penerapan terapi aktivitas kelompok stimulasi …elib.stikesmuhgombong.ac.id/742/1/chasanah...
TRANSCRIPT
PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI :
LIMA BENAR MINUM OBAT PADA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN
DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
Disusun Oleh :
CHASANAH SETYORINI, S.Kep
A31600880
PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2017
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Karya
Ilmiah Akhir Ners dengan judul ”Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi lima benar minum obat untuk memandirikan pasien skizofrenia dengan
halusinasi di Wisma Harjuna RSJ Prof. dr. Soeroyo Magelang" yang berlangsung
mulai tanggal 16 Januari – 11 Februarai 2017. Laporan ini disusun untuk memenuhi
persyaratan dalam menyelesaikan Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah
Gombong.
Dalam proses penyusunan laporan ini kami banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan serta kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Oleh karena itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada Yth :
1. Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soeroyo Magelang.
2. Ibu Hj. Herniyatun, S. Kp.,M.Kep.,Sp.Mat, selaku Ketua STIKES
Muhammadiyah Gombong.
3. Dadi Santoso, M.Kep, selaku koordinator Program Profesi Ners STIKes
Muhammadiyah Gombong.
4. Ibu Tri Sumarsih, S.Kep.,Ns.,MNS selaku pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan dan masukan.
5. Bapak Basuki Rohmad, S.Kep., Ns. selaku Kepala Wisma Harjuna Rumah Sakit
Jiwa Prof. dr. Soeroyo Magelang
6. Kedua orang tua dan saudara – saudaraku yang senantiasa memberikan
dukungan, segala do’a dan kasih sayang yang tiada henti.
7. Teman seperjuanganku Amy, dyah, desty yang selalu memberikan dukungan
kepada penulis
8. Teman-teman seangkatan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners STIKes
Muhammadiyah Gombong.
vi
9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Karya Ilmiah Akhir Ners
ini sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak guna menyempurnakan laporan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Akhirnya
kami berharap semoga laporan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Gombong, Agustus 2017
Penulis
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
Sebagai civitas akademik STIKes Muhammadiyah Gombong, saya yang bertanda
tangan dibawah ini :
Nama : Chasanah Setyorini
NIM : A3100880
Program Studi : Profesi Ners
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
STIKes Muhammadiyah Gombong Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah sayang yang berjudul :
PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI
SENSORI : LIMA BENAR MINUM OBAT PADA PASIEN HALUSINASI
PENDENGARAN DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO
MAGELANG
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak bebas Royalti
Noneksklusif ini STIKes Muhammadiyah Gombong berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetapmencantumkan nama saya
sebagaipenulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini
saya buat dengan sebenarnya.
Gombong, Kebumen
Pada Tanggal 16 Agustus 2017
Yang menyatakan
Chasanah Setyorini
viii
Program Ners Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Gombong
KTAN, Agustus 2017
Chasanah Setyorini, S.Kep1) Tri Sumarsih, S.kep.,Ns.,MNS2)
PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI
SENSORI : LIMA BENAR MINUM OBAT PADA HALUSINASI PENDENGARAN
DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG
Xiv + 55 halaman + 5 tabel + 5 lampiran
ABSTRAK
Latar belakang : Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi dengan aktivitas
mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan. Klien yang
terindikasi memerlukan Terapi Aktivitas Kelompok ini adalah klien yang mengalami
gangguan persepsi sensori: halusinasi.
Tujuan : Menjelaskan penerapan Terapi Aktivitas Kelompok pada pasien skizofrenia dengan
halusinasi
Hasil : Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : lima benar
minum obat didapatkan hasil pada pasien 1 mengalami peningkatan kemampuan
menyebutkan 5 benar minum obat dan mampu minum obat secara mandiri. Sedangkan pasien
4 mengalami peningkatan kemampuan dengan bantuan minimal dari perawat.
Rekomendasi : Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : limabenar minum obat
dapat diterapkanuntuk menurunkan tanda gejala halusinasu halusinasi pendengaran
Kata Kunci : Terapi Aktivitas Kelompok, Halusinasi, Skizofrenia
1) Mahasiswa Profesi Ners STIKES Muhammadiyah Gombong
2) Pembimbing I Dosen STIKES Muhammadiyah Gombong
ix
Ners Program of Nursing
STIKES Muhammadiyah Gombong
KTAN, August 2017
Chasanah Setyorini, S.Kep1) Tri Sumarsih, S.kep., Ns., MNS2)
APPLICATION OF THERAPY ACTIVITY GROUP STIMULATION PERCEPTION
SENSORY: FIVE DRINKING DRUGS IN HALUSINATION OF HEARING IN
WISMA HARJUNA PROF. DR. SOEROJO MAGELANG MENTAL HOSPITAL
Xiv + 55 pages + 5 tables + 5 attachments
ABSTRACT
Background: Group Activity Therapy Stimulation Perception with activity perceives unreal
stimuli and response experienced in life. Clients indicated to require Group Activity Therapy
are clients who experience sensory perception disorders: hallucinations.
Objective: Explain the application of Group Activity Therapy in schizophrenic patients with
hallucinations
RESULTS: After the treatment of sensory perceptual stimulation group activity: 5 true drug-
taking results in patients 1 experienced an increase in the ability to mention 5 true
medications and able to take medication independently. While the 4 patients had an increased
ability with minimal assistance from the nurse.
RECOMMENDATION: Therapy of sensory perceptual stimulation group activity: drug use
limabenar can be applied to decrease hallmarks of hallucinatory hallucinatory hallucinations
Keywords: Group Activity Therapy, Hallucinations, Schizophrenia
1) Student Profession Ners STIKES Muhammadiyah Gombong
2) Advisors I Lecturer STIKES Muhammadiyah Gombong
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............. vii
ABSTRAK ............................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................... 5
C. Manfaat ......................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 7
A. Konsep Dasar ................................................................................ 7
1. Skizofrenia .............................................................................. 7
2. Halusinasi .............................................................................. 14
3. Konsep Dasar TAK ............................................................... 25
B. Asuhan Keperawatan Pasien Halusinasi ..................................... 28
1. Pengkajian ............................................................................. 28
2. Diagnosa Keperawatan.......................................................... 30
3. Rencana Keperawatan ........................................................... 30
BAB III LAPORAN MENEJEMEN KASUS ........................................ 33
A. Profil Lahan Praktik .................................................................... 33
1. Visi dan Misi Rumah Sakit ................................................... 33
2. Gambaran Ruangan RS ......................................................... 34
3. Upaya Pelayan ....................................................................... 37
B. Ringkasan Asuhan Keperawatn .................................................. 39
1. Ringkasan Pengkajian ........................................................... 39
2. Diagnosa Keperawatan.......................................................... 42
3. Intervensi ............................................................................... 43
xi
4. Implementasi ......................................................................... 47
5. Evaluasi ................................................................................. 50
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN........................................... 52
A. Analisis Karakteristik Pasien ...................................................... 52
B. Analisis Masalah Keperawatan ................................................... 53
C. Analisis Intervensi Terkait Konsep ............................................. 55
D. Inovasi ......................................................................................... 58
BAB V KESIMPULAN .......................................................................... 61
A. Kesimpulan ................................................................................. 61
B. Saran ............................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Distribusi frekuensi kasus di wisma harjuna ............................. 36
Tabel 3.2 Distribusi frekuensi kondisi pasien selama observasi ................ 39
Tabel 3.3 Distribusi frekuensi kondisi pasien selama masa observasi ....... 47
Tabel 3.4 Distribusi frekuensi evaluasi tindakan keperawatan .................. 50
Tabel 4.1 Karakteristik pasien dengan skizofrenia di wisma Harjuna ........ 52
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pasien skizofrenia dengan halusinasi sebelum
dilakukan terapi aktivitas kelommpok stimulasi persepsi sensori :
lima benar minum obat .............................................................. 53
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pasien skizofrenia dengan halusinasi setelah
dilakukan terapi aktivitas kelommpok stimulasi persepsi sensori :
lima benar minum obat .............................................................. 54
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi penerapan terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi sensori : lima benar minum obat pada pasien halusinasi
pendengaran di wisma harjuna .................................................. 54
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Konsultasi
Lampiran 2 Form inform concent
Lampiran 3 Form Tanda dan gejala Halusinasi
Lampiran 4 Proposal TAK
Lampiran 5 SPO TAK
Lampiran 6 Jadwal Harian
Lampiran 7 Asuhan Keperawatan Form
Lampiran 8 Jurnal
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan
yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO
(2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang
terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena
dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan
sosial dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan
jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan
penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang (Depkes, 2016).
Data Riskesda (2013) menunjukkan prevalensi gangguan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan
untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari
jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat,
seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per
1.000 penduduk (Depkes, 2016). Menurut UU No. 18 tahun 2014 tentang
kesehatan jiwa, kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu
dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan konstribusi untuk
komunitasnya. sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan hidup produktif secara social dan ekonomi
(Kemenkes, 2014).
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional,
psikologi dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang
memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif,
dan kestabilan emosi. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan oleh
perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
pekerjaan, lingkungan masyarakat yang didukung sarana pelayanan
2
kesehatan jiwa dan sarana lain seperti keluarga dan lingkungan
sosial. Lingkungan tersebut selain menunjang upaya kesehatan jiwa juga
merupakan stressor yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa seseorang,
pada tingkat tertentu dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi
gangguan jiwa (Videbeck, 2008).
Skizofrenia merupakan gangguan yang benar-benar
membingungkan atau menyimpan banyak teka-teki. Pada suatu saat,
orang-orang dengan skizofrenia berpikir dan berkomunikasi dengan sangat
jelas, memiliki pandangan yang tepat atas realita, dan fungsi secara baik
dalam kehidupan balik, mereka kehilangan sentuhan dengan realita, dan
mereka tidak mampu memelihara diri mereka sendiri, bahkan dalam
banyak cara yang mendasar (Wiramihardja, 2007).
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi yang mempengaruhi
berbagai area fungsi individu termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi,
menerima dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan
emosi dan berperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara social. Ciri
khas dari penderita skizofrenia adalah menarik diri dari lingkungan social
dan hubungan personal serta hidup dalam dunianya sendiri. Lalu diikuti
dengan delusi dan halusnasi yang berlebihan. Pada penderita skizofrenia
70% diantaranya mengalami halusinasi (Purba, dkk, 2008).
Halusinasi merupakan suatu gangguan atau perubahan persepsi
dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi,
suatu penghayatan yang dialami, suatu persepsi melalui panca indera tanpa
stimulus eksternal (Maramis, 2005). Terjadinya halusinasi pada pasien
skizofrenia merupakan salah satu gejala yang sulit dihilangkan dari
kehidupannya. Halusinasi dimulai dari adanya stimulus eksternal maupun
internal, yang meliputi fakor predisposisi (seperti faktor perkembangan,
faktor sosiokultural, faktor biologis, faktor psikologis, faktor genetik dan
pola asuh). Keadaan yang demikian juga dapat menyebabkan munculnya
gejala seperti sulit tidur yang dapat berlangsung terus menerus sehingga
penderita terbiasa menghayal. Penderita menganggap lamunan-lamunan
3
awal tersebut sebagai pemecahan masalah. Penderita mengalami emosi
yang berlanjut seperti adanya perasaan curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan
nyata dan tidak nyata.
Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami
bias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai
menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien dan
mulai menarik diri dari orang lain delam waktu yang lama (isolasi sosial :
menarik diri). Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal
yang datang. Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir.
Dari sinilah dimulai fase gangguan psikopatik. Pengalaman sensori yang
terganggu ini bila tidak dapat diatasi dapat menimbulkan resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Penatalaksanaan keperawatan klien gangguan jiwa dengan
halusinasi adalah pemberian terapi modalitas yang salah satunya adalah
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok merupakan
salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien
yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktifitas digunakan
sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Keliat dan
Akemat, 2014). Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien
ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi
persyaratan tertentu fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-
awareness). Peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan,
atau ketiganya. Kelompok adalah suatu system social yang khas yang
dapat didefinisikan dan dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu
yang saling berinteraksi, interelasi, interdependensi dan saling
membagikan norma social yang sama (Stuart, 2007).
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk
dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media
kelompok. Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan
4
sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan
kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah
perilaku maladaptif. Terapi Aktivitas kelompok pada pasien halusinasi
dapat dilakukan dengan Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi.
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman
dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif pemecahan
masalah (Keliat dan Akemat, 2014).
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi dengan aktivitas
mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam
kehidupan. Klien yang terindikasi memerlukan Terapi Aktivitas Kelompok
ini adalah klien yang mengalami gangguan persepsi sensori: halusinasi.
Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tak dapat dipisahkan, yaitu
Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi: mengenal halusinasi,
mengusir/menghardik halusinasi, mengontrol halusinasi dengan kegiatan,
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dan mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat (Keliat dan Akemat, 2014).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aristina (2014) dengan judul
Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi Sesi 1-2
Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien
skizofrenia Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
menunjukkan bahwa pasien yang mampu mengontrol halusinasi sebelum
pelaksanaan TAK: Stimulasi Persepsi Sesi 1-2 sebanyak 3 orang (33.3%)
dan pasien mampu mengontrol halusinasi setelah palaksanaan TAK:
Stimulasi Persepsi Sesi 1-2 sebanyak 8 orang (88.9%).
Berdasarkan laporan indikator mutu Wisma Harjuna Rumah Sakit
Jiwa Prof. dr Soeroyo Magelang, jumlah kasus halusinasi dalam tiga bulan
terakhir selalu mendominasi. Pada bulan Oktober 2016 ada 24 klien
dengan diagnosa keperawatan halusinasi (66,7%), November 2016 ada 20
klien (60,6%) dan pada bulan Desember 2016 ada 18 klien (60%). Di
5
Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soeroyo magelang, terutama di Wisma
Harjuna pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok sudah terjadwal dan rutin
dilakukan oleh perawat, meskipun belum dikelompokkan dalam masalah
keperawatan yang sama. Terapi Aktivitas Kelompok belum melalui seleksi
klien. Terapi Aktivitas Kelompok yang sering dilakukan adalah Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi dan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi. Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok penting dilakukan untuk
memandirikan pasien dan menurunkan tanda gejala pasien halusinasi.
Berdasarkan data-data dan dari survei awal di atas penulis tertarik
untuk melakukan Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi: Lima Benar Minum Obat Untuk Memandirikan Pasien
Skizofrenia Dengan Halusinasi di Wisma Harjuna Rumah Sakit Jiwa Prof.
dr. Soerojo Magelang. Penulis mencoba menyeleksi 5 (lima) klien dengan
masalah keperawatan halusinasi yang sudah kooperatif dan sudah
memenuhi kriteria untuk diikutkan dalam kelompok Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Persepsi: Lima Benar Minum Obat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisis Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi: Lima Benar Minum Obat Pada Halusinasi Pendengaran di
Wisma Harjuna Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soerojo Magelang.
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian keperawatan jiwa dengan terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : lima benar minum
obat pada halusinasi pendengaran
b. Memaparkan hasil analisis data keperawatan jiwa dengan terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : lima benar minum
obat pada halusinasi pendengaran
6
c. Memaparkan hasil intervensi keperawatan jiwa dengan terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : lima benar minum
obat pada halusinasi pendengaran
d. Memaparkan hasil implementasi keperawatan jiwa dengan terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : lima benar minum
obat pada halusinasi pendengaran
e. Memaparkan hasil evaluasi keperawatan jiwa dengan terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : lima benar minum
obat pada halusinasi pendengaran
f. Memaparkan hasil analisis inovasi keperawatan jiwa dengan terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : lima benar minum
obat pada halusinasi pendengaran
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaaat keilmuan
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu keperawatan khususnya dalam memberikan terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : lima benar minum obat
untuk memandirikan pasien skizofrenia dengan halusinasi.
2. Manfaat Aplikatif
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat membantu perawat jiwa
dalam penerapan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori :
lima benar minum obat untuk memandirikan pasien skizofrenia dengan
halusinasi
3. Manfaat Metodologi
Sebagai suatu pengalaman bagi peneliti dan pengembangan
informasi serta wawasan terhadap bidang keperawatan khususnya
tentang Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: lima benar
minum obat pada klien halusinasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. (2007), Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta, Salemba
Medika
Issacs, A. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Keliat, B. A. (2006), Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 2, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Keliat, B. A. & Akemat (2010), Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat, B. A. & Akemat (2014), Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok, Edisi 2
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kusumawati, F. 2010. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta, Salemba Medika
Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University
Press.
Notoatmojo, S. (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta
Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2015), Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, Edisi Revisi, Jilid 2, Penerbit Mediaction,
Jogjakarta
Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2015), Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, Edisi Revisi, Jilid 3, Penerbit Mediaction,
Jogjakarta
Rasmun, (2009), Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri terintegrasi dengan keluarga,
Jakarta, CV. Agung Seto
Riyadi, S. & Purwanto, T. (2009), Asuhan Keperawatan Jiwa, Jogjakarta; Graha Ilmu
Setiadi, (2007), Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Jogyakarta, Graha Ilmu
Stuart, G. W., (2007), Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5, Jakarta, Buku Kedokteran
EGC
Yosep, I. ,(2007). Keperawatan Jiwa. Bandung; Refika Aditama
Form: Informed Consent
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapat penjelasan oleh penulis tentang Karya Ilmiah Akhir
dengan judul Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
lima benar minum obat untuk memandirikan pasien skizofrenia dengan
Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soeroyo Magelang, maka dengan ini
menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penulisan Karya Ilmiah
Akhir Ners ini, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Saya akan menjawab
seluruh pertanyaan yang diberikan oleh penulis dengan jujur dan apa adanya
serta akan mengikuti kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
lima benar minum obat sesuai rencana.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebaik-
baiknya.
Magelang, 17 Januari 2017
( Responden )
Format Pengkajian Tanda dan Gejala Halusinasi
No Data Ya Tidak
Data Subyektif :
1. Mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2. Mengatakan mendengar suara yang mengajak bercakap-
cakap.
3. Mengatakan mendengar suara yang menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
4. Mengatakan melihat bayangan, sinar, bentuk geometris,
bentuk kartun, melihat hantu atau monster
5. Mengatakan mencium bau-bauan seperti bau darah, urin,
feses, kadang-kadang bau yang menyenangkan
6. Mengatakan merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7. Mengatakan merasa takut atau senang dengan halusinasinya
8. Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu
saat sedang sendirian
9. Mengatakan mendengar suara yang mengancam diri klien
atau orang lain atau suara lain yang membahayakan.
10. Mengatakan sering mengikuti isi perintah
Data Obyektif :
1. Bicara atau tertawa sendiri
2. Marah-marah tanpa sebab
3. Mengarahkan telinga kearah tertentu
4. Menutup telinga
5. Suka menyendiri
6. Mulut komat kamit
7. Ada gerakan tangan
8. Menunjuk-nunjuk kearah tertentu
9. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI
SESI V: MENGONTROL HALUSINASI DENGAN PATUH
MINUM OBAT
DISUSUN OLEH:
CHASANAH SETYORINI, S.Kep
NIM: A31600880
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2017
A. Topik
TAK stimulasi persepsi kontrol halusinasi dengan patuh minum obat
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi
dalam kelompok secara bertahap
2. Tujuan khusus
a. Klien dapat mengontrol hausinasi dengan cara patuh minum obat,
b. Klien mengetahui pentingnya minum obat
c. Klien mampu mengetahui akibat jika tidak minum obat
d. Klien mengetahui lima benar obat
C. Latar belakang
Program terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu asuhan
keperawatan dengan gangguan jiwa tidak hanya difokuskan pada aspek
psikologis, fisik, dan sosial tetapi juga kognitif. Ada beberapa terapi modalitas
yang dapat diterapkan salah satunya adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi.
Tindakan keperawatan yang ditujukan pada sistem klien, baik secara
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan upaya menyeluruh
dalam menyelesaikan masalah klien. Terapi aktivitas kelompok merupakan
terapi modalitas keperawatan untuk ditujukan pada kelompok klien dengan
masalah yang sama. Terapi aktivitas kelompok yang dikembangkan adalah
sosialisasi, stimulasi persepsi, stimulasi sensori, dan orientasi realita (Keliat,
2014).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien
mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita
klien diantaranya dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asyik
dengan fikirannya sendiri. Salah satu penanganannya yaitu dengan melakukan
Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasi
dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Berdasarkan teori diatas, saya melakukan terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi (halusinasi) dengan harapan klien dapat mengontrol
halusinasinya dan dapat beraktivitas tanpa ada halusinasi yang mengikutinya.
D. Seleksi pasien
1. Kondisi pasien kooperatif
2. Jenis masalah kepearawatan sesuai indikasi TAK, indikasinya yaitu klien
yang mengalami gangguan persepsi sensori halusinasi
3. Jumlah pasien 5 orang
4. Pasien bersedia mengikuti TAK
5. Proses seleksi pasien dilakukan sehari sebelum pelaksanaan
E. Jadwal kegiatan
1. Tempat pelaksanaan TAK
Tempat untuk melaksanakan TAK di Wisma Harjuna lokasinya cukup luas
sehingga mudah untuk melakukan TAK
2. Lama pelaksanaan
TAK akan dilaksanakan selama ± 30 menit
3. Hari / tanggal pelaksanaan
Minggu ke 1, 2, 3 dan 4
F. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
G. Media dan alat
1. Alat peraga (obat)
2. Alat tulis
H. Pengorganisasian
1. Leader :
Tugas
a. Memimpin jalannya TAK
b. Menyusun rencana aktivitas kelompok
c. Memberikan penjelasan tentang peraturan
d. Mengatasi masalah dalam TAK
2. Co leader :
Tugas
Membantu Leader dalam pelaksanaan TAK sesuai dengan tugas dan peran
leader
3. Fasilitator :
Tugas
a. Mengutuhkan kehadiran pasien dalam kelompok TAK
b. Membantu mengatasi masalah yang muncul dalam kelompok TAK
c. Memfasilitasi alat-alat dan membantu dalam proses TAK
4. Observer :
Tugas
a. Mengamati dan mencatat proses TAK
b. Mengidentifikasi isu penting dalam proses TAK
c. Mengidentiikasi strategis kritis yang digunakan leader
d. Memprediksi respon anggota kelompok pada season berikutnya
e. Menyampaikan/melaporkan hasil evaluasi obsevasi
I. Setting tempat
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Skema setting tempat
Keterangan:
: Leader
: Co leader
: Fasilitator
: Observer
: Pasien
J. Program antisipasi
Penatalaksanaan klien yang tidak aktif, direhabilitasi, tidak bersedia mengikuti
TAK, klien yang akan pulang saat TAK
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat diadakannya TAK
2. Jika ada keluarga libatkan untuk memotivasi klien mengikuti TAK
3. Memanggil klien
4. Menanyakan kembali kemauan untuk mengikuti kegiatan
5. Memberi kesempatan pada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat
atau klien yang lain
6. Apabila terdapat pasien yang tidak bersedia mengikuti TAK maka tugas
leader untuk menanganinya
K. Langkah kegiatan TAK
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi: klien yang mengalami gangguan
persepsi sensori halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam:
1) Salam teraupetik: salam dari terapis kepada klien
2) Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini
b. Penjelasan tujuan TAK: menjelaskan kepada pasien tentang tujuan
diadakannya kegiatan tersebut
c. Menjelaskan aturan main:
1) Jika ada peserta yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis
2) Lama kegiatan 30 menit
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
4) Konsentrasi
3. Kerja
a. Terapis menjelaskan tentang pentingnya minum obat, akibat jika tidak
minum obat, aturan dan waktu minum obat, serta menjelaskan macam-
macam obat
b. Kemudian terapis memberikan kesempatan klien untuk bertanya
c. Mendemonstrasikan dengan alat peraga macam-macam obat
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Leader melakukan evaluasi subjektif (perasaan pasien setelah
terapi aktifitas kelompok)
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
1) Leader menganjurkan pasien untuk selalu berfikir realistis
2) Leader menganjurkan pasien untuk patuh minum obat
c. Kontrak yang akan dating
1) Leader menganjurkan membuat kontrak untuk TAK yang akan
dating
2) Menyepakati waktu dan tempat
No Kegiatan Waktu
1.
2.
3.
Pembukaan
- Memberi salam
- Perkenalan
Isi
- Sesi 1: memperkenalkan diri
- Sesi 2: fase kerja
Penutup
- Evaluasi
- Rencana tindak lanjut
- Salam penutup
5 menit
20 menit
5 menit
Jumlah 30 menit
L. Evaluasi dan dokumentasi
1. Evaluasi proses
2. Evaluasi hasil
3. Menggunakan format evaluasi standar
Evaluasi Hasil
No Nama klien Klien dapat mengontrol
halusinasi dengan cara
patuh minum obat
Klien mengetahui
pentingnya minum obat
Klien mampu
mengetahui akibat jika
tidak minum obat
Klien mengetahui
lima benar obat
1. Tn.
2. Tn.
3 Tn.
4 Tn.
5 Tn.
LEMBAR OBSERVASI
No Nama Peserta Keaktifan Keikutsertaan Konsentrasi Disiplin Tanda & gejala
1 DS:
DO:
SPO Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Halusinasi
Sesi V: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
A. Pengertian
SPO Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi
adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait
dengan pengalaman dan/ kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok, dimana hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternative penyelesaian masalah.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi
Halusinasi, Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat adalah
kegiatan terapi yangdilakukan secara berkelompok klien dengan
halusinasi atau klien yang mempunyai riwayat halusinasi oleh seorang
terapis melalui stimulus persepsi terhadap pengalaman mengontrol
halusinasi dengan minum obat.
B. Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya minum obat
2. Klien dapat memahami akibat tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
C. Kebijakan
SK Direktur Utama Nomor HK.02.04/S/III/0365/2015 tentang
Kebijakan Pelayanan Keperawatan RSJ Prof. dr. Soeroyo Magelang
D. Prosedur
1. Persiapan
a. Alat dan bahan
1) Tempat yang aman dan tenang
2) Tempat yang cukup luas dan longgar
3) Alat tulis
4) Form Catatan perkembangan Terintegrasi
5) Form Nursing Order/resep keperawatan
6) Form loogbok SKP Harian
2. Pelaksanaan
Tahap persiapan:
a. Mengumpulkan klien yang pernah dilatih cara control
halusinasi dengan patuh minum obat secara individu.
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapak alat dan tempat pertemuan
Fase orientasi
a. Salam terapetik: salam dari terapis/perawat, perkenalkan nama
dan panggilan,memberikan kesempatan pada klien untuk
memperkenalkan nama masing-masing.
b. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan saat ini, menanyakan
masalah yang dirasakan.
c. Menanyakan TAKSP yang lalu
d. Kontrak: jelaskan tujuan, menjelaskan aturan main (Ingin
meninggalkan kelompok harus ijin, mengikuti kegiatan sampai
selesai, mempersilahakan minum/kencing dulu, lama tak lebih
dari 45 menit).
Tahap kerja
a. Perawat menjelaskan manfaat patuh minum obat yaitu dapat
mencegah kekambuhan, karena obat memberi perasaan tenang
dan memperlambat kambuh.\
b. Menjelaskan kerugian tak patuh minum obat yaitu
mempercepat kambuh dan tak bisa tidur.
c. Perawat minta pasien menyebutkan obat yang diminum dan
waktu minum(catat dan buat daftar)
d. Perawat menjelaskan lima benar cara minum obat: benar obat,
benar waktu minum, benar orang yang minum, benar cara
minumnya dan benar dosisnya.
e. Minta klien menyebutkan lima benar obat, secara bergantian.
f. Berikan pujian atas jawaban klien.
g. Diskusikan perasaan sebelum minum obat.
h. Diskusikan perasaan setelah minum obat
i. Perawat menjelaskan salah satu keuntungan patuh minum obat.
j. Perawat menjelaskan salah satu kerugian patuh minum obat.
k. Perawat minta klien untuk menyebutkan kembali keuntungan
minum obat dan kerugian tak patuh minum obat.
l. Berikan pujian (bagus, dll)
m. Menyimpulkan cara mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat.
Tahap terminasi
a. Evaluasi: tanyakan perasaan klien dan berikan pujian atas
keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut: menganjurkan klien untuk melatih kemampuan
mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat dan
mendiskusikan dengan klien atau perawat lain, membuat
jadwal.
c. Kontrak terapi kelompok yang akan datang: TAK selanjutnya
evaluasi topic, waktu dan tempat yang akan dating.
Pendokumentasian
Mencatat dalam buku laporan TAK dengan membubuhkan tanda
tangan dan nama terang.
JADWAL HARIAN
Nama :
Wisma :
Hari/Tanggal
Waktu Minum Obat M B T
Paraf Perawat
Pagi Sore