pengamatan ulat kantung (lepidoptera:...

51
PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: PSYCHIDAE) PADA BEBERAPA PERTANAMAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DI DAERAH BOGOR NILA RULLY PRAVITASARI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Upload: dinhbao

Post on 05-Mar-2018

255 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA:

PSYCHIDAE) PADA BEBERAPA PERTANAMAN JAMBU

BIJI (Psidium guajava L.) DI DAERAH BOGOR

NILA RULLY PRAVITASARI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

Page 2: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

ABSTRAK

NILA RULLY PRAVITASARI. Pengamatan Ulat Kantung (Lepidoptera:

Psychidae) pada Beberapa Pertanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.) di Daerah

Bogor. Dibimbing oleh NINA MARYANA.

Jambu biji adalah komoditas buah yang prospektif untuk dikembangkan.

Dalam usaha budidaya tanaman tentunya tidak terlepas dari keberadaan organisme

pengganggu tanaman seperti hama. Hama yang berpotensi menimbulkan

kerugian bagi petani salah satunya adalah ulat kantung. Ulat kantung terkadang

dianggap kurang penting namun apabila populasinya meledak, dapat

menimbulkan kerugian yang besar. Informasi mengenai ulat kantung masih

sangat terbatas sehingga perlu dilakukan berbagai penelitian agar dapat

menentukan strategi pengendalian hama tersebut. Penelitian dilakukan di

pertanaman jambu biji di Desa Babakan Sadeng, Kecamatan Leuwi Sadeng; Desa

Cibeureum, Kecamatan Dramaga; dan Desa Cilebut, Kecamatan Sukaraja,

Kabupaten Bogor. Penelitian lebih rinci dilakukan di Laboratorium

Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB.

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret hingga Juni 2009 dengan tujuan

untuk mempelajari keragaman jenis dan kepadatan populasi ulat kantung pada

pertanaman jambu biji di daerah Bogor, serta keberadaan musuh alaminya.

Metode penelitian yang dilakukan adalah penentuan petak tanaman contoh,

pengamatan populasi ulat kantung pada pertanaman jambu biji, pemeliharaan ulat

kantung di laboratorium, pembuatan koleksi kering dan basah serta identifikasi

musuh alami. Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat tujuh spesies ulat kantung

dengan bentuk dan ukuran kantung yang beragam. Rata-rata populasi ulat

kantung di tiga desa contoh berkisar antara 0,36 hingga 2,06 individu per

tanaman. Rata-rata populasi ulat kantung di Desa Babakan Sadeng selama

pengamatan cenderung menurun, sedangkan di Desa Cibeureum dan Desa Cilebut

cenderung meningkat. Musuh alami yang ditemukan menyerang ulat kantung

adalah parasitoid Famili Ichneumonidae, Braconidae, dan Eulophidae. Musuh

alami lainnya adalah nematoda Famili Mermithidae.

Page 3: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA:

PSYCHIDAE) PADA BEBERAPA PERTANAMAN JAMBU

BIJI (Psidium guajava L.) DI DAERAH BOGOR

NILA RULLY PRAVITASARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada

Departemen Proteksi Pertanian

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

Page 4: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Judul Skripsi : Pengamatan Ulat Kantung (Lepidoptera: Psychidae)

pada Beberapa Pertanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.)

di Daerah Bogor

Nama : Nila Rully Pravitasari

NIM : A34050893

Disetujui

Dr. Ir. Nina Maryana, MSi.

Dosen Pembimbing

Diketahui

Dr. Ir. Dadang, MSc.

Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Tanggal lulus:

Page 5: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Salatiga, Jawa Tengah pada tanggal 20 Mei 1988.

Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Rachmat dan

Whiwin Rita Indriani. Tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikannya di SMU

Negeri 3 Bogor dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian

Bogor melalui jalur USMI. Penulis mengambil mayor Proteksi Tanaman dan

minor Perlindungan Hutan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti program Bina Desa

BEM Faperta IPB tahun 2006/2007 dan menjadi staf Departemen Pengembangan

Sumberdaya Manusia (PSDM) Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman

(HIMASITA) tahun 2006/2007. Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah

Biologi Patogen tahun 2007/2008, Ilmu Hama Tumbuhan Dasar tahun 2007/2008,

dan Entomologi Umum tahun 2008/2009. Tahun 2007 penulis mengikuti magang

di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, IPB. Penulis pernah

mengikuti pelatihan yang berjudul ”Training for Indonesian and Austrian Students

in Tropical Ecology and Rapid Biodiversity Assessment” dan mengikuti Program

Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan judul “Barrier crop untuk Mengendalikan

Penyakit Mosaik pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)” tahun 2008.

Page 6: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir dengan judul ”Pengamatan Ulat Kantung (Lepidoptera: Psychidae)

pada Beberapa Pertanaman Jambu biji (Psidium guajava L.) di Daerah Bogor”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Tulisan ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak.

Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Nina Maryana,

MSi selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan saran dan dorongan

selama penelitian. Penghargaan juga penulis tujukan kepada kedua orang tua,

kakak, dan adik yang selalu memberikan semangat dan tak lupa mendoakan

hingga terselesaikannya penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga ditujukan

kepada Supatmi selaku sahabat terbaik di DPT, warga Laboratorium

Biosistematika Serangga (Hafsah, Pola, Ozie, Acuy, Bu Is, Mbak Lia, Bu Dewi,

dan Mbak Elsa), dan teman-teman 42 (Dede, Ancie, Nisa, Rita, Aryo, Ana, Kade,

Juon, dan lain-lain).

Bogor, Oktober 2009

Nila Rully Pravitasari

Page 7: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x

PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

Latar Belakang ........................................................................................ 1

Tujuan Penelitian .................................................................................... 2

Manfaat Penelitian ................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 4

Pentingnya Tanaman Jambu Biji ............................................................ 4

Deskripsi Tanaman Jambu Biji ................................................................. 5

Hama dan Penyakit pada Tanaman Jambu Biji ....................................... 6

Ulat Kantung ........................................................................................... 7

Musuh Alami ........................................................................................... 9

BAHAN DAN METODE ................................................................................. 10

Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 10

Metode Penelitian .................................................................................... 10

Penentuan Petak Contoh ............................................................... 10

Pengamatan Populasi Ulat Kantung .............................................. 11

Pemeliharaan Ulat Kantung .......................................................... 11

Pembuatan Koleksi Kering dan Basah .......................................... 12

Identifikasi Musuh Alami ............................................................. 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 13

Kondisi Umum Lahan ............................................................................. 13

Ulat Kantung yang Ditemukan ................................................................ 14

Ulat Kantung Spesies 1 .................................................................. 14

Ulat Kantung Spesies 2 .................................................................. 16

Ulat Kantung Spesies 3 .................................................................. 18

Ulat Kantung Spesies 4 .................................................................. 19

Ulat Kantung Spesies 5 .................................................................. 20

Ulat Kantung Spesies 6 .................................................................. 22

Ulat Kantung Spesies 7 .................................................................. 22

Populasi Ulat Kantung ............................................................................ 23

Musuh Alami ........................................................................................... 25

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 31

Kesimpulan .............................................................................................. 31

Saran ........................................................................................................ 31

Page 8: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 32

LAMPIRAN ...................................................................................................... 34

Page 9: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Waktu pengamatan ulat kantung di tiga desa contoh ................................... 11

2 Ukuran ulat kantung spesies 1 ...................................................................... 15

3 Ukuran ulat kantung spesies 2 ...................................................................... 17

4 Ukuran ulat kantung spesies 3 ...................................................................... 18

5 Ukuran ulat kantung spesies 4 ...................................................................... 20

6 Ukuran ulat kantung spesies 5 ..................................................................... 21

7 Rata-rata populasi ulat kantung per pohon jambu di tiga desa contoh .......... 24

8 Musuh alami ulat kantung yang ditemukan ................................................. 25

Page 10: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Diagram penentuan tanaman contoh ........................................................... 10

2 Tempat pemeliharaan ulat kantung ............................................................. 12

3 Pertanaman jambu biji di tiga desa pengamatan ......................................... 13

4 Ulat kantung spesies 1 ................................................................................. 15

5 Ulat kantung spesies 2 ................................................................................. 17

6 Ulat kantung spesies 3 ................................................................................. 18

7 Ulat kantung spesies 4 ................................................................................. 19

8 Ulat kantung spesies 5 ................................................................................. 21

9 Bentuk kantung Pagodiella hekmeyeri ....................................................... 22

10 Bentuk kantung spesies 7 ............................................................................ 23

11 Parasitoid famili Ichneumonidae spesies A .............................................. 26

12 Parasitoid famili Ichneumonidae spesies B ............................................... 27

13 Parasitoid famili Braconidae spesies A ....................................................... 27

14 Parasitoid famili Braconidae spesies B ....................................................... 28

15 Parasitoid famili Eulophidae ....................................................................... 28

16 Nematoda famili Mermithidae .................................................................... 30

Page 11: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Ulat kantung spesies 1 .................................................................................. 34

2 Ulat kantung spesies 2 .................................................................................. 35

3 Ulat kantung spesies 3 .................................................................................. 36

4 Ulat kantung spesies 4 (Pteroma pendula) .................................................. 37

5 Ulat kantung spesies 5 .................................................................................. 38

6 Ulat kantung spesies 6 (Pagodiella hekmeyeri) ........................................... 39

7 Ulat kantung spesies 7 .................................................................................. 39

Page 12: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jambu biji (Psidium guajava L.) adalah salah satu komoditas buah yang

prospektif. Saat ini di Jawa Tengah jambu biji diprioritaskan untuk

dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis, mempunyai sebaran agroklimat

yang luas, dan permintaan pasar yang tinggi (BPTP Jateng 2008). Selain itu,

jambu biji juga tergolong dalam komoditas yang diperdagangkan secara

internasional. Tanaman jambu biji telah menyebar luas, terutama di daerah tropik.

Selain ditanam dalam kebun, tanaman jambu biji sering ditemukan di pekarangan

rumah. Tanaman jambu biji yang banyak dikembangkan adalah tanaman yang

menghasilkan buah jambu biji merah karena daging buahnya lebih manis dan

lunak dibandingkan dengan jambu biji putih (Ashari 2006).

Buah jambu biji yang disukai oleh masyarakat umumnya adalah yang

berdaging lunak dan tebal, rasanya manis, berbiji sedikit, dan buahnya berukuran

besar. Jenis jambu biji yang banyak ditanam di Indonesia adalah jenis jambu

sukun, jambu susu putih, jambu apel, jambu australia, jambu palembang, jambu

kamboja, jambu pasar minggu, jambu merah getas, jambu harum manis, jambu

sari, dan jambu tukan (IFH 2008).

Produksi jambu biji di Indonesia mengalami ketidakstabilan setiap

tahunnya. Tahun 2006 produksi jambu biji adalah 196,18 ton kemudian pada

tahun 2007 terjadi penurunan menjadi 179,47 ton. Namun pada tahun 2008

terjadi peningkatan produksi jambu biji menjadi 207,03 ton (BPS 2008). Selain

dari produksinya, ketidakstabilan juga terjadi pada volume ekspor buah jambu

biji. Tahun 2006 ekspor jambu biji sebanyak 139,84 ton. Tahun 2007 terjadi

penurunan menjadi 37,31 ton. Namun pada tahun 2008 terjadi peningkatan

ekspor menjadi 54,43 ton (Direktorat Jenderal Hortikultura 2008). Beberapa

sentra produksi jambu biji di Indonesia adalah Jawa Barat (Cirebon, Karawang,

dan Garut), Jawa Tengah (Pekalongan, Grobogan, Kudus, Jepara, Gombong,

Purbalingga, Purworejo, Sukoharjo, Semarang, Wonogiri, dan Cilacap), Daerah

Istimewa Yogyakarta (Sleman, Gunung Kidul, dan Kulon Progo), Jawa timur,

Bali, Nusa Tenggara Barat, Sumatra, dan Kalimantan (IFH 2008).

Page 13: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Dalam budidaya jambu biji, keberadaan hama dan penyakit seringkali

menjadi faktor pembatas yang menyebabkan terjadinya penurunan produksi.

Hama utama yang diketahui menyerang tanaman jambu biji adalah lalat buah

(Diptera: Tephritidae) (Gould dan Raga 2002). Lalat buah dapat menyebabkan

buah yang hampir matang menjadi berlubang, busuk, rontok, bahkan sering

ditemukan belatung di dalam buahnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya

penurunan produksi buah. Hama lain yang ditemukan pada pertanaman jambu

biji adalah ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae). Ulat kantung merupakan hama

potensial perusak daun. Ulat kantung termasuk serangga polifag dan sering

menjadi hama pada pertanaman kelapa sawit, coklat, kina, teh, kopi, dan tanaman

palem-paleman (Kalshoven 1981). Menurut Darwiati (2005), tanaman inang ulat

kantung yaitu tanaman pertanian, tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan.

Populasi dan intensitas serangan ulat kantung yang tinggi dapat menyebabkan

terjadinya penurunan produksi, karena terganggunya proses fotosintesis yang

dapat mempengaruhi proses pembentukan buah. Serangan ulat kantung pada

awalnya hanya terlokalisasi pada beberapa tanaman saja. Namun apabila populasi

ulat kantung meledak, maka serangannya akan merata pada semua tanaman dalam

suatu areal. Untuk mencegah terjadinya peledakan populasi ulat kantung

diperlukan tindakan pemantauan yang intensif di daerah yang terserang dan

daerah sekitarnya untuk mencegah terjadinya penyebaran ke daerah dan

komoditas lain.

Ulat kantung merupakan salah satu serangga yang memiliki keunikan

dalam perilaku dan morfologinya. Namun informasi mengenai ulat kantung

tersebut masih sangat terbatas sehingga perlu dilakukan berbagai penelitian

mengenai ulat kantung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar

penelitian-penelitian selanjutnya.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keragaman jenis dan kepadatan

populasi ulat kantung pada pertanaman jambu biji di daerah Bogor, serta

keberadaan musuh alaminya.

Page 14: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai informasi

dasar tentang ulat kantung pada jambu biji serta musuh alaminya sehingga dapat

menjadi dasar bagi penelitian lanjutan dan penentuan strategi pengendalian hama

ini.

Page 15: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

TINJAUAN PUSTAKA

Pentingnya Tanaman Jambu Biji

Jambu biji termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledon,

famili Myrtaceae, genus Psidium, spesies guajava (L.). Tanaman jambu biji

bukan merupakan tanaman asli Indonesia, daerah asalnya diduga Meksiko dan

Peru. Tanaman jambu biji telah menyebar luas ke seluruh dunia terutama di

daerah tropik. Diperkirakan terdapat sekitar 150 spesies Psidium yang menyebar

di daerah tropik dan subtropik (Ashari 1995).

Tanaman jambu biji sudah sejak lama dimanfaatkan dalam bidang

kesehatan. Buah jambu biji dapat dikonsumsi dalam bentuk segar atau diolah

menjadi berbagai macam produk seperti selai, jeli, pasta, dodol, sirup, dan jus.

Buah jambu biji dapat dimanfaatkan sebagai sumber utama vitamin C yang dapat

meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Selain bagian buah, bagian lain dari

tanaman ini yang sering digunakan adalah kulit batang dan daun. Kulit batang

dan daun jambu biji memiliki senyawa antibakteri. Ekstrak dari kedua bagian

tanaman ini digunakan untuk pengobatan diare karena bersifat toksik terhadap

bakteri penyebab diare, seperti Staphylococcus, Salmonella, Shigella, Bacillus,

Escherichia coli, Clostridium, dan Pseudomonas. Daun jambu biji yang

dihaluskan dapat digunakan untuk mengobati luka. Selain itu, daun jambu biji

juga dapat mengatasi keluhan-keluhan lain yang berhubungan dengan pencernaan

dan dapat bermanfaat sebagai antioksidan.

Kandungan zat gizi dalam buah jambu biji antara lain, vitamin C,

potassium, dan zat besi. Kandungan vitamin C buah jambu biji sekitar 87 mg, dua

kali lipat dari jeruk manis (49 mg/100 g), lima kali lipat dari orange, serta delapan

kali lipat dari lemon (10,5 mg/100 g). Dibandingkan dengan jambu air dan jambu

bol, kadar vitamin C pada jambu biji jauh lebih besar, yaitu 17 kali lipat dari

jambu air (5 mg/100 g) dan empat kali lipat dari jambu bol (22 mg/100 g). Fungsi

vitamin C adalah untuk menjaga dan memacu kesehatan pembuluh kapiler,

mencegah gusi bengkak dan berdarah, menghambat produksi nitrosamine yang

dapat memicu kanker, membantu penyerapan zat besi, berperan sebagai

antioksidan serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Buah jambu biji bebas

Page 16: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

dari asam lemak jenuh dan sodium, rendah lemak dan energi, namun tinggi akan

serat pangan (IFH 2008).

Kandungan potasium pada jambu biji yaitu sekitar 14 mg/100 gram buah.

Potasium berfungsi meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan

kontraksi otot, mengatur pengiriman zat-zat gizi lainnya ke sel-sel tubuh,

mengendalikan keseimbangan cairan pada jaringan sel tubuh, serta menurunkan

tekanan darah tinggi atau hipertensi (IFH 2008).

Jambu biji juga mengandung serat pangan sekitar 5,6 gram/100 gram

daging buah. Jenis serat yang cukup banyak terkandung di dalam jambu biji

adalah pektin, yang merupakan jenis serat yang bersifat larut di dalam air. Serat

yang bersifat larut di dalam air memiliki peran besar dalam menurunkan kadar

kolesterol, yaitu mengikat kolesterol dan asam empedu dalam tubuh, serta

membantu pengeluarannya melalui proses buang air besar. Serat yang bersifat

larut dalam air berguna untuk mencegah penyumbatan pembuluh darah yang

dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke. Serat sejenis

itu juga berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah sehingga sangat

berperan dalam mencegah terjadinya penyakit diabetes mellitus (IFH 2008).

Deskripsi Tanaman Jambu Biji

Tanaman jambu biji tergolong dalam tanaman semak dengan tinggi

mencapai 10 meter. Percabangannya dekat dengan tanah dan sering tumbuh tunas

liar di dekat pangkal batang. Tunas berbentuk segiempat dengan dua daun di

setiap ruasnya. Tunas tersebut dapat digunakan sebagai bahan tanam (bibit).

Kulit batangnya licin atau halus, berwarna hijau sampai merah coklat dan bila

sudah tua mengelupas dalam serpihan-serpihan tipis. Kayu tanaman ini keras,

kuat, dan padat sehingga dapat dijadikan sebagai bahan bangunan. Ranting-

ranting muda bersudut empat dan berkambium. Daun-daunnya berhadapan

dengan ukuran daun antara 5-15 cm x 3-7 cm. Permukaan atas daun tidak berbulu

sedangkan permukaan bawah daun berbulu. Bunganya berkelompok dengan

jumlah bunga 2-3 pada setiap kelompok. Mahkota bunga berwarna putih

sebanyak 4-5 buah dengan panjang 1-2 cm (Soetopo 1997).

Page 17: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Bentuk buah jambu biji sangat bervariasi dari bulat hingga lonjong seperti

buah pir, serta beraroma wangi. Kulit buah tipis berwarna hijau sampai hijau

kekuningan. Buah jambu biji besarnya cukup bervariasi, dari yang berdiameter

2,5 cm sampai dengan lebih dari 10 cm. Bijinya bervariasi dari sangat sedikit

hingga sekitar 500 biji dalam buah yang beratnya sekitar 150 gram. Buah yang

disukai oleh masyarakat umumnya adalah yang berdaging lunak dan tebal,

rasanya manis, berbiji sedikit, dan buahnya berukuran besar. Pemanenan buah

dapat dilakukan sepanjang tahun (tidak mengenal musim) (IFH 2008).

Ashari (2006) menuliskan bahwa tanaman jambu biji sangat toleran

terhadap kondisi lingkungan yang mencekam, misalnya kekeringan, lahan

berbatu, dan pH rendah. Di daerah tropik, tanaman jambu biji tumbuh di dataran

rendah hingga ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut (dpl). Hasil terbaik

diperoleh saat tanaman tumbuh pada suhu 23-28oC dengan curah hujan 1000-2000

mm/tahun. Tanaman jambu toleran terhadap kisaran pH 4,5-8,2 serta terhadap

salinitas. Pada tanah yang kurang subur sekalipun, misalnya berbatu-batu,

tanaman jambu masih mampu tumbuh, meskipun hasil buahnya berkurang.

Hama dan Penyakit pada Tanaman Jambu Biji

Hama dan penyakit dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi

buah jambu biji. Bagian-bagian tanaman jambu biji yang dapat diserang oleh

hama dan penyakit adalah akar, batang, daun, dan buah.

Bagian akar tanaman dapat diserang oleh nematoda Meloidogyne spp.

Hama yang ditemukan menyerang batang atau kulit batang adalah ulat pemakan

kulit batang Indarbela quadrinotata (Lepidoptera: Metarbelidae). Monolepta

australis (Coleoptera: Chrysomelidae) dan Selenothrips rubrocinctus

(Thysanoptera: Thripidae) dilaporkan menyerang bagian daun. Bagian buah dapat

diserang oleh hama lalat buah Bactrocera spp. (Diptera: Tephritidae) dan thrips

(Thysanoptera: Thripidae) (Nakasone dan Paull 1998). Soetopo (1997)

menyatakan bahwa pada tanaman buah-buahan, lalat buah (Diptera: Tephritidae)

merupakan hama yang paling berbahaya dan jambu merupakan inang utama untuk

genus-genus Anastrepha, Ceratitis, Dacus, dan Argyresthia.

Page 18: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Penyakit yang ditemukan pada akar adalah layu fusarium yang disebabkan

oleh Fusarium solani (Nakasone dan Paull 1998). Soetopo (1997) menuliskan

bahwa pohon jambu biji dapat menjadi layu karena infeksi oleh beberapa

cendawan tanah. Cendawan Cephaleuros virescens dapat menyerang daun

sehingga menyebabkan penyakit bercak daun. Penyakit pada buah yang sering

ditemukan adalah antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum

gloeosporioides dan kanker buah yang disebabkan oleh Pestalotia psidii

(Nakasone dan Paull 1998). Glomerella cingulata atau Diplodia natalensis dapat

menyebabkan buah menjadi hitam dan mengering (Soetopo 1997).

Ulat Kantung

Ulat kantung termasuk ke dalam Ordo Lepidoptera, Famili Psychidae.

Secara umum, larva ulat kantung (bagworm) membuat kantung dari partikel daun,

pasir, atau ranting-ranting dengan bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.

Kantung akan semakin membesar seiring dengan pertumbuhan larva. Pada

kantung terdapat dua lubang, yaitu lubang anterior dan posterior. Saat makan atau

berpindah tempat, larva akan mengeluarkan kepala dan tungkai asli yang terdapat

pada toraks melalui lubang anterior sedangkan feses akan dikeluarkan melalui

lubang posterior (Kalshoven 1981). Ukuran kantung berkisar antara 1-15 cm pada

beberapa spesies di daerah tropik. Setiap spesies akan membuat kantung yang

khas baik dalam ukuran, bentuk, maupun komposisinya sehingga kantung yang

berbeda-beda ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu spesies ulat

kantung (Anonim 2009a).

Larva yang baru menetas dari telur kadang-kadang memakan induknya

yang telah mati atau telur lainnya yang tidak menetas. Larva-larva yang telah

menetas segera keluar dari kantung induknya melalui lubang posterior secara

bersamaan. Larva instar awal akan tinggal pada pertanaman tempat mereka

keluar atau menyebar melalui angin. Setelah larva keluar dari kantung induknya

maka mereka segera membuat kantungnya masing-masing karena jika kantung

tidak segera dibuat maka larva tersebut akan mati. Larva akan mulai makan

setelah kantung selesai dibuat untuk melindungi dirinya. Ulat kantung termasuk

dalam serangga yang memiliki inang yang luas atau polifag. Namun hal ini tidak

menjamin bahwa larva yang baru menetas dapat hidup ketika mereka pindah pada

Page 19: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

inang yang lain. Larva sering mati ketika mereka pindah pada tanaman yang baru.

Hal ini dapat terjadi karena kemampuan untuk beradaptasi terhadap lingkungan

masih rendah (Rhainds et al. 2009).

Menjelang berpupa, larva akan menutup rapat lubang anterior dan

menggantungkan diri pada tempat dia hidup. Selanjutnya, larva akan membalik

posisinya di dalam kantung, dengan mengubah posisi kepala yang sebelumnya

berada di bagian anterior menjadi berada di bagian posterior kantung. Larva yang

tidak mengubah posisinya sebelum berpupa, biasanya gagal keluar menjadi

imago. Larva Brachygyna incae tidak mengubah posisinya sebelum berpupa

sehingga imago keluar bukan dari bagian posterior melainkan dari bagian

subapikal kantung (Rhainds et al. 2009).

Pupa jantan bertipe obtekta dengan embelan yang melekat sedangkan pupa

betina berbentuk vermiform. Larva-larva yang akan menjadi imago betina

memilih tempat yang cocok untuk berpupa sehingga saat menjadi imago betina

mereka mudah ditemukan oleh jantannya untuk kopulasi. Larva-larva yang akan

menjadi imago jantan tidak melakukan hal seperti itu karena mereka memiliki

sayap sehingga memudahkan mencari imago betina atau berpindah tempat

(Rhainds et al. 2009).

Pada beberapa spesies seperti Manatha taiwana (Sonan), pada lubang

posterior akan keluar eksuvia penultimate instar dan perilaku seperti ini hanya

terjadi pada pupa-pupa jantan (Sugimoto dan Saigusa 2001). Imago jantan yang

muncul berupa ngengat yang bersayap, memiliki antena dengan tipe bipektinat,

tungkai yang relatif panjang dan alat mulut yang tereduksi. Imago betina yang

muncul tidak memiliki sayap dan tungkai (Rhainds et al. 2009).

Jumlah telur yang dihasilkan oleh betina dari setiap spesies sangat

bervariasi. Mahasena corbetti menghasilkan sekitar 3000 telur per imago betina.

Pada Eumeta variegata, telur yang dihasilkan sekitar 450 telur sedangkan Metisa

plana menghasilkan 100-300 telur. Suparno (2004) melaporkan bahwa setelah

dilakukan pembedahan, di dalam abdomen imago betina Pteroma pendula

terdapat 44 butir telur yang belum menetas. Imago betina meletakkan telur di

dalam kantungnya kemudian menjatuhkan diri ke tanah.

Page 20: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Ulat kantung menjadi hama terutama pada tanaman tahunan komersial.

Selain itu, ulat kantung juga ditemukan menyerang palem-paleman, pisang, dan

konifer. E. variegata dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman singkong,

jarak, kina, gambir, dan tanaman konifer. Di Sumatera Utara, E. variegata

dilaporkan menyebabkan kerusakan pada cemara dan Pinus merkusii. Di

Malaysia pada tahun 1956 terjadi peledakan populasi M. plana pada pertanaman

kelapa sawit. Kerusakan yang disebabkan oleh M. plana dapat menyebabkan

kehilangan hasil mencapai 40%. Di Philipina dilaporkan ulat kantung E.

fuscescens menyerang tanaman hias dan tanaman buah (Kalshoven 1981).

Musuh Alami

Musuh alami merupakan organisme di alam yang dapat mengendalikan

serangga dengan cara membunuh, melemahkan, atau mengurangi daya reproduksi.

Walaupun berada di dalam kantung, ulat kantung dapat diserang oleh predator,

parasitoid, ataupun oleh patogen. Predator dari ulat kantung M. plana adalah

Sycanus dichotomus (Hemiptera: Reduviidae). Selain itu, predator lain yang

dapat memangsa ulat kantung adalah burung. Parasitoid yang menyerang ulat

kantung terutama dari Ordo Diptera Famili Tachinidae (Nealsomyia rufella dan

Exorista psychidarum). Nematoda entomophagous juga ditemukan sebagai

musuh alami (Kalshoven 1981).

Parasitoid yang dapat menyerang M. corbetti adalah Brachymeria sp.

(Hymenoptera: Chalcididae), N. rufella, E. psychidarum, dan beberapa spesies

dari Tachinidae dan Sarcophagidae lainnya. Ulat kantung E. variegata dapat

diparasit oleh N. rufella dan Thyrsocnema caudagalli (Diptera: Tachinidae)

(Kalshoven 1981). Parasitoid Apanteles metesae (Hymenoptera: Braconidae)

telah digunakan untuk mengendalikan ulat kantung M. plana. Parasitoid ini dapat

menekan populasi ulat kantung sebesar 71% (Sangkaran 1970 dalam Perangin-

angin 2009).

Page 21: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di pertanaman jambu biji di Desa Babakan

Sadeng, Kecamatan Leuwi Sadeng; Desa Cibeureum, Kecamatan Dramaga; dan

Desa Cilebut, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Penelitian lebih rinci

dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi

Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan

mulai bulan Maret sampai Juni 2009.

Metode Penelitian

Penentuan Petak Contoh

Pengamatan dilakukan di tiga desa, masing-masing desa diamati satu petak

lahan pertanaman jambu biji. Tanaman contoh yang akan diamati ditentukan

dengan menggunakan metode diagonal (Gambar 1). Pada setiap lahan ditentukan

lima plot pengamatan. Pada masing-masing plot diamati sepuluh tanaman jambu

biji. Tanaman contoh yang diamati per desa adalah 50 tanaman sehingga pada tiga

pertanaman jambu biji diamati sebanyak 150 tanaman. Tanaman contoh yang

digunakan untuk setiap pengamatan adalah tanaman yang sama.

Gambar 1 Diagram penentuan tanaman contoh

Setiap lingkaran

berisi sepuluh

tanaman contoh

Page 22: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Pengamatan Populasi Ulat Kantung

Untuk mengamati populasi ulat kantung, pada setiap desa dilakukan enam

kali pengamatan dengan interval waktu tiga minggu sekali (Tabel 1). Setiap

tanaman contoh diamati seluruh bagian tanaman. Jumlah ulat kantung yang

diamati dihitung dan dicatat.

Tabel 1 Waktu pengamatan ulat kantung di tiga desa contoh

Pengamatan Ke- Desa Contoh

Babakan Sadeng Cibeureum Cilebut

1 07 Maret 2009 10 Maret 2009 14 Maret 2009

2 28 Maret 2009 31 Maret 2009 04 April 2009

3 18 April 2009 21 April 2009 25 April 2009

4 09 Mei 2009 12 Mei 2009 16 Mei 2009

5 30 Mei 2009 02 Juni 2009 06 Juni 2009

6 20 Juni 2009 23 Juni 2009 27 Juni 2009

Pemeliharaan Ulat Kantung

Untuk mengetahui imago jantan dan betina, diambil ulat kantung dari

tanaman bukan contoh. Ulat dimasukkan ke dalam kantung plastik dan dibawa ke

laboratorium. Ulat kantung dipelihara di dalam wadah plastik yang berdiameter 6

cm dengan tinggi 12 cm (Gambar 2). Bagian tutup wadah plastik diberi lubang

dan ditutup dengan kain kasa. Setiap wadah plastik diisi dengan satu ekor ulat

kantung dan daun jambu sebagai makanannya. Bagian pangkal daun jambu

dibalut dengan kapas basah agar daun tidak cepat kering. Imago jantan atau

betina dan musuh alami yang muncul dari ulat kantung yang dipelihara di

laboratorium selanjutnya dibuat koleksi kering atau basah.

Page 23: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Gambar 2 Tempat pemeliharaan ulat kantung

Pembuatan Koleksi Kering dan Basah

Imago jantan dari ulat kantung yang telah muncul segera diawetkan dalam

bentuk koleksi kering dengan cara bagian toraks ditusuk dengan jarum serangga

dan bagian sayap direntangkan di atas gabus perentang. Imago betina yang

muncul diawetkan dalam bentuk koleksi basah dengan cara dipanaskan dalam air

mendidih selama ± 15 menit. Selanjutnya imago didiamkan agar sesuai dengan

suhu ruang lalu disimpan dalam alkohol 70%. Musuh alami yang muncul dari

ulat kantung yang berupa parasitoid memiliki ukuran yang relatif kecil sehingga

untuk mengawetkannya dilakukan dengan cara ditempelkan di atas karton

segiempat, sedangkan musuh alami dari golongan nematoda diawetkan dalam

bentuk koleksi basah dalam alkohol 70%.

Identifikasi Musuh Alami

Musuh alami yang muncul dari ulat kantung yang terparasit segera

dikumpulkan untuk selanjutnya diidentifikasi. Identifikasi parasitoid dilakukan

hingga tingkat famili dan mengacu pada beberapa sumber seperti, Wahl and

Sharkey (1993) dan Borror et al. (1996). Untuk identifikasi, bagian yang diamati

antara lain sayap, antena, tungkai, dan abdomen.

Page 24: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lahan

Pertanaman jambu biji di Desa Babakan Sadeng (Gambar 3) terletak di

samping sungai dan dekat dengan pertanaman singkong. Tanaman jambu biji

yang ditanam adalah sebanyak seratus pohon dan berumur satu tahun. Pada lahan

pengamatan, selain jambu biji, ditanam juga tanaman lain seperti ubi jalar,

mentimun, terung, dan cabai.

Lahan pertanaman jambu biji di Desa Cibeureum terletak di Perumahan

Sinar Alam Sari. Lahan yang digunakan untuk pengamatan bersebalahan dengan

rumah warga. Tanaman jambu biji yang ditanam sebanyak 70 pohon dan berumur

tiga tahun. Pada lahan tersebut juga ditanami ubi jalar, pisang, srikaya, jeruk, dan

singkong.

Lahan pengamatan yang berada di Desa Cilebut letaknya bersebelahan

dengan rumah warga dan pertanaman jambu lainnya. Tanaman jambu biji

ditanam sebanyak 80 pohon dan berumur lima tahun. Tanaman lain yang ditanam

pada lahan ini adalah ubi jalar dan singkong.

(a) (b) (c)

Gambar 3 Pertanaman jambu biji di tiga desa pengamatan

Desa Babakan Sadeng (a), Desa Cibeureum (b), dan Desa Cilebut (c)

Page 25: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Ulat Kantung yang Ditemukan

Ulat kantung termasuk serangga yang unik karena selama hidupnya ulat

kantung berada di dalam kantung. Pergantian instar larva dan kopulasi yang

dilakukan oleh imago juga dilakukan di dalam kantung. Larva dari ulat kantung

bertipe eruciform dengan tiga pasang tungkai asli pada toraks yang berfungsi

untuk berjalan atau berpindah tempat, sedangkan pada bagian abdomen larva

terdapat tungkai palsu.

Pada kantung terdapat dua lubang, yaitu lubang anterior dan lubang

posterior. Menjelang berpupa, larva akan menutup lubang anterior dan posterior

kantung. Pupa jantan dan pupa betina dapat dibedakan, yaitu pupa jantan bertipe

obtekta dengan embelan yang menempel sedangkan pupa betina berbentuk seperti

cacing dan bagian sayap, tungkai, serta antena tidak tampak jelas. Imago jantan

muncul dengan sayap yang berkembang dengan baik sedangkan imago betina

tidak memiliki sayap dan tetap berada di dalam kantung. Antena dari imago

jantan tumbuh memanjang dan sangat peka sehingga ia dapat menemukan ngengat

betina yang tersembunyi di dalam kantung melalui bau yang dikeluarkan oleh

ngengat betina (Rhainds et al. 2009).

Kantung-kantung yang dibuat oleh larva sangat beragam. Bahan-bahan

yang digunakan untuk membuat kantung, misalnya partikel daun, ranting-ranting,

kulit batang, atau sutera yang dikeluarkan oleh larva itu sendiri sehingga

menghasilkan kantung yang beragam dalam bentuk, ukuran, maupun warna. Hal

inilah yang menyebabkan adanya ciri khas kantung dari masing-masing ulat

kantung walaupun tidak menutup kemungkinan adanya kemiripan kantung antar

spesies. Selama pengamatan, ditemukan tujuh jenis ulat kantung di mana masing-

masing ulat kantung memiliki ciri khas.

Ulat Kantung Spesies 1

Kantung terbuat dari daun jambu. Larva ulat kantung spesies 1 membuat

kantung dari potongan-potongan daun, kemudian kantung yang telah terbentuk

dari daun-daun yang ditempel selanjutnya dibungkus dengan daun yang masih

Page 26: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

utuh (Gambar 4, Lampiran 1). Kantung ini akan terlihat seperti daun-daun kering

yang menggantung pada ranting-ranting pohon.

Larva dari ulat kantung ini tubuhnya berwarna coklat kehitaman dan pada

bagian kepalanya terdapat bagian yang berwarna putih kecoklatan. Pada kepala,

toraks, dan abdomen terdapat seta-seta dengan jumlah sedikit. Larva ulat kantung

spesies 1 memiliki ukuran yang lebih besar bila dibandingkan dengan ulat

kantung spesies lainnya , yaitu rata-rata panjang tubuh 22,6 mm dan lebar 5,3 mm

(Tabel 2).

(a) (b) (c)

Gambar 4 Ulat kantung spesies 1

Bentuk kantung (a), pupa jantan (b), dan imago jantan dengan sayap

yang kurang lengkap (c)

Tabel 2 Ukuran ulat kantung spesies 1

Spesimen Panjang

(mm ± SD)

Lebar

(mm ± SD)

Ulangan

(individu)

Kantung larva 47,2 ± 22,0 10,7 ± 5,8 20

Larva 22,6 ± 9,9 5,3 ± 2,2 12

Pupa jantan 22,5 ± 3,5 6,5 ± 0,7 2

Imago jantan 20,0 5,0 1

10 mm

Page 27: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Larva ulat kantung spesies 1 memakan daun jambu termasuk tulang

daunnya dengan rakus dan hanya menyisakan ranting-rantingnya saja. Biasanya

larva memakan dari bagian pinggir daun. Semakin besar larva maka semakin

banyak jumlah daun yang dimakan dalam waktu singkat. Pohon jambu yang

diserang oleh ulat kantung spesies 1 ini akan terlihat merana karena daun-daun

yang tersisa hanya sedikit atau bahkan habis dimakan. Jika daun pada pohon

tersebut tinggal sedikit maka biasanya larva akan berpindah pada pohon terdekat

atau pada kanopi yang bersebelahan.

Larva yang akan berpupa biasanya akan mengurangi jumlah daun yang

dimakan atau bahkan tidak makan sama sekali. Larva tersebut akan mencari

tempat yang sesuai untuk tempat berpupa. Biasanya ulat kantung menempelkan

kantungnya dengan erat menggunakan sutera yang dikeluarkan oleh larva pada

ranting atau cabang pohon.

Pupa jantan dari ulat kantung ini berwarna hitam dengan rata-rata panjang

22,5 mm dan lebar 6,5 mm (Tabel 2). Imago jantan yang muncul memiliki

panjang tubuh 20,0 mm dan lebar 5,0 mm. Bagian kepala, toraks, dan

abdomennya berwarna coklat dan ditutupi oleh sisik-sisik. Sayap pada imago

jantan ditutupi oleh sisik namun dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.

Ulat Kantung Spesies 2

Kantung dari ulat kantung spesies 2 terbuat dari sutera-sutera yang

dikeluarkan oleh larva (Gambar 5, Lampiran 2). Kantung berwarna putih

kecoklatan dengan rata-rata panjang 21,8 mm dan lebar 4,2 mm (Tabel 3). Larva

memakan daun dari bagian pinggir atau bagian tengah sehingga daun menjadi

berlubang. Larva yang akan berpupa akan mencari tempat untuk

menggantungkan kantungnya. Biasanya kantung akan digantungkan di

permukaan bawah daun atau pada ranting pohon. Pupa jantan berwarna coklat

dan pada bagian dorsal abdomen terdapat sedikit seta.

Page 28: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

(a) (b) (c) (d)

Gambar 5 Ulat kantung spesies 2

Bentuk kantung (a), pupa jantan (b), imago jantan (c), dan imago

betina (d)

Tabel 3 Ukuran ulat kantung spesies 2

Spesimen Panjang

(mm ± SD)

Lebar

(mm ± SD)

Ulangan

(individu)

Kantung larva 21,8 ± 6,7 4,2 ± 0,9 20

Pupa jantan 10,0 ± 0 3,0 ± 0 3

Imago jantan 9,2 ± 0,7 3,3 ± 0,5 3

Imago betina 10,0 2,0 1

Imago jantan memiliki rata-rata panjang tubuh 9,2 mm dan lebar 3,3 mm

(Tabel 3). Jika dilihat dari arah dorsal, bagian kepala imago jantan kurang

terlihat. Bagian kepala, toraks, dan abdomennya penuh dengan sisik. Begitu pun

dengan sayapnya yang ditutupi sisik dan berwarna coklat terang. Imago jantan

memiliki rentang sayap 22,0 mm. Imago betina yang muncul berwarna putih

kekuningan dan bagian kepala berwarna lebih gelap.

5 mm

Page 29: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Ulat Kantung Spesies 3

Kantung dari ulat kantung spesies 3 terbuat dari kulit batang yang tipis

(Gambar 6, Lampiran 3). Rata-rata panjang kantung adalah 16,0 mm dan lebar

4,8 mm (Tabel 4). Pupa jantan berwarna hitam pada bagian bakal kepala dan

toraks sedangkan pada bagian bakal abdomen terdapat warna coklat dan hitam.

Imago jantan dari ulat kantung spesies 3 berbeda dari imago jantan ulat

kantung lainnya. Sayapnya tidak berwarna atau transparan dan sisik pada sayap

hanya terdapat pada bagian belakang dari sayap belakang dengan jumlah yang

sedikit. Rentang sayapnya adalah 20,0 mm. Tubuhnya berwarna hitam dan

ditutupi sisik dengan jumlah yang tidak terlalu banyak.

(a) (b) (c)

Gambar 6 Ulat kantung spesies 3

Bentuk kantung (a), pupa jantan (b), dan imago jantan (c)

Tabel 4 Ukuran ulat kantung spesies 3

Spesimen Panjang

(mm ± SD)

Lebar

(mm ± SD)

Ulangan

(individu)

Kantung larva 16,0 ± 1,4 4,8 ± 1,1 2

Pupa jantan 8,3 ± 1,1 2,9 ± 0,2 2

Imago jantan 7,5 ± 0,7 2,1 ± 0,6 2

5 mm

Page 30: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Ulat Kantung Spesies 4

Ulat kantung spesies 4 adalah Pteroma pendula, kantung terbuat dari daun

jambu (Gambar 7, Lampiran 4). Larva membuat kantung dari potongan-potongan

daun yang sangat kecil kemudian ditempelkan dengan rapi menggunakan sutera

yang dikeluarkannya. Kantung yang dibuat berwarna coklat. Pada bagian

posterior kantung terdapat eksuvium-eksuvium kepala larva yang menempel.

Setiap larva berganti instar maka eksuvium kepalanya akan ditempelkan pada

bagian posterior kantung.

Telur Pteroma pendula berwarna putih kekuningan dengan diameter

antara 0,4 sampai 0,6 mm. Larva berwarna hitam pada bagian kepala sedangkan

pada bagian abdomen berwarna kekuningan dan terdapat sedikit seta. Panjang

tubuh larva adalah 4,3 mm dan lebar 1,2 mm (Tabel 5). Larva memakan bagian

permukaan atas daun dan menyisakan permukaan bawah daun. Bagian yang

tersisa tersebut akan mengering dan menjadi berwarna coklat sedangkan bagian

lain daun yang tidak dimakan tetap berwarna hijau. Biasanya larva tidak

memakan bagian pinggir daun, melainkan memakan bagian tengah daun.

Menurut Suparno (2004), pada populasi yang tinggi, larva ulat kantung memakan

bagian atas daun dan hanya menyisakan tulang daun saja.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 7 Ulat kantung spesies 4

Bentuk kantung (a), pupa jantan (b), imago jantan (c), dan imago

betina (d)

2 mm

Page 31: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Ketika larva akan menjadi pupa, larva akan pindah dari permukaan atas

daun ke permukaan bawah daun. Kemudian larva akan membuat semacam tali

dari sutera sehingga kantung dapat menggantung di permukaan bawah daun.

Larva kemudian akan menutup lubang anterior dan posterior kantung.

Tabel 5 Ukuran ulat kantung spesies 4

Spesimen Panjang

(mm ± SD)

Lebar

(mm ± SD)

Ulangan

(individu)

Kantung larva 7,0 ± 1,3 2,0 ± 0,6 42

Larva 4,3 1,2 1

Pupa jantan 4,0 ± 0,7 1,3 ± 0,2 6

Imago jantan 3,7 ± 0,3 1,0 ± 1,2 6

Imago betina 5,0 1,6 1

Pupa jantan berwarna hitam pada bagian bakal kepala dan toraks

sedangkan bagian bakal abdomen berwarna kecoklatan. Rata-rata panjang pupa

jantan 4,0 mm dan lebar 1,3 mm (Tabel 5). Imago jantan yang muncul merupakan

ngengat kecil dengan rata-rata panjang tubuh 3,7 mm dan lebar 1,0 mm.

Tubuhnya ditutupi sisik dan berwarna hitam. Jika dilihat dari arah dorsal maka

bagian kepala akan terlihat. Rentang sayap dari imago jantan adalah 12,0 mm dan

sayapnya ditutupi sisik berwarna hitam. Sisik pada bagian permukaan bawah

sayap belakang berwarna keperakan. Imago betina berwarna putih pada bagian

abdomen sedangkan bagian kepala berwarna hitam.

Ulat Kantung Spesies 5

Kantung dari ulat kantung spesies 5 terbuat dari potongan–potongan daun

yang ukurannya berbeda-beda dan ditempelkan dengan tidak teratur menggunakan

sutera yang dikeluarkan oleh larva (Gambar 8, Lampiran 5). Warna kantung

coklat dan ada yang berwarna sedikit kehitaman. Rata-rata panjang kantung 22,8

mm dan lebar 5,5 mm (Tabel 6). Larva memakan daun dari bagian tengah atau

bagian pinggir dan hanya menyisakan tulang daunnya saja. Tidak seperti ulat

Page 32: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

kantung lainnya, ulat kantung ini membuat kantung dari daun dengan ukuran yang

berbeda lalu menempelnya sehingga terlihat seperti bertumpuk-tumpuk

(a) (b) (c) (d)

Gambar 8 Ulat kantung spesies 5

Bentuk kantung (a), pupa jantan (b), imago jantan (c), dan imago

betina (d)

Tabel 6 Ukuran ulat kantung spesies 5

Spesimen Panjang

(mm ± SD)

Lebar

(mm ± SD)

Ulangan

(individu)

Kantung larva 22,8 ± 10,3 5,5 ± 2,1 10

Pupa jantan 10,0 ± 0 3,0 ± 0 2

Imago jantan 10,0 ± 0 3,0 ± 0 2

Imago betina 13,0 ± 1,4 4,0 ± 0 2

Pupa jantan ulat kantung spesies 5 berwarna coklat dan terdapat sedikit

seta pada bagian dorsal abdomen (Gambar 8, Lampiran 5). Imago jantan ditutupi

oleh banyak sisik di seluruh bagian tubuhnya sehingga bagian kepala, toraks, dan

abdomennya berwarna coklat gelap. Bagian kepala tidak terlihat jika imago

jantan ini dilihat dari arah dorsal. Rata-rata panjang imago jantan adalah 10,0 mm

dan lebar 3,0 mm (Tabel 6). Bagian sayap juga dipenuhi dengan sisik-sisik.

Rentang sayap imago jantan adalah antara 20,0 sampai 23,0 mm.

5 mm

Page 33: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Ulat Kantung Spesies 6

Ulat kantung spesies 6 adalah Pagodiella hekmeyeri. Ulat kantung ini

memiliki ciri khas, yaitu bentuk kantung seperti pagoda (Gambar 9, Lampiran 6).

Rata-rata panjang kantung 7,6 mm dan lebar 3,0 mm. Gejala yang ditimbulkan

oleh P. hekmeyeri adalah adanya lubang-lubang pada daun. Larva memakan

lapisan daun bagian atas dan menyisakan lapisan epidermis bawah daun. Larva

berwarna kekuningan dengan panjang tubuh 5,0 mm dan lebar 1,0 mm. Pada

bagian kepala dan toraks larva terdapat bintik-bintik hitam. Menurut Kalshoven

(1981), P. hekmeyeri sangat polifag dan memakan berbagai tanaman semak dan

pohon.

Gambar 9 Bentuk kantung Pagodiella hekmeyeri

Ulat Kantung Spesies 7

Kantung dari ulat kantung spesies 7 terbuat dari ranting-ranting pohon

(Gambar 10, Lampiran 7). Satu atau dua ranting yang ditempelkan oleh larva

berukuran lebih panjang dibandingkan dengan ranting-ranting lainnya. Ranting

yang terpanjang berukuran antara 27,0 sampai 55,0 mm. Ranting yang pendek

panjangnya antara 11,0 sampai 25,0 mm. Larva ulat kantung yang akan berpupa

akan menutup lubang anterior dan posterior kantung kemudian menggantungkan

kantung di permukaan bawah daun atau menempelkannya pada cabang pohon.

Imago betina berwarna putih kekuningan dengan bagian kepala berwarna lebih

gelap. Pada bagian posterior abdomen terdapat sisik-sisisk bulu yang halus.

Panjang tubuh imago betina adalah 6,0 mm dan lebar 3,0 mm.

5 mm

Page 34: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Gambar 10 Bentuk kantung spesies 7

Populasi Ulat Kantung

Ulat kantung yang diamati untuk pengamatan populasi adalah ulat kantung

yang masih hidup, dicirikan dengan masih terbukanya lubang anterior dan

posterior serta adanya aktifitas makan atau pergerakan larva. Kantung yang sudah

tidak berisi ulat dapat dicirikan dengan beberapa tanda sebagai berikut. Bila pada

bagian sisi kantung terdapat lubang, kemungkinan ulat kantung diserang oleh

musuh alami seperti parasitoid. Bila pada bagian posterior kantung terdapat

eksuvium pupa jantan, maka hal ini menunjukkan bahwa imago jantan telah

keluar. Ciri lainnya adalah lubang anterior kantung tertutup rapat sedangkan

lubang posterior kantung terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa imago betina telah

keluar atau menjatuhkan diri ke tanah.

Rata-rata populasi ulat kantung per pohon pada pertanaman jambu biji di

tiga lokasi pengamatan berkisar antara 0,36 sampai 2,06 individu (Tabel 7). Rata-

rata populasi ulat kantung pada lahan pengamatan yang berada di Desa Babakan

Sadeng cenderung menurun. Pada pengamatan pertama, rata-rata populasi ulat

kantung adalah 2,06 individu, kemudian menurun hingga pada pengamatan

keenam menjadi 0,36 individu. Ulat kantung yang dominan selama pengamatan

adalah ulat kantung spesies 1.

10 mm

Page 35: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Di Desa Cibeureum, rata-rata populasi ulat kantung cenderung meningkat.

Berdasarkan pengamatan pertama rata-ratanya adalah 1,16 individu. Kemudian

pada pengamatan selanjutnya terjadi peningkatan hingga pengamatan keenam

menjadi 2,04 individu. Ulat kantung yang dominan selama pengamatan adalah

ulat kantung spesies 4, yaitu P. pendula.

Populasi ulat kantung pada lahan pertanaman jambu biji di Desa Cilebut

juga cenderung meningkat seperti di Desa Cibeureum. Dari pengamatan pertama

dapat diketahui rata-rata populasi ulat kantung adalah 1,36 individu. Pada setiap

pengamatan, terlihat adanya peningkatan hingga pada pengamatan keenam rata-

rata populasi ulat kantung menjadi 2,02 individu. Ulat kantung yang dominan

selama pengamatan adalah ulat kantung spesies 1.

Tabel 7 Rata-rata populasi ulat kantung per pohon jambu di tiga desa contoh

Pengamatan ke- Desa contoh

Babakan Sadeng Cibeureum Cilebut

1 2,06 ± 4,93

1) 1,16 ± 1,57 1,36 ± 3,02

0-31 2)

0-6 0-19

2 1,66 ± 5,17 1,40 ± 1,65 1,46 ± 3,03

0-31 0-8 0-15

3 1,16 ± 3,25 1,26 ± 1,41 1,70 ± 3,33

0-17 0-6 0-20

4 0,96 ± 2,83 1,52 ± 1,55 1,78 ± 2,79

0-17 0-7 0-16

5 0,66 ± 1,72 1,64 ± 1,45 1,86 ± 2,39

0-10 0-6 0-12

6 0,36 ± 0,90 2,04 ± 2,73 2,02 ± 2,41

0-5 0-17 0-13

1) Individu per pohon ± SD

2) Kisaran (individu)

Page 36: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Rata-rata populasi ulat kantung pada pertanaman jambu biji di Desa

Babakan Sadeng cenderung menurun dibandingkan dengan di Desa Cibeureum

dan Desa Cilebut. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada lahan di Desa

Babakan Sadeng dilakukan aplikasi bahan kimia secara terus-menerus.

Petani pemilik lahan melakukan penyemprotan dengan pestisida secara

rutin sehingga dapat berpengaruh terhadap ulat kantung. Selain pestisida, petani

juga menggunakan herbisida untuk mengendalikan gulma yang ada di sekitar

pertanaman jambu. Penggunaan pestisida dan herbisida secara terus-menerus

tidak hanya berpengaruh pada organisme sasaran, organisme bukan sasaran pun

dapat terkena efek negatif dari penggunaan kedua bahan kimia tersebut.

Musuh Alami

Musuh alami merupakan organisme di alam yang dapat mengendalikan

serangga dengan cara membunuh, melemahkan, atau mengurangi daya

reproduksinya. Musuh alami yang ditemukan menyerang ulat kantung adalah

parasitoid dari Ordo Hymenoptera Famili Ichneumonidae, Braconidae, dan

Eulophidae. Selain parasitoid, musuh alami lainnya adalah nematoda Famili

Mermithidae (Tabel 8). Semua parasitoid menyerang ulat kantung pada fase

larva.

Tabel 8 Musuh alami ulat kantung yang ditemukan

Musuh Alami Jumlah yang ditemukan (individu) Inang* Keterangan

Ichneumonidae

Spesies A

Spesies B

2

1

4 dan 7

4

Soliter

Soliter

Braconidae

Spesies A

Spesies B

17

1

2

5

Gregarius

Soliter

Eulophidae 5 4 Gregarius

Nematoda 1 7 Soliter

* Spesies ulat kantung yang diserang

Page 37: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Menurutt Borror et al. (1996), Famili Ichneumonidae dan Braconidae

termasuk dalam superfamili Ichneumonoidea. Superfamili Ichneumonoidea

adalah kelompok yang besar dan sangat penting karena hampir seluruh

anggotanya merupakan parasitoid serangga atau arthropoda lainnya. Anggota

superfamili ini memiliki bentuk antena filiform dengan 16 atau lebih ruas,

trokanter tungkai belakang dua ruas, sel kosta sayap tidak ada, ovipositor muncul

dari anterior abdomen, dan pronotum dari arah lateral berbentuk segitiga. Imago

Famili Ichneumonidae bervariasi dalam ukuran, bentuk, dan warna. Imago betina

memiliki ovipositor panjang dan seringkali lebih panjang dari tubuhnya.

Umumnya parasitoid famili ini berperan sebagai parasitoid soliter dan sebagian

kecil lainnya gregarius.

Parasitoid Famili Ichneumonidae yang ditemukan selama penelitian terdiri

dari dua spesies, yaitu spesies A (Gambar 11) dan spesies B (Gambar 12).

Ichneumonidae spesies A muncul dari ulat kantung spesies 4 dan spesies 7.

Parasitoid spesies A memiliki panjang tubuh 7,3 – 10,0 mm. Lebar tubuh spesies

A adalah 1,5 - 2,5 mm. Antena bertipe filiform yang berwarna hitam dan di

bagian tengahnya berwarna putih. Pada sayapnya terdapat bagian yang berwarna

hitam. Parasitoid Famili Ichneumonidae spesies A bersifat soliter.

(a) (b)

Gambar 11 Parasitoid Famili Ichneumonidae spesies A

Tampak dorsal (a) dan tampak lateral (b)

5 mm

Page 38: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Parasitoid Famili Ichneumonidae spesies B muncul sebanyak satu ekor

dari ulat kantung spesies 4. Panjang tubuh parasitoid ini 5,0 mm dan lebar 0,8

mm. Antena bertipe filiform dan berwarna hitam. Kepala, toraks, dan abdomen

berwarna hitam dan pada bagian tertentu berwarna putih. Pada tungkai terdapat

bagian yang berwarna putih, kuning, dan hitam.

Gambar 12 Parasitoid Famili Ichneumonidae spesies B

Parasitoid Famili Braconidae yang ditemukan terdiri dari dua spesies,

yaitu spesies A (Gambar 13) dan spesies B (Gambar 14). Kedua spesies tersebut

muncul dari dua ulat kantung, yaitu spesies 2 dan spesies 5. Spesies A yang

muncul berjumlah 17 ekor yang terdiri dari 6 ekor jantan dan 11 ekor betina.

Jantan memiliki panjang tubuh 1,9 sampai 2,1 mm dan lebar 0,5 mm. Betina

memiliki panjang tubuh 1,8 sampai 2,3 mm dan lebar 0,5 mm. Ovipositor terlihat

jelas sehingga mudah untuk membedakan antara jantan dengan betina. Tubuh

spesies A berwarna coklat dan matanya berwarna hitam. Antena bertipe filiform

berwarna coklat dan di bagian ujungnya berwarna hitam. Rentang sayapnya dapat

mencapai 4,0 mm.

(a) (b)

Gambar 13 Parasitoid Famili Braconidae spesies A

Betina (a) dan jantan (b)

5 mm

2 mm

Page 39: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Spesies B muncul sebanyak satu ekor dengan panjang tubuh 2,4 mm dan

lebar 0,8 mm. Tubuh parasitoid ini berwarna hitam. Antena bertipe filiform dan

berwarna hitam. Rentang sayapnya adalah 5,6 mm. Menurut Borror et al. (1996),

Famili Braconidae memiliki tubuh yang kecil, jarang yang mencapai panjang

lebih dari 15 mm. Parasitoid ini dapat berperan sebagai ektoparasitoid dan

endoparasitoid, bersifat soliter atau gregarius, dan sebagai parasitoid primer atau

sekunder.

Gambar 14 Parasitoid famili Braconidae spesies B

Parasioid Famili Eulophidae muncul dari satu ulat kantung dan berjumlah

lima ekor. Ulat kantung yang diserang oleh parasitoid ini adalah ulat kantung

spesies 4. Parasitoid Eulophidae memiliki panjang tubuh 1,8 sampai 2,0 mm dan

lebar tubuh 0,3 sampai 0,5 mm. Tubuh parasitoid ini berwarna hijau metalik dan

matanya berwarna merah. Antena bertipe genikulat dengan panjang 0,7 mm.

Pada sayap terdapat rambut-rambut dan memiliki rentang sayap sepanjang 2,4

mm.

Gambar 15 Parasitoid Famili Eulophidae

2 mm

1 mm

Page 40: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Eulophidae merupakan famili terbesar dalam superfamili Chalcidoidea

dengan jumlah spesies yang mencapai 3.900. Eulophidae merupakan parasitoid

yang dapat memarasit telur atau larva inangnya. Beberapa spesies dari

superfamili Chalcidoidea menjadi hiperparasitoid pada parasitoid lain. Inang dari

parasitoid ini antara lain Ordo Lepidoptera, Diptera, Coleoptera, dan Hemiptera.

Ukuran tubuhnya jarang kurang dari 1 mm dan umumnya memiliki warna tubuh

yang gelap, biru metalik, atau hijau metalik (Borror et al. 1996).

Musuh alami selain parasitoid yang dapat menyerang ulat kantung adalah

nematoda. Nematoda adalah organisme yang memiliki bentuk seperti cacing dan

dapat berperan sebagai parasit pada manusia, tanaman, atau hewan. Nematoda

dapat menjadi parasit pada hewan vertebrata maupun invertebrata. Ukuran

tubuhnya cukup beragam, ada yang kecil hingga perlu penggunaan alat bantu

seperti mikroskop untuk melihatnya, namun ada pula yang berukuran besar

sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang (Sastrosuwignyo 1989).

Nematoda yang menyerang ulat kantung dalam penelitian ini memiliki

ukuran yang cukup besar karena dapat dilihat tanpa bantuan mikroskop. Panjang

nematoda ini 28,0 cm, lebar 2,0 mm, dan berwarna putih. Nematoda yang

menyerang ulat kantung ini termasuk dalam Famili Mermithidae. Mermithidae

adalah parasit pada hewan invertebrata. Lepidoptera merupakan ordo yang sering

terserang nematoda ini. Nematoda melakukan penetrasi melalui kutikula inang.

Di dalam tubuh inangnya, Mermithidae dapat tumbuh hingga panjangnya

mencapai 50 cm (Anonim 2009b). Diduga nematoda menyerang saat ulat kantung

baru keluar dari kantung imago betinanya. Pada saat itu, larva masih dalam

kondisi yang lemah sehingga dapat diserang oleh musuh alami, baik dari golongan

predator, parasitoid, maupun patogen.

Larva dari ulat kantung yang terserang nematoda ini akan mati. Tubuhnya

menjadi kering dan berwarna hitam. Setelah larva ulat kantung mati, nematoda

keluar dari kantung.

Page 41: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

(a) (b)

Gambar 16 Nematoda Famili Mermithidae

Nematoda yang keluar dari ulat kantung (a) dan larva yang terserang

nematoda (b)

Page 42: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ulat kantung yang ditemukan pada pertanaman jambu biji terdiri dari tujuh

spesies yang beragam dalam bentuk maupun ukuran. Rata-rata populasi ulat

kantung dari ketiga lahan pertanaman menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu

besar. Rata-rata populasi ulat kantung di Desa Babakan Sadeng cenderung

menurun selama pengamatan sedangkan di Desa Cibeureum dan Desa Cilebut

cenderung meningkat. Musuh alami dari ulat kantung adalah parasitoid yang

tergolong dalam Ordo Hymenoptera Famili Ichneumonidae, Braconidae, dan

Eulophidae. Musuh alami lainnya yang ditemukan menyerang ulat kantung

adalah nematoda Famili Mermithidae.

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai identifikasi dan biologi ulat

kantung serta penghitungan populasi ulat kantung pada pertanaman jambu biji di

lokasi yang berbeda.

Page 43: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2009a. Bagworm Moth. Wikipedia. http://en.wikipedia.org [28 April

2009].

[Aninim]. 2009b. Nematode Infection. http://msucares.com [27 Agustus 2009].

Ashari S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. Jakarta: UI Press.

Ashari S. 2006. Hortikultura: Aspek Budidaya. Edisi Revisi. Jakarta: UI Press.

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2008. Produksi buah-buahan di Indonesia.

http://www.bps.go.id/sector/agri/horti/table8.shtml [7 juli 2009].

[BPTP] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. 2008. Prima Tani di

Kabupaten Banjarnegara. http://www.litbang.deptan.go.id.htm [26 April

2009].

Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga.

Ed ke-6. Soetiyono P, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press. Terjemahan dari: An Introduction to The Study of Insects.

Darwiati W. 2005. Hutan dan konservasi alam. http://www.dephut.go id [28 Juli

2009].

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Nilai dan volume ekspor dan impor.

http://www.hortikultura.deptan.go.id [26 April 2009].

Gould WP, Raga A. 2002. Pest of Guava. Di dalam: JE Pena, JL Sharp, M

Wysoki, editor. Tropical Fruit Pests and Pollinators: Biology, Economic

Importance, Natural Enemies, and Control. New York: CABI. Hlm 273.

[IFH] Indo Family Health. 2008. Seribu Satu Manfaat Jambu Biji. Indo Family

Health. http://www.indofamilyhealth.com [27 Mei 2009].

Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Laan PA van der,

penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-van hoeve. Terjemahan dari: De Plagen

van de Cultuurgewassen in Indonesie.

Nakasone HY, Paull RE. 1998. Tropical Fruits. New York: CABI.

Perangin-angin BN. 2009. Ulat api (Limacodidae) dan ulat kantung (Psychidae)

serta musuh alami pada pertanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

PTPN VIII Cimulang [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Rhainds M, Donald RD, Peter WP. 2009. Bionomics of Bagworms (Lepidoptera:

Psychidae). Annu Rev Entomol 54:209-226.

Sastrosuwignyo S. 1989. Diktat Nematologi Tumbuhan. Bogor: HPT.

Soetopo L. 1997. Psidium guajava L. Di dalam: Verheij EWM, Coronel RE,

editor. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang Dapat

Dimakan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm 342-346.

Page 44: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Sugimoto M, Saigusa T. 2001. The systematic position, morphology, and

bionomics of Acanthopsyche (Eumetisa) taiwana sonan, 1935, newly

recorded from the ryukyus, japan (Lepidoptera: Psychidae). Entomological

Science 4:407-430.

Suparno H. 2004. Biologi dan perilaku ulat kantung Pteroma pendula Joannis

(Lepidoptera: Psychidae) pada tanaman jambu biji (Psidium guajava L.)

[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Wahl DB, Sharkey MJ. 1993. Superfamily Ichneumonoidea. Di dalam: Goulet

H, Huber JT, editor. Hymenoptera of The World: An Identification Guide to

Families. Ottawa: Canada Communication Group. Hlm 358-362.

Page 45: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

LAMPIRAN

Page 46: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Lampiran 1 Ulat kantung spesies 1

(a) (b) (c)

(d) (e)

Keterangan : Bentuk kantung (a), eksuvium pupa jantan pada bagian posterior

kantung (b), pupa jantan (c), imago jantan dengan sayap kurang

lengkap (d), dan larva (e).

Page 47: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Lampiran 2 Ulat kantung spesies 2

(a) (b) (c)

(d) (e)

Keterangan : Bentuk kantung (a), eksuvium pupa jantan pada bagian posterior

kantung (b), pupa jantan (c), imago betina (d), dan imago jantan

(e)

Page 48: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Lampiran 3 Ulat kantung spesies 3

(a) (b)

(c)

Keterangan : Bentuk kantung (a), pupa jantan (b), dan imago jantan (c)

Page 49: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Lampiran 4 Ulat kantung spesies 4 (Pteroma pendula)

(a) (b) (c)

(d) (e)

Keterangan : Bentuk kantung (a), larva (b), pupa jantan (c), imago betina (d),

dan imago jantan (e)

Page 50: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Lampiran 5 Ulat kantung spesies 5

(a)

(b) (c)

Keterangan : Bentuk kantung (a), imago betina (b), dan imago jantan (c)

Page 51: PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22592/A09nrp.pdf · Tahun 2007 penulis mengikuti magang di Laboratorium Mikologi, Departemen

Lampiran 6 Ulat kantung spesies 6 (Pagodiella hekmeyeri)

(a) (b)

Keterangan : Bentuk kantung (a) dan larva (b)

Lampiran 7 Ulat kantung spesies 7

(a) (b)

Keterangan : Bentuk kantung (a) dan imago betina (b)