pengaruh agen sosialisasi dan iklan tv terhadap sikap dan...

6
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Mens san in corpore sano” yang berarti di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat merupakan frase latin yang sering kita dengar pada era pemerintahan orde baru yang bertujuan untuk menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan. Dewasa ini seringkali kita hanya fokus kepada kesehatan melalui tampilan fisik dan asupan semata tetapi menjadi lupa akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, hal ini terbukti sebanyak 75 persen penduduk Indonesia pernah mengalami riwayat karies gigi dengan tingkat kerusakan gigi (indeks DMF-T) sebesar 5 gigi setiap orang (KEMENKES 2012). Aktivitas preventif pada dasarnya merupakan langkah awal yang mudah dan murah dalam menjaga kesehatan gigi yaitu dengan cara konsisten dalam menyikat gigi secara teratur pada waktu pagi hari setelah makan dan malam hari sebelum tidur (KEMENKES 2012). Kenyataannya sebagian besar masyarakat Indonesia masih tidak acuh dan atau tidak sadar akan anjuran tersebut. Proses penyadaran untuk menyikat gigi dengan baik dan benar pada hakikatnya dapat dilakukan melalui aktivitas sosialisasi terhadap anak-anak sejak usia dini. Sosialisasi merupakan proses dimana individu belajar berintegrasi dengan sesamanya dalam suatu masyarakat yang didasari dari nilai, norma dan adat di suatu tempat yang berada (Suyono 1985). Proses sosialisasi terhadap anak bisa dijalankan melalui dukungan banyak pihak yang disebut agen sosialisasi, dimana menurut Moschis (1987) terdiri dari keluarga (orangtua), media, teman sebaya dan sekolah. Keluarga menjadi bagian lingkungan pertama dan primer sejak individu dilahirkan sehingga melalui agen sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anggota lainnya, individu tersebut dapat berkembang dan membentuk sikap dan kepribadian dari individu tersebut. Dapat dikatakan keluarga menjadi faktor penting dalam pembentukan kepribadian anak (Hyoscyamina 2011). Eddy dan Mutiara (2015) menyatakan bahwa orang tua memberikan peranan besar terhadap pemeliharan kesehatan gigi, di sisi lain motivasi orang tua untuk terus menyadarkan kebiasaan baik merupakan hal penting yang perlu dipertahankan. Kegiatan sosialisasi juga dapat dilakukan di sekolah. Guru dan teman di sekolah bisa menjadi role model dan memberikan pengetahuan yang tepat mengenai cara menyikat gigi yang baik dan benar melalui komunikasi yang terbentuk. Menurut Arianto (2013) teman sebaya memberikan dampak terhadap perubahan dalam aktivitas menyikat gigi, namun hal ini belum dianggap signifikan karena masih banyak teman yang belum memiliki kebiasaan yang baik. Dalam penelitian Tamara (2016) diketahui bahwa teman memberikan pengaruh terhadap sikap seseorang dalam berkehidupan. Atas dasar tersebut dapat dinyatakan bila teman sebaya memiliki peranan dalam pembentukan sikap teman lainnya. Media sebagai agen sosialisasi dapat memberikan peran dalam mengembangkan dan memengaruhi sikap seseorang. Anwas (2011) berpendapat bahwa media adalah alat yang dapat menanamkan pendidikan sikap dan karakter pada objek yang dituju. Hal ini disampaikan melalui pesan dengan frekuensi yang tinggi dan diduga dapat memengaruhi sikap seseorang terhadap sesuatu hal. Atas

Upload: others

Post on 22-Dec-2020

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh agen sosialisasi dan iklan tv terhadap sikap dan ...repository.sb.ipb.ac.id/3426/5/K19038-05-Zikri-Pendahuluan.pdfBeberapa contoh tema iklan tersebut dapat dilihat pada Tabel

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

“Mens san in corpore sano” yang berarti di dalam tubuh yang sehat

terdapat jiwa yang kuat merupakan frase latin yang sering kita dengar pada era

pemerintahan orde baru yang bertujuan untuk menyadarkan masyarakat mengenai

pentingnya menjaga kesehatan. Dewasa ini seringkali kita hanya fokus kepada

kesehatan melalui tampilan fisik dan asupan semata tetapi menjadi lupa akan

pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, hal ini terbukti sebanyak 75 persen

penduduk Indonesia pernah mengalami riwayat karies gigi dengan tingkat

kerusakan gigi (indeks DMF-T) sebesar 5 gigi setiap orang (KEMENKES 2012).

Aktivitas preventif pada dasarnya merupakan langkah awal yang mudah

dan murah dalam menjaga kesehatan gigi yaitu dengan cara konsisten dalam

menyikat gigi secara teratur pada waktu pagi hari setelah makan dan malam hari

sebelum tidur (KEMENKES 2012). Kenyataannya sebagian besar masyarakat

Indonesia masih tidak acuh dan atau tidak sadar akan anjuran tersebut. Proses

penyadaran untuk menyikat gigi dengan baik dan benar pada hakikatnya dapat

dilakukan melalui aktivitas sosialisasi terhadap anak-anak sejak usia dini.

Sosialisasi merupakan proses dimana individu belajar berintegrasi dengan

sesamanya dalam suatu masyarakat yang didasari dari nilai, norma dan adat di

suatu tempat yang berada (Suyono 1985). Proses sosialisasi terhadap anak bisa

dijalankan melalui dukungan banyak pihak yang disebut agen sosialisasi, dimana

menurut Moschis (1987) terdiri dari keluarga (orangtua), media, teman sebaya dan

sekolah. Keluarga menjadi bagian lingkungan pertama dan primer sejak individu

dilahirkan sehingga melalui agen sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anggota

lainnya, individu tersebut dapat berkembang dan membentuk sikap dan

kepribadian dari individu tersebut. Dapat dikatakan keluarga menjadi faktor

penting dalam pembentukan kepribadian anak (Hyoscyamina 2011). Eddy dan

Mutiara (2015) menyatakan bahwa orang tua memberikan peranan besar terhadap

pemeliharan kesehatan gigi, di sisi lain motivasi orang tua untuk terus

menyadarkan kebiasaan baik merupakan hal penting yang perlu dipertahankan.

Kegiatan sosialisasi juga dapat dilakukan di sekolah. Guru dan teman di

sekolah bisa menjadi role model dan memberikan pengetahuan yang tepat

mengenai cara menyikat gigi yang baik dan benar melalui komunikasi yang

terbentuk. Menurut Arianto (2013) teman sebaya memberikan dampak terhadap

perubahan dalam aktivitas menyikat gigi, namun hal ini belum dianggap

signifikan karena masih banyak teman yang belum memiliki kebiasaan yang baik.

Dalam penelitian Tamara (2016) diketahui bahwa teman memberikan pengaruh

terhadap sikap seseorang dalam berkehidupan. Atas dasar tersebut dapat

dinyatakan bila teman sebaya memiliki peranan dalam pembentukan sikap teman

lainnya.

Media sebagai agen sosialisasi dapat memberikan peran dalam

mengembangkan dan memengaruhi sikap seseorang. Anwas (2011) berpendapat

bahwa media adalah alat yang dapat menanamkan pendidikan sikap dan karakter

pada objek yang dituju. Hal ini disampaikan melalui pesan dengan frekuensi yang

tinggi dan diduga dapat memengaruhi sikap seseorang terhadap sesuatu hal. Atas

Page 2: Pengaruh agen sosialisasi dan iklan tv terhadap sikap dan ...repository.sb.ipb.ac.id/3426/5/K19038-05-Zikri-Pendahuluan.pdfBeberapa contoh tema iklan tersebut dapat dilihat pada Tabel

2

dasar tersebut sering media cetak maupun elektronik dijadikan sarana dalam

menyampaikan suatu pesan guna memengaruhi sikap orang secara massal.

Salah satu perusahaan yang merasa terpanggil untuk berkontribusi dalam

meningkatkan kesadaran serta kualitas kesehatan gigi masyarakat di Indonesia

adalah PT. Unilever Indonesia Tbk. Perusahaan sebagai pemimpin pasar di

kategori pasta gigi (Top brand award 2011) sejak tahun 2009 telah menjalankan

strategi ekspansi pasar total untuk penggunaan lebih banyak (more usage) melalui

“Kampanye Sikat Gigi Pagi dan Malam”. Menurut Sumarwan (2017) strategi

more usage ditujukan untuk mendorong konsumen mengkonsumsi produk lebih

banyak dari biasanya. PT. Unilever Indonesia Tbk. juga melakukan penyebaran

pesan edukatif melalui media advertising pada sejumlah channel yang beragam,

dan dalam beriklan mengutamakan aktivitas penyadaran tentang pentingnya

menyikat gigi pagi dan malam. Beberapa contoh tema iklan tersebut dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1 Tema Iklan Pepsodent (2004-2015)

Tahun Tema Makna

2004-2006 Temenin ada monster -Monster melambangkan kuman

-Monster bekerja dimalam hari

-Monster dikalahkan kebiasaan menyikat gigi

malam hari

2007 Ayo kita perbaiki -Memperbaiki gigi dengan Pepsodent

-Berlatar waktu sikat gigi malam

2011 Sikat gigi ayah Adi dan Dika -Pentingnya sikat gigi pagi dan malam hari

2015 Opini anak-anak mengenai

sikat gigi

-Orang tua menjadi panutan

-Anak yang mengingatkan pentingnya

menyikat gigi pagi dan malam

Sumber: Youtube, diolah.

Ikaryati dan Sadewo (2016) menyatakan secara garis besar iklan

Pepsodent sejak tahun 2000 fokus dalam mengangkat tema tujuan menyikat gigi

adalah untuk membasmi kuman yang ada didalam mulut dan gigi serta

menumbuhkan kebiasaan baik untuk menyikat gigi secara baik dan benar serta

teratur. Selain itu juga memberikan gambaran aktivitas menyikat gigi bersama

keluarga, hal ini menunjukkan adanya peranan keluarga yang besar terhadap

penyadaran kebiasaan menyikat gigi pada anak.

Unilever melihat bahwa sosialisasi menyikat gigi dengan baik dan benar

harus dilakukan tidak hanya melalui iklan TV dan media lainnya tetapi juga

menyasar langsung ke sekolah-sekolah. Sosialisasi di sekolah dasar dilakukan

untuk menciptakan kesadaran akan kebersihan gigi dan mulut dengan cara

merekrut guru dan dokter kecil untuk menjadi kader kesehatan gigi di sekolah

melalui “Program Sekolah Sehat Pepsodent”. Kader diharapkan mampu

membangun kesadaran para siswa untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut

melalui penanaman sikap dan perilaku menyikat gigi pagi dan malam yang tepat.

Page 3: Pengaruh agen sosialisasi dan iklan tv terhadap sikap dan ...repository.sb.ipb.ac.id/3426/5/K19038-05-Zikri-Pendahuluan.pdfBeberapa contoh tema iklan tersebut dapat dilihat pada Tabel

3

Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melihat

pengaruh agen sosialisasi yang terdiri dari teman sebaya, keluarga (orang tua),

sekolah / guru, dan iklan TV terhadap sikap dan perilaku menyikat gigi pada

siswa sekolah dasar.

Perumusan Masalah

Kesehatan gigi dan mulut di Indonesia perlu mendapatkan perhatian serius

dari berbagai pihak karena prevalensi penduduk dengan masalah gigi-mulut saat

ini cenderung meningkat dimana hasil RISKESDAS (2013) menunjukkan

persentase 25.9 persen atau lebih tinggi 2.3 persen dibandingkan hasil Riskesdas

sebelumnya. Jumlah penduduk yang menyikat gigi di waktu yang tepat masih

sangat rendah yaitu sebesar 2.3 persen dan rasio kerusakan gigi pun masih belum

berubah yaitu lima gigi per penduduk.

Bloom et al. (2011) menyebutkan usia pendidikan terbaik untuk anak

adalah sebelum mencapai 14 tahun, sehingga sangat penting memberikan

bermacam edukasi untuk meningkatkan pengetahuan serta kesadaran dalam

bersikap dan berperilaku di masa depannya, hal ini sejalan dengan tujuan dari

“Program Sekolah Sehat Pepsodent” untuk meningkatkan keterampilan dan

perilaku menyikat gigi dengan baik dan benar. Pada kenyataannya minat menyikat

gigi pada anak masih sangat rendah, dimana kelompok usia 10-14 tahun

mempunyai persentase terendah dalam berperilaku menyikat gigi dengan benar

yaitu sebesar 1.7 persen dibandingkan kelompok umur lainnya (RISKESDAS

2013).

Selain teknik dan lamanya menyikat gigi, penggunaan pasta gigi juga

berkontribusi dalam proses membersihkan dan memperkuat gigi, menghilangkan

plak serta memberikan kesegaran mulut. Creeth et al. (2017) dalam penelitiannya

menyebutkan kombinasi antara durasi dan takaran pasta gigi yang tepat dapat

meningkatkan perbaikan kekerasan permukaan gigi, penyerapan fluoride pada

enamel gigi dan ketahanan gigi terhadap asam. Namun penggunaan pasta gigi per

kapita di Indonesia tercatat masih belum memenuhi standar anjuran Pepsodent

dalam penggunaan pasta gigi dimana pengaplikasiannya sepanjang bulu sikat gigi

yang setara dengan 1 gram. Tabel 2 menunjukkan bahwa selama kurun waktu

tahun 2007 - 2010 rata-rata konsumsi pasta gigi masyarakat potensial di Indonesia

tidak pernah mencapai 1 gram per harinya. Hal ini di satu sisi menunjukkan masih

rendahnya kesadaran menggunakan takaran pasta gigi yang tepat tetapi di sisi lain

menunjukkan besarnya potensi pasar pasta gigi yang belum tergarap.

Tabel 2 Tingkat Konsumsi Pasta Gigi (2007-2010)

Parameter 2007 2008 2009 2010

Total penduduk (juta jiwa-lokadata) 225 228 231 237

Konsumsi (ton-ICN) 44.875 69.603 70.787 77.158

Jumlah penduduk potensial (>5 tahun) 207 210 213 218

Volume konsumsi perhari (gram) 0.51 0.91 0.91 0.97

Sumber : Indonesian Commercial Newsletter dan Lokadata, diolah.

Perilaku menyikat gigi pada anak pada dasarnya harus dilakukan dan mulai

dibiasakan dalam aktivitas kesehariannya. Kemampuan untuk menyikat gigi yang

Page 4: Pengaruh agen sosialisasi dan iklan tv terhadap sikap dan ...repository.sb.ipb.ac.id/3426/5/K19038-05-Zikri-Pendahuluan.pdfBeberapa contoh tema iklan tersebut dapat dilihat pada Tabel

4

baik dan benar merupakan faktor penting dalam menjaga dan merawat gigi

dengan baik. Hal tersebut diperkuat oleh Houwink (1994) yang menyatakan

bahwa keberhasilan menyikat gigi juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat,

metode menyikat gigi, serta frekuensi dan waktu menyikat gigi yang tepat.

Atas dasar tersebut disusun beberapa pertanyaan penting, yaitu:

1. Bagaimana pengaruh agen sosialisasi teman sebaya, keluarga, sekolah /

guru dan iklan TV terhadap sikap atas perilaku pada kelompok yang

terpapar dan belum terpapar program sekolah sehat ?

2. Bagaimana pengaruh agen sosialisasi teman sebaya, keluarga, sekolah /

guru, iklan TV dan sikap atas perilaku terhadap perilaku menyikat gigi

pada kelompok yang terpapar dan belum terpapar ?

Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki beberapa tujuan penelitian yang disesuaikan

dari rumusan masalah yang ada, antara lain:

1. Menganalisis perbedaan agen sosialisasi teman sebaya, keluarga, sekolah /

guru, iklan TV, sikap atas perilaku dan perilaku menyikat gigi pada

kelompok terpapar dan belum terpapar.

2. Menganalisis pengaruh agen sosialisasi teman sebaya, keluarga, sekolah /

guru dan dan iklan TV terhadap sikap atas perilaku pada kelompok

terpapar dan belum terpapar.

3. Menganalisis pengaruh agen sosialisasi teman sebaya, keluarga, sekolah /

guru dan, iklan TV dan sikap atas perilaku terhadap perilaku menyikat gigi

pada kelompok terpapar dan belum terpapar.

4. Merumuskan implikasi manajerial yang dapat diterapkan oleh perusahaan

untuk meningkatkan perilaku menyikat gigi pagi dan malam yang baik dan

benar.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain:

1. Bagi peneliti sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan,

pertimbangan, referensi serta solusi untuk memperbaiki strategi ke depan

dari kampanye sikat gigi pagi dan malam baik melalui iklan maupun

program sekolah sehat.

3. Bagi institusi pendidikan, sebagai referensi penelitian selanjutnya yang

melakukan kajian pengaruh agen sosialisasi terhadap sikap dan perilaku

menyikat gigi.

Page 5: Pengaruh agen sosialisasi dan iklan tv terhadap sikap dan ...repository.sb.ipb.ac.id/3426/5/K19038-05-Zikri-Pendahuluan.pdfBeberapa contoh tema iklan tersebut dapat dilihat pada Tabel

5

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji pengaruh dari agen sosialisasi teman sebaya,

keluarga, sekolah / guru dan iklan TV terhadap sikap dan perilaku menyikat gigi

pada siswa Sekolah Dasar. Target responden dari penelitian ini adalah siswa SD

kelas 5 dengan rentang usia 11 – 12 tahun, dimana menurut John (1999) masuk ke

dalam golongan usia reflektif yang telah memiliki kemampuan kognitif dan sosial

yang lebih baik. Tangerang Selatan dipilih sebagai tempat penelitian dikarenakan

wilayah tersebut merupakan salah satu wilayah di Jabodetabek yang paling akhir

mendapatkan program sekolah Pepsodent. Dalam menjawab permasalahan terkait

perilaku menyikat gigi digunakan empat variabel independent yaitu sosialisasi

teman sebaya, keluarga, sekolah / guru dan iklan TV, sikap atas perilaku dijadikan

sebagai variabel intervening dan perilaku menyikat gigi sebagai variabel

dependent.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Sosialisasi

Menurut Chaplin (2002) sosialisasi merupakan proses mempelajari

kebiasaan, cara hidup serta adat dari masyarakat yang tinggal ditempat tertentu.

Sosialisasi konsumen menurut Ward (1974) didefinisikan sebagai proses

perkembangan dimana anak mendapatkan keahlian, pengetahuan dan sikap yang

relevan terhadap kemampuan mereka sebagai konsumen.

Proses sosialisasi yang dilakukan individu dalam hidupnya melewati

beberapa tahap, seperti yang dijelaskan oleh Berger dan Luckman (1990) yaitu:

a. Sosialisasi Primer, merupakan sosialisasi yang dilakukan dan dijalani saat usia

dini dimana individu tersebut mendapatkan kepribadiaan yang berasal dari

keluarga.

b. Sosialisasi Sekunder, merupakan sosialisasi yang dilakukan di masyarakat.

Pada tahap ini proses sosialisasi mengarah pada sifat profesionalisme. Agen

yang berperan dalam sosialisasi sekunder adalah lembaga pendidikan, grup

dan lembaga lainnya.

Pada proses sosialisasi terdapat beberapa tipe yang dapat memberikan

gambaran derajat kebebasan dalam prosesnya, yaitu sebagai berikut:

a. Formal

Sosialisasi yang dilakukan melalui lembaga-lembaga berwenang menurut

ketentuan negara atau berdasarkan undang-undang yang berlaku di suatu

negara tersebut.

b. Non Formal

Sosialisasi yang dilakukan melalui lembaga yang bersifat kekeluargaan,

seperti kelompok sahabat, klub dan kelompok sosial lainnya.

Sosialisasi formal dan sosialisasi non formal semuanya mengarah terhadap

pertumbuhan pribadi untuk sesuai dengan nilai serta norma yang berlaku di

Page 6: Pengaruh agen sosialisasi dan iklan tv terhadap sikap dan ...repository.sb.ipb.ac.id/3426/5/K19038-05-Zikri-Pendahuluan.pdfBeberapa contoh tema iklan tersebut dapat dilihat pada Tabel

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB