pengaruh keahlian komite audit dan jumlah …repository.stieykpn.ac.id/215/1/jurnal fifit yofita...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH KEAHLIAN KOMITE AUDIT DAN JUMLAH
KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP KUALITAS LABA
DENGAN MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2
Program Magister Akuntansi
Disusun oleh:
FIFIT YOFITA SARI
12.16.00491
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
YAYASAN KELUARGA PAHLAWAN NEGARA
YOGYAKARTA
2018
80
PENGARUH KEAHLIAN KOMITE AUDIT DAN JUMLAH KOMISARIS
INDEPENDEN TERHADAP KUALITAS LABA DENGAN MANAJEMEN
LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Fifit Yofita Sari
STIE YKPN Yogyakarta
Email: [email protected]
Abstract
This research objectives is to analyze the effect of audit committee expertise
and the number of independent commissioners on earnings quality and earnings
management and to determine whether the audit committee's expertise and the number
of independent commissioners affect the quality of earnings through earnings
management as an intervening variable. Earnings management is proxied using the
Modified Jones model, and earnings quality variables use accrual quality indicators
(Dessai, 2006). The study’s population are manufacturing companies listed on the
Indonesia Stock Exchange from 2012-2016. The sample of this study selected using
purposive sampling method. Data analysis was carried out based on variance
Structural Equation Model (SEM), or SEM-PLS. The results of this study indicate that
audit committee expertise has an insignificant negative effect on earnings management
and earnings quality, the number of independent commissioners has a significant
negative effect on earnings management and has a positive effect on earnings quality.
While earnings management has an insignificant positive effect on earnings quality.
Therefore, earnings management does not mediate the impact between audit committee
expertise and number of independent commissioners on earnings quality as intervening
variables.
Keywords: Audit Committee Expertise, Earnings Management, The Number of
Independent Commissioners, Earnings Quality
I. PENDAHULUAN
Pada saat ini perkembangan ekonomi dan teknologi mengalami perkembangan yang
pesat, sehingga menciptakan persaingan yang sangat ketat didalam dunia bisnis. Dari
banyaknya sumber informasi yang disajikan oleh perusahaan, yang digunakan oleh
investor untuk menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan
yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan sumber
informasi yang dijadikan sebagai acuan oleh stakeholder dan pihak-pihak yang
berkepentingan untuk menilai kinerja perusahaan yang selanjutnya digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan investasi. Salah satu informasi yang terdapat dalam
laporan keuangan adalah laba. Laba memiliki pengaruh yang besar bagi pihak internal
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
81
maupun pihak eksternal. Oleh karena itu, terkadang laba seringkali dimanipulasi sesuai
dengan keinginan pihak tertentu. Tindakan tersebut disebut dengan manajemen laba
(earnings management).
Menurut Scott (1997) manajemen laba sebagai tindakan manajemen dalam
proses penyusunan laporan keuangan sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba
sesuai dengan keinginan pihak manajemen. Tindakan ini telah memunculkan beberapa
kasus pelaporan akuntansi, salah satunya adalah isu manajemen laba oleh PT. Kimia
Farma pada tahun 2011. Pada kasus ini, PT.Kimia Farma melakukan mark up laporan
keuangan, yaitu menaikkan laba dengan cara menaikkan pendapatan, seolah-olah
perusahaan berhasil mencapai target penjualan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada
kasus PT. Kimia Farma ini merupakan salah satu bentuk lemahnya tata kelola
perusahaan yang disebabkan oleh ketidakmampuan manajemen perusahaan untuk
menghilangkan konflik kepentingan yang timbul antara pemilik dan manajer.
Lemahnya corporate governance ini menunjukkan adanya kegagalan laporan
keuangan mencapai tujuannya dalam menyampaikan fakta riil kepada para
penggunanya mengenai kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya, terutama
mengenai informasi laba (Solla, 2010).
Pada umunya, investor lebih memilih perusahaan yang menghasilkan laba yang
tinggi untuk berinvestasi, hal ini karena investor beranggapan bahwa perusahaan yang
memiliki laba yang tinggi memiliki kinerja yang baik dan akan memberikan return
yang besar atas investasinya. Adanya kecenderungan memperhatikan laba ini disadari
oleh majamen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan laba. Hal ini
memotivasi manajer untuk melakukan manajemen laba, sehingga informasi laba
melalui laporan keuangan yang diterima oleh pihak eksternal atau investor menjadi
tidak valid. Praktik manajemen laba, biasanya dilakukan dengan memanipulasi laporan
keuangan dengan memanfaatkan kebijakan-kebijakan akuntansi dengan menyusun
statement keuangan menggunakan dasar akrual (Sutopo, 2009).
Manajemen laba tentu akan mempengaruhi kualitas laba, apabila tingkat
manajemen laba dalam suatu perusahaan tinggi, maka kualitas labanya akan semakin
rendah. Selain itu, baik buruknya kualitas laba dalam laporan keuangan akan
mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Apabila tingkat manajemen laba dalam perusahaan tinggi, maka dapat mengakibatkan
kesalahan dalam pengambilan keputusan. Praktik manajemen laba dianggap telah
menjadi masalah serius dan menjadi perhatian khusus hingga saat ini. Untuk mencegah
manajemen laba yang berlebihan, penerapan Good Corporate Governance yang lebih
baik sangat diperlukan (Sutopo, 2009). Pernyataan ini didukung hasil penelitian oleh
Rifani (2013) yang berkesimpulan bahwa adanya Good Corporate Governance akan
memperlemah manajemen laba di suatu perusahaan dengan menggunakan empat unsur
GCG untuk meningkatkan kualitas laba, dan empat mekanisme GCG untuk mengontrol
sifat dan motivasi agen dalam melakukan kinerja operasional perusahaan. Dengan
demikian, implikasi yang timbul dari adanya Good Corporate Governance yang kuat
disuatu perusahaan akan mempengaruhi hubungan manajemen laba dan kualitas laba
(Rifani, 2013).
Pada penelitian ini memfokuskan struktur Good Corporate Governance,
melalui komisaris independen (jumlah komisaris independen) dan komite audit
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
82
(keahlian komite audit). Chtourou et al. (2001) menganalisis apakah praktek tata kelola
perusahaan (corporate governance) memiliki pengaruh kepada kualitas informasi
keuangan yang dipublikasikan. Penelitian mereka berkesimpulan bahwa earnings
management secara signifikan berhubungan dengan beberapa praktik governance oleh
dewan komisaris dan komite audit. Di Indonesia, keberadaan komisaris independen
diatur dalam peraturan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) No: KEP – 315/BEJ/06 – 2000
yang disempurnakan dengan surat keputusan No: KEP – 339/BEJ/07 – 2001 bahwa
perusahaan go public harus membentuk komisaris independen yang anggotanya paling
sedikit 30% dari jumlah keseluruhan anggota dewan komisaris. Begitu juga dengan
komite audit, yang merupakan salah satu komponen GCG yang berperan penting dalam
proses penerapan tata kelola perusahaan. Di Indonesia, OJK mengatur mengenai
struktur keanggotaan komite audit dalam Peraturan OJK No. 55/POJK.4/2015.
Peraturan ini mewajibkan perusahaan tercatat harus memiliki komite audit yang
beranggotakan minimal tiga orang independen, salah satunya memiliki keahlian dalam
bidang akuntansi maupun keuangan. Keahlian ini diharapkan dapat membuat komite
audit dapat melaksanakan tugasnya dengan baik yang selanjutnya akan mempengaruhi
kualitas pelaporan keuangan yang salah satunya adalah kualitas laba (Handoko &
Ramadhani, 2017).
Penelitian ini dilakukan untuk menguji bagaimana pengaruh keahlian komite
audit dan jumlah komisaris independen terhadap kualitas laba dan manajemen laba,
serta untuk mengetahui apakah keahlian komite audit dan jumlah komisaris independen
berpengaruh terhadap kualitas laba melalui manajemen laba sebagai variabel
intervening.
II. TINJUAN PUSTAKA
Teori Agensi (Agency Theory)
Teori keagenan adalah teori yang mendasari hubungan antara prinsipal dan agen.
Jensen & Meckling (1976) mengartikan hubungan antara pemegang saham sebagai
prinsipal dan pengelola perusahaan (manajemen) sebagai agen. Agency theory
memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh
kepentingan dirinya sendiri, sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara
prinsipal dan agen. Prinsipal sebagai pemilik menginginkan return yang besar atas
investasi yang mereka investasikan pada perusahaan, sedangkan agen menginginkan
kepentingan berupa kompensasi atau bonus dalam jumlah yang besar atas kinerjanya.
Berdasarkan asumsi bahwa tiap individu memiliki motivasinya masing-masing
sehingga hal ini memungkinkan timbulnya konflik kepentingan antara agen dan
prinsipal. Ketidakselarasan perilaku atau tujuan antara pemilik dan manajer perusahaan
yang disebut dengan agency cost dalam hubungan keagenan.
Asimetri Infromasi
Praktik manajemen laba tidak dapat dipisahkan dari adanya teori keagenan dan asimetri
informasi. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
83
(pemegang saham) atau pihak luar perusahaan. Ketidakseimbangan informasi ini
disebut dengan asimetri informasi, yang dimanfaatkan oleh agen untuk
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui oleh prinsipal, yang
kemudian mendorong atau memotivasi manajemen (agen) untuk melakukan tindakan
manajemen laba, sehingga menyajikan informasi yang tidak relevan. Dengan asimetri
informasi tersebut agen (manajemen) dapat lebih fleksibel mempengaruhi angka-angka
akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk memkasimalkan kepentingan
agen (manejmen) dengan cara manajemen laba (earnings management).
Teori Positif (Positive Theory)
Teori positif bertujuan untuk menjelaskan tentang fenomena akuntansi yang diamati
berdasarkan alasan yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa. Teori ini dapat
diartikan untuk menjelaskan mengapa kebijakan akuntansi menjadi suatu masalah bagi
perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan, dan untuk
memprediksi kebijakan akuntansi yang hendak dipilih oleh perusahaan dalam kondisi
tertentu (Watts dan Zimmerman, 1986). Dengan pendekatan ini, diharapkan dapat
menghasilkan prediksi yang valid dan dapat memberikan jawaban atas fenomena
tersebut. Pada teori positif, terdapat tiga hipotesis dalam teori akuntansi positif Watts
& Zimmerman (1986) yang digunakan untuk menguji perilaku etis seseorang dalam
menyusun laporan keuangan, yaitu: memaksimalkan bonus, memenuhi persyaratan
tertentu dalam kontrak utang, dan politik.
Teori Signalling
Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal yang dilakukan oleh manajer untuk
mengurangi asimetri informasi (Fala, 2007). Signalling theory atau teori sinyal
dikembangkan oleh Ross (1997) menyatakan bahwa pihak eksekutif perusahaan
memiliki informasi lebih baik mengenai perusahaannya kemudian menyampaikan
informasi tersebut. Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan melalui laporan keuangan yang berkualitas kepada pihak ekternal,
misalnya investor. Penyampaian informasi ini, harapannya dapat menjadi sinyal positif
bagi investor bahwa perusahaan tidak terindikasi manajemen laba dan dalam kinerja
yang baik.
Manajemen Laba
Menurut Scott (2011) manajemen laba adalah perilaku manajemen dalam
memilih kebijakan akuntansi tertentu, yang bertujuan mempengaruhi laba untuk
mencapai sebuah tujuan tertentu. Manajemen dapat menggunakan kelonggaran
penggunaan metode akuntansi, membuat kebijakan akuntansi (discreationary
accruals) yang dapat mempercepat, atau menunda biaya-biaya dan pendanaan, agar
laba perusahaan lebih kecil atau lebih besar sesuai dengan harapan. . Sistem akuntansi
akrual sebagaimana yang ada pada prinsip akuntansi yang diterima umum memberikan
kesempatan kepada manajer untuk membuat pertimbangan akuntansi yang akan
memberi pengaruh kepada pendapatan yang dilaporkan. Akrual merupakan perbedaan
laba dengan arus kas operasi. Makin besar perbedaannya, maka perbedaan itu
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
84
disebabkan karena aspek akrual atau kebijakan akuntansi. Dalam hal ini pendapatan
dapat dimanipulasi melalui discretionary accruals (Gumanti, 2001). Menurut Scott
(2003) beberapa motivasi yang mendorong manajemen melakukan manajemen laba
yaitu motivasi pajak, pergantian CEO, penawaran saham perdana, motivasi pasar
modal.
Good Corporate Governance
Good corporate governance sangat berkaitan dengan bagaimana membuat investor
yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka dan manajer tidak
akan mencuri atau menggelapkan atau menginvestasikan dana dari investor untuk
proyek-proyek yang tidak menguntungkan. Good corporate governance merupakan
konsep yang didasarkan pada teori keagenan, yang timbul sebagai akibat pihak-pihak
yang terlibat dalam perusahaan yang mempunyai kepentingan yang berbeda. Adanya
corporate governance yang baik diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return
yang sesuai atas dana yang telah mereka investasikan (Shleifer & Vishny, 1997).
Dewan Komisaris Independen
Keberadaan dewan komisaris independen sangat di perlukan dalam mendorong
diterapkannya prinsip dan praktek tata kelola perusahaan yang baik pada perusahaan.
Dalam Pedoman Umum GCG Indonesia (KNKG, 2006), fungsi monitoring dewan
komisaris diharapkan lebih efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham
minoritas dengan adanya peraturan mengenai komposisi dewan komisaris yang berasal
dari luar (independen). Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik
dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam
menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak
manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan
laba yang berkualitas (Boediono, 2005).
Keahlian Komite Audit
Komite audit merupakan salah satu unsur dalam konsep Good Corporate Governance
yang diharapkan mampu memberikan kontribusi tinggi dalam level penerapannya
(Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKG), 2001). McMullen
(1996) menyatakan komite audit memberikan kontribusi dalam kualitas pelaporan
keuangan melalui pengawasan atas proses pelaporan keuangan termasuk sistem
pengendalian internal dan penggunaan prinsip akuntansi berterima umum, dan
mengawasi proses audit secara keseluruhan. Sehingga dapat mengurangi pengukuran
akuntansi yang tidak tepat dan tindakan kecurangan manajemen. Dari penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa komite audit dapat mengurangi manajemen laba
yang selanjutnya akan mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan yang salah satunya
adalah kualitas laba.
Kualitas Laba
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
85
Laporan keuangan yang menggambarkan profitabilitas operasional perusahaan secara
benar dan akurat, dapat dikatakan memiliki kualitas laba yang baik. Laba dikatakan
berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh para
penggunanya untuk membuat keputusan yang terbaik. Artinya, laporan yang
berkualitas memiliki tingkat manajemen laba yang rendah, sehingga informasi laba
dalam laporan keuangan dapat diandalkan. Bellovary et al. (2005) mendefinisikan
kualitas laba sebagai kemampuan laba dalam merefleksikan kebenaran laba perusahaan
dan membantu memprediksi laba mendatang. Hal ini karena kualitas laba merupakan
aspek yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengaruh Keahlian Komite Audit terhadap Manajemen Laba
Komite audit merupakan salah satu unsur dalam konsep Good Corporate Governance
yang mampu memberikan kontribusi tinggi dalam penerapannya (Komite Nasional
Kebijakan Corporate Governance (KNKG, 2001). Keberadaannya diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pengawasan internal perusahaan, khususnya kualitas pelaporan
keuangan. Sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh OJK bahwa keanggotaan komite
audit harus mengandung setidaknya satu anggota yang memiliki keahlian akuntansi
maupun keuangan, harapannya pengawasan oleh komite audit dapat lebih efektif untuk
mengurangi manajemen laba.
Kosasih & Widayati (2013) mengatakan keahlian komite audit berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba. Semakin komite audit ahli dalam bidang akuntansi
atau keuangan, semakin baik dalam menganalisis laporan keuangan, semakin
berkualitas laporan keuangan yang disajikan, sehingga semakin baik kualitas labanya.
Hal ini didukung hasil penelitian oleh Suhendi & Zaenuddin (2015) berkesimpulan
bahwa anggota komite audit yang mempunyai keahlian akuntansi maupun keuangan
akan lebih mudah dalam mendeteksi adanya manajemen laba. Berdasarkan peneliti
terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1: Keahlian komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba
Secara umum, dewan komisaris independen memiliki pengawasan yang lebih baik
terhadap manajer sehingga mampu mempengaruhi kemungkinan penyimpangan yang
dilakukan manajer. Jensen dan Meckling (1976) yang menyebutkan bahwa teori agensi
mendukung pernyataan bahwa untuk meningkatkan independensi dewan, maka dewan
harus didominasi oleh pihak yang berasal dari luar perusahaan. Sesuai dengan
peraturan yang berlaku bahwa perusahaan publik harus membentuk komisaris
independen yang anggotanya paling sedikit 30% dari jumlah keseluruhan anggota
dewan komisaris.
Nabila & Daljono (2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa jumlah
komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Semakin besar
proporsi dewan komisaris independen maka semakin kecil manajemen laba (earnings
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
86
management). Pada penelitian Abdillah (2015) bahwa semakin banyak proporsi dewan
komisaris dari luar perusahaan dapat mengurangi manajemen laba dalam perusahaan.
Berdasarkan teori keagenan, semakin besar jumlah komisaris independen, maka
semakin baik komisaris independen dapat memenuhi perannya dalam mengawasi dan
mengontrol tindakan para eksekutif. Berdasarkan peneliti terdahulu, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H2: Jumlah komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba
Pengaruh Manajemen Laba terhadap Kualitas Laba
Boediono (2005) melakukan pengujian antara manajemen laba dan good corporate
governance terhadap kualitas laba memiliki pengaruh yang cukup signifikan. Sesuai
dengan teori keagenan manajemen cenderung memilih metode untuk menaikkan laba
sesuai dengan motivasinya. Hal ini akan mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan,
karena tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya.
Oktaviani et al. (2015) mengatakan manajemen laba berpengaruh negatif
terhadap kualitas laba. Semakin rendah manajemen laba yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan, semakin tinggi kualitas labanya. Pada penelitian Abdullah &
Suardi (2017) mengatakan bahwa manajemen laba mempengaruhi kualitas laba. Hal
ini karena kualitas laba mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang
sesungguhnya pada saat ini dan dapat digunakan untuk memprediksi kondisi keuangan
di masa yang akan datang. Apabila laporan keuangan tidak menyajikan kondisi
keuangan perusahaan yang sesungguhnya, akibatnya kualitas laba yang dilaporkan
rendah. Berdasarkan peneliti terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah:
H3: Manajemen laba berpengaruh negatif terhadap kualitas laba
Pengaruh Keahlian Komite Audit terhadap Kualitas Laba
Keberadaan komite audit diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengawasan internal
perusahaan, khususnya kualitas pelaporan keuangan. Komite audit yang memiliki
keahlian akuntansi maupun keuangan akan semakin baik dalam menganalisis laporan
keuangan. Sehingga dapat mengurangi pengukuran dan pengakuan akuntansi yang
tidak tepat, dan mendeteksi manajamen laba. Dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa komite audit dapat mengurangi manajemen laba (earning
management) yang selanjutnya akan mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan yang
salah satunya adalah kualitas laba (McMullen, 1996).
Suaryana (2005) mengatakan bahwa laba yang dilaporkan oleh perusahaan
yang membentuk komite audit (sesuai peraturan yang berlaku) memiliki kualitas laba
yang lebih baik daripada laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang tidak membentuk
komite audit. Hal ini didukung hasil penelitian Handoko & Ramadhani (2017) yang
menyatakan bahwa keahlian komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keahlian komite audit mampu
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
87
meningkatkan kualitas laba dengan mengurangi tingkat manajemen laba. Berdasarkan
peneliti terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H4: Keahlian komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba
Pengaruh Jumlah Komisaris Independen terhadap Kualitas Laba
Jensen dan Meckling (1976) menyebutkan bahwa teori agensi mendukung pernyataan
bahwa untuk meningkatkan independensi dewan, maka dewan harus didominasi oleh
pihak yang berasal dari luar perusahaan. Peran komisaris independen diharapkan dapat
meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan
pemegang saham. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, jumlah
komisaris independen yang tinggi dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam
menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang
berkualitas.
Beasley (1996) membandingkan perusahaan yang melakukan kecurangan
dengan perusahaan yang tidak melakukan kecuarangan, mereka menemukan bahwa
perusahaan yang melakukan kecurangan memiliki persentase dewan komisaris
eksternal yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang
tidak melakukan kecurangan. Hal ini didukung Prastiti & Meiranto (2013) menyatakan
fungsi pengawasan yang efektif oleh komisaris independen mampu mengurangi
manajemen laba yang kemudian menyebabkan laporan keuangan menjadi lebih dapat
diandalkan, sehingga informasi laba menjadi berkualitas. Berdasarkan peneliti
terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H5: Jumlah komisaris independen berpengaruh positif terhadap kualitas laba
Suhendi & Zaenuddin (2015) berkesimpulan bahwa anggota komite audit yang
mempunyai keahlian akuntansi maupun keuangan akan lebih mudah dalam mendeteksi
adanya manajemen laba. Hal ini didukung Kosasih & Widayati (2013) yang
menyatakan keahlian komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Semakin komite audit ahli dalam bidang akuntansi atau keuangan, semakin baik dalam
menganalisis laporan keuangan, semakin berkualitas laporan keuangan yang disajikan,
sehingga semakin baik kualitas labanya. Hal ini berarti keahlian yang dimiliki komite
audit dapat meminimalisir manajemen laba dalam sebuah perusahaan, yang selanjutnya
mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan yang salah satunya adalah kualitas laba.
Hal ini sesuai dengan Suaryana (2005) mengatakan bahwa laba yang dilaporkan
oleh perusahaan yang membentuk komite audit (sesuai peraturan yang berlaku)
memiliki kualitas laba yang lebih baik daripada laba yang dilaporkan oleh perusahaan
yang tidak membentuk komite audit. Berdasarkan peneliti terdahulu, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H6: Keahlian komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba dengan
manajemen laba sebagai variabel intervening
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
88
Pengaruh Jumlah Komisaris Independen terhadap Kualitas Laba dengan
Manajemen Laba sebagai Variabel Intervening
Peneliti terdahulu secara konsisten menyimpulkan bahwa perusahaan dengan
persentase dewan komisaris independen yang lebih tinggi akan mampu mengurangi
praktek manajemen laba. Proporsi dewan komisaris independen yang lebih tinggi
diharapkan dapat mendorong fungsi pengawasan yang lebih efektif, sehingga dapat
mengurangi praktik manajemen laba dalam perusahaan dan menghasilkan laba yang
berkualitas. Prastiti & Meiranto (2013) menyatakan bahwa independensi dewan
komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini didukung Nabila
& Daljono (2013) mengatakan bahwa jumlah komisaris independen berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba, sehingga dapat meningkatkan kualitas laba.
H7 : Jumlah komisaris independen berpengaruh positif terhadap kualitas laba
dengan manajemen laba sebagai variabel intervening
III. METODE PENELITIAN, DEFINISI OPERASIONAL DAN
PENGUKURAN
Model Penelitian
H1(-) H4(+)
H6(+)
H3(-)
H7(+)
H2(-) H5(+)
Keahlian Komite
Audit
Jumlah Komisaris
Independen
Manajemen
Laba
Kualitas
Akrual
Kualitas
Laba
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
89
Tabel Variabel, Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel Definisi
Operasional Pengukuran
Keahlian Komite Audit Variabel
Independen
1: Latar belakang akuntansi dan
keungan; 0: untuk selainnya
Jumlah Komisaris Independen Variabel
Independen
menjumlah semua anggota dewan
komisaris independen yang berasal
dari luar perusahaan dibagi dengan
total dewan komisaris
Manajemen Laba Variabel
Intervening
Modified Jones (1991) yang
dimodifikasi oleh Deschow et al.
(1995)
Kualitas Laba Variabel Dependen Kualitas Akrual (Dessai, 2006)
IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Hasil seleksi sampel menggunakan metode purposive sampling diperoleh jumlah
sampel sebanyak 46 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama tahun 2012-2016. Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode Structural Equation Modelling (SEM) PLS.
PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN
Pengujian Hipotesis Pertama
Hasil pengujian hipotesis H1 menunjukan bahwa keahlian komite audit tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba dengan nilai signifikansi P-value
0,30 (≥0,05). Hasil pengujian hipotesis ini tidak sesuai dengan hipotesis H1, yang
menduga bahwa keahlian komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba,
sehingga H1 ditolak. Hasil uji hipotesis ini sesuai dengan Dwiharyadi (2017) yang
menyatakan bahwa keahlian komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Hal ini karena jumlah anggota komite audit keseluruhan rata-rata
adalah 3 orang di setiap perusahaan, walaupun terlihat relatif besar jika dilihat dari sisi
jumlah personel, sebenarnya dari rata-rata jumlah anggota komite audit yang memiliki
keahlian akuntansi dan keuangan hanya 1 orang saja, sehingga dinilai kurang efektif
untuk mengurangi manajemen laba.
Pengujian Hipotesis Kedua
Hasil uji hipotesis kedua menunjukan bahwa jumlah komisaris independen memiliki
pengaruh signifikan terhadap manajemen laba dengan nilai signifikansi P-value ≤ 0,01
(<0,05), sehingga hipotesis H2 diterima. Artinya, peranan dewan komisaris independen
sebagai bagian dari struktur corporate governance mempunyai pengaruh dalam
manajamen laba. Perusahaan yang terdiri dari jumlah komisaris independen yang besar
mempunyai kontrol yang kuat atas keputusan manajerial, sehingga sangat
memungkinkan jumlah komisaris independen ini dapat mencegah atau mengurangi
terjadinya manajemen laba dalam perusahaan.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
90
Pengujian Hipotesis Ketiga
Hasil pengujian hipotesis H3 menunjukan bahwa manajemen laba tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba dengan nilai signifikansi P-value 0,40
( ≥0,05). Hasil pengujian hipotesis ini tidak sesuai dengan hipotesis H3 yang menduga
bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap kualitas laba, sehingga hipotesis H3
ditolak.
Hasil pengujian hipotesis H3 belum berhasil memberikan bukti adanya
pengaruh yang signifikan antara manajemen laba terhadap kualitas laba, Hal ini
menunjukan kemungkinan adanya pengaruh variabel lain selain variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
Pengujian Hipotesis Keempat
Hasil pengujian hipotesis H4 menunjukan bahwa keahlian komite audit tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba dengan nilai signifikansi P-value 0,22
( ≥0,05). Hasil pengujian hipotesis ini tidak sesuai dengan hipotesis H4 yang menduga
bahwa kehalian komite audit berpengaruh terhadap kualitas laba, sehingga hipotesis H4
ditolak.
Hasil uji hipotesis ini sesuai dengan Pramujianto (2012) yang menyatakan
bahwa keahlian komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Hal
ini karena pembentukan komite audit dalam perusahaan hanya sebuah formalitas untuk
memenuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak berhasil dalam mengurangi
manajemen laba, dan meningkatkan kualitas laba.
Pengujian Hipotesis Kelima
Hasil uji hipotesis kelima menunjukan bahwa jumlah komisaris independen memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba dengan nilai signifikansi P-value ≤
0,01 ini berarti ≤ 0,05, sehingga hipotesis H5 diterima. Hasil uji hipotesis ini
mendukung hasil penelitian oleh Prastiti & Meiranto (2013) yang menyatakan bahwa
semakin besar jumlah komisaris independen akan menyebabkan menurunnya
manajemen laba, sehingga kualitas laba menjadi lebih tinggi.
Pengujian Hipotesis Keenam
Hasil uji hipotesis H1 menunjukan bahwa keahlian komite audit tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Hasil uji hipotesis H4 menunjukan
bahwa keahlian komite audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas laba, serta hasil uji hipotesis H3 tidak menunjukan adanya pengaruh yang
signifikan antara manajemen laba terhadap kualias laba. Dengan demikian, dapat
dikatakan manajemen laba tidak memediasi antara variabel keahlian komite audit
terhadap kualitas laba, sehingga hipotesis H6 ditolak. Ketidakberhasilan uji hipotesis
H6, kemungkinan disebabkan karena komite audit dan kualitas laba hanya
menggunakan satu indikator saja yaitu keahlian komite audit dan kualitas akrual.
Pengujian Hipotesis Ketujuh
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
91
Hasil uji hipotesis H2 menunjukan bahwa jumlah komisaris independen memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap manajemen. Hasil uji hipotesis H5 menunjukan
bahwa jumlah komisaris independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas laba. Meskipun kedua uji hipotesisnya berpengaruh signifikan, namun uji
hipotesis H3 manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manajemen laba tidak memediasi antara
variabel jumlah komisaris independen terhadap kualitas laba, sehingga hipotesis H7
ditolak. Ketidakberhasilan uji hipotesis H7 , kemungkinan disebabkan karena adanya
pengaruh dari variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
V. PENUTUP
Kesimpulan
1. Keahlian komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
manajemen laba.
2. Jumlah komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
manajemen laba.
3. Manajemen laba berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kualitas laba.
4. Keahlian komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kualitas
laba.
5. Jumlah komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas
laba.
6. Manajemen laba tidak terbukti memediasi antara variabel keahlian komite audit
variabel kualitas laba.
7. Manajemen laba tidak terbukti memediasi antara variabel jumlah komisaris
independen terhadap kualitas laba.
Keterbatasan dan Saran
Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel yaitu keahlian komite audit dan jumlah
komisaris independen. Selain itu, pengukuran kualitas laba hanya menggunakan 1
(satu) indikator saja yaitu kualitas akrual. Penelitian selanjutnya disarankan untuk
menambahkan variabel independen yang mempunyai hubungan lebih kuat terhadap
variabel dependennya, agar lebih dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap manajemen
laba dan kualitas laba. Misalnya menambahkan variabel kualitas auditor, karena
pengawasan dewan komisaris dan komite audit akan semakin efektif, apabila didalam
perusahaan memiliki kualitas auditor yang baik. Penelitian selanjutnya juga disarankan
menggunakan indikator yang lebih kompeten untuk mengukur kualitas laba. Misalnya
menggunakan indikator kualitas laba Bellavory (2005), karena dari peneliti terdahulu
masih sedikit yang menggunakan indikator ini.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
92
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, S. (t.thn.). Pengaruh Good Corporate Governance Pada Manajemen Laba. Journal
Riset Mahasiswa Akuntansi (JRMA), xx, 1-14.
Abdullah, M., & Suardi. (2017). Pengaruh Earning Managemet Terhadap Kualitas Laba
Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi. ASSETS, Nomor
1, 86-103.
Adawiyah, R. (2015). Pengaruh Keahlian Akuntansi Komite Audit . Diponegoro Journal Of
Accounting, 1-12.
Afrelia, Y. (2017). Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit, Keahlian
Komite Audit dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba. Jurnal
Akuntansi Indonesia.
Amelia, W. (2016). Pengaruh Komisaris Independen, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas
Terhadap Manajemen Laba. NeO-Bis Volume 10 No.1.
Arifin. (2010). Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen
Laba. Jurnal Fokus Ekonomi , 2 No.3, 2337-6854.
Badan Pengawas Pasar Modal. (2012). Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-41/PM/2003 Tentang Tugas dan Tanggung jawab Komite Audit.
Beasley , M. (1996). An Empirical Anlysis of The Relation Between The Board of Director
Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review, 71, 443-465.
Belkaoui, A. (2006). Accounting Theory (Kelima ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Bellovary, J., Giacomino, D., & Akers, M. (2005). Earnings Quality: It's Timeto Measure and
Report. The CPA Journal, 75(11), 32.
Boediono, G. (2005). Kualitas Laba: Studi Pegaruh Mekanisme Corporate Governance dan
Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Makalah SNA, VIII.
Bursa Efek Indonesia. (2001). Surat Edaran No.SE/008/BEJ/12-2001 tentang Keanggotaan
Komite Audit.
Chtourou , S., Jean , B., & Lucie , C. (2001). Corporate Governance and Earnings
Management. Working Paper.
Chtourou, S., Jean , B., & Lucie , C. (2001). Corporate Governance and Earnings
Management. Social Science Research Network.
Dechow, P. (1995). Accounting Earnings and Cash Flow as a Measures of Firm Perfomance :
The Role of Accounting Accruals. Journal of Accounting and Economics, 111-139.
Desai, H, K., & Venkataraman, K. (2006). Do Short Sellers Target Firms with Poor Earning
Quality? Evidence From Earnings Restatements. Rev Acc Stud, 71-90.
Dwiharyadi, A. (2017). Pengaruh Keahlian Akuntansi dan Keuangan Komite Audit dan
Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia, 75-93.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
93
Eisenhardt, K. (n.d.). Agency Theory : An Assesment and Review. Academy of Management
Review, 14 No.1.
Fala, & Amalia S, D. (2007). Pengaruh Konservatisma Akuntansi Terhadap Penilaian
EKuitas Perusahaan Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance. Simposium
Nasional Akuntansi, X, Makasar.
Fama, E. (1980). Agency Problems and The Theory of The Firm . Journal of Political
Economy, 288-307.
Farida, D. (2012). Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Kualitas Laba Dengan
Konsentrasi Kepemilikan Sebagai Variabel Pemoderasi. Prestasi Vol.9, 1411-1497.
Farida, D. (2012). Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Kualitas Laba Dengan
Konsentrasi Kepemilikan Sebagai Variabel Pemoderasi. Prestasi Vol.9 No.1.
Firmansyah, Pratomo, D., & Yudowati, S. (2016). Pengaruh Komisaris Independen dan
Komite Audit Terhadap Manajemen Laba. e-Proceeding of Management Vol.3 No.2,
1552.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). (2002). Tata Kelola Perusahaan
(Corporate Governance). The Essence of Good Corporate Governance : Konsep dan
Implementasi Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia. Jakarta: Yayasan
Pendidikan Pasar Modal Indonesia dan SInergy Communication.
Ghazali, I. (2005). Analisis Multivariate dengan program SPSS (3 ed.). Semarang: Badan
Penerbit Undip.
Ghozali, I. (2014). Partial Least Square Konsep, Metode dan Aplikasi Menggunakan
Program Warp PLS 4.0. Semarang: Universitas Dipenogoro.
Gumanti, T. (2001). Earnings management pada penawaran pasar perdana di Bursa Efek
Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 4 (2), 165-183.
Guna , W., & Herawaty , A. (2010). Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance
Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen
Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 12(1), 53-68.
Handoko, B., & Ramadhani, K. (2017). Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Keahlian
Keuangan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kemungkinan Kevurangan Laporan
Keuangan. DeReMa Journal Manajemen Vol.12 No.1.
I, J., Bellovary, E, D., & D. Akers, M. (2005). Earning Quality: It's Time to Measure and
Report. The CPA Journal, 32.
IDX. (2018). Diambil kembali dari www.idx.co.id.
Ikatan Komite Audit Indonesia. (2010). Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI). Diambil
kembali dari www.ikai.co.id
Indriantoro, Supomo, N., & Bambang. (1999). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
dan Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Jensen, M. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership
Structure. Journal of Financial Economics, 305-360.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
94
Jones, J. (1991). Earnings Managemet During Import Relief Investigation. Journal of
Accounting Research, 193-228.
Khafid, M. (2012). Pengaruh Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) dan Struktur
Kepemilikan Terhadap Persistensi Laba. Jurnal Dinamika Akuntansi, 139-148.
Khomsiyah. (2005). Analisis Hubungan Indeks dan Struktur Corporate Governance Dengan
Kualitas Pengungkapan. Yogyakarta: Unversitas Gajah Mada.
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKG). (2001). Pedoman Good
Corporate Governance.
Kosasih, F., & Widayati, C. (2013). Pengaruh Independensi Komite Audit, Efektifitas
Komite Audit dan Leverage Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan di
Sektor Industri Manufaktur Yang Terdaftar di indonesia. Jurnal Akuntansi, 01, 132-
148.
Machdar, N., Manurung, A., & Murwaningsih , E. (2017). The Effect of Earnings Quality,
Conservatism, and Real Earnings Management on The Company's Performance and
Information Asymmetry as a Moderating Variable. International Journal of
Economics and Financial Issue, 7((2)), 309-318.
McMullen, D. (1996). Audit Committee Perfomance: An Investigation of The Consequences
Associated with Audit Commites. Auditing: A Journal of Practice & Theory, 15(1),
88-103.
Midiastuty, Pranata P, & Machfoedz, M. (2003). Analisis Hubungan Mekanisme Good
Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional
Akuntansi VI, 1255-1269.
Mustaqomah, E. (2011). Pengaruh Penerapan Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Kualitas Laba Dengan Moderasi Kompetensi Komisaris Independen. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Mutiawero, M. (2014). Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen Laba. Makasar:
Universtitas Hasanuddin.
Nabila, A., & Daljono. (2013). Pengaruh Proporsi Dewan KOmisaris Independen, Komite
Audit, dan Reputasi Auditor Terhadap Manajemen Laba. Diponegoro Journal of
Accounting, 2, 1-10.
Nasuition, M., & Setiawan, D. (2007). Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi,
X.
Oktaviana, H. (2015). Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan Corporate
Governance Terhadap KInerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol.53 No.12, 254-284.
Oktaviani, R. N., Emrinaldi, N., & Ratnawati, V. (2015). Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Kualitas Laba Dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel
Intervening. Jurnal SOROT, 1-142.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
95
Otoritas Jasa Keuangan. (t.thn.). Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Diambil kembali dari
https://www.ojk.go.id/
Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia. (2014, Desember 8). Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 Tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten
atau Perusahaan Publik. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
33/POJK.04/2014 Tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan
Publik. Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia: Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia.
Prabowo, D. (2014). Pengaruh Komisaris Independen, Independensi Komite Audit, Ukuran
dan Jumlah Pertemuan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba. Accounting
Analysis Journal, 90-99.
Pramujianto, F. (2012). Pengaruh Kompetensi Komite Audit Terhadap Kualitas Laba.
Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Prastiti, A., & Meiranto, W. (2013). Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Dan Komite
Audit Terhadap Manajemen Laba. DIponegoro Journal Of Accounting, 1-12.
Rifani, A. (2013). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Hubungan Manajemen
Laba dan Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi Vo.1 No.2.
Ross, S. (1997). Some Notes on Financial Incentive-Signalling Models, Activity Choise and
Risk Preferences. The Journal of Finance, 33 (3), 777-792.
Rusmin. (2010). Auditor Quality and Earnings Management: Singaporean Evidence.
Managerial Auditing Journal, 25(7), 618-638.
Schipper, K., & Vincent, L. (2003). Earnings Quality. Accounting Horizons Supplement, 97-
110.
Scott, W. (1997). Financial Accounting Theory (1st ed.). USA: Prentice Hall.
Scott, W. (2003). Financial Accounting Theory’ 3rd edition. New Jersey: Prentice Hall.
Scott, W. (2006). Financial Accounting Theory (4 ed.). Toronto: Prentice-Hall.
Shleifer, A., & Vishny, R. (1997). A Survey pf Corporate Governance. Journal of Finance ,
737-783.
Sholihin, M., & Ratmono, D. (2013). Analisis SEM-PLS dengan WarpPLS 3.0 untuk
Hubungan Non-Linear dalam Penelitian Sosial & BIsnis. Yogyakarta: Andi.
Siallagan, H. (2009). Pengaruh Kualitas Laba Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi
Kontemporer, 21-32.
Solla, A. (2010). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba
Dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening Pada Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Sejak 2003-2008. Jurusan Akuntansi: Fakultas
Ekonomi-Universitas AirLangga.
Suaryana, A. (2005). Pengaruh Komite Audit Terhadap Kualitas Laba. SNA VIII Solo.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
96
Suhendi, D., & Zaenuddin SE,MM. (2015). Pengaruh Kompetensi Komite Audit, Aktivitas
Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba. Jurnal
Akuntansi Indonesia, 4 No.1, 66-82.
Sulistyanto. (2008). Manajemen Laba Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Surifah. (2010). Kualitas Laba dan Pengukurannya. Jurnal Ekonomi Manajemen & Akuntansi
Vol.8 No.2.
Susilo, B. (2010). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris
Independen, Jumlah KOmite Audit dan Keahlian Komite Audit Terhadap Manajemen
Laba. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah .
Sutopo, B. (2009). Manajemen Laba dan Manfaat Kualitas Laba dalam Keputusan Invetsasi.
Surakarta: UPT Perpustakaan UNS.
Taruno, S. (2013). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba: Manajemen
Laba Sebagai Variabel Intervening. Accounting Analysis Journal 2 (3).
Ujiyantho, Arif, M., & Pramuka, B. (2007). Mekanisme Corporate Governance, Manajemen
Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi, X(Makasar).
Vafeas, N., & Afxentiou, Z. (1998). The Association Between the SEC’s 1992 Compensation
Disclosure Rule and Executive Compensation Policy Changes . Journal of
Accounting and Public Policy , 17(1), 27-54.
Watts, R., & Zimmerman, J. (1986). Positive Accounting Theory, Eaglewood Cliefs. New
Jersey: Prentice Hall.
Wedari, L. (2004). Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite
Audit Terhadap Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi , VII.
Widiastuty, E. (2016). Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Manajemen Laba.
GaneC Swara Vol.10 No.2 , 34-38.
Wolk. (2001). Signaling, Agency Theory, Accounting Policy Choice . Accounting and
Business Research, 18(69), 47-56.
Yendrawati, R. (2015). Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan
Manajerial, dan Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba. Jurnal
Entrepreneur dan Entrepeneurship Vol.4, 33-40.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id