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya dilaksanakan

penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dengan menggunakan

Lembar Kegiatan Siswa. Pada penelitian ini, pembelajaran kooperatif

model Jigsaw dilakukan melalui 3 tahapan siklus belajar yaitu (1) tahap

kooperatif, (2) tahap inti, dan (3) tahap perangkaian. Hasil penelitian ini

menunjukkan adanya peningkatan kualitas belajar siswa yang ditunjukkan

dengan peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas X SMAK

Immanuel Batu.

b. Penerapan pembelajaran kooperatof model jigsaw berbasis kecakapan

hidup dalam upaya meningkatkan motivasi belajar, aktivitas belajar dan

hasil belajar siswa kelas X-4 SMA Negeri 10 Malang oleh Izza Nurdiana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi maupun aktivitas belajar

siswa mengalami peningkatan. Persentase siswa yang mempunyai aktivitas

baik pada siklus I sebanyak 75,7% dan meningkat menjadi 80,5% pada

siklus II. Hasil belajar juga mengalami peningkatan. Rata-rata hasil belajar

siswa pada siklus I sebesar 82,6% dan pada siklus II meningkat menjadi

87,9%. Ketuntasan belajar klasikal meningkat dari 66,7% sebelum

penelitian, menjadi 91,7% pada siklus I dan menjadi 97,2% pada siklus II.

Hasil belajar ranah afektif maupun ranah psikomotorik juga menunjukkan

terjadi peningkatan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA

Negeri 10 Malang tentang penerapan pembelajaran kooperatif model

jigsaw berbasis kecakapan hidup yang dapat meningkatkan motivasi

belajar, aktivitas belajar dan hasil belajar siswa maka disarankan kepada

para guru hendaknya untuk menerapkan metode ini dalam proses

pembelajaran di sekolah.

c. Penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw sebagai upaya meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 7

Malang Jawa Timur oleh Sri Utami. Hasil penelitian menunjukan bahwa:

Persentase aktivitas belajar siswa pada Siklus II tingkat K (kurang)

17

Page 19: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

mengalami penurunan sebesar 15,45%, pada tingkat C (cukup) mengalami

penurunan sebesar 9,56%, dan persentase aktivitas belajar siswa pada

tingkat B (baik) mengalami peningkatkan sebesar 31,86% jika

dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan persentase hasil belajar siswa

pada siklus I sebesar 19,2% dan peningkatan persentase hasil belajar siswa

pada siklus II sebesar 22,7%. Peningkatan persentase ketuntasan belajar

siswa pada siklus I sebesar 62,6% dan peningkatan persentase ketuntasan

belajar siswa pada siklus II sebesar 71,6%.

d. Penerapan pembelajaran problem solving dipadu kooperatif jigsaw untuk

meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada konsep ekosistem kelas

X SMA Negeri 3 Ternate tahun pelajaran 2006 oleh 2007 oleh Taslim D.

Nur. Hasil penelitian di SMA Negeri 3 Ternate Pada kelas X-4

menunjukan bahwa (1) Proses belajar siswa mengalami peningkatan dari

Siklus I dan Siklus II, antara lain, (a) keaktifan siswa: nilai rata-rata 62,9

menjadi 66,9. (b) keterampilan kooperatif siswa secara klasikal 3,3

menjadi 3,7 (2) penigkatan hasil belajar serta respons siswa dari siklus I

dan Siklus II antara lain (a) kemampuan kognitif siswa dari 64,1 menjadi

71,2 (b) keterampilan berpikir kritis 3,1 menjadi 4,5 (c) sikap siswa 62,9

menjadi 74,1 serta respons siswa terhadap penerapan pembelajaran

problem solving dipadu kooperatif Jigsaw menunjukan respons positif,

dengan nilai rata-rata 79,5%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa: (1) Penerapan pembelajaran problem solving dipadu

kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan proses dan hasil belajar pada

konsep ekosistem kelas X siswa SMA Negeri 3 Ternate tahun pelajaran

2006/2007 dan juga ditunjukan dengan respons positif siswa terhadap

model pembelajaran tersebut.

4. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

18

Page 20: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

“Melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif teknik Jigsaw, maka

hasil pembelajaran konsep Benda Tegar pada siswa kelas XI SMAN 1 Karawang

akan meningkat.”

C. METODOLOGI PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Karawang pada semester genap, yaitu

bulan Januari – Februari 2015.

2. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

a) Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode One

Group Pretest-Postest Design, yaitu metode penelitian yang mempunyai satu

kelompok yang diberi treatment atau perlakuan. Sebelum diberikan perlakuan,

kelompok tersebut diberi test terlebih dahulu (pretest), kemudian diberi tes

kembali (posttest) setelah diberi perlakuan. Desain penelitiannya dapat dilihat

pada Tabel C.1.

Tabel C.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

A Y 1 X Y 2

Keterangan:

A = Kelas Penelitian

X = Perlakuan yang diberikan pada kelompok Kelas Penelitian

Tindakan Kelasberupa penggunaan media animasi berbasis CTL.

Y 1 = Pretest

Y 2 = Posttest

3. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang akan menjadi populasi target adalah seluruh

siswa di salah satu SMAN 1 Karawang dan populasi terjangkaunya adalah seluruh

siswa kelas XI di salah satu SMA Negeri kota Karawang. Adapun sampel yang

terpilih adalah kelas XI IPA 1 sebagai kelas penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw.

19

Page 21: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

OBSERVATION

SIKLUS 1

PLANNING

ACTING

REFLECTING

SIKLUS 2

HASIL

4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu sifat dari orang, objek atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut hubungan antara satu variabel dengan

variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian terdapat

beberapa macam variabel penelitian. Penelitian ini memiliki hubungan kausal

yakni hubungan yang bersifat sebab akibat. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini

terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).12

a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik pembelajaran kooperatif

Jigsaw.

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar fisika siswa pada

konsep benda tegar.

5. Prosedur Penelitian

Adapun rancangan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan melalui

gambar berikut:

Gambar C.1 Model Penelitian Classroom Action Research

12Ibid., hal. 37-39.

20

Page 22: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

a. Pengamatan (Observation)

Tahap ketiga yaitu selama tahap pelaksaaan peneliti mengobservasi

keaktifan dan respon siswa terhadap scenario pembelajaran yang telah dibuat oleh

peneliti.Dengan menggunakan lembar kerja observasi peneliti mencatat semua

peristiwa yang terjadi di kelas penelitian.

b. Perencanaan (Planning)

Penelitian merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti

menyiapkan skenario pembelajaran dan instrument penelitian yang terdiri atas

rencana pembelajaran media Power Point, lembar soal tes hasil belajar, lembar

panduan observasi, dan lembar wawancara.

c. Tindakan (Acting)

Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu

tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya maka kegiatan yang dilaksanakan

dalam tahap ini adalah melakukan skenario pembelajaran yang telah

direncanakan.

d. Refleksi (Reflecting)

Refleksi ini dilakukan dengan cara kolaboratif yaitu adanya diskusi

terhadap berbagai masalah yang terjadi di dalam kelas penelitian. Dengan

demikian, refleksi dapat dilakuakn sesudah adanya impelentasi tindakan dan hasil

observasi. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tahap observasi, dikumpulkan

dan dianalisis bersama oleh peneliti dan observer. Hasil analisis tersebut

digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus selanjutnya.

e. Siklus I

Kegiatan Keterangan

Perencanaan 1) Identifikasi masalah dan rumusan masalah. Dalam penelitian

ini peneliti memilih materi Benda Tegar.

2) Guru merencanakan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW

pada materi yang akan diajarkan.

3) Rencana pembelajaran yang dibuat disesuaikan dengan

kerangka rancangan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW.

4) Menyusun lembar kerja untuk siswa. Lembar kerja yang

21

Page 23: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

diberikan kepada siswa digunakan untuk menyelesaikan

masalah pada materi benda tegar.

5) Membentuk kelompok – kelompok dengan tiap kelompok

merupakan kelompok yang heterogen. Sehingga dalam

kelompok terdapat siswa dengan kemampuan tinggi, sedang,

rendah, selain itu juga tidak memperhitungkan jenis kelamin

6) Mempersiapkan atau membuat soal tes dengan evaluasi yang

diberikan untuk siswa pada akhir siklus.

Pelaksanaan

Tindakan

1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan

peserta didik (Present goals and set).

2) Mempresentasikan informasi kepada pesrta didik secara

verbal dan memberikan permasalahan yang kontekstual

terhadap siswa (Present Information) yang selanjutnya

digunakan sebagai starting point pembelajaran.

3) Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar yang

heterogen (Organize student into learning terms).

4) Menberikan permasalahan yang telah disusun kedalam

lembar diskusi yang mengarahkan kepada tujuan matematika

formal.

5) Mengarahkan kelas,kelompok, maupun individu untuk

menciptakan free production dan mengiterprestasikan

problem kontekstual, sehingga tercipta berbagai metode

peynelesaian. (Assist team work and study).

6) Memotifasi antar siswa, maupun kelompok untuk saling

interaksi dan interaktif.

7) Mengevaluasi hasil diskusi setiap kelompok, menampilkanya

di depan kelas.

8) Pemberian penghargaan atau penguatan (reinforcement)

9) Membimbing,mengarahkan, dan bersama-sama menarik

kesimpulan ke dalam matematika formal. Guru memberikan

penekanan pada informasi penting dan menambah informasi

22

Page 24: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

lain yang terkait.

10) Guru memberikan soal yang berhubungan dengan sub materi

kubus dan balok sebagai post test siklus 1

Pengamatan 1) Pengamatan terhadap keaktifan siswa selama kegiatan

pelaksanaan tindakan kelas.

2) Pengamatan tentang tingkat keberhasilan guru ketika proses

kegiatan belajar mengajar.

3) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam

meyelesaikan post test yang diujikan.

Refleksi Hasil yang diperoleh dari pengamatan dan tes pada tindakan

siklus 1 dianalisis apakah sudah memenuhi target atau belum.

Selanjutnya apabila belum memenuhi tindakan dilakukan

tindakan II

f. Siklus II

Kegiatan Keterangan

Perencanaan 1) Identifikasi masalah dan rumusan masalah berdasarkan

refleksi pada siklus I.

2) Merencanakan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW.

3) Rencana pembelajaran yang dibuat disesuaikan dengan

kerangka rancangan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW.

4) Menyusun lembar diskusi untuk siswa. Lembar diskusi yang

diberikan kepada siswa digunakan untuk menyelesaikan

masalah pada materi benda tegar.

5) Membentuk kelompok – kelompok seperti siklus I.

6) Mempersiapkan atau membuat soal untuk evaluasi.

7) Mempersiapkan sarana pembelajaran yang diperlukan.

Pelaksanaan

Tindakan

1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan

peserta didik (Present goals and set).

2) Mempresentasikan informasi kepada pesrta didik secara

23

Page 25: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

verbal dan memberikan permasalahan yang kontekstual

terhadap siswa (Present Information) yang selanjutnya

digunakan sebagai starting point pembelajaran.

3) Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar yang

heterogen (Organize student into learning terms).

4) Menberikan permasalahan yang telah disusun kedalam

lembar diskusi.

5) Mengarahkan kelas,kelompok, maupun individu untuk

menciptakan free production dan mengiterprestasikan

problem kontekstual, sehingga tercipta berbagai metode

peynelesaian. (Assist team work and study).

6) Memotifasi antar siswa, maupun kelompok untuk saling

interaksi dan interaktif.

7) Mengevaluasi hasil diskusi setiap kelompok, menampilkanya

di depan kelas.

8) Pemberian penghargaan atau penguatan (reinforcement)

9) Membimbing,mengarahkan, dan bersama-sama menarik

kesimpulan ke dalam matematika formal. Guru memberikan

penekanan pada informasi penting dan menambah informasi

lain yang terkait.

10) Guru memberikan soal yang berhubungan dengan sub materi

kubus dan balok sebagai post test siklus 1

Pengamatan 1) Pengamatan terhadap keaktifan siswa selama kegiatan

pelaksanaan tindakan kelas.

2) Pengamatan tentang tingkat keberhasilan guru ketika proses

kegiatan belajar mengajar.

3) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam

meyelesaikan post test yang diujikan.

Refleksi Setelah pelaksanaan dan pengamatan dilaksanakan, maka hasil

pengamatan dievaluasi dan dianalisis, diharapkan pada

kesimpulan akhir siklus II ini hasil pembelajaran siswa kelas XI

IPA 1 SMAN 1 Karawang mengalami peningkatan.

24

Page 26: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat ukur dalam penelitian, yaitu suatu alat

yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.13

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini dalah instrumen tes yaitu tes

hasil belajar berupa tes objektif pilihan ganda yang diberikan pada saat pretest dan

posttest.

Instrumen tes dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila memenuhi

empat kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut, maka instrumen yang akan digunakan

dalam penelitian ini harus diuji terlebih dahulu. Berikut ini adalah pengujian

berkaitan dengan kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen penelitian:

a. Uji Validitas

Instrumen yang valid ialah instrumen yang mampu mengukur apa yang

diinginkan oleh peneliti dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti

secara tepat.14 Intrumen tes ini terdiri dari beberapa soal sehingga perlu mencari

validitas butir (tiap butir soal). Salah satu cara menguji validitas butir soal adalah

menggunakan teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson.15

Rumus korelasi product moment sebagai berikut:

r XY=N∑ XY−(∑ X ) (∑ Y )

√ {N ∑ X2− (∑ X )2}{{N∑ Y 2−(∑ Y )2}}Keterangan:

r11 = korelasi antara variabel X dan Y

X = skor butir soal yang menjawab benar

Y = skor total siswa yang menjawab benar

N = jumlah siswa16

13Ibid., hal. 102.14 Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan

Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet ke-1, h. 269.15Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Bumi Aksara:

Jakarta, 2009), hal 69.16Ibid.,hal. 78.

25

Page 27: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran indeks korelasinya (r)

pada Tabel C. 2 sebagai berikut:17

Tabel C. 2 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,800-1,00 Sangat tinggi

0,600-0,800 Tinggi

0,400-0,600 Cukup

0,200-0,400 Rendah

0,00-0,200 Sangat rendah

b. Uji Reabilitas

Reliabilitas merupakan ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek

yang sama.18Salah satu rumus yangdigunakan untuk menguji reabilitas instrumen

tes adalah rumus Kude-Richardson (KR-20), sebagai berikut,

r11=( nn−1 )( S2−∑ pq

S2 )Keterangan:

r11 = reabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1−p )

∑ pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S2 = standar deviasi dari tes

Jika instrumen itu reliabel, maka dilihat kriteria penafsiran indeks reliabilitasnya

pada Tabel C. 3 sebagai berikut:19

Tabel C.3 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,00 ¿ r ¿ 0,20 Kecil

0,20 ¿ r ¿ 0,40 Rendah

17 Ibid., h.75.18Ibid.,hal. 90.

19 Ratih Komala, op.cit., h. 53

26

Page 28: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

0,40 ¿ r ¿ 0,70 Sedang

0,70 ¿ r ¿ 0,90 Tinggi

0,90 ¿ r ¿ 1,00 Sangat Tinggi

c. Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu

sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha

memecahkanya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa

menjadi putus asa dan tidak semangat untuk mencoba lagi. Bilangan yang

menunjukkan sukar mudahnya suatu soal disebut indenks kesukaran (difficulty

index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Taraf

kesukaran dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut20:

P= BJS

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyak siswa yang menjawab benar pada butir soal yang diukur

JS = jumlah seluruh peserta tes

Adapun tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang

diperoleh digunakan Tabel C. 4 sebagai berikut:21

Tabel C. 4 Interpretasi Tingkat Kesukaran

Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran

0,00 – 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 – 1,00 Mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai

(berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda

20Ibid.,hal. 207-208.21 Ibid., h. 210.

27

Page 29: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

disebut indeks diskriminasi (D) yang berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus

untuk menentukan indeks diskriminasi adalah22

D=BA

J A

−BB

J B

Keterangan:

D = daya beda soal

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

J A = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

Tabel C. 5 Interpretasi Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda

Negatif Sangat buruk, harus dibuang

0,00 – 0,20 Jelek (poor)

0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)

0,40 – 0,70 Baik (good)

0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)

7. Teknik Analisis Data

a. N- Gain

Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain menunjukkan

peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran

dilakukan guru.23 Dalam hal ini digunakan rumus normal gain menurut Meltzet,

yaitu:24

N−Gain= skorpostest−skorpretestskorideal−skorpretest

Dengan kategorisasai perolehan:

G-tinggi : nilai (<g>) >0,70

22Ibid.,hal. 213.23Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, (Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2008), hal. 7024Ibid, hal. 53

28

Page 30: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

G-sedang : nilai 0,70 e”(<g>)e” 0,30

G-rendah : nilai (<g>) <0,30

b. Analisisis deskriptif kualitatif

Analisis tes hasil belajar dilakukan dengan menggunakan analisis

deskriptif kualitatif yaitu membandingkan hasil belajar siswa dengan kriteria

pencapaian ketuntasan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu siswa

dinyatakan tuntas jika tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai di bawah 75.

Untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar dapat dihitung dengan menggunakan

rumus:

Ketuntasan belajar = Banyaknya siswa yang mendapat nilai≥ 75

jumlah keseluru han siswax100 %

Peningkatan potensi siswa juga dilihat dari hasil belajar jangka pendeknya

yang ditunjukkan dengan kenaikkan nilai rata-rata tes pada setiap siklus. Dari data

perolehan skor untuk setiap tes, rata-rata nilai siswa dengan menggunakan

perhitungan sebagai berikut :

∑i=1

i=30

xi

n

,

dengan x = Nilai siswa dan n = Jumlah siswa

8. Hipotesis statistik

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Hipotesis alternatif (Ha): Model pembelajaran koopertif Jigsaw

meningkatkan hasil pembelajaran .

2. Hipotesis nol (Ho): Model pembelajaran koopertif Jigsaw tidak

meningkatkan hasil pembelajaran.

29

Page 31: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Wilis. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung, 2006)

Douglas C. Giancoli, Fisika, (Jakarta: Erlangga. 2001).

Hadjar , Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan,

Jakarta: Rajawali Pers, 1996.

Halliday, David, Robert Resnick. Fisika. Jakarta: Erlangga, 1985

Made Wena. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan

Konseptual Opersional. Jakarta : Bumi Aksara, 2009.

Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran : Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011.

Sandy, Ahmad, Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pokok Materi

Momentum, Impuls, dan Tumbukan Dengan Pemanfaatan Multimedia

Pembelajaran. Skripsi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:

2008.

Somantri, Ating dan Sambas Ali Muhidin, Aplikasi Statistika Dalam

Penelitian.Jakarta : Pustaka Setia, 2008.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D). Bandung : Alfabeta, 2014.

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,

2008.

Tim Pengembang MKDP. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Raga Grapindo

Persada, 2011.

Tipler , Paul A. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga, 1998.

Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta:

Jurusan Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2008.

Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan

Konseptual Opersional. Jakarta : Bumi Aksara, 2009.

http://rosajinyoung.wordpress.com/2013/01/21/penelitian-tindak-kelas-ptk/

http://djatieprasetiawan.blogspot.com/2014/01/karakteristik-penelitian-tindakan-

kelas.html

http://www.m-edukasi.web.id/2012/06/desain-dan-jenis-data-penelitian.html

30