pengaruh ibu hamil penderita anemia terhadap bayi berat badan lahir rendah
TRANSCRIPT
![Page 1: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082412/5486fa92b4af9f14758b46f6/html5/thumbnails/1.jpg)
Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Di Daerah rawan pangan di Kab Lumajang Jawa Timur.
A. Judul Program
Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) di Di Daerah rawan pangan di Kab Lumajang Jawa Timur.
B. Latar Belakang Masalah
Melahirkan seorang bayi merupakan suatu anugerah bagi sebuah keluarga. Karena
itu menunjukkan bahwa mereka dapat mendapatkan keturunan yang sangat
diharapkan dalam sebuah keluarga dan yang mereka harapkan adalah melahirkan
bayi yang sehat. Salah satu faktor melahirkan bayi yang sehat adalah dengan cara
mengkonsumsi makanan yang bergizi yang dibutuhkan oleh tubuh pada ibu hamil
untuk menjaga kehamilannya tersebut. Soetjiningsih (1995) mengatakan bahwa
gizi ibu yang baik diperlukan agar pertumbuhan janin berjalan pesat dan tidak
mengalami hambatan, dimulai dari sel telur yang dibuahi hingga menjadi janin
didalam rahim. Karena tidak semua ibu hamil memperhatikan kebutuhan gizi yang
diperlukan saat hamil karena kurangnya pengetahuan mereka tentang hal
tersebut. Sehingga menyebabkan banyaknya angka kematian ibu hamil pada saat
persalinan.
Dimulai dari konsepsi hingga melahirkan, ibu dan anak merupakan satu kesatuan
yang erat dan tak terpisahkan. Kesehatan ibu, fisik maupun mental, sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
kandungannya. Agar bayi yang sehat dapat dilahirkan dalam dengan selamat, satu-
satunya jalan yang dapat ditempuh hanyalah melalui pemeliharaan kesehatan ibu.
Pengalaman dari beberapa generasi menunjukkan bahwa kerawanan dan
ketergantungan janin pada ibu mengarah pada adanya kebutuhan dan perawatan
khusus selama kehamilan.
Sejalan dengan kemajuan zaman, hasil kehamilan yang diharapkan tidak hanya
bayi yang sekedar hidup, tetapi juga bayi yang sehat. Hal ini merupakan bukti
peninggalan tanggung jawab sosial dan moral masyarakat. Bahwa gizi yang baik
sangat berperan dalam proses yang efisien. Yang dapat dibuktikan dari hasil
![Page 2: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082412/5486fa92b4af9f14758b46f6/html5/thumbnails/2.jpg)
pengamatan waktu musibah, dalam keadaan demikian tidak datangnya haid pada
wanita usia subur tidak jarang dijumpai. Dampak lain yang juga dapat di catat
adalah meningkatnya angka lahir mati, angka kematian lahir dini, serta
menurunnya berat lahir rata-rata (Aebi, H & R. G. Whitehead, 1980).
Kematian yang terjadi pada tahun pertama setelah kelahiran hidup disebut
kematian bayi. Kematian bayi dan anak sampai umur lima tahun relatif sangat
tinggi. Hal ini erat hubunganya dengan kemampuan orang tua dalam memberikan
pemeliharaan dan perawatan pada anak-anaknya. Karena faktor sosial ekonomi
berkaitan dengan kemampuan tersebut, maka kematian bayi dan anak sering kali
digunakan sebagai indikator taraf kesehatan dan taraf sosio ekonomi penduduk
(United Nation, 1973). Pengetahuan mereka mengenai makanan yang bergizi
hanya berpatokan pada karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin saja. Sedangkan
seperti zat besi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh pada saat persalinan jarang
mereka perhatikan. Sehingga berdampak pada banyaknya kurang darah pada saat
hamil dan berpengaruh pada bayi yang akan dilahirkannya.
Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang
nafsu makan, daya konsentrasi turun, sakit kepala, mudah terserang penyakit,
mata berkunang-kunang. Selain itu wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir dan
kuku penderita sangat pucat (Soetjiningsih, 1997). Kalau anemia sangat berat,
dapat berakibat penderita sesak nafas bahkan lemah jantung.
Selain kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan gizi kurang yang menyebabkan
ibu hamil menderita anemia, juga disebabkan oleh status sosial ekonomi keluarga
yang minim. Dimana seorang ibu hamil sangat membutuhkan suatu asupan gizi
yang sangat banyak. Tetapi dengan keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan,
maka ibu tersebut kurang mendapatkan gizi yang seharusnya sangat diperlukan
untuk pertumbuhan janin, atau bisa juga mengakibatkan kematian pada ibu
tersebut pada saat persalinan. Setyowati (2003) menyatakan bahwa berbagai
gangguan akan dialami wanita hamil dan janinnya, jika Si ibu menderita anemia.
Pengaruh kurang baik ini berlangsung selama kehamilan, saat persalinan atau
selama memasuki masa nifas dan masa laktasi serta waktu selanjutnya.
Ibu hamil dengan penderita anemia kemungkinan akan melahirkan bayi dengan
berat bayi lahir rendah (BBLR) atau bisa jadi salah satu penyebab kematian ibu
hamil di karenakan adanya pendarahan pada saat persalinan. Ariawan (2001)
menuturkan bahwa anemia gizi pada kehamilan adalah kondisi ketika kadar
hemoglobin lebih rendah dari pada normal karena kekurangan satu atau lebih
nutrisi esensial.
![Page 3: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082412/5486fa92b4af9f14758b46f6/html5/thumbnails/3.jpg)
Perbaikan gizi dan kesehatan pada ibu-ibu penderita sudah banyak dilakukan di
Negara maju. Hal ini dapat terlihat dalam bertambahnya tinggi badan (TB) dan
berat badan (BB) ibu hamil. Dibandingkan dengan di Negara berkembang, yang
mana perbaikan gizi dan kesehatan yang dilakukan masih minim sekali, keadaan
tersebut dapat mempengaruhi berat lahir yang berbeda secara bermakna.
NO BBLR Negara Maju (%) Negara Berkembang (%)
1 prematur 3,3 6,7
2 KMK /dismatur 2,6 17,0
Sumber : Villar 1982, dikutip dari Gould JB 1986.
Dengan demikian diperlukan suatu tinjauan tentang banyaknya ibu hamil yang
menderita anemia yang mana dapat berpengaruh terhadap banyaknya angka
kelahiran berat bayi lahir rendah. Sehingga dapat mempermudah dalam pemberian
perbaikan gizi dan kesehatan pada ibu hamil, khususnya bagi penderita anemia.
Sehingga akan dapat mengurangi banyaknya angka kematian yang terjadi, baik
pada ibu yang melahirkan atau pada bayi yang di lahirkan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu :
1. Berapa rata-rata ibu hamil penderita anemia dan bayi berat badan lahir rendah
di rumah sakit daerah Lumajang ?
2. Adakah pengaruh ibu hamil penderita anemia terhadap bayi berat badan lahir
rendah ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui rata-rata ibu hamil penderita anemia dan bayi berat badan lahir
rendah di rumah sakit daerah Lumajanag
2. Mengetahui adanya pengaruh ibu hamil penderita anemia terhadap bayi berat
badan lahir rendah
E. Luaran yang di Harapkan
1. Ingin menghasilkan sebuah data tentang ibu hamil penderita anemia dan bayi
berat badan lahir rendah di rumah sakit daerah Lumajang.
2. Ingin menghasilkan sebuah artikel tentang pengaruh ibu hamil penderita anemia
![Page 4: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082412/5486fa92b4af9f14758b46f6/html5/thumbnails/4.jpg)
terhadap bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Dr. Haryoto
Lumajang
F. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah :
1. RS Daerah Lumajang
Sebagai bahan informasi terhadap pelayanan kesehatan, khususnya kepada ibu
hamil yang menderita anemia, dalam hal pemberian tablet penambah zat besi.
2. Dinas Kesehatan
Sebagai bahan informasi dinas terkait untuk melakukan suatu penyuluhan
kesehatan pada ibu-ibu hamil, sehingga tidak meningkatkan angka kematian pada
ibu hamil dan bayi yang akan dilahirkannya.
3. Masyarakat umum
sebagai suatu sarana untuk menambah pengetahuan tentang kesehatan, sehingga
dapat menambah asupan gizi yang dibutuhkan pada saat kehamilan.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan
penelitian selanjutnya, meskipun ada beberapa perbedaan pada obyek dan
variabel yang diteliti.
Menurut WHO (1968), kejadian anemia hamil berkisar antara 20 persen sampai
dengan 89 persen, dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. Sehingga
angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi.
Muhilai Djumadias A. N, (1979), juga mengemukakan bahwa sekitar 70 persen ibu
hamil di Indonesia menderita anemia kekurangan gizi. Pada pengamatannya lebih
lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat
Indonesia adalah karena kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian
zat besi secara teratur dan peningkatan gizi. Selain itu di daerah pedesaan banyak
di jumpai ibu hamil yang malnutrisi atau kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan
dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial
ekonomi yang rendah, serta banyaknya kehamilan dibawah usia 18 tahun atau
kehamilan diatas usia 35 tahun ().
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dalam penelitiannya Iskandar
(1998), mengemukakan, bahwa persentase ibu hamil yang menderita anemia
![Page 5: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082412/5486fa92b4af9f14758b46f6/html5/thumbnails/5.jpg)
sudah mengalami penurunan, yaitu dari 73,7 persen pada tahun 1986 menjadi 51,3
persen pada tahun 1995. namun dengan adanya krisis, diramalkan tingkat anemia
ibu hamil akan meningkat pada tahun 1999 sampai dengan tahun-tahun berikutnya
apabila tidak dilakukan adanya peningkatan gizi. Disamping itu, dalam
penelitiannya yang lain yang dilakukan di jawa barat menunjukkan bahwa
persentase tersebut akan terus meningkat karena banyaknya sistem penanganan
kegawat daruratan di rumah sakit malah sering memeperburuk situasi. Sistem
penanganan kegawat daruratan yang dimaksud adalah dalam persediaan tablet zat
besi serta kurang lancarnya komunikasi antara petugas dengan pasien.
.
2. Landasan Teori
a. Anemia pada Kehamilan
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi dan asam folat
dalam makanan ibu. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional, karena
dapat mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, serta
mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia
pada ibu hamil biasanya disebut dengan “potential denger to mother and child”
yaitu suatu potensial yang membahayakan ibu dan anak. Pada umumnya anemia
pada ibu hamil disebabkan oleh berkurangnya cadangan zat besi yang sangat
pesat dikarenakan kebutuhan janin akan zat besi sangat besar, juga karena
bertambahnya volume darah pada plasma darah sehingga menurunkan Hb pada
sel darah merah (Anonymous, 1984).
Menurut Kartaji, Sri, Kusin, I.A (1981) mengemukakan bahwa makanan yang
banyak mengandung zat besi adalah sayuran berdaun hijau, sedangkan ikan dan
buah-buahan dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Sedangkan untuk
penambahan asam folat banyak terdapat pada makanan pokok dan umbi-umbian.
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari pada laki-laki karena terjadi
menstruasi dengan pendarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan
kehilangan zat besi sebesar 30 sampai dengan 40 mgr. Disamping itu kehamilan
memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan sel darah merah dan
membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita
mengalami kehamilan dan melahirkan maka akan semakin banyak kehilangan zat
besi dan menjadi semakin anemis. Sebagai gambaran berapa banyak zat besi pada
setiap kehamilan, dibawah ini terdapat berbagai kebutuhan dari zat besi yang
![Page 6: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082412/5486fa92b4af9f14758b46f6/html5/thumbnails/6.jpg)
diperlukan.
Meningkatkan sel darah merah : 500 mgr
Terdapat dalam plasenta : 300 mgr
Terdapat dalam janin : 100 mgr
Jumlah : 900 mgr
Setelah persalinan dengan lahirnya dan perdarahan, ibu akan kehilangan zat besi
sekitar 900 mgr. Saat laktasi ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang
optimal sehingga dapat menyiapkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Dalam keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan
baik. Sehingga banyak didapat adanya ibu yang meninggal atau bayi yang
meninggal (INACG, 1979).
Terjadinya anemia gizi pada ibu hamil dapat berawal dari seorang ibu yang
dilahirkan oleh ibu penderita anemia gizi, yang selama masa pertumbuhan hingga
kehamilannya tidak mendapat sumber zat gizi yang cukup, maupun pelayanan
kesehatan yang mungkin diperlukannya, sehingga dia selalu menderita anemia
gizi. Alasan lain adalah adanya kehamilan yang berulang-ulang dan dalam selang
waktu yang relatif singkat, sehingga cadangan zat besi ibu seakan –akan dikuras
guna memenuhi kebutuhan janin atau akibat perdarahan pada waktu bersalin.
Keadaan terakhir tersebut akan semakin parah apabila masih ditambah dengan
adanya pantangan terhadap beberapa jenis makanan, terutama yang kaya akan
zat besi selama kehamilan (WHO, 1968).
b. Pengaruh Anemia pada Kehamilan dan Janin
Pengaruh Anemia pada Kehamilan
a) Bahaya selama kehamilan
1. Dapat terjadi abortus
2. Persalinan prematuritas
3. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
4. Ketuban pecah dini (KPD)
5. Mudah terjadi infeksi dan sepsispuer peralis
6. Lemah dan anoreksia
7. Pendarahan
8. Pre eklamsi dan eklamsi
b) Bahaya saat persalinan
1. Gangguan his- kekuatan mengejang
![Page 7: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082412/5486fa92b4af9f14758b46f6/html5/thumbnails/7.jpg)
2. Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar
3. Kala kedua berlangsung lama hingga dapat melelahkan dan sering memerlukan
tindakan operasi kebidanan
4. Kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum karena
atonea uteri
5. Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri
Pengaruh Anemia tehadap Janin
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya,
tetapi dengan adanya anemia maka akan mengurangi kemampuan metabolisme
tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Akibat adanya anemia pada ibu, maka dapat terjadi gangguan pada janin dalam
bentuk:
a) Abortus
b) Terjadi kematian intrauterine
c) Persalinan prematuritas tinggi
d) Berat badan lahir rendah
e) Kelahiran dengan anemia
f) Dapat terjadi cacat bawaan
g) Bayi mudah terserang infeksi sampai kematian perinatal
h) Intelegensi rendah (cacat otak)
i) Kematian neonatal
j) Asfiksia intra partum
(Manuaba, 1998)
c. Nutrisi Ibu Hamil dan Pertumbuhan Janin
Pertumbuhan janin didalam kandungan merupakan hasil interaksi antara potensi
genetik dan lingkungan intrauterine. Pada semua mamalia, perubahan anatomi dan
fisiologi yang terjadi pada tubuh ibu selama kehamilan bertujuan untuk
menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pertumbuhan janin.
Pada umumnya, pada ibu – ibu yang hamil dengan kondisi kesehatan yang baik,
dengan reproduksi yang normal, tidak sering menderita sakit, dan tidak ada
gangguan gizi pada masa pra- hamil maupun pada saat hamil, akan menghasilkan
bayi yang lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu – ibu yang kondisinya tidak
seperti yang disebutkan diatas. Kurang gizi yang kronis pada masa kanak – kanak
dengan atau tanpa sakit yang berulang-ulang, akan menyebabkan bentuk tubuh
![Page 8: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082412/5486fa92b4af9f14758b46f6/html5/thumbnails/8.jpg)
yang “stunting atau kuntet” pada masa dewasa. Ibu-ibu yang kondisinya seperti ini
lebih sering melahirkan bayi BBLR yang mempunyai vitalitas rendah dan kematian
yang tinggi, lebih-lebih apabila ibu tersebut juga menderita anemia. Terdapat
hubungan antara bentuk tubuh ibu, sistem reproduksi, dan sosial ekonomi
terhadap pertumbuhan janin. Selain yang disebutkan diatas tersebut, berat badan
lahir (BBL) bayi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain selama kehamilan.
Misalnya sakit berat, komplikasi kehamilan, kurang gizi, keadaan setres pada ibu
hamil, dapat mempengruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk yang menimpa
ibunya, atau juga pertumbuhan plasenta dan transport nutrisi ke janin
(Soetjiningsih, 1995).
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor resiko BBLR.
Yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi factor ibu, janin, dan
plasenta. Diantara faktor-faktor tersebut, masalah anemia defisiensi besi (ADB)
selama kehamilan merupakan salah satu faktor resiko adanya indikasi kelahiran
premature, BBLR, dan peningkatan kematian prenatal (Najoan, N.W, 2002).
Tambahan makanan untuk ibu hamil dapat diberiakn dengan cara meningkatkan
baik kualitas maupun kuantitas makanan ibu sehari-hari, bisa juga dengan
memberikan tambahan formula khusus untuk ibu hamil atau menyusui. Adanya
kenaikan volume darah akan meningkatkan kebutuhan zat besi (terbanyak) dan
asam folat (lebih sedikit). Jumlah elemental Fe pada bayi baru lahir meningkatnya
volume darah adalah 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah
anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. dengan perkataan lain
kebutuhan Fe selama kehamilan kurang dari 1 gram, terutama dibutuhkan pada
setengah akhir kehamilan. Pada diet yang adekuat kandungan Fe yang diperlukan
sekitar 10 – 15 mg, dimana hanya sekitar 10 – 20 % yang diserap. Sehingga Fe
pada diet hanya memenuhi sedikit kebutuhan Fe pada ibu hamil. Oleh karena itu di
perlukan adanya penambahan suplemen Fe.
Untuk pertumbuhan janin yang memadai diperlukan zat-zta makanan yang
adekuat, dimana peranan plasenta besar artinya dalam transfer makanan tersebut.
Pertumbuhan janin yang paling pesat terjadi pada stadium akhir kehamilan,
plasenta bukan sekedar organ untuk transport makanan yang sederhana, tetapi
juga mampu menseleksi zat-zat makanan yang masuk dan proses lain atau
resistensi sebelum mencapai janin. Suplai zat-zat makanan kejanin yang sedang
tumbuh tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir ke plasenta dan zat-zat
makanan yang diangkutnya. Efisiensi plasenta dalam mengkonsentrasikan,
mensintesis dan transport zat-zat makanan menentukan suplai makanan ke janin.
![Page 9: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082412/5486fa92b4af9f14758b46f6/html5/thumbnails/9.jpg)
Karbohidrat merupakan sumber utama bagi janin dan ini diperoleh secara kontinu
dari transfer glukosa darah ibu melalui plasenta.
Pentingnya gizi pada ibu hamil telah diketahui sejak lama, dimana gizi ibu hamil
dapat mempengaruhi kesehatan ibu maupun bayinya. Diet ibu yang baik sebelum
hamil maupun selama hamil akan memberikan dampak yang positif yaitu bayi yang
lahir dengan berat badan cukup, sehat dan mortalitasnya rendah (Soetjiningsih,
1995).
d. Akibat Gizi Kurang pada Janin dan Bayi
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin, seperti infeksi selama dalam kandungan, kurang gizi ibu, penyakit ibu selama
kehamilan, kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan serta kelainan pada
saluran kencing. Di Negara-negara berkembang gizi kurang pada ibu dan infeksi
dalam kandungan merupakan factor yang terpenting. Jika taraf konsumsi ibu
selama kehamilan kurang dari 1800 kalori sehari, angka prevelensi lahir rendah
akan lebih tinggi (WHO, 1979). Menurut badan kesehatan dunia (WHO) bayi yang
dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 g termasuk bayi dengan lahir
rendah (Sterky & Mellander, 1978).
Prematuritas (belum cukup bulan) adalah kelahiran kandungan dibawah 37
minggu. adalah bayi dengan lahir rendah daripada yang seharusnya menurut usia
kandungan. Belum ada statistik yang menggambarkan prevalensi berat badan bayi
lahir rendah (BBLR) secara rasional di masing-masing negara. Berat bayi lahir juga
di pengaruhi oleh tinggi badan ibu, dengan kata lain ibu-ibu yang pertumbuhan dan
perkembangannya sewaktu kanak-kanak terhambat oleh gizi kurang, efisiensi
fisiologinya lebih rendah daripada ibu-ibu dengan cukup gizi sewaktu kecil (Hytten
& Leith, 1971).
Menurut Arief Mansjoer (1999), pada BBLR sering ditemui adanya refleks
menghisap / menelan lemah, bahkan kadang-kadang tidak ada, bayi cepat lelah,
saat menyusu sering tersedak atau malas menghisap, dan lain-lain. Sehingga
angka kesakitan dan kematiannya tinggi.
e. Peran Pelayanan Kesehatan
Faktor penyebab dari tingginya kematian ibu, bayi, dan anak ini tidak lain
disebabkan karena belum memadainya pelayanan kesehatan masyarakat dan
keadaan gizi. Diluar faktor pencetus lainnya yang memperkuat masalah ini seperti
![Page 10: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082412/5486fa92b4af9f14758b46f6/html5/thumbnails/10.jpg)
kemiskinan dan tingkat pendidikan.
Dari segi potensial, salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif untuk
pencegahan kematian dan kesakitan ibu adalah pelayanan prenatal, khususnya
ditempat yang status kesehatan umum wanitanya buruk. Pelayanan kesehatan
prenatal mempunyai beberapa fungsi utama yaitu :
a. promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan
b. melakukan skrinning, identifikasi wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan
merujuknya jika perlu
c. memantau kesehatan selama kehamilan dalam usaha mendeteksi dan
mencegah masalah yang terjadi
Pendidikan kesehatan selama pelayanan prenatal dapat diberikan secara individu
dan informal atau sistematis dalam kelompok. Materi pendidikan mencakup topik
umum seperti gizi dan perawatan selama kehamilan. Kesempatan itu harus
digunakan untuk memberikan informasi pada wanita mengenai tanda yang
berbahaya dalam kehamilan. Termasuk langkah yang harus diambil pada keadaan
tersebut.
Pemantauan pelayanan prenatal yang penting adalah pencegahan, deteksi dan
pengobatan anemia yang berperan penting dalam kesakitan dan kematian ibu.
Walaupun demikian, pemeriksaan hemoglobin untuk deteksi anemia seringkali
sangat tidak memuaskan. Kemungkinan ini terjadi karena pemeriksaan tidak
dilakukan di puskesmas tempat pelayanan prenatal, tetapi justru pada rumah sakit
untuk menjalani pemeriksaan, atau kalaupun dapat, kemungkinan rumah sakit
gagal untuk mengirimkan hasilnya ke puskesmas. Masalah yang berhubungan
dengan prosedur seperti ini perlu diketahui dan diatasi agar pelayanan kesehatan
prenatal dapat memerangi anemia secara efisien (Royston, 1994).
Merupakan aib bangsa Indonesia karena banyaknya bayi, anak balita dan ibu
melahirkan yang meninggal karena gizi buruk yang seharusnya dapat dicegah
apabila posyandu, polindes, puskesmas dapat berfungsi optimal dengan pelayanan
kesehatan dasar yang bermutu. Empat masalah gizi utama di Indonesia
sebenarnya dapat ditangani dengan baik apabila puskesmas sebagai pusat
pelayanan gizi dan kesehatan masyarakat dapat berjalan optimal dan didukung
potensi sumber daya masyarakat.
Hasil analisis hubungan antara kemajuan pembangunan ekonomi dan status gizi
anak balita selama 20 tahun terakhir ini menunjukkan bahwa walaupun
pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup tinggi (5 – 7 %). Produksi pangannya cukup
memadai bahkan mampu berswasembada. Tetapi anehnya prevelensi gizi kurang –
![Page 11: Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082412/5486fa92b4af9f14758b46f6/html5/thumbnails/11.jpg)
gizi buruk masih tetap tinggi sekitar 30 % bahkan untuk anemia gizi besi untuk ibu
hamil masih diatas 50 % dengan hasil bayi yang dilahirkan mencapai 2 % sampai
17 % (Depkes, 1993). Oleh karena itu distribusi tablet zat besi dan penyuluhan
manfaat zat besi untuk ibu hamil terus ditingkatkan.
Tujuan pemberdayaan kader posyandu adalah meningkatkan kemampuan dan
kinerja kader posyandu sehingga mampu mempertahankan dan meningkatkan
status gizi serta kesehatan ibu dan anak. Revitalisasi posyandu diutamakan pada
posyandu yang sudah tidak aktif atau rendah stratanya, dan posyandu yang berada
di daerah yang sebagian besar penduduknya tergolong miskin. Adanya dukungan
materi dan non materi dari tokoh masyarakat setempat baik pimpinan formal
maupun informal dalam menunjang pelaksanaan kegiatan posyandu. Revitalisasi
posyandu terdiri dari paket minimal dan paket pilihan. Sampai saat ini masih ada
paket minimal yang berupa perbaikan gizi, misalnya pemantauan status gizi, PMT
pemulihan untuk gizi buruk, MP – ASI, dan penyuluhan gizi. Paket minimal ini juga
melayani kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), imunisasi anak
balita maupun ibu hamil, penanggulangan penyakit diare (oralit) (Anonymous,
2004).