penerapan terapi madu pada pasien diabetes …elib.stikesmuhgombong.ac.id/521/1/muhammad bima billy...

38
i PENERAPAN TERAPI MADU PADA PASIEN DIABETES MELLITUS UNTUK MEMPERCEPAT PROSES PENYEMBUHAN LUKA DI WILAYAH PUSKESMAS II GOMBONG Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan NAMA : Muhammad Bima Billy Ardy NIM : A01401924 STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK 2017

Upload: hoangthu

Post on 02-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PENERAPAN TERAPI MADU PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

UNTUK MEMPERCEPAT PROSES PENYEMBUHAN LUKA

DI WILAYAH PUSKESMAS II GOMBONG

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

NAMA : Muhammad Bima Billy Ardy

NIM : A01401924

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2017

ii

iii

iv

v

Program Studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

KTI, Juli 2017

Muhammad Bima Billy Ardy, Fajar Agung Nugroho

ABSTRAK

PENERAPAN TERAPI MADU PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

UNTUK MEMPERCEPAT PROSES PENYEMBUHAN LUKA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS II GOMBONG

Latar Belakang. Pada tahun 2013 penderita Diabetes Mellitus di Indonesia mencapai

8.554.155 orang. Komplikasi yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus

adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota gerak, yaitu timbulnya luka pada

kaki.

Tujuan Penelitian. Menggambarkan ke-efektifan Asuhan Keperawatan dengan

pemberian terapi madu pada penderita Diabetes Mellitus dalam mempercepat proses

penyembuhan luka.

Metode. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan pendekatan studi kasus. Subyek studi kasus ini adalah pada salah satu

keluarga yang mengalami luka diabetik di kaki. Analisis data dan penyajian data yang

digunakan yaitu teks yang bersifat naratif dan tabel distribusi frekuensi.

Hasil. Hasil skor pengkajian dengan DESIGN pasien sebelum dan sesudah diberikan

perawatan luka menggunakan madu termasuk dalam kategori bagus, dengan

kedalaman luka yang bernilai 3 (Lesi sampai lapisan dermis) menjadi bernilai 2 (Lesi

sampai lapisan dermis) dalam jangka waktu pemberian selama 3x24 Jam.

Pembahasan. Pemberian terapi madu dalam perawatan luka dapat mempercepat

proses penyembuhan luka diabetik.

Kesimpulan. Luka diabetic menjadi lebik baik setelah diberikan terapi madu dalam

pemberian perawatan luka untuk mempercepat proses penyembuhan.

Kata Kunci : Penerapan, Diabetes Mellitus, Madu.

v

DIII Study Program of Nursing

Muhammadiyah Gombong Health Sciences College

KTI, July 2017

Muhammad Bima Billy Ardy, Fajar Agung Nugroho

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF HONEY THERAPY IN PASTENT DIABETES

MELLITUS TO ACCELERATE THE HEALING PROCESS IN WORKING

AREAS OF PUSKESMAS II GOMBONG

Background. In 2013 Diabetes Mellitus sufferers in Indonesia reached 8,554,155

people. Complications that often occur in people with Diabetes Mellitus is the

occurrence of pathological changes in the limbs, namely the incidence of leg injuries.

Research purposes. Describing the effectiveness of Nursing Care with the provision

of honey therapy in patients with Diabetes Mellitus in accelerating the process of

wound healing.

Method. The method used in this research is descriptive method with case study

approach. The subject of this case study was in one of the families who suffered

diabetic wounds in the legs. Data analysis and presentation of data used is narrative

text and frequency distribution table.

Results. The results of the assessment scores with the DESIGN of the patients before

and after the wound treatment were administered included in the good category, with

a wounded depth of 3 (Lesions to dermis layer) to be 2 (Lesion to dermis) within

3x24 hours.

Discussion. Provision of honey therapy in wound care can accelerate the process of

healing diabetic wounds.

Conclusion. The diabetic wound becomes better after being given honey treatment in

wound care to speed up the healing process.

Keywords: Application, Diabetes Mellitus, Honey.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini dengan

judul “Penerapan Terapi Madu Pada Pasien Diabetes Mellitus Untuk

Mempercepat Proses Penyembuhan di RSUD Dr. Soedirman Kebumen”.

Tujuan dari penulisan proposal karya tulis ilmiah adalah sebagai salah satu

persyaratan menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan.

Penyelesaian penulisan proposal karya tulis ilmiah ini penulis banyak

mendapatkan bantuan baik materil maupun moril dari berbagai pihak, untuk itu

penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan nikmat sehat kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan lancar.

2. Ibu Herniyatun, M. Kep. Sp. Mat selaku ketua STIKES Muhammadiyah

Gombong.

3. Ibu Nurlaila, S. Kep. Ns M. Kep selaku ketua prodi D III Keperawatan STIKES

Muhammadiyah Gombong dan selaku pembimbing proposal karya tulis ilmiah

yang telah memberikan bimbingan dan saran yang membangun untuk penulis.

4. Bapak Fajar Agung Nugroho, MNS selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah.

5. Seluruh dosen dan staf karyawan Prodi DIII Keperawatan yang telah membantu

kelancaran proses penulisan proposal karya tulis ilmiah.

6. Keluarga tercinta, bapak dan ibu tersayang, serta adikku tersayang yang telah

memberikan doa serta dukungan dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini.

7. Teman-teman seperjuangan Kelas B Program Studi D III Keperawatan STIKES

Muhammadiyah Gombong yang senantiasa selalu memberikan semangat satu

sama lain dalam dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini.

vii

Penulis menyadari bahwa di dalam menyelesaikan proposal karya tulis

ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun untuk kesempurnaan proposal karya tulis ilmiah ini pada

waktu yang akan datang. Harapan penulis semoga proposal karya tulis ilmiah ini

dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya.

Gombong 10 Juni 2017

Penulis

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

HALAMAN ORISINALITAS ................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3

C. Tujuan Studi Kasus ........................................................................................ 3

D. Manfaat Studi Kasus ...................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Penerapan terapi madu pada pasien Diabetes Mellitus untuk mempercepat

proses penyembuhan

A. Pengkajian ................................................................................................ 4

B. Diagnosa ................................................................................................... 11

C. Perencanaan.............................................................................................. 11

D. Pelaksanaan .............................................................................................. 12

E. Evaluasi .................................................................................................... 12

2. Ulkus pada Diabetes Mellitus

A. Pengertian ................................................................................................. 12

B. Etiologi ..................................................................................................... 13

C. Manifestasi Klinis .................................................................................... 13

D. Komplikasi ............................................................................................... 14

E. Penatalaksanaan ....................................................................................... 14

3. Pengertian Madu ............................................................................................ 17

viiii

4. Pengertian Penyembuhan Luka ...................................................................... 19

BAB III METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus .................................................................................. 20

B. Subyek Studi Kasus ....................................................................................... 20

C. Fokus Studi Kasus .......................................................................................... 20

D. Definisi Operasional....................................................................................... 20

E. Instrumen Studi Kasus ................................................................................... 20

F. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 21

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ...................................................................... 22

H. Etika Studi Kasus ........................................................................................... 22

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus ........................................................................................... 23

B. Pembahasan .................................................................................................... 24

C. Keterbatasan Studi Kasus ............................................................................... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan .................................................................................................... 29

2. Saran ............................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA

INFORMED CONSENT

LAMPIRAN

ASUHAN KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI

JURNAL

ixi

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Instrumen Penilaian DESIGN .................................................... 9

2. Gambar 2.2 Instrumen Penilain DESIGN (2) ................................................ 10

3. Gambar 2.3 Komposis Madu ......................................................................... 18

4. Gambar 4.1 Luka Grade II Hari Pertama ....................................................... 25

5. Gambar 4.2 Luka Grade II Hari Keempat ...................................................... 26

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus menurut American Diabetes Association (ADA) adalah

kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa

dalam darah (hiperglikemia) yang terjadi karena gangguan sekresi insulin,

penurunan kerja insulin, atau akibat dari keduanya. Diagnosis Diabetes

Mellitus menurut ADA jika hasil pemeriksaan gula darah : 1) Kadar gula

sewaktu lebih atau sama dengan 200 mg/dl, 2) Kadar gula puasa lebih atau

sama dengan 126 mg/dl, 3) Kadar gula darah lebih atau sama dengan 200

mg/dl pada 2 jam setelah beban glukosa 75 pada tes toleransi glukosa. (ADA,

2011).

Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai dengan kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, disertai

dengan kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, dan menimbulkan

berbagai komplikasi akut dan kronik. Penyakit ini menimbulkan beberapa

komplikasi, komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien Diabetes

Mellitus adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota gerak, yaitu

timbulnya luka pada kaki. Luka yang apabila tidak dirawat dengan baik akan

berkembang menjadi ulkus gangrene (Suyono S, 2007). Jadi Diabetes

Mellitus adalah kelompok penyakit heterogen yang ditandai dengan tingginya

kadar gula dalam darah (hiperglikemia) akibat gangguan sekresi insulin,

penurunan kerja insulin, atau keduanya, dan menimbulkan berbagai

komplikasi akut dan kronik.

Estimasi terbaru dari Federasi Diabetes Internasional tahun 2014 negara

dengan kasus diabetes tertinggi adalah China, yang diperkirakan akan

mencapai 142,7 juta pada 2035 dari 98,4 juta pada saat ini. Namun prevalensi

tertinggi ada di Pasifik Barat, dengan lebih dari sepertiga orang dewasa di

Tokelau, Mikronesia dan Kepulauan Marshall mengidap penyakit tersebut.

2

Populasi penderita Diabetes Mellitus di Indonesia saat ini menduduki

peringkat kelima terbanyak di dunia (WHO, 2013). Berdasarkan data IDF

Diabetes Atlas, pada tahun 2013 penderita Diabetes Mellitus di Indonesia

mencapai 8.554.155 orang. Bahkan angka tersebut semakin naik pada tahun

2014 hingga mencapai 9,1 juta orang. Tahun 2035 jumlah penderita Diabetes

Mellitus diprediksi melonjak hingga ke angka 14,1 juta orang dengan tingkat

prevalensi 6,67 persen untuk populasi orang dewasa (DINKES, 2013).

Luka diabetik sangat mudah menimbulkan komplikasi berupa infeksi

akibat invasi bakteri serta adanya hiperglikemia menjadi tempat yang optimal

untuk pertumbuhan bakteri (Sudoyo AW, 2008). Bakteri yang dapat

menimbulkan infeksi pada luka diabetic adalah bakteri yang menghasilkan

biofilm. Biofilm ini dihasilkan oleh bakteri Staphylococcuc aureus, dan

Pseudomonas aeuroginosa. Adanya biofilm pada dasar luka dapat

menghambat aktivitas fagosisotis neutrofil polimorfonuklear dalam proses

penyembuhan luka (Abidin RK, 2013).

Penanganan luka pada pasien Diabetes Mellitus dapat dilakukan dengan

terapi non-farmakologis. Madu merupakan terapi non-farmakologis yang

biasa diberikan dalam perawatan luka Diabetes Mellitus. Sifat antibakteri dari

madu membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi anti inflamasinya

dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada

proses penyembuhan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru,

sehingga selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut

atau bekas luka pada kulit (Hammad S, 2012).

Penerapan terapi menggunakan madu ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Aden, R (2010) bahwa madu mempunyai kadar

osmolaritas tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan

mempercepat proses penyembuhan luka. Madu menciptakan kelembapan

yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan, hal ini yang menyebabkan bahwa

madu sangat baik diserap oleh kulit. Sebagai agen pengobatan topikal madu

mudah diserap oleh kulit sehingga dapat menyebabkan kelembapan pada kulit

dan memberikan nutrisi yang dibutuhkan untuk kulit (Aden R, 2010). Dengan

3

dilakukan perawatan luka Diabetes Mellitus dengan madu diharapkan angka

kematian dan amputasi pada penderita Diabetes Mellitus dapat menurun, dan

meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik mengambil topik

“Pemberian terapi madu pada penderita luka Diabetes Mellitus untuk

mempercepat proses penyembuhan luka”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah ke-efektifan Asuhan Keperawatan dengan pemberian terapi

madu pada penderita Diabetes Mellitus dalam mempercepat proses

penyembuhan ?

C. Tujuan Studi Kasus

Menggambarkan ke-efektifan Asuhan Keperawatan dengan pemberian

terapi madu pada penderita Diabetes Mellitus dalam mempercepat proses

penyembuhan.

D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini, diharapakan memberikan manfaat bagi :

1. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam merawat luka penderita

Diabetes Mellitus dengan pemberian terapi madu.

2. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

Menambahkan keluasan ilmu dan terapan bidang keperawatan dalam

pemberian terapi madu pada penderita Diabetes Mellitus.

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur

pemberian terapi madu pada Asuhan Keperawatan penderita Diabetes

Mellitus dalam mempercepat proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin RK. Faktor penghambat proses proliferasi luka diabetic foot ulcer pada

pasien diabetes mellitus tipe ii di klinik kitamura Pontianak.

[Tanjungpura]: Keperawatan Universitas Tanjungpura; (2013) [cited 13

Februari 2014].

ADA. (2011). Diagnosis and Clasification of Diabetes Mellitus.

Aden, R. (2010). Manfaat dan Khasiat Madu. Hanggat Kreator : Yogyakarta. 128

hlm.

Andyagreeni. (2010). Tanda Klinis Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: CV. Trans

Info Media.

Askandar. (2009). Hidup Sehat dan Bahagia bersama Diabetes Mellitus. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

DINKES. (2013). IDF Diabetes Atlas.

Dr. Nabyl RA. (2011). Prinsip Pencegahan Diabetes Mellitus. Jakarta : CV. Trans

Info Media

Hammad S. 99 resep sehat dengan madu. Solo: Aqwamedika; (2012).

Hardjito K, Wijayanti LA, Saputri NM., (2012). Senam kegel dan penyembuhan luka

jahitan perineum pada ibu post partum. 2-TRIK : Tunas-Tunas Riset

Kesehatan.

Prodan A, Rusu M, Campean R, Prodan R. (2008). A Java framework for analyzing

and processing wound images for medical education. Proceedings 20th

European Conference on Modelling and Simulation (ECMS).

Sanada, Kuniko. (2008). Why Not Try Growing Bonsai. Nipponia

Setyarini EA, Barus LS, Dwitari A., (2013). Perbedaan alat ganti verband antara

dressing set dan dressing trolley terhadap resiko infeksi nosokomial

dalam perawatan luka. Jurna Kesehatan STIkes Santo Borromeus.

Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Soegondo. (2009). Pengaturan Pola Hidup Penderita Diabetes Mellitus untuk

Mencegah Komplikasi Kerusakan Oragn-Organ Tubuh.

Subekti. (2010). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit dan Komplikasi

Pada Penderita Diabetes Mellitus Dengan Tindakan Mengontrol Kadar

Gula Darah di Wilayah Kerja Puskesmas I Gatak Sukoharjo. Berita Ilmu

Keperawatan ISSN.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S. Buku ajar ilmu

penyakit dalam. Jilid III. Edisi 4. Jakarta: FK Universitas Indonesia;

2008.

Suyono S. Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Edisi 4. Jakarta: FK

Universitas Indonesia; 2007.

WHO. (2013). Jumlah penderita Diabetes Mellitus.

SURAT PERSETUJUAN/PENOLAKAN MEDIS KHUSUS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin(L/P) :

Umur/Tgl Lahir :

Alamat :

Telepon :

Menyatakan dengan sesungguhnya dari :

saya sendiri/*sebagaiorangtua/*suami/*istri/*anak/*wali dari:

Nama :

Jenis Kelamin(L/P) :

Umur/Tgl Lahir :

Alamat :

Telp :

Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan Tindakan Medis

berupa…………………………………………………………………………….

Dari penjelasan yang diberikan, telah saya mengerti segala hal yang berhubungan

dengan penyakit tersebut, serta tindakan medis yang akan dilakukan dan

kemungkinana pasca tindakan yang dapat terjadi sesuai penjelasan yang diberikan.

Kebumen,…………………2017

Perawat/Pelaksana, Yang membuat pernyataan,

Ttd Ttd

(……………………) (…………………………..)

*Coret yang tidak perlu

LAMPIRAN

SOP (Standart Operasional Prosedure) Perawatan Luka

1. Pengertian

Penggantian/mengganti balutan untuk membantu dalam proses penyembuhan

luka.

2. Tujuan

- Menghilangkan sekresi yang menumpuk & jaringan mati pada luka insisi.

- Mempermudah proses penyembuhan luka.

- Mengurangi pertumbuhan mikroorganisme terhadap luka/insisi.

3. Pengkajian

- Mengkaji program/intruksi medik mengenai prosedur rawat luka, tipe

balutan, dan frekuensi ganti balut.

- Mengkaji tipe dan lokasi luka/insisi.

- Mengkaji tingakt nyeri klien dan kapan terakhir kali mendapat obat

penghilang nyeri.

- Mengkaji riwayat alergi pada obat atau plester.

4. Intervensi

A. Persiapan Alat :

1. Set ganti balut steril (pinset cirugis, pinset anatomis, kasa, dan lidi

kapas).

2. Kasa steril tambahan atau bantalan penutup (bila dibutuhkan).

3. Handuk.

4. Handscoen bersih dan handscoen steril.

5. Kapas bulat.

6. Lidi kapas steril.

7. Bethadine.

8. Korentang steril.

9. Alkohol 70%.

10. Bengkok.

11. Bak Instrumen.

12. Perlak/pengalas.

13. Kantong plastic tempat sampah

B. Persiapan Pasien

- Menjelaskan kepada klien beserta keluarga mengenai tujuan dan

prosedur tindakan yang akan segera dilakukan.

- Menjamin atas pemenuhan kebutuhan privacy klien.

- Mengatur ketinggian tempat tidur untuk memudahkan tindakan yang

akan dilakukan.

C. Implementasi

1. Mencuci tangan.

2. Menyiapkan dan mendekatkan alat.

3. Membuka set ganti balut.

4. Menggunakan handsoen bersih.

5. Meletakan handuk menutup bagian tubuh privasi klien yang terbuka.

6. Meletakan perlak dibawah luka.

7. Mengatur posisi yang nyaman dan tepat untuk perawatan luka.

8. Membuka plester searah tumbuhnya rambut dan membuka balutan

dengan hati-hati, masukan balutan kotor kedalam kantong plastic yang

telah disediakan.

9. Membuka hanscoen bersih dan mengganti dengan handscoen steril.

10. Membuka sekitar luka dengan alcohol swab.

11. Membersihkan dari arah atas kebawah disetiap sisi luka dengan arah

keluar menjauh dari luka (1 alkohol swab untuk 1 kali usapan).

12. Membersihkan sisi sebelah luka dari bagian atas kebawah diikuti sisi

sebelahnya dengan arah usapan menjauhi dari area lokasi luka (1

alkohol swab untuk 1 kali usapan).

13. Mengolesi luka dengan bethadine mulai sejak dari tengah luka.

14. Menutup luka dengan kasa steril, dan lakukan fiksasi dengan plester

pada area pinggiran kasa pembalut.

15. Menuliskan tanggal dan waktu mengganti balutan pada plester dan

tempelkan pada balutan.

16. Merapihkan klien dan membereskan alat-alat.

17. Melepaskan handscoen dan mencuci tangan.

D. Evaluasi

- Mengevalusi respon serta toleransi klien selama, dan sesudah prosedur.

- Mengevaluasi kebutuhan frekuensi ganti balut.

- Mengevaluasi adanya tanda-tanda alergi terhadap plester.

- Mengevaluasi adanya tanda-tanda infeksi dan adanya cairan luka juga

karakteristiknya.

E. Dokumentasi

- Mencatat lokasi, tipe luka dan kondisi luka insisi.

- Mencatat kondisi luka sebelumnya.

- Mencatat cairan atau obat yang digunakan untuk merawat luka.

- Mencatat respon serta toleransi klien selama, dan setelah prosedur.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. S DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN ULKUS DIABETES MELITUS DI DESA KLOPOGODO

RT02 RW06 KECAMATAN GOMBONG KABUPATEN GOMBONG

A. DATA UMUM

1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. S (65 Tahun)

2. Alamat : Klopogodo RT02 RW06

3. Pekerjaan Kepala Keluarga : Buruh

4. Pendidikan Kepala keluarga : SMA

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

No Nama Umur JK Hub. Dengan KK Pekerjaan Pendidikan

1 Ny. S 57 Thn P Istri - SD

5. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Klien

: Tinggal serumah

6. Tipe Keluarga

Keluarga Tn. S termasuk keluarga inti yaitu keluarga yang dalam satu

rumah hanya ada ayah, ibu, anak, yaitu Tn. S (KK), Ny. S (Istri), Sdr I

(Anak).

7. Suku Bangsa

Keluarga Tn. S bersuku bangsa Jawa, Indonesia, menggunakan bahasa

Indonesia.

8. Agama

Keluarga Tn. S semua beragama Islam dan taat menjalankan ibadah.

9. Status Sosial, Ekonomi Keluarga

Keluarga Tn . S mengatakan sekarang ini tidak memiliki penghasilan

karena Tn. S hanya berkerja sebagai buruh dan Ny. S tidak bisa kemana-

mana karena penyakit yang dialaminya.

10. Aktivitas Rekreasi Keluarga

Keluarga Tn. S mengatakan tidak pernah pergi berwisata karena penyakit

yang dialami Ny. S dan tidak ada waktu untuk pergi.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Saat ini keluarga Tn. S sudah mencapai tahap perkembangan keluarga

dewasa dengan anak satu-satunya yang belum menikah berusia 37 tahun,

serta belum mempunyai pekerjaan.

Tugas perkembangan saat ini adalah :

a. Membantu orang tua memasuki masa tua

b. Membantu anak untuk mandiri dan sosialisasi di masyarakat

c. Penataan kembali peran dan tugas serta kegiatan rumah tangga

2. Riwayat Keluarga Inti

Dalam keluarga Tn. S hanya Ny. S yang pernah dirawat di Rumah Sakit

karena mempunyai penyakit DM dan terdapat Ulkus di kakinya. Ny. S

mengatakan kakinya bengkak sudah 2 bulan yang lalu, sejak kaki Ny. S

terdapat Ulkus dan bau, klien tidak pernah keluar rumah untuk

bersosialisasi karena malu diejek oleh temanya, klien mengeluh aktivitas

sehari-hari terganggu.

3. Riwayat Keluarga Sebelumnya

Dalam keluarga Tn. S, hanya Ny. S yang mengalami penyakit menurun

DM dan Hipertensi, dari keluarga Tn. S tidak ada yang mempunyai

riwayat penyakit menular dan menurun seperti TBC, HIV, DM,

Hipertensi, Hepatitis dll.

C. PENGKAJIAN LINGKUNGAN

1. Karakteristik

Kamar

Mandi

Dapur

Kamar

Tidur

Ruang

Keluarga

Kamar

Tidur

Ruang Tamu

Teras

Rumah Tn. S merupakan jenis rumah permanen ukuran 3x5m, milik pribadi yang

terdiri dari teras, kamar tidur dua, ruang keluarga, ruang tamu, kamar mandi dan

dapur, atap rumah menggunakan genteng, lantai dengan keramik, sudah memiliki

kamar mandi yang sumber airnya dari sumur, lantai sedikit kotor dan ruang tamu

sedikit berantakan.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Sekitar lingkungan rumah Tn. S sebagian besar merupakan sekelompok

social, antar rumah berjarak dekat, dan ada kegiatan setiap tanggal 16.

3. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Tn. S merupakan penghuni baru di desa klopogodo sejak 5 tahun

yang lalu, sebelumnya keluarga Tn. S tinggal di Jakarta, kendaraan yang

digunakan sehari-hari angkutan umum.

4. Sistem pendukung keluarga

Keluarga Tn. S sehat semua kecuali Ny. S yang mengalami DM sejak 6

bulan yang lalu dan belum kunjung sembuh, keluarga Tn. S sudah

mempunyai BPJS namun belum diambil.

D. STRUKTUR KELUARGA

1. Pola komunikasi keluarga

Bahasa yang digunakan sehari-hari bahasa Indonesia dan bahasa jawa,

pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terbuka.

2. Struktur kekuatan keluarga

Ny. S mengatakan kalau ada masalah diselesaikan dengan musyawarah

dan keputusan sepihak.

3. Struktur peran

Keluarga Tn. S sudah berperan dengan semestinya, Tn. S bekerja mencari

nafkah dan Ny. S dirumah menjadi ibu rumah tangga.

4. Nilai dan norma keluarga

Keluarga Tn. S tidak ada kepercayaan dengan tradisi-tradisi yang ada di

masyarakat.

E. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Afektif

Keluarga Tn. S saling mendukung dan menerima sehingga terjalin

keluarga yang bahagia.

2. Fungsi Sosial

Keluarga Tn. S dalam bersosial dapat bersosialisasi dengan baik, Ny. S

mengatakan ingin mengaji di masjid dan mengikuti kerja bakti mingguan.

3. Fungsi Perawatan

a. Kemampuan keluarga mengenali masalah

Keluarga Tn. S sudah mengetahui penyakit DM sejak 11 tahun yang

lalu, namun masih belum mengerti tentang penyebab, gejala, dan

pencegahanya.

b. Kemampuan keluarga merawat keluarga yang sakit

Ny. S sudah mengetahui cara merawat Ulkus DMnya dengan

menggunakan air hangat dan dioleskan minyak ditepi luka, dan

meminum obat herbal.

c. Kemampuan keluarga mengambil keputusan

Keluarga Ny. S langsung membawa ke rumah sakit saat pertama kali

Ny. S mengalami Ulkus DM.

d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat

Keluarga Tn. S sudah mampu memelihara lingkungan yang sehat

seperti membersihkan ruangan dan teras.

e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

Keluarga Tn. S sudah mempunyai BPJS.

4. Fungsi Reproduksi

Jumlah anak dari Tn. S dan Ny. S adalah 1, Ny. S tidak menggunakan KB

suntik, Ny. S mengatakan tidak ingin mempunyai anak lagi.

5. Fungsi Ekonomi

Keluarga Tn. S mengatakan belum merasa cukup dengan ekonomi

sekarang, kebutuhan kadang tidak tercukupi.

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA

1. Stressor jangkan pendek dan panjang

a. Stressor jangka pendek

Tiap bulan harus membayar tagihan listrik yang jumlahnya tidak

sedikit

b. Stressor jangka panjang

Biaya kehidupan yang semakin maju dan mahal.

2. Kemampuan keluarga berperan terhadap stressor

Keluarga Tn. S mengatakan cemas dan khawatir menghadapi masalah

ekonomi keluarga, dan hanya bisa berdoa.

3. Strategi koping yang digunakan

Keluarga Tn. S mengatakan menghadapi masalah dengan bersama.

G. HARAPAN KELUARGA

Harapan keluarga Tn. S adalah penyakit Ny. S segera sembuh dan masalah

ekonomi keluarga mampu tercukupi, anakya mendapat pekerjaan yang tetap.

H. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik Tn. S Ny. S Sdr. I

Keadaan Umum Composmentis Composmentis Composmentis

TTV :

- TD

- Nadi

- RR

- Berat Badan

- GDS

- 120/100

- 85 x/m

- 16 x/m

- 60 Kg

-

- 170/100

- 88 x/m

- 19 x/m

- 55 Kg

- 230 mg/dL

- 120/90

- 90 x/m

- 18 x/m

- 70 Kg

-

Kepala Mesochepal, tidak

ada lesi, rambut

hitam beruban

Mesochepal, tidak

ada lesi, rambut

hitam beruban

Mesochepal, tidak

ada lesi, rambut

hitam beruban

Mata Simetris,

Konjuntiva anemis

Simetris,

Konjuntiva anemis,

mengalami

gangguan

penglihatan jarak

jauh

Simetris,

Konjuntiva

anemis

Leher Simetris, tidak ada

pembesaran

kelenjar thyroid

Simetris, tidak ada

pembesaran

kelenjar thyroid

Simetris, tidak

ada pembesaran

kelenjar thyroid

Telinga Simetris,

pendengaran

normal

Simetris,

pendengaran

normal

Simetris,

pendengaran

normal

Mulut Tidak ada

stomatitis, gigi

utuh

Tidak ada

stomatitis, gigi

ompong satu

Tidak ada

stomatitis, gigi

utuh

Hidung Simetris, tidak ada

sekret

Simetris, tidak ada

sekret

Simetris, tidak

ada sekret

Paru-Paru I : Simetris, tidak

ada lesi

P : Pengembangan

paru kanan dan kiri

sama

P : Sonor

A : Vesikuler

I : Simetris, tidak

ada lesi

P : Pengembangan

paru kanan dan kiri

sama

P : Sonor

A : Vesikuler

I : Simetris, tidak

ada lesi

P :

Pengembangan

paru kanan dan

kiri sama

P : Sonor

A : Vesikuler

Jantung I : Tidak terdapat

palpitasi

P : Ictus Cordis

teraba di ICS 4-5

P : Pekak

A : -

I : Tidak terdapat

palpitasi

P : Ictus Cordis

teraba di ICS 4-5

P : Pekak

A : -

I : Tidak terdapat

palpitasi

P : Ictus Cordis

teraba di ICS 4-5

P : Pekak

A : -

Abdomen I : Tidak Asites

A : Peristaltik 18

x/m

P : Tidak ada nyeri

tekan

P : Thympani

I : Tidak Asites

A : Peristaltik 20

x/m

P : Tidak ada nyeri

tekan

P : Thympani

I : Tidak Asites

A : Peristaltik 19

x/m

P : Tidak ada

nyeri tekan

P : Thympani

Ekstremitas atas dan

bawah

Anggota gerak

lengkap, kekuatan

otot atas (5,5),

kekuatan otot

bawah (5,5)

Anggota gerak

lengkap, kekuatan

otot atas (5,5),

kekuatan otot

bawah (5,5),

terdapat luka Ulkus

dikaki kiri & kanan

Anggota gerak

lengkap, kekuatan

otot atas (5,5),

kekuatan otot

bawah (5,5)

I. ANALISA DATA

Data Fokus Diagnosa Keperawatan

DS :

- Ny. S mengatakan kaki kanan dan

kirinya bengkak dan luka sejak 2

bulan yang lalu

- Ny. S mengatakan bau busuk sudah

berkurang

DO :

- Kaki kanan dan kiri terdapat luka

Ulkus DM

- GDS : 230 mg/dL

- Pengkuruan DESIGN

D : 3 I : 1 P : 1

E : 3 G : 5

S : 2 N : 0

Gangguan Integritas Jaringan

DS :

- Ny. S mengatakan sudah mengenal

penyakit DM sejak 11 tahun yang

lalu, namun belum mengtahui

Kurang Pengetahuan Tentang

Penyakit

penyebab, gejala, dapat cara

pencegahanya

- Ny. S mengatakan merawat lukanya

dengan air hangat dan di oleskan

minyak di tepi luka

DO :

- Ny. S sering menanyakan cara

menurunkan gula darah

- Ny. S bingung saat ditanya penyebab,

gejala, dan cara pencegahan penyakit

DM

Skala untuk menentukan prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan Intgritas Jaringan

No Kriteria Bobot Hasil

1

2

3

Sifat masalah

Skala : Tidak/Kurang sehat/aktual

Ancaman kesehatan/resiko

Keadaan sejahtera/potensial

Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala : Mudah

Sebagian

Tidak dapat

Potensial masalah untuk dicegah/diubah

Skala : Tinggi

3

2

1

2

1

0

3

1

2

1

3/3 x 1 = 1

½ x 2 = 1

1/3 x 1 =

1/3

4

Sedang

Rendah

Menjadinya masalah

Skala : Masalah berat, harus segera ditangani

Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani

Masalah tidak dirasakan

2

1

2

1

0

1

2/2 x 1 = 1

3 1/3

2. Kurang Pengetahuan Tentang Penyakit

No Kriteria Bobot Hasil

1

2

3

4

Sifat masalah

Skala : Tidak/Kurang sehat/aktual

Ancaman kesehatan/resiko

Keadaan sejahtera/potensial

Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala : Mudah

Sebagian

Tidak dapat

Potensial masalah untuk dicegah/diubah

Skala : Tinggi

Sedang

Rendah

Menjadinya masalah

Skala : Masalah berat, harus segera ditangani

Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani

3

2

1

2

1

0

3

2

1

2

1

1

2

1

1

1/3 x 1 =

1/3

2/2 x 2 = 2

2/3 x 1 =

2/3

0/2 x 1 = 0

Masalah tidak dirasakan 0

3

J. INTERVENSI

No Dx NOC NIC

1 Kerusakan

Integriras

Jaringan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 Jam

diharapkan masalah Kerusakaan

Jaringan Integritas dapat teratasi

dengan kriteria hasil :

Pengukuran DESIGN :

Depth = 1

Exudate = 1

Size = 1

Infection = 0

Granulasi = 5

Nekrotik = 0

Pocket = 1

1. Lakukan pengkajian

luka dengan metode

DESIGN

2. Minta persetujuan

diberikanya perawatan

luka menggunakan

terapi madu

3. Berikan perawatan luka

dengan menggunakan

terapi madu

4. Monitor luka dengan

metode DESIGN

K. IMPLEMENTASI

No Implementasi Evaluasi

1 1. Melakukan pengkajian luka

dengan metode DESIGN

2. Meminta persetujuan

diberikanya perawatan luka

menggunakan terapi madu

3. Memberikan perawatan luka

DS :

- Klien mengatakan setuju

diberikan perawatan luka

dengan menggunakan terapi

madu

- Klien mengatakan merasa

dengan menggunakan terapi

madu

4. Memonitor luka dengan metode

DESIGN

lebih nyaman setelah

dilakukan perawatan luka

DO :

- Pengukuran DESIGN

D : 3 I : 1 P : 1

E : 3 G : 5

S : 2 N : 0

- Terdapat luka dikaki kanan

dan kiri klien

2 1. Memberikan perawatan luka

dengan menggunakan terapi

madu

2. Memonitor luka dengan metode

DESIGN

DS : Klien mengatakan luka terasa

lebih nyaman setelah diberikan

perawatan luka

DO :

- Pengukuran DESIGN

D : 2 I : 0 P : 1

E : 2 G : 5

S : 2 N : 0

3 1. Memberikan perawatan luka

dengan menggunakan terapi

madu

2. Memonitor luka dengan metode

DESIGN

DS : Klien mengatakan luka terasa

lebih nyaman setelah diberikan

perawatan luka

DO :

- Pengukuran DESIGN

D : 2 I : 0 P : 1

E : 1 G : 5

S : 2 N : 0

L. EVALUASI

No SOAP

1 S :

- Klien mengatakan merasa lebih nyaman setelah diberikan perawatan

luka menggunakan terapi madu

- Klien mengatakan setuju diberikan perawatan luka dengan

menggunakan terapi madu

O : Pengukuran DESIGN

D : 2 I : 1 P : 1

E : 2 G : 5

S : 2 N : 0

A : Masalah belum kerusakan integritas jaringan belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi nomor 3 dan 4

2 S : Klien mengatakan merasa lebih nyaman setelah diberikan perawatan luka

menggunakan terapi madu

O : Pengukuran DESIGN

D : 2 I : 0 P : 1

E : 2 G : 5

S : 2 N : 0

A : Masalah kerusakan integritas jaringan belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi nomor 3 dan 4

3 S : Klien mengatakan merasa lebih nyaman setelah diberikan perawatan luka

menggunakan terapi madu

O : Pengukuran DESIGN

D : 2 I : 0 P : 1

E : 1 G : 5

S : 2 N : 0

A : Masalah kerusakan integritas jaringan teratasi sebagian

P : Hentikan intervensi