penerapan pembelajaran kooperatif stad dengan vcd untuk mengetahui miskonsepsi fisika
TRANSCRIPT
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
2010
“PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
DENGAN MEDIA VCD UNTUK MENGETAHUI ADANYA
MISKONSEPSI FISIKA SISWA KELAS X SMA PADA POKOK
BAHASAN PERPINDAHAN KALOR” SKRIPSI
Ikmalul Hakim
i
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD DENGAN MEDIA VCD UNTUK MENGETAHUI
ADANYA MISKONSEPSI FISIKA SISWA KELAS X SMA
PADA POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR.
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh Sarjana Pendidikan
Prodi Pendidikan Fisika
Oleh
Ikmalul Hakim
4201406500
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang
Panitia Ujian Skripsi.
Semarang, Agustus 2010
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Mosik, M.S. Drs. Sri Hendratto, M.Pd.
NIP. 19580724 198303 1 001 NIP. 19470810 197302 1 001
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Media VCD
untuk Mengetahui Adanya Miskonsepsi Fisika Siswa Kelas X SMA pada Pokok
Bahasan Perpindahan Kalor
disusun oleh
Nama : Ikmalul Hakim
NIM : 4201406500
telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada
tanggal 20 Agustus 2010.
Panitia :
Ketua Sekretaris
Dr. Kasmadi Imam S, M.S. Dr. Putut Marwoto, M.S.
NIP. 19511115 197903 1 001 NIP. 19630821 198803 1 004
Ketua Penguji
Dr. Putut Marwoto, M.S.
NIP. 19630821 198803 1 004
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Drs. Mosik, M.S. Drs. Sri Hendratto, M.Pd.
NIP. 19580724 198303 1 001 NIP. 19470810 197302 1 001
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya, bukan jiplakan dan hasil karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Agustus 2010
Ikmalul Hakim
4201406500
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
1. Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada
Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak
mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan
menempatkan orangnya, dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu
pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat.
(HR. Ar-Rabii')
2. Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yang dapat
menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika
kesempatan bertemu dengan kesiapan.
(Thomas A. Edison)
Persembahan
Skripsi ini aku persembahkan kepada
Kedua orang tuaku yang aku sayangi.
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, karunia, dan ridhoNya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD dengan Media VCD untuk Mengetahui Adanya Miskonsepsi
Fisika Siswa Kelas X SMA pada Pokok Bahasan Perpindahan Kalor”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan tenaga, pikiran, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan studi S1 di UNNES.
2. Drs. Kasmadi Imam S, M.S, Dekan FMIPA UNNES.
3. Dr. Putut Marwoto, M.S, Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNNES.
4. Drs. Mosik, M.S, sebagai pembimbing I yang dengan kesabarannya telah
memberikan koreksi, bimbingan dan arahan kepada penulis hingga
terselesaikannya skripsi ini.
5. Drs. Sri Hendratto, M.Pd, sebagai pembimbing II yang dengan kesabarannya
telah memberikan koreksi, bimbingan dan arahan kepada penulis hingga
terselesaikannya skripsi ini.
6. Dr. Hartono, M.Pd, sebagai dosen wali yang telah memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis selama studi.
7. Kusdiyanto, S.Pd, Kepala Sekolah SMAN 2 Magelang yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Drs. Wijayanto Hadi, Wakil Kepala Sekolah SMAN 2 Magelang yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
vii
9. Yusuf, S.Pd, guru fisika SMAN 2 Magelang yang telah bersedia memberikan
informasi dan membantu pelaksanaan penelitian.
10. Siswa-siswi kelas X SMAN 2 Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.
11. Kekasihku Nur Aeni Yuniarsih yang selalu mendukungku dalam penyusunan
skripsi ini.
12. Mustafa Kemal Pasha dan Yohannes Curie yang telah telah membantu dalam
penelitian sampai penyusunan skripsi ini.
13. Teman-temanku di Mansion Dream House tercinta Dakocan, Pram, Hasan,
Fuad, Solikin, Dinug, Aji, Titis, Anggra, Wahyu, Budi serta teman- temanku
Fisika khususnya kelas Paralel-A angkatan 2006 yang telah membantu dan
mendukung penyusunan skripsi ini.
14. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis,
lembaga, masyarakat, dan para pembaca pada khususnya.
Semarang, Agustus 2010
Penulis
viii
ABSTRAK
Ikmalul Hakim. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan
Media VCD untuk Mengetahui Adanya Miskonsepsi Fisika Siswa Kelas X SMA
pada Pokok Bahasan Perpindahan Kalor. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Dosen Pembimbing I: Drs. Mosik, M.S, pembimbing II: Drs. Sri Hendratto, M.Pd
Kata kunci: Miskonsepsi, STAD dengan media VCD
Permasalahan pendidikan yang mendasar berkaitan dengan miskonsepsi.
Akan tetapi, sebagian orang berpendapat bahwa kesalahan pemahaman atau
miskonsepsi siswa terhadap suatu konsep fisika adalah sesuatu yang wajar dan
dapat dianggap sebagai kurang berhasilnya proses belajar mengajar, sehingga
tidak perlu menindaklanjuti hal tersebut. Seiring dengan kemajuan teknologi
informasi sekarang ini, pendekatan yang sesuai untuk dikembangkan adalah
dengan menyajikan fisika dalam berbagai media. Media VCD mungkin cocok
diterapkan pada pembelajaran sains karena banyak konsep yang abstrak dalam
pembelajaran sains. Berdasarkan permasalahan di atas perlu dikembangkan suatu
tindakan yang dapat mengatasi kesulitan belajar fisika siswa berupa penerapan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD untuk memberikan
kesempatan kepada siswa dalam mengemukakan gagasan-gagasan terhadap
pemecahan suatu masalah dalam kelompoknya masing-masing.
Penelitian ini menggunakan populasi seluruh siswa kelas X SMA
Negeri 2 Magelang tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 6 kelas. Sampel
dalam penelitian ini diambil dengan teknik random sampling yaitu dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi itu. Secara acak memilih
satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas X-F yang terdiri dari 33 peserta
didik dan satu kelas sebagai kelas kontrol yaitu kelas X-B yang terdiri dari 33
peserta didik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentase miskonsepsi siswa kelas
kontrol sebesar 31% lebih kecil daripada prosentase miskonsepsi siswa kelas
eksperimen yaitu sebesar 38%. Hal ini juga menunjukan bahwa rata-rata kelas
eksperimen dengan kelas kontrol berbeda. Dimana rata-rata kelompok kontrol
adalah 60,03 lebih baik daripada kelompok eksperimen adalah 56,21. Penggunaan
media VCD dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menimbulkan
miskonsepsi yang lebih besar daripada pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan metode demonstrasi.
Disarankan dalam menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan media VCD sebaiknya guru mengkaji terlebih dahulu kekurangan yang
terdapat didalam VCD dan mengkoreksinya sehingga tidak menimbulkan salah
pemahaman yang meluas terhadap siswa. Serta agar dapat lebih mengetahui
pemahaman konsep siswa selain hanya menggunakan tes diagnostik tertulis juga
perlu diadakan tes diagnostik dengan teknik wawancara.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii
PENGESAHAN ............................................................................................. iii
PERNYATAAN ............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3. Tujuan penelitian ...................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
1.5. Penegasan Istilah ....................................................................... 5
1.6. Sistematika Penulisan ............................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8
2.1. Belajar dan Pembelajaran ......................................................... 8
2.2. Pembelajarasn Kooperatif tipe STAD ...................................... 9
2.3. Media Pembelajaran ................................................................. 12
2.4. Media VCD ............................................................................... 13
2.5. Tinjauan tentang Konsep .......................................................... 14
2.6. Derajat Pemahaman .................................................................. 18
2.7. Perpindahan Kalor .................................................................... 21
2.8. Kesalahpahaman Perpindahan Kalor ........................................ 24
2.9. Kerangka Berfikir ..................................................................... 25
2.10. Hipotesis ................................................................................... 26
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 27
3.1. Subjek Penelitian dan Setting Penelitian .................................. 27
3.2. Desain Penelitian ...................................................................... 27
3.3. Identifikasi Variabel ................................................................. 28
3.4. Populasi dan Sampel ................................................................. 28
3.5. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 29
3.6. Instrumen Penelitian ................................................................. 30
3.7. Teknik Analisis Data ................................................................ 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 34
4.1. Hasil Penelitian ......................................................................... 34
4.2. Pembahasan .............................................................................. 39
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 63
5.1. Simpulan ................................................................................... 63
5.2. Saran ......................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 65
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Fase utama dalam proses pembelajaran kooperatif........................ 10
Tabel 2.2 Derajat pemahaman dan indikator secara umum ........................... 19
Tabel 2.3 Derajat pemahaman dan indikator secara khusus .......................... 20
Tabel 3.1 Desain penelitian eksperimen random terhadap subjek ................. 27
Tabel 3.2 Penskoran tes objektif beralasan .................................................... 30
Tabel 4.1 Prosentase pemahaman siswa kelas eksperimen tentang
perpindahan kalor ......................................................................... 34
Tabel 4.2 Prosentase pemahaman siswa kelas kontrol tentang
perpindahan kalor .......................................................................... 36
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Contoh peta konsep suhu dan kalor............................................ 16
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Penetapan Pembimbing .......................................................................... 68
2. Surat Ijin Penelitian................................................................................ 69
3. Surat keterangan telah melakukan penelitian ........................................ 70
4. Daftar peserta didik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ....... 71
5. Daftar nama kelompok belajar kelas eksperimen .................................. 72
6. Daftar nama kelompok belajar kelas kontrol ......................................... 73
7. Silabus dan penilaian kelas eksperimen ................................................. 74
8. RPP kelas eksperimen ............................................................................ 75
9. Silabus dan penilaian kelas kontrol........................................................ 80
10. RPP kelas kontrol ................................................................................... 81
11. Kisi- kisi soal instrument ....................................................................... 86
12. Instrumen Penelitian .............................................................................. 87
13. Jawaban Instrumen Penelitian................................................................ 95
14. Data awal kelas eksperimen dan kontrol ............................................... 98
15. Uji kesamaan dua varians data awal ...................................................... 99
16. Data Penelitian kelas eksperimen .......................................................... 100
17. Data Penelitian kelas kontrol ................................................................. 101
18. Data akhir hasil tes diagnostik ............................................................... 102
19. Analisis miskonsepsi kelas eksperimen ................................................. 103
20. Analisis miskonsepsi kelas kontrol ........................................................ 104
21. Prosentase miskonsepsi kelas eksperimen ............................................. 105
22. Prosentase miskonsepsi kelas kontrol .................................................... 106
23. Uji normalitas data akhir kelas eksperimen ........................................... 107
24. Uji normalitas data akhir kelas kontrol .................................................. 108
25. Uji perbedaan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol ................. 109
26. Surat keterangan ujian sarjana ............................................................... 110
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fisika adalah bidang studi yang memang sulit, tetapi apa sumber kesulitan
di dalam belajar fisika jarang diselidiki. Sering dikatakan bahwa fisika sulit
karena penggunaan matematika di dalamnya, atau siswa tidak dapat menghitung,
atau fisika tidak menarik. Penelitian dari dua dasawarsa dan sejarah fisika
memperlihatkan bahwa salah satu sumber kesulitan utama adalah terjadinya
miskonsepsi.
Permasalahan pendidikan yang mendasar berkaitan dengan salah
pemahaman konsep. Akan tetapi, sebagian orang berpendapat bahwa kesalahan
pemahaman siswa terhadap suatu konsep fisika adalah sesuatu yang wajar dan
dapat dianggap sebagai kurang berhasilnya proses belajar mengajar, sehingga
tidak perlu menindaklanjuti hal tersebut. Satu hal yang perlu dicatat ialah
kesalahan pemahaman konsep oleh siswa secara konsisten akan mempengaruhi
efektivitas proses belajar selanjutnya dari siswa yang bersangkutan. Pemahaman
yang salah atau yang berbeda dari pemahaman para ahli tidak mudah untuk
dilupakan dan diganti dengan pemahaman baru dan benar dari kacamata
masyarakat ilmiah.
Penelitian tentang miskonsepsi dilakukan oleh Jasien dan Oberem (2002)
menemukan bahwa para siswa dan para guru fisika kesulitan dalam menjelaskan
konsep suhu dan kalor. Penelitian mengenai miskonsepsi suhu dan kalor juga
2
telah dilakukan Ed van den Berg dan Kristyanto Sidkenu Boko dengan subjek
penelitian 137 siswa SMP dan SMA. Hasil pengujian pilihan ganda, esai, dan
wawancara menghasilkan gambaran yang konsisten mengenai konsepsi siswa.
Antara lain mereka mencampur-adukkan konsep suhu dan kalor dan siswa belum
memahami kesetimbangan termal, kalor jenis dll. Hasil siswa SMP dan siswa
SMA tidak jauh berbeda dan mirip dengan penelitian sejenis diluar negeri.
Menurut Jean Piaget (Masril, 2002) bahwa penyampaian informasi yang
kurang jelas dan kurang lengkap yang diterima oleh siswa dalam proses belajar
diduga sebagai penyebab miskonsepsi. Bahkan pemilihan strategi pembelajaran
yang kurang tepat misalnya pemilihan media pembelajaran di kelas dapat
mengganggu proses berpikir siswa dalam memahami konsep-konsep fisika yang
dipelajari.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi sekarang ini, pendekatan yang
sesuai untuk dikembangkan adalah dengan menyajikan fisika dalam berbagai
media. Media VCD mungkin cocok diterapkan pada pembelajaran sains karena
banyak konsep yang abstrak dalam pembelajaran sains. Dengan media VCD siswa
diharapkan mampu menerangkan gagasannya melalui pengalaman belajar dengan
melihat media pembelajaran. Karena melalui media VCD siswa dapat melihat
fenomena alam tanpa harus pergi kelapangan,sehingga pengalaman belajar siswa
diharapkan bisa lebih kongkret. Banyak hal-hal positif dari pemanfaatan media
VCD untuk pengajaran sains. Sekalipun demikian ada hal penting yang mesti kita
antisipasi yakni munculnya miskonsepsi dan menurunnya motivasi pada
praktikum yang sessungguhnya.
3
Aldrich dan Rogers Yvonne dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
kelemahan media VCD dalam pembelajaran sains antara lain praktikum dilakukan
hanya pada keadaan ideal. Di dalam media VCD animasi dan simulasi hanyalah
suatu tiruan dari keadaan yang sebenarnya. Tiruan ini bagaimanapun juga tidak
akan mampu mendekati keadaan yang sesungguhnya. Keadaan tiruan inilah yang
memunculkan miskonsepsi.
Berdasarkan uraian di atas perlu kiranya dikembangkan suatu tindakan yang
dapat mengatasi kesulitan belajar fisika siswa berupa penerapan pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media VCD untuk memberikan kesempatan kepada
siswa dalam mengemukakan gagasan-gagasan terhadap pemecahan suatu masalah
dalam kelompoknya masing-masing.
Oleh karena itu, penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai
“PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN
MEDIA VCD UNTUK MENGETAHUI ADANYA MISKONSEPSI FISIKA
SISWA KELAS X SMA PADA POKOK BAHASAN PERPINDAHAN
KALOR”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD
dapat menimbulkan miskonsepsi pada siswa?
4
2. Apakah ada perbedaaan miskonsepsi fisika siswa yang diberikan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dan pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui ada tidaknya miskonsepsi fisika pada siswa sebagai akibat
penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD.
2. Mengetahui ada tidaknya perbedaaan miskonsepsi fisika siswa yang
diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Pendidik atau calon pendidik: hasil penelitian ini dapat memberikan
gambaran atau informasi tentang miskonsepsi fisika sebagai akibat
penggunaan media VCD pembelajaran sehingga dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam proses belajar mengajar di sekolah sehingga
pemahaman siswa mengenai konsep dan materi fisika dapat ditingkatkan.
2. Lembaga pendidikan: guna memberikan informasi awal dan bahan referensi
untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang kondisi objektif di
lapangan bagi pihak-pihak tertentu yang bermaksud mengembangkan atau
melakukan penelitian serupa di tempat lain.
5
1.5. Penegasan Istilah
Penegasan istilah dimaksudkan untuk memperoleh pengertian tentang istilah
sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda dari pembaca. Istilah-
istilah yang perlu diberi penegasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran dengan menempatkan
siswa untuk belajar bersama-sama dalam kelompok yang beranggotakan tiga
sampai lima siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar
belakang yang berbeda.
2. Media VCD (Video Compact Disk) adalah bahan ajar yang merupakan
kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar animasi,
dan video) dimana pengoperasiannya perlu alat untuk menayangkan seperti
TV, VCD, Komputer, dan proyektor. VCD pembelajaran yang digunakan
peneliti adalah VCD Pesona Fisika.
3. Miskonsepsi Siswa adalah konsepsi siswa (biasanya muncul dari
pengalaman sehari-hari) terhadap konsep fisika yang berhubungan tetapi
bertentangan dengan konsepsi para pakar fisika, hanya dapat ditemukan
dalam kasus-kasus tertentu dan tidak berlaku untuk kasus-kasus lainnya
serta tidak dapat digeneralisasikan. Dalam penelitian ini, yang dimaksud
miskonsepsi fisika siswa ialah miskonsepsi pada pokok bahasan
Perpindahan kalor.
6
1.6. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pendahuluan,
bagian isi, dan bagian akhir skripsi:
1 . Bagian pendahuluan skripsi terdiri dari: halaman judul, halaman
pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, dan daftar Lampiran.
2 . Bagian isi skripsi terdiri dari:
Bab 1 : Pendahuluan
Berisi latar belakang, rumusan masalah, pembatasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan
sistematika penulisan.
Bab 2 : Tinjauan Pustaka
Berisi tentang pengertian belajar dan pembelajaran, pembelajaran
kooperatif tipe STAD, media pembelajaran, pengertian konsep,
peta konsep, konsepsi dan miskonsepsi, derajat pemahaman,
perpindahan kalor dan kesalahpahaman perpindahan kalor.
Bab 3 : Metode penelitian
Berisi objek penelitian, metode pengumpulan data, instrumen
penelitian, dan teknik analisis data.
Bab 4 : Hasil dan Pembahasan
Berisi hasil dari penelitian dan pembahasan dari hasil tersebut
antara lain yaitu prosentase miskonsepsi siswa, uji hipotesis, dan
pembahasan tiap item soal penelitian.
7
Bab 5 : Penutup
Kesimpulan dan saran berisi hal-hal yang menjawab permasalahan
penelitian dan saran dari penelitian yang dilakukan.
3 . Bagian akhir skripsi terdiri dari : Daftar pustaka dan lampiran.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Belajar dan Pembelajaran
2.1.1. Belajar
Menurut Gagne dan Berliner dalam Catharina (2006:2) belajar
didefinisikan sebagai suatu proses perubahan perilakunya suatu organisme akibat
suatu pengalaman. Galloway dalam Toeti Soekamto (1992: 27) mengatakan
belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-
pengalaman sebelumnya, sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan
dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut.
1. belajar adalah perubahan tingkahlaku;
2. perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena
pertumbuhan;
3. perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu
yang cukup lama.
Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan pengertian
belajar adalah sebagai berikut: Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan
oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan maupun
pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk
memperoleh tujuan tertentu.
9
2.1.2. Pembelajaran
Briggs dalam Sugandi (2006:9) mengartikan pembelajaran adalah suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat
internal.
2.2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran dengan
menempatkan siswa untuk belajar bersama-sama dalam kelompok yang
beranggotakan tiga sampai lima siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis
kelamin atau latar belakang yang berbeda. Tujuan penting dari pembelajaran
kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama,
(Nurhadi, 2004:112).
Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam penelitian ini
adalah STAD (Student Team Achievement Division). Pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert
Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin merupakan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana jika dibandingan dengan pembelajaran
kooperatif tipe lainnya.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif secara singkat dapat dibagi dalam 6
fase utama yang mencakup kegiatan siswa dan kegiatan guru selama pelaksanaan
pembelajaran kooperatif. Fase utama secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.1.
10
Tabel 2.1 Fase utama dalam proses pembelajaran kooperatif
FASE KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
Fase 1
Menyampaikan
Tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin
dicapai dan memotivasi
siswa.
Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru
tentang tujuan belajar
yang harus dicapai.
Fase 2
Menyajikan
informasi
Guru menyajikan informasi
kepada siswa baik dengan
media.
Siswa memperhatikan
informasi dan penjelasan
dari guru secara aktif.
Fase 3
Mengorganisasikan
siswa dalam
kelompok-
kelompok belajar
Guru menjelaskan pada siswa
bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap
kelompok agar melakukan
transisi yang efisien.
Siswa membentuk
kelompok-kelompok
belajar dengan bantuan
dari guru.
Fase 4
Membantu kerja
kelompok dalam
belajar
Guru membimbing
kelompok- kelompok belajar
pada saat siswa mengerjakan
tugas.
Siswa mengerjakan tugas
yang diberikan guru
dalam kelompok belajar
yang telah dibentuk.
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau tiap
kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
Siswa menerima hasil
evaluasi belajarnya atau
mempresentasikan hasil
kerjanya.
Fase 6
Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya
maupun
hasil belajar individu dan
kelompok.
Siswa dapat termotivasi
untuk belajar dengan
adanya penghargaan dari
guru.
(Ibrahim, 2000).
11
Penggunaan model pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan agar siswa
mampu bekerjasama dengan teman lain dalam mencapai tujuan bersama. Adapun
keuntungan penggunaan model pembelajaran kooperatif adalah :
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan
bertanya dan membahas suatu masalah.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan
penelitian mengenai suatu masalah.
3. Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan
berdiskusi.
4. Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan sebagai individu serta
kebutuhannya dalam belajar.
5. Siswa lebih aktif bergabung dengan teman mereka dalam pelajaran,
mereka lebih aktif berpartisipasi dalam berdiskusi.
6. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai dan menghormati antar siswa, dimana mereka telah saling
bekerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Tetapi disamping adanya keuntungan dalam pembelajaran kooperatif,
pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelemahan - kelemahan antara lain
sebagai berikut :
1. Kerja kelompok seringkali hanya melibatkan kepada siswa yang mampu,
sebab mereka cukup memimpin dan mengarahkan kepada mereka yang
kurang mampu.
12
2. Strategi ini kadang - kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang
berbeda beda dan gaya mengajar yang berbeda-beda pula.
3. Keberhasilan strategi kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa
memimpin kelompok atau bekerja sendiri.
2.3. Media Pembelajaran
Belajar adalah proses mengolah informasi yang dikonsumsi setiap anak
didik. Informasi-informasi tidak datang dengan sendirinya, tetapi dapat diperoleh
dari berbagai sumber. Salah satu sumber belajar yang dapat memperkaya
wawasan anak didik adalah media pembelajaran. Peranan media tidak akan
terlihat bila penggunaanya tidak sejalan dengan isi dan tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pembelajaran harus dijadikan sebagai acuan
dalam menggunakan media.
Manfaat media dalam proses belajar mengajar antara lain :
1. Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai
penarik perhatian dan membuat siswa terjaga dan memperhatikan.
2. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan
gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan dengan
baik, spesifik dan jelas.
3. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain
13
4. Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berpikir, oleh karena itu
mengurangi verbalisme (Arsyad, 2002).
Media pembelajaran dalam pembelajaran sains merupakan sarana yang
berfungsi menyampaikan informasi belajar dapat memberikan kontribusi positif
dalam proses pembelajaran yang interaktif, efektif dan menumbuhkan rasa ingin
tahu siswa terhadap konsep-konsep sains yang ditunjukkan oleh media tersebut.
2.4. Media VCD
VCD (Video Compact Disk) adalah bahan ajar yang merupakan kombinasi
dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar animasi, dan video) dimana
pengoperasiannya perlu alat untuk menayangkan seperti TV, VCD, Komputer,
dan proyektor (Majid, 2004:182). Beberapa persepsi guru dan siswa di dalam
pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran sains diberikan oleh Barton dalam
Pramono (2004:10) di bawah ini :
Manfaat dari visualisasi :
1. Membuat yang tidak terlihat menjadi terlihat
2. Menghadirkan reaksi yang tak nampak di dalam lab
3. Animasi menambah pemahaman
4. Gambar menambah pemahaman suatu konsep abstrak
5. Memungkinkan visualisasi yang terlalu kecil, terlalu cepat, terlalu lamban
atau terlalu berbahaya
14
Motivasi yang muncul:
1. Menimbulkan antusiasme, ketertarikan, dan keterlibatan
2. Mendorong siswa untuk mendapatkan jawaban atas ketertarikan mereka
3. Siswa merasakan suasana menyenangkan (fun)
4. Mendorong siswa untuk tetap fokus pada materi
5. Suatu tool pembelajaran untuk menghadirkan ide-ide yang sukar.
Banyak hal-hal positif dari pemanfaatan multimedia untuk pembelajaran
sains. Sekalipun demikian ada hal penting yang mesti kita antisipasi yakni :
munculnya miskonsepsi dan menurunnya motivasi pada praktikum yang
sessungguhnya. Di dalam media VCD animasi dan simulasi hanyalah suatu tiruan
dari keadaan yang sebenarnya. Tiruan ini bagaimanapun juga tidak akan mampu
mendekati keadaan yang sesungguhnya. Keadaan tiruan inilah yang memunculkan
miskonsepsi.
2.5. Tinjauan tentang Konsep
2.5.1. Konsep
Konsep adalah benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau ciri-
ciri yang memiliki ciri-ciri khas dan yang terwakili dalam setiap budaya oleh
suatu tanda atau simbol (Ausubel et al., 1978). Jadi konsep merupakan abstraksi
dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang
memungkinkan manusia berfikir (bahasa adalah alat berfikir).
15
2.5.2. Hubungan antar konsep
Setiap konsep tidak berdiri sendiri, melainkan setiap konsep berhubungan
dengan konsep-konsep yang lain. Misalnya, “meja” berhubungan dengan semua
ciri yang diperlukan untuk memerikannya, misalnya bentuk, jenis bahan, warna,
fungsinya (meja tulis, meja makan), besarnya, dst. Maka setiap konsep dapat
dihubungkan dengan banyak konsep lain dan hanya mempunyai arti dalam
hubungan dengan konsep-konsep lain. Semua konsep bersama membentuk
semacam jaringan pengetahuan di dalam kepala manusia. Semakin lengkap,
terpadu, tepat dan kuat hubungan konsep-konsep dalam ingatan seseorang,
semakin pandai orang itu.
2.5.3. Belajar konsep
Sering para pelajar hanya menghafalkan definisi konsep tanpa
memperhatikan hubungan antara konsep yang satu dengan konsep-konsep lainnya.
Dengan demikian konsep baru tidak masuk jaringan konsep yang telah ada dalam
ingatan siswa, tetapi konsepnya berdiri sendiri tanpa hubungan dengan konsep
lainnya. Maka konsep yang baru tersebut tidak dapat digunakan oleh siswa dan
tidak mempunyai arti, sebab arti konsep berasal dari hubungan dengan konsep-
konsep lain.
2.5.4. Peta Konsep
Peta konsep adalah alat peraga untuk memperlihatkan hubungan antara
beberapa konsep. Misalnya, konsep kalor dapat digambarkan bersama
hubungannya dengan konsep-konsep yang lain (Gambar 2.1). Hubungan antar
konsep dapat dirincikan dalam pernyataan-pernyataan. Tentu pada tingkat SMA
16
guru harus membatasi jumlah konsep dan hubungan diantaranya yang diajarkan.
Dengan membuat peta konsep yang lengkap dulu, pengajar dapat memutuskan
bagian mana dari peta yang akan diajarkan dan bagian mana yang terpaksa
(sementara) diabaikan. Tentu pengajar yang ingin mengajarkan semua konsep dan
hubungannya sekaligus tidak akan berhasil.
mac
am
Gambar 2.1 Contoh Peta Konsep
Suhu
Kalor
Perubahan
wujud zat Perpindahan
Kalor
Konduksi
Konveksi
Radiasi
Transfer
Energi
Pemuaian
Zat padat
Zat cair
Gas
Kalor Laten
Asas Black
Kalor jenis dan
kapasitas kalor
Mencair Membeku Menyublim Menguap Mengembun
macam
Dapat menyebabkan
Berhubungan
Perubahan suhu
mac
am
mac
am
17
2.5.5. Konsepsi
Tafsiran perorangan terhadap banyak konsep berbeda-beda. Misalnya
penafsiran konsep “ibu” atau “cinta” atau “keadilan” berbeda untuk setiap orang.
Tafsiran konsep oleh setiap orang disebut konsepsi. Walaupun dalam fisika
kebanyakan konsep memiliki arti yang jelas, yang sudah disepakati oleh pakar
fisika, tetapi konsepsi siswa/mahasiswa berbeda-beda. Misalnya tafsiran siswa
(konsepsi siswa) mengenai konsep kalor berbeda dari tafsiran guru atau buku.
2.5.6. Miskonsepsi
Memang konsepsi siswa selalu berbeda dengan konsepsi fisikawan.
Konsepsi fisikawan pada umumnya akan lebih kompleks, lebih rumit, melibatkan
lebih banyak hubungan antar konsep daripada siswa. Kalau konsepsi siswa adalah
sama dengan konsepsi fisikawan yang disederhanakan, konsepsi siswa tidak dapat
disebut salah. Tetapi kalau konsepsi siswa bertentangan dengan konsepsi para
fisikawan dikatakan sebagai miskonsepsi (misconception). Biasanya miskonsepsi
menyangkut kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan antar konsep.
2.5.7. Prakonsepsi
Dari banyak penelitian (misalnya Osborne, 1982; Minstrell, 1982) ternyata
siswa sudah mempunyai konsepsi mengenai konsep-konsep fisika sebelum
mereka mengikuti pelajaran fisika di sekolah. Sebelum siswa mengikuti pelajaran
mekanika seperti pokok bahasan benda yang jatuh, benda yang bergerak serta
gaya, siswa sudah mengembangkan konsepsi seperti kecepatan dan gaya yang
belum tentu sama dengan konsepsi fisikawan. Konsepsi semacam ini disebut
prakonsepsi.
18
2.6. Derajat Pemahaman
Menurut Abraham dan Marek (1992), derajat pemahaman siswa dapat
digolongkan menjadi enam derajat pemahaman, yaitu :
a) Memahami konsep
b) Memahami sebagian tanpa salah konsep
c) Memahami sebagian ada salah konsep
d) Miskonsepsi
e) Tidak memahami
f) Tidak ada respon
Derajat pemahaman a) dan b) termasuk kategori memahami, derajat
pemahaman c) dan d) termasuk kategori miskonsepsi, serta derajat pemahaman e)
dan f) termasuk kategori tidak memahami.
19
Secara lengkap derajat pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Derajat pemahaman dan indikator secara umum
Derajat Pemahaman Indikator
a. Tidak ada respon 1. Tidak ada jawaban atau kosong
b. Tidak memahami
1. Mengulang pertanyaan
2. Menjawab tetapi tidak berhubungan
dengan pertanyaan dan tidak jelas
c. Miskonsepsi
Menjawab dengan penjelasan yang
bertentangan dengan konsepsi para ahli
d. Memahami sebagian ada
miskonsepsi
Jawaban menunjukkan konsep yang dikuasai
tetapi ada pernyataan dalam jawaban yang
menunjukkan miskonsepsi
e. Memahami sebagian
Jawaban menunjukkan hanya sebagian
konsep yang dikuasai tanpa ada miskonsepsi
f. Memahami konsep
Jawaban menunjukkan semua konsep
dipahami dengan semua jawaban benar
20
Berdasarkan pengelompokan diatas, maka dapat ditentukan derajat
pemahaman konsep dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Derajat pemahaman dan indikator secara khusus
Derajat Pemahaman Indikator
1. Tidak memahami a. Tidak ada jawaban atau kosong
b. Mengulang pertanyaan
c. Menjawab tetapi tidak berhubungan dengan
pertanyaan atau tidak jelas
2. Miskonsepsi a. Menjawab dengan penjelasan yang
bertentangan dengan konsepsi para ahli
b. Penjelasan menunjukkan ada konsep yang
dikuasai, tetapi ada pernyataan dalam
jawaban yang menunjukkan miskonsepsi
3. Memahami a. Jawaban menunjukkan hanya sebagian
konsep yang dikuasai tanpa adanya
miskonsepsi
b. Jawaban menunjukkan konsep dipahami
dengan semua penjelasan benar
21
2.7. Perpindahan Kalor
2.7.1. Pengertian Perpindahan Kalor
Perpindahan energi dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih
dingin ketika kedua benda bersentuhan satu sama lain sampai suhunya sama dan
kesetimbangan termal tercapai.
2.7.2. Cara Perpindahan Kalor
Perpindahan kalor berlangsung melalui tiga cara yaitu konduksi, konveksi,
dan radiasi. Masing-masing penjabarannya sebagai berikut :
2.7.2.1. Konduksi
Perpindahan kalor melalui suatu zat padat, tetapi bagian-bagian zat itu
tidak ikut berpindah. Dalam skala mikroskopis, konduksi terjadi karena satu atom
bergerak cepat dan berinteraksi dengan atom-atom tetangga. Dari interaksi ini,
maka kalor dapat berpindah dari satu atom ke atom yang lain. Berdasarkan
kemampuan menghantarkan kalor, zat padat dibedakan menjadi 2 yaitu :
i. Konduktor : bahan- bahan yang mudah menghantarkan kalor.
Contoh : besi, tembaga, alumunium dll.
ii. Isolator : bahan-bahan yang sukar atau tidak dapat menghantarkan kalor.
Contoh : kayu, batu, kertas, plastik dll.
Pada bahan konduktor, perpindahan kalor terjadi melalui elektron-elektron
bebas dan laju kalor konduksinya dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan ini :
22
𝑸
𝒕=
𝒌𝑨𝚫𝑻
𝒅
Dengan : Q : kalor (J)
t : waktu (s)
k : konduktivitas termal (W/m K)
A : luas permukaan (m2)
d : panjang/tebal bahan (m)
Δ𝑇 : perbedaan suhu (K)
2.7.2.2. Konveksi
Konveksi merupakan perpindahan kalor dengan perpindahan massa zat.
Konveksi hanya dapat terjadi pada zat cair dan gas. Konveksi dibedakan menjadi
2 yaitu :
i. Konveksi alamiah : aliran fluida terjadi karena perbedaan suhu.
Contohnya : konveksi gas pada angin laut dan angin darat.
ii. Konveksi paksa : aliran fluida diarahkan secara sengaja untuk tujuan
tertentu dengan menggunakan alat.
Contohnya : pengering rambut.
Laju kalor konveksi ketika suatu benda panas memindahkan kalor ke
fluida di sekitarnya dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
𝑸
𝒕= 𝒉𝑨∆𝑻
23
Dengan : Q : kalor (J)
t : waktu (s)
h : koefisien konveksi (W/m2 K)
A : luas permukaan (m2)
Δ𝑇 : perbedaan suhu (K)
2.7.2.3. Radiasi
Radiasi merupakan salah satu mekanisme perpindahan kalor dalam bentuk
gelombang elektromagnetik tanpa melalui zat perantara. Contohnya : panas
matahari dapat mencapai ke bumi dengan mekanisme radiasi, sehingga mampu
melewati ruang hampa.
Radiasi kalor memenuhi hukum Stefan-Boltzmann, yaitu energi yang
dipancarkan oleh suatu permukaan benda hitam dalam bentuk radiasi kalor tiap
satuan waktu (Q/t) sebanding dengan luas permukaan (A) dan sebanding dengan
pangkat empat suhu mutlak permukaan itu (T4). Hukum Stefan-Boltzmann dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
𝑸
𝒕 = 𝝈𝑨𝑻𝟒
Dengan : 𝝈 = tetapan Stefan-Boltzmann (5,67 x 10-8
W/m2K
4)
Persamaan di atas hanya berlaku untuk benda hitam sempurna. Benda hitam
sempurna adalah benda yang mampu menyerap dan memancarkan kalor secara
sempurna.
24
Untuk benda yang bukan benda hitam sempurna, maka berlaku persamaan
berikut :
𝑸
𝒕 = 𝒆𝝈𝑨𝑻𝟒
Dengan :e : emisivitas (0 ≤ 𝑒 ≤ 1)
Emisivitas adalah ukuran suatu pancaran radiasi kalor suatu benda dibandingkan
dengan benda hitam sempurna. Untuk benda hitam sempurna e = 1.
2.8. Kesalahpahaman Perpindahan Kalor
Dalam Pembelajaran fisika, banyak konsepsi siswa tentang konsep fisika
mengalami miskonsepsi. Jika miskonsepsi tersebut tidak mendapat perhatian
dalam pembelajaran, miskonsepsi tersebut semakin resisten, dan dapat bermuara
pada rendahnya kompetensi siswa.
Sejumlah peneliti ( Tiberghien, 1983, 1985; Erickson, 1979, 1980; Stavy
& Berkovitz, 1980; Shayer & Wylam, 1981; Duit, 1986) dalam Ed van den Berg
(1991) telah meneliti konsepsi (dan miskonsepsi) siswa mengenai suhu dan kalor.
Antara lain mereka menemukan konsepsi-konsepsi berikut:
1. Suhu dan kalor sulit bedakan. Dalam bahasa sehari-hari juga demikian.
Kata panas kadang-kadang berarti suhu, kadang-kadang berarti energi
kalor.
2. Kalor masih sering dianggap suatu fluida (materi) seperti pandangan
fisikawan sebelum pertengahan abad ke-19. Ada juga siswa yang
membedakan antara kalor panas dan kalor dingin yang masing-masing
dianggap dapat mengalir tersendiri.
25
3. Kalor adalah energi dari benda panas.
4. Suhu adalah ukuran dari campuran kalor panas (heat) dan kalor dingin
(cold). Kalor panas mengalir dari benda panas ke benda dingin sedangkan
arah arus kalor dingin sebaliknya.
5. Suhu sering kali dianggap sebagai variabel ekstensif yang besarnya
berhubungan dengan jumlah materi (massa). Misalnya, jika 1 liter air
dengan suhu 600C dipisahkan dalam dua kali ½ liter, ada siswa yang
berpendapat bahwa suhu masing-masing bagian menjadi 300 C.
2.9. Kerangka Berfikir
Pembelajaran Fisika
Miskonsepsi siswa
Fisika sulit dan
tidak menarik
Tepat
Pemahaman konsep fisika
siswa meningkat
Tidak tepat
Strategi pembelajaran
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Media VCD
26
2.10. Hipotesis
Dari rumusan permasalahan dalam penelitian ini yang didukung dengan
teori – teori dalam tinjauan pustaka, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dapat
menimbulkan miskonsepsi pada siswa.
2. Ada perbedaaan miskonsepsi fisika yang signifikan antara siswa yang
diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dengan
siswa yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD metode
demonstrasi.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 . Subjek Penelitian dan Setting Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya miskonsepsi fisika
pada siswa sebagai akibat penerapan pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan media VCD pembelajaran di kelas X pada suatu SMA di wilayah
Magelang pada pokok bahasan perpindahan kalor.
3.2 . Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan
rancangan eksperimen Random terhadap Subjek. Dalam penelitian ini subjek
digolongkan dalam 2 kelompok, 1 kelompok eksperimen diberikan pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media VCD, 1 kelompok kontrol yang diberikan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi.
Desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain penelitian eksperimen random terhadap subjek
Group Treatment Tes
Eksperimen
R
X1 T
Kontrol X2 T
Sumber : Metodologi penelitian (Arikunto, 2006 : 87)
28
Keterangan
X1 : Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD.
X2 : Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi.
T : Tes diagnostik
3.3 . Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media VCD dan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan metode demonstrasi. Adapun variabel terikat adalah
miskonsepsi siswa.
3.4 . Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan populasi seluruh siswa kelas X SMA
Negeri 2 Magelang tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 6 kelas. Sampel
dalam penelitian ini diambil dengan teknik random sampling yaitu dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi itu. Secara acak memilih
satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas X-F yang terdiri dari 33 peserta
didik dan satu kelas sebagai kelas kontrol yaitu kelas X-B yang terdiri dari 33
peserta didik.
29
3.5 . Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
3.5.1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya. (Arikunto 2002 :
236). Dalam penelitian ini, metode dokumentasi dilakukan untuk memperoleh
jumlah, nama dan kelas siswa. Metode dokumentasi ini digunakan untuk
mengetahui nama siswa dan jumlah siswa, serta dokumen lain yang diperlukan
dalam penelitian.
3.5.2. Metode tes
Tes yang digunakan untuk mengetahui miskonsepsi siswa adalah tes
diagnostik. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan
tersebut dapat diberikan pemberian perlakuan yang tepat (Arikunto 2002: 34).
Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif beralasan. Jadi
siswa diminta menjawab soal dengan memilih salah satu dari beberapa pilihan
jawaban kemudian siswa diminta memberi alasan mengapa memilih jawaban
tersebut.
30
3.6 . Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan uji instrumentasi, tetapi
instrumen dikonsultasikan kepada pembimbing. Hal ini dilakukan karena jika
dilakukan uji instrumentasi memungkinkan terjadinya miskonsepsi pada objek uji
coba sehingga dikhawatirkan instrumen menjadi tidak valid. Bentuk tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif beralasan.
Berdasarkan derajat pemahaman maka penskoran untuk tes objektif
beralasan adalah dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Penskoran tes objektif beralasan
Jawaban Siswa Skor
Jawaban benar, penjelasan jawaban menunjukkan bahwa konsep
yang dipahami benar 4
Jawaban benar, penjelasan jawaban menunjukkan hanya sebagian
konsep yang dipahami dan tidak menunjukkan adanya miskonsepsi
3
Jawaban benar dan penjelasan jawaban siswa menunjukkan
miskonsepsi tetapi tidak menyimpang jauh dari konsep pakar fisika 2
- Jawaban benar tetapi tidak memberikan penjelasan atau
penjelasan tidak berhubungan dengan pertanyaan
- Jawaban salah dan penjelasan jawaban siswa menunjukkan
miskonsepsi yang menyimpang jauh dari konsep pakar fisika
1
- Jawaban salah dan penjelasan tidak berhubungan dengan
pertanyaan atau tidak ada penjelasan.
- Jawaban maupun penjelasan kosong
0
31
3.7 . Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian meliputi :
3.7.1. Uji Persyaratan Analisis
Analisis tahap awal dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel
(kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) berasal dari populasi yang sama.
Hal ini bisa diketahui dengan adanya varians dan rata-rata yang dimiliki oleh
populasi tidak berbeda secara signifikan. Pada perhitungan tahap awal terlebih
dahulu dilakukan uji homogenitas populasi, uji normalitas.
3.7.1.1. Uji Homogenitas
Uji homogenitas berfungsi untuk menguji homogen atau tidaknya data
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :
𝐅𝐡𝐢𝐭𝐮𝐧𝐠 =𝐯𝐚𝐫𝐢𝐚𝐧𝐬 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫
𝐯𝐚𝐫𝐢𝐚𝐧𝐬 𝐭𝐞𝐫𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 (Sudjana, 1996: 250)
Kemudian dari perhitungan tersebut dikonsultasikan dengan Ftabel dengan
α = 5% dengan dk pembilang = banyaknya data terbesar dikurangi dengan satu
dan dk penyebut = banyaknya data yang terkecil dikurangi satu. Jika Fhitung> Ftabel
berarti tidak homogen, dan jika Fhitung < Ftabel berarti homogen.
3.7.1.2. Uji Normailtas
Uji normalitas untuk mengetahui apakah sebaran skor kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal atau tidak. Penggunaan uji
normalitas bertujuan untuk mengetahui teknis analisis statistik yang akan
32
digunakan pada data akhir. Dihitung dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat.
Rumus :
𝝌𝟐 = 𝚺 𝒇𝒐 − 𝒇𝒉
𝟐
𝒇𝒉 (Arikunto 2006 ∶ 290)
Keterangan :
2 = Chi-kuadrat
fo = frekuensi yang diperoleh dari sampel
fh = frekuensi yang diharapkan dari sampel sebagai pencerminan
dalam populasi
Jika harga χ2
hitung < χ2
tabel, dengan derajat kebebasan dk=k–1 dan taraf
signifikansi 5%, berarti distribusi data dinyatakan normal. Jika data berdistribusi
normal maka teknik analisis statistik yang digunakan adalah statistik parametrik
dan apabila datanya berdistribusi tidak normal maka teknik analisis statistik yang
digunakan adalah statistik non parametrik.
3.7.2. Teknik Analisis Statistik
Untuk menguji perbedaan miskonsepsi kelas eksperimen dengan kelas
kontrol dapat diuji dengan menggunakan Rumus Uji-t. Menurut Sugiyono (2005:
119), dirumuskan sebagai berikut :
𝒕𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 =𝒙 𝟏 − 𝒙 𝟐
𝒏𝟏 − 𝟏 𝒔𝟏𝟐
+ 𝒏𝟐 − 𝟏 𝒔𝟐𝟐
𝒏𝟏 + 𝒏𝟐 − 𝟏 𝟏𝒏𝟏
+𝟏𝒏𝟐
Keterangan :
t : Nilai t hitung
𝑥 1 : Nilai rata-rata kelompok eksperimen
33
𝑥 2 : Nilai rata-rata kelompok kontrol
𝑠12 : Varian data pada kelompok eksperimen
𝑠22 : Varian data pada kelompok kontrol
𝑠1 : Standar Deviasi pada kelompok eksperimen
𝑠2 : Standar Deviasi pada kelompok kontrol
𝑛1 : Banyaknya suyek pada kelompok eksperimen
𝑛2 : Banyaknya subyek pada kelompok kontrol
Harga t yang diperoleh dibandingkan dengan t tabel dengan taraf
signifikansi α=5% dengan dk=n1+n2-2. Jika harga thitung<-ttabel atau thitung>ttabel
maka dapat disimpulkan ada perbedaaan miskonsepsi antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen yang signifikan.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Miskonsepsi
Hasil tes diagnostik miskonsepsi siswa tentang perpindahan kalor pada
siswa kelas X semester 2 SMA Negeri 2 Magelang tahun 2009/2010 adalah
sebagai berikut.
4.1.1.1.Kelompok eksperimen
Tabel 4.1. Tabel Prosentase Pemahaman Siswa tentang Perpindahan Kalor Tiap
Item Soal
No. Prosentase
Memahami (%) Miskonsepsi (%) Tidak Memahami (%)
1 42 45 12
2 33 48 18
3 55 30 15
4 39 42 18
5 48 36 15
6 30 52 18
7 48 36 15
8 45 45 9
9 27 64 9
10 36 58 6
11 58 36 6
12 85 0 15
13 36 45 18
14 45 39 15
35
Tabel 4.1. Lanjutan
No. Prosentase
Memahami (%) Miskonsepsi (%) Tidak Memahami (%)
15 58 30 12
16 27 33 39
17 61 27 12
18 58 27 15
19 55 33 12
20 73 15 12
21 55 36 9
22 18 55 27
23 27 55 18
24 48 27 24
25 30 48 21
Rata-rata 46 38 16
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, rata-rata siswa yang mengalami
miskonsepsi sebesar 38%. Pembahasan tentang miskonsepsi yang dialami siswa
akan dibahas pada bagian lain bab ini.
36
4.1.1.2.Kelompok Kontrol
Tabel 4.2. Tabel Prosentase Pemahaman Siswa tentang Perpindaham Kalor Tiap
Item Soal
No. Prosentase
Memahami (%) Miskonsepsi (%) Tidak Memahami (%)
1 55 33 12
2 45 45 9
3 58 33 9
4 61 24 15
5 58 24 18
6 52 36 12
7 61 24 15
8 45 39 15
9 33 55 12
10 36 52 12
11 61 18 21
12 88 0 12
13 58 30 12
14 45 33 21
15 42 36 21
16 36 30 33
17 79 15 6
18 52 24 24
19 61 30 9
20 73 12 15
21 61 24 15
22 48 30 21
23 39 48 12
24 61 27 12
25 42 42 15
Rata-rata 54 31 15
37
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, rata-rata siswa yang mengalami
miskonsepsi sebesar 31%. Pembahasan tentang miskonsepsi yang dialami siswa
akan dibahas pada bagian lain bab ini.
4.1.2 Analisis Data
4.1.2.1. UJi Homogenitas
Setelah melakukan pengambilan data maka dilakukan analisis. Data ujian
akhir semester ganjil dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dihitung dan
dibandingkan variannya dengan uji F, dalam pengujian didapat Fhitung=1,02
dengan α=5% maka didapat Ftabel=2,02 sehingga diketahui Fhitung<Ftabel. Karena
Fhitung<Ftabel maka kedua kelompok dapat dikatakan homogen. Analisis uji
homogenitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.
4.1.2.2. UJi Normalitas
Untuk kelompok eksperimen hasil uji normalitas dari data skor hasil tes
diagnostik siswa diperoleh χ2
hitung sebesar 7,83 sedangkan χ2
tabel dengan dk=5 dan
taraf kesalahan 5% adalah 11,07. Karena χ2
hitung < χ2
tabel maka hal ini berarti data
tersebut berdistribusi normal, sedangkan untuk kelompok kontrol diperoleh χ2
hitung
sebesar 4,52 sedangkan χ2
tabel dengan dk=5 dan taraf kesalahan 5% adalah 11,07.
Karena χ2
hitung < χ2
tabel maka hal ini berarti data tersebut berdistribusi normal,
sehingga teknik statistik yang digunakan adalah statistik parametris. Analisis
normalitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21 dan 22.
38
4.1.2.3. Uji t
Uji t dapat dilakukan setelah data terbukti berdistribusi normal. Pengujian
dilakukan dengan membandingkan antara rerata skor kelas eksperimen hasil tes
diagnostik dengan rerata skor kelas kontrol. Selanjutnya peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut.
Ho = Tidak ada perbedaaan miskonsepsi fisika yang signifikan antara siswa yang
diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dengan
siswa yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode
demonstrasi.
Ha = Ada perbedaaan miskonsepsi fisika yang signifikan antara siswa yang
diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dengan
siswa yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode
demonstrasi.
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh harga thitung = -1,81. Selanjutnya
harga thitung dibandingkan dengan harga ttabel dengan kriteria Ho diterima apabila
-ttabel < thitung < ttabel. Untuk taraf signifikansi sebesar 5% dengan uji dua fihak
dengan dk=n1+n2-2 maka diperoleh tTabel = 1,67. Karena nilai thitung berada diluar
daerah penerimaan H0 maka Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaaan miskonsepsi fisika yang signifikan antara siswa yang diberikan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dengan siswa yang
diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi. Uji T
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.
39
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pelaksanaan Pembelajaran
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang terdiri dari satu kelas
eksperimen dan satu kelas kontrol. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada
bulan April 2010, pada peserta didik kelas X di SMA Negeri 2 Magelang.
Sebelum kegiatan penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu menentukan materi,
menyusun rencana pembelajaran dan mempersiapkan media serta peralatan yang
akan digunakan pada proses pembelajaran. Materi pokok yang dipilih adalah suhu
dan kalor dengan sub pokok bahasan perpindahan kalor.
Pembelajaran pada kelas eksperimen yaitu pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan media VCD. Pelaksanaan pembelajaran di sini terdiri dari 6 tahap
utama yaitu: guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan
memotivasi siswa, guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan media,
guru menjelaskan pada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi yang efisien, guru
membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas,
guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Pembelajaran di kelas kontrol yaitu pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan metode demonstrasi. Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari 8 tahap utama
yaitu : guru menjelaskan pada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi yang efisien, guru
40
mengajukan masalah yang akan diselidiki dengan percobaan tanpa
memberitahukan hasil percobaan, guru dengan singkat memperkenalkan alat
kepada siswa, melalui tanya jawab guru membahas beberapa hal mengenai
prosedur pelaksanaan demonstrasi, pelaksanaan demonstrasi (guru dapat meminta
bantuan beberapa siswa dalam pelaksanaan demonstrasi), siswa mengamati dan
tiap kelompok merumuskan hasil pengamatan secara lisan atau tertulis, tanya
jawab mengenai hasil, kesimpulan, dan penjelasan demonstrasi, serta guru
merumuskan penjelasan/kesimpulan demonstrasi secara lengkap.
4.2.2. Miskonsepsi Tiap Item Soal
Dalam pembahasan ini akan diungkap miskonsepsi siswa pada masing-
masing soal yang diberikan.
1. Dua buah es yang diambil dari lemari es yang sama kemudian diletakkan di
atas sebuah meja. Es A lebih besar daripada es B. Es manakah yang suhunya
lebih rendah?
a. TA > TB c. TA = TB
b. TA < TB
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 42%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 45% dan prosentase siswa tidak
memahami 12% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 55% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 33% dan prosentase siswa
A B
41
tidak memahami 12%. Pada soal ini sebagian besar siswa dari kelas
eksperimen maupun kelas kontrol memahami bahwa kedua es memiliki suhu
yang sama walaupun massannya berbeda, sedangkan siswa yang mengalami
miskonsepsi pada soal ini sebagian besar menjawab TA < TB karena mereka
beranggapan bahwa suhu dipengaruhi oleh massa benda.
2. Dua buah bola besi dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air yang terus
mendidih selama beberapa saat. Jika bola A lebih besar daripada bola B. Bola
mana yang suhunya lebih tinggi?
a. TA > TB c. TA = TB
b. TA < TB
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 33%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 48% dan prosentase siswa tidak
memahami 18% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 45% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 45% dan prosentase siswa
tidak memahami 9%. Pada soal ini sebagian siswa sudah memahami
kesetimbangan termal yaitu dengan menjawab TA = TB. Namun sebagian besar
siswa mengalami miskonsepi dengan menjawab TA < TB dengan alasan bola A
lebih besar daripada bola B sehingga kalor membutuhkan banyak waktu untuk
menaikkan suhu bola. Jawaban itu salah karena pada soal diketahui air sudah
mendidih beberapa saat. Ada juga yang memberikan alasan kalor jenis A dan
B berbeda.
42
3. Air panas di gelas X diambil setengahnya kemudian dibagi menjadi dua
bagian yang sama di gelas A dan B. Jika pengaruh lingkungan diabaikan,
manakah yang suhunya lebih rendah, air di gelas X tadi atau air di A?
a. TA < TX c. TA > TX
b. TA = TX
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 55%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 30% dan prosentase siswa tidak
memahami 15% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 58% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 33% dan prosentase siswa
tidak memahami 9%. Sebagian besar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
sudah memahami soal ini yaitu dengan menjawab suhu tidak dipengaruhi
massa benda dan tidak ada kalor yang keluar ke lingkungan karena pada soal
diketahui pengaruh lingkungan diabaikan. Tetapi ada juga yang mengalami
miskonsepsi menjawab TA < TX dengan alasan massa air di gelas A lebih
sedikit dibanding air di gelas X.
4. Air panas di gelas X dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama di gelas A
dan B. Jika pengaruh lingkungan diabaikan, manakah yang suhunya lebih
rendah, air di gelas A tadi atau air di B?
a. TA < TB c. TA > TB
b. TA = TB
43
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 39%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 42% dan prosentase siswa tidak
memahami 18% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 61% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 24% dan prosentase siswa
tidak memahami 13%. Soal ini hampir sama dengan soal no.3 sehingga
prosentase miskonsepsinya juga hampir sama. Sebagian siswa sudah
memahami tetapi ada juga yang memiliki miskonsepsi bahwa suhu benda
dipengaruhi oleh massa benda itu. Jika massa benda semakin besar maka
suhunya semakin kecil. Siswa yang mengalami miskonsepsi menjawab TA <
TB / TA > TB dengan alasan tergantung massa air digelas A lebih besar atau
lebih kecil daripada digelas B.
5. Dua gelas air panas yang suhunya sama di gelas A dan B masing-masing
diambil setengahnya kemudian dituang menjadi satu di gelas X. Jika pengaruh
lingkungan diabaikan, manakah yang suhunya lebih tinggi, air di gelas A atau
X?
a. TA < TX c. TA > TX
b. TA = TX
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 48%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 36% dan prosentase siswa tidak
memahami 15% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
44
sebesar 58% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 18% dan prosentase siswa
tidak memahami 24%. Pada soal ini ada beberapa siswa yang mengalami
miskonsepsi dengan menjawab suhu air digelas A lebih kecih daripada suhu
air digelas X karena massa air di gelas A lebih sedikit sehingga suhu airnya
lebih kecil dibanding suhu air gelas X. Dan juga ada yang menjawab
kebalikannya.
6. Apa yang terjadi dengan suhu air jika air yang sudah mendidih dipanaskan
terus-menerus?
a. Naik c. Turun
b. Tetap
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 30%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 52% dan prosentase siswa tidak
memahami 18% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 52% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 36% dan prosentase siswa
tidak memahami 12%. Bila kalor diberikan pada suatu zat pada tekanan
konstan, maka biasanya, hasilnya adalah kenaikan temperatur atau suhu zat
itu. Namun kadang – kadang zat dapat menyerap panas dalam jumlah yang
sangat besar tanpa mengalami peubahan apapun pada suhunya. Ini terjadi saat
perubahan wujud. Walaupun tetapnya suhu pada saat perubahan wujud beserta
grafiknya sudah dibahas sejak SMP namun sebagian besar siswa kelas
45
eksperimen dan sebagian kecil siswa kelas kontrol mengalami miskonsepsi
dengan menjawab suhu air akan naik.
Pernyataan untuk soal 13 dan 14
Ada dua benda X dan Y yang massanya sama. Bila kedua benda dipanaskan
dengan sumber yang sama dan dalam waktu yang sama, ternyata benda X
lebih cepat panas dari benda Y.
7. Benda manakah yang mempunyai kalor jenis lebih besar?
a. X c. sama
b. Y
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 48%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 36% dan prosentase siswa tidak
memahami 15% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 61% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 24% dan prosentase siswa
tidak memahami 15%. Sebagian besar siswa dari kedua kelas memahami soal
ini dengan menjawab benda Y mempunyai kalor jenis lebih besar dari benda
X disertai alasan dengan massa yang sama maka semakin besar kalor jenis
suatu benda maka kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu semakin
besar pula, sehingga benda X lebih cepat panas dibanding benda Y. Namun
siswa yang mengalami miskonsepsi juga tidak sedikit sebagian besar mereka
46
menjawab semakin besar kalor jenis suatu benda maka benda tersebut akan
cepat panas.
8. Benda manakah yang mempunyai kapasitas kalor lebih besar?
a. X c. sama
b. Y
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 45%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 45% dan prosentase siswa tidak
memahami 9% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 45% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 39% dan prosentase siswa
tidak memahami 15%. Pada soal ini sebagian besar siswa memahami dengan
menjawab benda Y memiliki kapasitas kalor lebih besar dari kapasitas kalor
benda X karena semakin besar kapasitas kalor suatu benda maka semakin
banyak kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhunya sehingga benda
tersebut akan lambat menjadi panas, sehingga yang lebih cepat panas adalah
benda X.
Pernyataan untuk soal 14 dan 15
Ada dua benda X dan Y yang massanya sama. Bila kedua benda didinginkan
dengan sumber yang sama dan dalam waktu yang sama, ternyata benda X
lebih cepat dingin dari benda Y.
47
9. Benda manakah yang mempunyai kalor jenis lebih besar?
a. X c. sama
b. Y
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 27%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 64% dan prosentase siswa tidak
memahami 9% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 33% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 55% dan prosentase siswa
tidak memahami 12%. Soal ini pada intinya sama dengan soal no.7, yang
menarik disini adalah prosentase siswa memahami lebih kecil dibanding
prosentase siswa memahami pada soal no.7. Sebagian besar siswa mengalami
miskonsepsi yaitu dengan menjawab benda X memiliki kalor jenis yang lebih
besar daripada benda Y dengan alasan antara lain semakin besar kalor jenis
maka semakin kecil kalor yang dilepaskan untuk menurunkan suhu benda,
sehingga benda X lebih cepat dingin daripada benda Y.
10. Benda manakah yang mempunyai kapasitas kalor lebih besar?
a. X c. sama
b. Y
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 36%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 58% dan prosentase siswa tidak
memahami 6% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
48
sebesar 36% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 52% dan prosentase siswa
tidak memahami 12%. Pada soal ini sebagian besar siswa mengalami
miskonsepsi dengan menjawab benda X memiliki kapasitas kalor lebih besar
dari kapasitas kalor benda Y karena semakin besar kapasitas kalor suatu benda
maka semakin kecil kalor yang lepaskan untuk menurunkankan suhunya
sehingga benda tersebut akan cepat dingin. Ada kemungkinan siswa
mempunyai pemikiran bahwa kalor jenis dan kapasitas kalor mempengaruhi
secara langsung kenaikkan suhu tetapi mempengaruhi secara terbalik
penurunan suhu benda serta ada kemungkinan siswa mempunyai pemikiran
benda yang mudah panas akan sulit dingin.
11. Ada dua logam A dan B yang massanya dan luas permukaanya sama. Bila
konduktivitas termal logam A lebih besar daripada konduktivitas termal
logam B. Jika kedua logam tersebut dipanasi bersamaan, maka pernyataan
yang tepat untuk menggambarkan keadaan tersebut adalah......
a. HA > HB c. HA < HB
b. HA = HB
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 58%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 36% dan prosentase siswa tidak
memahami 6% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 61% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 18% dan prosentase siswa
tidak memahami 21%. Sebagian besar siswa sudah memahami pada soal ini
49
dengan menjawab HA > HB dengan alasan laju perpindahan kalor berbanding
lurus dengan konduktivitas termal logam serta ada beberapa siswa yang
menunjukkan persamaannya, sedangkan siswa yang mengalami miskonsepsi
menjawab HA < HB dengan alasan laju perpindahan kalor berbanding terbalik
dengan konduktivitas.
12. Pada saat kita menyeterika baju terjadi perpindahan energi secara....
a. Konveksi c. Konduksi dan Konveksi
b. Konduksi
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 85%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 0% dan prosentase siswa tidak
memahami 15% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 88% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 0% dan prosentase siswa
tidak memahami 12%. Pada soal ini tidak ada yang miskonsepsi baik dari
kelas eksperimen maupun kelas kontrol dan hampir semua siswa memahami
bahwa perpindahan kalor pada saat menyetrika baju adalah dengan cara
konduksi dan disertai alasan karena perpindahan kalor pada saat menyetrika
baju tidak disertai perpindahan materi dari setrika ke baju. Namun masih ada
siswa yang dikategorikan tidak memahami karena memberikan jawaban salah
dengan tidak disertai alasan serta ada siswa yang tidak memberikan jawaban
beserta alasan.
50
13. Perpindahan energi pada saat kita merebus air dengan panci adalah
berlangsung secara....
a. Konveksi c. Konduksi dan Konveksi
b. Konduksi
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 36%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 45% dan prosentase siswa tidak
memahami 18% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 58% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 30% dan prosentase siswa
tidak memahami 12%. Pada soal ini prosentase memahami siswa kelas kontrol
lebih tinggi daripada kelas eksperimen sedangkan siswa yang mengalami
miskonsepsi tidak jauh berbeda sebagian besar mereka menjawab perpindahan
energi pada saat merebus air dengan panci adalah berlangsung secara konveksi
hal ini karena mereka hanya meninjau panci dan air. Sebagian kecil siswa
tidak memberikan jawaban serta penjelasan.
14. Ketika kita berada didekat api unggun badan kita terasa lebih panas. Hal ini
disebabkan ada perpindaha kalor secara....
Air
51
a. Konveksi c. Konveksi dan Radiasi
b. Radiasi
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 45%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 39% dan prosentase siswa tidak
memahami 15% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 45% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 33% dan prosentase siswa
tidak memahami 21%. Sebagian siswa dari kedua kelas mengalami
miskonsepsi pada soal ini dengan menjawab bahwa pada saat berada didekat
api unggun badan terasa panas karena terjadi perpindahan kalor hanya secara
radiasi, mereka tidak memperhatikan bahwa api juga memanaskan suhu udara
disekitarnya sehingga terjadi perbedaan suhu dengan suhu udara disekitarnya
oleh karena itu perpindahan kalor secara konveksi juga. Sebagian juga ada
yang tidak menjawab pertanyaan serta ada yang menjawab tetapi tidak
memberikan penjelasan sehingga dikategorikan tidak memahami.
15. Pada pagi hari yang dingin, tubuh kita merasa dingin ketika melepas baju. Hal
ini sebabkan karena.....
a. Kalor berpindah dari badan ke udara sekitar dengan cara konduksi
b. Kalor berpindah dari badan ke udara sekitar dengan cara konveksi
c. Badan menerima kalor dingin dari udara sekitar
52
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 58%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 30% dan prosentase siswa tidak
memahami 12% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 42% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 36% dan prosentase siswa
tidak memahami 21%. Sebagian besar siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol memahami bahwa kalor yang dilepaskan oleh tubuh ke lingkungan
berlangsung secara konveksi tetapi ada beberapa siswa yang menjawab bahwa
tubuh menerima kalor dingin dari udara sekitar secara konveksi hal ini jelas
tidak dapat dibenarkan.
16. Misalkan didalam kamar yang hanya diterangi oleh sebuah lampu dan ada
sebuah tabung atau wadah yang hampa udara. Maka pernyataan tepat untuk
menggambarkan keadaan tabung tersebut adalah....
a. Ttabung = 00 c. Ttabung = Tkamar
b. Tidak ada suhu
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 27%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 33% dan prosentase siswa tidak
memahami 39% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 36% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 30% dan prosentase siswa
tidak memahami 33%. Beberapa siswa memahami soal ini dengan menjawab
Ttabung = Tkamar karena kalor dari lampu dapat berpindah kedalam tabung
53
walaupun didalam tabung tidak ada udara dengan cara radiasi serta karena
adanya prinsip kesetimbangan termal. Dan sebagian siswa mengalami
miskonsepsi menjawab bahwa suhu didalam tabung hampa udara sama
dengan nol derajat. Ada juga siswa yang tidak memberikan penjelasan
sehingga dikategorikan tidak memahami.
17. Jika kita menjemur 2 baju yang berwarna hitam dan putih dibawah terik
matahari. Baju dengan warna apa yang akan cepat kering?
a. Putih c. Hitam dan putih kering bersamaan
b. Hitam
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 61%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 27% dan prosentase siswa tidak
memahami 12% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 79% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 15% dan prosentase siswa
tidak memahami 9%. Pada soal ini baik siswa eksperimen maupun kontrol
sudah memahami bahwa baju dengan warna hitam lebih cepat kering daripada
baju berwarna putih jika dijemur bersamaan dengan alasan warna hitam dapat
menyerap kalor lebih baik daripada warna lainnya karena nilai emisivitas sama
dengan 1. Tetapi ada beberapa siswa yang yang menjawab bahwa baju
berwarna putih yang lebih cepat kering dengan alasan warna putih lebih baik
menyerap kalor, sehinnga dikategorikan dalam miskonsepsi.
54
18. Sebatang logam pada temperatur T memancarkan kalor per satuan luas per
satuan waktu ke lingkungan sebesar W. Apabila temperatur logam itu
diduakalikan, radiasi kalor yang dipancarkan akan menjadi ....
a. 0,5 W c. 16 W
b. 4 W
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 58%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 27% dan prosentase siswa tidak
memahami 15% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 52% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 24% dan prosentase siswa
tidak memahami 24%. Sebagian besar siswa sudah memahami soal ini yaitu
dengan menjawab 16 W dengan alasan kalor yang diradiasikan sebanding T4
serta ada beberapa yang dapat menunjukkan persamaannya, sedangkan siswa
yang mengalami miskonsepsi menjawab 4 W dengan alasan kalor yang
diradiasikan sebanding dengan 4 kali temperaturnya. Serta ada siswa yang
tidak memberikan jawaban beserta penjelasannya sehinnga dikategorikan
dalam tidak memahami.
19. Di bawah ini merupakan contoh perpindahan kalor
A. Terjadinya Angin laut
B. Terjadinya Angin darat
C. Pemanasan Ruangan
D. Pemanasan batang besi
55
Yang menunjukkan perpindahan kalor secara konveksi adalah....
a. A dan B c. A, B dan C
b. D d..………………(diisi sendiri)
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 55%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 33% dan prosentase siswa tidak
memahami 12% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 61% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 30% dan prosentase siswa
tidak memahami 9%. Pada soal ini sebagian besar siswa memahami contoh
perpindahan kalor secara konveksi yaitu menjawab A, B dan C. Tetapi ada
beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi dengan hanya A dan B sebagai
contoh konveksi.
20. Kalor yang dipindahkan secara konduksi hanya terjadi pada....
a. Hanya pada zat cair c. Gas dan zat padat
b. Hanya pada zat padat
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 73%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 15% dan prosentase siswa tidak
memahami 12% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 73% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 12% dan prosentase siswa
tidak memahami 15%. Sebagian besar siswa memahami perpindahan kalor
secara konduksi hanya terjadi pada zat padat karena atom-atom penyusunnya
56
terikat erat pada tempatnya. Sebagian ada yang miskonsepsi dengan menjawab
konduksi dapat terjadi pada zat cair dengan alasan air merupakan konduktor.
21. Ada dua buah benda A dan B yang massanya sama. Suhu A lebih tinggi
daripada B. Kedua benda bersentuhan.
Maka akan terjadi aliran/ perpindahan …..
a. Suhu panas c. Kalor panas
b. Kalor
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 55%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 36% dan prosentase siswa tidak
memahami 9% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 61% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 24% dan prosentase siswa
tidak memahami 15%. Pada soal ini sebagian besar siswa memahami bahwa
kalor berpindah karena adanya perbedaan suhu yaitu dari benda yang suhunya
lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah. Tetapi ada juga yang
menjawab jika dua benda yang berbeda suhunya bersentuhan akan terjadi
perpindahan suhu panas serta ada yang menjawab terjadi perpindahan kalor
panas dengan alasan kalor panas berpindah dari benda panas ke benda dingin.
A B
A B
57
A B
A B
22. Ada dua buah benda A dan B yang massanya sama. Suhu A sama dengan suhu
B. Kapasitas kalor A lebih besar daripada B. kedua benda bersentuhan.
Maka akan terjadi aliran/ perpindahan ……..
a. Kapasitas kalor c. Tidak ada aliran
b. Kalor
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 18%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 55% dan prosentase siswa tidak
memahami 27% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 48% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 30% dan prosentase siswa
tidak memahami 21%. Pada soal ini sebagian besar siswa mengalami
miskonsepsi dengan menjawab perpindahan kapasitas kalor dapat terjadi
dengan alasan kapasitas kalor dapat berpindah dari yang memiliki kapasitas
kalor besar ke benda yang memliki kapasitas kalor lebih kecil dan juga ada
yang menjawab terjadi perpindahan kalor karena kapasitas kalornya berbeda
padahal pada soal diketahui bahwa suhu kedua benda adalah sama.
58
23. Ada dua buah benda A dan B yang massanya sama. Suhu A sama dengan suhu
B. Kalor jenis A lebih besar daripada B. Jika kedua benda bersentuhan.
Maka akan terjadi aliran/ perpindahan ……..
a. Kalor jenis c. Tidak ada aliran
b. Kalor
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 27%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 55% dan prosentase siswa tidak
memahami 18% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 39% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 48% dan prosentase siswa
tidak memahami 12%. Pada soal ini sebagian besar siswa mengalami
miskonsepsi dengan menjawab perpindahan kalor jenis dapat terjadi seperti
halnya kapasitas kalor dan juga ada yang menjawab terjadi perpindahan kalor
padahal pada soal diketahui bahwa suhu kedua benda adalah sama.
24. Ujung A dari batang logam dipanaskan, sedangkan ujung lainnya (B)
dipegang akan terasa panas.
A B
A B
A B
59
Hal ini terjadi karena adanya aliran/ perpindahan…..…
a. Suhu panas c. Kalor panas
b. Kalor
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 52%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 27% dan prosentase siswa tidak
memahami 21% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 61% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 27% dan prosentase siswa
tidak memahami 12%. Pada soal ini sebagian besar siswa sudah memahami
bahwa jika sebatang logam dipanaskan pada salah satu ujungnya maka pada
ujung yang lain akan terasa panas juga karena terjadi perpindahan kalor secara
konduksi. Namun ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi pada soal
ini dengan dengan memberikan jawaban terjadi perpindahan kalor panas
dengan alasan kalor panas berpindah dari benda panas ke benda dingin, ada
juga yang menjawab terjadi perpindahan suhu panas.
25. Ujung A dari batang logam dimasukkan ke dalam es batu yang besar,
sedangkan ujung lainnya (B) dipegang akan terasa dingin.
Hal ini terjadi karena adanya aliran/ perpindahan…..…
a. Suhu dingin c. Kalor dingin
b. Kalor
A B
ES BATU
60
Pembahasan :
Pada soal ini pada kelas eksperimen prosentase siswa memahami sebesar 30%
prosentase siswa miskonsepsi sebesar 48% dan prosentase siswa tidak
memahami 21% sedangkan pada kelas kontrol prosentase siswa memahami
sebesar 42% prosentase siswa miskonsepsi sebesar 42% dan prosentase siswa
tidak memahami 15%. Pada soal ini sebagian siswa mengalami miskonsepsi
jika sebatang logam ditancapkan kedalam es maka ujung yang lain akan terasa
dingin apabila dipegang, hal ini disebabkan karena adanya kalor dingin yang
berpindah dari es ke batang logam dengan alasan kalor dingin berpindah dari
benda dingin ke benda panas. Hal ini mungkin disebabkan karena pemikiran
sendiri yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari.
4.2.3. Miskonsepsi Secara Umum
Tujuan penelitian ini ingin mengetahui adanya perbedaan tingkat
miskonsepsi fisika pada pokok bahasan perpindahan kalor antara siswa kelas
eksperimen dengan siswa kelas kontrol. Pembuktian hipotesis dilakukan dengan
uji t dua fihak. Berdasarkan perhitungan diperoleh harga t hitung lebih kecil dari
harga t tabel (-1,81 < -1,67 ) sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada
perbedaaan miskonsepsi fisika yang signifikan antara siswa yang diberikan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dengan siswa yang
diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi
diterima.
61
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 dapat dilihat prosentase miskonsepsi
siswa kelas kontrol lebih kecil daripada prosentase miskonsepsi siswa kelas
eksperimen. Hal ini juga menunjukan bahwa rata-rata kelas kontrol lebih baik
daripada kelas eksperimen. Perbedaan ini disebabkan karena adanya kelebihan
pada metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan demonstrasi yang
digunakan pada kelas kontrol serta adanya kelemahan pada metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media VCD yang digunakan pada kelas eksperimen.
Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan demonstrasi antara
lain :
1. Demonstrasi dapat mengkaitkan teori dengan peristiwa alam.
2. Dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa terhadap fisika.
3. Demonstrasi memperlihatkan ciri eksperimental fisika.
4. Demonstrasi dan hasilnya seringkali mudah diingat daripada bahasa pada
buku atau penjelasan guru.
5. Dapat mengurangi kesalah pahaman karena pembelajaran lebih jelas dan
kongkrit.
Kelemahan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media
VCD antara lain :
1. Di dalam media VCD animasi dan simulasi hanyalah suatu tiruan dari
keadaan yang sebenarnya. Tiruan ini bagaimanapun juga tidak akan
mampu mendekati keadaan yang sesungguhnya. Keadaan tiruan inilah
yang dapat memunculkan miskonsepsi pada siswa.
62
2. Ada animasi dan narasi yang kurang baik dan terdapat miskonsepsi
misalnya perpindahan kalor disebut dengan aliran kalor seta
penggambaran perpindahan kalor mirip seperti fluida.
Berdasarkan pembahasan miskonsepsi tiap item soal diatas dapat lihat
bahwa sebagian besar miskonsepsi siswa baik dari kelas eksperimen maupun
kelas kontrol mempunyai kecenderungan miskonsepsi yang sama, antara lain
sebagai berikut:
1. Suhu dianggap variabel ekstensif yang besarnya berhubungan atau
sebanding dengan massanya.
2. Suhu dan kalor sulit dibedakan. Suhu juga dianggap seperti kalor yaitu
dapat berpindah.
3. Benda yang cepat panas berarti lambat menjadi dingin dan sebaliknya.
4. Kalor jenis dan kapasitas kalor dapat berpindah dari benda satu ke benda
lainya seperti halnya kalor.
5. Kalor dianggap ada dua jenis yaitu kalor panas dan kalor dingin. Dengan
arah perpindahan kalor panas dari benda yang memliki suhu tinggi ke
benda yang suhunya rendah sedangkan kalor dingin berpindah dari benda
yang suhunya rendah ke benda yang suhunya tinggi.
63
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan media VCD dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
menimbulkan miskonsepsi yang lebih besar daripada pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi sehingga rata - rata skor
hasil tes diagnostik siswa yang model pembelajarannya menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan demonstrasi lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang model pembelajarannya menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD, yaitu
masing masing besarnya 60,03 dan 56,21.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi
lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi fisika
pokok bahasan perpindahan kalor daripada pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan media VCD.
64
5.2. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dari hasil penelitian, peneliti memberikan
saran diantaranya:
1. Dalam menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media
VCD sebaiknya guru mengkaji terlebih dahulu kekurangan yang terdapat
didalam VCD dan mengkoreksinya sehingga tidak menimbulkan salah
pemahaman yang meluas terhadap siswa.
2. Agar dapat lebih mengetahui pemahaman konsep siswa selain hanya
menggunakan tes diagnostik tertulis juga perlu diadakan tes diagnostik
dengan teknik wawancara.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, Grzybowski, Renner, Marek.1992. Understandings and
misunderstandings of eighth graders of five chemistry concepts
found in textbooks. Journal of Research in Science Teaching
Volume 29, 105 – 120.
Avaliable at
http://onlinelibrary.wiley.com/[accessed 13/01/2010]
Aldrich, Frances &Rogers Yvonne.1998. Getting to gript with “interactivity”
: helping teachers asses the educational value of CD-ROMs.
British Journal of Technology Vol 29 No 4 (1998) 321-332.
Avaliable at
http://www3.interscience.wiley.com/journal/[accessed 20/01/2010]
Anggieta. 2008. (http://tpers.net/apa itu belajar.html)
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
-------------------------. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara.
Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Baser, Mustafa. 2006. Effect of Conceptual Change Oriented Instructrion on
Student’ Understanding of Heat and Temperature Concept. Journal
of Maltese Education Research Vol.4 No 1 (2006) 64-79.
Avaliable at
http://www.educ.um.edu.mt/jmer[accessed 13/01/2010]
------------------. 2006. Fostering Conceptual Change By Cognitive Conflict
Based Instruction On Students’ Understanding Of Heat And
Temperature Concepts. Eurasia Journal of Mathematics, Science
and Technology Education Vol.2 No 2 (2006) 97-114.
Avaliable at
http://www.ejmste.com[accessed 14/01/2010]
Chattarina dkk. 2006. Psikologi Belajar. Semarang : Unnes Press.
Van Den Berg, Ed. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga:
Universitas Kristen Satya Wacana.
----------------------------. 1990. Lokakarya “ Miskonsepsi Fisika dan Usaha
Menanggulanginya”. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.
66
Pramono, Gatot.2008. Pemanfaatan Multimedia pembelajaran. Jakarta: Pusat
Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Departemen
Pendidikan Nasional.
Giancoli, Douglas C. 1997. Fisika_Jilid 1_edisi empat. Jakarta: Erlangga.
Go nen, Selahatin.2008.A Study on Student Teachers’ Misconceptions and
Scientifically Acceptable Conceptions About Mass and Gravity.J
Sci Educ Technol (2008) 17:70–81.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Ibrahim, Muslimin. Fida R. Mohammad nur.Ismono .2000.Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya. UNESA university press.
Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Masril & Asma, Nur.2002.Pengungkapan Miskonsepsi Siswa Menggunakan
Force Concept Inventory dan Certainty of Response Index. Jurnal
Fisika Himpunan Fisika Indonesia Vol B5 (2002) 0559
Avaliable at http://hfi.fisika.net[accessed 13/01/2010]
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta :
Gramedia.
Prabu, Alexander and Markus, I Made .2006. Efektivitas Penggunaan Media
Software Pesona Fisika dalam Pembelajaran Fisika di SMA Santa
Ursula BSD1. Tangerang: Universitas Pelita Harapan.
Pramono, Gatot.2008. Pemanfaatan Multimedia pembelajaran. Jakarta: Pusat
Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Departemen
Pendidikan Nasional.
So zbilir, Mustafa. 2003. A Review of Selected Literature on
Students’Misconceptions of Heat and Temperature. Boğaziçi
University Journal of Education Vol. 20 (2003) 26-41.
Avaliable at
http://www.fedu.metu.edu.tr/ufbmek-5/[accessed 13/03/2010]
Sugandi, Achmad. 2006. Teori Pembelajaran. Semarang : Unnes Press.
Sumarsono, Joko. 2008. Fisika Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat
PerbukuanDepartemen Pendidikan Nasional.
67
Sugiyono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.
Suryabrata, S. 1983. Metodeologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafido Persada.
Tipler, Paul A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
68
Lampiran 1
69
Lampiran2
70
Lampiran 3
71
Lampiran 4
DAFTAR PESERTA DIDIK KELOMPOK EKSPERIMEN DAN
KELOMPOK KONTROL
No Kelompok Eksperimen (XF)
No Kelompok Kontrol (XB)
Nama Kode Nama Kode
1 ABDUL AZIZ E01 1 ADE INTAN PITALOKA K01
2 ADI NUGROHO I E02 2 ADIB RIFQY K K02
3 ADY TRI NUGROHO S E03 3 AGUS MUHAMMAD K03
4 AGAWA ERANO P E04 4 A'ISYAH SILVIA K D K04
5 AJENG NOVA D E05 5 ANDREW N M K05
6 ANDININGTYAS N E06 6 ARIYANTI DEWI K06
7 ANGGER DEA P E07 7 BRIAN DWI B K07
8 EMILIA DEWI E08 8 CHRISTINA EPY P K08
9 ESTI WARDANI E09 9 DIAH WULANSARI K09
10 FAJAR RIZKY K E10 10 FANDHI ACHMAD K10
11 FARAYTODY R E11 11 FARIDA NUR F K11
12 FARIDA HARDIYANTI E12 12 FILDA SYAHFITRI A K12
13 FERYS ASTILLA E13 13 GRACE CHINTIA N K13
14 FETTY FELLASUFAH E14 14 HUSHEIN RIZQI K14
15 GAGAD UTAMI P E15 15 ISNAENI AFRI FILAILI K15
16 HAYYINA RIZKI K E16 16 IVAN INDRA W K16
17 HERI SUSANTO E17 17 IVAN YUSUF K17
18 INDAH CAHYASARI E18 18 KINGKIN P K18
19 ISNAENI SOFYATI R E19 19 LAILATUL M K19
20 KEN VIRA ESTRIANA E20 20 MONICA AYU C I K20
21 KHOIRUNNISA E21 21 MULTAZIMATUL U K21
22 LINA SETYOWATI E22 22 NAVY EKA LOREN P K22
23 MUHAMMAD IPNU W E23 23 NUR ERNAWATI K23
24 M NUR ROHMAN E24 24 NURUL FATIMAH K24
25 NUR FAIZAH E25 25 NURUR ROSIDA K25
26 PUTRI EKA CAHYANI E26 26 PATRICK HARI W K26
27 RAHMAAN ROSYIID E27 27 RAKA BINOTO L K27
28 RISKI PRATIWI B E28 28 RIZAL HASWI B K28
29 SUTRA AYU LUKITA E29 29 TYAS HUSNA A K29
30 VINNY HANIF A E30 30 UGRA ANUMANA K30
31 WAHYU NINGSIH E31 31 ULYA ULFA K31
32 WISNU WIBOWO E32 32 YENI IRMA N K32
33 YUNITA WULANDARI E33 33 YUDA SYAIFIN NAJIB K33
72
Lampiran 5
DAFTAR NAMA KELOMPOK BELAJAR
KELAS EKSPERIMEN
Kelompok I Kelompok II Kelompok III
E01
E03
E05
E07
E09
E11
E13
E15
E17
E19
E21
E23
Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI
E25
E27
E29
E31
E02
E04
E06
E08
E10
E12
E14
E16
Kelompok VII Kelompok VIII
E18
E20
E22
E24
E26
E28
E30
E32
E33
73
Lampiran 6
DAFTAR NAMA KELOMPOK BELAJAR
KELAS KONTROL
Kelompok I Kelompok II Kelompok III
K01
K07
K05
K03
K09
K11
K13
K15
K17Ivan Yusuf
K19
K21
K23
Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI
K25
K27
K29
K31
K02
K04
K06
K08
K33
K10
K12
K14
K16
Kelompok VII Kelompok VIII
K18
K20
K22
K24
K26
K28
K30
K32
74
Lampiran 7
SILABUS DAN PENILAIAN KELAS EKSPERIMEN
Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Magelang Mata Pelajaan : Fisika (IPA) Standar Kompetensi : 4. menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada beberapa perubahan energi.
Kompetensi Dasar
Indikator Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/Alat
4.2 Menganalisis cara perpindahan kalor
Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konduksi
Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konveksi
Menganalisis perpindahan kalor dengan cara radiasi
Perpindahan Kalor
Konduksi
Konveksi
Radiasi
Tatap muka
Mengamati simulasi dari VCD mengenai perpindahan kalor cara konduksi, konveksi, dan radiasi
Mendiskusikan perbedaan konduksi, konveksi, dan radiasi kalor serta penerapannya dalam pemecahan masalah melalui diskusi kelas
Tugas Mandiri
menerapkan persamaan /rumus dalam tugas individu
Jenis taghan:
tugas individu, tugas kelompok, , ulangan harian
Bentuk tagihan:
Laporan tertulis, performans, uraian
6 jam Sumber: Kangenan, Marthen. Fisika 1 SMA. Erlangga Jakarta:2007.
Bahan:
Lembar Kerja, hasil kerja siswa,VCD Pesona Fisika.
Alat:
LCD dan komputer
75
Lampiran 8
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN
Sekolah : SMA
Kelas / Semester : X (Sepuluh) / II
Mata Pelajaran : FISIKA
Pokok Bahasan : Suhu dan Kalor
Sub Pokok Bahasan : Perpindahan Kalor
Waktu : 4 x 45 menit (2 pertemuan)
Standar Kompetensi
1. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konsevasi energi pada beberapa
perubahan energi.
Kompetensi Dasar
1. Menganalisis cara perpindahan kalor
Indikator
Setelah siswa mengalami pengalaman pembelajaran, siswa
diharapkan mampu :
1. Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konduksi
2. Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konveksi
3. Menganalisis perpindahan kalor dengan cara radiasi
Materi pembelajaran
Perpindahan kalor
Metode Pembelajaran
Cooperative Learning dengan media VCD
Sumber Belajar
1. Referensi : Marthin Kangenan, Fisika 1A SMA, Erlangga
2. Media/ Alat : VCD Pesona Fisika, LCD, Komputer
76
PERTEMUAN PERTAMA
Tatap Muka
Ringkasan Materi Pembelajaran
Perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi
Langkah Kegiatan :
a. Kegiatan Pendahuluan (15 menit )
Motivasi dan Apersepsi:
- Apa yang kamu rasakan jika kamu memegang logam pada
ujung yang satu sedangkan pada ujung yang lain dipanaskan?
- Mengapa dan bagaimana hal itu dapat terjadi?
b. Kegiatan Inti( 60 menit )
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
1. Guru membimbing peserta didik
dalam pembentukan kelompok.
1. Siswa membentuk kelompok.
2. Melalui media VCD guru
menyampaikan materi
perpindahan kalor secara
konduksi dan konveksi.
1. Peserta didik memperhatikan
materi yang disampaikan melalui
media VCD oleh guru.
2. Peserta didik memperhatikan
contoh soal menentukan laju
perpindahan kalor secara konduksi
dan konveksi yang disampaikan
oleh guru.
3. Guru memberikan tugas kepada
siswa berupa latihan soal.
1. Peserta didik dalam setiap
kelompok mendiskusikan
pengertian konduksi dan konveksi
dan mengerjakan latihan soal yang
diberikan guru.
77
4. Guru mengoreksi jawaban
peserta didik apakah sudah benar
atau belum. Jika masih terdapat
peserta didik yang belum dapat
menjawab dengan benar, guru
dapat langsung memberikan
bimbingan.
1. Siswa menerima hasil evaluasi
belajarnya.
5. Guru meminta beberapa
kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerjanya
di depan kelompok yang lain.
1. Beberapa kelompok maju
mempresentasikan hasil kerjanya.
2. Kelompok lain menanggapi
presentasi hasil kerja kelompok
yang berada didepan.
6. Guru menanggapi hasil diskusi
kelompok peserta didik dan
memberikan informasi yang
sebenarnya.
1. Siswa memperhatikan informaasi
yang diberikan oleh guru.
c. KegiatanPenutup (15 menit )
Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat
rangkuman.
Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.
PERTEMUAN KEDUA
Tatap Muka dan Tes
1. Ringkasan Materi Pembelajaran
Perpindahan kalor secara radiasi
78
Langkah Kegiatan :
a. Kegiatan Pendahuluan (15 menit )
MotivasidanApersepsi:
- Apa yang kamu rasakan pada saat kita berada didekat api
unggun?
- Mengapa dan bagaimana hal itu bisa terjadi?
b. KegiatanInti ( 60 menit )
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
1. Guru membimbing peserta didik
dalam pembentukan kelompok.
1. Siswa membentuk kelompok.
2. Melalui media VCD guru
menyampaikan materi
perpindahan kalor secara radiasi.
1. Peserta didik memperhatikan
materi yang disampaikan melalui
media VCD oleh guru.
2. Peserta didik memperhatikan
contoh soal menentukan laju
perpindahan kalor secara radiasi
yang disampaikan oleh guru.
3. Guru memberikan tugas kepada
siswa berupa latihan soal.
1. Peserta didik dalam setiap
kelompok mendiskusikan
pengertian konduksi dan konveksi
dan mengerjakan latihan soal yang
diberikan guru.
4. Guru mengoreksi jawaban
peserta didik apakah sudah benar
atau belum. Jika masih terdapat
peserta didik yang belum dapat
menjawab dengan benar, guru
1. Siswa menerima hasil evaluasi
belajarnya.
79
dapat langsung memberikan
bimbingan.
5. Guru meminta beberapa
kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerjanya
di depan kelompok yang lain.
1. Beberapa kelompok maju
mempresentasikan hasil kerjanya.
2. Kelompok lain menanggapi
presentasi hasil kerja kelompok
yang berada didepan.
6. Guru menanggapi hasil diskusi
kelompok peserta didik dan
memberikan informasi yang
sebenarnya.
1. Siswa memperhatikan informaasi
yang diberikan oleh guru.
c. KegiatanPenutup (15 menit )
Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat
rangkuman.
Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.
Penilaian hasil belajar
1. Teknik Penilaian:
- Tes tertulis
2. Bentuk Instrumen:
- Tes Pilihan Ganda
80
Lampiran 9
SILABUS DAN PENILAIAN KELAS KONTROL
Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Magelang Mata Pelajaan : Fisika (IPA) Standar Kompetensi : 4. menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada beberapa perubahan energi.
Kompetensi Dasar
Indikator Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/Alat
4.2 Menganalisis cara perpindahan kalor
Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konduksi
Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konveksi
Menganalisis perpindahan kalor dengan cara radiasi
Perpindahan Kalor
Konduksi
Konveksi
Radiasi
Tatap muka
Mengamati demonstrasi mengenai perpindahan kalor cara konduksi, konveksi, dan radiasi
Mendiskusikan perbedaan konduksi, konveksi, dan radiasi kalor serta penerapannya dalam pemecahan masalah melalui diskusi kelas
Tugas Mandiri
menerapkan persamaan /rumus dalam tugas individu
Jenis taghan:
tugas individu, tugas kelompok, , ulangan harian
Bentuk tagihan:
Laporan tertulis, performans, uraian
6 jam Sumber: Kangenan, Marthen. Fisika 1 SMA. Erlangga Jakarta:2007.
Bahan:
Lembar Kerja siswa, hasil kerja siswa.
Alat:
lilin, batang logam, es batu, bejana, zat cair berwarna.
81
Lampiran 10
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS KONTROL
Sekolah : SMA
Kelas / Semester : X (Sepuluh) / II
Mata Pelajaran : FISIKA
Pokok Bahasan : Suhu dan Kalor
Sub Pokok Bahasan : Perpindahan Kalor
Waktu : 4 x 45 menit (2 pertemuan)
Standar Kompetensi
2. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konsevasi energi pada beberapa
perubahan energi.
Kompetensi Dasar
2. Menganalisis cara perpindahan kalor
Indikator
Setelah siswa mengalami pengalaman pembelajaran, siswa
diharapkan mampu :
4. Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konduksi
5. Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konveksi
6. Menganalisis perpindahan kalor dengan cara radiasi
Materi pembelajaran
Perpindahan kalor
Metode Pembelajaran
Cooperative Learning dengan tanpa media VCD
Sumber Belajar
1. Referensi : Marthin Kangenan, Fisika 1A SMA, Erlangga
2. Media/ Alat : alat peraga
82
PERTEMUAN PERTAMA
Tatap Muka
Ringkasan Materi Pembelajaran
Perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi
Langkah Kegiatan :
a. Kegiatan Pendahuluan (15 menit )
Motivasi dan Apersepsi:
- Apa yang kamu rasakan jika kamu memegang logam pada
ujung yang satu sedangkan pada ujung yang lain dipanaskan?
- Mengapa dan bagaimana hal itu dapat terjadi?
b. Kegiatan Inti( 60 menit )
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
7. Guru membimbing peserta didik
dalam pembentukan kelompok.
2. Siswa membentuk kelompok.
8. Melalui demonstrasi guru
menyampaikan materi
perpindahan kalor secara
konduksi dan konveksi.
3. Peserta didik memperhatikan
materi yang disampaikan melalui
media VCD oleh guru.
4. Peserta didik memperhatikan
contoh soal menentukan laju
perpindahan kalor secara konduksi
dan konveksi yang disampaikan
oleh guru.
9. Guru memberikan tugas kepada
siswa berupa latihan soal.
2. Peserta didik dalam setiap
kelompok mendiskusikan
pengertian konduksi dan konveksi
dan mengerjakan latihan soal yang
diberikan guru.
83
10. Guru mengoreksi jawaban
peserta didik apakah sudah benar
atau belum. Jika masih terdapat
peserta didik yang belum dapat
menjawab dengan benar, guru
dapat langsung memberikan
bimbingan.
2. Siswa menerima hasil evaluasi
belajarnya.
11. Guru meminta beberapa
kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerjanya
di depan kelompok yang lain.
3. Beberapa kelompok maju
mempresentasikan hasil kerjanya.
4. Kelompok lain menanggapi
presentasi hasil kerja kelompok
yang berada didepan.
12. Guru menanggapi hasil diskusi
kelompok peserta didik dan
memberikan informasi yang
sebenarnya.
2. Siswa memperhatikan informaasi
yang diberikan oleh guru.
c. KegiatanPenutup (15 menit )
Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat
rangkuman.
Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.
PERTEMUAN KEDUA
Tatap Muka dan Tes
1. Ringkasan Materi Pembelajaran
Perpindahan kalor secara radiasi
Langkah Kegiatan :
84
a. Kegiatan Pendahuluan (8 menit )
Motivasi dan Apersepsi:
- Apa yang kamu rasakan pada saat kita berada didekat api
unggun?
- Mengapa dan bagaimana hal itu bisa terjadi?
b. KegiatanInti( 30menit )
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
1. Guru membimbing peserta didik
dalam pembentukan kelompok.
1. Siswa membentuk kelompok.
2. Melalui demonstrasi guru
menyampaikan materi
perpindahan kalor secara
konduksi dan konveksi.
1. Peserta didik memperhatikan
materi yang disampaikan melalui
media VCD oleh guru.
2. Peserta didik memperhatikan
contoh soal menentukan laju
perpindahan kalor secara konduksi
dan konveksi yang disampaikan
oleh guru.
3. Guru memberikan tugas kepada
siswa berupa latihan soal.
1. Peserta didik dalam setiap
kelompok mendiskusikan
pengertian konduksi dan konveksi
dan mengerjakan latihan soal yang
diberikan guru.
4. Guru mengoreksi jawaban
peserta didik apakah sudah benar
atau belum. Jika masih terdapat
peserta didik yang belum dapat
menjawab dengan benar, guru
1. Siswa menerima hasil evaluasi
belajarnya.
85
dapat langsung memberikan
bimbingan.
5. Guru meminta beberapa
kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerjanya
di depan kelompok yang lain.
1. Beberapa kelompok maju
mempresentasikan hasil kerjanya.
2. Kelompok lain menanggapi
presentasi hasil kerja kelompok
yang berada didepan.
6. Guru menanggapi hasil diskusi
kelompok peserta didik dan
memberikan informasi yang
sebenarnya.
1. Siswa memperhatikan informaasi
yang diberikan oleh guru.
c. KegiatanPenutup (7menit )
Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat
rangkuman.
Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.
Penilaian hasil belajar
3. Teknik Penilaian:
- Tes tertulis
4. Bentuk Instrumen:
- Tes Pilihan Ganda
86
Lampiran 11
Kisi-Kisi Soal Instrumen
Materi Indikator Aspek Nomor soal Jumlah
soal Prosentase
Perpindahan
kalor
Menganalisis
perpindahan
kalor dengan
cara konduksi
Menganalisis
perpindahan
kalor dengan
cara konveksi
Menganalisis
perpindahan
kalor dengan
cara radiasi
C1
C2
C3
C4
17,19,20
1,2,3,4,5,21,
22,23,24,25
12,13,14,15,16
6,7,8,9,10,11,
18
3
10
5
7
12%
40%
20%
28%
87
Lampiran 12
Instrumen Penelitian
Mata Pelajaran : Fisika
Waktu : 45 menit
Materi : Perpindahan kalor
Petunjuk Pengerjaan soal:
1. Tulis identitas pada bagian kanan atas soal.
2. Bacalah soal-soal dengan teliti.
3. Jawaban dikerjakan langsung pada lembar soal.
Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) dan berikan
alasanya.
i. Pilih salah satu jawaban yang paling benar.
1. Dua buah es yang diambil dari lemari es yang sama kemudian diletakkan di
atas sebuah meja. Es A lebih besar daripada es B. Es manakah yang suhunya
lebih rendah?
c. TA > TB c. TA = TB
d. TA < TB
Alasan :
..............................................................................................................................
............................................................................................................................
2. Dua buah bola besi dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air yang terus
mendidih selama beberapa saat. Jika bola A lebih besar daripada bola B. Bola
mana yang suhunya lebih tinggi?
c. TA > TB c. TA = TB
d. TA < TB
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
A B
88
3. Air panas di gelas X diambil setengahnya kemudian dibagi menjadi dua
bagian yang sama di gelas A dan B. Jika pengaruh lingkungan diabaikan,
manakah yang suhunya lebih rendah, air di gelas X tadi atau air di A?
c. TA < TX c. TA > TX
d. TA = TX
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
4. Air panas di gelas X dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama di gelas A
dan B. Jika pengaruh lingkungan diabaikan, manakah yang suhunya lebih
rendah, air di gelas A tadi atau air di B?
c. TA < TB c. TA > TB
d. TA = TB
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
5. Dua gelas air panas yang suhunya sama di gelas A dan B masing-masing
diambil setengahnya kemudian dituang menjadi satu di gelas X. Jika pengaruh
lingkungan diabaikan, manakah yang suhunya lebih tinggi, air di gelas A atau
X?
c. TA < TX c. TA > TX
d. TA = TX
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
6. Apa yang terjadi dengan suhu air jika air yang sudah mendidih dipanaskan
terus-menerus?
c. Naik c. Turun
d. Tetap
89
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
Pernyataan untuk soal 13 dan 14
Ada dua benda X dan Y yang massanya sama. Bila kedua benda dipanaskan
dengan sumber yang sama dan dalam waktu yang sama, ternyata benda X
lebih cepat panas dari benda Y.
7. Benda manakah yang mempunyai kalor jenis lebih besar?
c. X c. sama
d. Y
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
8. Benda manakah yang mempunyai kapasitas kalor lebih besar?
c. X c. sama
d. Y
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
Pernyataan untuk soal 14 dan 15
Ada dua benda X dan Y yang massanya sama. Bila kedua benda didinginkan
dengan sumber yang sama dan dalam waktu yang sama, ternyata benda X
lebih cepat dingin dari benda Y.
9. Benda manakah yang mempunyai kalor jenis lebih besar?
c. X c. sama
d. Y
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
90
10. Benda manakah yang mempunyai kapasitas kalor lebih besar?
c. X c. sama
d. Y
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
11. Ada dua logam A dan B yang massanya dan luas permukaanya sama. Bila
konduktivitas termal logam A lebih besar daripada konduktivitas termal
logam B. Jika kedua logam tersebut dipanasi bersamaan, maka pernyataan
yang tepat untuk menggambarkan keadaan tersebut adalah......
c. HA > HB c. HA < HB
d. HA = HB
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
12. Pada saat kita menyeterika baju terjadi perpindahan energi secara....
c. Konveksi c. Konduksi dan Konveksi
d. Konduksi
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
13. Perpindahan energi pada saat kita merebus air dengan panci adalah
berlangsung secara....
e. Konveksi c. Konduksi dan Konveksi
f. Konduksi
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
Air
91
14. Ketika kita berada didekat api unggun badan kita terasa lebih panas. Hal ini
disebabkan ada perpindaha kalor secara....
c. Konveksi c. Konveksi dan Radiasi
d. Radiasi
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
15. Pada pagi hari yang dingin, tubuh kita merasa dingin ketika melepas baju. Hal
ini sebabkan karena.....
d. Kalor berpindah dari badan ke udara sekitar dengan cara konduksi
e. Kalor berpindah dari badan ke udara sekitar dengan cara konveksi
f. Badan menerima kalor dingin dari udara sekitar
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
16. Misalkan didalam kamar yang hanya diterangi oleh sebuah lampu dan ada
sebuah tabung atau wadah yang hampa udara. Maka pernyataan tepat untuk
menggambarkan keadaan tabung tersebut adalah....
c. Ttabung = 00 c. Ttabung = Tkamar
d. Tidak ada suhu
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
17. Jika kita menjemur 2 baju yang berwarna hitam dan putih dibawah terik
matahari. Baju dengan warna apa yang akan cepat kering?
c. Putih c. Hitam dan putih kering bersamaan
d. Hitam
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
92
18. Sebatang logam pada temperatur T memancarkan kalor per satuan luas per
satuan waktu ke lingkungan sebesar W. Apabila temperatur logam itu
diduakalikan, radiasi kalor yang dipancarkan akan menjadi ....
c. 0,5 W c. 16 W
d. 4 W
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
19. Di bawah ini merupakan contoh perpindahan kalor
E. Terjadinya Angin laut
F. Terjadinya Angin darat
G. Pemanasan Ruangan
H. Pemanasan batang besi
Yang menunjukkan perpindahan kalor secara konveksi adalah....
c. A dan B c. A, B dan C
d. D
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
20. Kalor yang dipindahkan secara konduksi hanya terjadi pada....
c. Hanya pada zat cair c. Zat gas dan padat
d. Hanya pada zat padat
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
93
A B
A B
21. Ada dua buah benda A dan B yang massanya sama. Suhu A lebih tinggi
daripada B. Kedua benda bersentuhan.
Maka akan terjadi aliran/ perpindahan …..
c. Suhu panas c. Kalor panas
d. Kalor d.
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
22. Ada dua buah benda A dan B yang massanya sama. Suhu A sama dengan suhu
B. Kapasitas kalor A lebih besar daripada B. kedua benda bersentuhan.
Maka akan terjadi aliran/ perpindahan ……..
c. Kapasitas kalor c. Tidak ada aliran
d. Kalor
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
23. Ada dua buah benda A dan B yang massanya sama. Suhu A sama dengan suhu
B. Kalor jenis A lebih besar daripada B. Jika kedua benda bersentuhan.
A B
A B
A B
A B
94
Maka akan terjadi aliran/ perpindahan ……..
c. Kalor jenis c. Tidak ada aliran
d. Kalor
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
24. Ujung A dari batang logam dipanaskan, sedangkan ujung lainnya (B)
dipegang akan terasa panas.
Hal ini terjadi karena adanya aliran/ perpindahan…..…
c. Suhu panas c. Kalor panas
d. Kalor
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
25. Ujung A dari batang logam dimasukkan ke dalam es batu yang besar,
sedangkan ujung lainnya (B) dipegang akan terasa dingin.
Hal ini terjadi karena adanya aliran/ perpindahan…..…
c. Suhu dingin c. Kalor dingin
d. Kalor
Alasan :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
A B
ES BATU
A B
95
Lampiran 13
JAWABAN INSTRUMEN
1. C
Alasan: suhu tidak bergantung pada masssa.
2. C
Alasan: suhu kedua kelereng sama dengan suhu air mendidih hal ini karena
adanya kesetimbangan termal.
3. B
Alasan: suhu tidak bergantung pada jumlah materi atau zat.
4. B
Alasan: suhu tidak bergantung pada jumlah materi atau zat.
5. B
Alasan: suhu tidak bergantung pada jumlah materi atau zat
6. B
Alasan: bila kalor diberikan pada suatu zat pada tekanan konstan, maka
biasanya, hasilnya adalah kenaikan temperatur atau suhu zat itu. Namun
kadang – kadang zat dapat menyerap panas dalam jumlah yang sangat besar
tanpa mengalami peubahan apapun pada suhunya. Ini terjadi saat perubahan
wujud.
7. B
Alasan: untuk massa yang sama, semakin besar kalor jenis suatu zat atau
benda maka kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhunya lebih besar
juga.
8. B
Alasan: untuk massa yang sama, semakin besar kapasitas kalor suatu zat atau
benda maka kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhunya lebih besar
juga.
9. B
Alasan: untuk massa yang sama, semakin besar kalor jenis suatu zat atau
benda maka kalor yang dilepaskan untuk menurunkan suhunya lebih besar
juga.
96
10. B
Alasan: untuk massa yang sama, semakin besar kapasitas kalor suatu zat atau
benda maka kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhunya lebih besar
juga.
11. A
Alasan: laju perpindahan kalor berbanding lurus dengan konduktivitas termal
suatu benda. Semakin besar nilai konduktivitas termalnya maka semakin besar
pula laju perpindaham kalornya. Begitu pula sebaliknya.
12. B
Alasan: karena tidak disertai perpindahan materi maka perpindahan kalor
yang terjadi pada saat menyetrika baju adalah secara konduksi dari lempeng
alas seterika ke pakaian yang di setrika.
13. C
Alasan: mula-mula panci dipanasi oleh api karena api menyentuh panci maka
terjadi perpindahan kalor dari api ke panci secara konduksi kemudian dari
panci ke air terjadi perpindahan kalor secara konveksi.
14. C
Alasan: karena dalam hal ini kalor dapat berpindah melalui dua cara yaitu api
mengkonveksi udara disekitarnya dan kalor diradiasikan ke segala arah.
15. B
Alasan: badan mengkonveksi kalor terhadap udara sekitar.
16. C
Alasan : walaupun tidak ada udara didalam tabung tetapi kalor dari lampu
sebagai sumber panas dapat berpindah tanpa melalui medium udara sehingga
didalam tabung tetap ada suhu yang sama dengan suhu kamar.
17. B
Alasan : warna hitam dapat menyerap kalor lebih baik daripada warna lainnya
karena nilai emisivitas sama dengan 1.
18. C
Alasan : radiasi kalor berbanding lurus dengan pangkat empat suhu
mutlaknya. Jika suhunya dinaikkan dua kalinya maka radiasinya menjadi 16
kali radiasi semulanya.
97
19. C
Alasan : terjadinya angin laut, angin darat dan pemanasan ruangan adalah
termasuk perpindahan kalor secara konveksi karena disertai perpindahan
materi atau massa udara.
20. B
Alasan : perpindahan kalor secara konduksi hanya dapat terjadi pada zat padat
karena molekul-molekulnya terikat erat pada tempatnya.
21. C
Alasan : hanya kalor yang dapat berpindah. Dari suhu yang lebih tinggi ke
suhu yang lebih rendah.
22. F
Alasan : kalor hanya yang dapat berpindah dari suhu yang lebih tinggi ke suhu
yang lebih rendah.
23. F
Alasan : kalor hanya yang dapat berpindah dari suhu yang lebih tinggi ke suhu
yang lebih rendah.
24. C
Alasan : hanya kalor yang dapat berpindah. Dari suhu yang lebih tinggi ke
suhu yang lebih rendah.
25. C
Alasan : hanya kalor yang dapat berpindah. Dari suhu yang lebih tinggi ke
suhu yang lebih rendah.
98
Lampiran 14
DATA AWAL PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
No. Kode Nilai No. Kode Nilai
1 E01 84 1 K01 81
2 E02 63 2 K02 84
3 E03 66 3 K03 65
4 E04 64 4 K04 73
5 E05 80 5 K05 59
6 E06 78 6 K06 71
7 E07 68 7 K07 77
8 E08 68 8 K08 75
9 E09 81 9 K09 83
10 E10 58 10 K10 65
11 E11 73 11 K11 75
12 E12 69 12 K12 82
13 E13 68 13 K13 69
14 E14 71 14 K14 73
15 E15 64 15 K15 72
16 E16 58 16 K16 65
17 E17 70 17 K17 71
18 E18 79 18 K18 68
19 E19 69 19 K19 65
20 E20 72 20 K20 68
21 E21 73 21 K21 83
22 E22 71 22 K22 62
23 E23 73 23 K23 81
24 E24 68 24 K24 74
25 E25 83 25 K25 75
26 E26 73 26 K26 73
27 E27 69 27 K27 67
28 E28 74 28 K28 69
29 E29 78 29 K29 77
30 E30 70 30 K30 78
31 E31 79 31 K31 72
32 E32 63 32 K32 80
33 E33 78 33 K33 80
TOTAL 2355 TOTAL 2410
JUMLAH DATA 33 JUMLAH DATA 33
RATA-RATA 71.35 RATA-RATA 73.02
VARIANS 43.71 VARIANS 42.96
DEVIASI STANDAR 6.61 DEVIASI STANDAR 6.55
99
Lampiran 15
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA AWAL ANTARA KELOMPOK
EKSPERIMEN DAN KONTROL
Hipotesis
H0 : 𝑠12 = 𝑠2
2
Ha : 𝑠12 ≠ 𝑠2
2
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
𝐅 =𝐕𝐚𝐫𝐢𝐚𝐧𝐬 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫
𝐕𝐚𝐫𝐢𝐚𝐧𝐬 𝐭𝐞𝐫𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥
Ho diterima apabila F < F1/2a (nb-1):(nk-1)
Dari data diperoleh:
Sumber Variasi Eksperimen Kontrol
Jumlah 2355 2410
n 33 33
𝒙 71,35 73,02
Varians (s2) 43,71 42,96
Standart deviasi (s) 6,61 6,55
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
𝐅 =𝟒𝟑,𝟕𝟏
𝟒𝟐,𝟗𝟔= 𝟏,𝟎𝟐
Pada a = 5% dengan dk pembilang = nb – 1 = 32 dan dk penyebut = nk -1 = 32
F (0,025)(32:32) = 1,80
Karena F berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa
kedua kelompok mempunyai varians yang sama.
Daerah penerimaan H0
1,80 1,02
100
Lampiran 16
DATA PENELITIAN KELAS EKSPERIMEN
NO Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 jumlah
1 E01 4 1 4 4 4 4 4 1 1 1 4 4 0 4 4 4 1 1 4 4 4 0 1 4 0 67
2 E02 4 0 4 1 0 1 1 1 1 4 1 0 4 3 4 4 0 4 4 4 4 1 1 4 0 55
3 E03 4 2 4 4 3 1 3 1 3 1 0 4 4 0 1 1 4 1 4 4 4 1 1 4 4 63
4 E04 0 0 4 4 0 4 1 1 4 4 1 0 4 3 4 4 1 4 1 4 4 4 4 4 4 68
5 E05 4 4 1 1 4 1 4 1 1 0 4 4 4 4 0 0 4 4 4 4 4 1 1 1 1 61
6 E06 3 3 3 1 1 4 4 4 1 1 4 4 1 1 1 0 4 4 1 4 4 0 0 0 0 53
7 E07 1 1 4 4 4 4 4 4 4 1 1 4 1 0 0 0 0 4 1 0 0 0 0 0 0 42
8 E08 0 0 0 0 0 0 1 1 4 4 4 0 0 4 4 0 4 4 4 4 1 0 0 0 0 39
9 E09 1 1 4 4 4 1 4 0 1 2 4 4 1 0 0 0 4 0 1 4 4 1 1 1 1 48
10 E10 1 1 4 4 4 0 4 1 1 1 3 4 3 4 4 4 0 0 3 0 0 1 1 1 1 50
11 E11 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4 3 4 4 4 4 4 1 4 0 0 0 4 4 4 4 49
12 E12 1 1 4 3 3 1 0 0 0 0 1 4 4 4 1 4 0 0 4 4 4 4 4 4 4 59
13 E13 0 0 0 0 0 0 4 1 0 0 4 4 4 0 3 4 0 4 4 4 0 0 4 4 0 44
14 E14 0 1 0 0 1 0 4 1 4 1 4 4 1 3 4 0 4 4 4 4 4 1 1 1 1 52
15 E15 1 1 4 1 4 0 0 4 4 1 4 4 1 1 1 1 4 1 1 4 4 1 1 4 4 56
16 E16 1 1 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40
17 E17 4 4 4 1 3 1 4 1 0 1 1 4 4 4 4 0 4 1 1 1 4 4 1 4 4 64
18 E18 0 0 0 0 1 1 1 1 4 4 4 0 0 4 4 1 4 4 4 4 0 0 0 0 0 41
19 E19 4 4 4 4 4 4 4 4 0 1 4 4 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 48
20 E20 1 1 1 4 4 4 1 4 4 4 4 0 1 4 4 3 1 4 4 4 0 0 0 0 0 57
21 E21 4 4 4 4 4 0 1 1 1 3 4 4 0 4 4 0 4 4 4 4 1 0 0 0 0 59
22 E22 1 1 1 4 1 1 1 4 2 4 1 4 1 1 4 2 4 4 4 4 4 1 4 4 1 63
23 E23 4 4 1 4 4 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 4 1 70
24 E24 4 4 1 1 1 1 4 1 4 1 0 4 4 0 0 4 4 0 0 0 4 1 1 4 4 52
25 E25 1 1 4 1 4 4 4 4 0 1 4 4 1 1 4 0 4 4 4 4 1 0 4 0 1 60
26 E26 4 4 4 1 4 0 3 1 1 1 1 4 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 1 4 1 62
27 E27 1 1 1 4 4 4 0 4 4 1 4 4 0 4 4 0 4 0 4 4 0 4 4 4 4 67
28 E28 1 0 0 0 0 2 4 4 4 4 4 4 1 1 4 0 2 0 4 4 4 4 4 4 4 63
29 E29 1 1 1 0 1 4 4 1 4 4 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 62
30 E30 4 4 4 1 1 1 4 1 1 1 0 4 0 4 4 0 4 1 4 4 1 1 1 4 1 55
31 E31 4 4 1 1 1 1 4 4 1 4 1 4 4 0 4 1 4 4 1 4 4 1 1 4 1 63
32 E32 4 4 4 1 1 1 0 4 4 0 3 0 1 1 1 0 1 1 1 4 4 4 4 4 4 56
33 E33 4 0 4 4 4 3 4 0 4 0 4 4 1 3 4 0 4 4 4 4 4 1 1 1 1 67
71 58 83 70 78 58 86 62 73 64 90 107 64 77 90 50 87 82 91 105 79 47 52 79 53 1855
101
Lampiran 17
DATA PENELITIAN KELAS KONTROL
NO Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 jumlah
1 K01 4 1 4 4 4 0 4 4 4 4 1 4 3 4 1 4 4 0 0 4 2 0 0 4 4 68
2 K02 4 2 0 0 0 4 3 3 0 0 4 4 0 3 3 0 4 4 4 4 4 0 0 4 4 58
3 K03 1 1 4 1 4 3 2 0 0 0 1 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 4 60
4 K04 4 4 4 1 1 1 3 3 2 2 0 4 0 3 4 4 4 0 1 4 4 4 4 4 4 69
5 K05 0 0 4 0 4 4 2 0 0 0 0 4 2 4 4 0 4 4 3 4 0 0 0 0 0 43
6 K06 4 4 4 4 2 4 1 1 1 1 4 4 4 0 4 1 4 1 0 4 4 4 4 4 4 72
7 K07 4 1 1 4 4 0 4 4 1 1 4 4 4 0 3 0 4 0 2 4 1 1 1 4 1 57
8 K08 4 4 1 4 1 4 4 1 1 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 1 2 2 1 74
9 K09 4 4 4 0 4 2 1 1 4 4 0 4 4 4 0 1 1 0 4 4 4 1 1 1 1 58
10 K10 1 1 4 4 0 3 3 4 4 1 0 4 0 0 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 69
11 K11 4 1 0 4 4 0 4 0 2 0 0 4 4 2 3 0 4 4 4 4 4 4 1 2 4 63
12 K12 4 4 3 4 4 1 1 1 4 4 4 0 4 1 4 4 4 3 4 4 4 1 1 1 1 70
13 K13 1 3 1 4 4 0 4 4 4 4 1 4 4 0 4 0 1 0 1 4 4 4 4 4 4 68
14 K14 4 4 1 3 3 1 1 1 4 4 4 4 3 4 4 1 4 1 4 4 4 0 0 0 0 63
15 K15 1 1 4 4 4 4 4 1 3 1 1 3 4 4 0 0 0 4 4 4 4 4 4 4 4 71
16 K16 4 4 3 4 4 0 1 1 3 3 0 0 4 4 1 1 4 4 4 4 4 1 1 4 1 64
17 K17 4 4 4 4 3 1 0 0 4 4 4 4 4 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 44
18 K18 0 3 4 4 4 0 4 4 0 0 4 1 1 0 0 0 4 4 0 4 4 4 4 4 4 61
19 K19 4 1 1 4 4 4 4 4 1 0 4 4 1 1 0 0 4 4 4 0 1 0 0 4 0 54
20 K20 0 4 4 4 4 3 4 4 0 2 4 4 1 1 0 0 4 4 4 0 1 4 0 4 0 60
21 K21 0 4 1 3 3 3 4 4 0 0 4 4 1 1 2 0 3 4 4 0 1 4 0 4 0 54
22 K22 1 1 1 4 4 2 0 2 0 0 4 4 1 1 0 0 4 4 4 0 1 4 0 4 0 46
23 K23 4 4 4 4 4 0 0 0 4 4 4 4 4 0 0 0 4 4 2 0 0 0 0 0 0 50
24 K24 0 0 4 4 4 2 4 4 1 1 4 4 2 0 1 4 0 3 4 0 0 0 0 4 0 50
25 K25 4 4 3 4 4 0 0 0 4 4 0 4 0 4 4 0 4 0 4 4 4 0 0 4 0 59
26 K26 0 0 0 0 0 4 1 0 3 3 0 0 4 4 0 0 4 0 4 4 4 4 4 4 4 51
27 K27 2 0 4 4 4 3 0 0 3 3 0 0 4 4 0 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 67
28 K28 0 4 4 4 4 3 2 0 0 0 0 0 4 4 0 0 4 4 4 0 0 0 0 0 0 41
29 K29 4 4 2 4 0 2 4 4 3 1 0 4 4 0 3 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 73
30 K30 4 4 2 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4 0 1 0 4 0 4 4 4 1 1 1 1 63
31 K31 0 0 4 4 4 3 1 1 0 1 4 4 4 0 0 0 4 1 3 4 0 3 4 4 4 57
32 K32 4 4 4 4 4 3 0 1 0 1 4 4 4 0 0 2 4 0 3 4 0 3 4 4 4 65
33 K33 1 4 4 4 4 0 0 0 4 4 4 4 4 4 4 0 4 2 0 0 0 4 0 4 0 59
80 84 92 106 102 65 74 61 68 62 76 107 92 64 58 38 114 76 99 96 83 69 53 96 66 1981
102
Lampiran 18
Data Akhir Hasil Tes Diagnostik Peserta Didik
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
No. Kode Skor No. Kode Skor
1 E01 67 1 K01 68
2 E02 55 2 K02 58
3 E03 63 3 K03 60
4 E04 68 4 K04 69
5 E05 61 5 K05 43
6 E06 53 6 K06 72
7 E07 42 7 K07 57
8 E08 39 8 K08 74
9 E09 48 9 K09 58
10 E10 50 10 K10 69
11 E11 49 11 K11 63
12 E12 59 12 K12 70
13 E13 44 13 K13 68
14 E14 52 14 K14 63
15 E15 56 15 K15 71
16 E16 40 16 K16 64
17 E17 64 17 K17 44
18 E18 41 18 K18 61
19 E19 48 19 K19 54
20 E20 57 20 K20 60
21 E21 59 21 K21 54
22 E22 63 22 K22 46
23 E23 70 23 K23 50
24 E24 52 24 K24 50
25 E25 60 25 K25 59
26 E26 62 26 K26 51
27 E27 67 27 K27 67
28 E28 63 28 K28 41
29 E29 62 29 K29 73
30 E30 55 30 K30 63
31 E31 63 31 K31 57
32 E32 56 32 K32 65
33 E33 67 33 K33 59
TOTAL 1855 TOTAL 1981
JUMLAH DATA 33 JUMLAH DATA 33
RATA-RATA 56.21 RATA-RATA 60.03
VARIANS 76.86 VARIANS 81.91
DEVIASI STANDAR 8.77 DEVIASI STANDAR 9.05
103
Lampiran 19
ANALISIS MISKONSEPSI KELAS EKSPERIMEN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
E01 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
E02 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E03 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
E04 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E05 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E06 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1
E07 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1
E08 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0
E09 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
E10 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0
E12 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
E13 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E14 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E15 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E16 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
E17 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E18 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1
E19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0
E20 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1
E21 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
E22 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E23 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E24 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
E25 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0
E26 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
E27 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
E28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E29 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E30 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E31 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E32 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E33 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Σ 14 11 18 13 16 10 16 15 9 12 19 28 12 15 19 9 20 19 19 24 18 6 9 17 10 15 16 10 14 12 17 12 15 21 19 12 0 15 13 10 11 9 9 10 5 12 18 18 9 16 4 6 5 6 5 6 5 3 3 2 2 5 6 5 4 13 4 5 5 4 3 9 6 7 7
KODE
Memahami Miskonsepsi Tidak Memahami
Soal nomor Soal nomor Soal nomor
104
Lampiran 20
ANALISIS MISKONSEPSI KELAS KONTROL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
K01 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0
K02 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K03 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K04 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
K05 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1
K06 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
K07 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K08 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K09 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
K10 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K11 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K12 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K13 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
K14 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
K15 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K16 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K17 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
K18 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K19 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1
K20 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K21 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K22 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
K23 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
K24 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
K25 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K26 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
K27 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
K28 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
K29 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K30 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
K31 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
K32 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K33 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Σ 18 15 19 20 19 17 20 15 11 12 20 29 19 15 14 12 26 17 23 24 20 16 13 20 14 11 15 11 8 8 12 8 13 18 17 6 0 10 11 12 10 5 8 7 4 8 10 16 9 14 4 3 3 5 6 4 5 5 4 4 7 4 4 7 7 11 2 8 3 5 5 7 4 4 5
KODE
Memahami Miskonsepsi Tidak Memahami
Soal nomor Soal nomor Soal nomor
105
Lampiran 21
Prosentase Miskonsepsi Siswa Kelas Eksperimen
No.
Jumlah
No.
Prosentase
Memahami Miskonsepsi Tidak Memahami
Memahami Miskonsepsi Tidak Memahami
1 14 15 4 33 1 42% 45% 12%
2 11 16 6 33 2 33% 48% 18%
3 18 10 5 33 3 55% 30% 15%
4 13 14 6 33 4 39% 42% 18%
5 16 12 5 33 5 48% 36% 15%
6 10 17 6 33 6 30% 52% 18%
7 16 12 5 33 7 48% 36% 15%
8 15 15 3 33 8 45% 45% 9%
9 9 21 3 33 9 27% 64% 9%
10 12 19 2 33 10 36% 58% 6%
11 19 12 2 33 11 58% 36% 6%
12 28 0 5 33 12 85% 0% 15%
13 12 15 6 33 13 36% 45% 18%
14 15 13 5 33 14 45% 39% 15%
15 19 10 4 33 15 58% 30% 12%
16 9 11 13 33 16 27% 33% 39%
17 20 9 4 33 17 61% 27% 12%
18 19 9 5 33 18 58% 27% 15%
19 18 11 4 33 19 55% 33% 12%
20 24 5 4 33 20 73% 15% 12%
21 18 12 3 33 21 55% 36% 9%
22 6 18 9 33 22 18% 55% 27%
23 9 18 6 33 23 27% 55% 18%
24 17 9 7 33 24 52% 27% 21%
25 10 16 7 33 25 30% 48% 21%
Total 377 319 129 825 Rata2 46% 38% 16%
106
Lampiran 22
Prosentase Miskonsepsi Siswa Kelas Kontrol
No. Jumlah
No.
Prosentase
Memahami Miskonsepsi Tidak Memahami
Memahami Miskonsepsi Tidak Memahami
1 18 11 4 33 1 55% 33% 12%
2 15 15 3 33 2 45% 45% 9%
3 19 11 3 33 3 58% 33% 9%
4 20 8 5 33 4 61% 24% 15%
5 19 8 6 33 5 58% 24% 18%
6 17 12 4 33 6 52% 36% 12%
7 20 8 5 33 7 61% 24% 15%
8 15 13 5 33 8 45% 39% 15%
9 11 18 4 33 9 33% 55% 12%
10 12 17 4 33 10 36% 52% 12%
11 20 6 7 33 11 61% 18% 21%
12 29 0 4 33 12 88% 0% 12%
13 19 10 4 33 13 58% 30% 12%
14 15 11 7 33 14 45% 33% 21%
15 14 12 7 33 15 42% 36% 21%
16 12 10 11 33 16 36% 30% 33%
17 26 5 2 33 17 79% 15% 6%
18 17 8 8 33 18 52% 24% 24%
19 23 7 3 33 19 70% 21% 9%
20 24 4 5 33 20 73% 12% 15%
21 20 8 5 33 21 61% 24% 15%
22 16 10 7 33 22 48% 30% 21%
23 13 16 4 33 23 39% 48% 12%
24 20 9 4 33 24 61% 27% 12%
25 14 14 5 33 25 42% 42% 15%
Total 448 251 126
Rata2 54% 31% 15%
107
Lampiran 23
0
2
4
6
8
10
Ban
yak
sisw
a
Nilai Akhir
Histogram
108
Lampiran 24
0
2
4
6
8
10
Ban
yak
sisw
a
Nilai akhir
Histogram
109
Lampiran 25
UJI PERBEDAAN RATA-RATA
KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KONTROL
Hipotesis
H0 : µ1= µ2
Ha : µ1≠ µ2
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
𝒕𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 =𝒙 𝟏 − 𝒙 𝟐
𝒏𝟏 − 𝟏 𝒔𝟏𝟐
+ 𝒏𝟐 − 𝟏 𝒔𝟐𝟐
𝒏𝟏 + 𝒏𝟐 − 𝟏 𝟏𝒏𝟏
+𝟏𝒏𝟐
Ho diterima atau rata-rata sama jika -ttabel < thitung < ttabel
Sumber Variasi Eksperimen Kontrol
Jumlah 1855 1981
n 33 33
𝒙 56,21 60,03
Varians (s2) 76,86 81,91
Standart deviasi (s) 8,77 9,05
Berdasarkan rumus diperoleh:
𝒕𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 =−𝟑,𝟖𝟐
𝟓𝟎𝟖𝟎.𝟔𝟒𝟔𝟒
𝟏𝟑𝟑 +
𝟏𝟑𝟑
=−𝟑,𝟖𝟐
𝟐,𝟏𝟐= −𝟏,𝟖𝟏
Untuk α = 5%, dengan dk = 33 + 33 – 2 = 64, diperoleh t(0.975)(64) = 1,67
Karena thitung berada diluar daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan
bahwa rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda.
Daerah Penerimaan H0
1,67 -1,67 -1,81
110
Lampiran 26
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA VCD UNTUK MENGETAHUI ADANYA MISKONSEPSI
FISIKA SISWA KELAS X SMA PADA POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR
Ikmalul Hakim, Mosik, Sri Hendratto
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
e-mail: [email protected]
Abstrak Permasalahan pendidikan yang mendasar berkaitan dengan miskonsepsi.
Penyampaian informasi yang kurang jelas dan kurang lengkap yang diterima oleh siswa dalam proses belajar diduga sebagai penyebab miskonsepsi. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi sekarang ini, pendekatan yang sesuai untuk dikembangkan adalah dengan menyajikan fisika dalam berbagai media. Untuk itu perlu dikembangkan suatu tindakan yang dapat mengatasi kesulitan belajar fisika siswa berupa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya perbedaaan miskonsepsi fisika tentang perpindahan kalor antara siswa yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan rancangan eksperimen Random terhadap Subjek. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Magelang tahun 2009/2010 dan secara acak memilih satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas XF dan satu kelas sebagai kelas kontrol yaitu kelas XB. Metode pengambilan data menggunakan tes diagnostik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat miskonsepsi siswa kelas kontrol lebih rendah daripada kelas eksperimen dan rata-rata skor hasil tes diagnostik masing-masing besarnya 60,03 dan 56,21. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi lebih efektif meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi fisika pokok bahasan perpindahan kalor daripada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD. Kata kunci: Kooperatif tipe STAD, miskonsepsi, media VCD
PENDAHULUAN Permasalahan pendidikan yang
mendasar berkaitan dengan miskonsepsi. Akan tetapi, sebagian orang berpendapat bahwa kesalahan pemahaman siswa terhadap suatu konsep fisika adalah sesuatu yang wajar dan dapat dianggap sebagai kurang berhasilnya proses belajar mengajar, sehingga tidak perlu menindaklanjuti hal tersebut.
Menurut Jean Piaget (Masril, 2002) bahwa penyampaian informasi yang kurang jelas dan kurang lengkap yang diterima oleh siswa dalam proses belajar diduga sebagai penyebab miskonsepsi. Bahkan pemilihan strategi pembelajaran yang
kurang tepat misalnya pemilihan media pembelajaran di kelas dapat mengganggu proses berpikir siswa dalam memahami konsep-konsep fisika yang dipelajari.
Penelitian tentang miskonsepsi dilakukan oleh Jasien dan Oberem (2002) menemukan bahwa para siswa dan para guru fisika kesulitan dalam menjelaskan konsep suhu dan kalor. Penelitian mengenai miskonsepsi suhu dan kalor juga telah dilakukan Ed van den Berg dan Kristyanto Sidkenu Boko dengan subjek penelitian 137 siswa SMP dan SMA. Hasil pengujian pilihan ganda, esai, dan wawancara menghasilkan gambaran yang
konsisten mengenai konsepsi siswa. Antara lain mereka mencampur-adukkan konsep suhu dan kalor dan siswa belum memahami kesetimbangan termal, kalor jenis dll. Hasil siswa SMP dan siswa SMA tidak jauh berbeda dan mirip dengan penelitian sejenis diluar negeri.
Menurut Berg (1991) memang konsepsi siswa selalu berbeda dengan konsepsi fisikawan. Konsepsi fisikawan pada umumnya akan lebih kompleks, lebih rumit, melibatkan lebih banyak hubungan antar konsep daripada siswa. Kalau konsepsi siswa adalah sama dengan konsepsi fisikawan yang disederhanakan, konsepsi siswa tidak dapat disebut salah. Tetapi kalau konsepsi siswa bertentangan dengan konsepsi para fisikawan dikatakan sebagai miskonsepsi (misconception). Jadi miskonsepsi yaitu konsepsi siswa (biasanya muncul dari pengalaman sehari-hari) terhadap konsep fisika yang berhubungan tetapi bertentangan dengan konsepsi para pakar fisika, hanya dapat ditemukan dalam kasus-kasus tertentu dan tidak berlaku untuk kasus-kasus lainnya serta tidak dapat digeneralisasikan.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi sekarang ini, pendekatan yang sesuai untuk dikembangkan adalah dengan menyajikan fisika dalam berbagai media. Media VCD mungkin cocok diterapkan pada pembelajaran sains karena banyak konsep yang abstrak dalam pembelajaran sains. Berdasarkan uraian di atas perlu dikembangkan suatu tindakan yang dapat mengatasi kesulitan belajar fisika siswa berupa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD.
Aldrich dan Rogers Yvonne dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kelemahan media VCD dalam pembelajaran sains antara lain praktikum dilakukan hanya pada keadaan ideal. Di dalam media VCD animasi dan simulasi hanyalah suatu tiruan dari keadaan yang sebenarnya. Tiruan ini bagaimanapun juga tidak akan mampu mendekati keadaan yang sesungguhnya. Keadaan tiruan inilah yang memunculkan miskonsepsi.
Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran dengan menempatkan siswa untuk belajar bersama-sama dalam kelompok yang beranggotakan tiga sampai
lima siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda. Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam penelitian ini adalah STAD (Student Team Achievement Division). Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana jika dibandingan dengan pembelajaran kooperatif tipe lainnya.
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dapat menimbulkan miskonsepsi pada siswa? Apakah ada perbedaaan miskonsepsi fisika siswa yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi? METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan rancangan eksperimen Random terhadap Subjek. Dalam penelitian ini subjek adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Magelang tahun 2009/2010 dan secara acak memilih satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas XF dan satu kelas sebagai kelas kontrol yaitu kelas XB. Kelas eksperimen diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD. Kelas kontrol diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi.Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan uji instrumentasi. Hal ini dilakukan karena jika dilakukan uji instrumentasi memungkinkan terjadinya miskonsepsi pada objek uji coba sehingga dikhawatirkan instrumen menjadi tidak valid. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif beralasan.Sebelum melakukan pengujian hipoteis dilakukan uji kesamaan dua varians dan uji normalitas terhadap data awal dan akhir penelitian. Untuk menguji perbedaan miskonsepsi kelas eksperimen
dengan kelas kontrol digunakan rumus Uji-t 2 sampel independen.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil tes diagnostik miskonsepsi
siswa tentang perpindahan kalor pada
siswa kelas X semester 2 SMA Negeri 2 Magelang Tahun 2009/2010 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Prosentase miskonsepsi tentang perpindahan kalor
Group Memahami (%)
Miskonsepsi (%)
Tidak memahami (%)
Eksperimen 46 38 16 Kontrol 54 31 15
Hasil uji hipotesis mengenai ada tidaknya perbedaan miskonsepsi fisika yang signifikan antara siswa yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dan dengan siswa yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi didapatkan harga thitung=-1,81. Untuk α=5% dengan uji dua fihak dengan dk=33+33-2=64 maka diperoleh tTabel= 1,67. Ternyata harga thitung< -tTabel hal ini berarti bahwa ada perbedaaan miskonsepsi fisika yang signifikan antara siswa yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dengan siswa yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi.
Perbedaan ini disebabkan karena adanya kelebihan pada metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan demonstrasi yang digunakan pada kelas kontrol serta adanya kelemahan pada metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD yang digunakan pada kelas eksperimen.
Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan demonstrasi antara lain : 1. Demonstrasi dapat mengkaitkan teori
dengan peristiwa alam. 2. Dapat menimbulkan rasa ingin tahu
siswa terhadap fisika. 3. Demonstrasi memperlihatkan ciri
eksperimental fisika. 4. Demonstrasi dan hasilnya seringkali
mudah diingat daripada bahasa pada buku atau penjelasan guru.
5. Dapat mengurangi kesalah pahaman karena pembelajaran lebih jelas dan kongkrit.
Kelemahan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD antara lain : 1. Di dalam media VCD animasi dan
simulasi hanyalah suatu tiruan dari keadaan yang sebenarnya. Tiruan ini bagaimanapun juga tidak akan mampu mendekati keadaan yang sesungguhnya. Keadaan tiruan inilah yang dapat memunculkan miskonsepsi pada siswa.
2. Ada animasi dan narasi yang kurang baik dan terdapat miskonsepsi misalnya perpindahan kalor disebut dengan aliran kalor seta penggambaran perpindahan kalor mirip seperti fluida.
Berdasarkan hasil analisis data sebagian besar miskonsepsi siswa baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol mempunyai kecenderungan miskonsepsi tentang perpindahan kalor yang sama, antara lain sebagai berikut: 1. Suhu dianggap variabel ekstensif yang
besarnya berhubungan atau sebanding dengan massanya.
2. Suhu dan kalor sulit dibedakan. Suhu juga dianggap seperti kalor yaitu dapat berpindah.
3. Benda yang cepat panas berarti lambat menjadi dingin dan sebaliknya.
4. Kalor jenis dan kapasitas kalor dapat berpindah dari benda satu ke benda lainya seperti halnya kalor.
5. Kalor dianggap ada dua jenis yaitu kalor panas dan kalor dingin. Dengan arah perpindahan kalor panas dari benda
yang memliki suhu tinggi ke benda yang suhunya rendah sedangkan kalor dingin berpindah dari benda yang suhunya rendah ke benda yang suhunya tinggi.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi fisika pokok bahasan perpindahan
kalor daripada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD.
Dalam menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD sebaiknya guru mengkaji terlebih dahulu kekurangan yang terdapat didalam VCD dan mengkoreksinya sehingga tidak menimbulkan salah pemahaman yang meluas terhadap siswa. Agar dapat lebih mengetahui pemahaman konsep siswa selain hanya menggunakan tes diagnostik tertulis juga perlu diadakan tes diagnostik dengan teknik wawancara.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Baser, Mustafa. 2006. Effect of Conceptual Change Oriented Instructrion on Student’ Understanding of Heat and Temperature Concept. Journal of Maltese Education Research Vol.4 No 1 (2006) 64-79. Avaliable at http://www.educ.um.edu.mt/jmer[accessed 13/01/2010]
Masril & Asma, Nur. 2002. Pengungkapan Miskonsepsi Siswa Menggunakan Force Concept Inventory dan Certainty of Response Index. Jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia Vol B5 (2002) 0559
Avaliable at http://hfi.fisika.net[accessed 13/01/2010]
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta : Gramedia.
So zbilir, Mustafa. 2003. A Review of Selected Literature on Students’Misconceptions of Heat and Temperature. Boğaziçi University Journal of Education Vol. 20 (2003) 26-41. Avaliable at http://www.fedu.metu.edu.tr/ufbmek-5/[accessed 13/03/2010]
Sugiyono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.
Suryabrata, S. 1983. Metodeologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafido Persada.
Van Den Berg, Ed. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.