pengaruh corporate governance, asset dan growth terhadap kinerja

18
1 PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ASSET DAN GROWTH TERHADAP KINERJA PASAR Suryana Asba (21204259) Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Gunadarma, 2009 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bukti empiris yaitu (i)Corporate governance mempengaruhi terhadap nilai Tobin’s Q (iii) Asset mempengaruhi terhadap nilai Tobin’s Q (iii) Growth mempengaruhi terhadap nilai Tobin’s Q. Corporate governance diukur dengan CGPI (Corporate Governance Perception Indeks) berdasarkan pada pemeringkatan yang telah disusun oleh IICG (Indonesian Institute of Corporate Governance) dan Kinerja Perusahaan diukur dengan nilai Tobin’s Q. Metode statistik yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Sampel penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan mengikuti survei yang dilakukan oleh IICG tahun 2005-2007 dan termasuk dalam pemeringkatan CGPI. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diambil kesimpulan bahwa corporate governance mempengaruhi nilai kinerja pasar perusahaan. Kata Kunci : Corporate Governance,nilai Tobin’s Q Latar Belakang Masalah Isu mengenai corporate governance mengalami perkembangan dari waktu kewaktu. Perkembangan ini muncul sebagai reaksi terhadap berbagai kegagalan korporasi (corporate failures) sebagai akibat dari buruknya tata kelola perusahaan. Krisis corporate governance, pertama kali terjadi pada tahun 1700an yang di kenal dengan the south sea bubble. Krisis ini ditanggapi dengan gerakan revolusi regulasi dan praktek bisnis di Inggris. Masalah corporate governances semakin mendapat perhatikan besar di Asia sejak terjadinya krisis financial pertengahan tahun 1997, dimana lemahnya peneraapan prinsip corporate governance diyakini sebagai sumber utama kerawanan ekonomi yang menyebabklan memburuknya perekonomian beberapa negara Asia. Indonesia mulai menerapkan prinsip GCG sejak menandatangani Letter of intent (LoI) dengan International Monetary Fund (IMF) yang salah satu bagian pentingnya adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan (corporate governance )

Upload: donguyet

Post on 12-Jan-2017

228 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

1

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ASSET DAN GROWTH TERHADAP KINERJA PASAR

Suryana Asba (21204259) Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Gunadarma, 2009

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bukti empiris yaitu (i)Corporate governance mempengaruhi terhadap nilai Tobin’s Q (iii) Asset mempengaruhi terhadap nilai Tobin’s Q (iii) Growth mempengaruhi terhadap nilai Tobin’s Q.

Corporate governance diukur dengan CGPI (Corporate Governance Perception Indeks) berdasarkan pada pemeringkatan yang telah disusun oleh IICG (Indonesian Institute of Corporate Governance) dan Kinerja Perusahaan diukur dengan nilai Tobin’s Q. Metode statistik yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Sampel penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan mengikuti survei yang dilakukan oleh IICG tahun 2005-2007 dan termasuk dalam pemeringkatan CGPI.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diambil kesimpulan bahwa corporate governance mempengaruhi nilai kinerja pasar perusahaan.

Kata Kunci : Corporate Governance,nilai Tobin’s Q

Latar Belakang Masalah

Isu mengenai corporate governance mengalami perkembangan dari waktu

kewaktu. Perkembangan ini muncul sebagai reaksi terhadap berbagai kegagalan korporasi

(corporate failures) sebagai akibat dari buruknya tata kelola perusahaan. Krisis corporate

governance, pertama kali terjadi pada tahun 1700an yang di kenal dengan the south sea

bubble. Krisis ini ditanggapi dengan gerakan revolusi regulasi dan praktek bisnis di

Inggris.

Masalah corporate governances semakin mendapat perhatikan besar di Asia sejak

terjadinya krisis financial pertengahan tahun 1997, dimana lemahnya peneraapan prinsip

corporate governance diyakini sebagai sumber utama kerawanan ekonomi yang

menyebabklan memburuknya perekonomian beberapa negara Asia.

Indonesia mulai menerapkan prinsip GCG sejak menandatangani Letter of intent

(LoI) dengan International Monetary Fund (IMF) yang salah satu bagian pentingnya

adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan (corporate governance )

2

di Indonesia sejalan dengan langkah tersebut, pada tahun 1999, pemerintah melalui Kep-

10 /M.EKUIN/08/1999 membentuk suatu lembaga yaitu Komite Nasional Kebijakan

Governance (KNKG). Komite ini bertugas untuk merumuskan dan menyusun

rekomendasi kebijakan nasional tentang corporate governanace (CG), anatara lain

meliputi Code for Good Corporate Governance. Selanjutnya komite secara

berkesinambungan bertugas memantau perbaikan dibidang CG Indonesia. Hal ini

kemudian diikuti oleh Bapepam dengan menerbitkan surat edaran Bapepam No.SE-

03/PM/2000 tentang komite audit; menerbitkan peraturan pencatatan Bursa Efek Jakarta

Nomor I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat ekuitas di Bursa pada

tanggal 1 juli 2000 dan beberapa peraturan lainnya, serta memberikan sanksi atas

pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan publik (Khomsiyah,2005).

Prinsip-prinsip dasar dari good corporate governance (GCG) pada dasarnya

memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan.

Corporate governance lebih condong pada serangkaian pola perilaku perusahaan yang

diukur melalui kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap para

pemegang saham, dan stakeholders. Sehingga dapat dijadikan sebagai dasar analisis

dalam mengkaji corporate governance di suatu negara dengan memenuhi transparansi

dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan yang sistematis yang dapat digunakan

sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja perusahaan dan bagaimana

korelasi antar kebijakan tentang buruh dan kinerja perusahaan. Meskipun kinerja

ekonomi pemerintah yang lalu diwarnai oleh beberapa pelanggaran prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik (good corporate governance), baik di pasar modal, perbankan,

maupun di sektor riil akibat krisis yang melanda Indonesia lalu sebaiknya prinsip-prinsip

corporate governance tetap dapat dijalankan secara amanah, akuntabel, transparan dan

fair untuk mencapai tujuan terciptanya nilai kinerja perusahaan jangka panjang seraya

terlayaninya semua kepentingan pihak yang berkepentingan dengan jalannya perusahaan

(stakeholders).

Jika corporate governance merupakan faktor yang signifikan pada kondisi krisis,

maka corporate governance tidak hanya mampu menjelaskan perbedaan kinerja

antarnegara selama periode krisis, akan tetapi juga perbedaan kinerja antarperusahaan

3

dalam suatu negara tertentu. Penelitian tentang variasi penerapan corporate governance

di tingkat perusahaan masih sangat sedikit dilakukan.

Di Indonesia ada sebuah lembaga swdaya yang setiap tahun melakukan

pemeringkatan praktek GCG untuk perusahaan publik, yaitu The Indonesian Institute for

Corporate Governance (IICG). Pemeringkatan yang dilakukan berdasarkan survey

terhadap prakti GCG yang menghasilkan skor Corporate Governance Perception Index

(CGPI). Pada tahun 2003 perusahaan publik yang bersedia dinilai praktik GCG nya oleh

IICG berjumlag 31 dari 332 perusahaan yang terdaptar di BEJ atau sekitar 9,3 % (Swa

Sembada,2004). Sementara pada tahun 2004 perusahaan publik yang bersedia dilnilai

praktik GCGnya hanya berjimlah 22 dari 334 perusahaan atau hanya sekitar 6,6 %. Ada

penurunan sekitar 3,3 %. (Swa Sembada 2005). Tahun 2005 mengalami sedikit kenaikan

menjadi 26 perusahaan . Hasil pemeringkatannya diumumkan pada tanggal 11 desember

2006.(Swa Sembada 2006). Perception Indekx 2007 yang dikeluarkan oleh IICG,

terdapat kemajuan perusahaan yang tercatatr di Bura Efek Indonesia dalam menerapkan

GCG.

Beberapa penelitian yang secara khusus menguji hubungan antara struktur Corporate

Governance dengan pengungkapan informasi telah dilakukan oleh Forker (1992), Ho dan

Wong (2000), dan Sabeni (2002) dalam Khomsiyah (2003). Pentingnya penelitian mengenai

Corporate Governance dan pengungkapan informasi dapat ditinjau dari dua perspektif.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip Corporate Governance,

mengingat pentingnya peran Corporate Governance dalam struktur pengelolaan bisnis dan

ekonomi moderen yang ditopang oleh pasar modal dan pasar uang (Witherell,2000; Oman,

2001 dalam Khomsiyah, 2003), meningkatkan kepercayaan publik pada perusahaan

(Brayshaw, 2002 dalam Khomsiyah, 2003). Penelitian Ho dan Wong (2000) dalam

Khomsiyah (2003) menunjukkan bahwa Indonesia, Thailand dan Jepang yang mempunyai

tingkat transparansi yang rendah, merupakan negara yang mengalami volatile shocks yang

lebih besar dibandingkan dengan negara yang mempunyai transparansi yang lebih tinggi

(Hongkong, Singapura dan Taiwan). Penelitian yang dilakukan Khomsiyah (2003)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penerapan Corporate Governance dengan

pengungkapan informasi dalam laporan tahunan perusahaan. Semakin tinggi indeks

implementasi Corporate Governance, semakin banyak informasi yang diungkapkan oleh

perusahaan dalam laporan tahunan.

4

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Coorporate Governance dan Kinerja

Corporate governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk terus dikaji

pelaku bisnis, akademisi, pembuat kebijakan, dan lain sebagainya. Pemahaman tentang

praktik Corporate governance terus berevolusi dari waktu ke waktu. Kajian atas

Corporate governance mulai disinggung pertama kalinya oleh Berle dan Means pada

tahun 1932 ketika membuat sebuah buku yangmenganalisis terpisahnya kepemilikan

saham (ownership) dan kontrol.

Istilah Corporate governance itu sendiri untuk pertama kali diperkenalkan oleh

Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan

mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate governance merupakan:

1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran

dewan komisaris, direksi, pemegang saham dan para stakeholder lainnya.

2. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas

pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang:

pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.

3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan,

pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya

(www.madani-ri.com).

Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

corporate governance pada intinya adalah mengenai suatu, sistem, proses dan

seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antar berbagai pihak yang

berkepentingan (stakeholder) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang

saham, dewan komisaris dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.

Corporate governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan

mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan yang signifikan dalam stategi korporasi dan

untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan

segera.

5

Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance yaitu:

1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan

relevan mengenai perusahaan.

2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan

pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana

secara efektif.

3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan

perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang

berlaku.

4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara

professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen

yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-

prinsip korporasi yang sehat.

5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam

memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan

perundangan yang berlaku.

Pengaruh Corporate governance Terhadap Kinerja Perusahaan

Penerapan coorporte governance bukan tanpa insentif. Wicaksono dalam Retta

2008 menyatakan bahwa CG muncul sebagai upaya untuk mengatasi perilaku manajemen

yang mementingkan diri sendiri guna menciptakan system pembagian keuntungan yang

seimbang bagi stakeholder dan menciptakan efisisensi bagi perusahaan. Dalam satu

dasawarsa terakhir, hasil penelitian-penelitian empiris, codes of corporate governance di

hamper seluruh dunia dan kesaksian dari perusahaan yang telah menerapkan CG

menyimpulkan hal yang senada dari penerapan CG, yaitu CG dapat memberikan

konstibusi positif bagi perusahaan maupun investor dan steke holder lainnya. Konstribusi

positif yang dimaksud yaitu CG yang diterapkan dengan baik dapat bermanfaat untuk

meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan dalam jangka panjang.

Kinerja perusahaan ditentukan sejauh mana keseriusannya dalam menerapkan

good corporate governance. Perusahaan yang terdaftar dalam skor pemeringkatan

corporate governance yang dilakukan oleh IICG telah menerapkan good corporate

6

governance dengan baik dan secara langsung menaikkan nilai sahamnya. Semakin tinggi

penerapan corporate governance yang diukur dengan corporate governance indeks

perception semakin tinggi pula tingkat ketaatan perusahaan dan menghasilkan kinerja

perusahaan yang baik.

Secara teoritis praktik good corporate governance dapat meningkatkan kinerja

perusahaan, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan

yang menguntungkan sendiri dan umumnya good corporate governance dapat

meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya yang berdampak

terhadap kinerjanya.

Pengembangan Hipotesis

Penerapan good corporate governance dipercaya dapat meningkatkan kinerja atau

nilai perusahaan. Pernyataan ini dapat ditemukan dalam berbagai codes of corporate

governance hampir di semua negara. Sebagai contoh, Dey Report (1994) dalam

Kusumawati (2005) mengemukakan bahwa corporate governance yang efektif dalam

jangka panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menguntungkan pemegang

saham. Peningkatan kinerja perusahaan tersebut tidak hanya untuk kepentingan

pemegang saham namun juga untuk kepentingan publik secara umum. Sunarto (2003)

juga menyatakan apabila good corporate governance tercapai maka kinerja saham

perusahaan tersebut akan semakin meningkat. Penerapan good corporate governance

membawa manfaat besar bagi perusahaan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hasil survei IICG berupa corporate

governance perception index (CGPI) untuk mengukur corporate governance. Dari

corporate governance pereception index, rating atau pemeringkatan disusun. Alasan

penggunaan indeks ini disebabkan oleh keterbatasan data tentang penelitian penerapan

corporate governance pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Indeks tersebut

merupakan satu-satunya indeks yang dipublikasikan dari hasil penelitian pada

perusahaan-perusahaan di Indonesia dengan menggunakan instrumen yang telah

disesuaikan dengan ketentuan peraturan yang berlaku di Indonesia. Peneliti menggunakan

nilaiTobin’s q sebagai ukuran penilaian pasar dan return on equity (ROE) sebagai ukuran

kinerja operasional perusahaan.

7

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan pengaruh corporate

governance terhadap kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. Adapun penelitian-

penelitian terdahulu yang dapat menjadi bahan acuan dalam mendukung hasil penelitian

yang dilakukan oleh penulis antara lain: Peneliti yang telah melakukan studi di bidang ini

adalah Khomsiyah (2005) yang menguji simultanitas penerapan corporate governance

dan kinerja perusahaan. Artinya, peneliti mencoba untuk menguji secara simultan, karena

peneliti menganggap bahwa terdapat kemungkinan bahwa penerapan good corporate

governance berpengaruh pada kinerja perusahaan. Berdasarkan teori yang ada,

seharusnya semakin tinggi penerapan good corporate governance, yang diukur dengan

corporate governance perception indeks (CGPI) dan berada dalam lingkungan hukum

yang buruk maka semakin baik kinerja pada perusahaan tersebut. Dalam penelitian

Khomsiyah (2005) menyimpulkan bahwa corporate governance berpengaruh terhadap

kinerja operasional perusahaan.

Menurut Berghe dan Ridder (1999) dalam Erna Hidayah (2007), menghubungkan kinerja

perusahaan dengan corporate governance tidak mudah dilakukan. Beberapa penelitian

menunjukkan tidak ada hubungan corporate governance dengan kinerja perusahaan,

misal penelitian yang dilakukan oleh Daily dkk (1998) dan hasil survey CBI, Deloitte dan

Touche (1996) dalam Deni Darmawati (2004) dan dalam penelitiannya Erna Hidayah

(2008) menyimpulkan bahwa penerapan corporate governance tidak mempengaruhi

secara langsung kinerja.

Dalam penelitian ini pengukuran corporate governance dengan menggunakan

corporate governance perception indeks (CGPI) dan pengukuran kinerja dengan Tobin’s

q sebagai ukuran penilaian pasar dan return on equity ROE sebagai ukuran kinerja

operasional diyakini bisa memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan yang baik,

karena esensi penerapan prinsip-prinsip good corporate governance adalah peningkatan

kinerja perusahaan. Perusahaan yang telah menerapkan corporate governance secara baik

akan memiliki kinerja operasional yang baik dan akan diikuti oleh kinerja pasar yang

tampak pada nilai saham perusahaan sehingga dapat diprediksi bahwa perusahaan yang

menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance yang lebih baik akan cenderung

mempunyai kinerja perusahaan yang lebih baik pula. Dengan demikian dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

8

H01: Corporate governance,asset,growth tidak berpengaruh positif terhadap

Tobin’s Q.

METODE PENELITIAN Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEJ yang

melaksanakan good corporate governance. Pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan purposive sampel, yaitu penentuan sampel dengan target atas

pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan yang digunakan pemilihan sampel adalah :

perusahaan yang termasuk kedalam kelompok perusahaan terbaik dalam pelaksanaan

good corporate governance pada tahun 2005-2007. Kelompok perusahaan terbaik dalam

pelaksanaan good corporate governance tersebut merupakan hasil survey yang dilakukan

oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) bekerjasama dengan majalah

SWA.

Peneliti akan menguji Pengaruh Tata Ruang, Pertumbuhan Dan Ukuran

Perusahan Terhadap Kinerja Pasar. Penerapan pelaksanaan good corporate

governance perusahaan dapat dilihat dari skor CGPI. Semakin tinggi skornya maka akan

semakin baik perusahaan tersebut menerapkan pelaksanaan good corporate governance.

Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Variabel dependen

Variabel denpenden dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan. Tobins’q

sebagai ukuran penilaian pasar (Klapper dan Love, dalam Khomsiyah dkk,2003) Kinerja

perusahaan yang digunakan adalah kinerja perusahaan yang di proksikan pada Retrun on

Equity (ROE), dan Tobins’ Q.

Tobin’s q dihitung dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh

Chung dan Pruitt, 1994, yaitu:

Tobins’q = (MVE + PS + DEBT )

TA

9

Keterangan :

MVE : Harga penutupan saham di akhir tahun buku x banyaknya

saham biasa yang beredar

PS : Nilai Likuiditas dari saha preferen yang beredar

DEBT : (Utang lancar – aktiva lancar ) + nilai buku sediaan + utang

jangka panjang / nilai buku total aktiva

Peneliti menyesuaikan rumus tersebut dengan kondisi transaksi keuangan

perusahaan-perusahaan di Indonesia. Dengan demikian, rumus yang digunakan

untuk mengukur tobins’q menggunakan rumus sebagai berikut ( Klapper dan

Love dalam Khomsiyah, 2005)

Tobins’q = MVE + DEBT

TA

Variabel Independen

Variabel independen penelitian ini adalah corporate governance. Variabel ini

diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh IICG berupa Corporate

Governance Perception Index (CGPI). CGPI berisi skor hasil survey mengenai

penerapan corporate governance pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Jakarta. CGPI adalah program riset dan pemeringkatan penerapan Good Corporate

Governance di Indonesia pada perusahaan publik. Program ini dilaksanakan sejak tahun

2001 dilandasi dengan pemikiran pentingnya mengetahui sejauh mana perusahaan-

perusahaan tersebut telah menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

Variabel Kontrol

Di bawah ini merupakan berbagai variabel yang secara teori menentukan

penerapan corporate governance maupun kinerja di perusahaan.

a. Kesempatan pertumbuhan (growth opportunity):

Kesempatan pertumbuhan (growth opportunity). Perusahaan yang memiliki

kesempatan tumbuh yang tinggi pada umumnya membutuhkan dana eksternal

untuk melakukan ekspansi, sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan

perbaikan dalam penerapan corporate governance dalam rangka untuk

menurunkan biaya modal (La Porta dkk., 1999; Klapper dan Love, 2002;

10

Himmelberg dkk., 1999; Himmelberg, Hubbard dan Love 2001). Jika nilai

Tobin’s q lebih tinggi untuk perusahaan yang memiliki kesempatan tumbuh

tinggi, hal ini bisa disebabkan adanya endogenitas pada variabel corporate

governance dalam asosiasi antara corporate governance dengan kinerja. Dengan

demikian, penelitian ini memasukkan variabel kesempatan pertumbuhan sebagai

variabel kontrol. Kesempatan pertumbuhan diukur dengan menggunakan rata-

rata pertumbuhan penjualan selama tiga tahun terakhir (Klapper dan Love. 2002).

b. Ukuran perusahaan (Size):

Pengaruh ukuran perusahaan terhadap corporate governance masih belum

jelas arahnya. Perusahaan besar dapat memiliki masalah keagenan yang lebih

besar (karena lebih sulit untuk dimonitor) sehingga membutuhkan corporate

governance yang lebih baik. Dengan demikian, penelitian ini memasukkan

variabel ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Sebagai proksi dari ukuran

perusahaan (size), umumnya studi-studi yang meneliti hubungan antara size

dengan profitabilitas perusahaan menggunakan logaritma natural dari total asset

(Log TA), ini digunakan untuk untuk mengurangi perbedaan signifikan antara

ukuran perusahaan yang terlalu besar dengan ukuran perusahaan yang terlalu

kecil, maka nilai total asset dibentuk menjadi logaritma natural, konversi

kebentuk logaritma natural ini bertujuan untuk membuat data total asset

terdistribusi normal. Namun ada juga yang menggunakan logaritma natural dari

penjualan (Log sales). Penelitian ini akan menggunakan Log (TA ) karena

merupakan proksi yang lebih umum digunakan. Studi-studi terdahulu cenderung

menemukan hasil yang konsisten, yakni terdapat hubungan positif antara

keduanya. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan log natural dari Total

asset (Klapper dan Love, 2002 dalam darmawati, 2005).

Size = Log (TA) Uji Kualitas Data

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel

penggannggu atau residual mempunyai distribusi normal. Salah satu cara yang dapat

digunakan untuk mengetahui normlitas distribusi data adalah dengan menggunakan

teknik grafik (plot) yaitu melihat nilai residual pada model regresi yang akan diuji. Jika

11

sampel berasal dari sebuah populasi yang normal, titik-titik dalam plot akan jatuh

disekitar garis lurus. Jika sampel berasal dari sebuah populasi yang tidak normal, Plot

akan terlihat seperti kurva (Dielman dalam Sayidah, 2007). Pengujian ini menggunakan

normal probably plot of standardized residual yang hasilnya sebagai berikut :

Gambar 4.1

1.00.80.60.40.20.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expect

ed Cu

m Prob

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: TOBINSQ

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar masih disekitar garis diagonal

dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Tidak ada data yang menyimpang secara

ekstrim. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran data Tobins’Q mendekati normal

atau memenuhi asumsi normalitas.

Metode Analisis Data

1. Uji Multikolineritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan

asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear antara variabel independen

yaitu corporate governance dalam model regresi.

Berikut ini adalah hasil uji dari multikolonieritas menggunakan nilai tolerancedan

variance inflation factor (VIF) menggunakan software SPSS 14.0

12

Tabel 4.2

Uji Multikolonieritas

Sumber : Data skunder diolah

Variabel indeks persepsi corporate governance memiliki nilai VIF sebesar 1.226,

variabel growth 1.085 dan variabel size 1.155. Menurut Santoso ”jika VIF lebih besar

dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persolan multikolinearitas dengan variabel

bebas lainnya. Berdasarkan hasil analisis, tidak ada variabel lebih besar dari 5, sehingga

bias diduga bahwa antarvariabel independent tidak terjadi persoalan multikolonieritas.

Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya menyimpangan asumsi

klasik Autokorelasi. Uji autokolerasi dilakukan dengan menghitung nilai Durbin-Watson

d statistik berdasarkan kriteria Durbin-Watson.

Kriteria Autokolerasi Durbin –Watson

Durbin –Watson Kesimpulan

< 1,414

1,414 – 1,724

1,724 – 2,276

2,276 – 2,586

> 2,586

Ada autokorelasi positif

Tanpa Kesimpulan

Tidak ada autokolerasi

Tanpa Kesimpulan

Ada autokolerasi negative

Coefficientsa

-13.512 3.569 -3.786 .001 .183 .045 .673 4.033 .000 .816 1.226

4.29E-007 .000 .135 .860 .397 .921 1.085-.022 .093 -.038 -.237 .815 .866 1.155

(Constant) CGFI GROWTH SIZE

Model 1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: TOBINSQa.

13

Tabel 4.3

Model Summary b

.640a .410 .342 .68636 2.451Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), SIZE, GROWTH, CGFIa.

Dependent Variable: TOBINSQb.

Sumber : Data skunder diolah

Hasil analisis Tabel 4.3 menunjukkan nilai d sebesar 2.451 untuk model regresi

dengan variabel dependen Tobin’s Q. Dengan demikian, untuk model regresi

Tobin’s Q berada pada daerah tanpa kesimpulan, yang berarti tidak dapat

dinyatakan apakah model regresitersebut mengalami autokorelasi atau tidak.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Di dalam

sebuah plot residual, nilai residual seharusnya terlihat tersebar secara random,

tanpa adanya pola yang sistematik. Jika varians tidak konstan, dalam plot residual,

nilai residual akan terlihat membentuk pola yang sistematik. Kejadian ini

menunjukkan heteroskedastisitas

Gambar 4.2

20-2

Regression Standardized Predicted Value

2

1

0

-1

Regression Standardized Residual Scatterplot

Dependent Variable: TOBINSQ

14

Dengan melihat gambar 4.2 dapat dilihat bahwa tidak adanya pola yang jelas,

serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah 0 pada sumbu Y, maka dapat

disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini.

Analisis Regresi

Pengujian terhadap hipotesis penelitian ini menggunakan analisis regresi

berganda. Analisis regresi dipakai untuk mencari besarnya hubungan dan juga

menentukan besarnya pengaruh variabel independent, yaitu krakteristik corporate

governance terhadap variabel dependen Tobins’Q dan variabel kontrol growth dan size.

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software SPSS Versi 14.0

Pengujian terhadap hipotesis pertama penelitian ini menggunakan analisis linear

sebagai berikut:

Tobin’s Q =α + 1β CG + 2 β GROWTH + 4 β SIZE + ε

Keterangan :

Tobin’s Q = Kinerja operasional perusahaan yang diukur dengan

Tobin’s Q

CG = Skor pemeringkatan Corporate Governance

GROWTH = Kesempatan pertumbuhan

SIZE = Ukuran perusahaan

α = Konstanta regresi atau intersep

1 β = Koefisien regresi skor Corporate Governance

2 β = Koefisien regresi kesempatan pertumbuhan

3 β = Koefisien regresi ukuran perusahaan

15

Tabel 4.4

Analisa Regresi Berganda

Pengujian Hipotesis

Coefficientsa

-13.512 3.569 -3.786 .001.183 .045 .673 4.033 .000 .816 1.226

4.29E-007 .000 .135 .860 .397 .921 1.085-.022 .093 -.038 -.237 .815 .866 1.155

(Constant)CGFIGROWTHSIZE

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: TOBINSQa.

Sumber : Data skunder diolah

Dari hasil pengujian Tabel 4.4 maka dapat disusun suatu persamaan regresi berganda sebagai

berikut :

Tobin’s Q = -13.512 + 0.83 CG + 4.2 GROWTH – 0.22SIZE + ε

a. Koefisien konstanta berdasarkan hasil regresi adalah -13.512 dengan nilai negatif, ini

dapat diartikan bahwa jika corporate governance,growth,size masing-masing bernilai 0

b. Koefisien regresi 0.83 menyatakan bahwa setiap kenaikkan satu persen variabel corporate

governance, maka akan menaikkan tobin’s q sebesar sebesar 0.83.

c. Koefisien regresi 4.2 menyatakan bahwa setiap kenaikkan satu persen variabel growth, maka

akan menaikkan pula tobin’s q sebesar

d. Koefisien regresi 0.22 menyatakan bahwa setiap penurunaan satu persen variabel ukuran

perusahaan (size), maka akan menurunkan kinerja pasar (tobin’s q) sebesar 0.22.

Pengujian Hipotesis

Uji Parsial Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Tobins’ Q

Hipotesis ini menyatan bahwa corporate governance berpengaruh positif terhadap

tobins’Q. Kriteria pengujian yang digunakan untuk menerima atau menolak

hipotesis (Ha1) diatas adalah:

nilai p-value<0.05 maka Ha1 diterima.

16

Tabel 4.5

Coefficientsa

-13.512 3.569 -3.786 .001.183 .045 .673 4.033 .000 .816 1.226

4.29E-007 .000 .135 .860 .397 .921 1.085-.022 .093 -.038 -.237 .815 .866 1.155

(Constant)CGFIGROWTHSIZE

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: TOBINSQa.

Tabel 4.4 menunjukkan pengaruh independent variable terhadap dependent variable.

a. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa Corporate Governance berpengaruh secara signifikan

terhadap tobin’s q sebesar 4.033 dengan p-value sebesar 0.000, karena p-value lebih

kecil dari α 5% (0.000<0.05), ini berarti Corporate Governance berpengaruh secara

signifikan terhadap kinerja nilai pasar (tobin’s Q). sehingga corporate governance

diterima dan H01 ditolak.

b. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (size) tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap tobin’s Q dengan p-value sebesar 0.230, karena p-value lebih

besar dari α 5% (0.230>0.05), ini berarti ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap

tobin’s q.

c. Dalam tabel 4.4 dapat dilihat bahwa growth tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap kinerja pasar (tobin’s q). Dapat dilihat nilai t-statistik sebesar 0.860 dan p-

value sebesar 0.397, karena p-value lebih besar dari α5% (0.387>0.05) maka dapat

disimpulkan bahwa pertumbuhan atau growth tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap tobin’s q.

Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa masing-masing variabel

kontrol yaitu growth dan size tidak mempunyai pengaruh yang signifikan karena

tingkat signifikannya diatas batas yang dapat di terima yaitu 0.05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa corporate governance

mempengaruhi tobins’q sebagai ukuran kinerja pasar perusahaan. Dengan demikian

tobins’Q sebagai ukuran kinerja pasar perusahaan berpengaruh terhadap besar dan

kecilnya corporate governance yang tercermin dalam skor pemeringkatan corporate

governance perception index dengan arah positif yang berarti bahwa semakin besar

17

perusahaan semakin besar pula kemungkinan diterpkannya tobins’Q sebagai ukuran

kinerja pasar perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan besar juga

menerapkan Tobins’Q sebagai ukuran kinerja pasar perusahaan.

4.1.1 Uji Simultan

Untuk mengetahui adakah pengaruh antara variabel X1 (Corporate governance), X2

(growth), dan variabel X3 (size), secara bersama-sama terhadap variabel Y (tobin’s q)

pada perusahaan di Indonesia, dilakukan uji simultan. Untuk lebih jelasnya hasil

perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut:

Ta bel 4.6

Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS diperoleh nilai signifikan sebesar

0.000. hal ini berarti hipotesis HA1 yang berbunyi corporate governance, size dan growth

secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap tobin’s q perusahaan di Indonesia

dapat diterima

Model Summaryb

.640a .410 .342 .68636 2.451Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), SIZE, GROWTH, CGFIa.

Dependent Variable: TOBINSQb.

Untuk mengetahui besarnya pengaruh anatara variable size, growth dan size secara simultan

dpat diketahui dari besarnya korelasi antara X1,X2, dan X3 yang dikuadratkan (R square).

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS yang dapat dilihat dari

tabel diatas diketahui bahwa besarnya pengaruh (R square) sebesar 0.410 atau 44,10%. Hal

ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independent Corporate

ANOVAb

8.505 3 2.835 6.018 .000 a

12.248 26 .47120.754 29

Regression Residual Total

Model 1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), SIZE, GROWTH, CGFIa.

Dependent Variable: TOBINSQb.

18

Governance dan variabel kontrol size dan growth terhadap variabel dependen tobins’q

sebesar 44,10 % Sedangkan sisanya sebesar 55.9% dipengaruhi faktor lain yang tidak

diungkap dalam penelitian ini.

Kesimpulan

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa corporate governance mempengaruhi

tobins’q.

2. Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa variabel kontrol yaitu growth tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tobin’s q perusahaan

3. Dan size juga tidak mempunyai pengaruh yang signifikan karena tingkat

signifikannya diatas batas yang dapat di terima yaitu 0.05

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa nilai tobin’s q perusahaan di Indonesia

dapat dijelaskan oleh variabel CG, growth dan size

5.1 Saran

Atas dasar kesimpulan penelitian di atas maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai

berikut :

1. Perusahan-perusahan yang menerpakan GCG secara baik dan konsisten dan bersedia

untuk dinilai indeks CGPI akan mambantu perusahaan tersebut untuk meningkatkan

nilai pasar perusahaan tersebut. Hal ini disarankan kepada seluruh perusahaan-

perusahaan go public untuk selalu konsisten dalam menerapkan GCG dan bersedia

untuk dilakukan penilaian

2. Bagi perusahaan yang belum melakukan penerapan GCG masih terbuka

kesempatan untuk melaksanakan penerapan GCG, karena penerapan GCG pada dasarnya

memberikan dampak yang sangat positif bagi perusahaan terutama pada nilai saham

perusahaan dan nilai pasar perusahaan. Di Indonesia perlu dibentuk badan pemeringkatan

GCG atas penerapan corporate governance pada perusahaan publik yang memiliki

otoritas untuk meminta semua perusahaan publik mengikuti pemeringkatan GCG. Hal ini

penting mengingat system pemeringkatan corporate governance dapat memberikan

diagnosa atas kekuatan dan kelemahan perusahaan secatra independent dan dapat

meningkatkan kepercayaan pada pasar kebutuhan.