pengalaman ibu pekerja yang tidak memberikan asi...
TRANSCRIPT
i
PENGALAMAN IBU PEKERJA YANG TIDAK
MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA
ANAK DI MOJOSONGO
SURAKARTA
Disusun Oleh :
UTARI
S.11045
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
PENGALAMAN IBU PEKERJA YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF
PADA ANAK DI MOJOSONGO SURAKARTA
Oleh:
Utari
NIM. S11045
Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji pada tanggal 5 Agustus 2015
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
Happy Indri Hapsari, S.Kep.,Ns.,M.Kep Ika Subekti Wulandari S.Kep.,Ns.M.Kep
NIK. 201284113 NIK. 201108998
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Utari
NIM : S1 1045
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (Sarjana), baik di STIkes Kusuma Husada Surakarta maupun di
perguruan tinggi lain.
2) Skripsi adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim
Penguji.
3) Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.
Surakarta, 11 Agustus 2015
Yang membuat pernyataan,
Utari
NIM. S11045
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah mencurahkan rahmat dan hidayah Nya. Pada akhirnya penulis mampu
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengalaman ibu pekerja yang tidak
memberikan ASI Eksklusif pada anak di mojosongo”. Proposal penelitian ini disusun
sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh mata ajar skripsi di Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam penulisan skripsi ini,
penulis telah banyak mendapat bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat
membangun dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta
2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns, M.Kep, selaku ketua program Studi S1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Happy Indri Hapsari, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku pembimbing utama yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses pembuatan skripsi.
4. Ibu Yuana Dwi Anggraini S.Kep., Ns. selaku pembimbing pendamping yang
telah meberikan bimbingan, masukan dan saran dalam proses penyusunan
skripsi.
5. Ibu Ika subekti S.Kep., Ns, M.Kep,. selaku pembimbing kedua peneliti yang
selalu mengajari dan membenarkan apa yang salah dari peneliti selama
pembuatan hasil skripsi.
6. Rektorat STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan izin
penelitian
7. Untuk para partisipan yang telah bersedia memberikan informasi dan
pengalamanya tentang ASI hingga peneliti dapat meyelesaikan tugas akhir
dengan lancar.
v
8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun material
dalam penyusunan proposal ini, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu
persatu.
Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan
mandapat balasan yang lebih baik. Pada akhirnya penulis bersyukur pada Allah
SWT semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada banyak pihak dan tidak lupa
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Surakarta, 3 agustus 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN............................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ....................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
ABSTRAK .................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 5
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 6
BAB II TINJAUN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori ...................................................................... 7
2.1.1 ASI Eksklusif .......................................................... 7
2.1.2 Manfaat ASI Eksklusif ............................................. 10
2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
Eksklusif ................................................................... 11
vii
2.1.4 Ibu pekerja ............................................................... 13
2.1.5 Dampak tidak diberikan ASI Eksklusif .................... 14
2.2 Kerangka teori .................................................................... 16
2.3 Fokus peneltian ................................................................... 17
2.4 Keaslian Penelitian .............................................................. 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................... 20
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 20
3.3 Populasi dan sampel ............................................................. 20
3.4 Instrumen dan prosedur pengumpulan data ........................ 21
3.5 Analisa data ......................................................................... 24
3.6 Keabsahan data .................................................................... 25
3.7 Etika Penelitian .................................................................... 26
BAB1V HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik partisipan......................................................... 31
4.2 Hasil penelitian .................................................................... 32
4.3 Stematika .............................................................................. 45
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Mengidentifikasifaktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
tidak Eksklusif ....................................................................... 48
5.1.1 Dukungan Eksternal ............................................................. 48
5.1.2 Tanggung jawab terhadap pekerjaan ................................... 51
5.1.3 Keterbatasan sarana dan prasarana ...................................... 52
viii
5.2 Untuk mengidentifikasi perasaan ibu saat tidak bisa
memberikan ASI secara eksklusif ......................................... 56
5.2.1 Ketidakberdayaan ibu dalam memberikn ASI eksklusif ..... 56
5.3 Untuk mengidentifikasi fasilitas tempat kerja yang mendukung
pemberian ASI eksklusif ..................................................... 57
5.3.1 Harapan ibu terhadap fasilitas pmberian ASI Eksklusif ...... 57
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ............................................................................. 59
6.2 Saran ....................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
2.1 Keaslian Penelitian 17
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori 16
4.1 Struktur dukungan Eksternal 35
4.2 Struktur tanggung jawab pekerjaan 37
4.3 Struktur keterbatasan sarana dan prasarana 39
4.4 Struktur Ketidakberdayaan ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif 42
4.5 Struktur harapan ibu terhadap fasilitas
pemberian ASI Eksklusif 44
4.6 Stematika 45
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Lampiran
1 F 01 usulan topik penelitian
2 F 02 Pengajuan Persetujuan Judul
3 F 04 Pengajuan ijin studi pendahuluan
4 Surat balasan ijin studi pendahuluan
5 Lembar Oponen
6 Lembar audeince
7 Jadwal penelitian
8 Pengajuan Ijin Penelitian
9 Surat balasan ijin penelitian
10 Penjelasan penelitian
11 Infom consen
12 Pedoman wawancara
13 Analisa data
14 Transkip wawancara
15 Lembar konsultasi
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Utari
Pengalaman Ibu Pekerja Yang Tidak Memberikan ASI Eksklusif Pada Anak
Di Mojosongo Surakarta
ABSTRACK
Air Susu Ibu (ASI) memberikan zat-zat kekebalan yang belum dapat
dibuat oleh bayi tersebut, sehingga bayi yang minum Air Susu Ibu (ASI) lebih
jarang sakit, terutama pada awal dari kehidupannya. Ibu yang bekerja cenderung
menjadi penyebab kegagalan untuk memberikan ASI eksklusif. Tujuan penelitian
ini mendeskripsikan tentang pengalaman ibu pekerja yang tidak memberikan ASI
eksklusif pada anak.
Jenis penelitian adalah kualitif studi fenomenologi dengan pendekatan
deskriptif, pengambilan partisipan digunakan purposive sampling partisipan
berjumlah 7 orang, kriteria insklusi ibu-ibu yang gagal memberikan ASI secara
eksklusif dan mempunyai anak dibawah 2 tahun, diwilayah Mojosongo Surakarta.
Penelitian dilakukan dengan metode indept interview. Uji validitas dengan cara
tringulasi sumber, menggunakan analisis colaizzi.
Hasil penelitian ini didapatkan lima tema : (a) dukungan eksternal, (b)
tanggung jawab pekerjaan, (c) keterbatasan sarana dan prasarana. Perasaan ibu :
(d) ketidakberdayaan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. fasilitas : (e) harapan
ibu terhadap fasilitas pembelian ASI eksklusif. Tidak adanya fasilitas dari tempat
kerja kendala bagi ibu untuk bisa memerah ASI dan memberikannya pada anak.
Kata Kunci : ASI, Pengalaman, Tidak Ekslusif
Daftar Pustakan : 59 (2000 – 2015)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum
dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Air Susu Ibu (ASI)
memberikan zat-zat kekebalan yang belum dapat dibuat oleh bayi tersebut,
sehingga bayi yang minum Air Susu Ibu (ASI) lebih jarang sakit, terutama
pada awal dari kehidupannya. Komponen zat anti infeksi yang banyak
dalam ASI akan melindungi bayi dari berbagai macam infeksi, baik yang
disebabkan oleh bakteri, virus, dan antigen lainnya (Suratmaja, 2013).
Praktek pemberian ASI di negara berkembang telah berhasil
menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi per tahun dari kematian dan kesakitan.
Berdasarkan data tersebut WHO merekomendasikan untuk pemberian ASI
eksklusif sampai bayi usia 6 bulan. Setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi
di Indonesia dan 1,3 juta bayi di dunia dapat diselamatkan dari kematian
dengan pemberian ASI eksklusif (Kiki Anggrita, 2013).
Pada tanggal 1 Maret 2012 pemerintah mengeluarkan peraturan
pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Eksklusif yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Peraturan ini mengacu pada ketentuan pasal 129 ayat (2) UU Nomor 36
Tahun 2009 tentang kesehatan. Dalam rangka melindungi, mendukung, dan
mempromosikan pemberian ASI eksklusif perlu dilakukan upaya untuk
2
meningkatkan dukungan dari pemerintah, pemerintah daerah, fasilitas
pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan, masyarakat serta keluarga agar
ibu dapat memberikan ASI eksklusif pada bayi.
Pada PeraturanPemerintah Nomor 33 Tahun 2012Pasal 30 ayat (1)
berbunyi Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum
harus mendukung program ASI Eksklusif, ayat (2) berbunyi Ketentuan
mengenaidukungan program ASI Eksklusif di tempat Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuaidengan peraturan perusahaan
antara pengusaha dan pekerja dan buruh, atau melaluiperjanjian kerja
bersama antara serikat pekerja atau serikat buruh dengan pengusaha, ayat
(3) berbunyi Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana
umum harus menyediakan fasilitas khusus untuk menyusuidan/atau
memerah ASI sesuaidengan kondisikemampuan perusahaan, ayat (4)
berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenaitata cara penyediaan fasilitas
khusus menyusuidan atau memerah ASI sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pada pasal 34 berbunyi Pengurus Tempat Kerja wajib memberikan
kesempatan kepada ibu yang bekerja untuk memberikan ASI Eksklusif
kepada bayiatau memerah ASI selama waktu kerja ditempat kerja (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33, 2012).
Cakupan ASI eksklusif di Indonesia juga belum mencapai angka yang
diharapkan yaitu sebesar 80%. Data dari badan penelitian dan
3
pengembangan kesehatan 2010 menunjukkan bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif di Indonesia hanya 15,3%(Riskesdas, 2013).
Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2010, menyebutkan angka
pemberian ASI Eksklusif sebesar 28,08% terjadi sedikit peningkatan bila
dibanding tahun 2009 sebesar 27,49%. Namun, angka ini dirasakan sangat
rendah bila dibanding target pencapaian ASI eksklusif tahun 2007 sebesar
65% dan target tahun 2010 sebesar 80%.
Banyak faktor yang berhubungan dengan praktek menyusui eksklusif,
diataranya adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu akan
pentingnya pemberian ASI secara eksklusif, pelayanan kesehatan dan
petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung program
Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI), gencarnya promosi susu
formula, rasa percaya diri ibu yang masih kurang, tingkat pendidikan ibu,
dukungan suami dan rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI bagi
bayi dan ibu.
Ibu yang bekerja cenderung menjadi penyebab kegagalan untuk
memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Air Tawar Kota
Padang, Sumatera Barat. Hasil penelitian di beberapa daerah di Indonesia
menunjukkan pemberian ASI eksklusif pada ibu pekerja belum tepat. Di
Purwokerto Jawa Tengah, dalam penelitian pada karyawan di perguruan
tinggi negeri menunjukkan persentase pemberian ASI eksklusif hanya
mencapai 21%. Sebagian besar kegagalan disebabkan oleh sikap ibu
4
terhadap pemberian ASI eksklusif dan peraturan ditempat kerja (Inayah,
2012).
Dukungan keluarga, terutama suami dapat menentukan keberhasilan
atau kegagalan menyusui, sebab dukungan suami akan menimbulkan rasa
nyaman pada ibu sehingga akan mempengaruhi produksi ASI serta
meningkatkan semangat dan rasa nyaman dalam menyusui (Adiningsih,
2004). dalam kenyataan, masih banyak suami yang berpendapat bahwa
menyusui adalah urusan ibu dengan bayinya, sehingga kurang peduli
(Sartono, 2012).
World Health Organization (WHO) merekomendasikan masa cuti
setidaknya 16 minggu (WHO, 2010). Sedangkan di Indonesia menurut UU
nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakejaan masa cuti setelah melahirkan
hanya 1,5 bulan jauh lebih singkat dibandingkan dengan rekomendasi WHO
(WHO, 2012).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukaan peneliti di
Mojosongo Surakarta yang didapatkan ditempat-tempat kerja sebagian besar
pegawai adalah wanita dan memiliki anak masing-masing 1-2 anak dan para
pegawai pun bekerja dalam sehari mencapai delapan jam perhari. dan hasil
wawancara dengan 3 karyawan didapatkan bahwa mereka tidak bisa
memberikan ASI secara eksklusif dikarenakan pekerjaan, waktu istirahat
yang singkat juga menjadi kendala ibu untuk bisa memberikan ASI
eksklusif pada anak. hasil observasi yang dilakukan tidak terdapat fasilitas
seperti ruangan khusus untuk bisa memerah ASI dan tempat penyimpanan
5
ASI secara memadai. UntukBerdasarkan presentase rendahya pemberian
ASI eksklusif maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Pengalaman Ibu Pekerja Yang Tidak Memberikan ASI eksklusif
pada Anak di mojosongo surakarta”.
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah
pengalaman ibu pekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada anak di
Mojosongo Surakarta?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mendeskripsikan pengalaman ibu pekerja yang tidak
memberikan ASI eksklusif pada anak di Mojosongo Surakarta.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasifaktor-faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI tidak eksklusif pada anak.
2. Untuk mengidentifikasi perasaan ibu saat tidak bisa memberikan
ASI secara eksklusif pada anak.
3. Untuk mengidentifikasi fasilitas tempat kerja yang mendukung
pemberian ASI eksklusif pada anak.
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan agar menyediakan
tempat kerja menyediakan fasilitas untuk para ibu menyusui seperti
pada PeraturanPemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Pasal 30, dan
memotivasi serta mendukung para ibu pekerja untuk tetap
memberikan ASI secara eksklusif pada anak.
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai masukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai ibu pekerja terhadap pemberian ASI eksklusif pada anak.
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti Lain
1. Memotivasi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian
tentangbreastfeeding
2. Sebagaireferensi atau acuanpenelitian selanjutnya
1.4.4 Manfaat Bagi Responden
1. Dapat menjadi acuan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif
pada anak
2. Fasilitas yang diberikan oleh tempat kerja dapat digunakan
sebagai motivasi.
7
1.4.5 Manfaat bagi perawat
1. Sebagai tenaga kerja kesehatan agar dapat mengedukasi para
ibu agar memberikan ASI secara eksklusif.
2. Sebagai motivasi tenaga kesehatan yang bekerja agar dapat
memberikan ASI pada anak secara Eksklusif.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Ibu pekerja
2.1.1.1 Definisi
Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan
dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan. Saat ini bekerja
tidak hanya dilakukan oleh laki-laki tetapi juga perempuan, tidak
terkecuali ibu menyusui. Jumlah partisipasi ibu menyusui yang
bekerja menyebabkan turunnya angka dan lama menyusui (Siregar,
2004). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Subrata (2004)
menunjukkan kelompok ibu pekerja memiliki peluang 7,9 kali
lebih besar untuk tidak menyusui bayi secara eksklusif.
Kembali bekerja setelah cuti melahirkan merupakan kendala
suksesnya PP-ASI. Chatterji dan frick (2005) menyatakan bahwa
kembali bekerja dalam 3 bulan pertama setelah melahirkan sangat
berhubungan dengan penurunan untuk memulai menyusui sebesar
16%-18%, dan pengurangan durasi menyusui sekitar 4-5 minggu.
Berbagai macam alasan ibu yang bekerja tidak mau
memberikan ASI pada bayinya:
1) misalnya karena khawatir kariernya terganggu, takut
badannya tidak ramping lagi dan sebagainya. Faktanya
9
jika ditinjau dari segi psikologis hal itu sangatlah
keliru karena ASI justru menciptakan hubungan
emosional yang erat antara ibu dan bayi (Riksani,
2012).
2) memberikan ASI eksklusif saat bekerja memerlukan
komitmen besar dan kesadaran tinggi baik ibu maupun
keluarga (Riksani, 2012).
3) Kepuasan karja dan karier yang dijalani
4) Bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2.1.2 ASI eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar
payudara ibu. Air Susu Ibu eksklusif yang selanjutnya disebut ASI
eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti
dengan makanan atau minuman lain. Setiap ibu yang melahirkan
harus memberikan ASI eksklusif kepada Bayi yang dilahirkannya
(Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Pasal 1 Pasal 2 dan
Pasal 6, 2012).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi terbaik pada awal usia
kehidupan bayi. ASI eksklusif diberikan hanya ASI saja tanpa bahan
makanan tambahan sampai usia bayi enam bulan. ASI ibarat emas
yang diberikan gratis oleh Tuhan karena ASI adalah cairan hidup
yang dapat menyesuaikan kandungan zatnya yang dapat memenuhi
10
kebutuhan gizi bayi. Sejak masa kehamilan, janin menerima nutrisi
dari ibu melalui plasenta. Pada masa bayi di dalam tubuh ibu secara
alami telah disediakan makanan yang dibutuhkan untuk
perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya berupa ASI
(Kristiyansari, 2009).
ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja tanpa
memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir
sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun bukan
berarti setelah pemberian ASI Eksklusif pemberian ASI dihentikan,
akan tetapi tetap diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 2 tahun
(WHO, 2011).
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif dapat
mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus
meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan
meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas
sumber daya manusia yang memadai. Menyusui adalah suatu proses
alamiah. Berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya
tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang buta
huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun
demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal
yang alamiah tidaklah selalu mudah. Menyusui akan menjamin bayi
tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling
sehat (Utami, 2007).
11
2.1.1.2 Kandungan Asi
a) Lemak
Lemak dalam ASI berbentuk gumpalan yang terdiri
dari trigliserida dengan campuran fosfolipid,
kolesterol, vitamin A, dan karotenoid (Hidajati,
2012).
b) Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktose, ASI
mempunyai kadar laktose paling tinggi dibanding
susu mamalia lain (7%). Laktose mempunyai
manfaat lain yaitu mempertinggi absorbsi kalsium
dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus
(Hidajati, 2012).
c) Protein
Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang
sulit dicerna) dan whey (protein yang mudah
dicerna). ASI lebih banyak mengandung whey
daripada casein sehingga protein ASI mudah dicerna
sedangkan pada susu sapi kebalikannya
(Rahmawati, 2010).
d) Garam dan Mineral
ASI Mengandung garam dan mineral lebih rendah
dibanding susu sapi, bayi yang mendapatkan susu
12
sapi yang tidak dimodifikasi dapat menderita tetani
karena hipokalsemia (Hidajati, 2012).
e) Vitamin
ASI mengandung vitamin yang diperlukan bayi,
vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada
proses pembentukan darah dengan jumlah yang
cukup dan mudah diserap, dalam ASI juga terdapat
vitamin D dan E terutama dalam kolostrum
(Hidajati, 2012).
2.1.1.3 Manfaat Asi Eksklusif
a. Bagi Bayi
1) Sebagai nutrisi makanan terlengkap untuk bayi, karena
mengandung zat gizi yang seimbang dan cukup serta
diperlukan untuk 6 bulan pertama.
2) Mengandung antibodi (terutama kolostrum) yang
melindungi terhadap penyakit, terutama diare dan
gangguan perpanasan.
3) Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi yang
diberi ASI ekslusif akan lebih cepat bisa berjalan.
4) Meningkatkan jalinan kasih sayang.
5) Selalu siap tersedia
6) Melindungi dari alergi karena tidak mengandung zat
yang dapat menimbulkan alergi.
13
7) Mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi
dalam 6 bulan pertama 87% ASI adalah air.
8) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk
pertumbuhan otak sehingga bayi yang mendapat ASI
ekslusif potensial lebih pandai.
9) Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan
emosional, kematangan spiritual dan hubungan sosial
yang baik (Hidajati, 2012).
b. Bagi ibu
1) Mengurangi risiko pendarahan setelah melahirkan
2) Terhindar dari pembengkakan payudara
3) Mengurangi risiko kanker payudara dan ovarium serta
osteoporosis
4) Sebagai alat kontrasepsi alami (Unicef, 2012).
c. Bagi Keluarga
Pengeluaran untuk makanan bayi relatif kecil karena
dengan memberi makanan buatan kepada bayi dapat
menghabiskan pendapatan keluarga (unicef, 2012).
d. Bagi masyarakat
Memberi ASI kepada bayi sangat penting untuk
mengatasi masalah kelaparan serta memberi jaminan
pangan bagi keluarga yang mengalami kekurangan pangan
dalam situasi darurat (Anonim, 2009).
14
2.1.2 Dampak tidak diberikan ASI eksklusif
1. Bagi Bayi
1) Semakin sedikit jumlah bayi yang mendapat ASI
eksklusif, maka kualitas kesehatan bayi dan anak balita
akan semakin buruk, gangguan pertumbuhan
(Khairunniyah,2004). Bila bayi tidak diberi ASI
Eksklusif maka tidak memperoleh zat kekebalan
sehingga mudah mengalami sakit.
2) bayi yang tidak mendapatkan makanan bergizi tinggi
sehingga akan menghambat pertumbuhan (Depkes
2003).
3) perkembangan kecerdasanya pu akan terhambat karena
DHA sangat berperan penting untuk perkembangan
otak bayi dan anak tidak diberikan (khamzah, 2012).
4) Risiko terjadinya leukemia juga dilami anak karena
bisa dipicu dengan kekurangan imunitas, disinilah
pentingnya ASI yang terbukti mengandung IgA
(Immunoglobin A)> zat yang dibutuhkan untuk
kekebalan bayi atau anak (khamzah,2012).
5) Alergi pada bayi juga menjadi resiko bagi anak yang
tidak memberikan ASI secara Eksklusif, alergi terhadap
protein pada susu sapi atau susu formula, berbeda
dengan anak yang hanya mendapatkan ASI secara
15
eksklusif maka diet yang dikonsumsi ibu sangat
berpotensi menimbulkan gangguan alergi (khamzah,
2012).
2. Bagi Ibu
1) Pada ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada
bayinya yaitu resiko perdarahan setelah persalinan akan
menjadi lama
2) beresiko kanker payudara
3) ikatan antara ibu dan anak tidak begitu baik
4) akan kerepotan saat anak menangis dimalam hari.
2.1.2.2 Faktor–faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
Eksklusif
1. Pengetahuan
Novita (2008) dalam penelitiannya menyebutkan
semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi
jumlah ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada
bayinya. Hal ini dikarenakan ibu yang berpendidikan tinggi
umumnya memiliki kesibukan diluar rumah sehingga
cenderung meninggalkan bayinya, sedangkan ibu yang
berpendidikan rendah lebih banyak berada dirumah
sehingga memiliki lebih banyak kesempatan untuk
menyusui bayinya.
16
2. Dukungan Petugas Kesehatan
Edukasi mengenai pemberian ASI sangat penting
dilakukan sebelum atau selama kehamilan dan dilanjutkan
setelah melahirkan. Persepsi dari tenaga kesehatan sangat
penting karena mereka persepsi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan yang dibuat ibu (Dolman, 2010).
3. Dukungan Orang Terdekat
Dukungan suami sangat berarti bagi istri. Pada ibu
menyusui suami adalah orang terdekat yang diharapkan
selalu berada disisi ibu. Suami mempunyai peran yang
sangat menentukan dalam kelancaran refleks pengeluaran
ASI yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau
perasaan istri (Roesli, 2009).
Menurut Roesli (2009), dari semua dukungan bagi
ibu menyusui dukungan suami adalah yang paling berarti.
Suami dapat berperan aktif dalam bantuan-bantuan yang
praktis Contohnya memandikaan bayi, memakaikan popok,
dan mendampingi ibu dalam menyusui.
4. Promosi Susu Formula
Widodo (2007) dalam tesisnya menyatakan
pergeseran perilaku pemberian ASI ke susu formula terjadi
karena susu formula dianggap lebih bergengsi. Beliau
mengemukakan hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh
17
media yang mendominasi di televisi. Banyaknya iklan susu
formula di televisi yang bersaing dalam memberikan nutrisi
unggulan untuk bayi, memberikan dampak negatif bagi
pemberian ASI Eksklusif.
Swarts, Kruger, dan Dolman (2010) mengemukakan
beberapa alasan ibu dalam memilih susu formula. Alasan
yang pertama kali ditemui adalah ibu memilih susu formula
agar dapat meneruskan sekolah atau bekerja dan orang lain
dapat mengurus bayinya. Alasan lain berhubungan dengan
penyakit yang diderita melalui ASI. Alasan terakhir ibu
berpendapat ia memilih susu formula yaitu pemerintah
memberikannya secara cuma-cuma.
18
2.2 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Faktor faktor yang
mempengaruhi
pemberian ASI
a. Pendidikan/penget
ahuan
b. Dukungan petugas
c. Dukungan suami
atau orang
terdekat.
d. Promosi susu
formula
Ibu pekerja
Pemberian ASI tidak
Eksklusif
Dampak
Bagi bayi
a. Mudah mengalami sakit
b. menghambat pertumbuhan dan
perkembang kecerdasannya.
c. Risiko terjadinya leukemia
d. Risiko mengalami alergi
Bagi Ibu
a. Beresiko perdarahan lebih lama
b. kanker payudara
c. ikatan atara ibu dan anak
kurang baik.
19
2.3 Fokus Penelitian
Peneliti akan berfokus pada breastfeeding, berdasarkan hasil study
pendahuluan yang peneliti lakukan di STIKes Kusuma Husada Surakarta
pada para pegawai yang memiliki anak.
2.4 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian terkait dengan penelitian yang akan diteliti yaitu
No Nama Peneliti Judul Peneliti Metode Peneliti Hasil Peneliti
1 Giri Inayah
Abdullah dan
Dian Ayubi
2011
Determinant Of
Exclusive
Breastfeeding
Behavior On
Working Mothers
Analisis data yang
dilakukan adalah
analisis univariat,
analisis bivariat
menggunakan kai
kuadrat, dan analisis
multivariat
menggunakan regresi
logistik ganda model
prediksi
Hasil penelitian
menunjukkan
proporsipemberian
ASI eksklusif pada
ibu bekerja di
Kementerian
Kesehatan sebesar
62,5%, lebih rendah
dari target nasional
(80%).
2 Eka Putri
Rahmadhani,
Gustina, dan
Edison
2013
Hubungan
Pemberian ASI
Eksklusif Dengan
Angka Kejadian
Diare Akut Pada
Bayi Usia 0-1 Tahun
Di Puskesmas
Kuranji Padang.
Penelitian ini
dilaksanakan secara
observasional dengan
pendekatan cross
sectional
Dari hasil penelitian
didapatkan bayi usia
0-5 bulan 29 hari
yang masih
mendapat ASI saja
sebanyak 41 bayi
(30,4%) dan yang
sudah mendapat
campuran lain selain
ASI sebanyak 28
bayi (20,7%). Jumlah
bayi usia 6-12 bulan
dengan ASI eksklusif
sebanyak 34 bayi
(25,2%) dan 32 bayi
lainnya (23,7%) non
ASI eksklusif.
Sebanyak 57 bayi
(42,2%) pernah diare
dan 78 bayi lainnya
(57,8%) tidak
pernah. Analisis chi
20
No Nama Peneliti Judul Peneliti Metode Peneliti Hasil Peneliti
square mendapatkan
p=0,001 dan hasil ini
signifikan (p<0,5).
Pemberian ASI
eksklusif selama 6
bulan harus
ditingkatkan karena
mempunyai
hubungan dengan
angka kejadian diare
akut.
3
Ade Lestari, Mira
Trisyani,
Restuning
Widiyasih
2010
Motivasi ibu pekerja
dalam pemberian
ASI eksklusif di PT.
Dwehirst Men’s
Wear Indonesia
Jenis penelitian ini
deskriptif kuantitatif
dengan metode
purposive sampling.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
ibu bekerja dalam
memberikan ASI
Eksklusif termotivasi
secara ektrinsik
dengan integrated
regulation sebagai
level motivasi yang
paling dominan
dimana integrated
regulation
merupakan motivasi
dalam memberikan
ASI Eksklusif karna
nilai kepercayaan
dan keyakinan.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian adalah kualitif dengan rancangan penelitian deskriptif
studi fenomenologi. Studi fenomenologi merupakan suatu pendekatan yang
essensial terkait dengan pengalaman alamiah manusia sepanjang hidupnya
dan memberikan gambaran suatu fenomena yang diteliti melalui hasil daya
titik yang mendalam dari peneliti (Polit & Back, 2006). Penelitian ini dinilai
dapat menjelaskan fokus permasahan dan realitas yang diteliti secara jelas
dan lengkap karena peneliti akan berusaha memahami peristiwa dan kaitan-
kaitanya terhadap orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu (Sutopo,
2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang gambaran
pengalaman ibu pekerja yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada anak.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu penelitian sangat berpengaruh terhadap hasil yang
diperoleh dalam penelitian. Pemilihan tempat penelitian seluruh disesuaikan
dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, sehingga tempat
ditentukan benar-benar menggambarkan kondisi informan Tempat
penelitian adalah tempat interaksi informan dengan lingkungannya yang
akan membangun pengalaman hidupnya (Saryono & Anggraeni, 2010).
Penelitian ini dilakukan di Mojosongo dan penelitian dilakukan pada bulan
Februari 2015.
22
3.3 Populasi
Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulanya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini yaitu
seluruh ibu pekerja di Mojosongo yang tidak memberikan ASI eksklusif.
3.4 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dianggap mewakili, dalam mengambil sampel penelitian ini
digunakan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut
sedapat mungkin mewakili populasinya (Notoatmojdo, 2005). Sampel
dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden tetapi sebagai
narasumber, atau pertisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian.
Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik,
tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
menghasilkan teori (Sugiyono, 2012).
3.5 Teknik sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling (teknik sampel bertujuan) yaitu metode pemilihan
partisipan dalam suatu penelitian dengan menentukan terlebih dahulu
kriteria yang akan dimasukan dalam penelitian, dimana partisipan yang
diambil dapat memberikan informasi yang berharga bagi peneliti (Sutopo,
2006).
23
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat
mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syaarat sebagai sampel
(Notoatmjdo, 2010). Dalam penelitian ini kriteia inklusi sendiri yaitu:
1. Ibu - ibu yang gagal memberikan ASI Eksklusif
2. Yang memiliki anak dibawah 2 tahun
Besar sampel dalam penelitian ini sampai tercapai saturasi adalah 7
partisipan. Saturasi adalah partisipan sampai pada suatu titik kejenuhan
dimana tidak ada informasi baru yang didapatkan dan pengulangan sudah
dicapai, (afiyanti & rahmawati, 20014).
3.6 Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data
1. Instrumen
Instrumen adalah merupakan alat yang digunakan untuk
melakukan sesuatu sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan,
penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan
penyajian data secara sistematis dan objektif (Nursalam, 2008).
Pada penelitian ini digunakan dua instrumen yaitu instrumen inti dan
instrument penunjang sebagai berikut:
a. Instrumen inti
Peneliti merupakan instrumen inti pada penelitian ini. Peneliti
sebagai instrument inti berusaha untuk meningkatkan kemampuan
diri dalam melakukan wawancara. Usaha yng dilakukan berlatih
wawancara terlebih dahulu sebelum pengambilan data kepada
partisipan. Pada saat latihan wawancara peneliti berusaha
24
responsive dan mahir dalam berkomunikasi. Keterampilan
wawancara kemudian terus diperbaiki seiring dengan seringnya
melakukan wawancara pada partisipan berikutnya
b. Intrumen penunjang
Alat bantu dalam pengumpulan data yang digunakan yaitu
lembar alat pengumpul data (meliputi nama, umur, alamat,
pendidikan), alat tulis (buku dan bolpoin), serta smartphone yang
dilengkapi program voice recorder yang mempermudah peneliti
membuat transkip wawancara terstruktur. Alat perekam diisi daya
penuh sebelum digunakan dan menggunakan flight mode on agar
tidak terganggu pada saat proses wawancara.
Instrumen lain yang digunakan yaitu pedoman wawancara
terstruktur berisi daftar pertanyaan terbuka tentang pengalaman ibu
memberikan ASI, dan apa penyebab ibu tidak memberikan ASI
Eksklusif, serta tentang perasaan ibu saat tidak bisa memberikan
ASI secara eksklusif pada anak. Peneliti juga melakukan
pencatatan sebagai media observasion verbal saat pengumpulan
data dengan menggunakan lembar catatan lapangan, lembar
observasi yang berisi tentang hasil dari observasi peneliti tentang
tempat pemerahan ASI dan lemari pendingin yang disediakan oleh
tempat kerja.
25
2. Prosedur pengumpulan data
Data merupakan faktor penting dalam penelitian, untuk itu
diperlukan teknik tertentu dalam pengumpulan data.
a. Fase pra interaksi
Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menyelesaikan
ujian proposal dan diperbolehkan melakukan pengambilan data
dilapangan. Peneliti mengurus surat ijin penelitian yang
dikeluarkan oleh Program Studi S1 Keperawatan Stikes Kusuma
Husada Surakarta kepada ketua STIKes Kusuma Husada
Surakartas setelah perizinan keluar dari Ketua STIKes peneliti
dapat melakukan penelitian dan sebelum peneliti terjun kelapangan
peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang alternatif, dan setiap responden diberikan
pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
b. Fase pelaksanaan
1. Wawancara
Sumber data yang sangat penting dalam penelitian
kualitatif adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai
narasumber atau informan. Informasi dari sumber data ini
dikumpulkan dengan teknik wawancara, dalam penelitian
kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk yang disebut
wawancara mendalam (in-depth interview) yaitu wawancara
yang dilakukan untuk menemukan permasalahan secara lebih
26
terbuka dimana informan yang diwawancara diminta pendapat
dan ide-idenya, peneliti mencatat apa yang dikemukakan oleh
informan (Sugiyono 2013). Pedoman wawancara dalam
penelitian ini dibuat sesuai dengan pengalaman ibu.
Wawancara dilakukan pada 7 partisipan dengan tanggal
berbeda di bulan Februari – maret 2015 di Mojosongo sebagai
berikut :
a) Partisipan pertama dilakukan pada 20 Februari 2015
b) Partisipan kedua dilakukan pada 25 Februari 2015
c) Partisipan ketiga dilakukan pada 2 Maret 2015
d) Partisipan keempat dilakukan pada 4 Maret 2015
e) Partisipan kelima dilakukan pada 6 Maret 2015
f) Partisipan keenam dilakukan pada 7 Maret 2015
g) Partisipan ketujuh dilakukan pada 9 maret 2015
2. Fase terminasi
Tahap terakhir dalam pengumpulan data dilakukan
terminasi dengan melakukan validasi terhadap data yang
ditemukann kepada partisipan. Peneliti memperlihatkan hasil
transkip wawancara dan interpretasi peneliti kepada partisipan.
Semua partisipan mengatakan bahwa apa yang ditulis peneliti
telah sesuai dengan apa yang dimaksud partisipan. Setelah
semua data divalidasi dan sesuai dengan apa yang dimaksud
27
oleh partisipan peneliti mengucapkan terimakasih pada semua
partisipan.
a. Analisa data
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode
fenomenologis deskriptif dengan metode Colaizzi (Polit& Back 2006),
metode colaizzi dinilai efektif digunakan dalaam penelitian ini, dikarenakan
dengan metode colaizzi fenomena-fenomena dapat terungkap dengan jelas
sesuai dengan makna-makna yang didapat. adapun langkah – langkah
analisa data adalah sebagai berikut :
1. Peneliti dengarkan hasil rekaman dan membaca seluruh hasil
penelitian (transkip) untuk memahami maksud dari setiap pernyataan
partisipan.
2. Peneliti membaca ulang dan mendapatkan kata kunci.
3. Peneliti mencari arti atau makna dari setiap kata kunci.
4. Kemudian peneliti mencari makna dan dirumuskan kedalam tema.
a) Mengumpulkan kata – kata kunci yang memiliki makna yang
sama kedalam sebuah subtema.
b) Mengelompokan subtema yang sama kedalam sebuah tema
5. Peneliti mengintergrasikan tema yang didapat kedalam fenomena
yang diteliti.
6. Merumuskan gambaran hubungan antar tema dan sesuaian dengan
fenomena yang diteliti.
28
7. Memvalidasi tema data yang diperoleh pada partisipan.
b. Keabsahan data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility
(Validitas interbal), transferability (Validitas eksternal), dependability
(realiabilitas), dan confirmability (obyektivitas).
1. Kredibility (validitas internal)
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil peneltian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, tringulasi, diskusi dengan
teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.
Disini peneliti menggunakan triangulasi sumber untuk menguji
kredibilitas data dilakukan untuk mendapat data dari sumber dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
2. Transferability (validitas eksternal)
Uji transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kuantitatif, validitas eksternal menunjukan derajad ketepatan atau dapat
diterapkan hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.
Nilai transfer ini berkenan dengan pertanyaan, hingga aman hasil
penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.
29
3. Dependebility (dependabilitas)
Pengujian depenability dilakukan dengan cara melakukan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian. jika proses penelitian tidak
dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabel atau
dependable. Peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki
lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan
uji keabsahan data, laporan hasil dari latar belakang, tujuan, metode
hingga hasil sampai kesimpulan dan saran.
4. Confirmability (konfirmabilitas)
Dalam penelitian kualitatif uji konfirmability mirip dengan uji
dependebility, sehingga pengujin dapat dilakukan bersamaan. Menguji
konfirmability berarti menguji hasil penelitian. Dalam penelitian jangan
sampai prosesnya tidak ada, tetapi hasilnya ada. Peneliti mendapatkan
persetujuan dari informan dan menyertakan surat-surat yang sudah
diperolehnya seperti berikut :
a) Informed consent
b) Lembar konsultasi dosen
c. Etika Penelitian
1. Informed consent (lembar persetujuan)
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden
dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden. Tujuannya
agar responden mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak
30
yang diteliti selama pengumpulan data. Jika responden setuju, maka
diminta untuk menandatangani lembar persetujuan. Namun peneliti
harus tetap menghormati hak responden bila tidak bersedia (Setiadi,
2013).
2. Anonimity (tanpa nama)
Merupakan masalah etika dengan tidak memberikan nama
responden pada alat bantu penelitian, cukup dengan kode yang hanya
dimengerti oleh peneliti (Setiadi, 2013). Peneliti melakukan pemberian
nama samaran (kode) terhadap partisipan seperti P1 yaitu partisipan 1
(pertama), P2 yaitu parisipan 2 (kedua), P3 yaitu partisipan 3 (ketiga),
P4 yaitu partisipan 4 (keempat), P5 yaitu partisipan 5 (kelima), serta P6
yaitu partisipan 6 (keenam) dan P7 yang berarti partisipan 6 (keenam).
3. Confidentially (kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan informasi
yang diberikan oleh responden. Peneliti hanya melaporkan kelompok
data tertentu saja (Hidayat, 2007). Peneliti tidak mencantumkan data
yang rahasia yang sudah disepakati peneliti dengan partisipan, dan
merahasiakan apapun yang bersifat pribadi tentang data partisipan.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab 4 ini dijelaskan mengenai hasil penelitian yang
didapatkan terkait pengalamanan ibu pekerja yang tidak memberikan ASI
Eksklusif di mojosongo. Tema-tema yang didapatkan dari penelitian ini
diperoleh berdasarkan hasil dari wawancara yang dilakukan pada 7 ibu
pekerja dan tidak memberikan ASI secara Eksklusif. Tema yang didapat
meliputi 5 tema antara lain dukungan eksternal, tanggung jawab terhadap
pekerjaan, keterbatasan sarana dan prasarana, ketidakberdayaan ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif, dan harapan ibu terhadap fasilitas ASI
Eksklusif. Berikut uraian dari diskripsi tempat penelitian dan serta hasil
analisi tema yang muncul.
4.1 Karakteristik partisipan
Karakteristik ketujuh partisipan yang bersedia dilakukan
wawancara antara lain sebagai berikut :
1) Partisipan satu (P1) : adalah perempuan berusia 29 tahun pendidikan
D3 keperawatan pekerjaan petugas Lab. Dan lama bekerja 5 tahun.
2) Partisipan kedua (P2) : perempuan usia 35 tahun pendidikan
terakhir SMP bekerja sebagai tukang bersih-bersih dan sudah bekerja
4 tahun.
32
3) Partisipan ketiga (P3) : perempuan usia 43 tahun pendidikan terakhir
SMA bekerja sebagai tukang bersih-bersih dan sudah bekerja selama
10 tahun.
4) Partisipan keempat (P4) : perempuan usia 26 tahun, pendidikan S1
dan lama bekerja 2 tahun.
5) Partisipan kelima (P5) : perempuan usia 20 tahun pendidikan
terakhir SMP bekerja dipabrik dan suda bekerja selama 3 tahun.
6) Partisipan keenam (P6) : perempuan usia 27 tahun pendidikan
terakhir S1 dan pekerjaan mengajar sudah bekerja selama 4 tahun.
7) Partisipan ketujuh (P7) : perempuan usia 32 tahun pendidikan
terakhir SMP bekerja di pabrik sudah 3 tahun.
4.2 Hasil penelitian
Hasil dari pengalaman ibu pekerja dalam memberikan ASI, pada
ibu pekerja di mojosongo diperoleh dari hasil wawancara dari ketujuh
partisipan dari ibu pekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada
anak berdasarkan panduan wawancara terstruktur yang telah dibuat
sebelumnya. Wawancara dilakukan selama kurang lebih 15-25 menit,
waktu dan tempat sudah disepakati oleh partisipan sebelumnya dan saat
wawancara dipilih tempat yang jauh dari keramaian supaya partisipan
dapat mengungkapkan jawaban yang diberikan oleh sipeneliti secara
mendalam dan terbuka mengenai pengalaman ibu pekerja yang tidak
memberikan ASI Eksklusif.
33
Penelitian ini menghasilkan 5 tema berdasarkan hasil analisis
tematik yang dilakukan. Analisis tema disusun mulai dari pencarian kata
kunci, pengelompokan kategori-kategori yang kemudian membentuk sub
tema dan menjadi tema yang sudah dihasilkan dari penelitian. Penelitian
ini menemukan 5 tema yaitu komponen dukungan eksternal, tanggung
jawab terhadap pekerjaan, keterbatasan sarana dan prasarana,
ketidakberdayaan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif, dan harapan ibu
terhadap fasilitas pemberian ASI Eksklusif. Berikut akan dijelaskan tema-
tema yang ditemukan.
4. Tujuan khusus 1 : Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi pemberian ASI tidak Eksklusif pada anak.
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI tidak Eksklusif pada anak didapatkan 3 tema yaitu
komponen dukungan eksternal, tanggung jawab terhadap pekerjaan
dan keterbatasan sarana dan prasarana dari tema diatas didapatkan 4
sub tema yaitu sebagai berikut :
a. Tema komponen dukungan eksternal
1) Dukungan lingkungan
a) Dukungan tim kesehatan
Sebagian besar adanya dukungan dari tim kesehatan
diungkapkan oleh partisipan seperti berikut :
“belom ada dukungan dari tim kesehatan...” (partisipan 1)
“Sebenernya ada di breascare juga diberi makanan
tambahan...”(partisipan 3)
“Ada,, Cuma kan waktu itu kan belum keluar...” (partisipan 4)
34
“gak terlalu diberikan penjelasan tentang ASI..”(partisipan 5)
“peran petugas sebenarnya sudah baik mbak...”(partisipan 6)
“gak begitu diperhatikan ...”(partisipan 7)
Partisipan diatas masing-masing mengatakan bahwa tim
kesehatan sudah mendukung pemberian ASI Eksklusif pada
anak.
b) Dukungan rekan kerja
Sebagian besar partisipan mengatakan adanya dukungan
dari rekan kerja seperti yang diungkapkan berikut ini :
“belom ada yang mendukung saya...” (partisipan 1)
“Ada dukunganya sihh sebenernya..”(Partisipan 2)
“yah sebenarnya pada ngasih saran..”(partisipan 3)
“Awalnya ya bilang anak pertama ya dikasih ASI eksklusif
...”(Partisipan4)
“Rekan kerja dukung-dukung aja”(Partisipan 5)
“teman kerja saya mendukung...”(Partisipan 6)
“teman-teman kerja saya itu mendukung...”(Partisipan 7)
Ungkapan salah satu dari partisipan diatas menyatakan
bahwa adanya dukungan dari pihak rekan nya sendiri, dan
merasa sudah di dukung oleh rekan seprofesinya ditempat kerja
para ibu.
c) Dukungan suami
Adanya dukunngan suami diungkapakan sebagian besar
partisipan seperti berikut ini :
” Kalo suami saya ya sangat mendukung ...”(Partisipan 1)
“mendukung kalo ASI soalnya ASI itu bagus...”(Partisipan
“suami juga mendukung, mencarikan obat ...”(Partisipan 3)
“suami saya mah terserah sama saya aja...”(partisipan 5)
“Suami saya jelas mendukung ya...”(partisipan 6)
” suami saya mendukung mbak...”(partisipan 7)
35
Ungkapan masing-masing partisipan diatas menyakatan
bahwa suaminya memberikan dukungan dengan keputusan
apapun yang dibuatnya dan ada pula suami yang mendukung
untuk memberikan ASI eksklusif pada anak.
Komponen dukungan eksternal dapat dilihat pada gambar 4.1
berikut ini :
Gambar 4.1 struktur : dukungan eksternal
b. Tema tanggung jawab terhadap pekerjaan
1) Resiko pekerjaan
a) Tuntutan pekerjaan
Ada salah satu partisipan yang mengatakan tentang tuntutan
pekerjaan yang dijalaninya mengahambat pemberian ASI
kepada anak.
“...sebenarnya juga baik tapi tuntutan itu tadi..”(partisipan 6)
Belum ada
dukungan
Gak terlalu
Gak diperhatikan
Suami terserah
saya
Belum
mendukung
Dukungan tim
kesehatan
Dukungan Rekan
kerja
Dukungan suami
Dukungan
lingkungan Dukungan
eksternal
36
Ungkapan diatas merupakan keluhan tentang kewajiban dan
kebutuhan ibu dlam rumah tangga keinginanya untuk tetapi
menyusui tidak sejalan dengan tuntutan di tempat kerja serta
rasa tanggung jawab terhadaap pekerjaan.
b) Jam kerja
Jam kerja juga menjadi alasan kenapa para ibu gagal
memberikan ASI yang diungkapkan 1 partisipan berikut :
“mengambil keputusan untuk jam kerja ...”(partisipan 1)
Ungkapan diatas merupakan ungkaapan bahwa atasan belum
berperan aktif pada pengambilan jam kerja untuk kariawan nya .
c) waktu istirahat
Sebagian besar partisipan mengatakan bahwa waktu
istirahat antara ibu menyusui dan yang tidak tetap sama seperti
yang diungkapkan oleh 7 patisipan berikut :
“eem ndak ada ya mbak ..”(partisipan 1)
“belum ada semua sama 1 jam...”(partisipan 2)
“sama gak dibedakan..’’(partisipan 3)
“sama aja kan mbak ...”(partisipan 4)
“ya sama aja mbak ...”(partisipan 5)
“kalau waktu istirahat semua sama ...”(partisipan 6)
“kalo istirahat sama aja ..”(partisipan 7)
Ungkapan diatas merupakan ungkapan bahwa tidak ada
perbedaan waktu istirahat antara ibu menyusui dan tidak, waktu
yang diberikan tetap sama setiap pekerjanya.
37
Komponen tanggung jawab terhadap pekerjaan dapat dilihat
pada gambar 4.2 berikut :
Gambar 4.2
Struktur : tanggung jawab terhadaap pekerjaaan
c. Tema keterbatasan sarana dan prasarana
1) Faktor media
a) Iklan
Adanya iklan menjadi sarana pengetahuan tentang susu
formula dinyatakan oleh 3 partisipan berikut :
“saya dapat biasanya dari tv itu ...” (partisipan 1)
“sebenarnya dari iklan...”(partisipan 2)
“lebih tau dari tv mbak...”(partisipan 7)
Ungkapan diatas menandakan bahwa ibu mendapatkan
informasi tentag susu formula hanya dari media massa saja dan
tidak ada informasi dari tim kesehatan atau lainya.
Tuntutan
pekerjaan
Jam kerja Risiko pekerjaan
Tanggung jawab
terhadap pekerjaan
Waktu istirahat
38
2) Minim fasilitas
a) Jarak
Kategori jarak diungkapkan oleh salah satu partisipan
berikut :
“...dan jarak yang cukup jauh ...”(partisipan 1)
Ungkapan diatas menunjukan bahwa jarak juga menjadi
halangan bagi ibu dapat memberi ASI secara Eksklusif.
b) Tidak ada fasilitas
Tidak adanya fasilitas ditempat kerja dijelaskan oleh 7
partisipan berikut :
“tidak ada fasilitas lain sampai sekarang...”(partisipan 1)
“ibu hanyaa memerah ASI diruang kosong...”(partisipan 1)
“ruangan belum ada pumping dan kulkas belum
ada..”(partisipan 2)
“kalo fasilitas khusu sih gak ada ...”(partisipan 3)
”sekolah SD gak ada kamar pribadi gitu...” (partisipan 4)
“ya gak ada kan yo Cuma pabrik...”(partisipan 5)
“belum ada ...”(partisipan 6)
“sekarang merah ya dikamar mandi ...”(partisipan 7)
Ungkapan diatas menunjukan bahwa memang tidak ada
nya fasilitas ditempat kerja para ibu untuk mendukungnya
memberikan ASI secara eksklusif pada anak.
39
Komponen keterbatasan sarana dan prasarana dapat dilihat
pada gambar 4.3 berikut :
Gambar 4.3
Struktur: keterbatasan dan prasarana
5. Tujuan khusus 2 Untuk mengidentifikasi perasaan ibu saat tidak
bisa memberikan ASI secara eksklusif pada anak.
Mengidentifikasi perasaan ibu saat tidak bisa bisa
memberikan ASI secara Eksklusif didapatkan satu tema yaitu
ketidakberdayaan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Tema di
bangun dengan SUB tema yaitu respon emosional, sebagai berikut :
1) Respon emosional
a) Sedih
Perasaan sedih ibu saat tidak bisa memberikan ASI pada
anak diungkapkan 3 partisipan sebagai berikut :
“saya sedihlah mbak gimana sih..” (partisipan 1)
“perasaanya ya sedih mbak “(partisipan 4)
“...perasaan selain sedih...”(partisipan 5)
Iklan
Jarak
Tidak ada fasilitas
Keterbatasan
sarana dan
prasarana
Faktor sosial media
Minim sarana
40
Ungkapan partisipan diatas menunjukan bahwa seorang
ibu sedih ketika tidak bisa menyusui secara Eksklusif pada
anaknya.
b) Kecewa
Perasaan kecewa juga yang dirasakan diungkapkan oleh 1
partisipan sebagai berikut :
“... kecewa gitu mbak”(partisipan 4)
Ungkapan partisipan diatas menunjukan bahwa selain
sedih ia juga merasa kecewa saat tidak bisa memberikan ASI.
c) Bersalah
Perasaan pasrah juga diungkapakan oleh 3 partisipan
sebagai berikut :
“ya rasanya kaya berdosa...”(partisipan 2)
“merasa bersalah...”(partisipan 5)
“...kayak merasa bersalah gitu mbak...” (partisipan 6)
Ungkapan partisipan diatas menunjukan bahwa para ibu
merasa bersalah pada anak saat tidak bisa memberikan ASI
secara Eksklusif sebagai ibu mereka berharap bisa memberikan
semua yang terbaik untuk sang anak perasaan bersalah mereka
muncul karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuk anak.
d) Pasrah
Hanya bisa pasrah juga diungkapkan oleh 1 partisipan
sebagai barikut :
“ya pasrah ...” (partisipan 6)
41
Ungkapan diatas menandakan bahwa ibu hanya bisa pasrah
dengan keadaan saat tidak bisa memberikan ASI secara
eksklusif pada anak mereka karena memang semua bukan yang
diinginkan para ibu.
e) Bingung
Perasaan bingung yang dirasakan ibu juga diungkapkan oleh
1 partisipan sebagai berikut :
“saya juga bingung...”(partisipan 1)
Ungkapan diatas menunjukan bahwa ibu tidak haya sedih
tapi juga bingung untuk menghadapi masalah dan tanggung
jawabnya.
f) Belum mampu
Perasaan belum mampu pada ibu yang gagal memberikan
ASI eksklusif juga diungkapkan oleh 1 partisipan sebagai
berikut:
“saya merasakan belum mampu “(partisipan 7)
Ungkapan diatas menandakan bahwa sang ibu merasa
belum mampu memenuhi kebutuhan sang anak untuk
mendapatkan ASI eksklusif.
42
Komponen respon emosional dapat dilihat pada gambar 4.4
berikut ini :
Gambar 4.4
Struktur :ketidakberdayaan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif
6. Tujuan khusus 3 : Untuk mengidentifikasi fasilitas tempat kerja
yang mendukung pemberian ASI eksklusif pada anak.
Mengidentifikasi fasilitas tempat kerja apa saja yang
diharapkan oleh para ibu untuk mendukung pemberian ASI secara
eksklusif pada ibu pekerja didapat 1 tema yaitu Harapan ibu
terhadap fasilitas pemberian ASI Eksklusif. tema tersebut dibangun
oleh beberapa sub tema berikut :
Sedih
Belum mampu
pasrah
bersalah
Kecewa
bingung
Ketidakberdayaa
n ibu dalam
memberikan ASI
Eksklusif
Respon emosional
43
a. Tema Harapan ibu terhadap fasilitas pemberian ASI Eksklusif
1) Tempat penyimpanan ASI
a) Lemari pendingin
Lemari pendingi salah satu yang dibutuhkan ibu menyusui
diungkapkan oleh 2 partisipan sebagai berikut:
“ada lemari pendingin kaya kulkas...” (partisipan 1)
“untuk tempat penyimpanan..” (partisipan 2)
Ungakapan diatas merupakan harapan bahwa apa fasilitas
yang disebut kan adalah yg dibutuhkan ditempat kerja para ibu.
2) Waktu istirahat untuk memerah ASI
a) Pengambilan jam kerja
Pengambilan jam kerja atau waktu diungkapkan oleh dua
partisipan sebagai berikut :
“dukungan seperti pengambilan jam kerja..”(partisipan 1)
”ya seharusnya dikasih waktu yang agak beda..”(partisipan 3)
Ungkapan diatas merupakan keinginan yang ibu butuhkan
ditempat kerja untuk bisa mengambil waktu kerja atau waktu
untuk memerah ASI.
3) Ruangan khusus memerah ASI
b) Ruangan khusus
Harapan adanya ruangan khusus juga yang diungkapkan
oleh 6 partisipan sebagai berikut :
“ada ruangan khusus untuk ibu”(partisipan 1)
“sukur-sukur ada tempat khusus...”(partisipan 3)
“ada kamar pribadi gitu ...”(partisipan 4)
44
“seharusnya itu ada ruangan ...”(partisipan 5)
“yang saya harapkan itu ruang khusus...”(partisipan 6)
“saya harapkan ada ruang merah ASI...”(partisipan 7)
Ungkapan diatas merupakan harapan dari ibu pekerja
yang mengharapkan adanya fasilitas yang disebutkan, dengan
diberikannya fasilitas ibu juga merasa didukung tempat kerja
untuk memberikan ASI secara eksklusif.
Komponen harapan ibu terhadap fasilitas pemberian ASI
Eksklusif dapat dilihat pada gambar 4.5
Gambar 4.5
Struktur harapan ibu terhadap fasilitas pemberian ASI Eksklusif
Lemari pendingin
Pengambilan jam
kerja
Ruangan khusus
Harapan ibu
terhadap fasilitas
pemberian ASI
Tempat
penyimpanan ASI
Waktu istirahat
untuk memerah
ASI
Ruangan khusus
untuk memrah
ASI
45
Du
ku
ng
an e
kst
ern
al
1.
Du
ku
ng
an
lin
gk
un
gan
a.
Du
ku
ng
an
tim
kes
ehat
an
b.
Du
ku
ng
an
rek
an k
erja
2.
Du
ku
ng
an
kel
uar
ga
a.
Du
ku
ng
an
suam
i
AS
I ti
dak
Ek
sklu
sif
Tan
ggu
ng
jaw
ab
terh
adap
pek
e rja
an
1.
Res
iko
pek
erja
an
a. T
un
tuta
n
pek
erja
an
b.
Jam
ker
ja
c. W
aktu
isti
rah
at
Ket
erb
atas
an
sara
na
dan
pra
sara
na
1.
Fak
tor
med
ia s
osi
al
a.
Ikla
n
2.
Min
im s
aran
a
a.
Jara
k
b.
Tid
ak
ada
pojo
k
AS
I
c.
Min
im s
aran
a
Ket
idak
b
erd
ayaa
n
ibu
mem
eber
ikan
AS
I E
ksk
lusi
f
1.
Res
po
n e
mo
sio
nal
a.
Sed
ih
b.
Kec
ewa
c.
Ber
sala
h
d.
Pas
rah
e.
Bin
gu
ng
f.
Bel
um
mam
pu
Har
apan
ib
u
terh
adap
fa
sili
tas
pem
ber
ian
A
SI
Ek
sklu
sif
1.
Tem
pat
pen
yim
pan
an
a.
Lem
ari
pen
din
gin
2.
Wak
tu i
stir
ahat
un
tuk
mem
erah
AS
I
a.
Pen
gam
bil
an j
am k
erja
3.
Ru
angan
kh
usu
s u
ntu
k m
emer
ah A
SI
a.
Ru
angan
kh
usu
s
45
4.3 STEMATIKA
46
Dukungan eksternal terdiri dari dukungan lingkungan sepereti, dukungan dari tim
kesehatan yang mempunyai tugas sejak kehamilan ibu untuk memberikan
dukungan pada ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif dan adanya dukungan
dari rekan kerja ibu ditempat kerja pun mempengaruhi ASI tidak Eksklusif serta
dukungan suami disini suami berperan sangat penting karena status yang terdekat
dengan ibu dukungan suami sangat penting bagi ibu bayi karena dengan dukungan
dari sang suami ibu merasa diperhatikan, tetapi tanggung jawab terhadap
pekerjaan juga menjadi penyebab karena resiko pekerjaan, tuntutan pekerjaan
serta jam kerja yang terbatas dipengaruhi juga oleh waktu istirahat yang sebentar
menyebabkan ibu tidak pulang atau memerah ASI untuk sang anak, sehingga
munculah rasa ketidakberdayaan ibu dalam memberikan ASI secara Eksklusif
pada anak serta munculnya respon emosional ibu rasa sedih ketika tidak bisa
meberikan ASI, rasa kecewa pada dirinya sendiri atas kegagalan yang dialami,
rasa bersalah yang akhirnya muncul dari ibu para ibu hanya bisa pasrah saat tidak
bisa memenuhi ASI sang anak, bingung dan tidak mampu pada sang anak,
keterbatasan sarana dan prasarana juga menjadi hal yang sangat berpengaruh pada
pemberian ASI secara eksklusif pada ibu pekerja karena banyak hal yang
mempengaruhi seperti faktor media sosial dapat dilihat dengan iklan susu formula
yang sering muncul di tv dan tempat pebelanjaan besar, serta minimnya sarana
ditempat kerja ibu sendiri seperti jarak rumah dan tempat kerja ibu yang cukup
jauh, tidak adanya pojok ASI atau ruangan khusus ibu menyusui sangatlah
berpengaruh dengan tidak adanya fasilitas ditempat kerja ibu membuat ibu
kesulitan dalam memerah ASI ditempat kerja dan tentunya berpengaruh pada
47
pemberian ASI pada anak, sehingga muncul harapan ibu terhadap pemberian
fasilitas ditempat kerja ibu seperti adanya lemari penyimpanan, waktu istirahat
atau pengambilan jam kerja untuk memerah ASI dan khususnya untuk ruangan
kosong harus diadakan di tempat kerja.
48
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Mengidentifikasifaktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI tidak
Eksklusif
5.1.1 Dukungan Eksternal
Hasil penelitian menunjukan bahwa dukungan peran petugas
kesehatan sangat berpengaruh pada ibu menyusui untuk dukungan dan
motivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada anak, untuk ibu
pekerja bukan hanya dukungan tim kesehatan yang berpengaruh bagi ibu
namun juga dukungan dari rekan kerja sendiri bahwa mereka karena
lingkungan juga berpengaruh bagi sang ibu untuk tetap memberikan ASI
secara Eksklusif pada anak selain itu dukungan suami sangat perpengaruh
pada keputusan ibu untuk tetap memberikan ASI saat bekerja. Pemberian
ASI secara ekslusif ada hubungannya dengan peran petugas kesehatan,
sikap dan perhatian oleh para ahli kesehatan yang berkaitan dengan
menyusui sangat diperlukan terutama dalam mengahadapi promosi pabrik
pembuat susu formula dan pemberian makanan pendamping ASI seperti
pisang, madu, bubur nasi. Posisi strategis dari peranan instansi kesehatan
dan para petugas kesehatan di Indonesia terutama di Puskesmas sangat
bermanfaat bagi pelaksanaan kegiatan operasional pemasyarakatan ASI
(Notoatmodjo, 2005).
49
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nikma
(2012) di Wilayah Kerja Puskesmas Gribig bahwa terdapat hubungan
peran bidan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Penelitian serupa yang
dilakukan oleh Rosita (2010) di Wilayah Sukahening Kabupaten
Tasikmalaya didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara dukungan
tenaga kesehatan terhadap perilaku pemberian ASI Eksklusif.
Hasil penelitian didapatkan bahwa dukungan rekan kerja sangat
berpengaruh bagi ibu karena lingkungan juga mempengaruhi kebiasaan
para ibu dengan dukungan rekn kerja dapat memotivasi ibu untuk
memberikan ASI secara Eksklusif pada anak saat bekerja. Bentuk
dukungan yang diberikan oleh lingkungan kerja meliputi rekan kerja yang
menjadi fasilitator menyusui di tempat kerja, menghadirkan kelompok
pendukung ASI, Lingkungan kerja adalah semua keadaan berbentuk fisik
dan non fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat
mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung (Sedarmayanti 2009:31). Pimpinan memegang peran penting
dalam keberhasilan menyusui di tempat kerja. Pimpinan yang mempunyai
pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam mempertimbangkan
pemberian biaya yang tinggi saat penerimaan dan pemberian training pada
karyawan, pimpinan akan berkeinginan untuk melakukan negosiasi kepada
ibu bekerja yang akan menyusui.
Penelitian yang dilakukan oleh Irni Setyawati, (2008). Motivasi
ekstrinsik positif yang berasal dari pimpinan dalam bentuk kebijakan dan
50
penyediaan fasilitas untuk menyusui di tempat kerja dapat meningkatkan
perilaku ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif. Persepsi positif
manajer terhadap pemberian ASI eksklusif dapat mendorong pimpinan
mewujudkan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja dan meningkatkan
kepercayaan diri ibu bekerja untuk menyusui di tempat kerja. Perilaku
pemberian ASI eksklusif oleh ibu bekerja sangat dipengaruhi oleh faktor
karakteristik individu dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang
sangat mempengaruhi perilaku ibu bekerja berasal dari pimpinan
perusahaan yang mempunyai kekuasaan untuk membuat kebijakan dan
menyediakan fasilitas menyusui selama bekerja.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dukungan suami sangat
penting bagi ibu menyusui karena perasaan didukung dan diperhatikan
serta perasaan merawat anak secara bersama-sama, serta bantuan dari sang
suami sangat penting sebagai motivasi bagi ibu untuk tetap memberikan
ASI secara Eksklusif. Dukungan keluarga, terutama suami dapat
menentukan keberhasilan atau kegagalan menyusui, sebab dukungan
suami akan menimbulkan rasa nyaman pada ibu sehingga akan
mempengaruhi produksi ASI serta meningkatkan semangat dan rasa
nyaman dalam menyusui (Adiningsih, 2004). Pilliteri (2003) menyatakan
bahwa salah satu keberhasilan ibu untuk menyusui adalah dukungan
suami. Pernyataan ini dikuatkan oleh Sinclair (2010) yaitu menyatakan
bahwa ibu-ibu yang mendapatkan dukungan dari pasangan (suami)
51
memberikan ASI lebih lama dibandingkan dengan ibu yang tidak
mendapatkan dukungan dari pasanganya.
Hasil penelitian Atik, (2010) bahwa dukungan keluarga
berpengaruh terhadap perilaku tidak memberikan ASI eksklusif. Penelitian
tentang dukungan suami terhadap pemberian ASI esklusif belum pernah
dilakukan di Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang. Sejalan dengan penelitian dari Lisma Evareny (2010).
Prevalensi praktik pemberian ASI secara eksklusif pada kelompok ayah
yang mendukung lebih tinggi 2,25 kali dibandingkan dengan kelompok
ayah yang tidak mendukung. Variabel lain yang berpengaruh terhadap
peran ayah dengan praktik pemberian ASI adalah pengetahuan ayah dan
ibu, sikap ayah dan ibu.
5.1.2 Tanggung jawab terhadap pekerjaan
Hasil penelitian menunjukan bahwa keinginan untuk memberikan
ASI sangat kuat namun tuntutan pekerjaan dan waktu yang sedikit
membuat ibu gagal ASI secara eksklusif jam kerja yang tidak sebentar
juga menjadi alasan bagi para ibu untuk bisa memberikan ASI secara
eksklusif ditambah lagi dengan waktu istirahat yang tidak lama dan tidak
dibedakan dengan yang lainya dalam arti tidak diistimewakan selayaknya
ibu menyusui yang membutuhkan waktu untuk memerah ASI dan
memberikannya pada anak. Faktor-faktor yang menghambat keberhasilan
menyusui pada ibu bekerja adalah pendeknya waktu cuti kerja, kurangnya
dukungan tempat kerja, pendeknya waktu istirahat saat bekerja (tidak
52
cukup waktu untuk memerah ASI), tidak adanya ruangan untuk memerah
ASI, pertentangan keinginan ibu antara mempertahankan prestasi kerja
dan produksi ASI. Dalam Konvensi Organisasi Pekerja Internasional
tercantum bahwa cuti melahirkan selama 14 minggu dan penyediaan
sarana pendukung ibu menyusui di tempat kerja wajib diadakan. dalam
UU no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 28 ayat 1. hak
menyusui bagi perempuan diberikan kesempatan untuk menyusui anaknya
dalam waktu bekerja dengan tetap mendapatkan upah ini diatur dalam UU
no.13 tahun 2003 tentang kettenagakerjaan pasal 83. Dukungan
perusahaan bagi keberhasilan program ASI Eksklusif diantaranya dapat
diberikan melalui pemberian cuti melahirkan kepada setiap pekerja
perempuan. Di Indonesia, setiap perusahaan sejatinya mengikuti ketentuan
UU Tenaga Kerja Nomor 13 tahun 2003 dengan memberikan hak cuti
selama tiga bulan kepada karyawan yang melahirkan. Di sejumlah negara,
pekerja perempuan yang hamil dan menyusui memeroleh keistimewaan
dari pemerintah dan perusahaan tempat mereka bekerja. Menyusui
merupakan hak setiap ibu, termasuk ibu bekerja.
5.1.3 Keterbatasan sarana dan prasarana
Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan promosi di media
sosial sangat berpengaruh bagi ibu pekerja dengan iming-iming manfaat
susu formula yang hampir sama dengan ASI ibu, maka banyak ibu yang
memilih untuk memberikan susu formula pada anak. Promosi adalah
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk
53
mengkomunikasikan manfaat dari produknya, membujuk dan
mengingatkan para konsumen sasaran agar membeli produk tersebut
(Kotler, 2005). Menurut Kotler dan Amstrong (2004) Promosi adalah
kegiatan yang mengkomunikasikan jasa dan produk dan menganjurkan
pelanggan sasaran untuk membelinya. Promosi merupakan suatu bentuk
komunikasi pemasaran yang berarti suatu aktivitas pemasaran yang
berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi dan mengingatkan pasar
sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli
dan loyal pada produk yang ditawarkan oleh perusahaan (Tjiptono, 2009).
Penelitian Siregar (2004) menyatakan bahwa salah satu faktor yang
menyebabkan seorang ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya
disebabkan oleh meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti
ASI, sehingga promosi susu formula dapat dikatakan sebagai penyebab
menurunnya jumlah bayi yang mendapat ASI secara eksklusif.
Hasil penelitian bahwa jarak menjadi salah satu faktor mengapa
ibu tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif pada anak karena jarak
tempuh yang jauh sehingga ibu tidak bisa untuk pulang dengan waktu
istirahat yang sebentar. Jarak merupakan panjang lintasan yang ditempuh
oleh ibu yang bekerja mulai dari awal ibu dirumah sampai ibu berada
ditempat bekerja.yang bekerja mulai dari awal ibu dirumah sampai artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara jarak tempat tinggal ibu yang
bekerja dengan pemberian ASI eksklusif. Menurut Maryuni (2009) bahwa
lokasi atau tempat bekerja ibu yang jauh dari lingkunagn tempat tinggal
54
sehingga ibu tidak sempat memberikan ASInyaibu berada ditempat
bekerja. Jarak rumah dari tempat bekerja mempengaruhi pemberian ASI
bagi bayi.
Menurut peneliti ibu yang jarak tempuh dari tempat bekerjanya
dekat dan sedang, akan berupaya memberikan ASInya pada waktu jam
istirahat, sedangkan bagi ibu yang jarak tempat kerjanya yang jauh tidak
memungkinkan untuk memberikan ASI. Hal ini disebabkan karena bila
jarak tempuh ibu jauh, akan memakan waktu yang lama untuk kembali
ketempat kerja, dan hal ini akan membuat ibu merasa tidak mentaati
peraturan dan jam kerja yang sudah ditetapkan kepadanya.
Hasil dari penelitian juga menunjukan bahwa tidak adanya fasilitas
dari tempat kerja menjadikan para ibu kesulitan untuk bisa memerah ASI
secara leluasa karena tidak adanya ruang khusus dan lemari pendingin atau
fasilitas, failitas sangat dibutuhkan oleh para ibu karena membantu
pemberian ASI secara eksklusif karena tempat yang nyaman akan
membuat ibu menjadi rilex dengan kondisi ibu yang rilex maka produksi
ASI akan meningkat dan ibu dapat memberikan ASI pada anak tanpa
kekurangan ASI dan sebaliknya strategi memerah ASI di toilet ternyata
menghasilkan masalah baru. Toilet ataupun gudang, bukan ruangan bersih.
Akibatnya, ASI yang diperah beresiko terkena virus atau kuman toilet
padahal saat memerah susu harus berada pada kondisi yang bersih, steril
dari berbagai penyakit. Berdasarkan Lampiran Surat Nomor
872/Menkes/XI/2006 ruang menyusui bukan sembarang ruang yang
55
langsung bisa dibangun. Ada berbagai persyaratan agar ruang khusus
menyusui sesuai standar dan representatif. Ruang tersebut harus tertutup,
menjamin sanitasi yang higienis, kursi yang nyaman, dan petunjuk cara
menyusui yang lengkap serta edukatif. Ruangan menyusui merupakan
ruang yang harus ada di setiap rumah sakit, tempat kerja.
Dukungan tempat bekerja terhadap ibu menyusui dapat berupa
pemberian cuti hamil dengan waktu yang memadai, bagi ibu yang sudah
kembali bekerja disediakan fasilitas untuk dapat memompa ASI, kebijakan
yang mengatur keringan jam bekerja atau pengaturan kembali waktu kerja
bagi ibu menyusui dan dukungan dalam bentuk pendidika atau penyediaan
informasi mengenai program pemberian ASI di tempat Kerja. Ibu-ibu yang
bekerja jauh atau jarak dari rumah selama menyusui sering mengalami
kesulitan (Astuti, 2007).
Berdasarkan uji analisis secara statistik menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara dukungan tempat kerja dengan pemberian
ASI eksklusif. bermaknanya tempat kerja dengan pemberian ASI eksklusif
mungkin disebabkan karena adanya tentang dukungan tempat kerja yaitu
ada tidaknya fasilitas pojok ASI.
5.2 Untuk mengidentifikasi perasaan ibu saat tidak bisa memberikan ASI secara
eksklusif
5.2.1 Ketidakberdayaan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif
Hasil penelitian didapatkan bahwa ketidakberdayaan ibu
didapatkan bahwa perasaan para ibu yang gagal menyusui juga sangat
56
dirasakan para ibu perasaan sedih, kecewa, bersalah, bingung, pasrah, dan
perasaan belum mampu menjadi seorang ibu yang baik untuk anaknya,
rasa ingin menyusui dengan sepenuhnya ada pada masing-masing ibu tapi
karena tanggung jawab terhadap pekerjaan dan minim sarana pada tempat
kerja menjadi alasan gagalnya ASI eksklusif mereka. Konsep diri akan
memberikan pengaruh terhadap proses berpikir, perasaan, keinginan, nilai
maupun tujuan hidup seseorang (Clemes dan Bean, 2001, h.2). Hughes,
Galbraith dan White (2011) yang juga mengatakan bahwa konsep diri
merupakan deskripsi mengenai diri sendiri yang juga mengandung
evaluasi terhadap diri. Hal tersebut berkaitan pula dengan self esteem
(harga diri) dari individu. Baron, Byrne dan Branscombe (dikutip dari
Sarwono dan Meinarno, 2009) mendefinisikan self esteem merupakan
proses evaluasi yang dilakukan terhadap diri sendiri yang menunjukkan
seluruh sikap seseorang terhadap dirinya sendiri. Kemudian, untuk
mengetahui konsep diri yang ada di dalam diri individu, individu
melakukan proses self awareness (kesadaran diri).
Pembentuk konsep diri lainnya adalah adanya peran yang
dijalankan oleh individu, individu yang merasa mampu akan mengalami
peningkatan rasa percaya diri dan harga diri, sedangkan individu dengan
perasaan tidak mampu akan merasa rendah diri sehingga cenderung terjadi
penurunan harga diri, perasaan sedih pada ibu hal yang pasti dirasakan
karena tidak bisa menyusui anak secara eksklusif, seluruh perasaan bingung,
kecewa pun dirasakan karena merasa apa yang diinginkanya belum dapat
57
dicapainya, hanya perasaan bersalah yang muncul saat tidak bisa memenuhi
kebutuhannya.
5.3 Mengidentifikasi fasilitas tempat kerja yang mendukung pemberian ASI
eksklusif
5.3.1 Harapan ibu terhadap fasilitas pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian didapatkan bahwa harapan para ibu untuk fasilitas
dan dukungan dari tempat kerja harus ada karena kebutuhan ibu menyusui
ditempat kerja sangat penting sehingga mereka mengharapkan adanya
ruang khusus untuk memerah ASI sekaligus lemari pendingin untuk
menyimpan ASI ibu guna diberikan pada anak. Di Undang-Undang
Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah diatur mengenai hak
apa saja yang dapat diperoleh pekerja perempuan saat hamil dan
melahirkan, di antaranya cuti. Dalam meneliti mengenai pekerja
perempuan pada suatu perusahaan, peneliti tertarik untuk membahas
khususnya mengenai keadaan pekerja perempuan pasca melahirkan seperti
waktu cuti dan fasilitas ruang menyusui atau ruang laktasi pada
perusahaan. Ruang menyusui ini menjadi sangat penting artinya bagi
perempuan pekerja karena fungsi dari ruang menyusui atau laktasi ini
adalah memberikan kenyamanan bagi sang ibu bekerja, supaya dapat tetap
memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.
Penelitian yang dilakukan (Adhitya Kartika P, 2015) menyebutkan
bahwa Kebijakan perusahaan dalam melindungi pekerja perempuan pasca
58
melahirkan diantaranya ada dua yaitu pemberian cuti dan penyediaan
ruang laktasi yang diperkuat dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan,
dan peraturan menteri terkait penyediaan ruang laktasi serta aturan lain
yang mengakomodir hak dai ibu dan bayi. Terdapat perusahaan yang
menyediakan ruang laktasi bagi pekerja perempuan, ada perusahaan yang
mengijinkan pekerja perempuan untuk memerah ASI-nya saat jam kerja
namun tidak disediakan ruang laktasi, ada pula yang memperpanjang
waktu istirahat pekerja perempuan yang perlu untuk memerah ASI.
59
BAB VI
PENUTUP
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian yang
telah didapatkan mengenai tema-tema yang telah dianalisa. Kesimpulan akan
menjelaskan dan menjawab dari tujuan-tujuan khusus dan masalah-masalah yang
dirumuskan. Selain itu pada bab ini akan dijelaskan mengenai saran-saran bagi
institusi yang bersangkutan.
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dari kata kunci yang telah didapat dalam penelitian ini
maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI tidak eksklusif
terhadap kebutuhan ASI pada anak yaitu dukungan eksternal, tanggung
jawab terhadap keterbatasan sarana prasarana yang kurang mendukung
terhadap pemberian ASI.
2. Perasaan ibu saat tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif pada anak
yaitu ketidakberdayaan ibu dalam memberikan ASI ekslusif meliputi
perasaan sedih, kecewa, bersalah, bingung, pasrah, dan perasaan belum
mampu menjadi seorang ibu yang baik untuk anaknya.
3. Harapan ibu terhadap fasilitas pemberian ASI ekslusif meliputi
penyimpanan ASI, waktu istirahat untuk memerah ASI, ruangan khusus
memerah ASI.
60
6.2 Saran
1. Bagi masyarakat
Masyarakat khususnya para ibu menyusui dapat megusulkan kepada
pengambil kebijakan ditempat kerja untuk menyediakan fasilitas ibu
menyusui ditempat kerja seperti ruangan khusus, tempat penyimpanan
ASI (lemari pendingin), dan waktu istirahat untuk memerah ASI.
2. Bagi peneliti lain
Agar peneliti lain bisa mengembangkan penelitian dengan metode
kualitatif dengan harapan ibu terhadap fasilitas tempat kerja dilihat
dari kemauan pengelola tempat kerja untuk memfasilitsi para ibu
menyusui.
3. Bagi perawat
Untuk perawat memberikan dukungan pengetahuan dan kemauan
untuk para ibu pekerja supaya tetap mempertahankan ASI eksklusif
untuk mencapai kesuksesan pemberian ASI untuk anak.
4. Bagi peneliti
Untuk peneliti agar bisa memberitahukan pada atasan institusi tempat
belajar untuk memberikan fasilitas bagi ibu menyusui ditempat kerja.