pengaruh ibu hamil penderita anemia terhadap bayi berat badan lahir rendah

12
Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Di Daerah rawan pangan di Kab Lumajang Jawa Timur. A. Judul Program Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Di Daerah rawan pangan di Kab Lumajang Jawa Timur. B. Latar Belakang Masalah Melahirkan seorang bayi merupakan suatu anugerah bagi sebuah keluarga. Karena itu menunjukkan bahwa mereka dapat mendapatkan keturunan yang sangat diharapkan dalam sebuah keluarga dan yang mereka harapkan adalah melahirkan bayi yang sehat. Salah satu faktor melahirkan bayi yang sehat adalah dengan cara mengkonsumsi makanan yang bergizi yang dibutuhkan oleh tubuh pada ibu hamil untuk menjaga kehamilannya tersebut. Soetjiningsih (1995) mengatakan bahwa gizi ibu yang baik diperlukan agar pertumbuhan janin berjalan pesat dan tidak mengalami hambatan, dimulai dari sel telur yang dibuahi hingga menjadi janin didalam rahim. Karena tidak semua ibu hamil memperhatikan kebutuhan gizi yang diperlukan saat hamil karena kurangnya pengetahuan mereka tentang hal tersebut. Sehingga menyebabkan banyaknya angka kematian ibu hamil pada saat persalinan. Dimulai dari konsepsi hingga melahirkan, ibu dan anak merupakan satu kesatuan yang erat dan tak terpisahkan. Kesehatan ibu, fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungannya. Agar bayi yang sehat dapat dilahirkan dalam dengan selamat, satu-satunya jalan yang dapat ditempuh hanyalah melalui pemeliharaan kesehatan ibu. Pengalaman dari beberapa generasi menunjukkan bahwa kerawanan dan ketergantungan janin pada ibu mengarah pada adanya kebutuhan dan perawatan khusus selama kehamilan. Sejalan dengan kemajuan zaman, hasil kehamilan yang diharapkan tidak hanya bayi yang sekedar hidup, tetapi juga bayi yang sehat. Hal ini

Upload: hafidz-firmanda

Post on 09-Dec-2014

111 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah

Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Di Daerah rawan pangan di Kab Lumajang Jawa Timur.

A. Judul Program

Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) di Di Daerah rawan pangan di Kab Lumajang Jawa Timur.

B. Latar Belakang Masalah

Melahirkan seorang bayi merupakan suatu anugerah bagi sebuah keluarga. Karena

itu menunjukkan bahwa mereka dapat mendapatkan keturunan yang sangat

diharapkan dalam sebuah keluarga dan yang mereka harapkan adalah melahirkan

bayi yang sehat. Salah satu faktor melahirkan bayi yang sehat adalah dengan cara

mengkonsumsi makanan yang bergizi yang dibutuhkan oleh tubuh pada ibu hamil

untuk menjaga kehamilannya tersebut. Soetjiningsih (1995) mengatakan bahwa

gizi ibu yang baik diperlukan agar pertumbuhan janin berjalan pesat dan tidak

mengalami hambatan, dimulai dari sel telur yang dibuahi hingga menjadi janin

didalam rahim. Karena tidak semua ibu hamil memperhatikan kebutuhan gizi yang

diperlukan saat hamil karena kurangnya pengetahuan mereka tentang hal

tersebut. Sehingga menyebabkan banyaknya angka kematian ibu hamil pada saat

persalinan.

Dimulai dari konsepsi hingga melahirkan, ibu dan anak merupakan satu kesatuan

yang erat dan tak terpisahkan. Kesehatan ibu, fisik maupun mental, sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

kandungannya. Agar bayi yang sehat dapat dilahirkan dalam dengan selamat, satu-

satunya jalan yang dapat ditempuh hanyalah melalui pemeliharaan kesehatan ibu.

Pengalaman dari beberapa generasi menunjukkan bahwa kerawanan dan

ketergantungan janin pada ibu mengarah pada adanya kebutuhan dan perawatan

khusus selama kehamilan.

Sejalan dengan kemajuan zaman, hasil kehamilan yang diharapkan tidak hanya

bayi yang sekedar hidup, tetapi juga bayi yang sehat. Hal ini merupakan bukti

peninggalan tanggung jawab sosial dan moral masyarakat. Bahwa gizi yang baik

sangat berperan dalam proses yang efisien. Yang dapat dibuktikan dari hasil

Page 2: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah

pengamatan waktu musibah, dalam keadaan demikian tidak datangnya haid pada

wanita usia subur tidak jarang dijumpai. Dampak lain yang juga dapat di catat

adalah meningkatnya angka lahir mati, angka kematian lahir dini, serta

menurunnya berat lahir rata-rata (Aebi, H & R. G. Whitehead, 1980).

Kematian yang terjadi pada tahun pertama setelah kelahiran hidup disebut

kematian bayi. Kematian bayi dan anak sampai umur lima tahun relatif sangat

tinggi. Hal ini erat hubunganya dengan kemampuan orang tua dalam memberikan

pemeliharaan dan perawatan pada anak-anaknya. Karena faktor sosial ekonomi

berkaitan dengan kemampuan tersebut, maka kematian bayi dan anak sering kali

digunakan sebagai indikator taraf kesehatan dan taraf sosio ekonomi penduduk

(United Nation, 1973). Pengetahuan mereka mengenai makanan yang bergizi

hanya berpatokan pada karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin saja. Sedangkan

seperti zat besi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh pada saat persalinan jarang

mereka perhatikan. Sehingga berdampak pada banyaknya kurang darah pada saat

hamil dan berpengaruh pada bayi yang akan dilahirkannya.

Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang

nafsu makan, daya konsentrasi turun, sakit kepala, mudah terserang penyakit,

mata berkunang-kunang. Selain itu wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir dan

kuku penderita sangat pucat (Soetjiningsih, 1997). Kalau anemia sangat berat,

dapat berakibat penderita sesak nafas bahkan lemah jantung.

Selain kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan gizi kurang yang menyebabkan

ibu hamil menderita anemia, juga disebabkan oleh status sosial ekonomi keluarga

yang minim. Dimana seorang ibu hamil sangat membutuhkan suatu asupan gizi

yang sangat banyak. Tetapi dengan keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan,

maka ibu tersebut kurang mendapatkan gizi yang seharusnya sangat diperlukan

untuk pertumbuhan janin, atau bisa juga mengakibatkan kematian pada ibu

tersebut pada saat persalinan. Setyowati (2003) menyatakan bahwa berbagai

gangguan akan dialami wanita hamil dan janinnya, jika Si ibu menderita anemia.

Pengaruh kurang baik ini berlangsung selama kehamilan, saat persalinan atau

selama memasuki masa nifas dan masa laktasi serta waktu selanjutnya.

Ibu hamil dengan penderita anemia kemungkinan akan melahirkan bayi dengan

berat bayi lahir rendah (BBLR) atau bisa jadi salah satu penyebab kematian ibu

hamil di karenakan adanya pendarahan pada saat persalinan. Ariawan (2001)

menuturkan bahwa anemia gizi pada kehamilan adalah kondisi ketika kadar

hemoglobin lebih rendah dari pada normal karena kekurangan satu atau lebih

nutrisi esensial.

Page 3: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah

Perbaikan gizi dan kesehatan pada ibu-ibu penderita sudah banyak dilakukan di

Negara maju. Hal ini dapat terlihat dalam bertambahnya tinggi badan (TB) dan

berat badan (BB) ibu hamil. Dibandingkan dengan di Negara berkembang, yang

mana perbaikan gizi dan kesehatan yang dilakukan masih minim sekali, keadaan

tersebut dapat mempengaruhi berat lahir yang berbeda secara bermakna.

NO BBLR Negara Maju (%) Negara Berkembang (%)

1 prematur 3,3 6,7

2 KMK /dismatur 2,6 17,0

Sumber : Villar 1982, dikutip dari Gould JB 1986.

Dengan demikian diperlukan suatu tinjauan tentang banyaknya ibu hamil yang

menderita anemia yang mana dapat berpengaruh terhadap banyaknya angka

kelahiran berat bayi lahir rendah. Sehingga dapat mempermudah dalam pemberian

perbaikan gizi dan kesehatan pada ibu hamil, khususnya bagi penderita anemia.

Sehingga akan dapat mengurangi banyaknya angka kematian yang terjadi, baik

pada ibu yang melahirkan atau pada bayi yang di lahirkan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu :

1. Berapa rata-rata ibu hamil penderita anemia dan bayi berat badan lahir rendah

di rumah sakit daerah Lumajang ?

2. Adakah pengaruh ibu hamil penderita anemia terhadap bayi berat badan lahir

rendah ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui rata-rata ibu hamil penderita anemia dan bayi berat badan lahir

rendah di rumah sakit daerah Lumajanag

2. Mengetahui adanya pengaruh ibu hamil penderita anemia terhadap bayi berat

badan lahir rendah

E. Luaran yang di Harapkan

1. Ingin menghasilkan sebuah data tentang ibu hamil penderita anemia dan bayi

berat badan lahir rendah di rumah sakit daerah Lumajang.

2. Ingin menghasilkan sebuah artikel tentang pengaruh ibu hamil penderita anemia

Page 4: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah

terhadap bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Dr. Haryoto

Lumajang

F. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah :

1. RS Daerah Lumajang

Sebagai bahan informasi terhadap pelayanan kesehatan, khususnya kepada ibu

hamil yang menderita anemia, dalam hal pemberian tablet penambah zat besi.

2. Dinas Kesehatan

Sebagai bahan informasi dinas terkait untuk melakukan suatu penyuluhan

kesehatan pada ibu-ibu hamil, sehingga tidak meningkatkan angka kematian pada

ibu hamil dan bayi yang akan dilahirkannya.

3. Masyarakat umum

sebagai suatu sarana untuk menambah pengetahuan tentang kesehatan, sehingga

dapat menambah asupan gizi yang dibutuhkan pada saat kehamilan.

G. TINJAUAN PUSTAKA

1. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan

penelitian selanjutnya, meskipun ada beberapa perbedaan pada obyek dan

variabel yang diteliti.

Menurut WHO (1968), kejadian anemia hamil berkisar antara 20 persen sampai

dengan 89 persen, dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. Sehingga

angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi.

Muhilai Djumadias A. N, (1979), juga mengemukakan bahwa sekitar 70 persen ibu

hamil di Indonesia menderita anemia kekurangan gizi. Pada pengamatannya lebih

lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat

Indonesia adalah karena kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian

zat besi secara teratur dan peningkatan gizi. Selain itu di daerah pedesaan banyak

di jumpai ibu hamil yang malnutrisi atau kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan

dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial

ekonomi yang rendah, serta banyaknya kehamilan dibawah usia 18 tahun atau

kehamilan diatas usia 35 tahun ().

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dalam penelitiannya Iskandar

(1998), mengemukakan, bahwa persentase ibu hamil yang menderita anemia

Page 5: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah

sudah mengalami penurunan, yaitu dari 73,7 persen pada tahun 1986 menjadi 51,3

persen pada tahun 1995. namun dengan adanya krisis, diramalkan tingkat anemia

ibu hamil akan meningkat pada tahun 1999 sampai dengan tahun-tahun berikutnya

apabila tidak dilakukan adanya peningkatan gizi. Disamping itu, dalam

penelitiannya yang lain yang dilakukan di jawa barat menunjukkan bahwa

persentase tersebut akan terus meningkat karena banyaknya sistem penanganan

kegawat daruratan di rumah sakit malah sering memeperburuk situasi. Sistem

penanganan kegawat daruratan yang dimaksud adalah dalam persediaan tablet zat

besi serta kurang lancarnya komunikasi antara petugas dengan pasien.

.

2. Landasan Teori

a. Anemia pada Kehamilan

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi dan asam folat

dalam makanan ibu. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional, karena

dapat mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, serta

mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia

pada ibu hamil biasanya disebut dengan “potential denger to mother and child”

yaitu suatu potensial yang membahayakan ibu dan anak. Pada umumnya anemia

pada ibu hamil disebabkan oleh berkurangnya cadangan zat besi yang sangat

pesat dikarenakan kebutuhan janin akan zat besi sangat besar, juga karena

bertambahnya volume darah pada plasma darah sehingga menurunkan Hb pada

sel darah merah (Anonymous, 1984).

Menurut Kartaji, Sri, Kusin, I.A (1981) mengemukakan bahwa makanan yang

banyak mengandung zat besi adalah sayuran berdaun hijau, sedangkan ikan dan

buah-buahan dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Sedangkan untuk

penambahan asam folat banyak terdapat pada makanan pokok dan umbi-umbian.

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari pada laki-laki karena terjadi

menstruasi dengan pendarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan

kehilangan zat besi sebesar 30 sampai dengan 40 mgr. Disamping itu kehamilan

memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan sel darah merah dan

membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita

mengalami kehamilan dan melahirkan maka akan semakin banyak kehilangan zat

besi dan menjadi semakin anemis. Sebagai gambaran berapa banyak zat besi pada

setiap kehamilan, dibawah ini terdapat berbagai kebutuhan dari zat besi yang

Page 6: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah

diperlukan.

Meningkatkan sel darah merah : 500 mgr

Terdapat dalam plasenta : 300 mgr

Terdapat dalam janin : 100 mgr

Jumlah : 900 mgr

Setelah persalinan dengan lahirnya dan perdarahan, ibu akan kehilangan zat besi

sekitar 900 mgr. Saat laktasi ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang

optimal sehingga dapat menyiapkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan

bayi. Dalam keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan

baik. Sehingga banyak didapat adanya ibu yang meninggal atau bayi yang

meninggal (INACG, 1979).

Terjadinya anemia gizi pada ibu hamil dapat berawal dari seorang ibu yang

dilahirkan oleh ibu penderita anemia gizi, yang selama masa pertumbuhan hingga

kehamilannya tidak mendapat sumber zat gizi yang cukup, maupun pelayanan

kesehatan yang mungkin diperlukannya, sehingga dia selalu menderita anemia

gizi. Alasan lain adalah adanya kehamilan yang berulang-ulang dan dalam selang

waktu yang relatif singkat, sehingga cadangan zat besi ibu seakan –akan dikuras

guna memenuhi kebutuhan janin atau akibat perdarahan pada waktu bersalin.

Keadaan terakhir tersebut akan semakin parah apabila masih ditambah dengan

adanya pantangan terhadap beberapa jenis makanan, terutama yang kaya akan

zat besi selama kehamilan (WHO, 1968).

b. Pengaruh Anemia pada Kehamilan dan Janin

Pengaruh Anemia pada Kehamilan

a) Bahaya selama kehamilan

1. Dapat terjadi abortus

2. Persalinan prematuritas

3. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

4. Ketuban pecah dini (KPD)

5. Mudah terjadi infeksi dan sepsispuer peralis

6. Lemah dan anoreksia

7. Pendarahan

8. Pre eklamsi dan eklamsi

b) Bahaya saat persalinan

1. Gangguan his- kekuatan mengejang

Page 7: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah

2. Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar

3. Kala kedua berlangsung lama hingga dapat melelahkan dan sering memerlukan

tindakan operasi kebidanan

4. Kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum karena

atonea uteri

5. Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri

Pengaruh Anemia tehadap Janin

Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya,

tetapi dengan adanya anemia maka akan mengurangi kemampuan metabolisme

tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Akibat adanya anemia pada ibu, maka dapat terjadi gangguan pada janin dalam

bentuk:

a) Abortus

b) Terjadi kematian intrauterine

c) Persalinan prematuritas tinggi

d) Berat badan lahir rendah

e) Kelahiran dengan anemia

f) Dapat terjadi cacat bawaan

g) Bayi mudah terserang infeksi sampai kematian perinatal

h) Intelegensi rendah (cacat otak)

i) Kematian neonatal

j) Asfiksia intra partum

(Manuaba, 1998)

c. Nutrisi Ibu Hamil dan Pertumbuhan Janin

Pertumbuhan janin didalam kandungan merupakan hasil interaksi antara potensi

genetik dan lingkungan intrauterine. Pada semua mamalia, perubahan anatomi dan

fisiologi yang terjadi pada tubuh ibu selama kehamilan bertujuan untuk

menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pertumbuhan janin.

Pada umumnya, pada ibu – ibu yang hamil dengan kondisi kesehatan yang baik,

dengan reproduksi yang normal, tidak sering menderita sakit, dan tidak ada

gangguan gizi pada masa pra- hamil maupun pada saat hamil, akan menghasilkan

bayi yang lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu – ibu yang kondisinya tidak

seperti yang disebutkan diatas. Kurang gizi yang kronis pada masa kanak – kanak

dengan atau tanpa sakit yang berulang-ulang, akan menyebabkan bentuk tubuh

Page 8: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah

yang “stunting atau kuntet” pada masa dewasa. Ibu-ibu yang kondisinya seperti ini

lebih sering melahirkan bayi BBLR yang mempunyai vitalitas rendah dan kematian

yang tinggi, lebih-lebih apabila ibu tersebut juga menderita anemia. Terdapat

hubungan antara bentuk tubuh ibu, sistem reproduksi, dan sosial ekonomi

terhadap pertumbuhan janin. Selain yang disebutkan diatas tersebut, berat badan

lahir (BBL) bayi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain selama kehamilan.

Misalnya sakit berat, komplikasi kehamilan, kurang gizi, keadaan setres pada ibu

hamil, dapat mempengruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk yang menimpa

ibunya, atau juga pertumbuhan plasenta dan transport nutrisi ke janin

(Soetjiningsih, 1995).

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor resiko BBLR.

Yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi factor ibu, janin, dan

plasenta. Diantara faktor-faktor tersebut, masalah anemia defisiensi besi (ADB)

selama kehamilan merupakan salah satu faktor resiko adanya indikasi kelahiran

premature, BBLR, dan peningkatan kematian prenatal (Najoan, N.W, 2002).

Tambahan makanan untuk ibu hamil dapat diberiakn dengan cara meningkatkan

baik kualitas maupun kuantitas makanan ibu sehari-hari, bisa juga dengan

memberikan tambahan formula khusus untuk ibu hamil atau menyusui. Adanya

kenaikan volume darah akan meningkatkan kebutuhan zat besi (terbanyak) dan

asam folat (lebih sedikit). Jumlah elemental Fe pada bayi baru lahir meningkatnya

volume darah adalah 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah

anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. dengan perkataan lain

kebutuhan Fe selama kehamilan kurang dari 1 gram, terutama dibutuhkan pada

setengah akhir kehamilan. Pada diet yang adekuat kandungan Fe yang diperlukan

sekitar 10 – 15 mg, dimana hanya sekitar 10 – 20 % yang diserap. Sehingga Fe

pada diet hanya memenuhi sedikit kebutuhan Fe pada ibu hamil. Oleh karena itu di

perlukan adanya penambahan suplemen Fe.

Untuk pertumbuhan janin yang memadai diperlukan zat-zta makanan yang

adekuat, dimana peranan plasenta besar artinya dalam transfer makanan tersebut.

Pertumbuhan janin yang paling pesat terjadi pada stadium akhir kehamilan,

plasenta bukan sekedar organ untuk transport makanan yang sederhana, tetapi

juga mampu menseleksi zat-zat makanan yang masuk dan proses lain atau

resistensi sebelum mencapai janin. Suplai zat-zat makanan kejanin yang sedang

tumbuh tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir ke plasenta dan zat-zat

makanan yang diangkutnya. Efisiensi plasenta dalam mengkonsentrasikan,

mensintesis dan transport zat-zat makanan menentukan suplai makanan ke janin.

Page 9: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah

Karbohidrat merupakan sumber utama bagi janin dan ini diperoleh secara kontinu

dari transfer glukosa darah ibu melalui plasenta.

Pentingnya gizi pada ibu hamil telah diketahui sejak lama, dimana gizi ibu hamil

dapat mempengaruhi kesehatan ibu maupun bayinya. Diet ibu yang baik sebelum

hamil maupun selama hamil akan memberikan dampak yang positif yaitu bayi yang

lahir dengan berat badan cukup, sehat dan mortalitasnya rendah (Soetjiningsih,

1995).

d. Akibat Gizi Kurang pada Janin dan Bayi

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

janin, seperti infeksi selama dalam kandungan, kurang gizi ibu, penyakit ibu selama

kehamilan, kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan serta kelainan pada

saluran kencing. Di Negara-negara berkembang gizi kurang pada ibu dan infeksi

dalam kandungan merupakan factor yang terpenting. Jika taraf konsumsi ibu

selama kehamilan kurang dari 1800 kalori sehari, angka prevelensi lahir rendah

akan lebih tinggi (WHO, 1979). Menurut badan kesehatan dunia (WHO) bayi yang

dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 g termasuk bayi dengan lahir

rendah (Sterky & Mellander, 1978).

Prematuritas (belum cukup bulan) adalah kelahiran kandungan dibawah 37

minggu. adalah bayi dengan lahir rendah daripada yang seharusnya menurut usia

kandungan. Belum ada statistik yang menggambarkan prevalensi berat badan bayi

lahir rendah (BBLR) secara rasional di masing-masing negara. Berat bayi lahir juga

di pengaruhi oleh tinggi badan ibu, dengan kata lain ibu-ibu yang pertumbuhan dan

perkembangannya sewaktu kanak-kanak terhambat oleh gizi kurang, efisiensi

fisiologinya lebih rendah daripada ibu-ibu dengan cukup gizi sewaktu kecil (Hytten

& Leith, 1971).

Menurut Arief Mansjoer (1999), pada BBLR sering ditemui adanya refleks

menghisap / menelan lemah, bahkan kadang-kadang tidak ada, bayi cepat lelah,

saat menyusu sering tersedak atau malas menghisap, dan lain-lain. Sehingga

angka kesakitan dan kematiannya tinggi.

e. Peran Pelayanan Kesehatan

Faktor penyebab dari tingginya kematian ibu, bayi, dan anak ini tidak lain

disebabkan karena belum memadainya pelayanan kesehatan masyarakat dan

keadaan gizi. Diluar faktor pencetus lainnya yang memperkuat masalah ini seperti

Page 10: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah

kemiskinan dan tingkat pendidikan.

Dari segi potensial, salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif untuk

pencegahan kematian dan kesakitan ibu adalah pelayanan prenatal, khususnya

ditempat yang status kesehatan umum wanitanya buruk. Pelayanan kesehatan

prenatal mempunyai beberapa fungsi utama yaitu :

a. promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan

b. melakukan skrinning, identifikasi wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan

merujuknya jika perlu

c. memantau kesehatan selama kehamilan dalam usaha mendeteksi dan

mencegah masalah yang terjadi

Pendidikan kesehatan selama pelayanan prenatal dapat diberikan secara individu

dan informal atau sistematis dalam kelompok. Materi pendidikan mencakup topik

umum seperti gizi dan perawatan selama kehamilan. Kesempatan itu harus

digunakan untuk memberikan informasi pada wanita mengenai tanda yang

berbahaya dalam kehamilan. Termasuk langkah yang harus diambil pada keadaan

tersebut.

Pemantauan pelayanan prenatal yang penting adalah pencegahan, deteksi dan

pengobatan anemia yang berperan penting dalam kesakitan dan kematian ibu.

Walaupun demikian, pemeriksaan hemoglobin untuk deteksi anemia seringkali

sangat tidak memuaskan. Kemungkinan ini terjadi karena pemeriksaan tidak

dilakukan di puskesmas tempat pelayanan prenatal, tetapi justru pada rumah sakit

untuk menjalani pemeriksaan, atau kalaupun dapat, kemungkinan rumah sakit

gagal untuk mengirimkan hasilnya ke puskesmas. Masalah yang berhubungan

dengan prosedur seperti ini perlu diketahui dan diatasi agar pelayanan kesehatan

prenatal dapat memerangi anemia secara efisien (Royston, 1994).

Merupakan aib bangsa Indonesia karena banyaknya bayi, anak balita dan ibu

melahirkan yang meninggal karena gizi buruk yang seharusnya dapat dicegah

apabila posyandu, polindes, puskesmas dapat berfungsi optimal dengan pelayanan

kesehatan dasar yang bermutu. Empat masalah gizi utama di Indonesia

sebenarnya dapat ditangani dengan baik apabila puskesmas sebagai pusat

pelayanan gizi dan kesehatan masyarakat dapat berjalan optimal dan didukung

potensi sumber daya masyarakat.

Hasil analisis hubungan antara kemajuan pembangunan ekonomi dan status gizi

anak balita selama 20 tahun terakhir ini menunjukkan bahwa walaupun

pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup tinggi (5 – 7 %). Produksi pangannya cukup

memadai bahkan mampu berswasembada. Tetapi anehnya prevelensi gizi kurang –

Page 11: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah

gizi buruk masih tetap tinggi sekitar 30 % bahkan untuk anemia gizi besi untuk ibu

hamil masih diatas 50 % dengan hasil bayi yang dilahirkan mencapai 2 % sampai

17 % (Depkes, 1993). Oleh karena itu distribusi tablet zat besi dan penyuluhan

manfaat zat besi untuk ibu hamil terus ditingkatkan.

Tujuan pemberdayaan kader posyandu adalah meningkatkan kemampuan dan

kinerja kader posyandu sehingga mampu mempertahankan dan meningkatkan

status gizi serta kesehatan ibu dan anak. Revitalisasi posyandu diutamakan pada

posyandu yang sudah tidak aktif atau rendah stratanya, dan posyandu yang berada

di daerah yang sebagian besar penduduknya tergolong miskin. Adanya dukungan

materi dan non materi dari tokoh masyarakat setempat baik pimpinan formal

maupun informal dalam menunjang pelaksanaan kegiatan posyandu. Revitalisasi

posyandu terdiri dari paket minimal dan paket pilihan. Sampai saat ini masih ada

paket minimal yang berupa perbaikan gizi, misalnya pemantauan status gizi, PMT

pemulihan untuk gizi buruk, MP – ASI, dan penyuluhan gizi. Paket minimal ini juga

melayani kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), imunisasi anak

balita maupun ibu hamil, penanggulangan penyakit diare (oralit) (Anonymous,

2004).