pengaruh formulasi media dasar dan arang aktif …digilib.unila.ac.id/26387/2/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH FORMULASI MEDIA DASAR DAN ARANG AKTIFTERHADAP PEMBESARAN SEEDLING ANGGREK Phalaenopsis
HIBRIDA IN VITRO
(Skripsi)
Oleh
DWI SAFITRI
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
Pengaruh formulasi media dasar dan arang aktif terhadap pembesaran seedlinganggrek Phalaenopsis hibrida in vitro (Dwi Safitri)
ABSTRAK
PENGARUH FORMULASI MEDIA DASAR DAN ARANG AKTIFTERHADAP PEMBESARAN SEEDLING ANGGREK PHALAENOPSIS
HIBRIDA IN VITRO
Oleh
DWI SAFITRI
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis formulasi media dasar yang
menghasilkan pertumbuhan seedling anggrek Phalaenopsis hibrida terbaik,
mempelajari pengaruh pemberian arang aktif terhadap pertumbuhan seedling
anggrek Phalaenopsis, dan mengetahui jenis formulasi media dasar dengan
penambahan arang aktif yang menghasilkan pertumbuhan seedling anggrek
Phalaenopsis hibrida terbaik. Bahan tanam yang digunakan adalah seedling
anggrek berumur 4 bulan dengan ukuran 0,5-0,8 cm, dan bobot 0,009-0,020 g dan
belum mempunyai akar.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan teracak sempurna (RTS)
dengan 10 perlakuan, masing-masing perlakuan memiliki 3 ulangan. Setiap
ulangan terdiri dari 3 botol, dan setiap botol berisi 5 eksplan. Rancangan
perlakuan yang digunakan adalah rancangan perlakuan faktorial 5x2. Faktor
pertama adalah media dasar (Knudson C, Vacin dan Went, ½ MS, MS, dan
Growmore) dan faktor kedua adalah arang aktif (dengan atau tanpa 2 g/l arang
Pengaruh formulasi media dasar dan arang aktif terhadap pembesaran seedlinganggrek Phalaenopsis hibrida in vitro (Dwi Safitri)
aktif). Homogenitas ragam diuji dengan uji Barlett. Data yang diperoleh
dilakukan analisis ragam, dilanjutkan dengan pemisahan nilai tengah
menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perbedaan media dasar, berpengaruh pada
semua variabel pertumbuhan seedling anggrek Phalaenopsis hibrida in vitro.
Pemberian arang aktif berpengaruh semua variabel pengamatan, kecuali jumlah
daun. Interaksi media dasar dan arang aktif berpengaruh pada pertumbuhan tinggi
tanaman dan jumlah akar. Tanpa penambahan arang aktif, media terbaik untuk
pertumbuhan seedling adalah media MS, Knudson C, diikuti media ½ MS dan
Growmore, media Vacin dan Went menghasilkan pertumbuhan seedling paling
kecil. Namun media dengan penambahan arang aktif, pertumbuhan seedling
Phalaenopsis hibrida sama baiknya pada media MS, ½ MS, Knudson C, dan
Growmore. Sedangkan pada media Vacin dan Went, pertumbuhan seedling
Phalaenopsis hibrida tetap paling kecil. Penambahan arang aktif pada media
Knudson C , Vacin dan Went, ½ MS, MS, dan Growmore meningkatkan jumlah
akar yang terbentuk. Penambahan arang aktif pada media ½ MS dan Growmore
meningkatkan tinggi tanaman.
Kata kunci : media dasar, seedling, Phalaenopsis, arang aktif.
PENGARUH FORMULASI MEDIA DASAR DAN ARANG AKTIFTERHADAP PEMBESARAN SEEDLING ANGGREK Phalaenopsis
HIBRIDA IN VITRO
Oleh
DWI SAFITRI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam
senantiasa diberikan kepada Nabi Muhammad saw.
Skripsi ini merupakan hasil kegiatan penelitian yang berlangsung dari bulan Maret
2015 hingga bulan Juni 2015. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Formulasi Media
Dasar dan Arang Aktif Terhadap Pembesaran Seedling Anggrek Phalaenopsis
Hibrida In Vitro” dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.
Penyelesaian pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., sebagai Pembimbing Utama sekaligus
pemberi ide penelitian yang telah memberikan bimbingan, motivasi,
pengarahan, nasihat, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc., sebagai Pembimbing Kedua yang telah
meluangkan waktu dalam memberikan nasihat, saran, pengarahan, dan
bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Ir. Akary Edi, M.Si., sebagai Penguji yang telah memberi saran, kritik,
dan nasihat dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Ir. Rugayah, M. Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan nasihat dan saran selama kuliah kepada penulis.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M. Sc., sebagai Ketua Bidang
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., sebagai Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
8. Keluarga penulis yang telah memberikan cinta, kasih sayang, nasihat,
kepercayaan, serta dukungan materiil maupun non materiil dalam
penyelesaian skripsi ini.
9. Mayasari, Oktaviolentina, Defika D. Pratiwi, dan Habiba Nurul Istiqomah,
sebagai rekan dalam pelaksanaan penelitian ini yang telah memberi bantuan
dan saran kepada penulis.
10. Hayane A.Warganegara, S.P., M.Si. dan seluruh keluarga besar anggota
Laboratorium Ilmu Tanaman yang telah memberikan bantuan, dukungan dan
semangat.
11. Murni Ariyanti, Dwi A.C. Ningrum, Erdiana Damayanti, Annisa I.P.
Harahap, Septi Anggreini, dan teman-teman Agroteknologi 2011 atas bantuan
tenaga dan dukungan moril selama penelitian ini.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas bantuan yang telah diberikan dan
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Bandar Lampung, Maret 2017Penulis,
Dwi Safitri
RIWAYAT PENULIS
Penulis dilahirkan di Tejosari, Kota Metro, Lampung pada 17 September 1993,
sebagai anak kedua dari dua bersaudara buah hati Bapak Sujiman dan Ibu Ranem.
Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) PKK Tejosari, Kota
Metro pada tahun 1998. Penulis lalu melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar (SD)
Negeri 08 Metro Timur, Kota Metro pada tahun 1999. Pada tahun 2005, penulis
melanjutka pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Metro, dan
melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Metro pada tahun 2008.
Pada tahun 2011, penulis melanjutkan studi pendidikan tinggi di Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN
Undangan. Selama menempuh studi, penulis terdaftar sebagai mahasiswa
penerima beasiswa Bidik Misi angkatan II. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di desa Rejomulyo, kecamatan Palas, Lampung Selatan selama 40
hari. Di tahun yang sama, penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum (PU) di
Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor selama 30
hari kerja efektif. Selama perkuliahan, penulis mendapat kesempatan menjadi
asisten praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah dan Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan.
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; janganpula lihat masa depan dengan ketakutan; tapi lihatlah
sekitarmu dengan penuh kesadaran.(James Thurber)
Tuntutlah ilmu, tetapi tidak melupakan ibadah, dankerjakanlah ibadah, tetapi tidak melupakan ilmu
(Hasan al-Bashri)
Pelajarilah Ilmu, karena mempelajarinya karena Allahadalah khasyah, Menuntutnya adalah ibadah,
mempelajarinya adalah Tasbih, mencarinya adalahJihad, Mengajarkannya kepada orang yang tidak
mengetahui adalah Shadaqah, menyerahkan kepadaahlinya adalah Taqarrub. Ilmu adalah teman dekatdalam kesendirian dan sahabat dalam kesunyian.
(Muadz bin Jabal ra)
Teriring rasa syukur atas semua nikmat yang Allah SWTberikan kepadaku
Kupersembahkan karya ini untuk seluruh keluargaku tercinta
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
1. Skripsi dengan judul “PENGARUH FORMULASI MEDIA DASAR DAN
ARANG AKTIF TERHADAP PEMBESARAN SEEDLING ANGGREK
PHALAENOPSIS HIBRIDA IN VITRO” adalah karya saya sendiri dan saya
tidak melakukan pengutipan atas karya penulis lain dengan cara yang tidak
sesuai dengan etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau
yang disebut plagiarisme.
2. Pembimbing penulisan skripsi ini berhak mempublikasikan sebagian atau
seluruh skripsi ini pada jurnal ilmiah dengan mencantumkan nama saya
sebagai salah satu penulisnya.
3. Hak intelektual karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Unila.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidakbenaran, saya
bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya, bersedia dan
sanggup dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.
Bandar Lampung, April 2017Pembuat Pernyataan
Dwi SafitriNPM 1114121072
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v
I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.3 Landasan Teori .................................................................................... 5
1.4 Kerangka Pemikiran............................................................................. 8
1.5 Hipotesis............................................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 11
2.1 Anggrek Phalaenopsis ......................................................................... 11
2.2 Media Kultur Jaringan.......................................................................... 13
2.3 Arang aktif ........................................................................................... 15
III. BAHAN DAN METODE........................................................................ 16
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 16
3.2 Bahan Penelitian................................................................................... 16
3.3 Disain/Rancangan Percobaan dan Analisis Data ................................. 17
3.4 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 18
3.4.1 Sterilisasi Alat ........................................................................ 18
ii
3.4.2 Pembuatan Media Perlakuan................................................. 18
3.4.3 Penanaman Eksplan dan Kondisi Ruang Kultur .................. 21
3.4.4 Pengamatan ........................................................................... 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 24
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 24
4.1.1 Tinggi Tanaman .......................................................................... 26
4.1.2 Jumlah Daun ............................................................................... 27
4.1.3 Jumlah Akar ................................................................................ 29
4.1.4Panjang Akar ............................................................................... 30
4.1.5 Bobot Basah Tanaman ................................................................ 32
4.2 Pembahasan.......................................................................................... 34
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 39
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 39
5.2 Saran..................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 41
LAMPIRANTabel 8-22 ....................................................................................................... 44
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan hara mineral NPK (32:10:10) ............................................... 14
2. Formulasi media Knudson C ................................................................... 19
3. Formulasi Media Vacin dan went ............................................................ 19
4. Formulasi Media MS dan ½ MS............................................................... 20
5. Formulasi media pupuk lengkap (NPK : 32:10:10) ................................. 21
6. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh media dasardan penambahan arang aktif terhadap pembesaran seedlinganggrek Phalanaenopsis Hibrida .............................................................. 24
7. Hasil analisis komponen unsur makro dan mikro per litermedia Knudson C, Vacin dan Went, ½ MS, MS danGrowmore ................................................................................................. 35
8. Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman pada kultur in vitroseedling anggrek Phalaenopsis umur 12 MST sebagairespon terhadap formulasi media dasar dan arang aktif............................ 45
9. Analisis ragam untuk rata-rata tinggi tanaman pada kultur in vitroseedling anggrek Phalaenopsis umur 12 MST sebagai responterhadap formulasi media dasar dan arang aktif ....................................... 45
10. Uji Barlett rata-rata tinggi tanaman pada kultur in vitroseedling anggrek Phalaenopsis umur 12 MST sebagairespon terhadap formulasi media dasar dan arang aktif............................ 45
11. Hasil pengamatan rata-rata jumlah daun pada kultur in vitroseedling anggrek Phalaenopsis umur 12 MST sebagairespon terhadap formulasi media dasar dan arang aktif............................ 46
12. Analisis ragam untuk rata-rata jumlah daun pada kultur in vitro
iv
seedling anggrek Phalaenopsis umur 12 MST sebagai responterhadap formulasi media dasar dan arang aktif ....................................... 46
13. Uji Barlett rata-rata jumlah daun pada kultur in vitroseedling anggrek Phalaenopsis umur 12 MST sebagairespon terhadap formulasi media dasar dan arang aktif............................ 46
14. Hasil pengamatan rata-rata jumlah akar pada kultur in vitroseedling anggrek Phalaenopsis umur 12 MST sebagairespon terhadap formulasi media dasar dan arang aktif............................ 47
15. Analisis ragam untuk rata-rata jumlah akar pada kultur in vitroseedling anggrek Phalaenopsis umur 12 MST sebagai responterhadap formulasi media dasar dan arang aktif ...................................... 47
16. Uji Barlett rata-rata jumlah akar pada kultur in vitroseedling anggrek Phalaenopsis umur 12 MST sebagairespon terhadap formulasi media dasar dan arang aktif............................ 47
17. Hasil pengamatan rata-rata panjang akar pada kultur in vitroseedling anggrek Phalaenopsis umur 12 MST sebagairespon terhadap formulasi media dasar dan arang aktif............................ 48
18. Analisis ragam untuk rata-rata panjang akar pada kultur in vitroseedling anggrek Phalaenopsis umur 12 MST sebagai responterhadap formulasi media dasar dan arang aktif ....................................... 48
19. Uji Barlett rata-rata panjang akar pada kultur in vitroseedling anggrek Phalaenopsis umur 12 MST sebagairespon terhadap formulasi media dasar dan arang aktif............................ 48
20. Hasil pengamatan rata-rata bobot basah tanaman padakultur in vitro seedling anggrek Phalaenopsis umur12 MST sebagai respon terhadap formulasi media dasardan arang aktif........................................................................................... 49
21. Analisis ragam untuk rata-rata bobot basah tanaman pada kulturin vitro seedling anggrek Phalaenopsis umur 12 MST sebagairespon terhadap formulasi media dasar dan arang aktif............................ 49
22. Uji Barlett rata-rata bobot basah tanaman pada kultur in vitroseedling anggrek Phalaenopsis umur 12 MST sebagai responterhadap formulasi media dasar dan arang aktif ...................................... 49
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Phalaenopsis hibrida ................................................................................ 17
2. Seedling anggrek berumur 4 bulan ........................................................... 17
3. Penampilan visual kultur in vitro seedling anggrek Phalaenopsispada 3 bulan setelah dikulturkan terhadap perlakuan media dasartanpa arang aktif (atas) dan dengan 2 g/l arang aktif (bawah) .................. 25
4. Pengaruh formulasi media dasar dan penambahan arang aktifterhadap tinggi tanaman seedling anggrek PhalaenopsisHibrida ...................................................................................................... 26
5. Pengaruh formulasi media dasar terhadap jumlah daun seedlinganggrek Phalaenopsis Hibrida .................................................................. 27
6. Penampilan visual seedling anggrek Phalaenopsis pada 3 bulan setelahdikulturkan pada media dasar yang dicobakan ......................................... 28
7. Pengaruh formulasi media dasar dan penambahan arang aktifterhadap jumlah akar seedling anggrek Phalaenopsis Hibrida................. 29
8. Pengaruh formulasi media dasar terhadap panjang akar seedlinganggrek Phalanaenopsis Hibrida .............................................................. 31
9. Pengaruh penambahan arang aktif terhadap panjang akar seedling anggrekPhalaenopsis Hibrida................................................................................ 31
10. Seedling anggrek Phalaenopsis Hibrida 3 bulan setelah tanampada media perlakuan ............................................................................... 32
11. Pengaruh formulasi media dasar terhadap bobot basah tanamanseedling anggrek Phalaenopsis Hibrida ................................................... 33
12. Pengaruh penambahan arang aktif terhadap bobot basah tanamanseedling anggrek Phalaenopsis Hibrida.................................................... 33
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang memiliki bunga yang
indah dan unik. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae yang beranggotakan
paling banyak yaitu sekitar 25.000-30.000 spesies yang terdiri dari 750 genera.
Anggrek banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai bunga pot, bunga potong, dan
penghias rumah dan halaman. Salah satu jenis anggrek yang banyak
dibudidayakan di Indonesia adalah anggrek genus Phalaenopsis (Yusnita, 2010).
Phalaenopsis oleh masyarakat Indonesia disebut sebagai anggrek bulan. Anggrek
bulan merupakan jenis anggrek yang memiliki ciri khas kelopak bunga yang lebar
dan warna bunga yang beragam. Anggrek bulan tergolong dalam jenis anggrek
epifit, yaitu anggrek tumbuh menempel pada tanaman lain tetapi tidak merugikan
tanaman tempat tumbuhnya (Andiani, 2008).
Permintaan anggrek saat ini terus meningkat sebagai usaha yang sangat
menguntungkan. Produksi anggrek di Indonesia pada tahun 2005 sebanyak
7.902.403 tangkai dan meningkat pada tahun 2013 yaitu sebanyak 20.277.071
tangkai. Di Indonesia, sentra tanaman anggrek yaitu di Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Sumatera ataupun di Irian Jaya. Provinsi Jawa Barat merupakan sentra
2
tanaman anggrek yang memproduksi terbanyak yaitu 2.342.062 tangkai pada
tahun 2005 dan meningkat pada tahun 2013 sebanyak 5.266.148 tangkai.
Sedangkan di Lampung produksi anggrek masih tergolong rendah yaitu 81.097
tangkai pada tahun 2005 dan 71.914 tangkai pada tahun 2013 (Badan Pusat
Statistik, 2015).
Para penganggrek saat ini mengembangkan varietas baru dengan memproduksi
hibrida unggul baru agar anggrek dari Indonesia diminati oleh konsumen baik dari
luar maupun dalam negeri. Produksi anggrek hibrida ini melibatkan perbanyakan
secara generatif, yaitu menggunakan biji. Setelah didapatkan hibrida unggul baru,
perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara vegetatif. Untuk anggrek bulan
yang jarang mempunyai anakan, perbanyakan secara vegetatif dilakukan dengan
pemisahan keiki dan perbanyakan klonal in vitro.
Biji anggrek berukuran sangat kecil dan tidak mempunyai cadangan makanan
sehingga pengecambahan secara konvensional sangat sulit dan hanya dapat terjadi
melalui simbiosis dengan mikoriza tertentu. Pengecambahan biji secara
asimbiotik umumnya menggunakan sistem kultur jaringan tanaman (Yusnita,
2010).
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuhkembangkan bagian
tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi aseptik secara in
vitro dan untuk tujuan tertentu. Teknik ini dicirikan oleh kondisi kultur yang
aseptik, penggunaan media kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap,
sumber energi, zat pengatur tumbuh (ZPT), serta kondisi ruang kultur yang suhu
dan pencahayaan yang terkontrol (Yusnita, 2003).
3
Dengan sistem kultur jaringan, biji anggrek yang hanya terdiri dari sel-sel embrio
dan tidak dapat disuplai dengan energi dan nutrisi dari media tanam sehingga
dapat berkecambah menjadi seedling.
Pelaksanaan teknik kultur jaringan memerlukan prasyarat untuk mendukung
kehidupan jaringan yang dibiakkan yaitu wadah dan media yang steril. Media
merupakan tempat jaringan untuk tumbuh dan memperoleh nutrisi dan energi
yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh dapat berupa media cair,
media padat atau semi padat (Sjahril, 2011).
Setelah biji berkecambah menjadi protokorm, maka penumbuhan protokorm
menjadi seedling yang cukup besar untuk dapat diaklimatisasi, umumnya
dilakukan secara in vitro melalui beberapa kali subkultur ke media yang baru.
Berbagai komponen media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan. Khusus untuk
pembesaran seedling anggrek diperlukan formulasi-formulasi yang sederhana,
murah, dan mudah supaya lebih terjangkau para penganggrek. Formulasi media
dasar yang banyak digunakan untuk mengecambahkan biji anggrek adalah
formulasi Knudson C (Knudson, 1946) dan formulasi Vacin dan Went (VW,
1949). Kedua formulasi media tersebut mengandung hara makro yang lengkap
tetapi hara mikro yang tersedia hanya Mn dan Fe. Formulasi media yang
memiliki hara makro dan hara mikro yang lengkap yaitu formulasi media
Murashige dan Skoog (MS, 1962) juga digunakan untuk mengecambahkan biji
berbagai jenis anggrek. Penggunaan pupuk daun juga dapat digunakan untuk
mengecambahkan biji anggrek karena lebih mudah didapat, biaya lebih murah,
4
dan pengerjaannya lebih mudah. Pupuk daun yang digunakan adalah pupuk daun
lengkap yang memiliki hara makro dan hara mikro yang kandungan nitrogennya
relatif lebih tinggi atau yang diperuntukkan sebagai perangsang pertumbuhan
vegetatif (Yusnita, 2010).
Agar dihasilkan pertumbuhan seedling yang optimum, umumnya media dasar
ditambah dengan suplemen seperti vitamin, bubur pisang, air kelapa, dan arang
aktif. Penambahan arang aktif untuk pertumbuhan dan pemanjangan akar
diharapkan mampu menghasilkan pertumbuhan planlet yang optimum.
Konsentrasi arang aktif yang ditambahkan untuk inisiasi akar bervariasi
tergantung dari tujuan. Penambahan arang aktif pada planlet Oncidium sebanyak
2 g/l dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi planlet, luas daun, jumlah tunas
anakan, dan jumlah akar (Widiastoety dan Marwoto, 2004).
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari formulasi media dasar kultur (media
Knudson C, Vacin dan Went, ½ MS, MS, dan Growmore) yang ditambahkan atau
tanpa arang aktif yang diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan seedling
anggrek Phalaenopsis.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam
pertanyaan sebagai berikut :
1. Formulasi media dasar apakah yang menghasilkan pertumbuhan seedling
anggrek Phalaenopsis hibrida terbaik ?
2. Apakah terdapat pengaruh pemberian arang aktif terhadap pertumbuhan
seedling anggrek Phalaenopsis hibrida?
5
3. Formulasi media dasar dengan penambahan arang aktif manakah yang
menghasilkan pertumbuhan seedling anggrek Phalaenopsis hibrida terbaik ?
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan
sebagai berikut :
1. Mengetahui jenis formulasi media dasar yang menghasilkan pertumbuhan
seedling anggrek Phalaenopsis hibrida terbaik.
2. Mempelajari pengaruh pemberian arang aktif terhadap pertumbuhan seedling
anggrek Phalaenopsis hibrida.
3. Mengetahui ada tidaknya interaksi antara jenis formulasi media dasar dengan
arang aktif dalam pengaruhnya terhadap pertumbuhan seedling anggrek
Phalaenopsis hibrida.
1.3 Landasan Teori
Phalaenopsis atau sering disebut dengan anggrek bulan tergolong dalam anggrek
epifit, yaitu tumbuhnya menempel pada tumbuhan lain namun tidak merugikan.
Akar anggrek Phalaenopsis terdiri dari dua macam yaitu akar lekat dan akar
udara. Batang Phalaenopsis kadang tidak terlihat karena tertutup oleh daun.
Bentuk daunnya lanset atau bundar panjang, berukuran 20-30 cm dengan lebar 3-
12 cm. Anggrek Phalaenopsis memiliki jumlah bunga per tangkai sangat
beragam,yaitu antara 3 hingga 25 kuntum atau lebih tergantung spesiesnya.
Anggrek Phalaenopsis memiliki ciri khas yaitu memiliki 3 sepal daun bunga
6
(calyx), 3 petal daun mahkota bunga (corolla), dan gymnostenium (putik dan
benang sari menyatu) (Andiani, 2008).
Perbanyakan tanaman anggrek dapat dilakukan secara generatif melalui biji dan
secara vegetatif dengan menggunakan perbanyakan berupa bagian-bagian
vegetatifnya seperti pemisahan anakan, keiki, dan perbanyakan klonal in vitro.
Perbanyakan tanaman yang sangat mungkin dilakukan adalah perbanyakan klonal
dengan teknik kultur jaringan karena memerlukan waktu yang relatif singkat dan
menghasilkan jumlah yang lebih banyak (Yusnita, 2010).
Kultur jaringan adalah metode mengisolasi bagian dari tanaman, seperti sel,
sekelompok sel, jaringan, dan organ, serta menumbuhkan dalam kondisi aseptik,
sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman yang lengkap. Teknik kultur jaringan dapat digunakan untuk
pengecambahan biji berbagai jenis anggrek secara asimbiotik. Hal ini karena biji
Phalaenopsis berukuran sangat kecil dan tidak mempunyai cadangan makanan,
sehingga pengecambahan sel embrio memerlukan kondisi dengan suplai nutrisi
yang lengkap, sumber energi berupa gula dan teknik kultur juga memungkinkan
kondisi untuk pengecambahan biji anggrek tersebut. Pada umur sekitar 1 bulan
setelah biji disemaikan di atas media akan terbentuk struktur bulat padat dengan
salah satu ujungnya terdapat bagian yang meruncing yang disebut dengan
protokorm. Protokorm yang primordia daunnya telah membuka menjadi daun
sempurna disebut dengan seedling. Dalam satu botol terdapat ratusan hingga
ribuan seedling, sehingga perlu dilakukan subkultur dan penjarangan untuk
7
perkembangan akar dan tunas. Subkultur adalah kegiatan memindahkan tanaman
dari media lama ke media baru (Yusnita, 2012).
Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan
tanaman secara kultur jaringan. Komponen utama penyusun media kultur adalah
unsur hara makro, hara mikro, gula, vitamin, asam amino, bahan-bahan organik,
zat pengatur tumbuh, agar-agar, dan arang aktif (Sandra, 2013).
Menurut Yusnita (2010), media yang sering digunakan untuk pengecambahan biji
anggrek adalah media Knudson C dan Vacin dan Went. Kedua media dasar ini
hanya mengandung unsur makro dan Fe saja. Media dasar yang sering digunakan
saat ini adalah media Murashige dan Skoog (MS,1962) yang dapat digunakan
untuk semua jenis tanaman. Penggunaan formulasi media tersebut membutuhkan
biaya yang sangat mahal, sehingga dikembangkan penggunaan media yang lebih
murah yaitu penggunaan pupuk lengkap.
Berdasarkan penelitian Oktafiani, Puspitasari, Purbiati, dan Destiwarni (2009),
pertumbuhan seedling anggrek Phalaenopsis bellina pada media Knudson C PA
70% dengan penambahan arang aktif menghasilkan rata-rata jumlah akar dan
daun tertinggi, yaitu 3,33 akar dan 3,57 helai daun. Menurut Minaldi, Furnawanti,
Elfarisna, dan Lastri (2012), media MS menghasilkan pertambahan jumlah daun,
panjang akar tertinggi dan warna daun yang paling baik. Menurut Yusnita dan
Handayani (2011), penggunaan pupuk lengkap Growmore (32:10:10) pada media
kultur in vitro terbukti menghasilkan jumlah protokorm per botol dan persen
perkecambahan biji Phalaenopsis hibrida lebih besar dibandingkan pada media
MS.
8
Arang aktif adalah arang yang sudah dipanaskan selama beberapa jam dengan
menggunakan uap atau udara panas. Pengaruh penambahan arang aktif pada
media padat dapat mengabsorpsi persenyawaan-persenyawaan toksik yang dapat
menghambat pertumbuhan kultur. Selain itu dapat mengabsorpsi zat pengatur
tumbuh sehingga mencegah pertumbuhan kalus yang tidak diinginkan dan
merangsang perakaran dengan mengurangi tingkat cahaya sampai ke bagian
eksplan yang terdapat dalam media (Sandra, 2013).
Menurut Widiastoety dan Marwoto (2002), pemberian arang aktif proanalisis 2 g/l
atau norit 2 g/l ke dalam media kultur Vacin dan Went padat dapat meningkatkan
pertumbuhan tinggi planlet, luas daun, jumlah tunas anakan, dan jumlah akar
anggrek Oncidium. Berdasarkan penelitian Warganegara (2009), pemberian arang
aktif pada media MS dan Growmore dapat meningkatkan bobot segar tanaman
anthurium Wave of Love in vitro.
1.4 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka
pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah.
Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang memiliki bunga yang unik
dan indah. Anggrek banyak dimanfaatkan pecinta anggrek sebagai bunga potong,
bunga dalam pot, dan penghias halaman rumah. Salah satu jenis anggrek yang
memiliki bunga yang unik yaitu Phalaenopsis.
Permintaan anggrek saat ini terus meningkat setiap tahunnya, sedangkan produksi
anggrek di Indonesia masih tergolong rendah sehingga dibutuhkan anggrek dalam
9
jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat. Salah satu alternatif
perbanyakan anggrek yaitu dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Kultur
jaringan adalah teknik menumbuhkembangkan tanaman secara aseptik in vitro
dalam media yang mengandung hara lengkap, zat pengatur tumbuh, dan
lingkungan yang terkendali.
Salah satu tahapan kultur jaringan yang dilakukan untuk memperbanyak tanaman
adalah tahap multiplikasi atau subkultur. Dalam kegiatan subkultur diperlukan
media yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Media merupakan faktor
penentu keberhasilan dalam pengulturan. Media kultur umumnya mengandung
hara lengkap (makro dan mikro), vitamin, bahan suplemen organik, zat pengatur
tumbuh, gula, dan agar.
Media dasar yang banyak digunakan untuk pengulturan anggrek adalah media
dasar Knudson C, dan Vacin dan Went, namun kedua media dasar ini hanya
mengandung unsur hara makro dan Fe saja. Media dasar yang mengandung hara
makro dan mikro yang lengkap yaitu media MS yang dapat digunakan untuk
pengulturan semua jenis tanaman. Namun media MS membutuhkan biaya yang
mahal untuk penggunaan bahan-bahan kimianya. Pupuk daun lengkap merupakan
salah satu alternatif penggunaan media dasar pengulturan yang memerlukan biaya
yang lebih murah.
Penambahan arang aktif dalam media kultur juga dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Arang aktif dapat berfungsi menyerap senyawa-senyawa
toksik dalam media, merangsang pengakaran, dan mengurangi tingkat cahaya
yang masuk sampai ke dalam media. Oleh sebab itu, penggunaan media dasar
10
yang mengandung hara lengkap dan penambahan arang aktif dapat meningkatkan
pertumbuhan seedling anggrek Phalaenopsis ditunjukkan pada jumlah daun,
jumlah akar, panjang akar, dan bobot basah tanaman.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan disimpulkan hipotesis
sebagai berikut:
1. Media dasar Growmore yang menghasilkan pertumbuhan seedling anggrek
Phalaenopsis hibrida terbaik.
2. Pemberian arang aktif memberi pengaruh terhadap pertumbuhan seedling
anggrek Phalaenopsis hibrida.
3. Media dasar Growmore dengan penambahan arang aktif dapat menghasilkan
pertumbuhan seedling anggrek Phalaenopsis hibrida terbaik.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anggrek Phalaenopsis
Phalaenopsis adalah salah satu genus anggrek yang memiliki kurang lebih 40-60
spesies. Jumlah varietasnya sekitar 140 jenis, 60 diantaranya terdapat di
Indonesia. Anggrek Phalaenopsis pertama kalinya ditemukan oleh seorang ahli
botani asal Belanda, yaitu Dr. C.L. Blume. Anggrek ini tersebar luas di wilayah
Asia khususnya di Malaysia, Indonesia, Filipina dan Papua sampai ke Australia.
Anggrek jenis ini hidup secara epifit dengan menempel di batang ataupun cabang
tumbuhan lain yang tumbuh subur di kawasan 600 meter di atas permukaan laut
(Saputra, 2013).
Kedudukan tanaman anggrek dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan
diklasifikasikan sebagai berikut (Astini, 2013) :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan).
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbuji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae (biji berkeping satu)
Ordo : Orchidales
Family : Orchidaceae (anggrek-anggrekan)
Genus : Phalaenopsis
12
Selama ini pemahaman nama Phalaenopsis sering disalah artikan dengan anggrek
bulan. Padahal, anggrek bulan atau Phalaenopsis amabilis hanyalah salah satu
spesies dari genus Phalaenopsis. Nama Phalaenopsis berasal dari bahasa Yunani,
yaitu phalaenos yang berarti ngengat atau kupu-kupu dan opsis berarti bentuk
penampakan. Blume adalah seorang ahli botani kebangsaan Belanda yang
memberi nama genus anggrek ini dengan Phalaenopsis pada tahun 1825 (Iswanto,
2001).
Tanaman anggrek bulan bersifat epifit, yaitu tanaman yang hidupnya menumpang
pada tanaman lain, tanpa merugikan tanaman yang ditumpanginya. Susunan
tubuh tanaman anggrek bulan terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji
(Rukmana, 2008).
Akar tanaman anggrek bulan terdiri dari dua macam, yaitu akar lekat dan akar
udara. Akar lekat berfungsi untuk melekat dan menahan keseluruhan tanaman
agar tetap berada pada posisinya. Sedangkan akar udara berperan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan karena berkemampuan menyerap unsur hara.
Batang tanaman anggrek bulan berukuran sangat pendek, bahkan tidak tampak
karena tertutup oleh pelepah daun. Daun berbentuk lanset atau bundar panjang
sampai jorong dengan panjang 20-30 cm dan lebar 3-12 cm, berdaging tebal,
berwarna hijau kelam, hijau muda, hijau keungu-unguan, sampai hijau kemerah-
merahan (Rukmana, 2008).
Anggrek bulan dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dan umumnya
hidup pada ketinggian 50-600 m dpl, juga dapat berkembang dengan baik pada
ketinggian 700-1.100 m dpl. Anggrek ini tumbuh epifit atau menempel di pohon
13
yang cukup rindang dan menyukai tempat yang teduh serta lembab, terutama di
hutan basah dengan curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun. Walau tumbuh di daerah
tropis, anggrek ini membutuhkan sedikit cahaya matahari (12.000-20.000 lux)
sebagai penunjang hidupnya karena tidak tahan terhadap sengatan matahari
langsung. Kelembaban udara yang diperlukan rata-rata 70-80% dengan suhu
udara hangat di bawah 29oC (Anonim, 2010).
2.2 Media Kultur Jaringan
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media kultur jaringan digolongkan menjadi dua, yaitu media padat
dan media cair. Media padat pada umumnya berupa gel, seperti agar yang
dicampurkan pada media. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air tanpa
penambahan agar. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu
bergerak, tergantung kebutuhan (Liaiyum, 2012).
Berbagai komposisi media standar telah diformulasikan untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman antara lain komposisi Knudson C,
Heller, Nitsch dan Nitsch, Gamborg, Linsmaier dan Skoog (LS), Murashige dan
Skoog serta woody plant medium (Lloyd dan Mc Cown). Media MS merupakan
media yang dapat digunakan pada hampir semua jenis tanaman (Nugroho, 2013).
Media MS dapat dimodifikasi kadar atau jumlahnya sesuai dengan tujuan kultur.
Kadar hara makro dan mikronya dapat dikurangi menjadi setengah kali (1/2 MS)
atau seperempat kalinya (1/4 MS) (Kong, Yuan, dan Vegvari, 2007). Selain
14
berbagai formulasi media tersebut, penggunaan media alternatif seperti pupuk
daun juga mungkin dapat menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik. Pupuk
daun yang banyak beredar di pasaran dengan nama dagang Growmore dan
Hyponex (Yulika, 2007). Kandungan hara mineral dalam pupuk lengkap NPK
(32:10:10) adalah sebagaimana pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan hara mineral NPK (32:10:10)
Komposisi Konsentrasi (%)
Total Nitrogen (N) 32.00
Ammoniacal Nitrogen 2
Nitrate Nitrogen 3
Urea Nitrogen 27
Available Phosphoric Acid (P2O5) 10.00
Soluble Potash (K2O) 10.00
Calcium (Ca) 0,05
Chelated Magnesium 0,10
Sulfur (S) 0,20
Boron (B) 0,02
Copper (Cu) 0,05
Iron (Fe) 0,10
Manganese (Mn) 0,05
Molybdenum (Mo) 0,0005
Zinc (Zn) 0,05
Media kultur dari formulasi media apa saja, umumnya mengandung komponen
berupa air destilata atau air bebas ion berfungsi sebagai pelarut, hara makro dan
mikro, gula sebagai sumber energi, vitamin, asam amino, bahan organik, zat
pengatur tumbuh, suplemen berupa bahan-bahan alami, agar-agar sebagai
pemadat media (Yusnita, 2003).
15
2.3 Arang aktif
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85 – 95% karbon dan
dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada
suhu tinggi. Arang aktif atau sering disebut karbon aktif merupakan material
yang berbentuk butiran atau bubuk yang berasal dari bahan-bahan yang
mengandung karbon dengan proses aktifasi seperti perlakuan dengan tekanan dan
suhu tinggi, dapat diperoleh arang aktif yang memiliki permukaan yang luas
(Harahap, 2013).
Karbon aktif adalah senyawa karbon yang memiliki daya adsorbsi (daya serap)
tinggi karena mengalami proses aktivasi kimia atau aktivasi uap dimana saat
proses aktivasi tersebut gas hidrogen, gas-gas lain dan kandungan uap airnya
terlepas dari permukaan material karbon aktif (Saputro, 2013).
Dalam kultur jaringan, arang aktif dapat menyerap senyawa racun dalam media
atau menyerap senyawa inhibitor yang disekresikan oleh planlet, menstabilkan pH
media, merangsang pertumbuhan akar dengan mengurangi jumlah cahaya yang
masuk ke dalam media planlet, mencegah atau mengurangi pembentukan kalus,
dan merangsang morfogenesis (Pierik 1987 dalam Widiastoety dan Marwoto,
2004). Selain itu, arang aktif juga dapat menyerap senyawa fenol yang keluar dari
jaringan tanaman yang terluka pada saat inisiasi (Fridborg dan Erikson 1975
dalam Widiastoety dan Marwoto, 2004). Arang aktif juga dapat mengurangi
pencoklatan media akibat pemanasan tinggi setelah sterilisasi (Madhusudhanan
dan Rahiman 2000 dalam Widiastoety dan Marwoto, 2004).
16
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung, Bandar Lampung dari bulan Maret sampai Juni 2015.
3.2 Bahan Penelitian
Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah seedling anggrek
Phalaenopsis hibrida berumur 4 bulan koleksi laboratorium Ilmu Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang merupakan hasil persilangan
Phalaenopsis hibrida dengan petal dan sepal berwarna putih dan labellum
berwarna merah (Phalaenopsis Mount Lip) (Gambar 1a) sebagai tetua betina dan
Phalaenopsis Ungu Standar sebagai tetua jantan (Gambar 1b). Polong buah hasil
silangan dipanen pada umur 4-4,5 bulan setelah penyerbukan. Biji polong
dikecambahkan dalam media pengecambahan in vitro. Biji akan berkecambah
menjadi protokorm. Protokorm yang telah berumur 4 bulan disebut dengan
seedling, karena sudah mempunyai satu helai daun (Gambar 2). Seedling berumur
4 bulan setelah penyemaian biji ini yang digunakan sebagai bahan percobaan.
Seedling anggrek Phalaenopsis hibrida yang digunakan adalah berukuran 0,5-0,8
17
cm dengan bobot seedling 0,009-0,020 g, berdaun tunggal dan belum mempunyai
akar (Gambar 2).
Gambar 1. Phalaenopsis hibrida (a) Phalaenopsis Mount Lip, (b) PhalaenopsisUngu Standar
Gambar 2. Seedling anggrek berumur 4 bulan
3.3 Disain/Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan teracak sempurna (RTS)
dengan 10 perlakuan, masing-masing perlakuan memiliki 3 ulangan. Setiap
ulangan terdiri dari 3 botol, dan setiap botol berisi 5 eksplan.
Rancangan perlakuan yang digunakan adalah rancangan perlakuan faktorial 5x2.
Faktor pertama adalah media dasar (Knudson C, Vacin dan Went, ½ MS, MS, dan
Growmore) dan faktor kedua adalah arang aktif (dengan atau tanpa 2 g/l arang
a b
18
aktif). Homogenitas ragam diuji dengan uji Barlett. Data yang diperoleh
dilakukan analisis ragam, dilanjutkan dengan pemisahan nilai tengah
menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan
sterilisasi alat, pembuatan media kultur, penanaman, dan pengamatan.
3.4.1 Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan seperti botol kultur, petridish, alat-alat diseksi (gunting,
pinset, scalpel) dan alat-alat gelas dicuci terlebih dahulu, kemudian disterilisasi
menggunakan autoklaf selama 30 menit pada tekanan 1,5 kg/cm2 dengan suhu
1210C.
3.4.2 Pembuatan Media Perlakuan
Media dasar yang digunakan untuk perlakuan dalam penelitian ini adalah media
Knudson C, Vacin dan Went, ½ MS (Murashige dan Skoog, 1962), MS, dan
Growmore (32:10:10). Setiap media dasar tersebut dikombinasikan dengan dan
tanpa penambahan arang aktif 2 g/l. Komposisi formulasi media perlakuan
ditunjukkan pada Tabel 2, 3, 4, dan 5.
19
Tabel 2. Formulasi media Knudson C
Komponen Media Konsentrasi dalamMedia
(NH4)2SO4 500 mg/lCa(NO3)2.4H2O 1000 mg/lKH2.PO4 250 mg/lMgSO4.7H2O 250 mg/lMnSO4.4H2O 7,5 mg/lFeSO4.7H2O 25 mg/lSukrosa 20 g/lAir Kelapa 100 ml/lBubur pisang 100 g/lAgar-agar 8 g/lArang Aktif 2 g/l
0 g/l
Tabel 3. Formulasi Media Vacin dan went
Komponen Media Konsentrasi dalamMedia
(NH4)2SO4 500 mg/lKNO3 525 mg/lCa(PO4)2.4H2O 200 mg/lKH2.PO4 250 mg/lMgSO4.7H2O 250 mg/lMnSO4.4H2O 7,5 mg/lFeNaEDTA 37 mg/lSukrosa 20 g/lAir Kelapa 100 ml/lBubur pisang 100 g/lAgar-agar 8 g/lArang Aktif 2 g/l
0 g/l
20
Tabel 4. Formulasi Media MS dan ½ MS (hara-hara makro yang digunakansetengah dari konsentrasi pada media MS)
Nama Stok Senyawadalam Larutan
Stok
Konsentrasidalam
media MS(mg/l)
Konsentrasidalam
Larutan Stok(mg/l)
Volume LarutanStok yang
Dibutuhkan perLiter Media (ml/l)
MS ½ MSMakro NH4NO3 1650 16500 100 50(10x) KNO3 1900 19000
MgSO4.7H2O 370 3700KH2.PO4 170 1700
Ca (100x) CaCl2.4H2O 440 44000 10 10
Mikro A MnSO4.4H2O 16,9 1690 10 10(100x) ZnSO4.5H2O 8,6 860
H3BO3 6,2 620
Mikro B KI 0,83 83 10 10(100x) CuSO4.7H2O 0,0025 0,25
CoCl2.H2O 0,0025 0,25Na2MoO4.7H2
O0,25 25
Fe (100x) FeSO4.7H2O 27,8 2780 10 10Na2EDTA 37,3 3730
Vitamin Thiamin-HCl 0,1 10 10 10(100x) Asam
Nikotinat0,5 50
Piridoksin-HCl 0,5 50Glisin 2 200
Mio-inositol(10x)
Mio-inositol 100 1000 100 100
Sumber Energidan Suplemen
Konsentrasi
Sukrosa 20 g/l
Tidak dibuat larutan stok
Air Kelapa 100 ml/lBubur pisang 100 g/lAgar-agar 8 g/lArang Aktif 2 g/l
0 g/l
21
Tabel 5. Formulasi media pupuk lengkap Growmore (32:10:10)
Sumber Hara Makro danMikro
Konsentrasi
Growmore 2 g/lSukrosa 20 g/lAir Kelapa 100 ml/lBubur pisang 100 g/lAgar-agar 8 g/lArang Aktif 2 g/l
0 g/l
Masing-masing media perlakuan dibuat dengan melarutkan komponen media
dengan akuades, kemudian ditambahkan gula sebanyak 20 g/l, air kelapa 100 ml,
lalu ditera hingga satu liter. Setelah larutan dibuat, pH media diukur menjadi 5,5
dengan penambahan KOH jika pH kurang dari 5,5 dan ditambahkan HCl jika pH
lebih dari 5,5. Selanjutnya larutan media ditambah bubur pisang sebanyak 100
g/l, agar-agar 8 g/l dan arang aktif 2 g/l jika menggunakan arang aktif.
Selanjutnya larutan media dimasak sambil diaduk-aduk agar homogen hingga
media mendidih.
Larutan media yang telah dimasak kemudian dimasukkan dalam botol kultur yang
telah disterilkan sebelumnya sebanyak 20-30 ml/botol, lalu ditutup dengan plastik
dan diikat dengan karet gelang. Botol-botol yang berisi media tersebut kemudian
diautoklaf dengan tekanan 1,5 kg/cm2 dan suhu 121 0C selama 7 menit.
3.4.3 Penanaman Eksplan dan Kondisi Ruang Kultur
Penanaman seedling anggrek dilakukan secara aseptik di dalam laminar air flow
cabinet (LAFC). Seedling anggrek Phalaenopsis yang ditanam pada masing-
masing botol kultur berjumlah 10 seedling per botol. Setelah 2 bulan setelah
22
tanam, eksplan dipilih 5 tanaman yang seragam dan dipindahkan pada botol baru.
Pada waktu ditanam, akar yang terdapat pada eksplan dipotong terlebih dahulu.
Botol yang telah berisi eksplan ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet
gelang, dan diberi label identitas tanaman dan tanggal tanam. Botol-botol yang
telah berisi eksplan kemudian diletakkan dalam ruang kultur yang dilengkapi
dengan pencahayaan lampu fluorescent dengan intensitas 1000 lux dengan suhu
25±2 0C.
3.4.4 Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada saat seedling berumur 3 bulan sejak ditanam di media
pembesaran. Variabel yang diamati adalah:
1. Jumlah Daun
Pengukuran jumlah daun dilakukan dengan menghitung daun yang sudah
membuka sempurna. Pengukuran jumlah daun dilakukan setiap satu bulan
sekali.
2. Jumlah akar
Pengukuran jumlah akar dilakukan dengan menghitung akar yang sudah
mempunyai ukuran ≥ 0,5 cm. Penghitungan jumlah akar dilakukan pada
akhir pengamatan.
3. Panjang akar
Pengukuran panjang akar dilakukan dengan mengukur akar yang paling
panjang dengan satuan cm. Panjang akar diukur dari pangkal akar sampai
23
ujung akar dengan menggunakan mistar. Pengukuran dilakukan pada akhir
pengamatan.
4. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur darin pangkal buku daun sampai ujung daun yang
terpanjang dengan satuan cm. Pengukuran dilakukan pada akhir pengamatan.
5. Bobot basah tanaman
Pengukuran bobot basah tanaman dilakukan dengan cara menimbang masing-
masing tanaman. Penghitungan bobot basah tanaman dilakukan pada awal
tanam dan akhir pengamatan.
39
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Perbedaan media dasar, berpengaruh pada semua variabel pertumbuhan
seedling anggrek Phalaenopsis hibrida in vitro. Pemberian arang aktif
berpengaruh semua variabel pengamatan, kecuali jumlah daun. Interaksi
media dasar dan arang aktif berpengaruh pada pertumbuhan tinggi tanaman
dan jumlah akar.
2. Tanpa penambahan arang aktif, media terbaik untuk pertumbuhan seedling
adalah media MS, Knudson C, diikuti media ½ MS dan Growmore, media
Vacin dan Went menghasilkan pertumbuhan seedling paling kecil. Namun
media dengan penambahan arang aktif, pertumbuhan seedling Phalaenopsis
hibrida sama baiknya pada media MS, ½ MS, Knudson C, dan Growmore.
Sedangkan pada media Vacin dan Went, pertumbuhan seedling Phalaenopsis
hibrida tetap paling kecil.
40
3. Penambahan arang aktif pada media Knudson C, Vacin dan Went, ½ MS,
MS, dan Growmore meningkatkan jumlah akar yang terbentuk. Penambahan
arang aktif pada media ½ MS dan Growmore meningkatkan tinggi tanaman.
5.2 Saran
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan
formulasi media dasar Growmore konsentrasinya ditingkatkan menjadi 3 g/l, dan
pupuk daun lengkap merek lain yang mengandung N tinggi juga dicoba untuk
bahan media pembesaran seedling Phalaenopsis in vitro dibadingkan dengan
Growmore dengan penambahan arang aktif.
41
DAFTAR PUSTAKA
Andiani, Y. 2008. Usaha Pembibitan Anggrek dalam Botol (Teknik In Vitro).Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 228 hlm.
Anonim. 2010. Phalaenopsis. http://titiorchids.com. Diakses pada 23 januari2017 pukul 10.00 WIB
Astini. 2013. Anggrek bulan:Taksonomi dan morfologi tanaman anggrek bulan.https://accountingasti.wordpress.com. Diakses pada tanggal 5 Maret2015.
Aziz, S. A., D. Sukma, Nazi. 2014. Protocorm Like Bodies (PLB) anggrek hasilsilangan Phalaenopsis gigantea × Phalaenopsis violacea pada kombinasimedia dan ZPT. J. Hort. Indonesia. 5(2):118-127.
Badan Pusat Statistik. 2015. http://www.bps.go.id. Diakses tanggal 5 Maret2015.
Ferziana dan L. Erfa. 2013. Pengaruh tripton dan arang aktif pada pembesaranbibit anggrek phalaenopsis in vitro. J. Pertanian Terapan. 13(1): 45-51.
Harahap, A. 2013. Arang Aktif. http://www.sharemyeyes.com/. Diakses padatanggal 10 Maret 2015.
Hartmann, H. T., D. E. Kester, F.T. Davies Jr., dan R.L. Geneve. 2011. Plantpropagation principle and Practices.8thed.
Heriansyah, P., T. Sagarti, Rover. 2014. Pengaruh pemberian myoinositol danarang aktif pada media sub kultur jaringan tanaman anggrek (Dendrobiumsp.). J. Agroteknologi. 5(1). 7 hlm.
Hutami, S. 2006. Tinjauan Ulang (Riview):Penggunaan arang aktif dalam kulturin vitro. Berita Biologi. 8(1). 7 hlm.
Indrawati, W. 2008. Hibridisasi berbagai tetua anggrek Dendrobium, optimasimedia pengecambahan biji in vitro serta aklimatisasi planlet untukmenghasilkan hibrida baru. (Tesis). Universitas Lampung. 81 hlm.
42
Iswanto, H. 2001. Anggrek Phalaenopsis. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Kong, Q., S.Y. Yuan, dan G. Y. Vegvari. 2007. Microropagation of an orchidDendrobium strongilanthum Rchb.f. International Journal of horticulturalScience. 13(1):61-64.
Liaiyum, T. 2012. Kultur Jaringan. http://www.triliaiyum.mhs.unimus.ac.id/2012/06/kultur-jaringan.pdf. Diakses pada tanggal 7 Maret 2015.
Madhusudanan, K dan B. A. Rohiman. 2000. The effect of activated charcoalsuplemented media to browning of in vitro cultures of piper species. Biol.Plants. 43(2):297-99.
Matulata, A.V. 2003. Substitusi media MS dengan air kelapa dan Gandasil D padakultur jaringan krisan. Eugenia. 9(4):203-211.
Minaldi, I. Furnawanthi, Elfarisna, dan Lastri. 2012. Pengaruh Konsentrasi AirKelapa dan Media Tanaman Terhadap Pertumbuhan Tanaman AnthuriumWave of Love Secara In Vitro. https://pakarbiotek.wordpress.com/.Diakses pada 17 Maret 2015.
Nugroho, G. 2013. Pengaruh merk dan konsentrasi pupuk serta konsentrasisukrosa pada medium cair terhadap induksi kentang varietas Margahayu.(Skripsi). Universitas Negeri Semarang. 101 hlm.
Oktafiani, A., M. Puspitasari, T. Purbiati, Destiwarni. 2009. Pengaruh BeberapaMedia Kultur Jaringan Terhadap Pertumbuhan Planlet AnggrekPhalaenopsis Bellina. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian KalimantanBarat. Kalimantan.
Ramadiana, S. A.P. Sari, Yusnita, dan D. Hapsoro. 2008. Hibridisasi, PengaruhDua Jenis Media dasar dan Pepton terhadap Perkecambahan Biji danPertumbuhan Protokorm Anggrek Dendrobium Hibrida Secara In Vitro.Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II Universitas Lampung.Bandar Lampung.
Rukmana, R. 2008. Budidaya Anggrek Bulan. Kanisius. Yogyakarta.
Sandra, E. 2013. Cara Mudah dan Memahami Kultur Jaringan. IPB Press.Bogor. 112 hlm.
Saputra, G. A. 2013. Bunga anggrek bulan. http://www.satwa.net/. Diaksespada 7 maret 2015.
Saputro, A. 2013. Proses Penyerapan Karbon aktif. http://www.karbonaktif.org/.Diakses pada tanggal 10 maret 2015.
43
Shintivira, H., M. Soedarjo, Suryawati, dan B. Winarto. 2012. Studi pengaruhsubtitusi hara makro dan mikro media MS dengan pupuk majemuk dalamkultur in vitro Krisan. J. Hortikultura. 21(4). 13 hlm.
Sjahril, R. 2011. Pembiakan In vitro. Program Studi Agroteknologi FakultasPertanian Universitas Hasanudin. Makassar. 139 hlm.
Syaputri, G. 2009. Pengaruh arang aktif dan bubur pisang ambon padapembesaran seedling anggrek Dendrobium hibrida in vitro. (Skripsi).Universitas Lampung. 48 hlm.
Warganegara, H. A. 2009. Pengaruh Jenis Media Dasar dan Arang aktifTerhadap Pertumbuhan Anthurium Wave of Love In Vitro. (Skripsi).Universitas Lampung. 56 hlm.
Widiastoety, D. dan B. Marwoto. 2004. Pengaruh Berbagai Arang dalam MediaKultur In Vitro terhadap Pertumbuhan Planlet Oncidium. J.Hortikultura.14(1):1-5.
Widiastoety, D., A. Santi., dan N. Solvia. 2012. Pengaruh myoinositol dan arangaktif terhadap pertumbuhan planlet anggrek dendrobium dalam kultur invitro. J. Hortikultura. 22(3): 205-209.
Yulika, F. 2007. Pengaruh Media Dasar Dan Pepton Pada PertumbuhanProtokorm Anggrek Phalaenopsis In Vitro. (Skripsi). UniversitasLampung. 60 hlm.
Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.Agromedia Pustaka. Jakarta.
Yusnita. 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Universitas Lampung.Bandar Lampung.128 hlm.
Yusnita dan Y. Handayani. 2011. Pengecambahan biji dan pertumbuhan seedlingPhalaenopsis hibrida In vitro pada dua media dasar dengan atau tanpa arangaktif. J. Agrotropika. 16(2):70-75.
Yusnita. 2012. Pemuliaan Tanaman untuk Menghasilkan Anggrek HibridaUnggul. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Lampung. 180 hlm.
Zasari, M., S. Ramadiana, Yusnita, dan D. Hapsoro. 2010. Respon pertumbuhantunas dari protocorm-like bodies menjadi planlet anggrek Dendrobiumhibrida in vitro terhadap dua jenis media dan pemberian tripton.J.Agrotropika. 15(1): 23 – 27.