pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

Upload: yusnida-rahmawati

Post on 14-Apr-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    1/24

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Indonesia sebagai salah satu negara tropis mempunyai beragam jenis

    tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan obat. Salah satu

    tumbuhan yang banyak tumbuh di Indonesia dan dimanfaatkan untuk obat

    tradisional adalah pepaya (Carica papaya L.). Hasil uji fitokimia menunjukkan

    bahwa daun pepaya mengandung senyawa alkaloid karpain, flavonoid dan tannin

    (OGTR, 2008). Alkaloid adalah suatu golongan senyawa basa bernitrogen yang

    kebanyakan heterosiklik dan paling banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan

    Konsentrasi senyawa alkaloid ini paling banyak terdapat pada bagian hijau dari

    tumbuhan pepaya (daun) dan bijinya (C.P. Khare, 2004). Golongan alkaloid ini

    diketahui dapat mempengaruhi spermatogenesis dengan menekan sekresi hormon-

    hormon yang diperlukan untuk berlangsungnya spermatogenesis (Winarno dan

    Sundari, 1997).

    Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma yang terjadi di tubulus

    seminiferus testis. Spermatogenesis normal tergantung pada kadar LH

    (Luteinizing Hormone) dan FSH(Follicle stimulating hormone). LH merangsang

    sel-sel leydig untuk memproduksi testosteron. Sedangkan FSH merangsang sel

    sertoli untuk menghasilkan protein pengikat androgen yang mengikat testosteron.

    Kadar testosteron tinggi diperlukan untuk spermatogenesis normal. Hasil

    penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa golongan alkaloid biji pepaya dapat

    menurunkan kadar LH dan testosteron serum (P.B. Udoh et al, 2009), mencegah

    http://id.wikipedia.org/wiki/Basahttp://id.wikipedia.org/wiki/Heterosiklikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Basahttp://id.wikipedia.org/wiki/Heterosiklik
  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    2/24

    fertilisasi ovum, mengurangi jumlah sel sperma dan menyebabkan degenerasi sel

    sperma (F.V. Udoh dan E.E. Umoh, 2005).

    Peningkatan jumlah penduduk yang cukup pesat membuat pemerintah

    Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan kualitas program Keluarga

    Berencana. Namun kita tidak bisa menutup mata bahwa selama kurun waktu 30

    tahun terakhir, keberhasilan program KB masih banyak didukung oleh peran serta

    wanita dalam penggunaan alat dan metode kontrasepsi. Hal ini dibuktikan dengan

    hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 bahwa

    persentase peserta KB pria secara nasional baru mencapai sekitar 2,5%,

    sedangkan yang 97,5% adalah peserta KB wanita. Untuk itu, keterlibatan pria

    dalam program ini harus diupayakan secara intensif oleh semua pihak dengan

    mencari bahan untuk kontrasepsi. Saat ini alat kontrasepsi pria hanya terbatas

    pada kondom dan vasektomi (BKKBN, 2008).

    Sejauh penelusuran kepustakaan penulis, belum ditemukan hasil penelitian

    mengenai pengaruh alkaloid daun pepaya terhadap spermatogenesis. Berdasarkan

    hal tersebut, maka timbullah keinginan penulis untuk meneliti pengaruh ekstrak

    daun pepaya terhadap spermatogenesis tikus, mengingat daun pepaya merupakan

    bagian yang paling tinggi kandungan alkaloid karpainnya disamping biji pepaya.

    Apabila dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa konsumsi daun pepaya juga

    dapat menurunkan spermatogenesis tikus, diharapkan lebih dapat memberikan

    sumbangan pikiran sebagai salah satu pertimbangan dalam pengembangan

    program KB terutama pada pria sekaligus meningkatkan pendayagunaan sumber

    daya alam nabati sebagai bahan obat.

    2

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    3/24

    1.2. Rumusan Masalah

    Apakah pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) berpengaruh

    pada spermatogenesis tikus putih (Rattus novergicus L.) ?

    1.3. Tujuan Penelitian

    1.3.1. Tujuan Umum

    Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya

    L.) terhadap spermatogenesis tikus putih (Rattus novergicus L.)

    1.3.2. Tujuan Khusus

    1. Mengetahui spermatogenesis tikus putih yang tidak diberikan

    ekstrak daun pepaya.

    2. Mengetahui spermatogenesis tikus putih yang diberi ekstrak daun

    pepaya.

    3. Mengetahui pengaruh variasi dosis ekstrak daun pepaya yang

    diberikan pada tikus putih terhadap spermatogenesis.

    1.4. Manfaat Penelitian

    1. Memberikan informasi apakah alkaloid yang terkandung dalam daun

    pepaya berpengaruh terhadap spermatogenesis.

    2. Memberi masukan kepada pengembangan Keluarga Berencana untuk

    menggali lebih banyak lagi informasi yang berhubungan dengan daun

    pepaya dan efeknya terhadap fertilitas.

    3. Sebagai bahan dasar dan acuan pada penelitian selanjutnya.

    3

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    4/24

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Spermatogenesis

    Spermatogenesis adalah proses pertumbuhan dan perubahan dari

    spermatogonia sampai spermatozoa yang terjadi di tubulus seminiferus testis.

    Epitel tubulus seminiferus terdiri atas dua jenis sel yaitu sel sertoli yang

    berfungsi untuk menunjang, melindungi, dan mengatur nutrisi spermatozoa yang

    berkembang, dan sel yang kedua, sel spermatogenik yang akan menjadi

    spermatozoa. Celah diantara tubulus seminiferus dalam testis berisi jenis sel lain

    yang disebut sel leydig. Sel ini merupakan sel pensekresi steroid (Junqueira dan

    Carneiro, 1997).

    Proses spermatogenesis meliputi tiga fase yaitu :

    1) Spermatositogenesis, selama fase ini spermatogonium membelah secara

    mitosis, menghasilkan generasi sel baru yang nantinya akan menghasilkan

    spermatosit primer.

    2) Meiosis, Terdiri dari miosis I dan miosis II. Selama fase miosis I, spermatosit

    primer mengalami pembelahan serta mereduksi sampai setengah jumlah

    kromosom dan jumlah DNA per sel, menghasilkan spermatosit sekunder,

    kemudian spermatosit sekunder mengalami meiosis II menghasilkan

    spermatid.

    3) Spermiogenesis, spermatid mengalami proses sitodiferensiasi menghasilkan

    spermatozoa (Junqueira dan Carneiro, 1997).

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    5/24

    Gambar 2.1. Histologi testis (Junqueira dan Carneiro, 1997)

    Proses spermatogenesis dimulai dengan sel benih primitif, yaitu

    spermatogonium, yang berkumpul tepat di tepi lamina basal dari epitel

    germinativum. Sel spermatogonium relatif kecil, bergaris tengah sekitar 12 m,

    dan intinya mengandung kromatin pucat. Pada keadaan kematangan kelamin, sel

    ini mengalami sederetan mitosis, dan sel-sel yang baru dibentuk dapat mengikuti

    satu dari dua jalur yaitu mereka dapat berlanjut, setelah satu atau lebih

    pembelahan mitosis, sebagai sel induk yang disebut spermatogonium tipe A,

    atau mereka dapat berdiferensiasi selama siklus mitotik yang progresif menjadi

    spermatogonium tipe B (Junqueira dan Carneiro, 1997).

    Spermatogonium tipe A adalah sel induk untuk garis keturunan

    spermatogenik, sementara spermatogonium tipe B merupakan sel progenitor yang

    berdiferensisasi menjadi spermatosit primer. Segera setelah sel spermatogonium

    A dan B, sel tersebut memasuki tahap profase dari pembelahan miosis pertama.

    Pada saat ini, spermatosit primer memiliki 46 kromosom dan diploid (2N). Dalam

    5

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    6/24

    tahap profase ini, sel melewati 4 tahap yaitu leptoten, zigoten, pakiten, dan

    diploten. Kemudian mengalami diakinesis, yang menghasilkan pemisahan dari

    kromosom (Junqueira dan Carneiro, 1997).

    Persilangan gen kromosom terjadi pada tahap miosis I ini. Sel kemudian

    memasuki metafase, dan kromosom bergerak menuju kutub masing-masing pada

    tahap anafase berikutnya. Karena profase pembelahan ini memakan waktu lebih

    kurang 22 hari, maka hampir seluruh sel yang tampak pada potongan berada

    dalam fase ini. Spermatosit primer adalah sel terbesar dalam garis turunan

    spermatogenik ini dan ditandai adanya kromosom dalam tahap proses

    penggelungan yang berbeda di dalam intinya (Junqueira dan Carneiro, 1997).

    Dari pembelahan miosis I ini timbul sel yang lebih kecil disebut spermatosit

    sekunder dengan hanya 23 kromosom dan haploid (1N). Spermatosit sekunder

    sulit diamati dalam sedian testis karena merupakan sel berumur pendek yang

    berada dalam fase interfase yang sangat singkat dan dengan cepat memasuki

    pembelahan miosis II. Pembelahan spermatosit sekunder menghasilkan

    spermatid, sel yang mengandung 23 kromosom dan haploid. Spermatid ini dapat

    dikenali melalui ukurannya yang kecil (garis tengah 7-8 m), inti dengan daerah-

    daerah kromatin padat dan lokasi jukstaluminal di dalam tubulus seminiferus.

    (Junqueira dan Carneiro, 1997).

    Proses selanjutnya adalah spermiogenesis, yang mencakup pembentukan

    akrosom, pemadatan dan pemanjangan inti, pembentukan flagelum, dan

    pengurangan sebagian besar sitoplasmanya. Hasil akhirnya adalah spermatozoa

    matang, yang kemudian dilepaskan ke dalam lumen tubulus seminiferus

    (Junqueira dan Carneiro, 1997).

    6

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    7/24

    Gambar 2.2. Urutan peristiwa dan waktu dalam spermatogenesis

    (GSNU, 2009).

    Keseluruhan proses spermatogenesis, dari spermatogonia menjadi

    spermatozoa, membutuhkan waktu sekitar 74 hari pada manusia dan 36 hari pada

    tikus jantan (Guyton & Hall, 2007).

    Spermatogenesis dirangsang oleh faktor-faktor hormonal. Beberapa hormon

    yang mempengaruhinya antara lain :

    1. Testosteron, yang disekresikan oleh sel-sel leydig yang terletak di

    intertisium testis, penting bagi pertumbuhan dan pembelahan sel-sel

    germinal testis, yang merupakan tahap pertama pembentukan sperma.

    2. Luteinizing hormone, yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior,

    merangsang sel-sel leydig untuk menyekresikan testosteron.

    7

    B

    A

    25 days

    28 days

    21 days

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    8/24

    3. Follicle stimulating hormone, yang juga disekresikan oleh sel-sel kelenjar

    hipofisis anterior, merangsang sel-sel sertoli, tanpa rangsangan ini,

    pengubahan spermatid menjadi sperma (proses spermiogenesis) tidak akan

    terjadi.

    4. Estrogen, yang dibentuk dari testosteron oleh sel-sel sertoli ketika sel

    sertoli dirangsang oleh FSH, mungkin juga penting untuk spermiogenesis.

    5. Hormon Pertumbuhan, diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi

    metabolisme testis. Hormon ini secara spesifik meningkatkan pembelahan

    awal spermatogonia (Guyton & Hall, 2007).

    Bila terjadi gangguan dalam hormon-hormon tersebut maka proses

    spermatogenesis akan terganggu dan kualitas sperma akan berubah. Misalnya, jika

    tidak ada FSH maka spermatogenesis tidak akan terjadi. Akan tetapi, FSH tidak

    dapat bekerja sendiri menyelesaikan spermatogenesis. Agar spermatogenesis

    berlangsung sempurna, memerlukan testosteron yang dihasilkan oleh sel

    interstisial leydig. Produksi testosteron sendiri dirangsang oleh LH. (Guyton &

    Hall, 2007). Kombinasi kadar FSH dan LH yang tinggi dan kadar testosterone

    yang rendah menyebabkan adanya kegagalan testis. Kadar FSH yang tinggi

    dengan kadar LH dan testosteron yang normal menyebabkan kegagalan sel

    germinal terisolasi, fungsi sel leydig yang normal dan terandrogenisasi normal

    tetapi mengalami azoospermia atau oligospermia (DeCherney et al, 1997).

    Selain hormon, suhu yang sesuai di dalam testis penting untuk

    spermatogenesis, biasanya sekitar 2-30 C dibawah suhu badan (Victor P.E, 2003).

    Malnutrisi, alkoholisme, dan kerja obat atau senyawa tertentu mengakibatkan

    gangguan pada spermatogonia, yang kemudian menyebabkan penurunan produksi

    8

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    9/24

    spermatozoa. Radiasi sinar-X dan garam kadmium cukup toksik terhadap sel

    turunan spermatogenik, dapat menyebabkan kematian sel tersebut dan sterilisasi.

    Akan tetapi, tidak perlu diragukan lagi, bahwa faktor endokrin mempunyai efek

    paling penting terhadap spermatogenesis (Junqueira dan Carneiro, 1997).

    2.2. Tinjauan Umum Pepaya

    2.2.1. Taksonomi Tanaman Pepaya

    Divisio : Spermatophyta

    Sub divisio : Angiospermae

    Klassis : Dicotyledonae

    Ordo : Cistales

    Familia : Caricacecae

    Genus : Carica

    Species : Carica papaya L. (Van Steenis, 2002).

    2.2.2. Sejarah Singkat Tanaman Pepaya

    Tanaman pepaya (C. pepaya) aslinya berasal dari dataran rendah bagian timur

    Amerika Tengah, dari Mexico sampai ke Panama (Nakasone & Paull, 1998). Biji-

    bijinya didistribusikan ke Karibia dan Asia Tenggara selama penjelajahan

    Spanyol di abad ke-16, kemudian menyebar dengan cepat ke India, Pasifik dan

    Afrika (Villegas 1997). Pepaya kini tumbuh di semua negara-negara tropis dan

    sub-tropis di dunia (OGTR, 2008).

    Pepaya asli dari Amerika tengah adalah tanaman yang tinggi dan ramping

    yang hampir tidak bisa dimakan. Selama penyebaran dan domestikasi, spesiesnya

    9

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    10/24

    mengalami perubahan ukuran buah, warna buah, sistem kawin dan perilaku

    tumbuh (Manshardt & Moore, 2003).

    2.2.3. Nama Lain Pepaya

    Pepaya disebut juga gedang (Sunda), kates (Jawa), peute, batiak, ralempaya,

    punti kayu (Sumatra), pisang malaka, bandas, manjan (Kalimantan), kalujawa

    (Kalimantan) serta kapalaya kaliki dan uti jawa (Sulawesi). Selain nama daerah

    pepaya juga mempunyai nama asing yaitu : papaw tree, papaya, papayer,

    melonenbaum,fan mu gua (H. Wijayakusuma dan Dalimartha, 1998).

    2.2.4. Syarat Tumbuh

    Tanaman pepaya tumbuh subur pada daerah yang memilki curah hujan 1000-

    2000 mm/tahun. Suhu udara optimum 22-26 derajat C dengan kelembaban udara

    sekitar 40% (Kemal Prihatman, 2000).

    Tanah yang baik untuk tanaman pepaya adalah tanah yang subur dan banyak

    mengandung humus. Tanah itu harus banyak menahan air dan gembur. Derajat

    keasaman tanah (pH tanah) yang ideal adalah netral dengan pH 6-7. Kandungan

    air dalam tanah merupakan syarat penting dalam kehidupan tanaman ini. Tinggi

    air yang ideal tidak lebih dalam dari pada 50150 cm dari permukaan tanah.

    Pepaya dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 700 m 1000 m dpl

    (Kemal Prihatman, 2000).

    2.2.5. Morfologi Tanaman

    Pohon biasanya tidak bercabang, batang berbentuk bulat,

    berongga, tidak berkayu, dan terdapat benjolan-benjolan bekas

    10

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    11/24

    tangkai daun yang sudah rontok. Daun tunggal, berbentuk

    menjari, tangkai daun yang panjang dan terkumpul di ujung

    batang. Buah berbentuk bulat memanjang, bergantung di

    batang, saat muda berwarna hijau dan kuning kemerahan jika

    sudah matang, berongga besar di tengahnya dengan tangkai

    buah yang pendek. Di dalam buah terdapat biji dalam jumlah

    yang banyak dan diselimuti lapisan tipis, berwarna hitam, dan

    berbentuk bulat kecil. Bagian tanaman yang bisa dimanfaatkan

    sebagai obat adalah daun, buah, biji, dan getahnya (Yellia

    Mangan, 2003).

    Gambar 2.3. Pohon pepaya (Caricapapaya L.)

    2.2.6. Kandungan Kimia

    11

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    12/24

    Bagian hijau dari tanaman dan biji pepaya mengandung

    alkaloid tetapi kandungan alkaloidnya lebih terkonsentrasi pada

    daun pepaya (C.P. Khare, 2004). Selain alkaloid, daunnya

    mengandung karpain, dehidrokarpain, flavonoid, dan tannin

    (OGTR, 2008). Bijinya juga mengandung saponin, flavonoid,

    polifenol, plobatanins dan hidroksimetil-antrakuinons (Udoh &

    Kehinde, 1999). Getahnya mengandung enzim papain dan

    pseudokarpain. Buahnya mengadung enzim proteolitik, papain

    dan kimopain. (C.P. Khare, 2004).

    Alkaloid pada biji pepaya telah diketahui memiliki efek

    antifertilitas. Pada penelitian sebelumnya, hasil uji efek alkaloid

    ekstrak biji pepaya terhadap kadar serum hormon seks tikus

    jantan menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar serum

    hormon testosteron selama 3 hari pemberian dengan dosis 10

    mg/kg, 50 mg/kg, dan 150 mg/kg. Selain itu, kadar serum LH

    mengalami penurunan yang signifikan secara statistik (P.B. Udoh

    et al, 2009). Ekstrak alkaloid tersebut juga dapat mengurangi

    jumlah sperma, menyebabkan degenerasi spermatozoa dan

    menekan spermatogenesis secara keseluruhan (F.V. Udoh dan E.E.

    Umoh, 2005).

    2.2.7. Khasiat Tanaman

    Pepaya bersifat manis dan netral. Akar berguna sebagai

    peluruh kencing (diuretik), obat cacing, penguat lambung, serta

    12

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    13/24

    perangsang kulit. Biji dapat dipakai untuk obat cacing dan

    peluruh haid. Buah matang dapat memacu enzim pencernaan,

    peluruh empedu (cholagogue), menguatkan lambung (stomakik),

    dan anti skorbut. Buah mengkal bermanfaat sebagai pencahar

    ringan (laxative), peluruh kencing, pelancar keluarnya ASI, dan

    abortivum. Daun dapat menambah nafsu makan, meluruhkan

    haid dan menghilangkan sakit (H. Wijayakusuma dan Dalimartha, 1998).

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

    3.1. Kerangka Konsep Penelitian

    Keterangan :

    = menurunkan

    = mempengaruhi

    13

    Ekstrak

    Daun Pepaya

    LH

    Testosteron

    Hormonlain

    Spermatogenesis

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    14/24

    3.2. Hipotesis

    Pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) berpengaruh terhadap

    spermatogenesis tikus putih (Rattus novergicus L.).

    14

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    15/24

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi

    UNAND dan Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

    Alam UNAND pada bulan Desember 2009-April 2010.

    4.2. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitin eksperimental dengan

    rancanganPost-Test Randomized Control Group Design .

    4.3. Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

    Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus

    novergicus L.) jantan, sehat, umur 1,5-2 bulan dengan berat antara 150-200 gram.

    Tikus putih diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi

    Universitas Andalas.

    Sampel penelitian yang digunakan adalah 28 ekor tikus putih yang diambil

    secara simple random sampling dari populasi dan dibagi menjadi 4 kelompok,

    yaitu :

    1. Kelompok I : kontrol dengan pemberian akuades

    2. Kelompok II : perlakuan dengan pemberian ekstra daun Carica papaya

    L. dosis 10 mg/kgBB/hari

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    16/24

    3. Kelompok III : perlakuan dengan pemberian ekstra daun Carica papaya

    L. dosis 50 mg/kgBB/hari

    4. Kelompok IV : perlakuan dengan pemberian ekstra daun Carica papaya

    L. dosis 150 mg/kgBB/hari

    Setiap satu ekor mencit yang diambil dimasukkan ke kelompok yang

    berbeda-beda sampai jumlah tiap kelompok mencukupi.

    Besar sampel pada penelitian ini didapatkan dengan rumus Federer, yaitu :

    ( t-1 ) ( n-1 ) 15

    Keterangan : t = jumlah kelompok percobaan

    n = besar sampel setiap kelompok perlakuan

    Dengan rumus ini didapat n 6 untuk masing-masing kelompok. Penulis

    mempertimbangkan adanya kemungkinan drop outsampel penelitian

    sebesar 10% sehingga jumlah sampel menjadi 7 ekor tikus putih untuk masing-

    masing kelompok percobaan. Total besar sampel adalah 28 ekor tikus putih.

    Pemberian dosis ekstrak daun Carica papaya L. berdasarkan rumus Metoda

    Thomson yaitu metoda yang digunakan untuk menentukan tingkat dosis antara

    dosis tertinggi dan dosis terendah dalam suatu percobaan. Metoda thomson

    menggunakan rumus :

    F =

    Keterangan : F = kelipatan dosis

    N = jumlah kelompok yang mendapatkan perlakuan (3)

    DT = dosis tertinggi (150 mg/kgBB)

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    17/24

    DR = dosis terendah (10 mg/kgBB)

    Dari hitungan rumus di atas didapatkan bahwa kelipata dosis yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah 3,87.

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    18/24

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    19/24

    4.4. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

    4.4.1. Variabel Penelitian

    1. Variabel bebas : Pemberian ekstrak daun pepaya dengan dosis 10

    mg/kgBB/hari, 50 mg/kgBB/hari, dan 150

    mg/kgBB/hari.

    2. Variabel terikat : Spermatogenesis tikus putih.

    4.4.2. Definisi Operasional

    1. Ekstraksi daun pepaya

    Sari pati dari daun pepaya yang diambil dengan teknik maserasi metanol

    yang dipekatkan dengan rotary evaporator.

    2. Spermatogenesis

    Proses pembentukan sperma yang dinilai dari jumlah rata-rata sel

    spermatogenik per tubulus seminiferus yaitu sel spermatogonia,

    spermatosit, dan spermatid serta lapisan sel spermatogeniknya.

    3. Maserasi

    Cara ekstraksi yang paling sederhana dimana daun pepaya yang telah halus

    direndam dengan bahan pengekstraksi (etanol 95%) sampai meresap dan

    melunakkan susunan sel daun sehingga zat-zat yang mudah larut akan

    melarut.

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    20/24

    4.5. Bahan Penelitian

    1. Ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)

    2. Tikus putih (Rattus novergicus L.) jantan, sehat, umur 1,5-2 bulan, dengan

    berat 150-200 gram sebanyak 28 ekor.

    3. Etanol 95%

    4. Akuades steril

    5. Pakan tikus putih berupa pelet

    6. Eter anastetik

    7. Minyak imersi

    8. Pewarna Hematoksilin-Eosin

    10.Parafin

    11.Xilol dan xilol alkohol

    12.Kloroform

    4.6. Instrumen Penelitian

    1. Kandang tikus putih 4 buah

    2. Tempat makan dan minum tikus putih 4 buah

    3. Spuit oral

    4. Timbangan Ohaus untuk mengukur berat badan tikus putih

    5. Rotary evaporator

    6. Kapas

    7. Botol bewarna gelap

    8. Mikroskop cahaya

    9. Kaca objek dan kaca penutup

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    21/24

    10.Gunting bedah dan alat bedah lainnya

    11.Mikrotom

    12.Mikrometer

    13.Label

    4.7. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

    1. Persiapan Hewan Percobaan

    Tikus putih (Rattus novergicus L.) jantan sebanyak 24 ekor dikelompokkan

    sesuai kategori kemudian dipelihara dahulu selama 15 hari untuk aklimatisasi.

    Selama masa ini, tikus percobaan diberi makanan dan minuman standar. Hewan

    dinyatakan sehat jika tidak mengalami perubahan berat badan lebih dari 10% dan

    secara visual menunjukkan perilaku normal. Sebelum perlakuan dimulai tikus

    percobaan ditimbang dan dilabel dengan spidol sebagai penanda agar tidak salah

    dalam memberikan perlakuan.

    2. Proses Pembuatan Ekstrak Daun Pepaya (Ekstraksi)

    Satu kg sampel daun pepaya lokal yang ada di Sumatera Barat diiris tipis atau

    dihaluskan. Untuk ekstraksi sampel digunakan metode maserasi. Sampel yang

    telah diiris tipis dimaserasi dengan etanol 95% sehingga terendam seluruhnya

    selama 5 hari dengan sekali-kali diaduk, kemudian disaring dengan kapas. Hasil

    saringan disimpan dalam botol berwarna gelap terhindar dari cahaya. Ulangi

    maserasi ini selama 3 kali dengan sampel yang sama. Hasil maserasi dipekatkan

    denganRotary Evaporatorsehingga didapat ekstrak daun pepaya.

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    22/24

    3. Proses pengenceran ekstrak daun pepaya

    Ekstrak daun pepaya diencerkan dengan akuades. Pada kelompok II

    pengenceran dilakukan hingga kosentrasi ekstrak menjadi 1%, sehingga setiap 0,1

    ml terdapat 1 mg ekstrak daun pepaya. Pada kelompok III pengenceran dilakukan

    hingga kosentrasi ekstrak menjadi 5%, sehingga setiap 0,1 ml terdapat dalam 5

    mg ekstrak daun pepaya. Pada kelompok IV pengenceran dilakukan hingga

    konsentrasi ekstrak menjadi 15 % sehingga setiap 0,1 ml terdapat 15 mg ekstrak

    daun pepaya yang beratnya konstan.

    4. Cara Kerja

    Tikus putih dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing terdiri dari 6 ekor tikus

    putih yang dikandangkan secara terpisah. Setelah itu tiap kelompok diberi

    perlakuan sesuai dengan kategorinya. Pemberian ekstrak daun pepaya dilakukan

    dengan spuit oral 1 x sehari pada jam yang sama selama 36 hari.

    Pada hari ke-37 tikus putih dimatikan dengan eter, kemudian tikus dibedah,

    diambil testisnya dan dibuat preparat histologis dengan metode parafin dan

    pewarnaan HE. Preparat ini digunakan untuk mengetahui jumlah rata-rata sel

    spermatogenik per tubulus seminiferus dengan menggunakan mikroskop cahaya

    perbesaran 200 kali.

    Data diperoleh dari pemeriksaan terhadap 48 tubulus (24 tubulus dari testis

    kanan dan 24 tubulus dari testis kiri). Data tersebut berupa data kuantitatif

    meliputi jumlah rata-rata sel-sel spermatogonia, sel-sel spermatosit, sel-sel

    spermatid dan lapisan sel spermatogenik. Evaluasi dilakukan pada stadium VII

    siklus spermatogenesis tikus dimana pada stadium tersebut telah terbentuk

    spermatid.

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    23/24

    4.8. Pengolahan dan Analisa Data

    Data yang diperoleh diolah dengan komputer menggunakan program EpiData

    dan SPSS 13, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik berupa :

    1. Uji normalitas Kolmogorov Smirnov Goodness of Fit Test dan uji

    homogenitas varians Barlett

    2. Jika data berdistribusi normal dan homogen dilanjutkan dengan uji

    Analysis of Variance (ANOVA) untuk mengetahui perbedaan rerata antar

    kelompok, dan jika terdapat perbedaan bermakna dilanjutkan dengan uji

    beda nyata terkecil (BNT). Sebaliknya, jika data tidak berdistribusi

    normal dan homogen dilakukan transformasi data (x= ). Jika dianalisis

    kembali ternyata data tetap tidak normal dan homogen maka dilakukan uji

    statistik non parametrik Kruskal-Wallis untuk menentukan apakah data

    tersebut memperlihatkan perbedaan yang bermakna atau tidak. Taraf

    kemaknaan yang digunakan adalah 5%.

  • 7/30/2019 Pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap spermatogenesis

    24/24