pengamatan aktivitas tikus wistar jantan...

29
PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN DENGAN ALAT OPTO-VARIMEX ® PADA KONDISI DIET TINGGI MINYAK TRANS NURUL MASYITA KHUSNA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Upload: doannguyet

Post on 02-Mar-2018

221 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN

DENGAN ALAT OPTO-VARIMEX® PADA KONDISI

DIET TINGGI MINYAK TRANS

NURUL MASYITA KHUSNA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO
Page 3: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengamatan Aktivitas

Tikus Wistar Jantan Dengan Alat Opto-Varimex®

Pada Kondisi Diet Tinggi

Minyak Trans adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Nurul Masyita Khusna

NIM B04100193

Page 4: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO
Page 5: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

ABSTRAK

NURUL MASYITA KHUSNA. Pengamatan Aktivitas Tikus Wistar Jantan Dengan

Alat Opto-Varimex®

Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh

KOEKOEH SANTOSO dan NASTITI KUSUMORINI.

Konsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi mengakibatkan penimbunan

jaringan adiposa pada tubuh. Peningkatan jaringan lemak dapat menyebabkan

peningkatan kadar leptin, hal ini dikarenakan sekresi leptin berbanding lurus dengan

massa jaringan adiposa. Leptin mengaktifkan sensor saraf yang berada di lateral

hipothalamus pusat rasa lapar dan aktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan hubungan pemberian pakan tinggi lemak trans pada tikus jantan

wistar terhadap aktivitasnya. Subjek penelitian ini menggunakan tikus Wistar jantan

sebagai hewan model. Sebanyak 16 tikus dikelompokkan menjadi empat perlakuan.

Kelompok pertama diberikan pakan tambahan tinggi lemak trans 20%, kelompok kedua

40%, kelompok ketiga 60% dan kelompok terakhir sebagai kontrol. Pemberian pakan

dilakukan terus menerus selama 70 hari. Pengukuran aktivitas menggunakan alat Opto-

varimex®

auto track system 4.31. Hasil penelitian menunjukkan adanya keterkaitan

antara aktivitas dengan pemberian minyak trans.

Kata kunci: Opto-varimex®

, Lemak trans, Aktivitas, Tikus wistar.

ABSTRACT

NURUL MASYITA KHUSNA. Male Wistar Rat Activity Monitoring with Opto-

Varimex®

in Conditions Due to High Trans Fat Diet. Supervized by KOEKOEH

SANTOSO and NASTITI KUSUMORINI

Excessive energi consumption of high-fat diet increase the body's adipose

tissue which also affect the increased secretion of leptin, this is because leptin

secretion is proportional to the mass of adipose tissue. Leptin activates the lateral

hypothalamus as the center of hunger and feeding activity. The aim of this study

was to obtain the relationship between high trans fat feeding on male Wistar rats

and feeding activity. This method uses male Wistar rats (Rattus norvegicus) as an

animal model. Sixteen rats were grouped into 4 treatment groups. The first group

was given additional feed 20% trans fat, the second group was given additional feed

40% trans fat, a third group was given additional feed 60% trans fat, and the last as

a control group. This feed was given once a day for 70 days. Observation of

activities perform using Opto-varimex® auto-track system ver. 4.31. The results

showed an corellation between activity based doses of trans fat.

Keywords: Opto-varimex®

, Trans fat, Activity, Wistar rat.

Page 6: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO
Page 7: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN

DENGAN ALAT OPTO-VARIMEX® PADA KONDISI

DIET TINGGI MINYAK TRANS

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

NURUL MASYITA KHUSNA

Page 8: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO
Page 9: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO
Page 10: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO
Page 11: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian

ini adalah Pengamatan Aktivitas Tikus Wistar Jantan Dengan Alat Opto-Varimex®

Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ayah tercinta Choirul Fatoni, ibu tercinta

Caridah, kakak tercinta Bramandityo Prabowo, adik tercinta Ramadhan Adityo

Kuncoro serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Ucapan

terima kasih juga diucapkan kepada Bapak Dr Drh Koekoeh Santoso dan Ibu Dr

Nastiti Kusumorini MS selaku pembimbing, serta Ibu Drh Atin Supiyani yang telah

banyak memberi saran. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada teman satu

penelitian yaitu Yanuar Restu Wijaya, Pawitra Lintang Andayani dan Maharja

Mawali yang telah membantu selama penelitian.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

Nurul Masyita Khusna

Page 12: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO
Page 13: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Lemak 2

Minyak Trans 3

Monitoring Aktivitas Tikus 3

METODE 5

Waktu dan Tempat Penelitian 5

Bahan 5

Alat 5

Prosedur Penelitian 5

Prosedur Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 13

RIWAYAT HIDUP 15

Page 14: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

DAFTAR TABEL

1. Aktivitas tikus pada pemberian minyak trans berbeda 7

DAFTAR GAMBAR

1. Alat monitoring aktivitas Optovarimex® auto-track system ver. 4.31 4 2. Sebaran kurva uji regresi antara jumlah pemberian minyak trans dengan

DT 8 3. Sebaran kurva uji regresi antara jumlah pemberian minyak trans dengan

RT 9 4. Sebaran kurva uji regresi antara jumlah pemberian minyak trans dengan

AT 10

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perhitungan volume pemberian minyak trans 13

Page 15: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gaya hidup masyarakat Indonesia dengan pola makan yang tinggi kalori

merupakan faktor awal pemicu berbagai penyakit. Lemak merupakan salah satu

sumber kalori dalam makanan. Secara nasional, rata-rata konsumsi lemak

penduduk di Indonesia adalah 47.2 g atau 25.6% dari total konsumsi energi. Hal

ini berarti konsumsi energi dari lemak pada penduduk Indonesia lebih dari 25%

dari total konsumsi energi dan melebihi nilai yang dianjurkan oleh Pedoman

Umum Gizi Seimbang (Riskesdas 2010). WHO (2003) merekomendasikan

konsumsi lemak trans tidak lebih dari 1% total konsumsi energi, hal ini

dikarenakan konsumsi lemak trans yang berlebihan memberikan efek buruk

terhadap kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Mozaffarian et al. (2006)

mendapatkan hasil bahwa konsumsi 2% asam lemak trans dari total asupan energi

meningkatan resiko kejadian penyakit jantung koroner sebesar 23 %.

Lemak yang biasa kita konsumsi terbagi menjadi tiga jenis yaitu lemak

jenuh, lemak tak jenuh dan lemak trans. Salah satu konsumsi lemak trans

didapatkan dari olahan minyak. Minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh

(Poly-unsaturated Fatty Acid/ PUFA) jika digunakan untuk menggoreng secara

berulang-ulang, maka lemak tak jenuh baik dari minyak penggoreng maupun dari

makanan yang digoreng akan berubah menjadi asam lemak trans (Mozaffarian et

al. 2006).

Tikus yang diberi pakan tinggi lemak trans terbukti mengalami peningkatan

massa jaringan adiposa, hal ini serupa dengan kejadian pada manusia (Corbett et

al. 1986). Jaringan adiposa akan menghasilkan hormon leptin. Leptin adalah

hormon polipeptida yang berasal dari sel-sel lemak, sekresi hormon ini

berbanding lurus dengan massa jaringan adiposa (Guyton dan Hall 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Mars et al. (2006) membuktikan bahwa leptin

memberikan pengaruh terhadap perilaku makan. Kadar leptin yang rendah akan

meningkatkan rasa lapar dan nafsu makan.

Pengaturan nafsu makan seperti kita ketahui sebelumnya diatur oleh suatu

pusat lapar di hipothalamus lateral dan pusat kenyang di ventromedial

hipothalamus. Adanya perangsangan di hipothalamus lateral, individu akan makan

dengan rakus sedangkan apabila terjadi perangsangan di inti ventromedialis

hipothalamus akan menyebabkan rasa kenyang bahkan menolak untuk makan

(Schwartz 2001).

Keinginan makan yang tinggi akan membuat hewan menjadi lebih aktif dan

agresif. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Silver dan Erecinska (1994)

bahwa reseptor rasa lapar pada sistem saraf pusat mampu mengatur keinginan

mencari makan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan pemberian pakan

tinggi lemak trans pada tikus jantan wistar terhadap aktivitasnya. Penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dan masyarakat tentang dampak

perubahan aktivitas yang disebabkan oleh keadaan diet tinggi lemak trans.

Page 16: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

2

TINJAUAN PUSTAKA

Lemak

Makan adalah kegiatan memasukkan makanan atau sesuatu ke dalam

saluran pencernaan untuk menyediakan nutrisi bagi makhluk hidup. Berbagai

nutrisi yang dibutuhkan tubuh akan dipenuhi melalui kegiatan ini, salah satu

diantaranya adalah lemak. Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri

atas unsur-unsur Carbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O), yang mempunyai

sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu (zat pelarut lemak), seperti ether

(Guyton dan Hall 2008).

Berdasarkan tingkat kejenuhannya, lemak dibagi menjadi dua yaitu asam

lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh merupakan asam

lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam

lemak jenuh mempunyai rantai zig-zag yang dapat cocok satu sama lain, biasanya

berwujud padat. Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung

satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak dengan lebih dari

satu ikatan terdapat pada minyak nabati. Minyak ini biasanya berbentuk cair

(Fessenden dan Fessenden 1986).

Sebagian besar asam lemak dan monogliserida tidak larut dalam air, maka

pengangkutan dilakukan oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi) dan

dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini asam lemak dan

monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul

berbentuk gelembung yang disebut kilomikron. Selanjutnya kilomikron

ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga

bersatu dengan sirkulasi darah (Guyton dan Hall 1996).

Pengeluaran kilomikron dari darah berawal dari proses hidrolisis trigliserida

oleh enzim lipase lipoprotein yang berada di endotel kapiler darah. Proses ini

menyebabkan asam lemak dan gliserol dilepas, sehingga asam lemak menyatu

dengan membran sel lalu berdifusi ke dalam sel lemak jaringan adiposa dan ke

dalam sel hati (Guyton dan Hall 2008).

Konsumsi lemak trans berlebih dapat menyebabkan penimbunan jaringan

adiposa yang berakibat pada peningkatan bobot badan. Dhibi et al. (2011) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa tikus diberikan pakan tinggi lemak trans sebesar

20% dari total energi pakan selama empat minggu menghasilkan pertambahan

bobot badan 25.83 g lebih tinggi dibandingkan dengan tikus kontrol.

Guyton dan Hall (2008) menjelaskan bahwa peningkatan massa adiposa

berbanding lurus dengan peningkatan sekresi hormon leptin. Tingginya kadar

leptin dalam darah akan direspon oleh hipothalamus bagian lateral yang

merupakan pusat rasa lapar (Konturek et al. 2004). Tikus yang mengalami

peningkatan massa jaringan adiposa menyebabkan keadaan resistensi leptin,

sehingga akan makan terus menerus (hiperphagia) walaupun kadar leptin dalam

darah sedang tinggi (Guyton dan Hall 2008).

Page 17: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

3

Minyak Trans

Salah satu sumber makanan yang mengandung lemak didapat dari minyak.

Pembentukan asam lemak trans dalam makanan diperoleh pada saat pemanasan

selama pengolahan minyak (refinery). Umumnya kerusakan oksidasi terjadi pada

asam lemak tak jenuh, tetapi bila minyak dipanaskan suhu 100 oC atau lebih,

asam lemak jenuh pun dapat teroksidasi. Oksidasi pada penggorengan dengan

suhu 200 oC lebih mudah menimbulkan kerusakan pada minyak dengan derajat

ketidakjenuhan tinggi, sedangkan hidrolisis mudah terjadi pada minyak dengan

asam lemak jenuh rantai panjang (Puspitasari 1996).

Proses hidrogenasi yang terjadi selain menghasilkan jumlah lemak jenuh

lebih banyak, juga akan mengubah bentuk cis menjadi trans. Fennema (1996)

menyebutkan bahwa pada suhu 25 oC, reaksi oksidasi terhadap asam oleat akan

menghasilkan 2 (dua) senyawa radikal intermediat yaitu cis dan trans.

Kerusakan minyak dapat diakibatkan oleh proses penggorengan pada suhu

tinggi (200-250 oC) (Ketaren 1986). Asam lemak esensial mudah rusak oleh

reaksi oksidasi dan pemanasan. Minyak yang telah rusak tidak hanya memberikan

efek negatif bagi kesehatan namun juga menurunkan kualitas pada tekstur dan

rasa makanan yang dihasilkan.

Konsumsi minyak trans yang berlebih dapat menimbulkan dampak buruk

terhadap kesehatan, salah satunya adalah timbulnya penyakit jantung. Penyakit

jantung disebabkan oleh asam lemak trans yang membentuk komposisi plak

(ateroma) pada dinding arteri yang berujung pada penyumbatan pembuluh darah.

Efek buruk minyak trans lainnya adalah timbulnya kanker, diabetes, menurunnya

imunitas tubuh dan kegemukan. Kanker disebabkan oleh asam lemak trans yang

memicu perubahan aktivitas enzim sitokrom oksidase P-448/450 sehingga

mengakibatkan pembelahan sel yang tidak terkendali. Diabetes disebabkan oleh

asam lemak trans yang menurunkan respon sel darah merah terhadap insulin,

sehingga menimbulkan efek diabetogenik (Tuminah 2009). Penurunan imunitas

tubuh disebabkan oleh asam lemak trans yang menurunkan efisiensi respon dari

sel B dan meningkatkan proliferasi sel T (Mercola 2010). Kegemukan disebabkan

oleh asam lemak trans yang menyebabkan perubahan fungsi homeostasis

membran sel, misalnya mengambil alih transport membran dan cairan membran.

Hal ini terkait dengan kemampuan isomer-isomer asam lemak trans dalam

mengubah ukuran dan jumlah sel adiposa, serta mengubah golongan lemak.

Monitoring Aktivitas Tikus

Perekam aktivitas yang digunakan adalah Opto-varimex®

auto- track

system ver. 4.31 yang telah didesain khusus untuk mengamati aktivitas hewan

kecil, ikan dan serangga (Gambar 1). Alat ini terdiri dari 24 sensor infra merah

dan bisa dimodifikasi sesuai kebutuhan dan ukuran hewan. Sensor ini berfungsi

untuk mendeteksi setiap gerakan melalui mekanisme pemutusan sinar. Terdapat

tiga sumbu utama dalam alat ini yang akan memberikan informasi terhadap posisi

hewan, gerakan hewan dan jalur yang telah dilalui selama proses perekaman

(Millenson dan Jullian 1979). Jenis aktivitas tikus yang dapat diukur menggunaan

alat ini antara lain;

Page 18: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

4

Distance traveled (cm) adalah jarak yang ditempuh oleh tikus atau

panjang lintasan perpindahan tikus dari satu tempat ketempat yang lain.

Perpindahan tikus dapat berkaitan dengan agresivitas dalam mencari

makanan dan minuman, ekspresi stres, mencari tempat perlindungan

ataupun pengenalan lingkungan.

Resting time (detik) adalah waktu yang dibutuhkan selama tikus diam

tidak bergerak atau istirahat.

Ambulatory time (detik) adalah waktu yang dibutuhkan tikus melakukan

suatu gerakan, tercatat sebagai waktu dimana tikus memutuskan sinar

infra merah pada saat mulai bergerak.

Stereotypic time (detik) adalah waktu yang dibutuhkan tikus melakukan

gerakan-gerakan khusus seperti menggaruk dan menjilat anggota badan

dilakukan secara berulang-ulang.

Burst of Stereotypic Movement adalah jumlah pergerakan stereotypic

tikus yang terhitung dengan banyaknya pemutusan sinar infra merah.

Horizontal count adalah jumlah pemutusan infra merah baik pada sumbu

X maupun sumbu Y secara horizontal, misalnya gerakan meloncat.

Vertical 1 count adalah jumlah pemutusan sinar infra merah secara

vertikal, misalnya melakukan gerakan berdiri di atas dua kaki belakang.

Opto-varimex®

terhubung dengan satu perangkat komputer. Komputer

yang terhubung dengan alat ini menggunakan peranti lunak yaitu Auto track

system ver. 4.31 (Gambar 1A). Hasil perekaman aktivitas tikus berupa angka

yang akan tampil di layar monitor. Tikus yang akan diukur aktivitasnya

dimasukkan ke dalam kandang sensor yang telah didesain untuk menangkap

setiap gerakan tikus dengan pemutusan sinar infra merah yang terpasang di sumbu

X, Y, Z. Sumbu X dan Y terpasang di bagian tepi dasar kandang sensor

sedangkan sumbu Z terpasang di bagian atas untuk menangkap gerakan vertikal

(Gambar 1B).

Gambar 1 Alat monitoring aktivitas Optovarimex® auto-track system ver.

4.31

A B

Page 19: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

5

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari sampai Mei 2014. Penelitian

dilaksanakan di Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL) dan Laboratorium

Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan dewasa

strain Wistar (Rattus norvegicus) sebagai hewan model, berusia 12 minggu

dengan bobot badan 200–250 g sebanyak 16 ekor. Pakan berupa pellet dan minum

ad libitum. Minyak trans yang dipanaskan pada suhu 280 0C selama 10 menit.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang plastik, sonde

lambung, Opto-varimex®

auto-track system ver. 4.31 dan satu perangkat

komputer.

Prosedur Penelitian

Pembuatan Minyak Trans

Minyak trans diperoleh dari minyak kelapa yang telah dipanaskan pada suhu

280 0C selama 10 menit (Tuminah 2009). Pemanasan dilakukan menggunakan

oven lalu disimpan ke dalam botol untuk didinginkan pada suhu ruang. Minyak

trans diberikan sebagai pakan tambahan dihitung berdasarkan perbandingan dari

total konsumsi energi yang diberikan.

Pemeliharaan Hewan Model

Tikus dipelihara dalam kandang plastik berukuran 30 x 40 cm dengan tutup

terbuat dari kawat ram dan dialasi serbuk kayu. Tikus diberi pakan pellet standar

dan minum ad libitum. Lingkungan kandang dibuat agar tidak lembab dengan

sirkulasi udara baik, serta penyinaran yang cukup terang (±14 jam) dan gelap

selama (±10 jam).

Pengelompokan Hewan

Tikus dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kontrol (K) dan minyak

trans (MT) yang terdiri dari 3 perlakuan yaitu 20%, 40% dan 60% dari total energi

pakan yang diberikan (Buettner et al. 2007). Kelompok kontrol berjumlah 4 ekor

tikus dan kelompok perlakuan berjumlah 12 ekor tikus. Kelompok perlakuan

minyak trans 20%, 40%, 60% masing-masing terdiri dari 4 ekor tikus sebagai

ulangan.

Page 20: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

6

Perlakuan

Pemberian minyak trans pada tikus menggunakan sonde lambung. Minyak

trans yang diberikan pada tikus kelompok 20% sejumlah 1.4 ml, kelompok 40%

sejumlah 2.8 ml dan kelompok 60% sejumlah 4.2 ml, diberikan sebagai pakan

tambahan dihitung berdasarkan perbandingan dari total konsumsi energi yang

diberikan (Lampiran 1). Tikus dicekok minyak trans satu kali sehari pada siang

hari selama 70 hari.

Pengukuran Aktivitas

Semua tikus kontrol dan tikus perlakuan setelah 70 hari pencekokkan

minyak trans diukur aktivitasnya. Seluruh kelompok tikus dalam kotak plastik

dipindahkan menuju ruang analisa dan didiamkan selama 5 menit untuk

beradaptasi dengan wilayah baru. Pengamatan aktivitas dilakukan di ruang

tertutup pada siang hari dengan pencahayaan yang cukup.

Sesuai dengan kelompoknya kemudian tikus ditempatkan pada wadah

pengukuran aktivitas dalam Opto-varimex®

auto-track system ver. 4.31. Untuk

mengurangi pengaruh stres lingkungan, sebelum dimulai pengukuran hewan

dimasukkan ke dalam alat selama 5 menit. Pengukuran aktivitas dilakukan

sebanyak satu kali. Alat dioperasikan selama 5 menit dalam ruangan yang bebas

gangguan baik suara maupun getaran guna meminimalkan pengaruh lingkungan

selama proses pengukuran aktivitas.

Parameter aktivitas tikus yang diukur menggunakan Opto-varimex®

auto-

track system ver. 4.31 adalah distance traveled, resting time dan ambulatory time.

Distance traveled (DT) adalah jarak tempuh tikus selama 5 menit waktu

pengukuran. Resting time (RT) adalah waktu yang dibutuhkan tikus untuk

beristirahat atau tidak melakukan suatu gerakan. Ambulatory time (AT) adalah

waktu yang dibutuhkan tikus untuk memulai suatu gerakan stereotypic tanpa

perpindahan tempat.

Prosedur Analisis Data

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok

(RAK) dan masing-masing perlakuan terdiri atas 4 ekor tikus sebagai ulangan.

Data kuantitatif hasil pengamatan akan dianalisa menggunakan Analysis of

Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan

antar perlakuan dengan selang kepercayaan 95% (α=0.05), serta uji regresi dengan

menggunakan perangkat lunak software SAS 9.1.3 (Mattjik dan Sumertajaya

2006).

Page 21: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemberian minyak trans dengan dosis 20%, 40%, 60% dari total konsumsi

energi selama 70 hari perlakuan terhadap perubahan aktivitas tikus DT, RT dan

AT dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Aktivitas tikus pada pemberian minyak trans berbeda

Aktivitas

Distance traveled (cm) Resting time (detik) Ambulatory time (detik)

Streotypic time (detik)

Kontrol 171.50±68.946a 269.50±13.025

c 30.50±13.025

a

MT 20% 274.25±94.524b 114.50±14.730

b 185.50±14.730

b

MT 40% 520.00±130.228b 75.75±9.639

b 224.25±9.636

c

MT 60% 761.00±282.546c 47.00±7.702

a 253.00±7.702

c

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata pada taraf uji 5%.

Hasil pengamatan aktivitas menunjukkan bahwa semua kategori aktivitas

tikus jantan kelompok perlakuan berpengaruh nyata (P<0.05) bila dibandingkan

dengan kelompok kontrol. Adanya perbedaan data tersebut mengindikasikan

bahwa pemberian minyak trans selama 70 hari memberikan pengaruh terhadap

aktivitas tikus.

Distance traveled (DT) atau Jarak Tempuh

Distance traveled adalah jarak yang ditempuh oleh tikus atau perpindahan

tikus dari tempat yang satu ketempat yang lain. Perpindahan tikus dapat berkaitan

dengan agresivitas dalam mencari makanan dan minuman, mencari tempat

perlindungan ataupun pengenalan lingkungan.

Hasil pengukuran menunjukkan, adanya peningkatan yang nyata pada

perlakuan 20%, 40% maupun 60%. Untuk mengetahui hubungan antara

konsentrasi minyak trans dengan DT, dilakukan uji regresi. Hasil uji regresi

(Gambar 2) menunjukkan hubungan yang erat antara peningkatan konsumsi

minyak trans dengan peningkatan DT, dengan persamaan y = 201.425x-71.875, r

= 0.834 dan R2 = 0.696. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan minyak trans

memberikan pengaruh terhadap DT sebesar 69.6%

Pemberian minyak trans pada tikus yang berlebih dapat menyebabkan

penimbunan jaringan adiposa yang berakibat pada peningkatan bobot badan.

Penelitian yang dilakukan oleh Dhibi et al. (2011) menyatakan bahwa setelah

empat minggu pemberian pakan tinggi lemak trans sebesar 20% dari total energi

pakan, menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 25.83 g lebih tinggi

dibandingkan dengan tikus yang diberi pakan standar.

Page 22: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

8

Peningkatan massa jaringan adiposa akibat diet tinggi minyak trans akan

mengakibatkan peningkatan kadar leptin dalam darah. Hal ini sesuai dengan

pernyatan Guyton dan Hall (2008) bahwa meningkatnya massa adiposa

berbanding lurus dengan peningkatan sekresi hormon leptin. Tingginya kadar

leptin dalam darah akan direspon oleh hipothalamus bagian lateral yang

merupakan pusat rasa lapar (Konturek et al. 2004). Leptin bersirkulasi di otak

melalui proses difusi dan menempatkan reseptor-reseptor leptin di berbagai bagian

hipothalamus lateral, terutama Neuron Proopio Melanokortin (POMC) di nukleus

arkuatus (Friedman dan Halaas 1998). Tikus dan manusia yang mengalami

peningkatan massa jaringan adiposa menyebabkan keadaan resistensi reseptor

leptin, sehingga akan makan terus menerus (hiperphagia) walaupun kadar leptin

dalam darah sedang tinggi (Guyton dan Hall 2008).

Diet tinggi lemak dapat menyebabkan peningkatan piruvat dehidrogenase

kinase (PDK) (Peters et al. 2001). PDK adalah enzim yang berada di dalam otot

rangka. Kondisi diet tinggi lemak berkepanjangan menyebabkan peningkatan

kadar PDK, sehingga hal ini dapat berakibat meningkatnya aktivitas fisik tikus.

Peningkatan aktivitas fisik tikus dengan melakukan perjalanan adalah upaya

dalam mencari makan. Hal inilah yang menyebabkan kenaikan DT tikus.

Resting time (RT) atau Waktu Istirahat

Resting time adalah waktu yang dibutuhkan untuk tikus beristirahat.

Istirahat bagi hewan sangat penting untuk menghemat energi. Hasil pengukuran

RT menunjukkan bahwa kelompok perlakuan minyak trans memberikan pengaruh

yang nyata terhadap waktu istirahat tikus (P<0.05).

Gambar 2 Sebaran kurva uji regresi antara jumlah pemberian

minyak trans dengan DT

Jara

k T

empuh (

cm)

Kelompok Perlakuan

Page 23: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

9

Hasil pengukuran menunjukkan, adanya penurunan yang nyata pada

perlakuan 20%, 40% maupun 60%. Hubungan antara konsentrasi minyak trans

dengan RT diperoleh dengan melakukan uji regresi. Uji regresi (Gambar 3)

memberikan hasil hubungan yang erat antara peningkatan konsumsi minyak trans

dengan penurunan RT. Hasil uji regresi menunjukkan persamaan y = 70.625x-

3.250, r = 0.913 dan R2 = 0.834. Hal ini memberikan arti bahwa pemberian

minyak trans mempengaruhi 83.4% waktu istirahat tikus.

Tikus merupakan hewan pengerat yang hidup secara sosial. Hewan ini hidup

secara berkelompok dengan berbagi liang atau sarang. Mereka yang hidup

berkelompok saling berinteraksi untuk berbagi area makan (Ebensperger 2001).

Di alam liar, wilayah yang dijelajahi tikus adalah 10-8000 m2. Pergerakan

tikus yang sedemikian luas dapat berkaitan dengan agresivitas dalam mencari

makanan dan minuman, mencari tempat bersarang, kawin ataupun pengenalan

lingkungan. Kegiatan ini dilakukan secara alamiah oleh tikus dan diperlukan

kemampuan dalam bergerak baik lari ataupun berjalan (Jackson 1982).

Menurut Corbett et al. (1986) tikus yang mengalami kenaikan massa

adiposa cenderung mengalami penurunan waktu istirahat. Aktivitas tikus yang

mengalami diet tinggi minyak trans lebih tinggi dibandingkan dengan tikus

kontrol, dalam hal ini tikus selalu merasa lapar sehingga terjadi peningkatan DT,

menyebabkan waktu istirahat tikus berkurang. Sementara Milosevi et al. (2005)

menjelaskan bahwa tikus dalam keadaan stres akan cenderung banyak melakukan

aktivitas. Stres yang dialami tikus salah satunya disebabkan oleh rasa tidak

nyaman akibat selalu merasa lapar. Hal ini menyebabkan penurunan waktu

istirahat pada tikus.

Gambar 3 Sebaran kurva uji regresi antara jumlah

pemberian minyak trans dengan RT

Wak

tu I

stir

ahat

(d

etik

)

Kelompok Perlakuan

Page 24: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

10

Ambulatory Time (AT)

Ambulatory Time adalah waktu yang diukur ketika tikus akan memulai

suatu gerakan. Gerakan yang dilakukan oleh tikus berupa gerakan stereoptypic

seperti grooming, makan, defekasi ataupun urinasi tanpa melakukan perpindahan

lokasi. Hasil pengukuran AT memiliki perbedaan yang nyata sehingga dilakukan

uji lanjutan dengan uji Duncan dengan selang kepercayaan 95% (α=0.05).

Setelahnya dilakukan uji regresi untuk melihat adanya hubungan penambahan

volume minyak trans dengan AT.

Hasil pengukuran menunjukkan, adanya peningkatan yang nyata pada

perlakuan 20%, 40% maupun 60%. Hasil uji regresi (Gambar 4) menunjukkan

hubungan yang erat antara peningkatan konsumsi minyak trans dengan

peningkatan AT, dengan persamaan y = 303.250-70.625x, nilai r = 0.913 dan nilai

R2 = 0.834. Hal ini menunjukkan bahwa 83.4% penambahan minyak trans

memberikan pengaruh terhadap AT.

Rasa lapar yang ditimbulkan oleh kondisi diet tinggi minyak trans tidak

hanya berasal dari hormon leptin saja. Peningkatan massa jaringan adiposa

mengakibatkan kondisi resistensi insulin (Dewi 2007). Kaitan yang besar antara

obesitas dan resistensi insulin mengindikasikan bahwa peningkatan atau

penurunan berat badan berkaitan erat dengan sensitivitas insulin (Urukawa 2003).

Pada penderita obesitas akan berkembang resistensi terhadap aksi seluler insulin

yang ditunjukkan oleh berkurangnya kemampuan insulin untuk menghambat

pengeluaran glukosa dari hati serta berkurangnya kemampuan untuk mengambil

glukosa dari lemak dan otot (Park et al. 2006). Kondisi ini menyebabkan

rendahnya kadar glukosa dalam sel sehingga tikus akan selalu merasa lapar. Hal

inilah yang menyebabkan AT meningkat.

Gambar 4 Sebaran kurva uji regresi antara jumlah

pemberian minyak trans dengan AT

Kelompok Perlakuan

Wak

tu a

mbula

tori

(det

ik)

Page 25: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

11

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian diet tinggi minyak trans memberikan pengaruh nyata terhadap

aktivitas tikus wistar jantan. Perubahan aktivitas yang terjadi yaitu peningkatan

jarak tempuh, penurunan waktu istirahat dan peningkatan waktu ambulatori tikus.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek pemberian minyak

trans terhadap parameter lain yang menunjukkan aktivitas tikus, serta dibutuhkan

penelitian mengenai aktivitas tikus terhadap pemberian minyak trans

menggunakan tipe minyak yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Buettner R, Scholmerich J, Bolheimer LC. 2007. High-fat diets: modeling the

metabolic disorders of human Obesity in rodents. J Obesity.15: 798-808.

Corbett SW, Stern JS, Keesey RE. 1986. Energy expenditure in rats with diet-

induced obesity. Am J Clin Nutr . 44:173-180.

Dewi M. 2007. Resistensi insulin terkait obesitas: mekanisme endokrin dan

intrinsik sel. J of Nutri and Food. 2(2): 49 - 54.

Dhibi M, Brahmi1 F, Mnari A, Houas Z, Chargui I, Bchir L, Gazzah N, Alsaif

MA and Hammami M. 2011. The intake of high fat diet with different trans

fatty acid levels differentially induces oxidative stress and non alcoholic fatty

liver disease (NAFLD) in rats. J Metabolism and Nutrition. 8(65): 2-12.

Ebensperger LA. 2001. A review of the evolutionary causes of rodent group-

living. Acta Theriologica. 46(2): 115–144.

Fennema OR. 1996. Food Chemistry, 3rd ed. Marcel Dekker, Inc. New York

USA.

Fessenden RJ dan Fessenden JS. 1986. Organic Chemistry Third Edition.

University Of Montana. Wadsworth Inc. Massachuset (US).

Friedman JM dan Halaas JL. 1998. Leptin and the regulation of body weight in

mammals. Nature Macmillan Publishers Ltd. 395: 764-770.

Guyton AC, Hall JE. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi IX.

Penerjemah: Setiawan I, Tengadi LMAKA, Santoso A. Jakarta (ID): EGC.

Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi XI.

Penerjemah: Irawati, Ramadhani D, Indriyani F, Dany F. Jakarta (ID): EGC.

Jackson WB. 1982. Norway rat and allies. In: Wild Mammals of North America

(Chapman JA, FeldhamerGA, eds). Baltimore: The Johns Hopkins University

Pr.

Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta (ID):

Penerbit Universitas Indonesia. p.61-143.

Konturek SJ, Konturek JW, Pawlik T, Brzozowki T. 2004. Brain-gut axis and its

role in the control of food intake. J Physiol & Phar. 55:137-154.

Page 26: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

12

Mars M, de Graaf C, de Groot CPGM, van Rossum CTM and Kok FJ. 2006.

Fasting leptin and appetite responses induced by a 4-day 65%-energy-restricted

diet. J of Obesity. 30: 122–128.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi

SAS dan Minitab.Ed ke-3. Bogor: IPB Pr.

Mercola J. 2010. Scientists Unlock How Trans Fats Harm Your Arteries. Mercola

[Internet]. [diunduh 2014 Des 31]. Tersedia pada: http://www.

http://articles.mercola.com/sites/articles/archive/2010/11/16/scientists-unlock-

how-trans-fats-harm-your-arteries.aspx.

Millenson JR, Julian CL. 1979. Priciples of Behavioral Analisys. 2nd Ed. The

New University of Ultser, Northern Ireland.

Milosevi VS, Trifunovi M, Sekuli B, Sosi B, Filipovi N, Negi N, Nestorovi SM,

Manojlovi V, Starcevi C. 2005. Chronic Exposure to Constant Light Affects

Morphology and Secretion of Adrenal Zona Fasciculata Cells in Female Rats.

Gen. Physiol. Biophys. 24: 299-309.

Mozaffarian D, Katan MB, Ascherio A, Stampfer MJ, Willet WC. 2006. Trans

fatty Acids and Cardiovascular Disease. The N Engl J Med. 354:1601-1613.

Park J, Choe SS, Choi AH, Kim KH, Yoon MJ, Suganami T, Ogawa Y, Kim JB.

2006. Increase in glucose-6-phosphate dehydrogenase in adipocytes stimulates

oxidative stress and inflammatory signals diabetes. J Diabetes. 55: 2939-2949.

Peters SJ, Robert AH, Pengfei Wu, Pehleman TL, George JF, Heigenhauser LL.

2001. Human skeletal muscle PDH kinase activity and isoform expression during a

3-day high-fat/low-carbohydrate diet. Am J of Physiology - Endocrinology and

Metabolism. 281(6): E1151-E1158.

Puspitasari NN. 1996. Buletin Teknik dan Industri Pangan. 7(2): 84-94.

[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2010. Kementerian Kesehatan RI, Badan Penelitian Dan

Pengembangan Kesehatan (ID).

Schwartz MW. 2001. Brain pathways controlling food intake and body weight. J

Exp Biol Med. 226:978-981.

Silver IA, Erecinska M. 1994. Extracellular glucose concentration in mamalian

brain: continuous monitoring of changes during increased neuronal activity and

upon limitation in oxygen supply in normo-, hypo- and hyperglycemic animals.

J Neurosci. 14: 5068-5076.

Tuminah S. 2009. Efek Asam Lemak Jenuh dan Asam Lemak Tak Jenuh “Trans”

Terhadap Kesehatan. Media Penelitian dan Pengembangan Departemen

Kesehatan, Republik Indonesia. Vol XIX, supplemen II.

Urakawa H. 2003. Oxidative stress is associated with adiposity and insulin

resistance in men. J of clin endo & metabolism. 10(88): 4673-4676.

[WHO] World Health Organization. 2003. Diet, Nutrition and the Prevention of

Chronic Diseases, Report of a Joint.

Page 27: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

13

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan volume pemberian minyak trans

Energi yang tersedia pada pakan = 400 kkal/ 100 g

= 4 kkal/g

Berdasarkan pengamatan pada periode pra penelitian konsumsi pakan tikus

mencapai 15.6 g/hari/ekor

Konsumsi energi harian = 15.6 g/hari × 4 kkal/g

= 62.65 kkal/ekor/hari

Hasil analisa proksimat minyak trans sebesar 9.3 kkal/ml

Pemberian minyak trans dalam satu hari

Kelompok 20% × 62.56 kkal/ekor/hari = 12.5 kkal → 1.4 ml

Kelompok 40% × 62.56 kkal/ekor/hari = 25 kkal → 2.8 ml

Kelompok 60% × 62.56 kkal/ekor/hari = 37.5 kkal → 4.2 ml

Page 28: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

14

Page 29: PENGAMATAN AKTIVITAS TIKUS WISTAR JANTAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74498/B15nmk.pdf · ® Pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu Lampung, pada tanggal 27 Oktober 1991

dari ayah Choirul Fatoni dan ibu Caridah. Penulis adalah putri kedua dari tiga

bersaudara. Pada tahun 2004 penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar

Negeri 1 Gadingrejo Pringsewu, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah

Menengah Pertama Negeri 1 Gadingrejo Pringsewu, dan tamat pada tahun 2007.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pringsewu, di tahun yang sama

penulis mendapatkan kesempatan masuk jalur Penelusuran Minat Dan

Kemampuan Akademis (PMDKA) di Universitas Negeri Lampung dan pada

tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di

Fakultas Kedokteran Hewan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi anggota pengurus

Divisi Internal Himpunan Profesi Ruminansia. Penulis juga pernah aktif sebagai

staf pengurus Departemen Sosial dan Lingkungan BEM B FKH IPB Kabinet

STRATEGIS.