pengaruh lingkungan kerja fisik dan budaya …/pengaruh...pengaruh lingkungan kerja fisik dan budaya...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH LINGKUNGAN KERJA FISIK DAN BUDAYA
ORGANISASI TERHADAP SEMANGAT KERJA
KARYAWAN KOPERASI JASA KEUANGAN
SYARIAH (KJKS) KOSPIN SYARIAH
KARANGANYAR TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh:
DIFITRI WULANDARI
K7408203
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Oktober 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Difitri Wulandari
NIM : K7408203
Jurusan/Program Studi : P.IPS/Pendidikan Ekonomi
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul PENGARUH LINGKUNGAN
KERJA FISIK DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP SEMANGAT
KERJA KARYAWAN KJKS KOSPIN SYARIAH KARANGANYAR
TAHUN 2012 ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,
sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Oktober 2012
Yang membuat pernyataan
Difitri Wulandari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGARUH LINGKUNGAN KERJA FISIK DAN BUDAYA
ORGANISASI TERHADAP SEMANGAT KERJA
KARYAWAN KOPERASI JASA KEUANGAN
SYARIAH (KJKS) KOSPIN SYARIAH
KARANGANYAR TAHUN 2012
Oleh :
Difitri Wulandari
K7408203
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi
Perkantoran Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Oktober 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Oktober 2012
Pembimbing I
Drs. Sutaryadi, M.Pd
NIP. 19540526 198103 1 004
Pembimbing II
Susantiningrum, S.Pd, SE,M. AB NIP. 19761229 200501 2 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Ign Wagimin, M. Si …………………….
Sekretaris : Anton Subarno, S.Pd, M.Pd ...............................
Anggota I : Drs. Sutaryadi, M.Pd ………………….
Anggota II : Susantiningrum, S. Pd., SE, M. AB …………………….
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 196600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
“Berpikir, berdoa, laksanakan”
(Kasto )
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”
(Al-Baqarah:153 )
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”
(QS. Al Insyirah: 7)
“Semua manusia mempunyai potensi yang sama untuk sukses. Yang membedakan
adalah seberapa efektif kita belajar untuk sukses”
(Gusbud)
“Terkadang omongan orang yang terlihat benar dan membuat kita jatuh tidak
perlu kita dengarkan karena kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi di masa
depan”
(peneliti)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada :
v Almarhumah Ibu dan Ayah tersayang. Terimakasih untuk semua doa,
dorongan, cinta dan kasih sayang yang tulus.
v Kakakku yayuk yang selalu mendorongku untuk menyelesaikan skripsi ini.
v Rifki Aditya dan Ghazi yang selalu selalu membuatku semangat, terimakasih
atas nasihat dan perhatiannya selama ini.
v Keluarga besarku yang selalu memberi motivasi serta dukungan.
v Rekan-rekan PAP 2008 (Ium, Dewi, Bangkit, Cepi, Anies, Jeki, dll)
v Semua orang yang selalu ada kala peneliti butuhkan yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
v Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Difitri Wulandari. Pengaruh Lingkungan kerja fisik dan budaya
organisasi terhadap semangat kerja karyawan KJKS Kospin Syariah
Karanganyar tahun 2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Oktober 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan lingkungan kerja fisik terhadap semangat kerja kariyawan di KJKS Kospin Syariah Karanganyar tahun 2012, (2) mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan budaya organisasi terhadap semangat kerja karyawan di KJKS Kospin Syariah karanganyar., (3) mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan lingkungan kerja fisik dan budaya organisasi terhadap semangat kerja karyawan di KJKS Kospin Syariah karanganyar tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan KJKS Kospin Syariah Karanganyar tahun 2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh yakni teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel sehingga yang digunakan berjumlah 42. Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan metode angket yang didukung dengan metode dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear ganda. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada hubungan yang signifikan antara lingkungan kerja fisik terhadap semangat kerja karyawan KJKS Kospin Syariah karanganyr tahun 2012.. Hal ini dibuktikan didapat rhitung > rtabel atau 0,450 > 0,304 pada taraf signifikansi 5%. (2) Ada hubungan yang signifikan antara budaya organisasi terhadap semangat kerja karyawan KJKS Kospin Syariah Karanganyar tahun 2012. Hal ini dibuktikan dengan harga rhitung > rtabel atau 0,458 > 0,304 pada taraf signifikansi 5%. (3) Ada hubungan yang signifikan antara lingkungan kerja fisik dan budaya organisasi terhadap semangat kerja karyawan KJKS Kospin Syariah Karanganyar tahun 2012. Hal ini dibuktikan dengan Fhitung > Ftabel 11,165 > 3,238 pada taraf signifikansi 5%. Persamaan garis linear ganda
. Variabel lingkungan kerja fisik memberikan sumbangan relatif sebesar 48,93% dan sumbangan efektif sebesar 17,82%. Variabel budaya organisasi memberikan sumbangan relatif sebesar 51,07% dan sumbangan efektif sebesar 18,59%.
Kata kunci : lingkungan kerja fisik, budaya organisasi, dan semangat kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Difitri Wulandari. The Effect of Physical Work Environment and
Organizational Culture on Morale of KJKS Kospin Syariah Karanganyar.
Skripsi, Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University.
October 2012.
The objectives of research are: (1) to find out whether or not there is a significant effect of physical work environment on the morale of KJKS Kospin Syariah Karanganyar employees in 2012, (2) to find out whether or not there is a significant effect of organizational culture on the morale of KJKS Kospin Syariah Karanganyar employees in 2012, and (3) to find out whether or not there is a significant effect of physical work environtment and organizational culture on the morale of KJKS kospin Syariah Karanganyar employees in 2012.
This research employed a quantitative research approach with a descriptive method. The population of research was the employees of KJKS Kospin Syariah Karanganyar in 2012. The sampling technique used was saturated sampling technique, the one with all members of population used s the sample so that the number of samples was 42. The technique of collecting data used was questionnaire supported by documentation method. The data analysis use in this research was a multiple linear regression analysis technique.
Based on the result of research, it could be concluded that: (1) there was a significant relationship of physical of work environment to the morale of KJKS Kospin Syariah Karanganyar employees in 2012. It could be seen from the values of rstatistic > rtable or 0.450 > 0.304 at significance level of 5%. (2) There was a significant relationship of organizational culture to the morale of KJKS Kospin Syariah Karanganyar employees in 2012. It could be seen from the values of rstatistic > rtable or 0.458 > 0.304 at significance level of 5%. (3) There is a significant relationship of physical work environment and organizational culture to the morale of KJKS Kospin Syariah Karanganyar employees in 2012 . It could be seen from the values of Fstatistic > Ftable or 11.165 > 3.238 at significance level of 5%. With the result of multiple linear equation of Ŷ = 7.779 + 0.526X1 + 0.315X2. The physical work environment variable give relative contribution of 48.93% and effective contribution of 17.82%.Organizational culture variable give relative contribution of 51.07 and effective contribution of 18.59%.
Keywords: physical work environment, organizational culture, and morale. .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik dan Budaya Organisasi terhadap Semangat
Kerja Karyawan KJKS Kospin Syariah Karanganyar tahun 2012”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar
Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak
membutuhkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa nasihat, bimbingan
maupun pengarahan. Karena tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak tersebut,
maka skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, peneliti menghaturkan rasa terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
memberikan surat ijin penyusunan skripsi dan memberikan ijin guna
melakukan penelitian.
2. Prof. Dr. rer. nat Sajidan, M.Si, selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
3. Drs. H. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, yang telah menyetujui atas permohonan ijin
penulisan skripsi ini.
4. Dr. Wiedy Murtini, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan
skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
5. Drs. Ign. Wagimin, M.Si, selaku Ketua BKK Administrasi Perkantoran
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan ijin menyusun skripsi.
6. Drs. Sutaryadi, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan
bimbingan dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Susantiningrum, S.Pd, SE, M. AB, selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan dan petunjuk sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Tim Penguji Skripsi yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk
menguji peneliti.
9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian
Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
10. Hj. Abdur Rochim, ST selaku Manager yang telah memberikan ijin kepada
peneliti untuk mengadakan penelitian di KJKS Kospin Syariah Karanganyar.
11. Karyawan KJKS Kospin Syariah Karanganyar yang telah bersedia
berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.
12. Ayah dan Almarhumah Ibu tercinta, yang selalu mendoakan, memberi
semangat dan dorongan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Yayuk,
Kakakku tersayang yang selalu mengingatkan penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini. Rifki Aditya dan Ghazi, yang tiada jenuh
memberikan arti pentingnya masa depan.
13. Teman-teman PAP angkatan 2008 khususnya kelas A yang telah memberikan
dukungan dan bantuan baik langsung maupun tidak langsung terhadap
penyusunan skripsi ini.
Peneliti harapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan
para pembaca pada umumnya serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Oktober 2012
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………... i
HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………… ii
HALAMAN PENGAJUAN…………………………………………………... iii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….. iv
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… v
HALAMAN MOTTO………………………………………………………… vi
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………... vii
HALAMAN ABSTRAK…………………………………………………….. viii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. x
DAFTAR ISI………………………………………………………………... xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xx
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………….. 5
C. Pembatasan Masalah……………………………………………. 6
D. Perumusan Masalah……………………………………………... 6
E. Tujuan Penelitian………………………………………………... 7
F. Manfaat Penelitian………………………………………………. 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori……………………………………………………... 9
1. Kajian Tentang Lingkungan Kerja Fisik.............…….…….. 9
a. Pengertian Lingkungan Kerja Fisik..……………………… 9
b. Faktor Lingkungan Kerja Fisik................……………….. 11
c. Indikator Lingkungan Kerja Fisik.............…………….... 17
2. Kajian Tentang Budaya Organisasi..........…………………… 18
a. Pengertian Budaya Organisasi……………......…………... 18
b. Fungsi Budaya Organisasi………………………...…….... 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
c. Pembentukan Budaya Organisasi..............………………. 22
d. Karakteristik Budaya Organisasi..............……………….. 25
e. Indikator Budaya Organisasi……………………………... 30
3. Kajian Tentang Semangat Kerja.....…………………………. 30
a. Pengertian Semangat Kerja……………………………..... 30
b. Aspek-aspek semangat kerja……………………………... 31
c. Faktor Yang mempengaruhi semangat kerja……………. 33
d. Indikasi turunnya semangat kerja……………………...... 36
e. Cara meningkatkan semangat kerja……………………… 39
f. Indikator Semangat Kerja………………………………… 44
B. Penelitian yang Relevan………………………………………….. 44
C. Kerangka Berpikir………………………………………………… 46
D. Hipotesis…………………………………………………………. 47
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………… 48
B. Rancangan Penelitian…………………………………………… 48
C. Populasi dan Sampel……………………………………………. 51
D. Teknik Pengambilan Sampel……………………………………. 52
E. Pengumpulan Data………………………………………………. 52
F. Teknik Analisis Data……………………………………………. 59
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data…………………………………………………… 68
B. Pengujian Persyaratan Analisis…………………………………... 74
C. Pengujian Hipotesis………………………………………….….. 78
D. Pembahasan Hasil Analisis Data…………………………….…. 83
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan…………………………………………………….…… 87
B. Implikasi…………………………………………………………. 88
C. Saran…………………………………………………………….. 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 91
LAMPIRAN………………………………………………………………….. 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Matrik Spesifikasi Angket…………………………………….. 91
Lampiran 2 Surat Pengantar Angket……………………………………….. 93
Lampiran 3 Daftar Pertanyaan Angket…………………………………….. 94
Lampiran 4 Hasil Try Out Lingkungan Kerja Fisik (X1)………………….. 98
Lampiran 5 Hasil Try Out Budaya organisasi (X2………………………… 99
Lampiran 6 Hasil Try Out Semangat Kerja (Y)…..……………………….. 101
Lampiran 7 Output UjiValiditas Lingkungan Kerja Fisik (X1)………….. . 102
Lampiran 8 Output Uji Validitas Budaya Organisasi (X2)………………… 106
Lampiran 9 Output Uji Validitas Semangat Kerja (X2)…… ……………... 112
Lampiran 10 Hasil Uji Reliabilitas Lingkungan Kerja Fisik (X1)………….. 116
Lampiran 11 Hasil Uji Reliabilitas Budaya Organisasi (X2)………………. 117
Lampiran 12 Hasil Uji Reliabilitas Semangat Kerja (Y)………………….... 118
Lampiran 13 Skor Hasil Penelitian X1………………………………………. 119
Lampiran 14 Skor Hasil Penelitian X2………………………………………. 122
Lampiran 15 Skor Hasil Penelitian Y……………………………………….. 125
Lampiran 16 Skor Hasil Penelitian………………………………………….. 128
Lampiran 17 Deskripsi Data………………………………………………… 130
Lampiran 18 Hasil Uji Normalitas………………………………………….… 131
Lampiran 19 Hasil Uji Linearitas X1 terhadap Y……………………………. 132
Lampiran 20 Hasil Uji Linearitas X2 terhadap Y……………………………. 133
Lampiran 21 Hasil Uji Multikolinearitas…………………………………….. 134
Lampiran 22 Hasil Uji Autokorelasi………………………………………… 135
Lampiran 23 Hasil Uji Heterokedastisitas…………………………………… 136
Lampiran 24 Hasil Koefisien Determinasi………………………………….. 137
Lampiran 25 Hasil Korelasi…………………………………………………. 138
Lampiran 26 Hasil Uji F…………………………………………………….. 139
Lampiran 27 Sumbangan Relatif X1 dan X2 terhadap Y…………………….. 140
Sumbangan Efektif X1 dan X2 terhadap Y……………………. 140
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Lampiran 28 Tabel F………………………………………………………... 141
Lampiran 29 Tabel t………………………………………………………… 143
Lampiran 30 Tabel r………………………………………………………… 146
Lampiran 31 Jadwal Penyusunan Skripsi…………………………………… 149
Lampiran 32 Surat Perijinan…………………………………………………. 150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini persaingan perusahaan semakin ketat sehingga
dibutuhkan manajemen Sumber Daya Manusia yang kuat. Disini faktor dominan
yang perlu diperhatikan adalah masalah karyawan, karena karyawan mempunyai
kedudukan yang sangat strategis, karena manusialah yang mengetahui input-input
apa yang diambil dari lingkungan, bagaimana cara mendapatkan dan mengolah
atau mentransformasikan secara tepat menjadi output. Peran manusia atau
karyawan disini akan menampakkan suatu semangat kerja dan bisa menghasilkan
hasil kerja yang maksimal. Hasil kerja yang maksimal bisa didapatkan jika para
karyawan mempunyai semangat kerja. Untuk meningkatkan semangat kerja
karyawan yang bisa menghasilkan output yang maksimal maka diperlukan
lingkungan kerja yang kondusif untuk memberikan rasa aman dan memungkinkan
para pegawai untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja fisik dapat
mempengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja fisik
dimana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk
melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis
prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan
kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan
dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja. Karyawan merasakan
bahwa lingkungan kerjanya baik atau buruk, menyenangkan atau tidak
menyenangkan, mendukung atau justru menjadi tekanan, tergantung dari
bagaimana karyawan akan memandang, menafsirkan dan memberi arti terhadap
sesuatu yang terjadi didalam lingkungan kerjanya baik kondisi fisik maupun
kondisi perusahaan dan hubungan interpersonal didalamnya. Selanjutnya persepsi
tersebut akan berpengaruh terhadap tingkah laku karyawan.
Harapannya bahwa setiap perusahaan membangun lingkungan kerja yang
menyenangkan agar setiap karyawan yang bekerja pada instansi atau perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tersebut mencintai pekerjaannya dan senang melakukan pekerjaannya sehingga
akhirnya bisa bekerja pada tingkat optimal. Lingkungan kerja yang
menyenangkan, rekan kerja yang kooperatif, pimpinan yang selalu
memperhatikan keluh kesah karyawannya, kebijaksanaan yang mempengaruhi
kerja dan karier serta kompensasi yang adil merupakan dambaan bagi para
karyawan sehingga karyawan bekerja lebih semangat, memiliki komitmen yang
tinggi, dan pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Tetapi dalam kenyataannya, penilaian baik atau buruknya lingkungan kerja
fisik ditentukan oleh penilaian karyawannya. Seseorang mungkin menganggap
lingkungan yang sama adalah buruk sedangkan yang lain menganggap baik. Hal
ini disebabkan karena ada perbedaan pandangan masing-masing individu terhadap
lingkungan kerja. Perbedaan ini dapat terjadi karena masing-masing individu
mempunyai kebutuhan, kepentingan maupun harapan yang berbeda-beda antara
satu dengan yang lain. Di KJKS Kospin Syariah ini lingkungan kerja fisiknya
belum mencapai sempurna dikarenakan maih ada unsur lingkungan kerja fisik
yang belum terpenuhi misalnya kebisingan yang ada di tempat kerja yang bisa
mengganggu konsentrasi karyawan yang berpengaruh terhadap semangat kerja
mereka, kebisingan tersebut bisa terlihat dari karyawan yang suka ngobrol pada
jam kerja.
Selain lingkungan kerja fisik yang diperlukan untuk meningkatkan semangat
kerja karyawan hal lain yang juga dibutuhkan adalah budaya organisasi. Budaya
organisasi disini bisa berupa kebiasaan karyawan baik kebiasaan di dalam dirinya
sendiri maupun kebiasaan berinteraksi dengan karyawan lain.
Budaya organisasi disini dalam arti organisasi formal adalah dalam arti, kerja
sama yang terjalin antar anggota memiliki unsur visi dan misi, sumber daya, dasar
hukum struktur, dan anatomi yang jelas dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Pentingnya Budaya Organisasi adalah budaya yang lebih luas memberikan
pengaruh kuat pada struktur dan fungsi organisasi. Para peneliti organisasi sudah
lama melihat setiap organisasi memiliki budaya yang berbeda satu dengan lainnya
meskipun mereka menjalankan fungsi yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Satu organisasi dibandingkan organisasi lainnya bisa saja lebih otoritarian
atau demokratis; sangat terikat peraturan atau informal; inovatif atau menolak
peru`bahan; bisa menerima keragaman atau anti-keragaman; atau bisa membawa
atmosfer yang bersahabat atau tidak bersahabat.
Sebagai contoh perusahaan Amerika tahun 1920-an menerapkan kebijakan
“welfare capitalism” untuk mendorong karyawan melekatkan diri pada
perusahaan dan mencegah pembentukan serikat buruh. Perusahaan menyediakan
tunjangan keamanan, kesehatan, piknik, kegiatan olahraga, mekanisme bagaimana
menyampaikan keluhan, serikat pekerja yang didukung perusahaan.
Budaya perusahaan Jepang jauh berbeda. Perusahaan Jepang berusaha
mempertahankan nilai paternalistik, lingkungan yang kekeluargaan, yang
kemudian membuat karyawan sangat setia dan berdedikasi pada perusahaan.
William Ouchi belajar dari pengalaman Jepang menyimpulkan lebih murah
mengontrol orang melalui pergaulan dan norma-norma daripada insentif materi
atau peraturan ketat birokratis.
Kultur organisasi bisa terdiri dari sub-kultur. Di KJKS Kospin Syariah
Karanganyar Kultur di bagian keuangan berbeda dengan kultur di bagian
pemasaran, misalnya bagian keuangan biasa bekerja di dalam kantor dari sangat
jarang sekali keluar kantor. Bagian pemasaran akan lebih banyak ke luar kantor .
Organisasi yang memiliki budaya yang kuat ditandai dengan adanya
kecenderungan hampir semua manajer menganut bersama seperangkat nilai dan
metode menjalankan usaha organisasi. Karyawan baru mengadopsi nilai-nilai ini
dengan sangat cepat. Seorang eksekutif baru bisa saja dikoreksi oleh bawahannya,
selain juga oleh bossnya, jika dia melanggar norma-norma organisasi.
Dalam mengelola perusahaan, para manajer pada umumnya telah mengenal
dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen modern, seperti misalnya penggunaan
pendekatan struktur, sistem, strategi, MBO dan sebagainya, meskipun ada juga
perusahaan yang dikelola dengan cara tradisional. Namun rupanya masih banyak
para unsur manajemen perusahaan yang kurang perhatian terhadap budaya
organisasi (budaya perusahaan), padahal budaya organisasi dapat digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sebagai salah satu alat manajemen untuk mencapai efisiensi, produktivitas, etos
kerja, dan semangat kerja.
Budaya yang strategis cocok secara eksplisit menyatakan bahwa arah budaya
harus menyelaraskan dan memotivasi anggota, jika ingin meningkatkan kinerja
organisasi. Konsep utama yang digunakan di sini adalah “kecocokan”. Jadi,
sebuah budaya dianggap baik apabila cocok dengan konteksnya. Fokus budaya
kerja di KJKS Kospin Syariah ini yang paling utama adalah kecocokan masalah
yang sering timbul ini juga mengenai kecocokan tanpa adanya kecocokan maka
pekerjaan kantor tidak akan terselesaikan dengan baik. Adapun yang dimaksud
dengan konteks bisa berupa kondisi obyektif dari organisasinya atau strategi
usahanya.
Untuk melihat hubungan antara lingkungan kerja fisik dan budaya kerja
dengan semangat kerja karyawan maka peneliti tertarik untuk melaksanakan
penelitian dengan mengambil judul “Lingkungan Kerja Dan Budaya
Organisasi Terhadap Semangat Kerja Karyawan Di KJKS Kospin Syariah
Karanganyar”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kurang efektifnya pengelolaan sumber daya manusia dan sumber daya
lain yang mendukung, dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi
atau perusahaan.
2. Lingkungan Kerja fisik yang tidak kondusif menyebabkan ketidak
semangatan karyawan.
3. Sistem Kerja yang kaku menyebabkan ketidak semangatan karyawan.
4. Kultur atau budaya organisasi yang statis akan berakibat pada tidak
efektifnya organisasi serta dapat menurunkan semangat kerja karyawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
5. Ketidak cocokan hubungan antar karyawan menyebabkan hubungan antar
karyawan terganggu sehingga mengkibatkan penurunan semangat kerja
karyawan.
6. Kurangnya perhatian pimpinan atas keluh kesah karyawan menyebabkan
karyawan tidak mengetahui atas permasalahannya.
7. Lingkungan kerja fisik dan budaya organisasi yang tidak sesuai dengan
harapan karyawan, sehingga menyebabkan ketidak semangatan karyawan.
C. Pembatasan Masalah
Agar suatu masalah dapat dikaji secara mendalam, maka perlu pembatasan
masalah. Hal ini penting agar masalah yang dikaji menjadi jelas dan mengarahkan
perhatian dengan tepat, karena apabila suatu masalah terlalu luas maka masalah
tersebut harus dibatasi dahulu sehingga dalam pemecahannya dapat dilakukan
secara jelas dan tepat.
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada masalah Lingkungan Kerja
fisik,budaya organisasi dan semangat kerja karyawan. Untuk memperjelas
permasalahan perlu ditegaskan istilah-istilah sebagai berikut :
1. Lingkungan kerja fisik adalah semua yang berbentuk fisik yang langsung
dirasakan karyawan yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat
mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung
2. Budaya Organisasi adalah sekumpulan nilai dan pola perilaku yang
dipelajari, dimiliki bersama oleh semua anggota organisasi dan diwariskan
dari generasi ke generasi berikutnya.
3. Semangat kerja adalah kondisi rohaniah atau perilaku individu tenaga
kerja yang dapat menimbulkan kenangan yang mendalam pada diri tenaga
kerja untuk bekerja dengan giat dan konsekwen sehingga pekerjaan lebih
cepat selesai dan lebih baik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Perumusan Masalah
Menurut Winarno Surachmad (1994:34) “Masalah adalah setia kesulitan yang
menggerakkan manusia untuk memecahkan masalah”. Berdasarkan identifikasi
masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan lingkungan kerja fisik terhadap
semangat kerja karyawan di KJKS Kospin Syariah Karanganyar.
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan budaya organisasi terhadap
semangat kerja karyawan di KJKS Kospin Syariah Karanganyar.
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja fisik dan
budaya organisasi secara bersama-sama terhadap semangat kerja karyawan
di KJKS Kospin Syariah Karanganyar.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
sampai sejauh mana kesesuaian antara tingkat kepentingan unsur-unsur
lingkungan kerja fisik dan budaya organisasi menurut karyawan dengan semangat
kerja karyawan KJKS Kospin Syariah Karanganyat. Semangat kerja yang ada
berarti memuaskan.
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan lingkungan
kerja fisik terhadap semangat kerja kariyawan di PT. KJKS Kospin
Syariah Karanganyar
2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan budaya
organisasi terhadap semangat kerja karyawan di KJKS Kospin Syariah
karanganyar.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan lingkungan
kerja fisik dan budaya organisasi terhadap semangat kerja karyawan di
KJKS Kospin Syariah karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan peneliti memperoleh dua
manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan tentang manajemen Sumber Daya Manusia khususnya yang
berkenaan dengan kualitas lingkungan kerja fisik dan budaya organisasi
yang berdampak pada semangat kerja karyawan.
2. Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat
praktis sebagai berikut :
a. Bagi Peneliti
1) Sebagai bahan latihan untuk mengimplementasikan teori yang
telah diterima penulis di bangku kuliah dalam penulisan penelitian.
2) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis berkenaan
dengan masalah yang diteliti yaitu semangat kerja karyawan pada
pelaksanaan pekerjaan..
b. Bagi Manajemen SDM Kantor KJKS Kospin Syariah Karanganyar
Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka menentukan strategi
pengambilan keputusan mengenai pengaturan lingkungan kerja fisik
dan budaya organisasi terhadap semangat kerja karyawan, terutama
pimpinan harus memperhatikan hal-hal atau atribut apa saja yang
dianggap penting oleh karyawan agar mereka semangat.
c. Bagi Kantor KJKS Kospin Syariah Karanganyar
Manfaat praktis bagi Kantor KJKS Kospin Syariah adalah untuk
menambah daftar kepustakaan di kantor ini serta diharapkan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
memberikan gambaran bagi peneliti lain yang akan mengadakan
penelitian terhadap masalah yang sejenis dengan masalah yang penulis
teliti, serta memberikan masukan untuk sub bagian Manajemen
Sumber Daya Manusia untuk memberikan strategi-strategi untuk
menambah semangat kerja karyawan secara lebih maksimal lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Dapat dikatakan bahwa telaah dari variabel yang hendak dicapai oleh peneliti
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kesimpulan akhir yang hendak
dicapai. Mengkaji variabel penelitian satu per satu dengan teori yang relevan
sesuai dengan masalah yang diteliti, dapat membantu peneliti untuk lebih
memahami masalah.
Setiap penelitian selalu menggunakan teori. Kerlinger (1978) dalam Sugiyono
(2005:41) mengemukakan bahwa Theory is a set of interrelated construct
(concept), definitions, and proposition that present a systematic view of
phenomena by specifying relations among variables, with purpose of explaining
and predicting the phenomena. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep),
definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik,
melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk
menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Peranan teori cukup menentukan bagi suksesnya suatu tujuan penelitian, maka
di sini akan diuraikan landasan teori yang memuat keterangan dari variabel yang
sesuai dengan masalah yang sedang dikaji oleh peneliti. Maka landasan teori yang
akan diuraikan lebih lanjut adalah meliputi: 1. Tinjauan tentang Lingkungan Kerja
Fisik, 2. Tinjauan tentang Budaya Organisasi, 3. Tinjauan tentang Semangat
Kerja.
1. Tinjauan Tentang Lingkungan Kerja Fisik
a. Pengertian Lingkungan Kerja Fisik
Untuk mendukung keberlangsungan suatu perusahaan maka
dibutuhkan lingkungan kerja yang mendukung. Lingkungan kerja tersebut
terdiri dari lingkungan kerja fisik dan non fisik. Penataan serta penyusunan
suatu sistem produksi yang baik tidak akan dapat dilaksanakan dengan
efektif bila tidak didukung oleh lingkungan tempat kerja yang baik dan
kondusif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Menurut Mardiana (2005), “Lingkungan kerja adalah lingkungan
dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari”. Lingkungan kerja
yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai
untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi
emosi pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia
bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk
melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan
optimis prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut
mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan
hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat
pegawai bekerja. Selain faktor lingkungan sosial, segala sesuatu yang da di
tempat kerja juga berpengaruh seperti perbekalannya. Seperti yang
diungkapkan oleh Nitisemito (1982:183) ”Lingkungan kerja adalah segala
sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya
dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.”
Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat diketahui bahwa
Lingkungan kerja merupakan suatu kondisi/ keadaan yang ada di sekitar
karyawan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam melaksanakan
pekerjaannya sehari-hari.
Lingkungan kerja yang mendukung keberlangsungan perusahaan
terdiri dari faktor fisik dan non fisik, seperrti yang diungkapkan Moh.
As’ad (1995 : 117) mengemukakan bahwa lingkungan kerja dibagi
menjadi dua, yaitu:
1) Lingkungan Kerja Fisik adalah merupakan jenis lingkungan yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan seseorang.
2) Lingkungan Kerja Non Fisik adalah merupakan lingkungan yang berhubungan dengan interaksi sosial, baik antar teman sekerja, dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya.
Di dalam suatu kantor lingkungan merupakan posisi yang sangat
penting yang harus diperhatikan baik langsung mengena ke karyawan
maupun tidak. Menurut Sedarmayanti (2001:21),“Lingkungan kerja fisik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja
yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara
tidak langsung”.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam
dua kategori, yakni :
1) Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan (Seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya)
2) Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya :temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain. (Sedarmayanti, 2001:21)
Untuk dapat memperkecil pengaruh negatif lingkungan fisik
terhadap karyawan, maka langkah pertama adalah harus mempelajari
manusia, baik mengenai fisik dan tingkah lakunya maupun mengenai
fisiknya, kemudian digunakan sebagai dasar memikirkan lingkungan fisik
yang sesuai. Seperti pendapat Sarwono (2005) “Lingkungan kerja fisik
adalah tempat kerja pegawai melakukan aktivitasnya”.
Pada penelitian ini lingkungan kerja dapat dibedakan menjadi
lingkungan kerja fisik dan non fisik, lingkungan kerja fisik adalah tempat
kerja pegawai melakukan aktivitasnya yang dapat mempengaruhi emosi
karyawan yang dapat menimbulkan semangat kerja yang berpengaruh
terhadap prestasi karyawan. Dalam hal ini peneliti memfokuskan
penelitiannya pada lingkungan kerja yang bersifat fisik.
b. Faktor-faktor Lingkungan Kerja Fisik.
Menurut Moh. As’ad adalah (1996:12), berpendapat tentang
kondisi lingkungan kerja fisik meliputi:
1) Tempat Kerja di dalam atau di luar 2) Kondisi Penerangan 3) Kondisi Ventilasi 4) Kondisi Keriuhan suara 5) Segi-segi berbahaya dan tidak sehat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Menurut Alex S. Nitisemito (1982:184). Faktor yang harus
diperhatikan dalam lingkungan kerja sebagai berikut:
a) Pewarnaan
Warna dapat berpengaruh dalam diri manusia. Misalnya dalam perusahaan untuk meningkatkan semangat kerja karyawan dan kegairahan kerja untuk ruang kerja hendaknya dipilihkan warna-warna yang dingin/lembut, misal krem, abu-abu muda, hijau muda, dan sebagainya. Dengan warna putih ruang tampak lebih luas dan bersih serta membantu pekerjaan yang memerlukan ketelitian.selain itu juga perlu diperhatikan komposisi warnanya karena jika komposisi warna yang salah bisa mengganggu pandangan. Masalah pewarnaan bukan hanya dinding melainkan juga pewarnaan mesin-mesin, peralatan, bahkan pewarnaan dari seragam yang mereka pakai juga harus diperhatikan.
b) Kebersihan Dalam setiap perusahaan hendaknya selalu menjaga kebersihan lingkungan, sebab selain mempengaruhi kesehatan juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa seseorang. Bagi seseorang yang normal lingkungan kerja yang bersih akan menimbulkan rasa senang dan rasa senang ini dapat mendorong seseorang bekerja lebih bersemangat.
c) Pertukaran Udara Pertukaran udara yang cukup terutama dalam ruang kerja
sangat diperlukan apalagi bila dalam ruang tersebut penuh karyawan. Pertukaran udara yang cukup ini akan menyebabkan kesegaran fisik dari para karyawan. Sebaliknya pertukaran udara yang kurang akan dapat menimbulkan rasa pengap sehingga menimbulkan kelelahan dari para karyawan. Untuk menimbulkan pertukaran udara yang cukup yang harus diperhatikan adalah ventilasi dan konstruksi gedung.
d) Penerangan Dalam hal penerangan disini yang bukanlah terbatas pada
penerangan listrik, tetapi terasuk juga penerangan matahari. Dalam melaksanakan tugas seringkali karyawan membutuhkan penerangan yang cukup, apalagi bila pekerjaannya membutuhkan ketelitian. Untuk peghematan maka dalam usaha mengadakan penerangan hendaknya diusahakan dengan sinar matahari, tetapi untuk menghindari silau dapat menggunakan kaca buram ataupun dengan membuat konstruksi sedemikan rupa sehingga masuknya sinar matahari tidak langsung
e) Musik Musik berpengaruh pada kejiwaan seseorang. Dengan musik
yang diperdengarkan menyenangkan maka akan menimbulkan suasana gembira yang mana akan mengurangi kelelahan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
bekerja. Sebaliknya jika musik yang diperdengarkan kurang menyenangkan, maka lebih baik tanpa musik sama sekali.
f) Keamanan Rasa aman akan menimbulkan ketenangan dan ketenangan akan mendorong semangat kegairahan kerja karyawan. Rasa aman disini adalah keamanan yang dapat dimasukkan dalam lingkungan kerja. Dalam hal ini terutam adalah keamanan terhadap milik pribadi karyawan. Misalnya sepeda motor. Pada saat bekerja karyawan yang bersangkutan tidak mungkin mengawasi kendaraannya secara langsung. Tanpa keamanan, maka akan menimbulkan kegelisahan pada waktu melaksanakan tugas. Selain itu yang diperlukan adalah keamanan diri pribadi yang berkaitan mengenai keselamatan kerja dimana setiap perusahaan harus menyediakan alat keselamatan kerja, melatih penggunaannya serta mengharuskan bagi setiap pekerja untuk memakainya.
g) Kebisingan Dengan adanya kebisingan maka konsentrasi dalam bekerja akan terganggu. Dengan terganggunya konsentrasi maka pekerjaan yang dilakukan akan banyak timbul kesalahan. Perusahaan hendaknya menghilangkan kebisingan setidak-tidaknya mengurangi kebisingan tersebut dengan menggunakan alat peredam suara. Hal ini penting sebab kebisingan dapat mengurangi kesehatan seseorang serta mengacaukan konsentrasi dalam bekerja.
Moekijat (1991 : 135) menyebutkan kondisi-kondisi kerja fisik adalah
Penerangan, Warna, Musik, dan Suara.
Menurut Robbins (2002) Lingkungan kerja fisik juga merupakan faktor
penyebab stress kerja pegawai yang berpengaruh pada prestasi kerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah:
a) Suhu
Suhu merupakan variabel yaang mempengaruhi kenyamanan dn
suasana karyawan untuk melakukan pekerjaannya.
b) Kebisingan
Kebisingan berhubungan dengan suara-suara atau bunyi-bunyian yang
ada di lingkungan kerja karyawan yang bisa mempengaruhi
produktivitas karyawan. Suara-suara yang berisik bis mengganggu
konsentrasi kerja karyawan, sehingga faktor kebisingan ini penting
sekali untuk diperhatikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c) Penerangan
Di dalam melakukan pekerjaan dibutuhkan penerangan yang memadai
untuk mendukung keberlangsungan pekerjaan tersebut. Ruangan yang
gelap tidak bisa memaksimalkan pekerjaan karyawan, sedangkan
ruangan yang sangat terang bisa menyebabkan sakit mata. Sehingga
perlu diperhatikan tingkat penerangan yang baik.
d) Mutu Udara
Udara yang tercemar bisa mengganggu kerja karyawan, seperti mata
perih, sesak nafas, hilangnya konsentrasi. Sehingga pimpinan harus
memperhatikan mutu udara ruangan kantor yang dipersiapkan untuk
karyawan.
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2001:21)
yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja
fisik dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
1) Penerangan/cahaya di tempat kerja 2) Temperatur/suhu udara di tempat kerja 3) Kelembaban di tempat kerja 4) Sirkulasi udara di tempat kerja 5) Kebisingan di tempat kerja 6) Getaran mekanis di tempat kerja 7) Bau tidak sedap ditempat kerja 8) Tata warna di tempat kerja 9) Dekorasi di tempat kerja 10) Musik di tempat kerja 11) Keamanan di tempat kerja
Berikut ini akan diuraikan masing-masing faktor tersebut dikaitkan
dengan kemampuan manusia, yaitu :
a) Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan
guna mendapat keselamatan dan kelancaran dalam bekerja, tetapi
tingkat penerangannya juga harus diperhatikan, jangan terlalu terang
maupun gelap karena bis berpengaruh dengan hasil kerja karyawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b) Temperatur di Tempat Kerja
Temperatur atau suhu di tempat kerja harus diperhatikan
derajatnya, jika terdapat Air conditioner maka bisa diatur suhu
ruangannya, tetapi jika tidak ada maka ruangan kantor harus
diperhatikan tingkat suhu ruangannya agar nyaman digunakan
karyawan dalam bekerja.
c) Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara,
biasa dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau
dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara bersama-sama antara
temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas
dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada
saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan
dengan temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan
menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran,
karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya
denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha
untuk mencapai keseimbangan antar panas tubuh dengan suhu
disekitarnya.
d) Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk
menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metaboliasme. Udara
di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara
tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-
bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya
udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman
merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan olah manusia. Dengan
sukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja,
keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani.
Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat
pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
e) Kebisingan di Tempat Kerja
Salah satu yanng menyebabkan gangguan pada pekerjaan adalah
polusi, tidak hanya polusi udara melainkan polusi suara juga.
Maksudnya adalah tingkatan suara yang ada di sekeliling ruang
kantor, jika suara-suara bising maka konsentrasi karyawan yang
sedang bekerja akan terganggu dan menyebabkan hasil kerja menjadi
tidak maksimal. Suara bising bisa berasal dari orang maupun dari alat-
alat kantor yang sedang digunakan. Hal ini harus diperhatikan oleh
pimpinan.
f) Getaran Mekanis di Tempat Kerja
Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat
mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan
dan dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran
mekanis pada umumnya sangat menggangu tubuh karena ketidak
teraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas maupun
frekwensinya. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh
terdapat apabila frekwensi alam ini beresonansi dengan frekwensi dari
getaran mekanis. Secara umum getaran mekanis dapat mengganggu
tubuh dalam hal :
1) Kosentrasi bekerja
2) Datangnya kelelahan
3) Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan
terhadap : mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain,lain.
g) Bau-bauan di Tempat Kerja
Adanya bau-bauan yang menyengat di lingkungan kantor dapat
dianggap sebagai pencemaran udara, karena dapat menganggu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
konsentrasi bekerja. Penghilangan bau-bauan bisa menggunakan
pewangi ruangan maupun penggunaa Air Conditioner yang tepat.
h) Tata Warna di Tempat Kerja
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan
dengan tepat. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai
pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-
kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam
sifat warna dapat merangsang perasaan manusia. Warna ruangan yang
dihindari adalah warna yang gelap dan warna yang bisa menimbulkan
rasa panas.
i) Dekorasi di Tempat Kerja
Penataan dekorasi berhubungan dengan pemberian warna pada
ruangan kerja. Dekorasi harus diperhatikan masalah tata letak barang
yang ada di lingkungan kerja. Misalnya, dalam penataan meja kantor,
alat-alat kantor, dan pelengkap/penghias kantor.
j) Musik di Tempat Kerja
Menurut para ahli, musik berpengaruh dengan hasil kerja karyawan
misalnya suara musik yang lembut bisa membangkitkan semangat
kerja karyawan, begitu juga sebaliknya dengan diputarnya musik
keras maka konsentrasi kerja karyawan akan terganggu. Tetapi dalam
suatu kantor tidak diharuskn untuk memutar musik.
k) Keamanan di Tempat Kerja
Untuk menjaga keamanan di lingkungan kantor maka dibutuhkan
tenaga kerja tambahan yaitu SATPAM, selain itu segala pihak di
kantor juga harus menjaga keamanan anggota karyawan yang lain.
Para karyawan memerlukan rasa aman untuk bekerja di kantor agar
tidak ada rasa was-was dalam melakukan pekerjaannya.
c. Indikator Lingkungan Kerja Fisik
Dari pembahasan uraian di atas, maka dalam penelitian ini, yang
digunakan sebagai indikator untuk mengukur lingkungan kerja fisik dalam
hubungannya dengan semangat kerja, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1. Pewarnaan
2. Kebersihan
3. Pertukaran Udara
4. Penerangan
5. Musik
6. Keamanan
7. Kebisingan
2. Tinjauan Tentang Budaya Organisasi
a. Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasi terdapat dua kata yaitu budaya dan organisasi,
maka dari itu harus dipahami dahulu apa yang dimaksud budaya itu.
Menurut Vijay Santhe sebagaimana dikutip oleh Taliziduhu Ndraha
(2003:43)_budaya adalah : “ The set of important assumption (often
unstated) that members of community share in common”.
Secara umum namun operasional, Edgar Schein (2002) yang dikutip oleh
Taliziduhu Ndraha (2003:43) dalam tulisannya tentang Organizational
Culture & Leadership mendefinisikan budaya sebagai:
A pattern of shared basic assumptions that the group learned as it solved its problems of external adaptation and internal integration, that has worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new members as the correct way you perceive, think, and feel in relation to those problems.
Dari Vijay Sathe dan Edgar Schein, kita temukan kata kunci dari
pengertian budaya yaitu shared basic assumptions atau menganggap
pasti terhadap sesuatu. Taliziduhu Ndraha mengemukakan bahwa asumsi
meliputi beliefs (keyakinan) dan value (nilai). Beliefs merupakan asumsi
dasar tentang dunia dan bagaimana dunia berjalan. Duverger
sebagaimana dikutip oleh Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2000)
mengemukakan bahwa belief (keyakinan) merupakan state of mind
(lukisan fikiran) yang terlepas dari ekspresi material yang diperoleh suatu
komunitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Budaya dalam arti antropologi dan sejarah adalah inti dari
kelompok atau masyarakat tertentu sebagai pembeda mengenai cara para
anggotanya saling berinteraksi di dalam atau di luar lingkungan dan
bagaimana cara menyeesaikan pekerjaannya. Menurut Robbins (1996 :
289) menyatakan bahwa : budaya organisasi adalah suatu persepsi
bersama yang dianut oleh angota-anggota organisasi , suatu sistem dari
makna bersama”.
Budaya organisasi dapat dipandang sebagai sebuah sistem. Mc
Namara (2002) mengemukakan bahwa dilihat dari sisi input, budaya
organisasi mencakup umpan balik (feed back) dari masyarakat, profesi,
hukum, kompetisi dan sebagainya. Sedangkan dilihat dari proses, budaya
organisasi mengacu kepada asumsi, nilai dan norma, misalnya nilai
tentang : uang, waktu, manusia, fasilitas dan ruang. Sementara dilihat
dari out put, berhubungan dengan pengaruh budaya organisasi terhadap
perilaku organisasi, teknologi, strategi, image, produk dan sebagainya.
Terdapat beberapa definisi budaya perusahaan atau budaya
organisasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli seperti berikut ini :
Menurut Edy Sutrisno (2010:2) “Budaya Organisasi juga disebut budaya perusahaan yaitu seperangkat nilai-nilai atau norma-norma yang relatif lama berlakunya, dianut bersama oleh para anggota organisasi (karyawan) sebagai norma perilaku dalam menyelesaikan masalah-masalah organisasi (perusahaan)”.
Dalam hal ini Edy sutrisno menitikberatkan bahwa budaya
organisasi digunakan untuk meenyelesaikan masalah di dalam
perusahaan dan merupakan nilai yang dianut secara kontinyu di
organisasi tersebut seperti yang diungkapkan Sopiah. Menurut Sopiah
(2008:139) “Budaya Organisasi adalah sekumpulan nilai dan pola
perilaku yang dipelajari, dimiliki bersama oleh semua anggota organisasi
dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya”.
Menurut Robbins (dalam Djokosantoso :2003) mendefinisikan bahwa : “Budaya perusahaan adalah suatu sistem nilai-nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh orang dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
organisasi. Selain dipahami, seluruh jajaran meyakini sistem-sistem nilai tersebut sebagai landasan gerak organisasi”.
Robbins menyebutkan bahwa budaya organisasi tersebut selain
sebagai suatu sistem nilai juga merupakan sebagai faktor gerak karyawan
dalam melaksanakan pekerjaannya seperti yang diungkapkan Djoko
Santoso.
Menurut Djokosantoso (2003 :21) mendefinisikan “Budaya perusahaan adalah sistem nilai-nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem paket, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk menciptakan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan”.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian budaya organisasi adalah
suatu sekumpulan nilai, norma, dan keyakinan yang dianut oleh setiap
perusahaan secara turun menurun.
b. Fungsi Budaya Organisasi
Kesinambungan organisasi sangat tergantung pada budaya yang
dimiliki. Sutanto (1997) mengemukan bahwa budaya organisasi
perusahaan dapat dimanfaatkan sebagai daya pun dapat berfungsi sebagai
rantai pengikat dalam proses menyamakan persepsi anggota/karyawan
terhadap suatu permasalahan, sehingga akan menjadi suatu kekuatan
dalam pencapaian tujuan organisasi.
Beberapa fungsi budaya organisasi yang dikemukakan oleh
Robbins (2001) dalam bukunya Edy Sutrisno (2010:10), yaitu:
1) mempunyai suatu peran pembeda, hal itu berarti bahwa budaya kerja menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi yang lain.
2) Budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
3) Budaya organisasi mempermudah timbul pertumbuhan komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual.
4) Budaya organisasi meningkatkan kemantapan sistem sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Budaya organisasi terdiri dari dua kata yakni budaya dan organisasi.
Sehingga perlu diketahui dahulu Fungsi Budaya Menurut Taliziduhu
Ndraha (2003:45):
a) Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat. Identitas ini terbentuk oleh berbagai faktor seperti sejarah, kondisi, sisi geografis, sistem-sitem nilai sosial, politik, dan ekonomi.
b) Sebagai pengikat suatu masyarakat. Kebersamaan adalah faktor pengikat yang kuat seluruh anggota masyarakat.
c) Sebagai sumber. Budaya merupakan sumber inspirasi, kebanggaan,, dan sumber daya.
d) Sebagai kekuatan penggerak. Karena (jika) budaya terbentuk melalui proses belajar-mengajar maka budaya itu dinamis, resielent, tidak statis, tidak kaku.
e) Sebagai kemampuan untuk membentuk nilai tambah. f) Sebagai pola perilaku. Budaya berisi orma tingkah laku dan
menggariskan batas-batas toleransi sosial g) Sebagai warisan. Budaya disosialisasikan dan diajarkan
kepada generasi berikutnya. h) Sebagai subtitusi (pengganti) formalisasi. Hal ini
dikemukakan oleh Stephen P. Robbins dalam organizational Theory (1990, 443): “Strong cultures increaase behavioral consistency”, sehinngga tanpa diperintah orang melakukan tugasnya.
i) Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan
j) Sebagai proses yang menjadikan bangsa kongruen dengan negara sehingga terbentuk nation-state.
Budaya organisasi tidak terlepas dari manusianya maksudnya
disini adalah karyawannya. Sehingga peran manusia dalam kebudayaan
menurut Taliziduhu Ndraha (2003:47):
1) Sebagai tenaga kerja, dari zaman dahulu hingga sekarang manusa dianggap sebagai alat (objek).
2) Sebagai tenaga pengolah, dengan menggunakan alat sederhana (pembuat alat sederhana).
3) Sebagai pengguna produk orang lain. 4) Sebagai peniru attau pelaksana cara orang lain. 5) Sebagai penemu objek atau cara baru. 6) Sebagai engineer, designer, atau pembaru. 7) Sebagai pemikir dan pencipta sesuatu yang belum ada dan
menjadi warisan budaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Budaya organisasi mempunyai beberapa fungsi.Menurut Veithzal
Rivai (2005:430), fungsi budaya perusahaan adalah :
a) Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara suatu organisasi dengan organisasi yang lain.
b) Budaya memberikan indentitas bagi anggota organisasi. c) budaya mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas
dari pada kepentingan individu. d) Budaya itu mengingkatkan kemantapan sitem sosial. e) Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali
yang memandu sera membentuk sikap dan perilaku karyawan.
Budaya organisasi mempunyai fungsi khusus seperti yang
dikemukakan oleh WT Heelen & Hunger (1986) secara spesifik peran
penting dari budaya organisasi terdiri dari:
1) Membantu menciptakan rasa memiliki jati diri bagi para pekerja
2) Dapat dipakai untuk mengembangkan ikatan pribadi dengan perusahaan
3) Membantu stabilisasi perusahaan sebagai suatu sistem sosial
4) Menyajikan pedoman perilaku sebagai hasil dari norma-norma perilaku yang sudah terbentuk
Dapat disimpulkan bahwa fungsi budaya organisasi adalah:
a) Sebagai identitas organisasi atau perusahaan
b) Sebagai pembeda antara organisasi/perusahaan satu dengan yang
lain
c) Menciptakan stabilisasi dan komitmen karyawan.
d) Meningkatkan kemantapan nasional
c. Pembentukan Budaya Organisasi
Budaya organisasi tidak serta merta langsung ada di suatu
organisasi/perusahaan melainkan dibentuk dahulu oleh para pendirinya.
Menurut Taliziduhu Ndraha (2003:76) pembentukan budaya diawali oleh
para pendiri melalui tahapan:
1) Seseorang mempunyai gagasan untuk mendirikan sebuah organisasi atau perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2) Ia menggali dan mengerahkan sumber-sumber, baik orang ini yang sepaham dan setujuan dengan dia (SDM), biaya, teknologi, dan sebagainya.
3) Mereka meletakkan dasar organisasi, berupa susuan organisasi dan tatakerja.
Pembentukan budaya merupakan akar dari suatu organisasi. Menurut
Fred Luthans (2006:128) pembentukan budaya organisasi dimulai dari:
1. Seorang pendiri mempunyai ide untuk perusahaan baru. 2. Pendiri menerima orang-orang kunci dan menciptakan
kelompok inti yang memiliki persamaan visi dengan pendirinya. Maka, semua kelompok inti itu yakin bahwa ide tersebut bagus, dapat berjalan, beresiko, berharga dalam investasi waktu, uang, dan energi.
3. Kelompok inti yang ada mulai bertindak secara konkret untuk menciptakan organisasi dengan mencari dana, memperoleh hak paten, badan hukum, menetukan tempat dan bangunan, dsb.
4. Pada titik inti, orang lain masuk ke organisasi dan sejarah dimulai.
Pendiri mempunyai pengaruh yang besar terhadap budaya awal
organisasi itu sendiri, mereka memiliki visi mengenai apa organisasi itu
nanti. Ukuran kecil organisasi yang merupakan ciri ketika organisasi baru
pertama kali berdiri, lebih memudahkan pendiri untuk memaksimalkan
visi mereka kepada seluruh anggota organisasi. Menurut Danang Sunyoto
dan Burhanudin (2011:151) proses penciptaan budaya organisasi terjadi
melalui 3 cara, yaitu:
a) Pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang memiliki satu pikiran dan satu perasaan dengan mereka. Dengan kaa lain pendiri menyeleksi karyawan yang masuk dan mengeluarkan mereka yang tidak satu visi
b) Mereka melakukan indoktrinasi dan mensosialisasikan cara pikir serta berperilaku mereka kepada karyawan. Visi yang pendiri miliki disampaikan kepada karyawan yang sudah terpilih untuk segera dilakukan program-program yang direncanakan.
c) Perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri dan menginternalisasi keyakinan, nilai, serta asumsi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Pembentukan budaya organisasi merupakan awal pergerakan dari suatu
organisasi. Pembentukan Budaya Organisasi menurut Sutanto (1997:13) :
Gambar 2.1 Pembentukan Budaya Organisasi
Sumber : Sutanto (1997:13)
Penjelasan:
a) Filsafat pendiri organisasi merupakan sumber utama sebuah budaya
organisasi. Artinya para pendiri organisasi secara tradisional
mempunyai dampak yang penting bagi awal pembentukan budaya
organisasi. Mereke memiliki visi dan misi bagaimana seharusnya
organisasi itu dibuat. (Robbins. 1990:486)
b) Seleksi digunakan untuk menentukan kriteria yang dianggap paling
tepat untuk menjadi anggota organisasi.
c) Manajemen puncak merupakan faktor yang dimana perilaku dan
tindakan dari anggota organisasi berpengaruh terhadap budaya
organisasi.
d) Proses sosialisasi merupakan langkah yang paling tepat untuk
mempertahankan budaya organisasi terutama bagi anggota
organisasi karena anggota organisasi harus mengetahui dan
memahami seluk beluk organisasi yang dinaunginya.
Dengan menggali komponen-komponen pembentuk ini, diharapkan akan
memperoleh gambaran global dari budaya organisasi tertentu. Gambaran
FILSAFAT PENDIRI ORGANISASI
KRITERIA SELEKSI
SOSIALISASI
BUDAYA ORGANISASI
MANAJEMEN PUNCAK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
ini menjadi dasar organisasi tersebut, bagaimana masalah diselesaikan
didalamnya, dan cara para anggota diharapkan berperilaku.
Dapat disimpulkan bahwa pembentukan budaya organisasi dimulai
dengan cara:
1) Ide/gagasan dari seseorang untuk diaplikasikan secara nyata ke
organisasi/perusahaan tersebut beserta visi dan misinya
2) Mengelola manajemen di organisasi tersebut dan menyeleksi
segala lapisan yang ada di organisasi/perusahaan tersebut, misalnya
SDM, teknologi, produksi, biaya.
3) Menyusun program yang akan dibentuk menjadi budaya
perusahaan.
4) Setelah itu program dan dasar organisasi/ perusahaan tersebut
disosialisasikan kepada anggota-aanggotanya.
d. Karakteristik Budaya Organisasi
Budaya perusahaan merupakan sesuatu hal yang sangat kompleks.
Untuk itu budaya perusahaan harus memiliki beberapa karakteristik
sebagai wujud nyata keberadaannya. Masing-masing karakteristik
tersebut pada penerapannya akan mendukung pencapaian sasaran
perusahaan. Menurut Surya Dharma dan Haedar Akib (2004:25)
mengemukakan 10 (sepuluh) karakteristik budaya perusahaan sebagai
berikut :
1) Identitas Anggota ; derajat dimana pekerjaan lebih mengindentifikasi organisasi secara menyeluruh daripada dengan tipe pekerjaan atau bidang keahlian profesionalnya.
2) Penekanan kelompok; derajat dimana aktivitas tugas lebih diorganisir untuk seluruh kelompok dari pada individu.
3) Fokus orang; derajat dimana keputusan manajemen memperhatikan dampak luaran yang dihasilkan terhadap pekerjaan dalam organisasi.
4) Penyatuan unit; derajat dimana unit-unit dalam organisasi didorong agar berfungsi dengan cara yang terorganisasi atau bebas.
5) Pengendalian; derajat dimana peraturan, regulasi dan pengendalian langsung digunakan untuk mengawasi dan pengendalian perilaku pekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
6) Toleransi resiko; derajat dimana pekerja didorong untuk agresif, kreatif, inovatif dan mau mengambil resiko.
7) Kriteria ganjaran; derajat dimana ganjaran seperti peningkatan pembayaran dan promosi lebih dialokasikan menurut kinerja pekerja daripada senioritas, favoritisme atau faktor non pekerja lainnya.
8) Toleransi konflik; Derajat dimana pekerja didorong dan diarahkan untuk menunjukkan konflik dan kritik secara terbuka.
9) Orientasi sarana-tujuan; derajat dimana manajemen lebih terfokus pada hasil atau luaran dari teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai luaran tersebut.
10) Fokus pada sistem terbuka; derajat dimana organisasi memonitor dan merespon perubahan dalam lingkungan eksternal.
Sedangkan menurut Robbins (2008:256) menyatakan ada tujuh
karakteristik budaya organisasi atau budaya perusahaan sebagai berikut:
a) Inovasi dan keberanian mengambil resiko (inovation and risk
taking)
Pada tingkatan ini para karyawan didorong untuk bersikap
inovatif dan berani mengambil resiko. Inovatif berkaitan dengan
kreativitas seseorang untuk berani berbeda dan melangkah maju
untuk mengaplikasikan apa yang ada di benaknya. Berani
mengambil resiko artinya adalah apabila keyakinan yang dia
lakukan itu gagal itu tidak berpengaruh karena yang terpenting
adalah orang tersebut berani mengambil langkah sendiri, hal itu
dibutuhkan kepercayaan diri.
b) Perhatian terhadap detail (Attention to detail)
Perhatian terhadap detail ini dimaksudkan adalah tingkat
keonsentrasi(fokus) karyawan terhadap pekerjaan atau ide yang
akan diaplikasikannya.
c) Berorientasi Kepada hasil (Outcome orientation)
Artinya adalah dimana perusahaan menitikberatkan dan
memfokuskan perhatian pada hasil kerja bukan melalui proses
bagaimana hasil itu didapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
d) Berorientasi kepada manusia (People orientation)
Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen
memperhitungkan efek/pengaruh hasil-hasil terhadap
manusia/orang dalam organisasi tersebut. Perusahaan terbuka pada
karyawan, menghargai hak individu, supportif, dan tidak banyak
tuntutan. Perusahaan telah menjadikan karyawan sebagai bagian
sentral budaya mereka. Kreativitas individu-individu itulah (bukan
mesin-mesin) yang menentukan sukses perusahaan.
e) Berorientasi tim ( Team orientation)
Suatu organisasi tidak terlepas dari peran tim (kelompok)
kerja yang ada. Dengan adanya kerjasama yang solid maka hasil
maksimal bisa didapatkan.
f) Agresif (Aggressiveness)
Untuk keberlangsungan suatu organisasi/perusahaan agar
berjalan lama, maka organisasi/perusahaan tersebut harus bersikap
agresif untu mempertahankan haknya dan berjuang untuk
mendapatkan pengakuan dari masyarakat karena di era sekarang ini
tingka persaingan sangat kompetitif.
g) Stabil (Stability)
Sejauh mana kegiatan organisasi menekankan
dipertahankannya status quo bukan pertumbuhan. Perusahaan harus
mampu memecahkan segala permasalahan yang dihadapinya,
karena meraih sesuatu itu mudah tetapi untuk mempertahankan itu
susah. Maka dibutuhkan manajemen yang kuat untuk
membentenginya.
Organisasi mempunyai karakteristik-karakteristik pokok. Luthans
(1998) menyebutkan sejumlah karakteristik yang penting dari budaya
organisasi, yang meliputi:
1) Aturan-aturan perilaku Yaitu bahasa, terminologi dan ritual yang biasa dipergunakan
oleh anggota organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2) Norma Adalah standar perilaku yang meliputi petunjuk bagaimana
melakukan sesuatu. Lebih jauh di masyarakat kita kenal adanya norma agama, norma sosial, norma susila, norma adat, dll.
3) Nilai-nilai dominan Adalah nilai utama yang diharapkan dari organisasi untuk
dikerjakan oleh para anggota, misalnya tingginya kualitas produk, rendahnya tingkat absensi, tingginya produktivitas dan efisiensi, serta tingginya disiplin kerja.
4) Filosof Adalah kebijakan yang dipercaya organisasi tentang hal-hal
yang disukai para keryawan dan pelanggannya, seperti ”Kepuasan Anda adalah harapan Kami”, ”Konsumen adalah Raja”,dll.
5) Peraturan-peraturan Adalah aturan yang tegas dari organisasi. Pegawai baru harus
mempelajari peraturan ini agar keberadaannya dapat diterima di dalam organisasi.
6) Iklim Organisasi Adalah keseluruhan ”perasaan” yang meliputi hal-hal fisik,
bagaimana para anggota berinteraksi dan bagaimana para anggota organisasi mengendalikan diri dalam berhubungan dengan pelanggan atau pihak luar organisasi.
Berikut ini dijelaskan lebih lanjut mengenai karakteristik budaya
perusahaan yang dikembangkan oleh Garmendia (2002):
1. Solvency (komitmen terhadap kewajiban) Solvency dalam hal ini merupakan cerminan nilai-nilai “solvabilitas” dalam perilaku organisasi dalam kaitannya dengan sikap komitmen terhadap kewajiban organisasi.
2. Dedication to customers (dedikasi terhadap konsumen) Dedikasi terhadap konsumen merupakan sikap pengabdian untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara maksimal.
3. Quality/price (value for money) Kualitas/harga (nilai uang) Perusahaan menghargai nilai uang, yang ditunjukkan dengan memberikan kualitas produk sebanding dengan harga yang harus dibayar konsumen.
4. Pursuit of profit (mengejar keuntungan) Organisasi dibentuk dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Sikap mengejar keuntungan ditandai dengan adanya perencanaan untuk selalu meningkatkan laba perusahaan.
5. Productivity (produktivitas) Produktivitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan barang yang sesuai dengan target perusahaan (kapasitas maksimal).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
6. Pursuit of expansion (semangat mengejar ekspansi) Semangat untuk selalu mengembangkan perusahaan menjadi lebih maju. Hal ini ditunjukkan oleh adanya perencanaan pengembangan atau ekspansi, baik dalam perluasan pangsa pasar maupun ekspansi teknologi.
7. Human resource development (pengembangan SDM) Perusahaan memberikan kesempatan kepada setiap SDM untuk mengembangkan diri, baik melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan yang direncanakan oleh perusahaan, maupun memberikan ijin kepada pekerja yang ingin mengembangkan diri.
8. Staff participation (partisipasi staf) Partisipasi staf pada perusahaan yang memiliki budaya organisasi yang positif diukur dengan tingkat wewenang yang diberikan kepada pekerja. Seberapa jauh pekerja diperkenankan untuk memutuskan sesuatu tanpa harus menunggu rekomendasi dari atasan.
9. Staff renumeration (upah karyawan) Maksudnya adalah bagaimana perusahaan menentukan upah karyawan. Apakah ada penghargaan terhadap prestasi atau tidak.
10. Effective leadership (kepemimpinan yang efektif) Efektivitas kepemimpinan dilihat dari sudut pekerja atau orang yang menjadi objek kepemimpinan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pelanggaran disiplin kerja, tingkat kepatuhan pekerja, dan penghargaan terhadap pimpinan.
11. Importance of rules (arti penting peraturan atau tata tertib) Anggota organisasi memandang aturan sebagai kewajiban yang mengikat setiap individu dan harus ditaati selama berada dalam lingkungan perusahaan, walaupun tidak ada yang mengawasi. Dapat diukur melalui ada tidaknya hukuman bagi yang melanggar maupun ada tidaknya pengkhususan pada pihak atau bagian tertentu dari penerapan aturan tersebut.
12. Importance of hierarchy (arti penting jenjang hirarki) Perusahaan memiliki struktur organisasi yang jelas jenjang-jenjang hirarkinya. Jenjang hirarki merupakan tahapan yang dapat dicapai oleh setiap pekerja yang telah memiliki kapabilitas tertentu. Diukur melalui sistem promosi yang transparan serta berdasar pada prestasi dan kemampuan karyawan.
13. Business ethics (etika bisnis) Perusahaan tidak terlepas dari lingkungan industri yang memiliki etika bisnis tertentu. Etika bisnis ditunjukkan dengan kesadaran menghargai masyarakat sekitar, memberikan apresiasi terhadap pemerintah dan asosiasi industri sejenis.
14. Flexibility/adaptability (fleksibilitas atau adaptabilitas) Perusahaan harus memiliki tingkat fleksibilitas tinggi sehingga mampu mengadaptasi perubahan yang terjadi pada lingkungan ekonominya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perkembangan teknologi baik berupa alat ataupun proses serta pengembangan produk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
15. Innovative spirit/proactivity (semangat inovatif atau proaktif) Kemampuan inovatif ditunjukkan sebagai perwujudan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen dengan lebih baik. Inovatif dapat diukur dari
keunikan atau ciri khusus yang ada pada perusahaan.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa yang digunakan sebagai
indikator untuk mengukur budaya organisasi dalam hubungannya dengan
semangat kerja, yaitu: Solvency, dedication to customers, quality/price (value for
money), pursuit of profit, productivity, pursuit of expansion, human resource
development, staff participation, staff renumeration, effective leadership,
importance of rules, importance of hierarchy, business ethics,
flexibility/adaptability, innovative spirit/proactivity. Penetapan indikator variabel
tersebut berdasarkan penelitian pendahuluan Garmendia (1992) yang mengacu
pada pendapat Hofstede (1990) dan peneliti pendahulu lainnya seperti Blau, P dan
Scott, W.R (1962).
3. Semangat Kerja
a. Pengertian Semangat Kerja
Semangat kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam
pencapaian tujuan organisasi. Dengan adanya semangat kerja yang tinggi
berarti seseorang mau melaksanakan tugasnya dengan giat dan sungguh-
sungguh, sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai dengan lancar.
Menurut Nitisemito (1982:160), semangat kerja adalah melakukan
pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan
dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Pendapat serupa
dikemukakan oleh Anaroga (1993), bahwa semangat kerja adalah
melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga pekerjaan cepat selesai
dan lebih baik serta ongkos perunit dapat diperkecil. Menurut Siswato
(2001), semangat kerja adalah sebagai suatu kondisi rohaniah atau
perilaku individu tenaga kerja dan kelompok yang dapat menimbulkan
kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja untuk bekerja dengan
giat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Menurut Guba (1958), ada 2 cara mendefinisikan semangat kerja,
sebagai berikut:
1. Semangat kerja adalah kondisi dari sebuah kelompok dimana ada tujuan yang jelas dan tetap yang dirasakan menjadi penting dan terpadu dengan tujuan individu.
2. Semangat kerja adalah pemilikan atau kebersamaan. Semangat kerja merujuk kepada adanya kebersamaan. Hal ini merupakan rasa pemahaman dengan perhatian terhadap unsur-unsur dari pekerjaan seseorang, kondisi kerja, rekan kerja, penyelia, dan pimpinan.
Unsur penting dari semangat kerja adalah adanya keinginan untuk
mencapai tujuan dari sebuah kelompok tertentu. Sebuah contoh yang
tepat dari semangat kerja adalah adanya kepahlawanan dalam perang.
Ketika seseorang menyerahkan nyawanya, maka tubuhnya dapat
mempunyai sebuah kesempatan atau dapat mencapai sebuah tujuan
(Finlay,Sartain, dan Tate,1954).
Dari beberapa pendapat dari para ahli tersebut dapat diketahui bahwa
semangat kerja merupakan suatu kondisi batin/ rohani dari seseorang
yang mempunyai tujuan dan untuk mencapai tujuan tersebut maka timbul
perasaan untuk cepat menyelesaikan pekerjaan dengan giat dan hasil
yang baik pula.
b. Aspek-aspek Semangat Kerja
Timbulnya semangat kerja digambarkan dari beberapa
aspek.Menurut Sugiyono ( Utomo, 2002 ), aspek-aspek semangat kerja
karyawan dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu :
1) Disiplin yang tinggi. Seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan bekerja giat dan dengan kesadaran mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku dalam perusahaan
2) Kualitas untuk bertahan. Menurut Alport orang yang mempunyai semangat kerja tinggi, tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran yang timbul dalam pekerjaannya. Hal ini berarti bahwa orang tersebut mempunyai energi dan kepercayaan untuk memandang masa yang akan datang dengan baik. Hal ini dapat meningkatkan kualitas seseorang untuk bertahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
3) Kekuatan untuk melawan frustasi. Seseorang yang mempunyai semangat kerja tinggi tidak memiliki sikap yang pesimistis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya.
4) Semangat berkelompok. Adanya semangat kerja membuat karyawan lebih berfikir sebagai “ kami “ daripada sebagai “ saya “. Mereka akan saling tolong menolong dan tidak saling bersaing untuk saling menjatuhkan.
Menurut (Maier,1998:119), seseorang yang memiliki semangat kerja
tinggi mempunyai alasan tersendiri untuk bekerja yaitu benar-benar
menginginkannya. Hal tersebut mengakibatkan orang tersebut memiliki
kegairahan, kualitas bertahan dalam menghadapi kesulitan untuk
melawan frustasi, serta memiliki semangat berkelompok. Ada empat
aspek yang menunjukan seseorang mempunyai semangat kerja yang
tinggi yaitu :
a) Kegairahan
Seseorang yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti juga
memiliki motivasi dan dorongan bekerja. Motivasi tersebut akan
terbentuk bila seseorang memiliki keinginan atau minat dalam
mengerjakan pekerjaannya. Menurut (Jucius,1959) yang lebih
dipentingkan oleh para karyawan adalah yang seharusnya bekerja
untuk organisasi bukan lebih mementingkan pada apa yang mereka
dapat.
b) Kekuatan untuk melawan frustasi
Aspek ini menunjukan adanya kekuatan seseorang untuk selalu
konstruktif walaupun sedang mengalami kegagalan yang ditemuinya
dalam bekerja. Seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi
tentunya tidak akan memiliki sifat pesimis apabila menemui
kesulitan dalam pekerjaannya.
c) Kualitas untuk bertahan
Aspek ini tidak langsung menyatakan seseorang yang mempunyai
semangat kerja yang tinggi maka tidak mudah putus asa dalam
menghadapi kesukaran-kesukaran di dalam pekerjaannya. Ini berarti
ada ketekunan dan keyakinan penuh dalam dirinya. Keyakinan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
menurut (Maier,1998:120) menunjukan bahwa seseorang yang
mempunyai energi dan kepercayaan untuk memandang masa yang
akan datang dengan baik. Hal ini yang meningkatkan kualitas untuk
bertahan. Ketekunan mencerminkan seseorang memiliki
kesungguhan dalam bekerja. Sehingga tidak menganggap bahwa
bekerja bukan hanya menghasilkan waktu saja, malainkan sesuatu
yang penting.
d) Semangat kelompok
Semangat kelompok menggambarkan hubungan antar karyawan.
Dengan adanya semangat kerja maka para karyawan akan saling
bekerja sama, tolong menolong, dan tidak saling menjatuhkan. Jadi
semangat kerja di sini menunjukkan adanya kesediaan untuk bekerja
sama dengan orang lain agar orang lain dapat mencapai tujuan
bersama.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja
Untuk meningkatkan semangat kerja karyawan diperlukan berbagai
faktor. Menurut (Anoraga,1992), menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi semangat kerja ada dua yaitu :
1) Faktor kepribadian dan kehidupan emosional karyawan yang
bersangkutan.
2) Faktor luar, yang terdapat dari lingkungan rumah dan kehidupan
keluarganya serta faktor lingkungan kerja.
Menurut Anaroga (1992) , faktor-faktor lain yang mempengaruhi
semangat kerja adalah :
a) Job Security. Perasaan aman terhadap pekerjaan bagi karyawan
sangat diperlukan. Perasaan aman terhadap pekerjaan tersebut
berupa keyakinan yang diberikan kepada karyawan bahwa pekerjaan
mereka tidak akan digeser atau diubah-ubah seenaknya saja.
Perasaan aman juga bahwa mereka tidak akan diberhentikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b) Kesempatan untuk mendapat kemajuan (Opportunities for
advancement). Jenjang karier merupakan penyemangat karyawan
untuk bekerja lebih giat lagi untuk meningkakan taraf hidup mereka.
c) Kondisi kerja yang menyenangkan. Suasana lingkungan kerja yang
menyenangkan, tidak membosankan bisa menimbulkan semangat
kerja. Suasana tersebut bisa memberikan rasa nyaman dalam bekerja
d) Kepemimpinan yang baik. Pimpinan yang mengayomi dan peduli
terhadap para karyawan bisa menimbulkan rasa hormat dan
menghargai dari mereka, sehingga mereka akan bekerja dengan hati
dan giat untuk memperoleh hasil kerja yang maksimal.
e) Kompensasi, gaji, imbalan. Faktor ini sangat sensitif dan sangat
mempengaruhi semangat karyawan dalam bekerja. Faktor utama
sebagian besar karyawan untuk bekerja adalah untuk mendapatkan
uang, dari sini karyawan bisa membandingkan gaji antara
perusahaan satu dengan yang lain. Kompensasi merupakan
tambahan(bonus) yang bisa membangkitkan semangat kerja
karyawan untuk bekerja lebih maksimal untuk mengejar bonus
tersebut.
Sikap para pekerja yang dapat meningkatkan semangat kerja
dipengaruhi oleh bagaimana mereka memandang beberapa faktor.
Faktor-faktor itu menurut Stan Kossen (1986) adalah:
1) Organisasi itu sendiri
Organisasi yang dinaungi perusahaan tersebut merupakan organisasi
yang mempunyai reputasi yang baik atau tidak. Jika iya, maka
karyawan akan semangat untu bekerja karena dia merasa dia
memasuki organisasi yang baik.
2) Kegiatan-kegiatan mereka
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para karyawan. Ittu
berhubungan secara langsung mengenai interaksi antar para
karyawan. Jika interaksi tersebut ttidak hanya di lingkungan kantor
saja melainkan kadang-kadang mereka berkumpul bersama di luar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
maka hubungan mereka akan lebih fleksibel dan nyaman. Hal itu
bisa meningkatkan semangat mereka.
3) Sifat pekerjaan
Sifat pekerjaan yang dikerjakan secara rutin dan itu-itu saja bisa
menimbulkan kebosanan, sebaliknya jika pekerjaan tersebut terdapat
hal baru maka akan menimbulkan semangat kerja
4) Teman sejawat
Di kantor terdapat kelompok karyawan yang memiliki karakeristik
yang berbeda, apabila perbedaan tersebut tidak menimbulkan
masalah dan menjadi penyeimbang itu tidak apa-apa, tetapi jika
terdapat permasalahan dan adanya tekanan dari teman yang lain itu
akan menjadi masalah.
5) Kepemimpinan
Tingkah laku manager sangat berpengaruh terhadap semangat kerja
karena manager selaku pemimpin menjadi panutan bagi para
karyawan sehingga para karyawan harus mengikuti perintah yang
diberikan manager. Apabila perilaku manager cenderung otoriter
tanpa mau meenerim masukan dari karyawan maka akan
menyebabkan semangat kerja turun.
6) Konsep tentang diri
Orang-orang yang tidak memiliki kepercayaan diri atau menderita
cacat fisik atau mental sering menimbulkan problem-problem moral.
Oleh karena konsep pekerjaan itu sendiri yaitu bagaimana mereka
melihat diri sendiri sangat mempengaruhi sikap terhadap pekerjaan.
7) Keperluan-keperluan pribadi
Apabila keperluan-keperluan pribadi terpenuhi bisa meningkatkan
semangat karyawan, karena dalam kelancaran pekerjaan dibutuhkan
perbekalan yang memadai.
Menurut Ahmad Tohari (2002:431) faktor-faktor yang berperan
terhadap semangat kerja karyawan adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
a) Kebanggaan pekerja terhadap pekerjaanya dan kepuasanya dalam mengerjakan perkerjaan yang baik.
b) Sikap terhadap pemimpin. c) Hasrat untuk maju. d) Perasaan telah diperlakukan dengan baik. e) Kemampuan untuk bergaul dengan kawan sekerjanya. f) Kesadaran akan tanggung jawab terhadap pekerjaanya
Dari apa yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor
yang mempengaruhi semangat kerja adalah:
1) Keamanan Kerja
2) Terdapat jenjang jabatan
3) Kondisi kerja
4) Kepemimpinan
5) Kebanggaan
6) Teman sejawat
d. Indikasi Turunnya semangat kerja
Di dalam organisasi tidak terlepas dari naik turunnya semangat kerja,
hal tersebut memerlukan perhatian akan turunnya semangat kerja.
Menurut Nitisemito (1982: 161) Indikasi turunnya semangat dan
kegairahan kerja antara lain :
1) Turun/ Rendahnya Produktivitas Kerja.
Tingkat produktivitas kerja karyawan bisa diukur melalui hasil kerja
karyawan tersebut di bulan sebelumnya. Manager atau pimpinan
harus melihat hasil kerja dari karyawan yang diukur dari standar
kerja masng-masing karyawan setiap bulannya. Apabila
produktivitas kerja menurun bisa dipastikan semangat kerja
karyawan turun dengan berbagai alasan yang dialami oleh karyawan
baik dari dalam atau luar.
2) Tingkat Absensi yang Naik/Tinggi
Tingkat absensi yang naik, sebenarnya juga merupakan salah satu
indikasi turunnya semangat dan kegairahan kerja karyawan, karena
itu apabila ada gejala-gejala naik maka perlu segera dilakukan
penelitian. Pada umumnya bila semangat dan kegairahan kerja turun,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
maka mereka akan malas setia hari datang bekerja. Apalagi
bilamana kompensasi atau upah yang diterimanya tidak dipotong
waktu mereka tidak masuk. Setiap ada kesempatan untuk tidak
masuk bekerja akan mereka pergunakan untuk memperoleh
penghasilan yang lebih tinggi meskipun untuk sementara. Untuk
melihat apakah naiknya tingkat absensi tersebut merupakan indikasi
turunnya semangat dan kegairahan kerja maka kita tidak boleh
melihat secara perorangan tetapi harus dilihat secara rata-rata.
3) Labour Turnover (Tingkat Perpindahan Buruh) yang tinggi
Apabila di dalam organisasi/perusahaan tersebut terdapat tingkat
perpindahan buruh(keluar masuknya karyawan) yang tinggi maka itu
bisa diindikasikan semangat kerja yang turun karena
ketidaksenangan kepada pekerjaannya baik itu karena gaji,
kompensasi atau masalah yang lain yang terdapat di kantor tersebut.
Masalah itu bila dilihat secara merata, apabila secara perorangan
maka hal itu bukan merupakan indikasi semangat kerja yang turun.
4) Tingkat Kerusakan yang Naik/Tinggi
Apabila terjadi kerusakan baik terhadap bahan baku, barang jadi
maupun peralatan yang digunakan meningkat maka itu bisa
disebabkan semangat kerja turun. Hal itu karena ketidaktelitian,
kecerobohan dari karyawan akan pekerjaannya. Meskipun naiknya
tingkat kerusakan tidak mesti karena semangat dan kegairahan kerja
turun, tapi banyak faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan
tingkat kerusakan. Misalnya hal ini dapat pula disebabkan karena
kerusakan mesin dan peralatan, kesalahan pembelian bahan baku,
kesalahan penyimpanan, kurangnya pengawasa, dan sebaginya.
5) Kegelisahan di mana-mana
Kegeliisahan yang terwujud dalam ketidaktenangan karyawan
melakukan pekerjaan bisa menyebabkan hasil kerja tidak maksimal,
maka dari itu pimpinan harus mencari tahu penyebab kegelisahan
yang terjadi pada karyawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
6) Tuntutan yang seringkali terjadi
Tuntutan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan karyawan
kepada organisasi/perusahaannya. Harus dilihat alasan
ketidakpuasan tersebut, dari gaji, sikap pimpinan, kompensasi atau
hal lain. Apabila sudah diketahui alasannya bisa dicari solusinya
pemecahannya.
7) Pemogokan
Pemogokan merupakan akumulasi dari segala permasalahan yang
ada di organisasi/perusahaan tersebut. Sebagai wujud kegelisahan,
ketidakpuasan, dll. Apabila pemogokan terjadi itu merupakan
indikasi yang sangat nyata mengenai semangat kerja yang turun.
Di suatu organisasi/perusahaan harus diperhatikan penyebab
produktivitas kerja yang turun sebagi akibat semangat kerja yang turum.
Menurut Kossen ( 1993 ), menyebutkan beberapa hal yang terjadi tanda-
tanda peringatan semangat kerja yang rendah, yaitu :
a) Kemangkiran. Apabila pekerja menyenangi pekerjaan mereka, maka
mereka akan melakukan pekerjaan mereka secara maksimal untuk
mendapatkan hasil terbaik. Jika terdapat permasalahan mengenai
pekerjaannya dan terjadi perubahan sifat yang dimiliki karyawan,
maka karyawan tersebut memilih mangkir dari pekerjaan.
b) Kelambatan. Keterlambatan karyawan datang bekerja itu merupakan
indikasi yang sangat kuat bahwa semangat kerja karyawan turun.
Bisa diperparah lagi apabila absensi dilakukan secara manual.
c) Pergantian yang tinggi. Dalam setiap organisasi apabila terdapat
karyawan yang keluar dan karyawan lain yang masuk yang tinggi itu
merupakan peringatan yang sangat kuat bahwa semangat kerja turun.
d) Mogok dan sabotase. Pemogokan dan sabotase merupakan hasil
akhir akan ketidakpuasan karyawan terhadap organisasi tersebut.
e) Ketiadaan kebanggaan dalam kerja. Ketidakpuasan karyawan
terhadap pekerjaan dan perusahaan tempat dia bekerja bisa
menimbulkan karyawan tersebut melakukan pekerjaannya secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
tidak sungguh-sunngguh cenderung asal-asalan. Itu bisa disebabkan
karena terdapat masalah dari dalam organisasi maupun daari luar.
Di atas telah dikemukakan beberapa indikasi sebagai petunjuk
turunnya semangat dan kegairahan kerja. Turunnya semangat kerja
sebabnya banyak sekali, misalnya upah yang terlalu rendah, insentif yang
kurang terarah, lingkungan kerja ang buruk, dan sebagainya. Sebenarnya
pada prinsipnya disebabkan karena ketidakpuasan dari para karyawan.
Dengan ketidakpuasan tersebut maka hal ini akan menimbulkan
kekurangbahagiaan bagi mereka yang mana dapat menimbulkan
semangat dan kegairahan kerja menurun. Ada yang berpendapat bahwa
sumber ketidakpuasan adalah hal-hal yang bersifat materil, misalnya
rendahnya upah yang diterima, fasilitas materi yang sangat minim, dan
sebagainya. Sebenarnya sumber ketidakpuasan tidak hanya bersifat
material saja tetapi juga yang bersifat non material, misalnya
penghargaan sebagai manusia, kebutuhan untuk berpartisipasi, dan
sebagainya. Kurang puasnya tersebut bisa terjadi sejak awal bekerja
maupun karena menurunnya kepuasan yang mereka rasakan. Misalnya,
gaji yang rendah dan turunnya upah.
e. Cara meningkatkan semangat kerja
Diatas telah dikemukakan indikasi semangat kerja yang turun, maka
diperlukan cara untuk meningkatkan semangat kerja karyawan. Ada
beberapa cara dalam mendorong dan memelihara semangat kerja.
Menurut Moekijat (1999:131) berpendapat, antara lain:
a) Pemimpin wajib memperlihatkan semangatnya. Pimpinan
merupakan panutan dari para karyawan, perilaku karyawan bisa
dicerminkan dari perilaku pimpinan. Jadi sikap pimpinan sangat
berpengaruh bagi tingkat semangat kerja yang menghasilkan
produktivitas kerja.
b) Memberi pujian kepada karyawan yang patut dipuji
Pimpinan yang berwibawa adalah pimpinan yang mau mengakui
hasil kerja karyawanya. Karyawan menginginkan pengakuan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pimpinan atas hasil kerjanya yang memuaskan. Dengan pengakuan
tersebut karyawan akan lebih giat untuk melakukan pekerjaan-
pekerjaan yang selanjutnya.
c) Lingkungan pekerjaan yang kondusif. Dengan lingkungan dan
kondisi kerja yang nyaman bisa meningkatkan semangat kerj
karyawan
d) Kesempatan
Pimpinan harus melibatkan karyawan untuk mengambil keputusan
yang dibuat sehinggaa karyawan merasa ikut bertanggung jawab
akan pekerjaannya.
Di suatu organisasi tidak terlepas dari permasalahan yang bisa
mengakibatkan semangat kerja turun, maka dibutuhkan cara-cara
pemecahannya. Beberapa cara meningkatkan semangat kerja menurut
Alex. S Nitisemito (1982:168):
1) Gaji Yang Cukup
Gaji yang “cukup” disini berarti gaji yang sesuai dengan hasil kerja
yang diberikan oleh karyawan tersebut denga melihat jabatan,
tingkat kesulitan melakukan pekerjan, tingkat pendidikan, dan
sebagainya.
2) Memperhatikan Kebutuhan Rohani
Organisasi/perusahaan harus memperhatikan kebutuhan rohani dari
karyawannya. Hal itu bisa berupa menyediakan tempat untuk
menjalankan ibadah, rekreasi dengan teman sejawat dan keluarga,
partisipasi, dan sebagainya. Hal lainnya yang lebih luas yang perlu
diperhatikan misalnya kebutuhan untuk pengakuan, penghargaan,
kebutuhan, dan sebagainya.
3) Sesekali Perlu Menciptakan Suasana Santai
Suasana kerja yang rutin seringkali menimbulkan kebosanan dan
ketegangan kerja bagi para karyawan. Untuk menghindarkan hal-hal
tersebut maka perlu sesekali menciptakan suasana santai. Misalnya,
dengan mengadakan rekreasi/piknik bersama-sama, mengadakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
pertandingan olahraga antar karyawan, dan sebagainya. Tentu saja
usaha seperti ini harus disesuaikan dengan kemampuan perusahaan
dan dijalankan pada waktu tertentu saja. Mereka akan saling merasa
dalam satu kesatuan dan merasa satu naungan dibawah nama
perusahaan.
4) Harga Diri Perlu Mendapatkan Perhatian
Harga diri dari karyawn harus diperhatikan. Seperti jika karyawan
bersalah, maka pimpinan bisa menegurnya secara empat mata dan
jangan sampai dilihat karyawan lain karena akan membuat malu
karyawan tersebut dan merasa harga dirinya direndahkan.
Sebaliknya apabila karyawan memberikan prestasi kepada
perusahaan maka hendaknya pimpinan memberikan pengakuan
(pujian) kepada karyawan tersebut secara wajar.
5) Tempatkan Para Karyawan Pada Posisi Yang Tepat
Untuk keberlangsungan perusahaan maka tidak terlepas dari peran
karyawan yang tepat di posisi yang tepat. Artinya adalah tempatkan
mereka pada posisi yang tepat sesuai dengan ketrampilan masing-
masing.Ketidaktepatan posisi karyawan maka pekerjaannya tidak
bisa diselesaikan dengan lancar.
6) Berikan kesempatan untuk maju.
Semangat bisa muncul apabila perusahaan tersebut memberikan
kesempatan karyawan untu maju. Hal itu bisa diwujudkan akan
keterlibatan karyawan untuk mengambil keputusan yang
berhubungan dengan pekerjaannya, pengakuan dari pimpinan akan
hasil kerja yang bagus juga diperlukan untuk meningkatkan
semangat kerjanya. Bisa diaplikasikan dengan pemberian hadiah,
promosi jabatan, naiknya gaji, dan sebagainya.
7) Perasaan aman menghadapi masa depan
Karyawan membutuhkan rasa aman untuk menghadapi masa depan
akan pekerjaannya. Artinya mengenai keberlangsungan hidupnya
kelak, bisa diwujudkan dengan pemberian uang pensiun, tetapi itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
tergantung besar atau kecilnya perusahaan tersebut, tetapi jika
perusahaan merasa keberatan maka karyawan membutuhkan
perusahaan yang mempunyai kestabilan (kelancaran). Dengan
adanya kestabilan tersebut maka karyawan akan tidak merasa was-
was untuk diberhentikan.
8) Usahakan agar para karyawan mempunyai loyalitas
Kesetiaan/loyalitas para karyawan terhadap perusahaan akan
menimbulkan rasa tanggung jawab. Tanggung jawab akan
menciptakan kegairahan dan semangat kerja. Untuk dapat
menimbulkan loyalitas para karyawan terhadap perusahaan maka
perusahaan bisa memberikan bonus jika produktivitas kerjanya
bertambah, gaji yang naik, memberikan kebutuhan rohani, dan
sebagainya.
9) Sekali-sekali Para karyawan perlu diajak berunding
Di dalam mengelola perusahaan, para karyawan perlu diajak
berunding sehingga mereka akan merasa ikut bertanggung jawab.
Dengan rasa tanggung jawab tersebut kegairahan kerja mereka akan
tinggi. Jadi di dalam perusahaan merencanakan sesuatu yang agak
penting sebaiknya para karyawan diajak berunding. Namun hal itu
tidak berarti harus semua karyawan yang diajak berunding.
10) Pemberian Insentif yang terarah
Dengan pemberian insentif cara seperti itu sangat efektif untuk
mendorong semangat kerja karyawan. Pemberian insenti itu jug tidak
secara serta merta diberikan kepada karyawan, tetapi harus diteliti
dahulu apakah karyawan tersebut mempunyai loyalitas kepada
perusahaan. Apabila perusahaan salah memberikan insentif maka
pemberian tersebut akan menjadi sia-sia saja dan menimbulkan rasa
iri dari karyawan yang lain. Pemberian insentif tersebut juga harus
memperhatikan kemampuan perusahaan untuk memberikan insentif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
11) Fasilitas yang menyenangkan
Setiap perusahaan menyediakan fasilitas yang menyenangkan bagi
para karyawan. Apabila dengan fasilitas tersebut ternyata mampu
menambah kesenangan para karyawannya, maka berarti semangat
kerja dapat pula ditingkatkan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu organisasi
pekerja/ karyawan mempunyai peran yang sentral untuk mengembangkan
organisasi/ perusahaan tersebut, maka dari itu posisi karyawan
mempunyai perhatian yang khusus dari atasan misalnya menegnai
turunnya produktivitas kerja akibat turunnya semangat kerja maka dari
itu perusahaan harus memperhatikan penyebab turunnya semangat kerja
setelah itu organisasi/ perusahaan tersebut dapat meningkatkan semangat
kerja karyawan dengan berbagai cara yakni memberikan gaji yang cukup,
kebutuhan rohani, suasana santai, harga diri, tempat yang tepat,
kesempatan untuk maju, perasaan aman di masa depan, loyalitas, diajak
berunding, insentif, yang terarah, fasilitas yang menyenangkan. Apabila
perusahaan sanggup menyediakan fasilitas-fasilitas di atas maka hal ini
akan menimbulkan rasa senang bagi para karyawan. Hal mana berarti
semangat kerja dan kegairahan kerjanya akan dapat ditingkatkan.
Dari uraian di atas dan pendapat lain yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka semangat kerja dapat diukur dari :
1) Tingkat kehadiran 4) Kegelisahan
2) Perputaran 5)Tuntutan
3) Kerusakan pekerjaan 6) Loyalitas
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
1. Penelitian yang dilakukan oleh Putri Anggreni (2012) dengan judul “Pengaruh
Lingkungan Kerja Fisik terhadap Produktivitas karyawan pada Perusahaan
Brem Bali Firma Udiyana di Sanur Denpasar” dimuat pada jurnal lingkungan
vol 21. No 1:1-5. Teknik analisis data dalam penelitian ini secara analisis
korelasi dengan jumlah sampel sebanyak 16 orang. Dalam pengumpulan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
menggunakan teknik angket. Hasil penelitian ini bahwa variabel lingkungan
kerja fisik mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas
karyawan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Terence cooper .pada jurnal The vocational
aspect Summer (1965).Volume XVII no.37. dengan judul “Morale in Technical
college. Hasilnya adalah faktor yang paling penting dalam lingkungan mental
adalah dari mereka yang berwenang. Orang yang berwenang yang tidak harus
sebagai Pemimpin, meskipun secara akademis memenuhi syarat. Sebaliknya,
orang yang tepat memiliki efek sebaliknya. Diukur kebahagiaan manusia,
orang yang berwenang yang menyebabkan semangat turun. Kualifikasi dari
orang yang berwenang yang bisa meningkatkan semangat kerja , tidak ada
jawaban yang berlaku umum, namun observasi dari sejumlah orang akan
menunjukkan bahwa, selain akademik yang dibutuhkan kualifikasi, kecerdasan
yang baik, wawasan imajinatif, temperamen yang seimbang, rasa keadilan,
kesediaan untuk menerima tanggung jawab, rasa humor dan 'kehangatan'
terhadap sesamanya diperlukan.tional
3. Penelitian yang dilakukan oleh Made Yuniari (2009) dimuat pada jurnal Bisnis
dan Kewirausahaan, vol 5 no 2, Juli 2009 dengan judul penelitian “Pengaruh
Kompensasi dan Lingkungan Kerja serta Motivasi Kerja terhadap Semangat
Kerja dan Kinerja Karyawan PT.BTDC Nusa Dua”. Sampel dalam penelitian
ini sebanyak 175 responden, dengan teknik analisis data yaitu structural
Equation Modeling (SEM) dan teknik analisis kualitatif yakni deskriptif
kualitatif. Hasil adalah Ada hubungan yang signifikan Kompensasi dengan
semangat kerja. Lingkungan Kerja berpengaruh signifikan terhadap semangat
kerja. Motivasi kerja berpengaruh secara tidak signifikan terhadap semangat
kerja. Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja.
Lingkungan kerja berpengaruh secara tidak signifikan terhadap kinerja.
Motivasi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja. Semangat kerja
berpengaruh signifikan terhadap kinerja.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Wayan Gede Supartha (2006) dengan judul
“Pengaruh Kebijakan dan kepemimpinan Pemerintah Daerah terhadap Budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Organisasi, Disiplin Pegawai, dan Kinerja Puskesmas” dimuat pada jurnal
Bisnis dan Manajemen Vol 6, No.2, 2006:121-140. Jumlah sampel 941 orang
dengan menggunakan dengan teknik analisis data yaitu structural Equation
Modeling (SEM). Hasil penelitian ini bahwa variabel Kebijakan Pemkab
berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin pegawai, kepemimpinan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap budaya organisasi, budaya
organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin pegawai,
budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja, dan disiplin
berpengaruh positif terhadap kinerja.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Gerson, Robyn R.M. DrPH, MHS, MT; Batu,
Patricia W. PhD, RN, MPH; Bakken, Suzanne DNSc, RN; Larson, Elaine PhD,
RN, CIC dengan judul Measurement of Organizational Culture and Climate in
Healthcare (Pengukuran Budaya Organisasi dan Iklim di Kesehatan). Yang
menyimpulkan bahwa intervensi yang dirancang untuk meningkatkan
kesehatan tempat kerja juga akan cenderung meningkatkan kualitas kesehatan.
Kondisi kerja yang spesifik diidentifikasi sebagai berikut: (1) lingkungan fisik
kerja, jam kerja (2) dan tingkat staf, dan (3) budaya organisasi dan iklim.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan pemaparan-pemaparan yang yang dituangkan dalam teori maupun
penelitian terdahulu, maka dapat diungkapkan bahwa semangat kerja tidak lepas
dari budaya organisasi dan dipengaruhi oleh lingkungan kerja fisik dari atasan
yang dirasakan oleh karyawan. Lebih jelas dari ungkapan tersebut disajikan dalam
bentuk kerangka konseptual penelitian berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Gambar 2.2 kerangka pemikiran
Diolah dan dikembangkan oleh peneliti
Objek penelitian dalam hal ini adalah berupa 2 variabel independen yaitu
lingkungan kerja fisik dan budaya organisasi dan 1 variabel dependen yaitu
semangat kerja karyawan.
Berdasarkan landasan teori maupun penelitian terdahulu yang telah
dikemukakan di atas bahwa di dalam suatu organisasi naik turunnya semangat
kerja karyawan itu pasti terjadi. Tujuan organisasi akan tercapai apabila segenap
unsur manusia terlibat di dalamnya, karena manusia adalah faktor utama yang
paling mendukung dalam keberhasilan suatu tujuan. Dapat dijelaskan bahwa
semangat kerja karyawan tidak lepas dari banyak faktor, lingkungan kerja fisik
dan budaya organisasi merupakan salah satu faktornya. Lingkungan kerja fisik
berhubungan dengan fisik kantor yang sangat berpengaruh dengan semangat dan
emosi karyawan. Budaya organisasi merupakan nilai yang mencerminkan
organisasi tersebut dijalankan oleh karyawannya.
Unsur – unsur yang ada di dalam lingkungan kerja fisik secara langsung dan
tidak langsung dapat berpengaruh terhadap semangat kerja pegawai sama halnya
dengan karakterstik-karakteristik budaya organisasi yang dijalankan dengan baik
juga merupakan cerminan dari semangat kerja seorang karyawan. Apabila
semangat kerja telah tercapai dengan baik maka dapat diambil kesimpulan bahwa
adanya pengaruh yang positif dari lingkungan kerja fisik yang kondusif dan
budaya organisasi yang kuat di organisasi tersebut.
Lingkungan Kerja fisik
Semangat Kerja
Pegawai
Instansi
( Setda )
Budaya Organisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
D. Pengajuan Hipotesis
Suharsimi Arikunto (2002:64) menjelaskan hipotesis itu adalah suatu jawaban
yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data-data yang terkumpul.
Berdasarkan dari landasan teori dan kerangka penelitian di atas, maka
disampaikan hipotesis berikut:
1. H1 : Ada pengaruh positif dan signifikan Lingkungan kerja fisik terhadap
semangat kerja di KJKS Kospin Syariah Karanganyar
2. H2 : Ada pengaruh positif dan signifikan Budaya Organisasi terhadap
semangat Kerja di KJKS Kospin Syariah Karanganyar
3. H3 : Ada pengaruh positif dan signifikan Lingkungan Kerja Fisik dan
Budaya Organisasi terhadap semangat kerja di KJKS Kospin Syariah
4. Karanganyar
Gambar 2.3 Model Pemikiran
Diolah dan dikembangkan oleh peneliti
H1 Lingkungan kerja Fisik
(X1)
H3
Semangat Kerja
(Y)
H2
Budaya Organisasi
(X2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di KJKS Kospin Syariah Karanganyar yang
beralamatkan di Jalan Kapten Mulyadi No 25 Karanganyar. Adapun alasan
peneliti memilih tempat penelitian ini sebagai objek penelitian yaitu:
a. Adanya permasalahan yang mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian di KJKS Kospin Syariah Karanganyar.
b. Tersedia data dan informasi yang dibutuhkan dalam melakukan
penelilitian.
c. Dalam instansi tersebut belum pernah ada yang mengadakan penelitian
tentang hal ini.
d. Lokasi kantor yang dekat dengan rumah peneliti.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian merupakan waktu yang diperlukan untuk melakukan
penelitian. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan
laporan penelitian. Penelitian ini selama 6 bulan dari bulan Januari sampai
Juni 2012. Periksa pada lampiran halaman 152.
B. Rancangan Penelitian
Metode merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu. Suharsimi
Arikunto (2006: 149) mengungkapkan “Metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”.
Metode penelitian merupakan prosedur atau cara-cara untuk melaksanakan
dan mengarahkan penelitian agar dapat menggunakan metode yang tepat. Oleh
karena itu metode merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian agar
tujuan dari sebuah penelitian dapat tercapai. Sesuai dengan yang dikemukan oleh
Sugiyono (2010 : 2) bahwa : “Metode merupakan suatu cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Berdasarkan hal tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
terdapat empat kata kunci yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara
ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu
rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian ini dilakukan
dengan cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.
Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia,
sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yaang digunakan.
(Bedakan cara yang tidak ilmiah, misalnya mencari uang yang hilang, atau
provokator, atau tahanan yang melarikan diri melalui paranormal). Sistematis
artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-
langkah tertentu yang bersifat logis. Dengan demikian, metode penelitian adalah
suatu cara yang sistematis yang digunakan oleh peneliti untuk mencapai tujuannya
yaitu mengumpulkan data penelitian.
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif yang merupakan penelitian yang digunakan untuk mendapatkan
jawaban dari permasalahan atau gambaran umum tentang suatu fenomena atau
gejala yang dilandasi pada teori, asumsi atau andaian, dalam hal ini dapat
diartikan sebagai pola fikir yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel
yang akan diteliti, sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah
yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan adalah untuk
merumuskan hipotesis, dan teknik analisis statistik yang hendak digunakan
Iskandar (2008:17), sedangkan metode yang digunakan adalah deskriptif yaitu
untuk melihat keterkaitan antara dua variabel atau lebih melalui analisa data yang
didapat. Metode deskriptif lebih menekankan pada suatu studi untuk memperoleh
informasi mengenai gejala yang muncul pada saat penelitian berlangsung. Seperti
dikemukakan oleh Moh. Nasir (1999:63) metode deskriptif adalah suatu metode
dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Adapun
tujuan dari penelitian deskriptif menurut Moh. Nazir (1999:63) adalah: “Tujuan
dari penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta sifat- sifat hubungan
antar fenomena yang diselidiki. Alasan dipergunakannya metode ini, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan penyelidikan
ini menuturkan, mengklasifikasikan dan mengolah data yang terkumpul.
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini:
a. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu:
1. Variabel terikat (Dependent Variable).
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas
yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri serta menjadi perhatian utama
peneliti. perlu menggunakan metode yang biasa disebut metode
penelitian. Metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mencapai
kebenaran ilmiah dengan langkah-langkah yang relevan terhadap
masalah yang dirumuskan (Ferdinand, 2006). Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel terikat adalah semangat kerja (Y).
Definisi operasional dari semangat kerja adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh karawan dapat dikerjakan dengan cepat dan baik yang
didasarkan pada kecepatan, ketepatan, kerapian serta waktu.
2. Variabel bebas (Independent Variable).
Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik
itu secara positif atau negatif, serta sifatnya dapat berdiri sendiri. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas ialah lingkungan kerja fisik
(X1), dan budaya organisasi (X2).
Definisi operasional dari lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan
berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat
mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung, yang didasarkan kepada kelayakan keadaan fisik di organisasi.
Definisi operasional dari budaya organisasi adalah sekumpulan nilai-nilai
atau norma-norma yang ada di organisasi tersebut dan berlangsung secara
turun temurun, yang didasarkan kepada aturan-aturan yang harus ditaati
karyawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
C. Populasi Dan Sampel
1. Penetapan Populasi
“Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk
peristiwa, hal, atau orang yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi
pusat perhatian peneliti, karena itu dipandang sebagai sebuah semesta
penelitian” Ferdinand (2006:13).
Sedangkan menurut Suharsini Arikunto (2005:12) berpendapat
”Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian”. Populasi merupakan
keseluruhan subyek yang akan diteliti tetapi menyangkut keseluruhan
karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki subyek tersebut.
Menurut Pendapat para ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
populasi adalah keseluruhan elemen dari suatu instansi yang memiliki
karakteristik yang sama sehingga menarik perhatian peneliti dan dijadikan
subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan
KJKS Kospin Syariah Karangayar yang berjumlah 42.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiiki oleh
populasi tersebut tetapi apabila jumlah populasi kecil maka semua populasi
tersebut dapat dijadikan sampel. Seperti yang ada di KJKS Kospin Syariah
Karanganyar ini karena jumlah populasi karyawan yang sedikit maka
peneliti mengambi sambil secara keseluruhan dari populasi tersebut.
Adapun karyawan KJKS Kospin Syariah Karanganyar yang dijadikan
sampel (responden) adalah karyawan yang terdiri dari :
a. Karyawan yang berada di divisi Akuntansi Keuangan
b. Karyawan yang berada di divisi Pemasaran
c. Karyawan yang berada di divisi Pembiayaan
d. Karyawan yang berada di divisi Umum
Jumlah sampel di KJKS Kospin Syariah Karanganyar adalah sejumlah
populasi di instansi tersebut yakni 42.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
D. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam menentukan besarnya ukuran sampel penelitian sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor antara lain tujuan penelitian dan karakteristik populasi. Peneliti
menggunakan teknik sampling jenuh yakni teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel Sugiyono (2010:85). Untuk
mengetahui besarnya populasi dan sampel dalam penelitian ini, dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
NO BAGIAN JUMLAH
POPULASI SAMPEL
1. Bagian Akuntansi Keuangan 10 10
2. Bagian Pemasaran 13 13
3. Bagian Pembiayaan 15 15
4. Bagian Umum 4 4
JUMLAH 42 42
Sumber : Data sekunder (Sub bagian umum dan kepegawaian).
Berdasarkan tabel tersebut, peneliti menetapkan sampel secara keseluruhan
sebesar 42 responden dari popuasi sebesar 42 mengacu pada ukuran sampel yang
memadai bagi kebanyakan penelitian menurut teori Roscoe (dalam Ferdinand,
2006) yaitu lebih besar dari 30 dan kurang dari 500. Berarti sampel sebesar 42
telah sesuai dengan teori Roscoe.
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi atau
keterangan yang benar dan dipercaya. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 127-
135) ada beberapa teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut:
a. Metode tes b. Metode angket atau kuesioner c. Metode interview d. Metode observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
e. Metode dokumentasi
Sesuai dengan pokok persoalan dalam penelitian mengenai pengaruh
lingkungn kerja fisik dan budaya organisasi terhadap semangat kerja maka dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode :
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan beberapa pertanyaan
kepada sumber yang ada di lokasi penelitian untuk menemukan
permasalahan mengenai pengaruh lingkungan kerja fisik dan budaya
organisasi terhadap semangat kerja karyawan dan untuk mengetahui hal-
hal dari responden lebih mendalam.
Metode wawancara digunakan untuk menggali sebanyak mungkin
mengenai segala macam permasalahan maupun pengetahuan mmengenai
instansi tersebut untuk kemudian dicari pemecahan permasan yang bisa
dituangkan oleh peneliti.
2. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi atau teknik dokumentasi adalah suatu cara
yang digunakan untuk mengumpulan data yang ditunjukkan untuk
memperoleh penjelasan melalui sumber-sumber dokumen. Menurut
Suharsimi Arikunto (2002 : 206) “Metode dokumentasi adalah mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, parasit, notulen rapat, legger, agenda dan
sebagainya”.
Merode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan infomasi riil
mengenai instansi tersebut. Untuk menambah bahan mengenai informasi
di dalam instansi tersebut bagi peneliti.
3. Metode angket atau kuesioner
a) Pengertian angket
Menurut Hadari Nawawi (1995: 117) “Angket adalah usaha
mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden ”.
Menurut Suharsismi Arikunto (2002: 128) “Angket adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, ataupun hal-hal yang
ia ketahui”.
Berdasarkan kedua pernyataan itu dapat penulis simpulkan bahwa
pengertian dari angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dengan menyampaikan
sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.
b) Jenis- jenis angket
Angket atau kuesioner dapat dibedakan menjadi beberapa
golongan. Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 128-129) antara lain:
1. Dipandang dari cara menjawab maka ada:
a) Kuesioner terbuka, kuesioner yang memberikan kesempatan
kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
b) Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang sudah disedikan
jawaban sehingga responden tinggal memilih.
2. Dipandang dari jawaban yang diberikan maka ada:
a) Kuesioner langsung, responden menjawab tentang dirinya.
b) Kuesioner tidak langsung, jika responden menjawab tentang
orang lain.
3. Dipandang dari bentuknya maka:
a) Kuesioner pilihan ganda, adalah sama dengan kuesioner
tertutup.
b) Kuesioner isian, adalah sama dengan kuesioner terbuka.
c) Check list, sebuah daftar dimana responden tingal
membubuhkan tanda check (v) pada kolom yang sesuai.
d) Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti
oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkat, misalnya; mulai
setuju sampai dengan sangat tidak setuju.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Pada penelitian ini dipandang dari jawaban yang diberikan
menggunakan angket langsung, sedangkan dipandang dengan cara
menjawabnya peneliti memilih kuesioner tertutup . Angket kuesioner
langsung dan tertutup dimaksudkan angket yang langsung diberikan
kepada responden dan responden hanya mengisi jawaban yang sesuai
dengan pendapat atau kegiatannya dan responden tidak harus
menghabiskan waktu yang lama untuk memikirkan jawabannya.
Alasan peneliti menggunakan angket langsung tertutup dalam bentuk
jawaban langsung adalah:
1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
3) Memberikan kemudahan kepada pegawai dalam
memberikan tanggapan, yaitu pegawai hanya diminta
memilih salah satu dari beberapa kemungkinan jawaban.
4) Data dapat terkumpul sesuai dengan yang diinginkan.
Angket yang diberikan berdasarkan bentuknya, maka peneliti
memilih menggunakan check list dan Rating scale yaitu pernyataan
yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkat, misalnya;
mulai setuju sampai dengan sangat tidak setuju. Hal ini dipilih oleh
peneliti untuk memudahkan responden memberi jawaban yang singkat
dan jelas maksudnya.
c) Langkah-langkah penyusunan angket
1. Menetapkan tujuan pembuatan angket
Dalam penelitian ini angket bertujun untuk memperoleh
data-data tentang budaya organisasi dan komitmen organisasi
terhadap kinerja pegawai.
2. Menentukan aspek-aspek yang akan diukur
Untuk memperjelas pertanyaan-pertanyaan yang akan
disusun, perlu dibuat suatu matriks yang disebut matriks
spesifikasi data. Matriks ini merupakan penjabaran dari aspek-
aspek yang akan diukur untuk memperjelas permasalahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
akan dituangkan ke dalam angket. Isi dari matriks ini harus sesuai
dan mengarah pada masalah dan tujuan penelitian. Adapun isi
dari matriks spesifikasi data ini antara lain batasan dari konsep
yang akan diteliti, variabel-variabel serta indikator-idikator yang
perlu diidentifikasi dan diukur.
3. Surat pengantar
Surat pengantar ini berfungsi menghantarkan angket
sehingga responden dapat menerima dengan jelas.
a. Membuat pedoman pengisian angket.
b. Membuat butir pertanyaan yang diberikan dan sekaligus
disertai alternatif jawaban.
c. Membuat sekoring atau penilaian angket
Pernyataan-pernyataan yang dibuat harus sesuai dengan aspek-
aspek yang tertuang dalam matriks spesifikasi data yang telah disusun.
Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator dan selanjutnya
dijabarkan menjadi sub indikator yang dapat diukur. Adapun penyusunan
pernyataan dalam penelitian ini menggunakan skala bertingkat atau rating
scale dan untuk menentukan nilai jawaban angket dari masing-masing
angket digunakan modifikasi skala likert.
Menurut Sugiyono (2001: 87) mengemukakan bentuk skala likert
kategori penelitian sebagai berikut:
1) Sangat setuju
2) Setuju
3) Ragu-ragu
4) Tidak setuju
5) Sangat tidak setuju
Untuk memudahkan perhitungan dalam penyusunan angket ini peneliti
menghilangkan kategori (3) ragu-ragu/kadang-kadang/netral. Tujuan
menghilangkan kategori ini dimaksudkan untuk menghilangkan
kelemahan-kelemahan yang terkandung dalam skala lima tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
berdasarkan alasan seperti diungkapkan Sutrisno Hadi (1991: 20) sebagai
berikut:
Pertama, kategori (3) itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban, bisa juga diartikan netral, setuju tidak, tidak setujupun tidak atau bahkan ragu-ragu. Kategori jawaban yang ganda arti ini tentu saja tak diharapkan dalam suatu instrumen. Kedua, tersedianya jawaban yang di tengah menimbulkan kecenderuan menjawab ke tengah, terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya, ke arah setuju ataukah ke arah tidak setuju. Ketiga, maksud kategorisasi jawaban menjadi empat jawaban adalah untuk melihat kecenderungan pendapat responden, ke arah setuju atau ke arah tidak setuju. Jika disediakan kategori (3) akan menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring dari para responden.
Mengenai cara penilaian terhadap angket yang dipakai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Setiap pertanyaan terdiri dari empat pilihan jawaban.
2) Dalam menjawab pertanyaan, responden memilih salah satu alternatif
jawaban yang sesuai, dengan cara memberikan tanda (V) pada kolom
jawaban yang dipilih.
3) Apabila pernyataan yang digunakan positif diberi penilaian sebagai
berikut:
Jawaban Sangat Setuju nilai = 4
Jawaban Setuju nilai = 3
Jawaban Tidak Setuju nilai = 2
Jawaban Sangat Tidak Setuju nilai = 1
4) Apabila pernyataan yang digunakan negatif diberi penilaian sebagai
berikut :
Jawaban Sangat Setuju nilai = 1
Jawaban Setuju nilai = 2
Jawaban Tidak Setuju nilai = 3
Jawaban Sangat Tidak Setuju nilai = 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
VALIDASI INSTRUMEN PENELITIAN
1. Uji Coba Angket
Angket perlu diuji untuk mengetahui letak kelemahan atau ada hal yang
menyulitkan responden, maka dari itu peneliti mengadakan uji coba (try out)
untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket. Dalam penelitian ini,
peneliti melaksanakan uji coba angket dengan responden yang digunakan
adalah 12 orang dari luar organisasi.
Try out merupakan suatu langkah untuk mengetahui dan menguji bobot
kejituan dan keajegan item yang akan digunakan sebagai alat pengukur dalam
penelitian. Untuk itu angket yang digunakan harus valid dan reliable.
a. Uji validitas angket
Validitas menunjukan sejauh mana alat pengukuran itu mengukur apa
yang dimaksud untuk diukur. Untuk mengetahui validitas angket penulis
menggunakan teknik korelasi product moment dari pearson yaitu sebagai
berikut:
rxy= å å å å
å å å--
-
}Y)(Y}{NX)(X{N
Y)X)((XYN2222
(Suharsimi Arikunto, 2002: 146)
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi variabel x dan y
SX = jumah skor-skor X
SY = jumlah skor-skor Y
SXY = jumlah skor-skor X dan Y yang dipasangkan
N = jumlah responden
Hasil dari rxy dikonsultasikan dengan tabel harga kritis product moment.
Apabila hasil yang diperoleh rhitung > r label dengan taraf signifikan 5% maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
angket tersebut valid. Untuk mempermudah proses analisis maka peneliti
menggunakan program komputer statistik SPSS versi 17.0.
b. Uji reliabilitas
Reliabilitas pengukuran suatu angket menunjukkan keajegan hasil
pengukuran sekiranya alat pengukuran yang sama itu digunakan oleh orang
yang berlainan dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berbeda.
Untuk mengetahui reliabilitas angket dalam penelitian ini penulis
menggunakan rumus alpha dengan rumus sebagai berikut:
r11 = }δ
Σδ}{1
1kk
{2t
2b-
-
(Suharsimi Arikunto, 2002: 171)
keterangan :
r11 = Reliabilitas Instrumen
k = banyaknya soal
2bΣδ = jumlah varian butir
2tδ = varians total
Hasil r11 dikonsultasikan dengan table product moment. Apabila hasil yang
diperoleh rhitung > rtabel dengan taraf 5% maka angket tersebut reliable. Untuk
mempermudah proses analisis maka peneliti menggunakan program computer
SPSS versi 17.0.
F. ANALISIS DATA
Analisis data adalah suatu cara yang digunakan dalam mengolah serta
menganalisis data yang terkumpul dalam penelitian untuk membuktikan hipotesis
yang diajukan. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis untuk menguji
hipotesis dan sebagai dasar unutk menarik kesimpulan. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis korelasi dan analisis regresi ganda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Hubungan antara variabel-variabel kebanyakan merupakan hubungan regresional.
Regresi ganda merupakan analisis tentang pengaruh atau hubungan antara satu
variabel dependen dengan dua atau lebih variabel independen. Penggunaan teknik
analisis regresi ganda ini sesuai dengan penelitian karena dapat digunakan untuk
mengetahui sejauh mana variabel dependen berpengaruh terhadap variabel
independen. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis
regresi ganda untuk mengolah dan menganalisis data yang terkumpul dari
penelitian untuk membuktikan hipotesis yang diajukan.
Setelah data terkumpul dengan lengkap dan benar, kemudian dilakukan analisis
data. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Uji Prasyarat Analisis
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi ganda, teknik ini
dipilih karena dalam penelitian ini terdapat lenid dari 1 variabel independen.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas sampel atau menguji normal tidaknya sampel, tidak
lain sebenarnya adalah dengan mengadakan pengujian terhadap normal
tidaknya sebaran data yang akan dianalisis (Suharsimi Arikunto, 2005: 301).
Apabila data distribusi normal, berarti data tersebut dapat dipakai untuk
penelitian ini sebagai salah satu syarat analisis regresi linear yang nantinya
digunakan untuk menguji hipotesis. Langkah yang dilakukan dalam uji ini
adalah dengan menggunakan One sample Kolmogrov-Smirnov dengan
menggunakan taraf signifikan 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal
jika signifikasi lebih besar dari 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal
jika signifikasi lebih besar dari 0,05 (Duwi Priyatno, 2008: 28)
b. Uji Linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua varabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini
biasanya digunakan sebagai prasyaratan dalam analisis korelasi atau regresi
linear. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for Linearity
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai
hubungan yang linear bila signifikansi (linearity) kurang dari 0,05 (Duwi
Priyatno 2011, http://duwiconsultant.blogspot.com).
c. Uji Multikolinieritas
Tujuan dari uji multikolonieritas adalah untuk menguji apakah pada
model regresi terdapat adanya hubungan atau korelasi antar variabel bebas
(independen) satu dengan lain. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling
berkorelasi, maka variabel- variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal
adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol. Atau bisa sebut terdapat problem
multikolinieritas (Ghozali,2005: 91). Sedangkan menurut (Singgih Santoso,
2002: 112) multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF (variance inflaction
factor). Pedoman suatu model yang bebas multikolinearitas yaitu
mempunyai nilai VIF ≤ 4 atau 5.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana
variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Korelasi dengan
diri sendiri berarti bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan
dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai variabel sebelumnya atau nilai
periode sesudahnya (Santosa&Ashari, 2005: 240). Uji autokorelasi dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan D-W (Durbin – Watson). Hal ini
dapat diketahui dengan melihat nilai dari uji DW yang di konsultasikan
dengan tabel DW.
H0 = tidak ada autokorelasi (r=0)
Ha = ada autokorelasi (r≠0)
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
1) Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du)
dan (4-du), maka koefisien auto korelasi sama dengan nol berarti
tidak ada autokorelasi.
2) Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower bound
(dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol, berarti
ada autokorelasi positif.
3) Bila nilai DW lebih besar dari pada (4 –dl), maka koefisien
autokorelasi lebih kecil dari pada nol, berarti ada autokorelasi
negatif.
4) Bila DW teletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) maka
hasilnya tidak dapat disimpulkan.
e. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model
regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak
adanya gejala heteroskedastisitas.
Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan.pada penelitian
ini akan dilakukan uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji park,
yaitu meregresikan nilai residu kuadrat dengan masing-masing variabel
independen. Apabila nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka model
regresi bebas dari masalah heteroskedastisitas (Damodar Gujarati, 2006)
2. Pengujian Hipotesis
Setelah uji prasyarat analisis dipenuhi maka dilakukan pengujian hipotesis
yang telah diajukan. Langkah -langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Analisis Regresi Linear Ganda
Korelasi ganda digunakan untuk mencari hubungan antara dua
variabel bebas atau lebih yang secara bersama-sama dihubungkan dengan
variabel terikatnya. Bentuk persamaan regresi ganda adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Ŷ = a0 + b1X1 + b2X2
(Duwi Priyatno, 2010: 61)
Dimana :
Ŷ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
a0 = Konstanta (nilai Y apabila X1, X2....= 0)
b1 , b2 = Koefisien regresi (nilai peningkatan atau penurunan)
X1 , X2 = Variabel independen
Persamaan regresi linier multipel ini digunakan untuk meramalkan
naiknya kriterium (Ŷ) dalam setiap kenaikan satu unit prediktor X.
b. Uji Hipotesis I dan II
Pengujian hipotesis I dan II akan dilakukan dengan menggunakan Uji
r. Penggunaan Uji r adalah untuk menguji secara parsial masing-masing
variabel dan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel,
yakni variabel independen dengan variabel dependen. Menurut Sugiyono
(2007: 184-185) langkah-langkah dari uji r adalah sebagai berikut:
1) Hipotesis
Ho : µ = 0
Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial variabel
independen terhadap variabel dependen.
Ho : μ ≠ 0
Berarti ada pengaruh yang signifikan secara parsial variabel
independen terhadap variabel dependen.
2) Tingkat signifikasi (α) = 5%
3) Rumus Uji r
Koefisien korelasi sederhana antara X1 terhadap Y
rx1y1 =
Koefisien korelasi sederhana antara X2 terhadap Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
rx2y2 =
(Sudjana, 2002: 332)
Keterangan :
rx1y1 = koefisien X1 dan Y
rx1y2 = koefisien X2 dan Y
N = jumlah responden
X = variabel prediktor
Y = variabel kriterium
4) Kriteria pengujian
Ho diterima dan Ha ditolak apabila rhitung < rtabel atau nilai probabilitas
>0,05.
Ho ditolak dan Ha diterima apabila rhitung > rtabel atau nilai probabilitas
< 0,05.
Uji r dalam penelitian ini menggunakan software SPSS 16, yaitu
dengan melihat tabel correlations pada nilai pearson correlation. Jika nilai
pearson correlation rhitung > rtabel dengan nilai probabilitas < 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel
terikat. Atau jika nilai Pearson correlation rhitung < rtabel dengan nilai
probabilitas > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
yang signifikan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
Sedangkan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel
adalah dengan menginterpretasi terhadap nilai r. Menurut Sugiyono (2007:
184) interpretasi tersebut adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 3.2. Pedoman Interpretasi Nilai r
Besarnyaa nilai r Interpretasi Antara 0,800 sampai dengan
1,00 Sangat Kuat
Antara 0,600 sampai dengan 0,799
Kuat
Antara 0,400 sampai dengan 0,599
Sedang
Antara 0,200 sampai dengan 0,399
Rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,199
Sangat Rendah
Sumber: Sugiyono (007:184)
c. Uji Hipotesis III
Pengujian hipotesis III akan dilakukan dengan menggunakan Uji F.
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1,
X2...Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen (Y). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi variabel terikat atau tidak. Signifikan berarti
hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi. Tingkat signifikansi
menggunakan a = 5% atau 0,05. (Duwi Priyatno, 2010:67).
Adapun langkah-langkah dari uji F adalah sebagai berikut:
1) Menentukan rumusan Hipotesis
0H : Artinya tidak terdapat pengaruh antara 1X dan 2X terhadap Y
aH : Artinya terdapat pengaruh antara 1X dan 2X terhadap Y
2) Menentukan level significance (a ) = 0,05
3) Rumus Uji F
F =
(Sudjana, 2002: 108)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Dimana:
F = Menyatakan harga F garis regresi.
n = Menyatakan ukuran sampel.
k = Menyatakan banyaknya variabel bebas.
R = Menyatakan koefisien korelasi antara kriterium dengan
prediktor-prediktornya.
4) Keputusan
0H diterima jika Fhitung < Ftabel atau probabilitas > 0,05
0H ditolak jika Fhitung > Ftabel atau probabilitas < 0,05
Uji F dalam penelitian ini menggunakan software SPSS 16, yaitu
dengan melihat tabel ANOVA dalam kolom nilai F, jika Fhitung < Ftabel
dengan nilai probabilitas < 0,05 maka dapat dikatakan terdapat pengaruh
yang signifikan secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel
terikat dan model regresi bisa dipakai untuk memprediksi variabel terikat.
Atau jika Fhitung < Ftabel dengan nilai probabilitas > 0,05 maka tidak terdapat
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas
terhadap variabel terikat.
d. Menentukan sumbangan relatif dan sumbangan efektif masing-
masing prediktor.
Sumbangan relatif yaitu untuk mengetahui seberapa besar sumbangan
masing-masing variabel X terhadap variabel Y. Rumusnya adalah sebagai
berikut:
Prediktor X1 : SR% =
Prediktor X2 : SR% =
(Sutrisno Hadi, 2001: 45)
Sumbangan efektif yaitu untuk mengetahui seberapa besar sumbangan
yang diberikan masing-masing variabel X terhadap variabel Y.
Sumbangan Relatif (SR) dihitung sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Terlebih dahulu dicari efektif garis regresi dengan rumus sebagai
berikut:
R2 =
Mencari sumbangan efektif X1 terhadap Y dengan rumus sebagai
berikut:
SE% X1 = SR% X1 × R2
Mencari sumbangan efektif X2 terhadap Y dengan rumus sebagai
berikut:
SE% X2 = SR% X2 × R2
R2 = efektifitas garis regresi.
Keterangan:
SR = sumbangan relatif masing-masing prediktor
SE = sumbangan efektif masing-masing prediktor
R2 = koefisien korelasi antara X1 dan X2 dengan Y
(Sutrisno Hadi, 2001: 46)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas dan 1 variabel terikat yaitu
lingkungan kerja fisik, budaya organisasi dan semangat kerja karyawan pada
KJKS Kospin Syariah Karanganyar. Data ketiga variabel tersebut diperoleh
melalui angket sebagai teknik utama untuk pengumpulan data mengenai
lingkungan kerja fisik, budaya organisasi dan semangat kerja kerja, sedangkan
dokumentasi digunakan untuk pengumpulan data jumlah pegawai yang diteliti.
1. Deskripsi Data Umum
a. Sejarah berdirinya KJKS Kospin Syariah Karanganyar
KJKS Kospin Syariah Karanganyar merupakan lembaga keuangan
yang bergerak di bidang simpan pinjam berbentuk koperasi. Dalam
melaksanakan kegiatannya lembaga ini menganut sistem syariah (Islamic
Economic System) dimana dengan sistem yang diterapkan ini dapat
memberi manfaat dan keuntungan bagi siapapun atau berbagai pihak yang
terlibat dan bekerja sama dengan KJKS Kospin Syariah Karanganyar
secara adil, nyaman, aman, dan transparan.
Lembaga ini berdiri pada tahun 2004 dengan badan hukum No.
465/BH/28.5.1/1/2004 tertanggal 19 januari 2004 diterbitkan oleh Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Penanaman modal, dan Koperasi Kabupaten
Karanganyar. Dan terakhir lembaga ini telah mendapatkan ijin operasionak
di Daerah Provinsi Jawa Tengah dengan SK Gubernur Jawa Tengah
melalui Dinas Koperasi dan UKM No. 03/PAD/KDK.11/VI/2005.
b. Motto, Visi, dan Misi KJKS Kospin Syariah Karanganyar
1) Moto : “Maju, Berkembang, dan Sukses bersama Umat”
KJKS Kospin Syariah berusaha mewujudkan suatu usaha untuk membina
para anggota agar dapat mengembangkan usaha dan meningkatkan
kesejahteraannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
2) Visi : Menjadi lembaga keuangan syariah yang kokoh, tangguh,
terpercaya, dan dapat meningkatkan kesejahteraan anggota serta menjadi
jantung ekonomi umat.
3) Misi : Meningkatkan profesionalita manajemen dan kinerja karyawan
secara rutin dan berkesinambungan. Selalu mengoptimalkan keterlibatan
para anggota utamanya dalam hal pemupukan modal. Melakanakan
efisiensi di segala bidang dalam rangka memperoleh keuntungan optimal
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota.
c. Struktur Organisasi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
RAPAT ANGGOTA
A
PENGAWAS PENGURUS PENGAWAS SYARIAH
ANALIS PINJAMAN/PE
MBIAYAAN
KABAG DANA KABAG PEMBIAYAAN
MANAGER
KABAG AKUNTANSI
GENERAL MANAGER
CUSTOMER SERVICE PETUGAS
PENGAWAS INTERN
KASIR JURU BUKU
JURU SURVEY
JURU TAGIH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
d. Kepengurusan dan Tim Manajemen
1) Dalam memback-up operasionalnya KJKS Kospin Syariah didukung oleh
sebuah kepengurusan yang solid, berpengalaman dan memiliki kredibilitas
di masyarakat. Pengurus ini terdiri dari :
Ketua : Drs. H. Abdul Basir, MBA
Wakil Ketua : H. Burhan Barid, ST, MT
Sekretaris I : Drs. H. Wahab Usman
Sekretaris II : Drs. H. Djumadi
Bendahara : Drs. H. Mulyono, MM
Pengawas
Ketua : DR. H. Badarudin, M.Ag
Anggota : Drs. H. Slamet Khaelani
Hj. Umi Solekah, S.Pd
Pengawas Syariah : Drs. H. Sugiyarso HS, SH, M.Ag
Hj. Siti Muslichah, SH
2) Dalam operasionalnya KJKS Kospin Syariah mempunyai tim manajemen
yang amanah, berpengalaman, profesional, dan telah memiliki sertifikasi
kompetensi yang secara ringkas terdiri dari :
Manager Kantor Pusat : H. Abdur Rohim, ST
Manager Bid. Akt & Keuangan : H. Sri Suhardi, SE
Manager Umum : Eko Suparwono, A. Md
Kepala Cabang :
Gemolong Sragen : H. Sri Suhardi, SE
Muntilan Magelang : Faisal
Sukoharjo : H. Sarwono
KCP Tawangsari : H. Sarwono
Kepala Kantor Kas Matesih : Sugeng Rustono, SE
Kepala KK Tawangmangu : Sriyanto, A. Md
Kepala Kantor Kas Jatipuro : Ariyanto Nur Rohman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
2. Deskripsi Data Khusus
a. Deskripsi data variabel
1. Lingkungan kerja fisik
Berdasarkan data yang diperoleh dengan cara penyebaran angket
kepada 42 responden sebagai subyek penelitian, maka dapat diketahui :
a. Nilai tertinggi : 46
b. Nilai terendah : 31
c. Nilai rata-rata : 40,12
d. Standar Deviasi : 3,102
Dalam angket mengenai lingkungan kerja fisik yang terdiri dari 14
item pernyataan, skala disiplin kerja yang pengukurannya dinilai dengan 4
alternatif jawaban. Apabila dihitung dengan persentase maka akan diperoleh
jumlah skor kriterium 4 x 14 x 42 = 2352. Jumlah skor hasil pengumpulan
data lingkungan kerja fisik (X1) = 1685. Dengan demikian lingkungan kerja
fisik sebesar = 1685 : 2352 = 0,7164 atau sebesar 71,64%. Dari nilai
tersebut masih bisa ditingkatkan lagi faktor-faktor pendukung lingkungan
kerja fisik yang baik.
2. Budaya Organisasi
Berdasarkan data tentang budaya organisasi yang diperoleh dengan
cara penyebaran angket kepada 42 responden sebagai subjek penelitian,
maka dapat diketahui :
a. Nilai tertinggi : 78
b. Nilai terendah : 64
c. Nilai rata-rata : 64,71
d. Standar Deviasi : 28,209
Dalam angket mengenai budaya Organisasi yang terdiri dari 36
item pernyataan, skala motivasi kerja yang pengukurannya dinilai dengan 4
alternatif jawaban. Apabila dihitung dengan persentase maka akan diperoleh
jumlah skor kriterium 4 x 36 x 42 = 6048. Jumlah skor hasil pengumpulan
data variabel budaya orgaanisasi (X2) = 2718. Dengan demikian tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
budaya organisasi sebesar = 2718 : 6048 = 0,4494 atau sebesar 44,94%.
Dari nilai tersebut masih jauh dari hasil yang baik, maka masih bayak
faktor-faktor yang perlu ditingkatkan lagi,
3. Semangat Kerja
Berdasarkan data semangat kerja kerja yang diperoleh dengan
penyebaran angket kepada 42 responden maka diketahui:
a. Nilai tertinggi : 64
b. Nilai terendah : 41
c. Nilai rata-rata : 49,26
d. Standar Deviasi : 4,120
Dalam angket mengenai semangat kerja yang terdiri dari 16 item
pernyataan, skala efektivitas kerja yang pengukurannya dinilai dengan 4
alternatif jawaban. Apabila dihitung dengan persentase maka akan diperoleh
jumlah skor kriterium 4 x 16 x 42 = 2688. Jumlah skor hasil pengumpulan
data variabel efektivitas kerja (Y) = 2069. Dengan demikian tingkat
semangat kerja yaitu sebesar = 2069 : 2688 = 0,7697 atau sebesar 76,97%.
Nilai tersebut sudah cukup baik, tetapi lebih baik lagi jika ditingkatkan
faktor-faktor yang belum mencapai standarnya.
b. Hasil Uji Coba Angket
1) Hasil Uji Validitas
Uji Validitas item dilakukan dengan menggunakan teknik analisis
product moment, yaitu perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 16.
Adapun hasil dari uji coba tersebut adalah sebagai berikut :
a) Variabel Lingkungan Kerja Fisik (X1)
Hasil analisis butir (item) pada angket yang diuji cobakan kepada
12 karyawan sebanyak 20 item soal. Jumlah item yang valid 14 butir
soal dan jumlah item yang tidak valid sebanyak 6 butir soal yaitu
nomor 5,7,12,15,18, dan 20. Item soal dikatakan valid apabila ρ <
0,050. Item yang tidak valid tersebut didrop dari angket karena sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
terwakili oleh item yang lain. Selanjutnya item yang valid sebanyak
14 digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini.
b) Variabel Budaya Organisasi (X2)
Hasil analisis butir (item) pada angket yang diuji cobakan kepada
12 karyawan sebanyak 31 item soal. Jumlah item yang valid 22 butir
soal dan jumlah item yang tidak valid sebanyak 9 butir soal yaitu
nomor 22,23,28,30,32,36,38,39, dan 49. Item yang tidak valid tersebut
didrop dari angket karena sudah terwakili oleh item yang lain.
Selanjutnya item yang valid sebanyak 22 digunakan sebagai instrumen
dalam penelitian ini.
c) Variabel Semangat Kerja (Y)
Hasil analisis butir (item) pada angket yang diuji cobakan kepada
12 Karyawan sebanyak 20 item soal. Jumlah item yang valid 16 butir
soal dan jumlah item yang tidak valid sebanyak 4 butir soal yaitu
nomor 6,8,10,dan 14. Item soal dikatakan valid apabila ρ < 0,05. Item
yang tidak valid tersebut didrop dari angket karena sudah terwakili
oleh item yang lain. Selanjutnya item yang valid sebanyak 16
digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini.
2) Hasil Uji Reliabilitas
Reliabilitas Instrumen adalah ketepatan alat evaluasi dalam
mengukur atau ketepatan siswa dalam menjawab alat evaluasi. Angket
harus reliabel apabila angket tersebut dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data. Menguji tingkat reliabilitas angket
digunakan rumus alpha dan didapatkan hasil sebagai berikut :
a) Hasil uji coba angket variabel Lingkungan Kerja Fisik (X1), diperoleh
rhitung = 0.734 sedangkan rtabel dengan taraf signifikansi 5% dan N= 12
adalah sebesar 0.576 , dengan demikian rhitung > rtabel atau 0.734 >
0.576. Maka dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner yang
digunakan reliabel.
b) Hasil uji coba angket variabel Budaya Organisasi (X2), diperoleh rhitung
= 0.718 sedangkan rtabel dengan taraf signifikansi 5% dan N= 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
adalah sebesar 0.576, dengan demikian rhitung > rtabel atau 0.718 >
0.576. Maka dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner yang
digunakan reliabel.
c) Hasil uji coba angket variabel Semangat Kerja (Y), diperoleh rhitung =
0.744 sedangkan rtabel dengan taraf signifikansi 5% dan N=12 adalah
sebesar 0.576, dengan demikian rhitung > rtabel atau 0.744 > 0.576. Maka
dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner yang digunakan
reliabel.
B. Uji Persyaratan Analisis
Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis seperti terlihat pada
lampiran. Selanjutnya dianalisis untuk membuktikan apakah hipotesis alternatif
diterima atau ditolak. Syarat analisis data dengan menggunakan teknik analisis
regresi ganda adalah :
a. Populasi harus berdistribusi normal.
b. Antara variabel bebas dan variabel terikat harus menunjukkan
kelinearannya.
c. Tidak ada hubungan yang berarti antara variabel-variabel bebas
(Independen).
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel dependen dan independen memiliki distribusi normal. Kriteria variabel
dikatakan normal adalah nilai probabilitas masing-masing variabel harus lebih
besar dari taraf signifikansinya yaitu 0,05.
a. Uji Normalitas Variabel Status Lingkungan Kerja Fisik
Hasil perhitungan uji normalitas Kolmogorov Smirnov Test data
Lingkungan Kerja Fisik (X1) menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,152.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya lebih besar dari
taraf signifikansinya yaitu α = 0,05. Berdasarkan prasyarat bahwa variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
dikatakan normal jika ρ > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
Lingkungan Kerja Fisik berdistribusi normal.
b. Uji Normalitas Variabel Budaya Organisasi
Hasil perhitungan uji normalitas Kolmogorov Smirnov Test data
Budaya Organisasi (X2) menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,394. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya lebih besar dari taraf
signifikansinya yaitu α = 0,05. Berdasarkan prasyarat bahwa variabel
dikatakan normal jika ρ > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
Budaya Organisasi berdistribusi normal.
c. Uji Normalitas Variabel Semangat Kerja
Hasil perhitungan uji normalitas Kolmogorov Smirnov Test data
Semangat Kerja (Y) menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,085. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya lebih besar dari taraf
signifikansinya yaitu α = 0,05. Berdasarkan prasyarat bahwa variabel
dikatakan normal jika ρ > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
Semangat Kerja berdistribusi normal.
2. Uji Linearitas
Uji linieritas berfungsi untuk menguji apakah hubungan antara masing-
masing variabel bebas linear terhadap variabel terikat. Yang termasuk variabel
bebas adalah lingkungan kerja fisik dan budaya organisasi, sedang yang termasuk
variabel terikat adalah semangat kerja karyawan KJKS Kospin Syariah
Karanganyar. Oleh karena itu dalam pengujian persyaratan linearitas ini dilakukan
satu kali uji linearitas antara variabel bebas dan variabel terikat.
a. Hasil Uji Persyaratan Linearitas lingkungan kerja fisik (X1) terhadap
semangat kerja (Y)
Berdasarkan hasil analisis uji linearitas variabel, maka dapat
diketahui hasil uji linearitas seperti tampak pada tabel 3. berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 4.1 : Hasil uji linear variabel lingkungan kerja fisik terhadap semangat
kerja
Hubungan antar
variable
Jumlah
Kuadrat df
Rata-rata
Kuadrat F Sig.
Efektivitas Kerja
(Y) * Disiplin
Kerja (X1)
Antar
group
(Gabungan) 271,702 11 24,700 1,746 .111
Linearitas 140,845 1 140,845 9,956 .004
Penyimpamgan
dari Linearitas 130,857 10 13,086 ,925 .524
Dalam Group 424,417 30 14,147
Total 696,119 41
Sumber: Data primer yang diolah, 2012.
Dari hasil perhitungan uji linearitas menunjukkan bahwa Fhitung
sebesar 0,925 kemudian dikonsultasikan pada sig. 0,524 pada taraf
signifikansi 5%, dimana df (1 ; 10 ) untuk Ftabel = 4,96. Maka Fhitung < Ftabel
atau r = 0,524 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel
lingkungan kerja fisik (X1) dan semangat kerja (Y) terdapat hubungan yang
linear
b. Hasil uji persyaratan linearitas budaya organisasi (X2) terhadap semangat
kerja (Y)
Berdasarkan hasil analisis uji linearitas variabel, maka dapat
diketahui hasil uji linearitas seperti tampak pada tabel 4. berikut:
Tabel 4.2. : Hasil uji linear variabel budaya organisasi terhadap semangat
kerja
Hubungan
antar variable
Jumlah
Kuadrat Df
Rata-rata
Kuadrat F Sig.
Efektivitas
Kerja (Y) *
Motivasi Kerja
(X2)
Antar
group
(Gabungan) 429,762 16 26,860 2,521 .019
Linearitas 146,155 1 146,155 13,718 .001
Penyimpamgan
dari Linearitas 283,607 15 18,907 1.775 .099
Antar Groups 266,357 25 10,654
Total 696,119 41
Sumber: Data primer yang diolah, 2012.
Dari hasil perhitungan uji linearitas menunjukkan bahwa Fhitung
sebesar 1,775 kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel pada sig. 0,099
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
pada taraf signifikansi 5%, dimana df (1;15 ) untuk Ftabel = 4,54. Maka
Fhitung < Ftabel atau nilai r = 0,099 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
antara variabel budaya organisasi (X1) dan semangat kerja (Y) terdapat
hubungan yang linear.
3. Uji Multikolinieritas
Tujuan dari uji multikolonieritas adalah untuk menguji apakah pada
model regresi terdapat adanya hubungan atau korelasi antar variabel bebas
(independen) satu dengan lain. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling
berkorelasi, maka variabel- variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal
adalahvariabel independen yang nilai korelasi antar sesama
variabelindependen sama dengan nol. Atau bisa sebut terdapat problem
multikolinieritas (Ghozali,2005:91). Sedangkan menurut (SinggihSantoso,
2002:112) multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF(variance inflaction
factor). Pedoman suatu model yang bebasmultikolinearitas yaitu mempunyai
nilai VIF ≤ 4 atau 5.
Uji ini merupakan bentuk pengujian untuk asumsi dalam analisis
regresi berganda. Asumsi multikolinieritas menyatakan bahwa variabel gaya
kepemimpinan dan motivasi kerja terbebas dari gejala korelasi antarvariabel.
Hal ini ditunjukkan oleh tabel hasil analisis data yang menunjukkan bahwa
koefisien VIF untuk lingkungan kerja fisik sebesar 1,018 dan budaya
organisasi juga sebesar 1,018. Karena harga VIF < 5, maka tidak terdapat
multikolinearitas atau tidak ada hubungan antar variabel bebas.
4. Uji Autokorelasi
Uji auto korelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana
variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Korelasi dengan
diri sendiri berarti bahwa nilai dari variable dependen tidak berhubungan
dengan nilai variable itu sendiri, baik nilai variabel sebelumnya atau nilai
periods sesudahnya (Santosa&Ashari, 2005:240).Uji autokorelasi dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan D-W (Durbin – Watson).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai Durbin-Watson sebesar
1,625 , nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai table dengan mengunakan
derajat kepercayaan 5%, jumlah sampel 42 dan jumlah variabel bebas 2, maka
ditabel Durbin - Watson akan didapatkan nilai dl = 1,39 dan du = 1,60 maka
diperoleh nilai Durbin - Watson diantara du ( 1,39 ) dan4 – du ( 2,40 ).
Karena nilai Durbin-Watson sebesar1,625 berada diantara du ( 1,39 ) dan 4 –
du ( 2,40) maka tidak terjadi autokorelasi.
5. Uji Heterokedastisitas
Tabel 4.3 Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
-81,955 52,178 -1,571 ,124
,700 1,014 ,107 ,690 ,494
,995 ,592 ,259 1,680 ,101
(Constant)
Lingk. Kerja Fisik
Budaya Organisasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Res_Kuadrata.
Harga t hitung lingk kerja 0,690 dan sig. 0,494 > 0,05. Ho diterima berarti tidak
ada gejala heteroskedastisitas.
Harga t hitung budaya org 1,68 dan sig. 0,101 > 0,05. Ho diterima berarti tidak
ada gejala heteroskedastisitas.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan langkah untuk membuktikan pernyataan
yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis. Hipotesis akan diterima apabila
fakta-fakta empiris atau data yang terkumpul dapat mendukung pernyataan
hipotesis, dan sebaliknya hipotesis akan ditolak apabila fakta empiris tidak
mendukung.
1. Analisis Regresi Linear Ganda
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
linear ganda. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan garis regresi :
Ŷ = 7,779+ 0,526X1 + 0,315X2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Konstanta sebesar 7,779 menyatakan, bahwa jika tidak ada lingkungan
kerja fisik atau budaya organisasi maka besarnya semangat kerja adalah 7,779.
Koefisien regresi X1 = 0,526 menyatakan bahwa setiap terjadi peningkatan satuan
dari lingkungan kerja fisik maka akan meningkatkan semangat kerja sebesar
0,526. Koefisien regresi X2 = 0,315 menyatakan bahwa setiap terjadi peningkatan
satu satuan budaya organisasi maka akan meningkatkan semangat kerja sebesar
0,315. Untuk memperjelas berapa persentase kontribusi antara variabel
lingkungan kerja fisik dan budaya organisasi terhadap semangat kerja dapat
dilihat pada tabel 8 berikut.
Tabel 4.4 : Model Rangkuman Hasil Regresi
Model R R – Kuadrat
Adjusted R
Kuadrat
Std. Error of the
Estimate
1 .603 (a) .364 .331 3,369
Sumber: Data primer yang diolah, 2012.
Berdasarkan hasil penghitungan pada model summary diperoleh angka R
Square adalah sebesar 0,364 Hal ini berarti 36,4% semangat kerja karyawan dapat
dijelaskan oleh variabel lingkungan kerja fisik dan budaya organisasi. Sedangkan
sisanya (100% - 36,4% = 63,6%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
termasuk dalam penelitian ini.
2. Pengujian Hipotesis I dan II
Hasil uji hipotesis I dan II dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Tabel 4.5 : Uji Analisis Korelasi
Lingkunga
n Kerja
Fisik (X1)
Budaya
Organisasi
(X2)
Semangat
Kerja (Y)
Lingkungan Kerja
Fisik (X1) Nilai Korelasi Pearson 1 .132 .450
Sig. (2-tailed) . .0202 .001
N 42 42 42
Budaya Organisasi
(X2) Nilai Korelasi Pearson 0,132 1 .458
Sig. (2-tailed) .202 . .001
N 42 42 42
Semangat Kerja (Y) Nilai Korelasi Pearson .450 .458 1
Sig. (2-tailed) .001 .001 .
N 42 42 42
Sumber: Data primer yang diolah, 2012.
Dari hasil analisis korelasi analisis korelasi tabel Pearson dari Karl
Pearson diketahui bahwa :
1) Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji r, nilai lingkungan
kerja fisik (X1) terhadap semangat kerja (Y) diperoleh hasil rhitung sebesar
0,450 dengan taraf signifikansi 0,001. Sedangkan nilai rtabel untuk N = 42
adalah 0,304. (lihat lampiran r tabel pearson). Apabila dibandingkan maka
didapat rhitung > rtabel atau 0,450 > 0,304. Oleh karena itu, maka Ho ditolak
dan Ha diterima sehingga terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial
lingkungan kerja fisik kerja (X1) terhadap semangat kerja karyawan (Y).
Apabila nilai rhitung dipresentasikan dengan tabel interprestasi maka didapat
keeratan hubungan antara variabel lingkungan kerja fisik dengan semangat
kerja adalah kuat. Hal ini berarti bahwa lingkungan kerja fisik mempunyai
pengaruh positif terhadap semangat kerja.
2) Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji r, nilai budaya
organisasi (X2) terhadap semangat kerja (Y) diperoleh hasil rhitung sebesar
0,458 dengan taraf signifikansi 0,001. Sedangkan nilai rtabel untuk N = 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
adalah 0,304 (Lihat Lampiran r tabel pearson). Apabila dibandingkan maka
didapat rhitung > rtabel atau 0,458 > 0,304. Oleh karena itu, maka Ho ditolak
dan Ha diterima sehingga terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial
budaya organisasi (X2) terhadap semangat kerja karyawan (Y). Apabila
nilai rhitung dipresentasikan dengan tabel interprestasi maka didapat keeratan
hubungan antara variabel budaya organisasi dengan semangat kerja
karyawan adalah kuat. Hal ini berarti bahwa budaya organisasi mempunyai
pengaruh positif terhadap semangat kerja.
3. Pengujian Hipotesis III
Uji F dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui keberartian
koefisien antara prediktor dengan kriterium secara simultan.
Tabel 4.6. Uji ANOVA
Model
Jumlah
Kuadrat Df
Rata-rata
Kuadrat F Sig.
1 Regression 253,448 2 126,724 11,165 0.000
Residual 442,671 39 11,351
Total 696,119 41
Sumber: Data primer yang diolah, 2012.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan ANOVA bahwa
diperoleh nilai F hitung sebesar 11,165 dengan taraf signifikansi 0,000 dan Ftabel
dengan Df (2 ;39) adalah = 3,238 (Lihat lampiran Ftabel ). Karena nilai Fhitung >
Ftabel 11,165 > 3,238 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh yang
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama lingkungan kerja fisik dan budaya
organisasi terhadap semangat kerja karyawan.
Adapun hasil perhitungan dari Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan
efektif (SE) didapatkan hasil perhitungan SR lingkungan kerja fisik (X1 ) terhadap
semangat kerja (Y) sebesar 48,93% dan SR budaya organisasi (X 2 ) terhadap
semangat kerja (Y) sebesar 51,07%. Sedangkan SE X1 terhadap Y = 17,82% dan
SE X 2 terhadap Y= 18,59% .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
4. Penafsiran Pengujian Hipotesis
Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dan penafsiran pengujian
hipotesis, maka selanjutnya dikemukakan penafsiran pengujian hipotesis.
Kesimpulan pengujian hipotesis yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis I
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, maka hipotesis dengan
menggunakan uji r untuk menguji hipotesis secara parsial antara prediktor
terhadap kriterium diperoleh nilai rhitung untuk variabel lingkungan kerja fisik
(X1) = 0,450 dan rtabel = 0,304. Karena rhitung > rtabel atau 0,450 > 0,304 maka
hipotesis I diterima.. Hal ini berarti bahwa lingkungan kerja fisik mempunyai
pengaruh positif terhadap semangat kerja. Dengan demikian Hipotesis
alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan
lingkungan kerja fisik terhadap semangat kerja karyawan KJKS Kospin
Syariah Karanganyar” dapat diterima kebenaran-nya.
b. Hipotesis II
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, maka hipotesis dengan
menggunakan uji r untuk menguji hipotesis secara parsial antara prediktor
terhadap kriterium diperoleh nilai rhitung untuk budaya organisasi (X2) = 0,458
dan rrabel = 0,304. Karena rhitung > rtabel atau 0,458 > 0,304 maka hipotesis I
diterima. Hal ini berarti bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap semangat kerja. Dengan demikian Hipotesis
alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan
budaya organisasi terhadap semangat kerja karyawan KJKS Kospin Syariah
Karanganyar” dapat diterima kebenarannya.
c. Hipotesis III
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, maka hipotesis secara
simultan antara prediktor terhadap kriterium menggunakan uji F. Berdasarkan
perhitungan diperoleh Fhitung diperoleh nilai Fhitung = 11,165 dan Ftabel = 3,238
karena Fhitung > Ftabel atau 11,165 > 3,238 maka hipotesis III diterima. Ini
berarti bahwa lingkungan kerja fisik dan budaya organisasi secara bersama-
sama mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap semangat kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
karyawan. Dengan demikian Hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan
bahwa “Ada pengaruh yang signifikan lingkungan kerja fisik dan budaya
organisasi terhadap semangat kerja karyawan KJKS Kospin Syariah
Karanganyar” dapat diterima kebenarannya.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian
dilakukan pembahasan hasil analisis data. Pembahasan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Lingkungan Kerja Fisik
Berdasarkan hasil pengumpulan data, setelah diolah skor rata-rata
lingkungan kerja fisik di KJKS Kospin Syariah Karanganyar adalah 71,64%.
Angka ini diperoleh dengan membandingkan hasil angket yang telah
disebarkan kepada responden dengan skor lingkungan kerja fisik yang belum
mencapai derajat 100%. Hal ini berarti masih ada hal-hal yang belum
terpenuhi dan hal tersebut dapat dilihat dari item-item dalam daftar angket
yang rendah nilainya. Dengan terganggunya konsentrasi maka pekerjaan yang
dilakukan akan banyak timbul kesalahan. Berdasarkan presentase tersebut
dapat diketahui bahwa lingkungan kerja fisik masih perlu ditingkatkan lagi
agar lebih optimal, karena belum terpenuhinya sebagian aspek yang
mendukung lingkungan kerja fisik. Berdasarkan data yang terkumpul item
nomor 9 dengan nilai terendah 105 menunjukkan bahwa kebisingan di tempat
kerja membuat karyawan merasa konsentrasinya terganggu. Seperti yang
dikemukakan oleh Alex Nitisemito (1982:184) bahwa Dengan adanya
kebisingan maka konsentrasi dalam bekerja akan terganggu. Sehingga
diharapkan dari pimpinan lebih memperhatikan tentang kebisingan yang ada
di tempat kerja baik kebisingan dari karyawan maupun peralatan kantor,
apabila masih ada karyawan yang berisik dapat diberikan sanksi hukuman
yang tegas. Hal ini perlu dilakukan agar karyawan lebih bersikap hati-hati
dalam bekerja dengan ditegakkannya sanksi hukuman. Jadi dengan adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
sanksi diharapkan karyawan dapat bekerja lebih optimal lagi sehingga
semangat kerja dapat timbul.
Sedangkan item nomor 1 dengan skor tertinggi 144 menunjukkan
bahwa sistem penerangan di tempat kerja sudah baik sehingga pekerjaan
mereka lebih teliti dilakukan sehingga dapat meminimalisir kesalahan
pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa pimpinan memperhatikan masalah
detail sistem penerangan di kantor.
2. Budaya Organisasi
Berdasarkan hasil pengumpulan data, setelah diolah skor rata-rata budaya
organisasi karyawan KJKS Kospin Syariah Karanganyar adalah 44,94%.
Melihat sedikitnya pencapaian nilai budaya organisasi yang jauh dari 100%
berarti masih banyak hal-hal yang belum dapat terpenuhi dan masih bisa
ditingkatkan lagi. Berdasarkan data yang terkumpul item terendah yaitu no 31
dengan nilai 99 menunjukkan bahwa tidak semua karyawan yang memenuhi
syarat bisa promosi naik jabatan. Sehingga diharapkan pimpinan dapat
memberikan pemahaman kepada para karyawan bahwa tidak semua karyawan
yang memenuhi syarat dapat promosi jabatan karena tergantung kesempatan
atau peluang yang ada di kantor tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh
Garmendia (2002) bahwa karakteristik budaya organisasi salah satunya adalah
Importance of hierarchy (arti penting jenjang hirarki) yaitu Perusahaan
memiliki struktur organisasi yang jelas jenjang-jenjang hirarkinya.
Jenjang hirarki merupakan tahapan yang dapat dicapai oleh setiap pekerja
yang telah memiliki kapabilitas tertentu. Diukur melalui sistem promosi yang
transparan serta berdasar pada prestasi dan kemampuan karyawan. Dengan
adanya promosi jabatan maka karyawan akan bersemangat untuk bekerja
lebih maksimal dan mendapat prestasi. Nilai terendah berikutnya yaitu no 33
dengan nilai 109 dimana perusahaan memperhatikan pelamar dari lingkungan
sekitar, pimpinan disini harus memberikan pemahaman kepada karyawan
bahwa lingkungan sekitar kantor itu merupakan faktor yang bisa membantu
berjalannya suatu perusahaan, walaupun begitu tidak serta merta langsung
diterima melainkan pimpinan menyeleksi pelamar yang telah memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
syarat. Seperti yang diungkapkan oleh Garmendia bahwa Perusahaan tidak
terlepas dari lingkungan industri yang memiliki etika bisnis tertentu. Etika
bisnis ditunjukkan dengan kesadaran menghargai masyarakat sekitar,
memberikan apresiasi terhadap pemerintah dan asosiasi industri sejenis,
sehingga pelamar dari lingkungan sekitar yang memenuhi syarat seharusnya
menjadi prioritas dari pimpinan untuk merekrut karyawan.
Nilai terendah berikutnya adalah item no 32 dengan nilai 110 yakni dalam
rangka etika bisnis, perusahaan tidak ikut serta dalam asosiasi/perkumpulan
kelompok industri sejenis, pimpinan sebaiknya mengikuti asosiasi
perkumpulan yang sangat berguna untuk mengembangkan informasi
mengenai industri yang sejenis yang bisa mendukung kemajuan perusahaan
dan keberlangsungan perusahaan.
Sedangkan pada item nomor 15 dengan skor tertinggi 141
menunjukkan bahwa karyawan memperoleh gaji tepat waktu. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan memperhatikan hak yang harus diberikan
kepada karyawan.
3. Semangat Kerja
Berdasarkan hasil pengumpulan data, setelah diolah skor rata-rata
semangat kerja karyawan KJKS Kospin Syariah Karanganyar adalah 76,97%.
Namun masih ada sebagian aspek-aspek semangat kerja yang masih
memungkinkan untuk ditingkatkan lagi. Berdasarkan data yang terkumpul,
pada item nomor 6 dengan skor terendah 115 menunjukkan bahwa karyawan
berpikir untuk mencari pekerjaan lain karena suasana kerja. Dari item tersebut
dapat diketahui bahwa karyawan merasa tidak senang kepada pekerjaannya
baik itu karena gaji, kompensasi atau masalah yang lain yang terdapat di
kantor tersebut.. Hendaknya Pimpinan bisa mendengarkan keluh kesah
karyawan mengenai permasalahan yang dihadapi karyawan di kantor,
masalah yang disebabkan karena gaji maupun kompensasi, maka bisa
dibicarakan secara baik-baik antara pimpinan dengan karyawan. Seperti yang
diungkapkan oleh Alex S. Nitisemito (1982:184) bahwa Labour Turnover
(tingkat perpindahan buruh) yang tinggi merupakan indikasi turunnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
semangat kerja, masalah itu bila dilihat secara merata, apabila secara
perorangan maka hal itu bukan merupakan indikasi semangat kerja yang
turun.
Sedangkan pada item nomor 3 dengan skor tertinggi 141 yang
menunjukkan bahwa karyawan berusaha memenuhi kewajiban masuk kerja
sesuai dengan aturan dari perusahaan. Hal ini bisa dilihat dari absensi
kehadiran karyawan, dengan semangat kerja maka akan menimbulkan
karyawan masuk kerja tepat waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
87
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti telah lakukan pada KJKS Kospin Syariah
Karanganyar, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh yang signifikan lingkungan kerja fisik terhadap semangat kerja karyawan
KJKS Kospin Syariah Karanganyar.
2. Ada pengaruh yang signifikan budaya organisasi terhadap semangat kerja karyawan
KJKS Kospin Syariah Karanganyar.
3. Ada pengaruh yang signifikan lingkungan kerja fisik dan budaya organisasi terhadap
semangat kerja karyawan KJKS Kospin Syariah Karanganyar.
Selain yang berhubungan ketiga variabel pada penelitian ini, peneliti juga menemukan
temuan lain, yaitu:
1. Berdasarkan pada deskripsi data yang diperoleh dari masing-masing variabel , diketahui :
a. Persentase lingkungan kerja fisik KJKS Kospin Syariah Karanganyar adalah sebesar
71,64%.
b. Persentase budaya organisasi KJKS Kospin Syariah Karanganyar adalah sebesar
44,94%.
c. Persentase semangat kerja KJKS Kospin Syariah Karanganyar sebesar 76,97%.
2. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh persamaan regresi
Ŷ = 7,779 + 0,526X1 + 0,315X2
Artinya bahwa rata-rata satu unit semangat kerja (Y) diperkirakan meningkat atau
menurun sebesar 0,526 pada peningkatan atau penurunan satu unit lingkungan kerja fisik
(X1), dan akan mengalami peningkatan atau penurunan sebesar 0,315 pada peningkatan
atau penurunan satu unit budaya organisasi (X2).
3. Besarnya sumbangan relatif dan efektif berdasarkan hasil pengujian hipotesis adalah
sebesar:
a. Sumbangan relatif lingkungan kerja fisik (X1) sebesar 48,93%.
b. Sumbangan relatif budaya organisasi (X2) sebesar 51,07%.
c. Sumbangan efektif lingkungan kerja fisik (X1) sebesar 17,82%.
d. Sumbangan efektif budaya organisasi (X2) sebesar 18,59%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
88
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan di atas menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh lingkungan kerja fisik dan budaya organisasi terhadap semangat kerja karyawan
KJKS Kospin Syariah Karanganyar, maka implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel lingkungan kerja fisik dan budaya
organisasi memberikan pengaruh terhadap semangat kerja karyawan. Hasil dari penelitian
ini menyebutkan bahwa factor lingkungan kerja fisik sangat berpengaruh terhadap
semangat kerja dikarenakan nilainya yang cukup tinggi dibanding factor budaya
organisai. Sehingga dapat menjadi bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi
Pimpinan KJKS Kospin Syariah Karanganyar dalam membuat kebijakan-kebijakan untuk
meningkatkan semangat kerja para karyawannya dengan cara memperhatikan indicator
yang lingkungan kerja fisik yang belum memadai.
2. Hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan masukan teori semangat kerja untuk masa
mendatang. Diharapkan dengan penelitian ini memberikan sumbangan yang berarti dalam
memberikan gagasan yang baru demi perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin
maju terutama ilmu sumber daya manusia.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil penelitian yang dikemukakan di atas, peneliti
dapat memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pimpinan
maupun bagi pegawainya. Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Pimpinan KJKS Kospin Syariah Karanganyar
a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebisingan di tempat kerja membuat karyawan
merasa konsentrasinya terganggu. Sehingga sebaiknya pimpinan lebih memperhatikan
tentang kebisingan yang ada di tempat kerja. Dengan cara:
1) Mengganti peralatan kantor yang menimbulkan suara yang membuat karyawan
terganggu konsentrasinya dengan peralatan yang meminimalisir suara yang
dikeluarkan atau peralatan kantor tersebut dipindah ke ruangan yang khusus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
89
digunakan sebagai tempat penempatan peralatan kantor yang menimbulkan
suara.
2) pimpinan bisa menindak tegas karyawan yang mengobrol di tempat kerja
dengan cara memberi teguran lisan, tertulis, potongan gaji, dan yang paling
berat bisa diberikan SP.
b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua karyawan yang telah memenuhi
syarat bisa promosi naik jabatan. Pimpinan sebaiknya memberikan pemahaman
bahwa tidak semua karyawan yang memenuhi syarat promosi jabatan bisa mendapat
promosi karena tergantung kesempatan lowongan jabatan yang ada di perusahaan
tersebut.
c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan berpikir untuk mencari pekerjaan lain
karena suasana kerja. Pimpinan hendaknya mendengarkan keluh kesah karyawan
mengenai permasalahan yang dihadapi para karyawan di kantor, untuk mencari
pemecahan dari permasalahan yang ada maka bisa dibicarakan secara baik-baik antara
pimpinan dengan karyawan.
2. Bagi karyawan KJKS Kospin Syariah Karanganyar
a. Dari kebisingan yang disebabkan oleh karyawan. Karyawan hendaknya tidak
mengobrol di tempat kerja pada saat jam kerja karena bisa mengganggu konsentrasi
karyawan yang lain.
b. Sebaiknya karyawan ikut berpartisipasi dalam merawat peralatan kantor dan selalu
berhati-hati menggunakan peralatan kerja yang digunakan. Apabila terjadi kerusakan
dan menimbulkan kebisingan di tempat kerja hendaknya karyawan mempunyai
kesadaran untuk mencari cara agar peralatan kantor tersebut dapat bisa digunakan
secara maksimal dengan cara memperbaikinya atau memindahkan peralatan kantor
tersebut tanpa harus menunggu perintah dari atasan.
c. Tidak semua karyawan yang memenuhi syarat promosi bisa naik jabatan., maka
karyawan hendaknya lapang dada mengenai promosi jabatan yang dilakukan
perusahaan dikarenakan tergantung kesempatan lowongan yang ada.
d. Dengan adanya karyawan yang berpikir untuk mencari pekerjaan yang lain karena
suasana kerja. Hendaknya karyawan bisa aktif untuk mau memberitahu kepada
pimpinan mengenai permasalahan yang dihadapi para karyawan dan meminta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
90
permasalahan tersebut dapat dibicarakan dengan pimpinan untuk mencari pemecahan
masalah tersebut .
3. Bagi Penelitian yang lain
Bagi penelitian yang lain diharapkan dapat memperluas cakupan penelitian tidak hanya
pada satu tempat penelitian, dan juga diharapkan dapat menambah variabel penelitian
tidak hanya pada dua variabel yang mempengaruhi semangat kerja karyawan.