pengaruh kredit kupedes bri terhadap produksi … · salah satu wilayah yang merasakan fasilitas...

56
PENGARUH KREDIT KUPEDES BRI TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN KROYA, INDRAMAYU RAMDHANU PRIHATSYAH DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Upload: tranhuong

Post on 09-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENGARUH KREDIT KUPEDES BRI TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI

KECAMATAN KROYA, INDRAMAYU

RAMDHANU PRIHATSYAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kredit

Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan Kroya, Indramayu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014 Ramdhanu Prihatsyah H34104088

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ABSTRAK

RAMDHANU PRIHATSYAH. Pengaruh Penyaluran Kredit Kupedes BRI Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan Kroya, Indramayu. Dibimbing oleh DWI RACHMINA. Dunia usaha di Indonesia tidak dapat lepas dari peran perbankan sebagai lembaga intermediasi, demikian juga dalam dunia agribisnis bank sangat diperlukan sebagai lembaga pemberi kredit. Salah satu bank yang memberikan kredit terhadap usaha agribisnis adalah bank BRI dengan produk pinjamannya bernama Kupedes. Salah satu wilayah yang merasakan fasilitas kredit Kupedes yaitu di kecamatan Kroya yang merupakan sentra penghasil padi terbesar di Jawa barat. Untuk itu dilakukan penelitian tentang pengaruh kredit Kupedes terhadap produksi dan pendapatan usahatani padi dengan lokasi di kecamatan Kroya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kredit Kupedes terhadap produksi dan pendapatan usahatani padi di kecamatan Kroya. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan metoda Cobb- douglass dan Principal Component Analysis untuk menganalisis faktor produksi kemudian untuk analisis pendapatan dilakukan dengan metoda R/C rasio, dan uji-t berpasangan untuk melihat pengaruh kredit terhadap produksi. Berdasarkan analisis tersebut, produksi padi dipengaruhi oleh lahan, benih, unsur N, unsur P, unsur K, nutrisi, dan tenaga kerja. Dari delapan faktor tersebut di dua kondisi yaitu sebelum dan sesudah kredit seluruhnya bernilai positif untuk elastisitas produksinya. Untuk analisis pendapatan di dua kondisi sebelum dan sesudah kredit didapatkan hasil R/C- rasio lebih dari satu hal tersebut menggambarkan bahwa di kecamatan Kroya pada dua kondisi yaitu sebelum dan sesudah kredit usahatani padi keduanya telah efisien dan menguntungkan. Kemudian untuk pengaruh kredit didapatkan hasil bahwa kredit berpengaruh terhadap produksi. Kata Kunci : Analisis faktor produksi, analisis pendapatan, cobb-douglass, dan R/C-rasio

ABSTRACT RAMDHANU PRIHATSYAH, The influence distribution of Kupedes BRI and income of rice farm in Kroya Subsdistrict Indramayu. Supervised by DWI RACHMINA Business in Indonesia can’t be separated from bank as intermediation institution. As also in Agribusiness, bank is needed as creditur institution. BRI is one of the creditur bank in Agribusiness with the loan product named Kupedes. One of the area which already experienced by Kupedes credit facility is Kroya Subsdistrict, as the largest rice producing centers in West Java. For the research concerning the effect of Kupedes credit with rice production and farm income in Kroya subsdistrict. This research aims to analyze the impact of Kupedes credit with rice

production and farm income in Kroya subsdistrict. It uses quantitative analysis with Cobb – Douglass method and Principal Component Analysis to analyze production factor and to analyze the income uses R/C ratio method and t-test set to see the impact of credit to production. Based on this analyze, rice production influenced by land, seed, N substance, P substance, K substance, nutrition and labour. By the eight factors in two condition, all at before and after credit condition gives positive to production elasticity. For income analyze in two condition, before and after credit get more than one R/C ratio result, it’s describe that Kroya subsdistrict in two condition before and after credit rice farm have been efficient and profitable. Than for the credit influence, the result obtained that credit influence or affect production. Keywords : production factor analysis, income analyze, Cobb – Douglass and R / C ratio.

PENGARUH KREDIT KUPEDES BRI TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI

KECAMATAN KROYA, INDRAMAYU

RAMDHANU PRIHATSYAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Judul Skripsi : Pengaruh Kredit Kupedes BRI Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan Kroya, Indramayu

Nama : Ramdhanu Prihatsyah NRP : H34104088

Disetujui oleh

(Dr. Ir Dwi Rachmina, M.SiPembimbing

)

Diketahui oleh

(Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MSKetua Departemen

)

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Pengaruh Kredit Kupedes BRI Terhadap Produksi dan PendapatanUsahatani Padi di Kecamatan Kroya, Indramayu

Nama : Ramdhanu Prihatsyah NRP : H34104088

Disetujui oleh

(Dr. Ir Dwi Raclunina. M.Si) Pembimbing

Diketahui oleh

Kusnadi. MS) tua Departemen

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 ini yaitu Pengaruh Penyaluran Kredit Kupedes BRI Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan Kroya, Indramayu.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir. Dwi Rachmina, M.Si selaku pembimbing, Ir. Netti, Msi selaku dosen evaluator kolokium yang telah banyak memberi saran dan Eva Yolynda SP MM selaku dosen penguji sidang skripsi. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada kedua orang tua (Uu Kursilah dan Ely Laelly) dan saudari (Tasya Chotimah) atas perhatian, dukungan moril dan materil serta do’a yang diberikan. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak bank BRI Unit Kedokan Gabus yang telah membantu penulis untuk menyusun skripsi ini, Erik Kuswara selaku pembahas pada seminar hasil dan kepada sahabat-sahabat lainnya yang telah membantu pembuatan skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014 Ramdhanu Prihatsyah

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3 Pengaruh Kredit Terhadap Produksi 3

Pengaruh Kredit Terhadap Pendapatan Petani 4 Keterkaitan Dengan Skripsi Terdahulu 5

KERANGKA PEMIKIRAN 6 Kerangka Pemikiran Teoritis 6 Peran Kredit Dalam Usahatani 6 Fungsi Produksi 6 Konsep Usahatani 9 Penerimaan Usahatani 10 Pendapatan Usahatani 11 Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya 11

Kerangaka Pemikiran Operasional 12 Hipotesis Penelitian 13

METODE PENELITIAN 13 Lokasi dan Waktu Penelitian 13 Metode Penentuan Sampel 13 Jenis dan Sumber Data 13 Metode Pengumpulan Data 14 Metode Analisis Data 14 Analisis Fungsi Produksi 15 Analisis Pendapatan Usahatani 18 Analisis R/C Rasio 19

Uji- t Berpasangan 20 GAMBARAN UMUM 20 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Kabupaten Indramayu 20 Gambaran Umum Kupedes 21 Sasaran Debitur Kupedes 22 Jenis-jenis Kupedes 23 Jenis-jenis Agunan Kupedes 24 Syarat-syarat Calon Nasabah Kupedes 25 Karakteristik Petani Responden 25 Status Usahatani Padi Sawah Petani Responden 25 Usia Petani 26 Tingkat Pendidikan 26

Status Kepemilikan Lahan Responden 27 Pengalaman Berusahatani 27

Penggunaan Dana Kredit Petani Responden 28 Kegiatan Budidaya Padi 28 Persiapan Lahan 28 Penanaman 29 Pemupukan 29 Pengendalian Hama dan Penyakit 29 Pemanenan 29

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI 30 Analisis Model Fungsi Produksi 30 Analisis Regresi Berganda 30 Analisis Regresi Komponen Utama 34 Analisis Elastisitas Produksi Padi 38 Lahan 38 Benih 39 Unsur N 39 Unsur P 39 Unsur k 40 Tenaga Kerja 40 Nutrisi 41 Pestisida 41 Analisis Efektivitas Kredit Terhadap Produksi 42 Penggunaan Kredit 42 ANALISIS PENDAPATAN 43 Alat-alat Pertanian 43 Penerimaan Usahatani 44 Biaya Usahatani Padi Sawah 45 Analisis Pendapatan 47 KESIMPULAN DAN SARAN 50 Kesimpulan 51 Saran 51 DAFTAR PUSTAKA 52 RIWAYAT HIDUP 57

DAFTAR TABEL

1 Sentra produsen padi sawah di propinsi Jawa barat tahun 2010 2 2 Perhitungan analisis pendapatan dan R/C rasio usahatani padi sawah 19 3 Jumlah Petani responden Berdasarkan Usia 26 4 Jumlah petani responden berdasarkan kriteria tingkat pendidikan

formal 27 5 Jumlah petani responden berdasarkan kriteria status kepemilikan

lahan 27 6 Jumlah petani responden berdasarkan kriteria pengalaman

berusahatani 28 7 Rata-rata penggunaan faktor produksi per hektar per satu musim

tanam pada usahatani padi di kecamatan Kroya sebelum dan sesudah menerima kredit 30

8 Uji signifikansi model produksi usahatani padi sawah satu musim tanam per hektar di kecamatan Kroya sebelum menerima kredit 31

9 Uji signifikansi model produksi usahatani padi sawah satu musim tanam per hektar di kecamatan Kroya setelah menerima kredit 31

10 Hasil parameter penduga fungsi produksi kondisi sebelum kredit kecamatan kroya pada satu siklus produksi 32

11 Hasil uji parsial untuk koefisien faktor produksi padi di kecamatan Kroya sebelum menerima kredit 33

12 Hasil parameter penduga fungsi produksi kondisi setelah kredit kecamatan kroya pada satu siklus produksi 33

13 Hasil uji parsial untuk koefisien factor produksi padi di kecamatan Kroya setelah menerima kredit 34

14 hasil uji PCA untuk nilai akar ciri dan proporsi keragamannya pada kondisi sebelum kredit 35

15 hasil uji PCA untuk nilai akar ciri dan proporsi keragamannya pada kondisi sebelum kredit 35

16 Hasil uji signifikansi untuk lahan setelah dilakukan PCA pada kondisi sebelum kredit 35

17 Hasil uji signifikansi untuk lahan setelah dilakukan PCA pada kondisi setelah kredit 36

18 Hasil analisa regresi untuk lahan setelah dilakukan PCA pada kondisi petani sebelum kredit 36

19 Hasil analisa regresi untuk lahan setelah dilakukan PCA pada kondisi petani setelah kredit 37

20 Nilai standar deviasi, rata-rata, dan x baru untuk kondisi sebelum kredit 38

21 Nilai standar deviasi, rata-rata, dan x baru untuk kondisi setelah kredit 38

22 Hasil analisa metode uji-t berpasangan antara kondisi sebelum dan setelah mendapatkan kredit 42

23 Penerimaan rata-rata usahatani padi sebelum dan sesudah kredit per satu musim tanam per hektar di kecamatan Kroya 45

24 Biaya rata-rata usahatani padi satu musim tanam per hektar di

kecamatan Kroya sebelum menggunakan kredit 45 25 Biaya rata-rata usahatani padi satu musim tanam per hektar di

kecamatan Kroya sebelum menggunakan kredit 47 26 Analisis pendapatan usahatani padi satu musim tanam per hektar

di kecamatan Kroya kondisi sebelum menggunakan kredit 48 27 Analisis pendapatan usahatani padi satu musim tanam per hektar di

kecamatan Kroya kondisi setelah menggunakan kredit 50

DAFTAR GAMBAR

1 Kurva Produk Total, Produk Marginal, dan Produk Rata-rata 7 2 Kerangka Pemikiran 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis regresi linier berganda kondisi sebelum kredit 53 2 Analisis regresi linier berganda kondisi setelah kredit 54 3 Hasil analisis PCA kondisi sebelum kredit 55 4 Uji normalitas dan homoskedatisitas hasil produksi padi dengan

variabel PC1 pada kondisi sebelum kredit 55 5 Hasil analisis PCA kondisi setelah kredit 56 6 Uji normalitas dan homoskedatisitas hasil produksi padi dengan

variabel PC1 pada kondisi setelah kredit 56

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup strategis dalam

pembangunan dan pemulihan ekonomi selama berlangsung krisis ekonomi,

terutama dalam produksi pangan, pertumbuhan GDP, substitusi impor,

penyediaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Tetapi disisi lain melihat

hasil dari sektor-sektor yang berkaitan dengan pertanian ternyata hasil yang

didapatkan belum memadai. Pemerintah juga tidak henti-hentinya mendorong

sektor pertanian agar dapat berkembang, baik dengan regulasi yang melindungi

sektor pertanian ataupun insentif yang mendorong usaha di sektor pertanian. Salah

satu solusi dari pemerintah untuk mendorong kegiatan pertanian yaitu dengan cara

memberikan kebijakan kepada bank untuk menyalurkan kredit terhadap sektor

pertanian. Perkembangan pemberian kredit yang dilakukan oleh bank persero

terhadap sektor pertanian pada tahun 2012 disajikan pada Gambar 1.

Sumber: Bank Indonesia 2013.

Gambar 1. Perkembangan kredit pertanian bulan Februari- Desember 2012

Gambar 1 menunjukan bahwa pemberian kredit oleh bank persero tiap

bulannya mengalami kenaikan, tetapi pada bulan mei sampai dengan bulan juli

kredit pertanian mengalami penurunan sebesar 11 milyar. Selanjutnya pada bulan

juli sampai dengan agustus kredit pertanian kembali mengalami kenaikan sebesar

16 milyar. Perkembangan kredit pertanian yang cenderung mengalami kenaikan

setiap bulannya menunjukan bahwa bank telah mempercayai kegiatan pertanian.

BRI adalah salah satu institusi yang sangat memberikan perhatian pada usaha

pertanian. Dari sejarah BRI terlihat bahwa BRI selalu konsisten membantu petani

dalam hal pemberian dana, terutama petani-petani kecil yang ada di pedesaan

dikarenakan Bank Rakyat Indonesia adalah bank yang ditunjuk sebagai bank

2

pemerintah yang mendapat tugas utama menjadi financial intermediary bagi

usaha kecil, menengah dan koperasi dalam rangka membiayai kegiatan pertanian,

perdagangan dan jasa serta perindustriaan utamanya bagi masyarakat dipedesaan.

Bank BRI memiliki produk yang dikenal dengan nama Kredit Umum Pedesaan

(Kupedes), yang penyalurannya dilaksanakan melalui BRI Unit yang tersebar di

tingkat Kecamatan diseluruh Indonesia. Perkembangan Kupedes dari tahun ke

tahun mengalami kenaikan yang signifikan terbukti pada tahun 2008 nilai

penyaluran Kupedes oleh BRI hanya sebesar 2,4 triliun dibandingkan dengan

tahun 2012 naik hingga 4,5 triliun. Selain dari nilai Kupedes yang mengalami

kenaikan, jumlah debitur Kupedes juga mengalami peningkatan hingga per

tengahan tahun 2012 debitur Kupedes sebesar 377.253 debitur, dibandingkan

dengan tahun 2008 hanya 345.081 debitur. Perkembangan jumlah kredit Kupedes

dari tahun 2010 hingga 2012 disajikan pada Gambar 2.

Sumber : Laporan bank BRI tahun 2012.

Gambar 2. Perkembangan Kupedes dari tahun 2010 sampai dengan 2012

Menurut Gambar 2 perkembangan Kupedes dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 sebesar 19,85%,

sedangkan dari tahun 2011 ke tahun 2012 Kupedes mengalami kenaikan sebesar

17,76%. Kemudian menurut laporan tahunan bank BRI tahun 2012 proporsi

penyaluran kredit mikro menempati urutan kedua yaitu sebesar 33% dengan

jumlah penyaluran kredit 9,1 triliun. Berikut merupakan proporsi dari jumlah

kredit yang disalurkan oleh BRI pada tahun 2012 disajikan pada Gambar 3.

Sumber: Laporan BRI tahun 2012.

Gambar 3. Proporsi penyaluran kredit BRI 2012

3

Salah satu wilayah yang merasakan manfaat kredit Kupedes dari BRI yaitu

wilayah Kabupaten Indramayu yang merupakan sentra utama penghasil padi di

Jawa Barat. Berikut ini adalah data sentra penghasil padi di Jawa Barat (Tabel 1).

Tabel 1. Sentra produsen padi sawah di propinsi Jawa Barat tahun 2010

No Kabupaten Luas

(Ha)

Kecamatan Utama

1

2

3

4

5

Indramayu 204.257 Gabus Wetan, Kroya, Kandanghaur, Anjatan

Subang 181.494 Patokbeusi, Pagaden, Ciasem, Compreng, Binong,

Blanakan, Pamanukan, Pusakanagara

Karawang 196.241 Tempuran, Pedes, Tirtajaya

Bekasi 115.133 Pebayuran

Cirebon 85.789 Gegesik

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2010.

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa luas padi kabupaten Indramayu memiliki

luas lahan sebesar 204.257 Ha, hal tersebut menunjukan kabupaten Indramayu

memiliki luasan lahan yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah-wilayah

lainnya di Provinsi Jawa Barat. Luas lahan yang luas tersebut tidak berbanding

lurus dengan permodalan yang dimiliki oleh para petani, dikarenakan hasil dari

kegiatan bersuahatani padi lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari dan kegiatan konsumtif. Akibatnya para petani pada musim berikutnya

terkendala masalah permodalan, untuk menghadapi masalah permodalan tersebut

para petani menggunakan kredit dari lembaga keuangan bank. Bank yang

dipercaya oleh petani di Indramayu adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI)

dikarenakan BRI merupakan bank yang sudah lama berada di wilayah kabupaten

Indramayu, dan bank BRI juga sudah mempunyai hubungan kekeluargaan dengan

para petani di wilayah Indramayu.

Perumusan Masalah

Kegiatan pertanian terutama pertanian padi sawah merupakan mata

pencaharian utama bagi masyarakat Kecamatan Kroya, hal tersebut terbukti dari

data BPS Provinsi Jawa Barat tahun 2012 yang menempatkan wilayah Kecamatan

Kroya sebagai sentra penghasil Padi terbesar di wilayah Jawa Barat dengan

produksi sebesar 114.799,42 ton (BPS Indramayu, 2012). Jumlah produksi yang

besar tersebut tidak lepas dari berbagai masalah khususnya masalah permodalan.

Modal sangat diperlukan oleh para petani di Kecamatan Kroya karena para petani

di Kroya masih belum bisa mengatur keuangan dengan baik. Seperti halnya hasil

panen yang didapatkan pada musim sebelumnya sebagian besar digunakan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kegiatan konsumtif sehingga menyebabkan

para petani tidak mempunyai cukup modal untuk kegiatan usahatani padi pada

musim berikutnya.

Salah satu solusi untuk mengantisipasi kekurangan modal tersebut sebagian

besar para petani melakukan pinjaman kepada pihak bank BRI (Bank Rakyat

Indonesia). Bank BRI dipilih dikarenakan BRI mempunyai produk pinjaman yaitu

4

Kupedes yang mempunyai suku bunga lebih rendah dibandingkan dengan

alternatif pemberi kredit yang lain seperti rentenir dan BPR (Bank Perkeriditan

Rakyat). Produk kredit yang digunakan oleh para petani di Kecamatan Kroya

adalah Kupedes. Kupedes dipilih dikarenakan Kupedes ini mempunyai cara

pembayaran yang berbeda dengan kredit yang lainnya. Cara pembayaran

Kupedes untuk komoditi padi di BRI Kecamatan Kroya yaitu petani tidak

membayar pinjaman perbulan, tetapi pembayaran pinjaman hanya dilakukan pada

akhir kegiatan produksi atau pada saat panen, jumlah yang dibayar adalah pokok

dengan bunga pinjaman selama proses produksi berlangsung hingga panen

(biasanya 4 bulan).

Kredit tidak selamanya memberikan hasil yang positif terhadap usahatani

seperti yang dikemukakan Sari (2011), bahwa kredit tidak berpengaruh nyata

terhadap pendapatan petani, hal tersebut diakibatkan oleh penggunaan kredit yang

tidak maksimal oleh petani dikarenakan sebagian besar petani menggunakan

kredit yang didapatkan untuk keperluan rumah tangga. Tetapi Fitrianingsih

(2008) mengemukakan bahwa pemberian kredit terhadap sektor pertanian

berpengaruh positif terhadap pendapatan, dikarenakan adanya penambahan modal

untuk membeli input-input produksi, sehingga produksi usahataninya berjalan

dengan baik.

Adanya masalah permodalan di Kecamatan Kroya dan masih adanya

perbedaan pendapat yakni kredit berpengaruh dan tidak berpengaruh nyata

terhadap pendapatan, membuat masih diperlukan adanya penelitian lebih lanjut

tentang pengaruh kredit terhadap pendapatan petani.

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah penelitian yang akan dikemukakan

terhadap petani penerima kredit dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh kredit Kupedes terhadap produksi usaha petani

padi di Kecamatan Kroya ?

2. Bagaimanakah pengaruh kredit Kupedes terhadap pendapatan petani di

Kecamatan Kroya ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh kredit Kupedes terhadap produksi usahatani padi di

Kecamatan Kroya, Indramayu

2. Menganalisis pengaruh kredit Kupedes terhadap pendapatan usahatani padi

di Kecamatan Kroya, Indramayu

Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait terutama petani

dalam menggunakan fasilitas kredit dari lembaga keuangan perbankan.

5

2. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi

kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan perbandingan untuk

penelitian selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Kredit Terhadap Produksi

Kebiasaan petani di Indonesia yang tidak biasa melakukan perencanaan

anggaran yang baik untuk kegiatan produksi, sehingga uang yang seharusnya

digunakan untuk modal kerja terpakai untuk kegiatan lainnya. Hal tersebut

menyebabkan di saat petani tersebut membutuhkan modal kerja mereka tidak

mempunyainya, sehingga membutuhkan tambahan modal dari yang lainnya. Salah

satu pihak yang memberi bantuan permodalan adalah Bank. Seperti yanag

diungkapkan Ana verawati, 2012 dalam penelitiannya “Pengaruh Pemberian

Kupedes PT. BRI (Persero) Tbk Terhadap Tingkat Pendapatan Pengusaha Kecil

di Sidikalang " menyatakan bahwa penggunaan besarnya output produksi yang

dihasilkan tergantung dengan jumlah input yang digunakan, input-input tersebut

didapatkan dengan adanya modal dari sendiri dan modal dari pihak ke tiga yaitu

bank berupa pemberian kredit. Dampak pemberian kredit dapat bersifat positif

ataupun negatif, seperti yang dikemukakan Dina et al. (2012) pada penelitian

“Dampak Pemberian Kredit Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani

Jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur,

mengemukakan bahwa hasil produksi jagung petani yang menggunakan kredit

per hektar sebesar 6587,30 kg lebih besar daripada petani non kredit yaitu 5528,93

kg. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa adanya penambahan modal kerja

akan berpengaruh positif terhadap hasil produksi.

Adanya tambahan input setelah kredit membuat produksi semakin

bertambah, hal tersebut sesuai seperti yang dikemukakan oleh Lago (2005) dalam

tesisnya yang berjudul “Analisis keterkaitan Produksi dan Pendapatan Petani

Dengan Kredit Usaha Tani Di Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara”,

mengemukakan bahwa dengan adanya penambahan modal melalui KUT

menghasilkan elastisitas produksi parsial dari tenaga kerja sebesar 0.274 yang

berarti bahwa kenaikan tenaga kerja 100 %, ceteris paribus, akan meningkatkan

produksi sebesar 27,4%. Elastisitas produksi parsial dari pupuk adalah 0.312 yang

berarti bahwa kenaikan pupuk sebesar 100 %, ceteris paribus, akan meningkatkan

produksi sebesar 31,2 %. Elastisitas produksi parsial dari tanah sebesar 0.388

berati kenaikan luas penggunaan tanah sebesar 100 %, ceteris paribus, akan

meningkatkan produksi sebesar 38,8%. Bila semua variabel dalam model (tenaga

kerja, pupuk dan tanah) secara bersama-sama naik 100%, ceteris paribus, maka

produksi akan naik sebesar 97,74 %.

6

Pengaruh Kredit Terhadap Pendapatan Petani

Kredit merupakan salah satu sumber modal dalam usahatani, pada

umumnya kredit berperan dalam pengadaan faktor-faktor produksi, sehingga

dapat dikatakan kredit secara tidak langsung termasuk dalam kegiatan produksi.

Fitrianingsih (2008) menyatakan bahwa pemberian kredit terhadap sektor

pertanian berpengaruh positif terhadap pendapatan petani. Dikarenakan adanya

penambahan modal untuk membeli input-input produksi, sehingga produksi

usahataninya berjalan dengan baik. Usahatani padi berjalan dengan baik jika

petani dalam menjalankan usahanya menggunakan input-input produksi yang

memadai, seperti jika terjadi serangan hama di tanaman padi maka petani tersebut

dapat langsung mengatasi dengan menggunakan pestisida. Petani dapat

melakukan pencegahan karena mempunyai modal untuk membeli pestisida. Jika

petani tidak mempunyai modal untuk membeli pestisida, maka tanaman padi yang

ditanam akan rusak terserang hama dan akan langsung mempengaruhi

produktifitas yang kemudian akan berkorelasi dengan penurunan pendapatan

petani.

Dina et al. (2012) pada penelitian dampak pemberian kredit terhadap

produksi dan pendapatan usahatani jagung di kecamatan bandar sribhawono

kabupaten lampung timur mengemukakan bahwa hasil pendapatan per hektar

petani kredit sebesar Rp.4.528.948,20, sedangkan pendapatan petani non kredit

per hektar sebesar Rp. 3.846.228,18. Hal tersebut menunjukan kondisi kredit tidak

selalu memberikan korelasi yang positif terhadap pendapatan, sehingga setelah

menggunakan kredit pendapatan yang didapat mengalami penurunan. Kemudian

Sari (2011) pada penelitian “Pengaruh Kredit Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan Terhadap Produksi Dan Pendapatan Petani Belimbing Dewa Studi

Kasus Kelompok Tani Sari Jaya, Kota Depok”, mengemukakan bahwa kredit

tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Hal tersebut diakibatkan

oleh penggunaan kredit yang tidak maksimal oleh petani responden, dikarenakan

sebagian besar petani menggunakan kredit untuk keperluan rumah tangga, tidak

digunakan untuk kegiatan produksi. Kemudian Rita (2004) dalam skripsinya yang

berjudul “Analisa Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Peningkatan Pendapatan

Usaha Kecil Dan Menengah”, juga mengemukan bahwa kredit tidak berpengaruh

nyata terhadap pedagang usaha kecil menengah di daerah Medan. Hal ini

diakarenakan oleh belum adanya pengelolaan yang baik untuk modal yang

didapatkan dari kredit sehingga proporsi penggunaan modal lebih banyak untuk

keperluan pribadi dibandingkan dengan untuk membeli input-input produksi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Mikro

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit, menurut

Rusdani (2008) faktor-faktor yang diduga mempengaruhi debitur untuk

mengembalikan tunggakan Kupedes ( kredit macet ) adalah usia, pendidikan,

tanggungan keluarga, jumlah pembinaan, jarak rumah debitur dengan BRI,

pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, dan omset

usaha. Tetapi biasanya semua faktor tersebut tidak semuanya berpengaruh

terhadap pengembalian kredit seperti yang dikemukakan Renggani (1999) yaitu

7

dari beberapa faktor yang ada hanya jarak rumah debitur dan omset usaha yang

berpengaruh nyata sebesar 99 % terhadap pengembalian kredit.

Berbeda pula pendapat yang dikemukakan Haloho (2010) tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit yaitu variabel independen yang

signifikan pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian kredit adalah variabel usia,

tingkat pendidikan, dan jaminan kredit. Sedangkan variabel independen yang

tidak signifikan pengaruhnya bagi pengembalian kredit adalah jenis kelamin,

status nasabah, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha, aset usaha, omzet

usaha, total pendapatan usaha bersih, plafond kredit, jangka waktu pengembalian

kredit, pengalaman kredit, dan tingkat suku bunga. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kredit perlu diketahui dikarenakan agar pihak bank dapat lebih

mengetahui debitur yang baik untuk diberikan kredit, sehingga mencegah

terjadinya kredit macet dan bank dapat memperoleh pendapatan dari bunga kredit

tersebut secara maksimal. Pendapatan dalam bank terdiri dari beberapa

komponen, pendapatan bunga, pendapatan provisi kredit, pendapatan komisi,

pendapatan lainnya sebagai akibat dari transaksi bank.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Prinsip Pemberian Kredit

Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka bank harus merasa yakin

bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut

diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Kriteria

penilaian kredit yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang

benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C (Kasmir, 2004).

Penilaian kredit dengan metode analisis 5C, yaitu:

1. Character

Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit harus dapat

dipercaya yang tercermin dari latar belakang nasabah baik latar belakang yang

bersikap pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya

hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan sosial standingnya.

Character merupakan ukuran untuk menilai kemauan nasabah membayar

kreditnya. Menurut Dendawijaya (2005) informasi mengenai calon debitur

dapat diperoleh dengan cara bekerjasama dengan kalangan perbankan maupun

kalangan bisnis lainnya. Informasi dari kalangan perbankan diperoleh melalui

surat menyurat atau koresponden antar bank yang dikenal dengan bank

informasi, termasuk permohonan resmi kepada Bank Indonesia (BI) untuk

memperoleh informasi tentang calon debitur, baik mengenai pribadinya

maupun perusahaan atau bisnis yang dimiliki.

8

2. Capacity

Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang

dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya

mencari laba. Sehingga akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan

kredit yang disalurkan.

3. Capital

Penggunaan modal yang efektif dapat dilihat dari laporan keuangan

(neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi

likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital adalah untuk

mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha

yang akan dibiayai oleh bank.

4. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik

maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.

Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah,

jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

5. Condition

Kondisi ekonomi pada masa sekarang dan yang akan datang harus dinilai

sesuai dengan sektor masing-masing. Prospek usaha dari sektor yang

dijalankan oleh nasabah juga harus dinilai. Penilaian prospek bidang usaha

yang dibiayai hendaknya memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan

kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

Peranan Kredit Dalam Kegiatan Usahatani

Salah satu cara untuk memperoleh modal adalah dengan kredit. Kredit

merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan

usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali

dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa

kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Melalui permodalan yang didapat melaui kredit diharapkan petani mampu

untuk membeli input-input yang akan digunakan dalam proses produksi. Pengaruh

adanya kredit (tambahan modal) yang digunakan untuk membeli input produksi

berarti mampu meningkatkan teknologi, peningkatan teknologi tersebut

diharapkan dapat meningkatkan produktivitas usahatani yang akan berkorelasi

terhadap bertambahnya pendapatan petani (Adiwilaga, 1992). Modal (sarana

produksi).

Dalam kegiatan proses produksi pertanian kredit dapat digunakan sebagai

modal tetap maupun variabel. Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri yang

dimiliki oleh model tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan, dan mesin-

mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. Dengan demikian modal

tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang

tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut. Peristiwa ini terjadi dalam

waktu yang relative pendek dan tidak berlaku untuk jangka panjang (Soekartawi

et al, 2011).

9

Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya yang

dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses

produksi tersebut, misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli

benih, pupuk, obat-obatan, atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja.

Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari :

1.) Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar-kecilnya

modal yang dipakai makin besar skala usaha makin besar pula modal yang

dipakai.

2.) Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga

menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai.

3.) Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani

(Soekartawi et al, 2011).

Konsep Usahatani

Menurut Prawirokusumo dalam Soekartawi et al. (2011) usahatani

merupakan suatu kegiatan bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien

pada suatu usaha pertanian, peternakan, perikanan. Sedangkan menurut Hastuti

dan Rahim (2008), usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara

petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal,

teknologi, pupuk, pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinyu untuk

menghasilkan produk yang tinggi sehingga pendapatan usahanya meningkat.

Kegiatan usahatani sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor produksi,

menurut Hastuti dan Rahim (2008), beberapa faktor yang mempengaruhi produksi

pertanian dijelaskan sebagai berikut :

1. Lahan Pertanian

Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi

komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan yang digarap

atau ditanami maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan

tersebut.

2. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor penting dan perlu diperhitungkan dalam

proses produksi komoditas pertanian. Tenaga kerja harus mempunyai kualitas

berpikir yang maju seperti petani yang mampu mengadopsi inovasi-inovasi

baru, terutama dalam menggunakan teknologi untuk pencapaian komoditas

bagus sehingga mempunyai nilai jual komoditas tinggi. Ukuran tenaga dapat

dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK) atau hari kerja orang (HKO)

3. Modal

Dalam kegiatan proses tersebut modal dapat dibagi menjadi dua bagian,

yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap (variable cost). Modal

tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin, dan peralatan pertanian di mana biaya

yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis dalam sekali proses

produksi, sedangkan modal tidak tetap terdiri dari benih, pupuk, pestisida, dan

upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja.

4. Pupuk

Pupuk merupakan faktor yang sangat essensial bagi tanaman, terdapat dua

jenis pupuk yang digunakan untuk tanaman diantaranya pupuk organik dan

anorganik.

10

5. Pestisida

Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi

hama dan penyakit yang menyerangnya. Pestisida merupakan racun yang

mengandung zat-zat aktif sebagai pembasmi hama dan penyakit pada tanaman.

6. Bibit

Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas, bibit yang unggul

biasanya tahan terhadap penyakit, hasil komoditasnya berkualitas tinggi

dibandingkan dengan komoditas lain sehingga harganya dapat bersaing pasar.

7. Teknologi

Penggunaan teknologi dapat menciptakan rekayasa perlakuan terhadap

tanaman dan dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi.

8. Manajemen

Dalam usahatani modern, peranan manajemen menjadi sangat penting

dalam mengelola produksi komoditas pertanian, mulai dari perencanaan

(planning), pengendalian (controlling) dan evaluasi (evaluation).

Penerimaan Usahatani

Soekartawi et al. (2011), berpendapat bahwa penerimaan dinilai

berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku,

mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan

dalam usahatani benih, digunkan untuk pembayaran, dan yang disimpan.

Sedangkan menurut Suratiyah (2008), penerimaan usahatani adalah seluruh

pendapatan yang diperoleh dari ushatani selama satu periode diperhitungkan dari

hasil penjualan atau penaksiran kembali (Rp). Pernyataan ini dapat ditulis sebagai

berikut :

TR = Y x Py

Dimana : TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam satu tahun

Py = Harga Y

Menurut Soekartawi et al. (2011), beberapa istilah yang sering digunakan

dalam melihat penerimaan usahatani adalah :

1. Penerimaan tunai usahatani yang didefinisikan sebagai nilai uang yang

diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai tidak mencakup

yang berupa benda, sehingga nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak

dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani, penerimaan tunai usahatani yang

tidak berasal dari penjualan produk usahatani seperti pinjaman tunai harus

ditambahkan

2. Penerimaan tunai luar usahatani, yang berarti penerimaan yang diperoleh dari

luar aktivitas usahatani seperti upah yang diperoleh dari luar usahatani

3. Penerimaan kotor usahatani yang didefinisikan sebagai penerimaan dalam

jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun atau satu musim, baik yang dijual

(tunai) maupun yang tidak dijual (seperti konsumsi keluarga, bibit, pakan,

ternak). Penerimaan kotor juga sama dengan pendapatan kotor atau nilai

produksi.

11

Biaya Usahatani

Kegiatan usahatani seringkali tidak terlepas dari adanya pengeluaran atau

biaya yang digunakan untuk kegiatan produksi yang besarnya biaya tersebut

sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang digunakannya. Komponen

biaya tersebut dapat dipisahkan menjadi biaya tunai, biaya tidak tunai, sedangkan

penjumlahan dari komponen biaya tunai dan tidak tunai disebut biaya total.

Menurut Soekartawi et al. (2011), biaya tunai usahatani didefinisikan sebagai

jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani,

sedangkan biaya total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang

habis terpakai atau dikeluarkan didalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga

kerja keluarga petani. Adapun biaya total usahatani dapat dibedakan menjadi

biaya tetap dan biaya tidak tetap. Menurut Suratiyah (2008), biaya tetap (fixed

cost) yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi, sedangkan

biaya tidak tetap (variable cost) yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh

besarnya produksi. Sedangkan menurut Soekartawi et al. (2011) biaya tetap

(fixed cost) ialah biaya usahatani yang besar kecilnya tidak bergantung dari besar

kecilnya output yang diperoleh dan biaya tidak tetap (variable cost) didefinisikan

biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang besar kecilnya dipengaruhi oleh

perolehan output

Pendapatan Usahatani

Soekartawi et al. (2011), menjelaskan bahwa terdapat beberapa definisi

yang digunakan untuk melihat analisis pendapatan usahatani diantaranya :

1. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai

produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun

tidak dijual dengan jangka waktu pembukuan umumnya setahun.

2. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) yaitu selisih antara penerimaan

tunai dan pengeluaran tunai usahatani dan merupakan kemampuan suatu

usahatani untuk menghasilkan uang tunai

3. Pendapatan bersih usahatani (net farm income) merupakan selisih anatara

pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total. Pendapatan bersih usahatani

mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari faktor-faktor produksi

kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang

diinvestasikan kedalam usahatani.

Suratiyah (2008), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan usahatani dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor intern dan ekstern.

Faktor intern usahtani yang mempengaruhi pendapatan usahatani yaitu kesuburan

lahan, luas lahan garapan, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan modal dalam

usahatani, penggunaan input teknologi, pola tanam, lokasi tanaman, fragmentasi

lahan, status penguasaan lahan, cara pemasaran output, efisiensi penggunaan input

dan tingkat pengetahuan maupun keterampilan petani dan tenaga kerja. Adapun

yang mempengaruhi faktor ekstern usahatani diantaranya sarana transportasi,

sistem tataniaga, penemuan teknologi baru, fasilitas irigasi, tingkat harga output

dan input, ketersediaan lembaga perkreditan, adat istiadat masyarakat dan

kebijakan pemerintah.

12

Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)

Pendapatan merupakan tolak ukur dalam melakukan kegiatan usahatani,

selain mengukur tingkat pendapatan mutlak dapat pula tingkat keberhasilan

usahatani itu diukur berdasarkan tingkat efisiensi pendapatan yaitu penerimaan

untuk setiap biaya yang dikeluarkan atau imbangan penerimaan dan biaya atau

R/C rasio (revenue and cost ratio). Menurut Soekartawi et al. (2011) analisis R/C

Rasio merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah

suatu unit usaha dalam melakukan p r o se s p r od uk s i m enga l ami

k e r u gi an , i mp as , u n t un g . An a l i s i s R / C Ras i o merupakan analisis

yang membagi antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Apabila

hasil yang diperoleh lebih besar dari satu maka usaha yang dijalankan mengalami

keuntungan, apabila nilai R/C Rasio yang diperoleh sama dengan satu maka

usaha tersebut impas atau tidak mengalami keuntungan maupun

kerugian. Sedangkan apabila nilai R/C Rasio yang diperoleh kurang

dari satu maka usaha tersebut mengalami kerugian.

Analisis ini digunakan untuk mengukur keuntungan relatif yang diperoleh

dari suatu kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansial, dimana R/C

dapat menunjukan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran

dalam satu satuan biaya.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kerangka pemikiran yang digunakan yaitu untuk mengkaji dan melihat

pengaruh penggunaan kredit Kupedes terhadap pemakaian faktor-faktor produksi

dan pendapatan petani. Yaitu dengan cara kredit yang didapatkan digunakan

untuk penambahan modal kerja oleh petani untuk membeli input-input produksi

baik input tetap dan variabel. Penambahan input tersebut meliputi dengan

penambahan jenis dan jumlah pupuk, pestisida, pemberian nutrisi dan sebagainya.

Penambahan jumlah dan jenis input tersebut maka akan berpengaruh terhadap

bertambahnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani, tetapi dengan adanya

penambahan input tersebut diharapkan adanya penambahan output (hasil panen)

yang akan berkorelasi positif dengan penambahan penerimaan, sehingga akan

didapatkan jumlah keuntungan/pendapatan petani jika nilai penerimaan dikurangi

dengan biaya yang dikeluarkan.

Dari analisis ini diharapkan dapat terlihat bagaimana pengaruh faktor-faktor

produksi terhadap produksi padi, analisis dampak kredit tersebut terhadap

peningkatan produksi dianalisis dengan menggunakan uji beda pada hasil

produksi. Kemudian untuk analisis dampak dari pemberian kredit terhadap

pendapatan petani akan dianalisis dengan pendapatan usahatani, dari analisis ini

diharapkan dapat terlihat dampak dari pemberian kredit Kupedes apakah

pendapatan petani meningkat atau bahkan mengalami penurunan. Pendapatan

akan bernilai positif apabila penerimaan lebih besar dari biaya, dan bernilai

negatif apabila penerimaan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan, bagan

kerangka pemikiran dari penelitian ini yaitu:

13

Harga

Input

Gambar 4. Kerangka pemikiran penellitian pengaruh kredit Kupedes terhadap

produksi dan pendapatan usahatani padi di Kecamatan Kroya

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pemberian kredit meningkatkan produksi petani pengguna kredit tersebut

2. Kredit Kupedes yang diberikan kepada petani meningkatkan usahatani

petani padi.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh kredit Kupedes BRI terhadap produksi dan

pendapatan usahatani padi yang dilakukan di wilayah kerja bank BRI dengan

petani Kecamatan Kroya sebagai pengguna kredit tersebut. Pemilihan lokasi di

Kecamatan Kroya dilakukan dengan sengaja berdasarkan hasil produksi padi

Peningkatan Modal

Usaha Petani Padi

Penyaluran Kredit Kupedes

Penggunaan Input :

- Input Variabel

- Pupuk TSP, ponska,

ZA,KCL

- Benih

- Tenaga Kerja

- Nutrisi

- Pestisida

- Plastik

-Input Tetap

- TKDK

- Penyusutan

Biaya

Produksi

Harga

Output Produksi Padi

Penerimaan

Pendapatan/ Keuntungan

14

terbesar di Indramayu dengan jumlah produksi sebesar 114.799,42 ton adalah

Kecamatan Kroya

Pertimbangan lainnya yaitu Indramayu merupakan daerah penghasil padi

terbesar di Provinsi Jawa Barat dengan luasan lahan seluas 204.257 Ha.

Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan selama bulan Januari sampai

Juni 2013. Kegiatan penelitian ini meliputi penyusunan rencana penelitian,

pengumpulan literatur dan data, pengolahan data, dan penulisan skripsi.

Metode Penentuan Sampel

Pengambilan responden dilakukan dengan cara metode purposive yaitu

dengan cara sengaja mencari informasi kepada pihak Bank Rakyat Indonesia di

daerah Kecamatan Kroya. Pada bulan Januari 2013 di bank BRI Kecamatan

Kroya terdapat 62 debitur. Dari 62 debitur ini tidak semuanya bergerak pada

usahatani padi, dari data yang diperoleh hanya 31 debitur yang merupakan petani

padi. Pemilihan responden hanya pada bulan januari dikarenakan di bulan Januari

adalah periode masa tanam di Kecamatan Kroya dan jumlah 31 orang petani

merupakan para petani yang belum menerima kredit sebelumnya.

Dalam penelitian ini jumlah responden yang diambil adalah 31 petani padi.

Jumlah tersebut sudah dianggap dapat mempresentasikan keadaan petani padi di

Kecamatan Kroya, serta telah memenuhi persyaratan dari suatu metode penelitian

yaitu minimal sebanyak 30 orang sesuai dengan sebaran normalnya.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Sumber data primer yang utama dari dua jenis responden yaitu

responden dari penyedia dana dalam hal ini Bank BRI dan dari sisi pengguna dana

yaitu nasabah. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara

terstruktur (pengisian kuisioner) dengan petani yang menggunakan fasilitas kredit

dan dengan acuan kerangka daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya.

Sumber data sekunder yaitu berupa dokumen atau publikasi dari instasi baik di

Kecamatan Kroya, Badan Pusat Statistik, dan Dinas Pertanian Indramayu.

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data secara terarah dengan

metode wawancara. Penelitian secara terararah yaitu dengan menentukan topik

permasalahan dan tujuan penelitian sebelum turun ke lapangan. Metode

wawancara dilakukan dengan menyebar kuisioner kepada responden yang

menggunakan kredit. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara

mempelajari bahan-bahan tertulis seperti buku, majalah, jurnal, artikel dan

literatur yang berhubungan dengan konsep-konsep perkeriditan.

Dalam penelitian ini juga dilakukan pengumpulan data pendukung dari

pihak yang berkompeten sebagai tambahan masukan untuk menggambarkan

15

proses kredit Kupedes yaitu pihak bank BRI. Pengumpulan data dalam penelitian

ini dilakukan dengan:

a. Desk Study, yaitu mengumpulkan dari berbagai literatur dan data-data sekunder

yang terkait dengan penelitian ini, baik dari laporan-laporan, hasil penelitian,

artikel, surat kabar maupun hasil survey yang telah dilakukan sebelumnya.

b. Observasi, yaitu digunakan sebagai pelengkap untuk mengetahui kondisi dan

situasi lokasi.

c. Wawancara, yaitu dengan memperoleh informasi secara tertulis dari responden

yang sesuai dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung antara

peneliti dengan responden maupun pihak desa, dan BRI unit Kedokan Gabus

untuk mencari data yang belum terjawab dengan kuisioner yang masih

diragukan.

d. Focus Group Discussion, yaitu cara yang digunakan untuk memperoleh

informasi secara mendalam oleh ketua kelompok tani yang ada ddi Kecamatan

Kroya.

Metode Analisis Data

Analisis data merupakan bagian sangat penting dalam metode ilmiah.

karena dapat memberikan makna yang berguna dalam memecahkan masalah

penelitian (Nazir, 1983). Analisis data adalah proses penyederhanaan data

kedalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Data yang terkumpul di lapangan

akan dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu data yang bersifat kuantitatif dan

data yang bersifat kulitatif yang selanjutnya akan disajikan dalam bentuk uraian

dan Tabel.

Data kuantitatif diolah dalam bentuk presentase dan dianalisa secara

deskriptif. Data kualitatif pendapat responden terhadap penyaluran kredit Kupedes

diinterpretasikan dengan perhitungan berupa penilaian keefektivan dan diuraikan

secara deskriptif. Penilaian dilakukan dengan mengikuti kategori pendapat yang

diajukan sebagai tanggapan responden terhadap variabel efektivitas tertentu, yang

sengaja dibuat dengan melihat tingkat pemahaman responden terhadap pertanyaan

yang relatif tidak terlalu sulit. Untuk perhitungan pendapatan petani dari usahatani

digunakan analisis pendapatan usaha tani. Data yang berhasil dikumpulkan akan

diolah dengan menggunakan alat bantu kalkulator dan komputer dengan program

Minitab 14 for windows dan Microsoft Excel 2007 for windows.

Uji-t Berpasangan

Analisis Paired t-Test digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan

pendapatan petani padi setelah menggunakan kredit Kupedes. Pertimbangan yang

dilakukan yaitu:

H0 : x2 - x1 = 0

H1 : x2- x1 ≠ 0

16

Dimana:

H0 : Rata-rata kondisi sebelum dan sesudah mengikuti kredit Kupedes

adalah identik (tidak berpengaruh nyata)

H1 : Rata-rata kondisi sebelum dan sesudah mengikuti kredit Kupedes

adalah tidak identik (berpengaruh nyata)

Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai P-

value dengan nilai α, yaitu jika probabilitas atau P-value > α, maka H0 diterima

tetapi jika P-value < α, maka H0 ditolak. Besarnya selang kepercayaan (α) yang

akan menjadi batas penerimaan maupun penolakan H0 adalah 0,05.

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah

Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan

atas biaya total. Perhitungan pendapatan atas biaya total adalah sebagai berikut :

Pd = TR - TC

Pd = (PxQ) – (Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan)

dimana :

Pd = Pendapatan total usahatani padi sawah

TR = Penerimaan total

TC = Biaya total

P = Harga Jual (Rp)

Q = Total Produksi (Kg)

Perhitungan pendapatan tunai dapat dituliskan sebagai berikut :

Pd tunai = TR – Biaya tunai

dimana :

TR = Penerimaan total

Perhitungan total penerimaan didapat dari perkalian antara rata-rata harga

jual dengan total produksi. Dalam penelitian ini harga jual yang digunakan

merupakan harga jual rata-rata komoditas padi sawah masing-masing petani

responden sepanjang periode panen terkahir.

Biaya tunai pada kegiatan usahatani padi sawah meliputi biaya sarana

produksi (urea, NPK, TSP, KCL, benih, ZA,nutrisi, benih, pestisida), tenaga kerja

luar keluarga (TKLK), sewa lahan dan pajak, sedangkan biaya diperhitungkan

meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), penyusutan peralatan, lahan

milik sendiri.

Analisis pendapatan usahatani padi sawah digunakan untuk mengetahui

seberapa besar pendapatan dan keuntungan yang diperoleh oleh petani responden

yang ada di Kecamatan Kroya. Perhitungan analisis pendapatan dan R/C rasio

dapat dilihat pada Tabel 2.

17

Tabel 2. Perhitungan analisis pendapatan dan R/C rasio usahatani padi sawah Keterangan Jumlah Satuan Harga (Rp) Nilai (Rp)

A Penerimaan Tunai

C Total Penerimaan

D Biaya Tunai

- Pupuk urea

- Pupuk TSP

- Pupuk Phonska

- Pupuk ZA

- Pupuk KCL

- Nutrisi

- Tenaga kerja

- Bibit

- Sewa lahan

- Pestisida

- Pajak lahan

- Iuran swadaya

Total Biaya Tunai

E Biaya diperhitungkan

- Lahan

- Penyusutan peralatan

-Tenaga kerja dalam keluarga

Total Biaya diperhitungkan

F Total Biaya (D+F)

G Pendapatan atas biaya tunai

(A-D)

H Pendapatan atas biaya total

(C-F)

I R/C rasio atas biaya tunai

(A/D)

J R/C atas biaya total (C/F)

Analisis R/C Rasio

Analisis R/C rasio merupakan perbandingan antara nilai output dan input

usahatani, analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang

diperoleh dari kegiatan usahatani yang dijalankan cukup menguntungkan atau

tidak, selain itu analisis ini juga digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi

usahatani. Analisis R/C rasio dibedakan menjadi dua yaitu R/C rasio atas biaya

tunai dan R/C rasio atas biaya total. Berikut formulasi perhitungan R/C rasio :

R/C rasio atas biaya tunai

R/C rasio atas biaya total

R/C rasio merupakan besarnya penerimaan untuk setiap rupiah biaya yang

dikeluarkan dalam usahatani. Semakin tinggi nilai R/C maka semakin efisien

kegiatan usahatani yang dijalankan. Kriteria penelitian dari hasil perhitungan R/C

rasio sebagai berikut :

18

a. R/C rasio > 1, menunjukan bahwa dalam suatu usaha setiap satu rupiah

biaya akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari satu rupiah,

dengan kata lain usaha tersebut dikatakan lebih efisien

b. R/C rasio = 1, menunjukan bahwa dalam suatu usaha setiap satu rupiah

biaya akan menghasilkan penerimaan yang sama dengan satu rupiah, bisa

dikatakan usaha tersebut efisien

c. R/C rasio < 1, menunjukan bahwa dalam suatu usaha setiap satu rupiah

biaya akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari satu rupiah,

dengan kata lain usaha tersebut tidak efisien.

GAMBARAN UMUM

Keadaan Umum Kabupaten Indramayu

Kabupaten Indramayu adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat

dengan Ibu kotanya Indramayu. Kabupaten Indramayu berada pada 6º15′ sampai

6º40′ Lintang Selatan dan pada 107º52′ sampai 108º36′ Bujur Timur. Luas

wilayah Kabupaten Indramayu adalah 204.011 ha terdiri dari tanah darat 93.134

ha dan tanah sawah 110.877 ha. Luas hutan rakyat 6.646 ha, hutan negara 27.595

ha, dan areal perkebunan 7.643 ha. Tidak kurang dari 98,7% wilayah Kabupaten

Indramayu berada pada ketinggian kurang dari 3 meter di atas permukaan laut

(DPL). Luas wilayah pesisir seluruhnya adalah 70.761 ha, dengan panjang garis

pantai lebih dari 114 km, mencakup 11 kecamatan atau 35 desa pantai (BPS. Kab.

Indramayu 2007).

Kabupaten Indramayu terdiri dari 31 kecamatan, 302 desa, dan 8 kelurahan.

Wilayah Kabupaten Indramayu sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa,

sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Laut Jawa, sebelah

Barat berbatasan dengan Kabupaten Subang, dan sebelah Selatan berbatasan

dengan Kabupaten Majalengka, Sumedang dan Cirebon. Jarak dari pusat Ibu kota

Indramayu ke pusat kota Jakarta tidak kurang dari 207 km; dan ke pusat kota

Bandung tidak kurang dari 180 km. Semua desa dalam wilayah Kabupaten

Indramayu dapat dicapai dengan angkutan darat. Kabupaten Indramayu,

berdasarkan klasifikasi Köppen, termasuk pada wilayah dengan iklim tropis. Suhu

di Kabupaten Indramayu pada siang hari berkisar antara 180C dan 280C dengan

kelembaban udara antara 70 dan 80%.

Angka curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.590 mm; dan jumlah hari

hujan rata-rata 91 hari per tahun. Angin Barat dan angin Timur bertiup secara

bergantian setiap 6 bulan, angin Barat bertiup dari bulan Desember sampai dengan

bulan April dan angin Timur dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober. Di

antara semua kecamatan se Kabupaten Indramayu kecamatan yang mendapat

curah hujan di atas 1.800 mm pada tahun 2007 yaitu Kecamatan Indramayu

sebesar2.022 mm, Kecamatan Bungodua 1.980 mm, Kecamatan Lelea 1.834 ha,

Kecamatan Widasari sebesar 1.970 mm, Kecamatan Gabus Wetan sebesar 1.932

72 mm, Kecamatan Bongas 1.801 mm, dan Kecamatan Sukra sebesar 1.878 mm.

Di antara semua kecamatan, terdapat 7 kecamatan yang mendapat hari hujan di

atas 90 hari per tahun, yaitu Kecamatan Terisi 96 hari, Kecamatan Anjatan 92

19

hari, Kecamatan Indramayu 102 hari, Kecamatan Sindang 101 hari, Kecamatan

Pasekan 101 hari, Kecamatan Kertasemaya 94 hari, dan Kecamatan Patrol 83 hari

(BPS. Kab. Indramayu 2007).

Dari segi topografi, sebagian besar wilayah pesisir Kabupaten Indramayu

merupakan dataran dengan kemiringan tanah antara nol dan 2%. Ketinggian

wilayah berkisar antara 8 dan 100 meter DPL; bagian Barat Daya ketinggian

wilayah antara nol dan 3 meter DPL, bagian tengah antara 3 dan 25 meter DPL,

bagian Selatan antara 25 dan 100 meter DPL. Keadaan topografi tersebut

berpengaruh terhadap terjadinya luapan air jika curah hujan tinggi, atau terjadinya

kekeringan atau kekurangan air bersih jika musim kemarau. Kecamatan yang

termasuk rawan banjir ialah Kecamatan Sindang, Cantigi, Arahan, Losarang,

Bongas, Anjatan, dan Sukra.

Jumlah penduduk Kabupaten Indramayu pada akhir tahun 2004, 2005, 2006,

2007, dan 2008 berturut-turut 1.672.573, 1.686.582, 1.697.986, 1.709.128, dan

1.717.793 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk periode dari tahun 2000 sampai

2006 rata-rata adalah 1,32. Kepadatan penduduk per km2 adalah 837,67 jiwa;

tertinggi di Kecamatan Balongan 2.209.22 jiwa per km2 dan terrendah di

Kecamatan Cantigi 260,01 jiwa per km2. Jumlah keluarga se Kabupaten

Indramayu pada tahun 2007 adalah 448.447; dengan jumlah ini maka kepadatan

penduduk per keluarga adalah 3,83 jiwa (BPS. Kab. Indramayu 2008).

Perkembangan Komoditi Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kabupaten Indramayu merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

Barat yang merupakan daerah sentra pertanian. Sektor pertanian menyumbang

13,21 % dari total produk domestik regional bruto Kabupaten Indramayu,

penyumbang kedua terbesar setelah sektor industri (migas). Beberapa jenis

tanaman yang diusahakan di Kabupaten Indramayu antara lain padi, jagung, ubi

kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Produksi terbanyak adalah padi

sebanyak 1.557.552.30 ton. Disamping tanaman padi, Kabupaten Indramayu

memiliki tanaman unggulan seperti mangga, pisang, cabai merah, bawang merah,

jagung dan kedelai. Tanaman perkebunan seperti kelapa, kelapa hibrida, kapuk,

cengkeh, jambu mete, kopi, tebu, dan melinjo diusahakan pula di Kabupaten

Indramayu. Produksi tanaman palawija sebanyak 10.153.36 ton, sayuran

186.284.85 ton dan buah-buahan sebanyak 717.942.98 ton. Selain itu melalui

upaya penerapan tekhnologi intensifikasi belakangan ini berkembang budidaya

bunga kol dan jamur merang yang sudah memperlihatkan produksi dan

produktivitas yang signifikan.

Gambaran Umum Kupedes

Surat keputusan Direksi BRI Nokep: S.62-DIR/ADK/09/2001 tanggal 18

September 2001 menjelaskan tentang pedoman pelaksanaan kredit bisnis mikro

(PPK-BM). Kupedes adalah fasilitas kredit bersifat umum, individual, selektif dan

berbunga wajar yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan

UMKM yang layak. Dari pengertian diatas Kupedes adalah salah satu segmen

bisnis yang ada di BRI yang merupakan suatu sistem perbankan yang

20

dilaksanakan oleh BRI unit dalam menjalankan fungsinya sebagai financial

intermediary untuk pembiayaan usaha mikro. Dalam Kupedes BRI, terdapat

beberapa pengelompokan, pengelompokan dilakukan berdasarkan sektor dan

segmen bisnis yang dijalankan oleh pengusaha kecil. Sektor dan segmen Kupedes

digolongkan berdasarkan kegunaan atau berdasarkan kegunaan segmen dari kredit

yang diberikan, yaitu Kupedes modal kerja / usaha (eksploitasi) dan Kupedes

investasi. Kupedes juga terbagi menjadi sektor-sektor seperti : Kupedes

eksploitasi agribisnis, Kupedes eksploitasi non agribisnis, Kupedes investasi

agribisnis dan Kupedes investasi non agribisnis.

Untuk Kupedes eksploitasi agribisnis terdapat beberapa sektor yaitu

eksploitasi pertanian, eksploitasi perindustrian, eksploitasi perdagangan, dan

eksploitasi jasa lainnya, dan untuk Kupedes investasi agribisnis antara lain :

Kupedes investasi pertanian, investasi perindustrian, investasi perdagangan, dan

investasi jasa lainnya. Agribisnis dalam hal ini merupakan usaha dari hulu sampai

hilir yang dibiayai oleh Kupedes.

Sasaran Debitur Kupedes

Pada umumnya, sasaran pemberian Kupedes (BRI 2007) ditujukan kepada

golongan masyarakat pengusaha dan golongan masyarakat berpenghasilan tetap

yaitu:

1. Pengusaha, yaitu semua pengusaha yang bergerak di berbagai sektor ekonomi

yang ada di wilyah kerja BRI Unit, seperti sektor pertanian, perindustrian,

perdagangan dan jasa lainnya yang usahanya benar-benar layak untuk

diberikan Kupedes.

2. Golongan Masyarakat Berpenghasilan Tetap

a. Pegawai Negeri yang dimaksudkan dalam peraturan pemerintah (PP) no 6 tahun

1974 bab I pasal 1 adalah:

1) Pegawai Negeri Sipil

2) Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian

3) Pegawai Badan Usaha Milik Negara.

4) Pegawai Perusahaan daerah

b. Pensiunan dari golongan masyarakat berpenghasilan tetap tersebut pada butir

2.a

c. Pegawai tetap dari perusahaan swasta.

Dalam jumlah terbatas, direksi BRI mengambil kebijakan agar Kupedes

dapat pula diberikan kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap.

Sebagai kredit skala mikro, prosedur Kupedes sangat mudah dan sederhana,

namun dalam penyalurannya perlu pemahaman secara tepat dari pejabat kredit lini

yang menyangkut kebijakan dan prinsip-prinsip dasar pemberian Kupedes yaitu

(BRI, 2007) :

1. Umum, yaitu dapat diberikan kepada siapa saja, dalam arti tidak dibatasi dalam

sektor ekonomi tertentu, keanggotaan tertentu, kelompok masyarakat tertentu,

sepanjang calon nasabah yang bersangkutan telah memenuhi segala ketentuan

persyaratan yang telah ditetapkan.

2. Individual, yaitu pemberian Kupedes dilakukan dengan melalui pendekatan

secara individual dan kasus perkasus, bukan berbentuk paket (massal).

21

3. Selektif, yaitu Kupedes dilaksanakan secara selektif kepada nasabah yang

usahanya dinilai layak dan putusan kredit harus sesuai dengan pertimbangan

bank teknis.

4. Bisnis, yaitu keputusan akhir atas suatu permohonan Kupedes ditentukan oleh

BRI Unit sesuai dengan pertimbangan bank teknis.

Jenis-jenis Kupedes

Berdasarkan tujuan penggunaannya Kupedes dapat dibagi menjadi (BRI

2007) :

1. Kupedes Modal Kerja

Kupedes modal kerja diberikan kepada pengusaha dan golongan

berpenghasilan tetap sebagi tambahan dana/pembiayaan untuk mencukupi

kebutuhan modal kerja usahanya atau untuk membiayai keperluan konsumtif

maupun non konsumtif (produktif).

a. Sektor pertanian, yaitu untuk membiayai semua kegiatan pertanian dan kegiatan

lainnya yang terkait dan menunjang pada hasil usaha bercocok tanam seperti

pengecer pupuk/obat-obatan, pengusaha mikro yang mengumpulkan segala

hasil pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan memasarkan kembali

dengan atau tanpa proses lebih lanjut.

b. Sektor perindustrian yaitu untuk pembiayaan pengolahan bahan mentah

menjadi barang setengah jadi, pengolahan bahan setengah jadi atau menjadi

barang jadi, pengolahan bahan setengah jadi menjadi barang jadi.

c. Sektor perdagangan yaitu untuk pembiayaan, pembelian, penjualan dan

pemasaran barang dagangan misalnya perdagangan sembako (Sembilan bahan

pokok), material bangunan, batik atau kain dan sebaginya. Dalam hal ini tidak

termasuk pembelian, penjualan dan pemasaran hasil langsung pertanian seperti

yang dimaksudkan pada butir a di atas.

d. Sektor jasa, yaitu untuk pembiayaan usaha bersifat pelayanan jasa kepada

umum, misalnya usaha bengkel, salon, penjahit tansportasi dan lain-lain.

e. Sektor Golongan Berpenghasilan Tetap (GBT) yaitu untuk pembiayaan

konsumtif dan produktif yang pengembaliannya didasarkan pada pendapatan

(gaji) nasabah.

2. Kupedes Investasi

Kupedes ini diberikan kepada pengusaha untuk pembiayaan pembangunan

prasarana dan sarana atau peralatan produksi. Sedangkan bagi golongan

berpenghasilan tetap, kredit tersebut dapat dipergunakan untuk pembelian atau

pembangunan rumah, pembelian kendaraan bermotor dan lain-lain yang bersifat

produktif. Adapun sektor-sektor ekonomi yang dibiayai sebagai berikut:

a. Sektor pertanian, yaitu untuk membiayai pembelian alat-alat pertanian seperti

bajak, traktor, alat perontok padi, alat sortasi, mesin parut kelapa, pembuatan

gudang, lantai jemur, pembelian bibit tanaman keras (tidak habis dalam satu

kali panen seperti jeruk, karet, kelapa, teh kopi) atau untuk pembelian bibit

ayam petelor, sapi perah, sapi kerja dan lain sebagainya.

b. Sektor perindustrian yaitu untuk pembiayaan pengadaan alat-alat produksi

seperti mesin-mesin, wadah tungku dan lain-lain, pembangunan atau perbaikan

bangunan pabrik, tempat usaha, tempat jemuran dan sebagainya asal tujuannya

tidak untuk mengolah hasil langsung pertanian.

22

c. Sektor perdagangan yaitu untuk pembiayaan pembelian alat-alat berjualan,

perbaikan, perluasan tempat berjualan atau pembangunan tempat berjualan

/pembangunan/ perluasan/perbaikan gudang yang tidak bertujuan untuk

memperdagangkan/menempatkan hasil-hasil langsung pertanian sebagai

barang/ benda dominan.

d. Sektor jasa, yaitu untuk pembiayaan pembelian alat-alat perbengkelan, mesin

jahit, salon, pembelian kendaraan, pembangunan atau perbaikan bangunan

bengkel atau salon.

e. Sektor Golongan Berpenghasilan Tetap (GBT) yaitu dipergunakan untuk

pembiayaan investasi yang pengembaliannya didasarkan dari pendapatan

(gaji). Dilihat dari tujuan penggunaannya,maka jenis Kupedes investasi

diberikan untuk tujuan yang bersifat non konsumtif yaitu barang-barang

berwujud yang fisiknya dapat dilihat secara nyata seperti pembelian kendaraan

bermotor guna memperlancar pekerjaan, pembangunan/pembelian rumah

tinggal, pembelian perabot rumah tangga, pembelian peralatan kerja,

pembelian tanah. Dalam pengajuan peminjaman Kupedes, unsur agunan

dikatakan sebagai the second way out bagi BRI Unit pada setiap pemberian

Kupedes. Namun demikian penilaian dan evaluasi terhadap agunan ini harus

cermat karena merupakan pembayaran terakhir yang diharapkan oleh BRI Unit,

apabila kredit menjadi bermasalah atau macet.

Jenis-jenis Agunan Kupedes

Agunan Kupedes bagi golongan Pengusaha: Setiap agunan dari golongan

pengusaha dipersyaratkan untuk dapat menyediakan agunan yang nilainya harus

mengcover seluruh jumlah pinjamannya (pokok dan bunga)

a. Bila ditinjau dari sumber pembiayaan, agunan Kupedes dibedakan menjadi dua

macam yaitu:

1) Agunan pokok adalah proyek/usaha yang dibiayai kredit yang merupakan

seluruh kekayaan (aktiva) baik yang tergolong aktiva lancar maupun aktiva

tetap yang disajikan dalam neraca perusahaan nasabah yang bersangkutan.

2) Agunan tambahan adalah agunan lainnya yang tidak termasuk dalam batasan

pengertian proyek seperti pada agunan pokok di atas, misalnya aktiva

tetap/lancar di luar perusahaan / proyek yang dibiayai kredit atau dicantumkan

dalam neraca perusahaan yang akan dibiayai kredit.

b. Ditinjau dari sifat barang atau bendanya, agunan dapat dibedakan sebagai

sebagai berikut:

A. Benda bergerak yang terdiri dari :

1. Benda bergerak berwujud, antara lain: Kendaraan bermotor baik didarat, laut

sungai maupun di danau yang bukti kepemilikannya berupa BPKB (yang

didarat) dan surat keterangan dari kepala desa/ lurah (untuk yang diair atau

sungai) dan atau dari instansi yang berwenang. Persediaan barang dagangan

dengan kepemilikan berupa kuitansi/ faktur pembelian atau surat keterangan

dari kepala desa/ lurah.

2. Benda tidak bergerak tidak berwujud antara lain: Deposito yang dikeluarkan

oleh BRI Unit, tabungan atas nama yang bersangkutan, hak sewa/ menempati

23

toko/ kios dengan bukti surat ijin tempat usaha (SITU), Surat Penunjukan

Tempat Usaha (SPTU).

B. Benda tidak bergerak meliputi tanah dan bangunan yang bukti pemilikannya

berupa sertifikat

Syarat-Syarat Calon Nasabah Kupedes

Ditinjau dari dua golongan sasaran Kupedes, maka untuk masing-masing

golongan mempunyai persyaratan yang berbeda dan harus dipenuhi sebelum

kreditnya diproses (BRI, 2007) yaitu:

1) Penduduk yang berdomisili dalam wilayah kerja BRI Unit setempat yang

dibuktikan dengan KTP atau surat keterangan penduduk yang dibuat kepala

desa setempat. Khusus untuk calon nasabah Kupedes tertentu dimungkinkan

untuk dilayani BRI Unit diluar domisili nasabah yang bersangkutan setalah

mendapat putusan ijin prinsip dari Kantor Cabang/Kantor Wilayah/Kantor

Pusat.

2) Mempunyai usaha yang layak dan mempunyai karakter yang baik untuk

dibiayai dengan Kupedes.

3) Bagi calon nasabah yang sudah mempunyai surat izin usaha dari instansi yang

berwenang, cukup melampirkan copy surat izin usaha tersebut.

4) Bagi calon nasabah yang belum mempunyai surat izin usaha, maka:

a. Untuk permohonan Kupedes sampai dengan 2 juta cukup dengan foto copy

KTP dengan menunjukkan pula KTP aslinya pada petugas BRI Unit pada

saat pendaftaran.

b. Untuk permohonan Kupedes diatas 2 juta cukup dengan membawa surat

keterangan usaha dari Kepala Desa/Kelurahan

5) Tidak sedang menikmati kredit lainnya di Kantor Cabang BRI atau di BRI Unit

lainnya.

6) Dapat menyediakan agunan kebendaan, baik berupa benda bergerak maupun

benda tidak bergerak.

7) Wajib membuka rekening tabungan di BRI unit yang bersangkutan

Karakteristik Petani Responden Padi Sawah

Deskripsi karakteristik petani responden dilihat dari beberapa kriteria

diantaranya adalah status usahatani, usia petani, tingkat pendidikan petani, status

kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani.

Status Usahatani Padi Sawah

Sebagian besar responden petani menganggap bahwa kegiatan usahatani

yang mereka lakukan adalah sebagai pekerjaan utama. Terdapat 86,67 % (26

petani) dari petani responden yang beranggapan bahwa pekerjaan utamanya

adalah sebagai petani padi. Sisanya yaitu 13,33 % atau sebanyak empat orang

menganggap bahwa aktivitas usahatani yang mereka lakukan hanya merupakan

pekerjaan sampingan saja. Dengan demikian dapat disimpulkan petani responden

24

masih menggantungkan hidupnya pada usahatani padi dan menganggap bahwa

menjalankan usahatani padi menguntungkan. Dari 26 petani responden yang

status usahataninya adalah pekerjaan utama memiiliki pekerjaan sampingan antara

lain sebagai buruh bangunan, peternak ikan, pedagang dan tukang ojek.

Sedangkan untuk petani dengan status usahatani sebagai pekerjaan sampingan

memiliki pekerjaan utama sebagai aparatur desa.

Usia Petani Padi Sawah

Berdasarkan usia, petani responden dibagi menjadi empat kelompok

angkatan kerja, yaitu kelompok usia kurang dari 15 tahun, 15 sampai 30 tahun, 31

sampai 45 tahun, dan 46 sampai 60 tahun. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa

kegiatan usahatani dilakukan oleh petani berusia empat puluh lima tahun ke atas,

hal tersebut terjadi dikarenakan kebanyakan masyarakat di Kecamatan Kroya

yang berumur produktif (15-30 tahun) memilih untuk bekerja di sektor lain seperti

perdagangan, buruh pabrik, guru, pegawai negeri sipil, dan karyawan swasta.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa petani responden pada penelitian ini

berasal dari kalangan petani usia tidak produktif selengkapnya disajikan pada

Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah petani responden berdasarkan kriteria usia Usia Jumlah Petani Persentase(%)

< 15 0 0

15-30 2 6,45

31-45 10 35,25

> 45 19 61,29

Total 31 100,00

Rata-rata usia petani (Tahun) 48

Tingkat Pendidikan Petani Padi Sawah

Data hasil wawancara menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi dari

petani responden adalah sekolah dasar. Data jumlah petani responden berdasarkan

tingkat pendidikan formal disajikan pada Tabel 4 . Berdasarkan Tabel 4, dapat

diketahui bahwa petani responden paling banyak berasal dari lulusan Sekolah

Dasar/sederajat (58,06 %) dan paling sedikit berasal dari lulusan Sekolah

Menengah Atas/sederajat (12,90 %). Tingkat pendidikan dari responden yang

terbesar sekolah dasar, hal tersebut diakibatkan para petani terdahulu di

Kecamatan Kroya belum mengutamakan pendidikan yang baik, sehingga menurut

mereka kegiatan utama yang harus dilakukan adalah mencari uang yaitu dengan

cara bertani padi, kemudian selain itu para petani ini tidak mempunyai biaya

untuk bersekolah diakibatkan orang tua mereka terlalu hidup konsumtif.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang cukup penting

dikarenakan dari pendidikan petani dapat belajar bagaimana menggunakan input-

input produksi khususnya pupuk dan obat-obatan agar sesuai dengan dosis yang

dianjurkan, dikarenakan petani menggunakan input-input produksi berdasarkan

pengalaman, sehingga penggunaan input-input produksi ini tidak sesuai dengan

25

dosis yang ada. Hal ini akan mempengaruhi jumlah produksi padi yang akan

dihasilkan, jumlah petani responden berdasarkan kriteria pendidikan formalnya

disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah petani responden berdasarkan kriteria tingkat pendidikan formal

Tingkat Pendidikan Jumlah Petani Persentase

Tamat SD/sederajat 18 58,06

Tamat SMP/sederajat 9 29,03

Tamat SMA/sederajat 4 12,90

Diploma 0 0

Sarjana 0 0

Total 31 100,00

Status Kepemilikan Lahan Padi Sawah

Lahan sawah yang dimiliki oleh petani responden sebagian besar merupakan

lahan milik pribadi sebesar 67,74 % (Tabel 5). Petani yang memiliki status

kepemilikan lahan sebagai lahan milik pribadi akan lebih mudah untuk

mengambil kebijakan terkait dengan usahatani yang dijalankannya, seperti

penerapan teknologi di lahan pribadi miliknya. Berdasarkan hasil wawancara,

rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh petani padi di Kecamatan Kroya adalah

sebesar 2,30 Ha. Jika dilihat dari rata-rata luas lahan petani yang memiliki luasan

2,30 hektar, maka petani responden dikategorikan sebagai petani berlahan

sedang. Selengkapnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah petani responden berdasarkan kriteria status kepemilikan lahan

Status Kepemilikan Lahan Jumlah Petani Persentase

Milik Pribadi 21 67,74

Sewa 1 3,23

Bagi Hasil 0 0

Milik Pribadi & Sewa 2 6,45

Milik Pribadi & Bagi Hasil 2 6,45

Milik Pribadi, Sewa & Bagi Hasil 5 16,13

Total 31 100,00

Pengalaman Berusahatani Padi Sawah

Tabel 6 menggambarkan jumlah petani responden jika dilihat dari kriteria

lama pengalaman berusahatani. Dari total 31 responden petani , sebesar 16 %

memiliki pengalaman berusahatani dibawah 5 tahun, kemudiian 52 % 11-20 tahun

dan lama berusaha tani yang paling sedikit yaitu responden yang lama

berusahataninya selama lebih dari 40 tahun yaitu hanya 3,2 % atau satu orang

saja. Rata-rata pengalaman berusahatani petani responden adalah selama 21 tahun.

Tabel 6 menunjukkan bahwa petani responden memliki pengalaman berusahatani

yang cukup lama. Pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh 31 petani

menunjukkan lamanya petani berkecimpung dalam usahatani padi. Semakin lama

26

pengalaman berusahatani maka dapat disimpulkan bahwa petani sudah memahami

dengan lebih baik teknik budidaya dalam kegiatan usahatani yang dijalankan.

Tabel 6. Jumlah petani responden berdasarkan kriteria pengalaman berusahatani

Pengalaman Berusahatani

(tahun) Jumlah Petani Persentase

< 10 5 16

11-20 16 52

21-30 6 19

31-40 3 9,7

> 41 1 3,2

Total 31 100,00

Rata-rata (tahun) 21

Kegiatan Berusahatani Padi

Teknik budidaya merupakan faktor penting pada usahatani dalam

menentukan jumlah output yang diharapkan. Pada usahatani padi, teknik budidaya

terdiri dari persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan

penyakit tanaman (HPT) dan pemanenan.

Persiapan Lahan Padi Sawah

Tahap persiapan lahan dilakukan untuk mengubah sifat fisik tanah agar

lapisan yang semula keras menjadi lebih lembut. Hal ini dilakukan agar gulma

yang ada pada lahan sawah mati dan membusuk menjadi humus. Pada tahap

persiapan lahan dilakukan juga perbaikan dan pengaturan pematang sawah dan

selokan. Pengaturan pematang sawah diupayakan agar tetap baik untuk

mempermudah pengaturan irigasi sehingga sawah tidak boros air dan

mempermudah dalam perawatan tanaman. Setelah perbaikan pematang sawah

kemudian dilakukan tahap pencangkulan. Pencangkulan dilakukan untuk

memperlancar pada tahap pembajakan sawah menggunakan traktor. Pembajakan

dilakukan untuk membuat tanah menjadi gembur dan percampuran unsur unsur

hara yang terkandung di dalam tanah. Proses ini membutuhkan waktu kurang

lebih satu minggu lamanya.

Penanaman Padi Sawah

Penanaman padi yang dilakukan oleh petani responden ditanam dengan

jarak yang teratur. Jarak tanam antara tanaman padi satu dengan lainnya adalah 25

cm. Sebelum dilakukan penanaman, dua sampai tiga hari sebelumnya lahan sawah

telah diberi pupuk dasar terlebih dahulu. Pemberian pupuk dasar dilakukan

dengan tujuan untuk memperbaiki struktur dan memberi nutrisi bagi tanah. Pada

saat penanaman, bibit padi ditancapkan ke dalam lahan yang sudah digenangi air

sedalam 10 cm sampai 15 cm hingga akar tanaman padi masuk ke bawah

permukaan tanah.

27

Pemupukan Padi Sawah

Pada kegiatan usahatani, pemupukan dilakukan dengan tujuan agar tanaman

padi dapat tumbuh optimal dan menghasilkan output yang baik. Pemupukan yang

dilakukan oleh petani responden yaitu dengan menggunakan pupuk Urea, TSP,

KCL, Phonska, dan ZA. Pupuk-pupuk tersebut diberikan sebanyak dua kali yaitu

pada waktu satu minggu setelah penanaman kemudian sepuluh hari setelah masa

pemupukan pertama.

Pengendalian Hama dan Penyakit Padi Sawah

Pengendalian hama dalam kegiatan usahatani padi merupakan salah satu

komponen penting yang menentukan keberhasilan usahatani padi. Pada petani di

Kecamatan Kroya, pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan oleh petani

responden adalah dengan cara spraying pestisida ke tanaman padi dengan tujuan

untuk mencegah dan menanggulangi munculnya hama dan penyakit pada

tanaman. Pada saat penelitian berlangsung, hama yang banyak menjangkiti

tanaman padi adalah hama sundep. Hama sundep akan menyebabkan tanaman

padi menjadi kering dan mati pestisida yang digunakan yaitu merk prapaton,

spontan, chix, amistartop,dan lain-lain. Selain dengan penyemprotan, cara lain

yang dilakukan petani dalam mengatasi permasalahan hama adalah dengan

melakukan pola tanam serentak. Meskipun telah dianjurkan penanaman dengan

pola tanam serentak namun masih banyak sawah petani yang terjangkit hama. Hal

ini disebabkan oleh petani yang tidak mau mengikuti penyeragamaan pola tanam

yang dilakukan.

Pemanenan Padi Sawah

Kegiatan pemanenan dilakukan pada saat usia padi sudah mencapai 100 hari

atau padi dinilai sudah siap panen dan mencapai kondisi yang diingikan oleh

petani. Cara panen padi yang dilakukan adalah dengan memotong padi dengan

menggunakan sabit. dilakukan pada bagian atas padi. Hal ini dilakukan karena

setelah padi dipotong padi akan dirontokkan dengan menggunakan mesin

perontok. Perontokan padi dilakukan dengan tujuan untuk melepaskan gabah dari

malainya. Penggunaan mesin perontok dilakukan agar persentase rendemen padi

rendah. Selain itu persentase padi yang tidak rontok rendah bila dibandingkan

dengan menggunakan sistem gebot atau dibanting. Dengan demikian, hasil gabah

yang didapat juga lebih banyak.

Penggunaan Kredit Kupedes

Kredit yang diterima oleh responden adalah kredit Kupedes, Kupedes

merupakan salah satu produk pinjaman yang dikeluarkan oleh bank BRI. Suku

bunga Kupedes pada saat penelitian berlangsung adalah 1,67 %, skema

pembayaran kredit Kupedes di Kecamatan Kroya oleh para petani sedikit berbeda

seperti yang biasa dilakukan oleh bank pada umumnya. Pembayaran kredit di BRI

untuk usaha pertanian pembayarannya hanya diakhir masa produksi tidak

28

mengangsur setiap bulan, pada masa panen petani membayarkan keseluruhan

jumlah pokok dan bunga pinjamannya. Pemberian kredit oleh pihak BRI biasanya

untuk setiap satu hektar luasan tanam padi, maka akan diberikan kredit kurang

lebih Rp. 5.000.000 per satu hektar , jumlah tersebut tidak mutlak tetapi

tergantung dengan analasis pihak BRI dan permintaan debitur. Jumlah kredit rata-

rata petani responden di Kecamatan Kroya sebesar Rp. 9.838.710 per responden.

Kredit yang disalurkan oleh pihak BRI sebagian besar digunakan oleh

responden untuk kegiatan usaha pertanian yaitu sebesar 90% kemudian sisa dari

perolehan kredit digunakan untuk kegiatan konsumtif. Kredit digunakan oleh

para petani untuk membeli input-input produksi, khususnya pupuk. Pupuk

menurut para petani responden merupakan salah satu input yang penting bagi padi

dibandingkan dengan input lainnya, mereka beranggapan bahwa jika mereka

menggunakan pupuk yang baik dan jumlah yang besar maka akan menghasilkan

produksi padi yang optimal. Hal tersebut tercermin dalam penggunaan input

produksi pada kondisi setelah kredit, dimana para responden menggunakan

tambahan pupuk berupa pupuk KCL dan ZA dan peningkatan jumlah pemberian

pupuk dalam kegiatan produksinya, padahal pada kondisi sebelumnya para petani

responden tidak menggunakan pupuk tersebut. Alasan para responden tidak

menggunakan pupuk KCL dan ZA yaitu mereka tidak mempunyai cukup modal

untuk membeli selain itu juga petani responden beranggapan bahwa pupuk ZA

dan KCL merupakan pelengkap dari pupuk lainnya seperti Urea, TSP, dan

Ponska.

Kemudian para petani responden menggunakan jumlah input-input produksi

tergantung dengan luas lahannya, semakin luas lahannya maka input produksi

yang digunakan semakin besar. Hal ini terjadi dikarenakan para petani responden

mendapatkan penyuluhan dari pihak dinas pertanian setempat, dan selain itu para

petani responden juga merupakan bagian dari kelompok tani yang masih aktif

untuk berdiskusi pada hari sabtu malam di balai desa, para petani membahas

tentang cara pengairan, penggunaan pupuk, dan input-input lainnya. Kemudian

pada saat diskusi tersebut para petani yang hasil produksinya pada masa tanam

sebelumnya dianggap baik maka akan menyampaikan jumlah, input-input, dan

teknik produksi yang mereka gunakan, hal ini bertujuan untuk memberikan

informasi kepada rekan-rekan petani lainnya agar menghasilkan produksi yang

baik pula. Hal tersebut mengakibatkan jumlah penggunaan input produksi oleh

petani responden tidak jauh berbeda.

Penggunaan kredit sangat membantu para responden hal ini tercermin pada

pendapatan responden setelah kredit meningkat per hektar sebesar Rp. 3.502.748

dibandingkan jumlah pendapatan kondisi sebelum kredit. Tambahan pendapatan

tersebut ternyata lebih besar dari biaya bunga yang dibayarkan petani responden

kepada pihak bank BRI sebesar Rp. 315.504, sehingga kredit memberikan

kontribusi yang baik terhadap produksi petani. Kondisi tersebut tercermin dari uji-

t berpasangan yang menghasilkan kredit berpengaruh nyata terhadap produksi

petani di Kecamatan Kroya.

29

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran

umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan

usahatani yang dijalankan oleh petani. Metode yang dilakukan dalam penelitian

ini untuk menganalisis pendapatan usahatani padi adalah dengan cara

membandingkan antara penggunaan input, produksi, penerimaan serta pendapatan

usahatani petani sebelum dan setelah menerima kredit Kupedes. Pembahasan

dilakukan dengan menggabungkan data semua petani responden. Data yang

dianalisis merupakan data petani responden sebelum menerima kredit dan data

petani responden setelah menerima kredit. Analisis pendapatan usahatani ini

menggunakan hasil perhitungan rata-rata dari responden dalam periode satu

musim per satu hektar. Hasil dari analisis pendapatan padi ini diharapkan dapat

menjadi gambaran umum mengenai pengaruh kredit Kupedes terhadap

pendapatan yang diperoleh petani dari hasil menanam padi.

Penggunaan Input-input Produksi Padi Sawah

Lahan

Penggunaan lahan petani di Kecamatan Kroya pada saat kondisi sebelum

dan sesudah kredit tidak berubah. Dikarenakan para petani menganggap bahwa

lahan yang ada sudah cukup untuk melakukan kegiatan usahatani padi, selain itu

jika para petani melakukan penambahan lahan dengan cara membeli lahan baru

maka modal yang didapatkan melalui kredit tidak mencukupi. Jadi penambahan

input lahan dianggap oleh petani di Kecamatan Kroya belum sesuai untuk

meningkatkan produksi padi karena membutuhkan biaya yang besar untuk

melakukannya.

Benih

Benih padi yang digunakan oleh petani responden adalah varietas benih

padi IR 64. Pemilihan jenis padi IR 64 dikarenakan menurut petani di lokasi

penelitian, harga jual yang didapat relatif lebih tinggi di banding varietas padi

yang lainnya seperti padi kebo. Selain harga yang lebih tinggi, petani memilih

menanam padi jenis IR 64 karena varietas ini merupakan varietas yang cocok

untuk ditanam di musim hujan maupun musim kemarau. Kemudian juga alasan

lain petani memilih menanam jenis padi IR 64 adalah karena jenis padi ini

memiliki umur masa tanam yang lebih pendek dibanding varietas lain seperti padi

kebo.

Jumlah benih yang ditanam pada saat sebelum dan sesudah kredit tidak

berubah rata-rata sebesar 14,5 Kg per hektar, dikarenakan para petani

beranggapan selama belum terdapat penambahan lahan maka jumlah benih yang

ditanampun tidak akan berubah, dikarenakan banyaknya jumlah benih yang

ditanam dipengaruhi oleh luas lahannya.

30

Pupuk Urea

Pupuk urea digunakan oleh petani untuk membuat tanaman padi lebih hijau

dan mempercepat pertumbuhan padi dikarenakan pupuk urea mengandung unsur

nitrogen. Pupuk urea yang digunakan sebelum petani menerima kredit yaitu

sebanyak 283 Kg per hektar, sedangkan untuk jumlah yang digunakan petani pada

saat kondisi petani setelah menerima kredit yaitu 304 kg per hektar. Pada kedua

kondisi sebelum dan sesudah petani mendapatkan kredit terlihat adanya perbedaan

jumlah penggunaan pupuk, jumlah pupuk lebih banyak terdapat pada kondisi

petani setelah menerima kredit. Kondisi tersebut terjadi dikarenakan petani

mempunyai tambahan modal untuk membeli pupuk urea, sehingga petani

menambahkan pupuk urea sebanyak 21 Kg per hektarnya dibandingkan pada saat

petani belum menerima kredit. Penggunaan pupuk urea termasuk lebih besar

jumlahnya dibandingkan dengan jumlah yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian

Indramayu yaitu sebesar 250 Kg per hektarnya.

Pupuk TSP

Pupk TSP berguna bagi pertanian untuk memperbaiki unsur hara tanah,

karena pupuk TSP mengandung P205 hingga mencapai 56 %. Di Kecamatan

Kroya jumlah penggunaan pupuk TSP pada kondisi sebelum kredit per hektarnya

sebesar 158Kg, setelah petani mendapatkan kredit jumlah penggunaan pupuk TSP

menjadi meningkat sebesar 170 Kg per hektar. Jumlah penggunaan pupuk TSP

tersebut lebih besar dari jumlah yang disarankan oleh penyuluh pertanian,

dikarenakan jumlah yang disarankan sebesar 100 Kg per hektar. Kenaikan

penggunaan jumlah penggunaan pupuk TSP diakibatkan adanya keyakinan petani

jika penggunaan input khususnya pupuk ditambah, maka hasil panen yang

dihasilkan akan lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Disamping itu petani

memiliki kemampuan untuk membeli pupuk dikarenakan adanya bantuan

permodalan melalui kredit, jadi petani dapat menambah jumlah pupuk TSP.

Pupuk Phonska

Pupuk phonska digunakan untuk memperkuat akar padi, menambah daya

tahan terhadap penyakit, dan memperceepat proses panen. Dosis pupuk phonska

yang dianjurkan oleh penyuluh lapangan pertanian adalah 150 Kg. Pada saat

kondisi sebelum kredit petani menggunakan pupuk phonska sebesar 156 Kg dan

mengalami kenaikan 18Kg setelah mendapatkan kredit, sehingga pupuk phonska

yang diberikan sebesar 174 Kg. Pupuk phonska yang digunakan di Kecamatan

Kroya merupakan pupuk phonska yang disubsidi oleh pemerintah, pupuk

bersubsidi digunakan dengan pertimbangan biaya yang lebih murah dibandingkan

dengan menggunakan pupuk NPK dengan kandungan nutrisi didalamnya yang

tidak jauh berbeda.

Pupuk ZA

Pupuk ZA digunakan hanya pada saat para petani memiliki modal yang

cukup, dikarenakan pupuk ZA hanya dianggap pelengkap oleh petani di

31

Kecamatan Kroya. Dilihat dari kandungan pupuk ZA, pupuk ini mengandung 21

% N dan 24 % sulfur, kandungan N ini juga sudah terdapat pada pupuk Urea

sehingga pupuk ZA hanya dijadikan pelengkap oleh petani di Kecamatan Kroya.

Jumlah penggunakan pupuk ZA yang disarankan oleh penyuluh adalah 50 Kg per

hektarnya, tetapi petani di Kecamatan Kroya hanya menggunakan pupuk ZA

sebesar 47 Kg per hektarnya. Pupuk ZA digunakan hanya pada saat petani

menerima tambahan modal dari kredit.

Pupuk KCL

Pupuk KCL berfungsi sebagai meningkatkan ketahanan hasil panen selama

pengangkutan dan penyimpanan, membuat tanaman padi lebih kokoh dan tegak,

dan meningkatkan daya tahan padi terhadap penyakit. Jumlah pupuk yang

disarankan oleh penyuluh lapangan yaitu sebesar 75 Kg per hektarnya.

Penggunaan pupuk KCL dilakukan pada saat petani mendapatkan bantuan

permodalan melalui kredit, karena petani menganggap pupuk KCL ini sebagai

pelengkap sama halnya dengan pupuk ZA. Jumlah yang digunakan oleh petani di

Kecamatan Kroya lebih rendah dari jumlah yang dianjurkan oleh penyuluh yaitu

sebesar 40 Kg per hektarnya.

Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja oleh petani terbagi menjadi dua yaitu tenaga kerja

diluar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga (anggota keluarga). Penggunaan

tenaga kerja dimulai dari proses pengolahan lahan sampai dengan pemanenan.

Tenaga kerja selain dari tenaga kerja manusia digunakan juga tenaga kerja mesin

oleh para petani responden. Mesin yang digunakan yaitu traktor dan grabagan,

traktor digunakan oleh petani responden untuk mengolah lahan sedangkan mesin

grabagan digunakan pada masa panen.

Tenaga kerja dengan porsi terbanyak terdapat pada kondisi petani responden

sebelum menerima kredit maupun setelah menerima kredit yaitu berada pada

masa panen. Pada masa panen petani responden sebelum mendapatkan kredit

menggunakan tenaga kerja dengan HOK rata-rata sebesar 120,59 HOK sedangkan

untuk kondisi petani responden sudah menggunakan kredit HOK tenaga kerjanya

sebesar 123,06 HOK. Penggunakan HOK yang besar tersebut disebabkan oleh

para petani responden menggunakan tenaga kerja manusia dan mesin grabagan,

pembayaran tenaga kerja manusia disini disesuaikan dengan jumlah panen yang

didapatkan oleh para petani responden dengan jumlah pembayaran 1/6 Kg dari

hasil panennya.

Total tenaga kerja yang digunakan lebih banyak ketika para petani

responden menggunakan kredit yaitu sebesar 184 HOK, sedangkan untuk kondisi

petani responden belum menggunakan kredit sebesar 181,59 HOK. Perbedaan

jumlah HOK tersebut diakibatkan adanya perbedaan penggunaan tenaga kerja

yang jumlahnya lebih banyak disaat petani memperoleh kredit, hal tersebut terjadi

diakeranakan para petani responden mempunyai modal untuk membayar tenaga

kerja lebih banyak dibandingkan sebelum petani responden menggunakan kredit.

32

Nutrisi

Nutrisi yang digunakan oleh petani respoden adalah nutrisi dengan merek

dagang Bulir, penggunaannya dilakukan dengan cara disemprotkan dan biasanya

penggunaannya bersamaan dengan penyemprotan pestisida. Penggunaan nutrisi

oleh petani dikarenakan petani berharap jika padinya diberikan nutrisi maka hasil

yang akan didapatkan akan lebih banyak daripada jika petani tidak menggunakan

nutrisi. Oleh karena itu petani responden yang mendapatkan kredit

mengalokasikan dana lebih banyak untuk membeli nutrisi dibandingkan dengan

pada saat petani belum mendapatkan kredit.

Pestisida

Pestisida sering digunakan sebagai pilihan utama untuk memberantas

organisme pengganggu tanaman dikarenakan pestisida mempunyai daya bunuh

yang tinggi, penggunaannya mudah, dan hasilnya cepat untuk diketahui. tetapi

bila aplikasinya kurang bijaksana dapat membawa dampak buruk bagi pengguna,

hama sasaran, maupun lingkungan.

Pestisida yang digunakan oleh petani responden terdiri dari berbagai macam

merk dagang tetapi yang kebanyakan digunakan oleh para petani responden

adalah pestisida dengan merk dagang “spontan”, Pestisida cair “spontan”

digunakan untuk memberantas hama sundep pada tanaman padi dikarenakan di

Kecamatan Kroya hama yang menyerang padi adalah hama sundep, penyakit padi

yang disebabkan oleh sundep secara tidak langsung menurunkan kuantitas dan

kualitas gabah, hal ini mengakibatkan keuntungan yang diperoleh petani secara

ekonomi dapat berkurang. Pestisida yang digunakan oleh responden adalah

pestisida cair yang aplikasinya dengan cara spraying (penyemprotan), pestisida

cair ini sebelum dilakukan spraying dicampur terlebih dahulu dengan air, dosis

yang digunakan oleh para petani responden berbeda-beda tergantung dengan

pengalaman berusahataninya.

Setelah mendapatkan kredit para petani responden lebih sering

menggunakan pestisida dibandingkan sebelumnya, dikarenakan para petani

mempunyai modal untuk membelinya. Petani responden beranggapan bahwa jika

mereka sering menggunakan pestisida maka padi mereka akan terbebas dari hama

dan penyakit kemudian padi mereka akan cepat tumbuh dan mendapatkan hasil

panen seperti yang diharapkan. Setelah melakukan perbandingan pada saat

usahatani petani responden belum dan setelah mendapatkan kredit pada saat

musim penghujan penggunaan pestisida mereka lebih banyak dan produksi yang

didapatkan meningkat kurang lebih 1,5 ton perhektarnya setelah menggunakan

kredit.

Alat-Alat Pertanian Padi Sawah

Jenis alat pertanian yang digunakan dalam kegiatan padi adalah cangkul,

arit, ember, pompa air, linggis, alat semprot hama dan traktor. Cangkul digunakan

untuk menggemburkan tanah, arit digunakan untuk menyiangi ilalang yang ada di

33

sekitar lahan sawah, linggis digunakan untuk membalikkan tanah dan memecah

tanah keras, pompa air digunakan untuk membantu mengairi sawah, alat semprot

hama digunakan sebagai wadah penyemprot pestisida untuk memberantas hama

dan traktor digunakan untuk membajak sawah dan menggemburkan tanah.

Peralatan yang digunakan oleh petani responden adalah milik pribadi.

Metode perhitungan penyusutan alat pertanian yang digunakan adalah metode

penyusutan garis lurus. Nilai biaya penyusutan peralatan pertanian yang

digunakan dalam kegiatan usahatani padi dihitung ke dalam komponen biaya yang

diperhitungkan. Nilai rata-rata penyusutan alat pertanian petani padi di Kecamatan

Kroya sebesar Rp. 807.500,-.

Penerimaan Usahatani Padi Sawah

Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari total

produksi yang dihasilkan. Penerimaan hasil penjualan produksi padi sawah,

merupakan nilai perhitungan dari 31 petani responden per hektar pada satu musim

tanam. Penerimaan para petani sebelum kredit sebesar Rp. 31.680.000, sedangkan

untuk penerimaan setelah petani menggunakan kredit sebesar Rp. 35.880.000.

Adanya peningkatan hasil penerimaan tersebut dikarenakan para petani

menggunakan beberapa tambahan input dalam kegiatan produksinya mulai dari

adanya penambahan dosis pemupukan dan penambahan jenis pupuk yaitu pupuk

ZA dan KCl.

Perlakuan input produksi yang berbeda antara petani sebelum dan sesudah

mereka memperoleh kredit, dikarenakan ketika petani belum menggunakan kredit

modal untuk membeli input-input produksi sangatlah terbatas, mereka hanya

menggunakan input yang benar-benar mereka butuhkan. Tetapi kondisi yang

berbeda tampak ketika petani responden mendapatkan bantuan permodalan

melalui kredit, petani responden dapat membeli input-input tambahan seperti

pupuk ZA dan KCL, pestisida, dan nutrisi sehingga produkstivitas yang

didapatkan lebih besar dibandingkan dengan produktivitas sebelum kredit yakni

lebih besar 1,05 ton. Adapun rincian penerimaan dari usahatani padi sebelum dan

sesudah kredit dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penerimaan rata-rata usahatani padi sebelum dan sesudah kredit di

Kecamatan Kroya tahun 2012 (per musim tanam per hektar)

Penerimaan Usahatani Padi Sebelum Kredit Penerimaan Usahatani Padi Setelah Kredit

Jumlah

(ton)

Harga (Rp) Nilai (Rp) Jumlah

(ton)

Harga (Rp) Nilai (Rp)

7,92 4.000.000 31.680.000 8,97 4.000.000

35.880.000

Total Penerimaan 31.680.000 Total Penerimaan 35.880.000

34

Biaya Usahatani Padi Sawah

Pengeluaran usahatani merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh

petani pada periode tanam tertentu. Pada penelitian kali ini biaya dalam usahatani

padi dikelompokan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai itu

sendiri merupakan biaya yang benar atau riil dikeluarkan dalam kegiatan

usahatani sedangkan biaya diperhitungkan merupakan biaya yang sifatnya tidak

riil namun sebenarnya berupa biaya atau opportunity cost . Adapun yang termasuk

kedalam komponen biaya tunai diantaranya biaya benih, urea, TSP, NPK, nutrisi,

pestisida, tenaga kerja luar dan lain-lain, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat biaya tunai lebih besar jumlahnya

dibandingkan dengan biaya diperhitungkan, dengan jumlah Rp 18.209.307 untuk

biaya tunai dan Rp 821,500. Biaya tunai yang dikeluarkan untuk pembelian benih

sebesar Rp 145.200 atau 0,8 % dari keseluruhan biaya. Faktor-faktor produksi lain

yang digunakan untuk kegiatan budidaya padi adalah urea, TSP, Ponska, tenaga

kerja luar keluarga, sewa lahan, nutrisi, pestisida, plastik, dan iuran swadaya

dengan masing-masing biaya yang dikeluarkan adalah Rp 567.420, Rp 364.297,

Rp 359.835, Rp 9.065.500, Rp 7.200.000, Rp 70.516, Rp 146.539, Rp 120.000,

dan Rp 170.000. Sedangkan untuk biaya diperhitungkan yang dikeluarkan oleh

responden hanya tenaga kerja luar keluarga dan penyusutan peralatan dengan

masing-masing biayanya adalah Rp 14.000 dan Rp 807.500.

Tabel 8. Struktur biaya usahatani padi sebelum mendapatkan kredit di Kecamatan

Kroya (per musim tanam per hektar)

Keterangan

Jumlah Harga Satuan

(Rp)

Nilai (Rp) %Atas Biaya

Biaya Tunai

Benih 14,52 10.000 145.200 0,8

Urea 283,71 2.000 567.420 3,0

TSP 158,39 2.300 364.297 1,9

Ponska 156,45 2.600 359.835 1,9

Tenaga kerja luar

keluarga

181,31 50.000 9.065.500 47,6

Sewa lahan 7.200.000 7.200.000 37,8

Nutrisi 587,63 120 70.516 0,4

Pestisida 815 180 146.539 0,8

Plastik 6 20.000 120.000 0,6

Iuran Swadaya 170.000 0,93

Total Biaya Tunai 18.209.307

Biaya

Diperhitungkan

Tenaga Kerja Dalam

Keluarga (HOK)

0,28 50.000

14.000 0,1

Penyusutan Peralatan 807.500 4,2

Jumlah Total Biaya Diperhitungkan 821.500

Jumlah Total Biaya 19.030.807 100

Berdasarkan Tabel 8 struktur penggunaan biaya terbesar pada usahatani padi

di Kecamatan Kroya adalah biaya tenaga kerja luar keluarga dengan proporsi

sebesar 47,6%, jumlah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga

35

sebesar Rp.9.065.000. Penggunaan tenaga kerja menempati proporsi terbesar

dikarenakan proses produksi padi di Kecamatan Kroya melalui beberapa kegiatan

yang semuanya membutuhkan tenaga kerja. Kegiatan produksi padi di Kecamatan

Kroya meliputi pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pemberantasan hama

dan penyakit, dan pemanenan. Selanjutnya pada struktur biaya terdapat iuran

swadaya sebesar Rp.170.000, iuran swadaya merupakan kewajiban bagi para

petani padi di Kecamatan Kroya. Iuran swadaya ini digunakan untuk acara-acara

di Kecamatan Kroya yang berkaitan dengan kegiatan pertanian khususnya

pertanian padi sawah. Untuk struktur biaya terendah terdapat pada biaya tenaga

kerja dalam keluarga sebesar 0,1% dari total keseluruhan struktur biaya yang

dikeluarkan. Proporsi yang rendah pada penggunaan tenaga kerja dalam keluarga

dikarenakan para pemilik usahatani padi di Kecamatan Kroya lebih banyak

menggunakan jasa tenaga kerja luar keluarga dibandingkan mereka mengerjakan

sendiri kegiatan berusahataninya, hal tersebut tercermin pada proporsi

penggunaan tenaga luar keluarga yang mencapai 47,6%.

.

Tabel 9. Struktur biaya usahatani padi setelah mendapatkan kredit di Kecamatan

Kroya (per musim tanam per hektar)

Keterangan

Jumlah

Harga Satuan

(Rp) Nilai (Rp) %Atas Biaya

Biaya Tunai

Benih 14,52 10.000 145.200 0,7

Urea 304,83 2.000 609.660 3,1

TSP 170,97 2.300 393.231 2,0

Ponska 174,19 2.300 400.637 2,0

ZA 47,04 2.300 108.192 0,3

KCL 40,86 2.300 93.978 0,7

Tenaga kerja luar

keluarga 183,49 50.000 9.174.500 46,9

Sewa lahan 7.200.000 7.200.000 36,8

Nutrisi 779,56 120 93.548 0,5

Pestisida 944 241 227.613 1,2

Iuran Swadaya 170.000 0,9

Plastik 6 20.000 120.000 0,6

Total Biaya Tunai

18.736.559

Biaya

Diperhitungkan

Tenaga Kerja Dalam

Keluarga (HOK) 0,28

50.000

14.000 0,1

Penyusutan Peralatan 807.500 4,1

Jumlah Total Biaya Diperhitungkan 821.500

Jumlah Total Biaya

19.558.059

100

36

Struktur biaya setelah menerima kredit tidak jauh berbeda dengan struktur

biaya sebelum kredit, dapat dilihat pada Tabel hanya terdapat penambahan

komponen pupuk KCL, ZA. Komponen biaya terbesar yang dikeluarkan adalah

biaya untuk membayar tenaga kerja luar keluarga yakni sebesar Rp 9.174.500

dengan proporsi 36,8 % dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan.

Biaya tunai yang dikeluarkan untuk pembelian benih sebesar Rp 145.200

atau 0,8 % dari keseluruhan biaya. Faktor-faktor produksi lain yang digunakan

untuk kegiatan budidaya padi adalah urea, TSP, Ponska, ZA, KCL, tenaga kerja

luar keluarga, sewa lahan, nutrisi, pestisida, plastik, dan iuran swadaya dengan

masing-masing biaya yang dikeluarkan adalah Rp 609.660, Rp 393.231, Rp

400.637, Rp 108.192, Rp 93.978,Rp 227.613, Rp 120.000, dan Rp 170.000.

Sedangkan untuk biaya diperhitungkan yang dikeluarkan oleh responden hanya

tenaga kerja luar keluarga dan penyusutan peralatan dengan masing-masing

biayanya adalah Rp 14.000 dan Rp 807.500. selengkapnya struktur biaya rata-rata

yang dikeluarkan setelah petani responden menerima kredit disajikan pada Tabel

9

Analisis Pendapatan

Pendapatan usahatani merupakan suatu balas jasa terhadap penggunaan

faktor-faktor produksi dan salah satu indikator keberhasilan serta memberikan

gambaran mengenai keuntungan yang diperoleh dalam suatu periode usahatani

yang dijalankan. Analisis pendapatan ini sendiri dapat dibedakan menjadi

pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Analisi pendapatan

pada penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan tunai dan non tunai,

untuk uraian analisis pendapatan pada kondisi sebelum kredit disajikan pada

Tabel 10. Pada Tabel 10 terlihat bahwa hasil penerimaan sebelum kredit sebesar

Rp.31.680.000, penerimaan tersebut didapatkan pada saat kondisi harga gabah

kering panen seharga Rp.4.000.000 per ton. Pada kondisi sebelum petani

menerima kredit jumlah pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp.13.470.693

dengan R/C rasio sebesar 1,73. Hasil tersebut menunjukan bahwa petani

mendapatkan keuntungan dari usahatani padi yang dijalankan sebesar

Rp.13.470.693. kemudian untuk nilai R/C rasio atas biaya tunai didapatkan

sebesar 1,73 menunjukan bahwa biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 1 akan

menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,73. Kemudian untuk pendapatan atas

biaya total kondisi sebelum menerima kredit sebesar Rp.12.649.193 dengan nilai

R/C rasio sebesar 1,66. Jumlah pendapatan dan R/C rasio biaya total lebih kecil

dibandingkan dengan pendapatan atas biaya tunai. Kondisi tersebut dikarenakan

pada biaya total terdapat biaya diperhitungkan sehingga jumlah biaya yang

dikeluarkan lebih besar, dan pendapatan yang diperoleh lebih rendah sehingga

hasil R/C rasio yang didapatkan menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan

R/C rasio atas biaya tunai. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pada saat

kondisi sebelum kredit petani di Kecamatan Kroya mendapatkan keuntungan dan

jika dilihat dari R/C rasionya usahatani padi di Kecamatan Kroya efisien dari segi

penggunaan biayanya.

37

Tabel 10. Analisis pendapatan usahatani padi di Kecamatan Kroya pada kondisi

sebelum mendapatkan kredit (per musim tanam per hektar).

Keterangan

Jumlah Harga Satuan

(Rp)

Nilai (Rp) %Atas Biaya

Penerimaan 7,92 4.000.000 31.680.000

Biaya Tunai

Benih 14,52 10.000 145.200 0,8

Urea 283,71 2.000 567.420 3,0

TSP 158,39 2.300 364.297 1,9

Ponska 156,45 2.600 359.835 1,9

Tenaga kerja luar

keluarga

181,31 50.000 9.065.500 47,6

Sewa lahan 7.200.000 7.200.000 37,8

Nutrisi 587,63 120 70.516 0,4

Pestisida 815 180 146.539 0,8

Plastik 6 20.000 120.000 0,6

Pajak 100.000 0,3

Iuran Swadaya 70.000 0,5

Total Biaya Tunai 18.209.307

Biaya

Diperhitungkan

Tenaga Kerja Dalam

Keluarga (HOK)

0,28 50.000

14.000 0,1

Penyusutan Peralatan 807.500 4,2

Jumlah Total Biaya Diperhitungkan 821.500

Jumlah Total Biaya 19.030.807 100

Pendapatan atas biaya tunai 13.470.693

Pendapatan atas biaya total 12.649.193

R/C Ratio atas biaya tunai 1,73

R/C Ratio atas biaya total 1,66

Pendapatan usahatani padi di Kecamatan Kroya pada kondisi setelah

menerima kredit (Tabel 11) mengalami kenaikan dibandingkan dengan

kondisi sebelum menerima kredit. Kenaikan pendapatan pada kondisi

setelah menerima kredit diakibatkan oleh kenaikan jumlah produksi yang

semula hanya 7,92 ton, tetapi setelah menerima kredit produksinya menjadi

8,97 ton sehingga jumlah penerimaan mengalami kenaikan pada kondisi

setelah menerima kredit dibandingkan dengan kondisi sebelum menerima

kredit sebesar Rp.3.672.748.

Kemudian dilihat dari jumlah biaya yang dikeluarkan tidak banyak berubah

pada kedua kondisi sebelum dan sesudah petani mendapatkan kredit, pada kondisi

sebelum kredit total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.19.030.807 kemudian

pada saat kondisi setelah kredit jumlah biaya total yang dikeluarkan sebesar

Rp.19.558.059, kenaikan total biaya sebesar Rp.527.252. Sehingga pendapatan

atas biaya total yang didapatkan oleh petani pada kondisi setelah menerima kredit

mengalami kenaikan dibandingkan dengan kondisi petani sebelum mendapatkan

kredit.

38

Tabel 11. Analisis pendapatan usahatani padi di Kecamatan Kroya kondisi

setelah mendapatkan kredit (per musim tanam per hektar).

Keterangan

Jumlah

Harga Satuan

(Rp) Nilai (Rp) %Atas Biaya

Penerimaan 8,97 4.000.000 35.880.000

Biaya Tunai

Benih 14,52 10.000 145.200 0,7

Urea 304,83 2.000 609.660 3,1

TSP 170,97 2.300 393.231 2,0

Ponska 174,19 2.600 400.637 2,0

ZA 47,04 1.500 108.192 0,3

KCL 40,86 2.300 93.978 0,7

Tenaga kerja luar

keluarga 183,49 50.000 9.174.500 46,9

Sewa lahan 7.200.000 7.200.000 36,8

Nutrisi 779,56 120 93.548 0,5

Pestisida 944 241 227.613 1,2

Pajak 100.000 0,3

Iuran Swadaya 70.000 0,5

Plastik 6 20.000 120.000 0,6

Total Biaya Tunai

18.736.559

Biaya

Diperhitungkan

Tenaga Kerja Dalam

Keluarga (HOK) 0,28

50.000

14.000 0,1

Penyusutan Peralatan 807.500 4,1

Jumlah Total Biaya Diperhitungkan 821.500

Jumlah Total Biaya

19.558.059

100

Pendapatan atas biaya tunai 17.143.441

Pendapatan atas biaya total 16.321.941

R/C Rasio atas biaya tunai 1,91

R/C Rasio atas biaya total 1,83

Nilai R/C rasio atas biaya total pada kondisi setelah menerima kredit

didapatkan nilai sebesar 1,83 dibandingkan dengan R/C rasio pada kondisi

sebelum menerima kredit sebesar 1,66. Nilai R/C rasio yang lebih besar pada

kondisi setelah menerima kredit menunjukan bahwa pada kegiatan berusahatani

padi di Kecamatan kroya pada kondisi setelah menerima kredit lebih efisien

berdasarkan biaya yang dikeluarkannya, dikarenakan jika petani mengeluarkan

biaya Rp.1 akan menghasilkan Rp. 1,83. Nilai R/C rasio yang lebih besar pada

kondisi setelah menerima kredit dipengaruhi oleh kenaikan jumlah penerimaan

pada kondisi setelah menerima kredit lebih besar dibandingkan bertambahnya

jumlah biaya total yang dikeluarkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi

setelah menerima kredit lebih efisien berdasarkan biaya yang dikeluarkan.

39

Analisa Pengaruh Kredit Terhadap Produksi

Pengaruh pemberian kredit terhadap produksi jika mengacu terhadap analisa

pendapatan memberikan pengaruh yang positif. yaitu pada saat kondisi sebelum

kredit produksi yang dihasilkan sebesar 7,92 ton dan pada kondisi setelah kredit

produksi mengalami kenaikan hingga mencapai 8,97 ton, hal ini membuktikan

bahwa kredit berpengaruh terhadap produksi. Untuk lebih membuktikan hasil

bahwa kredit berpengaruh terhadap produksi maka dilakukan pengujian terhadap

jumlah produksi yang dihasilkan pada kondisi sebelum dan sesudah kredit dengan

metode uji-t berpasangan. Setelah dilakukan analisis dengan metode uji-t

berpasangan diperoleh hasil pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil analisis metode Uji-t berpasangan antara kondisi sebelum dan

setelah mendapatkan kredit N Mean StDev SE Mean

produksi_Seb 31 17,8387 9,1154 1,6372

produksi_Set 31 20,3548 10,6467 1,9122

Difference 31 -2,51613 1,83250 0,32913

Nilai p-value dari uji t berpasangan diatas adalah 0,000, yaitu lebih kecil

dari 0,05. Dengan demikian kesimpulan yang diperoleh adalah tolak H0. Hal ini

berarti bahwa rata-rata produksi setelah menerima kredit lebih besar dibandingkan

dengan sebelum menerima kredit, dengan kata lain kredit berpengaruh dalam

meningkatkan produksi padi di Kecamatan Kroya. Kredit di Kecamatan Kroya

berperan sebagai modal yang digunakan oleh petani untuk membeli keperluan

input-input produksi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Setelah mendapatkan kredit produksi padi di Kecamatan Kroya mengalami

kenaikan, yang awalnya hanya dapat menghasilkan 7,92 ton tetapi setelah

mendapatkan kredit menjadi 8,97 ton. Hasil tersebut diperkuat dengan hasil uji-

t yang menyatakan kredit berpengaruh terhadap produksi.

2. Pendapatan usahatani padi setelah mendapatkan kredit mengalami kenaikan

sebesar Rp.3.672.748 dibandingkan dengan kondisi sebelum menerima kredit.

Saran

Penggunaan pupuk urea pada kegiatan produksi padi hendaknya dikurangi

penggunaannya, dikarenakan dosis yang digunakan terlalu banyak dari anjuran

penyuluh yaitu sebesar 250 kg per hektar. Sehingga dapat menghemat biaya dan

mencegah kerusakan lingkungan akibat bahan kimia yang berlebihan.

40

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga A. 1992. Ilmu Usahatani. Bandung (ID): Penerbit AluBandung (ID):

Penerbit Alumni.

Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta (ID): Ghalia

Indonesia.

Dina, Haryono, Soelaeman. 2012. Dampak pemberian kredit terhadap produksi

dan pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono

Kabupaten Lampung Timur [catatan penelitian]. Hayati.

Dillion JL, Hardaker B, Soekartawi, Soeharjo A. 2011. Ilmu Usahatani dan

Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta (ID): UI-Press.

Fitrianingsih S. 2008. Kinerja penyaluran kredit umum pedesaan (Kupedes) serta

dampaknya terhadap peningkatan pendapatan usaha nasabaah di PT BRI

unit Citeurep [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Haloho. 2010. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit

mikro PT. BPD Jabar Banten KCP Dramaga [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Suratiyah K. 2008. Ilmu Usahatani. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Lago. 2005. Analisis keterkaitan produksi dan pendapatan petani dengan kredit

usahatani di Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara [tesis]. Medan (ID):

Universitas Sumtera Utara.

Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta (ID): Raja Grafindo Perkasa.

Nazir M. 2009. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.

Rahim H. 2008. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian. Jakarta (ID):

Penebar Swadaya.

Renggani. 1999. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian

kredit [skripsi]. Malang (ID): Universitas Brawijaya.

Rusdani A. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pengembalian kupedes di unit BRI Cibinong [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Sari C. 2011. Pengaruh kredit program kemitraan dan bina lingkungan terhadap

produksi dan pendapatan petani belimbing dewa studi kasus kelompok tani

Sari Jaya Kota Depok [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sofia R. 2004. Analisa pengaruh pemberian kredit terhadap peningkatan

pendapatan usaha kecil dan menengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor

Verawati A. 2012. Pengaruh pemberian kupedes PT. BRI (persero) Tbk terhadap

tingkat pendapatan pengusaha di Sidikalang [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Lampiran 1 Peta Kecamatan Kroya

Lampiran 2 Jumlah outstanding kredit bank persero di Indonesia tahun 2012 (dalam milyar rupiah)

BANK PERSERO & LAPANGAN

USAHA

Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

Pinjaman Berdasarkan Lapangan Usaha

377.225

384.544

398.368

405.544

427.518

448.196

444.342

432.839

449.579

451.010

464.170

490.457

Pertanian, Peternakan, Kehutanan &

Perikanan

26.329

26.402

26.812

27.170

30.310

35.442

35.922

31.902

36.656

36.149

37.034

38.454

Pertambangan dan Penggalian

22.546

20.052

18.148

20.676

20.383

20.431

16.030

16.136

18.843

19.189

22.095

28.168

Industri Pengolahan

81.949

81.655

82.110

81.779

85.403

92.985

94.658

97.361

103.540

104.515

106.552

113.192

Listrik, Gas dan Air Bersih

13.350

13.081

20.054

22.208

24.252

13.990

13.297

15.899

20.410

14.878

18.969

9.520

Konstruksi

22.326

22.721

24.300

24.660

25.829

28.790

28.851

28.805

31.241

31.854

32.156

31.736

Perdagangan, Hotel dan Restoran

110.525

110.624

114.091

116.090

130.117

150.289

152.784

147.355

145.337

147.797

149.392

160.959

Pengangkutan dan Komunikasi

13.463

12.926

13.150

13.236

13.191

15.713

14.854

14.681

15.213

16.598

16.420

17.152

Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan

23.979

26.789

27.336

29.775

28.577

30.813

31.094

29.279

29.983

30.196

31.569

32.330

Jasa-jasa

62.757

70.294

72.368

69.950

69.457

59.743

56.850

51.422

48.357

49.834

49.982

58.947

Pinjaman Kepada Bukan Lapangan

Usaha

-

-

-

-

-

-

-

-

6

-

- -

Rumah Tinggal

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

- -

Rumah Toko (Ruko) dan Rumah Kantor

(Rukan)

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

- -

Kendaraan Bermotor

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

- -

41

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Indramayu Jawa Barat pada tanggal 21 April

1990 dari ayah yang bernama Uu Kursilah dan ibu bernama Laelly. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan

Sekolah Dasar di SD Negeri No.01 Sumbon pada tahun 1996 dan lulus pada tahun

2001. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri No. 1 Losarang

dan tamat pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMU Negeri

No. 1 Losarang dan lulus pada tahun 2007. Setelah tamat SMU, penulis hijrah ke

Bogor dan diterima di Diploma Institut Pertanian Bogor Studi dengan program

keahlian Manajemen dan Teknologi Perikanan Budidaya dan Tamat tahun 2010.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya dan diterima di program Alih Jenis

Institut Pertanian Bogor dengan program keahlian Agribisnis.