pengalaman kultur teknis pengendalian ganoderma ike virdiana … · sph 119 sampai hanya 35 palm/ha...
TRANSCRIPT
PENGALAMAN KULTUR TEKNIS PENGENDALIAN GANODERMA
Ike Virdiana
Verdant Bioscience, PT. Timbang Deli Indonesia Jln. Galang, Kec. Galang, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara, Kode Post 20585
*Korespondensi : [email protected]; Telp.: +6281-375-261-529
GEJALA UMUM Busuk Pangkal Batang (BSB)
Gejala luar- daun pucat, pelepah patah- tajuktidak terbuka
Akhirnya, tanaman roboh dengan busuk pada bagianbonggol
Insiden penyakit Ganoderma pada tanaman kelapa sawit
Sebagian besar poin hilang disebabkan oleh penyakit karena jamur Ganoderma
Penyakit Ganoderma
Penyakit utama yang menyerang kebun kelapa sawit di Asia, termasuk Indonesia,khususnya Sumatera Utara, dimana insiden Ganoderma dapat mencapai 87% denganSPH 119 sampai hanya 35 palm/Ha pada kebun dengan serangan terparah (Virdiana etal., 2011).
Kebun kelapa sawit, terutama di Sumatera Utara sebagian besar merupakan
kebun tua dengan tanaman kelapa sawit lebih dari dua generasi. Dimana pada
kebun generasi ke-2 dan ke-3 tersebut, sumber penyakit akan semakin
meningkat, terutama jika pengendalian penyakit dan sistem replanting tidak
dilakukan dengan baik.
Berdasarkan salah satu sensus yang dilakukan pada salah satu kebun di Sumatra Utara,infeksi Ganoderma pada tanaman <6 tahun adalah 0-15%. Kemudian infeksi meningkatsecara drastis pada tanaman lebih dari 16 tahun dengan insiden penyakit 13-87% (hal initermasuk point kosong yang biasanya disebabkan oleh Ganoderma). (Virdiana et al.,2012a).
Generasi 1 Kelapa sawit Generasi 2 Kelapa sawit
Pohon mulai
terinfeksi
Sumber
penyakit
Ganoderma
PERKEMBANGAN PENYAKIT GANODERMA
5 10 15 20 25 30 2 7 12 17 30
YEARS YEARS
Mulai banyak pohon
mati karena GanodermaTerdapat akumulasi sumber
penyakit Ganoderma
Salah satu kesempatan untuk meminimalkan insiden Ganoderma
adalah saat replanting
Mengadopsi praktek sanitasi yang bagus saat replanting; Mengurangi sumber penyakit Ganoderma dalam tanah;
dan
mengaplikasikan pengendalian biologi-agen pengendalihayati
Presentasi ini menjelaskan:
Praktek kultur teknis seperti:
pemberaan lahan,
pencacahan batang kelapa sawit,
serta pemakaian jamur antagonis Trichoderma
pada saat replanting kelapa sawit untuk mengurangiinsiden penyakit Ganoderma.
BAHAN, METODE
dan
HASIL
1. PERCOBAAN PEMBERAAN LAHAN(Virdiana et al., 2011 and Virdiana et al., 2012)
PERLAKUAN
Main Plot
Windrow 1:1
Windrow 2:1
Sub Plot
Pemberaan Lahan (F0 & F1)
Peracunan batang(P0 & P1)
Menggunakan 50 tanaman per plot dengan 4 ulangan
Persentase bibit terinfeksi pada masing-masing perlakuan
Setelah 9 tahun, pemberaan lahan selama 1 tahun secara konsisten menunjukan infeksi Ganoderma yang lebih rendah (p<0.01). Infeksi pertama terjadi pada pengamatan tahun ke 4, pada plot dengan windrow 2:1, tidak diracun dan tidak diberakan, sedangkan pada plot yang
diberakan,dengan windrow 1:1, infeksi terjadi pada pengamatan tahun ke 5.
1. PERCOBAAN PEMBERAAN LAHAN(Virdiana et al., 2011 and Virdiana et al., 2012)
2. Pencacahan Bonggol dan Batang Kelapa Sawit(Virdiana, 2011; Virdiana et al., 2012a)
PERLAKUAN
Menggunakan 2 ha tanaman per plot
W 1:1 TANPA PENCACAHAN W 2:1 TANPA PENCACAHAN
W 2:1 DENGAN PENCACAHAN PENCACAHAN
• Windrow 1:1 satu baris windrow pada setiap barisan tanaman lama• Windrow 2:1 dengan pencacahan batang hanya 1m pada bonggol dan satu windrow untuk setiap dua baris tanaman lama• Windrow 2:1 tanpa pencacahan –satu baris windrow setiap dua baris tanaman lama dan tidak ada pencacahan pada
bonggol dan batang kelapa sawit• Pencacahan bonggol dan batang secara menyeluruh
Persentase bibit terinfeksi setelah hampir 11 tahun pengamatan
Infeksi berkisar antara (14 - 28%).
Infeksi paling rendah (14%) adalah pada perlakuan pencacahan bonggol dan batang secara menyeluruh.
2. Pencacahan Bonggol dan Batang Kelapa Sawit(Virdiana, 2011; Virdiana et al., 2012a)
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
Windrow 1:1 Windrow 2:1 Windrow 2:1 +
pencacahan batang
1m
Pencacahan
bonggol+batang
menyeluruh
% i
nfe
ks
i
3. Pengendalian Biologi(Anjara et al., 2011; Virdiana et al., 2012b; Flood et al., 2013)
Percobaan skala nursery menunjukan bahwa infeksi Ganoderma tertinggi terjadi pada perlakuan kontrol atau bibit yang tidak diaplikasi menggunakan Trichoderma dengan 95%
infeksi.
Isolat T. koningii, T. harzianum, dan T. virens adalah jamur dengan antagonis terbaik.
Efek aplikasi Trichoderma juga telah dianalisa, dan hasilnya menunjukan bahwa aplikasi secara langsung ke bagian atas jamur yang tumbuh pada balok kayu karet mempunyai
efek yang signifikan dibandingkan jika Trichoderma dicampur dengan tanah (Anjara et al., 2011; Virdiana et al., 2012b; Flood et al., 2013).
4. Pelaksanaan replanting dengan menggunakan kombinasi metode kultur teknis
Replanting dengan 149.18 ha dilaksanakan tahun 2011 pada sembilan blok disalah satu kebun kelapa sawit di daerah kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Perlakuan: Pemberaan lahan selama 8 bulan : Tumbang January dan tanam September 2011. Pembajakan tanah dengan kedalaman minimum 30 cm Ripping (penggaruan) dengan kedalaman 40 cm Pengangkatan bonggol dan sisa akar kelapa sawit dari dalam tanah dengan ukuran 1.5
x 1.5m x 1m. Pencacahan bonggol dan batang secara menyeluruh dengan ketebalan <10cm. Aplikasi Trichoderma sebanyak 200g per pokok pada lubang tanam.
Lima blok adalah generasi ke-3 dan empat blok adalah generasi ke-2 kelapa sawit.
4. Pelaksanaan replanting dengan menggunakan kombinasi metode kultur teknis
Persentase tanaman terinfeksi setelah 5 tahun dan 10 bulan
pengamatan
0.0%
0.5%
1.0%
1.5%
2.0%
2.5%
Blok A Blok B Blok C Blok D Blok E Blok F Blok G Blok H Blok I
% in
feks
i
Setelah 5 tahun dan 10 bulan pengamatan, infeksi Ganoderma pada blok-blok masih sangat
rendah. Rata-rata infeksi hanyalah <1.3% dengan infeksi per blok berkisar antara 0.8 – 2,3 %
pada tanaman yang berumur hampir 6 tahun.
Hal ini menunjukan bahwa pengendalian dengan kultur teknis dapat diaplikasikan secara luas
dan dapat menekan penyakit Ganoderma.
KESIMPULAN
1. Percobaan mengenai praktek kultur teknis dilapangan pada saat replanting seperti pemberaan lahan dan pencacahan bonggol serta batang secara menyeluruh dapat mengurangi infeksi BPB karena Ganoderma pada kelapa sawit generasi selanjutnya
2. Aplikasi jamur antagonis Trichoderma di pembibitan signifikan mengurangi infeksi Ganoderma. Hal ini dapat menunjukan bahwa pengendalian biologi menggunakan jamur Trichoderma dapat dikombinasikan dengan pengendalian teknis lain untuk menekan penyakit Ganoderma.
3. Kombinasi praktek kultur teknis pada saat replanting dalam skala luas, seperti pemberaan lahan, pencacahan bonggol dan batang secara menyeluruh, pengolahan lahan dengan pembajakan dan penggaruan serta aplikasi jamur antagonis Trichoderma secara luas dapat mengurangi insiden penyakit BPB pada tanaman kelapa sawit.
4. Seleksi material resisten Ganoderma sangat penting untuk dapat dilakukan, sehingga dapat dikombinasikan dengan kultur teknis pada saat dilakukan replanting kelapa sawit.