pengaruh high profile industry , tingkat …digilib.unila.ac.id/33594/4/skripsi tanpa bab...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

PENGARUH HIGH PROFILE INDUSTRY, TINGKAT
PROFITABILITAS, TINGKAT LEVERAGE, TINGKAT LIKUIDITAS
DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN PUBLIK TERHADAP
PENGUNGKAPAN SUKARELA PERUSAHAAN
(Skripsi)
Oleh
Ismatul Umi Siti Roziqoh
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018

ABSTRAK
PENGARUH HIGH PROFILE INDUSTRY, TINGKAT
PROFITABILITAS, TINGKAT LEVERAGE, TINGKAT LIKUIDITAS
DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN PUBLIK TERHADAP
PENGUNGKAPAN SUKARELA PERUSAHAAN
Oleh
ISMATUL UMI SITI ROZIQOH
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti secara empiris mengenai
pengaruh high profile industry, tingkat profitabilitas, tingkat leverage, tingkat
likuiditas, dan struktur kepemilikan publik terhadap pengungkapan sukarela
perusahaan. Penelitian ini menggunakan data sekunder, populasinya yaitu
perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-
2016. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling
yang menghasilkan total perusahaan sampel sebanyak 137 perusahaan.
Metode penelitian telah dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif
dimana hasilnya dapat diperoleh dengan menghitung data sekunder yang
berhubungan dengan penelitian. Teknik analisis data telah dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda. Uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji t untuk menguji pengaruh masing-masing variabel.
Uji signifikansi dilakukan dengan uji F untuk menguji kesesuaian seluruh variabel
independen terhadap variabel dependen dengan tingkat signifikansi 5 %.
Penelitian ini membuktikan secara parsial bahwa jenis industri yang tergolong
high profile industry dan kepemilikan publik berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pengungkapan sukarela perusahaan. Profitabilitas, leverage dan
likuiditas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela perusahaan.
Kata kunci : pengungkapan sukarela, high profile industry, tingkat profitabilitas,
tingkat leverage, tingkat likuiditas, dan kepemilikan publik

ABSTRACT
THE INFLUENCE OF HIGH PROFILE INDUSTRY, PROFITABILITY
LEVEL, LEVERAGE LEVEL, LIQUIDITY LEVEL AND PUBLIC
OWNERSHIP OF COMPANY VOLUNTARY DISCLOSURE
By
ISMATUL UMI SITI ROZIQOH
This study aims to give empirical evidence about the influence of high profile
industry, the level of profitability, the level of leverage, the level of liquidity, and
the structure of public ownership of the company's voluntary disclosure. This
study uses secondary data, the population is non-financial companies listed on the
Indonesia Stock Exchange in 2011-2016. The sampling technique was done by
purposive sampling method which resulted in the total company sample as many
as 137 companies.
The research method has been done by using the quantitative method which the
result can be obtained by calculating secondary data related to the research.
Data analysis technique has been done by using multiple linear regression
analysis. The hypothesis test is done by using the t-test to test the influence of each
variable. The significance test is done by F test to test the suitability of all
independent variables on the dependent variable with the 5% significance level.
This study proves partially that the type of industry classified as high profile
industry and public ownership has a positive and significant impact on the
company's voluntary disclosure. Profitability, leverage, and liquidity have no
effect on the company's voluntary disclosure.
Key words: voluntary disclosure, high profile industry, profitability level,
leverage level, liquidity level, and public ownership.

PENGARUH HIGH PROFILE INDUSTRY, TINGKAT PROFITABILITAS,
TINGKAT LEVERAGE, TINGKAT LIKUIDITAS DAN STRUKTUR
KEPEMILIKAN PUBLIK TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA
PERUSAHAAN
Oleh
ISMATUL UMI SITI ROZIQOH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018




RIWAYAT HIDUP
Penulis menyelesaikan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di MI Nurul Islam 1
Way Hui diselesaikan oleh penulis pada tahun 2008. Madrasah Tsanawiyah (MTs)
ditempuh oleh penulis di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dan diselesaikan pada
tahun 2011. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan Madrasah Aliyah (MA) di
MAN 1 Bandar Lampung hingga tahun 2014.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selama menjadi mahasiswi penulis terdaftar
menjadi anggota aktif HIMAKTA (Himpunan Mahasiswa Akuntansi) FEB Unila.
Selain itu, penulis juga diamanahkan menjadi pengurus UKMF EBEC (Economic
and Business Entrepreneur Club) FEB Unila sebagai sekretaris bidang keuangan dan
permodalan pada periode 2015/2016 dan sebagai ketua bidang pengembangan
manajemen dan praktik usaha mahasiswa pada periode 2016/2017.
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23
April 1997 dengan nama lengkap Ismatul Umi Siti
Roziqoh. Penulis adalah anak ketiga dari empat
bersaudara, dari bapak Sudiyo dan ibu Siti Parsiyem
(Almrh).

Kemudian penulis mendapatkan beasiswa dari Bank Indonesia dan menjadi anggota
aktif Komunitas Generasi Baru Indonesia (GenBI) pada tahun 2017. Penulis
diberikan amanah menjadi kepala divisi kewirausahan GenBI Komisariat Universitas
Lampung periode 2018/2019 dan menjadi kepala divisi kewirausahaan GenBI
Provinsi Lampung periode 2018/2019.
Penulis juga telah mengikuti program pengabdian langsung kepada masyarakat yaitu
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Gunung Sugih Raya, Kecamatan Gunung Sugih,
Kabupaten Lampung Tengah selama 40 (empat puluh) hari pada bulan Januari
sampai Februari 2017. Kemudian di tahun 2018 juga penulis menyelesaikan skripsi
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang telah
diberikan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Kupersembahkan karyaku ini untuk:
Kedua orangtuaku, ayahanda Sudiyo dan ibunda Siti Parsiyem, S.Pd. I
(Almrh) yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan, nasihat dan
fasilitas untukku meraih pendidikan hingga saat ini. Terimakasih atas
segala pengorbanan yang telah diberikan kepadaku. Semoga Bapak selalu
diberi kesehatan, rezeki dan kebahagiaan serta diberikan hadiah terindah
dari Allah SWT yaitu surga dan semoga mamak selalu diberikan ampunan
oleh Allah SWT serta selalu diterangkan kubur nya dan ditempatkan di
surga nya Allah SWT.
Kakak-kakakku Siti Fatimah, S.Pd dan Titin Siti Halimah Tusa’ Diyah,
Adik bungsuku M. Erwin Ade Ridho Saputra dan Kakak-kakak Iparku
Riadi, S.Pd dan Sugito Adi Santoso serta keponakanku tercinta M. Nur
Azzam Maulana Siddiq terimakasih untuk segala kasih sayang, motivasi,
perhatian, doa, dukungan dan keceriaan yang selalu diberikan selama ini.
Seluruh keluarga besar, atas segala dukungan, doa, nasihat dan perhatian
yang telah diberikan.
Sahabat dan teman-temanku, untuk keceriaan, dukungan, motivasi dan
nasihat dikala suka maupun duka yang selalu diberikan.
Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.

MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
(QS. Al-Insyirah: 6-8)
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi
kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha mengetahui
sedangkan kamu tidak mengetahui.”
(Q.S. Al-Baqarah: 216)
“Success is not a final and failure is not an initial”
(Anonymous)
Jangan mengeluh, biarkan orang lain yang mengeluh. Orang yang mengeluh itu
adalah orang yang gagal. Jangan pernah berkata tidak bisa, tapi pikirkan bagaimana
caranya untuk berfikir beda, gunakan otak untuk berfikir dan libatkan Allah SWT
untuk segala hal.
(Jac Ma)
“Jalan hidup setiap individu itu berbeda-beda ada manis dan ada juga pahit,
tergantung kita bagaimana menjalaninya dengan bersungguh-sungguh atau tidak, tapi
yakinlah bahwa itu semua akan ada solusi, jawaban dan indah pada waktunya.”
(Ismatul Umi Siti Roziqoh)

SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah yang telah diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Pengaruh High
Profile Industry, Tingkat Profitabilitas, Tingkat Leverage, Tingkat Likuiditas
dan Struktur Kepemilikan Publik terhadap Pengungkapan Sukarela
Perusahaan”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.
Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah diperoleh penulis dapat
membantumempermudah proses penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
yang tuluskepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, SE., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Yuztitya Asmaranti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Bapak Dr.Tri Joko Prasetyo, S.E., M.Si., Akt. selaku Pembimbing Utama.
Terima Kasih atas bimbingan, saran, arahan dan nasihat yang telah diberikan
selama proses penyelesaian skripsi.
5. Bapak Basuki Wibowo, S.E., M.S.Ak., Akt., C.A. selaku Pembimbing
Pendamping. Terima kasih atas bimbingan, masukan, arahan dan nasihat yang
telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi.
6. Ibu Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si., Akt. selaku dosen Penguji, atas masukan,
arahan dan nasihat yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.
7. Ibu Yenni Agustina, S.E., M.Sc., Akt., CA., selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan saran dan nasihat selama masa perkuliahan.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran berharga bagi penulis selama
menempuh program pendidikan S1.
9. Seluruh staff Akademik, Administrasi, Tata Usaha, para pegawai, serta staff
keamanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
banyak membantu baik selama proses perkuliahan maupun penyusunan
skripsi, terimakasih atas segala kesabaran dan bantuan yang telah diberikan.
10. Teristimewa kepada Bapak dan Ibuku tercinta Sudiyo dan Siti Parsiyem, S.Pd. I
yang selalu mendoakan dan menjadi penyemangat untuk menyelesaikan studi
ini. Terimakasih telah menjadi orang tua yang sempurna, yang selalu
memberikan motivasi dan doa serta selalu bekerja keras mendidik penulis untuk
menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain, semoga Allah

SWT selalu memberikan kesehatan dan nikmat-Nya untuk Bapak dan Mamak.
Ku persembahkan karya sederhana ini untuk kalian.
11. Kakak-kakakku Siti Fatimah, S.Pd dan Titin Siti Halimah Tusa’ Diyah serta
Kakak-kakak Iparku Riadi, S.Pd dan Sugito Adi Santoso terimakasih untuk
segala kasih sayang, motivasi, perhatian, doa, dukungan, keceriaan dan kejulidan
yang selalu diberikan selama ini. Love you so much.
12. Adik bungsuku M. Erwin Ade Ridho Saputra dan keponakanku tercinta M. Nur
Azzam Maulana Siddiq yang selalu bersedia disusahkan selama ini dan selalu
memberikan keceriaan serta kebahagiaan dalam menyusun skripsi ini. Love you
so much.
13. Teruntuk pengganti ibu ku khususnya Bude Sipon terimakasih telah memberikan
doa dan dukungan yang ikhlas untuk diriku. Selalu memberikan yang terbaik
dan menjadi panutan.
14. Teruntuk kakek dan nenek ku Dul Aliif (Alm), Tomi (Alm), Ngadinah (Alm)
dan Kemi terimakasih banyak telah memberikan doa yang sangat luar biasa
untuk saya membuat skripsi ini, semoga Allah selalu memberikan tempat
terindah untuk kalian disana dan memberikan kesehatan selalu.
15. Seluruh keluarga besar, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Sepupu -
sepupu terbaik yang selalu ada zaidan, wafi, hafiz, tara, cece, habsyi, riski, lia,
yogi, indri, inggit terimakasih atas doa, dukungan, motivasi, dan perhatian yang
telah diberikan.

16. Teman - teman surgaku, pejuang ku, tim sukses ku, tim hore, dan segalanya
yaitu Indah Caturini, Ninda Pangastuti, Rahel Rekalita dan Tika Pratiwi
terimakasih karena telah menjadi sahabat-sahabat terbaikku atas kesetiakawanan
kita 4 tahun ini dari maba hingga sekarang dan selamanya. Semoga selalu bisa
bersama dan saling mengingat satu sama lain, kita pasti jadi orang sukses. Love
You Guys.
17. Sahabatku si AYAM BETINA Kating, Eka, Nindul, Ndut, Adin, Tika, Sendy,
Indah, Ulan, Merta, Toge, Rahel yang selalu ada setiap ku membutuhkan. Selalu
memberikan berita dan informasi yang up to date di kampus. Tim sukses
terhebat yang bisa handle segala macam persoalan. Terima kasih selalu siap di
saat sulit. Kalian wonder women pokoknya.
18. Sahabat-sahabat terkasih dan tercinta ku sedari kecil hingga saat ini, Atul, Okta,
Paijo dan Irma (Almrh) semoga kita bisa terus bareng-bareng walaupun tidak
lengkap dan sudah mempunyai tanggungan keluarga yang baru dan pekerjaan
yang baru. Semoga Allah mempertemukan kita di Surga-Nya.
19. Sahabat ter ter seperjuangan selama 10 tahun sedari MTs sampai saat ini Endang
Safitri, S.Pd yang selalu memberikan motivasi, arahan, ilmu, pelajaran hidup
yang luar biasa dan teman curhat untuk berbagi suka duka. Semoga tetep
menjadi sahabat terbaik sepanjang masa ya ndang.
20. Sahabat-sahabatku sedari MAN, Ucup, Pompom, Echa, Ajo, Beta, Bibi, Abah,
Aan, Yaqub, Miftah, Endang, Towi, Eki, Sule, Jabung dan Keluarga XII IPS 1
Alumni 36. Terimakasih atas doa, dukungan, motivasi dan keceriaan yang kalian
berikan. Sukses terus untuk kita semua. Semoga kelak cita-cita kita dapat
tercapai.

21. Teman – teman Hijrah ku yang dibentuk sejak tahun 2018 karena satu visi dan
misi, Fadhillah Indrayani, Fanisya Alya, Muhammad Rifai, Syailendra
Kurniawan, Intan Wulandari dan Iswahyudi Falah yang telah membuat saya
semangat untuk di GenBI.
22. Keluarga seperjuangan tumlin, kum hadi, ndum tika, nava, surya, indah, sendy,
ninda, yohana, iyan, cebong, julian, dhana, robert, tante yang selalu menghibur
dan siap membantu. Terimakasih untuk Keluarga Besar EBEC. Terima kasih
kenangan indahnya semoga selalu terjaga kebersamaan kita. Salam Wirausaha.
23. Kakak Tingkat EBEC seperjuangan semasa menjadi pengurus, Kak Bejo, Kak
Boy, Kak Adit, Kak Fajar, Mb Serli, Mb Ayi, Mb Keke, Sisca, Mb Nuris, Mb
Els yang telah memberikan pengalaman dan mengajarkan ilmu organisasi.
24. Keluarga Besar Pengurus GenBI Komisariat Unila dan GenBI Provinsi
Lampung Adam, Lento, Intan, Panji, Lea, Fany, Suci, Ripusa, Medi, Imran,
Tiak, Dilla, Muti, Kak Fauzi, Mb Milna, Kak Ibnu, Mb Yosi, Kak Oim, Mb Tia,
Mb Rahmi, Rio, Paik, Rifa, Dwi, Septi yang telah menjadi keluarga baru ku di
GenBI. Banyak yang saya dapat dari kalian semua dan tentunya bertambah
banyak ilmu yang didapatkan. Teman seperjuangan GenBI.
25. Teman hidup selama 40 hari di Desa Gunung Sugih Raya yaitu Irfan Rafi
Pontoh, Dedi Kurniawan, Cakra Wijaya, Nabilla Zatadini, Sity Hanyfa dan Kory
Dian Iswari yang telah bersama berbagi suka dan duka. Semoga komunikasi kita
tetap terjaga dan selamanya pembelajaran saat KKN dapat menjadi bekal kita
kelak dalam hidup bermasyarakat.
26. Tim guru skripsi yang selalu saya repotkan untuk bertanya Siti Rohmatul
Fajriyah sebagai pembimbing 3, Umik Choirun, Agro Niago, Fanisya Alya,

Annisa Syafiqa, Ica Mutiara, Amel, dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terimakasih untuk kalian semoga berkah atas ilmu yang telah kalian berikan.
27. Teman yang dimana saya selalu menjadi tempat curhat percintaan dia,
Ramadhana Tri H. Semoga dirimu tidak galau dalam memilih pasangan ya dan
sukses untuk bisnis Rans Tea nya.
28. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2014, Dilla, Bella, Chaki, Billa,
Saha, Winda, Ilham, Anni, Ajeng, Andi, Rangga, Yanto, Anggi, Anggit, Arini,
Atika, Bipa, Cahya, Bagus, Chatia, Mico, Citra, Dani, Dewi, Efraim, Yanti,
Friscil dan dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Terimakasih atas kebersamaan dan kenangan terbaik kalian. Sukses selalu
kawan.
29. Seluruh teman, kerabat, dan pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, terimakasih telah membantu selama proses penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan semoga
Allah SWT memberikan rahmat, berkah, dan hidayah-Nya untuk kita semua.
Bandar Lampung, 3 September 2018
Penulis,
Ismatul Umi Siti Roziqoh

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
ABSTRAK
ABSTRACT
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
RIWAYAT HIDUP
PERSEMBAHAN
MOTTO
SANWACANA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian .............................................................. 1
1.2 Masalah Penelitian ....................................................................... 11
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 11
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ............................................................................. 13
2.1.1 Teori Agensi ..................................................................... 13
2.1.2 Teori Sinyal ...................................................................... 15
2.1.3 Pengungkapan dalam Laporan Tahunan ......................... 17
2.1.4 Jenis Pengungkapan Laporan Tahunan ........................... 19
2.1.4.1 Pengungkapan Wajib ........................................... 19
2.1.4.2 Pengungkapan Sukarela ....................................... 21
2.1.5 High Profile Industry ...................................................... 22
2.1.6 Tingkat Profitabilitas ....................................................... 23
2.1.7 Tingkat Leverage ............................................................. 24
2.1.8 Tingkat Likuiditas ........................................................... 25
2.1.9 Struktur Kepemilikan Publik ........................................... 26
2.2 PenelitianTerdahulu ..................................................................... 27
2.3 Kerangka Penelitian .................................................................... 30
2.4 Hipotesis Penelitian ...................................................................... 31
2.4.1 Pengaruh High Profile Industry terhadap
Pengungkapan Sukarela Perusahaan ............................... 31
2.4.2 Pengaruh Tingkat Profitabilitas terhadap
Pengungkapan Sukarela Perusahaan ................................ 32
2.4.3 Pengaruh Tingkat Leverage terhadap
Pengungkapan Sukarela Perusahaan ............................... 33
2.4.4 Pengaruh Likuiditas terhadap
Pengungkapan Sukarela Perusahaan ................................ 34
2.4.5 Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap
Pengungkapan Sukarela Perusahaan ................................ 34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 36
3.2 Jenis Data dan Sumber Data ....................................................... 37
3.3 Metode Penelitian ........................................................................ 37
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ……… 38
3.4.1 Variabel Dependen …………………………………… 39
3.4.2 Variabel Independen …………………………………. 39
3.4.2.1 High Profile Industry ......................................... 39
3.4.2.2 Tingkat Profitabilitas .......................................... 40
3.4.2.3 Tingkat Leverage ................................................ 41
3.4.2.4 Tingkat Likuiditas .............................................. 41
3.4.2.5 Struktur Kepemilikan Publik .............................. 42
3.5 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 43
3.6 Metode Analisis Data .................................................................. 43
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ............................................. 43
3.6.2 Analisis Regresi Berganda .............................................. 44
3.6.3 Uji Asumsi Klasik ............................................................ 44
3.6.3.1 Uji Normalitas .................................................... 45
3.6.3.2 Uji Multikoloniearitas ........................................ 45
3.6.3.3 Uji Heteroskedastisitas ....................................... 46

3.6.3.4 Uji Autokorelasi ................................................. 47
3.6.4 Uji Hipotesis ..................................................................... 47
3.6.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) .......................... 47
3.6.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ......... 47
3.6.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual ................ 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data dan Sampel .......................................................................... 49
4.2 Analisis Data ................................................................................ 50
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ............................................. 50
4.2.2 Analisis Regresi Berganda ............................................. 53
4.2.3 Uji Asumsi Klasik ............................................................ 55
4.2.2.1 Uji Normalitas ...................................................... 55
4.2.2.2 Uji Multikoloniearitas .......................................... 56
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ......................................... 58
4.2.2.4 Uji Autokorelasi ................................................... 59
4.2.4 Uji Hipotesis .................................................................... 60
4.2.3.1 UjiKoefisien Determinasi (R2) ............................. 60
4.2.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ........... 61
4.2.3.3 Signifikansi Parameter Individual ........................ 62
4.3 Pembahasan dan Hasil Analisis ................................................. 66
4.3.1 Pengaruh High Profile Industry terhadap
Pengungkapan Sukarela Perusahaan ............................... 66
4.3.2 Pengaruh Tingkat Profitabilitas terhadap
Pengungkapan Sukarela Perusahaan ............................... 67
4.3.3 Pengaruh Tingkat Leverage terhadap
Pengungkapan Sukarela Perusahaan .............................. 69
4.3.4 Pengaruh Likuiditas terhadap
Pengungkapan Sukarela Perusahaan ............................... 70
4.3.5 Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap
Pengungkapan Sukarela Perusahaan .............................. 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 73
5.2 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 74
5.3 Saran ........................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 76
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Data Laporan Keuangan Tahunan Wajib ................................................... 20
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 27
2.3 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 35
4.1 Sampel Penelitian Periode 2011-2016 ......................................................... 49
4.2 Hasil Statistik Deskriptif Model Regresi ..................................................... 51
4.3 Hasil Uji Koefisien Regresi Berganda ........................................................ 53
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................................... 56
4.5 Hasil Uji Autokorelasi .................................................................................. 59
4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................................... 60
4.7 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .......................................... 62
4.8 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ........................ 64
4.9 Hasil Penelitian ........................................................................................... 72

DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 30
3.1 Model Penelitian ......................................................................................... 38
4.1 Hasil Uji Normalitas Model Regresi ............................................................ 55
4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Model Regresi ............................................... 58

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan Non Keuangan Tahun 2011-2016
Lampiran 2 Indikator Pengungkapan Sukarela Perusahaan
Lampiran 3 Tabel Perhitungan Indeks Voluntary Disclosure Perusahaan Non
Keuangan Tahun 2011
Lampiran 4 Tabel Perhitungan Indeks Voluntary Disclosure Perusahaan Non
Keuangan Tahun 2012
Lampiran 5 Tabel Perhitungan Indeks Voluntary Disclosure Perusahaan Non
Keuangan Tahun 20113
Lampiran 6 Tabel Perhitungan Indeks Voluntary Disclosure Perusahaan Non
Keuangan Tahun 2014
Lampiran 7 Tabel Perhitungan Indeks Voluntary Disclosure Perusahaan Non
Keuangan Tahun 2015
Lampiran 8 Tabel Perhitungan Indeks Voluntary Disclosure Perusahaan Non
Keuangan Tahun 2016
Lampiran 9 Tabel Perhitungan Variabel Independen Penelitian Tahun 2011
Lampiran 10 Tabel Perhitungan Variabel Independen Penelitian Tahun 2012
Lampiran 11 Tabel Perhitungan Variabel Independen Penelitian Tahun 2013
Lampiran 12 Tabel Perhitungan Variabel Independen Penelitian Tahun 2014
Lampiran 13 Tabel Perhitungan Variabel Independen Penelitian Tahun 2015
Lampiran 14 Tabel Perhitungan Variabel Independen Penelitian Tahun 2016
Lampiran 15 Statistik Deskriptif
Lampiran 16 Uji Koefisien Regresi

Lampiran 17 Uji Asumsi Klasik
Lampiran 17.1 Uji Normalitas
Lampiran 17.2 Uji Multikoliniearitas
Lampiran 17.3 Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 17.4 Uji Autokorelasi
Lampiran 18 Uji Hipotesis
Lampiran 18.1 Uji Koefisien Determinasi R2
Lampiran 18.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Lampiran 18.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketatnya persaingan usaha menuntut perusahaan besar di Indonesia untuk lebih
transparan dalam mengungkapkan informasi perusahaannya. Perusahaan di
Indonesia terutama yang telah go public atau terdaftar di pasar modal wajib
menyampaikan informasi mengenai kegiatan perusahaannya baik dalam bentuk
laporan keuangan maupun laporan tahunan. Laporan keuangan merupakan suatu
informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih
jauh infromasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan
perusahaan tersebut (Melani dan Al-Amin, 2016). Informasi akan dianggap
informatif jika informasi tersebut relevan dan dapat membentuk kepercayaan baru
bagi stakeholders dalam mengambil keputusan.
Menurut Fidhayatin (2012) informasi yang dipublikasikan adalah suatu
pengumuman yang akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh
pasar. Melani dan Al- Amin (2016) mengatakan bahwa pengungkapan dalam
pelaporan keuangan merupakan penyajian informasi yang diperlukan untuk
operasi optimal pasar modal yang efisien. Semakin banyak informasi yang

2
disajikan maka semakin luas juga pengungkapan risiko dan semakin kecil juga
tingkat risiko yang akan dialami oleh perusahaan.
Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dibagi menjadi dua,
yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure). Menurut Nugraheni (2012) pengungkapan wajib
merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, seperti
Bapepam. Peraturan mengenai pengungkapan informasi wajib dalam laporan
tahunan diatur oleh Bapepam dalam Lampiran Keputusan No. Kep-431/BL/2012.
Bappepam yang mewajibkan bagi perusahaan go public untuk mengungkapkan
laporan tahunan perusahaan. Sedangkan pengungkapan sukarela adalah
penyampaian informasi yang diberikan secara sukarela oleh perusahaan yang
melebihi dari pengungkapan wajib. Perusahaan bebas memilih dalam memberikan
informasi yang dianggap relevan dan mendukung dalam pengambilan keputusan
oleh para pemakai laporan tahunan. Hal inilah yang menjadikan keberagaman
luas pengungkapan sukarela antar perusahaan dengan cara melihat manajemen
risiko yang terjadi di perusahaan.
Pengungkapan sukarela yang dilihat melalui risiko perusahaan yang luas makin
dibutuhkan karena adanya krisis global. Krisis ekonomi global diawali pada 15
September 2008 yang menjadi catatan kelam merupakan salah satu peusahaan
investasi atau bank keuangan senior terbesar ke-4 di Amerika Serikat menjadi
awal dari krisis keuangan di Indonesia. Dampak krisis ekonomi tahun 2008 di
Amerika Serikat terjadi di Indonesia pada tahun 2013, nilai tukar rupiah jatuh
sekitar 15 persen sehingga menjadi indikasi keluarnya investasi portofolio asing
dari Indonesia (indoprogress.com).

3
Peristiwa tersebut membuat stakeholder ragu atas informasi keuangan yang
diberikan perusahaan, sehingga mendorong perusahaan untuk tidak hanya
mengungkapkan informasi terkait keuangan perusahaan saja tetapi terkait
pengungkapan perusahaan yang lebih luas. Tuntutan informasi baik keuangan
maupun non keuangan membuat perusahaan untuk lebih terbuka dalam
menyampaikan informasi kepada stakeholder untuk pengungkapan resiko yang
terjadi di perusahaan.
Kasus lain pada pengungkapan sukarela melalui manajemen resiko di Indonesia
yaitu PT Allianz pada tahun 2012, melakukan manipulasi kontrak asuransi proyek
dan memanipulasi laporan keuangan sehingga investor beranggapan bahwa
kinerja perusahaan sangatlah baik (Kontan.co.id). Hal ini mengindikasikan adanya
kelemahan dalam proses manajemen risiko (Rahiim, 2013). Kasus lain diberitakan
Seputar Indonesia pada tanggal 13 Agustus 2012, mengenai kurang dari 20%
penurunan kapital yang parah dalam sebuah perusahaan diakibatkan risiko
keuangan sebagai hasil dari kesalahan manajemen risiko, penurunan permintaan
inti produk dan kegagalan mencapai sinergi dari proses akuisisi (Muthohirin dan
Islahuddin, 2012).
Fenomena tersebut menimbulkan keraguan para pengguna laporan keuangan
terhadap keakuratan dan tranparansi laporan keuangan tahunan perusahaan.
Pengungkapan sukarela melalui risiko perusahaan merupakan salah satu solusi
untuk membantu mengembalikan kepercayaan publik dan membantu mengontrol
aktivitas manajemen sehingga dapat meminimalisir terjadinya praktik kecurangan
pada laporan keuangan, sehingga pengungkapan risiko harus diungkapkan sesuai

4
dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya agar investor dan pemakai informasi
lainnya tidak keliru di dalam mengambil keputusan investasi.
Pada era globalisasi yang rentan akan krisis keuangan global, memacu pembuat
kebijakan atau regulator mengembangkan kebijakannya mengenai pengungkapan
sukarela. Beberapa peraturan informasi pengungkapan yang telah dibentuk
mengarah pada perusahaan keuangan. Sedangkan, perusahaan non-keuangan juga
perlu memiliki peraturan khusus mengenai pengungkapan sukarela agar tidak
rentan dalam mengikuti perkembangan bisnis yang semakin kompleks. Menurut
Wardhana dan Cahyonowati (2013) ada ketentuan lain yaitu perusahaan keuangan
diwajibkan mengungkapkan keberadaan komite pengungkapan risiko, sedangkan
perusahaan non-keuangan hanya sekedar pada himbauan.
Pengungkapan sukarela perusahaan di beberapa negara telah diteliti untuk
mengetahui sejauh mana pengungkapan sukarela perusahaan. Beberapa peneliti
telah melakukan penelitian mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi
pengungkapan sukarela perusahaan antara lain faktor ukuran perusahaan,
profitabilitas, struktur modal, likuiditas, leverage dan jenis industri. Namun
terdapat ketidakkonsistenan hasil yang disimpulkan oleh peneliti terdahulu.
Pengungkapan sukarela dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu High
Profile Industry. Menurut Brammer and Pavlin (2008) dan Cooke (1992),
perusahaan yang termasuk dalam high profil industry lebih cenderung untuk
mengungkapkan informasi yang lebih daripada perusahaan low profil industry.

5
Kecenderungan tersebut juga didukung dengan teori keagenan yang menjelaskan
bahwa principal akan meminta informasi yang lebih kepada agent terkait dengan
asimetri informasi diantara keduanya tentang risiko yang dihadapi perusahaan.
Penelitian sebelumnya yang menyelidiki hubungan antara high profile industry
dengan pengungkapan sukarela menghasilkan temuan yang berbeda-beda. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Amran et al (2009), Oliveira et al (2011) dan
Taures (2011) menemukan bahwa high profile industry berpengaruh signifikan
positif terhadap pengungkapan sukarela. Berbeda dengan ketiganya, penelitian
Annisa dan Kurniasih (2012), Wardhana dan Cahyonowati (2013) menemukan
bahwa pengaruh high profile industry tidak signifikan terhadap pengungkapan
sukarela.
Menurut Annisa dan Kurniasih (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang
termasuk dalam high profile industry adalah perusahaan yang memiliki tingkat
sensivitas yang tinggi pada lingkungan, risiko politik tinggi atau tingkat
persaingan yang. Perusahaan yang masuk kedalam kelompok high profile industry
yaitu perusahaan yang mempunyai jenis usaha di bidang minyak dan
pertambangan, kimia, perhutanan, kertas, otomotif, manufaktur, penerbangan,
agribisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman, media dan
komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan, transportasi dan pariwisata
(Zuhroh dan Sukmawati, 2003). Sedangkan perusahaan yang masuk ke dalam
kelompok low profile industry yaitu perusahaan yang mempunyai jenis usaha di
bidang bangunan, keuangan dan perbankan, pemasok alat-alat kesehatan, properti,
perusahaan pengecer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk

6
rumah tangga (Dirgantari, 2002).
Faktor kedua yang berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela yaitu tingkat
profitabilitas. Hal ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Aljifri dan
Hussainey (2007) yang menemukan hubungan yang positif antara tingkat
profitabilitas dengan luas pengungkapan informasi forward-looking dalam laporan
tahunan perusahaan di UAE. Semakin tinggi profit margin maka akan semakin
tinggi pengungkapannya (Almilia dan Retrinasari,2007). Profit margin yang
tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih
terinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas
perusahaan dan kompensasi terhadap manajemen (Almilia dan Retrinasari, 2007).
Profitabilitas menggambarkan kemampuan badan usaha untuk menghasilkan laba
dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki (Aljifri dan Hussainey, 2007).
Fitriani (2001) yang didukung oleh penelitian Simanjuntak dan Widiastuti (2004),
mengungkapkan semakin tinggi keuntungan atau profitabilitas suatu perusahaan
maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mengungkapkan informasi
menjadi lebih lengkap.
Selain itu, faktor ketiga yang berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela yaitu
tingkat leverage. Leverage merupakan hubungan antara hutang perusahaan
terhadap modal dan aktiva sedangkan tingkat likuiditas mengukur kemampuan
perusahaan dalam membiayai kewajiban jangka pendek perusahaan . Semakin
tinggi tingkat leverage dan tingkat likuiditas perusahaan maka pengungkapan
manajemen risiko akan lebih luas.

7
Adhi dan Mutmainah (2012) mengatakan bahwa perusahaan yang tumbuh besar
memiliki kewajiban yang lebih besar dalam memuaskan kebutuhan krediturnya
terhadap informasi dengan cara memberikan pengungkapan secara lebih terperinci
pada laporan tahunannya. Semakin besar leverage perusahaan maka semakin
besar kemungkinan transfer kemakmuran dari kreditur kepada pemegang saham
dan manajer (Adhi dan Mutmainah, 2012).
Informasi mengenai perusahaan yang lebih luas sangat penting untuk membantu
para investor dan kreditor memahami risiko dari investasi yang mereka lakukan,
dimana entitas dengan rasio hutang yang tinggi wajib untuk melakukan
pengungkapan sukarela informasi keuangan secara lebih luas, aktivitas ini
dilakukan untuk menjaga kepercayaan dari para kreditor atas dana yang mereka
pinjamkan (Mujiyono dan Nany, 2010).
Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan baik
tentu akan memberikan informasi positif kepada pihak eksternal perusahaan, hal
ini dilakukan dengan cara melakukan pengungkapan sukarela yang semakin luas
dengan harapan bahwa nilai perusahaan di mata pihak eksternal perusahaan akan
semakin meningkat, dimana perusahaan dengan likuiditas yang tinggi akan dapat
mengurangi risiko investasi mereka (Almilia dan Retrinasari, 2007).
Faktor keempat yang berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela yaitu tingkat
likuiditas. Likuiditas merupakan tolak ukur kemajuan perusahaan berdasarkan
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Proksi
tingkat likuiditas yang terdapat pada model penelitian yaitu CR (Current Ratio).
Ruwita dan Harto (2013) menyatakan bahwa Current Ratio digunakan untuk

8
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka
pendek dengan menggunakan aset lancar perusahaan. Simanjuntak dan
Widiastuti (2004) membuktikan bahwa likuiditas perusahaan berpengaruh
terhadap luas pengungkapan, sedangkan Benardi et al. (2009) membuktikan
bahwa likuiditas perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan.
Alasan likuiditas tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan adalah
dikarenakan tingginya kinerja keuangan merupakan suatu keharusan karena
kondisi keuangan yang likuid akan memudahkan perusahaan menjalankan
operasionalnya sehari-sehari (Benardi et al., 2009).
Dengan demikian, perusahaan dengan kinerja yang tinggi akan cenderung untuk
menyajikan pengungkapan sukarela laporan tahunan perusahaan dengan lebih luas
karena dengan mengungkapkan laporan tahunan dengan lebih luas, maka publik
akan semakin memberikan penilaian yang lebih baik atas kinerja perusahaan.
Namun, apabila kinerja perusahaan buruk, publik juga menuntut adanya
penjelasan mengenai penyebab memburuknya kinerja perusahaan,
Faktor kelima yang berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela yaitu struktur
kepemilikan publik. Semakin banyak saham yang dimiliki oleh publik maka
semakin besar tekanan yang dihadapi perusahaan untuk mengungkapkan
informasi lebih banyak dalam laporan tahunannya. Hal ini dikarenakan semakin
besar porsi kepemilikan publik, maka semakin banyak pihak yang membutuhkan
informasi tentang perusahaan, sehingga semakin banyak pula butir-butir informasi
yang mendetail yang dituntut untuk dibuka dalam laporan tahunan.

9
Kepemilikan saham oleh publik memberikan arti bahwa publik ikut ambil bagian
memiliki perusahaan sebesar porsi saham yang dimilikinya terhadap perusahaan
tersebut. Simanjuntak dan Widiastuti (2004) dan Amalia (2005) membuktikan
bahwa porsi kepemilikan saham publik berpengaruh terhadap luas pengungkapan,
namun hasil penelitian ini berbeda dengan Benardi et al. (2009) yang menyatakan
bahwa porsi kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap luas
pengungkapan dengan alasan bahwa secara historis dan empiris perusahaan-
perusahaan publik di Indonesia mayoritas dikuasai oleh kalangan keluarga,
sehingga manajer hanya menjadi kepanjangan tangan pemegang saham mayoritas
(Benardi et al., 2009). Dengan demikian, semakin banyak kepemilikan saham
yang dimiliki oleh publik, maka perusahaan kemungkinan akan melakukan
pengungkapan yang lebih luas karena berhubungan dengan kepercayaan publik
terhadap perusahaan.
Penelitian ini memodifikasi dari beberapa penelitian sebelumnya yaitu jurnal
Ruwita dan Harto (2013) yang menjelaskan secara empiris bahwa ukuran
perusahaan dan tingkat profitabilitas berpengaruh signifikan, sedangkan tingkat
solvabilitas, tingkat likuiditas, struktur kepemilikan publik tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan risiko. Penelitian lain yaitu Sulistyaningsih dan
Gunawan (2016) menemukan hasil secara empiris bahwa leverage, ukuran
perusahaan tidak berpengaruh. Namun, kepemilikan publik dan ukuran dewan
komisaris berpengaruh positif terhadap terhadap pengungkapan risiko. Beberapa
penelitian mengenai risiko dilakukan bertujuan untuk membantu stakeholder
dalam pengambilan keputusan.

10
Penelitian ini juga mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Hanafiah (2014)
yang berjudul “ Pengaruh Ukuran Perusahaan, Jenis Industri, Tingkat Leverage,
dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Sukarela”. Perbedaan dengan
penelitian ini terdapat pada variabel independen dan ruang lingkup penelitian.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan variabel independen yaitu high profile
industry, tingkat profitabilitas, tingkat leverage, tingkat likuiditas,dan struktur
kepemilikan publik sedangkan pada penelitian Hanafiah (2014) menggunakan
variabel independen yaitu ukuran perusahaan, jenis industri, tingkat leverage, dan
profitabilitas. Ruang lingkup penelitian ini adalah seluruh perusahaan non-
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2016,
sedangkan ruang lingkup penelitian Hanafiah (2014) adalah seluruh perusahaan
non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2011.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis ingin mengetahui apakah
high profile industry, tingkat profitabilitas, tingkat leverage, tingkat likuiditas dan
struktur kepemilikan publik memiliki pengaruh terhadap pengungkapan sukarela
melalui manajemen risiko perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI tahun
2011-2016. Oleh karena itu, penulis memberikan judul penelitian ini
“PENGARUH HIGH PROFILE INDUSTRY, TINGKAT
PROFITABILITAS, TINGKAT LEVERAGE, TINGKAT LIKUIDITAS
DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN PUBLIK TERHADAP
PENGUNGKAPAN SUKARELA PERUSAHAAN”.

11
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat di latar belakang masalah penelitian, maka
permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah high profile industry berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela
perusahaan?
2. Apakah tingkat profitablitas berpengaruh pengungkapan sukarela
perusahaan ?
3. Apakah tingkat leverage berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela
perusahaan?
4. Apakah tingkat likuiditas berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela
perusahaan?
5. Apakah struktur kepemilikan publik berpengaruh terhadap pengungkapan
sukarela perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian, maka tujuan
penelitian ini untuk mengetahui :
1. Mengetahui pengaruh dan memberikan bukti empiris dari variabel high
profile industry terhadap pengungkapan sukarela perusahaan
2. Mengetahui pengaruh dan memberikan bukti empiris dari variabel tingkat
proftabilitas terhadap pengungkapan sukarela perusahaan.
3. Mengetahui pengaruh dan memberikan bukti empiris dari variabel tingkat
leverage terhadap pengungkapan sukarela perusahaan.

12
4. Mengetahui pengaruh dan memberikan bukti empiris dari variabel tingkat
likuiditas terhadap pengungkapan sukarela perusahaan.
5. Mengetahui pengaruh dan memberikan bukti empiris dari variabel struktur
kepemilikan publik terhadap pengungkapan sukarela perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman mengenai
pengungkapan sukarela perusahaan dan dapat memberikan sumbangan
dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya bidang akuntansi.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan ide dan gagasan untuk
penelitian berikutnya yang berkaitan dengan pengungkapan sukarela
perusahaan.
2. Bagi Stakeholder
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
stakeholder dan pihak-pihak yang terkait dalam pengambilan keputusan
untuk investasi maupun kredit serta dalam pelaksanaan fungsi pengawasan
terhadap pengelolaan perusahaan.
3. Bagi Manajemen Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan
pemahaman tentang pengungkapan sukarela perusahaan untuk memperbaiki
praktik pengungkapan sukarela di perusahaan.

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Agency Theory
Agency theory menjelaskan bahwa organisasi merupakan jaringan hubungan
kontraktual antara manajer (agent) dengan pemilik sumber daya ekonomis
(principal). Di dalam teori ini, agen diasumsikan sebagai individu yang rasional,
memiliki kepentingan pribadi dan berusaha untuk memaksimumkan kepentingan
pribadinya. Manajer sebagai agen bertanggung jawab untuk mengoptimalkan
keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain manajer juga mempunyai
kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka sehingga ada kemungkinan
besar agen tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal (Haryono,
2005).
Haryono (2005) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang
mana satu atau lebih principal (pemilik) menggunakan orang lain agen (manajer)
untuk menjalankan aktifitas perusahaannya. Di dalam teori keagenan yang
dimaksud sebagai principal adalah pemegang saham atau pemilik perusahaan,
sedangkan yang dimaksud sebagai agen adalah manajemen yang berkewajiban
mengelola harta pemilik. Principal menyediakan fasilitas dan dana untuk
kebutuhan operasional perusahaan, sedangkan agen sebagai pengelola

14
berkewajiban untuk mengelola perusahaan sebagaimana yang dipercayakan oleh
principal untuk meningkatkan kemakmuran principal melalui peningkatan nilai
perusahaan (Haryono, 2005). Sebagai imbalan dari principal, agen akan diberikan
bonus, kenaikan gaji, kompensasi serta promosi jabatan.
Dalam perspektif pengungkapan sukarela perusahaan, teori agensi digunakan
untuk memahami bahwa manajer sebagai pengelola perusahaan tentu akan
mengetahui lebih banyak informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang
akan datang dibandingkan pemilik. Hal tersebut menyebabkan terjadinya asimetri
informasi diantara keduanya, khususnya yang akan merugikan pemilik (Mubarok
dan Rohman, 2013).
Dalam praktik nyata di dalam perusahaan, agen sering melanggar kontrak yang
telah mereka sepakati bersama oleh principal yaitu bertanggung jawab dalam
mensejahterahkan perusahaan dan meningkatkan kemakmuran para pemegang
saham, tetapi dalam kenyataan agen justru lebih mementingkan peningkatan
kesejahteraan untuk diri mereka sendiri. Para manajemen perusahaan mempunyai
kecenderungan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya
ditanggung oleh pihak lain (Haryono, 2005).
Konflik didalam teori agency biasanya disebabkan oleh para pengambil keputusan
yang tidak ikut serta dalam menanggung risiko sebagai akibat dari kesalahan
pengambilan keputusan. Menurut para pengambil keputusan risko tersebut
seharusnya ditanggung oleh oleh para pemilik saham. Hal inilah yang
menimbulkan ketidaksinkronan antara pihak pengambilan keputusan (manajer)
dengan para pemilik saham.

15
Menurut Haryono (2005) terdapat tiga macam biaya dalam teori agency yaitu :
1. Biaya monitoring yang dikeluarkan oleh principal untuk mengawasi
aktifitas dan perilaku manajer antara lain membayar auditor untuk
mengaudit laporan keuangan.
2. Biaya bonding yang ditanggung manajer untuk memberikan jaminan kepada
pemilik bahwa manajer tidak melakukan tindakan yang merugikan
perusahaan.
3. Residual loss adalah biaya yang ditanggung oleh principal untuk
mempengaruhi keputusan manajer supaya meningkatkan kesejahteraan
principal.
2.1.2 Signalling Theory
Signalling theory merupakan teori mengenai penyampaian informasi dari manajer
kepada pihak yang berkepentingan (investor atau kreditur). Jika dilihat dari sisi
investor asumsi teori ini menjelaskan bahwa informasi yang diungkapkan
perusahaan atau organisasi diharapkan dapat memberikan kabar positif atau
goodnews kepada para investor dan pemangku kepentingan lainya sehingga
investor diharapkan dapat menangkap signal yang diberikan oleh organisasi
melalui informasi yang disampaikan perusahaan tersebut.
Jika dalam perspektif pengungkapan sukarela perusahaan, teori signalling dapat
menjelaskan bagaimana manajer harus memberikan informasi yang memadai
mengenai informasi lebih yang dihadapi perusahaan. Signalling theory merupakan
salah satu teori yang melatarbelakangi masalah asimetri informasi
(Sulistyaningsih dan Gunawan, 2016).

16
Dalam Teori Sinyal dikemukakan mengapa perusahaan memiliki dorongan untuk
mengungkapkan informasi keuangan terhadap pihak eksternal perusahaan
(Hargyantoro, 2010). Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah
untuk mengurangi asimetri informasi antara pihak agent dan principal
(Hargyantoro, 2010). Miller dan Whiting (2005) mengindikasikan bahwa suatu
perusahaan pasti akan melakukan sinyal yang berupa informasi positif mengenai
kondisi perusahaan yang diharapkan dapat menarik minat para investor untuk
berinvestasi di perusahaan tersebut. Informasi yang ada dilakukan sebagai
pengungkapan atas kinerja perusahaan yang nantinya dapat mengurangi terjadinya
asimetri informasi.
Pengungkapan informasi perusahaan secara memadai kepada pemilik maka hal
tersebut merupakan sinyal baik (good news) bagi perusahaan. Salah satu sinyal
tersebut dapat berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan dapat
mengurangi ketidakpastian mengenai masa depan perusahaan (Hargyantoro,
2010). Pihak pemilik cenderung memilih melakukan pengungkapan dengan
harapan pihak investor dapat menginterpretasikannya sebagai sinyal positif
mengenai kinerja perusahaan dan mampu mengurangi asimetri informasi.
Pengungkapan merupakan suatu sinyal, karena dengan pengungkapan dapat
meningkatkan nilai perusahaan (Agustina, 2008), memberi informasi mengenai
apa yang telah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan
pemilik, dan memberi informasi-informasi lainnya yang dapat membuat
keyakinan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lainnya
(Hargyantoro, 2010).

17
Manajer pada umumnya termotivasi untuk menyampaikan informasi yang baik
mengenai perusahaannya ke publik secepat mungkin, misalnya melalui jumpa
pers. Namun pihak diluar perusahaan tidak tahu kebenaran dari informasi yang
disampaikan tersebut. Jika manajer dapat memberi sinyal yang meyakinkan, maka
publik akan terkesan dan hal ini akan terefleksi pada harga sekuritas. Jadi dapat
disimpulkan karena adanya asymetric information, pemberian sinyal kepada
investor atau publik melalui keputusan-keputusan manajemen menjadi sangat
penting (Mubarok dan Rohman, 2013).
Berdasarkan penjelasan diatas, teori signaling merupakan teori yang erat
kaitannya dalam pengungkapan sukarela perusahaan karena menyampaikan sinyal
khusus kepada pengguna informasi keuangan.
2.1.3 Pengungkapan dalam Laporan Tahunan
Pengungkapan adalah penyampaian informasi atau data mengenai kegiatan
perusahaan kepada para pemangku kepentingan. Pengungkapan dalam laporan
tahunan perusahaan menjadi ajang untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan di
mata investor terutama pengungkapan yang bersifat sukarela. Laporan tahunan
adalah laporan yang diterbitkan setahun sekali, berisi data keuangan (laporan
keuangan) dan informasi non-keuangan. Laporan keuangan adalah informasi
keuangan yang disajikan oleh manajemen suatu perusahaan kepada pihak
eksternal dan internal perusahaan. Sedangkan informasi non-keuangan yang
terdapat dalam laporan tahunan perusahaan pengungkapannya tergantung dari
kondisi dan kebutuhan masing-masing perusahaan. Laporan tahunan menjadi
media komunikasi informasi keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang

18
saham, kreditor, dan stakeholder. Selain itu, laporan tahunan juga dijadikan media
pertanggungjawaban manajer dalam pelaksanaan tugasnya menjalankan
perusahaan.
Standar dan praktik dalam pengungkapan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
undang-undang, tingkat perkembangan ekonomi, politik, pendidikan, budaya, dan
faktor lainnya. Perusahaan go public yang kepemilikannya ada pada pemegang
saham menekankan proteksi terhadap investor. Pengungkapan yang lebih luas
menjadi salah satu upaya dalam merespon akuntabilitas perusahaan terhadap
masyarakat luas (publik). Perlindungan terhadap investor dilakukan oleh sebagian
besar bursa saham dengan lembaga peraturan profesional dan pemerintah dengan
menentukan laporan dan kebutuhan akan adanya pengungkapan informasi
perusahaan. Informasi ini diharapkan mampu dijadikan dasar bagi investor untuk
mengevaluasi kinerja dan prospek perusahaan (Choi dan Meek, 2011)
Proteksi terhadap investor dilakukan dengan cara penerimaan informasi dan
pengawasan secara berkala. Pengungkapan yang dilakukan perusahaan harus
memadai agar investor dapat membandingkan antar perusahaan (komparabilitas)
sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi. Selain itu,
pengungkapan yang menyeluruh dan dapat dipercaya akan meningkatkan
kepercayaan investor, di mana akan berdampak pada peningkatan likuiditas,
penurunan biaya transaksi, dan meningkatkan kualitas pasar secara keseluruhan
(Choi dan Meek, 2011).

19
2.1.4 Jenis Pengungkapan Laporan Tahunan
2.1.4.1 Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)
Di Indonesia peraturan mengenai Kewajiban Penyampaian Jenis Informasi atau
Fakta Material oleh Emiten atau Perusahaan Publik tertuang dalam peraturan
Otoritas Jasa Keuangan No.31/POJK.24/2015 yang berbunyi : “Emiten atau
perusahaan publik wajib menyampaikan :
1. Laporan Informasi atau Fakta Material kepada Otoritas Jasa Keuangan dan
melakukan pengumuman Informasi atau Fakta Material kepada masyarakat.
2. Informasi atau Fakta Material dalam laporan dan pengumuman sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib paling sedikit memuat :
a. Tanggal kejadian
b. Jenis informasi atau fakta material
c. Uraian informasi atau fakta material
d. Dampak kejadian informasi atau fakta material
e. Penyampaian laporan dan pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan sesegera mungkin paling lambat pada akhir hari kerja ke-2
(kedua) setelah terdapatnya Informasi atau Fakta Material.
Pada tanggal 29 Juli 2016, untuk meningkatkan kualitas keterbukaan informasi
kepada publik, maka diberlakukan peraturan OJK No.29/POJK.24/2016 tentang
Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Adapun ketentuan umum
mengenai penyusunan, bentuk dan isi laporan tahunan perusahaan publik di
Indonesia tersebut adalah sebagai berikut :
a. Ikhtisar data keuangan penting
b. Informasi saham (jika ada)

20
c. Laporan direksi
d. Laporan dewan komisaris
e. Profil emiten atau perusahaan publik
f. Analisis dan pembahasan manajemen
g. Tata kelola emiten atau perusahaan publik
h. Tanggung jawab sosial dan lingkungan emiten atau perusahaan publik
i. Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dan
j. Surat pernyataan anggota direksi dan anggota dewan komisaris
tentang tanggung jawab atas laporan tahunan.
Tabel 2.1
Data Laporan Keuangan Tahunan Wajib
a. Penjualan / pendapatan usaha l. Jumlah investasi
b. Laba (rugi) kotor m. Jumlah kewajiban
c. Laba (rugi) usaha n. Jumlah ekuitas
d. Laba (rugi) bersih o. Rasio laba (rugi) terhadap jumlah
aktiva
e. Jumlah saham yang beredar p. Rasio laba (rugi) terhada terhadap ekuitas
f. Laba (rugi) bersih per saham q. Rasio lancar
g. Proforma penjualan atau pendapatan usaha (jika ada) r. Rasio kewajiban terhadap
ekuitas
h. Proforma laba (rugi) bersih (jika s. Rasio kewajiban terhadap jumlah
ada) aktiva
i. Proforma laba (rugi) bersih per t. Rasio kredit yang diberikan saham (jika ada) terhadap jumlah simpanan
(khusus untuk perbankan)
j. Modal kerja bersih u. Rasio kecukupan modal (khusus untuk perbankan) dan
k. Jumlah aktiva v. Informasi keuangan perbandingan lainnya yang relevan dengan
perusahaan.
Sumber : Peraturan Bapepam

21
2.1.4.2 Pengungkapan Sukarela
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dapat dengan leluasa
dilakukan perusahaan sesuai kepentingan perusahaan yang dianggap relevan dan
mendukung dalam pengambilan keputusan ekonomi yang akan dilakukan oleh
pengguna informasi tahunan (annual report) serta pengungkapan yang melebihi
apa yang diwajibkan (Adhi dan Mutmainah, 2012). Tingkatan pengungkapan yang
dilakukan oleh perusahaan tergantung pada tingkatan pengungkapan yang
disediakan oleh sumber-sumber lain. Salah satu pertimbangan manajemen dalam
mengungkapkan informasi perusahaan secara sukarela lebih banyak dipengaruhi
oleh faktor biaya dan manfaat. Perusahaan akan mengungkapkan informasi secara
sukarela apabila manfaat yang diperoleh perusahaan dari pengungkapan informasi
tersebut lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, sebelum
manajemen menyebarkan informasi perusahaan, biaya dan manfaat dari
penyediaaan informasi tersebut harus diperbandingkan.
Informasi dalam laporan keuangan merupakan sinyal bagi para investor dalam
memberikan prospek atau pandangan terhadap perusahaan yang bersangkutan.
Hal ini menyebabkan informasi yang disajikan oleh manajemen harus dapat
dipercaya, lengkap, dan tepat waktu, sehingga memungkinkan investor untuk
melakukan pengambilan keputusan investasi yang tepat. Keputusan tepat yang
diambil investor sebelum berinvestasi akan berdampak pada hasil (feedback) yang
sesuai harapan.

22
Beberapa peneliti akademik juga menunjukkan bahwa makin besar perusahaan
makin banyak pengungkapan sukarela yang disampaikan. Pengungkapan sukarela
ini merupakan solusi atas kendala pengungkapan secara penuh yang dibahas
diatas. Dengan ketersediaan manajemen dalam pengungkapan sukarela ini, tingkat
pengungkapan wajib yang dapat ditetapkan dapat diarahkan ke tingkat wajar atau
bahkan memadai tidak perlu penuh. Pengungkapan sukarela antara salah satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya berbeda-beda. Pengungkapan dilakukan
oleh suatu perusahaan apabila kualitas informasi yang dimiliki manajer relatif
tinggi dan ketidaksimetrian informasi relatif besar. Dari penjelasan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa pengungkapan sukarela sejatinya sangat bermanfaat
bagi perusahaan.
2.1.5 High Profile Industry
Perusahaan yang beroperasi dalam industri yang berbeda diperkirakan akan
mengalami berbagai jenis risiko (Amran et al, 2009). Perusahaan yang termasuk
dalam high profile industry adalah perusahaan yang memiliki tingkat sensivitas
yang tinggi pada lingkungan, risiko politik atau tingkat persaingan yang ketat
(Annisa dan Kurniasih, 2012).
Menurut Annisa dan Kurniasih (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang
termasuk dalam high profile industry adalah perusahaan yang memiliki tingkat
sensivitas yang tinggi pada lingkungan, risiko politik tinggi atau tingkat
persaingan yang. Perusahaan yang masuk ke dalam kelompok high profile
industry antara lain perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan
pertambangan, kimia, perhutanan, kertas, otomotif, manufaktur, penerbangan,

23
agribisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman, media dan
komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan, transportasi dan pariwisata
(Zuhroh dan Sukmawati, 2003).
Sedangkan perusahaan yang masuk ke dalam kelompok low profile industry yaitu
perusahaan yang mempunyai jenis usaha di bidang bangunan, keuangan dan
perbankan, pemasok alat-alat kesehatan, properti, perusahaan pengecer, tekstil dan
produk tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga (Dirgantari, 2002).
Pada umumnya pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan high-profile
cenderung lebih luas daripada pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan
low- profile. Salah satu hal yang menjadi alasannya adalah perusahaan high-
profile memiliki consumer visibility atau sorotan dari masyarakat luas yang lebih
tinggi daripada perusahaan low-profile, sehingga informasi yang diungkapkan
oleh perusahaan pada tipe industri ini pada umumnya lebih lengkap.
Perusahaan yang beroperasi dalam industri yang berbeda–beda maka diperkirakan
akan mengalami berbagai jenis risiko. Perusahaan-perusahaan tersebut
menghadapi kegiatan usaha, peraturan, kebijakan akuntansi, pengukuran,
penilaian dan teknik pengungkapan yang berbeda sesuai dengan karakteristik
industrinya, yang akan mengakibatkan pula perbedaan tingkat pengungkapan
perusahaannya dan luas pengungkapan risiko perusahaan yang akan dilakukan
oleh perusahaan.

24
2.1.6 Tingkat Profitabilitas
Profitabilitas merupakan indikator dalam keberhasilan manajer mengenai
pencapaian tujuan perusahaan.Tingkat profitabilitas merupakan tolak ukur
kemajuan perusahaan dilihat dari laba yang dihasilkan (Ruwita dan Harto, 2013).
Tingkat profitabilitas dapat diartikan sebagai karakteristik yang menunjukkan
keberhasilan atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi akan mengungkapkan informasi
lebih banyak. Hal ini dikarenakan tingginya profitabilitas mengindikasikan
bagaimana perusahaan dapat mengelola risiko dengan baik (Mubarok dan
Rohman, 2013).
Beberapa ukuran untuk menghitung tingkat profitabilitas diantaranya yaitu, ROE,
ROA dan Net Profit Margin. Penelitian ini menggunakan net profit margin untuk
mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Net profit margin digunakan untuk
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih pada tiap
tingkat penjualan tertentu yang dilakukan (Ruwita dan Harto, 2013). Net profit
margin ditemukan berhubungan positif secara signifikan dengan kelengkapan
pengungkapan perusahaan.
2.1.6 Tingkat Leverage
Leverage merupakan rasio keuangan yang menggambarkan hubungan antara
utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Dalam rasio ini, tingkat leverage
perusahaan yang tinggi dapat berpontensi pada risiko. Oliveira, dkk. (2011)
menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi cenderung sangat
rentan, lebih spekulatif dan beresiko sehingga kreditor memiliki kekuatan besar

25
dalam struktur keuangan perusahaan tersebut. Kumalasari, dkk. (2014)
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat leverage suatu perusahaan maka akan
semakin luas juga pengungkapan risiko yang harus dilakukan oleh perusahaan
sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada kreditur. Beberapa
ukuran untuk mengukur leverage perusahaan yaitu debt to equity ratio, debt to
asset ratio, debt service coverage, serta long term debt to total equity.
Dalam penelitian ini digunakan debt to asset ratio sebagai penilaian tingkat risiko
perusahaan. Debt to asset ratio menunjukkan proporsi aset perusahaan yang
dibiayai melalui hutang. Semakin besar debt to asset ratio menimbulkan tingginya
tingkat ketergantungan perusahaan dengan kreditor (pihak eksternal) sehingga
perusahaan tersebut mungkin lebih memiliki risiko keuangan.
Berdasarkan pernyataan diatas, tingkat leverage dapat dijadikan tolak ukur bagi
kreditor dalam mengambil keputusan untuk meminjamkan dana. Serta, tinggi dan
rendahnya tingkat leverage dapat berdampak pada pengungkapan informasi
perusahaan.
2.1.7 Tingkat Likuiditas
Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam membiayai
utang jangka pendeknya. Tingkat likuiditas menunjukkan rasio aset lancar
terhadap utang jangka pendek perusahaan. Ruwita dan Harto (2013) menyatakan
bahwa tingkat likuiditas merupakan tolak ukur kemampuan perusahaan dalam
membiayai kewajiban jangka pendeknya.

26
Marwata (2001) menjelaskan bahwa tingkat likuiditas dapat dikaitkan dengan
kondisi keuangan perusahaan. Fitriani (2001) juga menyatakan bahwa likuiditas
dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola
keuangan perusahaan. Kinerja yang tinggi juga berhubungan dengan risiko yang
tinggi akan mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan yang lebih
luas atas informasi risiko yang dimiliki oleh perusahaan.
Berdasarkan pernyataan diatas, likuiditas dapat menjadi indikasi bagi perusahaan
dalam memperluas pengungkapan informasi keuangan perusahaan. Hal ini
bertujuan agar perusahaan dapat memberikan informasi yang reliabel dan relevan
untuk pihak yang berkepentingan atau kreditor.
2.1.8 Struktur Kepemilikkan Publik
Kepemilikan publik merupakan kepemilikan saham oleh masyarakat umum atau
saham publik dalam perusahaan (Sulistyaningsih dan Gunawan, 2016). Semakin
banyak saham yang dimiliki publik, maka semakin banyak stakeholder yang harus
merasakan manfaat dalam hal laporan keuangan maupun tahunan oleh perusahaan
(Ruwita dan Harto, 2013).
Tipe kepemilikkan saham publik adalah perbandingan jumlah pemegang saham
publik dengan yang dimiliki perusahaan (Sudarmadji dan Sularto,2007). Pada
negara yang perlindungan terhadap investornya lemah, pemusatan kepemilikan
menjadi pengganti dari perlindungan untuk investor. Hal ini dikarenakan, jika
saham lebih banyak dipegang oleh kepemilikkan eksternal maka pihak perusahaan
dituntut untuk memberikan laporan yang transparan sebagai bentuk

27
pertanggungjawaban terhadap investor. Adanya konsentrasi kepemilikkan
perusahaan oleh pihak luar menimbulkan pengaruh dari pihak luar sehingga
mengubah pengelolaan perusahaan yang semula berjalan sesuai keinginan
perusahaan itu sendiri menjadi memiliki keterbatasan (Hilmi dan Ali, 2008).
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat diartikan bahwa semakin banyak pihak yang
membutuhkan informasi yang bermanfaat maka pihak manajemen perusahaan
berkewajiban untuk memberikan laporan yang transparan dan menyajikan
informasi keuangan yang reliabel dalam pengungkapan sukarela perusahaan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen Hasil Penelitian
1. Martin,
Sobaroyen,
dan Board
(2017)
Governance
Structures,
Voluntary
Disclosures
and
Public
Accountabily
the Case of
UK Higher
Education
Institutions
a. Voluntary
disclosur
b. Public
Accoun-
tability
a. Komite audit
b. Ukuran dewan
pengelola
a. Komite audit,
ukuran dewan
pengelola
berpengaruh
terhadap tingkat
pengungkapan
sukarela.
b. Hasil tersebut
memberikan
pengaruh positif
dalam memberikan
dukungan untuk
meningkatkan
akuntabilitas
dantransparansi di
HEIs.
2.
Damayanti
dan Priyadi
(2016)
Pengaruh
Karakteristik
Perusahaan
pada Luas
Pengungkapan
Asimetri
Informasi
a. Proporsi
kepemilikan
saham publik
b. Umur
perusahaan
a. Proporsi
kepemilikan saham
publik, umur
listing, ukuran
perusahaan, dan

28
Sukarela dan
Implikasinya
Terhadap
Asimetri
Informasi
c. Ukuran
perusahaan
d. Profitabilitas
e. Likuiditas
f. Ukuran Kantor
Akuntan Publik
profitabilitas
memiliki pengaruh
terhadap
pengungkapan
sukarela.
b. Likuiditas dan
ukuran Kantor
Akuntan Publik
tidak
mempengaruhi
terhadap
pengungkapan
sukarela.
c. Untuk model
regresi kedua, hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pengungkapan
sukarela memiliki
pengaruh negatif
terhadap asimetri
informasi.
3.
Purwanto
dan
Wikartika
(2014)
Analisi
Voluntary
Disclosure
Perusahaan
Telekomunika
si di BEI
Voluntary
Disclosure
a. Leverage
b. Firm Size
c. Profitability
a. Leverage dan firm
size berpengaruh
terhadap
Voluntary
Disclosure
b. Profitability tidak
berpengaruh
terhadap
Voluntary
Disclosure
4. Hanafiah
(2014).
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Jenis Industri,
Tingkat
Leverage, dan
Profitabilitas
Terhadap
Pengungkapan
Risiko
Pengungkapan
Sukarela
a. Ukuran
perusahaan
b. jenis industri
c. tingkat
leverage
d. profitabilitas
Terdapat pengaruh
dari ukuran
perusahaan, jenis
industri, tingkat
leverage, dan
profitabilitas terhadap
pengungkapan risiko.
5. Sartawi,
Hindawi,
Bsoul dan
Ali
(2014)
Board
Composition,
Firm
Characteristic
and Voluntary
Disclosure :
The Case of
Voluntary
Disclosure
a. Proporsi
dewan
komisaris
independen
b. Gender
Direktur
c. Umur direktur
a. Dewan komisaris
independen, umur
direktur, ukuran
perusahaan,
kepemilikan asing
berpengaruh positif
terhadap

29
Jordanian
Firms Listed
on the Amman
Stock
Exchange
d. Ukuran
perusahaan
e. Kepemilikan
institusional
f. Kepemilikan
asing
pengungkapan
sukarela
b. Gender direktur
dan kepemilikan
institusional
berpengaruh
negatif terhadap
pengungkapan
sukarela
6. Utomo dan
Chariri
(2014)
Determinan
Pengungkapan
Risiko Pada
Perusahaan
Nonkeuangan
Di Indonesia
Pengungkapan
Risiko
a. Struktur
kepemilikan
b. Komisaris
independen
c. Komite audit
d. Leverage
e. Jenis industri
f. Frekuensi rapat
dewan
komisaris.
Struktur kepemilikan
yang terkonsentrasi
tidak berpengaruh
signifikan negatif,
komisaris independen
dan komite audit tidak
berpengaruh
signifikan positif,
leverage, jenis industri
dan frekuensi rapat
dewan komisaris
berpengaruh
signifikan positif
terhadap
pengungkapan risiko
dalam annual report.
7. Nugroho
(2012)
Pengaruh
Karakteristik
Perusahaan
Terhadap
Tingkat
Keluasan
Pengungkapa
n Laporan
Keuangan
pada Sektor
Industri
Makanan dan
Minuman
yang
Terdaftar
di BEI
Tingkat
keluasan
pengung-
kapan laporan
tahunan
a. Likuiditas
b. Leverage
c. Profitabilita
d. Ukuran
perusahaan
e. Saham publik
Karakteristik
perusahaan yang terdiri
dari likuiditas, leverage,
profitabilitas, ukuran
perusahaan, saham
publik berpengaruh
signifikan terhadap
tingkat keluasan
pengungkapan laporan
keuangan
8. Allegrini
dan Greco
(2011)
Corporate
Boards, Audit
Committees
and Voluntary
Disclosure:
Evidence from
Italian Listed
Companies
Voluntary
disclosure
laporan tahunan
perusahaan
a. Dewan
Independen
b. Ukuran
Dewan
c. CEO-duality
d. Direktur
Independen
e. Komite
Dewan
a. Ukuran dewan,
frekuensi pertemuan
komite audit
berhubungan positif
dengan tingkat
pengungkapan
sukarela.
b. Komite dewan,
komposisi dewan,

30
f. Ketentuan
Komite
Dewan dan
g. Komite Audit
direktur independen
tidak berpengaruh
terhadap
pengungkapan
sukarela.
Sumber: Jurnal-jurnal tahun 2011-2017
2.3 Kerangka Penelitian
Pengungkapan sukarela sangat menguntungkan para investor dan pengguna
laporan perusahaan, dengan adanya pengungkapan sukarela para investor dan
pengguna laporan keuangan dapat mengetahui informasi apa yang sedang terjadi
termasuk risiko yang dihadapi dan mungkin akan terjadi dalam perusahaan
tersebut. Sehingga dengan adanya pengungkapan sukarela ini dapat membantu
para investor dan pengguna laporan perusahaan untuk membantu dalam
pengambilan keputusan. Kerangka penelitian dalam penelitian ini digambarkan
oleh skema penelitian sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
High Profile Industry
Tingkat Profitabilitas
Tingkat Leverage
Tingkat Likuiditas
Struktur Kepemilikan
Publik
Pengungkapan
Sukarela Perusahaan
H1 +
H2 +
H3 +
H4 +
H5 +

31
2.4 Hipotesis Penelitian
2.4.1 Pengaruh High Profile Industry terhadap Pengungkapan Sukarela
Perusahaan
Perusahaan beroperasi dalam industri yang sama lebih mungkin untuk
menunjukkan tingkat yang sama pengungkapan risiko untuk menghindari
apresiasi negatif oleh pasar (Lopes dan Rodrigues, 2007). Banyak hal yang
menyebabkan perbedaan dalam pengungkapan sukarela hal ini di sebabkan oleh
risiko usaha yang berbeda-beda dari masing-masing jenis industri diantaranya
peraturan pemerintah, kebijakan akuntansi dan masih ada beberapa risiko usaha
yang mungkin dapat terjadi. Menurut teori stakeholder, perusahaan bukan entitas
yang hanya memenuhi pencapaian tujuannya sendiri, tetapi juga harus
memberikan manfaat bagi para stakeholdernya. Oleh karena itu pengungkapan
sukarela dibutuhkan sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap
para stakeholder.
Perusahaan High Profile Industry merupakan perusahaan yang rawan terhadap
risiko. Oleh karena itu pengungkapan resiko lebih banyak disajikan dalam laporan
tahunan perusahaan high profile industry dibandingkan dengan perusahaan low
profile industry. Hal ini dikarenakan perusahaan high profile industry memiliki
tingkat sensivitas yang tinggi pada lingkungan, risiko politik tinggi atau tingkat
persaingan yang ketat (Annisa dan Kurniasih, 2012).
Industri yang termasuk dalam kelompok High Profile Industry adalah perusahaan
yang bergerak dalam bidang minyak dan pertambangan, kimia, perhutanan, kertas,
otomotif, penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan

32
minuman,media dan komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan,
transportasi dan pariwisata (Zuhroh dan Sukmawati, 2003).
Dalam penelitian Amran et al (2009) menemukan jenis industri pengaruh positif
terhadap pengungkapan risiko. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dirumuskan
hipotesis:
H1 = High Profile Industry memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan
sukarela
2.4.2 Pengaruh Tingkat Profitabilitas terhadap Pengungkapan Sukarela
Perusahaan
Profitabilitas suatu perusahaan dapat mengukur keberhasilan sebuah perusahaan
dalam mencapai laba. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi
diikuti dengan risiko yang tinggi sehingga mendorong perusahaan untuk
mengungkapkan informasi risiko yang semakin luas (Ruwita dan Harto, 2013).
Penelitian (Ruwita dan Harto, 2013) menemukan adanya pengaruh yang
signifikan dari profitabilitas terhadap pengungkapan risiko perusahaan.
Kumalasari, dkk (2014) menemukan adanya pengaruh positif signifikan
profitabilitas terhadap luas pengungkapan manajemen risiko.
Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat diasumsikan bahwa perusahaan tersebut
mampu mengelola risiko keuangan dengan baik. Hal tersebut dapat berdampak
buruk jika dengan tingkat profitabilitas yang tinggi namun informasi mengenai
risiko atau pengungkapan sukarela perusahaan tidak disajikan dengan lengkap.
Maka, pentingnya pengungkapan sukarela perusahaan yang luas untuk
profitabilitas perusahaan yang tinggi.

33
Berdasarkan penjelasan sebelumnya , maka peneliti dapat menarik hipotesis
penelitiannya yaitu :
H2 = Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela
perusahaan.
2.4.3 Pengaruh Tingkat Leverage terhadap Pengungkapan Sukarela
Perusahaan
Leverage merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi pengungkapan
sukarela. Penelitian mengenai tingkat leverage terhadap pengungkapan sukarela
menemukan hasil yang berbeda-beda. Penelitian Oliveira, dkk. (2011)
menemukan tingkat leverage berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
risiko. Sedangkan Sulistyaningsih dan Gunawan (2016) menemukan leverage
tidak berpengaruh terhadap risk disclosure.
Perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi cenderung sangat rentan, lebih
spekulatif dan beresiko sehingga, kreditor memiliki kekuatan besar dalam struktur
keuangan perusahaan tersebut yang dinyatakan oleh Oliveira, dkk. (2011).
Semakin tinggi tingkat leverage suatu perusahaan akan berpotensi memiliki
informasi pengungkapan keuangan perusahaan yang tinggi. Maka, manajemen
perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan informasi mengenai risiko
yang lebih luas. Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis yang dapat diajukan :
H3 = Leverage berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela perusahaan.
2.4.4 Pengaruh Likuiditas terhadap Pengungkapan Sukarela Perusahaan
Rasio likuiditas dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam membiayai
liabilitas jangka pendeknya. Ruwita dan Harto (2013) tingkat likuiditas yang
tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan dalam memenuhi

34
kewajiban jangka pendeknya. Semakin kuatnya kondisi keuangan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya diikuti dengan risiko yang semakin
tinggi. Berdasarkan penjelasan tersebut, bahwa rasio likuiditas yang tinggi dapat
menekan manajemen perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi
mengenai manajemen risiko yang lebih luas. Oleh karena itu, hipotesis penelitian
yang dapat diajukan yaitu :
H4 = Likuiditas berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela perusahaan.
2.4.5 Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Pengungkapan Sukarela
Perusahaan
Kepemilikan publik memiliki indikasi terhadap pengungkapan sukarela
perusahaan. Kepemilikan publik memberikan tekanan terhadap manajemen
perusahaan agar dapat melakukan pengungkapan informasi yang luas terutama
dalam hal risiko. Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan publik terhadap
pengungkapan risiko sebelumnya dilakukan oleh Ruwita dan Harto (2013)
menemukan bahwa tidak adanya pengaruh yang signifikan dari kepemilikan
publik terhadap pengungkapan risiko perusahaan. Sedangkan penelitian,
Sulistyaningsih dan Gunawan (2016) menemukan kepemilikan publik
berpengaruh positif terhadap Risk management disclosure. Semakin banyaknya
saham yang dimiliki oleh publik maka semakin banyak pihak yang membutuhkan
informasi risiko yang dihadapi perusahaan. Kondisi tersebut akan diikuti dengan
tekanan yang semakin besar untuk mengungkapkan informasi risiko yang
dihadapi perusahaan (Ruwita dan Harto, 2013). Berdasarkan penjelasan tersebut,
hipotesis yang dapat diajukan yaitu:
H5 = Kepemilikan publik berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela
perusahaan.

35
Hipotesis penelitian dalam penelitian ini dapat diringkas sebagai berikut :
Tabel 2.3
Hipotesis Penelitian
Hipotesis
H1 High Profile Industry memiliki pengaruh positif terhadap
pengungkapan sukarela perusahaan
H2 Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela
perusahaan
H3 Leverage berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela
perusahaan
H4 Likuiditas berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela
perusahaan
H5 Kepemilikan Publik berpengaruh positif terhadap pengungkapan
sukarela perusahaan

36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai
karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini yaitu pada perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 - 2016.
Sampel menurut (Indriantoro dan Supomo, 2014) adalah sebagian anggota dari
populasi yang dipilih menggunakan proses tertentu sehingga dapat mewakili
populasi. Penetapan sampel dalam penelitian ini menggunakan jenis metode
purposive sampling. Teknik sampling ini di dalam pengambilan sampelnya,
peneliti menentukan kriteria dari populasi. Jenis metode pemilihan berdasarkan
pertimbangan dan kuota (Indriantoro dan Supomo, 2014). Adapun kriteriannya
yaitu :
1. Perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI minimal sejak tahun 2011.
2. Perusahaan non keuangan yang mempublikasikan annual report secara
lengkap selama enam tahun berturut-turut (periode tahun 2011-2016) yang
dinyatakan dalam Rupiah (Rp).
3. Perusahaan tidak memiliki saldo laba yang negatif atau menderita kerugian
selama periode penelitian.

37
4. Perusahaan yang memiliki data-data yang dibutuhkan dalam penelitian secara
lengkap.
3.2 Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data penelitian
bersumber dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website resmi perusahaan :
www.idx.co.id. Data tersebut diperoleh dari annual report pada seluruh
perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
tahun 2011-2016. Laporan tahunan perusahaan keuangan tidak digunakan dalam
penelitian ini. Hal ini karena perusahaan keuangan memiliki karakteristik
pelaporan keuangan yang berbeda dengan perusahaan non keuangan (Khalid,
2006). Perusahaan keuangan memiliki ketentuan yang lebih ketat terkait
pengungkapan sukarela daripada perusahaan non keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan data kuantitatif, yaitu
data yang berbentuk angka. Data yang dianalisis merupakan laporan keuangan
yang telah diaudit.
3.3 Metode Penelitian
Model penelitian menggambarkan pengaruh dari variabel independen peneltian
terhadap variabel dependen penelitian. Model penelitian dalam penelitian ini
digambarkan oleh skema penelitian sebagai berikut :

38
Pengungkapan
Sukarela Perusahaan
Gambar 3.1
Model Penelitian
Variabel high profle industry, tingkat profitabilitas, tingkat leverage, tingkat
likuiditas, dan struktur kepemilikan publik berpengaruh terhadap pengungkapan
sukarela perusahaan yang diukur oleh Indeks Voluntary Disclosure (IVD).
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Menurut Indriantoro dan Supomo (2014) definisi operasional adalah penentuan
construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Variabel penelitian dalam
penelitian ini terdiri dari 1 variabel dependen (terikat) dan 5 variabel independen
(bebas). Berikut model penelitian untuk menggambarkan variabel dependen dan
variabel independen penelitian :
Struktur Kepemilikan Publik
Tingkat Profitabilitas
Tingkat Leverage
High Profle Industry
Variabel Dependen
Variabel Independen
Tingkat Likuiditas

39
3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen atau adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2014). Variabel dependen dalam
penelitian ini yaitu pengungkapan sukarela perusahaan yang dilambangkan dalam
model penelitian dengan (VD). Pengukuran variabel dependen ini dengan
menggunakan jumlah pengungkapan sukarela yang disajikan dalam laporan
tahunan perusahaan. Pengungkapan sukarela perusahaan dihitung dengan
menggunakan indeks Voluntary Disclosure (VD) Framework yang dikeluarkan
oleh COSO dengan 108 item yang terbagi menjadi 8 dimensi, yaitu:
lingkungan internal, penetapan tujuan, identifikasi kejadian, penilaian risiko,
respon atas risiko, kegiatan pengawasan informasi dan komunikasi, dan
pemantauan (Desender, 2007). Item yang diungkapkan diberi skor 1, dan apabila
tidak diuangkapkan diberi skor 0 kemudian dihitung berdasarkan indeks.Formula
yang digunakan untuk menghitung indeks Voluntary Disclosure (VD) yaitu :
𝐼𝑉𝐷 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
108
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi
variabel lain (Indriantoro dan Supomo, 2014). Variabel independen dalam
penelitian ini terdiri dari :
3.4.2.1 High Profile Industry
Perusahaan yang termasuk dalam high profile industry adalah perusahaan yang
memiliki tingkat sensivitas yang tinggi pada lingkungan, risiko politik atau tingkat

40
persaingan yang ketat (Annisa dan Kurniasih, 2012). Pada umumnya
pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan high-profile cenderung lebih luas
daripada pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan low- profile. Salah satu
hal yang menjadi alasannya adalah perusahaan high-profile memiliki consumer
visibility atau sorotan dari masyarakat luas yang lebih tinggi daripada perusahaan
low-profile, sehingga informasi yang diungkapkan oleh perusahaan pada tipe
industri ini pada umumnya lebih lengkap.
Pengukuran high profile industry menggunakan variable dummy. Perusahaan
yang masuk kedalam kelompok high profile industry antara lain perusahaan yang
bergerak dibidang minyak dan pertambangan, kimia, perhutanan, kertas, otomotif,
penerbangan, manufaktur, agribisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan
minuman, media dan komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan,
transportasi dan pariwisata (Zuhroh dan Sukmawati, 2003). Jika perusahaan high
profile industry mengungkapkan resiko perusahaan dalam laporan keuangan
perusahaannya diberikan nilai 1 (satu), sedangkan jika perusahaan high profile
industry tidak mengungkapkan resiko perusahaan dalam laporan keuangan
perusahaannya diberikan nilai 0 (nol).
3.4.2.2 Tingkat Profitabilitas
Profitabilitas diukur menggunakan rasio NPM (Net Profit Margin), hal ini
dikarenakan hubungan antara laba bersih dan penjualan bersih menunjukkan
kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaan dengan keberhasilan
untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik
yang telah menyediakan modalnya untuk suatu risiko. Net profit margin

41
digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
bersih pada tiap tingkat penjualan tertentu yang dilakukan (Ruwita dan Harto,
2013). Tingkat profitabilitas dirumuskan sebagai berikut :
𝑁𝑃𝑀 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
3.4.2.3 Tingkat Leverage
Dalam model penelitian, leverage dilambangkan dengan DAR (Debt to Asset
Ratio). Leverage merupakan rasio yang menyatakan hubungan antara hutang
dengan total modal sendiri atau aktiva perusahaan (Sulistyaningsih dan Gunawan,
2016). Debt Asset Ratio digunakan untuk proksi pengukuran leverage dikarenakan
nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan risiko bagi kreditor dalam hal
ketidakmampuan perusahaan dalam melunasi hutang perusahaan. Penelitian ini
menggunakan hasil perhitungan atau angka yang dihasilkan oleh rumus total
kewajiban dibandingkan dengan total aset perusahaan, informasi dari rumus
tersebut terdapat pada laporan neraca perusahaan yang terdapat dalam laporan
keuangan perusahaan. Formula yang digunakan yaitu :
𝐷𝐴𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
3.4.2.4 Tingkat Likuiditas
Tingkat likuiditas merupakan tolak ukur kemajuan perusahaan berdasarkan
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Proksi
tingkat likuiditas yang terdapat pada model penelitian yaitu CR (Current Ratio).

42
Ruwita dan Harto (2013) menyatakan bahwa Current Ratio digunakan untuk
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendek
dengan menggunakan aset lancar perusahaan. Penelitian ini menggunakan hasil
perhitungan atau angka yang dihasilkan oleh rumus aset lancar dibandingkan
dengan liabilitas lancar perusahaan, informasi dari rumus tersebut terdapat pada
laporan neraca perusahaan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan.
Formula dari Current Ratio (CR) yaitu :
𝐶𝑅 =𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
3.4.2.5 Struktur Kepemilikan Publik
Dalam model penelitian, proksi kepemilikan publik dilambangkan dengan KPB
(kepemilikan publik). Kepemilikan publik diukur berdasarkan jumlah saham
publik dibandingkan dengan total saham yang beredar. Informasi terkait
kepemilikan publik disajikan sebagai informasi corporate governance dalam
annual report. Semakin banyaknya saham yang dimiliki oleh publik maka
semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi risiko yang dihadapi
perusahaan. Kondisi tersebut akan diikuti dengan tekanan yang semakin besar
untuk mengungkapkan informasi risiko yang dihadapi perusahaan (Ruwita dan
Harto, 2013).
𝐾𝑃𝐵 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑃𝑢𝑏𝑙𝑖𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

43
3.5 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode dokumentasi, yaitu data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen,
website, jurnal-jurnal, artikel, tulisan ilmiah dan catatan di media masa. Data-data
diperoleh dari laporan keuangan melalui situs resmi yang dimiliki oleh BEI yaitu
www.idx.co.id.
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif
dan analisis regresi berganda. Dalam penelitian ini analisis data yang diperoleh
akan diolah menggunakan bantuan program aplikasi SPSS 20.
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2011), statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai
suatu data variabel dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis, serta skewness (kemencengan distribusi). Analisis
ini bertujuan untuk mengetahui gambaran atau penyebaran data sampel atau
populasi.
Analisis statistik deskriptif dipilih berdasarkan skala pengukurannya. Untuk data
berskala nominal dan interval, teknik analisis data deskriptif yang bisa digunakan
hanya modus, sementara data berskala interval dan rasio bisa dilakukan semua
teknik analisis data deskriptif. Variabel-variabel yang digunakan adalah
pengungkapan sukarela perusahaan sebagai variabel dependent dan high profile

44
industry, tingkat profitabilitas, tingkat leverage, tingkat likuiditas, dan struktur
kepemilikan publik sebagai variabel independen.
3.5.2 Analisis Regresi Berganda
Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis
adalah metode regresi berganda. Metode regresi berganda yaitu metode statistik
untuk menguji pengaruh antara beberapa variabel bebas terhadap satu variabel
terikat. Model yang digunakan dalam regresi berganda bertujuan untuk menguji
pengaruh high profile industry, tingkat profitabilitas, tingkat leverage, tingkat
likuiditas, dan struktur kepemilikan publik terhadap pengungkapan sukarela
perusahaan dalam penelitian ini adalah :
IVD = α0 + β1 HPI+ β2 NPM + β3 DAR + β4 CR + β5 KPB + ε …………………………… (i)
Keterangan :
IVD : pengungkapan sukarela perusahaan;
HPI : High Profile Industry ;
NPM : profitabilitas;
DAR : leverage;
CR : likuiditas;
KPB : kepemilikan publik;
α0 : konstanta;
β1... β7 : koefisien regresi;
ε : error term.
3.5.3 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah analisis yang dilakukan untuk memberikan penilaian atau
kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam
estimasi, tidak bias, dan konsisten. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam
penelitian meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolonieritas, dan uji
heteroskedasitas, diuraikan sebagai berikut:

45
3.5.3.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji
t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal
(Ghozali, 2013).
Menurut Ghozali (2013), uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak dalam model
regresi. Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan pula melalui analisis
statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui normalitas residual adalah
dengan mengamati penyebaran data pada sumbu diagonal suatu grafik P-P plot.
Menurut Ghozali (2013) ketentuannya adalah sebagai berikut:
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis
diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3.5.3.2 Uji Multikolonieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen sehingga bebas dari multikolinieritas. Ada atau tidaknya
multikolinieritas dapat diketahui dengan melihat nilai tolerance atau Variance
Inflation Factor (VIF).

46
Jika dalam model regresi terdapat multikolinieritas atau nilai tolerance ≤ 0,10 atau
VIF ≥ 10 maka terjadi multikolonieritas atau variabel bebas harus dikeluarkan dari
persamaan supaya hasil yang diperoleh tidak bias. Namun, apabila model regresi
mempunyai nilai tolerance ≥ 0,10 atau VIF ≤ 10 maka menunjukkan bebas
multikolonieritas (Ghozali, 2013).
3.5.3.3 Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah di dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, sedangkan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Dalam model regresi harus dipenuhi syarat
tidak adanya heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan
mengamati grafik scatter pada output SPSS, dimana menurut Ghozali (2013)
ketentuannya adalah sebagai berikut :
1. Jika titik-titiknya membentuk pola tertentu teratur maka diindikasikan terdapat
masalah heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas.

47
3.5.3.4 Uji Autokorelasi
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi yaitu dengan menggunakan uji run
test. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa
residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data
residual terjadi secara random atau tidak sistematis (Ghozali, 2013).
Pengambilan keputusan dalam uji run test:
1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil < dari 0,10 maka terdapat gejela
autokorelasi.
2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar > dari 0,10 maka tidak terdapat
gejala autokorelasi.
3.5.4 Uji Hipotesis
3.5.4.1 Uji Koefisien Determinasi R2
Koefisien determinasi (R2) mengukur kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel bebas. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan
satu.Semakin kecil nilai R2, maka semakin terbatas kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependennya.
Penelitian ini menggunakan Adjusted R Square (Adj R2) karena terdapat lebih dari
satu variabel independen dan apabila hanya ada satu variabel independen maka
menggunakan R Square (R2) dalam menjelaskan pengaruh variabel
independennya (Ghozali, 2013).
3.5.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
F-test juga digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara

48
bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2013). Uji
Statistik F dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada output hasil
regresi menggunakan SPSS dengan signifikansi level 0.10 (α= 10%).
F-test (Uji-F) memiliki kriteria pengujian sebagai berikut:
a. Ha ditolak yaitu apabila value > 0,10 atau bila nilai signifikansi lebih dari nilai
α = 0,10 berarti model regresi dalam penelitian ini tidak layak (fit) untuk
digunakan dalam penelitian.
b. Ha diterima yaitu apabila value < 0,10 atau bila nilai signifikansi kurang dari
atau sama dengan nilai α = 0,10 berarti model regresi dalam penelitian ini
layak (fit) untuk digunakan dalam penelitian.
3.5.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara parsial
(uji t). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara terpisah atau parsial
variabel independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Uji t digunakan untuk menguji pengaruh
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian
yang digunakan sebagai berikut :
1. Ho diterima apabila memenuhi syarat thitung < ttabel, artinya variabel bebas
secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
2. Ho ditolak apabila memenuhi syarat thitung > ttabel, artinya variabel bebas secara
individu berpengaruh terhadap variabel terikat.

73
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh high profile industry,
profitabilitas, leverage, likuiditas, dan struktur kepemilikan publik terhadap
pengungkapan sukarela perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. High Profile Industry (HPI) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan sukarela perusahaan (IVD). Dengan demikian hipotesis
pertama diterima (H1 diterima).
2. Profitabilitas yang diproksikan dengan Net Profit Margin (NPM) berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap pengungkapan sukarela perusahaan
(IVD). Dengan demikian hipotesis kedua ditolak (H2 ditolak).
3. Leverage yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) mempunyai
pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap pengungkapan sukarela
perusahaan (IVD). Dengan demikian, hipotesis ketiga ditolak (H3 ditolak).

74
4. Likuiditas yang dihitung menggunakan Current Ratio (CR) mempunyai
pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap pengungkapan sukarela
perusahaan (IVD). Dengan demikian, hipotesis keempat ditolak (H4 ditolak).
5. Kepemilikan Publik (KPB) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan sukarela perusahaan (IVD). Dengan demikian hipotesis kelima
diterima (H5 diterima).
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang terdapatdalampenelitianiniadalahsebagaiberikut :
1. Penelitian ini hanya menggunakan variabel high profile industry,
profitabilitas, leverage, likuiditas, dan kepemilikan saham publik. Variabel-
variabel lainnya yang mungkin berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela
perusahaan tidak diuji dalam penelitian ini.
2. Dalam penelitian ini informasi mengenai item pengungkapan sukarela dalam
Indeks Voluntary Disclosure (IVD) yang diperoleh melalui data annual report
perusahaan belum mencerminkan kondisi sebenarnya, hal ini dikarenakan
tidak semua item pengungkapan sukarela diungkapkan secara jelas sehingga
hasil perhitungan indeks VD dalam penelitian ini masih terbatas.
Kemungkinan adanya faktor subjektifitas yang berbeda tiap peneliti dalam
penelitian ini juga berpengaruh dalam perhitungan Indeks Voluntary
Disclosure (IVD).

75
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka peneliti mengemukakan beberapa
saran, antara lain:
1. Indikator-indikator statistika nonkeuangan penting (key non-financial statistics)
dari pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan dalam
penelitian ini dapat dipertimbangkan untuk dapat dimasukkan menjadi
pengungkapan wajib dalam laporan tahunan perusahaan karena dapat
digunakan sebagai alat pengawasan kinerja manajemen dalam rangka untuk
menurunkan asimetri informasi sehingga kepentingan stakeholder dapat
terpenuhi dan kelangsungan usaha perusahaan dapat tetap terjaga.
2. Pada penelitian ini telah terbukti luas pengungkapan sukarela 88,92 %
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model
sehingga untuk penelitian selanjutnya disarankan agar faktor-faktor lain seperti
tipe kepemilikan perusahaan, umur perusahaan, basis perusahaan, penerbitan
sekuritas pada tahun berikutnya dimasukkan ke dalam model dan untuk
memperoleh penelitian yang lebih baik sebaiknya penelitian berikutnya
memperbanyak sampel penelitian sehingga dapat memberikan akurasi yang lebih
baik dan juga memperluas periode penelitian yang akan diteliti.

76
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, Nurseto dan S. Mutmainah, 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan
terhadap Luas Pengungkapan Sukarela dan Implikasinya terhadap Asimetri
Informasi. Jurnal Akuntansi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Agustina, Linda. 2008. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas
Pengungkapan Informasi Keuangan pada Website Perusahaan. Jurnal
Akuntansi & Auditing, Vol. 2, (2), pp : 12.
Aljifri, K., & Hussainey. 2007. The Deteminants of Forward-Looking Information
in Annual Report of AUE Companies. Managerial Auditing Journal. Vol.
22, (9), pp : 881-889.
Allegrini, Marco dan Giulio Greco. 2011. Corporate boards, audit committees and
voluntary disclosure: evidence from Italian Listed Companies. Journal of
Management & Governance. Vol :17, (1), pp: 187-216.
Almilia, Luciana S. dan Ikka Retrinasari. 2007. Analisis Pengaruh Karakteristik
Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Proceeding Seminar
Nasional Inovasi dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis FE
Universitas Trisakti. Jakarta, 9 Juni, 2007.
Amalia, Dessy. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan
Sukarela (Voluntary Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan yang
Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Pemerintah. Vol. 1 (2). 46-
47.
Amran, Azlan dan A. M. Rosli bin B. C. H. Modh Hassan. 2009. Risk Reporting :
An Exploratory Study on Risk Management Disclosure in Malaysia Annual
Reports. Managerial Auditing Journal, Vol. 24, (1), pp : 39-57.
Andi, Kartika. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan yang termasuk kategori
LQ45 yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Dalam Kajian Akuntansi.
Vol. 1, (1), pp : 29-47.

77
Annisa, N. A., dan L. Kurniasih. 2012. Pengaruh Corporate Governance terhadap
Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi & Auditing, Vol. 8, (2), pp : 95-189.
Benardi, Meliana K, Sutrisno, dan prihat Assih. 2009. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Luas Pengungkapan dan Implikasinya terhadap Asimetri
Informasi (Studi Pada PerusahaanPerusahaan Sektor Manufaktur Yang Go
public di BEI). Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang 4-6
November 2009.
Brammer, S., dan Pavelin, S. 2008. Factors influencing the quality of corporate
environmental disclosure. Business Strategy and the Environment. Vol. 17
(2), pp : 120-36.
Choi , Frederick D.S., & Meek Gary K. 2011. International Accounting (6th ed.).
New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Cooke, T.E. 1992. The impact of size, stock market listing and industry type on
disclosure in the annual reports of Japanese listed corporations. Accounting
& Business Research. Vol. 22 (87), pp : 229-37.
Damayanti, Diah Laras dan Maswar Patuh Priyadi. 2016. Pengaruh Karakteristik
Perusahaan pada Luas Pengungkapan Sukarela dan Implikasinya terhadap
Asimetri Informasi. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol. 5, (2). pp : 1-11.
Desender, K. 2007. On The Determinants of Enterprise Risk Management
Implementation. Information Resources Management Associstion Annual
Meeting Paper.
Dirgantari, Novi. 2002. Analisis terhadap Perbedaan Ekstensifikasi Praktek Social
Disclosure pada Perusahaan-Perusahaan Emiten Di Bursa Efek Jakarta
Berdasarkan Tipe Industri dan Ukuran Perusahaan. Masters Thesis. Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Fidhayatin, Septi Kurnia. 2012. Analisis Nilai Perusahaan, Kinerja Perusahaan,
dan Kesempatan Bertumbuh Perusahaan Terhadap Return Saham. The
Indonesian Accounting Review. Vol 2, (2), pp : 203-204.
Fitriani, 2001. Signifikansi Perbedaan Tingkat Pengungkapan Wajib dan Sukarela
pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IV. Bandung.
Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS
21. Edisi 7. Semarang : Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanafiah, Rafiudin. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Jenis Industri, Tingkat
Leverage, dan Profitabilitas terhadap Pengungkapan Risiko. Jurnal Ekonomi
: Fakultas Ekonomi UNTAG Cirebon. Vol. 2, (2), pp : 10.

78
Hargyantoro, Febrian. 2010. Pengaruh Internet Financial Reporting dan Tingkat
Pengungkapan Informasi Website terhadap Frekuensi Perdagangan Saham
Perusahaan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Haryono, Slamet. 2005. Struktur Kepemilikkan dalam Bingkai Teori Keagenan.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 5, (1), Pp : 63-71.
Hilmi, Utara dan Syaiful Ali. 2008. Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada
Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ Periode 2004-2006). Jurnal
Akuntansi Keuangan.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis,
Edisi Pertama, Cetakan Keenam. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Khalid, Alsaeed. 2006. The association between firm‐specific characteristics and
disclosure: The case of Saudi Arabia. Managerial Auditing Journal. Vol. 21
(5), pp : 476-496.
Kumalasari, Magda, dkk. 2014. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Luas
Pengungkapan Manajemen Risiko. Acounting Analysis Journal. Vol. 3, (1).
Lopes, P. T. and L. L. Rodrigues. 2007. Accounting for Financial Instruments: An
Analysis of the Determinants of Disclosure in the Portuguese Stock
Exchange. The International Journal of Accounting, Vol. 42, (1), pp: 25-56.
Marisa, Cynthia. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Risk
Management Disclosure. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Martin, Collins G., Teerooven Soobaroyen, and Martin J. Broad. 2017.
Governance Structures, Voluntary Disclosures and Public Accountability:
The Case of UK Higher Education Institutions. Accounting, auditing &
accountability journal. Vol 30, (1), pp : 65-118. ISSN 0951-3574.
Marwata. 2001. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas
Ungkapan Sukarela dalam Laporan Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Meizaroh, dan Jurica Lucyanda. 2011. Pengaruh Corporate Governance dan
Konsentrasi Kepemilikan Pada Pengungkapan Enterprise Risk Management.
Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi XIV. Aceh.
Melani, Ulfi Ana, dan Muh Al- Amin. 2016. Pengaruh Kepemilikan Manajemen,
Jenis Industri, Diversifikasi Produk, Profitabilitas, dan Umur Perusahaan
terhadap Pengungkapan Manajemen Risiko pada Industri Perbankan dan
Manufaktur. Journal of Finansial Economics : Universitas Muhammadiyah
Magelang, Vol. 6, (1), pp : 1.

79
Miller, James C. and Rosalind H. Whiting. 2008. Voluntary Disclosure of
Intellectual Capital and The Hidden Value. Journal of Human Resource
Costing & Accounting. Vol. 12 (1), pp : 26 - 50.
Mubarok, Muhammad Andi dan Abdul Rohman. 2013. Pengaruh Karakteristik
Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Pengungkapan Risiko dalam Laporan Keuangan Interim. Jurnal Universitas
Diponegoro. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Vol.
2, (2), pp : 1-15.
Mujiyono dan Magdalena Nany. 2010. Pengaruh Leverage, Saham Publik, Size
dan Komite Audit terhadap Luas Pengungkapan Sukarela. Jurnal Dinamika
Akuntansi. Vol. 2(2), pp : 129-134.
Muthohirin, Nafi dan Islahuddin. 2012. Kolaborasi Mengantisipasi Risiko.
Seputar Indonesia, 16 Agustus 2012. Diakses 4 Desember 2017.
Nugraheni, Bernadetta Diana. 2012. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap
Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan. Jurnal Ekonomi dan
Keuangan. Vol 16, (3) , pp : 352- 367.
Nugroho, Agus Sumarnadi. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap
Tingkat Keluasan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Sektor Industri
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi. Vol. 1, (12).
Oliveira, Jonas, Lucia Lima Rodrigas dan Rusell Craig. 2011. “Risk-related
disclosure by non-finance companies”. Managerial Auditing Journal. Vol.
26, (9), pp : 817-839.
Pancawati, Hardiningsih. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Voluntary Disclosure Laporan Tahunan Perusahaan. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE). Vol. 15, (1),pp : 67-69.
Purwanto, Eko dan Ira Wikartika, 2014. Analisis Voluntary Disclosure
Perusahaan Telekomunikasi di BEI. Jurnal Neo-Bis.Vol. 8, (2).
Rahiim, Defriandio. 2013. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan
Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Laporan Keuangan
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Pada Tahun 2009-2011). Skripsi. Jakarta : Universitas Negeri
Islam Syarif Hidayatullah.
Ruwita, Cahya dan Puji Harto. 2013. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan
dan Corporate Governance terhadap Pengungkapan Resiko Perusahaan.
Jurnal Universitas Dipenogoro. Vol. 2, (2). Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro.

80
Sartawi, Mustafa, Riyad M. Hindawi, Ruba Bsoul dan Alaeddin Jamil Ali. 2014.
Board Composition, Firm Characteristics, and Voluntary Disclosure: The
Case of Jordanian Firms Listed on the Amman Stock Exchange. Vol. 7, (6).
Simanjuntak, Binsar H. dan Lusy Widiastuti. 2004. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia. Vol. 7 (3), pp : 351-366.
Sudarmadji, A. M. dan Lana Sularto. 2007. Pengruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikkan Perusahaan Terhadap Luas
Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Proceeding Psikologi,
Ekonomi, Sastra, Arsitek dan Sipil Auditorium Kampus Gunadarma.
Jakarta 21-22 Agustus, 2007.
Sulistyaningsih dan Barbara Gunawan, 2016. Analisis Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Risk Management Disclosure. Riset Akuntansi dan Kauangan
Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Vol. 1, (1), pp : 1-11.
Syahrir, Resha Kusmono dan Susy Suhendra. 2010. The Effect Of Company
Characteristic To Disclosure Fittings Of Miscellaneous Industry Sector
Annual Reports Which Is Registered In IDX. Undergraduated Program,
Economy Faculty, Gunadarma University.
Taures, Nazila SI. 2011. Analisis Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan
dengan Pengungkapan Risiko. Skripsi. Program Sarjana Akuntansi, Jurusan
Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang.
Utomo, Yogi dan Chariri Anis. 2014. Determinan Pengungkapan Risiko pada
Perusahaan Non keuangan di Indonesia. Jurnal Universitas Diponegoro.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Vol. 3, (3), pp :1-
14.
Wardhana, Andi dan Cahyonowati. 2013. Pengaruh Karakteristik Perusahaan
terhadap Tingkat Pengungkapan Risiko. Jurnal Universitas Diponegoro..
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Vol. 2, (3), pp : 1-
14.
Wijayanti, Deshinta. 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Laporan
Pengungkapan Sukarela di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro.
Zuhroh, Diana dan I Putu Pande Heri Sukmawati. 2003. Analisis Pengaruh Luas
Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan terhadap Reaksi
Investor. Simposium Nasional Akuntansi IV, 2003.