pengaruh keterjadian dan kelimpahan hama kutu …digilib.unila.ac.id/58166/3/tesis full tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH KETERJADIAN DAN KELIMPAHAN HAMA KUTU PUTIH
DAN TUNGAU MERAH TERHADAP PRODUKSI TANAMAN CASSAVA
DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
(Tesis)
Oleh
NILLY CHRISTALIA
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT
THE INCIDENCE AND ABUNDANCE EFFECT OF MEALYBUG ANDRED SPIDER MITE ON CASSAVA YIELD IN SOUTH LAMPUNG
By
Nilly Christalia
One of constraints on cassava production is the attack of pests. Two most
important pests on cassava are the cassava mealybug (CM) and the red spider mite
(RSM). This research was aimed to study the incidence and abundance of CM and
RSM on cassava yield in two South Lampung areas, ie. in Natar area and Tanjung
Bintang area. The cassava clones observed in this study were UJ5, SL 201, CMM
96-1-106 Cabang, SL 221, Arifin Tikel Bayeman, SL 104, SL 30, SL 201, Adira
4, SL 22, UJ 3, SL 36, Korem Gatam, BL 8-1, CMM 25-27, UJ 3 (Emas Masgar),
BL 4, MU 38, T4 Cabang, Litbank UK 2, MU 22, MU 22, MU 111, Barokah and
MU 111 (planted in Natar area) and BW1 (planted in Tanjung Bintang area).
The results showed that the incidence of CM and RSM varied. The incidence of
CM in Natar area was 21% - 100% while that of RSM was 40% - 100%. In
Tanjung Bintang area, CM incidence was 17% - 70% while that of RSM was 40%
- 70%. The smallest incidence of CM (21%) or RSM (40%) was found on BL4
and UJ5 clones, respectively. The abundance of CM (X1) and RSM (X2)
negatively affected the cassava production (Y). Y= 3473 – 130,7X1 – 287X2 (F-
value 7.46 **, n = 30).
Cassava plants attacked by CM (with bunchy top symptoms) produced smaller
and less tubers. The average tuber weight from cassava plants with bunchy top
symptoms was 1,465.7 g/plant, while that of the normal cassava plants was
2,617.5 g/plant (t-value = 2.72*; n = 15). The average number of cassava tuber
from bunchy top plants was 5.13 tuber/plant while that from the normal cassava
plants was 7.3 tuber/plant (t-value 2.53 * ; n = 15).
Keywords: Cassava, mealybug, red spider mite.
ABSTRAK
PENGARUH KETERJADIAN DAN KELIMPAHAN HAMA KUTU PUTIHDAN TUNGAU MERAH TERHADAP PRODUKSI TANAMAN CASSAVA
DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Nilly Christalia
Kendala budidaya cassava adalah serangan Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT). Hama pada cassava di antaranya kutu putih dan tungau merah. Hama-
hama tersebut diduga dapat menyebabkan kehilangan hasil cassava. Perlu adanya
data kuantitatif kehilangan hasil cassava akibat serangan hama kutu putih dan
tungau merah.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keterjadian dan kelimpahan hama kutu
putih dan tungau merah pada dua kawasan lahan pertanaman cassava di
Kabupaten Lampung Selatan serta pengaruhnya terhadap bobot dan jumlah ubi
cassava. Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap kegiatan, yaitu pengambilan
sampel di kawasan Natar dan Tanjung Bintang kemudian dilanjutkan dengan
pengamatan di laboratorium. Klon cassava yang diamati pada penelitian ini
adalah UJ5, SL 201, CMM 96-1-106 Cabang, SL 221, Arifin Tikel Bayeman, SL
104, SL 30, SL 201, Adira 4, SL 22, UJ 3, SL 36, Korem Gatam, BL 8-1, CMM
25-27, UJ 3 (Emas Masgar), BL 4, MU 38, T4 Cabang, Litbank UK 2, MU 22,
MU 22, MU 111, Barokah dan MU 111 di kawasan Natar dan klon BW1 di
kawasan Tanjung Bintang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase keterjadian hama kutu putih dan
tungau merah cassava bervariasi. Keterjadian hama kutu putih pada kawasan
Natar berkisar antara 21% - 100% dan tungau merah berkisar antara 40% - 100%.
Keterjadian hama kutu putih pada kawasan Tanjung Bintang berkisar antara 17% -
70% dan tungau merah berkisar antara 40% - 70%. Persentase keterjadian kutu
putih dan tungau merah terkecil pada Klon BL4 dan UJ5 sebesar 21% dan 40%.
Kelimpahan hama kutu putih (X1) dan tungau merah (X2) berpengaruh negatif
terhadap produksi cassava (Y) (Y= 3473 – 130,7X1 – 287X2, F hitung 7,46**,
n = 30).
Keterjadian hama kutu putih dan tungau merah mengakibatkan penurunan
produksi cassava. Tanaman cassava terserang hama kutu putih (bergejala bunchy
top) memiliki bobot ubi dan jumlah ubi yang lebih rendah dibandingkan dengan
tanaman cassava normal. Rata-rata bobot ubi tanaman cassava bergejala bunchy
top = 1.465,7 g/batang, sedangkan tanaman cassava normal = 2.617,5 g/batang
(t hitung = 2,72*; n = 15). Rata-rata jumlah ubi tanaman cassava bergejala bunchy
top = 5,13 ubi/batang sedangkan tanaman cassava normal = 7,33 ubi/batang
(t hitung 2,53 * ; n = 15).
Kata kunci: cassava, kutu putih, tungau merah.
PENGARUH KETERJADIAN DAN KELIMPAHAN HAMA KUTU PUTIH
DAN TUNGAU MERAH TERHADAP PRODUKSI TANAMAN CASSAVA
DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
NILLY CHRISTALIA
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
MAGISTER SAINS
Pada
Program Pascasarjana Magister Agronomi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Judul Tesis PENGARUrı KETERJADIAN DAN
KELIMPAI-IAN rıAMA Kuru purırıDAN TUNGAU MERAKI TERHADAP
PRODUKSI TANAMAN CASSAVA
Dl KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Nama Mahasiswa Christa[ia
Nomor Pokok Mahasiswa : 1524011010
Program Studi Magister Agronomi
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI
I. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. ir. FX susilo, M.Sc. Dr. ir. ı Gede Swibawa, M.s.19590808 198303 1 001 NİP 19601006 198603 1 003
2. Ketua Program udi Magister Agronomi
. Dr. ir. Yusnita, M.Sc.19610803 198603 2 002
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua Prof. Dr. Ir. EX Susilo, M.sc.
Sekretaris Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S.
PengujiBukan Pembimbing : Płof. Dr. Ir. Kukuh Setîawan, M.
2. De n Pakultas Pertapian
Tror: Dr. . Irwan Sukri Banuwa, M.Si.020 198603
3 Program Pascasarjana Universitas Lampung00
ustofa, MA., Ph.D.101 198403 1 020
Tanggal Lulus Ujian Tesis : 08 Juli 2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Karang Kecamatan Buai Sandang Aji Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan pada tanggal 21 Januari 1988. Penulis adalah anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Azhari dan Ibu Rita Yusmala.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Simpang Sender
Kabupaten OKU Selatan. Pada Tahun 2002 penulis menyelesaiakn pendidikan
menengah pertama di SMPN 1 Muaradua Kabupaten OKU Selatan, sedangkan
pendidikan menengah atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2005 di SMA Negeri
12 Bandar Lampung.
Tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Jurusan
Proteksi Tanaman Strata 1 (S1) Reguler Universitas Lampung melalui jalur
SPMB dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2010 hingga 2015 penulis tercatat
sebagai karyawan swasta di salah satu perusahaan keuangan non Bank di Bandar
Lampung. Tahun 2015 penulis melanjutkan Studi Magister Agronomi di Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kepada ALLAH SWT atas berkat dannikmat-Nya lah saya bisa menyelesaikan tesis ini untuk mendapatkan
gelar Pasca Sarjana Pertanian
Kupersembahkan karya sederhanaku ini sebagai rasa syukur,bakti, hormat,
tanggung jawab, dan terima kasihku Kepada:
Suami dan anakku
Rizki Hary Satria, S. Sos. dan Arzanka Wardhana Satria
Kedua Orang Tua, Mertua, Adik, Kakak-Kakak dan KeluargakuTercinta
Sahabat yang selalu menjadi motivasiYang memberikan semangat, dorongan, serta do’a dalam setiap
langkah penulis.
Almamaterku tercintaUniversitas Lampung
MOTTO
Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika
kesempatan bertemu dengan kesiapan.
(Penulis)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta nikmat yang tak terhingga sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
Tesis dengan judul “Pengaruh Keterjadian Dan Kelimpahan Hama Kutu
Putih Dan Tungau Merah Terhadap Produksi Tanaman Cassava Di
Kabupaten Lampung Selatan” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains di Universitas Lampung.
Selama penyusunan tesis, penulis banyak mendapatkan motivasi maupun bantuan
dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. Selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Bapak Prof. Drs. Mustofa, MA., Ph.D selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Lampung.
3. Ibu Prof. Dr. Ir. Yusnita, M.Sc. Selaku ketua Program Pascasarja Agronomi
atas nasehat, motivasi dan bimbingan selama ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. FX Susilo, M. Sc. selaku pembimbing utama yang telah
memberikan ide, bimbingan, motivasi, arahan, dan saran selama penelitian dan
penyusunan tesis.
5. Bapak Dr. Ir. I Gede Swibawa, M. S. selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan ide, bimbingan, motivasi, arahan, dan saran selama penelitian dan
penyusunan tesis.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Kukuh Setiawan, M. Sc. selaku penguji yang telah
membantu memberikan kritik dan sarannya kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
7. Bapak Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M. Sc. selaku pembimbing akademik, atas
bimbingan, nasehat, dan motivasi selama penulis menjalankan kuliah hingga
selesai penulisan tesis ini.
8. Suami tercinta Rizki Hary Satria, S. Sos dan anakku tersayang Arzanka
Wardhana Satria yang telah memberikan doa, cinta, kasih sayang, motivasi
dan saran selama ini.
9. Keluarga penulis, Bapak Azhari dan Bapak Hi. Hasbullah Murhasan (Alm),
Ibu Rita Yusmala dan Ibu Hj. Suryati Syuhairi, adikku Akbarry Maharda
Putra, S.H., Kakek dan Nenek Marhani (Alm) dan Halimah serta seluruh
keluarga yang telah memberikan doa, motivasi, dan kasih sayang.
10. Teman seangkatan dan seperjuangan, Adawiah, Endang Warastuti, Tri
Fitriani, Nisya Aryani, Siti Jarlina, dan semua teman yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terimakasih atas motivasi serta kebersamaan selama
ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tesis ini, akan tetapi sedikit
harapan semoga tesis sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Bandar Lampung, 1 Juli 2019Penulis
Nilly Christalia
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. viii
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
1.3. Kerangka Pemikiran .................................................................. 4
1.4. Hipotesis ....................................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 8
2.1. Cassava (Ubi Kayu) ..................................................................... 8
2.2. Hama Kutu Putih dan Tungau Merah Cassava ........................... 10
2.3. Gejala Bunchy-top Cassava ......................................................... 12
III. BAHAN DAN METODE .................................................................. 14
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 14
3.2. Bahan dan Alat .............................................................................. 14
3.3. Metode Penelitian ......................................................................... 16
3.3.1. Survei di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung Kecamatan Natar Lampung
Selatan ............................................................................ 17
3.3.2. Survei di Kebun Cassava PT Sungai Budi Tanjung Bintang
.......................................................................................... 18
3.4.Analisis Data ............................................................................... 21
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 22
4.1. Kelimpahan dan Keterjadian Hama Kutu Putih dan Tungau
Merah ............................................................................................ 22
4.1.1. Kelimpahan Hama Kutu Putih dan Tungau Merah Cassava
kebun Natar Lampung Selatan ............................................. 22
4.1.2. Keterjadian Serangan Hama Kutu Putih dan Tungau
Merah .................................................................................. 25
4.1.3. Hubungan antara Produksi Cassava dan Kelimpahan Hama
Kutu Putih dan Tungau Merah Cassava ............................... 28
4.1.4. Produksi Cassava Pada Tanaman Normal versus Tanaman yang
Bergejala Bunchy-Top........................................................... 29
4.2. Pembahasan ................................................................................ 30
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 33
5.1. Kesimpulan ................................................................................... 33
5.2. Saran ............................................................................................. 34
DAFTRA PUSTAKA ................................................................................. 35
LAMPIRAN ................................................................................................. 37
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar Klon Cassava Pada Kebun Percobaan FP UNILA Natar LampungSelatan ................................................................................................. 15
2. Kelimpahan Kutu Putih dan Tungau Merah Cassava Pada beberapa kloncassava di Kebun Percobaan FP Unila Natar Lampung Selatan ............ 23
3. Kelimpahan Kutu Putih dan Tungau Merah Cassava Pada Tiga PosisiDaun Tanaman di Lahan Cassava Tanjung Bintang .............................. 25
4. Produksi Cassava Klon BW1 Pada Tanaman Normal versus Tanaman yangBergejala Bunchy-Top ........................................................................... 29
5. Pengamatan Ulangan 1 Lahan Kebun Percobaan Natar ......................... 38
6. Pengamatan Ulangan 2 Lahan Kebun Percobaan Natar ......................... 39
7. Pengamatan Lahan 1 Lahan Cassava Tanjung Bintang.......................... 40
8. Pengamatan Lahan 2 Lahan Cassava Tanjung Bintang.......................... 41
9. Pengamatan Lahan 3 Lahan Cassava Tanjung Bintang.......................... 42
10. Persentase Keterjadian Hama Tungau Merah Cassava Natar ................ 43
11. Persentase Keterjadian Hama Kutu Putih Cassava Natar....................... 44
12. Persentase Keterjadian Hama Tungau Merah Cassava TanjungBintang..................................................................................................... 45
13. Persentase Keterjadian Hama Kutu Putih Cassava Tanjung Bintang ..... 46
14. Persentase Rata-Rata Keterjadian Hama Tungau Merah dan KutuPutih Cassava Tanjung Bintang.............................................................. 47
15. Pengamatan Hasil Ubi Cassava Tanjung Bintang Lahan I..................... 47
16. Pengamatan Hasil Ubi Cassava Tanjung Bintang Lahan II .................... 49
17. Pengamatan Hasil Ubi Cassava Tanjung Bintang Lahan III ................... 52
18. Pengamatan Hasil Ubi Cassava Tanjung Bintang Lahan I .................... 54
19. Pengamatan Hasil Ubi Cassava Tanjung Bintang Lahan II .................... 56
20. Pengamatan Hasil Ubi Cassava Tanjung Bintang Lahan III ................... 59
21. Data Kelimpahan Hama Tungau Merah dan Kutu Putih cassava denganhasil ubi cassava ...................................................................................... 61
22. Data Hasil Ubi Tanaman cassava Normal dan Tanaman yang BergejalaBunchy top .............................................................................................. 64
23. Hasil Perhitungan Data Bobot Ubi dengan Uji Z ................................... 64
24. Hasil Perhitungan Data Bobot Ubi dengan Uji t ..................................... 65
25. Data Jumlah Ubi Tanaman Cassava Normal dan Tanaman yangbergejala Bunchy top ............................................................................... 65
26. Hasil Perhitungan Data Jumlah Ubi dengan Uji Z .................................. 66
27. Hasil Perhitungan Data Jumlah Ubi dengan Uji t ................................... 66
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gejala Bunchy Top Kutu Putih Cassava ............................................ 13
2. Posisi Pengambilan Sampel Tanaman Cassava Klon BW1 di KebunPT. Sungai Budi Tanjung Bintang ....................................................... 19
3. Posisi Pengambilan Sampel Tanaman Cassava Normal dan BergejalaBunchy-top di Kebun PT. Sungai Budi Tanjung Bintang .................... 19
4. Perbedaan cassava normal dan cassava bergejala Bunchy Top .......... 20
5. Keterjadian Kutu Putih Cassava pada tanaman cassava di KebunPercobaan FP Unila Natar Lampung Selatan........................................ 27
6. Keterjadian Tungau Merah Cassava pada tanaman cassava di KebunPercobaan FP Unila Natar Lampung Selatan........................................ 27
7. Keterjadian Kutu Putih dan Tungau Merah Cassava pada TigaLahan Tanaman Cassava di Tanjung Bintang ...................................... 28
8. Hama Kutu Putih Cassava (A) dan Gejala Serangan pada Daun TanamanCassava (B) .......................................................................................... 31
9. Hama Tungau Merah Cassava (A) dan Gejala Serangan pada DaunTanaman Cassava (B) ........................................................................ 31
10. Hasil Analisis Regresi Dengan Minitab 17........................................... 62
11. Grafik Hubungan antara produksi cassava dan kelimpahan hama kutuputih dan tungau merah ......................................................................... 63
12. Tabel ANARA Kutu Putih Cassava di Kebun Natar LampungSelatan ................................................................................................... 67
13. Tabel ANARA Tungau Merah Cassava di Kebun Natar LampungSelatan ................................................................................................... 67
14. Tabel ANARA Kelimpahan Kutu Putih Cassava di Kebun TanjungBintang Lampung Selatan ..................................................................... 68
15. Tabel ANARA Kelimpahan Tungau Merah Cassava di Kebun TanjungBintang Lampung Selatan ..................................................................... 68
16. Tabel ANARA Kutu Putih 3 Klon Cassava di Kebun Natar LampungSelatan ................................................................................................... 69
17. Tabel ANARA Tungau Merah 3 Klon Cassava di Kebun Natar LampungSelatan ................................................................................................ 69
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cassava atau ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan komoditas
tanaman pangan yang kaya manfaat dan banyak dibudidayakan di Indonesia.
Pemanfaatan terbesar ubi kayu di Indonesia adalah sebagai bahan pangan (58%),
bahan baku industri (28%), ekspor dalam bentuk gaplek (8%), pakan (2%), dan
limbah pertanian (4%) (Vademikum, 2008 dalam Wardani, 2015). Cassava
digunakan sebagai bahan pangan seperti gaplek dan tiwul. Cassava digunakan
sebagai bahan baku industri seperti industri tapioka dan bioetanol. Selain sebagai
bahan pangan dan bahan baku industri cassava juga dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak. Cassava merupakan sumber energi tinggi yang mengandung pati
(25%-35%), protein, mineral, serat, kalsium, dan fosfat (Nuryati et al., 2015).
Departemen Pertanian secara resmi baru melepas 10 varietas unggul cassava
sampai dengan tahun 2009. Varietas unggul yang sesuai untuk pangan antara lain
varietas Adira 1, Malang 1, Malang 2 dan Darul Hidayah. Sedangkan varietas
unggul yang sesuai untuk bahan baku industri antara lain Varietas Adhira-4,
MLG-4, UJ-3, UJ-5, MLG-6 (Sundari, 2010).
Varietas cassava yang dibutuhkan sebagai bahan pangan dan sebagai bahan baku
industri memiliki karakteristik yang berbeda. Sebagai bahan pangan dibutuhkan
2
varietas cassava yang memiliki rasa enak, pulen dan memiliki kandungan HCN
yang rendah. Sebagai bahan baku industri dibutuhkan varietas cassava yang
memiliki potensi hasil tinggi, kadar bahan kering dan kadar pati tinggi (Sundari,
2010). Berdasarkan karakteristik kadar air ubi kayu, kadar pati ubi kayu, kadar air
pati, kadar amilosa dan tingkat konversi pati menjadi glukosa secara enzimatis,
ubi kayu varietas Kasetsart yang berumur panen 10 bulan di Desa Gunung Agung
Kecamatan Sekampung Udik Lampung Timur memiliki sifat fisik dan kimia
terbaik (Susilawati, 2008).
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2014) melaporkan bahwa di
Provinsi Lampung petani cassava telah menggunakan varietas unggul. Varietas
unggul yang diadopsi sesuai urutan tertinggi adalah:
1. UJ-3 dengan 68,4% petani pengguna dan luas areal 265.407 ha.
2. UJ-5 dengan 31% petani pengguna dan luas areal 84.957 ha.
3. Litbang UK 2 dengan 0,6% petani pengguna dan luas areal 1.683 ha.
Tujuan utama penanaman cassava di Lampung adalah untuk dijual ke industri.
Varietas cassava yang dipilih petani untuk dijual ke industri adalah yang
mengandung kadar pati tinggi.
Produksi cassava tersentralisasi di 8 (delapan) provinsi di Indonesia dengan
kontribusi produksi sebesar 91,49% atau produksi rata-rata mencapai 21,88 juta
ton. Provinsi Lampung dengan rata-rata produksi tahun 2011-2015 mencapai 8,45
juta ton cukup dominan dan berada di urutan pertama dengan persentase produksi
mencapai 35,33%, di urutan kedua Provinsi Jawa Tengah 16,23% dan di urutan
ketiga Provinsi Jawa Timur 16,01%. Rata-rata produktivitas cassava di Provinsi
3
Lampung pada 5 tahun terakhir (periode 2011 - 2015) berada di posisi ketiga
setelah Sumatera Barat dan Sumatera utara dengan rata-rata hasil cassava sebesar
260,19 kuintal per hektar (Nuryati et al., 2015).
Penurunan produksi cassava di Indonesia perlu diminimalisir demi mewujudkan
ketahanan pangan nasional dan penyediaan bahan baku industri. Data Badan Pusat
Statistik menunjukkan bahwa penurunan produksi cassava di Indonesia terjadi
pada tahun 2015 sebesar 21.801.415 ton yang turun dari tahun 2014 sebesar
23.436.384 ton. Sedangkan penurunan produksi cassava Provinsi Lampung terjadi
pada tahun 2015 sebesar 7.387.084 ton juga mengalami penurunan dari tahun
2014 yang mencapai 8.034.016 ton. Untuk meminimalisir penurunan produksi
cassava dari tahun ke tahun maka perlu adanya berbagai langkah pengembangan.
Rendahnya produksi cassava antara lain disebabkan oleh serangan hama dan
penyakit tanaman. Hama utama tanaman cassava adalah tungau dan kutu putih.
Penelitian di CIAT (The International Center for Tropical Agriculture)
menunjukkan serangan kompleks empat jenis tungau mengakibatkan kehilangan
hasil cassava sebsar 20-53%, tergantung pada umur tanaman dan lamanya
serangan (Indiati, 2012). Pada serangan berat, kutu putih cassava dapat
menyebabkan kehilangan hasil hingga 80%-90% seperti yang terjadi di Afrika
(Nwanze, 1982 dalam Wardani et al., 2014).
Kutu putih dan tungau merah menjadi hama penting pada tanaman cassava karena
dapat menyebabkan kehilangan hasil. Namun sampai saat ini belum ada informasi
yang jelas tentang seberapa besar hama tersebut dapat menyebabkan kehilangan
hasil. Wardani (2015) melaporkan bahwa di kawasan Bogor hama yang banyak
4
menimbulkan kerugian adalah kutu putih yang dapat menurunkan hasil panen
sebesar 50%. Informasi tersebut diperoleh dari wawancara dengan petani yang
masih perlu dicermati lagi akurasinya. Indiati (2012) melaporkan bahwa serangan
tungau merah pada klon cassava OMM 9076 memberikan hasil 28 ton/ha pada
kondisi tanpa pengendalian dan 32 ton/ha pada kondisi dikendalikan. Data Badan
Pusat Statistik di Provinsi Lampung menyatakan kehilangan hasil ubi kayu pada
tahun 2015 sebesar 646.932 ton dari tahun 2014. Dibutuhkan informasi yang jelas
tentang kehilangan hasil tanaman cassava akibat serangan kutu putih dan tungau
merah di Lampung.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mempelajari keterjadian dan kelimpahan hama kutu putih dan tungau merah
pada dua kawasan lahan pertanaman cassava di Kabupaten Lampung Selatan.
2. Mempelajari pengaruh keterjadian dan kelimpahan hama kutu putih dan
tungau merah terhadap bobot dan jumlah ubi cassava.
1.3. Kerangka Pemikiran
Cassava merupan tanaman yang mampu tumbuh pada wilayah tropis maupun
subtropis. Wilayah pengembangan cassava berada pada 30oLU dan 30oLS. Suhu
yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman cassava adalah antara 18o-35oC.
Pada suhu di bawah 10oC pertumbuhan tanaman cassava akan terhambat.
Kelembaban udara yang dibutuhkan cassava adalah 65% (Suharno et al., 1999
dalam Wardani, 2015). Curah hujan optimum untuk cassava berkisar antara 760-
5
1015 mm per tahun (Semangun, 1991; Suharno et al., 1999 dalam Wardani,
2015). Tingkat kemasaman tanah (pH) untuk tanaman cassava minimum 5
(Wargiono, 1979 dalam Wardani, 2015).
Cassava akan tumbuh dan berproduksi dengan baik pada kondisi lingkungan yang
mendukung. Lingkungan yang baik yaitu lingkungan yang terkendali dari
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). OPT dapat menyerang bagian tanaman
seperti daun, batang maupun ubi. Adanya serangan OPT dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman terganggu. Selain bebas dari serangan OPT, tanaman juga
perlu ditunjang dengan kondisi struktur tanah yang gembur. Struktur tanah yang
gembur sangat baik untuk pembentukan dan perkembangan ubi.
Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah penghasil cassava. Cassava
ditanam secara komersial hampir di seluruh wilayahnya. Salah satu wilayah
penghasil cassava adalah Kabupaten Lampung Selatan. Dua lokasi di wilayah
Kabupaten Lampung Selatan yang termasuk sentra komoditas cassava
diantaranya adalah Kecamatan Natar dan Tanjung Bintang.
Kehadiran hama seringkali dikeluhkan oleh petani cassava. Hama dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi cassava. Pertumbuhan cassava
menjadi terganggu misalnya adanya daun yang mengeriting atau batang dengan
ruas pendek. Pada populasi yang tidak terkendali, hama dapat mengakibatkan
kehilangan hasil.
Kehadiran hama pada tajuk tanaman cassava dapat menyerang bagian daun
tanaman. Serangan tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada daun. Daun
6
mengalami gangguan sehingga fungsi daun tidak optimal dalam melakukan proses
fotosintesis dan transpirasi. Bila fungsi daun terganggu maka akan berpengaruh
pada ubi sehingga kualitas dan ukuran ubi tidak optimal.
Kronologi gejala serangan tungau merah dapat dilihat dari permukaan daun
cassava. Indiati (2012) melaporkan bahwa gejala serangan tungau merah mulai
tampak pada saat tanaman berumur enam minggu. Gejala serangan pertama kali
terlihat pada daun yang terletak di bagian bawah. Serangan awal tungau merah
ditandai dengan adanya bintik-bintik kuning di sepanjang helaian daun. Pada
akhirnya bintik-bintik tersebut menyebar ke seluruh daun. Akibatnya daun
berubah warna menjadi coklat kemerahan atau coklat tua, kering, dan kemudian
rontok. Gejala ini dapat menunjukkan angka keterjadian hama tungau merah.
Hama kutu putih cassava diketahui merupakan hama baru pada tanaman cassava.
Hama kutu putih ini pertama kali ditemukan di Kawasan Bogor, Jawa Barat pada
tahun 2010 (Wardani, 2015). Dari pengamatan lapangan diketahui bahwa kutu
putih juga sudah ditemukan pada pertanaman cassava di Lampung. Hama ini
menyerang bagian pucuk tanaman.
Gejala serangan hama kutu putih terlihat pada pucuk tanaman. Serangan hama
kutu putih mengakibatkan pucuk tanaman mengeriting, ruas batang memendek,
dan tanaman menjadi kerdil (Wardani et al., 2014). Gejala tersebut menjadi lebih
parah pada kerapatan populasi yang sangat tinggi seperti pada musim kemarau.
Selain itu, Serangan berat kutu putih juga dapat menyebabkan gejala bunchy top.
Gejala bunchy top mulai terlihat sejak tanaman berumur 8 mst dan meningkat
dengan cepat mulai 16 mst, bersamaan dengan datangnya musim kemarau
7
(Wardani, 2015). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2015)
diketahui bahwa tanaman ubi kayu yang terserang kutu putih sejak muda
berukuran lebih pendek dan menghasilkan bobot ubi yang lebih rendah,
dibandingkan bila serangan terjadi setelah tanaman berumur lebih lanjut.
Keterjadian dan kelimpahan hama kutu putih dan tungau merah merupakan
variabel yang dapat dihubungan dengan produksi cassava. Variabel keterjadian
dan kelimpahan kutu putih dan tungau merah perlu diperhitungkan. Hasil
perhitungan variabel tersebut diharapkan mampu memberikan data kuantitatif
kehilangan hasil cassava akibat serangan hama kutu putih dan tungau merah.
Analisis terhadap data tersebut dapat menjawab berapakah besarnya kehilangan
hasil panen cassava akibat serangan hama kutu putih dan tungau merah di
Lampung.
1.4. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Keterjadian dan kelimpahan hama kutu putih dan tungau merah bervariasi pada
pertanaman cassava di daerah Kabupaten Lampung Selatan.
2. Keterjadian dan kelimpahan hama kutu putih dan tungau merah mempengaruhi
bobot dan jumlah ubi cassava.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Cassava (Ubi Kayu)
Cassava atau yang dikenal dengan ubi kayu merupakan komoditas tanaman
pangan yang cukup penting. Cassava memiliki berbagai keunggulan
dibandingkan tanaman pangan lainnya. Keunggulan cassava antara lain tanaman
ini dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur, daya tahan terhadap penyakit
relatif tinggi, masa panennya yang tidak diburu waktu sehingga dapat dijadikan
lumbung hidup dan baik ubi maupun daun cassava dapat diolah menjadi aneka
makanan.
Cassava dapat ditanam dengan pola tanam monokultur maupun tumpangsari
dengan jarak tanam tertentu. Untuk mendapatkan hasil optimal pertanaman
cassava harus dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan cassava meliputi
penyulaman paling lambat 1 minggu setelah tanam, penyiangan gulma,
pembumbunan pada umur cassava 2-4 bulan setelah tanam dan pengendalian
hama dan penyakit (Sundari, 2010).
Selain sebagai bahan pangan, bahan baku industri olahan dan pakan ternak,
cassava juga berfungsi sebagai bahan baku bioethanol. Bioetanol merupakan
salah satu sumber energy alternatif untuk bahan bakar. Cassava yang paling
sesuai untuk bahan baku bioetanol yaitu yang memiliki potensi hasil dan kadar
9
pati tinggi. Kandungan pati yang tinggi pada cassava merupakan substrat yang
baik untuk menghasilkan glukosa. Glukosa merupakan produk pembuatan etanol.
Cassava cukup berpotensi sebagai bahan baku industri etanol karena mampu
meproduksi etanol sebanyak 2.000 – 7.000 l/ha/th. Berdasarkan kadar gula total,
pati dan ratio fermentasinya, beberapa varietas/klon cassava, diantaranya CMM
99008-3, MLG 0311, OMM 9908-4 dan UJ-5 sesuai untuk bahan baku industri
etanol. Varietas tersebut memiliki nilai konversi 4-4,5 kg ubi kupas segar/liter
etanol 96% (Ginting et al., 2009).
Berdasarkan kandungan hidrogen sianida (HCN) cassava dibedakan menjadi
cassava manis atau tidak pahit dan cassava pahit. Cassava manis atau tidak pahit
memiliki kandungan HCN < 40 mg/kg ubi segar. Sedangkan cassava pahit
memiliki kadar HCN ≥ 50 mg/kg ubi segar. Kandungan HCN yang tinggi dapat
menyebabkan keracunan bagi manusia maupun hewan, sehingga tidak dianjurkan
untuk dikonsumsi segar. Untuk bahan tape (peuyem) para pengrajin memilih ubi
cassava yang tidak pahit, rasanya enak dan daging ubi berwarna kekuningan
seperti beberapa varietas lokal yaitu Krentil, Mentega, atau Adira-1. Untuk
industri pangan yang berbasis tepung atau pati cassava, diperlukan cassava yang
ubinya berwarna putih dan mempunyai kadar bahan kering dan pati yang tinggi
(Sundari, 2010).
Pada tanaman ubi kayu, HCN merupakan senyawa sekunder yang terdapat di
dalam floem. Senyawa tersebut dapat mempengaruhi perkembangan dan
reproduksi hama. Hama mengkonsumsi senyawa HCN sebagai nutrisi dengan cara
10
diisap. Misalnya hama kutu putih yang mengisap senyawa sekunder HCN sebagai
stimulan bagi pertumbuhan dan perkembangannya (Wardani, 2015).
2.2. Hama Kutu Putih dan Tungau Merah Cassava
Masalah utama yang dihadapi dalam peningkatan produksi cassava adalah
serangan hama dan penyakit. Hama penting tanaman cassava diantaranya adalah
tungau merah Tetranychus cinnabarinus Boisduval (Acari: Tetranychidae) (Lu et
al., 2012; Kalshoven, 1981) dan kutu putih cassava Phenacoccus manihoti
Matile-Ferrero (Hemiptera: Pseudococcidae) (Wardani et al., 2014).
T. cinnabarinus merupakan sinonim dari T. urticae (Indiati, 2012). Tungau merah
merupakan hama penting pada tanaman cassava khususnya di daerah kering atau
pada saat musim kemarau. Lu et al. (2012) melaporkan bahwa T. cinnabarinus
dapat menyebabkan kerusakan serius pada tanaman cassava di Cina terutama
Provinsi Hainan, Guangdong dan Guangxi. Kutu putih merupakan hama eksotik
yang berasal dari Amerika Selatan dan umumnya menyerang tanaman pada
bagian pucuk (Wardani, 2015). Hingga saat ini belum ditemui varietas yang
resisten penuh terhadap serangan kutu putih.
Tungau merah dan kutu putih menjadi kendala utama pada pertanaman cassava.
Indiati (2012) melaporkan bahwa pada serangan tungau merah dengan intensitas
sedang, klon OMM 9076, adira 1, M4-p, Malang 6, dan Adira 4 bereaksi tahan,
sedangkan pada intensitas tinggi semua klon rentan. Tingkat serangan tungau
yang rendah ditemukan pada klon M4-p, Adira 1, dan OMM 9076 yang memiliki
kadar air daun >70%. Saat dipanen umur 7 bulan, hasil ubi tertinggi diperoleh dari
11
klon OMM 9076, yaitu 28 ton/ha pada kondisi tanpa pengendalian dan 32 ton/ha
pada kondisi pengendalian sehingga berpeluang sebagai klon berumur genjah.
Wardani et al. (2014) melaporkan bahwa varietas cassava mempengaruhi
perkembangan, reproduksi, dan sintasan kutu putih P. manihoti. Cassava varietas
UJ-5 memiliki kandungan sianida yang tinggi lebih sesuai bagi kehidupan dan
peningkatan populasi P. manihoti dibandingkan varietas Adira-1. Hal ini
ditunjukkan oleh masa perkembangan pradewasa P. manihoti yang lebih singkat
dan keperidian yang lebih tinggi pada varietas UJ-5, sehingga dapat dikatakan
bahwa varietas dengan kandungan sianida tinggi dapat menjadi inang yang baik
bagi hama P. manihoti.
Bioekologi P. manihoti dimulai dari telur yang hidup pada pucuk tanaman, di
bawah permukaan daun atau batang tanaman cassava. Spesies P. manihoti
mempunyai telur berbentuk oval, dengan warna kuning keemasan dan ditutupi
oleh kantung telur (ovisac) yang terdapat pada ujung posterior dari betina dewasa.
Panjang dan lebar telur berkisar antara 0.30-0.75 mm dan 0.15–0.30 mm. Tubuh
nimfa terdiri dari 6 ruas pada instar pertama dan 9 ruas pada instar selanjutnya.
Panjang dan lebar tubuh nimfa berturut-turut untuk instar pertama 0.40–0.75 dan
0.20–0.30 mm, instar kedua 1.00–1.10 dan 0.50–0.65 mm, instar ketiga 1.10–1.50
dan 0.50–0.60 mm serta imago 1.10–2.60 dan 0.50–1.40 mm. Betina dewasa
berbentuk oval, berwarna merah muda dan ditutupi tepung putih berlilin, mata
relatif berkembang, tungkai berkembang baik dengan ukuran yang sama. P.
manihoti bersifat partenogenetik telitoki, yaitu semua keturunan yang dihasilkan
adalah betina, sehingga satu ekor kutu mampu untuk manghasilkan keturunan dan
12
pada populasi yang tinggi dapat mengakibatkan ledakan hama pada tanaman
cassava (Wardani, 2015).
T. cinnabarinus merupakan salah satu spesies hama tungau merah yang polifag.
Selain cassava, tungau merah juga merupakan hama pada tanaman kedelai. Hal
tersebut dilaporkan oleh Mamahit (2011) bahwa siklus hidup tungau merah pada
kedelai berkisar 21.65 hari dan 26.25 hari pada pembuahan dan tanpa pembuahan.
Jumlah telur yang di letakan seekor betina selama hidupnya sekitar 54 butir
dengan rata-rata jumlah telur yang diletakkan setiap hari sekitar 5 butir. Rataan
keperidian tungau adalah 54.16 butir telur dan lama hidup imago betina 13.28
hari. Kaimal dan Ramani (2011) melaporkan bahwa T. cinnabarinus jantan
dewasa pada daun lablab bean sangat aktif dan memiliki ukuran tubuh yang lebih
kecil dari betina. Pada betina T. cinnabarinus diketahui memiliki dua tipe
reproduksi yaitu seksual dan partenogenetik.
2.3. Gejala Bunchy-top Cassava
Kutu putih cassava menyebabkan kerusakan dengan cara mengisap cairan daun
pucuk tanaman. Serangan hama dapat mengurangi panjang internode dan
menyebabkan daun menjadi mengkerut dan pucuk menjadi kerdil atau disebut
bunchy tops. Selama proses makan kutu putih mengisap cairan floem dan
mengambil kalsium dari daun cassava. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis
kandungan Ca, P, dan K, pada daun yang tidak terserang ditemukan kandungan
Ca 32% lebih banyak dari daun yang terserang, dan tidak berbeda nyata untuk
kandungan N, P, dan K. Reduksi Ca menyebabkan lemahnya daun, dinding sel
sedikit mengkerut, dan daun menjadi melengkung (CIAT, 1988 dalam Wardani,
13
2015). Pada tanaman yang terserang kutu putih juga terjadi pengurangan laju
fotosintesa, pengurangan efisiensi transpirasi dan mesofil daun, dan dalam waktu
yang bersamaan juga terjadi defisit air, karbon dioksida (CO2) internal dan juga
pengurangan temperatur daun (CIAT, 1992 dalam Wardani, 2015).
Gambar 1. Gejala Bunchy Top Kutu Putih Cassava
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2017-April 2018 di Kabupaten Lampung
Selatan dan Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Penelitian dilaksanakan dengan dua tahap kegiatan. Kegiatan pertama
yaitu pengambilan sampel dan kegiatan kedua yaitu pengamatan. Pengambilan
sampel dilakukan di kawasan Natar dan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung
Selatan. Di kawasan Natar pengambilan sampel berlokasi di Kebun Percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung Kecamatan Natar Lampung Selatan,
sedangkan di kawasan Tanjung Bintang, pengambilan sampel berlokasi di kebun
cassava PT Sungai Budi yang beralamat di Jl. Ir. Sutami No. 3 Sukanegara
Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan. Pengamatan populasi
kutu putih pada sampel dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman cassava dengan sampel
berupa daun dan ubi dari masing-masing klon pada dua kawasan pertanaman
cassava sebagai berikut.
15
1. Kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Kecamatan
Natar Lampung Selatan memiliki klon cassava seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Daftar Klon Cassava Pada Kebun Percobaan FP UNILA NatarLampung Selatan
No. No. Klon Nama Klon1 1 UJ52 2 SL 201-13 3 CMM 96-1-106 Cabang4 4 SL 2215 5 Arifin Tikel Bayeman6 6 SL 1047 7 SL 308 8 SL 201-29 9 Adira 410 10 SL 2211 11 UJ 312 12 SL 3613 13 Korem Gatam14 14 BL 8-115 15 CMM 25-2716 16 UJ 3 (Emas Masgar)17 17 BL 418 18 MU 3819 19 T4 Cabang20 1 Litbank UK 221 2 MU 2222 3 MU 2223 1 MU 11124 2 Barokah25 3 MU 111
2. Kebun cassava PT Sungai Budi di 3 lokasi lahan yang berbeda memiliki
klon yang sama yaitu klon BW1.
Alat yang digunakan adalah mikroskop stereo Leica EZ 700, kamera digital
15MP, counter, timbangan digital CMK-5055 Max 5kg/11Ib, pita berwarna, tali
raffia, plastik, gunting, cangkul dan golok.
16
3.3. Metode penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei di lapangan dan dilanjutkan dengan
analisis sampel di laboratorium. Survei dilakukan di dua lokasi pertanaman
cassava yaitu di kebun percobaan FP UNILA Natar dan di kebun cassava PT
Sungai Budi pada tiga lokasi lahan yang berbeda. Sampel dari lapangan dibawa ke
laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan FP UNILA.
Pengamatan tanaman cassava pada kebun percobaan FP UNILA dilakukan
sebanyak dua kali. Pengamatan pertama dilakukan pada tanggal 21 Mei 2017 dan
kedua dilakukan pada tanggal 18 Juni 2017. Pada kebun percobaan ini diamati
petak tanaman cassava dengan 19 klon dan 2 ulangan serta dua blok petak
tanaman cassava dengan 6 klon yang masing-masing blok dengan 3 klon.
Pengamatan tanaman cassava di Tanjung Bintang dilakukan pada tiga lahan yang
berbeda dengan klon yang sama yaitu klon BW1. Pada lahan pertama dilakukan
pengamatan pada tanggal 23 Desember 2017 dengan luas lahan 5.664 m2. Pada
lahan kedua dilakukan pengamatan pada tanggal 6 Januari 2018 dengan luas lahan
25.760 m2. Pada lahan ketiga dilakukan pengamatan pada tanggal 21 April 2018
dengan luas lahan 5.814 m2.
Terdapat empat variabel yang diukur pada penelitian ini. Variabel pertama adalah
keterjadian hama kutu putih dan tungau merah. Variabel kedua adalah kelimpahan
hama kutu putih dan tungau merah. Variabel ketiga adalah keterjadian bunchy-
top. Varabel keempat adalah bobot dan jumlah ubi cassava.
17
3.3.1. Survei di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas LampungKecamatan Natar Lampung Selatan
Variabel yang diukur pada pertanaman cassava di Kebun Percobaan FP UNILA
Natar adalah variabel pertama dan kedua. Variabel pertama Keterjadian hama
kutu putih dan tungau merah didatakan dari 10 tanaman berklon sama. Variabel
kedua yaitu kelimpahan kutu putih dan tungau merah didatakan dari tiga tanaman
cassava sampel yang dipilih secara acak dari 10 tanaman.
Keterjadian (K) adalah banyaknya tanaman cassava terserang hama tungau
dan/atau kutu putih dari seluruh tanaman yang diamati. Keterjadian hama kutu
putih dan tungau merah dihitung dengan menggunakan rumus.
= 100%Dengan K = keterjadian hama, = jumlah tanaman terserang hama dan = total
tanaman yang diamati.
Daun-daun sampel kemudian diambil secara sistematis dari setiap tanaman
cassava sampel. Daun sampel yang diambil sebanyak dua daun, masing-masing
satu daun bagian bawah dan satu daun bagian tengah. Daun-daun sampel tersebut
dibawa ke laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan FP UNILA. Dari setiap daun
sampel dilakukan penurusan terhadap banyaknya hama kutu putih dan/atau hama
tungau merah yang dilakukan di bawah mikroskop.
18
3.3.2. Survei di Kebun Cassava PT Sungai Budi Tanjung Bintang
Pada kebun cassava PT Sungai Budi Tanjung Bintang terdapat 3 lahan yang
disurvei. Pada setiap lahan ditetapkan 5 titik sampel yang dipilih secara sistematik
yaitu mengikuti garis diagonal. Pada setiap titik sampel terdapat 2 kuadran.
Variabel yang diukur pada pertanaman Cassava PT Sungai Budi Tanjung Bintang
adalah variabel pertama, kedua, ketiga dan keempat. Variabel pertama yaitu
keterjadian kutu putih dan tungau merah didatakan dari 100 tanaman pada setiap
lokasi yang diambil secara sistematis pada 10 baris tanaman. Pada setiap baris
tanaman terdapat 2 kuadran tanaman yaitu kuadran 1 berposisi di sebelah kanan
dan kuadran 2 berposisi di sebelah kiri di setiap titik sampel (5 titik sampel per
lahan). Variabel kedua didatakan dari 10 tanaman cassava sampel. Tanaman
sampel tersebut dipilih secara sistematis dari 5 titik sampel dengan masin-masing
2 kuadran (tanaman) di 3 lahan tanaman cassava (Gambar 2). Variabel ketiga
diamati dari 10 tanaman sampel pada setiap lahan tanaman cassava dengan
masing-masing 5 tanaman bergejala bunchy-top dan 5 tanaman normal atau tanpa
gejala bunchy-top. Kesepuluh tanaman tersebut diambil dari 5 titik sampel yang
dipilih secara sistematis (Gambar 3). Variabel keempat didatakan dari ubi
cassava yang dipanen dari setiap tanaman sampel. Ubi tersebut ditimbang satu per
satu dengan timbangan digital CMK-5055 Max 5kg/11Ib untuk mengetahui bobot
masing-masing ubi dari setiap tanaman sampel. Kemudian dihitung jumlah ubi
dari setiap tanaman sampel.
19
L
P
Gambar 2. Posisi Pengambilan Sampel Tanaman Cassava Klon BW1 di KebunPT. Sungai Budi Tanjung Bintang dengan I, II, III, IV, V adalah titiksampel, Kuadran (Tanaman) 1, Kuadran (Tanaman) 2
L
P
Gambar 3. Posisi Pengambilan Sampel Tanaman Cassava Normal dan BergejalaBunchy-top di Kebun PT. Sungai Budi Tanjung Bintang dengan I, II,III, IV, V adalah titik sampel, Tanaman normal, Tanamanbergejala bunchy-top.
I II
III
IV V
I II
III
IV V
20
Sama halnya dengan kebun Natar, daun-daun sampel diambil secara sistematis
dari setiap tanaman cassava sampel. Daun sampel diambil sebanyak tiga helai di
bagian bawah, tiga helai di bagian tengah dan tiga helai di bagian atas. Total daun
dari setiap tanaman sampel adalah 9 helai daun. Daun-daun sampel tersebut
dibawa ke laboratorium dan dilakukan penurusan di bawah mikroskop.
Gambar 4. Perbedaan cassava normal dan cassava bergejala bunchy top.
Keterangan: A = Daun cassava normal; B = Daun cassava bergejalabunchy top; C = ubi cassava normal; D = Ubi cassavadari tanaman bergejala bunchy top.
Sampel tanaman normal dan tanaman bergejala bunchy-top dipilih di setiap titik
sampel. Tanaman normal dipilih dengan ciri tanaman yang sehat, pertumbuhan
daun dan batang yang normal dan tidak menunjukkan gejala bunchy-top.
Tanaman bergejala bunchy-top dipilih dari tanaman yang terdekat dengan
tanaman normal pada setiap titik sampel yang telah ditentukan. Tanaman
bergejala bunchy-top menunjukkan gejala dengan ciri-ciri tanaman mengalami
A
B
C
D
21
pertumbuhan yang tidak normal seperti pucuk yang mengerut atau mengeriting
dan ruas batang yang memendek (Gambar 4B).
3.4. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Respon klon/varietas cassava terhadap kelimpahan hama kutu putih dan tungau
merah dianalisis dengan uji F (ANOVA) pada taraf 1% atau 5% dan
dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%.
2. Hubungan antara hasil tanaman dengan kelimpahan hama kutu putih dan
kelimpahan hama tungau merah dianalisis dengan uji regresi pada taraf 5%.
3. Produksi tanaman normal versus tanaman bergejala bunchy-top dibandingkan
dengan uji t pada taraf 5%.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Keterjadian hama kutu putih dan tungau merah cassava bervariasi. Keterjadian
hama kutu putih pada petanaman di Natar berkisar antara 21% - 100% dan
kebun Tanjung Bintang berkisar antara 17% - 70%. Keterjadian hama tungau
merah pada kebun Natar berkisar antara 40% - 100% sedangkan kebun
Tanjung Bintang berkisar antara 40% - 70%.
2. Kelimpahan hama kutu putih cassava (X1) dan tungau merah cassava (X2)
berpengaruh negatif terhadap produksi cassava (Y) (Y= 3473 – 130.7X1 –
287X2, F hitung 7.46 **, n = 30). Hama kutu putih dan tungau merah
mengakibatkan penurunan produksi pada cassava.
3. Tanaman cassava bergejala bunchy top memiliki bobot ubi dan jumlah ubi
yang lebih rendah dibandingkan dengan tanaman cassava normal. Rata-rata
bobot ubi tanaman cassava bergejala bunchy top = 1.465,7 g/batang,
sedangkan rata-rata bobot ubi tanaman cassava normal = 2.617,5 g/batang
(t hitung = 2,72*; n = 15). Rata-rata jumlah ubi tanaman cassava bergejala
bunchy top = 5,13 ubi/batang sedangkan rata-rata jumlah ubi tanaman cassava
normal = 7,33 ubi/batang (t hitung 2,53 * ; n = 15).
34
5.2. Saran
Pada penelitian ini ditemukan ubi yang membusuk dari tanaman bergejala bunchy
top. Ubi yang ditemukan membusuk itu berasal dari 4 tanaman sampel. Perlu
adanya penelitian lebih lanjut mengenai serangan hama kutu putih terhadap busuk
ubi ini.
Ditemukan berbagai keterbatasan pada penelitian ini. Terdapat banyak klon yang
dikoleksi namun karena ketersediaan lahan yang kurang pada kebun percobaan
Natar, setiap klon hanya dapat ditanam sebanyak maksimum 10 batang per unit
percobaan. Pada kebun Tanjung Bintang, lahan tersedia sangat luas namun klon
yang ditanam hanya satu yaitu klon BW1. Lahan Tanjung Bintang dapat
memanfaatkan koleksi klon yang ada pada lahan Natar untuk ditanam selain klon
BW1.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2014. Hasil Utama PenelitianTanaman Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2013. Balai Penelitian TanamanAneka Kacang dan Umbi. Malang. 37.
Ginting, E., T. Sundari dan N. Saleh. 2009. Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Industribioetanol. Buletin Palawija. 17: 1-10.
Indiati, S.W. 2012. Ketahanan Varietas/Klon Ubikayu Umur genjah terhadap TungauMerah. J. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 31(1). 53-59.
Kaimal, S. G. dan N. Ramani. 2011. Life Cycle of Tetranychus cinnabarinus(Boisduval) (Acari: Tetranychidae) on Lablab Bean. Indian Journal ofFundamental and Applied Life Sciences. 1 (2): 43-47.
Lu, H., F. Lu, X. L. Xu, & Q. Chen. 2012. Environmental suitability of the red spidermite Tetranychus cinnabarinus (Acari: Tetranychidae) among cassava in China.Advanced Materials Research. 518-523: 5446-5449.
Mamahit, J. M. E. 2011. Biologi dan Demografi Tungau Merah Tetranychus spp.(Acari: Tetranychidae) Pada Tanaman Kedelai. Eugenia. 17 (2): 128-134.
Nuryati, L., Noviati., dan B. Waryanto. 2015. Outlook Komoditas Pertanian TanamanPangan Ubi Kayu. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. KementerianPertanian. Jakarta. 57.
Sundari, T. 2010. Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya Ubi kayu. BalaiPenelitian Kacang Kacangan dan Umbi Umbian. Malang. 55.
Susilawati, S. Nurdjanah dan S. Putri. 2008. Karakteristik Sifat Fisik dan Kimia UbiKayu (Manihot Esculenta) Berdasarkan Lokasi Penanaman Dan Umur PanenBerbeda. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian. (13) 2: 59-72.
Wardani, N. 2015. Kutu putih ubi kayu, Phenacoccus manihoti Matile-Ferrero(Hemiptera: Pseudococcidae), hama invasif baru di Indonesia. Disertasi Doktor.Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
36
Wardani, N., A. Rauf, I. W. Winasa. 2014. Parameter Neraca Hayati DanPertumbuhan Populasi Kutu Putih Phenacoccus Manihoti Matile-Ferrero(Hemiptera: Pseudococcidae) Pada Dua Varietas Ubi Kayu. J. Hpt Tropika. 14(1): 64-70.